Anda di halaman 1dari 164

Dehidrasi

Ciri Ciri Komponen Dalam Industri


Prosesing Fluida Hydrocarbon

Fluida Komponen
CO2 H2S N2 C1 C2 C3 iC4 nC4 iC5 nC5 C6 C7+

Inert Gas
x x
Acid Gas
x x
LNG
x x x x x x
Natural Gas
x x x x x x x x x x x x
LPG
x x x x
Natural
Gasoline
x x x x x x x
NGL
x x x x x x x x
Condensate
x x x x x x
1

Liquid
Pipeline P-T
path
Pressure

GAS
Liquid
Vapor

Temperature
Original
Gas Gas after NGL
removal

Liquid
Pipeline P-T
path
Pressure

GAS
Liquid
Vapor

Temperature
Phase diagram for dense-phase
pipeline gas
Cooling
Pipeline 1
P-T path

Compressio
Liquid n
Pressure

GAS
Liquid
Vapor

Temperature
Phase Diagram Paths for NGL recovery

C B
Liquid A
Pressure

C”
C’

Liquid Gas
Vapor

Temperature
1 Grain = 64.79891 mg
1 Grain / 100 scf = 22.888352 mg/m3
1 Grain / US gal = 17.11806 g/m3
SPECIFICATION OF GAS
Karakteristik Spesifikasi Metoda Test
(Goar & Arrington, (Hefley,1989)
1978)

1. Water content 4 - 7 lbm/MMscf ASTM (1986)


max. D 1142
2. Hydrocarbon sulfide 0.25 grain / 100 scf GPA (1986),
content max. std 2265
3. Gross Heating Value 950 Btu/scf min. GPA (1986),
std 2172
4. Hydrocarbon dew point 15o F @ 800 psig ASTM (1986),
max. D 1142
5. Mercaptan content 0.2 grain/100 scf max GPA (1968),
Std 2265
6. Total Sulfur content 1 - 5 grain/100 scf ASTM (1980),
max D 1072
7. Carbon dioxide content 1 - 3 mole percent GPA (1990),
max Std 2261
8. Oxygen content 0 - 0.4 mole percent GPA (1990),
max Std 2261
9. Sand, debu, gums dan bebas ( 0 %)
cairan

10. Delivery Temperature, oF 120 oF max

11. Delivery Pressure, psia 700 psig min.


Alasan Mengeringkan Gas dari Air
1. Air menyebabkan korosi, terutama
dengan adanya H2S dan CO2.

2. Apabila air terkondesasi di flow line


maka menyebabkan slug flow

3. Uap air menurunkan heating value gas.


Kandungan Air Tergantung pada:
1. Tekanan

2. Temperatur

3. Kandungan garam dalam air reservoir

4. Komposisi gas
Alasan Mengeringkan Gas dari Air
1. Air menyebabkan korosi, terutama dengan
adanya H2S dan CO2.
2. Apabila air terkondesasi di flow line maka
menyebabkan slug flow
3. Uap air menurunkan heating value gas.
4. Kontrak penjualan gas dan spesifikasi pipa
biasanya mensyaratkan kandungan air max. 7
lb H2O per MMscf.(bahkan ada yang 4
lbm/MMscf)
5. Gas alam yang bercampur dengan air dapat
membentuk Hydrate pada kondisi tertentu.
HEATING VALUE OF GAS
NILAI PANAS GAS ( BTU/SCF)
Compound Heating Value
Net Gross
CH4 909.4 1010.0
C2H6 1618.7 1769.6
C3H8 2314.9 2516.1
i-C4H10 3000.4 3251.9
n-C4H10 3010.8 3262.3
i-C5H12 3699.0 4000.9
SATUAN ENERGI

1 BTU = 252 Calorie = 0.252 Kcal


1 HP hr = 2545 BTU
1 kW hr = 4312 BTU = 1.341 HP hr
1 BTU = 778 ft lbf
1 BTU = 1055.87 joule
SLUG FLOW
Aliran Gas dan Air Dalam Pipa

• Dapat meningkatkan kehilangan tekanan


pada aliran dalam pipa.
• Dapat menyebabkan Water Hammer.

Gas
Air
Kandungan Air Dalam Gas Tergantung
pada:
1. Tekanan

2. Temperatur

3. Kandungan garam dalam air reservoir

4. Komposisi gas, adanya H2S, CO2


Metode Menghitung Kandungan Air
di dalam gas (lbm air/MMscf)
1. Pendekatan tekanan parsial
(berlaku sampai tekanan 60 psia dimana gas masih bersifat mendekati ideal)

Dengan asumsi kelakuan gas dan campuran mendekati ideal, tekanan parsial air
dalam gas didefinisikan sebagai :

p w  py w  p v x w
dimana :
p = tekanan absolut gas
yw = fraksi mol air dalam fasa gas
pv = tekanan uap air pada temperatur sistem
xw = fraksi mol air dalam fasa cair yang bercampur dengan fasa gas di bawah
kondisi kesetimbangan
Continued
2. Plot Empirik McKetta dan Wehe untuk sweet
gas (tanpa H2S dan CO2)

3. Korelasi Robinson et. al untuk gas asam (sour


gas)

4. Korelasi Campbell untuk sweet dan sour gas


Korelasi McKetta dan Wehe untuk sweet gas
Pengaruh P & T pada kandungan
Air dalam Gas

• Pada Tekanan yang semakin tinggi,


maka kandungan air dalam gas semakin kecil.
• Pada tekanan konstan, temperatur semakin
kecil maka kandungan air nya semakin
membesar. Sebaliknya, jika temperatur semakin
besar, maka kandungan air dalam semakin
membesar.
Korelasi Robinson et. al. untuk sour gas
Pengaruh H2S pada kandungan
Air dalam Gas

Meningkatnya kandungan H2S dalam


gas akan meningkatkan jumlah
kandungan air dalam gas.
Korelasi Robinson et. al. untuk sour gas.
Korelasi Robinson et. al. untuk sour gas
Korelasi Campbell untuk sweet dan sour gas
Kandungan Air pada CO2 (Korelasi Campbell)
Kandungan Air pada H2S (Korelasi Campbell)
Condensation of Water Vapor
• Salah satu jaminan bahwa gas yang
diproduksikan tidak membetuk hydrate yaitu
apabila jumlah kandungan air dalam gas lebih
kecil dari saturated gas.
• Jika gas dari dalam reservoir didinginkan, maka
jumlah kandungan air dalam gas dipermukaan
akan berkurang, ini berarti telah terjadi
kondensasi air.
• Temperature pada mana air terkondensasi dari
gas alam, terperature tersebut disebut Dew
Point. Jika gas tersaturasi dengan uap air maka
secara definisi, kondisi tersebut adalah dew
point
Gas Hidrat
Hidrat gas alam terbentuk ketika komponen gas alam seperti C1,
C2, C3, isobutana, H2S, CO2 dan N2 memasuki kisi-kisi air (yang
lebih besar dibandingkan kisi-kisi es) dan menempati kisi-kisi
kosong, menyebabkan air mengeras pada temperatur yang lebih
tinggi dari titik beku air.

Adanya air bebas dalam gas, hidrate hidrat akan terbentuk bila
kondisi temperaturnya berada dibawah temperatur hidrate. Berikut
ini adalah formulasi kimia dari gas hidrate:

Methane CH4 .7H2O


Ethane C2H6 .8H2O
Propane C3H8 .18H2O
Carbon Dioxide CO2 .7H2O
THE CONDITIONS THAT TEND TO PROMOTE THE
FORMATION OF NATURAL GAS HYDRATES ARE:

1. Natural gas at or below its water dew point with liquid


water present.
2. Temperatures below the hydrate formation
temperature for the pressure and gas composition
considered.
3. High operating pressures that increase the hydrate
formation temperature.
4. High velocity or agitation through piping or equipment.
5. Presence of a small seed crystal of hydrate.
6. Presence of H2S or CO2 is conducive to hydrate
formation since these acid gases are more soluble in
water than hydrocarbons.
KELAKUAN FASA HIDRAT
G D
Hidrat + Hidrokarbon Cair
Kurva Tekanan uap Hidrokarbon + Air
hidrokarbon Cair + Air

F I

Hidrat + Uap
H Hidrokarbon + Air
Tekanan

Kurva Hidrat

Uap Hidrokarbon + Air

B
A
Uap Hidrokarbon + Es Kurva titik beku air
E
32oF
Temperatur
Pencegahan Pembentukan Hidrat

1. penambahan zat kimia untuk menurunkan temperatur


pembentukan hidrat, seperti Ethylene Glycol (EG),
Diethylene Glycol (DEG), dan Methanol.

2. mengeringkan natural gas dapat dengan


menggunakan Triethylene Glycol (TEG) atau solid
desiccant

3. pemanasan disepanjang pipa (ekonomis jika jalur pipa


pendek)
KELAKUAN FASA HIDRAT + Methanol
G D
Hidrat +
Hidrokarbon Cair + Hidrokarbon Cair +
Air Air
Kurva Tekanan uap
hidrokarbon
F I

Hidrat + Uap
Tekanan

H Hidrokarbon + Air

Kurva Hidrat

Uap (Hidrokarbon + Air)

B
A
Uap Hidrokarbon + Es Kurva titik beku air
E
32oF
Temperatur
Injeksi zat Kimia untuk menurunkan
temperatur pembentukkan hidrat

Zat Kimia diinjeksikan

Gas

PIPE
Injeksi zat Kimia untuk menurunkan
temperatur pembentukkan hidrat

Zat Kimia diinjeksikan


T terdingin = 50 oF - 5 oF 45 oF
WIN = 80 % T Hydrate = 64 oF

Gas

PIPE WOUT = 60 %
P = 800 psi
T = 90 oF
Gas

Sistem Injeksi Glycol


Sifat Sifat Fisika dan Kimia Dari
Glycols
Deskripsi Ethylene Diethylene Triethylene
Glycol Glycol Glycol
Molecular Weight 62.07 106.12 150.17
Specific Gravity at 68 oF 1.1155 1.1184 1.1255
Specific Weight, lb/gal 9.292 9.316 9.375
Boiling Point at 760 mmHg, oF 387.7 474.4 550.4
Freezing Point, oF 9.1 18.0 24.3
Surface tension at 77oF, dynes/cm 47.0 44.8 45.2
Heat of vaporization at 760 mmHg, Btu/lb 364 232 174
Jenis Additives yang umum
digunakan

• Methanol (MeOH)
• Ethylene Glycol (EG)
• Diethylene Glycol (DG)
Injeksi Methanol untuk menurunkan
temperatur pembentukkan hidrat pada
aliran gas
• Methanol dapat digunakan pada berbagai temperatur.
• Methanol paling umum digunakan untuk injeksi gas,
karena mudah melarut dalam gas, paling murah, tidak
memerlukan recovery. Additive yang lain memerlukan
recovery dan direcycle.
• Methanol dapat menyebabkan masalah kontaminasi
dalam plants.
• Recovery Methanol tidak ekonomis.
• Cocok untuk masalah hydrate yang relatif kecil, tidak
sering, injeksi hanya dilakukan secara periodik,
dilakukan untuk temporary saja.
• Untuk volume gas yang tidak besar.
Injeksi Additives
• Umumnya diperlukan untuk aliran gas dari
sumur produksi untuk mencegah
terjadinya korosi dan formasi hydrate
dalam sistem gas pengumpul dan
transmisi.
• Dalam beberapa kasus dimana gas yang
sedang diinjeksikan kedalam reservoir
untuk disimpan akan memerlukan additive
tertentu untuk mecegah casing, tubing dan
permukaan sand.
Injeksi Glycol untuk menurunkan
temperatur pembentukkan hidrat
• DEG tidak dipilih pada temperatur di bawah 15oF, karena
viskositasnya tinggi dan sulit memisahkannya dari liquid
hidrokarbon.
• EG dan DEG hanya digunakan untuk plant process
dengan temperature rendah.

• EG mampu menurunkan temperatur pembentukan hidrat


lebih rendah dibandingkan DEG.

• Injeksi methanol membutuhkan biaya investasi yang


rendah namun biaya operasi yang tinggi.

• Injeksi EG atau DEG membutuhkan investasi yang tinggi


namun biaya operasi rendah.
Prosedur Desain
1. Minimum Liquid-Phase Inhibitor
Persamaan Hammerschmidt :
( d )( MW ) (100)
W= (4-4)
( d )( MW )  K H

Dimana
W = Persen berat inhibitor murni dalam larutan air.
d = Penurunan temperature pembentukan hidrat yang
diinginkan, oF
MW = Berat molekular inhibitor
KH = Konstanta Hammerschmidt
EG DEG Methanol
KH 4000 4000 2335
MW 62 106 32

2. Inhibitor required in Liquid Phase


Glycol akan mengalami penurunan konsentrasi akibat
tertangkapnya air oleh glycol.

Water lb pure  lb water in outlet stream lb water in inlet stream 


removed from = inhibitor   
gas  lb inhibitor lb inhibitor 

 100  WOut   100  WIn 


Wg = I  W    
 Out   WIn 
Water yang dipindahkan dari aliran gas sama dengan
kenaikan berat dalam larutan inhibitor; maka:

WG = I [ (100/Wout) – (100/Win)]

Jika larutan yang digunakan adalah inhibitor murni,


maka Win adalah 100, maka:

WG = I KH/(d x MW)

Jika penurunan konsentrasi glycol tidak diketahui, maka


penurunan yang terjadi diasumsikan 5-10%. Untuk
proteksi pipeline diatas 20oF, penurunan konsentrasi
glycol dapat terjadi lebih besar, namun tidak boleh
melebihi 20%.
Contoh Soal:
10 MMscfd natural gas mengalami pendinginkan
hingga 45oF. Tekanan minimum pipa adalah 900 psia.
Konsentrasi inhibitor glycol adalah 75%. Berapa volume
larutan inhibitor yang harus ditambahkan setiap harinya
jika gas yang masuk pada 90oF. (SG = 0.7)

Hitung untuk larutan EG, DEG dan MeOH.


Jawaban:

Safety margin 5-10oF direkomendasikan untuk digunakan akibat


ketidakpastian data yang didapat.

Temperature pembentukkan hidrat terjadi pada temperature 64oF (Fig.


4-10).

Kandungan air yang terkandung dalam gas (Fig. 2-1)


(90oF, 900 psia) = 48 lb/MMscf
40oF (Safety Margin 5oF), 900 psia = 9.6 lb/MMscf

Air bebas yang terbentuk = 48 – 9.6


(Qg = 10 MMscf/D) = 38.4 lb/MMscf
= 38.4 x 10 lbm/day
= 384 lbm/day
Laju Injeksi EG
1. Hitung konsentrasi minimum EG menggunakan
persamaan Hammerschmidt:

( d ) x ( MW ) x100
W= ( d ) x ( MW )  K H

(64  40) x(62) x100


W= (64  40) x(62)  4000 = 27 weight percent

seharusnya minimum 60 – 80 weight percent.

Konsentrasi minimum glycol 27 persen berat kurang dari


konsentrasi glycol yang dibutuhkan untuk mencegah
pembekuan glycol pada temperatur manapun (60 to 80
weight percent glycol yang umum dipakai)
2. Jika EG yang masuk 75 persen berat dan penyusutan
konsentrasi hingga 10 persen berat, maka Wout = 65
persen berat, maka:
WG = I [(100/Wuot) – (100/Win)]
38.4 = I [(100/65) – (100/75)]
I = 187 lb EG/MMscf

Berat EG/day = 187 x 10 = 1870 lbm EG


3. Jika inlet EG yang masuk 75 persen berat pada
90oF, densitas larutan glycol yang masuk adalah
1.084 g/ml atau 9.03 lb/gal (Fig. 6-10), maka:
 lb EG   gal sol   lb sol 
     
 day   lb sol   lb EG 
     

= (1870) x [(100/75)/(9.03/1)]
= 276 gal sol/day

Maka laju glycol yang dibutuhkan cukup kecil


sekitar 12 gal/jam atau 28 gal/MMscf
Laju Injeksi MeOH
1. Hitung konsentrasi minimum MeOH menggunakan
persamaan Hammerschmidt:

( d ) x ( MW ) x100
W= ( d ) x ( MW )  K H

(64  40) x(32) x100


W= (64  40) x (32)  2335 = 24.8 weight percent

2. Jika Metanol murni yang digunakan, maka:


WG = I (KH)/(d x MW)
38.4 = I (2335)/(24 x 32)
I = 12.6 lb pure MeOH/MMscf
3. Penggunaan methanol dalam fasa gas didapat dari
figure 6-3. pada 40oF dan 900 psia:
lb vapor MeOH / MMscf
weight percent MeOH in sol = 1.05

MeOH = 1.05 x 24.8


= 26.0 lb MeOH/MMscf

4. Total MeOH yang dibutuhkan:


= 12.6 + 26.0
= 38.6 lb pure MeOH/MMscf
= 386 lb pure MeOH/day
= 386/6.64 = 58.1 gal MeOH/day

Catatan: 1 U.S gal pure MeOH pada 60oF dan 1 atm


memiliki berat 6.6385 lb
LTX UNITS
• Low Temperature Exchange (LTX)
mendinginkan aliran gas yang tinggi
dengan cara menurunkan tekanan gas
dengan menggunakan suatu CHOKE atau
CONTROL VALVE.
• Pada Enthalpy tetap, menurunkan tekanan
akan dapat menurunkan temparature gas
nya. Proses ini disebut dengan efek Joule
Thompson atau Expansion
LTX UNITS
• Dengan menurunkan temperature gas,
maka akan terbentuk kondensasi air dan
hidrat.
• Hydrate yang terbentuk dilarutkan melalui
Sepatator heat exchanger.
TYPICAL LTX UNIT
APROX 120 oF

1000 PSI
0O F - 20O F

5
LEAN GAS

4
HEATING COIL

2000 – 3000 PSI 2

COLD TEMPERATURE
3 SEPARATOR
INLET GAS

1 CONDENSATE
HP SEPARATOR
WATER
Dehidrasi Gas menggunakan
Glycol
Beberapa Jenis Pengeringan Gas

1. Liquid Desiccants ( Glycol )


2. Solid Desiccants ( Alumina, Silica Gel,
Molecular Sieves)
3. Expansion Refrigeration
4. Calcium Chloride
SOLID DESICCANTS

Dapat dicirikan oleh adanya luas permukaan


pada pori pori padatan yang berkisar 200 –
800 m2 / gram dan jari jari pori antara 0.001 s/d
0.2 µm. Dengan menggunakan solid desiccant,
gas dapat dikeringkan sampai 0.1 ppm air atau
dew point sampai – 150o F.
Beberapa Jenis Glycol

• Ethylene Glycol (EG)


• Diethylene Glycol (DEG)
• Triethylene Glycol (TEG)
• Tetraethylene Glycol (TREG)

TEG merupakan jenis Glycol yang paling


banyak digunakan untuk proses
Dehydrasi.
Dehidrasi Gas menggunakan Glycol
• Keuntungan penggunaan glycol dibandingkan solid
desicant:
1. Biaya pemasangan lebih rendah.

2. Penurunan tekanan yang lebih rendah.

3. Glycol makeup lebih mudah dilakukan.

4. Biaya operasional yang rendah

5. Sistem Glycol dapat dioperasikan dalam kehadiran


solid material.
Kelemahan Glycol
dibandingkan solid desiccant

1. Dew points air dibawah -25 oF membutuhkan stripping


gas dan Stahl Column
2. Glycol peka terhadap kontaminasi.

3. Glycol korosif jika terkontaminasi atau terurai.


Diagram Alir Dehidrasi TEG
LEAN
GAS
WATER OUT
STRIPPING
LEAN GLYCOL IN COLUMN

CONTACTOR
(ABSORBER) REBOILER

ACCUMULATOR

GLYCOL PUMP
INLET
SEPARATOR RICH GLYCOL OUT
Diagram Alir Dehidrasi TEG WATER OUT

LEAN
GAS STRIPPING
COLUMN

LEAN GLYCOL IN

REBOILER
CONTACTOR
(ABSORBER)

390oF

90oF T?

90oF
ACCUMULATOR

190oF

INLET GLYCOL PUMP


SEPARATOR RICH GLYCOL OUT
Diagram Alir Dehidrasi TEG WATER OUT

LEAN
GAS STRIPPING
COLUMN

LEAN GLYCOL IN

REBOILER
CONTACTOR
(ABSORBER)

390oF

90oF T?

90oF
ACCUMULATOR

190oF

INLET GLYCOL PUMP


SEPARATOR RICH GLYCOL OUT
Absorber Tower with Integral Scrubber
Lima contaminan utama yang merusak
kinerja TEG adalah (Simmons, 1981a):
1. Free water. Kehadiran air meningkatkan glycol recirculation, kerja
reboiler dan biaya bahan bakar.

2. Minyak atau hidrokarbon: minyak yang terlarut mengurangi


kapasitas pengeringan glycol dan dengan air menyebabkan
foaming.

3. Brine: garam yang terlarut dalam glycol sangat korosif terhadap


baja.

4. Downhole additives seperti corrosion inhibitor, fluida pengasam


dan perekah: Material ini menyebabkn foaming, korosi dan hot
spot jika terendapkan pada fire tube.

5. Solid (pasir, dan produk korosi): Butiran pasir menyebabkan


foaming, mengikis valve dan pompa serta menyumbat trays dan
packing.
Diagram Alir Dehidrasi TEG
LEAN
GAS
T inlet
LEAN GLYCOL IN

HEX
CONTACTOR
(ABSORBER)

Separator

90oF

Pump

INLET
Qg
SEPARATOR RICH GLYCOL OUT
• Efisiensi contaktor tergantung pada:
1. inlet gas flow rate
2. temperature, dan tekanan
3. konsentrasi glycol
4. temperatur dan laju sirkulasi
Laju Alir Masuk Gas
• Biasanya tray beroperasi dalam spray regime-sangat
sedikit cairan glycol dibandingkan laju alir gas.

• Kenaikan laju alir gas memperburuk kondisi yang bagus


dari “blowing flood” dan dapat memperburuk kinerja
kontaktor.

• Laju alir glycol harus disesuaikan untuk laju alir gas


yang berbeda.

• Biasanya kontaktor didesain untuk menangani laju alir 5


hingga 10 % atau bahkan 20 % diatas kapasitasnya.
Temperatur dan tekanan masuk gas

• Inlet gas diasumsikan terjenuhi oleh uap air, olehkarena


itu kandungan air di dalam gas yang harus diambil oleh
glycol tergantung pada tekanan dan tempeparaturnya.
(lihat korelasi Mc. Ketta dan Wehe)

• Kenaikan temperatur inlet gas dan penurunan tekanan


gas menikkan muatan unit.

• Perubahan tiba-tiba pada tekanan dan temperatur dapat


mempengaruhi aliran di absorber dan merusak
downcomer seals.
Temperatur dan konsentrasi TEG yang
masuk
• Kemampuan mengeringkan dari TEG dibatasi oleh
vapor-liquid equilibrium (VLE) dari air antara fasa gas
dan fasa TEG cair.

• Biasanya VLE data ditunjukkan sebagai plot kandungan


air dalam cairan TEG.

• Kemampuan mengeringkan TEG meningkat secara


drastis dengan kenaikan konsentrasi. (%)

• Equilibrium water dew point menurun dengan penurunan


temperature, namun pendinginan menyebabkan
kenaikan viskositas glycol dan glycol cenderung
membentuk foam.
Dew-Point Chart for the TEG-Water System
Laju sirkulasi glycol (Gal / Lb water)

• Kenaikkan laju sirkulasi glycol menyebabkan kenaikan


air yang dapat diambil oleh glycol. ( 2 - 6 gal / lbm air)

• Biasanya laju sirkulasi glycol yang digunakan adalah 3


gal per lb water removed.

• Dengan berkembangnya conservasi energi, laju sirkulasi


yang digunakan dapat 2 gal per lb water removed.
Temperatur Dehidrasi
• TEG dapat mendehidrasi gas alam pada temperatur
operasi 50 – 130 oF, biasanya diopersikan pada
temperatur 80 – 100 oF.

• Dibawah 70 oF glycol sangat viscous (kental). Ini


mengurangi efisiensi tray, membentuk foam,
meningkatkan kehilangan glycol. Dibawah 50 oF, terjadi
penurunan efisiensi dehidrasi.

• Diatas 110 oF inlet gas mengandung terlalu banyak air,


dan kemampuan mengeringkan glycol menjadi
berkurang.
Temperatur Dehidrasi (Cont’d)

• Temperatur inlet glycol harus 5-15oF lebih tinggi dari


temperatur inlet gas.

• Jika glycol lebih dingin dari gas, menyebabkan


terkondensasinya hydrokarbon yang dapat
menyebabkan foaming.

• Jika temperatur glycol yang masuk diatas 15 oF dari


temperatur gas, dapat meningkatkan kehilangan TEG
dan dew point gas terjual yang tidak perlu.
Reconcentrator

• Derajat glycol reconcentrator tergantung pada


temperatur reboiler, reconcentrator tambahan didapat
dengan menggunakan stripping gas.

• Kehilangan glycol dari atas column stripping dapat


diminimalisir dengan mengontrol temperatur.
Temperatur Reboiler
• Konsentrasi air didalam lean glycol yang meninggalkan
reboiler bervariasi dengan temperatur dan tekanan
reboiler. Biasanya reboiler diopersikan pada tekanan
atmosferik, Gambar 4-12 menunjukkan bagaimana
kenaikan konsentrasi TEG dengan temperatur. (Ballard,
1979, p. B-33)

• Temperatur reboiler berkisar 350-400oF karena laju


dekomposisi glycol meningkat secara signifikan diatas
400oF.

• Penyesuaian temperatur reboiler harus dilakaukan


bertahap 5oF.
Boiling Point of Aqueous TEG Solution
Stripping Gas
• Konsentrasi glycol hingga 99.6 persen berat dapat
dicapai dengan sparging stripping gas secara langsung
kedalam reboiler seperti ditunjukkan pada Gambar 4-13

• Pada metode stripping Stahl suatu 2-4 ft downcomer


antara reboiler dan surge tank disusun dengan Pall rings
dan intalox saddle, dan stripping gas diinjeksikan ke
dasar downcomer seperti ditunjukan pada Gambar 4-14.
Stripping Gas (Cont’d)

• Countercurrent contact mengurangi jumlah stripping gas


yang dibutuhkan dan memproduksi konsentrasi glycol
diatas 99.9 persen berat.

• Alternative lainnya:
– mengurangi tekanan reboiler dengan sebuah ejector
atau pompa vacuum. (Gambar 4-15)
– Menggunakan destilasi azeotropic dengan isooktan
(Gambar 4-16)
Effect of Stripping Gas Rate on Purity of Regenerated TEG
Stahl or Gas-Stripping Column
Dehydrate
Drizzo Process
Temperatur Stripping Column
• Temperatur pada stripping column harus dijaga pada
210 oF,

• Jika temperatur atas drop hingga dibawah 200oF,


kondensasi air-uap berlebih; ini membuat colum berisi
air lebih banyak, meningkatkan tekanan column, dan
mengeluaran cairan lewat vent atas.

• Uap glycol dapat meninggalkan stripping jika


temperatur atas lebih dari 220oF.
Temperatur Stripping Column (Cont’d)

• Ketika stripping gas digunakan, temperatur atas dapat


turun hingga 190 oF.

• Sebuah ambient-air-cooled, finned condenser tidak


dapat menyediakan pengontrolan temperatur yang
konsistent.

• Pada siang yang panas terjadi ketidakcukupan reflux,


dan overcooling saat cuaca dingin.
Metode Desain
Absorber
• Tumpukan acak atau terstuktur digunakan dalam
menempatkan bubble-cap trayed tower.

• Tumpukan dapat menghasilkan menara kontaktor yang


25% lebih pendek dan pengurangan ukuran dan
ketinggian menara tersebut sangat dibutuhkan bagi
platform di offshore.

• Ukuran absorber melibatkan:


1. Tipe dan nomor tray
2. Laju sirkulasi TEG.
3. Diameter column.
Absorber (Cont’d)

 Olbrich dan Manning (Olbrich, 1988) mengembangkan


kurva, ditunjukkan pada Figure 2-17, yang memprediksi
penurunan dew-point pada berbagai kondisi kontaktor.

Actual tray (Jumlah Tray) 4 - 12


Konsentrasi lean glycol, wt% 98.5 - 99.9
Laju sirkulasi, gal TEG/lb H2O 1.5 - 6.0
Temperatur, F (gas yang masuk) 80 - 100
Pressure, psia 300 - 1400
Predicted Dew-Point Depression for 1 Equilibrium Stage
at 100oF and 600 psia
Absorber (Cont’d)
• Dengan semua variabel konstan, penurunan dew-point
meningkat 0.9 oF untuk setiap kenaikan tekanan
kontaktor 100 psi.

• Penurunan dew-point sangat kecil dengan temperatur,


dan interpolasi linear direkomendasikan antara 80 – 100
o
F.

• Sivalls (1976) menggunakan diagram modifikasi Mc


Cabe-Thiele untuk mengestimasi sirkulasi TEG untuk
nomor tray yang diberikan atau diasumsikan.
Absorber (Cont’d)
Diameter kontaktor dapat diestimasi secara konservative baik
dari chart manufaktur atau korelasi Sauders-Brown.

Vmax = CSB [(rL- rv)/ rv]1/2

Dimana
Vmax = kecepatan superficial maksimum gas

CSB = Koefisien Souders-Brown (ft/hr)


= 660 ft/hr untuk menara 30 in atau diameter lebih
dari 18 in

rL = Densitas glycol (lb/ft3)


rV = Densitas gas pada kondisi kolum (lb/ft3)
Predicted Dew-Point Depression for 1 Equilibrium Stage
at 100oF and 600 psia
Predicted Dew-Point Depression for 1,5 Equilibrium Stage
at 100oF and 600 psia
Predicted Dew-Point Depression for 2 Equilibrium Stage
at 100oF and 600 psia
Predicted Dew-Point Depression for 2,5 Equilibrium Stage
at 100oF and 600 psia
Predicted Dew-Point Depression for 3 Equilibrium Stage
at 100oF and 600 psia
Predicted Dew-Point Depression for 1 Equilibrium Stage
at 80oF and 600 psia
Predicted Dew-Point Depression for 1.5 Equilibrium Stage
at 80oF and 600 psia
Predicted Dew-Point Depression for 2 Equilibrium Stage
at 80oF and 600 psia
Predicted Dew-Point Depression for 2.5 Equilibrium Stage
at 80oF and 600 psia
Predicted Dew-Point Depression for 3 Equilibrium Stage
at 80oF and 600 psia
Pompa
• Ukuran pompa reciprocating ditentukan menggunakan
katalog manufaktur atau dengan keseimbangan energi
mekanis dan diasumsikan efisiensi pompa 70-80%.

• Kenaikan temperatur melalui pompa dapat diperkirakan


dengan kenaikan entalphi glycol pada kerja pompa.

• BS&B Co (1960) merekomendasikan perkiraan cepat


beradasarkan efisiensi pompa 80% dan efisiensi motor
90%:

BHP pompa = (0.000012) (gph) (psig)


Kw Listrik = (0.000011) (gph) (psig)
Dimana gph = sirkulasi TEG gal/jam
Glycol Flash Separator

• Wet glycol di flash pada 50 – 100 psia dan 100-150 oF.

• Waktu retensi liquid direkomendasikan 5-10 menit untuk


dua fasa (gas-glycol) dan 20-30 menit untuk tiga fasa
(gas-liquid HC-glycol) (Ballard, 1979). Guideline yang lain:

1. Separator Vertikal
Ketinggian (ft) = 3.4 + 0.4 gpm
Dimana gpm = sirkulasi TEG gal/min dan
Ketinggian minimum = 4 ft
Ketinggian maksimum = 10 ft
Diameter minimum = 1.5 ft
Ukuran Separator
2. Separator Horizontal
Length/diameter ratio (L / D) =3
Panjang minimum = 3 ft
Diameter minimum = 2 ft
Stripping Still

• Program komputer biasanya mempertimbangkan kolum


stripping sebagai tiga tray teori: satu untuk reboiler, satu
untuk susunan kolum stripping, dan satu untuk reflux
condenser.

• Diameter kolum stripping berdasarkan vapor yang


dibutuhkan dan muatan liquid pada kolum dasar.

• Chart manufaktur atau ukuran standard berdasarkan


muatan panas reboiler dapat digunakan untuk
menentukan diameter kolum (Caldwell, 1976; Sivalls,
1976).
Stripping Still (Cont’d)

• Menggunakan persamaan alternative:


Diameter (in) = 9 (sirkulasi glycol, gpm)0.5

• Desain konservative dan data tes lapangan menyatakan


bahwa bagian tersusun seharusnya berketinggian
minimal 4 ft dan meningkat hingga 8 ft untuk 1 MMBtu/hr
unit (Sivalls, 1976).
Reboiler
• Tugas reboiler dapat diperkirakan dengan menggunakan
persamaan:
QR = 900 + 966 m

Dimana QR = Kerja regenerator Btu/lb H2O removed


m = gal TEG/lb H2O removed

• Detail prosedur dapat diilustrasikan dalam desain dibawah:


1. Desain kerja dihitung kebutuhan kerja ditambah 5% kerja
kondenser dan glycol exchanger.
2. Luas vapor disengangement berdasarkan 14.000 Btu/hr-ft2
heat flux across antarmuka vapor liquid.
3. Reboiler shell L/D ratio adalah 5.
4. D minimum adalah 1.5 ft, L minimum adalah 3.5 ft
Contoh Desain
Diketahui:

• Laju alir gas 80 MMscfd pada 14.696 psia, 60 oF.


• Specific Gravity Gas = 0.59
• Berat Molekul = (0.59) (28.96) = 17.0 lb/lb mol
• Tekanan kontaktor = 800 psia = 785,8 psig jika
elevasi 1000 ft dan
• Patm = 14.2 psia
• Temperatur inlet gas = 89 oF
• Gas inlet Humidity = Saturated
• Dew-point outlet gas H2O = 32 oF
Solusi
Kriteria desain
1. Lean, reconcentrated TEG concentration = 98.9
persen berat karena:
a. Dapat mengoperasikan reboiler pada 390 oF (Gbr. 2-
13)
b. Tidak membutuhkan stripping gas.
c. Equilibrium dew-point adalah 10 oF (Gbr. 2-11)
d. Dew-point mendekati 32-10 = 22 oF dapat dicapai.

2. Laju sirkulasi TEG adalah 2 gal TEG/lb H2O


entering karena:
a. Laju alir pada tray absorber memuaskan.
b. Laju alir cukup rendah untuk merubah energi.
Dew-Point Chart for the TEG-Water System
3. Absorber memiliki 7 bubble cap tray (25% efisiensi)
karena:
a. Penurunan dew-point = 89 – 32 = 57 oF
b. Prediksi penurunan dew-point dengan 1.5
equilibrium stages (6 tray dengan efisiensi 25%)
pada 600 psia adalah:
 57.5 oF pada 100 oF (Gbr 4-18)
 55.5 oF pada 80 oF (Gbr 4-23)
 56.5 oF pada 89 oF dengan pendekatan
interpolasi
Penurunan Dew point = Penurunan dew point + (0.009)

(800-600)
= 56.5 + (0.9) (800-600)
= 58.3 oF

Satu tray ditambahkan untuk sefety sehingga spesifikasi


umum 7 lb H2O/MMscf (28 oF dew point pada 800 psia,
Gbr. 2-1) dapat sesuai.
Korelasi McKetta dan Wehe untuk sweet gas
• Material Balance
1. Inlet gas mengandung 52 lb H2O/MMscf
2. Exit gas mengandung 7.0 lb H2O/MMscf
3. Water removed = 52-7 = 45 lb H2O/MMscf
 lb H 2 O entering  MMscf  day 
   
4. lb H2O entering/hr =  MMscf  day  hr 

= (52) (80) (1/24)


= 173.3
 gal TEG  lb H 2 O entering 
  
5. gal TEG circulated/hr =  lb H 2 O entering  hr 

= (2.0) (173.3) = 346.6


6. lb 99wt % TEG gal lb TEG
 
hr hr gal

= (346.6) x (8.33x1.11), SG TEG = 1,11


= 3205.4

Densitas larutan TEG diberikan dalam Gambar 4-27 (Union


Carbide, 1989, p. 11, fig III.6) dan juga dari Dew Chemical
Co. (1962, p.91); dan GPSA (1981, p. 15-26), untuk 60oF
saja.
 lb H 2 O removed  MMscf  day 
7. lb H2O removed/hr =    
 MMscf  day  hr 

= (45) (80) (1/24)


= 150

8. Basis 1 jam operasi:


Lean glycol (98.9 TEG persen berat) mengandung :
= (3205.4) (0.989) = 3170.1 lb TEG murni
= (3205.4) (0.011) = 35.5 lb H2O
9. Rich Glycol mengandung:
3170.1 = 3170.1 lb TEG murni
35.3 + 150 = 185.3 lb H2O
3170.1 + 185.3 = 3355.4 lb larutan (TEG+H2O)
Konsentrasi Rich glycol 100 (3170.1/3355.4) = 94.5
persen berat TEG

10. Pompa glycol harus mampu menangani 360 gal/hr


atau 6 gpm. Pilih pompa dengan kemampuan 6-9 gpm.
Absorber
1. Diameter dapat diestimasi dengan cross sectional area
Cross-sectional area = gas flow rate / superficial velocity
a. Estimasi kecepatan superficial gas
Vmax = CSB [(L- v)/ ρv]1/2

L = (62.4) (1.11) = 69.3 lb/ft3


v = (P) (MW) / (Z) (R) (T)
= (800) (17.0) / (0.89) (10.732) (459.7 +
89)
= 2.6 lb/ft3
R = 10.732
Z = 0.89, maka

Vmax = 660 [(69.3-2.6)/2.6]1/2


= 3343 ft/hr = 55.7 ft/min
b. Gas volumetric flow rate of 80 MMscfd at contactor P&T
V = n z RT/P
3 o
Flow rate = scf  lbmole  z  psia  ft  R
day scf lbmole  o R psia
= 80  10 0.8910.732546.7 
6

379.5800
= 1.381.000 ft3/day = 959 ft/min

c. Cross-sectional area of trayed glycol contactor


Area = (gas flow rate)/(superficial gas velocity)
Area = 959/55.7 = 17.2 ft2

d. Diameter absorber
Area = (p/4) D2 and so D = 4.68 ft
Use ID = 5 ft as next larger standard size
2. Ketinggian Absorber
Diameter = 60 in. ID
Height for 7 trays (2ft/tray) = 14 ft
Height for internal scrubber = 5 ft (1 diameter)
Height for glycol inlet, mist extractor at top = 5 ft
(1diameter)
Ketinggian kolum total = 24 ft
Reboiler
1. Required Head Total
Heat Glycol from 290–390oF
QR1 = Mlean Cp DT
= (3205) (0.72) (390-290)
= 231.000 Btu/hr

Cp untuk larutan TEG diperoleh dari Gambar 4-28 pada


temperatur rata-rata (340oF)

Panas untuk menguapkan reflux water didalam still 25%


adalah:
QR2 = Mwater removed hfg
= (150.2) (970.3) = 146.000 Btu/hr
QR3 = 0.25 x QR2
= (0.25) (146.000) = 36.000 Btu/hr

Heat Losses dari still:


QR4 = 5.000 – 20.000 Btu/hr depending on size

Total heat load,


QRT’ = QR1 + QR2 + QR3 + QR4
= 415.000 Btu/hr

Jika efisiensi pembakaran 70%, maka


Fuel Load = 611 Mbtu/hr
= 611 scf/hr
Menggunakan Rule of Thumb
Kerja regenerator = 900 + 966 (m)
= 900 + 966 (2)
= 2832 Btu/lb H2O removed
= (2832) (150.2)
= 424.000 Btu/hr

Required Surface area of fire tubes


Fire Tube area = heat load/heat flux
= 450.000/6.000
= 75 ft2
Glycol-glycol Heat Exchanger

1. Estimasi profil temperatur


Lean glycol enters at 390 oF, leaves at 190 oF
Rich glycol enters at 90 oF, leaves at T oF

2. Kerja lean glycol = Mlean Cp DT


= (3205) (0.64) (390-190)
= 436.000 Btu/hr

Cp untuk larutan lean glycol (99 persen berat) didapat


dari Gambar 4-28 pada temperatur rata-rata (290 oF)
3. Hitung T exit temperatur rich glycol
Assume T = 280 oF
Avg Cp = 0.62 pada temperatur rata-rata 190 oF dan
94.5 persen berat (Gbr 4-14)

Hitung T dengan heat balance


Q = 436.000 = Mrich Cp (T-90)
= (3355) (0.62) (T-90)

T = 269 oF cukup dekat dengan temperatur asumsi


(280 oF)
Pompa electrik
Pompa elektrik harus mampu menangani 9 gpm
Kenaikan tekanan (T) = 800 – 14.2 = 786 psi
Bhp = Q DT/1715 E
= (9) (786) / (1715) (0.75)
= 5.5
Gunakan pompa 7.5 hp

Kenaikan temperatur (T) TEG yang melewati pompa


Wnet = Mlean Cp DT
Btu lbTEG Btu
hp x hp hr = x o x oF
hr lbTEG F

(5.5) (2545) = (3205) (0.58) (T)


T = 7.53
Gas-glycol Exchanger
Heat load = Mlean Cp T
Btu lbTEG Btu
hr hr lbTEG o F
= x x oF

Heat load = (3205) (0.56) (190-100)


= 164.000 Btu/hr
Kenaikan temperatur gas sangat kecil, seperti ditunjukkan
sbb:
Qgas = Mlean Cp T

Btu = scf x day x lbmole


x Btu x oF
hr day hr scf lbmole o F

164.000 = (80 x 106) (9) (T)


Tgas = 2.1 oF
Dew-Point Chart for the TEG-Water System
Korelasi McKetta dan Wehe untuk sweet gas
Mc Cabe – Thiele
Diagram

Number of actual Tray =


(No. Equibrium
Stages) / Tray Eff.

Fraction Equilibrium
Stage = CE/CD = 0.76

1.0
Number of Equilibrium
Stage = 1 + 0.76 =
1.76

Tray Efficiency = 0.25


0.76

No. of Actual Tray =


1.76 / 0.25 = 7.04
Dehidrasi secara Adsorpsi dengan Solid
Desicant

• Absorpsi gas (TEG) merupakan suatu fenomena


dimana molekul gas diabsorsi terkondensasi pada
antarmuka gas-liquid, dan berubah menjadi fasa cair.

• Yang terjadi pada adsorpsi gas (Solid Desicant) adalah


terserapnya uap cairan atau cairan oleh permukaan solid
desicant.
Solid Desicant Unit
REGENERATION
GAS OUTLET REGENERATION
SEPARATOR REGENERATION
LIQUID COOLER

WET GAS REGENERATION


INLET PROCESS

ADS
ADS
TOWER
TOWER
(REGEN)
(ADS)

DRY GAS
OUTLET

DRY GAS
REGENERATION
INLET
REGENERATION
HEATER
Adsorbent yang biasanya digunakan adalah:
1. silica gel

2. silica-based beads

3. activated alumina

4. activated bauxite

5. molecular sieve
Desicant Silica Gel Activated Alumina Sorbed Molecular Sieve
Referensi Davidson Alcoa Kali-Chemi Zeochem (1989)
Diameter pori
(oA) 10-90 15 20-25 3, 4, 5, 10

Densitas bulk
(lb/ft3 45 44-48 40-49 43-47

Kapasitas panas
(Btu/lb oF) 0.22 0.24 0.25 0.23

Dew point min


(oF) -60 – (-90) -60 – (-90) -60 – (-90) -100- (-300)

Kapasitas desain
(wt %) 4-20 11-15 12-15 8-16

Temperatur
regenerasi 300-500 350-500 300-450 425-550
(oF)
Adsorpsi panas
(Btu/lb) 1200 1800

Karakteristik solid desicant


Adsorpsi
• Ketika gas basah kontak dengan partikel solid
desicant, air diserap hingga tercapai keseimbangan.

• Keseimbangan ini biasanya digambarkan dalam tiga


variabel:
1. temperatur kontak (oF, oC)

2. kandungan air desicant

3. kapasitas statik (wt H2O/wt desicant kering)

4. kandungan air dalam gas (tekanan parsial air-mmHg


atau dew point air -oF, oC).
Water Vapor Isotherm
Water Vapor Adsorption Isobar
Adsorption of water in a fixed bed (Dinamik)
Adsorpsi Multikomponen
Pemilihan Desicant

• Pemilihan desicant berdasarkan pertimbangan yang


cermat dengan memperhatikan berbagai faktor:

1. Tekanan, temperatur dan komposisi gas inlet

2. Dew point air outlet

3. Hidrocarbon recovery

4. Investasi dan biaya operasi


Langkah Adsorpsi atau Dehidrasi
• Dehidrasi gas dilakukan dengan mengalirkan gas ke
bawah melalui solid desicant, karena:

1. Kenaikan kecepatan aliran keatas menyebabkan lapisan


mengembang dan kemudian fluidize.

2. Aliran kebawah mengijinkan kecepatan yang lebih tinggi


sebelum penurunan tekanan yang terjadi memecah
partikel desicant. Kecapatan yang lebih tinggi
membutuhkan diameter yang lebih kecil, artinya unit
yang lebih murah.

3. Cepat atau lambat cairan kontaminasi akan kontak


dengan desicant menyebabkan oversaturation, cracking
dan breakage. Lebih baik memiliki lapisan atas yang
kehilangan kekuatan mekanis sebab desicant dibawah
menahan seluruh beban lapisan.
• Dehidrasi optimum terjadi ketika kecepatan gas ke
bawah cukup besar untuk mencegah chanelling dan
tidak cukup untuk merusak partikel dessicant.

Penurunan tekanan yang terjadi dapat diperkirakan


melalui persamaan

P/L = B µ V + C ρ V2 (Pressure Gradient)

Dimana P = Pressure drop across bed (psi)


L = Kedalaman atau ketinggian bed (ft)
V = Kecepatan superficial gas (ft/min)
µ = viskositas gas (cp)
ρ = densitas fluida (lb/ft3)
B, C = konstanta yang ditentukan dengan
eksperimen
Maksimum kecepatan gas ditentukan berdasarkan rule of
thumb: Vmax = A/()0.5
Dimana A = 55 untuk butir 1/8” atau 4-8 mesh
= 40 untuk butir 1/16” atau 8-12 mesh

B C
Tipe Partikel
(psi-min/cp ft2) (psi-min2/lbm)

1/8” atau 4-8 mesh 0.0560 0.0000889

1/8” pellet (extrude) 0.0722 0.0001240

1/16” atau 8-12 mesh 0.152 0.0001360

1/16” pellet (extrude) 0.238 0.0002100


Kecepatan yang diijinkan untuk dehidrasi mol sieve
Minimum Regeneration velocity for mole sieve dehydration
Temperature Profile in Regeneration Cycle
Contoh Desain
Desain Data:
• Laju gas 50 MMscfd (14,696 psia, 60 oF)
• Gravity 0.7
• Tekanan 600 psig
• Temperatur 100 oF
• Tekanan atm 14.4 (ketinggian 600 ft)

Kriteria Desain : Menggunakan molekular sieve, Type 4A,


ukuran 1/8 in. Extrude cylinder
• Kapasitas dinamik pada 75oF = 13 % berat
• Densitas bulk = 44 lb/ft3
• Specific Heat = 0.25 Btu/lb oF
• Menggunakan SA-515-70 steel plate
• Spot examine welds
• CA = 1/16 in
Solusi
Spesifikasi vesel adsorpsi:

1. lb mol gas  MMscf day lb mol


min day min MMscf
50 1 106
=  91.5
1 1440 379.5

2. Laju volumetrik gas aktual, v = n Z R T/P

ft 3 lb mol psia ft 3
 (oR)/psia
min min lb mol o R
(91.5)(0.89)(10.732)(100  460)
= = 796.6
600  14.4
3. Maximum allowable supervicial gas velocity, Vmax pada
penurunan tekanan tersebut tidak boleh melebihi 0.35
psi/ft

 = 0.014
 = P MW/Z R T
= (614.4) (0.7 X 28.96)/(0.89) (10.732)(560)
= 2.33 lb/ft3

Estimasi Vmax = 29 ft/min (gambar 4-36), check dengan


persamaan dan Table 4-2
P/L = B µ V + C ρ V2
= (0.0722) (0.014) (29) + (0.000124) (2.33) (29)2
= 0.029 + 0.249 = 0.27
4. Estimasi internal diameter desiccant, ID
Luas Vessel = (acfm)/(Vmax) = 796.6/29 = 27.5
Vessel ID = 5.91 ft

Check apakah ID = 5.5 ft cocok

V = (796.6)/(0.7854) (5.5)2 = 33.5 ft/min tinggi ??


Vmax = 55/(ρ)0.5 = (55)/(2.33)0.5 = 36 ft/min
P/L = B µ V + C ρ V2
= (0.0722) (0.014) (33.5) + (0.000124) (2.33)
(33.5)2
= 0.034 + 0.325 = 0.36 psi/ft tinggi, tapi OK

Set vessel ID = 5.5 ft


5. Estimasi water loading untuk 8 jam siklus
inlet gas mengandung air 88 lb H2O/MMscf (gambar 4-
2)
lb H2O MMscf day hr
lb H2O/siklus = MMscf day hr siklus

= (88) (50) (1/24) (8) = 1467


6. Estimasi berat desiccant dalam vessel, md
Kapasitas dinamik 100oF = (Kapasitas dinamik 75oF)
(CT) (CSS)
= (13.0) (0.93) (1)
= 12.1 lb H2O/100 lb sieve
Catatan: CT didapat dari gambar 4-40
CSS didapat dari gambar 4-41

lb sieve @saturation zone = lb H2O loaded lb mol sieve


8 jam siklus lb H2O
= (1467)(100)/(12.1) = 12120
LMTZ = (V/35)0.3 (Z)
= (33.5/35)0.3 (1.7) = 1.7
lb sieve @MTZ = (p/4) (ID)2 (LMTZ) (rb)
= (0.7854) (5.5)2 (1.7) (44) = 1777
Total desicant, md = 12120 + 1777 = 13900 lb
7. Estimasi ketinggian vessel, h
(p/4) (ID)2 (L) (rb) = md
(0.7854) (5.5)2 (L) (44) = 13900
L = 13.3 ft
Ketinggian vessel = L+D = 19 ft

8. Total pressure drop:


P = (P/L) (L) = (0.36) (13.3) = 4.8 psi
Kebutuhan Regenerasi Panas dan Dingin

1. Ketebalan dindidng vesel adsorpsi diestimasi


menggunakan Kode Tekanan Vessel ASME, bagian 8,
Divisi 1.

Tm = PDP (ID/2)/(SE-0.6 PDP) + CA


Tm = ketebalan dinding (in)
PDP = Tekanan desain (700 psig)
ID = Diameter dalam vessel (66 in)
S = maksimum allowable stress baja (17500 untuk
SA-516-70 plate)
E = weld eficiency (0.85 untuk spot-examined)
CA = corrosion allowence (1/16 in)
Tm = (700) (66/2)/[(17500) (0.85) – (0.6) (700)] + 0.063
= 1.598 + 0.063 = 1.661 in
set Tm = 1.75 in
2. Berat Vesel Adsorpsi
mv = [π(OD)h + 2(1.09)(OD)2] Tm ρs

Dimana
π(OD)h = luas permukaan luar silinder
1.09)(OD)2 = Luas permukaan 2:1 kepala elipsoidal
ρs = densitas baja (490 lb/ft3)
OD = ID + 2t = 69.5 in = 5.79 ft
h = L + ID = 13.3 + 5.5 = 18.8

mv = [π(5.79) (18.8) + 2 (1.09) (5.79)2] x (1.75/12)


(490)
= 29700 lb
Estimasi panas yang dibutuhkan untuk regenerasi:
a. Memanaskan air hingga 250 oF
Qhw = mw Cpw (250-100)
= (1467) (1.0) (250-100) = 220000 Btu
b. Menguapkan air
Qvw = (mw) (1800)
= (1467) (1800) = 2640000 Btu
c. Memanaskan lapisan desicant hingga 500 oF
Qhd = (md) ( Cpd) (500-100)
= (13,900) (0.25) (500-100) = 1390000 Btu
d. Memanaskan vesel
Qhv = (mv) (Cps) (500-100)
= (29700) (0.12) (500-100) = 1462000 Btu
e. Total panas regenerasi
Qrh = (220+2640+1390+1462) Mbtu
= 5676 Mbtu
Estimasi pemanasan gas yang dibutuhkan, Qrg
Selama siklus pemanasan gas regenerasi panas didinginkan
dari gas masuk panas bertemperatur T4 ke temperatur
keluar T. Olehkarena itu, panas disuplai dalam waktu
diferensial, dt, adalah:

mrg Cpg (T4 – T) dt = dQrh = K dT,

dimana K = konstanta asumsi

Integrasi antara kondisi awal (to, To) dan akhir (t1, T3)
selama periode pemanasan:

mrg Cpg (t1 – to) = K ln [(T4-To)/(T4-T3)], n


namun Qrh = K (T3-To),olehkarena itu
mrg Cpg (t1-to) = [Qrh/(T3-To)] ln [(T4-To)/(T4-T3)]
Temperature Profile in Regeneration Cycle
Panas yang disuplai ke gas regenerasi selama siklus
pemanasan adalah:
Qrg = mrg Cpg (T4-To) (t1-to), Olehkarena itu:

T4 - To  T4 - To 
Qrg = Qrh ln  
T3 - To  T4 - T3 

550 - 100  500 - 100 


Qrg = 5685 ln 
500 - 100  550 - 500 

= 14050 MBtu
5. Laju alir gas regenerasi

Qrg = mrg Cpg (Trg – Tfg) Dth


Dimana mrg = laju alir gas regenerasi (lb/min)
Cpg = specific heat gas (Btu/lb oF)
Dth = lamanya siklus pemanasan (min)

14050000 = mrg (0.58) (550-100) (300)


mrg = 180 lb/min
6. Pressure Drop aliran selama regenerasi
a. Densitas gas regenarasi panas
= P MW/ Z R T
= (6144) (20.3)/(0.99) (10.732) (550+460)
= 1.16 lb/ft3

b. Kecepatan superficial gas regenarasi panas, V,


V = mrg/rrg Abed
= (160)/(1.16) (p14) (5.5)2 = 5.81 ft/s

c. Penurunan tekanan pada aliran gas regenerasi


P/L = B m V + C r V2
= (0.0722) (0.016) (5.81) + (0.000124) (1.16)
(5.81)2
= 0.0064 + 0.0049
= 0.011 psi/ft
Gas Regenerasi dingin yang dibutuhkan
1. Mendinginkan desiccant dari 500 ke 125oF
Qcd = md Cpd (125-500)
= (13900) (0.25) (125-500) = 1303 Mbtu

2. Mendinginkan vesel adsorpsi dari 500 ke 125 oF


Qcv = mv Cps (125-500)
= (29700) (0.12) (125-500) = -1337 Mbtu

3. Total pendinginan regenerasi, Qrc


Qrc = Qcd + Qcv = -2640 Mbtu

4. Estimasi waktu siklus pendinginan, Dtc


Qrc = mrg Cpg (Tave – Tc)
Dimana Tave = (T1 + T3)/2
2640000 = (160) (0.58) (312.5-100) Dtc
Dtc = 134 min = 2.23 jam

Anda mungkin juga menyukai