Anda di halaman 1dari 188

DINAS CIPTA KARY A, PERUMAHAN DAN KAWASAN PEMUKIMAN

KABUPATEN GRESIK
JI. Dr. Wahidin Sudirohusodo No. 60 Gresik
Te le p o n : (031) 3975454

RKS
RENCANA KERJA DAN SYARAT - SYARAT
PEMBANGUNAN MUSHOLLA KEJAKSAAN NEGERI GRESIK
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS B-0

PERSYARATAN TEKNIS

A. PENJELASAN UMUM

I. URAIAN UMUM
1.1. PEKERJAAN
a. Pekerjaan ini adalah meliputi pekerjaan Pembangunan Musholla Kejaksaan Negeri Gresik
- Tahun Anggaran 2022 dari pekerjaan sipil, arsitektur, mekanikal dan elektrikal beserta
penyelesaian halamannya.
b. Istilah “Pekerjaan” mencakup penyediaan semua tenaga kerja (tenaga ahli, tukang, buruh
dan lainnya), bahan bangunan dan peralatan/perlengkapan yang diperlukan dalam
pelaksanaan pekerjaan termaksud.
c. Pekerjaan harus diselesaikan seperti yang dimaksud dalam RKS, Gambar-gambar Rencana,
Berita Acara Rapat Penjelasan Pekerjaan serta Addenda yang disampaikan selama
pelaksanaan.
d. Konstruksi di desain sesuai kaidah-kaidah struktur dengan masa /umur bangunan 25 tahun

1.2. BATASAN/PERATURAN PELAKSANAAN PEKERJAAN


Dalam melaksanakan pekerjaannya Kontraktor harus tunduk kepada :
a. Undang – Undang Republik Indonesia No. 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi
b. Undang – Undang Republik Indonesia No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
c. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum RI No. 441/KPTS/1998 tentang Persyaratan Teknis
Bangunan Gedung
d. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum RI No. 468/KPTS/1998 tentang Persyaratan Teknis
Aksesibilitas pada Bangunan Umum dan Lingkungan
e. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum RI No. 10/KPTS/2000 tentang Ketentuan Teknis
Pengamanan Terhadap Bahaya Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan
f. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum RI 11/KPTS/2000 tentang Ketentuan Teknis
Manajemen Penanggulangan Kebakaran di Perkotaan
g. Permen Menteri Pekerjaan Umum RI 45/PRT/M/2007 tentang Pedoman Teknis
Pembangunan bangunan Gedung Negara
h. Keputusan Direktur Jenderal Perumahan dan Permukiman Departemen Permukiman dan
Prasarana Wilayah No. 58/KPTS/DM/2002 tentang Petunjuk Teknis Rencana Tindakan
Darurat Kebakaran pada Bangunan Gedung
i. Peraturan Umum Pemeriksaan Bahan-bahan Bangunan (PUPB NI-3/56)
j. Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971 (PBI 1971)
k. Peraturan Umum Bahan Nasional (PUBI 982)
l. Peraturan Perburuhan di Indonesia (Tentang Pengarahan Tenaga Kerja)
m. Peraturan-peraturan di Indonesia (Tentang Pengarahan Tenaga Kerja)
n. SKSNI T-15-1991-03
o. Peraturan Umum Instalasi Air (AVWI)
p. Algemenee Voorwarden (AV)
q. Konstruksi di desain sesuai kaidah-kaidah struktur dengan masa /umur bangunan 25 tahun
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS B-1

1.3. DOKUMEN KONTRAK


a. Dokumen Kontrak yang harus dipatuhi oleh Kontraktor terdiri atas :
• Surat Perjanjian Pekerjaan
• Surat Penawaran Harga dan Perincian Penawaran
• Gambar-gambar Kerja/Pelaksanaan
• Rencana Kerja dan Syarat-syarat
• Agenda yang disampaikan oleh Konsultan Pengawas selama masa Pelaksanaan
b. Kontraktor wajib untuk meneliti gambar-gambar, RKS dan dokumen kontrak lainnya yang
berhubungan. Apabila terdapat perbedaan/ketidak-sesuaian antara RKS dan gambar-
gambar pelaksanaan, atau antara gambar satu dengan lainnya, Kontraktor wajib untuk
memberitahukan/melaporkannya kepada Konsultan Pengawas.
Persyaratan teknik pada gambar dan RKS yang harus diikuti adalah :
1. Bila terdapat perbedaan antara gambar rencana dengan gambar detail, maka gambar
detail yang diikuti.
2. Bila skala gambar tidak sesuai dengan angka ukuran, maka ukuran dengan angka yang
diikuti, kecuali bila terjadi kesalahan penulisan angka tersebut yang jelas akan
menyebabkan ketidaksempurnaan/ketidaksesuaian konstruksi, harus mendapatkan
keputusan Konsultan Pengawas lebih dahulu.
3. Bila tedapat perbedaan antara RKS dan gambar, maka RKS yang diikuti kecuali bila
hal tersebut terjadi karena kesalahan penulisan, yang jelas mengakibatkan
kerusakan/kelemahan konstruksi, harus mendapatkan keputusan Konsultan
Pengawas.
4. RKS dan gambar saling melengkapi bila di dalam gambar menyebutkan lengkap
sedang RKS tidak, maka gambar yang harus diikuti demikian juga sebaliknya.
5. Yang dimaksud dengan RKS dan gambar di atas adalah RKS dan gambar setelah
mendapatkan perubahan/penyempurnaan di dalam berita acara penjelasan pekerjaan.
6. Bila akibat kekurang telitian Kontraktor Pelaksana dalam melakukan pelaksanan
pekerjaan, terjadi ketidaksempurnaan konstruksi atau kegagalan struktur bangunan,
maka Kontraktor Pelaksana harus melaksanakan pembongkaran terhadap konstruksi
yang sudah dilaksanakan tersebut dan memperbaiki/melaksanakannya kembali setelah
memperoleh keputusan Konsultan Pengawas tanpa ganti rugi apapun dari pihak-pihak
lain.
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS B-2

II. LINGKUP PEKERJAAN


2.1. SYARAT KHUSUS SPESIFIKASI TEKNIS
a. PERSONIL MANAJERIAL
Jabatan dalam Pengalaman
Tingkat
pekerjaan yang Kerja Sertifikat Kompetensi Kode
No. Pendidikan/
akan Profesional Kerja Sertifikat
Ijazah
dilaksanakan (Tahun)

Pelaksana Bangunan
TA 022/ TS
1. Pelaksana Gedung / Pekerjaan
051
Gedung

Memiliki Sertifikat/ Surat


Petugas Keterangan Lulus
3. kelematan Bimbingan Teknis
konstruksi SMK3K sebagai Petugas
K3 Kontruksi

b. PERALATAN UTAMA
No UraianPeralatan Utama Kapasitas Jumlah

1 Gerinda/Pemotong keramik - 2 Unit

2 Mesin las listrik 450 Watt 1 Unit

3 Total station/Theodolit - 1 Unit

c. PEKERJAAN UTAMA
No. Jenis Pekerjaan

1. Pekerjaan Kosen dan Kaca

2. Pekerjaan Atap
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS B-3

d. KEBUTUHAN K3

A PENYIAPAN RK3K
1 Pembuatan manual, prosedur, intruksi kerjan dan ijin kerja 2.00 set
Pembuatan identitas kartu pekerja
2 15.00 Lb
( KIP )
SOSIALISASI DAN
B
PROMOSI K3
1 Spanduk ( banner ) 2.00 Lb
2 Poster 3.00 Lb
3 Papan Informasi K3 1.00 Bh
C ALAT PELINDUNG KERJA
1 Tali Keselamatan ( life line ) 1.00 Ls
2 Penahan Jatuh ( safety deck ) 1.00 Ls
D ALAT PELINDUNG DIRI
Helem pelindung ( safety
1 20.00 Bh
helmet )
Sarung Tangan ( safety gloves
2 10.00 Bh
)
Sepatu keselamatan ( safety
3 10.00 Bh
shoes )
Penunjang seluruh tubuh ( full
4 3.00 Bh
body harness )
Rompi keselamatan ( safety
5 20.00 Bh
vest )
E ASURANSI DAN PERIJINAN
Asuransi Konstruksi 0,015 % dari
1 1.00 Ls
Nilai Pelaksanaan
F PERSONIL K3
1 Petugas K3 3.00 OB
FASILITAS SARANA
G
KESEHATAN
1 Peralatan P3K ( kotak P3K, tandu, obat luka, perban ) 1.00 Ls
H RAMBU - RAMBU
1 Rambu petunjuk 3.00 Bh
2 Rambu larangan 3.00 Bh
3 Rambu Peringatan 3.00 Bh
4 Rambu Kewajiban 2.00 Bh
5 Rambu Informasi 2.00 Bh
Tongkat pengatur lalu lintas (
6 1.00 Bh
warning lights stick )
Kerucut lalu lintas ( traffic cone
7 2.00 Bh
)

I LAIN-LAIN TERKAIT PENGENDALIAN RESIKO K3


Alat pemadam kebakaran ringan (
1 2.00 Bh
APAR )
2 Bendera K3 1.00 Bh
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS B-4

e. IDENTIFIKASI BIAYA
TABEL 1. IDENTIFIKASI BAHAYA, PENILAIAN RISIKO, PENETAPAN PENGENDALIAN RISIKO K3

Nama Perusahaan : ..................


Kegiatan : ..................
Lokasi : ..................
Tanggal dibuat : .................. halaman : ….. / …..
PENILAIAN
RISIKO
PENETAPAN
JENIS/TIPE IDENTIFIKASI KEKERAPAN
NO. PEKERJAAN BAHAYA
DAMPAK
KEPARAHAN
SKALA PRIORITAS PENGENDALIAN
RISIKO K3
TINGKAT
RISIKO
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
Terpeleset,
Terjatuh,
Pemasangan Atap Tertimpa dan
1 Terbentur
Kaca tempered
saat
pemasangan
kaca
Keterangan:
Kolom (4), (5), (6), (7), (8), (9) diisi oleh penyedia

2.2. KETERANGAN UMUM


Lingkup pekerjaan yang dikerjakan pada Pembangunan Mushollah Kejaksaan Negeri Gersik
- Tahun Anggaran 2022 tersebut secara umum meliputi pekerjaan yang terdiri dari:
a. Pekerjaan Persiapan, meliputi :
• Penyediaan air dan daya kerja
• Pembersihan lokasi kerja
• Direksi Keet
• Pagar Proyek
• Dll.
b. Pekerjaan Sipil, meliputi :
• Pekerjaan galian dan urugan tanah
• Pekerjaan pondasi bor pile, telapak dan batu kali
• Pekerjaan pile cap
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS B-5

• Pekerjaan sloof
• Pekerjaan kolom & balok
• Pekerjaan plat lantai
• Pekerjaan baja rangka atap
• Pekerjaan waterproofing
• Dll
c. Pekerjaan Arsitektur, meliputi :
• Pekerjaan dinding bata ringan dan plesteran acian
• Pekerjaan kusen aluminium, pintu dan jendela (aluminium dan besi)
• Pekerjaan railling
• Pekerjaan penutup lantai
• Pekerjaan penutup dinding dan plin
• Pekerjaan plafond
• Pekerjaan pengecatan
• Pekerjaan sanitair
• Pekerjaan Facade
• Pekerjaan penutup atap
• Dll
d. Pekerjaan Mekanikal, meliputi :
• Pekerjaan instalasi air bersih
• Pekerjaan instalasi air hujan
• Pekerjaan instalasi air kotor
• Pekerjaan instalasi air bekas
• Pekerjaan instalasi tata udara
• Pekerjaan instalasi Drainase lingkungan
• Dll
e. Pekerjaan Elektrikal, meliputi :
• Pekerjaan Penerangan dan Stop Kontak
• Pekerjaan Penyambungan Daya Listrik
• Dll
f. Pekerjaan lain-lain
Pekerjaan yang jelas terkait langsung maupun tidak langsung yang tidak bisa dipisahkan
dengan pekerjaan utama sesuai dengan gambar dan RKS. Harga kontrak adalah sudah
termasuk pengurusan segala ijin-ijin yang diperlukan untuk operasionalnya gedung ini.

2.3. SARANA DAN CARA KERJA


a. Kontraktor wajib memeriksa kebenaran dari kondisi pekerjaan meninjau tempat pekerjaan,
melakukan pengukuran-pengukuran dan mempertimbangkan seluruh lingkup pekerjaan
yang dibutuhkan untuk penyelesaian dan kelengkapan dari proyek.
b. Kontraktor harus menyediakan tenaga kerja serta tenaga ahli yang cakap dan memadai
dengan jenis pekerjaan yang dilaksanakan, serta tidak akan mempekerjakan orang-orang
yang tidak tepat atau tidak terampil untuk jenis-jenis pekerjaan yang ditugaskan kepadanya.
Kontraktor harus selalu menjaga disiplin dan aturan yang baik diantara pekerja/karyawannya.
c. Kontraktor harus menyediakan alat-alat kerja dan perlengkapan seperti beton molen, pompa
air, timbris, waterpas, alat-alat pengangkut dan peralatan lain yang diperlukan untuk
pekerjaan ini. Peralatan dan perlengkapan itu harus dalam kondisi baik.
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS B-6

d. Kontraktor wajib mengawasi dan mengatur pekerjaan dengan perhatian penuh dan
menggunakan kemampuan terbaiknya. Kontraktor bertanggung jawab penuh atas seluruh
cara pelaksanaan, metode, teknik, urut-urutan dan prosedur, serta pengaturan semua bagian
pekerjaan yang tercantum dalam Kontrak.
e. Shop Drawing (gambar kerja) harus dibuat oleh Kontraktor sebelum suatu komponen
pekerjaan dilaksanakan.
f. Shop Drawing harus sudah mendapatkan persetujuan Konsultan Pengawas dan Konsultan
Perencana sebelum elemen pekerjaan yang bersangkutan dilaksanakan.
g. Sebelum penyerahan pekerjaan kesatu, Kontraktor Pelaksana sudah harus menyelesaikan
gambar sesuai pelaksanaan yang terdiri atas :
▪ Gambar rancangan pelaksanaan yang tidak mengalami perubahan dalam
pelaksanaannya.
▪ Shop drawing sebagai penjelasan detail maupun yang berupa gambar-gambar
perubahan ( As Build Drawing ).
h. Penyelesaian yang dimaksud pada ayat g harus diartikan telah memperoleh persetujuan
Konsultan Pengawas setelah dilakukan pemeriksaan secara teliti.
i. Gambar sesuai pelaksanaan dan buku penggunaan dan pemeliharaan bangunan
merupakan bagian pekerjaan yang harus diserahkan pada saat penyerahan kesatu,
kekurangan dalam hal ini berakibat penyerahan pekerjaan kesatu tidak dapat dilakukan.

j. Pembenahan/perbaikan kembali yang harus dilaksanakan Kontraktor,bila :


▪ Komponen-komponen pekerjaan pokok/konstruksi yang pada masa pemeliharaan
mengalami kerusakan atau dijumpai kekurang sempurnaan pelaksanaan.
▪ Komponen-komponen konstruksi lainnya atau keadaan lingkungan diluar pekerjaan
pokoknya yang secara langsung mengalami kerusakan akibat pelaksanaan pekerjaan ini
karena kurangnya antisipasi dari kontraktor (misalnya jalan, halaman, bangunan
sekitarnya dan lain sebagainya).
k. Pembenahan lapangan yang berupa pembersihan lokasi dari bahan-bahan sisa-sisa
pelaksanaan termasuk bowkeet dan direksikeet harus dilaksanakan sebelum masa kontrak
berakhir, kecuali akan dipergunakan kembali pada tahap selanjutnya.

2.4. PEMBUATAN RENCANA JADUAL PELAKSANAAN


a. Kontraktor Pelaksana berkewajiban menyusun dan membuat jadual pelaksanaan dalam
bentuk barchart yang dilengkapi dengan grafik prestasi yang direncanakan berdasarkan
butir-butir komponen pekerjaan sesuai dengan penawaran.
b. Pembuatan rencana jadual pelaksanaan ini harus diselesaikan oleh Kontraktor Pelaksana
selambat-lambatnya 10 hari setelah dimulainya pelaksanaan di lapangan pekerjaan.
Penyelesaian yang dimaksud ini sudah harus dalam arti telah mendapatkan persetujuan
Konsultan Pengawas.
c. Bila selama 10 hari setelah pelaksanaan pekerjaan dimulai, Kontraktor Pelaksana belum
menyelesaikan pembuatan jadual pelaksanaan, maka Kontraktor Pelaksana harus dapat
menyajikan jadual pelaksanaan sementara minimal untuk 2 minggu pertama dan 2 minggu
kedua dari pelaksanaan pekerjaan.
d. Selama waktu sebelum rencana jadual pelaksanaan disusun, Kontraktor Pelaksana harus
melaksanakan pekerjaannya dengan berpedoman pada rencana pelaksanaan mingguan
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS B-7

yang harus dibuat pada saat dimulai pelaksanaan. Jadual pelaksanaan 2 mingguan ini harus
disetujui oleh Konsultan Pengawas.

2.5. KETENTUAN DAN SYARAT-SYARAT BAHAN


a. Kontraktor harus menyediakan bahan-bahan bangunan dalam jumlah dan kualitas yang
sesuai dengan lingkup pekerjaan yang dilaksanakan. Sepanjang tidak ada ketentuan lain
dalam RKS ini dan Berita Acara Rapat Penjelasan, maka bahan-bahan yang dipergunakan
maupun syarat-syarat pelaksanaan harus memenuhi syarat-syarat yang tercantum dalam
AV-41 dan PUBI-1982 serta ketentuan lainnya yang berlaku di Indonesia.
b. Sebelum memulai pekerjaan atau bagian pekerjaan, Pemborong harus mengajukan contoh
bahan yang akan digunakan kepada Konsultan Pengawas yang akan diajukan User dan
Konsultan Perencana untuk mendapatkan persetujuan. Bahan-bahan yang tidak memenuhi
ketentuan seperti disyaratkan atau yang dinyatakan ditolak oleh Konsultan Pengawas tidak
boleh digunakan dan harus segera dikeluarkan dari halaman pekerjaan selambat-lambatnya
dalam waktu 2 x 24 jam.
c. Apabila bahan-bahan yang ditolak oleh Konsultan Pengawas ternyata masih dipergunakan
oleh Kontraktor, maka Konsultan Pengawas memerintahkan untuk membongkar kembali
bagian pekerjaan yang menggunakan bahan tersebut. Semua kerugian akibat
pembongkaran tersebut sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor.
d. Jika terdapat perselisihan mengenai kualitas bahan yang dipakai, Konsultan Pengawas
berhak meminta kepada Kontraktor untuk memeriksakan bahan itu ke Laboratorium Balai
Penelitian Bahan yang resmi dengan biaya Kontraktor. Sebelum ada kepastian hasil
pemeriksaan dari Laboratorium, Kontraktor tidak diizinkan untuk melanjutkan bagian-bagian
pekerjaan yang menggunakan bahan tersebut.
e. Penyimpanan bahan-bahan harus diatur dan dilaksanakan sedemikian rupa sehingga tidak
mengganggu kelancaran pelaksanaan pekerjaan dan terhindarnya bahan-bahan dari
kerusakan.
f. Persyaratan mutu bahan bangunan secara umum adalah seperti di bawah ini, sedangkan
bahan-bahan bangunan yang belum disebutkan disini akan diisyaratkan langsung di dalam
pasal-pasal mengenai persyaratan pelaksanaan komponen konstruksi di belakang.
▪ Air
Air yang digunakan sebagai media untuk adukan pasangan plesteran, beton dan
penyiraman guna pemeliharaan harus air tawar, tidak mengandung minyak, garam, asam
dan zat organik lainnya yang telah dikatakan memenuhi syarat, sebagai air untuk
keperluan pelaksanaan konstruksi oleh laboratorium tidak lagi diperlukan rekomendasi
laboratorium.
▪ Semen Portland (PC)
Semen Portland yang digunakan adalah jenis atau type satu harus satu merek untuk
penggunaan dalam pelaksanaan satu satuan komponen bengunan, belum mengeras
sebagai atau keseluruhannya. Penyimpanannya harus dilakukan dengan cara dan
didalam tempat yang memenuhi syarat sebagai air untuk menjamin kebutuhan kondisi
sesuai persyaratan di atas.
▪ Pasir (Ps)
Pasir yang digunakan adalah pasir Lumajang,Ngujang atau Kelut, berbutir keras, bersih
dari kotoran, lumpur, asam, garam, dan bahan organik lainnya, yang terdiri atas.
1. Pasir untuk urugan adalah pasir dengan butiran halus, yang lazim disebut pasir urug.
2. Pasir untuk pasangan adalah pasir dengan ukuran butiran sebagian terbesar adalah
terletak antara 0,075 sampai 1,25 mm yang lazim dipasarkan disebut pasi pasang
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS B-8

3. Pasir untuk pekerjaan beton adalah pasir cor yang gradasinya mendapat
rekomendasi dari laboratorium.
▪ Batu Pecah (Split)
Split untuk beton struktur maupun beton praktis harus menggunakan split dari batu
kali hitam pecah, bersih dan bermutu baik, serta mempunyai gradasi dan
kekerasan sesuai dengan syarat-syarat yang tercantum dalam PBI 1971.
▪ Batu Bata
Batu Bata untuk pekerjaan pasangan dinding dan lain-lain yang disebutkan di dalam
gambar harus menggunakan batu bata merah yang memenuhi syarat standar sebagai
berikut :
1. Berukuran standar dan berwarna merah bata tua sebagai hasil pembakaran yang
sempurna atau matang. Pembakaran yang dimaksud adalah pembakaran dengan
menggunakan kayu.
2. Sisi-sisinya bersudut tajam dan kuat tidak dapat dikorek dengan tangan,
berpermukaan rata dan tidak menampakkan retak-retak merugikan.
3. Tidak boleh mengandung garam yang dapat larut sedemikian banyaknya sehingga
pengkristalannya dapat mengakibatkan lebih dari 40% permukaan bata tebal oleh
bercak-bercak putih.
4. Batu bata yang di syaratkan adalah batu bata merah press mesin yang presisi, padat,
bersudut runcing dan berwarna merah bata sama.
5. Maksimum pecah 5%.
▪ Bata Ringan
Bata ringan yang dipakai untuk pekerjaan pasangan dinding dan penyekat ruang yang
disebutkan di dalam gambar harus menggunakan bata ringan dengan ketebalan 10 cm
dan yang memenuhi syarat standar sebagai berikut :
1. Berukuran standar dan berwarna putih.
2. Sisi-sisinya bersudut tajam dan kuat tidak dapat dikorek dengan tangan,
berpermukaan rata dan tidak menampakkan retak-retak merugikan.
3. Tidak boleh mengandung asbes.
▪ Baja Profil
1. Baja profil untuk konstruksi rangka atau konstruksi baja lainnya harus berasal dari
bahan baja dengan ketegangan leleh minimal 3500 kg/cm2.
2. Batang baja yang akan digunakan sebagai rangkaian konstruksi yang harus lurus
(maksimum bengkok 1/4000 panjang batang). Bebas dari puntiran lubang-lubang
karat, lapisan minyak, lapisan cat dan kotoran lain serta cat-cat lainnya.
3. Penggunaan air dan listrik dari lingkungan proyek harus melalui saluran tersendiri
dilengkapi dengan meter pengukur, sehingga dapat diperhitungkan biaya pengganti
pemakaiannya.
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS B-9

2.6. PELAKSANAAN PROTOKOL KESAHATAN


1. Pelaksanaan protokol kesehatan pekerjaan konstruksi harus diterapkan selama kegiatan
konstruksi berlangsung. Peralatan penunjang pendukung kesehatan dan keselamatan kerja
harus dipakai selama kegiatan berlangsung sesuai resiko pekerjaan. Hal ini berlaku bagi
penyedia, direksi, pengawas, tamu, dan lainnya yang berada diarea pekerjaan konstruksi.
2. Protokol kesehatan terkait Covid-19 harus diterapkan secara ketat sesuai anjuran pemerintah
yaitu 5M :
• Memakai Masker
• Mencuci Tangan Dengan Sabun
• Menjaga Jarak
• Menghindari Kerumunan bila tidak ada keperluan tertentu
• Membatasi Mobilitas bagi yang tidak berkepentingan dengan pekerjaan konstruksi
3. Pelaksanaan Protokol Kesehatan dapat dikonsultasikan dengan petugas K3

2.7. Alat Pelindung Diri


Penyedia Jasa wajib menyediakan Alat Pelindung Diri (APD) bagi para Pekerja
maupun Tamu yang dating ke lokasi proyek dengan menyediakan Peralatan
keselamatan kerja yang berfungsi untuk mencegah dan melindungi Pekerja
maupun pengunjung proyek dari kemungkinan mendapatkan kecelakaan kerja. APD
utama yang wajib disediakan adalah Helm pelindung dan Safety shoes sedangkan
APD lain disediakan sesuai jenis pekerjaan yang dilaksanakan.
Macam-macam dan jenis APD dapat berupa:
- Helmet:Topi/Pelindung kepala Melindungi dari kejatuhan benda, benturan benda
keras, diterpa panas dan hujan, dengan standar warna sebagai berikut:
• Tamu –warna putih polos;
• Tim:
• Pe laksana–warna putih polos dilengkapi dengan 1 strip (8 mm);
• Kepala pelaksana–warna putih polos dilengkapi dengan 2 strip (2 x 8mm);
• Kepala pekerjaan konstruksi–warna putih polos dilengkapi dengan 3 strip
berukuran @ 8mm, dan 1 strip 15 mm di bagian paling atas.
• Pekerja pada Unit Keselamatan Konstruksi – warna merah;
• Pekerja pada Unit kerja Sipil–warna kuning;
• Pekerja pada Unit kerja Mekanikal Elektrikal (ME)–warna biru;
• Pekerja pada Unit kerja Lingkungan–warna hijau; dan
• Jika ada logo perusahaan, ditempatkan di bagian tengah dan depan
pelindung kepala
- Safety Shoes : Pelindung kaki Melindungi kaki dari benda tajam,
tersandung benda keras, tekanan dan pukulan, lantai yang basah, lincir dan
berlumpur, disesuaikan dengan jenis bahayanya
- Safety Glasses : Kaca mata/Kedok Las Melindungi dari sinar las, silau,
partikel beterbangan, serbuk terpental, radiasi, cipratan cairan berbahaya
- Earplug: Pelindung telinga/Earmuff Melindungi dari suara yang
menyakitkan terlalu lama, dengan batas kebisingan diatas 85 db.
- Masker Mulut/hidung/oksigen :Melindungi dari pekerjaan yang
menggunakan bahan/serbuk kimia, udara terkontaminasi, debu, asap, kadar
oksigen kurang.
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS B - 10

- Sarung Tangan/karet/kulit/kain/plastic: Melindungi tangan dari bahan kimia yang


korosif, benda tajam/kasar, menjaga kebersihan bahan, tersengat listrik.
- Safety belt/ harness: Melindungi dari bahaya jatuh dari ketinggian kerja diatas
2 meter dan sekeliling bangunan.
- Rompi Pelindung dengan Scotchlight: untuk membatu visibilitas pengguna
disaat malam ataupun di tempat gelap.
- APK dan APD dalam kondisi baru dan mengikuti standart yang berlaku,
standartr warna, Helm serta spesifikasi dan standart alat APD dan APK

III. SITUASI DAN PERSIAPAN PEKERJAAN


3.1. SITUASI/LOKASI
a. Lokasi pekerjaan adalah pada Kecamatan Kebomas Kabupaten Gersik yang saat sekarang
masih berupa lahan kosong. Halaman proyek akan diserahkan kepada Kontraktor dalam
kondisi seperti saat penjelasan pekerjaan. Kontraktor hendaknya mengadakan penelitian
dengan seksama mengenai kondisi gedung, situasi lingkungan sekitarnya dan kemungkinan
instalasi dalam tanah dan halaman proyek tersebut.
b. Kekurang-telitian atau kelalaian dalam mengevaluasi keadaan lapangan, sepenuhnya
menjadi tanggung jawab Kontraktor dan tidak dapat dijadikan alasan untuk mengajukan
klaim/tuntutan.

3.2. AIR DAN DAYA


a. Kontraktor harus menyediakan air atas tanggungan/biaya sendiri yang dibutuhkan untuk
melaksanakan pekerjaan ini, yaitu :
• Air kerja untuk pencampur atau keperluan lainnya yang memenuhi persyaratan sesuai
jenis pekerjaan, cukup bersih, bebas dari segala macam kotoran dan zat-zat seperti
minyak, asam, garam, dan sebagainya yang dapat merusak atau mengurangi kekuatan
konstruksi.
• Air bersih untuk keperluan sehari-hari seperti minum, mandi/buang air dan kebutuhan
lain para pekerja. Kualitas air yang disediakan untuk keperluan tersebut harus cukup
terjamin.
b. Kontraktor harus menyediakan daya listrik atas tanggungan/biaya sendiri sementara yang
dibutuhkan untuk peralatan dan penerangan serta keperluan lainnya dalam melaksanakan
pekerjaan ini. Pemasangan sistem listrik sementara ini harus memenuhi persyaratan yang
berlaku. Kontraktor harus mengatur dan menjaga agar jaringan dan peralatan listrik tidak
membahayakan para pekerja di lapangan. Kontraktor apabila diperlukan harus menyediakan
penangkal petir sementara untuk keselamatan.

3.3. SALURAN PEMBUANGAN


Kontraktor harus membuat saluran pembuangan sementara untuk menjaga agar daerah
bangunan selalu dalam keadaan kering/tidak basah tergenang air hujan atau air buangan. Saluran
dihubungkan ke parit/selokan yang terdekat atau menurut petunjuk Pengawas.

3.4. KANTOR KONTRAKTOR, LOS DAN HALAMAN KERJA, GUDANG DAN FASILITAS LAIN
Kontraktor harus membangun kantor dan perlengkapannya, los kerja, gudang dan halaman kerja
(work yard) di dalam halaman pekerjaan, yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan sesuai
Kontrak. Kontraktor harus juga menyediakan untuk pekerja/buruhnya fasilitas sementara (tempat
mandi dan peturasan) yang memadai untuk mandi dan buang air.
Kontraktor harus membuat tata letak/denah halaman proyek dan rencana konstruksi fasilitas-
fasilitas tersebut. Kontraktor harus menjamin agar seluruh fasilitas itu tetap bersih dan terhindar
dari kerusakan.
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS B - 11

3.5. KANTOR PENGAWAS (DIREKSI KEET)


Kontraktor harus menyediakan untuk Direksi di tempat pekerjaan ruang kantor sementara beserta
seperangkat furniture termasuk kursi-kursi, meja dan lemari. Kualitas dan peralatan yang harus
disediakan adalah sebagai berikut :
a. Ruang : ukuran 40 m2
b. Konstruksi : rangka kayu ex kalimantan, lantai plesteran, dinding double
plywood tidak usah dicat, atap asbes gelombang
c. Fasilitas : air dan penerangan listrik
d. Furnitur : 5 meja kerja 1/2 biro dan 5 kursi
1 meja rapat bahan plywood 18 mm ukuran 120 x 240 cm, dan 10
kursi
2 unit komputer dan printer
1 whiteboard ukuran 120 x 80 cm
1 rak arsip gambar plywood 12 mm ukr. 120 x 240 x 30 cm

Kontraktor harus selalu membersihkan dan menjaga keamanan kantor tersebut beserta
peralatannya.
Pengadaan Kantor Pengawas (Direksi Keet) dalam kegiatan ini adalah disediakan oleh pihak
penyedia.

3.6. PAGAR SEMENTARA


Kontraktor harus membuat pagar sementara yang sifatnya melindungi dan menutupi lokasi yang
akan dibangun dengan persyaratan kualitas sebagai
berikut :
a. Bahan dari BWG 32 dengan rangka kayu dicat sementara.
b. Tinggi pagar minimum 2 m.
c. Ruang gerak selama pelaksanaan dalam lokasi berpagar harus cukup leluasa untuk
lancarnya pekerjaan.

Pengadaan Pagar Pengaman Proyek dalam kegiatan ini adalah pihak dari pihak penyedia.

3.7. PAPAN NAMA PROYEK


Kontraktor wajib membuat dan memasang papan nama proyek di bagian depan halaman proyek
sehingga mudah dilihat umum. Ukuran dan redaksi papan nama tersebut 90 x 150 cm dipotong
dengan tiang setinggi 250 cm atau sesuai dengan petunjuk Pemerintah Daerah setempat.
Kontraktor tidak diijinkan menempatkan atau memasang reklame dalam bentuk apapun di
halaman dan di sekitar proyek tanpa ijin dari Pemberi Tugas.

3.8. PEMBERSIHAN HALAMAN


a. Semua penghalang di dalam batas tanah yang menghalangi jalannya pekerjaan seperti
adanya pepohonan, batu-batuan atau puing-puing bekas bangunan harus dibongkar dan
dibersihkan serta dipindahkan dari tanah bangunan kecuali barang-barang yang ditentukan
harus dilindungi agar tetap utuh.
b. Pelaksanaan pembongkaran harus dilakukan dengan sebaik-baiknya untuk menghindarkan
bangunan yang berdekatan dari kerusakan. Bahan-bahan bekas bongkaran tidak
diperkenankan untuk dipergunakan kembali dan harus diangkut keluar dari halaman proyek.
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS B - 12

3.9. PERMUKAAN ATAS LANTAI (PEIL)


a. Peil 0,00 Bangunan adalah mengambil acuan + 90 cm dari badan jalan Surodinawan yang
berada didepan tapak.
b. Semua ukuran ketinggian galian, pondasi, sloof, kusen, dak beton, dan lain-lain harus
mengambil patokan dari peil 0,00 tersebut.

3.10. PENGUKURAN
a. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini meliputi semua pekerjaan pengukuran batas/garis dan elevasi persiapan lahan
dan pekerjaan pengukuran lainnya yang ditentukan dalam Gambar Kerja dan/atau yang
ditentukan Konsultan Pengawas dan termasuk penyediaan team ukur yang berpengalaman
dan peralatan pengukuran lengkap dan akurat yang memenuhi ketentuan spesifikasi ini.
b. Prosedur Umum
1. Data Standar Pengukuran
Standar pengukuran berdasarkan poligon tertutup tiga titik koordinat dan patok akan
disediakan Pemilik Proyek dan akan menjadi patokan pengukuran yang dilakukan
Kontraktor.
Bila Kontraktor berkeberatan atas penentuan sistem koordinat tersebut, maka dalam 1
(satu) minggu setelah penentuan, Kontraktor dapat mengajukan keberatan secara tertulis
beserta data pendukung untuk kemudian akan dipertimbangkan oleh Konsultan
Pengawas.
2. Persyaratan Pengukuran
Kontraktor harus melaksanakan perhitungan pengukuran dan pemeriksaan untuk
mendapatkan lokasi yang tepat sesuai Gambar Kerja dan harus disetujui Konsultan
Pengawas.
Setiap kali melakukan pengukuran, pemeriksaan ketepatan harus dilakukan dengan
Poligon tertutup. Kesalahan maksimal yang diijinkan dari Poligon tertutup adalah sebagai
berikut :
❑ Kerangka Horizontal (Poligon) :
Salah pentutup sudut = 10 n
(n = banyak titik / sudut)
Salah relatif 1 /10000

❑ Kerangka Vertikal (Sipat Datar) :


Salah pentutup beda tinggi = 10 D km (mm)(D
= total jarak terpendek)
Semua jarak kemiringan harus dikurangkan ke jarak tegak.

c. Patok / Bench Mark


1. Kontraktor harus menjaga, melindungi patok standar pengukuran maupun patok – patok
yang dibuatnya.
2. Pemindahan patok, termasuk patok – patok yang dibuat pihak lain harus dihindarkan.
Mengikat sesuatu pada patok tidak diijinkan. Setiap kerusakan pada patok harus
dilaporkan kepada Konsultan Pengawas. Kontraktor setiap waktu bertanggung jawab
memperbaiki dan mengganti patok yang rusak. Biaya perbaikan patok menjadi tanggung
jawab Kontraktor sepenuhnya.
3. Patok harus dibuat oleh Kontraktor dari besi baja yang ditanam dalam beton.
pembuatan patok menjadi tanggung jawab Kontraktor.
4. Penandaan harus jelas terbaca dan kuat/awet. Patok di tanah harus dilindungi dengan
pipa beton dan struktur lain dan harus bebas dari air dan tanah.
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS B - 13

5. Kerangka horisontal harus dari pasak kayu, berukuran 50 mm x 50 mm panjang 300 mm,
ditanam dengan kuat ke dalam tanah, menonjol 20 mm di atas permukaan tanah dengan
paku ditengahnya sebagai tanda, atau dengan cara lain yang ditentukan oleh Konsultan
Pengawas.
d. Tim Pengukur dan Peralatan
Kontraktor harus menyediakan tim ukur yang ahli, yang disetujui terlebih dahulu oleh
Konsultan Pengawas, dan mereka bertanggung jawab memberikan informasi dan data yang
berkaitan dengan pengukuran kepada Konsultan Pengawas, Kontraktor harus menggunakan
sejumlah peralatan pengukuran yang memadai, akurat dan memiliki sertifikat dan disetujui
Konsultan Pengawas.
e. Pelaksanaan Pekerjaan
1. Perhitungan dan Catatan Pengukuran
Catatan lengkap harus mencakup semua pengukuran lapangan, rapih dan teratur.
Pengukuran harus dengan jelas menyebutkan nama proyek, lokasi, tanggal, nama. Buku
yang dijilid harus digunakan untuk catatan.
Catatan lapangan yang terpisah harus dibuat untuk setiap kategori berikut:
❑ Pemeriksaan melintang
❑ Ketinggian patok
❑ Lokasi pengukuran
❑ Konstruksi pengukuran
❑ Potongan melintang
Koordinat seluruh patok, titik pemeriksaan dan lainnya harus dihitung sebelum pengukuran.
Sketsa harus disiapkan untuk setiap patok pemeriksaan dan titik acuan yang menunjukkan
jarak dan azimut ke setiap titik acuan.
Profil dan bidikan elevasi topografi harus dicatat dalam buku lapangan.
Semua catatan dan perhitungan harus dibuat permanen, dan dijaga di tempat yang aman.
Penyimpanan data lapangan yang tidak berlaku lagi dilakukan oleh Konsultan Pengawas.
f. Pemeriksaan Ketepatan
Semua elemen pengukuran, pemeriksaan dan penyetelah harus diperiksa Konsultan
Pengawas pada waktu – waktu tertenu selama pelaksanaan proyek. Kontraktor harus
membantu Konsultan Pengawas selama pemeriksaan pengukuran lapangan.
Perhitungan berikut harus digunakan untuk memeriksa catatan lapangan :

Kesalahan sudut menyilang e1 = 1’ n


Kesalahan garis menyilang e2 = (L2 + D2)
L = perbedaan antara garis lintang utara dan garis lintang selatan
D = perbedaan antara titik keberangkatan timur dan titik keberangkatan barat
e
Ketepatan =
perimeter

Pengukuran yang tidak sempurna yang dikerjakan Kontraktor, harus diperbaiki dan diulang
tanpa tambahan biaya.
Kontraktor harus menjaga semua tanda dan garis yang dibutuhkan agar tetap terlihat jelas
selama pemeriksaan.
Setiap pemeriksaan yang dilakukan Konsultan Pengawas tidak membebaskan Kontraktor
dari seluruh tanggung jawabnya membuat pengukuran yang tepat untuk kerataan, elevasi,
kemiringan, dimensi dan posisi setiap struktur atau fasilitas.
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS B - 14

B. PEKERJAAN STRUKTUR / SIPIL

I. PERATURAN UMUM TEKNIS PEMBANGUNAN YANG DIGUNAKAN


a. Dalam melaksanakan pekerjaan, kecuali bila ditentukan lain dalam Rencana Kerja dan Syarat-
syarat (RKS) ini, berlaku dan mengikat ketentuan-ketentuan di bawah ini termasuk segala
perubahan dan tambahannya :
1) Keppres 16/1994 dengan lampiran-Iampirannya
2) Keputusan-keputusan dari Majelis Indonesia untuk Arbitrase Teknik dari Dewan Teknik
Pembangunan Indonesia (DTPI)
3) Peraturan Umum dari Dinas Kesehatan Kerja Departemen Tenaga Kerja
4) Peraturan Umum Bangunan Indonesia (NI-013)
5) Peraturan Semen Portland Indonesia (NI-08)
6) Peraturan dan ketentuan-ketentuan lain yang dikeluarkan oleh jawatan/instansi pemerintah
setempat, yang bersangkutan dengan permasalahan bangunan
b. Untuk melaksanakan pekerjaan dalam butir tersebut di atas, berlaku dan mengikat pula:
1) Gambar bestek yang dibuat Konsultan Perencana yang sudah disahkan oleh Pemberi
Tugas termasuk juga gambar-gambar detail yang diselesaikan oleh kontraktor dan sudah
disahkan/disetujui Manajemen Konstruksi.
2) Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS)
3) Berita Acara Penjelasan Pekerjaan (Aanwijziing)
4) Berita Acara Penunjukkan
5) Surat keputusan Pemberi Tugas tentang Penunjukan Kontraktor
6) Surat perintah kerja (SPK)
7) Surat penawaran beserta lampiran-Iampirannya
8) JadwaI Pelaksanaan (Tentative Time Schedule yang telah disetujui)
9) Kontrak surat perjanjian Kontraktoran
10) Berita Acara/Surat-surat Klarifikasi tender

II. PEKERJAAN PERSIAPAN / PENDAHULUAN


a. Pengukuran Tapak Kembali
1) Kontraktor diwajibkan mengadakan pengukuran dan penggambaran kembali lokasi
pembangunan dengan keterangan-keterangan mengenai peil, ketinggian tanah, letak
pohon, letak batas-batas tanah dengan alat-alat yang sudah ditera kebenarannya.
2) Ketidakcocokan yang mungkin terjadi antara gambar dan keadaan lapangan harus segera
dilaporkan kepada Direksi Lapangan untuk dimintakan keputusannya.
3) Penentuan titik ketinggian dan sudut-sudut dilakukan dengan alat-alat waterpass/theodolith
yang ketepatannya dapat dipertanggungjawabkan.
4) Kontraktor harus menyediakan theodolith/waterpass berserta petugas yang melayaninya
untuk kepentingan .pemeriksaan Manajemen Konstruksi selama pelaksanaan proyek.
5) Pengukuran sudut siku dengan prisma atau barang secara asas segitiga phytagoras hanya
diperkenankan untuk bagian-bagian kecil yang disetujui oleh Manajemen Konstruksi.
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS B - 15

6) Segala pekerjaan pengukuran persiapan termasuk tanggungan kontraktor.


b. Pekerjaan Penyediaan Air dan Daya Listrik untuk Bekerja
1) Air bekerja harus disediakan kontraktor dengan menyambung pipa ke sumur yang ada di
proyek atau disuplai dari luar. Air harus bersih, bebas dari debu. bebas dari lumpur, minyak
dan bahan-bahan kimia lainnya yang merusak. Penyediaan air harus sesuai dengan
petunjuk dan persetujuan dari Manajemen Konstruksi.
2) Listrik bekerja harus disediakan kontraktor dan diperoleh dari sambungan PLN setempat.
Selama masa pelaksanaan, penggunaan diesel untuk pembangkit tenaga listrik hanya
diperkenankan untuk penggunaan sementara atas persetujuan Manajemen Konstruksi.
Daya listrik juga disediakan untuk mensuplai kantor Manajemen Konstruksi.
c. Pekerjaan Penyediaan Alat Pemadam Kebakaran
1) Selama pembangunan berIangsung, kontraktor wajib menyediakan tabung alat, pemadam
kebakaran/fire extinguisher 3,5 kg minimal 2 tabung ex. EXCEL / setara lengkap dengan
isinya.
2) Pelaksanaan pembangunan telah berakhir, maka alat pemadam kebakaran tersebut
menjadi hak milik pemberi tugas.
d. Drainase Tapak
a. Dengan mempertimbangkan keadaan topographi / kontur tanah yang ada ditapak,
kontraktor wajib membuat saluran sementara yang berfungsi untuk pembuangan air yang
ada bila diperlukan.
b. Arah aliran ditujukan kedaerah perrnukaan yang terendah yang ada ditapak atau kesaluran
yang sudah ada di lingkungan daerah pembuangan.
c. Pembuatan saluran sementara harus sesuai dengan petunjuk dan persetujuan Manajemen
Konstruksi.
d. Papan Dasar Pelaksanaan (Penentuan Titik). Papan dasar pelaksanaan dipasang pada
patok kayu kasau meranti 5/7, tertancap ditanah sehingga tidak bisa digerak-gerak atau
dirubah-rubah.
e. Papan patok ukur dibuat dari kayu meranti dengan ukuran tebal 3 cm, lebar 20 cm, lurus
dan diserut ratakan pada sisi sebelah atasnya.

III. PEKERJAAN TANAH


1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan, alat-alat dan pengangkutan yang
dibutuhkan untuk menyelesaikan semua pekerjaan tanah seperti tertera pada gambar rencana.
Pekerjaan yang berhubungan / pekerjaan sementara yang dilakukan:
a. Pekerjaan uitzet
b. Pekerjaan pembersihan / pembongkaran site existing.
c. Pengurukan dan pemadatan tanah
d. Pekerjaan lansekap
e. Pekerjaan pembuatan titik-titik penempatan as-as kolom
2. Pelaksanaan
Pembersihan persiapan daerah yang akan dikerjakan
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS B - 16

a. Semua daerah urugan, harus dipadatkan, baik urugan yang telah ada maupun terhadap
urugan baru. Tanah urugan harus bersih dari sisa-sisa tumbuhan atau bahan-bahan yang
dapat menimbulkan pelapukan dikemudian hari.
b. Semua pekerjaan pengukuran dan persiapan adalah termasuk tanggungan kontraktor .
c. Kontraktor harus menyediakan alat-alat ukur sepanjang masa pelaksanaan berikut ahli ukur
yang berpengalaman.
d. Pada papan dasar pelaksanaan (rambu ukur) harus dibuat tanda-tanda yang menyatakan
as-as atau level/peil-peil dengan warna yang jelas dan tidak mudah hilang jika terkena air
hujan.
3. Pekerjaan galian
a. Lingkup pekerjaan
Pekerjaan galian harus memenuhi syarat-syarat seperti yang ditentukan dalam gambar.
Dilapangan harus dijaga supaya tanah di bawah/dasar elevasi seperti pada gambar
rencana atau ditentukan oleh Konsultan Manajemen Konstruksi tidak terganggu. Jika
terganggu, Kontraktor harus menggalinya dan rnengurugnya kembali lalu dipadatkan
seperti yang ditentukan oleh Konsultan Manajemen Konstruksi.
b. Syarat–syarat pelaksanaan
- Semua galian harus dilaksanakan sesuai dengan gambar dan syarat syarat yang
ditentukan menurut gambar.
- Dasar dari semua galian harus waterpass, bila pada galian masih terdapat sisa akar
pohon, bekas pondasi bangunan lama dan atau bangunan eksisting dan lain lain sisa
jasad bangunan atau bagian-bagian yang keras atau gembur, maka ini harus digali
keluar. Sedang lubang lubang tadi diisi kembali dengan pasir, disiram dan dipadatkan,
sehingga mendapatkan kembali dasar yang waterpass.
- Terhadap kemungkinan adanya air di dasar galian, baik pada waktu penggalian
maupun pada waktu mengerjakan pondasi/pile cap harus disediakan pompa air atau
pompa lumpur yang jika diperlukan dapat berjalan terus menerus untuk menghindari
terkumpulnya air.
- Kontraktor juga diwajibkan mengambil langkah langkah pengamanan terhadap
bangunan lain yang berada dekat sekali dengan lubang galian yaitu dengan
memberikan penunjang sementara pada bangunan tersebut sehingga dapat dijamin
bangunan tersebut tidak akan mengalarni kerusakan.
- Semua tanah kelebihan yang berasal dari pekerjaan galian, setelah mencapai jumlah
tertentu harus segera disingkirkan dari halaman pekerjaan pada setiap saat yang
dianggap perlu dan atas petunjuk Konsultan Manajemen Konstruksi.
- Bagian-bagian yang akan diurug kembali harus diurug dengan tanah yang bersih,
bebas dari segala kotoran dan memenuhi syarat syarat untuk tanah urug dan bukan
merupakan tanah bekas galian tanah setempat. Pelaksanaan harus secara berlapis
lapis dengan penimbrisan per 30 cm padat. Lubang-lubang galian yang terletak di
dalam garis bangunan harus diisi kembali dengan tanah urug yang diratakan dan diairi
serta dipadatkan sampai mencapai 40% kepadatan kering maksimum yang dibuktikan
dengan test laboratorium.
- Perlindungan terhadap benda benda berharga, jika diperintahkan untuk dipindahkan,
seluruh barang barang berharga yang mungkin ditemui di lapangan, harus
direparasikan/diganti oleh Kontraktor atas tanggungannya sendiri.
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS B - 17

- Bila suatu alat atau pelayanan dinas yang sedang dikerjakan ditemui di lapangan dan
hal tersebut tidak tertera pada gambar atau dengan cara lain yang dapat diketahui oleh
Kontraktor dan ternyata diperlukan perlindungan atau pemindahan, Kontraktor harus
bertanggung jawab untuk mengambil setiap langkah apapun yang menjamin bahwa
pekerjaan yang sedang berlangsung tersebut tidak terganggu.
- Bila pekerjaan pelayanan umum terganggu sebagai akibat pekerjaan Kontraktor,
Kontraktor harus segera mengganti kerugian yang terjadi yang dapat berupa perbaikan
dari barang yang rusak akibat dari pekerjaan Kontraktor.
4. Pekerjaan Urugan (Timbunan) Dan Pemadatan
a. Lingkup pekerjaan
- Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan peralatan dan alat-alat
bantu yang dibutuhkan demi terlaksananya pekerjaan ini dengan baik.
- Seluruh lahan yang akan digunakan, yang mana elevasinya (elevasi lahan existing)
kurang dari tinggi elevasi rencana. Sehingga perlu dilakukan pengurugan (timbunan)
pada lahan yang akan dikerjakan.
- Seluruh sisa penggalian yang tak terpakai untuk penimbunan dan penimbunan kembali,
juga seluruh sisa-sisa, puing-puing, sampah-sampah harus disingkirkan dari lapangan
pekerjaan. Seluruh biaya untuk ini adalah tanggungjawab Kontraktor.
b. Persyaratan bahan
- Bila tidak dicantumkan dalam gambar detail, maka minimum 10 cm padat (setelah
disirami, diratakan dan dipadatkan) dibagian atas dari urugan di bawah plat plat beton
bertulang, beton rabat dan pondasi pondasi dangkal harus terdiri dari urugan pasir
padat.
- Dibawah lapisan pasir tersebut urugan yang dipakai adalah dari jenis tanah silty clay
yang bersih tanpa potongan potongan bahan bahan yang bisa lapuk serta bahan batuan
yang telah dipecah pecah tersebut tidak boleh lebih dari 15 cm.
- Konsultan Manajemen Konstruksi mengharuskan agar supaya semua urugan bahan
keras hanya terdiri dari mutu yang terbaik yang dapat diperoleh.
c. Syarat syarat pelaksanaan
- Semua bagian/daerah urugan dan timbunan harus dilapis sedemikian, sehingga dicapai
suatu lapisan setebal 15 cm dalam keadaan padat, dimana setiap lapis harus
dipadatkan sebelum lapisan berikutnya.
- Daerah urugan atau daerah yang terganggu harus dipindahkan dengan alat
pemadat/compactor "vibrator type" yang disetujui oleh Konsultan Manajemen
Konstruksi.
- Pemadatan dilakukan sampai mencapai hasil kepadatan lapangan tidak kurang dari
40% dari kepadatan maksimum hasil laboratorium.
- Kepadatan maksimum terhadap kadar air optimum. dari percobaan proctor. Kontraktor
harus melaksanakan penelitian kepadatan maksimum terhadap kadar air optimum
minimal 1 kali untuk setiap jenis tanah yang dijumpai di lapangan. Contoh tanah,
tersebut harus disimpan dalam tabung gelas plastik untuk bukti penunjukan/referensi
dan diberi label yang berisikan nomor contoh, kepadatan kering maksimum dan kadar
air optimumnya.
- Penelitian harus mengikuti prosedur yang urnum dipakai yaitu ASTM D1557 70.
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS B - 18

- Pengeringan/pengaliran air harus diperhatikan selama pekerjaan supaya daerah yang


dikerjakan terjamin pengaliran airnya.
- Apabila material urug mengandung batu batu, tidak dibenarkan batu batu yang besar
bersarang, menjadi satu, dan semua pori pori harus diisi dengan batu batu kecil dan
tanah yang dipadatkan.
- Kelebihan material galian harus dibuang oleh Kontraktor ke tempat buangan yang
ditentukan oleh Konsultan Manajemen Konstruksi.
- Pelaksanaan pemadatan (terutama yang berada didalam gedung) harus memikirkan
situasi sekitar dimana pemadatan tersebut dilakukan. Kerusakan yang timbul akibat
kelalaian pelaksanaan pemadatan/penimbunan menjadi tanggung jawab Kontraktor.
5. Pengujian Mutu Pekerjaan
a. Konsultan Manajemen Konstruksi harus diberitahu bila penelitian di lapangan sudah
dapat dilaksanakan untuk menentukan kepadatan relatif yang sebenaniya di lapangan.
b. Jika kepadatan di lapangan kurang dari 40 % dari kepadatan maksimum, maka
Kontraktor harus memadatkan kembali tanpa biaya tambahan sampai memenuhi
syarat kepadatan yaitu tidak kurang dari 40 % dari kepadatan maksimum di
laboratorium
c. Penelitian kepadatan di lapangan harus mengikuti prosedur ASTM D 1556-70 atau
prosedur lainnya yang disetujui oleh Konsultan Manajemen Konstruksi. Seluruh biaya
untuk penelitian di laboratorium mcnjadi beban Kontraktor.
d. Penelitian kepadatan di lapangan tersebut dilaksanakan setiap 500 m2 daerah yang
dipadatkan atau ditentukan oleh Konsultan Manajemen Konstruksi.
e. Penentuan kepadatan di lapangan dapat dipergunakan salah satu dari cara/prosedur
di bawah ini :
• "Density of soil in place by sand cone method" AASHTO T-191 "Density of soil in
place by driven cylinder method" AASHTO T-204
• "Density of soil in place the rubber balloon method" AASHTO T-205
• Atau cara cara lain yang harus mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari
Konsultan Manajemen Konstruksi.

IV. PEKERJAAN DRAINASE TAPAK


Umum
1. Lingkup Pekerjaan
a. Pengadaan dan pemasangan saluran-saluran drainase horizontal dari bangunan dan tapak
ke saluran kota yang tersedia.
b. Pengadaan dan pemasangan bak-bak kontrol pada pembelokan pipa, perubahan ukuran
pipa dan pada jarak-jarak tertentu.
c. Pengurusan segala perijinan yang dilakukan ke instansi yang berwenang untuk
penyambungan/pembuangan saluran air dan untuk pembuatan saluran air hujan diluar
tapak dilkukan oleh kontraktor.
2. Bahan/produk
a. Saluran air yang dipakai adalah dari cor beton, sebagian tertutup dengan penutup dari plat
beton dan sebagian dengan penutup dari gril besi beton.
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS B - 19

b. Untuk bak kontrol dan pekerjaan-pekerjaan beton lainnya syarat-syarat bahan harus sesuai
dengan syarat-syarat untuk pekerjaan beton non struktur atau dapat dilihat dari gambar
detil.
3. Pelaksanaan
Sebelum memulai pekerjaan Kontraktor harus menyerahkan shop drawing kepada Manajemen
Konstruksi. Shop drawing tersebut harus memperlihatkan lengkap dengan ukuran dimensi
lokasi, elevasi. kemiringan dari saluran dan bak-bak kontrol gambar-gambar tersebut harus
dibuat dalam skala yang cukup besar sehingga mcmudahkan pemeriksaan dan pelaksanaan.
a. Galian tanah
Dinding galian tanah dibuat dengan kemiringan yang cukup disesuaikan dengan
keadaan/kondisi setempat dalam hubungan untuk menghindarkan keruntuhan. terutama
musjm hujan. Segala akibat yang timbul akibat dari pekerjaan galian merupakan
tanggungjawab dari kontraktor.
b. Urugan pasir
Sebelum saluran dipasang dasar galian harus diurug dengan pasir setebal 5 cm dan atau
harus sesuai gambar.
c. Penawaran pipa
Apabila dalam gambar saluran air memakai pipa, maka diletakkan diatas landasan pasir
yang tidak dipadatkan dengan posisi sesuai dengan linier grade yang tertera pada gambar.
- Landasan pasir dibawah pipa dibuat sedemikian sehingga pipa mendapat tekanan
merata.
- Urugan pasir dilakukan pada posisi-posisi pipa sampai tinggi setengah pipa dan pasir
dipadatkan dengan alat penimbris dari kayu dan selama pekerjaan berlangsung pipa
harus tetap pada posisi semula tidak boleh terjadi pergeseran.
- Urugan selanjutnya menggunakan tanah urug dan dipadatkan secara merata dengan
tanah urug.

V. PEKERJAAN BEKISTING BETON


Umum
1. Lingkup Pekerjaan
a. Kayu untuk bekisting beton cor ditempat, lengkap dengan perkuatan dan angkur-angkur yang
diperlukan.
b. Penyediaan angkur-angkur untuk hubungan dengan pekerjaan lain.
2. Pekerjaan yang berhubungan
a. Struktur beton bangunan dibawah elavasi lahan, pilecap/poer, tie-beam, kolom, balok, dan
plat.
b. Pekerjaan pasangan bata
c. Sparing-sparing pekerjaan mekanikal
d. Sparing-sparing pekerjaan elektrikal
3. Standart-standart yang dipakai
a. Peraturan Umum Bahan Bangunan di Indonesia -1982-NI-3.
b. Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia (PKKI) -1961, NI-5.
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS B - 20

c. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung SNI 03-2847-2002 dan SNI
03-2847-2013
4. Shop drawing
a. Dimana diperlukan menurut Manajemen Konstruksi atau perencana harus dibuat
shop drawing.
b. Siapkan shop drawing tipikal untuk tiap pandangan bekisting yang berbeda yang
memperhatikan
- Dimensi.
- Metode Konstruksi
- Bahan
- Hubungan dan ikatan-ikatan
5. Bahan
a. Bekisting beton biasa
- Multiplek film tebal 12 mm
- Paku, angkur, form ties dan sekrup-sekrup, ukuran sesuai dengan keperluan
dan cukup kuat untuk menahan bekisting agar tidak bergerak ketika dilakukan
pengecoran.

b. Syarat umum bekisting


- Tidak mengalami deformasi, bekisting harus cukup tebal dan terikat kuat .
- Kedap air dengan menutup semua celah dengan tape,
- Tahap terhadap getaran vibrator dari luar maupun dari dalam bekisting
- Untuk kolom memakai bekisting fiber glass
- Pemakaian bekisting selain ketentuan diatas harus dengan persetujuan
Manajemen Konstruksi.

VI. PEKERJAAN BETON STRUKTUR PRIMER


Umum
1. Lingkup pekerjaan
a. Pembesian
Tulangan besi lengkap dengan kawat pengikatnya.
b. Pengecoran beton.
- Beton cor ditempat untuk rangka struktur bangunan, lantai, dinding, pilecap dan
plat/slab pendukung
- Plat/slab beton diatas tanah dan pedestrian / side walks
- Finishing permukaan beton pada dinding, plat, balok dan kolom
- Perawatan dan pengujian kualitas beton.
c. Produk beton
Produk beton yang dipakai adalah beton siap pakai (Readymix Concrete) dengan Mutu beton K-
300 (f’c = 24,9 MPa) dan telah persetujuan Manajemen Konstruksi.
d. Pekerjaan yang berhubungan
- Bekisting beton
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS B - 21

- Finishing beton
- Pasangan bata
- Struktur baja
- Waterproofing
- Bagian-bagian pekerjaan mekanikal yang harus dicor dalam beton
- Bagian-bagian pekerjaan elektrikal yang harus dicor dalam beton
e. Standar
Pengendalian pekerjaan ini harus sesuai dengan :
- Persyaratan Umum Bahan bangunan Indonesia 1982 NI-3
- Peraturan Semen Portland Indonesia 1972. N -8
- Peraturan Bangunan Nasional 1978
- Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBI) 1971
- SNI-03-2847-2002 dan SNI-03-2847-2013
- Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung 1983
- Pedoman Perencanaan untuk Struktur Beton Bertulang Biasa dan Struktur Tembok
1983.
- Peraturan Pembangunan Pemerintah Daerah Setempat
- Petunjuk-petunjuk dan peringatan-peringatan lisan maupun tertulis yang diberikan
perencana.
f. American Society Testing and Material (ASTM)
- C 33 (concrete aggregates)
- C 150 (portland cement)
g. American Concrete Institute (ACI)
- 211 (recommended pratice for selecting proportions for normal and heavy weight
concrete)
- 212 (guide for use admixlures in concrete)
- 214 (recommended practice for evaluation of compression test of field concrete)
2. Bahan
Persyaratan bahan
a. Portland cement
Yang menyatakan adalah jenis II Sn 0013-81, menurut NI-8 (TYPE 1), menurut ASTM dan
memenuhi S400, menurut standart portland cement yang ditentukan asosiasi semen
Indonesia dan terdiri dari satu jenis merek.
b. Agregates
Kualitas agregate harus memenuhi syarat-syarat SNI-03-2847-2002. Aggregate kasar harus
berupa batu pecah (split) yang memenuhi susunan gradasi yang baik, cukup syarat
kekerasannya dan padat (tidak porous). Kadar lumpur dari pasir beton tidak boieh melebihi
dari 5 % berat kering. Dimensi maksimum dari agregates kasar tidak lebih dari 20 cm dan
tidak boleh lebih dari seperempat dimensi beton yang terkecil dari bagian konstruksi yang
bersangkutan. Pasir harus terdiri dari butir-butir yang bersih, tajam dan bebas dari bahan-
bahan organis. lumpur, tanah lempung dan sebagainya.
c. Air
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS B - 22

Air yang digunakan harus air tawar yang bersih dan tidak mengandung minyak, asam alkali
dan bahan-bahan organik atau bahan-bahan lain yang dapat mengurangi mutu pekerjaan.
Kandungan chlorida tidak boleh melebihi 500 p.p.m dan komposisi sulfat (S04) tidak boleh
melebihi 1000 ppm apabila dipandang perlu. Manajemen Konstruksi dapat minta kepada
kontraktor supaya air yang dipakai diperiksa di laboratorium pemeriksaan bahan yang resmi
dan sah atas biaya kontraktor.
d. Besi beton
Besi beton harus bebas dari karat dan lapisan lain-lain yang dapat mengurangi daya lekat
pada beton. Kecuali ditentukan lain dalam gambar. Mutu besi yang digunakan BJTP 24 untuk
Ø ≤ 12 mm dan BJTD 39 untuk D > 12 mm.
Untuk mendapatkan jaminan akan kualitas besi yang diminta. maka disamping adanya
sertifikat dari pabrik, juga harus ada/dimintakan sertifikat dari laboratorium baik pada saat
pemesanan maupun secara periodik minimum masing-masing 2 contoh percobaan (stress-
strain) dan pelengkungan untuk setiap 20 ton besi. Pengetesan dilakukan pada laboratorium
yang disetujui Manajemen Konstruksi.

e. Admixture
Pada umumnya dengan pemilihan bahan-bahan yang seksama, cara mencampur dan
mengaduk yang baik dan cara pengecoran yang cermat tidak diperlukan penggunaan
sesuatu admixture.
Jika menggunakan admixture masih dianggap perlu kontraktor diminta terlebih dahulu
memberitahukan nama Perdagangan admixture tersebut dengan keterangan mengenai
tujuan. data-data bahan. nama pabrik produksi, jenis bahan mentah utamanya, cara-cara
pemakaiannya, resiko-resiko dan keterangan-keterangan lain yang dianggap perlu.
3. Pelaksanaan
a. Kualitas beton
Kecuali ditentukan lain dalam gambar. kualitas beton adalah K-300 (f’c = 24,9 MPa)
(tegangan tekan hancur karakteristik untuk silinder beton pada usia 28 hari kalender).
Evaluasi penentuan karakteristik ini digunakan ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam
SNI-03-2847-2002 dan SNI-03-2847-2013 atau peraturan yang relevan. Mutu beton
pekerjaan beton bertulang sekunder K-175 (f’c = 14,88 MPa) digunakan untuk struktur
sekunder seperti kolom praktis dan bagian-bagian lain yang tidak memikul beban kecuali
ditentukan lain.
Kontraktor harus memberikan jaminan atas kemampuan membuat kualitas beton ini dengan
memperhatikan data-data pelaksanaan dilain tempat atau dengan mengadakan trial mixes
di laboratorium yang ditunjuk oleh Manajemen Konstruksi.
b. Test selama pekerjaan.
Buat 3 silinder beton dari setiap 6 m3 atau sebagian dari pada itu atau dari pengecoran setiap
hari, pilih yang paling menentukan dari setiap mutu beton yang berbeda dan dari setiap
perencanaan campuran yang dicor. Buat dan simpan silinder-silinder beton menurut ASTM
31. Test satu silinder beton pada hari ke 7 dan satu silinder beton pada hari ke 28 menurut
ASTM C 39. Simpan satu silinder sebagai cadangan untuk test pada hari ke 56 jika test pada
hari ke 28 gagal. Jika test silinder beton pada hari ke 28 berhasil, test silinder beton cadangan
untuk menghasilkan kekuatan rata-rata dari kedua silinder beton pada hari ke 28. Sediakan
fasilitas pada lokasi proyek untuk menyimpan contoh-contoh yang diperlukan oleh badan
penguji.
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS B - 23

Kontraktor harus membuat laporan tertulis atas data-data kualitas beton yang dihuat dengan
disahkan oleh Manajemen Konstruksi dan laporan tersebut harus dilengkapi dengan nilai
karakteristiknya. Laporan tertulis tersehut harus disertai sertifikat dari laboratorium.
Penunjukkan laboratorium harus dengan persetujuan Manajemen Konstruksi.
Selama pelaksanaan harus ada pengujian slump 8 cm ±2 cm.
Pengujian silinder beton percotohaan harus dilakukan di laboratorium yang disetujui
Manajemen Konstruksi.
Perawatan silinder beton percobaan tersebut adalah dalam pasir basah tapi tidak tergenang
air, selama 7 (tujuh) hari dan selanjutnya dalam udara terbuka.
Jika dianggap perlu, maka digunakan pembuatan silinder beton percobaan untuk umur 7
(tujuh) hari dengan ketentuan bahwa hasilnya tidak boleh kurang dari 65% kekuatan yang
diminta additives. Jika hasil kuat tekan benda-benda uji tidak memberikan angka kekuatan
yang diminta maka harus dilakukan pengujian beton setempat dengan cara-cara seperti yang
ditetapkan dalam SNI-03-2847-2013 dengan tidak menambah beban biaya bagi Pemberi
Tugas.
Penyampaian beton (adukan) dari mixed, ketempat pengecoran harus dilakukan dengan
cara yang tidak mengakibatkan terjadinya pemisahan komponen-komponen beton
(segregasi). Harus digunakan vibrator untuk pemadatan beton.
c. Instruksi dan pembongkaran bekisting
Pembongkaran acuan dan penempatan siar-siar pelaksanaan, sepanjang tidak ditentukan
lain dalam gambar, harus mengikuti persyaratan dari SNI-03-2847-2013. Siar-siar tersehut
harus dibasahi lebih dahulu dengan air semen tepat sebelum pengecoran lanjutan dimulai.
Letak siar-siar tersehut harus disetujui oleh Manajemen Konstruksi.
d. Penggantian besi
Kontraktor harus berupaya agar besi yang dipasang adalah sesuai dengan apa yang tertera
pada gambar.
Dalam hal dimana berdasarkan pengalaman kontraktor atau pendapatnya terdapat
kekeliruan atau kekurangan atau perlu penyempumaan pembesian yang ada, maka :
- Kontraktor dapat menambah ekstra besi dengan tidak mengurangi pembesian yang
tertera dalam gambar. Secepatnya hal ini diberitahukan pada Perencana Konstruksi
untuk sekedar informasi.
- Jika hal tersebut diatas dimintakan pekerjaan tambah oleh kontraktor, maka
penambahan tersebut hanya dapat dilakukan setelah ada persetujuan tertulis dari
Manajemen Konstruksi.
- Jika diusulkan perubahan dari jalannya pembesian maka perubahan tersebut hanya
dapat dijalankan dengan pcrsetujuan tertulis dari Perencana Konstruksi. Mengajukan
Usul dalam rangka tersebut diatas adalah merupakan juga keharusan dari kontraktor.
- Jika kontraktor tidak berhasil mendapatkan diameter besi yang sesuai dengan orang
ditetapkan dalam gambar, maka dapat dilakukan penukaran diameter besi dengan
diameter yang terdekat dengan catatan harus ada persetujuan dari Manajemen
Konstruksi.
- Jumlah besi persatuan panjang atau jumlah besi ditempat tersebut tidak boleh kurang
dari yang tertera dalam gambar (dalam hal ini yang dimaksudkan adalah jumlah luas).
- Penggantian tersebut tidak boleh mengakibatkan kemampuan penampang berkurang.
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS B - 24

- Penggantian tersebut tidak boleh mengakibatkan. keruwetan pembesian ditempat


tersebut atau didaerah overlapping yang dapat menyulitkan pembetonan atau
penyampaian penggetar.

e. Perawatan beton
Beton harus dilindungi dari pengaruh panas, hingga tidak terjadi penguapan cepat.
- Persiapan perlindungan atas kemungkinan datangnya hujan, harus diperhatikan.
- Beton harus dibasahi “paling sedikit” selama 14 hari setelah pengecoran
- Khusus elemen vertikal harus dipakai curing compound
4. Tanggung jawab kontraktor
Kontraktor bertanggungjawab penuh atas kualitas konstruksi sesuai dengan ketentuan-
ketentuan diatas dan sesuai dengan gambar-gambar konstruksi yang diberikan. Adanya atau
kehadiran Manajemen Konstruksi selaku wakil pemberi tugas atau perencanaan yang sejauh
mungkin melihat / mengawasi menegur atau memberi nasihat tidaklah mengurangi tanggung
jawab penuh tersebut diatas.

5. Contoh yang harus disediakan


Sebelum pelaksanaan pekerjaan, kontraktor harus memberikan contoh material : split, pasir,
besi beton, semen untuk mendapatkan persetujuan Manajemen Konstruksi.
Contoh-contoh yang telah disetujui oleh Manajemen Konstruksi akan dipakai sebagai standar /
pedoman untuk memeriksa / menerima material yang dikirim oleh kontraktor ke lapangan.
Kontraktor diwajibkan untuk membuat tempat penyimpanan contoh-contoh yang telah disetujui
dibangsal pengawas.

6. Sparing conduit dan pipa-pipa


Letak dari Sparing supaya tidak mengurangi kekuatan struktur.
Tempat-tempat dari sparing dilaksanakan sesuai dengan gambar pelaksanaan dan bila tidak
ada dalam gambar, maka kontraktor harus mengusulkan dan meminta persetujuan dari
Manajemen Konstruksi.
Bilamana sparing (pipa conduit) harus dipasang sebelum pengecoran diperkuat sehingga tidak
akan dipindahkan tanpa persetujuan dari Manajemen Konstruksi.
Semua sparing-sparing (pipa conduit) harus dipasang sebelum pengecoran dan diperkuat
sehingga tidak akan bergeser pada saat pengecoran beton.

7. Beton siap pakai (Ready Mixed Concrete)


a. Bahan-bahan harus sesuai
Pemakaian beton siap pakai (ready mixed concrete) seperti yang ditentukan dalam
standard ASTM C94-94, penggunaannya harus dengan persetujuan Konsultan
Manajemen Konstruksi dan harus sesuai dengan persyaratan yang tercantum dalam
spesiffkasi tersebut.
b. Pengangkutan
Beton harus diangkut dalam suatu truk alat pengaduk beton (mixer truck). Bila
menggunakan truck mixers, maka mixers tersebut harus terus-menerus berputar.
Kecuali Konsultan Manajemen Konstruksi menyetujui lain maka truk pengangkut
adukan, mengaduk dan mengecor dari alat itu harus sesuai dengan persyaratan
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS B - 25

standard ASTM C94-94 dan pengadukan harus terus-menerus dengan kecepatan


perputarannya mengacu pada standard ASTM C94-94.
c. Pemberian air di lapangan
Bila digunakan truk adukan beton, air harus diukur dan dituangkan di lapangan dibawah
Manajemen Konstruksian. Pemberian tambahan air dilarang pada beton yang sudah
diaduk dan siap untuk di cor .

8. Pengangkutan dan pengecoran


a. Persiapan pembetonan
Sebelum pekerjaan pembetonan dimulai, baja tulangan dan cetakan beton harus
dibersihkan dari kotoran termasuk sisa-sisa beton dari pengecoran sebelumnya, (baja
tulangan baru yang telah berkarat harus dibersihkan dengan cara penyemprotan air jet
atau sand blasting) semua cetakan beton, penguat cetakan, asas kelurusan dan
sebagainya harus diperiksa dan diteliti, ruangan dimana beton akan dicor harus
sebersih-bersihnya. Lubang-lubang antara sambungan cetakan atau disudut-sudut
cetakan harus ditutup dengan material yang disetujui Konsultan Manajemen Konstruksi.
Bagian dalam cetakan harus dilapisi dengan bahan yang disetujui untuk menghindari
pelekatan beton pada dinding cetakan dan dijaga agar bahan lapisan itu tidak
menempel pada baja tulangan. Lagi pula dimana perlu untuk mencegah terhisapnya air
dari beton, maka cetakan harus dibasahi seluruhnya, sebelum pekerjaan pembetonan
dimulai dan air yang berlebihan dicetakan itu harus dikeluarkan. Hal lain diluar
ketentuan diatas harus mengikuti ketentuan yang sesuai pada PBI 1971, SNI-03-2847-
2002, atau SNI-03-2847-2013.
b. Mulai pekerjaan pembetonan
Tidak ada pekerjaan pembetonan yang dapat dimulai sebelum persiapan serta ijin
untuk itu disetujui oleh Konsultan Manajemen Konstruksi. Pemberitahuan yang cukup
jelas kepada Konsultan Manajemen Konstruksi, bahwa suatu bagian pekerjaan sudah
dapat dicor, sehingga dengan demikian Manajemen Konstruksi dapat hadir dan
mengadakan pengujian, memeriksa, meneliti dan sebagainya yang mungkin sangat
diperlukan.
Paling lambat 12 jam setelah ada persetujuan dari Konsultan Manajemen Konstruksi
pekerjaan pembetonan harus segera dimulai untuk menghindari proses terjadinya karat
pada tulangan. Apabila tulangan telah berkarat maka sebelum dilakukan pengecoran
harus dibersihkan terlebih dahulu dari karat tersebut dengan sistem sand blasting.
Pengecoran hanya boleh dilakukan jika Konsultan Manajemen Konstruksi atau
wakilnya yang ditunjuk ada di tempat pekerjaan.
c. Pengangkutan beton
Segera bila tidak ada suatu hal maka paling lama 2 jam setelah mulai pengadukan,
beton harus sudah dituang dari alat pengaduk ketempat pekerjaan dengan suatu alat
yang dapat melindungi dari pengaruh kontaminasi, segtegasi atau hilangnya bahan-
bahan utama dari beton. Penggunaan pompa untuk pengecoran beton hanya dapat
diijinkan oleh Konsultan Manajemen Konstruksi.
Setiap perubahan (modifikasi) yang mungkin dibuat terhadap perbandingan bahan-
bahan beton untuk menggunakan pompa dalam pengecoran harus mendapat
persetujuan dari Konsultan Manajemen Konstruksi dan atas biaya Kontraktor. Dalam
hal dimana menyangkut faktor air semen yang dipersyaratkan untuk suatu kelas dan
mutu beton sehingga, beton tidak diperkenankan untuk dipompakan, maka beton harus
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS B - 26

diangkut dengan suatu alat kedap air yang jenis dan ukurannya disetujui oleh Konsultan
Manajemen Konstruksi. Hal lain diluar ketentuan diatas harus mengikuti ketentuan yang
ada pada SNI-03-2847-2013.
d. Pengecoran beton
Semua beton harus dituang sesuai dengan posisi dan urutan yang ditunjukkan dalam
gambar, spesifikasi atau yang ditunjukkan oleh Konsultan Manajemen Konstruksi
dengan suatu alat yang dapat mencegah kontaminasi, segregasi atau hilangnya bahan-
bahan utama beton. Beton harus dituang sedekat mungkin ke dalam posisinya
dicetakan dan akan diratakan secara horizontal serta dipadatkan pada
ketebalan/setinggi antara 150 s/d 300 mm. Penyebaran dan perataan beton dalam
cetakan sangat perlu, dan ini dilakukan dengan suatu alat yang disetujui dan harus
dibantu dengan vibrator (Mechanical Vibrator). Penuangan Beton kedalam cetakan
tidak boleh melebihi dari ketinggian 1.0 m.
Desain dan kemiringan dari corong penuangan yang dipakai dalam pengecoran beton
harus disetujui Konsultan Manajemen Konstruksi.
Jika beton dituang dengan menggunakan pompa, maka biaya ditanggung oleh
Kontraktor sendiri, Kontraktor harus mengatur kecepatan penuangan beton untuk
menghindari segregasi atau kerusakan dan gangguan pada baja tulangan, cetakan dan
sebagainya. Kecuali disyaratkan, tidak boleh ada kemiringan sehubungan dengan
penuangan beton. Penghentian pengecoran harus direncanakan dan harus mendapat
persetujuan Konsultan Manajemen Konstruksi. Tempat dan bentuk pemberhentian
pengecoran harus mengikuti ketentuan pada SNI-03-2847-2013.
Semua pengecoran bagian dasar konstruksi beton yang menyentuh tanah, harus diberi
lantai dasar dari beton tak bertulang dengan campuran 1PC : 3PS : 5 KR setebal
minimum 5 cm, untuk menjamin duduknya tulangan dengan baik dan tidak ada
penyerapan air semen ke dalam tanah. Selama hujan yang dapat berpengaruh pada
campuran beton, maka pengecoran harus diberhentikan atau apabila Kontraktor telah
menyediakan suatu sarana pelindung khusus yang memungkinkan pekerjaan
pengecoran tidak terganggu oleh hujan. Semua prosedur dan persiapan harus
dikonsultasikan terlebih dahulu kepada Konsultan Manajemen Konstruksi/Ahli Teknik
untuk mendapar persetujuan.
Selama pengecoran beton agar tidak mengganggu posisi penulangan, maka tukang
pemasang baja tulangan harus selalu berada di pekerjaan itu atau berturut-turut hadir
dalam kegiatan pengecoran beton tersebut untuk membetulkan posisi dari baja
tulangan.
Jadwal waktu untuk pengecoran beton haruslah diatur sedemikian, sehingga tidak ada
permukaan beton yang dibiarkan lebih dari 30 menit sebelum pengecoran beton
selanjutnya. Istirahat makan, penggantian kelompok (shifting group) dan sebagainya,
serta pemberhentian posisi pengecoran haruslah diatur secara simultan yang cermat
dan hati-hati untuk meyakinkan bahwa interval diatas tidak akan mengganggu mutu
pelaksanaan serta pekerjaan. Hal lain diluar ketentuan diatas harus mengikuti
ketentuan yang ada pada SNI-03-2847-2013.
e. Pentingnya pemadatan
Beton harus selalu dipadatkan dan disempurnakan permukaannya terutama untuk
bagian sambungan-sambungan. Sangatlah penting untuk memadatkan keseluruhan
dari beton dan meyakinkan kondisi homogenitas beton serta bebas dari porositas,
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS B - 27

selain itu bagian permukaan sambungan itu harus segera dihubungkan dengan beton
baru.
Pemadatan tidak terbatas pada permukaan atas dari lapisan-Iapisan penuangan, tetapi
harus keseluruhan, sehingga semua beton menjadi padat, dan dapat dilihat seperti
permukaan jelly.
Hal-hal lain diluar ketentuan diatas mengikuti ketentuan yang ada pada SNI-03-2847-
2013.
f. Penggetaran beton
Semua beton harus digetar kecuali ada persyaratan atau perintah yang lain dan
penggetaran adalah merupakan permintaan Konsultan Manajemen Konstruksi sebagai
tambahan terhadap pemadatan beton jadi bukan sebagai pengganti pemadatan yang
telah dicantumkan dalam pasal lain. Semua pekerjaan penggetaran harus
dilaksanakan/berdasarkan rencana yang disetujui oleh Konsultan Manajemen
Konstruksi. Tidak ada orang yang diijinkan untuk mengoperasikan alat penggetar tanpa
instruksi dan latihan lebih dulu bagaimana menggunakan peralatan tersebut. Alat
penggetar (immersion vibrator) yang digunakan minimal harus mempunyai frekuensi
8000 cycles/ menit dan harus mengacu pada pola dan pengaturan yang telah disetujui.
Pelaksanaan harus hati-hati untuk menghindari segregasi dan penggetaran yang
berlebihan. Hal-hal lain diluar ketentuan diatas mengikuti ketentuan yang ada pada SNI
2013.
g. Perataan permukaan dan finishing
Semua permukaan dari plat beton atau bagian-bagian lain yang tidak harus ditutup
harus diratakan dengan cara yang disetujui Konsultan Manajemen Konstruksi sampai
rata dan padat dengan peralatan berupa alat perata dari baja. Pelaksanaannya harus
hati-hati untuk meyakinkan, bahwa beton benar-benar merata dan padat. Pada
prinsipnya finishing untuk permukaan beton yang akan mendapat tambahan beton di
atasnya (concrete topping) harus dikasarkan dengan cara sebagaimana ditunjukkan
dalam gambar. Sedangkan untuk permukaan beton yang terbuka (exposed), finishing
yang disyaratkan adalah finishing halus atau apabila ditentukan lain oleh Konsultan
Manajemen Konstruksi.
h. Kedudukan siar pelaksanaan (Construction Joint)
Siar pelaksanaan harus dinyatakan dalam gambar atau seperti yang disetujui oleh
Konsultan Manajemen Konstruksi. Semua pekerjaan pembetonan pada sambungan
konstruksi harus menerus. Pada permukaan yang terlihat, siar pelaksanaan harus
dengan hati-hati dibentuk agar didapatkan garis lurus yang rapi atau dimana
ditunjukkan pada gambar harus dibentuk dengan bentuk khusus antara permukaan
beton yang terdahulu dicor dan pengecoran kelanjutannya.
Agar pertemuan antara dua permukaan konstruksi tersebut dapat benar-benar bersatu
dan monolit, maka antara permukaan beton lama dan baru harus dipersiapkan sebaik-
baikrlya, atau diberi bonding agent yang sesuai dengan persyaratan, bila memang
diperlukan
Siar pelaksanaan harus dibuat dan ditempatkan sedemikian rupa sehingga tidak
mengurangi kekuatan dan keawetan konstruksi dan mampu meneruskan gaya geser
dan gaya lainnya.
Spesi semen (cement grout) yang berbentuk celah berukuran lebar 25 mm dan tinggi
40 mm harus disediakan pada semua siar pelaksanaan datar dimana bentuk khusus
diatas tidak dipersyaratkan.
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS B - 28

Bahan perekat yang sesuai harus diberikan pada akhir atau permukaan-permukaan lain
dari bagian-bagian yang melebihi 200 mm tebal untuk tujuan mengunci bagian-bagian
itu terhadap sambungan. Bahan perekat itu harus diberikan pada seluruh permukaan
sambungan dan harus mempunyai kemiringan kesamping seperti pada gambar detil.
Hal lain yang tidak termasuk dalam ketentuan diatas mengikuti ketentuan yang ada
pada SNI-03-2847-2013.
9. Prosedur pada siar pelaksanaan
Pada siar pelaksanaan datar, pembersihan lapisan bekas cetakan dan tonjolan- tonjolan batu
pada permukaan harus dilaksanakan, secara praktis dengan cara pencucian dan penyikatan
setelah pengecoran, harus dilaksanakan hati-hati agar adukan tidak tererosi. Setelah
pembersihan, kelebihan air harus segera dikeluarkan agar tidak terhisap oleh semen.
Dalam hal dimana beton mulai proses mengikat tetapi belum mulai mengeras, pembersihan dari
lapisan bekas cetakan dan membuat kasar permukaan beton sambungan harus dilaksanakan
dengan sikat kawat dan mencucinya harus sangat hati-hati, agar tidak merusak lapisan
dibawahnya. Baik pada sambungan vertikal atau horizontal, dimana beton telah mulai mengeras,
setiap kulit atau lapisan bekas cetakan harus dibersihkan dan permukaan dibuat kasar memakai
palu dengan kekuatan tertentu dan dilanjutkan dengan sikat kawat untuk membersihkan semua
partikel.
Bila memakai prosedur ini, maka pelaksanaannya harus amat sangat hati-hati untuk
menghindari keretakan permukaan sambungan dan sekitar tempat batu- batu yang menonjol.
cara manapun yang dipakai untuk pembersihan permukaan yang kelihatan, bahan-bahan yang
asing-asing harus dibersihkan dali permukaan itu dengan sikat kawat lebih lanjut bila perlu,
sebelum pemasangan beton selanjutnya.
Kemudian keseluruhannya harus dicuci bersih dengan air bersih dan dihembus. Sangatlah
penting bahwa beton harus dituang/dicor pada permukaan-permukaan yang telah disiapkan,
pemadatan dan penggetaran dimana perlu, harus dila'kukan pada permukaan lama dan kesudut-
sudut cetakan beton. Hal lain yang tidak termasuk ketentuan diatas, mengikuti ketentuan yang
ada pada SNI-03-2847-2013.
10. Siar sambungan
Siar-siar sambungan harus dilaksanakan seperti yang ditunjukkan dalam gambar atau bila tidak
harus atas petunjuk Konsultan Manajemen Konstruksi.
11. Parit / alur, lubang
Parit, lekukan, rabat dan lobang-Iobang harus diisi dengan beton seperti pada detil dan posisinya
digambar .
12. Jadwal waktu pengecoran
Kontraktor harus menyerahkan jadwal secara detil mengenai rencana pembetonan semua
bagian dari pekerjaan sebelum memulai pengecoran.
13. Beton tidak boleh diganggu
Harus selalu hati-hati, jangan sampai mengganggu beton dengan pembebanan atau dengan
memukul-mukul/mengetuk-ketuk cetakan secara langsung maupun tidak langsung pada saat
proses pengerasan beton.
14. Pengeringan
Seluruh beton harus dilindungi selama proses pengerasan terhadap sinar matahari dan
hembusan angin kering, lingkungan harus dalam keadaan lembab. Semua permukaan beton
yang terlihat harus terus-menerus dibasahi dengan air bersih selama 14 (empat belas) hari
setelah pengecoran.
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS B - 29

Dalam hal pelat beton atau pengecoran beton pada luas permukaan yang sangat besar, rangka
kayu dibalut dengan karung goni basah untuk menutup beton. Bila beton telah mengeras,
kerangkanya tadi diambil dan penutup karung goni yang dibasahi langsung menutupi beton, atau
dilakukan pembasahan pada permukaan beton dengan cara menggenangi air.
Selama 14 (empat belas) hari beton harus tetap terus-menerus dibasahi (Jangan menyemprot
penutup tadi dengan air bersih. Curing compound bisa digunakan apabila disetujui oleh
Konsultan Manajemen Konstruksi. Bila disetujui, maka harus secara mutlak mengikuti instruksi
dan rekomendasi dari pabrik pembuat. Persetujulan sewaktu- waktu akan dibatalkan bila
ternyata hasilnya tidak memuaskan dan pengeringan untuk pengecoran beton yang kurang dari
14 (empat belas) hari harus dilanjutkan dengan cara seperti diatas.
Penggunaan curing compound tidak akan diijinkan untuk permukaan yang akan ditutup dengan
bahan bitumen atau untuk permukaan yang menuntut pengikatan secara struktural dengan cor
beton selanjutnya dikemudian hari.
Lembaran polythene mungkin bisa digunakan dengan seijin Konsultan Manajemen Konstruksi.
Lembaran harus bebas dari permukaan cetakan dan sambungan harus ditutup untuk menahan
penguapan, lembaran seperti itu harus tetap ditempat selama 14 (empat belas) hari setelah
pengecoran. Hal lain diluar ketentuan diatas, mengikuti ketentuan yang ada pada SNI-03-2847-
2013.
15. Perawatan permukaan normal
Semua permukaan beton harus benar-benar halus. Setiap permukaan yang bersisik harus
dibersihkan, dan lobang berisi udara (keropos) harus diisi campluran spesi 1 PC : 1 PS. Setiap
permukaan yang memerlukan perawatan setelah dibuka, seperti yang diuraikan diatas,
kemudian harus digosok dengan balok carborundum dan dicuci sampai bersih. Tidak pada
pelaksanaan perawatan permukaan sebelum ada pemeriksaan permukaan itu oleh Konsultan
Manajemen Konstruksi. Pelaksanaan perawatan permukaan normal harus dibawah Manajemen
Konstruksian Konsultan Manajemen Konstruksi atau wakilnya yang ditunjuk.
16. Penolakan dari pekerjaan yang rusak
Walaupun telah ada persetujuan Konsultan Manajemen Konstruksi akan cara-cara pengecoran
dan pemadatan beton dan hasil yang memuaskan atau hasil uji kubus yang relevan, Konsultan
Manajemen Konstruksi berhak menolak setiap pengerasan beton yang ternyata tidak padat,
porous dan keropos. Kerusakan-kerusakan kecil mungkin bisa diperbaiki dengan mengisi spesi/
plester dengan pertimbangan dan kebijaksanaan Konsultan Manajemen Konstruksi.
Bila tidak, beton yang telah ditolak atau yang tidak sesuai dengan spesifikasi harus dihancurkan
dan diganti dengan beton baru, yang semuanya atas biaya Kontraktor.

17. Pencegahan selama cuaca yang buruk


Selama cuaca yang berangin, perlindungan yang efisien harus dilaksanakan untuk menghindari
semen terhembus angin, selama proses pembagian dan pencampuran. Selama musim hujan
beton harus cukup terlindung, demikian juga setelah proses pengecoran. Pada waktu hujan lebat
tidak ada pekerjaan pembetonan, kecuali terlindung total pada waktu mencampur, mengangkut
dan menuang, demikian juga setelah proses penuangan.
18. Pengecoran beton pada cuaca panas
Tidak ada pembatasan untuk pengecoran beton pada cuaca panas, akan tetapi bila suhu pada
waktu itu melebihi 28 derajad Celcius, dan bila Kontraktor tetap akan mencampur serta
mengecor beton pada cuaca yang sedemikian itu, maka haruslah mengikuti ketentuan sebagai
berikut :
- Seluruh bahan-bahan untuk beton harus terlindung dari sinar matahari secara langsung,
demikian juga sebelum, selama dan setelah pencampuran.
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS B - 30

- Air pencampur harus melalui alat pendingin atau sebagian dari air pencampur harus
ditambah dengan air es. Untuk maksud ini, es harus disediakan dalam keadaan hancur
(pecah-pecah).
- Harus hati-hati untuk meyakinkan bahwa es tersebut telah mencair seluruhnya.
- Agar diusahakan menutup, mengisolasi dan/atau mengecat putih semua tanki-tanki, pipa-
pipa dan truck mixer .
- Seluruh penutup, cetakan dan tulangan harus disemprot dengan air dingin segera sebelum
pengecoran beton.
- Perhatian khusus harus dilakukan terhadap perlindungan dan pengeringan beton; seluruh
penutup dan cetakan harus tetap dalam keadaan dingin dan terlindung dari sinar matahari
langsung dengan penutup kain goni basah atau bahan-bahan isolasi lain yang disetujui.
- Bila suhu dari campuran beton sebelum dicor melebihi 35 derajat celcius maka seluruh
pekerjaan pembetonan harus dihentikan.
- Beton dapat dibuat dan dicor pada waktu malam hari, asalkan disetujui oleh Konsultan
Manajemen Konstruksi sesuai pasal pada Persyaratan Kontrak, dan bila penerangan dari
cahaya lampu memuaskan.
- Harus dibuat slump test pada suhu saat itu yang berpengaruh dan Kontraktor iminta untuk
menyimpan rekaman dari slump dan suhu dari berbagai kelas dan mutu beton dengan
faktor air semen yang sama. Dan pada kondisi apapun faktor air semen tidak boleh
ditambah pada saat suhu naik.

VII. PEKERJAAN BETON STRUKTUR SEKUNDER


1. Umum
a. Lingkup pekerjaan
Menyediakan tenaga kerja bahan-bahan, peralatan dan alat-alat bantu lainnya untuk
melaksanakan seperti dinyatakan dalam gambar dengan hasil yang baik dan sempurna.
Pekerjaan ini meliputi kolom praktis beton ring balok untuk hangunan yang dimaksudkan
termasuk besi beton dan pekerjaan bekisting / acuan dan semua pekerjaan beton yang
bukan struktur sesuai yang ditunjukkan didalam gambar.

b. Standar
Pengendalian pekerjaan ini harus sesuai dengan :
- Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung
SNI 03-2847-2002 dan SNI 03-2847-2013
- Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBI) 1971.
- Persyaratan Umum Bahan bangunan Indonesia 1982 NI-3
- Peraturan Semen Portland Indonesia 1972. N -8.
- Pedoman Perencanaan untuk Struktur Beton Bertulang Biasa dan Struktur Tembok
1983.
- Peraturan-peraturan/standart setempat yang biasa dipakai
- Peraturan pemhangunan pemerintah daerah setempat.
- Petunjuk-petunjuk dan peringatan-peringatan lisan maupun tertulis yang diberikan
perencana.
- Standar Normalisasi Jerman (D1N)
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS B - 31

- AmeriCan Society Testing and Material (ASTM) C 33 (concrete aggregates) C150


(portland cement)
- American Concrete Institute (ACI). 211 (recommended practice for selecting
proportions for normal and heavy weight concrete)
2. Bahan
Persyaratan bahan
a. Semen Portland
Yang digunakan harus dari mutu yang terbaik- terdiri dari satu jenis merek dan atas
persetujuan Manajemen Konstruksi dan harus memenuhi NI-8. Semen yang telah
mengeras sebagian / seluruhnya tidak dibenarkan untuk digunakan. Penyimpanan semen
portland harus diusahakan sedemikian rupa sehingga bebas dari kelembaban. bebas dari
air dengan lantai terangkat dari tanah dan ditumpuk sesuai dengan syarat penumpukan
semen.
b. Pasir beton
Harus terdiri dari butir-butir yang bersih dan bebas dari bahan-bahan organis, lumpur dan
sebagainya dan harus memenuhi komposisi butir serta kekerasan yang dicantumkan dalam
SNI-03-2847-2013.
c. Koral beton/ split
Digunakan koral yang bersih, bermutu baik tidak berpori serta mempunyai gradasi
kekerasan sesuai syarat-syarat SNI-03-2847-2013. Penyimpanan/penimbunan pasir koral
beton harus dipisahkan satu dengan yang lain. hingga dapat dijamin kedua bahan tersebut
tidak tercampur untuk mendapatkan perbandingan adukan beton yang tepat.
d. Air
Air digunakan harus air tawar yang bersih dan tidak mengandung minyak, asam, alkali dan
bahan organis / bahan lain yang dapat merusak beton. Apabila dipandang perlu
Manajemen Konstruksi dapat minta kepada kontraktor supaya air yang dipakai diperiksa di
laboratorium pemeriksaan bahan yang resmi dan sah atas biaya kontraktor.
e. Besi beton
Digunakan besi mutu U24 (fy = 240 MPa), besi harus bersih dari lapisan minyak / lemak
dan bebas dari cacat seperti serpih-serpih. Penampang besi bulat serta memenuhi
persyaratan SNI-03-2847-2013. Bila dipandang perlu kontrator diwajibkan untuk
memeriksa mutu besi beton ke laboratorium pemeriksaan bahan yang dan sah atas biaya
kontraktor.
Sebelum pelaksanaan pekerjaan, kontraktor harus memberikan contoh-contoh material
misalnya : besi, koral, pasir, PC untuk mendapatkan persetujuan dari Manajemen
Konstruksi.
Contoh-contoh yang telah disetujui oleh Manajemen Konstruksi, akan dipakai sebagai
Standart/pedoman untuk memeriksa/menerima material yang dikirim oleh kontraktor ke
site.
f. Syarat pengiriman dan penyimpanan bahan
Bahan harus didatangkan ketem1at pekerjaan dalam keadaan utuh dan tidak bercacat.
Beberapa bahan tertentu harus masih didalam kotak/kemasan aslinya yang masih tersegel
dan berlebel pabriknya.
Bahan harus disimpan ditempat yang terlindungi dan tertutup, kering, tidak lembab dan
bersih sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan pabrik.
Tempat penyimpanan harus cukup, bahan ditempatkan dan dilindungi sesuai dengan
jenisnya.
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS B - 32

Kontraktor bertanggungiawab terhadap kerusakan selama pengiriman dan penyimpanan.


Bila ada kerusakan. kontraktor wajib mengganri atas beban kontraktor.
3. Pelaksanaan
a. Mutu beton
Mutu beton yang dicapai dalam pekerjaan beton bertulang sekunder adalah K175 (f’c =
14,88 Mpa) dan harus memenuhi persyaratan yang ditentukan dalam SNI-03-2847-2013.
b. Pembesian
Pembuatan tulang-tulangan untuk batang lurus atau yang dibengkokkan. sambungan kait-
kait dan pembuatan sengkang (beugel). persyaratan harus sesuai dengan SNI-03-2847-
2013.
Pemasangan dan penggunaan tulangan beton harus disesuaikan dengan gambar
konstruksi.
Tulangan beton harus diikat dengan kuat untuk menjamin besi tersebut tidak berubah
tempat selama pengecoran dan harus diikat dengan papan acuan atau lantai kerja dengan
memasang selimut beton sesuai dengan ketentuan SNI-03-2847-2013.
Besi beton yang tidak memenuhi syarat harus segera dikeluarkan dari lapangan kerja
dalam waktu 1 x 24 jam setelah ada perintah tertulis dari Manajemen Konstruksi.
c. Cara pengadukan
Cara pengadukan harus menggunakan beton molen yang kondisi mesin dan fisiknya baik
(tidak rusak).
Takaran untuk semen Portland, pasir dan koral harus sesuai dengan spesifikasi yang
ditetapkan dan harus disetujui oleh Manajemen Konstruksi. Operator beton molen harus
orang yang ahli dalam bidangnya.
Selama pengadukan kekentalan adukan beton harus diawasi dengan jalan memeriksa
slump pada setiap campuran haru. Pengujian slump 8 cm ±2 cm.
d. Pengecoran beton
Kontraktor diwajibkan melaksanakan pekerjaan persiapan dengan membersihkan dan
menyiram cetakan-cetakan sampai jenuh, pemeriksaan ukuran-ukuran dan ketinggian
serta pemeriksaan penulangan dan penempataan penahan jarak. Pengecoran beton hanya
dapat dilaksanakan atas persetujuan Manajemen Konstruksi.
Pengecoran harus dilakukan sebaik mungkin dengan menggunakan alat penggetar untuk
menjamin beton cukup padat dan harus dihindarkan terjadinya cacat pada beton seperti
keropos dan sarang-sarang koral/split yang dapat memperlemah konstruksi.
Apabila pengecoran beton akan dihentikan dan diteruskan pada hari berikutnya, maka
tempat perhentian tersebut harus disetujui Manajemen Konstruksi.
e. Pekerjaan acuan / bekisting
Acuan harus dipasang sesuai dengan bentuk dan ukuran-ukuran yang telah ditetapkan /
yang diperlukan dalam gambar.
Acuan harus dipasang sedemikian rupa dengan perkuatan-perkuatan sehingga cukup
kokoh dan dijamin tidak akan berubah bentuk dan kedudukannya selama pengecoran
dilakukan.
Acuan harus rapat (tidak bocor). permukaan licin. bebas dari kotoran-kotoran (tahi gergaji),
potongan kayu, tanah atau lumpur dan sebagainya, setelah pengecoran dilakukan harus
mudah dibongkar tanpa merusak permukaan beton.
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS B - 33

Kontaktor harus memberikan contoh-contoh material (besi, koral, pasir dan semen
Portland) kepada Manajemen Konstruksi. untuk mendapatkan persetujuan sebelum
pekerjaan dilakukan.
Bahan-bahan yang digunakan harus tersimpan dalam tempat penyimpanan yang aman.
sehingga mutu bahan dan mutu pekerjaan tetap terjamin sesuai persyaratan.
Kawat pengikat besi beton / rangka adalah dari baja lunak dan tidak disepuh seng.
Diameter kawat lebih besar atau sama dengan 0.40 mm. Kawat pengikat besi beton /
rangka harus memenuhi syarat-syarat yang ditentukan dalam SNI-03-2847-2013.
Beton harus dilindungi dari pengaruh panas, hingga tidak terjadi penguapan cepat.
Persiapan perlindungan atas kemungkinan datangnya hujan, harus diperhatikan.
Beton harus dibasahi paling sedikit selama sepuluh hari setelah pengecoran.
f. Pekerjaan pembongkaran acuan / bekisting
Pembongkaran bekisting hanya boleh dilakukan dengan ijin tertulis dari Manajemen
Konstruksi. Setelah bekisting dibuka, tidak diijinkan mengadakan perubahan apapun pada
permukaan beton tanpa persetujuan dari Manajemen Konstruksi.
4. Pengujian mutu pekerjaan
Sebelum dilaksanakan pemasangan, kontraktor diwajibkan untuk memberikan pada Manajemen
Konstruksi certificate test bahan besi dari produsen / pabrik .Bila tidak ada certificate test, maka
kontraktor harus rnelakukan pengujian atas besi/kubus di laboratorium yang ditunjuk kemudian.
Mutu beton tersebut harus dibuktikan oleh kontraktor dengan mengambil benda uji berupa siliider
yang ukurannya sesuai dengan syarat-syarat / ketentuan dalarn SNI-03-2847-2013.
Pembuatannya harus disaksikan oleh Manajemen Konstruksi dan diperiksa di laboratorium
kontruksi beton yang ditunjuk Manajemen Konstruksi.
Kontraktor diwajibkan membuat trialmix terlebih dahulu. sebelum memulai pekerjaan beton.
Hasil pengujian dari laboratorium diserahkan kepada Manajemen Konstruksi secepatnya.
Seluruh biaya yang berhubungan dengan pengujian bahan tersebut menjadi tanggung jawab
kontraktor

VIII. PONDASI BORE PILE


1. Ketentuan Umum
Pondasi Bore Pile adalah jenis pondasi dalam yang berbentuk tabung dan fungsinya sama
seperti pondasi pada umumnya yaitu meneruskan beban struktur bangunan diatasnya dari
permukaan tanah sampai lapisan tanah keras di bawahnya. Pondasi bore pile memiliki fungsi
yang sama dengan pondasi tiang pancang atau pondasi dalam lainya. Perbedaan di antara
keduanya adalah pada cara pelaksanaan pengerjaanya. Pelaksanaan pondasi bore pile diawali
dari pembuatan lubang di tanah dengan cara tanah di bor terlebih dahulu kemudian penginstalan
besi tulangan ke dalam lubang yang dilanjutkan dengan pengecoran bor pile dengan tremi.
2. Proses Pengeboran
Sistem pengeboran pada pekerjaan bore pile bisa dilakukan dengan 2 cara, yaitu :
a. Pengeboran dengan sistem bor kering (dry drilling).
Tanah di bor dengan menggunakan mata bor spiral (auger) dengan cara memutar mata
bor dan diangkat setiap interval 0,5 meter. Hal ini dilakukan berulang-ulang sampai
kedalaman yang ditentukan.
b. Pengeboran dengan sistem bor basah (wash borring).
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS B - 34

Tanah di bor dengan menggunakan mata bor cross bit ex design sesuai kebutuhan yang
memiliki kecepatan putar 375 rpm dan tekanan +/- 200 kg. Jika tanah dalam keadaan
mudah runtuh dapat diberi chasing sementara terlebih dahulu untuk menghindari
kelongsoran dinding lubang hasil pengeboran. Pengikisan tanah dibantu dengan tembakan
air lewat lubang stang bor yang dihasilkan dari pompa NS-80. Hal ini menyebabkan tanah
yang terkikis menjadi lumpur dan terdorong keluar dari lubang. Setelah mencapai
kedalaman sesuai rencana, pengeboran dihentikan, sementara mata bor dibiarkan
berputar tetapi beban penekanan dihentikan dan air sirkulasi tetap mengalir terus sampai
sisa tanah terdorong keluar dari lubang seluruhnya. Selama pembersihan ini berlangsung,
baja tulangan dan pipa tremi sudah disiapkan di dekat lubang bor. Setelah cukup bersih,
stang bor diangkat dari lubang bor. Dengan bersihnya lubang pengecoran akan
mendapatkan hasil yang terbaik.
3. Pembersihan Lubang Bor
Lubang bekas bor kemudian di bersihkan dengan alat pembersih kusus dengan ukuran yang
sesuai dengan diameter lubang yang di bor. Pembersihan lubang bor ini dilakukan untuk
membersihkan lumpur dan tanah bekas galian yang masih tersisa didalam lubang. Spesifikasi
ini meliputi pengadaan, transportasi, pabrikasi dan instalasi tiang pancang beton termasuk
pengawasan dan pengujian pembebanan skala penuh pada beberapa pile yang ditentukan.
4. Pemasangan Besi Beton Dan Pipa Tremi.
Tahap berikutnya adalah pemasangan besi beton dan pipa tremi untuk pengecoran. Kerangka
baja tulangan yang telah di instal diangkat dengan bantuan diesel dan power winch dalam posisi
tegak lurus terhadap lubang bor dan diturunkan dengan hati-hati agar tidak terjadi banyak
singgungan dengan lubang bor. Baja tulangan yang telah dimasukan dalam lubang bor ditahan
dengan potongan tulangan melintang lubang bor. Bila kebutuhan baja tulangan lebih dari 12
meter bisa dilakukan penyambungan dengan diikat dengan kawat beton dengan panjang overlap
50-60cm atau sesuai pada gambar yang di sediakan.
Setelah rangka baja tulangan terpasang, maka pipa tremi harus di masukkan kedalam lubang
dengan panjang sesuai kedalaman lubang bor. Bila pada waktu pemasangan baja tulangan
terjadi singgungan dan terjadi keruntuhan di dalam lubang bor, maka diperlukan pembersihan
ulang dengan memasang head kombinasi diameter 6" ke diameter 2". Dengan memompa air
kedalam stang bor dan pipa tremi, maka reruntuhan dan tanah yang menempel pada besi
tulangan dapat dibersihkan kembali.
5. Pengecoran Bore Pile
Tahap terakhir adalah pekerjaan pengecoran pondasi bore pile. Untuk memisahkan adukan
beton dari lumpur limbah pengeboran di awal pengecoran, maka di gunakan kantong plastik
yang diisi adukan beton dan diikat dengan kawat beton kemudian digantung di bagian dalam
lubang tremi satu meter kebawah dari corong pipa tremi.
Setelah persiapan pengecoran selesai, beton slump 18 cm (+-2 cm) ditampung di dalam corong
tremi dan ditahan oleh bola plastik yang berisi adukan beton setelah cukup penuh bola kantong
plastik dilepas sehingga beton mendorong lumpur yang ada di dalam lubang tremi. Pengecoran
dilakukan secara terus-menerus untuk menghindari kemacetan pada pipa tremi. Dengan sistem
tremi ini pengecoran dimulai dari dasar lubang dengan mendorong air / lumpur dari bawah
menuju keluar lubang.
Setelah pipa tremi penuh dan ujung pipa tremi tertanam beton sehingga beton tidak dapat
mengalir karena ada tekanan dari bawah. Untuk memperlancar adukan beton didalam pipa
tremi, maka harus dilakukan hentakan-hentakan pada pipa tremi. Pipa tremi harus selalu
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS B - 35

tertanam di dalam adukan beton dan pengisian di dalam corong harus dijaga terus menerus agar
corong tidak kosong.
Pipa tremi dilepas setiap 3 meter akan tetapi ujung pipa di dalam harus dalam keadaan tertanam
di dalam beton. Pengecoran dihentikan setelah adukan beton yang naik ke permukaan telah
bersih dari lumpur. Setelah pekerjaan pengecoran selesai, semua peralatan pengecoran
dibersihkan dari sisa beton dan lumpur dan disiapkan kembali untuk dipakai pada titik bor
selanjutnya.

IX. PEKERJAAN POER DAN BALOK SLOOF (TIE BEAM)


a. Untuk pengecoran poer dan tie beam harus dibuatkan terlebih dulu lantai kerja bagi setiap
poer dan tie beam dimaksud.
b. Lantai kerja setebal 5 s/d 7 cm dari beton rabat dengan adukan 1 pc : 3 ps : 5 kr setebal
minimal 10 cm. Pemasangan penulangan poer atau tie beam baru boleh dilaksanakan
setelah lantai kerja dianggap cukup keras, sebagai acuan setelah beton berumur lebih dari
3 hari.
c. Bila nantinya pembongkaran bekisting poer dan balok tie beam akan sulit dilaksanakan
atau dapat mengganggu pekerjaan, maka dapat digunakan bahan bekisting yang bisa
ditinggal dalam tanah tanpa pengaruh jelek pada struktur dikemudian hari, misalnya
pasangan bata atau sejenisnya.
d. Penghancuran kepala tiang harus dilakukan dengan cara sedemikian rupa, sehingga
bagian tiang yang ditinggal tetap utuh tanpa kerusakan. Permukaan harus bersih dari
kotoran. Sebelum poer dicor mutu pekerjaan harus diperiksa oleh Manajemen Konstruksi
dan setelah disetujui, pengecoran baru boleh dilaksanakan.

X. PEKERJAAN ATAP DAN KONSTRUKSI BAJA


1. Standard
Pengendalian pekerjaan ini harus sesuai dengan :
a. Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia (PPBBI), Mei 1984
b. American Institute of Steel Construction (AISC) Manual of Steel Construction 8th Edition,
1980
c. American Welding Society (AWS D 1.0-69: code for Building Construction) - bahan-bahan
las.
d. American National Standard Institute (ANSI) B 27.265 Plain Washers
e. American Society for Testing and Materials (ASTM) Specifications :
- ASTM A 35 type E atau S (pipa struktur)
- ASTM A 36 -70a Structure Steel
- ASTM A 53 -72a Welded and Seamless Steel Pipe
- ASTM A 153 -71 link Coating (hot dip) on Iron and Steel Hardware
- ASTM A 3.07- 68 Carbon Steel Externally Threaded Standard Fasteners
- ASTM A 325-71a High strength Bolt for Structure steel Joint, Include Suitable Nuts
and Plain Hardware washer
- ASTM A 370
- ASTM A 490-71, Quenched and Tempered Alloy Steel Bolt for Structural Steel joints
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS B - 36

2. Persiapan
a. Pekerjaan struktur rangka atap harus dikerjakan oleh tim yang telah ahli melakukan
pekerjaan konstruksi baja baik dari kontraktor bangunan itu sendiri ataupun disubkontrakkan
kepada kontraktor spesialis konstruksi baja. Penentuan kontraktor spesialis diajukan dan
disetujui oleh Manajemen Konstruksi.
b. Sebelum dilakukan fabrikasi kontraktor harus mempelajari dan membuat model untuk
memastikan kekuatan konstruksi serta membuat gambar dengan program khusus untuk
konstruksi baja seperti Tekla atau semacamnya untuk menjamin keakuratan konstruksi
rangka atap.
c. Apabila kontraktor mengajukan perubahan maka dapat diajukan dan disetujui oleh
Manajemen Konstruksi selambatnya 1 bulan sebelum fabrikasi dilaksanakan.
3. Bahan / Produk
Bahan yang dipergunakan dan persyaratannya
a. Penutup atap
Penutup atap yang dipakai bahan Metal Zincalume yang diberi material penahan panas
dan suara dan diletakkan pada tempat tertentu dan yang ditunjukkan gambar bestek dan
persetujuan Konsultan Manajemen Konstruksi.
b. Baut dan Mur
1) Bahan pengikat struktur / konstruksi Utama: baut-baut, mur-mur / sekrup-sekrup dan
ring-ring disyaratkan sebagai berikut :
- Untuk sambungan bukan baja ke baja, harus dari : baja karbon yang memenuhi
ASTM A370 dan telah digalvanis.
- Untuk sambungan baja ke baja, harus dari baja karbon yang memenuhi
persyaratan ASTM A325 dan atau ASTM A490 dan harus terlapis cadmium. II
- Untuk sambungan logam yang berlainan jenis bahannya, pangikat-pengikat harus
dari baja tahan korosi yang memenuhi persyaratan ASTM A275 type 321.
- Ring untuk baut biasa harus menempuh ANSI B27 type A
2) Baut angkur dan sekrup-sekrup / mur-mur harus memenuhi persyaratan ASTM A36
atau A325. Lapisan seng untuk produksi uliran sekrup harus memenuhi ASTM AI53.
Baut dan mur yang tidak terlapis (unfinished) harus memenuhi ASTM A307 dengan
type baut segi enam (hexagon bolt type).
c. Bahan las
Bahan-bahan las harus memenuhi persyaratan dan “american welding society" (AWS D
1.0-69 : code for welding in building construction)
d. Pemasangan
1) Kecuali ditentukan dalam gambar, pemasangan penutup atap ini harus sesuai dengan
prosedur yang dikeluarkan dan diketaui oleh Manajemen Konstruksi.
2) Untuk pemasangan atap yang berhubungan langsung dengan dinding harus dipasang
flasing atas pesetujuan Manajemen Konstruksi.
4. Pekerjaan Pengecatan
a. Semua bahan konstruksi baja harus dilapisi cat, kecuali baja yang tertanam didalam
beton tidak boleh dicat.
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS B - 37

b. Untuk lubang baut kekuatan tinggi (high strength bolt) permukaan baja tidak boleh
dicat. Pengecatan harus dilakukan setelah baut selesai dipasang dan memenuhi
syarat teknis.
c. Cat dasar yang dipakai untuk mencegah karat dari seluruh konstruksi baja adalah
jenis zinchromate dengan tebal lapisan minimum 75 micron.
d. Cat finishing yang dipakai dengan tebal minimum 75 micron.
5. Pengelasan, penyambungan, pemasangran, dan perlindungan konstruksi
a. Pengelasan
1) Pengelasan harus sesuai dengan gambar shop drawing yang disetujui Manajemen
Konstruksi dan harus mengikuti prusedur yang berlaku seperti AWS atau AISC
Spesification.
2) Permukaan-permukaan yang akan dilas harus dibersihkan dari bekas-bekas cat,
karat, lemak, kerak-kerak dan kotoran lainnya serta harus rata, teratur dan halus.
3) Untuk hubungan las penampang profil, bagian penampang profil yang akan
disambung harus dipotong miring.
4) Kampuh-kampuh las harus terisi penuh. Hubungan las yang tidak sempurna / cacat
harus dipotong dan dilas ulang.
5) Elektrode yang digunakan harus sesuai dengan ketentuan dan disetujui oleh
Manajemen Konstruksi.
6) Pengelasan harus dilakukan hati-hati dengan sistem las listrik.
7) Pengelasan harus dilakukan sesuai dengan peraturan dalam PPBBI dan bagian yang
boleh dilas harus sesuai dengan gambar detail.
b. Penyambungan/pemasangan
1) Semua lubang untuk baut penyambung harus dibuat dengan cara mengebor dengan
bor listrik (elektrical drill). Lubang yang dibuat harus benar-benar bulat, tegak lurus
pada bidang dan bagian Konstruksi yang disambung.
2) Untuk lubang-Iubang bagian konstruksi yang dalam sambungannya harus memakai
plat penyambung cara melubanginya harus sekaligus antara bagian konstruksi ilu dan
plat penyambungnya supaya penampang lubang itu sama besar dan kedudukannya.
Apabila didalam melubanginya temyata besar lubang dan kedudukannya tidak sama
maka pejubahan-perubahan lubang dengan cara dibor/diluaskan. Penyimpangan
perluasan ini tidak boleh lebih dari 0.5 mm
3) Akhiran diameter lubang untuk baut hitam penyambung harus diusahakan tepat
dengan diameter batang baut. Toleransi yang diizinkan hanyalah sebesar 0.1 mm
sampai 0.3 mm daripada diameter batang baut-baut itu.
4) Baut dan plat penyambung yang dipergunakan untuk konstruksi harus mempunyai
kekuatan minimal sama dengan kekuatan baja profil atau plat simpul.
5) Pemasangan mur baut harus benar-benar kuat serta mempunyai kekuatan yang
merata dan sama.
6) Sebelum dilakukan penyetelan, semua bidang permukaan mur baut dan ring harus
bebas dari debu, karat atau lainnya yang mungkin akan mengakibatkan terganggunya
kekakuan sambungan.
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS B - 38

7) Setiap mur dan baut dilengkapi dengan 2 (dua) buah ring plat. Posisi pemasangan as
baut/lubang baut harus tegak lurus terhadap bidang permukaan dimana baut
dipasang.
8) Setelah baut-baut dikencangkan sampai kekuatan tertentu dengan memakai kunci
momen, kemudian karena sesuatu hal terpaksa dibuka lagi maka mur baut serta
ringnya tidak boleh dipakai lagi dan harus diganti dengan yang baru.
9) Perakitan konstruksi atap serta trekstang harus sesuai dengan gambar detail.
10) Kontraktor bertanggung jawab penuh atas setiap kesalahan yang terjadi dalam
pelaksanaan perakitan dan erection konstruksi atap ini.
c. Perlindungan konstruksi baja
1) Pembersihan
Lapisan permukaan baja dibersihkan sampai tidak terdapat karat sama sekali.
Pembersihan dilakukan dengan sikat besi, kemudian selelah tercapai tingkat
kebersihan yang dikehendaki, permukaannya dibersihkan dengan vacum cleaner/air
compressor kering atau kuas yang bersih.
2) Pengecatan
Pengecatan tahap I (cat dasar), dilakukan setelah seluruh permukaan baja
dibersihkan dengan zinchromate. Pengecatan harus rata dan seluruh permukaan
konstruksi tertutup secara merata, setebal 75 micron. Pengecatan ini dapat dilakukan
dengan spray. Pengecatan tahap II, dilakukan dengan cat besi (minyak). Tebal
lapisan pengecatan tahap II adalah 75 mikron dalam keadaan kering.
3) Cara Pengecatan
- Lapis pertama encer
- Lapis kedua kental
- Lapis ketiga encer
d. Bahan konstruksi baja
Bahan profil dan semua material profil, plat serta kisi-kisi yang akan dibuat konstruksinya
secara las harus dari jenis baja karbon yang memenuhi persyaratan ASTM A36. Untuk
konstruksi baja profil yang untuk proyek seperti dalam gambar detail.
e. Pengujian
1) Sebelum dilaksanakan fabrikasi/pemasangan, kontraktor diwajibkan memberikan
pada Manajemen Konstruksi "certificate test” bahan baja profil, baut-baut, kawat las
dan cat dari produsen/pabrik.
2) Pengujian las pada bagian konstruksi dengan ketebalan bagian yang dilas tidak Iebih
dari 2 cm, pemeriksaan mutu pengelasan dilakukan secara “visual”. Bila ditemukan
hal-hal yang merugikan, maka bagian tersebut sedapatnya diuji dengan cara-cara
sesuai standart AWS D.1.0 yaitu :
- Ultrasonic (sesuai dengan lain lampiran C dari AWS D1.0 atau persyaratan
ASTM E-114-75 .
- Magnetik particle (sesuai dengan ASTME-109)
- Liquid penetrant (sesuai dengan ASTME-109)
6. Ketentuan teknis baja/besi
a. Umum :
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS B - 39

Seluruh pekerjaan baja / besi harus memenuhi ketentuan untuk pekerjaan baja yang
lazim.
b. Lingkup pekerjaan :
Bagian ini meliputi pengadaan dari bahan (profil, pelat, baut, mur, angker, batang
elektroda las, cat dan sebagainya), tenaga, peralatan dan perlengkapan serta cara-cara
pemasangan dan pemeriksaan /inspeksi dari semua pekerjaan baja.
c. Mutu Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam proyek ini harus memenuhi mutu sebagai berikut :
1) Profil-profil baja dan plat- plat baja adalah BJ 37.
2) Baut-baut dengan diameter ≤ 12 mm BJ 37
3) Baut-baut diameter ≥ 16 mm dipakai baut mutu tinggi (HTB)
4) Angker-angker baut dipakai baja mutu tinggi/high tension bolt (HTB)
5) Batang elektroda las yang dipakai harus mempunyai mutu paling sedikit sama dengan
baja yang dilas yaitu kawat las AWS E-7018
d. Bahan–bahan yang dipergunakan
Seluruh baja yang dipergunakan harus memenuhi standart SII, JIS yang berlaku atau
standart lainnya yang sederajat. Sebelum mulai dengan mendatangkan bahan–bahan,
Kontraktor diwajibkan untuk memberikan keterangan–keterangan detail–detail seperlunya
mengenai bahan-bahan baja yang akan dipakai kepada Manajemen Konstruksi untuk
mendapat persetujuan. Seluruh bahan-bahan baja ini harus lurus dan tanpa cacat-cacat
sebelum dikerjakan. Dan baja yang ada cacatnya harus diganti/ tidak dipergunakan.
e. Supply dari bahan baja
Kontraktor bertanggung jawab dalam mencari/men-supply bahan-bahan baja. Harga
penawaran harus berdasarkan pada harga-harga dimana dapat dijamin sumber supply
secara kontinyu. Waktu pelaksanaan tidak dapat diperpanjang dengan adanya bahan-
bahan baja yang belum diterima dan tidak ada pembayaran ekstra sebagai biaya tambahan
untuk perantara dalam mensupply baja tersebut.
f. Baja Uji
Konsultan Manajemen Konstruksi mewajibkan Kontraktor untuk terlebih dulu menguji
bahan-bahan baja yang akan digunakan dalam struktur, minimal 3 periode @ 3 benda uji.
Jenis test adalah stress-strain. Bahan-bahan yang gagal memenuhi persyaratan dalam test
seluruhnya ditolak atau sebagai alternatif lain kontraktor memerintahkan untuk digunakan
hanya terbatas pada bagian-bagian tertentu dari struktur baja.
g. Pembuatan gambar kerja (Shop Drawings)
1) Kontraktor harus menyiapkan gambar kerja menyeluruh untuk struktur dalam 3 copy
kepada konsultan manajemen konstruksi.
Sebelum memulai pelaksanaan pekerjaan, gambar kerja harus mendapat persetujuan
terlebih dahulu dari Manajemen Konstruksi.
2) Gambar kerja (shopdrawings) harus mengacu pada gambar rencana dan
mencantumkan semua informasi lengkap antara lain: dasar-dasar perhitungan,
lubang-lubang baut, sambungan-sambungan yang tidak tercantum dalam gambar
rencana dan semua penjelasan dilapangan.
3) Gambar kerja harus mencantumkan semua informasi walaupun tidak tercantum
dalam gambar rencana.
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS B - 40

4) Gambar kerja harus memuat detail-detail seperti ketebalan, tipe, grade, angker, jarak
dan panjang batang dan semua yang berhubungan dengan batang dan alat pengikat
lainya yang telah disesuaikan dengan peraturan dan standar konstruksi baja.
5) Gambar kerja yang perlu dibuat antara lain detail-detail sambungan, cara-cara
erection dan lain-lain.
6) Kontraktor boleh mengajukan alternatif detail-detail sambungan dengan menyertakan
perhitungan yang diperlukan dan nantinya akan dipertimbangkan oleh Manajemen
Konstruksi.
7) Sedapat mungkin dihindarkan pengelasan dilapangan, kecuali yang ditetapkan pada
gambar.
8) Setelah mendapat persetujuan, tidak boleh diadakan perubahan gambar lagi kecuali
dengan persetujuan Manajemen Konstruksi.
9) Skala yang dipakai untuk gambar kerja adalah :
- Denah dan potongan tidak kurang dari 1 : 10.
- Detail potongan dan sambungan tidak kurang dari 1 : 5.
h. Gambar jadi (As-built Drawings)
Kontraktor harus membuat dan menyerahkan As-built Drawing sebanyak 3 copy dan 1 asli
(kalkir) pada saat akhir pekerjaan untuk dokumentasi, serta sudah harus mendapatkan
persetujuan dari Manajemen Konstruksi.
i. Perubahan-perubahan dan tambahan-tambahan
Perubahan-perubahan pada bagian-bagian atau tambahan pada detail, atau keduanya
beserta alasanya harus diberikan dan disertai gambar kerja untuk disetujui Manajemen
Konstruksi. Perubahan-perubahan yang telah disetujui harus dikoordinasikan oleh
Kontraktor dan dilaksanakan tanpa penambahan biaya.
j. Tanggung jawab atas kesalahan-kesalahan
Kontraktor harus bertanggung jawab atas semua kesalahan-kesalahan dalam detail
pembuatan dan pemasangan yang tidak sempurna dari bagian-bagian struktur. Semua
material dan contoh hasil kerja harus diperlihatkan kepada Manajemen Konstruksi berupa
contoh untuk disetujui. Pengajuan contoh-contoh untuk persetujuan harus diserahkan
dalam waktu yang secepat mungkin (minimal ½ bulan sebelum jadwal pelaksanaan) sesuai
dengan jadwal pekerjaan yang telah disetujui.
k. Fabrikasi
Kontraktor harus memberi tahu lokasi fabrikasi dan mengijinkan Manajemen Konstruksi
setiap saat untuk melihat cara pengerjaan / fabrikasi ditempat tersebut (workshop
Kontraktor). Kontraktor harus menyerahkan program kerja yang menunjukkan semua item
kegiatan pekerjaan fabrikasi dan ereksi bersama dengan pekerjaan-pekerjaan yang
sifatnya sementara. Pada satu elemen struktur harus dari bahan satu pabrik.
Pekerjaan pembuatan harus sesuai dengan standar urutan-urutan pelaksanaan.
1) Umum
Dalam proses fabrikasi Kontraktor harus memeriksa bahwa semua fabrikasi elemen-
elemen struktur masih dalam batas toleransi.
2) Marking
Marking harus dibuat secara teliti dengan alat-alat yang akurat.
3) Pemotongan
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS B - 41

- Pemotongan baja dan plat yang lebih tebal dari 9 mm tidak boleh dengan cara
menggunting.
- Pemotongan dengan las tidak diijinkan kecuali ada ijin khusus dari Manajemen
Konstruksi.
4) Lubang
- Pembuatan lubang harus dilaksanakan dengan menggunakan bor mekanik.
- Punching tidak diijinkan.
- Sisa-sisa pengeboran harus segera dibersihkan.
5) Penyambungan
Penyambungan tidak diperkenankan kecuali dicantumkan dalam gambar yang telah
disetujui Manajemen Konstruksi.
7. Sambungan baut
a. Penyambungan dengan baut harus dilakukan dengan cara terbaik yang sesuai dengan
maksudnya, termasuk perlengkapan-perlengkapannya.
b. Baut yang dipakai dibedakan sebagai berikut :
1) Untuk baut diameter 12 mm menggunakan baut pas, badan baut harus terdiri dari
bagian yang berulir dan bagian yang tidak berulir disesuaikan dengan tebal baja yang
disambung.
2) Untuk baut diameter 16 mm menggunakan baut mutu tinggi (HTB).
c. Bila baut-baut HTB akan digunakan maka permukaan bidang kontak tidak boleh
dicat/coating dan harus bersih.
d. Baut-baut HTB yang sudah pernah dipakai (dalam keadaan kencang / bertegangan) tidak
boleh dipakai lagi.
e. Baut-baut yang tidak boleh dipakai diberi tanda / dicat dan dikumpulkan menjadi satu untuk
segera dibawa keluar site. Untuk pemasangan HTB dapat digunakan kunci momen sesuai
dengan proofload yang dianjurkan pabrik. Untuk itu di Kontraktor harus menyerahkan
brosur-brosur yang diperlukan kepada Manajemen Konstruksi. Sebelum pemasangan
baut HTB, permukaan bidang kontak harus dalam keadaan bersih dari kotoran dan cat .
8. Pengerasan baut-baut
a. Bila permukaan antara baut atau mur dan bentuk permukaan baja mempunyai kemiringan
1 : 20 atau lebih, maka dipakai ring khusus (taperred washer) untuk menjamin ikatan yang
kuat.
b. Bila baut, mur dan ring (washer) dalam keaadan basah sebelum dikeraskan, maka harus
diganti yang baru.
c. Baut-baut ditempat sambungan dikeraskan secara sistematis dan mulai dari pusat
sambungan ke arah ujng-ujung bebas.
9. Alat pengeras HTB
Alat pengeras HTB harus dikalibrasi terlebih dulu sebelum dipakai, hasil kalibrasi harus
dinyatakan dalam sertifikat dari suatu badan yang berwenang untuk mendapatkan persetujuan
dari Manajemen Konstruksi.
10. Pekerjaan las
Kontraktor yang melakukan pengelasan pada dasarnya harus memperhatikan sifat mampu las
(weldability) material baja dengan berdasarkan 3 aspek pokok berikut ;
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS B - 42

a. Sifat-sifat kimia, metalurgi dan fisik material.


b. Keamanan hasil las sesuai tujuan desain konstruksi.
c. Cara-cara produksi sehubungan metode pengelasan yang dipakai. Semua pekerjaan yang
berhubungan dengan las harus memenuhi standard JIS, AWS atau DIN.
11. Penyambungan las
a. Penyambungan las digunakan untuk pembuatan profil, sambungan buhul, atau bagian-
bagian yang dihubungkan ke struktur utama, assembling struktur utama dan lain-lain yang
ditunjukkan dalam gambar.
b. Pada dasarnya metode pengelasan yang dipakai adalah las listrik (arc welding). Untuk
profil-profil buatan harus dipakai metode las tandem (submerged arc welding), kecuali bila
penggunaan las tandem tidak mungkin dikerjakan.
c. Batang elektroda yang dipakai harus sesuai dengan persyaratan sbb:
1. Kekuatan tarik minimum las 5000 kg/cm² dan tegangan lelehnya 4200 kg/cm² pada
temperatur ruangan.

2. Pada uji takik 47 Joule pada temperatur + 28º C mempunyai regangan 22 % pada Lo
= 5 do, pada uji takik 28 Joule tidak ada persyaratan.

Batang elektroda E43 02 AR7 DIN 1913 (stable


elektroda)
Nama
Singkatan untuk las listrik
Singkatan untuk kekuatan
tarik dan tegangan leleh

Kode untuk regangan dan


Uji takik pada 28 Joule

Kode untuk regang dan


Uji takik pada 47 Joule

Singkatan untuk
tipe mantel
Kode las mantel
Nomor DIN

• AR7 : - Dapat dipakai pada semua posisi kecuali pada posisi turun
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS B - 43

• Arus bolak-balik voltage minimum 70 volt dan batang elektroda pada kutub negatif.

12. Pada setiap pekerjaan sambungan las, Kontraktor harus membuat tabel yang berisi informasi
:
a. Bagian konstruksi yang disambung dan dimensinya.
b. Bentuk alur.
c. Posisi pengelasan.
d. Metode pengelasan.
e. Jenis arus, kutub elektroda dan voltage.
f. Jenis barang elektroda.
g. Metoda kontrol kualitas hasil las.
h. Urutan pengelasan.
i. Personil-personil yang mengerjakan.
13. Tenaga ahli
Tenaga yang melakukan pekerjaan ini, harus mempunyai sertifikat keahlian yang dikeluarkan
oleh lembaga-lembaga pemerintah atau yang sederajat dan yang telah terbukti keahliannya.
Susunan tenaga ahli las harus meliputi :
a. Expert Teknis Las.
b. Teknisi las
c. Mandor las
d. Tukang las
14. Instalasi
Kontraktor harus mempunyai instalasi yang memenuhi syarat untuk pekerjaan las diantaranya
:
a. Bengkel beratap dengan miliu kering untuk penyimpanan barang-barang elektroda.
b. Alat-alat perangkai dan tranport.
c. Mesin-mesin dan alat kerja
d. Mesin-mesin las, mesin-mesin potong
e. Preparat untuk mengelas dan memotong
f. Instalasi untuk hasil uji las
15. Tebal las
Tebal las sudut yang tertera pada gambar adalah tebal efektif, bukan ukuran kaki las jika
tidak disyaratkan lain dalam gambar bestek, tebal sammbungan las harus diambil sebagai
berikut:
a. Tebal minimum ≥ 7 mm Dipilih yang terbesar
b. ≥ √ (t max) min 0.5 mm
c. Tebal maksimum 0,7 t min
d. t = tebal material yang dilas
Pada las tumpul, pengelasan harus menghasilkan las dengan penetrasi penuh, sehingga
mempunyai kekuatan paling tidak sama dengan elemen yang disambung.
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS B - 44

16. Persiapan
Alur pada material yang akan dilas harus bebas dari kotoran, air, karat, cat, dan nat-nat lain
yang dapt mengurangi mutu las.
17. Kontrol mutu hasil pengelasan
a. Secara visual hasil pengelasan harus bebas dari pori-pori, retak, takikan dan mempunyai
bentuk gelombang (bead) yang baik.
b. Pada tempat-tempat yang diragukan untuk hasil lasnya, harus diadakan uji mutu dengan
ultrasonic atau sinar rontgen.
c. Mutu hasil pengelasan harus sesuai standart. Misal bila digunakan standart DIN 8563
bagian 3, minimum termasuk kelas BS untuk las tumpuk, dan BK untuk kelas sudut.

18. Mendirikan struktur baja (Erection)


a. Kontraktor harus mengajukan uraian lengkap mengenai metode erection, jadwal pekerjaan
kepada Kontraktor untuk mendapatkan persetujuan.
b. Erection harus dilakukan oleh crew yang ahli dan berpengalaman serta menggunakan
crane-crane yang memadai bila diperlukan.
c. Seluruh pekerjaan mendirikan baja harus dilaksanakan sedemikian rupa sehingga akibat
dari pelaksanaan tersebut tidak terjadi tegangan yang melebihi ketentuan pada tiap
elemennya.
d. Kontraktor boleh membuat patokan–patokan garis ketinggian dari konstruksi yang akan
didirikan, mendirikan perancah–perancah sementara dan cara-cara pembebanan tertentu
pada struktur asalkan tidak melewati tegangan kerja baja yang diijinkan.
e. Kontraktor bertanggung jawab sepenuhnya dalam merencanakan prosedur pelaksanaan
termasuk termasuk pemasangan batang-batang penguat sementara dan lain-lain, untuk
menjaminbahwa struktur tetap aman karena angin atau beban-beban yang ada selama
pelaksanaan pendirian.
f. Pemakaian baut-baut montage selama pelaksanaan harus seefisien mungkin dan cukup
untuk membuat struktur terpasang erat satu sama lain.
g. Kontraktor harus memenuhi segala petunjuk Konsultan Manajemen Konstruksi yang
berhubungan dengan pelaksanaan / pendirian segala bagian struktur.
h. Bila pekerjaan montage telah selesai dan disetujui oleh Konsultan Manajemen Konstruksi,
seluruh batang-batang penguat sementara dan hubungan-hubungannya harus
dilepaskan, lubang-lubang pada batang baja karena baut-baut montage dan cat yang
rusak karena pekerjaan sementara harus diperbaiki kembali.
i. Dalam pelaksanaan pendirian tidak diijinkan menggunakan palu besi untuk memukul
elemen-elemen baja kecuali seijijn Manajemen Konstruksi.
j. Sebaiknya dipakai pemukul kayu bila memang harus digunakan.
k. Bila ada pengelasan diatas boleh dilaksanakan setelah struktur dengan perencahnya lurus
dan menurut bentuk yang didinginkan dan sebelumnya harus mendapat persetujuan
Manajemen Konstruksi.
l. Sambungan sambungan baut sebelumnya harus dikontrol oleh Manajemen Konstruksi.
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS B - 45

m. Bila diinginkan kontraktor harus membuat perancah-perancah tambahan untuk


memungkinkan Manajemen Konstruksi untuk menginspeksi setiap unit sambungan dan
biaya ini dianggap sudah dimasukan dalam harga tender.
n. Pekerjaan baut dan las harus selalu diawasi selama pelaksanaan dan bila mana
Kontraktor menganggap adannya kesalahan dalam pekerjaan harus segera diganti atau
diperbaiki dengan biaya kontraktor.
o. Kontraktor harus menyimpan dan menjaga semua bahan-bahan menurut lazimnya dan
melindungi terhadap kontak langsung dengan tanah ataupun terhadap gangguan lainnya.
p. Baja tidak boleh dipasang atau ditempatkan diatas pondasi beton atau lantai sampai beton
mempunyai kekuatan minimum 80 % dari kekuatan beton umur 28 hari.
q. Pengerasan baut-baut pada rangka batang utama atau batang diagonal, baru dapat
dilakukan setelah posisi dari batang-batang tersebut menempati posisi yang benar dengan
urutan pengencangan baut pada batang-batang diagonal. Untuk pelaksanaan
pemasangan pekerjaan ini, Kontraktor harus menyediakan Mobile Crane.
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS C-1

C. PEKERJAAN ARSITEKTUR

I. PEKERJAAN PASANGAN DINDING BATA DAN DINDING PARTISI


1.1 KETERANGAN
Pekerjaan ini mencakup seluruh pekerjaan dinding yang terbuat dari batu bata disusun ½ bata
dan satu bata, meliputi penyediaan bahan, tenaga dan peralatan untuk pekerjaan ini.

1.2 BAHAN
a. Batu bata (bata merah)
Batu bata merah (dari tanah liat) yang dipakai adalah produksi dalam negeri eks daerah
setempat dari kualitas yang baik dengan ukuran 5 x 10,5 x 22 cm yang dibakar dengan baik,
warna merah merata, keras dan tidak mudah patah, bersudut runcing dan rata, tanpa cacat
atau mengandung kotoran.
Pada pembangunan gedung dewan ini pada beberapa bagian disyaratkan menggunakan
batu bata press mesin yang padat, kuat, presisi dan warna rata merah bata/maroon karena
untuk permukaan bata merah expose.
Meskipun ukuran bata yang bisa diperoleh di suatu daerah mungkin tidak sama dengan
ukuran tersebut diatas, harus diusahakan supaya ukuran bata yang akan dipakai tidak
terlalu menyimpang.
Kualitas bata harus sesuai dengan pasal 81 dari A.V. 1941
Kontraktor harus menunjukkan contoh terlebih dahulu kepada Konsultan Pengawas.
Konsultan Pengawas berhak menolak bata dan menyuruh bongkar pasangan bata yang
tidak memenuhi syarat. Bahan-bahan yang ditolak harus segera diangkut keluar dari tempat
pekerjaan.
b. Bata Ringan
Batu bata ringan yang dipakai adalah produksi setara Hebel,Citicon, Masa Blok ukuran 20
x 60 tebal 10 cm, atau 8,3 buah per m2. Kontraktor harus menunjukkan contoh terlebih
dahulu kepada Konsultan Pengawas. Konsultan Pengawas berhak menolak bata ringan
yang tidak memenuhi syarat. Bahan-bahan yang ditolak harus segera diangkut keluar dari
tempat pekerjaan.
c. Mortar/Plester
Adukan terdiri dari bahan Dry-Mix dan air dipakai untuk pemasangan dinding batu bata
ringan. Komposisi adukan sesuai dengan yang disyaratkan oleh Fabrikan.
Bahan Dry-Mix yang dipakai adalah produk MU, Grand Elephant atau Masa Mortar.
d. Adukan
Adukan terdiri dari semen, pasir dan air dipakai untuk pemasangan dinding batu bata.
Komposisi adukan adalah 1 pc : 5 pasir untuk dinding biasa, 1 Pc : 3 pasir untuk tasram
Semen PC yang dipakai adalah produk dalam negeri yang terbaik (Nusantara, Gresik, Tiga
Roda atau produk daerah setempat yang mempunyai kualitas standar konstruksi).
Adukan harus dibuat dalam alat tempat mencampur, diatas permukaan yang keras, bukan
langsung diatas tanah. Bekas adukan yang sudah mulai mengeras tidak boleh digunakan
kembali.

e. Beton Non Struktural


Beton Non Struktural dibuat untuk rangka penguat dinding bata, yaitu : sloof, kolom praktis
dan ringbalk atau balok latai.
Komposisi bahan beton rangka penguat dinding (sloof, kolom praktis, ringbalk) adalah 1 pc
: 2 pasir : 3 kerikil.
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS C-2

Semen PC yang dipakai adalah produk dalam negeri yang terbaik (satu merek untuk seluruh
pekerjaan). Pasir beton harus bersih, bebas dari tanah/lumpur dan zat-zat organik lainnya.
Kerikil/split dari pecahan batu keras dengan ukuran 1 - 2 cm, bebas dari kotoran. Baja
tulangan menurut ketentuan PBI 1971.

1.3 PELAKSANAAN
Dinding harus dipasang (uitzet dengan peralatan yang memadai) dan didirikan menurut masing-
masing ukuran ketebalan dan ketinggian yang disyaratkan seperti yang ditunjukkan dalam
gambar.
a. Sloof, kolom praktis dan ringbalk
Ukuran rangka penguat dinding bata (non struktural) : sloof 15 x 20 cm, kolom praktis 12 x
12 cm atau 10 x 10 untuk bata ringan, ringbalk 15 x 12 dan balok latai 10 x 15cm. Kolom
praktis dan ringbalk diplester sekaligus dengan dinding bata sehingga mencapai tebal 15
cm dan 11 cm untuk bata ringan. Bekisting terbuat dari kayu terentang/kayu hutan lainnya
dengan tebal minimum 2 cm yang rata dan berkualitas papan baik.
Pemasangan bekisting harus rapi dan cukup kuat. Celah-celah papan harus rapat sehingga
tidak ada air adukan yang keluar. Bekisting baru boleh dibongkar setelah beton mengalami
proses pengerasan.
Kecuali ditentukan lain pemasangan balok latai dipasang tepat diatas kusen pintu maupun
jendela.
b. Pasangan dinding bata
Bata yang akan dipasang harus direndam dalam air terlebih dahulu sampai jenuh.
Tidak diperkenankan memasang batu bata :
1. Air bersih untuk keperluan sehari-hari seperti minum, mandi/buang air dan kebutuhan
lain para pekerja. Kualitas air yang disediakan untuk keperluan tersebut harus cukup
terjamin.
2. Yang ukurannya kurang dari setengahnya
3. Lebih dari 1 (satu) meter tingginya setiap hari di satu bagian pemasangan
4. Pada waktu hujan di tempat yang tidak terlindung atap
5. Setiap luas pasangan dinding bata mencapai 12 m2 harus dipasang beton praktis
(kolom, dan ring balk)
Bata dipasang tegak lurus dan berada pada garis-garis yang seharusnya dengan
bentang benang yang sipat datar. Kayu penolong harus cukup kuat dan benar-benar
dipasang tegak lurus.
Dinding yang menempel pada kolom beton harus diberi angker besi setiap jarak 40
cm. Permukaan beton harus dibuat kasar. Pemasangan bata diatas kusen harus
dibuat balok lantai 12/12 atau dilengkapi dengan pasangan rollaag. Pemasangan
harus dijaga kerapihannya, baik dalam arah vertikal maupun horizontal. Sela-sela
disekitar kusen-kusen harus diisi dengan aduk.
c. Semua Pasangan Batu bata dipasang rata sampai dengan ring balk strukturnya sebagai
penumpu rangka atap diplester dan diaci 1 : 5.
d. Dinding yang berada diatas plafon dan harus diplester 1 : 5 tanpa acian.
e. Kecuali ditentukan lain, bukaan dinding yang tidak terpasang kusen tinggi bukaan dinding
adalah 2,15 m dari elevasi 0,00.
f. Pasangan Bata Ringan
Bata ringan yang akan dipasang harus direndam dalam air terlebih dahulu sampai jenuh.
Tidak diperkenankan memasang batu bata ringan:
1. Yang ukurannya kurang dari setengahnya
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS C-3

2. Pada waktu hujan di tempat yang tidak terlindung atap


3. Setiap luas pasangan dinding bata ringan mencapai 12 m2 harus dipasang beton
praktis (kolom, dan ring balk)
Bata ringan dipasang tegak lurus dan berada pada garis-garis yang seharusnya dengan
bentang benang yang sipat datar. Kayu penolong harus cukup kuat dan benar-benar
dipasang tegak lurus.
Dinding yang menempel pada kolom beton harus diberi angker besi setiap jarak 40 cm.
Permukaan beton harus dibuat kasar. Pemasangan bata ringan diatas kusen harus dibuat
balok latei 10/12. Pemasangan harus dijaga kerapihannya, baik dalam arah vertikal
maupun horizontal. Sela-sela disekitar kusen-kusen harus diisi dengan adukan.

1.3.1 DINDING PARTISI


Pekerjaan dinding partisi harus dikerjakan oleh tenaga aplikator yang berpengalaman dan
direkomendasi oleh principal dari material yang akan dipakai. Pelaksanaan dinding partisi
ini harus dengan full system dari pabrik penghasilnya. Pihak principal harus menyediakan
tenaga teknis yang berpengalaman sebagai tenaga supervisi teknis pada masa
pelaksanaannya yang minimal datang ke lapangan dalam dua minggu sekali dan ketika
dibutuhkan pendapat teknis karena suatu permasalahan atau kondisi tidak normal di
lapangan.
a. Bahan yang dipakai untuk dinding partisi adalah panel Gypsum standar tebal 12
mm jenis wet area. Jenis papan Gypsum/Kalsiboard yang digunakan mempunyai
bagian tepi melandai.
b. Rangka dinding partisi yang digunakan adalah ‘Metal Stud System’ sesuai
rekomendasi produsen Gypsum/Kalsiboard yang dipakai. Rangka terbuat dari
bahan metal galvalume tebal 0,55 BMT dan lebar 76 (CS) produk Boral , Knauff
atau yang setara.
c. Rangka vertikal terpasang dengan jarak maksimal 60 cm (AS) atau sesuai dengan
rekomendasi pabrikannya. Dirangkai sedemikian rupa sehingga membentuk
suatu rangkaian yang kokoh dan kuat dengan sambungan pada posisi yang tepat
serta kelurusan permukaan benar-benar lurus.
d. Pemasangan Gypsum pada rangka dilaksanakan dengan menggunakan paku
skrup stainless steel setiap jarak 20 cm untuk bagian tepi Gypsum dan 30 cm
untuk pemasangan bagian tengah lembar Gypsum yang dipasang secara tegak
lurus bidang muka Gypsum dan rangkanya.
e. Pemasangan paku skrup harus diberi jarak minimal 10 cm dari tepi Gypsum untuk
setiap sambungan.
f. Pelaksana pemasangan harus dapat menunjukkan sertifikat/surat rekomendasi
pemasangan dari produsen Gypsum yang dipakai.
g. Apabila diperlukan maka untuk produk Gypsum yang digunakan setidaknya
produsen produk yang bersangkutan harus dapat memberikan supervisi terhadap
pelaksanaan pemasangan produknya.
h. Setiap pertemuan sudut partisi harus dapat menghasilkan hasil akhir yang lurus
dan siku (runcing).
i. Sambungan antar panel Gypsum harus ditutup dengan pita perekat dan ditutup
dengan compound serta dihaluskan/diratakan hingga membentuk permukaan
yang rata.
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS C-4

j. Sebelum pemasangan panel Gypsum, pekerjaan-pekerjaan yang lain yang


tertanam didalamnya harus sudah selesai dikerjakan dan diuji sehingga tidak
menimbulkan adanya pembongkaran dan pemasangan papan Gypsum kembali.
k. Belokan/lekukan pada dinding harus dipasang lipatan sudut yang sesuai pada
bidang sisi papan Gypsum sehingga didapat hasil belokan/lekukan yang benar-
benar lurus dan siku.

II. PEKERJAAN PLESTERAN


2.1. KETERANGAN
Kecuali disebutkan lain, bahan penyelesaian atau penutup permukaan dinding/tembok bata
dan adalah plesteran. Pekerjaan plesteran mencakup pembuatan dan pemasangan plesteran
pada dinding-dinding tembok bata dan bidang-bidang beton, meliputi penyediaan bahan,
tenaga kerja dan peralatannya. Semua permukaan plesteran dicat dengan cat tembok, kecuali
disebutkan lain.

2.2. BAHAN
Komposisi bahan adukan sesuai dengan persyaratan, yaitu :
a. 1 pc : 3 pasir untuk permukaan beton, dinding trasram atau daerah basah dan dinding
luar yang tidak tertutup atap.
b. 1 pc : 2 pasir dan sudut dinding
c. 1 pc : 5 pasir untuk dinding bata bagian dalam gedung
Semen PC yang dipakai adalah produk lokal yang terbaik (satu merek untuk seluruh
pekerjaan).
d. Plesteran untuk penutup dinding bata ringan menggunakan Dry-Mortar : 3 kg/m2,
ketebalan 5 mm. Ketebalan dapat diatur sesuai dengan grade : kasar, sedang, halus.
Produk setara : MU, Plester Mutiara, atau Cipta Mortar.

2.3. PELAKSANAAN
a. Plesteran dinding bata
Sebelum diplester, permukaan dinding bata harus dibersihkan dan dibasahi dengan air,
siarnya dikorek sedalam 1 cm. Tebal plesteran minimum 1,5 cm dan maksimum 5 cm.
Plesteran diselesaikan dengan papan plesteran dan kayu perata atau sekop baja. Sudut-
sudut dibuat serapi-rapinya dan menyiku. Sambungan dari plesteran-plesteran harus
mulus dan lurus.
Dalam mendirikan dinding yang tidak berada dibawah atap, selama waktu hujan harus
diberi perlindungan dengan menutup bagian atas dari tembok dengan bahan pelindung
yang cukup sesuai.
Selama proses pengeringan, plesteran harus disiram dengan air selama 7 (tujuh) hari
terus menerus.
b. Plesteran Beton
Seluruh permukaan beton yang tampak harus menghasilkan permukaan yang halus dan
rata. Bila pelaksanaan pekerjaan beton tidak dapat menghasilkan permukaan yang halus
dan rata, maka permukaan tersebut harus diplester hingga menghasilkan permukaan
seperti yang dimaksud di dalam gambar rancangan pelaksanaan.
Permukaan beton yang akan diplester harus disiapkan dulu dengan pekerjaan
pendahuluan dengan urutan sebagai berikut :
- Permukaan dibuat kasar dengan betel/pahat beton
- Dibasahi dengan air
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS C-5

- Disapu air semen (Pc) atau bonding egent


Mortar untuk plesteran adalah campuran 1 Pc : 2 Ps yang diaduk secara benar-benar
homogen.
Ketebalan plesteran adalah rata-rata 15 mm – 5 mm
Plesteran harus diakhiri dengan acian halus dari adukan air semen (Pc)
Untuk beton bertemu dengan dinding, plesteran harus dilapisi kawat wiremesh minimal
30 cm sepanjang pertemuan, khususnya apabila permukaan dinding rata dengan
permukaan beton.
c. Plesteran Dry Mortar
a. Tuangkan air kedalam ember yang bersih
b. Masukkan serbuk Dry-Mortar secara bertahap kedalam ember dengan perbandingan
campuran (1 kg Plester Mutiara : 250 cc air)
c. Aduk hingga rata dengan menggunakan mixer
d. Tebarkan adukan tersebut pada media dinding yang sudah diplester
e. Rapikan / haluskan dengan gosokan (roskam)
Semua pasangan dinding bata harus diplester dan diaci kecuali pasangan dinding bata
yang tertanam didalam tanah atau dibawah lantai dasar cukup diplester dengan
campuran 1 : 3 tanpa acian.

2.4. PEKERJAAN BONGKARAN


Pekerjaan bongkaran yang dimaksud adalah pembongkaran dinding bata dan dinding partisi
existing yang tidak sesuai dengan tata ruang yang baru. Pembongkaran harus dilakukan
dengan hati-hati oleh tukang dan pekerja yang terampil dan berpengalaman dan dengan alat
yang memadahi. Tidak diperkenankan menggunakan peralatan yang menimbulkan getaran
terlalu keras yang bisa merusak dinding di dekatnya yang tidak akan dibongkar. Kontraktor
harus mengkondisikan pembongkaran tidak banyak memunculkan debu dan suara yang
berlebihan sehingga tidak menimbulkan polusi terhadap lingkungan sekitarnya. Dinding yang
akan dibongkar dibasahi terlebih dahulu agar saat dibongkar meminimalkan debu yang timbul.
Bongkaran dinding dibuat modul kecil-kecil supaya tidak menimbulkan kerusakan di area
sekitarnya serta lebih mudah memindahkan bekas bongkarannya.
Pembongkaran dinding partisi khususnya partisi kaca harus dilakukan dengan hati-hati karena
bongkarannya akan dipakai lagi ditempat lain. Kontraktor harus sangat berhati-hati dalam
membongkar dinding partisi existing.

III. PEKERJAAN KUSEN, PINTU, JENDELA ALUMINIUM


3.1. LINGKUP PEKERJAAN
Pekerjaan ini meliputi pengadaan, pembuatan dan pemasangan kusen pintu dan jendela,
daun pintu dan daun jendela serta pekerjaan lainnya yang menggunakan bahan profil
aluminium, sesuai petunjuk Gambar Kerja dan Spesifikasi Teknis.

3.2. STANDAR / RUJUKAN


a. Standar Nasional Indonesia (SNI)
- SNI 07-0603-1989 – Produk Alumunium Ekstrusi untuk Arsitektur.
b. British Standard (BS)
- BS 5368 (Part 1) – Air Inflitration
- BS 5368 (Part 2) – Water Inflitration
- BS 5368 (Part 3) – Structural Performance
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS C-6

c. American Society for Testing and Materials (ASTM).


- ASTM B221M-91 – Specification for Alumunium-Alloy Extruded Bars, Rods, Wire
Shapes and Tubes.
- ASTM E-283 – Metode Pengujian Kebocoran Udara untuk Jendela dan Curtain Wall
- ASTM E-330 – Metode Pengujian Struktural untuk Jendela dan Curtain Wall
- ASTM E-331 – Metode Pengujian Kebocoran Air untuk Jendela dan Curtain Wall
d. American Architectural Manufactures Association (AAMA).
- AAMA – 101 – Spesifikasi untuk Jendela dan Pintu Alumunium
e. Japanese Industrial Standard (JIS)
- JIS H – 4100 – Spesifikasi Komposisi Alumunium Extrusi
- JIS H – 8602 – Spesifikasi Pelapisan Anodise untuk Alumunium
f. Spesifikasi Teknis
➢ Dimensi : 4” x 1 ¾”2 dan 3”
➢ Tebal profil : 1.25 mm
➢ Ultimate strength : 28.000 pci
➢ Yield strength : 22.000 pci
➢ Shear strength : 17.000 pci
➢ Anodizing ketebalan lapisan di seluruh permukaan alumunium adalah 18 mikron
dengan warna brown sekualitas dengan merk YKK type YB1C.

3.3. DESKRIPSI SISTEM


a. Kriteria Perencanaan
1. Faktor Pengaman
Kecuali disebutkan lain, bagian – bagian alumunium termasuk ketahanan kaca,
memenuhi faktor keamanan tidak kurang dari 1,5 x maksimum tekanan angin yang
disyaratkan.
2. Modifikasi
Dapat dimungkinkan tanpa merubah profil atau merubah penampilan, kekuatan atau
ketahanan dari material dan harus tetap memenuhi kriteria perencanaan.

3. Pergerakan Karena Temperatur


Akibat pemuaian dari material yang berhubungan tidak boleh menimbulkan suara
maupun terjadi patahan atau sambungan yang terbuka, kaca pecah, sealant yang
tidak merekat dan hal – hal lain. Sambungan kedap air harus mampu menampung
pergerakan ini.
4. Persyaratan Struktur
Defleksi : AAMA = Defleksi yang diijinkan maksimum L / 175 atau 2 m.
Beban Hidup : Pada bagian – bagian yang menerima hidup terutama pada waktu
perawatan, seperti : meja (stool) dan cladding diharuskan disediakan penguat dan
angkur dengan kemampuan menahan beban terpusat sebesar 62 kg tanpa terjadi
kerusakan.
5. Kebocoran Udara
ASTM E – 283 – Kebocoran udara tidak melebihi 2,06 m3/hari pada setiap m’ unit
panjang penampang bidang bukaan pada tekanan 75 Pa.
6. Kebocoran Air
ASTM E – 331 – Tidak terlihat kebocoran air masuk ke dalam interior bangunan
sampai tekanan 137 Pa dalam jangka waktu 15 menit, dengan jumlah air minimum
3,4 L/m2/minimal.
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS C-7

3.4. PROSEDUR UMUM


a. Contoh Bahan dan Data Teknis
1. Contoh profil dan penyelesaian permukaan yang harus meliputi tipe alumunium
ekstrusi, pelapisan, warna dan penyelesaian, harus diserahkan kepada Konsultan
Pengawas untuk disetujui sebelum pengadaan bahan kelokasi pekerjaan.
2. Contoh bahan produk alumunium apabila tidak dilampirkan data teknis dari pabrikan
pembuatnya harus diuji di laburatorium yang ditunjuk Konsultan Pengawas atau
harus dilengkapi dengan data-data pengujian.
Data-data ini harus meliputi pengujian untuk :
➢ Ketebalan lapisan,
➢ Keseragaman warna,
➢ Berat,
➢ Karat,
➢ Ketahanan terhadap air dan angin minimal 100kg/m2 untuk masing-masing
tipe.
➢ Ketahanan terhadap udara minimal 15m3/jam,
➢ Ketahanan terhadap tekanan air minimal 15kg/m2.
3. Biaya pengadaan contoh bahan menjadi tanggung jawab Kontraktor.
b. Gambar Detail Pelaksanaan.
1. Gambar detail pelaksanaan yang harus meliputi detail-detail, pemasangan rangka
dan bingkai, pengencangan dan sistem pengukuran seluruh pekerjaan, harus
disiapkan oleh Kontraktor dan diserahkan kepada Konsultan Pengawas untuk
disetujui sebelum pelaksanaan pekerjaan.
2. Semua dimensi harus diukur dilokasi pekerjaan dan di tunjukkan dalam Gambar
Detail Pelaksanaan.
3. Kontraktor bertanggung jawab atas setiap perbedaan dimensi dan akhir penyetelan
semua pekerjaan lain yang diperlukan untuk menyempurnakan pekerjaan yang
tercakup dalam Spesifikasi Teknis ini, sehingga sesuai dengan ketentuan Gambar
Kerja.
c. Pengiriman dan Penyimpanan
i. Pekerjaan alumunium dan kelengkapan harus diadakan sesuai ketentuan Gambar
Kerja, bebas dari bentuk puntiran, lekukan dan cacat.
ii. Segera seteklah didatangkan, pekerjaan alumunium dan kelengkapan harus
ditumpuk dengan baik ditempat yang bersih dan kering dan dilindungi terhadap
kerusakan dan gesekan, sebelum dan setelah pemasangan. Semua bagian harus
dijaga tetap bersih dan bebas dari ceceran adukan, plesteran, cat dan lainnya.
d. Garansi
Kontraktor harus memberikan kepada Pemilik Proyek, garansi tertulis yang meliputi
kesempurnaan pemasangan, pengoperasian dan kondisi semua pintu, jendela dan
lainnya seperti ditunjukkan dalam spesifikasi ini untuk periode selama 1 tahun setelah
pekerjaan yang rusak dengan biaya Kontraktor.

3.5. BAHAN - BAHAN


b. Alumunium untuk kusen pintu/jendela dan untuk daun pintu/jendela adalah dari jenis
alumunium alloy 6063-T5 yang memenuhi ketentuan SNI 07-0603-1989 dan ATSM B221
M, dalam bentuk profil jadi yang dikerjakan di pabrik, dengan lapisan clear anodized
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS C-8

minimal 18 mikron yang diberi lapisan warna akhir polish snolok di pabrik dalam warna
sesuai Skema warna yang ditentukan kemudian.
Tebal profil rata-rata 1,25 mm,dengan ukuran dan bentuk sesuai Gambar Kerja. Dimensi
profil dapat berubah tergantung jenis profil yang nanti disetujui.
c. kecuali ditentukan lain, semua pintu dan jendela harus dilengkapi dengan perlengkapan
standar dari pabrik pembuatan.
d. Alat pengencang dan aksesoris untuk melengkapi pemasangan adalah :
- Alat pengencang harus terdiri dari sekrup stainlessteel anti karat SUS304J1
pemasangan sesuai pada gambar kerja.
- Angkur harus dari baja anti karat AISI seri 300 dengan tebal minimal 2 mm.
- Bahan penutup sekrup agar tidak terlihat yang memenuhi ketentuan Spesifikasi
Teknis.
- Asesories standar Produsen Aluminium.
e. Kaca untuk pintu dan jendela aluminium harus memenuhi ketentuan Spesifikasi Teknis.
f. Neoprene/gasket untuk pelindung cuaca pada pemasangan kaca pekerjaan alumunium
harus memenuhi ketentuan Spesifikasi Teknis.
g. Perlengkapan pintu dan jendela seperti kunci, engsel dan lainnya sesuai ketentuan
Spesifikasi Teknis.
h. Semua kusen pintu, kusen jendela, daun pintu, daun jendela maupun profil curtain wall
adalah dengan finishing powder coating 200 micron warna putih tulang.
i. Alat Pengencang dan Aksesori.
1) Alat pengencang harus terdiri dari sekrup baja anti karat ISIA seri 300 dengan
pemasangan kepala tertanam untuk mencegah reaksi elektronik antara alat
pengencang dsan komponen yang dikencangkan.
2) Angkur harus dari baja anti karat AISI seri 300 dengan tebal minimal 2mm.
3) Peanahan udara dari bahan vinyl.
4) Bahan penutup sekrup agar tidak terlihat
j. Gasket
Nomor Produk : 9K-20216, 9K-20219
Bahan : EPDM
Sifat Material : Tahan terhadap perubahan cuaca
k. Sealant Dinding (Tembok)
Bahan : Single komponen
Type : Silicone Sealant
l. Screw
Nomor Produk : K-6612A, CP-4008, dan lain – lain
Bahan : Stainless Steel (SUS 304)
m. Joint Sealer
Sambungan antara profile horisontal dengan vertikal diberi sealer yang berserat guna
menutup celah sambungan profile tersebut, sehingga mencegah kebocoran udara, air
dan suara.
Nomor Produk : 9K-20284, 9K-20212
Bahan : Butyl Rubber

3.6. PELAKSANAAN PEKERJAAN


1. Fabrikasi
Pekerjaan febrikasi atau pemasangan tidak boleh dilaksanakan sebelum Gambar Detail
Pelaksanaan yang diserahkan Kontraktor dan disetujui Konsultan Pengawas.
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS C-9

2. Semua komponen harus difebrikasi dan dirakit secara tepat sesuai bentuk dan ukuran
aktual dilokasi serta dipasang pada lokasi yang telah ditentukan.
3. Pemasangan
Bagian pertama yang terpasang harus disetujui Konsultan Pengawas sebagai acuan dan
contoh untuk pemasangan berikutnya.
4. Kontraktor bertanggung jawab atas kualitas konstruksi komponen-komponen. Bila suatu
sambungan tidak digambarkan dalam Gambar Kerja, swambungan-sambungan tersebut
harus ditempatkan dan dibuat sedemikian rupa sehingga sambungan-sambungan
tersebut dappat meneruskan beban dan menahan tekanan yang harus diterimanya.
5. Semua komponen harus sesuai dengan pola yang ditentukan.
6. Bila di pasang langsung ke dinding atau beton, kusen atau bingkai harus dilengkapi
dengan angkur pada jarak setiap 500mm.
7. Semua bagian alumunium yang berhubungan dengan semen atau adukan harus
dilindungi dengan cat transparan atau lembaran plastik Lacquer film.
8. Semua bagian alumunium yang berhubungan dengan elemen baja harus dilapisi dengan
cat khusus yang direkomendasikan pabrik pembuat, untuk mencegah kerusakan
komposisi alumunium.
9. Berbagai perlengkapan bukan alumunium yang akan dipasang pada bagian alumunium
harus trdiri dari bahan yang tidak menimbulkan reaksi elektronik, seperti baja anti karat,
nilon, neoprene dan lainnya.
10. Semua pengencangan harus tidak terlihat, kecuali ditentukan lain.
11. Semua sambungan harus rata pemotongan dan pengeboran yang dikerjakan sebelum
pelaksanaan anokdisasi.
12. Semua pekerjaan pembuatan dan pemasangan kusen, pintu dan jendela Aluminium
harus dilakukan oleh pabrik penghasil dari bahan yang dipergunakan dengan
memperoleh persetujuan konsultan Pengawas.
13. Semua bahan kusen, daun pintu dan jendela aluminium, boleh dibawa kelapangan/
halaman pekerjaan jikalau pekerjaan konstruksi benar-benar mencapai tahap
pemasangan kusen, pintu dan jendela.
14. Pemasangan sambungan harus tepat tanpa celah sedikitpun.
15. Semua detail pertemuan daun pintu dan jendela harus runcing (adu manis) halus dan
rata, serta bersih dari goresan-goresan serta cacat-cacat yang mempengaruhi
permukaan.
16. Detail Pertemuan Kusen Pintu dan Jendela harus lurus dan rata serta bersih dari
goresan-goresan serta cacat yang mempengaruhi permukaan.
17. Pemasangan harus sesuai dengan gambar rancangan pelaksanaan dan brosur serta
persyaratan teknis yang benar.
18. Setiap sambungan atau pertemuan dengan dinding atau benda yang berlainan sifatnya
harus diberi “sealent”.
19. Pertemuan pengisi rangka daun pintu aluminium baik dengan kaca atau panel MDF harus
disealent poliuretant dengan rapi dan rapat.
20. Penyekrupan harus tidak terlihat dari luar dengan skrup kepala tanam galvanized
sedemikian rupa sehingga hair line dari tiap sambungan harus kedap air.
21. Semua alumunium yang akan dikerjakan maupun selama pengerjaan harus tetap
dilindungi dengan “Lacquer Film”.
22. Ketika pelaksanaan pekerjaan plesteran, pengecatan dinding dan bila kosen; alumunium
telah terpasang maka kusen tersebut harus tetap terlindungi oleh Lacquer Film atau
plastic tape agar kosen tetap terjamin kebersihannya.
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS C - 10

23. Kecuali disebutkan atau ditunjukkan dalam gambar detail, pemasangan kusen aluminium
dipasang pada posisi tengah/center terhadap tebal dinding.

3.7. PEKERJAAN PINTU BAJA


a. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini meliputi pengadaan bahan, tenaga, peralatan, pembuatan dan
pemasangan pintu-pintu baja berikut kusen dan perlengkapan lainnya yang sesuai
standar untuk pekerjaan ini.
Pekerjaan ini dilaksanakan pada ruang-ruang dengan kode pintu (HM) seperti pintu
untuk ruang tangga darurat, ruang M/E/R. Panel, Shaf dan ruang lainnya seperti yang
dinyatakan/ditunjukkan dalam gambar rencana kusen yang meliputi :
Fire door dan Steel Door, Radiation Door serta pintu besi biasa lengkap terpasang
dengan Hardware dan accesorise terpasang.
b. Referensi
1) National Fire Protection Association (NFPA)
1. 80-86 Fire Doors and Windows
2. 252-95 Fire Test of Door Assemblies
2) American Society for Testing and Materials (ASTM)
1. UL 10 B Fire Tests of door assemblies
3) American National Standard Institute (ANSI)
1. ANSI A250.4 Tests of door assemblies
4) Deutsches Institut für Normung (DIN)
1. 18082 TEIL 1 -1985 : Steel doors T30-1 Construction Type A
5) British Standard (BS)
1. BS 476. Part 22 - 1972 : Test method & criteria for the fire resistance of
elements of building construction
6) Japan Industrial Standard (JIS)
1. JIS A 4702 – General
2. JIS G 3302 – Hot dipped Zinc Coated Steel Sheets and Coils
3. JIS G 313 & G 3142 – Internal
4. JIS A 1515 – Wind Resistance
5. JIS A 1516 – Air Resistance
6. JIS A 1517 – Water Tightness
7. JIS A 1519 – Closing & Opening Forces
8. JIS A 1520 – Sound Insulation
9. JIS A 4710 – Thermal Resistance
10. JIS A.1311 - Methods of fire protecting test of fire door for buildings
c. Persyaratan Bahan
Material kusen dan daun pintu baja juga harus memenuhi persyaratan-persyaratan
khusus sebagai berikut:
1) Kusen pintu terbuat dari lembaran pelat baja (cold rolled steel sheet).
a) Ketebalan plat untuk kusen 3 mm untuk Fire Door (pintu tahan api) dan yang
telah melalui pengujian dan dinyatakan memenuhi persyaratan sebagai pintu
tahan api oleh lembaga-lembaga pengujian dengan standar internasional
antara lain Underwriters Laboratories (UL) dengan standar Amerika (ASTM),
yaitu UL 10B.
Dan ketebalan plat 2 mm untuk kusen pintu baja lainnya.
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS C - 11

b) Selain Fire Door, pada sekeliling kusen / threshold pada sisi bukaan pintu
ditanam Magnetic Gasket Seal, yang berfungsi untuk meredam suara dan
termal yang mengalir melalui celah pintu.
c) Angkur baja 15 mm sebagai pengikat kusen ke kolom.
d) Dilengkapi kotak pengaman baja untuk lidah lockcase dan stang flushbolt dari
kotoran mortar.
2) Daun pintu terbuat dari lembaran pelat baja (cold rolled steel sheet).
a) Ketebalan plat 1.5 mm untuk Fire door. Berbentuk Rebated Door dilengkapi
dengan bibir pintu selebar 24 mm di sekeliling daun pintu yang merupakan
satu kesatuan plat dengan plat permukaan pintu, sehingga permukaan pintu
menjadi rata. Ketebalan daun pintu untuk seluruh tingkatan fire rating 1, 2 atau
3 jam adalah 55 mm. Bagian dalam daun pintu disi Rock Wool dengan density
110 kg/m3 sebagai isolator panas (sesuai DIN 4102 : Part 1), agar pada saat
terjadi kebakaran, kenaikan suhu permukaan plat pintu pada sisi yang tidak
terbakar tidak melebihi 450oF (232oC) pada 30 menit pertama yang telah
melalui pengujian dan dinyatakan memenuhi persyaratan sebagai pintu tahan
api oleh lembaga-lembaga pengujian dengan standar internasional antara lain
Underwriters Laboratories (UL) dengan standar Amerika (ASTM), yaitu UL
10B.
b) Ketebalan plat 0.8 mm untuk Steel door Doralux series dibuat dengan sistem
penangkupan tanpa las sehingga permukaan pintu sangat rata dan kaku tanpa
ada bekas las. Ketebalan daun pintu adalah 40 mm. Bagian dalam daun pintu
disi Injection Polyurethane dengan kepadatan 33-35 kg/m3 sebagai isolator
suara dan panas.
c) Angkur baja 15 mm sebagai pengikat kusen ke kolom.
d) Semua pintu metal harus di finishing dengan powder coating minimal 200
micron. Warna akan ditentukan kemudian.
3) Perlengkapan pintu seperti engsel, flushbolt, handle dan lockset yang digunakan
pada telah melalui pengujian dan dinyatakan memenuhi persyaratan tahan api
oleh lembaga-lembaga pengujian dengan standar internasional antara lain
Underwriters Laboratories (UL) dengan standar Amerika (ASTM), yaitu UL
10B.sebagai berikut :
a) Engsel BQ-H04 merek SIMONSWERK tipe KO 5-F/13, terbuat dari bahan baja
digalbani dengan hardened steel axial ball bearing, dengan diameter knuckle
22 mm dan diameter security pin 14 mm, sistem pemasangan yaitu dilas pada
sisi kusen maupun daun pintu. Sesuai dengan DIN 18082.
Untuk Doralux menggunakan engsel tipe V 8087 N terbuat dari bahan baja
digalvanized dengan hardened steel axial ball bearing, dengan diameter
knuckle 15 mm dan diameter pin 10 mm, sistem pemasangan yaitu dilas pada
sisi kusen dan di-skrup pada sisi daun pintu.
b) Flushbolt merek GRIMM tipe P/N 5259, dipasang di daun pintu non-aktif pada
pintu ganda dengan satu penguncian untuk menggerakkan stang ke atas dan
bawah pintu.
Flushbolt panic device untuk fire door menggunakan merk Corbin tipe PFS
200.
c) Handleset Fire Door menggunakan type Panic Bar Handle Corbin
menggunakan setara Griff 7201.10-F1.
Handleset Doralux menggunakan setara merk Griff 1205/2012-F1.
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS C - 12

d) Lockcase Fire door menggunakan system anti panic dengan setara merk Griff
2202.X4R.
e) Cylinder menggunakan jenis yang dapat dibuat system masterkey untuk
menjamin keamanan dan kepraktisan sesuai bagan organisasi.
d. Syarat-syarat Pelaksanaan
a) Pemasangan harus dilaksanakan oleh kontraktor yang mempunyai pengalaman
khusus untuk pekerjaan ini dan mempunyai tenaga ahli yang berpengalaman.
b) Kontraktor harus mempunyai workshop lengkap dengan peralatan atau mesin-
mesin khusus untuk pekerjaan ini.
c) Sebelum melaksanakan pekerjaan, kontraktor diwajibkan meneliti gambar-
gambar yang ada dan kondisi di lapangan (ukuran dan lubang-lubang), detail-
detail sesuai gambar sebelum difabrikasi.
d) Kontraktor wajib membuat shopdrawing (gambar detail pelaksanaan)
berdasarkan gambar dokumen kontrak yang telah disesuaikan di lapangan. Di
dalam shopdrawing harus memuat dan memperhatikan detail-detail
pemasangan serta discripsi bahan dan accesorise yang dipakai dan semua data
yang diperlukan termasuk keterangan produk, cara pemasangan atau detail-
detail khusus yang tercakup secara lengkap sesuai dengan standar spesifikasi
pabriknya. Gambar shop drawing harus dibuat dengan skala yang besar untuk
mempermudah pemeriksaan.
e) Shopdrawing harus mendapat persetujuan dahulu oleh Direksi
Lapangan/Pemberi Tugas/Perencana sebelum dilaksanakan.
f) Sebelum pemasangan, penimbunan bahan di tempat pekerjaan harus
ditempatkan pada ruang/tempat yang terlindung dari cuaca dan bebas dari karat
dan goresan.
g) Pemasangan di site dilakukan dengan menggunakan angkur pada kolom praktis
yan dilas pada kusen dan dilakukan penyetelan mekanisme pintu langsung pada
tempatnya.
h) Komponen pintu harus dipasang dalam struktur yang kaku sesuai dengan
petunjuk pemasangan dari pabriknya.
i) Finishing pintu baja dan kusen dengan cat duco, warna akan ditentukan oleh
Pemberi Tugas.

3.8. PEKERJAAN PINTU SOLID PANEL DAN WOOD PANEL ENGINEERING


a. LINGKUP PEKERJAAN
Lingkup pekerjaan ini meliputi pengadaan daun pintu panel kayu solid dan daun pintu
dengan sisyem fabrikasi pabrik (Engineering Wood Panel) dengan finishing cat duco
polyurethan. Semua pekerjaan daun pintu ini harus menggunakan ukur an sesuai
dengan kondisi dilapangan. Semua lobang dan ukuran accesorise pintu sudah di
sediakan dari pabrik.
1. PERSIAPAN BAHAN & MATERIAL
a) Material Kayu harus melewati proses Insect dan Vermin FREE (jamur dan
kutu)
b) Semua kayu harus di kiln dry (pengeringan/oven) dengan kadar air / MC 6-
8%.
2. SPESIFIKASI PINTU
a) Solid Engineering : Lumber Veneer Laminated (LVL), Particle Board dan
dilapisi Medium Density Fiberboard (MDF) isi kayu Pinus
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS C - 13

b) Solid Engineering : Lumber Veneer Laminated (LVL), Particle Board dan


dilapisi Medium Density Fiberboard (MDF) isi Honey Comb
c) Solid Engineering : Lumber Veneer Laminated (LVL), Particle Board dan
dilapisi Medium Density Fiberboard (MDF) type-1, isi Honey Comb untuk
area basah, toilet, janitor dll
d) Material Louvre, Grill/ Jalusi menggunakan kayu solid
e) Semua pelobangan aksesories/ Ironmongeries (Engsel, Mortise
Lock/handle) harus difabrikasi oleh mesin dipabrik (Numeric Controll)
f) Pintu dan kusen harus difinishing dipabrik sebelum dikirim kelokasi proyek
g) Untuk daun pintu panel kayu solid adalah dari kayu jati klas I, tebal panel
rata-rata 4 cm pada pintu sesuai dengan scedule pintu.
h) Model daun pintu sesuai dengan gambar rencana
3. ADHESIVES/ LEM
a. Menggunakan material yang ramah lingkungan, tidak mengandung
formaldehyde (formalin) dan bahan lain yang membahayakan manusia.
4. FINISHING/ PEWARNAAN
a. Cat tidak boleh mengandung xylene & toluene merupakan bahan carsiogenic
yang membahayakan manusia/ lingkungan
b. Warna pintu Putih dengan menggunakan DUCO Poly Urethane (PU)
c. Pada area basah dan Area khusus pada posisi bawah harus diberikan
perlakuan khusus dengan memberikan perlindungan terhadap air
sekurangkurangnya 200mm dan tertutup cat.
5. STANDAR & DOKUMEN LEGAL
a. Pintu kayu Fire Retardant (WDFR) harus ada sertifikasi (dilampirkan hasil
ujinya) dengan kondisi minimal 30 menit SNI 1741
b. Pintu dan kusen kayu harus berdokumen dan legal SVLK dari pihak yang
berwenang
c. Menyertakan dokumen pendukung cat dan lem, Material Safety Data Sheet
(MSDS)
d. Menyertakan Japan Agricurture Standar (JAS)
6. UJI KUALITAS PRODUK
a. Bending Strenght / kekuatan hasil perekatan lem, sesuai standar JAS
dengan metode Test JAS Type Two dan Cold Water Soak Test
b. Tes Kembang Susut, bengkok dan Pecah.
Menggunakan 2 metode test :
1. Test Hot & Cold Room
2. Test Hot Room
c. Tes Kembang Susut, bengkok dan Pecah. Daun pintu tidak diperkenankan
mengalami perubahan bentuk dari rata dan tegak lurus.

IV. PEKERJAAN KACA


4.1. KETERANGAN
Pekerjaan kaca meliputi pengisian bidang-bidang kusen (kaca mati), daun pintu dan jendela,
jendela bovenlicht. Contoh kaca yang akan dipakai harus diperlihatkan kepada Pengawas paling
lambat 2 (dua) minggu sebelum dipasang.

4.2. BAHAN
a. Kaca Polos & Warna.
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS C - 14

Kaca polos& Kaca Warna/ panasap harus merupakan lembaran kaca bening jenis clear
float glass yang datar dan ketebalannya merata, tanpa cacat dan dari kualitas yang baik
yang memenuhi ketentuan SNI 15-0047 – 1987 dan SNI 15-0130 – 1987, seperti tipe
Panasap / Soles, Stopsol / Muflex buatan Mulia /Asahimas.
Ukuran dan ketebalan kaca sesuai petunjuk dalam Gambar Kerja.
b. Kaca Tahan Panas/Tempered Glass.
Kaca tahan panas harus terdiri dari float glass yang diperkeras dengan cara dipanaskan
sampai temperatur sekitar 700ºC dan kemudian didinginkan secara mendadak dengan
seprotan udar secar merata pada kedua permukaannya, seperti tipe Temperlite dari
Asahimas atau yang setar.
Ukuran dan ketebalan kaca sesuai petunjuk dalam Gambar Kerja.
c. Kaca Es.
Kaca es harus merupakan kaca jenis figured glass polos yang datar dan ketebalannya
merata, tanpa cacat dan dari kualitas yang baik yang memenuhi ketentuan Sii, seperti
buatan Asahimas atau yang setar.
Ukuran dan ketbalan kaca sesuai petunjuk dalam Gambar Kerja.
d. Cermin.
Cermin harus merupakan jenis clear mirror dengan ketebalan 6mm merata, tanpa cacat
dan dari kualitas baik dengan tepi di bevel selebar 4 cm seperti Miralux dari adari Asahimas
atau yang setara.
e. Neoprene/Gasket.
Neoprene/Gasket atau bahan sintetis lainnya yang setar untuk perlengkapan pemasangan
kaca pada rangka alumunium.
Dimennsi Neoprene/Gasket yang dibutuhkan disesuaikan dengan ketebalan kaca dan jenis
profil alumunium yang digunakan.

4.3. PELAKSANAAN
a. Umum.
1. Ukuran-ukuran kaca dan cermin yang tertera dalam Gambar Kerja adalah ukuran yang
mendekati sesungguhnya. Ukuran kaca yang sebenarnya dan besarnya toleransi harus
diukur ditempat oleh Kontraktor berdasarkan ukuran di tempat kaca atau cermin
tersebut akan dipasang, atau menurut petunjuk dari Konsultan Pengawas, bila
dikehendaki lain.
2. Setiap kaca harus tetap ditempeli merek pabrik yang menyatakan tipe kaca, ketebalan
kaca dan kualitas kaca.
Merek-merek tersebut baru boleh dilepas setelah mendapatkan persetujuan dari
Konsultan Pengawas.
3. Semua bahan harus dipasang dengan rekomendasi dari pabrik.
Pemasangan harus dilakukan oleh tukang-tukang yang ahli dalam bidang
pekerjaannya.
b. Pemasangan Kaca.
1. Sela dan Toleransi Pemotongan.
Sela dan toleransi pemotongan sesuai ketentuan berikut :
- Sela bagian muka antara kaca dan rangka nominal 3mm.
- Sela bagian tepi antara kaca dan rangka nominal 6mm.
- Kedalaman celah minimal 16mm.
- Toleransi pemotongan maksimal untuk seluruh kaca adalah +3mm atau -1,5mm.
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS C - 15

- Sela untuk Gasket harus ditambahkan sesuai dengan jenis gasket yang
digunakan.

c. Persiapan Permukaan.
▪ Sebelum kaca-kaca dipasang, daun pintu, daun jendela, bingkai partisi dan bagian-
bagian lain yang akan diberikan kaca harus diperiksa bahwa mereka dapat bergerak
dengan baik.
▪ Daun pintu dan daun jendela harus diamankan atau dalam keadaan terkunci atau
tertutup sampai pekerjaan pemolesan dan pemasangan kaca selesai.
▪ Permukaan semua celah harus bersih dan kering dan dikerjakan sesuai petunjuk
pabrik.
▪ Sebelum pelaksanaan, permukaan kaca harus bebas dari debu, lembab dan lapisan
bahan kimia yang berasal dari pabrik.
d. Neoprene/Gasket dan Seal.
▪ Setiap pemasangan kaca pada daun pintu dan jendela harus dilengkapi dengan
Neoprene/Gasket yang sesuai.
▪ Neoprene/Gasket dipasang pada bilang antar kusen dengan daun pintu dan jendela,
kusen dengan dinding yang berfungsi sebagai seal pada ruang yang dikondisikan.
e. Pemasangan Cermin.
▪ Cermin harus dipasang lengkap dengan sekrup-sekrup kaca yang memiliki dop penutup
stainless steel.
▪ Penempatan sekrup-sekrup harus sedemikian rupa sehingga cermin terpasang rata
dan kokoh pada tempatnya seperti ditunjukkan dalam Gambar Kerja.
f. Penggantian dan Pembersihan.
▪ Pada waktu penyerahan pekerjaan, semua kaca harus sudah dalam keadaan bersih,
tidak ada lagi merek perusahaan, kotoran-kotoran dalam bentuk apapun.
▪ Semua kaca yang retak, pecah atau kurang baik harus diganti oleh Kontraktor tanpa
tambahan biaya dari Pemilik Proyek.

V. PEKERJAAN ALAT PENGGANTUNG DAN PENGUNCI


5.1. KETERANGAN
Semua daun pintu dan jendela dipasangi alat penggantung dan kunci yang sesuai. Pekerjaan
alat penggantung dan pengunci ini mencakup semua kegiatan pemasangan kunci dan alat-
alat penggantung pada daun pintu dan jendela, meliputi pengadaan bahan, tenaga dan
peralatan yang diperlukan untuk pekerjaan ini.
PROSEDUR UMUM :
a. Contoh
Contoh bahan beserta data teknis/brosur bahan alat penggantung dan pengunci yang
akan dipakai harus diserahkan kepada Konsultan Pengawasuntuk disetujui, sebelum
dibawa kelokasi proyek.
b. Pengiriman dan Penyimpanan
Alat penggantung dan pengunci harus dikirim kepada Konsultan Pengawasan ke lokasi
proyek dalam kemasan asli dari pabrik pembuatannya, tiap alat harus dibungkus rapi
dan masing-masing dikemas dalam kotak yang masih utuh lengkap dengan nama
pabrik dan mereknya.
Semua alat harus disimpan dalam tempat yang kering dan terlindung dari kerusakan.
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS C - 16

c. Ketidaksesuaian.
Konsultan Pengawas berhak menolak bahan maupun pekerjaan yang tidak memenuhi
persyaratan dan Kontraktor harus menggantinya dengan yang sesuai. Segala hal yang
diakibatkan karena hal di atas menjadi tanggung jawab Kontraktor.

5.2. BAHAN
a. Umum
Semua bahan/alat yang tertulis dibawah ini harus seluruhnya baru, kualitas baik, buatan
pabrik yang dikenal dan disetujui.
Semua bahan harus anti karat untuk semua tempat yang memiliki nilai kelembapan
lebih dari 70%.
Kecuali ditentukan lain, semua alat penggantung dan pengunci yang didatangkan harus
sesuai dengan tipe-tipe tersebut dibawah.
b. Alat Penggantung dan Pengunci.
Rangka Bagian Dalam.
1. Umum.
Kunci untuk semua pintu luar dan dalam harus sama atau setara dengan merek
DORMA, Dekkson atau solid.
2. Semua kunci harus terdiri dari :
- Kunci tipe silinder dengan dua kali putar yang terbuat dari bahan kuningan atau
Nikel stainless steel SUS 304, dengan 3 (tiga) buah anak kunci.
- Handle/pegangan bentuk gagang atau kenop diatas plat yang terbuat dari bahan
Nikel stainless steel dan finishing stainless steel hair line SUS 304.
- Badan kunci tipe tanam (mortice lock) yang terbuat dari bahan baja lapis seng
stainless steel hair line dengan jenis dan ukuran yang disesuaikan dengan jenis
bahan daun pintu (besi, kayu atau alumunium), yang dilengkapi dengan lidah
siang (latch bolt), lidah malam (dead bolt), lubang silinder, face plate, lubang
untuk pegangan pintu dan dilengkapi strike plate.
3. Engsel.
- Kecuali ditentukan lain, engsel untuk daun pintu kayu dan alumunium tipe ayun
dengan bukaan satu arah, harus dari tipe kupu-kupu berukuran 102mm x 76mm
x 3mm dengan ball bearingssetara produk dari DORMA, Dekkson SUS 304,
Solid
- Kecuali ditentukan adanya penggunaan engsel kupu-kupu, engsel untuk semua
jendela harus dari tipe friction stay 20” dari ukuran yang sesuai dengan ukuran
dan berat jendela.
- Engsel tipe kupu-kupu untuk jendela harus berukuran 76mm x 64mm x 2mm.
- Ketentuan Bahan dan finishing engsel adalah dari bahan Nikel Stainless steel
dengan finish stainless steel hair line.
4. Hak Angin.
Hak angin untuk jendela yang menggunakan engsel tipe kupu-kupu produk
DORMA, Dekkson atau yang setara yang disetujui.

5. Pengunci Jendela.
Pengunci jendela untuk jendela dengan engsel atau tipe friction staymenggunakan
jenis rambuncis.
6. Grendel Tanam/Flush bolt.
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS C - 17

Semua pintu ganda harus dilengkapi dengan grendel tanam atas bawah yang
sesuai atau setara dengan produk DORMA, Dekkson atau Solid.
7. Penahan Pintu (Door Stop).
Penahan pintu untuk mencegah benturan daun pintu dengan dinding produk
DORMA, Dekson atau Sholid, pemasangan dilantai seperti atau setara.
8. Pull Handle
Pegangan pintu yang memakai floor hing atau semi frame less menggunakan
handle buka model hollow panjang 900 mm bahan Nikel Stainless steel SUS 304
dengan finish stainless steel hair line, setara produk DORMA, Dekson atau Solid
9. Lever Handle
Pegangan kunci pintu yang memakai engsel kupu-kupu menggunakan handle
setara produk DORMA, Dekson atau IHS. Untuk pintu toilet dan KM menggunakan
handle pada sisi luarnya saja sedangkan bagian dalam menggunakan pull dan kunci
putarsaja. Untuk Kunci pintu type SHF menggunakan type bulat/lingkaran
10. Warna/Lapisan.
Semua alat penggantung dan pengunci harus berwarna stainless steel hair line,
kecuali bila ditentukan lain.

5.3. PELAKSANAAN PEKERJAAN


a. Umum.
▪ Pemasangan semua alat penggantung dan pengunci harus sesuai dengan
persyaratan serta sesuai dengan petunjuk dari pabrik pembuatnya.
▪ Semua peralatan tersebut harus terpasang dengan kokoh dan rapih pada
tempatnya, untuk menjamin kekuatan serta kesempurnaan fungsinya.
▪ Setiap daun jendela dipasangkan ke kusen dengan menggunakan 2 (dua) buah
engsel type friction stay dan harus dilengkapi dengan 1 (satu) buah alat
pengunci/window lock yang memiliki pegangan.
▪ Semua pintu dipasangkan ke kusen dengan menggunakan 3 (tiga) buah engsel,
Untuk pemasangan engsel ke kusen Alumunium harus diberi closer dari kayu tebal
min 3 cm x panjang kusen yang kuat dan dari kayu bermutu baik (Kamper atau Jati)
yang dipasang di balik atau di dalam kusen Alumunium.
▪ Semua pintu memakai kunci pintu lengkap dengan badan kunci, silinder,
handle/pelat.
▪ Engsel bagian atas untuk pintu kaca menggunakan pin yang bersatu dengan bingkai
bawah pemegang pintu kaca.
▪ Lubang untuk pemasangan kunci dan engsel harus dibuat persis dan tidak boleh
longgar. Semua alat kunci harus dipasang dengan sekrup secara lengkap

b. Pemasangan Pintu.
▪ Kunci pintu dipasang pada ketinggalan 1000mm dari lantai.
▪ Pemasangan engsel atas berjarak maksimal 120mm dari tepi atas daun pintu dan
engsel bawah berjarak maksimal 250mm dari tepi bawah daun pintu, sedang engsel
tengah dipasang diantar kedua engsel tersebut.
▪ Semua pintu memakai kunci tanam lengkap dengan pegangan (handle), pelat
penutup muka dan pelat kunci.
▪ Pada pintu yang terdiri dari dua daun pintu, salah satunya harus dipasang slot tanam
sebagaimana mestinya, kecuali bila ditentukan lain dalam Gambar Kerja.
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS C - 18

c. Pemasangan Jendela.
▪ Daun jendela dengan engsel tipe kupu-kupu dipasangkan ke kusen dengan
menggunakan engsel dan dilengkapi hak angin, dengan cara pemasangan sesuai
petunjuk dari pabrik pembuatnya dalam Gambar Kerja.
▪ Daun jendela tidak berengsel dipasangkan ke kusen dengan menggunakan friction
stay yang merangkap sebagai hak angin, dengan cara pemasangan sesuai
petunjuk dari pabrik pembuatnya.
▪ Penempatan engsel harus sesuai dengan arah buakaan jendela yang diinginkan
seperti ditunjukkan dalam Gambar Kerja, dan setiap jendela harus dilengkapi
dengan sebuah pengunci.
d. Perlengkapan lain
1. Door closer : eks DORMA TS91B, Dekson type DCL 529SLD atau DORMA 85610
SA-S
2. Floor Hing : eks Dorma BTS80/EN6, Dekson FH DKS 84, atau GEZE (BTS 84)
3. Gasket
Ketentuan pemasangan gasket pada pintu adalah sebagai berikut :
▪ Airtight
▪ Fireproof
▪ Smokeproof
▪ Soundproof
▪ Weatherproof
4. Pull Handle
▪ Untuk pintu Utama memakai handle custom (by desain) ukuran 1500 mm dia 5cm
kombinasi kayu jati dan stainless steel
▪ Pintu double daun menggunakan handle eks : Dekson PH D351, DORMA P 75.74,
solid P 64.41
5. Dust Strike
Tipe Dust Strike yang digunakan adalah :
▪ Type lantai/threshold - Glynn Johnson DP2
▪ Untuk lantai marmer - Modrtz
Semua perlengkapan yang akan dipakai harus diberikan contohnya terlebih dahulu kepada
Konsultan Pengawas untuk disetujui bersama dengan Konsultan Perencana. Produk yang
dipasang harus memiliki garansi pabrik minimal 5 th.

VI. PEKERJAAN BESI / BAJA


6.1. KETERANGAN
Pekerjaan ini mencakup semua pembuatan dan pemasangan pipa besi dan baja, seperti yang
tercantum dalam gambar dan RKS, meliputi pengadaan bahan, tenaga kerja dan peralatan
yang diperlukan untuk pekerjaan ini.
Pekerjaan ini mencakup antara lain :
a. Railing : Tangga Darurat, tangga Utama, Parapet Balkon, Ramp Disable dan Area dengan
jendela curtain wall.
Standar / Rujukan:
o American Society for Testing and Materials (ASTM)
o American Welding Society (AWS)
o American Institute of Steel Construction (AISC)
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS C - 19

o American National Standard Institute (ANSI)


o Standar Nasional Indonesia (SNI) :
SNI 03-1729-2002 – Tata Cara Perencanaan Struktur Baja untuk Bangunan Gedung.

6.2. BAHAN
a. Mutu pipa yang digunakan adalah mild steel yang memenuhi persyaratan ASTM A-36
Bahan-bahan pelengkap harus dari jenis yang sama dengan barang yang dipasangkan dan
yang paling cocok untuk maksud yang bersangkutan.
b. Railing tangga utama, menggunakan pipa stainles steel 3” (oval) dan pipa hollow
steinless produk Bakri atau yang setara.
Semua kelengkapan yang perlu demi kesempurnaan pemasangan harus diadakan,
walaupun tidak secara khusus diperlihatkan dalam gambar atau RKS ini.
c. Railing tangga darurat menggunakan pipa BSP 2,5” produk Bakri atau Spindo dengan
finish cat duco.
Semua kelengkapan yang perlu demi kesempurnaan pemasangan harus diadakan,
walaupun tidak secara khusus diperlihatkan dalam gambar atau RKS ini.

6.3. PELAKSANAAN
a. Contoh bahan-bahan yang akan dipakai harus diperlihatkan kepada Pengawas untuk
disetujui. Contoh itu harus memperlihatkan kualitas pengelasan dan penghalusan untuk
standar dalam pekerjaan ini.
b. Pengerjaan harus yang sebaik-baiknya. Semua pengerjaan harus diselesaikan bebas dari
puntiran, tekukan dan hubungan terbuka.
c. Pengerjaan di bengkel ataupun di lapangan harus mendapat persetujuan Pengawas.
Semua pengelasan, kecuali ditunjukkan lain, harus memakai las listrik. Tenaga kerja yang
melakukan hal ini harus benar-benar ahli dan berpengalaman.
d. Semua bagian yang dilas harus diratakan dan difinish sehingga sama dengan permukaan
sekitarnya. Bila memakai pengikat-pengikat lain seperti clipkeling dan lain-lain yang tampak
harus sama dalam finish dan warna dengan bahan yang diikatnya.
e. Penyambungan dengan baut harus dilakukan dengan cara terbaik yang sesuai dengan
maksudnya termasuk perlengkapannya. Lubang-lubang untuk baut harus dibor dan di-
punch.
f. Pemasangan (penyambungan dan pemasangan accesorise) harus dilakukan oleh tukang
yang ahli dan berpengalaman. Semua railling tangga utama harus terbungkus
crome/stainles steel kecuali disebutkan lain.
g. Semua untuk pekerjaan ini harus mengacu pada gambar rencana, kecuali ditentukan lain.

VII. PEKERJAAN LANGIT-LANGIT


7.1. KETERANGAN
Pekerjaan ini mencakup pembuatan dan pemasangan langit-langit dengan berbagai bahan
penutup langit-langit (gypsum panel, gypsum tile, metal ceiling/spandrel dan calsiboard) sesuai
dengan gambar dan RKS, meliputi penyediaan alat, bahan dan tenaga untuk keperluan
pekerjaan ini.
Pekerjaan langit-langit / plafon disini adalah dengan full system dalam arti seluruh rangka dan
panel penutupnya adalah satu pabrikan dan satu system desainnya. Dalam pelaksanaannya
dari produk yang dipakai harus bersedia menyediakan tenaga supervise teknis dari principal.
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS C - 20

7.2. BAHAN
a. Bahan yang dipakai pada pekerjaan ini adalah panel gypsum standart 9mm sesuai pada
gambar perencanaan, produk Jaya Board, Knauff, atau setara.
Papan gipsum harus dari tipe standar yang memenuhi ketentuan AS 2588, BS 1230
atau ASTM C 36.
b. Calsium Cilicat 6mm untuk plafon ruang, teritisan atap bagian luar dan daerah basah atau
sesuai dengan finishing schedule. Bahan terpasang harus dalam keadaan utuh, kuat,
permukaan rata dan tanpa cacat lainnya.
c. Rangka plafond menggunakan sistem metal furing chanel terbuat dari bahan galvalume
tebal 0,55 mm, full system sesuai gambar rancangan pelaksanaan produk Boral, Knauff
atau setara.
d. Calsiboard 9mm untuk plafon teritisan atap bagian luar dan daerah basah atau sesuai
ruang operasi dengan finishing scedule yang telah ditentukan. Bahan terpasang harus
dalam keadaan utuh, kuat, permukaan rata dan tanpa cacat lainnya.
SYARAT-SYARAT PELAKSANAAN
a) Kontraktor harus menyerahkan Gambar Kerja kepada Pengawas untuk
persetujuannya sebelum memulai pekerjaan pemasangan plafond.
b) Kontraktor harus menyerahkan contoh material (termasuk rangka) dengan warna
kepada Pengawas untuk persetujuannya.
c) Penyimpanan bahan plafond aluminium, rangka dan material lain ditempat
pekerjaan harus diletakkan pada ruang/tempat dengan sirkulasi udara yang baik,
kering dan tidak lembab serta tidak terkena cuaca langsung.
d) Kondisi permukaan dak beton sebelum pemasangan harus benar-benar kering
dan bebas dari semua bahan/alat bantu pengecoran (plastik, kain, dsb)
e) Pemasangan rod hanger/penggantung dapat dilakukan terlebih dahulu, siapkan
bracket besi (steel) siku ketebalan ±1mm di paku peluru pada beton dak lalu rod
hanger/penggantung dipasangkan jarak min.1200mm. Untuk menambah
kekakuan boleh digunakan hollow galvanized 20/40
f) Pemasangan List L (edge/wall-angle) atau sejenisnya harus benar, kokoh dan rapi
dengan menggunakan fixation rivet dan clamp, sesuai gambar kerja.
g) Pemasangan struktur rangka disesuaikan perhitungan terhadap kondisi tekanan
angin (wind load), beban yang dipikul dan juga ukuran modul panel yang
diinginkan.
h) Pemasangan rangka dilakukan dengan benar dan kuat pada struktur bangunan
dak beton dengan menggunakan fixation rivet dan clamp, tanpa mengurangi
kekuatan struktur bangunan itu sendiri. Dan jika struktur bangunan itu
menggunakan rangka baja maka struktur pendukung setidaknya menggunakan
hollow atau siku.
i) Pemasangan rangka (Carrier) plafond dikerjakan secara bertahap, terpasang
sesuai modul gambar, rata, lurus waterpass dan tidak bergelombang.
j) Setelah pemasangan rangka selesai, pemasangan plafond aluminium dikerjakan
secara bertahap, dengan jarak antar panel sesuai dengan rekomendari pabrikan
dan gambar kerja. Sambungan antar panel harus mengikuti syarat dan ketentuan
dari pabrikan
k) Jika pada area plafond aluminium ada pemasangan lampu setidaknya lampu
harus mempunyai penggantung sendiri, dan pemasangan lampu harus
dikoordinasikan dengan pemasangan plafond aluminium.
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS C - 21

Pekerjaan ini mencakup pembuatan dan pemasangan langit-langit dengan berbagai


bahan penutup langit-langit sesuai dengan gambar dan RKS, meliputi penyediaan alat,
bahan dan tenaga untuk keperluan pekerjaan ini.

VIII. PEKERJAAN PELAPISAN DINDING


8.1. KETERANGAN
Pekerjaan ini mencakup pemasangan pelapis dinding ruangan-ruangan dalam bangunan
sesuai dengan gambar pelaksanaan dan RKS ini, meliputi penyediaan alat, bahan dan
tenaga untuk keperluan pekerjaan ini. Ruangan yang dilapisi material selain plesteran sesuai
dengan gambar dan schedule finishing.

8.2. BAHAN
a. Keramik
Keramik untuk Pelapis dinding yang dipakai buatan dalam negeri, berukuran 30 x 60
cm type cuting zise atau homogenous tile untuk R. Sesuai dengan scedul finishing. Bahan
yang didatangkan harus dalam keadaan baik, utuh kuat, tanpa cacat. Keramik yang
didatangkan harus disetujui oleh Konsultan Pengawas.
b. Homogenous Tile
Homogenous Tile untuk lapisan dinding sesuai gambar yang telah ditentukan adalah
dari bahan keramik solid / homegenous dari kualitas terbaik / KW I. Ukuran 30 x 30,
40 x 40 atau sesuai gambar. Bahan yang didatangkan harus dalam keadaan baik, utuh
kuat, tanpa cacat. Keramik yang didatangkan harus disetujui oleh Konsultan Pengawas.
c. Batu Marmer
Batu marmer yang digunkan pada pekerjaan ini ukuran 80 x 80, 90 x 60, 30 x 60, 40 x
40, 30 x 30 cm type polish pabrik dan bakar dengan ketebalan rata-rata minimum 2 cm
berkualitas terbaik/KW 1. Bahan yang didatangkan harus dalam keadaan baik, utuh kuat,
tanpa cacat. Keramik yang didatangkan harus disetujui oleh Konsultan Pengawas.
d. Batu Granit
Batu granit yang digunakan pada pekerjaan ini ukuran 80 x 80, 100 x 100, 120 x 60, 60 x
60 type polish pabrik dan bakar dengan ketebalan rata-rata minimum 2,5 cm berkualitas
terbaik/KW 1. Bahan yang didatangkan harus dalam keadaan baik, utuh kuat, tanpa
cacat. Granit yang didatangkan harus disetujui oleh Konsultan Pengawas.
Pelaksanaan pemasangan harus sesuai dengan gambar perencanaan dan dipasang
pada ruang-ruang sesuai dengan yang tertuang dalam finishing schedule. Nut yang
terjadi ditutup dengan semen putih campuran serbuk marmer sehingga warnanya sama
dengan permukaan marmernya.

8.3. PELAKSANAAN
a. Pemasangan Pelapis Dinding
Pemasangan pelapis dinding sebaiknya pada tahap akhir, untuk menghindari kerusakan
akibat pekerjaan yang belum selesai. Permukaan dinding yang akan dipasang keramik
harus bersih, cukup kering dan rata air. Tentukan tulangan dengan mempertimbangkan
tata letak ruangan dinding yang ada. Pemasangan penutup dinding dimulai dari tulangan
ini. Sebelum dipasang, material penutup dinding agar direndam dalam air terlebih dahulu.
Setiap jalur pemasangan sebaiknya ditarik benang dan rata air. Adukan semen untuk
pemasangan keramik harus penuh, baik permukaan dasar maupun di badan belakang
keramik dinding yang terpasang. Perbandingan adukan dan ketebalan rata – rata yang
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS C - 22

dianjurkan adalah Semen : Pasir = 1 : 4, dengan ketebalan rata – rata 2,0 cm. Lebar nat
yang dianjurkan untuk dinding adalah 2 mm, dengan campuran pengisi nat (Grout) bahan
khusus AM 50. Bagi area yang luas dianjurkan untuk diberi expansion joint. Khusus untuk
dinding luar, harap diberi tali air per jarak tertentu dengan mempertimbangkan desainnya,
agar tidak menerima beban terlalu berat. Bersihkan segera bekas adukan dari permukaan
keramik, dapat digunakan bahan pembersih yang ada di pasar dengan kadar asam tidak
lebih dari 5 %, setelah itu segera bersihkan dengan air bersih. Karena sifat alamiah dari
produk keramik, yang disebabkan proses pembakaran pada temperatur tinggi, dapat
terjadi perbedaan warna dan ukuran, untuk ini periksa dan pastikan keramik dinding yang
akan dipasang mempunyai seri dan golongan ukuran yang sama.
Plesteran dinding untuk pasangan pelapis dinding harus benar-benar rata dan cukup
kering. Keramik dipasang secara teliti dan rapi. Pemotongan bahan harus menggunakan
alat pemotong khusus. Lebar dan kedalaman siar-siar harus sama (maksimal 3 mm
untuk dinding keramik dan 1 mm untuk dinding granit, marmer & homogenous) dan siar
harus membentuk garis-garis lurus. Siar-siar itu diisi dengan bahan
pengisi warna (grout semen berwarna), sesuai dengan petunjuk Konsultan Pengawas.
Dinding keramik yang sudah terpasang harus dibersihkan dari segala macam
noda/kotoran yang melekat sehingga benar-benar bersih, warnanya tidak kusam. Semua
pemasangan dinding keramik dipasang rata dengan plesteran dinding yang tidak dilapis
keramik.
b. Batu Marmer
Pemasangan batu marmer untuk pelapis dinding luar dengan system pasang kering,
dengan lokasi pemasangan sesuai dengan finishing schedule yang telah ditentukan.
Pemasangan marmer untuk dinding dalam KM dengan system basah.
1. Persiapan
Pemasangan marmer sistem kering dimulai dengan persiapan alat dan bahanya
terlebih dahulu. Jangan lupa tukang memerlukan peralatan keamanan selama
pengerjaan agar terlindung dari bahaya.
2. Pemeriksaan marmer
Langkah berikutnya adalah dengan melakukan pemeriksaan pada marmer yang
akan dipasang. Anda harus memeriksa apakah kondisi marmer benar-benar
sempurna untuk dipasang di dinding. Jangan sampai Anda sudah terlanjur
memasang marmer yang tergores atau bahkan retak karena selain mengurangi
keindahan hasilnya juga akan mudah pecah.
3. Pengecekan warna
Seperti sudah banyak diketahui, marmer merupakan bahan alam yang terdiri dari
berbagai macam warna. Karena itulah kontraktor harus melakukan pengecekan
warna untuk memastikan keseragaman warnanya. Pastikan semua marmer yang
akan dipasang di dinding memiliki warna yang seragam agar telihat menyatu
dengan sempurna.

4. Pengecekan tekstur
Salah satu yang menyebabkan marmer menjadi indah adalah karena adanya
tekstur pada permukaan marmer. Tekstur ini terjadi secara alami selama
pembentukan marmer sehingga tidak dapat diDORMAalikan arahnya. Namun saat
melakukan pemasangan marmer, kontraktor harus mengecek tekstur tersebut dan
menatanya agar antar satu marmer dengan marmer yang lain memiliki tekstur yang
searah atau mirip teksturnya.
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS C - 23

Jika perlu semua marmer untuk mencocokan teksturnya satu persatu sehingga
membentuk satu kesatuan alur tekstur yang cantik. Agar dapat mengingat posisi
setiap marmer yang sudah dicocokkan teksturnya, maka berilah kode pada setiap
marmer tersebut.
5. Perataan dinding
Marmer harus dipasang pada permukaan dinding yang rata, karena itulah harus
dilakukan pemrosesan pada dinding untuk meratakan permukaannya. Lakukan
proses screeding di dinding untuk meratakan permukaannya kemudian biarkan
dahulu sampai benar-benar kering sebelum melanjutkan ke langkah berikutnya.
6. Beri pola
Jika dinding sudah rata dan kering, selanjutnya perlu diberi pola pada dinding tadi.
Pola ini harus sesuai dengan pola yang dibuat saat sedang melakukan pencocokan
posisi marmer. Kontraktor dapat menggunakan tali berkapur untuk menggambar
polanya.
7. Beri tanda
Lanjutan pemasangan marmer dinding ini dengan memberikan tanda untuk lokasi
dimana harus dipasang paku, kawat angkur serta angkurnya sendiri. Sesuaikan
dengan pola yang sudah dibuat sebelumnya dan berikan tanda dimana masing-
masing peralatan tersebut harus dipasang.
8. Pasangkan paku, kawat dan angkur
Setelah semua tanda tersedia, kontraktor tinggal memasangkan kawatnya ke
dinding sesuai dengan tanda yang tersedia. Gunakan paku untuk memasangkan
kawat tersebut. Selanjutnya pasangkan angkur yang nantinya akan digunakan
untuk setiap marmer.
9. Pemasangan marmer
Hal pertama yang harus dilakukan adalah dengan membuat lubang pada masing-
masing marmer. Lubang ini berfungsi untuk menggaitkan marmer pada angkur yang
sudah terpasang di dinding agar dapat menahannya. Setelah lubang tersedia,
hanya perlu mengaitkan masing-masing marmer pada angkur yang sudah
terpasang di dinding sesuai dengan pola yang sudah buat tadi. Sebaiknya jika saat
mengaitkan batu marmer dilakukan secara vertikal terlebih dahulu baru ke bagian
horisontalnya agar hasilnya rapi.
10. Pengisian nat dan finishing
Setelah semua marmer dipasang dengan sempurna maka perlu dilakukan
pengisian nat pada celah dianatara marmer. Biarkan dulu sampai nat benar-benar
kering baru lakukan finishing / pembersihan permukaan dengan kain pembersih.

Demikianlah cara pemasangan marmer pada dinding dengan menggunakan sistem


kering.
11. Pemasangan granit sistem kering
Pemasangan granit sistem kering atau dry system merupakan sistem pemasangan
granit yang biasa diterapkan untuk dinding interior dan eksterior dengan ketinggian
yang sedang. Metode pemasangannya secara terperinci adalah sbb :
• Pertama – tama, granit yang memiliki ketebalan 2 – 2,5 cm dibersihlah terlebih
dahulu dari kotoran – kotoran. Setelah itu, semua sisinya dicoating .
• Granit mendapatkan proses pengeboran yakni proses yang diperlukan untuk
menempatkan pin dan bracket.
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS C - 24

• Selanjutnya, dinding diberi marking atau ditandai baik untuk as bangunan,


ketinggian, dan posisi keluar masuk dinding dari ruangan.
• Setelah itu, akan dilakukan proses pemasangan steel frame yang memiliki
ketebalan 5 mm dan ukuran 50 x 50 mm di posisi yang telah ditentukan sesuai
dengan ukuran atau dimensi granit yang akan dipasang (primary bracket).
• Tahap berikutnya adalah memasang plat dan bracket siku pada bagian steel
frame yang telah terpasang dengan benar (secondary bracket).
• Jika primary dan secondary bracket sudah berhasil terpasang dengan benar,
granit pun sudah dapat dipasang dan selanjutnya pin disambungkan ke ubin
granit dengan secondary bracket.
• Setelah itu dilakukan penyetelan agar permukaan dinding granit di sisi kiri,
kanan, atas, dan bawah dipastikan sudha benar. Ketika semua sudah benar,
maka primary dan secondary bracket sudah dapat dimatikan dengan
melakukan pengelasan di antara dua bracket tadi.
• Tahap terakhir adalah menutup nut di antara granit dengan menggunakan
sealent.

8.4 WALL PAPER


1. LINGKUP PEKERJAAN
Pekerjaan ini meliputi penyediaan bahan-bahan, tenaga kerja, peralatan dan alat-alat
bantu lainnya untuk keperluan pelaksanaan pekerjaan yang bermutu baik.
Pemasangan wallpaper meliputi pekerjaan persiapan permukaan dinding,
pemotongan bahan sesuai gambar/pola, pengeleman, pemasangan aksesoris dan
finishing
Pemasangan wallpaper pada ruangan sesuai yang ditunjukan dalam gambar scedule
finishing dinding.
2. PERSYARATAN BAHAN
Jenis Bahan-bahan yang di gunakan untuk pembuatan wallpaper :
Wallpaper menggunakan bahan vinyl 100% memberikan efek tekstur. Wallpaper
harus type tahan lama dan biasa scrubbable, sehingga mudah untuk membersihkan
dan memelihara. Wallpaper akan mengelupas dari dinding dengan mudah apabila
akan di ganti.

Wallpaper harus ramah lingkungan. Bebas, tanpa PVC atau VOC dan dicetak dengan
tinta berbasis air. Wallpaper dibuat dengan eco-chic bahan ini adalah pra-disisipkan
dan mudah untuk menginstal dan mudah untuk menghapus tanpa bahan kimia,
Mudah dicuci dan dapat menghambat jamur dan lumut.
3. Pemasangan Wallpaper Dinding
a) Pastikan terlebih dahulu bahwa ruangan yang akan dipasang wallpaper bersifat
permanen dengan jangka waktu cukup lama.
b) Sesuaikan warna dan motif wallpaper dengan barang" interior dalam ruangan
tersebut.
c) Pastikan permukaan dinding rata, jangan ada tonjolan, apabila ada tonjolan
chiping terlebih dahulu dengan menggunakan kape gagang atau scap. Apabila
ada lubang namun lubang tersebut tidak terlalu besar (seperti lubang bekas paku)
hal itu tidak menjadi masalah, tetapi apabila ada lubang yang besar pada dinding
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS C - 25

maka, tutup terlebih dahulu lubang tersebut (bisa menggunakan compound atau
semen putih).
d) Pastikan juga dinding tersebut tidak ada rembesan akibat air hujan yang meresap
melalui dinding luar, jika memang demikian lapisi dinding bagian luar terlebih
dahulu dengan menggunakan waterproof
Setelah semua persyaratan terpenuhi maka kita masuk dalam tahap pengerjaan
wallpaper.

Alat
1. Alat Marking (Penggaris / Lot)
2. Pisau Cutter
3. Ember
4. Meteran
5. Pulpen
6. Kape Plastik
7. Busa

Bahan
1. Wallpaper
2. Lem Wallpaper
3. Lem Putih
4. Kuas & Roll Cat

e) Tahap Pengerjaan
1. Ukur terlebih dahulu tinggi dinding yang akan dipasang wallpaper.
2. Tahap pemotongan. Sebelum melakukan tahap ini kontraktor harus terlebih
dahulu memahami kriteria wallpaper. wallpaper umumnya diproduksi per roll,
untuk 1 roll wallpaper dapat digunakan untuk luas 5m persegi karena ukuran
1 roll wallpaper umum nya adalah 0,6 x 9,5 meter. Oleh karena itu apabila
tinggi ruangan anda berkisar 3m, 1 roll wallpaper dapat dipotong menjadi 3
bagian. Untuk cara pemotongannya menggunakan pisau cutter, untuk
potongan pertama ukuran nya dilebihkan sedikit dari tinggi dinding. Misalkan
tinggi dinding 3m maka ukuran untuk panjang wallpaper yang dipotong
adalah 3,1m. Potongan pertama ini akan menjadi acuan untuk potongan
kedua dan seterusnya, mengenai ukuran potongan kedua dan seterusnya
biasanya tidak pasti disesuaikan dengan motif pada ukuran potongan
pertama. Untuk potongan kedua dan seterusnya samakan terlebih dahulu
motif dengan potongan wallpaper pertama, ingat untuk ukuran panjangnya
tidak boleh lebih pendek dari potongn pertama, harus lebih panjang.
3. Setelah wallpaper dipotong, baluti bagian belakang wallpaper dengan lem
wallpaper. lem wallpaper ini berupa serbuk seperti terigu, untuk
pengencerannya menggunakan air (cara penggunaan lem tertera pada
kemasan). Untuk menghasilkan lem yang lebih kuat berikan tambahan lem
kayu putih biasanya digunakan merk fox. untuk cara pelumasannya agar
lebih cepat gunakan roll kuas untuk cat. pastikan seluruh bagian wallpaper
terbalut lem, jika tidak akan mengakibatkan gelembung pada saat
pemasangan.
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS C - 26

4. Setelah proses pengeleman selesai wallpaper siap dipasang. pemasangan


dimulai dari bagian sudut dinding, pada langkah pemasangan pertama lot
terlebih dahulu, marking dengan menggunakan pulpen agar wallpaper
terpasang lurus. selanjutnya tinggal mengikuti motif pada wallpaper yang
terpasang. Pada saat pemasangan pastikan tidak ada gelembung pada
bagian tengah wallpaper, Gelembung dapat diratakan dengan menggunakan
kape plastik. Untuk pasangan selanjutnya samakan alur dan motif pada
wallpaper yang telah terpasang sebelumnya, ingat!! pastikan benar" rapat
dan tidak ada celah pada tiap sambungan wallpaper. Jangan lupa untuk
memotong wallpaper yang lebih pada bagian atas dan bawah dinding. Setiap
lembar proses pemasangan lakukan pembersihan dengan mengusap
wallpaper menggunakan spoon atau busa yang di basahi dengan air bersih.
ulangi proses tersebut hingga semua bidang yang dinginkan tertutup
wallpaper.
5. Bersihkan hasil dari potongan wallpaper yang tidak digunakan. pastikan juga
untuk mengepel lantai, agar tidak ada sisa" lem yang menempel di lantai.
Karena lem bersifat sangat licin.

8.5 ORNAMEN PLAT METAL


1. LINGKUP PEKERJAAN
Pekerjaan ini meliputi penyediaan bahan-bahan, tenaga kerja, peralatan dan alat-alat
bantu lainnya untuk keperluan pelaksanaan pekerjaan yang bermutu baik.
Ornamen yang dimaksud adalah partisi motif batik atau pola pada kusen jendela pada
lobby lantai satu atau di beberapa tempat sesuai gambar rencana.

2. PERSYARATAN BAHAN
Jenis Bahan-bahan yang di gunakan untuk pembuatan ornamen :
Ornamen yang digunakan terbuat dari plat stainles steel hair line standar SUS 304
tebal 2mm dengan ukuran dan motif sesuai gambar rencana. Pembuatan motif sesuai
gambar rencana harus menggunakan pemotongan dengan mesin CNC computerise,
sehingga menghasilkan lobang pemotongan yang rapi, terukur, halus dan berkualitas.
Tidak diperbolehkan adanya sambungan material pada ornamen ini. Semua elemen
ornamen harus saling terhubung dalam satu bidang lembaran.

3. Pemasangan Ornamen
a) Ornaman dipasang pada kusen jendela atau berhadapan dengan bidang kaca
jendela tersebut dan bersifat permanen dengan jangka waktu cukup lama.
b) System pemasangan dengan modifikasi profil daun jendela sehingga ornament
ini bisa dibuka tutup seperti daun jendela swing dengan pengunci slot atau spring
knip.
c) Pemasangan harus dilakukan oleh aplikator yang berpengalaman sehingga
menghasilkan pekerjaan yang halus kuat dan berkualitas.
d) Pemakaian accesorise untuk pemasangan ini disesuaikan dengan kondisi
lapangan dengan spesifikasi seperti pada accessories penggantung dan
pengunci.
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS C - 27

IX. PEKERJAAN PENUTUP LANTAI


9.1. KETERANGAN
Bagian ini mencakup semua pekerjaan penutup lantai dalam bangunan dan teras-teras
termasuk plin dan tangga, seperti yang tercantum dalam gambar dan RKS, meliputi
penyediaan bahan, tenaga dan peralatan untuk pekerjaan ini.
Pengiriman ubin ke lokasi proyek harus terbungkus dalam kemasan pabrik yang belum
dibuka dan dilindungi dengan label/merek dagang yang utuh dan jelas.
Kontraktor wajib menyediakan cadangan secukupnya dari keseluruhan bahan terpasang
untuk diserahkan kepada Pemilik Proyek.

9.2. BAHAN
a. Ubin penutup lantai yang dipakai ukuran 120 x 60 ,60 x 60, 40 x 40 cm dan 30 x 30 dari
jenis HomogeneousTile yang mempunyai specifikasi minimal sbb :
No Ukuran Tile Uraian Toleransi
1 120 x 60 Tebal ± 9 mm ±5%
Panjang x Lebar ±0,5 %
Kuat Tekan Min K-400
Kuat Gesekan ≤175 mm3
Daya Serap Air ≤0,5 %
Ketahanan Zat Kimia Kimia Sedang

2 60 x 60 Tebal ± 9 mm ±5%
Panjang x Lebar ±0,5 %
Kuat Tekan Min K-500
Kuat Gesekan ≤175 mm3
Daya Serap Air ≤0,5 %
Ketahanan Zat Kimia Kimia Sedang

3 40 x 40 Tebal ± 7 mm ±5%
Panjang x Lebar ± 0,5 %
Kuat Tekan Min K-500
Kuat Gesekan ≤175 mm3
Daya Serap Air ≤0,5 %
Ketahanan Zat Kimia Kimia Sedang

3 30 x 30 Tebal ± 6 mm ±5%
Panjang x Lebar ± 0,5 %
Kuat Tekan Min K-500
Kuat Gesekan ≤175 mm3
Daya Serap Air ≤0,5 %
Ketahanan Zat Kimia Kimia Sedang

Semua bahan diutamakan buatan dalam negeri setara.


Corak dan warna Homogenous Tile akan ditetapkan kemudian oleh owner dan
Konsultan Perencana.
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS C - 28

Sebelum homogeneus tile dibawa ke tempat pekerjaan, Kontraktor harus


menyerahkan contoh dan katalog/persyaratan specifikasi teknis dari pabrik pembuat
kepada Pengawas untuk memperoleh persetujuan. Semua keramik dan Homogeneous
Tile/Granit Tile yang akan diipakai harus berada dalam kotak aslinya. Ubin-ubin yang
akan dipasang harus mulus, bagian tepi tidak cacat, presisi, rata dan bebas cacat
apapun. Produk yang direkomendasikan : Valentino Gress, Wisma Sehati

b. Type Penutup Lantai & Dinding


1. Homogeneus Tile ( HT )
Merk Type Ukuran
Valentino Gress Julius Ivory 60x120
Wisma Sehati Allia Piere Vanila Beige 60x120

2. Keramik Lantai ( CT )
Merk Type Ukuran
Roman Ceramic Dallas 30x30
Platinum Cargo 30x30
Asia Tile Oscar Green 30x30

3. Keramik Dinding ( CT )
Merk Type Ukuran
Roman Ceramic dNeutra 30x60
Platinum Dante 30x60
Asia Tile Denim 30x60

9.3. PELAKSANAAN
a. Pemasangan lantai keramik dan homogeneus tile
Pemasangan keramik lantai sebaiknya pada tahap akhir, untuk menghindari kerusakan
akibat pekerjaan yang belum selesai. Permukaan lantai yang akan dipasang keramik
maupun Homogeneous Tile/Granit Tile harus bersih, cukup kering dan rata air.
Tentukan tulangan/kepalaan dengan mempertimbangkan tata letak ruangan / lantai
yang ada. Pemasangan keramik lantai dimulai dari tulangan ini. Sebelum dipasang,
keramik lantai agar direndam dalam air terlebih dahulu. Setiap jalur pemasangan
sebaiknya ditarik benang dan rata air. Adukan semen untuk pemasangan keramik harus
penuh, baik permukaan dasar maupun di badan belakang keramik lantai yang
terpasang. Perbandingan adukan dan ketebalan rata – rata yang dianjurkan adalah
Semen : Pasir = 1 : 4, dengan ketebalan rata – rata 2 - 4 cm. Lebar nat yang dianjurkan
untuk lantai adalah 2 - 3 mm kecuali untuk keramik type cuting dan homogeneustile
lebar nat maximum adalah 2mm, dengan campuran pengisi nat (Grout) bahan khusus
AM 50 dengan warna sama dengan penutup lantaiyang dipasang. Bagi area yang luas
dianjurkan untuk diberi expansionjoint. Bersihkan segera bekas adukan dari permukaan
keramik, dapat digunakan bahan pembersih yang ada di pasar dengan kadar asam
tidak lebih dari 5 %, setelah itu segera bersihkan dengan air bersih. Karena sifat alamiah
dari produk keramik, yang disebabkan proses pembakaran pada temperatur tinggi,
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS C - 29

dapat terjadi perbedaan warna dan ukuran, untuk ini periksa dan pastikan keramik lantai
yang akan dipasang mempunyai seri dan golongan ukuran yang sama.
b. Pemasangan Lantai Marmer atau Granit dan Batu Palimanan
Pekerjaan ini harus dilakukan dengan serapi-rapinya oleh tukang yang benar-benar
ahli dan berpengalaman, sesuai dengan petunjuk pabrik bahan yang bersangkutan.

Langkah-langkah pemasangan pekerjaan Lantai Marmer


1. Persiapan
Pemasangan marmer sistem kering dimulai dengan persiapan alat dan bahanya
terlebih dahulu. Jangan lupa tukang memerlukan peralatan keamanan selama
pengerjaan agar terlindung dari bahaya.
2. Pemeriksaan marmer
Langkah berikutnya adalah dengan melakukan pemeriksaan pada marmer yang
akan dipasang. Anda harus memeriksa apakah kondisi marmer benar-benar
sempurna untuk dipasang di dinding. Jangan sampai Anda sudah terlanjur
memasang marmer yang tergores atau bahkan retak karena selain mengurangi
keindahan hasilnya juga akan mudah pecah.
3. Pengecekan warna
Seperti sudah banyak diketahui, marmer merupakan bahan alam yang terdiri dari
berbagai macam warna. Karena itulah kontraktor harus melakukan pengecekan
warna untuk memastikan keseragaman warnanya. Pastikan semua marmer yang
akan dipasang di dinding memiliki warna yang seragam agar telihat menyatu
dengan sempurna.
4. Pengecekan tekstur
Salah satu yang menyebabkan marmer menjadi indah adalah karena adanya
tekstur pada permukaan marmer. Tekstur ini terjadi secara alami selama
pembentukan marmer sehingga tidak dapat diDORMAalikan arahnya. Namun saat
melakukan pemasangan marmer, kontraktor harus mengecek tekstur tersebut dan
menatanya agar antar satu marmer dengan marmer yang lain memiliki tekstur yang
searah atau mirip teksturnya.
Jika perlu semua marmer untuk mencocokan teksturnya satu persatu sehingga
membentuk satu kesatuan alur tekstur yang cantik. Agar dapat mengingat posisi
setiap marmer yang sudah dicocokkan teksturnya, maka berilah kode pada setiap
marmer tersebut.
5. Perataan Lantai
Marmer/granit harus dipasang pada permukaan yang rata, karena itulah harus
dilakukan pemrosesan pada screeding untuk meratakan permukaannya. Lakukan
proses screeding di lantai untuk meratakan permukaannya kemudian melanjutkan
ke langkah berikutnya.
6. Beri pola
Jika dinding sudah rata dan kering, selanjutnya perlu diberi pola pada dinding tadi.
Pola ini harus sesuai dengan pola yang dibuat saat sedang melakukan pencocokan
posisi marmer. Kontraktor dapat menggunakan tali berkapur untuk menggambar
polanya.
7. Beri tanda
Lanjutan pemasangan marmer dinding ini dengan memberikan tanda untuk lokasi
dimana harus dipasang paku, kawat angkur serta angkurnya sendiri. Sesuaikan
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS C - 30

dengan pola yang sudah dibuat sebelumnya dan berikan tanda dimana masing-
masing peralatan tersebut harus dipasang.
8. Pasangkan paku, kawat dan angkur
Setelah semua tanda tersedia, kontraktor tinggal memasangkan kawatnya ke
dinding sesuai dengan tanda yang tersedia. Gunakan paku untuk memasangkan
kawat tersebut. Selanjutnya pasangkan angkur yang nantinya akan digunakan
untuk setiap marmer.
9. Pemasangan marmer
Hal pertama yang harus dilakukan adalah dengan membuat lubang pada masing-
masing marmer. Lubang ini berfungsi untuk menggaitkan marmer pada angkur yang
sudah terpasang di dinding agar dapat menahannya. Setelah lubang tersedia,
hanya perlu mengaitkan masing-masing marmer pada angkur yang sudah
terpasang di dinding sesuai dengan pola yang sudah buat tadi. Sebaiknya jika saat
mengaitkan batu marmer dilakukan secara vertikal terlebih dahulu baru ke bagian
horisontalnya agar hasilnya rapi.
10. Pengisian nat dan finishing
Setelah semua marmer dipasang dengan sempurna maka perlu dilakukan
pengisian nat pada celah dianatara marmer. Biarkan dulu sampai nat benar-benar
kering baru lakukan finishing / pembersihan permukaan dengan kain pembersih.
Langkah-langkah pemasangan pekerjaan Pemasangan Batu Palimanan :
1. Pemasangan batu palimanan dimulai dengan persiapan alat dan bahannya
terlebih dahulu. Jangan lupa tukang memerlukan peralatan keamanan selama
pengerjaan agar terlindung dari bahaya. Lalu siapkan lapisan sebagai media
memasang batu alam Palimanan. Biasanya teknik random digunakan untuk
bagian pagar karena areanya yang luas dan juga lebih tepat bila digunakan
untuk lapisan dinding. Pada intinya bisa digunakan di mana saja dengan area
yang luas yang memang pantas untuk pemasangannya.
2. Pastikan bahwa dinding belum diberi lapisan seperti cat tembok atau semen
penghalus. Biarkan media penempatan batu alam dalam kondisi kasar. Batu
alam palimanan biasanya mudah lepas pada media pemasangan yang
permukaannya halus. Hal ini karena konon batu palimanan memiliki atau
mengandung kapur sehingga sulit menyatu dengan media halus. Bila sudah
terlanjur diberi lapisan semen halus atau cat, ada baiknya dihilangkan terlebih
dahulu sampai berasa kasar.
3. Cara memasang batu alam Palimanan dengan teknik random alangkah
baiknya bila menggunakan bebatuan yang belum diproduksi. Artinya batu
alam masih dalam keadaan asli, belum diukir sedemikan rupa. Walaupun hal
ini akan lebih menyulitkan. Bila tidak mau lebih sulit, bisa memilih batu yang
memang dikhususkan untuk pemasangan teknik random.
4. Dalam memasang batu alam Palimanan menggunakan teknik random,
alangkah baiknya bila dimulai dari dinding bawah. Bisa juga dari atas terlebih
dahulu asal ada pembatas pemasangan. Namun bila dari atas, maka finising
ke bawahnya akan mengalami kesulitan karena ada celah-celah yang harus
ditangani dengan cara lain. Kalau dari bawah terlebih dahulu, tentunya posisi
bawah batu alam akan dibuat rata terlebih dahulu dalam pemasangannya.
5. Pemasangan terbaik adalah membentuk pola rata disetiap garis batas
pemasangan. Misal berbentuk persegi empat dalam batas pemasangannya.
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS C - 31

Maka batu harus dipasangkan di pinggir tersebut dan membentuk garis rata.
Tujuannya agar pemasangan ke bagian tengah menjadi lebih mudah.

Cara pemasangan penutup lantai panel/parket


1. Sebelum mengaplikasikan lantai parket sebiknya diperhatikan kebersihan
lantai dasarnya, untuk memastikan lantai parketnya tidak lembab dan keropos
dikemudian hari. Diantara lantai dasar (floor) dan lantai parket diberikan
lapisan underlayer berbahan seperti plastik tipis atau foam. Fungsi dari plastik
tipis atau foam bertujuan agar menahan uap air dari lantai floor naik ke atas
lantai parket. Lantai parket harus direkatkan dengan bahan yang sama
dengan lantai parketnya, biasanya disebut stairnosing. Kontraktor harus
mengecek kerataaan dan tingkat kekuatan lantai dasar. Maksudnya adalah,
dengan memperhatikan tingkat kerataan lantai dasar maka itu semua akan
mempermudah dalam pemasangan lantai kayu dan hasilnya pun ikut merata.
Jika tidak, maka itu sangat menghambat anda dan hasilnya pun pasti tidak
sama rata.
2. Perhatikan Kebersihan pada Lantai Dasar
Dalam hal ini memang menjadi faktor penting dalam sebuah pemasangan
lantai kayu parket, dan anda harus benar-benar memastikan lantai dasar
bersih dan tidak ada kotoran sedikit pun agar dapat menempel sempurna
nantinya. Sebelum pemasangan atau instalasi permanen dilakukan, lakukan
lah penyesuaian lantai kayu terlebih dahulu denga suhu ruangan,
penyesuaian ini dilakukan dengan membuka lantai kayu dan memasang
selama kurang kira 2 hari atau 48 jam.
3. Lakukan pemasangan dengan hati-hat
Agar terlihat baik dan berkualitas tinggi, perhatikan dinding ruangan yang
paling panjang dan anda dapat memulainya dengan memasang kayu pertama
sejajar atau sama lurus dengan dinding tersebut. Ikuti alur dindingnya dan
berilah jarak antara lembar lantai kayu parket pertama dengan dinding,
supaya jarak lembaran kayu lainnya dapat anda sesuaikan. Pada wilayah
lantai kayu dibawah pintu, atur elevasi terlebih dahulu agar pintu tidak
terganggu dan memiliki jarak dengan lantai kayu sehingga pintu akan
bergerak bebas dan tidak menyetuh lantai kayu atau apalagi jika saat proses
pemasangan menganggu karena pergerakan pintu terlebih lagi dapat
merusak lempengan atas lantai kayu.
4. Finishing atau tahap akhir
Gunakan lidah sambungan denga potongan parket berikutnya agar
parket tidak mudah tergeser, karena parket memasangnya dengan sistem
puzzle. Anda harus memperhatikan bahwa pemasangan lembaran-embaran
kayu sebelumnya benar-benar rapih dan tidak ada yang bergeser atau tidak
terlihat celah yang regang. Dengan demikian anda dapat memasang kayu
terakhir dengan baik dan benar, sehingga hasilnya pun terlihat indah dan
bernilai seni yang tinggi. Finishing merupakan salah satu akhir dari
pemasangan parket, jika dilakukan finishing akan memperkuat warna dari
kayu tersebut dan terlihat tampak mengkilap, lakukan secara merata dalam
satu arah dan sedikit demi sedikit agar terlihat merata. Akhir atau ujung
pemasangan pasangan parket apabila beda elevasi harus diberi caping yang
landai.
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS C - 32

X. PEKERJAAN PENGECATAN
10.1. KETERANGAN
Pekerjaan ini mencakup semua pekerjaan yang berhubungan dan seharusnya
dilaksanakan dalam pengecatan dengan bahan-bahan cat emulsi, cat enamel, milamin
sending sealer, cat dasar, pendempulan, baik yang dilaksanakan sebagai
pekerjaan permulaan, ditengah-tengah dan cat akhir. Yang dicat adalah semua
permukaan baja/besi, kayu, plesteran tembok dan beton, dan permukaan-permukaan
lain yang disebut dalam gambar dan RKS.
Pekerjaan ini meliputi penyediaan bahan, tenaga dan semua peralatan yang diperlukan
untuk pekerjaan ini.

STANDAR / RUJUKAN
▪ PUBB 1973 NI-3.
▪ Steel Structures Painting Council (SSPC).
▪ Swedish Standard Institution (SIS).
▪ British Standard (BS).
▪ Petunjuk pelaksanaan dari pabrik pembuat.

10.2. BAHAN
a. Umum.
1. Cat harus dalam kaleng/kemasan yang masih tertutup patri/segel, dan masih jelas
menunjukkan nama/merek dagang, nomor formula atau Spesifikasi cat, nomor
takaran pabrik, warna, tanggal pembuatan pabrikpetunjuk dari pabrik dan nama
pabrik pembuat, yang semuanya harus masih absah pada saat pemakaiannya.
Semua bahan harus sesuai dengan Spesifikasi yang disyaratkan pada daftar cat.
Pemakaian bahan-bahan pengering atau bahan-bahan lainnya tanpa persetujuan
Pengawas tidak diperbolehkan. Selambat-lambatnya sebulan sebelum pekerjaan
pengecatan dimulai, Kontraktor harus mengajukan daftar tertulis dari semua
bahan yang akan dipakai untuk disetujui oleh Konsultan Pengawas. Konsultan
Pengawas berhak menguji contoh-contoh sebelum memberikan persetujuan.
Untuk menetapkan suatu standar kualitas, disyaratkan bahwa semua cat yang
dipakai harus berdasarkan/mengambil acuan pada cat-cat hasil produksi Mowilex,
Dulux, Propan, Jotun Paint.
b. Cat Dasar.
Cat dasar yang digunakan harus sesuai dengan daftar berikut atau setara :
- Water-based sealer untuk permukaan pelesteran, beton, papan gipsum dan panel
kalsium silikat.
- Masonry sealer untuk permukaan pelesteran yang akan menerima cat akhir
berbahan dasar minyak.
- Wood primer sealer untuk permukaan kayu yang akan menerima cat akhir berbahan
dasar minyak.
- Solvent-based anti-corrosive zinc chomate untuk permukaan besi/baja.
c. Undercoat.
Undercoat digunakan untuk permukaan bidang baru yang belum pernah dicat
sebelumnya.
d. Cat Akhir.
Cat akhir yang digunakan harus sesuai dengan daftar berikut, atau yang setar :
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS C - 33

- Emulsion untuk permukaan interior pelesteran, beton, papan gipsum dan panel
kalsium silikat.
- Emulsion khusus untuk permukaan eksterior pelesteran, beton, papan gipsum dan
panel kalsium silikat.
- High quality solvet-based high quality gloss finish untuk permukaan interior
pelesteran dengan cat dasar masonry sealer, kayu dan besi/baja.
- Khusus untuk bagian luar yang tidak terlindung atap dipakai jenis Weathershield.
e. Epoxy
Cat Epoxy digunakan untuk permukaan dinding sesuai gambar rencana dan skedule
finishing dengan ketebalan 150 mikron untuk dinding dan 300 mikron untuk lantai.
Bahan yang digunakan adalah produk Jotun atau setara.
f. Semua cat luar kecuali disebutkan lain adalah jenis wheathersield.
g. Semua cat dalam gedung kecuali di sebutkan lain adalah jenis majestic washable.

10.3. PELAKSANAAN
a. Pelaksanaan Pekerjaan
Pembersihan, Persiapan dan Perawatan Awal Permukaan.
1. Umum.
- Semua peralatan gantung dan kunci serta perlengkapan lainnya, permukaan
polesan mesin, pelat, instalasi lampu dan benda-benda sejenisnya yang
berhubungan langsung dengan permukaan yang akan dicat, harus dilepas,
ditutupi atau dilindungi, sebelum persiapan permukaan dan pengecatan
dimulai.
- Pekerjaan harus dilakukan oleh orang-orang yang memang ahli dalam bidang
tersebut.
- Permukaan yang akan dicat harus bersih sebelum dilakukan persiapan
permukaan atau pelaksanaan pengecatan. Minyak dan lemak harus
dihilangkan dengan memakai kain bersih dan zat pelarut/pembersih yang
berkadar racun rendah dan mempunyai titik nyala diatas 38oC.
- Pekerjaan pembersihan dan pengecatan harus diatur sedemikian rupa
sehingga debu dan pecemar lain yang berasal dari proses pembersihan
tersebut tidak jauh diatas permukaan cat yang baru dan basah.
2. Permukaan Pelesteran dan Beton.
Permukaan pelesteran umumnya hanya boleh dicat sesudah sedikitnya selang
waktu 4 (empat) minggu untuk mengering di udara terbuka. Semua pekerjaan
pelesteran atau semen yang cacat harus dipotong dengan tepi-tepinya dan
ditambal dengan pelesteran baru hingga tepi-tepinya bersambung menjadi rata
dengan pelesteran sekelilingnya.
Permukaan pelesteran yang akan dicat harus dipersiapkan dengan
menghilangkan bunga garam kering, bubuk besi, kapur, debu, lumpur, lemak,
minyak, aspal, adukan yang berlebihan dan tetesan-tetesan adukan.
Sesaat sebelum pelapisan cat dasar dilakukan, permukaan pelesteran dibasahi
secara menyeluruh dan seragam dengan tidak meninggalkan genangan air. Hal
ini dapat dicapai dengan menyemprotkan air dalam bentuk kabut dengan
memberikan selang waktu dari saat penyemprotan hingga air dapat diserap.
3. Permukaan Gypsum.
Permukaan gipsum harus kering, bebas dari debu, oli atau gemuk dan permukaan
yang cacat telah diperbaiki sebelum pengecatan dimulai.
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS C - 34

Kemudian permukaan gipsum tersebut harus dilapisi dengan cat dasar khusus
untuk gipsum, untuk menutup permukaan yang berpori.
Setelah cat dasar ini mengering dilanjutkan dengan pengecatan sesuai ketentuan
Spesifikasi ini.
4. Permukaan Kayu.
Permukaan kayu harus bersih dari minyak, lemak dan serbuk kayu gergajian, sisa
pengamplasan serta kotoran lainnya, sebelum pelapisan cat dimulai.
5. Permukaan Barang Besi /Baja.
▪ Besi/Baja Baru.
Permukaan besi/baja yang terkena karat lepas dan benda-benda asing
lainnya harus dibersihkan secara mekanis dengan sikat kawat atau
penyemprtan pasir/sand blasting sesuai standar Sa21/2.
Semua debu, kotoran, minyak, gemuk dan sebagainya harus dibersihkan
dengan zat pelarut yang sesuai dan kemudian dilap dengan kain bersih.
Sesudah pembersihan selesai, pelapisan cat dasar pada semua permukaan
barang besi/baja dapat dilakukan sampai mencapai ketebalan yang
disyaratkan.
▪ Besi/Baja Dilapis Dasar di Pabrik/Bengkel.
Bahan dasar yang diaplikasikan di pabrik/bengkel harus dari merek yang
sama dengan cat akhir yang akan diaplikasikan dilokasi proyek dan
memenuhi ketentuan dalam butir 4.2. dari Spesifikasi Teknis ini.
Barang besi/baja yang telah dilapis dasar di pabrik/bengkel harus dilindungi
terhadap karat, baik sebelum atau sesudah pemasangan dengan cara
segera merawat permukaan karat yang terdeteksi.
Permukaan harus dibersihkan dengan zat pelarut untuk menghilangkan
debu, kotoran, minyak, gemuk.
Bagian-bagian yang tergores atau berkarat harus dibersihkan dengan sikat
kawat sampai bersih, sesuai standar St 2/SP-2, dan kemudian dicat kembali
(touch-up) dengan bahan cat yang sama dengan yang telah disetujui,
sampai mencapai ketebalan yang disyaratkan.
▪ Besi/Baja Lapis Seng/Galvanized.
Permukaan besi/baja berlapis seng/galvanized yang akan dilapisi cat warna
harus dikasarkan terlebih dahulu dengan bahan kimia khsus yang diproduksi
untuk maksud tersebut, atau disikat dengan sikat kawat. Bersihkan
permukaan dari kotoran-kotoran, debu dan sisa-sisa pengasaran, sebelum
pengaplikasian cat dasar.
b. Selang Waktu Antara Persiapan Permukaan dan Pengecatan.
Permukaan yang sudah dibersihkan, dirawat dan/atau disiapkan untuk dicat harus
mendapatkan lapisan pertama atau cat dasar seperti yang disayaratkan, secepat
mungkin setelah persiapan-persiapan di atas selesai. Harus diperhatikan bahwa hal ini
harus dilakukan sebelum terjadi kerusakan pada permukaan yang sudah disiapkan di
atas.
c. Pelaksanaan Pengecatan.
Umum.
- Permukaan yang sudah dirapikan harus bebas dari aliran punggung cat, tetesan
cat, penonjolan, pelombang, bekas olesan kuas, perbedaan warna dan tekstur.
- Usaha untuk menutupi semua kekurangan tersebut harus sudah sempurna dan
semua lapisan harus diusahakan membentuk lapisan dengan ketebalan yang sama.
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS C - 35

- Perhatian khusus harus diberikan pada keseluruhan permukaan, termasuk bagian


tepi, sudut dan ceruk/lekukan, agar bisa memperoleh ketebalan lapisan yang sama
dengan permukaan-permukaan di sekitarnya.
- Permukaan besi/baja atau kayu yang terletak bersebelahan dengan permukaan
yang akan menerima cat dengan bahan dasar air, harus telah diberi lapisan cat
dasar terlebih dahulu.

Proses Pengecatan.
- Harus diberi selang waktu yang cukup di antara pengecatan berikutnya untuk
memberikan kesempatan pengeringan yang sempurna, disesuaikan dengan
kedaan cuaca dan ketentuan dari pabrik pembuat cat dimaksud.
Penecatan harus dilakukan dengan ketebalan minimal (dalam keadaan cat kering),
sesuai ketentuan berikut.
a. Permukaan Interior Pelesteran, Beton, Gipsum.
Cat Dasar : 1 (satu) lapis water-based sealer.
Cat Akhir : 2 (dua) lapisan emulsion.
b. Permukaan Eksterior Pelesteran, Beton.
Cat Dasar : 1 (satu) lapis water/solvent-based sealer.
Cat Akhir : 2 (dua) lapisan emulsion khusus eksterior
/Weathersield.
c. Permukaan Interior dan Eksterior Pelesteran dengan Cat Akhir Berbahan
Dasar Minyak.
Cat Dasar : 1 (satu) lapis masonry sealer.
Cat Akhir : 2 (dua) lapisan high quality solvent-based high quality
gloss finish.

d. Permukaan Kayu
Cat Dasar : 1 (satu) lapis wood primer sealer.
Cat Dasar : 1 (satu) lapis wood stein dan sending sealer.
Cat Akhir : 2 (dua) lapisan high quality solvent-based high quality
semi gloss finish.
e. Permukaan Besi/Baja.
Cat Dasar : 1 (satu) lapis solvent-based anti-corrosive zinc chromate
primer.
Undercoat : 1 (satu) lapis undercoat.
Cat Akhir : 2 (dua) lapisan high quality solvent-based high quality
gloss finish.

Penyimpanan, Pencampuran dan Pengenceran.


- Pada saat pengerjaan, cat tidak boleh menunjukkan tanda-tanda mengeras,
membentuk selaput yang berlebihan dan tanda-tanda kerusakan lainnya.
- Cat harus diaduk, disaring secara menyeluruh dan juga agar seragam
konsistensinya selama pengecatan.
- Bila disyaratkan oleh kedaan permukaan, suhu, cuaca dan metoda pengecatan,
maka cat boleh diencerkan sesaat sebelum dilakukan pengecatan dengan
mentaati petunjuk yang diberikan pembuat cat dan tidak melebihi jumlah 0,5 liter
zat pengencer yang baik untuk 4 liter cat.
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS C - 36

- Pemakaian zat pengencer tidak berarti lepasnya tanggung jawab kontraktor


untuk memperoleh daya tahan cat yang tinggi (mampu menutup warna lapis di
bawahnya).
Metode Pengecatan.
- Cat dasar untuk permuakaan beton, plesteran, gypsum board diberikan dengan
kuas dan lapisan berikutnya boleh dengan kuas atau rol.
- Cat dasar untuk permukaan papan gipsum deberikan dengan kuas dan dan
lapisan berikutnya boleh dengan kuas atau rol.
- Cat dasar untuk permukaan kayu harus diaplikasikan dengan kuas dan lapisan
berikutnya boleh dengan kuas, rol atau semprotan.
- Cat dasar untuk permukaan besi/baja diberikan dengan kuas atau disemprotkan
dan lapisan berikutnya boleh menggunakan semprotan.
d. Pemasangan Kembali Barang-barang yang dilepas.
Sesudah selesainya pekerjaan pengecatan, maka barang-barang yang dilepas harus
dipasang kembali oleh pekerja yang ahli dalam bidangnya.
e. Pengerjaan melamin
Permukaan kayu yang dipertahankan corak naturalnya seperti yang dijelaskan dalam
gambar atau keterangan lainnya (daun pintu, Clading Teakwood, Nurse station, wall
panel, dll sesuai gambar rencana) dimelamin dengan bahan dari produk yang baik.

Pekerjaan harus dilakukan oleh tukang yang ahli dan berpengalaman. Bagian
yang akan dimelamin harus benar-benar bersih dan kering. Bagian yang retak harus
ditutup dulu dengan dempul yang khusus untuk melamin. Sebelum pengecatan dimulai
kayu harus digosok dulu dengan batu kambang sampai rata kemudian dihaluskan
dengan ampelas.
Pengecatan dilakukan setelah permukaan kayu benar-benar telah bersih dan kering.
Tingkat lapisan melamin yang dikehendaki adalah dof.
f. Pekerjaan Epoxy untuk Pengecatan Dinding
Sebelum dilakukan pekerjaan finishing dinding dengan cat Epoxy prosedur dan
persiapan yang harus dilakukan adalah permukaan dinding. Untuk mendapatkan
permukaan yang benar-benar rata permukaan dinding harus dempul yang khusus untuk
epoxy. Pekerjaan ini harus dilakukan berulangkali untuk mendapatkan permukaan yang
benar-benar rata dan mendapatkan persetujuan konsultan pengawas. Setelah
permukaan benar-benar rata dan kering barulah pekerjaan pelapisan dengan Epoxy
bisa dimulai setelah mendapatkan persetujuan pengawas. Pengecatan dilakukan
sesuai prosedur produk yang dipakai sampai memperoleh ketebalan 200 mikron.
Pertemuan plafon dengan dinding harus melengkung dengan R. Minimal 10 cm dan
permukaan tidak boleh ada celah atau pemutusan permukaan. Pelaksanaan pekerjaan
ini harus dilakukan oleh tukang yang berpengalaman dan yang telah direkomendasi
oleh pabrik.

XI. PEKERJAAN ALAT-ALAT SANITAIR


11.1 KETERANGAN
Bagian ini mencakup semua pekerjaan sanitair dan yang berhubungan seperti ditunjukkan
dalam gambar, meliputi penyediaan bahan, tenaga dan alat yang diperlukan.
11.2 BAHAN
a. Water Closet dan Wastafel
Barang-barang yang akan dipakai adalah sebagai berikut :
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS C - 37

1. Water Closet Duduk


Bahan porselen, produk dalam negeri (setara TOTO type CE9/TV150NWV12J,
GROHE, KOHLER), lengkap dengan stop kran dan peralatan lain (warna
standard).
2. Wastafel
• Westafel under counter setara Toto type L529V1. GROHE, KOHLER
3. Sink dapur (TOTO atau Royal)
Semua wastafel dan Sanitary yang lainnya sudah lengkap dengan keran, siphon
dan perlengkapan lainnya yang diperlukan.
b. Keran, Floor Drain, Dll (ex. Toto atau SanEi)
1. Keran air (TOTO type T-23B13V7NB dan T30ARQ13N untuk Pantry atau yang
setara)
2. Floor Drain (TOTO type square flange TX 1B atau atau yang se type dan
sekualitas)
3. Paper Holder (TOTO type A360J atau yang se type dan sekualitas)
4. Shop Holder (TOTO type S156N atau yang se type dan sekualitas)

c. Barang-barang yang akan dipasang harus benar-benar mulus dan tidak cacat
sedikitpun. Kontraktor harus mengajukan contoh-contoh untuk disetujui oleh
Pengawas bersama dengan Konsultan Perencana.

11.3 PELAKSANAAN
Pemasangan semua peralatan/perlengkapan saniter harus dilakukan oleh ahli
pemasangan barang sanitair yang berpengalaman. Pengerjaan harus dilakukan dengan
hati-hati dan sangat rapi.
a. Semua sambungan harus kedap air dan udara. Bahan penutup sambungan tidak
diijinkan.
Cat, vernis, dempul dan lainnya tidak diijinkan dipasang pada bidang-bidang pertemuan
sambungan sampai semua sambungan dipasang kuat dan diuji.
Semua saluran ekspos ke perlengkapan sanitasi harus diselesaikan sedemikian rupa
sehingga tampak bersih dan rapih dan sesuai ketentuan Gambar Kerja dan petunjuk
pemasangan dari pabrik pembuat.
b. Pemipaan dari perlengkapan sanitasi ke pipa distribusi utama harus dilaksanakan
sesuai ketentuan Spesifikasi Teknis.
c. Bak cuci tangan tipe dinding ahrus dipasang sedemikian rupa sehingga puncak bagian
luar alat-alat tersebut berada 800mm di atas lantai, kecuali bila ditunjukkan lain dalam
Gambar Kerja.
Bak cuci tangan tipe pemasangan di meja harus dipasang pada ketinggian sesuai
petunjuk dalam Gambar Kerja.
d. Bak cuci dari bahan stainless steel harus dipasang sedemikian rupa pada meja/kabinter
seperti ditunjukkan dalam Gambar Kerja.
e. Urinoir harus dipasang sedemikian rupa sehingga puncak tepi bagian depan alat ini
berada 530mm diatas lantai untuk orang dewasa dan 330mm untuk anak-anak, atau
sesuai petunjuk dalam Gambar Kerja.
f. Sistem penumpu dan penopang harus sesuai dengan rekomendasi dari pabrik pembuat
perlengkaan sanitasi atau sesuai persetujuan Pengawasan Lapangan.
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS C - 38

g. Pemanas air dengan tenaga listrik harus dipasang sesuai petunjuk pemasangan dari
pabrik pembuatnya, pada tempat-empat seperti ditunjukkan dalam Gambar Kerja, dan
pekerjaan elektrikal harus dilaksanakan sesuai ketentuan Spesifikasi Teknis.
h. Pemasangan alat-alat sanitair lain
Kaca cermin dan tempat alat-alat pada wastafel harus dipasang sipat datar dan
diskrupkan pada dinding. Barang-barang yang akan dipakai harus tidak bercacat
sedikitpun. Floor drain harus dipasang dengan saringannya, dan dipasang rapih.
Semua sela-sela antara floor drain dengan lantai, harus diisi dengan adukan 1 Pc : 2
Ps. Pasangan harus sedemikian sehingga bidang atas floor drain rata dan sebidang
dengan bidang lantai.
Paper holder hanya dipasang pada toilet yang closetnya duduk. Tempat sabun hanya
dipasang pada toilet yang ada bak airnya saja. Tinggi pemasangan pada dinding 100
cm di atas lantai.

XII. PEKERJAAN SITE DEVELOPMENT


15.1 LINGKUP PEKERJAAN
Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga, bahan – bahan, peralatan dan alat bantu
lainnya yang dibutuhkan untuk pelaksanaan pekerjaan ini guna mendapatkan hasil
yang baik. Pekerjaan lansekap yang dilaksanakan meliputi semua pekerjaan yang
tertera dalam Gambar Kerja dan sesuai petunjuk Konsultan MK/MK, tetapi tidak
terbatas pada pekerjaan berikut :
❑ Pekerjaan persiapan pembentukan tanah.
❑ Pekerjaan paving, penanaman pohon peneduh / pelindung, tanaman penutup dan
rumput.
❑ Pekerjaan perawatan / pemeliharaan tanaman.

15.2 STANDAR / RUJUKAN


❑ Balai Pengawasan dan Sertifikat Benih setempat.

15.3 PROSEDUR UMUM


a. Gambar dan Data Lain yang Dibutuhkan
Kontraktor harus menyiapkan gambar sketsa pekerjaan lansekap yang
menunjukkan garis / batas penanaman rumput, patok, garis ketinggian, baris
penanaman dan detail pemberian pupuk. Daerah penanaman harus diberi tanda
dan ukuran yang lengkap.
b. Persyaratan Lainnya
❑ Semua pekerjaan lansekap harus dilaksanakan dengan mengikuti semua
petunjuk Gambar Kerja, standar atau petunjuk dan syarat pekerjaan lansekap
yang berlaku, standar spesifikasi bahan yang dipergunakan dan sesuai
petunjuk yang diberikan Konsultan MK/MK.
❑ Sebelum melaksanakan setiap pekerjaan di lapangan, Kontraktor diminta
untuk memperhatikan koordinasi kerja dengan pekerjaan lain yang
menyangkut pekerjaan bidang lainnya, terutama dalam melakukan pekerjaan
pembentukan tanah dan penyelesaian tanah, agar tidak terjadi kesalahan
pembongkaran, pengurugan yang tidak diinginkan terhadap pekerjaan yang
lain yang telah selesai dilaksanakan maupun yang sedang dilaksanakan.
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS C - 39

❑ Jika ditemukan perbedaan antara Gambar Kerja dengan keadaan lapangan,


Kontraktor harus melaporkan kepada Konsultan MK/MK untuk diambil
keputusan pemecahannya.
❑ Semua letak tanaman di lapangan yang menyimpang dari ketentuan Gambar
Kerja yang disebabkan karena keadaan lapangan, harus mendapat
persetujuan Konsultan MK/MK.
c. Tenaga Ahli
Kontraktor harus menyediakan tenaga ahli lansekap yang berpengalaman yang
akan melaksanakan persyaratan Spesifikasi Teknis ini, dan harus disetujui
Konsultan MK/MK.

15.4 BAHAN – BAHAN


a. Tanaman
❑ Semua jenis tanaman, baik tanaman hias, pohon peneduh, tanaman
penutup, maupun rumput yang akan ditanam harus disetujui Konsultan
MK/MK dan sesuai petunjuk Gambar Kerja serta mengikuti semua
persyaratan dalm Spesifikasi Teknis ini. Daftar tanaman dan jarak
penanaman dapat dilihat dalam Gambar Kerja.
❑ Tanaman rumput yang dipilih untuk ditanam harus sesuai dengan petunjuk
Gambar Kerja atau sesuai petunjuk Konsultan MK/MK. Penanaman dalam
bentuk rumpun.
b. Pupuk
❑ Pupuk kandang yang berasal dari sapi atau kuda yang telah kering dan
matang digunakan untuk meningkatkan unsur mikro dan makro. Pupuk
kandang harus bersih dari gumpalan akar rumput dan tanaman liar serta
dalam keadaan sudah hancur (tak terdapat bongkahan).
❑ Pupuk buatan yang mengandung unsur – unsur NPK seperti Rustica Yellow
(15 : 15 : 15) digunakan untuk mendorong pembentukan akar, bunga dan
buah.
❑ Pupuk buatan ZA atau Urea digunakan untuk pemupukan rumput.

c. Tanah Urug
Tanah urug yang dipakai harus dari jenis tanah subur yang bersih dari bekas
bahan bangunan, batu – batuan, rumput maupun tanaman.
Tanah subur ini terdiri dari campuran tanah baik dan pupuk kandang yang telah
kering dan matang, dengan perbandingan jumlah 1 : 1.

15.5 PELAKSANAAN PEKERJAAN


a. Umum
❑ Pelaksanaan pekerjaan persiapan, pembentukan dan pembersihan tanah
harus sudah dilaksanakan sesuai petunjuk Gambar Kerja dan ketentuan
Spesifikasi Teknis ini.
❑ Pemasangan patok – patok berikut keterangan koordinat posisi perlu
dilaksanakan terutama untuk patokan penanaman awal setiap jenis
tanaman.
❑ Setelah pembentukan dan penyelesaian tanah dengan bentuk / kemiringan
/ garis ketinggian sesuai Gambar Kerja, pekerjaan lubang galian dapat
dilaksanakan untuk persiapan penanaman.
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS C - 40

❑ Semua penanaman sebaiknya dilakukan pada sore hari atau setelah pukul
15.30 agar tidak banyak terjadi penguapan dan kekeringan yang terlampau
cepat bagi tumbuh – tumbuhan tersebut kecuali penanaman yang dilakukan
di tempat yang terlindung dari matahari langsung dapat dilakukan setiap
saat.
❑ Semua tanaman yang disuplai harus dalam keadaan sehat dan utuh dalam
arti :
❖ Tanaman tidak terkena hama penyakit, serangga atau jamur.
❖ Cabang, akar dan daun tidak dalam keadaan patah atau sobek.
❖ Kondisi tanaman (tinggi dan diameter tajuk) harus sesuai permintaan.
❑ Pemindahan tanaman harus memperhatikan hal – hal sebagai berikut :
❖ Tanaman pohon yang akan dipindahkan, harus dipersiapkan dalam
keadaan digali minimal 1 minggu sebelum dipindahkan, dan daun dan
percabangan dipangkas secukupnya untuk kemudian dilanjutkan
dengan pembungkusan akar.
❖ Tanaman pohon yang telah berada dalam wadah dapat langsung
dibawa ke lokasi penampungan tanaman pada masing – masing lokasi,
dan disimpan disana sampai saat penanaman tiba.
❖ Tanaman semak / perdu dan penutup tanah (ground cover) disiapkan
dalam keadaan akar terbungkus.
b. Persiapan Lahan
❑ Pematokan
Pematokan harus dilakukan untuk menentukan titik – titik penanaman.
Kegiatan dapat dilanjutkan setelah lokasi titik / patok disetujui oleh Konsultan
MK.
❑ Penggalian Tanah
❖ Persiapan lahan dengan cara penggalian harus dilakukan untuk
mengangkat dan memisahkan tanah dari puing – puing sisa bahan
bangunan berupa paku – paku, batu bata, kayu dan sisa bahan kimia bila
ada.
❖ Penggalian harus dilakukan minimal sedalam 400 mm untuk tanaman
perdu dan minimal 600 mm untuk tanaman pohon, untuk memastikan
bahwa lapisan tanah yang mengandung puing telah terangkat semua.
❑ Pemupukan
Untuk meningkatkan unsur mikro dan makro yang dikandung tanah, pupuk
kandang yang telah matang harus dicampur dengan tanah yang telah dibuka
dan dibalik, dengan perbandingan 1 : 1 seperti disebutkan dalam Spesifikasi
Teknis ini.
c. Penanaman
Tanaman harus didatangkan sesuai dengan jadual kerja penanaman, untuk
menghindarkan tanaman berada terlalu lama dalam penampungan, dan harus
dilaksanakan sebagai berikut :
❑ Tanaman yang akan ditanam harus berupa tanaman yang berasal dari
tempat penampungan atau yang telah mengalami masa persiapan dalam
galian tempat semula, dengan tinggi minimal yang telah ditetapkan.
❑ Pertama gali lubang yang besar, lebih besar dari ukuran wadah tanaman,
dan sisihkan di sekitar lubang galian.
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS C - 41

❑ Ke dalam lubang tersebut dimasukkan tanah subur dan tinggalkan sejumlah


tertentu untuk dicampurkan dengan tanah galian tadi yang akan
dikembalikan lagi ke dalam lubang galian semula.
❑ Dengan berhati – hati, keluarkan tanaman dari wadahnya dan tempatkan
dalam lubang galian.
❑ Kemudian kembalikan tanah galian ke sekitar akar, padatkan dengan hati –
hati agar tidak terdapat kantong udara.
❑ Ketika lubang telah terisi tanah 2/3 bag, padatkan perlahan dengan kaki dan
siram dengan baik.
❑ Tanah di sekitar dasar tanaman harus diberi cekungan agar air dapat
mengalir dengan sendirinya ke arah batang tanaman.
❑ Tanaman harus ditahan dengan kayu air / stegger untuk menahan tanaman
yang belum seimbang.
d. Penanaman Rumput dan Tanaman Penutup
❑ Elevasi permukaan rumput dan tanaman penutup harus sesuai dengan
Gambar Kerja.
❑ Tanah yang akan ditanami rumput dan tanaman penutup harus digali /
dikupas sedalam 200 – 300 mm, dan kemudian diisi dengan tanah urug.
❑ Setiap kali selesai pelaksanaan penanaman rumput dan tanaman penutup,
harus segera dilakukan penyiraman dengan air yang bebas dari bahan / zat
yang dapat mematikan tanaman.
❑ Galian lubang-lubang tanaman sesuai dengan petunjuk-petunjuk di gambar
yaitu :
❖ Untuk pohon 60 x 60 cm sedalam 60 cm
❖ Untuk semak sedalam 40 cm.
❖ Tanaman perdu yang ditanam adalah dari jenis Soka dan Penitian.
e. Pemeliharaan Tanaman
❑ Pekerjaan pemeliharaan meliputi penyiraman, penyiangan, penggantian
tanaman dan rumput yang rusak, pemangkasan, pemupukan,
pemberantasan hama. Pekerjaan pemeliharaan tanaman dilaksanakan
dengan memperhatikan ketentuan sebagai berikut :
❖ Semua pekerjaan dilaksanakan dengan mengikuti petunjuk Gambar
Kerja, ketentuan Spesifikasi Teknis dan sesuai petunjuk Konsultan
MK/MK.
❖ Pemeliharaan harus dilaksanakan Kontraktor segera setelah pekerjaan
penanaman selesai. Masa pemeliharaan sesuai ketentuan dalam
Kontrak.
❖ Selama itu, Kontraktor diwajibkan secara teratur memelihara semua
tanaman dan mengganti setiap tanaman yang rusak atau mati.
❖ Semua penggantian tanaman dengan yang baru menjadi tanggung jawab
Kontraktor.
❖ Pemeliharaan tanaman harus disesuaikan dengan sifat dan jenis
tanaman yang ditanam.
❖ Bahan dan peralatan yang dipergunakan daalm setiap jenis pekerjaan
pemeliharaan harus benar – benar baik, memenuhi standar pengerjaan
yang dibutuhkan dan tidak merusak tanaman.
❖ Pupuk dan obat anti hama yang digunakan harus sesuai dengan
ketentuan dalam Spesifikasi Teknis ini.
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS C - 42

❖ Penggantian tanaman harus sesuai dengan jenis / bentuk / warna


tanaman yang ditanam dan disetujui Konsultan MK/MK.
❑ Penyiraman
❖ Penyiraman harus dengan air bersih yang bebas dari segala bahan
organik / zat kimia / bahan lain yang dapat merusak pertumbuhan
tanaman. Penyiraman dilakukan dengan cara :
✓ Memakai alat khusus untuk menyiram tanaman seperti emrat yang
memiliki lubang banyak pada ujung keluarnya air sehingga dapat
menyebar air secara merata ke seluruh permukaan tanah yang
disiram.
✓ Memakai slang air terbuat dari plastik yang dihubungkan dengan
kran / sumber air yang terdekat. Penyiraman dilakukan dengan cara
memancarkan air menggunakan nozzle atau sprinkler.
✓ Penyiraman dilakukan secara teratur terutama di musim kemarau
bagi tanaman dan rumput yang baru ditanam dan juga bagi tanaman
dalam tempat penampungan.
❖ Jadual penyiraman adalah sebagai berikut :
✓ Dua kali sehari secara teratur bagi semua jenis tanaman dan rumput
yang baru ditanam dan semua tanaman dalam penampungan
sementara, sebelum pukul 10.00 pada pagi hari dan sesudah pukul
15.30 pada sore hari sampai tanaman tersebut tumbuh sehat dan
kuat.
✓ Semua jenis tanaman dan rumput yang sudah terlihat tumbuh baik
dan kuat harus disiram satu kali sehari pada sore hari setelah pukul
15.30.
✓ Penyiraman dilakukan sampai cukup membasahi bawah permukaan
tanah.
✓ Tanaman yang masih terlihat cukup basah tanahnya pada sore hari,
tak perlu disiram lagi.
✓ Penyiraman yang berlebihan tidak diijinkan. Air harus dapat terserap
baik oleh tanah di sekitar tanaman.
❑ Penyiangan
❖ Penyiangan ini harus dilakukan secara teratur tiap satu bulan sekali bagi
tanaman pohon dan rumput.
❖ Penyiangan bagi tanaman rumput dilakukan untuk mencabut segala
tanaman liar dan jenis rumput yang berbeda dengan jenis rumput yang
ditanam. Alat yang dipakai adalah alat pancong atau cangkul garpu kecil.
❑ Penggantian Tanaman
❖ Kontraktor wajib melakukan penggantian setiap pohoh, tanaman penutup
atau rumput yang ditemukan rusak atau mati.
❖ Semua penggantian dengan tanaman baru menjadi tanggung jawab
Kontraktor sampai masa pemeliharaan yang ditentukan berakhir.
❖ Penggantian tanaman harus sesuai dengan jenis / bentuk / warna
tanaman yang ditanam dan disetujui Konsultan MK/MK.
❖ Penggantian tanaman harus dilaksanakan sedemikian rupa sehingga
tidak merusak tanaman lain di sekitarnya pada saat mencabut dan
menanam yang baru.
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS C - 43

❖ Penggantian tanaman dilaksanakan pada sore hari antara pukul 15.30 –


18.00 dan dilanjutkan dengan penyiraman.
❑ Pemangkasan
❖ Pemangkasan dilaksanakan untuk membuang cabang / ranting liar atau
untuk menjaga atau memperbaiki bentuk pertumbuhan yang diinginkan.
❖ Cabang / ranting yang mati atau layu harus dibuang dengan memotong.
❖ Semua pekerjaan pemangkasan harus dilakukan dengan gunting
pangkas untuk memotong cabang dan ranting dari arah bawah membuat
potongan miring menjauh (300 – 400) dari tunas yang berada pada
cabang / ranting yang tersisa jika memungkinkan sehingga pertumbuhan
baru dapat muncul dari tunas tersebut.
❖ Tidak dibenarkan melakukan pemangkasan cabang / ranting tanpa
menggunakan alat yang pemotong yang cukup tajam.
❖ Bekas pemotongan cabang / ranting harus ditutup dengan cat penutup
luka untuk mencegah infeksi yang disebabkan jamur pembusuk kayu
atau serangga yang dapat membunuh tanaman.
❖ Pemangkasan dilakukan secara teratur tiap satu bulan sekali.
❑ Pemupukan
❖ Pupuk kandang yang matang digunakan untuk membuat tanah sehat /
subur yang terdiri dari campuran pupuk kandang dan tanah baik dengan
perbandingan 1 : 1 yang akan digunakan untuk pekerjaan penimbunan.
❖ Pupuk buatan NPK diberikan kepada tanaman pohon peneduh setelah
tanaman tersebut melampaui masa tanah 3 (tiga) bulan.
❖ Pupuk buatan NPK diberikan sebanyak 25 gram setiap tanaman untuk
mendorong pembentukan akar dan pembuahan.
❖ Pemupukan dilakukan dengan menanamkannya di dalam tanah sedalam
minimal 100 mm di sekeliling tajuk pohon, pada setiap jarak 600 mm.
❖ Pemupukan harus diulang 3 (tiga) bulan kemudian.
❖ Pupuk buatan ZA atau Urea untuk rumput harus diberikan sebanyak 12
gram/m2. Pemupukan dilakukan sebulan sekali. Pupuk harus dilarutkan
dengan air kemudian disemprotkan dengan sprayer ke permukaan
rumput.
❑ Pemberantasan Hama Penyakit
❖ Pemberantasan hama penyakit dilakukan sebelum tanaman terserang
penyakit.
❖ Pemberantasan untuk hama (serangga dan ulat) dilakukan dengan cara
penyemprotan keselurh permukaan daun, batang dan cabang.
❖ Bahan yang dipakai adalah pestisida yang memenuhi ketentuan
Pemerintah Republik Indonesia.
❖ Untuk pemberantasan jamur dan sejenisnya digunakan fungisida Dithane
M-45 yang dicampur air (2 gr/liter air). Pemberantasan dilakukan dengan
penyemprotan ke seluruh permukaan daun, batang dan cabang.
❖ Untuk memberantas penggerek batang, digunakan BHC dan untuk
memberantas siput darat digunakan Metdex yang disebarkan di sekitar
pohon.
❖ Penyemprotan hama dan jamur :
✓ Untuk rumput dilakukan 2 (dua) bulan sekali.
✓ Untuk tanaman dilakukan 1 (satu) bulan sekali.
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS C - 44

✓ Penyemprotan hama dan jamur dilakukan secara bergantian. Untuk


penyemprotan dari jenis obat yang berbeda jangan dilakukan
sekaligus tetapi beda waktu selang 2 (dua) minggu.

15.6 PERKERASAN HALAMAN
1) Paving blok 200mm x 200mm x 80mm mutu K-400 permukaan halus untuk lapisan atas
perkerasan jalan dan parkir.
2) Pelaksanaan
Cara atau metode pemasangan Paving block :
a) Sebelum Paving block dipasang pastikan struktur dari lahan yang hendak di Paving
dalam keadaan benar-benar padat. Apabila belum padat dapat dipadatkan dengan
menggunakan mesin Roller (Wales) atau Stamper kuda. Hal ini agar lahan yang
telah dipasang paving block tidak amblas.
Sebelum pekerjaan pemasangan paving kita mulai, kita harus memperhatikan
syarat-syarat yang harus dipenuhi sebagai berikut:

1. Lapisan Subgrade
Subgrade atau lapisan tanah paling dasar harus diratakan terlebih dahulu,
sehingga mempunyai profil dengan kemiringan sama dengan yang kita perlukan
untuk kemiringan Drainage (Water run off) yaitu minimal 1,5 %. Subgrade atau
lapisan tanah dasar tersebut harus kita padatkan dengan kepadatan minimal 90
% MDD (Modified Max Dry Density) sebelum pekerjaan subbase dilaksanakan
sesuai dengan spesifikasi teknis yang kita butuhkan. Ini sangat penting untuk
kekuatan landasan area paving nantinya.
2. Lapisan Subbase
Pekerjaan lapisan subbase harus disesuaikan dengan gambar dan spesifikasi
teknis yang kita butuhkan. Profil lapisan permukaan dari subbase juga harus
mempunyai minimal kemiringan 2 %, dua arah melintang kekiri dan kekanan.
Kemiringan ini sangat penting untuk jangka panjang kestabilan paving kita.
3. Kanstin/Penguat Tepi
Kanstin atau Penguat tepi atau Kerb harus sudah kita pasang sebelum
pemasangan paving dilakukan. Hal ini harus dilakukan untuk menahan paving
pada tiap sisi agar paving tidak bergeser sehingga paving akan lebih rapi pada
hasil akhirnya.
4. Drainage/Saluran Air
Seperti halnya kanstin, Drainage atau Saluran air ini juga harus sudah kita
pasang sebelum pemasangan paving dilakukan. Hal ini sangat wajib dilakukan
untuk effisiensi waktu/kecepatan pekerjaan. Drainage yang dikerjaan setelah
paving terpasang akan sangat mengganggu pekerjaan pemasangan paving itu
sendiri karena harus membongkar paving yang sudah terpasang.
Sesuaikan spesifikasi beban yang akan melewati lahan yang akan dipasang
paving dengan material pendukung untuk landasan area paving. Material
tersebut dapat berupa : Limestone, Base Course, Sirdam, Makadam dsb.

15.7 PEKERJAAN PEMASANGAN PAVING BETON


Pekerjaan Urugan Pasir Bawah Paving Beton
a. Persyaratan Bahan
• Paving beton yag digunakan memiliki dimensi 200mm x 200mm dengan tebal 8mm.
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS C - 45

• Paving beton merupakan klasifikasi bata beton mutu A (digunakan untuk jalan).
• Bata beton harus mempunyai permukaan yang rata, tidak terdapat retak-retak dan
cacat, bagian sudut dan rusuknya tidak mudah dirapihkan dengan kekuatan jari
tangan.
• Paving beton harus memiliki kuat tekan beton (compressive strength) adalah K-500.
• Untuk pasir pengisi nat (joint filling) paving beton, harus memiliki standar sebagai
berikut :

% lolos terhadap berat


Ukuran tapis / ayakan (sieve)
(%)
9,52 mm 100
4,75 mm 100
2,36 mm 90-100
1,18 mm 60-90
600 m 30-60
300 m 15-30
150 m 5-10
• Batas kandungan air pasir alas 6-8%, dan maks 1% untuk pasir pengisi. Pasir harus
terbebas dari kandungan garam yang akan menyebabkan terjadinya efflorescence.
• Paving beton yang dikirim ke lapangan harus diterima dalam keadaan baik, utuh,
mempunyai permukaan yang rata, tidak terdapat retak-retak dan cacat, bagian
sudut dan rusuknya tidak mudah dirapikan dengan kekuatan jari tangan.
• Paving beton cacat yang disebabkan oleh adanya kecerobohan dalam cara
penanganan baik saat pemuatan dan penurunan (atau sebelum terpasang) dapat
diperhitungkan sebagai barang reject.
b. Persyaratan Bahan
Peralatan yang dibutuhkan harus sudah disiapkan sebelum pemasangan paving beton
dilakukan. Perlatan yang dipersiapkan antara lain :
• Mesin plat compacter (stamper) dengan luas permukaan plat antara 0,35 – 0,50 m2
dan mempunyai gaya sentrifugal sebesar 16 sampai dengan 20 kN dengan
frekwensi getaran berkisar 75 sampai 100 Hz.
• Alat pemotong paving beton (cutter).
• Kayu yang diserut rata sebagai jidar untuk leveling screeding pasir alas.
• Benang.
• Alat pemindahan paving (gerobak sorong, dll.).
• Pin stick (linggis) yang bagian bawahnya runcing melebar sebagi alat nating.
c. Persyaratan Kerja
• Pemasangan paving dimulai dari 1 titik / garis (starting point) di atas lapisan pasir
alas.
• Tentukan kemiringan dengan menggunakan benang yang ditarik tegang dan
diarahkan melintang sebagai pedoman, kemudian dibuat pasangan kepala masing-
masing di ujung benang tersebut.
• Pemasangan paving beton harus segera dilakukan menyusul setelah penggelaran
pasir alas.
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS C - 46

• Dalam pemasangan paving, antar paving diberi celah / nat dengan spasi 2-3 mm
untuk pengisian joint filler.
• Pemasangan paving beton harus maju ke depan dengan tukang / pekerja berdiri di
atas paving yang telah terpasang.
• Pada bagian tepi jalan dipasang topi uskup beton.
• Setiap akhiran harus terisi dengan paving beton yang dipotong menggunakan alat
potong paving.
• Pemadatan dilakukan dengan menggunakan alat vibrator plate compactor, agar rata
dan pasir isi dapat mengisi celah-celah antar paving tersebut. Ini dilakukan
sebanyak 2 putaran dengan arah yang berbeda. Putaran yang pertama ditujukan
untuk memadatkan pasir alas dengan penurunan sekitar 5 -25 mm (tergantung dari
pasir yang dipakai). Pemadatan putaran kedua disertai dengan menyapu pasir
pengisi celah / nat. Masing-masing putaran dilakukan sedikitnya 2 lintasan.
• Pengisian joint filler untuk ke 2 kali disertai dengan menyapu pasir pengisi celah dan
pemadatan dilakukan sebanyak 2 putaran dengan arah yang berbeda untuk hasil
yang maksimal.
d. Pengendalian Mutu Pengujian
• Pengujian rutin pengendalian mutu bahan harus dilaksanakan untuk mengendalikan
ketidakseragaman bahan yang dibawa ke lokasi pekerjaan.
• Setiap pengujian yang dilakukan harus dilakukan pada laboratorium uji PT. SIER,
UK Petra, atau ITS.
• Jumlah data pendukung pengujian bahan / material yang diperlukan diambil
sebanyak 10 buah untuk tiap 1 truk pengiriman dengan kapasitas ± 4.000 buah.
• Pengujian yang dilakukan antara lain : pengujian kuat tekan beton (compressive
strength), tes kuat lentur (flexural strength) dan tes abrasi (abrasion resistance).

XIII. PEKERJAAN RANGKA DAN PENUTUP ATAP


16.1 LINGKUP PEKERJAAN
Lingkup pekerjaan ini adalah pemasangan dan perakitan rangka atap dengan baja ringan
yang meliputi perhitungan strukturnya, Spesifikasi Teknis dan desain oleh pabrikan/principal
yang ditunjuk, berikut pengadaan aplikator yang direkomendasi oleh pabrik penghasil :
❑ Sistem rangka atap (usuk)
❑ Reng
❑ Dan aksesori pelengkap lainnya untuk melengkapi pemasangan.

16.2 STANDAR / RUJUKAN


a. Australian Standard :
❑ AS 1163 – Structural Steel Hollow Sections
❑ AS 1170 – Loading Code,
❑ Part 1 : Dead and Live Loads and Load Combinations
❑ Part 2 : Wind Loads
❑ AS 1538 – Cold Formed Structures Code
❑ AS 1554 – Structural Steel Welding Code
❑ AS 4100 – Steel Structures Code
❑ AS 1397 – Steel Sheet and Strip – Hot Dipped Zinc Coated and
Aluminium / Zinc Coated
❑ AS 3566 – Self Drilling Screws for The Building and Construction
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS C - 47

Industries
❑ AS 1650 – Hot Dipped Galvanized Coatings on Ferrous Articles.
❑ AS 4600 – Cold Formed Code for Structural Steel.

b. Japanese Industrial Standard (JIS):


❑ JIS G 3302 – Hot Dipped Zinc Coated Steel Sheets and Coils.

c.American Welding Society (AWS) :


❑ AWS D1.1 – Structural Welding Code Steel.

16.3 PROSEDUR UMUM


a. Desain.
❑ Desain sistem rangka atap yang terdiri dari rangka, sambungan, ikatan angin
harus dilaksanakan oleh perusahaan/Aplikator terdaftar dan direkomendasi pabrik
pembuat yang berpengalaman dalam perancangan sistem rangka baja ringan.
❑ Desain, fabrikasi dan pemasangan rangka harus dilakukan sedemikian rupa agar
rangka baja ringan mampu menerima beban rencana yang telah ditentukan oleh
Konsultan Perencana.
❑ Desain sistem rangka untuk rangka atap dan balok atap harus mampu menahan
beban mati rencana tanpa lendutan yang lebih besar dari 1/300 bentangan untuk
lendutan vertikal.
❑ Desain sistem rangka atap harus dibuat sedemikian rupa agar dapat
mengakomodasi gerakan bagian rangka tanpa kerusakan atau tekanan
berlebih, kegagalan pelapis, kegagalan sambungan, ketegangan yang tak
semestinya pada alat pengencang dan angkur, atau akibat lainnya yang
merusak ketika mengalami perubahan temperatur sekitar yang maksimal sekitar
200 C.
❑ Sistem rangka atap harus didesain untuk mengakomodasi pengiriman dan
penanganan, untuk memudahkan dan mempercepat perakitan
b. Penyerahan.
Kontraktor harus menyerahkan data – data berikut :
❑ Data produk untuk setiap tipe rangka baja ringan dan aksesori.
❑ Data analisa struktur yang tertutup dan ditanda tangani enjinir profesional yang
dipilih yang bertanggung jawab untuk mempersiapkannya.
❑ Sertifikat pabrik yang ditanda tangani oleh pabrik pembuat rangka baja ringan
yang menyatakan bahwa produk mereka memenuhi persyaratan, termasuk
ketebalan baja tanpa lapisan, tegangan leleh, tegangan tarik, elongasi total dan
ketebalan lapisan pelapis metal.
❑ Sebagai pengganti sertifikat pabrik, serahkan laporan pengujian dari agensi
pengujian yang terdaftar yang membuktikan kesesuaiannya dengan persyaratan
– persyaratan.
❑ Sertifikat tukang las yang ditanda tangani Kontraktor yang menyatakan bahwa
tukang las memenuhi persyaratan – persyaratan yang ditetapkan dalam butir
Jaminan Mutu.
c. Jaminan Mutu.
❑ Pekerjakan fabrikator dan pemasang yang telah berpengalaman dengan bahan,
desain rangka baja ringan yang sejenis, dan dengan catatan pengalaman proyek
yang berhasil.
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS C - 48

❑ Standar pengelasan harus memenuhi ketentuan AWS D1.1 atau AS 1554 edisi
terakhir
d. Pengiriman, Penyimpanan dan Penanganan.
❑ Rangka baja ringan harus dilindungi terhadap karat, deformasi, dan kerusakan
lainnya selama pengiriman, penyimpanan dan penanganan.
❑ Rangka baja ringan harus disimpan di ruang yang memiliki ventilasi cukup untuk
mencegah kondensasi dan dilindungi dengan penutup tahan air.

16.4 BAHAN – BAHAN


a. Lembaran Metal.
❑ Lembaran metal lapis seng / galvanized harus memenuhi ketentuan SNI 07-0132-
1987 dengan tebal lapisan seng minimal 220 g/m2 sesuai JIS G 3302-1994,
seperti Lokfom, Sarana atau yang setara yang disetujui.
❑ Lembaran metal lapis campuran seng dan alumunium harus memenuhi ketentuan
AS 1397, dengan mutu baja 5500 kg/cm2, seperti Zincalume buatan Blue Scope
Steel Indonesia.
b. Profil Rangka.
Profil rangka yang akan digunakan harus sesuai dengan standar profil rangka yang
dibuat oleh pabrik pembuatan sistem rangka baja ringan.
Spesifikasi Material.
1) Usuk/Kasau
➢ Profil Z atau C untuk Main Truss (75,100) & Web (75,75)
➢ Coating Zinc Aluminium
➢ G550 High Tensile Steel
➢ Thickness Main Truss (1,0 mm TCT) & Web (o.80 mm TCT)
2) Reng (Roof Batten)
➢ Profil Top Span 40
➢ Coating Zinc Aluminium
➢ G550 High Tensile Steel
➢ Thickness 0,6 mm TCT
c. Manufaktur / Fabrikator.
Sesuai dengan ketentuan – ketentuan, manufaktur / fabrikator sistem rangka baja ringan
yang dapat memenuhi, antara lain, tetapi tidak terbatas pada yang tersebut berikut :
❑ Pryda Indonesia Pty. Ltd. Dengan produk Steelfast
❑ PT Blue Scope Lysaght Indonesia dengan produk Smartruss
❑ PT Jaindo Metal Industries dengan produk Uni-Frame
d. Aksesori Rangka.
Aksesori rangka baja ringan harus dibuat dari bahan dan penyelesaian yang sama dengan
yang digunakan untuk bagian – bagian rangka baja ringan dan sesuai dengan persyaratan
engineer dari pabrik pembuat rangka baja ringan, termasuk :
1) Angkur, Klip dan Alat Pengecang
❑ Baja profil dan klip harus dilapisi seng dengan proses celup panas
❑ Baut angkur pasang di tempat dan tiang harus dari baut kepala segi enam dan
tiang berbahan baja karbon, mur berbahan baja karbon, dan cincin pelat.
Semuanya harus berlapis seng dengan proses celup panas.
❑ Angkur ekspansi harus difabrikasi dari bahan tahan karat, yang memiliki
kemampuan menumpu, tanpa kegagalan, sebuah beban yang besarnya 5 kali
lipat beban rencana.
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS C - 49

❑ Angkur tipe powder actuated harus merupakan sistem alat pengencang yang
sesuai untuk aplikasi yang ditunjukkan dalam Gambar Kerja, difabrikasi dari bahan
anti karat, dengan kemampuan menumpu, tanpa kegagalan, sebuah beban yang
besarnya 10 kali lipat beban rencana.
❑ Alat pengencang mekanikal harus berupa sekrup tipe self drilling, self threading
steel drill yang memiliki lapisan anti karat.
❑ Kawat las harus memenuhi ketentuan AWS A5.1-E70xx atau AS 1554.
2) Bahan – bahan lainnya
❑ Cat untuk perbaikan lapisan seng harus memenuhi ketentuan SSPC-paint20 atau
DOD-P-21035.

16.5 PELAKSANAAN PEKERJAAN


a. Fabrikasi.
1) Maksimalkan fabrikasi di pabrik pembuat dan penyusunan / perakitan bagian sistem
rangka baja ringan.
Fabrikasi rangka baja ringan dan aksesori agar vertikal, tegak lurus empat sisi, sesuai
dengan garis yang telah ditentukan, dan dengan sambungan yang aman dan kuat dan
seperti diuraikan berikut :
❑ Fabrikasi rangka rakitan dalam cetakan / pola.
❑ Potong bagian rangka dengan gergaji atau gunting besar, bukan dengan api.
❑ Kencangkan bagian rangka baja ringan dengan baut, rivet atau sekrup sesuai
rekomendasi enjinir dari pabrik pembuat. Tidak diijinkan melakukan
pengencangan dengan kawat.
2) Beri penulangan, pengaku dan ikatan angin untuk menahan penanganan, pengiriman
dan tekanan pada saat pemasangan.
3) Fabrikasi setiap rakitan rangka metal dengan toleransi kesikuan maksimal 3 mm.

b. Pemasangan.
1) Umum.
▪ Harus memenuhi persyaratan fabrikasi seperti disebutkan di atas.
▪ Lengkapi dengan ikatan angin, balok di atas bidang bukaan dinding, siku – siku
penulangan, pengaku, aksesori dan alat pengencang yang sesuai dengan persyaratan
engineer pabrik pembuat.
▪ Pasang rangka baja ringan dan aksesori agar vertikal, tegak lurus empat sisi, sesuai
dengan garis yang telah ditentukan, dan dengan sambungan yang kencang.
▪ Pasang bagian rangka dalam satu bagian panjang utuh bila memungkinkan.
▪ Lengkapi dengan ikatan angin sementara yang dibiarkan pada tempatnya sampai
rangka baja ringan menjadi stabil secara permanen.
▪ Sambungan muai harus dibuat terpisah dari rangka baja ringan dengan cara sesuai
persyaratan. Do not bridge building expansion and control joints with cold-formed metal
framing. Independently frame both sides of joints.
▪ Pasang rangka baja ringan dalam batas variasi toleransi maksimal yang diijinkan dari
vertikal, elevasi, dan garis yang telah ditentukan, 3 mm dalam 300 cmm (1 : 1000).
▪ Bagian rangka baja individual harus ditempatkan maksimal 3 mm dari lokasi rencana.
Kesalahan kumulatif tidak boleh dari persyaratan pengencangan minimal pelapis,
penutup atau bahan penyelesaian lainnya.
c. Perbaikan Perlindungan.
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS C - 50

Persiapkan dan perbaiki lapisan seng yang rusak pada rangka baja ringan yang telah
difabrikasi dan dipasang dengan cat perbaikan lapisan seng yang sesuai dengan
rekomendasi pabrik pembuat.
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS C - 102

D. RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT TEKNIS MEKANIKAL DAN ELEKTRIKAL

Pasal 1
Pendahuluan

1.1. Syarat Umum


1. Pekerjaan yang dimaksud disini adalah pekerjaan Pengadaan, Pemasangan (Instalasi) dan
Pengujian Sistem secara keseluruhan sesuai dengan gambar dan Rencana Kerja dan Syarat –
syarat sehingga dapat bekerja dan berfungsi dengan baik.Pekerjaan tersebut antara lain :
a. Penyediaan bahan
b. Pengangkutan sampai site
c. Pemasangan
d. Pengujian – Supervisi
e. Pemeliharaan
f. Pemberian jaminan
g. Perizinan
2. Syarat-syarat Umum merupakan bagian dari Persyaratan Teknis. Apabila ada beberapa klausul dari
Syarat-syarat Umum yang dituliskan dalam Persyaratan Teknis, berarti menuntut perhatian khusus
pada klausul-klausul tersebut dan bukan berarti menghilangkan klausul-klausul lainnya dari Syarat-
syarat Umum. Klausul-klausul dari Syarat- syarat Umum hanya dianggap tidak berlaku bila
dinyatakan secara tegas dalam Persyaratan Teknis.
3. Persyaratan Teknis dimaksudkan untuk menjelaskan dan menegaskan segala pekerjaan, bahan-
bahan dan peralatan-peralatan yang diperlukan untuk pemasangan, pengujian dan penyetelan
(adjusting) dari seluruh sistem, agar lengkap dan dapat bekerja dengan baik.
4. Persyaratan Teknis merupakan satu kesatuan dengan Gambar-Gambar Teknis yang menyertainya.
Bila ada suatu bagian pekerjaan yang hanya disebutkan di dalam salah satu dari kedua dokumen
tersebut, maka Pemborong wajib melaksanakannya dengan baik dan lengkap.
5. Yang menjadi dasar utama sehingga suatu pekerjaan berhasil dalam mencapai target, mutu, waktu
dan biaya, maka seorang pelaksana lapangan harus menguasai
▪ Sistem pekjaan secara menyeluruh.
▪ Gambar kerja yang akan dilaksanakan.
▪ Spesifikasi teknis yang telah ditentukan.
▪ Standard dan peraturan yang berlaku.
▪ Petunjuk dan ketentuan pemasangan yang dikeluarkan oleh pabrik pembuat, baik untuk peralatan
maupun material.
▪ Koordinasi dengan pekerjaan terkait lainnya seperti struktur, arsitektur mekanikal dan elektrikal
sendiri.
6. Pemborong harus menggunakan tenaga-tenaga yang ahli dalam bidangnya, agar dapat
memberikan jaminan hasil kerja yang baik dan rapi, yang memenuhi kriteria sebagai berikut :
▪ Mengerti dan menguasai lingkup pekerjaan yang akan dikerjakan.
▪ Mempunyai alat kerja yang memadai.
▪ Mudah diberi pengarahan.
▪ Dapat melakukan koordinasi dengan tenaga kerja lain.
▪ Terampil.
▪ Mempunyai sertifikat untuk tenaga kerja spesialis penyambungan kabel tegangan menengah.
7. Pemborong bertanggung jawab dalam pengawasan yang ketat terhadap jadwal atau urutan
pekerjaan, sehingga tidak mengganggu penyelesaian proyek secara keseluruhan pada waktu yang
telah ditetapkan.
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS C - 103

1. Pemborong harus menyatakan secara tertulis bahwa bahan-bahan dan peralatan-peralatan yang
diserahkan oleh Pemborong harus memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan, dan pelaksanaan
pekerjaan dilakukan dengan cara yang wajar dan terbaik. Dan bahwa instalasi yang dilakukan
adalah lengkap dan dapat bekerja dengan baik dalam kondisi yang terjelek sekalipun, tanpa
mengurangi atau menghilangkan bahan-bahan / peralatan-peralatan yang seharusnya disediakan,
walaupun tidak disebutkan secara nyata dalam Persyaratan Teknis ataupun tidak dinyatakan secara
tegas dalam Gambar-Gambar Teknis.
2. Pemborong harus dapat menunjukkan surat pernyataan dari pihak pemasok barang / komponen
yang akan terpasang kepada Konsultan Pengawas dan Pemberi Tugas, bahwa barang tersebut
merupakan barang “original” dan bukan barang produksi tiruan dengan menggunakan merek yang
sama.
3. Semua peralatan dan bahan-bahan yang digunakan dan diserahkan untuk penyelesaian pekerjaan
harus dalam keadaan baru dan dari kualitas terbaik.
4. Pemborong harus mempelajari dan memahami kondisi tempat yang ada, agar dapat mengetahui
hal-hal yang akan mengganggu / mempengaruhi pekerjaan. Apabila timbul persoalan, Pemborong
wajib mengajukan saran penyelesaian kepada Konsultan Pengawas, paling lambat satu minggu
sebelum bagian pekerjaan ini seharusnya dilaksanakan.
5. Pemborong harus memeriksa dengan teliti ruangan-ruangan dan syarat-syarat yang diperlukan
dengan Pemborong lainnya, sehingga peralatan-peralatan Mekanikal & Elektrikal dapat dipasang
pada tempat dan ruang yang telah disediakan.
6. Sebelum memulai pekerjaan :
a. Pemborong harus memeriksa dan memahami pekerjaan pelaksanaan dari pihak lain
yang ikut menyelesaikan proyek ini, apabila pekerjaan pelaksanaan dari pihak lain
tersebut dapat mempengaruhi kualitas pengerjaan Pemborong itu sendiri.
b. Pemborong harus membuat Rencana Kerja dengan jadwal yang disesuaikan dengan
Pemborong yang lain. Apabila terjadi sesuatu perubahan, Pemborong wajib
memberitahukan secara tertulis kepada Konsultan Pengawas dan mengajukan saran-
saran perubahan / perbaikan.
7. Pada waktu akan memulai pelaksanaan, Pemborong wajib menyerahkan Gambar-Gambar Kerja
(Shop Drawing) terlebih dahulu untuk memperoleh persetujuan dari Pemberi Tugas. Gambar-
gambar tersebut harus diserahkan kepada Pemberi Tugas minimal dalam waktu 2 (dua) minggu
sebelum instalasi dilaksanakan.
8. Pemasangan peralatan harus dilakukan sesuai dengan rekomendasi dari pabrik pembuat peralatan
tersebut. Untuk itu, Pemborong harus membuat dan menyerahkan gambar-gambar rencana
instalasi secara rinci sebelum melaksanakan pekerjaan.
9. Apabila terjadi sesuatu keadaan dimana Pemborong tidak mungkin menghasilkan kualitas
pengerjaan yang terbaik, maka Pemborong wajib memberitahukan secara tertulis kepada Konsultan
Pengawas dan mengajukan saran-saran perubahan / perbaikan. Apabila hal ini tidak dilakukan,
Pemborong tetap bertanggung jawab atas kerugian-kerugian yang mungkin ditimbulkannya.
10. Selama pelaksanaan instalasi berlangsung, Pemborong harus memberi tanda-tanda (misalnya
dengan pensil atau tinta merah) pada dua set gambar pelaksanaan, atas segala perubahan pada
rancangan instalasi semula.

1.2. Standardisasi dan Aturan Yang Harus Diikuti


Seluruh pekerjaan yang dilaksanakan oleh kontraktor yang harus mengikuti segala aturan dan standard
yang berlaku dan dilengkapi dengan segala peralatan untuk kesempurnaan operasi, kemudahan
pengaturan dan perawatan, keamanan operasi sistem sesuai dengan salah satu atau lebih dari peraturan
– peraturan yang tertulis dibawah ini.
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS C - 104

1. Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL)


2. Standard Nasional Indonesia ( SNI )
- SNI 03 -6481-2000 PERATURAN PLUMBING INDONESIA
- SNI 04-0225-2000 PERATURAN UMUM INSTALASI LISTRIK
- SNI 03-6481-2000 atau edisi terakhir tentang Sistem Plambing
- SNI-03-1745-2000 tentang Pipa tegak dan Slang.
- SNI-03-3989-2000 tentang Sprinkler Otomatik.
3. Standard Konnstruksi / Normalisasi PLN
4. PPI, Pedoman Plambing Indonesia
5. Peraturan-peraturan PLN/Jawatan Keselamatan Kerja Setempat.
6. ANSI, American Nastional Standard Organization
7. ASME, American Society of Mechanical Engineering
8. ASTM, American Society of Testing of Material
9. BS, Britis Standard Institution
10. ISO, International Standardization Organization
11. JIS, Japanes Industrial Standard
12. JEC, Japanis Electroteknical Commette
13. JEM, Japanes Electric Machine Industry Association.
14. NEC, National Electric Codes
15. NEMA, National Electric Manufactures Associaton
16. NFPA, National Fire Protection Association :
- NFPA-10, Standard for Portable Fire Extinguisher
- NFPA-13, Standard for The Installation Sprinkler Systems
- NFPA-14, Standard for The Installation Standpipe and Hose Systems
- NFPA-20, Standard for The Installation Centrifugal Fire Pumps
- NFPA 70, Electric Code
- NFPA 72, National Fire Alarm Code
- NFPA 2001, Clean Agent Fire Suppression System
17. NPC, National Plumbing Codes
18. SII, Standard Industri Indonesia
19. SKBI, Standard Kontruksi Bangunan Indonesia
20. SMACNA, Sheet Metal and Air Conditioning Contractor National Assosociation
21. PPI Pedoman Plambing Indonesia
22. Underwriter’s Laboratories Listed (U.L) - USA
23. Factory Mutual (FM) Approved – USA
24. Peraturan PDAM tentang Instalasi Air Minum
25. Peraturan Depnaker tentang Keselamatan tenaga kerja
26. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
27. Peraturan dari Pemerintah Daerah
28. Semua Peralatan Jaringan Distribusi Tegangan Rendah disesuaikan untuk tegangan kerja 220 / 380
Volt, 50 Hz
29. Semua peralatan jaringan Distribusi Tegangan Menengah disesuaikan untuk Tegangan kerja 20 KV,
50 Hz.
30. Data teknis dari produk dibidang Peralatan Tata Suara, Telepon dan Fire Alarm yang dibuat oleh
pabrik–pabrik di berbagai Negara.
31. Seluruh pekerjaan instalasi telepon harus dilaksanakan mengikuti standar dan peraturan dari ITU-T
atau PT. TELKOM.
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS C - 105

Kontraktor diwajibkan mentaati dan mengikuti tata cara pelaksanaan sesuai dengan yang tertulis pada
peraturan- peraturan tersebut dan disesuaikan dengan bahan, unit mesin atau peralatan yang
dipasangnya.
Bila terjadi kesimpang-siuran dalam hal standard yang harus diikuti, kontraktor harus melapor pada
Konsultan Pengawas untuk mendapat kejelasan tentang hal tersebut.
Bila konsultan Pengawas tidak dapat memutuskan hal tersebut maka pengambil keputusan akan
diserahkan kepada Instansi / Badan yang berwenang (local Authority Having Jurisdiction).

Penentuan standard yang setara :


a. Dalam penentuan dan persetujuan untuk standard yang diikuti atau standard yang disebut oleh
material, peralatan, unit mesin dan lainya, kontraktor harus dapat menunjukkan dan menyerahkan
copy dari standard yang dianut / disebut oleh material, peralatan, unit mesin dan lainnya untuk
diperiksa dan diteliti oleh konsultan pengawas sebelum dikeluarkan persetujuan.
b. Apabila standard yang diikuti ternyata memberikan persyaratan yang lebih ringan atau lebih rendah
maka standard tersebut dinyatakan sebagai standard yang tidak setaraf dengan standard yang
ditentukan oleh persyaratan teknis ini.
c. Segala sesuatu yang diperlukan untuk pembuktian dan pemeriksaan ini menjadi tanggung jawab
kontraktor yang bersangkutan.
d. Apabila perlu pengujian oleh lembaga lain diluar proyek, kontraktor harus menyelesaikan segala
sesuatu yang diperlukan untuk mendapatkan hasil dari lembaga penguji tersebut dalam waktu
secepatnya sehingga tidak menghambat jadwal pelaksanaan proyek.

1.3. Gambar - Gambar


1. Gambar–gambar desain dan persyaratan – persyaratan ini merupakan suatu kesatuan yang
melengkapi dan sama mengikatnya.
2. Gambar–gambar system ini menunjukan secara umum tata letak dari peralatannya, sedangkan
instalasinya harus dikerjakan dengan memperhatikan kondisi dari bangunan yang ada dan
mempertimbangkan juga kemudahan dalam perawatan dan maintance jika peralatan tersebut sudah
dioperasikan.
3. Gambar instalasi menunjukan secara teknis pekerjaan instalasi yang harus dilaksanakan dimana
dicantumkan ukuran dan bahan serta keterangan lain yang diperlukan.
4. Detail-detail kecil yang diperlukan tidak semuanya digambar atau ditulis dalamspesifikasi teknis.Bila
hal itu perlu untuk kelengkapan dan kesempurnaan sistem pemasangan atau kerjaatau lazim
terdapat dalam praktek agar sistim dapat berjalan sebagaimana mestinya,maka hal itu menjadi
kewajiban Kontraktor untuk melengkapinya.
5. Gambar–gambar Arsitektur dan Struktur Sipil, harus dipakai Referensi untuk pelaksanaan maupun
detail finishing dari instalasi.
6. Setiap pekerjaan yang disebutkan dalam spesifikasi ini, tetapi tidak ditunjukan dalam gambar atau
sebaliknya harus dipasang atas beban kontraktor, seperti halnya pekerjaan lain yang disebut oleh
spesifikasi dan ditunjukan dalam gambar.
7. Ukuran panjang, lebar, tinggi dan elevasi dari mesin atau peralatan lainnya yang tercantum dalam
gambar, adalah ukuran yang didapat dari data-data lain sepertigambar arsitektur, struktur atau
brosur-brosur, Kontraktor wajib menyesuaikan dengan standar pabrik yang dimiliki.
8. Adanya Penggunaan bahasa asing pada sebagian spesifikasi disebabkan belum adanya padanan
kata yang tepat, dan juga untuk menghindari penyimpangan maksud dan tujuan, serta menghindari
persepsi yang berbeda.
9. Pada saat pengajuan penawaran, kontraktor wajib melampirkan konfirmasi design terhadap semua
system dan peralatan. Konfirmasi berupa pernyataan kesanggupan/kesesuaian system atau
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS C - 106

peralatan yang ditawarkan terhadap systematau peralatan yang dipersyaratkan dalam dokumen
perencanaan, termasuk dalam konfirmasi design adalah daftar penyimpangan (deviation list) jika
ada. Konfirmasi design harus mendapat dukungan dari agen tunggal peralatan. Kontraktor dapat
mengajukan surat dukungan lebih dari satu merek peralatan.
10. Pada saat pengajuan penawaran, kontraktor wajib melampirkan surat rekomendasi dari agen
tunggal di Indonesia untuk “komponen panel utama” .
11. Kontraktor pelaksana diwajibkan memeriksa gambar terhadap kemungkinan adanya kesalahan atau
ketidakcocokan dalam hal yang berhubungan dengan fabrikasi maupun pelaksanaan pemasangan.
Hal tersebut harus dibuat List Daftar Kesalahan / Ketidakcocokan dan diajukan sebelum pemasukan
penawaran. Apabila hal tersebut tidak dilaksanakan, maka kontraktor dianggap sudah memahami
system secara keseluruhan. Bila dikemudian hari diadakan penyesuaian oleh Pemberi Tugas yang
mengakibatkan perubahan dalam pelaksanaan, maka menjadi kewajiban untuk melaksanakannya
tanpa adanya biaya tambahan.
12. Sebelum pekerjaan dimulai, Kontraktor Pelaksana harus mengajukan gambar kerja dan detail
kepada Pemilik / Pengawas untuk dapat diperiksa dan disetujui terlebih dahulu.
13. Gambar kerja harus termasuk catalog / literature data dari Pabrikan, data ukuran dimensi, data
pembuatan dan nama serta alamat dari perusahaan yang memberi pelayanan pemeliharaan dan
mempunyai suku cadang yang ready stock.
14. Kontraktor Pelaksana harus membuat gambar – gambar instalasi terpasang dengan disertai dengan
buku cara pengoperasian dan instruksi perawatan, serta harus diserahkan kepada Pemilik /
Pengawas.
15. Untuk pekerjaan Sistem Distribusi Listrik dan pekerjaan lainnya yang sifatnya memelukan
persetujuan dari instansi terkait, Kontraktor wajib menyiapkan gambar system dan instalasi yang
diperlukan untuk diperiksa dan disahkan oleh Instansi terkait sesuai dengan peraturan yang berlaku.
16. Data dari setiap system harus menunjukan pemasangan yang lengkap dari seluruh koordinasi
komponen untuk peninjauan keseluruhan system yang sebenarnya, penyerahan yang sebagian-
sebagian tidak akan diperhatikan. Gambar Shop Drawing harus dibuat sebanyak 3 ( tiga ) set.
17. Hal-hal yang menyangkut perubahan gambar pelaksanaan di lapangan baik ukuran / konstruksi
kontraktor wajib mengajukan pertanyaan dan alternative penyelesaian atau Shop Drawing yang
dikehendaki untuk mendapat persetujuan dari Pemilik / Pengawas dan dilakukan setidaknya 2 ( dua
) minggu sebelum pelaksanaan sehingga tidak berakibat pada kesalahan dalam pelaksanaan.
18. Kontraktor wajib wajib membuat gambar instalasi terpasang ( As Built Drawing ) pelaksanaan.
Pengawas dan dilakukan setidaknya 2 (dua) dan kelengkapan yang harus disertai kepada Pemberi
Tugas pada saat penyerahan pertama dalam bentu Soft Copy ( CD / Cad Drawing ) dan Hard Copy
masing-masing rangkap 3 ( tiga ) dijilid dan dilengkapi dengan daftar isi dan data notasi.

1.4. Persyaratan Bahan


1. Kontraktor diwajibkan menyerahkan contoh bahan / barang yang disebut dalam lingkup pekerjaan
kepada Direksi / Pengawas lapangan untuk mendapat persetujuan sebelum dipasang. Apabila hal
tersebut tidak memungkinkan, minimal brosur spesifikasi teknis harus ditunjukkan dan disetujui oleh
Direksi / Pengawas lapangan.
2. Perubahan terhadap spesifikasi material harus mendapat persetujuan konsultan perencana.
Pengajuan perubahan material maksimum 4 (empat) minggu sebelum jadwal persetujuan atau 4
(empat) minggu sebelum jadwal pengajuan gambar kerja/shop drawing.
3. Keterlambatan pengajuan material/shop drawing/schematic diagram sesuai dengan yang telah
ditentukan dalam spesifikasi/RKS ini adalah sepenuhnya menjadi tanggung jawab kontraktor, dan
kontraktor tidak berhak untuk mendapatkan penambahan/pengunduran jadwal.
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS C - 107

4. Penolakan lebih dari satu kali atas material/shop drawing/schematic diagram yang tidak memenuhi
persyaratan dalam spesifikasi/RKS ini adalah sepenuhnya menjadi tanggung jawab kontraktor, dan
kontraktor tidak berhak untuk mendapatkan penambahan/pengunduran jadwal.
5. Kontraktor harus membuat tempat penyimpanan bahan / material serta peralatan kerja (gudang)
agar rapi aman dan memudahkan pemeriksaan.
6. Jika bahan / material dan peralatan kerja tersebut harus melewati jalanan umum, Kontraktor harus
menjaga ketertiban dan kelancaran serta mengganggu lalu lintas.
7. Pengawas / Direksi berhak menambah peralatan yang dipergunakan atau menolak peralatan yang
tidak memenuhi syarat.
8. Bila pelaksanaan pekerjaan telah selesai, maka kontraktor harus segera mengeluarkan atau
memindahkan peralatan tersebut, kerusakan akibat penggunaan peralatan kerja tersebut harus
diperbaiki kembali atas beban biaya Kontraktor.
9. Bahan / meterial / peralatan yang digunakan dan dipasang pada pekerjaan harus dalam keadaan
baru dan tanpa cacat.
10. Semua bahan yang dipergunakan diusahakan produksi dalam negeri, sejauh mana masih
memenuhi persyaratan teknis dan standard yang ditentukan.
11. Kelambatan pekerjaan dan segala akibatnya, yang terjadi akibat keterlambata pengajuan maupun
pengajuan ulang menjadi tanggung jawab dan beban kontraktor.
12. Kesalahan pemilihan ukuran dan kapasitas equipment menjadi tanggung jawab kontraktor.

1.5. Jaminan dan Garansi


1. Jaminan atas material / bahan peralatan dan unit mesin.
Material yang diserahkan oleh kontraktor harus bebas dari kerusakan baik atas kesalahan pabrik,
kerusakan akibat kesalahan bahan, kerusakan akibat kesalahan dalam pengiriman mapun
kerusakan selama jangka waktu 1 ( satu ) tahun kalender terhitung sejak material tersebut dibeli.
2. Jaminan atas hasil pekerjaan dan masa pemeliharaan.
Kontraktor harus menjamin atas hasil pekerjaan dengan membuat surat jaminan secara tertulis
dengan uraian sebagai berikut :
a. Cara pelaksanaan dan pekerjaan dilakukan sesuai prosedur dan manual dari QMS (Quality
Management System)
b. Instalasi yang diserahkan dapat bekerja dengan baik tanpa mengurai atau menghilangkan
bahan – bahan atau peralatan – peralatan yang seharusnya disediakan walaupun tidak
disesuaikan secara nyata dalam buku ini atau tidak dinyatakan secara tegas dalam gambar–
gambar yang menyertai buku ini.
c. Jaminan Instalasi & Material Instalasi menjadi Tanggung Jawab Kontraktor.
d. Masa Pemeliharaan untuk seluruh pekerjaan instalasi ditetapkan selama 6 (enam) bulan setelah
barang diserahkan kepada Pemilik / Pengawas, ytang meliputi :
▪ Performance system secara keseluruhan.
▪ Pelatihan secara Cuma – Cuma terhadap Pemilik Gedung (Tenaga Teknik) terkait Cara
Pengoperasian Peralatan dan Maintenance Praktis sehingga menjadi operator yang
terampil.
e. Dalam masa pemeliharaan apabila ditemukan instalasi yang rusak atau berfungsi kurang baik
maka Pemborong harus segera memperbaiki atau mengganti peralatan tersebut sampai dapat
berfungsi dengan baik.
f. Selama masa pemeliharaan ini, Kontraktor diwajibkan mengatasi segala kerusakan yang akan
terjadi tanpa adanya biaya tambahan biaya.
g. Selama masa pemeliharaan ini, seluruh instalasi yang telah dilaksanakan masih merupakan
tanggung jawab Kontraktor sepenuhnya.
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS C - 108

h. Apabila selama masa pemeliharaan Kontraktor tidak melaksanakan teguran dari Pemilik /
Pengawas atas perbaikan / penggantian / penyetelan yang diperlukan, maka pihak Pemilik /
Pengawas berhak menyerahkan perihal tersebut kepada pihak lain atas biaya Kontraktor
pelaksana.
3. Klaim atau tuntutan.
a. Untuk segala macam pengadaan barang dan cara pemasangannya, PEMBERI TUGAS harus
bebas dari segala tuntutan / klaim atas hak – hak khusus seperti hak patent, lisensi dan
sebagainya.
b. Bila ada hal – hal seperti tersebut diatas, kontraktor wajib mengurus dalam arti menyelesaikan
segala sesuatu perijinan / biaya / lisensi yang berhubungan dengan hal tersebut diatas beban
biaya ditanggung kontraktor.
4. Untuk pekerjaan / pengadaan barang Kontraktor harus dapat menunjukkan :
a. Sertifikat Keaslian Barang ( Original )
b. Sertifikat Mutu dan Kualitas Barang ( Quality )
c. Sertifikat Keamanan ( Safety Inspector )
d. Sertifikat Welding Inspector
e. Garansi material, Service dan Sparepart serta Surat Dukungan dari Agen Tunggal di Indonesia
( Bermeterai cukup )
5. Hal – hal yang berkaitan tersebut diatas harus disertakan bukti data ( 1 kopi dilampiri Data Asli )

1.6. Kelengkapan Yang Harus Diserahkan


Harus diserahkan sebelum dimulai pekerjaan, sebagai berikut :
1. Selambat – lambatnya 2 ( dua ) minggu sebelum dimulai pelaksanaan dalam arti pemesanan
barang atau pembuatan barang / instalasi atau pemasangan, kontraktor harus menyerahkan
barang-barang yang diuraikan, antara lain :
a. Katalog, Data teknis dan test Report untuk persetujuan material.
b. Instalasi Instruction (Buku Petunjuk manual Pengoperasian) untuk persetujuan terhadap cara
- cara pemasangan.
c. Shop drawing untuk persetujuan terhadap rencana instalasi dan cara-cara pemasangan yang
akan dilakukan/ dikerjakan / dilaksanakan.
d. Contoh – contoh bahan dan barang - barang untuk persetujuan terhadap bahan dan barang-
barang yang diperoleh / didapat secara lokal seperti misalnya armature lampu, tabung lampu,
starter, saklar, kabel, pipa, pompa dan lain sebagainya sesuai dengan ketentuan dari
Konsultan Pengawas.
e. Yang selanjutnya kepada Pemilik / Konsultan Pengawas untuk mendapat persetujuan.
2. Apabila tidak diperoleh persetujuan oleh suatu dan lain hal, maka kontraktor harus segera
mengganti barang-barang tersebut dan diserahkan kepada Pemilik / Konsultan Pengawas untuk
mendapat persetujuan.

1.7. Sistem Koordinasi


1. Kontraktor harus mengkoordinasikan pekerjaannya dengan pekerjaan Kontraktor lain (Struktur &
Arsitektur) untuk menghindari pekerjaan pembongkaran / pekerjaan ulang dan gangguan yang
dapat memperlambat jalannya pekerjaan.
2. Untuk memudahkan komunikasi teknis, kontraktor harus menempatkan seorang atau lebih
pemimpin lapangan perpengalaman, dapat berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS C - 109

dan benar, serta mewakili kontraktor, menerima perintah dan petunjuk Pemberi Tugas / Pengawas
lapangan dan segera melaksanakannya bila diperlukan.
3. Kontraktor diwajibkan membuat laporan berkala ( harian / mingguan ) yang memberikan gambaran
tentang kegiatan proyek. Misalnya :
a. Jadwal waktu pelaksanaan
b. Kegiatan pelaksanaan
c. Prestasi kegiatan fisik
d. Catatan perintah / petunjuk Pemberi Tugas / pengawas lapangan yang disampaikan secara
lisan maupun tertulis.
e. Dan kegiatan pekerjaan yang dianggap perlu.
4. Kontraktor juga harus membuat dokumentasi pekerjaan yang berupa foto-foto pelaksanaan
pekerjaan, dibuat berwarna, minimal ukuran postcard dan disusun dalam album. Foto-foto yang
menggambarkan kemajuan pelaksanaan pekerjaan hendaknya dibuat berdasarkan petunjuk dari
Pemberi Tugas dan minimal dilakukan sebanyak 4 (empat) kali setiap peristiwa selama
berlangsungnya pelaksanaan pekerjaan.
5. Kontraktor harus menempatkan seorang Penanggung jawab Pelaksanaan (Mekanikal & Elektrikal)
yang ahli dan berpengalaman dan yang bertanggung jawab penuh dalam menerima segala
instruksi yang akan diberikan serta harus selalu berada di Site Proyek.
6. Apabila dalam pelaksanaan pekerjaan ini menghalangi pekerjaan lain, maka sesuai akibatnya
menjadi tanggung jawab kontraktor.

1.8. Pembobokan, Pengelasan dan Pengeboran


1. Pembobokan tembok, lantai, dinding dan sebagainya yang dilakukan dalam rangka pemasangan
Instalasi ini maupun pengembaliannya seperti keadaaan semula adalah termasuk tanggung jawab
pekerjaan Pemborong Instalasi ini.
2. Pembobokan hanya dapat dilaksanakan setelah mendapat ijin tertulis dari Pemberi Tugas /
Pengawas.
3. Pengelasan, Pengeboran dan sebagainya pada Konstruksi Bangunan hanya dapat dilaksanakan
setelah memperoleh ijin / persetujuan tertulis dari Pemberi Tugas / Pengawas.

1.9. Pencapaian Peralatan Untuk Service


1. Semua peralatan utama ataupun bantu dalam prinsip pemasangannya harus mudah untuk bisa
diamati, termasuk juga accessories pipa dan duct seperti valve, clean out, damper, filter, venting
dll.
2. Untuk itu Kontraktor dalam pemasangannya wajib memperhatikan posisi yang terbaik dari
peralatan dan accessories yang berada dalam shaft atau ceiling yang memerlukannya, beserta
ukuran dan lokasi yang tepat.
3. Disamping itu kontraktor harus mengusulkan kepada Pihak Owner (bila ditunjukkan pada gambar)
pintu-pintu service (access panel) untuk setiap peralatan dan asessories yang berada dalam shaft
atau ceiling yang memerlukannya, beserta ukuran dan lokasi yang tepat.
4. Bila dalam gambar rencana sudah ditunjukkan ada access panel yang diperlukan, maka
penggeseran untuk posisi yang tepat dari access panel tersebut sehubungan dengan letak
peralatan / accessories dan kaitannya dengan arsitek interior, perlu dibicarakan dengan pihak
Owner untuk disetujui.

1.10. Proteksi
1. Semua bahan dan peralatan sebelum dan sesudah pemasangan harus dilakukan proteksi yang
baik terhadap cuaca dan harus diusahakan agar selalu dalam keadaan bersih.
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS C - 110

2. Semua ujung-ujung pipa konduit dan bagian-bagian peralatan yang tidak dihubungkan harus diberi
pelindung, disumbat, atau ditutup dengan baik untuk mencegah masuknya kotoran.
3. Menjadi tanggung jawab dan keharusan bagi kontraktor untuk melindungi peralatan-peralatan,
bahan-bahan baik yang sudah, maupun belum terpasang bila diperkirakan bisa rusak atau cacat
karena tidak dilakukan perlindungan yang benar adalah merupakan bagian instalasi yang tidak
bisa diterima (serah terima belum 100%).
4. Sebelum penyerahan, instalasi dibersihkan atau ditest dan di adjust kembali untuk membuktikan
bahwa peralatan dan bahan beroperasi dengan baik. Peralatan dan bahan yang rusak atau cacat
karena tidak dilakukan perlindungan yang benar adalah merupakan bagian instalasi yang tidak
bisa diterima (serah terima belum 100%).

1.11. Pengecatan
1. Semua peralatan dan bahan yang dicat, yang menjadi lecet karena pengangkutan / pengapalan
atau pemasangan harus segera diperbaiki dan dicat dengan warna aslinya sehingga nampak
seperti baru kembali.
2. Semua bagian-bagian pekerjaan yng menyangkut carbon steel atau seng yang di galvanis harus
dicat dasar dan cat finish.
3. Sebelum pengecatan dilakukan, bagian-bagian harus bebas dari grease, minyak dan segala
kotoran yang melekat.
4. Urut-urutan pengecatan adalah cat dasar anti karat (zincromate) dan cat finish terdiri atas 2 lapis
cat copolymer.
5. Untuk peralatan-peralatan yang cat pabriknya rusak/cacat dalam pengangkutan, penyimpanan
dan lain sebagainya harus dicat kembali sesuai aslinya atau sesuai dengan warna yang ditentukan
Pihak Owner.
6. Untuk jalur-jalur pipa, code warna disesuaikan dengan standart.

1.12. Sleeve, Peralatan Yang Tertanam di Dinding


1. Peralatan Bantu, Sleeve dan lain-lain yang diperlukan tertanam atau menembus concrete atau
tembok harus dipasang dan dilengkapi sesuai petunjuk dagang. Untuk itu ukuran, posisi yang
disiapkan untuk keperluan tersebut harus dikonsultasikan dengan Manajer Proyek /MK dan
disertai gambar detail.
2. Semua ducting atau pipa tembus dinding harus menggunakan sleeve dengan clearance 20 mm
(3/4”) jika duct atau pipa berisolasi, clearance tetap dibutuhkan 20 nn (3/4”) antara isolasi dan
sleeve. Sleeve yang menembus atap lantai.
3. Setelah pemasangan pipa atau duct clearance harus diisi dengan sealant tahan api.

1.13. Penomoran, Nama Peralatan / Assesories


Semua peralatan terpasang dan asesoriesnya harus diberi kode nama peralatan dan nomor, sesuai
seperti yang dicantumkan pada daftar peralatan atau data sheet atau sebagai tercantum pada gambar
rencana. Bila ada peralatan atau asesories yang belum mempunyai kode nama dan nomer, kontraktor
wajib mengusulkan kepada manajer proyek / MK dan ini semua sudah harus tercantum dalam as-built
drawing.

1.14 Penjagaan
1. Kontraktor wajib mengadakan penjagaan dengan baik serta terus menerus selama
berlangsungnya pekerjaan atas bahan peralatan, mesin dan alat-alat kerja yang disimpan di
tempat kerja (gudang lapangan).
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS C - 111

2. Kehilangan yang diakibatkan oleh kelalaian penjagaan atas barang-barang tersebut diatas,
menjadi tanggung jawab pemborong.

1.15. Kebersihan, Ketertiban dan Keamanan


1. Pemborong harus selalu menjaga keadaan ruang kerja mereka dalam keadaan bersih dan baik
selama tahap konstruksi.
2. Semua sampah dan bahan yang tidak berguna lagi harus diangkut ke luar site.
3. Pada saat penyelesaian pekerjaan, Pemborong harus memeriksa seluruh pekerjaan,
meninggalkannya dalam keadaan rapih, bersih dan siap pakai.
4. Selama Pelaksanaan Pekerjaan berlangsung, Kantor, Gudang, los kerja dan tempat pekerjaan
sekitar bangunan, harus selalu dalam keadaan bersih.
5. Penimbunan / penyimpanan barang, bahan dan peralatan baik dalam gudang maupun di luar
(halaman), harus diatur sedemikian rupa agar memudahkan jalannya pemeriksaan dan tidak
mengganggu pekerjaan dari bagian lain.
6. Peraturan-peraturan yang lain tentang ketertiban akan dikeluarkan oleh Pemberi Tugas pada
waktu pelaksanaan.
7. Guna semua keamanan pekerjaan, peralatan dan bahan / material di proyek, Kontraktor harus
menempatkan petugas keamanan secukupnya disekitar proyek.
8. Penjagaan keamanan termasuk juga penanggulangan terhadap bahaya kebakaran yang
mungkin terjadi.
9. Kontraktor harus memperhatikan hubungan dengan lingkungan proyek, antara lain tidak akan
menyebabkan gangguan lalu lintas umum, tidak akan mengganggu ketenangan penduduk /
masyarakat disekitarnya dan tidak akan mengganggu pekerjaan dari Rekanan lain.
10. Selama peralatan dan material disimpan di lapangan, kontraktor harus:
a. Bertanggung jawab sepenuhnya terhadap semua peralatan dan material yang ada di site.
b. Memisahkan material yang mudah terbakar dengan material yang tidak mudah terbakar.
c. Menyediakan alat pemadam api ringan minimal 2 x 10 kg pada Pemberi Tugas Kit dan
Gudang Penyimpanan.

1.16. Perbaikan dan Pembersihan


Kontraktor harus melakukan dan menyediakan tenaga kerja untuk pekerjaan perbaikan dan
pemberisihan, antara lain :
1. Perbaikan kembali akibat adanya pembobokan.
2. Pengangkutan bekas galian dan penimbunan kembali.
3. Melaksanakan pembersihan lapangan dan lain-lainya serta tempat pembuangannya akan
ditentukan oleh Konsultan Pengawas.

1.17. Asuransi
Kontraktor harus mengasuransikan secara total semua peralatan dan material mulai dari pabrik
pembuatnya, pengiriman ke lapangan, selama di gudang penyimpanan, sampai peralatan tersebut
terpasang. Kontraktor juga harus mengasuransikan seluruh tenaga yang melaksanakan pekerjaan di
lapangan.

1.18. Penyimpangan di Lapangan


1. Pelaksanaan pekerjaan yang menyimpang dari rencana yang disesuaikan dengan kondisi
lapangan, harus mendapat persetujuan tertulis dahulu dari pihak Pemberi Tugas / Pengawas.
2. Kontraktor harus menyerahkan gambar setiap perubahan yang ada kepada pihak Konsultan
Pengawas.
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS C - 112

3. Perubahan material dan lainnya harus diajukan kontraktor kepada Pemberi Tugas / Pengawas
secara tertulis dan akibat tersebut ( pekerjaan tambah/kurang ) harus disetujui oleh Pemberi Tugas
/ Pengawas secara tertulis.

1.19. Pengujian di Pabrik


Semua peralatan harus melalui pengujian di pabrik sebelum dikirim serta kontraktor harus menyerahkan
sertifikat pengujiannya kepada Pemberi Tugas/ Konsultan Pengawas sebanyak 3 (tiga) rangkap.

1.20. Kecelakaan dan Peti PPPK


1. Jika terjadi kecelakaan yang berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan ini, maka Kontraktor
diwajibkan segera mengambil segala tindakan guna kepentingan si korban atau para korban, serta
melaporkan kejadian tersebut kepada Instansi dan Departemen yang bersangkutan / berwenang
(dalam hal ini Polisi dan Departemen Tenaga Kerja) dan mempertanggung jawabkan sesuai
dengan peraturan yang berlaku.
2. Peti PPPK dengan isinya yang selalu lengkap, guna keperluan pertolongan pertama harus selalu
ada di tempat pekerjaan.

1.21. Testing & Comissioning


1. Petunjuk Umum
a. Prosedur Pengujian
▪ Kontraktor harus mengajukan rencana dan prosedur pengujian kepada Pemberi Tugas
dan Konsultan Pengawas untuk mendapat persetujuan.
▪ Metode pengetesan dan pengujian harus mengikuti standar teknis yang berlaku
▪ Sebelum Testing & Comissioning dilaksanakan, Kontraktor wajib mengajukan terlebih
dahulu Program ( Jadwal ) Testing & Comissioning.
▪ Kontraktor harus menentukan jadwal dan cara pengujian yang akan dilakukan 2 (dua)
minggu sebelum pelaksanaan pengujian, Pemborong menyerahkan jadwal dan cara
pengujian tersebut kepada Pengawas untuk disetujui.
b. Pencatatan
▪ Kontraktor harus melakukan pencatatan yang baik terhadap pengetesan dan pengujian.
Kontraktor harus menyerahkan hasil pengetesan dan pengujian kepada Konsultan
Pengawas.
▪ Kontraktor harus melakukan semua pengujian dan pengukuran yang dianggap perlu
dan / atau yang dimintai oleh pihak Pemilik / Pengawas untuk mengetahui apakah
keseluruhan instalasi dapat berfungsi dengan baik dan dapat memenuhi semua
persyaratan yang diminta.
c. Saksi dan Tenaga Ahli
▪ Semua pengetesan dan pengujian yang dilakukan oleh kontraktor harus disaksikan
oleh Pemberi Tugas dan Konsultan Pengawas
▪ Jika diperlukan Testing & Comissioning harus dilakukan oleh Tenaga Ahli yang ditunjuk
oleh Pabrikan perangkat tersebut atau oleh tenaga ahli yang pernah mendapat
pendidikan dan sertifikat khusus untuk maksud tersebut maka pihak Pemilik /
Pengawas berhak menyerahkan perihal tersebut merupakan tanggung jawab
Kontraktor Pelaksana.
d. Peralatan, material dan Alat pengujian
▪ Kontraktor harus menyediakan semua alat ukur yang diperlukan untuk pengetesan dan
pengujian. Alat-alat tersebut harus sudah dikalibrasi oleh institusi yang berwenang.
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS C - 113

▪ Peralatan, material dan cara bekerjanya peralatan yang mengalami kerusakan / cacat
/ salah harus diganti / diperbaiki dan testing comissioning diulangi untuk operasi
sesungguhnya secara tepat dari seluruh sistem.
▪ Semua bahan, perlengkapan dan instalasi lain yang diperlukan untuk mengadakan
Testing dan Commissioning tersebut merupakan tanggung jawab Kontraktor
Pelaksana.
▪ Semua bahan yang kurang baik atau pemasangan yang kurang sempurna yang
diketahui pada saat Pemeriksaan / Pengujian harus segera diganti dengan yang baru
/ disempurnakan sampai dapat berfungsi dengan baik dan sesuai Standard Uji yang
ada.

e. Biaya
Kontraktor harus bertanggung jawab terhadap semua biaya dan fasilitas yang diperlukan
untuk pengetesan dan pengujian.
f. Pengujian Ulang
Apabila terjadi kegagalan dalam pengujian, kontraktor harus memperbaiki bagian-bagian
yang rusak dan kekurangan-kekurangan yang ada, kemudian melakukan pengujian berhasil
dengan baik.
2. Pemborong harus menyerahkan laporan pengujian / sertifikat test untuk peralatan sistem kepada
Pengawas.
3. Pekerjaan akan dinyatakan selesai bila seluruh pengujian berhasil dengan baik dan dapat diterima
oleh Direksi / Pengawas Lapangan.
4. Untuk mengetahui bahwa semua pekerjaan yang telah dilaksanakan dapat berfungsi baik dan
telah sesuai dengan persyaratan teknis yang dimana, maka Kontraktor diwajibkan menguji seluruh
pekerjaannya dengan standrad uji masing-masing yang telah ditetapkan dalam peraturan /
Spesifikasi Peralatan.
5. Pengujian ini dilaksanakan dibawah Pengawasan Direksi / Pengawas Lapangan yang ditunjuk
Jadwal Pelaksanan Pengujian dapat diatur seminggu sebelumnya atau atas persetujuan bersama.

1.22. Masa Pemeliharaan


1. Semua pekerjaan elektrikal termasuk bahan dan peralatan harus dipelihara Kontraktor Pelaksana
selama masa pemeliharaan, sejak penyerahan pertama dari pekerjaan.
2. Selama masa pemeliharaan tersebut semua peralatan dan pekerjaan yang tidak baik harus
secepatnya diganti atau diperbaiki oleh Kontraktor Pelaksana atas biaya sendiri.
3. Selama masa pemeliharaan ini kontraktor pelaksana pekerjaan instalasi ini diwajibkan untuk
mengatasi segala kerusakan – kerusakan dari pada instalasi yang dipasangnya tanpa ada
tambahan biaya.
4. Selama masa pemeliharaan tersebut kontraktor pekerjaan instalasi ini masih harus menyediakan
tenaga – tenaga yang diperlukan . Dalam masa pemeliharaan kontraktor masih bertanggung jawab
penuh terhadap seluruh instalasi yang dilaksanakan.
5. Pekerjaan baru dapat diterima setelah dilengkapi dengan bukti – bukti hasil pemeriksaan baik
(goed keuring) yang ditanda tangani bersama oleh instalatir yang melaksanakan pekerjaan
tersebut juga Konsultan Pengawas serta perlu disyaratkan juga oleh jawatan keselamatan kerja.
6. Jika dalam masa pemeliharaan tersebut, kontraktor pekerjaan instalasi ini tidak melaksanakan
teguran–teguran atau perbaikan–perbaikan terhadap kekurangan selama masa pemeliharaan,
maka konsultan Konsultan Pengawas berhak menyerahkan pekerjaan perbaikan / kekurangan
tersebut kepada pihak lain atas biaya kontraktor pekerjaan instalasi tersebut.
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS C - 114

7. Selama masa pemeliharaan pekerjaan, kontraktor harus medidik / melatih karyawan / petugas dari
pemilik sehingga mengenai sisten instalsi dan dapat menjalankan serta melaksanakan
pemeliharaannya.
8. Pemeriksaan rutin selama masa pemeliharaan ini, dilaksanakan tidak kurang dari 2 (Dua) minggu
sekali.

1.23. Petunjuk Pengoperasian dan Perawatan & As Build Drawing


1. Sebelum melakukan serah terima pekerjaan instalasi, kontraktor harus membuat dan
menyerahkan dokumen secara detail dan lengkap. Petunjuk Pengoperasian dan Perawatan
(Operation & Manual / ‘OM’) dalam format bahasa Indonesia dan gambar terlaksana (As Build
Drawing), terdiri dari 1 (satu) set asli dan 3 (tiga) set copy dokumen tersebut harus diserahkan
kepada Konsultan Pengawas dan Pemberi Tugas sebelum tanggal serah terima pekerjaan
instalasi.
2. Operation & Manual setidaknya harus berisi sebagai berikut :
a. Tulisan pada cover :
▪ Judul dokumen
▪ Nama Proyek
▪ Nama Paket Pekerjaan
▪ Nama dan alamat kontraktor.
b. Pada lembar pertama halaman dalam harus tertulis sama dengan tulisan pada cover tetapi
ditambahkan Nama ‘contact person’ dan nomor telepon yang mudah dihubungi pada saat
emergency.
c.Daftar Isi
d. Penjelasan ringkas instalasi
e. Daftar peralatan lengkap peralatan instalasi yang dipasang
f. Petunjuk pemakaian secara detail
g. Petunjuk perawatan dan pelacakan kerusakan secara detail untuk seluruh instalasi,
termasuk rekomendasi skedul periode perawatan
h. Hasil Test and Commissioning
i. Daftar peralatan lengkap dengan alamat, nomor telepon dan contact person supliernya.
j. Data data teknis peralatan dalam ukuran maksimum A-3 misalnya, gambar dan wiring
diagram, kurva karakteristik / performance dari peralatan dll.
k. Daftar gambar ‘as build drawing’.
3. Operation & Manual harus dibuat pada format kertas A-4 kecuali jika berupa gambar bisa ukuran
lain, mudah dibaca, susunan halaman dukumen harus konsisten terhadap urutan daftar isi.
Operation & Manual yang telah disetujui harus dijilid dengan ‘hard cover’ dengan kualitas warna,
tulisan dan tinta copy yang baik untuk disimpan dalam jangka panjang.
4. Untuk gambar terlaksana harus termasuk gambar gambar diagram. Gambar yang berukuran
diatas A-3 harus diserahkan dalam bentuk 3 (tiga) copy ukuran A-3 dan 1 (satu) set asli sesuai
ukuran. Untuk ukuran besar harus digulung didalam tabung gambar dan dilengkapi dengan label
gambar.
5. Digital file sebanyak 2 copy pada Compact Disk, dokumen yang berupa foto lengkap dengan
negative film / digital file nya harus termasuk yang harus disertakan pada Operation & Manual.

1.24. Penyerahan, Pemeliharaan, Pelatihan dan Jaminan


Penyerahan, Pemeliharaan, Jaminan dan Pelatihan harus dilakukan sebagian dari rangkaian
penyelesaian pekerjaan.
1. Petunjuk Operasi, Pemeliharaan dan Pendidikan.
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS C - 115

a. Pada saat penyerahan pekerjaan, Kontraktor harus:


Menyerahkan gambar-gambar jadi (as build drawing), dalam bentuk gambar cetak sebanyak
3 (tiga) set dan dalam bentuk soft copy (dalam media Compack Disk / Cad Drawing)
sebanyak 1 (satu) set kepada Pemberi Tugas dan kepada Konsultan Pengawas 2 (dua) set
gambar jadi, bila gambar dan data-data tersebut belum lengkap diserahkan maka pekerjaan
Kontraktor belum bisa diprestasikan 100 %.
b. Training
▪ Kontraktor harus memberikan training (teori dan praktek) mengenai cara
pengoperasian dan perawatan peralatan kepada minimal 3 orang petugas teknik yang
ditunjuk oleh pemilik sampai cakap menjalankan tugasnya.
▪ Kontraktor harus mengajukan rencana training tersebut terlebih dahulu kepada Pemberi
Tugas dan Konsultan Pengawas dan mengajukan rencana pendidikan / training ini
kepada Pemberi Tugas dan Konsultan Pengawas selambat-lambatnya 2 (dua) minggu
sebelum waktu pelaksanaan.
▪ Kontraktor harus bertanggung jawab atas segala biaya yang diperlukan untuk training
tersebut.
c. Gambar Terpasang, Petunjuk Operasi dan Pemeliharaan serta Katalog Suku Cadang
▪ Kontraktor harus menyerahkan gambar terpasang kepada Pemberi Tugas dan
Konsultan Pengawas sbg berikut :
- 1 (satu) set Kertas Kalkir dan 5 (lima) set Cetak Biru, ukuran A1
- 1 (satu) set soft copy
▪ Kontraktor harus menyerahkan 2 (dua) set buku petunjuk operasi dan perawatan
peralatan yang dibuat dalam bahasa Indonesia kepada Pemberi Tugas dan Pengawas.
▪ Kontraktor harus pula memberikan 2 (dua) set buku petunjuk operasi dan
perawatan peralatan yang terpasang yang dibuat dalam bahasa Indonesia kepada
Pemilik, dan sebuah singkatan dari buku petunjuk harus dipasang dalam suatu kaca
berbingkai dan ditempatkan pada dinding dalam ruangmesin utama atau tempatlain
yang ditunjuk Pemberi Tugas / Konsultan Pengawas.
d. Gambar Terpasang, Petunjuk Operasi dan Pemeliharaan serta Katalog Suku Cadang
▪ Kontraktor harus menyerahkan gambar terpasang kepada Pemberi Tugas dan
Konsultan Pengawas sbg berikut :
- 1 (satu) set Kertas Kalkir dan 5 (lima) set Cetak Biru, ukuran A1
- 1 (satu) set soft copy
▪ Kontraktor harus menyerahkan 2 (dua) set buku petunjuk operasi dan perawatan
peralatan yang dibuat dalam bahasa Indonesia kepada Pemberi Tugas dan Konsultan
Pengawas.
▪ Kontraktor harus menyerahkan 2 (dua) set buku catalog suku cadang dari peralatan
yang dipasang kepada Pemberi Tugas dan Konsultan Pengawas.
e. Pemeliharaan dan Garansi:
▪ Kontraktor harus menggaransi semua peralatan dan instalasi yang dipasang selama 1
(satu) tahun setelah serah terima pertama.
▪ Kontraktor harus bertanggung jawab atas seluruh peralatan yang rusak selama masa
garansi, termasuk penyediaan suku cadang. Segala biaya penggantian perawatan
selama masa garansi merupakan tanggung jawab Kontraktor.
▪ Memberikan garansi terhadap seluruh peralatan yang disupply dan juga terhadap
sistem, minimal selama 1 (satu) tahun sejak serah terima kedua.
▪ Pemilik dibebaskan dari segala bentuk pembayaran atas segala kerusakan untuk
selama 1 (satu) tahun sesudah serah terima.
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS C - 116

▪ Kontraktor harus bertanggung jawab untuk tetap dapat melakukan garansi dengan
memperhitungkan kedalam harga satuan sebagai resiko keterlambatan dalam
menyelesaikan pembangunan.
▪ Kontraktor wajib mengganti atas biaya sendiri setiap kelompok barang-barang atau
sistem yang tidak sesuai dengan persyaratan spesifikasi, akibat kesalahan pabrik atau
pengerjaan yang salah selama jangka waktu 180 (seratus delepan puluh) hari setelah
proyek ini diserahkan terimakan.
▪ Kontraktor wajib menempatkan 2 (dua) orang pada setiap hari kerja selama masa
perawatan untuk mengoperasikan / merawat peralatan dan mendatangkan 1 (satu)
orang supervisor sekali seminggu untuk melakukan pemeriksaaan selama masa
pemeliharaan.
▪ Apabila terjadi gangguan dan atau kerusakan selama masa garansi, maka selambat-
lambatnya dalam waktu 2 x 24 jam Pemborong harus dapat mendatangkan tenaga
ahlinya untuk mengatasi gangguantersebut setelah mendapatkan laporan / konfirmasi
dari pemilik proyek.

2. Perijinan.
a. Semua ijin-ijin dan persyaratan-persyaratan yang mungkin diperlukan untuk melaksanakan
instalasi ini harus dilakukan oleh Kontraktor atas tanggungan dan biaya Kontraktor.
b. Kontraktor harus bertanggung jawab atas penggunaan alat-alat yang dipatenkan serta
kemungkinan tututan ganti rugi dan biaya-biaya yang diperlukan untuk ini. Untuk hal ini
Kontraktor wajib menyerahkan Surat Pernyataan mengenai hal tersebut diatas.
c. Kontraktor harus menyerahkan semua perijinan atau keterangan resmi yang diperoleh
mengenai instalasi proyek ini kepada Pemberi Tugas /Konsultan Konsultan Manajemen
Konstruksi/Konsultan Pengawas atau pihak ditunjuk, sebelum penyerahan dilakukan.
d. Kontraktor harus memperoleh ijin terlebih dahulu dari Pemberi Tugas / Konsultan Pengawas
setiap akan memulai suatu tahapan pekerjaan, demikian pula bila akan melaksanakan
pekerjaan di luar jam kerja (kerja lembur).
e. Kontraktor harus mendapatkan ijin-ijin yang berhubungan dengan pajak, pemerintahan
setempat, badan yang berwenang terhadap instalasi yang dikerjakan. Dalam hal ini, semua
biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan permintaan ijin tersebut.
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS C - 117

Pasal 2
Instalasi Penerangan dan Tenaga

2.1. Lingkup Pekerjaan


Pekerjaan instalasi listrik adalah pemasangan dan pengadaan termasuk testing dan comissioning
peralatan dan bahan, bahan-bahan utama, bahan-bahan pembantu dan lain-lainnya seperti yang
diterangkan dalam Bab terdahulu, sehingga diperoleh instalasi listrik yang lengkap dan baik serta diuji
dengan seksama siap untuk digunakan, baik instalasi tenaga maupun instalasi penerangan pengadaan
dan pemasangan yang terdiri dari :
1. Panel
a. Panel Tegangan Utama Menengah ( PTUM )
b. Panel Tegangan Utama Tegangan Rendah ( PTUR )
c. Panel Utama Gedung ( MDP )
d. Sub. Distribusi Panel ( SDP )
e. Panel Pembagi ( PP-Panel Pembagi )
2. Kabel
a. Pemasangan kabel daya utama dari Panel Tegangan Utama Tegangan Menengah ( PTUM ) ke
Panel Utama Tegangan Rendah ( PTUR ) Gedung dan Transformator Daya serta harus
termasuk seluruh peralatan-peralatan bantu yang dibutuhkan untuk kesempurnaan sistem
instalasi listrik.
b. Pemasangan kabel daya dari Panel Utama Tegangan Rendah ( PTUR ) Gedung ke
Transformator daya serta kelengkapan-kelengkapan lain yang dibutuhkan sesuai persyaratan
teknis, gambar perencanaan dan persyaratan keamanan lain yang diperlukan untuk
kesempurnaan sistem.
c. Pemasangan kabel daya dari Panel Utama Tegangan Rendah ( PTUR ) Gedung ke Panel Utama
Gedung (MDP) termasuk seluruh peralatan peralatan bantu yang dibutuhkan untuk
kesempurnaan sistem instalasi.
d. Kabel daya dari Genset ke Panel Utama Tegangan Rendah ( PTUR ) Gedung kemudian kabel-
kabel yang digunakan untuk menghubungkan panel satu dengan panel lainnya serta harus
termasuk seluruh peralatan - peralatan bantu yang dibutuhkan untuk kesempurnaan sistem
instalasi listrik.
e. Kabel daya dari Panel Utama Gedung (MDP) ke seluruh Sub Panel Distribusi (SDP) termasuk
seluruh peralatan - peralatan bantu yang dibutuhkan untuk kesempurnaan sistem instalasi
listrik.
f. Kabel daya dari Sub. Distribusi Panel (SDP) ke seluruh Panel Pembagi termasuk seluruh
peralatan - peralatan bantu yang dibutuhkan untuk kesempurnaan sistem instalasi listrik.
g. Kabel pembagi dari Panel Pembagi Lantai ke masing - masing jaringan instalasi termasuk
seluruh peralatan - peralatan bantu yang dibutuhkan untuk kesempurnaan sistem instalasi
listrik.
h. Pemasangan kabel instalasi penerangan dan tenaga.
3. Pemasangan Kabel Rak ( Kabel Tray ).
4. Instalasi kabel & konduit dari sub panel ke titik-titik beban yang dilayaninya atau dari panel
penerangan titik lampu atau dan outlet – outlet penerangan (saklar) dan tenaga (stop kontak) seperti
yang tercantum pada gambar perencanaan.
5. Pemasangan titik lampu atau armature lampu ( Lighting Fixtures ) termasuk yang dilengkapi
emergency baterai dan outlet – outlet penerangan (saklar) serta tenaga (stop kontak) seperti yang
tercantum pada gambar perencanaan. Untuk memastikan kemampuan distribusi cahaya, semua
supplier produk harus menyertakan perhitungan pencahayaan dengan sampling area untuk
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS C - 118

menunjukkan kontur isoline dari penyebaran distribusi cahaya, kurva fotometrik termasuk Light
Output Ratio – LOR, DLOR, ULOR & TLOR, supplier juga harus menyertakan jaminan keaslian
produk dan garansi untuk semua tipe armature.
6. Perawatan dan peralatan dari panel kepemakaian .
7. Pengadaan dan pemasangan instalasi grounding instalasi listrik yang termasuk di dalam pekerjaan
sistem pengebumian meliputi batang elektroda pengebumian dan bare copper conductor atau kabel
yang menghubungkan peralatan yang harus dikebumikan dengan elektroda pembumian
termasuk seluruh peralatan-peralatan bantu yang dibutuhkan untuk kesempurnaan sistem ini.
8. Pemasangan instalasi lain / peralatan bantu / pendukung lainnya yang diperlukan untuk
kesempurnaan kerja sistem, meskipun peralatan tersebut tidak disebutkan secara jelas atau
terinci di dalam Gambar Perencanaan dan Persyaratan Teknis.

2.2. Ijin Kerja Instalatir / Kontraktor


Instalatir / sub Kontraktor yang akan mengerjakan Pekerjaan ini diharuskan :
1. Mempunyai surat ijin kerja Instalatir Listrik (SIKA) tahun kerja yang berlaku dengan Pas. Instalatir
Kelas C. dari Instansi terkait atau bekerja sama dengan SIKA-PLN.
2. Mempunyai Tanda Lulus Prakualifikasi (Tanda Daftar Rekanan) untuk tahun kerja yang berlaku,
sesuai dengan KEPPRES No.80 Tahun 2003.
3. Sudah berpengalaman dan dapat menunjukkan Surat Kemampuan Pengalaman Kerja dalam
mengerjakan pekerjaan yang sejenis.

2.3. Gambar–Gambar Instalasi


1. Gambar-gambar dan spesifikasi adalah merupakan bagian yang saling melengkapi dan sesuatu
yang tercantum dalam gambar dan spesifikasi bersifat mengikat.
2. Gambar- gambar instalasi menunjukkan secara teknis pekerjaan instalasi yang harus dilaksanakan
dimana dicantumkan ukuran bahan-bahan instalasi serta keterangan lain yang diperlukan.
3. Pelaksanaan dilapangan selain yang tertera pada gambar disesuaikan dengan kondisi lapangan
atas petunjuk direksi / pengawas lapangan secara tertulis / lisan.
4. Bila kontraktor menganggap perlu adanya perubahan ukuran / konstruksi dalam pelaksanaan,
kontraktor diwajibkan mengajukan alternatif atau Shop drawing yang dikehendaki dan mendapat
persetujuan dari Pengawas / Pemilik Proyek.
5. Segala perubahan yang disengaja dilakukan kontraktor tanpa ijin Direksi / Pengawas lapangan
adalah resiko Kontraktor.
6. Bila nantinya tidak disetujui oleh Direksi / Pengawas lapangan maka terpaksa harus dibongkar.
Kontraktor hal ini tidak diperkenankan menuntut ganti rugi.
7. Seluruh pola pemasangan armatur / fixture dan soket & outlet disesuaikan dengan gambar desain
arsitektur atau sesuai petunjuk direksi / Pengawas lapangan.

2.4. Pelaksanaan Pekerjaan


1. Semua pekerjaan harus dilaksanakan dengan baik oleh tenaga ahli yang sudah berpengalaman.
2. Pelaksana yang dianggap tidak cukup ahli / perpengalaman oleh Direksi / Pengawas Lapangan,
harus segera diganti dengan orang lain setelah mendapat persetujuan Direksi / Pengawas
lapangan.
3. Kontraktor harus menempatkan seorang Supervisor yang ahli, berpengalaman dan profesional
untuk masing-masing bidang yang bertanggung jawab untuk menjadi supervisi, management
proyek.
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS C - 119

4. Tenaga kerja harus berpengalaman dan ahli di bidangnya, bila tidak berpengalaman & ahli harus
diganti. Bila tidak dihiraukan pengawas akan mengambil tindakan untuk mengatasi permasalahan
yang ada.
5. Segala sesuatu yang diperlukan guna kesempurnaan pekerjaan harus, dilengkapi sesuai
permintaan pengawas dengan biaya dibebankan kepada Kontraktor.

2.5. Persyaratan Bahan


Semua material yang terbuat dari besi (Armatur) dan pipa yang dipergunakan untuk konstruksi,
penyangga, penggantung dan lain-lain harus diproses sebagai berikut :
a) Disikat dengan sikat kawat / dibersihkan hingga mengkilat dan bebas dari karat.
b) Dicat dasar / meni anti karat (Zincromate) kualitas baik 2 kali.
c) Dicat akhir dengan cat berkualitas baik 2 kali dengan warna yang akan ditentukan kemudian /
sesuai dengan penggunaan.
d) Kecuali material yang terbuat dari plastik, Satinless stell dan alumunium tidak perlu dicat, cukup
dibersihkan saja.

2.6. Konstruksi Panel Listrik


1. Panel harus terbuat dari plat baja, dengan rangka yang terbuat dari besi siku atau besi plat yang
dibentuk dan diberi cat dasar dengan meni tahan karat serta difinish dengan cat bakar powder
coating warna abu-abu.
2. Ketebalan plat baja harus mengikuti ketentuan dibawah ini :

Panel Dinding Pintu


Panel Utama 2.0 mm 3.0 mm
Sub. Distribusi Panel 2.0 mm 3.0 mm
Panel Pembagi & Sub. Panel 1.6 mm 3.0 mm

3. Panel harus dilengkapi dengan master key.


4. Setiap panel harus dilengkapi dengan label, yang memberi nama pada setiap panel, misalnya
LVMDP (Panel Utama Tegangan Rendah dan sebagainya.
5. Untuk Panel Distribusi harus dilengkapi dengan peralatan ukur dan meter ukur Type “Moving Iron
Type” dengan ukuran yang proporsional dan peralatan lain misalnya lampu Indikator dan Minifuse.
6. Pada dinding panel bagian sisi kiri dan kanan, harus disediakan lubang ventilasi dengan dibagian
dalamnya diberi plat / lapisan pelindung, sehingga dapat dicegah kemungkinan terjadinya tusukan
secara langsung terhadap bagian-bagian dalam panel yang bertegangan.
7. Konstruksi dalam panel-panel serta tata letak komponen harus diatur sedemikian sehingga,
apabila perlu dilaksanakan perbaikan perbaikan, penyambungan kabel ke terminal CB dapat
dilakukan dengan mudah tanpa mengganggu komponen yang lain.
8. Pengaturan komponen panel, posisi dan ukuran ventilasi harus tidak menyebabkan temperatur
didalam panel 5 derajat lebih tinggi dari urara diluar panel.
9. Untuk pemasangan kabel incoming dan outgoing harus disediakan terminal penyambung yang
disusun rapi dan ditempatkan pada lokasi yang tepat dalam arti kata pada bagian panel dimana
kabel incoming itu datang dan kabel outgoing itu meninggalkan panel.
10. Panel jenis Free Standing dipasang pada lantai kerja dengan lokasi seperti pada gambar
perencanaan. Pemasangan panel harus menggunakan dudukan konstruksi baja dan harus
diperkuat dengan mur baut atai dinabolt sehingga tidak akan berubah posisi oleh gangguan
mekanis.
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS C - 120

11. Panel jenis wall mounting dipasang flush mouting pada dinding tembok dengan lokasi sesuai
Gambar perencanaan. Pemasangan panel pada dinding harus diperkuat dengan baut tanah
(anchor bolt) sehingga tidak tidak akan rusak oleh gangguan mekanis.
12. Box panel dan semua material yang bersifat konduktif yang berada disekitar panel harus
dihubungkan ke sistem pengaman pentanahan gambar skema rangkaian listrik panel harus
dilengkapi dengan gambar-gambar skema rangkai listrik, lengkap dengan keterangan mengenai
bagian - bagian intalasi yang diatur oleh panel tersebut. Gambar skema rangkai listrik dibuat
dengan baik dan dilaminasi plastik. Ditempatkan pada panel bagian dalam.
13. Panel mempunyai tutup bagian dalam dan pintu luar yang dilengkapi dengan kunci dan handle
pintu. Handle itu dipasang baik untuk tutup bagian dalamnya panel maupun tutup bagian luar
(pintu) panel.
14. Pada bagian diatas panel (dari ambang atas sampai dengan 12 cm dibawah ambang atas panel)
harus disediakan tempat untuk pemasangan lampu, indikator, fuse dan alat-alat ukur. Bagian
tersebut merupakan bagan terpisah dari pintu panel dan kedudukannya menetap (fixed). Ukuran
panel tidak mengikat dan dapat disesuaikan dengan ukuran komponen yang dipilih dan standard
pabrik pembuat.
15. Pada bagian dalam pintu panel harus digambarkan diagram sistim instalasi panel tersebut secara
lengkap dan baik serta harus dilaminasi.
16. Ukuran panel disesuaikan dengan kebutuhan sirkit atau disesuaikan dengan lapangan.
17. Perletakan komponen didalam panel harus mudah dilihat, mudah dilepas dan dipasang pada saat
penggantian komponen. Setiap kabel harus dipasang tanda warna phasa (marking colour end
cup).
18. Pembuat panel harus memperhitungkan kemampuan panel menahan arus hubung singkat
berdasarkan level arus hubung singkat yang mungkin terjadi ( short circuit prospective ).
19. Setiap pintu panel harus disediakan tempat untuk menyimpan gambar / diagram panel. Gambar
diagram panel harus dibundel rapi dalam sampul plastik atau dilaminating.
20. Persyaratan Pemasangan :
a. Konstruksi, penempatan peralatan dan kabel harus rapi, kuat terpasang, aman dan mudah
diperbaiki.
b. Tiap–tiap panel harus ditanahkan dengan kawat BC / NYA dengan ukuran sesuai dengan
gambar perencanaan.
c. Panel-panel listrik baru adalah jenis In-door / outdoor type, terbuat dari plat baja.
d. Untuk type out-door ditambahkan konstruksi yang dibentuk sedemikian rupa sehingga air
hujan tidak dapat masuk.
e. Panel dipasang pada dinding dengan menggunakan Dynabolt 8 mm, konstruksi ini
disesuaikan dengan perlatan/komponen yang terpasang.
f. Semua bagian perlatan yang bertegangan harus mempunyai jarak yang cukup dengan
bagian peralatan yang lain. Apabila perlu harus diberi tambahan Isolator untuk menghindari
adanya hubung singkat.
g. Panel di cat dengan cat dasar (meni) tahan karat 2 kali cat akhir dari jenis cat bakar 2 kali
yang tahan gores. Sebelum di cat, panel termasuk rangkanya harus dibersihkan dari karat,
bila perlu digunakan bahan kimia penghilang karat (RUST REMOVER).
h. Panel harus dilengkapi mur-baut untuk terminal pentanahan, baut terminal harus dilas penuh
pada rangka panel. Ukuran mur-baut 3/8”.
i. Pintu Panel harus dihubungkan dengan rangka panel menggunakan kawat tembaga Flexible
(NYMHY 1 x 6 mm²) untuk pentanahan pintu panel.
j. Untuk masuk dan keluarnya kabel ke dan dari panel menggunakan wartel mur sesuai ukuran
kabel.
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS C - 121

2.7. Bus-Bar / Rel Tembaga


1. Dalam box panel harus disediakan sarana pendukung kabel yang diketanahkan (grounding) dan
busbar pengetanahan, yang berfungsi untuk dudukan ujung kabel pertanahan.
2. Busbar dan terminal penyambung panel harus sesuai untuk sistim 3 phase, 4 kawat dan
mempunyai 5 busbar dimana busbar pentanahan terpisah yang terdiri dari 3 busbar untuk phase
R-S-T, 1 busbar untuk Neutral, dan 1 busbar unbtuk grounding. Kapasitas busbar harus mampu
mengalirkan arus minimal sebesar 2 kali dari rating pengaman utama. Setiap busbar harus
diselubungi bahan isolatif dengan warna standar untuk identifiksi phasa.
3. Busbar dari bahan tembaga yang digalvanisasi dengan perak. Galvanisasi ini, termasuk pula
bagian yang menempel pada busbar, seperti sepatu kabel dan lain-lain.
4. Pemasangan kabel pada busbar dan terminal penyambung harus disusun dan dipegang oleh
isolator dengan baik, sehingga mampu menahan elektron mekanikal force akibat arus hubungan
singkat terbesar yang mungkin terjadi.
5. Penyusunan busbar diatur sedemikian rupa sehingga memudahkan dalam perawatan,
penambahan breaker dan kegiatan lainnya dimasa yang akan datang.
6. Busbar harus memiliki kemurnian tembaga diatas 95%, dan harus tidak menyebabkan keretakan
permukaan jika ditekuk 90°.
7. Bus-bar terbuat dari tembaga dengan kemurnian tinggi dengan kemampuan arus minimum 1,5
kali kapasitas / kemampuan pengaman utamanya, kecuali Bus-bar PE yang ukurannya lebih kecil
dan disesuaikan kawat tanahnya. Dimensi dan kemampuan rel dapat dilihat pada gambar.
8. Semua Bus-bar harus ditopang kokoh pada rangka Konstruksi dengan menggunakan penyangga
atai dijepit partinax pada beberapa tempat sehingga Konstruksi Bus-bar cukup kuat dan tidak
lentur / bergetar. Tahanan isolasi terhadap Body / rangka minimum 50 M Ohm.
9. Bus-bar untuk pertanahan/penghantar pembumian / di klem dengan baik ke rangka panel, cat
pada bagian rangka yang menempel Bus-bar pentanahan harus dihilangkan.
10. Setiap panrl harus mempunyai 5 busbar copper terdiri dari 3 busbar phase R-S-T, 1 busbar netral
dan 1 busbar untuk grounding. Besarnya busbar harus diperhitungkan dengan besar arus yang
mengalir dalam busbar tersebut tanpa menyebabkan kenaikkan suhu lebih besar dari 65° C. Untuk
itu penampang busbar harus sesuai ketentuan dalam PUIL.
11. Setiap busbar copper harus diberi warna sesuai peraturan PLN, dimana lapisan warna busbar
tersebut harus tahan terhadap panas yang timbul.
12. Busbar adalah batang tembaga murni dengan minimum conduktivitas 98%, rating amper sesuai
gambar.
13. Busbar harus dicat sesuai dengan kode warna dalam PUIL sebagai berikut :
- Phasa : Merah, Kuning dan Hitam
- Netral : Biru
- Ground : Hijau / Kuning

2.8. Circuit Breaker


1. Peralatan pengaman / Circuit Breaker (MCCB / MCB) yang dipasang pada Base Plate atau plat
dasar yang terpasang kuat pada rangka panel.
2. Untuk memudahkan pengenalan distribusi beban pada setiap MCCB / MCB dan peralatan penting
yang lain harus diberi nama / nomor saluran yang dapat dibaca dengan jelas / mudah.
3. Circuit breaker yang digunakan dari type MCCB dan MCB yang dilengkapi dengan thermal
overcurrent release dan electromaghnetic overcurrent release yang rating ampere trip dapat
disetel ( adjustable ) untuk jenis MCCB.
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS C - 122

4. Circuit breaker harus mampu mengamankan beban apabila terjadi arus lebih, hubung singkat,
tegangan sangat rendah, tegangan sangat tinggi, hilang salah satu fasa. Circuit breaker harus
dilengkapi dengan DORMAali motor (motorized) seperti pada gambar peleksanaan.
5. Setiap circuit breaker harus dilengkapi dengan proteksi arus lebih dan proteksi arus hubung
singkat.
6. Pada circuit breaker dan terminal penyambung harus diberi indikasi / label / sign plates mengenai
nama beban atau kelompok beban yang dicatat daya listriknya. Label itu harus harus dibuat dari
plat aluminium atau standar DIN 4070.
7. Sekering/Fuse (jika ada) harus tipe HRC/HHC dan mampu menahan arus hubung singkat diatas
100 kA. Fuse harus dilengkapi dengan dudukan dan rumah sekering (Safety Fuse Holder).
8. Magnetik Kontaktor harus memiliki kemampuan sesuai dengan daya beban dan tidak kurang dari
yang tercantum pada gambar perencanaan.
9. Magnetik kontaktor harus mampu menahan arus gangguan sebelum peralatan pengaman
gangguan bekerja.
10. Outgoing circuit breaker dari Main Distribution Switch Board harus dilengkapi dengan proteksi
kehilangan arus satu phase.
11. Cirkuit Breaker untuk proteksi motor – motor listrik harus menggunakan Cirkuit Breaker yang
dirancang khusus untuk pengamanan.
12. Breaking Capacity dan rating Cicuit Breaker yang digunakan harus sebesar yang tercantum dalam
gambar Perencanaan.
13. Semua Circuit Breker harus diidentifikasi dengan jelas. Identifikasi ini meliputi Breaking Capacity-
nya, Voltage Rating dan Ampera Trip-nya sesuai dengan dinyatakan dalam gambar perencanaan.
14. Pemasangan MCB harus menggunakan omega rail sedangkan MCCB dan komponen-komponen
lain seperti relay contractor, time switch lain harus menggunakan dudukan plat.
15. Pemasangan komponen-komponen tersebut harus rapi dan kokoh sehingga tidak akan lepas oleh
gangguan mekanis dan thermis.
16. Jika dalam gambar perencanaan dinyatakan ada spare tersebut harus terpasang secara lengkap.
Semua CB harus diberi label / sign plate yang terbuat dari bahan yang sudah disetujui oleh
Pengawas / Direksi.

2.9. Alat Ukur / Indikator


1. Panel dilengkapi dengan alat – alat ukur ( Sesuai spesifikasi gambar) antara lain :
a. Volt meter
b. Ampere meter
c. Frekuensi Meter
d. KW meter
e. Cos Phi Meter
f. RPR Meter
g. Selector switch
h. Trafo arus
i. Indicator lamp. & Fuse
2. Tidak semua panel dilengkapi peralatan diatas melainkan harus disesuaikan dengan gambar
perencanaan. Voltmeter dilengkapi dengan selector switch yang mempunyai mode 7 posisi.
a. 3 Kali phase terhadap netral
b. 3 Kali phase terhadap phase
c. Posisi Off
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS C - 123

3. Alat ukur / metering yang digunakan adalah jenis ‘semi flush mounting’ didalam kotak tahan
getaran ukuran 96x96mm dengan ketelitian skala 1% dan bebas dari pengaruh induksi serta
memiliki sertifikat tera dari LMK / PLN (minimum satu buah untuk setiap jenis alat ukur).
4. Ukuran peralatan ukur adalah 9 cm, surface mounted dilengkapi dengan pengaman arus lebih dan
arus hubung singkat.
5. Ampere meter yang digunakan mempunyai range pengukur sesuai dengan ranting incoming
CBnya.
6. Lampu indikator yang digunakan adalah :
a. Warna merah untuk phase R
b. Warna Kuning untuk phase S
c. Warna hijau untuk phase T
d. Lampu–lampu indikator harus diproteksi dengan menggunakan fuse jenis diazed.

2.10. Sistem Pentanahan


1. Penghantar Pengaman yang biasa digunakan adalah : kawat tembaga telanjang atau BC (Bare
Conductor).
2. Pembumian biasanya dilakukan pada :
- Titik netral sistem listrik pada generator atau transformator.
- Bagian konduktif terbuka perlengkapan (peralatan listrik) dan isolasi listrik.
3. Sistem pentanahan panel listrik yang digunakan pada Instalasi ini adalah sistem PNP (Pentanahan
Netral Pengaman), sesuai aturan yang digunakan pada PUIL 1987.
4. Elektroda pentanahan menggunakan “Elektroda Pipa” dengan ground rod 5/8” dan kawat BC yang
ditanam sedalam minimal 6 (enam) meter hingga dicapai tahanan pentanahan minimal 1 Ohm.
Apabila tidak tercapai keadaan 1 Ohm, maka harus diusahakan dengan memparalelkan beberapa
ground rod hingga tercapai keadaan yang diinginkan.
5. Bila perlu elektroda pentanahan untuk badan peralatan dan panel harus dipisahkan
penanamannya sejauh minimum 3 meter satu dengan yang lain.
6. Saluran pentanahan dari elektroda pentanahan sampai kebadan harus dilindungi dengan pipa
PVC High Impact (HI) 20 mm.
7. Saluran ini tidak boleh ada sambungan hanya diperbolehkan pada terminal yang disediakan
dengan menggunakan sambungan mur baut dan sepatu kabel yang sesuai.
8. Penampang kawat pentanahan dari masing-masing panel dapat dilihat pada gambar masing-
masing panel.
9. Titik pentanahan panel ini harus dipisahkan dengan sistem pentanahan penangkal petir dan
peralatan lain (peralatan kontrol, MCFA, PABX, dll) minimal sejauh 10 meter.
10. Penyambungan dipanel harus pada rek pentanahan atau mur baut yang telah di las ke badan
panel.

1.11. Cubicle ( Sisi Pelanggan )


1. Panel - panel tersebut harus dibuat dari plat baja yang digalvanisasi (galvanized sheet steel) dengan
tebal minimum 2 mm dan dilengkapi dengan double cover yang ketebalan plat sama yaitu 2 mm
dengan rangka besi serta dilengkapi dengan mimik diagram dan dicat Powder coating, texture type,
warna panel harus mendapat persetujuan dari pihak Pemberi Tugas. Tipe free standing, serta harus
dapat dilayani dari depan dan pintu-pintu harus dilengkapi dengan handle yang dapat dikunci.
2. Panel TM harus sesuai dengan spesifikasi minimum sebagai berikut :
a. Tegangan kerja : 20 kV
b. Nominal Insulation Voltage : 24 kV
c. Rated Insulation Level for 1 min : 50 kV
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS C - 124

d. Impulse with stand voltage : 125 kV


e. Frequency : 50 Hz
f. Busbar normal current rating : 630 A
g. Short time circuit rating 1 second : 14,5 KA
h. System fault level : 500 MVA
3. Panel – panel tersebut terdiri dari satu atau beberapa unit yang masing- masing mempunyai satu
ukuran standard yang sama serta mudah untuk dapat disatukan dengan lainnya. Ukuran maximum
dari masing-masing unit adalah : tinggi, lebar, kedalaman sesuai dengan standard suatu produk yang
dipakai.
4. Panel-panel tersebut harus dilengkapi dengan sertifikat pengetesan dari pabrik pembuat serta harus
diserahkan kepada Pemberi Tugas sebelum dipasang.
5. Unit – unit cubicle terdiri dari unit-unit :
▪ Panel Incoming Tegangan Menengah Type SM6 dengan karakteristik dan perlengkapan sebagai
berikut :
a. Rating tegangan lebih dari 24 KV.
b. Tegangan kerja 20 KV.
c. Kapasitas pemutusan 14,5 KA
d. Rating Arus LBS & Bus bar 400 A.
e. Kabel inlet dari bawah.
f. SF6 Functional LBS & Earthing Switch.
g. Manual operating mechanism.
h. Shunt Trip coil - 220 VAC.
i. Heater 50 watt - 220 VAC.
j. Tiga phase Bus bar 500 mm - 1 set
k. 3 set Current transformer 50/5 A. (khusus IMC)
l. LV compartment & auxialary (220 V). (khusus IMC)
m. Over load relay & meter. (khusus IMC)

▪ Panel Outgoing Tegangan Menengah Type SM6 dengan karakteristik dan perlengkapan sebagai
berikut :
a. Rating tegangan lebih dari 24 KV.
b. Tegangan kerja 20 KV.
c. Kapasitas pemutusan 14,5 KA
d. Rating Arus LBS & Bus bar 400 A.
e. Kabel inlet dari bawah.
f. SF6 Functional LBS & Earthing Switch.
g. Striker Fuses, Solefuse 31,5 A - 1 set
h. Manual operating mechanism.
i. Shut Trip coil - 220 VAC.
j. 1 set Current transformer 25/5 A.
k. Mechanical Indikator untuk Blown Fuses
l. Heater 50 watt - 220 VAC.
m. Tiga phase Bus bar 500 mm - 1 set
n. LV compartment & auxialary (220 V).
o. Over load relay & meter.

2.12. Capasitor Bank


RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS C - 125

1. Capacitor Bank yang dipergunakan adalah type H-Range yang dapat dioperasikan secara manual
maupun otomatis.
2. Sebagai pemutus dipergunakan peralatan yang direkomendasi oleh pabrik untuk capacitor,
sedangkan contactor sebagai switching mempunyai rating 1,42 x arus nominal capacitor.

2.13. Spesifikasi Teknis pekerjaan Automatic Closed –Transition Transfer Switch :


Penjelasan Umum :
a. Menyediakan dan memasang Automatic Closed-Transition Transfer Switch (CTTS)
dengan keterangan jumlah Pole, Kapasitas Arus, Tegangan, Withstand and Close-On
Ratings sesuai dengan design awal. Setiap CTTS harus memiliki system mekanisme
Single Pole Double Throw design and Controller mikro prosessor untuk pengendalian
secara automatis dan semua CTTS dantroller harus merupakan produk dari pabrikan
yang sama
b. CTTS ahrus dapat mentransfer beban tanpa interupsi, dengan cara menghubungkan
sesaat antara kedua sumber tegangan hanya ketika kedua sumber itu ada dan siap.
Waktu maksimum untuk interkoneksi tidak lebih dari 100ms. CTTS harus beroperasi jadi
sebuah ATS konvensional dengan system break before make, ketika sumber gagal
mensuplay tegangan.
Spesifikasi teknis yang ditawarkan minimal meliputi, antara lain;
Type : Close Switch
Tegangan Operasional : 20KV
Kapasitas : Sesuai gambar perencanaa
Class Of Equipment : Class PC
Utilization Categories : AC-33A
Controler : Microprocessor System with LCD
Operator Transfer Swicth : Selenoid
Aperation : Automatis dan Manual
Waktu Paralel : < 100 ms
Standarisasi : UL 1008 & IEC 60947-6-1

1. Standard dan Referansi :


ACTS dan Controller harus memenuhi persyaratan dalam standarisasi, antara lain ;
a. UL 1008 – Standard untuk Automatic Transfer Switch (ATS)
b. IEC 947-6-1 – Switchgear and Control gear Tegangan Rendah, Peralatan multi fungsi,
Peralatan ATS,
c. NFPA 70 – National Electrical Code,
d. NFPA 99 – Essential Electical System untuk Fasilitas Perawatan
e. NFPA 110 – Stanby dan Emergency Power System
f. IEE 446 – Standard untuk Industry dan Komersial Aplikasi
g. NEMA ICS10-1993 – AC Automatic Transfer Switch,

UL 508 – Peralatan Control Industri.

2. Spesifikasi untuk Closed Transition (Make Before Break) Automatic Transfer Switch- ACTS
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS C - 126

Komponen Utama : ACTS harus memiliki design transfer switch “Single Pole
Double Throw” (SPDT) dan sebuah modul control yang
terinterkoneksi untuk memberikan operasi otomatis yang
lengkap
Tipe : Operasi Otomatis dan/ atau Manual
Tipe Transfer : Closed Transition (make-before-make) untuk memindahkan
load tanpa gangguan ketika kedua sumber tersedia
Aturan dan Standar : ACTS harus memenuhi UL 1008 atau IEC 60947.6.1 – Standar
yang digunakan untuk Automatic Transfer Switch
Sertifikasi : ACTS harus memiliki sertifikasi independent dari pihak ke 3,
seperti: KEMA, DEMCO dan lainnya
Operator : Transfer Switch dioperasikan secara elektrikal dan bekerja
secara mekanikal. Operator elektrikalnya adalah mekanikal
solenoid, yang bekerja dengan cepat
Kontroller : Sistem Mikroprosesor, terintegrasi dengan transfer switch
Fitur Kontroller : - Monitoring 3 phase Under dan Over Voltage (Normal dan
Emergency)
- Monitoring Frekuensi, Under dan Over
- Monitoring ketidakseimbangan Voltase
- Jeda waktu transfer ke Emergency
- Jeda waktu transfer kembali ke Normal
- Pendinginan Mesin
- Pemanasan Mesin (exercise Mesin)
- Waktu Tunda kehilangan PLN sementara
- Monitoring rotasi phase
Kecepatan Transfer : < 100 ms
Temperatur Operasi : - 20 sampai 600 Centigrade
ACTS harus mampu mentransfer tanpa interupsi antara dua
sumber yang hidup. Jika terdapat sebuah kondisi yang
membuat tidak mungkin terjadi transfer “make before brake”,
Maka ACTS harus mampu melakukan transfer “brake before
make” secara otomatis
Monitoring In Phase : Mikroprosesor ATS harus memiliki fungsi “monitoring in-phase”
untuk memonitor beban motor
Pemeliharaan : Pemeriksaan terhadap semua kontak sangat mungkin dari
bagian depan tanpa harus melepas jaringan ATS dan tanpa
memutuskan konduktor power
Exercise mesin : ATS harus memiliki engine exercise terintegrasi

2.14. Sistem Instalasi


1. Persyaratan teknis ini berlaku untuk :
a. Kabel daya
- Yang dimaksud dengan kabel daya adalah kabel yang menghubungkan antara panel
satu dengan panel yang lainnya termasuk peralatan bantu dibutuhkannya.
- Setiap kabel daya ujungnya harus diberi end cup marking colour, untuk
mengidentifikasi warna phasa. Warna tanda harus tidak boleh berubah atau pudar
karena temperatur kabel.
- Setiap tarikan kabel / sirkit harus tidak diperbolehkan adanya sambungan kecuali
untuk kabel instalasi penerangan.
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS C - 127

- Kabel Tegangan Rendah


1) Kabel Tegangan Rendah ( 0,6 / 1 KV ) mulai digunakan dari trafo ke Panel
Tegangan Utama Tegangan Rendah ( PUTR ) dan seterusnya hingga kesetiap
titik beban.
2) Kabel Tegangan Rendah (0,6 / 1 KV ) digunakan pada instalasi yang langsung
berhubungan dengan tanah.
3) Untuk kabel jenis NYFGBY, metal armournya harus digunakan sebagai
grounding body.
4) Kabel tahan api digunakan khusus untuk melayani beban - beban seperti : Lift,
Pemadam Kebakaran, Motor Pressurize Fan.
b. Instalasi penerangan
Yang dimaksud dengan instalasi penerangan adalah kabel–kabel menghubungkan antara
panel–panel penerangan dengan fixture penerangan. Dalam instalasi penerangan ini harus
termasuk juga peralatan–peralatan bantu instalasi seperti conduit, sparing, doos
penyambung, doos pemasangan dan lain–lain yang dibutuhkan untuk kesempurnaan
instalasi penerangan.
c. Instalasi tenaga
- Yang dimaksud dengan instalasi tenaga adalah kabel yang menghubungkan panel–
panel daya dengan beban–beban stop kontak, peralatan tata udara (exhaust fan, air
conditioning) pompa–pompa listrik (pompa air bersih, pompa kebakaran, pompa
hydrant, pompa jockey, pompa bahan bakar) lift, dan lain–lainnya sesuai dengan
gambar perencanaan. Dalam instalasi daya ini harus sudah termasuk outlet daya,
condut, sparing, doos penyambung, doos pemasang, dan peralatan–peralatan bantu
lainnya yang dibutuhkan untuk kesempurnaan instalasi daya.
- Untuk pengabelan instalasi tenaga (Kabel Utama) :
a. Pemasangan kabel harus memenuhi persyaratan dari pabrik kabel dan
persyaratan umum yang berlaku.
b. Semua penarikan kabel harus menggunakan sistem roll untuk memudahkan
pekerjaan dan kabel tidak rusak karena tekukan dan puntiran.
c. Sebelum penarikan kabel dimulai, pemborong harus menunjukkan kepada
konsultan Pengawas alat roll tersebut serta alat – alat lainnya.
2. Kabel–kabel listrik yang digunakan harus sesuai dengan standard yang berlaku yang diakui di
negara Republik Indonesia. Ukuran kabel untuk instalasi listrik yang digunakan minimal harus
sesuai dengan gambar Perencanaan dan sudah direkomendasi oleh LMK.
a. Inti Tembaga
b. Ukuran minimum 2.5 mm2 kecuali untuk kabel control
c. Kabel harus dalam keadaaan baru, tanpa cacat dan bila perlu harus ada surat keterangan
dari distributor / pabrik.
d. Semua kabel di kedua ujungnya harus diberi tanda dengan cable mark yang jelas dan tidak
mudah hilang untuk mengidentifikasi arah beban.
e. Ketentuan pemberian tanda harus mengacu pada SNI 04-0225-2000 pasal 7.2.
f. Penyambungan :
- Penyambungan kabel ke terminal panel / peralatan di semua bangunan adalah
tanggung jawab kontraktor.
- Sambungan harus dilaksanakan dengan baik, cukup kuat / erat sesuai dengan
model terminal peralatan yang terpasang.
- Penyambungan kabel kotak kontak atau kabel penerangan harus dilakukan didalam
kotak sambung. Kotak sambung harus terbuat dari bahan yang sama dengan
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS C - 128

conduit dipasang tutup dengan skrup. Tutup kotak dengan cara clip tidak diijinkan.
Setiap sambungan harus memakai alat penyambung berupa las dop.
- Tidak diperkenankan melakukan penyambungan di dalam tanah ditengah
perjalanan kecuali apabila panjang kabel / saluran melebihi standard panjang yang
telah ditentukan oleh pabrik, kecuali memang ada pekerjaan penyambungan kabel.
- Apabila terpaksa dilakukan pernyambungan karena saluran lebih panjang dari
standar pangjang pabrik maka sistem/cara penyambungan harus dibicarakan
dengan pengawas untuk mendapatkan persetujuan.
- Semua penyambungan kabel pada kotak sambung menggunakan sambungan
puntir dengan lasdop tidak boleh menggunakan isolasi.
g. Pada setiap jarak maksimum 25 meter dan setiap belokan sepanjang jalur penanaman
kabel harus di pasang patok beton dengan tulisan ‘TR/TM’.
h. Semua kabel yang dipasang menembus dinding harus dipasang sleeve pipa galvanized
minimum 2,5 kali penampang kabel.

3. Pemipaan ( Konduit )

a. Konduit digunakan untuk melindungi kabel yang ada didalamnya, yang umum digunakan
pada bangunan tinggi adalah “Isolasi PVC High Impact (HI)” yang khusus digunakan untuk
instalasi penerangan saja.
b. Pipa PVC HI yang dipergunakan produksi yang sudah direkomendasi oleh LMK, bila
diperlukan kontraktor harus dapat menunjukkan bukti rekomendasi tersebut.
c. Berhubung untuk instalasi penerangan hanya terdapat 1 (satu) kabel untuk 1 (satu) konduit,
maka sesuai Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL 1987) berlaku faktor pengisian
maksimum = 50 %.
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS C - 129

Luas penampang luar kabel


Faktor pengisian : ------------------------------------------ x 100%
Luas penampang dalam konduit

d. Pasangan kabel dalam pipa PVC HI pada jarak maksimum 100 cm harus diberi klem.
e. Klem dibuat dari bahan plat logam digalvanis atau allumunium, pemasangan pada tembok
harus menggunakan vicher dan sekrup, pemasangan dengan menggunakan paku tidak
dibenarkan.Untuk kabel berpenampang 16 mm2 atau lebih harus dilengkapi dengan sepatu
kabel untuk terminasinya.
f. Pemasangan sepatu kabel untuk kabel berukuran 70 mm2 atau lebih harus menggunakan
hydraulic press kemudian di solder dengan timah pateri.
4. Tahanan Isolasi
a. Tahanan isolasi kabel yang dipersyaratkan sesuai pasal 213 sub pasal 213.B.2 PUIL 1987
adalah minimum 1000OHM per satu volt tegangan nominal.
b. Tahanan isolasi kabel yang digunakan harus sedemikian rupa sehingga arus bocor yang
terjadi tidak melebihi 1 mA untuk setiap 100 m panjang kabel. Kecuali untuk instalasi yang
harus beroperasi pada keadaan darurat.
5. Kabel–kabel yang digunakan adalah kabel yang sesuai dengan fungsi dan lokasi pemasangannya
seperti table dibawah ini / sesuai dengan gambar Perencanaan :
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS C - 130

6. Sebagai pengenal untuk inti kabel atau rel digunakan warna, lambang atau huruf seperti yang
terdapat dalam tabel Tabel : 701 - 1, PUIL 1987.

Pemakaian Jenis Kabel


Instalasi penerangan didalam bangunan NYM
Instalasi penerangan diluar bangunan NYM, NYY, NYFGbY
Instalasi kabel tenaga didalam bangunan NYM, NYY
Instalasi kabel daya didalam bangunan NYY
Instalasi kabel daya diluar bangunan NYFGbY

Pengenal
Pengganti Inti Dengan Dengan Dengan warna
Atau Rel huruf lambang
1 2 3 4
A. Instalasi arus bolak-balik :
Fase Satu L 1/R Merah
Fase Dua L 2/S Kuning
Fase Tiga L 3/T Hitam
Netral N Biru
B. Instalasi perlengkapan listrik :
Fase satu U/X Merah
Fase dua V/Y Kuning
Fase tiga W/Z Hitam
C. Instalasi arus searah :
Positif L+ + Tidak ditetapkan
Negatif L- - Tidak ditetapkan
Kawat tengah M Biru

D. Penghantar Pembumian HB Loreng hijau -


kuning

Tabel Pengenal inti kabel atau rel

Warna kabel yang mengikat (harus ada) adalah biru (untuk netral) dan kuning / hijau (untuk
ground). Bila warna tersebut tidak ada maka pada ujung-ujung kabel harus diberi isolasi dengan
warna yang bersesuaian seperti butir di atas.
7. Pelaksanaan penanaman galian pada kondisi khusus dimana penanaman kabel tidak dapat
dilaksanakan dengan kedalaman * 1,20 meter, maka pelaksanaannya sebagai berikut :
a. Minimum 0,80 meter di bawah permukaan tanah, pada jalan-jalan yang dilewati
DORMAaraan .
b. Minimum 0,60 meter di bawah permukaan tanah, pada jalan-jalan yang tidak dilewati
DORMAaraan (pedestrian) dan diberi pelindung pipa galvanized dengan penampang
minimum 2,5 kali penampang kabel.
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS C - 131

c. Pada kondisi dimana terdapat kabel PLN tegangan menengah/tinggi dan kabel
telekomunikasi maka kabel tanah harus ditempatkan di atas kabel PLN dengan jarak
minimum 50 cm.
d. Pada persilangan antara kabel tanah dan kabel lainnya harus diambil salah satu tindakan
pengamanan, kecuali jika salah satu kabel tanah yang bersilangan itu terletak di dalam
saluran pasangan batu, beton atau semacam itu yang mempunyai tebal dinding sekurang-
kurangnya 6 cm.
• Di atas kabel tanah yang terletak di bawah, harus dipasang tutup pelindung dari
lempengan beton (concrete tile) atau pipa beton atau sekurang-kurangnya dari bahan
tahan lama atau yang sederajat.
• Di atas kabel yang terletak di atas, dipasang pelindung beton, pipa beton belah atau
dari bahan lain yang cukup kuat tanah lama dan tahan api. Pipa belah ini harus
dipasang menjorok keluar sekurang-kurangnya 0,5 meter dari kabel yang terletak di
bawah diukur kabel sisi luar.
e. Pada tempat persilangan dengan kabel tanah telekomunikasi, kabel tanah harus dilindungi
pada bagian atasnya dengan pipa belah, plat atau pipa dari bahan bangunan yang tidak
dapat terbakar.
• Jika kabel tanah menyilang di atas kabel tanah telekomunikasi dengan jarak lebih kecil
dari 0,3 meter maka pada bagian yang menghadap ke kabel tanah telekomunikasi
dipasang alat / pipa dari bahan bangunan yang tidak dapat terbakar. Perlindungan ini
harus menjorok keluar paling sedikit 0,5 meter dari kedua sisi persilangan.
• Pelindung kabel tanah tersebut baik pada kabel tanah tersebut maupun pada kabel
tanah telekomunikasi harus menjorok keluar paling sedikit 0,5 meter dari kedua ujung
tempat persilangan dan pendekatan itu.
• Kabel tanah telekomunikasi yang diletakkan di dalam jalur kabel dianggap telah
terlindung.
f. Kontraktor wajib mengembalikan galian tanah dalam keadaan semula dengan seluruh biaya
menjadi kewajiban kontraktor.
8. Rak Kabel
a. Rak kabel digunakan untuk menunjang kabel-kabel utama (feeder cable), atau kabel lainnya
yang berada dalam jumlah yang cukup banyak.
b. Rak kabel umumnya buatan pabrik yang telah digalvanized dan dalam pemasangannya
harus dibumikan.
c. Dimensi rak kabel harus mencukupi kebutuhan kabel yang akan dilayaninya. Seluruh kabel
yang ada diatas rak kabel harus diikat dengan pengikat kabel (cable ties).
d. Penyusunan kabel didalam rak harus secara rapi dan tidak saling menyilang.
9. Seluruh bahan metal tidak bertegangan (rak kabel, panel dll) harus ditanahkan secara sempurna,
pada sambungan rak kabel dimana sambungan tersebut tidak menggunakan las maka kedua
bagian rak harus ‘jumper’ dengan konduktor tembaga minimal berpenampang 2,5mm2.
10. Untuk galian kabel yang melalui jalur kabel existing/lama harus dikerjakan dengan extra hati-hati.
Bila terjadi kerusakan pada kabel existing karena terkena peralatan gali (pacul, ganco, dsb),
kontraktor harus mengganti kabel tersebut tanpa adanya tambahan biaya, termasuk biaya
perawatan pekerja yang mengalamai kecelakaan hingga sembuh benar.
11. Apabila diperlukan suatu peralatan tambahan yang berbeda merek tapi merupakan bagian dari
sistem secara keseluruhan, maka kontraktor harus mengajukan surat dukungan dari pabrik
peralatan utama yang menyatakan bahwa merek peralatan tambahan tersebut akan “compatible”
dengan peralatan utama yang diproduksinya.
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS C - 132

12. Pengurusan Ijin Instalasi Listrik kepada Instansi yang berwenang (PLN) merupakan Pekerjaan dan
Tanggung Jawab dari Kontraktor.
13. Motor
a. Motor dengan kapasitas sama atau lebih kecil 5,5 Kw yang distart secara langsung atau
Direct On Line (DOL) starters.
b. Motor dengan kapasitas lebih besar 5.5 KW distart secara star delta (Y- ) starters.
2.15. Armatur Lampu
1. Persyaratan Umum :
a. Lampu dan armaturnya harus sesuai dengan yang dimaksudkan, seperti yang dilukiskan
dalam gambar-gambar detail Elektrikal.
b. Untuk memastikan kemampuan distribusi cahaya, semua produk yang ditawarkan harus
menyertakan perhitungan pencahayaan dengan sampling area untuk menunjukkan kontur
isoline dari penyebaran distribusi cahaya, kurva fotometrik termasuk Light Output Ratio –
LOR, DLOR, ULOR & TLOR, supplier juga harus menyertakan jaminan keaslian produk dan
garansi untuk semua tipe armature.
a. Semua armature lampu harus dibuat oleh satu pabrikan dengan kualitas yang sesuai dengan
Standar IEC.
b. Semua rumah lampu khususnya untuk kebutuhan penerangan general harus produksi di
pabrik yang berada di dalam negeri serta mempunyai jaringan distribusi penjualan atau
kantor cabang resmi yang berada disetiap wilayah kota di Indonesia.
c. Pabrikan rumah lampu bersedia memberi jaminan atas tersedianya barang dalam jangka
waktu minimal 5 tahun kedepan sehingga apabila ada beberapa produk membutuhkan
sperpat pengganti maka barang tersebut masih tersedia dan terjamin kontinuitasnya.
d. Pabrikan rumah lampu yang diguanakan adalah pabrikan yang dapat memberikan garansi
atas produk yang dikeluarkanya minimal 1 tahun sejak barang terpasang di proyek.
e. Semua armatur lampu yang terbuat dari metal harus mempunyai terminal pentanahan
(grounding).
2. Klasifikasi Lampu Penerangan :
a. Lampu Penerangan Dalam.
Lampu penerangan dalam yang dimaksud adalah lampu penerangan di dalam gedung
dikategorikan sebagai berikut :
- Lampu penerangan normal (normal lighting) yaitu lampu penerangan buatan dengan
intensitas penerangan yang sesuai persyaratan untuk menjamin kelancaran kegiatan
dalam gedung.
b. Armature Lampu Recessed Mounted
- Louvre Aluminium
- Armatur lampu harus terbuat dari plat baja tebal 0,6 mm (termasuk finishing) dengan
penyelesaian cat Powder Coating dengan kapasitas lampu sesuai ketentuan dalam
Gambar Kerja.
- Housing dan plates, socket bridges, reflector, saluran kabel dan penutup ballast: terbuat
dari baja cold rolled (tebal 0.5 mm). Housing juga harus sesuai dengan klasifikasi proteksi
(IP 20) dan mengacu kepada standar Internasional IEC 598.
- Cover depan harus berbentuk Louvre dengan standarisasi M4 dengan reflektor bahan
Alanol ( Mirror ) berstruktur khusus sehingga menghasilkan intensitas cahaya yang
optimal untuk mencapai illuminasi yang tinggi.
- Armature dibuat sedemikian rupa hingga ballast dapat diperbaiki atau diganti tanpa
melepas housing armature tersebut.
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS C - 133

c. Cover Prismatic
- Armature lampu yang dilengkapi cover Acrilik warna susu atau Acrilik jenis Prismatik
memiliki tebal minimal 3 mm yang dipasang pada rumah lampu yang semestinya harus
dilenggkapi cover dengan tujuan untuk melindungi bola lampu yang terpasang ataun
berguna untuk menutupi komponen listrik seperti keberadaan Battast atau Battery
Emergensi yang terletak didalamnya serta berfungsi peredam cahaya bola lampu yang
dianggap menyilaukan.
- Bentuk Armature lampu yang dilengkapi Cover Acrilik mengikuti standart pabrik pembuat
Armatur dan standart indec protection minimal IP 20 atau dapat mengacu pada gambar
kerja yang dibuat oleh desain perencana proyek.
d. Lighting fixtures untuk lampu TLD
- Tebal plat besi untuk lighting fixtures tersebut minimum 0,6 mm
- Finis menggunakan Cat Powder Coating
- Sumber cahaya Tabung TLD yang dapat dipakaai adalah jenis Led Tube master panjang
600 mm memiliki lumen outpot 1050 dan panjang 1200mm memiliki lumen outpot 2100
untuk color Temperatur yang disarankan menggunakan 4000k atau 6500k.
- Sumber Cahaya Bola lampu Down light jenis Led Certaflux bentuk square yang memiliki
life time 50.000 jam dan bentuk rumah lampu disesuaikan gambar kerja
- Fitting lampu dari type yang tidak menggunakan mur baut
- Semua Armatur yang berbahan dasar Plat harus dicat dengan sistem Powder Coating
warna putih, contoh harus disetujui oleh direksi lapangan.
- Konstruksi armatur pada umumnya harus memberikan effisiensi penerangan yang
maksimal, rapih kuat serta sedemikian rupa sehingga pekerjaan-pekerjaan seperti
penggantian lampu, pembersihan, pemeriksaan dan pekerjaan pemeliharaan dengan
mudah dapat dilaksanakan.
- Ballast / Powersuplay yang dipasang harus mengikuti standart teknis dari pabrikan
komponen bola lampu.
- Battery Emergensi harus mampu berdurasi minimal 2 jam.
- Kabel instalasi dalam armature (khususnya untuk lampu TL) dari jenis NYM 3 x 2,5 mm2
- Pada semua armatur harus dibuat mur dan baut sebagai tempat terminal pentanahan
(grounding).
e. Armature Lampu TL jenis LED
- Armatur lampu harus terbuat dari plat baja tebal 0,6mm (termasuk finishing) dengan
penyelesaian cat Powder Coating , dengan kapasitas lampu sesuai ketentuan dalam
Gambar Kerja.
- Housing dan plates, socket bridges, reflector, saluran kabel dan penutup ballast: terbuat
dari baja cold rolled (tebal 0.5 mm). Housing juga harus sesuai dengan klasifikasi proteksi
(IP 20) dan mengacu kepada standar Internasional IEC 598.
- Cover depan harus berbentuk Louvre dengan standarisasi M4 dengan reflektor optik
berstruktur khusus sehingga menghasilkan intensitas cahaya yang optimal untuk
mencapai illuminasi yang tinggi.
- Sumber cahaya menggunakan TL-LED Master LEDTube 2100 lumen leaftime 40.000 jam
f. Armature Lampu Balk TL T5 Led
- Armatur lampu harus terbuat dari plat baja dengan penyelesaian cat Powder warna putih,
dengan kapasitas lampu 1 x TL.T5 7 Watt dan 1x14 Watt atau sesuai ketentuan dalam
Gambar Kerja.
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS C - 134

- Housing, sesuai dengan klasifikasi proteksi (IP 20) dan mengacu kepada standar
Internasional IEC 598.
- Pegangan lampu: Terbuat dari plastik tahan panas hingga suhu 105OC, berwarna biru
transparant
- Armature harus dilengkapi dengan aksesoris berupa reflektor aluminium dengan finishing
cat putih atau cover prismatic PMMA.
- Instalasi armature pada ceiling harus mudah dilakukan.
g. Armature Lampu Downlight
- Rangka armatur lampu Down light terbuat dari bahan plat baja dengan finising
menggunakan cat Powder Coating lengkap dengan reflector dan Cover Glass serta
aluminium heatshing sebagai pendingin bola lampu Led.
- Bola lampu Led untuk Down light berbentuk kotak memiliki varian lumen 1100 dan 2000
dan dipasang pada area tertentu sesuai gambar kerja
- Memiliki per kawat yeng terbuat dari baja sebagai penjepit rumah lampu pada plafon dan
mudah dibuka untuk instalasi pada ceiling board.
h. Armature Lampu Baret
- Armature lampu baret terbuat dari plat baja dengan finis cat Powder coating warna
- Putih cover acrilic satin warna milk yang bentuknya dapat disesuaikan mengikuti design
dari pabrikan pembuat rumah lampu.
- Bola lampu Led untuk baret berjenis modul LED kotak memiliki 1500 lumen dan 1900
lumen.
i. Armature Lampu Dust Proof
- Armature lampu Dust Proof IP 65. Housing terbuat dari bahan ABS memiliki klip pembuka
cover berbahan dari stanlist.
- Cover terbuat dari bahan Poicarbonat warna clear bergaris tipis
- Bracket terbuat dari stainless steel dan harus mudah dipasang pada plafond, lampu
dipasang di permukaan plafond (surface mounting). Housing harus dilengkapi dengan
sealer pada sambungan covernya sehingga menjamin debu, kotoran, dan air tidak masuk
ke dalam kompartment armature tersebut.
- Fitting yang digunakan type G13 ( TL ) terpasang pada bracet yang ada didalam Armatur
lampu dan penggunaan bola lampu jenis TL Led Master panjang 1200mm lumen yang
didapat / bola lampu 2100 lumen dan memilik lifetime 40.000 jam.
2. Klasifikasi Lampu Penerangan darurat.
a. Lampu penerangan darurat (emergency lighting) yaitu lampu penerangan buatan sebagai
pengganti bila lampu penerangan normal terganggu (mati) lampu ini akan menyala baik pada
kondisi normal maupun darurat. Lampu penerangan darurat yang dimaksud terdiri dari :
Escape Lighting dan Emergency Exit.
b. Pada setiap ruangan kecuali tangga, disediakan saklar-saklar setempat untuk menyalakan
atau mematikan lampu.
c. Pemasangan lampu yang besifat General yang terpasang pada area tertentu untuk kebutuhan
sarana evakuwasi wajib dilengkapi Komponen Emergency.
d. Sistem penyalaan lampu penerangan luar dilakukan secara otomatis oleh kombinasi kerja
antara magnetic contactor dengan saklar Timer sehingga penyalaan lampu penerangan luar
tergantung pada terang gelapnya cuaca.
e. Timer harus mempunyai spesifikasi sebagai berikut :
- Minimum setting unit : 15 menit/unit,
- Minimum setting interval : 15 menit/unit,
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS C - 135

- Back up failure : NICd battery,


- Back up time : 48 Jam (2 hari),
- Rating tegangan : 220 Volt, 1 phasa,
- Manual On-Off Switch : ON - Auto - Off.
3. Escape lighting
Escape lighting yang dimaksud adalah lampu penerangan darurat untuk menjamin kelancaran dan
keamanan evakuasi pada saat terjadi darurat kebakaran.
4. Emergency Exit
Emergency Exit yang dimaksud adalah lampu penerangan darurat untuk penunjuk jalan keluar
yang aman pada saat terjadi darurat kebakaran.
5. Pemasangan Out-Bouw / Surface / Permukaan menempel plafond.
a. Armature terbuat dari plat baja putih dengan ketebalan minimal 0,6 mm atau ketebalan total
setelah finis sekitar +- 0,7 mm, pembuatan harus dengan mesin peralatan lampu Built-in dan
dengan proses melalui sistem Pre Treatment dengan penyempurnaan finishing cat powder
coating.
b. Konstruksi armature harus kuat dan kokoh serta dibuat sedemikian rupa agar dapat dibuka /
dilepas untuk perbaikan / penggantian komponen yang berada di dalamnya. Armature dan
reflektor harus dilengkapi dengan sekrup, agar dapat dilepas pada waktu memerlukan
perbaikan. Seluruh armature harus lengkap dengan rangka dudukan / gantungan.
6. Persyaratan teknis dan pemasangan armature lampu beserta peralatannya :
a. Umum
- Pemasangan lampu penerangan harus disesuaikan dengan rencana plafon dari arsitek dan
disetujui oleh MK / direksi.
- Seluruh instalasi pekerjaan lampu dan peralatan pada dasarnya dilaksanakan dengan
menggunakan kabel jenis NYM, dengan luas penampang penghantar sekurang-kurangnya
2.5 mm2 dan pipa conduit PVC HI dengan diameter sekurang-kurangnya 20 mm².
- Kontraktor diwajibkan mengkoordinasikan rencana kerjanya dengan disiplin lainnya,
sehingga kemungkinan timbulnya persilangan lintasan antar instalasi yang berlebihan
dapat dihindarkan.
- Lampu tidak diperkenankan memberikan beban kepada rangka plafond yang terbuat dari
bahan aluminium dan harus mempunyai dudukan / gantungan tersendiri.
- Jarak pemasangan klem-klem pengikat pipa conduit tidak diperkenankan melebihi 100 cm.
- Pekerjaan pencabangan, splicing dan lain sebagainya harus dilaksanakan dalam junction
boxes (Tdoos, Xdoos, dsb), yang terbuat dari bahan yang sejenis dengan pipa conduit yang
dipakai, dengan menggunakan sambungan puntir dengan lasdop, yang ukuran-ukuranya
sesuai dengan ukuran dan jumlah kabel yang ada. Penggunaan insulation tape sama sekali
tidak diperbolehkan.
- Kabel penghantar yang menghubungkan fixtures lampu dengan instalasi yang ada, harus
dilindungi dengan menggunakan flexibel conduit yang terbuat dari bahan ( dan memiliki
ukuran ) yang sama dengan pipa conduit yang dipakai.
- Untuk membedakan instalasi lampu dan peralatan dengan instalasi yang lain, pipa conduit
yang terpasang harus diberi tanda ( label ) berwarna pada setiap jarak 2 meter. Warna
tanda/label yang dipakai harus dikonsultasikan terlebih dahulu dengan pengawas.
- Tiang lampu penerangan untuk diluar bangunan harus dipasang tegak lurus.
- Penyambungan kabel untuk penerangan dan kotak-kotak harus di dalam kotak terminal
yang terbuat dari bahan yang sama dengan bahan konduitnya dan dilengkapi dengan skrup
untuk tutupnya dimanan tebal kotal terminal tadi minimum 4 cm.
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS C - 136

- Semua pekerjaan perbaikan bekas bobokan dilaksanakan oleh Kontraktor Bangunan yang
beban biayanya menkadi tanggung jawab dari Kontraktor Listrik.
b. Armature lampu
- Armatur-armatur lampu harus memenuhi persyaratan teknis, bentuk dan penampilan
sesuai dengan Gambar Perencanaan.
- Armatur-armatur lampu merupakan produk pabrikan ( Complite Set ) dengan standard
kualitas yang baik.
- Armatur-armatur lampu yang terbuat dari plat baja harus mempunyai ketebalan plat minimal
0,6 mm termasuk finish, penggunaan cat Powder Coating warna putih atau sesuai petunjuk
Perencana Interior.
- Pemasangan armatur harus dipasang dengan baik dan kokoh sehingga tidak mudah
terlepas oleh gangguan-gangguan mekanis. Cara pemasangan lampu harus sesuai dengan
rekomendasi pabrik pembuat.
c. Lampu Penerangan Buatan
- Jenis-jenis lampu harus sesuai dengan gambar Gambar Perencanaan.
- Lampu-lampu yang digunakan harus mempunyai kualitas terbaik.
- Lampu LED harus dipilih dari jenis lampu yang mempunyai efisiensi.
- Semua lampu yang digunakan harus mempunyai spesifikasi sebagai berikut :
▪ Tegangan kerja : 220 Volt - 240 Volt
▪ Konsumsi daya : sesuai dengan gambar perencanaan
▪ Frekuensi : 50 Hertz
d. Emergency Lamp
- Komponen lampu Emergency yang dilengkapi Battery charger harus dipasang pada rumah
lampu jenis TL dan PLC yang diletakan pada daerah yang membutukan penerangan atau
area evakuasi bila terjadi lampu mati atau kebakaran dan berfungsi sebagai penerangan
darurat sesrta berfungsi sebagai penunjuk jalan pada saat terjadi pemadaman listrik.
- Lampu Emergency harus berfungsi menyala minimal 2 jam saat terjadi pemadaman listrik.
- Tegangan input pada komponen Emergency adalah 220 V, 50 Hz, dilengkapi dengan
indicator LED dan peralatan push to Check battery.
- Lampu Emergency ini harus menyala disaat terjadi pemadaman listrik atau terjadi insiden
kebakaran.
- Sistem penyalaan Lampu Exit harus dilengkapi dengan Magnetic Contactor.
- Gelombang Electromagnetic yang ditimbulkan tidak boleh lebih besar dari 50 Oersted.
- Lampu Exit dilengkapi dengan :
▪ High Temperature Rechargeable Nickle Cadmium Battery yang mampu bekerja
selama 3 jam operasi.
▪ Change Over Switch
▪ Converter – Inverter
e. Escape Lamp
- Dalam kondisi normal, lampu menyala melalui sumber listrik utama/genset dan recharger,
battery bekerja.
- Dalam kondisi darurat, battery NICd bekeja memback-up sumber daya selama 2 jam
operasi.
- Bila terhadap 3 lampu dalam 1 armature maka salah satu lampu harus dilengkapi dengan
battery.
f. Exit Lamp
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS C - 137

- Lampu Exit ini harus menyala biasa dalam keadaan normal pada saat terjadi indikasi
kebakaran.
- Sistem penyalaan Lampu Exit harus dilengkapi dengan Magnetic Contactor.
- Gelombang Electromagnetic yang ditimbulkan tidak boleh lebih besar dari 50 Oersted.
- Lampu Exit dilengkapi dengan :
▪ High Temperature Rechargeable Nickle Cadmium Battery yang mampu bekerja
selama 3 jam operasi.
▪ Change Over Switch
▪ Converter - Inverter

2.16. Soket & Outlet


1. Saklar dan kotak-kotak.
a. Socket Outlet
Outlet daya dan plug yang digunakan harus memenuhi standard SII dan PLN atau standart
lain yang berlaku dan diakui di Indonesia.
b. Outlet daya dan plug harus mempunyai spesifikasi minimal sebagai berikut :
Rated Voltage : 250 volt
Rated Cutled : 10 A, 13A, 16A
c. Switches / Saklar
Saklar yang digunakan sesuai dengan standard PLN atau SII atau standard lain yang berlaku
dan diakui di Indonesia. Saklar harus mempunyai spesifikasi :
Rated Voltage : 250 volt
Rated Current : minimal 10 / 16 A
2. Persyaratan pemasangan saklar dan stop kontak :
a. Saklar dipasang setinggi 150 cm dari lantai dengan pasangan terpendam (In-Bow) rata
dengan permukaan plesteran dinding atau didalam partisi dengan konstruksi tersendiri /
khusus.

kabel
konduit instalasi

dinding

saklar

kabel
inbow dos saklar
instalasi
150 cm

inbow dos stop kontak

b. Kotak kontak yang dipergunakan adalah jenis in-bow / rata dengan permukaan plesteran
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS C - 138
dinding atau didalam partisi dengan konstruksi tersendiri / khusus dengan menggunakan In-
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS C - 139

Bow doos yang terbuat dari bahan yang sama dengan kotak kontaknya. Pemasangan kotak
kontak pada doosnya menggunakan sekrup.
c. Kotak kontak 1 phase dipasang setinggi 30 cm dari lantai / sesuai permintaan user
(disesuaikan dengan alat) dengan pasangan terpendam (In-Bouw) rata dengan permukaan
plester dinding atau didalam partisi dengan konstruksi khusus sesuai petunjuk dari
Pengawas.
d. Kotak kontak 1 phase Khusus untuk Televisi Posisi Atas dipasang setinggi 210 cm dari lantai
/ sesuai permintaan user (disesuaikan dengan alat) dengan pasangan terpendam (In-Bouw)
rata degnan permukaan plester dinding atau didalam partisi dengan konstruksi khusus sesuai
petunjuk dari Pengawas.
e. Kotak kontak 3 phase dipasang setinggi 40 cm dari lantai atai disesuaikan dengan kondisi
ruang dan perlatan terpasang dengan pasangan menempel dinding ( out-bouw ) dan harus
terpasang kuat, tidak boleh goyang/miring sesuai petunjuk pengawas.
f. Kotak kontak 3 phase harus mempunyai terminal pentanahan (3 P + N + PE) tegangan 250
V.
g. Semua pemasangan out-bouw doos dan kotak kontak 3 phase pada dinding harus
menggunakan vischer dan sekrup, pemasangan pada kayu/meja harus menggunakan
sekrup. Penggunaan paku pada pekerjaan ini sangat dilarang.
h. Untuk kotak kontak yang dipasang untuk daerah basah harus memakai type tertutup (Water
Proof Type).
i. Kotak kontak 1 phase harus mempunyai terminal pentanahan (P + N + PE) tegangan 250 V.

2.17. Testing & Comissioning


1. Macam pemeriksaan dan pengujian :
a. Pemeriksaan Visual.
- Jalur pipa konduit dan kabel tekukan kabel tidak boleh patah.
- Jalur kabel diatas rak kabel harus rapi dan diusahakan posisi rak kabel diatas instalasi
pipa atau duct VAC untuk menghindari adanya tetesan air.
- Kelengkapan komponen panel.
- Setiap bagian instalasi yang akan tertutup harus diuji sebelum dan sesudah
bagiantersebut tertutup.
- Apabila terjadi kerusakan fisik atau tidak berfungsinya sistem harus diperbaiki oleh
pemborong sampai berfungsi sebagai mana mestinya. Seluruh biaya perbaikan
menjadi tanggunan kontraktor dan tidak dapat diklaim sebagai pekerjaan tambah atau
biaya tambah.
b. Pemeriksaan Sambungan Listrik Maupun Mekanis.
- Sambungan dan terminasi kabel pada panel atau beban harus rapi dan tersambung
dengan kuat. Kabel serabut atau berurat banyak (multicore) harus dilengkapi dengan
sepatu kabel (cable shoe).
- Kabel didalam panel ditata dengan rapi dan disediakan cadangan panjang kabel
(spare) untuk mengantisipasi bila terjadi kesalahan terminasi, kabel masih cukup
panjang untuk disambung pada terminal yang lain.
- Seluruh Sistem dan Pekerjaan Instalasi harus diperiksa, diteliti dan diuji dengan baik
sebelum diserahkan dan pelaksanaannya harus menyertakan Konsultan Pengawas
dan bila perlu dengan petugas dari Instansi terkait yang berwenang.
c. Pengukuran Tahanan Isolasi dan Tahanan Pentahanan.
- Sistem listrik yang sudah dipasang harus diuji dengan seksama sebelum siap untuk
dipergunakan. Pesawat uji yang dipakai untuk pengujian sebelum digunakan harus
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS C - 140

dikalibrasi terlebih dahulu. Pengujian dilakukan bersama dengan pihak yang


berwenang (Pemberi Tugas atau Direksi Pengawas). Hasil pengujian direkam pada
format daftar simak dan didokumentasikan.
- Setiap saluran kabel harus ditest Tahanan Isolasinya dengan menggunakan alat
MEGGER 10.000 volt untuk kabel Tegangan Menengah dan MEGGER 1.000 volt
untuk kabel Tegangan Rendah. Pengujian dengan Meger Test harus tetap
dilaksanakan dengan nilai tahanan isolasi minimum seperti pada tabel dibawah
Tegangan Nominal Tegangan Uji Arus Resistans Isolasi
V Searah MOhm
V
Tegangan ekstra rendah 250 0,25
(SELV,PELV dan FELV) yang
memenuhi persyaratan 3.3.1 dan 3.3.2

Sampai dengan 500 V, dengan 500 0,25


pengecualian hal tersebut diatas
Diatas 500 V 1.000 1,00
Table 3.20-1 PUIL 2000 : Nilai Resistans Isolasi Minimum
- Pengetesan juga dilakukan pada Grounding Existing untuk mengetahui apakah
tahanan pentanahan grounding tersebut masih baik/memenuhi syarat atau tidak.
d. Pengukuran tegangan listrik dengan multitester yaitu :
- Tegangan phase ke phase (V L-L)
- Tegangan phase ke neutral (V L-N)
- Teggangan phase ke tanah (V L-G)
e. Pengukuran arus beban dengan tang ampere untuk phase R, S, T.
f. Pengujian Dalam Keadaan Berbeban 3 x 24 jam.
- Tes penyalaan dimana seluruh instalasi yang baru dipasang difungsikan untuk
mengecek nyala lampu. Pada pengetesan nyala ini sekaligus akan diperiksa mutu
instalasi yaitu mengecek berfungsinya komponen-komponen, susut tegangan yang
terjadi ( maksimal 5% ), kemungkinan hubung singkat pada tiang atau panel dll.
- Pengujian nyala lampu dan battery Ni-cad pada lampu emergency
- Bila dalam Pengujian berbeban ternyatan tidak disediakan Sumber Daya Listrik,maka
Kontraktor harus menyediakan Sumber Daya Listrik sendiri berupa Genset 3 phase
dengan Kapasitas yang memadai.
2. Setelah semua instalasi selesai dipasang dan aliran listrik telah dimasukan, maka jaringan instalasi
harus dites terhadap group – group yang dipasang apakah telah sesuai dengan gambar.
3. Setelah jaringan dibebani dengan beban penuh, maka perlu diadakan balancing beban terhadap
masing – masing fase.
4. Fungsi komponen-komponen panel antara lain :
a. Volt meter
b. Ampere meter
c. Frekwensi meter
d. Lampu indikator
e. Saklar pilih (selector switch)
f. Circuit breaker, contactor, relay, dll.
5. Semua bahan – bahan peralatan dan perbaikan, atas kerusakan yang timbul sepenuhnya menjadi
tanggung jawab pemborong.
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS C - 141

6. Bilamana diangap perlu maka Konsultan Pengawas atau Perencana berhak meminta supaya
bahan-bahaninstalasi atau peralatan dapat diuji ke laboratorium atas tanggungan biayaKontraktor.
7. Kontraktor harus menyerahkan kepada Konsultan Pengawas dalam rangkap 3 ( tiga ) mengenai
hal – hal sebagai berikut :
a. Hasil pengetesan kabel – kabel.
b. Hasil pengetesan peralatan – peralatan.
c. Hasil pengetesan semua persyaratan operasi dan instalasi
d. Hasil pengukuran – pengukuran dan lain - lain
8. Semua pengetesan dan atau pengukuran tersebut harus disaksikan oleh Konsultan Pengawas
dan Pemilik.
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS C - 142

Pasal 3
Instalasi Tata Suara (Sound Sistem)

6.1. Umum
1. Keseluruhan peralatan utama yang membangun sound system ini harus dari merk yang sama.
2. Kontraktor harus merupakan dealer produk atau perusahaan yang mendapatkan Surat Dukungan
dari Dealer. Yang dimaksud Dealer adalah Perusahaan yang mendapatkan Surat Penunjukan dari
Distributor serta mendapatkan Surat Dukungan dari Principal (Agen Tunggal Pemegang Merk) di
Indonesia.
3. Sistem tata suara harus memenuhi standard keselamatan evakuasi sebagaimana dipersyaratkan
pada IEC 60849 standard.

6.2. Lingkup Pekerjaan


1. Sebagaimana yang tertera dalam gambar rencana, Kontraktor pekerjaan Sistem Tata Suara ini
harus mengadakan dan memasang, serta nantinya menyerahkan seluruh hasil pekerjaan dalam
keadaan baik dan siap untuk digunakan.

Garis besar lingkup pekerjaan instalasi sistem tata suara yang dimaksud adalah sebagai berikut :
a. Pengadaan, pemasangan, dan pengujian peralatan sentral sistem tata suara meliputi unit
penguat sinyal suara (booster amplifier) lengkap dengan unit kontrol dan monitor serta
pemasangan sistem dalam rak untuk peralatan sentral tata suara.
b. Pengadaan, pemasangan, dan pengujian MDF dan kotak hubung bagi (TB) di setiap lantai.
c. Pengadaan, pemasangan, dan pengujian kabel-kabel distribusi sistem tata suara antara
peralatan sentral dan sistem rak dengan kotak hubung bagi di setiap lantai.
d. Pengadaan, pemasangan, dan pengujian alat pengeras suara (loud speaker) sesuai
dengan gambar rencana.
e. Pengadaan, pemasangan, dan pengujian kabel-kabel pemakaian antara kotak hubung bagi
dengan alat-alat pengeras suara dan volume control di tempat yang ditunjuk.
f. Melaksanakan matching dan balancing atas semua speaker dan sistem secara
keseluruhan, sedemikian rupa hingga menghasilkan kualitas suara yang prima dan tingkat
tekanan bunyi yang merata di seluruh bagian lantai bangunan.
2. Ruang lingkup pekerjaan sound system meliputi pengadaan peralatan berikut pemasangannya.
Pengadaan dan pemasangan peralatan sound system ini secara keseluruhan terbagi menjadi 2
(dua) bagian utama yaitu :
a. Sound System untuk Back Ground Music, Paging dan Evacuation, meliputi area selasar
dan public area.
b. Sound system untuk keperluan Evacuation, meliputi semua area yang telah dicover oleh
item diatas tersebut di atas ditambah area-area yang memerlukan ketenangan seperti
Ruang Patient.
3. Pekerjaan ini dimaksudkan untuk memperkuat dan meningkatkan Kualitas suara secara merata
ke seluruh area gedung.
Kualitas suara tidak hanya diperkuat tetapi harus mempunyai derajat pengertian atau kejelasan
suara (intelegibility) yang tinggi, bebas dari gangguan listrik tegangan tinggi dan sinyal pemancar
pemancar baik yang ada didalam gedung itu sendiri maupun diluar gedung seperti ORARI,
KRAP dan sejenisnya.
4. Pengadaan dan pemasangan peralatan sebagai berikut :
Peralatan Utama :
a. Plena Voice Alarm Controller
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS C - 143

b. Plena Voice Alarm Router


c. Plena Voice Alarm Call Station
d. Plena Voice Alarm Keypad
e. Booster Amplifier 240 Watt
f. Booster Amplifier 480 Watt
g. Telephone PA Coupler
h. DVD MP3 Player & Integrated Tuner FM-AM
i. Ceiling Speaker 6 Watt, metal grill
j. Ceiling Speaker 6 Watt, metal grill c/w Firedome (EVAC)
k. Volume Control 36 Watt

Peralatan Penunjang :
a. Rack 19” c/w Roof Fan, Blank Panel, accessories
b. Terminal Box Sound System
c. Change Over switch

6.3. Kemampuan Peralatan


Sound system yang ditawarkan, haruslah memiliki kemampuan minimal sebagai berikut:
1. Sound system berbasis microprocessor (microprocessor based).
Perubahan setting dan konfigurasi dapat dilakukan secara cepat dan mudah tanpa perlu
merubah perkabelan.
Selain itu system mampu melakukan supervisi dan kontrol sebagai berikut :
− Full system supervision.
− Loudspeaker line supervision.
− Emergency microphone supervision.
− Message manager supervision.
2. Bilamana pada supervisi diketemukan adanya kerusakan pada system amplifier, secara
otomatis system dapat melakukan penggantian ke spare amplifier (amplifier cadangan).
3. Sistem dilengkapi dengan had-held emergency microphone yang terintegrasi pada front panel.
4. Digital pre-recorded messages sampai dengan 255 messages dan system pengaturan dengan
Digital message management.
5. Tingkat Kekerasan dan Kualitas Suara harus dapat diatur secara group dan terpusat dari sentral
untuk menyesuaikan dengan keadaan ruang sehingga menghasilkan kualitas suara sesuai
dengan kebutuhan yang diinginkan.
6. Sound system yang dipasang harus dapat berfungsi dengan baik untuk distribusi suara secara
merata pada area (zone) yang dipilih dan tidak mengganggu zone lainnya.Misalnya dilakukan
pilihan untuk zone 1 dan 2, maka zone 3 dan 4 tidak boleh ikut berbunyi. Pemilihan zone
dilakukan melalui selector yang terintegrasi pada microphone call station.
7. Sistem tata suara yang akan dipasang memiliki sistem prioritas otomatis untuk layanan dengan
urutan prioritas terendah sampai tertinggi sebagai berikut :
a. Back Ground Music ke semua ruangan / lantai yang dilengkapi speaker.
b. Paging dengan Attention Chime untuk penyampaian berita, dengan sistem 18 zones.
c. Emergency Call dengan Pre-Recorded Announcement, yang dapat di-trigger dari
Emergency Push-button ataupun Master Control Fire Alarm. Emergency Call merupakan
prioritas tertinggi, merupakan All Call (ke semua speaker) dan dilakukan by-pass
terhadap volume control.
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS C - 144

8. System priority yang dapat diprogram sampai dengan 16 level, dimana microphone dengan
priority lebih tinggi dapat melakukan over-ride ke microphone dengan priority lebih rendah
(namun tidak sebaliknya), dengan pengaturan urutan prioritas sebagai berikut :
a. Emergency Microphone.
b. Microphone General PA.
c. Call Station untuk car call.
9. Selain untuk keperluan back ground music, announcement / paging dan mengumandangkan
adzan, peralatan harus dilengkapi dengan system evakuasi untuk hal-hal yang bersifat darurat.
Sinyal dari MCFA secara otomatis dapat mengaktifkan digital programmable pre-recorded
message module.
10. Paging maupun Evacuation dapat dilakukan melalui extension PABX dengan sarana Telephone
Coupler.

6.4. Instalasi
Dalam pelaksanaan pekerjaan Public Address (Sound System) yang perlu diperhatikan antara lain :
1. Kabel Speaker
a. Instalasi perkabelan ke semua speaker yang tersebar diseluruh gedung terdiri dari :
− Kabel jenis NYMHY 3 x 1,5 mm² digunakan dari sub-sentral sampai dengan
Volume Control.
− Kabel jenis NYMHY 2 x 1.5 mm² digunakan dari Volume Control sampai dengan
ceiling speaker dan dari Mixing Amplifier ke ceiling speaker.
b. Penarikan kabel dari sentral ke seluruh volume control dan ceiling speaker harus dibuat
secara group tiap-tiap lantai (1 lantai dibuat 1 group), kecuali dari sentral ke coloumn
speaker, penarikan kabel dibuat secara langsung dari Mixing Amplifier ke beberapa
coloumn speaker secara parallel ( dalam 1 group tersendiri ) dan menggunakan kebal
NYMHY 2 x 2.5 mm².
2. Kabel Microphone
Instalasi kabel microphone terdiri dari:
a. Kabel Microphone Stereo ( 3 core kabel ) dengan kualitas terbaik dan kabel telephone
ITC 2x10x0.6 mm² (10 pairs) ditarik dari front office sampai dengan sentral.
3. Kabel Microphone Stereo ( 3 core kabel ) dengan kualitas terbaik dan kabel telephone ITC
2x2x0.6mm² ( 4 pairs ) ditarik dari front office tiap-tiap lantai sampai dengan sub sentral.
6.5. Spesifikasi Teknis
1. System Pre-Amplifier
a). Electrical
▪ Mains voltage 230 Vac/115 Vac, ±15%, 50/60 Hz
▪ Max mains power consumption 50 VA
▪ Battery voltage 24 Vdc, +20%/-10%
▪ Max battery current 1 A
▪ Max mains inrush current 1.5 A @ 230 Vac / 3 A @ 115 Vac
b). Performance
▪ Frequency response 50 Hz – 20 kHz (+1/-3 dB)
▪ Distortion < 0.5%
▪ Call channel Bass control: -6/+6 dB @ 160 Hz
▪ Treble control: 0/+12 dB @ 5 kHz
▪ BGM channel Bass control: 0/+20 dB @ 100 Hz
▪ Treble control: 0/+18 dB @ 15 kHz
▪ Channel separation >65 dB @ 1 kHz
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS C - 145

▪ Priority mute >50 dB


c). Inputs
▪ Call station inputs(8-pin DIN, balanced, for LBB 1941/00 and/or LBB 1946/00)
− Sensitivity 1 V
− Data RS485, 1200, N, 8, 1, 0
▪ Mic/Line input (3-pin XLR/5-pin DIN, balanced)
− Sensitivity 1 mV (microphone), 200 mV (line)
− Impedance >1 kOhm (microphone),>5 kOhm (line)
− S/N (flat at max volume) >63 dB (microphone), >70 dB (line)
− S/N (flat at min volume/muted) >75 dB
− CMRR >40 dB (50 Hz – 20 kHz)
− Headroom >25 dB
− Speech filter -3 dB @ 315 Hz, high-pass, 6 dB/oct
− Phantom power supply 16 V via 1.2 kOhm, in microphone mode only
▪ BGM input (Cinch, unbalanced, stereo converted to mono)
− Sensitivity 500 mV (CD), 200 mV (aux, tape)
− Impedance 22 kOhm
− S/N (flat at max volume) >70 dB
− S/N (flat at min volume/muted) >80 dB
− Headroom >25 Db
▪ PC input (Cinch, unbalanced, stereo converted to mono)
− Sensitivity 1 V
− Impedance 22 kOhm
− S/N >70 dB
▪ Emergency/telephone (Screw, balanced)
− Sensitivity 100 mV – 1 V adjustable
− Impedance >10 kOhm
− VOX threshold 50 mV
− S/N >65 dB
d). Outputs
▪ Master output (3-pin XLR, balanced)
− Nominal level 1 V
– Impedance <100 Ohm
▪ Tape output (Cinch, 2 x mono)
– Nominal level 350 mV
– Impedance 3.3 kOhm
▪ Headphone output (6.3mm jack stereo, signal mono)
– Nominal level 3 V
– Impedance <100 Ohm
e). Control
▪ RS232 (9-pin D-sub)
▪ Baudrate 19k2, N, 8, 1, 0
▪ Trigger inputs (Screw)
▪ Activation contact closure
f). Relays
1. Zone output relay contacts 100 V, 2 A
2. Zone override relay contacts 100 V audio for 3-wire override, 24 Vdc for 4-wire override
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS C - 146

3. Call Active relay contacts 100 V, 2 A


4. DC supply output voltage 24 V, 250 mA max
g). Enviromental Conditions
▪ Operating temperature range -10 to +550C
▪ Storage temperature range -40 to +700C
▪ Relative humidity <95%
2. Call Station w/ 6 Zones Selector ( LBB 1946 )
a). Electrical
▪ Power supply
− Voltage range 18 – 24 V
– Current consumption <30 mA
b). Performance
▪ Nominal sensitivity 85 dB SPL (gain preset 0 dB)
▪ Nominal output level 700 mV
▪ Maximum input sound level 110 dB SPL
▪ Gain preset +6/0/-15 dB
▪ Limiter treshold 2 V
▪ Compression ratio limiter 1:20
▪ Distortion <0.6% (maximum input)
▪ Equivalent input noise level 25 dB SPLA
▪ Frequency response 100 Hz – 16 kHz
▪ Speech filter -3 dB @ 315 Hz, high-pass, 6 dB/oct
▪ Output impedance 200 Ohm
▪ Selections
– Chimes 18 different combinations
– Priorities 2 different priorities
c). Environmental Conditions
▪ Operating temperature range -10 to +550C
▪ Storage temperature range -40 to +700C
▪ Relative humidity <95%
3. Booster Amplifier 120 Watt
a). Electrical
▪ Mains voltage
– 230 Vac/240 Vac, ±10%, 50/60 Hz
– 110 Vac, ±10%, 50/60 Hz
▪ Max mains power consumption 400 VA
▪ Battery voltage 24 Vdc, +20%/-10%
▪ Max battery current 6 A
b). Performance
▪ Frequency response 50 Hz – 20 kHz (+1/-3 dB, @ -10 dB ref. rated output)
▪ Distortion <1% @ rated output power, 1 kHz
▪ S/N (flat at max volume)>80 Db
c). Inputs
▪ Line input (3-pin XLR, 6.3mm phone jack, balanced)
– Sensitivity 1 V
– Impedance 20 kOhm
– CMRR >25 dB (50 Hz-20 kHz)
▪ 100V input (Screw, unbalanced)
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS C - 147

– Sensitivity 100 V
– Impedance 330 kOhm
d). Outputs
▪ Line loopthrough output (3-pin XLR, 6.3mm phone jack, balanced)
– Nominal level 1 V
– Impedance direct connection to line input
▪ Max/rated output power
– 70/100V output 180 W/120 W
– 8Ohm output 31 V (120 W)
– Output power @ 24 V
– battery operation -1 dB ref. rated power
e). Enviromental Conditions
▪ Operating temperature range -10 to +550C
▪ Storage temperature range -40 to +700C
▪ Relative humidity <95%
4. Booster Amplifier 240 Watt
a). Electrical
▪ Mains voltage
– 230 Vac/240 Vac, ±10%, 50/60 Hz
– 110 Vac, ±10%, 50/60 Hz
▪ Max mains power consumption 800 VA
▪ Battery voltage 24 Vdc, +20%/-10%
▪ Max battery current 11 A
b). Performance
▪ Frequency response 50 Hz – 20 kHz (+1/-3 dB, @ -10 dB ref. rated output)
▪ Distortion <1% @ rated output power, 1 kHz
▪ S/N (flat at max volume)>85 dB

c). Inputs
▪ Line input (3-pin XLR, 6.3mm phone jack, balanced)
– Sensitivity 1 V
– Impedance 20 kOhm
– CMRR>25 dB (50 Hz-20 kHz)
▪ 100V input (Screw, unbalanced)
– Sensitivity 100 V
– Impedance 330 kOhm
d). Outputs
▪ Line loopthrough output (3-pin XLR, 6.3mm phone jack, balanced)
– Nominal level 1 V
– Impedance direct connection to line input

▪ Loudspeaker outputs (Screw, floating)


– Max/rated output power
– 70/100V output 360 W/240 W
– 8Ohm output 44 V (240 W)
▪ Output power @24 V
▪ Battery operation -1 dB ref. rated power
e). Enviromental Conditions
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS C - 148

▪ Operating temperature range -10 to +550C


▪ Storage temperature range -40 to +700C
▪ Relative humidity <95%
5. Booster Amplifier 480 Watt
a). Electrical
▪ Mains voltage 230 Vac, ±10%, 50/60 Hz
▪ Max mains power consumption 1600 VA
▪ Max mains inrush current 19 A
▪ Battery voltage 24 Vdc, +20%/-10%
▪ Max battery current 30 A
b). Performance
▪ Frequency response 50 Hz – 20 kHz (+1/-3 dB, @ -10 dB ref. rated output)
▪ Distortion <1% @ rated output power, 1 kHz
▪ S/N (flat at max volume)>90 dB
c). Inputs
▪ Line input 1, 2 (3-pin XLR, balanced)
– Sensitivity 1 V
– Impedance 20 kOhm
– CMRR >25 dB (50 Hz-20 kHz)
▪ 100V input (Screw, unbalanced)
– Sensitivity 100 V
– Impedance 330 kOhm
d). Outputs
▪ Line loopthrough output (3-pin XLR, 6.3mm phone jack, balanced)
– Nominal level 1 V
– Impedance direct connection to line input
▪ Line loopthrough output 1,2 (3-pin XLR, balanced)
– Nominal level 1 V
– Impedance direct connection to line input
▪ Loudspeaker outputs (Screw, floating)
– Max/rated output power
* 70/100V output 720 W/480 W
* 8 Ohm output 62 V (480 W)
– Output power @ 24 V
– battery operation -1 dB ref. rated power
e). Environmental Conditions
▪ Operating temperature range -10 to +550C
▪ Storage temperature range -40 to +700C
▪ Relative humidity <95%
6. Telephone – PA Coupler
a). Environmental conditions, category: T2
b). IP code: 42
c). Approval: CE
d). Supply voltage : 36 V d.c.
▪ At the station, idle <10 V d.c. 0 V d.c.
▪ At the station, in operation 18 - 36 V d.c. 15 V d.c.
e). Current consumption 24-36 V d.c./18-30 V a.c. 24-36 V d.c./18-30 V a.c.
▪ At the station, idle <0.3 mA 0 V 0 V
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS C - 149

▪ At the station, in operation 27 mA 6-10 mA 6-10 mA


f). Output power (continuous/peak): 6 W in
g). Cabling:
▪ Extension line 2-wire
▪ Power line 2-wire
7. CD-MP3 Player & integrate Tuner FM-AM
a). Electrical
▪ Mains voltage 230/115 VAC, ±15%, 50/60 Hz.
▪ Max mains power consumption 25 VA.
▪ Max mains inrush current 1.5 A @ 230 Vac / 3 A @ 115 Vac. b).
Tuner
▪ Tuning range
– FM : 87.5 - 108 MHz (EUROPE, 50 kHz)
87.5 - 108 MHz (ASIA/AMERICA, 100 kHz)
– AM : 531 - 1602 kHz (EUROPE, 9 kHz)
530 - 1610 kHz (ASIA/AMERICA, 10 kHz)
▪ Sensivity
– FM : 2 µV (26 dB S/N)
– AM : 30 µV (20 dB S/N)

▪ Performance
– Frequency response 30 Hz - 15 kHz (+1/-3 dB, FM).
– Distortion <1%
– S/N >63 dB (1 m V, FM)
c). CD/Player
▪ Audio CD
– Frequency response 20 Hz - 20 kHz (+1/-3 dB)
– Distortion <0.1%
– S/N >80 dB
d). MP3 CD/CD-R
▪ Supported bit rates CBR 32 kbps - 320 kbps and VBR, mono and stereo
e). Outputs
– Tuner output (Cinch, 2x mono)
Nominal level 200 mV
– CD-player output (Cinch, 2x mono)
Nominal level 500 mV
– Mixed output (Cinch, 2x mono)
Nominal level 200 mV
f). Enviromental Conditions
– Operating temperature range +5 to +55°C
– Storage temperature range -25 to +55°C
– Relative humidity <95%
8. Cardioid Column Speakers 36 Watt
▪ Max. power 36 W
▪ Rated power (PHC) 24 W (24 - 12 - 6 W)
▪ Sound pressure level at 24 W/1 W (at 1 kHz, 1 m) 114 dB/100 dB (SPL)
▪ Effective frequency range (-10 dB) 250 Hz to 12 kHz
▪ Opening angle (hor./vert.) (at 1 kHz, -6 dB) 170°/20°
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS C - 150

▪ Rated voltage 100 V


▪ Rated impedance 417 W
▪ Ambient temperature range -25 to +55 °C
▪ Safety acc. to IEC 65
▪ Connection 100 V connector (incl. power tapping)
9. Ceiling Speaker 6 Watt, metal grill for PA,BGM,EVAC
▪ Max. power 9 W
▪ Rated power (PHC) 6 W (6 - 3 - 1.5 W)
▪ Sound pressure level at 6 W/1 W (at 1 kHz, 1 m) 99 dB/91 dB (SPL)
▪ Effective frequency range (-10 dB) 70 Hz to 18 kHz
▪ Opening angle (at 1 kHz/4 kHz, -6 dB) 160°/55°
▪ Rated voltage 100 V
▪ Rated impedance 1667 W
▪ Speaker size 6"
▪ Magnet weight 5.3 oz
▪ Ambient temperature range -15 to +50 °C (5 to 122 °F)
▪ Safety acc. to EN 60065
▪ Ball-proof acc. to DIN 18032-3
▪ Connection 2-pole push connector
10. Ceiling Speaker 6 Watt, metal grill for EVAC ONLY
▪ Max. power 9 W
▪ Rated power (PHC) 6 W (6 - 3 - 1.5 W)
▪ Sound pressure level at 6 W/1 W (at 1 kHz, 1 m) 99 dB/91 dB (SPL)
▪ Effective frequency range (-10 dB) 70 Hz to 18 kHz
▪ Opening angle (at 1 kHz/4 kHz, -6 dB) 160°/55°
▪ Rated voltage 100 V
▪ Rated impedance 1667 W
▪ Speaker size 6"
▪ Magnet weight 5.3 oz
▪ Ambient temperature range -15 to +50 °C (5 to 122 °F)
▪ Safety acc. to EN 60065
▪ Ball-proof acc. to DIN 18032-3
▪ Connection 2-pole push connector
11. Horn Loudspeaker 15 Watt
▪ Max Power 22.5W
▪ Rated power (PHC)15W ( 15/7.5/3.75 Watt }
▪ Sound pressure level at rated power/ I W (at 1kHz, 1m):103dB (at 1 kHz, 1w, 1m).
▪ Effective Frequency range (-10dB): 500 Hz to 5kHz
▪ Opening angle (at 1kHz,-6dB) Hor/ Ver (130°/50°) / (130°/50°)
▪ Rated voltage: 100V
▪ Rated impedance: 667
▪ Ambient temperature range: -25° to +55°C
▪ Water.and dust protected: acc to IEC 602591P65
▪ Safety: acc to IEC 60065
▪ Connection: 4 wire cable, 50cm long
12. Volume Control 100 Watt
▪ Rated power 100 W
▪ Input voltage 100 V
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS C - 151

▪ Attenuation steps 10 x 2 dB + off


▪ Frequency response (-1 dB) 50 Hz to 20 kHz
▪ THD < 0.5%
▪ Current consumption 10 mA at 24 V DC
▪ Connection screw terminals

6.6. Persyaratan Teknis Pelaksanaan


1) Semua kabel yang keluar dari rak peralatan ini harus melalui kabel gland dan memakai flexible
conduit.
2) Kotak hubung bagi ditempatkan di tempat yang sesuai dengan gambar rencana di setiap lantai
pada ketinggian 150 cm di atas muka lantai dan diklem ke dinding dengan dynabolt 1/2" x 2"
sebanyak 4 buah. Semua kabel yang masuk/keluar kotak hubung ini harus melalui kabel gland.
3) Semua kabel yang digunakan harus ditempatkan dalam Conduit high impact, sedangkan semua
kabel distribusi harus diklem pada tangga kabel yang dipasang di shaft dengan memakai
dynabolt 1/2" x 2" sebanyak 4 buah pada setiap jarak 75 cm. Conduit harus diklem pada struktur
bangunan dengan saddle klem.
4) Semua alat pengeras suara (loudspeaker) harus dipasang pada tempat-tempat yang sesuai
seperti yang ditunjukkan dalam gambar rencana, di mana koordinat yang tepat akan dapat
ditentukan lebih lanjut dalam shop drawing oleh Kontraktor sesudah dipadukan dengan
perlengkapan lain yang ada. Bagi penempatan speaker yang belum jelas akan ditentukan
kemudian di lapangan.
5) Untuk semua pekerjaan yang bersifat elektrikal, Kontraktor terikat pada persyaratan dan
ketentuan sesuai dengan peraturan yang berlaku, yakni PUIL 2000

6.7. Testing & Commissioning


1. Pemeriksaan
Pemeriksaan dilakukan setelah instalasi kabel dan pemasangan peralatan utama telah
dilaksanakan. Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat dan memastikan bahwa pekerjaan
instalasi sound sistem telah dikerjakan sesuai spesifikasi dan peraturan yang berlaku.
2. Pengujian
a. Pengujian yang berhasil dan dapat diterima oleh Direksi Lapangan yang bertindak mewakili
pemberi tugas (Owner), harus dilengkapi dengan berita acara yang telah ditanda tangani
oleh pihak-pihak yang berkepentingan. Setelah ini dilanjutkan dengan pemberian buku
petunjuk pengoperasian dan pemeliharaan serta melaksanakan training kepada pengelola
gedung. Sesudah semua ini dilaksanakan maka dapat diadakan serah terima pertama dari
kontraktor ke Pemberi Tugas.
b. Pengujian sistem harus dilakukan sekurang kurangnya sebagai berikut:
▪ Semua peralatan dalam sistem tata suara ini harus diuji oleh perusahaan pemegang
keagenan peralatan tersebut dengan disaksikan oleh MK / Direksi.
▪ Sebelum melakukan pengujian, Kontraktor wajib memberitahu MK / Direksi terlebih
dahulu. Setiap pengujian yang dilakukan tanpa disaksikan oleh MK / Direksi akan
dinyatakan tidak sah dan harus diulang kembali.
▪ Pengujian dapat dilakukan per bagian pekerjaan, namun akhirnya tetap dilakukan
pengujian sekaligus secara keseluruhan.
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS C - 152

▪ Semua biaya yang diperlukan untuk dapat dilakukannya pengujian, baik untuk daya
listrik dan peralatan bantu serta peralatan ukur, sepenuhnya menjadi tanggung jawab
Kontraktor.
▪ Apabila terdapat ketidaksempurnaan ataupun kegagalan dalam pengujian, maka
Kontraktor wajib memperbaikinya dengan biaya yang sepenuhnya menjadi tanggungan
Kontraktor.
▪ Apabila karena perbaikan yang dilakukan menyebabkan kerusakan pada bagian paket
pekerjaan Kontraktor lain, maka biaya perbaikannya tetap menjadi tanggung jawab
Kontraktor sistem tata suara.
▪ Pengujian harus dilakukan oleh spesialis vendor sebagai authorized dealer penjualan
peralatan tersebut dan harus menyiapkan sertifikat pemasangan yang baik dari instansi
yang berwenang.
3. Kontraktor harus menyerahkan kepada Konsultan Pengawas dalam rangkap 3 ( tiga ) mengenai
hal – hal sebagai berikut :
a. Hasil pengetesan kabel – kabel.
b. Hasil pengetesan peralatan – peralatan.
c. Hasil pengetesan semua persyaratan operasi dan instalasi
d. Hasil pengukuran – pengukuran dan lain - lain
e. Semua pengetesan dan atau pengukuran tersebut harus disaksikan oleh Konsultan
Pengawas.
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS C - 148

Pasal 4
Instalasi Plambing

10.1. Instalasi Air Bersih


1. Umum
Spesifikasi ini merupakan spesifikasi teknis mengenai uraian pekerjaan instalasi air bersih.
2. Lingkup pekerjaan
Pemasangan pipa distribusi dari PDAM ( Tandon Eksisting ) ke alat-alat penerimaan (kran–kran)
dalam bangunan lengkap dengan sambungan-sambungan dan perlengkapan yang diperlukan
sesuai dengan dengan gambar dan spesifikasi teknis yang telah ditentukan.
3. Uraian Pekerjaan
a. Tugas yang harus dikerjakan oleh Kontraktor, meliputi pengadaan, pemasangan dan
pengujian secara sempurna dan terpadu sehingga merupakan sistem supply air bersih
yang berfungsi dengan baik.
b. Pengadaan, pemasangan dan pengujian sistem pemipaan air bersih beserta
perlengkapannya harus sesuai dengan gambar dan spesifikasi teknis yang telah
ditentukan..
c. Prosedur pekerjaan pemasangan pipa instalasi air bersih harus seijin / disaksikan oleh
Direksi / Pengawas.
d. Persyaratan pemipaan air bersih, meliputi :
▪ Bahan pipa yang dipakai untuk instalasi air bersih adalah pipa Polypropelene Random
Copolymer ( PPR), Type: 3 DIN 16928, ONORM B.5174, Temp: 95 - 100° L-PN.10,
disamping itu semua fitting, elbow harus terbuat dari bahan yang sama dengan pipa
air bersih.
▪ Pipa dipasang lurus, dan untuk pipa tegak lurus benar-benar vertikal. Jalur pipa sesuai
dengan gambar rencana. Pelaksanaan pemasangan nya harus menyesuaikan
kondisi lapangan dan kontraktor harus membuat shop drawing dengan persetujuan
Direksi Lapangan.
▪ Perubahan arah pipa harus dilaksanakan dengan fitting pembantu (elbow), begitu
pula dengan percabangan harus dengan tee atau cross-tee sesuai kebutuhan,
pembengkokan pipa tidak diperkenankan.
▪ Pemasangan instalasi pipa tidak diijinkan menembus kolom, balok atau struktur
utama tanpa ada persetujuan dari Direksi / Pengawas.
▪ Untuk pipa-pipa yang menembus atap, kontraktor diwajibkan menyediakan Flashing
yang terbuat dari timbel (lead) dengan ukuran dan ketebalan yang memadai.
▪ Selama pemasangan instalasi pipa berjalan kontraktor harus menutup ujung pipa
yang terbuka guna mencegah masuknya kotoran.
4. Sistem Instalasi Air Bersih
a. Instalasi pemipaan lengkap dengan perlengkapannya harus mampu menyalurkan air
bersih dengan laju aliran yang cukup dengan kecepatan aliran tidak lebih dari 2 m/s.
b. Tekanan pelayanan minimum pada masing-masing titik adalah minimum 0,8 bar dan
maksimum 3,5 bar.

5. Penyangga Pipa
Semua pipa harus ditumpu pada setiap jarak 2,5 m kecuali untuk hal-hal khusus. Penyangga pipa
dibuat dari besi siku dengan ukuran yang sesuai dengan berat beban yang harus dipikul dan
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS C - 149

jumlah deret pipa yang ada serta digalvanis. Ukuran – ukuran bolt yang dipakai disesuaikan
dengan ukuran pipa dan digalvanis.
6. Sambungan pipa
Semua sambungan menggunakan Electric Welding, Polypropelene Random Copolymer, Type : 3
DIN 16928, ONORM B.5174, PN : PN.10. Untuk air bersih harus menggunakan seal tape dari
bahan yang tidak membahayakan kesehatan. Fleus dan fitting yang digunakan dari class 10 kg.
7. Material / Bahan Yang Dipakai
a. Kontraktor diwajibkan menyerahkan contoh bahan / barang yang disebut dalam lingkup
pekerjaan kepada Direksi / Pengawas lapangan untuk mendapat persetujuan sebelum
dipasang. Apabila hal tersebut tidak memungkinkan, minimal brosur spesifikasi teknis harus
ditunjukkan dan disetujui oleh Direksi / Pengawas lapangan.
b. Kontraktor harus membuat tempat penyimpanan bahan / material serta peralatan kerja
(gudang) agar rapi aman dan memudahkan pemeriksaan.
c. Jika bahan / material dan peralatan kerja tersebut harus melewati jalanan umum, Kontraktor
harus menjaga ketertiban dan kelancaran serta mengganggu lalu lintas.
d. Pengawas / Direksi berhak menambah peralatan yang dipergunakan atau menolak peralatan
yang tidak memenuhi syarat.
e. Bila pelaksanaan pekerjaan telah selesai, maka kontraktor harus segera mengeluarkan atau
memindahkan peralatan tersebut, kerusakan akibat penggunaan peralatan kerja tersebut
harus diperbaiki kembali atas beban biaya Kontraktor.
f. Material yang dipakai harus mendapat persetujuan Direksi Lapangan.
g. Valve/ katub harus mempunyai spesifikasi :
- Dia 40 mm kebawah, bronze atau strainer A- metal body class 150 lb dengan
sambungan ulir,BS 21/ ANSI B 2.1.
- Dia 50 mm keatas,cast iron body class 150 lb dengan sambungan flanges.
h. Fleksibel Joint
- Operating Pressure : 16 kg/cm²
- Burst Pressure : 60 kg/cm²
- Vacuum Rating : 650 mm/Hg
8. Spesifikasi Pompa Air Bersih
a. Pompa Transfer ( dari Tandon bawah ke Tandon Atas )
- Horizontal centrifugal multi-stage pump.
- Multi-stage centrifugal pump with axial suction port and radial discharge port close-
coupled with a three-phase motor.
- Pump and motor are mounted on a common baseplate.
- The pump has a mechanical shaft seal.
- Impellers, intermediate chambers and shaft are made of stainless steel. Suction and
discharge chambers are made of Cast iron.
b. Pompa Booster ( dari Tandon Atas ke distribusi lantai )
- Vertical, non-self-priming, multistage, in-line, centrifugal pump for installation in pipe
systems and mounting on a foundation.
- Impellers and intermediate chambers are made of stainless steel
- Pump head and base are made of Cast iron.
- The shaft seal has assembly length according to DIN 24960.
- Power transmission is via cast iron split coupling.
- The motor is a 3-phase AC motor.

10.2. Instalasi Air Buangan ( Bekas, Kotoran & Penghawaan )


RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS C - 150

1. Umum
Spesifikasi ini merupakan spesifiksasi teknis mengenai pekerjaan instalasi air bekas, kotoran dan
penghawaan.
2. Lingkup Pekerjaan
a. Saluran pembuangan dari bak cuci kamar mandi dan dapur ke sumur resapan.
b. Saluran pembuangan dari wastafel ke sumur resapan.
c. Saluran pembuangan dari kloset ke septic tank (Bio Filter Tank).
d. Saluran penghawaan instalasi pembuangan seperti dalam gambar perencanaan.
3. Uraian Pekerjaan
a. Tugas yang harus dikerjakan oleh Kontraktor, meliputi pengadaan, pemasangan dan
pengujian secara sempurna dan terpadu, sehingga merupakan sistim saluran air bekas,
kotoran dan penghawaan berfungsi dengan baik.
b. Pengadaan, pemasangan dan pengujian sistem saluran air bekas, kotoran dan penghawaan
beserta perlengkapannya harus sesuai dengan gambar rencana.
c. Prosedur pekerjaan pemasangan saluran air bekas dan kotor harus seijin / disaksikan Direksi
Lapangan.
4. Material / Bahan Yang Dipakai
a. Pipa PVC Class AW (Standard JISK 6742) dengan diameter sesuai gambar rencana dengan
persetujuan Direksi Lapangan.
b. Fitting-fitting untuk penyambungan terbuat dari bahan dan produksi yang sama.
5. Cara Pemasangan
1). U m u m
a. Kontraktor harus memasang semua peralatan dan instalasi plambing sesuai dengan
gambar perencanaan dan spesifikasi teknis ini.
b. Gambar perencanaan hanya menjelaskan jalur dan penempatan secara umum. Semua
detail dan perletakan yang sebenarnya harus dibuat dalam bentuk gambar kerja oleh
Kontraktor dan diserahkan kepada Konsultan Pengawas untuk disetujui.
c. Pemasangan Pipa :
- Pipa harus dipasang dengan jarak yang cukup terhadap balok, kusen jendela,
rangka langit-langit dan lainnya sehingga terdapat ruang atas yang cukup untuk
pemeliharaan pipa, fitting serta peralatan lainnya.
- Bila tidak diperoleh ruangan yang cukup untuk pipa tersebut, Kontraktor harus
segera melaporkan kepada Konsultan Konsultan Manajemen
Konstruksi/Konsultan Pengawas, untuk mendapat penyelesaian.
- Ketinggian langit-langit, dimensi balok, dimensi kolom, dimensi shaft dan lain-lain
dicantumkan secara jelas pada gambar arsitektur, finishing dan gambar struktur.
- Sistem sambungan harus dilengkapi dengan peralatan yang berfungsi untuk
mengatasi gerakan-gerakan thermal dan/ atau gerakan-gerakan akibat aliran
fluida pada tempat-tempat tertentu dengan sistem sambungan swing, flexible
expansion loop dan lainnya.
- Pemipaan untuk peralatan/ mesin harus ditopang secara terpisah sehingga tidak
membebani unit mesin/ peralatan tersebut, dan jika diperlukan harus disertai
peredam getaran.
2). Pemasangan dan Penyambungan Pipa Dalam Bangunan
a. Pipa Tegak
- Pipa tegak harus disangga dengan besi kanal dan diikat dengan klem-U yang
dilengkapi dengan landasan kayu dan mur-baut. Jarak antara penyangga
maksimum 3 meter.
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS C - 151

- Pipa tegak dalam tembok yang menuju alat plambing harus dipasang baik.
Kontraktor harus membuat jalur pipa dan lubang-lubang yang diperlukan pada
tembok sesuai dengan kebutuhannya. Setelah pipa dipasang dan diuji terhadap
kebocoran, maka alur dan lubang harus ditutup kembali dengan rapi.
- Untuk menghindari kebocoran, disetiap lubang dimana menembus lantai beton
atau dinding harus diberi bahan Waterprofing untuk semua ujung pipa harus diberi
“Cap” yang tidak memungkinkan adanya kebocoran.
- Untuk memudahkan pemeliharaan dikemudian hari, semua fitting TY yang
dilengkapi dengan Clean Out (seperti pada gambar rencana), pada dasarnya
harus ditarik ke atas, sampai permukaan lantai (finishing floor level), diakhiri
dengan mempergunakan Clean Out. Jika terdapat kesulitan dalam
pelaksanaannya, karena kondisi lapangan, kontraktor bisa mengajukan alternatif
lain denan persetujuan Direksi Lapangan.
b. Pipa Mendatar
- Untuk yang berada di atas langit-langit dan di bawah lantai, pipa harus dipasang
dengan menggunkan penggantung. Sedangkan yang berada di atas lantai pipa
diberi penyangga yang dilengkapi dengan klem-U.
- Persyaratan penyangga dan penggantung pipa harus sesuai dengan table di atas.
- Jarak antara penggantung pipa terhadap dinding bias disesuaikan dengan
keadaan lapangan.
- Pipa mendatar harus digantung menggunakan gantungan pipa yang dilengkapi
dengan pelindung (sadel) untuk pelindung terhadap tekanan dasar penggantung.
Persyaratan penggantung harus sesuai dengan table di pasal selanjutnya. Pipa
mendatar harus dipasang dengan kemiringan/ slope sekitar 1% - 2%.
- Setiap cabang harus menggunakan fitting yang mempunyai sudut-sudut 45
derajat.
c. Penyambungan Pipa
- Pipa PVC dengan diameter 3” ke atas harus disambung dengan rubbering joint.
- Pipa PVC kurang dari dia. 2 ½” disambung dengan solvent cement.
- Setiap cabang harus menggunakan fitting yang mempunyai sudut-sudut 45
derajat.
- Setiap sambungan pipa PVC harus dibersihkan dulu pipa PVC nya, sebelum
dilaksanakan penyambungan.
- Khusus untuk perpipaan air kotor, sambungan pipa ke soil stack dan septic tank
diberi kemiringan ¼ inchi/feet. Sambungan selain ke WC dilengkapi dengan
siphon yang mempunyai ketinggian seal trap antara 2 – 4 inchi .
d. Pipa Dalam Tanah
- Pipa distribusi yang dipasang di bawah tanah, jalan atau pelataran parkir, harus
ditanam dengan kedalaman kurang lebih 80 cm yang diukur dari bagian atas pipa
sampai permukaan tanah atau lantai pada peil yang terendah.
- Sebelum pipa ditanam, dasar galian harus dipadatkan dan diratakan terlebih
dahulu kemudian diurug dengan pasir padat setebal 10 cm, setelah pipa
diletakkan di sekeliling dan di atas pipa diurug kembali dengan pasir setebal 15
cm, kemudian diurug dengan tanah urug sampai padat.
- Apabila dalam galian tidak memenuhi syarat (80 cm) karena sesuatu hal, maka
pipa pada bagian pengurugan teratas harus dilindungi dengan plat beton
bertulang minimal setebal 10 cm yang dipasang sedemikian rupa sehingga plat
beton tidak sampai bertumpu pada pipa, untuk selanjutnya diurug sampai padat.
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS C - 152

- Disekitar fitting pipa harus dipasang blok penguat dari beton agar fitting-fitting
tersebut tidak bergerak jika terjadi penekanan oleh beban di atasnya.
- Konstruksi permukaan tanah atau jalan bekas galian harus dikembalikan seperti
semula.
e. Penyangga dan penggantung pipa.
- Gantungan pipa harus dipasang sesuai dengan ketentuan di atas.
- Setiap penyangga lurus dibuat untuk menjamin bahwa panjang pipa disangga
dengan baik dan jarak antara pipa yang lain tidak kurang dari 100 mm . Selama
pemasangan ujung pipa yang terbuka harus ditutup.
f. Lain – lain.
Tata letak yang ditunjukkan pada gambar merupakan perkiraan, tetapi cukup memberi
petunjuk jalur pipa yang dimaksud. Semua pekerjaan perpipaan harus dibuat
sedemikian rupa sehingga bebas dari penyusutan dan pemuaian yang akan
mengakibatkan kerusakan pada pekerjaan / bagian lain. Harus diprbaiki bahwa
perpipaan disusun sedemikian rupa sehingga kelihatan rapi dan lurus.
3). Sambungan Ulir
a. Pipa harus dipotong secara tegak lurus terhadap sumbu pipa dengan menggunakan
alat potong pipa seperti hack saw atau alat lainnya, sehingga tidak menyebabkan
perubahan diameter pipa.
b. Ulir pipa harus mengikuti segala ketentuan pada standard Taper Pipe Treads BS. 21.
atau ANSI B2.I dan dibuat dengan alat khusus pembuat ulir dengan menggunakan
pelumas red load dan linceed oil atau minyak jenis lain yang tidak beracun.

c. Panjang ujung ulir untuk setiap pipa harus mengikuti ketentuan berikut :
Nominal Diameter Panjang Efektif Ujung
(mm) (inch) Berulir
(mm)
15 ½ 15
20 ¾ 17
25 1 19
32 1½ 22
50 2 26
65 2½ 30
80 3 34
100 4 40
125 5 44
150 6 48
d. Sambungan ulir harus menggunakan Teflon Sealing Tape atau yang sejenis.
e. Bila pekerjaan hendak ditunda, ujung pipa harus ditutup agar tidak kemasukan kotoran
atau sejenisnya.
4). Sambungan Flens (Flange)
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS C - 153

a. Sambungan flens harus menggunakan flens lengkap dengan packing flange dan tebal
minimum 3 mm dan di ikat dengan mur-baut.
b. Pembersihan terhadap welding slag atau kotoran di dalam dan di bagian luar ujung pipa
harus dilakukan sebelum sambungan dipasang.
c. Bila pekerjaan hendak ditunda, ujung pipa harus ditutup agar tidak kemasukan kotoran
atau sejenisnya.
5). Pemasangan Alat Ukur
a. Kontraktor harus memasang alat ukur pada instalasi pipa dengan menggunakan fitting
alat ukur.
b. Pada instalasi pemipaan harus disediakan dan dipasang fitting untuk penempatan alat
ukur yang tidak akan dipasang tetap pada tempat-tempat yang penting.
c. Semua alat ukur yang akan dipasang harus dalam keadaan baik dan harus dipasang
dengan benar dan simetris.
6). Sambungan Pipa dengan Bahan Yang Berbeda
Diameter ukuran 3” atau lebih besar harus menggunakan sambungan flens, sedangkan
diameter 2 ½” atau lebih kecil menggunakan sambungan ulir.
7). Sambungan dengan peralatan
Sambungan dengan peralatan harus menggunakan sambungan union atau flens.
Sambungan tersebut harus dipasang pada kedua sisi peralatan.
8). Sambungan Lentur dan Sambungan Ekspansi
Pada tempat tertentu harus dilengkapi dengan sambungan lentur atau sambungan ekspansi
dimana dapat terjadi gerakan antara dua bagian pemipaan atau dimana dapat terjadi expansi
atau kontraksi yang melebihi batas toleransi untuk pemipaan.
9). Pipa yang tertanam Dalam Bangunan
Semua pemipaan yang dipasang diantara dua dinding atau ditanam dalam tanah atau
daerah-daerah yang tidak dapat dijangkau harus diuji secara hidraulis lebih dahulu sebelum
ditutup.

10). Katub Pelepasan Udara


Katub pelepas udara terjebak harus dipasang pada sistem pipa air sirkulasi.
11). Penyangga dan Penggantung Pipa
a. Semua pipa mendatar harus ditumpu dengan baik. Tidak diperbolehkan
menggantungkan pipa ke pipa lainnya.
b. Penyangga dan penggantung pipa harus terbuat dari besi siku atau besi kanal.
c. Pipa tegak harus disangga dengan besi kanal dan diikat dengan klem-U yang dilengkapi
dengan landasan kayu dan mur-baut. Jarak antar penyangga maksimum 3 meter.
d. Penggantung dan penyangga pipa harus diikat ke konstruksi bangunan dengan
memakai insert.
e. Penyangga / penggantung harus dipasang sesuai dengan tabel berikut :

HANGER ROD SPACING

Ukuran pipa
nominal < 1 1½ 2 2½ 3 4 5 6 8 10 12 14 16 18 20
(inchi)
Jarak antar
7 9 10 11 12 14 16 17 19 22 23 25 27 28 30
maksimum (ft)
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS C - 154

HANGER ROD SCHEDULE


Pipe size Rod Size Pipe Size Rod size
Up to dia. 2” 3/8” dia. 4” thru 5” 5/8” dia.
2 ½ thru 3” ½” dia. 6” thru 12” 7/8” dia.

f. Semua penggantung pipa pada ruang mesin pompa harus diberi peredam getaran
(Vibration Eliminator).
12). Penembusan Pipa
a. Pipa yang menembus dinding beton atau tembok, harus diberi pipa selubung (sleeve)
yang diameternya lebih besar daripada diameter pipa yang akan menembus dinding.
b. Bahan dari pipa selubung (sleeve) dari jenis High Pressure PVC, atau Polyethlene atau
Polybutane atau Tembaga.
c. Cara pemasangan harus sesuai seperti yang tercantum pada gambar dokumen.
13). Pembersihan
Kontraktor harus melakukan semua pekerjaan pembersihan, termasuk :
a. Semua bagian dinding luar pipa harus bebas dari lemak dan kotoran.
b. Semua bagian peralatan yang terlapisi Chronium atau nikel harus digosok hingga
mengkilat.
c. Semua bagian dalam dari pipa, katup dan alat-alat lainnya harus dibersihkan dari
segala macam kotoran.
d. Semua bagian bangunan atau finishing arsitektur yangkotor akibat pemasangan
pekerjaan plumbing.
e. Semua bagian luar dari peralatan.
14). Penandaan Pipa
a. Kontraktor harus melakukan pengecatan terhadap pipa untuk penandaan sesuai
dengan ketentuan dalam spesifikasi teknis.
b. Kontraktor harus mengecat dasar dengan bahan dasar syntetis terlebih dahulu pada
masing-masing pipa, sebelum cat akhir.
c. Pewarnaan Pipa
d. Semua pipa harus di cat dengan cat akhir (sesuai dengan spesifikasi arsitektur). Pada
setiap jarak 12 meter dan pada saat keluar dari shaft, harus diberi indikasi penamaan
pipa (simbol pipa) dan penunjuk arah aliran.

SKEDUL PEWARNAAN PIPA

No Fungsi Warna
1 Pipa Air Bersih / RO Biru
2 Pipa Air Kotoran Kuning
3 Pipa Air Panas Merah
4 Pipa Air Bekas Hijau
5 Pipa Penghawaan Putih
6 Gantungan & Support Hitam
7 Panah Pengarah Putih/Hitam
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS C - 155

10.3. Testing & Comissioning


1. Pengujian Terhadap Kebocoran
a. Setelah semua instalasi air bersih terpasang, harus diuji dengan tekanan hidrolik
sebesar 10 kg/cm² selama 1 x 24 jam tanpa terjadi perubahan / penurunan tekanan.
b. Instalasi air buangan (air kotor dan air bekas) yang telah terpasang harus diuji terhadap
kebocoran dengan cara mengisi seluruh jaringan pipa dengan air dan di-dop pada
ujungnya. Selama 1x24 jam harus tidak terjadi perubahan/ penurunan permukaan air.
2. Pengujian Desinfeksi
a. Kontraktor harus melakukan pembilasan desinfeksi dari seluruh instalasi air, sebelum
diserahkan kepada pemberi tugas.
b. Proses desinfeksi dilakukan dengan cara memasukkan larutan Chlrorida kedalam sistem
pemipaan dengan cara / metode yang disetujui oleh Direksi / Pengawas. Dosis Chlrorine
tidak kurang 50 ppm ( part per million ) selama 16 jam, setelah itu seluruh sistem harus
dibilas air bersih (flushing) sehingga kadar chlrorine tidak lebih dari 0,2 ppm.
3. Pengujian Sistem Pompa
Kontraktor harus melakukan pengujian terhadap kapasitas aliran dan sistem operasi pompa.
Pengujian laju aliran pompa dapat menggunakan alat ukur berupa flow meter yang dipasang
pada jaringan perpipaan dan alat pencatat waktu (stop watch).
4. Kontraktor harus menentukan jadwal dan cara pengujian yang akan dilakukan 2 (dua) minggu
sebelum pelaksanaan pengujian, Pemborong menyerahkan jadwal dan cara pengujian tersebut
kepada Pengawas untuk disetujui. Seluruh biaya pengujian ditanggung oleh Pemborong.
5. Kontraktor harus menyerahkan laporan pengujian / sertifikat test untuk peralatan sistem kepada
Pengawas.
6. Pekerjaan akan dinyatakan selesai bila seluruh pengujian berhasil baik dan dapat diterima oleh
Konsultan Pengawas dan Pemilik.
7. Untuk mengetahui bahwa semua pekerjaan yang telah dilaksanakan dapat berfungsi baik dan
telah sesuai dengan persyaratan teknis yang dimana, maka Kontraktor diwajibkan menguji
seluruh pekerjaannya dengan standrad uji masing-masing yang telah ditetapkan dalam
peraturan / Spesifikasi Peralatan.
8. Pengujian ini dilaksanakan dibawah Pengawasan Direksi / Pengawas Lapangan yang ditunjuk.
Jadwal Pelaksanan Pengujian dapat diatur seminggu sebelumnya atau atas persetujuan
bersama.
9. Semua bahan yang kurang baik atau pemasangan yang kurang sempurna yang diketahui pada
saat Pemeriksaan / Pengujian harus segera diganti dengan yang baru / disempurnakan sampai
dapat berfungsi dengan baik dan sesuai Standard Uji yang ada.
10. Kontraktor harus menyerahkan kepada Konsultan Pengawas dalam rangkap 3 (tiga) mengenai
hal – hal sebagai berikut :
a. Hasil pengetesan terhadap kebocoran ( tekanan hydrostatis )
b. Hasil pengetesan terhadap peralatan ( kinerja pompa ).
c. Hasil pengetesan semua persyaratan operasi dan instalasi
d. Hasil pengukuran – pengukuran dan lain-lain.
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS C - 156
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS C - 149

Pasal 5
Instalasi Tata Udara

1.1 Umum
1. Pasal-pasal dibawah ini menjelaskan secara umum ketentuan-ketentuan yang perlu diikuti
untuk semua bagian-bagian yang dalam pelaksanaannya berhubungan dengan instalasi tata
udara.
2. Gambar-gambar dan spesifikasi adalah ketentuan spesifik yang saling melengkapi dan
sama mengikatnya.
3. Persyaratan Teknis Pekerjaan Pengkondisian Udara dan Ventilasi ini menguraikan syarat-
syarat dan ketentuan lainnya yang harus dilaksanakan oleh Kontraktor dalam melaksanakan
pekerjaan ini.
4. Semua persyaratan umum maupun suplemen yang ada merupakan bagian daripada
persyaratan system intalasi tata udara ini, sejauh yang berlaku dan berhubungan bagi
perkerjaannya.
5. Apabila ada beberapa hal dari persyaratan umum yang dituliskan kembali dalam spesifikasi
ini, berarti hanya permintaan khusus dan ini juga tidaklah berarti menghilangkan hal-hal
lainnya dari persyaratan umum dan suplemen yang ada. Hanya apabila ada yang dinyatakan
lain tersendiri di dalam spesifikasi ini, maka hal-hal persyaratan umum maupun suplemen
tidak berlaku lagi untuk sistem instalasi ini.

12.2 Kondisi Perencanaan


Yang termasuk didalam lingkup pekerjaan ini:
1. Pekerjaan instalasi ini meliputi seluruh pekerjaan, pengadaan dan pemasangan Instalasi
Tata Udara (Air Conditioning) dan Ventilasi Mekanis (Mechanical Ventilation) secara lengkap
termasuk semua perlengkapan dan sarana penunjangnya, sehingga diperoleh suatu
instalasi yang lengkap dan baik serta diuji dengan seksama dan siap untuk dipergunakan.
2. Pekerjaan Pengadaan dan pemasangan Sistem Multi Refrigerant Inverter dengan
menggunakan inverter DC yang terdiri dari 1 Outdoor dan beberapa indoor unit lengkap
dengan control panel lengkap dengan electronic expansion valve di indoor dan outddor unit
dan peralatan standart pabrik lainnya, dimana setiap indoor unit mempunyai kemampuan
untuk mendinginkan ruangan secara independen sesuai dengan temperature yang
diharapkan.
3. Pengadaan dan Pemasangan Unit AC jenis Sistem Multi Refrigerant Inverter dengan sistem
indoor beserta seluruh peralatan bantunya (refnet joint, system control) secara lengkap,
sehingga sistem berjalan dengan baik
4. Pengadaan dan pemasangan unit-unit AC split, dengan kapasitas, jumlah dan tipe indoor
unit sesuai dengan schedule peralatan lengkap dengan control panel dan peralatan standar
pabrik
5. Pengadaan dan pemasangan Pemipaan Refrigerant dari Indoor Unit ke Condensing Unit
/ Outdoor Unit menggunakan pipa jenis ASTM B280 untuk Refrigerant (ramah lingkungan),
lengkap dengan isolasi, lengkap peralatan pemipaan dan penggantung pipa
6. Pengadaan dan pemasangan pemipaan Kondensat dari Indoor Unit sampai ke saluran
drainase yang disediakan oleh Plumbing.
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS C - 150

7. Pengadaan dan pemasangan Exhaust Fan beserta peralatan bantunya secara lengkap.
8. Pengadaan dan pemasangan Ducting, Exhaust, damper, Grille, penggantung beserta
peralatan bantunya secara lengkap.
9. Instalasi Daya,
Pekerjaan ini meliputi seluruh instalasi yang digunakan untuk menghubungkan panel daya
dengan outlet daya dan peralatan listrik, seperti Exhaust Fan, motor-motor listrik pada
peralatan Sistem VAC sesuai dengan gambar Perencanaan dan Buku Spesifikasi Teknis.
10. Outdoor dan indoor harus mempunyai fleksibilitas design dan kemampuan koneksi dalam
satu system.
11. Condensing unit harus dilengkapi dengan inverter, dan system bisa beroperasi pada
minimum koneksi beban pendinginan 2.2 Kw dan mempunyai kemampuan untuk merubah
putaran motor compressor sesuai dengan beban pendinginan.
12. System yang ditawarkan harus bisa melakukan Automatic Test Operation System, Untuk
melakukan pengecekan system secara otomatis yang meliputi pengecekan : control wirings,
shut off valves, sensors dan refrigerant volume. Dan system juga mempunyai kemampuan
untuk Auto Charging dan Refrigerant Leakage Test secara otomatis, sehingga sistem
berjalan dengan baik dan berfungsi sesuai kondisi yang dikehendaki dalam perancangan
system.
13. Pekerjaan balancing, testing dan commisioning terhadap seluruh sistem sehingga dapat
bekerja dengan baik sesuai dengan fungsinya, termasuk penyediaan peralatan uji/ukur dan
segala keperluan lainnya secara lengkap.
14. Pembuatan buku manual operasi dan jadwal perawatan rutin maupun berkala sampai
dengan overhaul, operation log-sheet, spare-part number list untuk setiap peralatan / unit
mesin yang dipasang dan segala keperluan operasi lainnya untuk seluruh peralatan dalam
sistem ini.
15. Pekerjaan training khusus pada AC Academy dari pihak pabrikan ( Principal ) serta pelatihan
on site project utuk pengoperasian system dan cara/proses pemeliharaan beserta trouble
shooting dan perbaikan.
16. Pekerjaan pemeliharaan dan penggantian kerusakan yang terjadi selama masa
pemeliharaan.
17. Sistem Ventilasi Mekanis secara lengkap termasuk alat Bantu yang menunjang pekerjaan
tersebut sesuai dengan gambar perencanaan.
18. Pekerjaan Ducting lengkap dengan isolasi / tanpa isolasi berikut alat Bantu yang menunjang
pekerjaan tersebut sesuai dengan gambar perencanaan.
19. Pemasangan instalasi lain yang belum tercantum didalam spesifikasi ini tetapi ada di gambar
perencanaan yang bersifat menunjang sehingga sistem berfungsi dengan baik sesuai
dengan yang direncanakan.
20. Pengaturan dan pengujian sehingga sistem instalasi tata udara dapat berfungsi dengan baik
dan sempurna sesuai dengan yang direncanakan.

12.3 Kondisi Perencanaan


1. Kondisi Udara Luar
a. Temperatur : 35° C ( 95° F )
b. Relative Humidity : 78 %
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS C - 151

2. Kondisi dalam ruangan ( semua ruangan yang dikondisikan )


a. Temperatur : 24° C ± 1° C
b. Relative Humidity : 55 % ± 5 % RH
c. Koridor : 25° C ± 1° C
d. Fresh air ventilation : ASHRAE Standard 62-1981
e. Noise Kriteria :
▪ Office 30 – 40 NC
▪ Individual Room / Suite 30 – 40 NC
▪ Koridor, Area Publik 35 – 45 NC
12.4 Masa Jaminan
1. Semua Pekerjaan instalasi harus dijamin akan bekerja dengan sempurna. Semua
pekerjaan yang masuk dalam lingkup pekerjaan ini harus diberi masa jaminan selama 1
(satu) tahun setelah masa penyerahan pekerjaan tersebut
2. Garansi compressor AC adalah 36 bulan terhitung dari tanggal start up dan komisioning.
3. Garansi spare parts AC adalah 12 bulan terhitung dari tanggal start up dan komisioning
4. Garansi kompresor AC Non Sistem adalah 36 bulan terhitung dari tanggal start up dan
komisioning khusus untuk kapasitas 0.5 – 5 PK.
5. Garansi kompresor AC Non Sistem adalah 12 bulan terhitung dari tanggal start up dan
komisioning khusus untuk kapasitas diatas 5 PK.
6. Garansi spare parts AC Non Sistem adalah 12 bulan terhitung dari tanggal start up dan
komisioning.

12.5 Kondisi Dan Operasi Sistem


1. Mesin Kompresor bekerja secara Variable menyesuaikan putaran motor dan konsumsi daya
listrik dengan kebutuhan beban pendinginan yang berubah - rubah dengan menggunakan
teknologi inverter dan Variable Refrigerant Volume.
2. Peralatan-peralatan yang digunakan pada sistem AC VRV inverter ini adalah,
a. Indoor unit
b. Outdoor unit dengan Kompresor DC Inverter
c. Refnet Join untuk pencabangan antar indoor
d. Individual digital remote control
e. Centralize Remote Control
3. Operasi sistem AC :
Dalam pengoperasiannya, pengatur temperatur ruangan dilakukan dengan thermostat yang
dapat diatur secara remote.
4. Peralatan-peralatan yang digunakan AC Sistem Multi Refrigerant Inverter terdiri dari:
a. Indoor unit
- Indoor unit haruslah dari jenis dan kapasitas yang sesuai dengan yang ada didalam
perencanaan sesuai dengan design condition.
- Terdiri dari komponen dasar : Fan, Evaporator koil dan Electronic Expansion Valve.
- Harus bisa mengontrol aliran refrigerant kedalam unit indoor sesuai dengan beban
pendinginan yang dibutuhkan oleh ruangan.
- Tegangan operasi Indoor unit adalah 220 – 240 volt AC , 1 phase dan 50 Hz.
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS C - 152

- Indoor type ducted haruslah mempunyai static pressure external yang sesuai
dengan spesifikasi di gambar dan di BQ.
- Filter udara untuk type Ducted haruslah disupply dari pabrik.
- Filter udara untuk model ductless harus disupply dari pabrik.
- Fasilitas Auto swing untuk tipe wall, cassette dan under ceiling haruslah standard
dari pabrik.
- Pipa PVC 25 mm ( 1” ) yang terinsulasi dengan minimal ketebalan 9mm haruslah
dipasangkan sebagai pipa drain dari setiap indoor unit menuju ke saluran
pembuangan air drain
b. Outdoor unit
- System ini harus bisa terkoneksi dengan pipa refrigerant yang mempunyai
kemampuan panjang instalasi 225 m, dengan total panjang pipa 1000m dan
kemampuan jarak Vertikal antara Outdoor dengan indoor pada posisi Outdoor diatas
ataupun di bawah dengan panjang 110m tanpa oil trap.
- Baik indoor maupun outdoor harus dirakit dan ditest di pabrik. Outdoor unit harus
terisi R410A dari pabrik.
- Casing outdoor haruslah wheatherproof terbuat dari baja anti karat dilapisi dengan
Baked Enamel.
- Ketentuan condensing unit :
▪ Outdoor unit harus memiliki 2 atau 3 compressor SCROLL dengan minimal 1
unit BLDC Inverter Compressor, mempunyai system Automatic Back Up
Function yang memungkinkan Unit tetap bisa beroperasi jika 1 compressor
rusak.
▪ Outdoor dengan ukuran 8 HP memiliki 1 kompressor Inverter SCROLL
▪ Indoor yang terkoneksi ke outdoor mempunyai kapasitas dari 0.5 HP ( 1.6 KW )
sampai 10 HP ( 28.0 KW )
▪ Noise level outdoor tidak boleh melebihi 65 DB(A) pada saat operasi normal,
terukur 1 meter secara horizontal dan 1.5 meter diatas pondasi, Outdoor
harusnya model modular dan bisa dipasang secara berderet di setiap sisinya.

c. Compressor
Karakteristik kompressor
- Mesin Kompresor bekerja secara Variable menyesuaikan putaran motor dan
konsumsi daya listrik dengan kebutuhan beban pendinginan yang berubah - rubah
dengan menggunakan teknologi inverter dan Variable Refrigerant Volume.
- Kompresor haruslah merupakan tipe Scroll (Fully Hermetic, R410A) yang
mempunyai efisiensi tinggi dan dilengkapai dengan control inverter yang dapat
merubah kecepatan putaran kompresor menyesuaikan dengan beban pendinginan
yang dibutuhkan. Magnet tipe Neodymium harus terpasang di dalam rotor
kompresor, Magnet Ferrite tidak diperbolehkan.
- Kompressor haruslah type dengan effisiensi tinggi dan dilengkapi dengan inverter
control yang berfungsi untuk merubah kecepatan putaran yang menyesuaikan
dengan cooling load yang dibutuhkan. Magnet Neodymium harus dipakai di rotor
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS C - 153

compressor untuk menambah torsi Compressor. Kemampuan untuk efisiensi kerja


dan efisiensi konsumsi listrik Inverter kompressor dengan range frequency limit
minimum kecepatan putaran motor kompressor 20 Hz dan maksimum kecepatan
putaran 110 Hz.
- Memiliki sertifikat pengujian terhadap tingkat Total Harmonic Distortion ( THD )
dengan ketentuan:
▪ THD Limit tidak boleh melebihi 32%
▪ Dilengkapi dengan Noise Filter system
- Pada konfigurasi system dengan outdoor lebih dari 1 unit, secara otomatis
compressor inverter dengan jam operasi terendah yang akan start lebih dulu pada
setiap kali operasi, System ini haruslah dipasang dipabrik.
d. Heat Exchanger
Heat Exchanger harus terbuat dari tube tembaga yang dipasangkan secara mekanik ke
aluminium blue fin, di mana blue fin ini haruslah dilapisi dengan lapisan anti karat setebal
0.2 – 0.3 micron
e. Wide Louver Fin alumunium untuk meningkatkan performance kondensing unit yang
dilapisi lapisan anti korosi yang dan sudah dilakukan pengujian untuk ketahanan
terhadap korosi.
f. Refrigerant Circuit
Terdiri atas Liquid dan Gas shut off valve dan Sub Cooling Circuit adalah Untuk
memastikan liquid refrigerant tidak menguap saat menuju indoor unit dan berfungsi
meningkatkan performance pendinginan dan komponen lain untuk keperluan safety
secara keseluruhan baik Outdoor maupun Indoor unit.
g. Fan Motor
- Motor Fan di Outdoor unit harus memiliki kecepatan bertingkat yang dikendalikan
dengan inverter DC dan mempunyai kemampuan untuk menurunkan noise level jika
beroperasi di malam hari baik secara otomatis maupun manual. Eksternal Static
Pressure untuk Outdoor harus mencapai pada 78.4 Pa.
- Condensing unit harus mempunyai kemampuan untuk beroperasi dengan noise
lebih rendah pada saat malam hari baik secara otomatis maupun dengan manual
setting
h. Safety Devices
- Outdoor unit haruslah mempunyai peralatan safety sebagai berikut : high pressure
switch, control circuit fuses, thermal protectors for compressor dan fan motors, over
current protection for the inverter and anti-recycling timers.
- Oil recovery cycle akan secara otomatis beroperasi setelah 1 jam sejak startup dan
seterusnya setiap 6 jam operasi.
- Setelah pekerjaan pemipaan dilakukan, sebelum disambungkan ke outdoor unit,
Sebelum pembungkusan pipa dengan insulasi dan sebelum VRV system
dinyalakan, Pekerjaan pemipaan harus di test tekanan dengan memakai dry
nitrogen dan dicek ulang untuk mendeteksi kebocoran yang mungkin terjadi.
- Jumlah tambahan refrigerant (HFC R410A) harus dihitung berdasarkan standard
dari pabrik dan ditimbang dengan mempertimbangkan panjang pipa actual yang
terpasang dengan merefer ke installation manual dari pabrik.
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS C - 154

- Pengisian refrigerant ini harus dilakukan dengan peralatan yang sesuai dan dibawah
pengawasan dari perwakilan pabrik.
- Jumlah tambahan dari refrigerant ini harus disupply oleh kontraktor pemasang dan
diawasi oleh perwakilan dari pabrik Pressure test harus dilakukan oleh kontraktor
pemasang dan diawasi oleh perwakilan pabrik Proses vacuum system pemipaan
harusdilakukan oleh kontraktor pemasang dan diawasi oleh perwakilan pabrik.
5. Operasi sistem AC, dalam pengoperasiannya, pengatur temperatur ruangan dilakukan
dengan thermostat yang dapat diatur secara individual maupun menggunakan system
pengendali operasi AC secara terpusat dari pusat kontrol.
Klasifikasi system control :
Sebuah Screen Touch operated atau PC system centralized controller dengan merk yang
sama dengan unit AC haruslah mempunyai fungsi sebagai berikut :
• System control dapat meng cover operasional mulai dari 16 unit indoor sampai 256 unit
indoor dan kombinasi dapat di koneksi sampai total 8.192 total indoor unit.
• Dapat dikoneksikan dengan BMS (Building Management System).
• Monitoring & Trouble shooting operasional dari system AC.
• Start/Stop serta locking operasional untuk semua indoor unit.
• Peak kontrol power operation.
• Kontrol setting: temperature, operation mode, fan speed dan locking dari seluruhi indoor
unit.
• 1 tahun schedule dari operational system.
• Bisa menggunakan fire alarm signal untuk mematikan seluruh AC
12.6 Instalasi
1. Semua peralatan dan alat–alat bantu harus dipasang sesuai dengan cara-cara
pemasangan yang secara teknis praktis, baik dan dapat dipertanggung jawabkan serta
sesuai dengan petunjuk dan instruksi pada brosur atau publikasi yang dikeluarkan pabrik
dari peralatan ataupun alat bantu tersebut.
2. Semua pondasi untuk peralatan dan motor, berukuran sedemikian rupa sehingga tidak ada
bagian–bagian perlatan maupun motor yang berada diluar pondasi (berat peralatan
diartikan berat pada saat dalam operasi).
3. Untuk semua peralatan seperti fan dan sejenisnya yang menggantung dan duduk pada
suatu platform, maka harus diperkuat dengan suatu frame besi kanal (siku) yang dilas atau
dibautkan, atau dikeling ke frame sehingga cukup kuat, kaku dan tidak bergetar dalam saat
beroperasi.
4. Semua peralatan dalam prinsip pemasangannya harus mudah untuk bisa diamati, termasuk
juga assesories pipa dan duct seperti valve, clean out, damper, filter, venting dll.

12.7 Pengadaan dan Pemasangan


1. Pengadaan, pemasangan, pengaturan dan pengujian semua peralatan tata udara (Air
Conditioning) seperti : Mesin AC, Pompa-Pompa, Air Handling Unit, Fan Coil Unit, Tangki
Ekspansi, Fan, Thermostat, control dan lain sebagainya.
2. Pengadaan, pemasangan, pengaturan dan pengujian seluruh instalasi ducting.
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS C - 155

3. Pengadaan, pemasangan, pengaturan dan pengujian seluruh instalasi refrigerant &


pemipaan air pengembunan (drainage) sampai kesaluran air terdekat.
4. Pengadaan, pemasangan, pengaturan dan pengujian seluruh instalasi control Fan Coil
Unit, Air Handling Unit, Valve, Damper, Thermostat dan lain sebagainya.
5. Pengadaan, pemasangan, pengaturan dan pengujian sumber daya listrik bagi instalasi ini
seperti kabel dan panel AC.
6. Pengadaan, pemasangan, pengaturan dan pengujian sumber daya listrik bagi instalasi ini
seperti tercantum dalam dokumen.
7. Mendidik petugas dan pemilik gedung, yang ditunjuk mengenai cara-cara menjalankan dan
memelihara instalasi ini.
8. Kontraktor harus melakukan pekerjaan pengadaan dan pemasangan peralatan untuk
bekerjanya sistem pengkondisian udara dan ventilasi antara lain :
a. Sistem Pengkondisian Udara Air Conditioning Sistem Multi Refrigerant Inverter secara
lengkap dengan perlengkapannya (filter dryer, sight glass, thermostart, panel control,
pipa refrigerant + thermal insulation, pipa air kondensat, gantungan, pengkabelan dan
lain-lain) sesuai dengan perencanaan dan spesifikasi teknis.
b. Pengujian sistem pengkondisian udara sehingga sistem tersebut dapat bekerja dengan
baik sesuai dengan perencanaan.
9. Instalasi Ventilasi Udara
a. Pengadaan dan pemasangan instalasi ventilasi udara dan exhaust lengkap dengan
perlengakapannya (fan, shuttler, gantungan dan lain-lain) sesuai dengan perencanaan
dan spesifikasi teknis. Standard konstruksi cerobong udara harus dibuat dengan
konstruksi mengikuti ketentuan yang dikeluarkan oleh SMACNA (Sheet Metal and Air
Conditioning National Association) dan ASHRAE (American Society of Heating
Refrigerating and Air Conditioning Engineer).
b. Pembersihan seluruh instalasi ventilasi udara.
c. Pengujian instalasi udara, sehingga sistem dapat bekerja dengan baik sesuai dengan
perencanaan.
10. Instalasi Roof Thermal Insullation
Pengadaan dan pemasangan instalasi Roof Thermal Insullation dengan perlengkapannya
(thermal insullation, wiremesh, alluminium foil double sided, spindle pin, dll) sesuai dengan
gambar perencanaan dan spesifikasi teknis.
11. Intake dan Exhaust Louvre
Pengadaan dan pemasangan louver dengan perlengkapannya sesuai dengan gambar
perencanaan dan spesifikasi teknis.

12.8 Spesifikasi Teknis


1. Persyaratan Umum
a. Pekerjaan instalasi ini meliputi seluruh pekerjaan, pengadaan dan pemasangan
Instalasi Tata Udara (Air Conditioning) dan Ventilasi Mekanis (Mechanical Ventilation)
secara lengkap termasuk semua perlengkapan dan sarana penunjangnya, sehingga
diperoleh suatu instalasi yang lengkap dan baik serta diuji dengan seksama dan siap
untuk dipergunakan.
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS C - 156

b. Peralatan Sistem Pengkondisian Udara Air Conditioning jenis Sistem Multi Refrigerant
Inverter R410a type harus factory built, terdiri atas evaporator blower/ indoor unit,
condensing unit/ outdoor unit, pemipaan refrigerant, pemipaan kondensat dan
pemasangan ducting serta perlatan – peralatan penunjang lainnya.
c. Ketentuan umum standard produk dan pelaksanaan yang dipakai dalam spesifikasi ini
adalah yang telah memenuhi standard & merk internasional.
2. Pemipaan Refrigerant & Drainase
a. Persyaratan Pemipaan Refrigerant
1) Pipa refrigerant haruslah de-oxidized phosphorous seamless copper pipe with High
pressure ressistance Type ASTM B280 REV A Standard Specification for Seamless
Copper Tube for Air Conditioning and Refrigeration Field Service sesuai dengan
standard JIS H300 - C1220T, dengan ketebalan diameter pipa sesuai dengan
standard rekomendasi dari pabrik.
2) Harus mengikuti 'Safety Code for Mechanical Refrijeration ASA-B9.1-1965' dan
Code for Refrigerantt Piping ASA-B3.5-1962.
3) Baik bagian suction maupun gas haruslah diinsulasi dengan insulasi yang sesuai
dengan rekomendasi ketebalan insulasi dari pabrik menyesuaikan dengan tingkat
kelembaban udara pada lokasi unit terpasang sehingga tidak menimbulkan terjadi
kondensasi.
4) Seluruh koneksi shut off valve di dalam outdoor unit haruslah di brazed untuk
mencegahkebocoran refrigerant. Peralatan kerja untuk instalasi refrigerasi system
haruslah dipakai.
5) Dry Nitrogen harus dialirkan kedalam system pemipaan selama dilakukan brazing
sehingga tidak terbentuk karbon didalam pipa yang nantinya dapat menimbulkan
kotoran yang dapat menyebabkab buntu system dan dapat merusak compressor.
6) Insulasi pipa refrigerant yang dipakai adalah type EPDM ( Ethylene Propylene
Dyene Monomer ) Closed Cell Elastromeric Class “ 1 “ , ASZTM E84 dengan fire
rated Class “O” dengan ketebalan minimal 19 - 25 mm untuk Suction lines dan
10mm untuk Liquid lines( Menyesuaikan dengan ukuran diameter pipa refrigerant )

7) Suction Line
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS C - 157

▪ Harus dibuat dengan Total Pressure Drop maksimum 3 psi (setara dengan
perubahan temperatur sebanyak 2o).
▪ Harus memiliki kecepatan aliran yang cukup untuk menghantar kan oli ke
Comppresor.
▪ Harus diisolasi dengan lapisan isolasi yang khusus untuk pipa Refrigerant.
▪ Harus dilapisi dengan Vapor Barrier dari bahan Aluminium Foil, untuk
pemipaan yang langsung terkena sinar matahari.
▪ Harus dibuat Suction Line Loop untuk Evaporator yang lokasinya lebih tinggi
dari Compressor.
8) Liquid Line
▪ Harus dibuat dengan Total Pressure Drop antara 3 sampai 6 psi (setaraf dengan
perubahan temperatur 1 - 2o).
▪ Refrigerant harus pada tingkat keadaan Sub Cooling pada saat mencapai
'Refrigerantt Control Device'.
▪ Sub-Cooling harus diperhitungkan untuk dapat mengatasi Friction Loss pada
pipa dan Vertical Rise.
▪ Liquid Line yang berada di luar gedung, atau yang terkena sinar matahari
langsung harus diisolasi seperti Suction Line.
9) Apabila terdapat ketidak sesuaian antara Gambar Perencanaan dengan
peraturan/Rekomendasi dari Manufacturer, maka Kontraktor harus melaporkan
kepada Direksi untuk mendapatkan penyelesaian.

b. Persyaratan Pemasangan Pipa Refrigerant


1. Sambungan
▪ Harus dengan Branzed Joints with Sweat Fitting.
▪ Harus menggunakan Forged / Extruded Copper Fitting sesuai dengan standard
ASA-B.16.181963.
▪ Harus dengan proses Hard Solder.
▪ Filter Material dengan 'Silver Base Alloy' Melting for 1000 0F.
▪ Sambungan ke peralatan di sesuaikan dengan outlet dari peralatan tersebut.
▪ Proses soldering/brazing harus dilakukan dengan mengalirkan gas Dry Nitrogen
pada bagian dalam pipa, untuk menghindari penumpukan jelaga dan kerak
pada bagian permukaan dalam pipa sambungan / fitting / elbow.
▪ Belokan-belokan harus menggunakan elbow, tidak diizinkan mem-bengkokan
pipa untuk membuat belokan.
▪ Pemasangan isolasi baru boleh dilakukan setelah pipa ditest.
▪ Pressure Test dan Leaking Test untuk semua sambungan dan Jalur pipa
dilakukan dengan tekanan gas N2 (Nitrogen) selama 2 x 24 Jam dengan
tekanan minimal 600Psi
▪ Setelah dilakukan Pressure dan Leaking test, dilakukan FLUSHING dengan N2
untuk membersihkan bagian dalam pipa dari berbagai material yang tidak
diinginkan dalam proses aliran gas Refrigerant tipe R410a.
▪ Pipa harus benar-benar lurus dan diikat dengan klem kedudukan pipa.
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS C - 158

2. Persyaratan Pemasangan Isolasi Pipa Refrigerant


▪ Finishing isolasi pipa refrigerant baru boleh dilakukan setelah melaluit test
tekan dengan menggunakan Dry Nitrogen. Untuk proses test kebocoran harus
melalui beberapa tahap/ step di bawah;
- Step 1 Test Tekan pada pipa instalasi terpasang, pada tekanan 500 Psi
(minimal 1x24 jam)
- Step 2 Test Tekan pada pipa instalasi terpasang yang terkoneksi dengan
indoor unit, pada tekanan 250 Psi (minimal 1x 24 jam).
3. Pipa harus benar-benar lurus dan diikat dengan klem kedudukan pipa dengan jarak
maksimal antar dudukan suport adalah 1.5 m

c. Persyaratan Pemasangan Isolasi Pipa Refrigerant


1) Isolasi haruslah dari jenis EPDM dan mempunyai ketebalan isolasi sesuai
persyaratan standard dari pihak pabrikan

2) Isolasi harus dipasang dengan cara memasukkan pipa ke lubang yang telah
tersedia tanpa merobek isolasi tersebut.
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS C - 159

3) Apabila terjadi robekan pada isolasi, maka harus dirapatkan kembali dengan
menggunakan lem karet seperti Castrol, Aica Aibon atau sejenisnya.
4) Bila robekan lebih panjang dari 40 cm, maka isolasi tersebut harus diganti.
5) Setelah isolasi terpasang, untuk pemipaan yang terkena sinar matahari langsung,
harus dibungkus dengan Aluminium Foil dan di beri jacketing duct untuk mencegah
isolasi rusak karena terpapar air hujan dan panas matahari.
6) Sisi-sisi Aluminium foil tersebut harus direkat dengan Foil Tape sehingga benar-
benar rapat.
7) Pada bagian-bagian yang akan diklem atau ditumpu harus dilindungi dengan pelat
BjLS 100 yang dilekuk sesuai dengan bentuk isolasi.

d. Persyaratan Pemasangan Pipa Drainase


1) Pipa drainase menggunakan standards PVC 10 Kg/cm2
2) Harus dipasang dengan kemiringan minimum 1%
3) Pipa harus diisolasi dengan lapisan isolasi / thermal insulation dengan ketebalan
minimum adalah 9 mm
4) Ukuran pipa minimum 1inch dari indoor unit dan instalasi dengan pipa main
kondensat dengan diameter yang lebih besar sampai ke pembuangan akhir.
5) Pipa harus benar-benar lurus dan diikat dengan klem kedudukan pipa dengan jarak
maksimal antar dudukan atrau support adalah 1.2 m
3. Pembersihan
Instalasi dan peralatan lainnya harus dibersihkan dari segala kotoran, debu, lemak dan lain-
lain sebelum system dijalankan.
4. Identifikasi Peralatan
a. Kontraktor harus memberi identifikasi pada semua peralatan dengan menggunakan
cat.
b. Kontraktor harus mengajukan rencana pengidentifikasian peralatan kepada Pemberi
Tugas dan Konsultan Manajemen Konstruksi untuk disetujui.

12.9 Testing & Commissioning


1. Pengujian harus disaksikan oleh DireksiI, Perencana serta wakil Pemberi Tugas.
2. Selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari sebelum dilakukan, Kontraktor harus mengajukan
prosedur pengujian kepada Direksi
3. Start-up Unit Mesin Air Conditioning hanya boleh dilakukan oleh Akhli dari Perwakilan merk
tersebut di Indonesia.
4. Pelaksanaan testing, adjusting dan balancing untuk seluruh system tata udara dan ventilasi
mekanis sehingga didapatkan besaran-besaran pengukuran yang sesuai seperti terlihat
dalam gambar-gambar rencana sehingga system betul-betul dapat berfungsi dengan baik
dan sesuai dengan rencana.
5. Pelaksanaan TAB (Testing Adjusting dan Balancing) secara mendasar maksimal harus
mengikuti standard/atau petunjuk yang berlaku secara umum seperti standard ASHRAE
dan SMACNA dengan menggunakan peralatan-peralatan ukur yang memenuhi untuk
pelaksanaan TAB tersebut.
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS C - 160

6. Pemborong harus menentukan jadwal dan cara pengujian yang akan dilakukan 2 (dua)
minggu sebelum pelaksanaan pengujian, Pemborong menyerahkan jadwal dan cara
pengujian tersebut kepada Pengawas untuk disetujui. Seluruh biaya pengujian ditanggung
oleh Pemborong.
7. Pemborong harus menyerahkan laporan pengujian / sertifikat test untuk peralatan sistem
kepada Pengawas.
8. Pekerjaan akan dinyatakan selesai bila seluruh pengujian berhasil baik dan dapat diterima
oleh Konsultan Pengawas dan Pemilik.
9. Lingkup pengujian sistem tata udara adalah testing, adjusting dan balancing untuk seluruh
sistem, dan ventilasi mekanis sehingga didapat besaran pengukuran yang sesuai seperti
dalam gambar perencanaan sehingga sistem dapat berfungsi dengan baik dan sesuai
dengan rencana.
10. Kontraktor yang melakukan pekerjaan instalasi tata udara harus melakukan semua testing
dan pengukuran-pengukuran yang dianggap perlu untuk memriksa / mengetahui apakah
seluruh instalasi telah dapat berfungsi / bekerja dengan baik dan memenuhi persyaratan.
11. Minimal peralatan ukur seperti dibawah ini harus dimiliki oleh Kontraktor yang bersangkutan
antara lain :
1. Alat-alat dan segala keperluan untuk pengujian harus disediakan oleh dan atas biaya
Kontraktor.
2. Alat-alat khusus untuk pengujian sistem Air Conditioning yang sedikitnya
harusdisediakan Kontraktor untuk pengujian adalah :
a. Anemometer Humidifier Meter
b. Thermometer Gun
c. Sound Level Meter
d. Thermo Hygrograph
e. Sling Psikrometer
f. Portable Measuring Station
g. Portable Hotwire Anemometer
h. Peralatan ukur lainnya yang harus dipasang pada sistem pemipaan, saluran
udara dan tempat lainnya sesuai dengan rencana pengujian yang diajukan oleh
Kontraktor dan telah disetujui.
12. Adapun pengujian sistem baru dilaksanakan setelah sistem bekerja dengan baik selama 3 x
24 jam, serta minimal peralatan ukur seperti dibawah ini harus dimiliki oleh Kontraktor yang
bersangkutan antara lain :yaitu antara lain :
a) Pengukuran laju aliran udara
1. Dilakukan setelah semua unit dihubungkan dengan sistem saluran udara dan
seluruh komponen dalam saluran telah selesai dipasang.
2. Pekerjaan yang harus dilakukan :
a. Mengatur jumlah aliran udara yang dibutuhkan oleh setiap ruangan sesuai
dengan yang tertera pada gambar.
b. Mengatur splitter damper dan volume damper sehingga jumlah udara yang
mengalir ke setiap ruangan sesuai dengan kebutuhan ruangan tersebut.
3. Balancing dinyatakan selesai bila aliran air telah sesuai dengan kebutuhan mesin
Air Conditioning dengan ketelitian pengaturan +10% atau - 5%.
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS C - 161

b) Pengujian Kriteria Kebisingan (Noise Criteria),


1. Pengukuran dilakukan terhadap Tingkat Tekanan Suara dalam satuan ukuran atau
skala 'weighing' decible (dB CA) pada berbagai pita frekuensi sehingga dapat
dibuat kurva Noise Criteria.
2. Hasil pengukuran harus dilaporkan dalam bentuk hasil pengukuran dan diplot pada
NC chart.
3. Apabila NC melebihi angka-angka perancangan seperti pada pasal terdahulu,
maka Kontraktor harus menambahkan beberapa peredam suara pada saluran
udara, misalnya duct acoustic lining.
c) Pengukuran temperatur udara / air
▪ Sling psychrometic
▪ Thermometer
d) Pengukuran putaran (rpm)
▪ Tachometer atau sejenisnya.
e) Pengukuran Listrik
▪ Voltmeter
▪ Amperemeter/ampertang
f) Pengujian dan pengukuran tekanan barometer / preasure gauge
g) Pengujian dan pengukuran laju aliran ( portable field flow meter )
h) Pengujian Sistem Perpipaan
▪ Dilakukan dengan metoda Tes Tekanan dengan Dry Nitrogen sesuai dengan
ketentuan sesuai dengan ketentuan dan persyaratan teknis.
▪ Tekanan pengujian untuk pipa Refrigrent adalah 600 psi.
▪ Tekanan pengujian meneyesuaikan dengan standarisasi pengetesan dari pihak
pabrikan / principal
▪ Bila selama 2X24 jam tidak terjadi penurunan tekanan, maka pengujian dinyatakan
selesai.
▪ Bila terjadi penurunan, Kontraktor harus memperbaiki kerusakan tersebut dan
pengujian harus diulangi dari awal.
i) Balancing Saluran Udara / Ducting
▪ Pengatur spliter dan volume damper untuk mendapatkan jumlah aliran sesuai
dengan yang dipersyaratkan.
▪ Mengukur jumlah aliran udara pada setiap lubang keluar udara.
▪ Balancing udara dinyatakan selesai bila jumlah udara telah disesuaikan dengan
yang dipersyaratkan.
j) Balancing Aliran Air
▪ Mengatur balancing valve sehingga jumlah air yang mengalir ke setiap mesin Air
Conditioning sesuai dengan kebutuhan mesin tersebut.
▪ Pekerjaan dinyatakan selesai bila jumlah air yang telah disesuaikan dengan
kebutuhan mesin-mesin AC/AHU/FCU.

k) Pengujian Kriteria Kebisingan (Noise Criteria)


RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS C - 162

▪ Pengukuran dilakukan terhadap Tingkat Tekanan Suara dalam satuan ukuran atau
skala 'weighing' decible (dB CA) pada berbagai pita frekuensi sehingga dapat
dibuat kurva Noise Criteria.
▪ Hasil pengukuran harus dilaporkan dalam bentuk hasil pengukuran dan diplot pada
NC chart.
▪ Apabila NC melebihi angka-angka perancangan seperti pada pasal terdahulu,
maka Kontraktor harus menambahkan beberapa peredam suara pada saluran
udara, misalnya duct acoustic lining.
l) Penyetelan Dan Pengujian Operasi Sistem Kontrol,
▪ Setelah sistem dioperasikan, dengan disaksikan DIREKSI, Kontraktor harus
memeriksa seluruh wiring hook-up dari seluruh peralatan kontrol dan melakukan
dummy test untuk memeriksa gerakan-gerakan, response dan kehalusan kerja
sistem tersebut.
▪ Hal-hal yang harus diset dan dilakukan pengaturan (set and adjustment) adalah set
point dan throttling range dari setiap peralatan sehingga tidak terjadi kegagalan
operasi/kerja akibat perbedaan throttling range antara setiap peralatan.
m) Pengujian Operasi Sistem,
▪ Pengujian ini dilakukan setelah seluruh peralatan atau sistem diuji dan dibersihkan,
dan telah menjalani 'trial-run' selama 3x24 jam.
▪ Pengujian ini dimaksudkan untuk sekaligus menguji kemampuan sistem dengan
dioperasikan secara terus menerus selama 3x24 jam.
▪ Pada saat pengujian ini Kontraktor harus melakukan bersama Direksi dan atas
petunjuk Direksi, hal-hal berikut :
a. Mengamati seluruh sistem pemipaan.
b. Mengamati seluruh sistem saluran udara.
c. Mengamati kerja sistem kontrol.
d. Mengamati kerja peralatan Indoor dan Outdoor Unit dalam sistem Air
Conditioning.
e. Memperbaiki segala hal yang masih belum beroperasi dengan semestinya
dan bila terdapat getaran atau noise yang berlebihan.
13. Semua tenaga, bahan dan perlengkapan yang diperlukan untuk testing tersebut merupakan
tanggung jawab kontraktor. Termasuk peralatan khusus yang dibutuhkan untuk melakukan
testing dari seluruh sistem ini, seperti dianjurkan oleh pabrik, harus disediakan kontraktor.
14. Kontraktor harus menyerahkan kepada Konsultan Pengawas dalam rangkap 3 ( tiga )
mengenai hal – hal sebagai berikut :
a. Hasil pengetesan perpipaan
b. Hasil pengetesan saluran udara.
c. Hasil pengetesan balancing aliran udara.
d. Hasil pengetesan semua persyaratan operasi dan instalasi
e. Hasil pengukuran – pengukuran dan lain - lain
f. Semua pengetesan dan atau pengukuran ter sebut harus disaksikan oleh Konsultan.
g. Menggunakan formulir-formulir yang dicantumkan dalam buku 'SMACNA, Testing and
Balancing of Air Conditioning System' dan/atau buku 'NEBB', National Engineering
Balancing Bureau.
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS C - 163

h. Segala kebutuhan untuk hal tersebut diatas menjadi tanggung jawab Kontraktor yang
bersangkutan baik dalam segi pengadaan buku asli, hasil fotokopi formulir dan
pengisiannya sehingga merupakan hasil pengujian yang baik.

15. Laporan Pengujian


a. Menggunakan formulir-formulir yang dicantumkan dalam buku 'SMACNA, Testing and
Balancing of Air Conditioning System' dan/atau buku 'NEBB', National Engineering
Balancing Bureau.
b. Segala kebutuhan untuk hal tersebut diatas menjadi tanggung jawab Kontraktor yang
bersangkutan baik dalam segi pengadaan buku asli, hasil fotokopi formulir dan
pengisiannya sehingga merupakan hasil pengujian yang baik.
c. Pemberian Tanda-Tanda Penyetelan (Marking),
d. Setelah seluruh sistem bekerja dengan baik, lancar dan sesuai dengan fungsinya
Kontraktor harus memberi tanda-tanda pada pressure gauge, thermometer, valve
opening, flow meter, splitter damper, volume damper dan peralatan pengatur serta
pengukur lainnya dengan cara-cara yang disetujui Direksi.
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS C - 164

Pasal 6
Lain-Lain

1) Segala peraturan yang tercantum dalam bestek ini dan gambar-gambar serta risalah Aanwijzing
merupakan lampiran dari kontrak yang tidak dapat dipisahkan dan merupakan satu kesatuan,
untuk hal ini Kontraktor dianggap mengerti.
2) Tentang laporan Bill Of Quantity yang diberikan ini hanya ancar-ancar saja. Kontraktor harus tetap
menghitung sendiri apabila dalam perhitungan perencanaan Bill Of Quantity dirasa kurang, maka
Kontraktor pada saat pengambilan Berita Acara Rapat Penjelasan dapat mengajukan perubahan
volume yang diberikan. Pemborong harus tetap menghitung sendiri apabila dalam Perhitungan
Perencanaan Bill Of Quantity diperkirakan kurang, maka pemborong boleh merubah volume yang
diberikan menambah atau mengurangi yang mengikat adalah gambar dan bestek.
3) Peraturan ini sebagai pedoman dari pelaksanaan pembangunan dan sebagai landasan kontrak.
Dengan sendirinya hasilnya akan tergantung pada pelaksanaannya.
4) Hal - hal lain yang menyangkut pelaksanaan lapangan tetapi belum disebutkan dalam peraturan
ini, akan ditentukan lebih lanjut oleh Direksi/Pengawas lapangan.
5) Peralatan-peralatan tambahan yang diperlukan, walaupun tidak digambarkan atau disebutkan
dalam Spesifikasi ini, haru disediakan oleh Kontrator, sehingga Instalasi dapat bekerja dengan
baik dan dapat dipertanggung jawabkan tanpa tambahan biaya.
6) Kontraktor harus memintakan Ijin-ijin yang mungkin diperlukan untuk menjalankan Instalasi yang
dinyatakan dalam Spesifikasi ini atas tanggungan sendiri kepada Instansi berwenang yang terkait
dengan pekerjaan ini (PLN, DEPNAKER dll).
7) Harus diperhatikan betul oleh Kontraktor segala pekerjaan angkutan bahan-bahan, puing-puing
bekas pekerjaan dan pembersihan setelah bangunan selesai.
8) Bagian-bagian yang termasuk dalam pekerjaan ini, yang secara teknis tidak dapat dipisahkan /
diabaikan / dihilangkan, tetapi belum disebutkan dalam bestek/gambar, tetap harus dilaksanakan
Kontraktor tanpa biaya tambahan hingga sistem yang dilaksanakan tersebut berfungsi dengan
baik.
9) Bila ada hal-hal yang tidak tercantum dalam gambar kerja dan RKS sehingga meragukan
Kontraktor untuk melaksanakan pekerjaan, maka Kontraktor harus menanyakan kepada MK /
Direksi segera untuk mendapatkan penjelasan dan keputusan.
10) Kontraktor tidak dapat melepaskan diri dari tanggung jawab pelaksanaan apabila ada hal-hal yang
oleh Kontraktor dianggap meragukan atau tidak jelas, baik dalam gambar maupun dalam RKS.
11) Apabila terdapat perbedaan spesifikasi bahan / material, maka yang dipakai adalah spesifikasi
bahan / material yang tertinggi / terbaik menurut perencana. Oleh sebab itu Kontraktor diharuskan
menginformasikan perbedaan ini kepada Perencana untuk dimintakan persetujuan sebelum
kontrak kerja ditandatangani. Tidak ada tambahan biaya akibat perbedaan ini, apabila diketahui
setelah kontrak ditandatangani.
12) Dalam pelaksanaan seluruh sistem harus berjalan dengan baik. Kelalaian Kontraktor yang
mengakibatkan sistem tidak berjalan dengan baik sepenuhnya menjadi tanggungjawab
Kontraktor.
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS C - 165

Pasal 7
CCTV
I. Umum
• Kontraktor harus mendapatkan surat dukungan dari Principal dan dealer wilayah setempat untuk
menjamin peralatan dapat disuplai tepat waktu serta digunakan secara optimal.
• Surat Jaminan Garansi dari Dealer wilayah setempat harus diserahkan pada waktu serah- terima
pekerjaan untuk menjamin kelangsungan layanan purna-jual.
• Pengalaman minimum 10 [sepuluh] tahun dalam manufacture dan design Video Surveillance
Devices.
• Minimum of [5] years pengalaman instalasi Video Surveillance System

II. Lingkup Pekerjaan


Lingkup pekerjaan perlengkapan System CCTV ini meliputi pekerjaan pengadaan peralatan berikut
pemasangan dan instalasi kabel..

III. Penjelasan Sistem


• System CCTV yang dimaksudkan adalah untuk membentuk sekaligus meningkatkan system
keamanan seluruh gedung selama 24 jam secara terus menerus.
• System CCTV yang terpasang harus sudah sesuai dengan system CCTV yang terbaru yaitu
apabila diinginkan dapat diatur dengan system komputerisasi ( IT ) sehingga dapat diinterkoneksi
dengan system LAN ( Local Area Network ) yang ada, sehingga apabila diinginkan beberapa
computer dapat akses ke system CCTV tersebut.
• System CCTV yang terpasang apabila diinginkan harus dapat dioperasionalkan secara remote
sehingga apabila diinginkan management dapat mengoperasikan system CCTV tersebut dari luar
gedung yang posisinya dari mana saja baik dari dalam kota maupun luar kota dapat akses ke
System CCTV yang terpasang melalui jaringan telekomunikasi.
• Seluruh peralatan yang membangun system CCTV ini harus memenuhi standard industri
Indonesia, dari satu merk atau lebih dan disaat serah terima harus dilampirkan surat garansi 1 (
satu ) tahun dari Authorized Dealer ( agen tunggal ) di Indonesia ( bermaterai).
• Standard manufaktur memenuhi I.S. /ISO 9001/EN 29001, QUALITY SYSTEM.
Garansi pabrikan 3 tahun tahun untuk replacement dan repair defective equipment, terkecuali
battery yang bergaransi 1 tahun.

IV. Instalasi
Sistem cabling tiap – tiap kamera CCTV menggunakan system topologi star, artinya
seluruh kabel coaxial kamera CCTV dari tiap – tiap titik ditarik menuju masing –
masing sentral CCTV. Demikian juga untuk penarikan kabel power tiap – tiap
kamera CCTV menuju ke UPS yang berada di Sentral. Masing – masing kabel
power dan kabel coaxial yang ditarik dimasukkan dalam pipa conduit PVC High
Impact, yang harus diperhatikan disini adalah antara kabel power dan kabel coaxial
tidak diperbolehkan ditarik dalam satu pipa conduit dan bersilangan dengan kabel
power listrik lainnya. Hal ini untuk menghindari induksi power listrik terhadap signal
video.
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS C - 166

V. Spesifikasi teknis
Video Management System
• Sistem yang dikehendaki adalah Video Management System (VMS) enterprise-class dengan basis
client/server yang menyediakan pengaturan secara digital untuk video, audio dan data pada
jaringan IP.
Video management system terdiri atas module-module : central server, recording services,
configuration client, dan operator clients. Beberapa workstation dapat melalukan live-viewing
Video dari site yang berbeda secara simultan. Cameras, recorders dan viewing stations dapat
diletakkan secara bebas sepanjang tersedia jaringan IP.
• VMS haruslah mendukung layanan sebagai berikut :
- VMS Network Video Recorder
- Local Recording (Recording at the edge)
- Virtual Recording Manager
- Videos NVRs
• Komponen software VMS dapat dijalankan baik pada PC tunggal untuk aplikasi sederhana
ataupun pada PC/server yang berbeda untuk aplikasi yang lebih kompleks
• Central server, the BVMS NVR serta BVRM di-operasikan dengan platform Windows 2003 Server
dan Windows XP.
• Configuration Client software di-operasikan dengan platform Windows 2003 Server dan Windows
XP.
• Operator Client software di-operasikan dengan platform Windows XP
• VMS harus dibangun dengan arsitektur client/server yang mudah untuk dikembangkan, di-manage
secara terpusat, serta memungkinkan full virtual matrix switching dan control systems
• VMS di-desain untuk dapat dijalankan pada existing infrastruktur IT infrastructure.
• VMS mempunyai built-in command script editor yang memungkinkan customized command scripts
untuk mengontrol keseluruhan fungsi system secara virtual. Command scripts dapat diaktifkan
oleh system operator atau bilamana terjadi kondisi alarm.
• VMS harus kompatibel dengan MPEG-4 encoders, decoders, IP cameras, IP AutoDomes, Vidos
NVRs, Allegiant, DiBos, POS/ATM bridge, dab DiBos ATM bridge.
• VMS mempunyai sedikitnya dua type client yaitu “NVR Operator Client” dan “VRM Operator
Client”. Perekaman pada DiBos atau NVRs hanya dapat di-akses oleh “NVR Operator Client”.
Sedangkan Local recording devices, serta perekaman pada Vidos NVRs hanya dapat diakses
oleh “VRM Operator client”.
• VMS mempunyai pilihan bahasa sebagai berikut : English, German, Dutch, Italian, Portuguese,
French, Spanish, Simplified Chinese, Traditional Chinese, Russian, Hungarian, Czech, Danish,
Finnish, Greek, Norwegian, Polish, Swedish, Thai, Turkish dan Korean. VMS memungkinkan
pemilihan bahasa per user group.
• VMS menyediakan sedikitnya 10(sepuluh) programmable recording schedules. Schedules dapat
di-program untuk melakukan pengaturan record frames rates pada kondisi day, night, weekend
periods serta holidays dan exception days.
• VMS memungkinkan pengaturan hak akses user groups terhadap specific cameras, pan/tilt/zoom
control, exporting video, akses ke event log files.
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS C - 167

• VMS menyediakan interface ke Intelligent Video Analytics (IVA) untuk keperluan advanced motion
detection yang mampu melakukan analisa ukuran, arah dan kecepatan obyek serta keluar/masuk
obyek pada suatu area.
• Konfigurasi parameter IVA dapat dilakukan melalui Configuration Client.
• Events yang di-triger oleh IVA atau IP cameras, dapat dikirimkan ke VMS.
• Workstations VMS dapat dihubungkan sampai dengan 4(empat) monitors, dimana tiap-tiap
monitor dapat di-konfigurasi untuk display live streaming video, playback video, site maps, atau
alarms.
• VMS support Lightweight Directory Access Protocol (LDAP) untuk keperluan integrasi dengan
Microsoft Active Directory.
• Export video and audio data dalam ASF format ke media CD/DVD drive, network drive, atau USB
drive. Playback dapat dilakukan dengan standard software seperti Windows Media Player.
• The VMS shall auto-discover encoder, decoder, NVR, and VRM devices. Device detection shall
support devices in different subnets.
• Kemampuan Auto-discover IP devices dan auto-assignment of unique IP addresses.

Komponen Video Management System


• Central Server software melakukan management, monitoring, data stream management, alarm
management, priority management, central logbook dan user management.
• Update Operator Client dan Configuration Client dapat dilakukan melalui Central Server.
• Configuration Client software menyediakan interface untuk system configuration dan
management.
• Operator Client software menyediakan user interface untuk system monitoring dan operation.

VMS NVR ( Network Video Recorder ) Failover


• VMS mempunyai kemampuan failover dimana satu NVR dapat difungsikan sebagai backup untuk
NVR lainnya.
• “hot switch” function, pada waktu terjadi failure pada NVR, cameras secara otomatis melakukan
pemindahan media perekaman ke back up NVR.

VMS NVR ( Network Video Recorder ) Redundancy


• Redundant VMS NVR melakukan perekeman dengan video streaming yang sama pada primary
NVR.
• Operator Client dapat melakukan akses ke data pada Redundant NVR.

Analog Monitor Support
• VMS shall support analog monitors yang dikoneksikan melalui IP decoders.
• Analog monitors dapat dikonfigurasi mode full screen mode atau quad mode.

Digital Video Recorder (DVR) Connection


• Video management system dapat di-interface dengan DiBos family DVRs revision 8.
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS C - 168

CCTV Keyboard Control


• Kontrol kamera dapat dilakukan via IntuiKey family keyboards, termasuk KBD- DIGITAL dan KBD-
UNIVERSAL.
DIGITAL VIDEO STORAGE
• Digital Video Storage Array haruslah berkapasitas besar, berkecepatan tinggi dan memiliki
performance tinggi untuk aplikasi playback. Storage array mempunyai fitur RAID-5 dengan 12
(dua belas) bays, mampu menyediakan kapasitas sampai dengan 5.5 terabytes, dan kemampuan
koneksi sampai dengan 31 (tiga puluh satu) video servers via iSCSI protocol. for extended
storage. Desain modular untuk memudahkan pemeliharaan serta memperkecil waktu down-time.
• Semua komponen kritikal digital video storage array, termasuk disk drives, power supply module,
cooling module, dan battery backup unit (BBU) haruslah hot- swappable.
• Digital video storage array memiliki konektor sebagai berikut :
- 2 (dua) RJ45 connector untuk koneksi RAID controller ke external network devices atau
Ethernet ports.
- 1 (satu) COM port untuk akses controller-embedded configuration utility melalui serial cable.
• Specifications :
- Peak Current : 6A @ 115VAC or 3A @ 230VAC.
- Operating Power : 350 watts (maximum operating conditions)
- Voltage Range : 120/240VAC, 50/60 Hz
- Power : IEC male
- Host Ports : Two (2) RJ-45 Gigabit Ethernet
Host Channels, 10/100 BaseT compatible
-RS-232 Serial Port : 3.5 mm jack (includes a cable with 3.5 mmto DB-9 connectors
and an adapter)
- Operating Temperature : 0 to 40 C (32 to 104 F)
- Humidity : 5% to 95% non-condensing
AUTODOME IP CAMERA
1 Modular camera system terdiri atas 5(lima) tipe interchangeable modules: CPU, camera,
housing, communications dan power supply.
• CPU Module menentukan fixed atau kemampuan PTZ (pan/tilt/zoom) dan advance
intelligence functions seperti : privacy masking, motion detection dan tracking.
• Camera Module meliputi fixed atau PTZ, color atau Day/Night dan zoom range options.
• Housing Module tersedia indoor dan outdoor applications.
• Communications Module merupakan pilihan transmisi video dan data ke matrix switch,
DVR atau IP video system.
• Power supply module option tergantung kebutuhan instalasi (indoor atau outdoor) serta
proteksi terhadap tegangan surja.
Hotswap capability (penggantian modules tanpa harus power down system)
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS C - 169

VI. Testing & Commissioning


• Pemeriksaan
Pemeriksaan dilakukan setelah instalasi kabel dan pemasangan peralatan utama telah dilaksanakan.
Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat dan memastikan bahwa pekerjaan instalasi sound sistem telah
dikerjakan sesuai spesifikasi dan peraturan yang berlaku

• Pengujian
• Pengujian yang berhasil dan dapat diterima oleh Direksi Lapangan yang bertindak mewakili
pemberi tugas (Owner), harus dilengkapi dengan berita acara yang telah ditanda tangani oleh
pihak-pihak yang berkepentingan. Setelah ini dilanjutkan dengan pemberian buku petunjuk
pengoperasian dan pemeliharaan serta melaksanakan training kepada pengelola gedung.
Sesudah semua ini dilaksanakan maka dapat diadakan serah terima pertama dari kontraktor ke
Pemberi Tugas.
• Pengujian sistem harus dilakukan sekurang kurangnya sebagai berikut:
- Pengujian simulasi CCTV terhadap system.
- Semua peralatan dalam sistem tata suara ini harus diuji oleh perusahaan pemegang keagenan
peralatan tersebut dengan disaksikan oleh MK / Direksi.
- Sebelum melakukan pengujian, Kontraktor wajib memberitahu MK / Direksi terlebih dahulu.
Setiap pengujian yang dilakukan tanpa disaksikan oleh MK / Direksi akan dinyatakan tidak sah
dan harus diulang kembali.
- Pengujian dapat dilakukan per bagian pekerjaan, namun akhirnya tetap dilakukan pengujian
sekaligus secara keseluruhan.
- Semua biaya yang diperlukan untuk dapat dilakukannya pengujian, baik untuk daya listrik dan
peralatan bantu serta peralatan ukur, sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor.
- Apabila terdapat ketidaksempurnaan ataupun kegagalan dalam pengujian, maka Kontraktor
wajib memperbaikinya dengan biaya yang sepenuhnya menjadi tanggungan Kontraktor.
- Apabila karena perbaikan yang dilakukan menyebabkan kerusakan pada bagian paket
pekerjaan Kontraktor lain, maka biaya perbaikannya tetap menjadi tanggung jawab Kontraktor
sistem tata suara.
- Pengujian harus dilakukan oleh spesialis vendor sebagai authorized dealer penjualan peralatan
tersebut dan harus menyiapkan sertifikat pemasangan yang baik dari instansi yang berwenang.
• Kontraktor harus menyerahkan kepada Konsultan Pengawas dalam rangkap 3 ( tiga ) mengenai hal –
hal sebagai berikut :
- Hasil pengetesan kabel – kabel.
- Hasil pengetesan peralatan – peralatan.
- Hasil pengetesan semua persyaratan operasi dan instalasi
- Hasil pengukuran – pengukuran dan lain – lain
- Semua pengetesan dan atau pengukuran tersebut harus disaksikan oleh Konsultan Pengawas.
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS C - 170

1. Lampiran Check List Pekerjaan :


a) Pekerjaan Instalasi Kabel – TM
... NAMA PERUSAHAAN ... CHECK LIST
... KONTRAKTOR ... PEKERJAAN LISTRIK
Lokasi Nomor
Jenis Pekerjaan Pek. Inst. Kabel - TM Tanggal
No. Gambar Kerja Lampiran
Sub Kont / Mandor Halaman /
NO URAIAN SIMAK KONDISI INSTRUKSI TGL. PENYELESAIAN
Baik Kurang PELAKSANA Rencana Aktual
1. Kondisi
2. Jenis / Type
3. Ukuran
4. Tahanan isolasi
5. Jalur Penempatan
6. Kerapian / Kelurusan
7. Tekukan (bending)
8. Pengikat kabel (cable ties)
9. Terminasi
Dibuat oleh : Mengetahui / Menyetujui :` Tanggal :
Diperiksa bersama oleh :

Pelaksana Lapangan

Pelaksana Pekerjaan Listrik Site Manager / Atasan langsung Site Manager / Atasan langsung
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS C - 171

b) Pekerjaan Pemasangan Panel


... NAMA PERUSAHAAN ... DAFTAR SIMAK (CHECK
... KONTRAKTOR ... LIST)
PEKERJAAN LISTRIK
Lokasi Nomor
Jenis Pekerjaan Pek. Pemas. Panel Tanggal
No. Gambar Kerja Lampiran
Sub Kont / Mandor Halaman /
NO URAIAN SIMAK KONDISI INSTRUKSI TGL. PENYELESAIAN
Baik Kurang PELAKSANA Rencana Aktual
1. Kondisi
2. Jenis / Type
3. Dimensi saluran kabel (cable trench)
4. Penempatan (layout)
5. Ruang yang tersedia didepan panel
6. Jenis / type komponen
7. Kapasitas komponen (rating Breaking
capacity)
8. Sertifikat pengetesan
9. Sirkulasi udara
10. Keamanan dari bahaya air
11. Pembumian Panel - TM
12. Terminasi kabel pada Panel
13. Kuat penerangan didepan Panel
14. Kalibrasi alat ukur
Dibuat oleh : Mengetahui / Menyetujui :` Tanggal :
Diperiksa bersama oleh :

Pelaksana Lapangan

Pelaksana Pekerjaan Listrik Site Manager / Atasan langsung Site Manager / Atasan langsung

c) Pekerjaan Pemasangan Transformator


... NAMA PERUSAHAAN ... DAFTAR SIMAK (CHECK
... KONTRAKTOR ... LIST)
PEKERJAAN LISTRIK
Lokasi Nomor
Jenis Pekerjaan Pek. Pemasangan Trafo Tanggal
No. Gambar Kerja Lampiran
Sub Kont / Mandor Halaman /
NO URAIAN SIMAK KONDISI INSTRUKSI TGL. PENYELESAIAN
Baik Kurang PELAKSANA Rencana Aktual
1. Kondisi
2. Jenis / Type
3. Kapasitas
4. Kelengkapan Trafo
5. Penempatan (layout)
6. Sertifikat pengetesan
7. Sirkulasi udara ruang trafo
8. Keamanan dari bahaya air
9. Terminasi kabel TM di trafo
10. Terminasi kabel TR di trafo
11. Pembumian Trafo
12. Kuat penerangan didalam ruang trafo
Dibuat oleh : Mengetahui / Menyetujui :` Tanggal :
Diperiksa bersama oleh :

Pelaksana Lapangan

Pelaksana Pekerjaan Listrik Site Manager / Atasan langsung Site Manager / Atasan langsung
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS C - 172

d) Pekerjaan Instalasi Kabel


... NAMA PERUSAHAAN ... DAFTAR SIMAK (CHECK
... KONTRAKTOR ... LIST)
PEKERJAAN LISTRIK
Lokasi Nomor
Jenis Pekerjaan Pek. Inst. Kabel - TR Tanggal
No. Gambar Kerja Lampiran
Sub Kont / Mandor Halaman /
NO URAIAN SIMAK KONDISI INSTRUKSI TGL. PENYELESAIAN
Baik Kurang PELAKSANA Rencana Aktual
1. Kondisi
2. Jenis / Type
3. Ukuran
4. Tahanan isolasi
5. Jalur / Penempatan
6. Kerapian / Kelurusan
7. Pengikat kabel (cable ties)
8. Tekukan (bending)
9. Terminasi
Dibuat oleh : Mengetahui / Menyetujui :` Tanggal :
Diperiksa bersama oleh :

Pelaksana Lapangan

Pelaksana Pekerjaan Listrik Site Manager / Atasan langsung Site Manager / Atasan langsung

e) Pekerjaan Pemasangan Rak Kabel


... NAMA PERUSAHAAN ... DAFTAR SIMAK (CHECK
... KONTRAKTOR ... LIST)
PEKERJAAN LISTRIK
Lokasi Nomor
Jenis Pekerjaan Pek. Pemas. Rak Kabel Tanggal
No. Gambar Kerja Lampiran
Sub Kont / Mandor Halaman /
NO URAIAN SIMAK KONDISI INSTRUKSI TGL. PENYELESAIAN
Baik Kurang PELAKSANA Rencana Aktual
1. Kondisi
2. Jenis / Type
3. Ukuran
4. Jalur / Penempatan
5. Elevasi
6. Konstruksi penyambungan
7. Diameter besi penggantung
8. Pemasangan penggantung ke beton.
9. Jarak penggantung
10. Konstruksi penyanggah
11. Kerapian / kelurusan
12. Pembumian
Dibuat oleh : Mengetahui / Menyetujui :` Tanggal :
Diperiksa bersama oleh :

Pelaksana Lapangan

Pelaksana Pekerjaan Listrik Site Manager / Atasan langsung Site Manager / Atasan langsung
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS C - 173

f) Pekerjaan Pemasangan Pipa Konduit


... NAMA PERUSAHAAN ... DAFTAR SIMAK (CHECK
... KONTRAKTOR ... LIST)
PEKERJAAN LISTRIK
Lokasi Nomor
Jenis Pekerjaan Pek. Pemas. Konduit Tanggal
No. Gambar Kerja Lampiran
Sub Kont / Mandor Halaman /
NO URAIAN SIMAK KONDISI INSTRUKSI TGL. PENYELESAIAN
Baik Kurang PELAKSANA Rencana Aktual
1. Kondisi
2. Jenis / Type
3. Diameter dalam
4. Jalur / Penempatan
5. Jalur / Klem
6. Kerapian / Kelurusan
7. Sambungan
8. Tekukan (bending)
9. Kawat pancingan
Dibuat oleh : Mengetahui / Menyetujui :` Tanggal :
Diperiksa bersama oleh :

Pelaksana Lapangan

Pelaksana Pekerjaan Listrik Site Manager / Atasan langsung Site Manager / Atasan langsung

g) Pekerjaan Pemasangan Inbow Dos Untuk Soket Outlet


... NAMA PERUSAHAAN ... DAFTAR SIMAK (CHECK
... KONTRAKTOR ... LIST)
PEKERJAAN LISTRIK
Lokasi Nomor
Jenis Pekerjaan Pek. Pemas. Inbow Dos Utk Tanggal
Saklar / kotak kontak
No. Gambar Kerja Lampiran
Sub Kont / Mandor Halaman /
NO URAIAN SIMAK KONDISI INSTRUKSI TGL. PENYELESAIAN
Baik Kurang PELAKSANA Rencana Aktual
1. Kondisi
2. Jenis / Type
3. Dimensi
4. Letak / posisi termasuk ketinggian dari lantai
5. Kelurusan pemasangan
Dibuat oleh : Mengetahui / Menyetujui :` Tanggal :
Diperiksa bersama oleh :

Pelaksana Lapangan

Pelaksana Pekerjaan Listrik Site Manager / Atasan langsung Site Manager / Atasan langsung

h) Pekerjaan Pemasangan Soket Outlet


... NAMA PERUSAHAAN ... DAFTAR SIMAK (CHECK
... KONTRAKTOR ... LIST)
PEKERJAAN LISTRIK
Lokasi Nomor
Jenis Pekerjaan Pek. Pemas.Saklar, kotak Tanggal
kontak
No. Gambar Kerja Lampiran
Sub Kont / Mandor Halaman /
NO URAIAN SIMAK KONDISI INSTRUKSI TGL. PENYELESAIAN
Baik Kurang PELAKSANA Rencana Aktual
1. Kondisi
2. Jenis / Type
3. Dimensi
4. Warna
5. Letak / posisi
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS C - 174

... NAMA PERUSAHAAN ... DAFTAR SIMAK (CHECK


... KONTRAKTOR ... LIST)
PEKERJAAN LISTRIK
Lokasi Nomor
Jenis Pekerjaan Pek. Pemas.Saklar, kotak Tanggal
kontak
No. Gambar Kerja Lampiran
Sub Kont / Mandor Halaman /
NO URAIAN SIMAK KONDISI INSTRUKSI TGL. PENYELESAIAN
Baik Kurang PELAKSANA Rencana Aktual
6. Kelurusan pemasangan
7. Terminasi
8. Kontinuity test antara titik lampu dengan
saklar
Dibuat oleh : Mengetahui / Menyetujui :` Tanggal :
Diperiksa bersama oleh :
Pelaksana Lapangan
Pelaksana Pekerjaan Listrik Site Manager / Atasan langsung Site Manager / Atasan langsung

i) Pekerjaan Pemasangan Armatur Lampu


... NAMA PERUSAHAAN ... DAFTAR SIMAK (CHECK
... KONTRAKTOR ... LIST)
PEKERJAAN LISTRIK
Lokasi Nomor
Jenis Pekerjaan Pek. Pemas. Lampu Tanggal
No. Gambar Kerja Lampiran
Sub Kont / Mandor Halaman /
NO URAIAN SIMAK KONDISI INSTRUKSI TGL. PENYELESAIAN
Baik Kurang PELAKSANA Rencana Aktual
1. Kondisi
2. Jenis / Type
3. Letak / posisi
4. Dimensi bukaan (opening) pada plafond
5. Terminasi
6. Kelurusan pemasangan
Dibuat oleh : Mengetahui / Menyetujui :` Tanggal :
Diperiksa bersama oleh :

Pelaksana Lapangan

Pelaksana Pekerjaan Listrik Site Manager / Atasan langsung Site Manager / Atasan langsung

j) Pekerjaan Pembumian / Pentanahan ( Grounding )


... NAMA PERUSAHAAN ... DAFTAR SIMAK (CHECK LIST)
... KONTRAKTOR ... PEKERJAAN LISTRIK
Lokasi Nomor
Jenis Pekerjaan Pek. Pembumian / Tanggal
pentanahan (grounding)
No. Gambar Kerja Lampiran
Sub Kont / Mandor Halaman /
NO URAIAN SIMAK KONDISI INSTRUKSI TGL. PENYELESAIAN
Baik Kurang PELAKSANA Rencana Aktual
1. Letak bak kontrol
2. Dimensi bak kontrol
3. Konstruksi bak kontrol
4. Dimensi batang pembumian (Grounding -
Rod)
5. Jenis / type pipa pembumian
6. Ukuran pipa pembumian
7. Ukuran kawat penghantar pembumian
8. Sambungan antara kawat penghantar
pembumian dengan batang pembumian
9. Sambungan didalam bak kontrol
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS C - 175

... NAMA PERUSAHAAN ... DAFTAR SIMAK (CHECK LIST)


... KONTRAKTOR ... PEKERJAAN LISTRIK
Lokasi Nomor
Jenis Pekerjaan Pek. Pembumian / Tanggal
pentanahan (grounding)
No. Gambar Kerja Lampiran
Sub Kont / Mandor Halaman /
NO URAIAN SIMAK KONDISI INSTRUKSI TGL. PENYELESAIAN
Baik Kurang PELAKSANA Rencana Aktual
10. Kondisi tanah dalam keadaan kering
11. Hasil test tahanan pembumian (maksimum
5 ohm)
Dibuat oleh : Mengetahui / Menyetujui :` Tanggal :
Diperiksa bersama oleh :

Pelaksana Lapangan

Pelaksana Pekerjaan Listrik Site Manager / Atasan langsung Site Manager / Atasan langsung

k) Pekerjaan Pengukuran Tahanan Isolasi


... NAMA PERUSAHAAN ... DAFTAR SIMAK (CHECK
... KONTRAKTOR ... LIST)
PEKERJAAN LISTRIK
Lokasi Nomor
Jenis Pekerjaan Hasil Pengetesan Tahanan Tanggal
Isolasi Kabel Penerangan
No. Gambar Kerja Lampiran
Sub Kont / Mandor Halaman /
NO URAIAN SIMAK KONDISI INSTRUKSI TGL. PENYELESAIAN
R-S S-T R-T R-N S-N T-N Baik Kurang PELAKSANA Rencana Aktual

Dibuat oleh : Mengetahui / Menyetujui :` Tanggal :


Diperiksa bersama oleh :

Pelaksana Lapangan

Pelaksana Pekerjaan Listrik Site Manager / Atasan langsung Site Manager / Atasan langsung

l) Pekerjaan Pengetesan Pembumian / Pentanahan ( Grounding )


... NAMA PERUSAHAAN ... DAFTAR SIMAK (CHECK
... KONTRAKTOR ... LIST)
PEKERJAAN LISTRIK
Lokasi Nomor
Jenis Pekerjaan Hasil Pengetesan Pembumian Tanggal
/ Pentanahan ( Grounding )
No. Gambar Kerja Lampiran
Sub Kont / Mandor Halaman /
NO URAIAN SIMAK KONDISI INSTRUKSI TGL. PENYELESAIAN
Bak Kontrol Tahanan Pembumian Baik Kurang PELAKSANA Rencana Aktual
(OHM)

Dibuat oleh : Mengetahui / Menyetujui :` Tanggal :


Diperiksa bersama oleh :

Pelaksana Lapangan

Pelaksana Pekerjaan Listrik Site Manager / Atasan langsung Site Manager / Atasan langsung
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS C - 176

DAFTAR SIMAK

A. PEKERJAAN STRUKTUR
NO. JENIS BAHAN SPESIFIKASI TEKNIS MERK / VENDOR

A. BETON
• Pasir Beton / Cor • Standard PBI 1971 1. Pasir Lumajang
• Batu Split • Standard PBI 1971 Ex. Lokal
• Beton Ready Mix • Beton Ready Mix Mutu K – 300 / f’c = 24,9 1. Merak Jaya Beton
mpa 2. Jayamix
3. Varia Usaha Beton
• Semen / Portland • Semen / Portland Cemen Type 1 1. Semen Indonesia
Cemen • Standard PBI 1971, NI-8/1964,SII 0013-81 2. Semen Dynamix
B. BESI & BAJA
• BJTP 24 (Polos) • f’y 240 Mpa 1. Gunung Garuda
2. Hanil Steel
3. Birawa
• BJTD 40 (Ulir) • f’y 390 Mpa 1. Gunung Garuda
2. Hanil Steel
3. Birawa
• Baja Profil • Mutu BJ 37 1. Gunung Garuda
• Tegangan ijin 1600 kg/m2 2. Hanil Steel

B. PEKERJAAN ARSITEKTUR
NO. JENIS BAHAN SPESIFIKASI TEKNIS MERK / VENDOR

A. PEKERJAAN DINDING
• Pekerjaan Bata • Bata Ringan Uk. 10 x 20 x 60 / 8,33 bh/m2 1. Citicon
Ringan 2. Falcon
3. Massa Block
• Mortar • Perakat bata ringan : MU 382 1. Mortar Utama
• Plesteran : MU 100 2. Massa Mortar
• Acian : MU 270 3. Grand Elephant
• Perekat Lantai : MU 450
• Semen / Portland • Semen / Portland Cemen Type 1 1. Semen Indonesia
Cemen • Standard PBI 1971, NI-8/1964,SII 0013-81 2. Semen Dynamix
B. PEKERJAAN PLAFOND
• Plafond Calsiboard • Papan Kalsi T. 6mm Uk. 1,2 x 2,4 1. Kalsiboard
Panel • Rangka Plafond Metal Furing Galvalum 2. Jayaboard
0,55mm BMT 3. Nusaboard

• Plafond Gypsumboard
• Papan Gypsum T. 9mm Uk.1,2 x 2,4 1. Knauf
• Rangka Plafond Metal Furing Galvalum 2. Jayaboard
0,55mm BMT
C. PEKERJAAN PELAPIS LANTAI
• Homogenous Tile • Uk. 60x120 Double Loading Polished 1. Valentino Gress
• Semen Perekat Lantai : MU 450 (Julius Ivory)
• Semen Pengisi Nat : Mu 408 2. Wisma Sehati
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS C - 172

(Allia Piere Vanila


Beige)
• Keramik • Uk. 30x30 Unpolished 1. Roman Ceramic
• Semen Perekat lantai : MU-450 2. Platinum Ceramic
• Semen Pengisi Nat : MU-408 3. Asia Tile
• Waterproofing Toilet • Nano Defender Concrete ( NDC) Nano Star Indonesia
• Bahan dasar titanium nano berbasis air

• Waterproofing Dack • Nano Star Concrete ( NSC) Nano Star Indonesia


beton • Bahan dasar titanium nano berbasis air

D. PEKERJAAN PELAPIS DINDING


• Keramik • Uk. 30x60 Polished 1. Roman Ceramic
• Semen Perekat lantai : MU-450 2. Platinum Ceramic
Semen Pengisi Nat : MU-408 3. Asia Tile
E. PEKERJAAN PENGECATAN
• Cat Interior • Arcylic Gloss Enamel 1. Jotun Paint ( Majestic)
2. Nippon Paint ( Spotless
)
• Cat Exterior • Weathershield, Solven Base 1. Jotun Paint ( Jotashield
Color Extreme)
2. Nippon Paint (
Weatherbond
Solareflect)
F. PEKERJAAN KUSEN, PINTU DAN JEDELA
• Kusen Pintu • Allumunium 4” T. 1,20mm Powder Coating 1. YKK
Soft Front 100 Warna Brown
• Daun Pintu Wood • System Wood Panel Enggineering 1. TULUS DOOR
Panel • Finish Cat Duco 2. DUMMA DOOR
Enggineering 3. DAIKEN
• Hardware & • Hinge 1. DEKKSON
Accesories • Handle 2. KEND
• Mortise 3. SOLID
• Friction Stay
• Kaca • Kaca Bening T. 5mm 1. Matahari Glass
• Produk ASAHIMAS / MULIA 2. Maggi Glass
3. Diamond Glass
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS C - 173

C. PEKERJAAN MEKANIKAL ELEKTRIKAL


1. PEKERJAAN PLUMBING

NO MATERIAL / BAHAN TYPE MERK

1 Pompa Transfer Centrifugal Volute Pump Self-priming Setara Ebara,


Grundfos,
2 Pompa Booster Centrifugal Volute Pump Setara Ebara,
Grundfose,
3 Roof Tank Type silinder, anti UV, bahan Fibreglass / Lokal
Polyetilyne
4 Pipa Air Bersih Polypropiline Random (PPR) Westpex,SD, TORO

5 Pipa Air Kotor Polyvinyl Cloride (PVC) AW atau klas 10 Rucika, Trillium
kg/cm2
6 Valve-valve Klas 10 K Toyo, Kitz,

7 Unit Pengolahan Bahan Fibreglass anti pecah, Sistem Un- Setara Biotech,
Limbah Domistik aerobic / aerobic
Fibretech

8 Floor Drain Stainless steel w/ trap Setara, Toto

9 Floor Clean Out Stainless steel Setara, Toto

10 Roof Drain Cast Iron Local Fabrication

2. PEKERJAAN TATA UDARA / AC

NO MATERIAL / TYPE MERK


BAHAN

1 AC Split VRV Wall Daikin, Gree, MCQuay


System
4 Pipa Refrijerant Pipa Copper, Hard draw, ASTM B280 Setara Crane

5 Pipa Drain Pipa PVC klas 10 kg/cm2 Rucika, Trillium

6 Isolasi Pipa Sectional Pipe Insulation min. tebal 25 Thermaflex, Armaflex


mm

3. ELEKTRIKAL ARUS KUAT

NO MATERIAL / TYPE MERK / PRODUKSI


BAHAN

1 Panel-Panel Heavy duty Adhiwira, Simetri, Oni


Utama
4 ACB, MCCB, MCB, Heavy duty Schineider, ABB,
Diazed Fuse, Siemen, Chint
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS C - 174

Current
Transformer
5 Metering (Amper, Heavy duty AEG, Telemecaniq, ex.
Volt, Frekwensi, Eropa
Cost Ǿ), Relly-rellay
pengaman
6 Lampu penerangan TL, SL, PL, Pijar Phillip, Osram, Scarto,
Saka
7 Komponen lampu Ballas low loss, Capasitor, Starter, Phillips, Osram
fitting
8 Armatur lampu - Setara Artolite, Osram

9 Stop kontak, Saklar - Clipsal, MK, ABB,


Panasonic
10 Kabel N2XSY, NYFGbY, NYY, NYA, NYM Tranka, Kabelmetal,
Supreme, Kabelindo
11 Pipa Konduit PVC high impact Ega,
Clipsal/BῼSS
12 Rak Kabel Plat baja, Hot dip galvanized Nobi, Three Stars

13 Grounding Material - Poly Phase, Term


Oweld
14 Fingerprint Finger print gagang pintu Dekson

Anda mungkin juga menyukai