KIMIA FISIKA
KELOMPOK : II ( DUA )
PENDAHULUAN
Setiap zat yang berada di permukaan bumi ini memiliki sifat yang berbeda
baik itu dari segi fisika maupun dari segi kimianya. Keadaan fisik yang dapat
langsung kita lihat pada suatu benda adalah bentuk-bentuk dari suatu zat atau
biasa juga disebut wujud dari benda tersebut yang terdiri dari cairan, padatan,
maupun gas. Selain itu, massa atau berat benda juga merupakan sifat dari benda
yang dapat diukur. Semua sifat-sifat dari zat tersebut digunakan untuk
volume yang ditempati gas tersebut, sehingga banyak ruang yang kosong
antarmolekulnya. Hal ini menyebabkan gas mempunyai rapatan massa yang lebih
kecil jika dibandingkan dengan cairan atau padatan, dan bersifat kompresible atau
mudah ditekan. Antara gas satu dengan gas lain mudah bercampur karena
untuk menentukan massa atom. Jika massa atom suatu molekul sudah diketahui,
Jika suatu cairan mudah menguap, dididihkan dengan suhu kurang dari
100 0C, ditempatkan dalam labu erlenmeyer atau gelas piala tertutup dan memiliki
lubang-lubang kecil, maka cairan akan menguap. Uap tersebut akan memberikan
tekanan udara luar. Berdasarkan teori tersebut maka dilakukan penentuan massa
molekul pada zat yang mudah menguap berdasarkan pengukuran massa jenis zat
tersebut.
Maksud dari percobaan ini adalah untuk mengetahui dan mempelajari cara
massa jenisnya.
TINJAUAN PUSTAKA
memiliki wujud sebagai padatan, cairan, dan gas. Meskipun demikian, kita perlu
berusaha untuk menerangkan sifat-sifat fisisnya atau keadaan zat secara terperinci
(Petrucci, 1999).
density increases to a maximum value of 999.972 kg/m3 at 3.98 0C. Thereafter, the
density decreases with further heating in the usual manner. The magnitude of this
anomalies in the behavior of water is as yet well understood (Cawley dkk., 2005).
Sebagian besar zat akan memuai jika dipanaskan, kecuali air, bila air
dipanaskan pada suhu 0 oC dan pada tekanan 1 atm, densitasnya akan meningkat
anomali air atas titik beku. Sampai saat ini, tak satu pun dari anomali ini yang
Jikalau suatu cairan mudah menguap dengan suhu didih kurang dari 100
o
C ditempatkan ke dalam labu erlenmeyer kemudian dipanaskan sampai suhu 100
o
C, maka cairan tersebut akan menguap. Dengan demikian uap itu akan
mendorong udara yang ada dalam labu erlenmeyer keluar melalui lubang kecil.
Setelah semua udara keluar, uap cairan akan keluar sampai tercapai
kesetimbangan yaitu tekanan uap cairan dalam labu erlenmeyer sama dengan
tekanan udara luar. Kondisi kesetimbangan ini, labu erlenmeyer hanya berisi uap
cairan dengan tekanan sama dengan tekanan udara luar. Volume uap cairan sama
dengan volume labu erlenmeyer dan suhunya sama dengan suhu didih air pada
penangas air (kira-kira 100 oC). Labu erlenmeyer kemudian dikeluarkan dari
penangas, didinginkan dan setelah dingin ditimbang untuk mengetahui bobot gas
Untuk tujuan itu perlu mengubah persamaan gas itu sedikit. Jumlah mol gas, yang
biasanya dinyatakan dengan n, adalah sama dengan massa gas, m, dibagi oleh
m
massa molar, µ (satuannya g/mol). Jadi, n = . Bobot molekul (tidak bersatuan)
μ
mRT
PV =
μ
diperlukan pengukuran (V) yang dipunyai oleh suatu gas yang diketahui massanya
(m) pada suhu (T) dan tekanan (P) tertentu. Bentuk dari persamaan gas ideal yang
molekul. Tetapi dapat digunakan dalam berbagai penggunaan lain dimana jumlah
gas diberikan atau dicari dalam bentuk gram, bukan mol (Petrucci, 1999).
Banyak pengukuran gas memperlihatkan bahwa pada tekanan rendah, tekanan,
PV = nRT
di mana konstanta gas R sama untuk setiap gas. Persamaan diatas merupakan
hubungan antara dua variabel sampel suatu zat, dan disebut persamaan keadaan
bahwa semua gas mematuhinya pada batas tekanan nol. Gas yang mematuhi
persamaan diatas secara tetap disebut gas sempurna atau gas ideal. Gas
sebenarnya adalah gas nyata, seperti udara yang mana didalamnya terkandung
hidrogen dan oksigen, yang tak mematuhi persamaan diatas dengan tepat kecuali
R adalah suatu tetapan universal bagi semua jenis gas yang besarnya
avogadro bahwa volume tertentu suatu gas pada suhu dan tekanan yang sama akan
mengandung jumlah molekul yang sama, berarti untuk V, P, dan T yang tetap
maka memiliki nilai n yang juga tetap. Untuk memudahkan perhitungan , nilai
numerik R dihitung untuk 1 mol gas pada STP (0 0C, 1 atm) yang volumenya
PV ( 1 atm ) (22,414 L)
R= =
n T ( 1mol ) (273,15 K)
= 0,08206 L atm / mol K
BAB III
METODE PERCOBAAN
mL, gelas piala 250 mL, jarum, neraca digital, karet gelang, desikator, penangas
air, gegep kayu, termometer 105 0C, bulb, dan pipet volume 5 mL.
Prosedur kerja yang dilakukan pada percobaan kali ini adalah pertama-
karet gelang, kemudian ditimbang. Erlenmeyer tersebut kemudian diisi dengan air
sampai penuh, ditimbang dan diukur suhunya. Tutup erlenmeyer dibuka, lalu diisi
ditutup kembali dengan aluminium foil dan dikencangkan dengan karet gelang
serta dibuatkan lubang-lubang kecil secara merata dengan jarum pentul sebagai
hingga zat cair yang ada didalamnya benar-benar menguap sampai habis. Setelah
semua cairan dalam erlenmeyer menguap, suhu penangas air diukur, selanjutnya
dimasukkan ke dalam desikator untuk didinginkan. Setelah terbentuk lagi cairan
1. Untuk Kloroform
2. Untuk Aseton
Tabel Pengamatan
4.2 Perhitungan
1. Untuk Kloroform
58,07 mL
ρRT
Mr kloroform = R = 0,0821 L.atm / mol. K
P
g L atm
3,0997 . 0,0821 .365,5 K
= L mol K
1 atm
= 93,0144 g/mol
2. Untuk Aseton
57,429
bobot aquadest
Volume aquadest = = g = 57,42 mL
ρ aquadest 1
mL
ρRT
Mr aseton = R = 0,0821 L.atm / mol. K
P
g L atm
2,4382 .0,0821 .366,5 K
= mL mol K
1 atm
= 73,3646 g/mol
4.3 Pembahasan
bahan yakni kloroform dan aseton sebagai zat yang mudah menguap.
dibersihkan dan dikeringkan terlebih dahulu supaya massa atau bobot jenis yang
ditimbang betul-betul bobot erlenmeyer murni. Tutup erlenmeyer yang telah berisi
gas. Setelah yakin erlenmeyer tersebut telah kedap gas, aluminium foil dilubangi
dengan menggunakan jarum, hal ini dilakukan agar uap cairan tersebut dapat
keluar. Setelah semua cairan menguap, erlenmeyer dikeluarkan dari penangas air
dikeringkan dari sisa air yang ada di bagian-bagian dindingnya dan dimasukkan
ke dalam desikator.
Menurut teori, uap cairan tadi yang berada dalam erlenmeyer akan
yang telah dilakukan, maka diperoleh massa molekul kloroform adalah 93,0144
g/mol, jika dibandingkan dengan nilai teori dimana massa molekul dari kloroform
adalah 119,5 g/mol. Dengan demikian dapat dilihat bahwa hasil yang diperoleh
dari praktikum dan berdasarkan teori yang ada sangat jauh berbeda. Perbedaan
hasil tersebut terjadi diakibatkan karena kurangnya ketelitian praktikan pada saat
dengan teori. Selain itu juga, kesalahan mungkin terjadi pada saat semua
dipasang untuk mengukur suhunya sehingga suhunya tak lagi sesuai dengan suhu
pada saat kloroform tepat menguap seluruhnya. Hal lain yang dapat
sama dengan perlakuan yang diberikan untuk kloroform. Menurut teori, massa
molekul aseton adalah 58 g/mol tetapi berdasarkan praktek massa molekul yang
dimasukkan dalam desikator, praktikan tak memperhatikan uap gas yang keluar,
bukan lagi dari aseton yang tadinya menguap. Hal ini mempengaruhi bobot aseton
yang juga akan berpengaruh pada hasil yang lebih besar dari nilai teoritis karena
bobot yang didapatkan lebih besar dari bobot yang sebenarnya. Sehingga massa
molekul aseton yang diperoleh dengan menggunakan persamaan gas ideal akan
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Saran yang dapat saya berikan untuk percobaan kali ini yaitu mungkin ada
baiknya jika kita juga menggunakan zat lain yang mudah menguap, sehingga tak
hanya aseton dan kloroform saja yang kita ketahui kerapatan dan massa
molekulnya, tetapi zat lain yang mudah menguap juga bisa diketahui. Sedangkan
saran yang bisa saya berikan untuk asisten pada percobaan kali ini adalah
diberikan contoh perhitungan soal sehingga praktikan pada saat mengerjakan bab
Taba, P., Zakir, M., Fauziah, St., 2009, Penuntun Praktikum Kimia Fisika,
Universitas Hasanuddin, Makassar.
LEMBAR PENGESAHAN
ASISTEN PRAKTIKAN