Anda di halaman 1dari 4

API 580 – Risk-Based Inspection

Recommended Practice (RP) ini dimaksudkan untuk memberikan pedoman dalam


melakukan program Risk-based Inspection (RBI) untuk fixed equipment dan piping di
industri hidrokarbon dan proses kimia. Ini mencakup:
a) Apa itu RBI
b) Apa kunci elemen dari RBI
c) Bagaimana mengimplementasikan program RBI
d) Bagaimana menjaga program RBI
Ini berdasarkan pengalaman dan pengetahuan engineer, inspektor, risk analyst, dan
personnel lain di industri hidrokarbon dan kimia.

Shall → menandakan minimum requirement untuk menyesuaikan spesifikasi.

Should → menandakan rekomendasi atau yang disarankan tapi tidak diperlukan untuk
menyesuaikan spesifikasi.
RP ini dimaksudkan untuk melengkapi API 510 (Pressure Vessel Inspection), API
570 (Piping Inspection), dan API 563 (Tank Inspection). API kode dan standar inspeksi ini
memberikan kebebasan pada owner-user untuk merencanakan strategi inspeksi dan
meningkatkan atau menurunkan frekuensi kode inspeksi yang ditunjuk dan aktifitas
berdasarkan pada hasil dari RBI assessment. Assessment harus dievaluasi secara
sistematik baik Probability of Failure (POF) dan Consequence of Failure (COF) yang
berkaitan. POF assessment harus di evalusi dengan mempertimbangkan damage
mechanism yang masuk akal. Mengacu pada kode yang sesuai untuk RBI assessment yang
diperlukan. RP ini dimaksudkan untuk pedoman bagi user dalam melakukan RBI
assessment secara tepat.
Recommended Practice ini meliputi minimum persyaratan program untuk membuat
interval inspeksi berdasarkan pada analisa Risk-based Inspsction dan Rule-based (contoh,
½ masa hidup), dan memberikan pedoman tambahan dalam menggunakan risk analysis
untuk mengembangkan inspection plan yang efektif. Penggunaan metodologi risk-based
untuk inspection planning tidak diwajibkan, patuh pada requirement dan batasan dari kode
inspeksi lainnya (API 510, API 570, dan API 653) dan RP ini. Inspection planning adalah
proses sistematik yang dimulai dengan identifikasi fasilitas atau equipment dan berujung
pada inspection plan.
Output dari RBI assessment yang dilakukan berdasarkan RP ini adalah inspection
plan dari setiap bagian atau kelompok dari item yang di assessement, yang meliputi:
a) Risk driver teridentifikasi,
b) Metode inspeksi yang harus digunakan,
c) Jangkauan inspeksi (persen total area yang harus di uji atau lokasi spesifik),
d) Interval inspeksi atau tanggal inspeksi selanjutnya (timing),
e) Aktifitas mitigasi risk lainnya,
f) Residual level risk setelah inspeksi dan tindakan mitigasi lainnya yang sudah
diimplementasikan.
RBI plan dihasilkan berdasarkan pada pedoman yang dikombinasikan disini dengan
seperangkat integrity operation windows (IOWs) untuk setiap unit proses dan program
manajemen perubahan yang ketat harus menyediakan basis sound management dari
integritas fixed equipment di industri refining dan proses petrokimia.
RBI bersinonim dengan risk-prioritized inspection, risk-informed inspection, dan
inspection planning dengan menggunakan metode berdasarkan risk.
Pedoman RBI mancakup pengenalan terhadap konsep dan prinsip RBI untuk
manajemen resiko, dan bagian tersendiri yang menggambarkan tahap dalam melakukan
prinsip ini dalam kerangka proses RBI yang meliputi:
a) Pemahaman alasan desain,
b) Perencanaan RBI assessment,
c) Pengumpulan data dan informasi,
d) Mengidentifikasi damage mechanism dan failure mode,
e) Menilai probability of failure (POF),
f) Menilai consequence of failure (COF),
g) Penentuan, penilaian dan manajemen resiko,
h) Manajemen resiko dengan aktifitas inspeksi dan pengendalian proses,
i) Aktifitas mitigasi resiko lainnya,
j) Reassessment dan updating,
k) Tugas, tanggung jawab, training dan kualifikasi,
l) Dokumentasi dan pencatatan.
Outcome yang diharapkan dari penerapan proses RBI harus berkaitan pada risk
dengan inspeksi yang sesuai, pengendalian proses, atau aktifitas mitigasi resiko lainnya
untuk mengatur resiko. Proses RBI mampu menghasilkan:
a) Peringkat berdasarkan relative risk dari semua equipment yang di evaluasi,
b) Detail deskripsi dari inspection plan untuk dilakukan pada setiap equipment,
mencakup:
 Metode inspeksi yang harus digunakan (contoh: visual, ultrasonic,
radiography, wet flourescent magnetic particle),
 Jangkauan pelaksanaan metoda inspeksi (contoh: persen total area yang
di inspeksi atau lokasi spesifik),
 Waktu pelaksanaan inspeksi/pengujian (interval inspeksi/due date),
 Pencapaian risk management melalui implementasi inspection plan.
c) Deskripsi dari aktifitas mitigasi risk lainnya, seperti repair, replacement, atau
upgrade perangkat safety, desain ulang equipment atau maintenance, IOWs, dan
pengendalian kondisi operasi,
d) Risk level yang diperkirakan setelah inspection plan dan aktifitas mitigasi resiko
lainnya yang telah dilakukan,
e) Identifikasi risk driver.

Elemen yang diperlukan dalam RBI


Umumnya, elemen yang diperlukan untuk melakukan analisa RBI adalah sebagai berikut:
1) Work Process Requirement
 Manajemen sistem yang terdokumentasi untuk melakukan program RBI harus
dikembangkan dan biasanya mencakup elemen berikut ini:
 Prosedur yang mencakup implementasi, maintenance, dan reassessment,
 Tugas/tanggung jawab, pengalaman/training,
 Asumsi yang terdokumentasi,
 Jangka waktu untuk penerapan analisa RBI,
 Data yang diperlukan,
 Risk target,
 Program audit,
 Ruang lingkup dan batasan-batasan,
 Pemicu reassessment (contoh: perubahan proses, kerusakan equipment,
failure, pelampauan IOW, dll),
 Jangka waktu reassessment.
 Data yang memadai harus diambil dan disimpan sehingga assessment bisa di
update di kemudian hari oleh orang yang tidak terlibat pada original assessment.
 Basis POF dan COF harus didokumentasikan.
 Berbagai input yang digunakan dalam penilaian POF maupun COF harus
diambil.
 POF, COF, dan risk result harus didokumentasikan.
2) Data Requirement
Data input dan asumsi harus di validasi oleh personnel yang terkualifikasi seperti
process engineer/operator untuk me-review operating parameter yang digunaka.
3) Damage Mechanism dan Failure Mode
 Tim RBI harus berkonsultasi dengan corrosion specialist untuk mendefinisikan
damage mechanism dari equipment, damage mode, dan potensi failure mode.
 Desain equipment (tekanan, suhu, material konstruksi) dan kondisi saat ini
harus dipertimbangkan. Data yang digunakan dan asumsi yang dibuat harus
di validasi dan terdokumentasi.
 Semua kondisi proses, seperti start-up, shutdown, idle, anticipated abnormal
dan normal, serta perubahan proses yang direncanakan. Mengidentifikasi
jejak komponen selain komponen utama dalam proses bisa menjadi sangat
penting sebagai komponen utama yang menyebabkan efek signifikan pada
damage mechanism.
 Mempertimbangkan material, metode, dan detail fabrikasi, list dari damage
mechanism yang masuk akal yang pernah ada di operasi sebelumnya, akan
menjadi aktif, atau menjadi aktif harus dikembangkan termasuk laju
kemunduran dari damage mechanism yang utama dan toleransi dari
equipment sampai jenis damage.
 Corrosion specialist yang terkualifikasi harus bertanggungjawab untuk menilai
jenis damage mechanism, penerapan dan keparahan pada equipment dengan
mempertimbangkan kondisi proses, lingkungan, metalurgi, usia, dan data
relevan lainnya yang berkaitan dengan equipment.
4) POF Analysis
Requirement dari analisa POF adalah sebagai berikut:
 Analisa POF harus mengatasi semua damage mekanisme pada equipment yang
ditinjau atau yang rentan. Selanjutnya, ini juga harus mengatasi equipment yang
rentan terhadap multiple damage mechanism.
 Kombinasi kondisi proses dan existing material konstruksi untuk setiap item
equipment harus dievaluasi untuk mengidentifikasi damage mekanisme yang
aktif.
 Inspeksi harus dievaluasi untuk menentukan efektifitas dalam menemukan
mekanisme yang teridentifikasi.
5) COF Analysis
Requirement dari analisa COF adalah sebagai berikut:
 Tahap kalkulasi COF harus dilakukan untuk memperkirakan konsekuensi yang
mungkin terjadi akibat failure mode yang biasanya diakibatkan oleh damage
mechansm yang teridentifikasi.
 Faktor utama untuk dipertimbangkan dalam mengevaluasi konsekuensi dari
kegagalan harus mencakup:
 Kejadian flammable (api dan ledakan)
 Toxic release
 Pelepasan fluida berbahaya lainnya.
6) Evaluation Risk
Beberapa hal untuk mengevaluasi risk adalah sebagai berikut:
 Risk harus ditentukan dengan menggabungkan POF dan COF. Bentuk umum
dari persamaan risk adalah sebagai berikut,
Risk = Probability x Consequences
 Overall risk harus mencakup probability dari loss of containment.
7) Output
Output yang diperlukan meliputi:
 Item dengan unacceptable risk bagi owner-user harus dinilai untuk manajemen
potensial risk melalui inspection plan atau strategi manajemen resiko lainnya.
Sebagai tambahan, item dengan risk yang lebih tinggi juga harus diprioritaskan
untuk manajemen potensial resiko.
 Strategi inspeksi harus didokumentasikan, proses berulang untuk memastikan
aktifitas inspeksi secara berlanjut fokus pada item dengan risk lebih tinggi.
 Hasil inspeksi seperti identifikasi damage mechanism, laju kemunduran, dan
toleransi equipment untuk jenis kemunduran harus digunakan sebagai variable
dalam menilai remaining life dan insection plan kedepannya.
8) RBI Assessment dan Updating
Requirement untuk RBI reassessment dan updating meliputi:
 Perubahan yang tidak bisa dihindari dan hasil dari RBI reassessment harus di
update
 Ketika aktifitas inspeksi telah dilakukan, hasil harus ditinjau untuk menentukan
apakah RBI reassessment diperlukan
 Kode inspeksi yang mengatur (seperti API 510, API 570, dan API 653) dan
regulasi yurisdiksi, jika ada, harus ditinjau dalam konteks ini.
Kelebihan dan Kekurangan RBI
Produk utama dari RBI reassessment dan pendekatan manajemen adalah plan yang
membahas cara-cara untuk mengelola risk pada level individual equipment. Equipment plan
ini menyoroti risk dari perspektif safety/health/environment dan dari sudut pandang ekonomi.
RBI plan harus mencakup tindakan cost-effective bersamaan dengan project mitigasi risk.
Implementasi dari plan ini memberikan hal-hal sebagai berikut:
o Overall reduction dalam risk untuk fasilitas dan equipment yang dinilai
o Acceptance/understanding dari risk saat ini

Anda mungkin juga menyukai