Anda di halaman 1dari 9

PBL 1

SIFAT CAIRAN DAN GAS

Kelompok 9
Anggota :
Fitriani Meizvira
1406
Kezia Dara Euodia
1406567914
Radifan Fajaryanto
1406
Rafi Irzani
Ricky

1406
1406

Departemen Teknik Kimia


Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
21 September 2015
PENDAHULUAN
Latar Belakang

Setiap fasa memiliki sifat khasnya masing-masing sehingga memiliki karakteristik utama
yang berbeda dengan fasa lainnya. Secara fisik, fasa cair, padat, dan gas memang berbeda,
namun apabila dilihat secara mikroskopis akan lebih mudah mempelajari perbedaannya. Fasa
gas memiliki keunikan, karena terdapat dua sifat utama gas, yaitu gas ideal dan gas nyata.
Dari sana banyak dikemukakan hukum dan postulat mengenai gas. Gas dan cairan memiliki
sedikit kesamaan karakteristik sehingga dapat ditemui kondisi kritis dimana gas dan cairan
tidak dapat diidentifikasikan secara kasat mata.
Definisi Masalah
1. Sifat-sifat gas dan perbedaannya dengan fasa lain
2. Teori kinetika gas yang berkaitan dengan distribusi kecepatan molekul dan viskositasnya
3. Kondisi kritis pada fluida dan hubungannya dengan kondisi kritis
Informasi yang Diperlukan (Sub-judul dasar teori)
Sifat gas ideal dan gas nyata
Hukum-hukum gas ideal dan nyata
Penurunan hukum van der waals
Perubahan fasa
Teori Kinetika Gas
Teori kinetika gas menjelaskan sifat-sifat makroskopis gas seperti tekanan, suhu, atau
volume dengan memperhatikan komposisi molekuler dan gerakannya. Terdapat 7 prostulat
dalam memahami teori ini, yaitu:
1. Gas dianggap tersusun dari berbagai partikel yang disebut molekul yang memiliki
massa dan ukuran yang sama
2. Molekul senantiasa bergerak ke segala arah dan bertumbukan dengan dinding
3. Tumbukan antar partikel maupun partikel dengan dinding mengakibatkan adanya
tekanan
4. Tumbukan yang terjadi adalah lenting sempurna
5. Temperature absolut sebanding dengan energi kinetic rata-rata
6. Jarak antar partikel jauh lebih besar dari diameter partikel
7. Volume partikel dapat diabaikan jika dibandingkan dengan volume gas total
Terdapat 4 hal dasar yang penting dalam teori kinetika gas, yaitu:
a. Tekanan dan kecepatan molecular merujuk pada gerakan molekul ke segala arah
menyebabkan adanya tekanan. Molekul bergerak dengan kecepatan yang berbeda-beda
dan saling bertumbukan ke segala arah, hal ini menyebabkan terjadinya distribusi
kecepatan. Maxwell dan boltzman menyatakan kemungkinan bahwa distribusi
kecepatan molecular bergantung pada temperature dan berat molekul, sesuai dengan
distribusi kecepatan Maxwell:

f ( x )=4

M
2 RT

3 /2

v 2 eM v

/2 RT

Dalam distribusi kecepatan sangat sedikit fraksi molekul yang bergerak sangat cepat
dan sangat lambat, fraksi molekul terbanyak yang berkecepatan tinggi berada pada
kondisi suhu tinggi, molekul yang berabergerak dengan lambat, dan jumlah fraksi dari
kecepatan nol ke tak hingga akan diperoleh nilai 1.
b. Frekuensi tumbukan adalah banyaknya tumbukan antara molekul dan jarak molekul
bergerak antar tumbukan menunjukan adanya frekuensi tumbukan. Frekuensi tumbukan
pada volume konstan meningkat seiring dengan peningkatan temperature karena
adanya peningkatan kecepatan rata-rata. Frekuensi tumbukan dapat diperoleh dengan
membagi banyaknya tumbukan tiap molekul dengan interval waktu, sehingga diperoleh
rumus:

z=

v rel P
kT

c. Jalan bebas rata-rata adalah jarak antar tumbukan yang ditentukan oleh nomor molekul
dalam suatu volume bukan berdasarkan kecepatan molekul bergerak. Jika molekul
bertumbukan dengan frekuensi z , waktu yang ditempuh antara tumbukan adalah

1
, sehingga:
z
=

kT
2 P

d. Kapasitas panas gas dapat menyebabkan peningkatan temperature dari beratnya yang
sering disebut juga sebagai panas spesifik zat. Kapasitas panas gas dibedakan menjadi
saat volume konstan dan saat tekanan konstan.
Pada teori kinetika gas, dikenal juga istilah viskositas gas dimana viskositas gas akan
meningkat seiring dengan peningkatan temperature sedangkan pada viskositas cairan
berlaku sebaliknya. Perhitungan viskositas didasari oleh persamaan Poiseuille atau Stokes
sbb:

P r 4 t
8 LV

Kondisi kritis
Kondisi Kritis dan Fluida Superkritis
A. Diagram Fase: Diagram fase suatu zat memperlihatkan daerah-daerah tekanan dan
temperatur di mana berbagai fase bersifat stabil secara termodinamis. Batas-batas
antara daerah-daerah itu, yaitu batas-batas fase, memperlihatkan nilai-nilai tekanan
(p) dan temperatur (T) di mana dua fase berada dalam kesetimbangan.
B. Batas-batas Fase
Titik Kritis dan Titik Didih
Cairan dalam bejana terbuka dengan cairan dalam bejana tertutup memiliki
sifat yang berbeda dan tentunya perlu diperhatikan. Dalam bejana terbuka, saat
tekanan uap naik dan sama dengan tekanan luar, penguapan dapat terjadi di seluruh
bagian cairan dan uap dapat memuai ke lingkungannya. Peristiwa ini biasa dikenal
dengan peristiwa mendidihnya cairan. Temperatur di mana tekanan uap cairan sama
dengan tekanan kamar disebut temperatur didih. Jika tekanan luar 1 atm, temperatur
didih disebut titik didih normal, Tb. Jika tekanan luar 1 bar, temperatur didih disebut
titik didih standar. Karena 1 bar sedikit lebih kecil daripada 1 atm (1,00 bar = 0,987
atm), titik didih standar sedikit lebih rendah daripada titik didih normal. Titik didih
normal air sebesar 100,0C, sementara titik didih standarnya sebesar 99,6C.
Dalam bejana tertutup, walaupun tekanan uap naik ketika sampel dipanaskan,
rapatan uap bertambah karena uap itu dibatasi oleh volume tetap. Kemudian, ada
tahap di mana rapatan uap sama dengan rapatan sisa cairan dan permukaan antara
kedua fase menghilang. Temperatur di mana permukaan menghilang adalah
temperatur kritis, Tc. Tekanan uap yang bersesuaian dengannya adalah tekanan
kritis, pc. Ketika temperatur berada pada titik yang sama atau lebih dari temperatur
ini, fase tunggal yang seragam akan memenuhi wadah dan tak ada lagi bidang
pemisah.
Titik Leleh dan Titik Tripel
Temperatur pada tekanan tertentu pada saat cairan dan padatan berada pada
kesetimbangan, disebut temperatur leleh. Karena semua zat meleleh pada
temperatur yang sama ketika zat tersebut membeku (kecuali dalam beberapa sistem
yang ganjil), temperatur leleh sama dengan temperatur beku. Temperatur leleh pada
tekanan 1 atm disebut titik leleh normal, T f. Sementara, temperatur leleh pada
tekanan 1 bar disebut titik leleh standar. Untuk banyak tujuan, perubahan titik leleh
normal dan titik leleh standar dapat diabaikan.
Ada sekumpulan kondisi di mana tiga fase yang berbeda (padat, cair, dan gas)
semuanya ada dalam kesetimbangan. Hal ini dilambangkan dengan titik tripel, yaitu

tempat pertemuan batas-batas ketiga fase tersebut (lihat Gambar 1.). lokasi titik
tripel zat murni ada di luar kendali, karena keadaan ini terjadi pada tekanan dan
temperatur tunggal tertentu yang merupakan ciri zat itu. Untuk air, titik tripel ada di
temperatur 273,16 K dan tekanan 6.11 mbar (4,58 Torr), dan ketiga fase ini ada
dalam kesetimbangan. Kesetimbangan ini tidak akan didapatkan pada kombinasi
tekanan dan temperatur lain, karena memang titik tripel merupakan ciri khas dari zat
itu sendiri. Tidak berubahnya titik tripel ini merupakan dasar penggunaan titik tripel
itu sendiri dalam definisi skala temperatur termodinamika.
Seperti yang telah digambarkan pada Gambar 1., titik tripel menandai
tekanan rendah di mana fase cairan suatu zat dapat terjadi. Jika kemiringan kurva
(slope) batas fase padat/cair seperti diperlihatkan dalam diagram fase tersebut, titik
tripel juga menandai temperatur terendah di mana cairan dapat terjadi dan
temperatur kritis adalah batas atasnya.
C. Konstanta Kritis
Isoterm pada temperatur Tc (304,19 K atau 31,04C untuk CO 2) memainkan
peran istimewa dalam teori keadaan materi. Pada tekanan tertentu, cairan mengembun
dari gas dan dapat dibedakan dari gasnya dengan penampakan permukaannya. Jika
pemampatan terjadi pada Tc sendiri, permukaan yang memisahkan dua fase tidak
muncul dan volume pada kedua ujung isoterm itu berimpit pada titik kritis gas itu.
Temperatur, tekanan, dan volume molar pada titik kritis disebut temperatur kritis (T c),
tekanan kritis (pc), dan volume molar kritis (Vc) dari suatu zat. Secara kolektif, Tc, pc,
dan Vc adalah konstanta kritis.
D. Fluida Superkritis
Karbon dioksida superkritis, scCO2, telah menjadi pusat perhatian dari
bertambahnya jumlah industri pemrosesan dengan pelarut. Temperatur kritis CO 2,
304,2 K (31,0 C) dan tekanan kritisnya, 72,9 atm, dapat dengan mudah dikondisikan,
murah, dan siap untuk didaur ulang kapan saja. Massa jenis scCO 2 pada titik kritisnya
sebesar 0,45 g/cm3. Namun, sifat transpor setiap jenis fluida superkritis bergantung
sekali pada massa jenisnya, yang sebaliknya sensitif terhadap tekanan dan
temperaturnya. Contoh, massa jenis dapat diatur dari mirip gas (misalnya 0,1 g/cm 3)
menjadi mirip cairan (misalnya 1,2 g/cm3). Kelarutan dari sebuah larutan adalah
fungsi pangkat dari massa jenis fluida superkritis, yang berarti penambahan kecil
pada tekanan mendekati titik kritis dapat berdampak besar pada kelarutannya.
Keuntungan penggunaan scCO2 yaitu tidak adanya residu beracun ketika
pelarut dibiarkan menguap, jadi, bersamaan dengan temperatur kritisnya yang rendah,
scCO2 adalah zat ideal dan cocok untuk pemrosesan makanan dan produksi industri
farmasi. Contohnya dapat digunakan untuk menghilangkan kafein dalam kopi. Cairan
superkritis juga makin banyak digunakan sebagai bahan dry cleaning, yang mana
dapat menghindari penggunaan bahan karsinogenik dan bahan yang berbahaya bagi
lingkungan, seperti hidrokarbon terklorinasi.
Masalah utama scCO2 yaitu fluida ini bukan termasuk pelarut yang cukup
baik dan dibutuhkan surfaktan untuk mempengaruhi berbagai larutan untuk terlarut.
Tentunya, dry cleaning berbasis scCO2 bergantung pada ketersediaan dari surfaktan
yang murah, begitu juga dengan penggunaannya sebagai pelarut dalam katalis
homogenik seperti campuran logam kompleks. Terdapat dua pendekatan untuk
memecahkan masalah kelarutan. Solusi pertama yaitu menggunakan polimer
penstabil berbasis siloksan terfluorinasi, yang menyebabkan reaksi polimerisasi pada
scCO2 dapat berlangsung. Kerugian dari penstabil ini yaitu harganya yang sangat
mahal. Bahan alternatif yang dapat digunakan dengan pendekatan yang lebih murah
yaitu kopolimer poli(eter-karbonat). Kopolimer ini dapat dibuat lebih larut dalam
scCO2 dengan mengukur perbandingan dari eter dan gugus karbonat.
PEMBAHASAN PEMICU

Pemicu A
Mahasiswa Teknik Kimia 2014 melakukan kunjungan ke pabrik PT. X Indonesia yang
bergerak di industri pembuatan gas yang digunakan dalam laboratorium Departemen Teknik
Kimia. Mahasiswa dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu kelompok pada, kelompok cair, dan
kelompok gas. Setiap kelompok menunjukan sifat mahasiswa di dalamnya.
A.1 Tugas pertama yang diberikan kepada tiap kelompok mahasiswa adalah menjelaskan
perbedaan sifat wujud materi, seperti nama kelompok mereka. Jika anda adalah anggota
kelompok gas, jelaskan sifat gas, dan kemudia bandingkan dengan sifat cair dan padat.
Jawab:
Gas
Cair
Padat
Jarak antar molekul
Jauh / Renggang
Agak jauh
Sangat dekat
Gaya tarik antar partikel
Lemah
Agak lemah
Sangat kuat
Volume
Berubah-rubah
Tetap
Tetap
Bentuk
Berubah-rubah
Berubah-rubah
Tetap
A.2 Di industri ini, mereka diperkenalkan dengan istilah faktor kompresibilitas yang
menunjukan bahwa gas tersebut bukanlah gas ideal. Jelaskan apa yang anda ketahui
tentang gas ideal. Berdasarkan faktor kompresibilitas ini, bagaimana anda dapat
membedakan bahwa gas tersebut merupakan gas ideal atau gas nyata, dan jelaskan apa
yang anda ketahui tentang gas nyata.
Jawab:
Gas ideal merupakan gas yang terdiri dari partikel-partikel kecil baik atom
maupun molekul dalam jumlah yang sangat banyak. Ukuran dari partikel gas dapat
diabaikan terhadap ukuran wadahnya. Setiap partikel gas bergerak acak ke segala arah.
Gaya tarik menarik antar partikel gas dianggap tidak ada. Persebaran partikel gas merata
di dalam wadah. Setiap tumbukan antar molekul gas yang terjadi adalah tumbukan
lenting sempurna. Partikel gas memenuhi hukum newton tentang gerak.
Faktor kompresibilitas (Z) adalah perbandingan antara volum molar suatu gas (Vm)
dengan volum molar gas ideal (Vom) pada suhu dan tekanan yang sama.

Untuk dapat membedakan bahwa gas merupakan gas ideal atau gas nyata dapat dilihat
dari nilai faktor kompresibilitasnya, apabila nilai faktor kompresibilitas suatu gas adalah
1 maka gas tersebut merupakan gas ideal, sebaliknya jika nilai faktor kompresibilitas
suatu gas bukan 1 maka gas tersebut adalah gas nyata.
Gas nyata adalah gas yang tidak memenuhi hukum gas ideal. Gas nyata biasanya
terjadi ketika temperatur rendah dan tekanan tinggi, sehingga interaksi antar molekul
partikel gas diperhatikan karena jaraknya yang dekat.
A.3 Sebuah tabung 12L akan diisi dengan gas N 2 , dengan cara mengalirkan gas tersebut
dari tabung 1L dengan tekanan 20 atm. Dengan mengasumsikan bahwa gas tersebut
adalah gas ideal, hukum siapakah yang anda bisa gunakan untuk menentukan tekanan
akhir gas N 2 ini? Terangkan juga hukum-hukum gas lainnya, baik untuk gas ideal
ataupun gas nyata.
Jawab:
Hukum yang bisa digunakan untuk menentukan tekanan akhir dari gas N2 ini adalah
Hukum Boyle yaitu PV konstan pada mol dan suhu yang tetap. Apabila dihitung makan
akan didapatkan :
P1 V1
= P2 V2
20 atm x 1 L
= P2 x 12 L
P2 = 20 / 12 atm

P2

= 2,666 atm

Pemicu B
Volume Kendaraan yang lewat di jalan tol Jagorawi kearah Jakarta (J) dan ke arah Bogor (B).
Kondisi ini dianggap sama dengan peristiwa Teori Kinetik gas. Data yang diperoleh adalah
sebagai berikut:
J Kecepatan (km/jam)
80
85
90
95 100
Volume Kendaraan
40
62
53
12
2
B Kecepatan (km/jam)
80
85
90
95 100
Volume Kendaraan
38
59
50
10
2
B.1 Untuk dapat memahami teori kinetika gas, kelompok mahasiswa mengasumsikan bahwa
setiap mobil yang melaju adalah suatu molekul gas yang berada dalam suatu ruangan
dengan volume V. Jika anda adalah mahasiswa tersebut, jelaskan postulat yang
mendasari teori kinetika gas, dan bagaimana anda dapat menerangkan distribusi
kecepatan molekul gas berasarkan data yang ada di table.
Jawab:
Grafik Distribusi Ke ce patan

Pada teori kinetika gas terdapat postulat


yang dianggap bener dalam teoritis, dimana gas dianggap tersusun dari berbagai partikel
yang disebut molekul yang memiliki massa dan ukuran yang sama dan jarak antara
molekul yang jauh lebih besar daripada diameter molekulnya, maka dari itu volume
partikel dapat diabaikan. Molekul juga dianggap senantiasa bergerak ke segala arah
secara lenting sempurna dan menghasilkan tekanan. Selain itu, temperature pada gas
akan sebanding dengan energi kinetic rata-rata gas.
Berdasarkan teori distribusi kecepatan, mobil paling banyak bergerak pada
kecepatan 85 km/jam. Dalam distribusi kecepatan sangat sedikit fraksi molekul yang
bergerak sangat cepat dan sangat lambat, dalam kasus ini sangat sedikit mobil yang
bergerak dengan kecepatan sangat tinggi. Mobil yang melaju dengan lambat
kemungkinan besar disebabkan oleh beban mobil yang berat.
B.2 Bayangkan mobil-mobil yang melaju di jalan tersebut adalah molekul-molekul gas yang
berada dalam suatu ruangan, dengan diameter s, jelaskan bagaimana anda dapat
menentukan jumlah tumbukan yang terjadi antara mobil per volume per jam. Jelaskan
juga cara menentukan jalan bebas rata-rata dan viskositas gas.
Jawab:
Tumbukan antara molekul dan jarak molekul bergerak antar tumbukan menunjukan
adanya frekuensi tumbukan. Frekuensi tumbukan akan meningkat seiring dengan
peningkatan kecepatan rata-rata. Jika jumlah tumbukan yang terjadi dalam pemicu ini,
maka kondisi yang terjadi adalah STP (25C, 1 atm), dan diameternya s, serta massa
molekul(mobil) dianggap m sehingga diperoleh jumlah tumbukan mobil per volume per
jam adalah:

z=

( )

8 kT
P s2

=
kT

8 1,38 x 1023 298


1
0,5 m
23

1,38 x 10

298

11 2

=1,105 x 10 s m

1
2

Dalam menentukan jalan bebas rata-rata, banyaknya molekul bertumbukan dengan


frekuensi

z dengan waktu yang ditempuh antara tumbukan adalah

1
z

akan

menghasilkan:

kT
1,38 x 1023 298
=
=9,261 x 1022 s2
2
2
P

2 s 1

Untuk menentukan viskositas gas, digunakan rumus stokes. Pada pemicu diberikan
informasi mengenai kecepatan yang merupakan hasil dari

L
t

dan volume liquid

r 2 , maka rumus viskositas gas dapat disederhanakan menjadi


1
P r2
1 s2
=
=
=8,621 x 108 s 2 m 2
8v
8 1,38 x 1023 298
8
0,5 m

berupa

Pemicu C
Green Chemistry kimia hijau sedang dikembangkan dan diaplikasikan dalam dunia industri.
Salah satu penerapan Green Chemistry di industri adalah penggunaan cairan superkritis yang
digunakan sebagai pelarut untuk menggantikan pelarut yang mudah menguap. Cairan
superkritis mempunyai sifat-sifat gas dalam kaitannya sebagai zat pengangkut seperti, xenon,
karbon dioksida, etana, propana, amonia, pentana, etanol, toluena, 1,2-etandiamin, dan juga
air.
C.1 Pada kondisi kritis, sifat fisik cairan dan uap menjadi identik dan tidak ada perbedaan
yang dapat diamati di antara mereka. Jadi masing-masing temperatur, tekanan uap
jenuh, dan volume molar yang berhubungan pada titik ini disebut sebagai temperatur
kritikal (Tc), tekanan kritikal (pc), dan volume kritikal (Vc). Dengan memanfaatkan kurva
PVT, jelaskan fenomena kritis cairan dan berikan contoh. Jelaskan bedanya dengan
cairan superkritis. Berikanlah penjelasan singkat tentang fungsi dan manfaat cairan
pada kondisi kritis ataupun superkritikal berbanding dengan cairan pada kondisi STP.
Jawab:
Fenomena kritis cairan adalah peristiwa dalam bejana tertutup yang memiliki
volume tetap di mana dua buah fase zat yang sama dalam kesetimbangan dipanaskan
(fase cair dan gas dari suatu zat) hingga mencapai titik tertentu (titik kritis), sehingga
batas permukaan antara kedua fase tersebut menghilang.
Fenomena kritis cairan didapatkan dengan memanaskan kedua fase zat tersebut
sehingga menaikkan temperatur dan tekanan uap zat dalam bejana. Densitas dari fase uapnya
meningkat dan fase cairnya berkurang sedikit demi sedikit. Karena terjadi dalam bejana
tertutup, rapatan uap bertambah karena uap tersebut dibatasi oleh volume tetap. Kemudian,
ada tahap di mana densitas fase cair sama dengan densitas fase uap dan pada akhirnya batas
permukaan antara kedua fase menghilang. Contohnya untuk titik temperatur kritis untuk air
berada pada 374C dan tekanan uapnya 218 atm. Pada temperatur dan tekanan tersebut, air
berada pada titik kritisnya, sehingga tidak terdapat batas permukaan antara fase cair dan fase
uap dari air.

Untuk cairan superkritis, cairan ini


berada pada atau di atas titik kritisnya. Tidak
dapat dibedakan antara fase gas dan cairan,
karena keduanya memiliki sifat fisika yang
identik setelah melewati titik kritis. Bedanya
dengan kondisi kritis cairan yaitu saat kondisi
kritis baru ditemukan bahwa mulai tidak ada lagi
batasan permukaan antara fase cair dan fase gas
dari suatu zat, namun saat memasuki fase cairan
superkritis, fase gas dan cair dari suatu zat tidak
bisa dibedakan kembali dan telah bercampur
menjadi fase lain yang sifat antara fase cair dan
gasnya identik.
Perbandingan cairan superkritis dengan
cairan pada kondisi STP dapat dilihat contohnya
pada saat ekstraksi cairan. Dalam kondisi kritis, ekstraksi dilakukan lebih cepat karena
viskositasnya yang lebih rendah dan difusivitas yang lebih tinggi. Ekstraksi cairan
superkritis dapat dilakukan dengan mengendalikan densitas zat, dan zat yang diekstraksi
dapat dengan mudah dikembalikan dengan mengembalikan cairan superkritis pada fase
gas dan menguap, tidak meninggalkan residu pelarut. Sementara, pada kondisi STP
secara umum cairan memiliki viskositas yang besar dan difusivitas yang kecil, sehingga
proses ekstraksi cairan berlangsung lebih lama.
C.2 Salah satu cairan superkritis yang banyak digunakan sebagai pelarut adalah CO 2
superkritis. Carilah satu referensi yang menjelaskan penggunaan CO 2 superkritis,
jelaskan keunggulannya dibandingkan dengan pelarut yang lain. Jelaskan juga
pemanfaatan CO2 superkritis dan cairan superkritis lainnya sehubungan dengan slogan
Green Chemistry di bidang lainnya, sertakan dengan referensi yang mendukung.
Jawab:
Menurut buku Physical Chemistry yang ditulis oleh P. W. Atkins, CO 2 superkritis
atau scCO2 banyak digunakan karena temperatur kritis scCO 2 berada pada 304,2 K (31,0
C) dan tekanan kritisnya, 72,9 atm, menyebabkan adanya keunggulan scCO 2
dibandingkan dengan pelarut lain, yaitu dapat dengan mudah dikondisikan, murah, dan
siap untuk didaur ulang kapan saja. Selain itu, keuntungan penggunaan scCO 2 yaitu tidak
adanya residu beracun ketika pelarut dibiarkan menguap, jadi, bersamaan dengan
temperatur kritisnya yang rendah, scCO2 adalah zat ideal dan cocok untuk industri
pemrosesan makanan dan industri produksi farmasi. Contohnya dapat digunakan untuk
menghilangkan kafein dalam kopi.
Menurut buku Physical Chemistry yang ditulis oleh P. W. Atkins juga, hubungan
cairan superkritis dengan slogan Green Chemistry yaitu contohnya makin banyak
digunakannya cairan superkritis sebagai bahan dry cleaning (dalam hal ini scCO2), yang
mana dapat menghindari penggunaan bahan karsinogenik dan bahan yang berbahaya
bagi lingkungan, seperti hidrokarbon terklorinasi dalam bentuk tetrakloroetilen
(Cl2C=CCl2) yang biasa dikenal dengan sebutan PERC atau perkloroetilen.
KESIMPULAN
PAR 1: KESIMPULAN PEMICU A Sifat-sifat gas dan perbedaannya dengan fasa lain
Gas bergerak dengan bebas dengan kecepatan yang terdistribusi merata sehingga terjadi
tekanan gas. Banyaknya tumbukan molekul gas juga berkaitan dengan jalan bebas rata-rata.
Gas dan cairan juga dapat dilihat perbedaannya dari viskositasnya karena viskositas gas akan
semakin besar pada suhu tinggi sementara cairan tidak.

PAR 3: KESIMPULAN PEMICU C Kondisi kritis pada fluida dan hubungannya dengan
kondisi kritis
DAFTAR PUSTAKA
Maron, Samuel Herbert, Jerome B. Lando, dan Carl Frederick Prutton. 1974. Fundamentals
of Physical Chemistry. US: Macmillan.

Anda mungkin juga menyukai