Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang

Ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) selalu berkembang dan mengalami kemajuan yang sangat pesat. Hal ini
juga diikuti oleh perkembangan di bidang industri khususnya baja (metal). Untuk mengimbangi perkembangan industri
baja ini maka dibutuhkan ketrampilan seseorang yang ditunjukkan oleh kemampuannya dengan konsisten memberikan
tingkat kinerja yang memadai atau tinggi dalam fungsi pekerjaannya (kompeten) dalam hal ini adalah juru las (Welder)
karena juru las memegang peranan penting dalam proses pengerjaan pengelasan. Oleh karena itu setiap pekerjaan yang
dilakukan oleh seorang juru las harus diawasi oleh seorang Welding Inspector untuk memastikan semua pekerjaan yang
dilakukan memenuhi persyaratan yang sudah ditetapkan dan disepakati dan dapat diterima. Industri baja yang
memerlukan juru las meliputi banyak sektor seperti perkapalan, kontruksi jembatan, pipa saluran, rangka Baja dll.

1.2

Batasan Masalah
Batasan masalah yang dilakukan oleh seorang Welding Inspector pada laporan makalah ini adalah:
1.
Memahami pembuatan WPS dan PQR
2.
Melakukan review dan membuat parameter untuk pengelasan dalam pembuatan WPS
3.
Melakukan pemeriksaan terhadap hasil pengelasan tersebut.

1.3

Maksud dan Tujuan Penulisan


Maksud dan tujuan dibuatnya laporan hasil training ini adalah:
1.
Sebagai syarat untuk mengikuti uji kompetensi Welding Inspector BNSP MIGAS
2.
Mengaplikasikan teori dan pelajaran yang diterima pada saat training dalam proses nyata di lapangan
3.
Mempraktekkan dan menganalisa langsung proses pengelasan dan hasil dari lasan tersebut
4.
Dapat memahami cacat las atau discontinuity yang terdapat dalam proses pengelasan
5.
Dapat menyajikan hasil pekerjaan pengelasan yang sesuai dengan standar yang dapat diterima.

1.4

Metoda Pelaksaan Penulisan


Untuk menyusun laporan training ini dalam pengumpulan materi menggunakan beberapa metoda yaitu:
1.
Metode tinjuauan langsung (Praktek Lapangan)
Hal ini dimaksud untuk mengetahui secara langsung objek praktek yang ada di lapangan serta bagaimana
melakukan proses dan pelaksanaan pekerjaan tersebut.
2.
Metode Wawancara
Dalam metoda ini kita melakukan tanya jawab kepada pembimbing atau personal yang sudah kompeten dan
tahu tentang permasalahan-permasalahan yang dihadapi dalam pekerjaan tersebut.
3.
Metode Kepustakaan
Metode ini dilakukan dengan membaca, mencari referensi atau mencari jawaban tentang hal-hal yang kita
temui di lapangan sehingga kita mendapatkan data yang akurat dan dapat dipertanggung jawabkan
4.
Analisa
Setelah melakukan praktek di lapangan tentang pengelasan dan pembuatan WPS dan PQR diharapkan kita
dapat membuat suatu analisa tentang kesulitan atau permasalahan yang timbul dan dapat menemukan solusi
yang baik.

BAB II
PEMBAHASAN TEORI
1

2.1

Tugas dan Tanggung Jawab Welding Inspector

Tugas seorang Welding Inspector adalah untuk memastikan semua aktivitas welding sesuai dengan kode, standard
dan spesifikasi yang diminta dan bertanggung jawab terhadap kualitas hasil las sesuai dengan kode, standard dan
spesifikasi yang ditetapkan dan disepakati sebelumnya.
Tugas Welding Inspector dapat dibagi menjadi 3 kategori yaitu:
a. Sebelum Welding (Before)
- Memeriksa dan mengerti dengan code, standard, Spesifikasi klien dan juga gambar yang disetujui dan
dipakai.
- Memeriksa keabsahan certifikat dan qualifikasi Welder
- Memeriksa dan mengawasi persiapan sambungan las berdasarkan permintaan WPS
- Memeriksa kondisi Mesin las, kabel, pegangangan elektroda, perlengkapan welder dan memastikan
semua dalam posisi/keadaan benar dan certifikat kalibrasi
- Memeriksa elektroda yang dipakai seperti ukuran, tipe dan kondisi penyimpanan yang sesuai dengan
rekomendasi pabrik
- Memeriksa bahan yang akan dilas seperti ukuran, tipe dan kondisi. Memastikan certifikat bahan sesuai
dengan permintaan
- Memeriksa temperature bahan yang akan dilas jika diperlukan dan metode pemanasan
- Memeriksa perlengkapan keselamatan kerja yang diperlukan
b. Proses Welding (During)
- Perhatikan kondisi cuaca tidak menggangu proses dan hasil akhir pengelasan
- Memeriksa posisi welding berdasarkan WPS dan identitas welder
- Mengawasi temperatur sesuai dengan WPS yang digunakan
- Memeriksa welding parameter seperti Arus, Voltage dan Kecepatan Las berdasarkan WPS
- Memeriksa kondisi elektroda yang dipakai mengikuti rekomendasi WPS
- Memeriksa temperature setiap interpass sesuai rekomendasi WPS
- Proses pembersihan setelah las harus sesuai dengan metoda yang diminta.
c. Sesudah Welding (After)
- Setiap lasan diberi tanda dan identitas menurut gambar
- Melakukan visual test memenuhi persyaratan standar dan NDT
- Memeriksa ukuran dan bentuk menurut gambar atau kode
- Memastikan pelaksanaan NDT dan laporan lengkap.

2.2

Pengertian Pengelasan

Pengertian pengelasan adalah penyambungan dua bahan atau lebih yang didasarkan pada prinsip-prinsip proses
difusi, sehingga terjadi penyatuan bagaian bahan yang disambung. Kelebihan sambungan las adalah kontruksi ringan,
dapat menahan kekuatan yang tinggi, mudah pelaksanaannya serta cukup ekonomis. Namun kelemahan yang paling
utama adalah terjadinya perubahan struktur mikro bahan yang dilas, sehingga terjadi perubahan sifat fisik maupun
mekanis dari bahan yang dilas. Perkembangan teknologi pengelasan logam memberikan kemudahan kepada manusia
dalam menjalankan kehidupannya. Saat ini kemajuan ilmu pengetahuan dibidang elektronik melalui penelitian yang
melihat karakteristik ataom mempunyai kontribusi yang sangat besar terhadap penemuan material baru dan sekaligus
bagaimana menyambungnya. Proses penyambungan dua bahan dapat menyatu secara langsung, namun ada juga yang
memerlukan bahan tambahan lain agar logam lasan berbentuk dengan baik, bahan tersebut disebut bahan tambah (Filler
Metal). Bahan tambah biasanya berbentuk batangan, biasa dinamakan welding rod (elektroda las). Pemanasan logam
yang akan disambung berasal dari pembakaran gas atau arus listrik.

2.3

Proses Pengelasan
a. Shield Metal Arc Welding (SMAW)
Adalah proses pengelasan yang menggunakan panas untuk mencairkan material dasar atau logam induk dan
elektroda (bahan pengisi). Panas tersebut dihasilkan oleh lompatan ion listrik yang terjadi antara anoda dan katoda
(ujung elektroda dan permukaan plat yang akan dilas). Panas yang dihasilkan dari lompatan ion listrik ini besarnya
dapat mencapai 40000 Celcius. Sumber tegangan yang digunakan pada pengelasan SMAW ini ada dua macam yaitu
arus bolak balik (AC) dan arus searah (DC).

Proses terjadinya pengelasan ini karena adanya kontak antara ujung elektroda dan material dasar sehingga
terjadi hubungan pendek, saat terjadi hubungan pendek tersebut tukang las (welder) harus menarik elektroda
sehingga terbentuk busur listrik yaitu lompatan ion yang menimbulkan panas. Panas akan mencairkan elektroda
dan material dasar sehingga cairan elektroda dan cairan material dasar akan menyatu membentuk logam lasan
(weld metal). Untuk menghasilkan busur yang baik dan kontran, tukang las harus menjaga jarak ujung elektroda
dan permukaan material dasar tetap sama. Adapun jarak yang paling baik adalah sama dengan 1.5 x diameter
elektroda yang dipakai.
Terdapat dua jenis polaritas yaitu:
1. Polaritas Positif (+) adalah kondisi dimana holder elektroda dicolokkan pada kutub positif dan sebaliknya
masa dicolokkan pada kutub negatif (-). Polaritas ini disebut juga DCRP (Direct Current Reverse Polarity)
atau DCEP (Direct Current Electrode Positive), polaritas ini akan banyak digunakan pada pengelasan Filler
dan Capping karena penetrasinya yang dangkal.
2. Polaritas Negatif (-) adalah kebalikan dari polaritas Positif dimana holder elektroda diletakkan pada kutub
negatif dan masa pada kutub positif. Biasanya disebut DCSP (Direct Current Straight Polarity) atau DCEN
(Direct Current Electrode Negative). Polaritas ini biasanya digunakan untuk root karena menghasilkan
penetrasi yang dalam.
SMAW memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan seperti dibawah ini:
Kelebihan:
- Las Busur sederhana dan serba guna
- Mesin ringan dan portable sehingga cocok dibawa kemana-mana
- Praktis dan mudah penggunaanya
- Dapat dikerjakan pada semua posisi pengelasan
- Biaya lebih rendah dibandingkan dengan proses welding yang lain.
Kekurangan:
- Kecepatan pengisiannya lebih rendah dibandingkan proses otomatis dan semi otomatis
- Menghasilkan slag atau terak yang harus dibuang sebelum melanjutkan pengelasan
- Dibutuhkan juru las yang terampil untuk mendapatkan hasil las yang berkualitas.
- Pada low hydrogen, elektroda perlu penyimpanan khusus.

Gambar Prinsip dasar las SMAW

Gambar Aplikasi Melt Through simbol

2.4

Posisi Pengelasan (Welding Position)


Dalam pelaksanaan pengelasan dikenal beberapa istilah untuk proses pengelasan berdasarkan jenis bahan yang
disambung dan posisi busur las (elektroda) pada waktu pengelasan.
Untuk pengelasan pelat (butt weld) dapat dibagi menjadi 4 seperti gambar dibawah ini.

Untuk pengelasan pelat (Fillet) dapat dibagi menjadi 4 seperti gambar dibawah ini.

Untuk pengelasan Pipa (Butt Weld) dibagi menjadi 5 seperti gambar di bawah ini:

Anda mungkin juga menyukai