Anda di halaman 1dari 41

KNOWLEDGE MANAGEMENT

METODE KERJA DIVERSION CHANNEL SEBAGAI SOLUSI PEMASANGAN


U-DITCH PRECAST DI SALURAN AIR BAKU PENGGANTI METODE STEEL
SHEET PILE (SSP)

PROYEK KLAMBU KUDU PAKET-2

Oleh : Tim Proyek Klambu Kudu Paket-2

PIC : Fakhrul Alfarisy, ST.

PT WIJAYA KARYA (PERSERO), TBK.

DEPARTEMEN SIPIL UMUM 2

2018
1 BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Proyek Rehabilitasi Saluran Induk dan Sekunder Klambu Kudu adalah proyek
yang dikerjakan oleh PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk Kerja Sama Operasi (KSO)
dengan PT. Metro Lestari Utama dengan Pemilik Pekerjaan Direktorat Jenderal
Sumber Daya Air Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali Juana di bawah
Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Pusat. Lingkup
pekerjaan pada proyek ini adalah pekerjaan rehabilitasi Saluran Air Baku Klambu
Kudu sepanjang ± 22 km. Sesuai dengan kesepakatan kontrak pekerjaan proyek
ini akan dilaksanakan selama 886 hari kalender atau 129 minggu dimulai dari
bulan Agustus 2017. Lokasi pekerjaan rehabilitasi saluran ini berada di Wilayah
Administrasi Kabupaten Grobogan, Kabupaten Demak dan Kota Semarang yang
dapat dilihat pada Error! Reference source not found..

Gambar 1.1 Lokasi Pekerjaan Proyek Rehabilitasi Saluran Air Baku Klambu Kudu

Nilai total pekerjaan pada proyek ini adalah sebesar Rp.203,020,203,215.64. Porsi
yang dikerjakan PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk. pada pekerjaan ini nilainya
mencapai 72,5 % dari total pekerjaan atau senilai Rp.147,189,647,331.34.

1
Pekerjaan Double Uditch merupakan pekerjaan dengan bobot terbesar yaitu 21,3
%. Pekerjaan rehabilitasi ini memiliki tantangan sendiri dimana air yang mengalir
di saluran tersebut tidak boleh berhenti dengan debit sekitar 1,0 m3/detik dengan
tinggi muka air antara 0,8 s.d 1 m.

Dengan kendala air yang tidak dapat dihentikan alirannya maka metode kerja
yang digunakan sesuai kontrak menggunakan pengalihan air dengan pemancangan
Steel Sheet Pile.

Salah satu pekerjaan yang sangat tergantung dengan adanya air adalah
pemasangan Uditch karena harus membongkar saluran eksisting dan melakukan
pengecoran lantai kerja padahal saluran tersebut harus dialiri air. Dengan air yang
harus tetap mengalir kontraktor dituntut untuk dapat menyelesaikan pekerjaan
tepat waktu. Dengan kendala air yang tidak dapat dihentikan alirannya maka
metode kerja yang digunakan sesuai kontrak menggunakan pengalihan air dengan
pemancangan Steel Sheet Pile, namun karena terbatasnya jumlah SSP sesuai BOQ
Kontrak pekerjaan tidak dapat dilakukan secara frontal dan akan berakibat pada
tidak tercapainya target waktu pekerjaan. Maka dari itu dibutuhkan alternatif
metode yang dapat diaplikasikan sesuai dengan kebutuhan akan masalah tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

Metode pelaksanaan pemasangan Uditch harus diupayakan secara mandiri oleh


kontraktor. Kontraktor dituntut mendapatkan metode yang dapat menanggulangi
permasalahan yang ada untuk melakukan pekerjaan. Namun metode yang
dihasilkan harus sesuai dengan mutu dan spesifikasi yang ada. Sehingga
dibutuhkan alternatif metode pekerjaan pengalihan saluran yang memenuhi mutu
namun dapat dilakukan dengan cepat dan mudah serta memiliki biaya pekerjaan
yang tidak mahal.

1.3 Tujuan

Tujuan penulisan makalah ini yaitu:

2
1. Melakukan analisis metode pekerjaan, biaya dan waktu
2. Melakukan perbandingan dari sisi biaya dan waktu
3. Untuk mendapatkan metode kerja yang paling efisien dan optimal pada
Pekerjaan Pemasangan Double Uditch Proyek Rehabilitasi Jaringan Air
Baku Klambu Kudu.

1.4 Manfaat

Manfaat penulisan makalah ini yaitu:

1. Mengetahui kebutuhan peralatan dan material dari setiap metode kerja yang
dibahas.
2. Mengetahui urutan pekerjaan dari setiap metode pekerjaan yang dibahas.
3. Sebagai Knowledge Management Proyek Rehabilitasi Jaringan Air Baku
Klambu Kudu.

1.5 Batasan Penelitian

Batasan penulisan makalah ini yaitu:

1. Lokasi penelitian dilakukan di Saluran Air Baku BAB 93 – BAB 124


2. Analisis yang dilakukan adalah metode pelaksanaan yang di dalamnya
mencakup aspek biaya dan waktu.

1.6 Metodologi Penelitian

Penarikan kesimpulan merupakan prosedur terakhir penelitian yang dilakukan


dengan membuat kesimpulan dari semua data hasil analisis dan tujuan penelitian.
Keseluruhan proses penelitian makalah ini dapat dilihat pada Error! Reference
source not found..

3
Mulai

Studi Kasus

Pengumpulan Data dan


Tinjauan Pustaka

Analisis Waktu
Analisis Waktu dan Biaya
dan Biaya Metode
Metode Pabrikasi Pemotongan di
di Gudang Gudang Rangkai
di Saluran

Pembahasan

Manajemen Resiko

Kesimpulan

Selesai
Gambar 1.2 Bagan Alir Penulisan Makalah

4
1.7 Sistematika Penelitian

Penulisan makalah ini dilakukan dengan sistematika sebagai berikut:

1. BAB I Pendahuluan,

Berisi latar belakang, rumusan makalah, tujuan, manfaat dan keutamaan penulisan
makalah, ruang lingkup atau batasan penulisan makalah dan sistematika penulisan
makalah.

2. BAB II Tinjauan Pustaka,

Berisi tentang tinjauan pustaka mengenai pengenalan saluran pengalihan.

3. BAB IV Analisis dan Pembahasan

Berisi tentang pembahasan metode pembesian yang dilakukan untuk mengetahui


efisiensi dari setiap macam metode.

4. BAB V Manajemen Risiko

Berisi tentang tinjauan mengenai manajemen risiko, tahapan serta pembahasan


mengenai identifikasi masalah yang mungkin akan menimbulkan kerugian
materiil dan non materiil beserta proses penanganan risiko yang mungkin terjadi
sesuai dengan pada tiap metode pelaksanaan pekerjaan yang ditinjau.

5. BAB VI Kesimpulan dan Saran

Berisi tentang kesimpulan dari pembahasan yang dari bab sebelumnya dan saran
penulis dari dianalisa sehingga dapat memberikan masukan bermanfaat bagi
pembaca.

5
2 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Saluran Air

Saluran air merupakan suatu system yang menyalurkan air dari sumber ke tujuan.
Saluran air ada berbagai macam tipe mulai dari saluran terbuka hingga saluran
tertutup. Saluran air terbuka adalah saluran air yang bagian atas permukaannya
langsung bersentuhan dengan udara bebas, contohnya saluran irigasi, sungai dll.
Saluran air tertutup adalah saluran air yang seluruh permukaan saluran tertutup
oleh bahan pembuat saluran, contohnya pipa, box beton dll.

2.2 Air Baku

Air baku adalah air yang akan digunakan untuk input pengolahan air minum yang
memenuhi baku mutu air baku. Air baku yang diolah menjadi air minum dapat
berasal dari:

1. Sumber air bawah tanah yaitu dari lapisan yang mengandung air di bawah
permukaan tanah dangkal atau dalam
2. Sumber air permukaan yaitu sungai, danau, rawa dan mata air
3. Air laut

Dalam merencanakan suatu sistem penyediaan air minum maka perlu dilakukan
peninjauan terhadap kondisi air baku. Pemilihan sumber air baku harus
mempertimbangkan semua potensi lokal air permukaan dan tanah yang berada di
atau di sekitar wilayah perencanaan. Penentuan jenis sumber yang dipilih harus
mempertimbangkan beberapa hal yaitu:

1. Kuantitas dan kualitas sumber air


2. Iklim
3. Kemudahan dalam konstruksi intake
4. Keamanan pengoperasian
5. Biaya dalam pengolahan air dan perawatan instalasi pengolahan

6
6. Potensi pencemaran terhadap sumber air
7. Kemudahan dalam memperbesar kapasitas intake di masa mendatang

2.2.1 Persyaratan Air Baku Air Minum

Pada dasarnya, ada dua sisi yang harus dipenuhi oleh suatu air baku sistem
pengolahan air minum, yaitu:

1. Segi Kualitas

Air yang dipergunakan harus memenuhi syarat-syarat kualitas fisik, kimia dan
biologi yang menjamin bahwa air tersebut akan aman dikonsumsi oleh masyarakat
tanpa khawatir akan terkena penyakit bawaan air. Dalam hal ini, air harus
memenuhi baku mutu sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001.

2. Segi Kuantitas

Air yang akan dipergunakan harus tersedia dalam jumlah yang cukup sehingga
dapat dipergunakan selama dibutuhkan. Untuk menjaga kehidupan akuatik di
dalam sumber air maka terdapat persyaratan pengambilan debit maksimum yang
diijinkan yaitu sekitar 20 – 40% dari kapasitas sumber.

2.2.2 Kualitas Air Baku Air Minum

Kualitas air pada sumber air baku sangat mempengaruhi pemilihan unit-unit yang
akan digunakan dalam pengolahan, karena itu harus diambil sampel yang
representatif dan diperiksa menggunakan metode-metode tertentu.

7
Tabel 2.1 Metode Pemeriksaan Air (Standard Method, 1995)

8
Untuk mengetahui apakah air sungai yang akan diambil memenuhi syarat untuk
dijadikan air baku atau tidak, maka hasil pemeriksaan sampel dibandingkan
dengan baku mutu air baku air minum sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 82
tahun 2001. Berikut ini keterangan mengenai parameter-parameter yang terdapat
dalam air baku:

1. Bau dan Rasa

Bau dan rasa dalam air dapat disebabkan oleh berbagai jenis material, seperti alga
atau mikroorganisme lain, zat organik yang membusuk, mineral seperti besi dan
mangan, juga gas terlarut seperti hidrogen sulfida atau klor.

2. Suhu

Suhu air adalah salah satu parameter penting dalam pengolahan air. Sebagai
contoh, bahan kimia yang digunakan dalam pengolahan lebih mudah larut dalam
air yang hangat dibandingkan dalam air dingin. Partikel-partikel juga akan
mengendap lebih cepat dalam air hangat.

3. Warna

Warna air alami terlihat coklat kekuning-kuningan. Air permukaan, terutama air
genangan, seringkali memiliki warna yang menyebabkan air tersebut tidak
memenuhi syarat untuk digunakan dalam keperluan domestik maupun industri.
Warna yang terjadi berasal dari kontak air dengan sisa zat organik seperti daun-
daunan, ranting atau kayu dalam bentuk berbagai tahap dekomposisi. Warna bisa
dibedakan menjadi warna semu dan warna sejati. Warna semu disebabkan oleh
partikel-partikel tersuspensi dalam air, sedangkan warna sejati disebabkan oleh
zat-zat organik yang larut dalam air.

4. Zat Padat

Dalam air alam terdapat 2 kelompok zat, yaitu zat terlarut seperti garam dan
molekul organis, dan zat padat tersupensi dan koloidal seperti tanah liat, kwarts.
Perbedaan pokok antara kedua kelompok zat ini ditentukan melalui
ukuran/diameter partikel-partikel tersebut. Analisa zat padat dalam air sangat
penting bagi penentuan komponen-komponen air secara lengkap, juga untuk

9
perencanaan serta pengawasan proses-proses pengolahan dalam bidang air minum
maupun dalam bidang air buangan. Zat padat total adalah semua zat-zat yang
tersisa sebagai residu dalam suatu bejana, bila sampel air dalam bejana tersebut
dikeringkan pada suhu tertentu. Zat padat total terdiri dari zat padat terlarut dan
zat padat tersuspensi.

5. Kekeruhan

Kekeruhan disebabkan oleh adanya partikel-partikel kecil dan koloid yang


berukuran 10 nm sampai 10 µm. Partikel-partikel kecil dan koloid tersebut antara
lain adalah kwarts, tanah liat, sisa tanaman, ganggang, dan sebagainya.

6. DHL

Daya hantar listrik penting untuk memprediksi kandungan mineral dalam air.
Semakin tinggi kadar mineralnya semakin tinggi daya hantar listriknya.

7. pH

pH menunjukkan kadar asam atau basa dalam suatu larutan, melalui konsentrasi
(aktivitas) ion hidrogen (H+). pH dinyatakan dalam angka 0-14. pH 7
menunjukkan air yang netral, pH di bawah 7 menunjukkan bahwa air bersifat
asam dan pH di atas 7 menujukkan bahwa air bersifat basa. Kisaran pH yang
normal untuk air permukaan adalah 6,5 sampai 8,5. Jika pH air lebih kecil dari 7,
air cenderung menyebabkan korosi pada peralatan dan material lain yang kontak
dengan air. Jika pH air lebih besar dari 7, air memiliki kecenderungan untuk
membentuk kerak pada pipa.

8. DO

Adanya DO (oksigen terlarut) di dalam air sangat penting untuk menunjang


kehidupan ikan dan organisme air lainnya. Kemampuan air untuk membersihkan
pencemaran secara alamiah (self purification) banyak tergantung kepada cukup
tidaknya kadar oksigen terlarut. Oksigen terlarut dalam air berasal dari udara dan
dari proses fotosintesa tumbuh-tumbuhan air. Terlarutnya oksigen di dalam air
tergantung kepada temperatur, tekanan barometrik udara dan kadar mineral di
dalam air.

10
9. Nitrat

Nitrat merupakan bentuk nitrogen yang teroksidasi, dengan tingkat oksidasi +5.
Nitrat adalah senyawa nitrogen yang stabil. Nitrat merupakan salah satu unsur
penting untuk sintesa protein tumbuh-tumbuhan dan hewan, akan tetapi nitrat
pada konsentrasi yang tinggi dapat menstimulasi pertumbuhan ganggang yang tak
terbatas (bila beberapa syarat lain seperti konsentrasi fosfat terpenuhi), sehingga
air kekurangan oksigen yang menyebabkan kematian biota air. Nitrat dapat
berasal dari buangan industri bahan peledak, piroteknik, pupuk cat, dan
sebagainya. Kadar nitrat secara alamiah biasanya rendah, namun dapat menjadi
tinggi sekali pada air tanah di daerah-daerah yang diberi pupuk yang mengandung
nitrat. Kadar nitrat tidak boleh melebihi 10 mg/l. Di dalam usus manusia, nitrat
dapat direduksi menjadi nitrit yang menyebabkan metamoglobinemi, terutama
pada bayi (baby blue disease).

10. Nitrit

Nitrit merupakan bentuk nitrogen yang teroksidasi, dengan tingkat oksidasi +3.
Nitrit biasanya tidak bertahan lama dan merupakan keadaan sementara proses
oksidasi antara amoniak dan nitrat, yang dapat terjadi pada instalasi pengolahan
air buangan, dalam air sungai dan sistem drainase. Nitrit yang ditemui pada air
minum dapat berasal dari bahan inhibitor korosi yang dipakai di pabrik yang
mendapatkan air dari sistem distribusi PAM. Nitrit dapat membahayakan
kesehatan karena dapat bereaksi dengan hemoglobin dalam darah, hingga darah
tersebut tidak dapat mengangkut oksigen lagi. Di samping itu, NO2 juga
menimbulkan nitrosamin pada air buangan tertentu yang dapat menyebabkan
kanker.

11. Besi

Besi adalah salah satu elemen kimiawi yang dapat ditemui pada hampir semua
tempat di bumi, pada semua lapisan geologis dan semua badan air. Pada
umumnya, besi yang ada di dalam air dapat bersifat :

11
1) Terlarut sebagai Fe2+ (fero) atau Fe3+ (feri)
2) Tersuspensi sebagai butiran koloidal (diameter < 1 µm) atau lebih
besar, seperti Fe2O3, FeO, FeOOH, Fe(OH)3 dan sebagainya.
3) Tergabung dengan zat organis atau zat padat yang inorganis (seperti
tanah liat)

Pada air permukaan jarang ditemukan kadar Fe yang melebihi 1 mg/l, tetapi dalam
air tanah kadar Fe dapat jauh lebih tinggi. Konsentrasi Fe yang tinggi ini selain
dapat membuat air berasa juga dapat menodai kain dan perkakas dapur. Pada air
yang tidak mengandung oksigen, seperti misalnya air tanah, besi berada sebagai
Fe2+ yang dapat terlarut, sedangkan pada air sungai yang mengalir dan
memungkinkan terjadinya aerasi, Fe2+ teroksidasi menjadi Fe3+. Fe3+ ini sulit
larut pada pH 6 sampai 8, bahkan dapat menjadi Fe(OH)3 yang merupakan zat
padat dan bisa mengendap. Jadi dalam air sungai, besi ada sebagai Fe2+, Fe3+
terlarut dan Fe3+ dalam bentuk senyawa organis berupa koloidal.

12. Kesadahan

Kesadahan dalam air terutama disebabkan oleh ion-ion Ca2+ dan Mg2+, juga oleh
Mn2+, Fe2+ dan semua kation yang bermuatan dua. Air yang kesadahannya
tinggi biasanya terdapat pada air tanah di daerah yang bersifat kapur, dimana
terkandung Ca2+ dan Mg2+ dalam dosis yang tinggi.

13. Sulfat

Kandungan sulfat yang tinggi dalam air mungkin disebabkan oleh larutnya
magnesium sulfat atau sodium sulfat dalam air. Kandungan sulfat yang tinggi
dalam air tidak diinginkan karena dapat menimbulkan efek “pencuci perut“.

14. Natrium

Natrium yang ada dalam air jauh lebih sedikit daripada natrium yang ada dalam
garam dan makanan. Karena itu untuk orang yang sehat, kandungan natrium
dalam air tidak memberikan pengaruh. Tetapi untuk orang yang menjalani diet
karena penyakit tertentu, keberadaan natrium bisa menjadi masalah.

12
15. Analisa Kualitas Air Baku Terhadap Baku Mutu Air Minum

Air minum yang sesuai bagi kesehatan manusia adalah air minum yang sesuai
dengan baku mutu air minum yang telah ditetapkan. Di Indonesia, baku mutu air
minum mengacu kepada Keputusan Menteri Kesehatan RI No.
907/MENKES/SK/VII/2002 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air
Minum. Beberapa parameter yang harus disisihkan, yaitu:

1) Kekeruhan. Kekeruhan dapat disisihkan dengan penambahan


koagulan pada proses koagulasi, dilanjutkan dengan flokulasi dan
sedimentasi lalu filtrasi.
2) Besi & Mangan. Besi & Mangan dapat disisihkan dengan proses
aerasi, koagulasi, flokulasi, sedimentasi dan filtrasi.
3) Warna. Warna dapat disisihkan dengan proses koagulasi, flokulasi,
sedimentasi dan filtrasi.
4) Nitrit. Nitrit dapat disisihkan dengan proses koagulasi, flokulasi,
sedimentasi dan filtrasi.
5) Zat Organik. Zat organik dapat disisihkan dengan proses koagulasi
dan sedimentasi yang diikuti oleh proses filtrasi saringan pasir cepat
dan proses desinfeksi.
6) CO2 Agresif. Pada umumnya dalam air permukaan selalu terdapat
karbondioksida terlarut. CO2 dalam air terdiri dari CO2 bebas dan
CO2 terikat dalam bentuk bikarbonat (HCO3-). CO2 bebas terbagi
menjadi CO2 yang berada dalam kesetimbangan dan CO2 agresif.
Selama CO2 berada dalam kesetimbangan, kehadirannya tidak terlalu
menimbulkan masalah. Tetapi jika CO2 dalam air melewati titik
kesetimbangan, maka CO2 berlebih tersebut akan menjadi agresif.
CO2 agresif dapat menimbulkan korosi terhadap peralatan logam,
peralatan plumbing dan merusak bangunan beton dan lapisan semen
pada pipa. CO2 agresif juga merupakan indikator adanya kegiatan
biologis dalam air. CO2 dapat diturunkan dengan aerasi atau
pembubuhan kapur. Keagresifan air terhadap karbonat dapat dilihat

13
melalui indeks langelier (LI), yaitu : LI < 0, air bersifat agresif; LI = 0,
air berada dalam keadaan setimbang; LI > 0, terjadi presipitasi.

2.3 Kistdam

Kistdam adalah pembatas yang dibangun melintasi saluran yang dibangun untuk
mengubah karakteristik aliran suatu saluran. Dalam kasus ini, kistdam digunakan
untuk mengalihkan saluran agar air dapat melewati saluran yang diinginkan.
Bendung ada berbagai macam jenisnya, biasanya berupa timbunan tanah, beton
maupun menggunakan pancang sheet pile atau turap.

2.4 Dewatering

Dewatering adalah proses pengeringan suatu saluran. Proses pengeringan ini dapat
dilakukan dengan menutup suplai air dari hulu maupun dengan melakukan
pemompaan air pada saluran. Dewatering dimaksudkan untuk mengeringkan air
pada saluran sehingga saluran dapat terlihat dasarnya dan kondisinya kering.
Biasanya dewatering dilakukan pada saat saluran akan dilakukan pemeliharaan
maupun pekerjaan rehabilitasi.

2.5 Alat Pendukung

2.5.1 Excavator

Eksavator atau excavator (mesin pengeruk) adalah alat berat yang terdiri dari
mesin di atas roda khusus yang dilengkapi dengan lengan (arm), alat pengeruk
(bucket), keranjang dan rumah rumah dalam sebuah wahana putar dan digunakan
untuk penggalian (ekskavasi), digunakan untuk menyelesaikan pekerjaan berat
berupa penggalian tanah yang tidak bisa dilakukan secara langsung oleh tangan
manusia (Gambar 2.1). Pengertian ini didasarkan dari asal-usul eksavator yang
diciptakan sebagai alat penggali tanah untuk membangun rel kereta api, serta dari
kata excavation yang berasal dari bahasa Inggris yang berarti pengggalian atau
mesin penggali.

14
Di Indonesia, eksavator lebih sering disebut Bego atau Beko, namun sebenarnya
eksavator bukan berarti bego. Kata bego berasal dari bahasa Inggris dari kata
Backhoe, yaitu eksavator mini yang ditempelkan pada bagian belakang mesin
traktor, seperti Backhoe Loader atau mesin traktor lainnya. Eksavator kabel
menggunakan Winch dan tali besi untuk bergerak. Eksavator kabel adalah
perkembangan alami dari penggaruk uap dan sering disebut Power Shovel. Semua
gerakan dan fungsi dari eksavator hidrolik menggunakan aksi cairan hidrolik,
dengan silinder hidrolik dan motor hidrolik. Dikarenakan pengaktifan secara
linear oleh silinder hidrolik, maka mode operasi mereka berbeda dengan eksavator
kabel.

Gambar 2.1 Excavator

Produksi excavator yang dihitung tergantung berdasarkan waktu siklus yang


diperlukan untuk mengangkut galian / timbunan ke lokasi tujuan. Adapun satu
siklus pekerjaan excavator pada dasarnya terdiri atas pekerjaan loading swing
(ayun) dumping swing (ayun). Sedangkan siklus pekerjaan excavator
akan berkembang menyesuaikan sesuai dengan pemanfaatan excavator tersebut di
lapangan. Hal ini disebabkan karena pemanfaatan excavator terkadang tidak
hanya sekedar untuk memindahkan tanah ke media hauling saja, akan tetapi
terkadang excavator tersebut melakukan hauling sendiri jika lokasi pemindahan
tanah tidak terlalu jauh, bahkan terkadang alat ini juga dapat digunakan untuk
meratakan tanah jika memang volume pekerjaan tidak terlalu besar.

15
2.5.2 Dump Truck

Dump truck (Gambar 2.2) adalah kendaraan yang digunakan untuk mengangkut
bahan material seperti pasir, kerikil atau tanah untuk keperluan konstruksi. Dump
truck dapat memindahkan material pada jarak menengah sampai jarak jauh (500
meter – up). Isi muatannya diisikan oleh alat pemuat, sedangkan untuk
membongkar muatannya alat berat ini dapat bekerja sendiri dengan mengangkat
bagian bak dengan menggunakan teknologi hidrolik.

Dump Truck yang ada di Indonesia kini sudah diproduksi banyak usaha menengah
karoseri, dimana usaha industri menengah ini bermitra kerja dengan usaha industri
otomotif bermesin besar. Itulah sebabnya kini semakin bertambah usaha karoseri
di Indonesia seiring dengan kebutuhan moda transportasi industri.

Secara umum, dump truk dilengkapi dengan bak terbuka yang dioperasikan
dengan bantuan hidrolik, bagian depan dari bak itu bisa diangkat keatas dan
bagian belakang bak berfungsi sebagai engsel atau sumbu putar sehingga
memungkinkan material yang diangkut bisa melorot turun ke tempat yang
diinginkan. Dump truck biasa digunakan dalam industri pertambangan untuk
memindahkan material hasil tambang ataupun material tanah. Kapasitas sebuah
dump truck ditentukan oleh kapasitas dump body-nya.

Gambar 2.2 Dump Truck

16
2.5.3 Pompa

Pompa adalah mesin untuk menggerakan fluida. Pompa menggerakan fluida dari
tempat bertekanan rendah ke tempat dengan tekanan yang lebih tinggi, untuk
mengatasi perbedaan tekanan ini maka diperlukan tenaga (energi). Pompa
digunakan untuk pekerjaan dewatering. Pompa dihidupkan dalam waktu tertentu
untuk mengeringkan lokasi yang akan dikerjakan. Pompa harus selalu standby
ketika pekerjaan dilakukan, karena air sewaktu waktu bisa rembes dari saluran
pengelak maupun sawah sekitar lokasi pekerjaan.

Gambar 2.3 Dump Truck

17
3 BAB III
ANALISIS DAN PEMBAHASAN

3.1 Tinjauan Umum

Rehabilitasi Jaringan Air Baku Klambu Kudu Paket 2 dilaksanakan dengan


kondisi air tetap mengalir pada saluran. Tahun 2018 yang direncanakan akan
dikerjakan adalah dari BAB 93 sampai dengan BAB 124 atau sepanjang kurang
lebih 4,7 km. Lokasi tersebut akan dikerjakan dengan konstruksi Double Uditch
dengan dimensi 1200 x 1800 x 1800 mm. Kebutuhan Uditch untuk memenuhi
panjang saluran adalah 5818 Uditch..

Kendala dalam pengerjaan rehabilitasi ini tidak hanya karena air yang harus
mengalir, akan tetapi akses menuju lokasi yang susah menjadi kendala lain. Lebar
tanggul saluran yang kecil menambah kendala dalam proses pengerjaan, padahal
tanggul ini merupakan lokasi jalan akses utama pada pekerjaan Rehabilitasi
Jaringan Air Baku Klambu Kudu Paket 2.

Untuk menanggulangi kendala dalam pelaksanaan di lapangan tersebut maka


dilakukan perbandingan 2 metode pelaksanaan yaitu :

1. Metode Pengalihan Saluran dengan SSP (Steel Sheet Pile)


2. Metode Saluran Pengelak

Kedua metode tersebut akan dibahas mengenai waktu dan biaya yang akan
ditemui jika metode tersebut dilaksanakan.

3.2 Metode Kerja

3.1.1 Metode Pengalihan Saluran dengan SSP (Steel Sheet Pile)

Metode Pengalihan Saluran dengan SSP (Steel Sheet Pile) adalah metode kerja
dimana dalam melakukan pekerjaan Uditch air dialirkan ke sebelah saluran.
Sehingga pada saat pemasangan Uditch dilakukan saluran dalam kondisi kering.

18
Gambar 3.1 Metode Pengalihan Saluran dengan SSP (Steel Sheet Pile)

1. Pemancangan SSP (Steel Sheet Pile)

Tahap pertama yang dilakukan adalah pemancangan SSP untuk membelah saluran
menjadi 2 aliran. SSP ini berfungsi sebagai dinding pemisah untuk mengeringkan
sebelah sisi saluran. SSP yang digunakan memiliki ukuran lebar 40 cm dan
panjang 6 m. Sekali pemancangan akan menangani panjang 200 m atau sekitar
500 batang SSP.

19
Gambar 3.2 Pemancangan SSP (Steel Sheet Pile)

2. Pembuatan Kisdam

Setelah SSP terpancang sesuai rencana, dilanjutkan dengan pembuatan kisdam


pada ujung pemancangan. Kisdam dibuat menggunakan karung yang diisi tanah
kemudian ditata sesuai dengan kebutuhan. Kisdam dibuat pada hulu saluran
kemudian dilanjutkan pada hilir saluran.

Gambar 3.3 Pembuatan Kistdam

3. Dewatering

Pekerjaan selanjutnya adalah dewatering lokasi yang sudah terkisdam. Dewatering


dilakukan dengan pompa untuk membuang air yang berada pada lokasi.
Dewatering dilakukan secara menerus ketika air mulai kembali ke saluran akibat
rembesan.

20
Gambar 3.4 Dewatering Saluran

3.1.2 Metode Saluran Pengelak

Metode Saluran Pengelak adalah metode pengalihan aliran air dengan membuat
saluran baru disamping Saluran Utama. Saluran ini dibuat dengan menggali tanah
di samping saluran sesuai dimensi yang dibutuhkan. Saluran ini direncanakan
dapat mengalirkan air sesuai debit saluran tanpa adanya pengurangan kecepatan
maupun kebocoran saluran.

21
Gambar 3.5 Metode Saluran Pengelak

1. Galian Saluran Pengelak


Langkah pertama yang dilakukan adalah menggali tanggul saluran untuk dibuat
saluran pengelak. Tanggul digali sesuai dimensi dan kedalaman rencana. Galian
dilakukan menggunakan excavator dan dilakukan secara mundur. Tanah hasil
galian diratakan dan dibentuk menyerupai tanggul untuk menahan tanah pada
bagian luar.

Gambar 3.6 Galian Saluran Pengelak

22
2. Pemasangan Terpal
Tahapan selanjutanya adalah pemasangan terpal pada galian saluran pengelak.
Pemasangan terpal dimaksudkan untuk mengurangi kehilangan air akibat
rembesan serta mengurangi gaya gesek antara air dengan bidang sentuh.
Permukaan terpal yang halus dan licin dapat mengurangi gesekan dengan air
sehingga kecepatan air rencana dapat tercapai. Pada lokasi – lokasi yang rawan
terjadi longsor, pancang bamboo dan sesek dilakukan untuk memperkuat tanggul
saluran pengelak.

Gambar 3.7 Pemasangan terpal

3. Pembuatan Outlet dan Inlet


Setelah saluran pengelak telah terpasang terpal maka saluran pengelak siap dialiri
air. Yang pertama dilakukan adalah membuat outlet pada hilir saluran kemudian
dilanjutkan dengan pembuatan inlet pada hulu saluran. Bagian outlet dibuka
dahulu agar kegiatan tidak mengganggu aliran.

23
Gambar 3.8 Pembuatan Outlet dan Inlet

4. Pembuatan Kistdam
Setelah Saluran pengelak teraliri air, dilanjutkan dengan pembuatan kisdam pada
ujung pemancangan. Kistdam dibuat menggunakan karung yang diisi tanah
kemudian ditata sesuai dengan kebutuhan. Kisdam dibuat pada hulu saluran
kemudian dilanjutkan pada hilir saluran.

24
Gambar 3.9 Pemasangan Kistdam

5. Dewatering
Pekerjaan selanjutnya adalah dewatering lokasi yang sudah terkisdam. Dewatering
dilakukan dengan pompa untuk membuang air yang berada pada lokasi.
Dewatering dilakukan secara menerus ketika air mulai kembali ke saluran akibat
rembesan.

25
Gambar 3.10 Dewatering

3.3 Analisis Kebutuhan Waktu

Kebutuhan waktu pekerjaan untuk setiap metode kerja yang dibahas berbeda-beda
walaupun menggunakan jumlah sumberdaya yang hampir sama. Hal tersebut
dikarenakan setiap metode kerja memiliki kapasitas produksi yang berbeda.
Kebutuhan waktu tiap – tiap metode serta jadwal rencana kerja dapat dilihat pada
Error! Reference source not found..

26
Tabel 3.1 Kebutuhan Waktu dan Rencana Jadwal Pekerjaan

Kebutuhan Waktu dalam Pelaksanaan Uditch Setiap 200 m

Hari
No Metode Volume Satuan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42
1 Metode Pengalihan Saluran dengan SSP (Steel Sheet Pile)
- Pemancangan SSP (Steel Sheet Pile) 500 btg
- Pembuatan Kistdam 4 bh
- Dewatering 1 ls
- Pengecoran B0 92 m3
- Pemasangan Uditch 328 unit
- Pembongkaran Kistdam 4 bh
- Pencabutan SSP 500 btg

2 Metode Saluran Pengelak


- Galian Saluran Pengelak 200 m'
- Pemasangan terpal 200 m'
- Pembuatan Outlet dan Inlet 2 bh
- Pembuatan Kistdam 2 bh
- Dewatering 1 ls
- Pengecoran B0 92 m3
- Pemasangan Uditch 328 unit
- Pembongkaran Kistdam 2 bh
- Pembongkaran Terpal 200 m'
- Pengembalian Tanggul 200 m'

27
Dari Error! Reference source not found. tersebut didapatkan gambaran
kebutuhan waktu tiap – tiap metode pekerjaan, dari mulai hingga akhir.
Didapatkan bahwa Metode Saluran Pengelak, memiliki waktu pengerjaan yang
cepat. Sedangkan Metode Pengalihan Saluran dengan SSP (Steel Sheet Pile)
memiliki waktu pekerjaan yang lebih lama. Hal tersebut dikarenakan dalam
Metode Pengalihan Saluran dengan SSP (Steel Sheet Pile) harus dilakukan 2 kali
pengerjaan karena harus mengalihkan aliran ke setengah saluran dan dilanjutkan
ke setengah bagian selanjutnya. Perhitungan kebutuhan waktu dapat dilihat pada
Lampiran.

28
3.4 Analisis Kebutuhan Biaya
Biaya Pekerjaan Pemancangan Steel Sheet Pile (SSP) untuk Pengelak Pemasangan U-Ditch
No Uraian Pekerjaan Koef Volume Harga Dasar Jml Harga Satuan (Rp) Jumlah Harga Intern Jumlah Harga Ekstern Deviasi
A. Pengadaan Sheet Pite B: 40 Cm, H 10 Cm. I 10.5 mm. L 6 m ( 6000 m)
1 Steel Sheet Pile B: 40 Cm, H 10 Cm. I 10.5 mm 6,000.00 6,000.00 816,000.00 4,896,000,000.00 4,896,000,000.00
2 Upah isi dan pasang sandbag 500.00 500.00 3,500.00 1,750,000.00 1,750,000.00
3 Upah langsir SSP 1,000.00 1,000.00 50,000.00 50,000,000.00 50,000,000.00
4 Angkutan SSP 288,000.00 288,000.00 300.00 86,400,000.00 86,400,000.00
5 Upah penurunan SSP 288,000.00 288,000.00 200.00 57,600,000.00 57,600,000.00
Jumlah Total 5,091,750,000.00 3,098,353,500.00 (1,993,396,500.00)

B. Pemancangan dan pencabutan Kisdam Steel Sheet pile (SSP)


1 Sub Pancang SSP 2.00 8,258.00 50,000.00 100,000.00 412,900,000.00
2 Sub Pencabutan SSP 2.00 8,258.00 50,000.00 100,000.00 412,900,000.00
3 Upah langsir SSP 0.33 1,376.33 50,000.00 16,666.67 68,816,666.67
4 Mob Demob Alat Pancang SSP 0.00 2.00 10,000,000.00 4,843.79 20,000,000.00
5 Mob Demob lokal Alat Pancang SSP - - 5,000,000.00 - -
Jumlah Total 914,616,666.67 1,010,316,752.00 95,700,085.33
Jumlah Total Biaya Pekerjaan Pancang SSP 6,006,366,666.67 4,108,670,252.00 (1,897,696,414.67)

Tabel 3.2 Analisa Kebutuhan Biaya Pekerjaan Pemancangan SSP

29
Biaya Pekerjaan Pembuatan Saluran Pengelak/Diversion Channel
No Uraian Pekerjaan Koef Volume Harga Dasar Jml Harga Satuan (Rp) Jumlah Harga Intern Jumlah Harga Ekstern Deviasi
A. Pengadaan dan Pemancangan Bambu Panjang 3.00 m
1 Bambu Dia.8 cm - 3.00 m 1.05 10,101.00 8,000.00 8,400.00 80,808,000.00
2 Upah pancang bambu - - 10,000.00 - -
3 Operator Alat Berat 0.01 64.13 250,000.00 1,666.67 16,033,333.33
4 Excavator PC 200 0.01 64.13 183,000.00 1,220.00 11,736,400.00
5 Pekerja 0.01 64.13 85,000.00 566.67 5,451,333.33
6 Alat Bantu 0.03 12.01 2,500.00 83.33 30,013.33
Jumlah Total 114,059,080.00 190,384,950.00 76,325,870.00

B. Pengadaan dan Pemasangan Sesek Bambu


1 Sesek Bambu 0.75 9,806.16 30,000.00 25,000.00 294,184,800.00
2 Pekerja 0.04 523.00 85,000.00 3,400.00 44,454,592.00
3 Alat Bantu - - - - -
Jumlah Total 338,639,392.00 373,336,320.00 34,696,928.00

C. Pengadaan dan Pengisian Karung Isi Tanah


1 Karung plastik 1.05 30,819.60 8,500.00 2,625.00 261,966,600.00
2 Pekerja 0.03 880.56 85,000.00 2,550.00 74,847,600.00
3 Alat Bantu - - 2,500.00 - -
4 Tanah Urug Biasa - - 75,000.00 - -
Jumlah Total 336,814,200.00 510,342,000.00 173,527,800.00

D. Pengadaan dan Pemasangan Terpal, L = 10 m


1 Terpal A12 1.05 61,288.50 30,000.00 31,500.00 1,838,655,000.00
2 Pekerja - 233.48 85,000.00 340.00 19,845,800.00
3 Alat Bantu 1.00 58,370.00 2,500.00 2,500.00 145,925,000.00
Jumlah Total 2,004,425,800.00 2,134,520,000.00 130,094,200.00
Jumlah Total Biaya Pekerjaan Diversion Pengelak 2,793,938,472.00 3,208,583,270.00 414,644,798.00

Tabel 3.3 Analisa Kebutuhan Biaya Pekerjaan Pemancangan SSP

30
3.5 Kelebihan dan Kekurangan Metode Pekerjaan

Sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam pemilihan metode pekerjaan,


diperlukan analisis tentang kelebihan dan kekurangan dari metode kerja yang
sudah saya bahas dengan mempertimbangkan faktor biaya dan waktu di
pembahasan sebelumnya. Error! Reference source not found. di bawah ini
merupakan beberapa kelebihan dan kekurangan metode kerja tersebut :
Tabel 3.4 Kelebihan dan Kekurangan Masing – Masing Metode

No Metode Kelebihan (+) Kekurangan (-)


1. Waktu pekerjaan lama
1. Metode Pengalihan 1. Dampak sosial kecil karena air
dalam 1 kali siklus nya
Saluran dengan SSP tidak banyak yang terbuang
karena pengalihan aliran
(Steel Sheet Pile)
hanya dapat memasang 1
sisi Uditch
2. Tidak dapat dikerjakan
secara frontal karena
keterbatasan jumlah SSP
1. Dampak sosial tinggi
2 Metode Saluran 1. Waktu cepat dalam 1 kali siklus
karena air terkadang
Pengelak nya karena dalam 1 kali siklus
terganggu alirannya akibat
langsung dapat mengerjakan
saluran pengelak
kedua sisi Uditch
2. Dapat dikerjakan secara frontal
untuk semua lokasi pekerjaan

31
5 BAB IV
MANAJEMEN RESIKO

4.1 Tinjauan Umum

Resiko adalah kemungkinan terjadinya suatu peristiwa yang membawa akibat


yang tidak dikehendaki atas hal yang ingin dicapai yang telah dirumuskan didalam
tujuan, strategi,sasaran dan atau rencana hasil kegiatan. Resiko dapat diukur
dengan kombinasi seberapa besar probabilitas terjadinya suatu resiko dengan
seberapa besar akibat negatif yang ditimbulkan bila resiko itu terjadi.
Management resiko adalah proses manajemen, pengorganisasian, dan budaya
yang diarahkan terhadap analisis resiko dan tanggapan terhadap resiko itu serta
perlakuannya.

Tujuan manajemen risiko adalah mencegah atau meminimisasi pengaruh yang


tidak baik akibat kejadian yang tidak terduga melalui penghindaran risiko atau
persiapan rencana kontingensi yang berkaitan dengan risiko tersebut. Dalam
manajemen proyek, risiko proyek adalah suatu peristiwa atau kondisi yang tidak
pasti dan jika terjadi mempunyai pengaruh positif atau bisa juga negatif pada
tujuan proyek. Suatu risiko mempunyai sebab dan bila terjadi akan membawa
dampak, oleh karena itu risiko dapat dinyatakan sebagai fungsi dari kemungkinan
dan dampak.

4.2 Manajemen Resiko

Pengukuran resiko dapat dilakukan dengan melihat potensi terjadi, tingkat


kerusakan (severity) dan probabilitas terjadinya resiko tersebut. Diperlukan
identifikasi yang baik dan pendugaan yang baik sehingga bisa memprioritaskan
dan mengimplementasikan manajemen risiko, karena penentuan probabilitas dari
risiko tersebut hanya berdasarkan pengalaman sehingga cukup subjektif. PT
Wijaya Karya (Persero) Tbk. menggolongkan tingkat risiko menjadi 4 (empat)
tingkat, yaitu sebagai berikut:

32
1. Risiko Ekstrim : (E)
2. Risiko Tinggi : (T)
3. Risiko Moderat : (M)
4. Risiko Rendah : (R)

Akibat yang ditimbulkan bila suatu risiko terjadi dibagi ke dalam lima rating
(berurutan mulai dari yang tertinggi), yaitu malapetaka, sangat berat, berat, agak
berat dan tidak berat. Probabilitas terjadinya suatu risiko yang dapat
menimbulkana akibat dibagi ke dalam lima tingkatan (berurutan mulai dari yang
tertinggi), yaitu sangat besar, besar, sedang, kecil dan sangat kecil. Berikut ini
memetakan analisa resiko berdasarkan tingkat akibat dan probabilitas.

Berdasarkan prosedur yang telah ditetapkan oleh oleh PT. Wijaya Karya
(Persero), Tbk. dampak suatu risiko dikategorikan berdasarkan hubungan antara
probabilitas terjadinya risiko tersebut dengan akibat yang ditimbulkan oleh risiko
tersebut. Hal ini dapat digambarkan melalui matriks hubungan antara risiko dan
akibat yang dilihat pada Tabel 5.1 sampai dengan Tabel 5.3.

Tabel 5.1 Matriks Analisa Resiko


AKIBAT
PROBABILITAS Tidak Sangat KETERANGAN :
Berat Malapetaka
Berat Berat

Sangat Besar T E E E E : Ekstrim


Besar M T E E T : Tinggi
Sedang R T E E M : Moderat
Kecil R M T E R : Rendah
Sangat Kecil R M T T

33
Tabel 5.2 Probabilitas Resiko

34
Tabel 5.3 Akibat Resiko

Daftar resiko terkait metode pekerjaan yang dibahas pada makalah ini dapat
dilihat pada Error! Reference source not found. sampai dengan Error!
Reference source not found.. Sedangkan untuk tindak lanjut resiko dapat dilihat
di Lampiran.

35
Tabel 5.4 Daftar resiko Pengalihan Saluran dengan SSP

IDENTIFIKASI DAN ANALISIS RISIKO

DAFTAR RISIKO PENGALIHAN SALURAN DENGAN SSP


Unit Kerja : Departemen Sipil Umum
Proyek : Rehabilitasi Jaringan Air Baku Klambu Kudu Paket 2
Kegiatan / Sasaran : Meminimalkan terjadinya risiko
Tanggal :

Resiko Faktor Positif yang Rating


Ada Rating Probabilitas Level Prioritas
No
Peristiwa Penyebab Utama Risiko Akibat Probabilitas (Untuk mengendalikan resiko) Akibat Resiko Resiko

1 SSP tidak bisa dicabut - Pemancangan terlalu dalam - Waktu pelaksanaan terlambat 30% - Pemberian instruksi kerja sebelum eksekusi Sangat Berat Kecil Tinggi 2
- Tidak mengikuti SOP/metode kerja yang telah - SSP harus dipotong lapangan
ditentukan - Optimalisasi kinerja QC

2 Lantai kerja rusak saat pencabutan - SSP terlalu mepet dengan lantai kerja - Waktu pelaksanaan terlambat 40% - Pemberian instruksi kerja sebelum eksekusi Berat Sedang Tinggi 1
SSP - Pencabutan tidak hati - hati - Harus dilakukan repair lantai kerja lapangan
- Optimalisasi kinerja QC
- Kurangnya pengarahan dan pengawasan
- SOP tidak dipatuhi

3 Air merembes melalui celah antar - Pemancangan antar SSP tidak rapat - Waktu pelaksanaan terlambat 70% - Pengawasan dan pengarahan saat proses Agak Berat Besar Tinggi 3
SSP - Kurangnya pengarahan dan pengawasan - Lantai kerja tidak dapat di cor pemancangan
- SOP tidak dipatuhi - Uditch tidak bisa dipasang

4 Dewatering berulang - Rembesan air dari celah antar SSP - Waktu pelaksanaan terlambat 80% - Kesiapsiagaan pengawas tiap awal pekerjaan Tidak Berat Sangat Besar Tinggi 4
- Tidak adanya pemompaan di pagi hari - Pemompaan yang selalu berulang ulang agar air dapat segera dipompa

Rating Probabilitas Rating Akibat Level Resiko


SK : Sangat Kecil TB : Tidak Berat E : Ekstrim
K : Kecil AB : Agak Berat T : Tinggi
S : Sedang B : Berat M : Moderat
B : Besar SB : Sangat Berat R : Rendah
SB : Sangat Besar M : Malapetaka

36
Tabel 5.5 Daftar Resiko Saluran Pengelak

IDENTIFIKASI DAN ANALISIS RISIKO

DAFTAR RISIKO SALURAN PENGELAK


Unit Kerja : Departemen Sipil Umum
Proyek : Rehabilitasi Jaringan Air Baku Klambu Kudu Paket 2
Kegiatan / Sasaran : Meminimalkan terjadinya risiko
Tanggal :

Resiko Faktor Positif yang Rating


Ada Rating Probabilitas Level Prioritas
No
Peristiwa Penyebab Utama Risiko Akibat Probabilitas (Untuk mengendalikan resiko) Akibat Resiko Resiko

1 Tanggul Saluran pengelak jebol - Tidak mengikuti SOP/metode kerja yang telah - Air mengalir ke sawah 35% - Pemancangan bambu dan sesek Malapetaka Kecil Malapetaka 1
ditentukan - Waktu pelaksanaan terlambat - Pemberian instruksi kerja sebelum eksekusi
- Tpekerjaan dilakukan tidak sesuai desain yang lapangan
ditentukan

2 Air merembes melalui celah - Pemasangan terpal tidak rapat - Waktu pelaksanaan terlambat 70% - Pengawasan dan pengarahan saat proses Agak Berat Besar Tinggi 2
sambungan terpal - Kurangnya pengarahan dan pengawasan - Lantai kerja tidak dapat di cor pemancangan
- SOP tidak dipatuhi - Uditch tidak bisa dipasang

3 Dewatering berulang - Rembesan air dari celah sambungan terpal - Waktu pelaksanaan terlambat 80% - Kesiapsiagaan pengawas tiap awal pekerjaan Tidak Berat Sangat Besar Tinggi 3
- Tidak adanya pemompaan di pagi hari - Pemompaan yang selalu berulang ulang agar air dapat segera dipompa

Rating Probabilitas Rating Akibat Level Resiko


SK : Sangat Kecil TB : Tidak Berat E : Ekstrim
K : Kecil AB : Agak Berat T : Tinggi
S : Sedang B : Berat M : Moderat
B : Besar SB : Sangat Berat R : Rendah
SB : Sangat Besar M : Malapetaka

37
Tabel 5.6 Daftar Rencana Tindak Lanjut Resiko Pengalihan Saluran dengan SSP

RISK RESPONSE PLANNING


DAFTAR RENCANA TINDAK LANJUT RISIKO PENGALIHAN SALURAN DENGAN SSP

Unit kerja : Departemen Sipil Umum


Kegiatan/Sasaran
: Rehabilitasi Jaringan Air Baku Klambu Kudu Paket 2

Analisa Evaluasi Rencana Tindak Lanjut Proaktif Rencana Tindak Lanjut Reaktif Penanggung Jawab Peluang

No. Risiko (Referensi pada Daftar Risiko) Penyebab Akibat Nilai Resiko Sebelum RTL Tingkat Evaluasi Tingkat
Konsekuensi Kontrol Kontrol Batas Responsible Accountable
Probabilitas Score Prioritas Prioritas Prioritas Efektivitas RTL Biaya Sisa Resiko Konsekuensi Efektivitas RTL Biaya Sumber Daya Uraian Nilai
(Akibat) Eksisting Probabilitas Score Eksisting Waktu Person Person
Kontrol (Akibat) Kontrol

1 SSP tidak bisa dicabut - Pemancangan terlalu dalam - Waktu pelaksanaan terlambat 472,500,000.00 4 2 8 2 orange 2 Tenaga harian QC 23,400,000.00 20,000,000.00 1 3 3 Tenaga harian pemotongan 22,500,000.00 Pekerja, Lumintu Kasie Teknik, Manajer Proyek
- Tidak mengikuti SOP/metode kerja - SSP harus dipotong Upah pekerja tambahan 16,200,000.00 Excavator, Pelaksana Utama
yang telah ditentukan Pelaksana

2 Lantai kerja rusak saat pencabutan SSP - SSP terlalu mepet dengan lantai - Waktu pelaksanaan terlambat 595,000,000.00 3 3 9 1 orange 1 Tenaga harian QC 27,900,000.00 30,000,000.00 1 2 2 Repair sebagian 50,000,000.00 Pekerja, Lumintu Kasie Teknik, Manajer Proyek
- kerja
Pencabutan tidak hati - hati - Harus dilakukan repair lantai kerja Upah pekerja tambahan 5,400,000.00 Excavator, Pelaksana Utama
- Kurangnya pengarahan dan Pelaksana
- pengawasan
SOP tidak dipatuhi

3 Air merembes melalui celah antar SSP - Pemancangan antar SSP tidak rapat - Waktu pelaksanaan terlambat 108,000,000.00 2 4 8 3 orange 3 Tenaga harian QC 5,400,000.00 3,000,000.00 2 2 4 Upah pekerja 3,000,000.00 Pekerja, Lumintu Kasie Teknik, Manajer Proyek
- Kurangnya pengarahan dan - Lantai kerja tidak dapat di cor Pompa, Pelaksana Utama
pengawasan
- SOP tidak dipatuhi Pelaksana

4 Dewatering berulang - Rembesan air dari celah antar SSP - Waktu pelaksanaan terlambat 100,000,000.00 1 5 5 4 orange 4 Tenaga harian QC 5,400,000.00 1,500,000.00 2 1 2 Pemompaan 4,000,000.00 Pekerja, Lumintu Kasie Teknik, Manajer Proyek
- Tidak adanya pemompaan di pagi - Pemompaan yang selalu berulang Pompa, Pelaksana Utama
hari ulang Pelaksana

1,275,500,000.00 83,700,000.00 54,500,000.00 79,500,000.00

38
Tabel 5.7 Daftar Rencana Tindak Lanjut Resiko Saluran Pengelak

RISK RESPONSE PLANNING


DAFTAR RENCANA TINDAK LANJUT RISIKO SALURAN PENGELAK

Unit kerja : Departemen Sipil Umum


Kegiatan/Sasaran
: Rehabilitasi Jaringan Air Baku Klambu Kudu Paket 2

Analisa Evaluasi Rencana Tindak Lanjut Proaktif Rencana Tindak Lanjut Reaktif Penanggung Jawab Peluang

No. Risiko (Referensi pada Daftar Risiko) Penyebab Akibat Nilai Resiko Sebelum RTL Tingkat Evaluasi Tingkat
Konsekuensi Kontrol Kontrol Batas Responsible Accountable
Probabilitas Score Prioritas Prioritas Prioritas Efektivitas RTL Biaya Sisa Resiko Konsekuensi Efektivitas RTL Biaya Sumber Daya Uraian Nilai
(Akibat) Eksisting Probabilitas Score Eksisting Waktu Person Person
Kontrol (Akibat) Kontrol

1 SSP tidak bisa dicabut - Tidak mengikuti SOP/metode kerja - Waktu pelaksanaan terlambat 625,000,000.00 5 2 10 1 orange 1 Tenaga harian QC 23,400,000.00 20,000,000.00 1 3 3 Tenaga harian pemotongan 22,500,000.00 Pekerja, Lumintu Kasie Teknik, Manajer Proyek
yang telah ditentukan - SSP harus dipotong Upah pekerja tambahan 16,200,000.00 Excavator, Pelaksana Utama
- Tpekerjaan dilakukan tidak sesuai Pelaksana
desain yang ditentukan

3 Air merembes melalui celah sambungan terpal - Rembesan air dari celah - Waktu pelaksanaan terlambat 108,000,000.00 2 4 8 2 orange 2 Tenaga harian QC 5,400,000.00 3,000,000.00 2 2 4 Upah pekerja 3,000,000.00 Pekerja, Lumintu Kasie Teknik, Manajer Proyek
sambungan
- Tidak adanyaterpal
pemompaan di pagi - Lantai kerja tidak dapat di cor Pompa, Pelaksana Utama
hari - Uditch tidak bisa dipasang Pelaksana

4 Dewatering berulang - Rembesan air dari celah antar SSP - Waktu pelaksanaan terlambat 100,000,000.00 1 5 5 3 orange 3 Tenaga harian QC 5,400,000.00 1,500,000.00 2 1 2 Pemompaan 4,000,000.00 Pekerja, Lumintu Kasie Teknik, Manajer Proyek
- Tidak adanya pemompaan di pagi - Pemompaan yang selalu berulang Pompa, Pelaksana Utama
hari ulang Pelaksana

833,000,000.00 50,400,000.00 24,500,000.00 29,500,000.00

39
6 BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat diambil

kesimpulan sebagai berikut :

1. Secara analisa waktu, Metode Saluran Pengelak Memiliki waktu pekerjaan


yang lebih cepat dibandingkan dengan Metode Pengaliohan Saluran
dengan SSP.
2. Secara analisa biaya, metode pengelak dengan pemancangan SSP
memberikan kerugian sebesar 1.897 M, sedangkan metode diversion
channel memberikan sumbangsih margin proyek sebesar Rp
414.644.798,00.
3. Metode yang paling efisien adalah Metode Saluran Pengelak karena kita
bisa mengerjakan saluran secara frontal dan cepat. Sehingga pekerjaan
dapat diselesaikan dengan lebih cepat.

5.2 Saran

Dalam pelaksanaan pekerjaan dilapangan perlu dilakukan komunikasi yang intens


antar bagian karena volume pekerjaan yang tinggi akan tetapi hanya memiliki
waktu yang sangat sedikit sehingga koordinasi terjaga baik.

40

Anda mungkin juga menyukai