II. PENDAHULUAN
Dan sekiranya Kami menurunkan Al Qur-an ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan
melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan takut kepada Allah. Dan perumpamaan- perumpamaan itu
Kami buat untuk manusia supaya mereka berpikir. (59:21)
Setiap orang merindukan cinta dan kasih sayang. Bila cinta datang menyapa, maka akan
terbetik rasa memiliki yang sangat mendalam. Pautan dua hati melahirkan rasa rindu dan suka.
Bila ia berjumpa maka hatinya akan bahagia, bila keduanya berpisah maka sedih dan duka lara
yang akan dirasakannya. Perpisahan adalah pertemuan yang tertunda. Maka hubungan surat
biasanya merupakan jalan bertemunya hati.
Seorang gadis mengunci dirinya di kamar. Ia asyik membaca sesuatu. Diatas
pembaringan ia mengamati untaian kata dalam secarik kertas dengan penuh ceria. Sebentar-
bentar dari bibirnya tersungging senyuman. Itulah pertama kali dia mendapatkan surat cinta
dari kekasihnya yang ada diluar negeri. Betapa senang hatinya, betapa gembira jiwanya.
Kerinduan yang lama terpendam kini agak terobati dengan kedatangan surat itu. Berbahagiakah
gadis itu? Atau hanya sekedar senang?
Bila cinta pada seseorang manusia dapat menyenangkan manusia sedemikian rupa
seperti gambaran diatas, maka bagaimanakah cinta dan kasih sayang Allah?
Dapatkah cinta dari lawan jenis memenuhi kebutuhan kita terhadap kasih sayang?
Tidak, cinta manusia hanyalah cinta yang sifatnya sementara. Tidak kekal abadi dan akan lenyap
ditelan masa. Kebahagiaan gadis itupun bersifat semu... Bayangkan, bila nanti sudah bertemu,
ternyata pemuda itu hanya pandai merangkaikan kata-kata diatas kertas. Sifat dan perbuatannya
kasar, kelakuannya memuakkan.
Manusia merindukan cinta abadi dan sejati ...Cinta tulus ikhlas. Apakah cinta yang
dirindukan seorang muslim atau muslimah? Cinta yang paling utama adalah cinta Allah Yang
Maha Pencipta. Dialah yang memberikan kasih sayangnya kepada orang-orang yang beriman
dengan tanpa pamrih, tanpa mengharapkan balasan apa-apa.
Mungkin timbul pertanyaan : Bagaimanakah Allah menyayangi manusia?
Jawabnya : Pada dasarnya, Allah Yang Pengasih Lagi Maha Penyayang mencintai seluruh
manusia tanpa pandang bulu. Kasih Allah kepada manusia terrealisir dengan diberikan-Nya
berbagai nikmat yang tiada terkira banyaknya. Phisik kita adalah nikmat Allah, makanan dan
minuman kita adalah nikmat Allah, kesehatan kita adalah nikmat. Allah bahkan setiap tarikan
nafas dan detak jantung kita adalah nikmat Allah pula.
Ditempatkannya kita dibumi dengan berbagai fasilitas juga nikmat. Segala potensi alam
dan kekayaannya diperuntukkan Allah bagi manusia. Kemudian Allah menjadikan akal dan
kecerdasan sebagai nikmat. Dengan akal manusia diberi ilham oleh Allah untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Maka produksi dari pengembangan teknilogi
membuat manusia hidup semakin nikmat. Pendeknya, nikmat atau tanda kasih sayang Allah
sangat banyak, tidak terhingga! (14:34)
Itulah nikmat Allah yang disebarkan-Nya secara merata kepada manusia, tanpa apakah
dia muslim atau kafir. Sayangnya, banyak manusia lalai berterima kasih dan menggunakan
nikmat itu untuk hal-hal yang dikehendaki Allah. Padahal semua pemberian Allah ini bersifat
sementara karena akan berakhir bila mereka mengalami kematian.
Dalam nikmat yang banyak itu, ada satu nikmat yang utama. Nikmat inilah yang akan
mengantarkan kita pada nikmat yang abadi dan kekal. Itulah hidayah atau bimbingan Allah.
Berbeda dengan nikmat lain yang diberikan kepada semua orang, nikmat hidayah ini hanya
diberikan kepada orang-orang yang dipilih-Nya. Lantas siapakah orang-orang yang dipilih Allah
untuk memperoleh nikmat hidayah?
Selain dari para nabi dan rasul, diantara ummat manusia pun ada yang memperoleh
nikmat hidayah sebagai karunia Allah. Mereka adalah pengikut para rasul, utusan Allah. Saat
sekarang, Al Quranul Kariim merupakan nilmat hidayah yang tiada taranya. Inilah mukjizat
abadi yang diberikan kepada Rasulullah Muhammad SAW agar beliau senantiasa dapat
memimpin ummatnya. Ummat Islam yang memperoleh hidayah ini adalah mereka yang dalam
hidupnya selalu menghiasi dirinya dengan sifat-sifat:
1. Ikhlas, yaitu hidup bertauhid, tidak mensyarikatkan Allah baik dalam hati, lidah maupun
perbuatan. Orang yang ikhlas adalah mereka yang senantiasa mencari ridha Allah saja dalam
setiap langkah hidupnya. Al Quran merupakan "rumus-rumus menuju kerhidaan Allah" atau
"rambu-rambu jalan menuju syurga ". (5:16)
2. Mengimani dan mencintai Allah dengan sebenar-benarnya. Iman yang didasari cinta kapada
Allah tidak akan bertepuk sebelah tangan. Allah akan membuat dia dekat dengan diri-Nya.
Jalannya tentu sdaja dengan memberikan hidayah dalam hatinya. (2:165 / 64:11).
4. Shabar, yaitu tidak pernah putus asa, mengeluh atau berhenti karena ada suatu halangan.
Terus dengan mewujudkan upaya mencari ridha Allah setiap langkah kehidupan. Duka cita
yang menimpa tidak akan melemahkan, kesenangan yang diperoleh tidak membuat lupa
daratan, itulah sabar menghadapi berbagai situasi. (2:157)
Dari itu, mana mungkin orang yang tujuan hidupnya bersenang-senang, bergelimang
dalam dosa atau enggan mentaati Allah akan mendapat hidayah Al Quran. Bimbingan Allah
tidak datang begitu saja tanpa usaha kita. Mereka yang tidak mendapat hidayah itu disebabkan
kerena kelalaiannya sendiri!
Cobalah renungkan, berapa banyaknya manusia yang enggan meraih kasih sayang Allah
ini. Kedua matanya tidak dipergunakan untuk melihat tanda-tanda kebesaran Allah, kedua
telinganya tidak dipakai untuk mendengarkan ayat-ayat Allah, mereka mempunyai hati dan
akal, tetapi malas berpikir! Mereka tidak berupaya menghidupkan iman dalam jiwanya. Mereka
asyik bergumul dengan cinta antara sesama manusia yang rendah dan melalaikan.
Maka petunjuk Allah pun enggan mampir dihatinya. Padahal, tanpa bimbingan dan
hidayah Allah, manusia menjadi sesat. Ia tidak menemukan jalan menuju ridha-Nya. Hidupnya
akan ngelantur, bertentangan dengan fitrah kemanusiaan dan fitrah dirinya sendiri. Ia pun akan
menjadi orang yang dibenci oleh alam semesta dan Pencipta dirinya. Alangkah hina hidup tanpa
petunjuk! Sekali lagi Allah hanya akan memberikan hidayah-Nya kepada yang bermotivasi
ikhlas, mencari keridhaan Allah, bersabar dan berusaha sungguh-sungguh kearah itu!
Dengan Al Quran, Allah senantiasa memimpin dan membimbing hamba-hamba-Nya
yang beriman dengan penuh kasih sayang. Kitabullah mengelus-ngelus jiwa mereka, membuka
mata hati mereka untuk melihat kebenaran, membisiki mereka tentang makna kahidupan
dengan penuh mesra, menghibur sekaligus memberikan jalan keluar bagi setiap persoalan
hidupnya.
Maka berbahagialah orang yang mencintai Al Quran. Ia akan hidup dalam petunjuk dan
naungan kasih sayang Allah. Kitabullah bagaikan surat cinta Allah yang ditujukan bagi hamba-
hamb-Nya yang beriman. Siapa yang membacanya, ia akan merasakan kelezatan iman ang tiada
tara, kenikmatan perbincangan dengan Allah. Kelezatan audiensi dengan Rabb - Pencipta,
Pemilik, Pemelihaara semesta alam. (8:2)
1. Pemimpin (Imam).
Kitabullah bagaikan perintah harian yang datang dari Raja Alam Semesta, Allah Azza
wa Jalla. Kepemimpinan Allah sangat dominan pada orang-orang yang beriman karena ia selalu
berinteraksi dengan Al Quran. Ia mengetahui bagaimana Allah mengatur hidupnya: menyuruh,
melarang, menganjurkan, menghibur dirinya melalui Kitabullah. Dari Kitab ini mereka
menemukan kepastian apa yang harus diperbuatnya dalam kegiatan sehari-hari baik bagi
kehidupan individu maupun dalam masyarakat. (17:71-72)
2. Cahaya (Nuur)
Yaitu cahaya yang menerangi kegelapan hidup. Hidup tanpa cahaya pastilah berada
dalam gelap gulita, tidak mengenal kebenaran, tidak mengenal Allah dan kekuasannya sehingga
seperti orang buta yang tidak tahu jalan. Meraba-raba tak tahu arah dan tujuan. Dengan Kitab ini
Allah menjadikan hidup ditaburi cahaya iman. Al Quran menerangi jalan yang harus ditempuh
sehingga kita tidak akan sesat atau keliru jalan. (42:52)
6. Penerangan (Hidayat)
Yaitu penerangan kepada manusia tentang berbagai rahasia kehidupan serta misteri
ghaib yang menjadi pertanyaan di benaknya. Kitabullah menerangkan hakikat hidup, hakikat
ketuhanan (Rububiyah), hakikat penghambaan, hakikat manusia dll yang sangat bermanfaat
bagi manusia. Semua yang diterangkan Kitabullah merupakan ilmu sejati yang membuat
manusia hidup tentram dan bahagia. (3:138)