Anda di halaman 1dari 11

WELDING PROSEDUR SPECIFICATION

UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH


Praktikum Las Lanjut
Yang dibina Bapak Abdul Qolik

Oleh :
Yutdi 130511605783

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK MESIN
PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN TEKNIK MESIN
OKTOBER 2016

WPS
(Welding Procedure Spesification)

Prosedur Pengelasan (WPS) adalah suatu perencanaan untuk pelaksanaan pengelasan


yang meliputi cara pembuatan konstruksi pengelasan yang sesuai dengan rencana dan
spesifikasinya dengan menentukan semua hal yang diperlukan dalam pelaksanaan tersebut.
Karena itu mereka yang menentukan prosedure pengelasan harus mempunyai pengetahuan
dalam hal pengetahuan bahan dan teknologi pengelasan itu sendiri serta dapat menggunakan
pengetahuan tersebut untuk effesiensi dari suatu aktivitas produksi.
1. Essential Variabel. Suatu variabel yang bila diubah akan berpengaruh pada
mechanical properties hasil pengelasan.
2. Supplement Essential Variabel. Suatu variabel yang bila diubah akan berpengaruh
pada Nilai Impact hasil pengelasan.
3. Non Essential Variabel. Suatu variabel bila diubah tidak akan mempengaruhi nilai
impact dan mechanical properties hasil pengelasan.
Langkah-Langkah Pembuatan Prosedure Pengelasan ( WPS )
1. Menyusun draft / prelimenary prosedure pengelasan.
2. Melakukan pengelasan pada test coupon sesuai dengan parameter-parameter
pengelasan yang telah tertulis dalam draft prosedure tersebut.
3. Membuat test specimen dan melakukan uji specimen dengan Destructive Test.
4. Mengevaluasi hasil Destructive Test dengan Standard / code yang digunakan.
5. Mencatat dan mensertifikasi hasil uji tersebut pada lembar Prosedur Kualifikasi
Record (PQR).
aktor utama yang diperhitungkan dalam penyusunan prosedure pengelasan (WPS)
1. Apakah jenis material induknya (Base Metal) ?
2. Jenis proses welding yang digunakan ?

3. Jenis kawat las yang dipakai ?


4. Kondisi pemakaian alat yang akan di las ?

Disamping 4 ( empat ) persyaratan diatas ada persyaratan lain seperti :


1. Compability antara kawat las dan material induk (Base Metal).
2. Sifat-sifat metallurgy dari material tersebut khususnya weldabilitynya.
3. Proses pemanasan (Preheat, Post Heat, Interpass Temperatura Dan PWHT).
4. Design sambungan dan beban.
5. Mechanical properties yang diinginkan.
6. Lingkungan verja (enviroment work) pada equipment tersebut.
7. Kemampuan welter.
8. Safety.

Cara Mengkualifikasi Prosedure Pengelasan (WPS)


Langkah langkah dalam melakukan kualifiaksi prosedure pengelasan yaitu :
1. Membuat Test Coupon.
2. Melakukan pengelasan pada test coupon dengan parameter-parameter sesuai yang
tercantum dalam draft Prosedure pengelasan (WPS). Hal-hal yang dianjurkan adalah
mencatat semua variabel essential, Non essential maupun Supplementary essential.
3. Memotong test coupon untuk dijadikan specimen test DT (Destructive Test).
4. Jika hasil test DT dinyatakan accepted harus di record pada Prosedure Kualifikasi
Pengelasan (PQR).
5. Membandingkan hasil PQR dengan parameter yang ada di WPS untuk menjamin
bahwa range dan parameter yang tercantum pada WPS tercover pada PQR.

Didalam pembuatan prosedure pengelasan (WPS) code atau Standard yang lazim dipakai
dinegara kita adalah American Standard ( ASME, AWS dan API ). Selain American Standard
design dan fabrikasi yang sering kita jumpai adalah British Standard ( BS ), Germany
Standard ( DIN ), Japanese Standard ( JIS ) dan ISO. Akan tetapi hingga saat ini standard
yang paling sering dijadikan acuan untuk pembuatan prosedure pengelasan ASME Code Sect

IX (Boiler, Pressure Vessel, Heat Exchanger, Storage Tank), API Std 1104 ( Pipeline ) dan
AWS (Structure & Plat Form).
Welding Procedure Specification (WPS) adalah Prosedur yang digunakan sebagai acuan
untuk melaksanakan Proses pengelasan yang meliputi rancangan rinci dari teknik pengelasan
yang sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan. Dalam hal ini prosedure pengelasan
merupakan langkah-langkah pelaksanaan pengelasan untuk mendapatkan mutu pengelasan
yang memenuhi syarat.
Dalam prosedur Pengelasan (WPS) harus ditampilkan variabel-variabel yang
mempengaruhi kualitas hasil pengelasan. Variabel-variabel itu dapat digolongkan menjadi 3
(Tiga) kelompok :
Standar yang dipakai dalam WPS antara lain :
1. ASME (american society of mechanical engineers)
2. API ( american petroleum engineers)
3. AWS (american welding society)
4. ISO
Klasifikasi sambungan las
Klasifikasi Berdasarkan Jenis Sambungan Dan Bentuk Alur.
1. Sambungan Las Dasar
Sambungan las dalam kontruksi baja pada dasarnya dibagi dalam sambungan
tumpul, sambungan T, sambungan sudut dan sambungan tumpang, sambungan dengan
penguat dan sambungan sisi.
2. Sambungan Tumpul
Sambungan tumpul adalah jenis sambunganyang paling efesien, sambungan ini dibagi
lagi dalam dua yaitu sambungan penetrasi penuh dan sambungan penetrasi menjadi
sambungan tanpa pelat pembantu yang masih dibagi lagi dalam pelat pembantu yang
turut menjadi bagian dari kontruksi dan pelat pembantu yang hanya sebagai penolong
pada waktu proses pengelasan saja. Bentuk alur dalam sambungan tumpul
mempengaruhi efesiensi pengerjaan, efesiensi sambungan dan jaminan sambungan.
Karena itu pemilihan bentuk alur sangat penting, bentuk dan ukuran alur sambungan
datar ini sudah banyak distandarkan dalam standar AWS, BS, DIN, GOST, JSSC dan
lain-lainnya. Pada dasarnya dalam memilih bentuk alur harus menuju kepada
penurunan logam las sampai kepada harga yang terendah tidak menurunkan mutu
sambungan. Karena hal ini maka dalam pemilihan bentuk alur diperlukan kemampuan
dan penglaman yang luas. Bentuk-bentuk yang telah distandarkan pada umumnya
hanya meliputi pelaksanaan pengelasan yang sering dilakukan sehingga dalam
pengelasan khusus bentuk alur harus ditentukan sendiri berdasarkan penglaman yang
dapat dipercaya.
3. Sambungan bentuk T dan silang
Pada kedua sambungan ini secara garis besar dibagi dalam dua jenis yaitu jenis las
dengan alur dan jenis las sudut, hal-hal yang dijelaskan untuk sambungan tumpul
diatas juga berlaku untuk sambungan jenis ini, dalam pelaksanaan pengelasan

4.

5.

6.

7.

mungkin sekali ada bagian batang yang menghalngi yang dalam hal ini dapat diatasi
dengan memperbesar sudut alur.
Sambungan sudut
Dalam sambungan ini dapat terjadi penyusunan dalam arah tebal pelat yang dapat
menyebabkan terjadinya retak lamel, hal ini dapat dihindari dengan membuat alur
pada pelat tegak seperti yang terlihat dalam pengelasan yang tidak dapat dilakukan
karena sempitnya ruang maka pelaksanaanya dapat dilakukan dengan pengelasan
tembus atau pengelasan dengan pelat pembantu.
Sambungan Tumpang
Sambungan tumpang dibagi dalam 3 jenis. Karena sambungan ini efisiensinya rendah
maka jarang sekali digunakan untuk pelaksanaan penyambungan konstruksi utama.
Sambungan tumpang biasanya dilaksanakan dengan las sudut, dan las isi.
Sambungan sisi
Sambungan sisi dibagi dalam sambungan las dengan alur dan sambungan las ujung.
Untuk jenis yang pertama pada pelatnya harus dibuat alur sedangkan pada jenis kedua
pengelasan dilakukan pada ujung pelat tanpa ada alur. Jenis kedua ini biasanya
hasilnya kurang memuaskan kecuali bila pengelasannya dilakukan dalam posisi datar
dengan aliran listrik yang tinggi.
Sambungan dengan pelat penguat
Sambungan ini dibagi dalam dua jenis yaitu sambungan dengan pelat penguat tunggal
dan dengan pelat penguat ganda. Sambungan ini mirip dengan sambungan tumpang.
Dengan alasan yang sama dengan sambungan tumpang, maka sambungan ini pun
jarang digunakan untuk penyambungan konstruksi utama.

Klasifikasi berdasarkan cara pengelasan


Sebenarnya banyak cara untuk mengklasifikasikan pengelasan, tetapi karena dalam hal ini
akan di hubungkan dengan benttuk daerah las maka diambil klasifikasi yang didasarkan atas
keadaan yang terjadi pada logam yang di las yaitu cair, padat dengan tekanan dan lain
sebagainya. Berdasarkan ini sambungaan las dapat dapat dibagi dalam tiga jenis seperti
diterangkan dibawah ini.
1. Sambungaan Las Cair
Sambungan las cair adalah jenis yang paling banyak digunakan dalam konstruksi las
yang masih dibagi lagi kedalam elektroda terumpan dan elektroda tak terumpan. Las
busur listrik tangan, las busur listrik dengan pelindung gas dan las busur listrik
terendaam kesemuanya termasuk dalam las busur listrik dengan elektroda terumpan.
Sedangkan las TIG termasuk dalam las busur listrik dengan elektroda tak terumpan.
2. Sambungan Las Tekan
Jenis sambungan yang dapat dilakukan dengan sambungan las tekaan adalah
sambungaaan tumpang, di mana pelaksanaannya dapat berupaa las ledakan, las
gesekan atau friksi las ultrasonic las tekan dingin, lastekan panas dan las resisteansi.
3. Sambungan Patri
Sambungan patri adalah semacam sambungan las yang menggunakan sifat metalurgi
dimana ligam dapat dipadu pada temperatur yang lebih rendah dari pada temperatur
cairnya. Logam patri biasanya mempunyai kekuatan yang lebih rendah dari pada

logam induk dan dibagi dalam dua jenis yaitu logam patri keras dan logam patri lunak
yang dibedakan oleh suhu cairnya.
Prosedur Dan Teknik Pengelasan
Prosedur pengelasan adalah suatu perencanaan untuk pelaksanaan pengelasan yang
meliputi cara pembuatan kontruksi las yang sesuai dengan rencana dan spesifikasinya dengan
menentukan semua hal yang diperlukan dalam pelaksanaan tersebut. Karena itu mereka yang
menentukan prosedur pengelasan harus mempunyai pengetahuan dalam teknologi las, dapat
menggunakan pengetahuan tersebut dan mengerti tentang efesiensi dan ekonomi dari
aktivitas produksi. Untuk setiap pelaksanaan pekerjaan harus dibuat prosedur tersendiri
secara terperinci termasuk menentukan alat yang diperlukan yang sesuai dengan rencana
pembuatan dan kualitas produksi.
Perencanaan Prosedur Pengelasan
Prosedur pengelasan akan memberikan hasil yang baik bila sebelumnya telah dibuat
rencana tentang jadwal pembuatan, proses pembuatan, alat-alat yang diperlukan, bahanbahan, urutan pelaksanaan, persiapan pengelasan, perlakuan setelah pengelasan, pengaturan
pekerjaan dan lain-lainnya. Dalam memilih proses pengelasan harus dititik beratkan pada
proses yang paling sesuai untuk tiap-tiap sambungan las yang aada pada konstruksi. Dalam
hal ini tentu dasarnya adalah efesiensi yang tinggi, biaya yang murah, penghematan tenaga
dan penghematan energi sejauh mungkin. Proses pengelasan yang dipilih harus sudah
ditentukan dalam tahap perencanaan kontruksi. Dalam pemilihan ini sebaiknya dibicarakan
diantara tiga yaitu pihak perencana, pihak pelaksana, dan pihak peniliti dilaboratorium
dengan titik berat pada pelaksan. Dalam penentuan ini dengan sendirinya harus
dipertimbangkan juga alat yang digunakan.
Persiapan Pengelasan
Hal-hal umum
Mutu dari hasil pengelasan disamping tergantung dari pengerjaan lasnya sendiri juga
sangat tergantung dari persiapanya sebelum pelaksanaan pengelasan. Karena itu persiapan
pengelasan harus mendapatkan perhatian dan pengawasan yang sama dengan pelaksanaan
pengelasan. Persiapan umum dalam pengelasan meliputi penyedian bahan, pemilihan mesin
las, penunjukan juru las, penentuan alat perakit dan beberapa hal lainnya lagi. Dalam
konstruksi baja umum proses las yang digunakan biasanya adalah las busur listrik dengan
elektroda terbungkus, las busur listrik dengan pelindung gas CO2 dan las busur listrik
terendam. Proses yang pertama paling banyak dan sangat umum dipakai tetapi kecepatan
pengelasanya dan daya tembusnya lebih rendah bila dibandingkan dengan kedua proses yang
lainya. Las busur listrik dengan pelindung gas CO2 mempunyai kecepatan dan daya tembus
yang lebih tinggi tetapi memerlukan pelindung angin, komponenyang lebih banyak dan
pengaturan gas. Pada las busur listrik terendam kecepatan dan daya tembus yang lebih tinggi
lagi. Tetapi hanya dapat digunakan pada las datar saja dan lebih sesua untuk pelat tebal dari

pada pelat tipis. Jelas disini bahwa masing-masing proses pengelasan mempunyai untung
ruginya sendiri yang harus dipertimbangkan masak-masak dalam menentukan proses
pengelasan yang akan digunakan.
Dalam menentukan alat-alat, disamping menentukan mesin lasnya sendiri, hal yang Juga
tidak kalah pentingnya adalah penentuan alat perakit atau alt antu. Alat perakit ini adalah alatalat khusus yang memegang dengan kuat bagian-bagian yang akan dilas sehingga hasil
pengelasan mempunyai bentuk yang tepat, jadi pemilihan alat Bantu yang tepat akan
menentukan ketelitian bentuk akhir dan akan mengurangi waktu pengelasan.
1. Persiapan Sisi Las
Setelah pentuan proses pengelasan. Maka geometri sambungan harus ditentukan
dengan memperhatikan tingkatan teknikdari bagian pembuatan, sifat kemampuan dan
pengerjaanya dan kemungkinan penghematan yang akhirnya tertuju pada bentuk alur
pada umumnya untuk pengelasan pelat dengan tebal sampai dengan 6mm digunakan
alur persegi, untuk pelat dengan tebal 6mm sampai 20mm digunakan alur V tunggal
dan yang lebih tebal dengan alur V ganda atau U tunggal atau ganda dan lain
sebagainya.

2. Posisi Pengelasan Dan Alat Pemegang


pengelasan yang terbaik ilihat dari sudut kualitas sambungan dan efesiensi pengelasan
adalah posisi datar. Karena itu dalam menentukan urutan perakitan,harus
mengusahakan sejauh mungkin mengunakan posisi datar yaitu :
a. memungkinkan pelaksanaan pengelasan posisi datar sebanyak-banyaknya.
b. menahan dan menghalang I perubahan bentuk yang terjadi karena pengelasan atau
memberikan perubahan bentuk mulauntuk mendapatkan kecepatan bentuk yang
lebih tinggi.
c. memperbaiki efesiensi dengan memudahkan pelaksanaan pengelasan atau
memungkinkan pengelasan otomatik dalam produksi besar-besaran.
3. Las Ikat Dan Perakitan
Bagian-bagian yang telah dipersiapkan kemudian distel untuk dirakit. Dalam
penyetelan ini seringkali bagian-bagian harus dihubungkan satu sam lain, dengan
lasan pendek-pendek pada tempat-tempat yang dinamakan las ikat. Karena sifatnya
sementara maka sering sekali las ikat ini dilakasanakan dengan sembarangan sehingga

terjadi retak-retak dan ronga halus yang akhirnya akan menurunkan mutu lasan.
Karena las ikat juga mempengaruhi kualitas maka dianjurkan agar las ikat juga harus
dilaksanakan dengan baik dan oleh juru las yang mempunyai kualifikasi yang sama
dengan juru las yang akan melaksanakan seluruh pengelasan. Kalau hal ini tidak dapat
dipenuhi maka sebaiknya tempat-tempat yang nantinya tidak di las. Las ikat juga
biasanya menggunakan elektroda yang sama jenisnya dengan elektroda untuk
pengelasan yang sebenarnya.
4. Pemeriksaan Dan Perbaikan Alur
Bentuk dan alur turut menentukan mutu lasan, karena itu pemeriksaan terhadap
ketelitian bentuk ukuranya juga harus dilakukan pada saat sebelum pengelasan, dalam
hal ini yang penting adalah besarnya celah akar, yang harus sesuai dengan spesifikasi
yang telah ditentukan. Kalau celah akar lebih besar dari pada spesifikasi maka harus
diadakan perbaikan seperlunya. Cara perbaikannya tergantung dari pada celah dan
jenis sambunganya.
5. Pembersihan Alur
Kotoran-kotoran sperti karat, terak, minyak dan gemuk, debu, air dan lain sebagainya
bila bercampur dengan logam. Las dapat menimbulkan cacat las seperti retak, lubang
halus dan lain sebagainya yang dapat membahayakan kontruksi. Karena itu kotoran
kotoran tersebut harus dibersihkan sebelum pelaksanaan pengelasan yang sebelumnya
juga harus dibersihkan juga sebaik-baiknya. Cara pembersihan kotoran tersebut ada
dua macam yaitu cara mekanik dengan menggunakan sikat kawat baja, penyemprotan
pasir dan lain sebaginya, disamping itu juga cara penyemprotan dengan apipada
daerah yang akan dilas dengan tujuan menguapkan api,membakar minyak dan gemuk,
menghembus terak dan merupakan pemanasan mulai.
Fungsi dari WPS adalah untuk acuan pengelasan dalam suatu proyek yang tidak lain
bertujuan untuk menentukan rakitan las yang di usulkan untuk suatu konstruksi yang
memenuhi persyaratan dalam suatu pemakaian yang sudah ditetapkan serta untuk
mendapatkan mechanical properties yang diharapkan sesuai dengan design yang telah dibuat.
(QW-100.1). WPS yang dibuat oleh kontraktor harus diuji terlebih dahulu untuk
membuktikan kebenarannya yaitu dikenal dengan prosedur las. Dalam prosedur pengelasan
itu sendiri terdiri dari essential variable dan non essential sesuai code dan standar yang di
pakai pada saat pembuatan prosedur pengelasan tersebut.
Prosedur pengelasan adalah suatu rangkuman acuan pengelasan yang telah di uji dari segi
Kekuatan secara mechanical baik dengan pengujian merusak (destructive test) atau pengujian
tidak merusak (non destructive test) yaitu dalam semua pengujian procedure tersebut harus
menghasilkan hasil uji yang accept secara code atau setandar yang di pakai dalam pengujian
tersebut.

Bagaimana WPS bisa di katakan terkualifikasi atau WPS telah teruji dan WPS itu siap di
jadikan acuan prosedur pengelasan di suatu proyek, Tentunya prosedur pengelasan tersebut
telah melwati tahap tahap uji, seperti yang telah saya singgung prosedur pengelasan
tersebut telah di uji baik dengan Uji merusak ataupun uji tidak merusak, Uji merusak atau
tidak merusak itu di tetapkan sesuai dengan Code dan standart yang di pakai.
WPS lahir dari rangkuman PQR (procedure qualification record) yang di dalamnya
terdapat data efident dari proses pengelasan dari suatu joint yang terekam dalam satu
lembaran form yang di sebut RUN SHEET, Semua proses baik sebelum,Selama, Dan sesudah
pengelasan terekam dalam run sheet semuanaya adalah data akurat dari peroses proses yang
telah di lakukan, Yang tidak lain isinya adalah parameter parameter dari pengelasan itu
sendiri baik itu preparation Joint material yang di gunakan dari kondisi temperature Joint,
Temperature antar pass pengelasan, Heat nput, Travel speed, berapa ampere yang di pakai,
Voltege yang di dapat, polarity yang di gunakan, Electrode dan diameter yang digunakan.
Berikut adalah gambar ilustrasi Form Runsheet.
PQR itu sendiri adalah suatu proses yang di dalamnya di lakukan suatu pengelasan Joint
baik turbullar ataupun non turbullar, Dengan ukuran diameter, Ketebalan dan jenis material
grade atau type yang akan digunakan, Posisi pengelasan, Proses pengelasan yang akan di
gunakan semua telah di tetapkan oleh design di manufacture tersebut.
Setelah proses Runing Pengelasan PQR telah selesai, Masuklah tahap uji NDT (non
destructive test) atau uji tidak merusak yang pertama di uji adalah Visual dari hasil
pengelasan itu sendiri, Namun tentu saja sebelum tahap visual joint tersebut harus sudah
bersih (Cleaning Methode) alat yang di pakaipun harus tertulis dala run sheet, Jika secara
Visual pengelasan tersebut tidak memenuhi Acceptance Creteria, joint PQR tersebut tidak
biasa di lanjutkan ke uji NDT selanjutnya, Otomatis PQR harus kembali di buat dari awal
begitupun selanjutnya, Jika Visual Accept namun dalam pengujian Radiographi test reject
PQR tersebut tidak akan bisa ke tahap pengujian Mekanik.
Jika semua uji mendapat hasil Accept sesuai setandart yang di pakai, Semua hasil uji harus
tertulis dalam dokumen baik visual, NDT dan DT maupun setifikat material yanf di pakai
yang nantinya di jadikan attachment dan di satukan dengan runshhet, Maka baruah PQR
tersebut dapat di kombinasikan dengan Code dan setandart yang telah di tetapkan yang
tujuanya adalah untuk mendapatkan Range atau toleransi dari seluruh element yang terdapat
dalam prosedur pengelasan agar dapat mencover pekerjaan pengelasan, Kemudian di validasi
oleh client dan 3rd party, Dan jadilah WPS tersebut sudah terkualifikasi atau teruji siap untuk
di jadikan Acuan pengelasan di lapangan, Sekian tulisan ini semata - mata untuk pemahaman
tentang prosedur las secara umum.
Pengujian atau kualifikasi meliputi :
1.
2.
3.
4.

Pembuatan spesiemen uji oleh welder


Pengetesan benda uji yang dibuat dari spesiemen uji yang bersangkutan
Hasil uji didokumentasikan dalam bentuk rekaman kualifikasi prosedur (PQR)
PQR harus diperiksa oleh welding inspektor (QW-483)

Adapun komponen informasi dalam WPS antara lain :


o proses las
o Desain sambungan las
o logas dasar
o posisi las
o pemanasan awal
o perlakuan panas pasca las
o gas pelindung
o karakterstik listrik
o teknik pengelasan
Logam dasar pada WPS :
pengelompokan logam dasar berdasarkan pada standar yang dipakai. misalnya ASME
berdasarkan P number, API berdarkan kekuatan luluh dan AWS berdasarkan kelompok grup.
logam yang tidak dikelompokan harus diidentifikasi WPS dan sesuai spesifikasi.
Pengelompokan harus berdarkan uji klasifikasi.
Posisi pengelasan :
Posisi las galur pelat
1. Posisi datar : 1 G
2. Posisi horizontal : 2G
3. Posisi vertical : 3G
4. Overhead :(4G)
Posisi las pipa
1. Posisi datar : 1G
2. Posisi horizontal : 2G
3. Posisi multi : 5G
Up and down
4. Multi :(6G)
Variabel dalam pengelasan : (QW 250) Terdiri atas :
1. variabel esensial
2. variabel nonesensial
3. variabel esensial suplementer
Variabel esensial merupakan variabel yang apabila diubah akan perlu dilakukan pengujian
ulang, yaitu yang mempengaruhi sifat mekanis. proses las, logam pengisi, electroda, preheat.
variabel esensial suplementer : variabel yang berpengaruh terhadap sifat ketangguhan
(taughness) dari lasan, seperti perubahan proses las, las vertical naik turun, dan pasca las.
setelah semua memenuhi prosedur, maka diperlukan uji spesiemen (coupont test) untuk
mendapatkan spesiemen uji yang diperlukan. Variabel Non-esensial : variabel yang tidak
berpengaruh sifat mekanik dan tiak perlu dilakukan penujian ulang jika terjadi pengantian,
diantaranya desain sambungan, pembersihan dll.
Didalam pembangunan suatu proyek kontruksi untuk pekerjaan hulu atau explorasi
minyak dan gas, Pembuatan kapal Tangki timbun, Pipa gas, Bejan tekan, ketel uap, Welding
adalah suatu pekerjaan yang salah satunya sangat menentukan Kualitas proyek yang akan di
bangun di dalam manufacture tersebut, Dan WPS adalah faktor yang sangat penting dalam
segi kualitas pengelasan, WPS wajib dibuat dan itu adalah keawjiban Manufacture yang
nantinya akan menjadi rahasia perusahaan.

Anda mungkin juga menyukai