PENDAHULUAN
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1.3.2. Langkah 2
Pilih Fungsi Deformasi (Displacement Function) Penentuan fungsi deformasi adalah
berkait dengan jumlah titik dalam satu elemen serta DOF yang dimodelkan pada tiap
titik atau tingkat / derajat polinomial dalam asumsi fungsi deformasi dalam elemen
tersebut.
2.1.3.3. Langkah 3
Menentukan persamaan hubungan antara regangan {?} dan deformasi {d} serta antara
tegangan {s} dan regangan {?}.
Regangan: ?x =du/dx ; ?Y =dv/dy ; ?Z =dw/dz
Tegangan: sX = E ?x ; sY = E ?Y ; sZ = E ?Z
2.1.3.4. Langkah 4.
Menentukan Matrik Persamaan dan Kekakuan Elemen
Ada tiga metode dalam penentuan persamaan kekakuan elemen:
Metode Kesetimbangan Langsung (Direct Equilibrium Method).
Metode Kerja atau Energi (Work or Energy Method).
Metode dengan Pemberatan pada Energi Sisa (Methods of Weighted
Residual).
Metode Kesetimbangan Langsung: Matrik persamaan elemen yang menunjukkan hubungan
antara gaya, kekakuan, dan deformasi pada elemen ditentukan berdasarkan pada
prinsip kesetimbangan gaya.
Metode Kerja atau Energi: Metode ini adalah pendekatan yang dapat mencakup hampir
semua tingkat kerumitan dari suatu model yang mencakup komponen material, dimensi,
beban, dan syarat batas.
Metode yang menggunakan prinsip energi / kerja lainnya: Metode Castigliano dan
Metode yang berdasarkan Prinsip Energi Potensial Minimum. Keduanya hanya berlaku
untuk penurunan dengan material elastis.
Metode dengan Pemberatan pada Energi Sisa: Metode ini yang terkenal adalah Metode
Galerkin. Metode ini memberikan hasil yang sama untuk semua penyelesaian Metode
Energi. Metode ini sebagai penyelesaian saat metode energi tidak bisa digunakan.
Metode ini dapat mengadopsi langsung persamaan diferensial.
Persamaan elemen yang dihasilkan secara umum adalah sebagai berikut:
2.1.3.5. Langkah 5
Bentuk persamaan global dari sistem struktur secara matrik adalah sebagai berikut:
diketahui.
[K] = adalah matrik kekakuan global dari sistem struktur; sifatnya singular atau
det [K] = 0.
{d} = adalah vektor deformasi yang diketahui dan yang tidak diketahui.
2.1.3.6. Langkah 6
Penyelesaian dari DOF yang tak diketahui, setelah syarat batas diberikan. Persamaan
dari sistem menjadi: Dimana: n = jumlah DOF yang tak diketahui. Matrik [K] bersifat
non-singular (det [K] ? 0). Penyelesaiannya umumnya menggunakan antara lain: metode
eliminasi Gauss Iterasi Gauss, Gaussseidel, dst.
2.1.3.7. Langkah 7
Penyelesaian Regangan dan Tegangan Elemen. Hasil regangan dan tegangan adalah
output yang umum digunakan untuk menentukan kualitas dari desain struktur yang
dilakukan.
2.1.3.8. Langkah 8
Interpretasi Hasil Output yang berupa: deformasi, tegangan, dan regangan adalah
sebagai acuan dalam menilai desain yang dimodelkan. Dari analisis yang dilakukan,
maka dapat ditentukan perubahan-perubahan untuk perbaikan desain maupun kualitas
model.
Untuk mengatasi hal-hal diatas, maka program akan ditulis dalam satu program induk
( main programe ) yang memiliki beberapa subprograme yang dalam hal ini digunakan
subroutine. Program induk hanya berfungsi untuk menugasi subroutine ( memberi
perintah keja dengan perintah call ). Suatu subroutine bertugas untuk melakukan
satu macam proses operasi yang dalam keseluruhan analisis dilakukan berulang.
Secara garis besar, suatu paket program analisis struktur dapat dibagi atas
beberapa blok proses, yaitu :
Mulai
Pembacaan data masukan
Membuat program struktur
Menjalankan program struktur
Mencetak data keluaran
Analisa data
Selesai
Garis besar pemrograman analisis struktur diatas dapat dibuat program seperti
dibawah ini :
Dalam menentukan bahan untuk perancangan suatu struktur atau komponen, maka hal
yang paling utama yang harus ditentukan adalah tegangan yang mampu diberikan pada
struktur tersebut. Tegangan yang harus ditentukan pada bahan sebelum proses
perancangan adalah :
Tegangan Batas didefinisikan sebagai tegangan satuan terbesar suatu bahan
yang dapat ditahan tanpa menimbulkan kerusakan.
Tegangan ijin yaitu bagian kekuatan batas yang bisa aman digunakan pada
perancangan. Para perancang struktur ( komponen ) umumnya bekerja dengan suatu
tegangan izin yang ditetapkan sebelumnya.
Secara umum tegangan dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu :
Tegangan Normal ( Normal Stress )
Tegangan normal adalah tegangan yang bekerja normal ( tegak lurus )
terhadap permukaan yang mengalami tegangan. Tegangan ini dapat berupa tegangan
tarik maupun tekan.
Tegangan Geser (Shear Stress)
Tegangan geser adalah tegangan yang bekerja sejajar terhadap permukaan yang
mengalami tegangan.
Komponen tegangan ( stress ) bernilai positif jika searah dengan koordinat
positifnya dan sebaliknya. Tegangan yang bekerja pada batang terdiri dari 6
komponen, antara lain :
{s}^2 = { s_(xx ) s_(yy ) s_(zz ) s_(xy ) s_(xz ) s_yz }
Dasar dari metode elemen hingga adalah membagi benda kerja menjadi elemen-elemen
kecil yang jumlahnya berhingga sehingga dapat menghitung reaksi akibat beban (load)
pada kondisi batas (boundary condition) yang diberikan. Dari elemen-elemen tersebut
dapat disusun persamaan-persamaan matrik yang bias diselesaikan secara numerik dan
hasilnya menjadi jawaban dari kondisi beban pada benda kerja tersebut. Dari
penyelesaian matematis dengan menghitung inverse matrik akan diperoleh persamaan
dalam bentuk matrik untuk sat elemen dan bentuk matrik total yang merupakan
penggabungan ( assemblage ) matrik elemen.
Secara garis besar bentuk persamaan dalam penyelesaian tegangan dan regangan untuk
struktur dan pemipaan didasarkan pada rumus dasar perhitungan kekuatan dalam
konstruksi mekanik untuk daerah elastis sebagai berikut.
F = ((A . E)/I) ?l
Dimana :
F = gaya atau beban (N)
A = luas penampang (m2)
E = modulus elastisitas (Pa)
?l = pertambahan panjang (m)
Dari rumus dasar yang menunjukkan hubungan antara beban, sifat bahan,
geometri, dan pergeseran yang ditimbulkan dapat disusun bentuk umum persamaan dalam
elemen dengan persamaan matrik. Untuk problem pemipaan perhitungan tegangan akibat
beban mekanik dapat diperoleh dengan menyelesaikan persamaan matrik serta
memberikan syarat batas dan pembebanan dengan persamaan berikut:
[K] {u}= {F}
Dimana :
[K] = matrik kekakuan
{u} = matrik pengerasan
{F} = matrik beban
Untuk pembebanan termal rumus tegangan didasarkan pada besarnya perbedaan
regangan pada setiap titik dan elemen akibat terjadinya distribusi temperatur yang
tidak merata. Secara umum bentuk rumusan tegangan termal dapat disusun dalam
persamaan matrik sebagai berikut:
s=D e=D [a ?T] T
Dimana :
D = matriks konstanta yang bergantung pada jenis bahan dan
dinyatakan dalam besaran modulus young (E) dan angka
poison (v).
e = regangan
a = koefisien muai panas dari bahan
?T = beda suhu
Dengan menyelesaikan inverse matrik yang terbentuk dalam persamaan dapat
diperoleh hasil berupa distribusi tegangan pada sistem. Berdasarkan bentuk
persamaan matrik untuk tiap elemen dapat disusun bentuk persamaan matrik untuk
gabungan yang kemudian memberikan hasil tegangan pada setiap titik dan elemen.
Penyelesaian akibat beban mekanik dan termal dapat juga diselesaikan dengan
mmenggabungkan dua jenis pembebanan dan memberikan syarat batas dan menyelesaikan
persamaan matriknya. Penyelesaian metode elemen hingga dapat diselesaikan dengan
perhitungan menggunakan program ANSYS untuk memperoleh hasil akhir berupa nilai dan
distribusi tegangan pada seluruh titik elemen pada komponen dengan mengikuti
langkah perhitungan yang diatur pada penggunaan program tersebut. Program ANSYS
telah menyusun penyelesaian persamaan dari gabungan dengan berbagai macam
pembebanan yang disusun dari penyelesaian dengan menghitung inverse matrik
menggunakan teknik iterasi.
2.2.2. REGANGAN
Regangan digunakan untuk mempelajari deformasi yang terjadi pada suatu benda. Untuk
memperoleh regangan, maka dilakukan dengan membagi perpanjangan (d) dengan panjang
(L) yang telah diukur, dengan demikian diperoleh :
e= d/L
Dimana : e = regangan
d = perubahan bentuk aksial total (mm)
L = Panjang batang (mm)
2.2.3. HUKUM HOOKES
Sesuai dengan hukum Hookes, tegangan adalah sebanding dengan regangan.
Kesebandingan tegangan terhadap regangan dinyatakan sebagai perbandingan tegangan
satuan terhadap regangan satuan. Pada bahan kaku tetapi elastis seperti baja, kita
peroleh bahwa tegangan satuan yang diberikan menghasilkan perubahan bentuk satuan
yang relatif kecil. Perkembangan hukum Hookes tidak hanya pada hubungan tegangan-
regangan saja, tetapi berkembang menjadi modulus young atau modulus elastisitas.
Rumus modulus elastisitas (E) adalah:
E= s/e
Dimana : E = modulus elastisitas (N/m^2 ) atau Mpa
s = tegangan (N/m^2 )
e = regangan
2.3.4.2.1. ELEMENT 3D
Memiliki volume, menghubungkan nodal yang terletak tidak pada bidang yang sama
digunakan ketika tegangan yang terjadi pada seluruh bidang tiga dimensi.
2.3.4.2.2. ELEMENT 2D
Memiliki luas, menghubungkan nodal yang terletak pada suatu bidang digunakan ketika
variasi tegangan terjadi hanya pada dua dimensi dan pada dimensi yang ketiga
konstan.
2.3.4.2.3. ELEMENT 1D
Memiliki panjang, menghubungkan dua nodal, disebut juga elemen garis.
2.3.8. ANALISA
Analisa terhadap struktur aatau elemen mesin yang daapat dilakukan oleh program
ANSYS 14.0 meliputi:
Basic struktur analysic
Heat transfer analysic
Nonlinear analysic
Dynamic analysic
Visualisasi analysic
BAB III
PEMODELAN KOMPONEN SAMBUNGAN PIPA MODEL T
Dari hasil meshing pada ansys didapatkan jumlah elemen sebanyak 2334 dan nodes
sebanyak 13785 dengan toleransi element size 0,3937 in (1cm). Dengan hasil kualitas
yang demikian maka dapat diteruskan ke proses berikutnya yaitu Static Structural.
Selanjutnya komponen sambungan pipa T diberi support (tumpuan) pada kedua sisi
ujung pipa utama komponen sambungan pipa T yang mewakili kondisi pipa. Jenis
support (tumpuan) yang diberikan ialah fixed support (tumpuan jepit) dimana yang
dibebaskannya adalah dalam arah rotasi X dan Y. Pemodelan dapat dilihat pada gambar
3.4.
3.2.4. SOLUTION
Pada tahap solution disini dapat melihat hasil analisa tegangan-tegangan yang
terjadi setelah diberikan pembebanan dan tumpuan. Tegangan yang terjadi pada
komponen sambungan pipa T pada software ANSYS 14.0 yaitu maximum principal stress
dan minimum principal stress. Hasil analisa tegangan maximum principal stress dan
minimum principal stress dapat dilihat pada gambar 3.5 dan gambar 3.6.
Gambar 3.5 Hasil Solution Maximum Principal Stress Pada Ansys 14.0
Gambar 3.6 Hasil Solution Minimum Principal Stress Pada Ansys 14.0
BAB IV
PERHITUNGAN DAN ANALISA
Pada perhitungan analitik menentukan hoop stress pada pipa utama ( tanpa
sambungan ) seperti pada gambar 4.1 dengan menggunakan persamaan rumus:
Gambar 4.1 Hoop stress Yang Terjadi Pada Pipa Utama
s_(H = (P . D)/(2 . t) )
Dimana :
P = tekanan (Psi)
D = diameter luar pipa (in)
t = tebal pipa (in)
Maka perhitungan analitik hoop stress pada pipa utama ( tanpa sambungan ):
? s?_(H = (P . D)/(2 . t) )
s_(H = (14,5 Psi . 4,5 in)/(2 . 0,237 in) )
s_(H = ( 65,25 Psi .in)/(0,474 in) )
s_(H = 137,65 Psi )
Pada perhitungan analitik menentukan axial stress pada pipa utama ( tanpa sambungan
) seperti pada gambar 4.2 dengan menggunakan persamaan rumus:
s_(A = (P . D)/(4 . t) )
Dimana :
P = tekanan (Psi)
D = diameter luar pipa (in)
t = tebal pipa (in)
Maka perhitungan analitik axial stress pada pipa utama ( tanpa sambungan ):
s_(A = (P . D)/( 4 . t) )
s_(A = (14,5 Psi . 4,5 in)/(4 . 0,237 in) )
? s?_(A = (65,25 Psi .in)/(0,948 in) )
s_(A = 68,23 Psi )
Pada komponen sambungan pipa model T, perhitungan analitik hanya bisa
menghitung untuk pipa utama ( tanpa sambungan ) saja, maka tidak bisa diuraikan
secara analitik akan tetapi bisa dengan menggunakan cara empiris.
Berdasarkan persamaan empiris dari persamaan (19) journal of the Korean
nuclear society volume 29, number 4 dengan judul Stress Index Development for
piping with trunnion Attachment Under Pressure and Moment Loadings, halaman 310 -
319 maka perhitungan sambungan pipa model T dapat diselesaikan dengan persamaan
rumus sebagai berikut:
s_H = K1M . C1M (PD/2T) ( untuk hoop stress).
s_A = K1M . C1M (PD/4T) ( untuk axial stress).
dimana:
Jadi asumsi nilai hoop stress pada sambungan pipa model T adalah:
s_H = K1M . C1M (PD/2T)
s_H = 1,019722 in . 1,155088 in . ((14,5 Psi .
4,5 in)/(2 . 0,237 in))
s_H = 1,1778 in . ((65,25 Psi .in )/(0,474 in))
s_H = 162,13 Psi
Jadi asumsi nilai axial stress pada sambungan pipa model T adalah:
s_A = K1M . C1M (PD/4T)
s_A = 1,019722 in . 1,155088 in . ((14,5 Psi
.4,5 in)/(4 . 0,237 in))
s_A = 1,1778 in . ((65,25 Psi .in )/(0,948 in))
s_A = 81,07 Psi
Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Numerik Maximum Principal Stress Dan Minimum Principal
Stress Pada Bidang (YZ) Sebelah Kiri Komponen Sambungan Pipa Model
T
Tabel 4.3 Hasil Perhitungan Numerik Maximum Principal Stress Dan Minimum Principal
Tabel 4.4 Hasil Perhitungan Numerik Maximum Principal Stress Dan Minimum Principal
Gambar 4.4 Rekapitulasi Grafik Maximum Principal Stress dan Minimum Principal
Stress Pada Pipa Utama dan Pipa Cabang Daerah bidang YZ Sebelah
Kiri Komponen Sambungan Pipa Model T
Gambar 4.5 Rekapitulasi Grafik Maximum Principal Stress dan Minimum Principal
Stress Pada Pipa Utama dan Pipa Cabang Daerah bidang YZ Sebelah
Kanan Komponen Sambungan Pipa Model T.
Gambar 4.6 Rekapitulasi Grafik Maximum Principal Stress dan Minimum Principal
Stress Pada Pipa Utama dan Pipa Cabang daerah sambungan pipa
utama dan pipa cabang Komponen Sambungan Pipa Model T
Tabel 4.5 Hasil Analisa Tegangan Minimum Principal Stress (Numerik) dengan Axial
Stress
(Empiris).
PERHITUNGAN NUMERIK PERHITUNGAN EMPIRIS KEGAGALAN
(%)
MINIMUM PRINCIPAL STRESS (Psi) AXIAL STRESS
(Psi)
81.286 (Psi)
81.07 (Psi)
2.66 x 10-3
Tabel 4.6 Hasil Analisa Tegangan Maximum Principal Stress (Numerik) dengan Hoop
Stress
(Empiris).
162.27 (Psi)
162.13 (Psi)
8.63 x 10-4
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. KESIMPULAN
Hasil perhitungan dengan program ANSYS 14.0 maupun perhitungan empiris
memperoleh harga tegangan yang berbeda. Secara umum perhitungan ANSYS diperoleh
berbagai macam harga tegangan yang berbeda dalam komponen akibat pengaruh bentuk
geometri, seperti juga dalam hasil perhitungan untuk beberapa bengkokan pipa dan
sistem pemipaan lainnya. Hasil perhitungan ANSYS 14.0 lebih konservatif
dibandingkan hasil perhitungan empiris, dari hasil perhitungan ini bisa dikatakan
bahwa perhitungan ANSYS 14.0 lebih teliti dengan memberikan hasil pada setiap titik
nodesnya dan bisa menghasilkan desain lebih teliti dan efisien. Perhitungan dengan
ANSYS ini mudah dikembangkan untuk analisis desain, yaitu dengan mengubah input
file, ketelitian dari hasil perhitungan ditentukan oleh visualisasi atau modelling
yang diambil, baik dalam pemilihan tipe elemen ataupun penentuan siarat batas dalam
pembebanan.
5.2. SARAN
Untuk mendapatkan hasil analisa komponen sambungan pipa T secara numerik yang
lebih teliti diperlukan melakukan pemodelan komponen dengan menggunakan software
yang lain selain ANSYS 14.0 sehingga perhitungan numerik mendekati hasil
perhitungan empiris dan analitik.
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
LANDASAN TEORI
Hingga tahun.1950-an, metode matriks dan metode elemen hingga tidak siap
digunakan dalam penyelesaian - penyelesaian masalah kompleks karena besarnya
persamaan yang harus diselesaikan, sehingga tidak praktis.
Dengan hadirnya komputer, maka perhitungan dari penyelesaian persamaan dari sistem
struktur tersebut dapat diselesaikan dalam hitungan menit.
Perkembangan komputer menyebabkan perkembangan program-program numeris untuk
masalah struktur dan non-struktur.
2.1.3.2. Langkah 2
Pilih Fungsi Deformasi (Displacement Function) Penentuan fungsi deformasi adalah
berkait dengan jumlah titik dalam satu elemen serta DOF yang dimodelkan pada tiap
titik atau tingkat / derajat polinomial dalam asumsi fungsi deformasi dalam elemen
tersebut.
2.1.3.3. Langkah 3
Menentukan persamaan hubungan antara regangan {?} dan deformasi {d} serta antara
tegangan {s} dan regangan {?}.
Regangan: ?x =du/dx ; ?Y =dv/dy ; ?Z =dw/dz
Tegangan: sX = E ?x ; sY = E ?Y ; sZ = E ?Z
2.1.3.4. Langkah 4.
Menentukan Matrik Persamaan dan Kekakuan Elemen
Ada tiga metode dalam penentuan persamaan kekakuan elemen:
Metode Kesetimbangan Langsung (Direct Equilibrium Method).
Metode Kerja atau Energi (Work or Energy Method).
Metode dengan Pemberatan pada Energi Sisa (Methods of Weighted
Residual).
Metode Kesetimbangan Langsung: Matrik persamaan elemen yang menunjukkan hubungan
antara gaya, kekakuan, dan deformasi pada elemen ditentukan berdasarkan pada
prinsip kesetimbangan gaya.
Metode Kerja atau Energi: Metode ini adalah pendekatan yang dapat mencakup hampir
semua tingkat kerumitan dari suatu model yang mencakup komponen material, dimensi,
beban, dan syarat batas.
Metode yang menggunakan prinsip energi / kerja lainnya: Metode Castigliano dan
Metode yang berdasarkan Prinsip Energi Potensial Minimum. Keduanya hanya berlaku
untuk penurunan dengan material elastis.
Metode dengan Pemberatan pada Energi Sisa: Metode ini yang terkenal adalah Metode
Galerkin. Metode ini memberikan hasil yang sama untuk semua penyelesaian Metode
Energi. Metode ini sebagai penyelesaian saat metode energi tidak bisa digunakan.
Metode ini dapat mengadopsi langsung persamaan diferensial.
Persamaan elemen yang dihasilkan secara umum adalah sebagai berikut:
2.1.3.5. Langkah 5
Bentuk persamaan global dari sistem struktur secara matrik adalah sebagai berikut:
diketahui.
[K] = adalah matrik kekakuan global dari sistem struktur; sifatnya singular atau
det [K] = 0.
{d} = adalah vektor deformasi yang diketahui dan yang tidak diketahui.
2.1.3.6. Langkah 6
Penyelesaian dari DOF yang tak diketahui, setelah syarat batas diberikan. Persamaan
dari sistem menjadi: Dimana: n = jumlah DOF yang tak diketahui. Matrik [K] bersifat
non-singular (det [K] ? 0). Penyelesaiannya umumnya menggunakan antara lain: metode
eliminasi Gauss Iterasi Gauss, Gaussseidel, dst.
2.1.3.7. Langkah 7
Penyelesaian Regangan dan Tegangan Elemen. Hasil regangan dan tegangan adalah
output yang umum digunakan untuk menentukan kualitas dari desain struktur yang
dilakukan.
2.1.3.8. Langkah 8
Interpretasi Hasil Output yang berupa: deformasi, tegangan, dan regangan adalah
sebagai acuan dalam menilai desain yang dimodelkan. Dari analisis yang dilakukan,
maka dapat ditentukan perubahan-perubahan untuk perbaikan desain maupun kualitas
model.
Untuk mengatasi hal-hal diatas, maka program akan ditulis dalam satu program induk
( main programe ) yang memiliki beberapa subprograme yang dalam hal ini digunakan
subroutine. Program induk hanya berfungsi untuk menugasi subroutine ( memberi
perintah keja dengan perintah call ). Suatu subroutine bertugas untuk melakukan
satu macam proses operasi yang dalam keseluruhan analisis dilakukan berulang.
Secara garis besar, suatu paket program analisis struktur dapat dibagi atas
beberapa blok proses, yaitu :
Mulai
Pembacaan data masukan
Membuat program struktur
Menjalankan program struktur
Mencetak data keluaran
Analisa data
Selesai
Garis besar pemrograman analisis struktur diatas dapat dibuat program seperti
dibawah ini :
Dalam menentukan bahan untuk perancangan suatu struktur atau komponen, maka hal
yang paling utama yang harus ditentukan adalah tegangan yang mampu diberikan pada
struktur tersebut. Tegangan yang harus ditentukan pada bahan sebelum proses
perancangan adalah :
Tegangan Batas didefinisikan sebagai tegangan satuan terbesar suatu bahan
yang dapat ditahan tanpa menimbulkan kerusakan.
Tegangan ijin yaitu bagian kekuatan batas yang bisa aman digunakan pada
perancangan. Para perancang struktur ( komponen ) umumnya bekerja dengan suatu
tegangan izin yang ditetapkan sebelumnya.
Secara umum tegangan dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu :
Tegangan Normal ( Normal Stress )
Tegangan normal adalah tegangan yang bekerja normal ( tegak lurus )
terhadap permukaan yang mengalami tegangan. Tegangan ini dapat berupa tegangan
tarik maupun tekan.
Tegangan Geser (Shear Stress)
Tegangan geser adalah tegangan yang bekerja sejajar terhadap permukaan yang
mengalami tegangan.
Komponen tegangan ( stress ) bernilai positif jika searah dengan koordinat
positifnya dan sebaliknya. Tegangan yang bekerja pada batang terdiri dari 6
komponen, antara lain :
{s}^2 = { s_(xx ) s_(yy ) s_(zz ) s_(xy ) s_(xz ) s_yz }
Dasar dari metode elemen hingga adalah membagi benda kerja menjadi elemen-elemen
kecil yang jumlahnya berhingga sehingga dapat menghitung reaksi akibat beban (load)
pada kondisi batas (boundary condition) yang diberikan. Dari elemen-elemen tersebut
dapat disusun persamaan-persamaan matrik yang bias diselesaikan secara numerik dan
hasilnya menjadi jawaban dari kondisi beban pada benda kerja tersebut. Dari
penyelesaian matematis dengan menghitung inverse matrik akan diperoleh persamaan
dalam bentuk matrik untuk sat elemen dan bentuk matrik total yang merupakan
penggabungan ( assemblage ) matrik elemen.
Secara garis besar bentuk persamaan dalam penyelesaian tegangan dan regangan untuk
struktur dan pemipaan didasarkan pada rumus dasar perhitungan kekuatan dalam
konstruksi mekanik untuk daerah elastis sebagai berikut.
F = ((A . E)/I) ?l
Dimana :
F = gaya atau beban (N)
A = luas penampang (m2)
E = modulus elastisitas (Pa)
?l = pertambahan panjang (m)
Dari rumus dasar yang menunjukkan hubungan antara beban, sifat bahan,
geometri, dan pergeseran yang ditimbulkan dapat disusun bentuk umum persamaan dalam
elemen dengan persamaan matrik. Untuk problem pemipaan perhitungan tegangan akibat
beban mekanik dapat diperoleh dengan menyelesaikan persamaan matrik serta
memberikan syarat batas dan pembebanan dengan persamaan berikut:
[K] {u}= {F}
Dimana :
[K] = matrik kekakuan
{u} = matrik pengerasan
{F} = matrik beban
Untuk pembebanan termal rumus tegangan didasarkan pada besarnya perbedaan
regangan pada setiap titik dan elemen akibat terjadinya distribusi temperatur yang
tidak merata. Secara umum bentuk rumusan tegangan termal dapat disusun dalam
persamaan matrik sebagai berikut:
s=D e=D [a ?T] T
Dimana :
D = matriks konstanta yang bergantung pada jenis bahan dan
dinyatakan dalam besaran modulus young (E) dan angka
poison (v).
e = regangan
a = koefisien muai panas dari bahan
?T = beda suhu
Dengan menyelesaikan inverse matrik yang terbentuk dalam persamaan dapat
diperoleh hasil berupa distribusi tegangan pada sistem. Berdasarkan bentuk
persamaan matrik untuk tiap elemen dapat disusun bentuk persamaan matrik untuk
gabungan yang kemudian memberikan hasil tegangan pada setiap titik dan elemen.
Penyelesaian akibat beban mekanik dan termal dapat juga diselesaikan dengan
mmenggabungkan dua jenis pembebanan dan memberikan syarat batas dan menyelesaikan
persamaan matriknya. Penyelesaian metode elemen hingga dapat diselesaikan dengan
perhitungan menggunakan program ANSYS untuk memperoleh hasil akhir berupa nilai dan
distribusi tegangan pada seluruh titik elemen pada komponen dengan mengikuti
langkah perhitungan yang diatur pada penggunaan program tersebut. Program ANSYS
telah menyusun penyelesaian persamaan dari gabungan dengan berbagai macam
pembebanan yang disusun dari penyelesaian dengan menghitung inverse matrik
menggunakan teknik iterasi.
2.2.2. REGANGAN
Regangan digunakan untuk mempelajari deformasi yang terjadi pada suatu benda. Untuk
memperoleh regangan, maka dilakukan dengan membagi perpanjangan (d) dengan panjang
(L) yang telah diukur, dengan demikian diperoleh :
e= d/L
Dimana : e = regangan
d = perubahan bentuk aksial total (mm)
L = Panjang batang (mm)
2.2.3. HUKUM HOOKES
Sesuai dengan hukum Hookes, tegangan adalah sebanding dengan regangan.
Kesebandingan tegangan terhadap regangan dinyatakan sebagai perbandingan tegangan
satuan terhadap regangan satuan. Pada bahan kaku tetapi elastis seperti baja, kita
peroleh bahwa tegangan satuan yang diberikan menghasilkan perubahan bentuk satuan
yang relatif kecil. Perkembangan hukum Hookes tidak hanya pada hubungan tegangan-
regangan saja, tetapi berkembang menjadi modulus young atau modulus elastisitas.
Rumus modulus elastisitas (E) adalah:
E= s/e
Dimana : E = modulus elastisitas (N/m^2 ) atau Mpa
s = tegangan (N/m^2 )
e = regangan
2.3.4.2.1. ELEMENT 3D
Memiliki volume, menghubungkan nodal yang terletak tidak pada bidang yang sama
digunakan ketika tegangan yang terjadi pada seluruh bidang tiga dimensi.
2.3.4.2.2. ELEMENT 2D
Memiliki luas, menghubungkan nodal yang terletak pada suatu bidang digunakan ketika
variasi tegangan terjadi hanya pada dua dimensi dan pada dimensi yang ketiga
konstan.
2.3.4.2.3. ELEMENT 1D
Memiliki panjang, menghubungkan dua nodal, disebut juga elemen garis.
2.3.8. ANALISA
Analisa terhadap struktur aatau elemen mesin yang daapat dilakukan oleh program
ANSYS 14.0 meliputi:
Basic struktur analysic
Heat transfer analysic
Nonlinear analysic
Dynamic analysic
Visualisasi analysic
BAB III
PEMODELAN KOMPONEN SAMBUNGAN PIPA MODEL T
Dari hasil meshing pada ansys didapatkan jumlah elemen sebanyak 2334 dan nodes
sebanyak 13785 dengan toleransi element size 0,3937 in (1cm). Dengan hasil kualitas
yang demikian maka dapat diteruskan ke proses berikutnya yaitu Static Structural.
Selanjutnya komponen sambungan pipa T diberi support (tumpuan) pada kedua sisi
ujung pipa utama komponen sambungan pipa T yang mewakili kondisi pipa. Jenis
support (tumpuan) yang diberikan ialah fixed support (tumpuan jepit) dimana yang
dibebaskannya adalah dalam arah rotasi X dan Y. Pemodelan dapat dilihat pada gambar
3.4.
3.2.4. SOLUTION
Pada tahap solution disini dapat melihat hasil analisa tegangan-tegangan yang
terjadi setelah diberikan pembebanan dan tumpuan. Tegangan yang terjadi pada
komponen sambungan pipa T pada software ANSYS 14.0 yaitu maximum principal stress
dan minimum principal stress. Hasil analisa tegangan maximum principal stress dan
minimum principal stress dapat dilihat pada gambar 3.5 dan gambar 3.6.
Gambar 3.5 Hasil Solution Maximum Principal Stress Pada Ansys 14.0
Gambar 3.6 Hasil Solution Minimum Principal Stress Pada Ansys 14.0
BAB IV
PERHITUNGAN DAN ANALISA
Pada perhitungan analitik menentukan hoop stress pada pipa utama ( tanpa
sambungan ) seperti pada gambar 4.1 dengan menggunakan persamaan rumus:
s_(H = (P . D)/(2 . t) )
Dimana :
P = tekanan (Psi)
D = diameter luar pipa (in)
t = tebal pipa (in)
Maka perhitungan analitik hoop stress pada pipa utama ( tanpa sambungan ):
? s?_(H = (P . D)/(2 . t) )
s_(H = (14,5 Psi . 4,5 in)/(2 . 0,237 in) )
s_(H = ( 65,25 Psi .in)/(0,474 in) )
s_(H = 137,65 Psi )
Pada perhitungan analitik menentukan axial stress pada pipa utama ( tanpa sambungan
) seperti pada gambar 4.2 dengan menggunakan persamaan rumus:
s_(A = (P . D)/(4 . t) )
Dimana :
P = tekanan (Psi)
D = diameter luar pipa (in)
t = tebal pipa (in)
Maka perhitungan analitik axial stress pada pipa utama ( tanpa sambungan ):
s_(A = (P . D)/( 4 . t) )
s_(A = (14,5 Psi . 4,5 in)/(4 . 0,237 in) )
? s?_(A = (65,25 Psi .in)/(0,948 in) )
s_(A = 68,23 Psi )
Pada komponen sambungan pipa model T, perhitungan analitik hanya bisa
menghitung untuk pipa utama ( tanpa sambungan ) saja, maka tidak bisa diuraikan
secara analitik akan tetapi bisa dengan menggunakan cara empiris.
Berdasarkan persamaan empiris dari persamaan (19) journal of the Korean
nuclear society volume 29, number 4 dengan judul Stress Index Development for
piping with trunnion Attachment Under Pressure and Moment Loadings, halaman 310 -
319 maka perhitungan sambungan pipa model T dapat diselesaikan dengan persamaan
rumus sebagai berikut:
s_H = K1M . C1M (PD/2T) ( untuk hoop stress).
s_A = K1M . C1M (PD/4T) ( untuk axial stress).
dimana:
Jadi asumsi nilai hoop stress pada sambungan pipa model T adalah:
s_H = K1M . C1M (PD/2T)
s_H = 1,019722 in . 1,155088 in . ((14,5 Psi .
4,5 in)/(2 . 0,237 in))
s_H = 1,1778 in . ((65,25 Psi .in )/(0,474 in))
s_H = 162,13 Psi
Jadi asumsi nilai axial stress pada sambungan pipa model T adalah:
s_A = K1M . C1M (PD/4T)
s_A = 1,019722 in . 1,155088 in . ((14,5 Psi
.4,5 in)/(4 . 0,237 in))
s_A = 1,1778 in . ((65,25 Psi .in )/(0,948 in))
s_A = 81,07 Psi
Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Numerik Maximum Principal Stress Dan Minimum Principal
Stress Pada Bidang (YZ) Sebelah Kiri Komponen Sambungan Pipa Model
T
Tabel 4.3 Hasil Perhitungan Numerik Maximum Principal Stress Dan Minimum Principal
Tabel 4.4 Hasil Perhitungan Numerik Maximum Principal Stress Dan Minimum Principal
Gambar 4.4 Rekapitulasi Grafik Maximum Principal Stress dan Minimum Principal
Stress Pada Pipa Utama dan Pipa Cabang Daerah bidang YZ Sebelah
Kiri Komponen Sambungan Pipa Model T
Gambar 4.5 Rekapitulasi Grafik Maximum Principal Stress dan Minimum Principal
Stress Pada Pipa Utama dan Pipa Cabang Daerah bidang YZ Sebelah
Kanan Komponen Sambungan Pipa Model T.
Gambar 4.6 Rekapitulasi Grafik Maximum Principal Stress dan Minimum Principal
Stress Pada Pipa Utama dan Pipa Cabang daerah sambungan pipa
utama dan pipa cabang Komponen Sambungan Pipa Model T
Tabel 4.5 Hasil Analisa Tegangan Minimum Principal Stress (Numerik) dengan Axial
Stress
(Empiris).
PERHITUNGAN NUMERIK PERHITUNGAN EMPIRIS KEGAGALAN
(%)
MINIMUM PRINCIPAL STRESS (Psi) AXIAL STRESS
(Psi)
81.286 (Psi)
81.07 (Psi)
2.66 x 10-3
Tabel 4.6 Hasil Analisa Tegangan Maximum Principal Stress (Numerik) dengan Hoop
Stress
(Empiris).
162.27 (Psi)
162.13 (Psi)
8.63 x 10-4
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. KESIMPULAN
Hasil perhitungan dengan program ANSYS 14.0 maupun perhitungan empiris
memperoleh harga tegangan yang berbeda. Secara umum perhitungan ANSYS diperoleh
berbagai macam harga tegangan yang berbeda dalam komponen akibat pengaruh bentuk
geometri, seperti juga dalam hasil perhitungan untuk beberapa bengkokan pipa dan
sistem pemipaan lainnya. Hasil perhitungan ANSYS 14.0 lebih konservatif
dibandingkan hasil perhitungan empiris, dari hasil perhitungan ini bisa dikatakan
bahwa perhitungan ANSYS 14.0 lebih teliti dengan memberikan hasil pada setiap titik
nodesnya dan bisa menghasilkan desain lebih teliti dan efisien. Perhitungan dengan
ANSYS ini mudah dikembangkan untuk analisis desain, yaitu dengan mengubah input
file, ketelitian dari hasil perhitungan ditentukan oleh visualisasi atau modelling
yang diambil, baik dalam pemilihan tipe elemen ataupun penentuan siarat batas dalam
pembebanan.
5.2. SARAN