com
ZONA LAUT
JURNAL INOVASI ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI LAUT
- spasi -Times New Roman 11 Miring-
- spasi -Times New Roman 11 Miring-
STUDI PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI ARMORED GROIN BPPT-
LOCK UNTUK STRUKTUR PENGENDALIAN SEDIMEN DI DEPAN
ASUPAN AIR LAUT
- spasi-Times New Roman 11 Miring-
- spasi-Times New Roman 11 Miring-
* Muhammad Zuhdan Jauzi, Dinar Catur Istiyanto, Aris Subarkah, Sungsang Urip Sujoko, Mardi Wibowo, Raka
Firmansyah, Rizaldi Caesar Yuniardi
Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN)
*mzuh001@brin.go.id _
- spasi-Times New Roman 11 Miring-
- spasi-Times New Roman 11 Miring-
Abstrak
Tingginya akumulasi material sedimen di depan saluran masuk air laut (SWI) pada sistem air pendingin pabrik petrokimia telah
menyebabkan tingginya biaya pemeliharaan pengerukan. Sebuah studi dilakukan untuk mengidentifikasi pola dan laju sedimentasi serta
menemukan solusi teknis yang memungkinkan pengendalian penurunan laju sedimentasi. Berdasarkan simulasi numerik diketahui total
laju sedimentasi eksisting di sekitar saluran depan SWI adalah 50 cm/tahun. Rangkaian simulasi numerik lebih lanjut mengungkapkan
skenario mitigasi yang optimal dengan pembangunan sepasang groin di kedua sisi saluran di depan SWI. Pada skenario ini, rata-rata
perubahan ketinggian tempat tidur menjadi 0,10 cm/tahun dan nilai maksimum perubahan ketinggian tempat tidur adalah sekitar 24,96
cm/tahun. Struktur tipe gundukan puing lapis baja seperti BPPT dirancang untuk alur pengendali sedimen ini dengan
mempertimbangkan kelebihannya. Kunci BPPT dipilih karena memiliki kestabilan hidrolik (KD) yang tinggi yakni 17 untuk pengaplikasian
bagasi dan 13 untuk pengaplikasian kepala. Ditemukan bahwa jumlah unit lapis baja yang dibutuhkan pada tahap akhir konstruksi
sekitar dua puluh lima persen lebih banyak dibandingkan dengan yang dirancang. Dalam hal ini perhitungan dirancang untuk
penempatan acak, namun konstruksi sebenarnya berada pada penempatan seragam. Perhitungan dilakukan untuk membandingkan
kebutuhan anggaran konstruksi antara konstruksi groin lapis baja dengan kunci BPPT dan struktur yang sama lapis baja dengan
tetrapod. Hasil perhitungan menunjukkan unit lock armor BPPT membutuhkan anggaran 64% lebih sedikit dibandingkan tetrapod.
-Times New Roman 11 Miring-
Sebuah pabrik petrokimia memerlukan sistem air pendingin agar proses produksi tetap berjalan normal. Dalam keadaan
tertentu, pasokan air pendingin dapat terganggu oleh potensi gangguan alam [1]. Kasus yang terjadi pada pabrik
petrokimia di Indonesia dimana bagian depan Pengambilan Air Lautnya tertutup arus dan gelombang yang
menyebabkan sedimentasi dengan kecepatan tinggi. Diperkirakan sedimentasi ini akan bertambah parah sehingga
pasokan air pendingin menjadi sangat terbatas dan berpotensi menghentikan produksi [2]. Pengerukan pemeliharaan
yang sering dilakukan telah dilakukan, namun hal ini menyebabkan biaya operasi dan pemeliharaan yang signifikan
yang tidak diinginkan [3].
Diperlukan solusi rekayasa dalam hal ini untuk menghentikan atau paling tidak meminimalkan laju sedimentasi daripada
melakukan pengerukan setiap tahun di depan daerah pengambilan air laut [4]. Sebuah studi untuk mengidentifikasi pola
dan laju sedimentasi, cara alternatif yang mungkin untuk mengendalikan sedimentasi dan desain teknik rinci dari
struktur pengendali sedimen yang dipilih telah dilakukan [5]. Berdasarkan beberapa pertimbangan, tipe groin gundukan
puing dipilih sebagai struktur pengendali sedimen dalam kasus ini berdasarkan kinerja, kelayakan, kemudahan
konstruksi, dan ketersediaan material struktur setempat. Dibandingkan dengan tetrapod, BPPT-lock lebih diprioritaskan
sebagai unit lapis baja karena memiliki koefisien stabilitas hidrolik (KD) yang tinggi, yaitu 17 untuk penerapan di bagasi
dan 13 untuk penerapan di kepala [6]. Transportasi sedimen
2. METODE
Gambar 1 menunjukkan lokasi penelitian di pabrik petrokimia di Tuban, Jawa Timur. Akibat hidrodinamika
arus dan gelombang di sekitar kawasan, terjadi sedimentasi di depan saluran masuk air laut (SWI) kawasan
sistem air pendinginnya. Jumlah pasokan air dingin untuk sistem pendingin pabrik dapat berkurang akibat
sedimentasi yang terjadi di daerah pengambilan air laut. Selain itu, perpindahan material sedimen ke dalam
pipa dan peralatan berpotensi mengganggu kinerja sistem pabrik petrokimia.
Penelitian kali ini meliputi kegiatan pengumpulan dan pengolahan data, analisis data untuk perancangan, simulasi
numerik, perancangan detail struktur pengendali sedimen (groin) dengan lapis baja pengunci BPPT, perancangan
detail struktur pengendali sedimen (groin) dengan lapis baja tetrapoda, dan perbandingan anggaran antara
penggunaan BPPT-lock dan tetrapod untuk material armor. Data primer diperoleh melalui kegiatan survei
perolehan data lapangan, meliputi hidrooseanografi, batimetri dan topografi, serta sampel sedimen. Data
sekunder yang digunakan dalam penelitian ini antara lain data angin/gelombang, data geoteknik, dan lain-lain.
Data primer dan sekunder serta pemodelan numerik digunakan dalam proses desain struktur. Hasil akhir dari
penelitian ini adalah desain groin sebagai struktur pengendali sedimen.
Data primer dan sekunder yang diperoleh kemudian disusun dan diperiksa untuk dijadikan parameter dalam desain
groin sebagai struktur pengendali sedimen. Selain itu, data ini juga digunakan dalam beberapa model numerik seperti
model sedimen dan model gelombang. Diperlukan iterasi dalam proses desain yang membutuhkan numerik untuk
mendapatkan tata letak struktur groin yang paling efektif dalam meminimalkan atau mengurangi laju sedimentasi di
depan sea water intake (SWI) sistem air pendingin pabrik petrokimia.
Pada penelitian ini kegiatan survei dilakukan pada tahun 2018. Survei yang dilakukan meliputi pengukuran pasang surut,
batimetri, topografi, arus, dan sampel sedimen. Pengukuran pasang surut dilakukan dengan menggunakan alat Valeport
Tide Master. Lokasi pengukuran pasang surut dilakukan tepat di depan intake air laut pada tanggal 19 Desember 2018
sampai dengan 9 Januari 2019. Hasil penelitian menunjukkan elevasi HHWL = 0,96 m dan LLWL = -0,96 m, sehingga
rentang pasang surutnya adalah 1,92 m. Selanjutnya digunakan alat Ceeducer Pro untuk mengukur kontur dasar laut.
Pengukuran arus dilakukan dengan menggunakan alat ADCP Bottom Mounted (ADCP BM) di depan pengambilan
air laut (SWI) [8]. Dengan kecepatan arus maksimum sekitar 0,9 m/s dan arah dominan ke arah tenggara, maka
kecepatan arus dominan di depan mulut SWI pada kondisi air pasang berada pada kisaran 0,1 hingga 0,3 m/s.
Karakteristik sedimen, penelitian ini mengambil 16 sedimen dasar dan sedimen tersuspensi tersebut
Pemodelan komputasi dinamika pantai adalah sistem berbasis komputer yang mensimulasikan dan menyelesaikan persamaan
matematis proses pantai dengan menggunakan metode numerik [10]. Pemodelan ini meliputi pemodelan gelombang dan transportasi.
Pemodelan ini bertujuan untuk mendapatkan tinggi gelombang di SWI dan rancangan (layout) pengendalian sedimen yang paling
optimal (efektif).
Skenario pemodelan gelombang dilakukan untuk periode ulang 25 tahun pada kondisi eksisting, elevasi muka air pada
kondisi HWL (+0,96 m dari MSL), dan arah gelombang dominan dari barat laut. Bentuk gelombang input untuk periode
ulang 25 tahun adalah tinggi gelombang signifikan 3,8 m, periode 7,8 s dan arah gelombang dari 315Hai. Berdasarkan
skenario tersebut, tinggi gelombang di sekitar SWI berkisar 2,67 m (Gambar 3). Hasil pemodelan gelombang
menunjukkan adanya pembiasan akibat variasi batimetri, difraksi oleh celah antar pemecah gelombang, serta pantulan
oleh struktur pemecah gelombang dan struktur lain di pelabuhan TPPI. Di beberapa lokasi, superposisi antara
gelombang datang dan gelombang pantul menghasilkan tinggi gelombang yang saling menguatkan atau memperkecil,
bergantung pada perbedaan fasa antara gelombang datang dan gelombang pantul.
Sedimen dasar pada daerah penelitian tergolong sedimen non kohesif, sehingga pemodelan dilakukan dengan
menggunakan modul Sand Transport MIKE-21. Modul ini melakukan simulasi kopling antara model hidrodinamik
dan gelombang spektral [11]. Domain pemodelan transpor sedimen ini mencakup area seluas 14 km×10km.
Pemodelan dilakukan selama 1 tahun (Januari-Desember 2018). Pemodelan ini dilakukan dengan 11 skenario
(variasi desain/tata letak) yaitu kondisi eksisting dan 10 variasi desain pengendalian sedimen. Perancangan
pengendalian sedimen memperhatikan bentuk, panjang, posisi (lokasi), dan jumlah groin. Desain pengendalian
sedimen dikembangkan sampai diperoleh laju sedimentasi yang diinginkan.
Berdasarkan hasil pemodelan pada kondisi eksisting selama bulan Januari-Desember 2018 terjadi
sedimentasi signifikan di sekitar muara intake air laut yaitu + 50,9 cm.
Berdasarkan pemodelan berbagai variasi desain pengendalian sedimen, diketahui bahwa struktur sangat mempengaruhi rata-
rata perubahan ketinggian lapisan dasar pada SWI. Hasil tersebut menunjukkan bahwa desain yang paling optimal mempunyai
efektivitas sebesar 99,8%. Dengan desain ini, rata-rata perubahan ketinggian dasar pengambilan air laut hanya sekitar 0,1 cm/
tahun dengan nilai maksimum sebesar 24,69 cm (Gambar 4).
Perhitungan berat lapisan pelindung pada groin sebagai struktur pengendali sedimen pada penelitian ini menggunakan
persamaan Hudson, dan hasilnya ditunjukkan pada Tabel 1 dibawah ini.
Berdasarkan Tabel 1, berat gembok BPPT yang dibutuhkan adalah 1.425,54 kilogram, dan disarankan menggunakan
gembok BPPT di lapangan dengan berat 1.500 kilogram atau 1,5 ton. Tata letak groin sebagai struktur pengendali
sedimen pada daerah pengambilan air laut (SWI) ditunjukkan pada Gambar 5.
Sedangkan untuk penampang struktur groin sisi timur (Gambar 6) yang menggunakan kunci BPPT seberat
1,5 ton, elevasi struktur puncak +3,2 m dengan gradasi lapisan inti 2,5-7,5 kg dan unit sekunder 150 kg.
lapisan. Namun, selain lock BPPT seberat 1,5 ton, diperlukan juga lock BPPT seberat 0,75 ton pada bagian
lain struktur groin [12].
3.4. Perbandingan Kunci BPPT dengan Tetrapod Secara Teknis dan Ekonomis
Dengan desain dan penempatan yang sama (acak), berikut anggaran setiap konstruksi dengan lapisan armor yang berbeda.
Untuk struktur groin dibutuhkan 0,75 ton BPPT-lock atau setara dengan 1,6 ton tetrapod. Total anggaran pembangunan
groin dengan lock BPPT sebagai lapis baja adalah sekitar Rp 49.719.101.188. Sedangkan total budget untuk lapisan
armor tetrapod sekitar Rp 78.225.116.902. Jadi, konstruksi struktur groin dengan lapis baja lapis baja BPPT hanya
membutuhkan 64% anggaran konstruksi groin dengan lapis baja tetrapod. Sementara itu, jumlah unit lapis baja
sebenarnya lebih banyak dari yang dirancang. Ini dirancang untuk penempatan acak, tetapi konstruksi sebenarnya
berada dalam penempatan seragam. Dengan koefisien lapisan (KΔ) penempatan acak adalah 1,11 dan penempatan
seragam adalah 1,37, selisih jumlah unit lapis baja adalah sebesar 1,23. Jadi, penempatan yang seragam membutuhkan
jumlah unit lapis baja 25% lebih banyak.
3.5. Penerapan
Struktur pengendali sedimen pada pabrik petrokimia ini terdiri dari struktur bagian barat dan timur.
Selangkangan barat telah selesai dibangun sejauh ini, dan panjangnya kira-kira 240 meter. Macam utama
pembangunan struktur ini antara lain persiapan, pengaturan area produksi kunci BPPT, produksi,
pemeliharaan, pengangkutan, dan pemasangan.
4. KESIMPULAN
Kajian ini dilakukan untuk mengidentifikasi pola dan laju sedimentasi di depan Intake Air Laut serta
mengembangkan solusi rekayasa untuk menurunkan laju sedimentasi. Hasil penelitian dapat disimpulkan
sebagai berikut: 1) Berdasarkan simulasi numerik diketahui total laju sedimentasi eksisting di sekitar saluran
depan saluran masuk air laut (SWI) adalah 50 cm/tahun. 2) Hasil simulasi desain optimum sepasang groin
yang dibangun di kedua sisi saluran menurunkan rata-rata perubahan ketinggian dasar menjadi 0,10 cm/
tahun dan nilai maksimum perubahan ketinggian dasar sekitar 24,96 cm/tahun. 3) Dua unit lapis baja
pengunci BPPT digunakan untuk struktur pangkal paha, yaitu 1,5 ton dan 0,75 ton, yang biayanya hanya
sekitar 64% dari anggaran yang dibutuhkan untuk struktur yang sama dengan unit lapis baja tetrapoda.
Kami berterima kasih kepada PT Trans-Pacific Petrochemical Indotama Tuban atas izin yang diberikan untuk menggunakan data yang
tersedia untuk penelitian ini, dan kepada semua peneliti dan insinyur yang terlibat dalam pekerjaan survei dan analisis terkait.
REFERENSI
[1] I. Munadhif, N. Rinanto, dan M. Afiqi, “Pengendalian Otomatis Cooling Water System pada Proses Pendinginan
Turbin Gas,”Rekayasa, jilid. 12, tidak. 1, hal. 36 Mei 2019, doi: 10.21107/rekayasa.v12i1.4389.