Anda di halaman 1dari 22

SPESIFIKASI TEKNIS

A. SPESIFIKASI UMUM

PASAL 1
JENIS PEKERJAAN

1. Pekerjaan yang akan dilaksanakan adalah :


Pembangunan Jalan Paving Blok / Semenisasi / Drainase Jl. Merpati
Putih Gg. Mesjid Kp. Air Bukit RT. 5/RW. 2 Kel. Pinang Kencana
Kecamatan Tanjungpinang Timur.

Lokasi :
Kota Tanjungpinang – Provinsi Kepulauan Riau

2. Pekerjaan pembangunan ini harus dilaksanakan sesuai dengan :


Syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan yang tercantum di dalam Dokumen
Pelelangan pekerjaan ini.
Keterangan-keterangan dan gambar yang diberikan oleh Direksi kepada
Pemborong pada waktu Rapat Penjelasan Pekerjaan/Rapat Aanwijzing yang
termuat dalam Berita Acara Rapat Penjelasan Pekerjaan/Risalah Aanwijzing.
Petunjuk-petunjuk atau saran-saran yang diberikan oleh Direksi pada
waktu pekerjaan dilaksanakan.

3. Untuk Kelancaran pelaksanaan pekerjaan, pemborong harus menyediakan :


Tenaga kerja/tenaga ahli yang cukup memadai, sesuai dengan jenis
pekerjaan yang dilaksanakan.
Peralatan yang cukup untuk keperluan pelaksanaan pekerjaan seperti
molen, concrete vibrator, pompa air, waterpass, theodolite, pickup, alat
bantu yang diperlukan dalam pelaksanaan.

PASAL 2
LINGKUP PEKERJAAN

Lingkup pekerjaan ini meliputi :

1. Pekerjaan Persiapan
a. Pembersihan Dan Pengukuran Lokasi

2. Pekerjaan Drainase
a. Pek. Galian Tanah
b. Pek. Pasir Urug tebal 5 cm
c. Pek. Gorong-Gorong Ø30 cm
d. Pek. Bak Kontrol Beton K-225
e. Pek. Saluran Pracetak Beton Uk. 30*20*38cm
f. Pek. Tutup Parit Beton K-250 Readymix

3. Pekerjaan Semenisasi
a. Penyiapan Badan Jalan
b. Lapisan Plastik Cor

Spesifikasi Teknis
1
c. Jalan Beton Bertulang Mutu K- 250
d. Aspal Buras

4. Pekerjaan Akhir
a. Pembersihan Akhir

PASAL 3
STANDAR-STANDAR PELAKSANAAN

Apabila tidak ditentukan lain, dalam pelaksanaan pekerjaan ini berlaku dan mengikat
ketentuan-ketentuan yang tersebut di bawah ini dan dianggap pemborong telah
mengetahui dan memahaminya termasuk (apabila ada) segala perubahan dan
tambahannya sampai saat ini yaitu :

1. Peraturan Pemasangan Pemadam Api Ringan ( SKBI 3.4.53.1967 )


2. Peraturan Keselamatan Kerja Konstruksi ( SNI 0231-1967-E )
3. Peraturan Instalasi Listrik ( SNI 0225-87-D )
4. Peraturan Penangkal Petir ( SKBI 1.3.53.1987 )
5. Peraturan Perencanaan Perhitungan Beton ( SNI T-15-1991-03 )
6. Peraturan Pembuatan Campuran Beton ( SNI T-15-1991-03 )
7. Peraturan Baja Tulang Beton ( SII 01236-84 )
8. Peraturan Kawat Pengikat Beton ( SNI 0040-87-A )
9. Peraturan Baja Lapis Seng Bergelombang ( SII 0137-87 )
10. Peraturan Ukuran Kayu Bangunan ( SKSNI S-05-1990-F )
11. Peraturan Pengawetan Kayu ( SKBI 3.6.53.1967 )
12. Peraturan Pencegahan Rayab ( SKSNI T-05-1990-F )
13. Peraturan Paku dan Kawat Paku Grendel ( SNI 0323-89-A )
14. Peraturan Pipa PVC untuk Air Kotor ( SNI 0162-1987-A )
15. Peraturan Sambungan Pipa PVC untuk Air Kotor ( SNI 0178-1987-A )
16. Peraturan Kaca Bening ( SNI 0047-1987-A )
17. Peraturan Kran Rumah Tangga ( SNI 0122-1987-A )
18. Peraturan Cat Emulsi ( SNI 1253-1989-A )
19. Peraturan Plamur Tembok ( SII 0548-81 )
20. Peraturan Meni Besi ( SNI 0503-1989-A )
21. Peraturan Dempul Kayu ( SNI 0347-1989-A )
22. Peraturan Plamur Kayu ( SII 0773-83 )
23. Peraturan Cat Tutup Besi dan Tutup Kayu ( SP4 74-1977 )
24. Peraturan Pelitur ( SII 1262-85 )
25. Peraturan Kabel Listrik NYM ( SII 0209-78 )
26. Peraturan Kabel Listrik NYY ( SII 0210-78 )
27. Peraturan Sakelar ( SII 0578-81 )
28. Peraturan Stop Kontak ( SII 0580-81 )
29. Peraturan Tata Cara Pengecatan Kayu ( SKSNI T-08-1990-F )
30. Peraturan Tata Cara Pengecatan Logam ( SKSNI T-09-1990-F )
31. Peraturan Tata Cara Pengecatan Tembok ( SKSNI T-10-1990-F )
32. Peraturan Portland Cement ( SII 0013-81 )
33. Peraturan Bata Merah ( SII 0021-78 )
34. Peraturan Keramik Indonesia ( NI-19 )
35. Peraturan :
a. Batu Alam untuk bahan bangunan
b. Kerikil
c. asir ( SKSNI S-04-1989-F )

Spesifikasi Teknis
2
PASAL 4
GAMBAR-GAMBAR

Gambar-gambar yang mengikat untuk pekerjaan ini adalah sesuai Gambar Detail
Pelaksanaan (Gambar Dokumen Pelaksanaan).

PASAL 5
PENJELASAN LAPANGAN

1. Kontraktor harus melihat dan meninjau tempat pekerjaan atas resiko dan biaya
sendiri, untuk mengetahui keadaan lapangan yang sesungguhnya.
2. Kontraktor harus menilai sendiri semua faktor-faktor, baik yang disebabkan oleh
kekurang sempurnaan pekerjaan pengukuran dan pematokan, maupun yang
diakibatkan oleh pengaruh alam setelah pekerjaan tersebut selesai dilakukan.
3. Kontraktor tidak dapat mengajukan klaim ataupun perubahan-perubahan,
dikarenakan oleh berbagai faktor yang seharusnya telah diketahuinya, sebelum
mengajukan penawaran.

PASAL 6
K3 ( KEAMANAN, KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA)

1. Dalam rangka mencegah penularan virus corona COVID-19 kontraktor harus


menyiapakan perlengkapan untuk menjamin perlindungan kepada pekerja dalam
bentuk fasilitas dan menjaga kebersihan tempat kerja serta alat-alat yg digunakan.
2. Kontraktor wajib untuk melindungi tenaga kerjanya dalam program BPJS
Ketenagakerjaan sektor jasa Konstruksi.
3. Kontraktor harus menjamin bahwa semua pekerjaan dan perlengkapan konstruksi
yang dipakai sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan sehingga dapat
menjamin keselamatan yang ditentukan oleh direksi pekerjaan.
4. Tenaga kerja yang bekerja di lapangan harus mengikuti peraturan keselamatan
kerja dan pelaksanaan pekerjaan dan jam kerja.
5. Kontraktor dengan persetujuan direksi pekerjaan, harus menciptakan system
pengamanan terhadap peralatan-peralatan yang digunakan pada lokasi
pelaksanaan pekerjaan sedangkan biaya atas keperluan tersebut ditanggung oleh
kontraktor.
6. Penerapan protokol pencegahan COVID-19 pada proyek kontruksi :
a. Kontraktor wajib menyediakan sarana kesehatan seperti ; pengukur suhu
badan (thermoscan) dan obat-obatan.
b. Kontraktor wajib memiliki kerjasama dengan rumah sakit dan atau pusat
kesehatan masyarakat yang terdekat dengan lokasi proyek untuk tindakan
darurat.
c. Kontraktor wajib menyediakan perlengkapan dan peralatan K3 antara lain
alat-alat pelindung anggota badan, terdiri:
- Masker
- Sabun / Desinfektan
- Air bersih beserta wadah (digunakan untuk mencuci tangan dengan air
mengalir)
- Pelindung tangan
- Pelindung kaki
- Pelindung kepala

Spesifikasi Teknis
3
B. SPESIFIKASI KHUSUS

PASAL 1
PEKERJAAN PERSIAPAN

1. PAPAN PROYEK

a. Papan nama proyek dibuat dari kayu meranti atau sejenisnya kayu kelas
II yang dilapisi tripleks yang berisi informasi tentang kegiatan/proyek ( ilustrasi
1 ).
b. Bentuk dan ukuran papan nama proyek adalah :

Ukuran: 45 x 180 Cm
Tinggi : Bagian bawah papan nama proyek minimal 80 cm dari Permukaan tanah.

c. Papan Nama proyek diletakkan pada tempat yang mudah dilihat.


Contoh sebagai berikut :

PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG


DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG
………………………………………….

KEGIATAN : …………………………………………
PEKERJAAN : …………………………………………
LOKASI : …………………………………………
PERENCANA : CV / PT
………………………………….
PEMBORONG : CV / PT
………………………………….
SPMK / KONTRAK : …………………………………………
NILAI KONTRAK : …………………………………………
MASA PELAKSANAAN : …………………………………………
PENGAWAS : CV / PT ………………………………….

2. PENGUKURAN

a. Kontraktor harus mengadakan pengukuran kembali terhadap tapak proyek


dengan teliti, disaksikan oleh Direksi Lapangan. Untuk mengetahui batas-batas
tapak, peil/ketinggian tanah, letak-letak bangunan dengan menggunakan
alatalat waterpass dan theodolith.

b. Jika terdapat perbedaan antara gambar dengan keadaan lapangan sebenarnya,


maka Direksi Lapangan akan mengeluarkan keputusannya tentang
penggambaran kembali tapak proyek, lengkap dengan keterangan mengenai
peil/ketinggian tanah, batas-batas, letak bangunan dan sebagainya.

Spesifikasi Teknis
4
c. Ukuran-ukuran pokok dari pekerjaan dapat dilihat dalam gambar. Ukuran-
ukuran yang tidak tercantum tidak jelas atau saling berbeda, harus segera
dilaporkan kepada Direksi Lapangan.

d. Apabila dianggap perlu, Direksi Lapangan berhak memerintahkan kepada


Kontraktor untuk merubah ketinggian, letak atau ukuran suatu bagian
pekerjaan.

e. Semua ketetapan pekerjaan pengukuran dan sudut siku-siku harus terjamin


dan diperhatikan ketelitian yang sebenar-benarnya dengan menggunakan
Theodolith.

3. PENYIAPAN BADAN JALAN

Penyiapan badan jalan pada pekerjaan pelebaran jalan meliputi pekerjaan


pembersihan, pembentukan tanah dasar agar elevasinya sesuai degan yang
ditunjukkan gambar rencana atau sesuai dengan petunjuk direksi pekerjaan,
dan termasuk pekerjaan pemadatan tanah dasar.
 
3.1 Tahapan pekerjaan penyiapan badan jalan yaitu:

•    Pembersihan lokasi pekerjaan dari material yang dapat menggangu pekerjaan
seperti semak-semak, pepohonan, batu besar, dan material lainnya.

•    Pekerjaan galian yang diperlukan baik dengan menggunakan alat berat maupun
dengan cara manual untuk membentuk tanah dasar sesuai Gambar atau sesuai
dengan petunjuk Direksi Pekerjaan

•    Pemadatan  Tanah dasar dilakukan dengan menggunakan alat vibratory roleer


atau menggunakan COMBINATION VIBRATORY ROLLER pada daerah pelebaran
yg tidak terlalu luas atau tidak memungkinkan pengunaan vibratory roller.

Hal hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan pemadatan adalah:


- Pemadatan dilakukan segera setelah dilakukan penggalian.
- Apabila diperlukan lakukan penyiraman terhadap material tanah dasar Untuk
mencapai kadar air optimum sehingga didapatkan kepadatan yang sesuai
dengan spesifikasi.

Kecepatan alat harus diperhatikan agar tidak membahayakan pengguna jalan


eksisting.

PASAL 2
PEKERJAAN DRAINASE

1. GALIAN TANAH
a. Sebelum memulai pekerjaan galian tanah, maka lapisan permukaan tanah
bagian atas di dalam bouwplank setebal 20 cm harus dikupas terlebih dahulu.
b. Lebar, dalam dan bentuk galian tanah harus dikerjakan sesuai menurut
ukuran yang tercantum dalam gambar rencana dan gambar detail pondasi.
c. Pekerjaan galian tanah dilakukan untuk lobang pondasi, dan lobang sloof.
d. Tanah hasil galian yang tidak dapat dipergunakan untuk menimbun lobang-

Spesifikasi Teknis
5
lobang harus dibuang pada tempat yang ditentukan pengawas lapangan.
e. Pemakaian bekas galian tanah untuk penimbunan kembali harus
mendapatkan persetujuan tertulis terlebih dahulu dari pengawas lapangan.

2. PENGURUGAN DAN PEMADATAN


a. Bila tidak dicantumkan dalam gambar-gambar detail, maka pada bagian bawah
pasangan Lantai diurug dengan pasir padat minimal 5 cm atau sesuai dengan
gambar dan petunjuk Pengawas. Pasir urug yang digunakan harus dari jenis
pasir pasang yang bersih/bebas dari lumpur, kotoran-kotoran, sampah dan
benda-benda organis lainnya yang dapat menyebakan tidak sempurnanya
pemadatan.
b. Di bawah lapisan pasir tersebut, urugan yang dipakai adalah tanah jenis “silty
clay” yang bersih tanpa potongan-potongan bahan yang bisa lapuk, serta bahan
batuan yang telah dipecahkan (pecahan batuan tersebut maksimal 15 cm).
c. Penyedia Jasa wajib melaksanakan pengurugan dengan semua bahan urugan
yang keras atau mutu bahan yang terbaik dan mengajukan contoh bahan yang
akan digunakan untuk mendapat persetujuan pengawas.
d. Penghamparan dan pemadatan harus dilaksanakan lapis-per lapis yang tidak
lebih tebal dari 15 cm (gembur) dengan alat-alat yang telah disetujui, seperti
mesin penggilas getar, atau alat tumbuk dimana standar kepadatannya dicapai
pada kepadatan dimana kadar airnya 95 % dari kadar air optimal, atau “dry
density” nya mencapai 95 % dari dry density optimal, sesuai dengan petunjuk
pengawas.
e. Terhadap hasil pemadatan yang dilaksanakan, Penyedia Jasa harus
mengadakan “density test” di lapangan. Semua biaya seluruh pengujian
tersebut menjadi beban Penyedia Jasa.
f. Bila bahan urugan apapun yang digunakan menjadi lapuk/rusak atau bila
urugan yang telah dipadatkan menjadi terganggu, maka bahan tersebut harus
digali keluar dan diganti dengan bahan yang memenuhi syarat serta
dipadatkan kembali, sesuai dengan petunjuk Pengawas, tanpa adanya biaya
tambahan.
g. Selama dan sesudah pekerjaan pengurugan dan pemadatan, tidak dibenarkan
adanya genangan air di atas tanah atau sekitar lapangan pekerjaan. Penyedia
Jasa harus mengatur pembuangan air sedemikian rupa agar aliran air hujan
atau dari sumur lain dapat berjalan lancar, baik selama ataupun sesudah
pekerjaan selesai.
h. Penyedia Jasa bertanggung jawab atas stabilitas urugan tanah dan Penyedia
Jasa harus mengganti bagian-bagian yang rusak akibat dari kesalahan dan
kelalaian Penyedia Jasa atau akibat dari aliran air.

3. GORONG GORONG DAN DRAINASE

Gorong - gorong yang akan digunakan adalah gorong – gorong pracetak dengan
ukuran Ø30 Cm, dan parit pracetak dengan ukuran 30*20*38cm.

PASAL 3

Spesifikasi Teknis
6
PEKERJAAN SEMENISASI

A. LAPISAN PLASTIK COR

Sebelum pengecoran beton permukaan lapis pondasi di tutup dengan menggunakan


plastic yang bertujuan mencegah kadar semen masuk kedalam lapis pondasi dan
sebagai lapis pemisah.
Overlap yang digunakan tidak kurang dari 30cm.

B. PEKERJAAN BETON

1. UMUM

1.1. Lingkup Pekerjaan

Pekerjaan ini meliputi :

 Bak Kontrol Beton K-225


 Tutup Parit Beton K-250
 Jalan Beton Bertulang Beton K-250
 Menyediakan semua bahan
 Membuat bekisting
 Mengaduk beton
 Mengecor beton
 Memilihara, memperbaiki, menyelesaikan dan mengerjakan semua
pekerjaan tambahan, sehingga menghasilkan pekerjaan yang sesuai
dengan gambar rencana.

1.2. Standar Pekerjaan

Semua bahan konstruksi, jika tidak diberi catatan khusus harus memenuhi
standard yang umum dipakai Indonesia (Peraturan Beton Bertulang 1971).
Jika persyaratan setempat yang tersebut diatas tidak dapat dipenuhi, maka
kontruksi harus disesuaikan dengan Standard Internasional yang diakui dan
dapat diterima oleh Direksi Lapangan.
Mutu Beton yang digunakan adalah K-225 Dan K-250.

2. BAHAN

2.1. Portland Cement (PC)

Semua PC yang digunakan harus Portland Cement merk standard yang telah
disetujui oleh badan yang berwenang dan memenuhi persyaratan Peraturan
Portland Cement SII 0013-81.
Seluruh pekerjaan harus menggunakan satu macam PC. PC harus disimpan
secara baik, dihindarkan dari kelembaban sampai tiba saatnya untuk
dipakai.

Spesifikasi Teknis
7
PC yang telah menggumpul atau membantu tidak boleh digunakan. PC harus
disimpan sedemikian rupa, sehingga mudah untuk diperiksa atau diambil
contohnya.

2.2. Kerikil/Agregat Kasar

2.2.1. Agregat kasar untuk beton dapat berupa kerikil granit sebagai hasil
yang disentegtasi alami dari batuan-batuan atau berupa batu pecah
yang diperoleh dari pemecahan batu. Pada umumnya yang dimaksud
dengan agregat kasar adalah agregat besar butir lebih 5 mm.

2.2.2. Agregat kasar harus terdiri dari butir-butir yang keras dan tidak
berpori. Agregat yang mengandung butir-butir pipih hanya dapat
dipakai, apabila jumlah butir-butir pipih tersebut tidak melampaui 20
% dari berat agregat seluruhnya. Butir-butir agregat kasar harus
bersifat kekal, artinya tidak pecah atau hancur oleh pengaruh-
pengaruh cuaca seperti terik matahari dan hujan.

2.2.3. Agregat kasar tidak boleh mengandung Lumpur lebih dari 1 %


(ditentukan terhadap berat kering) yang diartikan dengan Lumpur
adalah bagian-bagian yang dapat melalui ayakan 0,063 MM.

2.2.4. Agregat kasar tidak boleh mengandung zat-zat yang dapat merusak
beton, seperti zat-zat yang reaktif alkali.

2.2.5. Besar butir agregat maksimum tidak boleh lebih dari pada seperlima
jarak terkecil antara bidang-bidang samping dari cetakan, sepertiga
dari tebal plat atau tiga perempat dari jarak bersih minimum diantara
batangbatang atau berkas-berkas tulangan. Penyimpangan dari
pembatasan ini diizinkan apabila menurut penilaian pengawas ahli
cara-cara pengecoran beton adalah sedemikian rupa sehingga
menjamin tidak terjadinya sarang-sarang kerikil.

2.3. Agregat Halus/Pasir

2.3.1. Agregat halus atau pasir untuk pekerjaan beton dan adukan harus
butir keras, bersih dari kotoran-kotoran dan zat-zat kimia atau un-
organik yang dapat mengurangi mutu beton maupun baja tulangan.

2.3.2. Bahan pasir dapat berupa pasir alam hasil dari disintegrasi alami
batuan atau dapat berupa pasir dari pemecahan batu dari alat
mekanis.

2.3.3. Bahan pasir harus berbutir keras dan tajam, butir-butir pasir harus
bersifat kekal artinya tidak pecah atau hancur oleh pengaruh cuaca
seperti terik matahari dan hujan serta memenuhi persyaratan SNI 03-
1756-1990.

2.3.4. Pasir harus bersih tidak mengandung Lumpur lebih dari 5 % dan
apabila kadar Lumpur melebihi dari 5 % maka agregat halus harus
dicuci.

Spesifikasi Teknis
8
2.4. Air

Air harus bersih dan bebas dari bahan organik, alkali, garam dan kotoran
lain dalam jumlah yang cukup besar. Sebaiknya dipakai air bersih yang dapat
diminum.

2.5. Bahan Pembantu (Admixture)

Atas pilihan kontraktor atau atas permintaan Direksi Lapangan, suatu bahan
pembantu boleh ditambahkan pada campuran beton untuk mengatur
pengerasan beton, efek pengurangan air atau penambahan bahan pembantu
yang ditanggung oleh kontraktor.
Bahan pembantu yang digunakan dapat berupa sejenis asam “Hydroxylated
Carbocylic” atau sejenis “Lingnin-Sulfonate” tetapi tidak boleh mengandung
Calcium Chloride. Bahan Pembantu harus berkualitas baik dan dapat
diterima oleh Direksi Lapangan dan penggunaannya harus sesuai dengan
“BAHAN PEMBATU” (Bab III PBI 1971, NI-2).
Jumlah penggunaan PC adukan adalah tetap dan tidak tergantung ada atau
tidaknya penggunaan bahan pembantu dan cara pencampurannya harus
sesuai dengan petunjuk dari pabrik.

3. PERBANDINGAN ADUKAN

3.1. Umum

Adukan beton terdiri dari bahan semen, bahan pembantu (admixture), pasir
koral dan air.
Kualitas bahan tersebut harus memenuhi syarat-syarat yang ditentukan.
Perbandingan campuran yang tepat untuk jenis pekerjaan beton yang
berlainan harus ditentukan oleh Kontraktor dan diminta persetujuan Direksi
Lapangan untuk dapat dipakai untuk pekerjaan yang dimaksud.
Secara umum beton yang dicor harus diletakan pada papan bekisting,
sehingga mendapatkan permukaan beton yang selicin mungkin.
Jika perlu perbandingan adukan dapat diubah sesuai dengan pendapat
Direksi Lapangan.

3.2. Perbandingan Air Semen (PC) dan Kekuatan Tekan

Kekuatan tekan minimum dan banyaknya Portland Cement yang terdapat


dalam beton tidak boleh kurang dari daftar yang tertera dibawah ini.
Direksi lapangan berhak memerintahkan untuk menambahkan jumlah PC
yang melebihi daftar pada setiap pekerjaan beton, jika memang dianggap
perlu bahwa menambahan tersebut akan mencapai kekuatan yang
dikehendaki.
Penambahan semen jika diperintahkan harus dilakukan oleh kontraktor
tanpa tambahan biaya.

Spesifikasi Teknis
9
Jumlah Semen Minimum dan faktor air Semen Maksimum :

Jumlah Semen Nilai Faktor


Uraian Minimum per Air Semen
M3 Beton (Kg) Maksimum

Beton didalam ruang bangunan :


a. Keadaan keliling non korosif. 275 0,60
b. Keadaan keliling korosif disebabkan 325 0,52
oleh kondensasi atau uap-uap korosif.

Beton diluar ruang bangunan :


a. Tidak terlindung dari hujan dan terik 300 0,60
matahari langsung.
b. Terlindung dari hujan dan terik 250 0,50
matahari langsung.

Beton yang masuk kedalam tanah :


a. Mengalami keadaan basah kering 325 0,55
berganti ganti.
b. Mendapat pengaruh sulfat alkali dari 375 0,52
tanah atau air tanah.

Beton yang kontinu berhubungan dengan


air:
a. Air Tawar 275 0,57
b. Air Laut 375 0,25

3.3. Percobaan di Lapangan

Penetapan kekuatan beton dalam Kg/Cm2 dibuat dengan percobaan kubus


beton berukuran 15 X 15 Cm.
Satu asli dan satu foto copy hasil test harus diserahkan kepada Direksi
Lapangan.

Setiap kali, jika kekuatan beton yang berumur 7 hari kekuatannya kurang
dari 70 % dari beton yang berumur 28 hari, maka Direksi Lapangan dengan
segera berhak memerintahkan untuk menambah PC kedalam campuran
beton.

Campuran-campuran yang dipakai dapat juga diubah bilamana menurut


pendapat Direksi Lapangan, perubahan dimikian memang perlu atau patut
untuk mendapatkan pekerjaan yang memenuhi syarat, kepadatannya,
penyelesaian permukaannya dan kekuatannya.

Kontraktor tidak berhak memperoleh biaya tambahan yang disebabkan oleh


perubahan-perubahan tersebut. Kontraktor harus membiayai semua biaya
test kubus yang telah disebutkan dalam pasal ini.

Spesifikasi Teknis
10
4. KEKENTALAN

Banyaknya air yang digunakan dalam adukan beton harus cukup. Waktu
pengadukan beton harus cukup waktu serta diambil tetap dan normal, sehingga
menghasilkan beton yang homogen tanpa adanya bahan yang terpisah satu sama
lainnya.

Penggetaran dilakukan dengan vibrator untuk mendapatkan beton yang padat,


cukup kedap dan licin permukaannya.

Jumlah air dapt diubah sesuai keperluan, dengan melihat perubahan cuaca atau
kelembaban dari bahan adukan (pasir, koral) untuk mempertahankan hasil yang
homogen dan kekentalan yang dikehendaki.

Kekentalan adukan beton harus ditetapkan menurut percobaan “Method slump test
for concrete” (JIS A 1101 – 1950 ) atau “Percobaan Slump Portland Cement Beton”
(PBI 1971 NI-2). Slump yang dipakai akan ditetapkan oleh Direksi Lapangan dan
selama pengadukan kekentalan adukan beton harus diawasi dengan jalan
memeriksa slump pada setiap campuran baru. Pengujian slump (12 ± 2) cm, tetapi
secara umum adalah sebagai berikut::

Nilai-nilai Slump untuk bermacam-macam Pekerjaan Beton

Slump (Cm)
Uraian Maksimum Minimum

Dinding, pelat pondasi dan pondasi 12,5 5,0


telapak bertulang

Pondasi telapak tidak bertulang 9,0 2,5


kaison dan konstruksi dibawah
tanah

Pelat, balok, kolom dan dinding 15,0 7,5

Pengerasan jalan 7,5 5,0

Pembetonan massal 7,5 2,5

Untuk maksud-maksud dan alasan-alasan tertentu, maka dengan persetujuan


Direksi Lapangan, dapat dipakai nilai-nilai slump yang menyimpang dari pada yang
tercantum dalam table diatas, asal dipenuhi hal-hal sebagai berikut :

- Beton dapat dikerjakan dengan baik.


- Tidak terjadi pemisahan dari adukan.
- Mutu beton yang disyaratkan tetap terpenuhi

Spesifikasi Teknis
11
5. RENCANA PENGADAAN BETON
5.1. Test Laboratorium
Contoh koral, pasir PC yang akan dipergunakan harus dikirimkan oleh
kontraktor ke Laboratorium yang telah disetujui oleh Direksi Lapangan.
Berdasarkan analisa dan hasil test contoh tersebut.
Laboratorium akan merencanakan sesuatu campuran beton untuk
memenuhi setiap kekuatan yang dikehendaki dan memenuhi slump yang
disyaratkan.
Laboratorium juga akan menyediakan dua (dua) kubus percobaan dari setiap
adukan yang direncanakan dari contoh koral dan pasir yang telah diperiksa
dan satu (I) kubus di test pada umur 7 hari dan sebuah lagi pada umur 28
hari. Kontraktor harus menyerahkan 3 (tiga) rangkap hasil test dan rencana
adukan kepada Direksi Lapangan untuk disetujui.
Mutu beton tersebut harus dibuktikan oleh kontraktor dengan mengambil
benda uji berupa kubus beton yang ukurannya sesuai dengan syarat-syarat/
ketentuan dalam SK.SNI- 1991. Pembuatannya harus disaksikan oleh direksi
pekerjaan/konsultan pengawas dan diperiksa dilaboratorium konstruksi
beton yang ditunjuk oleh direksi pekerjaan/konsultan pengawas dan
diperiksa di laboratorium konstruksi beton yang disetujui oleh direksi
pekerjaan/konsultan pengawas. Kuat tekan Karateristik Umur 28 Hari K-250
= 250 Kg/Cm2.
5.2. Ukuran Campuran PC dan Bahan Adukan
Jumlah PC dan bahan adukan sebelum diaduk harus ditetapkan langsung
dengan alat timbangan yang disediakan oleh Kontraktor dan disetujui oleh
Direksi Lapangan.
5.3. Takaran Air
Jumlah air yang akan dimasukkan kedalam beton molen harus ditakar
dengan alat takaran yang disetujui oleh Direksi Lapangan. Setelah
permukaan disiapkan dengan persetujuan Direksi Lapangan, semua
sambungan beton yang horizontal harus dilapisi dengan lapisan aduk setebal
kira-kira 25 mm, Lapisan aduk yang sama dengan campuran beton biasa,
kecuali bilamana diperintahkan lain oleh Direksi Lapangan.
Perbandingan air semen lapisan aduk tersebut tidak boleh melebihi beton
baru yang akan dicor diatasnya dan kekentalan dari lapisan aduk tersebut
harus cukup untuk pengecoran sesuai dengan syarat yang diberikan.
Lapisan adukan tersebut harus disebar dengan merata dan harus dikerjakan
benar sampai mengisi kedalam seluruh liku-liku permukaan, beton lama
yang tidak merata sedapat mungkin menyisipkan lapisan aduk tersebut
kedalam celah permukaan beton lama.
Beton baru segera dicor diatas lapisan aduk yang baru ditempatkan diatas
beton yang lama.
5.4. Persiapan Pengecoran
Beton tidak diperbolehkan dicor, bila seluruh pekerjaan bekisting dan
pekerjaan Instalasi tiap bagian belum selesai dipasang dan dipersiapkan,
seluruh permukaan tempat pengecoran belum disetujui oleh Direksi
Lapangan.
Seluruh permukaan bekisting dan bagian instalasi yang akan ditanam
didalam beton yang tertutup dengan kerak beton tersebut, sebelum beton
disekelilingnya atau beton yang berdekatan di cor.

Spesifikasi Teknis
12
5.5. Penyingkiran Air
Beton tidak boleh dicor kedalam setiap struktur, sebelum semua air yang
memasuki tempat pengecoran tersebut dikeringkan dengan sebaik-baiknya
atau diselurkan dengan pipa atau alat lain.
Beton tidak diperbolehkan dicor didalam air tanpa izin yang jelas dan tertulis
dari Direksi Lapangan.
6. PERSIAPAN PENGECORAN BETON
6.1. Pencegahan Korosi
Pipa, pipa listrik angker dan bahan lain yang terbuat dari besi yang ditanam
dalam beton harus dipasang cukup kuat sebelum pelaksanaan pengecoran
beton, kecuali jika ada perintah lain dari Direksi Lapangan. Jika jarak antara
bahan tersebut dengan setiap pembesian sekurang-kurangnya 5 cm.
Cara yang diperbolehkan untuk mengikat bahan itu pada kedudukan yang
benar adalah dengan kawat atau mengelas ke besi beton.
6.2. Persiapan Permukaan yang akan di Cor Beton
Permukaan tanah lantai kerja harus dibasahi dengan siraman air sebelum
pengecoran permukaan tersebut harus tetap basah dengan penyiraman air
terus menerus sampai tiba saat pengecoran.
Bagaimanapun juga permukaan tersebut harus bebas dari air yang tergenang
dan juga bebas dari Lumpur serta kotoran-kotoran pada saat pengecoran
beton.
6.3. Sambungan Beton
Permukaan beton yang akan dicor lagi, dimana pengecoran beton lama telah
berhenti atau terhalang dan Direksi Lapangan berpendapat bahwa adukan
yang baru tidak dapat bersatu dengan sempurna dengan beton lama,
dinyatakan sebagai sambungan beton.
Permukaan sambungan harus dibersihkan dari semua kotoran, bahan yang
terlepas atau beton yang cacat dan benda asing lainnya.
Pembersihannya harus dilaksanakan dengan penyemprotan pasir dengan
compressor (sand blasting) diikuti dengan membersihkan dengan air
sebaikbaiknya. Semua genangan air harus dihilangkan dari permukaan
sambungan beton sebelum beton yang baru akan dicor.
Setelah permukaan disiapkan dengan persetujuan Direksi Lapangan, semua
sambungan beton yang horizontal harus dilapis dengan lapisan aduk setebal
kira-kira 25 mm.
Lapisan aduk tersebut mempunyai campuran semen dan pasir yang sama
dengan campuran beton biasa, kecuali bilamana diperintahkan lain oleh
Direksi Lapangan.
Perbandingan air semen lapisan aduk tersebut, tidak boleh melebihi beton
baru yang akan dicor diatasnya dan kekentalan dari lapisan aduk tersebut
harus cukup untuk pengecoran sesuai dengan syarat yang diberikan.
Lapisan aduk tersebut harus disebar dengan merata dan harus dikerjakan
dengan benar sampai mengisi kedalam seluruh liku-liku permukaan beton
lama.
Beton baru segera dicor diatas aduk yang baru ditempatkan diatas beton
yang lama.
6.4. Persiapan Pengecoran

Spesifikasi Teknis
13
Beton tidak diperbolehkan dicor, bila seluruh pekerjaan bekisting dan
pekerjaan instalasi tiap bagian belum selesai dipasang dan persiapkan
seluruh permukaan tempat pengecoran belum disetujui oleh Direksi
Lapangan.
Seluruh permukaan bekisitng dan bagian instalasi yang akan ditanam di
dalam beton yang tertutup dengan kerak beton, bekas pengecoran yang lalu
harus dibersihkan terhadap seluruh kerak beton tersebut, sebelum beton
disekelilingnya atau beton yang berdekatan di cor.
6.5. Penyingkiran Air
Beton tidak boleh di cor kedalam setiap struktur, sebelum semua air yang
memasuki tempat pengecoran tersebut dikeringkan dengan tempat
pengecoran tersebut dikeringkan dengan sebaik-sebaiknya atau telah
disalurkan dengan pipa atau alat lain.
Beton tidak diperbolehkan di cor didalam air tanpa izin yang jelas dan tertulis
dari Direksi Lapangan.
Pemborong juga tidak diperbolehkan tanpa izin Direksi Lapangan
membiarkan air mengalir diatas beton sebelum beton cukup umurnya dan
mencapai pengerasan awal.
Air tidak dipebolehkan mengalir melalui permukaan beton yang dicor dengan
kecepatan sedemikian rupa, sehingga akan merusak penyelesaian permukaan
beton.
Jika perlu, pemompaan air atau pekerjaan pengeringan air yang perlu untuk
memindahkan air tanah harus mendapatkan persetujuan dari Direksi
Lapangan.

7. PENCAMPURAN BETON
Semen, pasir dan koral harus dicampur sedemikian dan jumlah air yang
ditambahkan harus menghasilkan adukan yang homogen dan kekentalan yang
merata.
Kotoran dan benda lain yang tidak diinginkan harus dibuang, semen beton harus
dicampur betul didalam mesin pengaduk (molen), yang direncanakan sedemikian
rupa sehingga menjamin secara positif distribusi merata semua didalam adukan
beton pada waktu pencampuran beton, jenis dan ukuran molen harus disetujui oleh
Direksi Lapangan.
Air yang dipergunakan harus cukup dalam pencampuran beton untuk mendapat
adukan yang dapat dipakai sesuai dengan kekentalan yang diperlukan.
Pengadukan dari tiap molen harus terus menerus dan tidak kurang dari 2 menit
sesudah seluruh bahan termasuk air berada didalam molen, selama itu molen
harus terus berputar pada kecepatan yang akan menghasilkan adukan dengan
kekentalan merata pada akhir waktu pengadukan.
Bilamana perlu untuk mencapai hasil yang baik, adukan harus dicampur untuk
waktu yang lebih lama dari pada yang disebutkan diatas, pengadukan beton yang
terlalu banyak tidak diizinkan.
Beton atau lapisan aduk yang telah mengeras tidak diizinkan terkumpul pada
permukaan dalam molen. Dilarang mencapur kembali dengan menambah air
kedalam adukan beton yang sebagian telah mengeras.
Adukan beton lapisan didalam bekesting harus dicor berupa lapisan horizontal yang
merata tidak lebih dari 60-70 cm dalamnya dan harus diperhatikan agar terhindar
terjadinya lapisan adukan yang miring atau sambungan beton yang miring, kecuali
diperlukan untuk bagian konstruksi miring.

Spesifikasi Teknis
14
Tiap lapisan harus dicor pada waktu lapisan yang sebelumnya masih lunak.
Seluruh ujung dari saluran, pintu corong semua alat lain yang menerima adukan
beton dari alat pengangkut tegak (hoist) dan sistim alat pengangkut lainnya harus
direncanakan dan diatur sedemikian rupa, sehingga adukan beton yang melalui
tidak jatuh bercerai-berai, meskipun semua alat penerima tersebut terus
menampung adukan beton.
Jika dipergunakan conveyor belt, harus suatu jenis yang disetujui oleh Direksi dan
harus dibersihkan dengan alat pembersih sedemikian rupa sehingga adukan beton
yang melekat pada ban conveyor belts tidak akan terbuang.
Dilarang menggunakan saluran yang panjangnya lebih dari 15 meter. Semua
conveyor belts dan saluran harus dilindungi.

8. PENGECORAN
8.1. Pengangkutan dan Pengecoran
Adukan beton yang diketahui sebelum pengecoran tidak memenuhi syarat
spesifikasi yang tercantum disini, harus ditolak dan segera dikeluarkan dari
tempat pekrjaan.
Adukan beton yang dicor sesuai dengan syarat-syarat spesifikasi atau yang
mutunya rendah menurut keputusan Direksi Lapangan, harus disingkirkan
dan dipindahkan dengan biaya kontraktor.
Beton tidak di cor tanpa dihadiri oleh Direksi Lapangan atau wakilnya. Beton
tidak boleh di cor, bilamana keadaan cuaca buruk, panas yang dapat
menggagalkan pengecoran danpengerasan yang baik, seperti ditentukan oleh
Direksi Lapangan.
Dua puluh empat jam sebelum pengecoran, kontraktor harus memberikan
pemberitahuan tertulis kepada Direksi Lapangan.
Adukan beton tidak boleh dijatuhkan melalui pembersihan atau kedalam
papan bekisting yang dalam, yang dapat menyebabkan terlepasnya koral dari
adukan beton karena berulang kali mengenai batang pembesian atau tepi
bekisting 13 ketika adukan beton itu dijatuhkan, beton juga tidak boleh dicor
dalam bekisting yang dapat mengakibatkan penimbunan adukan pada
permukaan bekisting diatas beton yang telah dicor.
Dalam hal tersebut, harus disiapkan corong-corong atau saluran vertikal
untuk pengecoran agar adukan beton dapat mencapai tempatnya tanpa
terlepas satu sama lain.
Bagaimanapun juga tinggi jatuh dari adukan beton tidak boleh melampaui
1,5 meter dibawah ujung corong, saluran satu kereta dorong untuk
pengecoran.
Adukan beton harus docor dengan merata selama proses pengecoran, setelah
adukan dicor pada tempatnya tidak boleh didorong atau dipindahkan lebih
dari 2 (dua) meter dalam arah mendatar.
Adukan beton didalam bekisting harus dicor berupa lapisan horizontal yang
merata tidak lebih dari 60-70 cm, dalamnya dan harus diperhatikan agar
terhindar terjadinya lapisan adukan yang miring atau sambungan beton yang
miring, kecuali diperlukan untuk bagian konstruksi miring.
Seluruh ujung dari saluran, pintu corong dan semua alat lain yang menerima
adukan beton dari alat pengangkut datar (conveyor), atau alat pengangkut
tegak (hoist) dan system alat pengangkut lain harus direncanakan dan diatur
sedemikian rupa, sehingga adukan beton yang melalui tidak jatuh
berceraicerai, meskipun semua alat penerima tersebut terus menerus
menampung adukan beton.

Spesifikasi Teknis
15
Jika dipergunakan conveyor belt, harus suatu jenis yang disetujui oleh
Direksi dan harus dibersihkan dengan alat pembersih sedemikian rupa
sehingga adukan beton yang melekat pada ban konveyor tidak akan
terbuang.
Dilarang menggunakan saluran yang panjangnya lebih dari 15 mm, semua
conveyor belts dan saluran harus dilindungi.
8.2. Pengecoran Beton dalam Cuaca Panas
Kontraktor harus menaruh perhatian agar dapat dicegah pengeringan cepat
dari adukan beton yang baru di cor. Bahkan bilamana suhu kelilingnya
bekisting lebih dari 32ºC.
Adukan beton yang baru dicor harus diberi pelindung terhadap panas
matahari secepat mungkin setelah pengecoran dan proses pengeringan mulai,
segera setelah permukaan beton yang baru sudah cukup mengeras.
Pengecoran beton tidak diizinkan, bilamana Direksi Lapangan berpendapat
bahwasanya, kontraktor tidak memiliki fasilitas yang baik untuk melayani
pengecoran, proses pengerasan dan penyelesaian beton.
9. PEMADATAN DAN PENGGETAR
Pada waktu adukan beton di cor kedalam bekisting atau lubang galian, tempat
tersebut harus telah padat betul, dan tetap, tidak ada penurunan lagi.
Adukan beton tersebut harus memasuki semua sudut, koral dan selama pengecoran
kelebihan air pada permukaan beton harus sedikit saja.
Perhatian khusus harus diberikan untuk pengecoran beton disekeliling waterstop.
Pekerjaan pengecoran harus dilaksanakan sebaik-baiknya dengan alat penggetar
vibrator (beton triller), pemadatan dengan tongkat atau jika perlu dengan tangan
untuk menyakinkan bahwa tidak terjadi kantong udara dan sarang koral dibawah
watertop.
Bagian dalam dinding beton digetarkan dengan vibrator (riller) dan pada waktu yang
sama bekistingnya diketok, diaduk atau dikerjakan dengan tongkat, sekop atau alat
garpu sampai betul-betul mengisi seluruh bekisting tersebut atau lubang galian dan
menutupi seluruh permukaan bekisting. Lapisan beton berikutnya tidak boleh di
cor. Bila lapisan sebelumnya dikerjakan secara seksama.
Kontraktor harus menggunakan alat cibrator (triller) berkecepatan tinggi yang
menggetarkan bagian dalamnya dari jenis “tenggelam” yang dibenamkan, sehingga
diperoleh hasil yang baik dalam jangka waktu 15 menit setelah beton dengan
konsistensi yang ditentukan di cor dalam cetakan.
Dalam keadaan khusus dimana pemakaian vibrator tidak praktis, Direksi Lapangan
dapat menganjurkan dan menyetujui pengecoran tanpa vibrator (triller).
Kontraktor harus menyediakan alat vibrator dengan cadangan yang cukup. Ujung
beton trailer tidak boleh sampai mengenai ujung bekisting maupun pembesian.

Harus pula diperhatikan, jangan sampai terjadi penggetaran berlebihan ataupun


dikerjakan sedemikian rupa, sehingga menyebabkan pemisahan bahan beton
ataupun gejala timbulnya banyak air pada permukaan beton.
10. PROSES PENGERASAN
Beton yang selesai dicetak harus dijaga agar tetap basah selama sekurang-
kurangnya 14 hari setelah dicor, yaitu dengan penyiraman, karung goni yang
dibasahi atau dengan cara lain yang dapat dibenarkan.

11. PERAWATAN BETON

Spesifikasi Teknis
16
Kontraktor harus melindungi semua beton terhadap kerusakan akibat panas yang
berlebihan, kurangnya pembasahan, tegangan yang berlebihan atau hal lain,
sampai pada saat penyerahan pekerjaan oleh kontraktor pada Pemberi Tugas.
Perhatian khusus harus diberikan untuk menjaga agar beton tidak sampai
mongering dan menghindarkan permukaan beton menjadi kasar atau rusak.
Beton yang keadaannya seperti tertera dibawah ini diperbaiki atau dibongkar dan
diganti dengan beton yang dapat disetujui oleh Direksi semua biaya yang timbul
ditanggung oleh Kontraktor.
Beton yang dimaksud tersebut di atas adalah :
a. Ternyata rusak
b. Sejak semula cacat
c. Cacat sebelum penyerahan pertama
d. Menyimpang dari garis atau muka ketinggian yang telah ditetapkan
e. Tidak sesuai dengan rencana kerja dan syarat-syarat (RKS)

12. PENYELESAIAN PERMUKAAN BETON

12.1. Penyelesaian Permukaan

Permukaan yang dicetak harus dikerjakan secara cermat sesuai dengan


bentuk, garis, kemiringan dan potongan sebagaimana tercantum dalam
gambar atau ditentukan oleh Direksi.
Permukaan beton harus bebas dari segala jenis kekerasan, dalam
bentukapapun dan harus merupakan suatu permukaan yang rapih, licin,
merata dan keras.
Permukaan bagian atas beton yang tidak dibentuk harus dijadikan
permukaan yang seragam, kecuali bila ditentukan lain.
Selama beton masih elastik, tidak diizinkan adanya benjolan yang berlebihan
pada permukaan. Semua permukaan harus dicor secara monolitis dengan
beton dasarnya.
Dilarang menaburkan semen kering dan pasir di atas permukaan beton
untuk mengisap air yang berlebihan.
Pelat lantai dan bagian atas “exposed” dinding harus dirapikan dengan
menggunakan sendok adukan dari baja.

12.2. Perbaikan Cacat Permukaan


Segera setelah cetakan dilepaskan, semua permukaan “exposed” (terbuka)
harus diperiksa secara teliti dan bagian yang tidak rata harus segera digosok
atau diisi dengan bak agar diperoleh suatu permukaan yang licin, seragam
dan merata.
Perbaikan baru boleh dikerjakan setelah ada pemeriksaan dari Direksi
Lapangan, pekerjaan perbaikan tersebut harus betul-betul mengikuti
petunjuk-petunjuk Direksi Lapangan.
Beton yang menunjukkan rongga-rongga, lubang, keropos atau cacat sejenis
lainnya harus dibongkar dan diganti.
Semua perbaikan dan penggantian sebagaimana diuraikan disini harus
dilaksanakan secepatnya oleh Kontraktor atas biaya sendiri.
Lubang bekas kerucut batang pengikat cetakan yang berbentuk segi empat
atau lubang bekas sejenis lainnya, yang lebih dalam dari pada ukuran
permukaan beton tidak boleh dihaluskan, akan tetapi harus diperbaiki
dengan suatu cara yang dibenarkan yaitu dengan menggunakan “adukan
kering” (fry packed mortar).

Spesifikasi Teknis
17
Semua perbaikan harus dilaksanakan dan dibentuk sedemikian rupa,
sehingga pekerjaan yang diselesaikan sesuai dengan ketentuan pasal ini,
tidak akan mengganggu pengikatan, menyebabkan penurunan atau retak
mendatar.
Permukaan perbaikan tersebut harus dirawat sebagimana diperlukan untuk
bentuk yang diperbaiki.

C. PEKERJAAN BEKISTING

1. UMUM

Bekisting atau catatan harus digunakan bila diperlukan untuk membatasi adukan
beton dan membentuk adukan beton menurut garis dan permukaan yang
diinginkan.
Kontraktor harus bertanggung jawab penuh atas perencanaan yang memadai untuk
seluruh bekisting. Namun demikian, bila pada bekisting yang menurut Direksi
Lapangan membahayakan atau tidak memadai, maka bekisting tersebut dapat
dibuat oleh Direksi Lapangan, Kontraktor harus segera membongkar dan
memindahkan bekisting yang ditolak itu dari pekerjaan dan menggantikan dengan
biaya kontraktor.

2. BAHAN

Semua balok dan papan untuk bekisting harus bahan baru, dikeringkan secara
baik dan bebas dari mata kayu yang lepas, celah, kotoran yang melekat dan sejenis
lainnya, kecuali bila ada cara lain yang dibenarkan dengan tegas oleh Direksi.
Semua permukaan dari cetakan harus licin.

3. RENCANA

3.1. Toleransi

Toleransi yang diizinkan adalah ± 3 mm untuk garis dan permukaan setelah


penyetelan bekisting yang harus demikian kuat dan kaku terhadap beban
adukan beton yang masih basah dan getaran terhadap beban konstruksi dan
angina, bekisting harus tetap menurut garis dan permukaan yang disetujui
Direksi Lapangan sebelum pengecoran.

3.2. Kedap Air

Bekisting harus cukup kedap air, sehingga dijamin tidak akan timbul sirip
atau adukan keluar pada sambungan atau cairan keluar dari beton.

3.3. Penanaman Pipa dan Lain-lain

Pipa, saluran dan lain-lainnya yang akan ditanam, dan perlengkapan lain
untuk membuat lubang, saluran dan lain-lain harus dipasang kokoh dalam
bekisting, kecuali bilamana diperintahkan lain oleh Direksi Lapangan.
Izin Direksi Lapangan diperlukan sebelum memotong pekerjaan beton
apapun.

4. PEMERIKSAAN BEKISTING

Spesifikasi Teknis
18
Bekisting yang sudah selesai dibuat dan sudah disiapkan untuk pengecoran beton,
akan diperiksa oleh Direksi Lapangan, beton tidak boleh bocor sebelum bekisting
disetujui oleh Direksi Lapangan. Untuk menghindari kelambatan dalam
mendapatkan persetujuan, sekurangkurangnya 21 jam sebelumnya, Kontraktor
harus memberitahukan Direksi Lapangan bahwa bekisting sudah siap untuk
diperiksa.

5. PEMBONGKARAN

5.1. Umum

Bekisting harus dibongkar dengan tenaga statis, tanpa goncangan getaran


atau kerusakan pada beton.

5.2. Saat Pembongkaran Bekisting

Saat untuk pembongkaran bekisting tergantung dari persetujuan Direksi


Lapangan, akan tetapi berikut ini dapatdigunakan sebagai pedoman yang
berlaku dalam keadaan cuaca normal.

Bagian Pengerasan secara normal

1. Kolom, dinding dan sisi 4 hari


2. Pelat 28 hari
3. Balok 28 hari

D. PEKERJAAN TULANGAN BETON

1. BESI BETON

Besi beton yang dipakai adalah besi beton dengan ukuran Ø10Mm dan jarak 15Cm
.

2. PEKERJAAN PEMBENGKOKAN BESI BETON

Overlap yang digunakan tidak kurang dari 15Cm.

3. PEMASANGAN

3.1. Pembersihan

Sebelum dipasang, besi beton harus bebas dari sisa logam, karatan dan
lapisan yang dapat merusak atau, mengurangi daya ikat.
Bila pengecoran beton ditunda, besi beton harus diperiksa kembali dan
dibersihkan.

3.2. Pemasangan

Spesifikasi Teknis
19
Pembesian harus disetel dengan cermat sesuai dengan gambar dan diikat
dengan kawat beton atau jepitan yang sesuai pada persilangan, dan harus
ditunjang oleh penumpu beban dan logam, dan penggantung logam.
Jepitan atau penumpu logam tidak boleh diletakkan menempel pada
bekisting kawat beton harus dibengkokan ke arah dalam bekisting, sehingga
diperoleh beton decking yang telah ditentukan.
Bilamana tidak ditentukan lain, disamping perlengkapan yang biasa dipakai
untuk memegang pembesian secara kokoh pada tempatnya, harus dipakai
ketentuan berikut :
a. Dalam pelat, batang tegak berdiameter 12 mm dengan jarak 80 – 100 cm,
untuk menunjang penulangan bagian atas.
b. Dalam dinding dengan 2 lapis penulangan pembagian jarak (spacer)
berbentuk U atau Z dengan diameter 8 mm berjarak 180 – 200 cm.
3.3. Beton Decking
Bilamana tidak ditentukan lain dalam gambar, maka penulangan harus
dipasang dengan celah untuk beton decking sebagai berikut :
- Beton yang dicor pada tanah 8 cm
- Semua bidang yang kena air atau tanah 5 cm
- Bagian atau pelat bawah aluran yang tertutup, balok dan kolom yang tidak
kena tanah atau air 4 cm
- Bidang yang kena udara dan semua bidang 2,5 cm
3.4. Toleransi
Toleransi pada pemasangan penulangan adalah :
- Untuk bagian konstruksi berukuran 60 cm atau kurang +/- 0,6 cm
- Untuk bagian konstruksi berukuran atau lebih +/- 1,2 cm
3.5. Sambungan
Bilamana tidak ditentukan lain, sambungan pembesian harus dibuat dengan
“overlap” minimum 40 kali diameter besi beton, 60 kali diameter besi beton
untuk penulangan reservoir.
Panjang overlap penyambungan untuk diameter yang berbeda, harus
didasarkan pada diameter yang besar.
3.6. Persetujuan dari Direksi Lapangan
Pemasangan penulangan harus diperiksa oleh Direksi Lapangan terlebih
dahulu sebelum dilakukan pengecoran. Direksi Lapangan harus
diberitahukan bila pemasangan penulangan sudah siap untuk diperiksa.

E. BURAS ASPAL
1. Lingkup Pekerjaan
a. Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan
alat-alat bantu yang diperlukan dalam pelaksanaan, hingga dapat diperoleh
hasil pekerjaan yang bermutu baik dan sempurna.
b. Buras aspal adalah lapisan penutup pada permukaan jalan yang terdiri dari
lapisan aspal yang ditaburi agregat halus.

2. Persyaratan bahan
a. Aspal yang dapat digunakan sebagai bahan adalah aspal keras jenis penetrasi
120/I50;
b. Agregat halus.

Spesifikasi Teknis
20
Agregat halus harus terdiri dari butir-butir pasir yang bersih dan bebas dari
bahan-bahan organis, lumpur dan sebagainya dan harus memenuhi komposisi
butir serta kekerasan yang dicantumkan dalam SKSNI -1991.
Penyimpanan/penimbunan pasir harus dipisahkan satu dengan material lain,
hingga dapat dijamin bahan tersebut tidak tercampur untuk mendapatkan
perbandingan adukan beton yang tepat.
c. Pengendalian seluruh pekerjaan ini harus memenuhi syrata-syarat yang
ditentukan diatas dan harus dengan persetujuan Direksi Pengawas.
3. Persyaratan pelaksanaan
a. Aspal dan Pasir yang digunakan harus dengan persetujuan pihak Direksi
Pengawas.
b. Pekerjaan buras aspal dilakukan bila seluruh pekerjaan lain
dibawahnya/didalamnya telah selesai dengan baik dan sempurna.
4. Cara Pelaksanaan
a. Aspal yang akan digunakan harus dipanaskan hingga mencapai
kekentalan/keenceran yang diinginkan.
b. Percobaan penyiraman aspal harus dilakukan guna mendapat tingkat
kekentalan atau keenceran yang diinginkan.
c. Sebelum penyiraman aspal dimulai, permukaan beton harus dibersihkan.
d. Kegiatan penyiraman aspal tidak boleh dilakukan sebelum perkerasan telah siap
dan dapat diterima oleh direksi atau konsultan pengawas.
e. Pekerjaan penghamparan agregat halus dilakukan segera setelah kegiatan
penyiraman aspal selesai.

PASAL 4
PEKERJAAN AKHIR

1. PEMBERSIHAN AKHIR
a) Sekeliling bangunan yang telah selesai dilaksanakan harus dibersihkan dari
semua kotoran-kotoran, bahan-bahan bangunan dan begitu juga termasuk
jalan dan lapangan parker.
b) Setiap pekerjaan harus sudah dalam keadaan siap sesuai dengan gambar
bestek, baru penyerahan pertama dapat dilakukan.
2. GAMBAR KERJA ( SHOP DRAWING )
a) Jika terdapat kekurangan-kekurangan penjelasan-penjelasan dan gambar
kerja, atau diperlukan gambar tambahan/ gambar detail, atau memungkinkan
pemborong melaksanakan dan menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan
ketentuan, maka pemborong harus membuat gambar tersebut dan dibuat
rangkap 3 (tiga) gambar tersebut atas biaya pemborong dan dapat
dilaksanakan setelah mendapat persetujuan dari pengawas.
b) Gambar kerja hanya berubah apabila diperintahkan secara tertulis oleh
Pemberi Tugas, dan mengikuti penjelasan-penjelasan dan pertimbangan-
pertimbangan.
c) Gambar tersebut harus diserahkan kepada pengawas untuk disetujui sebelum
dilaksanakan.

3. GAMBAR SESUAI PELAKSANAAN TEKNIS ( AS BUILT DRAWING ).

Spesifikasi Teknis
21
Semua yang belum terdapat dalam gambar kerja baik karena penyimpangan,
perubahan atas perintah direksi, maka pemborong harus membuat gambar-
gambar yang sesuai dengan apa yang telah dilaksanakan, yang jelas
memperlihatkan perbedaan diantara gambar kerja.
Gambar tersebut harus diserahkan dalam rangkap 3 (tiga) yang biaya
pembuatannya ditanggung oleh pemborong.

4. DOKUMENTASI DAN PELAPORAN

a) Foto – foto
Sewaktu – waktu yang dianggap perlu pada setiap satuan pekerjaan dibuat foto –
foto, untuk memberikan gambaran sampai dimana pekerjaan yang sedang
dilaksanakan sesuai dengan Time Schedule yang telah ditentukan.
File pembuatan foto – foto dilakukan sebagai berikut :

a. Sewaktu lokasi belum dikerjakan ( 0 ) %


b. Sewaktu lokasi sedang dikerjakan setiap satua pekerjaan.
c. Sewaktu lokasi selesai dikerjakan ( 100 ) %
d. Photo dokumentasi, pengambilan photo dokumentasi dengan satu arah
sesuai dengan lapangannya mulai dari 0% sampai 100% pekerjaan dalam
album.

Pengambilan dilakukan dengan lokasi yang tepat. Satu buah album diserahkan
kepada Pimpinan/Bagian proyek.

b) Pelaksana wajib membuat laporan kemajuan pekerjaan secara priodik dan


menyerahkan kepada direksi antara lain :
a. Laporan harian, mingguan, bulanan
b. Asbuilt Drawing
c. Back up data
d. Dokumentasi pelaksanaan pekerjaan di lapangan

Walaupun dalam Rencana Kerja dan syarat – syarat ini tidak terinci secara lengkap,
baik cara pengujian dan pemeriksaan bahan bangunan yang dipergunakan dan lain –
lain, namun Kontraktor wajib menyelesaikan pekerjaan ini dengan sebaik – baiknya
dapat dipertanggung jawabkan secara teknis.

Spesifikasi Teknis
22

Anda mungkin juga menyukai