Anda di halaman 1dari 12

TUGAS 01

KL – 4220 PIPA BAWAH LAUT

Dosen: Prof. Ricky Lukman Tawekal

Oleh

Zaenal Muttaqin

15515069

Program Studi Teknik Kelautan

Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG


Jawaban No. 1

No. Nama Standar Scope Keterangan


1. ASME B31.8 - Gas Code ini meliputi desain, Code ini berlaku untuk
Transmission and fabrikasi, instalasi, inspeksi, dan sistem perpipaan yang
Distribution Piping pengujian pipa penyalur yang secara khusus digunakan
System digunakan untuk keperluan untuk keperluan transmisi
transportasi gas. Dalam code ini dan distribusi gas.
juga dibahas mengenai aspek
keselamatan dalam operasi dan
pemeliharaan fasilitas pipa
penyalur. Aspek keselamatan
yang ditekankan adalah untuk
gas minyak bumi dalam bentuk
cair yang diuapkan dan
digunakan sebagai bahan bakar
gas.
2. ASME B31.4 - Liquid Code ini berisi ketentuan Code ini berlaku untuk
Transportation System persyaratan dalam hal desain, perpipaan utama dan
for Hydrocarbons and material, konstruksi, perakitan, sampingan, tangki
other Liquids inspeksi, dan pengujian sistem penyimpanan dan tangki
perpipaan untuk transportasi kerja, dsb.
minyak mentah, kondensat,
bensin, gas alam cair, gas minyak
bumi cair, karbon dioksida,
alcohol cair, ammonia anhidrat
cair, produk antara dari minyak
bumi cair, ladang tangki, tempat
pemrosesan gas alam, pabrik
ammonia, terminal (laut, rel,
truk), dll.
3. DnV OS F101– Code ini berisi tentang tahapan
Submarine Pipeline konsep, perencanaan, konstruksi,
Systems
operasi, dan pemeliharaan sistem
pipa penyalur bawah laut
4. DnV 1981 - Rules for Code ini membahas peraturan-
Submarine Pipelines peraturan umum dalam
sertifikasi pekerjaan pipa bawah
laut. Selain itu, code ini juga
digunakan sebagai referensi
teknis untuk pembuatan kontrak
antara owner dan kontraktor
5. API RP 1111 - Design, Code ini berisi berbagai kriteria
Construction, terkait tahapan desain,
Operation and konstruksi, operasi, dan
Maintenance of pemeliharaan pipa penyalur
Offshore Hydrocarbon bawah laut.
Pipelines

Jawaban No. 2
Referensi 1 dan 2
a. Berdasarkan Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor 300.K/38/M.PE/1997
Pasal 9 ayat 1 dan 2 disebutkan bahwa, Right of Way (ROW) untuk pipa gas di darat sebesar
9 (sembilan) meter.
b. Berdasarkan Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor 300.K/38/M.PE/1997
Pasal 13 disebutkan bahwa apabila pipa penyalur yang digelar melintasi sungai wajib ditanam
dengan kedalaman sekurang-kurangnya 2 meter di bawah permukaan tanah dasar normalisasi
sungai.
c. Berdasarkan Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor 300.K/38/M.PE/1997
Pasal 13 Ayat 3b disebutkan bahwa pipa boleh tidak dikubur di dasar laut untuk kedalaman
minimum 13 (tiga belas) meter.
d. Berdasarkan Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor 300.K/38/M.PE/1997
Pasal 15 Ayat 1 disebutkan bahwa analisis resiko wajid dilakukan oleh pengusaha apabila
terjadi perubahan kondisi lingkungan pada jalur pipa.
e. Berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Nomor 84.K/38/DJM/1998
Lampiran I berdasarkan Pasal 3 disebutkan bahwa pemeriksaan keselamatan kerja wajib
dilakukan untuk instalasi:
 Eksplorasi dan eksploitasi
 Pemurnian dan pengolahan
 Penimbunan dan pemasaran

Referensi 3

f. Berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 129 Tahun 2016
Pasal 80 Ayat 2 disebutkan bahwa:
 Zona terlarang pada area 500 (lima ratus) meter dihitung dari sisi luar bangunan
 Zona terbatas pada area 1.250 (seribu dua ratus lima puluh) meter dihitung dari sisi
terluar zona terlarang atau 1.750 (seribu tujuh ratus lima puluh) meter dari titik terluar
bangunan dan/ atau instalasi.
g. Zona terlarang merupakan daerah yang tidak diperbolehkan berdiri bangunan di atasnya.
Sementara itu, zona terbatas merupakan daerah yang diperbolehkan untuk mendirikan
bangunan dengan izin dari pemerintah.
h. Berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 68 Tahun 2011
Pasal 45 Ayat 2b disebutkan bahwa:
 Pipa bawah laut harus dipendam 4 (empat) meter di bawah permukaan dasar laut
(natural seabed) apabila berada pada alur-pelayaran dengan kedalaman kurang dari
20 (dua puluh) meter.
 Pipa bawah laut harus dipendam 2 (dua) meter di bawah permukaan dasar laut (natural
seabed) apabila berada pada alur-pelayaran dengan kedalaman 20 (dua puluh) meter
sampai dengan 40 (empat puluh) meter.
i. Berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 68 Tahun 2011
Pasal 1 disebutkan bahwa: Alur pelayaran di laut adalah perairan yang dari segi kedalaman,
lebar, dan bebas hambatan pelayaran lainnya dianggap aman dan selamat untuk dilayari kapal
angkutan laut.
Jawaban No. 3
Akan direncanakan pembuatan pipa gas dari Platform KL ke Kota Tanara
Gambar di bawah ini adalah gambar rute pipa gas dari Platform KL ke Kota Tanara yang didesain
paling optimum.

a. Rute pipa gas yang dibuat memenuhi ketentuan-ketentuan berikut:


 Jarak pipa gas dari platform existing, palung laut, dan bangkai kapal sebesar 500 m.
 Pipa didesain tegak lurus kontur batimetri untuk mencegah terjadinya longsoran akibat
perbedaan ketinggian kontur batimetri.
 Panjang rute pipa gas yang didesain dari platform KL menuju Kota Tanara sebesar 89,8
km.
b. Rute pipa gas yang didesain mengalami crossing dengan pipa existing sebanyak 2 (dua) kali dan
mengalami crossing dengan cable existing sebanyak 4 (empat) kali.
c. Jenis-jenis pipeline route survey yang diketahui
i. Offshore Geodetic Survey
 DGPS (Differential Global Positioning System)
 Static Global Positioning System (GPS) & Real Time Kinematik (RTK) Survey
 Traverse
 Profiling & Cross-Section Leveling
 Advance contour mapping with fast, accurate, and flexible result for planning,
design, and construction
ii. Offshore Geophysical Survey
 Bathymetry
 Side Scan Sonar
 Sub-bottom profiling
 Grab samples
 Magnetometer
iii. Hydro-oceanography Survey
 Height and period of wave
 Wave transformation
 Tidal
 Current velocity
 Wind Speed

Jawaban No. 4

a. Berikut ini adalah uraian mengenai pemilihan rute pipa yang optimal.
Dalam pemilihan rute pipa bawah laut, terdapat rule of thumb untuk memperoleh rute pipa
bawah laut yang se-optimal mungkin. Berikut ini adalah penjelasannya.
j. Aman (minim dampak dan resiko)
 Rute pipa perlu dipertimbangkan untuk meminimalisir resiko kerusakan pipa pada
saat instalasi maupun saat operasi
 Rute pipa yang paling optimum ditentukan berdasarkan hasil detail survey dalam
koridor survey lokasi pipa bawah laut
 Jika terdapat cekungan, rute pipa harus didesain tegak lurus terhadap cekungan dan
kontur batimetri
ii. Rute terpendek (jika memungkinkan rutenya berupa garis lurus)
 Rute pipa dipilih yang paling pendek untuk mengurangi biaya material pipa
 Rute pipa dipilih yang paling pendek untuk mengurangi hilangnya tekanan saat pipa
digunakan untuk mengalirkan fluida (misal: minyak dan gas)
 Rute pipa dipilih yang pendek untuk mengurangi resiko saat proses instalasi (misal:
pipa patah pada saat digelar di-laying dari barge)
iii. Mudah diinstalasi
 Rute pipa yang dipilih harus dapat berdampak pada kemudian instalasi pipa
iv. Biaya murah
 Rute pipa yang dipilih sebisa mungkin berdampak pada rendahnya biaya produksi,
instalasi, operasi, dan pemeliharaan pipa
b. Berikut ini adalah tabel yang menyajikan perbedaan dari beberapa metode survey
geoteknik di laut
No. Metode Survey Keterangan
1. Cone Penetration Test (CPT) a. Menggunakan alat yang ujungnya berbentuk
kerucut dengan sudut 600 dan dengan luasan
ujung 1,54 in2 (10 cm2) yang disebut sondir.
b. Cara kerja: alat ini dipaksa menembus tanah di
dasar lubang bor dengan cara dipukul oleh
sistem penumbuk yang mempunyai berat 62,72
kg dan dijatuhkan dari ketinggiam 76 cm.
Jumlah pukulan yang dicatat yaitu setiap jumlah
yang diperlukan untuk menancapkan alat
sampler setiap interval 15 cm dan pencatatan
dilakukan sebanyak 3 kali untuk 3 kali interval.
Setelah penumbukan mencapai 45 cm (3 kali 15
cm), alat sampler tersebut dicabut dan
kemudian sepatu besi dan penyambung dilepas.
Sampel tanah yang diperoleh di dalam tabung
split spoon kemudian diambil dan dimasukkan
ke dalam wadah sampel untuk dikirim ke
laboratorium.
c. Hasil dari pekerjaan CPT berupa grafik sondir
yang menyajikan besarnya tekanan konus qc
dan jumlah hambatan pelekat (JHP) pada tiap
kedalaman. Pembacaan sondir dilakukan selang
interval 20 cm dengan titik elevasi 0 (nol)
berada di permukaan tanah setempat saat
penyelidikan.
2. Undisturbed Soil Sampling a. Menggunakan alat berupa tabung contoh tanah
(thin wall tube sampler) yang berdiameter 76
mm dengan panjang 60 cm, serta memiliki area
ratio < 10%.
b. Cara kerja: Tabung yang berisi contoh tanah
ditutup dengan lilin (wax) untuk menjaga agar
kadar air dari contoh tanah asli tidak berubah
selama pengangkutan ke laboratorium.
Selanjutnya tabung tersebut diberi tanda berupa
nomor titik bor, kedalaman, dan tanggal
pengambilan. Pemboran dilakukan pada
beberapa titik yang tersebar pada lokasi rencana
konstruksi. Pengambilan sampel dilakukan
pada setiap kedalaman 1 m sehingga diperoleh
beberapa sampel.
c. Hasil: Contoh tanah asli (undisturbed sample)
yang diambil dari proses boring kemudian
dibawa ke laboratorium untuk diuji sesuai
dengan prosedur uji ASTM untuk menentukan
karakteristik spesifikasi umum (general
specification) maupun sifat mekanis tanah
(engineering properties) dari contoh tanah
tersebut).
3. Standard Penetration Test a. Menggunakan alat yang terdiri dari sebuah
(SPT) sepatu besi (shoe) pemotong tanah di ujung
bawah tabung, sebuah tabung baja (yang dapat
terbelah dua) dengan diameter dalam 1 3/8 in
(34,93 mm) dan diameter luar 2 in (50,2 mm),
serta sebuah penyambung (head) di puncaknya.
b. Cara kerja: Alat ini digunakan dengan cara
ditekan ke dalam tanah terus menerus dengan
kecepatan tetap 20 mm/detik, sementara itu
besarnya perlawanan tanah terhadap penetrasi
kerucut (qc) juga terus menerus diukur.
Kegiatan penyelidikan dilakukan dengan
menggunakan alat sondir berkapasitas 2,5 ton
dengan kedalaman penyondiran maksimum 30
m dari permukaan tanah atau telah mencapai
lapisan tanah dengan tahanan konus sebesar 200
kg/cm2.
c. Hasil dari survey geoteknik dengan metode SPT
berupa plot grafik hubungan antara nilai N-SPT
dengan kedalaman tanah. Nilai N-SPT
menentukan tipe tanah di lokasi uji
(lunak/sedang/keras).
(Sumber: Ajiwibowo, Harman. (2018): Survei Geoteknik, Catatan Kuliah KL-4111 Bangunan
Pantai, 39-43)

c. Berikut ini adalah tabel yang menyajikan perbedaan dari beberapa metode survey geofisik
Output yang
Metode Alat yang digunakan Proses survey
dihasilkan
Side Scan Topside processing unit Citra profil Towfish yang telah tersambung
Sonar[1] (transceiver/processor dasar laut dengan topside processing unit
unit, PC), towcable, dalam ditenggelamkan ke laut sesuai
towfish, vessel tampilan 3 lokasi survey. Selanjutnya
dimensi towfish akan memancarkan
sinyal akustik ke dasar laut.
Sinyal yang dipancarkan tersebut
akan dipantulkan kembali oleh
dasar laut. Gambar profil dasar
laut ditentukan oleh lama waktu
yang dibutuhkan towfish untuk
menerima sinyal pantulan dasar
laut. Benda keras akan
memantulkan sinyal lebih kuat
dibandingkan dengan benda
lunak. Sehingga, gambar benda
keras akan terlihat jelas pada
hasil side scan sonar seperti
halnya bangkai pesawat terbang
dan kapal laut.
Sub-bottom Transducer, sound Citra profil Sub bottom profiler bekerja
profiling[2] source (misal: boomer lapisan dasar dengan cara memancarkan energi
plate), receiver laut bunyi (akustik) ke dasar laut.
(hydrophone), vessel Energi ini kemudian akan
dipantulakn oleh tanah dasar laut
dan lapisan sedimen bawah laut.
Intensitas energi yang
dipantulkan bergantung pada
densitas sedimen. Semakin besar
densitasnya, semakin besar pula
energi yang dipantulkan. Sinyal
yang dipantulkan kemudian
bergerak menuju permukaan laut
lalu ditangkap oleh receiver
(hydrophone). Sinyal yang
diterima kemudian diproses oleh
unit pemrosesan data.
Magnetometer[3] Magnetometer sensor, Volume data Dua sensor magnetometer yang
gradiometer, cable, magnetik dipasang pada gradiometer
vessel kemudian dioperasikan di bawah
air. Alat ini akan mengukur
gradien magnetic diantara dua
sensor yang terpisah secara
horizontal sebesar 1-2 m. Data
yang diperoleh berupa volume
magnetic data yang kemudian
diolah software menjadi grid
data.
Sumber:
[1] Side Scan Sonar and SBP Survey. 2017. Materi Kuliah KL-3103 Pengumpulan dan
Analisis Data Lingkungan
[2] Principles of Sub-Bottom Profiling.
http://www.hypack.com/File%20Library/Resource%20Library/Technical%20Notes/Sub-
bottom-Profiling-Acquisition-Techniques-in-HYPACK.pdf. Diakses 15 Februari 2019.
[3] Magnetometer Survey. http://www.aspectsurveys.com/survey-
services/geophysical/magnetometer/. Diakses 15 Februari 2019.

Jawaban No. 5

a. Bottom Roughness Analysis


Bottom Roughness Analysis adalah analisis interaksi antara pipa dengan dasar laut (sea bed).
Analisis ini diperlukan untuk menentukan apakah rute yang akan dilalui pipa mengalami
bentang bebas (free span) atau tidak pada saat pipa diinstal dan dioperasikan. Melalui analisa
ini, kita dapat menentukan titik-titik yang berpotensi terjadi free span saat pipa di-laying dan
dioperasikan sehingga dapat direncanakan perbaikan profil dasar laut baik saat pre-lay
maupun post-lay. Analisa dilakukan dalam 3 (tiga) kondisi, yaitu ketika pipa kosong,
hydrotest, dan operasi. Bottom Roughness Analysis dilakukan menggunakan software seperti
Offpipe, Abaqus, dan Sage. Input dari Bottom Roughness Analysis adalah sebagai berikut:
1. Properti dari pipa yaitu berat pipa (termasuk berat concrete coating)
2. Profil dasar laut sepanjang rute pipa yang disimulasikan dengan koordinat X-Y
3. Permukaan tanah dasar laut dianalisis untuk menentukan tingkat penurunan tanah untuk
dua kondisi yang berbeda, yaitu kosong dan terisi air laut.
4. Hydrotest pressure untuk menentukan apakah stress pipa dan free span yang terjadi masih
dalam batas izin atau tidak.
5. Tekanan dan temperatur desain.

Berikut ini adalah penjelasan mengenai proses dari Bottom Roughness Analysis.

1. Analisis instalasi (pipa kosong)


Input yang dimasukkan berupa berat pipa (termasuk berat concrete coating), profil dasar
laut, dan data permukaan tanah dasar laut. Setelah data diolah dengan software maka
muncul output berupa besar free span dan besar tegangan pipa.
2. Analisis hydrotest
Pada analisis ini, pipa diisi dengan air laut dan diberi tekanan hydrotest sebesar 2,5 kali
dari tekanan rencana. Input yang dimasukkan berupa berat pipa (termasuk berat concrete
coating), profil dasar laut, data permukaan tanah dasar laut, dan nilai hydrotest pressure.
Setelah data diolah dengan software maka muncul output berupa besar free span dan besar
tegangan pipa.
3. Analisis operasi
Input yang dimasukkan berupa berat pipa (termasuk berat concrete coating), profil dasar
laut, data permukaan tanah dasar laut, dan tekanan serta temperatur rencana. Setelah data
diolah dengan software maka muncul output berupa besar free span dan besar tegangan
pipa.

b. Software untuk Bottom Roughness Analysis


1. Abaqus
Abaqus adalah software yang digunakan untuk analisis pipa berdasarkan analisis elemen
hingga (finite elemen analysis). Software ini banyak diaplikasikan pada material seperti
karet, tanah, komposit, termoplastik, dsb. Kelebihan dari abaqus adalah cakupan lebih
besar karena menggunakan finite elemen analysis. Kekurangan dari software ini adalah
kurang diminati oleh pengguna.
2. Offpipe
Offpipe merupakan program yang dapat menghitung tegangan pipa statis, konfigurasi
pipa, dan untuk analisis proses lifting pipa dan laying pipa di dasar laut. Kelebihan dari
software offpipe adalah cakupan yang sangat luas mulai dari analisis pipe span, tegangan
pipa hingga laying dan lifting pipa, permodelan seabed yang akurat, serta berbagai fitur
lainnya. Kekurangan dari offpipe adalah harganya yang sangat mahal.
3. Sage-Profile
Sage-profile merupakan software yang dapat digunakan untuk proses desain, instalasi, dan
analisis pipa bawah laut. Software ini dapat digunakan untuk optimalisasi pemilihan rute
pipa, on bottom stress analysis, dan free span analysis. Kelebihan dari software ini adalah
dibuat oleh pipeline engineer serta memiliki perhitungan yang cepat.

Anda mungkin juga menyukai