Anda di halaman 1dari 18

KERANGKA ACUAN KERJA ( KAK)

Kegiatan : Belanja Modal Pengadaan Konstruksi / Pembelian


Gedung Gudang

Pekerjaan : Pembangunan Gudang dan Lahan Parkir Kantor UPTD


PSDA Wilayah Sungai Citarum.

DINAS SUMBER DAYA AIR PROVINSI JAWA BARAT


UPTD PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR
WILAYAH SUNGAI CITARUM
JL. H. HASAN NO.3 RT/RW.07/08 KEL. CISARANTEN KIDUL KEC.
GEDEBAGE BANDUNG 40295TELP/FAX.(022)75349
Dalam melaksanakan suatu paket pekerjaan penyedia jasa memperhatikan klasifikasi
pekerjaan berdasarkan waktu yang tersedia, tingkat kesulitan baik secara teknis
pelaksanaan maupun non teknis seperti misalya pengaturan arus lalu lintaskendaraan serta
kuantitas setiap item pekerjaan sehingga dapat diatur jadwal urutan pelaksanaan pekerjaan,
mana pekerjaan yang bisa dilaksanakan terlebih dahulu karena berhubungan dengan
pekerjaan lain atau pekerjaan yang akan dilaksanakan secara bersamaan.

Pasal 1
NAMA KEGIATAN, LINGKUP PEKERJAAN DAN PIHAK-PIHAK YANG TERKAIT
1.1 Nama dan Alamat Kegiatan :
a. Nama Kegiatan adalah : Pembangunan Gudang dan Lahan
Parkir Kantor UPTD PSDA WS. Citarum
b. Alamat Kegiatan adalah : Jl H.Hasan No. 3 Kel. Cisaranten Kidul
Kec. Gedebage Kota Bandung.
1.2 Lingkup Pekerjaan :
Pembangunan Gudang Dan Lahan Parkir Kantor UPTD PSDA WS. Citarum
Saat ini lokasi yang untuk Pembangunan Gudang dan Lahan Parkir Kantor UPTD

PSDA Ws. Citarum.


1.3 Pemberi Tugas :
Dinas SDA Provinsi Jawa Barat.

1.4 Direksi / Pengawas


Yang dimaksud dengan Direksi adalah suatu Team Pengawas Pembangunan (TPP)
yang dibentuk oleh Pemberi Tugas yang akan bertindak untuk dan atas namanya
dalam mengikuti perkembangan pekerjaan kontrak ini, dalam hal ini untuk mengatur
dan mengawasi pekerjaan Pelaksanaan.

1.5 Rencana Kerja dan Syarat-syarat, Gambar-gambar dan petunjuk-petunjuk :


a. Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS)
RKS adalah pedoman dasar mengenai segala sesuatu yang akan dilaksanakan dan
yang termasuk di dalam kontrak. Kontraktor wajib memeriksa serta
menyesuaikannya dengan gambar kerja.
b. Gambar Kerja
Gambar kerja adalah gambar dasar mengenai segala sesuatu yang akan
dilaksanakan dan yang akan termasuk di dalam kontrak. Kontraktor wajib
memeriksa serta menyesuaikannya dengan keadaan lapangan.
c. Gambar kerja dan Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) adalah merupakan
bagian yang saling melengkapi dan segala sesuatu yang tercantum di dalam
kedua dokumen tersebut bersifat mengikat.
Gambar kerja dan RKS menjadi kesatuan dengan dokumen Kontrak (Surat
Perjanjian Pelaksaanaan Pekerjaan)
d. Dalam hal-hal yang bertentangan, maka yang berlaku adalah yang disebutkan
dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) dan Risalah Rapat Penjelasan
Pekerjaan (Aanwijzing).
e. Ketidakjelasan / perbedaan pada point tersebut di atas harus ditanyakan pada
saat Penjelasan Pekerjaan (Aanwijzing).
1.6 Peserta Pelelangan
Peserta Pelelangan adalah Badan Hukum yang bergerak dibidang jasa konstruksi
bangunan dan terdaftar dalam Daftar Kualifikasi dan memiliki Sertifikat Badan Usaha
Jasa Konstruksi yang masih berlaku serta memenuhi persyaratan dibawah ini :
a. Perusahaan yang mampu dari segi administrasi, teknis, finansial, manajerial,
berpengalaman dan memiliki keahlian pada bidang pekerjaan Arsitektur, Sipil,
Elektrikal, Mekanikal dan Plumbing.
b. Perusahaan tidak dalam proses pengadilan, tidak dalam kondisi penyitaan karena
masalah hutang dan kegiatan usahanya tidak sedang dihentikan.
c. Mempunyai klasifikasi sesuai dengan besar nilai pekerjaan yang dilelangkan pada
Sertifikat Badan Usaha Jasa Konstruksi untuk Bidang Bangunan Sipil, dan
arsitektur serta bidang lain yang terkait (M-1).
d. Perusahaan harus mempunyai setifikat ISO 9001 : 2008 dan OHSAS 18001:2007
e. Telah mendaftarkan diri untuk mengikuti pelelangan.
f. Mengunduh dokumen pelelangan.
g. Mengikuti Rapat Penjelasan Pekerjaan (Aanwijizing).
h. Memasukan berkas penawaran sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan.
i. Perusahaan yang mempunyai asuransi.

1.7 Konsultan pengawasan konstruksi dilaksanakan oleh Direksi dari UPTD PSDA WS.
Citarum

1.8 Kontraktor
Kontraktor pekerjaan ini adalah peserta lelang yang oleh pejabat berwenang telah
ditetapkan sebagai pemenang lelang dan ditunjuk sebagai pelaksanaan pekerjaan
sesuai dengan Surat Keputusan Penetapan Penyedia Barang / Jasa (SKPPBJ).

1.9 Lokasi Sumber Dana : APBD

1.10 Pagu total anggaran biaya yang ada senilai Rp. 1.086.900.000,00
(Satu Milyar Delapan Puluh Enam Juta Sembilan Ratus Ribu Rupiah).
Total perkiraan harga HPS Rp. 1.071.510.000,00 ( Satu Milyar Tujuh Puluh Satu Juta
Lima Ratus Sepuluh Ribu Rupiah )
1.11 Jangka Waktu Pelaksanaan : 150 Hari Kalender

1.12 Tenaga Ahli Terampil :

No Posisi Pendidikan Pengalaman Sertifikat Jumlah

mengerjakan
gedung
1 Projek Manager Ahli Sipil/Arsitektur SKA muda 1
bertingkat
minimal 5 th
mengerjakan
Pelaksana Lapangan, gedung SKT
2 SMK 2
Gedung bertingkat TA. 022
minimal 5 th
mengerjakan
Mandor Tukang Batu, gedung SKT
3 STM 1
Beton, Bata bertingkat TL. 006
minimal 5 th
mengerjakan
gedung SKA Muda
4 Ahli K3 Konstruksi S1 1
bertingkat
minimal 3 th

1.13 Daftar Alat yang dibutuhkan :

No Jenis Alat Kapasitas Jumlah Unit

1 Mesin Bor Pile


2 Mesin Molen Beton 400 Liter 2
3 Dumptruck - 2
4 Stemper Vibrator - 2
5 Tangki air 1000 liter 1
6 Concrete Vibrator 1
*tower atu mobil crane tidak diperlukan kurang efektif dari segi biaya & akselerasi
atau manuver terbatas
Pasal 2
DOKUMEN PELELANGAN
Dokumen Pelelangan terdiri dari :
1. Rencana Kerja dan Syarat-syarat atau RKS beserta lampirannya.
2. Gambar Kerja
3. Daftar Volume Pekerjaan (Bill Of Quantity) dan CD yang berisi file tersebut.
4. Contoh Daftar Harga Satuan Bahan dan Upah Tenaga Kerja.
5. Contoh Daftar Analisa Harga Satuan Pekerjaan.
Sistem pelelangan akan ditentukan oleh Panitia Lelang / ULP dengan menggunakan sistem
elektronik (LPSE) atau sistem pelelangan manual.

Pasal 3
HARGA KONTRAK
3.1 Harga kontrak merupakan kontrak HARGA SATUAN.
3.2 Harga Kontrak tersebut telah termasuk keuntungan Kontraktor dan Pajak-pajak yang
berlaku mencakup seluruh lingkup pekerjaan baik yang tercantum didalam Rencana
Kerja dan Syarat - syarat, Gambar Kerja, maupun didalam Risalah / Berita Acara
Rapat Penjelasan Pekerjaan.
3.3 RKS, Gambar Kerja dan Risalah/Berita Acara Rapat Penjelasan Pekerjaan merupakan
dokumen yang saling melengkapi satu terhadap yang lain serta menjadi satu
kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
3.4 Jika ada hal-hal yang menyimpang dari Gambar Kerja dan Rencana Kerja dan Syarat-
syarat yang menyangkut penambahan atau pengurangan biaya, maka
penyelesaiannya harus mengikuti segala ketentuan yang disebut dalam pasal-pasal
berikut ini.

Pasal 4
URAIAN PEKERJAAN
4.1 Lingkup Pekerjaan :
Pekerjaan yang dilaksanakan adalah :
Pembangunan Gudang dan Lahan Parkir Kantor UPTD PSDA WS. Citarum
Sesuai dengan yang tertera dalam gambar perencanaan.
4.2 Sarana Bekerja :
Untuk kelancaran pelaksanaan pekerjaan, kontraktor harus menyediakan Tenaga
kerja / tenaga ahli yang cukup memadai dengan jenis pekerjaan yang akan
dilaksanakan, baik kualitas maupun kuantitasnya untuk semua jenis pekerjaan,
Kontraktor harus mempunyai tenaga ahli minimal:
1. 1 Orang Project Manager (PM) Ahli Sipil/Arsitektur SKA madya, pengalaman
mengerjakan gedung bertingkat minimal 5 th.
2. 1 Orang Tenaga Pelaksana Lapangan, Gedung SKT, pengalaman mengerjakan
gedung bertingkat minimal 3 th.
3. Mandor Tukang Batu, Beton, Bata (pengalaman 5 tahun).
4. Ahli K3 Konstruksi : S1 pengalaman 3 th.

4.3 Alat-alat bantu seperti beton molen, compactor tangan, vibrator, pompa air, mesin
cutter, tangki air, alat-alat pengangkut dan peralatan lain yang dipergunakan untuk
pelaksanaan pekerjaan.
4.4 Bahan-bahan bangunan yang memenuhi syarat dalam jumlah yang cukup untuk
setiap pekerjaan yang akan dilaksanakan tepat pada waktunya, sehingga tidak terjadi
stagnasi yang dapat mengakibatkan keterlambatan pada waktu penyerahan
pertama.
4.5 Cara Pelaksanaan
Pekerjaan harus dilaksanakan dengan penuh keahlian, sesuai dengan ketentuan-
ketentuan dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS), Gambar Rencana, Berita
Acara Penjelasan Pekerjaan serta mengikuti petunjuk dan keputusan
Direksi/Pengawas dari pihak UPTD PSDA WS. Citarum.

Pasal 5
JENIS DAN MUTU BAHAN
Jenis dan mutu bahan yang dipakai diutamakan produksi dalam negeri sesuai dengan
Peraturan dan Ketentuan-ketentuan seperti di bawah ini, seperti :
– No. 472 / Kpb / XII / 80
– No. 813 / MENPAN / 1980
– No. 64 / MENPAN / 1980 Tanggal 23 Desember 1980
– Standar Nasional Indonesia (SNI)
– Peraturan Bahan Bangunan Indonesia (PUBI) 1982
– Peraturan Cat Indonesia - N4

Pasal 6
GAMBAR-GAMBAR
RKS ini dilampiri :
1. Gambar Denah, Tampak,dan Potongan.
2. Gambar Mekanikal
3. Gambar Elektrikal
4. Gambar Detail Konstruksi.
5. Gambar Detail Khusus.
6. Gambar Detail Sanitair.
7. Gambar Detail lain yang diperlukan.

Pasal 7
PENJELASAN RKS DAN GAMBAR
7.1 Kontraktor wajib meneliti semua gambar dan Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS)
termasuk tambahan dan perubahannya yang dicantumkan dalam Berita Acara
Penjelasan Pekerjaan (Aanwijzing).
7.2 Bila gambar tidak sesuai dengan Rencana Kerja dan Syarat-syarat, maka yang
mengikat/berlaku adalah RKS. Bila suatu gambar tidak cocok dengan gambar yang
lain, maka yang mempunyai skala yang lebih besar yang berlaku.
7.3 Bila perbedaan-perbedaan itu menimbulkan keraguan sehingga pelaksanaan
menimbulkan kesalahan, kontraktor wajib menanyakan kepada Direksi/Pengawas
sebelum pelaksanaan untuk menghindari terjadinya bongkar pasang dan kontraktor
mengikuti keputusannya.
Pasal 8
PENGENDALIAN PELAKSANAAN
8.1 Sebelum memulai pekerjaan nyata di lapangan, Kontraktor wajib membuat Rencana
Kerja Pelaksanaan dan bagian-bagian pekerjaan berupa Bar Chart dan S-Curve, juga
rencana penggunaan bahan / material dan tenaga (man power) serta perlu dibuat
catatan / schedule cuaca.
8.2 Rencana Kerja tersebut harus sudah mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari
Direksi/Pengawas Lapangan, paling lambat dalam 7 (tujuh) hari kalender setelah
Surat Keputusan Penunjukan (SPK) diterima kontraktor. Rencana Kerja yang telah
disetujui oleh Direksi/Pengawas akan disahkan oleh Pemberi Tugas.
8.3 Kontraktor wajib memberikan salinan Rencana Kerja rangkap 4 (empat) kepada
Direksi/Pengawas Lapangan, 1 (satu) salinan Rencana Kerja harus ditempel di dinding
di bangsal kontraktor di lapangan yang selalu diikuti dengan grafik kemajuan
pekerjaan (prestasi kerja).
8.4 Direksi/Pengawas akan menilai prestasi pekerjaan kontraktor berdasarkan rencana
kerja tersebut.
8.5 Seluruh pekerjaan Kontraktor akan dituangkan dalam Laporan Harian, Laporan
Mingguan dn Laporan Bulanan yang memuat data material, peralatan, tenaga kerja,
kemajuan fisik, permasalahan.
8.6 Kontraktor harus membuat dokumentasi kemajuan pekerjaan yang menggambarkan
adanya perubahan dari sebelumnya. Sasaran dokumentasi akan ditentukan oleh
Direksi/Pengawas Lapangan.

Pasal 9
KUASA KONTRAKTOR DI LAPANGAN
9.1 Di lapangan pekerjaan, kontraktor wajib menunjuk seorang kuasa Kontraktor atau
biasa disebut Site Manager yang cakap untuk memimpin pelaksanaan pekerjaan di
lapangan dan membuat kuasa penuh dari Kontraktor, berpendidikan minimum
Sarjana Teknik Sipil/Arsitektur dengan pengalaman minimum 4 (empat) tahun.
Disamping tenaga tersebut, tenaga ahli lainnya harus disediakan sesuai dengan yang
dibutuhkan. (Sesuai dengan pasal 4.2)
9.2 Dengan adanya Site Manager, tidak berarti bahwa kontraktor lepas tanggung jawab
sebagian maupun keseluruhan terhadap kewajibannya.
9.3 Kontraktor wajib memberitahu secara tertulis kepada Direksi/Pengawas, nama Site
Manager dan Struktur Organisasi Kontraktor.
9.4 Bila dikemudian hari, menurut pendapat Direksi/Pengawas, Site Manager kurang
mampu atau tidak cukup cakap memimpin pekerjaan, maka akan diberitahukan
kepada kontraktor secara tertulis untuk mengganti Site Manager.
9.5 Dalam waktu 7 (tujuh) hari setelah dikeluarkan surat pemberitahuan kontraktor
harus sudah menunjuk Site Manager baru yang akan memimpin pelaksanaan.

Pasal 10
PENJAGAAN KEAMANAN LAPANGAN PEKERJAAN
10.1 Kontraktor diwajibkan menjaga keamanan lapangan terhadap barang-barang milik
proyek, Direksi/Pengawas dan milik pihak ketiga yang ada di lapangan.
10.2 Bila terjadi kehilangan bahan-bahan bangunan yang telah disetujui
Direksi/Pengawas, baik yang telah di pasang maupun yang belum, menjadi tanggung
jawab kontraktor dan tidak akan diperhitungan dalam biaya pekerjaan tambah.
10.3 Untuk maksud-maksud tersebut, Kontraktor harus membuat pagar pengaman dari
seng atau bahan lain yang biayanya menjadi tanggungan kontraktor.
10.4 Apabila terjadi kebakaran, Kontraktor bertanggung jawab atas akibatnya, baik
berupa barang maupun keselamatan jiwa. Untuk itu kontraktor diwajibkan
menyediakan alat-alat pemadam kebakaran yang siap dipakai dan ditempatkan di
tempat-tempat yang akan ditetapkan kemudian oleh Direksi/Pengawas. Kontraktor
wajib untuk mengasuransikan pekerjaan terhadap kebakaran untuk bangunan dan
jiwa pihak ke III, dari kecelakaan kerja (CAR, TPL dan PA).

Pasal 11
JAMINAN DAN KESELAMATAN KERJA
11.1 Kontraktor diwajibkan menyediakan obat-obatan menurut syarat-syarat Pertolongan
Pertama Pada Kecelakaan (PPPK) yang selalu dalam keadaan siap digunakan di
lapangan, untuk menjaga kemungkinan musibah bagi semua petugas dan pekerja
lapangan.
11.2 Kontraktor wajib menyediakan air minum yang cukup bersih dan memenuhi standar
kesehatan bagi semua petugas dan pekerja yang ada dibawah kekuasaan kontraktor.
11.3 Kontraktor wajib menyediakan air bersih, kamar mandi dan WC yang layak dan bersh
bagi semua petugas dan pekerja. Membuat tempat penginapan untuk para pekerja
tidak diperkenankan, kecuali untuk menjaga keamanan.
11.4 Segala hal yang menyangkut jaminan sosial dan keselamatan para pekerja wajib
diberikan oleh Kontraktor sesuai dengan perundangan yang berlaku (ASTEK), dan
asuransi CAR (Construction All Risk)
11.5 Menyediakan kelengkapan untuk para pekerja maupun Direksi berupa sepatu
proyek, topi/helm kerja, dll dengan jumlah secukupnya.

Pasal 12
ALAT-ALAT PELAKSANAAN
Semua alat-alat untuk pelaksanaan pekerjaan harus disediakan oleh kontraktor, sebelum
pekerjaan secara fisik dimulai dalam keadaan baik dan siap pakai, antara lain :
1. Beton molen / Ready Mix yang jumlah dan kapasitasnya sesuai kebutuhan.
2. Theodolite dan water pass.
3. Perlengkapan penerangan jika kerja lembur.
4. Pompa air untuk sistem pengeringan jika diperlukan.
5. Penggetar beton, yang jumlah dan typenya akan ditentukan kemudian oleh
Direksi/Pengawas.
6. Mesin pemadat, Stamper, Mesin Bore File
7. Dump truck, pick up.
8. Alat-alat lain yang diperlukan dan diminta oleh Direksi/Pengawas.

Pasal 13
SITUASI DAN UKURAN
13.1 Situasi
1. Pekerjaan yang dimaksud didalam dokumen ini merupakan rencana
pembangunan yang akan dilaksanakan di lokasi yang telah ditentukan apa
adanya.
2. Ukuran-ukuran tersebut dalam pasal terdahulu dimaksudkan sebagai garis besar
pelaksanaan dan pegangan kontraktor.
3. Kontraktor wajib meneliti situasi tapak, terutama keadaan tanah, sifat dan
luasnya pekerjaan dan hal lain yang dapat mempengaruhi harga penawarannya.
4. Kelalaian atau kekurang telitian kontraktor dalam hal ini tidak dapat dijadikan
alasan untuk mengajukan claim / tuntutan.
13.2 Ukuran
1. Ukuran satuan yang digunakan disini semuanya dinyatakan dalam meterik,
kecuali ukuran-ukuran untuk baja dinyatakan dalam inch atau mm.
2. Duga lantai (permukaan atas lantai) ditetapkan 0.00 sesuai dengan yang
tercantum dalam gambar kerja masing-masing bangunan.
3. Dibawah pengamatan Direksi/Pengawas, Kontraktor diwajibkan membuat satu
titik duga diatas tanah bangunan dengan tiang yang panjangnya minimum 200
cm, berpenampang 15 x 15 cm2, semua sisi dicat warna merah. Titik duga harus
dijaga kedudukannya serta tidak terganggu selama pekerjaan berlangsung dan
tidak boleh dibongkar sebelum mendapat ijin tertulis dari Direksi/Pengawas
Lapangan.
4. Memasang Papan Bangunan (Bouwplank) :
a. Ketetapan letak bangunan diukur di bawah pengawasan Direksi/Pengawas
Lapangan dengan patok yang dipancang kuat-kuat dan papan terentang
dengan ketebalan 2 cm di ketam rata pada sisi atasnya.
b. Kontraktor harus menyediakan pembantu yang ahli dalam cara-cara
mengukur, alat-alat penyipat datar (theodolite, water pass) prisma silang
pengukuran menurut situasi dan kondisi tanah bangunan, yang selalu berada
di lapangan.
5. Apabila terdapat perbedaan ukuran pada gambar detail dalam jenis yang sama,
maka yang menjadi pegangan adalah gambar yang lebih besar.

Pasal 14
PEMERIKSAAN BAHAN BANGUNAN
14.1 Semua bahan bangunan yang didatangkan harus memenuhi syarat-syarat yang telah
ditentukan.
14.2 Direksi/Pengawas berwenang menanyakan asal bahan dan kontraktor wajib
diberitahukan.
14.3 Semua bahan bangunan yang akan digunakan harus diperiksa dulu kepada
Direksi/Pengawas untuk mendapatkan persetujuan.
Kontraktor wajib menyerahkan contoh-contoh bahan terlebih dahulu kepada
Direksi/Pengawas untuk diminta persetujuannya.
Bahan yang akan digunakan harus sesuai dengan contoh-contoh yang telah disetujui.
14.4 Bahan bangunan yang telah didatangkan oleh Kontraktor di lapangan pekerjaan,
tetapi ditolak pemakaiannya oleh Direksi/Pengawas, karena tidak sesuai contoh
harus dikeluarkan dalam waktu 2 x 24 jam terhitung jam penolakan.
14.5 Pekerjaan atau bagian pekerjaan yang telah dilakukan Kontraktor ternyata
menggunakan bahan yang telah ditolak Direksi/Pengawas, harus segera dihentikan
dan selanjutnya dibongkar atas biaya kontraktor dalam waktu yang ditetapkan oleh
Direksi/Pengawas.
14.6 Apabila Direksi/Pengawas merasa perlu meneliti suatu bahan lebih lanjut,
Direksi/Pengawas Lapangan berhak mengirim bahan tersebut kepada Balai
Penelitian Bahan-bahan (laboratorium) yang terdekat untuk diteliti, biaya
pengiriman dan penelitian menjadi tanggungan Kontraktor, apapun hasil penelitian
bahan tersebut.

Pasal 15
PEMERIKSAAN PEKERJAAN
15.1 Sebelum memulai pekerjaan lanjutan yang apabila bagian pekerjaan ini telah selesai,
akan tetapi belum diperiksa oleh Direksi/Pengawas Lapangan, Kontraktor diwajibkan
meminta persetujuan kepada Direksi/Pengawas Lapangan. Baru apabila
Direksi/Pengawas telah menyetujui bagian pekerjaan tersebut, Kontraktor dapat
meneruskan pekerjaannya.
15.2 Bila permohonan pemeriksaan itu dalam waktu 2 x 24 jam dihitung dari jam
diterimanya surat permohonan pemeriksaan, tidak terhitung hari libur/hari raya,
tidak dipenuhi oleh Direksi/Pengawas Lapangan, Kontraktor dapat meneruskan
pekerjaannya dan bagian yang seharusnya diperiksa dianggap telah disetujui
Direksi/Pengawas. Hal ini dikecualikan bila Direksi/Pengawas minta perpanjangan waktu.
15.3 Bila Kontraktor melanggar ayat 1 pasal ini, Direksi/Pengawas berhak menyuruh
membongkar bagian pekerjaan bagian pekerjaan sebagian atau seluruhnya untuk
diperbaiki. Biaya pembongkaran dan pemasangan kembali menjadi tanggungan
Kontraktor.

Pasal 16
KUALITAS PEKERJAAN
16.1 Pekerjaan harus dikerjakan dengan kualitan pengerjaan yang terbaik dan hanya
tenaga-tenaga kerja terbaik dalam tiap jenis pekerjaan diijinkan untuk melaksanakan
pekerjaan bersangkutan. Kualitas pengerjaan maupun kualitas hasil pekerjaan yang
kurang memenuhi syarat akan ditolak dan dilarang untuk diteruskan kegiatannya
atau dibongkar atas resiko Kontraktor.
16.2 Selama pekerjaan berlangsung Direksi/Pengawas Lapangan berhak sewaktu-waktu
memerintahkan secara tertulis kepada Kontraktor :
1. Untuk menyingkirkan dari tempat - tempat pekerjaan dalam waktu tertentu
bahan-bahan / material yang dianggapnya tidak sesuai dengan kontrak.
2. Penggantian bahan-bahan material yang cocok dan sesuai.
3. Pembongkaran serta pembuatan baru yang sesuai (terlepas dari test-test
terdahulu atau pembayaran dimuka) dari sembarang pekerjaan yang menurut
Direksi/Pengawas secara material maupun keahliannya tidak cocok dengan
Kontrak.
16.3 Pengujian Hasil Pekerjaan :
1. Kecuali disyaratkan lain secara khusus, maka semua pekerjaan akan diuji dengan
cara dan tolok ukur pengujian yang dipersyaratkan dalam referensi yang
ditetapkan dalam pasal 7 RKS Bab ini.
2. Kecuali dipersyaratkan lain secara khusus, maka Badan / Lembaga yang akan
melakukan pengujian dipilih atas persetujuan Direksi/Pengawas dari Badan /
Lembaga pengujian milik Pemerintah atau yang diakui Pemerintah atau badan
lain yang dianggap memilik objektifitas dan integritas yang meyakinkan. Atas hal
terakhir ini, Kontraktor / Suplier tidak berhak mengajukan sanggahan.
3. Semua biaya pengujian dalam jumlah seperti yang dipersyaratkan menjadi beban
kontraktor.
4. Dalam hal dimana salah satu pihak tidak dapat menyetujui hasil pengujian dari
badan penguji tersebut, maka pihak tersebut berhak mengadakan pengujian
tambahan pada Badan / Lembaga lain yang memenihu persyaratan badan
penguji seperti tersebut diatas.
5. Apabila ternyata bahwa kedua hasil pengujian dari kedua badan tersebut
memberikan kesimpulan yang sama, maka semua biaya untuk pengujian
tambahan menjadi beban pihak yang mengusulkan.
6. Apabila ternyata kedua hasil pengujian dari kedua badan tersebut memberikan
kesimpulan yang berbeda, maka dapat dipilih untuk :
a). Memilih Badan / Lembaga penguji ketiga atas kesepakan bersama.
b.) Melakukan pengujian ulang pada Badan / Lembaga penguji pertama atau
kedua dengan ketentuan tambahan sebagai berikut :
 Pelaksanaan pengujian ulang harus disaksikan oleh Direksi/Pengawas
Lapangan dan Kontraktor / Suplier ataupun wakil-wakilnya.
 Pada pengujian ulang harus dikonfirmasikan penerapan dari alat-alat
penguji.
 Hasil dari pengujian ulang harus dianggap final kecuali bilamana kedua
belah pihak sepakat untuk tidak menganggapnya demikian.
 Apabila hasil pengujian ulang mengkonfirmasikan kesimpulan dari hasil
pengujian yang pertama, maka semua biaya untuk semua pengujian ulang
menjadi tanggung jawab pihak yang mengusulkan diadakannya pengujian
tambahan.
 Bila ternyata pihak Direksi/Pengawas Lapangan yang mempunyai
pendapat salah. Maka atas segala penundaan pekerjaan akibat adanya
penambahan/pengulangan pengujian akan diberikan tambahan waktu
pelaksanaan pada bagian pekerjaan bersangkutan dan bagian-bagian lain
yang terkena akibat-akibatnya, penambahan besarnya sesuai dengan
penundaan yang terjadi.
Pasal 17
GAMBAR KERJA (SHOP DRAWING)
17.1 Untuk bagian-bagian pekerjaan dimana gambar pelaksanaan (construction drawing)
belum cukup memberikan petunjuk untuk mencapai keadaan terlaksana, maka
kontraktor wajib untuk membuat gambar kerja (shop drawing) yang memperlihatkan
secara terperinci cara pelaksanaan pekerjaan yang dimaksud.
17.2 Gambar kerja tersebut harus mendapat persetujuan dari Direksi/Pengawas.
17.3 Persetujuan tersebut tidak melepaskan Kontraktor dari tanggung2 jawab atas
kesalahan yang dilakukan oleh Kontraktor.

Pasal 18
GAMBAR PERUBAHAN
18.1 Gambar kerja hanya bisa berubah dengan perintah tertulis Pemberi Tugas mengikuti
penjelasan dan pertimbangan dari Direksi/Pengawas Lapangan.
18.2 Perubahan rencana ini harus dibuat gambarnya yang sesuai dengan apa yang
diperintahkan oleh Pemberi Tugas, yang jelas memperlihatkan perbedaan antara
gambar dan gambar perubahan rencana.
18.3 Gambar tersebut harus diserahkan dalam rangkap 3 (tiga) berikut kalkirnya (gambar
asli) dan semua biaya pembuatan ditanggung oleh Kontraktor.

Pasal 19
GAMBAR SESUAI KENYATAAN (AS BUILT DRAWING)
19.1 Semua yang belum terdapat dalam Gambar Kerja baik karena penyimpangan,
perubahan atas perintah Pemberi Tugas / Direksi ataupun tidak, Kontraktor harus
membuat gambar-gambar yang sesuai dengan apa yang telah dilaksanakan, yang
jelas memperlihatkan perbedaan antara gambar kerja dan pekerjaan yang
dilaksanakan.
19.2 Gambar tersebut harus diserahkan dalam format kertas A2 rangkap 3 (tiga), 1 (satu)
rangkap kalkir (gambar asli) dan 2(dua) rangkap copy, dan semua biaya
pembuatannya ditanggung oleh Kontraktor.
Pasal 20
PEKERJAAN TAMBAH / KURANG
20.1 Tugas mengerjakan pekerjaan tambah / kurang diberitahukan dengan tertulis atau
ditulis dalam buku harian oleh Direksi/Pengawas Lapangan, serta persetujuan
Pemberi Tugas.
20.2 Pekerjaan tambah / kurang hanya berlaku bila memang nyata-nyata ada perintah
tertulis dari Direksi/Pengawas Lapangan atau persetujuan Pemberi Tugas.
20.3 Biaya pekerjaan tambah / kurang akan diperhitungkan menurut daftar harga satuan
pekerjaan, yang dimasukan oleh kontraktor sesuai dengan pasal yang diatur dalam
kontrak yang pembayarannya diperhitungkan bersama angsuran terakhir.
20.4 Untuk pekerjaan tambah yang harga satuannya tidak tercantum dalam harga satuan
pekerjaan yang dimasukkan dalam penawaran, harga satuannya akan ditentukan
lebih lanjut oleh Direksi/Pengawas Lapangan bersama-sama dengan Kontraktor dan
persetujuan Pemberi Tugas.
20.5 Adanya pekerjaan tambahan tidak dijadikan alasan sebagai penyebab kelambatan
penyerahan pekerjaan, tetapi Direksi/Pengawas Lapangan, dapat
mempertimbangkan perpanjangan waktu karena adanya pekerjaan tambah
tersebut.

Pasal 21
PEMELIHARAAN PEKERJAAN
21.1 Jangka waktu pemeliharaan adalah 150 (Seratus Lima Puluh) hari kalender dihitung
dari tanggal penyerahan pekerjaan pertama (pekerjaan selesai 100 %). Dalam jangka
waktu tersebut, Kontraktor wajib memperbaiki pekerjaan yang tidak baik dan
melengkapi kekurangan-kekurangannya dilakukan oleh akibat tidak baiknya
pelaksanaan pekerjaan dan kurangnya mutu bahan seperti tertulis dalam Rencana
Kerja dan Syarat-syarat (RKS) dan Berita Acara Penjelasan Pekerjaan ini atas biaya
Kontraktor.
21.2 Bila dalam jangka waktu pemeliharaan atas perintah Direksi/Pengawas pihak
Kontraktor tidak melaksanakan pekerjaan perbaikan tersebut, maka Pemimpin
Proyek berhak menyuruh pihak ketiga (Kontraktor lainnya) untuk mengerjakan atas
beban Kontraktor.
21.3 Penyerahan pekerjaan kedua kalinya (terakhir) harus dilakukan sesudah habis jangka
waktu pemeliharaan, dan sampai berakhirnya pekerjaan perbaikan yang harus
dilaksanakan.

Pasal 22
PENYERAHAN PEKERJAAN
Pada waktu penyerahan pekerjaan, Kontraktor wajib menyerahkan :
1) 3 (tiga) set pedoman operasi (operation manual) dan pedoman pemeliharaan
(maintenance manual), terdiri dari 1 (satu) set asli dan 2 (dua) copy / salinan.
2) Suku cadang sesuai dengan yang dipersyaratkan.
3) Surat Pernyataan Pelunasan sesuai petunjuk pengawas.
4) Jaminan instalasi yang telah disetujui oleh Lembaga Pemerintah yang berwenang.
5) Menyerahkan Sertifikat Layak Operasi
6) Menyerahkan Gambar As Built Drawing format A3, 1 set Kalkir, 3 set HVS.

Pejabat Pembuat Komitmen


UPTD PSDA WS CitarumPT. Padika
Pranata Pura

Ninda Agustina Tridaryani , ST., MPSDA


NIP. 19750813 201411 2 001

Anda mungkin juga menyukai