Anda di halaman 1dari 30

PBL 3

NARKOBA DAN IDENTIFIKASINYA


DENGAN GAS CHROMATOGRAPHYMASS SPECTROSCOPY (GC/MS)

Kelompok 6
Anggota:
Ahmad Tibrizi / 1406568305
Dicki Rahman / 1406567214
Fitrianti Izinilah / 1506800294
Juli Ayu Ningtyas / 1406531864
Kezia Dara Euodia / 1406567914

Departemen Teknik Kimia


Fakultas Teknik Universitas Indonesia
Depok
November 2015
DAFTAR ISI
Halaman Judul
Daftar Isi

Daftar Gambar
Daftar Tabel

BAB I Pendahuluan 3
.2 Latar Belakang 3
.2 Definisi Masalah
4
.3 Informasi yang Diperlukan
.4 Tujuan Pembelajaran 4
BAB II Isi

.1 Tugas I 6
.2 Tugas II 11
.3 Tugas I 17
BAB III Penutup

26

Daftar Pustaka27

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Grafik kromatogram dengan empat komponen, A, B, C, dan D 14
Gambar 2. Pembacaan MS spektrum air
Gambar 3. Grafik Kalibrasi 20

14

DAFTAR TABEL
Tabel 1. Perbedaan GC dan GR/MS 7
Tabel 2. Klasifikasi metode kromatografi

14

Tabel 3. Perhitungan menggunakan metode least-square


BAB I

18

PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Pemisahan campuran menjadi komponen-komponennya adalah hal yang
pentinga dalam semua cabang kimia dan tidak kalah pentingnya dalam banyak
bidang lain dimana teknik kimia digunakan untuk memecahkan berbagai macam

masalah. Jadi, dapmpak dari suatu teknik pemisahan yang ampuh dan serba guna
akan dirasakan oleh seluruh ilmu pengetahuan modern. Dalam kaitan ini,
ketelitian kromatografi jarang sekali ditekankan. Padahal dengan menggunakan
metode ini, banyak kasus pemisahan dituntaskan jauh lebih cepat dan lebih
efektif daripada sebelumnya. Terobosan yang tidak tertandingi dalam biokimia,
misalnya dalam pengertian kita tentang struktur dan fungsi enzin dan proteinprotein lainnya, berasal langsung dari penerapan kromatografi ke penelitian
biologi. Menghitung polusi air dan udara, menentukan residu pestisida pada
buah-buahan maupun sayur-sayuran, mengidentifikasi dan mengklasifikasikan
bakteri, memantau gas-gas dalam pernapasan selama pembiusan, mencari
senyawa-senyawa organik dan makhluk hidup di planet lain, menentukan jalur
metabolisme dan mekanisme kerja obat-obatan, semuanya berderet dalam daftar
panjang penelitian berdasarkan kromatografi.
Melihat banyaknya penerapan yang dapat dilakukan oleh metoda
kromatografi, kini kromatografi telah mengalami perkembangan yang pesat.
Beberapa diantaranya ialah munculnya detektor-detektor yang lebih baik, bahan
pengisi kolom yang baru, antarmuka dengan instrumen lain yang disempurnakan
seperti spektrometer massa yang bisa mengidentifikasi komponen-komponen
yang terpisah, teknik pemrosesan data yang baru berdasarkan pada komputer dan
model matematis baru yang memberikan wawasan tambahan baru pada sifat
proses tersebut. Pembahasan kali ini akan membahas lebih lanjut mengenai
perkembangan kromatografi yang bergabung dengan instrumen lainnya yaitu
spektrometer massa atau biasa disebut sebagai Gas Chromatography / Mass
Spectrometry (GC/MS).
1.2.

Definisi Masalah
Aplikasi metode GC/MS untuk menentukan kadar dan jenis narkoba.

1.3.

Informasi yang Diperlukan


Berdasrkan pemicu ini terdapat beberapa informasi yang dibutuhkan,
antara lain:

Perbedaan GC dan GC/MS,


Pengertian GC/MS,
Prinsip kerja dan mekanisme GC/MS,
Komponen GC/MS,
Kelebihan dan kekurangan GC/MS,
Parameter metode GC/MS,
Kandungan Narkoba secara umum,
Jenis-jenis narkoba,
Metode analisis melalui GC/MS,
Informasi yang diperlukan dari analisis GC/MS,
Jenis kromatografi yang lain,
Perhitungan konsentrasi metode GC, dan
Metode lain untuk menganalisis narkoba.

Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran dari pembahasan metode analisis yang diuraikan

1.4.

dalam makalah ini adalah:


Memahami metode kromatografi gas khususnya GC/MS.
Mengetahui parameter apa saja yang digunakan dalam analisis dengan

GC/MS.
Mengetahui aplikasi penggunaan alat GC/MS.
Mengerti cara perhitungan konsentrasi senyawa campuran, resolusi kolom,
jumlah piringan rata-rata, tinggi piringan, panjang kolom, dan waktu elusi

senyawa dengan metode analisa kuantitatif GC/MS.


Mengetahui kelebihan dan kekurangan metode GC/MS.

BAB II
ISI

2.1 Tugas I
Susunlah pertanyaan penting terkait analisis narkoba dalam urin,
paling sedikit terdapat tujuh pertanyaan!

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Apa itu GC/MS?


Mengapa dalam analisis sampel narkoba pada urin digunanakan metode GC/MS?
Berapa batasan minimum sampel yang dapat dianalisis dengan metode GC/MS?
Bagaimana prinsip dan mekanisme kerja dari instrumen GC/MS itu sendiri?
Apa perbedaan antara GC/MS dengan GC biasa?
Apa saja komponen komponen pada instrumen GC/MS?
Apa kelebihan dan kekuranga GC/MS?

Jawab:

1. GC/MS (Gas Chromatograpgy/Mass-Spectrometry) adalah proses pemisahan


campuran menjadi komponen-komponennya dengan menggunakan gas sebagai
fase bergeak yang melewati suatu lapisan serapan (sorben) yang diam dan
dilanjutkan dengan analisis kuantitatif dengan menggunakan Mass Spectrometry
(MS).

GC/MS

merupakan

metode

pemisahan

senyawa

organik

yang

menggunakan dua metode analisis senyawa yaitu kromatografi gas (GC) untuk
menganalisis jumlah senyawa secara kuantitatif dan spektrometri massa (MS)
untuk menganalisis struktur molekul senyawa analit. Penggunaan kromatografi
gas dapat dipadukan dengan spektroskopi massa. Paduan keduanya dapat
menghasilkan data yang lebih akurat dalam pengidentifikasian senyawa yang
dilengakapi dengan struktur molekulnya.

2. Digunakan alat GC/MS untuk menganalisis narkoba dalam urin karena alat ini
dianggap tepat, mengingat analisis dengan GC/MS ini dapat memisahkan
komponen-komponen yang terkandung dalam sampel sehingga nantinya dapat
terdeteksi apabila didalam sampel urin terdapat narkoba, dimana komponen
narkoba itu akan terpisah dari urin kemudian untuk analisis lebih lanjut kadar
narkoba yang bila terdeteksi tersebut dapat ditentukan kadarnya. Selain hal

tersebut analisis dengan GC/MS juga relative cepat sehingga dapat membantu
penyidik lebih cepat dalam penyelidikan.

3. Batas deteksi GC/MS ini adalah sampai 10 -9 g/L sehingga sampel urin dapat
dianalisis dengan GC/MS selama kadarnya batas deteksi alat GC/MS ini.

4. Prinsip kerja GC/MS mirip dengan prinsip kerja GC yaitu dengan menggunakan
larutan yang mudah menguap. Mekanisme kerjanya adalah sampel yang tidak
diketahui komposisinya dimasukkan ke injector GC/MS, lalu didalam injector
terdapat oven yang akan menguapkan sampel sehingga fasenya berubah menjadi
fase gas. Fase gas dari sampel tersebut akan dibawa dengan fase gerak yang
dialirkan dari tabung gas pembawa menuju ke kolom. Di kolom terjadi proses
pemisahan yaitu didasarkan titik didih dari komponen sampel. Apabila
komponen tersebut memiliki titik didih lebih tinggi maka akan berinteraksi lebih
sedikit dengan fase diam sehingga waktu retensi akan berkurang dan akan keluar
lebih cepat dari kolom. Dengan perbedaan waktu retensi dari masing-masing
komponen pada sampel maka sampel akan terpisah satu sama lain. Komponenkomponen tersebut akan masuk ke detektor spektrometri massa dan akan dibaca
sehingga akan menghasilkan kromatogram yang dapat mengetahui jenis gugus
fungsi dan juga letak gugus fungsinya.

5. Adapun perbedaan antar GC/MS dan GC biasa yaitu:


Tabel 1. Perbedaan GC dan GR/MS

GC
Detektor yang digunakan pada GC biasa

GC/MS
Detektor yang digunakannya adalah

adalah Flame Ionization Detector (FID) atau

Spektrofotometer Massa (MS)

Thermal Conductivity Detector (TCD)


GC hanya dapat memisahkan komponen- MS dapat menganalisa masing masing
komponen sampel

peak sampel yang terbentuk dari analisis

Hanya analisis secara kuantitatif

dengan GC
Dapat menganalisis baik secara

GC merupakan alat kromatrografi Gas

kuantitatif maupun kualitatif


GC/MS kerjanya sama dengan GC,

yang berfungsi untuk memisahkan suatu

tetapi alat tersebut dilengkapi dengan

senyawa dengan bantuan gas nitrogen,

pencacah fragmen sehingga kita dapat

hidrogen, dll.

mengetahui pemecahan ion fragmen


senyawa dan dapat mengetahui Berat

GC hanya digunakan untuk memisahkan

Molekul senyawa yang di analisis.


GC/MS bisa digunakan utk identifikasi

senyawa-senyawa dalam suatu campuran

gugus fungsi dan posisi gugus fungsi dari

larutan dan identifikasi biasa. Biasanya

sampel tersebut.

identifikasinya harus dicocokkan dengan


suatu reference yang sudah diketahui dengan
tepat baik komponennya maupun
konsentrasinya

6. Instrumen dari GC/MS terdiri dari tabung gas pembawa, injektor, oven, kolom,
detektor (mass spectrometer)
a) Tangki gas pembawa

as pembawa bertindak sebagai fase gerak. Gas pembawa yang biasanya


digunakan adalah helium, hidrogen, dan nitrogen. Helium digunakan apabila
detekornya adalah TCD. Tabung gas berfungsi sebagai tempat tersimpannya
dan sumber dari mengalirnya carrier gas.
b) Injeksi Sampel dan Oven

ejumlah kecil sampel yang akan dianalisis, diinjeksikan pada mesin dengan
menggunakan jarum suntik kecil. Jarum akan menembus lempengan karet
tebal atau yang disebut dengan septum yang akan kembali kebentuk asalnya
saat syringe ditarik keluar. Injektor berada dalam oven yang temperaturnya
dapat dikontrol. Oven tersebut mendidihkan sampel dan diangkut ke kolom
dengan fase gerak.
c) Kolom

olom merupakan tempat terjadinya proses pemisahan karena didalamnya ada

fase diam. Ada 3 jenis kolom pada GC yaitu kolom kemas (packing
coloumn), kolom kapiler dan kolom preparatif.
Kolom kemas

olom kemas terbuat dari gelas/kolom yang tahan karat atau tembaga dan
alumunium. Panjang kolomnya 1-5meter dengan diameter dalam 1

4mm.
Kolom kapiler

olom kapiler berbentuk hampir sama dengan kolom kemas, namu


jumlah pelat teori kolom kapiler sangat besar/banyak yaitu >300.000
pelat. Dengan banyknya jumlah pelat tersebut maka efisiensi dri kolom

ini lebih tinggi dan paling banyak digunakan.


Kolom preparatif

olom preparatif digunakan untuk menyiapkan sampel yang murni dari


senyawa tertentu matriks yang kompleks.
d) Mass Spectrometry Detektor

Sumber ion

Setelah analit melalui kolom kapiler, ia akan diionisasi. Ionisasi


pada spektroskopi massa yang terintegrasi dengan GC ada dua, yakni
Electron Impact ionization (EI) atau Chemical Ionization (CI), yang
lebih jauh lagi terbagi menjadi negatif (NCI) dan positif (PCI).
Berikutnya akan dijelaskan ionisasi EI. Ketika analit keluar dari kolom
kapiler, ia akan diionisasi oleh elektron dari filamen tungsten yang
diberi tegangan listrik. Ionisasi terjadi bukan karena tumbukan elektron
dan molekul, tapi karena interaksi medan elektron dan molekul, ketika
berdekatan. Hal tersebut menyebabkan satu elektron lepas, sehingga
terbetuk ion molekular M+, yang memiliki massa sama dengan molekul
netral, tetapi bermuatan lebih positif. Adapun perbandingan massa
fragmen tersebut dengan muatannya disebut mass to charge ratio yang

disimbolkan M/Z. Ion yang terbentuk akan didorong ke quadrupoles

atau mass filter. Quadrupoles berupa empat elektromagnet.


Filter

Pada quadrupoles, ion-ion dikelompokkan menurut M/Z dengan


kombinasi frekuensi radio yang bergantian dan tegangan DC. Hanya ion
dengan M/Z tertentu yang dilewatkan oleh quadrupoles menuju ke

detektor.
Detector

Detektor terdiri atas High Energy Dynodes (HED) dan Electron


Multiplier (EM) detector. Ion positif menuju HED, menyebabkan
elektron terlepas. Elektron kemudian menuju kutub yang lebih positif,
yakni ujung tanduk EM. Ketika elektron menyinggung sisi EM, maka
akan lebih banyak lagi elektron yang terlepas, menyebabkan sebuah
arus/aliran. Kemudian sinyal arus dibuat oleh detektor proporsional
terhadap jumlah ion yang menuju detektor.

e) Rekorder
Hasil pembacaan detektor kemudian diolah dan dikirim ke rekorder untuk
membuat output berupa kurva-kurva yang disebut kromatogram.

7. Didalam analisis dengan menggunakan instrument analisis GC/MS terdapat


beberapa kelebihan namun juga ada kekurangannya. Berikut adalah kelebihan
dari metode GC/MS:

Waktu analisis singkat dan ketajaman pemisahan yang tinggi dan dapat

menggunakan kolom lebih panjang,


Batas deteksi sampai 10-9 g/L,
Kesetimbangan partisi antara gas dan cairan berlangsung cepat sehingga

analisis relatif cepat dan sensitifitasnya tinggi,


Pemakaian fase cair memungkinkan kita memilih dari sejumlah fase
diam yang sangat beragam yang akan memisahkan hampir segala

macam campuran, dan


Pembacaan berat molekul didasarkan pada library sehingga dapat
diprediksi dengan pasti.
9

Namun dibalik kelebihan-kelebihan dari metode GC/MS tersebut

terdapat beberapa kekurangannya, yaitu:

Pemakaianya hanya terbatas untuk zat-zat yang mudah menguap,


Tidak digunakan untuk senyawa-senyawa yang korosif seperti asam

sulfat pekat,
Biasanya terdapat kesalahan-kesalahan pada analisanya yang timbul
dari:
- Cara penyiapan cuplikan
- Penampilan detektor
- Penampilan pencatat
- Cara kuantitatif

- Perhitungan
Kromatografi gas tidak mudah dipakai untuk memisahkan campuran

dalam jumlah besar, dan


Senyawa dapat tidak terdeteksi berat molekulnya jika senyawa tersebut
tidak terdapat dalam library dan harus membuat larutan standar agar
dapat terbaca berat molekul dan kromatogramnya.

2.2 Tugas II
Soal 1. Parameter apa yang harus anda ketahui dalam metode GC?
Jawab:

a. Retensi yaitu peristiwa penahanan komponen cuplikan oleh fasa diam didalam
kolom salah satu besaran yang menentukan retensi adalah waktu retensi (tr).
b. Efisiensi Kolom, yaitu menyatakan melebarnya puncak pada waktu
gerakannya sepanjang kolom. Semakin efisien suatu kolom kromatografi
maka akan semakin sempit puncak yang dihasilkannya. Besaran besaran
yang merupakan ukuran efisiensi kolom adalah teori pelat yaitu: N = 16 (t r/w)2
dimana N adlah jumlah teori plat, tr adalah waktu retensi dan w adalah lebar
puncak pada alasnya dan HETP (Height Equivalent of a Theoritical Plate) =
L/N dimana L adalah panjang kolom.

10

c. Selektivitas

kolom,

yaitu

kemampuan

kolom

kromatogram

untuk

membedakan antara dua buah komponen atau lebih sehingga komponenkomponen tersebut dapat terpisah satu sama lain.
d. Resolusi, yaitu derajat pemisahan (tingkat pemisahan) dua komponen
cuplikan oleh proses kromatografi. R= 2(tr2-tr1)/w1+w2 .

Soal 2. Mengapa metoda GC dapat digunakan untuk menganalisis


narkoba?
Jawab:

Karena GC dapat digunakan untuk pengujian kemurnian zat

tertentu, atau memisahkan komponen yang berbeda dari campuran (jumlah


relatif komponen tersebut juga dapat ditentukan). GC dapat digunakan dalam
mengidentifikasi suatu senyawa.

Analisis senyawa yang terkandung di dalam urin dengan


menggunakan instrumen Gas Chromatography. Gas Chromatography (GC)
dihidupkan untuk memanaskan kondisi alat dan memprogram suhunya. Gas
pembawa dialirkan keseluruh bagian instrumen tersebut agar semua bagian
jenuh dengan gas pembawa. Gas pembawa yang digunakan dalam hal ini
adalah Helium (He), karena gas ini bersifat inert, murni, tidak mudah terbakar
dan mempunyai konduktifitas panas yang tinggi. Proses operasional urin pada
Gas Chromatography (GC) dengan menginjeksikan 1 l sampel dengan
shiring. Pengaturan suhu injektor diatur 250 0C untuk mengubah sampel dari
fase cair menjadi fase gas, suhu kolom diprogram pada suhu 150-255 0C (tiap
1 menit dinaikkan 5 0C), agar pemisahan terjadi secara optimum serta untuk
mencegah terjadinya kerusakan komponen dalam kolom. Maka untuk
mengetahui positif ganja atau tidak menggunakan puncak pembanding yang
berasal dari ganja murni.

Soal 3. Bagaimana caranya menganalisis adanya narkoba dalam


sampel urin menggukan GC dan MS? Informasi apa saja yang anda

11

peroleh dari kedua teknik ini yang digabung dalam instrumen

GC/MS?
Jawab:

Untuk menganalisis kandungan narkoba dalam sampel urin

menggunakan GC/MS adalah menyiapkan sampel urin dan menentukan fase


gerak dan fase diam sesuai dengan jenis narkoba yang ingin diidentifikasi.
Selanjutnya, campuran larutan diinjeksikan ke kolom GC lewat heated
injection port. Kemudian, campuran dibawa gas pembawa (biasanya Helium)
dengan laju alir tertentu melewati kolom GC yang dipanaskan dalam
pemanas. Kolom GC memiliki cairan pelapis (fasa diam) yang inert. Setelah
melewati alat GC, sampel dibawa ke MS detektor untuk di deteksi
berdasarkan aspek kualitatif dan kuantitatif sehingga akan diperoleh kurva
yang menunjukan waktu retensi, massa molekul relatif dan gugus fungsi yang
terdapat di dalamnya.

Dari penggunaan alat GC diperoleh data sampel mengandung


banyak senyawa, yaitu terlihat dari banyaknya puncak (peak) dalam spektra
GC tersebut. Berdasarkan data waktu retensi yang sudah diketahui dari
literatur, bisa diketahui senyawa apa saja yang ada dalam sampel. Selanjutnya,
dengan memasukkan senyawa yang diduga tersebut ke dalam instrumen
spektroskopi massa. Maka, didapat hasil dari spektra spektroskopi massa pada
grafik yang berbeda dengan informasi mengenai massa molekul relatif dari
senyawa sampel tersbut.

12

Gambar 1. Grafik kromatogram dengan empat komponen, A, B, C,


dan D

(Sumber: Kernel, 2003)

Gambar 2. Pembacaan MS spektrum air

(Sumber: http://chemwiki.ucdavis.edu/Analytical_Chemistry/
Instrumental_Analysis/Chromatography/Gas_Chromatography)

Soal 4. Apakah yang Anda ketahui tentang jenis-jenis kromatografi?


Apakah jenis yang lain dapat juga digunakan untuk mendeteksi

senyawa narkoba?
Jawab:
Tabel 2. Klasifikasi metode kromatografi

Mek

anis

me
Pemi

Nama Metode
Kromatografi

saha
n

Partis
i

Adso

Gas Liquid
Chromatography
(GLC)

13

rbsi

Gas Solid
Chromatography

(GSC)

Partis

Classical LiquidLiquid
Chromatography
(LLC)

Paper Chromatography
(PC)

Partis

High Performance
Liquid
Chromatography
(HPLC)

High Performance

Thin Layer

Chromatography
(HPTLC)

14

Adso

rbsi

Liquid-Solid

Chromatography

Clasic LLC, HPLC,

Pertu
karan

Ion

HPTLC

Ion Exchange
Chromatography

Sarin

Exclusion
Chromatography

gan
Mole

Affinity
Chromatography

kular

Reak
si

Selek
tif

15

Metoda-metoda kromatografi dalam table dapat dibedakan

berdasarkan fase geraknya berupa cairan dan gas, pada fase gas, metode
dibedakan menjadi:
a. Gas Liquid Chromatography (GLC); menggunakan prinsip pemisahan campuran
berdasarkan perbedaan kecepatan migrasi komponen-komponen penyusunnya.
Gas kromatografi biasa digunakan untuk mengidentifikasi suatu senyawa yang
terdapat pada campuran gas dan juga menentukan konsentrasi suatu senyawa
dalam fase gas. Metode ini paling banyak digunakan karena efisien, serbaguna,
cepat, dan memiliki sensitivitas tinggi. Namun, kelemahannya adalah sampel
harus memiliki tekanan tertentu.
b. Gas Solid Chromatography (GSC); kromatografi gas solid mirip dengan GLC,
yang membedakannya hanya fase diamnnya serta GSC memiliki adsorbsi, namun
GLC terdapat partisi (larutan)

Sementara itu, pada fase gerak cairan, metode kromatografi dibedakan


menjadi:

a. Classical Liquid-Liquid Chromatography (LLC); terjadi partisi antara fase gerak


dan fase diam yang duanya berupa cairan, fase diam yang digunakan adalah air
dan fase geraknya adalah pelarut organik.
b. Paper Chromatography (PC); umumnya diterapkan untuk analisis campuran
asam amino dengan sukses besar. Kromatografi kertas memisahkan larutan
organic air dan larutan anorganik atau komponen polar yang tinggi seperti asam
amino dan gula. Kertas yang digunakan mengandung air yang merupakan fase
diam.
c. High Performance Liquid Chromatography (HPLC); menggunakan prinsip
tekanan dan kecepatan tinggi untuk mengirimkan fase gerak ke dalam kolom.
Metode ini banyak digunakan untuk pemurnian senyawa organic. Kolom yang
digunakan dalam HPLC lebih pendek dan berdiameter kecil, namun dapat
menghasilkan beberapa tingkatan equilibrium dalam jumlah besar.

16

d. High Performance Thin Layer Chromatography (HPTLC); kromatografi


digunakan untuk memisahkan substansi campuran menjadi komponenkomponennya. Metode ini memiliki keunggulan, yaitu serba guna, cepat, dan
sensitivitasnya. HPTLC menggunakan pelat bersaputkan mikropartikel silika
halus sehingga menghasilkan pemisahan yang lebih efisien dan lebih cepat
daripada pemisahan pada lapisan silika yang biasa.
e. Ion Exchange Chromatography; teknik ini menggunakan zeolitas, resin organik
atau anorganik sebagai penukar ion. Senyawaan yang mempunyai ion-ion dengan
afinitas yang berbeda terhadap resin yang digunakan dapat dipisahkan.
f. Exclusion Chromatography; teknik ini umumnya menggunakan gel nonionik
berpori banyak dengan ukuran yang sama untuk memisahkan campuran
berdasarkan perbedaan ukuran molekulnya (BM).
g. Affinity Chromatography; disebut juga sebagi pemurnian satu tahap. Pemurnian
ini dilakukan berdasarkan afinitas enzim atau protein terhadap biomolekul lain
(ligan). Prinsip kromatografi afinitas adalah pengikatan spesifik ligan dengan
reseptor.

Selain metode GC/MS, uji narkoba dapat menggunakan

metode High Performance Thin Layer Chromatography (HPTLC) yang lebih


murah dibandingkan metode GC/MS Metode ini telah berkembang menjadi
peralatan penotolan sampel secara otomatis dan alat scanner yang dikenal
dengan nama Spektrofotodensitometer. Instrumentasi spektrofotodensitometer
ini dilengkapi dengan pembacaan UV-VIS insitu serta didukung data pustaka,
sehingga sangat memungkinkan untuk melakukan analisis kandungan kimia
narkoba secara cepat dan efisien. HPTLC memiliki lebih banyak partikel yang
ukurannya jauh lebih kecil (2-7 m), lebih tipis dan jarak elusi yang lebih
pendek sehingga pemisahannya lebih cepat, lebih reprodusibel, lebih sensitif
dan memiliki keakuratan yang lebih tinggi untuk analisa kuantitatif.

2.3 Tugas III


Anda mengetahui suatu campuran yang mengandung metil propionat
dan metil n-butirat dianalisis dengan GC dengan data sbb:
17

Dari 5 L larutan standar metil propionat dan metil n-butirat masing-masing

menunjukkan puncak pada 3,4 dan 8,2 menit


Sebanyak 5 L dari campuran sampel tersebut menghasilkan data sebagai
berikut:

V
o
l
u
m
e

Vol

um

met

il

i
n
g

nat

Kon

sent

rasi
dala

pro
pio

sam

pel

t
i
r
a

0,1

t
1

5%

18

0,2

0,3

8
1

5
1

10
%

15
%

0,4

0,5

6
1

5
1

20
%

25
%

7
5

Dari hasil Injeksi 5L sampel yang tidak diketahui teramati adanya

puncak pada 3,4 menit dengan tinggi senilai 12,5mm


Pada salah satu campuran standar metil propionat dan metil n-butirat
yang digunakan menunjukkan data sebagai berikut: lebar dasar puncak
pada metil propionat dan metil n-butirat adalah berturut-turut 1,45 menit
dan 3,65 menit
Bagaimana anda menentukan:

a.
b.
c.
d.
e.
f.

Kandungan senyawa metil propionate dalam sampel tersebut


Resolusi kolom (Rs) [tanpa satuan]
Jumlah piringan rata-rata (N rata-rata)
Tinggi piringan (H) [dalam meter]
Panjang kolom bila resolusi kolom diharapkan menjadi 1,5
Waktu elusi senyawa metil propionat pada kolom yang telah diperpanjang
tersebut

Jawab:

19

Dari grafik terlihat bahwa konsentrasi metil propionat (%)

sebagai sumbu x dan tinggi puncak sebagai sumbu y. Dengan menggunakan


metode least square akan ditemukan nilai-nilai pada persamaan garis lurus.
Tabel 1 akan menjelaskan perhitungan nilai x (konsentrasi metil propionat)
menggunakan metode least-square.

Tabel 3. Perhitungan menggunakan metode least-square

X
Y

1
8
,
7

10

15

5
7
5

1
6
8
,
7

20

25

0
0
4

5
3

6
8
,

20

75

5
1
0
3
1
,
2
5

Dari tabel 1 akan diperoleh nilai b dan a menggunakan persamaan


sebagai berikut
b=

n ( xy ) x y
n x 2( x )2

a=

( 5 1031,25 )(75 1031,25)


b=
( 5 1375 )5625

a=

n x 2 ( x )

b=0,75

x 2 y x (xy )

( 1375 56,25 ) (75 1031,25)


( 5 1375 )5625
a=0

Sehingga persamaan garis lurus menjadi:


y=bx +a
y=0,75 x

a. Menentukan konsentrasi senyawa metil propionat dalam sampel

Pada data diatas, kromatogram dari larutan standar diplot

menjadi sebuah grafik. Hal ini dikarenakan terdapat persamaan yang

21

menghubungkan antara konsentrasi suatu analit dalam suatu campuran tertentu


dengan tinggi atau luas area puncak analit. Persamaan ini berupa persamaan
garis lurus. Y menunjukkan tinggi puncak dan X menunjukkan konsentrasi
metil propionat (dalam %). Plot antara konsentrasi metil propionat dalam
larutan standar dengan tinggi puncak metil propionate dapat dilihat pada grafik
sebagai berikut

Grafik kandungan metil propionat dengan tinggi puncak


20
15
Tinggi puncak (mm) 10
5
0

10

15

20

25

30

Konsentrasi (%)

Gambar 3. Grafik Kalibrasi

Pada saat waktu retensi sebesar 3,4 menit diperoleh ringgi puncak 12,5 mm.
sehingga nilai ini dapat dimasukkan ke dalam persamaan. Tinggi puncak
digunakan sebagai y.
12,5=0,75 x

22

x=16,67
Diperoleh nilai x atau nilai konsentrasi metil propionat dalam larutan larutan
sebesar 16,67%. Diketahui bahwa larutan metil n-butirat memiliki volume 5L.
sehingga volume metil propionat dalam larutan standar adalah :
V =16,67 5 L
V =0,83 L
Jadi, konsentrasi senyawa metil propionat dalam sampel ialah sebesar 16,67%
atau memiliki volume 0,83L dari 5L larutan.

b. Resolusi Kolom (Rs) (tanpa satuan)

Secara umum, letak pita-pita elusi pada sumbu horizontal


kromatogram dan ketebalannya akan menentukan seberapa tuntas suatu
pemisahan dari campuran awal yang telah dilakukan. Sampel ini dianggap sulit
untuk dipisahkan sehingga menyulitkan pembahasan mengenai pemisahan
campuran. Resolusi dapat disebut juga separation. Resolusi merupakan dua zat
terlarut yang didasarkan pada waktu-waktu retensi dan lebar pita.

Kolom yang lebih efisien akan mempunyai resolusi yang baik.


Tingkat pemisahan komponen dalam suatu campuran dengan metode
kromatografi direfleksikan dalam kromatogram yang dihasilkan. Untuk hasil
pemisahan yang baik, puncak-puncak dalam kromatogramharus terpisah secara
sempurna dari puncak lainnya dengan sedikit overlapping atau tidak terjadi
overlapping

sama

sekali.

Tingkat

pemisahan

antara

puncak-puncak

kromatografi yan bersebelahan merupakan fungsi jarak antara puncak


maksimum dan lebar puncak yang berhubungan. Resolusi tidak memiliki
satuan. Nilai resolusi dapat diketahui berdasarkan persamaan berikut

( t R ) B(t R ) A

2
R=

23

Pada kasus di atas diketahui data sebagai berikut :

t
Waktu retensi larutan standar metil propionat ( R ) A

Waktu retensi larutan standar metil n butirat (t R )B = 8,2 menit

Lebar dasar puncak metil propionate

Lebar dasar puncak metil n-butirat

WA
WB

= 3,4 menit

= 1,45 menit
= 3,65 menit

Menggunakan persamaan diatas, maka dapat dihitung:

( t R ) B(t R ) A

2
R=

R=

2 ( 8,23.4 ) menit
( 3,65+1,45 ) menit

R=

9,6
5,1

R=1,88

Nilai resolusi harus mendekati atau lebih dari 1,5 karena akan

memberikan pemisahan puncak yang baik. Resolusi yang besar akan dicapai
jika perbedaan waktu retensi analitcukup besar dan lebar puncak analit dengan
analit lain sesempit mungkin. Semakin baik nilai resolusi maka semakin kecil
kemungkinan tumpah tindih pada grafik. Jadi, nilai resolusi kolom pada
percobaan kromatografi gas kali ini sebesar 2,23. Nilai ini termasuk nilai
resolusi yang cukup baik dan memberikan pemisahan puncak yang baik.

c. Jumlah piringan rata-rata (N rata-rata)

Salah satu karakteristik sistem kromatografi yang paling


penting adalah efisiensi atau jumlah piringan teoritis. Jumlah piringan ini
seringkali digunakan untuk menunjukkan performa kolom. Sehingga, jumlah
piringan dapat dikatakan sebagai ukuran kemampuan kolom untuk memisahkan

24

campuran. Dengan N sebagai jumlah plat teoritis,

tR

waktu retensi dan W

adalah lebar dasar puncak.


tR 2
N=16
(
)

Pada kasus di atas, diketahui data seperti yang telah tertera

pada soal nomor sebelumnya. Dengan menggunakan persamaan di atas,


pertama dicari terlebih dahulu nilai dari jumlah piringan yang dibutuhkan metil
propanat (NA) dan nilai dari jumlah piringan yang dibutuhkan metil n-butirat
(NB).
Jumlah piringan yang dibutuhkan metil propanat (NA)
t RA 2
N
=16(
)
A

3,4 2
)
1,45

N A =16(

N A =16 5,498

N A =87,971

Jumlah piringan yang dibutuhkan metil n-butirat (NB)


t RB 2
N
=16(
)
B

W
8,2 2
)
3,65

N B =16(

N B =16 5,047

N B =80,753

Jumlah piringan rata-rata yang dibutuhkan adalah:


N A+ N B
N=

87,968+80,753
N=
2

N=84,3605

25

Jadi, jumlah piringanrata-rata yang dibutuhkan sebanyak 84,3605 atau sekitar


84 piringan.

d. Tinggi Piringan
Asumsi panjang kolom (L) yag digunakan adalah 25 m dengan

N=85

piringan, tinggi piringannya adalah:

H=

L
N

H=

25 m
85 piringan

H=0,29 m

Jadi, tinggi piringannya adalah 0,29 m.

e. Panjang kolom jika resolusi 1,5


Pada persamaan resolusi:
N a1
Rs =

4
a

( )(

kB
1+ k B

k dan a tidak berubah secara drastis dengan adanya perubahan L dan N,


sehingga kita bisa anggap k dan a akan konstan. Apabila resolusi ingin diubah,
maka yang mempengaruhi adalah akar dari jumlah piringannya, sehingga
diperolah persamaan:
R

26

R
s
Dengan dan ( s)2=1,5

N 1=88

piringan dan N2 adalah jumlah piringan yang akan

dicari. Apabila disubtitusikan akan diperoleh:


1,88 88
=

1,5 N 2

( 881,881,5 )

N 2=

N 2=56,02 56

piringan

Dengan diketahuinya jumlah piringan, kita bisa menentukan berapa

panjang kolomnya bila resoluis menjadi 1,5 dengan tinggi piringan tetap
(H=0,29 m)

L2
H

N 2=

L2=N 2 H

L2=56 piringan 0,29 m

L2=16,24 m

Sehingga panjang kolom bila resolusi kolom yang diharapkan 1,5

adalah 16,24 m.

f. Waktu elusi senyawa metil propionate yang diperlukan pada panjang kolom
tersebut

Resolusi pada kolom yang diperpanjang adalah 1,5. Waktu

elusi setelah kolom diperpanjang bisa ditentukan dengan menggunakan

27

resolusi kolomnya. Dari penurunan persamaan resolusi, diperoleh hubungan


antara waktu retensi dengan resolusi sebagai berikut:

( t R ) B=

16 RS 2 H a 2 ( 1+k B )
u
a1 (k B )2

( )

u, a, dan k diasumsikan tidak berubah atau perubahannya sangat kecil

apabila waktu retensi dan resolusi berubah, sehingga diperoleh persamaan:


2

( R s )1 ( t R )1
=
2
( R s )2 ( t 2 )2

( RS)
( t R ) 2 = 2 2 ( t R )1
( R S )1

( t R ) 2=

( t R ) 2=2,16 menit

( 1,5 )2
3,4 menit
( 1,88 )2

Sehingga pada kolom yang telah diperpanjang, waktu elusinya adalah

2,16 menit.

28

BAB III
PENUTUP

Berdasarkan pembelajaran di atas, dapat disimpulkan beberapa hal


sbb:

Gas Chromatography (GC) merupakan salah satu metode analisis berdasarkan

pemisahan dari komponen komponen atau zat didalam sampel.


GC/MS merupakan alat gas chromatography yang digabungkan dengan alat

mass spectroscopy sebagai detektor.


Alat GC/MS dapat digunakan untuk mendeteksi adanya narkoba dalam

sampel urin.
Alat GC/MS dapat menganalisis secara kualitatif dan kuantitatif, yaitu
kromatografi gas (GC) untuk menganalisis jumlah senyawa secara kuantitatif
dan spektrometri massa (MS) untuk menganalisis struktur molekul senyawa

analit secara kualitatif.


Terdapat beberapa parameter yang harus diperhatikan dalam analisis GC/MS

yaitu waktu retensi, efisiensi kolom, selektivitas kolom dan resolusi.


Hasil dari analisis GC/MS adalah berupa kromatogram luas area terhadap
waktu retensi.

29

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. n.d. Pemeriksaan Menggunakan Gas Chromatography Mass
Spectroscopy. [Online] Terdapat di:
http://eprints.undip.ac.id/44169/3/BAB_II.pdf [Diakses pada 18 November
2015]

Day R,A dan Underwood,A.L. 1992. Analisis Kimia Kuantitatif. Diterjemahkan


oleh A.H Pudjaatmaka. Jakarta: Erlangga.

Dina, Resy. n.d. Deteksi senyawa cannabiol dengan metode gas


chromatography. UNY: Semarang.

Diana H, dkk. 2014. Penuntun Praktikum Analisis Instrumen. Bandung:


UNPAD.

Estien, Yazid dan Lisda Nursanti. 2006. Penuntun Praktikum Untuk


Mahasiswa Analis. Yogyakarta: Andi.

Kernel, John. 2003. Analytical Chemistry for Technicians. USA: Lewis


Publisher.

Skoog, Douglas A.,dll. 2004. Fundamentals of Analytical Chemistry, 9th ed.


USA: Brooks/Cole Cengage Learning.

Thet, Kyaw dan Nancy Woo. N.d. Gas Chromatography. [Online] Terdapat di:
http://chemwiki.ucdavis.edu/Analytical_Chemistry/Instrumental_Analysis/Chro
matography/Gas_Chromatography [Diakses pada 18 November 2015]

30

Anda mungkin juga menyukai