Anda di halaman 1dari 13

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/357115594

Desain Komplesi Sumur Sour Gas; Sebuah Study Kasus

Article in Jurnal Offshore Oil Production Facilities and Renewable Energy · December 2021
DOI: 10.30588/jo.v5i1.860

CITATIONS READS

0 270

2 authors, including:

Ganesha R Darmawan
Pertamina
16 PUBLICATIONS 20 CITATIONS

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Ganesha R Darmawan on 17 December 2021.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Jurnal Offshore, Volume 8 No. 1 Juni 2021 : 1 ─ 11 ; e -ISSN : 2549-8681

Desain Komplesi Sumur Sour Gas; Sebuah Study Kasus


G. R. Darmawan, Aries Prasetyo
Jurusan Teknik Perminyakan, Fakultas Teknik dan Desain,
Institut Teknologi Sains Bandung, Bandung, Indonesia.
Coresponding author. email : ganesharinkudarmawan@gmail.com

Abstrak
Desain komplesi harus mempertimbangkan beberapa parameter dari sumur, meliputi tekanan, temperatur, jenis fluida yang
diproduksikan dan laju alir produksi sumur tersebut, dimana desain harus tahan terhadap beban yang dapat terjadi selama usia sumur.
Jenis fluida yang dihasilkan berperan penting dalam pemilihan material, terutama untuk gas asam yang mengandung konsentrasi H 2S
dan CO2 yang tinggi. Analisa pemilihan material tubing, jenis packer dan aksesoris pelengkap dianggap perlu untuk memastikan bahwa
material dan desain dapat menahan semua beban yang mungkin terjadi selama usia sumur.
Setelah desain secara konseptual ditentukan, maka desain detail secara keteknikan dapat dilakukan. Pemilihan material dan
desian komplesi sumur didasarkan pada kondisi sumuran dengan menggunakan beberapa metode, seperti stress analysis, triaxial stress
analysis dan tubing movement analysis. Material yang terpilih kemudian diuji dengan kondisi masa produksi sumur dan selama tahap
instalasi untuk melihat integritas sistem. Tubing 25CRW-80, Retrievable Packer dengan long locator seal bore complete with Perfluoro
Elastomers, Tubing Retrievable SCSSV (Surface Controlled Sub-Surface Safety Valve) dan 25CR aksesoris komplesi dapat menahan
semua kemungkinan beban selama siklus dan usia sumur.
Kata kunci: gas asam, desain, komplesi, material.

Abstract
Well completion design is an important aspect in oil or gas well before the production phase. Completion design should
consider some crucial parameters of the well including pressure, temperature, type of produced fluid and the flow rate of the well,
where the design should last and overcome all of disturbance that migh occurs during well life cycle. The type of produced fluid plays
an important roles in material selection, especially for sour gas that contains high concentration of H2S and CO2. Analyzing the
tubing material selection, type of packer and completion accessories is considered necessary to ensure that the materials and design
could withstand all the loads during well life.
After conceptual completion design is define, then detailed engineering design is proceed. Material selection and completion
design is based on the condition of the well by using several methods, such as stress analysis, triaxial stress analysis and tubing
movement analysis. The selected materials then tested by the well production condition and during the installation phase to see the
integration of the system. Tubing 25CRW-80, Retrievable Packer with long locator seal bore complete with Perfluoro Elastomers,
Tubing Retrievable SCSSV (Surface Controlled Sub-Surface Safety Valve) and 25CR completion accessories could withstand all load
possibilities for the well life cycle.
KEYWORDS: sour gas, completion, design, material.

I. Pendahuluan akan gas bumi. Keadaan ini kemudian memberikan


Penurunan produksi minyak bumi dunia tantangan baru pada desain dan operasi komplesi
mengakibatkan pengalihan penggunaan sumber sumur tersebut.
energi minyak bumi ke sumber energi alternatif Jenis gas asam atau sour gas ini memiliki efek
lainnya, salah satunya adalah pengalihan kepada dan bahaya terhadap lingkungan yang perlu
penggunaan gas bumi yang jumlahnya masih diberikan perhatian dan perlakuan khusus,
cukup besar. Sehingga penggunaan sumber energi mengingat sour gas memiliki kandungan hydrogen
gas bumi menunjukan peningkatan setiap sulfide (H2S), carbon dioxide (CO2) yang cukup
tahunnya, hal ini mendorong banyak perusahaan tinggi. Kondisi sour gas perlu dipertimbangkan
untuk melakukan ekplorasi dan produksi gas bumi dalam desain komplesi dan desain operasi
pada reservoir yang sebelumnya tidak menarik komplesi yang aman dan tepat untuk menghindari
untuk diproduksikan karena memiliki tingkat bahaya kandungan sour gas tersebut (Haris, A., et
kesulitan dan risiko yang tinggi. Reservoir gas al., 2012). Desain komplesi secara konseptual
yang lebih dalam dan dengan kondisi temperatur bertujuan untuk memastikan semua parameter baik
dan tekanan yang tinggi serta jenis gas yang parameter sumuran, kondisi fluida yang mengalir
diprosuksikan adalah sour gas juga mulai terhadap kemungkinan korosifitas, pH lingkungan
digunakan perusahaan untuk memenuhi kebutuhan sumur, lingkungan sekitar sumur menjadi

−1−
Desain Komplesi Sumur Sour Gas; Sebuah Study Kasus

pertimbangan jika terjadi kegagalan desain dan II. Metodologi


tentunya keekonomian dari sumur tersebut Dalam studi ini terdapat langkah utama dalam
(NORSOK M-001, Rev 3, 2002). Ini untuk proses yang dilakukan untuk mencapai maksud dan
menjaga dan memastikan agar selama usia sumur, tujuan penelitian, yaitu :
fluida formasi selalu berada didalam pipa (1) pengkajian PVT dan well performance,
(contained) (Darmawan, G.R., 2021). (2) pemilihan material,
Dalam penelitian ini akan dipaparkan desain (3) uji rangkaian,
konseptual dan metode komplesi yang digunakan. (4) analisa stress,
Desain konseptual termasuk pembahasan tentang (5) analisa tubing movement,
pemilihan material yang tahan pada lingkungan (6) analisa triaxial stress, dan
sour gas, pemilihan peralatan komplesi beserta (7) uji rangkaian lebih lanjut
aksesorisnya, perhitungan tubing movement dan Gambar 1. menunjukkan alur kerja yang dilakukan
stress yang terjadi dilapangan tersebut agar dalam penelitian ini.
terhitung desain yang aman dan memenuhi kaidah
keteknikan.

Gambar 1. Alur Kerja Penelitian

−2−
Jurnal Offshore, Volume 8 No. 1 Juni 2021 : 1 ─ 11 ; e -ISSN : 2549-8681

3. Hasil dan Pembahasan • Jenis fluida formasi wet gas dengan kandungan
sour gas, H2S 3800 ppm, dan CO2 20%. Kondisi
Data penelitian dalam studi ini yang tersedia
pH lingkungan sumur 3.5.
diantaranya :
• Data well testing untuk menentukan Absolute
Open Flow Potential (AOFP) dan tubing intake.
• Temperatur formasi 300 ᵒF dan tekanan formasi
3900 psi.

Gambar 2. PVT diagram fluida formasi.

Konfirmasi Performa Sumur fluida yang akan diproduksikan apabila


Ukuran tubing telah ditentukan oleh tim sub- menggunakan tubing produksi dengan ukuran
surface, kemudian dikonfirmasi kembali laju alir 2.875 in.

Gambar 3. Kurva IPR dan tubing intake untuk 2.875” tubing.


Pada tekanan kepala sumur sebesar 2900 psig, merupakan komponen yang sangat mudah terlarut
didapatkan laju alir gas yang diproduksikan didalam air, saat telah terlarut dalam air maka akan
sebesar 5.8 MMSCFD. berkelakuan sebagai asam lemah yang dapat
menyebabkan pitting. Sementara itu, CO2 yang
Pemilihan Material terlarut didalam air akan membentuk asam
Pemilihan material adalah proses evaluasi karbonat yang akan menurunkan tingkat keasaman
penentuan komposisi material yang sesuai untuk
(pH) dan menaikan korosivitasnya.
bekerja pada kondisi fluida reservoir. H2S

−3−
Desain Komplesi Sumur Sour Gas; Sebuah Study Kasus

Sulfide stress cracking biasa terjadi pada • Tekanan Parsial H2S


temperatur dibawah 80 oC dan dengan adanya 𝑌(𝐻2𝑆)
stress pada material tersebut. H2S melakukan 𝑃 𝐻2𝑆 = 𝑆𝐵𝐻𝑃 𝑥
100
kontak dengan H2O yang mana merupakan elemen Dimana SBHP adalah static bottom hole
dasar terjadinya korosi dengan pelepasan ion H+. pressure (psi), Y(H2S) adalah fraksi mol H2S.
Temperatur yang lebih tinggi diatas 80oC dapat
mencegah terjadinya fenomena ini. Dengan • Tekanan Parsial CO2
demikian data tentang gradien temperatur sangat Semakin besar tekanan parsial CO2 akan
berguna dalam pemilihan material tubing pada meningkatkan laju korosi. Tekanan parsial CO2
kedalaman tertentu. Evaluasi untuk masalah ini juga menentukan pH serta konsentrasi gas
tergantung pada tipe fluida yang diproduksi oleh terlarut. Semakin banyak gas CO2 terlarut maka
sumur tersebut. Untuk sumur gas, kandungan air pH akan menurun dan semakin mungkin
yang ikut terproduksi akan menghasilkan air terjadinya korosi.
kondesat dan dapat menciptakan kondisi untuk 𝑌(𝐶𝑂2)
𝑃 𝐶𝑂2 = 𝑆𝐵𝐻𝑃 𝑥
terjadinya SSC. Alloy yang tepat dapat digunakan 100
untuk menahan terjadinya SSC, termasuk dalam Dengan Y(CO2) merupakan fraksi mol
penambahan nickel-based dengan molybdenum. CO2.
Pemilihan material dilakukan dengan studi • Temperatur
literatur yaitu menggunakan manufacturer • Tekanan
guideline Sumitomo selection criteria (Yan, Y., et • Kadar Khlorida dalam air
al., 2017). Adapun parameter yang digunakan • pH
dalam pemilihan material adalah :
Tabel 1. Tekanan Parsial H2S dan CO2

Tekanan Parsial (psia)


pCO2 883.47
pH2S 14.84

Gambar 4. Sumitomo Selection Criteria (Yan, Y., Et Al., 2017)


Kemudian dilakukan plot di gambar 4, dan digunakan adalah SM 22CR-65, CR 25CR-75 dan
didapatkan untuk material tubing yang cocok 25CR-80.

−4−
Jurnal Offshore, Volume 8 No. 1 Juni 2021 : 1 ─ 11 ; e -ISSN : 2549-8681

Bellarby, J., 2009 menjelaskan tiga tingkat Karena SSC (Sulfide Stress Cracking) akan
keparahan (severitas) sesuai gambar dibawah ini, berkurang efeknya pada suhu yang tinggi, misalkan
dimana : grade 80 ksi (bukan L-80 13CR) cocok untuk
tingkat 3 pada semua temperatur (Bellarby, J.,
- Tingkat 0 (tekanan parsial H2S <0.05 psia). Ini
2009). Beberapa peneliti menyampaikan bahwa
masih dapat dikategorikan sebagai non-sour.
untuk kondisi pH rendah dan tekanan parsial H2S
Penggunaan material strength diatas 140 ksi
yang tinggi sebaiknya menghindari penggunaan
tidak direkomendasikan.
13CR dengan grade diatas 80 ksi (Bellarby, J.,
- Tingkat 1, dengan kondisi tekanan parsial H2S
2009). Duplex steels umumnya digunakan pada
rendah namun pH lingkungan tinggi, sehingga
kondisi paduan H2S dan CO2 yang tinggi. Duplex
dikategorikan sebagai mild sour. Penggunaan
steels yang umum adalah 22CR dan 25CR, dan
material strength sampai dengan 110 ksi masih
25CR memiliki kemampuan untuk menahan SSC
dapat diterima (maksimum HRC – Rockwell C
yang lebih baik dari 22CR (Bellarby, J., 2009).
Hardness 30).
- Tingkat 2, dengan kondisi moderately sour dan NACE MR0175, 2005 menyampaikan, jika
mencakup beberapa material strength dengan tekanan parsial H2S diatas 1.5 psia, sebaiknya
HRC 27. batasan kekuatan material dibatasi sekitar 75 ksi –
- Tingkat 3, dengan high sour, tetapi termasuk 80 ksi. Pertimbangan lain adalah efek degrading
API L-80 dan C-90 serta beberapa material kekuatan material akibat temperatur.
yang lain.

Gambar 5. Definisi Sour Service (NACE MR0175, 2005)

Dengan pertimbangan diatas, spesifikasi Selain memilih material tubing, juga dilakukan
material tubing tersebut adalah sebagai berikut : pemilihan material untuk elastomers. Elastomers
merupakan perangkat yang berfungsi sebagai
• Berat tubing 6.4 ppf
penyekat atau penahan tekanan yang merupakan
• Yield strength 80,000 psi bagian dari packer, tubing plug, dll. Elastomers
• Tensile strength 144,888.6 lbs adalah material yang mudah terdeformasi tetapi
• Collapse resistance 11,170 psi sebenarnya incompressible, artinya apabila ditekan
• Burst resistance 10,570 psi pada satu arah maka akan membuat ekpansi kearah
• Premium Connection yang lainnya dengan volume tetap. Berdasarkan
Untuk konfirmasi tipe material tubing yang kondisi tekanan dan temperatur lingkungan serta
digunakan, sebaiknya dilakukan uji laboratorium komposisi fluida reservoir maka jenis elastomers
pada material yang dipilih akan ketahanannya yang dipilih karena cocok digunakan adalah
terhadap kondisi sumur. Perfluoro-elastomers.

−5−
Desain Komplesi Sumur Sour Gas; Sebuah Study Kasus

Tabel 2. Spesifikasi Elastomers

Analisa Tubing Movement pada Kondisi Awal dekan tubing. Selain itu pergerakan tubing yang
Produksi dan Uji Tekanan cukup besar dapat mengakibatkan packer terlepas.
Perubahan temperatur dan tekanan didalam Analisa tubing movement memperhitungkan
maupun diluar tubing yang diisolasi dengan packer pergerakan tubing akibat perubahan tekanan dan
akan mengakibatkan pemanjangan atau pemen- temperatur selama sumur berproduksi.

Gambar 6. Ilustrasi Tubing Movement


Adapun efek yang ditimbulkan dari perubahan 𝐿∆𝐹
∆𝐿1 = −
tersebut adalah : 𝐸𝐴𝑠
Untuk packer yang bergerak bebas atau tidak
• Piston Effect membatasi gerakan tubing dimana hanya gaya
Tekanan didalam tubing dan didalam annulus akibat tekanan yang bekerja adalah sebagai berikut
diatas packer pada differential area pada tubing :
dan packer akan mengubah panjang tubing ∆𝐹 = (𝐴𝑝 − 𝐴𝑖)∆𝑃𝑖 − (𝐴𝑝 − 𝐴𝑜)∆𝑃𝑜
berdasarkan hukum Hooke. Jika pergerakan tubing
dibatasi dengan packer maka gaya dari packer • Buckling Effect
terhadap tubing akan memberikan efek terhadap Analisa pemendekan yang diakibatkan oleh
panjang tubing berdasarkan hukum Hooke sebagai helical bucking diawali dengan perhitungan
berikut :

−6−
Jurnal Offshore, Volume 8 No. 1 Juni 2021 : 1 ─ 11 ; e -ISSN : 2549-8681

gaya kritis buckling. Gaya efektif yang bekerja luar tubing maka akan mengakibatkan reverse
dihitung dengan persamaan berikut : ballooning.
𝐹𝑒𝑓𝑓 = 𝐹𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 + (𝑝𝑜𝐴𝑜 − 𝑝𝑖𝐴𝑖) Perubahan panjang akibat ballooning atau
Dan gaya kritis untuk helical buckling pada sumur reverse ballooning dapat dihitung dengan
berarah menggunakan persamaan berikut : persamaan berikut ini :
4𝐸𝑙𝑤𝑠𝑖𝑛𝜃
𝐹𝑐 = 1.41~1.83 √( )
𝑟𝑐
Apabila Feff < -Fc maka tubing akan cenderung
untuk buckle, namun apabila Feff > -Fc maka
tubing cenderung untuk tidak buckling. Hasil
perhitungan adalah sebagai Feff (-999425033.64
lbs) < Fc (-2303327.83 lbs).
Ini menunjukan bahwa tubing tersebut cenderung
akan terjadi buckling. Dengan demikian perlu • Temperature Effect
dilakukan analisa seberapa besar perubahan Perubahan temperatur dapat terjadi karena
panjang yang terjadi akibat helical buckling ini memproduksi fluida yang panas atau
dengan persamaan berikut : meninjeksikan fluida yang dingin, perubahan
panjang tubing karena perubahan temperatur
𝑟 𝑛 𝐴2𝑝 (∆𝑃𝑖 − ∆𝑃𝑜)2 ini dapat dihitung dengan persamaaan berikut :
∆𝐿2 = −
8𝐸𝐼(𝑊𝑠 + 𝑊𝑖 + 𝑊𝑜) ∆𝐿4 = 𝐿. 𝐶. ∆𝑇
Analisa pergerakan tubing pertama dilakukan
• Ballooning Effect pada kondisi awal sumur berproduksi, pergerakan
Tekanan pada arah radial dari dalam tubing tubing yang terjadi adalah sebesar -14.72 in atau -
cenderung akan memperbesar diameter tubing 1.22 ft. Tanda minus menunjukan bahwa terjadi
dan mengakibatkan pemendekan tubing. pemendekan.
Demikian pula apabila tekanan lebih besar dari
Tabel 3. Tubing Movement Kondisi Awal Produksi

Tabel 4. Tubing Movement Kondisi Uji Tekanan

Analisa pergerakan tubing kedua dilakukan awal didalam tubing. Uji tekan ini dilakukan untuk
pada kondisi uji tekanan dengan memberikan melihat integrasi dari rangkaian yang telah
tekanan sebesar 4500 psi atau 1.2 kali deri tekanan

−7−
Desain Komplesi Sumur Sour Gas; Sebuah Study Kasus

dipasang. Pergerakan tubing yang terjadi pada uji Analisa triaxial stress merupakan analisa
tekan ini adalah sebesar -17.8 in atau -1.48 ft. stress yang terjadi pada material tubing dari arah
radial, arah axial dan arah tangensial. Kemudian
dari ketiga nilai stress tersebut dihitung VME
Analisa Triaxial Stress pada Kondisi Awal stress (Von Misses Equivalent) atau nilai
Produksi dan Uji Tekanan equivalent stress yang kemudian dapat
dibandingkan dengan kemampuan material.

Gambar 7. Triaxial Stress


• Axial Stress
Stress pada gaya aksial dihitung berdasarkan
berat total tubing tehadap crossectional area
dengan menggunakan persamaan berikut :
• VME
Untuk mendapatkan nilai stress VME dihitung
berdasarkan nilai axial stress, radial stress,
• Radial Stress dan tangential stress. Kemudian digunakan
Stress pada arah radial dihitung berdasarkan persamaan berikut :
tekanan dari dalam tubing dan dari luar tubing
dengan menggunakan persamaan berikut :
Analisa tiaxial stress pertama dilakukan pada
kondisi awal sumur berproduksi, VME stress yang
terjadi sebesar 30,047.6 psi. Nilai tersebut dibawah
• Tangential Stress kemampuan maksimal material tubing yang
Stress pada arah tangential dihitung dengan dipilih.
menggunakan persamaan berikut :

−8−
Jurnal Offshore, Volume 8 No. 1 Juni 2021 : 1 ─ 11 ; e -ISSN : 2549-8681

Tabel 5. VME Stress Kondisi Awal Produksi

Tabel 6. VME Stress Kondisi Uji Tekanan

Analisa triaxial stress kedua dilakukan pada Pemilihan packer dilakukan berdasarkan pada
kondisi uji tekanan dengan memberikan tekanan klasifikasi sumur yang mengacu pada guideline Eni
sebesar 4500 psi, VME stress yang terjadi sebesar Completion Design Manual, 1999. Pemilihannya
36,464.3 psi. Nilai tersebut dibawah kemampuan meliputi jenis packer, metode pemasangan dan
maksimal material tubing yang dipilih. dynamic seal.

Gambar 8. Alur Pemilihan Ienis Packer (Kolom Merah Merupakan Langkah-Langkah Pemilihan Sesuai Dengan
Kondisi Sumur Dan Data-Data Yang Ada).

−9−
Desain Komplesi Sumur Sour Gas; Sebuah Study Kasus

Pemilihan Packer terjadi kebocoran. Tipe SCSSV yang dipilih untuk


Alur pemilihan jenis jenis packer menunjuk- sumur yang memiliki kandungan CO2 dan H2S
kan hasil yang dipilih adalah Retrievable Packer adalah Tubing Retrievable Flapper Valve.
dipasangkan dengan metode Hydraulic, dilengkapi
Uji Beban Rangkaian Komplesi saat
dengan Long Locator with Seal Bore Extension
untuk mengatasi pergerakan tubing.
Instalasi dan Produksi
Stress corrosion cracking (SCC) diakibatkan
Landing Nipple adanya korosi lokal yang bekerja pada area yang
Nipple diperlukan dalam perangkat komplesi memiliki stresses yang tinggi. SCC pada duplex
yang digunakan untuk dudukan peralatan alloy dapat terjadi akibat kombinasi klorida yang
subsurface flow control. Landing nipple setelah tinggi, kandungan CO2 yang tinggi dan temperatur
ditutup oleh Lock Mandrell dapat menakan tekanan tinggi (Bellarby, J., 2009). Oleh karena itu perlu
baik dari bawah maupun dari atas. Landing nipple dilakukan uji beban untuk mengetahui berapa besar
yang dipilih adalah yang dapat bekerja pada stress yang terjadi.
tekanan maksimum 10,000 psi yaitu Uji beban ini memperhitungkan berat total
X landing nipple. tubing yang terjadi dipermukaan dan efek
Surface-controled Subsurface Safety Valve buoyancy yang terjadi akibat fluida yang terdapat
(SCSSV) pada sumur. Beban yang terjadi juga
SCSSV merupakan perangkat keamanan yang memperhitungkan keadaan sumur yang berarah,
dipasang dibawah sumur dengan kendali dari dengan sudut sebesar 22.5ᵒ.
permukaan untuk menghindari bahaya apabila Uji beban yang dilakukan menunjukkan
beban terhadap kedalaman seperti ada Gambar 10,:

Gambar 9. Skema Beban Tubing Pada Sumur Berarah.

− 10 −
Jurnal Offshore, Volume 8 No. 1 Juni 2021 : 1 ─ 11 ; e -ISSN : 2549-8681

Beban vs Kedalaman
-20000 0 Load
20000 40000 (lbs)
60000
0

500

1000

Kedalaman (m)
1500

2000

2500
Load VS
Kedalaman
3000

Gambar 10. Grafik beban terhadap kedalaman


Dari hasil uji beban diatas menunjukan Landing Nipple type X, serta SCSSV type
bahwa beban maksimum pada permukaan sebesar Tubing Retrievable Flapper Valve.
46,962.0 lbs yang masih jauh dibawah kemampuan 4) Rangkaian komplesi yang didesain mampu
maksimum material yaitu sebesar 144,888.6 lbs. menahan load yang mungkin terjadi pada saat
Pada bagian paling bawah tubing didapatkan hasil instalasi rangkaian komplesi dan selama masa
sebesar -7972 lbs karena efek buoyancy fluida yang sumur berproduksi.
terdapat pada sumur.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada
Adityo P atas dukungan dan bantuan yang
IV. Kesimpulan bermanfaat selama proses pengerjaan studi kasus
Berdasarkan hasil penelitian dan analisa yang ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada
dilakukan, memberikan kesimpulan sebagai Jurusan Teknik Perminyakan, Institut Teknologi &
berikut : Sains Bandung.
1) Material tubing yang digunakan adalah SM
25CRW-80, berdasarkan studi literature.
Tubing yang digunakan berukuran 2.875 in, V . Daftar Pustaka
6.4 ppf, grade 80 ksi dengan premium
Bellarby, Jonathan, 2009 Well Completion Design.
connection.
Oxford: Elsevier Publishing.
2) Tubing movement tidak memberikan efek
perubahan panjang yang signfikan. Tubing ENI Completion Design Manual, 1999, Agip
movement maksimum yang terjadi sebesar - Division
1.48 ft (pemendekan). Halliburton Completion Solution Handbook, 2010.
3) Karena kondisi sumur yang memiliki
Mossige, I., 1990. BP Exploration Completion
kandungan H2S dan CO2 yang tinggi sehingga
Design Manual, ODL.
masuk kedalam kategori High Corrosive Well,
maka packer yang digunakan adalah Haris, A., Purwanto, B., Sasongko, D., Darmawan,
Retrievable Packer (metode hydraulic) dan G. R., Yulianto, I., Soekmono, O., …
Long Locator Seal Bore Assembly dengan Mailangkay, L., 2012. Workover and
panjang 6 ft untuk mengantisipasi pergerakan Completion Operations in East Java Sour
tubing yang besar. Tipe elastomers yang cocok Gas Field, Indonesia. Society of Petroleum
digunakan adalah Perfluoro-elastomers. Engineers. doi:10.2118/153090-MS
Aksesoris komplesi yang digunakan adalah

− 11 −
Desain Komplesi Sumur Sour Gas; Sebuah Study Kasus

Ganesha R. Darmawan, 2021. Well Integrity


Management: A Recommendation for
Yifei Yan, Bing Shao, Shengli Song, Jianjun
Indonesia’s Well Life Cycle. Journal of
Wang, Xiangshen Yan, 2017. Material
Earth Energy Engineering.
Selection Research into Casing in Natural
doi:10.23299/jeee.5658.
Gas Wells in a High-Corrosion
Schlumberger Completion Primer, 2001. Environment. Journal Acta Technica 62, No.
4Q, 871-876.
Sasongko, D., Darmawan, G. R., Susilo, S. D.,
Shaun, J. T., Sisworo, S., & Prasetia, A. E. NACE MR0175. Petroleum and Natural Gas
Downhole Isolation Valve Performance in Industries - Materials for use in H2S -
Drilling and Subsequent Completion containing environment in oil and gas
Operations. International Petroleum production. U.S.A: NACE, 2005.
Technology Conference. (2011, January 1).
NORSOK STANDARD M-001, Rev 3, Nov 2002.
doi:10.2523/IPTC-15445-MS
Materials Selection.
Peden, J.M. Pipes in Completion and Workovers.
Zagreb: RGN, 1999.

− 12 −

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai