Anda di halaman 1dari 68

STANDAR PERTAMINA No.

: /F00200/2020-S0

Tgl. : April 2020


KETENTUAN ASPEK HSE
Rev. : 0
LEMBAGA PENYALUR BBM
Hal. : 1 dari 68

I. RUANG LINGKUP
Ketentuan ini disusun untuk mengatur aspek HSE lembaga penyalur BBM sebagai berikut:
a) Fixed (dibangun di tempat tertentu):
1) SPBU Reguler
Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum merupakan lembaga penyalur yang dibangun
di atas sebidang tanah dan memiliki fasilitas berdasarkan rancangan, desain dan
spesifikasi teknis yang telah disetujui oleh Pertamina yang digunakan untuk
menyalurkan dan memasarkan BBM dan atau produk lain dengan menggunakan
merek dagang Pertamina serta dapat digunakan untuk pengelolaan bisnis NFR (non
fuel retail).
2) SPBU 3T, Kompak dan Mini
Lembaga penyalur BBM Non-Reguler dan Sub Penyalur BBM (kompak, mini & 3T)
merupakan kebutuhan perusahaan berkaitan dengan perluasan dan pemerataan
wilayah penyaluran BBM ke masyarakat namun tidak ekonomis untuk membangun
SPBU.
b) Mobile (dapat dipindahkan/bergerak):
1) Pertashop
Merupakan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum dengan Tanki portable/above
ground kapasitas 1.000 - 6.000 Liter
2) SPBU Modular
Merupakan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum dengan Tanki portable/above
ground kapasitas 6.000 - 18.000 Liter

II. KETENTUAN UMUM


2.1. Lokasi SPBU
a) Lokasi pendirian SPBU harus bebas banjir dan tidak dilalui jaringan kabel listrik
tegangan tinggi (SUTET/SUTT) (ref. Peraturan Menteri Pertambangan dan Energi
No. 01.P/47/MPE/92). Jarak minimum SPBU dengan menara atau kabel
bentangan SUTET/SUTT yang diizinkan adalah 20 meter.
b) Jarak diagonal minimum dispenser BBM dengan transformer listrik yang diizinkan
adalah 6 meter. Jarak minimum transformer listrik dengan tangki bawah tanah
adalah 3 meter dan dengan tangki di atas tanah atau venting tangki adalah 7,5
meter.
STANDAR PERTAMINA No. : /F00200/2020-S0

Tgl. : April 2020


KETENTUAN ASPEK HSE
Rev. : 0
LEMBAGA PENYALUR BBM
Hal. : 2 dari 68

c) Jarak minimum instalasi jalur kabel tegangan tinggi bawah tanah dengan tangki
penyimpanan BBM adalah 1,5 meter.
d) Jarak minimum transformer atau kabel tegangan tinggi dengan bangunan,
kanopi, pipa pernapasan tanki di SPBU adalah 3 meter untuk transformer di
bawah 75 KVA, 6,1 meter untuk transformer tegangan 75 - 333 KVA dan 9,1 meter
untuk transformer tegangan lebih besar dari 333 KVA.
e) Kondisi tanah lokasi pembangunan SPBU harus stabil. Pada daerah di mana
kemiringan lerengnya tidak memenuhi kaidah kestabilan tanah, diwajibkan
membangun lereng/siring dari pasangan batu kali. Siring diperhitungkan
sepanjang ± 50 meter dengan ketinggian ± 1,5 meter.
f) Pemilihan lokasi SPBU memenuhi ketentuan desain dan minimalisasi risiko,
termasuk persyaratan jarak aman fasilitas di SPBU.
g) Penentuan dan pemilihan lahan pembangunan SPBU harus ditinjau berdasarkan
aspek lingkungan dan bisnis dengan mempertimbangkan kemungkinan
pengembangan dan perluasan pada masa yang akan datang.
h) Kegiatan SPBU wajib dilengkapi dokumen izin lingkungan yang melingkupi
seluruh rencana kegiatan bisnis utama (pengisian BBM) dan bisnis penunjang di
SPBU, seperti: toko, bengkel, rumah makan, food court dll. Berdasarkan dokumen
lingkungan tersebut, pemilik atau pengelola SPBU wajib mematuhi dan
melaksanakan kegiatan pengelolaan dan pemantauan dampak lingkungan
kegiatannya dan melaporkan hasil kegiatan tersebut kepada instansi terkait di
bidang lingkungan hidup daerah setempat. Wajib melakukan revisi dokumen
lingkungan jika akan membuat perubahan operasional dan penambahan
kapasitas simpan BBM.
i) Jalan masuk lokasi dan tempat pengisian kendaraan bermotor harus terjamin
keamanan dan kelancarannya agar tidak mengganggu lalu lintas umum, dan
mendapat izin instansi terkait.
2.2. SPBU Reguler
2.2.1. Tangki di Bawah Tanah (Under Ground Tank)
a) Desain, Konstruksi dan Instalasi
1) Tangki BBM di bawah tanah harus didesain, difabrikasi, diinspeksi, dan
diuji sesuai dengan persyaratan atau standar yang berlaku dan
dilengkapi sertifikat yang sesuai.
STANDAR PERTAMINA No. : /F00200/2020-S0

Tgl. : April 2020


KETENTUAN ASPEK HSE
Rev. : 0
LEMBAGA PENYALUR BBM
Hal. : 3 dari 68

2) Desain dan spesifikasi tangki plat baja sebagai tangki penyimpanan


BBM mengacu standar UL 58 Standard for Steel Underground Tanks
for Flammable and Combustible Liquids atau standar lain yang
ekuivalen.
3) Desain dan spesifikasi tangki non logam sebagai tangki penyimpanan
BBM di bawah tanah mengacu standar UL 1316 Glass Fiber Reinforced
Plastic Underground Storage Tanks for Petroleum Products, Alcohols,
and Alcohol-Gasoline Mixtures atau standar lain yang ekuivalen.
4) Tangki jenis single wall wajib dilapisi pelindung atau dipasang cathodic
protection untuk menahan laju korosi pada tangki, sedangkan tangki
double wall tidak diperlukan lapisan pelindung korosi.
5) Tangki pendam ditempatkan di dalam lubang galian tangki, kecuali
bagian manhole tangki; bunker harus dipasang beton di sekitarnya
dengan ketebalan minimum 150 mm.
6) Lubang galian tangki (bunker/vault) ditimbun kembali sesuai
persyaratan. Lapisan beton semen atau pengisian di atas tangki harus
diberikan penguatan untuk menahan beban jika ada kendaraan yang
melintas di atasnya. Setiap tangki harus diperkuat dengan beton
semen slab dengan ketebalan minimum 150 mm dilengkapi dengan
sistem penjangkaran (anchoring).
7) Tidak diizinkan terdapat area kosong di dalam bunker/vault tangki
pendam, ruang kosong dalam bunker wajib ditutup menggunakan
pasir padat.
8) Penggalian untuk tangki pendam yang berada dan berdekatan dengan
bangunan atau struktur harus mempunyai pondasi yang kuat agar
aman dari tekanan/beban sekitarnya.
9) Tangki multi kompartemen harus didesain dedicated multi-
compartement oleh pabrikan dan dilengkapi manhole sesuai jumlah
kompartemen dengan ukuran sesuai persyaratan.
10) Apabila tangki pendam dan filling point dibangun di area driveway
SPBU, lantai driveway harus dilengkapi perkerasan/beton minimal K-
300.
STANDAR PERTAMINA No. : /F00200/2020-S0

Tgl. : April 2020


KETENTUAN ASPEK HSE
Rev. : 0
LEMBAGA PENYALUR BBM
Hal. : 4 dari 68

11) Tangki pendam harus dilengkapi cover strip grounding dengan tebal 6
mm; kabel penyalur grounding harus mencapai nilai tahanan
maksimum 7 ohm.
12) Kapasitas tangki pendam untuk penyimpanan BBM terbesar yang
diizinkan di SPBU adalah tangki kapasitas 45.000 Liter dengan jumlah
total kapasitas/agregat seluruh tangki di SPBU maksimal 304.000
Liter.
13) Manhole tangki menggunakan koneksi flange mengacu standard
ASME B16.47 - Large Diameter Steel Flanges. Manhole wajib
dilengkapi aksesori yang dipasang dengan sistem las ke tangki. Jenis
aksesori minimal yang wajib dipasang sebagai berikut:
a. Inlet/loosing pipe dia. 4” dengan koneksi ANSI flange
b. Submersible Turbine Pump (STP) inlet dia. 4” dengan koneksi ANSI
flange atau NPT Female Thread
c. ATG (Automatic Tank Gauge, pengukur level otomatis) inlet pipe
dia. 2” atau 4” dengan koneksi ANSI flange atau NPT Female
Thread
d. Pipa dia. 2” dengan koneksi ANSI flange atau NPT Male Thread
untuk pipa vent tangki
e. Pipa dia. 2” dengan koneksi ANSI flange atau NPT Male Thread
untuk manual dipping
14) Tangki/kompartemen wajib dilengkapi dengan peralatan pengukuran
level produk di tangki. Untuk peralatan ATG wajib menggunakan
peralatan yang memiliki sertifikasi Explosionproof (zona 0) dan sesuai
Approved Brand List PT Pertamina.
15) Tangki/kompartemen wajib dilengkapi peralatan pemompaan atau
transfer produk. Untuk Submersible Turbine Pump wajib
menggunakan peralatan dengan sertifikasi Explosion proof (zona 0)
dan sesuai Approved Brand List PT Pertamina.
16) Pemasangan instalasi peralatan STP dan ATG ke tangki wajib dilakukan
oleh pihak yang kompeten dan mendapatkan supervisi dari
distributor/principal peralatan.
STANDAR PERTAMINA No. : /F00200/2020-S0

Tgl. : April 2020


KETENTUAN ASPEK HSE
Rev. : 0
LEMBAGA PENYALUR BBM
Hal. : 5 dari 68

17) Pipa discharge STP dia. 2” wajib dilengkapi ball/gate valve untuk
isolasi jalur pipa apabila diperlukan perbaikan pipa atau tangki.
18) ATG tidak diizinkan dipasang di inlet STP maupun pipa inlet/loosing
tangki.
19) Koneksi pipa ke tangki (misal: pipa venting, pipa dipping) dapat
ditempatkan di lokasi lain di bagian atas tangki di luar dari tutup palka
manhole tangki, namun wajib disediakan akses ke pipa (dombak)
untuk pemeliharaan.
20) Manhole tangki (dombak) wajib dilengkapi sump tank untuk
memastikan tangki kedap air (water tight).
21) Pipa produk dan casing kabel kelistrikan wajib dilengkapi entry boots
untuk memastikan instalasi kedap gas dan gas berbahaya tidak
menyebar ke lokasi lain melalui casing/ducting.
22) Pipa pernapasan dari beberapa tangki untuk jenis produk yang sama
dan/atau berbeda tidak diizinkan digabung menjadi satu manifold
kecuali pipa pernapasan dilengkapi isolating valve untuk jenis produk
yang sama
23) Tangki dilengkapi plat baja (dip plate/meja ukur) tebal 6 mm yang
dipasang pada dasar tangki untuk melindungi kerusakan dasar tangki
akibat kegiatan pengukuran level BBM secara manual (manual
dipping)
24) Filling point, dombak dan jalur pipa pendam tangki termasuk dombak
untuk tangki multi-compartement wajib diberikan penandaan yang
jelas dengan simbol dan warna sesuai standar identitas produk PT
Pertamina
a. PERTAMAX TURBO : Merah dan Kuning
b. PERTAMAX : Biru dan Kuning
c. PERTALITE : Putih dan Kuning
d. PREMIUM : Kuning
e. PERTAMINA DEX : Merah, Hijau Muda dan Abu-abu
f. SOLAR : Abu-abu
g. BIO SOLAR : Hijau Muda dan Abu-abu
STANDAR PERTAMINA No. : /F00200/2020-S0

Tgl. : April 2020


KETENTUAN ASPEK HSE
Rev. : 0
LEMBAGA PENYALUR BBM
Hal. : 6 dari 68

25) Tangki pendam yang ditempatkan di area driveway SPBU wajib


menggunakan manhole cover driveway jenis Corrugated Plate SS 400
dan dilengkapi seal kedap gas yang posisinya di tempat yang aman.
Manhole tangki DILARANG ditempatkan di area parkir, area bongkar
Mobil Tanki dan di bawah kanopi Dispenser.
b) Tata Letak dan Jarak Aman
1) Jarak minimum antar dinding tangki pendam untuk produk BBM kelas
I (Flammable) dan kelas II (Combustible) serta jarak antara dinding
tangki pendam dengan dinding bangunan atau pagar terdekat adalah
1 meter (Ref. NFPA 30).
2) Tangki pendam BBM dan dispenser BBM dapat dibangun saling
berdekatan.
3) Jarak minimum filling point dan dombak dengan dispenser BBM, area
publik, bangunan penunjang dan bangunan tambahan tanpa sumber
api/panas adalah 4,5 meter.
4) Jarak minimum filling point dan dombak dengan rumah genset adalah
7,5 meter, sedangkan jarak minimum dengan bangunan tenant yang
memiliki sumber api/panas adalah 15 meter.
5) Jarak minimum filling point dan dombak dengan jalan umum adalah 6
meter, atau dapat diperpendek hingga 4,5 meter apabila disediakan
dinding tahan api setinggi minimal 2 meter sepanjang area tersebut.
6) Apabila terdapat bangunan basement di area SPBU maka jarak
minimum filling tangki dan tangki di atas permukaan tanah dari
basement adalah 4,5 meter.
c) Proteksi Banjir pada tangki di bawah permukaan
Untuk mitigasi terjadinya kontaminasi saat terjadi bencana banjir di lokasi
SPBU diperlukan mitigasi dari aspek engineering dengan melakukan
pemasangan tank sump dan aksesoris sesuai dengan standar pemasangan
yang ditetapkan manufaktur untuk memastikan instalasi kedap air (water
tight) dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1) Pemasangan tank sump agar dipasang dengan ketat pada skirt
(dudukan) yang telah dibuat pada tangki dilengkapi dengan gasket.
STANDAR PERTAMINA No. : /F00200/2020-S0

Tgl. : April 2020


KETENTUAN ASPEK HSE
Rev. : 0
LEMBAGA PENYALUR BBM
Hal. : 7 dari 68

2) Pemasangan entry boots pada setiap pipa dan kabel yang masuk ke
tank sump.
3) Pelaksanaan vacuum test pada isntalasi tank sump pada kondisi -0.05
bar selama 30 menit
4) Pemasangan manhole cover pada permukaan dengan ketentuan:
a. Pembuatan lips atau bingkai beton di sekitar manhole cover harus
memiliki lingkar minimum 200 mm di sekitar bingkai dan
permukaan bibir harus sejajar dengan tepi atas bingkai. Ini untuk
memastikan bahwa kerangka manhole tidak ada tekanan yang
tidak semestinya dari kendaraan dan memungkinkan area level
yang sesuai untuk alat pengangkat untuk bekerja dengan benar.
b. Aspal/Beton/Beton pavers: aspal atau beton di sekitar bibir harus
memiliki kemiringan min 1° yang menjauh dari lips atau bingkai
beton untuk memungkinkan aliran air menjauh dari manhole
cover.
c. Pemasangan rangka manhole cover diletakkan pada posisi alas
beton bertulang dengan peringkat kekuatan minimum 40 Mpa
(min. ke dalaman 100 mm) memastikan sepenuhnya didukung
serta memastikan bahwa beton sekitarnya (ke dalaman + 60 mm
untuk bibir) tidak menonjol di atas lips atau bingkai beton yang
menopang rangka harus benar-benar rata dan benar-benar
menyentuh bagian bawah rangka.
d. Permukaan beton bibir yang terbuka di sekitar bingkai harus
memiliki permukaan yang rata (sesuai dengan persyaratan
keamanan lokal).
e. Lempengan beton: beton dan beton bertulang di atasnya harus
memiliki kekuatan yang cukup untuk menopang bobot kendaraan
lalu lintas yang lewat atau parkir di atasnya (jika manhole cover
dipasang di driveway).
f. Kerikil: bahan kerikil harus dipadatkan di bawah lempengan beton
tanpa menempatkan beban apa pun pada dinding dan riser.
STANDAR PERTAMINA No. : /F00200/2020-S0

Tgl. : April 2020


KETENTUAN ASPEK HSE
Rev. : 0
LEMBAGA PENYALUR BBM
Hal. : 8 dari 68

Contoh instalasi tank sump dan manhole cover


STANDAR PERTAMINA No. : /F00200/2020-S0

Tgl. : April 2020


KETENTUAN ASPEK HSE
Rev. : 0
LEMBAGA PENYALUR BBM
Hal. : 9 dari 68

2.2.2. Tanki BBM di Atas Permukaan Tanah (Above Ground Storage Tank)
a) Desain, Konstruksi dan Instalasi
1) Tangki BBM di atas permukaan tanah (Above Ground Storage Tank)
didesain, difabrikasi, diinspeksi, dan diuji sesuai dengan persyaratan
atau standar yang berlaku dan dilengkapi sertifikat yang sesuai.
STANDAR PERTAMINA No. : /F00200/2020-S0

Tgl. : April 2020


KETENTUAN ASPEK HSE
Rev. : 0
LEMBAGA PENYALUR BBM
Hal. : 10 dari 68

2) Tangki BBM di atas permukaan tanah menggunakan material


struktural Carbon Steel mengacu standar ASTM A36M atau material
Stainless Steel tipe 304 atau 316 mengacu standar ASTM A167 atau
standar lain yang ekuivalen.
3) Tangki BBM di atas tanah wajib dilengkapi peralatan keselamatan,
berupa: pressure relief device dan emergency venting; sedangkan
untuk tangki dengan kapasitas lebih dari 1.320 gal (5.000 L)
ditambahkan aksesoris berupa overfill shutoff dan overfill prevention
alarm.
4) Kapasitas maksimal tangki di atas permukaan yang diizinkan baik
tangki individu maupun agregat adalah 6.000 gallon (22.710 Liter).
5) Tangki BBM di atas permukaan tanah dengan kapasitas lebih dari
1.000 Gallon (3.785 liter) direkomendasikan menggunakan tangki
jenis Double Wall Steel Tank yang mendapat sertifikat minimal UL 142
Standar for Steel Above Ground Tanks for Flammable and
Combustible Liquids atau standar lain yang ekuivalen.
6) Tangki BBM di atas permukaan tanah dengan kapasitas kurang dari
1.000 Gallon (3.785 liter) dapat menggunakan Double Wall Steel Tank
sesuai referensi standar UL 142 (Non Listed).
7) Tangki BBM di atas permukaan tanah dengan material non logam
(plastik atau sejenisnya) untuk seluruh kapasitasnya dilarang
digunakan di SPBU.
8) Instalasi tangki BBM di atas permukaan tanah wajib dilengkapi
penyangga tangki/tank support. Jenis material dan kekuatan struktur
penyangga tangki harus sesuai dengan beban maksimal, struktur
penyangga tangki wajib dilengkapi lapisan penahan korosi.
9) Manhole tangki menggunakan koneksi flange mengacu standard
ASME B16.5 atau B16.47 - Large Diameter Steel Flanges. Manhole
wajib dilengkapi aksesori yang dipasang dengan sistem las ke tangki.
Jenis aksesori minimal yang wajib dipasang sebagai berikut:
a. Inlet/loosing pipe dia. 4” dengan koneksi ANSI flange
b. Submersible Turbine Pump inlet dia. 4” dengan koneksi ANSI
flange atau NPT Female Thread
STANDAR PERTAMINA No. : /F00200/2020-S0

Tgl. : April 2020


KETENTUAN ASPEK HSE
Rev. : 0
LEMBAGA PENYALUR BBM
Hal. : 11 dari 68

c. ATG inlet pipe dia. 2” atau 4” dengan koneksi ANSI flange atau
NPT Female Thread
d. Pipa dia. 2” dengan koneksi ANSI flange atau NPT Female Thread
untuk pipa vent tangki
e. Pipa dia. 2” dengan koneksi ANSI flange atau NPT Female Thread
untuk manual dipping
10) Tangki/kompartemen wajib dilengkapi dengan peralatan pengukuran
level produk di tangki. Untuk peralatan pengukur level otomatis (ATG)
wajib menggunakan peralatan yang memiliki sertifikasi explosion
proof (zona 0) dan sesuai Approved Brand List PT Pertamina
11) Tangki/kompartemen wajib dilengkapi peralatan pemompaan atau
transfer produk. Untuk Submersible Turbine Pump wajib
menggunakan peralatan yang memiliki sertifikasi Zona 0 (explosion
proof) dan sesuai Approved Brand List PT Pertamina.
12) Instalasi peralatan STP dan ATG ke tangki wajib dilakukan oleh pihak
yang kompeten dan mendapatkan supervisi dari distributor/principal
peralatan.
13) Tangki BBM di atas permukaan tanah dengan kapasitas lebih besar
dari 1.000 Gallon (3.785 liter) dan bukan jenis tangki Double Wall
sesuai standar UL 142 wajib dilengkapi tanggul penahan tumpahan
(dike wall) dengan volume 110% dari kapasitas tangki terbesar. Untuk
tangki Double Wall dan memenuhi persyaratan sertifikasi yang
ditentukan di atas maka tidak diperlukan tanggul penahan tumpahan
(dike wall).
14) Area sekitar tangki BBM di atas permukaan tanah wajib dilengkapi
penahan benturan (guard post) untuk melindungi tangki dari
benturan/tertabrak kendaraan.
15) Tangki multi kompartemen harus didesain dedicated multi-
compartement oleh pabrikan sesuai vendor list dan dilengkapi
manhole sesuai jumlah kompartemen dengan ukuran sesuai
persyaratan.
16) Setiap tangki atau kompartemen harus dilengkapi dengan sistem
koneksi dengan sistem las. Penyambungan sistem koneksi pengisian,
STANDAR PERTAMINA No. : /F00200/2020-S0

Tgl. : April 2020


KETENTUAN ASPEK HSE
Rev. : 0
LEMBAGA PENYALUR BBM
Hal. : 12 dari 68

ke luaran dan venting dengan pipa dapat menggunakan sistem


ulir/thread atau sistem flange. Jumlah bukaan tangki harus dibatasi
hanya untuk hal yang sangat penting.
17) Tangki penyimpanan BBM di atas permukaan tanah wajib dilengkapi
simbol dan warna sesuai standar identitas produk PT Pertamina
(Persero).
18) Tangki di atas permukaan tanah wajib dilengkapi tangga permanen,
handrill dan platform deck untuk akses pekerja saat pemeriksaan
tangki.
b) Tata Letak dan Jarak Aman
1) Jarak minimum antar tangki BBM di atas permukaan dengan tangki
BBM lainnya (wall to wall) adalah 1,0 meter.
2) Jarak minimum tangki BBM di atas permukaan dengan bangunan atau
pagar terdekat di area SPBU, termasuk jarak dengan jalan umum atau
area publik SPBU, adalah 7,5 meter.
3) Jarak minimum tangki BBM di atas permukaan dengan dispenser BBM
adalah 7,5 meter.
4) Jarak minimum filling point dan tangki di atas permukaan dengan
rumah genset adalah 7,5 meter, sedangkan jarak minimum dengan
tenant yang memiliki sumber api/panas adalah 15 meter.
5) Jarak minimum tangki BBM di atas permukaan dan dispenser BBM
dengan filling point adalah 4,5 meter.
6) Jarak minimum tangka BBM di atas permukaan, bangunan, atau area
public SPBU dengan pompa transfer untuk bongkar BBM dari mobil
tangka sesuai spesifikasi yang telah ditetapkan adalah 3,0 meter.
2.2.3. Tata Letak dan Jarak Aman untuk Pipa Pernapasan (Venting)
a) Tinggi minimum pipa pernapasan tanki (P/V Valve dan Free Vent) dari
permukaan tanah adalah 5,0 meter dan jarak minimum dari bangunan
sekitar atau dari pagar pembatas SPBU adalah 4,5 meter. 1
b) Pipa vent yang dipasang di atas atau di antara kanopi wajib diperpanjang
minimum 1,5 meter hingga posisi vent berada di atas kanopi.

1 NFPA 30 Flammable dan Combustible Liquid Code 2012 Edition (Section 19.5.3)
STANDAR PERTAMINA No. : /F00200/2020-S0

Tgl. : April 2020


KETENTUAN ASPEK HSE
Rev. : 0
LEMBAGA PENYALUR BBM
Hal. : 13 dari 68

c) Apabila SPBU dilengkapi tembok pembatas area dengan ketinggian


minimum 3,0 meter, maka jarak pipa pernapasan dengan tembok
pembatas dapat dikurangi hingga berjarak 2,0 meter.
2.2.4. Tata Letak dan Jarak Aman Dispenser BBM
a) Dispenser untuk pengisian BBM konsumen harus ditempatkan di area
terbuka sehingga ventilasi udara cukup dan tidak membentuk lingkungan
hazardous area.
b) Akses ke luar – masuk area pengisian (dispenser) BBM harus
memperhatikan agar kendaraan pelanggan dapat dengan mudah ke luar
– masuk area pengisian dan evakuasi apabila terjadi kondisi darurat.
c) Pengaturan lokasi dispenser disesuaikan berdasarkan kapasitas atau
volume penyaluran dan kebutuhan konsumen.
d) Jarak minimum antar dispenser BBM adalah 3,0 meter.
e) Jarak minimum dispenser BBM dengan area public, bangunan penunjang
dan bangunan tambahan tanpa sumber api/panas adalah 4,5 meter.
f) Jarak minimum dispenser dengan tangki BBM di atas permukaan tanah
adalah 7,5 meter.
g) Jarak minimum dispenser BBM dengan pagar terdekat atau jalan umum
adalah 6,0 meter.
h) Jarak minimum dispenser BBM dengan rumah genset adalah 7,5 meter
dan dengan bangunan tenant dengan sumber api/panas tetap adalah 15,0
meter.
2.2.5. Bangunan Standar
Jenis bangunan SPBU seperti bangunan kantor, Pertamina Bright, musholla, toilet
umum, rumah genset dll harus sesuai standar SPBU Pertamina. Pemilihan material
untuk bangunan harus dipilih material yang tahan api atau tidak merambatkan api.
Bangunan harus memenuhi kriteria ketahanan terhadap api (fire resistant) minimum
30 menit.
Penentuan lokasi bangunan SPBU harus memenuhi ketentuan jarak aman (safety
distances) yaitu minimum berjarak 4,5 meter dari area dispenser, filling point dan vent
tangki pendam. Pemisahan bangunan dari area hazardous zone di SPBU dilakukan
untuk mencegah masuknya uap mudah terbakar (flammable gas) ke dalam bangunan
serta apabila terjadi kebakaran pada bangunan tersebut maka jarak aman bertujuan
STANDAR PERTAMINA No. : /F00200/2020-S0

Tgl. : April 2020


KETENTUAN ASPEK HSE
Rev. : 0
LEMBAGA PENYALUR BBM
Hal. : 14 dari 68

mencegah penyebaran api ke area hazardous. Lantai bangunan di SPBU harus


dibangun 150 mm lebih tinggi dari lantai areal forecourt SPBU.
Rumah genset harus tetap memenuhi jarak aman minimum 7,5 m dari dispenser,
filling point dan vent tangki pendam, serta dapat dipertimbangan pemilihan lokasi
berada di atas angin dari area-area berbahaya tersebut. Lantai bangunan rumah
genset harus dibuat150 mm lebih tinggi dari lantai forecourt SPBU. Pipa saluran gas
buang (exhaust pipe) genset harus dipasang pada ketinggian minimum 2,0 meter,
dibungkus dengan isolator/peredam panas dan dilengkapi flame arrester (bak/kotak
plat logam yang diisi air untuk mencegah keluarnya percikan api). Pipa saluran gas
buang tidak boleh menghadap area dispenser/tangki timbun/area bongkar.
2.2.6. Bangunan Tambahan dan Non-Fuel Retail
Bangunan tambahan dan Non-Fuel Retail (tenant), seperti: toko, food court/rumah
makan, ATM center, bengkel, cuci mobil dll harus memenuhi standar dan spesifikasi
bangunan SPBU. Pembangunan dan penggunaan fungsi bangunan untuk kegiatan lain
di luar kegiatan SPBU harus mendapatkan izin tertulis PT Pertamina (Persero) dan
memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a) Toko/Kiosk dan ATM center
1) Bangunan toko/kiosk dan ATM center harus memenuhi ketentuan
jarak aman yaitu minimum 4,5 meter dari area dispenser dan filling
point.
2) Lantai bangunan harus dibangun 150 mm lebih tinggi dari lantai area
driveway.
3) Bangunan harus dilengkapi pintu yang dapat menutup sendiri (auto
closed door) dan dilengkapi seal untuk menjaga bangunan kedap.
4) Dilarang menempatkan peralatan menggunakan tenaga listrik di luar
bangunan.
5) Area parkir ditempatkan sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu
kegiatan utama pengisian BBM konsumen dan menghalangi jalur
emergency mobil tangki BBM.
6) Di bangunan toko/kiosk dan ATM center wajib disediakan minimal 1
(satu) buah APAR (Alat Pemadam Api Ringan) CO2 kapasitas 10 lbs (4,5
Kg)
b) Food Court/Rumah Makan, Bengkel dan Cuci Mobil
STANDAR PERTAMINA No. : /F00200/2020-S0

Tgl. : April 2020


KETENTUAN ASPEK HSE
Rev. : 0
LEMBAGA PENYALUR BBM
Hal. : 15 dari 68

1) Jarak minimum sumber api atau panas tetap dari area dispenser dan
filling point atau area bongkar mobil tangki BBM (hazardous zona 1)
adalah 15,0 meter (50 feet). Lantai bangunan harus lebih tinggi 150
mm dari lantai areal SPBU.
2) Penempatan areal untuk bangunan tenant direkomendasikan di lokasi
yang berada di atas angin untuk menghindari perpindahan uap mudah
terbakar (travel gas) ke area tersebut.
3) Apabila kegiatan tenant menggunakan sumber api/panas terbuka,
maka tungku/kompor diletakkan dengan ketinggian minimum 120 cm
dari lantai dan wajib dilengkapi cerobong asap (exhaust hood). Pintu
akses dapur harus Auto Closed Door dan dilengkapi seal karet di setiap
sisi pintu.
4) Area parkir ditempatkan di lokasi yang tidak mengganggu kegiatan
utama pengisian BBM konsumen dan tidak menghalangi jalur
emergency mobil tangki BBM. Dan berjarak minimal 4,5 meter dari
filling point dan dispenser.
5) Bangunan tenant wajib dilengkapi minimal 1 (satu) buah APAR CO2
class ABC kapasitas 10 lbs (4,5 Kg) untuk setiap service area dengan
luas lantai maksimal 140 m2 dan disediakan minimal 1 (satu) buah
APAR DCP (Dry Chemical Powder) class AB/K dengan kapasitas 20 lbs
(9 Kg) untuk dapur.
6) Bangunan tenant wajib dilengkapi minimal 1 (satu) buah fire access
door berukuran minimal 1,5 m x 1 m menggunakan material kaca
laminated sebagai akses darurat bagi pemadam kebakaran apabila
terjadi kebakaran bangunan di luar jam operasional tenant.
7) Bangunan tenant yang terletak di lantai dua bangunan tetap wajib
memenuhi spesifikasi tersebut di atas. Namun jarak minimum tenant
yang memiliki sumber api/panas dengan area hazardous di SPBU
dapat diperpendek hingga 7,5 meter.
8) Area atau bangunan khusus merokok yang disediakan di area SPBU
dan/atau bangunan tenant SPBU harus memenuhi persyaratan di
atas, yaitu memiliki jarak minimum 15,0 meter (50 ft) diukur lurus dari
dispenser, filling point dan/atau area bongkar mobil tangki BBM. Atau
STANDAR PERTAMINA No. : /F00200/2020-S0

Tgl. : April 2020


KETENTUAN ASPEK HSE
Rev. : 0
LEMBAGA PENYALUR BBM
Hal. : 16 dari 68

dapat diperpendek hingga minimum 7,5 meter apabila diletakkan di


lantai dua bangunan.
9) Penempatan area/ruang merokok harus memenuhi ketentuan
kesehatan atau peraturan pemerintah daerah setempat. Bangunan
area merokok wajib dilengkapi rambu-rambu Khusus Area Merokok
dan Dilarang Merokok di luar area khusus tersebut.
10) Bangunan tenant wajib dilengkapi fasilitas penyalur petir eksternal
dan pembumian (grounding) yang dibangun terpisah dari instalasi
penyalur petir SPBU.
11) Disediakan tambahan jalur ke luar khusus bagi kendaraan dari area
tenant tanpa melalui area pengisian BBM di SPBU.
12) Wajib disediakan rambu-rambu pembatasan area yang jelas antara
wilayah area tenant dengan area pengisian di SPBU terkait perbedaan
klasifikasi zona berbahaya di SPBU. Rambu-rambu pembatasan area
dapat berupa rambu-rambu peringatan sesuai standar atau garis
pembatas disertai tulisan peringatan yang dipasang di lantai area
SPBU.
c) Bangunan/Gudang Penyimpanan Tabung LPG
1) Jarak minimum bangunan penyimpanan tabung LPG dari area
dispenser, filling point atau vent tangki pendam dan area bongkar
mobil tangki BBM adalah 6,0 meter.
2) Penyimpanan tabung LPG harus terlindung dari hujan dan panas
langsung matahari.
3) Lantai bangunan harus 150 mm lebih tinggi dari lantai forecourt SPBU,
bangunan harus memiliki cukup ventilasi dengan tinggi lubang
ventilasi maksimal 30 cm dari lantai bangunan.
4) Lantai tempat penyimpanan tabung LPG terbuat dari bahan tidak
mudah menimbulkan percikan api/bunga api.
5) Jumlah maksimum tabung LPG yang dapat disimpan tidak lebih dari
jumlah total 3.000 Kg.
6) Tabung LPG dapat disusun atau ditumpuk dengan maksimum jumlah
penumpukan untuk setiap ukuran sebagai berikut:
STANDAR PERTAMINA No. : /F00200/2020-S0

Tgl. : April 2020


KETENTUAN ASPEK HSE
Rev. : 0
LEMBAGA PENYALUR BBM
Hal. : 17 dari 68

a. Penumpukan tabung LPG ukuran s.d 6 kg dapat dilakukan dalam


5 susun atau berat maksimum setiap tumpukan adalah 30 kg, atau
dipilih mana yang lebih kecil.
b. Penumpukan tabung LPG ukuran 6 kg s.d 15 kg dapat dilakukan
dalam 2 susun atau berat maksimum tumpukan adalah 45 kg,
atau dipilih mana yang lebih kecil.
7) Setiap penempatan 4 baris tabung LPG harus diberikan jalan akses
minimal sebesar 1,0 meter.
8) Bangunan penyimpanan LPG wajib dilengkapi minimal 2 (dua) buah
APAR CO2 class ABC kapasitas 10 lbs (4,5 Kg) untuk setiap 250 m2 luas
lantai.
9) Area loading/unloading untuk tabung LPG dan parkir konsumen LPG
tidak mengganggu kegiatan utama pengisian BBM konsumen dan
menghalangi jalur emergency mobil tangki BBM.
2.3. Fasilitas yang Wajib Dilengkapi Catchment Area dan Grating
2.3.1. Bangunan Pengisian BBM (Dispenser)
Saluran drainase (catchment) wajib disediakan di sekeliling area kanopi dispenser
BBM, konstruksi lantai forecourt dispenser menggunakan beton kedap air dengan
kemiringan 1o (satu derajat) untuk memastikan ceceran/tumpahan BBM tidak
terakumulasi dan mengalir menuju catchment area. Pembangunan catchment area
dan grating di sekeliling kanopi juga bertujuan sebagai pasif fire protection dispenser,
apabila terjadi tumpahan minyak dan terbakar maka kebakaran akan terisolasi di area
catchment sehingga dimungkinkan tidak membahayakan dispenser atau fasilitas
lainnya di area tersebut. Konstruksi catchment (grating) harus dilengkapi grill untuk
keselamatan pekerja dan konsumen.
2.3.2. Area Unloading/Bongkar BBM
Area unloading/bongkar BBM harus disediakan area yang cukup luas untuk
menampung mobil tanki saat proses unloading/bongkar. Posisi parkir mobil tangki
harus dipastikan menuju ke arah ke luar dan akses jalur ke luar tidak terhalang
sehingga apabila terjadi kebakaran, mobil tangki dapat segera dievakuasi ke luar area
tersebut.
Lantai area unloading/bongkar BBM harus menggunakan konstruksi beton dan
didesain dengan kemiringan 1o (satu derajat) untuk memastikan bahwa
STANDAR PERTAMINA No. : /F00200/2020-S0

Tgl. : April 2020


KETENTUAN ASPEK HSE
Rev. : 0
LEMBAGA PENYALUR BBM
Hal. : 18 dari 68

ceceran/tumpahan BBM tidak terakumulasi di lokasi tersebut dan mengalir menuju


saluran catchment area. Saluran catchment wajib dilengkapi shut off valve untuk
memastikan tumpahan BBM terisolasi dan tidak menyebar luas ke area atau wilayah
lain.
2.4. Peralatan dan Fasilitas HSE
Peralatan dan fasilitas yang wajib disediakan untuk mengelola aspek kesehatan, keselamatan
dan lingkungan kerja di SPBU adalah:
2.4.1. Alat Pemadam Kebakaran
a) Di SPBU harus tersedia alat pemadam kebakaran (APAR) siap pakai dalam
jumlah sesuai ketentuan, jenis APAR yang wajib disediakan sebagai
berikut:
1) Tepung kimia kering 68 kg (150 lbs) jenis beroda.
2) Tepung kimia kering 20 lbs Kg
3) CO2 10 lbs
4) Fire Extinguisher DCP tipe Fire Ball 1,3 kg (Opsional)
b) Kriteria APAR yang dapat memberikan proteksi optimal dan efisien di
SPBU adalah APAR jenis gas CO2 untuk pemadaman kebakaran material
padat/umum, peralatan listrik dan gas. Sedangkan APAR jenis DCP untuk
jenis kebakaran minyak dan gas.
c) Jumlah kebutuhan minimal APAR untuk proteksi kebakaran di area kanopi
atau pengisian kendaraan di SPBU adalah 1 (satu) unit APAR DCP kapasitas
20 lbs (9 Kg) untuk setiap pulau pompa. Penempatan APAR tidak boleh
lebih dari 9,15 m (30 ft) dari area yang diproteksi di setiap pulau pompa.
d) Di area SPBU wajib disediakan minimal 2 (dua) APAR Beroda jenis DCP
kapasitas 150 lbs (68 Kg) untuk masing-masing memproteksi area seluas ±
30 m2.
e) Lokasi penempatan APAR Beroda maksimal berjarak 30 m (75 ft) dari area
hazardous yang diproteksi, seperti area dispenser, area bongkar mobil
tangki dan tangki pendam.
f) APAR Beroda harus ditempatkan pada jarak minimal 4,5 m (15 ft) dari
obyek yang dilindungi (dispenser, filling point, manhole tangki dll) untuk
keselamatan personel saat mengakses alat pemadam apabila terjadi
kondisi darurat.
STANDAR PERTAMINA No. : /F00200/2020-S0

Tgl. : April 2020


KETENTUAN ASPEK HSE
Rev. : 0
LEMBAGA PENYALUR BBM
Hal. : 19 dari 68

g) Jenis dan merk Alat Pemadam Kebakaran yang digunakan SPBU harus
sesuai dengan daftar rekomendasi Approved Brand List PT Pertamina
(Persero).
h) Rating alat pemadam kebakaran mengacu rekomendasi NFPA 10 Standar,
semakin tinggi rating APAR yang digunakan maka semakin efektif dan
efisien peralatan tersebut dalam memadamkan kebakaran.
i) APAR Portable diperbolehkan tipe Stored pressure maupun Cartridge
operated.
j) Alat pemadam kebakaran harus ditempatkan di lokasi yang telah
ditentukan, terlindung, mudah terlihat dan mudah dijangkau.
k) Pengelola SPBU wajib memastikan APAR selalu dalam kondisi baik dan
siap operasi, apabila terdapat APAR yang rusak atau sedang perbaikan
maka pengelola SPBU wajib segera menyediakan APAR pengganti dengan
kapasitas, jenis dan rating yang sama (mengacu ke Permenaker 04/80).
l) Alat pemadam harus diperiksa minimal setiap bulan sekali. Hasil dan
tanggal pemeriksaan harus dicantumkan pada tabung pemadam tersebut.
Pemeriksaan visual dan kondisi APAR dapat dilakukan oleh Safetyman
atau Pengawas SPBU.
m) Pemeriksaan dan pemeliharaan alat pemadam setiap 6 bulan dan uji
hidrostatik setiap 5 tahun dilaksanakan oleh instansi berwenang atau
pihak ketiga yang memiliki kompetensi dan bersertifikat dalam
pemeriksaan APAR.
2.4.2. Peralatan Penanggulangan Tumpahan dan Pencemaran
SPBU harus dilengkapi dengan sarana penanggulangan tumpahan minyak sekurangnya
meliputi:
a) Kapasitas volume minimal Oil Spil Kit 300 liter yang berisikan variasi
sorbent. Sorbent yang dimaksud adalah sorbent bubuk untuk
penanggulangan tumpahan BBM yang bersifat sedikit atau ceceran,
sorbent superpad untuk perlindungan tahap pertama drainase umum,
sorbent pad untuk melakukan tindak penanggulangan yang bersifat dapat
dilap, dan sorbent boom untuk penanggulangan tumpahan yang bersifat
banyak dan refill dari sorbent-sorbent di atas minimum 1 paket refill untuk
kesiagaan dalam penanggulangan.
STANDAR PERTAMINA No. : /F00200/2020-S0

Tgl. : April 2020


KETENTUAN ASPEK HSE
Rev. : 0
LEMBAGA PENYALUR BBM
Hal. : 20 dari 68

b) Minimum 25 liter dispersant yang dapat dipakai tanpa pencampuran dan


bersifat non-toxic untuk pemakaian di darat.
Sarana tumpahan minyak harus selalu ditempatkan di dalam tempat yang bersifat
tahan lama, dalam kondisi baik dan siap dioperasi serta diperiksa secara berkala.
2.4.3. Perlengkapan P3K
a) SPBU harus dilengkapi dengan perlengkapan P3K dengan jumlah dan jenis
yang memadai sesuai
b) Permenkes No. 15 tentang P3K dan ditambahkan salep luka bakar.
2.4.4. Tanda dan Rambu Peringatan
Tanda-tanda peringatan dan rambu-rambu yang harus ada di area SPBU:
a) Petunjuk 14 langkah tata cara pembongkaran BBM
b) Rambu peringatan sedang dalam proses pembongkaran BBM
c) Rambu-rambu petunjuk arah lalu lintas di SPBU
d) Tanda harus mematikan mesin kendaraan saat pengisian BBM
e) Tanda dilarang merokok/menyalakan api
f) Tanda dilarang menggunakan handphone/telepon genggam
g) Tanda dilarang menggunakan kamera di area SPBU
h) Tanda dilarang memasuki area tertentu di SPBU
i) Tanda dilarang berjualan di area SPBU
j) Tanda dilarang mengisikan BBM ke dalam drum/jerigen yang tidak sesuai
standar
k) Tanda atau rambu traffic post untuk menghalangi kendaraan bergerak
sebelum pengisian BBM selesai
Tanda dan rambu peringatan tersebut harus:
a) Jenis material, lambang, simbol, tulisan dan bentuk rambu-rambu harus
sesuai dengan standar PT Pertamina (Persero).
b) Berukuran cukup besar sehingga dapat dilihat dan dibaca dengan jelas
dalam jarak minimum 10 (sepuluh) meter.
c) Dipasang pada ketinggian yang sesuai (eye level).
d) Menggunakan material logam tahan korosi dan tanah cuaca.
e) Bentuk dan warna simbol/rambu peringatan sesuai standar dan
menggunakan material reflektif sehingga tetap terlihat jelas pada saat
pencahayaan kurang dan cuaca buruk.
STANDAR PERTAMINA No. : /F00200/2020-S0

Tgl. : April 2020


KETENTUAN ASPEK HSE
Rev. : 0
LEMBAGA PENYALUR BBM
Hal. : 21 dari 68

f) Standar tanda dan rambu peringatan sesuai lampiran pedoman ini.


Rambu-rambu yang harus ada di area SPBU agar mengacu kepada ketentuan sebagai
berikut:

No Jenis Rambu-Rambu Gabungan Geometri & Tulisan


1 Tanda Dilarang Merokok

DILARANG MEROKOK

2 Tanda Dilarang Menyalakan


Api

DILARANG MENYALAKAN API

3 Tanda Dilarang Menggunakan


Handphone/Telepon
Genggam

KECUALI UNTUK TRANSAKSI PEMBAYARAN


STANDAR PERTAMINA No. : /F00200/2020-S0

Tgl. : April 2020


KETENTUAN ASPEK HSE
Rev. : 0
LEMBAGA PENYALUR BBM
Hal. : 22 dari 68

No Jenis Rambu-Rambu Gabungan Geometri & Tulisan


4 Tanda Harus Mematikan
Mesin Kendaraan Saat
Pengisian BBM

MATIKAN MESIN
SAAT PENGISIAN BBM

5 Tanda Dilarang Mengisikan


BBM Ke Dalam Jeriken Yang
Tidak Sesuai Ketentuan

WADAH SESUAI KETENTUAN PERTAMINA

6 Rambu Larangan Mengisi


Hingga Luber

DILARANG MENGISI BBM


HINGGA LUBER/TUMPAH
STANDAR PERTAMINA No. : /F00200/2020-S0

Tgl. : April 2020


KETENTUAN ASPEK HSE
Rev. : 0
LEMBAGA PENYALUR BBM
Hal. : 23 dari 68

No Jenis Rambu-Rambu Gabungan Geometri & Tulisan


7 Rambu traffic post
- Bahan HDPE
- Warna Orange Fluoressence
- 2 Scothlite
- High Quality
- Tinggi stick atas: 100 cm
- Tinggi alas stick: 10 cm
Berat minimal: 1.2 Kg

8 Rambu Petunjuk Penempatan


APAR

2.4.5. Oil Separator atau Oil Catcher


a) Oil separator atau catcher dapat menggunakan material beton atau HDPE.
b) Saluran air buangan di area SPBU harus dilengkapi dengan oil catcher
untuk memisahkan tumpahan minyak yang masuk ke dalam saluran.
c) Oil catcher harus terdiri dari sekat/kompartemen yang berfungsi untuk
memisahkan minyak telah terpisah dari air buangan secara bertahap.
d) Jumlah oil catcher tergantung pada luas areal dan saluran outlet SPBU.
e) Oil catcher untuk kegiatan utama SPBU dan aktivitas pendukung (tenant)
harus terpisah
f) Oil catcher harus dilengkapi dengan kerangan (shut off valve).
g) Oil separator/catcher dibangun pada jarak sebagai berikut:
1) Minimum 6,0 m dari dispenser, manhole tangki pendam, filling point,
area bongkar mobil tangki, gudang penyimpanan LPG dan tangki BBM
di atas tanah.
STANDAR PERTAMINA No. : /F00200/2020-S0

Tgl. : April 2020


KETENTUAN ASPEK HSE
Rev. : 0
LEMBAGA PENYALUR BBM
Hal. : 24 dari 68

2) Minimum 4,5 m dari bangunan umum/publik di luar area SPBU


(rumah penduduk, sekolah, rumah makan dll).
h) Oil catcher ditutup dengan grating dilapisi kasa mesh 60.
2.4.6. Sumur Pantau dan Sumur Observasi
SPBU harus dilengkapi dengan sumur pantau dan sumur observasi untuk mendeteksi
adanya kebocoran dari tangki pendam atau instalasi perpipaan.
Jumlah dan penempatan sumur pantau dibedakan menurut konstruksi tangki pendam
(underground tank) yang berupa:

a) Tangki pendam tanpa menggunakan lapisan tahan minyak


(geomembrane)
1) Jumlah sumur pantau minimal 2 buah
2) Jarak maksimum 1 meter di bagian luar dinding tangki pendam
3) Ke dalaman sumur minimal 0,6 meter di bawah plat dasar tangki
pendam
b) Tangki pendam yang menggunakan lapisan tahan minyak (geomembrane)
1) Jumlah sumur pantau minimal 1 buah
2) Ditempatkan pada bagian dalam areal penanaman tangki pendam
yang dilapis plastik tahan minyak (geomembrane)
Konstruksi sumur pantau standar untuk SPBU, yaitu:
a) Bahan sumur pantau menggunakan pipa PVC Ø 4"
b) Panjang pipa disesuaikan plat dasar tangki pendam ± 0,6 m
c) Sumur pantau dilengkapi dengan coupling dan caps PVC Ø 4", saringan
dari bahan tile dan dilengkapi tutup plat baja
d) Alat pemantau dilengkapi sample can untuk menimba cairan dari dalam
sumur pantau dan dipstick yang pada bagian ujungnya dioleskan pasta
minyak

III. KETENTUAN KHUSUS


Ketentuan khusus adalah ketentuan yang mengatur desain, fasilitas standar minimal, kontruksi dan
jarak aman untuk lembaga penyalur SPBU Non Reguler seperti SPBU Kompak, Mini, 3T, Modular,
Pertashop, SPDN dan SPBB.
3.1. SPBU Non-Reguler (Kompak, Mini & 3T)
3.1.1. Fasilitas Standar Minimal
STANDAR PERTAMINA No. : /F00200/2020-S0

Tgl. : April 2020


KETENTUAN ASPEK HSE
Rev. : 0
LEMBAGA PENYALUR BBM
Hal. : 25 dari 68

Standar minimal fasilitas SPBU Non-reguler dan sub penyalur BBM sebagai berikut:
a) Penyimpanan BBM (kapasitas sesuai peruntukan) dan sarfas
pendukungnya
b) Dispenser Unit/gelas ukur BBM atau pompa drum manual
c) Bangunan kantor, bangunan penunjang dan toilet
d) Bangunan kanopi untuk Dispenser
e) Alat pemadam kebakaran
f) Sumber kelistrikan tetap/kelistrikan portable (genset)
g) Area pembongkaran BBM
h) Rambu-rambu keselamatan
3.1.2. Klasifikasi Hazardous Area
a) Pengisian ke Drum dan Container (di dalam atau di luar ruangan):
1) Div 1 Zone 0 : Area di dalam drum atau container
2) Div 1 Zone 1 : Radius 0,9 m (3 ft) di sekitar bukaan atau lubang
pengisian drum/ container dan pipa venting ke seluruh
arah.
3) Div 2 Zone 2 : Radius jarak antara 0,9 m - 1,5 m di sekitar bukaan
atau lubang pengisian drum/container dan pipa
venting ke seluruh arah dan sampai dengan 18 inci di
atas lantai atau grade level dalam radius 3 meter dari
venting.
b) Pompa pembongkaran/penyaluran BBM termasuk aksesoris
1) Div 1 Zone 1 : (Indoor) Seluruh area dalam ruangan yang terdapat
parit/lubang lebih rendah dari permukaan lantai
2) Div 2 Zone 2 : (Indoor) Radius jarak antara 1,5 m (5 ft) di sekitar
pompa dan fitting sampai ketinggian 0,9 m di atas
tanah atau daerah rendah sampai radius 7,5 m
3) Div 1 Zone 1 : (Outdoor) Seluruh area dalam ruangan yang terdapat
parit/lubang lebih rendah dari permukaan lantai, atau
berjarak radius 3 m (10 ft) sekeliling pompa
4) Div 2 Zone 2 : (Outdoor) Radius jarak antara 3 m (10 ft) di sekitar
pompa dan fitting sampai ketinggian 0,9 m di atas
tanah atau daerah rendah sampai dengan radius 3 m
STANDAR PERTAMINA No. : /F00200/2020-S0

Tgl. : April 2020


KETENTUAN ASPEK HSE
Rev. : 0
LEMBAGA PENYALUR BBM
Hal. : 26 dari 68

c) Truck Loading
1) Div 1 Zone 0 : Area di dalam tangki BBM mobil tangki
2) Div 1 Zone 1 : Radius 0,9 m (3 ft) di sekitar venting ke seluruh arah.
3) Div 2 Zone 2 : Radius jarak antara 0,9 m - 7,5 m pipa venting ke
seluruh arah dan sampai dengan 18 inci di atas lantai
atau grade level
3.1.3. Kemasan Penyimpanan BBM
Penyimpanan BBM dapat menggunakan kemasan:
a) Drum atau penampung sejenis lainnya dengan kapasitas setiap
penampung tidak lebih dari 450 liter (119 gal) untuk semua produk BBM.
b) Tangki portable dengan kapasitas setiap tangki tidak lebih dari 2.500 liter
(660 gal) untuk semua produk BBM.
c) Intermediate Bulk Containers (IBC) logam dengan kapasitas setiap IBC
tidak lebih dari 3.000 liter (793 gal) untuk semua produk BBM.
d) Intermediate Bulk Container non logam memenuhi standard kelas 31H1,
31H2, dan 31HZ1 khusus untuk produk Combustible.
e) Jerigen HDPE sesuai standard ASTM dengan kapasitas setiap jerigen tidak
lebih dari 20 liter (5,3 gal) untuk semua produk BBM.
f) Drum Polyethylene UN1H1 dengan kapasitas drum tidak lebih dari 227
liter (60 gal) khusus untuk produk Combustible
Tangki portable dan IBC harus dilengkapi peralatan pernapasan tangki yang diletakkan
di atas container yang berfungsi sebagai pipa pernapasan (venting) dengan setting
pressure 1 psi (6,9 kPa) – 2,5 psi (17 kPa)2. Dan wajib dilengkapi emergency vent sesuai
kapasitasnya.
3.1.4. Desain, Spesifikasi dan Instalasi Tangki
a) Drum, container, IBC dan tangki portable yang menggunakan material
logam sesuai standard dapat digunakan untuk penyimpanan BBM.
b) Spesifikasi tangki BBM di bawah tanah mengacu UL 58 Standard for Steel
Underground Tanks for Flammable and Combustible Liquids atau standar
lain yang ekuivalen.

2 NFPA Chapter 9 Storage of Liquids in Containers - General Requirements


STANDAR PERTAMINA No. : /F00200/2020-S0

Tgl. : April 2020


KETENTUAN ASPEK HSE
Rev. : 0
LEMBAGA PENYALUR BBM
Hal. : 27 dari 68

c) Tangki BBM di atas permukaan tanah wajib dilengkapi peralatan


keselamatan, berupa: pressure relief device dan emergency venting,
untuk tangki dengan kapasitas lebih dari 1.320 gal (5.000 L) dilengkapi
tambahan aksesoris overfill shutoff dan overfill prevention.
d) Tangki BBM di atas permukaan tanah dengan kapasitas di atas 1.000
Gallon (3.785 liter) wajib menggunakan tangki jenis Double Wall Steel
Tank yang memenuhi standar minimal UL 142 Standar for Steel
Aboveground Tanks for Flammable and Combustible Liquids atau standar
lain yang ekuivalen.
e) Tangki BBM di atas permukaan tanah dengan kapasitas di bawah 1.000
Gallon (3.785 liter) dapat menggunakan Double Wall Steel Tank Non
Listed.
f) Tangki BBM di atas permukaan tanah yang menggunakan material non
logam (plastik atau sejenisnya) untuk seluruh kapasitasnya dilarang
digunakan di SPBU.
g) Instalasi tangki BBM di atas permukaan tanah wajib dilengkapi
penyangga/support tangki. Jenis material dan kekuatan struktur
penyangga tangki harus sesuai dengan beban maksimal, struktur
penyangga tangki wajib dilengkapi lapisan penahan korosi.
h) Setiap tangki wajib dilengkapi pipa pernapasan (P/V valve untuk produk
kelas I) dan (free vent untuk produk kelas II) diameter 2" tinggi minimal 5
meter dari permukaan tanah atau minimal 1,5 m lebih tinggi dari
ketinggian atap bangunan terdekat yang berfungsi sebagai pengamanan
tekanan dan mengurangi losses/penguapan BBM.
i) Tangki BBM di atas permukaan tanah dengan kapasitas lebih besar dari
1.000 Gallon (3.785 liter) dan bukan jenis tangki Double Wall wajib
dilengkapi tanggul penahan tumpahan (bundwall) dengan volume 110%
dari kapasitas tangki terbesar. Untuk tangki Double Wall dan memenuhi
persyaratan sertifikasi yang ditentukan di atas tidak diperlukan tanggul
penahan tumpahan (bundwall)
j) Area sekitar tangki BBM di atas permukaan tanah wajib dilengkapi
penahan benturan (guard post) untuk melindungi tangki dari
benturan/tertabrak kendaraan
STANDAR PERTAMINA No. : /F00200/2020-S0

Tgl. : April 2020


KETENTUAN ASPEK HSE
Rev. : 0
LEMBAGA PENYALUR BBM
Hal. : 28 dari 68

k) Tangki multi kompartemen harus didesain dedicated multi-


compartement tank oleh pabrikan sesuai vendor list dan dilengkapi
manhole sesuai jumlah kompartemen dengan ukuran sesuai persyaratan.
l) Setiap tangki atau kompartemen harus dilengkapi dengan sistem koneksi
dengan sistem las. Penyambungan sistem koneksi pengisian, ke luaran dan
venting dengan pipa dapat menggunakan sistem ulir.
m) Penampung logam dan plastik umum/komersial portable (ukuran < 450 L)
wajib memenuhi standard berikut:
1) ASTM F 852, Standard Specification for Portable Gasoline Containers
for Consumer Use
2) ASTM F 976, Standard Specification for Portable Kerosene and Diesel
Containers for Consumer Use
n) Kapasitas Maksimal Penyimpanan BBM
Kapasitas maksimal (agregat) penyimpanan produk BBM yang diizinkan
untuk setiap area/bangunan lokasi usaha sebagai berikut:
1) BBM kelas IB Flammable (Premium, Pertalite & Pertamax series)
a. Drum atau penampung sejenis lainnya: 2,200 gal (8.328 L)
b. Tangki portable atau IBC logam: 4,400 gal (16.655 L)
c. IBC Composite/plastik: Tidak diizinkan
2) BBM kelas II Combustible (Solar, Dex series)
a. Drum atau penampung sejenis lainnya: 4,400 gal (16.655 L)*
b. Tangki portable atau IBC logam: 4,400 gal (16.655 L)*
c. IBC Composite/plastik: 4,400 gal (16.655 L)*
3.1.5. Jarak Aman (Safety Distances)
a) Tangki/bangunan Penyimpanan BBM (tangki, IBC & Drum)
1) BBM kelas IB Flammable (Premium, Pertalite & Pertamax series)
a. Jarak setiap area (pile) penyimpanan BBM (drum, IBC, tangki
portable): 5 ft (1,5 m), dengan catatan maksimal dimensi
area/pile penyimpanan panjang 50 ft (15 m) dengan lebar 9 ft (2,7
m) sebanyak dua baris.
b. Jarak penyimpanan BBM (drum, IBC, tangki portable) dengan
bangunan di luar area atau fasilitas umum terdekat: 50 ft (15 m).
STANDAR PERTAMINA No. : /F00200/2020-S0

Tgl. : April 2020


KETENTUAN ASPEK HSE
Rev. : 0
LEMBAGA PENYALUR BBM
Hal. : 29 dari 68

c. Jarak penyimpanan BBM (drum, IBC, tangki portable) dengan


jalan umum: 10 ft (3 m).
2) BBM kelas II Combustible (Solar, Dex Series)
a. Jarak setiap area (pile) penyimpanan BBM (drum, IBC, tangki
portable): 5 ft (1,5 m), dengan catatan maksimal dimensi
area/pile penyimpanan panjang 50 ft (15 m) dengan lebar lebar 9
ft (2,7 m) sebanyak dua baris.
b. Jarak penyimpanan BBM (drum, IBC, tangki portable) dengan
bangunan di luar area atau fasilitas umum terdekat: 25 ft (7,5 m).
c. Jarak penyimpanan BBM (drum, IBC, tangki portable tidak
termasuk drum/IBC plastik) dengan jalan umum: 5 ft (1,5 m).
3) Apabila jumlah total penyimpanan BBM sesuai ketentuan di atas tidak
lebih dari 50 % dari kapasitas maksimum yang diizinkan maka jarak
aman area penyimpanan dengan bangunan, fasilitas umum dan jalan
umum terdekat dapat dikurangi menjadi ½ (setengah) dari jarak aman
yang ditentukan tetapi tidak kurang dari 10 ft (3 m).
4) Penyimpanan BBM dalam drum, container, IBC atau tangki portable
dengan kapasitas tidak lebih dari 1,100 gal (4.160 L) dapat diletakkan
minimal 10 ft (3 m) di dekat bangunan di dalam area usaha dengan
ketentuan memiliki fire resistance minimal 2 jam, tidak ada bukaan
(pintu/jendela) mengarah langsung ke area penyimpanan BBM.
5) Jarak minimum tangki di atas permukaan dengan dispenser BBM
adalah 7,5 meter.
6) Jarak minimum bangunan penyimpanan BBM dengan fasilitas
penyaluran manual adalah 3,0 meter.
7) Jarak minimum area penyimpanan BBM dengan area truck loading
adalah 4,5 meter.
8) Jarak minimum antar setiap tangki pendam dan tangki dengan dinding
bangunan atau pagar dinding terdekat adalah 1 meter.
9) Tangki pendam dan dispenser dapat dibangun saling berdekatan.
10) Jarak minimum Filling point dari area publik di SPBU adalah 1,5 meter.
Apabila lokasi SPBU berada di sekitar area bangunan umum atau jalan
umum maka jarak minimum filling point dari pagar/dinding adalah 6,0
STANDAR PERTAMINA No. : /F00200/2020-S0

Tgl. : April 2020


KETENTUAN ASPEK HSE
Rev. : 0
LEMBAGA PENYALUR BBM
Hal. : 30 dari 68

meter, atau dapat diperpendek menjadi 4,5 meter apabila disediakan


dinding tahan api setinggi minimal 2 meter sepanjang area tersebut.
3.1.6. Instalasi Pipa
a) Seluruh instalasi pipa SPBU harus ditanam di dalam tanah dengan ke
dalaman minimal 18 inci (0,46 m) untuk permukaan tanah di atas pipa
yang tidak dibeton dan minimal kedalaman 12 inci (0,30 m) untuk jalur
pipa yang permukaan di atasnya dilapis perkerasan/beton
b) Instalasi pipa yang di atasnya dilintasi kendaraan harus dipasang
pengaman (casing) atau plat beton yang mampu menahan beban di
atasnya
c) Jika pipa dipasang atau diletakkan di dalam parit (ducting/trenching) maka
saluran parit harus dilengkapi penutup kedap gas atau ditimbun dengan
pasir untuk memastikan tidak terdapat area pengumpulan gas
d) Apabila menggunakan tangki aboveground, tinggi pipa pernapasan tanki
(P/V Valve dan Free Vent) minimal 5 m dari permukaan tanah dan berjarak
minimal 4,5 meter dari bangunan sekitar atau pagar pembatas SPBU.
e) Apabila SPBU dilengkapi tembok pembatas area dengan ketinggian min. 3
meter maka jarak pipa pernapasan/venting dengan tembok pembatas
dapat dikurangi hingga berjarak 2 m.
3.1.7. Peralatan Distribusi BBM
Peralatan distribusi BBM untuk SPBU Non-reguler dan Sub Penyalur BBM dapat
menggunakan beberapa jenis pompa sebagai berikut:
a) Pompa Submersible
Pompa submersible umumnya dipasang di dalam tangki dan terintegrasi
dengan dispenser, sehingga pompa bekerja berdasarkan status
pengoperasian dispenser. Pompa submersible wajib memenuhi spesifikasi
proteksi untuk digunakan pada produk BBM yaitu memenuhi proteksi
Zona 0 dan memiliki sertifikat EX Equipment Directive.
b) Pompa Hisap
Pompa hisap merupakan pompa di dalam dispenser untuk menghisap
BBM dari tangki. Pompa hisap dipasang terintegrasi dengan dispenser,
sehingga pompa bekerja berdasarkan status pengoperasian dispenser.
Pompa hisap wajib memenuhi spesifikasi untuk digunakan pada produk
STANDAR PERTAMINA No. : /F00200/2020-S0

Tgl. : April 2020


KETENTUAN ASPEK HSE
Rev. : 0
LEMBAGA PENYALUR BBM
Hal. : 31 dari 68

BBM dan memenuhi proteksi Zona 1 dan memiliki sertifikat EX Equipment


Directive.
c) Pompa Dorong
Pompa dorong merupakan pompa centrifugal atau piston untuk
menghisap dan menyalurkan BBM dari tangki ke dispenser. Pompa dorong
umumnya dipasang terpisah dengan dispenser, sehingga pengoperasian
pompa selalu hidup selama masa penjualan BBM. Pompa dorong wajib
memenuhi spesifikasi untuk digunakan pada produk BBM dan memenuhi
level proteksi Zona 1. Pompa dorong juga dapat digunakan sebagai pompa
bongkar untuk proses pembongkaran BBM dari mobil tangki. Pompa BBM
diletakkan pada jarak minimal 3,0 m dari jalan umum atau bangunan di
sekitarnya.
d) Peralatan Pompa yang Dilarang
Peralatan pompa yang dilarang digunakan di SPBU atau lembaga penyalur
BBM lainnya adalah pompa Alkon dengan bahan bakar bensin yang
menggunakan sistem pengapian untuk menghidupkan dan menggerakan
piston/shaft pompa. Pompa Alkon juga dilarang digunakan untuk transfer
atau pembongkaran BBM dari mobil tangki ke tangki penimbunan di SPBU.
3.1.8. Peralatan Penyaluran/Penjualan BBM
a) Peralatan penyaluran/penjualan BBM untuk SPBU Non-reguler dan Sub
Penyalur BBM dapat menggunakan beberapa jenis mode penyaluran
sebagai berikut:
1) Penyaluran Otomatis
Penyaluran Otomatis adalah penyaluran menggunakan pompa
terintegrasi dengan dispenser, pompa beroperasi otomatis
berdasarkan pengoperasian dispenser dan pada umumnya instalasi
tertutup dan lebih aman. Untuk SPBU Kompak/Mini wajib
menggunakan Dispenser, selang/hose, nozzle, breakaway valve
mengacu approved brand list PT Pertamina (Persero).
Dispenser BBM dapat diletakkan pada jarak minimal 3 meter dari jalan
umum atau bangunan yang menggunakan material tidak mudah
terbakar (non-combustible) dan tidak terdapat ventilasi mengarah ke
dispenser, sehingga apabila selang (nozzle dispenser) digunakan
STANDAR PERTAMINA No. : /F00200/2020-S0

Tgl. : April 2020


KETENTUAN ASPEK HSE
Rev. : 0
LEMBAGA PENYALUR BBM
Hal. : 32 dari 68

hingga panjang maksimal masih terdapat selisih jarak minimal 1,5 m


dari bukaan bangunan.
2) Penyaluran Semi-otomatis
Penyaluran Semi-otomatis dimaksudkan sebagai mode penyaluran
BBM ke konsumen menggunakan pompa yang terhubung dengan
dispenser, pompa beroperasi terus menerus selama penjualan SPBU.
Sistem penutup aliran pompa melalui solenoid valve dispenser.
3) Penyaluran Manual
Penyaluran manual dimaksudkan sebagai mode penyaluran BBM ke
konsumen secara manual tanpa melalui dispenser. Penyaluran
manual direkomendasikan menggunakan pompa drum untuk
menyalurkan BBM dari drum/container. Dilarang menuangkan BBM
ke wadah penampung terbuka sebelum dijual ke konsumen karena
meningkatkan risiko kebakaran akibat sebaran gas mudah terbakar
(Zona 1) di area tersebut. Pompa drum dapat berupa pompa drum
manual maupun pompa drum listrik dengan spesifikasi untuk produk
BBM dan memenuhi sertifikasi proteksi zona 1.
b) Dispenser Khusus SPBU Non-reguler
1) Dispenser harus memenuhi persyaratan kapasitas flowrate maksimal
120 liter per menit untuk produk kelas I (Premium dan Pertamax
Series) dan 150 liter per menit untuk produk kelas II (Solar)
2) Dispenser harus dilengkapi solenoid valve atau peralatan sejenis yang
memungkinkan pompa otomatis beroperasi apabila nozzle pengisian
diangkat dari lokasi/dudukannya dan switch pada handle nozzle
ditekan.
3) Dispenser wajib dilengkapi emergency shut down jenis push button
yang dioperasikan manual oleh operator.
4) Dispenser wajib dilengkapi penampung ceceran (dispensing sump)
untuk mencegah ceceran dan uap BBM masuk ke ducting pipa dan
menyebabkan kebakaran/ledakan
5) Selang dispenser harus sesuai peruntukannya dan dilengkapi bonding
wire
STANDAR PERTAMINA No. : /F00200/2020-S0

Tgl. : April 2020


KETENTUAN ASPEK HSE
Rev. : 0
LEMBAGA PENYALUR BBM
Hal. : 33 dari 68

6) Dispenser ditempatkan di area yang lebih tinggi dari area sekelilingnya


atau aman terhadap kemungkinan kerusakan akibat benturan dari
kendaraan
7) Panel ruang LCD dispenser harus kedap gas dan instrumen kelistrikan
panel memenuhi rating minimal hazardous area zona 1
8) Dilarang melakukan penggantian atau modifikasi dispenser yang
bertujuan untuk mengurangi peralatan dan/atau fitur keselamatan
dispenser.
c) Peralatan Pemadam Kebakaran dan Tumpahan
Peralatan Keselamatan, Pemadam Kebakaran dan Tumpahan:
1) Disediakan minimal 1 (satu) unit Alat Pemadam Api Ringan 20 lbs di
area pengisian (kanopi) dan 1 (satu) unit di bangunan penyimpanan
BBM atau berjarak tidak lebih dari 3 (tiga) meter.
2) Radius 3 m dari area penyimpanan BBM/dispenser tidak diizinkan
terdapat rumput, tanaman atau barang mudah terbakar lainnya
3) Seluruh peralatan logam seperti tangki, IBC, drum, pipa dan pompa
transfer yang digunakan wajib dihubungkan dengan kabel bonding
dan grounding
4) Apabila diperlukan bangunan penampung BBM dapat dilengkapi
lantai perkerasan dengan kemiringan min. 1o dan disediakan bak
penampung tumpahan/ceceran BBM.
5) Area penyimpanan wajib dilengkapi tanggul dengan tinggi min. 6 in
(15 cm) sekeliling area untuk mencegah tumpahan BBM meluas ke
luar area.
3.2. SPBU Modular dan Pertashop
Lembaga penyalur BBM Modular dan Pertashop merupakan kebutuhan bisnis perusahaan
berkaitan dengan upaya perluasan dan pemerataan wilayah penyaluran BBM ke masyarakat.
Pertimbangan bisnis, penetrasi pasar, nilai investasi, biaya distribusi dan inovasi bisnis
perusahaan menimbulkan kebutuhan akan kehadiran lembaga penyalur BBM Modular dan
Pertashop diperlukan untuk menjangkau wilayah yang tidak ekonomis untuk membangun
SPBU.
3.2.1. Fasilitas Standar Minimal
Standar minimal fasilitas SPBU Modular dan Pertashop sebagai berikut:
STANDAR PERTAMINA No. : /F00200/2020-S0

Tgl. : April 2020


KETENTUAN ASPEK HSE
Rev. : 0
LEMBAGA PENYALUR BBM
Hal. : 34 dari 68

a) Penyimpanan BBM (kapasitas sesuai peruntukan) dan sarfas


pendukungnya
b) Dispenser Unit
c) Alat pemadam kebakaran
d) Sumber kelistrikan tetap/kelistrikan portable (genset)
e) Rambu-rambu keselamatan
3.2.2. Klasifikasi Hazardous Area
a) Pengisian BBM ke dalam tangki BBM (di dalam container):
1) Div 1 Zone 0 : Area di dalam tangki BBM/container modular
2) Div 1 Zone 1 : Radius 0,9 m (3 ft) di sekitar bukaan atau lubang
pengisian tangki, ventilasi container dan pipa venting
keseluruh arah.
3) Div 2 Zone 2 : Radius jarak antara 0,9 m - 1,5 m di sekitar bukaan
atau lubang pengisian container dan pipa venting
keseluruh arah dan sampai dengan 18 inci di atas
lantai atau grade level dalam radius 3 meter dari
venting.
b) Pompa pembongkaran/penyaluran BBM termasuk aksesoris
1) Div 2 Zone 2 : (Indoor) Radius jarak antara 1,5 m (5 ft) di sekitar
pompa dan fitting sampai ketinggian 0,9 m di atas
tanah atau daerah rendah sampai radius 7,5 m
2) Div 2 Zone 2 : (Outdoor) Radius jarak antara 1,5 m (5 ft) di sekitar
pompa dan fitting sampai ketinggian 0,9 m di atas
tanah atau daerah rendah sampai dengan radius 3 m
c) Truck Loading
1) Div 1 Zone 0 : Area di dalam tangki BBM mobil tangki
2) Div 1 Zone 1 : Radius 0,9 m (3 ft) di sekitar venting keseluruh arah.
3) Div 2 Zone 2 : Radius jarak antara 0,9 m - 7,5 m pipa venting
keseluruh arah dan sampai dengan 18 inci di atas
lantai atau grade level
3.2.3. Tangki BBM Portable/Aboveground Storage Tank
Desain, spesifikasi dan instalasi tangki BBM untuk SPBU Modular dan Pertashop
sebagai berikut:
STANDAR PERTAMINA No. : /F00200/2020-S0

Tgl. : April 2020


KETENTUAN ASPEK HSE
Rev. : 0
LEMBAGA PENYALUR BBM
Hal. : 35 dari 68

a) Tangki menggunakan material structural Carbon Steel mengacu standar


ASTM A36M atau material Stainless Steel tipe 304 atau 316 mengacu
standar ASTM A167 atau standar lain yang ekuivalen.
b) Tangki didesain, difabrikasi, diinspeksi, dan diuji mengacu standar minimal
UL 142 Standar for Steel Aboveground Tanks for Flammable and
Combustible Liquids.
c) Kapasitas tangki horizontal/cylinder/rectangular double wall steel tank:
1) Pertashop: tangki portable/aboveground kapasitas 1.000 – 6.000 L
2) Modular: tangki aboveground kapasitas 6.000 – 18.000 L
d) Tangki BBM kapasitas kurang dari 3.000 Liter dapat difabrikasi local
mengacu standard UL 142, sedangkan untuk tangki BBM kapasitas lebih
dari 3.000 L wajib mendapatkan sertifikat UL 142 (certified/UL listed)
e) Tangki dapat dilengkapi komponen thermal insulation di dalam interstitial
space tangki sebagai tambahan proteksi terhadap paparan kebakaran.
Khususnya untuk tangki portable/aboveground kapasitas di atas 3.000 L
f) Tangki dilengkapi internal baffle, dan khusus tangki rectangular wajib
dilengkapi Stiffening bars yang dilas di dinding tangki sebagai penguat
struktur dan atap tangki
g) Tangki wajib dilengkapi peralatan keselamatan, berupa: pressure relief
device, emergency venting sesuai kebutuhan mengacu UL 142, sedangkan
untuk tangki kapasitas > 5.000 L wajib dilengkapi overfill shutoff dan
overfill prevention
h) Tangki wajib dilengkapi minimal 1 (satu) unit alat pengukur level BBM baik
jenis manual atau otomatis, spesifikasi alat pengukur level jenis otomatis
wajib memenuhi kriteria klasifikasi proteksi berbahaya dan sesuai dengan
Approved Brandlist PT Pertamina
i) Manhole tangki menggunakan koneksi flange mengacu standard ASME
ASME B16.5 atau B16.47 - Large Diameter Steel Flanges. Manhole wajib
dilengkapi aksesori yang dipasang dengan system las ke tangki. Jenis
aksesori minimal yang wajib dipasang sebagai berikut:
1) Inlet/loosing pipe dia. 1 ½ - 2 ” dengan koneksi ANSI flange
STANDAR PERTAMINA No. : /F00200/2020-S0

Tgl. : April 2020


KETENTUAN ASPEK HSE
Rev. : 0
LEMBAGA PENYALUR BBM
Hal. : 36 dari 68

2) Outlet/discharge pipe dia. 1 ½ - 2 ” dengan koneksi ANSI flange atau


koneksi untuk Submersible Turbine Pump inlet dia. 4” dengan koneksi
ANSI flange
3) ATG inlet pipe dia. 2” dengan koneksi ANSI flange atau NPT Female
Thread
4) Pipa dia. 2” dengan koneksi ANSI flange atau NPT Female Thread
untuk pipa vent tangki
5) Pipa dia. 2” dengan koneksi ANSI flange atau NPT Female Thread
untuk manual dipping
j) Konstruksi sambungan tangki wajib menggunakan system las, termasuk
koneksi aksesori dan fitting tangki. Untuk extended pipa koneksi tangki
menggunakan system thread atau flange mengacu ASME B 16.5 atau
ASME B16.11.
k) Setiap tangki atau tangki primer wajib dilengkapi pipa venting diameter 1
½ - 2 inch, dengan koneksi ulir/thread untuk ekstensi. Tinggi pipa venting
3,6 - 5 meter atau ketinggian 1,5 meter di atas atap atau kanopi bangunan
Modular/Pertashop
l) Penempatan layout koneksi tangki dan aksesorisnya wajib
mempertimbangkan design integrity tangki dan aksesibility peralatannya
untuk peralatan penunjang dan operator
m) Tangki multi kompartemen harus didesain dedicated multi-
compartement oleh pabrikan dan dilengkapi aksesoris dan manhole
sesuai jumlah kompartemen sesuai persyaratan.
n) Tangki dilengkapi 4 (empat) titik camlock lugs untuk lifting tangki
o) Tangki wajib ditempatkan di dalam container Modular atau Pertashop dan
dipasang pengunci posisi agar kedudukan tangki tetap/tidak bergerak saat
transportasi
p) Seluruh instalasi jalur pipa wajib dipasang di dalam kompartemen dan
dipasang penguatan menggunakan system las atau klem pipa sehingga
posisi pipa stabil.
q) Tangki BBM portable/aboveground untuk SPBU Modular atau Pertashop
wajib difabrikasi diperusahaan fabrikasi yang direkomendasikan PT
Pertamina (Persero).
STANDAR PERTAMINA No. : /F00200/2020-S0

Tgl. : April 2020


KETENTUAN ASPEK HSE
Rev. : 0
LEMBAGA PENYALUR BBM
Hal. : 37 dari 68

r) Perusahaan fabrikasi SPBU Modular atau Pertashop wajib menyusun


dokumen internal berkaitan dengan SOP Fabrikasi/Produksi, QA/QC dan
SOP berkaitan lainnya.
s) Perusahaan fabrikasi SPBU Modular atau Pertashop wajib memiliki
WPS/PQR tangki BBM dan sertifikat kualifikasi juru las (Welder) sesuai
peraturan pemerintah yang berlaku
3.2.4. Kontainer SPBU Modular atau Pertashop
Desain, spesifikasi dan instalasi kontainer Modular dan Pertashop sebagai berikut:
a) Kontainer SPBU Modular atau Pertashop menggunakan material
structural Carbon Steel, Steel Frame atau standar lain yang ekuivalen
dengan tebal plat minimal 3 mm.
b) Konstruksi kontainer wajib menggunakan system las dan dipasang
stiffening bars sebagai penguat pada setiap sudut dan sisi container,
sedangkan untuk panel dan engsel container menggunakan material
stainless steel and alumunium check plate.
c) Kontainer untuk SPBU Modular dan Pertashop dapat berukuran 6 ft – 40
ft sesuai kebutuhan, pengalokasian ruangan dan penempatan peralatan
dalam container wajib memperhatikan aspek keselamatan dan hazardous
area classification setiap peralatan
d) Tata letak dan layout peralatan utama dan penunjang di dalam container
SPBU Modular dan Pertashop wajib mempertimbangkan hazardous area
classification termasuk penambahan peralatan tambahan seperti:
peralatan listrik, peralatan kantor, air conditioning dll.
e) Dinding pembatas antara ruang container penyimpanan tangki BBM
dengan ruang container dispenser wajib di isolasi, dinding pembatas
container wajib menggunakan sistem las penuh (full weld) untuk
mencegah perpindahan/perluasan zona berbahaya di dalam ruang tangki
ke area dispenser dan berfungsi sebagai fire wall.
f) Container SPBU Modular dan Pertashop wajib dilengkapi koneksi untuk
pengisian BBM tanpa harus membuka pintu akses ke ruang penyimpanan
tangki BBM (inlet/filling point) yang dilengkapi koneksi Quick Coupling
includes gas tight caps.
STANDAR PERTAMINA No. : /F00200/2020-S0

Tgl. : April 2020


KETENTUAN ASPEK HSE
Rev. : 0
LEMBAGA PENYALUR BBM
Hal. : 38 dari 68

g) Container SPBU Modular dan Pertashop harus didesain dan dilengkapi


dengan pintu penutup kompartemen untuk memberikan proteksi
maksimal terhadap peralatan yang disimpan di dalamnya termasuk
proteksi terhadap potensi gangguan keamanan.
h) Container wajib dilengkapi panel/junction box/cable socket gas proof
sebagai terminal koneksi system kelistrikan SPBU Modular dan Pertashop
dari sumber kelistrikan dari luar. Panel kelistrikan wajib dilengkapi surge
protection dan ground fault protection.
i) Seluruh kabel kelistrikan untuk SPBU Modular dan Pertashop wajib
dilengkapi casing metal dan kedap, jalur kabel kelistrikan dilarang masuk
ke ruang kompartemen penyimpanan BBM kecuali hanya untuk
kelistrikan aksesoris tangki (tank gauging dan level alarm tangki).
j) Setiap inlet koneksi casing kabel listrik ke peralatan wajib dilengkapi cable
conduit
k) Container SPBU Modular dan Pertashop wajib dipasang grounding
menyatu dengan tangki dan dispenser dengan nilai tahanan maksimal 4 Ω
(ohm). Dan disiapkan satu unit grounding rod untuk koneksi ke mobil
tangki saat dilakukan pembongkaran BBM
l) Container SPBU Modular dan Pertashop dilengkapi minimal 4 (empat) titik
landing plate dan camlock lugs untuk lifting dan transport container
m) Di dalam container area penyimpanan tangki BBM dan di atas dispenser
BBM dilengkapi alat pemadam kebakaran jenis Dry Chemical Fire
Extinguisher Ball kapasitas 1,3 Kg.
n) Perusahaan fabrikasi/produksi SPBU Modular atau Pertashop wajib
melakukan pengujian QA/QC terhadap produk yang diproduksi,
menerbitkan sertifikat pengujian dan memasang Nameplate yang
berisikan informasi terkait nama produk, nama perusahaan, kapasitas,
nomor seri produksi dan lain-lain berkaitan dengan standarisasi produk.
o) Perusahaan fabrikasi/produksi SPBU Modular atau Pertashop wajib
menerbitkan sertifikat kelaikan peralatan (Certificate of Conformity) dan
asal barang (Certificate of Manufacture), dan menyerahkan copy sertifikat
kepada pihak PT Pertamina (Persero).
STANDAR PERTAMINA No. : /F00200/2020-S0

Tgl. : April 2020


KETENTUAN ASPEK HSE
Rev. : 0
LEMBAGA PENYALUR BBM
Hal. : 39 dari 68

p) Pihak ketiga dilarang melakukan fabrikasi/produksi SPBU Modular dan


Pertashop tanpa persetujuan dan pengawasan PT Pertamina Persero.
q) Area sekitar lokasi pemasangan SPBU Modular atau Pertashop wajib
dilengkapi penahan benturan (guard post) untuk melindungi tangki dari
benturan/tertabrak kendaraan.
r) Container SPBU Modular dan Pertashop wajib dilengkapi logo, simbol dan
tulisan peringatan, rambu-rambu bahaya, SOP pengoperasian dan SOP
pembongkaran menggunakan material sticker reflective jenis 3M yang
dibuat sesuai standard
s) Lantai penempatan SPBU Modular dan Pertashop harus didesain lebih
tinggi dari lantai area sekitarnya dan menggunakan perkerasan beton
minimal K-250.
t) Lantai sekitar area SPBU Modular dan Pertashop harus dilengkapi
perkerasan (beton/concrete block paving) minimal K-150 ketebalan min.
8 cm dan didesain memiliki sudut kemiringan minimal 1o menjauh dari
area container
u) Kontainer SPBU Modular dan Pertashop harus ditempatkan di lokasi yang
tidak banjir, longsor dan cukup aman dari potensi gangguan eksternal
lainnya (social/ekonomi/keamanan), dan memenuhi standar jarak aman
fasilitas minimal sebagai berikut:
1) Jarak Kontainer SPBU Modular dan Pertashop dengan jalan umum
minimal 10 ft (3 m), dan jarak ke bangunan umum/publik lainnya di
luar area adalah minimal 25 ft (7,5 m)
2) Jarak Kontainer SPBU Modular dan Pertashop dengan area public,
bangunan penunjang dan KIOSK di dalam area SPBU minimal 10 ft (3
m)
3) Jarak area pengisian/bongkar BBM dari mobil tangki dengan
bangunan lain di sekitarnya minimal 15 ft (4,5 m)
4) Jarak container SPBU Modular dan Pertashop dengan ruang genset di
dalam areal SPBU minimal 25 ft (7,5 m)
5) Jarak container SPBU Modular dan Pertashop dengan bangunan
tenant atau bangunan lainnya dengan sumber api di dalam areal SPBU
minimal 50 ft (15 m)
STANDAR PERTAMINA No. : /F00200/2020-S0

Tgl. : April 2020


KETENTUAN ASPEK HSE
Rev. : 0
LEMBAGA PENYALUR BBM
Hal. : 40 dari 68

3.2.5. Dispenser
a) Dispenser harus memenuhi persyaratan kapasitas flowrate maksimal 120
liter per menit untuk produk kelas I (Premium dan Pertamax Series) dan
150 liter per menit untuk produk kelas II (Solar).
b) Dispenser harus dilengkapi solenoid valve atau peralatan sejenis yang
memungkinkan pompa otomatis beroperasi apabila nozzle pengisian
diangkat dari lokasi/dudukannya dan switch pada handle nozzle ditekan.
c) Dispenser dengan jenis hisap (suction pump) wajib memperhatikan
pemenuhan sertifikat proteksi pompa dan instalasi kelistrikan dan
pengamanan kabel listrik di dalam dispenser.
d) Dispenser wajib dilengkapi emergency shut down jenis push button yang
dioperasikan manual oleh operator.
e) Dispenser wajib dipasang emergency shut off valve/impact check
valve/shear valve untuk mengisolasi tumpahan/kebocoran pipa apabila
dispenser rubuh/tertarik kendaraan.
f) Dispenser wajib dilengkapi penampung ceceran (dispensing sump) untuk
mencegah ceceran dan uap BBM masuk ke ducting pipa dan
menyebabkan kebakaran/ledakan.
g) Nozzle dan selang dispenser wajib dilengkapi dengan Emergency Shut Off
Valve jenis Breakaway Valve yang memungkinkan selang tertutup
otomatis apabila terjadi gangguan (selang/nozzle terputus atau terjadi
kebakaran).
h) Panel ruang LCD dispenser harus kedap gas dan instrumen kelistrikan
panel memenuhi rating minimal hazardous area zona 1.
3.2.6. Bangunan Penyimpanan Khusus BBM Kemasan (Kios BBM)
a) Bangunan penyimpanan BBM kemasan merupakan bangunan di dalam
SPBU atau bangunan khusus lainnya yang menyediakan penjualan BBM
kemasan produk PT Pertamina untuk konsumen.
b) Area penyimpanan wajib dilengkapi tanggul dengan tinggi min. 6 in (15
cm) sekeliling area untuk mencegah tumpahan BBM meluas ke luar area.
c) Area penyimpanan dapat dilengkapi atap atau kanopi untuk mengurangi
paparan panas dan hujan. Atap atau kanopi menggunakan material tidak
mudah terbakar.
STANDAR PERTAMINA No. : /F00200/2020-S0

Tgl. : April 2020


KETENTUAN ASPEK HSE
Rev. : 0
LEMBAGA PENYALUR BBM
Hal. : 41 dari 68

d) Area penyimpanan dilengkapi dengan dinding padat (beton/bata/baja)


sehingga memberikan fire resistant minimal 1 jam dan dilengkapi sistem
ventilasi agar pertukaran udara bebas tersedia.
e) Pemasangan instalasi kelistrikan dan penerangan wajib memperhatikan
klasifikasi area berbahaya, dan menggunakan jenis peralatan yang
memenuhi persyaratan proteksi sesuai ketentuan
f) Area berbahaya penyimpanan BBM kemasan dalam ruangan untuk Zona
1 adalah area radius 3 ft (1 m) disekeliling container/kemasan BBM ke
seluruh arah.
g) Area berbahaya penyimpanan BBM kemasan dalam ruangan untuk Zona
2 adalah area radius 5 ft (1,5 m) disekeliling lubang pengisian container
BBM ke seluruh arah hingga ketinggian 18 in (0,45 m) di atas lantai.
Penambahan area berbahaya hingga 10 ft (3 m) dari lubang pengisian
kemasan tersebut apabila sedang dilakukan pengisian ke dalam kemasan.
h) Penyimpanan BBM kemasan wajib menggunakan rak untuk melindungi
kemasan produk tidak rusak/bocor akibat tekanan dan penumpukan.
i) Kapasitas dan ketinggian penyimpanan BBM di dalam gudang
penyimpanan BBM kemasan dibatasi sebagai berikut:
1) Produk BBM kelas IB Flammable (Premium, Pertalite & Pertamax
series)
Maksimal kapasitas penyimpanan 160 gallon (600 L), ketinggian
maksimal 5 ft (1,5 m) disusun di atas lantai tanpa rak atau sejenisnya
2) BBM kelas II Combustible (Solar, Dex Series)
Maksimal 265 gallon (1.000 L), ketinggian maksimal 5 ft (1,5 m)
disusun di atas lantai tanpa rak atau sejenisnya
j) Disediakan minimal 2 (dua) unit Alat Pemadam Api Ringan jenis Dry
Chemical Powder kapasitas 20 lbs di luar area penyimpanan tetapi
berjarak tidak lebih dari 3 (tiga) meter
k) Dilarang melakukan pengisian BBM ke dalam BBM kemasan di dalam
bangunan
l) Peralatan logam dan non logam yang terhubung dalam system pengisian
BBM harus dipastikan telah dilengkapi kabel bonding dan grounding.
STANDAR PERTAMINA No. : /F00200/2020-S0

Tgl. : April 2020


KETENTUAN ASPEK HSE
Rev. : 0
LEMBAGA PENYALUR BBM
Hal. : 42 dari 68

IV. IZIN LINGKUNGAN


Dokumen dan Izin lingkungan merupakan salah satu persyaratan wajib untuk mendapatkan izin
pengoperasian SPBU milik PT Pertamina (Persero). Dokumen izin lingkungan SPBU wajib melingkupi
seluruh rencana kegiatan bisnis utama (pengisian BBM) dan bisnis penunjang di SPBU seperti: tenant,
bengkel, rumah makan, food court dll. Berdasarkan dokumen lingkungan tersebut, pemilik atau
pengelola SPBU wajib mematuhi dan melaksanakan kegiatan pengelolaan dan pemantauan dampak
lingkungan kegiatannya dan melaporkan hasil kegiatan tersebut ke instansi terkait dibidang lingkungan
hidup daerah setempat. Dokumen lingkungan wajib dilakukan revisi akan melakukan perubahan
oprasional dan penambahan kapasitas simpan BBM.
SPBU juga diwajibkan menyediakan Tempat Penyimpanan Sementara Limbah B3 yang memiliki ijin dan
sesuai dengan ketentuan dan perundangan yang ada. Kapasitas TPS Limbah B3 disesuikan dengan
estimasi jumlah limbah B3 yang dihasilkan.

Jika lokasi SPBU berada di dalam lokasi usaha dan/atau kegiatan berada dalam kawasan ekonomi
khusus, kawasan industri, atau kawasan perdagangan bebas dan pelabuhan bebas; yang telah memiliki
Ijin Lingkungan agar menyusun RKL-RPL rinci berdasarkan RKL-RPL kawasan. RKL-RPL rinci agar
diajukan untuk disetujui oleh pengelola kawasan. Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan
pengawasan atas RKL-RPL rinci diatur dengan peraturan menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.

V. SOP OPRASIONAL
5.1. Prosedur Penerimaan BBM
a) Persiapan tangki mencakup:
1) Menghentikan penjualan dari tangki yang akan pengisian
2) Pengukuran tinggi cairan (ullage tangki pendam)
3) Pastikan jumlah BBM yang bisa diterima (ruang kosong)
b) Periksa dengan teliti dokumen muatan dari awak mobil tangki.
c) Mobil tangki BBM & harus diparkir pada tempat yang telah ditentukan (area
bongkar). Posisi mobil tangki harus ke arah luar sehingga mobil tangki dapat
segera evakuasi apabila terjadi kondisi darurat
d) Apabila bongkar dari mobil tangki BBM menggunakan gravitasi maka mobil tangki
dapat diparkir sedekat mungkin dengan posisi filling point.
e) Mesin kendaraan segera dimatikan setelah mobil tangki parkir dengan sempurna,
tarik rem tangan, aktifkan safety switch dan kunci mobil tetap terpasang.
STANDAR PERTAMINA No. : /F00200/2020-S0

Tgl. : April 2020


KETENTUAN ASPEK HSE
Rev. : 0
LEMBAGA PENYALUR BBM
Hal. : 43 dari 68

f) Periksa bersama kondisi dan keutuhan segel atas dan bawah serta kesesuaiannya
dengan dokumen pengiriman BBM
g) Untuk produk BBM, ambil sampel BBM dari kerangan bawah, periksa visual dan
yakinkan kesesuaian jenis BBM dari bau dan warnanya.
h) Ukur density (SG) serta suhu, konversikan ke suhu 15oC/60oF (Tabel ASTM 53 dan
54) dan bandingkan dengan density (SG) dan suhu dari Terminal BBM (surat
jalan).
i) Masukkan sampel BBM ke dalam botol gelap dan disimpan sebagai sample bukti.
Tandatangani sampel bersama awak mobil tangki dan tempel di botol tersebut
j) Dilarang melakukan pemeriksaan level tangki atau kadar air di dalam mobil tanki
BBM menggunakan Dipstick. Apabila diperlukan lakukan pengukuran level BBM
dari Eijk Bout atau Cross Axis Meter.
5.2. Prosedur Pembongkaran BBM
a) Sebelum dimulai pembongkaran, pastikan kabel arde/grounding mobil tangki
harus sudah dipasang pada grounding strip
b) Alat Pemadam kebakaran harus disiapkan dan ditempatkan dekat kendaraan/
ujung dombak dan mudah dijangkau.
c) Gunakan selang pembongkaran yang standar yang dilengkapi quick coupling baik
di filling point maupun di bottom loading mobil tangki.
d) Pastikan selang bongkar telah terpasang dengan benar pada filling point tangki
pendam sesuai jenis produknya. Untuk penerimaan produk gas, pastikan selang
vapor line juga telah terpasang dengan benar di lokasi jalur return line tangki.
e) Pastikan quick coupling telah terpasang sempurna, uji sambungan dengan
menggeser posisi quick coupling
f) Buka kerangan bottom loading mobil tangki sedikit demi sedikit (pastikan tidak
ada kebocoran).
g) Lubang pengukuran tangki (slot dipping device), manhole tangki dan manhole
mobil tangki harus dalam keadaan tertutup selama pembongkaran BBM
h) Hal-hal yang perlu diperhatikan selama pembongkaran:
1) Pengawas SPBU dan awak mobil tangki harus selalu berada di tempat
selama pembongkaran
2) Di sekitar lokasi pembongkaran tidak boleh terdapat sumber atau kegiatan
yang menimbulkan panas/api. Jika terdapat kondisi berbahaya,
STANDAR PERTAMINA No. : /F00200/2020-S0

Tgl. : April 2020


KETENTUAN ASPEK HSE
Rev. : 0
LEMBAGA PENYALUR BBM
Hal. : 44 dari 68

pembongkaran harus segera dihentikan dan mobil tangki serta kendaraan


lainnya harus segera dievakuasi dari lokasi
i) Memasang rambu-rambu dan tanda aktifitas pembongkaran:
1) Memasang rambu-rambu peringatan yang memberitahukan bahwa sedang
dilakukan pembongkaran BBM, yang dipasang di dekat jalan masuk SPBU.
Tulisan rambu-rambu peringatan tersebut adalah: “PERHATIAN SEDANG
ADA KEGIATAN BONGKAR BBM ”
2) Memasang rambu-rambu peringatan yang memberitahukan bahwa dilarang
merokok, mengaktifkan telepon genggam dan menyalakan api di sekitar
area pembongkaran BBM. Tulisan dan simbol rambu-rambu peringatan
tersebut adalah: “DILARANG MEROKOK, MENYALAKAN API, DAN
MENGAKTIFKAN TELEPON GENGGAM”
3) Memasang rantai/pita pembatas di sekeliling area pembongkaran BBM yang
berjarak radius 6 meter dari lokasi filling point/bottom loader mobil tangki
untuk menghindari orang/pihak yang tidak berkepentingan berada
diwilayah tersebut.

Gambar 3.2. Jarak Aman Pembongkaran BBM di SPBU

j) Apabila dalam radius jarak aman pembongkaran dari mobil tangki (6 meter)
tersebut terdapat dispenser maka pengisian BBM ke konsumen harus segera
dihentikan dan dispenser di non-aktifkan.
k) Selama pembongkaran pengawas dan awak mobil tangki harus siap ditempat,
meningkatkan kewaspadaan terhadap kegiatan di sekitarnya termasuk perilaku
konsumen di sekitar area bongkar.
STANDAR PERTAMINA No. : /F00200/2020-S0

Tgl. : April 2020


KETENTUAN ASPEK HSE
Rev. : 0
LEMBAGA PENYALUR BBM
Hal. : 45 dari 68

l) Alihkan posisi antrian kendaraan apabila mendekati area bongkar BBM.


m) Selesai pembongkaran lakukan hal berikut:
1) Ukur tinggi cairan (BBM) dalam tangki pendam atau periksa level
cairan/tekanan gas di tangki
2) Lepaskan kabel arde/grounding
n) Setelah selesai pembongkaran, kerangan bottom loading mobil tangki harus
ditutup. Selang bongkar dilepaskan mulai dari mobil tangki menuju tangki
pendam untuk menghindari tumpahan.
o) Kembalikan alat pemadam ke tempat semula.
p) Selesaikan proses administrasinya.
q) Peralatan keselamatan untuk petugas pembongkaran, yaitu meliputi:
1) Safety shoes, yaitu sepatu yang spesifikasinya sesuai untuk kegiatan migas,
di antaranya: oil resistant, PU/TPU sole, tidak licin, tahan benturan, dan
sebagainya.
2) Pakaian seragam sesuai standar seragam kerja yang ditentukan oleh PT
Pertamina (Persero).
3) Sarung tangan tahan minyak.
4) Jas hujan.
5.3. Prosedur Pengisian BBM ke Kendaraan Konsumen
a) Nozzle dispenser harus keadaan baik dan berfungsi otomatis pada saat pengisian.
b) Saat pengisian ke kendaraan, pastikan nozzle telah dimasukkan lubang pengisian
tangki kendaraan atau telah dipasang sempurna pada filling adaptor di kendaraan
dan hindarkan terjadinya tumpahan/tetesan BBM atau kebocoran gas.
c) Bila ada BBM yang tumpah/tetesan BBM atau kebocoran gas segera hentikan
pengisian dan ceceran dibersihkan. Lakukan pemeriksaan pemasangan nozzle
dan pastikan bahwa tidak diisi melebihi kapasitas tangki kendaraan.
d) Apabila terjadi tumpahan/kebocoran saat pengisian dan nozzle tidak dapat
dilepaskan atau dianggap berbahaya untuk dilepaskan, segera tekan tombol
emergency shut down.
e) Selama pengisian BBM, pastikan mesin kendaraan telah dimatikan.
f) Apabila kendaraan konsumen mogok atau gagal dihidupkan setelah mengisi BBM
maka sopir dilarang mencoba menghidupkan mesin dan kendaraan harus
didorong ke luar dari area SPBU.
STANDAR PERTAMINA No. : /F00200/2020-S0

Tgl. : April 2020


KETENTUAN ASPEK HSE
Rev. : 0
LEMBAGA PENYALUR BBM
Hal. : 46 dari 68

g) Kendaraan yang tidak standar (misal: tidak ada tutup busi, knalpot tidak standar,
tangki BBM tidak standar) dilarang melakukan pengisian BBM di SPBU.
h) Untuk pengisian sepeda motor, mesin harus dimatikan pada jarak kurang dari 2
meter dari dispenser dan pengemudi harus turun dari kendaraan sebelum
pengisian. Perhatian khusus harus diberikan pada motor yang tidak standar,
dimodifikasi dan pemakaian knalpot racing.
i) SPBU harus meyakinkan pengendara sepeda motor untuk menghidupkan sepeda
motornya apabila sudah menjauhi area pengisian BBM.
j) Direkomendasikan tidak mengisi BBM selain ke tangki kendaraan, apabila
diperlukan pengisian ke wadah lain seperti: drum, jerigen, kaleng, botol minuman
kemasan dll harus sesuai rekomendasi teknis di bawah.
1) Jerigen yang dapat digunakan sebagai penampung BBM harus berbahan
logam dengan kapasitas maksimal 20 Liter (5 gallon) atau material plastik
khusus (High Density Polyethylene/HDPE).
2) Pengisian BBM ke dalam jerigen yang tidak memenuhi standar di atas maka
batas pengisian yang masih aman ditentukan hanya maksimal 5 liter.
3) Pengisian BBM ke jerigen harus dilakukan dengan meletakkan wadah
tersebut di lantai forecourt dispenser, dilarang mengisikan BBM ke wadah
tersebut apabila wadah masih di atas di kendaraan.
4) Pastikan pipa pengisian nozzle telah dimasukkan seluruhnya dan kecepatan
pengisian rendah untuk mengurangi terjadinya percikan BBM dan listrik
statis yang timbul.
5) Pastikan pengisian tidak melebihi kapasitas wadah penampung.
6) Penyimpanan BBM dalam wadah penyimpanan sementara berpotensi tinggi
terjadi kebakaran karena sifat BBM memiliki volatile dan flammable tinggi.
Material wadah penampung sementara tersebut tidak dianjurkan
digunakan untuk penyimpanan BBM dalam waktu lama.

VI. PROSEDUR PENANGANAN KEADAAN DARURAT


6.1. Prosedur Penanggulangan Kebakaran dan Pencemaran
Semua operator SPBU yang melihat atau mengetahui adanya gejala atau potensi yang diduga
dapat menimbulkan kebakaran, baik yang langsung atau kondisi lainnya yang dipandang dapat
STANDAR PERTAMINA No. : /F00200/2020-S0

Tgl. : April 2020


KETENTUAN ASPEK HSE
Rev. : 0
LEMBAGA PENYALUR BBM
Hal. : 47 dari 68

membahayakan keberadaan SPBU, wajib segera bertindak sesuai ketentuan-ketentuan


berikut:

a) Penanggulangan Kebakaran Kecil/Awal

1) Operator yang pertama mengetahui segera memadamkan kebakaran


menggunakan alat pemadam api ringan (APAR) terdekat yang tersedia
2) Operator lain wajib membantu konsumen atau mobil tangki BBM (apabila
sedang bongkar BBM) evakuasi ke luar area SPBU dengan aman. Konsumen
yang panik dapat menyebabkan skala kebakaran bertambah besar karena
memiliki kecenderungan untuk segera menyelamatkan diri meskipun
sedang dilakukan pengisian BBM dan selang nozzle masih terhubung
sehingga menyebabkan tumpahan BBM dan kebakaran merambat ke area
atau fasilitas lainnya di SPBU.
3) Setelah pemadaman selesai dilakukan, segera melaporkan kejadian
tersebut ke pengusaha/ pengawas SPBU, kemudian laporan diteruskan ke
PT Pertamina (Persero).

b) Kebakaran Besar

1) Apabila kebakaran kecil tidak dapat segera ditanggulangi maka skala


kebakaran dapat meningkat menjadi kebakaran besar.
2) Petugas yang terdekat/mengetahui segera memberi tanda atau teriak
kebakaran sebagai tanda bahwa terjadi kebakaran besar dan menghubungi
pengawas/ pemilik SPBU
3) Operator SPBU lainnya wajib segera membantu konsumen atau mobil tangki
BBM (apabila sedang dilakukan bongkar BBM) evakuasi ke luar SPBU dengan
aman.
4) Operator SPBU segera berkumpul dan melakukan pemadaman
menggunakan alat pemadam api beroda sampai bantuan unit pemadam
kebakaran tiba di tempat kejadian. Operator SPBU tetap membantu upaya
penanggulangan.
5) Pengawas/safetyman SPBU wajib segera mengambil tindakan-tindakan
sebagai berikut:
a. Mengkoordinir penanggulangan dengan peralatan pemadam kebakaran
yang tersedia.
STANDAR PERTAMINA No. : /F00200/2020-S0

Tgl. : April 2020


KETENTUAN ASPEK HSE
Rev. : 0
LEMBAGA PENYALUR BBM
Hal. : 48 dari 68

b. Melaporkan kejadian kebakaran ke pengusaha SPBU.


c. Mengkoordinir evakuasi konsumen, operator dan penyelamatan
dokumen.
d. Mematikan seluruh arus kelistrikan dan menutup semua kerangan-
kerangan pipa BBM.
e. Apabila insiden kebakaran tidak dapat ditanggulangi dengan fasilitas
dan tenaga yang ada. Pengawas SPBU dapat meminta unit bantuan
pemadam kebakaran dari luar atas persetujuan pengusaha SPBU.
c) Evakuasi dan Penyelamatan

1) Evakuasi dimulai dari lokasi terbakar, pastikan tidak ada korban jiwa.
2) Seleksi dokumen penting untuk diselamatkan. Bawa dokumen yang perlu
sebatas kemampuan.

d) Keamanan

1) Dalam keadaan darurat di SPBU, semua kendaraan maupun orang luar yang
tidak berkepentingan memasuki areal SPBU.
2) Dalam keadaan darurat semua konsumen dan kendaraan yang ada di area
SPBU harus segera meninggalkan lokasi SPBU.
3) Prioritas diberikan kepada unit pemadam kebakaran dan ambulans.

e) Unit Bantuan Luar


Unit bantuan pemadam kebakaran dapat membantu mengatasi keadaan darurat
(kebakaran) di SPBU, sifat dan karakteristik kebakaran minyak harus disampaikan
ke unit bantuan luar sehingga upaya penanggulangan kebakaran dilakukan
dengan tepat dan efektif.
6.2. Kebakaran di Sekitar SPBU
Bila terjadi kebakaran di sekitar SPBU yang dipandang membahayakan keamanan SPBU maka
lakukan tindakan-tindakan sebagai berikut:

a) Kebakaran dalam radius ± 25 meter

1) Tingkatkan kewaspadaan.
2) Laporkan kondisi kejadian ke PT Pertamina (Persero)
3) Hentikan kegiatan unloading/bongkar mobil tangki.
STANDAR PERTAMINA No. : /F00200/2020-S0

Tgl. : April 2020


KETENTUAN ASPEK HSE
Rev. : 0
LEMBAGA PENYALUR BBM
Hal. : 49 dari 68

4) Bila perlu hentikan semua kegiatan pengisian BBM, lakukan evakuasi


kendaraan yang berada di dalam SPBU, tutup dombak tangki serta pipa
pernapasan tangki dengan karung yang selalu dibasahi air.
5) Siapkan alat pemadam/racun api yang tersedia.

b) Kebakaran dalam radius ± 25 s/d 50 meter

1) Lakukan pemantauan.
2) Bila kebakaran dipandang membahayakan SPBU lakukan sesuai langkah-
langkah yang dijelaskan pada poin di atas.
6.3. Tindakan Setelah Penanggulangan Keadaan Darurat
a) Pengusaha/pengawas SPBU menyatakan keadaan telah aman dan
penanggulangan kebakaran selesai dilaksanakan.
b) Setelah selesai melaksanakan penanggulangan keadaan darurat,
pengawas/pengusaha SPBU melaksanakan sebagai berikut:
1) Mendata seluruh karyawan di SPBU apakah terdapat korban/cedera.
2) Mendata dan mengidentifikasi seluruh peralatan dari kerusakan akibat
insiden, apabila peralatan rusak maka harus segera dilakukan isolasi dan
peralatan tidak diizinkan untuk dioperasikan
3) Pengamanan/isolasi peralatan harus dilakukan oleh petugas berwenang dan
menjamin peralatan tersebut tidak menimbulkan potensi bahaya
4) Melakukan upaya preventive untuk mencegah kerusakan pada peralatan
mempengaruhi kinerja peralatan lainnya atau menimbulkan penyebaran
uap mudah terbakar (flammable gas) yang tidak terkendali
5) Mendata peralatan pemadam kebakaran yang rusak atau digunakan untuk
mendapatkan alat pengganti atau dilakukan perbaikan
6) Membersihkan dan melakukan upaya recovery seluruh peralatan
7) Melaporkan dan meminta rekomendasi PT Pertamina terkait langkah-
langkah lanjutan pasca kebakaran, apabila diperlukan PT Pertamina dapat
melakukan inspeksi peralatan sebelum SPBU dapat dizinkan kembali
beroperasi
8) Melakukan investigasi/penyelidikan awal insiden kebakaran atau bersama-
sama dengan petugas PT Pertamina untuk melaksanakan kegiatan tersebut
9) Lokasi atau peralatan yang menjadi sumber/penyebab kejadian harus
dilokalisir dan diamankan sampai penyelidikan dinyatakan selesai
STANDAR PERTAMINA No. : /F00200/2020-S0

Tgl. : April 2020


KETENTUAN ASPEK HSE
Rev. : 0
LEMBAGA PENYALUR BBM
Hal. : 50 dari 68

6.4. Pelaporan Kebakaran


a) Kejadian kebakaran di SPBU harus segera dilaporkan kepada PT Pertamina
(Persero) melalui telepon. Daftar nomor telepon penting yang wajib disediakan
di SPBU, meliputi:

No. Telepon Bagian/Fungsi No. Telepon Instansi


Sales Brand Manager Kepolisian setempat
OH Fuel Terminal Dinas Pemadam
HSSE Region Rumah Sakit
Technical Services

b) Setiap insiden/kejadian darurat harus segera dilaporkan secara lisan dan tertulis
ke PT Pertamina (Persero) menggunakan formulir laporan kejadian penting SPBU
dalam waktu maksimal 1 X 24 jam
c) Saat terjadi kebakaran, pemilik atau pengawas SPBU direkomendasikan untuk
tidak memberikan pernyataan terbuka ke media massa terkait penyebab
kebakaran dan menunggu hasil investigasi oleh tim investigasi insiden yang
ditunjuk PT Pertamina (Persero)
6.5. Prosedur Penanganan Tumpahan/Ceceran BBM
Apabila terjadi tumpahan/ceceran BBM, maka pengawas atau operator SPBU harus melakukan
upaya pengendalian sebagai berikut:

a) Hentikan sumber tumpahan atau hentikan sementara kegiatan operasi.


b) Ceceran minyak dan area sekitarnya harus segera dibersihkan menggunakan
pembersih tumpahan (oil absorben pad) hingga kering.
c) Upayakan kendaraan (konsumen maupun mobil tangki) tidak masuk ke area
tersebut hingga bekas ceceran minyak selesai dibersihkan.
d) Lakukan perbaikan peralatan yang menyebabkan ceceran minyak, apabila
diperlukan peralatan segera diisolasi untuk perbaikan. Peralatan yang diisolasi
wajib dipasang tagging/label.

Jika sumber tumpahan tidak dapat segera dihentikan atau tumpahan terjadi dalam jumlah
yang besar atau tidak dapat ditampung, maka:
a) Hentikan sumber tumpahan (bila perlu tutup kerangan/valve pipa terdekat).
STANDAR PERTAMINA No. : /F00200/2020-S0

Tgl. : April 2020


KETENTUAN ASPEK HSE
Rev. : 0
LEMBAGA PENYALUR BBM
Hal. : 51 dari 68

b) Matikan aliran kelistrikan melalui panel induk untuk menghentikan tumpahan


yang disebabkan kegagalan pada peralatan dan menghilangan potensi kebakaran
karena listrik/konsleting.
c) Upayakan melokalisir tumpahan dengan segera menutup shut off valve di saluran
containment atau oil catcher untuk menghindari tumpahan minyak menyebar ke
area lain di SPBU atau ke luar ke saluran drainase umum.
d) Upayakan menutup lokasi SPBU untuk mencegah kendaraan (konsumen maupun
mobil tangki tidak masuk ke area tersebut hingga tumpahan minyak selesai
ditanggulangi.
e) Apabila tumpahan terjadi saat bongkar BBM dari mobil tangki maka kendaraan
tersebut dilarang meninggalkan area bongkar dan kendaraan konsumen yang
terdekat dibantu meninggalkan area pengisian dengan cara didorong hingga ke
tempat yang aman untuk menyalakan mesin kendaraan.
f) Amankan lokasi tumpahan dan area sekitarnya dari sumber api/panas, termasuk
membatasi pihak yang tidak berkepentingan berada di area tersebut.
g) Siapkan alat pemadam kebakaran di lokasi sesuai arah di atas angina.
h) Bersihkan dan keringkan bekas tumpahan menggunakan alat pembersih
tumpahan (oil absorben pad) dan hindari menggunakan pasir atau tanah untuk
mengurangi jumlah timbulan limbah padat B3
i) Lakukan penanggulangan dengan aman dan menggunakan alat yang tidak
menimbulkan api.
j) Buat catatan kejadian di safety log book SPBU.

VII. CHECKLIST PEMERIKSAAN LEMBAGA PENYALUR BBM


Untuk pemeriksaan dan Inspeksi keselamatan lembaga penyalaur BBM menggunakan checklist sebagai
berikut:
a) SPBU Reguler
Lampiran 7.1 Checklist Pemeriksaan SPBU Reguler
b) SPBU 3T
Lampiran 7.2 Checklist Pemeriksaan SPBU 3T
c) SPBB
Lampiran 7.3 Checkliat Pemeriksaan SPBB
d) Pertashop
STANDAR PERTAMINA No. : /F00200/2020-S0

Tgl. : April 2020


KETENTUAN ASPEK HSE
Rev. : 0
LEMBAGA PENYALUR BBM
Hal. : 52 dari 68

Lampiran 7.4 Checklist Pemeriksaan Pertashop


e) SPBU Modular
Lampiran 7.5 Checklist Pemeriksaan SPBU Modular

VIII. JARAK AMAN (SAFETY DISTANCE)


Secara umum jarak aman (safety distance) peralatan dan sarfas di Lembaga Penyalur BBM adalah
sebagai berikut:
STANDAR PERTAMINA No. : /F00200/2020-S0

Tgl. : April 2020


KETENTUAN ASPEK HSE
Rev. : 0
LEMBAGA PENYALUR BBM
Hal. : 53 dari 68

IX. FASILITAS MINIMUM HSE YANG HARUS ADA DI SETIAP LEMBAGA PENYALUR BBM ADALAH
SEBAGAI BERIKUT:
No Jenis Fasilitas SPBU SPBU 3T SPBU SPBU Pertashop SPBB/SPBN Ket
HSE Reguler Kompak Modular
1 APAB kap 150 √ × × √ × × Minimal 2
lbs (DCP) unit
2 APAR kap 20 √ √ √ √ √ √ Minimal 1
LBS (DCP) unit /pulau
pengisian
3 APAR CO2 kap √ × × × × √ Minimal 1
10 lbs per kantor
dan
ruangan
genset
4 Grounding & √ √ √ √ √ √ Tanki
Bonding Pendam,
Dispenser,
area filling
point
5 Oil Catcher √ × × × × ×
6 Grill √ × × × × ×
7 Spill Kit √ √ √ √ √ √ Kap. min.
300 liter
dan
jumlahnya
2 set
8 Tanggul × √ √ √
pengaman
tumpahan
9 Tempat √ √ √ √ √ √
Sampah

X. KETENTUAN KESELAMATAN PERALATAN ELEKTRONIK DI SPBU


Seiring perkembangan teknologi dan digitalisasi keuangan saat ini, transaksi keuangan dan system
pembayaran di masyarakat mulai beralih dari transaksi tunai/cash ke transaksi non-tunai/ cashless.
Transaksi non-tunai dimulai dengan meningkatnya jumlah transaksi pembayaran menggunakan kartu
(debit/credit card, loyalty card dll) disertai tumbuhnya provider penyedia kartu non-tunai, jaringan dan
layanannya. Namun dalam kurun waktu satu dekade terakhir, transaksi e-payment sudah mulai beralih
dari pembayaran menggunakan kartu fisik menjadi pembayaran e-wallet menggunakan perangkat
elektronik, data pengguna dan pembayaran saat ini tersimpan di aplikasi dalam perangkat elektronik
seperti Handphone atau portable electronic product lainnya. Penggunaan perangkat elektronik dan
digital di SPBU diatur melalui ketentuan sebagai berikut:
STANDAR PERTAMINA No. : /F00200/2020-S0

Tgl. : April 2020


KETENTUAN ASPEK HSE
Rev. : 0
LEMBAGA PENYALUR BBM
Hal. : 54 dari 68

a) Handphone dan Portable Electronic Product (PEP)


Handphone dan alat portable electronic product (PEP), seperti: Tablet, Ipad, dll pada
umumnya merupakan produk komersil yang tidak didesain dan disertifikasi secara khusus
untuk digunakan di area berbahaya (hazardous zone). Penggunaan handphone dan
portable electronic product komersil di area hazardous zone 1 dan zona 2 berpotensi
mengakibatkan insiden seperti kebakaran dan ledakan di area tersebut. Rekomendasi
terkait larangan penggunaan handphone dan perangkat elektronik lain di area berbahaya
(hazardous zone) yang terdapat gas mudah terbakar dijelaskan di beberapa international
standard (NFPA, API, NEC, ISA dll), dan juga disebutkan di dalam pedoman penggunaan
perangkat elektronik tersebut.
Potensi bahaya penggunaan handphone dan alat portable electronic product (PEP)
berpotensi timbul pada saat peralatan sedang digunakan, saat dilakukan panggilan
masuk/ke luar, penggunaan flash (lampu kilat) kamera dan apabila perangkat terjatuh.
Timbulnya potensi loncatan arus listrik (arc spark) dari sirkuit batere atau board
elektronik pada saat perangkat digunakan atau terjatuh dan dengan konstruksi /desain
penutup (casing) yang tidak kedap gas maka perangkat tersebut berpotensi sebagai
ignition source yang dapat menyebabkan kebakaran/ledakan di area flammable gas
(hazardous zone).
Pada umumnya perangkat handphone, tablet dan portable electronic product (PEP)
dilarang atau dibatasi penggunaannya di area hazardous seperti lingkungan SPBU.
Perangkat elektronik dapat digunakan di area tersebut apabila telah mendapatkan ijin
khusus dari fungsi yang memiliki otoritas terhadap pengelolaan aspek HSE di perusahaan,
dan peralatan ditempatkan dan/atau dioperasikan di luar area hazardous zone yang telah
ditetapkan.
Pelanggaran atau tidak adanya larangan atau pembatasan penggunaan Handphone di
area SPBU akan berdampak pada penolakan klaim asuransi apabila terjadi kebakaran di
SPBU akibat penggunaan handphone karena perusahaan asuransi pada umumnya
mengacu pada international standard dan best practices dalam menetapkan penilaian
risiko, penentuan premi dan prosedur klaim asuransi. Hampir seluruh SPBU Pertamina
yang beroperasi saat ini belum dilengkapi Vapor Recovery sehingga vapor yang terbentuk
pada saat proses pengisian kendaraan konsumen akan membentuk hazardous zone 1 di
sekitar titik pengisian. Kondisi ini akan lebih buruk pada pengisian BBM di sepeda motor
STANDAR PERTAMINA No. : /F00200/2020-S0

Tgl. : April 2020


KETENTUAN ASPEK HSE
Rev. : 0
LEMBAGA PENYALUR BBM
Hal. : 55 dari 68

dimana pada umumnya tangki bahan bakar berada dekat pemilik kendaraan dan
memungkinkan konsumen menggunakan handphone dalam transaksi elektronik.
Berdasarkan kondisi di atas maka pembatasan dan pengaturan jarak aman pada transaksi
elektronik menggunakan e-wallet di SPBU harus ditetapkan. Kebijakan penggunaan
perangkat elektronik atau handphone sebagai alat transaksi non-tunai di SPBU
ditentukan secara khusus oleh PT Pertamina Persero sebagai berikut:
1) Pembayaran Non-Tunai (E-wallet)
Penggunaan perangkat handphone dengan e-wallet atau fitur lainnya dapat
digunakan sebagai alat pembayaran transaksi BBM di SPBU melalui metode berikut:
a. Dynamic Mode
Dynamic QR code merupakan transaksi yang memungkinkan system
mengeluarkan QR code yang berbeda untuk setiap pilihan transaksi sehingga
dynamic QR code dapat digunakan untuk kebutuhan konsumen kendaraan
beroda empat atau lebih yang membutuhkan jenis produk BBM yang bervariasi.
Pembelian BBM menggunakan dynamic QR code dapat diijinkan dengan
ketentuan bahwa konsumen melakukan transaksi pembelian BBM
menggunakan perangkat elektronik selama di dalam kendaraan sehingga
penggunaan handphone atau perangkat lainnya di SPBU dilakukan di luar
hazardous zone dispenser. Dalam transaksi menggunakan dynamic QR code,
EDC terminal dapat dibawa operator ke kendaraan konsumen untuk
memudahkan transaksi dan proses verifikasi pembelian BBM.
Dalam transaksi menggunakan dynamic QR code, operator wajib mendatangi
kendaraan konsumen untuk menanyakan jenis produk dan jumlah pembelian
BBM, selanjutnya operator mencetak atau menunjukkan QR code transaksi ke
konsumen untuk melakukan proses pembayaran. Setelah proses transaksi
berhasil, print out pembelian digunakan sebagai dasar pengisian BBM ke
kendaraan.
b. Static Mode
Static QR code merupakan transaksi yang menggunakan satu QR code untuk
transaksi setiap jenis produk. Transaksi menggunakan static QR code digunakan
untuk memfasilitasi konsumen kendaraan roda dua (motor) yang pada
umumnya memiliki pilihan produk yang terbatas/tertentu, jumlah pembelian
BBM yang sedikit dan membutuhkan waktu proses transaksi yang cepat.
STANDAR PERTAMINA No. : /F00200/2020-S0

Tgl. : April 2020


KETENTUAN ASPEK HSE
Rev. : 0
LEMBAGA PENYALUR BBM
Hal. : 56 dari 68

Penggunaan transaksi digital diharapkan tidak terjadi gangguan pada antrian


pengisian kendaraan roda dua yang umumnya telah disiapkan kanopi/dispenser
khusus di SPBU. Pembelian BBM menggunakan static QR code bagi kendaraan
roda dua dapat diijinkan dengan ketentuan disiapkan fasilitas Transaction Stand
Point (Booth) QR code khusus yang ditempatkan dikantor SPBU atau di lokasi
khusus yang berjarak lebih dari 1,5 meter dari dispenser, sehingga penggunaan
handphone sebagai alat transaksi e-wallet tetap dilakukan di luar area
hazardous zone dispenser. Sedangkan EDC terminal dalam transaksi harus
ditempatkan di meja kasir atau disediakan di booth QR code sesuai lokasi yang
telah ditentukan.
Dalam transaksi menggunakan static QR code bagi konsumen kendaraan roda
dua, konsumen wajib mendatangi Transaction Stand Point (Booth) QR code yang
telah ditentukan, selanjutnya konsumen melakukan proses transaksi dan
melakukan pembayaran pembelian BBM. Setelah proses transaksi berhasil, print
out pembelian diverifikasi oleh operator dan digunakan sebagai dasar pengisian
BBM ke kendaraan.
2) Alat Transaksi Non-tunai (EDC Terminal)
Maraknya penggunaan transaksi non-tunai saat ini seperti penggunaan kartu
kredit/debit dan jenis pembayaran non-tunai lainnya, seperti: E-Payment, E-Cash, E-
wallet dll mengharuskan SPBU menyediakan perangkat terminal pembayaran
elektronik (EDC Terminal) sebagai Point of Sales untuk mengelola jenis transaksi
tersebut.
Pada umumnya perangkat EDC Terminal tidak didesain dan disertifikasi untuk
digunakan di area hazardous zone, sehingga untuk dapat digunakan di SPBU,
ketentuan keselamatan perangkat transaksi elektronik non-tunai (EDC Terminal)
atau peralatan sejenis adalah:
a. Peralatan EDC Terminal dan socket/stop kontak listrik harus diletakkan diposisi
tetap dan berada di luar area hazardous zone 2 Dispenser, yaitu pada jarak
minimal 1,5 meter disamping dispenser dan ketinggian minimal 1,5 meter dari
lantai area pengisian kendaraan di SPBU
b. Apabila peralatan elektronik (EDC Terminal) diletakkan di area hazardous zona
1 maka perangkat wajib memiliki rating proteksi dan sertifikasi minimal ‘Ex d'
Flameproof atau 'Ex m' Emcapsulation. Apabila ditempatkan di hazardous zona
STANDAR PERTAMINA No. : /F00200/2020-S0

Tgl. : April 2020


KETENTUAN ASPEK HSE
Rev. : 0
LEMBAGA PENYALUR BBM
Hal. : 57 dari 68

2 maka wajib memiliki rating proteksi dan sertifikasi minimal 'Ex nC' Non-
incendive, 'Ex nA’ Non-sparking atau ‘Ex nC’ Sealed device
c. Socket/stop kontak listrik sebagai penyedia daya perangkat elektronik sesuai
ketentuan yang disebutkan di atas, tetap diwajibkan memenuhi rating proteksi
minimal IP 55 (waterproof) dan ditempatkan di luar hazardous zona 2 yaitu pada
jarak minimal 1 meter disamping dispenser dan ketinggian minimal 1,5 meter
dari lantai area pengisian kendaraan di SPBU. Seluruh slot kabel selalu dalam
kondisi tertutup rapat apabila tidak digunakan
d. Kabel listrik sebagai sumber tenaga untuk perangkat elektronik harus dilengkapi
dengan pembungkus/pelindung kabel yang memiliki jaring kawat dan adaptor
tetap ke peralatan
e. Instalasi kelistrikan untuk peralatan elektronik wajib dipasang Residual Current
Device (RCD) tidak lebih dari 30 mA
f. Peralatan portable termasuk yang dioperasikan menggunakan tenaga batere
harus berjenis Extra-low Voltage (ELV) maksimal 5 Volt
g. Apabila pengisian daya/batere perangkat EDC Terminal menggunakan jenis
charger docking maka pin/connector charger harus tertutup rapat, pengisian
batere perangkat EDC Terminal harus dilakukan di area yang aman atau di dalam
bangunan kantor
h. Penutup/casing perangkat elektronik (EDC Terminal) atau peralatan lain sejenis
harus dapat dipastikan kedap, tidak terdapat slot/bukaan/lubang
/port/connector terbuka. Seluruh akses pada slot/bukaan/lubang/port/
connector pada peralatan dapat ditutup sehingga kedap
3) Alat Penguat Jaringan Seluler dan WIFI
Penggunaan pembayaran dan transaksi non-tunai atau digital di SPBU membutuhkan
dukungan perangkat penguat jaringan seluler dan internet data tersedia di SPBU.
Pada umumnya peralatan penguat jaringan dan WIFI tersebut tidak didesain dan
disertifikasi untuk digunakan di area hazardous zone.
Untuk dapat digunakan di area SPBU, maka peralatan tersebut wajib memenuhi
beberapa ketentuan sebagai berikut:
a. Peralatan portable penguat jaringan seluler dan WIFI dipasang di area non-
hazardous pada jarak diagonal minimal 6 meter dari dispenser
STANDAR PERTAMINA No. : /F00200/2020-S0

Tgl. : April 2020


KETENTUAN ASPEK HSE
Rev. : 0
LEMBAGA PENYALUR BBM
Hal. : 58 dari 68

b. Socket/stop kontak listrik sebagai penyedia daya perangkat elektronik sesuai


ketentuan yang disebutkan di atas, tetap diwajibkan memenuhi rating proteksi
minimal IP 55 (waterproof) yaitu seluruh slot kabel selalu dalam kondisi tertutup
rapat apabila tidak digunakan
c. Untuk Micro Cell Pole (MCP) sebagai penguat jaringan seluler yang dipasang
oleh operator seluler di SPBU, untuk pemasangannya wajib mengikuti ketentuan
berikut:
1. Tower Micro Cell Pole (MCP) dapat dipasang di area SPBU berjarak minimal
15 meter dari kanopi Dispenser
2. Instalasi kabel Micro Cell Pole harus dilengkapi casing (electrical conduit
dan junction box) gas proof untuk kelas Division/Zone 2.
3. Micro Cell Pole harus dilengkapi sistem grounding terpisah dari sistem
penangkal petir eksisting di lokasi SPBU.
4. Micro Cell Pole harus dilengkapi Electrical Circuit Breaker.
4) Media Iklan Digital
Iklan digital merupakan perkembangan teknologi periklanan yang umum dipasang
dibeberapa lokasi strategis ditempat umum, namun pada umumnya peralatan untuk
media iklan digital tersebut tidak didesain dan disertifikasi untuk digunakan di area
hazardous.
Untuk area SPBU dimana area tersebut masuk dalam kategori zona berbahaya
(hazardous area) maka untuk perangkat media iklan digital diatur dalam ketentuan
berikut:
a. Peralatan media iklan digital diletakkan di luar area hazardous zone 2 dispenser,
yaitu jarak minimal 1 meter di atas dispenser, atau jarak minimal 1 meter
disamping dispenser dan ketinggian minimal 1,5 meter dari lantai area pengisian
kendaraan di SPBU
b. Socket/stop kontak listrik sebagai penyedia daya perangkat elektronik sesuai
ketentuan yang disebutkan di atas, diletakkan diposisi tetap dan berada di luar
area hazardous zone 2 Dispenser, yaitu jarak minimal 1 meter disamping
dispenser dan ketinggian minimal 1,5 meter dari lantai area pengisian
kendaraan di SPBU dan memenuhi rating proteksi minimal IP 55 (waterproof)
yaitu seluruh slot kabel selalu dalam kondisi tertutup rapat apabila tidak
digunakan
STANDAR PERTAMINA No. : /F00200/2020-S0

Tgl. : April 2020


KETENTUAN ASPEK HSE
Rev. : 0
LEMBAGA PENYALUR BBM
Hal. : 59 dari 68

c. Apabila media iklan digital diletakkan di area hazardous zona 1 maka perangkat
wajib memiliki rating proteksi dan sertifikasi minimal ‘Ex d' Flameproof atau 'Ex
m' Emcapsulation. Apabila ditempatkan di hazardous zona 2 maka wajib
memiliki rating proteksi dan sertifikasi minimal 'Ex nC' Non-incendive, 'Ex nA’
Non-sparking atau ‘Ex nC’ Sealed device
5) Electric Vehicle Charging Station
Perkembangan teknologi transportasi darat saat ini dengan adanya kendaraan
listrik/hybrid memunculkan kebutuhan disediakannya perangkat pengisian daya
(charging station) umum untuk pengisian ulang daya batere kendaraan listrik
konsumen. Electric Vehicle Charging Station (EVCS) merupakan peralatan pengisian
daya tegangan tinggi yang digunakan untuk charging station kendaraan listrik.
Electric vehicle charging station yang umum digunakan saat ini adalah perangkat
pengisian Level 2 dengan tegangan sampai dengan 240 VAC dengan daya 3,8 – 7,2
kW dan pengisian fast charging yang membutuhkan tegangan 200 - 450 VDC.
Electric Vehicle Charging Station (EVCS) dapat dipasang di SPBU dengan persyaratan
perangkat telah memenuhi sertifikat keselamatan yang sesuai yaitu Intertek (ETL
mark) atau Underwriter’s Laboratory (UL mark). Perangkat pengisian daya listrik
tersebut wajib memiliki Surge Protection dan Ground-fault protection untuk
mencegah terjadinya insiden akibat kegagalan perangkat atau kebakaran. Perangkat
EVCS dilengkapi Residual Current Device (RCDs) sebagai pengaman kebocoran arus
listrik sehingga tidak lebih dari 30 mA. Kabel pengisian ke kendaraan wajib dilengkapi
bonding wire. Electric Vehicle Charging Station (EVCS) di SPBU dapat dipasang pada
jarak minimal 6 meter dari Dispenser BBM/LGV/CNG, 3 meter dari filling point,
dombak dan tangki pendam, dan 7,6 meter dari tangki di atas permukaan tanah.

XI. KETENTUAN INSTALASI KELISTRIKAN DAN GROUNDING DIGITALISASI SPBU


Sehubungan dengan program Digitalisasi SPBU di mana dilakukan instalasi peralatan elektronik sebagai
system monitoring POS (Point of Sales) SPBU, dan dengan adanya laporan kerusakan atau kegagalan
fungsi perangkat IT Digitalisasi SPBU (Ref. Rapat DRM Digitalisasi SPBU tanggal 14 – 15 Januari 2020),
maka pihak SPBU wajib memastikan bahwa instalasi kelistrikan SPBU telah terpasang sesuai standar
dan tersedia pembumian (grounding) pada bangunan kantor/ruang panel SPBU sesuai standar PUIL
2011. Pemeriksaan dan penyediaan fasilitas tersebut diperlukan untuk menjaga kehandalan peralatan
Digitalisasi SPBU dan pengaman bagi personel dan fasilitas di SPBU.
STANDAR PERTAMINA No. : /F00200/2020-S0

Tgl. : April 2020


KETENTUAN ASPEK HSE
Rev. : 0
LEMBAGA PENYALUR BBM
Hal. : 60 dari 68

Grounding system (Pembumian Listrik; selanjutnya disebut grounding) adalah sistem perlindungan
penggunaan instalasi/peralatan listrik yang bisa meniadakan beda potensial sebagai pelepasan muatan
listrik pada suatu instalasi listrik dengan cara mengalirkan muatan listrik ke tanah. Beda potensial
terjadi karena adanya sambaran petir atau berupa kebocoran arus listrik.
11.1. Fungsi Grounding
Grounding berfungsi untuk melepaskan muatan listrik bila terjadi beberapa hal berikut:
a) Terjadi sambaran petir
b) Kebocoran arus listrik
c) Terjadi induski tegangan listrik
d) Isolasi yang kurang baik
e) Terjadi listrik statis
11.2. Rekomendasi Kelistrikan Digitalisasi SPBU
a) Instalasi kelistrikan SPBU harus terpasang sesuai standar mengacu standar SNI
PUIL 2011.
b) Grounding perangkat IT Digitalisasi SPBU dihubungkan ke grounding eksisting
(grounding untuk panel listrik, server dll) yang terpasang di bangunan kantor atau
grounding pararel SPBU. Nilai tahanan (resistansi) untuk grounding paralel SPBU
ditetapkan maksimal 5  mengacu PUIL 2011.
c) Dilarang menghubungkan grounding perangkat IT Digitalisasi SPBU dengan
grounding petir (tanpa dilengkapi arrester) maupun sistem grounding peralatan
lainnya di SPBU seperti tangki pendam dan dispenser.
d) Apabila tidak tersedia saluran grounding eksisting di bangunan kantor SPBU,
maka SPBU wajib menyediakan grounding baru/khusus untuk perangkat IT
Digitalisasi SPBU. Nilai tahanan (resistansi) untuk perangkat IT Digitalisasi SPBU
ditetapkan maksimal 4 . Petunjuk teknis pembuatan grounding dijelaskan pada
dokumen ini.
e) Untuk SPBU yang berada di wilayah dengan intensitas petir sangat tinggi,
direkomendasikan bangunan SPBU dilengkapi penyalur arus petir eksternal. Jalur
saluran pembumian (grounding) instalasi penyalur petir terpisah, minimal 10
meter dari saluran pembumian (grounding) bangunan.
f) Pemeriksaan instalasi kelistrikan SPBU dan pemasangan/penambahan saluran
grounding di SPBU dilaksanakan oleh pihak ketiga yang memiliki kualifikasi dan
sertifikasi dari instansi terkait.
STANDAR PERTAMINA No. : /F00200/2020-S0

Tgl. : April 2020


KETENTUAN ASPEK HSE
Rev. : 0
LEMBAGA PENYALUR BBM
Hal. : 61 dari 68

11.3. Persyaratan Umum Sistem Pembumian (Grounding System)3


a) Susunan pembumian dapat digunakan tersambung atau terpisah untuk
keperluan proteksi dan fungsional menurut persyaratan instalasi listrik.
Persyaratan untuk keperluan proteksi harus selalu lebih diutamakan.
b) Grounding rod/stik sebagai elektroda bumi, berupa batang tembaga diameter
3/8” – 1,0” sepanjang 1,5 m s/d 4 meter yang ditanam di dalam tanah.

Gambar 1. Contoh Grounding Rod

c) Elektrode bumi pada instalasi harus dihubungkan pada terminal pembumian


utama dengan menggunakan konduktor pembumian/kabel grounding.
d) Kawat tembaga BC atau BCC tanpa selubung (bare bone) atau kabel NYA
berdiameter minimum 50 mm untuk menghubungkan grounding rod dengan
kWh meter atau instalasi listrik yang akan dilindungi. Kabel grounding untuk
penangkal petir berdiameter minimum 70 mm. Kabel grounding di dalam
ruangan atau untuk peralatan listrik sensitif seperti komputer/server/alat
komunikasi wajib menggunakan jenis HVSC (High Voltage Single Core) yang pada
bagian isolasinya mampu menahan tegangan tembus ataupun tegangan induksi.
STANDAR PERTAMINA No. : /F00200/2020-S0

Tgl. : April 2020


KETENTUAN ASPEK HSE
Rev. : 0
LEMBAGA PENYALUR BBM
Hal. : 62 dari 68

Gambar 2. Contoh Kabel Grounding

e) Elektrode bumi pada instalasi harus dihubungkan pada terminal pembumian


utama dengan menggunakan konduktor pembumian/kabel grounding.
f) Elektrode pita ialah elektrode yang dibuat dari penghantar berbentuk pita atau
berpenampang bulat yang pada umumnya ditanam secara dangkal. Elektrode ini
dapat ditanam sebagai pita lurus, radial, melingkar, jala-jala atau kombinasi dari
bentuk tersebut seperti pada gambar di bawah, yang ditanam sejajar permukaan
tanah dengan dalam antara 0,5 – 1.0 m.
g) Elektrode batang ialah elektrode dari baja pipa, baja profil, atau batang logam
lain yang dipancangkan ke dalam tanah.
h) Elektrode pelat ialah elektrode dari bahan logam utuh atau berlubang. Pada
umumnya electrode pelat ditanam secara dalam.
i) Pipa PVC yang ditanam di dalam dinding/tembok, digunakan sebagai selubung
(konduit) kabel grounding.

Gambar 3. Pipa Konduit dan Aksesorisnya

j) Pengikat kabel berupa spiltzen ¾” atau klem yang dikencangkan dengan baut.

Gambar 4. Splitzen & Klem


STANDAR PERTAMINA No. : /F00200/2020-S0

Tgl. : April 2020


KETENTUAN ASPEK HSE
Rev. : 0
LEMBAGA PENYALUR BBM
Hal. : 63 dari 68

11.4. Resistansi Jenis Tanah dan Resistansi Pembumian


a) Resistansi pembumian elektrode bumi tergantung pada jenis dan keadaan tanah
serta pada ukuran dan susunan elektrode.
b) Nilai resistansi jenis tanah sangat berbeda-beda bergantung pada jenis tanah
seperti ditunjukkan pada tabel di bawah.

Tabel 1. Jenis Tanah & Tahanan Pentanahan dalam Ωm 2

Tahanan Jenis Tahanan Pentanahan


Tanah Ke dalaman Elektroda ke Potongan Pentanahan
Jenis Tanah
Rt tanah (meter) (meter)
MØ 3 6 10 5 10 20
Tanah lembab, seperti rawa 30 10 5 3 12 6 3
Tanah perrtanian, tanah liat 100 33 17 10 40 20 10
Tanah liat berpasir 150 50 25 15 60 30 15
Tanah lembab berpasir 300 66 33 20 80 40 20
Campuran 1:5 400 - - - 160 80 40
Kerikil lembab 500 160 80 48 200 100 50
Tanah kering berpasir 1000 330 165 100 400 200 100
Kerikil kering 1000 330 165 100 400 200 100
Tanah berbatu 30000 1000 500 300 1200 600 300
Batu karang 107
- - - - - -

c) Resistansi pembumian suatu elektrode harus dapat diukur. Untuk keperluan


tersebut konduktor yang menghubungkan setiap elektrode bumi atau susunan
elektrode bumi harus dilengkapi dengan pengikat yang dapat dilepas.

d) Nilai rerata resistansi elektrode bumi untuk ukuran minimum elektrode bumi
seperti pada tabel di bawah.

Tabel 2. Resistansi Elektrode Bumi

Catatan:
Apabila dilakukan pemasangan grounding di lokasi dengan jenis Tanah liat & tanah ladang
yang memiliki nilai resistansi tanah 100 (-m) dan target nilai resistansi adalah 5 , maka:
STANDAR PERTAMINA No. : /F00200/2020-S0

Tgl. : April 2020


KETENTUAN ASPEK HSE
Rev. : 0
LEMBAGA PENYALUR BBM
Hal. : 64 dari 68

- Untuk electrode pita/konduktor pilin, diperlukan elektrode pita/pilin dengan panjang 50


meter.
- Untuk electrode batang, diperlukan electrode batang dengan panjang 5 meter berjumlah
5 batang.
11.5. Pemasangan dan Susunan Grounding
a) Untuk memilih jenis elektrode bumi yang akan dipakai, harus diperhatikan
terlebih dahulu kondisi setempat, sifat tanah, dan resistansi pembumian yang
diperkenankan.
b) Permukaan elektrode bumi harus berhubungan baik dengan tanah sekitarnya.
Batu dan kerikil yang langsung mengenai elektrode bumi memperbesar resistansi
pembumian.
c) Jika keadaan tanah mengizinkan, elektrode pita harus ditanam sedalam 0,5
sampai 1 meter.
Catatan: Pengaruh kelembaban lapisan tanah terhadap resistansi pembumian
agar diperhatikan. Panjang elektrode bumi agar disesuaikan dengan resistansi
pembumian yang dibutuhkan. Resistansi pembumian elektrode pita sebagian
besar tergantung pada panjang elektrode tersebut dan sedikit tergantung pada
luas penampangnya.
d) Elektrode batang dimasukkan tegak lurus ke dalam tanah dan panjangnya
disesuaikan dengan resistansi pembumian yang diperlukan
Catatan: Resistansi pembumian sebagian besar tergantung pada panjangnya dan
sedikit bergantung pada ukuran penampangnya. Jika beberapa elektrode
diperlukan untuk memperoleh resistansi pembumian yang rendah, jarak antara
elektrode tersebut minimum harus dua kali panjangnya. Jika elektrode tersebut
tidak bekerja efektif pada seluruh panjangnya, maka jarak minimum antara
elektrode harus dua kali panjang efektifnya.
e) Elektrode pelat ditanam tegak lurus dalam tanah
f) Catatan: Ukurannya disesuaikan dengan resistansi pembumian yang diperlukan
dan pada umumnya cukup menggunakan pelat berukuran 1 m x 0,5 m. Sisi atas
pelat harus terletak minimum 1 m di bawah permukaan tanah. Jika diperlukan
beberapa pelat logam untuk memperoleh resistansi pembumian yang lebih
rendah, maka jarak antara pelat logam, jika dipasang paralel, dianjurkan
minimum 3 meter.
STANDAR PERTAMINA No. : /F00200/2020-S0

Tgl. : April 2020


KETENTUAN ASPEK HSE
Rev. : 0
LEMBAGA PENYALUR BBM
Hal. : 65 dari 68

Gambar 5. Contoh Pola Pemasangan Elektroda Bumi

11.6. Konduktor Pembumian


a) Jika ditanam dalam tanah, luas penampang konduktor pembumian harus sesuai
dengan tabel di bawah:

Tabel 3. Luas Penampang Konduktor Pembumian

b) Hubungan/ikatan konduktor pembumian ke elektrode bumi harus dibuat dengan


kuat dan secara listrik memuaskan. Ikatan harus dengan pengelasan eksotermik,
konektor tekan, klem, atau konektor mekanis lain. Jika klem digunakan, tidak
boleh merusak elektrode atau konduktor pembumian. Klem pada elektrode pipa
harus menggunakan baut dengan diameter min. 10 mm.
c) Konduktor pembumian harus dilindungi jika menembus plafon atau dinding, atau
berada di tempat dengan bahaya kerusakan mekanis.
d) Konduktor pembumian harus diberi warna hijau-kuning sesuai standar.
e) Pada konduktor pembumian harus dipasang hubungan yang dapat dilepas untuk
keperluan pengujian resistansi pembumian, pada tempat yang mudah dicapai,
STANDAR PERTAMINA No. : /F00200/2020-S0

Tgl. : April 2020


KETENTUAN ASPEK HSE
Rev. : 0
LEMBAGA PENYALUR BBM
Hal. : 66 dari 68

dan sedapat mungkin memanfaatkan hubungan yang karena susunan


instalasinya memang harus ada.
f) Hubungan dalam tanah harus dilindungi terhadap korosi.
g) Konduktor pembumian di atas tanah harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:
1) Mudah terlihat dan jika tertutup harus mudah dicapai;
2) Harus dilindungi dari bahaya mekanis atau kimiawi;
3) Tidak boleh ada sakelar atau hubungan yang mudah dilepas tanpa
menggunakan perkakas;
4) Konduktor pembumian untuk kapasitor peredam interferens radio harus
diinsulasi sama seperti konduktor fase dan harus dipasang dengan cara yang
sama pula, jika arus yang dialirkan melebihi 3,5 mA.

Gambar 6. Pengaturan pentanahan dan konduktor pelindung untuk instalasi konsumen 4


STANDAR PERTAMINA No. : /F00200/2020-S0

Tgl. : April 2020


KETENTUAN ASPEK HSE
Rev. : 0
LEMBAGA PENYALUR BBM
Hal. : 67 dari 68

Gambar 7. Pemasangan Kabel Groundin

Gambar 8. Detail Koneksi Terminal Pembumian ke Kabel Koneksi Kompresi


STANDAR PERTAMINA No. : /F00200/2020-S0

Tgl. : April 2020


KETENTUAN ASPEK HSE
Rev. : 0
LEMBAGA PENYALUR BBM
Hal. : 68 dari 68

Gambar 9. Detail Pembumian Brounding Rod ke Kabel Koneksi Kompresi

Anda mungkin juga menyukai