BAB VI
SISTEM PIPA
yang terlalu tinggi pada struktur. Oleh karena itu sebahai langkah awal
maka disbuatlah suatu gambar diagram yang akan menjelaskan keterkaitan
antar komponen dalam suatu instalasi.
Pipa baja : pipa jenis ini banyak digunakan untuk instalasi yang
dialiri oleh fluida air dan minyak
Pipa tembaga : pipa jenis ini digunakan untuk pipa yang
berdiameter kecil. Pipa tembaga umumnya mudah dibengkokan
dan tahan terhadap karat.
Pipa kuningan : pipa jenis ini digunakan pada instalasi atau alat
penukar panas (kalor) dan lain – lain.
Pipa plastik : pipa jenis ini mengandung bahan Vynil Chlorida dan
biasanya untuk instalasi yang dialiri oleh fluida air bertekanan
rendah.
Pipa baja karbon untuk instalasi umum yang dikenal dengan istilah
SGP.
Pipa baja karbon untuk instalasi bertekanan yang dikenal dengan
istilah STG.
Pipa baja karbon untuk instalasi bertekanan tinggi yang dikenal
dengan istilah STGP.
386
C. Ukuran Pipa
a) Pengelasan
Sambungan yang umum digunakan untuk instalasi tanpa flens antara lain :
Sambungan buttwelding
Sambungan sleeve (sleeve Joint)
Sambungan kopling (coupling joint)
Sambungan union (union joint)
b) Ulir (threaded)
c) Flens (flange)
Flens jenis ini biasa dan paling banyak digunakan dala msebuah
plant, karena sifatnya mudah untuk disambukan dengan pipa. Selain dapat
digunakan untuk tekanan dan temperatur yang rendah, baik juga untuk
tekanan dan temperatur yang tinggi.
Dalam flens ini, hanya masuk sebagian. Sisi luar dan dalamnya
akan di las. Oleh karena itu diameter dalam flens slip – on harus lebih
besar daripada diameter luarnya.
391
Composite flanges
Socket Flanges
Threaded Flanges
Blind Flanges
Flens yang bisa diputar posisi lubang bautnya. Jenis flens ini
tidak disarankan untuk tekanan yang tinggi.
393
D d1 Pe D T h Jumlah
15 21,0 60 80 9 12 4
20 27,7 65 85 10 12 4
25 34,0 75 95 10 12 4
32 42,7 90 115 12 15 4
40 48,6 95 120 12 15 4
65 76,3 130 150 14 15 4
80 89,1 145 180 14 15 4
100 114,3 165 200 16 19 4
125 159,8 200 135 16 19 8
150 165,2 135 265 18 19 8
200 216,3 280 320 20 20 8
Tabel 6.3. Tabel ketentuan pipa dan flens menurut ketentuan BKI Vol III Rules for
Machinery Installations 2016 Section 10
Keterangan :
d = Diameter dalam
D = Diameter flens
394
t = Tebal flens
H = Diameter Baut
J = Jumlah Baut
d
e
e1
Keterangan:
e : Diameter Hexagonal Kepala baut
f : Lebar Kepala Baut
M12 24 21 9 12 24 21
M16 32 28 12 16 32 28
M20 40 35 15 20 40 35
Tabel 6.5 Tabel Detail Dimensi Mur & Baut Menurut JIS
Arah aliran.
Plug Valve ; berfungsi untuk fully open & fully close (isolation
atau on/off control). Untuk mengontrol (membuka dan
menutup) aliran pada katup. Plug mempunyai celah atau aliran
lewat.
1. Sistem Bilga
C. Cara Kerja
Cara kerja dari sistem bilga ini adalah menampung berbagai zat
cair tersebut kedalam sebuah tempat yang dinamakan dengan bilge
well, kemudian zat tersebut dihisap dengan menggunakan pompa bilga
dengan ukuran tertentu untuk dikeluarkan dari kapal melalui
overboard. Sedangkan zat cair yang tercampur dengan minyak yang
berada pada kamar mesin akan ditampung di dalam bilge well yang
biasanya terletak dibawah kamar mesin (sludge tank), kemudian
disalurkan menuku incenerator dan oily water separator untuk
dipisahkan antara air dan campuran minyaknya. Untuk minyak
biasanya digunakan lagi dan untuk air dan kotoran langsung
dikeluarkan melalui overboard.
D. Bilge Well
E. Pipa Utama
g) Pompa bilga
c) Bilge separator
e) Bilge tank
Diameter dalam pipa bilga utama kapal kargo dan kapal penumpang
tidak boleh kurang dari :
dH = 1,68 √ (B + H) x L + 25 mm
dimana,
L = Panjang kapal
= Lpp
= 72,50 m
B = Lebar kapal
= 11,00 m
H = Tinggi Kapal
= 6,40 m
dH = 1,68 √ (B + H) x L + 25 mm
= 1,68 x 35,517 + 25
= 77,517 mm
= 100 mm
409
Diameter dalam pipa bilga cabang kapal kargo dan kapal penumpang
tidak boleh kurang dari :
dz = 2,15 √(B + H) x l + 25 mm
Dimana,
l = Panjang antar sekat kedap ruang pompa dan sekat ceruk buritan
= 12,000 m
B = Lebar kapal
= 11,00 m
H = Tinggi kapal
= 6,40 m
dz = 2,15 √(B + H) x l + 25 mm
= 32,75 + 25
= 57,75 mm
= 65 mm
Dimana,
= 100 mm
= 57,5 m3/h
412
2. Sistem Ballast
A. Fungsi Sistem Ballast
B. Cara Kerja
Cara kerja sistem ballast, secara umum adalah untuk mengisi tangki
ballast yang berada di dasar ganda dengan air laut yang diambil dari kotak
laut melalui pompa ballast dan saluran pipa utama dan pipa cabang. Kotak
laut terletak pada bagian kamar mesin yang paing depan dan paling bawah.
Hal ini dimaksudkan bahwa air yang disedot ke dalam tangki tidak
mengandung kotoran dari pembuangan atau outboard dan masih bersifat
laminar. Kemudian sisa air yang tidak dipakai akan dikeluarkan melalui
overboard yang letaknya harus 0,76 m dari garis sarat air yang telah
direncanakan.
Pipa air ballast tidak boleh melewati instalasi tangki air minum,
tangki air tawar, tangki bahan bakar, dan tangki minyak pelumas.
c) Sistem perpipaan
d) Pompa ballast
Manifold
Filter / Strainer
Valve
Non – return valve
414
Diameter dalam pipa ballast kapal kargo dan kapal penumpang tidak
boleh kurang dari :
dH = 1,68 √ (B + H) x L + 25 mm
dimana,
L = Panjang kapal
= Lpp
= 72,50 m
B = Lebar kapal
= 11,00 m
H = Tinggi Kapal
= 6,40 m
dH = 1,68 √ (B + H) x L + 25 mm
= 1,68 x 35,517 + 25
= 77,517 mm
= 90 mm
Dimana,
= 80 mm
= 36,8 m3/h
Pada kapal baja maupun kapal kayu yang mempunyai instalasi mesin
di dalam (inboard engine). Pemakaian kotak laut yang dipasang pada
lambung kapal bagian bawah air mutlak diperlukan. Karena dari kotak laut
ini semua kebutuhan air laut dalam kapal di saat kapal melakukan tugasnya
dapat terpenuhi. Di dalam kapal, air laut dibutuhkan untuk pendingin mesin
induk dan mesin bantu, untu keperluan sanitari dan sebagainya. Pada
umumnya kotak laut dipasang pada dua tempat yang berbeda ketinggiannya,
karena bervariasinya kedalaman perairan yang di lewati kapal.
Kapasitas kotak laut adalah antar 10% - 17% total tangki ballast diambil
10%
= 10% x 328,319
= 32,831 ton
417
Direncanakan 2 buah kotak laut sehingga kapasitas tiap kotak laut adalah
VSC = ½ x 32,831
= 16,415 ton
tSC = 12 x a x √ P x k + tK
Dimana,
= 0,6 m
=2 Psi
k = Faktor material
= 1,0
tK = Faktor korosi
= 1,5
= 10,182 + 1,5
= 11,682 ≈ 12 mm
A = ¼ π d2
= ¼ x 3,14 x 802
= 5024 mm2
418
Al = 4 x A
= 4 x 5024
= 20096 mm2
Jumlah lubang
L =a/p
= 1004,8 / 100
= 10,048 mm
D. Cara Kerja
Cara kerja pada sistem bahan bakar yaitu semua sistem bermula pada
tangki bahan bakar menuju pada mesin utama dan mesin bantu. Dengan cara
dipompa dengan menggunakan pompa yang digerakan dengan motor elektrik
menuju purifier lalu di alirkan menuju tangki harian melalui pompa
sentrifugal yang dipasang secara pararel untuk memisahkan bahan bakar
dengan endapan dan air
Pengisian pipa bahan bakar cair harus disalurkan melalui pipa yang
diletakkan dari geladak terbuka / tempat – tempat pengisian bahan bakar
dibawah geladak. Disarankan pada pengisian dari kedua sisi kapal.
Penutupan pipa diatas geladak harus dapat dilakukan dengan mengalirkan
bahan bakar menggunakan pipa pengisian.
Pipa bahan bakar tidak boleh melalui tangki air tawar maupun tangki
minyak lumas. Pipa bahan bakra tidak boleh terletak disekitar komponen –
komponen yang panas.
421
b) Coarser filter
c) Transfer pump
d) Purifier/separator
Sebagai alat untuk memurnikan bahan bakar dari air dan kotoran
lain agar tidak masuk ke dalam bahan bakar masuk ke dalam mesin
utama dan mesin bantu. Pemurnian dilakukan didalam settling tank
selama 2 – 4 jam.
e) Settling tank
f) Heater
g) Service tank
h) Venting tank
i) Viscosity control
= 500 BHP
Debit bahan bakar yang mengalir melalui pipa dari tangki harian menuju
mesin :
= 1850 x 0,17
= 314,5 kg.jam
= 0,196 ton/jam
= 0,245 m3/jam
426
Perkiraan pengisian bahan bakar (filling) jika mesin induk dan mesin
bantu digunakan bersamaan tiap hari adalah :
= 58,344 / 0,245
= 10 hari sekali
d = 58,344 m3/jam
Direncanakan,
= 0,245 x 12
= 2,940 m3
dV = 2,940 m3/h
Q
d =
√ 5,75 x 10-3
427
dimana,
= 58,344 m3/h
Jadi,
58,344
d =
√ 5,75 x 10-3
= 101 mm
Q
d =
√ 5,75 x 10-3
dimana,
= 2,94 m3/h
Jadi,
2,94
d =
√ 5,75 x 10-3
= 23 mm
Q
d =
√ 5,75 x 10-3
dimana,
= 0,245 m3/h
Jadi,
0,245
d =
√ 5,75 x 10-3
= 6,5 mm
Lubrication oil system dihisap dari lubrication oil sump tank oleh
pompa jenis srew atau sentrifugal dan dialirkan menuju mesin utama
melalui second filter dan lubrication oil cooler. Dan temperatur oli yang
keluar dari coooler secara otomatis dikonrol pada level konstan yang
ditentukan umtuk memperoleh kekentalan yang sesuai dengan yang
dialirkan ke main engine bearing dan juga dialirkan kembali ke
lubrication oil sump tank.
a) Persyaratan umum :
Sistem minyak pelumas harus dikonstruksi untuk menjamin
keandalan pelumas pada semua range kecepatan dan selama mesin
mengalami penurunan kerja dan untuk menjamin pemindahan panas
yang cukup.
Pompa – pompa utama harus tersedia untuk menyuplai minyak
pelumas ke mesin
Pelumasan darurat, suplai minyak pelumas darirat yang sesuai
(seperti tangki gravitasi) harus disusun sehingga secara otomatis
dapat digunakan pada saat suplai dari pompa mengalami malfungsi.
b) Lubrication oil treatment
Peralatan yang diperlukan untuk treatment yang sesuai dari minyak
pelumas (purifier, saringan, back – flushing otomatis, saringan, dan
centrifuge free - jet) harus disediakan.
Pada mesin bantu, heavy oil yang mana disuplai dari suatu
lubbricating oil drain tank biasa, peralatan yang sesuaiharus
diapasng untuk menjamin apabila terjadi malfungsi dari sistem
treatment minyak lumas biasa
c) Jalur pipa
Saluran pengisian dan hisap pada tangki gravitasi, tangki settling dan
tangki penyimpanana dari minyak pelumas diletakan diatas dasar
ganda yang mana dialirkan menuju tangki dibawah tank top harus
dipasangi dengan katuo shut – off yang di operasikan dengan remote
yang mana dapat juga ditutup dari luar ruangan dimana tangki
disusun.
Ketika saluran minyak pelumas harus dialirkan disekitar mesin –
mesin panas seperti turbin uap, pipa – pipa baja yang mana
seharusnya panjangnya sama dan apabila perlu dilindungi, harus
diaplikasikan.
432
d) Saringan
Saringan minyak lumas harus diatur pada saluran tekan pompa
Ukuran mesin dan kapasitas saringan harus didasarkan pada
persyaratan pembuat mesin.
Suplai yang tidak terganggu dari minyak yang disarin harus dijamin
dibawah kondisi pembersihan dan perawatan dari peralatan saringan.
Mesin untuk suplai daya darurat dan untuk po,pa kebakaran darurat
disediakan dengan simplex filter.
Saringan saluran pertama harus disediakan dengan pengawasan
tekanan yang berbeda. Sebagai tambahan, siklus back flushing dari
saringan otomatis harus diawasi.
e) Pendinginan minyak pelumas
Pompa ini hanya dipasang pada mesin yang tidak dapat berbalik
putarannya (non – reversible engine). Hal ini dengan maksud agar daya
yang digunakan dari diesel generator dapat dikurangi dan suplai minyak
lumas dapat terjamin alirannya saat kondisi darurat (black out).
tidak boleh melebihi 160° F dalam keadaan apapun. Jadi suhu yang
diambil dengan penggunaannya dalam emsin sesuai dengan kenaikan
suhu 40° F. Untuk cooler dirancang dengan ketentuan kalor margi 5%
dari spesifikasi dan margin luasan pertukaran panas 15%.
d) Automatic filter
f) Electric preheater
g) Separator
D. Aksesoris
Valve
Strainer / filter
Change over valve
Non – return valve
Three way valve
Full flow filter
Viscous
435
VLOT = 3,209 m3
Pelumasan untuk mesin induk dan mesin bantu adalah tiap ½ jam
Q = VLOT / 0,5
= 3,209 / 0,5
= 6,418 m3/h
Q
d =
√ 5,75 x 10-3
dimana,
= 6,418 m3/h
Jadi,
6,418
d =
√ 5,75 x 10-3
= 33,410 mm
= 4,011 / 0,25
= 16,044 m3/h
Q
d =
√ 5,75 x 10-3
dimana,
= 16,044 m3/h
Jadi,
16,044
d =
√ 5,75 x 10-3
= 52,823 mm
Sistem pelayanan air ini biasanya terdiri dari sistem air tawar untuk
mandi, cuci dan minum serta sistem air laut untuk keperluan sanitari. Kedua
sistem perencanaannya sama untuk otomasi pompa penyedia air ke tangki yang
mana ditekan oleh udara bertekanan. Tekanan dara disesuaikan dengan
kebutuhan penyediaan air dalam sistem.
Sistem pendingin air tawr diatur hingga motor dapat secara baik
didinginkan dibawah berbagai kondisi suhu.
b) Hydropore
e) Colorfier
f) Stelizer
D. Aksesoris
Valve
Non – return valve
Pompa
Manifold
Filter / strainer
Heater
442
VFWT = 48,184 m3
= 48184 kg
Koefisien konsumsi air untuk seluruh kru kapal (0,10 – 0,15 ton/org/hari)
= 0,10 x 23
= 2,3 ton/hari
= 21 hari
= 504 jam
Pengisian tangki air tawar memakan waktu ½ jam sehingga debit air
tawar yang mengalir melalui pipa
= 48,184 / ½
= 96,368 m3/jam
444
Q
d =
√ 5,75 x 10-3
dimana,
= 96,368 m3/h
Jadi,
96,368
d =
√ 5,75 x 10 -3
= 129 mm
Dimana,
= 48,184 m3 / 12 jam
= 4,015 m3/jam
Sehingga,
db = √ Qb /0,565
= √ 4,015 / 0,565
= 2,666 cm
= 26,66 mm
445
Dimana,
=1¼“
= 80 mm
Sehingga,
Q = 5,75 x 10-3 x 80
= 5,75 x 0,001 x 80
= 36,8 m3/h
= 0,03 kg/BHP/jam
dVB = BHPtotal x k
dimana,
Sehingga,
= 1150 BHP
= 34,5 kg/jam
= 0,035 ton/jam
= 0,035 m3/jam
Q
d =
√ 5,75 x 10-3
dimana,
= 0,035 m3/h
Jadi,
0,035
d =
√ 5,75 x 10 -3
= 2,5 mm
Sistem pemadaman kebakaran merupakan sistem yang sangat vital dalam sebuah
kapal, sistem ini berguna menanggulangi bahaya api yang terjadi pada sebuah kapal.
Sistem pemadaman kebakaran secara garis brsar dapat dibahi menjadi dua dilihat dari
peletakkan sistem yang ada yaitu :
a) Sistem pendinginan kebakaran pasif, sistem ini berupa aturan jelas mengenai
penggunaan bahan pada daerah beresiko tinggi terjadi kebakaran.
b) Sistem penanggulangan kebakarn aktif, sistem ini berupa penanggulangan kecelakaan
yang bersifat lebih aktif misal, penempatan alat pemadam api ringan pada daerah
yang beresiko kebakaran
Pada dasarnya prinsip pemadaman adalah memutus segitiga api yang terdiri dari
panas, oksigen, dan bahan bakar. Sehingga dengan mengetahui hal ini maka dapat
dilakukan pemilihan media pemadaman sesuai dengan resiko dan kelas dari kecelakaan
tersebut.
Sistem pipa pemdam kebakarn terbagi atas pemadaman hydrant dan sistem
pemadaman gas CO2 khusus untuk kamar mesin.
A. Cara Kerja
Susunan pipa air pemadam kebakaran secara umum harus ditentukan dengan
persyaratan dari Biro Klasifikasi Indonesia yaitu :
a) Pelindung api
Sistem ini dapat merupakan bagian dari sistem pelindung api ruangan
kamar mesin.
c) Unit pemadaman lokal harus layak untuk pemadaman api yang efektif pada suatu
area.
d) Sistem minyak dengan tekanan kerja lebih dari 15 bar yang tidak termasuk dalam
permesinaan bantu ataupun induk harus diapasang pada ruangan yang terpisah
e) Perlindungan dari jalur dan peralatan yang melalui temperatur yang tinggi.
Pelindung harus dapat dipastikan tidak akan menjadi retak atau robek karena
getaran
f) Daerah sekat kedap air
Semua pia dengan kelas A atau B menurut SOLAS 1974 harus tahan
terhadap suhu yang mana telah dirancang sebelumnya. Pipa uap, gas , dan minyak
termal yang termasuk sekat kedap air harus diberi isolasi tahan panas dan harus
terlindungi dari pemanasan yang berlebihan.
g) Ruang darurat
Untuk ruangan permesinan dan boiler, kanal sirkulasi udara ke ruangan tersebut
harus dilengkapi dengan fire dumper yang dibuat dari bahan tiidak mudah
terbakar yang mana dekat dengan geladka
Pompa bahan bakar dengan tenaga listrik, purifier, motor fan, fan boiler,
minyak termal, dan pompa kargo harus dilengkapi dengan peralatan pemutus
darurat, sepraktis mungkin, yang di kelompokkan secara bersama diluar ruangan
yang mana peralatan tersebut dipasang dan harus dapat dijangkau meskipun
dalam kondisi terputus akses karena api.
Alat ini diapsang pada pompa bahan bakar dengan penggerak uap, jalur
pipa bahan ke motor induk, motor bantu, dan pipa keluaran dari tangki bahan bkar
yang di letakkan di dasar ganda.
452