Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Tugas Akhir

ANALISA VARIASI DIAMETER DAN VARIASI DESIGN BY-PASS PADA SISTEM PERPIPAAN
ROPP-030.

Widhia Krisna Prayuda1, Wisnu Wardhana2, Murdjito3


Mahasiswa Teknik Kelautan, 2,3Staf Pengajar Teknik Kelautan

Abstrak
Suatu sistem perpipaan membutuhkan adanya by-pass yang digunakan sebagai jalur alternatif apabila main line
mengalami kerusakan atau dalam keadaan maintenance. Untuk perancangan by-pass suatu system perpipaan perlu
dilakukan stress analysis dan flexibility analysis. Analisa ini berguna untuk melihat apakah system by-pass tersebut
memenuhi code untuk diaplikasikan. Dalam perancangan by-pass system perpipaan ini perlu dilakukan variasi, baik
itu variasi diameter ataupun design. Penelitian ini membahas tentang variasi terhadap diameter dan design by-pass
pada sistem perpipaan ROPP 030. Yang dianalisa dengan menggunakan bantuan software CAESAR 5.1. Dari hasil
analisa yang telah dilakukan diperoleh nilai tegangan maksimum adalah 249422.4 Kpa dengan Allowable stress
183400.5 Kpa pada load case Occasional yang terjadi pada design alternatif 2 diameter 8 inchi dan nilai
displacement maksimum yang terjadi adalah 5.781 mm ke arah negatif pada sumbu z dengan allowable
displacement 5 mm yang terjadi pada design alternatif 1 diameter 4 inchi. Sebelum melakukan analisa menggunakan
CAESAR 5.1 perlu dilakukan analisa pressure input pada by-pass dengan menggunakan software ANSYS. Dari
analisa pressure input diperoleh nilai pressure input maksimum sebesar 20.1 kg/cm2 yang terjadi pada by-pass
diameter 4 inchi.
Kata Kunci : by-pass, stress analysis, flexibility analysis, CAESAR II, ANSYS.

1. PENDAHULUAN
Pada era globalisasi ini hampir seluruh aspek
kehidupan menggunakan teknologi. Dan untuk
perkembangan teknologi dibutuhkan sumber daya
alam yang cukup. Oleh karena itu, banyak pihak yang
melakukan eksplorasi sumber daya alam di seluruh
dunia. Salah satu sumber daya alam yang banyak
dicari adalah minyak dan gas bumi.
Banyak teknologi yang dikembangkan untuk
menunjang kegiatan eksplorasi minyak dan gasbumi.
Baik itu digunakan untuk kegiatan eksplorasi ataupun
distribusi. Salah satu teknologi yang digunakan untuk
kegiatan eksplorasi minyak dan gas bumi adalah
sistem perpipaan. Sistem perpipaan ini digunakan
untuk mengalirkan minyak dan gas hasil eksplorasi
baik itu dari suatu sistem produksi atau antar sistem
produksi.
Suatu sistem perpipaan yang digunakan untuk
kegiatan eksplorasi melwati proses perancangan yang
cukup rumit dan panjang. Hal ini dikarenakan
ketersediaan lahan dan finansial yang terbatas untuk
mengakomodasi sistem perpipaan dalam suatu sistem
produksi. Selain itu suatu sistem perpipaan juga
dirancang untuk tetap beroperasi meski dalam keadaan
maintenance. Karena apabila sistem perpipaan
berhenti dalam waktu yang cukup lama dapat
menyebabkan perusahaan merugi dengan jumlah yang
tidak kecil.

Oleh karena itu diperlukan suatu saluran alternatif


dalam sistem perpipaan yang berfungsi untuk menjadi
aliran sementara ketika aliran utama sedang dalam
proses perawatan. Saluran alternatif tersebut dirancang
dengan ukuran diameter yang lebih kecil atau paling
tidak sama dengan diameter main line.
Hal ini dikarenakan saluran tersebut tidak selalu
dipergunakan dalam keadaan operasi, apabila diameter
pipa yang digunakan sama dengan ukuran diameter
main line maka biaya yang dipergunakan akan
membengkak.
Untuk itu perlu dilakukan analisa terhadap variasi
ukuran diameter dan jalur saluran alternatif tersebut.
Analisa tersebut dpat dilakukan dengan software
komputer, salah satunya adalah dengan menggunakan
software CAESAR 5.1.
Namun dalam perancangan dan analisa yang
dilakukan perlu diberi kondisi batas yang berfungsi
agar analisa yang dilakukan tidak terlalu luas. Selain
itu juga digunakan untuk berjaga-jaga karena pada
kondisi riil suatu sistem perpipaan tidak selalu berada
seperti yang direncanakan saat melakukan design.
2.
2.1

Dasar Teori
Sistem Perpipaan

Sistem perpipaan memegang peranan penting dalam


industri di dunia sekarang ini. Seperti pembuluh darah
yang terdapat dalam tubuh kita (arteri dan vena),
1

Jurnal Tugas Akhir


sistem perpipaan digunakan untuk mengalirkan cairan,
mencampur, serta barmacam-macam proses lainnya,
baik yang sederhana maupun yang kompleks seperti di
industri kimia dimana menggunakan berbagai jenis
komponen-komponen pipa berbeda untuk mengukur,
mengkondisikan, bahkan mengatur aliran fluida itu
sendiri.
Adapun bagian-bagian dari sistem perpipaan itu
sendiri terdiri dari pipa, flange, sambungan (fitting),
gasket, katup, reducer, belokan serta komponenkomponen pendukung lainnya.
Komponen
2.2 Teori dasar tegangan pipa
Tegangan (stress)
Intensitas gaya yang tegak lurus atau normal terhadap
irisan disebut tegangan normal (normal stress) pada
sebuah titik. Tegangan dilambangkan dengan .
Secara matematis didefinisikan sebagai :

F
A

dengan :

= tegangan (N/m2)
F
= gaya tegak lurus terhadap potongan (N)
A
= luas (m2)
Regangan (strain)
Jika sebuah batang diberikan pembebanan langsung
kemudian timbul tegangan, panjang batang akan
berubah. Jika panjang awal batang adalah L dan
perubahan panjang batang adalah L, maka regangan
adalah hasil dari sebagai berikut :

Regangan () =

Perubahan Panjang
Panjang Awal

L
L

Regangan adalah ukuran deformasi dari bahan, tidak


mempunyai satuan

Gambar 2. 1 Regangan Pada Batang

2.3 Kriteria analisis tegangan sistem perpipaan


Seperti diketahui bahwa tujuan dilakukannya
perhitungan analisis tegangan dari sistem perpipaan,
secara singkat adalah untuk menjamin bahwa sistem
perpipaan tersebut dapat beroperasi dengan aman
tanpa mengalami kegagalan. Dalam kenyataannya,
pipa yang didalamnya mengalir fluida, baik panas,
dingin atau hangat - hangat kuku, akan mengalami
pemuaian (expansion) atau pengkerutan (contraction)
yang berakibat timbulnya gaya yang bereaksi pada
ujung koneksi (connection), akibat dari temperatur,
berat pipa dan fluida itu sendiri serta tentu saja

tekanan didalam pipa. Dengan demikian, sebuah


sistem perpipaan haruslah didisain se-fleksibel
mungkin demi menghindari pergerakan pipa
(movement) akibat ekspansi termal atau thermal
contraction yang bisa menyebabkan:
1. Kegagalan pada material pipa karena terjadinya
tegangan yang berlebihan atau over stress maupun
fatigue.
2. Terjadinya tegangan yang berlebihan pada
penyangga pipa atau titik tumpuan.
3. Terjadinya kebocoran pada sambungan flanges
maupun di katup.
4. Terjadi kerusakan material di nozzle peralatan
(Pump, Tank, Pressure Vessel, Heat Exchanger
dan lain sebagainya) akibat gaya dan momen yang
berlebihan akibat ekspansi atau kontraksi pipa tadi.
5. Resonansi akibat terjadi getaran.
Dalam system engineering terdapat dua kriteria
(Chamsudi, 2005) yaitu Non Critical Piping dan
Critical Piping. Non Critical Piping adalah jalur pipa
tidak diperhitungkan dalam analisis tegangan pipa
karena dimungkinkan tidak terjadi beban berlebih
yang dapat mengganggu sistem perpipaan. Critical
Piping adalah jalur pipa yang harus diperhitungkan
dalam analisis karena dimungkinkan dapat terjadi
beban beban, yang nantinya dapat melebihi batasan
beban yang diijinkan pada sistem perpipaan tersebut.
Adapun beban beban yang dimungkinkan terjadi
tersebut disebabkan oleh :
Hubungan temperatur dengan diameter pipa
Fluida yang mengalir dalam pipa adalah fluida
aliran 2 fase
Sistem perpipaan berhubungan dengan rotating
equipment
Batasan beban yang diijinkan pada nozzle
equipment kecil
Adanya gaya yang timbul secara periodik dari
komponen pipa, seperti PSV ( pressure safety
valve)
Tegangan dan beban yang dianalisis harus dibuat
sedemikian rupa sehingga memenuhi standard
internasional.
Kriteria untuk critical line merupakan fungsi suhu dan
diameter pipa yang ditunjukkan dalam bentuk grafik
pada Gambar 2.10 (Chamsudi, 2005) dengan sumbu
absis adalah diameter pipa dan sumbu ordinat adalah
suhu yang bekerja pada sistem perpipaan.
Kategori 1 : Sistem Perpipaan yang dihubungkan
dengan Static Equipment
Kategori ini merupakan kategori untuk sistem
perpipaan yang berhubungan dengan peralatan (
equipment ) yang statik atau diam. Adapun perlatan
yang dimaksud antara lain vessel, coulum, heat
exchanger dan lainnya.

Jurnal Tugas Akhir


yang dapat diterapkan pada wilayah khusus tertentu
dan juga dapat dibuat menjadi hukum.
Standard adalah dokumen yang dipersiapkan oleh
sekelompok profesional yang mempunyai kemampuan
yang sangat baik dan pekerjaan engineering yang
tepat dimana ditulis dengan kebutuhan yang
diperintahkan.
2.4 Code dan Standard

Gambar 2. 2 Kriteria Critical Line untuk Pipa Terhubung


Static Equipment

Kategori 2: Sistem Pipa yang dihubungkan dengan


Mesin Rotasi
Untuk semua sistem perpipaan yang dihubungkan
dengan nozzle critical (rotating) equipment seperti
turbin, kompresor, pompa dan lain-lain., harus
dianalisa secara formal.

Code adalah sekelompok peraturan umum atau standar


sistematis untuk disain, material, fabrikasi, instalasi,
dan inspeksi yang dipersiapkan dalam suatu aturan
yang dapat diterapkan pada wilayah khusus tertentu
dan juga dapat dibuat menjadi hukum.
Standard adalah dokumen yang dipersiapkan oleh
sekelompok profesional yang mempunyai kemampuan
yang sangat baik dan pekerjaan engineering yang
tepat dimana ditulis dengan kebutuhan yang
diperintahkan.
ASME/ANSI B31.3
ASME/ANSI B31.3 adalah code yang berisi peraturan
untuk perpipaan yang umumnya ditemukan pada
petroleum refineries, pabrik kimia, pabrik farmasi,
tekstil, kertas, semikonduktor, dan pabrik-pabrik
berkaitan dengan proses dan terminal.
Tegangan yang Diijinkan ( Allowable Stress )

Catatan :
1.) Kriteria A : Tidak Perlu dianalisis
2.) Kriteria B : Harus dikoreksi dengan metode
sederhana yang ada
3.) Kriteria C : Detail analisis harus dihitung
dengan computer.

Kegagalan biasanya terjadi pada bagian yang


mendapatkan regangan terbesar (highest cyclic strain).
Tegangan yang diijinkan untuk thermal expansion
stress adalah:
SA = 1.25 Sc + 0.25 Sh
dimana :
Sc = tegangan yang diijinkan pada temperaur
lingkungan
Sh = tegangan yang diijinkan pada temperatur operasi
Tegangan yang diijinkan ini akan menjadikan sistem
perpipaan aman beroperasi dalam siklus 7000 kali.

Selain dua kategori di atas, ada pengecualian khusus


untuk sebuah sistem perpipaaan diperlukan analisis,
yaitu karena bahan/material dari nozzle yang
menghubungakn pipa dengan equipment memiliki
batas beban yang diijinkan kecil. Seperti nozzle pada
equipment air cooler yang biasanya dibuat dari
material aluminium, mempunyai batasan beban lebih
kecil daripada nozzle yang berasal dari meterial
carbon steel.

Tabel 2.1 Nilai faktor pengurang tegangan (f)


Siklus (N)
f
<7000
1,0
7000-14000
0,9
14000-22000
0,8
22000-45000
0,7
45000-100000
0,6
>100000
0,5

Analisis fleksibilitas haruslah berdasarkan pada


batasan-batasan yang telah ditetapkan oleh standard
yang ada, seperti API 610 dan/atau NEMA SM-23,
jika manufaktur tidak mempunyai batasan.

Jika siklus yang terjadi diharapkan lebih dari 7000 kali


dalam umurnya sistem perpipaan, maka tegangan
yang diijinkan juga akan berkurang dengan
menambahkan faktor pada formula diatas.
SA = f(1.25 Sc + 0.25 Sh)
dimana :
Sc
= tegangan yang diijinkan pada temperatur
lingkungan

Gambar 2. 3 Kriteria Critical Line untuk Pipa Terhubung


rotating Equipment

Code adalah sekelompok peraturan umum atau standar


sistematis untuk disain, material, fabrikasi, instalasi,
dan inspeksi yang dipersiapkan dalam suatu aturan

Jurnal Tugas Akhir


Sh
= tegangan yang diijinkan pada temperatur
operasi
f
= factor tegangan (fig. 302.3.5 ASME B31.3)
Beban-beban pada Sistem Perpipaan
Beban Sustain
Stress yang terjadi pada beban sustain
merupakan jumlah stress longitudinal Si akibat efek
tekanan, berat, dan beban sustain yang lain dengan
tidak melebihi dari Sh. Persamaan matematis dapat
dinyatakan sebagai berikut:

PD Fax

4t n
A

2
b

4 S t2 S L S h

Beban Occasional
Stress yang terjadi pada beban occasional
merupakan jumlah stress longitudinal akibat tekanan,
berat, dan beban sustain lain serta stress yang
dihasilkan oleh beban occasional misalnya angin atau
gempa. Stress ini tidak boleh melebihi 1.33Sh.

2
b

4St2 S L kSh

Beban Ekspansi
Stress yang diakibatkan oleh adanya ekspansi
termal dan atau displacement Se akan dihitung dengan
persamaan:

Se

2
b

4 St

(2.26)

1
Se
Z

ii M i

iO M O M t
2

(2.27)

Se

1000
Z

Sa f 1.25( Sc Sh ) Sl , psi (kpa)

dengan :
=
S

ii M i 2 iO M O 2 M t 2

Resultan tegangan akibat beban lentur, psi

Tegangan puntir, psi

In-plane bending moment, in-lb

t
i

Out-of-plane bending moment, in-lb

In-plane stress intensification factor

Out-of-plane stress intensification factor

Z
S

=
=

Section modulus of pipe, in

Sc
Sh
f
S

=
=
=
=

i
o

Fax

atau

Allowable stress untuk ekspansi termal, psi

Tegangan pada pipa dalam keadaan dingin


Tegangan pada pipa dalam keadaan suhu tertentu

faktor pengurangan stress


Stress sustain yang terhitung, psi

2.5 Penyangga Pipa


Support adalah alat yang digunakan untuk menahan
atau memegang sistem perpipaan. Support dirancang
untuk dapat menahan berbagai macam bentuk
pembebanan baik statis maupun dinamis. Penempatan
support harus memperhatikan dari pergerakan sistem
perpipaan terhadap profil pembebanan yang mungkin
terjadi pada berbagai kondisi. Berdasarkan
pembebanannya penyangga pipa dapat dibagi menjadi
dua (Raswari, 1986) yaitu pembebanan statis dan
pembebanan dinamis.
Metode yang sederhana dalam memperkirakan
tegangan yang terjadi pada pipa dan beban pada
penyangga terhadap berat adalah (Smith, 1987)
memodelkan pipa sebagai batang yang mempunyai
beban terbagi rata pada panjangnya. Panjang batang
sama dengan jarak antara penyangga.
Jarak antar penyangga secara sederhana (Smith, 1987)
ditentukan oleh persamaan sebagai berikut :

(2.28)

Dengan :

Sb

ii M i 2 iO M O 2
Z

1000 ii M i iO M O
2

Sb

St

Mt
1000 M t
psi atau St
kpa
2Z
2Z

Stress limit displacement dapat diberikan sebagai


berikut:

Se S a
dan

Sa f 1.25Sc 0.25Sh , psi (kpa)

Dimana :
L
=

Z
S

=
=

10 ZS
W

Jarak maksimum yang diizinkan antara


penyangga untuk pipa horizontal lurus
(mm)
Modulus pipa (mm3)
Tegangan yang diijinkan (tergantung
pada bahan pipa, suhu, tekanan, dan
code yang digunakan)
Berat per-satuan panjang (N/mm)

Untuk pipa kritikal (Santoso, 2006) penentuan


peletakan penyangga untuk pipa ditentukan oleh
analisis dengan bantuan komputer.
Peletakan
penyangga juga harus memperhatikan letak pipa yang
terdapat pada sekitarnya, letak pondasi struktur
penyangga sipil (pipe rack).

Jurnal Tugas Akhir


3. Pengumpulan Data
3.1 Code dan standard
Dalam penelitian tugas akhir ini code dan standart
yang digunakan sebagai acuan adalah sebagai berikut:
ASME B31.3 PROCESS PIPING
3.2 Data-data system perpipaan
NPS
: 12
SCH
: 10S
Material
: A312-TP-304
Design Temp
: 65C
Operating Temp
: -85C
Design Pressure
: 16.5 Kg/cm-2
Fluid
: 7.88 Kg/cu.m
Insulation
: 136 Kg/cu.m
Insul thickness
: 150 mm
3.3 Data-data gambar isometric sistem perpipaan

Gambar 2.9 Gambar Isometrik 3


3.4 View layout design dengan menggunakan
software SPR (Smart Plant Review)
Dalam pengerjaan tugas akhir ini, sebelum melakukan
analisa tegangan menggunakan software Caesar II 5.1.
kita harus melihat layout design dengan menggunakan
software SPR (Smart Plant Review). Untuk dapat
mengetahui routing pada pipa. Sehingga nantinya kita
dapat melakukan redesign sesuai dengan layout design
tersebut.
3.5 Pemodelan menggunakan Software ANSYS
Pemodelan sistem by-pass perpipaan ROPP 030 yang
terhubung dengan saluran utama perpipaan. Hal ini
bertujuan untuk menganalisa presure input pada bypass yang selanjutnya akan dianalisa menggunakan
software CAESAR II 5.1.

Gambar 2.7 Gambar Isometrik 1

3.6 Pemodelan menggunakan Software Caesar II 5.1


Permodelan system perpipaan dengan menggunakan
software Caesar II 5.1 memberikan gambaran baik
visual berupa bentuk sistem perpipaan maupun hasil
analisis mengenai tegangan, gaya, displacement dan
momen yang terjadi maupun melaporkan terjadinya
overstress. Kemudian dari hasil analisis (output)
CAESAR II 5.1 diperoleh nilai force dan moment
yang bekerja pada support dan equipment, yg
kemudian dilakukan pipe stress analysis untuk
mendapatkan suatu system perpipaan yg sesuai
dengan allowable stress sehingga pipa tidak
mengalami overstress.

4. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN


Gambar 2.8 Gambar Isometrik 2

4.1 Analisa Pressure Input pada By-pass Sistem


Perpipaan ROPP 030
Dalam sub bab ini mencantumkan berapa besar
pressure input by-pass sistem perpipaan ROPP 030.
Hal ini dilakukan karena data yang diperoleh hanya
pressure
input.
Sedangkan
by-pass
yang
menghubungkan by-pass dengan main line mengalami
perubahan diameter dan perbedaan elevasi yang
5

Jurnal Tugas Akhir


menyebabkan besar pressure input berubah. Untuk
memperoleh besar pressure input dapat dengan
menggunakan software ANSYS.
Langkah pertama yang dilakukan adalah dengan
memodelkan sistem perpipaan ROPP 030 yang
terhubung dengan by-pass seperti yang tertera pada
gambar dibawah ini.

Gambar 4.3 Pressure input pada by-pass diameter 4


inchi.

Gambar 4.1 Model By-pass yang terhubung dengan


Main Line pada ANSYS tampak samping

Gambar 4.4 Pressure input pada by-pass diameter 5


inchi.

Gambar 4.2 Model By-pass yang terhubung dengan


Main Line pada ANSYS tampak depan
Setelah
melakukan
pemodelan
selanjutnya
menganalisa model dengan software ANSYS. Analisa
dengan ANSYS bertujuan untuk memperoleh besar
pressure yang selanjutnya akan digunakan sebagai
input pressure pada program CAESAR 5.1.
Dari output pada software diambil local analisis pada
daerah antara main line dan by-pass. Pada daerah
tersebut diambil stress maksimum yang terjadi pada
daerah tersebut. Stress maksimum dapat dilihat pada
gambar dibawah ini.

Gambar 4.5 Pressure input pada by-pass diameter 6


inchi.

Jurnal Tugas Akhir


Tabel 4.3 Tegangan Maksimum ROPP 030 pada
Model Awal diameter 5 inchi
Actual Maximum Stress of Pipe Sistem

Gambar 4.6 Pressure input pada by-pass diameter 8


inchi.
Dari hasil analisa dengan menggunakan program
ANSYS diperoleh nilai pressure seperti tertera pada
tabel berikut.

Node

Cases

Actual
Stress
(Kpa)

Allowable
Stress
(Kpa)

Ratio

Remark

599

Hidrotest

55171.8

241316.5

22.9

Pass

599

Sustain

49712.6

137895.1

36.1

Pass

69

Occasional

56336.0

183400.5

30.7

Pass

90

Occasional

92982.1

183400.5

50.7

Pass

58

Expansion

21780.0

323236.7

6.7

Pass

69

Expansion

22128.8

322636.8

6.9

Pass

90

Expansion

47863.3

323165.0

14.8

Pass

Tabel 4.4 Tegangan Maksimum ROPP 030 pada


Model Awal diameter 6 inchi
Actual Maximum Stress of Pipe Sistem

Tabel 4.1 Pressure Maksimum pada By-pass ROPP


030
Diameter Bypass (inch)
4
5
6
8

Pressure
(kg/cm2)
20.1
18.1
14.9
8.46

4.2 Tegangan Maksimum pada By-pass Sistem


Perpipaan ROPP 030 Design Awal
Dalam sub bab ini hanya mencantumkan tegangan
terbesar yang terjadi pada sistem perpipaan ROPP
030. Berikut adalah tabel hasil perhitungan tegangan
yang diperoleh dari analisis statis menggunakan
program CAESAR 5.1 :
Tabel 4.2 Tegangan Maksimum ROPP 030 pada
Model Awal diameter 4 inchi
Actual Maximum Stress of Pipe Sistem

Node

Cases

Actual
Stress
(Kpa)

Allowable
Stress
(Kpa)

Ratio

Remark

220

Hidrotest

60495.4

241316.5

25.1

Pass

220

Sustain

45196.6

137895.1

32.8

Pass

220

Occasional

45707.8

183400.5

24.9

Pass

200

Occasional

71482.1

183400.5

39.0

Pass

20

Expansion

23576.9

323543.4

7.3

Pass

20

Expansion

17115.7

322362.2

5.3

Pass

200

Expansion

33518.7

323405.1

10.4

Pass

Tabel 4.5 Tegangan Maksimum ROPP 030 pada


Model Awal diameter 8 inchi
Actual Maximum Stress of Pipe Sistem
Node

Cases

Actual
Stress
(Kpa)

Allowable
Stress
(Kpa)

Ratio

Remark

599

Hidrotest

71499.9

241316.5

29.6

Pass

500

Sustain

34775.2

137895.1

25.2

Pass

69

Occasional

37092.3

183400.5

20.2

Pass

Node

Cases

Actual
Stress
(Kpa)

90

Occasional

44730.9

183400.5

24.4

Pass

660

Hidrotest

52992.7

241316.5

22.7

Pass

660

Expansion

27511.7

313280.5

8.8

Pass

660

Sustain

57126.5

137895.1

41.4

Pass

69

Expansion

15288.2

328286.5

4.7

Pass

69

Occasional

77617.0

183400.5

42.3

Pass

90

Expansion

18704.4

328409.5

5.7

Pass

90

Occasional

137026.4

183400.5

74.7

Pass

58

Expansion

20584.3

325060.2

6.3

Pass

69

Expansion

38170.6

324776.4

11.8

Pass

90

Expansion

79232.8

325308.2

24.4

Pass

Allowable
Stress
(Kpa)

Ratio

Remark

Jurnal Tugas Akhir


Tabel 4.7 Beban nozzle vessel 37-V-102/N17 pada
diameter 5 inchi

Gambar 4.7 Grafik Tegangan Maksimum Model Awal


Dari hasil tegangan maksimum yang terjadi pada
sistem perpipaan disajikan di table tegangan
maksimum diatas dapat diketahui bahwa tegangan
maksimum yang terjadi pada sistem perpipaan ada
yang melebihi batas allowable strees (tegangan yang
dijinkan) yang ditetapkan telah ASME B31.3.
4.3 Analisa Gaya dan Momen By-pass Sistem
Perpipaan ROPP 030 Design Awal
Analisa gaya dan momen pada intinya bertujuan untuk
mengetahui besarnya gaya dan momen yang diterima
oleh nozzle peralatan (equipment), dalam hal ini
adalah nozzle vessel dan pompa. Pada analisa ini
besarnya gaya dan momen yang bekerja pada nozzle
vessel dan pompa dapat dimodifikasi. Modifikasi
dapat dilakukan adalah dengan cara mengubah
penyangga ataupun jalur pipa. Selain untuk
mengetahui beban pada nozzle, analisis ini juga
digunakan untuk mengetahui besarnya beban yang
diterima pada penyangga yang ada pada sistem
perpipaan, sehingga dapat dibuat penyangga yang
mampu menahan beban dari hasil analisis tersebut.
Berikut adalah tabel beban yang diterima pada nozzle
Vessel dan pompa dalam kasus pembebanan operasi
dan sustain.

Forces (N)

Moments (N.m)

Fx

Fy

Fz

Mx

My

Mz

Operasi

N17

15

-966

53

344

14

Operasi

N17

15

-749

77

11

Operasi

N17

15

-966

53

344

14

Sustain

N17

-2

-740

63

-6

CASES

Moments (N.m)

Fx

Fy

Fz

Mx

My

Mz

Operasi

N17

19

-1152

86

513

-6

Operasi

N17

18

-808

10

99

-4

-10

Operasi

N17

19

-1152

86

513

-6

Sustain

N17

-5

-793

77

-12

Tabel 4.8 Beban nozzle vessel 37-V-102/N17 pada


diameter 6 inchi
Forces (N)

Moments (N.m)

Nozzle
Item

Fx

Fy

Fz

Mx

My

Mz

Operasi

N17

19

-1345

121

683

-21

-20

Operasi

N17

18

-865

14

120

-29

-27

Operasi

N17

19

-1345

121

683

-21

-20

Sustain

N17

-9

-846

90

-17

CASES

Tabel 4.9 Beban nozzle vessel 37-V-102/N17 pada


diameter 8 inchi
Forces (N)

Moments (N.m)

Nozzle
Item

Fx

Fy

Fz

Mx

My

Mz

Operasi

N17

18

1749

197

1038

-85

-59

Operasi

N17

17

-979

18

165

-98

-73

197

1038

-85

-59

121

-29

CASES

Operasi

N17

18

1749

Sustain

N17

-16

-952

Tabel 4.10 Beban Nozzle pada Pompa 37-P-102A/B


pada diameter 4 inchi
Nozzle
Item

Tabel 4.6 Beban nozzle vessel 37-V-102/N17 pada


diameter 4 inchi
Nozzle
Item

Forces (N)

Nozzle
Item

CASES

Forces (N)

Moments (N.m)

Cases
Fx

Fy

Fz

Mx

My

Mz

Operasi

-7

-187

16

-60

-33

81

Operasi

-14

-161

51

-33

-53

99

Operasi

-7

-187

16

-60

-33

81

Sustain

-9

-290

24

-20

12

Operasi

-7

68

10

-168

-31

108

Operasi

-9

-2

-153

-27

96

Operasi

-7

68

10

-168

-31

108

Sustain

-32

-213

-3

-51

-19

(4010)/A

(4020)/B

Jurnal Tugas Akhir


Tabel 4.11 Beban Nozzle pada Pompa 37-P-102A/B
pada diameter 5 inchi
Nozzle
Item

Forces (N)

4.4 Analisis

Sistem

Perpipaan ROPP 030 Model Awal

Cases
Fx

Fy

Fz

Mx

My

Mz

Operasi

-8

48

18

-186

-45

149

Operasi

-22

116

74

-161

-74

185

Operasi

-8

48

18

-186

-45

149

Sustain

-17

-180

28

-53

-25

19

Operasi

-1

503

20

-369

-39

210

Operasi

-4

320

-1

-321

-31

177

Operasi

-1

503

20

-369

-39

210

Sustain

-47

-21

-1

-154

-27

(4020)/B

Tabel 4.12 Beban Nozzle pada Pompa 37-P-102A/B


pada diameter 6 inchi
Forces (N)

Karena dalam sistem perpipaan bekerja beban-beban


(beban operating, beban sustain) maka terjadi defleksi
pada pipa sehingga terjadi pergeseran nodal
(displacement) pada sistem perpipaan.
Analisa displacement dilakukan terhadap semua kasus
pembebanan. Berikut adalah tabel analisis
displacement yang paling besar terjadi pada kasus
pembebanan operating dan sustain yang didapat dari
analisa statis program Caesar 5.1 :
Tabel 4.14 Tabel hasil analisa displacement pada
sistem perpipaan ROPP 030 pada Model Awal
diameter 4 inchi
Displacement

Moments (N.m)

Kondisi

Cases

Defleksi
(mm)

Node

Orientasi
Dx

-4.517

79

Dy

-3.84

519

Fx

Fy

Fz

Mx

My

Mz

Operasi

-7

336

23

-333

-57

231

Operasi

-29

464

101

-319

-94

289

Operasi

-7

336

23

-333

-57

231

Dz

2.301

618

Sustain

-27

-68

32

-111

-29

24

Dx

-3.563

220

Operasi

10

1000

33

-585

-41

337

Dy

-1.971

660

Operasi

640

-7

-483

-27

269

Dz

1.619

909

Operasi

10

1000

33

-585

-41

337

Dx

-4.517

79

Sustain

-64

166

-252

-35

Dy

-3.84

519

Dz

2.301

618

Dx

-0.735

678

Dy

-0.762

670

Dz

-0.346

129

Operasi

(4010)/A

Operasi

(4020)/B
Operasi

Tabel 4.13 Beban Nozzle pada Pompa 37-P-102A/B


pada diameter 8 inchi
Nozzle
Item

By-pass

Moments (N.m)

(4010)/A

Nozzle
Item

Displacement

Forces (N)

Moments (N.m)

Cases
Fx

Fy

Fz

Mx

My

Mz

Operasi

-11

1191

45

-737

-82

438

Operasi

-60

1554

178

-788

-138

564

Operasi

-11

1191

45

-737

-82

438

Sustain

-56

210

45

-248

-42

23

Operasi

37

2283

80

1103

-32

656

Operasi

49

1370

-13

-811

-6

506

Operasi

37

2283

80

1103

-32

656

Sustain

-117

514

-435

-57

-48

Sustain

(4010)/A

(4020)/B

Dari beban pada nozzel vessel dan nozzle pada pompa


yang tertera pada table-tabel diatas , gaya dan momen
yang terjadi pada sistem perpipaan untuk selanjutnya
dibandingkan dengan besar gaya dan momen yang
diijinkan oleh fabrikasi.

Jurnal Tugas Akhir


Tabel 4.15 Tabel hasil analisa displacement pada
sistem perpipaan ROPP 030 pada Model Awal
diameter 5 inchi

Tabel 4.17 Tabel hasil analisa displacement pada


sistem perpipaan ROPP 030 pada Model Awal
diameter 8 inchi

Displacement

Displacement

Kondisi

Operasi

Operasi

Operasi

Sustain

Defleksi
(mm)

Node

Orientasi
Dx

-4.63

79

Dy

-3.731

519

Dz

2.197

Dx

Kondisi

Defleksi
(mm)

Node

Orientasi
Dx

-4792

79

Dy

-3.595

519

618

Dz

2.015

618

-3.447

220

Dx

-3.079

609

Dy

-1.96

660

Dy

-1915

660

Dz

1.381

160

Dz

1.37

170

Dx

-3.447

220

Dx

-4.792

79

Dy

-1.96

660

Dy

-3595

519

Dz

1.381

160

Dz

2.015

618

Dx

-0.38

678

Dx

-0.199

220

Dy

-0.506

670

Dy

-0.319

518

Dz

0.231

598

Dz

0.145

618

Operasi

Operasi

Operasi

Sustain

Tabel 4.16 Tabel hasil analisa displacement pada


sistem perpipaan ROPP 030 pada Model Awal
diameter 6 inchi
Displacement
Kondisi

Operasi

Operasi

Operasi

Sustain

Defleksi
(mm)

Node

Orientasi
Dx

-4697

79

Dy

-3.67

519

Dz

2.122

618

Dx

-3.25

220

Dy

-1947

660

Dz

1.39

160

Dx

-4.697

79

Dy

-3.67

519

Dz

2.122

618

Dx

-0.261

220

Dy

-0.38

898

Dz

0.183

598

Gambar 4.8 Grafik Perbandingan Displacement Model


Awal
Dari table diatas defleksi yang terjadi pada sistem
perpipaan pada kondisi operasi dan kondisi sustain
tidak ada yang melebihi batas aman yang telah
ditentukan dalam proyek ROPP 030 yaitu <5 mm.
5.

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Dari analisis Data yang telah dilakukan diperoleh
beberapa kesimpulan antara lain sebagai berikut:
1.

Dari hasil analisa tegangan dan displacement


pada by-pass system ROPP 030. Stress dan
displacement rata-rata masih memenuhi code
dan standar fabrikasi equipment.
Hasil analisa tegangan diperoleh nilai
tegangan dan displacement maksimum yang
10

Jurnal Tugas Akhir


terjadi pada by-pass yang memenuhi code
adalah:
Tegangan maksimum terjadi pada
design alternatif 2 terjadi pada
diameter 8 inchi dengan nilai actual
stress 249422.4 Kpa dan Allowable
stress 183400.5 Kpa pada load case
Occasional, pada design alternatif
tersebut
terjadi
over
stress.
Sedangkan yang masih memenuhi
allowable stress terjadi pada design
alternatif 1 diameter 8 inchi dengan
nilai actual stress 186298.2 Kpa dan
Allowable stress 311454.1 Kpa pada
load case Expansion.
Displacement maksimum terjadi
pada design alternatif 1 diameter 4
inchi dengan nilai 5.781 mm ke arah
negatif pada sumbu z dengan
allowable displacement 5 mm. Pada
design tersebut perlu dilakukan
penambahan pipe support atau
redesign agar memenuhi allowable
displacement yang telah ditentukan.
2.

Popov, E.P., Astamar, A. 1983. Mekanika Teknik


Edisi Kedua (Versi SI). Jakarta : Erlangga
Hendra, Akbar, 2011. Analisa Pipe Support
Terhadap Fleksibilitas dan Tegangan yang
Terjadi pada Sistem Perpipaan Pt.
PERTAMINA (Persero) Residu Catalyst
Cracking Off Gas to Propylene Project
(ROPP) 030, FTK, Institut Teknologi
Sepuluh Nopember Surabaya.
Ayesman, Dongky, 2011. Perancangan dan Analisa
Konfigurasi Perpipaan dari Heat Exchanger
ke Cooler Box Berdasarkan Stress Analysis
(Studi Kasus : Pt. Rekayasa Industri), FTK,
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya.
Smith, Peter, 2005. Piping Materials Selection and
Applications. United States of America.

Dari hasil analisa tegangan dan fleksibilitas


yang terjadi akibat gaya, momen dan defleksi
pada by-pass sistem perpipaan ROPP 030.
Semua variasi diameter dan design dapat
diaplikasikan tergantung pada variasi pipe
support.

5.2. Saran
1.

Analisis dinamis by-pass system perpipaan


ROPP 030.
2. Analisis statis by-pass sistem perpipaan
ROPP 030 bisa dilakukan terhadap variasi
material,thermal dan lain-lain.
3. Optimasi biaya by-pass dapat dianalisa
apabila dilakukan variasi diameter, design
dan thermal.
DAFTAR PUSTAKA
Agustinus, Donny. 2009. Pengantar Piping Stress
Analysis. Jakarta: Entry Augustino Publisher
ASME. 2004. B31.3-2004 Process Piping. New York
: American Society for Mechanical
Engineer.
ASME. 2004. B31.3-2004 Power Piping. New York :
American Society for Mechanical Engineer.
Chamsudy,Ahmad. 2005. Diktat Pelatihan Pipe
Stress Analysis.Jakarta: Piping
Departement. PT.Rekayasa Industri.
M, Victor Helguero. 1986. Piping Stress Handbook,
2nd Ed. Texas : Gulf Publishing Company.
Paul R.Smith Thomas J.Van Laan, (1987), Piping
and Support System, McGraw-Hill
Raswari,1986.Teknologi dan Perencanaan Sistem
Perpipaan UI-Press,Jakarta .
11

Anda mungkin juga menyukai