Bagian E
E.1. PENDEKATAN
E.1.1. Pendekatan Rasional Menyeluruh
Berkaitan dengan jangka waktu perencanaan selama 20 tahun, maka pendekatan
perencanaan yang digunakan adalah pendekatan rasional menyeluruh.
Pendekatan rasional menyeluruh atau rational comprehensive approach, yang secara
konseptual dan analitis mencakup pertimbangan perencanaan yang luas, dimana dalam
pertimbangan luas tersebut tercakup berbagai unsur atau subsistem yang membentuk
sistem secara menyeluruh. Meyerson Banfield mengidentifikasi terdapat 4 ciri utama
pendekatan perencanaan rasional menyeluruh, yaitu:
Dilandasi oleh suatu kebijakan umum yang merumuskan tujuan yang ingin
dicapai sebagai suatu kesatuan yang utuh.
Didasari oleh seperangkat spesifikasi tujuan yang lengkap, menyeluruh, dan
terpadu.
Peramalan yang tepat serta ditunjang oleh sistem informasi (masukan data) yang
lengkap, andal, dan rinci.
Peramalan yang diarahkan pada tujuan jangka panjang.
Namun demikian, pendekatan ini ternyata banyak dikritik karena dianggap memiliki
kelemahan-kelemahan seperti produk yang dihasilkan dirasakan kurang memberikan
informasi dan arahan yang relevan bagi stakeholders, cakupan seluruh unsur dirasakan
sukar direalisasikan, dukungan sistem informasi yang lengkap dan andal biasanya
membutuhkan dana dan waktu yang cukup besar, serta umumnya sistem koordinasi
kelembagaan belum mapan dalam rangka pelaksanaan pembangunan dengan
pendekatan yang rasional menyeluruh.
Bagian E - 1
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) PUSAT PERTUMBUHAN RANCABUAYA
"development that meets the needs of the present without compromising the ability of
future generations to meet their own needs. In a way that "promote[s] harmony among
human beings and between humanity and nature".
Dalam ekonomi, pengembangan seperti ini mempertahankan atau meningkatkan modal
saat ini untuk menghasilkan pendapatan dan kualitas hidup yang lebih baik. Modal yang
dimaksud disini tidak hanya berupa modal fisik yang bersifat privat, namun juga dapat
berupa infrastruktur publik, sumberdaya alam (SDA), dan sumberdaya manusia (SDM).
Di Indonesia, pembangunan berkelanjutan ini muncul dari pemikiran untuk menanggapi
tantangan global di bidang ekonomi, sosial, dan lingkungan, melalui pengembangan
ketiga komponen tersebut secara sinergi. Konsep ini memperhatikan kualitas
pertumbuhan, bukan hanya kuantitasnya saja. Dengan demikian, secara singkat
pembangunan berkelanjutan ini dapat diartikan sebagai upaya menumbuhkan
perekonomian dan pembangunan sosial tanpa mengganggu kelangsungan lingkungan
hidup yang sangat penting artinya bagi generasi saat ini dan masa mendatang. Oleh
karena itu, pembangunan keberlanjutan menempatkan 3 pilar utama yang satu sama
lainnya saling terkait dan mendukung, yaitu: 1) pertumbuhan ekonomi, 2) pemerataan
sosial, dan 3) pelestarian lingkungan hidup.
Dengan didasari oleh pendekatan eksternal, internal, dan sustainability, maka
diharapkan penataan ruang yang akan dilakukan merupakan:
a. Penataan ruang yang berdaya guna dan berhasil guna, artinya penataan ruang yang
mewujudkan kualitas ruang yang sesuai dengan potensi dan fungsi ruang.
b. Penataan ruang yang terpadu, artinya penataan ruang yang dianalisis dan
dirumuskan menjadi satu kesatuan dari berbagai kegiatan pemanfaatan ruang yang
dilaksanakan oleh Pemerintah maupun masyarakat.
c. Penataan ruang yang serasi, selaras, dan seimbang, artinya penataan ruang yang
dapat menjamin terwujudnya keserasian, keselarasan, dan keseimbangan struktur
dan pola pemanfaatan ruang bagi persebaran penduduk antarwilayah,
pertumbuhan dan perkembangan antarsektor, antardaerah, dan antara sektor
dengan daerah.
d. Penataan ruang yang berkelanjutan, artinya penataan ruang yang menjamin
kelestarian kemampuan daya dukung sumberdaya alam.
Bagian E - 2
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) PUSAT PERTUMBUHAN RANCABUAYA
Secara khusus perencanaan tata ruang mempunyai tiga tujuan. Pertama, meningkatkan
efisiensi penggunaan ruang sesuai daya dukungnya. Kedua, memberikan kesempatan
kepada masing-masing sektor untuk berpartisipasi dan berkembang secara maksimal
tanpa adanya konflik. Ketiga, meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara merata
(BPPT, 1999).
Konsep pengembangan wilayah berbeda dengan konsep pembangunan sektoral.
Pengembangan wilayah lebih berorientasi pada isu-isu dan permasalahan pokok wilayah
yang saling berkaitan, sedangkan pembangunan sektor berorientasi pada tugas dan
fungsi yang bertujuan untuk mengembangkan aspek atau bidang tertentu, tanpa
memperhatikan keterkaitan dengan sektor lainnya. Meskipun dua konsep itu berbeda
dalam prakteknya keduanya saling melengkapi. Artinya pengembangan wilayah tidak
akan terwujud tanpa adanya pengembangan sektoral secara terintegrasi. Sebaliknya,
pembangunan sektoral tanpa berorientasi pada pengembangan wilayah akan
menghasilkan suatu perencanaan sektoral yang tidak optimal dan menciptakan konflik
antarsektor.
Bagian E - 3
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) PUSAT PERTUMBUHAN RANCABUAYA
B. Definisi KLHS
Dalam dua dekade terakhir seiring dengan semakin bertambahnya pengetahuan di
bidang kajian lingkungan, telah berkembang aneka definisi KLHS yang merefleksikan
perbedaan dalam memaknai tujuan KLHS. Sehingga boleh dikatakan tidak ada
definisi KLHS yang secara universal dianut oleh semua pihak. Namun demikian
secara umum terdapat beberapa definisi/pengertian KLHS. Berikut ini menurut
beberapa ahli terkait definisi KLHS:
a. Menurut Sadler dan Verheem (1996) :
KLHS adalah proses sistematis untuk mengevaluasi konsekuensi lingkungan hidup
dari suatu usulan kebijakan, rencana, atau program sebagai upaya untuk
menjamin bahwa konsekuensi dimaksud telah dipertimbangkan dan dimasukan
sedini mungkin dalam proses pengambilan keputusan paralel dengan
pertimbangan sosial dan ekonomi.
b. Menurut Therieval et al (1992) :
KLHS adalah proses yang komprehensif, sistematis dan formal untuk
mengevaluasi efek lingkungan dari kebijakan, rencana, atau program berikut
alternatifnya, termasuk penyusunan dokumen yang memuat temuan evaluasi
tersebut dan menggunakan temuan tersebut untuk menghasilkan pengambilan
keputusan yang memiliki akuntabilitas public.
c. Menurut DEAT dan CSIR (2000) :
KLHS adalah proses mengintegrasikan konsep keberlanjutan dalam pengambilan
keputusan yang bersifat strategis.
Bagian E - 4
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) PUSAT PERTUMBUHAN RANCABUAYA
Bagian E - 5
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) PUSAT PERTUMBUHAN RANCABUAYA
Dalam definisi KLHS di atas terkandung tiga proses penting yang perlu ditempuh
dalam KLHS di Indonesia :
1. evaluasi pengaruh kebijakan, rencana dan program terhadap lingkungan hidup;
2. integrasi prinsip-prinsip keberlanjutan dalam kebijakan, rencana dan program;
dan
3. proses-proses kelembagaan yang harus ditempuh untuk menjamin prinsip-prinsip
keberlanjutan telah diintegrasikan dalam kebijakan, rencana dan program.
Bagian E - 6
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) PUSAT PERTUMBUHAN RANCABUAYA
Pada butir 2 (Definisi KLHS) telah diutarakan bahwa disamping telah berkembang luas
KLHS berbasis AMDAL (EIA based SEA), kini berkembang pula KLHS untuk Penilaian
Keberlanjutan Lingkungan (atau Environmental Appraisal), dan Kajian Terpadu untuk
Penilaian Keberlanjutan (atau Sustainability Appraisal). Karena ketiga kajian tersebut
mempunyai orientasi tujuan yang relatif berbeda-beda maka masing-masing berturut-
turut dikenal sebagai KLHS yang bersifat instrumental, transformatif dan subtantif
(Sadler 2005:20, dan Partidario 2000) (lihat Tabel E.2).
Bagian E - 7
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) PUSAT PERTUMBUHAN RANCABUAYA
Gambar E.1 Relung KLHS pada Aras Kebijakan, Rencana dan Program
(Partidario 2000:656, dengan modifikasi pada beberapa istilah)
Bagian E - 8
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) PUSAT PERTUMBUHAN RANCABUAYA
Bagian E - 9
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) PUSAT PERTUMBUHAN RANCABUAYA
E.2. METODOLOGI
Metodologi merupakan bagian epistemologi yang mengkaji perihal urutan langkah-
langkah yang ditempuh agar pengetahuan yang diperoleh memenuhi ciri-ciri Ilmiah.
Metodologi juga dapat dipandang sebagai bagian dari logika yang mengkaji kaidah
penalaran yang tepat. Jika kita membicarakan metodologi maka hal yang tak kalah
pentingnya adalah asumsi-asumsi yang melatarbelakangi berbagai metode yang
dipergunakan dalam aktivitas ilmiah.
Bagian E - 10
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) PUSAT PERTUMBUHAN RANCABUAYA
Bagian E - 11
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) PUSAT PERTUMBUHAN RANCABUAYA
Bagian E - 12
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) PUSAT PERTUMBUHAN RANCABUAYA
Bagian E - 13
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) PUSAT PERTUMBUHAN RANCABUAYA
b. Peta Infrastuktur
c. Peta Potensi Resapan Air
d. Peta Rekomendasi Pemanfaatan Ruang Lahan
Bagian E - 14
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) PUSAT PERTUMBUHAN RANCABUAYA
Bagian E - 15
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) PUSAT PERTUMBUHAN RANCABUAYA
Bagian E - 16
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) PUSAT PERTUMBUHAN RANCABUAYA
Bagian E - 17
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) PUSAT PERTUMBUHAN RANCABUAYA
Bagian E - 18
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) PUSAT PERTUMBUHAN RANCABUAYA
Bagian E - 19
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) PUSAT PERTUMBUHAN RANCABUAYA
Gambar E.3 Metodologi Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Metropolitan Bandung Raya
Bagian E - 20
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) PUSAT PERTUMBUHAN RANCABUAYA
Bagian E - 21
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) PUSAT PERTUMBUHAN RANCABUAYA
yan penting dalam mendukung pengembangan suatu kawasan. Kondisi fisik dapat
dikelompokkan menjadi 3 bagian, yaitu:
Fisik dengan limitasi pengembangan; suatu kondisi fisik yang tidak dapat
dikembangkan untuk suatu kegiatan.
Fisik dengan kendala pengembangan; suatu kondisi fisik yang dapat
dikembangkan untuk suatu kegiatan akan tetapi terdapat berbaai kendala.
Fisik dengan kemungkinan pengembanan; suatu kondisi fisik yang dapat
dikembangkan untuk suatu kegiatan tanpa ada kendala.
Untuk mendapatkan kondisi fisik di atas, maka analisis yang perlu dilakukan adalah
analisis superimpose (overlay) dari beberapa kondisi fisik, yaitu:
Kondisi topografi
Kondisi geologi
Kondisi hidrologi
Kondisi hidrogeologi
Kondisi jenis tanah
Dan lain-lain.
Dalam analisis tiap kondisi fisik ini juga diperlukan kriteria-kriteria serta berbagai
pertimbangan untuk mendapatkan hasil kondisi fisik yan sebenarnya. Faktor yang
penting dalam analisis kondisi fisik ini adalah untuk mendapatkan daerah rawan
bencana (tanah longsor, gempa bumi, banjir dll). Dengan diketahui daerah rawan
bencana tersebut maka dapat diantisipasi kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi.
TOPOGRAFI
GEOLOGI
ANALISIS
HIDROLOGI SUPERIMPOSE
(OVERLAY)
HIDROGEOLOGI
JENIS TANAH
WILAYAH
WILAYAH POTENSIAL
PERLINDUNGAN PENGEMBANGAN
Bagian E - 22
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) PUSAT PERTUMBUHAN RANCABUAYA
Bertujuan untuk memahami kondisi dan daya dukung lingkungan dan memahami
tingkat pemanfaatan sumber daya. Pemahaman ini diperlukan untuk merumuskan dan
menempatkan zonasi ruang di wilayah perencanaan seperti kawasan lindung dan
kawasan budidaya, hutan lindung, dan hutan produksi. Sumber daya alam utama yang
akan dibahas dalam kajian ini adalah: sumber daya tanah, sumber daya air, sumber daya
udara, sumber daya hutan, dan sumber daya lainnya.
Analisis kesesuaian lahan bertujuan mengidentifikasi potensi pengembangan berdasarkan
kesesuaian tanah dan merekomendasikan peruntukannya bagi kawasan budidaya dan
kawasan lindung. Secara diagramatis alur analisis salah satu aspek sumber daya tanah,
yaitu analisis kesesuaian lahan pada gambar 3.10.
Analisis evaluasi lahan dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai tingkat
kesesuaian, tingkat kemampuan, dan tingkat ketersediaan lahan untuk kawasan lindung
dan budidaya. Teknik analisis yang dipergunakan di dalam evaluasi lahan ini adalah
teknik scoring dan teknik overlay peta yang didasarkan kepada kriteria penetapan
kawasan lindung dan budidaya. Nilai akhir dari kesesuaian lahan diperoleh dengan
operasi matematis scoring dan overlay peta tersebut.
Kriteria penentuan kawasan budidaya dan non budidaya tersebut dilakukan berdasarkan
Keppres No. 32 Tahun 1990 tentang penetapan kawasan lindung, penetapan kriteria
dan pola pengelolaan kawasan budidaya (BAPPENAS, 1995), FAO (1976) tentang
Kerangka Kerja Evaluasi Kesesuaian Lahan, PPTA (1993). Rangkuman kriteria tersebut
dapat digambarkan pada Tabel F.2. Kriteria Fisik Lingkungan Kawasan Budidaya dan
Kawasan Lindung.
Tabel E.3 Kriteria Fisik Lingkungan Kawasan Budidaya dan Kawasan Lindung
Kawasan Kawasan Lindung
Kualitas/Karakteristik Lahan
Budidaya (salah satu sifat atau lebih)
Iklim (Schmidt&Ferguson, 1951) A, B, C, D, E, F G, H
Ketinggian (m dpl) < 2000 > 2000
Bentuk wilayah Datar – Berbukit Bergunung
Kelerangan (%) < 40 > 40
Singkapan Batuan (%) < 50 > 50
Bahaya Banjir - > 1 x /th
Bahaya longsor/erosi Stabil Labil
Sphagnofibrist, Tropofibrist, Tropofolist,
Jenis Tanah (Soil Taxonomy, Halaquepts, Natrabolls, Natraquoll,
Lainnya
1994) Lithic,Natrustolls, Natraqualfs, Natustalfs,
Hyrdaquents, Psamments
Sumber : Diolah dari Keppres No. 32 Tahun 1990 tentang penetapan kawasan lindung, penetapan
kriteria dan pola pengelolaan kawasan budidaya (BAPPENAS, 1995), FAO (1976) tentang
Kerangka Kerja Evaluasi Kesesuaian Lahan, PPTA (1993)
Bagian E - 23
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) PUSAT PERTUMBUHAN RANCABUAYA
Pengumpulan data
(Studi Pustaka dan Survai
Lapangan)
Overlay
Elaborasi
kriteria
Elaborasi: Unit Kriteria
Karakteristik Evaluasi Lahan
Lahan dan
Kualitas Evaluasi
Lahan Lahan
(Komparati
Peta
Kesesuaian
Kawasan
Kawasan Budidaya
Lindung
Dari Analisis dan Kriteria tersebut di atas, maka dapat dibangun model persyaratan
penggunaan lahan bagi jenis penggunaan lahan yang dipertimbangkan melalui metoda
pohon keputusan. Pohon keputusan ini terdiri dari seperangkat persyaratan penggunaan
lahan dengan masing-masing karakteristik-karakteristik pencirinya, dimana satu sama lain
(karakteristik pendiri) saling berpengaruh terhadap potensi lahan bagi jenis penggunaan
lahan yang dipertimbangkan, sehingga hasil akhir pemanfaatan lahan dapat tertuang
dalam rencana secara lebih akurat dan terukur.
Penilaian kelas kesesuaian lahan agregat (satuan lahan) secara umum ditentukan
berdasarkan faktor pembatas yang paling berat (maximum limiting factors, FAO, 1976).
Bagian E - 24
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) PUSAT PERTUMBUHAN RANCABUAYA
Evaluasi dilakukan pada satuan lahan sesuai dengan ketersediaan data. Masing-masing
satuan lahan di wilayah studi terdiri dari campuran dua jenis tanah atau lebih. Batasan
antara dua jenis tanah atau lebih ini tidak dapat didelineasi pada peta yang digunakan,
sehingga perlu dilakukan kajian survey pemetaan tanah lebih lanjut pada tingkat
kedetilan yang lebih tinggi. Jenis penggunaan lahan yang dipertimbangkan berdasarkan
pengelompokkan jenis komoditas yang mempunyai kemiripan (similar land use
requirements).
Stratifikasi hasil evaluasi lahan disesuaikan dengan kedalaman data yang tersedia yaitu
pada tingkat subkelas dengan disertai pencantuman faktor pembatas masing-masing
kelas:
Sesuai (S), bila lahan sesuai untuk penggunaan tertentu dengan pembatas
ringan dan dapat diusahakan secara berkelangsungan tanpa menimbulkan
kerusakan sumberdaya lahan.
Sesuai bersyarat (CS), bila lahan sesuai untuk penggunaan tertentu dengan
pembatas cukup berat, tetapi masih dapat diusahakan secara
berkelangsungan dengan masukan tinggi.
Tidak sesuai (N), bila lahan tidak sesuai untuk penggunaan tertentu dengan
pembatas berat dan tidak ada teknologi untuk mengatasinya, sehingga kalau
diusahan akan
Kualitas lahan yang menjadi faktor pembatas kesesuaian diantaranya sebagai berikut:
Hidrologi (h)
Tipe Iklim (i)
Elevasi (k)
Media perakaran (r)
Terrain (s)
Temperatur Udara (t)
Ketersediaan air (w)
Toksisitas (x)
Setiap faktor pembatas tersebut ditentukan oleh karakteristik-karakteristik penciri
masing-masing kualitas lahan dan signifikan menjadi pembatas dalam pengembangan
jenis penggunaan lahan yang dipertimbangkan.
Bagian E - 25
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) PUSAT PERTUMBUHAN RANCABUAYA
Bagian E - 26
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) PUSAT PERTUMBUHAN RANCABUAYA
Qtot = (n1 A1 V1) + (n2 A2 V2) +(n3 A3 V3) +…..+ (nn An Vn)
Dengan:
Qtot = debit air total dari semua sumber air yang ada
nn = jumlah sumber air yang ada untuk satu sumber (mis sungai, danau dll)
AnVn = debit air untuk masing-masing sumber air
Sedangkan proyeksi kebutuhan akan air bersih dihitung berdasarkan hasil proyeksi
penduduk, dengan rincian kebutuhan untuk fasilitas umum dan kebutuhan
domestik. Besaran perkiraan kebutuhan air dilakukan dengan menghitung jumlah
konsumen (masyarakat, perkantoran, fasilitas ibadah, fasilitas pendidikan,
perdagangan dll) dikalikan dengan standar kebutuhan air bersih untuk masing-
masing konsumen.
Dengan :
Kf = proyeksi kebutuhan air bersih untuk berbagai fasilitas yang didapat
dengan cara mengalikan standard kebutuhan (antara 80 L/hr/orang – 120
L/hr/orang) dengan banyaknya fasilitas dan banyaknya orang yang terdapat
pada fasilitas tersebut.
Kd = proyeksi kebutuhan air domestik untuk rumah tangga. Diperoleh dengan cara
mengalikan standar kebutuhan (antara 60 L/hr/orang – 80 L/hr/orang) dengan
besarnya jumlah penduduk pada suatu peruntukan tertentu.
Bagian E - 27
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) PUSAT PERTUMBUHAN RANCABUAYA
Bagian E - 28
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) PUSAT PERTUMBUHAN RANCABUAYA
Bagian E - 29
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) PUSAT PERTUMBUHAN RANCABUAYA
- Komposisi Penduduk
Komposisi penduduk dibedakan menurut umur dan jenis kelamin. Komposisi
dimaksud dibutuhkan dalam perencanaan pengembangan fasilitas pelayanan sosial
dan ekonomi.
- Teknik analisis yang digunakan untuk menghitung perkiraan laju pertumbuhan
penduduk.
Perkiraan laju pertumbuhan penduduk diperlukan dalam perencanaan pembangunan
daerah, untuk: (i) memperkirakan jumlah dan jenis fasilitas pelayanan sosial ekonomi
yang dibutuhkan selama kurun waktu pelaksanaan rencana, dan (ii) merubah
kecenderungan laju pertumbuhan penduduk dalam rangka menanggulangi dinamika
penduduk yang terlalu pesat. Pertumbuhan penduduk di suatu daerah dipengaruhi
oleh: (1) besarnya kelahiran, (2) besarnya kematian, dan (3) besarnya migrasi masuk
dan migrasi keluar.
Keadaan penduduk pada tahun tertentu dapat dilukiskan sebagai benikut :
Dengan :
Pt = jumlah penduduk pada tahun t
Po = jurnlah penduduk pada tahun dasar
B = jumlah kelahiran
D = Jumlah kematian
Mi = jumlah migrasi masuk
Mo = jumlah migrasi keluar
(B-D) = pertumbuhan penduduk alamiah
(Mi-Mo) = pertumbuhan penduduk migrasi (neto)
Pn = P (1+R
)n
Pn = Jumlah penduduk di daerah yang diselidiki pada tahun n
P = Jumlah penduduk di daerah yang diselidiki pada tahun dasar
R = Tingkat (prosentase) pertambahan penduduk rata-rata setip tahun
Bagian E - 30
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) PUSAT PERTUMBUHAN RANCABUAYA
Pt = a + bx
a = P X - P XP
N X - (X)
b = N XP - P XP
N X - (X)
Bagian E - 31