BAB I
PENDAHULUHAN
Piping stress analysis adalah suatu metode terpenting untuk meyakinkan dan menetapkan
secara numeric bahwa system perpipaan dalam engineering adalah aman. Beban (Gaya,
Moment dan tegangan) yang terjadi secara aktual pada pipa dan nozzle equipment dibuat
sedemikian rupa sehingga beban tersebut tidak melebihi batasan yang telah ditetapkan oleh
Code dan Standard Internasional (ASME, ANSI, API, WRC, NEMA, dll). Dalam analisa
bahwa beban terjadi karena adanya pengaruh perlakuan beban static dan perlakuan beban
dinamik. Pemasangan support (penyangga) adalah hal yang paling penting agar pengaruh
pembebanan (statik dan dinamik) selama operasi sistim perpipaan tidak mengalami
kegagalan atau kerusakan.
Beban Statik (sustain, expansi dan operating) pada dasarnya adalah suatu beban yang
disebabkan oleh pengaruh internal yakni tekanan, temperature dan berat material pipa serta
semua komponen dalam sistem. Selain dari itu beban statik dapat juga disebabkan oleh
adanya beban external, yakni gempa, thrust load dari relief valve, wind dan wave dan beban
ultimate tanah bila pipa berada dalam tanah (under ground). Beban statik selain akibat beban
ultimate tanah sering disebut dengan beban ”static occational” atau lebih dikenal dengan
beban ”quasi dynamic”, dikatakan demikian karena beban dianggap seolah-olah sebagai
beban dynamic tetapi bukan fungsi waktu. Batasan tegangan actual yang terjadi pada beban
quasi dynamic tidak diperkenankan melebihi dari 1.33Sh.
Hal : 1/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS
BAB II
Pembagian piping dalam system engineering ada dua bagian, yakni Non Critical Piping dan
Crtical Piping. Non critical piping adalah semua jalur pipa (line pipe) tidak dipertimbangkan
atau diperhitungakan dalam piping stress analysis, karena temperature fluida dalam pipa tidak
memenuhi sebagaimana yang ditetapkan dalam kriteria, (lihat gambar (1) dan gambar (2)).
Sedang Crtical Piping adalah semua system pipa yang harus dipertimbangkan dalam analysis
, karena temperature fluida dalam pipa memenuhi ketetapan dalam kriteria (lihat gambar (1)
dan gambar (2)). Tegangan dan beban hasil analisis harus dibuat sedemikian rupa sehingga
akseptabel berdasarkan pada stsandard International (ASME B31.1, B31.3, B3.18, API610,
API 617, NEMA SM23 dan lain-lain).
Kriteria untuk crirtical line merupakan fungsi temperature dan diameter pipa yang ditunjukkan
dalam bentuk grafik terlihat pada gambar (1) dan gambar (2), dimana sumbu absis
menerangkan perubahan dimeter pipa dan ordinat menerangkan perubahan temperature
yang bekerja pada system perpipaan. Kriteria tersebut dibagi dua kategori, yaitu kategori (1)
untuk kriteria dimana system pipa dihubungkan dengan nozzle static equipment dan kategori
(2) system pipa yang dihubungkan dengan nozzle mesin rotasi (Turbine, Compressor, Pump,
Air Cooler, dll).
Hal : 2/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS
2” and Over
400 KRITERIA ‘ C ‘
3” and Over
TEMPERATURE (oC)
200
8” and Over
80
0 2 3 4 8 10 12 14
PIPE SIZING (inch)
-100 14” and Over
Note : Semua piping yang tidak berada pada kriteria C pada chart di atas penempatan
support harus di koreksi secara sederhana terhadap standard span support yang sudah ada,
atau dengan menggunakan metode analitik acceptabilitas yang komprehensip.
Hal : 3/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS
Untuk semua main piping yang dihubungkan dengan nozzle critical (rotating) equipment
seperti turbines, compressors, air cooler, dan lain-lain., harus dianalisa secara formal.
400 KRITERIA ‘ C ‘
2” and Over
TEMPERATURE (oC)
200
3” and over
Catatan :
Anlisa flexibility harus berdasarkan pada batasan-batasan yang telah ditetapkan oleh
Standarad API dan/atau NEMA SM-23, Jika manufacturers tidak mempunyai batasan
khusus.
Hal : 4/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS
Data temperature dan diameter jalur pipa (line number) diperoleh pada data process dalam
bentuk line list (Tabel 1). Temperatur dan ukuran pipa harus dipastikan berada pada area
critical “C” , (lihat gambar (1) dan gambar (2)), yaitu menarik garis vertical diameter sumbu
absis dan dipotongkan dengan garis datar yang memotong sumbu ordinat temperature.
Dengan menggunakan Gambar 3: P&ID ( Piping and Instrumentation Diagram), User harus
mengklompokkan nomer jalur (line number) dalam satu nomer kalkulasi (calculation number)
berdasarkan “critical line” yang telah diperoleh sebagaimana dengan cara di atas,
pengkelompokkan ini disebut dengan critcal line list (Tabel 2).
Nomer kalkulasi adalah suatu system pipa yang menghubungkan nozzle ke nozzle
equipment, yang terdiri dari satu line number atau beberapa line number. Nomor Kalkulasi ini
digunakan sebagai nama file computer dalam analisa dan berdasarkan pengalaman dalam
beberapa project bahwa pengambilan nomer kalkulasi berdasarkan pada line number
terbesar dalam satu kelompok line number dalam suatu nomer kalkulasi.
Hal : 5/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS
Sebagai catatan terpenting terutama pada system pipa yang dihubungkan dengan mesin
rotasi, bahwa semua jalur utama (main line) yang menghubungkan langsung ke nozzle mesin
rotasi harus dipertimbangkan dalam analisa dan dikelompokkan dalam critical line list
walaupun temperature yang digunakan tidak masuk dalam kriteria yang telah ditetapkan
dalam gambar (1) dan Gambar (2).
Gambar 3 : P & ID
Hal : 6/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS
BAB III
a. Tegangan Aksial σax adalah tegangan yang ditimbulkan oleh gaya Fax yang bekerja
searah dengan sumbu pipa, dan dapat dirumuskan sebagai berikut::
Fax
σ ax = ……………. (3.1)
A
Hal : 7/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS
b). Tegangan Tekuk σ b adalah tegangan yang ditimbulkan oleh momen M yang bekerja
diujung-ujung pipa. Dalam hal ini tegangan yang terjadi dapat berupa Tegangan Tekuk Tekan
(Tensile Bending) atau Tegangan Tekuk Tarik (Compression Bending). Tegangan tekuk itu
maksimum pada permukaan pipa dan nol pada sumbu pipa, karena tegangan tersebut
merupkan fungsi jarak dari sumbu ke permukaan pipa c. Hal ini dapat digambarkan dalam
Gambar 5a dan Gambar 5b, berikut :
Mc
σb = .......... (3.1b)
I
π (ro 4 − ri 4 )
I = Momen Inersia Penampang
4
c). Tegangan longitudinal tekan (σLP) adalah tegangan yang ditimbulkan oleh gaya tekan
internal P yang bekerja pada dinding pipa searah sumbu pipa (lihat Gambar 6), yang dapat
dirumuskan sebagai berikut :
2 2
PAi Pd i Pd i pd o
σ LP = = 2 2
= = ……….. (3.1c)
Am (d o − d i ) 4td m 4t
Jadi tegangan longitudinal yang bekerja pada sistim perpipaan dapat dinyatakan
dengan rumus (3.1d) di bawah ini.
MC F Pd o
σL = + + …………… (3.1d)
I A 4t
Hal : 8/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS
Tegangan tangensial σSH ditimbulkan oleh tekanan internal yang bekerja secara tengensial
dan besarnya bervariasi tergantung pada tebal dinding pipa. Rumus untuk tegangan
tangensial dapat didekati dengan memakai persamaan Lame berikut dan dijelsakan pada
Gambar 7.
2 2
2 ri ro
P(ri + )
σR = r2
2 2
(ro − ri )
Gambar 7 : Hoop Stress
Untuk dinding pipa yang tipis persamaan di atas dapat disederhanakan menjadi seperti
berikut.
Pd i L Pd i Pd o
σ SH = = = ................ (3.1e)
2tL 2t 2t
3.1.3 Radial Stress
Tegangan ini dijelaskan pada Gambar 8. Besar tegangan ini bervariasi dari permukaan dalam pipa
ke permukaan luarnya dan dapat dinyatakan dengan rumus berikut. Oleh tekanan internal tegangan
radial maksimum σ max terjadi pada permukaan dalam pipa dan tegangan minimum σ min pada
permukaan luarnya. Kedua tegangan ini berlawanan dengan tegangan tekuk, sehingga tegangan
radial tersebut sangat kecil dibandingkan dengan tegangan tekuk. Jadi tegangan radial dapat
diabaikan.
2 2
2 r r
P(ri − i 2o )
r ………. (3.1f)
σR = 2 2
(ro − ri )
Hal : 9/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS
VQ
σ max = ………………….. (3.1g)
Amax
V = gaya geser
A,,, = luas penampang pipa
Q = factor bentuk (form factor) untuk pergeseran (=1.33 untuk penampang lingkaran yang pejal)
Tegangan geser mencapai nilai maksimum pada sumbu pipa dan minimum pada jarak terjauh
dari sumbu pipa (yaitu permukaan luar pipa). Seperti halnya pada tegangan radial, besar
tegangan geser ini kebalikan dengan tegangan tekuk, sehingga tegangan geser relatif kecil
dibandingkan dengan tegangan tekuk, sehingga dapat diabaikan.
Hal : 10/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS
Dari kelima macam tegangan yang terjadi di atas dapat disimpulkan bahwa apabila ada beban
luar maupun internal pressure yang bekerja pada system perpipaan, maka pada system
perpipaan tersebut akan mengalami tiga macam tegangan yang patut dipertimbangkan, yaitu
tegangan longitudinal, tegangan shear torsional dan hoop stress dan dua macam tegangan
yang di abaikan yaitu tegangan radial dan tegangan geser (shear stress).
Sebagi contoh :
Jika pipa 6” mempunyai sifat-sifat dan beban yang bekerja sebagai berikut :
do = 6.625 in Momen (M) = 4247 ft-lb
di = 6.0625 in Gaya aksial (Fa) = 33488 lb
t = 0.280 in Tekanan (P) = 507 psi
4
I = 28.142 in Momen puntir (T) = 8495 ft-lb
2
A = 5.5813 in
J = 56.284 in4
Hitung semua tegangan yang terjadi pada system pipa tersebut ?..
M C Fa Pd
1. Tegangan Longitudinal σ L = + +
I A 4t
Mc I = 4247x12x(6.625/2)/28.142 = 6000 psi
Fa A = 33488/5.5813 = 6000 psi
Pd 4t = 507x6.625/(4x6.280) = 3000 psi
Tegangan Longitudinal (σL) = 6000 + 6000 + 3000 = 15000 psi
2. Tegangan puntir (τ ) = Tc 2 J
= 8495x12x6.625/(2x56.284) = 6000 psi
3. Tegangan tangesial (σ H ) = Pd 2t
= 507x 6.625/(2x0.280) = 6000 psi
Hal : 11/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS
1. Z adalah modulus penampang (section modulus) yang besarnya sama dengan I/c,
dengan I sebagai moment inersia dan c adalah jarak dari sumbu ke permukaan. Jadi
tegangan tekuk dapat dinyatakan sebagai M/Z.
2. Besaran tegangan tekuk akan lebih konservatif antara 1% - 20% apabila dalam
pendekatan σ H = Pd 2t menggunakan perhitungan dengan mempertimbangkan
diameter dalam pipa. Perhitungan itu akan menghasilkan kesalahan yang besar jika
rasio t/d besar. Secara sederhana, penggunaan diameter luar dalam persamaan pd/2t
akan menghasilkan tegangan yang tak konservatif untuk ukuran pipa yang sama.
Dengan demikian secara eksak perhitungan tegangan berdasarkan persamaan
“Lame’s” menggunakan diameter dalam.
1. Tentukan status tegangan pada berbagai titik dalam benda yang dibebani.
2. Transformasikan komponen tegangan dalam kordinat global ke dalam komponen
utama tegangan pada setiap titik.
3. Kombinasikan komponen-komponen tegangan tersebut untuk mendapatkan nilai
tunggal komponen tegangan.
4. Bandingkan harga tegangan tersebut dengan ambang batas yang didefinisikan
dalam code.
Hal : 12/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS
σ x + σ y + σ z = σ1 + σ 2 + σ 3 ..................... (3.2a)
Tegangan geser maksimum dalam suatu status tegangan tiga dimensi adalah sama dengan
selisih antara tegangan utama terbesar dan tegangan utama terkecil dibagi dua, atau ditulis
sebagai berikut :
σ1 − σ 3
σ max = , dimana σ 1 < σ 2 < σ 3 ….. (3.2b)
2
Status tegangan tiga dimensi (3-D) dapat dipandang sebagai terdiri dari dua komponen yang
berbeda, yaitu:
(σ x + σ y + σ z ) (σ 1 + σ 2 + σ 3 )
= …………. (3.3a)
3 3
Di sini ada dua kriteria umum yang dapat diterima sesuai dengan komponen tegangan
deviatorik dengan memprediksi keadaan akan tegangan luluh (yield stress) dalam suatu
bahan, yaitu :
Kriteria 1 : Von Mises, atau Distribusi Energi atau Oktahedral
Kreiteria 2 : Tegangan geser maksimum atau Tresca
Kegagalan (failure) akan terjadi apabila tegangan geser octahedral (octahedral shear stress)”
dalam suatu bahan adalah sama besar dengan tegangan luluh geser oktahedral dalam uji
tarik uniaksial, tegangan shear oktahedral dinyatakan dengan rumus :
[(σ 1 − σ 2 ) 2 + (σ 2 − σ 3 ) 2 + (σ 3 − σ 1 ) 2 ]1 / 2
σ oc = ……. (3.3b)
3
Hal : 13/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS
Dalam uji tarik uniaxial, diperoleh apabila specement berada pada titik yield, yaitu :
maka dengan mensubtitusikan σ1, σ2, σ3 ke dalam persamaan octahedral di atas, didapatkan
tegangan octahedral sebagai berikut :
[(σ yield − 0) 2 + (0 − 0) 2 + (0 − σ yield ) 2 ]1 / 2
σ oc = ………..….. (3.3d)
3
σ yield 2
σ oc = = 0.4714σ yield ……….. … (3.3e)
3
(Allowable tegangan shear octahedral)
Artinya bahwa deformasi plastic terjadi dalam stress state tiga dimensi apabila tegangan
shear octahedral melebihi dari 0.4714σyield.
3.3.2 Theori tegangan shear maximum atau Tresca
Kegagalan (failure) akan terjadi apabila tegangan geser maximum dalam bahan adalah sama
dengan tegangan luluh geser (yield shear) maksimum dalam uji tarik uniaksial, tegangan
geser maximum diberikan dengan bentuk persamaan berikut :
(σ 1 − σ 3 )
σ max = …………….. (3.3f)
2
Untuk uji tarik uniaxial sebagaimana di atas bahwa specement berada pada titik yield:
Hal : 14/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS
σ yield
shear maximum melebihi
2
2
[σ + σ H ] ⎛σ −σ H ⎞
σ1 = L + ⎜ L ⎟ +τ
2
……….. (3.3i)
2 ⎝ 2 ⎠
2
[σ + σ H ] ⎛σ −σ H ⎞
σ2 = L − ⎜ L ⎟ +τ
2
………. (3.3j)
2 ⎝ 2 ⎠
σ3 = 0 ……… (3.3k)
Contoh :
Sehingga diproleh tegangan octahedral dan shear maximum yang acceptable sebagai berikut
:
Octahedral Shear 1/3[(σ1 – σ2)2 + (σ2 – σ3)2 + (σ3 – σ1)2]1/2 7874 psi
Prosentase 46.4%
Hal : 15/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS
Prosentase 50%
Hal : 16/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS
Logam terbentuk dari bulir-bulir kristal tunggal (grain) yang masing-masing terdiri dari atom-
atom yang tersusun rapi dalam ruang tiga dimensi. Bulir-bulir tersebut masing-masing
mempunyai kemiripan pola dan tidak tersusun searah melainkan mempunyi yang berbeda-
beda.. Karena persinggungan antara bulir-bulir ini, yang dinamai dengan Batas (grain
boundary) tidak serba sama, maka setiap batas bulir mempunyai energi yang tinggi.
Di dalam bulir-bulir terdapat bidang-bidang kristal yang tersusun dari atom-atom yang tidak
membentang ke seluruh bulir, melainkan terpotong dan garis potong itu disebut dislokasi
(dislocation). Apabila bahan logam diberi tegangan (ditarik atau ditekan) maka dislokasi itu
akan menggelincir, dislokasi makin jauh menggelincir sampai terjadi penumpukan dislokasi di
batas bulir. Jika penumpukan dislokasi merata diseluruh bulir pada daerah tegangan, maka
gerakan relaksasi akan menyebabkan retakan sempit. Semakin banyak diberi tegangan
retakan akan makin membesar dan akhirnya terjadi kegagalan. Berikut adalah diagram
ilustrasinya.
Hal : 17/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS
Hal : 18/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS
Lebih fatal lagi, kegagalan lelah (fatigue failure) terjadi apabila tegangan yang diberikan pada
suatu bahan berada di bawah tegangan luluh. Hal yang sama bahwa pemakaian tegangan
rendah dibawah titik luluh relatip sedikit menghasilkan deformasi plastik dalam bulir dan
perubahan orientasinya. Jika bagian tersebut dikenakan cycle yang cukup tinggi maka dapat
timbul retakan dalam bulir-bulir tersebut dan kemudian menjalar ke seluruh bahan dan
akhirnya menghasilkan kegagalan (failure). Sistem bahan akan mengalami kegagalan
walaupun diberikan tegangan di bawah tegangan luluhnya, apabila sistem menderita
tegangan dengan siklus yang tinggi.
Kurva ketahanan tersebut di bawah ini adalah plot suatu kekutan bahan apabila mengalami
beban yang berulang-ulang terus menerus (siklus). Kurva ketahanan tersebut dibuat dari
hubungan antara jumlah siklus pengujian dan tingkat tegangan yang berbeda. Kurva di bawah
ini untuk Baja Karbon (Carbon Steel) dan Baja Paduan Rendah (Alloy Steel), diambil dari
ASME Sec. VIII Div. 2, 1986
Hal : 19/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS
Cyclic Amplitudo Tegangan
Gambar 16 : Kurva fatigue untuk Baja Karbon (Carbon Steel) , Paduan Rendah (Low Alloy),
Seri 4xx, Paduan Baja Tinggi (High Alloy Steel) dan Baja Tensil Tinggi (HighTensile Steel)
untuk temperature tidak melebihi 700oF
Hal : 20/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS
Contoh :
1. Diberikan kurva ketahanan di bawah ini dengan tegangan yang terjadi adalah 200000 psi,
berapakah jumlah cycle yang diperbolehkan ?
450000
200000
Amplitudo Tegangan
Cycle
Jawab : Dari titik 200000 psi pada sumbu vertikal tegangan ditarik garis horisontal sehingga
ditemukan titik potongnya pada kurva. Dari sini ditarik garis vertikal ke bawah sampai
perpotongan dengan sumbu siklus, maka diperoleh siklus yang diijinkan untuk tegangan
200000 psi adalah 200 siklus.
2. Apabila tegangan yang terjadi dalam sistem perpipaan yang menghubungkan dua bejana
adalah 450000 psi. dengan masa umur disain operasi (life time operating design) 15 siklus.
Gunakan kurva ketahanan bahan di atas untuk menentukan apakah sistem dapat diterima
atau tidak ?.
Jawab : Dengan cara yang sama seperti contoh 1, diperoleh siklu yang diperkenankan antara
20 dan 30. Dengan sistem 15 siklus, maka sistem seharusnya dapat diterima/akseptabel
(acceptable)
Pertimbangan-Pertimbangan Khusus :
1. Struktur yang paling diperhatikan dalam kelelahan adalah retakan lelah (fatigue crack)
yang timbul biasanya diawali pada suatu permukaan bebas.
2. Serangan karat/korosi (corrosive attack) walaupun tanpa adanya gangguan tegangan
juga dapat menghasilkan lubang-lubang kecil pada permukaan logam. Lubang-lubang
tersebut dapat menyebabkan pengurangan kekuatan lelah (fatigue strength) pada
bahan. Apabila serangan korosi terjadi secara bersamaan dengan beban lelah maka
akan mempercepat terjadinya retakan pada permukaan. Apabila serangan korosi,
beban lelah dan serangan kimia terjadi secara bersamaan maka laju tumbuh retak
lelah pada permukaan logam akan dapat dipercepat.
3. Perlu diingat bahwa kurva kekuatan di buat berdasarkan kebalikan dari status
tegangan. Nilai rata-rata tegangan sangat pasti mempunyai pengaruh pada kekuatan
suatu bahan. Hali ini diperlihatkan dalam kurva berikut :
Hal : 21/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS
R = Smin/Smax
Sa = (Smax – Smin)/2
Sm = (Smax + Smin)/2
Untuk menentukan batas kekuatan tegangan yang diperbolehkan terutama untuk bahan
rapuh (ductile material) dapat digunakan persamaan Soderberg Line. Hasil dari batas
tegangan yang diijinkan dalam persamaan tersebut sangat dipengaruhi oleh tegangan
maximum dan minimum dalam siklus operasi sistem,
⎛1 − Sm ⎞
S a (allowed ) = S a (@ R = −1)⎜ ⎟ ……. (3.4a)
⎜ S ⎟
⎝ yield ⎠
Persamaan tersebut di atas tidak berlaku apabila tegangan rata-rata (Sm) lebih besar dari
pada tegangan yield (Syield).
Contoh : Diketahui operasi sistem @=10000 siklus, Sa =25000 psi dan dari kurva ketahanan
diperoleh Syield=55000 psi. dan apabila tegangan maksximum dan minimum selama @=10000
siklus dilukiskan dalam gambar-gambar berikut, tentukan batas tegangan yang diijinkan pada
bahan tersebut :
Hal : 22/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS
Hal : 23/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS
Batasan-batasan lelah untuk logam tergantung pada rasio antara Sa dengan siklus108
kekutan tarik bahan. Batasan lelah untuk Baja Tuang (Cast steel) dan Baja Kasar (Baja
Kasar) sekitar 0.5, beberapa logam bukan besi (Nonferrous metal) seperti Nikel, Tembaga
(Copper) dan Magnesium mempunyai rasio sekitar 0.35 sedangkan untuk Baja kasar batasan
lelah berkisar antara 0.2 atau 0.3 tergantung pada derajat intensitas tegangan.
Hal : 24/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS
Dalam operasi pabrik pembangkit, sistem perpipaan sering kali ada kaitannya dengan
penggunaan bahan kimia (chemical) dan uap, yang suhu sistemnya tidak dipertahankan
selama sikluse start-up/shut-down. Dalam hal ini sering kali ditemukan lonjakan suhu pada
saat start-up hingga mencapai harga, katakanlah Te, Apabila selama operasi terjadi
perubahan suhu, misalkan antara Te dan suhu terendah, misalkan T1, T2, ..., Tn. Dalam kasus
ini code perpipaan telah menetapkan metode evaluasi kerusakan kumulatif selama
pengurangan siklus termal.
Pemakai akan menemukan bahwa aturan kerusakan kumalatif hanya dapat terjadi apabila
bilangan variasi termal bernilai tinggi, atau apabila besaran variasi suhu mempunyai
persentasi yang besar terhadap suhu desain maksimum yang digunakan.
1. Te adalah suhu maksimum (tertinggi), artinya jika siklus start-up tidak secara langsung
pada suhu Te.
2. Tegangan ekspansi yang diperkenankan harus berdasarkan pada Te, yaitu Sh harus
dipandang pada suhu Te.
3. Perbedaan antara Te dan semua perubahan suhu harus dihitung demikian :
dT1 = Te – T 1
dT2 = Te – T 2
dTn = Te – T n
4. Bilangan siklus selama perubahan operasi suhu yang terjadi harus ditaksiri, yaitu
sebagai berikut :
5. Total bilangan siklus selama operasi pada temperature Te dengan suhu kamar adalah
Ne.
6. Total bilangan siklus suhu harus ditaksir sebagai berikut :
Dimana :
m1 = (dT1/ Te)5
m2 = (dT2/ Te)5
mn = (d Tn/ Te)5
7. Dari N siklus yang terhitung seperti pada butir 6 akan diperoleh faktotr reduksi siklus
(cyclic reduction factor) f berdasarkan pada Tabel 302.3.5 ASME B31.3/B31.1
sebagai berikut
Hal : 25/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS
Contoh :
Suatu system proses line mempunyai variasi temperature selama operasi sebagai berikut :
Berdasarkan perhitungan proses bahwa tegangan maksimum yang diharapkan adalah 650oC
dan suhu minimum 430oC. Suhu akan mengalami fluktuasi antara 560 dan 650 dimungkinkan
10 kali dalam satu hari, dan antara 560 dan 450 dimungkinkan 5 kali dalam sehari. Umur dari
unit plant adalah 12 tahun, dan ditaksir bahwa unit plant akan shut down sekali dalam sebulan
untuk pewatan. Berapakah faktor reduksi siklus yang diperlukan ?
Te = 650
Total bilangan cycle antara temperature ambient dan 650 adalah,
Ne = 12bln/th x 12 th = 144 (cycle)
T1 =560
Total bilangan cycle antara 560 dan 650 adalah, N1 = 10 kali/hari x 365hari/th x 12 th = 43800
kali
T2 = 450
Total bilangan cycle antara 450 dan 650 adalah, N2 = 5kali/hari x 365hari/th x 12 th = 21900
kali
dT1 = 650-560 = 90
dT2 = 650-450 = 200
N = Ne + (m1)(N1) + (m2)(N2)
= 144 + (0.00005)(43800) + (0.0027)(21900)
= 205
Karena N < 7000, maka cyclic reduction factor (f) diambil harga 1.0.
Hal : 26/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS
Aturan kerusakan kumulatif tersebut tidak sepenuhnya dialamatkan pada masalah pada satu
bagian sistem perpipaan akibat Te saja, akan tetapi juga akibat bagian-bagian lain, yaitu
adanya fluktuasi suhu dalam sistem perpipaan. Pada umumnya dalam kasus ini untuk
masing-masing perubahan suhu dibuat analisis sederhana secara terpisah. Code perpipaan
ASME Class 1 para. 3222.4 memberikan aturan yang harus diikuti pemakai mengenai
pengaruh kumulatif sikus pada sistem perpipaan, sebagaimana dalam NB 3222.4(5) adalah
sebagai berikut :
Kerusakan kumulatif. Jika ada dua atau lebih macam siklus tegangan yang menghasilkan
besar tegangan yang berarti, pengaruh kumulatifnya harus dievaluasi sebagaimana dijelaskan
dalam langkah 1 hingga langkah 6 di bawah :
Langkah 1 : Nomor tipe setiap terjadi siklus tegangan ditaandai dengan angka 1, 2, 3, .., n
akan diulang selama berlangsungnya masing-masing komponen siklus n1, n2, n3, ......, nn
Pertimbangan dalam menghitung n1, n2, n3, ..., nn akan memberikan superposisi awal variasi
siklus yang menghasilkan suatu rentang perbedaan tegangan total lebih besar dari rentang
perbedaan tegangan siklus individual. Sebagai contoh, jika tipe pertama siklus tegangan
menghasilkan 1000 siklus dengan hasil variasi tegangan dari nol ke +60000 psi dan tipe
lainnya menghasilkan siklus tegangan 10000 siklus dengan hasil variasi tegangan yang dari
nol ke –50000 psi, maka dua jenis siklus tersebut dapat definisikan dengan parameter-
parameter sebagai berikut :
S
6000
5000
(a) Untuk siklus tipe 1, n1=1000 dan tegangan bolak-balik (alternating stress)
Salt = (60000+50000)/2)
(b) Untuk siklus tipe 2, n2 = 9000 dan Salt = (50000+0)/2
Langkah 2 : Untuk setiap tipe siklus tegangan, ditentukan intensitas tegangan bolak-baliknya
Salt, tegangan mana dipertimbangkan hanya akibat adanya ekspansi saja. Tegangan bolak-
balik untuk setiap siklus dinyatakan dengan : Salt1, Salt2, ......., Saltn.
Langkah 3 : Dengan menggunakan kurva lelah desain berdasarkan Salt hitungan, akan
diperoleh bilangan siklus yang diperkenankan (allowable), yang ditandai dengan dengan : N1,
N2, ...., Nn.
Langkah 4 : Untuk setiap tipe perhitungan siklus tegangan menggunakan faktor-faktor :
U1, U2, ...Un, disini U1 = n1/N1, U2 =n2/N2, ....., Un = nn/ Nn.
Step 6 : Faktor komulatip yang dihitung tidak diperbolehkan lebih dari 1.0
Hal : 27/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS
BAB IV
CODE DAN STANDARD
Tegangan yang terjadi secara actual berdasarkan pada hasil analisa computer harus dapat
dinyatakan bahwa system perpipaan adalah aman dalam arti tidak ada suatu masalah akibat
dari opersional baik oleh temperature, takanan, sustain maupun beban occasional (beban
sewaktu-waktu terjadi). Peninjauan system perpipaan adalah aman apabila beban tegangan
yang terjadi mempunyai nilai rasio lebih kecil atau sama dengan 1 dari harga allowablenya
sebagaimana telah ditetapkan dalam “Code mapun Standard”.
Batasan-batasan (allowable) yang telah ditetapkan berdasarkan “Code dan Standard” dapat
lukisakan dalam sub bab berikut. Pemakaian Code dan Standard tersebut harus sesuai
dengan process pada system perpipaan yang digunakan. Batatasan-batasan dalam Code dan
Standard dapat diklompokkan menjadi dua bagian, yakni pertama batasan yang berhubungan
dengan tegangan yang terjadi pada system perpipaan, kedua adalah batasan beban (gaya
dan moment) yang terjadi pada nozzle equipment akibat beban operating dan sustain system
perpipaan.
Dalam hampir semua hal prioritas utama apabila hendak melakukan suatu analisa piping
flexibility adalah harus memenuhi persyaratan-persyaratan Code yang benar. Sebagaimana
terlihat pada contoh sebelumnya bahwa persyaratan yang dipertimbangkan ada dua dasar
mode kegagalan (failure), yaitu :
Hal : 28/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS
Tegangan sustain yang diijinkan (allowable) adalah tegangan hot yield dikalikan dengan
safety factor. Tegangan sustain harus tidak boleh melebihi batasan elastisitas material pada
kondisi panas :
SL < SH
Tegangan allowable expansi adalah dua kali tegangan yield rata-rata dikali safety factor, dikali
factor pengurangan cyclic. Secara mendasar, tegangan total rata-rata adalah dua kali
tegangan yield, Amplitudo tegangan allowable (Sa) adalah sama dengan tegangan yield.
Tegangan tarik dan tegangan tekan karena cyclic thermal tidak boleh melebihi tegangan yield,
sebagaimana terlihat, berikut :
Hal : 29/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS
Secara realitas komponen tegangan rata-rata pada range tegangan adalah nol. Komponen
tegangan rata-rata dapat dipertimbangkan secara bervariasi selama thermal cycle sebagai
relaxasi system . Karena relaxasi system, harga awal tegangan termal adalah diperbolehkan
sekitar sama dengan dua kali tegangan yield material , pengertiannya bahwa system akan
menggunakan kelenturan diri (self-spring) sendiri saat pertama kali cycle dan hingga stabil
dalam elatis cycle, sebagaimana digambarkan di bawah ini, kelenturan diri (self-spring) ini
adalah dibatasi “Elastic Shakedown” :
Dengan mengacu pada “Soderberg line”, tegangan sustain dapat dipertimbangkan untuk
range komponen tegangan rata-rata setelah system relaxasi dan dapat digunakan untuk
mengurangi range allowable tegangan dengan besarnya adalah berbeda dari tegangan yield,
yaitu :
S a < f (1.25S c + 1.25S H − S L ) atau
S a < f (1.25S c + 0.25S H ) + f ( S H − S L ) ………. (4.2b)
Hal : 30/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS
Persamaan di atas dapat diplot dalam bentuk kurva ketahanan material sebagai fungsi
temperature, dan terlihat berikut :
Sa (Alternating Stress)
CYCLES
Gambar 19 : Kurva Tegangan Alternating
Selayaknya tegangan yang terhitung harus dibandingkan dengan allowable material. Piping
Code allowable sebagaimana ditentukan di atas adalah semua berkaitan dengan uji tarik
uniaxial material, (yaitu Sc dan SH ), oleh karena itu tegangan yang terhitung harus juga
berkaitan dengan uji tarik uniaxial sebagaimana yang diterangkan dalam teori kegagalan.
Sebagaimana dalam diskusi sebelumnya bahwa secara umum ada dua teori kegagalan yang
digunakan, yaitu : 1. Teori tegangan maximum dan , 2. Teori tegangan geser octahedral.
Piping Code menggunakan teori tegangan geser maximum. Dengan menurunkan persamaan
tegangan expansi code pada teori kegagalan geser maximum, yang mana teori tegangan
geser maximum menetapkan bahwa kegagalan terjadi apabila tegangan geser maximum
dalam suatu benda adalah sama dengan tegangan geser maximum yang terjadi kegagalan
akibat dari uji tarik uniaxial. Tegangan geser maximum dalam suatu benda diberikan dengan
persamaan berikut :
( S1 − S 3 )
τ max = ………….. (4.2c)
2
Dimana : S1 = Tegangan principal terbesar
S 3 = Tegangan principal terkecil
τ max = Tegangan geser maximum
Dalam uji tarik uniaxial bahwa tegangan geser maximum gagal pada :
S1 = S yield
S 3 = 0, sehingga
τ max = ( S yield − 0) 2 = S yield 2 ………. (4.2d)
Hal : 31/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS
Suatu elemen kecil dalam suatu dinding pipa dikenahi tegangan bidang, dan sehingga
batasa-batasan tegangan principal dapat dihitung dari :
2
(S x + S y ) ⎛ (S x − S y ) ⎞
S1 = + ⎜⎜ ⎟⎟ + τ 2 ………. (4.2e)
2 ⎝ 2 ⎠
2
(S x + S y ) ⎛ (S x − S y ) ⎞
S3 = − ⎜⎜ ⎟⎟ + τ 2 ………. (4.2f)
2 ⎝ 2 ⎠
Dimana : Sx, Sy adalah tegangan normal pada permukaan tegangan kubus bebas dan τ
tegangan geser pada permukaan.
Mc
Dimana : S b = Tegangan normal bending,
I
Pd
S lp = Tegangan normal longitudinal karena tekanan,
4t
Pd
S h = Tegangan hoop,
2t
Mtd
S t = Tegangan geser karena torsi (puntiran),
2J
Untuk menghitung tegangan expansi, hanya komponen tegangan yang berubah saja yang
harus dilibatkan dalam perhitungan, dalam hal ini hanya Sb dan St yang diperlukan dalam
perhitungan tegangan principal tersebut. Masukkan komponen-komponen tersebut ke dalam
persamaan tegangan principal di atas, sehingga diperoleh :
2
(S ) Sb
S1 = b + +τ 2 ……….. (4.2g)
2 4
2
(S b ) Sb
S3 = − +τ 2 ……….. (4.2h)
2 4
Hal : 32/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS
S1 dan S 3 adalah tegangan principal terbesar dan terkecil yang bekerja pada permukaan
cube tegangan principal. Masukkan persamaan tersebut di atas ke dalam persamaan
tegangan geser maximum : ( S1 – S 3 )/2, sehingga
2
Sb
τ max = + St
2
……….. (4.2i)
4
Tegangan geser maksimum kemudian dibandingkan dengan tegangan geser maximum tarik,
Sa sebagaimana diberikan oleh Code, sehingga :
Sa
τ max < ……………….. (4.2j)
2
Pernyataan ini telah digunakan secara universal hingga 1974 kemudian Comite Code B31.1
mengkombinasikan batasan Shear dan Longitudinal, masing-masing Sb dan St.
pengkombinasian telah dilakukan sebagai berikut :
Mc
Sb =
I
M d
St = t
2J
M
Sb =
Z
M (2c)
St = t
2(2 I )
M
St = t
2Z
Hal : 33/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS
2 2
S b + 4S t
Persamaan menjadi :
[(M Z ) + 4(M t 2 Z )
2
]
2 1/ 2
[
= (M Z ) + (M t Z )
2
]
2 1/ 2
Yang mana akar jumlahan kuadrat tiga dimensi dari momen pada penampang adalah :
(Mx 2
+ My 2 + Mz 2 )
1/ 2
Dari penjabaran di atas dapat disimpulkan bahwa tegangan yang terjadi adalah :
[ 2
S E (untuk expansi) = S b + 4S t ]
2 1/ 2
[
= (M Z ) + (M t Z )
2
]
2 1/ 2
……. (4.2k)
[
S L (untuk sustain) = Pd 4t + S b + 4S t
2
]
2 1/ 2
……………… (4.2l)
Atau
( Mx 2 + My 2 + Mz 2 )1 / 2
S L (untuk sustain) = Pd 4t + ….. (4.2m)
Z
Soal :
Jika suatu run pipe mempunyai data-data berikut, Z = 7.62 in3, d = 10 in, t = 0.1 in, P = 500
psi, Syield/hot=Syield/cold = 35000 psi, Torsional pada penampang adalah nol, dan variasi
momen dilukiskan berikut. Hitung tegangan expansi dan allowable code, dan tegangan
sustain dan allowable code
Time
Sc = Sh karena Hot S
Hal : 34/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS
Lebih lengkapnya batasan tegangan yang telah ditetapkan oleh Code atau standard dapat
diterangkan sebagaimana di bawah ini. Batasan tersebut digunakan sebagai pembanding
terhadap tegangan actual yang terjadi pada system perpipaan.
ASME/ANSI B31.1 adalah power piping yang sering digunakan dalam analisa perpipaan. Nilai
actual terhadap batasan yang diijinkan dalam sistim ANSI ANSI/ASME B31.1 pada setiap
pembebenan dapat ditulis secara mate-matik sebagai berikut
a) Beban Sustain
Stress yang terjadi (actual) pada beban sustain (tekanan, berat, dan beban mekanik sustain
yang lain) dapat dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut:
⎛ PDo ⎞ ⎛ 0.75iMa ⎞
⎜⎜ ⎟⎟ + ⎜ ⎟ ≤ 1 .0 S h (USCS unit) ................. (4.3a)
⎝ 4t n ⎠ ⎝ Z ⎠
⎛ PD o ⎞
⎟⎟ + 1000 ⎛⎜
0.75iMa ⎞
⎜⎜ ⎟ ≤ 1 .0 S h (SI unit) ................ (4.3b)
⎝ 4t n ⎠ ⎝ Z ⎠
b) Beban Occasional
Stress actual yang diakibatkan oleh adanya kombinasi tekanan, berat, beban sustain yang
lain, dan beban occasional termasuk gempa dapat dilukiskan sebagaimana persamaan di
bawah ini.
c) Beban Ekspansi
Stress actual yang diakibatkan oleh adanya thermal expansion (penjalaran termal)
atau kombinasi displacement pada equipment nozzle dapat dinyatakan dengan persamaan
berikut :
S e = ⎜ o ⎟ ≤ S a + f (S h − S l )
⎛ iM ⎞
(USCS unit) …… (4.3e)
⎝ Z ⎠
S e = 1000⎜ o ⎟ ≤ S a + f (S h − S l )
⎛ iM ⎞
(SI unit) …… (4.3f)
⎝ Z ⎠
Hal : 35/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS
Untuk meyakinkan bahwa actual stress yang terjadi adalah acceptable, maka
diperlukan conservative values of stress check sebagai katalisator. Katalisator ini merupakan
tegangan akibat gabungan beban sustain dan beban ekspansi termal, Sls+Se, yang lukiskan
dalam persamaan di bawah ini :
⎛ PD ⎞ ⎛ 0.75iMa ⎞ ⎛ iM c ⎞
Sls + Se = ⎜⎜ o
⎟⎟ + ⎜ ⎟+⎜ ⎟ ≤ (S h + S a ) (USCS unit) ……. (4.3g)
4
⎝ n ⎠ ⎝
t Z ⎠ ⎝ Z ⎠
⎛ PD ⎞ ⎛ 0.75iMa ⎞ ⎛ iM ⎞
Sls + Se = ⎜⎜ o
⎟⎟ + 1000⎜ ⎟ + 1000⎜
c
⎟ ≤ (S h + S a ) (SI unit) ….. (4.3h)
⎝ 4t n ⎠ ⎝ Z ⎠ ⎝ Z ⎠
Dimana :
i = Faktor intensifikasi tegangan
Z = Section modulus pipa, in3.,Z = rm2tnπ (mm3)
rm = Jari-jari rata-rata, in (mm)
Do = Diameter luar, in (mm)
tn = Tebal dinding nominal, in (mm)
P = Tekanan internal rancang, psi (kPa)
Ma = Resultan beban momen akibat beban sustain, in-lbs (N.m)
Mb = Jumlah beban momen akibat beban occasional, termasuk beban
gempa, beban dorong dari relief/safety valve, in-lbs (N.m)
Mc = Range dari jumlah momen akibat thermal expansion/contraksion,
in-lbs (N.m)
K = 1.15 untuk beban occasional yang bekerja kurang dari 10% periode
operasi
K = 1.20 untuk beban occasional yang bekerja kurang dari 1% periode
operasi
Sls = Tegangan longitudinal akibat beban sustain, psi (kPa)
Se = Teg. ekspansi termal akibat ekspansi termal dan pergerakan anchor, psi (kPa)
Sls+Se = Teg. longitudinal akibat beban sustain dan tegangan ekspansi
termal, psi (kPa)
Sa = Allowable stress range untuk expansion stress, psi (kPa)
S a = f (1.25S c + 0.25S h )
Sc = Basic material allowable stress pada temperatur minimum dari
table tegangan ijin, psi (kPa)
Sh = Basic material allowable stress pada temperatur maksimum dari
Tabel tegangan ijin, psi (kPa)
f = Faktor pengurangan stress
Hal : 36/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS
ASME/ANSI B31.3 adalah code yang sering digunakan dalam analisa pipa pada Chemical
Plant dan Petroleum. Nilai actual terhadap batasan yang diijinkan pada setiap pembebenan
dapat dijelaskan dalam sub bab berikut.
a) Beban Sustain
Stress yang terjadi pada beban sustain merupakan jumlah stress longitudinal Sl akibat
efek tekanan, berat, dan beban sustain yang lain dengan tidak melebihi dari Sh. Dapat
dinyatakan dalam bentuk mate-matis sebagai berikut :
PD 4t n + Fax A + (S 2
b )
+ 4 S t2 + S L ≤ S h ………. (4.4a)
b) Beban Occasional
Stress yang terjadi pada beban occasional merupakan jumlah stress longitudinal
akibat tekanan, berat, dan beban sustain lain serta stress yang dihasilkan oleh beben
occasional misalnya angin atau gempa. Stress ini tidak boleh melebihi 1.33Sh.
c) Beban Ekspansi
Stress yang diakibatkan oleh adanya expansi termak dan atau displacement
(pergeseran) Se akan dihitung sebagai berikut :
Se = (S 2
b )
+ 4 S t2 ≤ S a ......................... (4.4c)
1
Se = (ii M i ) 2 + (io M o ) 2 + M t2 (USCS unit) ....... (4.4d)
Z
1000
Se = (ii M i ) 2 + (io M o ) 2 + M t2 (SI unit) .......... (4.4f)
Z
Dengan :
Sb = (ii M i )2 + (io M o )2 Z
S b = 1000 (ii M i )2 + (io M o )2 Z
Mt 1000 M t
St = psi atau S t = kpa
2Z 2Z
Hal : 37/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS
Dimana
Sb = Resultan tegangan akibat beban lentur, psi
St = Tegangan puntir, psi
Mi = In-plane bending moment, in-lb
Mo = Out-of-plane bending moment, in-lb
ii = In-plane stress intensification factor
io = Out-of-plane stress intensification factor
Z = Section modulus of pipe, in3
Sa = Allowable stress untuk ekspansi termal, psi
f = faktor pengurangan stress
Sl = Stress sustain yang terhitung, psi
Secara umum untuk menentukan acceptabilitas stress elastis pada sistem “pipe line” dapat
digunakan kreteria ASME/ANSI B31.8, yang ditulis secara mate-matis sebagai berikut :
a) Beban Sustain
Stress yang terjadi pada beban sustain merupakan jumlah longitudinal stress presure
dan longitudinal bending stress akibat beban luar seperti berat pipa dan isinya, angin beban
sustain yang lain dengan tidak melebihi dari kombinasi (S)(F)(T). Dapat dinyatakan dalam
bentuk mate-matis sebagai berikut :
b) Beban Expansi
Stress yang terjadi akibat beban expansi thermal dapat dinyatakan dalam bentuk
mate-matis sebagai berikut :
c) Beban Operating
Beban operating adalah beban yang terjadi akibat kombinasi antara beban-beban
sustain dan expansi, batas (allowable) dari beban dapat ditulis sebagai berikut :
So = Se + SL ≤ S ………………………….. (4.5c)
Hal : 38/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS
BAB V
AMBANG BATAS BEBAN NOZZLE PERALATAN STATIK DAN PERALATAN (EQUIPMENT)
ROTASI
Beban sebenarnya (aktual) yang terjadi pada nozzle berdasarkan hasil analisis suatu sistem
perpipaan dapat dikatakan aman (safe) apabila beban tersebut dapat diterima (acceptable) atau
berada pada zone ambang batas beban yang diperkenankan (allowable) yang telah ditetapkan
baik oleh WRC-107 untuk bejana (vessel), API-650 untuk tangki, API-610 untuk pompa, API-617
untuk kompresor maupun NEMA SM-23 untuk turbin atau ambang batas yang ditetapkan oleh
pabrik pembuat.
Ambang batas yang dimaksud dalam diktat ini dibagi dalam dua kelompok, yaitu batas
untuk beban nozzle pada peralatanm satatik dan beban nozzle untuk peralatan rotasi.
Batasan (allowable) ini digunakan untuk membatasi sampai maksimum beban gaya dan momen
aktual yang diperbolehkan pada nozzle bejana tekan (pressure vessel), sehingga tidak diperlukan
lagi konfirmasi dengan penjual atau pabrik pembuat. Untuk menyatakan bahwa kombinasi beban
gaya ekstern dan momen dapat diterima apabila beban kombinasi tersebut berada dalam zone
batas tersebut.
Perhitungan tegangan pada leher nozzle (nozzle neck) adalah berdasarkan pada Welding
Research Council Bulletin 107 (WRC-107) dengan konsep sebagai berikut :
Tegangan lokal aktual harus berada di dalam nilaiharga batas (allowable) dan dipertimbangkan
sebagai keadaan aman. Ambanmg batas ini telah dibatasi pemakainanya, yaitu :
a) Bahan
Bahan yang digunakan adalah Baja Karbon (Carbon Steel (C.S)). setara dengan A516
Gr.60 atau Gr.70) dan Baja Tahan Karat (Stailess Steel (S.S)) setara denagn A240 Gr.TP304.
b) Suhu Disain
Suhu yang digunakan hingga 343°C (650o F) untuk kedua bahan Baja Karbon (C.S.)dan
Baja Tahan Karat (S.S).
c) Posisi Nozzle
Hal : 39/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS
d) Ukuran Nozzle
Ukuran nozzle yang digunakan adalah 2” hingga 24" . Sedangkan kriteria ukuran
nozzle lebih besar dari 24" akan dianggap sama dengan kriteria untuk nozzle 24”.
e) Ukuran Dinding
Ukuran diameter dalam (inside diameter) kulit yang digunakan sampai 4500 mm.
f) Nozzle pada Dinding Bejana (Dinding Tangki)
API650 Appendix P akan digunakan sebagai pengganti ambang batas beban actual yang
terjadi.
Dalam bab ini, metode perhitungan dan evaluasi tegangan lokal (local stress) sekitar
dinding nozzle berdasarkan WRC-107 dapat dirumuskan sebagi berikut.
a). Garis Besar
WRC107 hanya memberikan metode perhitungan, untuk tegangan lokal akibat gaya
dan momen ekstern. Kriteria evaluasi pada besaran tegangan lokal harus sesuai dengan
ASME Sec. VIII Div. 2, Appendix 4.
b). Definisi Gaya dan Momen
Nozzle dianggap telah dilengkapi dengan dudukan penguat seperti dalam Gambar 3…..
Berikut beban-beban yang harus didefinisikan :
P: Gaya radial pada dinding
Vc: Gaya geser dalam arah keliling (circumferential)
dinding
VL: Gaya geser dalam arah longitudinal dinding.
MT: Momen Torsi pada nozzle
M c : Momen membalk (Overturning moment) dalam
arah keliling dinding
Hal : 40/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS
Vc
τ xφ = ...................................... (5.1f)
πrOT
V
τ φx = L ...................................... (5.1g)
πrOT
Tegangan membran akibat tekanan operasi intern juga harus ditambahkan sesuai dengan
rumus ASME Sec. VIII Div.2, yaitu
Pi − Ri
σm = + 0.5 Pi .......................................... (5.1h)
T
Dimana :
Pi = tekanan disain intern
Ri = jari-jari dalam dinding
Tegangan pada leher nozzle dan reinforcement pad harus dihitung dengan menjumlahkan
masing-masing nilai tegangan hitungan berdasarkan Tabel 5 dalam WRC-107.
Hal : 41/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS
Dalam bab ini dijelaskan bahwa daerah aman apabila gaya dan momen ekstern
yang bekerja pada setiap nozzle berada dalam daerah (zone) sebagaimana yang terlihat
pada grafik (chart) evaluasi terlampir dengan pengelompokan ukuran nozzle (2” hingga 24”),
dan tebal dinding (6mm hingga 17mm). Grafik evaluasi mempunyai dua sumbu, yaitu sumbu
vertijkal menyatakan gaya (P) dan sumbu horisontal menyatakan moment maksimum
{ }
Mc , M L / 2 . Apabila gaya dan momen pipa dalam daerah aman, maka nozzle
mempunyai kekuatan yang cukup untuk menahan beban ekstern. Prosedur untuk
menentukan daerah aman akan dibahas di bawah ini.
Gaya dan Momen ekstern harus didefinisikan sama sebagaimana dalam Para 5.1.1b (lihat
Gambar 4.1). Beban berikut, M T , Vc dan V L akan menyebabkan tegangan geser pada dinding.
Karena tegangan yang disebabkannya adalah kecil bila dibandingkan dengan ( M c , M L , P ) ,
maka ketiganya (MT, Vc dan VL) dapat diabaikan. Oleh karena itu sehingga Mc, ML dan P yang
patut dipertimbangkan untuk menentukan daerah aman. Disini Mc = Vc x a dan ML = VL x a.
Hal : 42/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS
Dalam lampiran terlihat daerah aman dalam grafik (chart) evaluasi dibuat untuk
kelompok tiap tebal dinding dengan grafik kelompok ukuran nozzle pipa di dalamnya. Grafik
pengelompokan allowable ini dapat digunakan untuk menentukan aksepatabilitas beban
nozzle peeralatan statik berdasarkan hasil analisis dengan software flexibility analysis.
Pengelompokan berdasarkan tebal dinding peralatan (equipment), meliputi :
Hal : 43/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS
Berikut diuraikan prosedur penentuan posisi beban aktual terhadap grafik daerah
beban yang dijinkan (acceptable) seperti dalam lampiran A :
- Menghitung tegangan local : WRC-107 (Gunakan CALWRC atau program analisis tegangan
pipa yang lain).
- Evaluasi tegangan lokal : ASME Sec. VIII Div.2, Appendix 4
- Tetapkan tebal minimum dinding equipment (dalam tabel) dengan kondisi sebagai berikut :
a). Diameter dalam didnding : 300 – 4500mm
b). Takanan disain : 1 – 50 kgf/cm2
c). Tegangan batas : ASME Sec. II Part D (1999 Addenda)
d). Tebal minimum : dengan menggunakan bejana tekan.
- Bahan dinding : A516Gr.60 (untuk tebal ≤ 16mm), A516Gr.70 (tebal > 16mm)
- Perkenan korosi (corrosion allowance) : 3 mm untuk C.S
: 0 mm untuk S.S
- Joint efficient : 1.0
- Reinforcement pad nozzle neck : Dengan menggunakn reinforcement pad
Hal : 44/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS
Ambang batas beban untuk peralatan (equipment) rotasi seperti pompa ditentukan dalam
API Standard 610-Centrifugal Pump untuk Industri Perminyakan, Petro-Kimia dan Gas Alam
(Natural Gas). Untuk Casing Pompa yang dibuat dari bahan selain Baja atau Baja Paduan
dengan nozzle lebih dari DN 400 (16 NPS), penjual (Vendor) harus mencantumkan ambang
batas beban nozzle yang sesuai dengan format API-610 dalam Tabel 4, berikut.
SI Unit
NOTE 1 Lihat Gambar 20 hingga Gambar 24 (terlampir) untuk orientasi beban nozzle (x.y.z).
NOTE 2 Setiap harga yang terlihat di atas merupakan range antara nilai positip dan negatip,
sebagai contoh; harga 710 menunjukkan range dari -710 ke +710.
Hal : 45/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS
2 3 4 6 8 10 12 14 16
NOTE 1 Lihat Gambar 20 hingga Gambar 24 (terlampir) untuk orientasi beban nozzle (x,y,z)
NOTE 2 Setiap harga yang terlihat di atas merupakan range antara nilai positip dan negatip,
sebagai contoh; harga 160 menunjukkan range dari -160 ke +160.
Koordinat system terlihat dalam lampiran Att.B1 hingga Att.B5 akan digunakan untuk menyatakan
gaya dan moment dalam Tabel 4.
Hal : 46/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS
Annex F memberikan metode perhitungan, apabila beban nozzle melebihi harga dalam
Tabel 4. Metode ini dapat digunakan jika diperkenankan oleh purchaser dan purchaser
kemudian secara langsung menyesuaikan dengan piping designer. Purchaser harus
tanggap bahwa menggunakan metode Annex F dapat menghasilkan hingga 50% lebih
misalignment daripada menggunakan beban yang terjadi pada Tabel 4.
2). Konfigurasi perpipaan yang menghasilkan beban di luar batas dalam Tabel 4
dapat juga dikatakan akseptabel tanpa konsultasi dengan penjual (vendor) pompa jika
kondisi pada 2a hingga 2c dipenuhi. Pemenuhan kondisi ini untuk memastikan bahwa
kerusakan selubung (casing) pompa yang ada akan berada di dalam kriteria disain
penjuaal dan peregeseran sumbu putar pompa akan lebih kecil dari pada 380 µm (0,015
in). Pasal ini adalah suatu kriteria khusus untuk disain perpipaan.
a) Komponen gaya dan momen individual pada setiap flange nozzle pompa tidak boleh
melampaui nilai dalam Tabel 4 sampai faktor lebih dari dua.
b) Resultan gaya yang digunakan (FRSA,FRDA) dan resultan momen (MRSA,MRDA) pada
setiap flange nozzle pompa harus dapat memenui persamann berikut :
c) Komponen gaya dan momen yang digunakan pada setiap flange nozzle pompa harus
ditranslasikan ke titik pusat pompa. Nilai resultan gaya dinyatakan dengan (FRCA), nilai
resultan momen dinyatakan dengan (MRCA), dan momen harus memenuhi batas dengan
persamaan (5.2c), persamaan (5.2d), dan persamaan (5.2e) (sumbu terlihat dalam Lampiran
Att.B1 hingga Att.B5 dan aturan tangan kanan digunakan dalam mengevaluasi persamaan
tersebut).
FRC A < 1.5{FRS T 4 + FRDT 4 ) (5.2c)
MYC A < 2.0( MYST 4 + MYDT 4 ) (5.2d)
MRC A < 1.5( MRS T 4 + MRDT 4 ) (5.2e)
dimana
FRC A = {( FXC A ) 2 + ( FYC A ) 2 + ( FZC A ) 2 }1 / 2
FXC A = FXS A + FXD A
FYC A = FYS A + FYD A
FZC A = FZS A + FZD A
Hal : 47/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS
Pompa bertikal (Vertical in-line pump) yang hanya disokong oleh perpipaan boleh jadi
mempunyai beban komponen perpipaan yang lebih dari dua kali nilai yang dicantumkan
dalam Tabel 4, jika beban ini tidak menyebabkan tegangan utama lebih besar dari 41 N/mm2
(5950psi) pada setiap nozzle. Cara perhitungannya adalah dengan mengambil sama sifat-sifat
penampang nozzle (section properties) pompa diambil sama dengan pipa schedule 40 yang
ukuran nominalnya sama dengan ukuran nominal nozzle pompa. Persamaan (5.2f), (5.2g) dan
persaman (5.2h) dapat digunakan untuk mengevaluasi tegangan utama, tegangan longitudinal
dan tegangan geser pada nozzle.
P = (σ 2) + (σ 2 4) + τ 2 )1 / 2 < 41 (5.2f)
σ = [1.27 x FY ( DO 2 − Di 2 )] + [10200 xDO ( MX 2 + MZ 2 )1 / 2 ] ( DO 4 − Di 4 ) (5.2g)
τ = [1.27 x ( FX 2 + FZ 2 )1 / 2 ] DO 2 − Di 2 ) + [5100 xDO ( MY ] ( DO 4 − Di 4 ) (5.2h)
Hal : 48/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS
FX, FY, FZ, MX, MY, dan MZ menyatakan beban yang bekerja pada nozzle-nozzle suction atau
discharge, untuk menyederhanakan persamaan perlu adanya imbuhan SA (actual suction) dan
DA (actual discharge). Tanda FY adalah positip jika beban pada nozzle dalam bentuk tarikan
(tension); tanda negatip jika beban pada nozzle dalam bentuk penekanan (compression). Hal
tersebut harus mengacu pada Gambar 20 dan beban nozzle yang digunakan untuk
menentukan beban tarik (tension) atau beban tekan (compression) pada nozzle. Harga
absolute pada MY harus digunakan dalam persamaan F.8 (F.11).
5.2.2 BATASAN BEBAN PADA TURBINE DAN KOMPRESSOR
Ambang batas beban aktual yang diperkanakan pada masing-masing nozzle baik untuk turbin
maupun untuk kompresor telah ditetapkan dalam standard, yaitu Standard NEMA SM-23
untuk turbin dan API-617 untuk kompresor. Beban aktual yang terjadi dari hasil analisis
dengan menggunakan perangkat lunak “Piping Stress” dapat dikatakan sebagai beban yang
diperkenankan pada nozzle turbine maupun kompresor apabila beban-beban tersebut baik
ditinjau sebagai beban individu masing-masing nozzle maupun beban sebagai kombinasi
terhadap pusat gravitas atau pada nozzle pebuangan (exhaust nozzle) adalah keduanya lebih
kecil dari beban yang diperkenankan berdasarkan standard NEMA SM-23 dan API-617
Perhitungan beban yang diperkenankan pada nozzle-nozzle turbin dan kompresor dapat
digambarkan sebagai berikut :
1. Menentukan beban (gaya dan momen) yang diperkenankan untuk nozzle individual
Dimana :
F =Gaya actual dari hasil analisa piping stress software (Kg)
M = Momen actual dari hasil analisa piping stress software (Kg-m)
α = 1.0 (untuk steam turbine, 1.85 untuk centrifugal compressor)
D = Diameter equvalen (in) untuk individu nozzle
Dn = Nominal diameter (in)
2. Menentukan beban (gaya dan momen) yang diperkenankan untuk kombinasi nozzle
yang mengacu pada garis tengah nozzle pembuangan (exhaust)
Hal : 49/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS
Dimana :
FYC = ∑ FY
FZC = ∑ FZ
FXC = ∑ FX
MYC = ∑ MY + [∑( FXxZ )] − [∑( FZxX )]
MZC = ∑ MZ + [∑( FXxY )] − [∑( FYxX )]
MXC = ∑ MX − [∑( FYxZ )] − [∑( FZxY )]
Beban actual dari hasil analisa flexibilitas untuk masing-masing nozzle baik turbine atau
compressor secara individu maupun kombinasi, berdasarkan persamaan sebagaimana
dijelaskan pada poin 1 dan 2 keduanya harus acceptable.
Soal :
Pastikan bahwa beban-beban nozzle pada turbine adalah acceptable apabila suatu system
turbin dengan nozzle masing Exhaust 30” dan Inlet 6”, jika beban actual berdasakan hasil
analisa diperoleh beban sebagai berikut :
Hal : 50/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS
BAB VI
TEKNIK PEMODELAN
Dalam analisis sistem perpipaan memang harus diperhatikan bagaimana cara paling baik
pemodelan untuk pendekatan yang benar dengan menggunakan suatu perangkat lunak
(software) fleksibilitas perpipaan, sehingga hasil analisis dapat diharapkan lebih akurat dan
benar. Oleh karena itu dalam bab ini akan dibahas beberapa pemodelan sebagai dasar untuk
pemodelan yang lebih rumit.
Ada beberapa bentuk geometri yang dapat dimodelkan dalam analisa tegangan,
sebagaimana dilukiskan berikut ini :
Batasan-batasannya :
1. Penyangga pegas (spring support) ditempatkan pada titik di garis pusat (center
line) pipa 50”. (model 1)
2. Pegas ditempatkan pada titik dimana trunion (pipa) ditambahkan (model 2)
3. Pada model (2) beban torsi dapat ditahan pada kedua penyangga. (lihat gambar)
4. Fleksibilitas lokal pada kulit (shell ) pipa 50” tidak dipertimbangkan.
Hal : 51/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS
Model (3)
Batasan-batasannya :
Hal : 52/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS
(B)
Batasan :
1. Berat yang mungkin pada froged fitting dipertimbangkan diperkirakan lebih kecil.
2. Rigid forged fitting ditunjukkan dengan panjang L1 dan L2 diperkirakan sama
dengan pipa.
3. SIF mungkin lebih konservatip
Model (1):
Batasan :
1. Tidak ada syarat untuk perhitungan tegangan dalam forging, karena hal ini merupakan
masalah yang bukan sesungguhnya. Beban pada fitting harus sedikit lebih konservatip,
sebab dinding fitting yang dihubungkan dengan pipa lebih berat kemungkinan akan terjadi
kegagalan. Suatu pertanyaan langsung dapat ditujukan kepada pabrik pembuat fitting
berdasarkan beban yang terhitung.
Hal : 53/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS
Model (2)
Model (3)
Komentar :
1. Fleksibiltas dengan model tersebut akan lebih akurat. (Tetapi untuk fitting yang berat
hanya secara marginal saja)
2. Tegangan akan dihitung pada titik pertemuan. Oleh karena di titik tersebut akan ada
suatu SIF yang tidak diketahui pada titik cabang tersebut.
Hal : 54/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS
(C)
Pembatasan / komentar :
Hal : 55/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS
Pembatasan / komentar :
Model (3)
Komentar :
1. Titik A dan B tidak berada dalam bidang horisontal yang sama. (yaitu keduanya adalah
offset satu dari yang lain) C
2. Stanchion ditempatkan pada penampang belokan (bend cross section)
3. Kekakuan stanchion tersebut dapat didekati dengan menggunakan fleksibilitas dan
SIF bend dengan flange tunggal.
4. Ini adalah suatu model yang benar apabila gaya gesek pada titik C menyebabkan
momen gesek sepanjang L tidak diabaikan sebagaimana pada model pertama yang
terlihat di atas.
5. Model tersebut adalah paling sulit dibuatnya.
Hal : 56/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS
Jarak L dapat menjadi penting jika senjangan (gap) pada pemandu (guide) terdekat dan
disana ada suatu gaya horisontal yang menjalar antara dua benda yang akan menyebabkan
suatu momen torsio pada kedua benda tersebut.
Karena secara langsung hubungan siku (elbow) ke flange peralatan dan flange equipment di
jangkar (anchor), maka kekakuan (stiffness) pada model dalam daerah sekitarnya menjadi
sangat tinggi. Jika stanchion dihubungkan ke titik A dan garis tengah peralatan adalah B,
maka perbedaan akibat muai termal pada siku antara A dan B tidak tinggi.
Hal ini merupakan masalah disain yang sulit. Terkecuali pemakai menggunakan sebuah
pegas pada lokasi stanchion, perbedaan muai termal dalam daerah yang kecil dapat
menghasilkan beban nozzle yang besar (penyangga pada garis tengah peralatan akan mudah
di disain bila muai termal relatif antara dasar dan stanchion diabaikan).
Hal : 57/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS
Dalam analisis beban setiap elemen pada suatu model struktur dapat didekati dengan elemen
metrik, disini model suatu elemen pipa dianggap sebagai benda yang dihubungkan oleh
pegas dengan konstanta kekakuan K, karena pengaruh beban baik intern maupun ekstern F,
pegas mengalami difleksi/penyimpangan sebesar X, sehingga persamaan secara matematik
dapat ditulis dengan :
[K ][X ] = [F ] ...........................................(6.2a)
-1
X1 K11 K12 K13 F1
=
X2 K21 K22 K23 F2 ..................................... (6.2d)
Contoh : Jika suatu sistem perpipaan sederhana dilukisakn sebagai berikut, tentukan bentuk
matrix yang benar dalam analisa :
Dari gambar tersebut di atas dapat diambil salah satu dari elemen, maka matrik kekakuan
(stiffness matrix) yang berkaitan dengan gaya, momen dan perpindahan untuk elemen A
dapat diprakirakan sebagai berikut :
Hal : 58/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS
KA1 KA12
KA = ............................................... (6.2e)
KA12 KA2
1 2 3 4 5 6
1 KA1 KA12 d1 f1
5 KD45 KD5 d5 f5
6 KE36 KE6 d6 f6
Di sini [K] adalah matrik, {X} vektor difleksi dan {F} adalah vektor koefisien gaya dan momen.
Jika kasus beban operasi yang diselesaikan, maka persaman di atas dapat ditulis dengan :
{Fope} = {Kope}{Xope}
sehingga {Xope} = {Fope} {Kope} atau
{Xope} = [{FT } + {FW } + {FP }] {Kope} ........................................... (6.2h)
Dalam suatu analisis sistem perpipaan dengan menggunakan salah satu perangkat lunak,
misalkan CAESAR II maka beban tegangan yang dihitung pada dasarnya dapat
dikelompokkan menjadi tiga kasus statik (static case), yaitu :
Hal : 59/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS
Dengan evaluasi secara aljabar ketiga kasus di atas dapat dihitung sebagai berikut :
Jika sistem perpipaan adalah linear, atau jika [Kope] = [Ksus] = [K], maka kombinasi
dari persamaan di atas dapat dihitung sebagi berikut :
Dari sini terlihat bahwa jika tidak ada perubahan dalam matrik kekakuan [K], antara kasus
sustain dan operasi, maka rentang pergeseran dapat dihitung dengan melakukan analisis
hanya untuk beban termal saja. Jika di sana ada suatu perubahan tentu saja ini tidak benar.
Hal : 60/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS
BAB VII
Pengertian dinamika dapat dibagi menjadi dua katagori. Pertama, dinamika dipertimbangkan
sebagai static biasa disebut dengan quasi dinamika dan yang kedua, dinamika
dipertimbangkan sebagai dinamic secara sesungguhnya, yaitu beban merupakan fungsi
waktu dan ruang.
Quasi dinamika ditinjau secara uniform, yaitu dinamika yang dipertimbangkan sebagai analisa
static, sebagai contoh adalah system dinamika ini terdiri dari system operasi safety valve
(PSV), Gelombang, Angin dan Gempa (seismic).
Seperti halnya analisa static yang sering kita lakukan, bahwa allowable yang diperlukan
mengacu pada ASME Code B31.1, B31.3 dan B31.8 sebagaimana persyaratan yang
diperlukan dalam engineering.
1. PSV-THRUST LOAD
Tegangan yang terjadi akibat installasi PSV dalam sistem perpipaan merupakan fungsi dari
posisi dan arah thrust load yang terhitung terhadap “Vent Inlet Point and type of Vent Stack”.
Sebagaimana ditunjukkan dalam gambar 3.1 dan fromula yang telah disederhanakan dari
API-RP520 berikut :
K(T + 273)
F= 1
273 W (K +1) M
………………. (7.1a)
Catatan : W, M, & T diambil dari PSV data sheet yang telah disediakan oleh Instrument
department /Vendor.
Hal : 61/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS
Hal : 62/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS
B. BEBAN ANGIN
Beban angin adalah hasil perkalian dari pipe exposed area, dengan tekanan equivalent angin
dan pipe shape factor. Cara menentukan tekanan kesetaraan (equivalent) dalam analisa
dengan perangkat lunak (software) adalah
Untuk (2) dan (3) di atas beban yang terhitung adalah berbeda (diskrit) pada setiap ketinggian
sekmen pipa terhadap permukaan laut.
Total gaya wind (angin) “F” pada suatu element dapat dihitung dengan persamaan :
Y Z
L
α
A = LxDxCosα
D
X
Gambar 29 : Pipe Element Exposed Area
Nilai Wind shape factor sangat bervariatip antara 0.5 hingga 0.7. Untuk piping element
adalah 0.65. (Tabel 12, p.31 ANSI A58.1).
Hal : 63/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS
C. BEBAN SEISMIC
a). Beban gempa (seismic) diberikan dalam batasan percepatan gravitasi, berdasarkan
metode ANSI A58.1 coefficient gempa ditentukan sebagai berikut :
b) Persyaratan yang harus diperhatikan dalam analisa seismic adalah ukuran pipa dan
elevasi pipa yang akan dipasang (installed), yaitu :
c) Uniform load dalam analisa seismic dipertimbangkan sebagai beban static horizontal
dngan arah ±X dan ±Z..
Hal : 64/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS
a) Secara umum analisa gelombang dapat menggunakan satu diantara tiga theory, yakni
theory gelombang Airy (linear), Stokes 5th orde dan Fungsi Stream Dean., berdasarkan
API-RP 2A, penentuan theory tersebut tergantung beberapa parameter antara lain
tinggi gelombang, periode, dan kedalaman air. Theory gelombang ini secara otomatis
akan ditentukan oleh Caesar, Seperti terlukis dalam gambar 30.
Kecepatan dan percepatan partikel adalah besaran vektor yang meliputi efek gelombang atau
arus yang terhitung. Penambahan gaya (lift force dan buoyancy force) pada element pipa
dapat digunakan persamaan Morrison. Lift force didefinisikan sebagai gaya normal pada
bidang yang dibentuk oleh vektor kecepatan dan sumbu element. Yang dapat ditulis secara
mate-matis sebagai berikut :
( ρxC1 xDxU 2 )
F1 = .………………………. (7.1g)
2
Dengan :
ρ = kerapatan fluida
C1 = lift coefficient
D = diameter pipa
U = kecepatan partikel
b) Kofisien hidrodinamik yang digunakan dalam analisa dapat ditabelkan di bawah ini
dengan menurunkan dari DNV 1976, tabel 6.
Nilai untuk Re antara 4.105 dan 6.105 , untuk Cd diperoleh dengan interpolasi linear.
Hal : 65/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS
c). Berdasarkan survei lapangan bahwa data-data gelombang berikut merupakan data
yang harus diperpertimbangkan dalam anailsa, yaitu :
• Modal
• Spectrum
• harmonik
• time history
Tetapi pembebanan dengan profil acak dapat juga dipecahkan dengan menggunakan
pendekatan metode time history. (seperti pembebanan gempa bumi). Sedangkan
pembebanan tipe impuls dapat juga dipecahkan memakai metode spektrum. Metodologi-
metodologi ini akan dibahas dalam seksi-seksi berikut. Dalam diktat ini akan dibahas
prosedur-prosedur analisis untuk berbagai profil gaya terhadap pembebanan (dengan
menekankan dasar matematika) yang penerapan secara spesifik, dengan menggunakan
program-program tegangan-pipa yang dapat diperoleh secara komersial.
Persamaan Harmonik. Dalam analisis dinamika, jumlah derajat kebebasan (DK) didefinisikan
sebagai jumlah kordinat bebas (independen) yang diperlukan untuk menggambarkan posisi
yang terpindahkan dari suatu sistem.
Hal : 66/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS
Perumusan persoalan ‘eigenvalue’. Umumnya, salah satu tujuan utama analisis dinamika
adalah mengekstraksi (memperoleh) frekuensi-frekuensi alamiah sistem. Dengan demikian,
biasanya peredaman sistem dapat diabaikan.
{K − Mω }Φ 2
=0 .............................................. (7.2c)
[ ]= 0 .
n n
Persoalan ‘eigenvalue’ menentukan modus-modus alamiah hanya sampai pada suatu nilai
dengan faktor multiplikatif. Kadang-kadang pada modus-modus alamiah diterapkan faktor
skala untuk menstadardisasi elemen-elemenya yang berkaitan dengan amplitude-ampltude
dalam berbagai derajat kebebasan. Proses ini disebut normalisasi. Kadang-kadang mudah
menormalisasi tiap modus sedemikian sehingga elemennya yang terbesar mempunyai besar
satu satuan. Dalam kebanyakan program komputer , umum orang menormalisasikan modus-
modus sehingga Mn (normalisasi massa) mempunyai nilai satu satuan, dengan:
M n = φ n Mφ n = 1
T
.............................................. (7.2d)
φ n T Mφ r = 0 .............................................. (7.2g)
disini:
ωn = frekuensi alamiah (natural)modus ke –n
ωr = frekuensi alamiah modus ke-r
φn = vector bentuk modus untuk modus ke-n
φr = vector bentuk modus untuk modus ke-r
Hal : 67/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS
Satu implikasi fisika dari keortogonalan modus adalah kerja yang dilakukan oleh gaya-gaya
inersia modus ke-n dalam melalui pergeseran modus ke-r adalah sama dengan nol. Dalam
analisis sisitem pemipaan, biasanya model matematiknya meliputi massa terkonsentrasi’
(‘lumped mass’) di titik-titik simpul , yang dihubungkan oleh pegas-pegas tak bermassa di
antaranya. Massa terkonsentrasi di suatu titik simpul system ditentukan dari porsi berat yang
dapat secara masuk akal ditempatkan di titik simpul tersebut. Massa terkonsentrasi di suatu
sistem titik-titik simpul adalah jumlah kontribusi-kontribusi semua elemen yang dihubungkan
pada titik simpul itu.
Matrik massa yang terbentuk dengan idealisasi demikian dikenal sebagai’matrik
massa terkonsentrasi’ Karena inersi rotasi mempunyai pengaruh yang kecil, pada umumnya
untuk idealisasi massa terkonsentrasi, matrik massa terkonsentrasi adalah diagonal:
Matrik peredam untuk suatu sistem harus ditentukan dari rasio peredaman modusnya, yang
memperhitungkan semua mekanisme penyerapan energi. Dalam artikel ini, hanya matrik
peredaman klasik yang akan disorot (matrik peredam klasik merupakan idealisasi yang wajar
jika mekanisme peredaman serupa terdistribusi ke seluruh struktur) Dalam program-program
komputer untuk analisis tegangan, matrik peredam dipakai secara khas dalam analisis
harmonik.
Apabila peredaman tidak nol, maka matrik dapat didefinisikan sebagai jumlahan perkalian
Matrix massa (M) dan Matrix Stiffness (K) hal sesuai dengan data eksperimen adalah
peredam Rayleigh:
C = aO M + a1 K .............................................. (7.2j)
aO aω
ξn = + 1 n .............................................. (7.2k)
2ω n 2
Hal : 68/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS
Jika modus-modus tersebut dianggap mempunyai rasio peredaman ξ, yang masuk akal
berdasarkan data eksperimen:
2ξω i ω j
aO =
[ω i +ωj ] .............................................. (7.2l)
2ξ
a1 =
[
ωi + ω j ] ............................................... (7.2m)
Untuk soal-soal praktis , ao amat sangat kecil dan dapat diabaikan. Hanya dalam bentuk inilah
biasanya matrik peredaman dipakai untuk pemodelan sistem harmonik. Jika sebelum
pembentukan matrik peredam frekuensi-frekuensi modus tidak diketahui, frekuensi pemaksa
ω dapat dipakai sebagai pengganti frekuensi alamiah. Jika besar frekuensi pemaksa beban
mendekati besar frekuensi modus, ini akan merupakan taksiran yang baik bagi peredaman.
Nilai-nilai khas rasio peredaman untuk sistem-sistem pemipaan, sebagai yang dianjurkan
dalam USNRC Regulatory Guide 1.61 dan ASME Code Case N-411, berada dalam rentang
0.01 sampai 0.05 berdasarkan ukuran pipa, kegawatan gempa bumi dan frekuensi alamiah
sistem.
Pemecahan problema keseimbangan dinamika, baik dalam analisis harmonik maupun prinsip
analisis modus yang umum.
∑φ q
1
r r (t ) dijumlahkan ke seluruh r = 1 sampai N ............. (7.2n)
Hal : 69/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS
qr =
[φ T
Mx ] =φ M T
[φ Mφ ]
............................................ (7.2o)
r r x
T
r r
M r
Dengan:
M n = φ n Mφ n
T
K n = φ n Kφ n
T
C nr = φ n Cφ r
T
Persaman-persamaan modus akan tak tergandeng (‘coupled’) untuk peredaman klasik dan
sistem linier.
Untuk sistem harmonik, Pn(t) akan berbentuk sebagai PnO sin(ωt + φ in ) , disini φin adalah
sudut-sudut fase masukan. Dengan demikan pemecahannya akan berbentuk sebagai berikut:
Dalam hal program komputer, nilai-nilai tak terhingga dari x(t) untuk durasi tak terhingga tak
dapat diperlihatkan sebagai keluaran. Jadi beberapa program memperlihatkan output untuk
nilai-nilai t yang berbeda (nilai-nila sudut ωt) disini ωt melambangkan sudut-sudut yang tak
hingga antara 0o dan 360o. Rentang 0o-360o biasanya dibagi dalam range 18o-20o dan
hasilnya ditabulasikan untuk tiap nilai ωt terbentang dari 0o. 20o, 40o, …. 360o dst. . Sekali
pergeseran terhitung, dengan mudah gaya-gaya dan momenn-momen dapat dihitung..
Eksitasi sistem pemipaan yang terhubung dengan peralatan rotasi. Biasanya dalam
program komputer yang baku, pemakai harus memberikan gaya dan/atau pergeseran sebagai
masukan. Tujuan memberikan masukan pergeseran adalah untuk mengkonversinya menjadi
masukan gaya. Karena sukar secara benar mengkuantifikasi gaya-gaya harmonik, terbaik
masukan dalam program komputer diberikan sebagai pergeseran di titik-titik tempat pemipaan
dihubungkan ke sumber eksitasi (dalam hal ini koneksi ke nozzle pompa). Pergeseran akan
dikonversikan ke gaya dengan mengalikannya dengan kekakuan (stiffness).
Hal : 70/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS
Jika kita hentakkan cambuk, kita menggerakkan ujungnya di tangan kita beberapa inci
(pergeseran yang diberikan) dan ujung cambuk yang lain berayun di ruang (perpindahan
respons). Untuk menyimpulkan, pergeseran yang diberikan pada sistem pemipaan dari
sumber eksternal, sesuatu yang lebih kuat dari pada pipa yang bergerak dan kemudian
menggerakkan sistem pemipaan.dengannya. Frekuensi yang dieksitasi adalah laju pompa
dan perkalian dari itu.
Paling baik profil gaya acak terhadap waktu dipecahkan dengan metode spektrum respons.
(Tetapi analisis time history dapat juga dilakukan). Kita akan menyorot metode spektrum
respons, terutama mengacu pada analisis dinamika gempa bumi.
Metode spectrum respons. Spektrum respons suatu beban gempa bumi dapat diuraikan
dengan menempatkan sederetan osilator brdrajat kebebasan tunggal pada meja goyang
mekanik dan mengumpankan riwaat waktu gempa bumi yang khas melaluinya (khas untuk
tapak yang spesifik), dengan mengukur respons maksimum (perpindahan,kecepatan atau
percepatan) dari tiap osilatotr. Spektra respons dapat diplot untuk nilai-nilai peredaman sistem
yang berbeda-beda. Metodologi yang dipakai dalam analisis spektrum respons untuk
menghitung respons sistem dapat diringkas sebagai berikut:
c). Menghitung respons puncak dari modus ke-n sistem dengan langkah-langkah berikut,
n = 1, 2, 3, 4, …:
i. Sesuai dengan periode natural Tn, dan rasio peredaman ξn (yang dapat
dianggap sama untuk semua modus), membaca nilai-nilai Dn dan An, deformasi
dan percepatan-palsu dari spektrum respons. Disini percepatan palsu
didefinisikan sebagai perkalian antara perpindahan relatif maksimum (relatif
terhadap pergerakan bumi) dikalikan kuadrat frekuensi sudut, yaitu :An = ωn2
Dn dengan Dn = uo sebagai pergeseran relatif maksimum. Dengan menghitung
pergeseran pada derajat kebebasan (DOF) dalam modus n dengan
persamaan:
Dengan Γn sebagai faktor partisdiasi modus dan φjn sebagai bentuk modus.
Γn didefinisikan sebagai = φnT Mν/ φnTMφn dengan ν sebagai vektor pengaruh,
yang meyatakan pergeseran massa yang disebabkan oleh penerapan statika
dari satuan pergeseran bumi.
Hal : 71/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS
F jn = Γn m jφ jn An .............................................. (7.2t)
iii. Dengan analisis statika dari sistem yang dikenahi gaya Fjn , dapat ditentukan
nilai puncak rn dari kontribusi modus ke-n pada besaran respons r.
iv. Respons total diperoleh dengan menambahkan respons-respons modus
puncak.
Metode kombinasi modus. Berbagai metode adalah (dalam artikel ini tidak semua metode
disorot):
Mutlak. Metode ini menyatakan respons total adalah sama dengan jumlah nilai
mutlak respons-respons satu per satu (individual). Respons sistem dapat dihitung sebagai:
Akar pangkat dua jumlah kuadrat (SRSS). Metode ini menyatakan bahwa respons
total adalah sama dengan akar pangkat dua dari jumlah kuadrat respons modal satyu per
satu (individual):
∑R
2
R= i dijumlahkan dari i = 1 sampai N ................. (7.2v)
Metode ini didasarkan pada anggapan statistik bahwa semua respons modus sama sekali
bebas (tak bergantungan) satu sama lain, dengan maksimumnya mengikuti distribusi uniform
selama massa beban terapan yang tak diketahui.
Cara ini tidak konservatif, terutama jika terdapat modus dengan frekuensi yang sangat
rapat. Modus-modus itu mungkin akan mengalamai maksimumnya pada waktu yang kira-kira
(aproksimatif) sama selama profil beban.
Metode kelompok (grup). Metode ini menghendaki modus-modus dengan “frekuensi yang
berdekatan” (khas masing-masing dalam arah 10% satu terhadap yang lain) berkorelasi dan
mutlak harus dijumlahkan. Jumlah-jumlah itu dan semua frekuensi-frekuensi yang lain
kemudian dipandang sebagai tidak terkorelasi dan digabungkan dengan memakai metode
SRSS.
Mungkin analis tegangan seringkali tidak dilengkapi dengan spektrum respons yang
cocok untuk lokasi tapak Mengingat hal ini, kebanyakan program komputer mempunyai
basis data yang “built-in” dari spektrum respons.
Beberpa basis-basis data yang khas meliputi spektrum respons seperti dalam United
States Nuclear Regulatory Guider 1.60 (berdasarkan berbagai nilai peredaman seperti 5%,
7% dst.) atau seperti dalam kode bangunan uniform untuk berbagai tipe tanah.
Hal : 72/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS
Metode spektrum gaya. Variasi sedikit dari metode spektrum respons dapat dipakai untuk
memecahkan persoalan mengenai pembebanan seperti pembukaaan katup pereda (‘relief
valve’), tendangan fluida (‘fluid hammer’), aliran ‘slug’ dsb. Disini, alih-alih memakai
pergeseran, spektrum kecepatan atau percepatan, dipakai faktor beban dinamika untuk
persoalan seismik. Faktor beban dinamika dapat didefinisikan sebagai rasio antara
pergeseran dinamika maksimum dengan perpindahan statika maksimum. Tepat seperti untuk
gempa bumi, time history pembebanan dapat diterapkan pada meja goyang dari benda-
benda SDOF dengan spectrum respons (dalam hal ini, DLF terhadap frekuensi natural)
dengan membagi pergeseran osilator maksimum dengan pergeseran statika yang
diharapkan dalam pengaruh beban yang sama.
Modus tak terekstraksi. Dalam analisis dinamika sistem pemipaan, biasanya analis tidak
menarik semua modus vibrasi. Modus yang lebih tinggi biasanya juga tidak menyebabkan
perbedaan yang berarti pada hasil akhirnya. Tetapi, untuk menemukan efek modus yang tak
terekstraksi tersebut, dilakukan prosedur berikut:
Matrik bentuk modus dapat dibelah-belah sebagai :
φ = [φ eφ r ] .............................................. (7.2w)
dengan φe = bentuk modus yang ditarik dari analisis dinamika (yaitu modus-modus
berfrekuensi rendah) φr = bentuk modus sisa (yang tak tertarik).
Komponen pergeseran dapat dinyatakan sebagai kombinasi linier dari bentuk modus
seperti yang ditulisa dalam persamaan (11).
Misalkan q e = partisi matrik q yang sesuai dengan modus-modus yang ditarik
q r = partissi matrik q yang sesuai dengan modus-modus sisa.
Vektor beban dinamika dapat ditulis sebagai:
Dengan memperkalikan kedua sisi dengan φeT dan memakai hubungan ortogonalitas modus
seperti dalam persamaan (5) dan (6), gaya sisa adalah
Fr = F − φ e Mφ e F
T
.............................................. (7.2z)
Hal : 73/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS
Beban yang hilang diterapkan pada struktur sebagai beban statika. Respons structural
statika ini dapat dikombinasikan/digabungkan dengan respons modal yang , baik dengan
metode ABS atau SRSS.diperkuat secara dinamika
Jelaslah bahwa ABS memberikan hasil yang lebih konservatif dan mtode ini
didasarkan pada anggapan bahwa amplifikasi dinamika akan terjadi secara serentak dengan
percepatan bumi/dasar maksimum. Karena respons modus dan respons kaku secara
statistika tidak saling bergantungan, kombinasi SRSS adalah yang lebih teliti.
Filosofi kombinasi ruang (spatial) dan kombinasi modus. Untuk melakukaqn analisis
spektrum, tiap respons modus harus dijumlahkan. Tambahan lagi, jika diterapkan goncangan
majemuk pada struktur ke lebih dari satu arah, harus dijumlahkan juga hasil dari arah.yang
berbeda. Misalnya, jika kita terapkan goncangan ke arah X, Y dan Z dan misalnya
menghitung gaya Fx (gaya ke arah X), pada simpul tertentu, maka Fx dapat dihitung sebagai
jumlah dari semua Fx di simpul itu dalam semua modus yang disebabkan oleh komponen X
goncangan itu. Tetapi karena goncangan diterapkan juga ke arah Y dan Z, respons Fx akan
ada pada simpul itu yang disebabkan oleh komponen-komponen ini dan jumlahnya akan
merupakan kombinasi modus dari semua nilai Fx yang disebabkan secara satu per satu
(individual) oleh masing-masing komponen Y dan Z. Kita harus mempe3rtimbangkan hal di
baweah ini, untuk menentukan apakah kita harus menjumlahkan gaya-gaya Fx yang
disebabkan oleh goncangan dalam arah X, Y dan Z dalam satu modus dan kemudian
selanjutkan menambahkan nilai-nilai (dihitung dengan cara yang sama) dalam semua modus
dengan memakai metode penjumlahan modus (mula-mula kombinasi spasial) ataukah
mula-mula menjumlahkan respons modus yang disebabkan oleh komponen X, mengulangi
perhitungan untuk komponen Y dan komponen Z dan lalu menjumlahkan semua nilai-nilai Fx
(mula-mula kombinasi modus):
Akan timbul perbedaan dalam hasil-hasil akhir jika metode-metode berlainan dipakai
untuk kombinasi ruang atau kombinasi modus.
Suatu kombinasi komponen-komponen ruang pertama-tama menunjukkan bahwa
beban-beban goncangan bergantung satu sama lain (dependen), sedangkan kombinsai
kompponen-komponen modus pertama-tama menunjukkan beban goncangan bebas satu
sama lain (independent).
Ketergantungan dan ketakbergantungan mengacu pada hubungan waktu antara
komponen-komponen X, Y, Z dari gempa bumi. Dengan kasus gelombang gocang yang
dependen, komponen-komponen X, Y, Z gempa bumi mempunyai hubungan yang langsung,
perubahan goncangan sepanjang satu arah menyebabkan perubahan yang sesuai pada arah-
arah yang lain. Demikianlah halnya jika gempa bumi bekerja sepanjang arah yang spesifik
yang mempunyai komponen dalam lebih dari satu arah, seperti dalam hal ‘fault’ berjalan
dengan sudut 30o antara sumbu-sumbu X dan Z.
Sebuah gocangan yang independen adalah goncangan yang riwayat-time history X, Y,
Z nya menghasilkan spektra frekuensi berkaitan tetapi yang mempunyai time history sama
sekali berkaitan. Tipe gempa bumi yang independen jauh lebih biasa terjadi. Jadi dalam
kebanyakan hal, komponen-konponen moduslah yang pertama-tama harus dikombinasikan.
Sebagai acuan, IEEE 344-1975 (IEEE Recommended Practice for Nuclear Power Generating
Stations) mengatakan, “Gempa bumi menghasilkan pergerakan bumi yang acak yang
dikarakterisasikan oleh komponen-komponen horisontal dan vertical yang serentak tetapi
secara statistika tidak bergantungan satu sama lain”
Hal : 74/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS
Ini biasanya kurang merupakan isu bagi kombinasi-kombinasi spektrum gaya, karena
biasanya tak ada kombinasi-kombinasi ruang untuk dikombinasikan, yaitu tak ada komponen-
komponen X, Y, Z yang bekerja serentak. Tetapi jika terdapat lebih dari satu beban gaya yang
potensial [misalnya seperti sederetan katup pereda (‘relief valve’) dapat menembak secara
satu per satu atau secara berkombinasi) metode kombinasi haruslah lebih berupa kombinasi
modus dari pada kombinasi ruang. Jika dalam peristiwa tertentu kedua katup terbuka
bersamaan (yaitu jika pembebanannya independent), metode kombinasinya harus lebih ke
ruang dari pada ke modus. Karena gaya-gaya berarah bias any dikombinasikan secara
vektor, kombinasi SRSS merupakan metode yang paling cocok untuk kombinasi ruang.
Tetapi, jika dua atau lebih spektra yang diterapkan dalam arah yang sama (seperti dalam
sistem eksitasi penunjangmajemuk), pertama-tama lebih disukai melakukan kombinasi
menurut arah (‘directional’) dari pada kombinasi modus.
Analisis Time history. Meskipun secara teknik yang paling teliti dan secara teoritik dapat
diterapkan pada berbagai profil beban, metode ini sangat tepat bila digunakan untuk porfil
beban sebagai fungsi waktu (yaitu jika dapat diperoleh data variasi beban terhadap waktu
pada langlah-langkah waktu yang pendek) Secara tipikal metode ini dipakai untuk
pembebanan tipe impuls. Metodologi ini sebenarnya menghendaki pemecahan persamaan
keseimbangan dinamika secara numerik. Jadi cara ini seperti telah disebutkan di atas,
persamaan keseimbangan dinamika dapat ditulis sebagai sekumpulan persamaan-
persamaan yang terlepas (tak terikat, tak tegantung) satu sama lain, dalam kordinat-kordinat
modus (untuk system linier dengan peredaman klasik) (persmaan 7.2p) sebagai berikut:
Persamaan diferensial ini dapat diintegrasikan secara nemerik dengan membelah-belah masa
pembebanan (durasi pembebanan) ke dalam banyak langkah-langkah kecil.
Berdasarkan sumsi terhadap kelakuan sistem antara belahan-belahan (yaitu bahwa
oerubahan persepatan di antara kelakuan-kelakuan waktu tersebutadalah linier), maka
persepatan-percpatan system, kecepatan-kecepatan, pergeseran-pergeseran dan demikian
juga reaksi-reaksinya, gaya-gaya dalam dan tegangan-tegangan dalam dapat dihitung untuk
langkah-langkah waktu yang berturutan. Teknik yang paling umum dipakai adalah metode
Wilson, yang stabil secara tak bersyarat. Yang dimaksudkan stabil secara tak bersyarat
adalah prosedur-prosedur yang menghasilkan solusi terikat ‘bounded solution’), tanpa
mempedulikan panjang langkah waktunya. (Untuk pembahasan terperinci acuan 1 dan 2
dalam Kepustakaan yang disebutkan).
Penerapan. Untuk menerapkan analisis time history bagi persoalan analisis mengenai
analisis gempa, persamaan keseimbangan untuk gempa bumi dapat ditulis sebagai berikut:
Hal : 75/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS
Hal : 76/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS
BAB VIII
INPUT CAESAR II DAN ANALISIS DYNAMIC
Besarnya gaya yang terhitung sebagaimana diterangkan dalam sub bab 7.1, diinputkan ke
Caesar model pada suatu point atau lokasi dengan arah sesuai tipe dari Vent inlet atau Vent
stack yang akan di pasang , lihat gambar 31.
Dari Tabel atau formula yang telah terhitung sebagaimana dalam sub bab 7.1, diinputkan ke
dalam Caesar model secara diskrit yang ditampilkan dalam gambar 32 hingga Gambar 34
berikut :
a) Pertama sekali kita pastikan bahwa wind akan diinputkan pada Caesar, maka tekan wind
dan tentukan harga wind shape factor sesuaikan dengan element yang di analisa, lihat
gambar 32.
Hal : 77/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS
a). Langkah kedua user harus memastikan bahwa tipe input telah didefinisikan sebagai
wind Pressure vs Elevation atau Wind Velocity vs Elevation dan inputkan ke arah horozontal
(X dan Z masing-masing), lihat gambar 33.
b). Langkah yang ketiga inputkan harga pressure vs elevasi dengan meng-click “user
Wind Profile” dari gambar 33, dan ditunjukkan dalam gambar 34.
Hal : 78/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS
Apabila beban seismic digunakan di dalam piping system, maka user harus menghitung
coefficient seismic sebagaimana dalam sub bab 7.1 dan diinputkan ke dalam pemodelan
Caesar, yang ditunjukkan dalam Gambar 35 dan 36.
a) Pada tool box yang ditampilkan pada gambar 35 berikut ini, user hendaknya
memperhatikan opsi uniform load in G’s dan input blank, yang berarti coefficient seismic
diperlakukan sebagai input uniform load.
b) Dari model input Caesar, user hendaknya click opsi uniform load dan inputkan
coefficient seismic dengan arah horizontal X dan Z dalam tool box pada gambar 36.
Hal : 79/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS
Langkah-langkah yang perlu diperhatikan dalam input Caesar model untuk beban gelombang
adalah sebagai berikut :
a) Berdasarkan pada API RP2A dan DNV, user harus meng-inputkan coefficient
tambahan massa Ca, lift coefficient Cl dan marine growth. Sebagaimana dilukiskan dalam
gambar 37.
b) Dari data survey berdasarkan pada section 7.2, user hendaknya meng-input
kedalaman terhadap permukaan laut (surface depth), kedalam air, periode gelombang,
kekentalan (viscosity) kinematik, kerapatan dan korelasi kedalaman vs. kecepatan
gelombang. Sebagaimana terlihat dalam gambar 38.
c) Beban gelombang harus diinputkan pada setiap element di dalam cesar model input,
terkecuali sistim piping elemen tidak connect terhadap gelombang.
Hal : 80/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS
Hal : 81/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS
a) Vibrasi
Vibrasi pada sistem perpipaan dapat terjadi karena adanya berbagai sumber yang
memang menghasilkan getaran, antara lain “Flow-induced turbulence”, “Two phase
flow”, “Pulsation” - “(Reciprocating machinery, Rotating stall periodic flow-induced
excitations)”, “Fluid transient”- (water hammer, relief valve discharge)”, “High
frequency acoustic emission” dan “rotating machinery”.
Vibrasi adalah getaran periodic, secara umum mempunyai sifat level amplitudo rendah
dan besaran nilai cycle-nya melebihi lifetime pada operasi pabrik. Getaran atau vibrasi
dapat terjadi karena frekwensi yang dihasilkan oleh mesin (mesin reciprocating dan
mesin rotating) melampaui frekwensi natural (fm > fn) dari sistim perpipaan yang
dihubungkannya, atau vibrasi dapat terjadi karena adanya selisih antara frekwensi
osilasi (f) dan frekwensi natural (fn) system, dimana f > fn. Apabila hal ini terjadi dan
tanpa ada penanganan secara berarti, maka pada sistim perpipaan mengalami
komulatip siklus tegangan dan lifte time pada sistim akan berkurang.
Kasus 1 :
Jika sistim perpipaan sudah terinstalasi dan beroperasi kemudian sistim mengalami
vibrasi, maka pengukuran kecepatan puncak vibrasi secara aktual di lapangan dapat
dilakukan dengan menggunakan vibrasi meter, harga yang tertera dapat dibandingkan
dengan harga allowable kecepatan puncak, sebagaimana dalam Tabel 7 dan gambar
39, apabila kecepatan puncak yang terukur berada diluar range, artinya bahwa
frekwensi sinusoidal ada selisih yang signifikan dengan frekwensi natural sistim, maka
vibrasi sistim tidak acceptable. Untuk menghendel hal ini maka perlu dilakukan
analisis, yakni menambahkan peredam (support) pada sistim untuk dibuat sedemikian
rupa agar frekwensi natural (fn) sama dengan frekwensi osilasi yang terukur (f), (fn ≈ f)
atau dibuat selisih antara frekwensi osilasi sekecil mungkin bahkan nol. Hubungan
kecepatan puncak sinusoidal dengan frekwensi osilasi dan frekwensi natural dapat
dinyatakan secara matematis sebagai berikut :
Hal : 82/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS
2
Fair to Rough (correction 0.2 ≤Vpk≤0.5 0.6≤Vpk≤1.5
required)
Very rough 0.5≤Vpk≤1.0 1.5≤Vpk≤3.0
3
(danger, consider shutdown)
Hal : 83/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS
Kasus 2 :
Apabila sistim routing seperti dalam gambar berikut, dan frekwensi mesin adalah
fm = 12.47 Hz.
Langkah :
1. Modelkan sistim perpipaan tersebut dalam software analisis, pastikan bahwa
support tidak dipasang terlebih dahulu dan anchor atau displacement nozzle
sudah di inputkan.
2. Model dianalisa secara statik
3. Model dianalisa dynamic (Metode Modal) dan tentukan frekwensi pribadi (fp)
dengan cara ”trace” setiap Mode Shape hingga diperoleh gerakan gambar
dominan diam, (lihat gambar 8.5a-8.5f) dan pastikan bahwa fp>fm, dalam hal
ini diperoleh fp=15.2318Hz.
4. Analisa frekwensi natural (fn) dengan cara memperhatikan frekwensi pada
Mode Shape pertama (gambar 8.5g-8.5k). Meningkatkan frekwensi natural (fn)
dapat dilakukan dengan cara memasang support, dalam contoh ini diperoleh
frekwensi natural (fn = 15.2318Hz), karena frekwensi natural sudah mencapai
1.2fm atau (1.2fm≤fn≤fp), maka analisa selesai dan iso sperti dalam gambar
8.5.
5. Hitung kembali dengan statik analisis, yakinkan bahwa tegangan dan beban
nozzle equipment adalah acceptable berdasarkan allowable yang digunakan.
Hal : 84/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS
Pada Mode Shape pertama dengan menambah support diperoleh berbagai variasi frekwensi
natural (fn) sebagaimana dalam gambar 8.5g-8.5k.
Gambar 8.5g: freq. natural 4.7619 Hz Gambar 8.5h: freq. natural 9.2820 Hz
Hal : 85/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS
Gambar 8.5i : freq. natural 9.3678 Hz Gambar 8.5j : freq natural 11.6325 Hz
Hal : 86/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS
BAB IX
REFERENSI
1. Power Piping Society provides the first national Code for pressure piping.
2. The American Standard Association initiates the project B31 to govern pressure piping.
3. Markl paper “Piping Flexibility Analysis” Introduces piping analysis methode based on
the “stress range”.
4. Congress enacts the Natural Pipeline Saftey Act which CFR 192 which will in time
replace B31.8 for gas pipeline transportation.
7. Paul R. Smith, P.E, and Thomas J. Van Laan, P.E., “piping and Pipe Support Systems’,
McGraw-Hill Book Company.
9. S. Saha, Ravi Raj Rastogi, and A. Bhattacharya, “An effective methode for analyzing
piping vibration problems,” Hydrocarbon Processing, April 2004.
10. Maten, S.,”Field Kriteria for Pipe Vibration,” Hydrocarbon Processing, July 1984.
11. I.S. Tuba and W.B.Wright, “Pressure Vessel and Piping 1972 Computer Program
Verification and Aid to Developers and Users. “ The American Society of Mechanical
Enginers, New York, 1972. Problem 6 and 2.
Hal : 87/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
DIKTAT - PIPING STRESS ANALYSIS
By : Achmad Chamsudi
Piping Department
1. Pendahuluan 1
6. Teknik Pemodelan 50
6.1 Pemodelan Bentuk Geometri 50
6.2 Pendekatan Matrix 57
Keterangan
1. Shaft centerline
2. Discharge
3. Suction
Att. B-1— Koordinate sistem untuk gaya dan moment dalam Table 4— Vertical in-line
pumps
DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS
LAMPIRAN : Att. B – ORIENTASI KOORDINAT POMPA
Keterangan
1. Shaft centerline
2. Discharge
3. Suction
Att. B-2 — Koordinate sistem untuk gaya dan moment dalam Table 4—Vertically
suspended double-casing pumps
DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS
LAMPIRAN : Att. B – ORIENTASI KOORDINAT POMPA
Keterangan
1. Shaft centerline
2. Discharge
3. Suction
4. Centre of pump
5. Pedestal centerline
6. Vertical plane
Att. B-3— Koordinate sistem untuk gaya dan moment dalam Table 4— Horizontal
pumps dengan side suction dan side discharge nozzles
DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS
LAMPIRAN : Att. B – ORIENTASI KOORDINAT POMPA
Keterangan
1. Shaft centerline
2. Discharge
3. Suction
4. Centre of pump
5. Pedestal centerline
6. Vertical plane
Att. B-4 — Koordinate sistem untuk gaya dan moment dalam Table 4— Horizontal
pumps dengan end suction dan top discharge nozzles
DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS
LAMPIRAN : Att. B – ORIENTASI KOORDINAT POMPA
Keterangan
1. Shaft centerline
2. Discharge
3. Suction
4. Centre of pump
5. Pedestal centerline
6. Vertical plane
Att. B-5 — Koordinate sistem untuk gaya dan moment dalam Table 4— Horizontal
pumps dengan top nozzles.