Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA FISIKA

PERCOBAAN

PENETUAN MASSA MOLEKUL BERDASARKAN


PENGUKURAN BOBOT JENIS
Nama : RAMADAN SELAJAR

Nim : H31109280

Kelompok : II (DUA)

Hari/Tgl. Perc. : SENIN / 21 FEBRUARI 2011

Asisten : RIZKY AMALIA

LABORATORIUM KIMIA FISIKA

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS HASANUDDIN

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Gas terdiri dari banyak partikel. Partikel-partikel tersebut senantiasa bergerak dengan
kecepatan dan arah yang beraneka ragam. Partikel-partikel gas tersebar secara merata di semua
bagian ruangan yang ditempati. Gaya atau interaksi antar partikel- partikelnya sangat kecil.

Massa molekul relatif didefinisikan sebagai massa suatu zat dalam tiap mol,

yang merupakan perhitungan jumlah massa atom relatif penyusunnya.


Massa molekul relatif dapat ditentukan dengan beberapa cara. Penentuan massa molekul relatif
yang digunakan antara lain dengan menggunakan spektrum massa, dengan alat Victor Meyer.

Secara sederhana, massa molekul suatu gas dapat ditentukan menggunakan

nilai kerapatan atau bobot jenis berdasarkan tetapan gas ideal.

Dalam percobaan ini, dilakukan penentuan massa molekul relatif suatu cairan yang
bersifat mudah menguap berdasarkan persamaan gas ideal, dengan terlebih dahulu menentukan
kerapatan dari cairan tersebut.

Untuk lebih memahami dan mempelajari penentuan massa molekul relatif dari suatu
cairan mudah menguap berdasarkan persamaan gas ideal, maka dilakukanlah percobaan ini.

I.2 Maksud dan tujuan percobaan

I.2.1 Maksud Percobaan

Maksud dilakukannya percobaan ini adalah untuk mempelajari dan memahami

penentuan massa molekul zat yang mudah menguap berdasarkan pengukuran bobot jenis.

I.2.2 Tujuan Percobaan

Tujuan dilakukannya percobaan ini adalah :

1. Menentukan kerapatan aseton dan kloroform dengan menimbang bobot sebelum

dan sesudah penguapan.

2. Menentukan massa molekul aseton dan kloroform dengan menggunakan nilai

kerapatan berdasarkan persamaan gas ideal

I.3 Prinsip Percobaan


Menentukan massa molekul dari zat mudah menguap dengan menggunakan bahan

aseton dan kloroform melalui proses penguapan, pengembunan, dan penentuan selisih bobot zat

sebelum dan sesudah menguap.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Yang dimaksud dengan bobot jenis suatu zat menurut defenisi lama adalah bilangan
yang menyatakan berapa gram bobot 1 cm3 suatu zat atau berapa kg bobot 1 dm3 air pada suhu
4oC. jadi bilangan yang menyatakan berapa kali bobot 1 dm3 suatu zat dengan bobot 1 dm3 air
pada suhu 4oC disebut juga bobot jenis (Tabadkk., 2010).

Suatu sifat yang besarnya tergantung pada jumlah bahan yang sedang diselidiki disebut
sifat ekstensif. Baik massa maupun volume adalah sifat-sifat ekstensif. Suatu sifat yang
tergantung pada jumlah bahan adalah sifat intensif. Rapatan yang merupakan perbandingan
antara massa dan volume, adalah sifat intensif. Sifat-sifat intensif umumnya dipilih oleh para
ilmuwan untuk pekerjaan ilmiah karena tidak tergantung pada jumlah bahan yang sedang diteliti
(Petrucci,1987).

Density changes with temperature (in most cases it decreases with increasing
temperature, since almost all substances expand when heated). Consequently, the temperature
must be recorded along with density value. In addition, the pressure of gases must be specified
(Stoker, 1993).

The densities of solids and liquids are often compared to the density of water. Anything less
dense (³lighter´) than water floats on it, and anything more dense (³heavier´) sinks. In a similar
vein, densities of gases are compared to that of air. Any gas less dense (³lighter´) will rise in air,
and anything more dense (³heavier´) will sink in air. To calculate on object’s density, we must
make two measurements; one

involves determining the object’s mass, and the other its volume (Stoker, 1993).
Kerapatan berubah dengan perubahan temperatur (dalam banyak kasus, kerapatan
menurun dengan kenaikan temperatur, karena hampir semua substansi mengembang ketika
dipanaskan). Konsekuensinya, temperatur harus dicatat dengan nilai kerapatannya. Sebagai
tambahan, tekanan gas harus spesifik (Stoker,1993).

Kerapatan padatan dan cairan sering dibandingkan dengan kerapatan air. Zat yang
kerapatannya lebih rendah (lebih ringan) dari air akan mengapung, dan zat yang kerapatannya
lebih besar (lebih berat) dari air akan tenggelam dalam air. Dengan jalan yang saama. kerapatan
gas dibandingkan dengan kerapatan udara. gas yang kerapatannya lebih rendah (lebih ringan)
akan naik dalam udara, dan gas yang kerapatannya lebih besar (lebih berat) akan turun dalam
udara (Stoker,1993).

Untuk menghitung kerapatan suatu zat, kita harus membuat dua pengukuran; pertama,
menetapkan massa zat tersebut, dan kedua menentukan volumenya (Stoker, 1993).

Bobot molekul suatu zat adalah jumlah bobot dari atom-atom yang ditunjukkan dalam rumusnya.
Penggunaan istilah ³bobot molekul suatu zat´ tidak berarti bahwa zat tertentu itu terdiri dari
molekul-molekul. Istilah ³molekul´ merujuk ke suatu partikel netral, tetapi banyak zat yang
terbuat dari partikel bermuatan yang disebut ion. Beberapa ahli kimia menggunakan istilah
³bobot rumus´ untuk merujuk jumlah bobot atom yang tertunjuk dalam rumus suatu zat, dan
menggunakan istilah ³bobot molekul´ untuk merujuk zat-zat yang terdiri dari molekul. Defenisi
yang lebih umum mengenai istilah ³bobot molekul´ diterima dengan luas karena memungkinkan
penggunaan suatu konsep yang dikenal dalam semua kasus, tanpa memaksa pemakai istilah itu
mencari terlebih dahulu partikel macam apa yang dikandung oleh zat

tertentu itu (Keenandkk, 1980).

Oleh karena molekul itu terdiri atas atom-atom, maka massa molekul harus menyatakan
massa rumus yaitu massa diperoleh dari penjumlahan massa atom relatif dari unsur-unsur
penyusun molekul tersebut, dengan demikian massa molekul relatif (Mr) adalah bilangan yang
menyatakan jumlah massa atom relatif dari unsur-unsur penyusun rumus molekul tersebut (Tim
dosen kimia, 2008).
Bila sifat termodinamika ekstensif dari sistem dibagi oleh sejumlah zat (sebagai orang
kimia biasanya digunakan mol), maka didapat sifat intensif. Misalnya bila sistem terdiri dari zat
murni, kemudian ukurannya diperbesar dua kali, maka volumnya bertambah dua kali, tetapi
volum molarnya tetap. Secara teliti, harus digunakan lambing lain untuk volum dan volum
molar, karena besaran ini memiliki dimensi yang berbeda. Volum dapat dinyatakan dalam meter
kubik atau liter, tetapi volum molar dinyatakan dalam meter kubik per mol atau liter per mol.
Jadi hokum gas ideal ditulid sebagai PV = nRT, dengan V yang menyatakan volum per mol
(Farrington dan Daniels, 1992).

Percobaan ini merupakan cara lain disamping penentuan massa molekul gas dengan alat
Victor Meyer. Persamaan gas ideal dapat digunakan untuk menentukan massa molekul zat
mudah menguap.

PV = nRT

PV = W / M RT

PM = W / V RT

PM = ρ RT

M = ρRT

dimana:
M = massa molekul zat mudah menguap
ρ = densitas gas (g dm-3)
P = tekanan gas (atm)
V = volume (dm3)
T = suhu absolute (K)

R = tetapan gas (dm3 atm mol-1 K-1)


BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

III.1 Bahan Percobaan

Adapun bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah aquadest, aseton, dan

Kloroform.

III.2 Alat Percobaan

Adapun alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah erlenmeyer,

gelas piala, termometer skala, labu semprot, pipet volume,

bulb, pemanas listrik, almunium foil, karet gelang, batang pengaduk, desikator dan neraca
digital.

III.3 Prosedur Percobaan

Pertama-tama erlenmeyer yang telah dibersihkan dan dikeringkan , kemudian ditimbang kosong.
Setelah itu, erlenmeyer tadi diisi dengan aquadest sampai penuh, kemudian ditimbang kembali.
Setelah itu, aquadest dikeluarkan dari erlenmeyer kemudian erlenmeyer tersebut dibilas dengan
larutan aseton kemudian dipipet aseton sebanyak 5 mL lalu dimasukkan kedalam erlenmeyer lalu
erlenmeyer ditutup dengan aluminium foil dan karet gelang. Kemudian dibuat lubang-lubang
kecil pada aluminium foil menggunakan jarum. Setelah itu, dimasukkan kedalam gelas piala
berisi aquadest yang sudah dididihkan. Setelah semua larutan aseton dalam erlenmeyer menguap,
erlenmeyer dikeluarkan kemudian suhu air dalam gelas piala diukur dengan termometer. Setelah
itu, erlenmeyer tadi bagian luarnya dikeringkan dengan tissue kemudian dimasukkan kedalam
desikator dan ditunggu sampai dingin. erlenmeyer dingin dapat dilihat embun yang terbentuk.
Kemudian erlenmeyer

ditimbang. Lalu semua alat dibersihkan kembali.

Untuk menentukan bobot molekul kloroform, dilakukan seperti diatas tetapi


larutan aseton diganti dengan kloroform

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1Hasil Pengamatan

1) Untuk Kloroform

Bobot Erlenmeyer + air = 96,93 gram

Bobot Erlenmeyer kosong = 37,67 gram

Suhu air dalam penangas = 72oC

Massa jenis air = 1 g/mL

2) Untuk Aseton

Bobot Erlenmeyer + air = 96,59 gram

Bobot Erlenmeyer kosong = 37,58 gram

Suhu air dalam penangas = 71,5oC

Massa jenis air = 1 g/mL

Tabel Pengamatan
No Jenis Bobot Erln + al.foil + karet Bobot + al.foil
+ karet + uap
1. Kloroform 0,22 gr 38,18gr 38,40gr
2. Aseton 0,1 gr 37,98 gr 38,08gr

IV.2 Perhitungan

Kloroform

Bobot erln + al.foil + karet glang + uap kloroform = 38,40gr

Bobot erln + al.foil + karet glang = 38,18gr

Bobot kloroform = 0,22 gr


Bobot erln + air = 96,93 gr

Bobot erln kosong = 37,67 gr

Bobot air = 59,26

Massa jenis air ( ρ ) = 1 g/m

Vair = 59,26 = 59,26 ml

Vgas = 0,059 L

Massa jenis kloroform = 0,22gr = 3,728 g/l

0,059L

Suhu penangas air = 72oC = 345,15oK

Tekanan = 760 mmhg = 1 atm

Mr = ρRT

= 3,728 x0,0821 x 345,15

1 atm

= 105,63 g/m

Mr kloroform secara teoritis = 119,5 g/m

Aseton

Bobot erln + al.foil + karet glang + uap aseton = 38,08gr

Bobot erln + al.foil + karet glang = 37,98gr

Bobot aseton = 0,1 gr

Bobot erln + air = 96,59 gr

Bobot erln kosong = 37,58 gr


Bobot air = 59,1gr

Massa jenis air ( ρ ) = 1 g/m

Vair = 59,1 = 59,1 ml

Vgas = 0,059 L

Massa jenis aseton = 0,1gr = 1,694 g/l

0,059L

Suhu penangas air = 71,5oC = 344,65oK

Tekanan = 760 mmhg = 1 atm

Mr = ρRT

= 1,694 x 0,0821 x 344,65

1 atm

= 47,933 g/m

Mr aseton secara teoritis = 58 g/m

VI. 2 Pembahasan

Percobaan ini dilakukan untuk menentukan massa molekul relatif suatu gas yang bersifat
mudah menguap. Dalam percobaan ini ditentukan massa molekul dari aseton dan kloroform.

Dalam percobaan ini, dilakukan penimbangan terhadap erlenmeyer kosong yang akan digunakan
sebagai wadah dalam menguapkan aseton dan kloroform. Penimbangan juga dilakukan pada
erlenmeyer yang berisi air serta pada erlenmeyer kosong yang ditutup menggunakan aluminium
foil dan karet gelang. Pengukuran bobot ini menggunakan neraca analitik. Semua pengukuran
bobot ini dimaksudkan agar mengetahui bobot air yang terdapat dalam erlenmeyer, dengan
demikian volume air yang juga merupakan volume gas dapat diukur. Setelah dilakukan
penimbangan pada erlenmeyer, erlenmeyer diisi dengan kloroform dan aseton, kemudian ditutup
kembali menggunakan aluminium foil dan karet yang sama pada saat pengukuran sebelumnya.
Hal ini dimaksudkan agar cairan tidak menguap ke luar, karena cairan yang digunakan (aseton
dan kloroform) sifatnya mudah menguap. Aluminium foil kemudian dilubangi dengan
menggunakan jarum agar uap dapat keluar, kemudian erlenmeyer berisi aseton dan kloroform
direndam dalam gelas kimia berisi air di atas pemanas listrik hingga semua cairan menguap.
Setelah semua cairan menguap, erlenmeyer diangkat dari gelas kimia dan diukur suhu air dalam
gelas kimia tersebut untuk mengetahui temperatur atau suhu terbentuknya gas. Air yang
menempel pada bagian luar erlemeyer dilap kemudian erlenmeyer dimasukkan ke dalam
desikator. Penyimpanan erlenmeyer pada desikator ini bertujuan mengkondisikan erlenmeyer
berisi agar tekanan gas dalam erlemeyer sama dengan tekanan luar, selain itu desikator ini juga
befungsi untuk mengeringkan atau mendinginkan gas yang terdapat dalam erlenmeyer. Setelah
dingin, erlenmeyer ditimbang bobotnya. Hal ini dilakukan untuk mengetahui bobot gas yang
terdapat dalam erlenmeyer tersebut.

Berdasarkan hasil percobaan ini, didapatkan massa molekul relatif untuk aseton adalah
47,933 g/m dan massa molekul relatif untuk kloroform adalah 105,63 g/m Secara teoritis, massa
molekul relatif untuk aseton adalah 58 g/mol dan massa molekul relatif untuk kloroform 119,5
g/mol. Berdasarkan nilai tersebut, dapat dilihat bahwa pada aseton diperoleh massa molekul
relatif yang berbeda jauh dengan teoritis. Hal ini mungkin disebabkan karena kurang ketelitian
saat melakukan percobaan. Misalnya pada saat menimbang Erlenmeyer kosong, erlenmeyernya
tidak benar-benar kering. Sedangkan pada kloroform diperoleh massa molekul relatif yang sudah
sangat mendekati nilai teoritis. Mungkin perlu lebih teliti lagi agar hasil yang diperoleh sama
dengan nilai teoritis.

Kerapatan untuk kloroform dan aseton berdasarkan pengukuran yang diperoleh dalam percobaan
ini adalah 3,728 g/l untuk klofororm, dan 1,694 g/l untuk aseton.

BAB V

KESIMPULAN

V.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :

1. Kerapatan kloroform adalah 3,728 g/l dan kerapatan aseton adalah 1,694 g/l

2. Massa molekul kloroform adalah 119,483 g/mol dan massa molekul aseton

adalah 20,981 g/mol.

V.2 Saran

Percobaan kali ini yang dilakukan sudah cukup baik, namun cobalah untuk lebih teliti lagi,
misalnya lebih teliti dalam mengukur, dan lebih teliti dalam memilih alat, apakah masih baik
untuk di pakai ataukah tidak...

DAFTAR PUSTAKA

Farrington, R.A., dan Daniels, A., 1992, Kimia Fisika, Erlangga, Jakarta.

Keenan, C.W., Kleinfelter, D.C., dan Wood, J.H., 1980, Ilmu Kimia Untuk

Universitas, Erlangga, Jakarta.

Petrucci, R. H., 1985, Kimia Dasar Prinsipdan Terapan Modern, Erlangga, Jakarta.

Stoker, H. S., 1993, Introduction to Chemical Principles, Macmillan Publishing

Company, New York.

Taba, P., Zakir, M., dan Fauziah, St., 2010, Penuntun Praktikum Kimia Fisika,

Universitas Hasanuddin, Makassar.

Tim Dosen Kimia, 2008, Kimia Dasar, UPT MKU Universitas Hasanuddin,

Makassar.

Anda mungkin juga menyukai