I. SPESIFIKASI TEKNIS
A. SYARAT-SYARAT TEKNIS
Pasal 1
Lingkup Pekerjaan
Pasal 2
Lapangan Kerja dan Jalan
Pasal 3
Standard
Bila Penyedia Jasa mengusulkan standart yang lain dari yang disebut diatas, maka
Penyedia Jasa harus menyerahkan edisi terakhir standart yang diusulkannya yang
membuktikan bahwa standart tersebut sama atau lebih baik dari pada yang
disyaratkan.
Pasal 4
Bahan-bahan / Material
4.1 Material yang dipakai diutamakan produksi dalam negeri yang memenuhi
persyaratan teknis yang dipakai.
4.2 Jika Penyedia Jasa mengajukan bahan lain yang akan digunakan, ia harus
memberikan keterangan selengkapnya dalam dokumen lelang.
Sedikitnya 2 (dua) minggu sebelum pemesanan bahan, hal yang harus
diberitahukan kepada Direksi meliputi jenis, kualitas, kuantitas bahan yang
dipesan.
Pasal 5
Kode, Standard, Sertifikat dan Literatur dari Pabrik.
Pasal 6
Patok-patok Referensi, Bouwplank dan Pengukuran.
6.2 Semua ukuran ketinggian ( elevasi dalam meter) dinyatakan terhadap Low
Water Spring (LWS).
6.4 Hasil pengukuran dilapangan harus dapat dikaitkan dengan patok-patok tetap
yang telah ada menurut petunjuk direksi dan bila diperlukan Penyedia Jasa
harus memasang patok-patok pembantu yang harus dipelihara keutuhan letak
dan ketinggiannya selama pekerjaan berlangsung.
Sebelum pekerjaan dimulai, patok-patok pembantu/bouwplank harus disetujui
Direksi terlebih dahulu.
Patok-patok dan referensi lainnya tidak boleh disingkirkan sebelum
diperintahkan direksi.
Pasal 7
Lalu Lintas
Pasal 8
Peralatan Survey
Penyedia Jasa harus menyediakan peralatan yang akan dipakai oleh Direksi
dan Staf, alat-alat tersebut harus disetujui Direksi.
Setelah pekerjaan selesai, seluruh peralatan tersebut akan dikembalikan kepada
Penyedia Jasa.
Pasal 9
Peralatan Laboratorium
Penyedia Jasa harus menyediakan peralatan laboratorium yang akan dipakai oleh
Direksi dan Staff. Alat-alat tersebut harus disetujui Direksi. Setelah pekerjaan
selesai, seluruh peralatan tersebut akan dikembalikan kepada Penyedia Jasa.
Pasal 10
Tiang Pancang
11.1.2. Panjang tiang pancang, termasuk bagian kepala tiang yang nantinya setelah
pemancangan masuk kedalam poer, bagian yang dikupas untuk menyalurkan
gaya dari tulangan dan bagian yang mungkin dipotong disesuaikan dengan
kondisi lapangan.
Tiang pancang tersebut memakai semen type I (satu) supaya lebih tahan
terhadap kerusakan akibat air laut.
11.1.3. Tiang pancang dapat terdiri atas segmen tunggal sesuai panjang yang
dibutuhkan atau segmen yang disambung dengan las listrik. Jumlah segmen
maksimum adalah 2 buah. Penentuan panjang segmen adalah sedemikian
sehingga setelah pemancangan sambungan – sambungan tiang sedapat
mungkin berada dalam tanah/dasar laut.
11.2.2. Ahli las yang melaksanakan pengelasan harus yang “qualified” sesuai
dengan AWS DI 0-72.
11.2.3. Tiang beton pratekan sebelum disambung harus dipegang erat-erat selama
pengelasan dengan rangka pendukung yang kaku dan di “Clamp” kerangka
untuk menjamin bahwa pipa-pipa disambung harus.
11.2.4. Banyaknya sambungan harus seminimal mungkin.
11.2.5. Pada sambungan tiang harus diberi dan dilapisi dengan Denso tape.
11.4.1. Pelaksanaan Pemancangan Tiang pancang tegak ( tiang miring bila ada )
harus sedemikian sehingga diperoleh hasil sesuai dengan ketentuan dalam
gambar kerja.
11.4.2.Toleransi Maksimum yang diijinkan terhadap hasil pemancangan adalah 10
cm penyimpangan dari posisi yang benar. Inklinasi maksimum yang
diizinkan untuk tiang miring dan tiang vertikal adalah 2%, dan untuk
pemotongan tiang sebesar 5 cm.
11.4.3. Bila Toleransi dilampaui maka tiang harus diperbaiki / diperkuat dengan
konstruksi tertentu, dicabut atau lain sebagainya sesuai dengan keputusan
Direksi dengan biaya pemborong.
11.5.2. Mesin pancang atau Hammer harus jenis Diesel Hammer, steam hammer
(single atau double acting ).
Mesin pancang drop hammer tidak diperkenankan. Bila dipakai Diesel atau
steam hammer maka berat ram minimum 3,5 ton.
11.5.3. Hammer harus dapat melakukan pemancangan secara kontinu sampai
kedalaman yang direncanakan. Penghentian pemancang sebelum mencapai
setting atau kedalam rencana harus mendapat persetujuan direksi.
11.5.4. Alat pancang harus dilengkapi dengan ledder yang cukup panjang dan dapat
digerakan secara hydrolik atau mekanis, untuk menjamin pemancangan
tiang-tiang tegek dan tiang miring dapat dilaksanakan.
11.6.2. Kalendering
2.1. Kalendering Tiang pancang akan dipakai sebagai penentuan daya
dukung tiang pancang berdasarkan dinamic formula (Hiley Formula)
dan panjangnya tiang pancang lebih lanjut.
2.2. Tiap kali melakukan pemancangan, maka Pemborong harus membuat
catatan-catatan mengenai kalendering pemancangan sebagai pedoman
setting ( benaman terakhir ) yang dapat diambil sebagai:
Alat pancang Diesel hammer K 35 setara.
Tinggi jatuh H = 1,80 meter.
Energy total = 12,6 ton meter.
Benaman = 0.6 cm/pukulan.
Pizin = 95 ton
Rdu = 285 ton
f = 1
En = 12,6 ton.m
Wr = 3,5 ton
H = 1,8 m
e = 0,25
Wp = 6,815 ton
C1 = 0,003 m
C2 = 0,0007 m
C3 = 0,0025 m
(Ton)
Baja Ø
Dolphin K35 3.50 0.6 -23.10
457.2 mm
Breasting Baja Ø
K35 3.50 0.6 -23.10
Dolphin 457.2 mm
2.5. Pada bagian tiang ditempelkan kertas grafik untuk menentukan pukulan –
pukulan terakhir, untuk mengetahui “Final Set” pada saat
pemancangan.
2.6. Pemborong harus melakukan pencatatan pemancangan masing –
masing tiang, yang disampaikan kepada Direksi untuk dievaluasi.
Pencatatan meliputi :
1. tanggal dan hari pemancangan.
2. Nomor tiang.
3. Panjang tiang.
4. Ukuran penampang.
5. Type hammer.
6. Berat ram.
7. Evaluasi dasar tanah pada titik pancang.
8. Tiang masuk tanpa dipukuli.
9. Benaman per interval jumlah pukulan atau sebaliknya ( jumlah
pukulan / 100 cm, 50 cm 25 cm ).
10. Total set/benaman.
11. Rebound (cm).
12. Tinggi jatuh hammer (M).
13. Penyimpangan posisi/kemiringan dari rencana.
14. Hal – hal khusus yang ditemui pada waktu pemancangan.
15. Daya dukung tiang berdasarkan Hiley Formula.
11.7.1. Tiang vertikal dipancang sampai mencapai “Final Set” yang ditentukan
dengan “Dinamic Formula”.
11.7.2. Harga tiang pancang yang panjangnya tidak sesuai dengan gambar akan
diperhitungkan dengan harga satuan panjang seperti pada penawaran.
Tiang pancang yang lebih dari elevasi rencana dipotong dengan baik dengan
memperhatikan syarat – syarat sebagai berikut:
a. Tiang – tiang harus dipotong pada elevasi yang tepat sesuai dengan gambar
dan untuk menghindari keretakan pada kepala tiang, pemotongan harus
dilakukan dengan alat ( gergaji besi ).
b. Bagian ujung tiang pancang akan tertanam dalam poer ( pile cap ) minimal 40
cm.
c. Tulangan yang dipakai pada ujung tiang pancang harus dijadikan tulangan
penyaluran dan akan tertanam dalam poer. Pembengkokan – pembengkokan
tulangan yang dipergunakan harus dilakukan dengan hati – hati agar tidak
merusak beton yang ada.
Diatas tiap–tiap tiang pancang akan dibuatkan poer untuk menyalurkan gaya
dari balok ketiang pancang yang ukuran–ukuran dan penulangannya seperti
ditunjukkan dalam gambar kerja.
Sebelum melakukan pengecoran adukan semua tulangan harus sudah terpasang
dengan baik, bersih dari kotoran dan pelaksanaan pengecoran harus
diperhitungkan waktunya sedemikian rupa sehingga adukan yang sudah
dituangkan tidak terganggu oleh pasang surut sebelum beton mencapai umur 3
jam.
Apabila terdapat besi-besi bekas angker bekestiang atau baja atulangan yang
menonjol dari permukaan beton, maka besi/baja tersebut harus dipotong
sedemikian sehingga nantinya dapat tertanam dan ditutup dengan adukan beton
atau material lain yang kedap air minimal setebal selimut beton.
Pasal. 11
Pek. Fender dan Bollard
1. Fender
Disepanjang tepi depan plengsengan ini harus dipasang fendear V200 H.2000
Panjang 2.00 m, lebar, Karet untuk melindungi beban kapal membentur
langsung konstruksi plengsengan. Penempatan, jumlah dan jarak antara fender
ditentukan seperti dalam gambar.
Pemborong harus mengajukan rencana penggunaan fender kepada Direksi untuk
mendapat persetujuan, sebelum dilakukan pemesanan fender tersebut.
Angker – angker dari Penggantung fender Ban karet harus terbuat dari baja anti
karat, dengan diameter yang ditentukan dalam gambar, Pemasangan bagian
angker yang nantinya akan berbeda di dalam beton harus sudah terpasang
sebelum dilakukan pengecoran beton.
2. Bollard
Bollard kapasitas 50 ton dipasang pada dermaga & Mooring Dolphin.
Pengecoran Bollard harus bersama-sama dengan pengecoran fender beton pada
dermaga. Sebelum dicor kedudukan bollard harus dipegang teguh supaya tidak
bergeser pada waktu pengecoran.
Sebagai finisng bollard harus dibersihkan dari karat, minyak dan lain-lain
kotoran, kemudian dicat dengan Red Lead Sealer sebagai proimer dan Epoxy
Coaltar dua lapis sebagai cat luar.
Pasal 12
Pekerjaan Beton
13.1 S E M E N
Semen yang dipergunakan harus Portland Cement dari sumber yang disetujui
serta memenuhi dalam segala bidang dengan syarat-syarat minimum untuk
S.550 dari Peraturan Semen Portland Indonesia 1972 – N.I.-8. Selama
pengangkutan, semen harus dilindungi terhadap hujan, penyerahan harus
dalam kantong-kantong aslinya yang disegel dari pabrik serta disimpan
didalam gudang berventilasi cukup serta tidak bocor diletakkan diatas lantai
yang ditinggikan minimum 30 cm dari tanah.
Kantong-kantong semen tidak diperbolehkan untuk ditimbun melebihi
ketinggian 2 m dan setiap pengiriman dipisahkan serta diberi tanda pengenal
sehingga dapat dipakai sesuai dengan tanggal pengiriman.
13.2 KERIKIL
a.Persyaratan Bahan.
Agregat kasar harus terdiri dari batu-batu pecah, keras tahan lama dan
bersih serta tidak mengandung bahan – bahan yang dapat mempengaruhi
kekuatan serta ketahananan terhadap karat untuk penulangan.
Kerikil harus memenuhi segala peraturan P.B.I 1971 Bab 3.
b. Penyimpanan :
Kerikil harus disimpan diatas permukaan bersih dan keras serta
dihindarkan terjadinya pengotoran serta pencampur adukan.
13.3 AIR
Air untuk adukan beton serta membasahi beton harus bersih ( air PAM ), atau
air yang bebas dari bahan-bahan atau kotoran yang dapat mempengaruhi ikatan
semen ( mengandung garam-garam).
13.4 PASIR
a. Pasir dapat berupa pasir alam atau pasir buatan yang dihasilkan oleh
alat-alat pemecah batu.
b. Pasir harus terdiri dari batu-batu tajam dan keras. Butir-butir harus
bersifat kekal, tidak pecah atau hancur oleh pengaruh cuaca.
c. Pasir tidak boleh mengandung Lumpur lebih dari 5% (ditentukan
terhadap berat kering).
d. Pasir tidak boleh mengandung bahan organis terlalu banyak yang
harus dibuktikan dengan percobaan warna dari Abrams Harder.
e. Pasir harus terdiri dari butir-butir yang beraneka ragam besarnya.
f. Pasir laut tidak boleh dipakai untuk semua beton, selanjutnya pasir
harus memenuhi syarat-syarat P.B.I. 1971 Bab 3.3.
13.5 PENULANGAN
a. Jenis Penulangan
Baja tulangan yang dipakai adalah minimal harus sesuai dengan PBI 1971
atau SKSNI’91. Setaraf produksi Krakatau Steel dengan mutu, jenis sebagai
berikut :
--------------------------------------------------------------------------------------
--------------------------------------------------------------------------------------
--------------------------------------------------------------------------------------
- Kawat beton : kawat pengikat beton harus terbuat dari baja lunak
dengan diameter minimal 1 mm yang telah dipijarkan terlebih dahulu
dan tidak disepuh seng.
- Besi dan kawat beton seperti disebut diatas bebas dari kotoran-
kotoran, karat, minyak cat kulit giling serta bahan lain yang
mengurangi daya lekat terhadap beton.
- Sambungan dan panjang lewatan besi beton harus sesuai PBI 1971
dan buku pedoman Perencanaan untuk struktur beton bertulang.
b. Penyimpanan.
Besi beton harus disimpan dengan baik tidak menyentuh tanah dan
tidak boleh disimpan diudara terbuka (harus diatapi) untuk jangka waktu
yang panjang.
c. Pelaksanaan.
Penulangan harus bebas dari lemak, kotoran, cat, karat atau bahan-bahan
lain yang merugikan segera sebelum dilakukan pemasangan.
Pembengkokan dan pelurusan besi beton harus dilakukan dalam
keadaan dingin, besi beton dipotong dan dibengkokkan sesuai dengan
gambar.
Harus dipasang sedemikian rupa hingga sebelum dan selama pengecoran
tidak berubah tempat.
d. Pencegahan Kotoran
Pada saat pengisian dengan beton K300, maka setiap sambungan atau
lubang-lubang harus bersih dari debu, serbuk gergaji, kawat beton dll.
e. Perawatan
Semua pengetesan Baja/Besi tulangan Beton di atas, harus dilakukan di
laboratorium Lembaga Uji Konstruksi BPPT (LUK BPPT) oleh Direksi
dan minimal sesuai dengan SII- 0136-84. Mutu dan cara Uji baja
tulangan beton atau standard/peralatan lain yang setaraf. Semua biaya
pengetesan tersebut ditangungg oleh Penyedia Jasa
a. Campuran
Penyedia Jasa wajib membuat rencana campuran (mixed design)
untuk mencapai mutu K.350 sesuai P.B.I. 1971.(termasuk pemakaian
Beton Ready Mix)
Metode campuran dan Jumlah semen minimum harus mengikuti
P.B.I.1971.
b. Kekuatan Beton.
Kekuatan Beton karakteristik = K.350 kg/cm2 ( 28 hari ).
Proportion Defective = 5%
d. Cara mengaduk
Semua beton harus diaduk dalam beton molen dengan kapasitas
diatas 250 liter.
a. Komposisi.
Semua bahan pasir, kerikil, semen dan air harus diukur secara teliti
beratnya.
b. Testing
Testing dilakukan sesuai dengan P.B.I. 1971 Bab 4.7 termasuk slump
test maupun compression test. Bila mana beton tidak memenuhi
slump test, maka seluruh adukan tidak boleh digunakan dan harus
dibuang keluar pabrik oleh Penyedia Jasa. Apabila tidak memenuhi
compression test, maka prosedur P.B.I 1971 untuk perbaikkan beton
harus dilakukan . Mutu beton harus K.300
Penyedia Jasa harus membuat mixed design untuk diajukan dan
disetujui Direksi sebelum mulai dengan pengecoran dan pada tiap
perubahan sumber pengambilan agregat.
.
13.8 TOLERANSI
a. Campuran Beton.
Untuk mendapatkan mutu beton yang disyaratkan Penyedia Jasa
harus membuat mixed design serta membuat kubus-kubus percobaan
pendahuluan minimum 20 buah untuk masing-masing bagian
pekerjaan (Trial Mix).
Untuk membuat Mixed Design Penyedia Jasa dapat minta bantuan
laboratorium Penyelidikan Bahan – bahan setempat.
Semua bahan pasir, kerikil, semen dan pasir harus diukur secara teliti
beratnya.
b. Mutu Beton.
e. Pengecoran Beton.
1. Persiapan Pengecoran
- Proporsi semen, pasir dan kerikil diseduaiakan dengan trial mix
yang telah disetujui.
- Sebelum adukan beton dicor, kayu-kayu bekisting harus bersih
dari kotoran seperti serbuk gergaji, tanah, minyak dan lain-lain
serta harus dibasahi secukupnya. Perlu diadakan tindakan-
tindakan untuk menghindari mengumpulnya air pembasah
tersebut pada sisi bawah.
- Pekerjaan pengecoran beton baru dilaksanakan sesudah Direksi
memerikasa dan menyetujui bekesting, tulangan, stek-stek, beton
decking dan lain-lain dimana beton tersebut akan diletakkan. Jika
tidak ada pemberitahuan yang semestinya atau persiapan
pengecoran tidak disetujui oleh Direksi, maka Penyedia Jasa
diperintahkan untuk menyingkirkan beton yang baru dicor atas
biaya sendiri.
2. Pelaksanaan
- Semua campuran beton dilokasi pekerjaan harus dituang pada
acuan yang sudah disetujui Direksi dan dipadatkan dalam waktu 60
menit sejak penambahan air kedalam mixer.
- Beton tidak boleh dijatuhkan bebas dari ketinggian lebih besar dari
2.00 mtr, untuk kolom yang tinggi, jendela-jendela harus dibuat
pada cetakan, ini harus dikerjakan untuk menghindari agresi
dan menjamin suatu perngecoran yang terputus.
- Pengecoran beton dilakukan dalam suatu operasi yang terus
menerus atau tercapai pada construction joint, beton tidak boleh
dituang diatas lapisan beton yang cukup keras.
a. Penyedia Jasa harus membuat benda uji menurut ketentuan dalam PBI
1971 pasal 4.7. dan 4.9. tanpa menggunakan penggetar. Saat
pengecoran pertama harus dibuat minimum 1 benda uji ukuran 15 x 15 x
15 cm3 dilakukan setiap 1,5 m3 beton, sampai didapat 20 benda uji
unutk pertama. Pengambilan benda uji harus dengan periode antara yang
disesuaikan dengan kecepatan pembetonan.
b. Termasuk dalam pengujian ini adalah pengujian susut(slump) serta
pengujian tekanan.
c. Jika beton tidak memnuhi syarat pengujian slump, maka kelompok
adukan yang tidak memenuhi syarat itu tidak boleh dipakai, dan harus
disingkirkan dari tempat pekerjaan.
d. Jika pengujian tekanan gagal, maka perbaikan harus dilakukan dengan
mengikuti prosedur PBI’1971.
e. Pengambilan contoh untuk pengujian jumlahnya disesuaikan dengan
keadaan konstruksi yang harus diambil langsung dari lapangan lokasi
pengecoran, atas petunjuk dan persetujuan Direksi.
Penyedia Jasa wajib memberi tahu Direksi pada waktu akan membuka
cetakan bagian-bagian pekerjaan beton yang penting serta mendapatkan
Jika menurut Penyedia Jasa sebagian pekerjaan atau seluruh pekerjaan lebih
efesien jika digunakan beton pra-cetak karena semua pekerjaan ada diatas
laut dan lebih mudah dicetak dulu didaratan, maka hal ini dapat disetujui
Direksi asal didiskusikan dahulu, karena ini menyangkut peralatan yang
dapat dipakai Penyedia Jasa.
Jika Penyedia Jasa akan menggunakan cara-cara yang konvensional, maka
kesemuanya adalah tanggung jawabnya untuk keberhasilan pekerjaan.
Pasal 13
Pekerjaan Sirtu
Sirtu yang digunakan dapat berupa campuran kerikil dengan pasir atau
campuran batu pecah dengan pasir atau bahan halus lainnya yang memenuhi
syarat. untuk sirtu halus seragam dan kalau tidak ditentukan lain maka
degradasinya harus memenuhi syarat seperti dibawah ini :
Bahan sirtu dapat dihampar pada bagian tanah kasar/sub grade yang telah
dipadatkan dan telah mencapai kepadatan yang telah ditentukan . Tebal lapis
hamparan harus sama dan telah mengikuti bentuk profil jalan/lapangan.untuk
mendapat tebal yang sama maka pemborong harus memasang patok – patok
petunjuk tebal pada as jalan /lapangan pemumpukan dan kedua tepi dengan
jarak maksimum 10 m
Apabila hamparan sudah cukup rapi , maka dapat segera diikuti dengan
penggilasan yang menggunakan mesin gilas 6 – 8 ton.
Penggilasan dilakukan hingga mencapai kepadatan yang ditentukan dan
apabila ada bagian yang mengalami penurunan segera ditambahkan bahan
yang sejenis lalu digilas kembali sampai tidak goyang lagi.
Pasal 14
Pekerjaan Pembuatan Talud
12.1.3 Material batu harus berupa batu belah, cukup keras dan tidak
menunjukkan tanda-tanda pelapukan serta harus memenuhi
persyaratan lainnya sesuai dengan persyaratan bahan dalam
pekerjaan ini.
12.1.4 Pemasangan batu dilaksanakan dengan ukuran dan kemiringan sesuai
gambar dengan adukan campuran 1 semen 3 pasir.
12.1.5 Disepanjang pasangan batu arah melintang talud dengan bentuk pada
posisi dan jarak tertentu sesuai gambar harus dibuat siar deletasi atau
siar konstruksi yang berfungsi untuk mengakmodasikan apabila
terjadi perbedaan penurunan konstruksi talud. Dibagian dalam siar
deletasi ini diberi filter untuk mencegah butir – butir urugan dan lain-
lain merembes keluar.
12.1.6 Seluruh permukaan talud harus dikerjakan plesteran siar. Sebelum
pekerjaan dimulai semua permukaan bidang yang akan disiar
dibersihkan dahulu dan dibersihkan sampai merata. Adukan yang
akan dipakai pekerjaan siar ini adalah campuran 1 semen 2 pasir.
Pekerjaan siar dilakukan sedemikian rupa sehingga siar-siar terletak
pada suatu bidang kira-kira 1 cm didepan muka batu yang dipasang.
Tebal siar minimum 2 cm lebarnya disesuaikan dengan kebutuhan.
12.1.7 Batu pelindung talud harus dapat berfungsi dengan baik terhadap
pengaruh gelombang. Untuk itu pemasangan batu pelindung (armor
rock) dilakukan secara acak, namun diatur agar penempatannya mulai
dari kaki talud hingga mencapai setinggi mungkin bidang miring
talud. Batu yang berukuran lebih besar ditempatkan pada bagian yang
lebih berat menahan pengaruh gempuran gelombang.
Pasal 15
Pekerjaan Lampu Penerangan Jalan
Lampu penerangan Jalan yang digunakan adalah Lampu Jalan Solarcell yang terdiri
dari Tiang Galvanized, SL-0250R LED Street Light 48/52w +/-5200 LM in cool
White 5000K, Solar Panel, Batterey Charge Regulator, , Batterai VRLA Hybrid Gel
Deep Cycle Solar, Box Battery Steel 12 mm with Powder Coating Painted, Pole
conical 8 mm Galvanized with solar panel support, Cable + Accesories.
Pasal 16
Pekerjaan Pembersihan Halaman dan Finishing
a. Pembersihan sisa-sisa bahan yang tidak digunakan lagi, diangkaut keluar dari
lokasi pekerjaan atau dari sekeliling bangunan, agar bersih dan rapi
b. Pemborong wajib menyelesaikan semua izin -izin yang menyangkut pelaksanaan
pekerjaan ini untuk dan atas nama pemimpin proyek dengan semua instansi
berkepentingan sehubungan dengan pelaksanaan pekerjaan ini. Sebelum
dilakukan serah terima yang kedua kalinya atau yang terakhir dan pekerjaan
dinyatakan selesai 100%
Pasal 17
Pekerjaan Pengetesan
a. Pemborong wajib melakukan pengetesan dengan hasil baik, jika hasil pengetesan
tidak memenuhi standar, pemborong wajib melakukan perbaikan dan
pengetesan ulang hingga mencapai standar test yang diisyaratkan.
Biaya test menjadi tanggung jawab pemborong.
a. Jenis test
Mager Test Untuk Instalasi listrik.
Pasal 18
Persyaratan Lain-lain
3. Penyedia Jasa dan direksi tidak terlepas dari tanggung jawab terhadap hal-
hal yang tidak diinginkan pada pekerjaan yang dilaksanakan atau yang
diawasi akibat pelaksanaan dan gambar/design yang salah.
Pasal 19
Perubahan-Perubahan
1. Semua ketentuan dalam RKS ini dan gambar-gambar kerja dapat dirubah
ditambah, sesuai kebutuhan dimana perlu, akan tetapi semua hal tersebut harus
dilakukan pada waktu pemberian penjelasan dari pekerjaan ini (aanwijzing) dan
dituangkan dalam Berita Acara.