Anda di halaman 1dari 11

TUNTUTAN IMAN TERHADAP AL QURAN

I. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM


- Peserta memahami cara berinteraksi dengan Al Quran
- Peserta mengetahui hubungan Al Quran dengan sains modern
- Peserta memahami fungsi Al Quran
- Peserta memahami kewajiban seorang muslim terhadap Al-Quran
- Peserta mengetahui pengaruh Al-Quran terhadap kehidupan seorang muslim

II. PENDAHULUAN

Dan sekiranya Kami menurunkan Al Qur-an ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan
melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan takut kepada Allah. Dan perumpamaan- perumpamaan itu
Kami buat untuk manusia supaya mereka berpikir. (59:21)
Setiap orang merindukan cinta dan kasih sayang. Bila cinta datang menyapa, maka akan
terbetik rasa memiliki yang sangat mendalam. Pautan dua hati melahirkan rasa rindu dan suka.
Bila ia berjumpa maka hatinya akan bahagia, bila keduanya berpisah maka sedih dan duka lara
yang akan dirasakannya. Perpisahan adalah pertemuan yang tertunda. Maka hubungan surat
biasanya merupakan jalan bertemunya hati.
Seorang gadis mengunci dirinya di kamar. Ia asyik membaca sesuatu. Diatas
pembaringan ia mengamati untaian kata dalam secarik kertas dengan penuh ceria. Sebentar-
bentar dari bibirnya tersungging senyuman. Itulah pertama kali dia mendapatkan surat cinta
dari kekasihnya yang ada diluar negeri. Betapa senang hatinya, betapa gembira jiwanya.
Kerinduan yang lama terpendam kini agak terobati dengan kedatangan surat itu. Berbahagiakah
gadis itu? Atau hanya sekedar senang?
Bila cinta pada seseorang manusia dapat menyenangkan manusia sedemikian rupa
seperti gambaran diatas, maka bagaimanakah cinta dan kasih sayang Allah?
Dapatkah cinta dari lawan jenis memenuhi kebutuhan kita terhadap kasih sayang?
Tidak, cinta manusia hanyalah cinta yang sifatnya sementara. Tidak kekal abadi dan akan lenyap
ditelan masa. Kebahagiaan gadis itupun bersifat semu... Bayangkan, bila nanti sudah bertemu,
ternyata pemuda itu hanya pandai merangkaikan kata-kata diatas kertas. Sifat dan perbuatannya
kasar, kelakuannya memuakkan.
Manusia merindukan cinta abadi dan sejati ...Cinta tulus ikhlas. Apakah cinta yang
dirindukan seorang muslim atau muslimah? Cinta yang paling utama adalah cinta Allah Yang
Maha Pencipta. Dialah yang memberikan kasih sayangnya kepada orang-orang yang beriman
dengan tanpa pamrih, tanpa mengharapkan balasan apa-apa.
Mungkin timbul pertanyaan : Bagaimanakah Allah menyayangi manusia?
Jawabnya : Pada dasarnya, Allah Yang Pengasih Lagi Maha Penyayang mencintai seluruh
manusia tanpa pandang bulu. Kasih Allah kepada manusia terrealisir dengan diberikan-Nya
berbagai nikmat yang tiada terkira banyaknya. Phisik kita adalah nikmat Allah, makanan dan
minuman kita adalah nikmat Allah, kesehatan kita adalah nikmat. Allah bahkan setiap tarikan
nafas dan detak jantung kita adalah nikmat Allah pula.
Ditempatkannya kita dibumi dengan berbagai fasilitas juga nikmat. Segala potensi alam
dan kekayaannya diperuntukkan Allah bagi manusia. Kemudian Allah menjadikan akal dan
kecerdasan sebagai nikmat. Dengan akal manusia diberi ilham oleh Allah untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Maka produksi dari pengembangan teknilogi
membuat manusia hidup semakin nikmat. Pendeknya, nikmat atau tanda kasih sayang Allah
sangat banyak, tidak terhingga! (14:34)
Itulah nikmat Allah yang disebarkan-Nya secara merata kepada manusia, tanpa apakah
dia muslim atau kafir. Sayangnya, banyak manusia lalai berterima kasih dan menggunakan
nikmat itu untuk hal-hal yang dikehendaki Allah. Padahal semua pemberian Allah ini bersifat
sementara karena akan berakhir bila mereka mengalami kematian.
Dalam nikmat yang banyak itu, ada satu nikmat yang utama. Nikmat inilah yang akan
mengantarkan kita pada nikmat yang abadi dan kekal. Itulah hidayah atau bimbingan Allah.
Berbeda dengan nikmat lain yang diberikan kepada semua orang, nikmat hidayah ini hanya
diberikan kepada orang-orang yang dipilih-Nya. Lantas siapakah orang-orang yang dipilih Allah
untuk memperoleh nikmat hidayah?
Selain dari para nabi dan rasul, diantara ummat manusia pun ada yang memperoleh
nikmat hidayah sebagai karunia Allah. Mereka adalah pengikut para rasul, utusan Allah. Saat
sekarang, Al Quranul Kariim merupakan nilmat hidayah yang tiada taranya. Inilah mukjizat
abadi yang diberikan kepada Rasulullah Muhammad SAW agar beliau senantiasa dapat
memimpin ummatnya. Ummat Islam yang memperoleh hidayah ini adalah mereka yang dalam
hidupnya selalu menghiasi dirinya dengan sifat-sifat:

1. Ikhlas, yaitu hidup bertauhid, tidak mensyarikatkan Allah baik dalam hati, lidah maupun
perbuatan. Orang yang ikhlas adalah mereka yang senantiasa mencari ridha Allah saja dalam
setiap langkah hidupnya. Al Quran merupakan "rumus-rumus menuju kerhidaan Allah" atau
"rambu-rambu jalan menuju syurga ". (5:16)

2. Mengimani dan mencintai Allah dengan sebenar-benarnya. Iman yang didasari cinta kapada
Allah tidak akan bertepuk sebelah tangan. Allah akan membuat dia dekat dengan diri-Nya.
Jalannya tentu sdaja dengan memberikan hidayah dalam hatinya. (2:165 / 64:11).

3. Berjihad, yaitu mengamalkan semua kehendak Allah. Atau bersungguh-sungguh dalam


mencari keridhaan Allah itu. (29:69).

4. Shabar, yaitu tidak pernah putus asa, mengeluh atau berhenti karena ada suatu halangan.
Terus dengan mewujudkan upaya mencari ridha Allah setiap langkah kehidupan. Duka cita
yang menimpa tidak akan melemahkan, kesenangan yang diperoleh tidak membuat lupa
daratan, itulah sabar menghadapi berbagai situasi. (2:157)

Dari itu, mana mungkin orang yang tujuan hidupnya bersenang-senang, bergelimang
dalam dosa atau enggan mentaati Allah akan mendapat hidayah Al Quran. Bimbingan Allah
tidak datang begitu saja tanpa usaha kita. Mereka yang tidak mendapat hidayah itu disebabkan
kerena kelalaiannya sendiri!
Cobalah renungkan, berapa banyaknya manusia yang enggan meraih kasih sayang Allah
ini. Kedua matanya tidak dipergunakan untuk melihat tanda-tanda kebesaran Allah, kedua
telinganya tidak dipakai untuk mendengarkan ayat-ayat Allah, mereka mempunyai hati dan
akal, tetapi malas berpikir! Mereka tidak berupaya menghidupkan iman dalam jiwanya. Mereka
asyik bergumul dengan cinta antara sesama manusia yang rendah dan melalaikan.
Maka petunjuk Allah pun enggan mampir dihatinya. Padahal, tanpa bimbingan dan
hidayah Allah, manusia menjadi sesat. Ia tidak menemukan jalan menuju ridha-Nya. Hidupnya
akan ngelantur, bertentangan dengan fitrah kemanusiaan dan fitrah dirinya sendiri. Ia pun akan
menjadi orang yang dibenci oleh alam semesta dan Pencipta dirinya. Alangkah hina hidup tanpa
petunjuk! Sekali lagi Allah hanya akan memberikan hidayah-Nya kepada yang bermotivasi
ikhlas, mencari keridhaan Allah, bersabar dan berusaha sungguh-sungguh kearah itu!
Dengan Al Quran, Allah senantiasa memimpin dan membimbing hamba-hamba-Nya
yang beriman dengan penuh kasih sayang. Kitabullah mengelus-ngelus jiwa mereka, membuka
mata hati mereka untuk melihat kebenaran, membisiki mereka tentang makna kahidupan
dengan penuh mesra, menghibur sekaligus memberikan jalan keluar bagi setiap persoalan
hidupnya.
Maka berbahagialah orang yang mencintai Al Quran. Ia akan hidup dalam petunjuk dan
naungan kasih sayang Allah. Kitabullah bagaikan surat cinta Allah yang ditujukan bagi hamba-
hamb-Nya yang beriman. Siapa yang membacanya, ia akan merasakan kelezatan iman ang tiada
tara, kenikmatan perbincangan dengan Allah. Kelezatan audiensi dengan Rabb - Pencipta,
Pemilik, Pemelihaara semesta alam. (8:2)

III. BACAAN YANG MULIA DAN ILMU YANG BERGUNA


Apakah Al Quran itu? Secara balaha Al Quran berasal dari kata qa-ra-a artinya "Bacaan".
Kata Al Quran berbentuk masdhar dengan arti isiim maf'ul yaitu "maqru" (yang dibaca).
Didalam Al Quran itu sendiri Allah menggunakan kata qa-ra-a dalam membaca ketika Dia
menjelaskan kepada Rasul-Nya. (75:17-18).
Secara syariat, Kitabullah ini didefinisikan para ulama sebagai "Kalam Allah yang
merupakan mukjizat yang diturunkan (diwahyukan) kepada Nabi Muhammad SAW
diriwayatkan secara mutawatir dan membacanya merupakan ibadah".
Tidak semua kalam Allah merupakan Al Quran. Hanya yang diwahyukan kepada
Rasulullah dan diriwayatkan secara mutawatir saja yang Al Quran. Juga tidak semua wahyu
Allah kepada Rasulullah Al Quran, sebab ada hadits qudsi yang redaksinya dari Rasulullah
sendiri. Adapun Kitabullah, sebagaimana definisi diatas, sama sekali tidak kemasukan perkataan
manusia. Kitab suci Al Quran adalah mukjizat asulullah SAW dan membacanya merupakan
ibadah. Sabda Rasulullah," Barangsiapa yang membasa satu huruf dari Kitabullah ini maka
baginya satu pahala dan kebaikan yang sepuluh kali lipatnya. Aku tidak katakan aliif-lam-mim
satu huruf tetapi alif satu huruf, laam satu huruf dan mim satu huruf." (HR. Tirmidzi)
Ayat Al Quran yang pertama turun merupakan perintah membaca," Iqra' bismirabbikal
ladzii khlaq" ( bacalah dengan menyebut nama Rabbmu yang menciptakan). Memang Al Quran
diberikan kepada kita untuk senantiasa dibaca dan dibaca. (96:1-5).
Iqra' (bacalah)!! Renungkanlah, betapa canggihnya perintah ini ! Siapa pun di dunia ini
mengetahui bahwa membaca adalah kunci ilmu pengetahuan dan pembuka jalan bagi
peningkatan ilmu. Membaca dilakukan dengan menyatukan simbol-simbol (ayat-ayat) bacaan,
huruf, kata dan kalimat sehingga membentuk pengertian. Buku-buku yang kita baca adalah
kumpulan simbol- simbol bacaan ini. Al Quran juga dipenuhi simbol-simbol Allah. Tetapi simbol
disini bukan sekedar huruf yang dirangkai menjadi kata atau kalimat. Dibalik setiap ungkapan
Al Quran terkandung untaian kihmah Ilahiyah yang tinggi. Siapakah yang ingin
memperolehnya?
Apakah yang dibaca? Yang dibaca adalah semua ciptaan Allah (seluruh makhluk-Nya).
Maka perintah membaca Al Quran mengandung dua pengertian sekaligus.
Pertama, membaca alam semesta sebagai ayat-ayat Allah al-kauniyah yang tersebar di alam
semesta.
Kedua, membaca Kitabullah yaitu ayat-ayat Allah al-qauliyah, sebagai bimbingan dalam
membaca alam semesta tersebut.
Ketika membaca Al Quran kita menemukan kesatupaduan antara ayat-ayat Allah dalam
firman-firman-Nya dengan ayat-ayat Allah yang bertebaran di alam semesta. Bukankah seluruh
isi alam ini merupakan ciptaan dan milik Allah. Bukankah Kitabullah itu juga merupakan wahyu
Allah yang tiada diragukan lagi kebenarannya!
Membaca fenomena alam semesta adalah jalan mencapai ilmu pengatahuan. Bila
membaca ini ditafsirkan lebih dalam maka ia berarti menyelidiki, menganalisa, bahkan sampai
melakukan eksperimen terhadap atau ayat-ayat kauniyah itu. Allah Yang Maha Pencipta
memberi ilmu melalui cara ini," Dia mengajar manusia dengan peranaraan pena (tulis baca).
Tetapi hakikat ilmu hanya bisa ditemukan bila alam semesta dibaca dengan Nama Allah
Yang Maha Menciptakan. Melalui Kitabullah akan terungkap karunia dan kasih sayang Allah
yang Maha Pemurah, Yang maha memberi dengan tanpa perhitungan. Bacalah! Dan Rabbmu
Yang Maha Pemurah. Pemberian Allah semakin sempurna dengan dibukakan-Nya ilmu
pengetahuan dan teknologi... Rahmat dan kasih sayang Allah menjadi berkembang dan semakin
banyak." Dia mengajar manusia apa yang tidak diketahuinya". Maka nikmat Allah yang
manakah yang dapat kita dustakan?
Kesatupaduan Al Quran dengan fenomena alam (ilmu pengetahuan) ini membuat para
pembaca Kitabullah semakin yakin akan kebenaran firman-firman Allah. Ia merasa Allah
semakin dekat, memberi kenikmatan berupa hidayah yang sempurna, membukakan hakikat
ilmu yang dipelajarinya dari alam semesta dan mencurahkan kasih sayangnya ke dalam jiwa.

IV. AL QURAN DAN SAINS MODERN


Sains merupakan salah satu bidang manusia yang menjadi nikmat Allah yang besar bagi
kita. Dengan izin Allah sains itu manusia dapat membuat berbagai fasilitas yang memberikan
kemudahan dalam hidupnya. Karena Kitabullah berasal dari Allah yang menjadikan sains ini
sebagai nikmat-Nya, maka ia pun banyak menyinggung masalah sains.
Hebatnya, apa yang diungkapkan Al Quran tentang ilmu pengatahuan modern baru
dapat terungkap pada masa kita sekarang ini setelah orang-orang menggunakan alat-alat
canggih dalam berbagai keperluan ilmiah semisal: mikroskop, pesawat ruang angkasa, satelit
komunikasi, kapal selam dll. (41: 53)
Dalam bagian ini, kita lihat bagaimana Kitabullah menjelaskan beberapa hal yang baru
dapat dicernakan pengertiannya setelah berkembangnya sains modern.
1. Tak seorang pun ahli ilmu pengetahuan mengira bahwa langit, bintang dan planet itu
dasarnya adalah kabut (dukkhaan) setelah alat-alat ilmiah modern berkembang pesat. Para
peneliti menyaksikan sisa-sisa kabut yang hingga kini selalu membentuk bintang gemintang.
(41: 11)
Para pakar sains modern kini menemukan bahwa bintang gemintang di langit senantiasa
diciptakan dan gugusan bintang-bintang ini satu sama lain saling berjauhan. Dengan
demikian dapat diketahui selalu dalam perluasan. (51: 47)
2. Para pakar ilmu astronomi pada saat ini telah menemukan bahwa rembulan (dulunya)
menyala kemudian padam dan sinarnya sirna. Cahaya yang keluar dari rembulan di malam
hari hanyalah pantulan dari lampu (Siraj) lain, yaitu matahari. (17: 12).
Para ahli tafsir mengatakan," Tanda bagi malam hari adalah rembulan sedangkan tanda bagi
siang hari adalah matahari". ibnu Abbas berkata," Rembulan bersinar seperti halnya
matahari". Para ahli tafsir mengatakan bahwa," Lalu Kami hapuskan tanda malam" berarti
Kami sirnakan sinarnya.
Kemudian Allah menyebutkan bulan dan pelitanya. (25: 61)
Dari sini Allah menyatakan bahwa matahari bersinar, sehingga dikatakan "pelita/lampu". Jika
bulan bersinar tentu pula Allah akan berkata "dua lampu" (as sirojain) dan bukannya "satu
lampu"( assiroj).
3. Dahulu orang-orang beranggapan orang yang naik keatas merasa sesak nafas karena udara
buruk yang tidak sehat. Tetapi manakala manusia berhasil membuat pesawat ruang angkasa
super canggih dan ia mampu naik kelangit. Maka diketahuilah bahwa orang naik ke langit
dadanya terasa sesak, bahkan amat sesak, dikarenakan udara (oksigen) berkurang tatkala
manusia tubuhnya naik. (6:125)
4. Para pakar botani menemukan bahwa dalam semua jenis tumbuhan, terdapat jenis jantan dan
betina atau berpasangan. Tak seorang pun sebelumnya mengetahui kenyataan ini, kecuali
dari apa yang diungkapkan Kitabullah. (36:36)
5. Para dokter kini menemukan bahwa pusat rasa adanya di kulit. Urat syaraf yang terluka bakar
dan merasakan sakitnya luka tersebut hanya di lapisan kulit saja. Karena itu orang disuntik
merasa sakit di bagian kulit. Setelah jarum suntik masuk menembus daging tidak terasa lagi
sakitnya. Ini secara tidak langsung juga dijelaskan Al Quran. (4:56)
Setelah mengkaji beberapa contoh hubungan Kitabullah dengan sains modern, pahamlah
kita bahwa Al Quran benar-benar suatu mukjizat yang tiada bandingnya. Mereka yang
mempunyai hati nurani akan merasa takjub dengan keagungannya. (7:52)
Dari itu, tidak mengherankan bila Al Quran merupakan Kitab yang dibela dengan
tumpahan darah para syuhada Islam sepanjang kurun. Orisinalitas dan keutuhannya senantiasa
dipelihara dengan garansi Allah. Setiap huruf katanya merupakan nilai mutiara hikmah yang tak
habis-habisnya dikaji dan dibahas. Setiap kalimat dan ayat-ayatnya merupakan petunjuk
operasional kehidupan mereka yang memilih syurga. Cobalah cari sebuah buku yang lebih tua
usianya dari Al Quran, yang sering dibaca dan tidak ada perubahan dalam isi maupun susunan
katanya.
Al Quran adalah Kitab yang menggetarkan hati orang-orang yang beriman dan beramal
soleh. Setiap membacanya bertambahlah iman dalam hati mereka. Al Quran membuat para
pencintanya menjadi manusia bernilai dan berkualitas tinggi, menjadikan suatu bangsa yang
tadinya lemah tertindas mampu memimpin dan menguasai dunia. (21:10)

V. TUJUH FUNGSI AL QURAN


Bila Al Quran selaras dengan ilmu pengetahuan, apakah berarti Kitab ini merupakan
buku ilmiah?
Tidak, fungsi Al Quran yang utama bukan menjadi Kitab Ilmu Pengetahuan, tetapi sebagai
petunjuk (Hudan). Untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, manusia dipersilahkan menalar
dan mengembangkan sendiri. Sedangkan Al Quran hanya memberikan rangsangan agar
manusia senantiasa menggunakan akalnya serta fenomena melihat alam yang menjadi sumber
inspirasi bagi mereka.
Bagi muslim atau muslimah, Kitabullah adalah bimbingan hidup yang paripurna. Ia
tidak hanya menunjuki jalan yang mesti ditempuh dalam mengarungi lautan kehidupan,
memberikan obor dalam kepekatan zaman, tetapi juga menjadi hiburan di sepanjang jalan.
Dalam suatu doa, Rasulullah menjelaskan kapada kita bahwa Kitabullah adalah
petunjuk hidup setiap muslim. Renungkanlah doa Rasulullah berukit ini,
Ya Allah rahmatilah aku dengan Al Quran
Jadikanlah dia itu pemimpin, cahaya, petunjuk dan tanda kasih sayang(Mu) bagiku
Ya Allah ingatkanlah aku sesuatu yang aku lupa darinya
Dan ajarkanlah aku segala yang aku belum ketahui daripadanya.
Rizkikanlah kepadaku untuk selalu membacanya baik diwaktu malam maupun siang
Jadikanlah dia argumen bagiku, wahai Rabb semesta alam
Inilah doa yang unik dan istimewa yang diajarkan Rasulullah SAW kepada umatnya.
Doa ini dapat kita baca seusai membaca Al Quran dengan harapan Allah mengabulkan
permohonan kita yang terkandung di dalamnya. Dari doa ini kita memahami bahwa Kitabullah
Al Quran mengandung fungsi,

1. Pemimpin (Imam).
Kitabullah bagaikan perintah harian yang datang dari Raja Alam Semesta, Allah Azza
wa Jalla. Kepemimpinan Allah sangat dominan pada orang-orang yang beriman karena ia selalu
berinteraksi dengan Al Quran. Ia mengetahui bagaimana Allah mengatur hidupnya: menyuruh,
melarang, menganjurkan, menghibur dirinya melalui Kitabullah. Dari Kitab ini mereka
menemukan kepastian apa yang harus diperbuatnya dalam kegiatan sehari-hari baik bagi
kehidupan individu maupun dalam masyarakat. (17:71-72)

2. Cahaya (Nuur)
Yaitu cahaya yang menerangi kegelapan hidup. Hidup tanpa cahaya pastilah berada
dalam gelap gulita, tidak mengenal kebenaran, tidak mengenal Allah dan kekuasannya sehingga
seperti orang buta yang tidak tahu jalan. Meraba-raba tak tahu arah dan tujuan. Dengan Kitab ini
Allah menjadikan hidup ditaburi cahaya iman. Al Quran menerangi jalan yang harus ditempuh
sehingga kita tidak akan sesat atau keliru jalan. (42:52)

3. Petunjuk (Al Huda)


Yaitu bumbingan Allah yang terus menerus menunjuki jalan kebenaran dan lurus. Ia
memberikan rambu-rambu yang harus dilalui sepanjang jalan dan memberikan pedomannya
agar tidak sesat. Dengan petunjuk ini orang beriman akan mampu membedakan mana yang haq
dan mana yang bathil, yang benar dengan yang salah, yang baik dengan yang buruk. Ia tidak
akan terperosok pada kebhatilan dengan meninggalkan kebenaran. Jalan yang dilalui dalam
hidupnya akan pasti, tiada keraguan atau syubhat, seluruhnya serba jelas. (2:185)
4. Kasih Sayang Allah (Rahmah)
Kitabullah adalah tanda (simbol) dari cinta Ilaahi kepada hamba-Nya yang beriman.
Karena cinta-Nya dibimbinglah orang-orang yang mukmin itu mengenal kebesaran dan
kemuliaan-Nya, mengenal hakikat hidup dunia dan akherat. Tatkala dibaca, terasalah resapan
kasih sayang Allah yang sangat besar. Kasih sayang dari Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, yang dirasakan di dunia ini dan yang dijanjikan-Nya di akherat. (16:89)

5. Pengingat (Adz Dzikru)


Kitabullah ini bernama juga "Adz Dzikru". Al Quran adalah metoda Ilahi untuk mengi-
ngatkan manusia pada hukum dan undang-undang-Nya, menyadarkan manusia akan adanya
hari berbangkit dan pembalasan. Tilawah (membaca) Al Quran adalah dzikir yang lebih utama
daripada menyebut-nyebut nama Allah. Melaksanakan Kitabullah ini adalah melakukan dzikir
dalam bentuk amal. Disamping itu, membaca Al Quran dengan berulang-ulang menggairahkan
manusia untuk balajar dan bekerja guna mencapai kebahagiaan hari akherat.(54:17, 22, 40)

6. Penerangan (Hidayat)
Yaitu penerangan kepada manusia tentang berbagai rahasia kehidupan serta misteri
ghaib yang menjadi pertanyaan di benaknya. Kitabullah menerangkan hakikat hidup, hakikat
ketuhanan (Rububiyah), hakikat penghambaan, hakikat manusia dll yang sangat bermanfaat
bagi manusia. Semua yang diterangkan Kitabullah merupakan ilmu sejati yang membuat
manusia hidup tentram dan bahagia. (3:138)

7. Argumentasi (Hujjah) atau Bukti (Burhan)


Al Quran penuh berisi argumentasi yang akurat untuk mematahkan segala bentuk
logika kekufuran yang dimiliki orang-orang kafir. Setalah memahami Kitabullah, tidak ada satu
jalanpun untuk mengingkari kebenaran atau menyimpang daripadanya. Kitabullah ini juga akan
menjadi bukti di hari kiamat nanti terhadap perjalanan hidup mu'min. (11:17)
Sebenarnya, fungsi Al Quran lebih banyak lagi. Kitabullah tidak hanya menjadi hidayah
dan bimbingan bagi orang-orang yang beriman. Ia pun bisa menjadi obat (syifa) bagi penyakit-
penyakit hati, penghibur dikala duka dan penghapus segala kesedihan. Siapa yang membacanya
akan merasakan sentuhan dan belaian kasih sayang Allah yang Maha Pemurah lagi Maha
Penyayang. Karena itu, Rasulullah mengajarkan doa memohon agar Kitab ini menjadi hiburan
bagi orang yang beriman. Doa itu begitu mesra, khusyu' dan tawadlu.
Inilah doa beliau yang wajib kita hafalkan dan amalkan.
Ya Allah, aku ini hamba-Mu anak dari hamba-Mu, anak hamba-Mu
Ubun-ubunku berada di dalam genggaman-Mu
Berlaku atasku hukum-hukum-Mu
dan adil bagiku keputusan-Mu
Aku memohon kepadamu dengan setiap Nama-Mu
yang Engkau namakan diri-Mu dengannya
atau nama yang Engkau turunkan di dalam Kitab Suci-Mu
atau nama yang Engkau ajarkan kepada salah seorang di antara hamba-Mu
atau nama yang Engkau sembunyikan dalam ilmu ghaib di sisi-Mu...
Agar Engkau menjadikan Al Quran yang agung itu bunga hatiku
cahaya mataku
penghapus duka laraku
penghilang kekawatiran dan kedukacitaan

VI. KENIKMATAN INTERAKSI DENGAN AL QURAN


Untuk memperoleh kemuliaan melalui Al Quran, seorang muslim hendaknya menjadi
pencinta Kitabullah. Dengan mencintannya, hati akan senantiasa lekat dan selalu ingin
berhubungan dengannya. Para pencinta Al Quran adalah mereka yang selalu membaca
Kitabullah dalam hidupnya baik di berbagai kesempatan. Hatinya telah tertambat untuk
mentadabburkan dan memahami kendungan maknanya. (2:121)
Membaca Kitabullah dengan bacaan yang sebenarnya maksudnya membaca sesuai
hukum-hukum tajwid, metadabburkan (mengkaji) isinya, serta mengamalkan kandungannya.
Inilah bentuk interaksi yang sebenarnya dengan Kitabullah.
Al Quran sendiri menyatakan bahwa umat terdahulu, khususnya Rasulullah dan para
sahabat, begitu mendalam cintanya pada Al Quran Mereka senantiasa menerima bimbingan
Kitabullah dan menangis tatkala menerima peringatan Allah. (17:107-109)
An Nawawy dalam Al Quran meriwayatkan sabda Rasulullah," Bacalah Al Quran dan
menangislah, jika kamu tidak dapat menangis paksakanlah untuk menangis."
Dalam hadits lain disebutkan," Sesungguhnya Al Quran diturunkan dalam keheningan,
maka menangislah dikala membacanya, bila tidak dapat, maka berpura-puralah (berusaha)
menangis.
Para pencinta Al Quran membaca Kitabullah ini dengan penghayatan yang sangat tinggi.
Diantara mereka bahkan banyak yang menghafalkan seluruh isinya. Rasulullah SAW sering
menangis ketika menerima wahyu Allah. Ayat yang beliau peroleh dihafalkan dan diulang-ulang
dalam sholat bagaikan memperoleh harta yang sangat mahal herganya. Setalah itu beliau
menyampaikannya kepada masyarakat.
Suatu ketika Rasulullah bangun untuk sholat malam, Aisyah, istri beliau melihat hal ini.
Beliau berkata kepada Aisyah," Biarlah, aku akan melakukan ibadat dan audensi dengan
Rabbku." Lebih sepertiga malam Rasulullah melakukan sholat dengan membaca Al Quran. Suara
beliau syahdu dan merdu, diseling isak tangis.
Dekat waktu shubuh datanglah Bilal untuk melakukan adzan. Ia melihat Rasulullah
tengah bersujud dan menangis, janggut beliau basah, bumi tempatnya bersujud pun basah.
Setelah Rasulullah usai shalat itu, Bilal bertanya," Apakah yang menyedihkan engkau ya
Rasulullah? Bukankan Allah telah menghapus dosa-dosamu baik yang terdahulu maupun yang
kemudian!"
Rasulullah menjawab," Bagaimana engkau ini Bilal. Bagaimana aki tidak menangis, pada
malam ini Allah telah menurunkan ayat ini kepadaku". (3:190,191,)
Kemudian Rasulullah berkata," Celakalah yang membaca ayat ini kemudian ia tidak
mentadabburkan isinya".
Karean cintanya pada Kitabullah, Rasulullah SAW sendiri senang mendengar bacaan Al
Quran dari para sahabatnya. Beliau meminta Abdullah bin Mas'ud yang suaranya merdu untuk
membaca di hadapannya. Tentu saja Abdullah merasa risih. "Bukankah Kitabullah turun
kepadamu ya Rasulullah?", tanya Abdullah.
Rasulullah menjawab," Aku senang mendengar bacaan Al Quran dari selainku". lantas
Abdullah pun membaca Kitab itu secara tartil. Suara merdunya masuk ke sanubari, dari surat Al
Baqarah berpindah berpindah ke surat Ali Imran kemudian memasuki surat An Nisa'. Sampai
ayat ke-41 Abdullah mendengar isak tangis Rasulullah menggemuruh. Rasulullah berkata,"
Cukup...cukup". Rupanya beliau sangat terharu dengan tanggung jawab yang telah Allah
bebankan diatas pundak beliau. (4: 41)
Para sahabat Nabi sangat terkenal dengan kecintaan mereka terhadap Kitabullah. Siang
malam tiada waktu yang terlewatkan tanpa membaca Al Quran. Mereka hapalkan diluar kepala,
sedangkan yang lemah hapalannya menggantungkan mushaf dalam lembaran-lembaran kulit
hewan atau pelepah pohon kurma di lehernya. Mereka membaca berulang-ulang ayat-ayat
tertentu sambil menangis karena takut ancaman siksaan Allah. Pribadi-pribadi sahabat memang
sangat lekat dengan Kitabullah. Suatu malam, ketika sedang melakukan ronda, khalifah Umar
bin Khattab ra mendengar seseorang membacakan ayat-ayat Al Quran. (52:1-7).
Ketika terdengar ayat ini, beliau bergumam," Sungguh inilah sumpah yang benar, demi
Rabb (Pemilik, Pemelihara, Penguasa) ka'bah...", setelah itu beliau terjatuh pingsan. Salah
seorang sahabat yang sempat menyaksikan, lalu mengangkat dan membawa beliau ke
rumahnya. Setelah kejadian itu khalifah sakit beberapa hari. Umar bin Khattab r.a. memang
terkenal dengan penghayatannya yang sangat dalam terhadap Kitabullah. Beliau masuk Islam
setelah mendengar lima ayat permulaan Surat Thaha.
Sahabat Utsman bin Affan r.a. dikenal sebagai pengumpul mushaf Al Quran. Beliau
sangat mencintai Kitabullah, sehingga membaca dan mentadabburkannya merupakan kegiatan
paling pokok dalam hidupnya. Utsman bin Affan mencapai syahid terbunuh ketika beliau
menjadi Khalifah III. Saat itu beliau dalam keadaan membaca Kitabullah sehingga mushfah
ditangan beliau terpecik darah. Mushaf itu sampai kini masih ada tersimpan di Musium Turki,
sebagai salah satu bukti kekuasaan Allah.
Penghayatan ini bukan hanya dilakukan Nabi dan para sahabatnya, tetapi oleh para
penguasa Islam. Khalifah Umar bin Abdul Aziz tergolong cucu Umar bin Khattab. Dalam
menjalankan pemerintahannya, khalifah ini selalu mengutip Kitabullah ketika berbicara. Beliau
tidak mau meninggalkan Kitabullah dalam setiap urusan yang dihadapinya. Salah satu
kebiasaannya, seusai isya' kemudian qiyamul lail sampai shubuh. Bila sampai membaca ayat
(37:22-24).
Beliau selalu mengulang ayat," waqifuuhum innahum mas'uuluun" (Dan tahanlah
mereka karena sesungguhnya mereka akan ditanya) dengan menangis dan menunjukkan
penyesalan. Sholat ini dilakukan sampai menjelang adzan shubuh.
Imam Hasan Al Basri, salah satu ulama tabiin suatu ketika membaca Surat Al A'raaf
dengan tartil dan syahdu. Ketika sampai sepertiga ayat, tiba-tiba beliau pingsan. Setelah siuman,
sahabat-sahabatnya menanyakan mengapa beliau pingsan. Imam Hasan Al Basri berkata dengan
penuh kerendahan hati," Saya tadi membaca Surat Al A'Raaf sampai ayat 50.
Dari itu, para ulama Islam sepanjang kurun telah mereguk kenikmatan berinteraksi
dengan Kitabullah dalam hidup mereka. Imam Akhdory penyusun kitab Jauhar Al Maknun
berkata tentang hal ini," Maka oleh karena itu, mata hati para ulama dapat melihat mukjizat Al
Quran degan terang, dan dalil yang jelas. Dengan pandangan bathinnya itu para ulama dapat
menyaksikan sumber cahaya (ilmu Allah) dan segala sesuatu yang tercakup didalamnya. Terdiri
dari bermacam-macam rahasia ilmu. Hati mereka merasa gembira, terpesona dan asyik dalam
menyelami makna Al Quran, bagaikan melihat taman yang indah dan permai. Maka mereka
mencurahkan pemikirannya dan perhatiannya pada Al Quran yang ilmunya bagaikan danau
yang luas.
Didalam muqaddimah Tafsir Fi Zhilalil Quran (Dibawah naungan Al Quran), yang
disusun Sayyid Qutb menusli," Hidup di bawah naungan Al Quran merupakan suatu nikmat.
Yaitu nikmat yang tidak dapat dirasakan kecuali oleh mereka yang merasakannya dan
menjadikan sebagai pedoman hidup"

VII. PENGARUH AL QURAN


Kitabullah Al Quran telah memberi pengaruh yang sangat hebat pada dunia ini. Sejarah
mengakui keunggulan dan keutamaan Al Quran dibanding dengan kitab-kitab lain atau pun
buku-buku karangan manusia. Saat ini, inilah kitab yang dibaca lebih dari satu seperempat
milyar manusia setiap hari, tanpa bosan-bosan. Mereka membacanya dengan penuh khusyu dan
tawadlu, dengan harapan mendapat pahala dan keridhaan Penguasa alam semesta. Sungguh
ajaib, karena Kitab ini telah berusia lebih dari 14 abad, tanpa perubahan dan penyimpangan.
Inilah perkataan yang difirmankan Allah kepada Jibril, wahyu Allah yang dibawa Jibril
kepada Rasulullah, yang dibacakan beliau kepada para sahabatnya, yang dibaca berulang-ulang
dan dihafalkan oleh milyaran manusia yang pernah hidup didunia dan mengaku muslim! Tidak
ada perubahan redaksi meskipun hanya satu huruf...
Kitab ini telah menjadikan manusia yang berpribadi lemah menjadi kuat, manusia yang
akhlaknya bobrok menjadi mulia. Bahkan suatu bangsa yang tadinya rendah menjadi tinggi dan
berwibawa. Keberadaan umat Islam di seluruh dunia beserta sejarah panjang mereka merupakan
bukti nyata tentang keagungan Kitabullah ini. Benarlah sabda Rasulullah," Sesungguhnya Allah
mengangkat dengan Al Quran ini suatu Bangsa dan merendahkan bangsa yang lain). (HR
Muslim)
Untuk menunjukkan kedahsyatan pengaruh Al Quran ini Allah menyatakan (13:31 /
59:21).
Getaran yang ditimbulkan Kitabullah bukan hanya pada Kitabullah bukan hanya pada
manusia tetapi pada seluruh makhluk Allah, yang hidup maupun yang mati. Bila gunung saja
sudah tunduk terpecah belah ketika menerima Kitabullah ini, maka bagaimanakah jika manusia
yang menerimanya! Tidakkah mereka merenungkan!
Muhammad bin Abdullah SAW dengan membawa Al Quran diutus untuk merubah
kondisi umat manusia. Perubahan ini bukan hanya berlangsung di Jazirah Arab saja, tetapi
berlangsung di seluruh dunia. Bukan hanya di abad ke tujuh dimana beliau hidup, tetapi
berlangsung terus hingga akhir masa.
Rasulullah sendiri berhasil membentuk suatu generasi yang menjadi pangkal dari
perubahan umat manusia, itulah generasi sahabat beliau ra. Nabi membentuk suatu generasi
perubah(jailut taghyir) yang belum pernah dimunculkan sejarah, baik sebelum maupun
sesudahnya. Generasi ini dibangun oleh bimbingan wahyu Allah yang terhimpun dalam
Kitabullah, Al Quran. Itulah generasi Qurani, generasi yang mentalitasnya merupakan mentalitas
Robbaniyah yang terjadi pada generasi pertama pengikut dakwah Nabi ini dilukiskan oleh Al
Quran dengan perumpamaan, (6:122)
Para sahabat yang menerima bimbingan Al Quran dan Sunnah, tadinya merupakan
orang-orang yang terbelakang baik dalam ilmu, teknologi maupun kebudayaan. Keberhalaan
membuat mereka bagaikan hidup dalam gelap gulita. Tetapi dalam jangka waktu 23 tahun,
Rasulullah berhasil mencabtu jahiliyyah dari akar-akarnya, membentuk suatu peradaban
manusia di muka bumi.
Untk menggambarkan pengaruh Kitabullah yang diajarkan oleh Nabi Muhammad,
baiklah kita dengarkan Ja'far bin Abdul Mutholib, salah seorang sahabat Nabi, melukiskannya
dihadapan Najasy raja Habasyah,
"Paduka dahulu kami memang bangsa yang bodoh. Kami menyembah berhala,
memakan bangkai, berzina, mengerjakan segala perbuatan keji, saling bermusuhan, memutuskan
hubungan persaudaraan, berlaku buruk terhadap tetangga dan yang kuat menindas yang
lemah...Begitulah keadaan kami dahulu, sebelum Allah mengutus RasulNya kepada kami.
Kemudian Allah mengutus seorang Rasul kepada kami, orang yang kami kenal asal
keturunannya, kesungguhan tutur katanya, kejujuran dan kesucian hidupnya yang tidak
sedikitpun ternoda...Dia mengajak kami supaya memeluk agama Allah, mengesakan Allah dan
tidak mempersekutukanNya dengan apapun juga...dan supaya meninggalkan aturan hidup kami
yang lama, yaitu tradisi nenek moyang kami yang menyembah batu dan berhala. Bahkan dia
memerintahkan kami supaya selalu berbicara benar, senantiasa menunaikan amanat, memelihara
persaudaraan, berlaku baik terhadap tetangga, menjauhkan diri dari segala perbuatan haram dan
pertumpahan darah, melarang kami berbuat jahat, berdusta dan makan harta milik anak
yatim...Ia memerintahkan kami supaya menyembah Allah semata tanpa menyekutukanNya,
melakukan shalat, zakat dan puasa.
Lebih jauh Ja'far menerangkan,"...Kami kemudian beriman kepadanya, membenarkan
semua ttutr katanya, menjauhi apa yang diharamkan olehnya dan menghalalkan apa yang
dihalalkan bagi kami..."
Itulah pengaruh Al Quran terhadap para sahabat Nabi sehingga memunculkan
perubahan total yang belum pernah dikenal oleh sejarah. Setelah perubahan ini para sahabat
Nabi melesat bagaikan anak panah yang keluar daru busurnya. Mereka menjadi guru dunia di
bidang peradaban, moralitas, ilmu pengetahuan, teknologi dsb. Setelah para sahabat berkiprah
dan meninggalkan warisan sejarah yang teramat luhur untuk diteladani, maka perjuangan
mereka dilanjutkan oleh tabiin. Selanjutnya oleh tabiit tabiin dan seterusnya...
Kaum muslimin menghancurkan kepongahan imperium Romawi dan Persia.
Memancangkan panji Islam sehingga hampir mencapai empat perlima bagian bumi. Al Quran
menghancurkan kajahiliaan di berbagai pelosok dunia. Dimana Al Quran hadir dan membentuk
suatu umat dakwah disitu berhala-berhala tumbang, konsepsi nenek moyang dirobek-robek dan
kejahatan dibumihanguskan.
Kaum muslimin muncul sebagai umat pertengahan (ummatan washotan) dan
memimpin dunia di bidang keruhanian dan peradaban. Lembaran sejarah Islam menunjukkan
bahwa umat ini tetap bertahan 14 abad lamanya di tengah-tengah jatuh bangunnya sistem-sistem
jahiliyah. Umat ini akan tetap ada dengan menyimpan kekayaan khasanah budayanya sepanjang
Kitabullah tetap mereka tegakkan. Al Quran akan terus menerus menghasilkan umat yang
terbaik sepanjang ia dijadikan pedoman hidup dan manhaj (konsep) asasi dalam perjuangan
kaum muslimin.

VIII. KEWAJIBAN KITA TERHADAP AL QURAN


Setiap muslim yang bertaqwa menyadari sepenuhnya apa yang menjadi kewajibannya
terhadap hidayah Allah ini. Kewajiban itt dilaksanakan dengan penuh cinta dan ridha tanpa sara
keberatan maupun keraguan. Ia senantiasa bersedia meluangkan waktu, mencurahkan
pemikiran dan tenaganya.
1. Membaca Al Quran
Kitabullah ini membacanya merupakan ibadah. Allah memberikan pahala untk setiap
huruf yang dibaca dengan kabaikan (hasanat). Membaca kitabullah merupakan ibadah yang
paling utama dari seluruh rangkaian ibadah yang ada. Membaca Al Quran menjadi inti dan
kewajiban didalam melaksanakan sholat, menjadi kebiasaan yang disunnahkan di siang maupun
malam. (35:29 / 10:61)
Rasulullah tidak bosan-bosannya mengingatkan kaum muslimin agar senantiasa
membaca Al Quran. Banyak hadits Rasulullah memerintahkan umat ini selalu membaca
Kitabullah atau belajar membacanya dengan makhroj yang baik dan ilmu tajwid yang benar.
Misalnya rangsangan Rasulullah berikut ini,
Orang yang membaca Al Quran dan ia mahir membacanya bersama dengan safarotil kiro,il baroroh
(malaikat yang mulia) dan orang membaca Al Quran tetapi ia terbata-bata dalam lafalnya dan tertahan-
tahan maka dia mendapat dua pahala. (HR. Mutafaq alaihi)
Dikatakan kepada para pencinta Al Quran di hari akhirat,"Bacalah dan naiklah (derajatmu di
syurga) dan tartilkanlah sebagaimana engkau mentartilkan Quran di dunia. Karena sesungguhnya
kedudukanmu berada pada akhir ayat yang engkau baca.(HR. Abu Daud dan At Tirmidzi)
Tidak boleh hasad (iri dengki) kecuali kepada dua unsur, seseorang yang diberi Allah Al
Quran kemudian dibacanya baik pagi maupun malam hari dan seseorang yang diberi Allah
rezeki kemudian diinfakkannya siang maupun malam. (HR. Mutafaq alaihi)

2. Mentadabburkan Isi Al Quran


Metadabburkan artinya mengkaji dan mempelajari kendungan hikmah yang Allah
ajarkan didalamnya. Membaca saja belum cukup, karena mungkin orang membaca tetapi tidak
memahami kandungan isinya. Karena itu harus dilakukan pengkajian dan pendalaman isinya
melalui tadabur. Hikmah Al Quran tidak akan pernah habis digali dan sangat bermanfaat bagi
orang-orang yang mengimaninya. Inilah perintah Allah. (47:24 / 38:29)

3. Mengamalkan Isi Kitabullah


Yaitu melaksanakan apa yang diperintahkan Allah didalamnya serta menjauhi apa saja
yang dilarang Allah. Karena amal itu merupakan asas diberikannya pahala (jaza-u) oleh Allah.
(9:105) Tak ada satu pun dari ketiga kewajiban ini yang boleh ditinggalkan, semua wajib
dilakukan. Setiap saat Al Quran mesti membimbing kita. Sikap lalai dan suek terhadap Al Quran
merupakan dosa dan perbuatan yang dibenci oleh Allah.
Kita sangat prihatin, karena dalam kenyataan banyak juga kaum muslimin yang lalai
dari Al Quran. Mereka hanya mengagungkan fisiknya tetapi isi dan kandungannya ditinggalkan.
Al Quran hanya dibaca bila ada kematian atau selamatan. Tidak ada upaya untuk mengkaji
isinya secara mendalam. Ada lagi orang yang merubah fungsi Kitabullah ini. Ia dijadikan alat
untuk mencari kesenangan kehidupan dan bukan pedoman hidup. Al Quran dinyanyikan dan
diperlombakan, demi meraih gelar juara dan kemasyhuran, tetapi hukum dan undang-
undangnya ditinggalkan.
Karena itu, tidak ada jalan lain yang lebih utama selain senantiasa membaca,
mentadabburkan, mengajarkan dan mengamalkan. Bukankah Rasulullah bersabda,
"Sebaik-baik kamu adalah orang-orang yang mempelajari dan mengajarkan Al Quran). (HR. Bukhari &
Muslim)
Bila ketiga kewajiban ini dilaksanakan, maka mukmin atau mukminah akan merasakan
kenikmatan hidup bersama Al Quran. Kemiknmatan yang tidak mungkin dirasakan oleh orang
yang tidak mengimani Kitabullah ini. Hanya dengan menjadikan Kitabullah sebagai petunjuk
jalan, manusia akan selamat di dunia maupun akhirat. Al Quran akan menjadi suatu hujjah
(argumen) dihadapan pengadilan Allah. Ia akan memberi syafaat kepadanya, sebagaimana sabda
Rasulullah,
"Bacalah Al Quran karena sesungguhnya ia akan menjadi syafaat bagi para pembacanya di hari
Kiamat. (HR Bukhari & Muslim)
Reference:
~ Materi BP LBKB Manarul Ilmi Surabaya

Anda mungkin juga menyukai