: /F00200/2020-S0
I. RUANG LINGKUP
Ketentuan ini disusun untuk mengatur aspek HSE lembaga penyalur BBM sebagai berikut:
a) Fixed (dibangun di tempat tertentu):
1) SPBU Reguler
Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum merupakan lembaga penyalur yang dibangun
di atas sebidang tanah dan memiliki fasilitas berdasarkan rancangan, desain dan
spesifikasi teknis yang telah disetujui oleh Pertamina yang digunakan untuk
menyalurkan dan memasarkan BBM dan atau produk lain dengan menggunakan
merek dagang Pertamina serta dapat digunakan untuk pengelolaan bisnis NFR (non
fuel retail).
2) SPBU 3T, Kompak dan Mini
Lembaga penyalur BBM Non-Reguler dan Sub Penyalur BBM (kompak, mini & 3T)
merupakan kebutuhan perusahaan berkaitan dengan perluasan dan pemerataan
wilayah penyaluran BBM ke masyarakat namun tidak ekonomis untuk membangun
SPBU.
b) Mobile (dapat dipindahkan/bergerak):
1) Pertashop
Merupakan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum dengan Tanki portable/above
ground kapasitas 1.000 - 6.000 Liter
2) SPBU Modular
Merupakan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum dengan Tanki portable/above
ground kapasitas 6.000 - 18.000 Liter
c) Jarak minimum instalasi jalur kabel tegangan tinggi bawah tanah dengan tangki
penyimpanan BBM adalah 1,5 meter.
d) Jarak minimum transformer atau kabel tegangan tinggi dengan bangunan,
kanopi, pipa pernapasan tanki di SPBU adalah 3 meter untuk transformer di
bawah 75 KVA, 6,1 meter untuk transformer tegangan 75 - 333 KVA dan 9,1 meter
untuk transformer tegangan lebih besar dari 333 KVA.
e) Kondisi tanah lokasi pembangunan SPBU harus stabil. Pada daerah di mana
kemiringan lerengnya tidak memenuhi kaidah kestabilan tanah, diwajibkan
membangun lereng/siring dari pasangan batu kali. Siring diperhitungkan
sepanjang ± 50 meter dengan ketinggian ± 1,5 meter.
f) Pemilihan lokasi SPBU memenuhi ketentuan desain dan minimalisasi risiko,
termasuk persyaratan jarak aman fasilitas di SPBU.
g) Penentuan dan pemilihan lahan pembangunan SPBU harus ditinjau berdasarkan
aspek lingkungan dan bisnis dengan mempertimbangkan kemungkinan
pengembangan dan perluasan pada masa yang akan datang.
h) Kegiatan SPBU wajib dilengkapi dokumen izin lingkungan yang melingkupi
seluruh rencana kegiatan bisnis utama (pengisian BBM) dan bisnis penunjang di
SPBU, seperti: toko, bengkel, rumah makan, food court dll. Berdasarkan dokumen
lingkungan tersebut, pemilik atau pengelola SPBU wajib mematuhi dan
melaksanakan kegiatan pengelolaan dan pemantauan dampak lingkungan
kegiatannya dan melaporkan hasil kegiatan tersebut kepada instansi terkait di
bidang lingkungan hidup daerah setempat. Wajib melakukan revisi dokumen
lingkungan jika akan membuat perubahan operasional dan penambahan
kapasitas simpan BBM.
i) Jalan masuk lokasi dan tempat pengisian kendaraan bermotor harus terjamin
keamanan dan kelancarannya agar tidak mengganggu lalu lintas umum, dan
mendapat izin instansi terkait.
2.2. SPBU Reguler
2.2.1. Tangki di Bawah Tanah (Under Ground Tank)
a) Desain, Konstruksi dan Instalasi
1) Tangki BBM di bawah tanah harus didesain, difabrikasi, diinspeksi, dan
diuji sesuai dengan persyaratan atau standar yang berlaku dan
dilengkapi sertifikat yang sesuai.
STANDAR PERTAMINA No. : /F00200/2020-S0
11) Tangki pendam harus dilengkapi cover strip grounding dengan tebal 6
mm; kabel penyalur grounding harus mencapai nilai tahanan
maksimum 7 ohm.
12) Kapasitas tangki pendam untuk penyimpanan BBM terbesar yang
diizinkan di SPBU adalah tangki kapasitas 45.000 Liter dengan jumlah
total kapasitas/agregat seluruh tangki di SPBU maksimal 304.000
Liter.
13) Manhole tangki menggunakan koneksi flange mengacu standard
ASME B16.47 - Large Diameter Steel Flanges. Manhole wajib
dilengkapi aksesori yang dipasang dengan sistem las ke tangki. Jenis
aksesori minimal yang wajib dipasang sebagai berikut:
a. Inlet/loosing pipe dia. 4” dengan koneksi ANSI flange
b. Submersible Turbine Pump (STP) inlet dia. 4” dengan koneksi ANSI
flange atau NPT Female Thread
c. ATG (Automatic Tank Gauge, pengukur level otomatis) inlet pipe
dia. 2” atau 4” dengan koneksi ANSI flange atau NPT Female
Thread
d. Pipa dia. 2” dengan koneksi ANSI flange atau NPT Male Thread
untuk pipa vent tangki
e. Pipa dia. 2” dengan koneksi ANSI flange atau NPT Male Thread
untuk manual dipping
14) Tangki/kompartemen wajib dilengkapi dengan peralatan pengukuran
level produk di tangki. Untuk peralatan ATG wajib menggunakan
peralatan yang memiliki sertifikasi Explosionproof (zona 0) dan sesuai
Approved Brand List PT Pertamina.
15) Tangki/kompartemen wajib dilengkapi peralatan pemompaan atau
transfer produk. Untuk Submersible Turbine Pump wajib
menggunakan peralatan dengan sertifikasi Explosion proof (zona 0)
dan sesuai Approved Brand List PT Pertamina.
16) Pemasangan instalasi peralatan STP dan ATG ke tangki wajib dilakukan
oleh pihak yang kompeten dan mendapatkan supervisi dari
distributor/principal peralatan.
STANDAR PERTAMINA No. : /F00200/2020-S0
17) Pipa discharge STP dia. 2” wajib dilengkapi ball/gate valve untuk
isolasi jalur pipa apabila diperlukan perbaikan pipa atau tangki.
18) ATG tidak diizinkan dipasang di inlet STP maupun pipa inlet/loosing
tangki.
19) Koneksi pipa ke tangki (misal: pipa venting, pipa dipping) dapat
ditempatkan di lokasi lain di bagian atas tangki di luar dari tutup palka
manhole tangki, namun wajib disediakan akses ke pipa (dombak)
untuk pemeliharaan.
20) Manhole tangki (dombak) wajib dilengkapi sump tank untuk
memastikan tangki kedap air (water tight).
21) Pipa produk dan casing kabel kelistrikan wajib dilengkapi entry boots
untuk memastikan instalasi kedap gas dan gas berbahaya tidak
menyebar ke lokasi lain melalui casing/ducting.
22) Pipa pernapasan dari beberapa tangki untuk jenis produk yang sama
dan/atau berbeda tidak diizinkan digabung menjadi satu manifold
kecuali pipa pernapasan dilengkapi isolating valve untuk jenis produk
yang sama
23) Tangki dilengkapi plat baja (dip plate/meja ukur) tebal 6 mm yang
dipasang pada dasar tangki untuk melindungi kerusakan dasar tangki
akibat kegiatan pengukuran level BBM secara manual (manual
dipping)
24) Filling point, dombak dan jalur pipa pendam tangki termasuk dombak
untuk tangki multi-compartement wajib diberikan penandaan yang
jelas dengan simbol dan warna sesuai standar identitas produk PT
Pertamina
a. PERTAMAX TURBO : Merah dan Kuning
b. PERTAMAX : Biru dan Kuning
c. PERTALITE : Putih dan Kuning
d. PREMIUM : Kuning
e. PERTAMINA DEX : Merah, Hijau Muda dan Abu-abu
f. SOLAR : Abu-abu
g. BIO SOLAR : Hijau Muda dan Abu-abu
STANDAR PERTAMINA No. : /F00200/2020-S0
2) Pemasangan entry boots pada setiap pipa dan kabel yang masuk ke
tank sump.
3) Pelaksanaan vacuum test pada isntalasi tank sump pada kondisi -0.05
bar selama 30 menit
4) Pemasangan manhole cover pada permukaan dengan ketentuan:
a. Pembuatan lips atau bingkai beton di sekitar manhole cover harus
memiliki lingkar minimum 200 mm di sekitar bingkai dan
permukaan bibir harus sejajar dengan tepi atas bingkai. Ini untuk
memastikan bahwa kerangka manhole tidak ada tekanan yang
tidak semestinya dari kendaraan dan memungkinkan area level
yang sesuai untuk alat pengangkat untuk bekerja dengan benar.
b. Aspal/Beton/Beton pavers: aspal atau beton di sekitar bibir harus
memiliki kemiringan min 1° yang menjauh dari lips atau bingkai
beton untuk memungkinkan aliran air menjauh dari manhole
cover.
c. Pemasangan rangka manhole cover diletakkan pada posisi alas
beton bertulang dengan peringkat kekuatan minimum 40 Mpa
(min. ke dalaman 100 mm) memastikan sepenuhnya didukung
serta memastikan bahwa beton sekitarnya (ke dalaman + 60 mm
untuk bibir) tidak menonjol di atas lips atau bingkai beton yang
menopang rangka harus benar-benar rata dan benar-benar
menyentuh bagian bawah rangka.
d. Permukaan beton bibir yang terbuka di sekitar bingkai harus
memiliki permukaan yang rata (sesuai dengan persyaratan
keamanan lokal).
e. Lempengan beton: beton dan beton bertulang di atasnya harus
memiliki kekuatan yang cukup untuk menopang bobot kendaraan
lalu lintas yang lewat atau parkir di atasnya (jika manhole cover
dipasang di driveway).
f. Kerikil: bahan kerikil harus dipadatkan di bawah lempengan beton
tanpa menempatkan beban apa pun pada dinding dan riser.
STANDAR PERTAMINA No. : /F00200/2020-S0
2.2.2. Tanki BBM di Atas Permukaan Tanah (Above Ground Storage Tank)
a) Desain, Konstruksi dan Instalasi
1) Tangki BBM di atas permukaan tanah (Above Ground Storage Tank)
didesain, difabrikasi, diinspeksi, dan diuji sesuai dengan persyaratan
atau standar yang berlaku dan dilengkapi sertifikat yang sesuai.
STANDAR PERTAMINA No. : /F00200/2020-S0
c. ATG inlet pipe dia. 2” atau 4” dengan koneksi ANSI flange atau
NPT Female Thread
d. Pipa dia. 2” dengan koneksi ANSI flange atau NPT Female Thread
untuk pipa vent tangki
e. Pipa dia. 2” dengan koneksi ANSI flange atau NPT Female Thread
untuk manual dipping
10) Tangki/kompartemen wajib dilengkapi dengan peralatan pengukuran
level produk di tangki. Untuk peralatan pengukur level otomatis (ATG)
wajib menggunakan peralatan yang memiliki sertifikasi explosion
proof (zona 0) dan sesuai Approved Brand List PT Pertamina
11) Tangki/kompartemen wajib dilengkapi peralatan pemompaan atau
transfer produk. Untuk Submersible Turbine Pump wajib
menggunakan peralatan yang memiliki sertifikasi Zona 0 (explosion
proof) dan sesuai Approved Brand List PT Pertamina.
12) Instalasi peralatan STP dan ATG ke tangki wajib dilakukan oleh pihak
yang kompeten dan mendapatkan supervisi dari distributor/principal
peralatan.
13) Tangki BBM di atas permukaan tanah dengan kapasitas lebih besar
dari 1.000 Gallon (3.785 liter) dan bukan jenis tangki Double Wall
sesuai standar UL 142 wajib dilengkapi tanggul penahan tumpahan
(dike wall) dengan volume 110% dari kapasitas tangki terbesar. Untuk
tangki Double Wall dan memenuhi persyaratan sertifikasi yang
ditentukan di atas maka tidak diperlukan tanggul penahan tumpahan
(dike wall).
14) Area sekitar tangki BBM di atas permukaan tanah wajib dilengkapi
penahan benturan (guard post) untuk melindungi tangki dari
benturan/tertabrak kendaraan.
15) Tangki multi kompartemen harus didesain dedicated multi-
compartement oleh pabrikan sesuai vendor list dan dilengkapi
manhole sesuai jumlah kompartemen dengan ukuran sesuai
persyaratan.
16) Setiap tangki atau kompartemen harus dilengkapi dengan sistem
koneksi dengan sistem las. Penyambungan sistem koneksi pengisian,
STANDAR PERTAMINA No. : /F00200/2020-S0
1 NFPA 30 Flammable dan Combustible Liquid Code 2012 Edition (Section 19.5.3)
STANDAR PERTAMINA No. : /F00200/2020-S0
1) Jarak minimum sumber api atau panas tetap dari area dispenser dan
filling point atau area bongkar mobil tangki BBM (hazardous zona 1)
adalah 15,0 meter (50 feet). Lantai bangunan harus lebih tinggi 150
mm dari lantai areal SPBU.
2) Penempatan areal untuk bangunan tenant direkomendasikan di lokasi
yang berada di atas angin untuk menghindari perpindahan uap mudah
terbakar (travel gas) ke area tersebut.
3) Apabila kegiatan tenant menggunakan sumber api/panas terbuka,
maka tungku/kompor diletakkan dengan ketinggian minimum 120 cm
dari lantai dan wajib dilengkapi cerobong asap (exhaust hood). Pintu
akses dapur harus Auto Closed Door dan dilengkapi seal karet di setiap
sisi pintu.
4) Area parkir ditempatkan di lokasi yang tidak mengganggu kegiatan
utama pengisian BBM konsumen dan tidak menghalangi jalur
emergency mobil tangki BBM. Dan berjarak minimal 4,5 meter dari
filling point dan dispenser.
5) Bangunan tenant wajib dilengkapi minimal 1 (satu) buah APAR CO2
class ABC kapasitas 10 lbs (4,5 Kg) untuk setiap service area dengan
luas lantai maksimal 140 m2 dan disediakan minimal 1 (satu) buah
APAR DCP (Dry Chemical Powder) class AB/K dengan kapasitas 20 lbs
(9 Kg) untuk dapur.
6) Bangunan tenant wajib dilengkapi minimal 1 (satu) buah fire access
door berukuran minimal 1,5 m x 1 m menggunakan material kaca
laminated sebagai akses darurat bagi pemadam kebakaran apabila
terjadi kebakaran bangunan di luar jam operasional tenant.
7) Bangunan tenant yang terletak di lantai dua bangunan tetap wajib
memenuhi spesifikasi tersebut di atas. Namun jarak minimum tenant
yang memiliki sumber api/panas dengan area hazardous di SPBU
dapat diperpendek hingga 7,5 meter.
8) Area atau bangunan khusus merokok yang disediakan di area SPBU
dan/atau bangunan tenant SPBU harus memenuhi persyaratan di
atas, yaitu memiliki jarak minimum 15,0 meter (50 ft) diukur lurus dari
dispenser, filling point dan/atau area bongkar mobil tangki BBM. Atau
STANDAR PERTAMINA No. : /F00200/2020-S0
g) Jenis dan merk Alat Pemadam Kebakaran yang digunakan SPBU harus
sesuai dengan daftar rekomendasi Approved Brand List PT Pertamina
(Persero).
h) Rating alat pemadam kebakaran mengacu rekomendasi NFPA 10 Standar,
semakin tinggi rating APAR yang digunakan maka semakin efektif dan
efisien peralatan tersebut dalam memadamkan kebakaran.
i) APAR Portable diperbolehkan tipe Stored pressure maupun Cartridge
operated.
j) Alat pemadam kebakaran harus ditempatkan di lokasi yang telah
ditentukan, terlindung, mudah terlihat dan mudah dijangkau.
k) Pengelola SPBU wajib memastikan APAR selalu dalam kondisi baik dan
siap operasi, apabila terdapat APAR yang rusak atau sedang perbaikan
maka pengelola SPBU wajib segera menyediakan APAR pengganti dengan
kapasitas, jenis dan rating yang sama (mengacu ke Permenaker 04/80).
l) Alat pemadam harus diperiksa minimal setiap bulan sekali. Hasil dan
tanggal pemeriksaan harus dicantumkan pada tabung pemadam tersebut.
Pemeriksaan visual dan kondisi APAR dapat dilakukan oleh Safetyman
atau Pengawas SPBU.
m) Pemeriksaan dan pemeliharaan alat pemadam setiap 6 bulan dan uji
hidrostatik setiap 5 tahun dilaksanakan oleh instansi berwenang atau
pihak ketiga yang memiliki kompetensi dan bersertifikat dalam
pemeriksaan APAR.
2.4.2. Peralatan Penanggulangan Tumpahan dan Pencemaran
SPBU harus dilengkapi dengan sarana penanggulangan tumpahan minyak sekurangnya
meliputi:
a) Kapasitas volume minimal Oil Spil Kit 300 liter yang berisikan variasi
sorbent. Sorbent yang dimaksud adalah sorbent bubuk untuk
penanggulangan tumpahan BBM yang bersifat sedikit atau ceceran,
sorbent superpad untuk perlindungan tahap pertama drainase umum,
sorbent pad untuk melakukan tindak penanggulangan yang bersifat dapat
dilap, dan sorbent boom untuk penanggulangan tumpahan yang bersifat
banyak dan refill dari sorbent-sorbent di atas minimum 1 paket refill untuk
kesiagaan dalam penanggulangan.
STANDAR PERTAMINA No. : /F00200/2020-S0
DILARANG MEROKOK
MATIKAN MESIN
SAAT PENGISIAN BBM
Standar minimal fasilitas SPBU Non-reguler dan sub penyalur BBM sebagai berikut:
a) Penyimpanan BBM (kapasitas sesuai peruntukan) dan sarfas
pendukungnya
b) Dispenser Unit/gelas ukur BBM atau pompa drum manual
c) Bangunan kantor, bangunan penunjang dan toilet
d) Bangunan kanopi untuk Dispenser
e) Alat pemadam kebakaran
f) Sumber kelistrikan tetap/kelistrikan portable (genset)
g) Area pembongkaran BBM
h) Rambu-rambu keselamatan
3.1.2. Klasifikasi Hazardous Area
a) Pengisian ke Drum dan Container (di dalam atau di luar ruangan):
1) Div 1 Zone 0 : Area di dalam drum atau container
2) Div 1 Zone 1 : Radius 0,9 m (3 ft) di sekitar bukaan atau lubang
pengisian drum/ container dan pipa venting ke seluruh
arah.
3) Div 2 Zone 2 : Radius jarak antara 0,9 m - 1,5 m di sekitar bukaan
atau lubang pengisian drum/container dan pipa
venting ke seluruh arah dan sampai dengan 18 inci di
atas lantai atau grade level dalam radius 3 meter dari
venting.
b) Pompa pembongkaran/penyaluran BBM termasuk aksesoris
1) Div 1 Zone 1 : (Indoor) Seluruh area dalam ruangan yang terdapat
parit/lubang lebih rendah dari permukaan lantai
2) Div 2 Zone 2 : (Indoor) Radius jarak antara 1,5 m (5 ft) di sekitar
pompa dan fitting sampai ketinggian 0,9 m di atas
tanah atau daerah rendah sampai radius 7,5 m
3) Div 1 Zone 1 : (Outdoor) Seluruh area dalam ruangan yang terdapat
parit/lubang lebih rendah dari permukaan lantai, atau
berjarak radius 3 m (10 ft) sekeliling pompa
4) Div 2 Zone 2 : (Outdoor) Radius jarak antara 3 m (10 ft) di sekitar
pompa dan fitting sampai ketinggian 0,9 m di atas
tanah atau daerah rendah sampai dengan radius 3 m
STANDAR PERTAMINA No. : /F00200/2020-S0
c) Truck Loading
1) Div 1 Zone 0 : Area di dalam tangki BBM mobil tangki
2) Div 1 Zone 1 : Radius 0,9 m (3 ft) di sekitar venting ke seluruh arah.
3) Div 2 Zone 2 : Radius jarak antara 0,9 m - 7,5 m pipa venting ke
seluruh arah dan sampai dengan 18 inci di atas lantai
atau grade level
3.1.3. Kemasan Penyimpanan BBM
Penyimpanan BBM dapat menggunakan kemasan:
a) Drum atau penampung sejenis lainnya dengan kapasitas setiap
penampung tidak lebih dari 450 liter (119 gal) untuk semua produk BBM.
b) Tangki portable dengan kapasitas setiap tangki tidak lebih dari 2.500 liter
(660 gal) untuk semua produk BBM.
c) Intermediate Bulk Containers (IBC) logam dengan kapasitas setiap IBC
tidak lebih dari 3.000 liter (793 gal) untuk semua produk BBM.
d) Intermediate Bulk Container non logam memenuhi standard kelas 31H1,
31H2, dan 31HZ1 khusus untuk produk Combustible.
e) Jerigen HDPE sesuai standard ASTM dengan kapasitas setiap jerigen tidak
lebih dari 20 liter (5,3 gal) untuk semua produk BBM.
f) Drum Polyethylene UN1H1 dengan kapasitas drum tidak lebih dari 227
liter (60 gal) khusus untuk produk Combustible
Tangki portable dan IBC harus dilengkapi peralatan pernapasan tangki yang diletakkan
di atas container yang berfungsi sebagai pipa pernapasan (venting) dengan setting
pressure 1 psi (6,9 kPa) – 2,5 psi (17 kPa)2. Dan wajib dilengkapi emergency vent sesuai
kapasitasnya.
3.1.4. Desain, Spesifikasi dan Instalasi Tangki
a) Drum, container, IBC dan tangki portable yang menggunakan material
logam sesuai standard dapat digunakan untuk penyimpanan BBM.
b) Spesifikasi tangki BBM di bawah tanah mengacu UL 58 Standard for Steel
Underground Tanks for Flammable and Combustible Liquids atau standar
lain yang ekuivalen.
3.2.5. Dispenser
a) Dispenser harus memenuhi persyaratan kapasitas flowrate maksimal 120
liter per menit untuk produk kelas I (Premium dan Pertamax Series) dan
150 liter per menit untuk produk kelas II (Solar).
b) Dispenser harus dilengkapi solenoid valve atau peralatan sejenis yang
memungkinkan pompa otomatis beroperasi apabila nozzle pengisian
diangkat dari lokasi/dudukannya dan switch pada handle nozzle ditekan.
c) Dispenser dengan jenis hisap (suction pump) wajib memperhatikan
pemenuhan sertifikat proteksi pompa dan instalasi kelistrikan dan
pengamanan kabel listrik di dalam dispenser.
d) Dispenser wajib dilengkapi emergency shut down jenis push button yang
dioperasikan manual oleh operator.
e) Dispenser wajib dipasang emergency shut off valve/impact check
valve/shear valve untuk mengisolasi tumpahan/kebocoran pipa apabila
dispenser rubuh/tertarik kendaraan.
f) Dispenser wajib dilengkapi penampung ceceran (dispensing sump) untuk
mencegah ceceran dan uap BBM masuk ke ducting pipa dan
menyebabkan kebakaran/ledakan.
g) Nozzle dan selang dispenser wajib dilengkapi dengan Emergency Shut Off
Valve jenis Breakaway Valve yang memungkinkan selang tertutup
otomatis apabila terjadi gangguan (selang/nozzle terputus atau terjadi
kebakaran).
h) Panel ruang LCD dispenser harus kedap gas dan instrumen kelistrikan
panel memenuhi rating minimal hazardous area zona 1.
3.2.6. Bangunan Penyimpanan Khusus BBM Kemasan (Kios BBM)
a) Bangunan penyimpanan BBM kemasan merupakan bangunan di dalam
SPBU atau bangunan khusus lainnya yang menyediakan penjualan BBM
kemasan produk PT Pertamina untuk konsumen.
b) Area penyimpanan wajib dilengkapi tanggul dengan tinggi min. 6 in (15
cm) sekeliling area untuk mencegah tumpahan BBM meluas ke luar area.
c) Area penyimpanan dapat dilengkapi atap atau kanopi untuk mengurangi
paparan panas dan hujan. Atap atau kanopi menggunakan material tidak
mudah terbakar.
STANDAR PERTAMINA No. : /F00200/2020-S0
Jika lokasi SPBU berada di dalam lokasi usaha dan/atau kegiatan berada dalam kawasan ekonomi
khusus, kawasan industri, atau kawasan perdagangan bebas dan pelabuhan bebas; yang telah memiliki
Ijin Lingkungan agar menyusun RKL-RPL rinci berdasarkan RKL-RPL kawasan. RKL-RPL rinci agar
diajukan untuk disetujui oleh pengelola kawasan. Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan
pengawasan atas RKL-RPL rinci diatur dengan peraturan menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
V. SOP OPRASIONAL
5.1. Prosedur Penerimaan BBM
a) Persiapan tangki mencakup:
1) Menghentikan penjualan dari tangki yang akan pengisian
2) Pengukuran tinggi cairan (ullage tangki pendam)
3) Pastikan jumlah BBM yang bisa diterima (ruang kosong)
b) Periksa dengan teliti dokumen muatan dari awak mobil tangki.
c) Mobil tangki BBM & harus diparkir pada tempat yang telah ditentukan (area
bongkar). Posisi mobil tangki harus ke arah luar sehingga mobil tangki dapat
segera evakuasi apabila terjadi kondisi darurat
d) Apabila bongkar dari mobil tangki BBM menggunakan gravitasi maka mobil tangki
dapat diparkir sedekat mungkin dengan posisi filling point.
e) Mesin kendaraan segera dimatikan setelah mobil tangki parkir dengan sempurna,
tarik rem tangan, aktifkan safety switch dan kunci mobil tetap terpasang.
STANDAR PERTAMINA No. : /F00200/2020-S0
f) Periksa bersama kondisi dan keutuhan segel atas dan bawah serta kesesuaiannya
dengan dokumen pengiriman BBM
g) Untuk produk BBM, ambil sampel BBM dari kerangan bawah, periksa visual dan
yakinkan kesesuaian jenis BBM dari bau dan warnanya.
h) Ukur density (SG) serta suhu, konversikan ke suhu 15oC/60oF (Tabel ASTM 53 dan
54) dan bandingkan dengan density (SG) dan suhu dari Terminal BBM (surat
jalan).
i) Masukkan sampel BBM ke dalam botol gelap dan disimpan sebagai sample bukti.
Tandatangani sampel bersama awak mobil tangki dan tempel di botol tersebut
j) Dilarang melakukan pemeriksaan level tangki atau kadar air di dalam mobil tanki
BBM menggunakan Dipstick. Apabila diperlukan lakukan pengukuran level BBM
dari Eijk Bout atau Cross Axis Meter.
5.2. Prosedur Pembongkaran BBM
a) Sebelum dimulai pembongkaran, pastikan kabel arde/grounding mobil tangki
harus sudah dipasang pada grounding strip
b) Alat Pemadam kebakaran harus disiapkan dan ditempatkan dekat kendaraan/
ujung dombak dan mudah dijangkau.
c) Gunakan selang pembongkaran yang standar yang dilengkapi quick coupling baik
di filling point maupun di bottom loading mobil tangki.
d) Pastikan selang bongkar telah terpasang dengan benar pada filling point tangki
pendam sesuai jenis produknya. Untuk penerimaan produk gas, pastikan selang
vapor line juga telah terpasang dengan benar di lokasi jalur return line tangki.
e) Pastikan quick coupling telah terpasang sempurna, uji sambungan dengan
menggeser posisi quick coupling
f) Buka kerangan bottom loading mobil tangki sedikit demi sedikit (pastikan tidak
ada kebocoran).
g) Lubang pengukuran tangki (slot dipping device), manhole tangki dan manhole
mobil tangki harus dalam keadaan tertutup selama pembongkaran BBM
h) Hal-hal yang perlu diperhatikan selama pembongkaran:
1) Pengawas SPBU dan awak mobil tangki harus selalu berada di tempat
selama pembongkaran
2) Di sekitar lokasi pembongkaran tidak boleh terdapat sumber atau kegiatan
yang menimbulkan panas/api. Jika terdapat kondisi berbahaya,
STANDAR PERTAMINA No. : /F00200/2020-S0
j) Apabila dalam radius jarak aman pembongkaran dari mobil tangki (6 meter)
tersebut terdapat dispenser maka pengisian BBM ke konsumen harus segera
dihentikan dan dispenser di non-aktifkan.
k) Selama pembongkaran pengawas dan awak mobil tangki harus siap ditempat,
meningkatkan kewaspadaan terhadap kegiatan di sekitarnya termasuk perilaku
konsumen di sekitar area bongkar.
STANDAR PERTAMINA No. : /F00200/2020-S0
g) Kendaraan yang tidak standar (misal: tidak ada tutup busi, knalpot tidak standar,
tangki BBM tidak standar) dilarang melakukan pengisian BBM di SPBU.
h) Untuk pengisian sepeda motor, mesin harus dimatikan pada jarak kurang dari 2
meter dari dispenser dan pengemudi harus turun dari kendaraan sebelum
pengisian. Perhatian khusus harus diberikan pada motor yang tidak standar,
dimodifikasi dan pemakaian knalpot racing.
i) SPBU harus meyakinkan pengendara sepeda motor untuk menghidupkan sepeda
motornya apabila sudah menjauhi area pengisian BBM.
j) Direkomendasikan tidak mengisi BBM selain ke tangki kendaraan, apabila
diperlukan pengisian ke wadah lain seperti: drum, jerigen, kaleng, botol minuman
kemasan dll harus sesuai rekomendasi teknis di bawah.
1) Jerigen yang dapat digunakan sebagai penampung BBM harus berbahan
logam dengan kapasitas maksimal 20 Liter (5 gallon) atau material plastik
khusus (High Density Polyethylene/HDPE).
2) Pengisian BBM ke dalam jerigen yang tidak memenuhi standar di atas maka
batas pengisian yang masih aman ditentukan hanya maksimal 5 liter.
3) Pengisian BBM ke jerigen harus dilakukan dengan meletakkan wadah
tersebut di lantai forecourt dispenser, dilarang mengisikan BBM ke wadah
tersebut apabila wadah masih di atas di kendaraan.
4) Pastikan pipa pengisian nozzle telah dimasukkan seluruhnya dan kecepatan
pengisian rendah untuk mengurangi terjadinya percikan BBM dan listrik
statis yang timbul.
5) Pastikan pengisian tidak melebihi kapasitas wadah penampung.
6) Penyimpanan BBM dalam wadah penyimpanan sementara berpotensi tinggi
terjadi kebakaran karena sifat BBM memiliki volatile dan flammable tinggi.
Material wadah penampung sementara tersebut tidak dianjurkan
digunakan untuk penyimpanan BBM dalam waktu lama.
b) Kebakaran Besar
1) Evakuasi dimulai dari lokasi terbakar, pastikan tidak ada korban jiwa.
2) Seleksi dokumen penting untuk diselamatkan. Bawa dokumen yang perlu
sebatas kemampuan.
d) Keamanan
1) Dalam keadaan darurat di SPBU, semua kendaraan maupun orang luar yang
tidak berkepentingan memasuki areal SPBU.
2) Dalam keadaan darurat semua konsumen dan kendaraan yang ada di area
SPBU harus segera meninggalkan lokasi SPBU.
3) Prioritas diberikan kepada unit pemadam kebakaran dan ambulans.
1) Tingkatkan kewaspadaan.
2) Laporkan kondisi kejadian ke PT Pertamina (Persero)
3) Hentikan kegiatan unloading/bongkar mobil tangki.
STANDAR PERTAMINA No. : /F00200/2020-S0
1) Lakukan pemantauan.
2) Bila kebakaran dipandang membahayakan SPBU lakukan sesuai langkah-
langkah yang dijelaskan pada poin di atas.
6.3. Tindakan Setelah Penanggulangan Keadaan Darurat
a) Pengusaha/pengawas SPBU menyatakan keadaan telah aman dan
penanggulangan kebakaran selesai dilaksanakan.
b) Setelah selesai melaksanakan penanggulangan keadaan darurat,
pengawas/pengusaha SPBU melaksanakan sebagai berikut:
1) Mendata seluruh karyawan di SPBU apakah terdapat korban/cedera.
2) Mendata dan mengidentifikasi seluruh peralatan dari kerusakan akibat
insiden, apabila peralatan rusak maka harus segera dilakukan isolasi dan
peralatan tidak diizinkan untuk dioperasikan
3) Pengamanan/isolasi peralatan harus dilakukan oleh petugas berwenang dan
menjamin peralatan tersebut tidak menimbulkan potensi bahaya
4) Melakukan upaya preventive untuk mencegah kerusakan pada peralatan
mempengaruhi kinerja peralatan lainnya atau menimbulkan penyebaran
uap mudah terbakar (flammable gas) yang tidak terkendali
5) Mendata peralatan pemadam kebakaran yang rusak atau digunakan untuk
mendapatkan alat pengganti atau dilakukan perbaikan
6) Membersihkan dan melakukan upaya recovery seluruh peralatan
7) Melaporkan dan meminta rekomendasi PT Pertamina terkait langkah-
langkah lanjutan pasca kebakaran, apabila diperlukan PT Pertamina dapat
melakukan inspeksi peralatan sebelum SPBU dapat dizinkan kembali
beroperasi
8) Melakukan investigasi/penyelidikan awal insiden kebakaran atau bersama-
sama dengan petugas PT Pertamina untuk melaksanakan kegiatan tersebut
9) Lokasi atau peralatan yang menjadi sumber/penyebab kejadian harus
dilokalisir dan diamankan sampai penyelidikan dinyatakan selesai
STANDAR PERTAMINA No. : /F00200/2020-S0
b) Setiap insiden/kejadian darurat harus segera dilaporkan secara lisan dan tertulis
ke PT Pertamina (Persero) menggunakan formulir laporan kejadian penting SPBU
dalam waktu maksimal 1 X 24 jam
c) Saat terjadi kebakaran, pemilik atau pengawas SPBU direkomendasikan untuk
tidak memberikan pernyataan terbuka ke media massa terkait penyebab
kebakaran dan menunggu hasil investigasi oleh tim investigasi insiden yang
ditunjuk PT Pertamina (Persero)
6.5. Prosedur Penanganan Tumpahan/Ceceran BBM
Apabila terjadi tumpahan/ceceran BBM, maka pengawas atau operator SPBU harus melakukan
upaya pengendalian sebagai berikut:
Jika sumber tumpahan tidak dapat segera dihentikan atau tumpahan terjadi dalam jumlah
yang besar atau tidak dapat ditampung, maka:
a) Hentikan sumber tumpahan (bila perlu tutup kerangan/valve pipa terdekat).
STANDAR PERTAMINA No. : /F00200/2020-S0
IX. FASILITAS MINIMUM HSE YANG HARUS ADA DI SETIAP LEMBAGA PENYALUR BBM ADALAH
SEBAGAI BERIKUT:
No Jenis Fasilitas SPBU SPBU 3T SPBU SPBU Pertashop SPBB/SPBN Ket
HSE Reguler Kompak Modular
1 APAB kap 150 √ × × √ × × Minimal 2
lbs (DCP) unit
2 APAR kap 20 √ √ √ √ √ √ Minimal 1
LBS (DCP) unit /pulau
pengisian
3 APAR CO2 kap √ × × × × √ Minimal 1
10 lbs per kantor
dan
ruangan
genset
4 Grounding & √ √ √ √ √ √ Tanki
Bonding Pendam,
Dispenser,
area filling
point
5 Oil Catcher √ × × × × ×
6 Grill √ × × × × ×
7 Spill Kit √ √ √ √ √ √ Kap. min.
300 liter
dan
jumlahnya
2 set
8 Tanggul × √ √ √
pengaman
tumpahan
9 Tempat √ √ √ √ √ √
Sampah
dimana pada umumnya tangki bahan bakar berada dekat pemilik kendaraan dan
memungkinkan konsumen menggunakan handphone dalam transaksi elektronik.
Berdasarkan kondisi di atas maka pembatasan dan pengaturan jarak aman pada transaksi
elektronik menggunakan e-wallet di SPBU harus ditetapkan. Kebijakan penggunaan
perangkat elektronik atau handphone sebagai alat transaksi non-tunai di SPBU
ditentukan secara khusus oleh PT Pertamina Persero sebagai berikut:
1) Pembayaran Non-Tunai (E-wallet)
Penggunaan perangkat handphone dengan e-wallet atau fitur lainnya dapat
digunakan sebagai alat pembayaran transaksi BBM di SPBU melalui metode berikut:
a. Dynamic Mode
Dynamic QR code merupakan transaksi yang memungkinkan system
mengeluarkan QR code yang berbeda untuk setiap pilihan transaksi sehingga
dynamic QR code dapat digunakan untuk kebutuhan konsumen kendaraan
beroda empat atau lebih yang membutuhkan jenis produk BBM yang bervariasi.
Pembelian BBM menggunakan dynamic QR code dapat diijinkan dengan
ketentuan bahwa konsumen melakukan transaksi pembelian BBM
menggunakan perangkat elektronik selama di dalam kendaraan sehingga
penggunaan handphone atau perangkat lainnya di SPBU dilakukan di luar
hazardous zone dispenser. Dalam transaksi menggunakan dynamic QR code,
EDC terminal dapat dibawa operator ke kendaraan konsumen untuk
memudahkan transaksi dan proses verifikasi pembelian BBM.
Dalam transaksi menggunakan dynamic QR code, operator wajib mendatangi
kendaraan konsumen untuk menanyakan jenis produk dan jumlah pembelian
BBM, selanjutnya operator mencetak atau menunjukkan QR code transaksi ke
konsumen untuk melakukan proses pembayaran. Setelah proses transaksi
berhasil, print out pembelian digunakan sebagai dasar pengisian BBM ke
kendaraan.
b. Static Mode
Static QR code merupakan transaksi yang menggunakan satu QR code untuk
transaksi setiap jenis produk. Transaksi menggunakan static QR code digunakan
untuk memfasilitasi konsumen kendaraan roda dua (motor) yang pada
umumnya memiliki pilihan produk yang terbatas/tertentu, jumlah pembelian
BBM yang sedikit dan membutuhkan waktu proses transaksi yang cepat.
STANDAR PERTAMINA No. : /F00200/2020-S0
2 maka wajib memiliki rating proteksi dan sertifikasi minimal 'Ex nC' Non-
incendive, 'Ex nA’ Non-sparking atau ‘Ex nC’ Sealed device
c. Socket/stop kontak listrik sebagai penyedia daya perangkat elektronik sesuai
ketentuan yang disebutkan di atas, tetap diwajibkan memenuhi rating proteksi
minimal IP 55 (waterproof) dan ditempatkan di luar hazardous zona 2 yaitu pada
jarak minimal 1 meter disamping dispenser dan ketinggian minimal 1,5 meter
dari lantai area pengisian kendaraan di SPBU. Seluruh slot kabel selalu dalam
kondisi tertutup rapat apabila tidak digunakan
d. Kabel listrik sebagai sumber tenaga untuk perangkat elektronik harus dilengkapi
dengan pembungkus/pelindung kabel yang memiliki jaring kawat dan adaptor
tetap ke peralatan
e. Instalasi kelistrikan untuk peralatan elektronik wajib dipasang Residual Current
Device (RCD) tidak lebih dari 30 mA
f. Peralatan portable termasuk yang dioperasikan menggunakan tenaga batere
harus berjenis Extra-low Voltage (ELV) maksimal 5 Volt
g. Apabila pengisian daya/batere perangkat EDC Terminal menggunakan jenis
charger docking maka pin/connector charger harus tertutup rapat, pengisian
batere perangkat EDC Terminal harus dilakukan di area yang aman atau di dalam
bangunan kantor
h. Penutup/casing perangkat elektronik (EDC Terminal) atau peralatan lain sejenis
harus dapat dipastikan kedap, tidak terdapat slot/bukaan/lubang
/port/connector terbuka. Seluruh akses pada slot/bukaan/lubang/port/
connector pada peralatan dapat ditutup sehingga kedap
3) Alat Penguat Jaringan Seluler dan WIFI
Penggunaan pembayaran dan transaksi non-tunai atau digital di SPBU membutuhkan
dukungan perangkat penguat jaringan seluler dan internet data tersedia di SPBU.
Pada umumnya peralatan penguat jaringan dan WIFI tersebut tidak didesain dan
disertifikasi untuk digunakan di area hazardous zone.
Untuk dapat digunakan di area SPBU, maka peralatan tersebut wajib memenuhi
beberapa ketentuan sebagai berikut:
a. Peralatan portable penguat jaringan seluler dan WIFI dipasang di area non-
hazardous pada jarak diagonal minimal 6 meter dari dispenser
STANDAR PERTAMINA No. : /F00200/2020-S0
c. Apabila media iklan digital diletakkan di area hazardous zona 1 maka perangkat
wajib memiliki rating proteksi dan sertifikasi minimal ‘Ex d' Flameproof atau 'Ex
m' Emcapsulation. Apabila ditempatkan di hazardous zona 2 maka wajib
memiliki rating proteksi dan sertifikasi minimal 'Ex nC' Non-incendive, 'Ex nA’
Non-sparking atau ‘Ex nC’ Sealed device
5) Electric Vehicle Charging Station
Perkembangan teknologi transportasi darat saat ini dengan adanya kendaraan
listrik/hybrid memunculkan kebutuhan disediakannya perangkat pengisian daya
(charging station) umum untuk pengisian ulang daya batere kendaraan listrik
konsumen. Electric Vehicle Charging Station (EVCS) merupakan peralatan pengisian
daya tegangan tinggi yang digunakan untuk charging station kendaraan listrik.
Electric vehicle charging station yang umum digunakan saat ini adalah perangkat
pengisian Level 2 dengan tegangan sampai dengan 240 VAC dengan daya 3,8 – 7,2
kW dan pengisian fast charging yang membutuhkan tegangan 200 - 450 VDC.
Electric Vehicle Charging Station (EVCS) dapat dipasang di SPBU dengan persyaratan
perangkat telah memenuhi sertifikat keselamatan yang sesuai yaitu Intertek (ETL
mark) atau Underwriter’s Laboratory (UL mark). Perangkat pengisian daya listrik
tersebut wajib memiliki Surge Protection dan Ground-fault protection untuk
mencegah terjadinya insiden akibat kegagalan perangkat atau kebakaran. Perangkat
EVCS dilengkapi Residual Current Device (RCDs) sebagai pengaman kebocoran arus
listrik sehingga tidak lebih dari 30 mA. Kabel pengisian ke kendaraan wajib dilengkapi
bonding wire. Electric Vehicle Charging Station (EVCS) di SPBU dapat dipasang pada
jarak minimal 6 meter dari Dispenser BBM/LGV/CNG, 3 meter dari filling point,
dombak dan tangki pendam, dan 7,6 meter dari tangki di atas permukaan tanah.
Grounding system (Pembumian Listrik; selanjutnya disebut grounding) adalah sistem perlindungan
penggunaan instalasi/peralatan listrik yang bisa meniadakan beda potensial sebagai pelepasan muatan
listrik pada suatu instalasi listrik dengan cara mengalirkan muatan listrik ke tanah. Beda potensial
terjadi karena adanya sambaran petir atau berupa kebocoran arus listrik.
11.1. Fungsi Grounding
Grounding berfungsi untuk melepaskan muatan listrik bila terjadi beberapa hal berikut:
a) Terjadi sambaran petir
b) Kebocoran arus listrik
c) Terjadi induski tegangan listrik
d) Isolasi yang kurang baik
e) Terjadi listrik statis
11.2. Rekomendasi Kelistrikan Digitalisasi SPBU
a) Instalasi kelistrikan SPBU harus terpasang sesuai standar mengacu standar SNI
PUIL 2011.
b) Grounding perangkat IT Digitalisasi SPBU dihubungkan ke grounding eksisting
(grounding untuk panel listrik, server dll) yang terpasang di bangunan kantor atau
grounding pararel SPBU. Nilai tahanan (resistansi) untuk grounding paralel SPBU
ditetapkan maksimal 5 mengacu PUIL 2011.
c) Dilarang menghubungkan grounding perangkat IT Digitalisasi SPBU dengan
grounding petir (tanpa dilengkapi arrester) maupun sistem grounding peralatan
lainnya di SPBU seperti tangki pendam dan dispenser.
d) Apabila tidak tersedia saluran grounding eksisting di bangunan kantor SPBU,
maka SPBU wajib menyediakan grounding baru/khusus untuk perangkat IT
Digitalisasi SPBU. Nilai tahanan (resistansi) untuk perangkat IT Digitalisasi SPBU
ditetapkan maksimal 4 . Petunjuk teknis pembuatan grounding dijelaskan pada
dokumen ini.
e) Untuk SPBU yang berada di wilayah dengan intensitas petir sangat tinggi,
direkomendasikan bangunan SPBU dilengkapi penyalur arus petir eksternal. Jalur
saluran pembumian (grounding) instalasi penyalur petir terpisah, minimal 10
meter dari saluran pembumian (grounding) bangunan.
f) Pemeriksaan instalasi kelistrikan SPBU dan pemasangan/penambahan saluran
grounding di SPBU dilaksanakan oleh pihak ketiga yang memiliki kualifikasi dan
sertifikasi dari instansi terkait.
STANDAR PERTAMINA No. : /F00200/2020-S0
j) Pengikat kabel berupa spiltzen ¾” atau klem yang dikencangkan dengan baut.
d) Nilai rerata resistansi elektrode bumi untuk ukuran minimum elektrode bumi
seperti pada tabel di bawah.
Catatan:
Apabila dilakukan pemasangan grounding di lokasi dengan jenis Tanah liat & tanah ladang
yang memiliki nilai resistansi tanah 100 (-m) dan target nilai resistansi adalah 5 , maka:
STANDAR PERTAMINA No. : /F00200/2020-S0