ABSTRAK
Sistem perpipaan terdiri dari jaringan pipa yang digunakan sebagai alat distribusi.
Sesuai dengan standar teknik perpipaan yang dipakai di Indonesia dan tertuang dalam Surat
Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor 300.K/MPE.38/1997, maka pipa
penyalur minyak dan gas bumi harus ditimbun di dalam tanah. Penempatan jaringan pipa
dalam tanah dapat menyebabkan korosi pada permukaan pipa, hal ini terjadi karena dalam
tanah terdapat mineral-mineral yang dapat menyebabkan atau bahkan memacu terjadinya
korosi pada permukaan pipa. Untuk mengendalikan atau memperlambat terjadinya korosi
pada jaringan pipa tersebut maka sistem pengendalian yang dapat dilakukan pada umumnya
adalah pemasangan coating dan dilengkapi dengan penerapan metode proteksi katodik.
Review berikut membahas tentang aplikasi metoda proteksi katodik anoda korban.
1. PENDAHULUAN
Perkembangan teknologi sangat mempengaruhi kehidupan manusia di segala bidang,
termasuk dalam pemanfaatan gas ataupun minyak bumi untuk menunjang kehidupan. Hal ini
terlihat dari bertambahnya jumlah pelanggan yang menggunakan gas dan juga minyak serta
dengan dibangunnya beberapa stasiun gas dan minyak di beberapa titik wilayah di Indonesia.
[1]
Dalam dunia industri minyak dan gas, penggunaan jaringan pipa merupakan salah satu
elemen yang memegang peranan penting yaitu sebagai rantai produksi. Jaringan pipa
digunakan sebagai alat distribusi berbagai kebutuhan industri misalnya minyak, air dan gas.
[2] Sistem perpipaan terdiri dari beberapa jaringan pipa yang digunakan sebagai alat
distribusi. Sesuai dengan standar teknik perpipaan yang dipakai di Indonesia dan tertuang
dalam Surat Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor 300.K/38/M-PE/1997, pipa
penyalur minyak dan gas bumi harus ditimbun di dalam tanah.[3] Penempatan jaringan pipa
dalam tanah dapat menyebabkan korosi pada permukaan pipa, hal ini terjadi karena dalam
tanah terdapat mineral-mineral yang dapat menyebabkan atau bahkan memacu terjadinya
korosi pada permukaan pipa.[1]
Korosi merupakan fenomena degradasi material yang disebabkan oleh reaksi
elektrokimia logam dan lingkungannya. Korosi tidak dapat dihentikan atau dihilangkan
namun dapat dicegah. Korosi merupakan salah satu permasalahan yang sering terjadi pada
industri yang menggunakan bahan material logam, khusunya seperti industri migas. Ada
beragam jenis korosi yang dipengaruhi oleh keadaan lingkungan seperti korosi pitting, korosi
SCC, High Temperature dan lain – lain.[4]
Banyak sekali metode-metode untuk mengendalikan laju korosi, salah satunya
adalah dengan sistem proteksi katodik anoda korban yang pada intinya sistem ini
mengorbankan logam lain untuk terkorosi dari pada logam inti yang ingin dijaga dari
serangan korosi.[5]
Perlindungan katodik menggunakan korban anoda adalah sistem perlindungan
permukaan logam dengan melewatkan arus searah yang cukup ke logam permukaan yang
memiliki potensial lebih rendah dan mengubah semua area anoda pada permukaan logam
menjadi area katodik. Sistem ini hanya efektif untuk sistem yang terendam air atau berada di
dalam tanah. Tanah merupakan elektrolit yang memiliki unsur dan kandungan yang dapat
menyebabkan korosi. Dimana pada kedalaman 1,7 hingga 3,6 meter tanah bersifat sangat
korosif dengan derjat keasaman tanah yang normal (pH = 7).[6]
Sistem proteksi katodik anoda korban telah berhasil mengendalikan proses korosi untuk
jalur pipa dan instalasi tangki bawah tanah. Penggunaan anoda korban memiliki keuntungan
seperti biaya perawatan yang lebih sederhana, lebih stabil, dan lebih rendah.[7]
5. Pitting Corrosion
Merupakan korosi yang berbentuk lubang-lubang di permukaan logam karena
hancurnya film (lapisan luar) dari proteksi logam yang disebabkan oleh laju korosi yang
berbeda antara satu tempat dengan tempat yang lainnya pada permukaan sebuah strukur
logam.
Gambar 2.7 Pitting Corrosion. [12]
2. Proteksi Katodik
Telah dikethaui bahwa korosi hanya terjadi pada area anodik permukaan logam dengan
katoda menjadi area lain dari logam yang sama atau logam kedua yang bersentuhan keduanya
dalam elektrolit. Prinsip proteksi katodik adalah menghubungkan anoda eksternal ke logam
untuk dilindungi dan melewati arus sehingga semua area permukaan logam dipaksa potensi
katodik sehingga tidak menimbulkan korosi. Efeknya diilustrasikan pada Gambar 2.9 Dalam
istilah elektrokimia, potensi logam diturunkan ke nilai (pada baja, -850 mV atau lebih rendah,
relatif terhadap elektroda referensi tembaga / tembaga sulfat) di mana anodik berkarat reaksi
dihambat hanya memungkinkan reaksi katodik. Perlindungan katodik dicapai di salah satu
dari dua cara oleh anoda korban atau dengan arus paksa.[14]
Gambar 2.9 Proteksi Katodik. [14]
Dalam sistem proteksi katodik anoda korban (SACP), misalnya pada proteksi pipa
dicapai dengan menghubungkan struktur pipa ke anoda korban, yang ditempatkan dekat
dengan pipa yang dilindungi. Sebuah anoda korban terbuat dari logam aktif seperti
magnesium, seng, atau aluminium, yang dianggap logam paling aktif menurut sel galvanik.
Pada perlindungan katodik, arus berasal dari perbedaan potensial antara anoda korban dan
struktur pipa yang dilindungi. Jenis anoda yang digunakan bergantung pada resistivitas
elektrolit dan komposisi kimia dari elektrolit substrat terbuka. Untuk pipa, anoda korban
umumnya digunakan karena umumnya jumlah arus yang dibutuhkan relatif kecil (biasanya
kurang dari 1A) dan daerah di mana resistivitas tanah cukup rendah (biasanya kurang dari
10.000 ohm-cm) untuk memungkinkan konsumsi jumlah anoda yang wajar. Anoda pada
sistem proteksi katodik anoda korban harus diperiksa secara berkala dan diganti saat
dikonsumsi.[15]
Tentunya dengan menggunakan metode anoda korban pada proteksi kadtodik memiliki
keuntungan dan kerugian. Berikut ini adalah beberapa keuntungan dan kerugian dari metode
anoda korban : [1]
Keuntungan
a. Tidak perlu tenaga listrik dari luar.
b. Pemasangan relatif mudah
c. Tidak ada bahaya interaksi.
d. Murah untuk struktur kecil.
e. Daerah padat struktur.
f. Bahaya over-proteksi ringan.
g. Distribusi arus merata.
h. Tidak perlu pemeliharaan, kecuali inspeksi rutin.
i. Tidak perlu biaya operasi.
Kerugian
a. Keluaran arus anoda terbatas, pada hal
b. makin lama makin diperlukan arus lebih
c. besar karena degradasi lapis lindung.
a. Tidak efektif untuk lingkungan dengan
d. resistivitas lingkungan tinggi.
a. Untuk struktur yang besar diperlukan anoda
e. banyak jumlahnya.
a. Keluaran arus tidak dapat dikontrol, namun
f. self regulating.
3. Ground Bed
Bahan yang paling umum digunakan untuk anoda korban pada pipa yang terkubur
adalah paduan magnesium dan seng. Di saluran masuk dan saluran pipa reservoir di sana
adalah 34 anoda magnesium didistribusikan di 4 tempat tidur dasar dan 18 anoda magnesium
didistribusikan di atas 1 alas dasar, masing-masing. Potensi anoda magnesium sekitar 1500
mV menurut referensi tembaga-tembaga sulfat elektroda (Cu / CuSO4). Pipa by-pass
memiliki 70 seng anoda yang terbagi menjadi 4 bedengan dasar dan Potensi elektroda seng
adalah -1100 mV menurut tembaga tembaga sulfat referensi elektroda.[15]
Gambar 2 menunjukkan variasi jarak antara elektroda dalam larutan natrium klorida
25.000 ppm untuk mendapatkan efisiensi laju korosi baja karbon yang terlindung dari yang
tidak terlindungi baja karbon dengan waktu perendaman yang sama untuk spesimen yang
sama. Dari hasil penelitian itu menemukan bahwa perlindungan terbaik pada baja karbon
yang dilindungi oleh anoda korban seng adalah pada saat itu perendaman selama 10 hari
dengan jarak anoda ke katoda 1 cm dengan efisiensi laju korosi 81,818%. Dari penurunan
laju korosi terlihat bahwa penurunan laju korosi adalah dipengaruhi oleh jarak dan waktu
perendaman.[7]
3.2.3 KESIMPULAN
Efisiensi laju korosi tertinggi pada baja karbon yang dilindungi oleh anoda korban seng
adalah 81,8%. Semakin lama waktu perendaman menghasilkan semakin banyak penurunan
berat katoda. Hasilnya adalah waktu perendaman 10 hari efisiensi yang lebih baik. Kinerja
anoda korban seng efektif untuk melindungi baja karbon korosi bila jarak antara anoda dan
elektroda katoda paling kecil.
4. DAFTAR PUSTAKA
[1] U. Wahyuningsih, “Penanggulangan Korosi Pada Pipa Gas Dengan Metode Catodic
Protection (Anoda Korban) Pt Pgn Solution Area Tangerang,” Power Plant, vol. 5, no.
1, pp. 40–50, 1970, doi: 10.33322/powerplant.v5i1.109.
[2] B. Dadang Kurnia, “Perancangan sistem proteksi katodik,” pp. 403–418, 2016.
[3] R. Indarti, Y. T. Sarungu, and C. Magesang, “Karakterisasi Simulator Sistem Proteksi
Perpipaan Yang Tertanam Dalam Tanah,” pp. 41–45, 1997.
[4] G. A. Jayanti, “Analisis Teknis Dan Ekonomis Sistem Proteksi Katodik Anoda Tumbal
Dan Proteksi Katodik Arus Paksa Pada Underground Gas Pipeline Di Perusahaan
Eksplorasi Dan Pengolahan Gas Bumi,” p. 122, 2019.
[5] H. Wicaksono and B. Sulaksono, “Analysis of Cathodic Protection System Type of
Victim Anodes Using Magnesium and Zinc,” pp. 9–10, 2019.
[6] K. Astuti, “Korosi Pipa Minyak Pada Lingkungan Tanah Gambut,” pp. 217–223.
[7] Komalasari, Evelyn, I. D. R. Situmeang, and D. Heltina, “Cathodic protection on
stuctures of carbon steel using sacrificial anode methode for corrosion control,” IOP
Conf. Ser. Mater. Sci. Eng., vol. 845, no. 1, 2020, doi: 10.1088/1757-
899X/845/1/012015.
[8] PwC, “Oil and Gas in Indonesia. Taxation Guide,” no. May, 2016.
[9] W. Christian O.H., “The Oil and Gas Industry: Overview and Trends,” Nat. Resour.
Gov. Inst., no. April, p. 5, 2015.
[10] T. Pharris and R. Kolpa, “Overview of the Design, Construction, and Operation of
Interstate Liquid Petroleum Pipelines,” Argonne Natl. Lab., p. 108, 2007, [Online].
Available:
http://corridoreis.anl.gov/documents/docs/technical/APT_60928_EVS_TM_08_1.pdf.
[11] M. Martaningtyas and H. D. Ariesyady, “Identifikasi Bahaya Dan Analisis Risiko Pada
Jaringan Pipa Transmisi Crude Oil Di Perusahaan Migas,” J. Tek. Lingkung., vol. 24,
no. 2, pp. 1–14, 2018, doi: 10.5614/j.tl.2018.24.2.1.
[12] J. I. Nugroho, “Studi Kasus Perbandingan Dua Metode Perlindungan Korosi Pada Pipa
Penyalur Gas Pt.Pgn Batu Ampar Batam,” p. 119, 2016.
[13] M. R. Pambudi, “Perancangan Sistem Proteksi Katodik Anoda Tumbal Pada Pipa Baja
Api 5L Grade B Dengan Variasi Jumlah,” 2017.
[14] G. Practice and C. C. No, “Corrosion control for buried pipelines.,” London, U.K.,
H.M.S.O., 1982, no. 10 : Guides to Practice in Corrosion Control), 1982.
[15] M. H. Alkathafi, A. A. Khalil, S. M. Elkoum, and M. A. Elnaili, “The Sacrificial
Anode Cathodic Protection System of Sirte End Reservoir,” vol. 10, no. 12, pp. 421–
427, 2019.
[16] A. YR and B. A, “pengaruh larutan NaCl,” 2016.
[17] N. S, “Analisis laju korosi dan kekerasan pada stainless steel 304 dan baja nikel laterit
dengan variasi kadar Ni (0,3 dan 10% Ni) dalam medium korosif,” Skripsi, 2018.