Pendahuluan
Secara umum proses pembuatan amoniak dengan bahan baku gas alam
dapat dibagi menjadi, 5 tahap sebagai berikut:
1. Pemurnian bahan baku
2. Penyiapan gas sintesa
3. Pemurnian gas sintesa
4. Sintesa amoniak
5. Refrigerasi
77
Tiap tahap mempunyai parameter kunci guna mengukur unjuk keja
sistim atau peralatan proses yang terlibat didalamnya.
HPS
NG Feed BFW & WHR Air Compressor
BFW
Secondary
Desulfurizer Primary HTS LTS
Reformer
Reformer
Steam
FG
PG
CO2
Amoniak
CO2 Removal Methanator Synthesis Loop Refrigeration NH3
Proc. Condensate
78
i-C5H12 : 0,267
n-C5H12 : 0,161
C6H14 : 0,291
CO2 : 5,210
N2 : 0,071
GHV : 1074,7264 Btu/scf
H2S : 5 ppm (max. 50 ppm) *
Hg : 300 ppb *
79
1. Tahap pertama, sulfur organik direaksikan dengan hydrogen
menjadi H2S, yang berlangsung dipermukaan katalis sulphide
cobalt, nickel molybdate atau cobalt molybdenum. Umumnya
reaktor ini disebut Hydrogenator.
RSH + H2 RH + H2S
COS + H2 CO + H2S
80
Sulfur (H2S) dalam gas alam dapat bereaksi dengan katalis Zine oxide
pada temperatur operasi 340-4000C. ZnO dapat bereaksi dengan
hidrogen sulfida dan carbonil sulfide scbagai berikut :
NG
Feed Gas
Preheater
Sulfur
Adsorber
Clean NG
Hydrogenator
Gambar-3.2. Hydrodesulfurizer
81
Komposisi kesetimbangan reaksi antara ZnO dan H2S dinyatakan
dengan persamaan berikut :
Kp(T) 2.5.10-6 ……….pada 380 oC
82
Reaksi reforming (a) sangat endothermik dan kesetimbangan bergeser
ke kanan pada temperatur tinggi dan tekanan rendah, sedangkan reaksi
water gas shift (b) bersifat eksothermis dan kesetimbangan bergeser ke
kanan pada temperatur rendah, namun tekanan tidak mempengaruhi
kesetimbangan. Agar konversi menjadi CO2 dan produksi H2 tinggi,
maka reformer dioperasikan pada tekanan dan temperatur tinggi.
Process
Steam
Process NG Process
Air
HP Steam
Steam Drum
Primary
Reformer
Secondary Reformed Gas
Reformer
83
3.2. Water Gas Shift
Dari reaksi tersebut, setiap mol CO bereaksi akan menghasilkan satu mol
H2, untuk itu keluaran CO dari LTSC diharapkan sekecil mungkin, bila
tidak maka CO akan menuju tahap metanasi yang akan mengkonsumsi
H2. Oleh sebab itu pencapaian konsentrasi CO yang rendah akan
meningkatkan nilai ekonomis operasi pabrik.
Equilibrium
HTSC
600
Inter bed cooling
Exit LTSC
CO
400
84
REFORMED
GAS
METHANATOR
Trim Heater
HTSC LTSC
Process Gas to
Steam BFW CO2 Removal
Superheater Preheater Section
4. Penyerapan CO2
Gas yang keluar dari shift converter mengandung CO2 ± 18% mol. Gas
CO2 yang telah dipisahkan dari gas sintesa dikirim ke pabrik urea dan
gas yang telah bebas CO2 dikirim ke unit methanasi. Kemurnian gas CO2
yang dihasilkan mencapai 99,80 %.
Proses pemisahan CO2 dari gas sintesa dilakukan dengan cara absorbsi
menggunakan larutan Benfield atau aMDEA sebagai penyerap gas CO2.
Perbedaan larutan yang digunakan sebagai penyerap mencerminkan
perbedaan lisensi proses yang digunakan. Proses Benfield menggunakan
potasium karbonat (K2CO3) sebagai penyerap dengan aktivator DEA
atau ACT-1, sedangkan proses BASF menggunakan penyerap aMDEA
dengan aktivator secondary amine (piperazine)
85
Shifted
Clean Gas
Gas
CO2
LPS
Feed MPS
CO2
Cooler Purified
LP FLUSH
Gas
SW CW
P.C
Cond.Pump
STRIPPER
Proc. Gas DW SW
Feed
HP Flush
Economizer Absorber
Drum
86
Pemilihan jenis penyerap umumnya ditentukan atas dasar tekanan
partial CO2 dalam gas yang akan diserap dan tekanan parsial gas CO2
dalam gas yang telah diserap (kandungan gas CO2 sebelum dan sesudah
penyerapan).
Prinsip penyerapan berdasarkan pada sebesar mungkin CO2 yang
diserap (Carrying capacity) dan sekecil mungkin energi yang diperlukan
untuk regenerasi larutan, agar besarnya CO2 yang diserap tidak
menyebabkan naiknya energi yang diperlukan untuk melepas kembali
CO2.
Reaksi penyerapan CO2 dengan Benfield proses :
R3N + H2O + CO2 < ====> R3NH + HCO3 + 31.500 kcal/kmol .... (a)
2R2NH + CO2 <====> R2NH++ R2N-COO + 124.500 kcal/kmol . ... (b)
87
5. Methanasi
Senyawa oksida, dalam hal ini CO dan CO2 merupakan racun bagi katalis
sintesa amoniak, sehingga harus dihilangkan dari gas umpan konverter
atau menekan jumlahnya hingga batas aman pengoperasian konverter
amoniak.
Methanasi merupakan tahap akhir pemurnian gas sintesa dimana CO
dan CO2 yang kadarnya 0,1 - 0,6 % vol. dihilangkan secara reaksi
katalitik dengan hidrogen, sehingga konsentrasi oksida karbon dalam
aliran gas keluar methanator lebih rendah 10 ppm.
Vent Syngas
METHANATOR
CW
Condenser
Gas from
CO2 Removal Cond. Pump
88
6. Sintesa Amoniak
89
6.1. Synthesis Loop
Prinsip sirkulasi (loop) gas sintesa pada katalis mulai dikerjakan oleh
Haber pada tahun 1908 dan prinsip ini masih digunakan hingga saat ini
di industri amoniak modern.
Synthesis gas yang keluar dari konverter didinginkan bertahap, masih
mengandung inert gas berupa CH4 dan Ar. Untuk menghindari
akumulasi inert di synthesis loop, maka sebagian gas dikeluarkan
(purging) secara kontinyu dari loop sebagai purge gas.
Purge Gas
Purified
Synthesis
Gas NH3
(-5oC)
Syngas Comp.
S/U Heater
Sebagian kecil inert akan terlarut dan terbawa dalam produk amoniak
cair dan kemudian non kondensible gas dilepaskan di seksi refrigerasi
sebagai flash gas. Tinggi rendah nya inert dalam syn-loop akan
mempengaruhi reaksi sintesa amoniak.
Pada pengoperasian konverter, bila konsentrasi gas inert turun maka
tekanan partial reaktan (H2 dan N2 ) akan meningkat sehingga laju
reaksi dan konversi kesetimbangan amoniak akan meningkat.
90
Laju produksi amoniak dipengaruhi oleh laju sirkulasi yang melewati
konverter serta harga konversi per pass. Pada normal operasi tinggi
rendahnya tekanan dipengaruhi oleh beban pabrik dan aktivitas katalis.
Bila load operasi rendah maka tekanan sistimnya turun.
Variasi desain tekanan operasi umumnya ditentukan oleh dan aktivitas
katalis, arrangement dan effisiensi peralatan, yakni desain proses dari
setiap lisensor yang terlibat dalam proyek pembangunan pabrik.
7. Sistim Refrigerasi
Liquid
High Pressure Vapour
D C High Pressure
Heat Release
Expantion Compressor
Heat Absorb
A
Liquid B
Low Pressure Vapour
Low Pressure
91
Refrigeration
Compressor
Amoniak
Condenser
Inert Gas
Purge Gas
Chiller 1st
Amoniak
NH3 from
Chiller
Loop
Inert Gas
Amoniak
Chiller
Accumulator
2nd Flash Vessel
Amoniak
Flash Chiller
Vessel
Heater
To Urea
Plant
Amoniak Pump
To Amoniak Storage
92
energi per ton amoniak yang diproduksi. Teknologi proses yang
digunakan setiap pabrik akan dipaparkan dalam uraian berikut ini.
Ada dua tipe burner, yakni untuk pemanas secara radiasi ke tube katalis
dengan ekses udara 10% dan auxiliary burner unruk meningkatkan
produk steam yang dengan ekses udara 20%. Secara keseluruhan
reformer didesain dengan efisiensi 88,5% base LHV dengan temperatur
flue gas ±194 oC.
Pada tahun 1995 dilakukan optimalisasi yang bertujuan untuk
meningkatkan kapasitas dan menurunkan energi dan sejak optimalisasi
tahun 1995, pabrik amoniak dioperasikan 23% diatas kapasitas
terpasang menjadi 1.800 MTPD. Optimalisasi juga memberikan
penurunan konsumsi energi dari 44 MMBtu/ton menjadi 40
MMBtu/ton atau tejadi penurunan sebesar 9%.
93
aktivatornya. Untuk memperoleh kinerja yang tinggi maka sistim CO2
Removal di desain dengan dua kolom desorber dan dua kolom stripper,
karena itu bila terjadi perubahan komposisi gas umpan tidak banyak
mempengaruhi kondisi operasi, dan proses selanjutnya.
94
bekeja sama dengan Toyo Menka Kaisha dan Kobe Steel dari Jepang.
Proses pembuatan amoniak menggunakan proses MW Kellog dengan
desain konsumsi energi 40 MMBtu/MT.
Pada tahun 1999 pabrik amoniak di-retrofit pada bagian front end
untuk dapat memproduksi gas synthesa yang ekivalen dengan 2.000
MTPD amoniak, sedangkan kapasitas back end tetap 1.800 MTPD.
Steam Reformer didesain dengan tipe "Top fire" dengan 504 tube
disusun dengan effisiensi pemanfaatan panas hingga 81.6% 1)design teknis.
Temperatur flue gas yang masih tinggi (± 305 oC) memberikan peluang
untuk dapat menaikkan effisiensi pabrik secara keseluruhan dengan
menurunkan temperatur flue gas ke ± 175 oC.
95
umpan pabrik urea minimum 99% dry basis. Sejak retrofit aktivator DEA
telah diganti dengan ACT-1 dan menaikkan laju alir sirkulasi hingga
33%1) guna mengantisipasi kenaikan beban front-end menjadi 2.000
MTPD.
96
dengan kemurnian minimum 88 % dan recovery rate untuk amoniak
mencapai 95%.
Produk hydrogen dan FOG dikirim ke tiap pabrik untuk rneningkatkan
produk dan effisiensi.
Main Main
Inlet Gas Inlet Gas
NH3
Gambar 14. Side wall fire, burner dan konverter amoniak S-200
97
penggunaan bahan kimia yang digunakan sebagai penyerap CO2
memerlukan panas dalam jumlah besar untuk regenerasi larutan.
Jumlah panas ini disuplai dengan memanfaatkan panas latent dari gas
proses keluaran shift converter. Pada sistim CO2 removal yang telah
advance (Lo-haet Benfield) hanya sebagian kecil panas digunakan untuk
pelepasan CO2.
Desain proses maupun equipment lay out pabrik amoniak Kaltim-4 dan
Kaltim-3 relatif sama, kecuali desain proses untuk sistem penyerapan
CO2 (CO2 removal system) yang menggunakan proses BASF dari
Jerman.
Larutan penyerap CO2 menggunakan aMDEA (activated Methyl
Diethanol Amine) dengan aktivator piperazine. Sistem pelepasan CO2
tcrdiri dari dua tingkat absorber CO2, stripper dan dua flash vessel (high
dan low pressure).
Synthesis loop dan refrigeration system mirip dengan Kaltim-3 dan
secara prinsip pengoperasian dan proses tidak ada perbedaan yang
98
signifikan. Produk amoniak dari loop dengan temperatur -37 oC dikirim
sebagai umpan pabrik urea dipanaskan menggunakan amoniak produk
refrigerasi dan kelebihannya dikirim ke amoniak storage. Sedangkan
amoniak produk refigerasi digunakan kembali untuk mengisi chiller dan
sebagian kecil dikirim ke urea untuk pendingin di unit granulator.
Dengan demikian unit refrigerasi hampir tertutup, ini yang
membedakannya dengan sistim refrigerasi pabrik amoniak Kaltim-3.
Desain
Satuan Kaltim-1 Kaltim-2 Kaltim-3 Kaltim-4
Parameter
Desain Proses - Lurgi Kellog Topsoe Topsoe
Kapasitas MTPD 1.800 1.800 1.000 1.000
OSD/Tahun Hari 330 330 330 300
MMBTU
Kons. Energy 40,45 37,81 31,97 31,12
/Ton
Terrace Wall Side Wall Side Wall
Tipe Reformer - Top Fire
Fire Fire Fire
S/C Ratio mol/mol 3,46 3,5 3,1 2,8
Lo-Heat BASF(aMD
CO2 Removal Benfield Benfield-
- Benfield- EA)-
Proc&Activator Borax – DEA ACT-1
DEA Piperazine
Tekanan Loop Kg/cm2g 250 186 128 130
Vertical
Vertical Haldor Haldor
Desain Change to
- Change to Topsoe S- Topsoe S-
Converter Topsoe S-
Topsoe S-200 200 200
300
Refrigerasi - Close Loop Open loop Open loop Open loop
HRU - - Membrane Cryogenic -
99
BAB 4
Pendahuluan
Tabel-4.1. Kapasitas dan lisensi proses pabrik urea PT. Pupuk Kaltim
103
3.000.000
2.500.000
2.000.000
1.500.000
1.000.000
500.000
0
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007
104
Pabrik urea Kaltim-1 merupakan pabrik urea dengan teknologi tertua di
Pupuk Kaltim yang mulai dibangun pada tahun 1979. Pada tahun 1995
telah dilakukan optimalisasi pabrik Kaltim-1 dengan tujuan
meningkatkan efisiensi penggunaan energi. Pabrik Kaltim-2 yang
dibangun tahun 1982 dan pabrik Kaltim-3 (1986) telah menggunakan
teknologi urea CO2 stripping dengan tingkat efisiensi energi yang lebih
baik. Begitu pula dengan pabrik POPKA (1996) menggunakan teknologi
yang sama, tetapi dengan produk urea granul. Sedangkan pabrik urea
Kaltim-4 (1999) menggunakan lisensi dengan produk urea granul seperti
POPKA.
Sementara itu pabrik-pabrik urea lain di Indonesia (Pusri, PIM,
Petrokimia Gresik dan Pupuk Kujang) menggunakan teknologi proses
dari Toyo Engineering Corp. (TEC), yaitu: TRCI, ACES (Advance Process
for Energy and Cost Saving) dan ACES-21. Ketiga lisensi proses dari
Stamicarbon, Snamprogetti dan TEC adalah yang paling banyak
digunakan di dunia, bahkan mencapai lebih dari 95% pabrik yang baru
dibangun.
105
yang sesuai untuk proses prilling atau granulasi. Larutan urea melt
kemudian dikirim ke unit prilling untuk menghasilkan urea prill atau
larutan urea pekat ke unit granulasi yang menghasilkan urea granul.
NH3
CO2
carbamate
Syntesa
heat cooling
Decomposition Recovery
Urea, H2O
heat H2O Waste Water
Concentration
Treatment
urea
Prilling/Granulation
Process Condensate
Urea Prill/Granule
106
pada kesetimbangan untuk kondisi operasi di reaktor urea. Yang kedua
adalah reaksi dehidrasi carbamate membentuk urea dan air yang bersifat
endotermik dan lambat dibandingkan reaksi pertama.
107
Konversi kesetimbangan sintesis urea merupakan fungsi dari parameter-
parameter proses tersebut. Salah satunya adalah persamaan empiris
[Piotroski, 1998] :
ε* = -3,4792 + 8,2677x10-1 a – 1,8998x102 a2 – 2,3155x10-1 b –
η = ε/ε* (vi)
108
II.C. Resirkulasi / Dekomposisi
II.D. Evaporasi
109
konsentrasi campuran yang lebih ringan dalam fasa cair (air) akan
berkurang. Tekanan uap air naik dengan naiknya temperatur. Untuk
kesetimbangan 3 fasa urea-air. mula-mula tekanan uap akan naik
dengan naiknya temperatur. Selanjutnya di atas temperatur tertentu,
fraksi air akan menjadi sangat kecil sehingga tekanan uap akan turun
dengan tajam, sebagaimana diperlihatkan pada diagram kesetimbangan
fasa pada system urea-air Gambar-4.6.
110
hidrolisa, dan kondensasi gas-gas NH3 dan CO2 menjadi larutan
carbamate untuk direcycle ke proses.
Reaksi hidrolisis urea merupakan kebalikan dari yang tejadi di reaktor
yaitu:
NH2CO2NH2 + H2O <==>2 NH3 + CO2 (viii)
111
III.A. Proses konvensional Stamicarbon
112
NH3
CO2
NH3 Recovery
carbamate
Syntesis
Prilling
Process Condensate
Urea Prill
113
Gambar-4.8. Diagram alir proses urea konvensional Stamicarbon (K-1)
114
CO2
NH3
Carbamate
Syntesis
LP Recirculation Recovery
Prilling
Process Condensate
Urea Prill
Gas-gas dari reaktor menuju ke HP scrubber, yang terdiri dari shell &
tube/HE di bagian bawah dan packing bed di bagian atas. Di bagian
bawah NH3 dan CO2 terkondensasi dan panas kondensasi didinginkan
oleh air pendingin. Di bagian atas, gas dari bagian bawah dikontakkan
dengan larutan carbamate dari LP recirculation secara berlawanan arah.
Off-gas dari HP scrubber yang mengandung O2, N2 serta sedikit NH3
dan CO2 dibuang ke atmosfir setelah melalaui absorber. Larutan
carbamat dari HP scrubber kemudian dialirkan menuju HPCC
menggunakan HP ejector dengan umpan yang bertekanan sebagai fluida
pendorongnya.
115
steam 4K. Reaksi pembentukan carbamate ini tidak seluruhnya
berlangsung di HPCC dengan tujuan agar sebagian tejadi juga di reaktor
untuk memenuhi kebutuhan panas di reaktor. Hal ini dilakukan dengan
mengatur tekanan steam yang dihasilkan, dan dengan temperatur outlet
HPCC 168°C, diharapkan 70% dari reaktan tetap berada dalam fase gas.
Larutan carbamate yang terbentuk serta NH3 dan CO2 yang tidak
terkondensasi dikirim balik ke reaktor, di mana konversi carbamate
menjadi urea berlangsung. Reaktor dilapisi dengan stainless steel 316L,
berisi sieve tray.
Vent
Scrubber NH3
LPCC
Rectifying
Stripper
FBC
Evaporator
CO2
116
scrubber. Larutan urea kemudian dipekatkan hingga 99,8% melalui 2
tingkat evaporator sebelum ke prilling atau hingga konsentrasi 95%
untuk larutan urea ke unit granulasi.
NH3
MP Decomposer MP Condenser
LP Decomposer LP Condenser
Process Cond.
Pre & Concentrator
Treatment
Granulator
Process Condensate
Urea Granule
117
Dengan rasio NH3/CO2 sekitar 3.3-3.6, temperatur 186-189°C dan
tekanan 158 kg/cm2g, maka sekitar 63% total umpan CO2 terkonversi
menjadi urea di reaktor, yang berisikan perforated trays. Produk dari
reaktor menuju ke stripper, di mana sejumlah carbamate
terdekomposisi. Stripper bertipe falling film dengan material tube
bimetal terdiri dari zirconium dan stainless steel 25-22-2. Bahan yang
lebih tahan korosi daripada stainless steel dibutuhkan karena kondisi
sangat korosif pada temperatur yang tinggi (200-210°C) diperlukan
untuk proses thermal stripping yang efisien. Teknologi sebelumnya
menggunakan Titanium namun tidak memuaskan karena terjadi erosi di
daerah bottom. Zirconium bebas korosi dan masalah yang ada hanyalah
kesulitan untuk mendapatkan las yang sesuai dan pemisahan dua
lapisan pada ujung bottom. Kesalahan fabrikasi merupakan sumber
utama masalah yang terjadi pada teknologi stripper saat ini.
Bimetallic Tubes
118
lewat ejektor dengan amoniak sebagai fluida pendorong. Gas dari HP
separator menuju MP decomposer.
Sisa carbamate dan NH3 yang masih terikut di larutan urea selanjutnya
dipisahkan di 2 tahap resirkulasi yaitu MP decomposer yang bertekanan
17.8 kg/cm2g dan LP decomposer dengan tekanan 3.9 kg/cm2g. Gas-gas
NH, dan CO2 dari decomposer dikondensasi kembali di MP dan LP
condenser sebagai larutan carbamate dan dikembalikan lagi ke reactor
lewat HPCC.
Larutan urea dari LP decomposer dengan konsentrasi 71% dipekatkan di
2 tingkat, yaitu hingga 85% di vacuum preconcentrator dan menjadi 96%
di vacuum concentrator dicampur dengan larutan urea recycle dari seksi
granulasi. Larutan urea pekat dibentuk menjadi produk akhir urea
granul di unit granulasi yang betipe fluid bed granulator.
NH3
CO2 Carbamat
Urea Granul
119
BAB 17
1.1. Desu[furiation
1.2. Catalytic reforming
1.3. Catalyic shifl converter
491
3.1. Synloop
3.2. Ammonia refrigeration
1.1.Desulfurization
Pada awal proses , gas alam (natural gas) dari SKG Pertamina
dimasukkan ke Feed gas Knock Out Drum (KO Drum) 120-F
bertekanan 46-48 kg/cm2 dengan tujuan untuk memisahkan cairan dan
padatan yang tersuspensi dalam aliran gas. Aliran gas proses, yang
keluar dari bagian atas Knock Out Drum, kemudian dipanaskan hingga
suhu 370-390°C (temperatur kerja efektif bagi absorben ZnO di reaktor
desulfurizer) di feed gas preheat coil dengan menggunakan panas dari
flue gas primary reformer (101-B). Setelah dipanaskan, gas proses
kemudian diinjeksikan dengan H2, yang berasal dari HRU, dimana
jumlah H2 yang diinjeksikan adalah sepersepuluh dari total gas proses.
492
bawahnya. Pada tahap ini, diharapkan gas proses yang keluar dari
reaktor desulfurizer hanya akan mengandung sulfur tidak lebih dari 0,5
ppm. Senyawa sulfur ini perlu dihilangkan karena dapat meracuni
katalis Ni yang terdapat di tube Primary Reformer sehingga keaktifan
ZnO dan CoMo, sebagai absorben, berkurang.
Kemudian H2S yang terbentuk akan diserap oleh katalis ZnO, dengan
reaksi :
Kandungan sulfur yang keluar dari desulfurizer akan semakin tinggi jika
sebagian besar katalis telah berubah menjadi ZnS atau temperatur gas
proses yang masuk reaktor terlalu rendah.
493
masuk ke tube tube berisi katalis Nikel. Reaksi yang terjadi di Primary
Reformer adalah :
CH4 (g) + H2O (g) <--> CO (g) + 3H2 (g) ΔH298 = 49,2 kkal/mol
CO (g) + H2O (g) <--> CO2 (g) + H2 (g) ΔH298 = -9,8 kkal/mol
494
uxiliary Boiler, dimana flue gas-nya digunakan untuk membangkitkan
steam (HS).
495
Water (BFW) sebagai media pendingin, sehingga BFW akan menjadi HP
saturated steam (102 kg/cm2). Kemudian gas proses dialirkan ke Heat
Erchanger (102-C) dimana gas proses akan memberikan panasnya
untuk mengubah HP saturated steam (di dalam tube) menjadi HP
superheated steam. Selanjutnya gas proses keluaran exchanger yang
bersuhu 350-360 °C dan bertekanan 31 kg/cm2 akan dialirkan ke High
Temperature Shift Converter (HTSC).
Dari reaksi di atas. terlihat bahwa reaksi shift adalah reaksi eksotermis
sehingga untuk mencapai konversi yang tinggi, reaksi harus
dioperasikan pada suhu yang rendah. Namun, dari segi kinetika akan
menyebabkan kecepatan reaksi berkurang. Oleh karena itu, berdasarkan
pertimbangan secara teknis dan ekonomis maka reaksi shift dibagi
menjadi 2 (dua) tahap yaitu :
Pada unit HTS ini, katalis yang digunakan adalah Iron oxide (Fe2O3).
Campuran process gas-steam yang masuk ke inlet HTS bersuhu antara
350- 371 °C dimana sebagian besar CO yang masih terdapat di gas proses
(dari Secondary Reformer) akan diubah menjadi CO2. Karena reaksi
pengubahan CO menjadi CO2 adalah reaksi eksotermis maka suhu gas
proses di outlet HTS akan naik menjadi 420-438 °C dimana kandungan
CO yang masih lolos dari HTS sekitar 2,5 - 3,5 % mol dry gas.
496
Untuk mencapai konversi CO yang diinginkan ada 2 (dua) variabel yang
perlu diperhatikan , yaitu suhu dan rasio antara steam dan gas yang
masuk ke unit HTS . Pengaruh suhu terhadap konversi CO adalah pada
suhu rendah, tapi di atas titik kondensasi steam, konversi CO akan
tinggi sedangkan pada suhu tinggi kesetimbangan akan bergeser ke kiri
sehingga CO yang lolos akan semakin banyak tapi dari segi kinetika akan
mempercepat laju reaksi.
Pada unit LTS ini, jenis katalis yang digunakan adalah Copper oxide.
Selain itu, karena katalis Copper oxide ini sangat sensitif terhadap
senyawa sulfur maka katalis ini dilengkapi juga dengan ZnO (Zinc
oxide). Di LTS, sisa CO, yang masih lolos dari unit HTS, akan
dikonversikan menjadi CO2 pada suhu reaksi yang lebih rendah yaitu
200-235 oC. Kemudian untuk variabel-variabel yang mempengaruhi
konversi CO di LTS serta pengaruhnya sama dengan variable yang
mempengaruhi konversi CO di HTS. Selanjutnya, gas proses yang
keluar dari LTS akan mengalami pendinginan beberapa tahap dengan
497
media pendingin berupa BFW yaitu pada exchanger 131-C, 111-C, 105-C,
160-C, dan 106-C sehingga suhu terakhir gas proses menjadi 93 oC.
Unit CO2 removal ini terdiri dari unit penyerapan C02 yaitu di menara
absorber (101-E) dan unit pelepasan CO2 di menara stripper (102-E).
Syarat terjadinya penyerapan CO2 di absorber adalah tekanan tinggi dan
suhu operasi rendah sedangkan syarat untuk pelepasan CO2(stripper)
adalah tekanan rendah dan suhu operasi tinggi. Sebagai penyerap CO2
digunakan larutan benfield , dimana sebagai aktivator digunakan ACT-I
dan sebagai pelindung terhadap korosi digunakan Vanadium. Tujuan
dari penghilangan CO2 di unit
CO2 removal ini adalah agar CO2 tidak meracuni katalis di ammonia
converter sehingga jumlah produksi amoniak menurun. Raw gas dari
102-F akan didinginkan melalui 4 (empat) tahap yang kemudian akan
masuk melalui bagian bawah absorber, dimana gas mengalir ke atas
melalui packing-packing sehingga tejadi kontak antara aw gas dengan
larutan benfield yang mengalir dari atas ke bawah. Reaksi penyerapan
CO2 yang tejadi adalah sebagai berikut :
498
CO2 + K2CO3 + H2O <--> 2KHCO3
Larutan benfield yang banyak mengandung CO2 atau rich solution akan
keluar dari bagian bawah Absorber pada suhu 117 0C dan tekanan 28
kg/cm2 akan dikirim ke CO2 stripper ( 102-E ),tersendiri dari 3 bed pall
ring, melalui pompa hydraulic turbine (107-JA/JB) sehingga
tekanannya turun menjadi 6 kg/cm2 kemudian setelah mencapai
stripper, tekanannya akan turun lagi menjadi 4,8 kg/cm2. Dengan
terjadinya penurunan tekanan, maka sebagian gas CO2 didalam larutan
akan terlepas kembali, sedangkan larutan benfield akan turun kebawah
stripper. Pada stripper, selain tekanan diturunkan larutan benfield juga
dipanaskan oleh Low Pressure Steam (LS) dan larutan benfield panas
yang bersumber dari 105-C, 132-F dan 160-C (sumber steam dan
benfield panas). Tujuan dilakukan pemanasan larutan adalah agar CO2
yang terdapat dilarutan benfield dapat terlepas sehingga larutan benfield
dapat dipergunakan kembali untuk menyerap CO2.
Pada CO2 stripper, lean solution masuk dari bagian atas stripper yang
kemudian di-stripping oleh steam sehingga CO2 keluar dari bagian atas
499
stripper. Sedangkan Lean Solution Sebagai bottom product dari 102-E
akan didinginkan di 109-C hingga suhu 70 0C dengan media pendingin
Fresh Cooling water (FCW) dan selanjutnya dipompa oleh 108-
JA/JB/JC ke 101-E Sebagai penyerap CO2. Pada intermediate liquid top
pan stripper, semi lean dikirim ke semi lean solution flash tank 132-F
(terdiri dari 4 stage) yang dilengkapi dengan steam ejector,
memanfaatkan steam dari 111-C dimana panas steam berasal dari
effluent LTS. Dari stage keempat di 132-F, semi lean solution akan
dipompa oleh lean solution pump (107-J) sehingga dapat dipakai
penyerap di 101-E
Untuk CO2 yang berasal dari outlet stripper (1020C), sebelum dikirim ke
unit Urea dan POPKA, CO2 akan didinginkan di partial condenser 110-C,
yaitu cooler type fin fan yang berjumlah 16 Fan, menjadi bersuhu 56 0C
lalu kondensatnya dipisahkan di separator 113-F dan kemudian
didinginkan kembali di Stripper Overhead Trim Cooler 107-C hingga
suhu 38 0C dimana kondensatnya kembali dipisahkan dengan separator
123-F. Kemudian, kondensat yang diperoleh dari 113-F dan 123-F akan
dipompa dengan pompa 109-JIA sebagai refluks di stripper dan umpan
steam, sedangkan kondensat yang berlebih akan dikirim ke
neutralization sump
500
C0 + 3H2 ↔ CH4 + H2O ΔH298=- 49.3 kka/mol
501
3. Ammonia Synthesis
3.1. Synloop
Pada unit synloop ini, terjadi reaksi antara H2 dan N2 menjadi amoniak
dimana kemudian amoniak dipisahkan dari gas sintesis dengan cara
didinginkan dan selanjutnya gas sintesis yang belum bereaksi dan
kembali disirkulasikan ke dalam reaktor ammonia converter.
502
Campuran gas tersebut kemudian dialirkan ke pendingin di 124-C(FCW)
dan 120-C (NH3 refrigerant) dengan tingkat pendinginan di 12O-C dari
20 °C, 0 °C, - , dan -33 OC. Campuran effluenf dari ammonia converter
(105-D) dan effluent gas didinginkan hingga -33 0C di uniitized
exchanger refrigeration dimana amoniak yang terkondensasi akan
dipisahkan di ammonia separator (106-F). Kemudian gas dari 106-F
akan masuk kembali ke 12O-C (di bagian tengah pipa) dan dipanaskan
hingga 25 °C oleh campuran dari 124-C (di bagian annulus) dan
dikompresi di resirkulator hingga tekanan gas sintesis (recycle gas) 185
kg/cm2, lalu setelahnya recycle gas ini akan bergabung dengan syngas
baru dan kembali masuk ke ammonia converter.
503
interchanger dipanaskan hingga 385 oC oleh effjuent gas dari bed ketiga
dan aliran turun melewati katalis bed pertama, dimana campuran gas
mengalir ke dalam bed pertama secara radial. Gas meninggalkan bed
pertama pada subu 583 0C dan untuk menjaga supaya temperatur masuk
pada bed kedua tidak terlalu tinggi maka dicampurkan gas pendingin
secara quench.
504
120-C sebagai umpan reaktor sedangkan amoniak yang terkondensasi
masuk ke 107-F.
Liquid ammonia yang diperoleh dari 107-F akan di-flash di 110-F dan
sebagian di 112-F. Di 110-F, sebagian NH3 yang tidak terkondensasi akan
menguap dan masuk ke stage pertama pada kompresor 105-J sedangkan
liquid ammonia yang terkondensasi digunakan sebagai pendingin di
120-C. Setelah mengambil panas di 120-C amoniak yang berbentuk gas
akan kembali masuk ke 110-F lalu ke 105-J sedangkan untuk liquid
ammonia yang masih tersedia akan dialirkan ke 141-F setelah
tekanannya diturunkan (di letdown).
505
mengontrol suhu amoniak panas dari refrigerant receiver 109-F yang
akan dikirim ke unit urea dan POPKA, karena amoniak panas yang
dibutuhkan unit Urea dan POPKA mempunyai temperatur 28 °C serta
tekanan 28,8 kg/cm2. Produk amoniak panas yang akan dikirim ke unit
Urea dan POPKA dipompa oleh 123-J/A.
4. Sarana Penunjang
4.1. Steam System
Bahan baku pembangkit steam adalah air demin dari unit Utilitas
Kaltim-2 yang dipompakan ke unit Amoniak dengan pompa 2001 J/JA,
dimana air kemudian dipanaskan di 106-C sampai 95 C dan kemudian di
168-C hingga suhu 105 °C. Selanjutnya BFW dimasukkan ke deaerator
101-U untuk dihilangkan kandungan oksigennya dengan menggunakan
LP Steam. Kemudian BFW dipompa oleh 104-J/JA melalui beberapa
exchanger yaitu 131-C (row gas), 123-C (syn gas), 112C (raw gas), 114-C
(syn gas), dan kemudian masuk ke HP Steam Drum (101-F). Sedangkan
untuk LP Steam, BFW dipompakan ke Steam Drum 148-F.
506
Berikut ini, adalah proses pembangkitan masing-masing steam :
HP steam 102 kg/cm2, 3l3'C berasal dari BFW di steam drum 101-F
yang dibangkitkan melalui IO I C , 103-C, auxiliary boiler, dan HP
steam coil convection section 101 -8.
LP steam 3,5 kg/cm2 berasal dari BFW di steam drum 148-F yang
dibangkitkan melalui LP steam coil di convection section 101-B.
507
sebesar 35,5 mmscf dan untuk fuel gas 20,4 mmscf pada rate 102 %.
Kebutuhan untuk fuel gas sebesar 44750 m3/jam yaitu untuk auxiliary
burner, superheater burner, tunnel burner, preheat coil burner, dan
flue gas arch burner.
508
BAB 21
1. Konsep Proses
Reaksi yang dibutuhkan reaksi (2) dapat dipenuhi dari sebagian panas
yang dihasilkan reaksi (1).
561
komponen yang terdiri dari amoniak, karbon dioksida, air dan urea, dan
juga oleh adanya zat-zat inert (yang tidak ikut bereaksi). Pada proses
Stamicarbon yang dipakai di Pupuk Kaltim menggunakan kondisi
operasi sebagai berikut:
Suhu : 183 oC
RatioNH3/CO2 : 2.9
Hasil reaksi akan berupa campuran yang terdiri dari urea. Karbamat, air,
kelebihan amoniak, karbon dioksida dan zat-zat yang tak bereaksi (inert)
yang terbawa bersama bahan baku. Terhadap hasil reaksi ini selanjumya
dilakulan proses-proses pemisahan dan pemulihan (recovery) zat-zat
yang masih dapat dipakai.
Unit Urea Kaltim-3 memakai Proses Total Recycle CO2 Stripping dari
Stamicarbon BV Gellen Holland, dengan kapasitas pabrik 1.725 ton/hari.
Uraian proses unit urea ini dibagi dalam beberapa tahap yaitu :
562
2. Langkah Proses
Gas CO2 pada temperatur 40 oC dan tekanan 0,7 kg/cm2 G dari battery
aliran gas CO2 tersebut sebanyak 1.272,5 Nm3/jam atau kira-kira 1.605
kg/jam dengan maksud untuk memasukkan oksigen ke dalam sistem
untuk mengikat hidrogen di H2 Converter dan sebagian lagi diperlukan
untuk passivasi atau melindungi material peralatan sintesis dari korosi.
Suplay udara ini dilakukan dari kompresor udara di unit Amoniak.
563
Gas CO2 dikompresi sampai tekanan sekitar 145 kg/cm2 G di dalam CO2
kompresor yaitu Centrifugal Multi Stage Compressor yang dilengkapi
dengan intercooler-intercooler. Kompresor ini digerakkan oleh steam
turbin, speed turbin atau kompresor diatur oleh Woodward Governor
sesuai dengan flow pada discharge kompresor yang dikehendaki (sesuai
dengan rate pabrik). Tekanan suction dikontrol secara otomatis oleh
kontrol valve yang bercabang dengan line vent CO2 yang ada di unit
Amoniak.
Reaksi yang terjadi adalah eksotermis sehingga aliran gas CO2 yang
keluar dari reaktor ini temperaturnya naik. Besamya kenaikan
temperatur ini tergantung dari kandungan Hidrogen di dalam umpan
gas CO2.
ini diharapkan kurang dari 100 ppm. Sebelurn umpan gas CO2
dimasukkan ke seksi Synthesis, terlebih dahulu didinginkan hinggga
temperatur 145 oC di dalam CO2 cooler.
564
Amoniak cair dari battery limit dengan tekanan 24,9 kg/cm2G dan
2.2 Synthesis
565
Urea dihasilkan dari reaksi amoniak cair dan gas CO2 menurut
persamaan reaksi sebagai berikut :
• Molar Ratio NH3/CO2 fase gas pada outlet gas dari reaktor yang
berkisar antara 2,9 - 3,0 atau ratio N/C fase cair dari cairan di
dalam reaktor yang berkisar antara 3,0 - 3,7.
• Tekanan synthesis yang berkisar 141,7 kg/cm2 G
566
berarti mengatur tekanan synthesa. Derajat kondensasi ini harus diatur
sedemikian rupa sehingga gas-gas yang belum terkondensasi akan
terkondensasi di dalam reaktor, sehingga cukup untuk menghasilkan
panas di dalam reaktor yang diperlukan untuk reaksi pembentukan urea.
Reaktor ini dilengkapi dengan 10 buah sieve tray dengan jumlah lubang-
lubang pada tiap tray makin ke atas makin sedikit dengan maksud untuk
:
• Memperoleh kontak yang intensif antara fase gas dan cair agar
reaksi dapat berlangsung pada temperature yang setinggi
mungkin.
• Memperoleh waktu tinggal yang cukup dan uniform untuk
kesetimbangan urea yang hampir sempuma
567
Larutan yang meninggalkan reaktor dengan temperatur 183oC
mengandung urea air. carbamate dan kelebihan Amoniak dikirim ke HP
stripper. Di dalam HP Stripper reaktan-reaktan yang tidak terkonversi
menjadi urea dipisahkan dari larutannya dan dikembalikan ke reaksi
synthesa.
568
Fase gas dari reaktor mengandung NH3 dan CO2 yang tidak terkonversi
bersama-sama dengan inert ke HP Scrubber. Di dalam HP Scrubber
gas-gas NH3 dan CO2 ini sebagian dikondensasikan dengan memakai
sistem air pendingin yang disirkulasikan (panas kondensasi diambil oleh
air pendingin) melalui bagian bawah evaporator tingkat I dan sebagian
lagi diserap oleh larutan carbamate encer dari seksi resirkulasi.
Gas inert dari HP Scruber yang mengandung sedikit sekali NH3 dan CO2
divent ke atmosfer melalui inert vent
from LPCC
Venting
2-R-201
Reactor
2-E-201 2-E-202
HP Stripper HP Carbamate
Condenser
2-E-203
HP Scrubber
2-E-204
From Ammonia 2-P-201A/B
Pump
2-J-201
569
2.3. Resirkulasi
sehingga sebagian carbamate akan terurai menjadi NH3 dan CO2. Panas
penguraian ini diambil dari larutan itu sendiri sehingga temperatur
larutan akan turun dari 165 oC menjadi 119,5 oC. Campuran gas cairan
ini kemudian dispraykan ke Packed Bed yang ada dibagian atas
Rectifying Column. Gas-gas yang terjadi akan dilepaskan keluar dari
kolom, sedangkan cairannya mengalir ke bawah melalui Packed Bed
menuju heater resirculasi yang ada dibagian bawah Rectifiying
Coloumn.
570
menuju flash tank (2-S-304). Sedangkan gasnya (dengan temperatur
138oC) mengalir ke atas melalui packed bed dan akan kontak dengan
cairan yang relatif lebih dingin (119,5oC) dari HP Stripper. Akibat dari
kontak ini maka uap air akan mengkondensasi kembali dan bersama-
sama cairan dari atas akan mengalir turun lagi. Gas dengan sedikit
kandungan air meninggalkan rectifiying column menuju LP Carbamate
Condenser (bersama-sama dengan larutan dari reflux condenser serta
proses kondensat dari tangki proses kondensat)
571
To 2-E-702
2-C-303
2-S-304
Rectifying 2-C-305
Flash Tank
Column LP Absorber
2-E-308
LP Absorber
Feed Cooler
2-S-303 2-V-301
Level Tank For
2-E-303 PC from 2-P-704A/B
2-E-302
Heater 2-E-303
LP Carbamate 2-P-301A/B
Recirc. 2-P-306A/B
Carbamate Pump
Condenser
To 2-X-801
US to 2-E-401 B 2-T-302
Urea Sol Tank
2.4. Evaporasi
572
evaporator tingkat I, disini Urea Solution temperatumya dinaikkan
sampai 97 oC oleh sirkulasi air pendingin dari HP Scrubber.
573
Fungsi : Mendinginkan urea prill sampai 50 oC dan dipisahkan
dari debu-debu urea yang ada dengan udara kering.
Urea melt dengan konsentrasi 99,7% dan temperatur 140oC dimasukkan
ke Prilling Bucket. Prilling Bucket ini berbentuk kerucut dan berlubang-
lubang kecil dan berputar dengan kecepatan tertentu dan terletak di atas
menara pembutir, sekat- sekat/kisi-kisi di bagian dalam bucket
berhubungan dengan putaran bucker yang mengalirkan urea melt
melalui lubang-lubang tersebut karena gaya centrifugal.
SLL
GP to 2-E-702
2-K603
A/B/C/D
SLL 2-G-602
GP to 2-E-703
2-S-402
2-S-401
2-G-601 Exhaust Air
Prilling from
SLL A 2-E-401A Tower 2-K-612
SC SLH
B 2-E-401B
SLC
2-B-604
Seed Urea/Air
S From 2_B-620
SC 2-P-401A/B Urea to
Urea Melt 2-K-611
2-B-604-K
US from 2-P-303A/B Pump
574
Akibatnya droplet-droplet itu akan mengeras dan membentuk prill yang
homogen dan temperaturnya turun menjadi 60oC. Di dasar menara
pembutir Prilling Tower urea prill ini discrup (dikumpulkan) dan
dimasukkan di Fluidized Bed Cooler (FBC) melalui parit di tengah-
tengah lantai bawah pembutir.
Di dalam FBC ini urea prill didinginkan sampai 50oC dan di pisahkan
dari debu-debu urea yang ada dengan urea kering ( temperatur sekitar
23oC). Selanjutnya urea prill dikirim ke unit penyimpanan melalui belt
conveyor.
575
Fungsi : Memanaskan kondensat dari Desorber I dengan
memakai larutan dari Hydrolizer sebagai pemanas sehingga
ternperaturnya naik sampai 180oC.
CS to E-303
2-V-801
2-C-803 2-C-802
Hydrolizer Desorption
Column II
2-E-804
Reflux
2-P-802A/B
Condenser
SSL
2-C-801
Desorption
2-E-802
Column I 2-E-803A/B
2-T-703
Ammonia
Water Tank 2-P-801A/B
2-P-703A/B
Hydrolizer
To Sewer Feed Pump
576
Amoniak Water Tank dibagi menjadi 3 bagian yaitu 1 bagian yang besar
dan 2 bagian yang kecil. Kondensat dari Condenser Evaporator tingkat II
dimasukkan ke bagian kecil yang pertama, karena kandungan ureanya
tinggi maka kondensat ini dipakai sebagai umpan untuk LPCC. Proses
kondensat dari bagian kecil yang kedua dipompakan ke bagian atas
Desorber ke bagian atas Desorber I melewati alat penukar panas
desorber untuk menaikkan temperaturnya dari 59oC menjadi sekitar
Selama waktu tinggal lebih dari satu jam, urea akan terhidrolisa menjadi
NH3 dan CO2, sehingga kandungan urea di dalam proses kondensat
sebelum dibuang ke sewer akan turun. Dari bagian atas hidroliser gas-
gas yang dibebaskan akan mengalir ke Desorber I, sedang larutannya
dari bagian bawah dipompakan ke bagian atas Desorber II melalui alat
penukar panas hidroliser untuk memanaskan larutan dari Desorber I
577
seperti yang telah disebutkan diatas. Karena hal tersebut maka
temperatur larutan hidroliser ini turun menjadi sekitar 148oC. Di dalam
Desorber II dengan 21 buah tray larutan yang mengalir turun akan
berkontak dengan LP Steam yang disuplai dari bagian bawah, sehingga
NH3 yang ada akan distripping dan dibawa ke atas oleh steam tersebut.
Air dari bagian Desorber II yang mengandung tidak lebih dari 5 pprn
NH3 dan 5 ppm urea dengan temperatur 143oC dikirirn ke sewer (dalam
pabrik ini ke outfall sea water) atau dikirim ke effluent water treatment
tank di Kaltim-1 (selanjutnya dikirirn ke DKM) melalui alat penukar
panas desorber, pemanas awal umpan NH3 dan pendingin air buangan,
untuk rnenurunkan temperatur air tersebut menjadi ±50oC.
578
Steam ekstrakri dari turbin ini sebagian besar diekspansikan tekanannya
menjadi 21 kg/cm2 abs dan dijenuhkan di dalam HP Steam Saturator,
sisanya langsung dipakai di dalam hidroliser untuk make up MP Steam
dan untuk keperluan gas chromatograp. Steam yang dijenuhkan pada
tekanan 21 kg/cm2 abs di dalam HP Saturator diatur langsung di dalam
Shell side HP Stripper, disini steam tersebut terkondensasi menjadi
kondensat. Kondensat ini kembali lagi ke HP Steam Saturator yang juga
berfungsi untuk menurunkan temperatur steam yang masuk.
579