Anda di halaman 1dari 57

PEMERINTAH KABUPATEN PASAMAN

DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG


Jln Jend. Sudirman No. 45 Telp. 0753 20029 Fax. (0753) 20040 Lubuk Sikaping

SPESIFIKASI TEKNIS

KEGIATAN :
PENYELENGGARAAN BANGUNAN GEDUNG DI WILAYAH DAERAH
KABUPATEN/KOTA, PEMBERIAN IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN (IMB)
DAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI BANGUNAN GEDUNG

SUBKEGIATAN :
PEMELIHARAAN DAN PERAWATAN BANGUNAN GEDUNG
DAERAH KABUPATEN/KOTA

PEKERJAAN :
“PEMBANGUNAN RUMAH DINAS CAMAT BONJOL
KECAMATAN BONJOL”

DI BUAT OLEH :

BIDANG CIPTA KARYA


2022
Rencana Kerja dan Syarat–syarat Teknis
(RKS)

RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS

DIVISI – A
SPESIFIKASI UMUM

Pasal. 1
PENJELASAN UMUM

1.1. Jenis Pekerjaan


a. Jenis pekerjaan adalah Pembangunan Rumah Dinas Camat Bojol Kecamatan Bonjol, yang
berlokasi di Kecamatan Bonjol Kabupaten Pasaman.
b. Pekerjaan meliputi mendatangkan bahan, menyediakan tenaga kerja dan alat-alat pekerjaan,
membuat segala persiapan untuk kesempurnaan pelaksanaan dan menyerahkan pekerjaan
dalam keadaan selesai dan sempurna.
c. Dalam pelaksanaannya, pekerjaan ini harus dilakukan berdasarkan Rencana Kerja dan Syarat-
syarat (bestek), Gambar, Berita Acara Penjelasan Pekerjaan serta ketentuan dan keputusan
Direksi yang dibuat secara tertulis.

1.2. Ukuran-Ukuran
a. Semua ukuran dalam pekerjaan harus sesuai dengan yang tercantum dalam bestek dan gambar.
b. Peil  0.00 lantai diambil dari permukaan pasangan pondasi batu kali seperti yang telah
ditetapkan dalam DED, dan apabila terjadi perubahan dilapangan akan ditetapkan bersama
dengan Direksi, Konsultan Perencana dan Konsultan Pengawas dilokasi pekerjaan.
c. Segala biaya yang dikeluarkan untuk pengukuran dibebankan kepada Pelaksana.

1.3. Lingkup Pekerjaan


a. Pekerjaan Pendahuluan
b. Pekerjaan Pondasi
c. Pekerjaan Beton
d. Pekerjaan Dinding
e. Pekerjaan Kap Penutup Atap
f. Pekerjaan Kusen, Pintu dan Jendela
g. Pekerjaan Plafond
h. Pekerjaan Penutup Lantai
i. Pekerjaan Pengecatan
j. Pekerjaan Elektrikal dan Elektronik
k. Pekerjaan Sanitary

1.4. Persyaratan Penyedia Konstruksi


Sertifikat Badan Usaha (SBU) Kualifikasi : Usaha Kecil
Klasifikasi : Jasa Pelaksana Konstruksi Bangunan
Komersial (Berdasarkan Permen PUPR No.
19/PRT/M/2014)
Subklasifikasi : BG001
Atau
Konstruksi Gedung Perkantoran (Berdasarkan
SE Menteri PUPR No. 21/SE/M/2021)
: Subklasifikasi : BG001
KBLI : 41011

Halaman - 1
Rencana Kerja dan Syarat–syarat Teknis
(RKS)

1.5. Daftar Personil Inti Yang Dibutuhkan

No Jabatan Jumlah Persyaratan Pengalaman Ket.


Minimal

1. Pelaksana Lapangan 1 Orang SKT Pelaksana


Bangunan Gedung /
Pekerjaan Gedung
(TS 051)
Atau 2 Tahun
Pelaksana
Lapangan
Pekerjaan Gedung
(TS 052)

2. Petugas K3 1 Orang Sertifikat atau


Konstruksi/ Ahli K3 SKA K3 Konstruksi -
Konstruksi

1.6. Daftar Peralatan Minimum Yang Dibutuhkan

No. Nama Alat Kapasitas Jumlah Status Kepemilikan

1. Dump Truck Min 5 Ton 1 Unit Milik/Sewa/Sewa


Beli

2. Molen Min 0,3 M3 1 Unit Milik/Sewa/Sewa


Beli

1.7. Waktu Pelaksanaan


Pelaksanaan pekerjaan direncanakan selesai dalam jangka waktu 120 (Seratus Dua Puluh) Hari
Kalender

1.8. Biaya Pekerjaan


- Nilai Pagu Dana sebesar Rp. 500.000.000,- (Lima Ratus Juta Rupiah)
- Nilai HPS sebesar Rp. 500.000.000,- (Lima Ratus Juta Rupiah). HPS terlampir.

Halaman - 2
Rencana Kerja dan Syarat–syarat Teknis
(RKS)

Pasal. 2
SYARAT - SYARAT UMUM

2.1. UMUM
Untuk dapat memahami dengan sebaik-baiknya seluruh seluk beluk pekerjaan ini, Kontraktor
diwajibkan mempelajari secara seksama seluruh gambar pelaksanaan beserta uraian pekerjaan dan
persyaratan pelaksanaan seperti yang diuraikan didalam buku ini. Bila terdapat ke-tidak jelasan
dan/atau perbedaan dalam gambar dan uraian ini, Kontraktor diwajibkan melaporkan hal tersebut
kepada Direksi Teknis dan Konsultan Perencana untuk mendapatkan penyelesaian.

2.2. LINGKUP PEKERJAAN


Penyediaan tenaga kerja, bahan dan alat kerja yang dibutuhkan dalam melaksanakan pekerjaan ini
serta mengamankan, mengawasi, dan memelihara bahan, alat kerja maupun hasil pekerjaan
selama masa pelaksanaan berlangsung sehingga seluruh pekerjaan dapat selesai dengan sempurna.

2.3. SARANA KERJA


Kontraktor wajib memasukkan jadwal kerja. Kontraktor juga wajib memasukkan identifikasi dari
tempat kerja, nama, jabatan dan keahlian masing-masing anggota pelaksana pekerjaan, serta
inventarisasi peralatan yang digunakan dalam melaksanakan pekerjaan ini. Kontraktor wajib
menyediakan tempat penyimpanan bahan/material dilokasi yang aman dari segala kerusakan,
kehilangan dan hal-hal yang dapat mengganggu pekerjaan lain. Semua sarana persyaratan kerja,
sehingga kelancaran dan memudahkan kerja di lokasi dapat tercapai.

2.4. GAMBAR - GAMBAR DOKUMEN


(1). Dalam hal terjadi perbedaan dan atau pertentangan dalam gambar yang ada (ARS, STR, dan MEP)
dalam buku uraian pekerjaan ini, maupun pekerjaan yang terjadi akibat keadaan di lokasi,
Kontraktor diwajibkan melaporkan hal tersebut kepada Perencana/Direksi Teknis/Pemberi Tugas
secara tertulis untuk mendapatkan keputusan pelaksanaan di lokasi, setelah Direksi Teknis
berunding terlebih dahulu dengan Perencana dan Pemberi Tugas. Ketentuan tersebut diatas tidak
dapat dijadikan alasan oleh Kontraktor untuk memperpanjang waktu pelaksanaan.
(2). Semua ukuran yang tertera dalam gambar adalah ukuran jadi, dalam keadaan selesai/terpasang.
(3). Mengingat masalah ukuran ini sangat penting, Kontraktor diwajibkan memperhatikan dan meneliti
terlebih dahulu semua ukuran yang tercantum seperti peil, ketinggian, lebar ketebalan, luas
penampang dan lain-lainnya sebelum memulai pekerjaan.
Bila ada keraguan mengenai ukuran yang akan dipakai dan dijadikan pegangan, Kontraktor wajib
berunding terlebih dahulu dengan Perencana dan Pemberi Tugas.
(4). Kontraktor tidak dibenarkan mengubah dan atau mengganti ukuran yang tercantum didalam
gambar pelaksanaan tanpa sepengetahuan Direksi Teknis dan Pemberi Tugas.
(5). Kontraktor harus menyediakan dengan lengkap masing-masing dua salinan, segala gambar,
spesifikasi teknis, agenda, berita perubahan dan gambar pelaksanaan yang telah disetujui di
tempat pekerjaan. Dokumen ini harus dapat dilihat Direksi Teknis dan Pemberi Tugas setiap saat
sampai dengan serah terima kesatu. Setelah serah terima kesatu, dokumen tersebut akan
didokumentasikan/disimpan oleh Pemberi Tugas.

2.5. GAMBAR - GAMBAR PELAKSANAAN DAN CONTOH - CONTOH


(1). Gambar Pelaksanaan (Shop Drawing) adalah gambar, diagram, ilustrasi jadwal, brosur atau data
yang disiapkan Kontraktor atau Sub Kontraktor, Supplier atau Produsen yang menjelaskan bahan-
bahan atau sebagian pekerjaan.

Halaman - 3
Rencana Kerja dan Syarat–syarat Teknis
(RKS)

(2). Contoh adalah benda yang disediakan Kontraktor untuk menunjukkan bahan, kelengkapan dan
kualitas kerja. Ini akan dipakai oleh Direksi Teknis dan Pemberi Tugas untuk menilai lebih dahulu.
(3). Kontraktor akan memeriksa, menandatangani persetujuan dan menyerahkan dengan segera semua
gambar pelaksanaan dan contoh yang diisyaratkan dalam Dokumen Kontrak atau oleh Direksi
Teknis. Gambar pelaksanaan dan contoh harus diberi tanda sebagaimana ditentukan Direksi Teknis
dan Pemberi Tugas.
Kontraktor harus melampirkan keterangan tertulis mengenai setiap perbedaan dengan Dokumen
Kontrak jika ada hal-hal demikian.
(4). Dengan menyetujui dan menyerahkan gambar pelaksanaan atau contoh dianggap Kontraktor telah
meneliti dan menyesuaikan setiap gambar atau contoh tersebut dengan Dokumen Kontrak.
(5). Direksi Teknis, Perencana dan Pemberi Tugas akan memeriksa dan menolak atau menyetujui
gambar pelaksanaan atau contoh dalam waktu sesingkat-singkatnya, sehingga tidak mengganggu
jalannya pekerjaan dengan mempertimbangkan syarat keindahan.

(6). Kontraktor akan melakukan perbaikan yang diminta Direksi Teknis dan menyerahkan kembali
segala gambar pelaksanaan dan contoh sampai disetujui.
(7). Persetujuan Direksi Teknis terhadap gambar pelaksanaan dan contoh tidak membebaskan
Kontraktor dari tanggung jawabnya atas perbedaan tersebut bila tidak diberitahukan secara
tertulis kepada Direksi Teknis.
(8). Semua pekerjaan yang memerlukan gambar pelaksanaan atau contoh yang harus disetujui Direksi
Teknis dan Pemberi Tugas, tidak boleh dilaksanakan sebelum ada persetujuan dari Direksi Teknis
dan Pemberi Tugas.
(9). Gambar pelaksanaan atau contoh harus dikirim Kontraktor ke Direksi Teknis dan Pemberi Tugas
dalam dua salinan, Direksi Teknis akan memeriksa dan mencantumkan tanda-tanda “Telah
Diperiksa Tanpa Perubahan“ atau “Telah Diperiksa Dengan Perubahan“ atau “Ditolak“. Satu
salinan ditahan oleh Direksi Teknis untuk arsip, sedangkan yang kedua dikembalikan kepada
Kontraktor atau yang bersangkutan lainnya.
(10). Sebutan Katalog atau barang cetakan, hanya boleh diserahkan apabila menurut Direksi Teknis hal-
hal yang sudah ditentukan dalam katalog atau barang cetakan tersebut sudah jelas dan tidak perlu
dirubah.
Barang cetakan ini juga harus diserahkan dalam dua rangkap untuk masing-masing jenis dan
diperlukan sama seperti butir diatas.
(11). Contoh yang disebutkan dalam Spesifikasi Teknis harus dikirim Pengawas kepada Direksi Teknis dan
Pemberi Tugas.
(12). Biaya pengiriman gambar pelaksanaan, contoh, katalog kepada Direksi Teknis, Perencana dan
Pemberi Tugas menjadi tanggungan Kontraktor.

2.6. JAMINAN KUALITAS


Kontraktor menjamin pada Pemberi Tugas dan Direksi Teknis, bahwa semua bahan dan
perlengkapan untuk pekerjaan adalah sama sekali baru, kecuali ditentukan lain, serta Kontraktor
menyetujui bahwa semua pekerjaan dilaksanakan dengan baik, bebas dari cacat teknis dan estetis
serta sesuai dengan Dokumen Kontrak.
Sebelum mendapat persetujuan dari Direksi Teknis dan Pemberi Tugas, bahwa pekerjaan telah
diselesaikan dengan sempurna, semua pekerjaan tetap menjadi tanggung jawab Kontraktor
sepenuhnya.

2.7. NAMA PABRIK / MERK YANG DITENTUKAN

Halaman - 4
Rencana Kerja dan Syarat–syarat Teknis
(RKS)

Apabila pada spesifikasi teknis ini disebutkan nama pabrik/merk dari suatu jenis bahan/komponen,
maka Kontraktor menawarkan dan memasang sesuai dengan yang ditentukan. Jadi tidak ada alasan
bagi Kontraktor pada waktu pemasangan menyatakan barang tersebut sudah tidak terdapat lagi di
pasaran ataupun sukar didapat di pasaran.
Untuk barang-barang yang harus diimport, segera setelah ditunjuk sebagai pemenang, Kontraktor
harus sesegera mungkin memesan pada agennya di Indonesia.
Apabila Kontraktor telah berusaha untuk memesan namun pada saat pemesanan bahan/merk
tersebut tidak/sukar diperoleh, maka Perencana dengan persetujuan tertulis dari Pemberi Tugas
akan menentukan sendiri alternatif merk lain dengan spesifikasi minimum yang sama. Setelah 1
(satu) bulan penunjukan pemenang, Kontraktor harus memberikan kepada pemberi tugas fotocopy
dari pemesanan material yang diimport pada agen ataupun importir lainnya, yang menyatakan
bahwa material-material tersebut telah dipesan (order import).

2.1. CONTOH - CONTOH


(1). Contoh material yang dikehendaki oleh Pemberi Tugas atau wakilnya harus segera disediakan atas
biaya Kontraktor dan contoh tersebut diambil dengan jalan atau cara sedemikian rupa, sehingga
dapat dianggap bahwa bahan atau pekerjaan tersebutlah yang akan dipakai dalam pelaksanaan
pekerjaan nanti. Contoh tersebut jika telah disetujui, disimpan oleh Pemberi Tugas atau wakilnya
untuk dijadikan dasar penolakan tidak sesuai dengan contoh, baik kualitas maupun sifatnya.
(2). Kontraktor diwajibkan menyerahkan barang-barang contoh (sample) dari material yang akan
dipakai/dipasang, untuk mendapatkan persetujuan Direksi Teknis dan Pemberi Tugas.
(3). Barang-barang contoh (sample) tertentu harus dilampiri dengan tanda bukti/sertifikat pengujian
dan spesifikasi teknis dari barang-barang/material-material tersebut.
(4). Untuk barang-barang dan material yang akan didatangkan ke site (melalui pemesanan), maka
Kontraktor diwajibkan menyerahkan : Brochure, katalogue, gambar kerja ( Shop Drawing) dan
sample, yang dianggap perlu oleh Perencana/Direksi Teknis/Pemberi Tugas dan harus
mendapatkan persetujuan Perencana/Direksi Teknis /Pemberi Tugas .

2.2. SUBTITUSI
(1). Produk yang disebutkan nama pabriknya :
Material, peralatan, perkakas, aksesoris yang disebutkan nama pabriknya dalam RKS, Kontraktor
harus melengkapi produk yang disebutkan dalam Spesifikasi Teknis, atau dapat mengajukan produk
pengganti yang setara, disertai data-data yang lengkap untuk mendapatkan persetujuan Konsultan
Perencana dan Direksi Teknis sebelum pemesanan.
(2). Produk yang tidak disebutkan nama pabriknya :
Material, peralatan, perkakas, aksesoris dan produk yang tidak disebutkan nama pabriknya didalam
Spesifikasi Teknis, Kontraktor harus mengajukan secara tertulis nama negara dari pabrik yang
menghasilkannya katalog dan selanjutnya menguraikan data-data yang menunjukan secara benar
bahwa produk-produk yang dipergunakan adalah sesuai dengan Spesifikasi Teknis dan kondisi
proyek untuk mendapatkan persetujuan dari Direksi Teknis
/Pemilik/Perencana.

2.3. MATERIAL DAN TENAGA KERJA


Seluruh peralatan dan material yang dipergunakan dalam pekerjaan ini harus baru. Seluruh

Halaman - 5
Rencana Kerja dan Syarat–syarat Teknis
(RKS)

peralatan harus dilaksanakan/digunakan dengan cara yang benar dan setiap pekerja harus
mempunyai ketrampilan yang memuaskan, untuk itu latihan khusus bagi pekerja sangat diperlukan
dan Kontraktor harus melaksanakannya.

2.4. KLAUSUL DISEBUTKAN KEMBALI


Apabila dalam Dokumen Tender ini ada klausal yang disebutkan kembali pada butir lain, maka ini
bukan berarti menghilangkan butir tersebut tetapi dengan pengertian lebih menegaskan
masalahnya.
Jika terjadi hal yang saling bertentangan antara gambar atau terhadap Spesifikasi Teknis, maka
diambil sebagai patokan adalah yang mempunyai bobot teknis dan atau yang mempunyai bobot
biaya yang paling tinggi.
Pemilik proyek dibebaskan dari hak patent dan lain-lain untuk segala “Claim“ atau tuntutan
terhadap hak -hak azasi manusia.

2.5. KOORDINASI PEKERJAAN


(1). Untuk kelancaran pekerjaan ini, harus disediakan koordinasi dari seluruh bagian yang terlibat
didalam kegiatan proyek ini.
(2). Seluruh aktifitas yang menyangkut dalam proyek ini, harus dikoordinir lebih dahulu agar gangguan
dan konflik satu dengan yang lainnya dapat dihindarkan.

(3). Melokalisasi/memerinci setiap pekerjaan sampai dengan detail untuk menghindari gangguan dan
konflik, serta harus mendapat persetujuan dari Direksi Teknis/ Pemberi Tugas.
(4). Kontraktor harus melaksanakan segala pekerjaan menurut uraian dan syarat–syarat
pelaksanaan, gambar dan instruksi tertulis dari Direksi Teknis/Pemberi Tugas.
(5). Direksi Teknis berhak memeriksa pekerjaan yang dilakukan oleh Kontraktor pada setiap waktu.
Bagaimanapun juga kelalaian Direksi Teknis dalam pengontrolan terhadap kekeliruan atas
pekerjaan yang dilaksanakan oleh Kontraktor, tidak berarti Kontraktor bebas dari tanggung jawab.
(6). Pekerjaan yang tidak memenuhi uraian dan syarat-syarat pelaksanaan (spesifikasi) atau gambar
atau instruksi tertulis dari Direksi Teknis/Pemberi Tugas harus diperbaiki atau dibongkar. Semua
biaya yang diperlukan untuk ini menjadi tanggung jawab Kontraktor

2.6. PERLINDUNGAN TERHADAP ORANG, HARTA BENDA & PEKERJAAN


(1). Perlindungan terhadap milik umum :
Kontraktor harus menjaga jalan umum, jalan kecil dan jalan bersih dari alat-alat mesin, bahan
bangunan dan sebagainya serta memelihara kelancaran lalu lintas, baik bagi kendaraan maupun
pejalan kaki selama kontrak berlangsung.
(2). Orang-orang yang tidak berkepentingan :
Kontraktor harus melarang siapapun yang tidak berkepentingan memasuki tempat pekerjaan dan
dengan tegas memberikan perintah kepada ahli tekniknya yang bertugas dan para penjaga.
(3). Perlindungan terhadap bangunan yang ada :
Selama masa pelaksanaan kontrak, Kontraktor bertanggung jawab penuh atas segala kerusakan
bangunan yang ada, utilitas, jalan, saluran pembuangan dan sebagainya ditempat pekerjaan, dan
kerusakan sejenis yang disebabkan operasi Kontraktor, dalam arti kata yang luas. Itu semua harus
diperbaiki oleh Kontraktor hingga dapat diterima oleh Pemberi Tugas.
(4). Penjagaan dan perlindungan pekerjaan :
Kontraktor bertanggung jawab atas penjagaan, penerangan dan perlindungan terhadap pekerjaan
yang dianggap penting selama pelaksanaan Kontrak, siang dan malam. Pemberi Tugas tidak
bertanggung jawab terhadap Kontraktor, atas kehilangan atau kerusakan bahan bangunan atau

Halaman - 6
Rencana Kerja dan Syarat–syarat Teknis
(RKS)

peralatan atau pekerjaan yang sedang dalam pelaksanaan.


(5). Kesejahteraan Keamanan dan Pertolongan Pertama :
Kontraktor harus mengadakan dan memelihara fasilitas kesejahteraan dan tindakan pengamanan
yang layak untuk melindungi para pekerja dan tamu yang akan datang kelokasi. Fasilitas dan
tindakan pengamanan seperti ini disyaratkan harus memuaskan Pemberi Tugas dan juga harus
menurut (memenuhi) ketentuan Undang-Undang dan peraturan yang berlaku.
Di lokasi pekerjaan, Kontraktor wajib mengadakan perlengkapan yang cukup untuk pertolongan
pertama, yang mudah dicapai.
(6). Gangguan pada masyarakat sekitar :
Segala pekerjaan yang menurut Pemberi Tugas mungkin akan menyebabkan adanya gangguan pada
penduduk yang berdekatan, menjadi tanggung jawab Kontraktor dan tidak ada biaya tambahan.

2.7. PERATURAN HAK PATENT


Kontraktor harus melindungi Pemiik (owner) terhadap semua “claim“ atau tuntutan, biaya atau
kenaikan harga karena bencana, dalam hubungan dengan merk dagang atau nama produksi, hak
cipta pada semua material dan peralatan yang digunakan dalam proyek ini.

2.8. IKLAN
Kontraktor tidak diijinkan membuat iklan dalam bentuk apapun di dalam sempadan (batas) site atau
di tanah yang berdekatan tanpa seijin dari pihak Pemberi Tugas.

2.9. PERATURAN TEKNIS PEMBANGUNAN YANG DIGUNAKAN


(1). Dalam melaksanakan pekerjaan, kecuali bila ditentukan lain dalam Rencana Kerja dan Syarat-
syarat (RKS) ini, berlaku dan mengikat ketentuan-ketentuan dibawah ini termasuk segala
perubahan dan tambahannya :
a. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung.
b. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor : 22/PRT/M/2018 tanggal
14 September 2018 tentang Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan Gedung Negara;
c. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor: 21/PRT/M/2019 Tentang
Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi;
d. Peraturan menteri Pekerjaan Umum Nomor 30/PRT/M/2006 tentang Pedoman Teknis Fasilitas
dan Aksesibilitas Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan.
e. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 29/PRT/M/2006 tentang Pedoman persyaratan
Teknis Bangunan Gedung.
f. Keputusan-keputusan dari Majelis Indonesia untuk Arbitrase Teknik dari Dewan Teknik
Pembangunan Indonesia (DTPI).
g. Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBI-1991), SK SNI T– 15.1991.03
h. Peraturan Muatan Indonesia NI.8 dan Indonesian Loading Code 1987 (SKBI– 1.2.53.1987)
i. Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia, PKKI-NI-5/1961
j. Mutu Kayu Bangunan, NI 03– 3527– 1984
k. Tata Cara Perencanaan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung, SNI 03-2847-2002 dari Badan
Standarisasi Nasional (BSN)
l. Tata Cara Perencanaan Struktur Baja Untuk Bangunan Gedung SNI -03-1729-2002, dari Badan
Standarisasi Nasional (BSN)
m. Tata Cara Perencanaan Pembebanan Untuk Rumah dan Gedung, SKBI 1.3.53.1987 dari
Departemen Pekerjaan Umum
n. Tata Cara Perencanaan Ketahanan Terhadap Gempa, SNI 02-1726-2002 dari Badan Standarisasi
Nasional (BSN)
o. Tata Cara Pengecatan Kayu untuk Rumah dan Gedung, NI 03– 2407– 1991
p. Tata Cara Pengecatan Dinding Tembok dengan Cat Emulsi, NI 03– 2410– 1991

Halaman - 7
Rencana Kerja dan Syarat–syarat Teknis
(RKS)

q. Peraturan Semen Portland Indonesia, NI 8 tahun 1972


r. Peraturan Bata Merah sebagai Bahan Bangunan, NI 10
s. Standard Industri Indonesia (SII).
t. Pasal-pasal yang masih berlaku dari AV 41 Nomor 9 tanggal 26 Mei 1941.
u. Peraturan lainnya yang dikeluarkan Pemerintah Daerah Setempat yang berhubungan dengan
permasalahan bangunan.

(2). Untuk melaksanakan pekerjaan dalam butir tersebut diatas, berlaku dan mengikat pula :
a. Gambar bestek yang dibuat Konsultan Perencana yang sudah disahkan oleh Pemberi Tugas
termasuk juga gambar detail yang diselesaikan oleh Kontraktor dan sudah disahkan / disetujui
Direksi.
b. Rencana Kerja dan Syarat-syarat Pekerjaan.
c. Berita Acara Penjelasan Pekerjaan.
d. Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK)
e. Surat Penawaran beserta lampirannya.
f. Jadwal Pelaksanaan (Tentative Time Schedule) yang telah disetujui.
g. Kontrak / Surat Perjanjian Pemborongan.
(3). Apabila penjelasan dalam RKS ini tidak sempurna atau belum lengkap sebagaimana ketentuan dan
syarat dalam peraturan diatas, maka Kontraktor wajib mengikuti ketentuan peraturan– peraturan
yang disebutkan diatas.

(4). Untuk bagian-bagian pekerjaan yang belum termasuk dalam standar-standar tersebut diatas,
maupun standar-standar nasional lainnya, maka diberlakukan standar-standar internasional yang
berlaku atas bagian-bagian pekerjaan tersebut, atau setidak-tidaknya berlaku persyaratan teknis
dari Negara-negara asal bahan dengan disertai referensi

2.10. UKURAN DAN DIMENSI


(1). Ukuran yang tercantum dalam gambar adalah ukuran yang mengikat dan mutlak harus ditepati.
(2). Semua ukuran yang dicantumkan dalam gambar dinyatakan dalam :
 Melimeter (mm)
 Centimeter (cm)
 Meter (m)
Kecuali untuk hal khusus, satuan dinyatakan sesuai kebutuhan atau ketentuan umum yang berlaku.
(3). Apabila terdapat perbedaan ukuran antara gambar struktur dan gambar detail dalam jenis sama,
maka yang jadi pegangan adalah gambar yang berskala lebih kecil (gambar detail).
(4). Bila ada perbedaan, ketidaksesuaian atau keraguan diantara gambar kerja yang tidak bisa diatasi
menurut point (c) diatas, pemborong harus melaporkan secara tertulis kepada direksi teknis untuk
mendapatkan keputusan gambar mana yang akan menjadi pegangan.
(5). Sinkronisasi antara gambar, spesifikasi dan BQ (Daftar Kuantitas dan Biaya Pekerjaan) diambil yang
mempunyai bobot teknis yang paling tinggi dan tidak saling menghilangkan, demikian pula gambar-
gambar, antara gambar Arsitektur, Sipil, Struktur, Elektrikal dan Mekanikal adalah saling
melengkapi dan tidak saling menghilangkan.

2.11. SHOP DRAWING

Halaman - 8
Rencana Kerja dan Syarat–syarat Teknis
(RKS)

(1). Harus selalu dibuat gambar pelaksanaan dari semua komponen struktur berdasarkan desain yang
ada dan harus dimintakan persetujuan tertulis dari Direksi Teknis.
(2). Gambar pelaksanaan ini harus memberikan semua data-data yang diperlukan termasuk keterangan
produk bahan, keterangan pemasangan, data tertulis, dan hal-hal lain yang diperlukan.
(3). Pekerjaan perubahan dan pekerjaan tambahan dilapangan pada waktu pemasangan yang
diakibatkan oleh kurang teliti atau kelalaian Kontraktor, harus dilakukan atas biaya Kontraktor.
(4). Keragu-raguan terhadap kebenaran dan kejelasan gambar dan spesifikasi harus ditanyakan dan
dimintakan penjelasan kepada Direksi Teknis /Perencana.
(5). Kontraktor diwajibkan untuk membuat gambar-gambar terlaksana “(As Built Drawing)“ sesuai
dengan pekerjaan yang telah dilakukan dilapangan secara kenyataan, untuk kebutuhan
pemeriksaan dikemudian hari. Gambar tersebut diserahkan kepada Direksi Teknis.

Halaman - 9
Rencana Kerja dan Syarat–syarat Teknis
(RKS)

Pasal. 3
KETENTUAN PELAKSANAAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)

3.1. U M U M
a). Ketentuan-ketentuan penanganan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) konstruksi
mencakup kepada setiap orang yang berada di tempat kerja yang berhubungan dengan
pemindahan bahan baku, penggunaan peralatan kerja konstruksi, proses produksi dan
lingkungan sekitar tempat kerja.
b). Penanganan K3 mencakup penyediaan sarana pencegah kecelakaan kerja dan perlindungan
kesehatan kerja konstruksi maupun penyediaan personil yang kompeten dan organisasi
pengendalian K3 Konstruksi sesuai dengan tingkat resiko yang ditetapkan oleh Pengguna Jasa.
c). Penyedia Jasa harus mengikuti ketentuan-ketentuan pengelolaan K3 yang tertuang dalam
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 21/PRT/M/2019 tentang
Pedoman Sistem Manjemen Keselamatan Konstruksi.

3.2. SISTIM MANAJEMEN K3 KONSTRUKSI


a). Penyedia Jasa harus membuat, menerapkan dan memelihara prosedur untuk identifikasi
bahaya, penilaian risiko dan pengendaliannya secara berkesinambungan sesuai dengan
Rencana K3 Kontrak (RK3K) yang telah disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
b). Penyedia Jasa harus melibatkan Petugas K3 Konstruksi (paket pekerjaan dengan risiko K3 sedang
dan kecil). Petugas K3 bertugas untuk merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi Sistem
Manajemen K3 Konstruksi. Tingkat risiko K3 ditetapkan oleh Pengguna Jasa.
c). Penyedia Jasa harus membentuk Panitia Pembina K3 (P2K3) bila:
i). Mengelola pekerjaan yang mempekerjakan pekerja dengan jumlah paling sedikit 100 orang,
ii). Mengelola pekerjaan yang mempekerjakan pekerja kurang dari 100 orang, akan tetapi
menggunakan bahan, proses dan instalasi yang mempunyai risiko yang besar akan
terjadinya peledakan, kebakaran, keracunan dan penyinaran radioaktif
P2K3 (Panitia Pembina K3) adalah badan pembantu di perusahaan dan tempat kerja yang
merupakan wadah kerjasama antara pengusaha dan pekerja untuk mengembangkan kerja sama
saling pengertian dan partisipasi efektif dalam penerapan K3. Unsur P2K3 terdiri dari Ketua,
Sekretaris dan Anggota. Ketua P2K3 adalah pimpinan puncak organisasi Penyedia Jasa dan
Sekretaris P2K3 adalah Ahli K3 Konstruksi.
d). Penyedia Jasa harus membuat Laporan Rutin Kegiatan P2K3 ke Dinas Tenaga Kerja setempat
dan tembusannya disampaikan kepada Direksi Pekerjaan.
e). Penyedia Jasa harus melaksanakan Audit Internal K3 Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum.
f). Penyedia Jasa harus melakukan tinjauan ulang terhadap RK3K (pada bagian yang memang perlu
dilakukan kaji ulang) setiap bulan secara berkesinambungan selama pelaksanaan pekerjaan
konstruksi berlangsung.
g). Direksi Pekerjaan dapat sewaktu-waktu melaksanakan inspeksi K3 Konstruksi.

1)

Halaman - 8
Rencana Kerja dan Syarat–syarat Teknis
(RKS)

3.3. KETENTUAN ADMINISTRASI

A. Kewajiban Umum
Kewajiban umum di sini dimaksudkan kewajiban umum bagi perusahaan Penyedia Jasa
Konstruksi,yaitu :
a). Penyedia Jasa berkewajiban untuk mengusahakan agar tempat kerja, peralatan,
lingkungan kerja dan tata cara kerja diatur sedemikian rupa sehingga tenaga kerja
terlindungi dari resiko kecelakaan.
b). Penyedia Jasa menjamin bahwa mesin-mesin peralatan, kendaraan atau alat-alat lain
yang akan digunakan atau dibutuhkan sesuai dengan peraturan keselamatan kerja,
selanjutnya barang-barang tersebut harus dapat dipergunakan secara aman.
c). Penyedia Jasa turut mengadakan pengawasan terhadap tenaga kerja, agar tenaga kerja
tersebut dapat melakukan pekerjaan dalam keadaan selamat dan sehat.
d). Penyedia Jasa menunjuk petugas keselamatan kerja yang karena jabatannya di dalam
organisasi Penyedia Jasa, bertanggung jawab mengawasi koordinasi pekerjaan yang
dilakukan untuk menghindarkan resiko bahaya kecelakaan.
e). Penyedia Jasa memberikan pekerjaan yang cocok untuk tenaga kerja sesuai dengan
keahlian, umur, jenis kelamin dan kondisi fisik/kesehatannya.
f). Sebelum pekerjaan dimulai Penyedia Jasa menjamin bahwa semua tenaga kerja telah
diberi petunjuk terhadap bahaya dari pekerjaannya masing-masing dan usaha
pencegahannya, untuk itu Penyedia Jasa dapat memasang papan-papan pengumuman,
papan-papan peringatan serta sarana-sarana pencegahan yang dipandang perlu.
g). Orang tersebut bertanggung jawab pula atas pemeriksaan berkala terhadap semua
tempat kerja, peralatan, sarana- sarana pencegahan kecelakaan, lingkungan kerja dan
cara-cara pelaksanaan kerja yang aman.
h). Hal-hal yang menyangkut biaya yang timbul dalam rangka penyelenggaraan keselamatan
dan kesehatan kerja menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa.

B. Organisasi Keselamatan Dan Kesehatan Kerja


Penyedia Jasa Konstruksi harus menugaskan secara khusus Ahli K3 dan tenaga K3 untuk setiap
proyek yang dilaksanakan. Tenaga K3 tersebut harus masuk dalam struktur organisasi
pelaksanaan konstruksi setiap proyek, dengan ketentuan sebagai berikut :
a). Petugas keselamatan dan kesehatan kerja harus bekerja secara penuh (full-time) untuk
mengurus dan menyelenggarakan keselamatan dan kesehatan kerja.
b). Pengurus dan Penyedia Jasa yang mengelola pekerjaan dengan mempekerjakan pekerja
dengan jumlah minimal 100 orang atau kondisi dari sifat proyek memang memerlukan,
diwajibkan membentuk unit pembina K3 (P2K3).
c). Petugas keselamatan dan kesehatan kerja tersebut bersama-sama dengan P2K3 ini
bekerja sebaik-baiknya, dibawah koordinasi pengurus atau Penyedia Jasa, serta
bertanggung jawab kepada pemimpin proyek.
d). Penyedia jasa harus melakukan hal-hal sebagai berikut :
i). Memberikan P2K3 fasilitas-fasilitas dalam melaksanakan tugas mereka.
ii). Berkonsultasi dengan P2K3 dalam segala hal yang berhubungan dengan keselamatan
dan kesehatan kerja
iii). Mengambil langkah-langkah praktis untuk memberi efek pada rekomendasi dari
P2K3.
e). Jika 2 (dua) atau lebih Penyedia Jasa bergabung dalam suatu proyek mereka harus
bekerja sama membentuk kegiatan kegiatan keselamatan dan kesehatan kerja.

Halaman - 9
Rencana Kerja dan Syarat–syarat Teknis
(RKS)

C. Laporan Kecelakaan
Salah satu tugas pelaksana K3 adalah melakukan pencatatan atas kejadian yang terkait dengan
K3, dimana :
a. Setiap kejadian kecelakaan kerja atau kejadian yang berbahaya harus dilaporkan kepada
Instansi yang terkait.
b. Laporan tersebut harus meliputi statistik yang akan menunjukkan hal-hal sebagai berikut:
i). Menunjukkan catatan kecelakaan dari setiap kegiatan kerja, pekerja masing-
masing.
ii). Menunjukkan gambaran kecelakaan-kecelakaan dan sebab-sebabnya.

D. Keselamatan Kerja Dan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan


Organisasi untuk keadaan darurat dan pertolongan pertama pada kecelakaan harus dibuat
sebelumnya untuk setiap proyek yang meliputi seluruh pegawai/petugas pertolongan pertama
pada kecelakaan dan peralatan, alat-alat komunikasi dan alat- alat lain serta jalur
transportasi, dimana :
a). Tenaga kerja harus diperiksa kesehatannya.
i). Sebelum atau beberapa saat setelah memasuki masa kerja pertama kali
(pemeriksaan kesehatan sebelum masuk kerja dengan penekanan pada kesehatan
fisik dan kesehatan individu),
ii). Secara berkala, sesuai dengan risiko-risiko yang ada pada pekerjaan tersebut.
b). Tenaga kerja di bawah umur 17 tahun harus mendapat pengawasan kesehatan
khusus, meliputi pemeriksaan kembali atas kesehatannya secara teratur.
c). Data yang diperoleh dari pemeriksaan kesehatan harus dicatat dan disimpan untuk
referensi.
d). Pertolongan pertama jika terjadi kecelakaan atau penyakit yang tiba-tiba, harus
dilakukan oleh Dokter, Juru Rawat atau seorang yang terdidik dalam pertolongan
pertama pada kecelakaan (PPPK).
e). Alat-alat PPPK atau kotak obat-obatan yang memadai, harus disediakan di tempat kerja
dan dijaga agar tidak dikotori oleh debu, kelembaban udara dan lain-lain.
f). Alat-alat PPPK atau kotak obat-obatan harus berisi paling sedikit dengan obat untuk
kompres, perban, antiseptik, plester, gunting dan perlengkapan gigitan ular.
g). Alat-alat PPPK dan kotak obat-obatan harus berisi keterangan-keterangan/instruksi yang
mudah dan jelas sehingga mudah dimengerti.
h). Isi dari kotak obat-obatan dan alat PPPK harus diperiksa secara teratur dan harus dijaga
supaya tetap berisi (tidak boleh kosong).
i). Kereta untuk mengangkat orang sakit (tandu) harus selalu tersedia.
j). Jika tenaga kerja dipekerjakan di bawah tanah atau pada keadaan lain, alat penyelamat
harus selalu tersedia di dekat tempat mereka bekerja.
k). Jika tenaga kerja dipekerjakan di tempat-tempat yang menyebabkan adanya risiko
tenggelam atau keracunan, alat-alat penyelematan harus selalu tersedia di dekat tempat
mereka bekerja.
l). Persiapan-persiapan harus dilakukan untuk memungkinkan mengangkut dengan cepat,
jika diperlukan untuk petugas yang sakit atau mengalami kecelakaan ke rumah sakit
atau tempat berobat lainnya.
m). Petunjuk/informasi harus diumumkan/ditempel di tempat yang baik dan strategis yang
memberitahukan antara lain :
i). Tempat yang terdekat dengan kotak obat-obatan, alat- alat PPPK, ruang PPPK,
ambulans, tandu untuk orang sakit, dan tempat dimana dapat dicari petugas K3.

Halaman - 10
Rencana Kerja dan Syarat–syarat Teknis
(RKS)

ii). Tempat telepon terdekat untuk menelepon/memanggil ambulans, nomor telepon


dan nama orang yang bertugas dan lain-lain.
iii). Nama, alamat, nomor telepon Dokter, rumah sakit dan tempat penolong yang dapat
segera dihubungi dalam keadaan darurat.

E. Pembiayaan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja


Biaya operasional kegiatan keselamatan dan kesehatan kerja harus sudah diantisipasi sejak
dini yaitu pada saat Pengguna Jasa mempersiapkan pembuatan desain dan perkiraan biaya
suatu proyek pembangunan. Sehingga pada saat pelelangan menjadi salah satu item
pekerjaan yang perlu menjadi bagian evaluasi dalam penetapan pemenang lelang.
Selanjutnya Penyedia Jasa harus melaksanakan prinsip-prinsip kegiatan kesehatan dan
keselamatan kerja termasuk penyediaan prasarana, sumberdaya manusia dan pembiayaan
untuk kegiatan tersebut dengan biaya yang wajar, oleh karena itu baik Penyedia Jasa dan
Pengguna Jasa perlu memahami prinsip-prinsip keselamatan dan kesehatan kerja ini agar
dapat melakukan langkah persiapan, pelaksanaan dan pengawasannya.

3.4. KETENTUAN TEKNIS

A. Aspek Lingkungan
Dalam rangka perencanaan dan pelaksanaan K3 terutama terkait dengan aspek lingkungan,
Penyedia Jasa harus mendapatkan persetujuan dari direksi pekerjaan.

B. Tempat Kerja Dan Peralatan

Ketentuan teknis pada tempat kerja dan peralatan pada suatu proyek terkait dengan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah sebagai berikut :
1. Pintu masuk dan keluar
a. Pintu masuk dan keluar darurat harus dibuat di tempat-tempat kerja.
b. Alat-alat/tempat-tempat tersebut harus diperlihara dengan baik.
2. Lampu / penerangan
a. Jika penerangan alam tidak sesuai untuk mencegah bahaya, alat-alat penerangan
buatan yang cocok dan sesuai harus diadakan di seluruh tempat kerja, termasuk
pada gang-gang.
b. Lampu-lampu harus aman, dan terang.
c. Lampu-lampu harus dijaga oleh petugas-petugas bila perlu mencegah bahaya apabila
lampu mati/pecah.
3. Ventilasi
a. Di tempat kerja yang tertutup, harus dibuat ventilasi yang sesuai untuk mendapat
udara segar.
b. Jika perlu untuk mencegah bahaya terhadap kesehatan dari udara yang dikotori oleh
debu, gas-gas atau dari sebab-sebab lain; harus dibuatkan ventilasi untuk
pembuangan udara kotor.
c. Jika secara teknis tidak mungkin bisa menghilangkan debu, gas yang berbahaya,
tenaga kerja harus disediakan alat pelindung diri untuk mencegah bahaya- bahaya
tersebut di atas.
4. Kebersihan
a. Bahan-bahan yang tidak terpakai dan tidak diperlukan lagi harus dipindahkan ke
tempat yang aman.
b. Semua paku yang menonjol harus disingkirkan atau dibengkokkan untuk mencegah
terjadinya kecelakaan.

Halaman - 11
Rencana Kerja dan Syarat–syarat Teknis
(RKS)

c. Peralatan dan benda-benda kecil tidak boleh dibiarkan karena benda-benda tersebut
dapat menyebabkan kecelakaan, misalnya membuat orang jatuh atau tersandung
(terantuk).
d. Sisa-sisa barang alat-alat dan sampah tidak boleh dibiarkan bertumpuk di tempat
kerja.
e. Tempat-tempat kerja dan gang-gang yang licin karena oli atau sebab lain harus
dibersihkan atau disiram pasir, abu atau sejenisnya.
f. Alat-alat yang mudah dipindah-pindahkan setelah dipakai harus dikembalikan pada
tempat penyimpanan semula.

C. Pencegahan Terhadap Kebakaran Dan Alat Pemadam Kebakaran


Untuk dapat mencegah terjadinya kebakaran pada suatu tempat atau proyek dapat dilakukan
pencegahan sebagai berikut :
1. Di tempat-tempat kerja dimana tenaga kerja dipekerjakan harus tersedia :
a. Alat-alat pemadam kebakaran.
b. Saluran air yang cukup dengan tekanan yang besar.
2. Pengawas dan sejumlah/beberapa tenaga kerja harus dilatih untuk menggunakan alat
pemadam kebakaran.
3. Orang-orang yang terlatih dan tahu cara mengunakan alat pemadam kebakaran harus
selalu siap di tempat selama jam kerja.
4. Alat pemadam kebakaran, harus diperiksa pada jangka waktu tertentu oleh orang yang
berwenang dan dipelihara sebagaimana mestinya.
5. Alat pemadam kebakaran seperti pipa-pipa air, alat pemadam kebakaran yang dapat
dipindah-pindah (portable) dan jalan menuju ke tempat pemadam kebakaran harus
selalu dipelihara.
6. Peralatan pemadam kebakaran harus diletakkan di tempat yang mudah dilihat dan
dicapai.
7. Sekurang kurangnya sebuah alat pemadam kebakaran harus tersedia di tempat- tempat
sebagai berikut :
a. Disetiap gedung dimana barang-barang yang mudah terbakar disimpan di tempat-
tempat yang terdapat alat-alat untuk mengelas.
b. Pada setiap tingkat/lantai dari suatu gedung yang sedang dibangun dimana terdapat
barang-barang dan alat-alat yang mudah terbakar.
8. Beberapa alat pemadam kebakaran dari bahan kimia kering harus disediakan :
a. Ditempat yang terdapat barang-barang/benda-benda cair yang mudah terbakar,
seperti oli, bensin, gas dan ditempat alat-alat pemanas yang menggunakan api.
b. Ditempat yang terdapat aspal dan ketel aspal.
c. Ditempat yang terdapat bahaya listrik/bahaya kebakaran yang disebabkan oleh
aliran listrik.
9. Alat pemadam kebakaran harus dijaga agar tidak terjadi kerusakan-kerusakan teknis.
10. Alat pemadam kebakaran yang berisi chlorinated hydrocarbon atau karbon tetroclorida
tidak boleh digunakan di dalam ruangan atau di tempat yang terbatas (ruangan tertutup,
sempit).
11. Jika pipa tempat penyimpanan air (reservoir, standpipe) dipasang di suatu gedung, pipa
tersebut harus :
a. Dipasang di tempat yang strategis demi kelancaran pembuangan.
b. Dibuatkan suatu katup pada setiap ujungnya.
c. Dibuatkan pada setiap lubang pengeluaran air dari pipa dengan sebuah katup yang
menghasilkan pancaran air bertekanan tinggi.
d. Mempunyai sambungan yang dapat digunakan dinas pemadam kebakaran.

Halaman - 12
Rencana Kerja dan Syarat–syarat Teknis
(RKS)

D. Perlengkapan Keselamatan Kerja


Berbagai jenis perlengkapan kerja standar untuk melindungi pekerja dalam melaksanakan
tugasnya antara lain sebagai berikut :
a. Safety helmet, yang berguna untuk melindungi kepala dari benturan benda keras selama
mengoperasikan atau memelihara AMP.
b. Safety shoes, yang akan berguna untuk menghindarkan terpeleset karena licin atau
melindungi kaki dari kejatuhan benda keras dan sebagainya.
c. Kaca mata keselamatan (Goggless, Spectacless), terutama dibutuhkan untuk melindungi
mata pada lokasi pekerjaan yang banyak serbuk metal atau serbuk material keras
lainnya.
d. Pelindung pernafasan dan mulut (Masker), diperlukan pada medan yang berdebu
meskipun ruang operator telah tertutup rapat, masker ini dianjurkan tetap dipakai.
e. Sarung tangan (Safety gloves), dibutuhkan pada waktu mengerjakan pekerjaan yang
berhubungan dengan bahan yang keras, misalnya membuka atau mengencangkan baut
dan sebagainya.
f. Pelindung/Penutup telinga (Ear plug, Ear muff), diperlukan pada waktu mengerjakan
pekerjaan yang berhubungan dengan alat yang mengeluarkan suara yang keras/bising,
misalnya pemadatan tanah dengan stamper dan sebagainya.
g. Tali Pengaman (Safety harness), diperlukan untuk pelindung jatuh

Gambar Perlengkapan keselamatan kerja (APD)

3.5. PEDOMAN UNTUK PELAKU UTAMA KONSTRUKSI

A. Pedoman Untuk Manajemen Puncak


Beberapa hal yang perlu menjadi perhatian manajemen puncak untuk mengurangi biaya karena
kecelakaan kerja, antara lain :
1. Mengetahui catatan tentang keselamatan kerja dari semua manajer lapangan. Informasi
ini digunakan untuk mengadakan evaluasi terhadap program keselamatan kerja yang
telah diterapkan.
2. Kunjungan lapangan untuk mengadakan komunikasi tentang keselamatan kerja dengan
cara yang sama sebagaimana dilakukan pada pelaksanaan monitoring dan pengendalian
mengenai biaya dan rencana penjadualan pekerjaan.
3. Mengalokasikan biaya keselamatan kerja pada anggaran perusahaan dan mengalokasikan
biaya kecelakaan kerja pada proyek yang dilaksanakan.
4. Mempersyaratkan perencanaan kerja yang terperinci sehingga dapat memberikan
jaminan bahwa peralatan atau material yang digunakan untuk melaksanakan pekerjaan
dalam kondisi aman.

Halaman - 13
Rencana Kerja dan Syarat–syarat Teknis
(RKS)

5. Para pekerja yang baru dipekerjakan menjalani latihan tentang keselamatan kerja dan
memanfaatkan secara efektif keahlian yang ada pada masing masing divisi (bagian) untuk
program keselamatan kerja.

B. Pedoman Untuk Manajer Dan Pengawas


Untuk para manajer dan pengawas, hal-hal berikut ini dapat diterapkan untuk mengurangi
kecelakaan dan gangguan kesehatan dalam pelaksanan pekerjaan bidang konstruksi :
1. Manajer berkewajiban untuk melindungi keselamatan dan kesehatan pekerja konstruksi
sehingga harus menerapkan berbagai aturan, standar untuk meningkatkan K3, juga harus
mendorong personil untuk memperbaiki sikap dan kesadaran terhadap K3 melalui
komunikasi yang baik, organisasi yang baik, persuasi dan pendidikan, menghargai pekerja
untuk tindakan-tindakan aman, serta menetapkan target yang realistis untuk K3.
2. Secara aktif mendukung kebijakan untuk keselamatan pada pekerjaan seperti dengan
memasukkan masalah keselamatan kerja sebagai bagian dari perencanaan pekerjaan dan
memberikan dukungan yang positif.
3. Manajer perlu memberikan perhatian secara khusus dan mengadakan hubungan yang
erat dengan para mandor dan pekerja sebagai upaya untuk menghindari terjadi
kecelakaan dan permasalahan dalam proyek konstruksi. Manajer dapat melakukannya
dengan cara:
a. Mengarahkan pekerja yang baru pada pekerjaannya dan mengusahakan agar mereka
berkenalan akrab dengan personil dari pekerjaan lainnya dan hendaknya
memberikan perhatian yang khusus terhadap pekerja yang baru, terutama pada hari-
harinya yang pertama.
b. Melibatkan diri dalam perselisihan antara pekerja dengan mandor, karena dengan
mengerjakan hal itu, kita akan dapat memahami mengenai titik sudut pandang para
pekerja dan untuk memastikan bahwa pihak pekerja itu telah diperlakukan secara
adil (wajar).
c. Memperlihatkan sikap menghargai terhadap kemampuan para mandor tetapi juga
harus mengakui suatu fakta bahwa pihak mandor itu pun (sebagai manusia) dapat
membuat kesalahan. Hal ini dapat dilaksanakan dengan cara mengizinkan para
mandor untuk memilih para pekerjanya sendiri (tetapi tidak menyerahkan kekuasaan
yang tunggal untuk memberhentikan pekerja).

C. Pedoman Untuk Mandor


Mandor dapat mengurangi kecelakaan dan gangguan kesehatan dalam pelaksanaan pekerjaan
bidang konstruksi dengan :
1. Memperlakukan pekerja yang baru dengan cara yang berbeda, misalnya dengan tidak
membiarkan pekerja yang baru itu bekerja sendiri secara langsung atau tidak
menempatkannya bersama-sama dengan pekerja yang lama dan kemudian
membiarkannya begitu saja.
2. Mengurangi tekanan terhadap pekerjanya, misalnya dengan tidak memberikan target
produktivitas yang tinggi tanpa memperhatikan keselamatan dan kesehatan pekerjanya.
Selanjutnya manajemen puncak dapat membantu para mandor untuk mengurangi
kecelakaan kerja dengan cara berikut ini :
3. Secara pribadi memberikan penekanan mengenai tingkat kepentingan dari keselamatan
kerja melalui hubungan mereka yang tidak formal maupun yang formal dengan para
mandor di lapangan.
4. Memberikan penekanan mengenai keselamatan kerja dalam rapat pada tataran
perusahaan.

Halaman - 14
Rencana Kerja dan Syarat–syarat Teknis
(RKS)

D. Pedoman Untuk Pekerja


Pedoman yang dapat digunakan pekerja untuk mengurangi kecelakaan dan gangguan kesehatan
dalam pelaksanaan pekerjaan bidang konstruksi antara lain adalah :
1. Permasalahan pribadi dihilangkan pada saat masuk lingkungan kerja.
2. Tidak melakukan pekerjaan bila kondisi kesehatan kurang mendukung.
3. Taat pada aturan yang telah ditetapkan.
4. Memahami program keselamatan dan kesehatan kerja.
5. Memahami lingkup kerja yang diberikan.

DIVISI – B
PEKERJAAN PENDAHULUAN

Pasal. 1
PEKERJAAN PERSIAPAN DAN PENGUKURAN

1. Pembersihan Lokasi Kerja


1.1 Semua penghalang jalannya pekerjaan harus dibongkar atau dibersihkan dan dipindahkan dari
tanah bangunan, termasuk pembongkaran akar–akar pohon yang terkena bangunan atau bagian
pekerjaan lainnya dan perataan tanah/terasering jika diperlukan, kecuali hal–hal yang tercantum
dalam gambar yang dilindungi Pemberi Tugas agar tetap utuh.
1.2 Pembersihan harus dilakukan sebaik–baiknya untuk menghindari kerusakan–kerusakan
sekelilingnya. Kerusakan yang terjadi akibat pekerjaan pembersihan dan pembongkaran
sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor.
1.3 Hasil dari pembongkaran atau pembersihan tersebut harus dibuang keluar lokasi pekerjaan atau
sesuai petunjuk Direksi. Tidak dibenarkan untuk ditimbun di luar pagar proyek meskipun untuk
sementara.
1.4 Selama pekerjaan berlangsung, lapangan harus selalu dijaga tetap bersih dan rata.

2. Pagar Pengaman Lokasi


2.1. Sebelum melaksanakan pekerjaan dimulai Kontraktor harus mengamankan lokasi dengan jalan
memasang pagar pengaman sekeliling lokasi pekerjaan.
2.2. Pagar depan terbuat dari seng gelombang BJLS 20 dan pagar samping dan belakang dibuat dari
terpal plastik dengan tiang kayu kelas II yang ditanam diatas pondasi batu kali setempat. Bentuk
dan ukuran pagar proyek direncanakan oleh Kontraktor yang disetujui oleh Direksi.

3. Pengukuran Kembali
3.1. Kontraktor diwajibkan mengadakan pengukuran dan penggambaran kembali lokasi pembangunan
dengan dilengkapi keterangan-keterangan mengenai ketinggian tanah, letak pohon, letak batas-
batas tanah dengan alat ukur yang sudah ditera kebenarannya.
3.2. Ketidakcocokan yang mungkin terjadi antara gambar dan keadaan lapangan yang sebenarnya harus
segera dilaporkan kepada Perencana/Direksi Teknis dan Pemberi Tugas untuk dimintakan
keputusannya.
3.3. Penentuan titik ketinggian dan sudut-sudut hanya dilakukan dengan alat-alat
waterpass/theodolith yang ketepatannya dapat dipertanggungjawabkan.

Halaman - 15
Rencana Kerja dan Syarat–syarat Teknis
(RKS)

3.4. Kontraktor harus menyediakan theodolith/waterpass beserta petugas yang melayaninya untuk
kepentingan pengecekan oleh Perencana/Direksi Teknis dan Pemberi Tugas selama pelaksanaan
proyek.

3.5. Pengukuran sudut siku dengan prisma atau secara azas Segitiga Phytagoras hanya diperkenankan
untuk bagian-bagian kecil yang disetujui oleh Perencana/Direksi Teknis dan Pemberi Tugas.
3.6. Segala pekerjaan pengukuran dan persiapan menjadi tanggung jawab Kontraktor.

4. Papan Dasar Pelaksanaan (Bouwplank)


4.1 Papan dasar pelaksanaan dipasang pada patok kayu ukuran 5/7 cm, yang tertancap di tanah
sedalam minimal 40 cm, sehingga tidak bisa digerak-gerakkan atau diubah-ubah, berjarak
maksimum 2 m satu sama lain.
4.2 Sisi atas papan patok ukur harus diserut halus dan dipasang rata (waterpass) satu sama dengan
lainnya, kecuali dikehendaki lain oleh Direksi Teknis dan Pemberi Tugas.
4.3 Sudut pertemuan patok ukur harus membentuk sudut siku satu sama dengan lainnya, kecuali pada
tempat-tempat yang tidak dikehendaki menurut gambar atau atas perintah lain oleh Direksi Teknis
dan Pemberi Tugas.
5. Papan Nama Proyek
5.1. Papan nama Proyek dibuat dari papan berukuran 2 x 20 x 400 cm atau dari bahhan lainnya yang
disetujui oleh Direksi Teknis dan dicantumkan data-data umum proyek.
5.2. Papan Nama didirikan tegak diatas kayu ukuran 5/7 cm setinggi 220 cm pada tempat yang mudah
dilihat umum atau atas petunjuk Direksi Teknis.
5.3. Papan nama proyek harus tetap terpasang pada tempatnya selama jangka waktu pelaksanaan
proyek.

6. Izin Mendirikan Bangunan


Kontraktor bertanggung jawab sepenuhnya untuk memperoleh Izin Mendirikan Bangunan (IMB) dari
Pemerintah Daerah setempat.

7. Penyediaan Air Kerja dan Daya Listrik Untuk Bekerja


7.1. Air untuk bekerja harus disediakan Kontraktor dengan membuat sumur pompa di tapak proyek atau
disuplai dari luar.
7.2. Air harus bersih, bebas dari debu, bebas dari lumpur, minyak dan bahan-bahan kimia lainnya yang
merusak.
7.3. Penyediaan air harus sesuai dengan petunjuk dan persetujuan Direksi Teknis dan Pemberi Tugas.
7.4. Segala biaya atas penyediaan dan pemakaian air kerja di atas adalah beban Kontraktor.

8. Penyediaan Daya Listrik untuk Bekerja


8.1. Listrik untuk bekerja harus disediakan Kontraktor dan diperoleh dari sambungan sementara PLN
setempat selama masa pembangunan, dengan daya sekurang-kurangnya (minimum) 20 kVA.
8.2. Penggunaan diesel untuk pembangkit tenaga listrik hanya diperkenankan untuk penggunaan
sementara atas persetujuan Pengawas dan Pemberi Tugas.
8.3. Daya listrik juga disediakan untuk suplai Kantor Direksi Lapangan.
8.4. Segala biaya atas penyediaan dan pemakaian daya listrik di atas adalah beban Kontraktor.

Halaman - 16
Rencana Kerja dan Syarat–syarat Teknis
(RKS)

9. Kantor Direksi Lapangan


11.1. Letak kantor Direksi lapangan harus cukup dekat dengan kantor Direksi Teknis dan kantor
Kontraktor tetapi terpisah dengan tegas.
11.2. Berdekatan dengan kantor-kantor tersebut, harus ditempatkan ruang WC dengan bak air bersih
secukupnya dan dirawat kebersihannya.

10. Kantor Kontraktor dan Los Kerja


12.1. Ukuran luas kantor Kontraktor dan Los Kerja serta tempat penyimpanan bahan, disesuaikan dengan
kebutuhan Kontraktor dengan tidak mengabaikan keamanan dan kebersihan serta dilengkapi
dengan pemadam kebakaran.
12.2. Khusus untuk tempat penyimpanan bahan-bahan seperti : pasir, kerikil harus dibuatkan kotak yang
dipagari dinding papan yang cukup rapat, sehingga masing-masing bahan tidak tercampur.

Pasal. 2
PEKERJAAN GALIAN DAN TIMBUNAN

1. Macam dan Lingkup Pekerjaan


Meliputi pekerjaan galian tanah atau batuan dan pengurugan tanah atau bahan berbutir untuk
pembentukan muka tanah sesuai dengan bentuk dan kemiringan yang ditunjukan dalam gambar
rencana.
a). Galian Tanah :
Meliputi pekerjaan galian tanah atau batuan, pembuangan atau penumpukan bahan hasil galian
dari daerah sekitarnya yang diperlukan untuk :
a. Galian pondasi
b. Galian lainnya sesuai yang ditunjukan pada gambar
b). Timbunan/Urugan Tanah :
Meliputi pekerjaan pengadaan, pengangkutan, penghamparan dan pemadatan tanah atau
bahan berbutir yang disetujui untuk penimbunan, penimbunan kembali galian struktur dan
untuk timbunan umum yang diperlukan untuk :

a. Pembentukan/peninggian muka tanah kawasan/lahan sesuai dengan garis, elevasi


penampang melintang yang ditunjukan dalam gambar rencana.
b. Pembentukan/peninggian muka tanah pada lokasi rencana tapak bangunan akan didirikan.
c. Peninggian muka tanah untuk mencapai elevasi rencana peil lantai bangunan.
d. Pengurugan kembali tanah yang diganti dalam rangka pelaksanaan pekerjaan struktur
sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan.
e. Urugan bahan berbutir (Sirtu, pasir, dll) dibawah lantai setebal yang telah ditentukan
dalam gambar rencana, kecuali ditentukan lain.

Halaman - 17
Rencana Kerja dan Syarat–syarat Teknis
(RKS)

2. Pengajuan Kesiapan Kerja


2.1. Pekerjaan Galian
a) Sebelum memulai pekerjaan, Kontraktor harus menyerahkan kepada Direksi Pekerjaan, gambar
detail penampang melintang yang menunjukkan elevasi tanah asli sebelum operasi pembersihan,
memasang patok–patok batas galian, dan penggalian yang akan dilaksanakan.
b) Kontraktor harus menyerahkan kepada Direksi Pekerjaan metode kerja dan gambar detil seluruh
struktur sementara yang diusulkan atau yang diperintahkan untuk digunakan.
c) Kontraktor harus memberitahu Direksi Pekerjaan untuk setiap galian untuk tanah dasar, formasi
atau pondasi yang telah selesai dikerjakan, dan bahan landasan atau bahan lainnya tidak boleh
dihampar sebelum kedalaman galian, sifat dan kekerasan bahan pondasi disetujui terlebih dahulu
oleh Direksi Pekerjaan.
d) Kontraktor harus memikul semua tanggung jawab dalam menjamin keselamatan pekerja yang
melaksanakan pekerjaan galian, penduduk dan bangunan yang ada di sekitar lokasi galian.
e) Semua galian terbuka harus diberi rambu peringatan dan penghalang (barikade) yang cukup
untuk mencegah pekerja atau orang lain terjatuh ke dalamnya dan setiap galian terbuka pada
lokasi jalur lalu lintas maupun lokasi bahu jalan harus diberi rambu tambahan pada malam hari
berupa drum yang dicat putih (atau yang sejenis) beserta lampu merah atau kuning guna
menjamin keselamatan para pengguna jalan, sesuai dengan yang diperintahkan Direksi
Pekerjaan.

3. Pedoman Pelaksanaan
4.1. Pekerjaan Galian
a. Semua galian harus dilaksanakan sesuai dengan profil dan elevasi yang ditunjukan pada
gambar atau ditentukan lain oleh Direksi.
b. Penggalian harus dilakukan dengan cara sedemikian rupa agar tidak merusak patok-patok
pengukuran atau pekerjaan lain yang telah selesai. Semua kerusakan yang disebabkan karena
pekerjaan penggalian menjadi tanggung jawab Kontraktor dan harus diperbaiki oleh
Kontraktor tanpa biaya tambahan atau waktu.
c. Bila terjadi kelebihan penggalian diluar garis batas dan elevansi yang ditentukan dalam
gambar Kerja atau petunjuk Direksi Pekerjaan yang disebabkan karena kesalahan Kontraktor,
maka kontraktor harus memperbaiki daerah tersebut sesuai Gambar Kerja atas biaya
Kontraktor.
d. Galian terbuka untuk membentuk pondasi suatu konstruksi atau bagian bangunan lainnya
harus dilaksanakan pada profil–profil yang diperlukan agar konstruksi yang aman dapat
dilaksanakan, sesuai dengan sifat tanah yang ada.
e. Kontraktor harus menjaga agar semua lubang–lubang galian tidak tergenang air yang timbul
karena air hujan, air tanah atau akibat lainnya dengan cara memompa atau menimba ke
parit–parit terdekat.
f. Semua bahan galian harus dikumpulkan pada tempat tertentu sesuai petunjuk Direksi
Pekerjaan sehingga bila dibutuhkan dan memenuhi ketentuan bahan galian tersebut dapat
digunakan untuk bahan urugan atau dibuang sesuai petunjuk Direksi.
g. Pekerjaan galian dapat dianggap selesai bila dasar galian telah mencapai garis, elevansi dan
kemiringan yang ditentukan dalam Gambar Kerja atau telah disetujui Direksi Pekerjaan.

Halaman - 18
Rencana Kerja dan Syarat–syarat Teknis
(RKS)

DIVISI – C
PEKERJAAN STRUKTUR

Pasal. 1
PEKERJAAN PONDASI

1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan pembuatan pondasi meliputi penyediaan tenaga kerja dan bahan–bahan material untuk
pekerjaan tersebut dan perlengkapannya, serta mesin–mesin yang diperlukan.
Macam pondasi yang digunakan adalah :
 Pondasi Plat Beton Setempat
 Pondasi Pasangan Batu Kali
Sebelum melaksanakan pekerjaan pondasi, Kontraktor harus mengadakan pengukuran untuk
penentuan as pondasi sesuai dengan gambar dan harus memintakan persetujuan Direksi.

2. Persyaratan Bahan
(1). Pondasi Plat Beton Setempat menggunakan bahan yang memenuhi persyaratan yang ditentukan
pada pasal (Pek. Beton Struktur) dengan mutu beton f’c = 19.3 Mpa (K–225) dan besi beton
BJTP-24. Bentuk penulangan dan ukuran besi beton yang dipakai sesuai gambar.
(2). Pondasi Pasangan batu kali menggunakan batu kali alam, bukan pecahan batu karang, yang
bersih dan tidak porous (PUBI– 1983). Ukuran batu kali yang dipakai harus lebih besar dari 10
cm atau tertahan pada saringan 100 mm, yang sebelumnya harus ada persetujuan Direksi
untuk dipakai.
(3). Pondasi batu bata menggunakan bata sesuai ketentuan pasal (Pek. Dinding)

3. Pedoman Pelaksanaan
1) Pondasi Plat Beton Setempat
a). Pada tiap titik pondasi yang akan dipasang diberi patok kayu sebagai as pondasi untuk
pedoman dalam penentuan posisi galian.
b). Galian tanah dilakukan sesuai dengan bentuk, ukuran dan kedalaman pondasi.
c). Bila pada dasar galian terdapat genangan air, maka genangan air tersebut harus dipompa
keluar sebelum penempatan tulangan pondasi dan pengecoran beton dilaksanakan.
d). Dibawah dasar pondasi dilapisi pasir urug setebal 10 cm dan dipadatkan dengan
penyiraman air sebelum diberi lantai kerja dengan campuran beton mutu f’c = 7.4 Mpa
(K.100) dengan ketebalan 10 cm.
e). Pelaksanaan pengecoran dan komposisi campuran beton serta pembesian harus memenuhi
ketentuan-ketentuan pasal (Pek. Beton bertulang).

2) Pondasi Pasangan Batu Kali


a). Galian tanah dilakukan sesuai dengan bentuk, ukuran dan kedalaman pondasi yang
ditunjukan dalam gambar.
b). Bila pada dasar galian terdapat genangan air, maka genangan air tersebut harus dipompa
keluar sebelum penempatan material pondasi dilaksanakan.

Halaman - 19
Rencana Kerja dan Syarat–syarat Teknis
(RKS)

c). Dibawah dasar pondasi dilapisi pasir urug setebal 5 cm dan dipadatkan dengan penyiraman
air sebagai lantai kerja, selanjutnya diatas lapisan pasir dipasang lapisan batu kosong
(Aanstampang) dengan ukuran sesuai gambar.
d). Pasangan batu kali dipasang dengan campuran 1 Pc : 4 Ps dalam perbandingan volume.
e). Selama proses pengerasan agar dilakukan pemeliharaan dengan penyiraman air, sehingga
proses pengerasan dapat berlangsung dengan baik.
f). Setelah pasangan cukup keras, sisa–sisa lubang galian pada pasangan pondasi dapat diurug
tanah. Pekerjaan pengurugan ini harus dilakukan lapis demi lapis dengan ketebalan
maksimum 20 cm dan dipadatkan dengan mesin pemadat (stamper).

Pasal. 2
PEKERJAAN BETON STRUKTUR

1. Lingkup Pekerjaan
1.1. Pekerjaan meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan dan peralatan untuk menyelesaikan
pekerjaan ini serta melaksanakan dan memelihara hasil pekerjaan, termasuk melaksanakan
perbaikan–perbaikan akibat kerusakan yang timbul.
1.2. Jenis pekerjaan pembetonan antara lain :
 Pekerjaan Pondasi Plat Beton Setempat .
 Pekerjaan Sloof, Kolom dan Balok Struktur.
 Pekerjaan Plat Beton (Dak Beton, Lesplank, dll).
 Pekerjaan Sloof dan Kolom Praktis serta Balok Latey.
 Tempat–tempat lain yang menggunakan beton seperti yang ditunjukan dalam gambar.

2. Syarat-Syarat Umum
1. Ketentuan
Menunjuk pada persyaratan :
a. Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971, NI – 2 (selanjutnya disebut PBI 1971) dan
SKSNI T – 15 – 91 – 03.
b. PUBI NI – 3 1970
2. Mutu Beton
Beton memakai mutu f’c = 19.3 Mpa (K–225) dengan memakai Baja BJTS-40 untuk ukuran
besi beton > 12 mm dan BJTP-24 untuk ukuran besi beton < 12 mm (Tegangan Leleh
Karakteristik Minimum untuk BJTS-40 adalah 4.000 dan BJTP-24 adalah 2.400 kg/cm2)
masing–masing pengunaan disesuaikan dengan gambar, mutu karakteristik merupakan syarat
mengikat.

3. Campuran Adukan Beton


a). Macam Adukan
Macam adukan dengan campuran agregat kasar atau halus dengan banyak tiap 50 Kg
Portland Cement dan ukuran nominal Agregat Kasar/Halus menurut tabel sebagai
berikut :

Halaman - 20
Rencana Kerja dan Syarat–syarat Teknis
(RKS)

Mutu Karakt. Agregat Agregat Ukuran


Semen
Beton Beton Halus ( Kasar ( Air Nominal
Potland
(f’c) (K) M3 ) M3 ) (Liter) ( MM )
(zak)
MPa Kg/m3
21.7 250 1 0.0644 0.1002 27.99 20

19.3 225 1 0.0672 0.1045 28.98 20

14.5 175 1 0.0833 0.1169 32.98 30

7.4 100 1 0.1257 0.1498 43.52 30

7.4 100 1 0.1387 0.1654 43.58 Lantai


Kerja

Kontraktor harus membuat percobaan komposisi campuran (Concrette Mix Design)


guna memenuhi karakteristik yang diminta dan tabel diatas semata–mata membantu
kontraktor untuk mencari hasil mutu beton, tetapi hasilnya adalah menurut hasil
percobaan kubus beton dari pengujian di laboratorium.

b). Pemakaian Jenis Adukan


1. Jenis Beton Mutu f’c = 19.3 Mpa (K–225) :
Dipakai untuk Seluruh Kolom, Balok dan Plat Beton yang terbuat dari beton
bertulang dengan mutu f’c = 19.3 Mpa (K–225) dan mutu baja BJTS-40 untuk ukuran
besi beton > 12 mm dan BJTP-24 untuk ukuran besi beton < 12 mm.

2. Takaran perbandingan campuran.


Semua bahan harus ditakar menurut volume untuk beton sampai dengan mutu f’c =
19.3 Mpa (K–225) dan untuk beton mutu diatas f’c = 19.3 Mpa (K–225) harus ditakar
menurut campuran beratnya.
3. Temperatur adukan yang dizinkan adalah 28 0 – 30 0 C.
4. Pengawasan Campuran Adukan
a. Komposisi
Semua agregat, semen, air, volume dan beratnya proporsi semen yang ditentukan
dalam pasal 2.3.(a) adalah minimal sebagai pedoman komposisi campuran. Kontraktor
harus tetap mengusahakan mutu dan kekuatan beton sesuai dengan ketentuan PBI 1991.

b. Pengujian (Testing)
Pada umumnya pengujian dilakukan sesuai dengan PBI 1991 Bab 4.8 termasuk pengujian–
pengujian tekanan. Nilai slump untuk masing–masing bagian pekerjaan :
o Sloof dan Balok : 6 – 8 Cm
o Kolom tegak : 8 – 10 Cm
Jika beton tidak memenuhi syarat–syarat slump, maka bagian / kelompok adukan
tersebut tidak boleh dipakai.

Halaman - 21
Rencana Kerja dan Syarat–syarat Teknis
(RKS)

3. Persyaratan Bahan
a. Semen
Semen yang digunakan untuk pekerjaan beton harus jenis Semen Portland tipe I, II, III, IV,
dan V yang memenuhi ketentuan SNI 15-2049-2004 tentang Semen Portland.
Semen tipe IA (Semen Portland tipe I dengan air-entraining agent ), IIA (Semen Portland tipe
II dengan air-entraining agent), IIIA (Semen Portland tipe III dengan air- entraining agent),
PPC (Portland Pozzolan Cement), dan PCC (Portland Composite Cement) dapat digunakan
apabila telah disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
Dalam pengangkutan semen harus terlindung dari hujan, kantongnya asli dari pabrik dalam
keadaan tertutup rapat harus disimpan pada ruangan mempunyai ventilasi yang cukup dan
harus ditinggikan ± 30 cm dari permukaan lantai, tidak boleh ditumpuk melebihi tinggi 2 M (8
zak semen) dan tiap kali pengiriman harus dipisahkan dengan yang baru dengan yang lama
agar pemakaian semen dilakukan menurut urutan pengirimannya.

b. Air
Air yang digunakan untuk campuran, perawatan, atau pemakaian lainnya harus bersih, dan
bebas dari bahan yang merugikan seperti minyak, garam, asam, basa, gula atau organik. Air
harus diuji sesuai dengan; dan harus memenuhi ketentuan dalam SNI 03-6817-2002 tentang
Metode pengujian mutu air untuk digunakan dalam beton. Dalam hal ini sebaiknya dipakai air
bersih yang dapat diminum
Apabila timbul keragu-raguan atas mutu air yang diusulkan dan karena sesuatu sebab
pengujian air seperti di atas tidak dapat dilakukan, maka harus diadakan perbandingan
pengujian kuat tekan mortar semen dan pasir standar dengan memakai air yang diusulkan dan
dengan memakai air murni hasil sulingan. Air yang diusulkan dapat digunakan apabila kuat
tekan mortar dengan air tersebut pada umur 7 (tujuh) hari dan 28 (dua puluh delapan) hari
mempunyai kuat tekan minimum 90% dari kuat tekan mortar dengan air suling untuk periode
umur yang sama.

c. Agregat (Kerikil, pasir)


(a). Agregat yang digunakan harus bersih, keras, kuat yang diperoleh dari pemecahan batu
atau koral, atau dari penyaringan dan pencucian (jika perlu) kerikil dan pasir

sungai. Aggregat harus merupakan bahan alam, bukan pasir laut atau pecahan batu
karang.
(b). Agregat harus bebas dari bahan organik seperti yang ditunjukkan oleh pengujian SNI 03-
2816-1992 tentang Metode pengujian kotoran organik dalam pasir untuk campuran
mortar dan beton, dan harus memenuhi sifat-sifat gradasi aggregate sesuai ketentuan
PBI-1991 bila contoh-contoh diambil dan diuji sesuai dengan prosedur yang
berhubungan.
(c). Agregat harus bebas dari bahan organik seperti yang ditunjukkan oleh pengujian SNI 03-
2816-1992 tentang Metode pengujian kotoran organik dalam pasir untuk campuran.

Halaman - 22
Rencana Kerja dan Syarat–syarat Teknis
(RKS)

Tabel : Ketentuan Mutu Agregat


Batas Maksimum yang diizinkan untuk
Sifat-sifat Metode Pengujian Agregat
Halus Kasar
Keausan agregat dengan SNI 2417:2008 -
mesin Los Angeles 40%
Kekekalan bentuk agregat SNI 3407:2008 10% - natrium 12% - natrium
terhadap larutan natrium
sulfat atau magnesium sulfat 15% - magnesium 18% - magnesium

Gumpalan lempung dan SNI 03-4141-1996 3% 2%


partikel yang mudah
pecah
Bahan yang lolos saringan SNI 03-4142-1996 5% untuk kondisi
No.200. umum, 3% untuk
kondisi permukaan 1%
terabrasi

d. Bahan Tambah Untuk Beton (Concrete Admixture)


Bahan tambah (Additive) yang digunakan sebagai bahan untuk meningkatkan kinerja beton
dapat berupa bahan kimia, bahan mineral atau hasil limbah yang berupa serbuk pozzolanik
sebagai bahan pengisi pori dalam campuran beton.

(a). Bahan kimia


Bahan tambahan yang berupa bahan kimia ditambahkan dalam campuran beton dalam
jumlah tidak lebih dari 5% berat semen selama proses pengadukan atau selama
pelaksanaan pengadukan tambahan dalam pengecoran beton. Ketentuan mengenai
bahan tambahan ini harus mengacu pada SNI 03-2495-1991. bilamana dianggap perlu,
dapat dipergunakan concrete admixture dengan jenis setara Tricosal Penggunaan jenis
bahan tambahan kimia untuk maksud apapun harus berdasarkan hasil pengujian
laboratorium yang menyatakan bahwa hasilnya sesuai dengan persyaratan dan disetujui
oleh Direksi Pekerjaan.

(b). Mineral
Mineral yang berupa bahan tambahan atau bahan limbah dapat berbentuk abu terbang
(fly ash), pozzolan, mikro silica atau silica fume. Apabila digunakan bahan tambahan
berupa abu terbang, maka bahan tersebut harus sesuai dengan standar spesifikasi yang
ditentukan dalam SNI 03-2460-1991 tentang Spesifikasi abu terbang sebagai bahan
tambahan untuk campuran beton.
Penggunaan jenis bahan tambahan mineral untuk maksud apapun harus berdasarkan hasil
pengujian laboratorium yang menyatakan bahwa hasilnya sesuai dengan persyaratan dan
disetujui oleh Direksi Pekerjaan.

Halaman - 23
Rencana Kerja dan Syarat–syarat Teknis
(RKS)

e. Baja Tulangan
1. Jenis Penulangan
Batang tulangan besi beton harus terdiri dari baja sedang dengan tegangan leleh
4.000 Kg/Cm2 (BJ40) untuk ukuran > 12 mm dan 2.400 Kg/Cm 2 (BJ24). Untuk ukuran
> 12 mm bahan tersebut dalam segala hal harus memenuhi ketentuan PBI – 1991.
2. Penyambungan Tulangan
Panjang penyambungan harus dilakukan sebagai berikut :
– Sloof, Minimal ).
– Kolom, M ).
– Balok struktur
M
jangka waktu yang panjang.
3. Penyimpanan
Tulangan besi beton harus disimpan dengan tidak menyentuh tanah dan tidak boleh
disimpan diudara terbuka untuk jangka waktu yang panjang.
4. Pemasangan
Sebelum beton cor, tulangan besi beton harus bebas dari minyak, kotoran, cat, karat dan
kulit giling harus dibersihkan dengan compresor sebelum pengecoran. Semua tulangan
harus dipasang dengan posisi yang tepat.
5. Selimut Beton
Ukuran minimal selimut beton sesuai dengan penggunaannya (tidak termasuk plesteran)
adalah sebagai berikut :
 Pondasi atau pekerjaan lain yang berhubungan langsung dengan tanah = 4 cm
 Kolom dan balok = 3,5 Cm
 Plat Beton = 2,0 cm
Baja tulangan harus dipasang sedemikian sehingga selimut beton yang menutup bagian luar
baja tulangan adalah sebagai berikut :
a). 3,5 cm untuk beton yang tidak terekspos langsung dengan udara atau terhadap air
tanah atau terhadap bahaya kebakaran;
b). Seperti yang ditunjukkan dalam Tabel 9.3.1 untuk beton yang terendam/ tertanam
atau terekspos langsung dengan cuaca atau timbunan tanah tetapi masih dapat
diamati untuk pemeriksaan;
c). 7,5 cm untuk seluruh beton yang terendam/tertanam dan tidak bisa dicapai, atau
untuk beton yang tak dapat dicapai yang bila keruntuhan akibat karat pada baja
tulangan dapat menyebabkan berkurangnya umur atau struktur, atau untuk beton yang
ditempatkan langsung di atas tanah atau batu, atau untuk beton yang berhubungan
langsung dengan kotoran pada selokan atau cairan korosif lainnya.

f. Cetakan (Bekisting)
1. Bahan
Bekisting harus memakai Multiplek dengan rangka kayu klas III yang cukup kering dan
sesuai dengan finising yang diminta menurut bentuk, garis ketinggian dan dimensi dari
beton sebagaimana diperlihatkan dalam gambar.
Bekesting harus cukup mampu untuk menahan getaran vibrator tanpa mengubah bentuk
cetakan, kontraktor harus memakai papan yang bermutu baik, dipakai kayu terentang
setebal minimal 2 Cm.
2. Konstruksi
Cetakan harus dibuat dan disangga sedemikian rupa hingga dapat menahan getaran yang

Halaman - 24
Rencana Kerja dan Syarat–syarat Teknis
(RKS)

merusak atau lengkung akibat tekanan adukan beton yang cair atau yang sudah padat.
Cetakan harus dibuat sedemikian rupa hingga mempermudah penumbukan– penumbukan
untuk memadatkan pengecoran tanpa merusak konstruksi.
Semua ukuran bekisting harus tepat sesuai dengan ukuran beton jadi yang dikehendaki.
3. Alat untuk Membersihkan
Pada cetakan untuk kolom atau dinding harus diadakan perlengkapan–perlengkapan untuk
menyingkirkan kotoran, serbuk gergaji, potongan–potongan, kawat pengikat dan lain-lain.
4. Steiger
Steiger cetakan harus dari rangka kayu yang kuat / rangka besi Pemakaian bahan lain
harus seizin dari Pengawas Lapangan.
5. Pelapis Cetakan
Untuk mempermudah pembukaan bekisting, pelapis cetakan dari merk yang telah
disetujui dapat dipergunakan. Minyak pelumas yang sudah dipakai tidak boleh digunakan.

4. Pedoman Pelaksanaan

a). Kecuali ditentukan lain dalam rencana kerja dan syarat-syarat ini, maka sebagai pedoman
tetap dipakai SK SNI T–15.1919.03 (PBI–1991)
b). Kontraktor wajib melaporkan secara tertulis pada Direksi apabila ada perbedaan yang didapat
dalam gambar konstruksi dan gambar arsitektural.
c). Lubang-Lubang dan Blok-blok Klos
Kontraktor harus menentukan tempat dan membuat lubang–lubang, memasang kayu keras
untuk paku atau klos-klos, angker dan sebagainya yang diperlukan, memasang rangka atau
pekerjaan kayu halus dibuat sesuai dengan tujuan yang dikehendaki.
d). Toleransi
Posisi masing–masing bagian konstruksi harus tepat dalam batas toleransi 1 cm. Toleransi ini
tidak boleh bertambah–tambah (cumulativ), ukuran masing–masing bagian harus seksama
dalam – 0,50 dan + 0,50 cm.
e). Pemberitahuan Pelaksanaan Pengecoran
Penyedia Jasa harus memberitahukan Direksi Pekerjaan secara tertulis paling sedikit 24 jam
sebelum memulai pengecoran beton, atau meneruskan pengecoran beton bilamana pengecoran
beton telah ditunda lebih dari 24 jam. Pemberitahuan harus meliputi lokasi, kondisi pekerjaan,
mutu beton dan tanggal serta waktu pencampuran beton. Direksi Pekerjaan akan mengeluarkan
persetujuan tertulis maupun tidak untuk memulai pelaksanaan pekerjaan setelah memeriksa
acuan dan tulangan serta tenaga kerja. Penyedia Jasa tidak boleh melaksanakan pengecoran
beton tanpa persetujuan tertulis dari Direksi Pekerjaan. jika tidak mendapat persetujuan
tertulis atas pengecoran, kontraktor dapat diperintahkan untuk membongkar beton tersebut
atas biaya kontraktor sendiri.
Pengecoran beton tidak boleh dilaksanakan bilamana Direksi Pekerjaan atau wakilnya tidak hadir
untuk menyaksikan operasi pencampuran dan pengecoran secara keseluruhan.
f). Pembersihan Cetakan dan Alat–alat
Sebelum beton dicor, semua kotoran dan benda–benda lepas harus dibuang dari cetakan.
Permukaan cetakan dan pasangan–pasangan dinding yang akan berhubungan dengan beton
harus dibasahi dengan air sebelum dicor atau diolesi minyak di sisi dalamnya dengan minyak
yang tidak meninggalkan bekas.

g). Pencampuran
(a). Beton harus dicampur dalam mesin yang dijalankan secara mekanis dari jenis dan ukuran

Halaman - 25
Rencana Kerja dan Syarat–syarat Teknis
(RKS)

yang disetujui (minimal berkapasitas 350 liter), sehingga dapat menjamin distribusi yang
merata dari seluruh bahan.
(b). Pertama-tama alat pencampur harus diisi dengan agregat dan semen yang telah ditakar,
dan selanjutnya alat pencampur dijalankan sebelum air ditambahkan.
(c). Waktu pencampuran harus diukur pada saat air mulai dimasukkan ke dalam campuran
bahan kering. Seluruh air yang diperlukan harus dimasukkan sebelum waktu pencampuran
telah berlangsung seperempat bagian. Waktu pencampuran untuk mesin berkapasitas ¾ m3
atau kurang haruslah 1,5 menit; untuk mesin yang lebih besar waktu harus ditingkatkan 15
detik untuk tiap penambahan 0,5 m3.
(d). Bila tidak memungkinkan penggunaan mesin pencampur, Direksi Pekerjaan dapat
menyetujui pencampuran beton dengan cara manual, sedekat mungkin dengan tempat
pengecoran. Penggunaan pencampuran beton dengan cara manual harus dibatasi pada beton
non-struktural.
h). Pengangkutan Adukan
Adukan beton harus diangkut sedemikian rupa hingga dapat dihindarkan adanya pemisahan
dari bagian–bagian bahan dan tidak boleh dijatuhkan dari ketinggian lebih dari 150 cm.
i). Pengecoran
(a). Beton harus dicor sedemikian rupa hingga terhindar dari terpisahnya partikel kasar dan
halus dari campuran (segregasi). Beton harus dicor dalam cetakan sedekat mungkin dengan
yang dapat dicapai pada posisi akhir beton untuk mencegah pengaliran yang tidak boleh
melampaui satu meter dari tempat awal pengecoran.
(b). Bilamana beton dicor ke dalam acuan struktur yang memiliki bentuk yang rumit dan
penulangan yang rapat, maka beton harus dicor dalam lapisan-lapisan horisontal dengan
tebal tidak melampui 15 cm. Untuk dinding beton, tinggi pengecoran dapat 30 cm menerus
sepanjang seluruh keliling struktur.
(c). Pengecoran beton harus dilanjutkan tanpa berhenti sampai dengan sambungan konstruksi
(construction joint) yang telah disetujui sebelumnya atau sampai pekerjaan selesai.
(d). Pengecoran kedalam cetakan harus selesai sebelum adukan mulai mengental, yang dalam
keadaan normal biasanya dalam waktu 30 menit, tidak dibolehkan mengecor pada waktu
hujan, kecuali bila kontraktor mengambil tindakan–tindakan mencegah kerusakan.

(e). Beton tidak boleh dicor langsung dalam air. Bilamana beton dicor di dalam air dan
pemompaan tidak dapat dilakukan dalam waktu 48 jam setelah pengecoran, maka
beton harus dicor dengan metode Tremi atau metode drop-bottom-bucket, dimana
bentuk dan jenis yang khusus digunakan untuk tujuan ini harus disetujui terlebih dahulu
oleh Direksi Pekerjaan.
Tremi harus kedap air dan mempunyai ukuran yang cukup sehingga memungkinkan
pengaliran beton. Tremi harus selalu diisi penuh selama pengecoran.
Bilamana aliran beton terhambat maka Tremi harus ditarik sedikit dan diisi penuh terlebih
dahulu sebelum pengecoran dilanjutkan.
Baik Tremi atau Drop-Bottom-Bucket harus mengalirkan campuran beton di bawah
permukaan beton yang telah dicor sebelumnya.
(f). Bidang-bidang beton lama yang akan disambung dengan beton yang akan dicor, harus
terlebih dahulu dikasarkan, dibersihkan dari bahan-bahan yang lepas dan rapuh dan telah
disiram dengan air hingga jenuh. Sesaat sebelum pengecoran beton baru ini, bidang-bidang
kontak beton lama harus disapu dengan adukan semen dengan campuran yang sesuai
dengan betonnya,
(g). Air tidak boleh dialirkan di atas atau dinaikkan ke permukaan pekerjaan beton dalam waktu
24 jam setelah pengecoran.

Halaman - 26
Rencana Kerja dan Syarat–syarat Teknis
(RKS)

j). Sambungan Konstruksi (Construction Joint)


(a). Sambungan konstruksi harus diletakkan pada lokasi-lokasi seperti yang ditunjukkan pada
Gambar. Sambungan konstruksi tidak boleh ditempatkan pada pertemuan elemen-elemen
struktur terkecuali disyaratkan demikian.
(b). Semua sambungan konstruksi harus tegak lurus terhadap sumbu memanjang dan pada
umumnya harus diletakkan pada titik dengan gaya geser minimum.
(c). Bilamana sambungan vertikal diperlukan, baja tulangan harus menerus melewati
sambungan sedemikian rupa sehingga membuat struktur tetap monolit.
(d). Lidah alur harus disediakan pada sambungan konstruksi dengan ke dalaman paling sedikit 4
cm untuk dinding, pelat dan antara telapak pondasi dan dinding. Untuk pelat yang terletak
di atas permukaan, sambungan konstruksi harus diletakkan sedemikian sehingga pelat-pelat
mempunyai luas tidak melampaui 40 m2, dengan dimensi yang lebih besar tidak melampaui
1,2 kali dimensi yang lebih kecil.
(e). Atas persetujuan Direksi Pekerjaan, bahan tambahan (aditif) dapat digunakan untuk
pelekatan pada sambungan konstruksi, cara pengerjaannya harus sesuai dengan petunjuk
pabrik pembuatnya.
k). Pemadatan Beton
Adukan harus dipadatkan dengan memakai alat penggetar mekanis ( vibrator) yang
berfrekwensi paling sedikit 3000 putaran dalam per menit dan harus dimulai pada saat adukan
ditaruh dan dilanjutkan dengan adukan berikutnya dalam permukaan vertikal. Vibrator harus
dekat dengan cetakan tetapi tidak menyentuhnya sehingga dihasilkan suatu permukaan beton
yang baik, pengetaran tidak boleh dilakukan langsung menembus tulangan ke bagian adukan
yang sudah mengeras.
l). Beton Siklop
Pengecoran beton siklop yang terdiri dari campuran beton kelas fc’ 15 MPa atau K175 dengan
batu-batu pecah ukuran besar. Batu-batu ini diletakkan dengan hati-hati, tidak boleh dijatuhkan
dari tempat yang tinggi atau ditempatkan secara berlebihan yang dikhawatirkan akan merusak
bentuk acuan atau pasangan-pasangan lain yang berdekatan.
Semua batu-batu pecah harus cukup dibasahi sebelum ditempatkan. Volume total batu pecah
tidak boleh melebihi sepertiga dari total volume pekerjaan beton siklop.

Untuk dinding-dinding penahan tanah atau pilar yang lebih tebal dari 60 cm dapat digunakan
batu-batu pecah berukuran maksimum 25 cm, tiap batu harus cukup dilindungi dengan
adukan beton setebal 15 cm; batu pecah tidak boleh lebih dekat dari 30 cm dalam jarak
terhadap permukaan atau 15 cm dalam jarak terhadap permukaan yang akan dilindungi dengan
beton penutup (caping).
m). Perawatan Beton
Untuk melindungi beton yang sudah dicor dari cahaya matahari, angin dan hujan sampai beton
itu mengeras dengan baik dan untuk mencegah pengeringan yang terlalu cepat harus diambil
tindakan sebagi berikut :
o Semua cetakan yang sudah diisi adukan beton harus dibasahi terus menerus sampai
cetakan dibongkar.
o Setelah pengecoran, beton harus terus menerus dibasahi selama 14 hari berturut- turut.
n). Pembongkaran Cetakan
Pembongkaran cetakan dapat dilakukan setelah minimal :
o Sloof minimal 2 hari.
o Kolom dan Balok (cetakan tepi) minimal 3 hari.
o Plat minimal 24 hari.

Halaman - 27
Rencana Kerja dan Syarat–syarat Teknis
(RKS)

Bilamana akibat dari pembongkaran cetakan, pada bagian konstruksi Kontraktor harus
bertangung jawab atas keamanan konstruksi beton yang telah ada dan memperhatikan PBI–
1971 pada pasal yang bersangkutan, kontraktor harus memberitahukan pemberi tugas dan
Pengawas Lapangan untuk memintakan persetujuan apabila akan membongkar cetakan pada
bagian konstruksi utama.

o). Perubahan Konstruksi Beton


Meskipun dari pengujian kubus-kubus beton memuaskan tetapi Pemberi Tugas dan Direksi
Lapangan mempunyai wewenang untuk menolak beton yang cacat seperti :
- Konstruksi beton yang sangat kropos.
- Konstruksi beton yang tidak sesuai dengan bentuk yang direncanakan atau posisinya tidak
seperti yang ditunjukan dalam gambar.
- Konstruksi beton yang tidak tegak lurus atau rata.
- Konstruksi beton yang berisikan kayu atu benda lainnya.

5. Pengendalian Mutu
1). Penerimaan Bahan
Bahan yang diterima (air, semen, agregat dan bahan tambahan bila diperlukan) harus
diperiksa oleh pengawas penerimaan bahan dengan mengecek/memeriksa bukti tertulis yang
menunjukkan bahwa bahan-bahan tersebut telah sesuai dengan ketentuan persyaratan bahan
pada Butir 2.3.
Apabila bahan-bahan yang dibutuhkan jumlahnya cukup banyak dengan pengiriman yang
terus menerus, maka untuk agregat kasar dan agregat halus harus dilakukan pengujian bahan
secara berkala selama pelaksanaan dengan interval maksimum 1000 m 3 untuk gradasi dan
maksimum 5000 m3 untuk abrasi, sedangkan untuk bahan semen dengan interval setiap
maksimum pengiriman 300 ton. Tetapi apabila menurut Direksi Pekerjaan terdapat indikasi
perubahan mutu atau sifat bahan yang akan digunakan, maka Penyedia Jasa harus segera
melakukan pengujian bahan kembali sebelum bahan tersebut digunakan.

2). Pengujian Untuk Kelecakan (Workability)


Satu pengujian "slump", atau lebih harus dilaksanakan pada setiap adukan beton yang
dihasilkan dan dilakukan sesaat sebelum pengecoran, dan pengujian harus dianggap belum
dikerjakan terkecuali disaksikan oleh Direksi Pekerjaan atau wakilnya. Campuran beton yang
tidak memenuhi ketentuan kelecakan seperti yang diusulkan tidak boleh digunakan pada
pekerjaan, terkecuali bila Direksi Pekerjaan dalam beberapa hal menyetujui penggunaannya
secara terbatas dan secara teknis mutu beton tetap bisa dijaga. Kelecakan (workability) dan
tekstur campuran harus sedemikian rupa sehingga beton dapat dicor pada pekerjaan tanpa
membentuk rongga, celah, gelembung udara atau gelembung air, dan sedemikian rupa
sehingga pada saat pembongkaran acuan diperoleh permukaan yang rata, halus dan padat.

3). Pengujian Kuat Tekan


a). Penyedia Jasa harus mendapatkan sejumlah hasil pengujian kuat tekan benda uji beton
dari pekerjaan beton yang dilaksanakan. Setiap hasil adalah nilai rata-rata dari dua
nilai kuat tekan benda uji dalam satu set benda uji (1 set = 3 buah benda uji), yang
selisih
untuk setiap jenis komponen struktur yang dicor terpisah pada tiap hari pengecoran.
b). Untuk keperluan pengujian kuat tekan beton, Penyedia Jasa harus menyediakan benda
uji beton berupa silinder dengan diameter 150 mm dan tinggi 300 mm atau kubus 150 x
150 x 150 mm, dan harus dirawat sesuai dengan SNI 03-4810-1998. Benda uji tersebut

Halaman - 28
Rencana Kerja dan Syarat–syarat Teknis
(RKS)

harus dicetak bersamaan dan diambil dari beton yang akan dicorkan, dan kemudian
dirawat sesuai dengan perawatan yang dilakukan di laboratorium.
c). Untuk keperluan evaluasi mutu beton sebagai dasar pembayaran harus menggunakan
data hasil uji kuat tekan beton sesuai dengan umur yang ditetapkan dalam Kontrak.
Hasil-hasil pengujian pada umur yang selain dari yang ditetapkan dalam Kontrak hanya
boleh digunakan untuk keperluan selain dari tujuan evaluasi mutu beton sebagai
dasar pembayaran. Nilai-nilai perbandingan kekuatan yang digunakan untuk keperluan
ini harus disesuaikan dengan grafik perkembangan kuat tekan campuran sebagai fungsi
waktu.
d). Untuk pencampuran secara manual, maka pada pekerjaan beton dengan jumlah masing-
m3 harus diperoleh satu hasil uji untuk setiap maksimum 5 m3
beton pada interval yang kira-kira sama, dengan minimum satu hasil uji tiap hari. Dalam
segala hal jumlah hasil pengujian tidak boleh kurang dari empat hasil untuk masing-
masing umur. Apabila pekerjaan beton mencapai jumlah
3
, maka untuk setiap maksimum 10 m3 beton berikutnya setelah jumlah 60 m3
tercapai harus diperoleh satu hasil uji.
e). Untuk pengecoran hasil produksi ready mix, maka pada pekerjaan beton dengan jumlah
3
masing- harus diperoleh satu hasil uji untuk setiap maksimum 15 m 3
beton pada interval yang kira-kira sama, dengan minimum satu hasil uji tiap hari. Dalam
segala hal jumlah hasil pengujian tidak boleh kurang dari empat. Apabila pekerjaan
3
, maka untuk setiap maksimum 20 m 3 beton berikutnya
setelah jumlah 60 m3 tercapai harus diperoleh satu hasil uji.
f). Seluruh beton yang digunakan dalam pekerjaan harus memenuhi kuat tekan yang
disyaratkan dalam Tabel 2.2.3 atau yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan.

g). Mutu beton dan mutu pelaksanaan dianggap memenuhi syarat, apabila dipenuhi syarat-
syarat berikut :
(1). Tidak boleh lebih dari 5% ada di antara jumlah minimum (20 atau 30) nilai hasil
pemeriksaan benda uji berturut-turut terjadi kurang dari fc’ atau
(2). Apabila setelah selesai pengecoran seluruhnya untuk masing-masing mutu beton dapat
terkumpul jumlah minimum benda uji, maka hasil pemeriksaan benda uji berturut-
turut harus memenuhi fck fcm – 1,645.S) atau bk bm – 1,645 S)
(3). Jika benda uji yang terkumpul kurang dari jumlah minimum yang telah ditentukan,
maka nilai standar deviasi (S) harus ditingkatkan dengan faktor modifikasi yang
ditentukan dalam PBI-1991.
(4). Apabila setelah selesai pengecoran beton seluruhnya untuk masing-masing mutu beton
terdapat jumlah benda uji kurang dari minimum, maka apabila tidak dinilai dengan
cara evaluasi menurut dalil-dalil matematika statistik yang lain, tidak boleh satupun
nilai rata-rata dari 4 hasil pemeriksaan benda uji berturut-turut, fcm,4 terjadi kurang
dari (fc’ + 0,82.Sr), di mana Sr = deviasi standar rencana.
(5). Selisih antara nilai tertinggi dan terendah di antara 4 hasil pemeriksaan benda uji
berturut-turut tidak boleh lebih besar dari 4,3.Sr.

h). Bila dari hasil perhitungan dengan kuat tekan menunjukkan bahwa kapasitas daya
dukung struktur kurang dari yang disyaratkan, maka apabila pengecoran belum selesai,
pengecoran harus segera dihentikan dan dalam waktu singkat harus diadakan pengujian
tambahan yang tidak merusak (non-destructive) menggunakan alat seperti palu beton
(rebound hammer) atau pengujian beton inti (core drilling) pada daerah yang diragukan
berdasarkan aturan pengujian yang berlaku. Dalam hal dilakukan pengambilan beton
inti, harus diambil minimum 3 (tiga) buah benda uji pada tempat-tempat yang tidak
membahayakan struktur dan atas persetujuan Direksi Pekerjaan. Tidak boleh ada
satupun dari benda uji beton inti mempunyai kekuatan kurang dari 0,75 fc’. Apabila dari

Halaman - 29
Rencana Kerja dan Syarat–syarat Teknis
(RKS)

pengujian tidak merusak menggunakan alat seperti palu beton diperoleh suatu nilai
kekuatan tekan beton karakteristik, atau kuat tekan rata-rata dari pengujian beton inti
yang tidak kurang dari 0,85fc’, maka bagian konstruksi tersebut dapat dianggap
memenuhi syarat dan pekerjaan yang dihentikan dapat dilanjutkan kembali. Dalam hal
ini, perbedaan umur beton saat pengujian terhadap umur beton yang disyaratkan untuk
penetapan kuat tekan beton perlu diperhitungkan dan dilakukan koreksi dalam
menetapkan kuat tekan beton yang dihasilkan.
i). Apabila dari hasil pengujian yang ditentukan dalam Pasal 2.5.3) diperoleh hasil yang
tidak memenuhi syarat, maka Penyedia Jasa harus mengadakan percobaan beban
langsung dengan penuh keahlian. Apabila dari percobaan ini diperoleh suatu hasil nilai
kekuatan beton yang mencapai tidak kurang dari 0,70 fc’, maka bagian konstruksi
tersebut dapat dianggap memenuhi syarat. Tetapi apabila hasilnya tidak mencapai nilai
tersebut, maka bagian konstruksi yang bersangkutan hanya dapat dipertahankan dan
pekerjaan yang dihentikan dapat dilanjutkan kembali setelah dipenuhi salah satu dari
kedua tindakan berikut :
(1) mengadakan perubahan-perubahan pada rencana semula sehingga pengaruh beban
pada konstruksi tersebut dapat dikurangin;
(2) mengadakan perkuatan-perkuatan pada bagian konstruksi tersebut dengan cara
yang dapat dipertanggung jawabkan;
Apabila kedua tindakan di atas tidak dapat dilaksanakan, maka dengan perintah dari
Direksi Pekerjaan, Penyedia Jasa harus segera membongkar beton dari konstruksi
tersebut.

Halaman - 30
Rencana Kerja dan Syarat–syarat Teknis
(RKS)

DIVISI – D
PEKERJAAN KAP / ATAP

Pasal 1
PEKERJAAN KUDA-KUDA DAN RANGKA ATAP

1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan yang dimaksud meliputi pekerjaan pembuatan kuda-kuda dan rangka atap seperti yang
disebutkan dalam RKS serta gambar–gambar Kontrak termasuk penyediaan bahan, tenaga dan
peralatan yang diperlukan.
Pekerjaan kuda-kuda dan rangka atap adalah pekerjaan pembuatan dan pemasangan struktur
atap berupa rangka baja ringan yang telah dilapisi dengan lapisan anti karat (Galvanis Zinc
Coated). Rangka atap dapat berbentuk segitiga, trapesium atau persegi panjang yang terdiri
dari :
1. Rangka utama atas (Top Chord).
2. Rangka utama bawah (Bottom Chord).
3. Rangka pengisi (web).
4. Rangka reng (Batten) langsung dipasang diatas struktur rangka atap utama dengan jarak
sesuai dengan ukuran jarak genteng.
Seluruh rangka tersebut disambung menggunakan baut menakik sendiri (self drilling screw) dengan
jumlah yang cukup.
Pekerjaan ini meliputi pengiriman material ke lapangan (site), perangkaian (assembling) dan
pemasangan (erection), seperti tercantum dalam gambar kerja meliputi :
1. Pengukuran bentang bangunan sebelum dilakukan fabrikasi.
2. Pekerjaan pembuatan kuda-kuda dikerjakan di Workshop permanen (Fabrikasi).
3. Pengiriman kuda-kuda dan bahan lain yang terkait ke lokasi proyek (site).
4. Pekerjaan perangkaian (assembling), pemasangan (erection) seluruh rangka atap kuda- kuda
meliputi struktur rangka kuda-kuda (truss), balok tembok (top plate/murplat), reng, sekur
overhang, ikatan angin dan bracing (ikatan pengaku).
5. Pemasangan jurai dalam (valley gutter) dan Jurai Luar.

2. Persyaratan Umum
 Semua peraturan-peraturan / normalisasi-normalisasi harus yang berlaku di Indonesia.
 Semua pekerjaan harus dilakukan oleh pekerjan yang terlatih dalam pengerjaan kuda kuda
baja ringan.
 Semua pekerjaan baut (bolt) harus memenuhi syarat AISC, “Spesification for Struktural Joint
Bolt”.

3. Persyaratan Bahan
Material rangka atap yang digunakan harus memenuhi spesifikasi yang diuraikan pada sub bab ini.
Satuan ukuran panjang yang digunakan adalah milimeter (mm) dan ukuran ketebalan material baja
ringan yang dimaksud adalah ketebalan baja ringan dasar (Base Material Thickness/BMT).
Spesifikasi Material struktur rangka atap :
a). Properti mekanikal baja ringan (Steel mechanical properties) :
Baja Mutu Tinggi dengan Tensile Strength antara G450 ~ G550 Mpa.
Tebal plat baja antara 0,25 to 0,3 BMT yang dilapisi anti karat.
Tegangan Leleh Minimum (Minimum yield strength) : 550 MPa.
Tegangan Maksimum 550 Mpa.

Halaman - 31
Rencana Kerja dan Syarat–syarat Teknis
(RKS)

Modulus Elastisitas : 2, I x 105 MPa (200.000 Mpa).


Modulus Geser : 8 x 104 MPa (80.000 Mpa).

b). Lapisan pelindung terhadap karat (Protective Coating)


Material baja harus dilapisi perlindungan terhadap serangan korosi, dua jenis lapisan anti Karat
(coating) yang umum dipakai :
(1). Galvanised (Kelas Z 220)
 Pelapisan Galvanised.
 Jenis Hot-dip zinc.
 Ketebalan pelapisan 220 gr/m2.
 Komposisi 95% zinc, 5% bahan campuran. (2).
Galvalume (Kelas AZ 100)
 Pelapisan Zinc-Aluminium.
 Jenis Hot-dip-allumunium-zinc.
 Ketebalan Pelapisan : 50 gr/m - 150 gr/m (AZ 50 - AZ 150).
 Komposisi 55% alumunium (AI), 43,5% Seng (zinc) dan 1,5% silicon.
 Ketebalan Pelapisan : 50 gr/m - 150 gr/m (AZ 50 - AZ 150).
Multigrip ( MG )
Konektor antara kuda-kuda baja ringan dengan murplat (top plate) berfungsi untuk
menahan gaya lateral tiga arah, dengan standart teknis sebagai berikut :
 Galvabond Z275
 Yield Strength 250 MPa
 Design Tensile Strength 150 MPa

Brace System (Bracing)


 Bottom Chord Bracing, Pengaku/ikatan pada batang tarik bawah (bottom chord) pada kuda-
kuda baja ringan.
 Lateral Tie Bracing, Pengaku/bracing antara web pada kuda-kuda baja ringan, sekaligus
berfungsi untuk mengurangi tekuk lokal (buckling) pada batang tekan (web), standar teknis
mengacu pada desain struktur kuda-kuda tersebut.
 Diagonal Web Bracing (Ikatan Angin), Pengaku/bracing diagonal antara web pada kuda- kuda
baja ringan dengan bentuk yang sama dan letak berdampingan.
 Strap Brace (Pita Baja), yaitu pengaku/ikatan pada top chord dan bottom chord kuda- kuda
baja ringan. Untuk kebutuhan strap brace berdasarkan perhitungan desain struktur.
 Valley Gutter (Talang Jurai Dalam), y ait u Pertemuan dua bidang atap yang membentuk
sudut tertentu. Pada pertemuan sisi dalam harus menggunakan talang dalam ( Valley
Gutter) untuk mengalirkan air hujan. Ketebalan material jurai dalam minimal 0,45 mm
dengan detail profil seperti ditunjukan dalam gambar.

4. Persyaratan Teknis
a. Kontraktor wajib meneliti kebenaran dan bertanggung jawab terhadap semua ukuran-
ukuran yang tercantum pada gambar design.
b. Perhitungan detail dan sambungan dari bagian–bagian konstruksi Kuda–kuda Baja Ringan
yang tidak tercantum dalam gambar design harus dilengkapi oleh Kontraktor dan harus
dinyatakan dalam gambar pelaksanaan. Untuk itu Kontraktor harus meminta persetujuan
Direksi sebelum memulai pekerjaan tersebut.

Halaman - 32
Rencana Kerja dan Syarat–syarat Teknis
(RKS)

c. Perubahan bahan atau perubahan detail berhubungan dengan alasan tertentu yang kuat
dan dapat diterima, harus diajukan dan diusulkan kepada Direksi untuk mendapatkan
persetujuan dari Pengawas Lapangan dan Konsultan Perencana, semua perubahan perubahan
yang disetujui ini dapat dilaksanakan tanpa ada biaya tambahan yang mempengaruhi kontrak,
kecuali untuk perubahan-perubahan yang meng- akibatkan p ekerjaan kurang akan
diperhitungkan sebagai pekerjaan kurang.
d. Kontraktor bertanggung jawab terhadap semua kesalahan-kesalahan detailing, fabrikasi
dan ketepatan penyetelan/pemasangan semua bagian-bagian konstruksi baja.
e. Semua pekerjaan pengadaan, penekukan plat, pengelasan biasa listrik harus dipabrikasi di
workshop dan penekukan plat harus memakai alat khusus, tidak dibenarkan memakai
palu dan landasan.
f. Semua pemotongan pekerjaan baja harus dengan alat khusus, tidak dibenarkan memakai
api /blender.
g. Semua baut, balk yang dikerjakan diworkshop maupun dilapangan harus selalu memberikan
kekuatan yang sebenarnya dan masuk tepat pada lobang baut tersebut.

h. Ketinggian dasar kolom yang telah ditentukan dan ketinggian daerah lainnya untuk
kedudukan kuda-kuda harus diukur dengan theodolit oleh Kontraktor dan disetujui oleh
konsultan Konsultan Pengawas.
i. Pekerjaan perobahan dan pekerjaan tambahan lapangan pada waktu pemasangan yang
diakibatkan oleh kekurangtelitian atau kelalaian Kontraktor, harus diperbaiki dan
dilaksanakan Kontraktor tanpa diajukan sebagai pekerjaan tambah / biaya.

5. Tata Cara Pelaksanaan dan Pemasangan


a. Persyaratan Desain Struktur Rangka Atap Baja Ringan
Struktur rangka atap baja harus di desain mengikuti kaidah-kaidah teknis yang benar sesuai
karakter baja ringan yaitu dengan perancangan standar batas desain struktur baja cetak
dingin (Limit State Cold Formed Steel Structure'Design). Desain struktur rangka atap baja
meliputi top chord, bottom chord, web, dan jumlah screw pada setiap titik buhul sebagai
salah kesatuan yang tidak boleh dipisahkan.

b. Persyaratan Pra-Konstruksi
 Kontraktor wajib melaksanakan pemaparan produk (penjelasan teknis) sesuai dengan
ketentuan Spesifikasi Teknis seperti yang telah dijelaskan pada pasal-pasal di atas.
 Kontraktor wajib menyerahkan gambar kerja ( shop drawing). Dalam hal ini meliputi
dimensi profil, panjang profil pada setiap segment dan jumlah screw pada setiap titik
buhul.
 Kontraktor wajib meneliti kebenaran dan bertanggung jawab terhadap semua ukuran-
ukuran yang tercantum dalam gambar kerja. Pada prinsipnya ukuran pada gambar kerja
adalah ukuran jadi/finish.
 Setiap bagian yang tidak memenuhi persyaratan yang diakibatkan oleh kurang teliti dan
kelalaian kontraktor akan ditolak dan harus diganti dengan bahan yang sama, juga
berlaku untuk ketidak cocokan kesalahan maupun kekurangan lain akibat Kontraktor
tidak teliti dan cermat dalam koordinasi dengan gambar pelengkap dari Arsitek, Struktur,
Mekanikal dan Elektrikal.
 Perubahan bahan/detail karena alasan apapun harus diajukan ke Direksi Teknis,
Konsultan Perencana dan owner untuk mendapatkan persetujuan secara tertulis.
 Kontraktor bertanggung jawab atas semua kesalahan detail, fabrikasi dan ketetapan
pemasangan semua komponen konstruksi baja ringan.

Halaman - 33
Rencana Kerja dan Syarat–syarat Teknis
(RKS)

c. Persyaratan Konstruksi
 Pembuatan dan pemasangan kuda-kuda dan bahan lain terkait, harus dilaksanakan sesuai
gambar dan desain yang telah dihitung dengan aplikasi khusus perhitungan baja ringan
sesuai dengan standar perhitungan mengacu pada standar peraturan yang berkompeten.
 Perakitan kuda-kuda harus dilakukan di workshop permanen dengan menggunakan mesin
rakit (Jig) dan pemasangan sekrup dilakukan dengan mesin Screw Driver yang
dilengkapi dengan kontrol torsi.
 Pihak kontraktor harus menyiapkan semua struktur balok penopang dengan kondisi rata
air (waterpas level) untuk dudukan kuda-kuda sesuai dengan desain sistem rangka atap.
 Perangkaian harus memperhatikan bentuk, ukuran dan gambar desain.
 Dalam proses erection rangka atap setelah dipasang. Support sementara untuk menjaga
stabilitas rangka atap setelah dipasang. Support sementara ini tidak boleh dilepas
sebelum rangka kuda-kuda dinyatakan cukup kuat oleh Direksi Teknis.
 Jarak antar kuda-kuda, jarak ikatan angin/bracing maksimum adalah 1.50 m.
 Jika diperlukan pemotongan material maka harus dlperhatikan hal-hal berikut :
 Pekerjaan pemotongan material baja ringan harus menggunakan peralatan yang
sesuai, alat potong listrik dan gunting, dan telah ditentukan oleh pabrik.
 Alat potong harus dalam kondisi baik.
 Pemotongan material harus mengikuti gambar kerja.
 Bagian bekas irisan harus benar-benar datar, lurus dan bersih.
 Semua detail dan konektor harus dipasang sesuai dengan gambar kerja.
 Pihak kontraktor harus menjamin kekuatan dan ketahanan semua struktur yang dipakai
untuk tumpuan kuda-kuda. Berkenaan dengan hal itu, pihak konsultan ataupun tenaga
ahli berhak meminta informasi mengenai reaksi-reaksi perletakan kuda-kuda.
 Jaminan Struktural :
 Jaminan yang dimaksud di sini adalah jika terjadi deformasi yang melebihi
ketentuan maupun keruntuhan yang terjadi pada struktur rangka atap Baja Ringan,
meliputi kuda-kuda, pengaku-pengaku dan reng.
 Kekuatan struktur Baja Ringan dijamin dengan kondisi sesuai dengan Peraturan
Pembebanan Indonesia dan mengacu pada persyaratan-persyaratan seperti yang
tercantum pada “Cold formed code for structural steel ” (Australian Standard/New
Zealand Standard 4600:1996) dengan desain kekuatan strukural berdasarkan ” Dead
and Live Loads Combination (Australian Standard 1170.1 Part 1) & “Wind
load”(Australian Standard 1170.2 Part 2) dan menggunakan sekrup berdasarkan
ketentuan “Screws-self drilling-for the building and construction
industries”(Australian Standard 3566).

d. Persyaratan Tenaga Pemasangan


Komponen struktur konstruksi baja ringan harus dikerjakan oleh tenaga pemasang yang
terlatih dan bersertifikat dan/atau memiliki referensi dari pabrikan serta mampu memahami
gambar kerja dan metode pelaksanaan pekerjaan konstruksi baja ringan.
Surat ijin memasang atap baja ringan ini harus disertakan pada saat pemaparan produk.
6. Persyaratan Pelaksanaan untuk Sambungan
 Sambungan-sambungan yang dibuat harus dapat memikul gaya-gaya yang bekerja, selain
bangunan untuk tempat pengikatan dan untuk tanpa menahan gaya lenturan batang.
 Lobang Bolt harus lebih besar 0,5 mm dari pada diameter luar bolt, jika bolt harus dikerjakan

Halaman - 34
Rencana Kerja dan Syarat–syarat Teknis
(RKS)

diworkshop maka cara pengerjaannya boleh langsung dengan alat penggerek, jika bolt
dilaksanakan dilapangan cara melobanginya harus dilobangi sebagian diworkshop,
dikerjakan sesudah bagian-bagian / profit yang akan berhubungan tersebut dikerjakan.
 Daerah-daerah yang berbatasan antara profit dengan lobang bolt itu sendiri harus dapat
memikul gaya-gaya dan dapat dengan cepat meneruskan gaya tersebut.
7. Gambar Pelaksanaan (Shop Drawing)
 Sebelum pekerjaan rangka atap dilaksanakan, kontraktor harus membuat Shop Drawing
dan perhitungan struktur kuda-kuda baja ringan.
 Harus dibuat selalu gambar pelaksanaan dari semua komponen struktur baja berdasarkan
design yang ada dan harus memintakan persetujuan tertulis dari pengawas.
 Gambar pelaksanaan ini harus memberikan semua data-data yang diperlukan termasuk
keterangan produksi bahan dan keterangan pemasangan.

Pasal 2
PEKERJAAN PENUTUP ATAP

1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini akan meliputi pengadaan tenaga kerja, alat-alat dan bahan serta pengangkutan dan
pemasangan bahan penutup atap berikut perlengkapannya, seperti ditunjukan dalam Gambar
Kerja dan Spesifikasi Teknis ini.

2. Prosedur Umum
a. Contoh Bahan dan Data Teknis
Contoh bahan yang dilengkapi dengan data teknis dan atau brosur, dan contoh warna, untuk
disetujui terlebih dahulu oleh Direksi, sebelum melakukan pemesanan dan pembelian atau
mendatangkannya ke lokasi.
b. Gambar Detail Pelaksanaan (Shop Drawing)
Sebelum memulai pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor harus menyerahkan Gambar Detail
Pelaksanaan yang dilengkapi dengan data-data seperti tersebut berikut :
 Spesifikasi bahan
 Dimensi bahan
 Modul pemotongan dan pemasangan
 Detail pemasangan dan pengencangan
 Detail penyelesaian bukaan atap atau dinding
 Detail-detail lain yang diperlukan. Untuk disetujui terlebih dahulu oleh Direksi.
c. Penyimpanan
Bahan penutup atap harus disimpan dalam keadaan kering tidak boleh berhubungan dengan
tanah/lantai dan ditempatkan dalam tempat beratap. Bila terpaksa disimpan ditempat terbuka,
bahan-bahan tersebut harus diselimuti dengan terpal atau plastik untuk mencegah masuknya air
hujan/embun ke dalam. Bahan penutup atap harus ditumpuk dengan bagian luar tetap
menghadap keatas.

Halaman - 35
Rencana Kerja dan Syarat–syarat Teknis
(RKS)

3. Persyaratan Bahan
a. Bahan Penutup Atap
(1). Bahan atap yang digunakan untuk seluruh bangunan ini adalah atap Atap Genteng Metal
Bepasir 0,25 , dengan pilihan warna yang akan ditentukan kemudian oleh Direksi .
(2). Bumbungan atap (Nok Atas) memakai type Nok “U” dan Nok Pinggir dari bahan yang
kualitas sama dengan bahan atap.
(3). Bahan atap yang digunakan untuk kanopi Entrance depan adalah Kaca Tempered 12mm.
(4). Kontraktor wajib mengirimkan contoh–contoh bahan sebelum dipasang, untuk
mendapatkan persetujuan Direksi.
b. Penutup Bubungan dan Lembaran Penutup/Flashing
Penutup bubungan (Nok Atas) dan lembaran pelindung (Nok Pinggir) untuk masing-masing
penutup atap dan dinding harus terbuat dari bahan lembaran tidak bergelombang dengan
ketebalan, warna serta pabrik pembuat yang sama dengan pabrik pembuat penutup atap.
Penutup bubungan dan lembaran pelindung harus sudah dibentuk/ditekuk di pabrik sesuai
dengan bentuk standar dari pabrik pembuat penutup atap.

c. Alat Pengencang
Alat pengencang harus dari jenis sekrup baja lapis seng yang dilengkapi neoprene washer,
seperti merek Teks tipe self-drilling hexagonal head, sesuai rekomendasi pabrik pembuat
lembaran atap. Diameter sekrup 3 mm dengan panjang minimal 6.5 cm atau sesuai petunjuk
dalam Gambar Kerja.

4. Syarat-syarat Pelaksanaan
a. Umum
Sebelum pelaksanaan dimulai, Gambar Detail Pelaksanaan harus telah dibuat dengan
memperhatikan petunjuk dari pabrik pembuatnya dan harus telah disetujui oleh Direksi serta
harus memenuhi persyaratan-persyaratan berikut :
 Lembaran atap harus disusun sedemikian rupa sehingga dapat menahan beban angin sesuai
dengan jarak-jarak gording dan jarak penumpu lembaran dinding harus sesuai persyaratan
dari pabrik pembuat dan/atau sesuai petunjuk dalam Gambar.
 Ukuran lembaran atap harus sedemikian rupa sehingga memudahkan pengangkutan dan
pemasangannya di lokasi.
 Ukuran lembaran harus sudah memperhitungkan panjang tumpangan samping dan akhir.

b. Pemasangan
a). Sebelum penutup atap dipasang, semua rangka atap dan dinding harus telah terpasang
dengan baik sesuai ketentuan Spesifikasi Pekerjaan Dinding dan telah disetujui Direksi.
b). Sebelum pemasangan lembaran penutup atap dimulai, semua permukaan bahan baja yang
berhubungan langsung dengan lembaran penutup atap tersebut harus sudah terpasang
dengan baik.
c). Semua lembaran penutup atap harus dipasang mengikuti persyaratan pemasangan dari
pabrik pembuat dan sesuai petunjuk Gambar Kerja dan Gambar Detail Pelaksanaan yang
telah disetujui Direksi.
d). Persetujuan yang telah diberikan tidak membebaskan kontraktor dari tanggung jawab
untuk melaksanakan pekerjaan dengan baik.

Halaman - 36
Rencana Kerja dan Syarat–syarat Teknis
(RKS)

DIVISI – E

PEKERJAAN ARSITEKTUR

Pasal. 1

PEKERJAAN DINDING

1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan, dan alat-alat bantu yang
dibutuhkan dalam terlaksananya pekerjaan ini untuk mendapatkan hasil yang baik yang meliputi
seluruh detail yang disebutkan/ditunjukkan dalam gambar antara lain meliputi :
(1). Pasangan Dinding Bata merah setebal ½ bata dilakukan untuk seluruh pembatas ruangan.
Pekerjaan ini juga meliputi pemasangan bata dan bagian–bagian lainnya yang ditunjukan
pada gambar.
(2). Pasangan Dinding Bata dengan spesi campuran 1 Pc : 4 Ps dipasang pada tempat-tempat lain
yang tidak dipasang sebagai trasraam.

2. Standard
SNI 03-6862-2002, spesifikasi perawatan, pemasangan dinding bata dan plesteran.

3. Bahan/Produk

(1). Batu Bata


 Mutu Bata yang digunakan dari jenis klas I menurut NI.10 dengan bentuk standar bata
adalah prisma empat persegi panjang, bersudut siku–siku dan tajam, permukaannya
rata dan tidak menampakan adanya retak–retak.
 Bata merah dibuat dari tanah liat dengan atau campuran bahan lainnya, yang dibakar
pada suhu tinggi hingga tidak hancur bila direndam air.
 Memiliki daya tekan ultimate minimal 30 kg/cm2, sesuai dengan pasal 81 dari PUBI–
1982
 Bata yang dipakai harus memenuhi syarat – syarat sebagai berikut :
– Kualitas Baik, keras dan tidak mudah patah
– Pembakaran Matang
– Warna merah merata
– Harus satu ukuran dan satu kualitas (jika berbeda tidak boleh lebih dari 3 mm)
(2). Pasir
Pasir yang digunakan harus keras, berbutir tajam, bersifat kekal dan bersih serta tidak boleh
mengandung bahan–bahan organis, lumpur dan sejenisnya melebihi 5% berat serta memenuhi
komposisi butir serta kekerasan sesuai dengan syarat–syarat yang tercantum dalam PBI–
1991. Pasir harus merupakan bahan alam, bukan pasir laut atau pecahan batu karang.
(3). Semen dan Air
Persyaratan kedua bahan tersebut mengikuti persyaratan bahan pada pasal (Pek. Beton
Struktur).

Halaman - 37
Rencana Kerja dan Syarat–syarat Teknis
(RKS)

4. Pelaksanaan
(1). Dinding Bata berupa :
Pasangan Adukan 1 Pc : 4 Ps dipakai pada tempat–tempat lain selain pasangan kedap air
tersebut.
(2). Adukan pasangan harus dibuat didalam bak kayu yang memenuhi syarat, dilarang membuat
adukan langsung diatas tanah untuk mencegah kehilangan air semen. Mencampur semen
dengan pasir harus dalam keadaan kering, yang kemudian diberi air sampai didapat
campuran yang plastis. Adukan yang telah mengering akibat tidak habis terpasang
sebelumnya, tidak boleh dicampur lagi dengan adukan baru.
(3). Sebelum digunakan batu bata harus direndam dalam bak air atau drum hingga jenuh.
(4). Setelah bata terpasang dengan adukan, nad/siar-siar harus dikerok sedalam 1 cm dan
dibersihkan dengan sapu lidi dan kemudian disiram air.
(5). Lapisan bata yang satu dengan lapisan bata diatasnya harus berbeda setengah panjang bata.
Bata berukuran setengah tidak dibenarkan digunakan ditengah pasangan bata, kecuali
pasangan pada sudut pertemuan.
(6). Pemasangan dinding batu bata dilakukan bertahap, setiap tahap terdiri maksimum 24 lapis
setiap harinya, diikuti dengan cor kolom praktis.
(7). Pengakhiran sambungan pada satu hari kerja harus dibuat bertangga menurun dan tidak
tegak bergigi untuk menghindari retak dikemudian hari.
(8). Pada tempat–tempat tertentu sesuai gambar diberi kolom–kolom praktis yang ukurannya
disesuaikan dengan tebal dinding dan apabila tidak terlihat pada gambar, maka setiap
pasangan bata seluas maksimal 9 m2 harus diikat dengan beton praktis (kolom praktis atau
balok praktis).
(9). Pembuatan lubang pada pasangan bata yang berhubungan dengan setiap bagian pekerjaan
beton (kolom) harus diberi penguat stek-stek besi beton diameter 6 mm jarak
75 cm, yang terlebih dahulu ditanam dengan baik pada bagian pekerjaan beton dan bagian
yang ditanam dalam pasangan bata sekurang-kurangnya 30 cm kecuali ditentukan lain.
(10). Tidak diperkenankan memasang bata merah yang patah dua melebihi dari 5%. Bata yang
patah lebih dari 2 tidak boleh dipergunakan.
(11). Lubang untuk alat–alat listrik dan pipa yang ditanam didalam dinding, harus dibuat pahatan
secukupnya pada pasangan bata (sebelum diplester). Pahatan tersebut setelah dipasang Pipa
atau alat–alat litrik, harus ditutup dengan adukan plesteran yang dilaksanakan secara
sempurna dan dikerjakan secara bersamaan dengan plesteran seluruh bidang tembok.

Halaman - 38
Rencana Kerja dan Syarat–syarat Teknis
(RKS)

Pasal 2
PEKERJAAN PLESTERAN

1. Lingkup Pekerjaan
Lingkup pekerjaan ini meliputi seluruh plesteran permukaan bidang pasangan dinding dan beton
bagian dalam dan luar bangunan serta seluruh detail yang disebutkan/ditunjukkan dalam gambar
kerja. Termasuk dalam lingkup pekerjaan ini adalah penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan,
peralatan termasuk alat-alat bantu dan alat angkut yang diperlukan untuk melaksanakan
pekerjaan, sehingga dapat dicapai hasil pekerjaan yang bermutu baik.

2. Standard/Rujukan
1. SNI 03-6862-2002, spesifikasi perawatan, pemasangan dinding bata dan plesteran.
2. SNI 03-6882-2002, spesifikasi mortar untuk pekerjaan pasangan.

3. Persyaratan Bahan
1. Semen portland yang digunakan harus dari satu produk yang memenuhi ketentuan NI-8 dan
memenuhi persyaratan bahan pada pasal (Pek. Beton Struktur).
2. Pasir harus memenuhi ketentuan NI-3 pasal 14 PUBI 1982.
3. Pasir pasang harus dipilih dan benar-benar bersih dan bebas dari segala macam kotoran dan
melalui ayakan ukuran # 1,6 – 2,0 mm.
4. Air harus memenuhi ketentuan NI-3 pasal 10 dan memenuhi persyaratan pada pasal (Pek. Beton
Struktur).
5. Material lain yang tidak terdapat dalam persyaratan diatas tetapi dibutuhkan untuk
penyelesaian/penggantian pekerjaan dalam bagian ini, harus bermutu baik dari jenisnya dan
disetujui Direksi Teknis.

4. Komposisi Adukan
Campuran adukan perekat yang dimaksud adalah campuran dalam volume, cara pembuatannya
menggunakan mixer selama 3 menit dan memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a). Bidang pasangan dinding dipakai adukan plesteran campuran 1 pc : 4 pasir.
b). Plesteran halus (acian) dipakai campuran pc dan air sampai mendapatkan campuran yang
homogen, acian dapat dikerjakan sesudah plesteran berumur 8 hari (kering benar), untuk
adukan plesteran finishing harus ditambah dengan additive plamix dengan dosis 200 - 250
gram untuk setiap 40 Kg semen.
c). Semua jenis aduk perekat tersebut di atas harus disiapkan sedemikian rupa sehingga selalu
dalam keadaan baik dan belum mengering. Diusahakan agar jarak waktu pencampuran adukan
perekat tersebut dengan pemasangannya tidak melebihi 30 menit terutama untuk adukan
kedap air.

5. Syarat-syarat Pelaksanaan
1. Plesteran dilaksanakan sesuai standar spesifikasi dari bahan yang digunakan sesuai dengan
petunjuk dan persetujuan Direksi Teknis serta persyaratan tertulis dalam Uraian dan Syarat
Pekerjaan ini.
2. Pekerjaan plesteran dapat dilaksanakan bilamana pekerjaan bidang beton atau pasangan
dinding batu bata telah disetujui oleh Direksi Teknis sesuai Uraian Syarat-syarat Pekerjaan
yang tertulis dalam persyaratan teknis ini.
3. Dalam melaksanakan pekerjaan ini, harus mengikuti semua petunjuk dalam gambar arsitektur
terutama dalam gambar detail dan gambar potongan mengenai ukuran tebal/tinggi/peil dan
bentuk profilnya.

Halaman - 39
Rencana Kerja dan Syarat–syarat Teknis
(RKS)

4. Pekerjaan plesteran dinding hanya diperkenankan setelah selesai pemasangan instalasi pipa
listrik dan plumbing untuk seluruh bangunan.
5. Seluruh permukaan pada beton sebelum diplester harus dibuat kasar terlebih dahulu dengan
cara dipahat atau pada saat setelah acuan dibuka, dikamprot merata dengan adukan 1 PC : 2
Pasir (Afwerking) atau dengan cara lain yang disetujui Direksi Teknis.
6. Sebelum plesteran dilakukan, seluruh permukaan beton disiram/dibasahi dengan air semen.
7. Untuk bidang pasangan dinding batu bata dan beton bertulang yang akan difinish dengan cat
dipakai plesteran halus (acian di atas permukaan plesteran).
8. Semua bidang yang akan menerima bahan (finishing) pada permukaannya diberi alur-alur
garis horizontal atau diketrek (scrath) untuk memberi ikatan yang lebih baik terhadap bahan
finishingnya.
9. Pasangan kepala plesteran dibuat pada jarak 1 m, dipasang tegak dan menggunakan
keping-keping playwood setebal 9 mm untuk patokan keratan bidang.
10. Ketebalan plesteran harus mencapai ketebalan permukaan dinding/kolom yang dinyatakan
dalam gambar, atau sesuai peil-peil yang diminta gambar. Tebal plesteran minimum 2,5 cm,
jika ketebalan melebihi 2,5 cm harus diberi kawat ayam untuk membantu dan memperkuat
daya lekat dari plesterannya pada bagian pekerjaan yang diijinkan Direksi Teknis dan Pemberi
Tugas.
11. Setiap permukaan bahan yang berbeda jenisnya yang bertemu dalam satu bidang datar, harus
diberi nat (tali air) dengan ukuran lebar 0,7 cm dalamnya 0,5 cm, kecuali bila ada petunjuk
lain di dalam gambar.
12. Pada permukaan yang datar, harus mempunyai toleransi lengkung atau cembung bidang tidak
melebihi 5 mm untuk setiap jarak 2 m. Jika melebihi, kontraktor berkewajiban
memperbaikinya dengan biaya atas tanggungan Kontraktor.
13. Kelembaban plesteran harus dijaga sehingga pengeringan berlangsung wajar tidak terlalu
tiba-tiba, dengan membasahi permukaan plesteran setiap kali terlihat kering dan melindungi
dari terik panas matahari langsung dengan bahan-bahan penutup yang bisa mencegah
penguapan air secara cepat.
14. Jika terjadi keretakan sebagai akibat pengeringan yang tidak baik, plesteran harus dibongkar
kembali dan diperbaiki sampai dinyatakan dapat diterima oleh Direksi Teknis dengan biaya
atas tanggungan Kontraktor.
15. Selama 7 (tujuh) hari setelah pengacian selesai Kontraktor harus selalu menyiram dengan air,
sampai jenuh sekurang-kurangnya 2 kali setiap hari.
16. Selama pemasangan dinding batu bata/beton bertulang belum finish, Kontraktor wajib
memelihara dan menjaganya terhadap kerusakan-kerusakan dan pengotoran bahan lain.
Setiap kerusakan yang terjadi menjadi tanggung jawab Kontraktor dan wajib diperbaiki.
17. Tidak dibenarkan pekerjaan finishing permukaan dilakukan sebelum plesteran berumur lebih
dari 2 (dua) minggu.

Halaman - 40
Rencana Kerja dan Syarat–syarat Teknis
(RKS)

Pasal 3
PEKERJAAN SANITAIR

1. Lingkup Pekerjaan
a. Termasuk dalam pekerjaan pemasangan sanitair adalah penyediaan tenaga kerja, bahan-
bahan peralatan dan alat-alat bantu lainnya yang digunakan dalam pekerjaan ini hingga
tercapainya hasil pekerjaan yang bermutu dan sempurna dalam pemakaiannya / operasinya.
b. Pekerjaan pemasangan sanitair ini sesuai yang dinyatakan / ditunjukkan dalam detail gambar,
uraian dan syarat-syarat dalam buku ini.

2. Persyaratan Bahan
a. Semua material harus memenuhi ukuran, standard dan mudah didapatkan dipasaran, kecuali
bila ditentukan lain.
b. Semua peralatan dalam keadaan lengkap dengan segala perlengkapannya sesuai dengan yang
telah disediakan oleh pabrik untuk masing-masing type yang dipilih.
c. Barang yang dipakai adalah dari produk yang telah disediakan oleh pabrik untuk masing-
masing type yang dipilih.
d. Barang yang dipakai adalah dari produk yang telah diisyaratkan dalam uraian dan syarat-
syarat dalam buku.

3. Syarat-syarat Pelaksanaan.
a. Semua bahan sebelum dipasang harus ditunjukkan kepada Pengawas beserta persyaratan
/ ketentuan pabrik untuk mendapatkan persetujuan. Bahan yang tidak disetujui harus diganti
tanpa biaya tambahan.
b. Jika dipandang perlu diadakan penukaran / pengantian bahan, pengganti harus disetujui
Direksi berdasarkan contoh yang dilakukan Kontraktor.
c. Sebelum pemasangan dimulai, Kontraktor harus meneliti gambar-gambar yang ada dan kondisi
di lapangan, termasuk mempelajari bentuk, pola, penempatan, pemasangan sparing-sparing,
cara pemasangan dan detail-detail sesuai gambar.
d. Bila ada kelainan dalam hal ini apapun antara gambar dengan spesifikasi dan sebagainya,
maka Kontraktor harus segera melaporkan kepada Direksi.
e. Kontraktor tidak dibenarkan memulai pekerjaan disatu tempat bila ada kelainan atau
perbedaan di tempat itu sebelum kelainan tersebut terselesaikan.
f. Selama pelaksanaan harus selalu diadakan pengujian / pemeriksaan untuk kesempurnaan hasil
pekerjaan dan fungsinya.
g. Kontraktor wajib memperbaiki / mengganti bila ada kerusakan yang terjadi selama masa
pelaksanaan dan masa garansi, atas biaya Kontraktor, selama kerusakan bukan disebabkan
oleh tindakan Pemilik.

4. Alat-alat Sanitair
a. Pekerjaan Closet
a). Kloset jongkok dan duduk berikut segala kelengkapannya yang dipakai adalah dari merk
Toto. Type dan warna ditentukan dalam gambar dan/atau Daftar Kuantitas (Bill Of
Quantity).
b). Kloset beserta kelengkapannya yang dipasang adalah yang telah diseleksi dengan baik,
tidak ada bagian yang gompal, retak atau cacat-cacat lainnya dan telah disetujui Direksi.
c). Kloset harus terpasang dengan kokoh letak dan ketinggian sesuai gambar, waterpass.
Semua noda-noda harus dibersihkan, sambungan-sambungan pipa tidak ada kebocoran.

Halaman - 41
Rencana Kerja dan Syarat–syarat Teknis
(RKS)

b. Pekerjaan Wastafel
a). Wastafel yang digunakan adalah Toto lw 246, lengkap dengan segala accessoriesnya.
Warna akan ditentukan kemudian .
b). Wastafel dan perlengkapannya yang dipasang adalah yang telah diseleksi baik tidak ada
bagian yang gompal, retak atau cacat-cacat lainnya dan telah disetujui oleh Direksi.
c). Ketinggian dan konstruksi pemasangan harus disesuaikan gambar untuk itu serta
petunjuk–petunjuk dari produsennya dalam brosur. Pemasangan harus baik, rapi,
waterpass dan dibersihkan dari semua kotoran dan noda dan penyambungan instalasi
plumbingnya tidak boleh ada kebocoran-kebocoran.
c. Perlengkapan Kran Air
a). Semua kran yang dipakai merk Onda dengan chromed finish.
b). Ukuran disesuaikan keperluan masing-masing sesuai gambar plumbing dan brosur alat-
alat sanitair.
c). Stop kran yang dapat digunakan setara merk Onda, bahan stainless steel, diameter dan
penempatan sesuai dengan gambar.
d). Kran-kran harus dipasang pada pipa air bersih dengan kuat, siku, penempatannya harus
sesuai dengan gambar-gambar.
d. Floor Drain/Roof Drain dan Clean Out
a). Floor drain dan clean out yang digunakan adalah floor drain merk Onda lobang 2”
dilengkapi dengan siphon dan penutup berengsel untuk floor drain dan doperchroom
dengan draad untuk clean out.
b). Floor drain dipasang ditempat-tempat sesuai dengan gambar.
c). Floor drain yang dipasang telah diseleksi baik, tanpa cacat dan disetujui Direksi.
d). Untuk roof drain digunakan yang mengandung anti karat/stainless steel
e). Pada tempat-tempat yang akan dipasang floor drain, penutup lantai harus dilubangi
dengan rapih, menggunakan pahat kecil dengan bentuk dan ukuran, sesuai ukuran floor
drain tersebut.
f). Hubungan pipa metal dengan beton / lantai menggunakan perekat beton kedap air.
g). Setelah floor drain dan clean out terpasang, pasangan harus rapih waterpass, dibersihkan
dari noda-noda semen dan tidak ada kebocoran.

Halaman - 42
Rencana Kerja dan Syarat–syarat Teknis
(RKS)

Pasal 4
PEKERJAAN PELAPIS LANTAI

1. Pekerjaan Sub-Lantai/Screed Rabat Beton


1.1 Lingkup Pekerjaan
a. Lingkup pekerjaan ini meliputi tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-alat bantu yang
dibutuhkan dalam terlaksananya pekerjaan ini untuk mendapatkan hasil yang baik.
b. Pekerjaan sub lantai ini meliputi seluruh detail yang disebutkan / ditunjukkan dalam gambar
sebagai alas lantai finishing.
1.2 Persyaratan Bahan
a. Pengendalian seluruh pekerjaan ini harus sesuai dengan persyaratan PBI 1971 (NI-2), PVBB
1956 dan NI-8.
b. Bahan-bahan yang dipakai, sebelum dipasang terlebih dahulu harus diserahkan contoh-
contohnya kepada Konsultan Pengawas untuk disetujui.
1.3 Syarat-Syarat Pelaksanaan
a. Untuk pasangan di atas pelat beton, pelat beton diberi lapisan plester (screed) campuran 1Pc
: 2Psr setebal minimum 2 cm dengan memperhatikan kemiringan lantai, terutama di daerah
basah dan teras.
b. Sub-lantai beton tumbuk di atas lantai dasar permukaannya harus dibuat benar-benar rata,
dengan memperhatikan kemiringan lantai di daerah basah dan teras.

2. Pekerjaan Lantai
2.1. Lingkup Pekerjaan
a. Lingkup Pekerjaan ini meliputi tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-alat bantu yang
dibutuhkan dalam terlaksananya pekerjaan ini untuk mendapatkan hasil yang baik.
b. Pasangan lantai Granit ini dipasang pada seluruh detail yang disebutkan / ditunjukkan dalam
gambar, berikut plint lantai.
2.2. Persyaratan Bahan
a. Bahan Lantai Keramik yang digunakan :
 Jenis : Granit Polish dan Unpolis yang memiliki motif dan berwarna.
 Ukuran : 60 x 60 cm (Unpolished) digunakan untuk lantai KM/WC dan luar ruangan,
 Warna : akan ditentukan kemudian.
b. Pengendalian seluruh pekerjaan ini harus sesuai dengan peraturan-peraturan ASTM, peraturan
keramik Indonesia (NI-19), PVBB 1970 dan PVBI 1982.
c. Semen Portland harus memenuhi NI-8, pasir dan air harus memenuhi syarat-syarat yang
ditentukan dalam PVBB 1970 (NI-3), PVBI 1982.
d. Bahan-bahan yang digunakan sebelum dipasang terlebih dahulu harus diserahkan contoh-
contoh kepada Konsultan Pengawas untuk mendapatkan persetujuan
2.3. Syarat-Syarat Pelaksanaan
a. Sebelum dimulai pekerjaan, Kontraktor diwajibkan membuat Shop Drawing mengenai pola
pemasangan Granit/keramik.
b. Granit/Keramik yang terpasang harus dalam keadaan baik, tidak retak, cacat dan bernoda.
c. Adukan pasangan / pengikat dengan adukan 1 Pc : 3 Psr pasang dan ditambah bahan perekat
seperti yang diisyaratkan atau dapat pula digunakan acian PC murni dan ditambah bahan
perekat.

Halaman - 43
Rencana Kerja dan Syarat–syarat Teknis
(RKS)

d. Bahan keramik sebelum dipasang harus direndam dalam air bersih (tidak mengandung asam
alkali) sampai jenuh.
e. Hasil pemasangan lantai Granit/keramik harus merupakan bidang permukaan yang benar-
benar rata, tidak bergelombang, dengan memperhatikan kemiringan didaerah basah dan
teras.
f. Pola, arah dan awal pemasangan lantai Granit/keramik harus sesuai gambar detail atau sesuai
petunjuk Direksi Teknis. Perhatikan lubang instalasi dan drainage/bak kontrol sebelum
dimulai.
g. Jarak antara unit-unit pemasangan Granit/keramik satu sama lain (siar-siar), harus sama lebar
dan sama dalamnya, untuk siar-siar yang berpotongan harus membentuk sudut siku yang
saling berpotongan tegak lurus sesamanya.
h. Siar-siar diisi dengan bahan pengisi siar yang bermutu baik, dari bahan seperti yang telah
diisyaratkan di atas atau sesuai warna Granit/keramik yang dipasang.
i. Pemotongan unit-unit keramik tiles harus menggunakan alat pemotong keramik khusus sesuai
persyaratan dari pabrik.
j. Granit/Keramik yang sudah terpasang harus dibersihkan dari segala macam noda pada
permukaan Granit/keramik, hingga betul-betul bersih.
k. Granit/Keramik yang terpasang harus dibersihkan dari sentuhan/beban selama 3 x 24 jam dan
dilindungi dari kemungkinan cacat akibat dari pekerjaan lain. Granit plint terpasang siku
terhadap lantai, dengan memperhatikan siar–siarnya bertemu siku dengan siar lantai dan
dengan ketebalan siar yang sama pula.

3. Syarat-syarat Pemeliharaan
a. Perbaikan
1). Kontraktor wajib memperbaiki pekerjaan lantai raised floor yang rusak dan diperbaiki
dengan cara-cara yang dianjurkan oleh pabriknya. Perbaikan harus dilaksanakan
sedemikian rupa hingga tidak mengganggu pekerjaan finishing lainnya.
2). Bila kerusakan pekerjaan raised floor ataupun pekerjaan lainnya bukan oleh tindakan
pemilik pada waktu pekerjaan dilaksanakan, maka Kontraktor wajib memperbaiki
pekerjaan tersebut sampai dinyatakan dapat diterima oleh Direksi teknis.

b. Pengamanan
1). Kontraktor wajib mengadakan perlindungan dan pengamanan terhadap pekerjaan yang
telah dilaksanakan.

2). Sesudah pekerjaan lantai raised floor terpasang, permukaan lantai harus dijaga terhadap
kemungkinan-kemungkinan terkena cairan-cairan dan benda-benda lain yang mungkin
bisa menimbulkan cacat, noda-noda dsb. Apabila hal ini terjadi Kontraktor harus
memperbaiki cacat tersebut hingga pulih kembali seperti semula; sampai hasil perbaikan
tersebut dapat diterima dan disetujui oleh Direksi Teknis.

Pasal 5

Halaman - 44
Rencana Kerja dan Syarat–syarat Teknis
(RKS)

PEKERJAAN PENGECATAN

1. Lingkup Pekerjaan
a. Persiapan permukaan yang akan diberi cat.
b. Pengecatan permukaan dengan bahan-bahan yang telah ditentukan.
c. Pengecatan semua perlengkapan dan area yang ada pada gambar bila tidak disebutkan secara
khusus, dengan warna dan bahan yang sesuai dengan petunjuk Direksi.
2. Standard Pengerjaan (Mock Up)
a. Sebelum pengecatan keseluruhan yang dimulai, Kontraktor harus melakukan pengecatan pada
satu bidang untuk tiap warna dan jenis bidang-bidang tersebut akan dijadikan contoh pilihan
warna, texture, sebagai mock up ini akan ditentukan oleh Direksi.
b. Jika masing-masing bidang tersebut telah disetujui oleh Direksi dan bidang-bidang ini akan
dipakai sebagai standar minimal bagi keseluruhan pekerjaan pengecatan.

3. Contoh Dan Bahan Untuk Perawatan.


a. Kontraktor harus menyiapkan contoh pengecatan tiap warna dan pada bidang-bidang tersebut
harus dicantumkan pengawasan dengan jelas warna, formula cat, jumlah lapisan dan jenis
(dari dasar s/d. lapisan akhir).
b. Semua bidang contoh tersebut harus diperlihatkan kepada Direksi. Jika contoh-contoh
tersebut telah disetujui secara tertulis oleh Direksi, Kontraktor melanjutkan dengan
pembuatan mock up seperti tercantum di atas.
c. Kontraktor harus menyerahkan kepada Direksi, untuk kemudian akan diteruskan kepada
pemberi tugas, minimal 3 gallon tiap warna dan jenis cat yang dipakai. Kaleng-kaleng cat
tersebut harus tertutup rapat dan mencamtukan dengan jelas identitas cat yang ada
didalamnya. Cat ini akan dipakai sebagai cadangan untuk perawatan oleh Pemberi Tugas.

4. Pekerjaan Cat Bidang Dinding dan Beton.


a. Lingkup pekerjaan cat bidang dinding dan beton adalah pengecatan seluruh bidang
plesteran/acian dinding bangunan dan bidang afwerking beton serta finishing bagian- bagian
lain yang ditentukan gambar.
b. Untuk dinding-dinding luar (exterior walls) bangunan digunakan cat khusus setara merk Jotun
atau sesuai yang tercantum dalam Bill of Quantity.
c. Untuk dinding-dinding dalam (interior walls) bangunan digunakan cat emulsi merk Jotun atau
sesuai yang tercantum dalam Bill of Quantity. Warna akan ditentukan kemudian.
d. Sebelum dinding diplamur, plesteran sudah harus betul-betul kering, tidak ada retak–retak
serta sudah dilapis wall sealer dan Kontraktor meminta persetujuan kepada Direksi.
e. Pekerjaan plamur dilaksanakan dengan pisau plamur dari plat baja tipis dan lapisan plamur
dibuat setipis mungkin sampai membentuk bidang yang rata.
f. Sesudah 7 (tujuh) hari plamur terpasang dan dilakukan percobaan warna kemudian
dibersihkan dengan bulu ayam sampai bersih betul. Selanjutnya di dinding dicat dengan
menggunakan Roller.

g. Setelah pekerjaan cat selesai, bidang dinding merupakan bidang yang utuh, rata, licin, tidak
ada bagian yang belang dan terhadap bidang dinding harus dijaga terhadap pengotoran-
pengotoran.

Halaman - 45
Rencana Kerja dan Syarat–syarat Teknis
(RKS)

DIVISI – F
PEKERJAAN MEKANIKAL ELEKTRIKAL

Pasal 1
PEKERJAAN MEKANIKAL/PLUMBING
1 Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan yang dimaksud adalah pemasangan seluruh instalasi perpipaan termasuk penyediaan
bahan, peralatan yang diperlukan untuk pemasangan instalasi dalam sesuai dengan yang
ditunjukan dalam gambar, yang meliputi :
a. Pemasangan perpipaan air bersih mulai dari valva box atau jaringan pipa pembagi sampai
fasilitas sanitasi, lengkap dengan segala assessorisnya.
b. Pemasangan perpipaan air bekas mulai dari fasilitas sampai ke saluran pembuangan.
c. Pemasangan perpipaan air kotor mulai dari fasilitas sampai ke Septick Tank
d. Pemasangan fasilitas sanitasi lengkap, seperti floor drain, kran air, closet, wastafel, dan lain–
lain sebagainya.

2 Standar yang diperlukan


a. Bahan–bahan yang diperlukan harus memenuhi Standard Industri Indonesia (SII) atau
International Standard Organisation (ISO).
b. Pelaksanaan dan sistem pengerjaan khusus untuk pipa dan sanitair, mengikuti peraturan
pedoman Plumbing Indonesia 1975.
c. Pelaksanaan dan sistem pengerjaan bak pengumpul, saluran air hujan dan bak kontrol harus
mengikuti PBI 1971.
d. Pelaksanaan dan sistem pengerjaan yang berhubungan dengan listrik harus mengikuti
peraturan umum instalasi listrik (PUIL).
e. Bahan-Bahan Sanitary Fixtures/Plumbing Fixtures yang akan dipasang adalah setara American
Standart sesuai yang tercantum dalam Daftar Kuanntitas.

3 Ketentuan Bahan
A. Pipa air bersih.
Pipa-pipa air bersih yang utama sampai ke Roof Tank dibuat dari “ Galvanized steel” kelas
medium BS. 138/67, sedangkan pipa pipa-pipa cabang dari Roof Tank sampai ke fixture
fixture menggunakan pipa PVC Klas AW type S.12.5 merk WAVIN/RUCIKA.
B. Dimensi pipa air bersih
a. Instalasi dari rumah pompa ke Roof Tank menggunakan Pipa PVC 3/4” kualitas AW
b. Instalasi penghantar distribusi Pipa PVC Pipa PVC 1/2” kualitas AW
C. Pembuangan Air Kotor, Air Limbah dan Air Hujan
a. Pipa-pipa dan fittings digunakan dari pipa PVC AW dia 3” type S.12.5 ( KM/WC- ST) merk
WAVIN/RUCIKA atau setara.
b. Pipa PVC AW dia 2” dan pipa PVC AW 3” Type S 12.5 (KM.WC/Washtafel – Sumur resapan)
c. Pipa PVC AW dia 3” Type S 12.5 (Plat Dagh– Sumur resapan)
d. Pipa PVC dia 1/2” Type S 12.5 (AC – Sumur resapan)
e. Semua cabang harus dibuat dengan Y buatan pabrik setara merk WAVIN/RUCIKA.
f. Semua Floor Drain dari WC harus diberi “water trap”
g. Pipa-pipa dan fitting untuk “vent” dibuat dari PVC class D (10 kg/cm2), merk WAVIN
/RUCIKA atau setara.

Halaman - 46
Rencana Kerja dan Syarat–syarat Teknis
(RKS)

D. Dimensi pipa air kotor dan air cuci serta talang air hujan :
1. Instalasi Induk Air Kotor PVC dia 3”, air bekas PVC dia 3” dan air hujan PVC
diameter 2,5”
E. Fittings
1. Pemborong harus melaksanakan pekerjaan penyambungan pipa-pipa yang dikerjakan oleh
pihak lain dan disambungkan ke pipa yang termasuk kedalam pekerjaan Pemborong ini.
2. Semua sambungan yang menghubungkan pipa dengan luas penampang yang berbeda
harus digunakan “Reducer” atau “Increaser”.
3. Sedapat mungkin harus digunakan belokan-belokan dengan “long radius”.
4. Belokan-belokan dari “short radius” hanya boleh digunakan apabila kondisi tempat tidak
memungkinkan penggunaan belokan jenis long radius, dan Pemborong harus
memberitahukan hal ini kepada Direksi Pelaksana.
5. Valve-valve menggunakan setara merk KITAZAWA/TOYO.

4 Pedoman Pelaksanaan
a. Sebelum pelaksanaan pekerjaan plumbing ini dimulai kontraktor harus membuat gambaran
kerja yang singkron dengan disiplin lainnya serta diajukan kepada Direksi untuk mendapatkan
persetujuan.
b. Gambar–gambar rencana dan persyaratan saling melengkapi dan sama mengikatnya.
c. Gambar–gambar rencana instalasi plumbing hanya menunjukan secara garis besar letak
peralatan instalasi dan jalur pipa–pipa. Pemasangan harus dilaksanakan dengan
memperhatikan kondisi lapangan agar supaya operasi dan pemeliharaannya bisa berlangsung
baik tanpa mengubah sistem.
d. Kontraktor diwajibkan untuk memberikan penjelasan kepada Direksi hingga mengenali betul
sistem instalasi plumbing dan dapat mengerjakannya dengan baik.
e. Kemiringan saluran air masuk/ keluar harus diyakini bisa lancar, jangan ada air yang tidak
mengalir sesuai arah air dalam gambar kerja, atau jangan ada arah air berbalik menyalahi
ketentuan gambar rencana.
f. Dalam melaksanakan pekerjaan, pembuatan dan pemasangan akan dipasang bebas hambatan
/ kotoran, sedangkan perletakan harus sesuai dengan gambar.
g. Pipa yang dipakai harus sama random lengthnya kecuali kalau memang panjang yang
diperlukan lebih pendek.
h. Pemasangan pipa tidak mengganggu perletakan peralatan lainnya.
i. Pemasangan sandaran pipa dibuat sedemikian rupa agar persentuhan dengan pipa yang
ditempatkan cukup baik dan selanjutnya diklem.
j. Sebelum pipa dipasang semua kerak, kotoran yang menempel harus dibersihkan, ujung pipa
harus tertutup selama pemasangan konstruksi berjalan dan kontraktor bertanggung jawab
atas keamanan bahan.
k. Perletakan sistem perpipaan
 Pemasangan pipa–pipa harus sesuai dengan jalur yang tertera dalam gambar akan tetapi
penempatan pipa harus sesuai dengan kondisi lapangan sehingga tidak mengganggu
perkakas lain dan memudahkan untuk pemasangan dan pemeliharannya.
 Semua pipa harus diikat/ditempatkan dengan kuat pada dinding/kolom/balok dengan
penggantung/angker yang cukup kokoh untuk pipa horizontal dan klem untuk pipa
vertical, kontraktor harus mengerjakan konstruksi penggantung, tidak dibenarkan dengan
kawat rantai ataupun perforated strip.
 Sebelum melakukan penyambungan perlu diperhatikan keadaan pipa dan fiting bagian
dalam agar tidak terjadi hambatan.
 Ujung pipa dan bagian–bagian fitting yang terbuka harus segera ditutup untuk
menghindari kotoran masuk.

Halaman - 47
Rencana Kerja dan Syarat–syarat Teknis
(RKS)

5 Bahan– Bahan Pengganti


a. Suatu bahan untuk peralatan atau fixture yang akan digunakan tidak disebutkan spesifikasi
hanya dibolehkan apabila ada persetujuan dari Pengawas, biaya pengiriman tersebut
ditanggung oleh Kontraktor.
b. Setiap bahan yang dipasang pada instalasi harus mempunyai tanda–tanda merk yang jelas dari
pabrik pembuatnya. Fitting dan fixture yang tidak memiliki tanda tersebut harus diganti atas
tanggungan Kontraktor.

6 Penutup dan Pembersihan


a. Bagian logam yang tidak terlindung dinding harus bebas dari lemak atau kotoran lainnya.
b. Apabila terjadi kemacetan, pengotoran atas bagian bangunan atau timbulnya kerusakan atas
kelalaian kontraktor maka semua perbaikan menjadi tanggungan kontraktor.
c. Peralatan logam yang tertutup oleh tembok oleh bagian bangunan lainnya harus dilapisi cat
meni.

7 Pengetesan atau Pengujian


a. Pengujian dilakukan terhadap seluruh saluran apakah ada kebocoran yang timbul, waktu
pengujian sistem tersebut diisi air sampai pipa tegak yang tertinggi dapat menahan air selama
2 jam dengan penurunan air tidak lebih dari 10 cm.
b. Setelah pengujian tersebut, sebelum perlengkapan sanitair terpasang seluruh bagian jaringan
ini (termasuk yang tertutup dinding, lantai dan lainnya) harus diuji pada tekanan 1,kali
tekanan tersebut bekerja, pengujian ini harus disaksikan oleh ahli dibidang ini.
c. Kerusakan atau Kegagalan Uji
 Jika ada kerusakan pada pipa atau sambungan mengalami gagal dalam pengujian,
kontraktor harus menganti pipa tersebut dan harus melakukan pengujian ulang, ini
dilakukan sampai dihasilkan hasil yang memuaskan direksi.
 Pipa yang rusak harus diganti dengan yang baru, penambahan bahan pipa ini menjadi
tangungan kontraktor.
d. Pengujian sistem buangan
1. Seluruh sistem pembuangan air harus mempunyai lubang-lubang yang dapat ditutup
(plugget) agar seluruh sistem tersebut dapat diisi dengan air sampai lubang “vent”
tertinggi.
2. Sistem tersebut harus dapat menahan air yang diisikan seperti tersebut diatas minimum
selama 30 menit dan penurunan air selama waktu tersebut tidak lebih dari 10 cm.
3. Apabila pada waktu Direksi Pelaksana menginstruksikan pengujian lain selain pengujian
diatas, Pemborong harus melakukannya tanpa tambahan biaya

Halaman - 48
Rencana Kerja dan Syarat–syarat Teknis
(RKS)

Pasal 2
PEKERJAAN ELEKTRIKAL
1 Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan elektrikal meliputi pemasangan seluruh jaringan instalasi listrik di dalam bangunan,
penyediaan kabel–kabel, pipa–pipa PVC, bola lampu, Panel induk dan Miniature Circuit Breaker
(MCB) dan sebagainya sehingga listrik menyala dengan baik.
Jumlah titik lampu dan stop kontak yang harus dipasang disesuaikan dengan jumlah yang tertera
dalam gambar. Titik lampu dan stop kontak mengandung maksud tempat mata lampu dan stop
kontak yang telah dipasang kabel–kabel yang diperlukan sehingga arus listrik mudah berfungsi pada
titik tersebut.
Yang termasuk dalam lingkup pekerjaan listrik pada pekerjaan ini antara lain :
a. Pengadaan dan pemasangan kabel-kabel untuk seluruh jaringan instalasi listrik dalam dan luar
gedung.
b. Pengadaan dan pemasangan panel listrik pada tempat yang ditunjukan dalam gambar.
c. Pengadaan dan pemasangan penerangan lampu/armature, saklar dan stop kontak

2 Persyaratan Umum
1. Peraturan Instalasi Listrik
Pekerjaan harus berdasarkan dan memenuhi peraturan–peraturan :
a. Persyaratan Umum Instalasi Listrik (PUIL) 2000
b. Perubahan dan Tambahan dari Komisi Bidang Listrik Indonesia urusan PUIL – 2000
c. Persyaratan yang dikeluarkan oleh pabrik berkenaan dengan peralatan yang dipakai.
d. Sakelar, stop kontak, konduit, doos junction box, surface mounting box, floor duct, floor
oulet, floor service box, dan perlengkapan lain memenuhi ketentuan British Standard dan
IEE.
e. Kabel memenuhi ketentuan I.E.C, SII, SPLN dan ketentuan lainnya.
f. Peraturan-peraturan setempat yang dikeluarkan oleh PLN Daerah Distribusi setempat.
g. Memiliki Sertifikat Keahlian atau Keterampilan di bidang kelistrikan
h. Pekerjaan instalasi listrik ini harus dilakukan oleh perusahaan yang bisa mengerjakan
pemasangan sistem ini, dan mendapat referensi pemasangan serta telah disetujui oleh
Direksi Pekerjaan.
2. Gambar–gambar
a. Gambar–gambar rencana instalasi dan spesifikasi merupakan satu kesatuan yang saling
melengkapi dan sama mengikatnya.
b. Gambar–gambar instalasi sistem menunjukan secara umum tata letak dari peralatan
instalasi, sedangkan pemasangan harus dikerjakan dengan memperhatikan kondisi dari
bangunan, gambar arsitek dan struktur harus dipakai sebagai patokan untuk pelaksanaan.
c. Apabila ada hal–hal yang disebutkan kembali pada bagian (bab, gambar lain), maka harus
diartikan bukan untuk menghilangkan satu terhadap yang lain akan tetapi menegaskan
permasalahannya, kalau terjadi hal yang saling bertentangan antara Konsultan Perencana
dengan Direksi Pekerjaan.
d. Perbedaan tersebut tidak dapat dijadikan alasan bagi kontraktor untuk mengadakan
claim pada waktu pelaksanaan.

3. Shop Drawing (Gambar Kerja)


 Sebelum kontraktor melaksanakan pekerjaan, terlebih dahulu harus membuat Shop
Drawing untuk memperjelas pelaksanaan pekerjaan dilapangan antara lain :
a. Gambar Instalasi Sistem (rangkaian listrik)
b. Detail Pemasangan Secara Lengkap

Halaman - 49
Rencana Kerja dan Syarat–syarat Teknis
(RKS)

c. Detail Pemasangan Fixture dan Semua Peralatan Sistem


d. Detail Lainnya yang Diperlukan.
 Shop drawing dibuat 3 (tiga) rangkap dan diserahkan kepada Direksi untuk diperiksa dan
disetujui.
 Shop Drawing yang telah disetujui tersebut adalah merupakan pedoman bagi kontraktor
untuk pelaksanaan pekerjaan.
 Untuk pekerjaan instalasi pendistribusian listrik, kontraktor harus menyiapkan gambar
instalasi untuk diperiksa dan disyahkan oleh PLN.

2 Persyaratan Peralatan dan Material


1. Peralatan
a). Sebelum pekerjaan dimulai kontraktor harus menyerahkan kepada direksi daftar
peralatan dan material yang dipakai, dalam rangkap 4 selambat–lambatnya 2 minggu
sebelum dipasang.
b). Kontraktor terlebih dahulu harus menyerahkan contoh peralatan dan material yang akan
dipasang untuk mendapat persetujuan dan Direksi, biaya untuk pengambilan contoh
tersebut ditanggung oleh Kontraktor.
c). Semua peralatan dipasang harus mengikuti persyaratan yang dikeluarkan oleh pabrik
pembuatannya serta standar yang ada pada PLN atau PUIL yang berlaku.
d). Jika terjadi tuntutan dari pihak lain yang berhubungan dengan hak paten dari suatu
produk yang disebabkan kesalahan pemasangan maka kontraktor harus bertanggung
jawab akan hal itu.
2. Material
a. Komponen sistim instalasi distribusi listrik digunakan peralatan yang telah mendapat
rekomendasi dari PLN.
b. Kabel yang digunakan adalah jenis NYM keluaran kabel metal, Kabelindo, Spreme, IKI,
Tranka atau yang setara memenuhi PLN, SNI dan telah mendapat rekomendasi dari PLN.
c. Panel listrik digunakan kualitas produksi Broco dan MCB setara Merlin Gerin serta
menggunakan grounding.
d. Armature lampu, tabung lampu, fitting lampu, ballast, stater dan kondensor digunakan
merk dengan Philips.
e. Stecker, Stop Kontak dan Saklar digunakan merk Panasonic. Stop Kontak dipasang 40 cm
dan 125 cm dari lantai dan saklar 125 cm dari lantai
f. Ukuran, kapasitas bahan yang digunakan harus sesuai dengan gambar rencana dan
petunjuk direksi ataupun standar yang ada.

4 Pedoman Pelaksanaan
a. Pasangan Instalasi
1. Untuk pekerjaan ini, kontraktor atau harus mempunyai Sertifikat keterampilan (SKT)
atau Sertifikat Keahlian (SKA) yang masih berlaku.
2. Jika pekerjaan ini disubkan, maka sub kontraktor harus mempunyai Izin Pemasangan dari
PLN Wilayah yang bersangkutan.
b. Comissioning dan Testing (Pengujian)
1. Kontraktor/Sub kontraktor harus melakukan pengujian dan pengukuran yang dianggap
perlu untuk memeriksa dan mengetahui apakah seluruh instalasi dapat berfungsi dengan
baik dan memenuhi syarat (seperti tahan uji isolasi kabel antara phasa dengan netral,
(antara phasa dengan tanah dan lainya).

2. Semua tenaga, bahan dan kelengkapan yang diperlukan untuk testing ditanggung oleh
kontraktor.
3. Setelah pelaksanaan pemasangan instalasi kontraktor harus menunjukan bahwa sistem

Halaman - 50
Rencana Kerja dan Syarat–syarat Teknis
(RKS)

tersebut sudah terpasang dan berfungsi dengan baik dan memenuhi persyaratan.

c. Laporan Pengetesan
1. Kontraktor harus menyerahkan kepada Pemberi Tugas / Direksi 4 (empat) rangkap
laporan :
2. Hasil pengetesan Kabel
3. Hasil pengetesan peralatan instalasi
4. Hasil pengetasan semua persyaratan operasi instalasi
5. Semua pengetesan dan pengukuran tersebut harus disaksikan oleh Direksi pekerjaan atau
yang mewakili.
d. Gambar Terlaksana (As Built Drawing)
Kontraktor harus menyerahkan As Built Drawing (Gambar Terlaksana) sebanyak 4 (empat)
rangkap termasuk yang asli kepada Pemberi Tugas/Direksi untuk semua pekerjaan instalasi
yang telah dilaksanakan.
1. Perubahan/Penambahan/Pengurangan Pekerjaan
2. Pelaksanaan pekerjaan apabila menyimpang dari gambar rencana yang disesuaikan
dengan kondisi lapangan harus dikonsultasikan terlebih dahulu dengan Direksi, dalam
perobahan gambar dan RKS tersebut kontraktor harus menyerahkan gambar perubahan
yang dimaksud kepada Direksi Pekerjaan dalam rangkap 3 (tiga) untuk disetujui.
3. Pengajuan perubahan material, gambar rencana/bestek harus diajukan kontraktor
kepada Direksi secara tertulis.
4. Frekwensi dan Tegangan Listrik
Seluruh peralatan yang disediakan atau dipasang untuk pekerjaan pada tegangan 220
/ 380 Volt (tegangan rendah) dan frekwensi 50 Hz.
5. Pengurusan Izin
Pengurusan izin yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan pemasangan instalasi ini
menjadi menjadi tanggungan Kontraktor, sedangkan biaya penyambungan (BP), Uang
jaminan langganan (UJL) menjadi tanggungan Pemberi Tugas.
6. Pembobokan, Pengelasan dan Pengeboran
 Pembobokan tembok, lantai, dinding dan lainnya yang diperlukan dalam rangka
pemasangan instalasi ini, serta perbaikan kerusakan dari akibat dari pemasangan ini
adalah tanggung jawab Kontraktor.
 Pembobokan dan pengelasan dan lainnya dilakukan atas izin dari Direksi Pekerjaan,
jika terdapat kesalahan atau kelalaian kontraktor, maka Direksi berhak untuk
memerintahkan kontraktor untuk membongkar, memperbaiki, menganti peralatan
atau material dan harus dikembalikan seperti keadaan semula.
7. Access Opening
Kontraktor harus menyediakan Acces Opening (buka–bukaan) untuk inspeksi dan
pemeliharaan dari instalasi.
8. Papan Nama
Seluruh kabel, panel kontrol, panel listrik, pemutus daya (MCB) saklar dan bagian– bagian
lainnya dari peralatan, jika tidak disebutkan lainnya, harus dibuatkan papan nama
(penamaan/label) untuk mengidentifikasi nama alat tersebut. Papan nama harus terbuat
dari plat plastik dengan huruf timbul.

9. Kebersihan
Kontraktor harus membersihkan seluruh kotoran/sampah dan sisa–sisa material yang
tidak terpakai dari lokasi bangunan, setiap instalasi yang sudah terpasang harus rapi dan
teratur.

Halaman - 51
Rencana Kerja dan Syarat–syarat Teknis
(RKS)

10. Pengkodean
Peraturan warna kabel ini harus sesuai dengan PUIL 2000, berlaku untuk semua instalasi.
Pada dasarnya, semua instalasi adalah arus bolak balik (AC) dengan aturan sebagai
berikut :
Inti Phasa 1 Simbol Huruf 2 Warna 3
a). Phasa 1 R Merah
b). Phasa 2 S Kuning
c). Phasa 3 T Hitam
d). Netral N Biru
e). Hantaran Tanah G/HT Hijau – Kuning

11. Lampu Armature


a. Down Light dari armature dengan kualitas Philips. Jenis / type Down Light dan
Armature seperti pada gambar rencana.
b. Lampu Tabung (TL), komponen lampu yang terdiri dari tabung TL, trafo ballast,
stater TL dan pemegang tabung TL dengan kualitas setara Phillips, warna ditentukan
Direksi pekerjaan.
c. Panel box yang dilengkapi fuse, switch untuk pembagian grup pemasangan instalasi
listrik, produksi dalam negeri atau sekualitas, dengan arde (pentanahan) dari kawat
BC.
d. Lampu Down Light menggunakan lampu hemat energi sesuai dengan SNI, jumlah dan
letaknya disesuaikan dengan gambar.
12. Stop Kontak khusus, untuk instalasi internet dan tenaga ditempatkan dilantai melalui
conduit dan terminal stop kontak serta outlet internet dipasang rata dengan lantai.
Material outlet dan stop kontak menggunakan bahan stainless steel. Stop kontak untuk
Kamera CCTV dipasangkan diplafond atau dinding bagian atas dengan jarak 10 cm dari
plafond.

Halaman - 52
Rencana Kerja dan Syarat–syarat Teknis
(RKS)

DIVISI – F

PEKERJAAN LAIN-LAIN

Pasal 1
PEKERJAAN PEMBERSIHAN AKHIR

Sebelum pekerjaan diserah terimakan, Kontraktor diwajibkan membongkar gudang, bangsal–bangsal


kerja, membersihkan bahan–bahan bangunan, kotoran–kotaran bekas yang ada dalam lokasi bangunan,
sehingga pada saat serah Terima Pekerjaan dilaksanakan, bangunan dalam keadaan bersih dan rapi.

Pasal 2
PEKERJAAN PELAPORAN DAN DOKUMENTASI

1. Lingkup pekerjaan ini adalah meliputi Pekerjaan Administrasi/Pelaporan dan Dokumentasi serta
penyiapan gambar–gambar terlaksana, yang meliputi pekerjaan-pekerjaan, sebagai berikut :
(1). Pelaporan
a) Kontraktor harus membuat Laporan Berkala mengenai pekerjaan secara keseluruhan
dan segala sesuatunya yang berhubungan dengan pekerjaan tersebut dalam Kontrak.
b) Catatan yang jelas mengenai kemajuan pekerjaan yang telah dilaksanakan dan jika
diminta oleh Direksi Pekerjaan/Pemilik untuk keperluan pemeriksaan sewaktu–waktu
dapat diserahkan.
c) Segala laporan atau catatan tersebut dalam ayat a) dan b) pasal ini, dibuat dalam
bentuk Buku Harian sebanyak rangkap 5 (lima) dan diisi pada formulir yang telah
disetujui oleh Direksi Pekerjaan/Pemilik serta harus selalu berada ditempat pekerjaan.
(2). Foto Dokumentasi
a. Kontraktor diwajibkan membuat dokumen foto–foto, baik sebelum pekerjaan dimulai,
kondisi setengah jadi 50%, sampai pada pekerjaan selesai 100% dan tiap tahap
permintaan angsuran disertai keterangan lokasi, arah pengambilan dan tahap
pelaksanaan pembangunan serta disusun secara rapi dan diketahui oleh Pemberi
Pekerjaan/Pemilik.
Syarat– syarat Foto Dokumentasi :
 Tiap lokasi atau unit bangunan diambil dari empat arah.
 Gambar menyeluruh pandangan dari empat arah.
 Sudut pengambilan gambar dari tiap tahap harus tetap pada sudut pengambilan
tersebut diatas.
b. Gambar dimasukan dalam album dan diserahkan kepada Pemilik melalui Direksi
Pekerjaan sebanyak rangkap 5 (lima).
(3). Gambar-Gambar Terlaksana
Kontraktor harus membuat dan menyerahkan kepada Pemilik gambar–gambar terlaksana (As
Built Drawing) yang sesuai dengan pelaksanaan di lapangan dan telah diperiksa dan
disetujui Direksi dengan memakai kertas kalkir, yang harus diselesaikan dan diserahkan
dalam jangka waktu 4 minggu setelah Serah Terima Pekerjaan untuk pertama kalinya atau
selambat–lambatnya pada Serah Terima Akhir pekerjaan.

Halaman - 53
Rencana Kerja dan Syarat–syarat Teknis
(RKS)

Pada waktu diadakan Serah Terima Pertama Pekerjaan, maka Kontraktor harus
menyerahkan :
 Surat Izin Mendirikan Bangunan (IMB) yang dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah
Setempat.
 Surat Tanda Good Keur pemasangan instalasi listrik (SLO) dari pihak instalatur/PLN
setempat
 Bukti Setoran Bahan Galian “C” dan pembayaran ASTEK

2. Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan


Semua Pekerjaan yang tercantum dalam kontrak sudah harus selesai dilaksanakan pada akhir Minggu
ke 17 Kontrak.

PENUTUP

1. Apabila ada pekerjaan yang tidak disebutkan dalam uraian Spesifikasi Teknis ini, yang ternyata
pekerjaan tersebut harus ada agar mendapatkan hasil akhir yang sempurna, maka pekerjaan
tersebut harus dilaksanakan oleh Kontraktor atas perintah tertulis Pejabat Pembuat Komitmen.
2. Rencana Kerja dan Syarat–Syarat ini menjadi pedoman dan harus ditaati oleh Kontraktor dan
Direksi Pekerjaan serta Pejabat Pembuat Komitmen dalam melaksanakan pekerjaan ini.

Lubuk sikaping, Mei 2022


Ditetapkan Oleh :
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)

AGUSTI AWIZAR, ST
Nip. 19700801 199003 1 001

Halaman - 54

Anda mungkin juga menyukai