PELAIIHAN
DASAR
ANALISA
TEGANGAN
PIPA
~
MENGGUNAKAN
SOFTWARE
COADE-CAESARII
)1
'\
1 6-1 8
HOTEL
PEBRUARI
IBIS
SLIPI,
2004
..JAKARTA
DISELENGGARAKAN OLEH:
PT TI.JARA
BEKER..JASAMA DENGAN IDes
COADE,lnc
12777 Jones Rd. Suite 480
Houston, Texas 77070
Tel. : (281) 8904566
Fax: (281) 890 3301
Website: WWW.coade.com
}
PRATAMA
INC.,
PT T!JARA PRATAMA
JL Duren Tiga Raya No. 39
Jakarta 12760, Indonesia
Phone: (62-21) 79196175
Fax: (62-21) 7980027
Website: WWN.tijara.co.id
BAB 1
1.1
PENDAHULUAN
1.1)
Kode Standar desain pipa
1.1.2
Analisa Tegangan dalam Tahapan Perancangan Pipa
1.2
TEORI DASAR TEGANGAN PIPA
1.2.1
Tegangau Dahlin Prinsipal pada Pipa
1.2.2
Rangkuman formulasi tegangan pipa
1.2.3
Kombinasi tegangan pada dindingpipa
1.2.4
Teori Dasar Kegagalan
1.3
1.3.3
;....J..
"
;]
12
12
Fenomena Fatigue
Faktor Reduksi Tegangan Berulang
EfekBeban Sustained pada Fatigue
Stress Intesification Factor (SIF)
1.3.4
1.4
TEGANGAN KODE
1.4.1
Tegangan Primer dan Sekunder
1.4.2
Persamaan Tegangan kode ASMFJANS[ B31.3
1.4.3
Persamaan Tegangan Kode ASME fANSI B31.1..
'J
3
4
5
9
9
10
1.3.1
1.3.2
13
14
15
17
17
;
18
19
,I
Analisa fleksibilitas yang diharuskan oleh kode standar juga dimaksud untuk
kepentingan keamanan. Secara umum tujuan dari analisa flexibilitas (analisa tegangan
pipa) antara Iainadalah:
menghitung tegangan pada pipa agar tetap masuk dalam harga tegangan yang
diperbolehkanberdasarkan
kode standar desain pipa yang dipakai;
menghitung gaya yang bekerja pada nozzle dari peralatan seperti bejana tekan,
tanki dan lainnya, untuk kemudian dibandingkan dengan kekuatan (strength) dari
nozzle tersebut; .
menghitung beban perancangan pada tumpuan pipa (piping support) agar tetap
berada dalam batas beban yang diizinkan ;
mengantisipasi
kemungkinan
meneari solusi untuk masalah dinamis seperti getaran mekanis dari peralatan,jIuid
hammer, transient flow dan sebagainya;
mengoptimasikan
Analisa tegangan pipa ini pada umumnya menuntut perhitungan yang rumit dan
diperlukan spesialis analis untuk melakukan perhitungan manual dengan tangan.
Dalam tiga dasa wars a terakhir ini, beberapa piranti lunak komputer untuk analisa
tegangan pipa telah dikembangkan dan memungkinkan generalis enjinir dengan latar
belakang sistem pip a yang memadai dapat melakukan analisa tegangan pipa dengan
mudah.
Tujuan dari buku ini untuk memberikan pengetahuan sistem pipa yang cukup agar
dapat melakukan analisa tegangan pipa dengan menggunakan piranti lunak komputer
seperti CAESAR II.
fJ
1-1
Di Amerika Serikat hampir semua sistem pemipaan di bangun sesuai ANSII ASME
Code B3'1 untuk Pemipaan Bertekanan, Terdapat beberapa perbedaan dari seksi
perundangan pemipaan untuk sistem dengan tipe yang berbeda. Seksi pemipaan yang
digunakan untuk pipa (boiler) yang dikombinasikan dengan Section 1 ASME Boiler
and Pressure Vessel Code rnerupakan Power Piping Code, B31.I. Seksi pemipaan
yang seringkali digunakan dengan Section VIII, Division 1 untuk bejana tekan,
merupakan Chemical Plant and Petroleum Refinery Piping Code, E3l.3, yang sejak
1996 diganti namanya menjadi Process Piping B3l.3.
Pada saat ini ada beberapa buah kode standard dari komite B31 ini yang sering
dipakai sebagai acuan di Indonesia sesuai dengan kebutuhan bidang industri, yaitu:
ASMEI ANSI B31.1 untuk sistem perpipaan di industri pembangkit listrik;
ASME/ANSI B31.3 untuk sistem perpipaan di industri proses dan petrokimia;
ASMEI ANSI B31.4 untuk pipa transport minyak dan zat cair lainnya;
ASME/ANSI B31.5 untuk sistem perpipaan pendingin;
ASME/ANSI B31.8 untuk pipa transport gas.
1-2
Selain ASME Code B31 ada beberapa Kode standard pipa yang lain baik dari
Amerika maupun negara lain seperti:
ASME Boiler and Pressure Vessel, Section III, subsection NB, NC, ND, untuk
sistern perpipaan di indusri pembangkit listrik tenaga nukIir;
API kode seri untuk industri dibidang migas.
Stoomwezen dari Belanda;
SNCT kode dari Perancis untuk petrokima;
Canadian 2662 dari Kanada;
BS7159 dari Inggris
NORWEGIAN dan DNV dari Norwegia
Pemilihan kode yang akan digunakan pada perancangan sistem pipa pada prinsipnya
tergantung pada pemilik pabrik, terkecuali pada beberapa negara seperti Canada, Ada
kemungkinan sebuah sistem pipa dapat dirancang berdasarkan dua buah kode yang
berbeda, sebagai contoh Cogeneration Plants pada pabrik penyulingan dapat
dirancang berdasarkan Kode B31.1 ataupun B31.3. Perbedaan kode yang dipilih
antaralain berpengaruh pada usia pabrik. Pabrik yang dirancang berdasarkan Kode
B31.3 umumnya, memiliki usia 20 sarnpai dengan30 tahun, sedangkan dengan B3 L
1 pabrik dapat diharapkan beroperasi sampai umur 40 tahun. Perbedaan ini terletak
pada
. Faktor Keamanan (Safety Factor) yang berbeda, yaitu Kode B31.3 menggunakan
Faktcr Keamanan yang lebih rendah (SF=3:1) dibanding B31.1 (SF=4:1). Dampak
dari perbedaan ini antara lain adalah perbedaan harga pabrik.
Kode standard pipa.biasa mengacu pada.kode standard khususnya untuk kornponen
komponen pipa. Sebagai contoh dalam kode standard pipa B31.3 terdapat lebih dari
80 tabel standard seperti antara lain:
1-3
perancanqan tumpuan
plpa
Laporan analisa
tegangan
Dalam menerapkan kode standard desain, enjiniir harus mengerti prinsip dasar dari
tegangan pipa dan, hal-hal yang berhubungan dengannya. Sebuah pipa dinyatakan
rusak jikategangan dalam yang terjadi pada pipa .melebihi tegangan batas material
yang "diizinkan". Dari definisi yang sederhana ini ada dua buah isti1ah yang harus
dipahami dengan benar, yaitu tegangan dalam pipa dan tegangan batas yang
"diizinkan' .
, I
.-'
Tegangan dalam yang terjadi pada pipa disebabkan oleh beban luarseperti berat mati,
tekanan dan .pemuaian termal, dan bergantung pada geometri pipa serta jenis
materila pipa. Sedangkan tegangan batas lebih banyak ditentukan oleh jenis
material, dan metode produksinya, Kedua besaran ini dibandingkan dengan
rnenerapkan teori kegagalantfailure theory) yang ada.
Dalam rnembahas kClde standard kita harus membedakan pengertian tegangan pipa
rnenjadi dua, yaitu:
1
Tegangan pipa aktual, yaitu tegangan hasil pengukuran dengan strain gauge
atau perhitungan analisa secara manual ataupun dengan piranti lunak
komputer.
- j
/
Teori dasar tegangan pipa aktual akan segera dibahas lebih banyak dalam bab ini.
Tegangan pipa kode didefinisikan berdasarkan hasil kompromi dan penyederhanaan
yang dimulai sepuluh dekade yang laiu dan terkompilasi pada standar kode desain
pipa yang telah disebut diatas. Dalam buku ini akandibahas lebih detail tegangan pipa
kode B31.
'
" ,/J'
"
1-4
---,,-,
_"-
-_-."'-_ ,-------.,-~-....
_--_
_-,
--.
---
-_
Tegangan adalah besaran vektor yang selain memiliki nilai juga memerlukan arah,
Nilai dari tegangan didefinisikan
sebagai gaya (F) per satuan luas (A). Untuk
mendefinisikan arah pad a tegangan pipa, sebuah sumbu prinsip pipa dibuat saling
tegak lurus seperti terlihat pada gam bar dibawah ini.
,~-'\"'---------.---- - -
t"
"
,1
,I
i
1
radial
\
\\
\I
I
I
-1--..-
II
f-'
I
I
I
I
I
I
I
I
I
I
longitudinal
I
I
I
,~- ----------~------\
slrkumferensial
z" t O!/\(jfl'l.''-I)Ll
Sumbu ini terletak di bidang tengah dinding pipa dan salah satu arahnya yang sejajar
Sumbu yangtegak lurus
terhadap dinding pipa dengan arahnya bergerak dari pusat pip a menuju luar pipa
disebutsumbu
.radial. Sumbu yang sejajar dengan dinding pipa tapi tegak lurus
dengan .sumbu axial disebut sumbu tangensial.atau sirkumferensial.
SL
= Fa
x~
lA m
(1.1)
"',
Dimana
Fax = gaya dalam aksial
Am = luas penampang material pipa
, f
= 'It dm t
dm
de)
d,
= diameter rata-rata
= (d, + do)/2
pipa
= diameter
dalam pipa
Fax
f
J
",J
'}
)J
1-5
'J
Pd;%:.
I
s. I. -
Pdn
(1.3)
4d t
irn
/4t
Am
= Mbc
(1.5)
dimana
M, = moment lendutan pad a sebuah penampang pipa
c
= jarak dari sumbu netral ke titik yang
diperhatikan.
= moment inersia dari penarnpang pipa
= 1C(d: -d;4)/64
Tegangan ini disebut juga tegangan lendutan (bending stress). Tegangan ini
paling besar jika c=R, yaitu:
S = M"Rn = Mb
(1.6)
LIZ
dimana
R,
Z
(Ro
1-6
I
I
I
I
I
I
I
I
,
\
\
\
\
,
,,--~~---------------------- \
'_4
'"
'"
\
\
\
I
I
I
I
I
I
I
I
I
I
~_
2.
Analise
(1.9)
. 1-7
I
3. Tegangan yang arahnya sama dengan sumbu radial disebut tegangan radial.
Tegangan ini berupa tegangan kompresi (negatif) jika ditekan dari dalam pipa
akibat tekanan dalam (pressure gauge), dan berupa tegangan tarik (positif) jika
didalam pipa terjadi tekanan hampa: (vacuum pressure)
(1.10)
karena jika r=r, maka SR=Odan jika r=r, maka SR=-P yang artinya tegangan ini
nil pada titik dimana tegangan lenduntan maksimum, karena itu tegangan ini
biasanya diabaikan.
4. Tegangan geser adalah tegangan yang arahnya paralel dengan dengan penampang
,permukaan pipa, terjadi j ika dua atau lebih tegangan normal yang diuraikan diatas
bekerja pada satu titik. Tegangan geser pada sistem pipa antara laia akibat gaya
dari tumpuan pipa (pipe support) dikombinasikan dengan gaya bending.
4.1. Akibat gaya geser V
.max = VQI Am
dimana
Q
= faktor bentuk tegangan geser
= 1.33 untuk silinder solid
V
=gaya geser.
(1.11)
Tegangan ini maksimum di sumbu netral (di sumbu simetri pipa) dan nihil pada
titik dimana tegangan lendut maksimum (yaitu pada permukaarrIuar dinding
pipa). Karena hal ini dan juga karen a besamya tegangan ini biasanya sangat kecil,
maka tegangan ini diabaikan.
I
I
I
I
I
,
~--,,-------------------~--,
\
\
\
\
I
I
I
,
I
I
I
\
\
,I
I
I
I
\
\
,
~-~ - ---------------------I
1-8
n HW...
(1.12)
,
Tegangan ini maksirnurn pada titik yang sama dimana tegangan lendut
maksimum.
MT
Tegangan hoop =
Tegangan geser=
Dari teori .mekanika tegangan dalam tiga dimensi berlaku tegangan prinsip orthogonal
yang menyatakan:
Sf. + S H + SII = S, + S2 +
S3 dimana
SI >S2 >S3
Dan juga berlaku
(1.13)
~!!\~~.I[J[~
. --1
1:...
1".']
"._
I TI..JARA
(1.14)
Nilai dari SI dan S3 dapat ditentukan dengan bantuan lingkaran Mohr. Dalam sistem
teganganZ dimensi dimana salah satu komponen tegangan prinsip diabaikan, (dalam
kasus tegangan pipa SR=O) maka berlaku lingkaran Mohr sebagai berikut ini
Tmnx
-T
(1.15)
Dimana
:J
S. =(SL +SH)/2+~[(SL
-SH)/2]2 +1"2
S2 =(SL +SH)/2-~[(SL
-SH)/2]2 +1"2
Tmax
.~J
.
']
i
'.J
.,J
..:_J
.~.:J
Tegangan yang telah dihitung di atas dibandingkan dengan tegangan yang diizinkan
oleh kekuatan material yang didapat dari hasil test. Jika tegangan yang dihitung
melebihi tegangan yang diizinkan oleh material diasumsikan kegagalan dari material
(materialfailure) terjadi.
Ada tiga teori kegagalan yang sering dipergunakan, yaitu:
I.
Teori kegagalan VON MISES atau Teori Tegangan Geser Oktahedral, yang
menyatakan: "Kegagalan terjadi jika tegangan geser oktahedral pada suatu
titik di. .pipa sama atau lebih besar dari tegangan geser oktahedral pada saat
material leleh (yield) di test beban tarik uniaxial"
.
Tegangan geser oktahedral didefinisikan sebagai berikut:
TOCI
1/.
(1.16)
Untuk test beban tarik uniaxial berlaku SI=SYield dan S2=S3=0, sehingga
kegagalan diasumsikan terjadi jika pertidaksamaan berikut ini berlaku:
(1.17)
1-10
Q~!\~J.i;l'J[~ I
2.
TI.JA RA
Untuk test beban tarik uniaxial berlaku Sj=SYield clan S2=S3=0, sehingga
kegagalan diasumsikan terjadi jika pertidaksamaan berikut ini berlaku:
(1.19)
,j
3.
,.
.. -",C';{,
, ,~-
... ".,-;
.1
(1.20)
'\
"_
_:J
; )j
..-
~./
(1.22)
dimana
* SYield
1-11
11I'('.:",,'tO",..,
-
.. UUlO-llS....
CI,'tIlb4t""'M.t...,....
..........
m.......",..."
.....,.,......
.'
.... .,.,._;.~~
... w...~
'.
/
,.
Kurva fatigue untuk tiap metal berbeda, dan biasanya diperoleh melalui percobaan
(fatigue test). Buku teks seperti [Ertas1996] memberikan teknik pendekatan yang bisa
digunakan untuk mendapatkan kurva fatigue, atau dibuku teks disebut kurva S-N
(Stress-Number of cycles);
1-12
f]
" Secara Ul11l1ll1 kelelahan metal disebabkan oleh bebanperipindahan, bukannya beban
gaya (force load). Beban perpindahan (displacement load) mempunyai karakteristik
"self-limiting", yaitu besar tegangan yang terjadi akibat beban perpindahan akan
membatasi diri sendiri oleh mekanisme yang disebut relaksasi atau Elastic
shakedown. Jika beban perpindahan menyebabkan tegangan lokal di material pipa
yang melebihi titik plastis (tegangan luluh/yield stress), sehingga akibat fenomena
plastis, setelah beban perpindahan ini hiIang dan sistem kembali ke kondisi awal maka
akan terjadi dua hal yang penting. Pertama tegangan residu (sisa) terjadi pada saat
beban telah dihilangkan. Kedua, titik plastis dari material pindah karena efek
hardening. .Jika beban perpindahan ini diulang, maka tegangan residu hams dilawan
dahulu baru tegangan luluh yang baru dapat dilampaui, Hal ini bisa berulang selama
beban perpindahan tidak melebihi maksimum strain dimana kerusakan katastrofis
akan terjadi.
Fenomena ini rnenghasilkan tegangan absolut yang lebih rendah dad pada beban
perpindahan yang sama besar seperti terlihat pada gambar berikut dimana maksimum
range dari tegangan dibatasi sebesar dua kali tegangan luluh (2Sy)
"'J
,_, J
. -,f
'-J
- ;',',1
"
j"
-"J
Stress
Berdasarkan fenomena ini, besar maksimum dari perbedaan tegangan ekspansi (Stress
espansion range) pada pipa adalah dua kali tegangan leleh atau lebih tepatnya jumlah
. dari teganganIeleh pada kondisi dingin (Sc) dan teganganleleh pada kondisi panas
'" (SH). Dengan rnemperhatikan faktor keamanan F, tegangan ekspansi yang dizinkan
adalah:
SE::!:F,(SC+SH)
(1.23)
1-13
Nilai dari faktor reduksi ini diberikan di kode pipa seperti tabel beikut dari ANSI
B313paragraf302.3.5
.
Faktor f
7000
1.0
7001
14000
0.9
14001
22000
0.8
22001
45000
0.7
45 001
100000
0.6
100001
200 000
0.5
200001
700000
0.4
700001
2000000
0.3
'..".""1'
r~l
,
.."".j;
Nilai faktor reduksi ini ditampilkan kembali dalam betuk grafik berikut denganjuga
.konversi jumlah siklus beban dalam periode 20 tahun umur instalsi pipa.
2
..
12
.8
c:
-=
0
U
::J
-0
0 11
.7
.!::l
(I)
./
.6
.5
,
5
10'
Total number of cycles
,)
)
'j
7]
1-14
(1.25)
= SF(R=-I)
SSOclarbarg
(1- ~m)
y
Dimana
R
= Smin/ Smax
SF(R=-I)=Tegangan Fatigue untuk R=-1
Smin = tegangan absolut minimum (Cold Stress)
Smax = tegangan absoIut minimum (Hot Stress)
SGoodman
(1.26)
Sy
= S1'(/1=-1)(S _ S )
J'
Kode pipa ASME TTl untuk Nuclear Power Piping, telah menyimpulkan bahwa efek
dari tegangan rata-rata ini bam penting untuk jumlah siklus beban diatas 50000 dan
untuk material dengan kekuatan tinggi (ultimate strength > 100 000 psi) seperti
material uritukbaut. Untuk analisa kelelahan metal pada sistem pipa, efek tegangan
rata-rata. ini diterapkan secara konservatif, yaitu tegangan karena beban tetap
(sustained load) seperti bobot rnati dan tekanan diasumsikan sebagai tekanan rata-rata
dan tegangan yang diijinkan untuk ekspansi dikurangi dengan tegangan tetap (Ssus)ini
menjadi:
(1.27)
t
I,."
Eksperimen mengenai kelelahan metal pada pipa pertama kali dilakukan oleh Markl
dan kawan-kawan di awal tahun 50-an. Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa
....kegagalan karena metal Ielah tidak terjadi ditengah-tengah segmen pipa lurus,
melainkan didaerah dekat fitting (daerah dikontiI1uitas geometri). Selain itu fatigue
terjadi pada kombinasi tegangan dan jumlah siklus yang lebih rendah dari pada
kegagalan yang terjadi pacta pipa lurus. Penjelasan dari fenomena ini terletak pada
kenaikan tegangan lokal didaerah dekat fitting (elbow, tees, butt welded dan Iainya)
dibandingkan dengan pipa lurus.
.
Laporan eksperimen dari Markl dan kawan-kawan menjadi dasar penerapan Stress
Intensification Factor (SIF) daIam kode pipa. SIF ini didefiniskan sebagai rasio
tegangan lokal rnaksimum yang terjadi terhadap tegangan nominal. Istilah lain dari
SIP ini yang lebih sering dipakai di buku teks adalah faktor konsentrasi tegangan K
(Stress Concentration Factor SCF) [Timoshenko97]. Gambar berikut memperlihatkan
distribusi tegangan akibat adanya diskontinutas geometri.
./
p-o(--
(a)
AnaIisa Tegangan
1-15
(b)
Nilai faktor konsentrasi ini tergantung pada parameter geometri dari dimensi nominal
sistem dan dimensi diskontinuitasnya,
misalnya untuk kasus diatas nilai K
diperlihatkan dalam grafik berikut
K '" CTIbW
CT
(1nu,k.
_rm
'"
J:...
cl
t = ketebalan
Ii
SIP. untuk komponen pipa karena bending dibedakan menurut arah bebannya yaitu in
plane dan out of plane seperti diperlihatkan dalam gambarberikut
D
""
,.
Girth bUlt weld
--0. .
~
I.
tl
,]
RangeOfinPlane.
.~.: ..'...... '. .....
.displacements
)1
'r
""-~_...--
-J
-.': "
-8
~
;I-
JF
ang.
"Range
eo.,.inPlana/..~ ~.
displacements?-.-
j.<J?.(-L.
Inp!a~: .: ,~
1 ..
.....I .
01outplane
....
displacements
-8.. - .. - . . . .
~ a ng . e of ""R'angeofoutplane
.
dlsplacements
displacements
. '.
~'W /'
Nilai SIF untuk untuk elbow besarnya adalah menurut kode pipa ANSI B31.3 adalah:
(1.28)
i.I =O.9Ih2/3
dimana
10
11
h
t
=u
R
R
= radius
elbow
= radius rata-rata pipa
.~]
J.].
'7
1-16
Untuk lengkapnya
Appendix
D dari ASME/ANSI
karya monumental dari Mark!. Keterbatasan konfigurasi pipa yang dites oleh Markl
terbukti penyebab tidak akuratnya SIF untuk kasus seperti Reducing tee.
Selain itu diabaikannya SIP untuk torsi juga menjadi masalah untuk kasus tertentu.
Upaya untuk memperbaiki nilasi SIF terus dilakukan seperti yang dirangkum
016h Rodabaugh dalam buletin Welding Research Council (WRC) nom or 330.
Rodabaugh menyimpulkan faktor kesulitan yang ditemui dalam llpaya memperbaiki
SIP ini sangat tinggi. Menurut dia untuk menentukan nilai SIF elbow lima kali lebih
sulit dari pipa lurus, sedangkan untuk branch 500 kali lebih sulit.
Tegangan kode diturunkan dari teori dasar tegangan clan teori kegagalan yang telah
diuraikan di atas dengan memperhatikan hasil penelitian serta percobaan bertahun
.tahun. Tegangan kode memberikan standar kriteria kegagalan untuk perancangan
sistem pipa. Ada clua kriteria kegagalan. yang berbecla,
yaitu:
,
1. Kegagalan katastrofis yang disebabkanoleh beban primer
2. Kegagalan metal lelah yang disebabkanoleh beban sekunder
Karaketeristik beban primer aclalah:
.
Beban primer biasanya disebabkan oleh gaya (force), seperti tekanan, gaya berat
(bobot mati), gaya spring, gaya dari relief valve clan fluicl hammer.
Kegagalan dapat terjadi oIeh satu beban tunggal yang menimbulkan deformasi
plastis total menyeluruh atau patah .
. Karaketeristik beban sekunder adalah:
Beban sekunder biasanya disebabkan oleh perpindahan (displacement), seperti
ekspansi tennal, getaran, perpindahan anchor dan settlement.
Beban sekunder selalu bersifat membatas diri sendiri (self-limiting), maksudnya,
setelah deformasi plastis terjadi, deformasi tidak berlanjut terus karena tegangan
berkurang dengan sendirinya clan cenderung menghilang.
-j
.:
.
,.
../
1-17
~-]
)
]
2.
)
'V
'
3.
]
,
J
.J
)
.J
1.33S"
Tegangan kombinasi pipa karena beban perpindahan tumpuan, anchor
misaInya karen a gempa bumi dan sebagainya.
1-18
1.4.3 Persamaan
1.
10S
SL = Pd" + O.75iMA <
-'
II
4t1l
'
....
.\_
"
"']
i~"
,;
2.
'..1
.
if
5,SA
+ /(S" - SL)
3.
jJ
.~]
_,
.'
'-.-J....
0.751MB < kS
Z
- "
.., 't
.: J
. )..,..
<J
1-19
BAB 2
PIPA
2.1
2.3
2.3.1
2.3.2
2.3.3
2.3.4
2.3.5
'._
'.'~..'.J
--~t
..
)}
_,J
14
16
18
19
21
22
. r.]
"):J
"]
. c~l
;]
Beban primer selanjutnya diklasifikasikan lagi menurut durasi gaya beban ini bekerja.
Untuk gaya-gayayang hampir selalu ada selama pengoperasian sistem pipa disebut
beban tetap (sustained load). Gaya yang jarang terjadi disebut beban okasional
(occasional-toady. Solusi perancangan dari dua sub-klas beban ini serupa, hanya saja
. perancangan untuk beban okasional boleh menggunakan tegangan yang lebih tinggi.
Semua kode pip a mensyaratkan tebal minimum pipa terdiri dari komponentebal pipa
yang diharuskan .karena gaya tekan ditambah komponen tebal pipa untuk
memperhatikan kemungkian korosi (corrosion allowancey; erosi, toleransi manufaktur
(mill tolerance), kedalaman ulir dan sebagainya seperti rumus berikut:
OJ
)
:]
}J
r
)J
]
r:
tl//
= t +c
dimana
)
2-1
tm
= tebal minimum
dinding pipa
t
= tebal minimum dinding pipa akibat gaya tekanan
c
= toleransi (allowance) untukkorosi, erosi,
kesalahan pabrik dan lainnya,
(2.1)
2-2
Penentuan nilai toleransi c diluar ruang lingkup tulisan ini, sebagai contoh saja, pipa
API5L berdiameter 20 atau lebih kecil menggunakan mill tolerance 12.5% yang
menjadi default piranti lunak CAESARII.
Rumus penentuan tebal minimum pipa lurus karena tekanan untuk tiap kode pipa
berlainan,
walaupun prinsip dasar yang digunakan adalah sama yaitu tegangan
tangensiallsirkumferensiallhoop
dari pipa akibat tekanan yang telah dijelaskan
sebelumnya, untuk pip a sangat tipis (t < do/20) adalah:
:-]
S
"
(2.2)
= Pdo
2t
dimana
S"
= tegangan hoop
do = diameter Iuar pipa
'}
S h = per?I + r?r2
/r2 )/(1'2
_
I
0
0
r.2)
(2.3)
I
dimana
r,
r0
OJ
I.~
~_"J
gaya
diarah
2t)
t=
Pdo
2(S" +P)
(2.4)
"
..J....
i]
"'J
- )
--~I~------~/------~
. Dibawah ini alcan dibahas beberapa .rumus yang digunakan kode pipa dan bejana
telcan untuk tebal minimum pipa lurus akibat gaya tekanan dalam. PerIu dicatat disini
yang dimaksud dengan telcanan dalam adalah perbedaan positif antara tekanan dalam
dengan tekanan luar atau istilah lainnya tekanan dalam relatif atau gauge (internal
pressure gauge).
)".,
.J
J
~]
~]
(2.5)
r: , ::
, 2(SE+PY)
dimana
-y-
.rt
Koefisien Yadalah koreksi dari kesalahan asumsi pipa berdindingtipis dan juga untuk
memperhitungkan peranan jenis material dan temperatur. Untuk pipa tipis (t<do/6)
nilai Y dapat dilihat di Tabel 304.1.1 dari ANSI B31.3 seperti diperlihatkan lagi dalam
tabel berikut:
Tabell.
Material
Temperatur
<482C
510C
538C
566C
593C
>621C
< 9000p
9500p
1000 of
10500P
1100 of
>1150F
Ferritic {CS)
0.4
0.5
0.7
0.7
0.7
0.7
Austenitic (8S)
0.4
0.4
0.4
0.4
0.5
0.7
0.4
0.4
0.4
0.4
0.4
.:
0.4
Cast Iron
O.
- d
Yuntuk t<do/6
Nilai KoefisienMaterial
tersebut adalah:
(2.6)
.+--2-.cI
d, +d" +c
dim ana
di
= diameter dalam
= do-2t
Nilai S adalah tegangan yang dij inkan material
disebut
SH Hot Allowable Stress).
)
]
)
pada temperatur
desain
(sering
Faktor E adalah faktor kualitas untuk memperhatikan perbedaan teknik produksi dari
pipa, seperti efek perbedaan pengelasan, inspeksi las, faktor casting (pengecoran).
Nilai E untukberbagai kode pipa antara 0.8 dan 1.0 dapat dilihat di Tabel A-IA dan
A-IB dari ANSI B31.3. Misalnya untuk pipa API 5L tanpa sambungan (seamless)
E=1.00, dengan sambungan spiral maupun lurus jenis EFW (Electric Fusion Weld)
nilai E=0.95, dengan sambungan las longitudinal ERW (Electrical Resistance weld)
nilai E=0.85, dengan sambungan las FWB nilai E=0.6.
(2.7)
P.d(}
= -----"--
2FESy
dimana
F
= faktor keamanan = 0.72
Sy
= kekuatan luluh (yield strength)
Faktor E di ANSI B31.4 merupakan faktor efisiensi sambungan las, yang nilainya
dapat diambil. .dari Tabel 402.4.3 ANSI B31.4. Efisiensi sambungan las ini bisa
berbeda antarqB31A dengan B3I.3. Contohnya untuk API 5L, nilai E=l.O untuk pipa
tanpa sambungan .las, dan juga E=1.0 untuk pipa las ERW (Electric
Resistance
Weld), dan E=0.6 untuk sambungan las FBW (Furnace Butt Weld).
~1
ASME/ANSI
B31.8
Minimumtebaldinding
B31.8:
(2.8)
t=
P .d
dimana
Temperature DeratingFactor
Seperti halnyadi ANSI B31A, faktor keamanan F diANSI B3I.8 juga digunakan tapi
dibedakan nilainya menurut jenis konstruksi dimana jalur pipa dipasang. Untuk jalur
.pipa yang ditempatkan dikonstruksi yang padat dan gedung bertingkat, nilai faktor
F=OA, untuk daerah residensial dan komersial .fator keamanan F=O.5 dipergunakan,
untuk daerah yang kurang padat dapat digunakan F=0.6, dan untuk daerah yang tidak
ada/jarang dihuni boleh digunakan nilai yang terbesar F=0.72 seperti pada ANSI
B31.4. Perbedaan ini didasari asumsi bahwa jalur pipa gas akanlebih berbahaya bagi
pendudukjika terjadi kebocoran dibandingkanjalur pipa oli/minyak cairo
Faker T yaitu faktor temperatur diterapkan disini untuk menurunkan kekuatan pip
a akibat .temperatur yang lebih tinggi. Nilai T adalah 1.0 untuk temperatur (-20F
sid
250F), dannilai ini berkurang sampai menjadi 0.867 untuk temperatur 450F.
ASME VIII-J
Untuk perbandingan, kita berikan disini rumus tebal minimum dinding bejana tekan
akibat tekanan menurut kode bejana tekan ASME VIII-I, yaitu:
rs ,
t = -~---" - --
(2.9)
2(SE + OAP)
Rumus ini mirip dengan yang digunakan dalam ANSI B31.3, hanya saja nilai Y=OA
selalu digunakan untuk bejana tekan, dan tentunya nilai tegangan yang diijinkan untuk
material yang sama bisa berbeda karena perbedaan faktor keamanan yang digunakan
2-4
dalam masing-masing
kode.
2-5
~!~~l;' il][5
TI ...A. RA
2SE.t
do -2Yt
(2.10)
BI6.9.
Jika dua buah potong pipa Iurus yang disambung dengan las dimana perubahan arah
(offset) yangterbentuk lebih kecil dari 3 dari, maka metode desain pipa ini dianggap
sama dengan.mendesain pipa lurus yang dibahas sebelum ini. Perubahan arah yang
kecil ini tidak. menyebabkan kenaikan tegangan yang berarti. Lain hainya jika
perubahan arah dua potong pipa lurus itu lebih besar dari 3 maka sambungan itu
sudah dikategorikan sebagai miter bend seperti terlihat pada gambar berikut:
t--~~.
Sudut e disebut sudut potong miter (miter cut angle), sudut a merupakan sudut
perubahan arah dimana q.=2e.
Menurut ANSI B31.3, miter dengan sudut potong miter e yang lebih keeil dari 22.5
.maka tekanan pipa harus dibatasi sehingga tegangan tangensial (hoop stress) tidak
melebihi 50% dari kekuatan luluh material pipa (yield stregth) pada temperatur
desain. Hal ini dinyatakan dalam paragraf 304.2.3 dari ANSI B3l.3 yaitu tekanan
maksimumyang diperbolehkan harus lebih kecil dari dua rumus tekananberikut:
= SECT-c)
p
III
r2
(T -c)
(2.11)
dan
.p
III
= SE(T - c)
1'2
RJ
(RJ
r2
0.5r2)
Jika miter> dengan sudut potong miter 8 yang lebih besar dari 22.5 rnaka tekanan
dalam pipa dibatasi sehingga tegangan tangensial tidak melebihi 20% dari kekuatan
luluh material pipa pada temperatur desain yaitu:
= SECT -c)
r2
(T-c)
(2.12)
c)
Parameter S .dan E sama dengan yang telah dibahas diatas, dan parameter geometri
seperti tertera dalam gam bar.
']
:. ...1
J.
2-6
~-.:.
.'...-1
ASME
B16.61996
TABLES 2
PRESSURE-TEMPERATURE RATINGS FOR
GROUPS 1.1 THROliGH 3.16 MATERIALS
TABLE 2-1.1
Nominal
Olgnltion
Forging'
Cuting.
C-Si
A 106 (I)
C-Mn-Si
Plates
NOTES:
(1) Upon prolonged exposure to temperatures above BOO"Ft,ile carbide phase of ateel may
be converted to graphite. Permissible, but not recommended for prolonged use above
BOO'F.
(2)Not to be used over S50'F.
(3)Not to be used over 700'F.
--: T.mp.. ~
-20 to 100
200
300
400
600
600
650
700
750
BOO
150
300
400
6OQ,
900
1500
2500
286
260
230
200
170
740
675
655
635
600
990
SOO
1480
1350
1315
1270
1200
2220
2025
1970
1900
1795
3705
3375
3280
3170
2995
6170
5625
5470
5280
4990
140
125
110
550
535
535
505
410
730
715
710
670
550
1095
10.7.5
1066
1010
825
1640
1810
1600
1510
1235
2736
2685
2665
2520
2060
4560
4475
270
170
105
355
230
140
70
535
345
205
105
805
515
310
155
95
80
8S0
900
65
50
950
1000
35
20
50
900
876
845
1340.
860
515
250
4440
4200
3430
2230
1430
860
430
Seandainya flanges ini menerima beban dari pipa, baik gaya maupun momen, seperti
halnya yang sering terjadi pada flanges yang berhubungan dengan nozzle peralatan
(equipment), maka analisa flanges harus dilakukan terhadap berbagai kemungkinan
kegagalan seperti kebocoran, luluhnya sambungan baut, atau kerusakan bagian dari
flanges itu sendiri". Salah satu darianalisa flanges yang sering digunakan didapat
dalam .Apendix 2 dari ASME VIII-I, yaitu untuk flanges dengan gasket tipe ring.
Untuk flanges, dimana metal ke metal kontak dengan gasket tipe "self-energizing
type'" O-ring, metode kalkulasinya didapat dalam Apendix Y dari ASME VIII-I.
Rumus ASME VIII ini dapat digunakan sebagaimana adanya dengan memperhatikan
perbedaan tegangan yang dijinkan antara kode pipa dan ASME VIII. Analisa Flanges
yang relatif rumit ini akan dibahas di bab lain.
Dalam mendesain Blind Flange, kode pipa seperti ANSI B31.3 juga mengacu ke kode
bejanatekan ASMEVIII-l. Dalam hal paragrafUG-34 dari ASME VIII-I, yaitu tebal
blind flange karena tekanan adalah:
CP +1.9 WhG
3
SE
SEd
dimana
C
= 0.3 (untuk jenis cover dengan baut (bolted)
d
= diameter rata-rata dari gasket
W = total beban baut
hg = lengan momen dari baut
= (diameter lingkaran baut - d )/2
t=d
(2.13)
2-7
,]
2-8
-]
-]
. Blanks dipergunakan untuk menahan aliran fluida dari atau menuju sebuah bagian
sistem pipa. Seperti halnya blind flane, blanks juga hams dapat menahan seluruh gaya
tekanan yang diterima. Kode pipa ANSI B31.3 menentukan bahwa tebal tekanan
blanks adalah:
(2.14)
-,
~<:!
t = d ~ 3P
g
16.SE
dimana
dg
= diameter dalam dari gasket untk RF (raised
Face) dan FF (Flat Face) atau
= diameter gasket pitch untk RJ (ring Joint)
;
' '' 1
I ~
,.
~.
".
~~]
.';]
,J.
..j
']
:']
-'.)
,]
..!
>
'... .-.1.
-' .
Perlu dicatat, .tebal minimum blind flangedan blank dari persamaan diatas harus
ditambahkan toleransi (allowance) c.
~i!\~' iu[s
-~
c.....
I TILlARA
disebut juga jika sambungan branch menggunakan standar fitting yang diatur dalam
kode MSS:-SP dan ANSI yang sesuai dengan rating tekanan-temperatur, maka tidak
diperlukan penguatan tambahan.
:)
~]
branch yang
--
..'.1.
.
r]
AI
= til .d, (2 -
sin f3)
dimana
--I .
~J.
.
th
)J
d,
~;.
Db
T,
Luas .penampang Yang dibutuhkan (area required). Al ini harus diganti oleh luas
material yang tersedia (available area), yaitu A2 (kelebihan material di pipa header),
A3 (kelebihanmaterial.di pipa branch) dan Aaluas penampang material. las dan pelat
penguatan (reinforcement pad), jika ada.
Luas penampang yang tersedia di pipa header A2 adalah:
A2
= (2d2 - d, )(T" -
th --- c)
dimana
Th
o
d2
Dh
(2.16)
I TIr.JARA
A3
(2.17)
= 2L4(Tb =t -c)/sinfJ
dimana
= tebal karena tekanan pipa branch
tb
L4 = tinggi zona penguatan dilauar header
= nilai terkecil dari 2.5(Th - c)
atau 2.5(Tb - c) + T,
= tebal minimum dari plat penguatan (reinforcing
ring atau saddle)
= 0, jika tidak ada penguatan
T;
Semua sambungan las yang ada dalam zona penguatan yang dibatasi oleh lebar 2d2
dan tinggi [,4, dan luas pelat penguatan (reinforcemenet pad) diperhitungkan untuk
menghitiing luas A4
.
Untuk extruded outlet header, prinsip yang sama diterapkan dalam paragraf 304.3.4
dari ANSI B31.3.
..
/
v"
Pengaruh gaya tekanan diarah longitudinal/aksial pipa diterima oleh dinding pipa
dalam bentuk tegangan tarik longitudinal (lihat bahasan tegangan). Besar gaya
..tekanan iniadalahtekanan P dikalikan Iuas penampang dalam pipa, yaitu:
F = 7CPd
p
(2.18)
j
dim ana
d,
= diameter dalam pipa
Gaya tekanan ini .d. alam keaadan setimbang dengan tegangan longitudinal dalam
pipa, sehinggatidak ada gaya reaksi luar yang bekerjadi .support /anchor. Lain halnya
jilca terdapat expansion joint maupunn slip joint dalam sistem 'pipa tersebut,
Fleksibilitas darijointtersebut terIaiu besar untulcmenahan gaya tekanan yang
besamya:
F =7CPde.
p
4
dimana
de = diameter efektif expansion joint
= dalam dalm pipa + tinggi satu corrugation
-]
(2.19)
Gaya yang tidak balans ini harus ditahan baik oleh tie rods yang dipasang pada
expansion joint ataupun oleh ankor I line stop pada sistem pipa.
:J
]
)
2-10
g~~~J.;'ilJ[s I
T ILiA RA
'khususnya dalam hal, jarak maksimum antara support pipa, tip sagging, dan gaya
reaksi pada nozzle peralatan.
~1
'}
_/
"1
I
,,J
Permasalahan yang rnasih ada dalam menerapkan .teori batang elastis ini adalah,
bagaimana kita memodelkan jenis tumpuan tadi dalam teori, yaitu apakan tumpuan
sederhanajpinned support/simply supportedjdimana rotasi bebas sepenuhnya:
.)
']
~)!
::;""
-~1
)
J)]
":-i
Untuk model pertama (tumpuan sederhana), maka moment lendut (bending moment)
yang maksimum terjadi berada di tengah-tengah
span, dan nilainya adalah
[Roarks89]:
max
= W.12
Dimana
momen maksimum
beban berat pipa, fluida dan lainnya per satuan panjang
= panjang batang (pipe span)
Mmax =
W
I
(2.20)
Untuk model kedua (tumpuan jepit), momen maksimum terjadi tepat ditumpuan dan
besarnya adalah:
max
i
(2.21)
= T'V.l2
12
Dua model teoretis ini memperlihatkan dua nilai ekstrem. Kenyataan yang sebenamya
alcan berada diantara dua nilai itu. Salah satu nilai kompromi yang diambil .adalah
nilai tengahnya, yaitu [Diehl]:
(2.22)
W.Z2
=10
Mmax
s = Mmax
(2.23)
dimana
= momen
.Dari duapersamaan ini, jika nilai tegangan ditentukan tidak boleh melebihi tegangan
ijinSA, rnakajarakmaksimum
antar tumpuan yang dibolehkan adalah:
Z
max
= ~lO.Z.SA
.(2.24)
Selain tegangan yang diijinkan sebagai batasan panjang span pipa, besarnya lendutan
(defleksi kebawah) dari pipajuga dapat untukmenjadi kriteria.
Dari dua model ekstrem diatas, dapat diturunkan .rumus untuk defleksi maksimum
yang terjadi akibat beban berat pipa, yaitu untuk model dengan tumpuan sederhana
[Roarks89] :
(2.25)
- 5W.l4
'Ymax = 384El
Dimana
Ymax
= defleksi
maksimum
Ymax
_W.Z4
= 3841
[Roarks89]:
(2.26)
Dua rumus terakhir ini pun untuk kasus yang ekstrem, dimana nilai yang sebenarnya
ada diantara. Nilai kornpromi yan digunakan adalah nilai tengah dari dua nilai
makimum defleksi ini.
~)
2-12
:,1
.rt
tidak ada perubahan arah horizontal maupun vertikal diantara dua support
Maksimumtegangan
NOMINAL PIPE
12
STD.WT STfELPIPE
WATER
SERVICE
OR
TUBI!SIZ.E
,,rl
7.
2.1
l/8
2.1
2.1
2.1
1
7
III
)/4
..
'm
1/4
-.
IIf4
_VAPOR
SERVICE
COI't'ERTUB.E
VAPOR
WATER
SERVICE
seRVICE
(I
It
(I
1.4
I.S
2.4
I.S
I.
8
9
2.4
2.7
I.S
I.S
6
1
'1
2.7
I..
2.1
2.4
II
1.1
1 2.1
:1Zl
~i
m",
il
1112
2
2.1
2,7
10
3.0
Il
l.1
13
4.0
12
3.7
15
4.6
10
2"
2.4
3.0
10
3.0
II
3.4
14
43
II
.,
-.
14
3.4
4.3
14
17
4.3
Sol
I'
12
2.1
1.7
IJ
16
4.0
..
.~.~
~
:!
4.9
19
IJ
4.0
13
...
.
a
10.
j;l~
"!:'1'0'
~6
::Ioe
~~
E~
o~'
~i
1i
~!~! e
f
,..",
""Q~
4.1'
> ....
,.5
5.2
21
6.4
14. 4.3
20
6.1
!!l
19
5.'
24
7.3
16
4.9
23
7.0
i!::
l2
6.1
16
7.9
IS
,.S
lS
7.6
t=
~9
11
~~
~~
...
rLASTI("
-~
.
,,3
II
FIBERGlASS
REIN
fORCI!D
2-
",
rp;~
10
a; aZl
~i ~~
,
16
f-.
"O
CLAS,
'~
~e ~~p
1511
~~
2112
. ASBESTOS
' CEMENT
0.-
C5~
15
~~
CAST
IIlON
SOIL
I~-~ao~
l"iiI~
IA
2.7
7
FIRE
PRO.
TECTtON IU33UU!
..
0'1
'"
:z
!ii
Ii
~
i; ~I I
!i!fl
!i!
.. .
! ;
~l)
14
lS
1.6
32
col
9.8
'"
~~
30
12
2J
Ja
20
u.
)9
11.3
11.9
24
32
9.8
41
12.!
30
'3)
10.1
13.4
2.
7,D
1.5.
37
9.1
19
$;I
2~
8.5
iC!l
...
'"
~
0
~.
:a'"
~i~
~g
j:;
ai
(2) DOES NaT AJ'PLY WIlER!! SlAN CALCULATIONS AIlE MADE OR WHEIlB THIlB AIlE COHCNTRAT1!O LOADS BETWeEN ~TS
AS Ft.A.NcES. VALva. ~EClALTIES.I!TC OR CllANCES r~ DlkC11ON JUlQUIIUNG .womOl4AL StlI'IORTS.
SUCH
Untuk kasus dimana asumsi diatas tidak berlaku maka enjimr harus memberi
perhatian lebih jauh, misalnya jika ada perubahan arah horizontal mengharuskan
maksimum pipe span dikurangi sampai 75% dari nilai acuan dari tabel. Jika hal ini
tidak diperhatikan maka tip sagging bisa menimbulkan masalah tegangan yang besar.
Posisi support yang terbaik adalah tepat pada belokan (bend) hanya saja ini biasanya
tidak dibolehkan oleh kode pipa karena menyebabkan masalah lain yaitu konsentrasi
tegangan (SIF) yang tinggi,
Untuk kasus dimana ada beban terkonsentrasi, seperti valve, maka standar MSS
merekomendasikan.supaya
valve dipasang sedekat mungkin dengan support. Reduksi
dad pipe span acuan juga bisa digunakan sampai dibawah 50%.
2-13
Perubahan arah vertikal bisa dianggap sebagai beban terkonsentrasi pada bagian pipa
mendatar dengan berat riser sebagai beban konsentrasinya. Pipe span di bagian pipa
vertikal. (riser) tidak ditentukan dengan standar ini, karena beban berat tidak
menimbulkan tegangan dan defleksi seperi yang diuraikan diatas. Hal yang perlu
diperhatikan adalah bahaya buckling akibat tegangan kompresi di riser, oleh karena
itu dirokemendasikan, riser support yang menahan berat diletakkan diatas titik berat
nser.
)'1
\,.J
(2.27)
/).l = a.!
dimana
= am!:!.T
=
/).T
)~J
=
=
2-14
Jika perubahan panjang pipa !11ini tertahan oleh karena sebab tertentu misalnya oleh
ankor-ankor seperti dalam gambar berikut, maka gaya termal akan terjadi sebagai
reaksi dari pipa akibat perubahan panjang tersebut harus dikembalikan ke panjang
semula.
[]
]
~~~
1-
OJ
=,
Gaya yang terjadi dalam konfigurasi diatas bisa sangat besar nilainya, yaitu:
P = E.A!111l
t..].
.
EAa
(2.28)
dimana
A
= Iuas penampang pipa
E . = Modulus elastisitas materialpipa
"
Ada. hal ang perlu diperhatikan disini, .walaupun pemuaian/ekspansi yang seharusnya
terjadi .nilainya tergantung dengan panjang pipa awal, ternyata gaya tennal yang
ditimbulkan
sama sekali tidak tergantung dad besaran panjang pipa yang
bersangkutan,
Hal lain yang menarik dan sering terlupakan, adalah tegangan terrrial yang terjadi
pada konfigurasi diatas adalah tegangan aksial/longitudinal mumi artinya tidak ada
tegangan ...akibat ...momen. Kebanyakan kode pipa, untuk tegangan: termal hanya
. .tegangan bending yang diperhitungkan, walaupun kode pipa juga menyebutkan bahwa
kemungkinan . atas buckling harus diperhatikan. Pembahasan mengenai ini dapat
dilihat di artikel [jama103] yang terlampir.
.
]
' 1
..r '
J]
, " Konfigurasi sistem pipa diatas dapat ditemukan dilapangan, misalnya dari ankor nozle
sebuah tanki ke anleor nozzle tanki lainnya, Pada prinsipnya ini tidak diperbolehkan
atau merupakan desain yang buruk dari sudut pandang tegangan pipa, Sementara
mungkin desain diatas yang paling optimum jika dilihat dari pemakaian material
(paling ekonomis) ..dan minimnya energi yang hilang (pressure drop) karena gesekan
yang terjadi paling leecil.
Tiga alternatif desain yang lebih baik terlihat pada gambar berikut, dimana sejumlah
fleksibiltas ditambahkan pada sistem pipa diantara dua ankor nozzle, untuk
mengabsorb pemuaian diatas. Penambahan fleksibilitas ini dilakukan dengan cara:
~]
)]
2-15
b) pipa lurus dibelokkan dengan memutar salah satu arah nozzle 90 derajat
/77
_l
Tidak ada rotasi yang terjadi pada ujung kaki yang dijepit (ankor), atau dengan
kata lain fleksibilitas anIcor diabaikan (rigid anchor)
Tidak ada rotasi yang terjadi pada ujung kaki "guided" yang dengan pipa ekspansi
menyatu dengan sambungan bend, elbow maupun
fleksibitas dari bend diabaikan (rigid bend)
mitter;
Tegangan .akibat ekspansi ini merupakan tegangan range (stress range) dad selisih
tegangan yang terjadi pada kondisi pipa dingin dan sesudah dipanaskan. Dan teganan
ini masuk dalam kategori tegangan sekunder karena penyebabnya adalah perpindahan.
Oleh.karenadua hal ini tegangan ekspansi SE ini harus dibandingkan dengan tegangan
"range" yang diij inkan SA.
.
..
.Tegangan ekspansi. .hasil perhitungan yang sederhana dengan metode "guided
Cantilever" ini dapat diperbaiki dengan memperhatikan fleksibilitas atau kekakuan
(stiffness) dari: .
.
bend: komponen pipa yang rnelengkung ini memiliki fleksibilitas yang lebih
tinggi (dengan kata lain kekakuan yang Iebih kecil) dibandingkan komponen pipa
yang lurus dengan diameter yang sama
ankor: semua mucor memiliki kekakuan tertentu, hanya saja karena kekakuan
ankor jauh lebih besar dari .kekakuan pipa mak,! asumsi ankor yang sangat rigid
(infinitely rigid) sering digunakan
" ..
,
":""'
.....
Nilai dari fleksibilitas (atau kebalikan dari kekakuan) sebuah bend dapat ditentukan
dengan metode Y<U1g.digunakan dalam perhitunga SIF bend seperti tercantum
dalam kode pipa ANSI B31. Nilai kekakuan ankor tidak sesederharia pada bend,
jenis
peralatan yang mana nozzlenya dimodelkan sebagai ankor menentukan bagaimana
eara menghitung kekakuan ankor. Kode WRC297 dapat digunakan untuk menghitung
kekakuannozzle dari bejana tekan berbentuk silinder, API 650 untuk tanki. Jika ankor
merupakan tumpuan dari struktur, maka perhitungan kekakuan bisa diperoleh dari
analisa tegangan struktur sipilnya.
Piranti lunak CAESARII menyediakan pilihan untuk menghitung kekakuan dari ankor
nozzle dengan WRC297 dan API 650, serta dapat memodelkan ankor .struktur
bersama-sama dengan model pipa agar didapat kekakuan yang dapat dipertanggung
jawabkan. Jika nilai kekakuan tidak diberikan maka CAESARII mengasumsikan
"infinitely rigid" dengan memasukkan nilai kekakuan dengan orde 1012 psi.
2-17
r'j
I-I
~1
(2.30)
dimana
D
= diameter luar pipa (mm atau in.)
= pemuaian yang hams diserap pipa(mm atau in.)
Y
L
= panjang semua pipa antara dua ankor (m atau ft.)
U
= jarak langsung anatar duaankor (rn atauft.)
(Ed. 1996)
KI
= 208.3 untuk satuan S1
= 0.03 untuk satuan US
(Ed. 1999)
Kl = 208 000 SAlEauntuk satuan S1
= 0.30 SA/Eauntuksatuan US
SA = stress range yang diijinkah{Mpa atau ksi)
E, = modulus elastisitas di temperatur kamar (Mpa atau ksi)
.
-1
Metode ini. rnenggunakan asurnsi yang sama dengan metode Guided Cantilever
method, yaitu sistem pipa yang hanya terdiri dua ankor dan tidak ada restraint lain
diantaranya, Menurutmetode ini jika pertidaksaman diatas berlaku maka sistem pipa
tersebut tidak rnemerlukan kalkulasi formal.
Ada catatan kaki dalam kode pipa tersebut yang memberikan peringatan bahwa tidak
ada pembuktian yang berlaku umum bahwa kriteria ini selalu akurat dan konservatif
(aman). Beberapa kasus dimana kriteria .ini gagal, rnisalnya pada loop pipa U dengan
panjang kaki U yang tidak sarna, atau pada pipa dengan loop seperti gigi gergaji yang
dari ankor Ice.ankornya hampir segaris dengan geriginya.
,1
Selain catatan kaki yang diberikan oleh kode tersebut, perubahan nilai Ki clari kriteria
ini pada Edisi 1999, dibandingkan Edisi 1996, tampak kode ini tidak konsisten
walaupun dengan penambahan parameter SA/Ea pada edisi terakhir seakan-akan ada
perbaikan, tapi sebetulnya perbaikan ini menimbulkan ketidak pastian yang lebih
']
2-18
besar. Misalkan llntuk material pipa yang sering digunakan nilai SA= 15 ksi dan Ea=30
Msi, jadi.nilai SA/Ea=1l2000. Dengan kata lain perubahan edisi 1999 mengurangi nilai
KI dengan faktor Yz untuk satuan SI dan dengan faktor 11200 atau satuan US
menjadi
lebih konservatif dibandingkan satua SI?
Selain dari ketidak pastian ini dan juga rumus ini tidaklah semudah yang tampak
dalam pemakaiannya, maka metode tabel dan grafik lebih banyak digunakan dalam
menentukan apakah kalkulasi formal diperlukan atau tidak.
'1
]
~]
Data yang perlu ditentukan atau dihitung tidak sama antara Constant Spring dan
Variabel.Spring. Untuk Constant Spring, data yang diperlukan adalah gaya konstan
yang. diberikan oleh pegas ke pipa yang' diperlukan untuk menahan berat pipa
(Sustained LQad).
Pemilihan Varibel Spring Hanger/Support tidak sesederhana Constant Spring. Ada
.dua data utama yang dibutuhkan yaitu konstanta pegas (Spring Rate) dan besar
.perpindahan.termal (thermal movement) untukmenentukandimensi dad pegas. Selain
.itu batasanbebanmaksimum sampaiminimum yang disebut working range load dad
pegas harus diperhatikan dalam pemilihan atau perancangannya.
Prinsip peran~angan Variabel Spring Hanger 'adalah pada kondisi operasi,
kesetimbangan terjadi antara beban karena berat pipa (kondisi .instalasi) dengan beban
karena, termal. Beban pada kondisi operasi biasanya disebut Hot Load (HL), yaitu
Beban Kondisi Panas, yang sebetulnya tidak, terlalu tepat penamaannya untuk pipa
.proses pendinginan dimana temperatur operasi dibawah temperatur kamar atau
temperatur instalasi.
',j
"']
'J
-]
Beban pegas pada saat dingin selanjutnya disebut Cold Load (CL) atau juga beban
instalasi (installation load) "yang tidak balans" disebabkan karena berat pipa saja.
Sementara beban pegas yang terjadi pada saat kondisi panas/operasi (operating load)
disebut Hot Load (HL).
", Dua kondisi beban yang berbeda "dibalanskan" oleh gaya reaksi pegas karena
, perpindahan termal, yaitu :
(2.31)
CL.,=HL + kb.t1,
Dimana
k
= konstanta pegas
Llth = perpindahan termal pegas
"SebUM kriteria standar diperkenalkan
pemilihan/perancangan yaitu:
.
Ll
Desain Pipa dan Komponen Pipa
IIHL-
eL11
k*
vendor dalam
(2.32)
2-19
~("J
LoadVariation
= Variability =
HL
HL
Ih
-.....:'
2-20
Tahapan PerancanganIPemilihan
1.
2. Hitung perpindahan termal (6th) akibat ekspansi tennal di lokasi rencana spring
support untuk model tanpa rigid support tersebut diatas.
3. Tentukan nilai Variability yang dinginkan (25% atau kurang)
4. Cari di tabel ukuran spring (Spring Size) dimana beban HL yang didapatdari
perhitungan berada kira-kira di tengah-tengah working range.
5. Hitung
maksimum
k = Variablity* HL
max
konstanta
spnng
dengan
persamaan
berikut
1I.0.lel'IIIaili
6. Untuk kolom spring size yang dipilih pada butir 4, tentukan Working Range
dengan meneari spring rate (konstanta pegas) yang lebih keeil dari kmax yang
dihitung pada butir 5.
'.\
.)
Hold Pipe
Down
Three Supports
witti No LlP.!ift
Here
Tujuan ..utama ..dari. teknik ini adalah menempatkan rigid support yang menahan
pergerakari pipa kebawah maupun keatas untuk meniadakan lift,,:,up, dengan
memperhatikan tegangan ekspansi termal tetap dibatas arnan.. Penempatan rigid
support ini dilakukan dengan menerapkan prinsip yang dipakai pada metode Guided
Cantilever, yaitu jarak minimum ujung pipa yang memuai ke rigid support yang
pertama pada pipa yang menerimalmeredam pemuaian ditentukan dengan rumus
berikut:
.
6ER.flTH
SALL
Dimana
Sail = teganagn yang dijinkan untuk
ekspansi
(2.33)
'..'1.j,
.-.-
"~l
,]
OJ
::]
"I .:
::J
2-22
.]
I.l.l.[5
c"
RA
.I
:..;:n_E
w...
1'-]
,.J
~.'."J.'.
-j
""'j
,J
(""",'
rl
~;
~]
".:,
<]
')'1
.\J
:--1
~_--:I
"1
::1
')
']
\':J
'i
.'
.,J
"j
BAB 3
I TlaJA
3.1
BebanRandom
3.1.1
BebanAngin dan Gust Factor
3.1.2
BebanGenlpa(g-factor),
3.2
BebanKejut.
; ;
3.2.1
Gaya Fluida
3.2.4
3.2.2
3.2.3
~
,
;
9
;
2
3
7
8
11
13
14
,1
"a...J
,~'J
Beban okasional adalah beban primer yang terjadi hanya dalam waktu yang singkat dan
jarang kejadi.aannya. Karena beban ini hanya sebentar bekerjanya, kegagalan karena
beban ini tidak .akan mengakibatkan kegagalan karen a rangkak (creep), sehingga
tegangan yang.terjadi diperbolehkan melebihi tegangan akbibat beban primer yang tetap
(sustained load), Keringanan ini berbeda antara kode pipa, yaitu 33% untuk ANSI B31.3
dan 15% dan 20% untuk ANSI B31.1.
-'-,
~'-'
'..::-.1
'~,"
_. "r..-1
Tegangan akibat beban okasional dikombinasikan dengan beban tetap seperti berikut ini:
ANSI B31.3:
"
(3-1)
ANSI B31.1:
''')
ra ,
,-J.
- - +
0.75iMA
0.75iM
+
n
<
kS
(3-2)
41n
Z
Z
- "
Dimana
k
= 1.15 jika durasi beban okasional bekerja kurang dari
10% dari waktu operasi
k
= 1.20 jika durasi beban okasional bekerja kurang dari
1% dari waktu operasi
MA = momen resultan beban tetap
MB = momen result an beban okasional
-:~]
i~]
,']
.,
'
Beban angin
Beban gempaiseismic
t,
, ~_J
,
.r.".'
1 j.
".
..
- r
Beban igi sifatnya dinamis karena perubahan dari beban ini, baik besarnya maupun
arahnya, sangat cepat .sehingga pipa tidak cukup waktu untuk merespon seperti beban
.yang. statis, Karena itu untuk mengevaluasi akibat beban ini seharusnya dilakukan dengan
, analisa dinamis. Sebagai alternatif dad analisa dinamis, beban yang dinamis boleh
dilakukan dengan memakai teknik analisa kuasi-statis, dimana beban dinamis dimodelkan
sebagai bebanstatis dengan diperkuat harganya dengan faktor tertentu yang secara umum
.,d: i_sebut faktdr beban dinamis (Dynamic Load afactor- DLF). Teknik analisa kuasistatis tidak menghasilkan perhitungan yang lebih akurat dibandingkan dengan analisa
dinamis, tetapi karena jauh lebih sederhana dan lebih cepat perhitungannya, sering
digunakan pada
.fase perancangan selama faktor bebandinamis dapat ditentukan secara konservatif.
Beban okasional ini dibedakan disini menurut profil beban sebagai fungsi waktu, yaitu
beban yang acak (random) dan beban kejut.
\.1
Beban Okasional .
3-1
, ""1
"
Kecepatan Angin
t]
Waktu
"1
" ,,~J
,:.",r-)
J
\
. ~,,_.:'J
Be,ban gernpa: .Beban ini disebut juga beban seismik, disebabkan oleh bergeraknya
tanah secara random yang melalui anchor struktur/pipa ke tanah dan rnenyebabkan
beban inersia dari struktur/pipa yang terinduksi. Pergerakkan tanah yang random
tersebut sebenarnyamerupakan
somasi yang ,tak-hinggajllmlahnya dari pergerakkan
tanah yang sifatnya siklus (harmoriis). Profil beban gempa .sebagal fungsi waktu
sep~rtiyang~erliQat digambar dibawah ini, lama/durasi gempa terjadi' antara 20s-30s.
]
..
:.'. . .
..
~]
/:J
..'.J
......
..
"
':..1
Beban
Okasional
3-2
,J.
:A
(3-3)
=D. I
=
Cqz=~ylgy2
dimana
y
= berat jenis udara
= 0.0765 lb/ft"
= 12.01 N/m12.01S2
g
= percepatan gravitasi
= 32.2 ft/sec2
= 9.8 m/dr'
,Atau,~yring ditulis dalam kode setelah nilai berat jenisdan gravitasi dimasukkan
qz
=
=
0.00256 y2 (psf)
0.613 V2 (N/m2)
(3-6)
dimana
V
= kecepatan dasar angin (mph atau m/dtk)
Kode ASCE#7.menaikkan besar tekanan angin ini dengan memperhatikan faktor seperti
koefisen expsoure K, dan koefisien Impotance I pada edisi 1993. Pada edisi 1995
ditambah .lagi faktor topografi Kzt Pada edisi 1993 tekanan ekuivalen angin adalah:
qz
dimana
x,
K,
= koefisen expsoure
Beban Okasional
(3-7)
- i
=
=
(3-8)
CN/m2)
dimana
Kzt = koefisien topografi
:
~l
-
Koefisien exposure tergantung pada areal dimana struktur pipa berada, yaitu seberapa
besar keterbukaan (exposure) dari areal tersebut. .Sebagai contoh pipa yang berada
didaerah .lapangan terbuka akan merasakan angin lebih banyak dibandingkan didaerah
tertutup seperti dalam kota. Areal ini baik pada edisi 1993 maupun 1995 (1997)
dibedakan dalam 4 kategori, yaitu
A.
B.
C.
D.
"'1
\
ft
0-15
'.
20
25
30
40
SO
....
,'.i".
.<,~-,-.)
)I
~,J
"]
",]
.~
(m)
(0-4.6)
(6.1)
(7.6)
(9.1)
(12.2)
(15.2)
(1S)
60
(21jf
70
(24.4)
80
.(27.4)
'90
100 '(30.5)
06.6)
120
140 ' (42.7)
160 1 '(48.8)
180 ...(.54.9)
(61.0)
200
.(76.2)
250
(91.4) .
300
350 . (106.7)
400
121.9)
450
137.2)
152.4)
500
.'
Case 1
0.68
0.68
0.68
0.68
0.68
0.68
0.68
0.68
0.68
0.68
0.68
0.73
0.78
0.82
0.86
0.90
0.98
1.05
1.12
1.18
1.24
1.29
B
Case 2
0.32
0.36
0.39
0.42
0.47
0.52
0.55
0.59
0.62
0.65
0.68
0.73
0.78
0.82
0.86
0.90
0.98
1.05
1.12
1.18
1.24
1.29
Case 1
0.70
0.70
0.70
0.70
0.76
0.81
0.85
0.89
0.93
0.96
0.99
].04..
1.09
1.13
1.17
1.20
1.28
1.35
1.41
1.47
1.52
1.56
Notes:
'"J
'
.. '
Exposure (Note 1)
Height above
ground level, z
Casel
0.57
I
0.62
0.66
0.70
0.76
O.SL
0.85
0.89
0.93,'
0.96 '
0.99'
1.04
1.09
1.13
1.17
1.20.
1.28
1.35
1.41
1.47
1.52
1.56 .:
1
.
C
a
s
e
1
:
J
_J
Beban Okasional
3-4
Tabel berikut nilai koefisen expsoure Kz: dan Gz menurut ASCE#7 1993 untuk kategori
exposure D:
.Height Above Ground Le"el, z
0-15
(tt)
2 0
".
.N......
1.2i
1.14
_0
1.32
1.13
SO
"1.37
lAS
'1.12
40
50
_
...
60
:
70
80
'_-11>
4..:.t
.. _ ...
011
90
1120(0}' ~
" .... . -
.......
If
.......
.". '.-
",
1 4 0
'_""'!SO
,.
~-
".'.""
,.
If,.HUI>. 'If"
..~_
"4'_'''_'
..
1.10
1.5S
1.63
1.61
1.09
1.08
1.0S
1.71
1. 7 5
1.07
-, -
...
~~~
.....-
1.87
1.11
1.52
N.. .
.:-- .
Gz
1.15
,, -
." I.'
.~.... I
Kz
1.20
'1.92
1.07
)~~?."
1.0~ "
1.05
1;04
Beban Okasional
3-5
3. Kategori III: Bangunan dengan tingkat bahaya yang berarti bagi hidup manusia,
seperti daerah hunian >300 penduduk, pabrik petrokimia, tanki timbun. (1= 1.15)
4. Kategori TV:, Bangunan penting seperti rumah sakit, pemadam kebakaran, polisi.
(1=1.15)
_
~l
~
!
.Koefisien topografi l(zt rnulai diperkenalkan sejak edisi 1995, memperhitungkan efek
percepatan dari angin jika melewati bukit atau sejenisnya. Biasanya nilai Kzt adalah 1.
Nilai ini menurut ASCE#7 edisi 1997 adalah:
(3-9)
Kzt = (1+KIK2K3)2
dimana
KIK2K3
,-)
.J
--I
J
!'""-"
r--
!&
= ~iFf
JlIlI
VSp ..d-up
I,
~
x(Upwlnd)
')
"
ESCARPMENT
'8
rSpeed.up
x (D... nwlnd)
xIV"wlnd) ~
'.
11111 ,II
Ilnll
--v",
,,'
.HIL~ 2-D
RIdge
0.20
0.25
0.30
0.35
0.40
0.45
0.50
0.29
0.36
0.43
0.51
0.58
0.65
0.72
K Multiollcr
2-D
Escarp.
0.17
0.21
0,26
0.30
0;34
0,38
0.43
3-0
Axlsym.
Hill
0.21
0.26
0.32
0.37
0.42
0.47
0.53
xfL.
0.00
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
3.00
3.50
4.00
K,Multioller
2-D
All
Escarp. Other
Case!
1.00
1.00
0.88
0.67
0.75
0.33
0.63
0.00
0.50
0.00
0.38
0.00
" 0.25
0.00
0.13
0.00
0.00
0.00
.
.;
J
_' 1
~.J
,/
J
-,J
"
zlLb
K Multlnller
3-0
20
RJdge Escarp, -AxlsyOl.
2-D
Hili
0.00
0.10
0.20
0.30
0.40
0.50
0.60,
0.70
0.80
0.90
1.00
1.50
2.00
1.00
0.74
0.55
0.41
0..30
0.22
0.17
0.12
0.09
0,07
0.05
0.01
0.00
1.00
0.78
0.61
0.47
0.37
0.29
0.22
0.17
0.14
0.11
0.08
0.02
0.00
1.00
0.67
0.45
0_30
0.20
0.14
0.09
0.06
0.04
0.03
0.01.
0.00
0.00
Notes:
1. For values of HlLh, xlLh and z/L, other than those shown, linear interpolation is permitted.
2. For HlLh > 0.5, assume HlLh == 0.5 forevaluating KI and substitute 2H for Lh for evaluating Kl
andK3
3. lv!-ultipliers are b~sed on the assumption that wind approaches the hill or escarpment along
the direction of maximum slope.
4. Notation:
H:
H~ight of hill. or escarpment relative to the upwind terrain, in fect (meters).
Lh:
Distance upwind of crest to where the difference in ground elevation is half the height
of hill or escarpment, in feet (meters).
K1:
Factor to account for shape of topographic feature and maximum speed-up effect.
_]
K1:
Factor to
account
for
reductio
n in
speed-up
with
distance
upwind
or
down
wind
of
crest.
KJ:
Factor
to
accou
nt for
reduct
ion in
speedup
with
height
above
local
terrain
.
x:
Di~tan
ce
(upwi
nd or
down
wind)
from
the
crest
to the
buildin
g site,
in feet
(meter
s).
z:
Height
above
local
ground
level,
in feet
(meters
).
It:
Horiz
ontal
attenu
ation
factor.
y:
Heigh
t
attenu
ation
factor.
.-6
C]
<1
3.1.2 Behan Gempa(g-factor)
.
'...'.1
q
"J
"]
.
.J
I
Kode pipa B31.1 dan B31.3 secara eksplisit menyebut beban lateral karena gempa harus
diperhitungkan dalam perancangan dan metode perhitungan boleh menggunakan teknik
yang dijelaskan di 'lwde ASCE #7 (American Society of Civil Engineers) atau UBC
(Uniform Building Code). Pada kenyataannya dua kode dari disiplin teknik sipil ini dapat
.berubah banyak pada setiap edisinya. Beberapa edisi dari kode ini dijabarkan dibawah
.
......KodeASCE #7edisiJ988,
dijelaskan dalam [Diehl] sama dengan metode menurut kone
ANSI A5S..l edisi 1982 dan UBC edisi 1982[Jawad84]. Menurut penjelasan ini
beban total diarah lateral akibat gempa adalah:
(3-10)
V=ZIKCSW
dimana
Z
= koefisien zone gempa
= 118 untuk zone 0 (hanya pada ANSI 58.1)
= 3/16 untuk zone 1
= 3/8 untuk zone 2
= 3/4 untuk zone 3
= 1 untuk zone 4
I
= Important factor pemakai
= 1.0 untuk pipadan bejana tekan
K
= konstanta jenis struktur
= 2.0 untuk struktur selain gedungtermasuk pipa
dan bejana tekan
C
= faktor beban geser = 1I(15T) 1/2 < 0.12
T
= periode natural dari .struktur .
S
= koefisien soil
=1.0 - 1.5, dimana CS <0.14
W
= berat mati dari pipa
Nilaifaktpr g. yaitu sejenis faktor beban.dinamis untuk gempa, diperoleh dari total beban
lateral ini dibandingkan dengan beratmati .atau:
.
g= V/W=ZIKCS
,.J
-~]
Jika diambil nilai yan konservatif untuk pipa dari persarnaan diatas, yaitu CS =0.14,
K=29,J==1~O,maka didapat nilai faktor-g tergantung pada zona seperti tabel berikut:
Zona Gempa
Perhitungan
4
3
2
1
0
(1)(1)(2)(0.14)
':]
)
/']
'J
:
(3-11)
(3/4)(1 )(2)(0.14)
(3/8)(1)(2)(0.14) .
(3/16)(1)(2)(0.14)
(1/8)(1 )(2)(0.14)
Faktor g
.
0.2800
0.2100
0.1050
0.0525
0.0350
"')
Beban Okasional
3-7
~!~~!;' iU[$
" '~ I
'i, _
'.:
n.
I TIJARA
VEC 1994
Kode UBC pada edisi 1994 memberikan tuntunan yang bebeda, yaitu nilai total gaya
lateral:
~
.,.
(3-12)
V=ZICIRw W
_. r
dimana
Z
= koefisien zone gempa
= 0 untuk zone 0
= 0.075 untuk zone 1
= 0.15 untuk zone 2A
= 0.20 untuk zone 2B
= 0.30 untuk zona 3
= 0040 untuk zone 4
I
= Important factor pemakai
'~,.'...l
.]
"
C
R
!'
= 1.0-1.5
= koefisien
=
gempa UBC
koefisien kemampuan struktur meredam gempa
~" .\'_ ..
'--1
/
".1
r-l
.,' J
,.,J
.')
'"
" .'
1..'
. .
_""
ASCEN7,edisj J997 .memperlihatkan perubahan yang lebih banyak dibahas lebih jauh
oleh Diehl dalam. artikelnya yang dipublikasikan di. Mechanical Engineering News Vol.
33(Oct.2002).
,]
,J]
.),,:.
,J
l
..
,:
",'_
Behan Relief valve: Jika tekanan sistem pipa mencapai .level tertentu, rnaka relief
valve akanterbuka membebaskan fluidakeluar untuk .menurunkan tekanan dalam
pipa. Sewaktu melepaskan f1uida tersebut timbuI gaya yang bekerjadengan prinsipjet
pada. valve atau pipa venting. Gaya ini berubah dari nihil sampai nilai maksimum
selama valveitu mengalami pembukaan, lalu niIai itu tetap selama valve itu terbuka
penuh untuk membebaskan fluida secukupnya sehingga overpressure itu menghilang,
kemudian valve menutup dimana besar gaya dari nilai rnaksimum berkurang sampai
nihil selama proses menutupnya valve tersebut.
1
']
,
Gaya
~i
~~!4~
VV~a~~~u~~~~!~~_.~
./~?
.~
.j
Beban Oke
,,/
' ,I
..
"
\
,;/
,]
Lama
Pernbukaan
valve
Lama
Penutupan
valve
3-8
]
"
"..J'.
t;
J
)
",
-".".: ']
.
~""
-]
'1]
';'.
Beban karen a water/fluid hammer: Jika aliran fluida diberhentikan secara tiba-tiba
oleh pompa atau valve yang menutup, fluida dari pipa upstream tidak bisa Iangsung
berhenti langsung, fluida itu memberikan tambahan kompresi (tekanan) di area
penutupan. Disisi yang lainnya dari area penutupan (valve atau pompa), aliran
meninggalkan
tempat penutupan tersebut menyebabkan penurunan tekanan.
Perubahan tekananan ini (kompresi ataupun dekompresi) ikut mengalir dengan fluida.
Perbedaan tekananan ini pad a pipa lurus antara dua bend/elbow menyebabkan gaya
aksial yang tidak.balans. Karena batas perbedaan .tekanan ini ikut mengalir, dengan
kecepatan suara .di fluid a, beban yang tidak balans ini juga berpindah dari satu
segment pipa lurus ke segmen pipa lurus lainnya.
,
a
y
a
ii.,.
Lama
Penutupan
valve
:]
Waktu
" ..I.. , ..
LamaBeban bekerja=
panjang segmen pipaI
kecepatan suara eli fluida
Penutupan
valve
Beban .Slug; Beban kejut lain yang disebabkan bukan karena perubahan tekanan
secara mendadak rnelainkan karena perubahan momentum secara mendadak adalah
beban karena aliran dua fase atau .lebih :dikenal .d. iperpipaan dengan sebutan
aliran slug dan aliran slurry. Beban ini terjadi karenamomentum
dari slug yang
berbeda densitasnya dengan densitas.sistern fluida secaramenyeluruh.
"
32.1 GayaFluida
"l
\
,..1
,'.j
.
B
e
b
a
r
i
k
e
j
u
t
y
a
n
g
d
i
s
e
b
u
t
d
i
a
t
a
s
k
e
s
e
m
u
a
n
y
2
t
e
r
m
a
i
u
k
k
a
t
e
g
o
r
i
b
e
b
a
n
o
3-9
']""
\
:r...l
"
~.
.'.1.
"
..
J
,
;-1
~."<".
)
cJ
..
'...']'
:.
"
'~,
']
.,
~....
, .
. :r'
Kesetimbangan gaya dari fluida dengan gaya dari dinding pipa adalah
(3-13)
Dimana
p
= rnasa jenis fluida
V
= kecepatan aliran partikel fluida
p
= tekanan fluida (pressuregauge)
A
= luas penarnpanda dalam pipa= 7t/4 di2
.Jika-sudut perubahan arah dan nilai parameter fluida pada bend/elbow yang saling
behadapan sarna be,sar maka gaya-gaya ini saling menghilangkan (setimbang) dengan
.asumsi gaya.ini dapat "dialirkan" melalui dinding pipa diantaranya. Pengecualian terjadi
.jika .dinding pipa jni tidak rigid, misalnya karen a ada expansion joint, ,maka
kesetimbangan harus dibuat oleh ankor atau stopper,
.Nilai parameter fl!iipa (kecepatan V, masajenis masa jenis .p, dan tekanan p) pada aliran
fluida yang tetap/tunak (stationair flow) pada dua buah elbow yang berhadapan akan
.sama sebar, Sementara jika terjadi aliran transient (dinamis) rnaka nilai besaran fluida ini
.bisa tidak Sarna dan menimbulkan gaya tidak seimbang pada pipa selama kurun waktu
.tertentu, yang besarnya adalah:
Fx = (P2vl+P2)A2 0" cose2) - (P1VI2+Pl)A1 (1- coset)
Py.= (p2vl+P2)A2 (sine2)- (P1Vt2+Pt)At (sine 1)
(3-14)
Beban Okasional
,
"j
3-10
_.,i.~.:..l
"
..
;.
f1
""\
Reaksi gaya thrust pada sistem gas dan uap pada sistem buangan terbuka (Open
Discharge system) dapat diadopsi dari kode API RP-520. Rumus berikut ini berdasarkan
pada kondisi aliran tunak kritis yang dialirkan ke atmosfir:
_J
"
1
(3-15)
~
....
=w
v(k+i)M +A *
366
dimana
F
= gaya reaksi dititik buangan ke atmosfir
,-
W
v_
L u.
=pVAg
}J
)J
-]
k
Cp
C,
T
M
v
:.J
berat molekular
PI
1:JU;::c;h.;r.",
<;:-
f)
=-
t{rtA
Of
fluida
5'~')
ft-c'" ~
rJV~
( 11). ''_ )
( PE'{J )
F
I
";]
I~'
,." J
..
.--.'.-.}
-,,~ -
-)]
~
,_J
2. Relief Valve untuk sistem.cairan:
Reaksi gaya thrust pada sistem cairan (likuid) pada sistem buangan terbuka (Open
Discharge system) diadopsi dari kode pipa B31.1. Menurut B31.1 besar gaya ini adalah
Beban Okasional
3-11
~
......
.
_,.-'
..
-,--"
I TI
LlA RA
(~
DLj<(.MY / g + A * p) )'
dimana
~/.
-,) DLF =Dynamic Load Factor (lJ -2.0)
F
= gaya reaksi dititk buangan ke atmosfir
M
= 1.11 * flowrate masa (lb/hr)
=l.ll*pVAg
V
g
j I
.I
l j\'
I::
.~
.I!
I
J
.1':
fo;..._,
r- ....
~I
UA
J
~
Olt l.D
~JJ
"'"
~1
-',J
'. J..
.....
-~'
--
Beban Okasional
3-12
ii'
Perlu
dicat
at
bahw
a
'."
"
, .,
DLF
ini
berla
ku
juga
untu
k
beba
n
kejut
lainn
ya
kare
na
kesa
maan
kara
kter
dari
respo
ns
siste
m.
.,l
1t
M
t,l
lt
M
d
G
(;
t
M
:ti
rt
p
r.
rl
t
g
f
r
tb
Beban Okasional
3-13
Untuk
sistem
Ap=pc (dv)
(3-17)
dimana
~rJ
c>>
'0...
-.~.
P tinggi
F<F=
~C]
~r----
7'.J
.,. . .
t>
:-]
\
"J ..
_.P,. rendah
3.2.4
Slug
Beban
arahaliran
Aliran
Jika sistern pipa mengaliri fluida multi-fase maka sistem ini dapat mengalami masalah
dimana aliran fluida terhambat oleh fase yang lebih padat. Beban ini
.ditimbulkan akibat perbedaan densitas yang pada berartijuga perbedaanmomentum yang
terjadi . pada elbow ini, Beban slug memiliki profil . impulsif dimana besar
gaya maksimumnya adalah
slug flow
(3-18)
Fy = (p y2)A sine
Dimana
p
= selisih densitas dad slug-fluida
Y . = kecepatan slugfluida
A
= Luas penampang gumpalan I
slug,
e.
= sudut nerubahan arah elbow
Beban sebesar ini .bekerja selama t = panjang slug I Y, dan waktu yang diperlukan untuk
mencapai beban maksimum ini= Re/V
arah aliran
----.---p
J.
">: .
:J
panjang
slug
]
Beban Okasional
_. .....
].
,,",'
3-14
IT ...JARA I
BAB 4 PEMODE;LAN DAN ANALISA TEGANGAN PIPA DENGAN PROGRAM KOMPUTER
CAESAR 11
;
1
4.1
4.2
4.3
4.3.1
4.3.2
4.4
4.4.3
4.4.4
...,,",,'1,'
)]
Pemodelan Restraint
: Friction
;
4.4.1
4.4.2
4.4.5
4.4.6
;;
10
11
12
~
; .:
14
14
15
16
16
-',
.....1.
.
"~I
~--'\
Bab 4
elemen
1. Metode fleksibilitas (Flexibility method) dimana besaran yang dicari adalah gaya dan
momen.
2. Metode kekakuan (Stiffness method) dimana besaran yangdicari adaJahperpindahan
dan rotasi; gaya dan momen dihitung kemudian dengan menggunakan persamaan
kekakuan setelah perpindahan dan rotasi sudah diketahui.
Program kornputer. kornersial untuk analisa tegangan pipa yang tersedia sekarang
umumnya menggunakan metode kekakuan, demikian halnya dengan CAESAR II.
Sebagai sebuah. .metode aproksimasi, metode elemen hingga secara umum memakai
beberapa asumsi, .Asumsi dasar yang dipakai oleh program elemen hingga untuk analisa
.tegangan pipa.adalah pemodelan pipa sebagai elemen garis (elemen I-D) yang bertepatan
dengan.sqmbu simetripipa, Elemen garis dihubungkan dengan dua titik nodal (satu pada
ujung "From" dan yang lain pada ujung "End"). Setiap titik nodal memiliki koordinat
ruang dengan enam derajat kebebasan (3 perpindahan dan 3 rotasi), Pada elemen garis ini
.didefinisikan parameter kekakuan yaitu sifat material dan geometri penampang pip a,
yang diasumsikan konstant sepanjang elemen.
~J
~~'
J
rJ
,
r']
]
."
..:
.'
.:]
1
,.J
']
'1)
::1
(g
"Stick" Member
]
4-1
Selanjutnya beberapa asumsi yang urnum digunakan oleh program elemen hingga untuk
analisa tegangan pipa adalah sebagai berikut:
Hukum Hooke berlaku diseluruh penampang pipa dan untuk seluruh reban
..
Penampang pipa tidak mengalami ovalisasi akibat beban momen, kecuali untuk
elemen bend yang memang diasumsikan ovalisasi
Beban diasumsikan bekerja pada struktur pipa dalam keadaan tidak terdeformasi
, ,',"1,
'c,'"J
1. Pipaberdiameter sangat besar atau berdinding sangat tipis d/t 10. Pipa seperti ini
sangat sensitif terhada local buckling. Pemasangan saddle/pads untuk pencegahan
local buckling dengan cara mendistribusikantegangan lebih merata.
."
_1~
'2.
"'1
:. .,.1
3.
, -J'
~]
''_Cl
Pad dan saddle menyebabkan distorsi geornetri secara lokal, dimana tegangan
konsentrasi dikasus ini tidak diperhitungkan oleh kode pipa dengan SIF '
Elbow mengalamiovalisasi
ovalisasi diperhitungkan
Flange atau fitting kaku lainnya dilas langsung (atau sangat dekat) dengan
elbow. Koreksi pada kasus ini diperhitungkan oleh CAESARII
"
', J
,"J
,'OJ
Dummy leg, trunion , dan rigid attachment lainnya dilas pada dinding elbow.
Fleksibiltas dan SIP sangat terpengaruh dan besar kuantitatifnya harus
dilakukan analisa detail dengan PEM.
4-2
(Al
(8)
(C)
4. Efek nonlinear terjadi misalnya pada sliding-friction, restraint satu arah, restraint
dengan gap, diselesaikan secara iterasi sampai konvergensi diperoleh.
5. Elemen pipa tidak hornogen misalnya reducer, belum dimodelkan secara otomatis.
6. .Valve dan flange dimodelkan sebagai elemen rigid (diamater yang sama tapi
ketebalan lOx elemen pipa yang berhubungan). Tegangang.yang terjadi pada elemen
ini .tidak- dapat digunakan, tapi efek dari kerigidan elemen ini pada elemen pipa yang
lebih fleksibel cukup merepresentasikan keberadaan elemen valve dan flange ini.
4-3
~.~~~~. ilJ[~
I TI..JARA
.'1
. J
Salah satu bagian yang sangat penting dalam menggunakan program analisa elemen
hingga adalah pernodelan kondisi batas, dalam hal analisa tegangan pipa adalah tumpuan
pipa (piping restraint). Sangat krusial dalam menentukan tipe tumpuan pipa adalah
parameter yang berkaitan dengan ini, seperti derajat kebebasan yang ditahan, kekakuan
(stiffness), efek tak-linier, koefisien friksi dan lainnya.
Pemodelan turnpuan pipa harus dapat menggambarkan sebaik mungkin keadaan fisik
turnpuan yang sebenarnya, Dibawah ini akan dibahas berbagai. tipetumpuan pipa .serta
pemodelan pada CAESAR II dan arah derajat kebebasan yang harus .d. itahan.
Anchor
Yaitu tumpuan dimana seluruh (enam): derajat kebebasan >(X, Y, Z, RX, RY,
sepenuhnya ditahan. Anchor dapat ditemukan pada tumpuan sebagai berikut:
nz )
anchor yang sengaja dibuat (biasanya pipa dilas ke struktur atau menggunakan
kombinasi clamp dengan bautyangdihubungkan kaku ke struktur/konkret),
dan pompa.
:]
)
4-4
~!!\!J;'iu[s
I TIJARA I
Restraint
Yaitu tumpuan yang rigid dan ditahan pada satu atau lebih derajat kebebasan dimana
minimal satu derajat kebebasan tetap bebas.
Restraint dapat dibedakan sesuai dengan arah penahanannya yaitu:
+X, +Y, .+Z: translational restraint, dimana restraint hanya dapat memberi gaya reaksi
di arah positifyang disebut
.
gaya reaksi
+RX, -tRY, +RZ: Rotational restraint, dimana restraint hanya dapat memberi momen
reaksi di arah positifyang disebut
-JU(, -RY, -RZ; Rotational restraint, dimana restraint hanya dapat memberi momen
reaksi di arah negatifyang disebut
Beberapa contoh restraint diberikan dibawah ini, dengan asumsi +Y arah vertikal keatas.
1.
Axial
restraint:
ditahan
diarah
aksialllongitudinal
pipa
Restraints Type pada CAESAR II .,.: X atau Z (sesuai arah axial
pipa),dikombinasikan dengan Z atau X (arah tegak lurus mendatar pipa) dan Y
dengan Gap jika diperlukan
.. c <
2.
Rod hanger: menahan gerakan kebawah dari bobot mati pipa dimana titik
diamnya (pivot) berada diatas pipa dengan menggunakan pm,
Restraints Type pada CAESAR II: YROD
-".',
\.'.- .... 1
]
C]
L.
..
" ..1.
c .
3.
.)
".,
.:
...).
")
r
.,
'1
.
.LJ
~J
<]
.)
4-6
4.
Stuctural steel restraint: terbuat dari struktur baja yang menahan pipa dengan
rigid. Arah penahan tergantung konfigurasi struktur baja seperti gambar dibawah
Ill!
(a) ditahan hanya diarah vertikal; Restraints Type pada CAESAR II.: Y
(b) ditahan diarah vertkal dan lateral mendatar;
Restraints Type pada CAESAR II : Y dan X atau Z (sesuai arah lateral mendatar
pipa)
.~"="=""""'"91
.!.
(
.&.
Lal
5.
"\
.(tll
Penetrasi di dinding/lantai
: dengan lugs sebagai guide, 'seperti tergambar
dibawahini, dua arah lateral translasi dan dua arah rotasi ditahan: Untuk penetrasi
dinding, restraint type pada CAESAR II : X, Z , RX dan RZ
Guide: menahan arah translasi lateral {tegak lurus dengan pipa) dibidang
mendatar atau di dua arah lateral jika pipa dipasang vertikal.
Restraints Type pada CAESAR II : GUI
4-7
7.
Slide support (Pipe Shoe): menahan arah vertikal dari bawah dimana ada friksi
antar
pipa
atau
pelat
slide
dengan
tumpuan.
Restraints Type pada CAESAR II : +Y
<~9
:<1
1::.1
---~--~~~
-~_
!._,
''''I
(e)
~ fl:-!~
U)
.
''l)'PC.~r.li~""'."pp<>Tto: (,,) In.ulallol> PJ'i}i<..ll<m
1iI.dc11o;(10) tn..,,,wiD": {el. (11;, [oJ ........ w. ~.,~
....ddt..: W
,oJ"'ro<q>;p<>"-
Snubber
Jenis tumpuan ini hanya bereaksi pada beban yang bekerja dengan cepat (beban
dinamis) dan tidakrnemberikan penahan pada beban yang bekerjanya lambat seperti
berat dan termal. Karena itu model snubber pada CAESARIlhanya aktif untuk kasus
beban DCC (beban okasionaI) yang diasumsikan bekerjanya cepat sepeerti beban
angin, gempa,
-beban impuls.dan sebagainya. (Catatan mulai versi 4.40, ada pilihan untuk mengaktifkan
snubber di load case selain aCC).
Restraints Type pada CAESAR II : XSNB,YSNB dan ZSNB
Dari mekanisme kerjanya ada dua jenis snubber yaitu hidraulik dan mekanik (dengan
gigi) seperti terlihatdigambar berikut:
Pivcn-
:-;:
$nU~btlvalue
R_ brock.,.... y
only (Fig. 3101
Rod.nd.
Locknul
- "1(011,0(1
-lnlUbrlotl
..- Pipe clomp
Ext.mio" PC
- Clovi&pJn
. Piaton rcd aye
4-8
TIL1ARA
Sto()oup
g.. ,lng
L~lng
ccliII<
g!~~).;i'lJ[$
I TI.JA RA
4.3.2 Friction
CAESARII memodelkan Friction (gesekan) dengan membedakan antara gaya friksi
sebelum bergerak (non-sliding) dan sesudah bergerak. Pada buku teks, pembedaan ini
dikenal dengan static friction dan dynamic friction [Timoshenko],
.
Gaya reaksi akibat friksi setelah bergerak (sliding friction force)
adalah:
FIr = J..l.FN
Dimana
J.l
= koefisien gesek
= 0.3 steel-steel
= 0.06 untuk teflon-steel
FN
= gaya normal
Sebelum bergerak (non-sliding) gaya reaksi akibat friksi diasumsikan berbanding lurus
dengan besar "perpindahan" sampai terjadi sliding dimana reaksi friksi ditentukan oIeh
persamaan diatas.. Dengan memasukkan kekakuan pada friction restraint (Friction
restraint stiffness, besarnya = 106 Ib/in- default dari CAESARII) diarah tegak lurus
terhadap gaya normal dan berlawananarah "perpindahan". Sehingga gaya reaksi friksi
adalah:
Ffr-Ns= Sji- X
Sfr
Dsl
o;
Karena model friksi .ini, problem ini termasuk masalah non-linear yang menuntut
kalkulasi dilakukan secara iterasi. Jika iterasi ini tidak berhasil mencapai akurasi yang
diminta program akan berhenti karena masalah "non convergency", Jika terjadi hal ini di
CAESARII, maka Friction Restraint Stiffness (di menu Configuration) bisa dikecilkan
nilainya, walaupun ini merusak model friksidari kenyataan.
)
4-10
g.~l\~}i;lJ' [$'
ITIJARA
I
4.4 Evaluasi Beban pada Nozzle
.J.
r}
- ,J
'1
~J
:]
1
Beban yang bekerjapada pipa selain menyebabkan tegangan pada dinding pipa itu
sendiri, juga mengakibatkan gaya dan momet reaksi pada nozzle dari peralatan (process
equipment). Kegagalan yang terjadi pada nozzle peralatan irii juga harus dihindari.
Biasanya dalam satu perusahaan yang besar, kelompok enjinir pipa dan enjinir peralatan
mekanikal dipisahkan. Reaksi pada nozzle peralatan yang merupakan hasiI perhitungan
pipadiberikan kepada kelompok peralatan mekanikal, dimana gaya dan momen reaksi ini
harus dianalisa lebih jauh. Walaupun demikian, karen a eratnya hubungan nozzle
peralatan dengan pipa, maka pekerjaan pemeriksaan kekuatan nozzle sudah menjadi
cakupan enjinir pipa.
.
Cara yang paling akurat untuk memeriksa kekuatan nozzle adalah eksperimen atau
setidak-tidaknya analisa FEM. Tapi dua kemungkinan ini sangatlah mustahil dilakukan
pada fase enj iniring detail, karen a itu standard dan spesifikasi perusahaan dalam bentuk
tabe], grafik atau fUlUUS sederhana lebih sering digunakan, dimana antara enjinir
perancagn dan manufaktur peralatan sama-sama paham bahwa ini sebagai referensi
komu,nikasi 'antara mereka.Beberapa standard yang telah diakui penggunaannya adalah:
"'j
"1
4-11
.J .
.
4-12
I TI.JARA
,
.
F
Menurut pargraf 2.4 dari API 610 edisi ke-S, gaya dan momen di tiga sumbu kordinat
yang tampak pada garnbar bcrikut, harus lebih kecil dari nilai yang diijinkan oleh standar
dan disebut Fa dan Ma.
- }.:
"';,.
']
']
.Tabel berikut diambildari Tabel 2 dad standar API610, memberikan nilai dad Fa dan
Ma yang menjadi batasan gaya dan momen pada nozle pompa .
.J
'.,
.:
Top
..J.
.
.C]
Loads
(kg)
Fax
Side'
Faz
Nozzle
I
"
'.
End
NOzzle
""'1
:.:1.
Fax
Fay
"
Faz
'.
v,
Nozzle
.~
Fay
Fax
Fay
Faz
Max
May
Maz
."
s;2
73
59
91
73
91
59
91
73
59
47
24
36
3
109
91
136
109
136
91
136
109
91
97
48
73
4
145
118
181
145
181
118
181
145
118
135
69
102
6
254
209
3'18
254
318
209
.'
318
254
209
235
120
180
8
386
318
499
386
499
318
499
386
318
359
180
263
10
544
454
680
544
680
454
680
544
454
512
249
387
12
680
544
816
680
816
544
816
680
544
622
304
470
14
726
590
907
726
907
590
907
726
590
650
318
484
16
862
680
1040
862
1040
680
1040
862
680
747
373
553
'J
4-12
']
".-
'
Kriteria heavy duty pump, sarna dengan vertical in-line pump dimana harus berlaku
untuk setiap nozzle:
Fx;s; 2Fax
Fy;s; 2Fay
Fz s 2Faz
C]
Gaya dan momen harus lebih kecil dari nilai Tabel2 API610:
q
"]
Fx;s; Fax
Fy;s; Fay
Fz s Faz
b.
'1
/ ,, "J
'
Mx;s; Max
My;s; May
Mz s; Maz
~]
::-",.J
Mx;s; 2 Max
My;s;2 May
Mz;s;2 Maz
Mx;s; 2 Max
My s 2
Mz;s; 2
.J Fx2 + FyZ +
FZ2
Mr
= .JMx2+MY+Mz'J.
pompaharus
rnemenuhi kriteria
'~~]
/].
<]
Frc
= )
Fxe2
Fye2+Fze2
Fxc
Fyc
Fzc
Mrc
= Fxs + Fxd
Fys + Fyd
== Fzs+
Fzd
= .J Mxc?
+ Myc? +
Mzc?
Mxc
Myc
= Mxs
= Mys
+ Mxd-(Fys*Zs+Fyd"Zd-Fzs*Ys-Fzd*Yd)
+ Myd-(Fxs*Zs+Fxd*Zd-Fzs*Xs-Fzd*Xd)
M
z
c
=
M
z
s
+
M
z
d
(
F
x
s
*
Y
s
+
F
x
d
*
Y
d
F
y
s
*
X
s
F
y
d
*Xd)
x,Y,z : jarak antara pusat pompa (titik be rat) ke nozzle.
< 500 D
dimana
Fr= ~FX2+Fy2+Fz2
Mr= ~MX2+My2+Mz2
D = NPS dari nozzle
2. Resultan gaya dan momen dad semua nozzle dikumpulkan pada discharge
nozzle harus mernenuhi kriteria berikut
Fx ~ 50 Dc
Fy ~ 125 Dc
Fz ~ 100 Dc
Mx~250Dc
My~ 125 Dc
Mz
125 Dc
ex sejajar
sumbu
ex
4-14
4.4.4
API
661
Air
Cooler
.,
Untuk nozzle dengan diameter NPS ::; 14 maka gaya dan momen yang diijinkan diatur
dalam .Tabel. 3 API 661. Jika diameter lebih besar dari 14 NPS manufaktur harus
memberikan nilai yang diijinkan .
fl
']
;]
-- }
'-'.,,
. .
....
;"1"
L Mx::::;Mhx
Header
Header
L Fy::;;Fhy
_..,'-.
'
1
L Fx::::;Fhx
L My::::;Mhy
Header
Header
L Fz::;;Fhz
L Mz::;;Mhz
Header
Header
3..:Total beban nozzle per bay (fixed dan floating header sekaligus) harus
memenuhi:
.: ,-.
".
L Mx::::;Mbx
L Fx::::;Fbx
Bay
Bay
L Fy::;;
L My::::;Mby
Fby
Bey
L Mz::::;Mbz
Bay
"'-J
Bay
Tabel berikut diambil dari API 661 Tabel3 dengan dikonversikan ke kg dan m.
<:
>]
.',
'"
..
)
...,
...
....
.-1
\"'~
:~~-]
/.
.-
; -}
,_J
.)
->
Bay
L Fz::;;
Fbz
. Nozzle
Load
Nozzle
(in.)
1.%
2
3
4 .
6
....
10
12
14
Total Nozzle Load
per Fixed Header
Total Nozzle Load
per bay
Moment (kg. M) .
Load (kg)
Fax
Fay
Fa
Max.
May
Mz
68
104
.204
340
408
581
680
853
1021
104
136
172
272
513
1361
1361
1361
1701
68
104
204
340
513
816
1021
1361
1701
11
15
41
83
218
311
415
518
622
15
25 .
62
124
311
622
622
622
726
11
15
83
166
228
260
311
364
41
Fhx
Fhy
Fhz
Mhx
Mhy
Mhz
2021
2041
1701
622
830
415
Fbx
Fby
Fbz
Mbx
Mby
Mbz
3063
6123
5103
1866
2490
1245
4-15
.)
-f]
Nozzle dari sebuah peralatan industri proses adalah batas antara pekerjaan kelompok
enjiniring pipa dengan kelompok enjiniring mekanik peralatan (mechanical equipment).
Beban, baik gaya maupun momen, bekerja pada dinding bejana akibat pipa merupakan
.' sebuah topik tersendiri yang perlu dimengerti oleh kedua kelompok tersebut diatas.
~J
_I]
Besar -:dan arah beban akibat pipa didapat dari hasil perhitungan tegangan pipa, yang
merupakan reaksi pada nozzle yang biasanya dimodelkan sebagai ankor oleh enjinir pipa.
Beban nozzledari pipa terdiri atas 6 komponen yaitu:
<]
1. Beban Radial P,
2. Mornen sirkumferensial Me,
3. Mornen longitudinal ML,
)-]
_J.
!
Perjanjian arah .gaya. dan momen menurut referensi WRC 107 diperlihatkan digambar
berikut, dimana titik. A,B, C dan D adalah lokasi dimana tegangan lokal pad a dinding
silinder dipredikisi, subskrip U rnerujuk kebagian luar dinding, dan L merujuk kebagian
dalam dinding. .Titi.k A dan B terletak pada garis lurus yang sejajar dengan sumbu x dari
silinder. Titik C dan D terIetak pada garis lurus yang memotong tegak Iurus garis A- B
--~
~
\
~
---
),]
.)
J..
!.-.
-"."
::..- .- -
'x
CL
"
"r\1
,
r]
Q-.:J
,!
I.i...
Y]
)
"
V[._
:::
Ve
<,
Fy
t-x
4-16
;)
_-
,r
-r--'c~l
Besar tegangan lokal berdasarkan teori pelat tipis adalah relasi antara gaya resultan
mernbrandan momen resultan dengan memperhatikan faktor konsentrasi tegangan (stress
centration factor) akibat kelelahan metal adalah sebagai berikut:
H j ei ,
=K K + - -
(J'
T ~
T2
dimana
= tegangan
lokal diarah I
Ni= gaya resultan membran diarah I
M,= momen resultan diarah i
K, , Kb= faktor konsentrasi tegangan membran dan rnomen
T = tebal dinding bejana.
Metode penghitungan tegangan lokal ini berdasarkan hasil kerja intensif yang
menghasilkan ban yak data yang dikompilasi dalam 'Buletin WRC 107 dan dipakai
sebagai .pedoman.enjiniring sejak tahun 1965..Tegangan .lokal bernilai positif (tegangan
tarik) .atau negatif (tegangan kompresi) tergantung dari lokasi tersebut diatas dan jenis
beban dan dirangkum pada Tabel 4 dan Tabel 5 dad Buletin WRC 107.
(J'j
Shell Parameter =
In
Attachment parameter=
O.875.ro
fJ ='. R
dimana
Rm= radius rata-rata dari bejana siIinder
T= tebaI dinding bejana silinder
1'0=radius luar dari nozzle
.Tabel dihalaman berikut ini adalah Tabel 5 dari Buletin WRC 107 merupakan lembaran
perhitungan manualyang
menyeluruh untuk menghitung tegangan Iokal pada bejana
silinder.
Prosedur perhitungannya adalah sebagai berikut:
1. Gunakan grafik-grafik yang sesuai menurut teganganyang
Tabel5 WRC 107), berdasarkan parameter j3 dan y.
(J'j
-t
N .
= K;
K;
r .
6M
dan memper
4-17
--'.;
[-'1
I."",~
,
n
.......
'
!. ~
_']
ANSI/ASME
Edition,
ANSI/ASME
Edition.
Practical Guide to ASME B31.3, Process Piping, Woods, G.E. and Baguley,
R.B., CASTI Publishing Inc., 1996.
Process Plant Layout and Piping Design, Bausbacher, E .., and Hunt, R.,
Prentice Hall, Englewood Cliffs.
Introduction to Pipe Stress Analysis, Kannappan. S., A Wiley-Interscience
Publication, John Wiley & Sons,1986.
i
' J
..
.. .... l.
,.
;.'.,"']
';'\-.".
.,."
..
\.-
.,C'J
,',~-...
"
'\ -'j'
.
)~,
..c-]
_,).
,--"
>
. .r _]
_)
5-1