SPESIFIKASI TEKNIS
KEGIATAN :
PENYELENGGARAAN BANGUNAN GEDUNG DI WILAYAH DAERAH
KABUPATEN/KOTA, PEMBERIAN IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN (IMB)
DAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI BANGUNAN GEDUNG
SUBKEGIATAN :
PEMELIHARAAN DAN PERAWATAN BANGUNAN GEDUNG
DAERAH KABUPATEN/KOTA
PEKERJAAN :
“PEMBANGUNAN RUMAH DINAS CAMAT BONJOL
KECAMATAN BONJOL”
DI BUAT OLEH :
DIVISI – A
SPESIFIKASI UMUM
Pasal. 1
PENJELASAN UMUM
1.2. Ukuran-Ukuran
a. Semua ukuran dalam pekerjaan harus sesuai dengan yang tercantum dalam bestek dan gambar.
b. Peil 0.00 lantai diambil dari permukaan pasangan pondasi batu kali seperti yang telah
ditetapkan dalam DED, dan apabila terjadi perubahan dilapangan akan ditetapkan bersama
dengan Direksi, Konsultan Perencana dan Konsultan Pengawas dilokasi pekerjaan.
c. Segala biaya yang dikeluarkan untuk pengukuran dibebankan kepada Pelaksana.
Halaman - 1
Rencana Kerja dan Syarat–syarat Teknis
(RKS)
Halaman - 2
Rencana Kerja dan Syarat–syarat Teknis
(RKS)
Pasal. 2
SYARAT - SYARAT UMUM
2.1. UMUM
Untuk dapat memahami dengan sebaik-baiknya seluruh seluk beluk pekerjaan ini, Kontraktor
diwajibkan mempelajari secara seksama seluruh gambar pelaksanaan beserta uraian pekerjaan dan
persyaratan pelaksanaan seperti yang diuraikan didalam buku ini. Bila terdapat ke-tidak jelasan
dan/atau perbedaan dalam gambar dan uraian ini, Kontraktor diwajibkan melaporkan hal tersebut
kepada Direksi Teknis dan Konsultan Perencana untuk mendapatkan penyelesaian.
Halaman - 3
Rencana Kerja dan Syarat–syarat Teknis
(RKS)
(2). Contoh adalah benda yang disediakan Kontraktor untuk menunjukkan bahan, kelengkapan dan
kualitas kerja. Ini akan dipakai oleh Direksi Teknis dan Pemberi Tugas untuk menilai lebih dahulu.
(3). Kontraktor akan memeriksa, menandatangani persetujuan dan menyerahkan dengan segera semua
gambar pelaksanaan dan contoh yang diisyaratkan dalam Dokumen Kontrak atau oleh Direksi
Teknis. Gambar pelaksanaan dan contoh harus diberi tanda sebagaimana ditentukan Direksi Teknis
dan Pemberi Tugas.
Kontraktor harus melampirkan keterangan tertulis mengenai setiap perbedaan dengan Dokumen
Kontrak jika ada hal-hal demikian.
(4). Dengan menyetujui dan menyerahkan gambar pelaksanaan atau contoh dianggap Kontraktor telah
meneliti dan menyesuaikan setiap gambar atau contoh tersebut dengan Dokumen Kontrak.
(5). Direksi Teknis, Perencana dan Pemberi Tugas akan memeriksa dan menolak atau menyetujui
gambar pelaksanaan atau contoh dalam waktu sesingkat-singkatnya, sehingga tidak mengganggu
jalannya pekerjaan dengan mempertimbangkan syarat keindahan.
(6). Kontraktor akan melakukan perbaikan yang diminta Direksi Teknis dan menyerahkan kembali
segala gambar pelaksanaan dan contoh sampai disetujui.
(7). Persetujuan Direksi Teknis terhadap gambar pelaksanaan dan contoh tidak membebaskan
Kontraktor dari tanggung jawabnya atas perbedaan tersebut bila tidak diberitahukan secara
tertulis kepada Direksi Teknis.
(8). Semua pekerjaan yang memerlukan gambar pelaksanaan atau contoh yang harus disetujui Direksi
Teknis dan Pemberi Tugas, tidak boleh dilaksanakan sebelum ada persetujuan dari Direksi Teknis
dan Pemberi Tugas.
(9). Gambar pelaksanaan atau contoh harus dikirim Kontraktor ke Direksi Teknis dan Pemberi Tugas
dalam dua salinan, Direksi Teknis akan memeriksa dan mencantumkan tanda-tanda “Telah
Diperiksa Tanpa Perubahan“ atau “Telah Diperiksa Dengan Perubahan“ atau “Ditolak“. Satu
salinan ditahan oleh Direksi Teknis untuk arsip, sedangkan yang kedua dikembalikan kepada
Kontraktor atau yang bersangkutan lainnya.
(10). Sebutan Katalog atau barang cetakan, hanya boleh diserahkan apabila menurut Direksi Teknis hal-
hal yang sudah ditentukan dalam katalog atau barang cetakan tersebut sudah jelas dan tidak perlu
dirubah.
Barang cetakan ini juga harus diserahkan dalam dua rangkap untuk masing-masing jenis dan
diperlukan sama seperti butir diatas.
(11). Contoh yang disebutkan dalam Spesifikasi Teknis harus dikirim Pengawas kepada Direksi Teknis dan
Pemberi Tugas.
(12). Biaya pengiriman gambar pelaksanaan, contoh, katalog kepada Direksi Teknis, Perencana dan
Pemberi Tugas menjadi tanggungan Kontraktor.
Halaman - 4
Rencana Kerja dan Syarat–syarat Teknis
(RKS)
Apabila pada spesifikasi teknis ini disebutkan nama pabrik/merk dari suatu jenis bahan/komponen,
maka Kontraktor menawarkan dan memasang sesuai dengan yang ditentukan. Jadi tidak ada alasan
bagi Kontraktor pada waktu pemasangan menyatakan barang tersebut sudah tidak terdapat lagi di
pasaran ataupun sukar didapat di pasaran.
Untuk barang-barang yang harus diimport, segera setelah ditunjuk sebagai pemenang, Kontraktor
harus sesegera mungkin memesan pada agennya di Indonesia.
Apabila Kontraktor telah berusaha untuk memesan namun pada saat pemesanan bahan/merk
tersebut tidak/sukar diperoleh, maka Perencana dengan persetujuan tertulis dari Pemberi Tugas
akan menentukan sendiri alternatif merk lain dengan spesifikasi minimum yang sama. Setelah 1
(satu) bulan penunjukan pemenang, Kontraktor harus memberikan kepada pemberi tugas fotocopy
dari pemesanan material yang diimport pada agen ataupun importir lainnya, yang menyatakan
bahwa material-material tersebut telah dipesan (order import).
2.2. SUBTITUSI
(1). Produk yang disebutkan nama pabriknya :
Material, peralatan, perkakas, aksesoris yang disebutkan nama pabriknya dalam RKS, Kontraktor
harus melengkapi produk yang disebutkan dalam Spesifikasi Teknis, atau dapat mengajukan produk
pengganti yang setara, disertai data-data yang lengkap untuk mendapatkan persetujuan Konsultan
Perencana dan Direksi Teknis sebelum pemesanan.
(2). Produk yang tidak disebutkan nama pabriknya :
Material, peralatan, perkakas, aksesoris dan produk yang tidak disebutkan nama pabriknya didalam
Spesifikasi Teknis, Kontraktor harus mengajukan secara tertulis nama negara dari pabrik yang
menghasilkannya katalog dan selanjutnya menguraikan data-data yang menunjukan secara benar
bahwa produk-produk yang dipergunakan adalah sesuai dengan Spesifikasi Teknis dan kondisi
proyek untuk mendapatkan persetujuan dari Direksi Teknis
/Pemilik/Perencana.
Halaman - 5
Rencana Kerja dan Syarat–syarat Teknis
(RKS)
peralatan harus dilaksanakan/digunakan dengan cara yang benar dan setiap pekerja harus
mempunyai ketrampilan yang memuaskan, untuk itu latihan khusus bagi pekerja sangat diperlukan
dan Kontraktor harus melaksanakannya.
(3). Melokalisasi/memerinci setiap pekerjaan sampai dengan detail untuk menghindari gangguan dan
konflik, serta harus mendapat persetujuan dari Direksi Teknis/ Pemberi Tugas.
(4). Kontraktor harus melaksanakan segala pekerjaan menurut uraian dan syarat–syarat
pelaksanaan, gambar dan instruksi tertulis dari Direksi Teknis/Pemberi Tugas.
(5). Direksi Teknis berhak memeriksa pekerjaan yang dilakukan oleh Kontraktor pada setiap waktu.
Bagaimanapun juga kelalaian Direksi Teknis dalam pengontrolan terhadap kekeliruan atas
pekerjaan yang dilaksanakan oleh Kontraktor, tidak berarti Kontraktor bebas dari tanggung jawab.
(6). Pekerjaan yang tidak memenuhi uraian dan syarat-syarat pelaksanaan (spesifikasi) atau gambar
atau instruksi tertulis dari Direksi Teknis/Pemberi Tugas harus diperbaiki atau dibongkar. Semua
biaya yang diperlukan untuk ini menjadi tanggung jawab Kontraktor
Halaman - 6
Rencana Kerja dan Syarat–syarat Teknis
(RKS)
2.8. IKLAN
Kontraktor tidak diijinkan membuat iklan dalam bentuk apapun di dalam sempadan (batas) site atau
di tanah yang berdekatan tanpa seijin dari pihak Pemberi Tugas.
Halaman - 7
Rencana Kerja dan Syarat–syarat Teknis
(RKS)
(2). Untuk melaksanakan pekerjaan dalam butir tersebut diatas, berlaku dan mengikat pula :
a. Gambar bestek yang dibuat Konsultan Perencana yang sudah disahkan oleh Pemberi Tugas
termasuk juga gambar detail yang diselesaikan oleh Kontraktor dan sudah disahkan / disetujui
Direksi.
b. Rencana Kerja dan Syarat-syarat Pekerjaan.
c. Berita Acara Penjelasan Pekerjaan.
d. Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK)
e. Surat Penawaran beserta lampirannya.
f. Jadwal Pelaksanaan (Tentative Time Schedule) yang telah disetujui.
g. Kontrak / Surat Perjanjian Pemborongan.
(3). Apabila penjelasan dalam RKS ini tidak sempurna atau belum lengkap sebagaimana ketentuan dan
syarat dalam peraturan diatas, maka Kontraktor wajib mengikuti ketentuan peraturan– peraturan
yang disebutkan diatas.
(4). Untuk bagian-bagian pekerjaan yang belum termasuk dalam standar-standar tersebut diatas,
maupun standar-standar nasional lainnya, maka diberlakukan standar-standar internasional yang
berlaku atas bagian-bagian pekerjaan tersebut, atau setidak-tidaknya berlaku persyaratan teknis
dari Negara-negara asal bahan dengan disertai referensi
Halaman - 8
Rencana Kerja dan Syarat–syarat Teknis
(RKS)
(1). Harus selalu dibuat gambar pelaksanaan dari semua komponen struktur berdasarkan desain yang
ada dan harus dimintakan persetujuan tertulis dari Direksi Teknis.
(2). Gambar pelaksanaan ini harus memberikan semua data-data yang diperlukan termasuk keterangan
produk bahan, keterangan pemasangan, data tertulis, dan hal-hal lain yang diperlukan.
(3). Pekerjaan perubahan dan pekerjaan tambahan dilapangan pada waktu pemasangan yang
diakibatkan oleh kurang teliti atau kelalaian Kontraktor, harus dilakukan atas biaya Kontraktor.
(4). Keragu-raguan terhadap kebenaran dan kejelasan gambar dan spesifikasi harus ditanyakan dan
dimintakan penjelasan kepada Direksi Teknis /Perencana.
(5). Kontraktor diwajibkan untuk membuat gambar-gambar terlaksana “(As Built Drawing)“ sesuai
dengan pekerjaan yang telah dilakukan dilapangan secara kenyataan, untuk kebutuhan
pemeriksaan dikemudian hari. Gambar tersebut diserahkan kepada Direksi Teknis.
Halaman - 9
Rencana Kerja dan Syarat–syarat Teknis
(RKS)
Pasal. 3
KETENTUAN PELAKSANAAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)
3.1. U M U M
a). Ketentuan-ketentuan penanganan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) konstruksi
mencakup kepada setiap orang yang berada di tempat kerja yang berhubungan dengan
pemindahan bahan baku, penggunaan peralatan kerja konstruksi, proses produksi dan
lingkungan sekitar tempat kerja.
b). Penanganan K3 mencakup penyediaan sarana pencegah kecelakaan kerja dan perlindungan
kesehatan kerja konstruksi maupun penyediaan personil yang kompeten dan organisasi
pengendalian K3 Konstruksi sesuai dengan tingkat resiko yang ditetapkan oleh Pengguna Jasa.
c). Penyedia Jasa harus mengikuti ketentuan-ketentuan pengelolaan K3 yang tertuang dalam
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 21/PRT/M/2019 tentang
Pedoman Sistem Manjemen Keselamatan Konstruksi.
1)
Halaman - 8
Rencana Kerja dan Syarat–syarat Teknis
(RKS)
A. Kewajiban Umum
Kewajiban umum di sini dimaksudkan kewajiban umum bagi perusahaan Penyedia Jasa
Konstruksi,yaitu :
a). Penyedia Jasa berkewajiban untuk mengusahakan agar tempat kerja, peralatan,
lingkungan kerja dan tata cara kerja diatur sedemikian rupa sehingga tenaga kerja
terlindungi dari resiko kecelakaan.
b). Penyedia Jasa menjamin bahwa mesin-mesin peralatan, kendaraan atau alat-alat lain
yang akan digunakan atau dibutuhkan sesuai dengan peraturan keselamatan kerja,
selanjutnya barang-barang tersebut harus dapat dipergunakan secara aman.
c). Penyedia Jasa turut mengadakan pengawasan terhadap tenaga kerja, agar tenaga kerja
tersebut dapat melakukan pekerjaan dalam keadaan selamat dan sehat.
d). Penyedia Jasa menunjuk petugas keselamatan kerja yang karena jabatannya di dalam
organisasi Penyedia Jasa, bertanggung jawab mengawasi koordinasi pekerjaan yang
dilakukan untuk menghindarkan resiko bahaya kecelakaan.
e). Penyedia Jasa memberikan pekerjaan yang cocok untuk tenaga kerja sesuai dengan
keahlian, umur, jenis kelamin dan kondisi fisik/kesehatannya.
f). Sebelum pekerjaan dimulai Penyedia Jasa menjamin bahwa semua tenaga kerja telah
diberi petunjuk terhadap bahaya dari pekerjaannya masing-masing dan usaha
pencegahannya, untuk itu Penyedia Jasa dapat memasang papan-papan pengumuman,
papan-papan peringatan serta sarana-sarana pencegahan yang dipandang perlu.
g). Orang tersebut bertanggung jawab pula atas pemeriksaan berkala terhadap semua
tempat kerja, peralatan, sarana- sarana pencegahan kecelakaan, lingkungan kerja dan
cara-cara pelaksanaan kerja yang aman.
h). Hal-hal yang menyangkut biaya yang timbul dalam rangka penyelenggaraan keselamatan
dan kesehatan kerja menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa.
Halaman - 9
Rencana Kerja dan Syarat–syarat Teknis
(RKS)
C. Laporan Kecelakaan
Salah satu tugas pelaksana K3 adalah melakukan pencatatan atas kejadian yang terkait dengan
K3, dimana :
a. Setiap kejadian kecelakaan kerja atau kejadian yang berbahaya harus dilaporkan kepada
Instansi yang terkait.
b. Laporan tersebut harus meliputi statistik yang akan menunjukkan hal-hal sebagai berikut:
i). Menunjukkan catatan kecelakaan dari setiap kegiatan kerja, pekerja masing-
masing.
ii). Menunjukkan gambaran kecelakaan-kecelakaan dan sebab-sebabnya.
Halaman - 10
Rencana Kerja dan Syarat–syarat Teknis
(RKS)
A. Aspek Lingkungan
Dalam rangka perencanaan dan pelaksanaan K3 terutama terkait dengan aspek lingkungan,
Penyedia Jasa harus mendapatkan persetujuan dari direksi pekerjaan.
Ketentuan teknis pada tempat kerja dan peralatan pada suatu proyek terkait dengan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah sebagai berikut :
1. Pintu masuk dan keluar
a. Pintu masuk dan keluar darurat harus dibuat di tempat-tempat kerja.
b. Alat-alat/tempat-tempat tersebut harus diperlihara dengan baik.
2. Lampu / penerangan
a. Jika penerangan alam tidak sesuai untuk mencegah bahaya, alat-alat penerangan
buatan yang cocok dan sesuai harus diadakan di seluruh tempat kerja, termasuk
pada gang-gang.
b. Lampu-lampu harus aman, dan terang.
c. Lampu-lampu harus dijaga oleh petugas-petugas bila perlu mencegah bahaya apabila
lampu mati/pecah.
3. Ventilasi
a. Di tempat kerja yang tertutup, harus dibuat ventilasi yang sesuai untuk mendapat
udara segar.
b. Jika perlu untuk mencegah bahaya terhadap kesehatan dari udara yang dikotori oleh
debu, gas-gas atau dari sebab-sebab lain; harus dibuatkan ventilasi untuk
pembuangan udara kotor.
c. Jika secara teknis tidak mungkin bisa menghilangkan debu, gas yang berbahaya,
tenaga kerja harus disediakan alat pelindung diri untuk mencegah bahaya- bahaya
tersebut di atas.
4. Kebersihan
a. Bahan-bahan yang tidak terpakai dan tidak diperlukan lagi harus dipindahkan ke
tempat yang aman.
b. Semua paku yang menonjol harus disingkirkan atau dibengkokkan untuk mencegah
terjadinya kecelakaan.
Halaman - 11
Rencana Kerja dan Syarat–syarat Teknis
(RKS)
c. Peralatan dan benda-benda kecil tidak boleh dibiarkan karena benda-benda tersebut
dapat menyebabkan kecelakaan, misalnya membuat orang jatuh atau tersandung
(terantuk).
d. Sisa-sisa barang alat-alat dan sampah tidak boleh dibiarkan bertumpuk di tempat
kerja.
e. Tempat-tempat kerja dan gang-gang yang licin karena oli atau sebab lain harus
dibersihkan atau disiram pasir, abu atau sejenisnya.
f. Alat-alat yang mudah dipindah-pindahkan setelah dipakai harus dikembalikan pada
tempat penyimpanan semula.
Halaman - 12
Rencana Kerja dan Syarat–syarat Teknis
(RKS)
Halaman - 13
Rencana Kerja dan Syarat–syarat Teknis
(RKS)
5. Para pekerja yang baru dipekerjakan menjalani latihan tentang keselamatan kerja dan
memanfaatkan secara efektif keahlian yang ada pada masing masing divisi (bagian) untuk
program keselamatan kerja.
Halaman - 14
Rencana Kerja dan Syarat–syarat Teknis
(RKS)
DIVISI – B
PEKERJAAN PENDAHULUAN
Pasal. 1
PEKERJAAN PERSIAPAN DAN PENGUKURAN
3. Pengukuran Kembali
3.1. Kontraktor diwajibkan mengadakan pengukuran dan penggambaran kembali lokasi pembangunan
dengan dilengkapi keterangan-keterangan mengenai ketinggian tanah, letak pohon, letak batas-
batas tanah dengan alat ukur yang sudah ditera kebenarannya.
3.2. Ketidakcocokan yang mungkin terjadi antara gambar dan keadaan lapangan yang sebenarnya harus
segera dilaporkan kepada Perencana/Direksi Teknis dan Pemberi Tugas untuk dimintakan
keputusannya.
3.3. Penentuan titik ketinggian dan sudut-sudut hanya dilakukan dengan alat-alat
waterpass/theodolith yang ketepatannya dapat dipertanggungjawabkan.
Halaman - 15
Rencana Kerja dan Syarat–syarat Teknis
(RKS)
3.4. Kontraktor harus menyediakan theodolith/waterpass beserta petugas yang melayaninya untuk
kepentingan pengecekan oleh Perencana/Direksi Teknis dan Pemberi Tugas selama pelaksanaan
proyek.
3.5. Pengukuran sudut siku dengan prisma atau secara azas Segitiga Phytagoras hanya diperkenankan
untuk bagian-bagian kecil yang disetujui oleh Perencana/Direksi Teknis dan Pemberi Tugas.
3.6. Segala pekerjaan pengukuran dan persiapan menjadi tanggung jawab Kontraktor.
Halaman - 16
Rencana Kerja dan Syarat–syarat Teknis
(RKS)
Pasal. 2
PEKERJAAN GALIAN DAN TIMBUNAN
Halaman - 17
Rencana Kerja dan Syarat–syarat Teknis
(RKS)
3. Pedoman Pelaksanaan
4.1. Pekerjaan Galian
a. Semua galian harus dilaksanakan sesuai dengan profil dan elevasi yang ditunjukan pada
gambar atau ditentukan lain oleh Direksi.
b. Penggalian harus dilakukan dengan cara sedemikian rupa agar tidak merusak patok-patok
pengukuran atau pekerjaan lain yang telah selesai. Semua kerusakan yang disebabkan karena
pekerjaan penggalian menjadi tanggung jawab Kontraktor dan harus diperbaiki oleh
Kontraktor tanpa biaya tambahan atau waktu.
c. Bila terjadi kelebihan penggalian diluar garis batas dan elevansi yang ditentukan dalam
gambar Kerja atau petunjuk Direksi Pekerjaan yang disebabkan karena kesalahan Kontraktor,
maka kontraktor harus memperbaiki daerah tersebut sesuai Gambar Kerja atas biaya
Kontraktor.
d. Galian terbuka untuk membentuk pondasi suatu konstruksi atau bagian bangunan lainnya
harus dilaksanakan pada profil–profil yang diperlukan agar konstruksi yang aman dapat
dilaksanakan, sesuai dengan sifat tanah yang ada.
e. Kontraktor harus menjaga agar semua lubang–lubang galian tidak tergenang air yang timbul
karena air hujan, air tanah atau akibat lainnya dengan cara memompa atau menimba ke
parit–parit terdekat.
f. Semua bahan galian harus dikumpulkan pada tempat tertentu sesuai petunjuk Direksi
Pekerjaan sehingga bila dibutuhkan dan memenuhi ketentuan bahan galian tersebut dapat
digunakan untuk bahan urugan atau dibuang sesuai petunjuk Direksi.
g. Pekerjaan galian dapat dianggap selesai bila dasar galian telah mencapai garis, elevansi dan
kemiringan yang ditentukan dalam Gambar Kerja atau telah disetujui Direksi Pekerjaan.
Halaman - 18
Rencana Kerja dan Syarat–syarat Teknis
(RKS)
DIVISI – C
PEKERJAAN STRUKTUR
Pasal. 1
PEKERJAAN PONDASI
1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan pembuatan pondasi meliputi penyediaan tenaga kerja dan bahan–bahan material untuk
pekerjaan tersebut dan perlengkapannya, serta mesin–mesin yang diperlukan.
Macam pondasi yang digunakan adalah :
Pondasi Plat Beton Setempat
Pondasi Pasangan Batu Kali
Sebelum melaksanakan pekerjaan pondasi, Kontraktor harus mengadakan pengukuran untuk
penentuan as pondasi sesuai dengan gambar dan harus memintakan persetujuan Direksi.
2. Persyaratan Bahan
(1). Pondasi Plat Beton Setempat menggunakan bahan yang memenuhi persyaratan yang ditentukan
pada pasal (Pek. Beton Struktur) dengan mutu beton f’c = 19.3 Mpa (K–225) dan besi beton
BJTP-24. Bentuk penulangan dan ukuran besi beton yang dipakai sesuai gambar.
(2). Pondasi Pasangan batu kali menggunakan batu kali alam, bukan pecahan batu karang, yang
bersih dan tidak porous (PUBI– 1983). Ukuran batu kali yang dipakai harus lebih besar dari 10
cm atau tertahan pada saringan 100 mm, yang sebelumnya harus ada persetujuan Direksi
untuk dipakai.
(3). Pondasi batu bata menggunakan bata sesuai ketentuan pasal (Pek. Dinding)
3. Pedoman Pelaksanaan
1) Pondasi Plat Beton Setempat
a). Pada tiap titik pondasi yang akan dipasang diberi patok kayu sebagai as pondasi untuk
pedoman dalam penentuan posisi galian.
b). Galian tanah dilakukan sesuai dengan bentuk, ukuran dan kedalaman pondasi.
c). Bila pada dasar galian terdapat genangan air, maka genangan air tersebut harus dipompa
keluar sebelum penempatan tulangan pondasi dan pengecoran beton dilaksanakan.
d). Dibawah dasar pondasi dilapisi pasir urug setebal 10 cm dan dipadatkan dengan
penyiraman air sebelum diberi lantai kerja dengan campuran beton mutu f’c = 7.4 Mpa
(K.100) dengan ketebalan 10 cm.
e). Pelaksanaan pengecoran dan komposisi campuran beton serta pembesian harus memenuhi
ketentuan-ketentuan pasal (Pek. Beton bertulang).
Halaman - 19
Rencana Kerja dan Syarat–syarat Teknis
(RKS)
c). Dibawah dasar pondasi dilapisi pasir urug setebal 5 cm dan dipadatkan dengan penyiraman
air sebagai lantai kerja, selanjutnya diatas lapisan pasir dipasang lapisan batu kosong
(Aanstampang) dengan ukuran sesuai gambar.
d). Pasangan batu kali dipasang dengan campuran 1 Pc : 4 Ps dalam perbandingan volume.
e). Selama proses pengerasan agar dilakukan pemeliharaan dengan penyiraman air, sehingga
proses pengerasan dapat berlangsung dengan baik.
f). Setelah pasangan cukup keras, sisa–sisa lubang galian pada pasangan pondasi dapat diurug
tanah. Pekerjaan pengurugan ini harus dilakukan lapis demi lapis dengan ketebalan
maksimum 20 cm dan dipadatkan dengan mesin pemadat (stamper).
Pasal. 2
PEKERJAAN BETON STRUKTUR
1. Lingkup Pekerjaan
1.1. Pekerjaan meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan dan peralatan untuk menyelesaikan
pekerjaan ini serta melaksanakan dan memelihara hasil pekerjaan, termasuk melaksanakan
perbaikan–perbaikan akibat kerusakan yang timbul.
1.2. Jenis pekerjaan pembetonan antara lain :
Pekerjaan Pondasi Plat Beton Setempat .
Pekerjaan Sloof, Kolom dan Balok Struktur.
Pekerjaan Plat Beton (Dak Beton, Lesplank, dll).
Pekerjaan Sloof dan Kolom Praktis serta Balok Latey.
Tempat–tempat lain yang menggunakan beton seperti yang ditunjukan dalam gambar.
2. Syarat-Syarat Umum
1. Ketentuan
Menunjuk pada persyaratan :
a. Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971, NI – 2 (selanjutnya disebut PBI 1971) dan
SKSNI T – 15 – 91 – 03.
b. PUBI NI – 3 1970
2. Mutu Beton
Beton memakai mutu f’c = 19.3 Mpa (K–225) dengan memakai Baja BJTS-40 untuk ukuran
besi beton > 12 mm dan BJTP-24 untuk ukuran besi beton < 12 mm (Tegangan Leleh
Karakteristik Minimum untuk BJTS-40 adalah 4.000 dan BJTP-24 adalah 2.400 kg/cm2)
masing–masing pengunaan disesuaikan dengan gambar, mutu karakteristik merupakan syarat
mengikat.
Halaman - 20
Rencana Kerja dan Syarat–syarat Teknis
(RKS)
b. Pengujian (Testing)
Pada umumnya pengujian dilakukan sesuai dengan PBI 1991 Bab 4.8 termasuk pengujian–
pengujian tekanan. Nilai slump untuk masing–masing bagian pekerjaan :
o Sloof dan Balok : 6 – 8 Cm
o Kolom tegak : 8 – 10 Cm
Jika beton tidak memenuhi syarat–syarat slump, maka bagian / kelompok adukan
tersebut tidak boleh dipakai.
Halaman - 21
Rencana Kerja dan Syarat–syarat Teknis
(RKS)
3. Persyaratan Bahan
a. Semen
Semen yang digunakan untuk pekerjaan beton harus jenis Semen Portland tipe I, II, III, IV,
dan V yang memenuhi ketentuan SNI 15-2049-2004 tentang Semen Portland.
Semen tipe IA (Semen Portland tipe I dengan air-entraining agent ), IIA (Semen Portland tipe
II dengan air-entraining agent), IIIA (Semen Portland tipe III dengan air- entraining agent),
PPC (Portland Pozzolan Cement), dan PCC (Portland Composite Cement) dapat digunakan
apabila telah disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
Dalam pengangkutan semen harus terlindung dari hujan, kantongnya asli dari pabrik dalam
keadaan tertutup rapat harus disimpan pada ruangan mempunyai ventilasi yang cukup dan
harus ditinggikan ± 30 cm dari permukaan lantai, tidak boleh ditumpuk melebihi tinggi 2 M (8
zak semen) dan tiap kali pengiriman harus dipisahkan dengan yang baru dengan yang lama
agar pemakaian semen dilakukan menurut urutan pengirimannya.
b. Air
Air yang digunakan untuk campuran, perawatan, atau pemakaian lainnya harus bersih, dan
bebas dari bahan yang merugikan seperti minyak, garam, asam, basa, gula atau organik. Air
harus diuji sesuai dengan; dan harus memenuhi ketentuan dalam SNI 03-6817-2002 tentang
Metode pengujian mutu air untuk digunakan dalam beton. Dalam hal ini sebaiknya dipakai air
bersih yang dapat diminum
Apabila timbul keragu-raguan atas mutu air yang diusulkan dan karena sesuatu sebab
pengujian air seperti di atas tidak dapat dilakukan, maka harus diadakan perbandingan
pengujian kuat tekan mortar semen dan pasir standar dengan memakai air yang diusulkan dan
dengan memakai air murni hasil sulingan. Air yang diusulkan dapat digunakan apabila kuat
tekan mortar dengan air tersebut pada umur 7 (tujuh) hari dan 28 (dua puluh delapan) hari
mempunyai kuat tekan minimum 90% dari kuat tekan mortar dengan air suling untuk periode
umur yang sama.
sungai. Aggregat harus merupakan bahan alam, bukan pasir laut atau pecahan batu
karang.
(b). Agregat harus bebas dari bahan organik seperti yang ditunjukkan oleh pengujian SNI 03-
2816-1992 tentang Metode pengujian kotoran organik dalam pasir untuk campuran
mortar dan beton, dan harus memenuhi sifat-sifat gradasi aggregate sesuai ketentuan
PBI-1991 bila contoh-contoh diambil dan diuji sesuai dengan prosedur yang
berhubungan.
(c). Agregat harus bebas dari bahan organik seperti yang ditunjukkan oleh pengujian SNI 03-
2816-1992 tentang Metode pengujian kotoran organik dalam pasir untuk campuran.
Halaman - 22
Rencana Kerja dan Syarat–syarat Teknis
(RKS)
(b). Mineral
Mineral yang berupa bahan tambahan atau bahan limbah dapat berbentuk abu terbang
(fly ash), pozzolan, mikro silica atau silica fume. Apabila digunakan bahan tambahan
berupa abu terbang, maka bahan tersebut harus sesuai dengan standar spesifikasi yang
ditentukan dalam SNI 03-2460-1991 tentang Spesifikasi abu terbang sebagai bahan
tambahan untuk campuran beton.
Penggunaan jenis bahan tambahan mineral untuk maksud apapun harus berdasarkan hasil
pengujian laboratorium yang menyatakan bahwa hasilnya sesuai dengan persyaratan dan
disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
Halaman - 23
Rencana Kerja dan Syarat–syarat Teknis
(RKS)
e. Baja Tulangan
1. Jenis Penulangan
Batang tulangan besi beton harus terdiri dari baja sedang dengan tegangan leleh
4.000 Kg/Cm2 (BJ40) untuk ukuran > 12 mm dan 2.400 Kg/Cm 2 (BJ24). Untuk ukuran
> 12 mm bahan tersebut dalam segala hal harus memenuhi ketentuan PBI – 1991.
2. Penyambungan Tulangan
Panjang penyambungan harus dilakukan sebagai berikut :
– Sloof, Minimal ).
– Kolom, M ).
– Balok struktur
M
jangka waktu yang panjang.
3. Penyimpanan
Tulangan besi beton harus disimpan dengan tidak menyentuh tanah dan tidak boleh
disimpan diudara terbuka untuk jangka waktu yang panjang.
4. Pemasangan
Sebelum beton cor, tulangan besi beton harus bebas dari minyak, kotoran, cat, karat dan
kulit giling harus dibersihkan dengan compresor sebelum pengecoran. Semua tulangan
harus dipasang dengan posisi yang tepat.
5. Selimut Beton
Ukuran minimal selimut beton sesuai dengan penggunaannya (tidak termasuk plesteran)
adalah sebagai berikut :
Pondasi atau pekerjaan lain yang berhubungan langsung dengan tanah = 4 cm
Kolom dan balok = 3,5 Cm
Plat Beton = 2,0 cm
Baja tulangan harus dipasang sedemikian sehingga selimut beton yang menutup bagian luar
baja tulangan adalah sebagai berikut :
a). 3,5 cm untuk beton yang tidak terekspos langsung dengan udara atau terhadap air
tanah atau terhadap bahaya kebakaran;
b). Seperti yang ditunjukkan dalam Tabel 9.3.1 untuk beton yang terendam/ tertanam
atau terekspos langsung dengan cuaca atau timbunan tanah tetapi masih dapat
diamati untuk pemeriksaan;
c). 7,5 cm untuk seluruh beton yang terendam/tertanam dan tidak bisa dicapai, atau
untuk beton yang tak dapat dicapai yang bila keruntuhan akibat karat pada baja
tulangan dapat menyebabkan berkurangnya umur atau struktur, atau untuk beton yang
ditempatkan langsung di atas tanah atau batu, atau untuk beton yang berhubungan
langsung dengan kotoran pada selokan atau cairan korosif lainnya.
f. Cetakan (Bekisting)
1. Bahan
Bekisting harus memakai Multiplek dengan rangka kayu klas III yang cukup kering dan
sesuai dengan finising yang diminta menurut bentuk, garis ketinggian dan dimensi dari
beton sebagaimana diperlihatkan dalam gambar.
Bekesting harus cukup mampu untuk menahan getaran vibrator tanpa mengubah bentuk
cetakan, kontraktor harus memakai papan yang bermutu baik, dipakai kayu terentang
setebal minimal 2 Cm.
2. Konstruksi
Cetakan harus dibuat dan disangga sedemikian rupa hingga dapat menahan getaran yang
Halaman - 24
Rencana Kerja dan Syarat–syarat Teknis
(RKS)
merusak atau lengkung akibat tekanan adukan beton yang cair atau yang sudah padat.
Cetakan harus dibuat sedemikian rupa hingga mempermudah penumbukan– penumbukan
untuk memadatkan pengecoran tanpa merusak konstruksi.
Semua ukuran bekisting harus tepat sesuai dengan ukuran beton jadi yang dikehendaki.
3. Alat untuk Membersihkan
Pada cetakan untuk kolom atau dinding harus diadakan perlengkapan–perlengkapan untuk
menyingkirkan kotoran, serbuk gergaji, potongan–potongan, kawat pengikat dan lain-lain.
4. Steiger
Steiger cetakan harus dari rangka kayu yang kuat / rangka besi Pemakaian bahan lain
harus seizin dari Pengawas Lapangan.
5. Pelapis Cetakan
Untuk mempermudah pembukaan bekisting, pelapis cetakan dari merk yang telah
disetujui dapat dipergunakan. Minyak pelumas yang sudah dipakai tidak boleh digunakan.
4. Pedoman Pelaksanaan
a). Kecuali ditentukan lain dalam rencana kerja dan syarat-syarat ini, maka sebagai pedoman
tetap dipakai SK SNI T–15.1919.03 (PBI–1991)
b). Kontraktor wajib melaporkan secara tertulis pada Direksi apabila ada perbedaan yang didapat
dalam gambar konstruksi dan gambar arsitektural.
c). Lubang-Lubang dan Blok-blok Klos
Kontraktor harus menentukan tempat dan membuat lubang–lubang, memasang kayu keras
untuk paku atau klos-klos, angker dan sebagainya yang diperlukan, memasang rangka atau
pekerjaan kayu halus dibuat sesuai dengan tujuan yang dikehendaki.
d). Toleransi
Posisi masing–masing bagian konstruksi harus tepat dalam batas toleransi 1 cm. Toleransi ini
tidak boleh bertambah–tambah (cumulativ), ukuran masing–masing bagian harus seksama
dalam – 0,50 dan + 0,50 cm.
e). Pemberitahuan Pelaksanaan Pengecoran
Penyedia Jasa harus memberitahukan Direksi Pekerjaan secara tertulis paling sedikit 24 jam
sebelum memulai pengecoran beton, atau meneruskan pengecoran beton bilamana pengecoran
beton telah ditunda lebih dari 24 jam. Pemberitahuan harus meliputi lokasi, kondisi pekerjaan,
mutu beton dan tanggal serta waktu pencampuran beton. Direksi Pekerjaan akan mengeluarkan
persetujuan tertulis maupun tidak untuk memulai pelaksanaan pekerjaan setelah memeriksa
acuan dan tulangan serta tenaga kerja. Penyedia Jasa tidak boleh melaksanakan pengecoran
beton tanpa persetujuan tertulis dari Direksi Pekerjaan. jika tidak mendapat persetujuan
tertulis atas pengecoran, kontraktor dapat diperintahkan untuk membongkar beton tersebut
atas biaya kontraktor sendiri.
Pengecoran beton tidak boleh dilaksanakan bilamana Direksi Pekerjaan atau wakilnya tidak hadir
untuk menyaksikan operasi pencampuran dan pengecoran secara keseluruhan.
f). Pembersihan Cetakan dan Alat–alat
Sebelum beton dicor, semua kotoran dan benda–benda lepas harus dibuang dari cetakan.
Permukaan cetakan dan pasangan–pasangan dinding yang akan berhubungan dengan beton
harus dibasahi dengan air sebelum dicor atau diolesi minyak di sisi dalamnya dengan minyak
yang tidak meninggalkan bekas.
g). Pencampuran
(a). Beton harus dicampur dalam mesin yang dijalankan secara mekanis dari jenis dan ukuran
Halaman - 25
Rencana Kerja dan Syarat–syarat Teknis
(RKS)
yang disetujui (minimal berkapasitas 350 liter), sehingga dapat menjamin distribusi yang
merata dari seluruh bahan.
(b). Pertama-tama alat pencampur harus diisi dengan agregat dan semen yang telah ditakar,
dan selanjutnya alat pencampur dijalankan sebelum air ditambahkan.
(c). Waktu pencampuran harus diukur pada saat air mulai dimasukkan ke dalam campuran
bahan kering. Seluruh air yang diperlukan harus dimasukkan sebelum waktu pencampuran
telah berlangsung seperempat bagian. Waktu pencampuran untuk mesin berkapasitas ¾ m3
atau kurang haruslah 1,5 menit; untuk mesin yang lebih besar waktu harus ditingkatkan 15
detik untuk tiap penambahan 0,5 m3.
(d). Bila tidak memungkinkan penggunaan mesin pencampur, Direksi Pekerjaan dapat
menyetujui pencampuran beton dengan cara manual, sedekat mungkin dengan tempat
pengecoran. Penggunaan pencampuran beton dengan cara manual harus dibatasi pada beton
non-struktural.
h). Pengangkutan Adukan
Adukan beton harus diangkut sedemikian rupa hingga dapat dihindarkan adanya pemisahan
dari bagian–bagian bahan dan tidak boleh dijatuhkan dari ketinggian lebih dari 150 cm.
i). Pengecoran
(a). Beton harus dicor sedemikian rupa hingga terhindar dari terpisahnya partikel kasar dan
halus dari campuran (segregasi). Beton harus dicor dalam cetakan sedekat mungkin dengan
yang dapat dicapai pada posisi akhir beton untuk mencegah pengaliran yang tidak boleh
melampaui satu meter dari tempat awal pengecoran.
(b). Bilamana beton dicor ke dalam acuan struktur yang memiliki bentuk yang rumit dan
penulangan yang rapat, maka beton harus dicor dalam lapisan-lapisan horisontal dengan
tebal tidak melampui 15 cm. Untuk dinding beton, tinggi pengecoran dapat 30 cm menerus
sepanjang seluruh keliling struktur.
(c). Pengecoran beton harus dilanjutkan tanpa berhenti sampai dengan sambungan konstruksi
(construction joint) yang telah disetujui sebelumnya atau sampai pekerjaan selesai.
(d). Pengecoran kedalam cetakan harus selesai sebelum adukan mulai mengental, yang dalam
keadaan normal biasanya dalam waktu 30 menit, tidak dibolehkan mengecor pada waktu
hujan, kecuali bila kontraktor mengambil tindakan–tindakan mencegah kerusakan.
(e). Beton tidak boleh dicor langsung dalam air. Bilamana beton dicor di dalam air dan
pemompaan tidak dapat dilakukan dalam waktu 48 jam setelah pengecoran, maka
beton harus dicor dengan metode Tremi atau metode drop-bottom-bucket, dimana
bentuk dan jenis yang khusus digunakan untuk tujuan ini harus disetujui terlebih dahulu
oleh Direksi Pekerjaan.
Tremi harus kedap air dan mempunyai ukuran yang cukup sehingga memungkinkan
pengaliran beton. Tremi harus selalu diisi penuh selama pengecoran.
Bilamana aliran beton terhambat maka Tremi harus ditarik sedikit dan diisi penuh terlebih
dahulu sebelum pengecoran dilanjutkan.
Baik Tremi atau Drop-Bottom-Bucket harus mengalirkan campuran beton di bawah
permukaan beton yang telah dicor sebelumnya.
(f). Bidang-bidang beton lama yang akan disambung dengan beton yang akan dicor, harus
terlebih dahulu dikasarkan, dibersihkan dari bahan-bahan yang lepas dan rapuh dan telah
disiram dengan air hingga jenuh. Sesaat sebelum pengecoran beton baru ini, bidang-bidang
kontak beton lama harus disapu dengan adukan semen dengan campuran yang sesuai
dengan betonnya,
(g). Air tidak boleh dialirkan di atas atau dinaikkan ke permukaan pekerjaan beton dalam waktu
24 jam setelah pengecoran.
Halaman - 26
Rencana Kerja dan Syarat–syarat Teknis
(RKS)
Untuk dinding-dinding penahan tanah atau pilar yang lebih tebal dari 60 cm dapat digunakan
batu-batu pecah berukuran maksimum 25 cm, tiap batu harus cukup dilindungi dengan
adukan beton setebal 15 cm; batu pecah tidak boleh lebih dekat dari 30 cm dalam jarak
terhadap permukaan atau 15 cm dalam jarak terhadap permukaan yang akan dilindungi dengan
beton penutup (caping).
m). Perawatan Beton
Untuk melindungi beton yang sudah dicor dari cahaya matahari, angin dan hujan sampai beton
itu mengeras dengan baik dan untuk mencegah pengeringan yang terlalu cepat harus diambil
tindakan sebagi berikut :
o Semua cetakan yang sudah diisi adukan beton harus dibasahi terus menerus sampai
cetakan dibongkar.
o Setelah pengecoran, beton harus terus menerus dibasahi selama 14 hari berturut- turut.
n). Pembongkaran Cetakan
Pembongkaran cetakan dapat dilakukan setelah minimal :
o Sloof minimal 2 hari.
o Kolom dan Balok (cetakan tepi) minimal 3 hari.
o Plat minimal 24 hari.
Halaman - 27
Rencana Kerja dan Syarat–syarat Teknis
(RKS)
Bilamana akibat dari pembongkaran cetakan, pada bagian konstruksi Kontraktor harus
bertangung jawab atas keamanan konstruksi beton yang telah ada dan memperhatikan PBI–
1971 pada pasal yang bersangkutan, kontraktor harus memberitahukan pemberi tugas dan
Pengawas Lapangan untuk memintakan persetujuan apabila akan membongkar cetakan pada
bagian konstruksi utama.
5. Pengendalian Mutu
1). Penerimaan Bahan
Bahan yang diterima (air, semen, agregat dan bahan tambahan bila diperlukan) harus
diperiksa oleh pengawas penerimaan bahan dengan mengecek/memeriksa bukti tertulis yang
menunjukkan bahwa bahan-bahan tersebut telah sesuai dengan ketentuan persyaratan bahan
pada Butir 2.3.
Apabila bahan-bahan yang dibutuhkan jumlahnya cukup banyak dengan pengiriman yang
terus menerus, maka untuk agregat kasar dan agregat halus harus dilakukan pengujian bahan
secara berkala selama pelaksanaan dengan interval maksimum 1000 m 3 untuk gradasi dan
maksimum 5000 m3 untuk abrasi, sedangkan untuk bahan semen dengan interval setiap
maksimum pengiriman 300 ton. Tetapi apabila menurut Direksi Pekerjaan terdapat indikasi
perubahan mutu atau sifat bahan yang akan digunakan, maka Penyedia Jasa harus segera
melakukan pengujian bahan kembali sebelum bahan tersebut digunakan.
Halaman - 28
Rencana Kerja dan Syarat–syarat Teknis
(RKS)
harus dicetak bersamaan dan diambil dari beton yang akan dicorkan, dan kemudian
dirawat sesuai dengan perawatan yang dilakukan di laboratorium.
c). Untuk keperluan evaluasi mutu beton sebagai dasar pembayaran harus menggunakan
data hasil uji kuat tekan beton sesuai dengan umur yang ditetapkan dalam Kontrak.
Hasil-hasil pengujian pada umur yang selain dari yang ditetapkan dalam Kontrak hanya
boleh digunakan untuk keperluan selain dari tujuan evaluasi mutu beton sebagai
dasar pembayaran. Nilai-nilai perbandingan kekuatan yang digunakan untuk keperluan
ini harus disesuaikan dengan grafik perkembangan kuat tekan campuran sebagai fungsi
waktu.
d). Untuk pencampuran secara manual, maka pada pekerjaan beton dengan jumlah masing-
m3 harus diperoleh satu hasil uji untuk setiap maksimum 5 m3
beton pada interval yang kira-kira sama, dengan minimum satu hasil uji tiap hari. Dalam
segala hal jumlah hasil pengujian tidak boleh kurang dari empat hasil untuk masing-
masing umur. Apabila pekerjaan beton mencapai jumlah
3
, maka untuk setiap maksimum 10 m3 beton berikutnya setelah jumlah 60 m3
tercapai harus diperoleh satu hasil uji.
e). Untuk pengecoran hasil produksi ready mix, maka pada pekerjaan beton dengan jumlah
3
masing- harus diperoleh satu hasil uji untuk setiap maksimum 15 m 3
beton pada interval yang kira-kira sama, dengan minimum satu hasil uji tiap hari. Dalam
segala hal jumlah hasil pengujian tidak boleh kurang dari empat. Apabila pekerjaan
3
, maka untuk setiap maksimum 20 m 3 beton berikutnya
setelah jumlah 60 m3 tercapai harus diperoleh satu hasil uji.
f). Seluruh beton yang digunakan dalam pekerjaan harus memenuhi kuat tekan yang
disyaratkan dalam Tabel 2.2.3 atau yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
g). Mutu beton dan mutu pelaksanaan dianggap memenuhi syarat, apabila dipenuhi syarat-
syarat berikut :
(1). Tidak boleh lebih dari 5% ada di antara jumlah minimum (20 atau 30) nilai hasil
pemeriksaan benda uji berturut-turut terjadi kurang dari fc’ atau
(2). Apabila setelah selesai pengecoran seluruhnya untuk masing-masing mutu beton dapat
terkumpul jumlah minimum benda uji, maka hasil pemeriksaan benda uji berturut-
turut harus memenuhi fck fcm – 1,645.S) atau bk bm – 1,645 S)
(3). Jika benda uji yang terkumpul kurang dari jumlah minimum yang telah ditentukan,
maka nilai standar deviasi (S) harus ditingkatkan dengan faktor modifikasi yang
ditentukan dalam PBI-1991.
(4). Apabila setelah selesai pengecoran beton seluruhnya untuk masing-masing mutu beton
terdapat jumlah benda uji kurang dari minimum, maka apabila tidak dinilai dengan
cara evaluasi menurut dalil-dalil matematika statistik yang lain, tidak boleh satupun
nilai rata-rata dari 4 hasil pemeriksaan benda uji berturut-turut, fcm,4 terjadi kurang
dari (fc’ + 0,82.Sr), di mana Sr = deviasi standar rencana.
(5). Selisih antara nilai tertinggi dan terendah di antara 4 hasil pemeriksaan benda uji
berturut-turut tidak boleh lebih besar dari 4,3.Sr.
h). Bila dari hasil perhitungan dengan kuat tekan menunjukkan bahwa kapasitas daya
dukung struktur kurang dari yang disyaratkan, maka apabila pengecoran belum selesai,
pengecoran harus segera dihentikan dan dalam waktu singkat harus diadakan pengujian
tambahan yang tidak merusak (non-destructive) menggunakan alat seperti palu beton
(rebound hammer) atau pengujian beton inti (core drilling) pada daerah yang diragukan
berdasarkan aturan pengujian yang berlaku. Dalam hal dilakukan pengambilan beton
inti, harus diambil minimum 3 (tiga) buah benda uji pada tempat-tempat yang tidak
membahayakan struktur dan atas persetujuan Direksi Pekerjaan. Tidak boleh ada
satupun dari benda uji beton inti mempunyai kekuatan kurang dari 0,75 fc’. Apabila dari
Halaman - 29
Rencana Kerja dan Syarat–syarat Teknis
(RKS)
pengujian tidak merusak menggunakan alat seperti palu beton diperoleh suatu nilai
kekuatan tekan beton karakteristik, atau kuat tekan rata-rata dari pengujian beton inti
yang tidak kurang dari 0,85fc’, maka bagian konstruksi tersebut dapat dianggap
memenuhi syarat dan pekerjaan yang dihentikan dapat dilanjutkan kembali. Dalam hal
ini, perbedaan umur beton saat pengujian terhadap umur beton yang disyaratkan untuk
penetapan kuat tekan beton perlu diperhitungkan dan dilakukan koreksi dalam
menetapkan kuat tekan beton yang dihasilkan.
i). Apabila dari hasil pengujian yang ditentukan dalam Pasal 2.5.3) diperoleh hasil yang
tidak memenuhi syarat, maka Penyedia Jasa harus mengadakan percobaan beban
langsung dengan penuh keahlian. Apabila dari percobaan ini diperoleh suatu hasil nilai
kekuatan beton yang mencapai tidak kurang dari 0,70 fc’, maka bagian konstruksi
tersebut dapat dianggap memenuhi syarat. Tetapi apabila hasilnya tidak mencapai nilai
tersebut, maka bagian konstruksi yang bersangkutan hanya dapat dipertahankan dan
pekerjaan yang dihentikan dapat dilanjutkan kembali setelah dipenuhi salah satu dari
kedua tindakan berikut :
(1) mengadakan perubahan-perubahan pada rencana semula sehingga pengaruh beban
pada konstruksi tersebut dapat dikurangin;
(2) mengadakan perkuatan-perkuatan pada bagian konstruksi tersebut dengan cara
yang dapat dipertanggung jawabkan;
Apabila kedua tindakan di atas tidak dapat dilaksanakan, maka dengan perintah dari
Direksi Pekerjaan, Penyedia Jasa harus segera membongkar beton dari konstruksi
tersebut.
Halaman - 30
Rencana Kerja dan Syarat–syarat Teknis
(RKS)
DIVISI – D
PEKERJAAN KAP / ATAP
Pasal 1
PEKERJAAN KUDA-KUDA DAN RANGKA ATAP
1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan yang dimaksud meliputi pekerjaan pembuatan kuda-kuda dan rangka atap seperti yang
disebutkan dalam RKS serta gambar–gambar Kontrak termasuk penyediaan bahan, tenaga dan
peralatan yang diperlukan.
Pekerjaan kuda-kuda dan rangka atap adalah pekerjaan pembuatan dan pemasangan struktur
atap berupa rangka baja ringan yang telah dilapisi dengan lapisan anti karat (Galvanis Zinc
Coated). Rangka atap dapat berbentuk segitiga, trapesium atau persegi panjang yang terdiri
dari :
1. Rangka utama atas (Top Chord).
2. Rangka utama bawah (Bottom Chord).
3. Rangka pengisi (web).
4. Rangka reng (Batten) langsung dipasang diatas struktur rangka atap utama dengan jarak
sesuai dengan ukuran jarak genteng.
Seluruh rangka tersebut disambung menggunakan baut menakik sendiri (self drilling screw) dengan
jumlah yang cukup.
Pekerjaan ini meliputi pengiriman material ke lapangan (site), perangkaian (assembling) dan
pemasangan (erection), seperti tercantum dalam gambar kerja meliputi :
1. Pengukuran bentang bangunan sebelum dilakukan fabrikasi.
2. Pekerjaan pembuatan kuda-kuda dikerjakan di Workshop permanen (Fabrikasi).
3. Pengiriman kuda-kuda dan bahan lain yang terkait ke lokasi proyek (site).
4. Pekerjaan perangkaian (assembling), pemasangan (erection) seluruh rangka atap kuda- kuda
meliputi struktur rangka kuda-kuda (truss), balok tembok (top plate/murplat), reng, sekur
overhang, ikatan angin dan bracing (ikatan pengaku).
5. Pemasangan jurai dalam (valley gutter) dan Jurai Luar.
2. Persyaratan Umum
Semua peraturan-peraturan / normalisasi-normalisasi harus yang berlaku di Indonesia.
Semua pekerjaan harus dilakukan oleh pekerjan yang terlatih dalam pengerjaan kuda kuda
baja ringan.
Semua pekerjaan baut (bolt) harus memenuhi syarat AISC, “Spesification for Struktural Joint
Bolt”.
3. Persyaratan Bahan
Material rangka atap yang digunakan harus memenuhi spesifikasi yang diuraikan pada sub bab ini.
Satuan ukuran panjang yang digunakan adalah milimeter (mm) dan ukuran ketebalan material baja
ringan yang dimaksud adalah ketebalan baja ringan dasar (Base Material Thickness/BMT).
Spesifikasi Material struktur rangka atap :
a). Properti mekanikal baja ringan (Steel mechanical properties) :
Baja Mutu Tinggi dengan Tensile Strength antara G450 ~ G550 Mpa.
Tebal plat baja antara 0,25 to 0,3 BMT yang dilapisi anti karat.
Tegangan Leleh Minimum (Minimum yield strength) : 550 MPa.
Tegangan Maksimum 550 Mpa.
Halaman - 31
Rencana Kerja dan Syarat–syarat Teknis
(RKS)
4. Persyaratan Teknis
a. Kontraktor wajib meneliti kebenaran dan bertanggung jawab terhadap semua ukuran-
ukuran yang tercantum pada gambar design.
b. Perhitungan detail dan sambungan dari bagian–bagian konstruksi Kuda–kuda Baja Ringan
yang tidak tercantum dalam gambar design harus dilengkapi oleh Kontraktor dan harus
dinyatakan dalam gambar pelaksanaan. Untuk itu Kontraktor harus meminta persetujuan
Direksi sebelum memulai pekerjaan tersebut.
Halaman - 32
Rencana Kerja dan Syarat–syarat Teknis
(RKS)
c. Perubahan bahan atau perubahan detail berhubungan dengan alasan tertentu yang kuat
dan dapat diterima, harus diajukan dan diusulkan kepada Direksi untuk mendapatkan
persetujuan dari Pengawas Lapangan dan Konsultan Perencana, semua perubahan perubahan
yang disetujui ini dapat dilaksanakan tanpa ada biaya tambahan yang mempengaruhi kontrak,
kecuali untuk perubahan-perubahan yang meng- akibatkan p ekerjaan kurang akan
diperhitungkan sebagai pekerjaan kurang.
d. Kontraktor bertanggung jawab terhadap semua kesalahan-kesalahan detailing, fabrikasi
dan ketepatan penyetelan/pemasangan semua bagian-bagian konstruksi baja.
e. Semua pekerjaan pengadaan, penekukan plat, pengelasan biasa listrik harus dipabrikasi di
workshop dan penekukan plat harus memakai alat khusus, tidak dibenarkan memakai
palu dan landasan.
f. Semua pemotongan pekerjaan baja harus dengan alat khusus, tidak dibenarkan memakai
api /blender.
g. Semua baut, balk yang dikerjakan diworkshop maupun dilapangan harus selalu memberikan
kekuatan yang sebenarnya dan masuk tepat pada lobang baut tersebut.
h. Ketinggian dasar kolom yang telah ditentukan dan ketinggian daerah lainnya untuk
kedudukan kuda-kuda harus diukur dengan theodolit oleh Kontraktor dan disetujui oleh
konsultan Konsultan Pengawas.
i. Pekerjaan perobahan dan pekerjaan tambahan lapangan pada waktu pemasangan yang
diakibatkan oleh kekurangtelitian atau kelalaian Kontraktor, harus diperbaiki dan
dilaksanakan Kontraktor tanpa diajukan sebagai pekerjaan tambah / biaya.
b. Persyaratan Pra-Konstruksi
Kontraktor wajib melaksanakan pemaparan produk (penjelasan teknis) sesuai dengan
ketentuan Spesifikasi Teknis seperti yang telah dijelaskan pada pasal-pasal di atas.
Kontraktor wajib menyerahkan gambar kerja ( shop drawing). Dalam hal ini meliputi
dimensi profil, panjang profil pada setiap segment dan jumlah screw pada setiap titik
buhul.
Kontraktor wajib meneliti kebenaran dan bertanggung jawab terhadap semua ukuran-
ukuran yang tercantum dalam gambar kerja. Pada prinsipnya ukuran pada gambar kerja
adalah ukuran jadi/finish.
Setiap bagian yang tidak memenuhi persyaratan yang diakibatkan oleh kurang teliti dan
kelalaian kontraktor akan ditolak dan harus diganti dengan bahan yang sama, juga
berlaku untuk ketidak cocokan kesalahan maupun kekurangan lain akibat Kontraktor
tidak teliti dan cermat dalam koordinasi dengan gambar pelengkap dari Arsitek, Struktur,
Mekanikal dan Elektrikal.
Perubahan bahan/detail karena alasan apapun harus diajukan ke Direksi Teknis,
Konsultan Perencana dan owner untuk mendapatkan persetujuan secara tertulis.
Kontraktor bertanggung jawab atas semua kesalahan detail, fabrikasi dan ketetapan
pemasangan semua komponen konstruksi baja ringan.
Halaman - 33
Rencana Kerja dan Syarat–syarat Teknis
(RKS)
c. Persyaratan Konstruksi
Pembuatan dan pemasangan kuda-kuda dan bahan lain terkait, harus dilaksanakan sesuai
gambar dan desain yang telah dihitung dengan aplikasi khusus perhitungan baja ringan
sesuai dengan standar perhitungan mengacu pada standar peraturan yang berkompeten.
Perakitan kuda-kuda harus dilakukan di workshop permanen dengan menggunakan mesin
rakit (Jig) dan pemasangan sekrup dilakukan dengan mesin Screw Driver yang
dilengkapi dengan kontrol torsi.
Pihak kontraktor harus menyiapkan semua struktur balok penopang dengan kondisi rata
air (waterpas level) untuk dudukan kuda-kuda sesuai dengan desain sistem rangka atap.
Perangkaian harus memperhatikan bentuk, ukuran dan gambar desain.
Dalam proses erection rangka atap setelah dipasang. Support sementara untuk menjaga
stabilitas rangka atap setelah dipasang. Support sementara ini tidak boleh dilepas
sebelum rangka kuda-kuda dinyatakan cukup kuat oleh Direksi Teknis.
Jarak antar kuda-kuda, jarak ikatan angin/bracing maksimum adalah 1.50 m.
Jika diperlukan pemotongan material maka harus dlperhatikan hal-hal berikut :
Pekerjaan pemotongan material baja ringan harus menggunakan peralatan yang
sesuai, alat potong listrik dan gunting, dan telah ditentukan oleh pabrik.
Alat potong harus dalam kondisi baik.
Pemotongan material harus mengikuti gambar kerja.
Bagian bekas irisan harus benar-benar datar, lurus dan bersih.
Semua detail dan konektor harus dipasang sesuai dengan gambar kerja.
Pihak kontraktor harus menjamin kekuatan dan ketahanan semua struktur yang dipakai
untuk tumpuan kuda-kuda. Berkenaan dengan hal itu, pihak konsultan ataupun tenaga
ahli berhak meminta informasi mengenai reaksi-reaksi perletakan kuda-kuda.
Jaminan Struktural :
Jaminan yang dimaksud di sini adalah jika terjadi deformasi yang melebihi
ketentuan maupun keruntuhan yang terjadi pada struktur rangka atap Baja Ringan,
meliputi kuda-kuda, pengaku-pengaku dan reng.
Kekuatan struktur Baja Ringan dijamin dengan kondisi sesuai dengan Peraturan
Pembebanan Indonesia dan mengacu pada persyaratan-persyaratan seperti yang
tercantum pada “Cold formed code for structural steel ” (Australian Standard/New
Zealand Standard 4600:1996) dengan desain kekuatan strukural berdasarkan ” Dead
and Live Loads Combination (Australian Standard 1170.1 Part 1) & “Wind
load”(Australian Standard 1170.2 Part 2) dan menggunakan sekrup berdasarkan
ketentuan “Screws-self drilling-for the building and construction
industries”(Australian Standard 3566).
Halaman - 34
Rencana Kerja dan Syarat–syarat Teknis
(RKS)
diworkshop maka cara pengerjaannya boleh langsung dengan alat penggerek, jika bolt
dilaksanakan dilapangan cara melobanginya harus dilobangi sebagian diworkshop,
dikerjakan sesudah bagian-bagian / profit yang akan berhubungan tersebut dikerjakan.
Daerah-daerah yang berbatasan antara profit dengan lobang bolt itu sendiri harus dapat
memikul gaya-gaya dan dapat dengan cepat meneruskan gaya tersebut.
7. Gambar Pelaksanaan (Shop Drawing)
Sebelum pekerjaan rangka atap dilaksanakan, kontraktor harus membuat Shop Drawing
dan perhitungan struktur kuda-kuda baja ringan.
Harus dibuat selalu gambar pelaksanaan dari semua komponen struktur baja berdasarkan
design yang ada dan harus memintakan persetujuan tertulis dari pengawas.
Gambar pelaksanaan ini harus memberikan semua data-data yang diperlukan termasuk
keterangan produksi bahan dan keterangan pemasangan.
Pasal 2
PEKERJAAN PENUTUP ATAP
1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini akan meliputi pengadaan tenaga kerja, alat-alat dan bahan serta pengangkutan dan
pemasangan bahan penutup atap berikut perlengkapannya, seperti ditunjukan dalam Gambar
Kerja dan Spesifikasi Teknis ini.
2. Prosedur Umum
a. Contoh Bahan dan Data Teknis
Contoh bahan yang dilengkapi dengan data teknis dan atau brosur, dan contoh warna, untuk
disetujui terlebih dahulu oleh Direksi, sebelum melakukan pemesanan dan pembelian atau
mendatangkannya ke lokasi.
b. Gambar Detail Pelaksanaan (Shop Drawing)
Sebelum memulai pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor harus menyerahkan Gambar Detail
Pelaksanaan yang dilengkapi dengan data-data seperti tersebut berikut :
Spesifikasi bahan
Dimensi bahan
Modul pemotongan dan pemasangan
Detail pemasangan dan pengencangan
Detail penyelesaian bukaan atap atau dinding
Detail-detail lain yang diperlukan. Untuk disetujui terlebih dahulu oleh Direksi.
c. Penyimpanan
Bahan penutup atap harus disimpan dalam keadaan kering tidak boleh berhubungan dengan
tanah/lantai dan ditempatkan dalam tempat beratap. Bila terpaksa disimpan ditempat terbuka,
bahan-bahan tersebut harus diselimuti dengan terpal atau plastik untuk mencegah masuknya air
hujan/embun ke dalam. Bahan penutup atap harus ditumpuk dengan bagian luar tetap
menghadap keatas.
Halaman - 35
Rencana Kerja dan Syarat–syarat Teknis
(RKS)
3. Persyaratan Bahan
a. Bahan Penutup Atap
(1). Bahan atap yang digunakan untuk seluruh bangunan ini adalah atap Atap Genteng Metal
Bepasir 0,25 , dengan pilihan warna yang akan ditentukan kemudian oleh Direksi .
(2). Bumbungan atap (Nok Atas) memakai type Nok “U” dan Nok Pinggir dari bahan yang
kualitas sama dengan bahan atap.
(3). Bahan atap yang digunakan untuk kanopi Entrance depan adalah Kaca Tempered 12mm.
(4). Kontraktor wajib mengirimkan contoh–contoh bahan sebelum dipasang, untuk
mendapatkan persetujuan Direksi.
b. Penutup Bubungan dan Lembaran Penutup/Flashing
Penutup bubungan (Nok Atas) dan lembaran pelindung (Nok Pinggir) untuk masing-masing
penutup atap dan dinding harus terbuat dari bahan lembaran tidak bergelombang dengan
ketebalan, warna serta pabrik pembuat yang sama dengan pabrik pembuat penutup atap.
Penutup bubungan dan lembaran pelindung harus sudah dibentuk/ditekuk di pabrik sesuai
dengan bentuk standar dari pabrik pembuat penutup atap.
c. Alat Pengencang
Alat pengencang harus dari jenis sekrup baja lapis seng yang dilengkapi neoprene washer,
seperti merek Teks tipe self-drilling hexagonal head, sesuai rekomendasi pabrik pembuat
lembaran atap. Diameter sekrup 3 mm dengan panjang minimal 6.5 cm atau sesuai petunjuk
dalam Gambar Kerja.
4. Syarat-syarat Pelaksanaan
a. Umum
Sebelum pelaksanaan dimulai, Gambar Detail Pelaksanaan harus telah dibuat dengan
memperhatikan petunjuk dari pabrik pembuatnya dan harus telah disetujui oleh Direksi serta
harus memenuhi persyaratan-persyaratan berikut :
Lembaran atap harus disusun sedemikian rupa sehingga dapat menahan beban angin sesuai
dengan jarak-jarak gording dan jarak penumpu lembaran dinding harus sesuai persyaratan
dari pabrik pembuat dan/atau sesuai petunjuk dalam Gambar.
Ukuran lembaran atap harus sedemikian rupa sehingga memudahkan pengangkutan dan
pemasangannya di lokasi.
Ukuran lembaran harus sudah memperhitungkan panjang tumpangan samping dan akhir.
b. Pemasangan
a). Sebelum penutup atap dipasang, semua rangka atap dan dinding harus telah terpasang
dengan baik sesuai ketentuan Spesifikasi Pekerjaan Dinding dan telah disetujui Direksi.
b). Sebelum pemasangan lembaran penutup atap dimulai, semua permukaan bahan baja yang
berhubungan langsung dengan lembaran penutup atap tersebut harus sudah terpasang
dengan baik.
c). Semua lembaran penutup atap harus dipasang mengikuti persyaratan pemasangan dari
pabrik pembuat dan sesuai petunjuk Gambar Kerja dan Gambar Detail Pelaksanaan yang
telah disetujui Direksi.
d). Persetujuan yang telah diberikan tidak membebaskan kontraktor dari tanggung jawab
untuk melaksanakan pekerjaan dengan baik.
Halaman - 36
Rencana Kerja dan Syarat–syarat Teknis
(RKS)
DIVISI – E
PEKERJAAN ARSITEKTUR
Pasal. 1
PEKERJAAN DINDING
1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan, dan alat-alat bantu yang
dibutuhkan dalam terlaksananya pekerjaan ini untuk mendapatkan hasil yang baik yang meliputi
seluruh detail yang disebutkan/ditunjukkan dalam gambar antara lain meliputi :
(1). Pasangan Dinding Bata merah setebal ½ bata dilakukan untuk seluruh pembatas ruangan.
Pekerjaan ini juga meliputi pemasangan bata dan bagian–bagian lainnya yang ditunjukan
pada gambar.
(2). Pasangan Dinding Bata dengan spesi campuran 1 Pc : 4 Ps dipasang pada tempat-tempat lain
yang tidak dipasang sebagai trasraam.
2. Standard
SNI 03-6862-2002, spesifikasi perawatan, pemasangan dinding bata dan plesteran.
3. Bahan/Produk
Halaman - 37
Rencana Kerja dan Syarat–syarat Teknis
(RKS)
4. Pelaksanaan
(1). Dinding Bata berupa :
Pasangan Adukan 1 Pc : 4 Ps dipakai pada tempat–tempat lain selain pasangan kedap air
tersebut.
(2). Adukan pasangan harus dibuat didalam bak kayu yang memenuhi syarat, dilarang membuat
adukan langsung diatas tanah untuk mencegah kehilangan air semen. Mencampur semen
dengan pasir harus dalam keadaan kering, yang kemudian diberi air sampai didapat
campuran yang plastis. Adukan yang telah mengering akibat tidak habis terpasang
sebelumnya, tidak boleh dicampur lagi dengan adukan baru.
(3). Sebelum digunakan batu bata harus direndam dalam bak air atau drum hingga jenuh.
(4). Setelah bata terpasang dengan adukan, nad/siar-siar harus dikerok sedalam 1 cm dan
dibersihkan dengan sapu lidi dan kemudian disiram air.
(5). Lapisan bata yang satu dengan lapisan bata diatasnya harus berbeda setengah panjang bata.
Bata berukuran setengah tidak dibenarkan digunakan ditengah pasangan bata, kecuali
pasangan pada sudut pertemuan.
(6). Pemasangan dinding batu bata dilakukan bertahap, setiap tahap terdiri maksimum 24 lapis
setiap harinya, diikuti dengan cor kolom praktis.
(7). Pengakhiran sambungan pada satu hari kerja harus dibuat bertangga menurun dan tidak
tegak bergigi untuk menghindari retak dikemudian hari.
(8). Pada tempat–tempat tertentu sesuai gambar diberi kolom–kolom praktis yang ukurannya
disesuaikan dengan tebal dinding dan apabila tidak terlihat pada gambar, maka setiap
pasangan bata seluas maksimal 9 m2 harus diikat dengan beton praktis (kolom praktis atau
balok praktis).
(9). Pembuatan lubang pada pasangan bata yang berhubungan dengan setiap bagian pekerjaan
beton (kolom) harus diberi penguat stek-stek besi beton diameter 6 mm jarak
75 cm, yang terlebih dahulu ditanam dengan baik pada bagian pekerjaan beton dan bagian
yang ditanam dalam pasangan bata sekurang-kurangnya 30 cm kecuali ditentukan lain.
(10). Tidak diperkenankan memasang bata merah yang patah dua melebihi dari 5%. Bata yang
patah lebih dari 2 tidak boleh dipergunakan.
(11). Lubang untuk alat–alat listrik dan pipa yang ditanam didalam dinding, harus dibuat pahatan
secukupnya pada pasangan bata (sebelum diplester). Pahatan tersebut setelah dipasang Pipa
atau alat–alat litrik, harus ditutup dengan adukan plesteran yang dilaksanakan secara
sempurna dan dikerjakan secara bersamaan dengan plesteran seluruh bidang tembok.
Halaman - 38
Rencana Kerja dan Syarat–syarat Teknis
(RKS)
Pasal 2
PEKERJAAN PLESTERAN
1. Lingkup Pekerjaan
Lingkup pekerjaan ini meliputi seluruh plesteran permukaan bidang pasangan dinding dan beton
bagian dalam dan luar bangunan serta seluruh detail yang disebutkan/ditunjukkan dalam gambar
kerja. Termasuk dalam lingkup pekerjaan ini adalah penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan,
peralatan termasuk alat-alat bantu dan alat angkut yang diperlukan untuk melaksanakan
pekerjaan, sehingga dapat dicapai hasil pekerjaan yang bermutu baik.
2. Standard/Rujukan
1. SNI 03-6862-2002, spesifikasi perawatan, pemasangan dinding bata dan plesteran.
2. SNI 03-6882-2002, spesifikasi mortar untuk pekerjaan pasangan.
3. Persyaratan Bahan
1. Semen portland yang digunakan harus dari satu produk yang memenuhi ketentuan NI-8 dan
memenuhi persyaratan bahan pada pasal (Pek. Beton Struktur).
2. Pasir harus memenuhi ketentuan NI-3 pasal 14 PUBI 1982.
3. Pasir pasang harus dipilih dan benar-benar bersih dan bebas dari segala macam kotoran dan
melalui ayakan ukuran # 1,6 – 2,0 mm.
4. Air harus memenuhi ketentuan NI-3 pasal 10 dan memenuhi persyaratan pada pasal (Pek. Beton
Struktur).
5. Material lain yang tidak terdapat dalam persyaratan diatas tetapi dibutuhkan untuk
penyelesaian/penggantian pekerjaan dalam bagian ini, harus bermutu baik dari jenisnya dan
disetujui Direksi Teknis.
4. Komposisi Adukan
Campuran adukan perekat yang dimaksud adalah campuran dalam volume, cara pembuatannya
menggunakan mixer selama 3 menit dan memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a). Bidang pasangan dinding dipakai adukan plesteran campuran 1 pc : 4 pasir.
b). Plesteran halus (acian) dipakai campuran pc dan air sampai mendapatkan campuran yang
homogen, acian dapat dikerjakan sesudah plesteran berumur 8 hari (kering benar), untuk
adukan plesteran finishing harus ditambah dengan additive plamix dengan dosis 200 - 250
gram untuk setiap 40 Kg semen.
c). Semua jenis aduk perekat tersebut di atas harus disiapkan sedemikian rupa sehingga selalu
dalam keadaan baik dan belum mengering. Diusahakan agar jarak waktu pencampuran adukan
perekat tersebut dengan pemasangannya tidak melebihi 30 menit terutama untuk adukan
kedap air.
5. Syarat-syarat Pelaksanaan
1. Plesteran dilaksanakan sesuai standar spesifikasi dari bahan yang digunakan sesuai dengan
petunjuk dan persetujuan Direksi Teknis serta persyaratan tertulis dalam Uraian dan Syarat
Pekerjaan ini.
2. Pekerjaan plesteran dapat dilaksanakan bilamana pekerjaan bidang beton atau pasangan
dinding batu bata telah disetujui oleh Direksi Teknis sesuai Uraian Syarat-syarat Pekerjaan
yang tertulis dalam persyaratan teknis ini.
3. Dalam melaksanakan pekerjaan ini, harus mengikuti semua petunjuk dalam gambar arsitektur
terutama dalam gambar detail dan gambar potongan mengenai ukuran tebal/tinggi/peil dan
bentuk profilnya.
Halaman - 39
Rencana Kerja dan Syarat–syarat Teknis
(RKS)
4. Pekerjaan plesteran dinding hanya diperkenankan setelah selesai pemasangan instalasi pipa
listrik dan plumbing untuk seluruh bangunan.
5. Seluruh permukaan pada beton sebelum diplester harus dibuat kasar terlebih dahulu dengan
cara dipahat atau pada saat setelah acuan dibuka, dikamprot merata dengan adukan 1 PC : 2
Pasir (Afwerking) atau dengan cara lain yang disetujui Direksi Teknis.
6. Sebelum plesteran dilakukan, seluruh permukaan beton disiram/dibasahi dengan air semen.
7. Untuk bidang pasangan dinding batu bata dan beton bertulang yang akan difinish dengan cat
dipakai plesteran halus (acian di atas permukaan plesteran).
8. Semua bidang yang akan menerima bahan (finishing) pada permukaannya diberi alur-alur
garis horizontal atau diketrek (scrath) untuk memberi ikatan yang lebih baik terhadap bahan
finishingnya.
9. Pasangan kepala plesteran dibuat pada jarak 1 m, dipasang tegak dan menggunakan
keping-keping playwood setebal 9 mm untuk patokan keratan bidang.
10. Ketebalan plesteran harus mencapai ketebalan permukaan dinding/kolom yang dinyatakan
dalam gambar, atau sesuai peil-peil yang diminta gambar. Tebal plesteran minimum 2,5 cm,
jika ketebalan melebihi 2,5 cm harus diberi kawat ayam untuk membantu dan memperkuat
daya lekat dari plesterannya pada bagian pekerjaan yang diijinkan Direksi Teknis dan Pemberi
Tugas.
11. Setiap permukaan bahan yang berbeda jenisnya yang bertemu dalam satu bidang datar, harus
diberi nat (tali air) dengan ukuran lebar 0,7 cm dalamnya 0,5 cm, kecuali bila ada petunjuk
lain di dalam gambar.
12. Pada permukaan yang datar, harus mempunyai toleransi lengkung atau cembung bidang tidak
melebihi 5 mm untuk setiap jarak 2 m. Jika melebihi, kontraktor berkewajiban
memperbaikinya dengan biaya atas tanggungan Kontraktor.
13. Kelembaban plesteran harus dijaga sehingga pengeringan berlangsung wajar tidak terlalu
tiba-tiba, dengan membasahi permukaan plesteran setiap kali terlihat kering dan melindungi
dari terik panas matahari langsung dengan bahan-bahan penutup yang bisa mencegah
penguapan air secara cepat.
14. Jika terjadi keretakan sebagai akibat pengeringan yang tidak baik, plesteran harus dibongkar
kembali dan diperbaiki sampai dinyatakan dapat diterima oleh Direksi Teknis dengan biaya
atas tanggungan Kontraktor.
15. Selama 7 (tujuh) hari setelah pengacian selesai Kontraktor harus selalu menyiram dengan air,
sampai jenuh sekurang-kurangnya 2 kali setiap hari.
16. Selama pemasangan dinding batu bata/beton bertulang belum finish, Kontraktor wajib
memelihara dan menjaganya terhadap kerusakan-kerusakan dan pengotoran bahan lain.
Setiap kerusakan yang terjadi menjadi tanggung jawab Kontraktor dan wajib diperbaiki.
17. Tidak dibenarkan pekerjaan finishing permukaan dilakukan sebelum plesteran berumur lebih
dari 2 (dua) minggu.
Halaman - 40
Rencana Kerja dan Syarat–syarat Teknis
(RKS)
Pasal 3
PEKERJAAN SANITAIR
1. Lingkup Pekerjaan
a. Termasuk dalam pekerjaan pemasangan sanitair adalah penyediaan tenaga kerja, bahan-
bahan peralatan dan alat-alat bantu lainnya yang digunakan dalam pekerjaan ini hingga
tercapainya hasil pekerjaan yang bermutu dan sempurna dalam pemakaiannya / operasinya.
b. Pekerjaan pemasangan sanitair ini sesuai yang dinyatakan / ditunjukkan dalam detail gambar,
uraian dan syarat-syarat dalam buku ini.
2. Persyaratan Bahan
a. Semua material harus memenuhi ukuran, standard dan mudah didapatkan dipasaran, kecuali
bila ditentukan lain.
b. Semua peralatan dalam keadaan lengkap dengan segala perlengkapannya sesuai dengan yang
telah disediakan oleh pabrik untuk masing-masing type yang dipilih.
c. Barang yang dipakai adalah dari produk yang telah disediakan oleh pabrik untuk masing-
masing type yang dipilih.
d. Barang yang dipakai adalah dari produk yang telah diisyaratkan dalam uraian dan syarat-
syarat dalam buku.
3. Syarat-syarat Pelaksanaan.
a. Semua bahan sebelum dipasang harus ditunjukkan kepada Pengawas beserta persyaratan
/ ketentuan pabrik untuk mendapatkan persetujuan. Bahan yang tidak disetujui harus diganti
tanpa biaya tambahan.
b. Jika dipandang perlu diadakan penukaran / pengantian bahan, pengganti harus disetujui
Direksi berdasarkan contoh yang dilakukan Kontraktor.
c. Sebelum pemasangan dimulai, Kontraktor harus meneliti gambar-gambar yang ada dan kondisi
di lapangan, termasuk mempelajari bentuk, pola, penempatan, pemasangan sparing-sparing,
cara pemasangan dan detail-detail sesuai gambar.
d. Bila ada kelainan dalam hal ini apapun antara gambar dengan spesifikasi dan sebagainya,
maka Kontraktor harus segera melaporkan kepada Direksi.
e. Kontraktor tidak dibenarkan memulai pekerjaan disatu tempat bila ada kelainan atau
perbedaan di tempat itu sebelum kelainan tersebut terselesaikan.
f. Selama pelaksanaan harus selalu diadakan pengujian / pemeriksaan untuk kesempurnaan hasil
pekerjaan dan fungsinya.
g. Kontraktor wajib memperbaiki / mengganti bila ada kerusakan yang terjadi selama masa
pelaksanaan dan masa garansi, atas biaya Kontraktor, selama kerusakan bukan disebabkan
oleh tindakan Pemilik.
4. Alat-alat Sanitair
a. Pekerjaan Closet
a). Kloset jongkok dan duduk berikut segala kelengkapannya yang dipakai adalah dari merk
Toto. Type dan warna ditentukan dalam gambar dan/atau Daftar Kuantitas (Bill Of
Quantity).
b). Kloset beserta kelengkapannya yang dipasang adalah yang telah diseleksi dengan baik,
tidak ada bagian yang gompal, retak atau cacat-cacat lainnya dan telah disetujui Direksi.
c). Kloset harus terpasang dengan kokoh letak dan ketinggian sesuai gambar, waterpass.
Semua noda-noda harus dibersihkan, sambungan-sambungan pipa tidak ada kebocoran.
Halaman - 41
Rencana Kerja dan Syarat–syarat Teknis
(RKS)
b. Pekerjaan Wastafel
a). Wastafel yang digunakan adalah Toto lw 246, lengkap dengan segala accessoriesnya.
Warna akan ditentukan kemudian .
b). Wastafel dan perlengkapannya yang dipasang adalah yang telah diseleksi baik tidak ada
bagian yang gompal, retak atau cacat-cacat lainnya dan telah disetujui oleh Direksi.
c). Ketinggian dan konstruksi pemasangan harus disesuaikan gambar untuk itu serta
petunjuk–petunjuk dari produsennya dalam brosur. Pemasangan harus baik, rapi,
waterpass dan dibersihkan dari semua kotoran dan noda dan penyambungan instalasi
plumbingnya tidak boleh ada kebocoran-kebocoran.
c. Perlengkapan Kran Air
a). Semua kran yang dipakai merk Onda dengan chromed finish.
b). Ukuran disesuaikan keperluan masing-masing sesuai gambar plumbing dan brosur alat-
alat sanitair.
c). Stop kran yang dapat digunakan setara merk Onda, bahan stainless steel, diameter dan
penempatan sesuai dengan gambar.
d). Kran-kran harus dipasang pada pipa air bersih dengan kuat, siku, penempatannya harus
sesuai dengan gambar-gambar.
d. Floor Drain/Roof Drain dan Clean Out
a). Floor drain dan clean out yang digunakan adalah floor drain merk Onda lobang 2”
dilengkapi dengan siphon dan penutup berengsel untuk floor drain dan doperchroom
dengan draad untuk clean out.
b). Floor drain dipasang ditempat-tempat sesuai dengan gambar.
c). Floor drain yang dipasang telah diseleksi baik, tanpa cacat dan disetujui Direksi.
d). Untuk roof drain digunakan yang mengandung anti karat/stainless steel
e). Pada tempat-tempat yang akan dipasang floor drain, penutup lantai harus dilubangi
dengan rapih, menggunakan pahat kecil dengan bentuk dan ukuran, sesuai ukuran floor
drain tersebut.
f). Hubungan pipa metal dengan beton / lantai menggunakan perekat beton kedap air.
g). Setelah floor drain dan clean out terpasang, pasangan harus rapih waterpass, dibersihkan
dari noda-noda semen dan tidak ada kebocoran.
Halaman - 42
Rencana Kerja dan Syarat–syarat Teknis
(RKS)
Pasal 4
PEKERJAAN PELAPIS LANTAI
2. Pekerjaan Lantai
2.1. Lingkup Pekerjaan
a. Lingkup Pekerjaan ini meliputi tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-alat bantu yang
dibutuhkan dalam terlaksananya pekerjaan ini untuk mendapatkan hasil yang baik.
b. Pasangan lantai Granit ini dipasang pada seluruh detail yang disebutkan / ditunjukkan dalam
gambar, berikut plint lantai.
2.2. Persyaratan Bahan
a. Bahan Lantai Keramik yang digunakan :
Jenis : Granit Polish dan Unpolis yang memiliki motif dan berwarna.
Ukuran : 60 x 60 cm (Unpolished) digunakan untuk lantai KM/WC dan luar ruangan,
Warna : akan ditentukan kemudian.
b. Pengendalian seluruh pekerjaan ini harus sesuai dengan peraturan-peraturan ASTM, peraturan
keramik Indonesia (NI-19), PVBB 1970 dan PVBI 1982.
c. Semen Portland harus memenuhi NI-8, pasir dan air harus memenuhi syarat-syarat yang
ditentukan dalam PVBB 1970 (NI-3), PVBI 1982.
d. Bahan-bahan yang digunakan sebelum dipasang terlebih dahulu harus diserahkan contoh-
contoh kepada Konsultan Pengawas untuk mendapatkan persetujuan
2.3. Syarat-Syarat Pelaksanaan
a. Sebelum dimulai pekerjaan, Kontraktor diwajibkan membuat Shop Drawing mengenai pola
pemasangan Granit/keramik.
b. Granit/Keramik yang terpasang harus dalam keadaan baik, tidak retak, cacat dan bernoda.
c. Adukan pasangan / pengikat dengan adukan 1 Pc : 3 Psr pasang dan ditambah bahan perekat
seperti yang diisyaratkan atau dapat pula digunakan acian PC murni dan ditambah bahan
perekat.
Halaman - 43
Rencana Kerja dan Syarat–syarat Teknis
(RKS)
d. Bahan keramik sebelum dipasang harus direndam dalam air bersih (tidak mengandung asam
alkali) sampai jenuh.
e. Hasil pemasangan lantai Granit/keramik harus merupakan bidang permukaan yang benar-
benar rata, tidak bergelombang, dengan memperhatikan kemiringan didaerah basah dan
teras.
f. Pola, arah dan awal pemasangan lantai Granit/keramik harus sesuai gambar detail atau sesuai
petunjuk Direksi Teknis. Perhatikan lubang instalasi dan drainage/bak kontrol sebelum
dimulai.
g. Jarak antara unit-unit pemasangan Granit/keramik satu sama lain (siar-siar), harus sama lebar
dan sama dalamnya, untuk siar-siar yang berpotongan harus membentuk sudut siku yang
saling berpotongan tegak lurus sesamanya.
h. Siar-siar diisi dengan bahan pengisi siar yang bermutu baik, dari bahan seperti yang telah
diisyaratkan di atas atau sesuai warna Granit/keramik yang dipasang.
i. Pemotongan unit-unit keramik tiles harus menggunakan alat pemotong keramik khusus sesuai
persyaratan dari pabrik.
j. Granit/Keramik yang sudah terpasang harus dibersihkan dari segala macam noda pada
permukaan Granit/keramik, hingga betul-betul bersih.
k. Granit/Keramik yang terpasang harus dibersihkan dari sentuhan/beban selama 3 x 24 jam dan
dilindungi dari kemungkinan cacat akibat dari pekerjaan lain. Granit plint terpasang siku
terhadap lantai, dengan memperhatikan siar–siarnya bertemu siku dengan siar lantai dan
dengan ketebalan siar yang sama pula.
3. Syarat-syarat Pemeliharaan
a. Perbaikan
1). Kontraktor wajib memperbaiki pekerjaan lantai raised floor yang rusak dan diperbaiki
dengan cara-cara yang dianjurkan oleh pabriknya. Perbaikan harus dilaksanakan
sedemikian rupa hingga tidak mengganggu pekerjaan finishing lainnya.
2). Bila kerusakan pekerjaan raised floor ataupun pekerjaan lainnya bukan oleh tindakan
pemilik pada waktu pekerjaan dilaksanakan, maka Kontraktor wajib memperbaiki
pekerjaan tersebut sampai dinyatakan dapat diterima oleh Direksi teknis.
b. Pengamanan
1). Kontraktor wajib mengadakan perlindungan dan pengamanan terhadap pekerjaan yang
telah dilaksanakan.
2). Sesudah pekerjaan lantai raised floor terpasang, permukaan lantai harus dijaga terhadap
kemungkinan-kemungkinan terkena cairan-cairan dan benda-benda lain yang mungkin
bisa menimbulkan cacat, noda-noda dsb. Apabila hal ini terjadi Kontraktor harus
memperbaiki cacat tersebut hingga pulih kembali seperti semula; sampai hasil perbaikan
tersebut dapat diterima dan disetujui oleh Direksi Teknis.
Pasal 5
Halaman - 44
Rencana Kerja dan Syarat–syarat Teknis
(RKS)
PEKERJAAN PENGECATAN
1. Lingkup Pekerjaan
a. Persiapan permukaan yang akan diberi cat.
b. Pengecatan permukaan dengan bahan-bahan yang telah ditentukan.
c. Pengecatan semua perlengkapan dan area yang ada pada gambar bila tidak disebutkan secara
khusus, dengan warna dan bahan yang sesuai dengan petunjuk Direksi.
2. Standard Pengerjaan (Mock Up)
a. Sebelum pengecatan keseluruhan yang dimulai, Kontraktor harus melakukan pengecatan pada
satu bidang untuk tiap warna dan jenis bidang-bidang tersebut akan dijadikan contoh pilihan
warna, texture, sebagai mock up ini akan ditentukan oleh Direksi.
b. Jika masing-masing bidang tersebut telah disetujui oleh Direksi dan bidang-bidang ini akan
dipakai sebagai standar minimal bagi keseluruhan pekerjaan pengecatan.
g. Setelah pekerjaan cat selesai, bidang dinding merupakan bidang yang utuh, rata, licin, tidak
ada bagian yang belang dan terhadap bidang dinding harus dijaga terhadap pengotoran-
pengotoran.
Halaman - 45
Rencana Kerja dan Syarat–syarat Teknis
(RKS)
DIVISI – F
PEKERJAAN MEKANIKAL ELEKTRIKAL
Pasal 1
PEKERJAAN MEKANIKAL/PLUMBING
1 Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan yang dimaksud adalah pemasangan seluruh instalasi perpipaan termasuk penyediaan
bahan, peralatan yang diperlukan untuk pemasangan instalasi dalam sesuai dengan yang
ditunjukan dalam gambar, yang meliputi :
a. Pemasangan perpipaan air bersih mulai dari valva box atau jaringan pipa pembagi sampai
fasilitas sanitasi, lengkap dengan segala assessorisnya.
b. Pemasangan perpipaan air bekas mulai dari fasilitas sampai ke saluran pembuangan.
c. Pemasangan perpipaan air kotor mulai dari fasilitas sampai ke Septick Tank
d. Pemasangan fasilitas sanitasi lengkap, seperti floor drain, kran air, closet, wastafel, dan lain–
lain sebagainya.
3 Ketentuan Bahan
A. Pipa air bersih.
Pipa-pipa air bersih yang utama sampai ke Roof Tank dibuat dari “ Galvanized steel” kelas
medium BS. 138/67, sedangkan pipa pipa-pipa cabang dari Roof Tank sampai ke fixture
fixture menggunakan pipa PVC Klas AW type S.12.5 merk WAVIN/RUCIKA.
B. Dimensi pipa air bersih
a. Instalasi dari rumah pompa ke Roof Tank menggunakan Pipa PVC 3/4” kualitas AW
b. Instalasi penghantar distribusi Pipa PVC Pipa PVC 1/2” kualitas AW
C. Pembuangan Air Kotor, Air Limbah dan Air Hujan
a. Pipa-pipa dan fittings digunakan dari pipa PVC AW dia 3” type S.12.5 ( KM/WC- ST) merk
WAVIN/RUCIKA atau setara.
b. Pipa PVC AW dia 2” dan pipa PVC AW 3” Type S 12.5 (KM.WC/Washtafel – Sumur resapan)
c. Pipa PVC AW dia 3” Type S 12.5 (Plat Dagh– Sumur resapan)
d. Pipa PVC dia 1/2” Type S 12.5 (AC – Sumur resapan)
e. Semua cabang harus dibuat dengan Y buatan pabrik setara merk WAVIN/RUCIKA.
f. Semua Floor Drain dari WC harus diberi “water trap”
g. Pipa-pipa dan fitting untuk “vent” dibuat dari PVC class D (10 kg/cm2), merk WAVIN
/RUCIKA atau setara.
Halaman - 46
Rencana Kerja dan Syarat–syarat Teknis
(RKS)
D. Dimensi pipa air kotor dan air cuci serta talang air hujan :
1. Instalasi Induk Air Kotor PVC dia 3”, air bekas PVC dia 3” dan air hujan PVC
diameter 2,5”
E. Fittings
1. Pemborong harus melaksanakan pekerjaan penyambungan pipa-pipa yang dikerjakan oleh
pihak lain dan disambungkan ke pipa yang termasuk kedalam pekerjaan Pemborong ini.
2. Semua sambungan yang menghubungkan pipa dengan luas penampang yang berbeda
harus digunakan “Reducer” atau “Increaser”.
3. Sedapat mungkin harus digunakan belokan-belokan dengan “long radius”.
4. Belokan-belokan dari “short radius” hanya boleh digunakan apabila kondisi tempat tidak
memungkinkan penggunaan belokan jenis long radius, dan Pemborong harus
memberitahukan hal ini kepada Direksi Pelaksana.
5. Valve-valve menggunakan setara merk KITAZAWA/TOYO.
4 Pedoman Pelaksanaan
a. Sebelum pelaksanaan pekerjaan plumbing ini dimulai kontraktor harus membuat gambaran
kerja yang singkron dengan disiplin lainnya serta diajukan kepada Direksi untuk mendapatkan
persetujuan.
b. Gambar–gambar rencana dan persyaratan saling melengkapi dan sama mengikatnya.
c. Gambar–gambar rencana instalasi plumbing hanya menunjukan secara garis besar letak
peralatan instalasi dan jalur pipa–pipa. Pemasangan harus dilaksanakan dengan
memperhatikan kondisi lapangan agar supaya operasi dan pemeliharaannya bisa berlangsung
baik tanpa mengubah sistem.
d. Kontraktor diwajibkan untuk memberikan penjelasan kepada Direksi hingga mengenali betul
sistem instalasi plumbing dan dapat mengerjakannya dengan baik.
e. Kemiringan saluran air masuk/ keluar harus diyakini bisa lancar, jangan ada air yang tidak
mengalir sesuai arah air dalam gambar kerja, atau jangan ada arah air berbalik menyalahi
ketentuan gambar rencana.
f. Dalam melaksanakan pekerjaan, pembuatan dan pemasangan akan dipasang bebas hambatan
/ kotoran, sedangkan perletakan harus sesuai dengan gambar.
g. Pipa yang dipakai harus sama random lengthnya kecuali kalau memang panjang yang
diperlukan lebih pendek.
h. Pemasangan pipa tidak mengganggu perletakan peralatan lainnya.
i. Pemasangan sandaran pipa dibuat sedemikian rupa agar persentuhan dengan pipa yang
ditempatkan cukup baik dan selanjutnya diklem.
j. Sebelum pipa dipasang semua kerak, kotoran yang menempel harus dibersihkan, ujung pipa
harus tertutup selama pemasangan konstruksi berjalan dan kontraktor bertanggung jawab
atas keamanan bahan.
k. Perletakan sistem perpipaan
Pemasangan pipa–pipa harus sesuai dengan jalur yang tertera dalam gambar akan tetapi
penempatan pipa harus sesuai dengan kondisi lapangan sehingga tidak mengganggu
perkakas lain dan memudahkan untuk pemasangan dan pemeliharannya.
Semua pipa harus diikat/ditempatkan dengan kuat pada dinding/kolom/balok dengan
penggantung/angker yang cukup kokoh untuk pipa horizontal dan klem untuk pipa
vertical, kontraktor harus mengerjakan konstruksi penggantung, tidak dibenarkan dengan
kawat rantai ataupun perforated strip.
Sebelum melakukan penyambungan perlu diperhatikan keadaan pipa dan fiting bagian
dalam agar tidak terjadi hambatan.
Ujung pipa dan bagian–bagian fitting yang terbuka harus segera ditutup untuk
menghindari kotoran masuk.
Halaman - 47
Rencana Kerja dan Syarat–syarat Teknis
(RKS)
Halaman - 48
Rencana Kerja dan Syarat–syarat Teknis
(RKS)
Pasal 2
PEKERJAAN ELEKTRIKAL
1 Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan elektrikal meliputi pemasangan seluruh jaringan instalasi listrik di dalam bangunan,
penyediaan kabel–kabel, pipa–pipa PVC, bola lampu, Panel induk dan Miniature Circuit Breaker
(MCB) dan sebagainya sehingga listrik menyala dengan baik.
Jumlah titik lampu dan stop kontak yang harus dipasang disesuaikan dengan jumlah yang tertera
dalam gambar. Titik lampu dan stop kontak mengandung maksud tempat mata lampu dan stop
kontak yang telah dipasang kabel–kabel yang diperlukan sehingga arus listrik mudah berfungsi pada
titik tersebut.
Yang termasuk dalam lingkup pekerjaan listrik pada pekerjaan ini antara lain :
a. Pengadaan dan pemasangan kabel-kabel untuk seluruh jaringan instalasi listrik dalam dan luar
gedung.
b. Pengadaan dan pemasangan panel listrik pada tempat yang ditunjukan dalam gambar.
c. Pengadaan dan pemasangan penerangan lampu/armature, saklar dan stop kontak
2 Persyaratan Umum
1. Peraturan Instalasi Listrik
Pekerjaan harus berdasarkan dan memenuhi peraturan–peraturan :
a. Persyaratan Umum Instalasi Listrik (PUIL) 2000
b. Perubahan dan Tambahan dari Komisi Bidang Listrik Indonesia urusan PUIL – 2000
c. Persyaratan yang dikeluarkan oleh pabrik berkenaan dengan peralatan yang dipakai.
d. Sakelar, stop kontak, konduit, doos junction box, surface mounting box, floor duct, floor
oulet, floor service box, dan perlengkapan lain memenuhi ketentuan British Standard dan
IEE.
e. Kabel memenuhi ketentuan I.E.C, SII, SPLN dan ketentuan lainnya.
f. Peraturan-peraturan setempat yang dikeluarkan oleh PLN Daerah Distribusi setempat.
g. Memiliki Sertifikat Keahlian atau Keterampilan di bidang kelistrikan
h. Pekerjaan instalasi listrik ini harus dilakukan oleh perusahaan yang bisa mengerjakan
pemasangan sistem ini, dan mendapat referensi pemasangan serta telah disetujui oleh
Direksi Pekerjaan.
2. Gambar–gambar
a. Gambar–gambar rencana instalasi dan spesifikasi merupakan satu kesatuan yang saling
melengkapi dan sama mengikatnya.
b. Gambar–gambar instalasi sistem menunjukan secara umum tata letak dari peralatan
instalasi, sedangkan pemasangan harus dikerjakan dengan memperhatikan kondisi dari
bangunan, gambar arsitek dan struktur harus dipakai sebagai patokan untuk pelaksanaan.
c. Apabila ada hal–hal yang disebutkan kembali pada bagian (bab, gambar lain), maka harus
diartikan bukan untuk menghilangkan satu terhadap yang lain akan tetapi menegaskan
permasalahannya, kalau terjadi hal yang saling bertentangan antara Konsultan Perencana
dengan Direksi Pekerjaan.
d. Perbedaan tersebut tidak dapat dijadikan alasan bagi kontraktor untuk mengadakan
claim pada waktu pelaksanaan.
Halaman - 49
Rencana Kerja dan Syarat–syarat Teknis
(RKS)
4 Pedoman Pelaksanaan
a. Pasangan Instalasi
1. Untuk pekerjaan ini, kontraktor atau harus mempunyai Sertifikat keterampilan (SKT)
atau Sertifikat Keahlian (SKA) yang masih berlaku.
2. Jika pekerjaan ini disubkan, maka sub kontraktor harus mempunyai Izin Pemasangan dari
PLN Wilayah yang bersangkutan.
b. Comissioning dan Testing (Pengujian)
1. Kontraktor/Sub kontraktor harus melakukan pengujian dan pengukuran yang dianggap
perlu untuk memeriksa dan mengetahui apakah seluruh instalasi dapat berfungsi dengan
baik dan memenuhi syarat (seperti tahan uji isolasi kabel antara phasa dengan netral,
(antara phasa dengan tanah dan lainya).
2. Semua tenaga, bahan dan kelengkapan yang diperlukan untuk testing ditanggung oleh
kontraktor.
3. Setelah pelaksanaan pemasangan instalasi kontraktor harus menunjukan bahwa sistem
Halaman - 50
Rencana Kerja dan Syarat–syarat Teknis
(RKS)
tersebut sudah terpasang dan berfungsi dengan baik dan memenuhi persyaratan.
c. Laporan Pengetesan
1. Kontraktor harus menyerahkan kepada Pemberi Tugas / Direksi 4 (empat) rangkap
laporan :
2. Hasil pengetesan Kabel
3. Hasil pengetesan peralatan instalasi
4. Hasil pengetasan semua persyaratan operasi instalasi
5. Semua pengetesan dan pengukuran tersebut harus disaksikan oleh Direksi pekerjaan atau
yang mewakili.
d. Gambar Terlaksana (As Built Drawing)
Kontraktor harus menyerahkan As Built Drawing (Gambar Terlaksana) sebanyak 4 (empat)
rangkap termasuk yang asli kepada Pemberi Tugas/Direksi untuk semua pekerjaan instalasi
yang telah dilaksanakan.
1. Perubahan/Penambahan/Pengurangan Pekerjaan
2. Pelaksanaan pekerjaan apabila menyimpang dari gambar rencana yang disesuaikan
dengan kondisi lapangan harus dikonsultasikan terlebih dahulu dengan Direksi, dalam
perobahan gambar dan RKS tersebut kontraktor harus menyerahkan gambar perubahan
yang dimaksud kepada Direksi Pekerjaan dalam rangkap 3 (tiga) untuk disetujui.
3. Pengajuan perubahan material, gambar rencana/bestek harus diajukan kontraktor
kepada Direksi secara tertulis.
4. Frekwensi dan Tegangan Listrik
Seluruh peralatan yang disediakan atau dipasang untuk pekerjaan pada tegangan 220
/ 380 Volt (tegangan rendah) dan frekwensi 50 Hz.
5. Pengurusan Izin
Pengurusan izin yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan pemasangan instalasi ini
menjadi menjadi tanggungan Kontraktor, sedangkan biaya penyambungan (BP), Uang
jaminan langganan (UJL) menjadi tanggungan Pemberi Tugas.
6. Pembobokan, Pengelasan dan Pengeboran
Pembobokan tembok, lantai, dinding dan lainnya yang diperlukan dalam rangka
pemasangan instalasi ini, serta perbaikan kerusakan dari akibat dari pemasangan ini
adalah tanggung jawab Kontraktor.
Pembobokan dan pengelasan dan lainnya dilakukan atas izin dari Direksi Pekerjaan,
jika terdapat kesalahan atau kelalaian kontraktor, maka Direksi berhak untuk
memerintahkan kontraktor untuk membongkar, memperbaiki, menganti peralatan
atau material dan harus dikembalikan seperti keadaan semula.
7. Access Opening
Kontraktor harus menyediakan Acces Opening (buka–bukaan) untuk inspeksi dan
pemeliharaan dari instalasi.
8. Papan Nama
Seluruh kabel, panel kontrol, panel listrik, pemutus daya (MCB) saklar dan bagian– bagian
lainnya dari peralatan, jika tidak disebutkan lainnya, harus dibuatkan papan nama
(penamaan/label) untuk mengidentifikasi nama alat tersebut. Papan nama harus terbuat
dari plat plastik dengan huruf timbul.
9. Kebersihan
Kontraktor harus membersihkan seluruh kotoran/sampah dan sisa–sisa material yang
tidak terpakai dari lokasi bangunan, setiap instalasi yang sudah terpasang harus rapi dan
teratur.
Halaman - 51
Rencana Kerja dan Syarat–syarat Teknis
(RKS)
10. Pengkodean
Peraturan warna kabel ini harus sesuai dengan PUIL 2000, berlaku untuk semua instalasi.
Pada dasarnya, semua instalasi adalah arus bolak balik (AC) dengan aturan sebagai
berikut :
Inti Phasa 1 Simbol Huruf 2 Warna 3
a). Phasa 1 R Merah
b). Phasa 2 S Kuning
c). Phasa 3 T Hitam
d). Netral N Biru
e). Hantaran Tanah G/HT Hijau – Kuning
Halaman - 52
Rencana Kerja dan Syarat–syarat Teknis
(RKS)
DIVISI – F
PEKERJAAN LAIN-LAIN
Pasal 1
PEKERJAAN PEMBERSIHAN AKHIR
Pasal 2
PEKERJAAN PELAPORAN DAN DOKUMENTASI
1. Lingkup pekerjaan ini adalah meliputi Pekerjaan Administrasi/Pelaporan dan Dokumentasi serta
penyiapan gambar–gambar terlaksana, yang meliputi pekerjaan-pekerjaan, sebagai berikut :
(1). Pelaporan
a) Kontraktor harus membuat Laporan Berkala mengenai pekerjaan secara keseluruhan
dan segala sesuatunya yang berhubungan dengan pekerjaan tersebut dalam Kontrak.
b) Catatan yang jelas mengenai kemajuan pekerjaan yang telah dilaksanakan dan jika
diminta oleh Direksi Pekerjaan/Pemilik untuk keperluan pemeriksaan sewaktu–waktu
dapat diserahkan.
c) Segala laporan atau catatan tersebut dalam ayat a) dan b) pasal ini, dibuat dalam
bentuk Buku Harian sebanyak rangkap 5 (lima) dan diisi pada formulir yang telah
disetujui oleh Direksi Pekerjaan/Pemilik serta harus selalu berada ditempat pekerjaan.
(2). Foto Dokumentasi
a. Kontraktor diwajibkan membuat dokumen foto–foto, baik sebelum pekerjaan dimulai,
kondisi setengah jadi 50%, sampai pada pekerjaan selesai 100% dan tiap tahap
permintaan angsuran disertai keterangan lokasi, arah pengambilan dan tahap
pelaksanaan pembangunan serta disusun secara rapi dan diketahui oleh Pemberi
Pekerjaan/Pemilik.
Syarat– syarat Foto Dokumentasi :
Tiap lokasi atau unit bangunan diambil dari empat arah.
Gambar menyeluruh pandangan dari empat arah.
Sudut pengambilan gambar dari tiap tahap harus tetap pada sudut pengambilan
tersebut diatas.
b. Gambar dimasukan dalam album dan diserahkan kepada Pemilik melalui Direksi
Pekerjaan sebanyak rangkap 5 (lima).
(3). Gambar-Gambar Terlaksana
Kontraktor harus membuat dan menyerahkan kepada Pemilik gambar–gambar terlaksana (As
Built Drawing) yang sesuai dengan pelaksanaan di lapangan dan telah diperiksa dan
disetujui Direksi dengan memakai kertas kalkir, yang harus diselesaikan dan diserahkan
dalam jangka waktu 4 minggu setelah Serah Terima Pekerjaan untuk pertama kalinya atau
selambat–lambatnya pada Serah Terima Akhir pekerjaan.
Halaman - 53
Rencana Kerja dan Syarat–syarat Teknis
(RKS)
Pada waktu diadakan Serah Terima Pertama Pekerjaan, maka Kontraktor harus
menyerahkan :
Surat Izin Mendirikan Bangunan (IMB) yang dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah
Setempat.
Surat Tanda Good Keur pemasangan instalasi listrik (SLO) dari pihak instalatur/PLN
setempat
Bukti Setoran Bahan Galian “C” dan pembayaran ASTEK
PENUTUP
1. Apabila ada pekerjaan yang tidak disebutkan dalam uraian Spesifikasi Teknis ini, yang ternyata
pekerjaan tersebut harus ada agar mendapatkan hasil akhir yang sempurna, maka pekerjaan
tersebut harus dilaksanakan oleh Kontraktor atas perintah tertulis Pejabat Pembuat Komitmen.
2. Rencana Kerja dan Syarat–Syarat ini menjadi pedoman dan harus ditaati oleh Kontraktor dan
Direksi Pekerjaan serta Pejabat Pembuat Komitmen dalam melaksanakan pekerjaan ini.
AGUSTI AWIZAR, ST
Nip. 19700801 199003 1 001
Halaman - 54