Anda di halaman 1dari 15

PROPOSAL TUGAS AKHIR

ANALISA PIGGING STUCK PADA BENDING PIPA API 5L X-52


DENGAN DIAMETER 24 INCH PADA PROSES CLEANING PIPELINE
JALUR PIPELINE ARUN – BELAWAN

Disusun oleh :

Nur Qonitatin (6813040011)

PROGRAM STUDI D4 TEKNIK PERPIPAAN

JURUSAN TEKNIK PERMESINAN KAPAL

POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA

2016
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


PT. Pertamina Gas (Pertagas) tengah melaksanakan konstruksi pembangunan
gas pipeline dari Arun (Aceh) ke Belawan (Medan), Medan. Dimana pipeline ini
digunakan untuk mengangkut gas regasifikasi LPG di PT. Arun agar memenuhi
kebutuhan gas PT. PLN dan industri di Sumatera Utara. Pipa gas yang dibangun
berkapasitas 300 MMSCFD dengan panjang ±310 km.

Proses pengerjaan pipeline project melibatkan sistem perpipaan yang cukup


kompleks dan rumit. Dimulai dengan proses pemilihan jalur ROW (Right of Way)
atau pemilihan lahan sebagai jalur pipa sampai pada proses construction,
precommissioning, hingga commisioning. Oleh karena fluida yang dialirkan berupa
gas yang memiliki tekanan dan temperatur yang cukup tinggi serta jenis zat yang
berbahaya maka perlu adanya tingkat pemerikasaan, inspeksi dan pengujian sebelum
pipa dialiri fluida. Pemerikasaan, inspeksi dan pengujian yang dilakukan ini
diperlukan untuk mengetahui adanya kebocoran, penyumbatan maupun kerusakan
pada pipa yang berakibat fatal. Pada tahapan precommisioning terdapat beberapa
tahapan pengujian yakni termasuk hydrotest dan pigging.

Gambar1. 1 Pipeline Route Arun - Belawan


Proses pembersihan dan pengecekan pada internal pipe atau bagian dalam
pipa biasa disebut dengan sistem pigging. Pigging merupakan sebuah sistem inspeksi
dan pembersihan pipa dimana sebuah perangkat yang disebut gauging pig
dimasukkan dan diluncurkan kedalam pipeline dan melintasi sepanjang jalur pipeline.
Gauging pig didorong menggunakan sebuah aliran fluida yang bertekanan. Proses
pigging digunakan untuk mendeteksi ketebalan dinding pipa, memeriksa bentuk lekuk
(kebulatan/ovality) pada pipa yang dikenal dengan ILI (Inline Inspectionl), serta
dapat mencatat informasi yang berhubungan dengan ukuran pipeline dan posisi
kerusakan.

Pigging stuck adalah suatu kegagalan proses pigging yang mengalami stuck
atau tersangkut dimana pig tidak dapat melewati jalur pipa secara keseluruhan. Hal ini
lebih sering terjadi ketika pig melalui jalur pipe bend. Salah satu penyebab dari
kegagalan proses pigging ini adalah akibat faktor mekanik pada saat proses
pembendingan yaitu faktor ovality dari pipe bend, dent atau lekukan pada pipa,
penipisan dinding pipa yang dihasilkan pada bending, serta dapat juga disebabkan
oleh adanya gradien tekanan pada pig.

Divyes D. Panchal et al (2016) mereview beberapa penelitian, menyatakan


bahwa hal-hal yang diperlukan dalam mengoptimalkan parameter dan pengaruh
penting dalam stabilitas bending adalah mengenai wrinkling stability, whall thinning,
ovality, dan bend radius.

Oleh karena itu, perhitungan penebalan serta penipisan wall thickness yang
terjadi pada saat proses bending, perhitungan nilai ovality dari kedua metode bending
yakni hot bend dan natural bend, perhitungan nilai minimum radius, serta gradien
tekanan pada pig diperlukan untuk menganalisa gagalnya proses pigging ini.

Analisa ini bertujuan untuk menghitung dan menganalisa gagalnya proses


pigging yang terjadi dibagian bending pipe. Material bend pipe yang digunakan
adalah API 5L X52; diameter 24”; radius bend 5D bend. Daerah yang menjadi fokus
penelitian adalah titik IP (Intersection Point) yaitu titik bending atau belokan pada
jalur pipeline. Metode yang digunakan untuk menganalisa potensi gagalnya proses
pigging adalah pendekatan model dan perhitungan dengan software CAESAR II
untuk desain pipeline secara keseluruhan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Berapa nilai ovality pada hot bend dan natural bend untuk mencegah pigging
stuck ?
2. Berapa nilai minimum penipisan dinding pipa yang terjadi pada hot bend dan
natural bend ?
3. Berapa minimum besarnya radius yang diizinkan untuk hot bend dan natural
bend ?
4. Apa pengaruh gradien tekanan pada pig terhadap terjadinya pig stuck ?

1.3 Tujuan Penelitian


1. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai ovality pada hot bend dan
natural bend untuk mencegah terjadinya pigging stuck.
2. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai minimum penipisan pada
dinding pipa yang terjadi pada proses hot bend dan natural bend.
3. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai minimum radius yang
diizinkan untuk proses hot bend dan natural bend.
4. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh gradien tekanan pada pig
terhadap terjadinya pig stuck.

1.4 Manfaat
Penelitian ini mampu memberikan referensi tentang analisa gagalnya proses
pigging pada jalur pipeline terkait serta mengetahui hal – hal yang perlu
dipertimbangkan dan diperhatikan saat melakukan pigging.

1.5 Batasan Masalah


1. Analisa dilakukan pada proyek Arun-Belawan dengan pipa 24 inch dan material
yang digunakan adalah API 5L X52 schedule 40
2. Standard yang digunakan adalah ASME B31.8
3. Analisa menggunakan perhitungan manual dan pemodelan menggunakan software
ANSYS 14.5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pipeline
Pipeline mempengaruhi kehidupan sehari-hari masyarakat di sebagian besar
belahan dunia. Kehidupan pada zaman modern kini bergantung pada struktur dimana
energi memiliki peran yang kuat. Oil and Gas merupakan bagian utama dari pemasok
energi tersebut. Bergesernya kemunculan dan penurunan bentuk lain dari energi
(seperti batu bara, nuklir, hidrogen, biomassa, dll) akan terus mendominasi
penggunaan energi dimasa depan, tergantung pada akseptabilitas, safety, teknis,
lingkungan, dan masalah-masalah ekonomi. Namun, pipeline adalah cara atau sarana
yang digunakan oleh banyak hydrocarbon dengan bentuk berbasis energy yang
diangkut. Bukan suatu kebetulan bahwa dimanapun ada jaringan pipeline terbesar,
juga terdapat standard dan kemajuan teknologi yang tinggi.

Dibandingkan dengan bentuk lain dari transportasi energi, pipeline


memungkinkan lebih stabil, berkelanjutan, dan dapat menyuplai dengan kapasitas
yang besar. Transportasi pipeline memiliki beberapa keuntungan yakni kedudukannya
yang stabil, efisien, hemat biaya, dan lebih mudah dikembangkan. Teknologi pipeline
sudah matang dan mudah untuk dipahami. Biaya modal dari proyek pipeline sebagian
besar merupakan fungsi dari diameter dan panjang, meskipun faktor-faktor lain seperti
geografi dan topografi juga menjadi hal yang signifikan. Biaya operasi dan konsumsi
produk relatif kecil dan dapat diprediksi. Nilai ekonomis dari proyek pipeline dibatasi
oleh variabel seperti volume yang akan diangkut, hubungan antara jarak dan
permintaan pasokan, operating pressure, umur proyeksi cadangan, dan berbagai
faktor resiko.

Pipeline dibedakan menjadi dua yakni offshore (bawah laut) dan onshore
(darat). Onshore pipeline dibedakan menjadi 2 (dua) yakni pipa di bawah tanah
(underground pipe) dan pipa di atas tanah (aboveground pipe). Keduanya memiliki
perencanaan berdasarkan keadaan lingkungan dan kondisi operasi fluida atau energi
yang akan dialirkan.
2.1.1 Gas Pipeline
Gas biasanya dianggap sebagai hidrokarbon berbasis gas atau gas campuran
yang sesuai untuk BBM atau industri bahan bakar yang ditransmisikan atau
didistribusikan kepada masyarakat atau pengguna melalui sistem perpipaan/pipeline.
Jenis yang paling umum adalah berbagai komposisi gas alam yang di distribusikan
mengunakan sistem perpipaan, seperti hidrogen dan carbon dioxide. Transmisi gas
dan sistem pendistribusian dapat dilihat pada Gambar 2.1 berikut :

Gambar 2. 1 Komponen sistem gas pipeline


Sistem transmisi dan pendistribusian gas terdiri dari bebrapa komponen berikut :

 Pengolahan gas dan fasilitas pemeliharaan untuk membersihkan material


yang tidak diperlukan.
 Fasilitas pipa pengumpul
 Plant produksi/kompresi
 Receipt meter stations
 Lateral lines
 Mainlines
 Mainline control valves untuk mengatur tekanan dan aliran
 Fasilitas mainline compression
 Delivery meter stations/custody transfer
 Fasilitas penyimpanan digunakan untuk persyaratan kritis.
Kompresi diperlukan dalam sistem pipa gas untuk mengatasi kerugian gesekan yang
meningkat bersama aliran laju gas yang meningkat. Gas yang diterima dari titik
penerimaan sepanjang pipa dan dikirim ke stasiun pengiriman / penjualan pada arus
dan tekanan tertentu. Diantara titik – titik pressure drop terjadi karena ekspansi,
gesekan, perubahan elevasi, dan perubahan temperatur.

2.2 Bending
Piping atau pipelines tidak hanya membahas tentang pipa lurus saja tetapi
semua yang terpasang di dalamnya termasuk pipa, flanges, fittings, bolting, gaskets,
valves, support, hanger, dan komponen lainnya. Fitting merupakan bagian dari sistem
perpipaan yang berfungsi untuk merubah arah aliran (seperti elbow), membuat
percabangan (seperti Tee), dan mengecilkan ukuran pipa (seperti reducer). Untuk
mengubah arah aliran pipa, selain menggunakan elbow juga dapat menggunakan pipe
bend yaitu pipa yang dibengkokkan dengan radius tertentu. Pipe bend merupakan
modifikasi dari pipa dengan cara membengkokkan pipa dengan tekanan yang didapat
dari mesin atau manual.

Metode bending dapat dibedakan menjadi 2 (dua) yakni hot bend dan cold
bend/natural bend. Dari kedua metode tersebut terdapat klasifikasi lebih khusus lagi
yang akan dijelaskan pada subbab berikutnya. Hot bend dan cold bend akan sangat
mempengaruhi sifat mekanis hasil bending yang akan sangat berpengaruh terhadap
kriteria penggunaan bending.

2.2.1 Hot Bend


Metode hot bend adalah salah satu metode pembengkokan pipa yang akan
digunakan sebagai fitting dimana pipa terlebih dahulu diberi perlakuan panas (heat
treatment) sebelum dibengkokkan. hot bend dibedakan menjadi 3 (tiga) yaitu :

a. Furnace Bending
Pada metode ini pipa dipadati pasir secara rapat dan kuat kemudian
dipanaskan dalam sebuah furnace pada temperatur dengan range 2000 oF.
Setelah dipindhkan dari furnace salah satu ujung dari pipa ditahan oleh alat
penahan dan moment bending diaplikasikan pada ujung lainnya. Radius dari
bending dikontrol oleh oleh mesin.
Gambar 2. 2 Furnace bending

b. Induction Bending
Peralatan induction bending terdiri dari 3 (tiga) komponen dasar yaitu bed,
radial arm yang diatur pada radius yang dibutuhkan, dan sebuah induction
heating system. Pipa diletakkan pada bed, dan tangent depan diklem pada
radial arm. Kemudian induction heating system memanaskan bagian tipis
dari circumferential bend disekitar pipa hingga temperatur bending sesuai.
Ketika temperatur telah tercapai, pipa selanjutnya dipindahkan melewati
heating coil ketika bending moment diaplikasikan pad area yang panas.
Setelah melewati heating coil, pipa dapat didinginkan.

Gambar 2. 3 Induction Bend


c. Incremental Bending
Peralatan pada incremental bending terdiri dari sebuah anchor box,
hydraulic cylinder, dan alat pemanas yang dapat dipindahkan. Pipa diklem
pada anchor box, dan tangent depan terhubung dengan hydraulic cylinder.
Alat pemanas memanaskan bagian tipis dari circumferential band pada
lengkungan hingga pada temperatur bending yang sesuai.
Gambar 2. 4 Incremental Bending
2.2.2 Cold Bend
Berbeda dengan hot bend, metode ini adalah membengkokkan pipa tanpa
adanya perlakuan panas atau heat treatment. Pipa dibengkokkan pada suhu
lingkungan. Metode ini dibedakan menjadi 3 (tiga).

a. Rotary draw bending


Pada metode ini pipa dikunci pada bending die dengan menggunakan
clamping die. Ketika bending die berputar akan menarik pipa terhadap
tekanan, bila perlu untuk mencegah kerusakan dinding, lampaui internal
mandrel. Tekanan akan tetap atau berpindah bersama pipa.

Gambar 2. 5 Rotary draw bending


b. Ram bending
Pada ram bending, pipa dibending oleh dua support dan diberi tekanan
dengan hydarulic ram untuk membentuk shoe yang membentuk pada
center dari pipa.

Gambar 2. 6 Ram bending


c. Roll bending
Pada roll bending, terdiri dari 3 (tiga) rol yang memiliki diameter sama
tersusun membentuk pyramid. Pipa dilewatkan melalui ketiga rol tersebut
dengan posisi rol yang dapat mengatur radius.

Gambar 2. 7 Roll bending


2.3 PIGGING
Dalam konteks pipeline, pigging merupakan istilah yang digunakan ketika
seseorang menggunakan PIG ( pipeline inspection gauges ) untuk melakukan
berbagai proses perawatan pada pipa. Tujuan utama dari pipeline pigging itu sendiri
adalah untuk cleaning dan inspection. Untuk tahap commissioning, pigging diperlukan
untuk:
1. Membuktikan bahwa pipeline tersebut berlubang sesuai dengan spesifikasi
design dan tujuan pembangunan pipeline tersebut.
2. Membersihkan pipeline dari material-material yang tidak diinginkan yg
merupakan sisa fase konstruks.
3. Untuk tahap operasi, pigging diperlukan untuk :
a. Mereduksi/menghilangkan endapan/akumulasi yang mungkin
mempengaruhi proses produksi (press drop, roughness, liquid slug)
b. Mengecek korosi pada pipa
c. Sebagai salah satu metoda inspeksi untuk mengetahui kualitas pipa
tersebut.
Proses pigging sendiri dilakukan dengan cara menutup pipa dengan PIG lalu
memberikan tekanan biasanya menggunakan air, PIG yang ditekan akan bergerak dari
launcher ( posisi awal pipa ) hingga mencapai daerah receiver ( ujung pipa ).
Kecepatan tekanan harus diatur hingga sedemikian rupa agar tidak terjadi kerusakan
pada PIG. Setelah PIG dialirkan dari laucher ke receiver, maka fungsi-fungsinya akan
langsung terlihat, mulai dari pembersihan hingga inspeksi pipa.
Gambar 2. 8 Cara kerja PIG
Menurut Cordel dan Panzant (1990) serta Tiratsoo (1992), pada saat ini ada berbagai
macam pig untuk berbagai macam keperluan. Jika dirangkum kegunaan pig yang
utama adalah:
1. Memisahkan produk berbeda yang harus mengalir dalam pipa yang sama
2. Membersihkan endapan dan lumpur yang menempel di dinding pipa
3. Mengkalibrasi alat ukur kecepatan fluida
4. Memoleskan inhibitor korosi ke sepanjang sisi dalam jalur pipa
5. Menghilangkan jebakan cairan dalam aliran gas, atau menghilangkan jebakan
gas dalam aliran cairan
6. Inspeksi bagian dalam pipa

2.3.1 Jenis – Jenis PIG


Pembagian jenis pig dapat dilakukan dari berbagai dasar tinjauan. Jika ditinjau
dari kondisinya pig dapat dibagi menjadi dua (Godevil, 2008), jenis berupa pig fisik
(physical pig) yang disebut juga sebagai pig konvensional dan pig elektronik
(electronical pig). Pig fisik merupakan pig yang bekerja karena bentuk fisiknya,
sedangkan pig elektronik pada prinsipnya berupa detektor yang dimasukkan ke dalam
jalur pipa untuk mendeteksi korosi serta kerusakan bagian dalam pipa.
Cara pembagian kedua adalah menurut kegunaannya dan hanya berlaku untuk
pig fisik. Seperti diuraikan oleh Cordel dan Panzant (1990) serta Tiratsoo (1992), ada
berbagai jenis pig, namun jika dirangkum sesuai dengan fungsinya jenis pig dapat
dibagi menjadi :
1. Pig pengering (drying pig)
2. Pig pembersih (cleaning pig)
3. Pig penyekat (isolating pig atau batching pig)
Cara pembagian ketiga adalah menurut bentuknya. Sebenarnya cukup sulit untuk
membagi jenis pig dengan cara ini, karena saat ini bentuk pig begitu bervariasi.
Berbagai literatur menyebutkan banyak macam pig, namun demikian berbagai pig
tersebut selalu dapat dibedakan menjadi 4 bentuk dasar, yaitu:
1. Foam pig atau polly pig
2. Bi-directional pig, disingkat menjadi bi-di pig
3. Brush pig
4. Sphere pig, yang biasa hanya disebut sebagai sphere.
Pig untuk pengering terbuat dari bahan yang dapat menyerap cairan. Cairan yang
diserap belum tentu air, tetapi dapat berupa berbagai jenis minyak. Oleh karena busa yang
menjadi bahan pig untuk keperluan pengeringan ini, maka jenis pig seperti ini disebut
foam pig.
Foam pig yang diaplikasikan dalam pipa jarak panjang, harus mempunyai
kemampuan meluncur dengan baik. Untuk itulah pada bentuk foam pig yang moderen,
disekitar busa diberi pembalut yang berupa anyaman poliuretan (poly urethane) yang
bersifat licin dan kekar. Adanya pembalut ini menyebabkan badan pig tidak cepat rusak.
Ujung pig dibuat runcing, agar dapat berbelok dengan mudah. Contoh foam pig
dipresentasikan oleh Pipeline Pigging Product (2004) seperti yang terlihat pada
Gambar 2.9 (a).
Pig untuk membersihkan bagian dalam pipa dari kotoran yang menempel berupa
sikat yang terbuat dari bahan plastik lentur. Untuk mengarahkan mengikuti belokan jalur
pipa, maka di kedua ujungnya dipasang mangkuk (cup) terbuat dari bahan polimer yang
kuat. Ujung mangkuk bagian depan juga dibuat meruncing, agar pig dapat mengikuti
lekukan pipa. Brosur yang diterbitkan oleh Pipeline oil and Gas Equipment, Inc.(2010)
memberi gambaran yang jelas tentang bentuk berbagai jenis pig.
Kotoran yang menempel di bagian dalam pipa sering berupa kerak yang keras.
Untuk menggosok kotoran ini diperlukan bi-directional pig, atau dikenal dengan bi-di pig
(Gambar 2.9(c)).
Seringkali dalam pipa dijalankan dua atau lebih fluida yang berbeda, tetapi
masing-masing tidak diperbolehkan untuk saling bercampur, sehingga harus disekat
dengan baik. Penyekatan dapat dilakukan dengan bi-di pig atau jenis pig lain disebut
sphere. Contoh sphere dapat dilihat dalam Gambar 2.9 (d)

Gambar 2. 9 Bentuk PIG


BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Diagram Alir

MULAI

IDENTIFIKASI
TOPIK/MASALAH

Tahap identifikasi masalah


STUDI LAPANGAN DAN
STUDI LITERATUR

Tahap pengembangan masalah

PENGUMPULAN DATA

Tahap pengumpulan data


ANALISIS OVALITY WALL THICKNESS
VALUES ON BENDING DITAMBAH
PIPE

ANALISIS WALL
THINNING PADA
BENDING

MENGHITUNG
TEGANGAN HOOP

TEGANGAN HOOP ≤ TIDAK


ALLOWABLE STRESS

YA

A
A

MENGHITUNG
TEGANGAN BENDING

ANALISIS VARIASI
PARAMETER

ANALISA DENT DAN PERHITUNGAN MAKS.


BUCKLED RADIUS BEND

YA

PEMODELAN
SOFTWARE CAESAR II

PIGGING STUCK

TIDAK
Tahap analisa dan pengolahan
data
KESIMPULAN DAN
SARAN

Tahap penarikan kesimpulan


data
SELESAI
3.2 Tahap Identifikasi Masalah
Penelitian ini diawali dengan identifikasi permasalahan melalui pengamatan
dan pemikiran tentang masalah yang akan diteliti. Identifikasi masalah adalah
penentuan masalah yang akan dibahas dengan landasan pemikiran dan teori-teori yang
sudah ada. Tahap ini menggagas tentang tujuan yang ingin dicapai dan manfaat bagi
pihak terkait serta bagi penelitian selanjutnya. Dasar kegiatan yang dilakukan selama
penelitian juga dibahas pada tahap ini.
Penelitian ini mengangkat permasalahan tentang analisis pigging stuck pada
jalur perpipaan proyek Arun – Belawan. Jalur sistem perpipaan tersebut merupakan
jalur gas pipeline dengan diameter pipa 24 inch yang mebentang sejauh ± 300 km.

3.3 Tahap Pengembangan Masalah


Permasalahan yang telah diidentifikasi akan dibangun solusinya melalui studi
literatur dan studi lapangan. Pengembangan masalah dilakukan melalui studi lapangan
untuk menentukan variabel-variabel yang akan diteliti. Studi lapangan dilakukan
melalui pengamatan langsung pada dokumen alignment sheet. Selain itu, studi
literatur dilakukan untuk mengumpulkan teori-teori yang berhubungan dengan
penelitian ini. Teori-teori tersebut digunakan sebagai pengetahuan dan acuan dalam
penyelesaian masalah yang dibahas dalam penelitian ini. Sumber-sumber studi
literatur yang digunakan pada penelitian ini adalah code, standard, buku referensi,
jurnal penelitian dan dokumen proyek.

3.4 Tahap Pengumpulan Data


Tahap ini merupakan tahap untuk mengumpulkan data-data yang diperlukan untuk
pembahasan penelitian. Data-data tersebut digunakan dalam proses pengolahan data
pada penelitian ini. Data yang telah dikumpulkan dalam tahap ini meliputi data yang
diperoleh secara langsung dari pihak kontraktor dan studi literatur. Sumber data-data
tersebut berkaitan dengan objek penelitian, yaitu gas pipeline Arun – Belawan.

Anda mungkin juga menyukai