TM-4282
Konstruksi Sistem Pipa – Materi 3
Sistem Perpipaan
Sistem perpipaan berfungsi untuk mengantarkan atau mengalirkan
suatu fluida dari tempat yang lebih rendah ke tujuan yang diinginkan
dengan bantuan mesin atau pompa
Sistem Perpipaan
Untuk merancang sistem pipa dengan benar, engineer harus memahami
perilaku sistem akibat pembebanan dan regulasi (kode standard design)
yang mengatur perancangan sistem pipa.
Sistem Perpipaan
Pada saat ini ada beberapa buah kode standard dari komite B31 ini
yang sering dipakai sebagai acuan di Indonesia sesuai dengan
kebutuhan bidang industry, yaitu :
• ASME/ANSI B31.1 untuk sistem perpipaan di industri pembangkit
listrik;
• ASME/ANSI B31.3 untuk sistem perpipaan di industri proses dan
petrokimia;
• ASME/ANSI B31.4 untuk sistem pipa transport minyak dan zat cair
lainnya;
• ASME/ANSI B31.5 untuk sistem perpipaan pendingin;
• ASME/ANSI B31.8 untuk pipa transport gas.
Konstruksi Sistem Pipa – Materi 3
Sistem Perpipaan
Pemilihan kode yang akan digunakan pada perancangan sistem perpipaan
pada prinsipnya tergantung pada pemilik fasilitas
ada kemungkinan sebuah sistem pipa dapat dirancang berdasarkan dua
buah kode yang berbeda, sebagai contoh Cogeneration Plants pada pabrik
penyulingan dapat dirancang berdasarkan kode B31.1 ataupun B31.3
Perbedaan kode yang dipilih antara lain berpengaruh pada usia pabrik.
Pabrik yang dirancang berdasarkan kode B31.3 umumnya memiliki usia
20 sampai dengan 30 tahun, sedangkan dengan B31.1 pabrik dapat
diharapkan beroperasi sampai umur 40 tahun
Perbedaan ini terletak pada factor keamanan (safety factor) yang berbeda,
yaitu kode B31.3 mengunakan faktor keamanan yang lebih rendah
(SF=3.1) dibanding B31.1 (SF=4:1).
Konstruksi Sistem Pipa – Materi 3
Sistem Perpipaan
Ada dua teknik pendekatan yang berbeda dalam merancang sistem pipa,
yaitu sistem pipa yang kaku (stiff) dan sistem pipa yang
fleksibel.Pendekatan sistem yang fleksibel lebih mudah dimengerti dan
dapat dilakukan desain kalkulasi secara manual seperti metode kalkulasi
sederhana
Pendekatan ini menggunakan prinsip semakin fleksibel sebuah struktur
semakin rendah tegangan yang akan terjadi. Fleksibelitas dari sistem pipa
dapat dibuat dengan beberapa cara, antara lain misalnya dengan
menambah expansion loop yang memberikan kebebasan bergerak pada
pipa.
Metode pendekatan ini hanya ekonomis untuk pipa yang murah harganya,
karena penambahan loop berarti penambahan material pipa dan terutama
elbow yang harganya relative mahal.Sistem pipa yang fleksibel tidak
membutuhkan tumpuan pipa yang terlalu banyak dan biasanya jenis
tumpuannya sederhan dan murah serta tidak menuntut kemampuan
engineering yang tinggi.
Konstruksi Sistem Pipa – Materi 3
Sistem Perpipaan
Jika material pipa yang digunakan mahal dan tidak ada ruang yang cukup
untuk membuat loop, maka pendekatan kekakuan (stiffness) menjadi
alternatif.
Metode pendekatan ini dilakukan dengan membuat sistem pipa lebih kaku
dengan menambah pipa restrain, yaitu tumpuan pipa (pipe support), guide,
anchor dan lainnya.
Metode ini semakin popular penggunannya di offshore platform dimana
keterbatasan ruangan merupakan faktor penting, dan juga pada on-shore
petrochemical plants, dimana sistem modular diterapkan.
Metode ini relative lebih sulit dilakukan jika disbanding dengan metode
pipa fleksibel karena disini tegangan yang terjadi dibiarkan cukup besar
tetapi tetap terkontrol dan dibatasi.
Dengan semakin mudahnya penggunaan piranti lunbak untuk menghitung
tegangan pipa (pipping stress analysis software) dalam perancangan pipa
maka metode ini semakin sering diterapkan.
Konstruksi Sistem Pipa – Materi 3
Sistem Perpipaan
Dibandingkan dengan sistem pipa fleksibel, sistem pipa kaku lebih aman,
yaitu jika terjadi kerusakan (failure) seperti kebocoran kemungkinan besar
sistem pipa secara keseluruhan akan tetap utuh karena pipa-pipa dipegang
oleh banyak tumpuan pipa (pipe restraint).
Selain itu sistem pipa kaku akan lebih menguntungkan untuk menahan
beban dinamis seperti getaran motor, beban angina dan beban gempa.
Konstruksi Sistem Pipa – Materi 3
Tegangan Normal
Nilai tegangan ini dinyatakan positif jika tegangan yang terjadi adalah
tegangan tarik dan negatif jika tegangannya berupa tekan (kompresi).
Gaya yang diberikan baik berupa tekan atau tarik terhadap luas penampang
pipa, dengan bentuk persamaan ditulis sebagai berikut :
Dimana :
SLX= Tegangan Longitudinal akibat gaya aksial (KPa)
Fax= Gaya aksial (N)
Am= Luas Penampang Pipa (mm2)
Konstruksi Sistem Pipa – Materi 3
Dimana :
do = diameter luar pipa (mm)
di = diameter dalam pipa (mm)
Tegangan dalam ini dikarenakan fluida yang ada didalam pipa, fluida ini
akan memberikan tekanan baik searah dengan panjang pipa dan kesegala
arah permukaan pipa.
Dimana :
SL = tekanan longitudinal akibat beban dalam (KPa)
P = tekanan dalam akibat fluida (KPa)
Ai= luas penampang dalam pipa (mm2)
t = ketebalan dinding pipa (mm)
= ro-ri
Konstruksi Sistem Pipa – Materi 3
bending momen
Konstruksi Sistem Pipa – Materi 3
Tegangan ini disebut juga tegangan lendutan (bending stress). Tegangan ini
terjadi paling besar jika c=Ro yaitu :.
Konstruksi Sistem Pipa – Materi 3
tegangan tangensial
Tegangan ini disebabkan oleh tekanan dalam pipa, dan bernilai positif jika
tegangan cenderung membelah pipa menjadi dua.
Konstruksi Sistem Pipa – Materi 3
Jika r = ro maka SR = 0 dan jika r =ri maka SR = -P yang artinya tegangan ini
nol pada titik dimana tegangan lendutan maksimum, karena itu tegangan ini
biasanya diabaikan.
Konstruksi Sistem Pipa – Materi 3
Tegangan geser
Tegangan geser terjadi diakibatkan oleh gaya yang bekerja sejajar dengan
permukaan pipa dan karena adanya momen torsi yang terdapat pada pipa,
momen torsi ini dapat berupa dua gaya yang bekerja sejajar dengan arah
yang berlawanan (momen kopel).
Dimana :
V = Gaya Geser
A = Luas Penampang
Tegangan ini mempunyai nilai minimum di sumbu netral (di sumbu simetris pipa) dan bernilai nol
pada titik dimana tegangan lendutan maksimum (yaitu pada permukaan luar dinding pipa).Karena
hal ini dan juga karena besarnya tegangan ini biasanya sangat kecil, maka tegangan ini dapat
diabaikan.
Konstruksi Sistem Pipa – Materi 3
shear stress
Konstruksi Sistem Pipa – Materi 3
Tegangan ini terjadi akibat adanya momen yang bekerja pada pipa yang
mengakibatkan adanya pergeseran sudut terhadap sumbu pipa, momen
yang bekerja dapat berupa momen ataupun gaya yang mengakibatkan
terjadinya puntiran.
torsional stress
Konstruksi Sistem Pipa – Materi 3
Tegangan Kode
Tegangan kode diturunkan dari teori dasar tegangan dan teori kegagalan
dengan memperhatikan hasil penelitian serta percobaan bertahun-
tahun.Tegangan kode memberika standard kriteria kegagalan untuk
perancangan sistem pipa. Ada dua kriteria kegagalan yang berbeda, yaitu :
beban primer biasanya disebabkan oleh gaya (force), seperti tekanan, gaya
berat (bobot mati), gaya spring, gaya dari relief valve dan fluid hammer.
beban primer tidak bersifat membatas diri sendiri (self-limiting),
maksudnya, setelah deformasi plastis terjadi, selama beban itu bekerja maka
deformasi akan berlanjut terus sampai kesetimbangan gaya tercapai atau
terjadinya patah/kerusakan.
beban primer sifatnya tidak berulang (kecuali beban karena pulsasi dan
variasi tekanan, yang selain dikategorikan beban primer, juga merupakan
beban sekunder)
batas tegangan yang diizinkan untuk tegangan primer didapat melalui teori
kegagalan seperti teori von mises, tresca dan rankine berdasarkan tegangan
leleh (Syield ), tegangan patah (Sultimate ), atau tegangan rupture (creep).
kegagalan dapat terjadi oleh satu beban tunggal yang menimbulkan
deformasi plastis total menyeluruh atau patah.
Konstruksi Sistem Pipa – Materi 3
Dimana :
Ml = perbedaan momen lendutan dalam bidang (in-plane) karena beban ekspansi (in-lb)
Mo = perbedaan momen lendutan luar bidang (in-plane) karena beban ekspansi (in-lb)
MT = perbedaan momen puntir karena beban ekspansi (in-lb)
Sc = tegangan dasar yang diizinkan oleh material menurut Appendiks A dari
ASME/ANSI B31.3 Code pada temperature rendah (dingin)
Sh = tegangan dasar yang diizinkan oleh material menurut Appendiks A dari
ASME/ANSI B31.3 Code pada temperature tinggi (panas)
f = faktor reduksi dengan mempertimbangkan kelelahan material (beban dinamis yang
berulang)
Konstruksi Sistem Pipa – Materi 3
Dimana :
Socc= tegangan karena beban okasional
Konstruksi Sistem Pipa – Materi 3
Dimana :
D = Diameter luar pipa
F1= Faktor desain hoop stress berdasarkan lokasi pipa. Dapat dilihat pada tabel diatas
Pi= Tekanan internal
Pe= Tekanan eksternal
S= Specified Minimum Yield Strength (SMYS) atau nilai batas luluh suatu material. Misalnya pipa
jenis API 5L X 52 di mana yield strengthnya (SMYS) adalah 52000 psi yang artinya karakter
elastis pada material tersebut adalah < 52000 psi sedangkan plastisnya > 52000 psi.
Sh= Hoop stress
T = Faktor batas temperatur (Temperature de-rating Factor).
t = tebal pipa (wall thickness)
Konstruksi Sistem Pipa – Materi 3
Specified Minimum Yield Strength (SMYS) atau nilai batas luluh suatu
material
Konstruksi Sistem Pipa – Materi 3
Faktor batas temperatur (Temperature de-rating Factor)
Konstruksi Sistem Pipa – Materi 3
Longitudinal Stres
Longitudinal Stres
Konstruksi Sistem Pipa – Materi 3
Longitudinal Stres
I = Momen inersia
Ro = jari-jari terluar pipa
Konstruksi Sistem Pipa – Materi 3
Kombinasi Tegangan
Konstruksi Sistem Pipa – Materi 3
Dimana :
S= Specified Minimum Yield Strength (SMYS) atau nilai batas luluh suatu
material. Misalnya pipa jenis API 5L X 52 di mana yield strengthnya
(SMYS) adalah 52000 psi yang artinya karakter elastis pada material
tersebut adalah < 52000 psi sedangkan plastisnya > 52000 psi. Dapat
dilihat pada tabel
Konstruksi Sistem Pipa – Materi 3
Dimana :
Konstruksi Sistem Pipa – Materi 3
Semua kode pipa mensyaratkan tebal minimum pipa terdiri dari komponen
tebal pipa yang diharuskan karena gaya tekan ditambah komponen tebal
pipa untuk memperhatikan kemungkinan korosi (corrosion allowance),
erosi, toleransi manufaktur (mill tolerance), kedalaman ulir dan sebagainya
seperti rumus berikut :
Konstruksi Sistem Pipa – Materi 3
Koefisien Y adalah koreksi dari kesalahan asumsi pipa berdinding tipis dan
juga untuk memperhitungkan peranan jenis material dan temperatur.Untuk
pipa tipis (t<do/6) nilai Y dapat dilihat di Tabel 304.1.1 dari ANSI B31.3 ):
Konstruksi Sistem Pipa – Materi 3
Dimana :
t = tebal minimum untuk tekanan dimana toleransi-toleransi untuk korosi,
erosi dan sebagainya tidak diikut sertakan.
Konstruksi Sistem Pipa – Materi 3
Dimana :
Z = momen tahanan (section modulus) penampang pipa
Konstruksi Sistem Pipa – Materi 3
Dimana :
Ymax= defleksi maksimum (negative artinya kebawah)
E = Modulus elastisitas
I = momen inersia penampang pipa
Konstruksi Sistem Pipa – Materi 3
Dimana :
Ymax= defleksi maksimum (negative artinya kebawah)
E = Modulus elastisitas
I = momen inersia penampang pipa
Konstruksi Sistem Pipa – Materi 3
Catatan :
Pipe span dibagian pipa vertical (riser) tidak ditentukan
dengan standard ini, karena beban berat tidak menimbulkan
tegangan dan defleksi. Hal yang pelu diperhatikan adalah
bahaya buckling akibat tegangan kompresi di riser, oleh
karena itu direkomendasikan, riser support yang menahan
berat diletakkan diatas titik berat riser.
Konstruksi Sistem Pipa – Materi 3
Sistem Penumpu
Konstruksi Sistem Pipa – Materi 3
Sistem Penumpu
Pipe support adalah salah satu bagian yang penting dalam
sistem perpipaan atau di suatu plant.Sistem penumpu
berfungsi untuk menahan dan mengkondisikan suatu sistem
perpipaan sehingga aman sampai waktu yang telah ditentukan,
bahkan diharapkan berfungsi selama pipa masih digunakan.
Di dalam sistem perpipaan, dikenal ada berbagai jenis pipe
support yang digunakan untuk menyangga sistem perpipaan
tersebut. Oleh karenanya “hanger” termasuk dalam jenis
support karena menyangga beban pipa dari atas dan biasanya
mengalami beban tension, dan “support” termasuk juga dalam
jenis pipe support karena menyangga beban pipa dari bawah
dan biasanya mengalami beban compression.
Konstruksi Sistem Pipa – Materi 3
Sistem Penumpu
Pemodelan tumpuan pipa harus dapat menggambarkan sebaik
mungkin keadaan fisik tumpuan yang sebenarnya. Dibawah
ini akan dibahas berbagai tipe tumpuan pipa serta pemodelan
pada CAESAR II dan arah derajat kebebasan yang harus
ditahan.
Konstruksi Sistem Pipa – Materi 3
Sistem Penumpu
Anchor
Anchor adalah jenis support dimana seluruh (enam) derajat
kebebasan (X, Y, Z, RX, RY, RZ) sepenuhnya ditahan. Pada
CAESAR II restrain type ini ditulis dengan ANC. Anchor
dapat ditemukan pad a tumpuan sebagai berikut :
anchor yang sengaja dibuat (biasanya pipa dilas ke struktur
atau menggunakan kombinasi clamp dengan baut yang
dihubungkan kaku ke struktur)
anchor yang terjadi pada penetrasi ke dinding atau lantai beton
anchor yang diciptakan karena sambungan pipa ke peralatan
seperti vessel dan pompa.
Konstruksi Sistem Pipa – Materi 3
Sistem Penumpu
Anchor
Konstruksi Sistem Pipa – Materi 3
Sistem Penumpu
Restrain
Restrain yaitu tumpuan yang rigid dan ditahan pada satu atau
lebih derajat kebebasan dimana minimal satu derajat
kebebasan tetap bebas. Restrain dapat dibedakan sesuai
dengan arah penahannya yaitu :
◦ X, Y, Z : translational restrain di dua arah
◦ +X, +Y, +Z : translational restraint, dimana restraint hanya dapat
memberikan gaya reaksi diarah positif yang disebut.
◦ -X, -Y, -Z : translational restraint, dimana restraint hanya dapat
memberikan gaya reaksi diarah negatif yang disebut.
◦ RX, RY, RZ :rotational restrain di dua arah
◦ +RX, +RY, +RZ :rotational restraint, dimana restraint hanya dapat
memberikan momen reaksi diarah positif yang disebut.
◦ -RX, -RY, -RZ : rotational restraint, dimana restraint hanya dapat
memberikan momen reaksi diarah negatif yang disebut.
Konstruksi Sistem Pipa – Materi 3
Sistem Penumpu
Restrain
Beberapa contoh restraint diberikan dibawah ini, dengan
asumsi +Y arah vertikal keatas :
◦ Axial restraint : Axial restraint adalah jenis penumpu yang ditahan
diarah aksial/longitudinal pipa.Pada CAESAR II restrain type ini ditulis
dengan X atau Z (sesuai arah aksial pipa), dikombinasikan dengan Z
atau X (arah tegak lurus pipa) dan Y dengan Gap jika diperlukan.
axial restraint
Konstruksi Sistem Pipa – Materi 3
Sistem Penumpu
Restrain
Beberapa contoh restraint diberikan dibawah ini, dengan
asumsi +Y arah vertikal keatas :
oRod hanger : Rod hanger berfungsi menahan gerakan kebawah dari
bobot mati pipa dimana titik diamnya (pivot) berada diatas pipa dengan
menggunakan pin. Pada CAESAR II restrain type ini ditulis dengan
YROD.
rod hanger
Konstruksi Sistem Pipa – Materi 3
Sistem Penumpu
Restrain
Beberapa contoh restraint diberikan dibawah ini, dengan
asumsi +Y arah vertikal keatas :
◦ Sway strut : Sway strut merupakan kombinasi 2 pin yang
membebaskan 3 arah rotasi dan translasi lateral dan aksial, hanya
translasi arah strut yang ditahan rigid. Pada CAESAR II restrain type ini
ditulis dengan X atau Z (sesuai arah strut).
Sway Strut
Konstruksi Sistem Pipa – Materi 3
Sistem Penumpu
Restrain
Beberapa contoh restraint diberikan dibawah ini, dengan
asumsi +Y arah vertikal keatas :
o Structural steel restraint : Structural steel restrain terbuat dari struktur baja
yang menahan pipa dengan rigid. Arah penahan tergantung konfigurasi
stuktur baja, yaitu :
a. ditahan hanya vertical; pada CAESAR II restrain type ini ditulis dengan
Y
b. ditahan diarah vertikal dan lateral mendatar; pada CAESAR II restrain
type ini ditulis dengan Y dan X atau Z (sesuai arah lateral mendatar pipa)
penetrasi di dinding
Konstruksi Sistem Pipa – Materi 3
Sistem Penumpu
Restrain
Beberapa contoh restraint diberikan dibawah ini, dengan
asumsi +Y arah vertikal keatas :
o Guide : Guide adalah jenis support yang menahan arah translasi lateral
(tegak lurus dengan pipa) di bidang mendatar atau di dua arah lateral jika
pipa dipasang vertikal. Pada CAESAR II restrain type ini ditulis dengan
GUI.
Guide
Konstruksi Sistem Pipa – Materi 3
Sistem Penumpu
Restrain
Beberapa contoh restraint diberikan dibawah ini, dengan
asumsi +Y arah vertikal keatas :
oSlide support (Pipe Shoe) : Slide support menahan arah vertikal dari
bawah dimana ada friksi antar pipa atau pelat slide dengan tumpuan. Pada
CAESAR II restrain type ini ditulis dengan +Y
slide support
Konstruksi Sistem Pipa – Materi 3
Sistem Penumpu
Snubber
Jenis tumpuan ini hanya bereaksi pada bebean yang bekerja
dengan cepat (beban dinamis) dan tidak memberikan penahan
pada beban yang bekerjanya lambat seperti berat dan
termal.Karena itu snubber pada CAESAR II hanya aktif untuk
kasus beban okasional yang diasumsikan bekerjanya cepat
seperti beban angin, gempa, beban impuls dan sebagainya.
Pada CAESAR II restrain type ini ditulis dengan XSNB,
YSNB, dan ZSNB.
Snubber
Konstruksi Sistem Pipa – Materi 3
Gaya seret terjadi karena adanya gesekan antara fluida dengan dinding pipa
atau yang dikenal sebagai skin friction dan adanya vortex yang terjadi
dibelakang pipa (form drag),
Konstruksi Sistem Pipa – Materi 3
Gaya-Gaya Yang Bekerja Pada Analisa Stabiltas Pipa Bawah
Laut
Terjadinya gaya seret sangat terpengaruh oleh kecepatan
aliran, nilai dari gaya seret dapat dirumuskan sebagai berikut:
Dimana :
F = gaya seret
CD = koefisien seret
ρ = masa jenis fluida
D = diameter pipa
Us = kecepatan siginifikan akibat gelombang
Uc = arus laut
θ =sudut fasa gelombang
Konstruksi Sistem Pipa – Materi 3
Gaya-Gaya Yang Bekerja Pada Analisa Stabiltas Pipa Bawah
Laut
Gaya Inersia : Gaya inersia menunjukan adanya gaya dari
masa fluida yang dipindahkan oleh pipa, nilainya dipengaruhi
oleh percepatan partikel air. Nilai dari gaya inersia dapat
dirumuskan seperti berikut:
Dimana :
FI = gaya inersia persatuan panjang
CM = koefisien hidrodinamik inersia
As = percepatan partikel air horizontal efektif
Konstruksi Sistem Pipa – Materi 3
Gaya-Gaya Yang Bekerja Pada Analisa Stabiltas Pipa Bawah
Laut
Gaya Angkat (Lift Forces)
Dimana :
FL = gaya angkat (lift force)
CL = adalah koefisien gaya angkat
Konstruksi Sistem Pipa – Materi 3
Reduksi Pembebanan Pada Pipa