Anda di halaman 1dari 99

DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS

BAB I
PENDAHULUHAN

Piping stress analysis adalah suatu metode terpenting untuk meyakinkan dan menetapkan
secara numeric bahwa system perpipaan dalam engineering adalah aman. Beban (Gaya,
Moment dan tegangan) yang terjadi secara aktual pada pipa dan nozzle equipment dibuat
sedemikian rupa sehingga beban tersebut tidak melebihi batasan yang telah ditetapkan oleh
Code dan Standard Internasional (ASME, ANSI, API, WRC, NEMA, dll). Dalam analisa
bahwa beban terjadi karena adanya pengaruh perlakuan beban static dan perlakuan beban
dinamik. Pemasangan support (penyangga) adalah hal yang paling penting agar pengaruh
pembebanan (statik dan dinamik) selama operasi sistim perpipaan tidak mengalami
kegagalan atau kerusakan.

Beban Statik (sustain, expansi dan operating) pada dasarnya adalah suatu beban yang
disebabkan oleh pengaruh internal yakni tekanan, temperature dan berat material pipa serta
semua komponen dalam sistem. Selain dari itu beban statik dapat juga disebabkan oleh
adanya beban external, yakni gempa, thrust load dari relief valve, wind dan wave dan beban
ultimate tanah bila pipa berada dalam tanah (under ground). Beban statik selain akibat beban
ultimate tanah sering disebut dengan beban ”static occational” atau lebih dikenal dengan
beban ”quasi dynamic”, dikatakan demikian karena beban dianggap seolah-olah sebagai
beban dynamic tetapi bukan fungsi waktu. Batasan tegangan actual yang terjadi pada beban
quasi dynamic tidak diperkenankan melebihi dari 1.33Sh.

Beban Dinamika (occasional) mempertimbangkan adanya beban external sebagai fungsi


waktu [W = f(t)], antara lain gempa (seismic), operasi safety valve, vibrasi (pulsation) dan
water hammer. Dalam analisa dinamika, besaran frekwensi natural dapat dihitung atau dapat
diperkirakan apabila besaran frekwensi extraksi dari sumber mesin rotasi dan frekwensi
pribadi sitim perpipaan dapat diketahui terlebih dahulu. Frkwensi extraksi mesin rotasi dapat
diketahui dari informasi data vendor, sedangkan frekwensi pribadi sistim perpipaan dapat
dihitung dengan menggunakan formula 7.2b dan atau 8.5a dengan berdasar pada model
(routing) sistim perpipaan tersebut. Analisa dinamika ini dapat dilakukan dengan
menggunakan beberapa metode, yakni : Modal, Spectrum, Harmonic dan Time History.

Hal : 1/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS

BAB II

KRITERIA PIPA KRITIKAL

2.1 Critical Line

Pembagian piping dalam system engineering ada dua bagian, yakni Non Critical Piping dan
Crtical Piping. Non critical piping adalah semua jalur pipa (line pipe) tidak dipertimbangkan
atau diperhitungakan dalam piping stress analysis, karena temperature fluida dalam pipa tidak
memenuhi sebagaimana yang ditetapkan dalam kriteria, (lihat gambar (1) dan gambar (2)).
Sedang Crtical Piping adalah semua system pipa yang harus dipertimbangkan dalam analysis
, karena temperature fluida dalam pipa memenuhi ketetapan dalam kriteria (lihat gambar (1)
dan gambar (2)). Tegangan dan beban hasil analisis harus dibuat sedemikian rupa sehingga
akseptabel berdasarkan pada stsandard International (ASME B31.1, B31.3, B3.18, API610,
API 617, NEMA SM23 dan lain-lain).

Kriteria untuk crirtical line merupakan fungsi temperature dan diameter pipa yang ditunjukkan
dalam bentuk grafik terlihat pada gambar (1) dan gambar (2), dimana sumbu absis
menerangkan perubahan dimeter pipa dan ordinat menerangkan perubahan temperature
yang bekerja pada system perpipaan. Kriteria tersebut dibagi dua kategori, yaitu kategori (1)
untuk kriteria dimana system pipa dihubungkan dengan nozzle static equipment dan kategori
(2) system pipa yang dihubungkan dengan nozzle mesin rotasi (Turbine, Compressor, Pump,
Air Cooler, dll).

Table 1 : Line List

Hal : 2/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS

Kategori 1 : Sistem Perpipaan yang dihubungkan dengan Static Equipment

2” and Over
400 KRITERIA ‘ C ‘
3” and Over
TEMPERATURE (oC)

200
8” and Over

14” and Over


150 KRITERIA ‘ A

KRITERIA ‘ B ‘
100

80

0 2 3 4 8 10 12 14
PIPE SIZING (inch)
-100 14” and Over

Note : Semua piping yang tidak berada pada kriteria C pada chart di atas penempatan
support harus di koreksi secara sederhana terhadap standard span support yang sudah ada,
atau dengan menggunakan metode analitik acceptabilitas yang komprehensip.

Gambar (1) : Critical Line Kriteria untuk Static Equipment

Hal : 3/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS

Kategori 2: Sistem Pipa yang dihubungkan dengan Mesin Rotasi

Untuk semua main piping yang dihubungkan dengan nozzle critical (rotating) equipment
seperti turbines, compressors, air cooler, dan lain-lain., harus dianalisa secara formal.

400 KRITERIA ‘ C ‘
2” and Over
TEMPERATURE (oC)

200
3” and over

150 8” and over

100 KRITERIA ‘ B ‘ 14”and


Over
80 KRITERIA ‘ A ‘
0 2 3 4 8 10 12 14
PIPE SIZING (inch)
-100 8” and over

Catatan :

1.) Kriteria “A” : Tidak Perlu dianalisa


2.) Kriteria “B” : Harus dikoreksi dengan metode sederhana yang ada
3.) Kriteria “C” : Detail analisa harus dihitung dengan computer.

Anlisa flexibility harus berdasarkan pada batasan-batasan yang telah ditetapkan oleh
Standarad API dan/atau NEMA SM-23, Jika manufacturers tidak mempunyai batasan
khusus.

Gambar (2) : Critical Line Kriteria untuk Mesin Rotasi

Hal : 4/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS

2.2 Critical Line List

Data temperature dan diameter jalur pipa (line number) diperoleh pada data process dalam
bentuk line list (Tabel 1). Temperatur dan ukuran pipa harus dipastikan berada pada area
critical “C” , (lihat gambar (1) dan gambar (2)), yaitu menarik garis vertical diameter sumbu
absis dan dipotongkan dengan garis datar yang memotong sumbu ordinat temperature.

Dengan menggunakan Gambar 3: P&ID ( Piping and Instrumentation Diagram), User harus
mengklompokkan nomer jalur (line number) dalam satu nomer kalkulasi (calculation number)
berdasarkan “critical line” yang telah diperoleh sebagaimana dengan cara di atas,
pengkelompokkan ini disebut dengan critcal line list (Tabel 2).

Nomer kalkulasi adalah suatu system pipa yang menghubungkan nozzle ke nozzle
equipment, yang terdiri dari satu line number atau beberapa line number. Nomor Kalkulasi ini
digunakan sebagai nama file computer dalam analisa dan berdasarkan pengalaman dalam
beberapa project bahwa pengambilan nomer kalkulasi berdasarkan pada line number
terbesar dalam satu kelompok line number dalam suatu nomer kalkulasi.

Tabel 2 : Critical Line List

Hal : 5/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS

Sebagai catatan terpenting terutama pada system pipa yang dihubungkan dengan mesin
rotasi, bahwa semua jalur utama (main line) yang menghubungkan langsung ke nozzle mesin
rotasi harus dipertimbangkan dalam analisa dan dikelompokkan dalam critical line list
walaupun temperature yang digunakan tidak masuk dalam kriteria yang telah ditetapkan
dalam gambar (1) dan Gambar (2).

Gambar 3 : P & ID

Hal : 6/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS

BAB III

TEORI DASAR TEGANGAN PIPA

3.1 Ragam Tegangan

Tegangan yang tejadi dalam sistem perpipaan dapat dikelompokkan ke dalam


dua kategori, yakni Tegangan Normal (Normal Stress) dan Tegangan Geser (Shear
Stress).
Tegangan normal terdiri dari tiga komponen tegangan, yang masing-masing adalah:
1. Tegangan Longitudinal (Longitudinal Stress), yaitu tegangan yang searah
panjang pipa.
2. Tegangan Tangensial atau Tegangan Keliling (Circumferential Stress atau
Hoop Stress), yaitu tegangan yang searah garis singgung penampang pipa,
3. Tegangan Radial (Radial Sttress), yaitu tegangan searah jari-jari
penampang pipa.
Tegangan Geser terdiri dari dua komponen tegangan, yang masing-masing adalah:
1. Tegangan Geser (Shear Stress), yaitu tegangan akibat gaya geser,
2. Tegangan Puntir atau Tegangan Torsi (Torsional Stress), yaitu tegangan
akibat momen puntir pada pipa.

3.1.1 Longitudinal stress

Tegangan Longitudinal merupakan jumlah dari Tegangan Aksial (Axial Stress),


Tegangan Tekuk (Bending Stress) dan Tegangan Tekanan (Pressure Stress). Mengenai
ketiga tegangan ini dapat diuraikan berikut ini.

a. Tegangan Aksial σax adalah tegangan yang ditimbulkan oleh gaya Fax yang bekerja
searah dengan sumbu pipa, dan dapat dirumuskan sebagai berikut::

Gambar 4 : Axial Stress

Fax
σ ax = ……………. (3.1)
A

A = luas pe4nampang pipa = π[do2 - di2]/4


do = diameter luar pipa
di = diameter dalam pipa

Hal : 7/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS

b). Tegangan Tekuk σ b adalah tegangan yang ditimbulkan oleh momen M yang bekerja
diujung-ujung pipa. Dalam hal ini tegangan yang terjadi dapat berupa Tegangan Tekuk Tekan
(Tensile Bending) atau Tegangan Tekuk Tarik (Compression Bending). Tegangan tekuk itu
maksimum pada permukaan pipa dan nol pada sumbu pipa, karena tegangan tersebut
merupkan fungsi jarak dari sumbu ke permukaan pipa c. Hal ini dapat digambarkan dalam
Gambar 5a dan Gambar 5b, berikut :

Mc
σb = .......... (3.1b)
I
π (ro 4 − ri 4 )
I = Momen Inersia Penampang
4
c). Tegangan longitudinal tekan (σLP) adalah tegangan yang ditimbulkan oleh gaya tekan
internal P yang bekerja pada dinding pipa searah sumbu pipa (lihat Gambar 6), yang dapat
dirumuskan sebagai berikut :

Gambar 6: Tegangan Longitudinal Pressure

2 2
PAi Pd i Pd i pd o
σ LP = = 2 2
= = ……….. (3.1c)
Am (d o − d i ) 4td m 4t

Ai = Luas permukaan dalam pipa


Am = Luar rata-rata permukaan pipa
t = Tebal pipa

Jadi tegangan longitudinal yang bekerja pada sistim perpipaan dapat dinyatakan
dengan rumus (3.1d) di bawah ini.

MC F Pd o
σL = + + …………… (3.1d)
I A 4t

Hal : 8/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS

3.1.2 Tegangan Tangensial (Hoop stress)

Tegangan tangensial σSH ditimbulkan oleh tekanan internal yang bekerja secara tengensial
dan besarnya bervariasi tergantung pada tebal dinding pipa. Rumus untuk tegangan
tangensial dapat didekati dengan memakai persamaan Lame berikut dan dijelsakan pada
Gambar 7.

2 2
2 ri ro
P(ri + )
σR = r2
2 2
(ro − ri )
Gambar 7 : Hoop Stress

Untuk dinding pipa yang tipis persamaan di atas dapat disederhanakan menjadi seperti
berikut.

Pd i L Pd i Pd o
σ SH = = = ................ (3.1e)
2tL 2t 2t
3.1.3 Radial Stress

Tegangan ini dijelaskan pada Gambar 8. Besar tegangan ini bervariasi dari permukaan dalam pipa
ke permukaan luarnya dan dapat dinyatakan dengan rumus berikut. Oleh tekanan internal tegangan
radial maksimum σ max terjadi pada permukaan dalam pipa dan tegangan minimum σ min pada
permukaan luarnya. Kedua tegangan ini berlawanan dengan tegangan tekuk, sehingga tegangan
radial tersebut sangat kecil dibandingkan dengan tegangan tekuk. Jadi tegangan radial dapat
diabaikan.

2 2
2 r r
P(ri − i 2o )
r ………. (3.1f)
σR = 2 2
(ro − ri )

Gambar 8 : Radial Stress

Hal : 9/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS

3.1.4 Tegangan Geser


Tegangan akibat gaya geser ini yang bekerja kearah penampang pipa dijelaskan pada
Gambar 10 dan dinyatakan dalam persamaan berikut.
Shear Distribution Profile

Gambar 10 : Shear Stress

VQ
σ max = ………………….. (3.1g)
Amax

V = gaya geser
A,,, = luas penampang pipa
Q = factor bentuk (form factor) untuk pergeseran (=1.33 untuk penampang lingkaran yang pejal)

Tegangan geser mencapai nilai maksimum pada sumbu pipa dan minimum pada jarak terjauh
dari sumbu pipa (yaitu permukaan luar pipa). Seperti halnya pada tegangan radial, besar
tegangan geser ini kebalikan dengan tegangan tekuk, sehingga tegangan geser relatif kecil
dibandingkan dengan tegangan tekuk, sehingga dapat diabaikan.

3.1.5 Tegangan Torsi


Suatu bentangan bahan dengan luas permukaan tetap dikenahi suatu puntiran (twisting) pada
setiap ujungnya dan puntiran ini disebut juga dengan torsional, dan bentangan benda tersebut
dikatakan sebagai poros (shaft). Untuk suatu poros dengan panjang L dan jari-jari c dikenahi
torsi T (sepasang), sebagaimana ditunjukkan dalam gambar 10, Pergeseran sudut (angular
displacement) ujung satu terhadap yang lainnya diberikan dengan sudut φ (dalam radian)
TL
adalah : φ= ..................................... (3.1h-a)
JG
Dengan J = πc 4 2 adalah moment inersia polar pada luas permukaan. Juga, tegangan geser
torsional pada suatu jarak r dari sumbu poros luas permukaan adalah :
Tr
τ= ................................... (3.1h-b)
J
yang bertambah secara linier sebagaimana terlihat dalam gambar 10b. Sehingga, maksimum
Tc
tegangan geser yang terjadi pada r = c adalah τ max = untuk poros berlubang mempunyai
J
jari-jari dalam ci dan jari-jari luar c o semua formula di atas akan berlaku tetapi dengan

J = π (c o4 − ci4 ) 2 ........................... (3.1h-c)

Hal : 10/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS

Gambar 10a Gambar 10b


Gambar 10 : Torsional Stress

Dari kelima macam tegangan yang terjadi di atas dapat disimpulkan bahwa apabila ada beban
luar maupun internal pressure yang bekerja pada system perpipaan, maka pada system
perpipaan tersebut akan mengalami tiga macam tegangan yang patut dipertimbangkan, yaitu
tegangan longitudinal, tegangan shear torsional dan hoop stress dan dua macam tegangan
yang di abaikan yaitu tegangan radial dan tegangan geser (shear stress).
Sebagi contoh :
Jika pipa 6” mempunyai sifat-sifat dan beban yang bekerja sebagai berikut :
do = 6.625 in Momen (M) = 4247 ft-lb
di = 6.0625 in Gaya aksial (Fa) = 33488 lb
t = 0.280 in Tekanan (P) = 507 psi
4
I = 28.142 in Momen puntir (T) = 8495 ft-lb
2
A = 5.5813 in
J = 56.284 in4

Hitung semua tegangan yang terjadi pada system pipa tersebut ?..

M C Fa Pd
1. Tegangan Longitudinal σ L = + +
I A 4t
Mc I = 4247x12x(6.625/2)/28.142 = 6000 psi
Fa A = 33488/5.5813 = 6000 psi
Pd 4t = 507x6.625/(4x6.280) = 3000 psi
Tegangan Longitudinal (σL) = 6000 + 6000 + 3000 = 15000 psi
2. Tegangan puntir (τ ) = Tc 2 J
= 8495x12x6.625/(2x56.284) = 6000 psi
3. Tegangan tangesial (σ H ) = Pd 2t
= 507x 6.625/(2x0.280) = 6000 psi

Hal : 11/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS

Hubungan beberapa jenis tegangan untuk pipa pada umumnya :

1. Z adalah modulus penampang (section modulus) yang besarnya sama dengan I/c,
dengan I sebagai moment inersia dan c adalah jarak dari sumbu ke permukaan. Jadi
tegangan tekuk dapat dinyatakan sebagai M/Z.

2. Besaran tegangan tekuk akan lebih konservatif antara 1% - 20% apabila dalam
pendekatan σ H = Pd 2t menggunakan perhitungan dengan mempertimbangkan
diameter dalam pipa. Perhitungan itu akan menghasilkan kesalahan yang besar jika
rasio t/d besar. Secara sederhana, penggunaan diameter luar dalam persamaan pd/2t
akan menghasilkan tegangan yang tak konservatif untuk ukuran pipa yang sama.
Dengan demikian secara eksak perhitungan tegangan berdasarkan persamaan
“Lame’s” menggunakan diameter dalam.

3.2 Principal Stress (tegangan Utama)

Gambar di bawah memperlihatkan sistem sumbu ortogonal yang berorientasi


demikian sehingga semua komponen tegangan geser yang diacu terhadap sistem
kordinat ini sama dengan nol. Sumbu koordinat demikian dinamai sumbu kordinat
utama, atau tegangan yang terjadi pada komponen normal saja tanpa diikuti tegangan
geser disebut tegangan utama (principal stress).
Untuk melakukan analisis tegangan secara rinci, dapat diambil langkah-
langkah berikut:

1. Tentukan status tegangan pada berbagai titik dalam benda yang dibebani.
2. Transformasikan komponen tegangan dalam kordinat global ke dalam komponen
utama tegangan pada setiap titik.
3. Kombinasikan komponen-komponen tegangan tersebut untuk mendapatkan nilai
tunggal komponen tegangan.
4. Bandingkan harga tegangan tersebut dengan ambang batas yang didefinisikan
dalam code.

Gambar 11 : Tegangan Utama

Hal : 12/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS

Dengan memperhatikan orientasi sumbu tegangan, bahwa jumlahan komponen tegangan


orthogonal selalu sama, yaitu :

σ x + σ y + σ z = σ1 + σ 2 + σ 3 ..................... (3.2a)

Tegangan geser maksimum dalam suatu status tegangan tiga dimensi adalah sama dengan
selisih antara tegangan utama terbesar dan tegangan utama terkecil dibagi dua, atau ditulis
sebagai berikut :
σ1 − σ 3
σ max = , dimana σ 1 < σ 2 < σ 3 ….. (3.2b)
2

3.3 Deformasi Plastic

Status tegangan tiga dimensi (3-D) dapat dipandang sebagai terdiri dari dua komponen yang
berbeda, yaitu:

1. Komponen Tegangan Hidrostatik (Hidrostatic Stress)


2. Komponen Tegangan Deviatorik (Deviatoric Stress)

Tegangan total = Tegangan Hidrostatik + Tegangan Deviatorik

Komponen tegangan hidrostatik adalah komponen-komponen σx = σy = σz (yaitu seperti suatu


tegangan kubus di dalam air). Tegangan-tegangan ini tidak akan menyebabkan deformasi
plastik dalam bahan Dalam penambahan komponen tegangan hidrostatik dengan komponen
tegangan deviatorik, tegangan tersebut yang dapat menyebabkan deformasi plastik. Besaran
tegangan hidrostatik dalam suatu elemen yang berbeda dinyatakan dengan :

(σ x + σ y + σ z ) (σ 1 + σ 2 + σ 3 )
= …………. (3.3a)
3 3
Di sini ada dua kriteria umum yang dapat diterima sesuai dengan komponen tegangan
deviatorik dengan memprediksi keadaan akan tegangan luluh (yield stress) dalam suatu
bahan, yaitu :
Kriteria 1 : Von Mises, atau Distribusi Energi atau Oktahedral
Kreiteria 2 : Tegangan geser maksimum atau Tresca

Semua permasalahan harus disesuaikan dengan kcriteria-kriteria tersebut di atas sehingga


ada kaitannya dengan atatus tegangan tiga dimesi dalam suatu bahan dan diperoleh status
tegangan uniaxial pada cuplikan tarik (tensile specimen). Untuk menentuukan kekuatan
ambang batas bahan pada umumnya dapat ditentukan dengan uji tarik (tensile test).

3.3.1 Theori Von Mises – Distribution Energy – Octahedral Shear

Kegagalan (failure) akan terjadi apabila tegangan geser octahedral (octahedral shear stress)”
dalam suatu bahan adalah sama besar dengan tegangan luluh geser oktahedral dalam uji
tarik uniaksial, tegangan shear oktahedral dinyatakan dengan rumus :

[(σ 1 − σ 2 ) 2 + (σ 2 − σ 3 ) 2 + (σ 3 − σ 1 ) 2 ]1 / 2
σ oc = ……. (3.3b)
3

Hal : 13/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS

Dalam uji tarik uniaxial, diperoleh apabila specement berada pada titik yield, yaitu :

σ 1 = σ yield ; σ2 = σ3 = 0 …………… (3.3c)

maka dengan mensubtitusikan σ1, σ2, σ3 ke dalam persamaan octahedral di atas, didapatkan
tegangan octahedral sebagai berikut :
[(σ yield − 0) 2 + (0 − 0) 2 + (0 − σ yield ) 2 ]1 / 2
σ oc = ………..….. (3.3d)
3
σ yield 2
σ oc = = 0.4714σ yield ……….. … (3.3e)
3
(Allowable tegangan shear octahedral)
Artinya bahwa deformasi plastic terjadi dalam stress state tiga dimensi apabila tegangan
shear octahedral melebihi dari 0.4714σyield.
3.3.2 Theori tegangan shear maximum atau Tresca

Kegagalan (failure) akan terjadi apabila tegangan geser maximum dalam bahan adalah sama
dengan tegangan luluh geser (yield shear) maksimum dalam uji tarik uniaksial, tegangan
geser maximum diberikan dengan bentuk persamaan berikut :
(σ 1 − σ 3 )
σ max = …………….. (3.3f)
2
Untuk uji tarik uniaxial sebagaimana di atas bahwa specement berada pada titik yield:

σ 1 = σ yield ; σ 2 = σ 3 = 0 , sehingga diperoleh ……… (3.3g)


σ yield
σ max = ……… (3.3h)
2
(ambang batas yang diperkenankan untuk tegangan geser maksimum)
Artinya bahwa deformasi plastic terjadi dalam stress state tiga dimensi apabila tegangan

Hal : 14/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS

σ yield
shear maximum melebihi
2

Untuk tegangan geser dua dimensi dapat dinotasikan sebagai berikut :

2
[σ + σ H ] ⎛σ −σ H ⎞
σ1 = L + ⎜ L ⎟ +τ
2
……….. (3.3i)
2 ⎝ 2 ⎠
2
[σ + σ H ] ⎛σ −σ H ⎞
σ2 = L − ⎜ L ⎟ +τ
2
………. (3.3j)
2 ⎝ 2 ⎠
σ3 = 0 ……… (3.3k)

Contoh :

Untuk pipa 6” dengan data sebagai berikut (19);

σL = 15000 psi, σH = 6000 psi, dan τ = 6000


Gambar 12 :psi
Uniaxial Test
σ1 = 1/2[(15000 + 6000)] + [((15000 - 6000)/2)2 + 6000]1/2
σ1 = 10500 + 7500
σ1 = 18000 psi
σ2 = 10500 – 7500
σ2 = 3000 psi
σ3 = 0 ps

Sehingga diproleh tegangan octahedral dan shear maximum yang acceptable sebagai berikut
:

Octahedral Shear 1/3[(σ1 – σ2)2 + (σ2 – σ3)2 + (σ3 – σ1)2]1/2 7874 psi

Allowable σoc 0.4714σyield = 0.471x36000 16970 psi

Prosentase 46.4%

Shear maximum σmax = 1/2[(σ1 – σ3) 9000 psi

Allowable σyield/2 = 36000/2 18000 psi

Hal : 15/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS

Prosentase 50%

Hal : 16/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS

3.4 Kegagalan Bahan (Material Failure)

Logam terbentuk dari bulir-bulir kristal tunggal (grain) yang masing-masing terdiri dari atom-
atom yang tersusun rapi dalam ruang tiga dimensi. Bulir-bulir tersebut masing-masing
mempunyai kemiripan pola dan tidak tersusun searah melainkan mempunyi yang berbeda-
beda.. Karena persinggungan antara bulir-bulir ini, yang dinamai dengan Batas (grain
boundary) tidak serba sama, maka setiap batas bulir mempunyai energi yang tinggi.

Ukuran grain antara 1


hingga 0.006mm

Gambar 13 : Grain-Grain Penyusun Molekul Logam

Di dalam bulir-bulir terdapat bidang-bidang kristal yang tersusun dari atom-atom yang tidak
membentang ke seluruh bulir, melainkan terpotong dan garis potong itu disebut dislokasi
(dislocation). Apabila bahan logam diberi tegangan (ditarik atau ditekan) maka dislokasi itu
akan menggelincir, dislokasi makin jauh menggelincir sampai terjadi penumpukan dislokasi di
batas bulir. Jika penumpukan dislokasi merata diseluruh bulir pada daerah tegangan, maka
gerakan relaksasi akan menyebabkan retakan sempit. Semakin banyak diberi tegangan
retakan akan makin membesar dan akhirnya terjadi kegagalan. Berikut adalah diagram
ilustrasinya.

Hal : 17/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS

Gambar 14 : Intergranular Crack Initiation

Hal : 18/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS

Lebih fatal lagi, kegagalan lelah (fatigue failure) terjadi apabila tegangan yang diberikan pada
suatu bahan berada di bawah tegangan luluh. Hal yang sama bahwa pemakaian tegangan
rendah dibawah titik luluh relatip sedikit menghasilkan deformasi plastik dalam bulir dan
perubahan orientasinya. Jika bagian tersebut dikenakan cycle yang cukup tinggi maka dapat
timbul retakan dalam bulir-bulir tersebut dan kemudian menjalar ke seluruh bahan dan
akhirnya menghasilkan kegagalan (failure). Sistem bahan akan mengalami kegagalan
walaupun diberikan tegangan di bawah tegangan luluhnya, apabila sistem menderita
tegangan dengan siklus yang tinggi.

Hasil untuk suatu material tertentu


terlihat berikut

Perlakuan Cycle failure


tegangan
berulang
300000 23
200000 90
100000 550
50000 6700
30000 38000
20000 100000
Tegangan Yield = 57000psi
(Untuk material uji)

Gambar 15 : Beban Cycle

Kurva ketahanan tersebut di bawah ini adalah plot suatu kekutan bahan apabila mengalami
beban yang berulang-ulang terus menerus (siklus). Kurva ketahanan tersebut dibuat dari
hubungan antara jumlah siklus pengujian dan tingkat tegangan yang berbeda. Kurva di bawah
ini untuk Baja Karbon (Carbon Steel) dan Baja Paduan Rendah (Alloy Steel), diambil dari
ASME Sec. VIII Div. 2, 1986

Hal : 19/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS
Cyclic Amplitudo Tegangan

Gambar 16 : Kurva fatigue untuk Baja Karbon (Carbon Steel) , Paduan Rendah (Low Alloy),
Seri 4xx, Paduan Baja Tinggi (High Alloy Steel) dan Baja Tensil Tinggi (HighTensile Steel)
untuk temperature tidak melebihi 700oF

Hal : 20/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS

Contoh :

1. Diberikan kurva ketahanan di bawah ini dengan tegangan yang terjadi adalah 200000 psi,
berapakah jumlah cycle yang diperbolehkan ?

450000

200000
Amplitudo Tegangan

Cycle
Jawab : Dari titik 200000 psi pada sumbu vertikal tegangan ditarik garis horisontal sehingga
ditemukan titik potongnya pada kurva. Dari sini ditarik garis vertikal ke bawah sampai
perpotongan dengan sumbu siklus, maka diperoleh siklus yang diijinkan untuk tegangan
200000 psi adalah 200 siklus.

2. Apabila tegangan yang terjadi dalam sistem perpipaan yang menghubungkan dua bejana
adalah 450000 psi. dengan masa umur disain operasi (life time operating design) 15 siklus.
Gunakan kurva ketahanan bahan di atas untuk menentukan apakah sistem dapat diterima
atau tidak ?.

Jawab : Dengan cara yang sama seperti contoh 1, diperoleh siklu yang diperkenankan antara
20 dan 30. Dengan sistem 15 siklus, maka sistem seharusnya dapat diterima/akseptabel
(acceptable)

Pertimbangan-Pertimbangan Khusus :

1. Struktur yang paling diperhatikan dalam kelelahan adalah retakan lelah (fatigue crack)
yang timbul biasanya diawali pada suatu permukaan bebas.
2. Serangan karat/korosi (corrosive attack) walaupun tanpa adanya gangguan tegangan
juga dapat menghasilkan lubang-lubang kecil pada permukaan logam. Lubang-lubang
tersebut dapat menyebabkan pengurangan kekuatan lelah (fatigue strength) pada
bahan. Apabila serangan korosi terjadi secara bersamaan dengan beban lelah maka
akan mempercepat terjadinya retakan pada permukaan. Apabila serangan korosi,
beban lelah dan serangan kimia terjadi secara bersamaan maka laju tumbuh retak
lelah pada permukaan logam akan dapat dipercepat.
3. Perlu diingat bahwa kurva kekuatan di buat berdasarkan kebalikan dari status
tegangan. Nilai rata-rata tegangan sangat pasti mempunyai pengaruh pada kekuatan
suatu bahan. Hali ini diperlihatkan dalam kurva berikut :

Hal : 21/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS

R = Smin/Smax
Sa = (Smax – Smin)/2
Sm = (Smax + Smin)/2

Untuk menentukan batas kekuatan tegangan yang diperbolehkan terutama untuk bahan
rapuh (ductile material) dapat digunakan persamaan Soderberg Line. Hasil dari batas
tegangan yang diijinkan dalam persamaan tersebut sangat dipengaruhi oleh tegangan
maximum dan minimum dalam siklus operasi sistem,
⎛1 − Sm ⎞
S a (allowed ) = S a (@ R = −1)⎜ ⎟ ……. (3.4a)
⎜ S ⎟
⎝ yield ⎠

Persamaan tersebut di atas tidak berlaku apabila tegangan rata-rata (Sm) lebih besar dari
pada tegangan yield (Syield).

Contoh : Diketahui operasi sistem @=10000 siklus, Sa =25000 psi dan dari kurva ketahanan
diperoleh Syield=55000 psi. dan apabila tegangan maksximum dan minimum selama @=10000
siklus dilukiskan dalam gambar-gambar berikut, tentukan batas tegangan yang diijinkan pada
bahan tersebut :

Gambar 1 : Sa = (Smax – Smin)/2


Sa = (25000 – (-25000))/2 = 25000 psi
Sm = (Smax + Smin)/2
Sm = (25000 – 25000)/2 = 0 psi
Maka Sa (allowed) = Sa (@Sm =0)x(1- Sm /Syield)
Sa (allowed) = 25000 x (1-0) = 25000 psi

Gambar 2 : Sa = (Smax – Smin)/2


Sa = (35000 – 1666)/2 = 16667 psi
Sm = (Smax + Smin)/2
Sm = (35000 – 1666)/2 = 18333 psi

Hal : 22/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS

Hal : 23/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS

Batasan-batasan lelah untuk logam tergantung pada rasio antara Sa dengan siklus108
kekutan tarik bahan. Batasan lelah untuk Baja Tuang (Cast steel) dan Baja Kasar (Baja
Kasar) sekitar 0.5, beberapa logam bukan besi (Nonferrous metal) seperti Nikel, Tembaga
(Copper) dan Magnesium mempunyai rasio sekitar 0.35 sedangkan untuk Baja kasar batasan
lelah berkisar antara 0.2 atau 0.3 tergantung pada derajat intensitas tegangan.

Gambar 17 : Kurva Ketahanan

Hal : 24/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS

3.5 Kegagalan Komulatif

Dalam operasi pabrik pembangkit, sistem perpipaan sering kali ada kaitannya dengan
penggunaan bahan kimia (chemical) dan uap, yang suhu sistemnya tidak dipertahankan
selama sikluse start-up/shut-down. Dalam hal ini sering kali ditemukan lonjakan suhu pada
saat start-up hingga mencapai harga, katakanlah Te, Apabila selama operasi terjadi
perubahan suhu, misalkan antara Te dan suhu terendah, misalkan T1, T2, ..., Tn. Dalam kasus
ini code perpipaan telah menetapkan metode evaluasi kerusakan kumulatif selama
pengurangan siklus termal.

Pemakai akan menemukan bahwa aturan kerusakan kumalatif hanya dapat terjadi apabila
bilangan variasi termal bernilai tinggi, atau apabila besaran variasi suhu mempunyai
persentasi yang besar terhadap suhu desain maksimum yang digunakan.

Aturan-aturan berikut harus diikuti apabila mengevaluasi sistem :

1. Te adalah suhu maksimum (tertinggi), artinya jika siklus start-up tidak secara langsung
pada suhu Te.
2. Tegangan ekspansi yang diperkenankan harus berdasarkan pada Te, yaitu Sh harus
dipandang pada suhu Te.
3. Perbedaan antara Te dan semua perubahan suhu harus dihitung demikian :

dT1 = Te – T 1
dT2 = Te – T 2
dTn = Te – T n

4. Bilangan siklus selama perubahan operasi suhu yang terjadi harus ditaksiri, yaitu
sebagai berikut :

Perubahan temperature d T1akan terjadi N1 kali


Perubahan temperature d T2 akan terjadi N2 kali, ......,
Perubahan temperature d Tn akan terjadi Nn kali

5. Total bilangan siklus selama operasi pada temperature Te dengan suhu kamar adalah
Ne.
6. Total bilangan siklus suhu harus ditaksir sebagai berikut :

N = Ne + (m1)( N1+ (m2)( N2) + ........+ (mn)( Nn) ......... (3.21)

Dimana :
m1 = (dT1/ Te)5
m2 = (dT2/ Te)5
mn = (d Tn/ Te)5

7. Dari N siklus yang terhitung seperti pada butir 6 akan diperoleh faktotr reduksi siklus
(cyclic reduction factor) f berdasarkan pada Tabel 302.3.5 ASME B31.3/B31.1
sebagai berikut

Hal : 25/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS

Stress Range Reduction Factors, f


Cycles, N Factor f
N ≤ 7000 1.0
7000 < N ≤ 14.000 0.9
14000 < N ≤ 22.000 0.8
22000 < N ≤ 45.000 0.7
45000 < N ≤ 100.000 0.6
100000 < N ≤ 200.000 0.5
200000 < N ≤ 700.000 0.4
700000 < N ≤ 2.000.000 0.3

Contoh :

Suatu system proses line mempunyai variasi temperature selama operasi sebagai berikut :

Ambient temperature = 70oC


Start-up hingga temperature 560oC

Berdasarkan perhitungan proses bahwa tegangan maksimum yang diharapkan adalah 650oC
dan suhu minimum 430oC. Suhu akan mengalami fluktuasi antara 560 dan 650 dimungkinkan
10 kali dalam satu hari, dan antara 560 dan 450 dimungkinkan 5 kali dalam sehari. Umur dari
unit plant adalah 12 tahun, dan ditaksir bahwa unit plant akan shut down sekali dalam sebulan
untuk pewatan. Berapakah faktor reduksi siklus yang diperlukan ?

Te = 650
Total bilangan cycle antara temperature ambient dan 650 adalah,
Ne = 12bln/th x 12 th = 144 (cycle)

T1 =560
Total bilangan cycle antara 560 dan 650 adalah, N1 = 10 kali/hari x 365hari/th x 12 th = 43800
kali

T2 = 450
Total bilangan cycle antara 450 dan 650 adalah, N2 = 5kali/hari x 365hari/th x 12 th = 21900
kali

dT1 = 650-560 = 90
dT2 = 650-450 = 200

m1 = (dT1/Te)5 = (90/650)5 = 0.00005


m2 = (dT2/Te)5 = (200/650)5 = 0.0027

N = Ne + (m1)(N1) + (m2)(N2)
= 144 + (0.00005)(43800) + (0.0027)(21900)
= 205

Karena N < 7000, maka cyclic reduction factor (f) diambil harga 1.0.

Hal : 26/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS

Aturan kerusakan kumulatif tersebut tidak sepenuhnya dialamatkan pada masalah pada satu
bagian sistem perpipaan akibat Te saja, akan tetapi juga akibat bagian-bagian lain, yaitu
adanya fluktuasi suhu dalam sistem perpipaan. Pada umumnya dalam kasus ini untuk
masing-masing perubahan suhu dibuat analisis sederhana secara terpisah. Code perpipaan
ASME Class 1 para. 3222.4 memberikan aturan yang harus diikuti pemakai mengenai
pengaruh kumulatif sikus pada sistem perpipaan, sebagaimana dalam NB 3222.4(5) adalah
sebagai berikut :

Kerusakan kumulatif. Jika ada dua atau lebih macam siklus tegangan yang menghasilkan
besar tegangan yang berarti, pengaruh kumulatifnya harus dievaluasi sebagaimana dijelaskan
dalam langkah 1 hingga langkah 6 di bawah :

Langkah 1 : Nomor tipe setiap terjadi siklus tegangan ditaandai dengan angka 1, 2, 3, .., n
akan diulang selama berlangsungnya masing-masing komponen siklus n1, n2, n3, ......, nn
Pertimbangan dalam menghitung n1, n2, n3, ..., nn akan memberikan superposisi awal variasi
siklus yang menghasilkan suatu rentang perbedaan tegangan total lebih besar dari rentang
perbedaan tegangan siklus individual. Sebagai contoh, jika tipe pertama siklus tegangan
menghasilkan 1000 siklus dengan hasil variasi tegangan dari nol ke +60000 psi dan tipe
lainnya menghasilkan siklus tegangan 10000 siklus dengan hasil variasi tegangan yang dari
nol ke –50000 psi, maka dua jenis siklus tersebut dapat definisikan dengan parameter-
parameter sebagai berikut :

S
6000

1000 10000 Cycle

5000

(a) Untuk siklus tipe 1, n1=1000 dan tegangan bolak-balik (alternating stress)
Salt = (60000+50000)/2)
(b) Untuk siklus tipe 2, n2 = 9000 dan Salt = (50000+0)/2

Langkah 2 : Untuk setiap tipe siklus tegangan, ditentukan intensitas tegangan bolak-baliknya
Salt, tegangan mana dipertimbangkan hanya akibat adanya ekspansi saja. Tegangan bolak-
balik untuk setiap siklus dinyatakan dengan : Salt1, Salt2, ......., Saltn.
Langkah 3 : Dengan menggunakan kurva lelah desain berdasarkan Salt hitungan, akan
diperoleh bilangan siklus yang diperkenankan (allowable), yang ditandai dengan dengan : N1,
N2, ...., Nn.
Langkah 4 : Untuk setiap tipe perhitungan siklus tegangan menggunakan faktor-faktor :
U1, U2, ...Un, disini U1 = n1/N1, U2 =n2/N2, ....., Un = nn/ Nn.

Langkah 5 : Perhitungan kumulatif dengan menggunakan faktor U, yaitu :

U = U1 + U2 + ...+ Un. .................... (3.5b)

Step 6 : Faktor komulatip yang dihitung tidak diperbolehkan lebih dari 1.0

Hal : 27/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS

BAB IV
CODE DAN STANDARD

Tegangan yang terjadi secara actual berdasarkan pada hasil analisa computer harus dapat
dinyatakan bahwa system perpipaan adalah aman dalam arti tidak ada suatu masalah akibat
dari opersional baik oleh temperature, takanan, sustain maupun beban occasional (beban
sewaktu-waktu terjadi). Peninjauan system perpipaan adalah aman apabila beban tegangan
yang terjadi mempunyai nilai rasio lebih kecil atau sama dengan 1 dari harga allowablenya
sebagaimana telah ditetapkan dalam “Code mapun Standard”.

Batasan-batasan (allowable) yang telah ditetapkan berdasarkan “Code dan Standard” dapat
lukisakan dalam sub bab berikut. Pemakaian Code dan Standard tersebut harus sesuai
dengan process pada system perpipaan yang digunakan. Batatasan-batasan dalam Code dan
Standard dapat diklompokkan menjadi dua bagian, yakni pertama batasan yang berhubungan
dengan tegangan yang terjadi pada system perpipaan, kedua adalah batasan beban (gaya
dan moment) yang terjadi pada nozzle equipment akibat beban operating dan sustain system
perpipaan.

4.1 Dasar-Dasar Code

Dalam hampir semua hal prioritas utama apabila hendak melakukan suatu analisa piping
flexibility adalah harus memenuhi persyaratan-persyaratan Code yang benar. Sebagaimana
terlihat pada contoh sebelumnya bahwa persyaratan yang dipertimbangkan ada dua dasar
mode kegagalan (failure), yaitu :

1. Kegagalan tegangan sustain (Primary)


2. Kegagalan tegangan expansi (secondary)

Setiap mode mempunyai karateristik tersendiri (unik), antara lain :

A. Karakteristik tegangan sustain (Primary)

1. Kegagalan yang terjadi menimbulkan deformasi plastic yang sangat besar.


2. Kegagalan tidak dapat diselesaikan oleh dirinya sendiri, karena sekali terjadi
deformasi plastic maka akan terjadi lagi secara terus menerus tanpa henti hingga
membentuk “nacking” (pengecilan seperti leher) dan atau menghasilkan kegagalan
pada penampang permukaan(cross section).
3. Sifatnya bukan cyclic alami
4. Beban sustain biasanya diakibatkan oleh adanya berat dan tekanan (pressure)
5. Batasan yang diijinkan (allowable) untuk tegangan system adalah berkiras pada
tegangan yield material. (yaitu titik dimana deformasi plastic dimulai).
6. Terjadinya kegagalan tersebut diawali dengan peringatan (warning), karena akibat
berat sehingga dapat menimbulkan displacemen yang besar dan tidak disangkan-
sangka.

Hal : 28/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS

B. Karakteristik Tegangan Expansi (Secondary)

1. Sering menimbulkan kegagalan yang sangat membahayakan setelah menggunakan


sejumlah beban (biasanya tinggi). (bukan hanya karena suatu system dijalankan
bertahun-tahun berarti bahwa system layak di desain untuk fatigue).
2. Kegagalan terjadi tanpa peringatan. Selama cyclic berulang-ulang, crack menjalar
keseluruh permukaan hingga kapasitas beban yang cukup menjadi hilang. Sekali ini
terjadi cycle berikutnya mengakibatkan kegagalan tiba-tiba.
3. Sifat kegagalannya cyclic secara alami, yaitu karena penjalaran (expansi) thermal
4. Hampir semuanya dibatasi oleh dirinya sendiri, yaitu pemakaian beban tunggal tidak
akan pernah terjadi kegagalan.
5. Ciri-cirinya adalah suatu crack kecil karena adanya kenaikan tegangan atau ketidak
sempurnaan material pada inner atau outer permukaan pipa.
6. Material yang getas adalah jauh lebih mudah dipengaruhi beban expansi dan mudah
gagal.
7. Permukaan yang sudah korosi akan mudah menimbulkan peningkatan tegangan dan
sebagai titk awal terjadinya crack. Korosi dan cycle tegangan secara simultan
(bersamaan) akan menghasilkan kerugian berganda.
8. Pengelesan yang tidak terselesaikan, pengelasan yang tidak di gurinda dan
pengelasan yang tidak rata (rapi) menyebabkan peningkatan tegangan dan
mengurangi kekuatan leleh (fatigue strength).

4.2 Batasan Tegangan

Tegangan sustain yang diijinkan (allowable) adalah tegangan hot yield dikalikan dengan
safety factor. Tegangan sustain harus tidak boleh melebihi batasan elastisitas material pada
kondisi panas :

SL < SH

Dimana : SL = tegangan sustain akibat berat dan tekanan


SH = Hot allowable stress, dan sama dengan 0.625Syield/hot

Tegangan allowable expansi adalah dua kali tegangan yield rata-rata dikali safety factor, dikali
factor pengurangan cyclic. Secara mendasar, tegangan total rata-rata adalah dua kali
tegangan yield, Amplitudo tegangan allowable (Sa) adalah sama dengan tegangan yield.
Tegangan tarik dan tegangan tekan karena cyclic thermal tidak boleh melebihi tegangan yield,
sebagaimana terlihat, berikut :

Hal : 29/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS

Gambar 18 : Allowable Stress

S a < f (1.25S c + 1.25S H ) …………… (4.2a)


Dimana : S a = Tegangan range expansi yang terhitung
f = factor pengurangan cyclic untuk fatigue
S c = Cold allowable stress, dan sama dengan 0.625S yield −cold
S H = Hot allowable stress, dan sama dengan 0.625S yield − hot

Secara realitas komponen tegangan rata-rata pada range tegangan adalah nol. Komponen
tegangan rata-rata dapat dipertimbangkan secara bervariasi selama thermal cycle sebagai
relaxasi system . Karena relaxasi system, harga awal tegangan termal adalah diperbolehkan
sekitar sama dengan dua kali tegangan yield material , pengertiannya bahwa system akan
menggunakan kelenturan diri (self-spring) sendiri saat pertama kali cycle dan hingga stabil
dalam elatis cycle, sebagaimana digambarkan di bawah ini, kelenturan diri (self-spring) ini
adalah dibatasi “Elastic Shakedown” :

Dengan mengacu pada “Soderberg line”, tegangan sustain dapat dipertimbangkan untuk
range komponen tegangan rata-rata setelah system relaxasi dan dapat digunakan untuk
mengurangi range allowable tegangan dengan besarnya adalah berbeda dari tegangan yield,
yaitu :
S a < f (1.25S c + 1.25S H − S L ) atau
S a < f (1.25S c + 0.25S H ) + f ( S H − S L ) ………. (4.2b)

Hal : 30/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS

Persamaan di atas dapat diplot dalam bentuk kurva ketahanan material sebagai fungsi
temperature, dan terlihat berikut :
Sa (Alternating Stress)

CYCLES
Gambar 19 : Kurva Tegangan Alternating

a). Code Perhitungan Tegangan

Selayaknya tegangan yang terhitung harus dibandingkan dengan allowable material. Piping
Code allowable sebagaimana ditentukan di atas adalah semua berkaitan dengan uji tarik
uniaxial material, (yaitu Sc dan SH ), oleh karena itu tegangan yang terhitung harus juga
berkaitan dengan uji tarik uniaxial sebagaimana yang diterangkan dalam teori kegagalan.
Sebagaimana dalam diskusi sebelumnya bahwa secara umum ada dua teori kegagalan yang
digunakan, yaitu : 1. Teori tegangan maximum dan , 2. Teori tegangan geser octahedral.
Piping Code menggunakan teori tegangan geser maximum. Dengan menurunkan persamaan
tegangan expansi code pada teori kegagalan geser maximum, yang mana teori tegangan
geser maximum menetapkan bahwa kegagalan terjadi apabila tegangan geser maximum
dalam suatu benda adalah sama dengan tegangan geser maximum yang terjadi kegagalan
akibat dari uji tarik uniaxial. Tegangan geser maximum dalam suatu benda diberikan dengan
persamaan berikut :
( S1 − S 3 )
τ max = ………….. (4.2c)
2
Dimana : S1 = Tegangan principal terbesar
S 3 = Tegangan principal terkecil
τ max = Tegangan geser maximum

Dalam uji tarik uniaxial bahwa tegangan geser maximum gagal pada :

S1 = S yield
S 3 = 0, sehingga
τ max = ( S yield − 0) 2 = S yield 2 ………. (4.2d)

Hal : 31/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS

Suatu elemen kecil dalam suatu dinding pipa dikenahi tegangan bidang, dan sehingga
batasa-batasan tegangan principal dapat dihitung dari :

2
(S x + S y ) ⎛ (S x − S y ) ⎞
S1 = + ⎜⎜ ⎟⎟ + τ 2 ………. (4.2e)
2 ⎝ 2 ⎠
2
(S x + S y ) ⎛ (S x − S y ) ⎞
S3 = − ⎜⎜ ⎟⎟ + τ 2 ………. (4.2f)
2 ⎝ 2 ⎠

Dimana : Sx, Sy adalah tegangan normal pada permukaan tegangan kubus bebas dan τ
tegangan geser pada permukaan.

Hubungan antara S x , S y ,τ dan S b , S lp , S h dan S t adalah terlihat pada gambar berikut :

Mc
Dimana : S b = Tegangan normal bending,
I
Pd
S lp = Tegangan normal longitudinal karena tekanan,
4t
Pd
S h = Tegangan hoop,
2t
Mtd
S t = Tegangan geser karena torsi (puntiran),
2J

Untuk menghitung tegangan expansi, hanya komponen tegangan yang berubah saja yang
harus dilibatkan dalam perhitungan, dalam hal ini hanya Sb dan St yang diperlukan dalam
perhitungan tegangan principal tersebut. Masukkan komponen-komponen tersebut ke dalam
persamaan tegangan principal di atas, sehingga diperoleh :

2
(S ) Sb
S1 = b + +τ 2 ……….. (4.2g)
2 4
2
(S b ) Sb
S3 = − +τ 2 ……….. (4.2h)
2 4

Hal : 32/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS

S1 dan S 3 adalah tegangan principal terbesar dan terkecil yang bekerja pada permukaan
cube tegangan principal. Masukkan persamaan tersebut di atas ke dalam persamaan
tegangan geser maximum : ( S1 – S 3 )/2, sehingga

2
Sb
τ max = + St
2
……….. (4.2i)
4

Tegangan geser maksimum kemudian dibandingkan dengan tegangan geser maximum tarik,
Sa sebagaimana diberikan oleh Code, sehingga :

Sa
τ max < ……………….. (4.2j)
2

Dimana : S a < f (1.25S c + 1.25S H − S L )


2
Sb 2 Sq
Dan + St < atau
4 2
2 2
S b + 4S t < S a

Pernyataan ini telah digunakan secara universal hingga 1974 kemudian Comite Code B31.1
mengkombinasikan batasan Shear dan Longitudinal, masing-masing Sb dan St.
pengkombinasian telah dilakukan sebagai berikut :

Mc
Sb =
I
M d
St = t
2J

Dimana : M = Momen bending karena expansi


c = Setengah diameter luar
I = Momen inersia penampang
d = Diameter luar pipa
J = Momen inersia polar
Mt = Momen puntir pada penampang

Telah diketahui sebelumnya bahwa : J =2 I, d = 2c dan Z = I/c, maka

M
Sb =
Z
M (2c)
St = t
2(2 I )
M
St = t
2Z

Hal : 33/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS

Masukkan pernyataan tersebut di atas ke dalam persamaan untuk tegangan code :

2 2
S b + 4S t

Persamaan menjadi :

[(M Z ) + 4(M t 2 Z )
2
]
2 1/ 2
[
= (M Z ) + (M t Z )
2
]
2 1/ 2

Yang mana akar jumlahan kuadrat tiga dimensi dari momen pada penampang adalah :

(Mx 2
+ My 2 + Mz 2 )
1/ 2

Dari penjabaran di atas dapat disimpulkan bahwa tegangan yang terjadi adalah :

[ 2
S E (untuk expansi) = S b + 4S t ]
2 1/ 2
[
= (M Z ) + (M t Z )
2
]
2 1/ 2
……. (4.2k)

[
S L (untuk sustain) = Pd 4t + S b + 4S t
2
]
2 1/ 2
……………… (4.2l)

Atau

( Mx 2 + My 2 + Mz 2 )1 / 2
S L (untuk sustain) = Pd 4t + ….. (4.2m)
Z
Soal :

Jika suatu run pipe mempunyai data-data berikut, Z = 7.62 in3, d = 10 in, t = 0.1 in, P = 500
psi, Syield/hot=Syield/cold = 35000 psi, Torsional pada penampang adalah nol, dan variasi
momen dilukiskan berikut. Hitung tegangan expansi dan allowable code, dan tegangan
sustain dan allowable code

Mhot = 5000 in-lb


MOMENT

Mcold = 2000 in-lb

Time
Sc = Sh karena Hot S

Hal : 34/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS

Lebih lengkapnya batasan tegangan yang telah ditetapkan oleh Code atau standard dapat
diterangkan sebagaimana di bawah ini. Batasan tersebut digunakan sebagai pembanding
terhadap tegangan actual yang terjadi pada system perpipaan.

4.3 Analisis ANSI/ASME B31.1

ASME/ANSI B31.1 adalah power piping yang sering digunakan dalam analisa perpipaan. Nilai
actual terhadap batasan yang diijinkan dalam sistim ANSI ANSI/ASME B31.1 pada setiap
pembebenan dapat ditulis secara mate-matik sebagai berikut

a) Beban Sustain

Stress yang terjadi (actual) pada beban sustain (tekanan, berat, dan beban mekanik sustain
yang lain) dapat dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut:

⎛ PDo ⎞ ⎛ 0.75iMa ⎞
⎜⎜ ⎟⎟ + ⎜ ⎟ ≤ 1 .0 S h (USCS unit) ................. (4.3a)
⎝ 4t n ⎠ ⎝ Z ⎠
⎛ PD o ⎞
⎟⎟ + 1000 ⎛⎜
0.75iMa ⎞
⎜⎜ ⎟ ≤ 1 .0 S h (SI unit) ................ (4.3b)
⎝ 4t n ⎠ ⎝ Z ⎠

b) Beban Occasional

Stress actual yang diakibatkan oleh adanya kombinasi tekanan, berat, beban sustain yang
lain, dan beban occasional termasuk gempa dapat dilukiskan sebagaimana persamaan di
bawah ini.

⎛ PDo ⎞ ⎛ 0.75iMa ⎞ ⎛ 0.75iM b ⎞


⎜⎜ ⎟⎟ + ⎜ ⎟+⎜ ⎟ ≤ KS h (USCS unit) … (4.3c)
⎝ 4t n ⎠ ⎝ Z ⎠ ⎝ Z ⎠
⎛ PDo ⎞ ⎛ 0.75iMa ⎞ ⎛ 0.75iM b ⎞
⎜⎜ ⎟⎟ + 1000⎜ ⎟ + 1000⎜ ⎟ ≤ KS h (SI unit) ….. (4.3d)
⎝ 4t n ⎠ ⎝ Z ⎠ ⎝ Z ⎠

c) Beban Ekspansi

Stress actual yang diakibatkan oleh adanya thermal expansion (penjalaran termal)
atau kombinasi displacement pada equipment nozzle dapat dinyatakan dengan persamaan
berikut :

S e = ⎜ o ⎟ ≤ S a + f (S h − S l )
⎛ iM ⎞
(USCS unit) …… (4.3e)
⎝ Z ⎠

S e = 1000⎜ o ⎟ ≤ S a + f (S h − S l )
⎛ iM ⎞
(SI unit) …… (4.3f)
⎝ Z ⎠

Hal : 35/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS

d) Beban Sustain dan Ekspansi Termal

Untuk meyakinkan bahwa actual stress yang terjadi adalah acceptable, maka
diperlukan conservative values of stress check sebagai katalisator. Katalisator ini merupakan
tegangan akibat gabungan beban sustain dan beban ekspansi termal, Sls+Se, yang lukiskan
dalam persamaan di bawah ini :

⎛ PD ⎞ ⎛ 0.75iMa ⎞ ⎛ iM c ⎞
Sls + Se = ⎜⎜ o
⎟⎟ + ⎜ ⎟+⎜ ⎟ ≤ (S h + S a ) (USCS unit) ……. (4.3g)
4
⎝ n ⎠ ⎝
t Z ⎠ ⎝ Z ⎠
⎛ PD ⎞ ⎛ 0.75iMa ⎞ ⎛ iM ⎞
Sls + Se = ⎜⎜ o
⎟⎟ + 1000⎜ ⎟ + 1000⎜
c
⎟ ≤ (S h + S a ) (SI unit) ….. (4.3h)
⎝ 4t n ⎠ ⎝ Z ⎠ ⎝ Z ⎠
Dimana :
i = Faktor intensifikasi tegangan
Z = Section modulus pipa, in3.,Z = rm2tnπ (mm3)
rm = Jari-jari rata-rata, in (mm)
Do = Diameter luar, in (mm)
tn = Tebal dinding nominal, in (mm)
P = Tekanan internal rancang, psi (kPa)
Ma = Resultan beban momen akibat beban sustain, in-lbs (N.m)
Mb = Jumlah beban momen akibat beban occasional, termasuk beban
gempa, beban dorong dari relief/safety valve, in-lbs (N.m)
Mc = Range dari jumlah momen akibat thermal expansion/contraksion,
in-lbs (N.m)
K = 1.15 untuk beban occasional yang bekerja kurang dari 10% periode
operasi
K = 1.20 untuk beban occasional yang bekerja kurang dari 1% periode
operasi
Sls = Tegangan longitudinal akibat beban sustain, psi (kPa)
Se = Teg. ekspansi termal akibat ekspansi termal dan pergerakan anchor, psi (kPa)
Sls+Se = Teg. longitudinal akibat beban sustain dan tegangan ekspansi
termal, psi (kPa)
Sa = Allowable stress range untuk expansion stress, psi (kPa)
S a = f (1.25S c + 0.25S h )
Sc = Basic material allowable stress pada temperatur minimum dari
table tegangan ijin, psi (kPa)
Sh = Basic material allowable stress pada temperatur maksimum dari
Tabel tegangan ijin, psi (kPa)
f = Faktor pengurangan stress

Hal : 36/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS

4.4 Analisis ASME/ANSI B31.3

ASME/ANSI B31.3 adalah code yang sering digunakan dalam analisa pipa pada Chemical
Plant dan Petroleum. Nilai actual terhadap batasan yang diijinkan pada setiap pembebenan
dapat dijelaskan dalam sub bab berikut.

a) Beban Sustain

Stress yang terjadi pada beban sustain merupakan jumlah stress longitudinal Sl akibat
efek tekanan, berat, dan beban sustain yang lain dengan tidak melebihi dari Sh. Dapat
dinyatakan dalam bentuk mate-matis sebagai berikut :

PD 4t n + Fax A + (S 2
b )
+ 4 S t2 + S L ≤ S h ………. (4.4a)

b) Beban Occasional

Stress yang terjadi pada beban occasional merupakan jumlah stress longitudinal
akibat tekanan, berat, dan beban sustain lain serta stress yang dihasilkan oleh beben
occasional misalnya angin atau gempa. Stress ini tidak boleh melebihi 1.33Sh.

Fax A + ( S b2 + 4 S t2 + S L ≤ kS h ………. (4.4b)

c) Beban Ekspansi

Stress yang diakibatkan oleh adanya expansi termak dan atau displacement
(pergeseran) Se akan dihitung sebagai berikut :

Se = (S 2
b )
+ 4 S t2 ≤ S a ......................... (4.4c)
1
Se = (ii M i ) 2 + (io M o ) 2 + M t2 (USCS unit) ....... (4.4d)
Z
1000
Se = (ii M i ) 2 + (io M o ) 2 + M t2 (SI unit) .......... (4.4f)
Z
Dengan :
Sb = (ii M i )2 + (io M o )2 Z
S b = 1000 (ii M i )2 + (io M o )2 Z
Mt 1000 M t
St = psi atau S t = kpa
2Z 2Z

Stress limit displacement dapat diberikan sebagai berikut :


Se ≤ Sa
dan Sa = f(1.25Sc + 0.25Sh), psi (kPa)
atau Sa = f(1.25(Sc + Sh) – Sl), psi (kPa) ............ (4.4g)

Hal : 37/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS

Dimana
Sb = Resultan tegangan akibat beban lentur, psi
St = Tegangan puntir, psi
Mi = In-plane bending moment, in-lb
Mo = Out-of-plane bending moment, in-lb
ii = In-plane stress intensification factor
io = Out-of-plane stress intensification factor
Z = Section modulus of pipe, in3
Sa = Allowable stress untuk ekspansi termal, psi
f = faktor pengurangan stress
Sl = Stress sustain yang terhitung, psi

4.5 Analisis ASME/ANSI B31.8

Secara umum untuk menentukan acceptabilitas stress elastis pada sistem “pipe line” dapat
digunakan kreteria ASME/ANSI B31.8, yang ditulis secara mate-matis sebagai berikut :

a) Beban Sustain

Stress yang terjadi pada beban sustain merupakan jumlah longitudinal stress presure
dan longitudinal bending stress akibat beban luar seperti berat pipa dan isinya, angin beban
sustain yang lain dengan tidak melebihi dari kombinasi (S)(F)(T). Dapat dinyatakan dalam
bentuk mate-matis sebagai berikut :

SL = PD/4tn + (Sb2 + 4St2)1/2 ≤ 0.75(S)(F)(T) …………… (4.5a)

b) Beban Expansi

Stress yang terjadi akibat beban expansi thermal dapat dinyatakan dalam bentuk
mate-matis sebagai berikut :

Se = (Sb2 + 4St2)1/2 ≤ 0.72S ………………………… (4.5b)


Dimana :
F = Construction design factor, (tergantung tipe construksi, 0.72 untuk Offshore).
S = Specified Minimum Yield Strength (SMYS)
T = Temperature derating factor

Factor (T) Temperatur (oF) Construction Type Design Factor (F)


1.0 ≤ 250 A(Lokasi jarang penduduk) 0.72
0.967 300 B(pinggir kota/desa) 0.60
0.933 350 C(kota/desa, gedung ≤3tingkat) 0.50
0.9 400 D(Kota/desa, gedung≥3tingkat) 0.40
0.867 450

c) Beban Operating

Beban operating adalah beban yang terjadi akibat kombinasi antara beban-beban
sustain dan expansi, batas (allowable) dari beban dapat ditulis sebagai berikut :

So = Se + SL ≤ S ………………………….. (4.5c)

Hal : 38/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS

BAB V
AMBANG BATAS BEBAN NOZZLE PERALATAN STATIK DAN PERALATAN (EQUIPMENT)
ROTASI

Beban sebenarnya (aktual) yang terjadi pada nozzle berdasarkan hasil analisis suatu sistem
perpipaan dapat dikatakan aman (safe) apabila beban tersebut dapat diterima (acceptable) atau
berada pada zone ambang batas beban yang diperkenankan (allowable) yang telah ditetapkan
baik oleh WRC-107 untuk bejana (vessel), API-650 untuk tangki, API-610 untuk pompa, API-617
untuk kompresor maupun NEMA SM-23 untuk turbin atau ambang batas yang ditetapkan oleh
pabrik pembuat.

Ambang batas yang dimaksud dalam diktat ini dibagi dalam dua kelompok, yaitu batas
untuk beban nozzle pada peralatanm satatik dan beban nozzle untuk peralatan rotasi.

5.1 BATASAN BEBAN NOZZLE EQUIPMENT STATIK

Batasan (allowable) ini digunakan untuk membatasi sampai maksimum beban gaya dan momen
aktual yang diperbolehkan pada nozzle bejana tekan (pressure vessel), sehingga tidak diperlukan
lagi konfirmasi dengan penjual atau pabrik pembuat. Untuk menyatakan bahwa kombinasi beban
gaya ekstern dan momen dapat diterima apabila beban kombinasi tersebut berada dalam zone
batas tersebut.
Perhitungan tegangan pada leher nozzle (nozzle neck) adalah berdasarkan pada Welding
Research Council Bulletin 107 (WRC-107) dengan konsep sebagai berikut :

- Gaya dan momen bekerja pada waktu yang bersamaan


- Kondisi kulit bejana (shell vessel) (tebal, diameter dan tekanan intern) sudah
dipertimbangkan
- Kondisi data yang dipergunakan

Tegangan lokal aktual harus berada di dalam nilaiharga batas (allowable) dan dipertimbangkan
sebagai keadaan aman. Ambanmg batas ini telah dibatasi pemakainanya, yaitu :

a) Bahan

Bahan yang digunakan adalah Baja Karbon (Carbon Steel (C.S)). setara dengan A516
Gr.60 atau Gr.70) dan Baja Tahan Karat (Stailess Steel (S.S)) setara denagn A240 Gr.TP304.

b) Suhu Disain

Suhu yang digunakan hingga 343°C (650o F) untuk kedua bahan Baja Karbon (C.S.)dan
Baja Tahan Karat (S.S).

c) Posisi Nozzle

Semua nozzle pada dinding telah dipertimbangkan dengan menggunakan dudukan


penguat (reinforcement pad). Nozzle pada head dan nozzle forged neck harus
dipertimbangkan secara terpisah.

Hal : 39/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS

d) Ukuran Nozzle
Ukuran nozzle yang digunakan adalah 2” hingga 24" . Sedangkan kriteria ukuran
nozzle lebih besar dari 24" akan dianggap sama dengan kriteria untuk nozzle 24”.
e) Ukuran Dinding
Ukuran diameter dalam (inside diameter) kulit yang digunakan sampai 4500 mm.
f) Nozzle pada Dinding Bejana (Dinding Tangki)
API650 Appendix P akan digunakan sebagai pengganti ambang batas beban actual yang
terjadi.

5.1.1 Evaluasi Tegangan (Stress) berdasarkan WRC107

Dalam bab ini, metode perhitungan dan evaluasi tegangan lokal (local stress) sekitar
dinding nozzle berdasarkan WRC-107 dapat dirumuskan sebagi berikut.
a). Garis Besar
WRC107 hanya memberikan metode perhitungan, untuk tegangan lokal akibat gaya
dan momen ekstern. Kriteria evaluasi pada besaran tegangan lokal harus sesuai dengan
ASME Sec. VIII Div. 2, Appendix 4.
b). Definisi Gaya dan Momen
Nozzle dianggap telah dilengkapi dengan dudukan penguat seperti dalam Gambar 3…..
Berikut beban-beban yang harus didefinisikan :
P: Gaya radial pada dinding
Vc: Gaya geser dalam arah keliling (circumferential)
dinding
VL: Gaya geser dalam arah longitudinal dinding.
MT: Momen Torsi pada nozzle
M c : Momen membalk (Overturning moment) dalam
arah keliling dinding

ML: Overturning moment dalam arah longitudinal


dinding

Gambar 20 : Gaya dan Momen

Hal : 40/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS

c). Perhitungan Tegangan (stress)


Tegangan pada leher nozzle dan batas reinforcement pad harus ditentukan sebagai
penjumlahan hasil perhitungan gaya dan momen, pertama sekali harus ditentukan besaran
(parameter) β dan γ sebagai fungsi jari-jari dan tebal dinding peralatan untuk mendapatkan
besaran N dan M. Sehingga tegangan circumferential, dan longitudinal dapat dihitung
menurut rumus berikut.
. β = 0.875rO Rm …………………………….. (5.1a)
γ = Rm T ……………………………. (5.1b)
Dimana
r 0: Jari-jari luar cylindrical nozzle
Rm: Jari-jari rata-rata cylindrical shell
T : Tebal dinding cylindrical shell
Harga N dan M harus dibaca dari peta (chart) berdasarkan parameter β dan γ yang
hitungan. Kemudian tegangan circumferential dan longitudinal selama terjadinya gaya
dan momen P, Mc dan ML harus dihitung berdasarkan harga N dan M dengan rumus
berikut :
Circumferential
Nφ 6M φ
σφ = Kn ± Kb ……………………….. (5.1c)
T T2
N 6M
σ x = Kn x ± Kb 2 x ……………………….. (5.1d)
T T
Longitudinal
Kn : Faktor consentrai tegangan Membran
Kb: Faktor consentrasi tegangan Bending
Dan tegangan geser akibat MT, Vc dan VL adalah dirumuskan sebagai berikut :
MT
τ φx = τ xφ = ....................................... (5.1e)
2πrO T
2

Vc
τ xφ = ...................................... (5.1f)
πrOT
V
τ φx = L ...................................... (5.1g)
πrOT
Tegangan membran akibat tekanan operasi intern juga harus ditambahkan sesuai dengan
rumus ASME Sec. VIII Div.2, yaitu
Pi − Ri
σm = + 0.5 Pi .......................................... (5.1h)
T
Dimana :
Pi = tekanan disain intern
Ri = jari-jari dalam dinding
Tegangan pada leher nozzle dan reinforcement pad harus dihitung dengan menjumlahkan
masing-masing nilai tegangan hitungan berdasarkan Tabel 5 dalam WRC-107.

Hal : 41/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS

d). Evaluasi Tegangan

Karena WRC-107 tidak menerangkan bagaimana mengevaluasi harga teganagan,


Tegangan yang terhitung harus dievaluasi berdasarkan pada ASME Sec. VIII Div.2.
Sebagaimana diterangkan dalam Code Appendix 4 bahwa, tegangan alloawable adalah
1.5Sm ( Sm : Harga intesitas tegangan) untuk “primary stress” (PL + Pb), dan 3Sm untuk
“secondary stress” (PL + Pb + Q). Dan tegangan-tegangan yang terjadi pada suatu jarak
( )
Rm T dari sumbu nozzle tidak melebihi 1.1Sm.

5.1.2 Metode Evaluasi

a). Garis Besar

Dalam bab ini dijelaskan bahwa daerah aman apabila gaya dan momen ekstern
yang bekerja pada setiap nozzle berada dalam daerah (zone) sebagaimana yang terlihat
pada grafik (chart) evaluasi terlampir dengan pengelompokan ukuran nozzle (2” hingga 24”),
dan tebal dinding (6mm hingga 17mm). Grafik evaluasi mempunyai dua sumbu, yaitu sumbu
vertijkal menyatakan gaya (P) dan sumbu horisontal menyatakan moment maksimum
{ }
Mc , M L / 2 . Apabila gaya dan momen pipa dalam daerah aman, maka nozzle
mempunyai kekuatan yang cukup untuk menahan beban ekstern. Prosedur untuk
menentukan daerah aman akan dibahas di bawah ini.

b). Gaya dan Momen Ekstern pada Nozzle

Gaya dan Momen ekstern harus didefinisikan sama sebagaimana dalam Para 5.1.1b (lihat
Gambar 4.1). Beban berikut, M T , Vc dan V L akan menyebabkan tegangan geser pada dinding.
Karena tegangan yang disebabkannya adalah kecil bila dibandingkan dengan ( M c , M L , P ) ,
maka ketiganya (MT, Vc dan VL) dapat diabaikan. Oleh karena itu sehingga Mc, ML dan P yang
patut dipertimbangkan untuk menentukan daerah aman. Disini Mc = Vc x a dan ML = VL x a.

Gmb. 21 : Gaya dan Momen

Hal : 42/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS

c). Penentuan Daerah Aman

Penentuan keadaan aman dapat dilakukan sebagai berikut. Sumbu vertikal


menunjukkan Gaya Ekstern (P) dan sumbu horisontal menujukkan Momen ekstern (M) yang
bekrja pada nozzle equipmen. Apabila besaran gaya adalah positip berarti gaya yang
bekerja dari dinding luar masuk ke dalam, dan besaran negatip berarti gaya yang bekerja
dari dinding dalam menuju ke luar. Besaran gaya radial dinyatakan dengan P. Sedangkan
Momen mempunyai harga mutlak. Hal ini dipertimbangkan karena besaran momen positip
dan negatip menyebabkan besaran pada tegangan lokal yang sama. Harga Mc atau
M L 2 yang lebih besar harus diambil sebagai sumbu horisontal momen, karena dampak
dari Mc menyebabkan tegangan lokal selalu lebih besar dari 2M L .
Jika point (P, Max {‫׀‬Mc‫׀‬, M L 2 } berada dalam daerah aman, maka tegangan yang terjadi
tidak akan lebih besar dari allowable stress.

Gambar 22 : Chart evaluasi daerah aman

d) Pengelompokan Tebal Dinding dan Ukuran Nozzle

Dalam lampiran terlihat daerah aman dalam grafik (chart) evaluasi dibuat untuk
kelompok tiap tebal dinding dengan grafik kelompok ukuran nozzle pipa di dalamnya. Grafik
pengelompokan allowable ini dapat digunakan untuk menentukan aksepatabilitas beban
nozzle peeralatan statik berdasarkan hasil analisis dengan software flexibility analysis.
Pengelompokan berdasarkan tebal dinding peralatan (equipment), meliputi :

6,7,8,9,10 ÅÆ 11, 12 ÅÆ 14,15 ÅÆ 16,17 ÅÆ 20,21 ÅÆ 26,27 ÅÆ


dan 12 kelompok yang dibuat berdasarkan ukuran nozzle adalah sebagai berikut :
2”, 3”, 4”, 6”, 8”, 10”, 12”, 14”, 16”, 18”, 20”, 24”
Nozzle yang lebih besar dari 24” dianggap sama dengan nozzle 24” dalam tabel , agar lebih
konservatif.

Hal : 43/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS

e). Penentuan acceptability

Penentuan akseptabilitas dapat dilakukan dengan menggunakan chart (grafik) seperti


yang terlampir, apabila titik koordinat (P,M) dari hasil analisa dimana Gaya P pada sumbu
vertical ditarik secara horizontal dan dipotongkan pada Momen M pada sumbu horizontal
ditarik vertical adalah aman (safe) jika titik potong tersebut berada di dalam zona (daerah)
akseptabilitas, maka nozzle dapat dinyatakan mempunyai kekuatan yang cukup untuk
menahan beban external.
Dan sebaliknya tidak aman apabila titik potong tersebut berada diluar zone, sehingga dapat
dikatakan bahwa nozzle tidak cukup kuat untuk menahan beban ekstern, maka tegangan
lokal di sekitar nozzle harus dicek (dievaluasi) berdasarkan WRC-107 secara individual.
f). Pengkondisian untuk Perhitungan Tegangan

Berikut diuraikan prosedur penentuan posisi beban aktual terhadap grafik daerah
beban yang dijinkan (acceptable) seperti dalam lampiran A :
- Menghitung tegangan local : WRC-107 (Gunakan CALWRC atau program analisis tegangan
pipa yang lain).
- Evaluasi tegangan lokal : ASME Sec. VIII Div.2, Appendix 4
- Tetapkan tebal minimum dinding equipment (dalam tabel) dengan kondisi sebagai berikut :
a). Diameter dalam didnding : 300 – 4500mm
b). Takanan disain : 1 – 50 kgf/cm2
c). Tegangan batas : ASME Sec. II Part D (1999 Addenda)
d). Tebal minimum : dengan menggunakan bejana tekan.

Tabel 3 : Tebal Minimum dinding


Ketebalan Minimum (mm)
Diameter Dalam Shell (mm)
Carbon Steel Stainless Steel
300 ≤ D ≤ 1500 6 4
1500 < D ≤ 3000 8 6
3000 < D ≤ 4500 10 8

- Bahan dinding : A516Gr.60 (untuk tebal ≤ 16mm), A516Gr.70 (tebal > 16mm)
- Perkenan korosi (corrosion allowance) : 3 mm untuk C.S
: 0 mm untuk S.S
- Joint efficient : 1.0
- Reinforcement pad nozzle neck : Dengan menggunakn reinforcement pad

a). Ukuran tebal dudukan: sama dengan dinding


b). Bahan dudukan : sama dengan dinding

- Posisi nozzle: pada dinding


- Hubungan diameter dinding dan ukuran nozzle : D > 1.75d r
disini D = diameter dalam dinding
d r = diameter reinforcement pad

Hal : 44/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS

5.2 BATASAN BEBAN NOZZLE EQUIPMENT ROTASI

5.2.1 BATASAN BEBAN PADA POMPA

Ambang batas beban untuk peralatan (equipment) rotasi seperti pompa ditentukan dalam
API Standard 610-Centrifugal Pump untuk Industri Perminyakan, Petro-Kimia dan Gas Alam
(Natural Gas). Untuk Casing Pompa yang dibuat dari bahan selain Baja atau Baja Paduan
dengan nozzle lebih dari DN 400 (16 NPS), penjual (Vendor) harus mencantumkan ambang
batas beban nozzle yang sesuai dengan format API-610 dalam Tabel 4, berikut.

Table 4 Beban-Beban Nozzle

SI Unit

Nominal size of flange (DN)


50 80 100 150 200 250 300 350 400
Forces (N) and moments (Nm)
Each top nozzle
FX 710 1070 1420 2490 3780 5340 6670 7120 8450
FY 580 890 1160 2050 3110 4450 5340 5780 6670
FZ 890 1330 1780 3110 4890 6670 8000 8900 10230
FR 1280 1930 2560 4480 6920 9630 11700 12780 14850
Each side nozzle
FX 710 1070 1420 2490 3780 5340 6670 7120 8450
FY 890 1330 1780 3110 4890 6670 8000 8900 10230
FZ 580 890 1160 2050 3110 4450 5340 5780 6670
FR 1280 1930 2560 4480 6920 9630 11700 12780 14850
Each end nozzle
FX 890 1330 1780 3110 4890 6670 8000 8900 10230
FY 710 1070 1420 2490 3780 5340 6670 7120 8450
FZ 580 890 1160 2050 3110 4450 5340 5780 6670
FR 1280 1930 2560 4480 6920 9630 11700 12780 14850
Each nozzle
MX 460 950 1330 2300 3530 5020 6100 6370 7320
MY 230 470 680 1180 1760 2440 2980 3120 3660
MZ 350 720 1000 1760 2580 3800 4610 4750 5420
MR 620 1280 1800 3130 4710 6750 8210 8540 9820

NOTE 1 Lihat Gambar 20 hingga Gambar 24 (terlampir) untuk orientasi beban nozzle (x.y.z).

NOTE 2 Setiap harga yang terlihat di atas merupakan range antara nilai positip dan negatip,
sebagai contoh; harga 710 menunjukkan range dari -710 ke +710.

Hal : 45/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS

Table 4 : Beban-Beban Nozzle (Lanjutan)

US Customary units Nominal size of flange (NFS)

2 3 4 6 8 10 12 14 16

Forces (Ibf) and moments (ft.lbf)


Each top nozzle
FX 160 240 320 560 850 1200 1500 1600 1900
FY 130 200 260 460 700 1000 1200 1300 1500
FZ 200 300 400 700 1100 1500 1800 2000 2300
FR 290 430 570 1010 1560 2200 2600 2900 3300
Each side nozzle
FX 160 240 320 560 850 1200 1500 1600 1900
FY 200 300 400 700 1100 1500 1800 2000 2300
FZ 130 200 260 460 700 1000 1200 1300 1500
FR 290 430 570 1010 1560 2200 2600 2900 3300
Each end nozzle
FX 200 300 400 700 1100 1500 1800 2000 2300
FY 160 240 320 560 850 1200 1500 1600 1900
FZ 130 200 260 460 700 1000 1200 1300 1500
FR 290 430 570 1010 1560 2200 2600 2900 3300
Each nozzle
MX 340 700 980 1700 2600 3700 4500 4700 5400
MY 170 350 500 870 1300 1800 2200 2300 2700
MZ 260 530 740 1300 1900 2800 3400 3500 4000
MR 460 950 1330 2310 3500 5000 6100 6300 7200

NOTE 1 Lihat Gambar 20 hingga Gambar 24 (terlampir) untuk orientasi beban nozzle (x,y,z)
NOTE 2 Setiap harga yang terlihat di atas merupakan range antara nilai positip dan negatip,
sebagai contoh; harga 160 menunjukkan range dari -160 ke +160.

Koordinat system terlihat dalam lampiran Att.B1 hingga Att.B5 akan digunakan untuk menyatakan
gaya dan moment dalam Tabel 4.

Hal : 46/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS

Annex F memberikan metode perhitungan, apabila beban nozzle melebihi harga dalam
Tabel 4. Metode ini dapat digunakan jika diperkenankan oleh purchaser dan purchaser
kemudian secara langsung menyesuaikan dengan piping designer. Purchaser harus
tanggap bahwa menggunakan metode Annex F dapat menghasilkan hingga 50% lebih
misalignment daripada menggunakan beban yang terjadi pada Tabel 4.

a) Horizontal Pompa (Pump)

1). Konfiguarsi perpipaan yang benar adalah tidak menyebabkan penyimpangan


kelurusan (misalignment) antara pompa dan penggerak (driver). Konfigurasi perpipaan yang
menghasilkan komponen beban nozzle dalam rentang nilai pada Tabel 4, batas kerusakan
casing hingga satu setengah criteria design vendor pompa dan dipastikan pergeseran
sumbu putar pompa lebih kecil dari pada 250 µ-m (0,010 in).

2). Konfigurasi perpipaan yang menghasilkan beban di luar batas dalam Tabel 4
dapat juga dikatakan akseptabel tanpa konsultasi dengan penjual (vendor) pompa jika
kondisi pada 2a hingga 2c dipenuhi. Pemenuhan kondisi ini untuk memastikan bahwa
kerusakan selubung (casing) pompa yang ada akan berada di dalam kriteria disain
penjuaal dan peregeseran sumbu putar pompa akan lebih kecil dari pada 380 µm (0,015
in). Pasal ini adalah suatu kriteria khusus untuk disain perpipaan.

a) Komponen gaya dan momen individual pada setiap flange nozzle pompa tidak boleh
melampaui nilai dalam Tabel 4 sampai faktor lebih dari dua.

b) Resultan gaya yang digunakan (FRSA,FRDA) dan resultan momen (MRSA,MRDA) pada
setiap flange nozzle pompa harus dapat memenui persamann berikut :

[ FRS A (1.5 xFRS T 4 )] + [ MRS A (1.5 xMRS T 4 )] ≤ 2 (5.2a)


[ FRD A (1.5 xFRDT 4 )] + [ MRD A (1.5 xMRDT 4 )] ≤ 2 (5.2b)

c) Komponen gaya dan momen yang digunakan pada setiap flange nozzle pompa harus
ditranslasikan ke titik pusat pompa. Nilai resultan gaya dinyatakan dengan (FRCA), nilai
resultan momen dinyatakan dengan (MRCA), dan momen harus memenuhi batas dengan
persamaan (5.2c), persamaan (5.2d), dan persamaan (5.2e) (sumbu terlihat dalam Lampiran
Att.B1 hingga Att.B5 dan aturan tangan kanan digunakan dalam mengevaluasi persamaan
tersebut).
FRC A < 1.5{FRS T 4 + FRDT 4 ) (5.2c)
MYC A < 2.0( MYST 4 + MYDT 4 ) (5.2d)
MRC A < 1.5( MRS T 4 + MRDT 4 ) (5.2e)
dimana
FRC A = {( FXC A ) 2 + ( FYC A ) 2 + ( FZC A ) 2 }1 / 2
FXC A = FXS A + FXD A
FYC A = FYS A + FYD A
FZC A = FZS A + FZD A

Hal : 47/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS

MRC A = {( MXC A ) 2 + ( MYC A ) 2 + ( MZC A ) 2 }1 / 2


dimana
MXC A = MXS A + MXD A − [( FYS A )( ZS ) + ( FYD A )( ZD ) − ( FZS A )(YS ) − ( FZD A )(YD)] / 1000
MYC A = MYS A + MYD A + [( FXS A )( ZS ) + ( FXD A )( ZD ) − ( FZS A )( ZS ) − ( FZD A )( ZD )] / 1000
MZC A = MZS A + MZD A − [( FXS A )(YS ) + ( FXD A )(YD) − ( FYS A )( XS ) − ( FYD A )( XD )] / 1000
Untuk satuan US, konstanta 1000 harus diganti dengan 12. Konstanta ini merupakan faktor
konversi untuk merubah millimeter menjadi meter atau inci ke feet.
3). Konfigurasi perpipaan yang menghasilkan beban lebih besar dari yang
diperbolehkan dalam (2). harus disetujui oleh purchaser dan vendor.

b). Vertical in-line pumps

Pompa bertikal (Vertical in-line pump) yang hanya disokong oleh perpipaan boleh jadi
mempunyai beban komponen perpipaan yang lebih dari dua kali nilai yang dicantumkan
dalam Tabel 4, jika beban ini tidak menyebabkan tegangan utama lebih besar dari 41 N/mm2
(5950psi) pada setiap nozzle. Cara perhitungannya adalah dengan mengambil sama sifat-sifat
penampang nozzle (section properties) pompa diambil sama dengan pipa schedule 40 yang
ukuran nominalnya sama dengan ukuran nominal nozzle pompa. Persamaan (5.2f), (5.2g) dan
persaman (5.2h) dapat digunakan untuk mengevaluasi tegangan utama, tegangan longitudinal
dan tegangan geser pada nozzle.
P = (σ 2) + (σ 2 4) + τ 2 )1 / 2 < 41 (5.2f)
σ = [1.27 x FY ( DO 2 − Di 2 )] + [10200 xDO ( MX 2 + MZ 2 )1 / 2 ] ( DO 4 − Di 4 ) (5.2g)
τ = [1.27 x ( FX 2 + FZ 2 )1 / 2 ] DO 2 − Di 2 ) + [5100 xDO ( MY ] ( DO 4 − Di 4 ) (5.2h)

Untuk kebutuahan US unit, persamaan yang digunakan sebagai berikut :


P = (σ 2) + (σ 2 4) + τ 2 )1 / 2 < 5950 (5.2i)
σ = [1.27 x FY ( DO 2 − Di 2 )] + [122 xDO ( MX 2 + MZ 2 )1 / 2 ] ( DO 4 − Di 4 ) (5.2j)
τ = [1.27 x ( FX 2 + FZ 2 )1 / 2 ] DO 2 − Di 2 ) + [61xDO ( MY ] ( DO 4 − Di 4 ) (5.2k)
Dimana
P : Principal stress, dalam MPa (Ibf/in2);
σ : Longitudinal stress, dalam MPa (Ibf/in2);
τ : Shear stress, dalam MPa (Ibf/in2);
FX : Gaya pada sumbu X
FY : Gaya pada sumbu Y
FZ : Gaya pada sumbu Z
MX : Momen pada sumbu X
MY : Momen pada sumbu Y
MZ : Momen pada sumbu Z
Di, DO : Diamater dalam dan luar untuk nozzle, dalam m (in).

Hal : 48/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS

FX, FY, FZ, MX, MY, dan MZ menyatakan beban yang bekerja pada nozzle-nozzle suction atau
discharge, untuk menyederhanakan persamaan perlu adanya imbuhan SA (actual suction) dan
DA (actual discharge). Tanda FY adalah positip jika beban pada nozzle dalam bentuk tarikan
(tension); tanda negatip jika beban pada nozzle dalam bentuk penekanan (compression). Hal
tersebut harus mengacu pada Gambar 20 dan beban nozzle yang digunakan untuk
menentukan beban tarik (tension) atau beban tekan (compression) pada nozzle. Harga
absolute pada MY harus digunakan dalam persamaan F.8 (F.11).
5.2.2 BATASAN BEBAN PADA TURBINE DAN KOMPRESSOR

Ambang batas beban aktual yang diperkanakan pada masing-masing nozzle baik untuk turbin
maupun untuk kompresor telah ditetapkan dalam standard, yaitu Standard NEMA SM-23
untuk turbin dan API-617 untuk kompresor. Beban aktual yang terjadi dari hasil analisis
dengan menggunakan perangkat lunak “Piping Stress” dapat dikatakan sebagai beban yang
diperkenankan pada nozzle turbine maupun kompresor apabila beban-beban tersebut baik
ditinjau sebagai beban individu masing-masing nozzle maupun beban sebagai kombinasi
terhadap pusat gravitas atau pada nozzle pebuangan (exhaust nozzle) adalah keduanya lebih
kecil dari beban yang diperkenankan berdasarkan standard NEMA SM-23 dan API-617

Perhitungan beban yang diperkenankan pada nozzle-nozzle turbin dan kompresor dapat
digambarkan sebagai berikut :

1. Menentukan beban (gaya dan momen) yang diperkenankan untuk nozzle individual

0.914 F + M ≤ (69.15 xα ) xD (Kg-m) ………………………. (5.2l)


D = Dn untuk diameter nominal (Dn) ≤ 8”
D = (16 + Dn ) 3 untuk diameter nominal (Dn)> 8”

Dimana :
F =Gaya actual dari hasil analisa piping stress software (Kg)
M = Momen actual dari hasil analisa piping stress software (Kg-m)
α = 1.0 (untuk steam turbine, 1.85 untuk centrifugal compressor)
D = Diameter equvalen (in) untuk individu nozzle
Dn = Nominal diameter (in)
2. Menentukan beban (gaya dan momen) yang diperkenankan untuk kombinasi nozzle
yang mengacu pada garis tengah nozzle pembuangan (exhaust)

0.61Fc + Mc ≤ (34.57 xα ) xDc …………….. (5.2m)

Fcy = (56.70 x α) x Dc ……………. (5.2n)


Fcz = (45.36 x α) x Dc ……………. (5.2o)
Fcx = (22.68 x α) x Dc …………… (5.2p)
Mcy = (17.29 x α) x Dc …………… (5.2r)
Mcz = (17.29 x α) x Dc …………… (5.2s)
Mcx = (34.58 x α) x Dc …………… (5.2t)
2
Dc = (∑ Dn )1 / 2 untuk ( Dc ≤ 9 ) ……… (5.2u)
2
Dc = [18 + (∑ Dn )1 / 2 ] 3 untuk ( Dc > 9 ) ……… (5.2v)

Hal : 49/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS

Dimana :

FYC = ∑ FY
FZC = ∑ FZ
FXC = ∑ FX
MYC = ∑ MY + [∑( FXxZ )] − [∑( FZxX )]
MZC = ∑ MZ + [∑( FXxY )] − [∑( FYxX )]
MXC = ∑ MX − [∑( FYxZ )] − [∑( FZxY )]

FC = [( FXC ) 2 + ( FYC ) 2 + ( FZC ) 2 ]1 / 2 - resultan gaya kombinasi, (Kg)


MC = [( MXC ) 2 + ( MYC ) 2 + ( MZC ) 2 ]1 / 2 - resultan momen kombinasi, (Kg-m)

Dc = Diameter equivalent (in)


X,Y, dan Z = jarak sumbu koordinat setiap nozzle ke center nozzle exhaust atau central
gravity turbin atau compressor.

Beban actual dari hasil analisa flexibilitas untuk masing-masing nozzle baik turbine atau
compressor secara individu maupun kombinasi, berdasarkan persamaan sebagaimana
dijelaskan pada poin 1 dan 2 keduanya harus acceptable.

Soal :
Pastikan bahwa beban-beban nozzle pada turbine adalah acceptable apabila suatu system
turbin dengan nozzle masing Exhaust 30” dan Inlet 6”, jika beban actual berdasakan hasil
analisa diperoleh beban sebagai berikut :

Nozzle Gaya (Kg) Momen (Kg-m)


Fx Fy Fz Mx My Mz
Exhaust -2 -644 0 64 -68 135
Inlet -10 299 -87 107 -202 -115
Juga berdasarkan turbin vendor drawing diperoleh jarak kordinat (x,y,z) masing nozzle
terhadap central gravity turbine seperti dilukiskan dalam table :

Nozzle Jarak kordinat sumbu nozzle ke central gravity turbine (mm)


x y z
Exhaust 150 100 -300
Inlet -75 210 100

Hal : 50/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS

BAB VI
TEKNIK PEMODELAN

Dalam analisis sistem perpipaan memang harus diperhatikan bagaimana cara paling baik
pemodelan untuk pendekatan yang benar dengan menggunakan suatu perangkat lunak
(software) fleksibilitas perpipaan, sehingga hasil analisis dapat diharapkan lebih akurat dan
benar. Oleh karena itu dalam bab ini akan dibahas beberapa pemodelan sebagai dasar untuk
pemodelan yang lebih rumit.

6.1 Pemodelan Bentuk Geometri

Ada beberapa bentuk geometri yang dapat dimodelkan dalam analisa tegangan,
sebagaimana dilukiskan berikut ini :

Batasan-batasannya :
1. Penyangga pegas (spring support) ditempatkan pada titik di garis pusat (center
line) pipa 50”. (model 1)
2. Pegas ditempatkan pada titik dimana trunion (pipa) ditambahkan (model 2)
3. Pada model (2) beban torsi dapat ditahan pada kedua penyangga. (lihat gambar)
4. Fleksibilitas lokal pada kulit (shell ) pipa 50” tidak dipertimbangkan.

Hal : 51/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS

Model (3)

Batasan-batasannya :

1. Pegas ditempatkan pada titik tempat trunion ditambahkan


2 Trunion dimodelkan sebagai elemen kaku (rigid )dengan berat nol
3. Fleksibilitas lokal dan tegangan dipertimbangkan dalam analisis.

Hal : 52/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS

(B)

Gambar 24 : Pemodelan Untuk Tee-Y

Batasan :

1. Berat yang mungkin pada froged fitting dipertimbangkan diperkirakan lebih kecil.
2. Rigid forged fitting ditunjukkan dengan panjang L1 dan L2 diperkirakan sama
dengan pipa.
3. SIF mungkin lebih konservatip

Model (1):

Batasan :

1. Tidak ada syarat untuk perhitungan tegangan dalam forging, karena hal ini merupakan
masalah yang bukan sesungguhnya. Beban pada fitting harus sedikit lebih konservatip,
sebab dinding fitting yang dihubungkan dengan pipa lebih berat kemungkinan akan terjadi
kegagalan. Suatu pertanyaan langsung dapat ditujukan kepada pabrik pembuat fitting
berdasarkan beban yang terhitung.

Hal : 53/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS

Model (2)

Model (3)

Komentar :

1. Fleksibiltas dengan model tersebut akan lebih akurat. (Tetapi untuk fitting yang berat
hanya secara marginal saja)
2. Tegangan akan dihitung pada titik pertemuan. Oleh karena di titik tersebut akan ada
suatu SIF yang tidak diketahui pada titik cabang tersebut.

Hal : 54/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS

(C)

Pembatasan / komentar :

1. Fleksxibiltas untuk stanchion tidak termasuk dalam model


2. Titik yang digunakan stanchion pada lengkungan belokan (bend) lokasinya tidak
benar
3. Panjang model ini sesederhana mungkin, karena tidak digunakan secara luas dan
sepanjang pipa vertikal tersebut disangga.
Model (2)

Hal : 55/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS

Pembatasan / komentar :

1. Stanchion tidak layak ditempatkan pada lengkungan belokan


2. Stanchion dapat dipertimbangkan kekakuannya sama dengan belokan dengan
flange tunggal.
3. Modelnya mudah dibuat dan jauh lebih akurat untuk belokan dengan jari-jari
panjang (long radius) dan jari-jari pendek (short radius)

Model (3)

Komentar :

1. Titik A dan B tidak berada dalam bidang horisontal yang sama. (yaitu keduanya adalah
offset satu dari yang lain) C
2. Stanchion ditempatkan pada penampang belokan (bend cross section)
3. Kekakuan stanchion tersebut dapat didekati dengan menggunakan fleksibilitas dan
SIF bend dengan flange tunggal.
4. Ini adalah suatu model yang benar apabila gaya gesek pada titik C menyebabkan
momen gesek sepanjang L tidak diabaikan sebagaimana pada model pertama yang
terlihat di atas.
5. Model tersebut adalah paling sulit dibuatnya.

Hal : 56/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS

Beberapa model elemen lain yang dapat sedikit disiasati :

Gambar 26 : Model Restrian dan Guide Support

Jarak L dapat menjadi penting jika senjangan (gap) pada pemandu (guide) terdekat dan
disana ada suatu gaya horisontal yang menjalar antara dua benda yang akan menyebabkan
suatu momen torsio pada kedua benda tersebut.

Gambar 27 : Support sekitar area rotating Equipment

Karena secara langsung hubungan siku (elbow) ke flange peralatan dan flange equipment di
jangkar (anchor), maka kekakuan (stiffness) pada model dalam daerah sekitarnya menjadi
sangat tinggi. Jika stanchion dihubungkan ke titik A dan garis tengah peralatan adalah B,
maka perbedaan akibat muai termal pada siku antara A dan B tidak tinggi.

Hal ini merupakan masalah disain yang sulit. Terkecuali pemakai menggunakan sebuah
pegas pada lokasi stanchion, perbedaan muai termal dalam daerah yang kecil dapat
menghasilkan beban nozzle yang besar (penyangga pada garis tengah peralatan akan mudah
di disain bila muai termal relatif antara dasar dan stanchion diabaikan).

Hal : 57/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS

6.2 Pendekatan Matrix

Dalam analisis beban setiap elemen pada suatu model struktur dapat didekati dengan elemen
metrik, disini model suatu elemen pipa dianggap sebagai benda yang dihubungkan oleh
pegas dengan konstanta kekakuan K, karena pengaruh beban baik intern maupun ekstern F,
pegas mengalami difleksi/penyimpangan sebesar X, sehingga persamaan secara matematik
dapat ditulis dengan :

[K ][X ] = [F ] ...........................................(6.2a)

[X ] = [K ]−1 [F ] , Dimana [K]-1 adalah Matrix invers ............................. (6.2b)

Contoh untuk persamaan matrix 3 x 3 dapat dituliskan dengan ;

K11 K12 K13 X1 F1

K21 K22 K23 X2 = F2 ...................................... (6.2c)

K31 K32 K33 X3 F3

-1
X1 K11 K12 K13 F1
=
X2 K21 K22 K23 F2 ..................................... (6.2d)

X3 K31 K32 K33 F3

Contoh : Jika suatu sistem perpipaan sederhana dilukisakn sebagai berikut, tentukan bentuk
matrix yang benar dalam analisa :

Dari gambar tersebut di atas dapat diambil salah satu dari elemen, maka matrik kekakuan
(stiffness matrix) yang berkaitan dengan gaya, momen dan perpindahan untuk elemen A
dapat diprakirakan sebagai berikut :

Hal : 58/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS

KA1 KA12
KA = ............................................... (6.2e)
KA12 KA2

Global matrix untuk seluruh sistem di atas dapat di notasikan dengan :

1 2 3 4 5 6

1 KA1 KA12 d1 f1

2 KA12 KA2+KB2 KB23 d2 f2

3 KB23 KB3+KC3+KE3 KC34 KC36 d3 f3


= (6.2f)
4 KC34 KC4+KD4 KD45 d4 f4

5 KD45 KD5 d5 f5

6 KE36 KE6 d6 f6

Di sini [K] adalah matrik, {X} vektor difleksi dan {F} adalah vektor koefisien gaya dan momen.
Jika kasus beban operasi yang diselesaikan, maka persaman di atas dapat ditulis dengan :

{Fope} = {FT } + {FW } + {FP } ............................ (6.2g)

Dimana : {FT } adalah vektor gaya akibat beban thermal


{FW } adalah vektor gaya akibat beban berat
{FP } adalah vektor gaya akibat beban tekanan
{Fope}adalah vektor gaya untuk ”Case Operating”
Sehingga displacemen pada Case Operating dapat diperoleh sebagai berikut :

{Fope} = {Kope}{Xope}
sehingga {Xope} = {Fope} {Kope} atau
{Xope} = [{FT } + {FW } + {FP }] {Kope} ........................................... (6.2h)

Dalam suatu analisis sistem perpipaan dengan menggunakan salah satu perangkat lunak,
misalkan CAESAR II maka beban tegangan yang dihitung pada dasarnya dapat
dikelompokkan menjadi tiga kasus statik (static case), yaitu :

1. Kasus Operasi (Operating Case) = T + P + W ……………………… (6.2i)


2. Kasus Bertahan (Sustained Case) = P + W ……………………… (6.2j)
3. Kasus Ekspansi (Expansion Case) = D1 − D 2 ……………………… (6.2k)

Hal : 59/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS

Dengan evaluasi secara aljabar ketiga kasus di atas dapat dihitung sebagai berikut :

1. Operating Case = {Kope}{Xope} = {FT } + {FW } + {FP } ……….. (6.2l)


2. Sustain Case = {Ksus}{Xsus} = {FW } + {FP } ………… (6.2m)
3. Expansion Case
Untuk evaluasi ekspansi, pertama harus dihitung terlebih dahulu defleksi dari kasus
operasi dan kasus sustain, yaitu :

{Xope} = [{FT } + {FW } + {FP }] {Kope}


{Xsus} = [{FW } + {FP }] {Ksus}
Kemudian dihitung perbedaan antara keduanya, yaitu :

{Xope} − {Xsus} = {FT + FW + FP } {Kope} − {FW + FP } {Ksus}

Jika sistem perpipaan adalah linear, atau jika [Kope] = [Ksus] = [K], maka kombinasi
dari persamaan di atas dapat dihitung sebagi berikut :

{Xope} − {Xsus} = [{FT + FW + FP } − {FW + FP }] {K }


{Xope} − {Xsus} = {FT } {K } ......................... (6.2n)

Dari sini terlihat bahwa jika tidak ada perubahan dalam matrik kekakuan [K], antara kasus
sustain dan operasi, maka rentang pergeseran dapat dihitung dengan melakukan analisis
hanya untuk beban termal saja. Jika di sana ada suatu perubahan tentu saja ini tidak benar.

Hal : 60/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS

BAB VII

TEORI DASAR STATIK DAN DINAMIKA

Pengertian dinamika dapat dibagi menjadi dua katagori. Pertama, dinamika dipertimbangkan
sebagai static biasa disebut dengan quasi dinamika dan yang kedua, dinamika
dipertimbangkan sebagai dinamic secara sesungguhnya, yaitu beban merupakan fungsi
waktu dan ruang.

Quasi dinamika ditinjau secara uniform, yaitu dinamika yang dipertimbangkan sebagai analisa
static, sebagai contoh adalah system dinamika ini terdiri dari system operasi safety valve
(PSV), Gelombang, Angin dan Gempa (seismic).

Seperti halnya analisa static yang sering kita lakukan, bahwa allowable yang diperlukan
mengacu pada ASME Code B31.1, B31.3 dan B31.8 sebagaimana persyaratan yang
diperlukan dalam engineering.

7.1 Beban Quasi Dinamik

A. Input Data External Load

1. PSV-THRUST LOAD

Tegangan yang terjadi akibat installasi PSV dalam sistem perpipaan merupakan fungsi dari
posisi dan arah thrust load yang terhitung terhadap “Vent Inlet Point and type of Vent Stack”.
Sebagaimana ditunjukkan dalam gambar 3.1 dan fromula yang telah disederhanakan dari
API-RP520 berikut :
K(T + 273)
F= 1
273 W (K +1) M
………………. (7.1a)

W = Capacity of discharging [Kg/h]


M = Molecular Weight [Kg/mole]
K = Specific heat ratio (Cp/Cv) [-] = 1.4 for steam
T = Temperature [oC]

Catatan : W, M, & T diambil dari PSV data sheet yang telah disediakan oleh Instrument
department /Vendor.

Hal : 61/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS

Gambar 28 Arah Thrust Load pada PSV

Hal : 62/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS

B. BEBAN ANGIN

Beban angin adalah hasil perkalian dari pipe exposed area, dengan tekanan equivalent angin
dan pipe shape factor. Cara menentukan tekanan kesetaraan (equivalent) dalam analisa
dengan perangkat lunak (software) adalah

1. Menggunakan Standard ANSI A58.1, computer akan menghitung tekanan equivalent


secara automatis dengan mempertimbangkan beban adalah uniform sepanjang pipa
(tidak mempertimbangkan elevasi).
2. Menggunakan external data tekanan sebagai fungsi elevasi (lihat Tabel 5), data ini
diperoleh berdasarkan survei lapangan.
3. Menggunakan external data kecepatan angin sebagai fungsi elevasi, data ini diperoleh
berdasarkan survei lapangan.

Untuk (2) dan (3) di atas beban yang terhitung adalah berbeda (diskrit) pada setiap ketinggian
sekmen pipa terhadap permukaan laut.

Total gaya wind (angin) “F” pada suatu element dapat dihitung dengan persamaan :

F = PeqxSxA ……………………….. (7.1b)

Dimana : Peq = Tekanan equivalent angin


S = Pipe element wind shape factor
A = Pipe element exposed area, yang tergambar dalam
figure 3.2. di bawah ini :

Y Z

L
α
A = LxDxCosα

D
X
Gambar 29 : Pipe Element Exposed Area

Nilai Wind shape factor sangat bervariatip antara 0.5 hingga 0.7. Untuk piping element
adalah 0.65. (Tabel 12, p.31 ANSI A58.1).

Tabel 5 : Koefisien Gaya


h(m) -15 15-20 20-30 30-40 40-50 50-60 60-70
CW 0.0810 0.0846 0.0906 0.0944 0.0982 0.1012 0.1036

F L = CW xD (Kg/m) ………………………….. (7.1c)


Dimana : D = Outside diameter pipa, (mm)
CW = Coefficient Gaya, (Ton/m2)

Hal : 63/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS

C. BEBAN SEISMIC

a). Beban gempa (seismic) diberikan dalam batasan percepatan gravitasi, berdasarkan
metode ANSI A58.1 coefficient gempa ditentukan sebagai berikut :

Beban lateral pada dasar structure dihitung dengan formula :

V = ZIKCSW …………………………….. (7.1d)

Dimana : V = Total gaya lateral atau shear


Z = Nilai coefficinet dari Table 22
K = Nilai coefficient dari Table 23
S = Soil factor
W = Total dead load

“ g ” faktor dapat dihitung dengan turunan gaya lateral V , yaitu

g = V W = ZIKCS …………………………….. (7.1e)


dan
Cu = g (Seismic Coefficient)

Secara uniform beban seismic (gempa) dapat disederhanakan sebagai berikut :

Seismic load (Kg/m) = Cu x Unit weight of pipe …………… (7.1f)

b) Persyaratan yang harus diperhatikan dalam analisa seismic adalah ukuran pipa dan
elevasi pipa yang akan dipasang (installed), yaitu :

1. Piping dengan ukuran ≥12”


2. Pipa yang akan dipasang berada pada elevasi ≥ 10m

c) Uniform load dalam analisa seismic dipertimbangkan sebagai beban static horizontal
dngan arah ±X dan ±Z..

Hal : 64/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS

D. BEBAN AKIBAT GELOMBANG LAUT

a) Secara umum analisa gelombang dapat menggunakan satu diantara tiga theory, yakni
theory gelombang Airy (linear), Stokes 5th orde dan Fungsi Stream Dean., berdasarkan
API-RP 2A, penentuan theory tersebut tergantung beberapa parameter antara lain
tinggi gelombang, periode, dan kedalaman air. Theory gelombang ini secara otomatis
akan ditentukan oleh Caesar, Seperti terlukis dalam gambar 30.

Gambar 30 : Grafik pemilihan Theory Gelombang

Kecepatan dan percepatan partikel adalah besaran vektor yang meliputi efek gelombang atau
arus yang terhitung. Penambahan gaya (lift force dan buoyancy force) pada element pipa
dapat digunakan persamaan Morrison. Lift force didefinisikan sebagai gaya normal pada
bidang yang dibentuk oleh vektor kecepatan dan sumbu element. Yang dapat ditulis secara
mate-matis sebagai berikut :
( ρxC1 xDxU 2 )
F1 = .………………………. (7.1g)
2
Dengan :
ρ = kerapatan fluida
C1 = lift coefficient
D = diameter pipa
U = kecepatan partikel

b) Kofisien hidrodinamik yang digunakan dalam analisa dapat ditabelkan di bawah ini
dengan menurunkan dari DNV 1976, tabel 6.

Tabel 6 : Koefisien Hidrodinamik


Cd (Re < 4.105) 1.25
Cd (Re < 6.105) 0.7
Cl 0.9
CM (Pipe on seabed) 3.29
CM (Riser) 2.0

Nilai untuk Re antara 4.105 dan 6.105 , untuk Cd diperoleh dengan interpolasi linear.

Hal : 65/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS

c). Berdasarkan survei lapangan bahwa data-data gelombang berikut merupakan data
yang harus diperpertimbangkan dalam anailsa, yaitu :

- Tinggi gelombang maksimum (m)


- Periode (s)
- Elevasi puncak gelombang (crest) maksimum (m)
- Panjang gelombang (m)
- Ketinggian gelombang maksimum (m)
- Periode rata-rata (s)
- Periode energy puncak (s)

7.2. Beban Dinamika


Tipe-tipe analisis dinamika. Dalam sistem pemipaan terdapat tiga macam profil gaya fungsi
terhadap waktu: tipe acak (misalnya gempa bumi), tipe harmonik (misalnya pompa rotasi) dan
tipe impuls (misalnya dorongan fluida). Metodologi-metodologi yang biasa dipakai untuk
menganalisa profil-profil beban yang berbeda-beda ini adalah

• Modal
• Spectrum
• harmonik
• time history

Tetapi pembebanan dengan profil acak dapat juga dipecahkan dengan menggunakan
pendekatan metode time history. (seperti pembebanan gempa bumi). Sedangkan
pembebanan tipe impuls dapat juga dipecahkan memakai metode spektrum. Metodologi-
metodologi ini akan dibahas dalam seksi-seksi berikut. Dalam diktat ini akan dibahas
prosedur-prosedur analisis untuk berbagai profil gaya terhadap pembebanan (dengan
menekankan dasar matematika) yang penerapan secara spesifik, dengan menggunakan
program-program tegangan-pipa yang dapat diperoleh secara komersial.

Persamaan Harmonik. Dalam analisis dinamika, jumlah derajat kebebasan (DK) didefinisikan
sebagai jumlah kordinat bebas (independen) yang diperlukan untuk menggambarkan posisi
yang terpindahkan dari suatu sistem.

Persamaan dasar keseimbangan dinamika untuk DK majemuk (misalnya sistem N Derajat


Kebebasan) dapat ditulis sebagai berikut:

M d 2 x(t ) dt 2 + C dx(t ) dt + Kx(t ) = F (t ) ......................... (7.2a)

disini M = matrik sistem massa


K = matrik sistem kekakuan (‘stiffness’)
C = matrik sistem peredaman
x(t ) = vektor pergeseran sebagai fungsi waktu
dx(t ) dt = vektor kecepatan sebagai fungsi waktu
d 2 x(t ) dt 2 = vektro percepatan sebagai fungsi waktu

Dalam analisis harmonik, sisi kanan persamaan (1) berbentuk : F (t ) = FO sin(ωt + Φ 1 ) ,


dengan Φi merupakan sudut fase masukan yang mencerminkan pengaturan waktu (timing)
antara gaya-gaya terapan.

Hal : 66/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS

Perumusan persoalan ‘eigenvalue’. Umumnya, salah satu tujuan utama analisis dinamika
adalah mengekstraksi (memperoleh) frekuensi-frekuensi alamiah sistem. Dengan demikian,
biasanya peredaman sistem dapat diabaikan.

Dengan mengabaikan peredaman, persamaan vibrasi dapat ditulis sebagai berikut:

{K − Mω }Φ 2
=0 .............................................. (7.2c)
[ ]= 0 .
n n

Pemecahan non-trivialnya menghendaki det K − Mω n


2

Dengan memecahkan persoalan ‘eigenvalue’ ini diperoleh N frekuensi-frekuensi alamiah


(untuk N sistem derajat kebebasan ) dan ke-N ‘matrik bentuk modus’, yang masing-masing
kolomnya menyatakan bentuk modus untuk modus vibrasi alamiah tertentu. Cara-cara
pemecahan untuk persoalan ‘eigenvalue’ meliputi metode-metode numerik seperti metode
inersi vektor dengan atau tanpa pergeseran spektra, ortogonalisasi Gramm-Schmidt, iterasi
sub-ruang dsb. Pembahasan terperinci mengenai metode ini dapat diperoleh di acuan 1).

Persoalan ‘eigenvalue’ menentukan modus-modus alamiah hanya sampai pada suatu nilai
dengan faktor multiplikatif. Kadang-kadang pada modus-modus alamiah diterapkan faktor
skala untuk menstadardisasi elemen-elemenya yang berkaitan dengan amplitude-ampltude
dalam berbagai derajat kebebasan. Proses ini disebut normalisasi. Kadang-kadang mudah
menormalisasi tiap modus sedemikian sehingga elemennya yang terbesar mempunyai besar
satu satuan. Dalam kebanyakan program komputer , umum orang menormalisasikan modus-
modus sehingga Mn (normalisasi massa) mempunyai nilai satu satuan, dengan:

M n = φ n Mφ n = 1
T
.............................................. (7.2d)

atau φ n T Mφ n = I .............................................. (7.2e)

Disini I = matrik identitas


φ = matrik bentuk modus NxN = φ jn [ ]
dengan j menyatakan derajat kebebasan dan n modus-modus.

Satu parameter penting dalam dinamika structural adalah ortogonalitas modus-modus


normal.
φ n T Kφ r = 0 dan .............................................. (7.2f)

φ n T Mφ r = 0 .............................................. (7.2g)

Untuk r tidak sama dengan n

disini:
ωn = frekuensi alamiah (natural)modus ke –n
ωr = frekuensi alamiah modus ke-r
φn = vector bentuk modus untuk modus ke-n
φr = vector bentuk modus untuk modus ke-r

Hal : 67/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS

Satu implikasi fisika dari keortogonalan modus adalah kerja yang dilakukan oleh gaya-gaya
inersia modus ke-n dalam melalui pergeseran modus ke-r adalah sama dengan nol. Dalam
analisis sisitem pemipaan, biasanya model matematiknya meliputi massa terkonsentrasi’
(‘lumped mass’) di titik-titik simpul , yang dihubungkan oleh pegas-pegas tak bermassa di
antaranya. Massa terkonsentrasi di suatu titik simpul system ditentukan dari porsi berat yang
dapat secara masuk akal ditempatkan di titik simpul tersebut. Massa terkonsentrasi di suatu
sistem titik-titik simpul adalah jumlah kontribusi-kontribusi semua elemen yang dihubungkan
pada titik simpul itu.
Matrik massa yang terbentuk dengan idealisasi demikian dikenal sebagai’matrik
massa terkonsentrasi’ Karena inersi rotasi mempunyai pengaruh yang kecil, pada umumnya
untuk idealisasi massa terkonsentrasi, matrik massa terkonsentrasi adalah diagonal:

M ij ≠ 0 untuk i = j .............................................. (7.2h)


M jj = M j atau 0 .............................................. (7.2i)
Dengan Mj sebagai massa terkonsentrasi yang dikaitkan dengan derajat kebebasan translasi
dan M ij = 0 untuk derajat kebebaan rotasi.
Arti penting matrik redaman. Dari sifat-sifat peredaman dari elemen-elemen struktural satu
per satu, orang mungkin mengira bahwa kita dapat menentukan matrik peredam untuk
struktur satu per satu, persis seperti menentukan matrik kekakuan. Tetapi, tidak praktis
menentukan matrik peredam secara demikian, karena matrik peredam yang masuk dalam
penghitungan kekakuan sifat-sifat peredam bahan tidak dapat ditaksir secara baik (tidak
seperti modulus elastik).

Matrik peredam untuk suatu sistem harus ditentukan dari rasio peredaman modusnya, yang
memperhitungkan semua mekanisme penyerapan energi. Dalam artikel ini, hanya matrik
peredaman klasik yang akan disorot (matrik peredam klasik merupakan idealisasi yang wajar
jika mekanisme peredaman serupa terdistribusi ke seluruh struktur) Dalam program-program
komputer untuk analisis tegangan, matrik peredam dipakai secara khas dalam analisis
harmonik.

Apabila peredaman tidak nol, maka matrik dapat didefinisikan sebagai jumlahan perkalian
Matrix massa (M) dan Matrix Stiffness (K) hal sesuai dengan data eksperimen adalah
peredam Rayleigh:

C = aO M + a1 K .............................................. (7.2j)

Rasio peredaman untuk modus ke-n sistem semacam itu:

aO aω
ξn = + 1 n .............................................. (7.2k)
2ω n 2

Konstanta-konstanta ao dan a1 dapat ditentukan dari rasio-rasio peredaman yang telah


dispesifikasoian , ξj dan ξj , masing-masing untuk modus-modus ke-i dan ke-j.

Hal : 68/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS

Jika modus-modus tersebut dianggap mempunyai rasio peredaman ξ, yang masuk akal
berdasarkan data eksperimen:

2ξω i ω j
aO =
[ω i +ωj ] .............................................. (7.2l)


a1 =
[
ωi + ω j ] ............................................... (7.2m)

Untuk soal-soal praktis , ao amat sangat kecil dan dapat diabaikan. Hanya dalam bentuk inilah
biasanya matrik peredaman dipakai untuk pemodelan sistem harmonik. Jika sebelum
pembentukan matrik peredam frekuensi-frekuensi modus tidak diketahui, frekuensi pemaksa
ω dapat dipakai sebagai pengganti frekuensi alamiah. Jika besar frekuensi pemaksa beban
mendekati besar frekuensi modus, ini akan merupakan taksiran yang baik bagi peredaman.
Nilai-nilai khas rasio peredaman untuk sistem-sistem pemipaan, sebagai yang dianjurkan
dalam USNRC Regulatory Guide 1.61 dan ASME Code Case N-411, berada dalam rentang
0.01 sampai 0.05 berdasarkan ukuran pipa, kegawatan gempa bumi dan frekuensi alamiah
sistem.

Pemecahan problema keseimbangan dinamika, baik dalam analisis harmonik maupun prinsip
analisis modus yang umum.

Biasanya program-progran komputer untuk memecahkan persoalan keseimbangan dinamika


(seperti dalam persoalan harmonik) dengan cara pemecahan langsung persamaan memakai
matrik peredam C, yang bergantung linier pada massa dan matrik kekakuan (peredaman
Rayleigh, seperti yang telah dibicarakan di atas). Hal ini dimungkinkan karena dalam analisis
harmonik vektor gaya terdefinisi dengan baik. Pendekatan lebih umum, yaitu kombinasi
modus, dapat digambarkan sebagai respons dinamika sistem yang dinyatakan oleh:

∑φ q
1
r r (t ) dijumlahkan ke seluruh r = 1 sampai N ............. (7.2n)

Gambar : 1 memperlihatkan gambaran fisika superposisi modus dengan memakai massa


terkonsentrasi.

Gambar 1 : Super Posisi Modus Massa

Hal : 69/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS

Disini q r = kordinat modus untuk modus ke-r.

qr =
[φ T
Mx ] =φ M T

[φ Mφ ]
............................................ (7.2o)
r r x
T
r r
M r

Sekarang persamaan diferensial yang diperoleh (persamaan kesimbangan dinamika) dapat


ditulis sebagai :

M n q n ' ' (t ) + ∑ C nr q r ' (t ) + K n q n (t ) = Pn (t ) ............................................. (7.2p)

(Dengan memakai syarat ortogonalisasi modus).

Dengan:
M n = φ n Mφ n
T

K n = φ n Kφ n
T

C nr = φ n Cφ r
T

Persaman-persamaan modus akan tak tergandeng (‘coupled’) untuk peredaman klasik dan
sistem linier.

Untuk sistem harmonik, Pn(t) akan berbentuk sebagai PnO sin(ωt + φ in ) , disini φin adalah
sudut-sudut fase masukan. Dengan demikan pemecahannya akan berbentuk sebagai berikut:

x(t ) = A sin(ωt + ω r1 ) + B sin(ωt + φ r 2 ) + ...... ................................... (7.2r)

Dengan φ r1 , φ r 2 dan seterusnya adalah ‘sudut-sudut fase respons’, yang menunjukkan


kesenjangan waktu antara parameter-parameter yang diberikan dan yang parametrr-
parameter repons.

Dalam hal program komputer, nilai-nilai tak terhingga dari x(t) untuk durasi tak terhingga tak
dapat diperlihatkan sebagai keluaran. Jadi beberapa program memperlihatkan output untuk
nilai-nilai t yang berbeda (nilai-nila sudut ωt) disini ωt melambangkan sudut-sudut yang tak
hingga antara 0o dan 360o. Rentang 0o-360o biasanya dibagi dalam range 18o-20o dan
hasilnya ditabulasikan untuk tiap nilai ωt terbentang dari 0o. 20o, 40o, …. 360o dst. . Sekali
pergeseran terhitung, dengan mudah gaya-gaya dan momenn-momen dapat dihitung..

Eksitasi sistem pemipaan yang terhubung dengan peralatan rotasi. Biasanya dalam
program komputer yang baku, pemakai harus memberikan gaya dan/atau pergeseran sebagai
masukan. Tujuan memberikan masukan pergeseran adalah untuk mengkonversinya menjadi
masukan gaya. Karena sukar secara benar mengkuantifikasi gaya-gaya harmonik, terbaik
masukan dalam program komputer diberikan sebagai pergeseran di titik-titik tempat pemipaan
dihubungkan ke sumber eksitasi (dalam hal ini koneksi ke nozzle pompa). Pergeseran akan
dikonversikan ke gaya dengan mengalikannya dengan kekakuan (stiffness).

Hal : 70/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS

Seringkali pemakai membuat kesalahan dengan memberikan masukan pegeseran di titik(-


titik) (dimana pipa tidak terhubung dengan sumber eksitasi) dan mencoba mencek keluaran
pergeseran dari program komputer di titik-titik simpul (‘nodes’) dengan nilai-nilai terukur untuk
mencek kebenaran pemodelan. Pendekatan ini salah. Dalam hal ini, kita mengukur
“pergeseran respons”, yang harus dihitung oleh program dan bukan ”pergeserann yang
diberikan, yang sebenarnya harus dinasukkan. Perbedaan antara pergeseran yang diberikan
dengan pergeseran respons dapat diperoleh dari analogi ini.:

Jika kita hentakkan cambuk, kita menggerakkan ujungnya di tangan kita beberapa inci
(pergeseran yang diberikan) dan ujung cambuk yang lain berayun di ruang (perpindahan
respons). Untuk menyimpulkan, pergeseran yang diberikan pada sistem pemipaan dari
sumber eksternal, sesuatu yang lebih kuat dari pada pipa yang bergerak dan kemudian
menggerakkan sistem pemipaan.dengannya. Frekuensi yang dieksitasi adalah laju pompa
dan perkalian dari itu.

Paling baik profil gaya acak terhadap waktu dipecahkan dengan metode spektrum respons.
(Tetapi analisis time history dapat juga dilakukan). Kita akan menyorot metode spektrum
respons, terutama mengacu pada analisis dinamika gempa bumi.

Metode spectrum respons. Spektrum respons suatu beban gempa bumi dapat diuraikan
dengan menempatkan sederetan osilator brdrajat kebebasan tunggal pada meja goyang
mekanik dan mengumpankan riwaat waktu gempa bumi yang khas melaluinya (khas untuk
tapak yang spesifik), dengan mengukur respons maksimum (perpindahan,kecepatan atau
percepatan) dari tiap osilatotr. Spektra respons dapat diplot untuk nilai-nilai peredaman sistem
yang berbeda-beda. Metodologi yang dipakai dalam analisis spektrum respons untuk
menghitung respons sistem dapat diringkas sebagai berikut:

a). Menentukan matrik masssa sistem, M, matrik kekakuan/stiffness, K, dan rasio


peredaman , ξ n (yang secara khas dianggap sebagai sama untuk semua modus di
dalam sistem pemipaan).

b). Menentukan frekuensi-frekuensi alamiah sistem dan simpul-simpulnya.

c). Menghitung respons puncak dari modus ke-n sistem dengan langkah-langkah berikut,
n = 1, 2, 3, 4, …:
i. Sesuai dengan periode natural Tn, dan rasio peredaman ξn (yang dapat
dianggap sama untuk semua modus), membaca nilai-nilai Dn dan An, deformasi
dan percepatan-palsu dari spektrum respons. Disini percepatan palsu
didefinisikan sebagai perkalian antara perpindahan relatif maksimum (relatif
terhadap pergerakan bumi) dikalikan kuadrat frekuensi sudut, yaitu :An = ωn2
Dn dengan Dn = uo sebagai pergeseran relatif maksimum. Dengan menghitung
pergeseran pada derajat kebebasan (DOF) dalam modus n dengan
persamaan:

χ n = Γnφ jn Dn .............................................. (7.2s)

Dengan Γn sebagai faktor partisdiasi modus dan φjn sebagai bentuk modus.
Γn didefinisikan sebagai = φnT Mν/ φnTMφn dengan ν sebagai vektor pengaruh,
yang meyatakan pergeseran massa yang disebabkan oleh penerapan statika
dari satuan pergeseran bumi.

Hal : 71/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS

ii. Menghitung gaya-gaya lateral statika ekivalen dari:

F jn = Γn m jφ jn An .............................................. (7.2t)

iii. Dengan analisis statika dari sistem yang dikenahi gaya Fjn , dapat ditentukan
nilai puncak rn dari kontribusi modus ke-n pada besaran respons r.
iv. Respons total diperoleh dengan menambahkan respons-respons modus
puncak.

Metode kombinasi modus. Berbagai metode adalah (dalam artikel ini tidak semua metode
disorot):
Mutlak. Metode ini menyatakan respons total adalah sama dengan jumlah nilai
mutlak respons-respons satu per satu (individual). Respons sistem dapat dihitung sebagai:

R = ∑ Ri penjumlahan dari i = 1 sampai N ........................ (7.2u)

Metode ini memberikan hasil yang palingkkonservatif, karena ia menganggap semua


respons modus terjadi tepat pada saat yang sama selama gaya terapan bekerja. Ini
konservatif berlebihan, karena modus-modus dengan frekuensi-frekuensi alamiah berbeda,
mungkin mengalamai maksimumnya pada waktu yang berbeda selama profil beban.

Akar pangkat dua jumlah kuadrat (SRSS). Metode ini menyatakan bahwa respons
total adalah sama dengan akar pangkat dua dari jumlah kuadrat respons modal satyu per
satu (individual):

∑R
2
R= i dijumlahkan dari i = 1 sampai N ................. (7.2v)

Metode ini didasarkan pada anggapan statistik bahwa semua respons modus sama sekali
bebas (tak bergantungan) satu sama lain, dengan maksimumnya mengikuti distribusi uniform
selama massa beban terapan yang tak diketahui.
Cara ini tidak konservatif, terutama jika terdapat modus dengan frekuensi yang sangat
rapat. Modus-modus itu mungkin akan mengalamai maksimumnya pada waktu yang kira-kira
(aproksimatif) sama selama profil beban.

Metode kelompok (grup). Metode ini menghendaki modus-modus dengan “frekuensi yang
berdekatan” (khas masing-masing dalam arah 10% satu terhadap yang lain) berkorelasi dan
mutlak harus dijumlahkan. Jumlah-jumlah itu dan semua frekuensi-frekuensi yang lain
kemudian dipandang sebagai tidak terkorelasi dan digabungkan dengan memakai metode
SRSS.
Mungkin analis tegangan seringkali tidak dilengkapi dengan spektrum respons yang
cocok untuk lokasi tapak Mengingat hal ini, kebanyakan program komputer mempunyai
basis data yang “built-in” dari spektrum respons.
Beberpa basis-basis data yang khas meliputi spektrum respons seperti dalam United
States Nuclear Regulatory Guider 1.60 (berdasarkan berbagai nilai peredaman seperti 5%,
7% dst.) atau seperti dalam kode bangunan uniform untuk berbagai tipe tanah.

Hal : 72/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS

Spektrum-spektrum respons ini dinormalisasikan terhadap percepatan puncak bumi


(percepatan periode nol, ZPA) sebesar 1G (yang dapat diubah untuk kebutuhan tapak yang
spesifik). Seperti dalam UBC (1994), nilai-nilai spektrum harus diskalakan oleh perkalian ZN
(untuk gempa basis disain), dengan Z sebagai faktor seismik zone dan N koefisien medan
dekat yang mengaitkan kedekatan tapak pada “fault” yang aktif. (UBC memberikan
rekomendasi ini untuk “struktur yang secara seismik terisolasi tetapi tidak untuk struktur-
struktur yang tidak terisolasi yang non-seismik”.Tetapi, masuk akal jika dipertimbangkan
rekomendasi yang sama untuk struktur-struktur terisolasi yang non-seismik. Spektra resons
UBC (1994) diperlihatkan pada Gambar 2).
Jika eksitasi penyangga majemuk (‘multiple support exitement’) diberikan pada sistem
pemipaan, maka spektra-spektra yang berbeda-beda ditimbulkan pada sistem pemipaan
melalui vibrasi dari kumpulan penyangga (‘restraint’) yang terpisah. Pergeseran diferensial ini
menimbulkan gaya hampir statika (‘quasi-static force’), yang efeknya harus ditambahkan
pada hasil-hasil analisis dinamika dengan metode kombinasi yang mana saja (katakanlah
ABS atau SRSS)

Metode spektrum gaya. Variasi sedikit dari metode spektrum respons dapat dipakai untuk
memecahkan persoalan mengenai pembebanan seperti pembukaaan katup pereda (‘relief
valve’), tendangan fluida (‘fluid hammer’), aliran ‘slug’ dsb. Disini, alih-alih memakai
pergeseran, spektrum kecepatan atau percepatan, dipakai faktor beban dinamika untuk
persoalan seismik. Faktor beban dinamika dapat didefinisikan sebagai rasio antara
pergeseran dinamika maksimum dengan perpindahan statika maksimum. Tepat seperti untuk
gempa bumi, time history pembebanan dapat diterapkan pada meja goyang dari benda-
benda SDOF dengan spectrum respons (dalam hal ini, DLF terhadap frekuensi natural)
dengan membagi pergeseran osilator maksimum dengan pergeseran statika yang
diharapkan dalam pengaruh beban yang sama.

Modus tak terekstraksi. Dalam analisis dinamika sistem pemipaan, biasanya analis tidak
menarik semua modus vibrasi. Modus yang lebih tinggi biasanya juga tidak menyebabkan
perbedaan yang berarti pada hasil akhirnya. Tetapi, untuk menemukan efek modus yang tak
terekstraksi tersebut, dilakukan prosedur berikut:
Matrik bentuk modus dapat dibelah-belah sebagai :

φ = [φ eφ r ] .............................................. (7.2w)

dengan φe = bentuk modus yang ditarik dari analisis dinamika (yaitu modus-modus
berfrekuensi rendah) φr = bentuk modus sisa (yang tak tertarik).
Komponen pergeseran dapat dinyatakan sebagai kombinasi linier dari bentuk modus
seperti yang ditulisa dalam persamaan (11).
Misalkan q e = partisi matrik q yang sesuai dengan modus-modus yang ditarik
q r = partissi matrik q yang sesuai dengan modus-modus sisa.
Vektor beban dinamika dapat ditulis sebagai:

F = Kφq = Kφ e q e + Kφ r q r .............................................. (7.2x)

Dengan memperkalikan kedua sisi dengan φeT dan memakai hubungan ortogonalitas modus
seperti dalam persamaan (5) dan (6), gaya sisa adalah
Fr = F − φ e Mφ e F
T
.............................................. (7.2z)

Hal : 73/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS

Beban yang hilang diterapkan pada struktur sebagai beban statika. Respons structural
statika ini dapat dikombinasikan/digabungkan dengan respons modal yang , baik dengan
metode ABS atau SRSS.diperkuat secara dinamika
Jelaslah bahwa ABS memberikan hasil yang lebih konservatif dan mtode ini
didasarkan pada anggapan bahwa amplifikasi dinamika akan terjadi secara serentak dengan
percepatan bumi/dasar maksimum. Karena respons modus dan respons kaku secara
statistika tidak saling bergantungan, kombinasi SRSS adalah yang lebih teliti.

Filosofi kombinasi ruang (spatial) dan kombinasi modus. Untuk melakukaqn analisis
spektrum, tiap respons modus harus dijumlahkan. Tambahan lagi, jika diterapkan goncangan
majemuk pada struktur ke lebih dari satu arah, harus dijumlahkan juga hasil dari arah.yang
berbeda. Misalnya, jika kita terapkan goncangan ke arah X, Y dan Z dan misalnya
menghitung gaya Fx (gaya ke arah X), pada simpul tertentu, maka Fx dapat dihitung sebagai
jumlah dari semua Fx di simpul itu dalam semua modus yang disebabkan oleh komponen X
goncangan itu. Tetapi karena goncangan diterapkan juga ke arah Y dan Z, respons Fx akan
ada pada simpul itu yang disebabkan oleh komponen-komponen ini dan jumlahnya akan
merupakan kombinasi modus dari semua nilai Fx yang disebabkan secara satu per satu
(individual) oleh masing-masing komponen Y dan Z. Kita harus mempe3rtimbangkan hal di
baweah ini, untuk menentukan apakah kita harus menjumlahkan gaya-gaya Fx yang
disebabkan oleh goncangan dalam arah X, Y dan Z dalam satu modus dan kemudian
selanjutkan menambahkan nilai-nilai (dihitung dengan cara yang sama) dalam semua modus
dengan memakai metode penjumlahan modus (mula-mula kombinasi spasial) ataukah
mula-mula menjumlahkan respons modus yang disebabkan oleh komponen X, mengulangi
perhitungan untuk komponen Y dan komponen Z dan lalu menjumlahkan semua nilai-nilai Fx
(mula-mula kombinasi modus):
Akan timbul perbedaan dalam hasil-hasil akhir jika metode-metode berlainan dipakai
untuk kombinasi ruang atau kombinasi modus.
Suatu kombinasi komponen-komponen ruang pertama-tama menunjukkan bahwa
beban-beban goncangan bergantung satu sama lain (dependen), sedangkan kombinsai
kompponen-komponen modus pertama-tama menunjukkan beban goncangan bebas satu
sama lain (independent).
Ketergantungan dan ketakbergantungan mengacu pada hubungan waktu antara
komponen-komponen X, Y, Z dari gempa bumi. Dengan kasus gelombang gocang yang
dependen, komponen-komponen X, Y, Z gempa bumi mempunyai hubungan yang langsung,
perubahan goncangan sepanjang satu arah menyebabkan perubahan yang sesuai pada arah-
arah yang lain. Demikianlah halnya jika gempa bumi bekerja sepanjang arah yang spesifik
yang mempunyai komponen dalam lebih dari satu arah, seperti dalam hal ‘fault’ berjalan
dengan sudut 30o antara sumbu-sumbu X dan Z.
Sebuah gocangan yang independen adalah goncangan yang riwayat-time history X, Y,
Z nya menghasilkan spektra frekuensi berkaitan tetapi yang mempunyai time history sama
sekali berkaitan. Tipe gempa bumi yang independen jauh lebih biasa terjadi. Jadi dalam
kebanyakan hal, komponen-konponen moduslah yang pertama-tama harus dikombinasikan.
Sebagai acuan, IEEE 344-1975 (IEEE Recommended Practice for Nuclear Power Generating
Stations) mengatakan, “Gempa bumi menghasilkan pergerakan bumi yang acak yang
dikarakterisasikan oleh komponen-komponen horisontal dan vertical yang serentak tetapi
secara statistika tidak bergantungan satu sama lain”

Hal : 74/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS

Ini biasanya kurang merupakan isu bagi kombinasi-kombinasi spektrum gaya, karena
biasanya tak ada kombinasi-kombinasi ruang untuk dikombinasikan, yaitu tak ada komponen-
komponen X, Y, Z yang bekerja serentak. Tetapi jika terdapat lebih dari satu beban gaya yang
potensial [misalnya seperti sederetan katup pereda (‘relief valve’) dapat menembak secara
satu per satu atau secara berkombinasi) metode kombinasi haruslah lebih berupa kombinasi
modus dari pada kombinasi ruang. Jika dalam peristiwa tertentu kedua katup terbuka
bersamaan (yaitu jika pembebanannya independent), metode kombinasinya harus lebih ke
ruang dari pada ke modus. Karena gaya-gaya berarah bias any dikombinasikan secara
vektor, kombinasi SRSS merupakan metode yang paling cocok untuk kombinasi ruang.
Tetapi, jika dua atau lebih spektra yang diterapkan dalam arah yang sama (seperti dalam
sistem eksitasi penunjangmajemuk), pertama-tama lebih disukai melakukan kombinasi
menurut arah (‘directional’) dari pada kombinasi modus.

Analisis Time history. Meskipun secara teknik yang paling teliti dan secara teoritik dapat
diterapkan pada berbagai profil beban, metode ini sangat tepat bila digunakan untuk porfil
beban sebagai fungsi waktu (yaitu jika dapat diperoleh data variasi beban terhadap waktu
pada langlah-langkah waktu yang pendek) Secara tipikal metode ini dipakai untuk
pembebanan tipe impuls. Metodologi ini sebenarnya menghendaki pemecahan persamaan
keseimbangan dinamika secara numerik. Jadi cara ini seperti telah disebutkan di atas,
persamaan keseimbangan dinamika dapat ditulis sebagai sekumpulan persamaan-
persamaan yang terlepas (tak terikat, tak tegantung) satu sama lain, dalam kordinat-kordinat
modus (untuk system linier dengan peredaman klasik) (persmaan 7.2p) sebagai berikut:

M n q n ' ' (t ) + ∑ C nr q r ' (t ) + K n q n (t ) = Pn (t ) .......................................... (7.2aa)

Persamaan diferensial ini dapat diintegrasikan secara nemerik dengan membelah-belah masa
pembebanan (durasi pembebanan) ke dalam banyak langkah-langkah kecil.
Berdasarkan sumsi terhadap kelakuan sistem antara belahan-belahan (yaitu bahwa
oerubahan persepatan di antara kelakuan-kelakuan waktu tersebutadalah linier), maka
persepatan-percpatan system, kecepatan-kecepatan, pergeseran-pergeseran dan demikian
juga reaksi-reaksinya, gaya-gaya dalam dan tegangan-tegangan dalam dapat dihitung untuk
langkah-langkah waktu yang berturutan. Teknik yang paling umum dipakai adalah metode
Wilson, yang stabil secara tak bersyarat. Yang dimaksudkan stabil secara tak bersyarat
adalah prosedur-prosedur yang menghasilkan solusi terikat ‘bounded solution’), tanpa
mempedulikan panjang langkah waktunya. (Untuk pembahasan terperinci acuan 1 dan 2
dalam Kepustakaan yang disebutkan).

Penerapan. Untuk menerapkan analisis time history bagi persoalan analisis mengenai
analisis gempa, persamaan keseimbangan untuk gempa bumi dapat ditulis sebagai berikut:

Mx(t )' '+Cx(t )'+ Kx(t ) = − M V x g ' ' (t ) .............................................. (7.2ab)


dengan v sebagai vektor pengeruh yang menunjukkan pergeseran massa untuk pergeseran
bumu sebesar satu satuan, dan M, C dan K masing-maing adalah matrix massa,
peredaman dan kekakuan. Untuk analisis time history gempa bumi, sebagai masukan
harus diberikan nilai-nilai percepatan pada langkah-langkah waktu (misalnya 0,01 detik),
untuk memecahkan persamaan diferensial di atas dengan metode numerik (dalam analisis
spektrum respons, persamaan ini dipecahkan juga untuk membentuk/membangkitkan
spectrum respons, disini persamaan pertama dipecahkan untuk berbagai frekuensi alamiah
dengan mempertahankann nilai rasio peredaman yang sama dan kemudian dipecahkan
untuk rasio peedaman yang sama).

Hal : 75/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS

Perpindahan dinamika pada berbagai waktu dikonversikan ke dalam gaya-gaya statika


setara/ekivalen, persis seperti di dalam analisis spektrum respons. Satu-satunya perbedaan
adalah bahwa sekarang ia tidak bebas dari waktu.
Analis tegangan yang memakai software standar untuk analisis dinamika mungkin
merasa sulit menganalisa eksitasi seismik dengan metode time history. Banyak program
komputer tidak mempunyai fasilitas untuk memberi masukan gempa bumi. Kemungkinan
lain adalah mengkonversi gerakan menjadi gaya-gaya dengan cara memperkalikan
perpindahan penyangga dengan kekakuan penyangga. Jadi, analisis time history suatu
gempa bumi biasanya tak mungkin dengan program-prograsm komputer standar yang
diperoleh secara komersial. Demikian juga, keluarannya akan bergantung pada waktu, tidak
seperti keluaran dari analisis spekktrum respons, yang tak bergantung pada waktu.
Biasanya analisis time history harus dipakai ketika pemakai secara mutlak merasa pastidata
profil gaya terhadap waktu. Kalau tidak, solusi-solusi tidak akan realistik dan akan
memerlukan sumber-sumber komputasi yang besar sekali. Dalam situasi demikian, solusi
memakai metode spektrum probabilistik merupakan pilihan yang lebih baik. Pada
kenyataannya, efek-efek seismik yang identik, bahkan pada lokasi yang sama pada waktu-
waktuyang berbeda, gerakan gempa bumi memperlihatkan perbedaan. Jadi, analisis kurang
pasti tentang profil gaya-waktu.

Hal : 76/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS

BAB VIII
INPUT CAESAR II DAN ANALISIS DYNAMIC

8.1 PSV Thrust Load

Besarnya gaya yang terhitung sebagaimana diterangkan dalam sub bab 7.1, diinputkan ke
Caesar model pada suatu point atau lokasi dengan arah sesuai tipe dari Vent inlet atau Vent
stack yang akan di pasang , lihat gambar 31.

Gambar 31 : Harga Thrust Load pada lokasi arah sumbu X

8.2 Beban Angin (Wind)

Dari Tabel atau formula yang telah terhitung sebagaimana dalam sub bab 7.1, diinputkan ke
dalam Caesar model secara diskrit yang ditampilkan dalam gambar 32 hingga Gambar 34
berikut :
a) Pertama sekali kita pastikan bahwa wind akan diinputkan pada Caesar, maka tekan wind
dan tentukan harga wind shape factor sesuaikan dengan element yang di analisa, lihat
gambar 32.

Gambar 32 : Pemilihan wind input

Hal : 77/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS

a). Langkah kedua user harus memastikan bahwa tipe input telah didefinisikan sebagai
wind Pressure vs Elevation atau Wind Velocity vs Elevation dan inputkan ke arah horozontal
(X dan Z masing-masing), lihat gambar 33.

Gambar 33 : Definisi beban angin yang digunakan

b). Langkah yang ketiga inputkan harga pressure vs elevasi dengan meng-click “user
Wind Profile” dari gambar 33, dan ditunjukkan dalam gambar 34.

Gambar : 34 : Pressure vs Elevasi

Hal : 78/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS

8.3 Beban Seismic

Apabila beban seismic digunakan di dalam piping system, maka user harus menghitung
coefficient seismic sebagaimana dalam sub bab 7.1 dan diinputkan ke dalam pemodelan
Caesar, yang ditunjukkan dalam Gambar 35 dan 36.

a) Pada tool box yang ditampilkan pada gambar 35 berikut ini, user hendaknya
memperhatikan opsi uniform load in G’s dan input blank, yang berarti coefficient seismic
diperlakukan sebagai input uniform load.

Gambar 35 : Opsi Uniform Load in G di input blank

b) Dari model input Caesar, user hendaknya click opsi uniform load dan inputkan
coefficient seismic dengan arah horizontal X dan Z dalam tool box pada gambar 36.

Gambar 36 : Harga Uniform Load dengan arah X dan Z

Hal : 79/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS

8.4 Beban Gelombang (Wave)

Langkah-langkah yang perlu diperhatikan dalam input Caesar model untuk beban gelombang
adalah sebagai berikut :

a) Berdasarkan pada API RP2A dan DNV, user harus meng-inputkan coefficient
tambahan massa Ca, lift coefficient Cl dan marine growth. Sebagaimana dilukiskan dalam
gambar 37.

b) Dari data survey berdasarkan pada section 7.2, user hendaknya meng-input
kedalaman terhadap permukaan laut (surface depth), kedalam air, periode gelombang,
kekentalan (viscosity) kinematik, kerapatan dan korelasi kedalaman vs. kecepatan
gelombang. Sebagaimana terlihat dalam gambar 38.

c) Beban gelombang harus diinputkan pada setiap element di dalam cesar model input,
terkecuali sistim piping elemen tidak connect terhadap gelombang.

Gambar 37 : Input Coefficient Gelombang

Hal : 80/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS

Gambar 38 : Input Data Survey

Hal : 81/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS

8.5 Analisis Dinamika

a) Vibrasi

Vibrasi pada sistem perpipaan dapat terjadi karena adanya berbagai sumber yang
memang menghasilkan getaran, antara lain “Flow-induced turbulence”, “Two phase
flow”, “Pulsation” - “(Reciprocating machinery, Rotating stall periodic flow-induced
excitations)”, “Fluid transient”- (water hammer, relief valve discharge)”, “High
frequency acoustic emission” dan “rotating machinery”.

Vibrasi adalah getaran periodic, secara umum mempunyai sifat level amplitudo rendah
dan besaran nilai cycle-nya melebihi lifetime pada operasi pabrik. Getaran atau vibrasi
dapat terjadi karena frekwensi yang dihasilkan oleh mesin (mesin reciprocating dan
mesin rotating) melampaui frekwensi natural (fm > fn) dari sistim perpipaan yang
dihubungkannya, atau vibrasi dapat terjadi karena adanya selisih antara frekwensi
osilasi (f) dan frekwensi natural (fn) system, dimana f > fn. Apabila hal ini terjadi dan
tanpa ada penanganan secara berarti, maka pada sistim perpipaan mengalami
komulatip siklus tegangan dan lifte time pada sistim akan berkurang.

Kasus 1 :

Jika sistim perpipaan sudah terinstalasi dan beroperasi kemudian sistim mengalami
vibrasi, maka pengukuran kecepatan puncak vibrasi secara aktual di lapangan dapat
dilakukan dengan menggunakan vibrasi meter, harga yang tertera dapat dibandingkan
dengan harga allowable kecepatan puncak, sebagaimana dalam Tabel 7 dan gambar
39, apabila kecepatan puncak yang terukur berada diluar range, artinya bahwa
frekwensi sinusoidal ada selisih yang signifikan dengan frekwensi natural sistim, maka
vibrasi sistim tidak acceptable. Untuk menghendel hal ini maka perlu dilakukan
analisis, yakni menambahkan peredam (support) pada sistim untuk dibuat sedemikian
rupa agar frekwensi natural (fn) sama dengan frekwensi osilasi yang terukur (f), (fn ≈ f)
atau dibuat selisih antara frekwensi osilasi sekecil mungkin bahkan nol. Hubungan
kecepatan puncak sinusoidal dengan frekwensi osilasi dan frekwensi natural dapat
dinyatakan secara matematis sebagai berikut :

f = 2.4 (Vpk/σ)E.D/πL2 (8.5a)


fn = (C/L2) (EI/W)1/2 (8.5b)
Vpk/σ = (πC/9.6(Eρ)1/2)[1+(d/D)2] ½ (8.5c)
δ/σ = L2/4.8ED (8.5d)
Vpk = Kecepatan puncak yang terukur, (mm/dt , ips)
E = Modulus Elastisitas material pipa, (Kg/mm2, lb/inch2)
W = Berat pipa per satuan panjang (Kg/mm, Lb/inch)
C = Konstanta untuk frequency natural
I = Momen Inersia cross section pipa, inch4
L = Panjang pipa antar support, (mm, inch)
ρ = Density pipe material, (kg/mm3, lb/inch3)
d,D = inside dan outside diameter pipa, (mm, inch)
f = frequency vibrasi sinusoidal, (Hz)
fn = Frequency natural sistem, (Hz)
σ = Stress bending pipa, (Kg/mm2, lb/inh2)
δ = Deflection (mm, in)

Hal : 82/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS

Tabel 7. : Velocity Standards


Severity Rating Machinery, ips Piping, ips
NO. (On bearing housing) (Center of
span)
Acceptable Vpk≤ 0.2 Vpk≤0.6
1

2
Fair to Rough (correction 0.2 ≤Vpk≤0.5 0.6≤Vpk≤1.5
required)
Very rough 0.5≤Vpk≤1.0 1.5≤Vpk≤3.0
3
(danger, consider shutdown)

Gambar 39 : Vibrasi Chart

Hal : 83/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS

Kasus 2 :

Secara engineering, .Ssistem perpipaan yang dihubungkan dengan mesin rotasi


(compressor) dengan frekwensi sumber (mesin) berdasarkan informasi
manufacture adalah f (kecepatan puncak Vpeak mesin acceptable berdasarkan
table 7). Kemudian berdasarkan persamaan 7.2b dan 7.2c sistim perpipaan hasil
desain dapat dihitung harga frekwensi pribadi (fp)-nya, dimana frekwensi pribadi
(fp) harus lebih besar dari frekwensi mesin (sumber). Apabila ketentuan tersebut
tidak dipenuhi maka piping stress engineer harus membuat perubahan routing
sistim perpipaan sedemikian rupa sehingga diperoleh harga fp > fm. Setelah fp
tercapai selanjutnya dialakukan analisa untuk mendapatkan frewensi naturalnya
(fn), yaitu dengan cara memasang support ( peredanm/dumping), dengan
menggunakan persamaan 7.2a dimana F(t) =0, frekwesni tersebut harus berada
pada daerah antara fp dan fm, atau fm < fn ≤ fp, atau berdasarkan pengalaman fn
≥ 1.2fm. Pada kondisi seperti ini dipastikan bahwa sistim perpipaan tidak terjadi
vibrasi.

Apabila sistim routing seperti dalam gambar berikut, dan frekwensi mesin adalah
fm = 12.47 Hz.

Gambar 8.5 : Iso setelah analisa vibrasi (fn=15.2318Hz)

Langkah :
1. Modelkan sistim perpipaan tersebut dalam software analisis, pastikan bahwa
support tidak dipasang terlebih dahulu dan anchor atau displacement nozzle
sudah di inputkan.
2. Model dianalisa secara statik
3. Model dianalisa dynamic (Metode Modal) dan tentukan frekwensi pribadi (fp)
dengan cara ”trace” setiap Mode Shape hingga diperoleh gerakan gambar
dominan diam, (lihat gambar 8.5a-8.5f) dan pastikan bahwa fp>fm, dalam hal
ini diperoleh fp=15.2318Hz.
4. Analisa frekwensi natural (fn) dengan cara memperhatikan frekwensi pada
Mode Shape pertama (gambar 8.5g-8.5k). Meningkatkan frekwensi natural (fn)
dapat dilakukan dengan cara memasang support, dalam contoh ini diperoleh
frekwensi natural (fn = 15.2318Hz), karena frekwensi natural sudah mencapai
1.2fm atau (1.2fm≤fn≤fp), maka analisa selesai dan iso sperti dalam gambar
8.5.
5. Hitung kembali dengan statik analisis, yakinkan bahwa tegangan dan beban
nozzle equipment adalah acceptable berdasarkan allowable yang digunakan.

Hal : 84/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS

Gambar 8.5a Gambar 8.5b


Freq. natural 0.814 Hz pada mode shape 1 freq. natural 10.1643 Hz pada
mode shape 25

Gambar 8.5e Gambar 8.5f


Freq. natural 15.425 Hz pada mode shape 32 Freq natural 15.2318 Hz
pada mode shape 58

Pada Mode Shape pertama dengan menambah support diperoleh berbagai variasi frekwensi
natural (fn) sebagaimana dalam gambar 8.5g-8.5k.

Gambar 8.5g: freq. natural 4.7619 Hz Gambar 8.5h: freq. natural 9.2820 Hz

Hal : 85/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS

Gambar 8.5i : freq. natural 9.3678 Hz Gambar 8.5j : freq natural 11.6325 Hz

Gambar 8.5k : freq natural 15.2318 Hz

Hal : 86/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS

BAB IX
REFERENSI

1. Power Piping Society provides the first national Code for pressure piping.

2. The American Standard Association initiates the project B31 to govern pressure piping.

3. Markl paper “Piping Flexibility Analysis” Introduces piping analysis methode based on
the “stress range”.

4. Congress enacts the Natural Pipeline Saftey Act which CFR 192 which will in time
replace B31.8 for gas pipeline transportation.

5. ANSI B31.7 code for Nuclear power plant piping.

6. ASME section III for Nuclear power plant piping

7. Paul R. Smith, P.E, and Thomas J. Van Laan, P.E., “piping and Pipe Support Systems’,
McGraw-Hill Book Company.

8. Ceasar - II Users’s Guide, Coade Engineering Software

9. S. Saha, Ravi Raj Rastogi, and A. Bhattacharya, “An effective methode for analyzing
piping vibration problems,” Hydrocarbon Processing, April 2004.

10. Maten, S.,”Field Kriteria for Pipe Vibration,” Hydrocarbon Processing, July 1984.

11. I.S. Tuba and W.B.Wright, “Pressure Vessel and Piping 1972 Computer Program
Verification and Aid to Developers and Users. “ The American Society of Mechanical
Enginers, New York, 1972. Problem 6 and 2.

Hal : 87/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
DIKTAT - PIPING STRESS ANALYSIS

By : Achmad Chamsudi
Piping Department

PT. REKAYASA INDUSTRI


DAFTAR ISI HALAMAN

1. Pendahuluan 1

2. Kriteria Pipa Kritikal 2

2.1. Critical Line 2


2.2. Critical Line List 5

3. Teori Dasar Tegangan Pipa 7

3.1. Ragam tegangan 7


3.2. Principal Stress (Tegangan Utama) 12
3.3. Deformasi Plastic 13
3.4. Kegagalan Material (Material Failure) 16
3.5 Kegagalan Komulatif 24

4. Code dan Standard 27

4.1. Dasar-Dasar Code 27


4.2. Batasan Tegangan 28
4.3. Analisis ANSI/ASME B31.1 33
4.4. Analisis ANSI/ASME B31.3 36
4.5 Analisis ANSI/ASME B31.8 37

5. Ambang Batas Beban Nozzle Equipment Statik dan Equipment Rotasi 38

5.1. Batasan Beban Nozzle Equipment Statik 38


5.2. Batasan Beban Nozzle Equipment Rotasi 44

6. Teknik Pemodelan 50
6.1 Pemodelan Bentuk Geometri 50
6.2 Pendekatan Matrix 57

7. Teori Dasar Dinamika 60


7.1 Beban Quasi Dinamik 60
7.2 Beban Dinamika 65

8. Input Caesar II dan Analisa Dynamic 76


8.1 PSV- Thrust Load 76
8.2 Beban Angin (wind) 76
8.3 Beban Seismic 78
8.4 Beban Gelombang (Wave) 79
8.5 Anlisis Dinamika 81
9. Referensi 86
Lampiran :
Att. A : Grafik Allowable Nozzle Equipment Static
Att. B : Orientasi Koordinat Pompa
DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS
LAMPIRAN : Att. A – GRAFIK ALLOWABLE NOZZLE EQUIPMEN STATIK

Att A-1 : Equipment tebal dinding = 6mm

Att A-2 : Equipment tebal dinding = 7 mm


DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS
LAMPIRAN : Att. A – GRAFIK ALLOWABLE NOZZLE EQUIPMEN STATIK

Att A-3 : Equipment tebal dinding = 8 mm

Att A-4 : Equipment tebal dinding = 9 mm


DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS
LAMPIRAN : Att. A – GRAFIK ALLOWABLE NOZZLE EQUIPMEN STATIK

Att A-5 : Equipment tebal dinding = 10-11 mm

Att A-6 : Equipment tebal dinding = 12 - 14 mm


DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS
LAMPIRAN : Att. A – GRAFIK ALLOWABLE NOZZLE EQUIPMEN STATIK

Att A-7 : Equipment tebal dinding = 15 - 16 mm

Att A-8 : Equipment tebal dinding = 17 – 20 mm


DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS
LAMPIRAN : Att. A – GRAFIK ALLOWABLE NOZZLE EQUIPMEN STATIK

Att A-9 : Equipment tebal dinding = 21 – 26 mm

Att A-10 : Equipment tebal dinding ≥ 27 mm


DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS
LAMPIRAN : Att. B – ORIENTASI KOORDINAT POMPA

Keterangan
1. Shaft centerline
2. Discharge
3. Suction

Att. B-1— Koordinate sistem untuk gaya dan moment dalam Table 4— Vertical in-line
pumps
DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS
LAMPIRAN : Att. B – ORIENTASI KOORDINAT POMPA

Keterangan
1. Shaft centerline
2. Discharge
3. Suction
Att. B-2 — Koordinate sistem untuk gaya dan moment dalam Table 4—Vertically
suspended double-casing pumps
DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS
LAMPIRAN : Att. B – ORIENTASI KOORDINAT POMPA

Keterangan

1. Shaft centerline
2. Discharge
3. Suction
4. Centre of pump
5. Pedestal centerline
6. Vertical plane

Att. B-3— Koordinate sistem untuk gaya dan moment dalam Table 4— Horizontal
pumps dengan side suction dan side discharge nozzles
DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS
LAMPIRAN : Att. B – ORIENTASI KOORDINAT POMPA

Keterangan

1. Shaft centerline
2. Discharge
3. Suction
4. Centre of pump
5. Pedestal centerline
6. Vertical plane

Att. B-4 — Koordinate sistem untuk gaya dan moment dalam Table 4— Horizontal
pumps dengan end suction dan top discharge nozzles
DIKTAT – PIPING STRESS ANALYSIS
LAMPIRAN : Att. B – ORIENTASI KOORDINAT POMPA

Keterangan
1. Shaft centerline
2. Discharge
3. Suction
4. Centre of pump
5. Pedestal centerline
6. Vertical plane

Att. B-5 — Koordinate sistem untuk gaya dan moment dalam Table 4— Horizontal
pumps dengan top nozzles.

Anda mungkin juga menyukai