Anda di halaman 1dari 72

381

BAB VI
SISTEM PIPA

6.1 Sistem Perpipaan


1. Pengenalan Pipa Secara Umum

Sisten perpipaan berfungsi untuk mengantarkan atau mengalirkan


suatu fluida dari suatu tempat ke tujuan yang diigninkan dengan bantuan
mesin atau pompa. Misalnya pipa yang dipakai untuk memindahkan
minyak dari tangki ke mesin, memindahkan minyak pada bantalan –
bantalan dan juga memindahkan air untuk keperluan pendinginan mesin
ataupun untuk kebutuhan sehari – hari diatas kapal serta masih banyak lagi
fungsi lainnya.

Sistem perpipaan harus dirancang dan dibuat dengan minimum


belokkan dan sambungan las, sedapat mungkin dengan flens atau
sambungan yang dapat dilepaskan dan dipisahkan. Semua pipa harus
dilindungi dari kerusakan mekanis. Sistem perpipaan ini harus ditumpu
atau dijepit sedemikian rupa untuk menghindari getaran. Sambungan pipa
memalui sekat yang diisolasi harus merupakan sambungan flens yang
diijinkan dengan panjang yang cukup tanpa merusak isolasi.

Pada perancangan sistem instalasi diharapkan menghasilkan suatu


jaringan instalasi pipa yang efisien., dimana aplikasinya baik dari segi
peletakan maupun segi keamanan dalam pengoperasian harus diperhatikan
sesuai dengan peraturan – peraturan klasifikasi maupun dari spesifikasi
installation guide dari sistem pendukung permesinan. Salah satu peraturan
instalasi perpipaan pada kapal diatur dalam Peraturan BKI Volume III
tentang instalasi permesinan.

Sistem perpipaan merupakan sistem yang kompleks di kapal untuk


perencanaan dan pembangunannya. Sistem perpipaan mempunyai
hubungan yang sangat erat dengan prinsip – prinsip analisa tegangan statis
dan dinamis, termodinamis, teori aliran fluida untuk merencanakan
keamanan ddan efisiensi jaringan pipa (network piping). Peletakan
komponen yang akan disambungkan dengan pipa perlu diperhatikan untuk
mengurangi hal – hal yang tidak diinginkan seperti, panjang perpipaan,
susunan yang kompleks, menghindari pipa melalui tempat yang tidak
boleh ditembus, menghindari penembusan terhadap struktur kapal. Jalur
instalasi pipa sedapat mungkin direncanakan untuk menghindari tegangan
382

yang terlalu tinggi pada struktur. Oleh karena itu sebahai langkah awal
maka disbuatlah suatu gambar diagram yang akan menjelaskan keterkaitan
antar komponen dalam suatu instalasi.

Gambar diagram sistem perpipaan dibuat guna memastikan sistem


perpipaan akan memenuhi kebutuhan spesifikasi dan seluruh elemen dari
sistem saling terkait dengan yang lainnya. Diagram pipa merupakan titik
awal untuk mengembangkan seluruh gambar – gambar perpipaan.
Diagram pipa menggambarkan komponen sistem dan hubungannya satu
sama lain dalam bentuk skematik. Diagram ini meliputi simbol – simbol
komponen, jadwal material, karakteristik komponen dan kurva pompa,
deskripsi katup, identitas komponen, tekanan, suhu, aliran, kecepatan,
penurunan tekanan sistem, ukuran pipa, arah aliran, identifikasi
kompartemen dan sekat kedap, karakteristik dari instrumen serta
karakteristik operasi dari tekanan, suhu, ketinggian dan kontrol aliran.

Kualitas dan kejelasan diagram pipa sangat penting karena gambar


diagram memberikan informasi bermacam – macam fungsi selama
perencanaan, pembangunan dan operasional kapal dan memberikan
pengertian awal bagaimana sistem tersebut berjalan dan menerangkan
hubungan dengan sistem lainnya. Hubungan fungsi harus sama – sama
ditonjolkan. Gambar perencanaan sistem pipa biasanya dibuat hanya untuk
satu sistem yang berhubungan dpada satu gambar untuk menyederhanakan
penggambaran.

Sistem instalasi perpipaan di kapal dapat dikelompokkan dalam


beberapa kelompok layanan di atas kapal, antara lain :

a) Layanan permesinan, yang termasuk disini adalah sistem – sistem yang


akan melayani kebutuhan dari permesinan di kapal (main engine dan
auxilliary engine) yaitu sistem udara start, sistem bahan bakar, sistem
pelumasan, dan sistem pendingin.
b) Layanan penumpang dan anak buah kapal (ABK) adlaah sistem yang
akan melayani kebutuhan bagi seluruh penumpan dan anak buah kapal
di kapal dalam kebutuhan air tawar dan sistem santitari.
c) Layanan keamanan adalah sistem instalasi yang akan menjamin
keselamatan kapal selama pelayaran meliputi sistem bilga, sistem
ballast dan sistem pemadam kebakaran.
d) Layanan keperluan kapal adalah sistem instalasi yang akan menyuplai
kebutuhan untuk menjamin stabilitas dan keperluan kapal melipti
sistem ballast, bilgam ventilasi, sistem pipa udara dan sistem pipa
muatan untuk kapal tangki.
383

2. Persyaratan Umum Instalasi Pipa Di Kapal

Suatu sistem instalasi perpipaan yang terdiri dari komponen


peralatan yang digunakan pada sistem dalam kapal, biro klasifikasi pada
umumnya memberikan ketentuan – ketentuan yang harus dipenuhi sebagai
berikut :

a) Sambungan – sambungan pipa berupa sambungan flens harus


digunakan untuk sambungan pipa yang dapat dilepas. Sambungan ulur
hanya dapat dipergunakan untuk diameter luar sampai dengan 2 inchi.
b) Ekspansi dari sistem perpipaan yang disebabkan kenaikan suhu atau
perubahan bentuk lambung, harus diimbangi sedapat mungkin dengan
lengkungan – lengkungan pipa , pipa kompensator ekspansi,
sambungan – sambungan yang menggunakan penahan packing dan
cara yang sejenis.
c) Pipa yang harus melaului sekat – sekat, atau dinding – dinding, harus
dibuat secara kedap air atau kedap minyak. Lubang – lubang baut
untuk sekrup atau baut – baut pengikat tidak boleh terletak pada
dinding –dinding tangki.
d) Sistem pipa disekitar papan penghubung, harus terletak sedemikian
rupa agar dapat menhindari kemungkinan kerusakan pada instalasi
listrik, apabila terjadi kebocoran pada pipa.
e) Pipa udara, duga, limpah maupun pipa yang berisikan zat cair yang
berlainan tidak boleh melalui tangki – tangki air minum, air pengisi
ket4el dan minyak pelumas. Bilamana hal tersebut tidak dapat
dihindarkan, pengaturan penembusan pipa – pipa tersebut pada tangki
harus ditentukan bersama dengan pihak kalasifikasi. Semua pipa yang
melalui ruang muat dan bak rantai harus dilindungi terhadap benturan
dan kerusakan dengan pemasangan selubung.
f) Sistem pipa pengering dan ventilasi direncanakan sedemikian rupa
sehingga dapat mengkosongkan, mengalirkan dan memberi ventilasi
pada sistem tersebut. Sistem pipa yang mana cairannya dapat
berkumpul dan mempengaruhi cara kerja mesin, harus dilengkapi
dengan alat pengering khusus, seperti pipa uap dan pipa udara
bertekanan.
g) Semua jaringan pipa harus ditunjang pada beberapa tempat untuk
mencegah pergeseran dan lenturan, jarak antara penunjang pipa
ditentukan oleh diameter dan massa jenis media yang mengalir. Jika
sistem jaringan pipa dilalui oleh fluida yang panas, maka penunjang
384

pipa diusahakan sedemikian rupa sehingga tidak mengalami thermal


expansion.
h) Kotak laut (sea chest) pada lambung kapal harus diatur pada kedua sisi
kapal dan dipasang serendah mungkin, dan dilengkapi dengan pipa –
pipa uapatau pipa udara dengan diameter disesuaikan dengan besarnya
sea chest dan paling kecil 30 mm, yang dapat ditutup dengan katup
dan dipasang sampai diatas geladak sekat. Juga dilengkapi dengan
saringan air laut untuk mencegah masuknya kotoran yang akan
menyumbat saluran katup alas (bottom plug).
i) Pipa – pipa uap atau udara bertekanan berfungsi sebagai pelepas uap di
sea chest dan membersihkan saringan kotak air laut (grating). Pipa uap
atau pipa udara bertekanan tersebut harus dilengkapi dengan katup –
katup yang melekat langsung pada sea chest. Tekanan udara pembersih
(bloww of sea chest) sebesar 2 – 3 kg/cm2.
j) Katup – katup lambung kapal harus mudah dicapai, katup – katup
pemasukan dan pengeluaran air laut harus mudah dilayani dari pelat
lantai. Kran – kran pada lambung kapal pengaturannya harus
sedemikian rupa, sehingga pemutarannya hanya dapat dibuka, ketika
kran – kran tersebut dalam keadaan tertutup. Pada pemasangan
hubungan- hubungan pipa dengan lambung dan katup – katup, harus
dipasang sedemikian rupa sehingga tidak terjadi perembesan air.
k) Lubang saluran pembuangan sanitari tidak boleh dipasang diatas garis
muat kosong (empty load waterline) di daierah tempat peluncuran
sekoci penolong atau harus ada alat pencegah pembuangan air kedalam
sekoci penolon. Lokasi lubang harus diperhitungkan juga dalam
pengaturan letak tangga kapal / pandu.
l) Pipa mpembuangan yang keluar dari ruangan dibawah geladak
lambung timbul dan dari bangunan atas dan rumah geladak yang
tertutup kedap cuaca, harus dilengkapi dengan katup searah otomatis
yang dapat dikunci dari tempat yang selalu mudah dicapai diatas
geladak lambung timbul. Alat penunjuk, bahwa katup terbuka atau
tertutup harus disediakan pada tempat penguncian.

Dalam sistem perpipaan, komponen pendukung antara lain :

a) Sumber (source) yang berasal dari tangki


b) Pompa sebagau sumber tenaga untuk mengalirkan fluida.
c) Pengatur aliran debit, arah, tekanan, temperatur, viskositas, dan
lainnya dapat berupa : katup, fitting, heat exchanger.
d) Pembuangan (discharge) dapat langsung ke overboard, tangki – tangki
pembuangan dan lainnya.
385

3. Macam – Macam Pipa


A. Jenis Pipa Menurut Proses Pembuatannya

Menurut proses pembuatannya pipa dibedakan menjadi :

 Pipa tanpa sambungan : dimana pipa jenis ini dihasilkan dengan


pemutaran (roll).
 Pipa dengan sambungan / pengelasan : dimana pipa jenis ini
dihasilkan dari baja yang dibentuk silinder kemudian dilas
mendatar tersambung oleh tekanan listrik busur
B. Jenis Pipa Menurut Bahan

Bahan / material pipa yang biasa digunakan untuk instalasi pipa


uap, pipa air, pipa minyak dikamar mesin tidak hanya diatur oleh pihak
klasifikasi tetapi juga berdasarkan aturan dan standar yang ada. Oleh
karena itu tekanan kerja maksimum dan suhu patut dijadikan dasar
dalam pemilihannya. Jenis pipa menurut bahan yang biasa digunakan
terdiri dari pemilihannya. Jenis pipa menurut bahan yang biasa
digunakan terdiri dari :

 Pipa baja : pipa jenis ini banyak digunakan untuk instalasi yang
dialiri oleh fluida air dan minyak
 Pipa tembaga : pipa jenis ini digunakan untuk pipa yang
berdiameter kecil. Pipa tembaga umumnya mudah dibengkokan
dan tahan terhadap karat.
 Pipa kuningan : pipa jenis ini digunakan pada instalasi atau alat
penukar panas (kalor) dan lain – lain.
 Pipa plastik : pipa jenis ini mengandung bahan Vynil Chlorida dan
biasanya untuk instalasi yang dialiri oleh fluida air bertekanan
rendah.

Dalam bidang teknik perkapalan pipa baja yang banyak


digunakan biasanya berupa baja campuran yang disebut baja karbon :

 Pipa baja karbon untuk instalasi umum yang dikenal dengan istilah
SGP.
 Pipa baja karbon untuk instalasi bertekanan yang dikenal dengan
istilah STG.
 Pipa baja karbon untuk instalasi bertekanan tinggi yang dikenal
dengan istilah STGP.
386

 Pipa baja karbon untuk instalasi bersuhu tinggi yang dikenal


dengan STPT.
 Pipa baja karbon dengan pengelasan busur listrik yang dikenal
dengan STPY.

Diameter luar suatu pipa sama ukurannya dengan diameter


nominal. Sedangkan tebal dari pipa, untuk pipa baja karbon yang
digunakan untuk instalasi umum (SGP) hanya memiliki satu ketebalan
untuk tiap diameter nominal, tetapi untuk pipa yang lainnya masing –
masing memiliki beberapa menurut nomor schedule (SCH). Mengenai
pipa tembaga, pipa tembaga tanpa kelim dengan tingkat tahan korosi
yang bagus, penghantar panas yang baik dan memiliki kemampuan
kerja yang baik adalah yang umum digunakan. Salah satu jenisnya
adalah pipa tembaga phosphorous – dioxided tanpa kelim dan bentuk
tabung (C1221T) yang digunakan untuk alat pemindah kalor (heat
exchanger) dan pipa tembaga tanpa kelim TCUT yang digunakan
untuk instalasi pipa kontrol.

Material / bahan pipa lainnya seperti tembaga campuran


(cooper alloy), seperti zinc dengan bahan dasar alumunium – brass
(istilah pabriknya albrac atau Yorcalbro, kualitas keduanya sama) dan
pipa nikel dengan bahan utama nikel tembaga. Kedua material tersebut
memiliki kemampuan kerja yang bagus dan tahan korosi khususnya
nikel mempunyai kualitas yang sangat bagus pada kondisi kerja
dengan suhu dan tekanan tinggi. Pipa aluminium – brass dan
cuppronickel utamanya umum digunakan untuk instalasi air laut sistem
pendingin. Pipa plastik secara umum dibuat dari bahan polyvinyl
chloride (PVC) yang biasa digunakan untuk instalasi sanitari pada
geladak akomodasi.

C. Ukuran Pipa

Ukuran diameter dalam sebuah pipa ditentukan berdasarkan :

 Jenis fluida yang mengalir di dalam pipa.


 Volume fluida yang akan dipindahkan.
 Kecepatan aliran fluida yang akan dipindahkan, dimana perlu juga
memperhatikan adanya tekanan akibat gesekan.
 Harga pipa, dimana semakin berat pipa haranya semakin mahal.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa :


387

 Makin besar penampang pipa makin tinggi harganya.


 Makin kecil penampang pipa, makin banyak pipa yang dibutuhkan,
makin banyak pula tempat yang dibutuhkan, tetapi hal ini
memberikan keuntungan karena pada penginstalasian pipa mudah
diselipkan di tempat – tempat yang tidak terpakai.
 Makin kecil kecepatan aliran fluida dalam pipa, makin kecil
tahanannya sehingga dapat memberikan aliran yang laminar.

Inside Nominal Outside SGP Schedule


Diameter Size Diameter Tebal 30
(mm) (inch) (mm) (mm) (mm)
6 1/4 10,5 2 2,4
10 3/8 17,3 2,3 3,2
15 1/2 21,7 2,8 3,7
20 3/4 27,2 3,2 3,9
25 1 34,0 3,5 4,5
32 1 1/4 42,7 3,5 4,9
40 1 1/2 48,6 3,8 5,1
50 2 60,5 4,2 5,5
65 2 1/2 76,3 4,2 7
80 3 89,1 4,5 7,6
100 4 114,3 4,5 8,6
125 5 139,8 5 9,5
150 6 165,2 5,8 11
200 8 216,3 6,6 12,7
250 10 267,4 6,9 -
300 12 318,5 7,9 -
350 14 355,6 7,9 -
400 16 406,4 - -
450 18 457,2 - -
500 20 508 - -

tabel 6. 1 ukuran standar schedule pipa menurut Japan International


Standart (JIS)
388

Diameter Pipa & Fitting


Kapasitas Tangki (Ton)
(mm)
0 – 20 60
20 – 40 70
40 – 75 80
75 – 120 90
120 – 190 100
190 – 265 110
265 – 360 125
360 – 480 140
480 – 620 150
620 – 800 160
800 – 1000 175
1000 – 1300 200
1300 - 1700 215

tabel 6. 2 Ukuran Standar Pipa Berdasarakan Kapasitas Tangki


D. Sambungan Pipa

Dalam suatu instalasi pipa banyak ditemukan sambungan –


sambungan, baik sambungan antara pipa dengan pipa maupn sambungan
pipa dengan peralatan / komponen yang dieprlukan seperti katup (valve).
Alalt instrumentasi, nosel (nozzle), peralatan atau sambungan untuk
merubah arah aliran. Sistem instalasi di atas kapal harus mampu
mempertahankan terhadap getaran dan kelenturan, sehingga sambungan
memiliki daya tahan yang tinggi.

Beberapa jenis sambungan tidak memiliki kekuatan dan daya tahan


untuk digunakan pada lingkungan di atas kapal untuk waktu yang lama
tanpa mengalami kerusakan / kebocoran. Beberapa sanbungan yang sangat
bagus meliputi : botted flens, butt welded, socket weld, brazed socket,
reinforced branch connection, threaded, union, coupling, mechanically
attached fitting ^ bounded socket untuk bahan plastik.

Pemilihan jenis sambungan yang akan diguanakan pada sistem


perpipaan didasarkan pada beberapa faktor meliputi : tekanan, suhu, harga,
keselamatan / keamanan, kondisi lingkungan sekitar, ukuran pipa, bahan
pipa, kemudahan dalam pemeriksaan, jaminan kualitas, ketersediaaan
komponen tersebut dipasar dan kecocokan pada ujung pipa, tingkat
kemahiran dari instaler, batasan yang diberikan oleh badan klasifikasim
pihak klasifikasi dan persyaratan dari pemilik kapal sendiri.
389

Sebagian besar sistem perpipaan menggunakan beberapa jenis


sambungan yang berbeda. Penyambungan pipa dapat dilakukan dengan
beberapa cara antara lain :

a) Pengelasan

Jenis penyambungan dengan las dipengaruhi oleh material pipa


yang akan disambung dan penggunaannya, misalnya pengelasan untuk
bahah stainless steel menggunakan las busur gas wolfram, dan untuk pipa
baja karbon digunakan las baja, pada instalasi bersuhu dan bertekanan
tinggi pada instalasi uap utama pada kapal turbin, instalasi menggunakan
flens adalah lazim digunakan, tetapi saat ini instalasi tanpa flens
digunakan pada instalasi tekanan rendah dengan maksud untuk
mendapakatkan instalasi tanpa flens yang layak

Sambungan yang umum digunakan untuk instalasi tanpa flens antara lain :

 Sambungan buttwelding
 Sambungan sleeve (sleeve Joint)
 Sambungan kopling (coupling joint)
 Sambungan union (union joint)

b) Ulir (threaded)

Penyambungan ini digunakan pada pipa yang bertekanan tidak


terlalu tinggi. Sambungan pipa secara ulir terdiri dari ulir rata (straight
type) dan ulir tirus (tapered). Sambungan ulir sangat bagus karena dapat
disambung dan dilepas. Bagaimanapun apabila dibandingkan dengan jenis
sambungan lain, sambungan ulir cenderung dapat mudah mengalami karat
pada celah ulir dan kebocoran pada tempat ulir dan berkurangnya kekuatan
mekaniknya , sehingga untuk sambungan jenis ini hanya digunakan untuk
ukuran pipa yang kecil dan tidak vital serta bukan fluida yang berbahaya.
Umumnya penyambungan pipa dengan sambungan ulir digunakan pada
pipa dengan diameter dibawah 2 inchi.

Kebocoran pada sambungan ulir dapat dicegah dengan


menggunakan gasket tape. Selain itu, sambungan union didesain untuk
mengatasi kelemahan pada sambungan ulir dengan memberikan kekuatan
mekanik yang lebih besar dan membuatkan cincin. Jika diperlukan untuk
mengisolasi pemasangannta dan pelepasannya.
390

c) Flens (flange)

Pipa sesuai degan panjangnya dihubungkan dengan flens untuk


pipa baja. Flens baja dibentuk dengan las busur, ulir atau menambah pipa.
Dimana kedua ujung pipa yang akan disambung dipasang flens kemudian
diikat dengan baut. Flens pipa dikelompokkan menurut besarnya tekanan
yang disesuaikan dengan tekanan kerja maksimum ataupun diatasnya.
Tetapi tekanan kerja maksimum pada uap, udara kompresi, udara / gas, air,
minyak dan lain – lain. Instalasi pipa disesuaikan dengan besarnya tekanan
dan kondisi fluida. Batas maksimum tekanan kerja untuk material flens,
kondisi dari fluida secara khusus dapat dilihat pada JIS B 2201 atau juga
BS 10. Flens pipa secara umum dikelompokkan menjadi beberapa macam
menurut cara penyambungan dan jenis permukaan flens. Berikut ini
diperhatikan flens yang umum digunakan :

 Welded neck flange

Flens jenis ini biasa dan paling banyak digunakan dala msebuah
plant, karena sifatnya mudah untuk disambukan dengan pipa. Selain dapat
digunakan untuk tekanan dan temperatur yang rendah, baik juga untuk
tekanan dan temperatur yang tinggi.

gambar 6. 1 Welded Neck Flanges

 Slip – on welded flanges

Dalam flens ini, hanya masuk sebagian. Sisi luar dan dalamnya
akan di las. Oleh karena itu diameter dalam flens slip – on harus lebih
besar daripada diameter luarnya.
391

gambar 6. 2 Slip - On Welded Flanges

 Composite flanges

Flens komposit yang digunakan pada instalasi pipa copper atau


paduan copper dengan diameter < 50 mm atau lebih sesuai dengan
ketentuan yang ada. Sebagai contoh misalnya bagian dalam flens
menggunakan cast bronze sedangkan bagian luar flens menggunakan
baja lunak.

 Socket Flanges

Flens yang pada sisi terluar terdapat tahanan yang


menyebabkan pipa yang dimasukkan ke dalamnya tidak tembus keluar.

gambar 6. 3 Socket Flanges

 Threaded Flanges

Seperti namanya, jenis flens ini memiliki tipe penyambungan


menggunakan ulir. Biasanya digunakan untuk sistem yang sangat
rawan kebakaran kalau menggunakan las.
392

gambar 6. 4 Threaded Flanges

 Blind Flanges

Flens yang befungsi untuk menutup aliran, seperti halnya cap


dalam fitting. Jenis flens ini rata tidak berlubang karena memang
fungsinya untuk menutup.

gambar 6. 5 Blind Flanges

 Lap Joint Flanges

Flens yang bisa diputar posisi lubang bautnya. Jenis flens ini
tidak disarankan untuk tekanan yang tinggi.
393

gambar 6. 6 Lap Joint Flanges


Ketentuan sambungan antar pipa dengan flens, dimana ketentuan
tersebut seperti yang terdaftar pada tabel di bawah ini :

tersebut seperti yang terdaftar di tabel di bawah ini.

D d1 Pe D T h Jumlah
15 21,0 60 80 9 12 4
20 27,7 65 85 10 12 4
25 34,0 75 95 10 12 4
32 42,7 90 115 12 15 4
40 48,6 95 120 12 15 4
65 76,3 130 150 14 15 4
80 89,1 145 180 14 15 4
100 114,3 165 200 16 19 4
125 159,8 200 135 16 19 8
150 165,2 135 265 18 19 8
200 216,3 280 320 20 20 8
Tabel 6.3. Tabel ketentuan pipa dan flens menurut ketentuan BKI Vol III Rules for
Machinery Installations 2016 Section 10

Keterangan :

d = Diameter dalam

d1 = Diameter luar pipa

Pe = Diameter letak baut flens

D = Diameter flens
394

t = Tebal flens

H = Diameter Baut

J = Jumlah Baut

Setelah mengetauhi diameter baut yang di dapatkan dari korelasi antara


diameter dalam pipa dengan flens maka dapat digunakan sebagai acauan dalam

d
e

e1

Keterangan:
e : Diameter Hexagonal Kepala baut
f : Lebar Kepala Baut

h : Tebal Kepala Baut


l : Panjang Baut (Min.2x Flanges Thicknes)
H1 : Tebal Mur
w : Lebar Mur
e1 : Diameter Hexagonal Mur
395

d e (2D) f (1,75D) h (0,75 D) H1 (D) ei (2D) w (1,75 D) l

Min 2x Flanges Thickness


M10 20 17.5 7.5 10 20 17.5

M11 22 19.25 8.25 11 22 19.25

M12 24 21 9 12 24 21

M13 26 22.75 9.75 13 26 22.75

M14 28 24.5 10.5 14 28 24.5

M15 30 26.25 11.25 15 30 26.25

M16 32 28 12 16 32 28

M17 34 29.75 12.75 17 34 29.75

M18 36 31.5 13.5 18 36 31.5

M19 38 33.25 14.25 19 38 33.25

M20 40 35 15 20 40 35

Tabel 6.5 Tabel Detail Dimensi Mur & Baut Menurut JIS

E. Komponen – Komponen Instalasi Perpipaan

Sistem perpipaan berfungsi untuk mengantar fluida yang akan


dipindah sampai ketujuan pemakaian untuk mendukung kerja dari suatu
peralatan. Agar fluida tersebut sampai ketujuan makan diperlukan suatu
jaraingan instalasi yang terdiri dari beberapa komponen pendukung sistem
perpipaan. Komponen sistem perpipaan tersebut terdiri dari :

a) Pipa, sebagai tempat dari fluida.


b) Sarifngan (filter), sebagai alat untuk mencegah benda – benda asing
masuk ke jaringan pipa yang dapat mengganggu kerja dari sistem
396

bersangkutan. Filter dapat berupa suatu komponen ataupun dalam


bentuk alat. Komponen yang termasuk filter yaitu :
 Filter biasa baik berupa filter simplex atau duplex, yaitu berfungsi
untuk menyaring kotoran – kotoran dalam bentuk partikel padat.
 Purifier, merupakan alat untuk menyaring partikel – partikel yang
tidak diinginkan dimana proses penyaringannya dengan cara
memusing memberikan gaya sentrifugal pada fluida yang
bersangkutan sehingga partikel – partikel yang tidak diinginkan
melalui suatu instalasi.
 Separator, alat ini merupakan alat filter yang berfungsi untuk
memisahkan antara fluida air dan fluida minyak misalnya untuk
fluida dari got – got (bilge), dan tangki – tangki penampungan
lainnya dalam rangka mencegah terjadinya pencemaran air laut.
c) Katup, sebagai alat untuk mengatur jumlah fluida yang akan dipindah,
penghentian dan pengaman aliran dan juga dapat mengatur arah aliran
dari fluida. Dalam pemilihan katup yang akan digunakan dalam suatu
sistem harus mempertimbangkan beberapa faktor antara lain :
 Perbedaan tekanan.
 Kehilangan tekanan.
 Pengoperasian.
 Ukuran (terkait dengan diameter pipa).
 Biaya.
 Jenis material katup.
 Keamanan.
 Kemampuan untuk mengontrol aliran.

Bentuk dan ukuran material katup harus mempertimbangkan hal


berikut ini :

 Bentuk dan ukurannya harus memakai standar industri


 Disertakan kemampuan tekanan dan temperatur kerja.
 Materialnya telah disetujui oleh pihak klasifikasi.

Pada katup (valve) harus ada tanda :

 Arah putar untuk buka dan tutup pada hand wheel.


 Material.
 Diameter nominal.
 Tekanan nominal.
397

 Arah aliran.

Jenis katup yang biasa digunakan dikapal antara lain :

 Gate valve ; jenis katup yang paling sering dipakai dalam


sistem perpipaan. Yang fungsinya untuk membuka dan
menutup aliran. Gate valve tidak mengatur besar kecil laju
suatu aliran fluida dengan cara membuka setengah atau
seperempat posisinya, jadi posisi gate pada katup ini harus
benar – benar terbuka atau benar – benar tertutup.

gambar 6. 7 Gate Valve

 Globe valve ; digunakan untuk mengatur besar kecilnya laju


aliran fluida dalam pipa. Prinsip dasar dari operasi globe valve
adalah gerakan tegak lurus disk dari kedudukannya. Hal ini
memastikan bahwa ruang berbentuk cincin antara disk dan
cincin kursi bertahap sedekat valve ditutup.

gambar 6. 8 Globe Valve


398

 Ball Valve ; sebuah katup dengan pengontrol aliran berbentuk


disk bulat (seperti bola / belahan). Bola itu memiliki lubang,
yang berada ditengah sehingga ketika lubang tersebut segaris
lurus atau sejalan dengan kedua ujung katup, maka lairan akan
terjadi. Tetapi ketika katup tertutup, posisi lubang berada tegak
lurus terhadap ujung katup, maka aliran akan tehalang atau
tertutup.

gambar 6. 9 Ball Valve

 Globe Check Valve ; modelnya hampir sama dengan globe


valve, bedanya ada tambahan housing / casing.

gambar 6. 10 Globe Check Valve

 Swing Check Valve ; terdiri atas sebuah disk seukuran dengan


pipa yang digunakan dan dirancang menggantung pada poros
(hinge pin) dibagian atasnya. Apabila terjadi aliran maju, maka
disk akan terdorong oleh tekanan sehingga terbuka dan fluida
dapat mengalir menuju saluran outlet. Sedangkan apabila
terjadi aliran balik, tekanan fluida akan mendorong disk
menutup rapat disk terpasang pada dudukannya.
399

gambar 6. 11 Swing Check Valve

 Plug Valve ; berfungsi untuk fully open & fully close (isolation
atau on/off control). Untuk mengontrol (membuka dan
menutup) aliran pada katup. Plug mempunyai celah atau aliran
lewat.

gambar 6. 12 Plug Valve

 Butterfly Valve ; memiliki bentuk yang unik jika dibandingan


dengan katup – katup lainnya. Katup ini menggunakan pelat
bundar atau disk yang dioperasikan dengan ankel untuk posisi
membuka penuh atau menutup penuh dengan sudut 90°. Disk
ini tetap berada ditengah aliran dan dihubungkan ke ankel
melalui poros. Saat katup dalam keadaan tertutup, disk tersebut
tegak lurus dengan arah aliran, sehingga aliran terbendung dan
saat katup terbuka sejajar / segaris dengan aliran, sehingga zat
dapat mengalir melalui katup.
400

gambar 6. 13 Butterfly Valve

 Diaphragm Valve ; bisa digunakan untuk mengatur aliran dan


bisa juga digunakan sebagai on / off valve. Diaphgram valve
handal dalam penanganan material kasar seperti fluida yang
mengandung pasir, semen atau lumpur, serta fluida yang
mempunyai sifat korosif.

 Pinch Valve ; digunakan untuk menangani fluida yang


berlumpur, endapan, dan yang mempunyai partikel – partikel
solid yang banyak serta fluida – fluida yang mempunyai
kecenderungan untuk terjadi kebocoran
401

6.2 Sistem Instalasi Pipa & Perhitungannya

Sistem dan instalasi pipa yang menyangkut pelayanan terhadap kapal,


khususnya kapal kargo ”KM. Kuncoro” antara lain :

1. Sistem Bilga

Pengertian system bilga adalah salah satu sistem yang digunakan


untuk keselamatan kapal. System ini memiliki fungsi utama yaitu sebagai
penguras (drainage) apabila tejadi kebocoran pada kapal yang disebabkan
oleh grounding (kandas) atau Collision, oleh sebab itu sistem harus
mampu memindahkan air dengan cepat dari bagian dalam keluar kapal.
Dengan demikian hal ini akan menyebabkan kapasitas pompa menjadi
semakin besar seiring dengan bertambah besarnya ruangan, sedangkan
fungsi sampingnya yaitu sebagai penampungan air yang jumlahnya
relative kecil yang terkumpul pada sumur bilga (bilge well) sekaligus
sebagai pengurasannya.

Sistem bilga dibagi menjadi dua system yaitu bilga bersih


(clean bilge) dan bilga berminyak (oily bilge)

A. Clean Bilge System

Bilga digunakan untuk menampung air buangan dari ruang


muat atau kebocoran pipa dari sistem pendingin dan lainnya. Karena
bilga merupakan salah satu penunjang keselamatan dari kapal maka
kapasitas minimum pipa bilga dan diameter diatur oleh badan
klasifikasi. Pompa ballast dan general service (pompa dinas umum)
biasanya juga digunakan sebagai pompa bilga. Sistem perpipaan bilga
terdiri dari saluran pertama dan cabang, saluran langsung serta darurat.

a) Pipa Utama Dan Cabang

Dalam sistem perpipaan terdapat sumuran (bilge well)


dikamar mesin dan ruang muat yang nantinya dihisap pompa bilga
yang ada pada kamar mesin. Dalam setiap saluran hisap terdapat
rose box. Saluran cabang dihubungkan dengan pipa utama untuk
dihubungkan dengan saluran hisap pompa bilga.

b) Direct Bilge Pipe

Saluran langsung dari hisapan yang terdapat dari bagian


belakang kamar mesin ke pompa bilga.
402

c) Emergency Bilge Pipe

Saluran darurat yang dihubungkan pada hisapan bilga


dengan kapasistas terbsar pompa yang ada di kamar mesin,
biasanya pompa utama pendingin air laut.

B. Oily Bilge System

Sistem ini digunakan untuk memompa bilga dari limpahan atau


buangan air yang telah bercampur minya pelumas atau bahan bakar di
kamar mesin. Hal ini dikarenakan untuk menjaga lingkungan dengan
tidak membuang limbah kelaut sesuai aturan yang ada. Penampungan
limbah hanya dilakukan ketika dalam pelayaran di daerah tertentu
(sejauh mungkin dari pelabuhan > 12 mil) dengan syarat kapasitas 60
lt/mil, kandungan minyak 100 ppm atau kurang. Untuk mengurangi
pencemaran maka sebelum dibuang, limbah dari bilga melewati
separator dengan alarm. Bila telah memenuhi syarat kandungan
minyak yang harus dibuang maka limbah dapat dibuang. Apabila
belum sesuai dengan kadar minyak yang dapat dibuang maka akan
dikembalikan ke separator untuk dilakukan penyaringan ulang.

C. Cara Kerja

Cara kerja dari sistem bilga ini adalah menampung berbagai zat
cair tersebut kedalam sebuah tempat yang dinamakan dengan bilge
well, kemudian zat tersebut dihisap dengan menggunakan pompa bilga
dengan ukuran tertentu untuk dikeluarkan dari kapal melalui
overboard. Sedangkan zat cair yang tercampur dengan minyak yang
berada pada kamar mesin akan ditampung di dalam bilge well yang
biasanya terletak dibawah kamar mesin (sludge tank), kemudian
disalurkan menuku incenerator dan oily water separator untuk
dipisahkan antara air dan campuran minyaknya. Untuk minyak
biasanya digunakan lagi dan untuk air dan kotoran langsung
dikeluarkan melalui overboard.

D. Bilge Well

Bilge well merupakan suatu tempat dengan ukuran tertentu


yang telah ditentukan untuk menampung berbagai kotoran atau dalam
bentuk zat cair yang ada di kapal. Jumla dari bilge well minimum dua
buah untuk kiri dan kanan sepasang dan setimbang, tergantung pada
403

jumlah tangki ballast, ditambah dengan beberapa bilge well yang


terletak dibawah ruang mesin. Letak bilge well dalam tangki ballast di
upayakan pada paling pinggir dan paling belakang dalam tangki
tersebut. Juga berdekatan dengan manhole. Volume dari bilge well
tersebut maksimal 0,57 m3, sedangkan bilge well tersebut memiliki 0,5
tinggi alas ganda. Pada bagian atas bilge well harus ditutup dengan
straining.

E. Pipa Utama

Perpipaan terdiri dari pipa bilga utama, cabang, langsung, dan


pipa bilga darurat. Sistem bilga utama dan cabang digunakan untuk
memindahkan bilga yang terdapat pada tempat – tempat bilga pada
kapal dengan menggunakan pipa bilga di kamar mesin. Sisi hisap bilga
di kamar mesin biasanya dipasang di dalam bilge well di bagian depan
kamar mesin (port & starboard) bagian belakang kamar mesin, bagian
belakang shaft tunnel. Saluran cabang bilga dihubungkan dengan
saluran utama bilga yang mana dihubungkan ke sisi hisap pompa bilga.

Pipa bilga langsung digunakan untuk menghubungkan secara


langsung bilge well (port & starboard) pada bagian depan kamar
mesing dengan pompa bilga. Diameter dalam pipa sama dengan pipa
saluran bilga utama.

Pompa bilga darurat merupakan pipa hisap bilga yang


dihubungkan ke pompa yang mempunyai kapasitas terbesar di kamar
mesin dan biasanya dihubungkan ke pompa utama pendinginan air laut
ke mesin kapal. Diameter pipa bilga darurat biasanya sama dengan
diameter pipa bilga utama.

F. Peraturan & Rekomendasi

Susunan pipa bilga secara umum harus ditentukan dengan


persyaratan dari Biro Klasifikasi Indonesia yaitu :

a) Pipa – pipa bilga dan penghisapannya harus ditentukan sedemikian


rupa sehingga kapal dapat dikeringkan sempurna walaupun dalam
keadaan miring / kurang sempurna
b) Pipa – pipa hisap harus diatur kedua sisi kapal pada ruangan –
ruangan kedua ujung masing – masing kapal cukup dilengkapi
dengan satu ouoa hisap yang terletak di depan sekat tubrukan dan
di belakabg tabung poros baling – baling yang tidak dihubungkan
dengan sistem pompa bilga umum.
404
405

c) Pipa bilga yang melalui tangki – tangki :


 Pipa bilga yang melewati tangki – tangki tidak boleh dipasang
melalui tangki minyak lumas, minyak panas, dan air minum.
 Jika pipa bilga melalui tangki bahan bakar yang terletak di alas
ganda dan berakhir pada ruangan yang sulit dicapai selama
pelayaran maka harus dilengkapi dengan katup non – return
valve tambahan, tepat dimana pipa dari sisi hisap bilga tersebut
masuk ke tangki bahan bakar.
d) Pipa hisap bilga dan saringan – saringan
 Pipa hisap harus dipasang sedemikian rupa sehingga tidak
menyulitkan dalam membersihkan pipa hisap dilengkapi
dengan saringan yang tahan karat.
 Aliran pipa hisap bilga darurat tidak boleh terhalang dan pipa
hisap tersebut terletak pada jarak yang cukur dari alas dalam.
e) Katup dan perlengkapan sistem bilga
 Pipa hisap harus dipasang sedemikian rupa sehingga tidak
menyulitkan dalam membersihkan pipa hisap. Kotak pengering
pipa hisap dilengkapi dengan saringan yang tahan karat.
 Aliran pipa hisap bilga darurat tidak boleh terhalang dan pipa
hisap tersebut terletak pada jarak yang cukup dari alas dalam.
f) Katup dan perlengkapan sistem bilga

Katup dan perlengkapan pada pipa bilga terletak pada


tempat yang strategis, sehingga efisien dalam penggunaannya.

g) Pompa bilga

Apabila digunakan pompa sentrifugal untuk pompa bilga,


pompa itu harus self – priming atau dihubungkan kesebuah alat
pemisah udara.

h) Menggunakan pompa lain untuk pompa bilga


 Pompa – pompa ballast standy – by, pompa pelayaran umum
dapat juga digunakan sebagai pompa independent yang
dilengkapi dengan self – priming dan yang diisyaratkan.
 Apabila terjadi malfungsi salah satu dari pompa bilga yang
diisyaratkan, salah satu pompa harus dapat bertindak sebagai
pompa pemadam dan pompa bilga.
 Pompa pelumas dan bahan bakar tidak boleh dihubungkan ke
sistem bilga
406

G. Komponen Sistem Bilga


a) Pompa bilga (Clean)

Satu buah pompa vertical sentryfugal self – priming penggerakan


listrik.

b) Pompa bilga (Oily)

Sebuah pompa piston digunakan untuk memindahkan aliran


bilge well ke aliran tangki.

c) Bilge separator

Sebuah separator memiliki kapasitas yang mampu


melakukan pengolahan limbah bilga sehari – hari dengan waktu
seminimal mungkin.

d) Bilge well (sunction)

Bilge well harus tetap dapat di pompa meskipun kapal


dalam keadaan miring (trim). Lokasi dari hisapan biasanya terletak
di kedua sisi kapal. Untuk bagian depan dan belakang dapat
dipasang satu ditempat yang menjamin terhisapnya sebuah air pada
ruang tersebut.

e) Bilge tank

Tangki untuk menampung bilga bercampur minyak, untuk


sehari atau dua hari pada operasi di pelabuhan.

f) Aksesoris dalam sistem bilga


 Valve
 Strainer / filter
 Change over valve
 Non – return valve
 Three way valve
407

H. Diagram Sistem Bilga

gambar 6. 14 Diagram Sistem Bilga


408

I. Perhitungan Pipa Bilga & Perlengkapannya


a) Pipa bilga utama

Diameter dalam pipa bilga utama kapal kargo dan kapal penumpang
tidak boleh kurang dari :

dH = 1,68 √ (B + H) x L + 25 mm

(BKI Th. 2018 Vol.III Sec.11. N.2.2)

dimana,

dH = Diameter dalam pipa bilga utama (mm)

L = Panjang kapal

= Lpp

= 72,50 m

B = Lebar kapal

= 11,00 m

H = Tinggi Kapal

= 6,40 m

Perhitungan pipa bilga utama :

dH = 1,68 √ (B + H) x L + 25 mm

= 1,68 √ ( 11,00 + 6,40) x 72,5 0 + 25

= 1,68 x 35,517 + 25

= 77,517 mm

= 100 mm
409

Inside Nominal Outside SGP Schedule


Diameter Size Diameter Tebal 30
(mm) (inch) (mm) (mm) (mm)
6 1/4 10,5 2 2,4
10 3/8 17,3 2,3 3,2
15 1/2 21,7 2,8 3,7
20 3/4 27,2 3,2 3,9
25 1 34,0 3,5 4,5
32 1 1/4 42,7 3,5 4,9
40 1 1/2 48,6 3,8 5,1
50 2 60,5 4,2 5,5
65 2 1/2 76,3 4,2 7
80 3 89,1 4,5 7,6
100 4 114,3 4,5 8,6
125 5 139,8 5 9,5
150 6 165,2 5,8 11
200 8 216,3 6,6 12,7
250 10 267,4 6,9 -
300 12 318,5 7,9 -
350 14 355,6 7,9 -
400 16 406,4 - -
450 18 457,2 - -
500 20 508 - -

tabel 6. 3 Ukuran Pipa Berdasarkan JIS


Berdasarkan tabel 6.4 didapatkan ukuran pipa bilga utama menggunakan
pipa berukuran diameter 4”.
410

b) Pipa bilga cabang

Diameter dalam pipa bilga cabang kapal kargo dan kapal penumpang
tidak boleh kurang dari :

dz = 2,15 √(B + H) x l + 25 mm

(BKI Th. 2018 Vol.III Sec.11. N.2.2)

Dimana,

Dz = Diameter dalam pipa bilga cabang (mm)

l = Panjang antar sekat kedap ruang pompa dan sekat ceruk buritan

= 12,000 m

B = Lebar kapal

= 11,00 m

H = Tinggi kapal

= 6,40 m

Perhitungan pipa cabang :

dz = 2,15 √(B + H) x l + 25 mm

= 2,15 √ (11,00 + 6,40 ) x 1 + 25

= 32,75 + 25

= 57,75 mm

= 65 mm

Berdasarkan tabel 6.4 didapatkan ukuran pipa bilga utama menggunakan


pipa berukuran diameter 2 1/2”
411

c) Kapasitas pompa bilga

Setiap pompa bilga harus dapat mengalirkan fluida sebesar :

Q = 5,75 x 10-3 x dH2 (m2/h)

(BKI Th. 2018 Vol.III Sec.11. N.3.1)

Dimana,

Q = Kapasitas minimum pompa (m2/h)

dH = Diameter dalam pipa bilga utama (mm)

= 100 mm

Kapasitas minimum pompa,

Q = 5,75 x 10-3 x dH2 (m2/h)

= 5,75 x 10-3 x 1002

= 5,75 x 0,001 x 10000

= 57,5 m3/h
412

2. Sistem Ballast
A. Fungsi Sistem Ballast

Ballast digunakan untuk menyesuaikan sarat kapal dalam kondisi


ballast atau menyesuaikan keseimbangan kapal karena muatan dengan cara
memindahkan air ballast dari tangki ke tangki pada tangki ballast dasar
ganda, tangki ceruk untuk menjaga keselamatan kapal. Pompa ballast selain
untuk memindahkan dan mengisi air di tangki ballast juga digunakan untuk
pompa bilga dan dihubungkan dengan genartor service pump (GS). Dalam
perpipaannya di ujung pipa hisap dipasang strainer untuk melindungi pompa
ballast. Non – return vavle juga dipasang pada saluran keluar untuk menjaga
tangki baik di pompa juga pada aliran balik dan tangki.

B. Cara Kerja

Cara kerja sistem ballast, secara umum adalah untuk mengisi tangki
ballast yang berada di dasar ganda dengan air laut yang diambil dari kotak
laut melalui pompa ballast dan saluran pipa utama dan pipa cabang. Kotak
laut terletak pada bagian kamar mesin yang paing depan dan paling bawah.
Hal ini dimaksudkan bahwa air yang disedot ke dalam tangki tidak
mengandung kotoran dari pembuangan atau outboard dan masih bersifat
laminar. Kemudian sisa air yang tidak dipakai akan dikeluarkan melalui
overboard yang letaknya harus 0,76 m dari garis sarat air yang telah
direncanakan.

C. Peraturan & Rekomendasi

Susunan pipa ballast secara umum harus ditentukan dengan


persyaratan dari Biro Klasifikasi Indonesia yaitu :

a) Jalur pipa ballast

Pipa hisap pada tangki – tangki ballast harus diatur sedemikian


rupa sehingga tangki – tangki tersebut dapat dikeringkan dalam keadaan
trim atau kapal dalam keadaan kurang menguntungkan. Kapal yang
memiliki tangki dasar ganda yang sangat lebar juga dilengkapi dengan
sisi hisap pada sebelah luar dari tangki. Dimana panjang dari tangki air
ballast lebih dari 30 m. Pihak klasifikasi mungkin dapat meminta sisi
isap tambahan untuk memenuhi bagian depan dari tangki.
413

b) Pipa yang melewati tangki

Pipa air ballast tidak boleh melewati instalasi tangki air minum,
tangki air tawar, tangki bahan bakar, dan tangki minyak pelumas.

c) Sistem perpipaan

Bilamana tangki air ballast akan digunakan khususnya sebagai


pengering palkah, tangki tersebut juga dihubungkan ke sistem bilga.
Katup harus dapat dikendalikan dari atas geladak cuaca (freeboard deck).
Bilamana fore peak secara langsung berhubungan dengan suatu ruang
yang dapat dilalui secara tetap (misalnya ruang bow thruster) yang
terpisah dari ruang kargo, katup ini dapat dipasang secara langsung pada
sekat tubrukan dibawah ruang ini tanpa peralatan tambahan untuk
pengaturannya.

d) Pompa ballast

Jumlah dan kapasitas daru pompa harus memenuhi kebutuhan


operasional kapal

D. Komponen Sistem Ballast

Pompa ballast memiliki dua buah pompa sentrifugal (1 buah pompa


untuk kcadangan) dengan penggerak listrik. Untuk pompa cadangan dapat
digabungkan dengan pompa dinas umum (general service pump) dan pompa
bilga. Aksesoris dalam sistem ballast meliputi :

 Manifold
 Filter / Strainer
 Valve
 Non – return valve
414

E. Diagram Sistem Ballast

gambar 6. 15 Diagram Sistem Ballast


415

F. Perhitungan Pipa Ballast & Perlengkapannya


a) Perhitungan pipa ballast utama

Diameter dalam pipa ballast kapal kargo dan kapal penumpang tidak
boleh kurang dari :

dH = 1,68 √ (B + H) x L + 25 mm

(BKI Th. 2018 Vol.III Sec.11. N.2.2)

dimana,

dH = Diameter dalam pipa ballast utama (mm)

L = Panjang kapal

= Lpp

= 72,50 m

B = Lebar kapal

= 11,00 m

H = Tinggi Kapal

= 6,40 m

Perhitungan pipa ballast :

dH = 1,68 √ (B + H) x L + 25 mm

= 1,68 √ (11,00 + 6,40) x 72,5 0 + 25

= 1,68 x 35,517 + 25

= 77,517 mm

= 90 mm

Berdasarkan tabel 6.4 didapatkan ukuran pipa ballast menggunakan pipa


berukuran diameter 4”.
416

b) Pompa pipa ballast

Setiap pompa ballast harus dapat mengalirkan fluida sebesar :

Q = 5,75 x 10-3 x dH2 (m2/h)

(BKI Th. 2018 Vol.III Sec.11. N.3.1)

Dimana,

Q = Kapasitas minimum pompa (m2/h)

dH = Diameter dalam pipa ballast utama (mm)

= 80 mm

Kapasitas minimum pompa,

Q = 5,75 x 10-3 x dH2 (m2/h)

= 5,75 x 10-3 x 802

= 5,75 x 0,001 x 6400

= 36,8 m3/h

G. Kotak Laut (Sea Chest)

Pada kapal baja maupun kapal kayu yang mempunyai instalasi mesin
di dalam (inboard engine). Pemakaian kotak laut yang dipasang pada
lambung kapal bagian bawah air mutlak diperlukan. Karena dari kotak laut
ini semua kebutuhan air laut dalam kapal di saat kapal melakukan tugasnya
dapat terpenuhi. Di dalam kapal, air laut dibutuhkan untuk pendingin mesin
induk dan mesin bantu, untu keperluan sanitari dan sebagainya. Pada
umumnya kotak laut dipasang pada dua tempat yang berbeda ketinggiannya,
karena bervariasinya kedalaman perairan yang di lewati kapal.

a) Kapasitas kotak laut

Kapasitas kotak laut adalah antar 10% - 17% total tangki ballast diambil
10%

VSC = 10% x WBTtotal

= 10% x 328,319

= 32,831 ton
417

Direncanakan 2 buah kotak laut sehingga kapasitas tiap kotak laut adalah

VSC = ½ x 32,831

= 16,415 ton

b) Tebal pelat kotak laut

Tebal pelat kotak laut tidak boleh kurang dari :

tSC = 12 x a x √ P x k + tK

(BKI Th. 2018 Vol.II Sec.8. B.5.4.1)

Dimana,

a = Jarak antar penegar pada kotak laut

= 0,6 m

P = Tekanan keluar pada katup, P tidak boleh kurang dari 2 bar

=2 Psi

k = Faktor material

= 1,0

tK = Faktor korosi

= 1,5

Jadi, tebal kotak laut

tSC = 12 x 0,6 x √ 2,0 x 1 + tK

= 10,182 + 1,5

= 11,682 ≈ 12 mm

c) Perhitungan lubang kotak laut


 Luas penampang pipa

A = ¼ π d2

= ¼ x 3,14 x 802

= 5024 mm2
418

 Luas penampang sea grating

Direncanakan 4 kali luas penampang pipa

Al = 4 x A

= 4 x 5024

= 20096 mm2

 Jumlah lubang

Direncanakan 20 buah maka luas lubang pada sea grating :


a = Al / 20
= 20096/ 20
= 1004,8 mm2

 Bentuk lubang sea grating direncanakan berbentuk persegi panjang


dengan panjang 100 mm dengan jarak antar lubang 10 mm

L =a/p

= 1004,8 / 100

= 10,048 mm

 Ukuran lubang sea grating

Panjang (P) = 100 mm dan lebar (L) = 10 mm

gambar 6. 16 Perencanaan Sea Grating


419

3. Sistem Bahan Bakar


A. Fuel Oil Supply
a) Sistem bahan bakar mesin induk

Sistem ini menyuplai bahan bakar untuk mesin induk, mesin


bantu, dan boiler. Sistem mesin bantu mesin induk memiliki satu saluran
yaitu untuk diesel oil. Bahan bakar diesel oil dihisap dari tangki harian
dengan menggunakan supply pump / pressure pump ke saluran bahan
bakar pada mesin induk. Bahan bakar disalurkan ke fuel injection pump
pada masing – masing cylinder melalui sebuah katup.

Kelebihan bahan bakar yang masuk ke mesin disirkulasikan ke


tangki untuk kembali dialirkan ke mesin, di tangki tersebut terdapat
ventilasi untuk mengeluarkan gas dari bahan bakar.

Agar bahan bakar yang masuk ke dalam mesin terjamin


kekentalan, temperatur, dan keberssihannya, maka dipasang temperature
control, viscosity control dan duplex fliter pada saluran sebelum masuk
ke dalam mesin.

b) Sistem bahan bakar mesin bantu

Sistem bahan bakar selain menyuplai bahan bakar untuk mesin


induk juga menyuplai mesin bantu kapal. Diesel oil dari tangki harian
disambung ke mesin bantu dengan pemompaan atau sistem gravitasi.
Kelebihan bahan bakar dari mesin di kembalikan kedalam tangki harian
melalui pressure control valve yang dipasang disaluran utama bahan
bakar. Pada sistem ini diesel oil tidak dapat dipompa oleh pompa supply
ke mesin karena perencanaan peralatan pompa bahan bakar yang
tersendiri.

B. Fuel Oil Purifying System

Purifying (permunian) terdiri dari permunian diesel oil dan heavy


fuel oil. Progresnya adala memurnikan dan memindahkan diesel oil dari
tangku pengendapan (settling) ke tangki harian melalui purifier / separator.
Untuk jenis permunian ini bahan bakar dipanaskan oleh kumparan pemanas
pada tangki pengendapan dan ketika keluar melalui pemanas purifier menuju
tangki harian dengan bantuan pompa.
420

C. Fuel Oil Drain Piping System

Saluran limpahan dan pembuangan dari sistem bahan bakar dialirkan


dan dikumpulkan dengan menggunakan gravitasi menuju tangki pengumpul.
Saluran berawal dari mesin induk, mesin bantuk, fuel oil purifier dan pompa,
saluran pemasukan, tangki – tangki dan lain – lain.

D. Cara Kerja

Cara kerja pada sistem bahan bakar yaitu semua sistem bermula pada
tangki bahan bakar menuju pada mesin utama dan mesin bantu. Dengan cara
dipompa dengan menggunakan pompa yang digerakan dengan motor elektrik
menuju purifier lalu di alirkan menuju tangki harian melalui pompa
sentrifugal yang dipasang secara pararel untuk memisahkan bahan bakar
dengan endapan dan air

Tangki harian didorong dengan menggunakan supply pump yang


digerakan secara elektris dengan menjaga tekanannya sebelum masuk ke
circulating pump. Bahan bakar kemudian didorong masuk ke mesin utama
melalui heater dan full fliw filter dan perlu dipastikan circulating pump harus
melebihi jumlah yang telah dibutuhkan oleh mesin utama sehingga
kelebihannya bahan bakar yang disuplai akan kembali ke tangki harian
melalui venting box dan deairating valve yang dimana pada katup tersebut
akan melepaskan gas dan membiarkan bahan bakar masuk kembali ke pipa
circulating pump.

E. Pipa Pengisi & Pengeluaran

Pengisian pipa bahan bakar cair harus disalurkan melalui pipa yang
diletakkan dari geladak terbuka / tempat – tempat pengisian bahan bakar
dibawah geladak. Disarankan pada pengisian dari kedua sisi kapal.
Penutupan pipa diatas geladak harus dapat dilakukan dengan mengalirkan
bahan bakar menggunakan pipa pengisian.

Pipa bahan bakar tidak boleh melalui tangki air tawar maupun tangki
minyak lumas. Pipa bahan bakra tidak boleh terletak disekitar komponen –
komponen yang panas.
421

F. Peraturan & Rekomendasi

Susunan pipa bahan bakar secara umum harus ditentukan dengan


persyaratan dari Biro Klasifikasi Indonesia yaitu :

a) Sistem bunker dari sistem bahan bakar dimana peletakannya beradad di


deck tebaha dan harus diisolasikan dari ruangan lainnya
b) Tangki harus dipisahkan oleh cofferdam apabila berdekatan dengan
tangki lain yang berbeda jenis muatannya.
c) Pipa bahan bakar tidak boleh melewati tangki yang berisi fresh water, air
minum, minyak lumas, dan lain – lain.
d) Plastik dan kaca tidak boleh digunakan untuk operasi bahan bakar.
e) Transfer, feed, dan booster harus direncanakan untuk kebutuhan
temperatur operasi pada kondisi medium.
f) Untuk saluran masuk menggunakan filter smplex..
g) Purifier untuk membersihkan bahan bakar dan minyak pelumas harus
mendapat persetujuan klasifikasi setempat.
h) Untuk penggunaan filter secara bersamaan antara bahan bakar dan
minyak lumas pada supply system maka harus ada pemisah (pengontrol)
agar bahan bakar dan minyak lumas tidak tercampur.
i) Untuk operasiona; dengan heavy fuel, dipasang sistem pemanas
j) Settling tank dan daily tank harus dilengkapi dengan peralatan untuk
pengeringan tangki. Settling tank yang disediakan harus berkapasitas
minimal dapa menyediakan bahan bakar selama 1 hari.
k) Daily tank harus mampu menyediakan bahan bakar minimal 8 jam.
l) Dalam suatu rangkaian harus menyediakan 2 mutually independent pre –
heater.
G. Komponen Dalam Sistem Bahan Bakar
a) Storage tank

Digunakan untuk menyuplai bahan bakar dari service tank ke


mesin utama dan mesin bantu. Yang terletak pada dasar gannda dan
dilengkapi dengan pemanas.

b) Coarser filter

Sebuah filter dengan ukuran kerapatan 1 – 2 mm, yang digunakan


untuk menahan kotoran sebelum bahan bakar masuk ke pompa dan
separator.
422

c) Transfer pump

Pompa penggerak dengan menggunakan tenaga listri.


Direncanakan menggunakan 2 buah pompa utama dan ditambah poma
tangan untuk kedua sistem.

d) Purifier/separator

Sebagai alat untuk memurnikan bahan bakar dari air dan kotoran
lain agar tidak masuk ke dalam bahan bakar masuk ke dalam mesin
utama dan mesin bantu. Pemurnian dilakukan didalam settling tank
selama 2 – 4 jam.

e) Settling tank

Fungsi dari tangki ini adalah untuk mengendapkan bahan bakar


agar kotoran / lumpur dapat dikeluarkan. Kapasitas tangki harus dapat
menyuplai mesin utama dan mesin bantu selama satu hari.

f) Heater

Secara umum fungsi dari pemanas ini adalah untuk menjaga


kekentalan dari bahan bakar agar tetap sesuai kondisi yang diperlukan
mesin.

g) Service tank

Kapasitas dari tangki harus menjamin kelancaran operasi mesin


baik dalam kondisu di pelabuhan maupun dalam pelayaran. Tangki berisi
bahan bakar yang sudah dipersiapkan untuk digunakan oleh mesin induk.

h) Venting tank

Berfunsi untuk mencampur bahan bakar yang kembali dari mesin


dengan bahan bakar dari tangki harian

i) Viscosity control

Mengontrol kekentalan cairan yang masuk ke mesin untuk


pengoptimalan injection nozzle.

j) Sliudge tank fuel oil

Kebutuhan sesuai dengan mesin induk atau kapasitas purifier,


kapasitas minimum kurang lebih 0,5 m3 dan dapat digunakan bersamaan
dengan sistem pelumasan.
423

H. Aksesoris Dalam Sistem Bahan Bakar


 Valve
 Strainer / filter
 Change over valve
 Non – return valve
 Three way valve
 Full flow filter
 Aerating valve
424

I. Diagram Sistem Bahan Bakar

gambar 6. 17 Diagram Sistem Bahan Bakar


425

J. Perhitungan Pipa Bahan Bakar


a) Spesifikasi mesin utama dan mesin bantu

BHPME = 1600 BHP

BHPAE = 250 BHP (jumlah mesin bantu 2)

= 500 BHP

Penggunaan mesin bantu digunakan secara bergantian per 12 jam


sehingga jumlah tenaga mesin yang digunakan dalam 1 hari adalah :

BHPtotal = 1850 BHP

Koefisien konsumsi bahan bakar mesin diesel (0,17 – 0,18 kg/HP/jam)

Direncanakan 0,17 kg/HP/jam

Vbahah bakar = 58,344 m3

b) Suplai bahan bakar untuk mesin

Debit bahan bakar yang mengalir melalui pipa dari tangki harian menuju
mesin :

dVB = BHPtotal x 0,17

= 1850 x 0,17

= 314,5 kg.jam

= 0,196 ton/jam

Spesifikasi volume berat bahan bakar 1,25 m3

dVB = 1,25 x 0,196

= 0,245 m3/jam
426

c) Pengisian tangki bahan bakar

Perkiraan pengisian bahan bakar (filling) jika mesin induk dan mesin
bantu digunakan bersamaan tiap hari adalah :

= volume tangki bahan bakar / konsumsi bahan bakar

= 58,344 / 0,245

= 238 jam sekali

= 10 hari sekali

Tangki bahan bakar akan habis dalam 10 hari

Pengisian tangki bahan bakar harian memakan waktu 1 jam sehingga


debit bahan bakar yang mengalir melalui pipa

d = 58,344 m3/jam

d) Pengisian tangki bahan bakar harian

Volume tangki harrian diisi setiap 12 jam

Direncanakan,

VDT = DVB x 12 jam

= 0,245 x 12

= 2,940 m3

Pengisian tangki bahan bakar memakan waktu 1 jam sehingga debit


bahan bakar yang mengalair melalui pipa

dV = 2,940 m3/h

e) Ukuran pipa pengisian tangki bahan bakar

Perencanaan ukuran pipa dapat menggunakan rumus pendekatan :

Q
d =
√ 5,75 x 10-3
427

dimana,

d = Diameter dalam pipa pengisian

Q = debit fluida yang mengalir pada pipa

= 58,344 m3/h

Jadi,

58,344
d =
√ 5,75 x 10-3

= 101 mm

Berdasarkan tabel 6.1 makan direncanakan menggunakan pipa dengan


diameter dalam 4”

f) Ukuran pipa menuju tangki bahan bakar harian

Perencanaan ukuran pipa dapat menggunakan rumus pendekatan :

Q
d =
√ 5,75 x 10-3

dimana,

d = Diameter dalam pipa tangki bahan bakar harian

Q = debit fluida yang mengalir pada pipa

= 2,94 m3/h

Jadi,

2,94
d =
√ 5,75 x 10-3

= 23 mm

Berdasarkan tabel 6.1 makan direncanakan menggunakan pipa dengan


diameter dalam 2”
428

g) Ukuran pipa untuk suplai mesin

Perencanaan ukuran pipa dapat menggunakan rumus pendekatan :

Q
d =
√ 5,75 x 10-3

dimana,

d = Diameter dalam pipa suplai mesin

Q = debit fluida yang mengalir pada pipa

= 0,245 m3/h

Jadi,

0,245
d =
√ 5,75 x 10-3

= 6,5 mm

Berdasarkan tabel 6.4 maka direncanakan menggunakan pipa dengan


diameter dalam 3/8”
429

4. Sistem Minyak Lumas

Minyak pelumas pada suatu sistem permesinana berfungsi untuk


memeperkecil gesekan – gesekan pada permukaan komponen – komponen yang
bergerak dan bersinggungan. Selain itu minyak pelumas juga berfungsi sebagai
fluoda pendinginan pada beberapa mesin. Karena dalam hal ini mesin diesel
yang digunakan termasuk dalam jenis mesin dengan kapasitas pelumasan yang
besar, maka sistem pelumasan untuk bagian – bagian atau mekanis mesin
dibantu dengan pompa pelumasan yang besar, maka sistem pelumasan bagian –
bagian atau mekanis mesin dibantu dengan mesin pompa pelumas. Sistem ini
digunakan untuk mendinginkan dan melumasi.

A. Sistem Minyak Pelumas


a) Main Lubrication Oil System

Lubrication oil system dihisap dari lubrication oil sump tank oleh
pompa jenis srew atau sentrifugal dan dialirkan menuju mesin utama
melalui second filter dan lubrication oil cooler. Dan temperatur oli yang
keluar dari coooler secara otomatis dikonrol pada level konstan yang
ditentukan umtuk memperoleh kekentalan yang sesuai dengan yang
dialirkan ke main engine bearing dan juga dialirkan kembali ke
lubrication oil sump tank.

b) Cylinder Oil System

Pada sistem ini digunakan sistem pelumasan tersendiri. Setiap


silinder liner mempunyai lubang pelumasan sebagai jalan bagi pelumas
silinder untuk melumasi silinder., ketika cincin piston melalui
lubrication officers selama ia bergerak ke atas. Silinder oil transfer
pertama dari silinder oil storage tank ke silinder oil measuring tank oleh
gravitasi atau hand pump dan dialirkan menuju silinder oil lubrication
dengan gravitasi. Kemudian pelumas diberikan ke setiap bagian dari
main engine diesel engine cylinder liners melalui plunger pump yang
dipasang di dalam cylinder oil lubrication. Dalam kasus lain dipasang
sebuah flow meter pada cylinder cil measuring tank. Pelumas silinder
disuplai dari tangki dengan sistem gravitasi. Kekentalan yang digunakan
untuk pelumas silinder adalah berdasarkan standar pelumas SAE 50
dengan TBN 70. Adapun pemakaian mnyak silinder sesuai dengan
spesifikasi dari mesin adalah sebesar 0,8 gram.kwh atau 0,6 gram/bhp-
jam.
430

c) Lubrication Oil Transfer System

Sistem pelumas dan sillinder pelumas diisi ke setiap tangki


melalui lubrication oil, oil filling connection pada upper deck dan
minyak ditransfer ke setiap service tank melalui transfer pump atau hand
pump.

d) Lubrication Oil Purification System

Ada dua macam purification system yaitu batch purification dan


by pass purification. Batch purification adalah sistem dimana lubrication
oil pertama ditransfer dari lubrication oil sump tank ke lubrication oil
settling tank oleh lubrication oil transfer pump dan dialirkan ke oil pump
tank melalui purifier. Sistem ini digunakan dalam kuantitas yang besar
pada purification saat kapal di pelabuhan dalam waktu yang pendek.

e) Rocker Arm Oil System

Minyak pelumas pada awalnya mengalir dari storage tank ke


feeder tank dengan jalan gravitasi dan melalui lubricator untuk melumasi
katup keluar, rocker arm lubrication tank dan juga segera melalui
distributor.

f) Generator Lubrication Oil

Pelumas mesin bantu terdiri dari pelumas untuk bearing dan


rocker air ssttem. Pada pelumas bearing minyak pelumas dialirkan
melalui cooler dari sump tank / carter mesin bantu dengan bantuan
pompa gear dan nantinya juga kembali ke sump tank setelah melumasi
bearing dan camshaft.

g) Stern Tube Lubrication Oil System

Sistem yang terdapat dalam pelumas stern tube adalah pelumas


forward dan aft seal serta stern tube.
431

B. Peraturan dan Rekomendasi

Susunan pipa pelumas secara umum harus ditentukan dengan


persyaratan dari Biro Klasifikasi Indonesia yaitu :

a) Persyaratan umum :
 Sistem minyak pelumas harus dikonstruksi untuk menjamin
keandalan pelumas pada semua range kecepatan dan selama mesin
mengalami penurunan kerja dan untuk menjamin pemindahan panas
yang cukup.
 Pompa – pompa utama harus tersedia untuk menyuplai minyak
pelumas ke mesin
 Pelumasan darurat, suplai minyak pelumas darirat yang sesuai
(seperti tangki gravitasi) harus disusun sehingga secara otomatis
dapat digunakan pada saat suplai dari pompa mengalami malfungsi.
b) Lubrication oil treatment
 Peralatan yang diperlukan untuk treatment yang sesuai dari minyak
pelumas (purifier, saringan, back – flushing otomatis, saringan, dan
centrifuge free - jet) harus disediakan.
 Pada mesin bantu, heavy oil yang mana disuplai dari suatu
lubbricating oil drain tank biasa, peralatan yang sesuaiharus
diapasng untuk menjamin apabila terjadi malfungsi dari sistem
treatment minyak lumas biasa
c) Jalur pipa
 Saluran pengisian dan hisap pada tangki gravitasi, tangki settling dan
tangki penyimpanana dari minyak pelumas diletakan diatas dasar
ganda yang mana dialirkan menuju tangki dibawah tank top harus
dipasangi dengan katuo shut – off yang di operasikan dengan remote
yang mana dapat juga ditutup dari luar ruangan dimana tangki
disusun.
 Ketika saluran minyak pelumas harus dialirkan disekitar mesin –
mesin panas seperti turbin uap, pipa – pipa baja yang mana
seharusnya panjangnya sama dan apabila perlu dilindungi, harus
diaplikasikan.
432

d) Saringan
 Saringan minyak lumas harus diatur pada saluran tekan pompa
 Ukuran mesin dan kapasitas saringan harus didasarkan pada
persyaratan pembuat mesin.
 Suplai yang tidak terganggu dari minyak yang disarin harus dijamin
dibawah kondisi pembersihan dan perawatan dari peralatan saringan.
 Mesin untuk suplai daya darurat dan untuk po,pa kebakaran darurat
disediakan dengan simplex filter.
 Saringan saluran pertama harus disediakan dengan pengawasan
tekanan yang berbeda. Sebagai tambahan, siklus back flushing dari
saringan otomatis harus diawasi.
e) Pendinginan minyak pelumas

Pada perencanaan turbin dan mesin besar direkomendasikan


untuk disediakan lebih dari satu pendingin.

f) Indikator ketinggian minyak

Mesin – mesin yyang mempunyai minya sendiri harus disediakan


suatu peralatan untuk menentukan ketinggian minyak dari luar selama
kapal beroperasi. Persyaratan ini juga diterapkan pada gear reduction,
thrust bearing dan shaft bearing

g) Pompa – pompa minyak lumas

Pompa – pompa utama dan stand by yang berdiri sendiri harus


diatur. Pompa utama yang digerakkan oleh mesin induk harus didesain
sehingga suplai minyak pelumas dijamin pada range operasi.

C. Komponen – Komponen Dalam Sistem Pelumas


a) Main lubricating oil pump

Pompa ini hanya dipasang pada mesin yang tidak dapat berbalik
putarannya (non – reversible engine). Hal ini dengan maksud agar daya
yang digunakan dari diesel generator dapat dikurangi dan suplai minyak
lumas dapat terjamin alirannya saat kondisi darurat (black out).

b) Lubricating oil cooler

Salah satu fungsi dari sirkulasi minyak lumas adalah untuk


mendinginkan permukaan bantalan dengan membawa keluar panas yang
ditimbulkan oleh gesekan. Suhu minyak yang masuk tangki penekan
mesin tidak boleh melebihi 120° F. Pelumas yang meinggalkan carter
433

tidak boleh melebihi 160° F dalam keadaan apapun. Jadi suhu yang
diambil dengan penggunaannya dalam emsin sesuai dengan kenaikan
suhu 40° F. Untuk cooler dirancang dengan ketentuan kalor margi 5%
dari spesifikasi dan margin luasan pertukaran panas 15%.

c) Temperature control valve

Katup ini terpasang pada sisi masuk mesin dengan range


temperatur 54° C.

d) Automatic filter

Sisa beram hasil pembakaran yang dibawa oleh minyak pelumas


disaring oleh separator. Kemudian untuk menjaminnya digunakan filter
yang terintergerasi. Spesifikasi saringan yang ditentukan dari produsen
iaah 34μm pada kerapatan saringan dengan surface load < 8 l/cm2.h.

e) Protective strainer for main engine

Saringan untuk melindungi mesin yang terpasang antara mesin


dengan duplex filter dengan ukruan 0,2 mm.

f) Electric preheater

Untuk meningkatkan suhu minyak pelumas sebelum masuk ke


separator dari 400° C hingga 840 °C

g) Separator

Minyak pelumas secara intensif dibersihkan dengan cara


penyaringan yang mana berfungsi sebagai pengganti saringan yang mana
kaan menghemat biaya operasi (ekonomis). Jenis dari separator harus
dari jenis self cleaning type, pengaturannya harus disesuaikan dengan
kuantitas dari minyak pelumas pada 1 l/kw. Dengan kuantitas minyak
pelumas sedemikian maka separator harus membersihkan sebanyak 8
kali sehari (24 jam). Kurang dari 7 kali sehari tidak diijinkan.

h) Lubricating oil transfer pump

Pompa elektrik yang terbuat dari bahan sentrifugal, yang


digunakan untuk memompa minyak pelumas dari tangki ke tempat yang
direncanakan.
434

i) Lubricating oil tank

Tangki yang digunakan untuk menyimpan minyak pelumas. Di


atur sedemikan rupa agar volumenya dapat memenuhi kebutuhan
operasional kapal saat berlayar

D. Aksesoris
 Valve
 Strainer / filter
 Change over valve
 Non – return valve
 Three way valve
 Full flow filter
 Viscous
435

E. Diagram Sistem Minyak Lumas

gambar 6. 18 Diagram Sistem Minyak Lumas


436

F. Perhitungan Pipa Minyak Lumas

VLOT = 3,209 m3

Kapasitas = 4,011 ton

a) Debit fluida dalam pipa

Pelumasan untuk mesin induk dan mesin bantu adalah tiap ½ jam

Sehingga debit minyak lumas yang mengalir dalam pipa adalah

Q = VLOT / 0,5

= 3,209 / 0,5

= 6,418 m3/h

b) Diameter dalam pipa

Perencanaan ukuran pipa dapat menggunakan rumus pendekatan :

Q
d =
√ 5,75 x 10-3

dimana,

d = Diameter dalam pipa suplai mesin

Q = debit fluida yang mengalir pada pipa

= 6,418 m3/h

Jadi,

6,418
d =
√ 5,75 x 10-3

= 33,410 mm

Berdasarkan tabel 6.1 makan direncanakan menggunakan pipa dengan


diameter dalam 1 1/2”
437

c) Debit fluida pengisian dan pengeluaran minyak lumas

Untuk memompa atau menhisap keluar minyak lumas dari / ke dalam


tangki dibutuhkan waktu ¼ jam. Maka debit minyak lumas yang
mengalir pada pipa adalah :

Q = kapasitas tangki / 0,25

= 4,011 / 0,25

= 16,044 m3/h

d) Diameter pipa pengisian minyak lumas

Perencanaan ukuran pipa dapat menggunakan rumus pendekatan :

Q
d =
√ 5,75 x 10-3

dimana,

d = Diameter dalam pipa suplai mesin

Q = debit fluida yang mengalir pada pipa

= 16,044 m3/h

Jadi,

16,044
d =
√ 5,75 x 10-3

= 52,823 mm

Berdasarkan tabel 6.1 makan direncanakan menggunakan pipa dengan


diameter dalam 2 1/2”
438

5. Sistem Air Tawar

Sistem pelayanan air ini biasanya terdiri dari sistem air tawar untuk
mandi, cuci dan minum serta sistem air laut untuk keperluan sanitari. Kedua
sistem perencanaannya sama untuk otomasi pompa penyedia air ke tangki yang
mana ditekan oleh udara bertekanan. Tekanan dara disesuaikan dengan
kebutuhan penyediaan air dalam sistem.

a) Fresh water system

Sistem ini digunakan untuk menyuplai kebutuhan air tawar untuk


pelayanan awak akapal dan permesinan. Dama sistem terdapat
hydropore tank, pompa air start dan stop dengan mendeteksi tekanan di
hydropore. Hydropore digunakan untuk mengurangi kerja pompa secara
ters – menerus dan untuk mendapatkan kuantitas suplai air yang konstan.

b) Hot water system

Dalam sistem ini terdapat calorifier dan pompa sirkulasi air


panas. Air tawar dan hydropore air tawar dipanaskan di calorfier dan
disirkulasikan dengan pompa. Calorfierr dipanaskan dengan heater
listrik.

A. Susunan Pipa Secara Umum


a) Pipa yang berisi air tawr tidak boleh melalui pipa – pipa yang bukan
berisi air tawra. Pipa udara dan pipa limbah air tawar boleh dihubungkan
dengan pipa lain dan juga tidak boleh melewati tangki – tangki yang
berisi air tawar yang dapat diminum
b) Ujung – ujung atas dari pipa udara harus dilindungi terhadap
kemungkinan masuknya serangga ke dalam pipa tersebut, juga harus
cukup tinggi dari geladak, dan terbuka serta tidak boleh melalui tangki
yang isinya bahan cair yang bukan digunakan untuk air minum. Pipa air
tawar tidak boleh dihubungkan dengan pipa yang bukan air minum.
439

B. Peraturan dan Rekomendasi

Susunan pipa air tawar secara umum harus ditentukan dengan


persyaratan dari Biro Klasifikasi Indonesia yaitu :

a) Sistem untuk pendingin air tawar

Sistem pendingin air tawr diatur hingga motor dapat secara baik
didinginkan dibawah berbagai kondisi suhu.

b) Menurut kebutuhan dari sistem motor pendingin air tawar yang


diperlukan :
 Suatu sirkuit tunggal untuk keseluruhan pembangkit
 Sirkuit terpisah untuk pembangkit daya induk dan bantu
 Beberapa sirkuit independent untuk komponen motor yang induk
yang memerlukan pendinginan (cylinder, piston, dan katup bahan
bakar) dan untuk motor bantu.
c) Sirkuit pendingin diatur sehingga bila salah saatu sirkuit mengalami
kegagalan maka dapat diambil alih oleh sirkuit pendingin yang lain.
Bilamana perlu dibuatkan pengaturan untuk tujuan tersebut.
d) Sedapat mungkin pengatur suhu dari motor induk dan bantu dibuatkan
sirkuit yang terpisah dari satu sama lainnya.
e) Bilamana pada motor pembangkit otomatis, penukar panas untuk bahan
bakar dan pelumas melibatkan sirkuit air pendingin, sistem air pendingin
di monitor terhadap kebocoran dari minyak bahan bakar dan pelumas.
f) Sistem air pendingin umum untuk pembangkit induk dan bantu dipasangi
katup shut – off untuk memungkinkan reparasi tanpa mengganggu
pelayananan dari sistem tersebut.
g) Penukar panas dan pendinginan
 Pendingin dari sistem air pendingin, motor, dan peralatannya
dipasang untuk menjamin bahwa temperatur air pendingin yang lebih
ditentukan dapat diperoleh dari berbagai jenis kondisi. Temperatur air
pendingin dipasang sesuai untuk keperluan yang dibutuhkan oleh
motor dan peralatan
 Penukar panas untuk peralatan bantu pada sirkuit air pendingin utama
jika memungkinkan dilengkapi dengan jalur by – pass, bilamana
terjadi gangguan pada penukar panas, untuk menjaga kelangsungan
operasi sistem.
 Dipastikan bahwa peralatan bantu dapat tetap bekerja saat perbaikan
dan peralatan pendingin utama. Bilamana perlu diberikan pengalih
440

aliran ke penukar panas yang lain, permesinan atau peralatan


sepanjang suatu penukaran panas sementara dapat diperoleh.
 Katup shut – off diapsang pada sisi hisap dan tekan ari semua
penukar panas.
 Tiap penukar panas dan pendingin dilengkapi dengan ventilasi dan
corong kuras.
h) Pompa pendingin air tawar
 Pompa air pendingin utama dan cadangan harus terdapat disetiap
sistem pendingin air tawar
 Pompa air pendungun dapat digerakan langsung oleh motor induk
atau bantu yang mana dimaksudkan untuk mendinginkan sehingga
jumlah pasok yang layak dari air pendingin dapat dicapai pada
berbagai kondisi operasi.
 Pompa air pendingin cadangan berkapasitas ama seperti pompa air
pendingin utama
 Motor induk dilengkapi sekurangnya oleh suatu pompa pendingin
utama dan cadangan
 Bilamana menurut konstruksi dari motor memerlukan lebih dari satu
sirkuit air pendingin satu pompa cadangan dipasang untuk tiap
pompa pendinginan utama
 Suatu pompa pendingin cadangan dari suatu sistem pendingin dapat
digunakan sebagai satu pompa cadangan untuk sistem lain yang
dilengkapi dengan jalur sambungan yang memungkinkan. Katup shut
– off pada sambungan ini harus dilindungi dari penggunaan yang
tidak diinginkan.
 Peralatan yang melengkapi sisten untuk pendinginan darurat dari
sistem lain datap disetujui jika pembangkitnya sesuai untuk tujuan
sistem.
 Pengukur suhu, sirkuit air pendingin dilengkapi dengan pengatur
suhu sesuai yang diperlukan dan sesuai dengan peraturan yang
ada.alat pengatur yang mengalami kerusakan dapat mempengaruhi
fungsi kendala dari monitor yang dilengkapinya atau saat dia bekerja.
441

C. Komponen – Komponen Dalam Sistem Air Tawar


a) Frest water service pimp

Pompa elektrik yang digunakan untuk memompa air tawar dari


tangki menuju perencanaan sistem.

b) Hydropore

Sebuah tangki yang digunakan untuk mengalirkan air tawar ke


atas dengan udara bertekanan

c) Fresh water tank

Tangki yang digunakan untuk menyuplai kebutuhan air tawar


pada kapal saat beroperasi. Air tawar digunakan untuk sistem pendingin
maupun sistem air minum anak buah kapal.

d) Hot water circulating pump

Pompa yang digunakan untuk memompa air tawar dengan suhu


yang panas.

e) Colorfier

Sebuah calofier yang digunakan untuk memanaskan air tawar


pada sistem air tawar

f) Stelizer

Digunakan untuk membersihkan air tawar agar air yang


digunakan dapat diminum.

D. Aksesoris
 Valve
 Non – return valve
 Pompa
 Manifold
 Filter / strainer
 Heater
442

E. Diagram Sistem Air Tawar

gambar 6. 19 Diagram Sistem Air Tawar


443

F. Perhitungan Pipa Air Tawar


a) Tangki air tawar

VFWT = 48,184 m3

Kapasitas = 48,184 ton

= 48184 kg

Koefisien konsumsi air untuk seluruh kru kapal (0,10 – 0,15 ton/org/hari)

Direncanakan 0,10 ton/orang/hari

koefisien = 0,10 x jumlah kru

= 0,10 x 23

= 2,3 ton/hari

b) Pengisian tangki air tawar

Pengisian tangki air tawar di isi setiap

Refill = 48,184 / 2,3

= 21 hari

= 504 jam

Tangki air tawar akan habis dalam 21 hari

Pengisian tangki air tawar memakan waktu ½ jam sehingga debit air
tawar yang mengalir melalui pipa

dVB = VFWT / ½ jam

= 48,184 / ½

= 96,368 m3/jam
444

c) Ukuran pipa pengisian

Perencanaan ukuran pipa dapat menggunakan rumus pendekatan :

Q
d =
√ 5,75 x 10-3

dimana,

d = Diameter dalam pipa pengisian air tawar

Q = debit fluida yang mengalir pada pipa

= 96,368 m3/h

Jadi,

96,368
d =
√ 5,75 x 10 -3

= 129 mm

Berdasarkan tabel 6.4 maka direncanakan menggunakan pipa dengan


diameter dalam 6”

d) Ukuran pipa suplai untuk distribusi keseluruh badan kapal

Diameter pipa utama :

Qb = 0,565 x db2 (m3/jam)

Dimana,

Qb = Volume tangki air tawar kapasitas air tawar

= 48,184 m3 / 12 jam

= 4,015 m3/jam

Sehingga,

db = √ Qb /0,565

= √ 4,015 / 0,565

= 2,666 cm

= 26,66 mm
445

Berdasarkan tabel 6.4 direncanakan menggunakan pipa berdiameter


dalam 80 mm

Direncanakan untuk pipa distribusi air tawar keseluruh badan kapal


adalah 80 mm

e) Pompa tangki air tawar

Setiap pompa air tawar harus dapat mengalirkan debit air :

Q = 5,75 x 10-3 x dH2 m3/h

Dimana,

dH = diameter dalam pipa air tawar

=1¼“

= 80 mm

Sehingga,

Q = 5,75 x 10-3 x 80

= 5,75 x 0,001 x 80

= 36,8 m3/h

f) Debit aliran pipa pendingin mesin air tawar

Koefisien konsumsi mesin untuk pendinginan mesin

k = 0,02 – 0,05 kg/BHP/jam

= 0,03 kg/BHP/jam

Debit air tawar yang mengalir ke mesin

dVB = BHPtotal x k

dimana,

BHPME = 900 BHP

BHPAE = 250 BHP


446

Sehingga,

BHP = 900 + 250

= 1150 BHP

dVB = 1150 x 0,03

= 34,5 kg/jam

= 0,035 ton/jam

= 0,035 m3/jam

g) Ukuran pipa pemdimgin mesin air tawar

Perencanaan ukuran pipa dapat menggunakan rumus pendekatan :

Q
d =
√ 5,75 x 10-3

dimana,

d = Diameter dalam pipa pengisian air tawar

Q = debit fluida yang mengalir pada pipa

= 0,035 m3/h

Jadi,

0,035
d =
√ 5,75 x 10 -3

= 2,5 mm

Berdasarkan tabel 6.4 maka direncanakan menggunakan pipa dengan


diameter dalam 1/4”
447

6. Sistem Sanitari & Sewage

Sistem sanitari adlaah sistem yang berhubungan dengan pembuangan


limbah kotoran yang dihasilkan manusia diatas kapal. Sistem ini menjadi sangat
penting mengingat ketatnya peraturan yang menjamin cairan yang keluar dari
kapal haruslah sudah di olah.

Pembuangan limbah yang tidak di olah di perairan teritorial pada


umumnya tidak dibolehkan oleh perundang – undangan. Peraturan internasional
berlaku untuk pembuangan limbah dengan jarak yang ditetapkan dari daratan.
Sebagai hasilnya semua kapal harus mempunyai sistem pembuangan sesuai
standar yang ditentukan.

A. Peraturan & Rekomendasi

Susunan pipa air sanitari secara umum harus ditentukan dengan


persyaratan dari Biro Klasifikasi Indonesia yaitu :

a) Pipa – pipa pembuangan dari pompa – pompa pembuangan air kotor


harus dilengkapi dengan storm valve dan pada sisi lambung dengan gate
valve. Non – return vavle harus diatur pada bagian hisap atau bagian
tekan pada pompa air kotoran yang bekerja sebagai alat peleindung aliran
kembali kedua.
b) Pipa – pipa pengering yang terletak di bawah geladak pada kapal – kapal
penumpang, harus dihubungkan dengan tangki – tangki pengumpul
kotoran. Umumnya tangki semacam itu akan dipasang untuk setiap
kompartemen kedap air.
c) Jika pipa – pipa pengering dari beberapa kompartemen kedap air
dihubungkan pada satu tangki, pemisahan kompartemen – komaprtemen
ini harus terjamin dengan gate valve (remote control gate valve) jarak
jauh pada sekat kedap air. Katup tersebut harus dapat dilayani dari atas
geladak sekat dan dilengkapi denga ntanda terbuka atau tertutup.
d) Bahan – bahan pipa umumnya harus tahan terhadap korosi baik pada
bagian dalam maupun bagian luar.
e) Pipa sanitari dan scupper berkisar antara 50 s/d 100 mm
448

f) Lubang pembuangan scupper dan sanitari


 Lubang pembuangan dalam julah dan ukuran yang cukup untuk
mengeluarkan air, harus diapasng pada geladak cuaca dan geladak
lambung timbul dalam bangunan atas dan rumah geladak yang
tertutup.
 Pipa pembuangan di bawah garis air muat musim panas harus
dihubungkan pipa sampai bilga dan harus dilindungi dengan baik.
 Lubang pembuangan dan sanitari tidak boleh dipasang di atas garis
air didaerah sekoci penolong
g) Pipa sewge (saluran kotoran)

Diameter pipa sewage paling kecil 100 mm. Direncanakan


berdiameter 4”.

h) Perencanaan pipa sanitari dan sewage


 Pipa sanitari berdiameter antara 50 – 150 mm. Direncanakan
diameter 100 mm.
 Pipa sewage (pipa buangan air tawar) paling kecil 100 mm.
Direncanakan berdiameter 100 mm
449

B. Diagram sistem sanitari

gambar 6. 20 Diagram Sistem Sanitari


450

7. Sistem Pemadam Kebakaran

Sistem pemadaman kebakaran merupakan sistem yang sangat vital dalam sebuah
kapal, sistem ini berguna menanggulangi bahaya api yang terjadi pada sebuah kapal.
Sistem pemadaman kebakaran secara garis brsar dapat dibahi menjadi dua dilihat dari
peletakkan sistem yang ada yaitu :

a) Sistem pendinginan kebakaran pasif, sistem ini berupa aturan jelas mengenai
penggunaan bahan pada daerah beresiko tinggi terjadi kebakaran.
b) Sistem penanggulangan kebakarn aktif, sistem ini berupa penanggulangan kecelakaan
yang bersifat lebih aktif misal, penempatan alat pemadam api ringan pada daerah
yang beresiko kebakaran

Pada dasarnya prinsip pemadaman adalah memutus segitiga api yang terdiri dari
panas, oksigen, dan bahan bakar. Sehingga dengan mengetahui hal ini maka dapat
dilakukan pemilihan media pemadaman sesuai dengan resiko dan kelas dari kecelakaan
tersebut.

Sistem pipa pemdam kebakarn terbagi atas pemadaman hydrant dan sistem
pemadaman gas CO2 khusus untuk kamar mesin.

A. Cara Kerja

Sistem pemadam kebakaran terdapat 3 jenis pemadam kebakarn dengan


menggunakan air laut, dengan menggunakan busa dan gas. Pada prinsipnya cara kerja
ketiganya sama, yaitu menghilangkan slaah satu dari 3 penyebab kebakaran (panas
atau titik nyala, oksigen dan material). Sistem pemadam kebakaran di kapal berfungsi
untuk memadamkan kebakaran baik oleh material padat dengan memakai sea water
fire system, material minyak berupa cair pada kamar mesin yang dipadamkan dengan
menggunakan busa, ataupun kebakarn oleh listrik yang dipadamkan dengan CO2 atau
gas mulia.

B. Peraturan & Rekomendasi

Susunan pipa air pemadam kebakaran secara umum harus ditentukan dengan
persyaratan dari Biro Klasifikasi Indonesia yaitu :

a) Pelindung api

Semua ruangan yang diletakkan motor bkar, burner, atau pengendap


minya atau tangki harian diletakkan pada posisi yang mudah dijangkau dan
memiliki ventilasi yang baik
451

b) Peeralatan yang beresiko terbakar tinggi

Sistem ini dapat merupakan bagian dari sistem pelindung api ruangan
kamar mesin.

c) Unit pemadaman lokal harus layak untuk pemadaman api yang efektif pada suatu
area.
d) Sistem minyak dengan tekanan kerja lebih dari 15 bar yang tidak termasuk dalam
permesinaan bantu ataupun induk harus diapasang pada ruangan yang terpisah
e) Perlindungan dari jalur dan peralatan yang melalui temperatur yang tinggi.
Pelindung harus dapat dipastikan tidak akan menjadi retak atau robek karena
getaran
f) Daerah sekat kedap air

Semua pia dengan kelas A atau B menurut SOLAS 1974 harus tahan
terhadap suhu yang mana telah dirancang sebelumnya. Pipa uap, gas , dan minyak
termal yang termasuk sekat kedap air harus diberi isolasi tahan panas dan harus
terlindungi dari pemanasan yang berlebihan.

g) Ruang darurat

Untuk ruangan permesinan dan boiler, kanal sirkulasi udara ke ruangan tersebut
harus dilengkapi dengan fire dumper yang dibuat dari bahan tiidak mudah
terbakar yang mana dekat dengan geladka

h) Peralatan stop darurat (emergency stop)

Pompa bahan bakar dengan tenaga listrik, purifier, motor fan, fan boiler,
minyak termal, dan pompa kargo harus dilengkapi dengan peralatan pemutus
darurat, sepraktis mungkin, yang di kelompokkan secara bersama diluar ruangan
yang mana peralatan tersebut dipasang dan harus dapat dijangkau meskipun
dalam kondisi terputus akses karena api.

i) Peralatan pemutus dengan remote control

Alat ini diapsang pada pompa bahan bakar dengan penggerak uap, jalur
pipa bahan ke motor induk, motor bantu, dan pipa keluaran dari tangki bahan bkar
yang di letakkan di dasar ganda.
452

j) Ruang pengamanan (safety station)

Ruangan yang digunakan untuk menyimpan peralatan kemaanan kapal.

k) Disarankan bahwa peralatan pengamanan berikut di kelompokkan menjadi satu,


sewaktu – waktu dapat di jangkau dari luar ruangan kamar mesin.
C. Komponen Dalam Sistem Pemadam Kebakaran
 Hydrant
 Hydropore
 Sprinkle
 Emergency fire pump
D. Diagram Sistem Pemadam Kebakaran

gambar 6. 21 Diagram Sistem Pemadam Kebakaran

Anda mungkin juga menyukai