Anda di halaman 1dari 102

Spesifikasi Teknis

PASAL 1
PENJELASAN UMUM

I. URAIAN UMUM
1.1.PEKERJAAN
a. KEGIATAN : PELAYANAN DAN PENUNJANG PELAYANAN BLUD
PEKERJAAN : PENGADAAN PARKIR BASEMENT
LOKASI : KOTA MEGELANG
TAHUN ANGGARAN : 2020
b. Istilah “Pekerjaan” mencakup penyediaan semua tenaga kerja (tenaga ahli, tukang, buruh
dan lainnya), bahan bangunan dan peralatan/perlengkapan yang diperlukan dalam
pelaksanaan pekerjaan termaksud.
c. Termasuk dalam lingkup pekerjaan adalah sebagai berikut :
1) PEKERJAAN PERSIAPAN.
2) PEKERJAAN STRUKTUR.
3) PEKERJAAN ARSITEKTUR.
4) PEKERJAAN MEKANIKAL, ELEKTRIKAL, DAN PLUMBING.
untuk itu kontraktor pelaksana dalam penawaran biaya totalnya sudah harus
memperhitungkan pekerjaan tersebut.
d. Pekerjaan harus diselesaikan seperti yang dimaksud dalam Spesifikasti Teknis dan atau
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS), Gambar-gambar Rencana, Berita Acara Rapat
Penjelasan Pekerjaan serta Addendum yang disampaikan selama pelaksanaan.

1.2.BATASAN/PERATURAN
Dalam melaksanakan Pekerjaan, kecuali bila ada ketentuan lain dalam Spesifikasi Teknis
ini, berlaku dan mengikat ketentuan- ketentuan dibawah ini termasuk segala perubahan dan
tambahannya :
a. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 12 tahun 2021 tentang pedoman
pelaksanaan pengadaan barang/jasa pemerintah.
b. Peraturan umum tentang pelaksanaan pembangunan di Indonesia atau Algemene
Voorwaarden Voor Uitvorering bij Aaneming van Openbare Warken (AV) 941.
c. Keputusan-keputusan dari majelis Indonesia untuk Arbitrase Teknik dari Dewan Teknik
Pembangunan Indonesia (DTPI).
d. Mengikuti persyaratan Standard Nasional Indonesia (SNI), Standard Konsep Nasional
Indonesia (SK-SNI), Normalisasi Indonesia (NI), Standart Industri Indonesia (SII) serta
Peraturan-peraturan Nasional dan Internasional lain yang berhubungan dengan Pekerjaan
ini:
e. Standar Industri Indonesia untuk bahan yang digunakan.
f. Tata cara perhitungan struktur beton untuk bangunan gedung, SNI 03 –2847 – 2013.
g. Tata cara Perencanaan Struktur Baja untuk Bangunan Gedung, SNI 03 –1729 – 2013.
h. Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non
Gedung, SNI 1726:2019.
i. Peraturan Umum Bahan Bangunan di Indonesia, NI-3 PMI PUBBI.
j. Peraturan Sement Portland Indonesia, SNI 2049:2015.
k. Spesifikasi Peralatan Pemasangan Dinding Bata dan Plesteran, SNI 03-6862-2002.
l. Spesifikasi Bahan Bangunan Bukan logam, SNI 03-6861,1-2002.
m. Spesifikasi Bahan Bangunan dari Besi/Baja, SNI SNI 03-6861.2-2002.
n. Spesifikasi Ukuran Kayu Untuk Bangunan, SNI 03-0675-1989.
o. Peraturan Umum Instalasi Listrik, PUIL-2000.
p. Spesifikasi Cat Tembok Emulsi, SNI 3564; 2009.
Spesifikasi Teknis

q. Tata Cara Pengecatan Dinding Tembok Dengan Cat Emulsi, SNI 03-2410-2002
r. Peraturan batu merah sebagai bahan bangunan, SNI 15-2094-2000.
s. Baja Tulangan Beton, SNI 2052:2017.
t. Paku dan Kawat Paku, SNI 03-6861,1-2002.
u. Baja Profil siku sama kaki proses canai (BJP siku sama kaki), SNI 07-2054-2006.
v. Baut Kepala segi enam dengan ulir metrik halus kelas A dan B, SNI 3067-1992.
w. Batu Alam untukBahan Bangunan, SNI 03-6861,1-2002.
x. Spesifikasi Genteng Keramik Berglasir, SNI 03-2134-1996.
y. Spesifikasi Bahan Bangunan Bata Beton (paving block).
z. Peraturan/Pedoman Perencanaan Penangkal Petir, SKBI-1.3.53.1987,UDC : 887.2.
aa. Untuk bahan dan pekerjaan yang belum termasuk dalam standar tersebut diatas,
maupun standar lainnya, maka diberlakukan Standar Internasional atau persyaratan
teknis dari pabrik/produsen yang bersangkutan.
bb. Dan lain-lain yang secara nyata termasuk didalam Dokumen/Gambar, RKS, Spesifikasi
Teknis, Berita Acara Penjelasan Pekerjaan/Aanwijzing dan ketentuan-ketentuan
lainnya.
cc. Tata cara Akses Bangunan dan Akses Lingkungan untuk mencegah kebakaran pada
bangunan Gedung, SNI-03-1735-2000.
dd. ASTM, JIS dan lain – lain yang ada hubungannya dengan Pekerjaan ini.
ee. Peraturan Umum dari Departemen Tenaga Kerja.
ff. Peraturan ketentuan lain yang dikeluarkan oleh jawatan/instansi pemerintahan
setempat, yang bersangkutan dengan permasalahan bangunan.
gg. Untuk melaksanakan pekerjaan dalam butir tersebut diatas, berlaku dan mengikat pula.
hh. Gambar bestek yang dibuat Konsultan Perencana yang sudah disahkan oleh pemberi
tugas termasuk juga gambar-gambar detail yang diselesaikan oleh Kontraktor Pelaksana
dan sudah disahkan/disetujui direksi.
ii. Rencana kerja dan syarat-syarat pekerjaan.Berita Acara Penjelasan Pekerjaan.
jj. Berita Acara Penunjukan.
kk. Surat Keputusan Pengguna Barang/jasa tentang penunjukan Kontraktor Pelaksana.
ll. SPPPBJ (Surat Penetapan Penunjukan Penyedia Barang/Jasa).
mm. Surat Penawaran beserta lampiran-lampirannya.
nn. Jadwal Pelaksanaan (Tentative Time Schedule).
oo. Kontrak/surat Perjanjian KontraktorPelaksanaan.

1.3.DOKUMEN KONTRAK
a. Dokumen Kontrak yang harus dipatuhi oleh Kontraktor terdiri atas :
1. Surat Perjanjian Pekerjaan;
2. Surat Penawaran Harga dan Perincian Penawaran;
3. Gambar-gambar Kerja/Pelaksanaan;
4. Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) / Spesifikasi Teknis;
5. Addenda yang disampaikan oleh Konsultan Manajemen Konstruksi dan Direksi
selama masa pelaksanaan.
b. Kontraktor wajib untuk meneliti gambar-gambar, RKS dan dokumen kontrak lainnya yang
berhubungan. Apabila terdapat perbedaan/ketidak-sesuaian antara Rencana Kerja dan
Syarat-syarat (RKS) / Spesifikasi Teknis dan gambar-gambar pelaksanaan, atau antara
gambar satu dengan lainnya, Kontraktor Pelaksana wajib untuk memberitahukan/
melaporkannya kepada Konsultan Manajemen Konstruksi dan Direksi.
Persyaratan teknik pada gambar dan Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) / Spesifikasi
Teknis yang harus diikuti adalah :
1. Bila terdapat perbedaan antara gambar rencana dengan gambar detail, maka
gambar detail yang diikuti.
Spesifikasi Teknis

2. Bila skala gambar tidak sesuai dengan angka ukuran, maka ukuran dengan angka
yang diikuti, kecuali bila terjadi kesalahan penulisan angka tersebut yang jelas akan
menyebabkan ketidaksempurnaan/ketidaksesuaian konstruksi, harus mendapatkan
keputusan Konsultan Manajemen Konstruksi dan Direksi lebih dahulu.

3. Bila tedapat perbedaan antara RKS dan gambar, maka RKS yang diikuti kecuali bila
hal tersebut terjadi karena kesalahan penulisan, yang jelas mengakibatkan
kerusakan/kelemahan konstruksi, harus mendapatkan keputusan Konsultan
Manajemen Konstruksi dan Direksi.
4. RKS dan gambar saling melengkapi bila di dalam gambar menyebutkan lengkap
sedang RKS tidak, maka gambar yang harus diikuti demikian juga sebaliknya.
5. Yang dimaksud dengan RKS dan gambar di atas adalah RKS dan gambar setelah
mendapatkan perubahan/penyempurnaan di dalam berita acara penjelasan
pekerjaan.
6. Apabila terjadi perbedaan antara BQ, RKS dan Gambar, maka BQ yang diikuti
kecuali bila hal tersebut terjadi karena kesalahan penulisan, yang jelas
mengakibatkan kerusakan/kelemahan konstruksi, harus mendapatkan keputusan
Konsultan Manajemen Konstruksi dan Direksi.
c. Bila akibat kekurangtelitian Kontraktor Pelaksana dalam melakukan pelaksanan
pekerjaan, terjadi ketidaksempurnaan konstruksi atau kegagalan struktur bangunan,
maka Kontraktor Pelaksana harus melaksanakan pembongkaran terhadap konstruksi yang
sudah dilaksanakan tersebut dan memperbaiki/melaksanakannya kembali setelah
memperoleh keputusan Konsultan Manajemen Konstruksi dan Direksi tanpa ganti rugi
apapun dari pihak-pihak lain.

II. LINGKUP PEKERJAAN


2.1 KETERANGAN UMUM
a. Pekerjaan Perencanaan Gedung Pelayanan (Pelayanan Poliklinik dan Kantor).
b. Secara teknis, pekerjaan ini mencakup keseluruhan proses pembangunan dari persiapan
sampai dengan pembersihan/perbaikan halaman, dan dilanjutkan dengan masa
pemeliharaan seperti yang ditentukan, mencakup :
1. Pekerjaan Persiapan.
2. Pekerjaan Struktur.
3. Pekerjaan Arsitektur.
4. Pekerjaan Mekanikal Elektrikal dan Plumbing.
5. Pekerjaan lain yang jelas – jelas terkait dengan penyelesaian pekerjaan tersebut
diatas.
c. Agar diperhatikan, dalam RKS ini ada sebagian pekerjaan yang tidak dikerjakan dan ada
pekerjaan yang hanya instalasinya saja yang dikerjakan, untuk itu harap diperhatikan
dengan Gambar Kerja maupun dengan RAB.

2.2 SARANA DAN CARA KERJA


a. Kontraktor pelaksana wajib memeriksa kebenaran dari kondisi pekerjaan meninjau
tempat pekerjaan, melakukan pengukuran-pengukuran dan mempertimbangkan seluruh
lingkup pekerjaan yang dibutuhkan untuk penyelesaian dan kelengkapan dari proyek.
b. Kontraktor pelaksana harus menyediakan tenaga kerja serta tenaga ahli yang cakap dan
memadai dengan jenis pekerjaan yang dilaksanakan, serta tidak akan mempekerjakan
orang-orang yang tidak tepat atau tidak terampil untuk jenis-jenis pekerjaan yang
ditugaskan kepadanya. Kontraktor harus selalu menjaga disiplin dan aturan yang baik
diantara pekerja/karyawannya.
Spesifikasi Teknis

c. Kontraktor pelaksana harus menyediakan alat-alat kerja dan perlengkapan seperti beton
molen, pompa air, timbris, waterpas, alat-alat pengangkut dan peralatan lain yang
diperlukan untuk pekerjaan ini. Peralatan dan perlengkapan itu harus dalam kondisi baik.
d. Kontraktor pelaksana wajib mengawasi dan mengatur pekerjaan dengan perhatian penuh
dan menggunakan kemampuan terbaiknya. Kontraktor pelaksana bertanggung jawab
penuh atas seluruh cara pelaksanaan, metode, teknik, urut-urutan dan prosedur, serta
pengaturan semua bagian pekerjaan yang tercantum dalam Kontrak.
e. Shop Drawing (gambar kerja) harus dibuat oleh Kontraktor pelaksana sebelum suatu
komponen konstruksi dilaksanakan.
f. Shop Drawing harus sudah mendapatkan persetujuan Konsultan Manajemen Konstruksi
dan Direksi sebelum elemen konstruksi yang bersangkutan dilaksanakan.
g. Sebelum penyerahan pekerjaan kesatu, Kontraktor Pelaksana sudah harus menyelesaikan
gambar sesuai pelaksanaan yang terdiri atas :
1. Gambar rancangan pelaksanaan yang tidak mengalami perubahan dalam
pelaksanaannya.
2. Shop drawing sebagai penjelasan detail maupun yang berupa gambar-gambar
perubahan.
3. As Built Drawing sebagai penjelasan detail maupun yang berupa gambar-gambar
pelaksanaan terpasang.
h. Penyelesaian yang dimaksud pada ayat g harus diartikan telah memperoleh persetujuan
Konsultan Manajemen Konstruksi dan Direksi setelah dilakukan pemeriksaan secara teliti.
i. Gambar sesuai pelaksanaan dan buku penggunaan dan pemeliharaan bangunan
merupakan bagian pekerjaan yang harus diserahkan pada saat penyerahan kesatu,
kekurangan dalam hal ini berakibat penyerahan pekerjaan kesatu tidak dapat dilakukan.
j. Pembenahan/perbaikan kembali yang harus dilaksanakan Kontraktor pelaksana, bila :
 Komponen-komponen pekerjaan pokok/konstruksi yang pada masa pemeliharaan
mengalami kerusakan atau dijumpai kekurangsempurnaan pelaksanaan.
 Komponen-komponen konstruksi lainnya atau keadaan lingkungan diluar pekerjaan
pokoknya yang mengalami kerusakan akibat pelaksanaan konstruksi (misalnya
jalan, halaman, dan lain sebagainya).
k. Pembenahan lapangan yang berupa pembersihan lokasi dari bahan-bahan sisa-sisa
l. Pelaksanaan pembongkaran termasuk bow keet dan direksi keet harus dilaksanakan
sebelum masa kontrak berakhir, kecuali akan dipergunakan kembali pada tahap
selanjutnya.

2.3 PEMBUATAN RENCANA JADUAL PELAKSANAAN


a. Kontraktor Pelaksana berkewajiban menyusun dan membuat jadual pelaksanaan dalam
bentuk barchart yang dilengkapi dengan grafik prestasi yang direncanakan berdasarkan
butir-butir komponen pekerjaan sesuai dengan penawaran.
b. Pembuatan rencana jadual pelaksanaan ini harus diselesaikan oleh Kontraktor Pelaksana
selambat-lambatnya 10 hari setelah dimulainya pelaksanaan di lapangan pekerjaan.
Penyelesaian yang dimaksud ini sudah harus dalam arti telah mendapatkan persetujuan
Konsultan Manajemen Konstruksi dan Direksi.
c. Bila selama 10 hari setelah pelaksanaan pekerjaan dimulai, Kontraktor Pelaksana belum
menyelesaikan pembuatan jadual pelaksanaan, maka Kontraktor Pelaksana harus dapat
menyajikan jadual pelaksanaan sementara minimal untuk 2 minggu pertama dan 2
minggu kedua dari pelaksanaan pekerjaan.
d. Selama waktu sebelum rencana jadual pelaksanaan disusun, Kontraktor Pelaksana harus
melaksanakan pekerjaannya dengan berpedoman pada rencana pelaksanaan mingguan
yang harus dibuat pada saat dimulai pelaksanaan. Jadual pelaksanaan 2 mingguan ini
harus disetujui oleh Konsultan Manajemen Konstruksi dan Direksi.
Spesifikasi Teknis

2.4 KETENTUAN DAN SYARAT-SYARAT BAHAN


a. Kontraktor harus menyediakan bahan-bahan bangunan dalam jumlah dan kualitas yang
sesuai dengan lingkup pekerjaan yang dilaksanakan. Sepanjang tidak ada ketentuan lain
dalam RKS ini dan Berita Acara Rapat Penjelasan, maka bahan-bahan yang dipergunakan
maupun syarat-syarat pelaksanaan harus memenuhi syarat-syarat yang tercantum dalam
AV-41 dan PUBI-1982 serta ketentuan lainnya yang berlaku di Indonesia.
b. Sebelum memulai pekerjaan atau bagian pekerjaan, Pemborong harus mengajukan
contoh bahan yang akan digunakan Konsultan Manajemen Konstruksi dan Direksi untuk
mendapatkan persetujuan.Bahan-bahan yang tidak memenuhi ketentuan seperti
disyaratkan atau yang dinyatakan ditolak oleh Konsultan Manajemen Konstruksi dan
Direksi tidak boleh digunakan dan harus segera dikeluarkan dari halaman pekerjaan
selambat-lambatnya dalam waktu 2 x 24 jam.
c. Apabila bahan-bahan yang ditolak oleh Konsultan Manajemen Konstruksi dan Direksi
ternyata masih dipergunakan oleh Kontraktor pelaksana, maka Konsultan Manajemen
Konstruksi dan Direksi memerintahkan untuk membongkar kembali bagian pekerjaan
yang menggunakan bahan tersebut. Semua kerugian akibat pembongkaran tersebut
sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor pelaksana.
d. Jika terdapat perselisihan mengenai kualitas bahan yang dipakai, Konsultan Manajemen
Konstruksi dan Direksi berhak meminta kepada Kontraktor pelaksana untuk
memeriksakan bahan itu ke Laboratorium Balai Penelitian Bahan yang resmi dengan biaya
Kontraktor pelaksana. Sebelum ada kepastian hasil pemeriksaan dari Laboratorium,
Kontraktor pelaksana tidak diizinkan untuk melanjutkan bagian-bagian pekerjaan yang
menggunakan bahan tersebut.
e. Penyimpanan bahan-bahan harus diatur dan dilaksanakan sedemikian rupa sehingga
tidak mengganggu kelancaran pelaksanaan pekerjaan dan terhindarnya bahan-bahan dari
kerusakan.
f. Persyaratan mutu bahan bangunan secara umum adalah seperti di bawah ini, sedangkan
bahan-bahan bangunan yang belum disebutkan disini akan diisyaratkan langsung di
dalam pasal-pasal mengenai persyaratan pelaksanaan komponen konstruksi di belakang.
1. Air
Air yang digunakan sebagai media untuk adukan pasangan plesteran, beton dan
penyiraman guna pemeliharaan harus air tawar, tidak mengandung minyak, garam,
asam dan zat organik lainnya yang telah dikatakan memenuhi syarat, sebagai air
untuk keperluan pelaksanaan konstruksi oleh laboratorium tidak lagi diperlukan
rekomendasi laboratorium.
2. Semen Portland (PC)
Semen Portland yang digunakan adalah jenis satu harus satu merek untuk
penggunaan dalam pelaksanaan satu satuan komponen bengunan, belum
mengeras sebagai atau keseluruhannya. Penyimpanannya harus dilakukan dengan
cara dan didalam tempat yang memenuhi syarat sebagai air untuk menjamin
kebutuhan kondisi sesuai persyaratan di atas.
3. Pasir (Ps)
Pasir yang digunakan adalah pasir sungai, berbutir keras, bersih dari kotoran,
lumpur,asam, garam, dan bahan organik lainnya, yang terdiri atas:
a) Pasir untuk urugan adalah pasir dengan butiran halus, yang lazim disebut
pasir urug.
b) Pasir untuk pasangan adalah pasir dengan ukuran butiran sebagian terbesar
adalah terletak antara 0,075 sampai 1,25 mm yang lazim dipasarkan disebut
pasir pasang.
Spesifikasi Teknis

c) Pasir untuk pekerjaan beton adalah pasir cor yang gradasinya mendapat
rekomendasi dari laboratorium.
4. Batu Pecah (Split)
Split untuk beton harus menggunakan split dari batu kali hitam pecah, bersih dan
bermutu baik, serta mempunyai gradasi dan kekerasan sesuai dengan syarat-syarat
yang tercantum dalam Standar Nasional Indonesia (SNI).

III. SITUASI DAN PERSIAPAN PEKERJAAN


3.1 SITUASI/LOKASI
a. Lokasi proyek adalah lahan yang diperuntukan untuk Rumah Sakit Umum Daerah Tidar,
Kota Magelang. Lokasi proyek akan diserahkan kepada Kontraktor pelaksana
sebagaimana keadaannya waktu penyerahan lapangan. Kontraktor pelaksana hendaknya
mengadakan penelitian dengan seksama mengenai kondisi lokasi tersebut.
b. Kekurangtelitian atau kelalaian dalam mengevaluasi keadaan lapangan, sepenuhnya
menjadi tanggung jawab Kontraktor pelaksana dan tidak dapat dijadikan alasan untuk
mengajukan klaim/tuntutan.

3.2 AIR DAN DAYA


a. Kontraktor pelaksana harus menyediakan air atas tanggungan/biaya sendiri yang
dibutuhkan untuk melaksanakan pekerjaan ini, yaitu :
1. Air kerja untuk pencampur atau keperluan lainnya yang memenuhi persyaratan
sesuai jenis pekerjaan, cukup bersih, bebas dari segala macam kotoran dan zat-zat
seperti minyak, asam, garam, dan sebagainya yang dapat merusak atau
mengurangi kekuatan konstruksi.
2. Air bersih untuk keperluan sehari-hari seperti minum, mandi/buang air dan
kebutuhan lain para pekerja. Kualitas air yang disediakan untuk keperluan tersebut
harus cukup terjamin.
b. Kontraktor pelaksana harus menyediakan daya listrik atas tanggungan/biaya sendiri
sementara yang dibutuhkan untuk peralatan dan penerangan serta keperluan lainnya
dalam melaksanakan pekerjaan ini. Pemasangan sistem listrik sementara ini harus
memenuhi persyaratan yang berlaku. Kontraktor pelaksana harus mengatur dan menjaga
agar jaringan dan peralatan listrik tidak membahayakan para pekerja di lapangan.
Kontraktor pelaksana harus pula menyediakan penangkal petir sementara untuk
keselamatan.

3.3 SALURAN PEMBUANGAN


Kontraktor pelaksana harus membuat saluran pembuangan sementara untuk menjaga agar
daerah bangunan selalu dalam keadaan kering/tidak basah tergenang air hujan atau air
buangan. Saluran dihubungkan ke parit/selokan yang terdekat atau menurut petunjuk
Konsultan Manajemen Konstruksi dan Direksi.

3.4 KANTOR KONTRAKTOR, LOS DAN HALAMAN KERJA, GUDANG DAN FASILITAS LAIN
Kontraktor pelaksana harus membangun kantor dan perlengkapannya, los kerja, gudang dan
halaman kerja (work yard) di dalam halaman pekerjaan, yang diperlukan untuk pelaksanaan
pekerjaan sesuai Kontrak. Kontraktor pelaksana harus juga menyediakan untuk pekerja/
buruhnya fasilitas sementara (tempat mandi dan peturasan) yang memadai untuk mandi dan
buang air. Kontraktor pelaksana harus membuat tata letak/denah halaman proyek dan
rencana konstruksi fasilitas-fasilitas tersebut. Kontraktor pelaksana harus menjamin agar
seluruh fasilitas itu tetap bersih dan terhindar dari kerusakan.
Spesifikasi Teknis

3.5 KANTOR KONSULTAN MANAJEMEN KONSTRUKSI DAN DIREKSI


Kontraktor pelaksana harus menyediakan untuk Direksi di tempat pekerjaan ruang kantor
sementara beserta seperangkat furniture termasuk kursi-kursi, meja dan lemari. Kualitas dan
peralatan yang harus disediakan adalah sebagai berikut :
a. Ruang : Ukuran 50 m2
b. Konstruksi : Rangka kayu ex borneo, lantai plesteran, dinding double plywood
tidak usah dicat, atap asbes gelombang
c. Fasilitas : air dan penerangan listrik
d. Meubelair :
1. 10 meja kerja 1/2 biro dan 15 kursi
2. 1 meja rapat bahan plywood 18 mm ukuran 120 x 240 cm, dan 20 kursi
3. 2 unit meja gambar beserta peralatannya
4. 1 whiteboard ukuran 120 x 80 cm
5. 1 rak arsip gambar plywood 12 mm ukr. 120 x 240 x 30 cm
Kontraktor harus selalu membersihkan dan menjaga keamanan kantor tersebut beserta
peralatannya.

3.6 PAGAR SEMENTARA


Kontraktor harus memasang pagar sementara yang sifatnya melindungi dan menutupi lokasi
yang akan dibangun dengan persyaratan kualitas minimal sebagai berikut :
a. Bahan dari seng BJLS dengan rangka kayu dicat sementara.
b. Tinggi pagar minimum 2,1 m.
c. Ruang gerak selama pelaksanaan dalam lokasi berpagar harus cukup leluasa untuk
lancarnya pekerjaan.
d. Pada tahap selanjutnya Kontraktor harus menyediakan/memasang pengaman
secukupnya disekeliling konstruksi bangunan untuk mencegah jatuhnya bahan-
bahan bangunan dari atas yang membahayakan baik pekerja maupun aktivitas
lain disekitar bangunan.

3.7 PAPAN NAMA PROYEK


Kontraktor pelaksana wajib membuat dan memasang papan nama proyek di bagian depan
halaman proyek sehingga mudah dilihat umum. Ukuran dan redaksi papan nama tersebut 90 x
150 cm dipotong dengan tiang setinggi 250 cm atau sesuai dengan petunjuk Pemerintah
Daerah setempat. Kontraktor tidak diijinkan menempatkan atau memasang reklame dalam
bentuk apapun di halaman dan di sekitar proyek tanpa ijin dari Pemberi Tugas.

3.8 PEMBERSIHAN HALAMAN


Semua penghalang di dalam batas tanah yang menghalangi jalannya pekerjaan seperti adanya
pepohonan, batu-batuan atau puing-puing bekas bangunan harus dibongkar dan dibersihkan
serta dipindahkan dari tanah bangunan kecuali barang-barang yang ditentukan harus
dilindungi agar tetap utuh.
Pelaksanaan pembongkaran harus dilakukan dengan sebaik-baiknya untuk menghindarkan
bangunan yang berdekatan dari kerusakan. Bahan-bahan bekas bongkaran tidak
diperkenankan untuk dipergunakan kembali dan harus diangkut keluar dari halaman proyek.
Spesifikasi Teknis

BAB 2
PERSYARATAN TEKNIS ARSITEKTUR

PASAL 1
PEMBERSIHAN/PEMBONGKARAN DAN PENGUKURAN

1.1. PEMBERSIHAN HALAMAN


a. Semua penghalang di dalam batas tanah yang menghalangi jalannya pekerjaan seperti
adanya pepohonan, batu-batuan atau puing-puing bekas bangunan harus dibongkar dan
dibersihkan serta dipindahkan dari lokasi bangunan kecuali barang-barang yang ditentukan
harus dilindungi agar tetap utuh.
b. Pelaksanaan pembongkaran harus dilakukan dengan sebaik-baiknya untuk menghindarkan
bangunan yang berdekatan dari kerusakan. Bahan-bahan bekas bongkaran tidak
diperkenankan untuk dipergunakan kembali dan harus diangkut keluar dari halaman proyek.

1.2.PERMUKAAN ATAS LANTAI (PEIL)


a. Peil ±0,00 bangunan dibuat +0.25 dari elevasi dari area parkir eksisting.
b. Semua ukuran ketinggian galian, pondasi, sloof, kusen, langit-langit, dan lain-lain harus
mengambil patokan dari peil ±0,00 tersebut.

1.3.PAPAN BANGUNAN (BOUWPLANK)


a. Bouwplank dibuat dari kayu keras (tahan lama) ukuran minimum 3/20 cm yang utuh dan
kering. Bouwplank dipasang dengan tiang-tiang dari kayu sejenis ukuran 5/7cm dan
dipasang pada setiap jarak satu meter. Papan harus lurus dan diketam halus pada bagian
atasnya.
b. Bouwplank harus benar-benar datar (waterpas) dan tegak lurus. Pengukuran harus memakai
alat ukur yang disetujui Manajemen Konstruksi dan Direksi.
c. Bouwplank harus menunjukkan ketinggian ±0.00 dan as kolom/dinding. Letak dan ketinggian
permukaan bouwplank harus dijaga dan dipelihara agar tidak berubah selama pekerjaan
berlangsung.
Spesifikasi Teknis

PASAL 2
PEKERJAAN TANAH

2.1 PEMBENTUKAN PERMUKAAN TANAH (GRADING)


a. Tanah halaman RSUD TIDAR Kota Magelang dibentuk sesuai rencana tapak, sehingga
diperoleh ketinggian-ketinggian permukaan seperti yang ditentukan dalam gambar
pelaksanaan. Pekerjaan tanah (grading) dan pengerukan/pengurugan (cut and fill) harus
dilakukan dengan peralatan-peralatan yang memadai dan dilaksanakan menurut ketentuan-
ketentuan teknis yang berlaku.
b. Bahan-bahan tanah untuk pengurugan bisa berasal dari hasil galian atau didatangkan dari
luar proyek, dengan syarat harus bebas dari kotoran, batu-batu besar, dan tumbuh-
tumbuhan. Pengurugan harus dilaksanakan lapis demi lapis, tiap lapis tidak lebih dari 20
cm,dan dipadatkan dengan menggunakan stamper dan timbris.
c. Tanah yang berhumus atau yang masih terdapat tumbuh-tumbuhan diatasnya harus
dibuang dahulu permukaan bagian atasnya (top soil) sedalam 20 cm, khususnya pada
daerah bangunan sampai dengan 3 m disekelilingnya.
d. Tanah bekas galian dan leveling harus dikeluarkan dari lingkungan RSUD TIDAR Kota
Magelang.

2.2 GALIAN TANAH


a. Pekerjaan ini meliputi galian tanah untuk pondasi batu kali dan borepile, pembentukan
muka tanah, saluran-saluran air dan lain-lain seperti ditunjukkan dalam gambar kerja.
Penggalian harus dikerjakan sesuai dengan ukuran yang tercantum dalam gambar baik
kedalaman, kemiringan maupun panjang dan lebarnya.
b. Lubang pondasi dan lubang galian lainnya harus diusahakan selalu dalam keadaan kering
(bebas air), untuk itu harus disediakan pompa-pompa air yang siap pakai dengan daya dan
jumlah yang bisa menjamin kelancaran pekerjaan.

2.3 URUGAN TANAH


a. Pekerjaan ini meliputi pengurugan kembali bekas galian untuk pasangan pondasi dan
peninggian halaman. Urugan harus dilakukan selapis demi selapis dengan ketebalan tidak
lebih dari 20 cm untuk setiap lapisan dan ditimbris sampai padat.
b. Pengurugan kembali tidak boleh dilaksanakan sebelum pondasi, instalasi / pipa-pipa dan
lain-lain yang bakal tertutup tanah diperiksa oleh Manajemen Konstruksi, Direksi, dan
konsultan pengawas.

2.4 BENDA-BENDA YANG DITEMUKAN


a. Semua benda-benda yang ditemukan selama pekerjaan tanah berlangsung, terutama pada
saat pembongkaran dan penggalian tanah, menjadi milik proyek.

2.5 URUGAN PASIR


a. Urugan pasir dilaksanakan untuk di bawah paving block atau bahan perkerasan jalan,
saluran-saluran, bak-bak kontrol dan dibawah pasangan lantai bangunan.
b. Urugan tersebut harus dipadatkan dengan stamper dan disiram dengan air. Ukuran dari
ketinggian urugan pasir yang tercantum dalam gambar adalah ukuran jadi (sesudah dalam
keadaan padat).
Spesifikasi Teknis

PASAL 3
PEKERJAAN PASANGAN DINDING BATA

3.1 LINGKUP PEKERJAAN


Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, peralatan, alat – alat bantu yang dibutuhkan, bahan
dan semua pasangan batu bata pada tempat – tempat seperti ditunjukkan dalam Gambar Kerja atau
disyaratkan dalam Spesifikasi Teknis ini. Pekerjaan ini terdiri tetapi tidak terbatas pada hal-hal
berikut :
a. Pasangan batu bata
b. Adukan
c. Pengaplikasian bahan penutup celah antara dinding dengan kolom bangunan, dinding
dengan bukaan dinding dan dinding dengan peralatan. Sesuai dengan petunjuk Gambar
Kerja dan Spesifikasi Teknis.

3.2 STANDAR / RUJUKAN


a. Amerrican Society for Testing and Materials (ASTM)
b. Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia (PUBI-1982)
c. Standar Nasional Indonesia (SNI)

3.3 PROSEDUR UMUM


a. Keterangan
Pekerjaan ini mencakup seluruh pekerjaan dinding yang terbuat dari batu bata dan bata
ringan disusun ½ bata, meliputi penyediaan bahan, tenaga dan peralatan untuk pekerjaan
ini.
b. Pengiriman dan Penyimpanan
Semua bahan harus disimpan dengan baik, terlindung dari kerusakan. Bata harus disusun
dengan baik dan teratur dengan tinggi maksimal 150 cm. Semen harus dikirim dalam
kemasan aslinya yang tertutup rapat dimana tertera nama pabrik serta merek dagangnya.
Penyimpanan semen harus dilaksanakan sesuai ketentuan Spesifikasi Teknis.

3.4 BAHAN-BAHAN
a. Batu Bata
Batu bata merah (dari tanah liat) yang dipakai adalah produksi dalam negeri eks daerah
setempat dari kualitas yang baik dengan ukuran 5 x 10,5 x 22 cm yang dibakar dengan baik,
warna merah merata, keras dan tidak mudah patah, bersudut runcing dan rata, tanpa cacat
atau mengandung kotoran. Meskipun ukuran bata yang bisa diperoleh di suatu daerah
mungkin tidak sama dengan ukuran tersebut diatas, harus diusahakan supaya ukuran bata
yang akan dipakai tidak terlalu menyimpang. Kualitas bata harus sesuai dengan pasal 81 dari
A.V. 1941. Kontraktor harus menunjukkan contoh terlebih dahulu kepada Manajemen
Konstruksi dan Direksi. Manajemen Konstruksi dan Direksi berhak menolak bata dan
menyuruh bongkar pasangan bata yang tidak memenuhi syarat. Bahan-bahan yang ditolak
harus segera diangkut keluar dari tempat pekerjaan.
Bata merah yang digunakan harus mempunyai kuat tekan minimal 25 kg/cm 2, sesuai
ketentuan SNI 15-2094-2000.
b. Adukan dan Plesteran
Adukan terdiri dari semen, pasir dan air dipakai untuk pemasangan dinding batu bata.
Komposisi adukan adalah 1PC:5PP untuk dinding biasa, 1PC:3PP untuk trasram. Semen PC
yang dipakai adalah produk dalam negeri yang terbaik; seperti : HOLCIM,TIGA RODA,
Gresik. Adukan harus dibuat dalam alat tempat mencampur, diatas permukaan yang keras,
bukan langsung diatas tanah. Bekas adukan yang sudah mulai mengeras tidak boleh
Spesifikasi Teknis

digunakan kembali. Adukan dan plesteran untuk pasangan batu bata harus memenuhi
ketentuan Spesifikasi Teknis.
c. Beton Bertulang
Beton bertulang dibuat untuk rangka penguat dinding bata, yaitu : sloof, kolom praktis dan
ringbalk. Komposisi bahan beton rangka penguat dinding (sloof, kolom praktis, ringbalk)
adalah 1PC:2PS:3KR. Semen PC yang dipakai adalah produk dalam negeri yang terbaik (satu
merek untuk seluruh pekerjaan). Pasir beton harus bersih, bebas dari tanah/lumpur dan zat-
zat organic lainnya. Kerikil/split dari pecahan batu keras dengan ukuran 1 - 2 cm, bebas dari
kotoran.Baja tulangan menurut ketentuan Standar Nasional Indonesia (SNI).
d. Bahan Penutup dan Pengisi Celah
Bahan penutup dan pengisi celah harus memenuhi persyaratan Spesifikasi Teknis.
3.5 PELAKSANAAN PEKERJAAN
Dinding harus dipasang (uitzet dengan peralatan yang memadai) dan didirikan menurut masing-
masing ukuran ketebalan dan ketinggian yang disyaratkan seperti yang ditunjukkan dalam
gambar.
a. Sloof, kolom praktis dan ringbalk
Ukuran rangka penguat dinding bata (non struktural) :
- Sloof 15 x 25 cm
- Kolom praktis 12 x 12 cm
- Ringbalk dan balok lateiu 12 x 12 cm
Kolom praktis dan ringbalk diplester sekaligus dengan dinding bata sehingga mencapai tebal
15 cm. Bekisting terbuat dari kayu terentang/kayu hutan lainnya dengan tebal minimum 2
cm yang rata dan berkualitas papan baik. Pemasangan bekisting harus rapi dan cukup kuat.
Celah-celah papan harus rapat sehingga tidak ada air adukan yang keluar. Bekisting baru
boleh dibongkar setelah beton mengalami proses pengerasan.
b. Pasangan dinding bata
Bata yang akan dipasang harus direndam dalam air terlebih dahulu sampai jenuh.
Tidak diperkenankan memasang batu bata :
1. Air bersih untuk keperluan sehari-hari seperti minum, mandi/buang air
dan kebutuhan lain para pekerja. Kualitas air yang disediakan untuk keperluan tersebut
harus cukup terjamin.
2. Yang ukurannya kurang dari setengahnya.
3. Lebih dari 1 (satu) meter tingginya setiap hari di satu bagian pemasangan.
4. Pada waktu hujan di tempat yang tidak terlindung atap.
5. Setiap luas pasangan dinding bata mencapai ±12 m2 harus dipasang beton praktis
(kolom dan ringbalk).
Bata dipasang tegak lurus dan berada pada garis-garis yang seharusnya dengan bentang
benang yang sipat datar. Kayu penolong harus cukup kuat dan benar-benar dipasang
tegak lurus. Dinding yang menempel pada kolom beton harus diberi angker besi setiap
jarak 40 cm. Permukaan beton harus dibuat kasar. Pemasangan bata diatas kusen harus
dibuat balok lantai 12/12 atau dilengkapi dengan pasangan rollagh. Pemasangan harus
dijaga kerapihannya, baik dalam arah vertikal maupun horizontal. Sela-sela disekitar
kusen-kusen harus diisi dengan aduk.
c. Perawatan dan Perlindungan
Pasangan batu bata harus dibasahi terus menerus selama sedikitnya 7 hari setelah didirikan.
Pasangan batu bata yang terkena udara terbuka, selama waktu – waktu hujan lebat harus
diberi perlindungan dengan menutup bagian atas dari tembok. Siar atau celah antara
dinding dengan kolom bangunan, dinding dengan bukaan dinding atau dinding dengan
peralatan, harus ditutup dengan bahan pengisi celah.
d. Plesteran dan Pengacian
Plesteran dan pengacian harus dilaksanakan sesuai ketentuan Spesifikasi Teknis.
Spesifikasi Teknis

PASAL 4
PEKERJAAN ADUKAN DAN PLESTERAN

5.1 LINGKUP PEKERJAAN


Pekerjaan ini meliputi semua pekerjaan adukan dan plesteran (kasar dan halus), seperti dinyatakan
dalam Gambar Kerja atau disyaratkan dalam Spesifikasi Teknis ini.

5.2 STANDAR / RUJUKAN


- American Society for Testing and Materials (ASTM)
- American Concrete Institute (ACI)
- Peraturan Beton Bertulang Indonesia (NI-2,1971)
- Standar Nasional Indonesia (SNI)
- American Association of State Highway and Transportation Officials (AASHTO)

5.3 PROSEDUR UMUM


1. Contoh Bahan.
Contoh bahan yang akan digunakan harus diserahkan kepada Manajemen Konstruksi, Direksi,
dan konsultan pengawas untuk disetujui terlebih dahulu sebelum dikirim ke lokasi proyek.
2. Pengiriam dan Penyimpanan.
Pengiriman dan penyimpanan bahan semen dan bahan lainnya harus sesuai ketentuan
Spesifikasi Teknis.
Pasir harus disimpan di atas tanah yang bersih, bebas dari aliran air, dengan kata lain daerah
sekitar penyimpanan dilengkapi saluran pembuangan yang memadai, dan bebas dari benda -
benda asing. Tinggi penimbunan tidak lebih dari 1200 mm agar tidak berhamburan.

5.4 BAHAN-BAHAN
1. Adukan dan Plesteran Dibuat di Tempat
- Semen
Semen tipe I harus memenuhi standar SNI 15-2049-1994 atau ASTM C 150-1995, seperti
Semen HOLCIM, TIGA RODA, GRESIK. Semen yang digunakan harus berasal dari satu
merek dagang.
- Pasir
Pasir harus bersih, keras, padat dan tajam, tidak mengandung lumpur atau kotoran lain
yang merusak. Perbandingan butir – butir harus seragam mulai dari yang kasar sampai
pada yang halus, sesuai dengan ketentuan ASTM C 33.
- Bahan Tambahan.
Bahan tambahan untuk meningkatkan kekedapan terhadap air dan menambah daya
lekat harus berasal dari merek yang dikenal luas, seperti SIKA.
2. Air
Air harus bersih, bebas dari asam, minyak, alkali dan zat – zat organik yang bersifat merusak.
Air dengan kualitas yang diketahui dan dapat diminum tidak perlu diuji. Pada
dasarnyasemua air, kecuali yang telah disebutkan di atas, harus diuji sesuai ketentuan
AASHTO T26dan / atau disetujui oleh Manajemen Konstruksi, Direksi, dan konsultan
pengawas.

5.5 PELAKSANAAN PEKERJAAN


1. Perbandingan Campuran Adukan dan / atau Plesteran
Campuran 1 semen dan 3 pasir digunakan untuk adukan kedap air, adukan kedap air 150mm
di bawah permukaan tanah sampai 500 mm di atas lantai, tergambar atau tidak tergambar
dalam Gambar Kerja, plesteran permukaan beton yang terlihat dan tempat –tempat lain
Spesifikasi Teknis

seperti ditunjukkan dalam Gambar Kerja. Campuran 1 semen dan 5 pasir untuk semua
pekerjaan adukan dan plesteran selain tersebutdi atas. Bahan tambahan untuk menambah
daya lekat dan meningkatkan kekedapan terhadap air harus digunakan dalam jumlah yang
sesuai dengan petunjuk penggunaan dari pabrik pembuat.
2. Pencampuran
- Umum
Semua bahan kecuali air harus dicampur dalam kotak pencampur atau alat pencampur
yang disetujui sampai diperoleh campuran yang merata, untuk kemudian ditambahkan
sejumlah air dan pencampuran dilanjutkan kembali. Adukan harus dibuat dalam jumlah
tertentu dan waktu pencampuran minimal 1 sampai 2 menit sebelum pengaplikasian.
Adukan yang tidak digunakan dalam jangka waktu 45 menit setelah pencampuran tidak
diijinkan digunakan.
3. Persiapan dan Pembersihan Permukaan.
Semua permukaan yang akan menerima adukan dan / atau plesteran harus bersih,
beban dari serpihan karbon lepas dan bahan lainnya yang mengganggu.
Pekerjaan plesteran hanya diperkenankan setelah selesainya pemasangan instalasi
listrik dan air dan seluruh bagian yang akan menerima plesteran telah terlindung di
bawah atap. Permukaan yang akan diplester harus telah berusia tidak kurang dari dua
minggu. Bidang permukaan tersebut harus disiram air terlebih dahulu dengan air hingga
jenuh dan siar telah dikerok sedalam 10 mm dan dibersihkan.
4. Pemasangan
- Plesteran Batu Bata
 Pekerjaan plesteran dapat dimulai setelah pekerjaan persiapan dan pembersihan
selesai.
 Untuk memperoleh permukaan yang rapi dan sempurna, bidang plesteran dibagi –
bagi dengan kepala plesteran yang dipasangi kelos – kelos sementara dari bambu.
 Kepala plesteran dibuat pada setiap jarak 100 cm, dipasang tegak dengan
menggunakan kepingan kayu lapis tebal 6 mm untuk patokan kerataan bidang.
 Setelah kepala plesteran diperiksa kesikuannya dan kerataannya, permukaan
dinding baru dapat ditutup dengan plesteran sampai rata dan tidak kepingan –
kepingan kayu yang tertinggal dalam plesteran.
 Seluruh permukaan plesteran harus rata dan rapi, kecuali bila pasangan akan dilapis
dengan bahan lain.
 Sisa – sisa pekerjaan yang telah selesai harus segera dibersihkan.

 Tali air (naad) selebar 4 mm digunakan pada bagian-bagian pertemuan dengan


bukaan dinding atau bagian lain yang ditentukan dalam Gambar Kerja, dibuat
dengan menggunakan profil kayu khusus untuk itu yang telah diserut rata, rapi dan
siku. Tidak diperkenankan membuat tali air dengan menggunakan baja tulangan.
- Plesteran Permukaan Beton.
 Permukaan beton yang akan diberi plesteran harus dikasarkan, dibersihkan dari
bagian- bagian yang lepas dan dibasahi air, kemudian diplester.
 Permukaan beton harus bersih dari bahan – bahan cat, minyak, lemak, lumur dan
sebagainya sebelum pekerjaan plesteran dimulai.
 Permukaan beton harus dibersihkan menggunakan kawat baja. Setelah plesteran
selesai dan mulai mengeras, permukaan plesteran dirawat dengan penyiraman air.
 Plesteran yang tidak sempurna, misalnya bergelombang, retak – retak, tidak tegak
lurus dan sebagainya harus diperbaiki.
Spesifikasi Teknis

5. Ketebalan Adukan dan Plesteran


Tebal adukan dan / atau plesteran 10 – 25 mm, kecuali bila dinyatakan lain dalam
Gambar Kerja atau sesuai petunjuk Manajemen Konstruksi, Direksi, dan konsultan
pengawas.
6. Pengacian
Pengacian dilakukan setelah plesteran disiram air sampai jenuh sehingga plesteran
menjadi rata, halus, tidak ada bag yang bergelombang, tidak ada bag yang retak dan
setelah plesteran berumur 8 (delapan) hari atau sudah kering betul. Selama 7 (tujuh)
hari setelah pengacian selesai dilakukan, Kontraktor harus selalu menyiram bagian
permukaan yang diaci dengan air sampai jenuh, sekurang – kurangnya dua kali setiap
harinya.
7. Pemeriksaan dan Pengujian.
Semua pekerjaan harus dengan mudah dapat diperiksa dan diuji. Kontraktor setiap waktu
harus memberi kemudahan kepada Manajemen Konstruksi, Direksi, dan konsultan
pengawas untuk dapat mengambil contoh pada bagian yang telah diselesaikan. Bagian yang
ditemukan tidak memuaskan harus diperbaiki dan dikerjakan dengan cara yang sama
dengan sebelumnya tanpa biaya tambahan dari Pemilik Proyek.
Spesifikasi Teknis

PASAL 5
PEKERJAAN PELAPIS DINDING KERAMIK

13.1 LINGKUP PEKERJAAN


Pekerjaan ini mencakup penyediaan bahan dan pemasangan ubin keramik pada tempat-tempat
sesuai petunjuk Gambar Kerja serta Spesifikasi Teknis ini.

13.2 STANDAR / RUJUKAN


 Standar Nasional Indonesia (SNI), SNI 03-4062-1996; Ubin Lantai Keramik Berglaris.
 Australian Standard (AS);
 British Standard (BS);
 American National Standard Institute (ANSI).

13.3 PROSEDUR UMUM


A. Contoh Bahan dan Data Teknis Bahan
1) Contoh bahan dan teknis/brosur bahan yang akan digunakan harus diserahkan
kepada Manajemen Konstruksi, Direksi, dan konsultan pengawas untuk disetujui
terlebih dahulu sebelum dikirim ke lokasi proyek.
2) Contoh bahan granit/keramik harus diserahkan sebanyak 3 (tiga) set masing-
masing dengan 4 (empat) gradasi warna untuk setiap set.
3) Biaya pengadaan contoh bahan menjadi tanggung jawab Kontraktor
B. Pengiriman dan Penyimpanan
1) Pengiriman granit/keramik ke lokasi proyek harus terbungkus dalam kemasan
pabrik yang belum dibuka dan dilindungi dengan label/merek dagang yang utuh
dan jelas.
2) Kontraktor wajib menyediakan cadangan sebanyak 2,5% dari keseluruhan bahan
terpasang untuk diserahkan kepada Pemberi Tugas.

13.4 BAHAN-BAHAN
A. Umum.
Granit/keramik harus dari kualitas yang baik / KW 1 dan dari merek yang dikenal yang
memenuhi ketentuan SNI.
Granit/keramik yang tidak rata permukaan dan warnanya, sisinya tidak lurus, sudut-
sudutnya tidak siku, retak atau cacat lainnya, tidak boleh dipasang.
1) Keramik polished
Keramik polished merek ROMAN, PLATINUM, MILAN terdiri dari beberapa jenis
seperti tersebut berikut :
 Granit polished ukuran 600 mm x 600mm untuk dinding lobby dan
ruang lainnya sesuai dengan gambar kerja
 Keramik polished ukuran 400mm x 400mm digunakan untuk kamar
mandi.
Tipe dan warna masing-masing ubin keramik harus sesuai Skema Warna yang
sudah ditentukan pada pembangunan tahap sebelumnya.
2) Adukan.
Adukan terdiri dari campuran semen dan pasir yang diberi bahan tambahan
penguat dalam jumlah penggunaan sesuai petunjuk dari pabrik pembuat.
Bahan-bahan adukan dan bahan-bahan tambahan harus memenuhi ketentuan
Spesifikasi Teknis.
Adukan perekat khusus untuk memasang ubin, jika ditunjukkan dalam Gambar
Kerja atau sesuai petunjuk Manajemen Konstruksi, Direksi, dan konsultan
Spesifikasi Teknis

pengawas, harus memenuhi ketentuan AS 2356, ANSI 118.1, 118.4 dan BS 5385,
seperti SIKA.
3) Adukan Pengisian Celah.
Adukan pengisi celah harus merupakan produk campuran semen siap pakai,
yang diberi warna dari pabrik pembuat, seperti SIKA yang disetujui.

13.5 PELAKSANAAN PEKERJAAN


A. Persiapan
Pekerjaan pemasangan ubin baru boleh dilakukan setelah pekerjaan lainnya benar-
benar selesai.
Pemasangan ubin harus menunggu sampai semua pekerjaan pemipaan air bersih/air
kotor atau pekerjaan lainnya yang terletak dibelakang atau dibawah pasangan ubin ini
telah diselesaikan terlebih dahulu.
B. Pemasangan.
Sebelum pemasangan ubin pada dinding dimulai, plesteran harus dalam keadaan kering,
padat, rat dan bersih.
Adukan untuk pasangan ubin dinding luar dan bagian lain yang harus kedap air harus
terdiri dari campuran 1 semen, 3 pasir dan sejumlah bahan tambahan, kecuali bila
ditentukan lain dalam Gambar Kerja.
Adukan untuk pasangan ubin pada tempat-tempat lainnya menggunakan campuran 1
semen dan 5 pasir.
Tebal adukan untuk semua pasangan tidak kurang dari 25mm, kecuali bila ditentukan
lain dalam Gambar Kerja.
1) Adukan untuk pasangan ubin pada dinding harus diberikan pada permukaan
plesteran dan permukaan belakang ubin, kemudian diletakkan pada tempat
yang sesuai dengan yang direncanakan atau sesuai petunjuk Gambar Kerja.
2) Ubin harus kokoh menempel pada alasnya dan tidak boleh berongga. Harus
dilakukan pemeriksaan untuk menjaga agar bidang ubin yang terpasang tetap
lurus dan rata.
Ubin yang salah letaknya, cacat atau pecah harus dibongkar dan diganti. Ubin
mulai dipasang dari salah satu sisi agar pola simetri yang dikehendaki dapat
terbentuk dengan baik.
3) Sambungan atau celah-celah antar ubin harus lurus, rat dan seragam, saling
tegak lurus. Lebar celah tidak boleh lebih dari 1,6mm, kecuali bila ditentukan
lain.
Adukan harus rapi, tidak keluar dari celah sambungan.
4) Pemotongan ubin harus dikerjakan dengan keahlian dan dilakukan hanya pada
satu sisi, bila tidak terhindarkan.
5) Pada pemasangan khusus seperti pada sudut-sudut pertemuan, pengakhiran
dan bentuk-bentuk yang lainnya harus dikerjakan serapi dan sesempuna
mungkin.
Siar antar ubin dicor dengan semen pengisi/grout yang berwarna sama dengan
warna keramiknya dan disetujui Manajemen Konstruksi, Direksi, dan konsultan
pengawas.
Pengecoran dilakukan sedemikian rupa sehingga mengisi penuh garis-garis siar.
Setelah semen mengisi cukup mengeras, bekas-bekas pengecoran segera
dibersihkan dengan kain lunak yang baru dan bersih.
6) Setiap pemasangan ubin keramik seluas 8m2 harus diberi celah mulai yang
terdiri dari penutup celah yang ditumpu dengan batang penyangga berupa
polystyrene atau polyethylene. Lebar celah mulai harus sesuai petunjuk dalam
Spesifikasi Teknis

Gambar Kerja atau sesuai pengarahan dari Manajemen Konstruksi, Direksi, dan
konsultan pengawas.
7) Bahan berikut cara pemasangan penutup celah dan penyangganya harus sesuai
ketentuan Spesifikasi Teknis.

C. Pembersihan dan Perlindungan


Setelah pemasangan selesai, permukaan ubin harus benar-benar bersih, tidak ada yang
cacat, bila dianggap perlu permukaan ubin harus diberi perlindungan misalnya dengan
sabun anti karat atau cara lain yang diperbolehkan, tanpa merusak permukaan ubin.
Spesifikasi Teknis

PASAL 6
PEKERJAAN PENUTUP LANTAI UBIN KERAMIK

14.1 LINGKUP PEKERJAAN


Pekerjaan ini mencakup penyediaan bahan dan pemasangan ubin keramik pada tempat-tempat
sesuai petunjuk Gambar Kerja serta Spesifikasi Teknis ini.

14.2 STANDAR / RUJUKAN


 Standar Nasional Indonesia (SNI); SNI 03-4062-1996 – Ubin Lantai Keramik Berglaris;
 Australian Standard (AS);
 British Standard (BS);
 American National Standard Institute (ANSI).

14.3 PROSEDUR UMUM


A. Contoh Bahan dan Data Teknis Bahan.
Contoh bahan dan teknis/brosur bahan yang akan digunakan harus diserahkan kepada
Manajemen Konstruksi, Direksi, dan konsultan pengawas untuk disetujui terlebih dahulu
sebelum dikirim ke lokasi proyek.
Contoh bahan granit harus diserahkan sebanyak 3 (tiga) set masing-masing dengan 4
(empat) gradasi warna untuk setiap set.
Biaya pengadaan contoh bahan menjadi tanggung jawab Kontraktor.
B. Pengiriman dan Penyimpanan.
Pengiriman granit ke lokasi proyek harus terbungkus dalam kemasan pabrik yang belum
dibuka dan dilindungi dengan label/merek dagang yang utuh dan jelas.

14.4 BAHAN-BAHAN
A. Umum
Granit harus dari kualitas yang baik dan dari merek yang dikenal yang memenuhi
ketentuan Standar Nasional Indonesia (SNI).
Granit yang tidak rata permukaan dan warnanya, sisinya tidak lurus, sudut-sudutnya
tidak siku, retak atau cacat lainnya, tidak boleh dipasang.
B. Keramik
keramik merek NITRO GRANITE, SIERRA TILES, ROMAN terdiri dari beberapa jenis
seperti tersebut berikut :
1) Lantai Granite 600 x 600 mm polished warna cream muda pada tiap ruangan
dan lobby
2) Lantai keramik 400 x 400 mm upolished
3) Lantai keramik 400 x 400 mm unpolished

C. Adukan.
Adukan terdiri dari campuran semen dan pasir yang diberi bahan tambahan penguat
dalam jumlah penggunaan sesuai petunjuk dari pabrik pembuat.
Bahan-bahan adukan dan bahan-bahan tambahan harus memenuhi ketentuan
Spesifikasi Teknis.Adukan perekat khusus untuk memasang ubin, jika ditunjukkan dalam
Gambar Kerja atau sesuai petunjuk Manajemen Konstruksi, Direksi, dan konsultan
pengawas, harus memenuhi ketentuan AS 2356, ANSI 118.1, 118.4 dan BS 5385, seperti
dari Produk SIKA.
Spesifikasi Teknis

D. Adukan Pengisian Celah.


Adukan pengisi celah harus merupakan produk campuran semen siap pakai, yang diberi
warna dari pabrik pembuat, seperti dari Produk SIKA yang disetujui Manajemen
KonstruksI,Direksi, dan konsultan pengawas.

14.5 PELAKSANAAN PEKERJAAN


A. Persiapan.
Pekerjaan pemasangan ubin baru boleh dilakukan setelah pekerjaan lainnya benar-
benar selesai.
Pemasangan ubin harus menunggu sampai semua pekerjaan pemipaan air bersih/air
kotor atau pekerjaan lainnya yang terletak dibelakang atau dibawah pasangan ubin ini
telah diselesaikan terlebih dahulu.
B. Pemasangan.
Adukan untuk pasangan ubin pada lantai, dan bagian lain yang harus kedap air harus
terdiri dari campuran 1 semen, 3 pasir dan sejumlah bahan tambahan, kecuali bila
ditentukan lain dalam Gambar Kerja.
Tebal adukan untuk semua pasangan tidak kurang dari 25mm, kecuali bila ditentukan
lain dalam Gambar Kerja.
Adukan untuk pasangan ubin pada lantai harus ditempatkan diatas lapisan pasir dengan
ketebalan sesuai Gambar Kerja.
Ubin harus kokoh menempel pada alasnya dan tidak boleh berongga. Harus dilakukan
pemeriksaan untuk menjaga agar bidang ubin yamg terpasang tetap lurus dan rat. Ubin
yang salah letaknya, cacat atau pecah harus dibongkar dan diganti. Ubin mulai dipasang
dari salah satu sisi agar pola simetri yang dikehendaki dapat terbentuk dengan baik.
Sambungan atau celah-celah antar ubin harus lurus, rat dan seragam, saling tegak lurus.
Lebar celah tidak boleh lebih dari 1,6mm, kecuali bila ditentukan lain.
Adukan harus rapi, tidak keluar dari celah sambungan.
Pemotongan ubin harus dikerjakan dengan keahlian dan dilakukan hanya pada satu sisi,
bila tidak terhindarkan.
Pada pemasangan khusus seperti pada sudut-sudut pertemuan, pengakhiran dan
bentuk-bentuk yang lainnya harus dikerjakan serapi dan sesempuna mungkin.
Siar antar ubin dicor dengan semen pengisi/grout yang berwarna sama dengan warna
keramiknya dan disetujui Manajemen Konstruksi, Direksi, dan konsultan pengawas.
Pengecoran dilakukan sedemikian rupa sehingga mengisi penuh garis-garis siar.
Setelah semen mengisi cukup mengeras, bekas-bekas pengecoran segera dibersihkan
dengan kain lunak yang baru dan bersih.
Setiap pemasangan ubin keramik seluas 8m2 harus diberi celah mulai yang terdiri dari
penutup celah yang ditumpu dengan batang penyangga berupa polystyrene atau
polyethylene. Lebar celah mulai harus sesuai petunjuk dalam Gambar Kerja atau sesuai
pengarahan dari Manajemen Konstruksi, Direksi, dan konsultan pengawas.
Bahan berikut cara pemasangan penutup celah dan penyangganya harus sesuai
ketentuan Spesifikasi Teknis.

C. Pembersihan dan Perlindungan.


Setelah pemasangan selesai, permukaan ubin harus benar-benar bersih, tidak ada yang
cacat, bila dianggap perlu permukaan ubin harus diberi perlindungan misalnya dengan
sabun anti karat atau cara lain yang diperbolehkan, tanpa merusak permukaan ubin.
Spesifikasi Teknis

PASAL 7
PEKERJAAN PENGECATAN

16.1 KETERANGAN
Pekerjaan ini mencakup semua pekerjaan yang berhubungan dengan pengecatan memakai
bahan-bahan emulsi, enamel, politur/teak oil, cat dasar, pendempulan, baik yang dilaksanakan
sebagai pekerjaan permulaan, ditengah-tengah dan akhir. Yang dicat adalah semua permukaan
baja/besi, kayu, plesteran tembok dan beton, dan permukaan-permukaan lain yang disebut
dalam gambar dan RKS. Pekerjaan ini meliputi penyediaan bahan, tenaga dan semua peralatan
yang diperlukan untuk pekerjaan ini.

16.2 LINGKUP PEKERJAAN


Lingkup pekerjaan ini mencakup pengangkutan dan pengadaan semua peralatan, tenaga kerja
dan bahan-bahan yang berhubungan dengan pekerjaan pengecatan selengkapnya, sesuai
dengan Gambar Kerja dan Spesifikasi Teknis ini. Kecuali ditentukan lain, semua permukaan
eksterior dan interior harus dicat dengan standar pengecatan minimal 1 (satu) kali cat dasar dan
2 (dua) kali cat akhir.

16.3 STANDAR / RUJUKAN


 Standar Nasional Indonesia (SNI)
 Steel Structures Painting Council (SSPC).
 Swedish Standard Institution (SIS).
 British Standard (BS).
 Petunjuk pelaksanaan dari pabrik pembuat

16.4 PROSEDUR UMUM


A. Data Teknis dan Kartu Warna.
Kontraktor harus menyerahkan data teknis/brosur dan kartu warna dari cat yang akan
digunakan, untuk disetujui terlebih dahulu oleh Manajemen Konstruksi, Direksi,
Konsultan pengawas. Semua warna ditentukan oleh Manajemen Konstruksi, Direksi,
Konsultan pengawas dan akan diterbitkan secara terpisah dalam suatu Skema Warna.

B. Contoh dan Pengujian


Cat yang telah disetujui untuk digunakan harus disimpan di lokasi proyek dalam
kemasan tertutup, bertanda merek dagang dan mencantumkan identitas cat yang ada
didalamnya, serta harus disetrahkan tidak kurang 2 (dua) bulan sebelum pekerjaan
pengecatan, sehingga cukupdini untuk memungkinkan waktu pengujian selama 30 (tiga
puluh) hari.

Pada saat bahan cat tiba di lokasi, Kontraktor dan Pengawas Lapangan mengambil 1 liter
contoh dari setiap takaran yang ada dan diambil secar acak dari kaleng/kemasan yang
masih tertutup. Isidari kaleng/kemasan contoh harus diaduk dengan sempurna untuk
memperoleh contoh yang benar-benar dapat mewakili.

Untuk pengujian, Kontraktor harus membuat contoh warna dari cat-cat tersebut di atas
2 (dua)potongan kayu lapis atau panel semen berserat berukuran 300mm x 300mm
untuk masingmasing warna. 1 (satu) contoh disimpan Kontraktor dan 1 (satu) contoh
lagi disimpan PengawasLapangan guna memberikan kemungkinan untuk pengujian di
masa mendatang bila bahan

tersebut ternyata tidak memenuhi syarat setelah dikerjakan. Biaya pengadaan contoh
bahan dan pembuatan contoh warna menjadi tanggung jawab Kontraktor.
Spesifikasi Teknis

16.5 BAHAN – BAHAN


A. Umum
Cat harus dalam kaleng/kemasan yang masih tertutup patri/segel, dan masih jelas
menunjukkan nama/merek dagang, nomor formula atau Spesifikasi cat, nomor takaran
pabrik, warna, tanggalpembuatan pabrikpetunjuk dari pabrik dan nama pabrik pembuat,
yang semuanya harus masih absah pada saat pemakaiannya. Semua bahan harus sesuai
dengan Spesifikasi yang disyaratkan pada daftar cat.

Cat dasar yang dipakai dalam pekerjaan ini harus berasal dari satu pabrik/merek dagang
dengancat akhir yang akan digunakan. Untuk menetapkan suatu standar kualitas,
disyaratkan bahwa semua cat yang dipakai harus berdasarkan/mengambil acuan pada
cat-cat hasil produksi Mowilex, Jotun, ICI atau setara

Cat Epoxy digunakan untuk permukaan dinding sesuai gambar rencana dan skedule
finishingdengan ketebalan 600 mikron untuk dinding dan 1000 mikron untuk lantai.
Bahan yang digunakan adalah setara produk Jotun, ICI atau setara.

B. Cat Dasar
Cat dasar yang digunakan harus sesuai dengan daftar berikut atau setara :
- Water-based sealer untuk permukaan pelesteran, beton, papan gipsum dan
panelkalsium silikat.
- Masonry sealer untuk permukaan pelesteran yang akan menerima cat
akhirberbahan dasar minyak.
- Wood primer sealer untuk permukaan kayu yang akan menerima cat akhir
berbahandasar minyak.
- Solvent-based anti-corrosive zinc chomate untuk permukaan besi/baja.

C. Undercoat
Undercoat digunakan untuk permukaan besi/baja.

D. Cat Akhir
Cat akhir yang digunakan harus sesuai dengan daftar berikut, atau yang setara :
- Emulsion untuk permukaan interior pelesteran, beton, papan gipsum dan
panelkalsium silikat.
- Emulsion khusus untuk permukaan eksterior pelesteran, beton, papan
gipsum danpanel kalsium silikat.
- High quality solvet-based high quality gloss finish untuk permukaan
interiorpelesteran dengan cat dasar masonry sealer, kayu dan besi/baja.

16.6 PELAKSANAAN PEKERJAAN


A. Pembersihan, Persiapan dan Perawatan Awal Permukaan
Umum.
 Semua peralatan gantung dan kunci serta perlengkapan lainnya, permukaan
polesan mesin, pelat, instalasi lampu dan benda-benda sejenisnya yang
berhubungan langsung dengan permukaan yang akan dicat, harus dilepas,
ditutupi atau dilindungi, sebelum persiapan permukaan dan pengecatan
dimulai.
 Pekerjaan harus dilakukan oleh orang-orang yang memang ahli dalam
bidang tersebut.
 Permukaan yang akan dicat harus bersih sebelum dilakukan persiapan
permukaan atau pelaksanaan pengecatan. Minyak dan lemak harus
dihilangkan dengan memakai kain bersih dan zat pelarut/pembersih yang
berkadar racun rendah dan mempunyai titik nyala diatas 38oC.
 Pekerjaan pembersihan dan pengecatan harus diatur sedemikian rupa
sehingga debu dan pecemar lain yang berasal dari proses pembersihan
tersebut tidak jauh diatas permukaan cat yang baru dan basah.
Spesifikasi Teknis

Permukaan Pelesteran dan Beton


Permukaan pelesteran umumnya hanya boleh dicat sesudah sedikitnya selang
waktu 4 (empat) minggu untuk mengering di udara terbuka. Semua pekerjaan
pelesteran atau semenyang cacat harus dipotong dengan tepi-tepinya dan
ditambal dengan pelesteran baru hinggatepi-tepinya bersambung menjadi rata
dengan pelesteran sekelilingnya.Permukaan pelesteran yang akan dicat harus
dipersiapkan dengan menghilangkan bunga garam kering, bubuk besi, kapur,
debu, lumpur, lemak, minyak, aspal, adukan yangberlebihan dan tetesan-
tetesan adukan.Sesaat sebelum pelapisan cat dasar dilakukan, permukaan
pelesteran dibasahi secara menyeluruh dan seragam dengan tidak
meninggalkan genangan air. Hal ini dapat dicapai dengan menyemprotkan air
dalam bentuk kabut dengan memberikan selang waktu dari saatpenyemprotan
hingga air dapat diserap.

Permukaan Gipsum.
Permukaan gipsum harus kering, bebas dari debu, oli atau gemuk dan
permukaan yang cacat telah diperbaiki sebelum pengecatan dimulai. Kemudian
permukaan gipsum tersebut harus dilapisi dengan cat dasar khusus untuk
gipsum,untuk menutup permukaan yang berpori, seperti ditentukan dalam
Spesifikasi Teknis.Setelah cat dasar ini mengering dilanjutkan dengan
pengecatan sesuai ketentuan Spesifikasi ini.

Permukaan Barang Besi /Baja.

 Besi/Baja Baru.
Permukaan besi/baja yang terkena karat lepas dan benda-benda asing
lainnya harusdibersihkan secara mekanis dengan sikat kawat atau
penyemprotan pasir/sand blasting sesuai standar Sa21/2.Semua debu, kotoran,
minyak, gemuk dan sebagainya harus dibersihkan dengan zatpelarut yang sesuai
dan kemudian dialp dengan kain bersih.Sesudah pembersihan selesai, pelpisan
cat dasar pada semua permukaan barangbesi/baja dapat dilakukan sampai
mencapai ketebalan yang disyaratkan.

 Besi/Baja Dilapis Dasar di Pbrik/Bengkel.


Bahan dasar yang diaplikasikan di pabrik/bengkel harus dari merek yang
sama dengancat akhir yang akan diaplikasikan dilokasi proyek dan memenuhi
ketentuan dalam butir 4.2. dari Spesifikasi Teknis ini.Barang besi/baja yang telah
dilapis dasar di pabrik/bengkel harus dilindungi terhadapkarat, baik sebelum
atau sesudah pemasangan dengan cara segera merawat permukaankarat yang
terdeteksi.Permukaan harus dibersihkan dengan zat pelarut untuk
menghilangkan debu, kotoran,minyak, gemuk.Bagian-bagian yang tergores atau
berkarat harus dibersihkan dengan sikat kawat sampaibersih, sesuai standar St
2/SP-2, dan kemudian dicat kembali (touch-up) dengan bahancat yang sama
dengan yang telah disetujui, sampai mencapai ketebalan yang disyaratkan.

 Besi/Baja Lapis Seng/Galvani.


Permukaan besi/baja berlapis seng/galvani yang akan dilapisi cat warna
harusdikasarkan terlebih dahulu dengan bahan kimia khsus yang diproduksi
untuk maksudtersebut, atau disikat dengan sikat kawat. Bersikan permukaan
dari kotoran-kotoran,debu dan sisa-sisa pengasaran, sebelum pengaplikasian cat
dasar.
Spesifikasi Teknis

B. Selang Waktu Antara Persiapan Permukaan dan Pengecatan


Permukaan yang sudah dibersihkan, dirawat dan/atau disiapkan untuk dicat harus
mendapatkanlapisan pertama atau cat dasar seperti yang disayaratkan, secepat
mungkin setelah persiapanpersiapan di atas selesai. Harus diperhatikan bahwa hal
ini harus dilakukan sebelum terjadikerusakan pada permukaan yang sudah
disiapkan di atas.

C. Pelaksanaan Pengecatan
Umum.
- Permukaan yang sudah dirapikan harus bebas dari aliran punggung cat,
tetesan cat,penonjolan, pelombang, bekas olesan kuas, perbedaan
warna dan tekstur.

- Usaha untuk menutupi semua kekurangan tersebut harus sudah


sempurna dansemua lapisan harus diusahakan membentuk lapisan
dengan ketebalan yang sama.

- Perhatian khusus harus diberikan pada keseluruhan permukaan,


termasuk bagiantepi, sudut dan ceruk/lekukan, agar bisa memperoleh
ketebalan lapisan yang sama dengan permukaan-permukaan di
sekitarnya.

- Permukaan besi/baja atau kayu yang terletak bersebelahan dengan


permukaanyang akan menerima cat dengan bahan dasar air, harus telah
diberi lapisan cat dasar terlebih dahulu.

Proses Pengecatan.
- Harus diberi selang waktu yang cukup di antara pengecatan berikutnya
untuk memberikan kesempatan pengeringan yang sempurna,
disesuaikan dengan kedaan cuaca dan ketentuan dari pabrik pembuat
cat dimaksud. Pengecatan harus dilakukan dengan ketebalan minimal
(dalam keadaan cat kering), sesuai ketentuan berikut.
a. Permukaan Interior Pelesteran, Beton, Gipsum.
Cat Dasar : 1 (satu) lapis water-based sealer.
Cat Akhir : 2 (dua) lapisan emulsion.
b. Permukaan Eksterior Pelesteran, Beton, Panel Kalsium Silikat.
Cat Dasar : 1 (satu) lapis water-based sealer.
Cat Akhir : 2 (dua) lapisan emulsion khusus eksterior.
c. Permukaan Interior dan Eksterior Pelesteran dengan Cat Akhir
Berbahan Dasar Minyak.
Cat Dasar : 1 (satu) lapis masonry sealer.
Cat Akhir : 2 (dua) lapisan high quality solvent-based high
quality gloss finish.
d. Permukaan Besi/Baja.
Cat Dasar : 1 (satu) lapis solvent-based anti-corrosive zinc
chromateprimer.
Undercoat : 1 (satu) lapis undercoat.
Cat Akhir : 2 (dua) lapisan high quality solvent-based high
quality gloss finish.

- Ketebalan setiap lapisan cat (dalam keadaan kering) harus sesuai


dengan ketentuandan/atau standar pabrik pembuat cat yang telah
disetujui untuk digunakan.
Spesifikasi Teknis

Penyimpanan, Pencampuran dan Pengenceran.


- Pada saat pengerjaan, cat tidak boleh menunjukkan tanda-tanda
mengeras,membentuk selaput yang berlebihan dan tanda-tanda
kerusakan lainnya.
- Cat harus diaduk, disaring secara menyeluruh dan juga agar seragam
konsistensinyaselama pengecatan.
- Bila disyaratkan oleh kedaan permukaan, suhu, cuaca dan metoda
pengecatan, makacat boleh diencerkan sesaat sebelum dilakukan
pengecatan dengan mentaati petunjuk yang diberikan pembuat cat dan
tidak melebihi jumlah 0,5 liter zatpengencer yang baik untuk 4 liter cat.
- Pemakaian zat pengencer tidak berarti lepasnya tanggung jawab
kontraktor untuk memperoleh daya tahan cat yang tinggi (mampu
menutup warna lapis di bawahnya).

Metode Pengecatan.
- Cat dasar untuk permuakaan beton, pelesteran, panel kalsium silikat
diberikandengan kuas dan lapisan berikutnya boleh dengan kuas atau
rol.
- Cat dasar untuk permukaan papan gipsum deberikan dengan kuas dan
dan lapisan berikutnya boleh dengan kuas atau rol.
- Cat dasar untuk permukaan kayu harus diaplikasikan dengan kuas dan
lapisanberikutnya boleh dengan kuas, rol atau semprotan.
- Cat dasar untuk permukaan besi/baja diberikan dengan kuas atau
disemprotkan danlapisan berikutnya boleh menggunakan semprotan.

Pemasangan Kembali Barang-barang yang dilepas.


Sesudah selesainya pekerjaan pengecatan, maka barang-barang yang dilepas
harus dipasangkembali oleh pekerja yang ahli dalam bidangnya.
Spesifikasi Teknis

PASAL 8
PEKERJAAN PENUTUP LANTAI STAMP CONCRETE

14.1 LINGKUP PEKERJAAN


Pekerjaan ini mencakup penyediaan bahan dan pemasangan Stamp Concrete pada tempat-
tempat sesuai petunjuk Gambar Kerja serta Spesifikasi Teknis ini.

Stamp Concrete adalah seni dekorasi untuk lantai beton yang memiliki pola/tekstur
timbul.Tujuan Stamp Concrete adalah agar lantai tidak terkesan monoton dan polos dengan
variasi pola cetakandan warna yang menarik.
Keunggulan Stamp Concrete antara lain:
- Lebih kuat dan tahan lama dibandingkan beton normal.Dikarenakan saat pengerjaan
stamping beton di tambahkan hardener (pengeras )ke dalam beton.
- Mudah dan murah dalam pemeliharaan
- Memiliki lapisan pelindung (coating) yang menjaga permukaan tahan noda,tahan goresan
dan tahan lama atas pemudaran warna
- Lebih aman,jika dibandingkan dengan pemasangan batu alam yang mudah lepas
- Memiliki kesan kokoh,alami,dekoratif dan mewah
- Cukup menghemat biaya dekoratif.

14.2 METODE PELAKSANAAN


- Pembersihan dan Pengecekan lantai kerja
- Pemasangan bekisting dan Pembesian
- Pengecoran beton
- Pewarnaan beton dan Pengecapan pola
- Pembersihan dan aplikasi sealer
- Perawatan Stamped/Pattern Concrete
Spesifikasi Teknis

BAB 3
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN STRUKTUR

PASAL 1
PEMBERSIHAN DAN PEMBONGKARAN

Semua benda dan permukaan seperti pohon akar dan tonjolan serta rintangan-rintangan bangunan
beserta pondasinya dan lain-lain yang berada di dalam batas daerah pembangunan yang tercantum
dalam gambar harus dibersihkan dan dibongkar kecuali untuk hal-hal di bawah ini :

A. Sisa-sisa pohon yang tidak mengganggu dan akar-akar serta benda-benda yang tidak mudah
rusak yang letaknya minimum ± 1 meter di bawah dasar pondasi.
B. Pembongkaran tiang-tiang saluran-saluran dan selokan-selokan hanya sedalam yang diperlukan
dalam penggalian ditempat tersebut.
C. Kecuali pada tempat-tempat yang harus digali lubang-lubang bekas pepohonan dan lubang-
lubang lain harus diurug kembali dengan bahan-bahan yang baik dan dipadatkan.
D. Kontraktor bertanggung jawab untuk membuang sendiri tanaman-tanaman dan puing-puing
ketempat yang ditentukan oleh Konsultan Manajemen Konstruksi dan Direksi.
E. Barang bongkaran harus dibedakan menjadi 2 jenis yaitu Bongkaran bernilai, dan Bongkaran
tidak bernilai. Masing-masing jenis bongkaran mempunyai perlakuan yang berbeda. Penentuan
kedua jenis bongkaran tersebut akan diputuskan dalam rapat direksi oleh Manajemen
Konstruksi.
Spesifikasi Teknis

PASAL 2
OBSTACLE

A. Kriteria obstacle berupa konstruksi beton pasangan batu kali, pasangan dinding tembok besi-
besi tua dan lain-lain. Bekas perlindungan maupun bekas kontruksi bangunan lama yang cara
pembongkarannya memerlukan metoda khusus dengan menggunakan peralatan yang lebih
khusus pula (misalnya : concrete breaker, compressor, mesin potong) dibandingkan dengan
peralatan yang digunakan pada pekerjaan galian tanah.
B. Semua berangkal dan kotoran dari bekas pembongkaran konstruksi existing galian dan lain-lain
harus segera dikeluarkan dari tapak dan dibuang ke tempat yang ditentukan oleh Konsultan
Manajemen Konstruksi dan Direksi. Semua peralatan yang diperlukan pada paket pekerjaan ini
harus tersedia di lapangan dalam keadaan siap pakai.
C. Kontraktor pelaksana harus tetap menjaga kebersihan di area pekerjaan dan disekitarnya yang
diakibatkan oleh semua kegiatan pekerjaan ini serta menjaga keutuhan terhadap
material/barang-barang yang sudah terpasang (existing)
D. Batasan pembongkaran obstacle adalah sebagai berikut :
Pada area/daerah yang akan dibuat basement dan ground water tank (GWT) sampai mencapai
kedalaman yang masih memungkinkan obstacle tersebut bisa dibongkar/digali sesuai dengan
kondisi dan sifat tanah pada area/daerah tersebut.
Spesifikasi Teknis

PASAL 3
PEKERJAAN PERBAIKAN KONDISI TANAH GALIAN / URUGAN

3.1 LINGKUP PEKERJAAN


Yang termasuk pekerjaan perbaikan kondisi tanah adalah semua pekerjaan yang berhubungan
dengan pekerjaan tanah meliputi :
A. Land Cutting;
B. Land Screeding;
C. Pemadatan Tanah;
D. Penggalian, perataan, pengurugan (Pematangan lahan)

3.2 PERSYARATAN PELAKSANAAN PEKERJAAN PEMADATAN TANAH DI DAERAH 'FILL'


A. Penimbunan dilakukan sampai pada peil dan kemiringan yang ditentukan sesuai Gambar Kerja.
B. Sebelum penimbunan, daerah kawasan harus dibersihkan dari semua kotoran, rumput, humus
dan akar tanaman.
C. Penimbunan baru dilakukan setelah tanah yang selesai dibersihkan itu dipadatkan mencapai
80% kepadatan maksimum modified proctor.
D. Pelaksanaan pemadatan dilakukan lapis demi lapis, tiap lapisan tidak boleh lebih dari 20 cm
tebal sebelum dipadatkan atau 15 cm setelah dipadatkan.
E. Pemadatan tanah menggunakan stamper dengan mendapatkan persetujuan dari Konsultan
Manajemen Konstruksi.
F. Tanah yang dipadatkan harus mencapai 80 % kepadatan maksimum yang dapat dicapai pada
kadar air optimum yang ditentukan dengan Modified AASHTO T-99, kecuali tanah setebal 30
cm di bawah sub base course harus mencapai 90% compacted (dari modified proctor).
G. Selama pemadatan harus dikontrol terus kadar airnya, sebelum pemadatan kadar air dari fill
material harus sama dengan kadar air optimum dari hasil test Compaction Modified Proctor
dari contoh fill material.
H. Apabila kadar air bahan timbunan/fill material lebih kecil dari bahan optimum, maka fill
material harus diberi air sehingga menyamai kadar air optimum. Sebaliknya bila kadar air
bahan timbunan/fill material lebih besar dari kadar air optimum, maka fill material harus
dikeringkan terlebih dahulu atau ditambah dengan bahan timbunan yang lebih kering.
I. Pemadatan harus dilakukan pada cuaca baik, bila hujan dan air tergenang, pemadatan
dihentikan. Diusahakan air dapat mengalir dengan membuat saluran-saluran drainage
sehingga daerah pemadatan selalu kering.
J. Setiap lapis dari daerah yang dipadatkan harus ditest dengan 'Field Dry Density Test' untuk
mengetahui kepadatan tanah yang dicapai serta Moisture Content. Satu test untuk setiap 400
m2 untuk tanah yang dipadatkan.
K. Apabila tanah yang dipadatkan < 1,6 ton/m3, maka tanah tersebut harus diganti dengan
tanah lain atau dicampur pasir sehingga tanah tersebut menjadi >1,6 ton/m 3.

3.3 PERSYARATAN PELAKSANAAN PEKERJAAN TANAH DI DAERAH 'CUT'


A. Pemadatan tanah menggunakan stamper dengan mendapatkan persetujuan dari Konsultan
Manajemen Konstruksi.
Spesifikasi Teknis

PASAL 4
PEKERJAAN PONDASI TIANG PANCANG

4.1 UMUM
a. Pondasi Tiang pancang, yang digunakan Tiang kotak 250 x 250 mm, dengan system sambungan
Las (Steel Joint Plate). Mutu beton tiang pancang menggunakan f’c = 41 Mpa ( K500 ). Panjang
tiang pancang (L) : 15 m
b. Tiang pancang yang digunakan adalah produk PT. Adhimix PCI Indonesia.
c. Tiang harus ditempatkan secara cermat dan dipancang secara vertikal seperti yang ditunjukkan
dalam gambar. Penyimpangan dari garis vertikal tidak boleh lebih dari 10 mm per meter tiang.
Tiang yang terpancang dengan penyimpangan yang lebih besar dan tiang yang rusak sekali
selama pemancangan harus dibuang atau dipotong dan diganti tiang baru sesuai dengan
petunjuk Konsultan Menejemen Konstruksi . Bila ada tiang yang terangkat oleh pemancangan
tiang berikutnya di dekatnya, maka tiang tersebut harus dipancang kembali atas biaya
kontraktor.
c. Kedalaman ujung tiang 15 m dari muka lantai basement atau sesuai dengan gambar.
d. Penggalian yang diperlukan di daerah yang akan ditembus oleh tiang harus dikerjakan sebelum
tiang dipancang.
e. Penggalian pada titik pancang sebelum pemancangan tidak diperbolehkan, kecuali bila disetujui
oleh Konsultan Menejemen Konstruksi .
f. Pemancangan semua ting pancang harus dilakukan terus menerus tanpa waktu istirahat hingga
tiang yang telah dipancang mencapai kedalaman yang ditetapkan. Kepala tiang harus dipotong
secara baik dan datar pada ketinggian seperti dalam gambar. Semua bagian yang tergempur,
terbelah, bengkok, rusak atau cacat karena suatu hal, harus disingkirkan atau diperbaiki hingga
memuaskan.

4.2 PERSIAPAN AWAL


a. Sebelum pemancangan harus dilakukan trial pemancangan dengan alat Hydraulic Static Pile
Driver, untuk mengetahui daya dukung aktual pancang.
b. Jumlah trial pancang minimal 3 titik dengan lokasi tersebar merata di area proyek.
c. Kedalaman pemancangan sesuai dengan kedalaman rencana, yaitu 15 m dari muka lantai
basement.
d. Bacaan beban pada alat Hydraulic Static Pile Driver pada saat pemancangan tidak dapat dipakai
sebagai acuan sebagai kuat dukung aktual tiang pancang, karena pada saat pemancangan
friction / hambatan lekat tiang pancang belum bekerja secara optimal.
e. Setelah berumur 4-7 hari agar dilakukan loading test PDA untuk mengetahui kuat dukung aktual
tiang pancang.
f. Kuat dukung rencana 1 tiang pancang sesuai hitungan rumus dipakai 40 Ton
g. Jika hasil PDA test memenuhi syarat minimal 1.5 s/d 2 kali dari daya dukung rencana (60 - 80
ton), maka kedalaman tiang pancang sudah memenuhi syarat.
h. Jika hasil PDA test kurang dari daya dukung rencana maka akan dilakuakn evaluasi oleh
Konsultan Manajemen Kostruksi dan Konsultan Perencana.

4.3 PROSES PEMANCANGAN


a. Langkah awal adalah menentukan titik-titik lokasi pancang sesuai dengan gambar rencana.
Koordinat titik tiang pacang harus tepat pada titik pondasi yang direncanakan, dan elevasi
kedalaman pemancangan harus sesuai dengan gambar rencana agar ujung pondasi sampai pada
lapisan tanah keras.
b. Mengikat tiang pancang pertama, mengangkat tiang pancang pertama, kemudian memutar atau
memindahkan tiang pancang pertama (bergerak secara horizontal) ke titik pancang.
c. Memasukkan tiang pancang pertama ke pile clamping box (jepitan tiang kotak) yang ada pada
alat.
d. Pastikan setting ketegak-lurus an (verticality) tiang pancang terhadap titik pancang.
e. Melakukan penetrasi tiang pancang ke dalam tanah dengan cara menekan tiang pancang
tersebut.
Spesifikasi Teknis

f. Penekanan tiang pancang hingga sisa tiang +/- 40 cm dari permukaan tanah untuk kemudian
dilakukan penyambungan.
g. Pengambilan tiang pancang kedua (sambungan).
h. Pengangkatan, memindahkan ke titik pancang, memasukkan ke pile clamping box, kemudian
setting verticality terhadap titik pancang dan tiang pancang yang sudah terpancang.
i. Pengelasan sambungan.
j. Menekan tiang pancang sambungan.
k. Bila diperlukan dilakukan pengambilan dan pemasangan dolly untuk membantu menekan tiang
pancang.
l. Pemancangan tiang dilakukan hingga tercapai daya dukung desain tiang atau hingga kapasitas
alat jack-in pile sudah tercapai ( biasanya hingga alat terangkat ).
m. Bergerak ke titik pancang berikutnya.

4.4 PENYAMBUNGAN/PENGELASAN TIANG PANCANG


a. Tiang Mini Pile disambung dengan mengelas plat baja pada kedua tiang yang akan disambung
secara las keliling penuh menggunakan sistem las listrik, menggunakan mesin las berkapasitas
250 A.
b. Sebelum pengelasan dilakukan, bagian tiang yang akan disambung diatur hingga posisinya
satu garis dengan bagian tiang yang telah terpancang didalam tanah dan pelat yang akan
disambung wajib dibersihkan. Setelah pengelasan selesai dilaksanakan, sambungan tersebut
diberi lapisan aspal.
c. Untuk memudahkan proses pengelasan tiang, maka tiang pancang yang sedang dipancang
disisakan +/- 40 cm dari permukaan tanah. Sebagai catatan, penyelesaian pengelasan pada tiang
square mini pile berukuran 250 x 250 ini sekitar +/- 10 menit dan tiang sudah siap kembali
dipancang.

4.5 PENGGUNAAN ALAT BANTU DOLLY


a. Dalam proyek ini, pemancangan pondasi basement dilakukan sebelum dilakukan galian tanah
basement.
b. Pemancangan dilakukan pada elevasi tanah asli / elevasi halaman parkir dan elevasi set final
ujung atas tiang pancang pada kedalaman lantai basement. Lihat gambar rencana.
c. Untuk membantu proses pemancangan digunakan alat bantu pemancangan yang disebut Dolly.
Alat ini berfungsi untuk memasukkan ujung atas tiang pancang sampai pada kedalaman elevasi
rencana lantai basement.

4.6 TULANGAN PONDASI TIANG PANCANG


a. Mutu Baja transversal sesuai dengan gambar rencana
b. Tulangan longitudinal bisa disambung
c. Spiral Wire MA/SWMP, join plate ss- 400.
d. Daya dukung rencana 1 tiang pancang 40 Ton
e. Mutu beton tiang pancang K.500
f. Pemancangan boleh dilakukan jika umur beton tiang pancang minimal 3 minggu dari proses
produksi.

4.7 TOLERANSI UKURAN PONDASI TIANG PANCANG


a. Penampang Pondasi tiang pancang tidak boleh kurang dan tidak boleh lebih dari 6 mm; dari
penampang yang tertulis dalam gambar pelaksanaan.
b. Pondasi tiang ini tidak boleh melengkung lebih dari 6 mm untuk setiap 3 m panjang tulangan.
c. Titik berat setiap penampang tidak boleh berbeda lebih dari 12 mm terhadap garis lurus yang
telah ditentukan.

4.8 ALAT PEMANCANG


a. Alat pemancang menggunakan sistem Hydraulic Static Pile Driver dengan kapasitas beban
sesuai dengan daya dukung tiang pancang yang akan digunakan.
b. Cara pemancangan harus sedemikian rupa sehingga tidak melampaui kekuatan tiang dan harus
pula mendapat persetujuan Konsultan Menejemen Konstruksi .
c. Kontraktor harus menyerahkan pernyataan tertulis mengenai alat pemancang yang diusulkan,
persetujuan dari Menejemen Konstruksi harus ada sebelum tiang dipancang.
Spesifikasi Teknis

d. Kontraktor harus menggunakan bantalan yang diperlukan untuk melindungi tiang pancang
terhadap kerusakan sewaktu pemancangan.

4.9 TERANGKATNYA TIANG


a. Segera setelah tiang dipancang, Kontraktor harus menentukan suatu titik reference dari tiang
dan ketinggiannya pada tiang. Setelah semua tiang dipasang, Kontraktor harus mengukur lagi
ketinggian titik reference setiap tiang yang sudah dipancang dan menentukan ‘uplift’ pipa yang
disebabkan oleh pemancangan tiang lain.
b. Bila terjadi ‘uplift’ tiang 5 cm atau lebih, Kontraktor harus mengambil langkah perbaikan tanpa
penambahan biaya dari pemberi tugas.

4.10 DAFTAR PEMANCANGAN TIANG


a. Kontraktor harus menyimpan daftar tiap tiang yang dipancang. Tiap hari copy daftar tersebut
harus diserahkan kepada Menejemen Konstruksi
b. Daftar Tiang Pancang tersebut sekurang-kurangnya harus berisi hal sebagai berikut :
 Tanggal dan jam pemancangan
 Jenis dan ukuran tiang
 Kedalaman yang dicapai
 Penetrasi untuk tiap pukulan dan jumlah penetrasi untuk 10 pukulan terakir.
 Macam dan ukuran hamer yang dipakai, disebutkan dengan tenaga uap atau tekanan udara.
 Gejala yang lain dari biasanya harus dicatat, teristimewa bila ada petunjuk mengenai
kemungkinan kerusakan pada tiang pancang.

4.11 PROSEDUR PENGUKURAN PENURUNAN TIANG


a. Di bawah tiap beban termasuk beban nol harus dilakukan pembacaan awal dan akhir.
b. Pada setiap interval 10 menit atau lebih kecil.
c. Jika terjadi failure, pembacaan dilakukan segera sebelum pengurangan beban pertama
dilakukan.
d. Selama pengurangan beban, pembacaan dilakukan pada setiap interval tidak lebih dari 20 menit.

4.12 PERALATAN UNTUK MENGUKUR PENURUNAN


a. Umum
Semua reference beam dan kabel harus ditunjang secara mandiri dengan dukungan yang kokoh
di dalam tanah. Jarak bebas antara kaki reference beam harus fixed (dilas), dan yang lainnya
harus beban memuai dan menyusut.
Reference beam harus cukup kaku untuk mencegah lendutan yang berlebihan dan harus ada
hubungan melintang untuk menambah kekuatan.
b. Dial Gauge
1) Untuk mengukur penurunan axial tiang percobaan, dipergunakan alat pengukuran berupa
dial gauge.
2) Dua buah reference beam, masing-masing pada setiap sisi tiang percobaan, harus
ditempatkan sedemikian rupa sehingga searah dengan test beam.
3) Hendaknya ditempatkan atau dipasang 4 (empat) buah dial gauges yang ditempatkan pada
tiang percobaan secara diametral. Masih dibutuhkan 2 (dua) buah dial gauges untuk
mengukur gerakan horisontal yang ditempatkan tegak lurus satu dari yang lain.

4.13 LOADING TEST DENGAN SISTEM PDA


PDA adalah salah satu motode untuk mengontrol proses pemancangan, sedangkan DLT (Dynamic
Load Test) merupakan suatu metode untuk memperkirakan daya dukung aksial (bearing capacity).
Dari pondasi tiang terpasang dengan beban yang sesuai design load, berdasarkan gelombang
pantulan yang diberikan oleh rekasi tanah akibat daya dukung geser dan ujung tiang.

4.14 PRINSIP PENGUJIAN :


Dynamic Load Test (DLT) mengukur regangan (strain) dan percepatan (acceleration) menggunakan
strain transducers and accelerometer yang dibautkan pada kepala tiang. Kemudian dikerjakan
Spesifikasi Teknis

suatu beban dinamis pada kepala tiang dan gelombang compression yang dihasilkan akan berjalan
menuju ujung tiang dan dipantulkan ke atas.
Gelombang tersebut akan ditangkap oleh sensor yang telah dipasang dan disimpan menggunakan
komputer selama pengukuran di lapangan.
Hasil pengukuran tersebut kemudian dianalisa dengan persamaan gelombang menghasilkan
downward travelling dan upward travelling wave. Dengan program komputer TNOWAVE
dilakukan pemodelan tiang dan pencocokan signal (signal matching) hingga mendapatkan hasil
kapasitas dukung termobilisir dan dengan program TNOSTAT didapat kurva load-settlement.

4.15 PERSIAPAN PENGUJIAN


a. Pengujian sebaiknya dilakukan setelah tiang pancang berumur 4-7 hari pemancangan.
b. Tiang pancang yang akan diuji sebaiknya berada sampai ketinggian 2,5 m di atas permukaan
tanah dengan mutu beton yang sama dan disarankan untuk memperkuat tulangan tiang
pancang di permukaan karena akan mengalami tumbukan selama pengujian. Tiang pancang
yang diuji harus cukup lurus untuk menghindari momen lentur ketika ditumbuk.
c. Drop hammer dengan berat monomal 1 –1,5 % dari beban ultimate.
d. Crane untuk mengangkat dan menjatuhkan drop hammer.
e. Playwood setebal + 5 cm, dengan diameter sama dengan diameter tiang bor yang akan ditest
sebagai pile cushion.
f. Tangga bila diperlukan.
g. Power supply 220 volt, 1000 watt.

Hammer, crane, pile cushion, tangga dan power supply disiapkan oleh pemberi kerja.

4.16 HASIL YANG DISAJIKAN


a. Grafik upward travelling wave beserta signal matchingnya.
b. Grafik Force & velocity x impedance.
c. Besarnya kapasitas dukung.
d. Kurva load settlement

4.17 PEMBOBOKAN KEPALA TIANG TEKAN


a. Bila pemancangan telah mencapai kapasitas tiang atau kedalaman yang disyaratkan, maka
kepala tiang tekan harus dikupas sampai dengan level yang ditentukan dalam gambar
pelaksanaan.
b. Panjang tulangan yang terkupas harus sesuai dengan panjang yang disyaratkan 60 cm.
c. Kontraktor pelaksana harus melakukan segala usaha agar pemotongan tiang tekan ini
tidak menyebabkan kerusakan pada tiang tekan tersebut.
d. Setiap tiang tekan yang retak atau cacat harus dibongkar dan diper-baiki dengan beton
dengan mutu yang sama dengan mutu beton yang disyaratkan untuk tiang tekan.

4.18 PENOLAKAN TIANG


a. Tiang yang tidak dilaksanakan dengan benar serta tidak memenuhi spesifikasi ini akan
ditolak. Kontraktor pelaksana wajib membuat tiang pengganti tanpa biaya tambahan.
b. Segera setalah pekerjaan selesai, Kontraktor pelaksana harus membuat “As built drawing”
dari letak dan kedalaman tiang pancang.
Spesifikasi Teknis

PASAL 5
PEKERJAAN BETON

5.1 UMUM
Lingkup Pekerjaan Pekerjaan yang termasuk meliputi :
A. Penyediaan dan pendayagunaan semua tenaga kerja, bahan-bahan, instalasi konstruksi dan
perlengkapan-perlengkapan untuk semua pembuatan dan mendirikan semua baja tulangan,
bersama dengan semua pekerjaan pertukangan/keahlian lain yang ada hubungannya dengan
itu, lengkap sebagaimana diperlihatkan, dispesifikasikan atau sebagaimana diperlukannya.
B. Tanggung jawab "kontraktor pelaksana" atas instalasi semua alat-alat yang terpasang,
selubung-selubung dan sebagainya yang tertanam di dalam beton. Syarat-syarat umum pada
pekerjaan ini berlaku penuh Standar Nasional Indonesia (SNI).
C. Ukuran-ukuran (dimensi) dari bagian-bagian beton bertulang yang tidak termasuk pada
gambar-gambar rencana pelaksanaan arsitektur adalah ukuran-ukuran dalam garis besar.
Ukuran-ukuran yang tepat, begitu pula besi penulangannya ditetapkan dalam gambar-gambar
struktur konstruksi beton bertulang. Jika terdapat selisih dalam ukuran antara kedua macam
gambar itu, maka ukuran yang harus berlaku harus dikonsultasikan terlebih dahulu dengan
Konsultan Manajemen Konstruksi dan Direksi guna mendapatkan ukuran yang sesungguhnya.
D. Jika karena keadaan pasaran, besi penulangan perlu diganti guna kelangsungan pelaksanaan
maka jumlah luas penampang tidak boleh berkurang dengan memperhatikan syarat-syarat
lainnya yang termuat dalam Standar Nasional Indonesia. Dalam hal ini Konsultan Manajemen
Konstruksi dan Direksi harus segera diberitahukan untuk persetujuannya, sebelum fabrikasi
dilakukan.
E. Penyediaan dan penempatan tulangan baja untuk semua pekerjaan beton yang berlangsung
dicor di tempat, termasuk penyediaan dan penempatan batang-batang dowel ditanamkan di
dalam beton seperti terlihat dan terperinci di dalam gambar atau seperti petunjuk Konsultan
Manajemen Konstruksi dan Direksi dan, bila disyaratkan, penyediaan penulangan untuk
dinding blok beton.
F. "Kontraktor pelaksana" harus bertanggungjawab untuk membuat dan membiayai semua
desain campuran beton dan test-test untuk menentukan kecocokan dari bahan dan proporsi
dari bahan-bahan terperinci untuk setiap jenis dan kekuatan beton, dari perincian slump, yang
akan bekerja/berfungsi penuh untuk semua teknik dan kondisi penempatan, dan akan
menghasilkan yang diijinkan oleh Konsultan Manajemen Konstruksi dan Direksi. Kontraktor
pelaksana berkewajiban mengadakan dan membiayai Test Laboratorium.
G. Pekerjaan-pekerjaan lain yang termasuk adalah : - semua pekerjaan beton yang tidak terperinci
di luar ini - pemeliharaan dan finishing, termasuk grouting - mengatur benda-benda yang
ditanam di dalam beton, kecuali tulangan beton - koordinasi dari pekerjaan ini dengan
pekerjaan dari lain bagian - sparing dalam beton untuk instalasi M/E - penyediaan dan
penempatan stek tulangan pada setiap pertemuan dinding bata dengan kolom/dinding beton
struktural dan dinding bata dengan pelat beton struktural seperti yang ditunjukkan oleh
Konsultan Manajemen Konstruksi dan Direksi.

5.2 Referensi dan Standar-Standar


Semua pekerjaan yang tercantum dalam bab ini, kecuali tercantum dalam gambar atau diperinci,
harus memenuhi edisi terakhir dari peraturan, standard dan spesifikasi berikut ini :
a Standar Nasional SNI 03-2847-2013; Tata cara perhitungan struktur beton untuk
Indonesia (SNI) bangunan gedung.
SNI 1726:2012; Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk
Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung.
SNI 03-686-1-2002; Agregat Beton.
SNI-1727-2013-Beban minimum untuk perencanaan bangunan
gedung dan struktur lain
Spesifikasi Teknis

b PUBI – 1982 Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia


c ACI – 304 ACI 304.1R-92, State-of-the Art Report on Preplaced Aggregate
Conc. for Structural and Mass Concrete, Part 2 ACI 304.2R-91,
Placing Concrete by Pumping Methods,Part 2
d ASTM - C94 Standard Specification for Ready-Mixed Concrete
e ASTM - C33 Standard Specification for Concrete Aggregates
f ACI – 318 Building Code Requirements for Reinforced Concrete
g ACI – 301 Specification for Structural Concrete of Building
h ACI – 212 ACI 212.IR-63, Admixture for Concrete,Part 1 ACI 212.2R-71, Guide
for Use of Admixture in Concrete, Part 1
i ASTM - C143 Standard Test Method for Slump of Portland Cement Concrete
j ASTM - C231 Standard Test Method for Air Content of Freshly Mixed Concrete
by the Pressure Method
k ASTM - C171 Standard Specification for Sheet Materials for Curing Concrete
l ASTM - C172 Standard Method of Sampling Freshly Mixed Concrete
m ASTM - C31 Standard Method of Making and Curing Concrete Test Specimens
in the Field
n ASTM - C42 Standard Method of Obtaining and Testing Drilled Cores and
Sawed Beams of Concrete
o ASTM - C309 Standard Specification for Liquid Membrane Forming Compounds
for Curing Concrete
p ASTM - D1752 Standard Specification for Performed Spange Rubberand Cork
Expansion Joint Fillers for Concrete Paving and Structural
Construction
q ASTM - D1751 Standard Specification for Performed Expansion Joint Fillers for
Concrete Paving and Structural Construction (Non-extruding and
Resilient Bituminous Types)
r SII Standard Industri Indonesia
s ACI – 315 Manual of Standard Practice for Reinforced Concrete
t ASTM - A185 Standard Specification for Welded Steel Wire Fabric for Concrete
Reinforcement Standard Specification for Welded Steel Wire Fabric
for Concrete Reinforcement
u ASTM - A165 Standard Specification for Deformed and Plain Billet Steel Bars for
Concrete Reinforcement, Grade 40, deformed, for reinforcing bars,
Grade 40, for stirrups and ties.
v Petunjuk-petunjuk lisan maupun tertulis yang diberikan oleh Konsultan Manajemen
Konstruksi dan Direksi.

5.3 Penyerahan-penyerahan berikut harus dilaksanakan oleh Kontraktor pelaksana kepada Konsultan
Manajemen Konstruksi dan Direksi sesuai dengan jadwal yang telah disetujui untuk menyerahkan
dan dengan segera sehingga tidak menyebabkan keterlambatan pada pekerjaan sendiri maupun
pada pekerjaan kontraktor lain.
A. Gambar pelaksanaan Merupakan gambar tahapan pelaksanaan yang harus diserahkan oleh
Kontrakto pelaksana kepada Konsultan Manajemen Konstruksi dan Direksi untuk mendapat
persetujuan ijin. Penyerahan harus dilakukan sekurang-kurangnya 7 (tujuh) hari kerja sebelum
jadwal pelaksanaan pekerjaan beton.
B. Data dari pabrik/sertifikat Untuk mendapat jaminan atas mutu beton ready-mix, maka
sebelum pengiriman; Kontraktor harus sudah menyerahkan kepada Konsultan Manajemen
Konstruksi dan Direksi sedikitnya 5 hari kerja sebelum pengiriman; hasil-hasil percobaan
laboratorium, baik hasil percobaan bahan maupun hasil percobaan campuran (Mix Design dan
Trial Mix) yang diperuntukan proyek ini.
C. Harus diajukan minimal 2 (dua) supplier beton ready-mix untuk memperlancar pelaksanaan
dan mendapat persetujuan Konsultan Manajemen Konstruksi dan Direksi sebelum memulai
pengecoran.
Spesifikasi Teknis

5.4 Bahan-bahan

A. Semen
Semen yang digunakan adalah Semen Portland Tipe I dan merupakan hasil produksi dalam
negeri satu merk. Semen harus disimpan sedemikian rupa hengga mencegah terjadinya
kerusakan bahan atau pengotoran oleh bahan lain. Penyimpanan semen harus dilakukan di
dalam gudang tertutup, sedemikian rupa sehingga semen terhindar dari basah atau
kemungkinan lembab, terjamin tidak tercampur dengan bahan lain.
Urutan penggunaan semen harus sesuai dengan urutan kedatangan semen tersebut di lokasi
pekerjan.

B. Agregat Kasar
Agregat untuk beton harus memenuhi seluruh ketentuan berikut ini :
1. Agregat beton harus memenuhi ketentuan dan persyaratan dari SII 0052-80 tentang
"Mutu dan Cara Uji Agregat Beton". Bila tidak tercakup di dalam SII 0052-80, maka
agregat tersebut harus memenuhi ketentuan ASTM C23 "Specification for Concrete
Aggregates".
2. Atas persetujuan Konsultan Pengawas, agregat yang tidak memenuhi persyaratan butir b.,
dapat digunakan asal disertai bukti bahwa berdasarkan pengujian khusus dan atau
pemakaian nyata, agregat tersebut dapat menghasilkan beton yang kekuatan, keawetan,
dan ketahanannya memenuhi syarat.
3. Di dalam segala hal, ukuran besar butir nominal maksimum agregat kasar harus tidak
melebihi syarat - syarat berikut :
• seperlima jarak terkecil antara bidang samping dari cetakan beton.
• sepertiga dari tebal pelat.
• 3/4 jarak bersih minimum antar batang tulangan, atau berkas batang tulangan.
Penyimpangan dari batasan-batasan ini diijinkan jika menurut penilaian Tenaga Ahli,
kemudahan pekerjaan, dan metoda konsolidasi beton adalah sedemikian hingga dijamin
tidak akan terjadi sarang kerikil atau rongga.

C. Agregat halus
1. Pasir harus terdiri dari butir-butir yang tajam, kuat dan bersudut.
2. Bebas dari bahan-bahan organis, lumpur, tanah lempung dan sebagainya, jumlah
kandungan bahan ini maksimal 5% dan tidak mengandung garam.
3. Mempunyai variasi besar butir (gradasi ) yang baik dengan ditunjukan dengan nilai
Modulus halus butir antara 1,50-3,80.
4. Pasir harus dalam keadaan jenuh kering muka
D. Air
Air yang digunakan untuk campuran beton harus memenuhi ketentuan-ketentuan berikut ini:
1. Jika mutunya meragukan harus dianalisis secara kimia dan dievaluasi mutunya menurut
tujuan pemakaiannya.
2. Harus bersih, tidak mengandung lumpur, minyak dan benda terapung lainnya, yang dapat
dilihat secara visual.
3. Tidak mengandung benda-benda tersuspensi lebih dari 2 gram/liter.
4. Tidak mengandung garam-garam yang dapat larut dan dapat merusak beton (asam-asam,
zat organik, dan sebagainya) lebih dari 15 gram/liter. Kandungan clorida (Cl) tidak lebih
dari 500 ppm dan senyawa sulfat (sebagai SO3) tidak lebih dari 100 ppm.
5. Jika dibandingkan dengan kuat tekan adukan yang menggunakan air suling, maka
penurunan kekuatan adukan beton dengan air yang digunakan tidak lebih dari 10 %.
E. Baja Tulangan
Baja tulangan yang digunakan harus memenuhi ketentuan- ketentuan sbb.:
1. Tidak boleh mengandung serpih-serpih, lipatan-lipatan, retak-retak, gelombang-
gelombang, cerna-cerna yang dalam, atau berlapis-lapis.
2. Hanya diperkenankan berkarat ringan pada permukaan saja .
3. Untuk tulangan utama (tarik/tekan lentur) harus digunakan baja tulangan deform (BJTD),
dengan jarak antara dua sirip melintang tidak boleh lebih dari 70 % diameter nominalnya,
dan tinggi siripnya tidak boleh kurang dari 5 % diameter nominalnya.
Spesifikasi Teknis

4. Tulangan dengan Ø < 10 mm dipakai BJTP 28 (Polos), dan untuk tulangan dengan Ø>=10
mm memakai BJTS 42 (Sirip) bentuk ulir. Semua baja tulangan dengan diameter yang
berbeda yang akan digunakan harus dites di Laboratarium untuk mengetahui tegangan
luluhnya masing-masing 2 sempel.
5. Kualitas dan diameter nominal dari baja tulangan yang digunakan harus dibuktikan
dengan sertifikat pengujian laboratorium, yang pada prinsipnya menyatakan nilai kuat -
leleh dan berat per meter panjang dari baja tulangan dimaksud.
6. Diameter nominal baja tulangan (baik deform/BJTD) yang digunakan harus ditentukan
dari sertifikat pengujian tersebut dan harus ditentukan dari rumus :

d = 4.029  B , atau d = 12.47 G


dimana :
d = diameter nominal dalam mm,
B = berat baja tulangan (N/mm)
G = berat baja tulangan (kg/m)

7. Toleransi berat batang contoh yang diijinkan di dalam pasal ini sebagai berikut :

DIAMETER TULANGAN TOLERANSI BERAT


BAJA TULANGAN YANG DI IJINKAN
 < 10 mm ±7%
10 mm <  <16 mm ±6%
16 mm <  < 28 mm ±5%
 > 28 mm ±4%

8. Toleransi diameter baja tulangan beton bentuk gulung sesuai dengan Tabel 2 contoh yang
diijinkan di dalam pasal ini sebagai berikut :

No Diameter (d) Toleransi Penyimpangan


(mm) (mm) kebundaran (%)

1 6 ± 0,3 Maksium 70 % dari batas


toleransi
2 8 ≤ d ≤ 14 ± 0,4

3 16 ≤ d ≤ 25 ± 0,5

5.5 Beton Dan Adukan Beton Struktur

A. Sebelum memulai pekerjaan beton struktur, Penyedia Jasa Konstruksi harus membuat trial
mix design dengan tujuan untuk mendapatkan proporsi campuran yang menghasilkan kuat
tekan target beton seperti yang disyaratkan.
B. Trial Mix design dilakukan untuk pekerjaan beton tanpa zat aditif, beton dengan zat aditif, dan
beton integral water proofing.
C. Kuat tekan target beton yang disyaratkan di dalam pekerjaan ini (f’c) tidak boleh kurang dari :
25 Mpa (lihat keterangan gambar)
D. Kuat tekan ini harus dibuktikan dengan sertifikat pengujian dari Laboratorium Bahan Bangunan
yang telah disetujui Konsultan Pengawas.
E. Benda uji yang dimaksud adalah silinder beton dengan diameter 150 mm dan tinggi 300
mm, banyaknya benda uji adalah :
4 (empat) Benda uji jika volume adukan beton ≤ 25 m3
8 (delapan) Benda uji jika volume adukan beton > 25 m3
Spesifikasi Teknis

Tata cara pembuatan benda uji tersebut harus mengikuti ketentuan yang terdapat di dalam
standar Metoda Pembuatan dan Perawatan Benda Uji Beton di Laboratorium yang berlaku.
F. Benda uji beton di tes di laboratorium yang telah disetujui oleh konsultan pengawas.
G. Tes benda uji beton dilakukan pada umur beton 14 hari dan 21 hari di batching plant, umur
beton 28 hari diuji di laboratorium independen. Satu benda uji lagi sebagai cadangan.
H. Jika hasil uji kuat tekan beton menunjukkan bahwa kuat tekan target beton yang dihasilkan
tidak memenuhi syarat, maka proporsi campuran adukan beton tersebut tidak dapat
digunakan, dan Penyedia Jasa Konstruksi (dengan persetujuan Konsultan Pengawas) harus
membuat proporsi campuran yang baru, sedemikian hingga kuat tekan target beton yang
disyaratkan dapat dicapai.
I. Setiap ada perubahan jenis bahan yang digunakan, Pelaksana wajib melakukan trial mix design
dengan bahan-bahan tersebut, dan melakukan pengujian laboratorium untuk memastikan
bahwa kuat tekan beton yang di hasilkan memenuhi kuat tekan yang disyaratkan.
J. Untuk kekentalan adukan, setiap adukan beton harus dibuat pengujian slump, dengan
ketentuan sebagai berikut:

Bagian Konstruksi Nilai Slump (mm)

a. Pelat Fondasi/Poer 10 - 14

b. Kolom Struktur 10 - 14

c. Balok-balok 10 - 14

d. Pelat Lantai 10 - 14

"Kontraktor pelaksana" harus menjamin bahwa ia mampu dengan slump berikut, beton
dengan mutu dan kekuatan yang memuaskan, yang akan menghasilkan hasil akhir yang bebas
keropos, ataupun berongga-rongga. Pelaksanaan dari persetujuan kontrak adalah bahwa
"Kontraktor pelaksana" bertanggung jawab penuh untuk produksi dari beton dan pencapaian
mutu, kekuatan dan penyelesaian yang memenuhi syarat batas slump. Bila dipakai pompa
beton, slump harus didasarkan pada pengukuran di pelepasan pipa, bukan di truk mixer.

K. Apabila ada hal-hal yang belum tercakup di dalam persyaratan teknis ini, Pelaksana harus
mengacu pada seluruh ketentuan yang tercakup di dalam Bab 5, Tata Cara Pembuatan
Rencana Campuran Beton Normal (SK SNI T-15-1990-03).

5.6 Percobaan Bahan dan Campuran Beton


A. Umum
Test bahan : Sebelum membuat campuran, test laboratorium harus dilakukan untuk test
berikut, sehubungan dengan prosedur-prosedur ditujukan ke standard referensi untuk
menjamin pemenuhan spesifikasi proyek untuk membuat campuran yang diperlukan.
B. Semen : berat jenis semen
C. Agregat : Analisa tapis, berat jenis, prosentase dari void (kekosongan), penyerapan,
kelembaban dari agregat kasar dan halus, berat kering dari agregat kasar, modulus terhalus
dari agregat halus.
D. Adukan/campuran beton
1. Adukan beton harus didasarkan pada trial mix dan mix design masing-masing untuk umur
7, 14 atau 21 dan 28 hari yang didasarkan pada minimum 20 hasil pengujian atau lebih
sedemikian rupa sehingga hasil uji tersebut dapat disetujui oleh Konsultan Manajemen
Konstruksi dan Direksi.
2. Hasil uji yang disetujui tersebut sudah harus disertakan selambat-lambatnya 3 minggu
sebelum pengerjaan dimulai, dan selain itu mutu beton pun harus sesuai dengan mutu
Standar Nasional Indonesia SNI 03-686-1-2002; Agregat Beton. Pekerjaan tidak boleh
Spesifikasi Teknis

dimulai sebelum diperiksa Konsultan Manajemen Konstruksi dan Direksi tentang


kekuatan/kebersihannya. Semua pembuatan dan pengujian trial mix dan design mix serta
pembiayaannya adalah sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor. Trial mix dan
design mix harus diadakan lagi bila agregat yang dipakai diambil dari sumber yang
berlainan, merk semen yang berbeda atau supplier beton yang lain.
3. Ukuran-ukuran
Campuran desain dan campuran percobaan harus proporsional semen terhadap agregat
berdasarkan berat, atau proporsi yang cocok dari ukuran untuk rencana proposional atau
perbandingan yang harus disetujui oleh Konsultan Manajemen Konstruksi dan Direksi.
4. Percobaan adukan untuk berat normal beton
Untuk perincian minimum dan maximum slump untuk setiap jenis dan kekuatan dari berat
normal beton, dibuat empat (4) adukan campuran dengan memakai nilai faktor air-semen
yang berbeda-beda.
5. Pengujian mutu beton ditentukan melalui pengujian sejumlah benda uji silinder beton
diameter 15 cm x tinggi 30 cm sesuai SNI 03-686-1-2002; Agregat Beton, ACI Committee
- 304, ASTM C 94-98.
6. Benda uji (setiap pengambilan terdiri dari 3 buah dengan pengetesan dilakukan pada hari
yang tercantum pada item 6) dari satu adukan dipilih acak yang mewakili suatu volume
rata-rata tidak lebih dari 10 m3 atau 10 adukan atau 2 truck drum (diambil yang
volumenya terkecil). Disamping itu jumlah maximum dari beton yang dapat terkena
penolakan akibat setiap satu keputusan adalah 30 m3, kecuali bila ditentukan lain oleh
Konsultan Manajemen Konstruksi dan Direksi.
7. Hasil uji untuk setiap pengujian dilakukan masing-masing untuk umur 7, 14 atau 21 dan 28
hari.
8. Pembuatan benda uji harus mengikuti ketentuan Standar Nasional Indonesia (SNI),
dilakukan di lokasi pengecoran dan harus disaksikan oleh Konsultan Manajemen
Konstruksi dan Direksi. Apabila digunakan metoda pembetonan dengan menggunakan
pompa (concrete pump), maka pengambilan contoh segala macam jenis pengujian
lapangan harus dilakukan dari hasil adukan yang diperoleh dari ujung pipa "concrete-
pump" pada lokasi yang akan dilaksanakan.
9. Pengujian bahan dan beton harus dilakukan dengan cara yang ditentukan dalam Standard
Industri Indonesia (SII) dan Standar Nasional Indonesia (SNI) atau metoda uji bahan yang
disetujui oleh Konsultan Manajemen Konstruksi dan Direksi.
10. Rekaman lengkap dari hasil uji bahan dan beton harus disediakan dan disimpan dengan
baik oleh Konsultan Manajemen Konstruksi dan Direksi, dan selalu tersedia untuk
keperluan pemeriksaan selama pelaksanaan pekerjaan dan selama 5 tahun sesudah
proyek bangunan tersebut selesai dilaksanakan.
1. di truk mixer. Maximum slump harus 150 mm.

5.7 Pelaksanaan Beton Siap Pakai (READY MIX CONCRETE)


A. Umum
Kecuali disetujui oleh Konsultan Manajemen Konstruksi dan Direksi Penyedia Jasa harus
menggunakan beton siap pakai (ready mix concrete) pada pekerjaan Kolom, Balok, dan Plat
lantai struktur dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Adukan serta cara pengiriman/pengangkutannya harus memenuhi persyaratan di dalam
ASTM C94-78a, ACI 304-73, ACI Committee 304.
2. Adukan beton harus dibuat sesuai dengan perbandingan campuran yang sesuai dengan
yang telah diuji di laboratorium, serta secara konsisten harus dikontrol bersama-sama
oleh kontraktor dan supplier beton ready-mixed. Kekuatan beton minimum yang dapat
diterima adalah berdasarkan hasil pengujian yang diadakan di laboratorium.
3. Pemeriksaan
Bagi Konsultan Manajemen Konstruksi dan Direksi diadakan jalan masuk ke proyek dan
ketempat pengantaran contoh atau pemeriksaan yang dapat dilalui setiap waktu. Denah
Spesifikasi Teknis

dan semua peralatan untuk pengukuran, adukan dan pengantaran beton harus diperiksa
oleh Konsultan Manajemen Konstruksi dan Direksi sebelum pengadukan beton.
4. Volume penggunaan ready mix concrete harus disetujui oleh Konsultan Pengawas dengan
senantiasa berpedoman pada ketentuan teknis yang diberlakukan bagi pekerjaan beton.
5. Apabila di dalam ready mix concrete tersebut diberikan zat tambah (additive) maka
selain harus mengikuti ketentuan di dalam Spesifikasi Bahan Tambahan untuk Beton SK
SNI S-18-1990-03, pabrik pembuatnya harus menyertakan sertifikat/surat keterangan
yang menyatakan jenis dan konsentrasi bahan tambah tersebut per m3 adukan beton.
Selain itu, di dalam hal penggunaan bahan tambah ini, harus disebutkan pula di dalam
sertifikat tersebut batas waktu toleransi beton tersebut masih dapat digunakan, dan
ketentuan ini mengikat bagi Penyedia Jasa Konstruksi dan Konsultan Pengawas,
khususnya di dalam penentuan boleh atau tidaknya ready mix concrete tersebut
digunakan.

6. Temperatur Beton Ready-Mix


Batas temperatur untuk beton ready-mix sebelum dicor disyaratkan tidak melampaui 38
o
C.
7. Bahan Campuran Tambahan
Penambahan bahan additive dalam proses pembuatan beton ready-mix harus sesuai
dengan petunjuk pabrik additive tersebut. Bila diperlukan dua atau lebih bahan additive
maka pelaksanaannya harus dilaksanakan secara terpisah. Dalam pelaksanaannya harus
sesuai ACI 212-2R-71 dan ACI 212.IR-63 dilakukan hanya oleh teknisi in-charge dengan
persetujuan Konsultan Manajemen Konstruksi dan Direksi sebelumnya.
8. Ketentuan-ketentuan yang berlaku bagi site mix concrete seperti: tata cara evaluasi kuat
tekan beton, pengangkutan adukan, perawatan beton, cetakan beton, pengecoran,
pemadatan beton, dan sambungan konstruksi, tetap berlaku untuk penggunaan ready mix
concrete.
5.8 Pengangkutan Adukan Beton
A. Umum
Pengangkutan beton dari tempat pengadukan ke tempat penyimpanan akhir (sebelum di
tuang), harus sedemikian hingga tercegah terjadinya pemisahan (segregasi) atau kehilangan
material.
1. Kendaraan Pengangkut
Kendaraan pengangkut beton ready-mix harus dilengkapi dengan peralatan pengukur air
yang tepat.
2. Alat angkut yang digunakan harus mampu menyediakan beton di tempat penyimpanan
akhir dengan lancar, tanpa mengakibatkan pemisahan bahan yang telah dicampur dan
tanpa hambatan yang dapat mengakibatkan hilangnya plastisitas beton antara
pengangkutan yang berurutan
3. Perletakan pengadukan dan pengecoran harus diatur sedemikian rupa hingga
memudahkan dalam pelaksanaan pengecoran .
4. Waktu antara pengadukan dan pengecoran tidak boleh lebih dari 2 jam. Pengecoran
harus dilakukan sedemikian rupa untuk menghindari terjadinya pemisahan material dan
perubahan letak tulangan.
5. Jika lebih dari 2 jam maka harus diberi tambahan zat aditif untuk memperlama waktu
pengerasan beton.
6. Pelaksana harus memberitahukan Konsultan Pengawas selambat-lambatnya 2 hari
sebelum pengecoran beton dilaksanakan.

5.9 Pengadukan dan Alat-alat Aduk


A. Umum
Pengadukan beton berfungsi untuk mencegah penurunan kualitas campuran beton dan juga
menjaga campuran beton tidak mengeras.
Spesifikasi Teknis

1. Pelaksana wajib menyediakan peralatan dan perlengkapan yang memiliki ketelitian cukup
untuk menetapkan dan mengawasi jumlah takaran masing-masing bahan beton. Seluruh
peralatan, perlengkapan dan tata cara pengadukan harus mendapatkan persetujuan
Konsultan Pengawas
2. Pengaturan pengangkutan dan cara penakaran yang dilakukan, harus mendapatkan
persetujuan Konsultan Pengawas Seluruh operasi harus dikontrol/diawasi secara kontinyu
oleh Konsultan Pengawas
3. Pengadukan harus dilakukan dengan mesin aduk beton (batch mixer atau portable
continous mixer). Sebelum digunakan, mesin aduk ini harus benar-benar kosong, dan
harus dicuci terlebih dahulu bila tidak digunakan lebih dari 30 menit.
4. Selain ketentuan tersebut di atas, maka pengadukan beton di lapangan harus mengikuti
ketentuan berikut ini :
 Harus dilakukan di dalam suatu mesin-aduk dari tipe yang telah disetujui Konsultan
Pengawas
 Mesin-aduk harus berputar pada suatu kecepatan yang direkomendasikan oleh
pabrik pembuat mesin-aduk tersebut.
 Pengadukan harus diteruskan sedikitnya 1,5 menit setelah semua material
dimasukkan ke dalam drum aduk, kecuali jika dapat dibuktikan/ditunjukkan bahwa
dengan waktu pengadukan yang menyimpang dari ketentuan ini masih dapat
dihasilkan beton yang memenuhi syarat.

5.10 Pengecoran/Penuangan Beton


A. Persiapan
1. Kontraktor harus menyiapkan jadwal pengecoran dan menyerahan kepada Konsultan
Manajemen Konstruksi dan Direksi untuk disetujui paling lambat 1 (satu) minggu sebelum
memulai kegiatan pengecoran.
2. Sebelum pengecoran beton, bersihkan benar-benar cetakannya, semprot dengan air dan
kencangkan. Sebelum pengecoran, semua cetakan, tulangan beton, dan benda-benda
yang ditanamkan atau di cor harus telah diperiksa dan disetujui oleh Konsultan
Manajemen Konstruksi dan Direksi.
3. Permohonan untuk pemeriksaan harus diserahkan kepada Konsultan Manajemen
Konstruksi dan Direksi setidak-tidaknya 24 jam sebelum beton di cor. Kelebihan air,
pengeras beton, puing, butir-butir lepasan dan benda-benda asing lain harus disingkirkan
dari bagian dalam cetakan dan dari permukaan dalam dari pengaduk serta perlengkapan
pengangkutan.
4. Galian harus dibentuk sedemikian sehingga daerah yang langsung di sekeliling struktur
dapat efektif dan menerus dicor.Seluruh galian harus dijaga bebas dari rembesan, luapan
dan genangan air sepanjang waktu, baik di titik sumur, pompa, drainase ataupun segala
perlengkapan dari kontraktor yang berhubungan dengan listrik untuk pengadaan bagi
maksud penyempurnaan. Dalam segala hal, beton tidak boleh ditimbun di galian
manapun, kecuali bila galian tertentu telah bebas air dan lumpur.
5. Penulangan harus sudah terjamin dan diperiksa serta disetujui. Logam-logam yang
ditanam harus bebas dari adukan lama, minyak, karat besi dan pergerakan lain ataupun
lapisan yang dapat mengurangi rekatan. Kereta pengangkut adukan beton yang beroda
tidak boleh dijalankan melalui tulangan ataupun disandarkan pada tulangan. Pada lokasi
dimana beton baru ditempelkan ke pekerjaan beton lama, buat lubang pada beton lama,
masukkan pantek baja, dan kemas cairan tanpa adukan nonshrink.
6. Basahkan cetakan beton secukupnya untuk mencegah timbulnya retak, basahkan bahan-
bahan lain secukupnya untuk mengurangi penyusutan dan menjaga pelaksanaan beton.
7. Penutup Beton Bila tidak disebutkan lain, tebal penutup beton harus sesuai dengan
persyaratan SNI.
Spesifikasi Teknis

8. Perhatian khusus perlu dicurahkan terhadap ketepatan tebal penutup beton, untuk itu
tulangan harus dipasang dengan penahan jarak yang terbuat dari beton dengan mutu
paling sedikit sama dengan mutu beton yang akan dicor.
9. Bila tidak ditentukan lain, maka penahan-penahan jarak dapat berbentuk blok-blok
persegi atau gelang-gelang yang harus dipasang sebanyak minimum 8 buah setiap meter
cetakan atau lantai kerja. Penahan-penahan jarak tersebut harus tersebar merata.

B. Pengecoran
1. Beton yang akan dituang harus ditempatkan sedekat mungkin ke cetakan akhir untuk
mencegah terjadinya segregasi karena penanganan kembali atau pengaliran adukan.
2. Pada penuangan beton yang agak tinggi maka pada campuran harus memakai campuran
kerikil dengan ukuran diameter 1-2 cm, agar tidak terjadi penumpukan kerikil pada dasar
cetakan.
3. Pelaksanaan penuangan beton harus dilaksanakan dengan suatu kecepatan penuangan
sedemikian hingga beton selalu dalam keadaan plastis dan dapat mengalir dengan mudah
ke dalam rongga di antara tulangan.
4. Beton yang telah mengeras sebagian dan/atau telah dikotori oleh material asing, tidak
boleh dituang ke dalam cetakan.
5. Beton setengah mengeras yang ditambah air atau beton yang diaduk kembali setelah
mengalami pengerasan tidak boleh dipergunakan kembali.
6. Beton yang dituang harus dipadatkan dengan alat yang tepat secara sempurna dan harus
diusahakan secara maksimal agar dapat mengisi sepenuhnya daerah sekitar tulangan dan
barang yang tertanam dan ke daerah pojok acuan.
7. Adukan tidak boleh dijatuhkan secara bebas dari ketinggian lebih dari 1,5 m, cara
penuangan dengan alat-alat bantu seperti talang, pipa, chute, dan sebagainya harus
mendapat persetujuan Konsultan Pengawas

5.11 Pemadatan Beton


1. Pemadatan beton harus dilakukan dengan penggetar mekanis/mechanical vibrator dan
tidak diperkenankan melakukan penggetaran dengan maksud untuk mengalirkan beton.
2. Pemadatan ini harus dilakukan sedemikian rupa hingga beton yang dihasilkan merupakan
massa yang utuh, bebas dari lubang-lubang, segregasi atau keropos
3. Pada daerah penulangan yang rapat, penggetaran dilakukan dengan alat penggetar yang
mempunyai frekuensi tinggi untuk menjamin pengisian beton dan pemadatan yang baik.
4. Alat penggetar tidak boleh disentuhkan pada tulangan terutama pada tulangan yang telah
masuk pada beton yang telah mulai mengeras.
5.12 Perawatan Beton

1. Jika digunakan dengan kekuatan awal yang tinggi, maka beton tersebut harus
dipertahankan di dalam kondisi lembab paling sedikit 72 jam, kecuali jika dilakukan
perawatan yang dipercepat.
2. Jika tidak digunakan semen dengan kekuatan awal yang tinggi, maka beton harus
dipertahankan dalam kondisi lembab paling sedikit 168 jam setelah penuangan, kecuali
jika dilakukan perawatan dipercepat sebagaimana disebutkan di dalam pasal 5., Tata Cara
Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal (SK SNI T-15-1990-03).
3. Dilakukan tes perendaman beton minimal 3 hari.

5.13 Cetakan Beton

1. Di dalam segala hal, cetakan beton (termasuk penyangganya) harus direncanakan


sedemikian rupa hingga dapat dibuktikan bahwa penyangga dan cetakan tersebut
mampu menerima gaya-gaya yang diakibatkan oleh penuangan dan pemadatan adukan
beton.
Spesifikasi Teknis

2. Cetakan harus sesuai dengan bentuk, ukuran dan batas-batas bidang dari hasil beton yang
direncanakan, serta tidak bocor dan harus cukup kaku untuk mencegah terjadinya
perpindahan tempat atau kelongsoran dari penyangga.
3. Permukaan cetakan harus cukup rata dan halus serta tidak boleh ada lekukan, lubang-
lubang atau terjadi lendutan. Sambungan pada cetakan diusahakan lurus dan rata dalam
arah horisontal maupun vertikal; terutama untuk permukaan beton yang tidak difinish
(expossed concrete).
4. Kecuali beton fondasi, cetakan dibuat dari multipleks dengan ketebalan minimal 12 mm.
5. Penyedia Jasa Konstruksi harus melakukan upaya-upaya sedemikian hingga penyerapan
air adukan oleh cetakan dapat dicegah.
6. Tiang-tiang penyangga harus direncanakan sedemikian rupa agar dapat memberikan
penunjang seperti yang dibutuhkan tanpa adanya "overstress" atau perpindahan tempat
pada beberapa bagian konstruksi yang dibebani. Struktur dari tiang penyangga harus
cukup kuat dan kaku untuk menunjang berat sendiri dan beban-beban yang ada di
atasnya selama pelaksanaan.
7. Sebelum penulangan, cetakan harus diteliti untuk memastikan kebenaran letaknya,
kekuatannya dan tidak akan terjadi penurunan dan pengembangan pada saat beton
dituang, permukaan cetakan harus bersih terhadap segala kotoran, dan diberi form oil
unuk mencegah lekatnya beton pada cetakan. Untuk menghindari lekatnya form oil pada
bajatulangan, maka pemberian form oil pada cetakan harus dilakukan sebelum tulangan
terpasang.
8. Pembersihan cetakan dilakukan dengan menggunakan air yang disemprotkan sehingga
kotoran dapat hilang.
9. Cetakan beton dapat dibongkar dengan persetujuan tertulis dari Konsultan Pengawas,
atau jika umur beton telah melampaui waktu sebagai berikut :

· Bagian sisi balok 48 jam (setara dengan 35 % f’c)


· Balok tanpa beban konstruksi 7 hari (setara dengan 70 % f’c)
· Balok dengan beban konstruksi 21 hari (setara dengan 95 % f’c)
· Pelat lantai/atap/tangga 21 hari (setara dengan 95 % f’c)

g Pada bagian konstruksi yang terletak di dalam tanah, cetakan harus dicabut sebelum
pengurugan dilakukan.

5.14 Pekerjaan Pondasi Poer

A. LINGKUP KERJA
Pekerjaan pondasi tapak meliputi semua pekerjaan pekerjaan pembuatan pondasi tapak beton
bertulang, yang ditunjukan gambar rencana mulai dari pekerjaan galian, lantai kerja, pekerjaan
pembesian, pekerjaan beton, serta pengurugan kembali.

B. PELAKSANAAN PEKERJAAN :
a Pekerjaan galian tanah pondasi
1). Sebelum memulai pekerjaan, selambat-lambatnya 2 hari, penyedia Jasa konstruksi
harus menyiapkan rencana kerja pekerjaan galian tanah meliputi volume pekerjaan,
jumlah tenaga kerja dan alat, jadwal pelaksanaan dan alur pekerjaan untuk mendapat
persetujuan dari Tim Pengawas Jasa Konstruksi dan Konsultan Pengawas, di sertai
gambar shop drawing.
2). Kedalaman dan bentuk galian harus sesuai dengan gambar perencanaan.
3). Penempatan tanah bekas galian tidak boleh mengganggu pekerjaan lain.
b Pekerjaan lantai kerja
1). Sebelum memulai pekerjaan, selambat-lambatnya 2 hari, penyedia Jasa konstruksi
harus menyiapkan rencana kerja pekerjaan lantai kerja meliputi volume pekerjaan,
jumlah tenaga kerja dan alat, jadwal pelaksanaan dan alur pekerjaan, serta contoh
material yang akan dipakai disertai sertifikat hasil pengujian material untuk mendapat
persetujuan dari Tim Pengawas Jasa Konstruksi dan Konsultan Pengawas, di sertai
gambar shop drawing.
2). Lantai kerja dibuat dengan beton dengan campuran 1 PC:3 Ps:5 Split.
3). Tebal lantai kerja harus sesuai dengan gambar rencana.
Spesifikasi Teknis

4). Lantai kerja harus rata permukaannya dan diperiksa kemiringannya dengan waterpass.
c Pekerjaan Pembesian.
1). Sebelum memulai pekerjaan, selambat-lambatnya 2 hari, penyedia Jasa konstruksi
harus menyiapkan rencana kerja meliputi alat, tenaga, alur kerja, jadwal dan shop
drawing yang menunjukkan diameter besi, jumlah besi dan jarak pemebesian pada
area yang akan dicor.
2). Jarak bersih antara besi terluar dan Begisting 70 mm.
3). Ikatan bendrat harus kuat, tidak bergeser bila diketok..
4). Besi harus bersih dari karat, beton kering, oli dan material lain yang mengurangi
lekatan (bonding) antara besi dan beton
5). Pembengkokan besi (bending slope) dengan kemiringan 1 : 6
6). Panjang sambungan minimum 40 diameter tulangan pokok.
d Pekerjaan Begisting :
1). Bahan begisiting kontak menggunakan papan kayu ukuran 2X20X200 cm.
2). Pelaksanaan pekerjaan :
 Sebelum memulai pekerjaan, penyedia Jasa konstruksi harus menyiapkan rencana
kerja meliputi alat, tenaga, alur kerja, jadwal pekerjaan dan shoop drawing.
 Panel Begisting diperiksa sesuai dengan shop drawing.
 Sambungan panel begisiting harus rapat dengan ditutup sealtape atau sejenisnya.
 Begisting harus di periksa kevertikalan dan kelurusaannya dengan lot dan tarikan
benang.
 Level lantai Begisting harus diperiksa dengan alat ukur terhadap level finish.
e Pelaksanaan Cor Beton :
1). Sebelum memulai pekerjaan, selambat-lambatnya 2 hari, penyedia Jasa konstruksi
harus menyiapkan rencana kerja pelaksanaan cor beton, volume pekerjaan, jumlah
tenaga kerja dan alat, jadwal pelaksanaan dan alur pekerjaan, serta contoh material
yang akan dipakai disertai sertifikat hasil pengujian material untuk mendapat
persetujuan dari Tim Pengawas Jasa Konstruksi dan Konsultan Pengawas, di sertai
gambar shop drawing.
2). Kuat desak beton : 25 Mpa (Beton Ready Mix)
3). Sebelum di cor, lantai kerja harus bersih dari sisa-sisa pekerjaan sebelumnya atau
kotoran-kotoran.
4). Material Begisting sudah dilapisi dengan oli bekas (non ekspose) agar beton tidak
melekat pada cetakan dan mudah dibuka, untuk Begisting bekas yang akan dipakai
ulang harus dirawat sehingga layak digunakan.
5). Bila diperlukan stek untuk penulangan diatasnya, panjang stek minimal 40 kali
Diameter tulangan pokok.
6). Pengatur jarak penutup beton harus terpasang pada tempatnya. dan batas ketinggian
cor harus ditandai dengan jelas.
7). Alat kerja berupa mesin pengaduk, sekop, takaran material, dan alat pengangkutan
adukan beton harus dalam kondisi siap pakai dan telah disiapkan cadangannya.
8). Bila dilakukan pengecoran beton pada malam hari harus disediakan penerangan yang
cukup dan dipersiapkan pelindung hujan.
9). Pengadukan dilakukan dengan mesin pengaduk, untuk mendapatkan beton yang
homogen. Adukan diangkut ke tempat penuangan sebelum semen mulai berhidrasi
dan selalu dijaga agar tidak ada bahan-bahan yang tumpah atau memisah dari
campuran.
10). Penuangan adukan beton harus terus menerus agar didapatkan beton yang monolit.
Selama penuangan beton, cetakan maupun tulangan dijaga agar tidak berubah posisi,
kevertikalan Begisting harus selalu periksa selama pengecoran.
11). Pemadatan beton manual dengan ditusuk tidak boleh mencapai ketebalan 15 cm.
Pemadatan dengan alat getar tidak boleh menyentuh Begisting dan atau tulangan.
enggetaran yang terlalu lama tidak diperbolehkan karena akan mengakibatkan
segregasi.
12). Selama pengecoran harus dilakukan percobaan slump untuk mengukur kelencakan
atau kekentalan campuran beton. Nilai slump ditetapkan maksimal 12,5 cm minimal 5
cm.
Spesifikasi Teknis

13). Untuk keperluan test kuat desak beton, diadakan pengambilan contoh beton segar.
Pengambilan contoh beton segar dilakukan langsung dari mesin aduk setelah
pengadukan selesai. Pengambilan dilaukukan di beberapa titik dan dicampurkan. Bila
pengambilan dilakukan dari truk aduk, dilakukan sebanya 3 kali atau lebih dalam
selang waktu ketika penuangan beton dari dalam pengaduk (awal, tengah dan akhir)
dengan volume Kurang lebih 5 m3. Pengujian silider percobaan harus dilakukan di
laboratorium yang disetujui oleh Konsultan Pengawas.
14). Beton yang baru di cor harus dilindungi dari lalu lintas orang dan meterial.

f Pembongkaran Begisting dan perawatan beton


1). Sebelum memulai pekerjaan, selambat-lambatnya 2 hari, penyedia Jasa konstruksi
harus menyiapkan rencana kerja pekerjaan pembongkaran Begisting dan perawatan
beton meliputi volume pekerjaan, jumlah tenaga kerja dan alat, jadwal pelaksanaan
dan alur pekerjaan, serta contoh material yang akan dipakai disertai sertifikat hasil
pengujian material untuk mendapat persetujuan dari Tim Pengawas Jasa Konstruksi
dan Konsultan Pengawas.
2). Alat yang digunakan untuk membongkar Begisting tidak boleh merusak permukaan
beton.
3). Beton harus dilindungi dari pengaruh panas, hingga tidak terjadi penguapan cepat.
4). Beton harus dibasahi paling sedikit selama 10 hari setelah pengecoran.
g Material :
1). Besi beton dan bendrat
Sesuai gambar kerja

5.15 Pekerjaan Tie Beam

A. LINGKUP KERJA
Pekerjaan Tie Beam adalah pekerjaan pembuatan Tie Beam beton bertulang sesuai dengan
gambar perencanaan, baik dimensi Tie Beam maupun besi yang akan di gunakan.

B. PELAKSANAAN PEKERJAAN
a. Pekerjaan Pembesian.
1). Sebelum memulai pekerjaan, selambat-lambatnya 2 hari, penyedia Jasa konstruksi
harus menyiapkan rencana kerja pekerjaan pembesian, volume pekerjaan, jumlah
tenaga kerja dan alat, jadwal pelaksanaan dan alur pekerjaan, serta contoh material
yang akan dipakai disertai sertifikat hasil pengujian material untuk mendapat
persetujuan dari Tim Pengawas Jasa Konstruksi dan Konsultan Pengawas, di sertai
gambar shop drawing.
2). Diameter besi, jumlah besi dan jarak pembesian pada area yang akan dicor harus
sesuai dengan gambar kerja.
3). Panjang sambungan minimum 40 diameter tulangan pokok.
4). Jarak bersih antara besi terluar dan Begisting 25 mm.
5). Ikatan bendrat harus kuat, tidak bergeser bila diketok.
6). Besi harus bersih dari karat, beton kering, oli dan material lain yang mengurangi
lekatan (bonding) antara besi dan beton.
7). Sambungan besi atas harus terletak pada daerah lapangan.
8). Sambungan besi bawah harus terletak pada daerah tumpuan.
9). Pembengkokan besi (bending slope) dengan kemiringan 1 : 6.

b. Pekerjaan Begisting :
1). Sebelum memulai pekerjaan, selambat-lambatnya 2 hari, penyedia Jasa konstruksi
harus menyiapkan rencana kerja pekerjaan Begisting meliputi volume pekerjaan,
jumlah tenaga kerja dan alat, jadwal pelaksanaan dan alur pekerjaan, serta contoh
material yang akan dipakai disertai sertifikat hasil pengujian material untuk
mendapat persetujuan dari Tim Pengawas Jasa Konstruksi dan Konsultan Pengawas,
di sertai gambar shop drawing.
Spesifikasi Teknis

2). Penyedia Jasa konstruksi harus mengajukan ijin untuk memulai pekerjaan yang di
setujui Konsultan Pengawas dan Tim Pengawas Jasa Konstruksi.
3). Bahan Begisting cetakan/Begisting sisi-sisinya siku.
4). Sambungan panel begisting harus rapat dengan ditutup sealtape atau sejenisnya.
5). Begisting harus di periksa kevertikalan dan kelurusannya dengan lot dan tarikan
benang.
6). Level lantai Begisting harus diperiksa dengan alat ukur terhadap level finish.
7). Untuk kebutuhan instalasi M&E, lebar sparing pada Tie Beam maksimal 1/5.
8). Luas total sleeve/pipa maksimum 4%.

c. Pelaksanaan Cor Beton


1). Sebelum memulai pekerjaan, selambat-lambatnya 2 hari, penyedia Jasa konstruksi
harus menyiapkan rencana kerja pekerjaan Tie Beam, volume pekerjaan, jumlah
tenaga kerja dan alat, jadwal pelaksanaan dan alur pekerjaan, serta contoh material
yang akan dipakai disertai sertifikat hasil pengujian material untuk mendapat
persetujuan dari Tim Pengawas Jasa Konstruksi dan Konsultan Pengawas, disertai
gambar shop drawing untuk pengecekan.
2). Kuat desak beton rencana : 25 Mpa (Beton Ready Mix)
3). Sebelum di cor, lantai kerja harus bersih dari sisa-sisa pekerjaan sebelumnya atau
kotoran-kotoran.
4). Material Begisting sudah dilapisi dengan oli bekas (non ekspose) dan mold oil/sika
form oil (expose) agar beton tidak melekat pada cetakan dan mudah dibuka, untuk
Begisting bekas yang akan dipakai ulang harus dirawat sehingga layak digunakan.
5). Bila diperlukan stek untuk penulangan diatasnya, panjang stek minimal 40 kali
Diameter.
6). Pengatur jarak selimut beton harus terpasang pada tempatnya. dan batas ketinggian
cor harus ditandai dengan jelas.
7). Pipa untuk instalasi mekanikal elektrikal dan angkur-angkur harus terpasang sebelum
pengecoran dan diperkuat agar tidak berubah posisi selama pengecoran.
8). Alat kerja berupa mesin pengaduk, sekop, takaran material, dan alat pengakutan
adukan beton harus dalam kondisi siap pakai dan telah disiapkan cadangannya.
9). Bila dilakukan pengecoran beton pada malam hari harus disediakan penerangan yang
cukup dan dipersiapkan pelindung hujan.
10). Pengadukan dilakukan dengan mesin pengaduk, untuk mendapatkan beton yang
homogen.
11). Adukan diangkut ke tempat penuangan sebelum semen mulai berhidrasi dan selalu
dijaga agar tidak ada bahan-bahan yang tumpah atau memisah dari campuran.
12). Penulangan adukan beton harus terus menerus agar didapatkan beton yang monolit.
Selama penulangan beton, cetakan maupun tulangan dijaga agar tidak berubah
posisi.
13). Pemadatan beton manual dengan ditusuk tidak boleh mencapai ketebalan 15 cm.
Pemadatan dengan alat getar tidak boleh menyentuh Begisting dan atau tulangan.
Penggetaran yang terlalu lama tidak diperbolehkan karena akan mengakibatkan
segregasi.
14). Selama pengecoran harus dilakukan percobaan slump untuk mengukur kepekatan
atau kekentalan campuran beton. Nilai slump ditetapkan maksimal 12,5 cm minimal
5 cm.
15). Untuk keperluan test kuat desak beton, diadakan pengambilan contoh beton segar.
Pengambilan contoh beton segar dilakukan langsung dari mesin aduk setelah
pengadukan selesai. Pengambilan dilakukan di beberapa titik dan dicampurkan. Bila
pengambilan dilakukan dari truk aduk, dilakukan sebanya 3 kali atau lebih dalam
selang waktu ketika penuangan beton dari dalam pengaduk (awal, tengah dan akhir).
16). Pengujian silinder percobaan harus dilakukan di laboratorium yang disetujui oleh
Konsultan Pengawas dan Tim Pengawas Jasa Konstruksi.
17). Beton yang baru di cor harus dilindungi dari lalu lintas orang dan meterial.
Spesifikasi Teknis

d. Pembongkaran Begisting dan perawatan Beton


1). Sebelum memulai pekerjaan, selambat-lambatnya 2 hari, penyedia Jasa konstruksi
harus menyiapkan rencana kerja pekerjaan pembongkaran Begisting dan perawatan
beton volume pekerjaan, jumlah tenaga kerja dan alat, jadwal pelaksanaan dan alur
pekerjaan.
2). Pembongkaran Begisting harus mendapatkan persetujuan dari Konsultan Pengawas.
3). Alat yang digunakan untuk membongkar Begisting tidak boleh merusak permukaan
beton.
4). Beton harus dilindungi dari pengaruh panas, hingga tidak terjadi penguapan cepat.
5). Beton harus dibasahi paling sedikit selama 7 hari setelah pengecoran.
6).
e. Material :
1). Besi beton dan bendrat
Sesuai gambar kerja.

5.16 Pekerjaan Beton Kolom

A. LINGKUP KERJA
Pekerjaan Beton balok lantai, plat lantai dan plat atap adalah pekerjan pembuatan Beton
balok lantai, plat lantai dan plat atap bertulang sehingga menghasilkan balok lantai, plat
lantai dan plat atap sesuai gambar rencana, baik dimensi balok lantai, plat lantai dan plat
atap maupun pembesiannya.

B. PELAKSANAAN PEKERJAAN
a. Pekerjaan Pembesian.
1). Sebelum memulai pekerjaan, selambat-lambatnya 2 hari, penyedia Jasa konstruksi
harus menyiapkan rencana kerja pekerjaan pembesian, volume pekerjaan, jumlah
tenaga kerja dan alat, jadwal pelaksanaan dan alur pekerjaan, serta contoh material
yang akan dipakai disertai sertifikat hasil pengujian material untuk mendapat
persetujuan dari Tim Pengawas Jasa Konstruksi dan Konsultan Pengawas.
2). Kuat desak beton rencana : 25 Mpa (Beton Ready Mix).
3). Penyedia Jasa konstruksi harus membuat gambar pelaksanaan yang memuat
Diameter besi, jumlah besi, dimensi profil baja dan jarak pembesian pada area yang
akan dicor.
4). Pasang beton slab, sesuai design
5). Panjang sambungan minimum 40 diameter tulangan.
6). Jarak bersih antara besi terluar dan Begisting 5 cm (lihat gambar detail)
7). Ikatan bendrat harus kuat, tidak bergeser bila diketok.
8). Besi harus bersih dari karat, beton kering, oli dan material lain yang mengurangi
lekatan (bonding) antara besi dan beton.
9). Pembengkokan besi (bending slope) dengan kemiringan 1 : 6
10). Posisi sleeve/konduit harus terletak pada daerah lapangan dengan tinggi
maksimum 1/5 h balok

b. Pekerjaan Begisting :
1). Sebelum memulai pekerjaan, selambat-lambatnya 2 hari, penyedia Jasa konstruksi
harus menyiapkan rencana kerja pekerjaan Begisting meliputi volume pekerjaan,
jumlah tenaga kerja dan alat, jadwal pelaksanaan dan alur pekerjaan, serta contoh
material yang akan dipakai disertai sertifikat hasil pengujian material untuk
mendapat persetujuan dari Tim Pengawas Jasa Konstruksi dan Konsultan Pengawas.
2). Bahan Begisting perancah/steger : cetakan/Begisting sisi-sisinya siku.
3). Pelaksanaan pekerjaan :
 Panel Begisting, jarak scaffolding, jarak sekur-sekur penguat diperiksa sesuai
dengan shop drawing.
 Sambungan panel begisting harus rapat dengan ditutup sealtape atau
sejenisnya.
 Begisting harus di periksa kevertikalan dan kelurusannya dengan lot dan
tarikan benang.
Spesifikasi Teknis

 Level Begisting harus diperiksa dengan alat ukur terhadap level finish.
 Untuk kebutuhan instalasi M&E luas total sleeve/pipa maksimum 4% dari luas
penampang kolom.

c. Pembongkaran bekesting dan perawatan beton.


1) Sebelum memulai pekerjaan, selambat-lambatnya 2 hari, penyedia Jasa konstruksi
harus menyiapkan rencana kerja pembongkaran Begisting dan perawatan meliputi
volume pekerjaan, jumlah tenaga kerja dan alat, jadwal pelaksanaan dan alur
pekerjaan untuk mendapat persetujuan dari Tim Pengawas Jasa Konstruksi dan
Konsultan Pengawas.
2) Pembongkaran Begisting harus mendapatkan persetujuan dari Konsultan Pengawas.
3) Pembongkaran harus bertahap, sehingga tidak menimbulkan beban kejut pada
struktur, alat yang digunakan untuk membongkar Begisting tidak boleh merusak
permukaan beton.
4) Beton harus dilindungi dari pengaruh panas, hingga tidak terjadi penguapan cepat.
5) Beton harus dibasahi paling sedikit selama 7 hari setelah pengecoran.

d. Material
1) Besi beton
Sesuai gambar kerja

5.17 Toleransi pelaksanaan


Sesuai dengan dimensi/ukuran tercantum dan ketentuan toleransi pada SNI dan ACI-347.
Toleransi Kedataran pada/untuk Pelat Lantai
A. Penyelesaian akhir permukaan pelat menyatu. Keseragaman kemiringan pelat lantai untuk
mengadakan pengaliran positif dari daerah yang ditunjuk. Perawatan khusus harus
dilakukan agar halus, meskipun sambungan diadakan di antara pengecoran yang dilakukan
terus menerus, jangan memakai semen kering, pasir atau campuran dari semen dan pasir
untuk beton kering.
1. Toleransi untuk pelat beton yang akan diexpose dan pelat yang akan diberi karpet
harus 7.0 mm dari 3 m dengan maksimum variasi tinggi dan rendah yang terjadi tidak
kurang dari 6 m.
2. Toleransi untuk pelat dalam menerima kepegasan lantai haruslah 7.0 mm dalam 3 m
dengan maksimum variasi tinggi dan rendah yang terjadi tidak kurang dari 6 m.
3. Toleransi untuk pelat dalam menerima adukan biasa untuk dasar mengatur keramik,
batu, bata, ubin lain dan "pavers" (mesin lapis jalan beton), harus 10 mm dalam 1 m.
B. Penyelesaian dari Pelat (Finished Slab)
Pindahkan atau perbaiki, semua pelat yang tidak memenuhi peraturan ini seperti yang
dicantumkan. Kemiringan lantai beton untuk pengaliran seperti tercantum. Apabila pelat
gagal mengalir, alihkan aliran dari bagian lantai yang salah lalu akhiri lagi dengan lapisan
atas sehingga kemiringan pengaliran sesuai dengan gambar.
Permohonan toleransi pelaksanaan dalam pengecoran beton harus tidak mengecualikan
kegagalan terhadap pemenuhan syarat-syarat ini.
Buat kesempatan untuk lendutan dari sistem lantai, pelat atau balok untuk mengadakan
pengaliran dari aliran.
C. Cacat pada Beton (Defective Work)
Meskipun hasil pengujian benda-benda uji memuaskan, Konsultan Manajemen Konstruksi
dan Direksi mempunyai wewenang untuk menolak konstruksi beton yang cacat sepeti
berikut :
1. Konstruksi beton yang keropos (honey-comb)
2. Konstruksi beton yang tidak sesuai dengan bentuk yang direncanakan atau posisinya
tidak sesuai dengan gambar.
3. Konstruksi beton yang tidak tegak lurus atau rata seperti yang direncanakan.
4. Konstruksi beton yang berisikan kayu atau benda lain.
Spesifikasi Teknis

5. Ataupun semua konstruksi beton yang tidak memenuhi seperti yang tercantum dalam
dokumen kontrak .
6. Atau yang menurut pendapat Konsultan Manajemen Konstruksi dan Direksi pada suatu
pekerjaan akhir, atau dapat mengenai bahannya atau pekerjaannya pada bagian
manapun dari suatu pekerjaan, tidak memenuhi pernyataan dari spesifikasi.
7. Semua pekerjaan yang dianggap cacat tersebut pada dasarnya harus dibongkar dan
diganti dengan yang baru, kecuali Konsultan Manajemen Konstruksi dan Direksi dan
konsultan menyetujui untuk diadakan perbaikan atau perkuatan dari cacat yang
ditimbulkan tersebut. Untuk itu Kontraktor harus mengajukan usulan-usulan perbaikan
yang kemudian akan diteliti/diperiksa dan disetujui bila perbaikan tersebut dianggap
memungkinkan.
8. Perluasan dari pekerjaan yang akan dibongkar dan metoda yang akan dipakai dalam
pekerjaan pengganti harus sesuai dengan pengarahan dari Konsultan Manajemen
Konstruksi dan Direksi.
9. Dalam hal pembongkaran dan perbaikan pekerjaan beton harus dilaksanakan dengan
memuaskan.
10. Semua pekerjaan bongkaran dan penggantian dari pekerjaan cacat pada beton dan
semua biaya dan kenaikan biaya dari pembongkaran atau penggantian harus
ditanggung sebagai pengeluaran Kontraktor.
11. Retak-retak pada pekerjaan beton harus diperbaiki sesuai dengan instruksi Konsultan
Manajemen Konstruksi dan Direksi.
12. Dalam hal terjadi beton keropos atau retak yang bukan struktur (karena penyusutan
dan sebagainya) atau cacat beton lain yang nyata pada pembongkaran cetakan,
Konsultan Manajemen Konstruksi dan Direksi harus diberitahu secepatnya, dan tidak
boleh diplester atau ditambal kecuali diperintahkan oleh Konsultan Manajemen
Konstruksi dan Direksi. Pengisian/injeksi dengan air semen harus diadakan dengan
perincian atau metoda yang paling memadai/cocok.

5.18 Pekerjaan Penyambungan Beton


A. Beton lama harus dikasarkan dan dibersihkan benar-benar dengan semprotan udara
bertekanan (compressed air) atau sejenisnya.
B. Kurang lebih 10 menit sebelum beton baru dicor, permukaan dari beton lama yang sudah
dibersihkan, harus dilapisi dengan bonding-agent kental dengan kuas, produksi dalam
negeri, seperti : PENETRON.
C. Untuk struktur pelat kedap air, permukaan dari pelat beton lama harus dilapisi dengan
bahan perekat beton polyvinyil acrylic (polyvinyl acrylic concrete bonding agent) seperti
disetujui oleh Konsultan Manajemen Konstruksi dan Direksi.
D. Untuk struktur balok kedap air, permukaan dari balok beton lama harus dilapisi dengan
bahan perekat beton epoxy dengan bahan dasar semen (epoxy cement base concrete
bonding agent) seperti : PENETRON yang disetujui oleh Konsultan Manajemen Konstruksi
dan Direksi.
E. Pengecoran beton baru sesegera mungkin sebelum campuran air dan semen murni atau
bahan perekat beton yang dilapiskan pada permukaan beton lama mengering.

5.19 Penyelesaian Struktur Beton (Concrete Structure Finishes)


Adakan variasi penyelesaian struktur beton keseluruhan pembetonan seperti terlihat pada
gambar dan perincian disini.
A. Penyelesaian Beton Exposed (Finish of Exposed Concrete)
1. Semua permukaan-permukaan beton cor/tuang (all cast in place concrete surfaces) yang
tampak pada penyelesaian struktur, baik dicat maupun tidak dicat kecuali untuk
permukaan kasar yang diselesaikan dengan permukaan disemprot pasir dengan tekanan
harus mempunyai penyelesaian halus.
Spesifikasi Teknis

2. Buatlah permukaan halus, seragam dan bebas dari tambalan-tambalan, siripsirip,


tonjolan-tonjolan, baik tonjolan keluar maupun akibat pemasangan paku, tepian dari
serat tanda (edge grain marks), bersihkan cekungan-cekungan dan daerah permukaan
celah semua ukuran (clean out pockets, and areas of surface voids of any size)".
3. Semua pengikat-pengikat dari logam, termasuk yang dari spreaders, harus dipotong
kembali dan lubang-lubang dirapikan. Semua tambalan bila diijinkan (pengisian dari
cetakan yang diikat dengan tekanan) harus diselesaikan sedemikian untuk dapat
melengkapi dalam perbedaan pada penyelesaian beton.
4. Tambalan pada suatu pekerjaan beton textured concrete work harus diselesaikan
dengan tangan untuk mencapai permukaan yang diperlukan.

B. Penyelesaian Beton Terlindung (Finish of Concealed Concrete)


1. Permukaan beton terlindung harus termasuk beton yang diberi lapisan termasuk lapisan
arsitektur, kecuali cat atau bahan lapisan yang fleksibel dan terlindung dari tampak pada
penyelesaian struktur.
2. Beton terlindung dan beton unexposed perlu ditambal dan diperbaiki dari keropos dan
kerusakan-kerusakan permukaan sebagaimana semestinya sebelum ditutup
permukaannya.
a. Penambalan Beton
Siapkan bahan campuran (mortar) untuk penambahan beton yang terdiri dari 1
(satu) bagian semen (yang diatur dengan semen putih atau tambahan bahan
pewarna bila diijinkan untuk menyesuaikan dengan warna disekitarnya) dengan 2
1/2 (dua setengah) bagian pasir dengan air secukupnya untuk mendapatkan
adukan yang diperlukan.
Siapkan campuran percobaan (trial mixes) untuk menentukan mutu yang
sebenarnya. Siapkan panel-panel contoh (30 cm persegi) dan biarkan sampai
berumur 14 hari sebelum keputusan akhir dibuat dan penambalan dikerjakan.
Olah lagi adukan seperti diatas sampai mencapai kekentalan yang tertinggi yang
diijinkan untuk pengecoran.
Sikat bagian yang akan ditambah dengan bahan perekat yang terdiri dari pasta
campuran air dan semen murni serta tambalkan adukan bila bahan perekat masih
basah.
Hentikan penambalan sedikit lebih luas di sekeliling bagian yang ditambal, biarkan
untuk kira-kira satu sampai dua jam untuk memberi kesempatan terhadap
penyusutan dan penyesuaian penyelesaian (finish flush) dengan permukaan
sekelilingnya.

C. Penyelesaian dari Beton Pelat (Concrete Slab Finishes)


1. Semua penyelesaian dari lantai harus diselesaikan sampai kemiringan yang benar sesuai
dengan kemiringan untuk pengaliran.
2. Beton yang ditandai untuk mempunyai penyelesaian akhir dengan memakai merek lain,
harus bebas dari segala minyak, karet ataupun lainnya yang dapat menyebabkan
terjadinya lekatan pada penyelesaian.
3. Pemeliharaan dari penyelesaian beton harus dimulai sedini mungkin setelah selesai
pengerjaan.
1) Penyelesaian Menyatu (Monolith Finish)
a) Penyelesaian yang monolit harus diadakan untuk lantai beton expose, dimana
permukaan agregat dikehendaki.
b) Penyelesaian lantai beton yang monolit harus mencapai level dan kemiringan
yang tepat yang dapat dilakukan dengan atau tanpa screed dengan power
floating yang dilakukan secara merata.
c) Permukaan harus dapat bertahan sampai semua air permukaan menghilang
dan beton telah mengeras serta bekerja. Permukaan yang diperbolehkan harus
ditrowel dengan besi untuk mencapai permukaan yang halus.
Spesifikasi Teknis

d) Apabila permukaan menjadi keras, harus ditrowel dengan besi untuk kedua
kalinya untuk mendapatkan kekerasan, kehalusan tapi tidak berlapis, padat,
bebas dari segala tanda-tanda/bekas trowel dan kerusakan-kerusakan lain.
2) Perkerasan Beton (Concrete Hardener)
a) Untuk keperluan pelat lantai beton expose dengan beban berat, perkerasan
beton harus diadakan dengan kepadatan sebagai berikut: Lantai
2
parkir/sirkulasi lalu lintas normal, kepadatan sedang 5 kg/m .
b) Ruang M/E : kepadatan normal 3 kg/m2.
c) Loading dock/sirkulasi lalu lintas berat, kepadatan berat 7 kg/m2.

D. Lapisan Penutup Lantai yang Dikerjakan Kemudian (Separate Floor Toppings)


1. Sebelum pengecoran, kasarkan permukaan dasar dari beton dan singkirkan
bendabenda asing, semprot dan bersihkan.
2. Letakan penyekat, tepian-tepian, penulangan dan hal-hal lain yang akan
ditanam/dicor.
3. Berikan bahan perekat pada permukaan dasar sesuai dengan petunjuk. Gunakan
lapisan pasir dan semen pada lapisan dasar secepatnya sebelum mengecor lapisan
penutup (topping).
4. Pengecoran penutup lantai beton harus memenuhi level dan kemiringan yang
dikehendaki.
5. Pada lantai parkir, lantai atap, perkerasan lantai harus diadakan seperti diperinci pada :
4.3.13.c.2.

5.20 Pekerjaan Beton Praktis

A. LINGKUP PEKERJAAN

Bagian ini meliputi pengadaan bahan-bahan, peralatan, tenaga kerja dan jasa-jasa lain
sehubungan dengan pekerjaan kolom praktis dan bagian lain sesuai dengan gambar-gambar dan
persyaratan teknis ini.

B. PENGENDALIAN PEKERJAAN

Kecuali ditentukan lain, maka semua pekerjaan beton harus mengikuti ketentuan-ketentuan
seperti tertera dalam: ASTM C150, ASTM C 33, SII - 0051 - 74, SII - 0013 - 81, dan SII - 0136 - 84.

C. BAHAN-BAHAN

Bahan-bahan / material yang digunakan berupa agregat kasar, agregat halus, PC, dan
sebagainya sesuai dengan yang dipakai pada beton konstruksi. Demikian juga mengenai cara
penyimpanan.
D. UKURAN

 Tie Beam praktis dengan ukuran 15/20 cm dengan dengan penulangan pokok 4 diameter 10
mm sedangkan sengkang menggunakan tulangan diameter 8 mm jarak 15 cm
 Kolom praktis dengan ukuran 15/15 cm dengan penulangan pokok 4 diameter 10 mm
sedangkan sengkang menggunakan tulangan diameter 8 mm jarak 10 cm
 Balok Latei dengan ukuran 15/15 cm dengan penulangan pokok 4 diameter 10 mm
sedangkan sengkang menggunakan tulangan diameter 8 mm jarak 15 cm
 Ring balk praktis dengan ukuran 15/15 cm dengan penulangan pokok 4 diameter 10 mm
sedangkan sengkang menggunakan tulangan diameter 8 mm jarak 15 cm

E. PELAKSANAAN

Kolom praktis harus dibuat setiap 9 m2 luas dinding, atau setiap jarak 3 m pada pasangan
dinding.
Spesifikasi Teknis

F. MUTU BETON

Mutu Beton untuk beton praktis adalah K 175

5.21 Pemasangan Pipa dan Lain-lain dalam Beton

A. Penempatan saluran/pemipaan harus sedemikian rupa sehingga tidak mengurangi kekuatan


struktur dengan memperhatikan persyaratan SK-SNI T-15-1991-03.
B. Tidak diperkenankan untuk menanam pipa dan lain-lain dalam bagian struktur beton bila
tidak ditunjukkan secara detail dalam gambar. Dalam beton perlu dipasang selongsong pada
tempat-tempat yang dilewati pipa.
C. Bila tidak ditentukan secara detail atau ditunjukkan dalam gambar, tidak dibenarkan untuk
menanam saluran listrik dalam struktur beton.
D. Apabila dalam pemasangan pipa-pipa, saluran listrik, bagian-bagian yang tertanam dalam
beton dan lain-lain terhalang oleh adanya baja tulangan yang terpasang, maka Penyedia Jasa
harus mengkonsultasikan hal ini dengan Pengawas
E. Tidak dibenarkan untuk membengkokkan atau menggeser atau memindahkan baja tulangan
tersebut dari posisinya untuk memudahkan dalam melewatkan pipa-pipa saluran tersebut
tanpa ijin tertulis dari Pengawas
F. Semua bagian atau peralatan yang ditanam dalam beton seperti angkur-angkur, kait dan
pekerjaan lain yang ada hubungannya dengan pekerjaan beton, harus sudah dipasang
sebelum pengecoran dilaksanakan.
G. Bagian-bagian atau peralatan tersebut harus dipasang dengan tepat pada posisinya dan
diusahakan agar tidak bergeser selama pengecoran beton dilakukan.
H. Penyedia Jasa utama harus memberitahukan serta memberi kesempatan kepada pihak lain
untuk memasang bagian/peralatan tersebut sebelum pengecoran beton dilaksanakan.
I. Rongga-rongga kosong atau bagian-bagian yang harus tetap kosong pada benda atau
peralatan yang akan ditanam dalam beton, yang mana rongga tersebut harus tidak terisi
beton, harus ditutupi dengan bahan lain yang mudah dilepas nantinya setelah pelaksanaan
pengecoran beton.
Spesifikasi Teknis

PASAL 6
PEKERJAAN PEMBESIAN

6.1 PERCOBAAN DAN PEMERIKSAAN ( TEST & INSPECTIONS )


Setiap pengiriman harus berasal dari pemilihan yang disetujui dan harus disertai surat keterangan
percobaan dari pabrik.
Setiap jumlah pengiriman baja tulangan harus diadakan pengujian periodik minimal 4 contoh yang
terdiri dari 3 benda uji untuk uji tarik, dan 1 benda uji untuk uji lengkung untuk setiap diameter
batang baja tulangan. Pengambilan contoh baja tulangan akan ditentukan oleh Konsultan
Manajemen Konstruksi dan Direksi.
Semua pengujian tersebut di atas meliputi uji tarik dan lengkung, harus dilakukan di laboratorium
Lembaga Uji Konstruksi BPPT atau laboratorium lainnya direkomendasi oleh Konsultan Manajemen
Konstruksi dan Direksi dan minimal sesuai dengan SII-0136-84 salah satu standard uji yang dapat
dipakai adalah ASTM A-615. Semua biaya pengetesan tersebut ditanggung oleh Kontraktor
Pelaksana.
Segala macam kotoran, karat, cat, minyak atau bahan-bahan lain yang merugikan terhadap kekuatan
rekatan harus dibersihkan.
Tulangan harus ditempatkan dan dipasang cermat dan tepat dan diikat dengan kawat dari baja
lunak.Sambungan mekanis harus ditest dengan percobaan tarik.
Sebelum pengecoran beton, lakukan pemeriksaan dan persetujuan dari pembesian, termasuk
jumlah, ukuran, jarak, selimut, lokasi dari sambungan dan panjang penjangkaran dari penulangan
baja oleh Konsultan Manajemen Konstruksi dan Direksi.
Sertifikat : Untuk mendapatkan jaminan atas kualitas atau mutu baja tulangan, maka pada saat
pemesanan baja tulangan Kontraktor Pelaksana harus menyerahkan sertifikat resmi dari
Laboratorium. Khusus ditujukan untuk keperluan proyek ini.

6.2 BAHAN-BAHAN / PRODUK


A. Tulangan Sediakan tulangan berulir mutu BJTD-40, sesuai dengan SII 0136-84 dan tulangan
polos mutu BJTP-24, sesuai dengan SII 0136-84 seperti dinyatakan pada gambar-gambar
struktur.
Tulangan dengan Ø < 10 mm dipakai BJTP 28 (Polos) mutu FY=280 MPa, dan untuk tulangan
dengan Ø>=10 mm memakai BJTS 42 (Sirip) bentuk ulir mutu FY=420 MPa. Besi yang
digunakan produksi kualitas SNI. Kecuali dalam gambar ditentukan ukuran diameter 10 mm
(polos, Fy=240 MPa).
B. Tulangan Anyaman (Wire mesh) Sediakan tulangan anyaman , mutu U-50, mengikuti SII 0784-
83.
C. Penunjang/Dudukan Tulangan (Bar Support) Dudukan tulangan haruslah tahu beton yang
dilengkapi dengan kawat pengikat yang ditanam, atau batang kursi tinggi sendiri (Individual
High Chairs).
D. Bolstern, kursi, spacers, dan perlengkapan-perlengkapan lain untuk mengatur jarak.
1. Pakai besi dudukan tulangan menurut rekomendasi CRSI, kecuali diperlihatkan lain pada
gambar.
2. Jangan memakai kayu, bata atau bahan-bahan lain yang tidak direkomendasi.
3. Untuk pelat di atas tanah, pakai penunjang dengan lapisan pasir atau horizontal runners
dimana bahan dasar tidak akan langsung menunjang batang kursi (chairs legs). Atau pakai
lantai kerja yang rata.
4. Untuk beton ekspose, dimana batang-batang penunjang langsung berhubungan/
mengenai cetakan, sediakan penunjang dengan jenis hot-dip-galvanized atau penunjang
yang dilindungi plastik.
Spesifikasi Teknis

5. Kursi dudukan tulangan plat dibuat untuk menjaga jarak tulangan tetap terjaga sesuai
gambar rencana. Kursi tulangan plat dipasang setiap 1 m2 atau jarak kursi sudah cukup
kuat untuk menahan tulangan plat tidak melengkung ketika dilewati pekerja.
E. Kawat Pengikat dibuat dari baja lunak dan tidak disepuh seng.

6.3 JAMINAN MUTU


Bahan-bahan harus dari produk yang sama seperti yang telah disetujui oleh Konsultan Manajemen
Konstruksi dan Direksi. Sertifikat dari percobaan (percobaan giling atau lainnya) harus diperlihatkan
untuk semua tulangan yang dipakai. Percobaan-percobaan ini harus memperlihatkan hasil-hasil dari
semua komposisi kimia dan sifat-sifat fisik.
Pada saat pengiriman barang, baja tulangan tidak boleh ditekuk harus lurus lonjoran.

6.4 PERSIAPAN PEKERJAAN / PERAKITAN TULANGAN


Pembengkokkan dan pembentukan. Pemasangan tulangan dan pembengkokan harus sedemikian
rupa sehingga posisi dari tulangan sesuai dengan rencana dan tidak mengalami perubahan bentuk
maupun tempat selama pengecoran berlangsung.
Pembuatan dan pemasangan tulangan sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI).
Toleransi pembuatan dan pemasangan tulangan disesuaikan dengan persyaratan Standar Nasional
Indonesia (SNI) atau A.C.I. 315.

6.5 PENGIRIMAN, PENYIMPANGAN, DAN PENANGANANNYA


Pengiriman tulangan ke lapangan dalam kelompok ikatan ditandai dengan etiket/label yang
mencantumkan ukuran batang, panjang dan tanda pengenal. Pemindahan tulangan harus hati-hati
untuk mengindari kerusakan. Gudang di atas tanah harus kering, daerah yang bagus saluran-
salurannya, dan terlindung dari lumpur, kotoran, karat dsb.
Spesifikasi Teknis

PASAL 7
PEKERJAAN TURAP SHEET PILE BETON
4.1 UMUM
a. Turap sheet pile yang digunakan Flat Type , FPC – 320 – 500. Mutu beton sheet pile
menggunakan K500 . Crack moment 8.2 T.m, Panjang Sheet pile (L) : 8 m
b. Tiang pancang yang digunakan adalah produk PT. Adhimix PCI Indonesia.
c. Sheet pile harus ditempatkan secara cermat dan dipancang secara vertikal seperti yang
ditunjukkan dalam gambar. Penyimpangan dari garis vertikal tidak boleh lebih dari 10 mm per
meter sheet pile. Sheet pile yang terpancang dengan penyimpangan yang lebih besar dan sheet
pile yang rusak sekali selama pemancangan harus dibuang atau dipotong dan diganti sheet pile
baru sesuai dengan petunjuk Konsultan Menejemen Konstruksi . Bila ada sheet pile yang
terangkat oleh pemancangan sheet pile berikutnya di dekatnya, maka sheet pile tersebut harus
dipancang kembali atas biaya kontraktor.
d. Kedalaman ujung sheet pile 8 m dari muka lantai halaman parkir atau sesuai dengan gambar.
e. Penggalian pada titik pancang sebelum pemancangan tidak diperbolehkan, kecuali bila disetujui
oleh Konsultan Menejemen Konstruksi .
f. Pemancangan semua sheet pile sheet pile harus dilakukan terus menerus tanpa waktu istirahat
hingga sheet pile yang telah dipancang mencapai kedalaman yang ditetapkan yaitu 8 m
terpancang semua.
g. Mutu beton sheet pile pancang K.500
h. Pemancangan boleh dilakukan jika umur beton sheet pile pancang minimal 3 minggu dari proses
produksi.

4.2 TOLERANSI UKURAN PONDASI SHEET PILE PANCANG


a. Penampang Pondasi sheet pile pancang tidak boleh kurang dan tidak boleh lebih dari 6 mm; dari
penampang yang tertulis dalam gambar pelaksanaan.
b. Pondasi sheet pile ini tidak boleh melengkung lebih dari 6 mm untuk setiap 3 m panjang
tulangan.
c. Titik berat setiap penampang tidak boleh berbeda lebih dari 12 mm terhadap garis lurus yang
telah ditentukan.

4.3 ALAT PEMANCANG


a. Alat pemancang menggunakan sistem Hydraulic Static Pile Driver dengan kapasitas beban 120
Ton.
b. Kontraktor harus menggunakan bantalan yang diperlukan untuk melindungi sheet pile sheet pile
terhadap kerusakan sewaktu pemancangan.

4.4 TERANGKATNYA SHEET PILE


a. Segera setelah sheet pile dipancang, Kontraktor harus menentukan suatu titik reference dari
sheet pile dan ketinggiannya pada sheet pile. Setelah semua sheet pile dipasang, Kontraktor
harus mengukur lagi ketinggian titik reference setiap sheet pile yang sudah dipancang dan
menentukan ‘uplift’ pipa yang disebabkan oleh pemancangan sheet pile lain.
b. Bila terjadi ‘uplift’ sheet pile 5 cm atau lebih, Kontraktor harus mengambil langkah perbaikan
tanpa penambahan biaya dari pemberi tugas.
4.5 PELAKSANAAN
a. Sebelum dilakukan pemancangan sheet pile dimulai, langkah awal ada penentuan posisi
pemancangan sheet pile sesuai gambar rencana.
b. Panjang sheet pile yang dipancang adalah sampai permukaan tanah (8 m).
c. Elevasi galian tanah akan dilakukan sampai dengan elevasi muka lantai basement, atau sesuai
dengan gambar rencana.
4.6 PENOLAKAN SHEET PILE
a. Sheet pile yang tidak dilaksanakan dengan benar serta tidak memenuhi spesifikasi ini akan
ditolak. Kontraktor pelaksana wajib membuat sheet pile pengganti tanpa biaya tambahan.
b. Segera setalah pekerjaan selesai, Kontraktor pelaksana harus membuat “As built drawing”
dari letak dan kedalaman sheet pile pancang.
Spesifikasi Teknis

PASAL 8
PEKERJAAN CETAKAN DAN PERANCAH

8.1 PEKERJAAN PEMASANGAN PAPAN BANGUNGAN (BOUWPLANK)


A. Umum
1. Persyaratan Umum
Kecuali ditentukan lain pada gambar atau seperti terperinci disini, Cetakan dan Perancah
untuk pekerjaan beton harus memenuhi persyaratan dalam SNI, ACI 347, ACI 301, ACI
318.
Kontraktor harus terlebih dahulu mengajukan perhitungan-perhitungan serta gambar-
gambar rancangan cetakan dan perancah untuk mendapatkan persetujuan Konsultan
Manajemen Konstruksi dan Direksi sebelum pekerjaan tersebut dilaksanakan. Dalam
gambar-gambar tersebut harus secara jelas terlihat konstruksi cetakan/acuan,
sambungansambungan serta kedudukan serta sistem rangkanya, pemindahan dari
cetakan serta perlengkapan untuk struktur yang aman.
2. Lingkup Pekerjaan
a. Pekerjaan-pekerjaan yang termasuk Bab ini termasuk perancangan, pelaksanaan dan
pembongkaran dari semua cetakan beton serta penunjang untuk semua beton cor
seperti diperlukan dan diperinci berikut ini.
b. Pekerjaan yang berhubungan
1) Pekerjaan Pembesian
2) Pekerjaan Beton
3. Referensi-Referensi
Pekerjaan yang terdapat pada bab ini, kecuali ditentukan lain pada gambar atau diperinci
berikut, harus mengikuti peraturan-peraturan, standard-standard atau spesifikasi terakhir
sebagai berikut :
a. SNI : Standar Nasional Indonesia;
b. SII : Standard Industri Indonesia;
c. ACI-301 : Specification for Structural Concrete Building;
d. ACI-318 : Building Code Requirement for Reinforced Concrete;
e. ACI-347 : Recommended Practice for Concrete Formwork
4. Penyerahan
Penyerahan-penyerahan berikut harus dilakukan oleh "Kontraktor" sesuai dengan jadwal
yang telah disetujui untuk penyerahannya dengan segera, untuk menghindari
keterlambatan dalam pekerjaannya sendiri maupun dari kontraktor lain.
a. Kualifikasi Mandor Cetakan Beton (Formwork Foreman)
"Kontraktor Pelaksana" harus mempekerjakan mandor untuk cetakan beton yang
berpengalaman dalam hal cetakan beton. Kualifikasi dari mandor harus diserahkan
kepada Konsultan Manajemen Konstruksi dan Direksi untuk diperiksa dan disetujui,
selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari sebelum memulai pekerjaan.
b. Data Pabrik
Data pabrik tentang bahan-bahan harus diserahkan oleh "Kontraktor Pelaksana"
kepada Konsultan Manajemen Konstruksi dan Direksi dalam waktu 7 hari kerja
setelah "Kontraktor Pelaksana" menerima surat perintah kerja, juga harus diserahkan
instruksi pemasangan untuk kepentingan bahan-bahan dari lapisan-lapisan, pengikat-
pengikat, dan asesoris serta sistem cetakan dari pabrik bila dipakai.
c. Gambar kerja
Perhatikan sistem cetakan beton seperti pengaturan perkuatan dan penunjang,
metode dari kelurusan cetakan, mutu dari semua bahan-bahan cetakan, sirkulasi
cetakan.
Spesifikasi Teknis

Gambar kerja harus diserahkan kepada Konsultan Manajemen Konstruksi dan Direksi
sekurang-kurangnya 7 (tujuh) hari kerja sebelum pelaksanaan, untuk diperiksa.
Contoh Lengkapi cetakan dengan "cone" untuk mengencangkan cetakan.

B. Bahan-bahan/Produk
Bahan-bahan dan perlengkapan harus disediakan sesuai keperluan untuk cetakan dan
penunjang pekerjaan, juga untuk menghasilkan jenis penyelesaian permukaan beton seperti
terlihat dan terperinci.
1. Perancangan Perancah
a. Definisi Perancah Perancah adalah konstruksi yang mendukung acuan dan beton
yang belum mengeras. Kontraktor harus mengajukan rancangan perhitungan dan
gambar perancah tersebut untuk disetujui oleh Konsultan Manajemen Konstruksi dan
Direksi. Segala biaya yang perlu sehubungan dengan perancangan perancah dan
pengerjaannya harus sudah tercakup dalam perhitungan biaya untuk harga satuan
perancah.
b. Perancangan/Desain
1) Perancangan/desain dari acuan dan perancah harus dilakukan oleh tenaga ahli
resmi yang bertanggungjawab penuh kepada kontraktor.
2) Beban-beban untuk perancangan perancah harus didasarkan pada ketentuan
ACI-347.
3) Perancah dan acuan harus dirancang terhadap beban dari beton waktu masih
basah, beban-beban akibat pelaksanaan dan getaran dari alat penggetar.
Penunjang-penunjang yang sepadan untuk penggetar dari luar, bila digunakan
harus ditanamkan kedalam acuan dan diperhitungkan baik-baik dan menjamin
bahwa distribusi getarangetaran tertampung pada cetakan tanpa konsentrasi
c. Acuan
1) Acuan harus menghasilkan suatu struktur akhir yang mempunyai bentuk, garis
dan dimensi komponen yang sesuai dengan yang ditunjukkan dalam gambar
rencana serta uraian dan syarat teknis pelaksanaan.
2) Acuan harus cukup kokoh dan rapat sehingga mampu mencegah kebocoran
adukan.
3) Acuan harus diberi pengaku dan ikatan secukupnya sehingga dapat menyatu dan
mampu mempertahankan kedudukan dan bentuknya.
4) Acuan dan perancahnya harus direncanakan sedemikian sehingga tidak merusak
struktur yang sudah selesai dikerjakan.
5) Dilarang memakai galian tanah sebagai cetakan langsung untuk permukaan
tegak dari beton.
2. Cetakan untuk Permukaan Beton Ekspose.
a. Cetakan Plastic-Faced Plywood (Penyelesaian Halus dan Penyelesaian dengan
Cat/Smooth Finish and Painted Finish)Gunakan potongan/lembaran utuh. Pola
sambungan dan pola pengikat harus seragam dan simetris. Setiap sambungan antara
bidang panel ataupun sudut maupun pertemuan-pertemuan bidang, harus disetujui
dahulu oleh Konsultan Manajemen Konstruksi dan Direksi untuk pola sambungannya.
b. Cetakan sambungan panel untuk sambungan beton ekspose antara panelpanel
cetakan harus dikencangkan untuk mencegah kebocoran dari grout (penyuntikan air
semen) atau butir-butir halus dan harus diperkuat dengan rangka penunjang untuk
mempertahankan permukaan-permukaan yang berhubungan dengan panel-panel
yang bersebelahan pada bidang yang sama. Gunakan bahan penyambung cetakan
antara beton ekspose yang diperkeras dengan panel-panel cetakan untuk mencegah
kebocoran dari grout atau butir-butir halus dari adukan beton baru ke permukaan
campuran beton sebelumnya. Tambahan pada cetakan tidak diijinkan.
Spesifikasi Teknis

3. Penyelesaian Beton dengan Cetakan Papan


a. Cetakan dengan jenis ini (papan) harus terdiri dari papan-papan yang kering dioven
dengan lebar nominal 8 cm dan tebal min. 2.5 cm. Semua papan harus bebas dari
mata kayu yang besar, takikan, goncangan kuat, lubanglubang dan perlemahan-
perlemahan lain yang serupa.
b. Denah dasar dari papan haruslah tegak seperti tercantum pada gambar. Cetakan dari
papan haruslah penuh setinggi kolom-kolom, dinding dan permukaan-permukaan
pada bidang yang sama tanpa sambungan mendatar dengan sambungan ujung yang
terjadi hanya pada sudut-sudut dan perubahan bidang.
c. Lengkapi dengan penunjang plywood melewati cetakan papan untuk stabilitas dan
untuk mencegah lepas/terurainya adukan. Cetakan papan harus dikencangkan pada
penunjang plywood dengan kondisi akhir dari paku yang ditanam tidak terlihat. Pola
dari paku harus seragam dan tetap seperti disetujui oleh Konsultan Manajemen
Konstruksi dan Direksi.
4. Cetakan untuk Beton yang Terlindung (Unexposed Concrete)
a. Cetakan untuk beton terlindung haruslah dari logam (metal), plywood atau bahan
lain yang disetujui, bebas dari lubang-lubang atau mata kayu yang besar. Kayu harus
dilapis setidak-tidaknya pada satu sisi dan kedua ujungnya.
b. Lengkapi dengan permukaan kasar yang memadai untuk memperoleh rekatan
dimana beton diindikasikan menerima seluruh ketebalan plesteran.
5. Perancah, Penunjang dan Penyokong (Studs, Wales and Supports) Kontraktor harus
bertanggung jawab, bahwa perancah, penunjang dan penyokong adalah stabil dan
mampu menahan semua beban hidup dan beban pelaksanaan
6. Jalur Kayu Jalur kayu diperlukan untuk membentuk sambungan jalur dan chamfer.
7. Melapis Cetakan
a. Melapis cetakan untuk memperoleh penyelesaian beton yang halus, harus tanpa urat
kayu dan noda, yang tidak akan meninggalkan sisa-sisa/bekas pada permukaan beton
atau efek yang merugikan bagi rekatan dari cat, plester, mortar atau bahan
penyelesaian lainnya yang akan dipakai untuk permukaan beton.
b. Bila dipakai cetakan dari besi, lengkapi cetakan dengan form-oil (bahan untuk
melepaskan beton) dari pabrik khusus untuk cetakan dari besi. Pakai lapisan sesuai
dengan spesifikasi perusahaan sebelum tulangan dipasang atau sebelum cetakan
dipasang.
8. Pengikat Cetakan
a. Pengikat cetakan haruslah batang-batang yang dibuat di pabrik atau jenis jalur pelat,
atau model yang dapat dilepas dengan ulir, dengan kapasitas tarik yang cukup dan
ditempatkan sedemikian sehingga menahan semua beban hidup dari pengecoran
beton basah dan mempunyai penahan bagian luar dari luasan perletakan yang
memadai.
b. Untuk beton-beton yang umum, penempatannya menurut pendapat Konsultan
Manajemen Konstruksi dan Direksi.
c. Pengikat untuk dipakai pada beton dengan permukaan yang diekspose, harus dari
jenis dengan kerucut (cone snap off type). Kemiringan kerucut haruslah 2.5 cm
maximum diameter pada permukaan beton dengan 3.8 cm tebal/tingginya ke
pengencang sambungan. Pengikat haruslah lurus ke dua arah baik mendatar maupun
tegak di dalam cetakan seperti terlihat pada gambar atau seperti disetujui oleh
Konsultan Manajemen Konstruksi dan Direksi.
9. Penyisipan Besi
Penanaman/penyisipan besi untuk angker dari bahan lain atau peralatan pada
pelaksanaan beton haruslah dilengkapi seperti diperlukan pada pekerjaan.
Spesifikasi Teknis

a. Penanaman/Penyisipan Benda-benda Terulir.


Penanaman jenis ini haruslah seperti telah disetujui oleh Konsultan Manajemen
Konstruksi dan Direksi.
b. Pemasangan langit-langit (ceiling).
Pemasangan langit-langit untuk angkur penggantung penahan penggantung langit-
langit, konstruksi penggantung haruslah digalvani, atau type yang diijinkan oleh
Konsultan Manajemen Konstruksi dan Direksi
Pengunci Model Ekor Burung.
Pengunci model ekor burung haruslah dari besi dengan galvani yang lebih baik/tebal,
dibentuk untuk menerima angkur ekor burung dari besi seperti dispesifikasikan.
Pengunci harus diisi dengan bahan pengisi yang mudah dipindahkan untuk
mengeluarkan gangguan dari mortar/adukan.

10. Pengiriman dan Penyimpanan Bahan.


Bahan cetakan harus dikirim ke lapangan sedemikian jauhnya agar praktis
penggunaannya, dan harus secara hati-hati ditumpuk dengan rapi di tanah dalam cara
memberi kesempatan untuk pengeringan udara (alamiah).
11. Pemasangan Benda-benda yang Akan Ditanam di dalam Beton
Pemasangan pipa saluran listrik dan lain-lain yang akan tertanam di dalam beton :
a. Penempatan saluran/pemimpaan harus sedemikian rupa sehingga tidak mengurangi
kekuatan struktur dengan memperhatikan persyaratan di dalam Standar Nasional
Indonesia (SNI).
b. Tidak diperkenankan untuk menanam pipa dan lain-lain di dalam bagianbagian
struktur beton bila tidak ditunjuk secara detail di dalam gambar. Di dalam beton
perlu dipasang sleeve/selongsong pada tempat-tempat yang dilewati pipa.
c. Bila tidak ditentukan secara detail atau ditunjukkan didalam gambar, tidak
dibenarkan untuk menanam saluran listrik di dalam struktur beton.
d. Apabila dalam pemasangan pipa-pipa, saluran listrik, bagian-bagian yang tertanam
dalam beton dan lain-lain terhalang oleh adanya baja tulangan yang terpasang, maka
kontraktor segera mengkonsultasikan hal ini dengan Konsultan Manajemen
Konstruksi dan Direksi.
e. Tidak dibenarkan untuk membengkokkan/memindahkan baja tulangan tersebut dari
posisinya untuk memudahkan dalam melewatkan pipa-pipa saluran tersebut tanpa
ijin tertulis dari Konsultan Manajemen Konstruksi dan Direksi.
f. Semua bagian-bagian/peralatan tersebut yang ditanam dalam beton seperti angkur-
angkur, kait dan pekerjaan lain yang ada hubungannya dengan pekerjaan beton,
harus sudah dipasang sebelum pengecoran beton dilaksanakan.
g. Bagian-bagian/peralatan tersebut harus dipasang dengan tepat pada posisinya dan
diusahakan agar tidak bergeser selama pengecoran dilakukan.
h. Kontraktor Utama harus memberitahukan serta memberikan kesempatan kepada
pihak lain untuk memasang bagian-bagian/peralatan tersebut sebelum pelaksanaan
pengecoran beton.
i. Rongga-rongga kosong atau bagian-bagian yang harus tetap kosong pada
benda/peralatan yang akan ditanam dalam beton yang mana rongga tersebut
diharuskan tidak terisi beton harus ditutupi dengan bahan lain yang mudah dilepas
nantinya setelah pelaksanaan pengecoran beton.
C. Pelaksanaan
1. Umum
Perancah harus merupakan suatu konstruksi yang kuat, kokoh dan terhindar dari bahaya
kemiringan dan penurunan, sedangkan konstruksinya sendiri harus juga kokoh terhadap
Spesifikasi Teknis

pembebanan yang akan ditanggungnya, termasuk gaya-gaya prategang dan gaya-gaya


sentuhan yang mungkin ada.
Kontraktor harus memperhitungkan dan membuat langkah-langkah persiapan yang perlu
sehubungan dengan lendutan perancah akibat gaya yang bekerja padanya sedemikian
rupa hingga pada akhir pekerjaan beton, permukaan dan bentuk konstruksi beton sesuai
dengan kedudukan (peil) dan bentuk yang seharusnya.
Perancah harus dibuat dari baja atau kayu yang bermutu baik dan tidak mudah lapuk.
Pemakaian bambu untuk hal ini tidak diperbolehkan. Bila perancah itu sebelum atau
selama pekerjaan pengecoran beton berlangsung menunjukan tandatanda penurunan >
10 mm sehingga menurut pendapat Konsultan Manajemen Konstruksi dan Direksi hal ini
akan menyebabkan kedudukan (peil) akhir sesuai dengan gambar rancangan tidak akan
dapat dicapai atau dapat membahayakan dari segi konstruksi, maka Konsultan
Manajemen Konstruksi dan Direksi dapat memerintahkan untuk membongkar pekerjaan
beton yang sudah dilaksanakan dan mengharuskan kontraktor untuk memperkuat
perancah tersebut sehingga dianggap cukup kuat. Biaya sehubungan dengan itu
sepenuhnya menjadi tanggungan kontraktor.
Gambar rancangan perancah dan sistem pondasinya atau sistem lainnya secara detail
(termasuk perhitungannya) harus diserahkan kepada Konsultan Manajemen Konstruksi
dan Direksi untuk disetujui dan pekerjaan pengecoran beton tidak boleh dilakukan
sebelum gambar tersebut disetujui.
Perancah harus diperiksa secara rutin sementara pengecoran beton berlangsung untuk
melihat bahwa tidak ada perubahan elevasi, kemiringan ataupun ruang/rongga. Bila
selama pelaksanaan didapati perlemahan yang berkembang dan pekerjaan perancah
memperlihatkan penurunan atau perubahan bentuk, pekerjaan harus dihentikan,
diberlakukan pembongkaran bila kerusakan permanen, dan perancah diperkuat
seperlunya untuk mengurangi penurunan atau perubahan bentuk yang lebih jauh.
Pada saat pengecoran, pelaksana dan surveyor harus memantau terus menerus agar bisa
dicegah penyimpangan-penyimpangan yang mungkin ada.
Rancangan perancah dan cetakan sedemikian untuk kemudahan pembongkaran untuk
mengeliminasi kerusakan pada beton apabila cetakan & perancah dibongkar.
Aturlah cetakan untuk dapat membongkar tanpa memindahkan penunjang utama dimana
diperlukan untuk disisakan pada waktu pengecoran.
2. Pemasangan
Perancah dan cetakan harus sesuai dengan dimensi, kelurusan dan kemiringan dari beton
seperti yang ditunjukkan pada gambar; dilengkapi untuk bukaan (openings), celah-celah,
pengunduran (recesses), chamfers dan proyeksi-proyeksi seperti diperlukan.
Cetakan-cetakan harus dibuat dari bahan dengan kelembaban rendah, kedap air dan
dikencangkan secukupnya dan diperkuat untuk mempertahankan posisi dan kemiringan
serta mencegah tekuk dan lendutan antara penunjang-penunjang cetakan.
Pekerjaan denah harus tepat sesuai dengan gambar dan kontraktor bertanggung jawab
untuk lokasi yang benar. Garis bantu yang diperlukan untuk menentukan lokasi yang
tepat dari cetakan, haruslah jelas, sehingga memudahkan untuk pemeriksaan. Semua
sambungan/pertemuan beton ekspose harus selaras dan segaris baik pada arah mendatar
maupun tegak, termasuk sambungan-sambungan konstruksi kecuali seperti diperlihatkan
lain pada gambar.
Toleransi untuk beton secara umum harus sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI) atau
ACI 347-78.3.3.1, Tolerances for Reinforced Concrete Building.
Cetakan harus menghasilkan jaringan permukaan yang seragam pada permukaan beton
yang diekspose.
Pembuatan cetakan haruslah sedemikian rupa sehingga pada waktu pembongkaran tidak
mengalami kerusakan pada permukaan.
Spesifikasi Teknis

Kolom-kolom sudah boleh dipasang cetakannya dan dicor (hanya sampai tepi bawah dari
balok diatasnya) segera setelah penunjang dari pelat lantai mencapai kekuatannya sendiri.
Bagaimanapun, jangan ada pelat atau balok yang dicetak atau dicor sebelum balok lantai
dibawahnya bekerja penuh.
Pada waktu pemasangan rangka konstruksi beton bertulang, Kontraktor harus benar-
benar yakin bahwa tidak ada bagian dari batang tegak yang mempunyai
"plumbness"/kemiringan lebih atau kurang dari 10 mm, yang dibuktikan dengan data dari
surveyor yang diserahkan sebelum pengecoran.
3. Pengikat Cetakan
Pengikat cetakan harus dipasang pada jarak tertentu untuk ketepatannya
memegang/menahan cetakan selama pengecoran beton dan untuk menahan berat serta
tekanan dari beton basah.
4. Jalur Kayu, Blocking dan Pencetakan Bentuk-bentuk Khusus (Moulding) Pasanglah di
dalam cetakan jalur kayu, blocking, moulding, paku-paku dan sebagainya seperti
diperlukan untuk menghasilkan penyelesaian yang berbentuk khusus/berprofil dan
permukaan seperti diperlihatkan pada gambar dan bentuk melengkapi pemasangan paku
untuk batang-batang kayu dari ciri-ciri lain yang dibutuhkan untuk ditempelkan pada
permukaan beton dengan suatu cara tertentu. Lapislah jalur kayu, blocking dan
pencetakan bentuk khusus dengan bahan untuk melepaskan.

5. Chamfers
Garis/lajur chamfers haruslah hanya dimana ditunjukkan pada gambar-gambar arsitek
saja.
6. Bahan untuk Melepas Beton (Release Agent)
Lapisilah cetakan dengan bahan untuk pelepas beton sebelum besi tulangan dipasang.
Buanglah kelebihan dari bahan pelepas sehingga cukup membuat permukaan dari cetakan
sekedar berminyak bila beton maupun pada pertemuan beton yang diperkeras dimana
beton basah akan dicor/dituangkan.
Jangan memakai bahan pelepas dimana permukaan beton dijadwalkan untuk menerima
penyelesaian khusus dan/atau pakailah penutup dimana dimungkinkan.
7. Pekerjaan Sambungan
Untuk mencegah kebocoran oleh celah-celah dan lubang-lubang pada cetakan beton
ekspose, perlu dilengkapi dengan gasket, plug, ataupun caulk joints. Cetakan sambungan-
sambungan hanya diijinkan dimana terlihat pada gambar kerja. Dimana memungkinkan,
tempatkan sambungan ditempat yangtersembunyi. Laksanakan perawatan sambungan
dalam 24 jam setelah jadwal pengecoran.
8. Pembersihan Untuk beton pada umumnya (termasuk cetakan untuk permukaan
terlindung dari beton yang dicat). Lengkapi dengan lubang-lubang untuk pembersihan
secukupnya pada bagian bawah dari cetakan-cetakan dinding dan pada titik-titik lain
dimana diperlukan untuk fasilitas pembersihan dan pemeriksaan dari bagian dalam dari
cetakan utama untuk pengecoran beton. Lokasi/tempat dari bukaan pembersihan
berdasar kepada persetujuan Konsultan Manajemen Konstruksi dan Direksi.
Untuk beton ekspose sama dengan beton pada umumnya, kecuali bahwa pembersihan
pada lubang-lubang tidak diijinkan pada cetakan beton ekspose untuk permukaan ekspose
tanpa persetujuan Konsultan Manajemen Konstruksi dan Direksi.
Dimana cetakan-cetakan mengelilingi suatu potongan beton ekspose dengan permukaan
ekspose pada dua sisinya, harus disiapkan cetakan yang bagianbagiannya dapat dilepas
sepenuhnya seperti disetujui oleh Konsultan Manajemen Konstruksi dan Direksi.
Memasang jendela, bila pemasangan jendela pada cetakan untuk beton ekspose, lokasi
harus disetujui oleh Konsultan Manajemen Konstruksi dan Direksi.
Spesifikasi Teknis

Perancah; batang-batang perkuatan penyangga cetakan harus memadai sesuai dengan


metoda perancah. Pemeriksaan perancah secara sering harus dilakukan selama operasi
pengecoran sampai dengan pembongkaran. Naikkan bila penurunan terjadi,
perkuat/kencangkan bila pergerakan terlihat nyata. Pasanglah penunjangpenunjang
berturut-turut, segera, untuk hal-hal tersebut diatas. Hentikan perkerjaan bila suatu
perlemahan berkembang dan cetakan memperlihatkan pergerakan terus menerus
melampaui yang dimungkinkan dari peraturan.
Pembersihan dan pelapisan dari cetakan; sebelum penempatan dari tulangan-tulangan,
bersihkan semua cetakan pada muka bidang kontak dan lapisi secara seragam/merata
dengan release agent untuk cetakan yang spesifik sesuai dengan instruksi pabrik yang
tercantum. Buanglah kelebihan dan tidak diijinkan pelapisan pada tempat dimana beton
ekspose akan dicor.
Pemeriksaan cetakan; Beritahukan kepada Konsultan Manajemen Konstruksi dan Direksi
setidaknya 24 jam sebelumnya dalam pengajuan jadwal pengecoran beton.
9. Penyisipan dan Perlengkapan
Buatlah persediaan/perlengkapan untuk keperluan pemasangan atau perlengkapan-
perlengkapan, baut-baut, penggantung, pengunci angkur dan sisipan di dalam beton.
Buatlah pola atau instruksi untum pemasangan dari macam-macam benda. Tempatkan
expansion joint fillers seperti dimana didetailkan.
10. Dinding-dinding
Buatlah dinding-dinding beton mencapai ketinggian, ketebalan dan profil seperti
diperlihatkan pada gambar-gambar. Lengkapi bukaan/lubang-lubang sementara pada
bagian bawah dari semua cetakan-cetakan untuk kemudahan pembersihan dan
pemeriksaan. Tutuplah bukaan/lubang-lubang tersebut setepatnya, segera sebelum
pengecoran beton ke dalam cetakan-cetakan dari dinding. Lengkapi dengan keperluan
pengunci di dalam dinding untuk menerima tepian dari lantai-lantai beton.
11. Waterstops
Untuk setiap sambungan pengecoran yang mempunyai selisih waktu pengecoran lebih
dari 4 (empat) jam dan sambungan tersebut berhubungan langsung dengan tanah atau air
di bawah lapisan tanah dan dimana diperlihatkan pada gambargambar, harus dilengkapi
dengan waterstop.
Letak/posisi waterstop harus akurat dan ditunjang terhadap penurunan. Penampang
sambungan kedap air sesuai dengan rekomendasi dari perusahaan. Untuk tipe waterstop
dapat digunakan ” Expandable Water Stop “ berbahan dasar “ Bentonite Clay “ ex. Fosroc
atau yang setara.
12. Cetakan untuk Kolom Cetakan-cetakan untuk kolom haruslah dengan ukuran dan bentuk
seperti terlihat pada gambar-gambar. Siapkan bukaan-bukaan sementara pada bagian
bawah dari semua cetakan-cetakan kolom untuk kemudahan pembersihan dan
pemeriksaan, dan tutup kembali dengan cermat sebelum pengecoran beton.
13. Cetakan untuk Pelat dan Balok-balok
Buatlah semua lubang-lubang pada cetakan lantai beton seperti diperlukan untuk lintasan
tegak dari duct, pipa-pipa, conduit dan sebagainya.
Puncak dari chamber (penunjang) harus sesuai dengan gambar. Lengkapi dengan
dongkrak-dongkrak yang sesuai, baji-baji atau perlengkapan lainnya untuk mendongkrak
dan untuk mengambil alih penurunan pada cetakan, baik sebelum ataupun pada waktu
pengecoran dari beton.
14. Pembongkaran Cetakan dan Pengencangan Kembali Perancah (Reshoring) Pembongkaran
cetakan harus sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI).
Secara hati-hati lepaslah seluruh bagian dari cetakan yang sudah dapat dibongkar tanpa
menambah tegangan atau tekanan terhadap sudut-sudut, offsets ataupun bukaan-bukaan
(reveals). Hati-hati lepaskan dari pengikat. Pengikatan terhadap segi arsitek atau
Spesifikasi Teknis

permukaan beton ekspose dengan menggunakan peralatan ataupun description ataupun


tidak diijinkan. Lindungi semua ujung-ujung dari beton yang tajam dan secara umum
pertahankan keutuhan dari desain.
Bersihkan cetakan-cetakan beton ekspose secepatnya setelah pembongkaran untuk
mencegah kerusakan pada bidang kontak.
Pemasangan kembali perancah segera setelah pembongkaran cetakan, topang/tunjang
kembali sepenuhnya semua pelat dan balok sampai dengan sedikitnya tiga lantai
dibawahnya. Pemasangan perancah kambali harus tetap tinggal ditempatnya sampai
beton mencapai kriteria umur kekuatan tekan 28 hari. Periksa dengan teliti kekuatan
beton dengan test silinder dengan biaya kontraktor.
Penunjang-penunjang sementara, sebelum pengecoran beton; tulangan menerus balok-
balok dengan bentang panjang (12 m) haruslah ditunjang dengan penopangpenopang
sementara sedemikian untuk me"minimum"kan lendutan akibat beban dari beton basah.
Penunjang-penunjang sementara harus diatur sedemikian selama pengecoran beton dan
selama perlu untuk mencegah penurunan dari penunjang karena tingkatan kerja.
Perancah harus tidak boleh dipindahkan sampai beton mencapai kekuatan yang
mencukupi ( > 80 % f’c).
15. Pemakaian Ulang Cetakan
Cetakan-cetakan boleh dipakai ulang hanya bila betul-betul dipertahankan dengan baik
dan dalam kondisi yang memuaskan bagi Konsultan Manajemen Konstruksi dan Direksi.
Cetakan-cetakan yang tidak dapat benar-benar dikencangkan dan dibuat kedap air, tidak
boleh dipakai ulang. Bila pemakaian ulang dari cetakan disetujui oleh Konsultan
Manajemen Konstruksi dan Direksi, bagian pembersihan cetakan, dan memperbaiki
kerusakan permukaan dengan memindahkan lembaran-lembaran yang rusak.
Plywood sebelum pemakaian ulang dari cetakan plywood, bersihkan secara menyeluruh,
dan lapis ulang dengan lapisan untuk cetakan. Janganlah memakai ulang plywood yang
mempunyai tambalan, ujung yang usang, cacat/kerusakan akibat lapisan damar pada
permukaan atau kerusakan lain yang akan mempengaruhi tekstur dari penyelesaian
permukaan.
Cetakan-cetakan lain dari kayu, persiapkan untuk pemakaian ulang dengan membersihkan
secara menyeluruh dan melapis ulang dengan lapisan untuk cetakan. Perbaiki kerusakan
pada cetakan dan bongkar/buanglah papan-papan yang lepas atau rusak.
Agar supaya cetakan yang dipakai ulang tidak akan ada tambalannya yang diakibatkan
oleh perubahan-perubahan, cetakan untuk beton ekspose pada bagian yang terlihat
hanya boleh dipakai ulang hanya pada potogan-potongan yang identik. Cetakan tidak
boleh dipakai ulang bila nantinya mempengaruhi mutu dan hasil pada bagian permukaan
yang tampak dari beton ekspose akibat cetakan akan ada bekas jalur akibat dari plywood
yang robek atau lepas seratnya.
Sehubungan dengan beban pelaksanaan, maka beban pelaksanaan harus didukung oleh
struktur-struktur penunjangnya dan untuk itu kontraktor harus melampirkan perhitungan
yang berkaitan dengan rancangan pembongkaran perancah.
16. Cetakan untuk Beton Prestress
Cetakan haruslah dari konstruksi sedemikian sehingga tidak akan membatasi regangan-
regangan di dalam beton sementara tarikan mulai dilakukan, dan kekuatannnya harus
ditentukan sehubungan dengan pertimbangan dari perubahanperubahan dalam distribusi
tegangan bila penarikan dimulai.
17. Pembongkaran dari Cetakan untuk Pekerjaan Prestress
Cetakan harus dibongkar secara hati-hati tanpa menimbulkan getaran, dan hanya boleh
dilakukan dibawah pengawasan Konsultan Manajemen Konstruksi dan Direksi. Beton
harus diperiksa sebelum pembongkaran dari cetakan. Cetakan dapat dibongkar hanya bila
beton telah mencapai kekuatan yang mencukupi untuk memikul berat sendiri dan
Spesifikasi Teknis

bebanbeban pelaksanaan lainnya. Bila diperkirakan ada beban lain yang merupakan
tambahan beban terhadap beban yangdirencanakan, perancah-perancah harus disediakan
dalam jumlah yang diperlukan, segera setelah pembongkaran cetakan.
Untuk perancah yang menyangga balok prategang, perancah balok prategang boleh
dibongkar setelah balok prategang 2 (dua) lantai di atasnya selesai ditarik.
18. Hal Lain-lain
Buatlah cetakan untuk semua bagian pekerjaan beton yang diperlukan dalam hubungan
dengan kelengkapan pekerjaan proyek, meskipun setiap bagian diperlihatkan secara
terperinci atau dialihkan ke "Referred to" ataupun tidak.
Dilarang menanamkan pipa di dalam kolom atau balok kecuali pipa-pipa tersebut
diperlihatkan pada gambar-gambar struktur atau pada gambar kerja.
Spesifikasi Teknis

PASAL 9
PEKERJAAN KEDAP AIR

9.1 LINGKUP PEKERJAAN


Meliputi penyediaan bahan dan pemasangan waterproofing pada permukaan plat beton atap, plat
lantai beton basement, dinding beton, tempat daerah basah dan tanki/ground reservoir
penampungan air atau sesuai dengan gambar kerja.

9.2 BAHAN – BAHAN


A. Standar Mutu Bahan Berdasarkan : ASTM 828, ASTME, TAPP I 803 DAN 407.
B. Untuk pelat atap dan daerah basah lainnya seperti toilet dan sebagainya menggunakan
lembaran dari Produk PENETRON.
C. Untuk jenis produk waterproofing integral menggunakan Produk PENETRON Metode
pelaksanaan mengikuti petunjuk teknis dari produk tersebut yang telah disetujui oleh
Konsultan Manajemen Konstruksi.
Lokasi Pekerjaan waterproofing integral mengacu pada BQ atau gambar rencana.
D. Bahan Utama
Jenis bahan yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. Untuk struktur pelat dan dinding basement, ground tank menggunakan bahan additive
yang dicampurkan ke dalam adukan beton di batching plant. Produk yang digunakan
PENETRON.
2. Untuk pelat atap dan daerah basah lainnya seperti toilet dan sebagainya menggunakan
lembaran dari Produk buatan dalam negeri CASALI.
Jenis bahan membrane yang digunakan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. Tebal bahan minimum 1,50 mm, karakteristik fisik, kimiawi dan kepadatan yang
merata dan konstan.
1) Kedap air dan uap, termasuk bagian-bagian yang akan disusun overlapping nanti.
2) Memiliki ketahanan yang baik terhadap gesekan dan tekanan.
3) Susunan polimer tidak berubah akibat perubahan cuaca.
E. Pengujian
1. Bila diperlukan Kontraktor wajib mengadakan test bahan sebelum dipasang, pada
laboratorium yang ditunjuk Konsultan Manajemen Konstruksi dan Direksi. Dan sebelum
dimulai pemasangannya Kontraktor harus menunjukkan sertifikat keaslian barang dari
supplier disertai data-data teknis komposisi unsur material pembentuknya.
2. Sewaktu penyerahan hasil pekerjaan, kontraktor wajib memberikan jaminan atas produk
yang digunakan terhadap kemungkinan bocor, pecah dan cacat lainnya, selama 10
(sepuluh) tahun termasuk mengganti dan memperbaiki segala jenis kerusakan yang
terjadi. Jaminan yang diminta adalah jaminan dari pihak pabrik untuk mutu material,
serta jaminan dari pihak pemasang (applicator) untuk mutu pelaksanaan pemasangannya.
3. Kontraktor diwajibkan melakukan percobaan/pengujian dengan melakukan
penyemprotan langsung dengan air serta menggenanginya dengan air di atas permukaan
yang diberi lapisan/additive kedap air.
F. Pengiriman dan penyimpanan bahan
1. Bahan harus didatangkan ke tempat pekerjaan dalam keadaan tertutup (belum dibuka)
dan masih tersegel dan berlabel sesuai pabriknya.
2. Bahan harus disimpan di tempat yang terlindung, tertutup, tidak lembab, kering dan
bersih.
3. Kontraktor bertanggungjawab atas kerusakan bahan-bahan yang disimpannya, baik
sebelum atau selama pelaksanaan.
G. Jenis bahan membrane yang digunakan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
Spesifikasi Teknis

1. Tebal bahan minimum 1,50 mm, karakteristik fisik, kimiawi dan kepadatan yang merata
dan konstan.
2. Kedap air dan uap, termasuk bagian-bagian yang akan disusun overlapping nanti.
3. Memiliki ketahanan yang baik terhadap gesekan dan tekanan.
4. Susunan polimer tidak berubah akibat perubahan cuaca.
H. Bahan harus didatangkan ke tempat pekerjaan dalam keadaan tertutup (belum dibuka) dan
masih tersegel dan berlabel sesuai pabriknya.
1. Untuk pelat lantai, sloof, pile cap, dinding penahan tanah (sirwall) dan beton ground
reservoir menggunakan beton kedap air (waterproofing dengan sistem integral), merk
yang direkomendasikan seperti produk PENETRON.
2. Bahan harus disimpan di tempat yang terlindung, tertutup, tidak lembab, kering dan
bersih.
3. Kontraktor bertanggungjawab atas kerusakan bahan-bahan yang disimpannya, baik
sebelum atau selama pelaksanaan.
4. Pengujian
a. Bila diperlukan Kontraktor wajib mengadakan test bahan sebelum dipasang, pada
laboratorium yang ditunjuk Konsultan Manajemen Konstruksi dan Direksi. Dan
sebelum dimulai pemasangannya Kontraktor harus menunjukkan sertifikat keaslian
barang dari supplier disertai data-data teknis komposisi unsur material
pembentuknya.
b. Sewaktu penyerahan hasil pekerjaan, kontraktor wajib memberikan jaminan atas
produk yang digunakan terhadap kemungkinan bocor, pecah dan cacat lainnya,
selama 10 (sepuluh) tahun termasuk mengganti dan memperbaiki segala jenis
kerusakan yang terjadi. Jaminan yang diminta adalah jaminan dari pihak pabrik
untuk mutu material, serta jaminan dari pihak pemasang (applicator) untuk mutu
pelaksanaan pemasangannya.
c. Kontraktor diwajibkan melakukan percobaan/pengujian dengan melakukan
penyemprotan langsung dengan air serta menggenanginya dengan air di atas
permukaan yang diberi lapisan/additive kedap air.

9.3 SYARAT - SYARAT PELAKSANAAN


A. Semua bahan sebelum dikerjakan harus ditunjukkan kepada Konsultan Manajemen Konstruksi
dan Direksi, lengkap dengan ketentuan / persyaratan pabrik yang bersangkutan untuk
mendapatkan persetujuan Konsultan Manajemen Konstruksi dan Direksi.
B. Material yang tidak disetujui harus diganti segera tanpa biaya tambahan. Jika dipandang perlu
diadakan penukaran/penggantian maka bahan-bahan pengganti harus telah mendapat
persetujuan dari Konsultan Manajemen Konstruksi dan Direksi.
C. Sebelum pekerjaan ini dimulai permukaan bagian yang akan diberi lapisan harus dibersihkan
sampai kondisi yang dapat disetujui oleh Konsultan Manajemen Konstruksi dan Direksi. Peil
dan ukuran harus sesuai dengan gambar.
D. Cara-cara dan pelaksanaan pekerjaan harus mengikuti petunjuk dan ketentuan dari pabrik
yang bersangkutan serta petunjuk dari Konsultan Manajemen Konstruksi dan Direksi.
E. Bila ada perbedaan dalam hal apapun antara gambar, spesifikasi dan lainnya, kontraktor
pelaksana harus segera melaporkan kepada Konsultan Manajemen Konstruksi dan Direksi
sebelum pekerjaan dimulai.
F. Kontraktor pelaksana tidak dibenarkan memulai pekerjaan dalam hal terdapat
kelainan/perbedaan ditempat itu.
Spesifikasi Teknis

9.4 GAMBAR DETAIL PELAKSANAAN / SHOP DRAWING


A. Kontraktor wajib membuat shop drawing (gambar detail pelaksanaan) berdasarkan gambar
dokumen kontrak dan keadaan lapangan, untuk memperjelas detai-detail khusus yang
diperlukan pada saat pelaksanaan di lapangan.
B. Shop drawing harus mencantumkan semua data termasuk tipe bahan keterangan produk, cara
pemasangan atau persyaratan khusus.
C. Shop drawing belum dapat dilaksanakan sebelum mendapatkan persetujuan dari Konsultan
Manajemen Konstruksi dan Direksi.
D.
9.5 CONTOH
A. Kontraktor pelaksana wajib mengajukan contoh dari semua bahan, disertai brosur lengkap dan
jaminan keaslian material dari pabrik.
B. Contoh bahan harus diserahkan minimal sebanyak 2 (dua) buah yang setara mutunya.
C. Keputusan bahan jenis, warna, tekstur dan merk akan diberitahukan oleh Konsultan
Manajemen Konstruksi dan Direksi dalam jangka waktu tidak lebih dari 7 (tujuh) hari kalender
terhitung sejak penyerahan contoh-contoh bahan tersebut.
D. Konsultan Manajemen Konstruksi dan Direksi mempunyai hak untuk meminta kontraktor
pelaksana mengadakan mock-up guna memperjelas usulan material yang diajukannya.

9.6 PELAKSANAAN
A. Persiapan permukaan yang dilapis waterproofing lantai beton harus bebas dari kotoran yang
melekat seperti bitumen, oli, bercak-bercak cat, lemak dan lain-lain.
B. Lapisan dasar primer untuk meratakan permukaan lantai beton dan membuat kemiringan
dengan screeding beton campuran 1 : 2 ditambahkan 0,5 kg/m2 dengan semen slurry bonding
agent lain yang setara. Kemiringan screeding beton sekurang-kurangnya 2%, selanjutnya
Kontraktor pelaksana melapor Konsultan Manajemen Konstruksi dan Direksi untuk mendapat
persetujuan.
C. Seluruh lapisan waterproofing, jika tidak ditentukan lain harus pula menutupi kaki-kaki bidang-
bidang tegak sampai ketinggian permukaan air (minimal 30 cm). Pertemuan bidang horizontal
dan vertikal harus dipasang polyster mesh. Disekeliling pipa-pipa pembuang harus dibobok
untuk kemudian diisi dengan semen non shrink.
D. Aplikasi pemasangan oleh tenaga ahli dan persyaratan dari produsen : Campuran
waterproofing adalah semen slurry 3 kg/m2 dicampur dengan bonding agent (additive)
sehingga mencapai ketebalan minimum 3 mm.
E. Waterproofing membrane dilaksanakan pada pekerjaan beton daerah terbuka yang
besinggungan dengan air seperti atap dak beton.
F. Pada pekerjaan beton yang bersinggungan dengan air dan digunakan untuk lalu lintas manusia,
water proofing yang digunakan harus memiliki campuran butiran berbatu keras.
G. Untuk semua waterproofing yang terpasang harus diadakan uji coba terhadap kebocoran
selama 24 jam atau hingga dapat dipastikan tidak terdapat bukti adanya kebocoran.
H. Pekerjaan waterproofing harus mendapat sertifikat pemeliharaan cuma-cuma selama 2 (dua)
tahun. i. Pelaksanaan pemasangan harus dikerjakan oleh ahli yang berpengalaman dan sesuai
dengan "metode pelaksanaan" berdasarkan spesifikasi pabrik.
I. Khusus untuk bahan water proofing yang dipasang di tempat yang berhubungan langsung
dengan matahari tetapi tidak mempunyai lapis pelindung terhadap ultra violet maka di atasnya
harus diberi lapisan pelindung sesuai gambar pelaksanaan, atau petunjuk Konsultan
Manajemen Konstruksi dan Direksi, dimana lapisan ini dapat berupa screed maupun material
finishing lainnya.
LIST OUTLINE DAFTAR MATERIAL
PEKERJAAN MATERIAL MERK KETERANGAN
ARSITEKTUR
UMUM SEMEN HOLCIM,TIGARODA,GRESIK

BAHAN BAHAN KEDAP AIR PENETRON WATERPROOFING


KEDAP AIR

PENUTUP KERAMIK : NIRO GRANITE, SIERRA EDIT


LANTAI DAN - 80X80CM POLISHED TILES, ROMAN
DINDING - 60X60CM UNPOLISHED
-STEP NOSING TANGGA
10X30CM UNPOLISHED

KERAMIK DINDING :
-KERAMIK POLISHED
60X60CM

FLOOR HARDENER PENETRON

CAT CAT EKSTERIOR MOWILEX , JOTUN , DULUX


CAT INTERIOR MOWILEX , JOTUN , DULUX
Spesifikasi Teknis

ELEKTRIKAL
PASAL 1
KETENTUAN UMUM

I.1 PERSYARATAN UMUM


A. Persyaratan umum merupakan bagian dari persyaratan teknis. Apabila ada klausul dari
persyaratan umum dituliskan dalam persyaratan teknis, berarti menuntut perhatian khusus pada
klausul-klausul tersebut dan bukan berarti menghilangkan klausul-klausul lainnya dari
persyaratan umum. Klausul-klausul dalam persyaratan umum hanya dianggap tidak berlaku
apabila dinyatakan secara tegas dalam persyaratan teknis.
B. Persyaratan teknis dimaksudkan untuk menjelaskan dan menegaskan segala pekerjaan, bahan-
bahan dan peralatan-peralatan yang diperlukan untuk pemasangan, pengujian dan penyetelan
dari seluruh sistem, agar lengkap dan dapat berfungsi dengan baik.
C. Persyaratan teknis merupakan satu kesatuan dengan gambar-gambar teknis yang menyertainya.
Bila ada satu bagian pekerjaan yang hanya disebutkan di dalam salah satu dari kedua dokumen
tersebut, maka kontraktor wajib melaksanakannya dengan baik dan lengkap.
D. Kontraktor harus menggunakan tenaga-tenaga yang ahli dalam bidangnya, agar dapat
menghasilkan pekerjaan yang baik dan rapi.
E. Kontraktor bertanggung-jawab dalam pengawasan yang ketat terhadap jadwal atau urutan
pekerjaan, sehingga tidak mengganggu penyelesaian proyek secara keseluruhan pada waktu yang
telah ditetapkan.
F. Kontraktor harus menyatakan secara tertulis bahwa bahan-bahan dan peralatan yang diserahkan
harus memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan, dan pelaksanaan pekerjaan dilakukan secara
wajar dan terbaik. Instalasi yang dilakukan adalah lengkap dan dapat berjalan dengan baik dalam
kondisi yang terjelek sekalipun, tanpa mengurangi atau menghilangkan atau menghilangkan
bahan-bahan atau peralatan yang seharusnya diadakan, walaupun tidak disebutkan secara nyata
dalam persyaratan teknis atau gambar-gambar teknis.
G. Semua peralatan dan bahan-bahan yang digunakan dan diserahkan untuk penyelesaian
pekerjaan harus dalam keadaan baru dan dari kualitas terbaik.
H. Kontraktor harus bertanggung jawab terhadap bahan-bahan / material-material yang diadakan
oleh Owner ( by owner ) selama belum terpasang dan sesudah terpasang, harus dipastikan tidak
ada cacat ataupun kerusakan sebelum dan sesudah terpasang.
I. Bila ada kerusakan yang timbul setelah serah terima material dari owner yang dipastikan dalam
kondisi baru dan baik maka menjadi tanggung jawab kontraktor untuk menggantinya.
J. Kontraktor harus mempelajari dan memahami kondisi tempat yang ada, agar dapat mengetahui
hal-hal yang akan mengganggu / mempengaruhi pekerjaan. Apabila timbul persoalan, kontraktor
wajib mengajukan saran penyelesaian kepada pengawas, paling lambat 10 hari sebelum
pekerjaan ini dilaksanakan.
K. Kontraktor harus memeriksa dengan teliti, ruangan-ruangan dan syarat-syarat yang diperlukan
dengan kontraktor lainnya, sehingga peralatan-peralatan elektrikal dapat dipasang pada tempat
dan ruang yang telah disediakan.
L. Sebelum memulai pekerjaan, kontraktor harus memeriksa dan memahami pekerjaan pelaksanaan
dari pihak lain yang ikut menyelesaikan proyek ini, apabila pelaksanaan pekerjaan dari pihak lain
tersebut dapat mempengaruhi kualitas pekerjaan.
M. Sebelum melaksanakan pekerjaan, kontraktor harus rencana kerja dengan jadwal yang
disesuaikan dengan kontraktor lain. Apabila terjadi sesuatu perubahan, kontraktor wajib
memberitahukan secara tertulis kepada pengawas dan mengajukan saran-saran perubahan /
perbaikan.
N. Pada waktu akan memulai pekerjaan, kontraktor wajib menyerahkan pekerjaan gambar-gambar
kerja (shop drawing) terlebih dahulu untuk memperoleh persetujuan dari direksi. Gambar-gambar
tersebut sudah diserahkan kepada direksi minimal dalam waktu 1 minggu sebelum instalasi
dilaksanakan.
Spesifikasi Teknis

O. Pemasangan peralatan harus sesuai dengan rekomendasi dari pabrik pembuat peralatan
tersebut. Untuk itu, kontraktor harus menyerahkan gambar-gambar rencana instalasi secara rinci
sebelum melaksanakan pekerjaan.
P. Apabila terjadi suatu keadaan dimana kontraktor tidak mungkin menghasilkan kualitas pekerjaan
yang terbaik, maka kontraktor wajib memberikan penjelasan secara tertulis kepada pengawas
dan memberikan saran-saran perubahan/perbaikan. Apabila hal ini tidak dilakukan, kontraktor
tetap bertanggung-jawab terhadap kerugian- kerugian yang ditimbulkannya.
Q. Selama pelaksanaan instalasi berlangsung, kontraktor harus memberi tanda-tanda pada dua set
gambar pelaksanaan, atas segala perubahan terhadap rancangan instalasi semula.
R. Kontraktor harus melakukan general test, terhadap seluruh pekerjaan listrik, telepon, CCTV,
MATV dan tata suara.

I.2 LINGKUP PEKERJAAN


Pekerjaan ini meliputi pengadaan bahan dan peralatan, pemasangan, pengujian-pengujian dan
perbaikan-perbaikan selama masa pemeliharaan.
Pekerjaan tersebut terdiri dari :
A. Pekerjaan sistem distribusi daya listrik.
1) Pekerjaan Panel
- Panel Utama Tegangan Rendah (Low Voltage-Main Distribution Panel / LV- MDP).
- Panel Sub-distribusi (Sub- Distribution Panel / SDP).
- Panel Penerangan (Lighting Panel / LP).
- Panel Daya (Power Panel).
2) Pekerjaan Kabel Daya Tegangan Rendah (TR)
- Dari panel LVMDP di ruang panel sampai ke kwh Meter PLN menggunakan kabel tanah
dengan perlindungan baja tipe NYFGbY.
- Dari panel LVMDP di ruang panel sampai ke panel Sub-distribusi (SDP) menggunakan kabel
tipe NYY.
- Dari SDP menuju panel-panel penerangan (LP) menggunakan kabel tipe NYY dan NYA.
- Dari SDP menuju panel-panel daya (PP) menggunakan kabel tipe NYY dan NYA.
B. Pekerjaan penerangan dan kotak-kontak.
1) Armature dan lampunya
2) Saklar-saklar (tunggal, ganda, hotel dan grid switches)
3) Kotak-kontak biasa (KKB)
4) Kotak-kontak khusus audio di ball room
5) Kabel instalasi penerangan dan kotak-kontak
6) Pipa instalasi pelindung kabel penerangan dan kotak-kontak
dengan kelengkapannya
7) Flexible conduit dari kotak-kotak sambung ke titik-titik lampu
C. Pekerjaaan sistem telepon
1) Kotak-kontak telepon
2) Pipa instalasi pelindung kabel beserta kelengkapannya.
3) Kabel instalasi telepon
4) TTB telepon
5) Pesawat telepon
D. Pekerjaan sistem pembumian
E. Pengurusan penambahan daya listrik
F. Pekerjaan instalasi jaringan computer
1) Kotak-kontak outlet data
2) Pipa instalasi pelindung kabel beserta kelengkapannya.
3) Kabel instalasi data komputer
4) Hub
5) Data Switches
G. Pekerjaan sistem MATV dan CCTV
H. Pekerjaan-pekerjaan lainnya yang menunjang seluruh pekerjaan diatas
Spesifikasi Teknis

I.3 GAMBAR – GAMBAR RENCANA


Gambar-gambar rencana menunjukkan tata letak secara umum dari peralatan yaitu kabel, panel,
lampu dan lainnya. Penyesuaian harus dilakukan di lapangan, karena keadaan sebenarnya dari lokasi,
jarak-jarak dan ketinggian ditentukan oleh kondisi lapangan.

I.4 AMBAR – GAMBAR TERLAKSANA


Kontraktor harus membuat catatan-catatan yang cermat dari pelaksanaan dan penyesuaian di
lapangan. Catatan-catatan tersebut harus dituangkan dalam satu set gambar hardcopy sebagai
gambar sesuai pelaksanaan (as built drawing). As built drawing harus segera diserahkan kepada
pengawas setelah pekerjaan selesai beserta softcopynya sebanyak 3 set.

I.5 STANDAR DAN PERATURAN


A. Seluruh pekerjaan instalasi harus mengikuti standar dalam Peraturan Umum Instalasi Listrik tahun
(PUIL) 2000 atau standar-standar internasional yang tidak bertentangan dengan PUIL.
B. Seluruh pekerjaan instalasi telepon harus dilaksanakan mengikuti standar dan peraturan dari
CCITT atau PT TELKOM.
Disamping standar dan peraturan-peraturan tersebut di atas, harus ditaati pula peraturan-peraturan
dan hukum setempat yang ada hubungannya dengan pekerjaan- pekerjaan tersebut di atas.

I.6 BAHAN-BAHAN DAN TENAGA PELAKSANA


Semua bahan untuk seluruh pekerjaan ini harus dalam keadaan 100% baru, dalam keadaan baik dan
sesuai dengan yang dimaksud. Contoh bahan harus diserahkan kepada pengawas sebelum
pemasangan.
Kontraktor harus menempatkan di lapangan secara penuh (full time) seorang koordinator yang ahli
di bidangnya, berpengalaman dalam pekerjaan yang serupa dan dapat mewakili kontraktor dengan
predikat baik. Curriculum Vitae personil tersebut harus diserahkan kepada konsultan pengawas.
Tenaga pelaksana lainnya harus dipilih yang sudah berpengalaman dan sudah biasa menangani
pekerjaan instalasi ini secara kuat, aman dan rapi.

I.7 BROSUR DAN DATA TEKNIS


Kontraktor harus memberikan brosur peralatan-peralatan yang akan dipasang, lengkap dengan data
teknis serta ukuran-ukuran fisiknya.

I.8 PEMBOBOBOKAN DAN PEMOTONGAN


Kontraktor bertanggung-jawab terhadap penyempurnaan akibat dari semua pemotongan dan
pembobokan setiap konstruksi bangunan yang diperlukan untuk konstruksi- konstruksi bangunan ini,
kecuali hanya dalam keadaan khusus dan secara jelas tercantum dalam gambar. Kontraktor tidak
diperkenankan melaksanakan pemotongan dan pemanasan bagian-bagian struktur tanpa izin tertulis
dari pengawas.
Spesifikasi Teknis

PASAL 2
PEKERJAAN SISTEM DISTRIBUSI DAYA LISTRIK

II.1 LINGKUP PEKERJAAN


Pekerjaan ini mencakup pengadaan bahan dan alat-alat, pemasangan dan perbaikan- perbaikan
selama masa pemeliharaan untuk sistem distribusi daya listrik.
Item pekerjaan tersebut terdiri dari :
A. Panel Utama Tegangan Rendah (LVMDP)
B. Panel Sub-distribusi (SDP)
C. Panel Daya (PP)
D. Panel Penerangan (LP)
E. Kabel Daya Tegangan Rendah 1 KV
F. Pekerjaan lainnya yang tidak disebutkan disini yang menunjang pekerjaan- pekerjaan tersebut di
atas

II.2 PANEL UTAMA TEGANGAN RENDAH (LV-MDP)


A. Tipe
LV-MDP adalah tipe tertutup
B. Standar
Panel harus dibuat mengikuti standar IEC dan standar lainnya seperti VDE/DIN, BS, NEMA, dan
sebagainya.
C. Karakteristik Panel
Tegangan kerja : 400 Volt
Tegangan uji : 3000 Volt
Tegangan uji impuls : 20.000 Volt
Frekuensi : 50 Hz
Arus nominal busbar LV-MDP minimal 1.5 kali kapasitas Circuit Breaker utama.
D. Konstruksi
Panel terbuat dari pelat baja setebal 2 mm dengan penguat besi siku atau besi kanal. Box panel
dicat dasar tahan karat di bagian luar dan dalam, sebelum dicat akhir dengan cat oven warna abu-
abu muda. Busbar disangga secara kokoh dengan bahan insulator.
Busbar netral dan busbar pentanahan dipasang pada sisi yang berseberangan (atas dan bawah).
Kotak panel dan benda konduktif lain yang tidak boleh bertegangan harus dihubungkan dengan
baik secara elektrik dengan busbar pentanahan.
Circuit breaker hatus tipe Moulded Case Circuit Breaker (MCCB) tiga fasa, quick make break dan
mempunyai range yang ditunjukkan dalam gambar.
Circuit Breaker di LV-MDP harus mempunyai kemampuan hubung singkat sebesar
25.000 A maksimum dan 15.000 minimum. Circuit Breaker setara merk : Schneider atau ABB.
Semua bagian yang menghantarkan listrik seperti busbar atau terminal-terminal dan lain-lain
harus silver plated atau dilapisi bahan lain yang mencegah oksidasi. Ujung- ujung kabel harus
mempunyai sepatu kabel tipe compression.
Komponen-komponen lain seperti alat ukut, trafo ukur setara merk : Siemens, Circutor atau ABB.
E. Panel LV-MDP harus ditambah dengan kapasitor yang dipasang menyatu.
F. Kabel daya tegangan rendah 1 KV
Kabel daya jenis NYFGbY dan NYY seperti ditunjukkan dalam gambar setara dari merk : Supreme,
Kabelindo, Kabel Metal.
G. Pengujian kabel daya tegangan rendah
Sebelum dan sesudah dipasang, kabel TR harus diuji dengan pengujian sebagai berikut :
1) Test insulasi
2) Test kontinyuitas
3) Test tahan pentanahan
Spesifikasi Teknis

H. Sistem pentanahan
Semua bagian metal yang dalam keadaan normal tidak bertegangan harus dihubungkan menjadi
satu secara elektrik dengan baik. Rel pentanahan sepanjang panel harus disediakan dan bagian
metal yang disebut diatas harus dihubungkan. Rel pentanahan dihubungkan dengan kawat
tembaga (BC) berpenampang 50 mm2, dihubungkan dengan rod tembaga berdiameter sesuai
denga gambar, ditanam sedalam 6 m atau sampai diperoleh tahanan pentanahan maksimum 5
ohm. Semua panel dilengkapi dengan surge arrester.
I. Garansi
Sertifikat pengetesan dari pabrik pembuat kabel harus diserahkan. Sertifikat tersebut harus
menunjukkan bahwa kabel yang bersangkutan adaah sesuai dengan standar yang berlaku. Bila
kabel yang bersangkutan mengalami kegagalan, maka pabrik pembuat kabel bertanggung-jawab
terhadap kabel tersebut, sampai kabel tersebut berhasil dalam pengetesan ulang dan diterima
baik oleh konsultan pengawas.
J. Tambahan
Kontraktor harus menambahkan peralatan pembantu yang diperlukan untuk pekerjaan ini
(meskipun tidak disebutkan dalam persyaratan teknis) untuk memberikan performance yang
dikehendaki.
II.3 PANEL BAGI TEGANGAN RENDAH (SDP)
A. Tipe
SDP adalah tipe tertutup
B. Standar
Panel harus dibuat mengikuti standar IEC dan standar lainnya seperti VDE/DIN, BS, NEMA, dan
sebagainya.
C. Karakteristik Panel
Tegangan kerja : 400 Volt
Tegangan uji : 3000 Volt
Tegangan uji impuls : 20.000 Volt
Frekuensi : 50 Hz
Arus nominal busbar SDP minimal 1.5 kali kapasitas Circuit Breaker utama.
D. Konstruksi
Panel terbuat dari pelat baja setebal 1,2 mm dengan penguat besi siku atau besi kanal. Box panel
dicat dasar tahan karat di bagian luar dan dalam, sebelum dicat akhir dengan cat oven warna abu-
abu muda. Busbar disangga secara kokoh dengan bahan insulator.
Busbar netral dan busbar pentanahan dipasang pada sisi yang berseberangan (atas dan bawah).
Kotak panel dan benda konduktif lain yang tidak boleh bertegangan harus dihubungkan dengan
baik secara elektrik dengan busbar pentanahan.
Circuit breaker harus tipe Moulded Case Circuit Breaker (MCCB) tiga fasa, quick make break dan
mempunyai range yang ditunjukkan dalam gambar. Circuit Breaker harus merk : Schneider,
Siemens atau ABB.
Semua bagian yang menghantarkan listrik seperti busbar atau terminal-terminal dan lain-lain
harus silver plated atau dilapisi bahan lain yang mencegah oksidasi. Ujung- ujung kabel harus
mempunyai sepatu kabel tipe compression.
Komponen-komponen lain seperti alat ukur, trafo ukur setara merk : Siemens, Circutor atau AEG.
E. Kabel daya tegangan rendah 1 KV (SDP)
Kabel daya jenis NYFGbY, NYY seperti ditunjukkan dalam gambar setara dari merk : Supreme,
Kabelindo, Kabel Metal, Tranka Kabel.
F. Pengujian kabel daya tegangan rendah
Sebelum dan sesudah dipasang, kabel TR harus diuji dengan pengujian sebagai berikut :
1) Test insulasi
2) Test kontinyuitas
3) Test tahan pentanahan
G. Sistem pentanahan
Semua bagian metal yang dalam keadaan normal tidak bertegangan harus dihubungkan menjadi
satu secara elektrik dengan baik dan dihubungkan dengan kawat tembaga (BC) berpenampang 35
Spesifikasi Teknis

mm2, dihubungkan dengan rod tembaga berdiameter sesuai dengan gambar, ditanam sedalam 6
m atau sampai diperoleh tahanan pentanahan maksimum 5 ohm. Semua panel dilengkapi dengan
surge arrester.
H. Garansi
Sertifikat pengetesan dari pabrik pembuat kabel harus diserahkan. Sertifikat tersebut harus
menunjukkan bahwa kabel yang bersangkutan adaah sesuai dengan standar yang berlaku. Bila
kabel yang bersangkutan mengalami kegagalan, maka pabrik pembuat kabel bertanggung-jawab
terhadap kabel tersebut, sampai kabel tersebut berhasil dalam pengetesan ulang dan diterima
baik oleh konsultan pengawas.
I. Tambahan
Kontraktor harus menambahkan peralatan pembantu yang diperlukan untuk pekerjaan ini
(meskipun tidak disebutkan dalam persyaratan teknis) untuk memberikan performance yang
dikehendaki.
II.4 PANEL DAYA
A. Tipe
PP adalah tipe tertutup
B. Standar
Panel harus dibuat mengikuti standar IEC dan standar lainnya seperti VDE/DIN, BS, NEMA, dan
sebagainya.
C. Karakteristik Panel
Tegangan kerja : 400 Volt
Tegangan uji : 3000 Volt
Tegangan uji impuls : 20.000 Volt
Frekuensi : 50 Hz
Arus nominal busbar PP minimal 1.5 kali kapasitas Circuit Breaker utama.
D. Konstruksi
Panel terbuat dari pelat baja setebal 1.2 mm dengan penguat besi siku atau besi kanal. Box panel
dicat dasar tahan karat di bagian luar dan dalam, sebelum dicat akhir dengan cat oven warna abu-
abu muda. Busbar disangga secara kokoh dengan bahan insulator.
Busbar netral dan busbar pentanahan dipasang pada sisi yang berseberangan (atas dan bawah).
Kotak panel dan benda konduktif lain yang tidak boleh bertegangan harus dihubungkan dengan
baik secara elektrik dengan busbar pentanahan.
Circuit breaker harus tipe Moulded Case Circuit Breaker (MCCB) tiga fasa dan Miniature Circuit
Breaker (MCB) satu fasa, quick make break dan mempunyai range yang ditunjukkan dalam
gambar.
Circuit Breaker di PP harus mempunyai kemampuan hubung singkat sebesar 25.000 A maksimum
dan 15.000 minimum.
Circuit Breaker harus merk : Schneider, Siemens atau ABB.
Semua bagian yang menghantarkan listrik seperti busbar atau terminal-terminal dan lain-lain
harus silver plated atau dilapisi bahan lain yang mencegah oksidasi. Ujung- ujung kabel harus
mempunyai sepatu kabel tipe compression.
E. Kabel daya tegangan rendah 1 KV
Kabel daya jenis NYY seperti ditunjukkan dalam gambar harus dari merk : Supreme, Kabelindo,
Kabel Metal, Tranka Kabel
F. Pengujian kabel daya tegangan rendah
Sebelum dan sesudah dipasang, kabel TR harus diuji dengan pengujian sebagai berikut :
1) Test insulasi
2) Test kontinyuitas
3) Test tahan pentanahan
G. Sistem pentanahan
Semua bagian metal yang dalam keadaan normal tidak bertegangan harus dihubungkan menjadi
satu secara elektrik dengan baik. Rel pentanahan sepanjang panel harus disediakan dan bagian
metal yang disebut diatas harus dihubungkan. Rel pentanahan dihubungkan dengan kawat
tembaga (BC) berpenampang 16 mm2, dihubungkan dengan rod tembaga berdiameter sesuai
denga gambar, ditanam sedalam 6 m atau sampai diperoleh tahanan pentanahan maksimum 5
ohm. Semua panel dilengkapi dengan surge arrester.
Spesifikasi Teknis

H. Garansi
Sertifikat pengetesan dari pabrik pembuat kabel harus diserahkan. Sertifikat tersebut harus
menunjukkan bahwa kabel yang bersangkutan adaah sesuai dengan standar yang berlaku. Bila
kabel yang bersangkutan mengalami kegagalan, maka pabrik pembuat kabel bertanggung-jawab
terhadap kabel tersebut, sampai kabel tersebut berhasil dalam pengetesan ulang dan diterima
baik oleh konsultan pengawas.
I. Tambahan
Kontraktor harus menambahkan peralatan pembantu yang diperlukan untuk pekerjaan ini
(meskipun tidak disebutkan dalam persyaratan teknis) untuk memberikan performance yang
dikehendaki.
II.5 PANEL PENERANGAN (LP)
A. Tipe
LP adalah tipe tertutup
B. Standar
Panel harus dibuat mengikuti standar IEC dan standar lainnya seperti VDE/DIN, BS, NEMA, dan
sebagainya.
C. Karakteristik Panel
Tegangan kerja : 400 Volt
Tegangan uji : 3000 Volt
Tegangan uji impuls : 20.000 Volt
Frekuensi : 50 Hz
Arus nominal busbar LP minimal 1.5 kali kapasitas Circuit Breaker utama.
D. Konstruksi
Panel terbuat dari pelat baja setebal 1.2 mm dengan penguat besi siku atau besi kanal. Box panel
dicat dasar tahan karat di bagian luar dan dalam, sebelum dicat akhir
dengan cat oven warna abu-abu muda. Busbar netral dan busbar pentanahan dipasang pada sisi
yang berseberangan (atas dan bawah).
Pintu panel harus memunyai engsel di sebelah kanan. Di sebelah kiri dilengkai handel dan kunci
Kotak panel dan benda konduktif lain yang tidak boleh bertegangan harus dihubungkan dengan
baik secara elektrik dengan busbar pentanahan.
Circuit breaker setara merk : Schneider atau ABB.
E. Kabel daya tegangan rendah 1 KV
Kabel daya NYY seperti ditunjukkan dalam gambar harus dari merk : Supreme,
Kabelindo, Kabel Metal.
F. Pengujian kabel daya tegangan rendah
Sebelum dan sesudah dipasang, kabel TR harus diuji dengan pengujian sebagai berikut :
1) Test insulasi
2) Test kontinyuitas
3) Test tahan pentanahan
G. Sistem pentanahan
Semua bagian metal yang dalam keadaan normal tidak bertegangan harus dihubungkan menjadi
satu secara elektrik dengan baik dan dihubungkan dengan kawat tembaga (BC) berpenampang
16 mm2, dihubungkan dengan rod tembaga berdiameter sesuai dengan gambar, ditanam
sedalam 6 m atau sampai diperoleh tahanan pentanahan maksimum 5 ohm.
H. Garansi
Sertifikat pengetesan dari pabrik pembuat kabel harus diserahkan. Sertifikat tersebut harus
menunjukkan bahwa kabel yang bersangkutan adaah sesuai dengan standar yang berlaku. Bila
kabel yang bersangkutan mengalami kegagalan, maka pabrik pembuat kabel bertanggung-jawab
terhadap kabel tersebut, sampai kabel tersebut berhasil dalam pengetesan ulang dan diterima
baik oleh konsultan pengawas.
I. Tambahan
Kontraktor harus menambahkan peralatan pembantu yang diperlukan untuk pekerjaan ini
(meskipun tidak disebutkan dalam persyaratan teknis) untuk memberikan performance yang
dikehendaki.
Spesifikasi Teknis

PASAL 3
PENERANGAN DAN KOTAK-KONTAK

III.1 BAHAN DAN PERALATAN


A. Lampu dan armature
Lampu dan armature harus sesuai dengan yang dimaksudkan seperti dalam gambar detail
elektrikal.
1) Semua armature lampu yang terbuat dari bahan metal harus mempunyai terminal
pembumian.
2) Semua lampu fluoroscent dan lampu discharge dilengkapi dengan kompensasi kapasitor.
3) Reflektor harus mempunyai pemantul yang baik.
4) Lampu yang digunakan harus dari merk Phillips atau Osram, type LED Bulb, LED Tube.
Lubang-lubang ventilasi harus ada dan ditutup dengan kassa nylon untuk mencegah
masuknya serangga.
Diffuser terpasang pada dudukan dengan ulir, tidak boleh memakai paku sekrup.
5) Armature lampu setara dengan merk Artolite, Saka dan Scarto.
6) Armatur Lampu Recessed Mounted harus terbuat dari baja pelat tebal 0,7 mm dengan
penyelesaian cat bakar, dengan kapasitas lampu sesuai ketentuan dalam Gambar Kerja.
Housing end plates, socket bridges, reflector dengan grill, saluran kabel dan penutup
ballast: terbuat dari baja cold rolled (tebal minimum 0,7 mm) kecuali jika ditetapkan cara
lainnya. Pegangan lampu: putih berat/lebat dengan batas pengunci dan disepuh perak
untuk umur dan operasi lampu yang sesuai; pegangan lampu outdoor, neoprene
gasketed dan jenis tekan; stop kontak dengan voltase sirkuit terbuka, safety type dan
didesain untuk membuka sirkuit pada penggantian lampu. Cover depan harus berbentuk
cermin double parabolic dengan teknologi Omni Directional Luminance Control untuk
mengurangi kesilauan dan harus menyertakan data UGR, diffuser prismatic atau seperti
yang ditunjukkan pada gambar. Armature dibuat sedemikian rupa hingga ballast dapat
diperbaiki atau diganti tanpa melepas housing armatur tersebut.
7) Rangka armatur lampu downlight harus terbuat dari alumunium die cast dan Housing
gear terbuat dari stainless steel. Permukaan reflektor: Satin finishes dan dilapisi dengan
baked-on lacquer bening untuk memelihara permukaan, di mana aluminum dengan
suatu proses anodic, pernis lacquer bersih yang melapisi mungkin dapat dihilangkan.
Memiliki klip metal yang mudah dibuka untuk instalasi pada ceiling board.
8) Armatur lampu Baret bulat, mengunakan lampu LED 15 W. Armature harus memenuhi
Standar Proteksi dilengkapi dengan kit konektor elektrikal, dan diffuser opal frosted
acrylic untuk menghasilkan efek difusi cahaya yang baik. Housing lampu dilengkapi
dengan sealer sehingga menjamin kotoran tidak masuk kedalam cover acrylic armatur
tersebut.
B. Pengetesan
Test penyalaan dilaksanakan setelah instalasi terpasang. Pada test penyalaan ini akan diuji mutu
instalasi.
C. Jaringan instalasi
Proses pemasangan jaringan dengan menggunakan kabel tanah mengikuti ketentuan ketentuan
sebagai berikut :
1) Pemasangan kabel tanah di dalam tanah harus dilakukan dengan cara sedemikian rupa
sehingga kabel tersebut terhindar dari kerusakan mekanis dan kimiawi yang mungkin
timbul ada tempat dimana kabel tanah tersebut terpasang.
2) Pelaksanaan penanaman kabel yang tidak dapat memenuhi kedalaman 1.20 meter,
maka penanaman kabelnya dilakukan sebagai berikut : Minimum 0.80 meter di bawah
permukaan tanah pada jalan-jalan yang dilewati kendaraan.
Minimum 0.60 meter di bawah permukaan tanah pada jalan-jalan yang tidak dilewati
kendaraan (pedestrian).
Kabel tanah harus diletakkan pada pasir atau tanah halus, galian tanah tersebut harus
stabil, kuat dan rata dengan ketentuan tebal lapisan pasir atau tanah halus tersebut tidak
lebih dari 10 cm di sekeliling kabel tanah tersebut.
Pada bagian atas pasir urug halus dipasang beton cetak pelindung kabel dengan ukuran
40 cm x 20 cm x tebal 7 cm atau sesuai gambar perencanaan.
Spesifikasi Teknis

Pada kondisi dimana terdapat kabel PLN tegangan menengah atau tinggi dan kabel
telekomunikasi maka kabel tanah harus ditempatkan di atas kabel PLN (jarak 30 cm) dan
kabel telekomunikasi (jarak 3 cm).
Pada persilangan dimana terdapat kabel tanah dan kabel lainnnya harus diambil salah
satu tindakan pengamanan yang disebutkan dalam ketentuan di bawah ini, keculai jika
salah satu kabel tanah yang bersilangan itu terletak dalam satu saluran pasangan batu
beton atau semacam itu yang mempunyai tebal dinding sekurang-kurangnya 6 cm.
i. Di atas kabel tanah yang terletak di bawah, harus dipasang tutup pelindung dari
lempengan atau pipa beton atau sekurang-kurangnya dari bahan yang tahan lama
atau yang sederajat.
ii. Di atas kabel yang terletak di atas, dipasang pipa belah beton atau dari bahan lain
yang cukup kuat, tahan lama dan tahan api. Pipa belah ini harus dipasang menjorok
keluar sekurang-kurangnya 0.5 meter dari kabel yang terletak di bawah diukur dari
sisi luar kabel.
D. Kotak-kontak Biasa (KKB)
Kotak-kontak Biasa (KKB) yang dipakai adalah kotak-kontak satu fasa. Semua kotak-kontak harus
memiliki terminal fasa, netral dan pentanahan. Kotak-kontak harus dari satu tipe yaitu untuk
pemasangan rata dinding dengan rating 250 Volt, 10 Amp. Merk setara dengan Panasonic,
Clipsal dan Legrand.
E. Kotak-kontak khusus audio di ball room
Kotak-kontak khusus Audio di Ball Room adalah Kotak-kontak wall mounted 16 A, 1 PH, 2000
Watt, untuk mengcover peralatan sound system di area ball room (posisi di ruang audio ball
room lantai 2).
Pemasangannya terpisah / group sendiri, karena khusus untuk menyuplai perlengkapan Audio di
Ball Room.
F. Sakelar dinding
Sakelar harus dari satu tipe yaitu untuk pemasangan rata dinding, tipe rocker, memunyai rating
250 volt, 10 Amp dari jenis single atau doble gangs atau multiple gangs (grid switches), RCS.
Merk setara dengan panasonic, Clipsal dan Legrand.
G. Kotak untuk sakelar dan kotak-kontak
Kotak harus dari bahan baja dengan kedalaman minimal 35 mm. Kotak harus mempunyai
terminal pentanahan. Sakelar dan kotak-kontak terpasang pada kotak dengan menggunakan
baut.
Pemasangan dengan cakar yang mengembang tidak diperbolehkan.
H. Kabel instalasi
Pada umumnya kabel instalasi kotak-kontak dan penerangan harus kabel inti tembaga dengan
insulasi PVC, satu inti atau lebih (NYY dan NYM). Kabel harus mempunyai penampang minimum
2.5 mm2.
Kode warna insulasi kabel harus mengikuti ketentuan dalam PUIL sebagai berikut :
1) fasa R,S,T : merah, kuning, hitam
2) netral : biru
3) pembumian : hijau dan kuning
Sambungan kabel harus dibuat baik secara listrik dengan menggunakan konus
penyambungan (lasdop) plastik atau konektor lain yang disetujui pengawas.
Sambungan kabel hanya boleh dilakukan dalam kotak penyambungan (T- doos).
4) Di dalam pipa tidak boleh ada sambungan kabel. Kabel harus dari merk Supreme,
Kabelindo, Tranka dan Kabel Metal. Lasdop harus setara merk 3M, T&B.
I. Pipa instalasi pelindung kabel
Pipa instalasi pelindung kabel yang dipakai adalah PVC conduit khusus untuk instalasi listrik.
Pipa, elbow, junction box dan kelengkapan lainnya harus sesuai antara satu dan lainnya.
Diameter yang dipakai adalah 20 mm dan 25 mm. Pipa flexible harus dipasang untuk melindungi
kabel antara junction box dan armature lampu. PVC conduit setara dari merk : EGA, Clipsal.

III.2 PEMASANGAN
A. Pemasangan lampu-lampu
1) Semua fixture penerangan dan perlengkapan-perlengkapan harus dipasang oleh tukang-
tukang yang berpengalaman dengan cara yang harus disetujui oleh pengawas dan
Spesifikasi Teknis

seperti yang ditunjukkan dalam gambar.


2) Pada waktu diselesaikan pemasangan fixture penerangan, seluruhnya harus dalam
keadaan baik dan siap untuk bekerja dalam kondisi sempurna serta bebas dari semua
cacat / kekurangan. Pada waktu pemeriksaan akhir semua fixture dan perlengkapan
harus siap menyala. Semua fixture dan perlengkapan harus bersih dari debu, plester dan
lain-lain. Semua reflektor, kaca, panil pinggir atau bagian-bagian lain yang rusak sebelum
pemeriksaan akhir harus diganti oleh kontraktor tanpa tambahan biaya.
B. Sakelar dan Kotak-kontak Biasa
Kecuali tercatat dan dipersyaratkan lain, tinggi pemasangan sakelar adalah 150 cm dari
permukaan lantai dan untuk kotak-kontak biasa harus 40 cm dari permukaan lantai. Apabila ada
lebih dari lima sakelar dinding atau kotak-kontak biasa ditempatkan pada lokasi yang sama,
maka dua deret kotak-kontak tunggal, ganda atau multi gangs harus dipasang satu diatas yang
lain dan titik tengah deretan tersebut harus berada 1.45 cm di atas permukaan lantai. Kotak-
kontak biasa dekat pintu atau jendela harus dipasang 20 cm dari pinggir kusen pada sisi kunci
seperti ditunjukkan dalam gambar-gambar arsitektur, kecuali ditunjukkan lain oleh pengawas.

III.3 PENGUJIAN
Pengujian seluruh sistem diselenggarakan setelah seluruh pekerjaan selesai.
Pengujian sistem terdiri dari :
A. Pengujian sambungan-sambungan
B. Pengujian tahanan isolasi tiap sirkit
C. Pengujian tahanan pembumian
D. Pengujian pemberian tegangan
Paling lambat 2 (dua) minggu sebelum pengujian dilaksanakan, kontraktor harus sudah
mengajukan jadwal dan prosedur pengujian kepada pengawas untuk mendapatkan persetujuan.
Pengujian harus disaksikan oleh pengawas.
Kontraktor harus membuat catatan mengenai hasil pengujian. Segala biaya untuk
penyelenggaraan pengujian ditanggung oleh kontraktor. Kontraktor harus melakukan general
test penerangan selama 3 x 24 jam.
Spesifikasi Teknis

II.8. FIRE ALARM CONTROL SYSTEM

1.0. LINGKUP PEKERJAAN


1.1 Lingkup pekerjaan ini termasuk pengadaan semua material, peralatan, tenaga
kerja dan lain-lain untuk pemasangan, pengetesan, commissioning, dan
pemeliharaan yang lengkap untuk seluruh pekerjaan sistem fire alarm termasuk
training dan pekerjaan-pekerjaan lain yang dianggap perlu untuk keamanan dan
kesempurnaan fungsi dan operasi sistem fire alarm secara keseluruhan.
1.2 Item pekerjaan yang termasuk lingkup pekerjaan ini adalah sebagai berikut :
1.2.1 Pusat Kontrol
Berupa pekerjaan pengadaan dan pemasangan Fire Alarm Control Panel
(FACP) beserta peralatan bantu lainnya yang diperlukan untuk
kesempurnaan sistem lokasi FACP di Ruang Kontrol. FACP dari tipe semi
adressable

1.2.2 Initiating Devices


Berupa pekerjaan pengadaan dan pemasangan peralatan deteksi dini
kebekaran, seperti Smoke Detector, Heat Detector dan Manual Alarm
Station ( Manual Call Pont ) Break Glass Type, dan Gas Detector.

1.2.3 Alarm Devices


Berupa pekerjaan pengadaan dan pemasangan peralatan pemberi isyarat
awal adanya kebakaran, seperti Indication Lamp, dan Alarm Bell.

1.2.4 Instalasi Sistem


Berupa pekerjaan pengadaan dan pemasangan Terminal Box (TB-FA),
pengkabelan lengkap dengan konduit, sparing, metal doos untuk fixtures
unit, pencabangan dan penyambungan, serta peralatan bantu lainnya.

2.0. KEMAMPUAN OPERASI.


2.1 Ketentuan Umum
2.1.1 Sistem harus mampu melakukan fungsi Monitoring, yaitu :
o Memonitor kejadian atau kondisi ruang / tempat yang dilengkapi
dengan peralatan deteksi yang sesuai dengan tujuan penggunaannya.
o Memonitor kondisi operasi peralatan yang disupervisi.
2.1.2 Sistem harus mampu melakukan fungsi Alerting dan Signaling, yaitu :
o Bila terjadi kondisi yang tidak normal, maka sistem secara otomatis
akan memberikan memberikan tanda-tanda tertentu.
Spesifikasi Teknis

2.1.3 Sistem harus mampu melakukan fungsi Controlling, yaitu :


Mengoperasikan semua bagian sistem yang dikontrolnya.
Pengoperasiannya dapat dilakukan dengan cara :

o Otomatis berdasarkan kejadian, artinya apabila sistem mendeteksi


adanya ketidak normalan kondisi, maka secara otomatis sistem
menjalankan fungsi pengontrolan. Sebagai contoh jika sistem
mendeteksi adanya asap dalam suatu ruangan, maka sistem akan
secara otomatis memberikan tanda alarm.
o Manual, melalui pusat kontrol.
2.2 Fire Detection
2.2.1 Dari pusat kontrol, harus harus dapat diprogram (maupun secara manual)
perintah pengoperasian sistem. Adanya indikasi bahaya kebakaran dan
bekerjanya Control Point pada masing masing zona dapat dimonitor oleh
Pusat Kontrol (FACP) dan ditandai dengan adanya alarm cahaya ataupun
alarm bunyi.
2.2.2 Dari Pusat Kontrol harus dapat diprogram secara otomatis (maupun
secara manual) untuk melakukan general alarm keseluruh area zona
penginderaan.
2.3 Self Diagnostic
2.3.1 Pusat kontrol harus mampu melakukan System Self Diagnostic, yaitu
penyampaian indikasi adanya gangguan / ketidak normalan kondisi yang
terjadi pada pusat kontrol atau sistem itu sendiri.
2.3.2 Gangguan yang dapat diindikasikan yaitu :
o Gangguan pada jaringan
o Terputusnya jalur kabel ke detector
o Terputusnya fuse untuk Alarm Bell
o Terputusnya suplai daya dari battery
2.4 Pusat Kontrol
2.4.1 Pusat kontrol yang digunakan adalah Jenis Semi Adressable 4 loop Solid
State Micro Processor dengan Pre-signal type yang bekerja pada sistem
tegangan rendah (24 V DC) dan tetap beroperasi dengan normal pada
temperatur operasi 0 sampai 40C.
Spesifikasi Teknis

2.4.2 Perlatan ditempatkan dengan sistem module (standard) di dalam box


(sheet metal enclosure). Kabel untuk merangkai modul harus dari jenis
Factory-made dan penyambungannya secara ‘solderless’.
2.4.3 Pengkabelan ke semua Initiating Devices (Monitor Point), Alarm Devices,
dan Releasing Devices (Control Point) harus dilengkapi dengan alat-alat
supervisi secara elektris untuk melihat adanya gangguan yang terjadi
melalui Pusat Kontrol dan interface unit. Gangguan yang dideteksi yaitu
Short-circuit, Open-circuit, dan Ground-fault.
2.4.4 Pusat kontrol harus dilengkapi dengan beberapa switch kontrol untuk
reset silence switch, alarm lamp test switch, battery test switch, dan
beberapa switch lain sesuai standar produk.
2.4.5 Pusat kontrol harus sesuai atau yang setara dengan produk setara produk
Gent atau Esser
2.5 Power Supply
2.5.1 Catu daya primer menggunakan sistem tegangan 1 phase, 220 V AC, 50
Hz, sistem 3 kawat, dan dilengkapi dengan ‘electronic voltage stabilizer’.
2.5.2 Pusat kontrol dilengkapi dengan catu daya cadangan / backup yang
berupa standby battery unit (24 V DC) dari jenis Nickel Cadmium Battery,
Rechargeable, lengkap dengan Charger-nya.
2.5.3 Jika catu daya primer mengalami kegagalan, maka secara otomatis beban
akan dilayani oleh catu daya cadangan.
2.5.4 Standby battery harus mampu melayani sistem selama 24 jam dalam
operasi normal dan ditambah 30 menit dalam keadaan alarm atau terjadi
bahaya kebakaran.
2.5.5 Standby Battery harus sesuai atau yang setara dengan produk GENT,
ESSER. Atau Hochiki Amerika
2.6 Peralatan Pendeteksi (Initiating Devices)
2.6.1 Ketentuan Dasar
2.6.1.1 Initiating devices yang digunakan terdiri dari tipe automatic dan
manual.
2.6.1.2 Initiating devices yang digunakan dari tipe surface mounting.
2.6.1.3 Rangkaian initiating devices harus menggunakan End-of-Line
Resistance (EOLR) yang ditempatkan dalam box atau sesuai
dengan rekomendasi dari pabrik pembuat.
Spesifikasi Teknis

2.6.2 Smoke Detector


2.6.2.1 Photoelectric Smoke Detector yang digunakan harus dari jenis
completely solid state sehingga sensitivitas deteksinya stabil
walaupun terjadi perubahan kondisi lingkungan.
2.6.2.2 Photoelectric Smoke Detector harus mempunyai lampu indikator
alarm (berupa LED) yang menyala dalam kondisi alarm.
2.6.2.3 Data teknis Photoelectric Smoke Detector sebagai berikut :
o Rating Voltage : 24 V DC
o Operating Voltage : 16 – 30 V DC
o Ambient Temperature : -10C sampai +50C
o Ambient Humidity : 0 sampai 95%
o Air Movement : 0 sampai 80 cm/detik
2.6.2.4 Photoelectric Smoke Detector harus mampu mendeteksi asap
yang tampak maupun yang tidak tampak mata.
2.6.2.5 Photoelectric Smoke Detector harus sesuai atau yang setara
dengan produk GENT atau ESSER
2.6.3 Heat Detector
2.6.3.1 Heat Detector yang digunakan mempunyai fungsi yang
merupakan kombinasi fungsi dari Rate-of-Rise Heat Detector dan
Fixed-Temperature Heat Detector.
2.6.3.2 Sensor Fixed-Temperature bekerja pada saat temperatur udara
sekitar mencapai 70C.
2.6.3.3 Sensor Rate-of-Rise merasakan laju kenaikan temperatur udara
sekitar yang cepat dan tidak normal, dan bekerja pada kecepatan
aliran udara 0,85 m/detik dan temperatur 30C lebih tinggi dari
temperatur udara sekitar, dan beroperasi dalam waktu 30 detik.
2.6.3.4 Heat Detector harus seuai atau yang setara dengan produk GENT
atau ESSER,
2.6.4 Manual Initiating Devices
2.6.4.1 Manual Initiating Devices atau Manual Alarm Station yang dipakai
adalah dari jenis Break Glass Switch yang tidak memerlukan
penggatian protection glass setelah pengaktifan.
2.6.4.2 Manual Initiating Devices terbuat dari bahan metal difinish
dengan cat merah enamel, dipasang pada dinding secara exposed
atau dipasang pada permukaan dinding (surface mounting).
Spesifikasi Teknis

2.6.4.3 Manual Alarm Station harus seuai atau yang setara dengan produk
GENT atau ESSER
2.6.5 Alarm Bell
2.6.5.1 Alarm suara yang digunakan berupa Bell 24 V DC.
2.6.5.2 Alarm Bell mempunyai sound level sekitar 100 db pada jarak 1
meter.
2.6.5.3 Alarm Bell harus sesuai atau yang setara dengan produk GENT,
ESSER atau Hochiki Amerika
2.7 Persyaratan Pemasangan
2.7.1 Smoke Detector dan Heat Detector dipasang langsung menempel pada
plafond ruangan.
2.7.2 Manual Alarm Station dipasang pada dinding secara exposed (surface
mounted) pada ketinggian sekitar 150 cm dari lantai.
2.7.3 Alarm Bell dipasang tepat disebelah Indicating Lamp.
2.7.4 Kecuali kabel untuk keperluan komunikasi suara, maka semua kabel
instalasi baik yang ada di FACP maupun di luar panel kontrol harus
menggunakan kabel jenis solid conductor (bukan stranded conductor) dari
bahan tembaga.
2.7.5 Semua instalasi ke circuit yang ada menggunakan kabel PVC dengan
ukuran luas penampang kabel minimal 1,5 mm2 atau sesuai rekomendasi
pabrik pembuat peralatan sistem.
2.7.6 Semua kabel instalasi, kecuali dari jenis tahan api harus dimasukkan dalam
konduit yang sesuai (minimal diameter ¾ inch).
3.0. PROSEDUR UMUM.
3.1 Contoh Bahan, Data Teknis dan Daftar Bahan
3.1.1 Sebelum diadakan/didatangkan ke lokasi, contoh dan/atau brosur/data
teknis bahan/barang/peralatan untuk pekerjaan ini harus diajukan
terlebih dahulu kepada Pengawas Lapangan untuk disetujui.
3.1.2 Kontraktor harus membuat daftar yang lengkap untuk bahan, barang, dan
peralatan yang akan digunakan, dan menyerahkannya kepada Pengawas
Lapangan untuk mendapat persetujuan dengan dilampiri brosur-brosur
yang lengkap dengan data teknis serta performance dari peralatan.
3.1.3 Semua barang dan peralatan yang diadakan oleh Kontraktor harus disertai
dengan Surat Keterangan Keaslian Barang (Letter of Origin) dari pabrik
pembuatnya (Manufacturer) atau agen utamanya (Authorized
Dealer/Agent).
Spesifikasi Teknis

3.2 Gambar Detail Pelaksanaan (Shop Drawing)


3.2.1 Kontraktor harus membuat dan menyerahkan Gambar Detail Pelaksanaan
sistem elektrikal kepada Pengawas Lapangan untuk disetujui.
3.2.2 Gambar Detail Pelaksanaan harus diserahkan sebelum pengadaan bahan
agar diperoleh cukup waktu untuk pemeriksaan dan tidak ada tambahan
waktu bagi Kontraktor bila mengabaikan hal ini.
3.2.3 Gambar Detail Pelaksanaan harus lengkap dan berisi detail-detail yang
diperlukan.
3.2.4 Bila ada perbedaan antara Gambar Kerja yang satu dengan Gambar Kerja
yang lain atau antara Gambar Kerja dengan Spesifikasi Teknis, Kontraktor
harus melaporkannya kepada Pengawas Lapangan untuk dicarikan jalan
keluarnya.
3.2.5 Gambar Kerja Elektrikal hanya menunjukan tata letak bahan dan
peralatan, jalur kabel dan sambungan-sambungan.
3.2.6 Gambar Kerja ini harus diikuti dengan seksama.
3.2.7 Dalam mempersiapkan Gambar Detail Pelaksanaan, dimensi dan ruang
gerak yang digambarkan dalam Gambar Kerja Arsitektur, Struktur dan
Gambar Kerja lainnya yang berkaitan, harus diperiksa.
3.2.8 Kontraktor harus dengan teliti memeriksa kebutuhan ruangan dengan
Kontraktor lain yang mungkin bekerja pada lokasi yang sama untuk
memastikan bahwa semua peralatan dapat dipasang pada tempat yang
telah ditentukan.
3.3 Pengiriman dan Penyimpanan
3.3.1 Semua bahan dan peralatan yang didatangkan harus dalam keadaan baik,
baru, bebas dari segala cacat dan dilengkapi dengan label, data teknis dan
data lain yang diperlukan.
3.3.2 Semua barang dan peralatan yang diadakan oleh Kontraktor harus disertai
dengan surat jaminan keaslian barang (Letter of Origin) dan mempunyai
jaminan serta garansi (Warranty).
3.3.3 Semua bahan dan peralatan harus disimpan dalam kemasannya pada
tempat yang aman dan terlindung dari kerusakan.
3.4 Ketidaksesuaian
3.4.1 Pengawas Lapangan berhak menolak semua bahan yang didatangkan atau
dipasang yang tidak memenuhi ketentuan dalam Gambar Kerja dan/atau
Spesifikasi Teknis.
Spesifikasi Teknis

3.4.2 Kontraktor harus segera memperbaiki dan/atau mengganti setiap


pekerjaan yang tidak sesuai, tanpa tambahan biaya dari Pemilik Proyek.
3.4.3 Bila bahan-bahan yang akan didatangkan ternyata menyimpang atau
berbeda dengan yang ditentukan, Kontraktor harus terlebih dahulu
membuat pernyataan tertulis yang menjelaskan usulan penggantian,
dengan maksud bila diterima, akan segera diadakan penyesuaian. Bila
Kontraktor mengabaikan hal di atas, Kontraktor bertanggung jawab
melaksanakan pekerjaan sesuai Gambar Kerja.
4.0. BAHAN-BAHAN.
4.1 Umum
4.1.1 Fire Alarm Control Panel, Detector, Manual Alarm Station, dan Alarm Bell
harus berasal dari merek yang dikenal luas dan setara dengan merek
GENT atau ESSER
4.1.2 Sistem harus sesuai untuk daerah dengan temperatur sekeliling maksimal
40 C.
5.0. PELAKSANAAN PEKERJAAN.
5.1 Umum
5.1.1 Semua bahan dan perlengkapan yang akan dipasang harus dalam keadaan
baru, tidak rusak, bukan barang bekas dan tidak bercacat, serta telah diuji
di pabrik pembuatnya.
5.1.2 Fire Alarm Control Panel, Detector, Manual Alarm Station, dan Alarm Bell
harus dipasang sesuai petunjuk dari pabrik pembuat dengan tetap
memperhatikan ketentuan dalam Gambar Kerja.
5.2 Pengujian dan Uji Penampilan
5.2.1 Kontraktor harus melakukan semua pengujian dan pengukuran yang
dianggap perlu oleh Pengawas Lapangan untuk memeriksa bahwa seluruh
instalasi dapat berfungsi dengan baik dan memenuhi semua persyaratan
dan seluruh peralatan harus lulus uji fungsional.
5.2.2 Kontraktor harus menyediakan peralatan dan fasilitas untuk pengukuran,
pengujian dan uji penampilan.
5.2.3 Waktu pelaksanaan pengujian dan uji penampilan akan ditentukan oleh
Pengawas Lapangan.
5.2.4 Kabel-kabel feeder sebelum dan sesudah diinstalasikan harus lulus uji
kesinambungan.
Spesifikasi Teknis

5.2.5 Kontraktor harus menyerahkan kepada pemilik Proyek melalui Pengawas


Lapangan, buku asli pengoperasian/pemeliharaan peralatan berikut
salinannya dalam jumlah tertentu, sesuai persyaratan kontrak.
5.2.6 Kontraktor harus menyerahkan kepada pemilik Proyek melalui Pengawas
Lapangan, Surat Jaminan (Warranty) atas produk sistem pengindera
kebakaran, dengan jangka waktu masa garansi sesuai standar dari pabrik
pembuat.
5.3 Uji Penerimaan
5.3.1 Setelah pemasangan selesai, Kontraktor harus mengadakan uji
penerimaan / acceptance test, dengan prosedur pengujian yang disetujui,
untuk menunjukkan bahwa semua perangkat bekerja dan beroperasi
dengan baik sesuai ketentuan.
5.3.2 Uji penerimaan akan meliputi simulasi bahaya kebakaran di setiap ruang
dimana suatu detektor terpasang sesuai dengan jenis detektor yang
dipasang. Juga dilakukan pengujian terhadap semua fasilitas yang dimiliki
oleh unit panel pusat kontrol (FACP).
5.4 Training (Pelatihan)
Kontraktor diwajibkan mengadakan Training atau Pelatihan kepada bagian
operasional Gedung atau yang ditunjuk Pemilik sampai mampu mengoperasikan
peralatan Fire Alarm sistem .

5.5 Pemeliharaan dan Pengoperasian Peralatan


Masa pemeliharaan pekerjaan sistem tata suara sesuai persyaratan dalam kontrak
diwajibkan untuk mengatasi segala kerusakan serta kekurangan-kekurangan.
Spesifikasi Teknis

II.9. SISTEM TATA SUARA

6.0. LINGKUP PEKERJAAN


Pekerjaan ini meliputi pengadaan bahan, peralatan, tenaga kerja dan pemasangan sistem tata
suara pada tempat-tempat seperti ditunjukkan dalam Gambar Kerja dan Spesifikasi Teknis ini.

7.0. STANDAR / RUJUKAN


2.1. Japanase Industrial Standard (JIS).
2.2. Standar Industri Indonesia (SII).
2.3. Spesifikasi teknis Sistem Elektrikal.
2.4. Spesifikasi teknis Sistem Penangkal Petir dan Pentanahan
8.0. PROSEDUR UMUM
8.1 Contoh Bahan, Data Teknis dan Daftar Bahan.
8.1.1 Sebelum diadakan/didatangkan ke lokasi, contoh dan/atau brosur/data teknis
bahan/barang/peralatan untuk pekerjaan ini harus diajukan terlebih dahulu
kepada Pengawas Lapangan / Menejemen Kontruksi untuk disetujui.
8.1.2 Kontraktor harus membuat daftar yang lengkap untuk bahan, barang, dan
peralatan yang akan digunakan kemudian diserahkan kepada Pengawas
Lapangan / Menejemen Kontruksi untuk mendapat persetujuan dengan
dilampiri brosur-brosur yang lengkap dengan data teknis serta performance dari
peralatan.
8.1.3 Semua barang dan peralatan yang diadakan oleh Kontraktor harus disertai
dengan Surat Keterangan Keaslian Barang (Letter of Origin) dari pabrik
pembuatnya (Manufacturer) atau agen utamanya (Authorized Dealer/Agent).
8.2 Gambar Detail Pelaksanaan.
8.2.1 Kontraktor harus membuat dan menyerahkan Gambar Detail Pelaksanaan sistem
tata suara kepada Pengawas Lapangan /Konsultan Manajemen Konstruksi untuk
disetujui.
8.2.2 Gambar Detail Pelaksanaan harus diserahkan sebelum pengadaan bahan agar
diperoleh cukup waktu untuk pemeriksaan. Bila kontraktor mengabaikan
prosedur ini sehingga terjadi keterlambatan waktu maka keterlambatan menjadi
resiko kontraktor dan tidak ada tambahan waktu.
8.2.3 Gambar Detail Pelaksanaan harus lengkap dan berisi detail-detail yang
diperlukan. Mencakup data berikut :
 Nama komponen perangkat tata suara
 Jumlah unit
 Tata letak / susunan peralatan tata suara
 Dimensi
 Detail pemasangan dan Detail lain yang diperlukan
Spesifikasi Teknis

8.2.4 Bila ada perbedaan antara Gambar Kerja yang satu dengan Gambar Kerja yang
lain atau antara Gambar Kerja dengan Spesifikasi Teknis, Kontraktor harus
melaporkannya kepada Pengawas Lapangan / Konsultan Manajemen Konstruksi
untuk dicarikan jalan keluarnya.
8.2.5 Gambar Kerja Tata Suara hanya menunjukan tata letak bahan dan peralatan,
jalur kabel dan sambungan-sambungan. Gambar Kerja ini harus diikuti dengan
seksama.
Dalam mempersiapkan Gambar Detail Pelaksanaan, dimensi dan ruang gerak
yang digambarkan dalam Gambar Kerja Arsitektur, Struktur dan Gambar Kerja
lainnya yang berkaitan, harus diperiksa.

8.2.6 Kontraktor harus dengan teliti memeriksa kebutuhan ruangan dengan


Kontraktor lain yang mungkin bekerja pada lokasi yang sama untuk memastikan
bahwa semua peralatan dapat dipasang pada tempat yang telah ditentukan.
8.3 Pengiriman dan Penyimpanan.
8.3.1 Semua bahan dan peralatan yang didatangkan harus dalam keadaan baik, baru,
bebas dari segala cacat dan dilengkapi dengan label, data teknis dan data lain
yang diperlukan.
8.3.2 Semua barang dan peralatan yang diadakan oleh Kontraktor harus disertai
dengan surat jaminan keaslian barang (Letter of Origin) dan mempunyai jaminan
serta garansi (Warranty).
8.3.3 Semua bahan dan peralatan harus disimpan dalam kemasannya pada tempat
yang aman dan terlindung dari kerusakan.
8.4 Ketidaksesuaian.
8.4.1 Pengawas Lapangan / Konsultan Manejemen Kontruksi berhak menolak semua
bahan yang didatangkan atau dipasang yang tidak memenuhi ketentuan dalam
Gambar Kerja dan / atau Spesifikasi Teknis. Barang yang ditolak harus
dikeluarkan dari lokasi proyek dalam kurun waktu selambat-lambatnya 2 x 24
jam sejak dikeluarkannya perintah pengeluaran barang.
8.4.2 Kontraktor harus segera memperbaiki dan/atau mengganti setiap pekerjaan
yang tidak sesuai, tanpa tambahan biaya dari Pemilik Proyek.
8.4.3 Bila bahan-bahan yang akan didatangkan ternyata menyimpang atau berbeda
dengan yang ditentukan, Kontraktor harus terlebih dahulu membuat pernyataan
tertulis yang menjelaskan usulan penggantian, dengan maksud bila diterima,
akan segera diadakan penyesuaian. Bila Kontraktor mengabaikan hal di atas,
Kontraktor bertanggung jawab melaksanakan pekerjaan sesuai Gambar Kerja.
Spesifikasi Teknis

9.0. BAHAN - BAHAN


9.1 Umum.
9.1.1 Semua perangkat sistem tata suara harus dalam keadaan baru, dilengkapi
sertifikat lulus uji pabrik dan petunjuk pemasangan serta penggunaan dari pabrik
pembuatnya.
9.1.2 Semua perangkat sistem tata suara adalah dari merek BOSS, PHILIPS atau yang
setara.
9.1.3 Semua perangkat sistem tatasuara harus dilengkapi dengan data-data berikut :
 Merek dan nama pabrik
 Tipe
 Tegangan kerja dan frekuensi
 Konsumsi daya
 Impedansi
 Tanggapan Frekuensi
 Dimensi
 Dan data lainnya yang diperlukan.
9.2 Peralatan Tata Suara.
9.2.1 Mikrofon yang dipergunakan untuk paging harus dilengkapi dengan Built-in
Chime
9.2.2 Power Amplifier harus sesuai atau setara kapasitas 240 Watt
9.2.3 Horn Speaker harus memiliki kapasitas 15 watt dan 25 Wat
9.2.4 Rak peralatan yang dilengkapi dengan Monitor Panel, Program Timer, BGM,
Digital Announcer dan Power Switch Panel
9.3 Bahan Elektrikal.
Bahan-bahan elektrikal seperti kabel daya, kabel kontrol, kotak penyambung, konduit, soket dan
lainnya harus sesuai dengan ketentuan dalam Spesifikasi Teknis Elektrikal.

10.0. PELAKSANAAN PEKERJAAN


10.1 Umum.
10.1.1 Semua perangkat sistem tata suara harus dipasang sesuai petunjuk pemasangan
dari pabrik pembuatnya dan Gambar Detail Pelaksanaan serta diagram
pengkabelan yang telah disetujui, dengan tetap memperhatikan ketentuan-
ketentuan dalam Spesifikasi Teknis ini.
10.1.2 Pengkabelan dan penempatan kabel harus memenuhi persyaratan Spesifikasi
Teknis Elektrikal.
10.2 Pemasangan.
10.2.1 Semua perangkat utama yang saling berhubungan satu sama lain harus
ditempatkan pada ruang khusus seperti ditunjukkan dalam Gambar Kerja.
10.2.2 Horn Speaker harus dipasang menyebar pada seluruh bangunan seperti
ditunjukkan dalam Gambar Kerja.
Spesifikasi Teknis

10.3 Pengkabelan.
Kabel harus dipasang dalam konduit atau rak kabel sesuai ketentuan dalam Spesifikasi Teknis.

Pengkabelan untuk mikrofon, pembumian, pengeras suara dan kabel daya harus dipisahkan satu
sama lain dengan isolasi dan pelindung metal.

Pelindung harus diterminasi hanya pada salah satu ujungnya.

10.4 Pembumian.
Semua pembumian harus memenuhi ketentuan Spesifikasi Teknis.

11.0. PENGUJIAN DAN UJI PENAMPILAN


11.1 Kontraktor harus melakukan semua pengujian dan pengukuran yang dianggap perlu oleh
Pengawas Lapangan untuk memeriksa bahwa seluruh instalasi dapat berfungsi dengan
baik dan memenuhi semua persyaratan dan seluruh peralatan harus lulus uji fungsional.
11.2 Kontraktor harus menyediakan peralatan dan fasilitas untuk pengukuran, pengujian dan
uji penampilan.
11.3 Waktu pelaksanaan pengujian dan uji penampilan akan ditentukan oleh Pengawas
Lapangan / Konsultan Manajemen Konstruksi
11.4 Kabel-kabel feeder sebelum dan sesudah diinstalasikan harus lulus uji kesinambungan
(continuity) dan uji isolasi
11.5 Kontraktor harus menyerahkan kepada pemilik Proyek melalui Pengawas Lapangan /
Konsultan Manajemen Konstruksi, buku asli pengoperasian / pemeliharaan peralatan
berikut salinannya dalam jumlah tertentu, sesuai persyaratan kontrak.
11.6 Kontraktor harus menyerahkan kepada pemilik Proyek melalui Pengawas Lapangan /
Konsultan Manajemen Konstruksi,, Surat Jaminan (Warranty) atas produk sistem tata
suara, dengan jangka waktu masa garansi sesuai standar dari pabrik pembuat.
12.0. UJI PENERIMAAN
Setelah pemasangan selesai, Kontraktor harus mengadakan uji penerimaan / acceptance test,
dengan prosedur pengujian yang disetujui, untuk menunjukkan bahwa semua perangkat bekerja
dan beroperasi dengan baik sesuai ketentuan.

Uji penerimaan akan meliputi memperoleh dan menerima berita pada stasiun tertentu, pada
tingkat volume yang baik, tanpa campuran suara dari sumber lain atau unit lain.

13.0. TRAINING (PELATIHAN)


Kontraktor diwajibkan mengadakan Training atau Pelatihan kepada bagian operasional Gedung
atau yang ditunjuk Pemilik sampai mampu mengoperasikan peralatan Tata Suara.

14.0. PEMELIHARAAN DAN PENGOPERASIAN PERALATAN


Masa pemeliharaan pekerjaan sistem tata suara sesuai persyaratan dalam kontrak diwajibkan
untuk mengatasi segala kerusakan serta kekurangan-kekurangan.
Spesifikasi Teknis

II.11. SISTEM SELL SURYA


1. Sel Surya
1.1. Umum
Sistem Sel Surya atau lebih dikenal dengan solar sell dirancang dengan konsep ON GRID, artinya
bahwa sel surya ini hanya bekerja pada saat siang hari dengan sinar matahari yang cukup untuk
membangkitkan daya listrik sesuai dengan yang dibutuhkan. Jika daya yang dibangkitkan tidak
mencukupi kebutuhan beban, maka sistem catu daya ke beban diambil alih oleh sistem listrik PLN.

Kapasitas daya maksimal yang dirancang adalah dari sisi pembangkitan DC adalah sebesar 28,800
kWp dengan kapasitas Daya AC yang dihasilkan berkisar 28 KW. Daya yang dihasilkan dari sel surya
disiapkan untuk mencatu kebutuhan beban yang tersambung dengan Panel AC Lantai 1

1.2. Lingkup Pekerjaan


Pekerjaan sel surya ini meliputi pengadaan dan pemasangan sistem lengkap dengan
material pendukungnya serta acessoriesnya, sehingga sistem bekerja dengan baik sesuai
dengan yang direncanakan. Secara garis besar lingkup pekerjaan adalah sebagai berikut :

 Pengadaan dan pemasangan unit sel surya


 Pengadaan dan pemasangan unit inverter
 Pengadaan dan pemasangan struktur penyangga sel surya
 Pengadaan dan pemasangan sistem pengkabelan
 Melaksanakan pekerjaan instalasi sesuai dengan ketentuan yang dikeluarkan oleh
pabrik pembuat
 Melaksanakan integrasi sistem solar sel dengan sistem kelistrikan PLN
 Melaksanakan testing commissioning dan pelatihan kepada para teknisi dari pemilik
gedung
 Membuat buku petunjuk operasional dan trouble shooting ringan serta petunjuk
perawatannya.
1.3. Spesifikasi Teknis
i. Panel Solar Sel
Data berdasar test berdasar pengujian STC 1000 W/m2; 250C; spectrum AM 1.5

 Jenis Sel : Monocristalline


 Pmax : 400 Wp (-0/+5%)
 Voc : 50 V
 Isc : 10.1 Amper
 Vmp : 40.9 Volt
 Imp : 9.74 Amper
 Voc Temp Coef : -0.332%/0C
 Dimensi (PxLxT) : 1.973x973x35 mm
 Berat : 20.7 kg
 Garansi minimal : 25 tahun
 Produk : Ex German
ii. Inverter
 Synchrone control system
 Daya :30kW, 3 phasa
 MPP Range : 200-800 Vdc
 Starting Voltage : 250 Volt
 Max Power Tracker : 20 kW
Spesifikasi Teknis

 Rated Output : 27,50 kVA


 Rated Output Current : 3x39.9 Amper
 Line voltage : acc. to local requirements
 IP 54
 Interface : Ethernet, USB, RS485, S0 output
 AC connection via screw terminals, bushing 1 x M50, max cross section:
50mm² (fl exible);
 DC connection of M version: spring-type terminals 6-35mm" 3);
 DC connection of XL version: screw and spring-type terminals 10mm², bushing
6 x M32
 DC Connection : Tool Free PV connector WM / MC4
 Proteksi Input :
o Reverse polarity protection
o Photovoltaic array isolation control
o DC switch rating for each MPPT
o Fuse rating
 Proteksi Output
o Anti-islanding protection
o Maximum external AC overcurrent protection : 25A
o Output overvoltage protection – varistor, 3 plus gas arrester
 Garansi : minimal 5 tahun
 Produk : Ex German
iii. Struktur penyangga sel surya
 Bahan : Allumunium rails
 Konstruksi : Rail, Module mid/end clamps
 Screw : Stainless Stell
 Model : Sun Power Roof
 Garansi : minimal 10 tahun
 Produk : Ex German
iv. Solar Cell Cable
 Ukuran : 4 mm2, 10 mm2, dan 25 mm2
 Conductor : Cu
 Conductor Construction : Fine Starnded, Class 5
 Insulation : Rubber (EPR) E14
 Sheath : Rubber (CR) EM5
 UV Resistant
 Oil Resistant EN 60811-2-1
 Ozone Resistant
 Voltage Rating : 1800/3000VAC ; 2600VDC
 Standards : IEC60332-1-2; IEC60228 CLASS 5
 Produk : Ex German
v. Cable Coupler
 Rating Arus : 25 A
 Withstand Voltage : 1000 V
 Contact Resistant : 1 mΩ
 Contact Finish : Silver Plated
 Derajat Proteksi : IP 67
 Standar : UL, TUL
Spesifikasi Teknis

 Produk : Ex German

1.4. Produk yang direkomendasikan


 Solar Panel : Sunset, Bosch
 Inverter : Kaco, Sunny Island, Xantrex
 Penyangga : Sun Power Roof
 Solar Cable : Sunset, Multi contact, Tyco
 Cable Coupler : Sunset, Multi contact, Tyco
Spesifikasi Teknis
Spesifikasi Teknis

MEKANIKAL PLUMBING

PASAL 1
KETENTUAN UMUM

I.1 PERSYARATAN UMUM


A. Pada saat akan melaksanakan pekerjaan, pemborong wajib menyerahkan terlebih dahulu
gambar kerja (shop drawing) guna mendapatkan persetujuan dari direksi. Gambar –
gambar kerja tersebut diserahkan minimal 1 minggu sebelum pekerjaan dimulai.

B. Sebelum melaksanakan pekerjaan, kontraktor harus membuat Rencana Kerja dengan


jadwa l disesuaikan dengan kontraktor yang lain. Apabila terjadi sesuatu perubahan,
kontraktor wajib memberikan pemberitahuan secara tertulis kepada pengawas dan
mengajukan saran-saran perubahan/perbaikan.

C. Apabila terjadi suatu keadaan dimana pemborong tidak mungkin menghasilkan suatu
pekerjaan dengan kualitas baik, maka kontraktor wajib memberikan saran- saran secara
tertulis kepada pengawas untuk mengadakan perubahan-perubahan perbaikan. Apabila
hal ini tidak dilakukan, maka kontraktor tetap bertanggung- jawab terhadap pada kerugian
yang mungkin ditimbulkannya.

D. Selama pelaksanaan, kontraktor wajib memberikan tanda berupa tinta merah terhadap
perubahan-perubahan yang terjadi di lapangan di dalam shop drawing.

E. Kontraktor harus menyerahkan kepada direksi gambar-gambar instalasi sesungguhnya


sebagaimana yang terpasang dalam bangunan (as built drawing ) yang memuat lengkap
terhadap segala perubahan. Terdiri dari satu set di hardcopy dan tiga set gambar softcopy.

F. Kontraktor harus membuat dan melaksanakan program pelatihan (training) bagi operator
yang ditunjuk oleh pemilik, baik mengenai cara penggunaan maupun pemeliharaan sistem
secara keseluruhan.

G. Kontraktor harus menyerahkan kepada direksi buku petunjuk (manual) mengenai cara
pengoperasian dan pemeliharaan sistem secara keseluruhan. Buku itu harus diserahkan
rangkap tiga.

H. Pemasangan peralatan harus sesuai dengan rekomendasi pabrik pembuat peralatan


tersebut. Oleh karena itu, kontraktor harus membuat dan menyerahkan gambar- gambar
rencana instalasi secara rinci sebelum melaksanakan pekerjaan.

I. Syarat-syarat untuk penerimaan bahan-bahan, peralatan-peralatan, cara-cara pemasangan


dan kualitas pengerjaan harus sesuai dengan satu atau beberapa standar di bawah ini :
- Standar Nasional Indonesia (SNI)
- ASTM
- JIS
- NFPA
- ANSI
Spesifikasi Teknis

PASAL 2
PEKERJAAN TATA UDARA DAN VENTILASI MEKANIS

II.1 LINGKUP PEKERJAAN


A. Sistem AC Split untuk ruangan-ruangan tertentu seperti ditunjukkan dalam gambar
Mekanikal berupa Fan Coil Unit (FCU) dan Condensing Unit (CU) lengkap dengan pipa yang
menghubungkan FCU dan CU beserta sistem drain.
B. Sistem ventilasi mekanis untuk toilet dan pantry seperti ditunjukkan dalam gambar
Mekanikal.
C. Penyedian dan pemasangan kabel-kabel, panel-panel dan peralatan elektrikal sehingga
sitem dapat bekerja dengan baik.

II.2 BAHAN DAN PERALATAN


A. Bahan-bahan pipa dan isolasi
1) Pipa refrigerant yang menghubungkan FCU dan CU berupa tembaga yang sesuai dengan
standar yang berlaku
2) Bahan isolasi pipa yang digunakan adalah Polyethylene dengan ketebalan 25- 30 mm
dengan densitas 35-40 kg/m3.
3) Isolasi pipa tersebut dibungkus dengan alumunium foil double sided.
4) Kemudian dibungkus lagi dengan duct tape.
5) Pipa buangan air hasil kondensasi (drain) adalah pipa PVC kelas D (5 kg/cm2).
B. FCU, CU dan Exhaust fan yang digunakan harus :
1) Mempunyai bahan yang standar dari pabrik pembuat
2) Digerakkan dengan motor listrik yang sesuai dengan standar PUIL dan kondisi setempat
C. Setiap unit fan yang berhubungan dengan udara luar harus dilengkapi dengan insect screen
dari bahan nylon.

II.3 PERANCANGAN
A. CU akan ditempatkan di luar ruangan yang akan dikondisikan sebagaimana yang
ditunjukkan dalam gambar Mekanikal. Melalui sistem pipa tertutup, refrigerant
disirkulasikan untuk melayani FCU pada ruangan-ruangan yang dikondisikan.
B. Air buangan hasil kondensasi dibuang ke saluran buangan melalui pipa PVC di luar gedung.
C. Setiap ruangan yang dikondisikan pada dasarnya diharapkan mempunyai temperatur
ruangan yang dikondisikan sekitar 24 +/- 2 oC dan kelembaban relatif sekitar 55%.
D. Tata letak FCU dan CU beserta kapasitasnya dapat dilihat pada gambar Mekanikal.
E. Walaupun gambar rancangan pipa refrigerant diikuti setepat-tepatnya, jalur pipa hanya
boleh dirubah dengan persetujuan direksi dengan memperhatikan tinggi langit-langit,
ukuran-ukuran ruang dan lain-lain tidak boleh berubah/terganggu

II.4 PEMASANGAN
A. Kontraktor harus menjamin bahwa instalasi yang dipasang tidak boleh mengakibatkan
gangguan yang diperoleh dari transmisi suara dan getaran ke dalam ruangan-ruangan yang
akan dihuni. Kontraktor bertanggung-jawab atas modifikasi-modifikasi yang perlu untuk
memenuhi syarat tersebut.
B. Selama pemasangan berlangsung, kontraktor harus menutup ujung pipa yang terbuka
untuk mencegah tanah, debu dan kotoran lain masuk ke dalam pipa.
C. Pipa-pipa harus diberi tanda huruf atau nomor untuk identifikasi dengan cara yang baik dan
tidak mudah hilang / terhapus.
D. Kontraktor menyediakan dan memasang semua panel kontrol yang diperlukan untuk
instalasi ini dengan melakukan penyambungan-penyambungan (wiring) yang diperlukan
sampai ke kabel feeder. Daya panel AC untuk setiap untuk setiap mesin atau peralatan yang
membutuhkan tenaga listrik adalah tanggungjawab kontraktor.
E. Apabila ada peralatan-peralatan yang atau pekerjaan-pekerjaan yang disediakan oleh pihak
lain, yang termasuk dalam penyelesaian instalasi AC dan fan, maka Kontraktor
bertanggung-jawab atas peralatan-peralatan dan pekerjaan tersebut.
Spesifikasi Teknis

F. Peralatan dan perlengkapan yang diperlukan dan tidak disediakan oleh pemberi tugas
maupun oleh kontraktor lainnya, harus disediakan dan dilaksanakan oleh kontraktor AC
dan fan. Dalam hal ini kontraktor harus meneliti lingkup pekerjaan kontraktor lainnya.

II.5 PENGUJIAN
A. Sesudah instalasi terpasang, kontraktor harus melakukan pengujian selama minimum 3 x
24 jam terhadap penyetelan-penyetelan yang perlu sehingga semua syarat unjuk kerja
terpenuhi.
B. Selama pengujian berlangsung, Suplyaier alat/peralatan utama diwajibkan hadir untuk
memberikan petunjuk.
C. Kontraktor harus menguji semua FCU dan CU yang telah terpasang pada beban normal dan
menyerahkan data pengujian kepada direksi sebagai arsip pemberi tugas.

II.6 PENGENDALIAN
Kontraktor harus menyerahkan / melampirkan sertifikat test dari pabrik pembuat peralatan FCU
dan CU, antara lain :
A. Test kapasitas unit
B. Test getaran
C. Test tingkat kebisingan (noise level)

II.7 PERSETUJUAN BAHAN DAN ALAT


A. Dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari setelah kontraktor memperoleh kontrak
pekerjaan, kontraktor harus mengajukan daftar yang lengkap dari pabrik-pabrik atau
perusahaan-perusahaan yang membuat atau memproduksi bahan / alat yang akan
dipasang untuk memperileh persetujuan dari Pemberi Tugas.
B. Setelah daftar tersebut disetujui, kontraktor harus menyerahkan brosur-brosur dari
bahan/peralatan yang akan dipakai untuk mendapat persetujuan dari pengawas.
Spesifikasi Teknis

PASAL 3
PEKERJAAN PLUMBING
III.1 LINGKUP PEKERJAAN
A. Sistem pemipaan air bersih di dalam bangunan Gedung Bertingkat seperti ditunjukkan
dalam gambar Mekanikal lengkap dengan katup penyetop / gate valve, elbow, sambungan
–T, fitting beserta supporting termasuk hanger u-trap dan perlengkapan lain yang
diperlukan.
B. Pompa pelontar yang akan melayani gedung Gedung Bertingkat yang kapasitas serta
headnya sebagaimana ditunjukkan dalam gambar Mekanikal.
C. Semua panel kontrol dan panel listrik yang dibutuhkan untuk menjalankan sistem distribusi
air bersih.
D. Semua alat plambing (fixture) yang direncanakan dipasang di dalam bangunan, termasuk
fitting, kran dan alat-alat lain yang diperlukan.
E. Sistem pemipaan air kotor dari setiap fixture di dalam bangunan hingga ke jaringan
pembuangan air kotor, lengkap dengan pipa ven beserta penunjangnya seperti ditunjukkan
dalam gambar Mekanikal.
F. Sistem pemipaan air hujan menggunakan pipa pvc yang dipasang tegak lurus sampai atap
/ roof top, Pada roof top di pasang Roofdrain.

III.2 BAHAN DAN PERALATAN


A. Pipa air bersih
Pipa distribusi air bersih yang ditanam didalam tanah, dalam shaft dan langit-langit,
maupun pipa cabang untuk distribusi air bersih ke setiap alat plambing (fixture) terbuat dari
POLYPROPYLENE RANDOM (PPR)) standar PN 10.
Pipa setara dari merk : Wavin, Genova, Westpect

B. Pipa air kotor


Pipa air kotor dari setiap alat plambing (fixture) ke pipa tegak yang terletak di shaft
terbuat dari pipa PVC klas AW tekanan kerja 7.5 kg/cm2. Pipa PVC setara dari merk : Wavin,
Maspion

C. Pipa air bekas


Pipa air bekas dari setiap alat plambing (fixture) ke pipa tegak yang terletak di shaft
terbuat dari pipa PVC klas AW tekanan kerja 7.5 kg/cm2. Pipa PVC setara dari merk : Wavin,
Maspion

D. Pipa vent
Pipa vent dari setiap alat plambing (fixture) ke pipa tegak yang terletak di shaft terbuat dari
pipa PVC klas D tekanan kerja 5 kg/cm2.
Pipa PVC setara dari merk : Wavin, Maspion

E. Pipa air hujan


Pipa air hujan dari setiap roof drain ke pipa tegak yang terletak di shaft terbuat dari pipa
PVC klas AW tekanan kerja 7.5 kg/cm2.
Pipa PVC setara dari merk : Wavin, Maspion

F. Setiap bahan pipa, fitting, alat plambing dan peralatan-peralatan yang akan dipasang pada
instalasi harus mempunyai merk yang jelas dari pabrik pembuatnya.

G. Pompa pelontar / Transfer


Jenis pompa pelontar / Transfer yang digunakan adalah jenis Vertical Multistage Centrifugal
Pump dengan kapasitas dan head yang sesuai dengan gambar Mekanikal.
Pompa pelontar harus dari merk : Grundfos, Ebara

H. Pompa Kuras ground water tank (GWT)


Jenis pompa Kuras ground water tank (GWT) yang digunakan adalah jenis pompa Celup
Stainless Steel.
Pompa pelontar harus dari merk : Grundfos, Ebara
Spesifikasi Teknis

III.3 PERANCANGAN
A. Pengisian jaringan air bersih dilakukan oleh pompa pelontar/transfer yang mengambil air
dari ground water tank (GWT). Pompa pelontar/transfer bekerja secara otomatis bila level
air roof tank sudah mencapai level atas yang ditentukan akan off dan on kembali setelah
mencapai level bawah. Tekanan di dalam jaringan pipa air bersih telah mencapai tekanan
level bawah yang telah ditetapkan.
B. Air bersih yang ada dalam jaringan kemudian didistribusikan ke setiap alat plambing yang
membutuhkan air bersih. Sistem pompa boster ini akan bekerja dan berhenti secara
otomatis bila tekanan dalam jaringan mencapai nilai tertentu. Pompa juga dapat
dioperasikan secara manual.

III.4 PEMASANGAN
A. Pelaksanaan pemasangan harus direncanakan dengan baik, dan semua pembongkaran
bagian-bagian bangunan lainnya hanya boleh dilaksanakan setelah mendapat ijin secara
tertulis dari konsultan pengawas. Gambar-gambar pemasangan harus dibuat secara rinci
oleh kontraktor. Hal ini agar dapat diketahui dengan tepat letak/ukuran lubang- lubang
pada dinding yang diperlukan untuk jalu-jalur pipa. Kontraktor bertanggung-jawab atas
ukuran (dimensi) dan lokasi lubang-lubang tersebut. Apabila diperlukan, dilakukan
pembobokan / penambalan tanpa tambahan biaya.
B. Kontraktor bertanggung-jawab atas penyediaan lokasi pemasangan yang tepat.
Pemasangan pada lokasi bangunan yang di cor dengan beton dilaksanakan oleh kontraktor
struktur, atas petunjuk kontraktor plambing.
C. Selama pemasangan berlangsung, kontraktor harus menutup ujung pipa yang terbuka
untuk mencegah tanah, debu dan kotoran lain masuk ke dalam pipa.
D. Semua sambungan yang menghubungkan pipa-pipa dengan ukuran yang berbeda harus
menggunakan reducing fitting. Sedapat mungkin dilaksanakan belokan-belokan dengan
jenis long radius. Belokan-belokan short radius hanya boleh digunakan apabila kondisi
setempat tidak memungkinkan memakai long radius, dan kontraktor harus
memberitahukan hal ini kepada pengawas. Fitting atau alat-alat yang menimbulkan
tahanan aliran yang tidak wajar tidak boleh digunakan.
E. Penggantung atau penumpu pipa harus terikat secara kuat pada bangunan dengan
menggunakan dynabolt atau fischer dilengkapi dengan konstruksi baja bila memang
diperlukan.
F. Setiap pipa cabang utama yang masuk ke lantai harus dilengkapi dengan katup penyetop
(Gate Valve).
G. Semua peralatan dan perlengkapan tambahan yang diperlukan dalam pekerjaan ini harus
disediakan dan dilaksanakan oleh kontraktor tanpa menuntut biaya tambahan.

III.5 PENGUJIAN
A. Setelah pipa dipasang, seluruh jaringan pipa air bersih harus diuji dengan tekanan uji
sebesar 2 (dua) kali tekanan kerja (working pressure) selama paling kurang 6 (enam) jam
tanpa mengalami kebocoran.
B. Apabila suatu bagian dari pipa akan ditutup oleh tembok atau konstruksi bangunan lainnya,
maka bagian tersebut harus diuji dengan cara yang sama seperti diatas sebelum ditutup
dengan tembok atau bagian bangunan lainnya.
C. Kontraktor harus menguji semua motor yang telah terpasang pada beban normal dan
menyerahkan data pengujian kepada direksi untuk arsip pemberi tugas.
D. Kontraktor harus melakukan penyetelan yang perlu pada semua alat-alat pengaturan
otomatik.
E. Apabila pada waktu pemeriksaan atu pengujian ada kerusakan maka kontraktor harus
mengganti bagian yang rusak tersebut dan pengujian diulang sampai hasil pengujiannya
diterima oleh pengawas.
F. Penggantian atas bagian yang rusak tersebut harus dengan yang baru. Penambalan dengan
bahan apapun tidak diperkenankan.
Spesifikasi Teknis

III.6 PERSETUJUAN BAHAN DAN PERALATAN


A. Dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari setelah kontraktor memperoleh kontrak
pekerjaan, kontraktor harus mengajukan daftar yang lengkap dari pabrik-pabrik atau
perusahaan-perusahaan yang membuat atau memproduksi bahan / alat yang akan
dipasang untuk memperoleh persetujuan dari Pemberi Tugas.
B. Setelah daftar tersebut disetujui, kontraktor harus menyerahkan brosur-brosur dari
bahan/peralatan yang akan dipakai untuk mendapat persetujuan dari pengawas.
C. Kontraktor bertanggung-jawab atas pelaksanaan dan pembiayaan yang perlu karena
timbulnya perubahan-perubahan dari contoh bahan-bahan yang akan dipasang dan atau
brosur-brosur untuk mendapatkan persetujuan dari pengawas.
Spesifikasi Teknis

SPESIFIKASI TEKNIS KOMPONEN MEP

NO PEKERJAAN DESKRIPSI MEREK

A PEKERJAAN LISTRIK
1 PENYAMBUNGAN DAYA
Kapasitas : 105 kVA PLN

2 PANEL TM
Tegangan Pengenal : 24-kV Schneider, ABB
Tegangan Pelayanan : 24-kV
Frekuensi : 50-Hz

3 PANEL TR
Komponen : MCB, MCCB Fixed, MCCB Schneider, ABB
Adjustable rating, ACB Adjustable
rating
Panel Manufacturer : Free standing and Wall Mounted Sinar Tekindo, Sier
Capasitor Bank : 240 kVar -12 STEP, kapasitor Schneider
detuned reactor
Panel : Free standing Sinar Tekindo, Sier
Measuring Device : Amperemeter SACI, CIC, GAE
: Voltmeter SACI, CIC, GAE
: Frequency meter SACI, CIC, GAE
: Cos-phi meter SACI, CIC, GAE
Push Button and Pilot Lamp : Standar Telemecanique, Omron
Control relay Omron, National,
Telemecanique
Contactor, Star Delta, Telemecanique, ABB
Starter, DOL

4 KABEL-KABEL
: NYM, NYY, NYA, NYMHY Supreme, Kabelindo, Kabel
Metal
: FRC Supreme, Kabelindo, Kabel
Metal

5 ARMATURE
Lampu : Lampu, Ballast, Starter Phillips, Osram
: Armature SAKA, Scarto , Artolite
: Ni-Cad battery (min. 2-jam) Manvier, WA, Hits

6 SAKLAR DAN STOP KONTAK Panasonic, Clipsal, Legrand

C PEKERJAAN FIRE-ALARM
MCFA, dilengkapi dengan :
1. Sealed acid battery
2. Power supply
Spesifikasi Teknis

3. Battery charger

Type : Semi-addressable Esser, Notifier, Apron


Kapasitas : sesua gambar Esser, Notifier, Apron
Alarm Bell : Sound press level bell ±90-dB Esser, Notifier, Apron
Manual Break-glass : Standard Model Esser, Notifier, Apron
Indicator Lamp : Rating AC/DC 2V, 21-mA, Red Esser, Notifier, Apron
color
Detector : ROR, Smoke, Fixed Esser, Notifier, Apron
Jack Telephone Esser, Notifier, Apron
Kabel : NYA, NYM, ITC Supreme, Kabelindo, Kabel
Metal
Conduit : PVC high impact Ega, Clipsal

F PEKERJAAN CCTV
Peralatan Utama : Digital Video-Recorder 16-Ch 1- G-lenz, Avtech, Samsung
TB
Kabel : Kabel Coax 59 + Power Belden
: NYMHY - multi-cores (untuk Supreme, Kabelindo, Kabel
motorized) Metal
Conduit : PVC high impact dia. 20-mm Clipsal, Ega
Cable Rack Tritek, Tims
Camera G-lenz, Avtech, Samsung

G PEKERJAAN PLUMBING
1 POMPA KURAS : Grundfos, Ebara
Type : UNLIFT AP 12.40.04.A1
Kapasitas : 150 Lpm
Total Head :7m
Power : 0,75 KW x 1 Phase . 220 v. 2 Pole,
50 HZ
2 POMPA BUANGAN : Pipa PVC Class-AW 10-kg/cm2 Wavin, Maspion
3 VALVE : Class 20-K, Class 10-K Kitz, Toyo
4 PRESSURE GAUGE Nagano, Australian

H PEKERJAAN TATA UDARA


Fan : Bathroom / Public Toilet 30x30- KDK, Panasonic
cm (silent)
Pipa PVC : Class AW 10-kg/cm2 Wavin, Maspion
Grill : ukuran 80x30-cm Prima Bangun, Dinamis
Pipa Refrigerant : Class-L Denji, Artic
Isolasi Pipa Refrigerant Insuflex, Aeroflex

I KABEL TRAY
Kabel Tray Arus Kuat : type standart Tritek, Tims
Kabel Tray Arus Lemah : type standart Tritek, Tims
Spesifikasi Teknis

BAB 3
PENUTUP

1. Uraian pekerjaan yang belum termuat dalam ketentuan dan syarat-syarat ini tetapi didalam
pelaksanaannya harus ada, maka pekerjaan tersebut dapat dilaksanakan setelah ada perintah
tertulis dari Pemimpin Proyek dan akan diperhitungkan dalam pekerjaan tambahan.

2. Apabila terdapat jenis pekerjaan yang semula diestimasi oleh Konsultan Perencana perlu dikerjakan
dan sudah termuat dalam Daftar Rencana Anggaran Biaya, tetapi menurut pertimbangan Pemberi
Tugas yang dapat dipertanggungjawabkan tidak perlu lagi dilaksanakan, maka atas perintah
tertulis dari Pemberi Tugas pekerjaan tersebut tidak dilaksanakan dan akan diperhitungkan sebagai
pekerjaan kurangan.

3. Apabila terdapat perbedaan antara gambar, spesifikasi teknis, dan Rencana Anggaran Biaya,
maka sebelum pekerjaan tersebut dilaksanakan harus diadakan
rapat terlebih dahulu untuk mendapatkan kepastian.

Anda mungkin juga menyukai