Tujuan PWHT :
PWHT adalah bagian dari process heat treatment yang bertujuan untuk menghilangkan tegangan sisa yang terbentuk setelah proses weldingan
selesai. Material terutama carbon steel akan mengalami perubahan struktur dan grain karena effect dari pemanasan dan pendinginan. Struktur
yang tidak homogen ini menyimpan banyak tegangan sisa yang membuat material tersebut memiliki sifat yang lebih keras namun
ketangguhannya lebih rendah.
Dalam melakukan PWHT banyak hal yang harus diperhatikan agar tujuan dari
PWHT ini dapat tercapai. Faktor factor penting yang harus diperhatikan
diantaranya :
1.
Expansion area. :Karena proses panas akan mengakibatkan terjadinya
pemuaian dan expansi material maka harus di perhatikan bahwa saat stress relieve
material tersebut tidak mengalami restraint.
2.
Insulasi : Saat element sudah terpasang dengan benar maka area disekitar
(adjacent) element harus ditutup dengan kowool atau ceramic fiber untuk menjaga
kestabilan suhu.
3.
Cleaning Material : Material harus bersih dari segala grease , oil.
4.
SUpport material : Proses pemanasan akan mengakibatkan terjadinya
pelunakan material. Dengan adanya gaya gravitasi maka material yang akan di
PWHT harus diberikan support sehingga tidak terjadi distorsion
Record PWHT :
Semua kegiatan PWHT harus dilakukan pencatatan terhadap parameter parameter
dan element lainnya yang dianggap essential sesuai kesepakatan dan eq code
antara fabricator dan owner. Secara garis besar factor factor penting yang harus di
catat dalam report PWHT adalah :
1.
Identitas dari Material (tracebility, Spool No , or etc)
2.
Waktu diakukan PWHT
3.
Temperatur record dalam bentuk dot grafik atau sejenisnya.
4.
Personel PWHT.
untuk fabrikasi tanki, pressure vessel dan ASME B 31.3 untuk pipa pada Piping
Process.
Proses PWHT untuk yang dikerjakan di site disebut Lokal PWHT karena
mesin PWHT dibawa ke lokasi proyek.
Pada prinsipnya proses heat treatment untuk PWHT sering dinamakan Stress
Relieving, dimana weld zone & HAZ dipanaskan sampai suhu sekitar 575 C - 625 C
atau dibawah suhu transformasi 723 C untuk material Carbon Steel, dan dilakukan
penahanan (holding time) pada suhu +/- 25 dari 600 C selama 1 jam (tergantung
prosedur yang telah ditentukan)
Langkah-langkah proses Local PWHT pada Pipe Spool untuk Well Head Platform B
- Modification:
1.Pemasangan Heater :
3.Me
sin P
WHT
&
Chart Record
Setelah proses holding time maka suhu diturunkan sampai 200 C - 300 C dan power
mesin dimatikan, lalu blanket dibuka untuk proses pendinginan.
setelah dingin dilakukan Hardness Test untuk melihat kekerasan dan acceptance
criteria maksimum 248 HV.
4.Hardness Test
Parameter parameter
dalam PWHT yang perlu dijaga adalah :
1. Heating rate .
2. Holding temperature
3. Cooling Rate
Persiapan sebelum PWHT :
Dalam melakukan PWHT banyak hal yang harus diperhatikan agar tujuan
dari PWHT ini dapat tercapai. Faktor penting yang harus diperhatikan diantaranya :
1. Expansion area. :Karena proses panas akan mengakibatkan terjadinya pemuaian
dan expansi material
maka harus di perhatikan bahwa saat stress relieve material tersebut tidak
mengalami restraint.
2. Insulasi : Saat element sudah terpasang dengan benar maka area disekitar
(adjacent) element harus
ditutup dengan wool atau ceramic fiber untuk menjaga kestabilan suhu.
3. Cleaning Material : Material harus bersih dari segala grease, oil.
4. Support material : Proses pemanasan akan mengakibatkan terjadinya pelunakan
material.
Dengan adanya gaya gravitasi maka material yang akan di PWHT harus diberikan
support sehingga tidak terjadi distorsion
Record PWHT :
Semua kegiatan PWHT harus dilakukan pencatatan terhadap parameter parameter
dan element lainnya yang dianggap essential sesuai kesepakatan dan eq code
antara fabricator dan owner. Secara garis besar faktor penting yang harus di catat
dalam reportPWHT adalah :
1. Identitas dari Material (tracebility, Spool No, or etc)
2. Waktu diakukan PWHT .
Sebagian besar logam yang tidak terkena proses pengelasan berada pada ambient temperature.
Suhu antar layer lasan yang berbeda menyebabkan terjadinya thermal gradient tiap layer.
Perbedaan suhu antara logam lasan dengan daerah yang terpengaruh panas (Heat Affected Zone) juga menyebabkan thermal gradient.
Pendinginan secara tiba-tiba dan perubahan phase terjadi di dalam macrostructure dan tidak sama dengan macrostructure logam original, sehingga
menyebabkan terjadinya perubahan sifat logam menjadi lebih lemah dan getas.
Residual stress dan macrostructure yang berubah tersebut akan bergabung dengan operating stress (operating pressure) sehingga bias menimbulkan kegagalan fatal
pada pressure vessel.
PWHT dapat meenghilangkan efek tersebut dengan cara heating, soaking, dan cooling pada area lasan. Pemanasan dilakukan sampai dibawah temperature Ac1 (first
transformation temperature), sehingga macrostructure-nya akan berubah ke bentuk aslinya dan menghilangkan residual stress. Di sisi lain preheat juga dapat
menurunkan cooling rate sehingga tidak terjadi pendinginan yang terlalu cepat setelah proses pengelasan.
2. Faktor yang harus diperhatikan
Beberapa factor yang berkontribusi terhadap perubahan stress dan macrostructure adalah:
Ketebalan lasan. Logam yang lebih tebal akan meningkatkan thermal gradient dan menghasilkan residual stress.
Material yang berbeda (terutama muai panasnya). Proses pengelasan antara dua material yang berbeda grade akan menghasilkan perbedaan
macrostructure antara base metal dengan weld joint.
Ketepatan dan kecermatan dalam mengontrol cooling rate selama proses pengelasan. Pendinginan yang tiba-tiba dapat mengakibatkan perubahan
macrostructure pada feritic steel.
Perbedaan geometri bagian yang akan dilas dapat menyebabkan thermal gradient dan mengakibatkan residual stress.
Penetrasi hydrogen selama pengelasan dapat memicu terjadinya stress corrosion cracking. Hidrogen akan berdisfusi keluar dari lasan selama proses
PWHT.
Area lasan dan HAZ mempunyai hardness yang lebih tinggi dari pada base metal sehingga bagian tersebut lebih getas. PWHT dapat mengontrol hardness
sampai pada level yang diinginkan.
PWHT merupakan proses pemanasan logam sampai di bawah first transformation point (Ac1), menahannya (soaking) sampai waktu yang cukup dan mendinginkannya
pada cooling rate yang dikontrol.
Temperatur soaking dan holding time PWHT tergantung pada jenis alloy dan tebalnya. Bervariasi antara 595 sampai 775C. Biasanya holding time dari alloy steel adalah
1 jam/inchi.
Mengingat pentingnya dan safety terhadap pressure vessel, maka parameter PWHT dapat dilihat pada ASME Boiler and Pressure Vessel code Section VIII-1 sub section
UW 40, UCS 56,UHA 32, UHT 56, UNF 56 dan UCL 34 untuk berbagai jenis alloy. Syarat dan ketentuan PWHT dapat dilihat pada ASME Code.
3. Metode Pelaksanaan PWHT
Beberapa metode PWHT yang biasa digunakan:
Gas firing pada stationary furnace. Ini merupakan metode yang biasa digunakan manufacturer, lebih ekonomis apabila memiliki permanent furnace dan gas
supply system.
Gas firing atau electrical heating pada temporary furnace. Untuk menghindari cost dalam mengirimkan produk dari lokasi fabrikasi ke plant.
PWHT lokal.
Metode yang banyak dipakai adalah memanaskan dengan electrical resistance heating. Ceramic beaded heating coil dililitkan disekitar area
lasan. Temperature gradient dikontrol oleh arus listrik.
Metode lain yang popular adalah induction heating, meskipun cost dari metode ini cukup mahal. Proses ini merupakan proses yang paling
bersahabat terhadap welder. Tidak seperti pada resistance heating, pada induction heating pipa akan ikut menjadi panas sehingga temperature gradient seragam.
Internal gas firing. Vessel, column, spherical tanks, sour tanks, dan lain-lain yang berukuran besar di-heat treatment dengan metode ini.
Metode ini membutuhkan perlatan khusus dan operator yang berkemampuan khusus dan prosesnya lebih rumit. Thermal expansion dari vessel harus diperhitungkan
apabila kita menggunakan proses PWHT ini.