Anda di halaman 1dari 31

SPESIFIKASI TEKNIS

1. Lokasi dan 1.1 Nama Pekerjaan


Lingkup Pekerjaan : Pembangunan Saluran Drainase Paket 1:
Pekerjaan Mlati, Sleman, Turi, Seyegan
T.A. : 2023

1.2 Lokasi Pekerjaan


Pekerjaan ini berlokasi di:
A. Jl. Letkol Subadri, Jumeneng Lor
B. Jl. Purbaya Warak
C. Jl. Letkol Subadri, Ngangkrik, Triharjo
D. Gondoarum, Wonokerto, Turi
E. Jalan Kabupaten Somokaton - Banyu Urip

1.3 Lingkup Pekerjaan


Lingkup pekerjaan ini terdiri dari :
A. UMUM
1. SMK 3
2. Laboratorium
B. Jl. Letkol Subadri, Jumeneng Lor
1. Pekerjaan Persiapan
2. Pekerjaan Drainase
• Pekerjaan Saluran Drainase
• Pekerjaan BK/SR I
• Pekerjaan Street Inlet
C. Jl. Purbaya Warak
1. Pekerjaan Persiapan
2. Pekerjaan Saluran Drainase
• Pekerjaan Tanah
• Pekerjaan U-Ditch
• Pekerjaan Box Culvert
• Pekerjaan Bak Kontrol
• Pekerjaan Tutup Bak Kontrol
• Pekerjaan Sumur Resapan
• Pengembalian Fasilitas Umum
D. Jl. Letkol Subadri, Ngangkrik, Triharjo
1. Pekerjaan Persiapan
2. Pekerjaan Drainase
• Pekerjaan Saluran Drainase
• Pekerjaan Bak Kontrol/Sumur Resapan 1
• Pekerjaan Bak Kontrol/Sumur Resapan 2
• Pekerjaan Gorong-Gorong 3
• Pekerjaan Outfall
E. Gondoarum, Wonokerto, Turi
1. Pekerjaan Persiapan
2. Pekerjaan Drainase
• Pekerjaan Saluran Drainase
• Pekerjaan Bak Kontrol
• Pekerjaan Outfall
• Pekerjaan Cor ditempat Tipe 1
• Pekerjaan Cor ditempat Tipe 2
• Pekerjaan Cor ditempat Tipe 3
F. Jalan Kabupaten Somokaton - Banyu Urip
1. Pekerjaan Persiapan
2. Pekerjaan Drainase
• Pekerjaan Saluran Drainase

2. Tenaga Kerja 2.1 Tenaga Kerja


dan Peralatan Untuk memperlancar pelaksanaan pekerjaan,
Penyedia Jasa konstruksi harus menyediakan:
1. Tenaga kerja/tenaga ahli yang cukup memadai
disesuaikan dengan jenis pekerjaan yang akan
dilaksanakan. Daftar personil inti yang perlu
disediakan guna dilibatkan menangani pekerjaan
beserta persyaratannya sebagaimana tercantum
dalam KAK.
2. Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah SPMK
(Surat Perintah Mulai Kerja) dikeluarkan Penyedia
Jasa sudah harus menyerahkan nama-nama
tenaga ahli yang dipergunakan di atas lengkap
dengan Curriculum Vitae-nya serta Bagan
Organisasinya yang menggambarkan hubungan
kerja antar personil Penyedia Jasa. Penyedia Jasa
harus bisa menjalin kerja sama yang baik dengan
Instansi terkait.
3. Pada setiap tahapan pekerjaan Konstruksi,
Penyedia Jasa harus menyediakan tenaga mandor,
tukang dan pekerja yang cukup terampil serta
cukup jumlahnya, ditambah 1 (satu) orang tukang
gambar bila diperlukan untuk pembuatan shop
drawing.
4. Seluruh tenaga yang disediakan harus
berkonsentrasi penuh pada pelaksanaan pekerjaan
pada proyek ini saja sampai selesainya seluruh
pekerjaan.
5. Penyedia Jasa berkewajiban
menambah/mengganti tenaga seperti yang
dimaksud pada butir 1 dan 2 di atas apabila diminta
oleh Direksi Teknis dan Konsultan Pengawas
berdasarkan pertimbangan-pertimbangan teknis
yang masuk akal.
6. Kecuali ditentukan lain dalam Spesifikasi Teknis,
Penyedia Jasa harus membuat pengaturannya
sendiri dalam hal pengangkatan semua staf dan
tenaga kerja, lokal atau lainnya, dan mengenai
pembayaran, perumahan, makanan, transportasi
dan pembayaran yang harus dikeluarkan termasuk
kompensasi yang menjadi haknya berdasarkan
perundang-undangan Republik Indonesia bilamana
pekerjaan telah berakhir.
7. Penyedia Jasa tidak akan menawarkan pekerjaan
kepada pegawai dari Pemilik Proyek selama masa
Kontrak dan setelahnya kecuali dengan seijin
tertulis dari Pemilik Proyek.
8. Untuk mendapatkan tenaga kerja di lapangan,
Penyedia Jasa harus memberikan prioritas utama
kepada orang-orang yang tinggal atau berasal dari
tempat lokasi proyek.
9. Penyedia Jasa harus menyediakan fasilitas
pertolongan pertama dalam kecelakaan dan
beberapa staf harus mampu melakukan tugas
pertolongan pertama, sesuai dengan petunjuk
Direksi Teknis dan Konsultan Pengawas.
10. Penyedia Jasa akan secepatnya melapor kepada
Direksi Teknis dan Konsultan Pengawas bila terjadi
peristiwa kecelakaan di lokasi proyek atau dimana
saja yang berhubungan dengan Pekerjaan ini.
Penyedia Jasa juga harus melaporkan kecelakaan
tersebut kepada instansi yang berwenang apabila
laporan tersebut disyaratkan oleh undang-undang.

2.2 Peralatan
1. Daftar peralatan harus dilampiri dengan Bukti
Kepemilikan Alat (Surat Pernyataan
Kepemilikan/Bukti Sewa/Bukti Pembelian/Bukti
Kepemilikan Lainnya) sebagaimana tercantum
dalam KAK.
2. Semua peralatan yang akan digunakan untuk
pekerjaan ini harus merupakan peralatan yang
masih berfungsi dengan baik.
3. Direksi Teknis dan Konsultan Pengawas dapat
menghentikan pelaksanaan pekerjaan konstruksi
bila secara teknis peralatan yang dipergunakan
Penyedia Jasa dinilai tidak memenuhi persyaratan
baik jumlahnya maupun kelayakan fungsinya.
4. Bila Penyedia Jasa tidak dapat menyediakan
peralatan tersebut, Direksi Teknis dan Konsultan
Pengawas berhak menyediakannya dengan biaya
sewa sepenuhnya harus ditanggung oleh Penyedia
Jasa.

3. Syarat 3.1 Umum


Bahan/Material Semua bahan-bahan yang dipakai dalam pekerjaan ini
harus memenuhi syarat sebagai berikut:
1. Sesuai dengan peraturan-peraturan bahan yang
berlaku di Indonesia, yaitu :
a. Peraturan Umum Pemeriksaan Bahan-bahan
Bangunan (PUPB NI-3/56).
b. Peraturan Umum Bahan Indonesia (PUBI 1983)
c. Peraturan Beton (PB) 1989 dan PBI 1971
d. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk
Bangunan Gedung 1991 (SKSNI T-15- 1991-03)
Departemen Pekerjaan Umum
e. Semen Portland (SNI 15-2049-1994)
f. Baja Tulangan Beton (SNI 2052-2017)
g. Mutu dan Cara Uji Agregat Beton (SNI 03-1750-
1990)
h. Spesifikasi Beton Struktural (SNI 03-6880-2002)
i. Semen Adukan Pasangan (SNI 15-3758-1995)
j. Spesifikasi Agregat Halus Untuk Pekerjaan
Adukan dan Plesteran Dengan Bahan Dasar
Semen (SNI 03-6820-2002)
k. Spesifikasi Mortar Untuk Pekerjaan Pasangan
(SNI 03-6882-2002)
2. Material yang didatangkan harus mendapatkan
ijin/persetujuan terlebih dahulu dari Direksi Teknis
dan Konsultan Pengawas dengan memperlihatkan
masing-masing contoh bahan.
3. Jika terjadi perselisihan paham dalam pemeriksaan
bahan, Direksi Teknis dan Konsultan Pengawas
berhak memerintahkan kepada pemborong untuk
pemeriksaan bahan tersebut pada Laboratorium
Pemeriksaan Bahan Bangunan Fakultas Teknik
UGM atau laboratorium lain yang ditunjuk dengan
biaya ditanggung oleh Penyedia Jasa.
4. Penyetoran bahan harus diatur sedemikian rupa
supaya tidak mengganggu lalu lintas.
5. Bahan-bahan yang tidak memenuhi syarat dan
dinyatakan tidak layak oleh Direksi Teknis dan
Konsultan Pengawas harus segera dikeluarkan dari
lokasi pekerjaan dalam batas waktu 2 x 24 jam. Jika
dalam waktu tersebut diatas tidak dilaksanakan,
Direksi Teknis dan Konsultan Pengawas berhak
mengeluarkan dari lokasi pekerjaan atas biaya yang
dibebankan kepada Penyedia Jasa dan terhadap
bahan-bahan yang hilang menjadi tanggung jawab
Penyedia Jasa yang bersangkutan.

3.2 Agregat Halus


1. Pasir harus terdiri dari butir butir yang tajam, tidak
terlalu halus, keras dan bersudut.
2. Bebas dari bahan bahan organis, lumpur, tanah
lempung dan sebagainya, jumlah kandungan bahan
ini maksimal 5% dan tidak mengandung garam.
3. Mempunyai variasi besar butir (gradasi) yang baik
dengan ditunjukan dengan nilai Modulus halus butir
antara 1,50-3,80.
4. Pasir harus dalam keadaan jenuh kering muka.

3.3 PC (Portland Cement)


1. PC yang digunakan PC type I keluaran pabrik
Semen Gresik, Dynamix, Tiga Roda, Bima atau
merk lain yang sekualitas yang disetujui Direksi
Teknis dan Konsultan Pengawas.
2. Tidak diijinkan menggunakan semen cap
rumah/semen tanpa merk.
3. Penyimpanan PC harus ditempat yang terlindung
dari hujan/di dalam gudang dan dijaga agar tidak
mengeras sebelum digunakan. Semen yang telah
mengeras di tempat penyimpanan tidak
diperbolehkan untuk dipakai dalam pekerjaan ini.
4. Semen Portland, harus sesuai dengan SNI15-2049-
1990 tentang mutu dan cara uji semen Portland.
5. Harus dipakai 1 (satu) merk semen untuk seluruh
pekerjaan.
6. Semen harus didatangkan dalam zak yang
utuh/tidak pecah, tidak terdapat kekurangan berat
dari apa yang tercantum pada zak.
7. Semen masih harus dalam keadaan fresh (belum
mulai mengeras).
8. Semen yang sudah disimpan lebih dari 6 bulan sejak
dibuat perlu diuji sebelum digunakan, jika sudah
rusak harus ditolak.

3.4 Air
1. Air yang digunakan untuk membasahi/mencampur
adukan harus menggunakan air tawar yang bersih
dari segala macam kotoran dan tidak mengandung
bahan kimia yang dapat merusak konstruksi.
2. Selanjutnya syarat-syarat air untuk mortar dan beton
harus memenuhi standar PUBI 1983 diantaranya:
a. Tidak mengandung lumpur atau benda
melayang lainnya lebih dari 2 gram/liter.
b. Tidak mengandung garam-garam yang dapat
merusak beton (asam, zat organik lainnya) lebih
dari 15 gram/liter.
c. Tidak mengandung khlorida (Cl) lebih dari 0,5
gram/liter.
d. Tidak mengandung senyawa sulfat lebih dari 1
gram/liter.
e. Apabila dipandang perlu, Konsultan Pengawas
dapat minta kepada penyedia Jasa konstruksi
supaya air yang dipakai diperiksa di
laboratorium pemeriksaan bahan yang resmi
dan sah atas biaya penyedia Jasa konstruksi.

3.5 Pasir Urug/Pasir Pengisi


Pasir untuk urugan adalah pasir dengan butiran halus,
yang lazim disebut pasir urug. Pasir pantai tidak boleh
digunakan sebagai pasir urug.

3.6 Agregat Kasar


1. Kerikil/split untuk beton harus menggunakan kerikil
dari batu kali hitam pecah, bersih dan bermutu
baik.
2. Kerikil/split yang direkomendasikan adalah kerikil
hasil pecah mesin.
3. Batu pecah (split) harus mempunyai susunan
gradasi yang baik, cukup syarat kekerasannya dan
padat (tidak porous), dengan tekstur permukaan
kasar, butir-butirnya tajam, kuat dan bersudut.
4. Dimensi maksimum dari agregat kasar tidak lebih
dari 3,81 cm dan tidak lebih besar dari 3/4 jarak
bersih antar baja tulangan atau jarak baja tulangan
dengan cetakan dan tidak boleh lebih besar dari
1/3 tebal plat.
5. Kadar lumpur tidak boleh melebihi dari 1% berat
kering dan tidak boleh mengandung garam.

3.7 Besi
1. Baja tulangan yang digunakan adalah baja
tulangan polos dengan mutu baja U 24, yang di
dalam gambar perencanaan ditandai dengan Ø
sebagai kode diameternya.
2. Mutu baja U 24 harus memenuhi tegangan leleh
karakteristik (fy) 2400 kg/cm2.
3. Besi tulangan harus merupakan besi yang baru
atau belum pernah digunakan sebelumnya

3.8 U-Ditch dan Box Culvert


1. Mutu beton: Tes kuat tekan kubus rata-rata 350
Kg/cm² pada umur 28 hari.
2. Mutu baja tulangan :
• Hard Drawn Wire (HDW)
• TEGANGAN LELEH ≥ 4500 kg/cm2
• TEGANGAN TARIK ≥ 5000 kg/cm2
3. Box Culvert, U-Ditch dan Tutup U-Ditch yang
digunakan dalam pekerjaan ini adalah tipe Heavy
Duty/Beban Berat dengan kuat tekan 10 ton.
4. Semen Portland harus sesuai dengan SNI 15-
2049-1990 tentang mutu dan cara uji semen
Portland
5. Agregat halus (pasir) harus sesuai dengan SNI 03-
1750-1990 tentang mutu dan cara uji agregat beton
6. Agregat kasar (kerikil) harus sesuai dengan SNI
03-1750-1990 tentang mutu dan cara uji agregat
beton
7. Besi tulangan harus sesuai dengan SNI 07-2052-
1990 tentang baja tulangan beton
8. Air harus sesuai dengan SNI 03-6861.1-2002
tentang spesifikasi air sebagai bahan bangunan
9. Beton precast U-DITCH yang digunakan harus
berasal dari pabrik yang sudah mempunyai
spesifikasi produk khusus beton precast, baik
dimensi, mutu, maupun uji bahan.
10. Penyedia wajib melampirkan surat perjanjian
kerjasama dengan pabrik beton precast, minimal 1
(satu) Pabrikan Produsen Beton Precast.
11. U-Ditch dan tutup yang digunakan harus
memenuhi standart minimal sebagai berikut :

a. Ukuran dan dimensi U-ditch 60 x 80.


Keterangan Ukuran U-Ditch (minimum) :
s h t1 t2
(cm) (cm) (cm) (cm)
60 80 7 8,5

Keterangan Ukuran Tutup U-Ditch Heavy Duty


(minimum) :
w t
(cm) (cm)
74 12,5
b. Ukuran dan dimensi U-ditch 80 x 80.
Keterangan Ukuran U-Ditch (minimum) :
s h t1 t2
(cm) (cm) (cm) (cm)
80 80 8 8

Keterangan Ukuran Tutup U-Ditch Heavy Duty


(minimum) :
W t
(cm) (cm)
96 15

12. Dimensi box culvert harus memenuhi :


W

t2

L t2

t1 S t1

a. Ukuran dan Dimensi Box Culvert 40 x 40


(minimum) :
Dimensi (cm)
Tipe (minimum)
S h T1 T2
Box Culvert
40 40 8 8
40 x 40

b. Ukuran dan Dimensi Box Culvert 60 x 60


(minimum) :
Dimensi (cm)
Tipe (minimum)
S h T1 T2
Box Culvert
60 60 9 9
60 x 60
13. Pembayaran pekerjaan saluran U-Ditch dan Box
Culvert (berbagai dimensi ukuran) adalah satuan
meter terpasang.

14. Detail penampang saluran U-Ditch dan Box Culvert


(berbagai dimensi ukuran) tidak mengikat ke suatu
produk tertentu. Selain ketebalan beton precast,
penyesuaian bentuk tampang diizinkan selama
lebar dan tinggi minimum terpenuhi dan dengan
persetujuan dari direksi dan PPK pekerjaan.

15. Detail tutup saluran U-Ditch tidak mengikat suatu


produk tertentu. Perubahan konfigurasi lubang
atau bentuk tutup diizinkan selama fungsi masih
terpenuhi dengan persetujuan dari direksi dan PPK
pekerjaan.

16. U-Ditch dan Box Culvert yang digunakan wajib


menunjukan kualitas sesuai dengan spesifikasi
yang digunakan dengan melampirkan hasil uji
laboratorium (Hammer Test).

3.9 Inlet Besi Cor


1. Syarat – syarat Umum
a. Inlet besi cor adalah besi cor baru, tidak bekas
b. Inlet harus diberi minimal dua engsel agar
mudah di buka tutup.
c. Desain inlet harus dikonsultasikan dan
disetujui oleh Direksi Teknis dan Konsultan
Pengawas sebelum dilakukan pencetakan.
d. Garansi untuk inlet dan manhole berlaku
selama 1 tahun dan jika mengalami kerusakan,
Penyedia wajib mengganti dengan barang
yang baru. Garansi inlet tersebut dituangkan
dalam Surat Pernyataan Jaminan
Mutu/Kualitas dan ditandatangani oleh Pabrik
dan Penyedia Jasa.
e. Penyedia Jasa wajib melampirkan hasil
pengujian loading test inlet sesuai yang
disyaratkan oleh Direksi Teknis dan Konsultan
Pengawas.
2. Syarat – syarat Khusus
a. Inlet 60 x 60 (syarat minimum)
P L Tebal
(cm) (cm) (cm)
60 60 4
Ketebalan meliputi frame dan bagian tengah
grill. Grill harus memenuhi uji beban (loading
test) untuk beban titik minimal 10 ton
b. Inlet 70 x 70 (syarat minimum)
P L Tebal
(cm) (cm) (cm)
70 70 4
Ketebalan meliputi frame dan bagian tengah
grill. Grill harus memenuhi uji beban (loading
test) untuk beban titik minimal 10 ton

4. Pekerjaan 4.1 Umum


Persiapan Sebelum pekerjaan dimulai Penyedia Jasa harus
melakukan persiapan-persiapan sebagai berikut :
1. Mengirim surat pemberitahuan mulai pekerjaan
kepada Kecamatan, Kelurahan setempat dan
Instansi terkait.
2. Penyedia Jasa bersama Direksi Teknis dan
Konsultan Pengawas melakukan pengukuran dan
pematokan bersama.
3. Penyedia Jasa harus menyiapkan brak bahan
dengan ukuran dan fasilitas cukup.
4. Membuat Schedulle Pelaksanaan Pekerjaan,
minimal dengan Kurva S atau Bar Chart yang
disahkan oleh PPK dan Kepala Dinas.
5. Membuat Metode Kerja yang akan dipakai selama
melaksanakan pekerjaan yang disahkan oleh PPK
dan Kepala Dinas.
6. Menggandakan RKS dan Gambar Rencana untuk
pedoman pelaksanaan.
7. Membuat dan memasang papan nama proyek di
lokasi pekerjaan dengan mencantumkan nama
kegiatan, pekerjaan, lokasi, besarnya anggaran
kegiatan dengan jelas dan hal-hal lain yang wajib
dituliskan pada papan nama proyek. Ukuran papan
nama proyek harus mendapat persetujuan terlebih
dahulu dari Direksi Teknis dan Konsultan Pengawas
sebelum dibuat.
8. Papan Nama Proyek harus dipasang sebelum
proyek dimulai, dan dipasang ditempat yang mudah
dilihat dan dibaca.
9. Memobilisasi peralatan kerja, membuat rambu-
rambu lalu lintas, dan membuat jembatan sementara
untuk pertolongan keluar masuk.

4.2 Pengukuran
1. Lingkup pekerjaan
Pekerjaan pengukuran adalah pekerjaan
pengukuran lokasi proyek untuk menentukan
luasan, batas-batas lokasi, ketinggian dan level
eksisting lokasi proyek hingga menghasilkan data
berupa gambar yang lengkap.
2. Pelaksanaan pekerjaan
a. Penyedia Jasa konstruksi diwajibkan
mengadakan pengukuran dan penggambaran
kembali lokasi pembangunan dengan dilengkapi
keterangan-keterangan mengenai peil,
ketinggian tanah, letak pohon, letak batas-batas
tanah dengan alat-alat yang sudah ditera
kebenarannya.
b. Ketidak cocokan yang mungkin terjadi antara
gambar dan keadaan lapangan yang
sebenarnya harus segera dilaporkan kepada
Direksi Teknis, Konsultan Pengawas dan
Konsultan Perencana untuk dimintakan
keputusannya.
c. Penentuan titik ketinggian dan sudut-sudut
hanya dilakukan dengan alat-alat waterpass/
Theodolith yang ketepatannya dapat
dipertanggungjawabkan.
d. Penyedia Jasa konstruksi harus menyediakan
Theodolith/waterpass beserta petugas yang
melayaninya untuk kepentingan pemeriksaan
Direksi Teknis dan Konsultan Pengawas selama
pelaksanaan proyek.

4.3 Papan Nama Proyek


1. Lingkup pekerjaan
Pekerjaan Papan Nama Proyek adalah pembuatan
papan nama untuk informasi pekerjaan yang akan
dilaksanakan.
2. Pelaksanaan pekerjaan
a. Penyedia Jasa diwajibkan memasang papan
nama proyek dengan ukuran 80 x 120 cm di
tempat lokasi pekerjaan yang mudah dilihat
umum.
b. Pemasangan papan nama pekerjaan dilakukan
pada saat dimulainya pelaksanaan pekerjaan.
c. Bentuk papan nama pekerjaan, ukuran, isi dan
warnanya ditentukan kemudian, yang
dikoordinasikan terlebih dahulu dengan Direksi
Teknis.

4.4 Pekerjaan Papan Dasar Pengukuran/Bowplank.


1. Lingkup pekerjaan
Pekerjaan papan dasar pengukuran adalah
pekerjaan pembuatan papan dasar pengukuran di
lokasi proyek meliputi pekerjaan pengukuran dan
pemasangan papan-papan untuk menentukan tinggi
acuan bangunan dan letak as-as bangunan.
2. Pelaksanaan pekerjaan
a. Papan dasar pelaksanaan dipasang pada patok
kayu kasau Meranti atau glugu 5/7, tertancap di
tanah sehingga tidak bisa digerak-gerakkan
atau diubah-ubah, berjarak maksimum 2 m satu
sama lain.
b. Papan patok ukur dibuat dari kayu meranti,
dengan ukuran tebal 3 cm, lebar 20 cm, lurus
dan diserut rata pada sisi sebelah atasnya
(waterpass).
c. Tinggi sisi atas papan patok ukur harus sama
satu dengan lainnya, kecuali dikehendaki lain
oleh Direksi Teknis dan Konsultan Pengawas.
d. Papan dasar pelaksanaan dipasang sejauh 200
cm dari as pondasi terluar, Bila mana Lokasi
tidak memungkinkan maka dipasang pada
bagian terluar yang paling aman, dan harus
mendapat persetujuan Direksi Teknis dan
Konsultan Pengawas.

4.5 Listrik Kerja dan Air Kerja


1. Lingkup pekerjaan
Pekerjaan pengadaan listrik kerja dan air kerja
merupakan pekerjaan pengadaan air dan
pengadaan listrik untuk mendukung pelaksanaan
pekerjaan dan untuk penerangan lokasi di malam
hari. Pekerjaan ini tidak masuk dalam penawaran
namun menjadi kewajiban penyedia barang dan jasa
untuk menyediakannya demi kelancaran pekerjaan.
2. Pelaksanaan pekerjaan
a. Pengadaan air kerja dengan pengadaan pompa
air untuk mengambil air bersih dari sumur
exsisting atau sumber air bersih yang ada.
b. Air bersih ditampung menggunakan bak
penampung air (drum) untuk pelaksanaan
pekerjaan serta untuk air kebutuhan direksi.
c. Pengadaan listrik kerja dengan pemasangan
listrik sementara dari PLN menggunakan
Genset atau menyambung dari listrik rumah
tangga di sekitar pekerjaan dengan biaya
sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penyedia
Jasa.
d. Lampu-lampu penerangan lokasi dipasang
sampai selesainya pekerjaan.

4.6 Pekerjaan Pembersihan Lokasi


1. Lingkup pekerjaan
Pekerjaan pembersihan lokasi adalah pekerjaan
pembersihan lokasi proyek yang ditunjukkan pada
gambar rencana hingga lokasi proyek siap untuk
pekerjaan selanjutnya.
2. Pelaksanaan pekerjaan
a. Lokasi proyek harus dibersihkan dari rumput,
semak, akar-akar pohon, dan bongkaran.
b. Segala macam sampah dan material bekas
bongkaran harus dikeluarkan dari lokasi proyek,
dan tidak dibenarkan untuk ditimbun di luar
pagar proyek meskipun untuk sementara.

4.7 Pemasangan Rambu-Rambu dan Pengaturan Lalu


Lintas
1. Lingkup pekerjaan
Pekerjaan ini meliputi pemasangan rambu-rambu
untuk keamanan pengguna jalan dari tumpukan
material atau pelaksanaan pekerjaan, rambu-rambu
peringatan berhati-hati, rambu-rambu pengalihan
atau petunjuk arah arus lalu lintas jika diperlukan,
dan pengaturan lalu lintasnya.
2. Pelaksanaan pekerjaan
a. Bahan rambu-rambu dapat menggunakan besi
atau bahan fleksi dengan rangka kayu.
b. Ukuran rambu-rambu lebar 50 cm dan tinggi 120
cm.
c. Pada rambu-rambu harus tertulis Perusahaan
Penyedia Jasa yang mengerjakan dan nomor
telpon Penyedia Jasa.
d. Penyedia Jasa Konstruksi wajib memasang
rambu-rambu petunjuk maupun peringatan
untuk berhati-hati minimal dipasang 50 meter
sebelum lokasi yang dikerjakan
e. Penyedia Jasa wajib menyediakan tenaga kerja
yang bertugas mengatur jalannya lalu lintas.

4.8 Penyediaan Alat Keselamatan Kerja


Penyedia Jasa konstruksi harus menyediakan Peralatan
P3K, helm pengaman, masker, sepatu lapangan dan
alat-alat keselamatan kerja lainnya yang dipandang
perlu selama proses pekerjaan.

5. Pekerjaan 5.1 Pekerjaan Bongkaran


Bongkaran dan 1. Lingkup pekerjaan
Tanah Pekerjaan bongkaran dalam pekerjaan ini meliputi:
a. Pembongkaran dinding dan tutup plat saluran
lama yang perlu dibongkar untuk diganti dengan
saluran yang baru.
b. Pembongkaran fasilitas umum lainnya yang
sementara harus dibongkar untuk
memperlancar jalannya pekerjaan.
2. Pelaksanaan Pekerjaan
a. Selama pekerjaan pembongkaran Penyedia
Jasa harus menjamin agar lalu lintas tidak
terganggu.
b. Pembongkaran harus dilakukan dengan hati-
hati agar tidak merusak bagian lain yang
seharusnya tidak perlu dibongkar.
c. Material bekas bongkaran yang tidak terpakai
harus segera dikeluarkan dari lokasi pekerjaan
maksimal 2 x 24 jam.
d. Lokasi pembuangan harus dikoordinasikan
terlebih dahulu dengan Direksi Teknis dan
Konsultan Pengawas.

5.2 Pekerjaan Galian Tanah


1. Lingkup pekerjaan
Pekerjaan tanah dalam pekerjaan ini meliputi galian
tanah untuk pembuatan saluran.
2. Pelaksanaan Pekerjaan
a. Sebelum memulai pekerjaan, selambat-
lambatnya 2 hari, penyedia Jasa konstruksi
harus menyiapkan rencana kerja pekerjaan
galian meliputi volume pekerjaan, jumlah tenaga
kerja dan alat, jadwal pelaksanaan dan alur
pekerjaan untuk mendapat persetujuan dari
Direksi Teknis dan Konsultan Pengawas,
disertai gambar shop drawing.
b. Sebelum pelaksanaan penggalian, harus
diadakan koordinasi dengan pihak-pihak yang
terkait untuk mengantisipasi keberadaan
jaringan instalasi listrik, telepon, atau instalasi
air diseputar area galian.
c. Kedalaman, bentuk, dan lokasi yang akan di gali
harus sesuai dengan gambar perencanaan.
d. Selama pelaksanaan pekerjaan galian, lereng
sementara galian yang stabil dan mampu
menahan pekerjaan, struktur atau mesin di
sekitarnya, harus dipertahankan sepanjang
waktu, penyokong (shoring) dan pengaku
(bracing) yang memadai harus dipasang
bilamana permukaan lereng galian mungkin
tidak stabil. Bilamana diperlukan, Kontraktor
harus menyokong atau mendukung struktur di
sekitarnya, yang jika tidak dilaksanakan dapat
menjadi tidak stabil atau rusak oleh pekerjaan
galian tersebut.
Pekerjaan pengaman galian, bracing dll
harus sudah diperhitungkan oleh penyedia
jasa dalam Penawaran. Untuk menjaga
stabilitas lereng galian dan keamanan pekerja
maka galian tanah yang lebih dari 5 meter harus
dibuat bertangga dengan teras selebar 1 meter
atau sebagaimana yang diperintahkan Direksi
Pekerjaan.
e. Lubang galian harus dibuat cukup guna
memperoleh ruang kerja yang memadai dan
kemiringan sisi-sisinya tidak mudah longsor.
f. Pelaksanaan penggalian harus dilaksanakan
secara hati-hati agar tidak merusak
jaringan/instalasi yang ada.
g. Untuk tanah bekas galian yang akan digunakan
untuk pengurugan kembali, bekas galian harus
ditempatkan pada tempat yang tidak
mengganggu pekerjaan.
h. Semua galian terbuka harus diberi rambu
peringatan dan penghalang (barikade) yang
cukup untuk mencegah pekerja atau orang lain
terjatuh ke dalamnya, dan setiap galian terbuka
pada lokasi jalur lalu lintas maupun lokasi bahu
jalan harus diberi rambu tambahan pada malam
hari berupa drum yang dicat putih (atau yang
sejenis) beserta lampu merah atau kuning guna
menjamin keselamatan para pengguna jalan,
sesuai dengan yang diperintahkan Direksi
Teknis dan Konsultan Pengawas.
i. Hasil galian tanah yang tidak terpakai segera
mungkin dibuang keluar lokasi pekerjaan,
mengingat keterbatasan lahan/lokasi sehingga
tidak mengganggu mobilisasi pekerjaan yang
sedang berlangsung dan lalu lintas.
j. Pengelolaan barang hasil galian dan bongkaran
mengacu Peraturan Bupati Sleman Nomor 2
Tahun 2022 Tentang Perubahan Atas Peraturan
Bupati Nomor 8.1 Tahun 2020 Tentang
Pengelolaan Barang Milik Daerah.
k. Kontraktor harus memikul semua tanggung
jawab dalam menjamin keselamatan pekerja,
penduduk dan bangunan yang ada di sekitar
lokasi galian.

5.3 Pekerjaan Urugan dan Pemadatan


1. Lingkup pekerjaan
Pekerjaan urugan dan pemadatan dalam pekerjaan
ini meliputi:
a. Pemasangan/urugan sirtu,
b. Pemasangan/urugan tanah kembali,
c. Pemasangan/urugan pasir.
2. Pelaksanaan Pekerjaan
a. Sebelum memulai pekerjaan, selambat-
lambatnya 2 hari, penyedia Jasa konstruksi
harus menyiapkan rencana kerja pekerjaan
urugan dan pemadatannya meliputi volume
pekerjaan, jumlah tenaga kerja dan alat, jadwal
pelaksanaan dan alur pekerjaan untuk
mendapat persetujuan dari Direksi Teknis dan
Konsultan Pengawas, di sertai gambar shop
drawing.
b. Kedalaman, bentuk dan lokasi yang akan di urug
harus sesuai dengan gambar perencanaan.
c. Untuk semua pekerjaan urugan harus
dipadatkan mengunakan alat pemadat sehingga
urugan memenuhi padat yang sempurna. Alat
pemadat dapat menggunakan alat manual atau
stemper sesuai dengan kebutuhan di lapangan.
d. Pemadatan di lakukan lapis demi lapis setiap
ketebalan lapis urugan 20 cm.

5.4 Pekerjaan Membuang Tanah dan Bekas Bongkaran


1. Lingkup pekerjaan
Pekerjaan buang tanah dan bekas bongkaran dalam
pekerjaan ini meliputi:
a. Buang tanah sisa galian
b. Buang bekas bongkaran ( bongkaran aspal, plat
saluran, pasangan batu kali, dan pasangan batu
bata)
2. Pelaksanaan
a. Tanah dari bekas galian, lumpur/ sedimen
saluran, dan bongkaran yang tidak dipakai lagi
harus diatur penempatannya agar tidak
mengganggu lalu lintas
b. Tanah bekas galian yang akan digunakan untuk
urug tanah kembali dapat ditempatkan disekitar
lokasi pekerjaan yang tidak mengganggu
kelancaran lalu lintas dan tidak mengganggu
pekerjaan konstruksi yang lain.
c. Tanah sisa galian, lumpur/ sedimen saluran, dan
hasil bongkaran yang tidak dipakai lagi harus
sudah diangkut/dibuang dari lokasi pekerjaan
selambat-lambatnya 2 hari sejak dilakukan
penggalian dan pembongkaran.
d. Lokasi pembuangan harus dikoordinasikan
terlebih dahulu dengan Direksi Teknis dan
Konsultan Pengawas.

6. Pekerjaan 6.1 Bahan


Pasangan 1. Batu harus terdiri dari batu alam atau batu dari
sumber bahan yang tidak terbelah, yang utuh
(sound), keras, awet, padat, tahan terhadap udara
dan air, dan cocok dalam segala hal untuk fungsi
yang dimaksud.
2. Mutu dan ukuran batu harus disetujui oleh Direksi
Teknis/Lapangan Pekerjaan sebelum digunakan.
Batu untuk pelapisan selokan dan saluran air
sedapat mungkin harus berbentuk persegi
3. Kecuali ditentukan lain oleh Gambar atau
Spesifikasi, maka semua batu yang digunakan untuk
pasangan batu dengan mortar harus tertahan
ayakan 10 cm.

6.2 Adukan
Adukan yang dipakai adalah 1 PC : 4 Pasir.

6.3 Syarat pelaksanaan


1. Galian pasangan harus cukup lebar untuk bekerja
dan sisi-sisinya dijaga dari longsor.
2. Semua pekerjaan pasangan untuk pasangan boleh
dikerjakan atau dimulai apabila galiannya telah
diperiksa dan disetujui ukurannya/kedalamannya
serta kedudukan as asnya oleh Direksi. Galian
pondasi minimal dikerjakan sesuai gambar, bila
bagian yang digali ternyata tanahnya lunak, maka
diteruskan hingga mencapai tanah keras sesuai
petunjuk Direksi.
3. Pekerjaan pemasangan batu kali dilaksanakan
sesuai dengan ukuran dan bentuk- bentuk yang
ditunjuk dalam gambar.
4. Tiap-tiap batu harus dipasang penuh dengan
adukan sehingga hubungan semua batu melekat
satu sama lain dengan sempurna. Setiap batu harus
dipasang di atas lapisan adukan dan diketok ke
tempatnya hingga teguh. Adukan harus mengisi
penuh rongga
5. pemasangan batu kali tidak boleh dijatuhkan dari
atas, jadi harus diatur dengan baik agar tidak
berongga.
6. Jika pemasangan batu belah terpaksa dihentikan
maka ujung penghentian pondasi harus bergigi agar
pada penyambungan berikutnya terjadi ikatan yang
kokoh dan sempurna.
7. Pasangan batu harus terdiri batu yang dipecahkan
dengan palu secara kasar dan berukuran
sembarang, sehingga kalau dipasang bisa saling
menutup. Setiap batu harus berukuran minimun 20
cm, akan tetapi batu yang lebih kecil dapat dipakai
atas persetujuan Direksi.
8. Pasangan batu kali difinishing menggunakan plester
dengan campuran 1:3 ketebalan 15 cm dan diaci.

7. Pekerjaan 7.1 Lingkup Pekerjaan


Beton Pekerjaan beton dalam pekerjaan ini meliputi:
1. beton bertulang untuk bak kontrol,
2. beton bertulang untuk gorong-gorong/bangunan
silang (talang drainase dan/atau sipon),
3. beton bertulang untuk outfall,
4. beton bertulang untuk saluran,
5. beton untuk pengembalian fasilitas umum.

7.2 Standar
1. SNI M-26-1990-F (Metode Pengujian dan
Pengambilan Contoh untuk Campuran Beton
Segar).
2. SK SNI M-62-1990-03 (Metode Pembuatan dan
Perawatan Benda Uji Beton di Laboratorium).
3. SK SNI T-15-1990-03 (Tata Cara Pembuatan
Rencana Campuran Beton Normal).
4. SK SNI T-28-1991-03 (Tata Cara Pengadukan
Pengecoran Beton).
5. SK SNI S-18-1990-03 (Spesifikasi Bahan Tambahan
Untuk Beton).
6. SNI 03-4146-1996 (Metode Pengujian Slump
Beton).
7. SNI 03-1974-1990 (Metode Pengujian Kuat Tekan
Beton).
8. Pd-T-27-1999-03 (Tata Cara Pendetailan
Penulangan Beton).
9. Pd-M-33-2000-03 (Metode Pengujian Mutu Air
Untuk Digunakan dalam Beton).
10. SNI 07-2529-1991 (Metode Pengujian Kuat Tarik
Baja Beton).
11. SK SNI S-04-1989-F (Spesifikasi Bahan Bangunan
Bagian A (Bahan Bangunan Bukan Logam)).
12. SK SNI S-05-1989-F (Spesifikasi Bahan Bangunan
Bagian B (Bahan Bangunan dari Besi/Baja)).

7.3 Pelaksanaan Pekerjaan


1. Pekerjaan Pembesian
a. Sebelum memulai pekerjaan, selambat-
lambatnya 2 hari, penyedia Jasa konstruksi
harus menyiapkan rencana kerja pekerjaan
pembesian, volume pekerjaan, jumlah tenaga
kerja dan alat, jadwal pelaksanaan dan alur
pekerjaan, serta contoh material yang akan
dipakai disertai sertifikat hasil pengujian material
untuk mendapat persetujuan dari Direksi Teknis
dan Konsultan Pengawas, disertai gambar shop
drawing.
b. Diameter besi, jumlah besi dan jarak pembesian
pada area yang akan dicor harus sesuai dengan
gambar kerja.
c. Panjang sambungan minimum 40 diameter
tulangan pokok.
d. Jarak bersih antara besi terluar dan Begisting 25
mm.
e. Ikatan bendrat harus kuat, tidak bergeser bila
diketok.
f. Besi harus bersih dari karat, beton kering, oli dan
material lain yang mengurangi lekatan (bonding)
antara besi dan beton.
g. Sambungan besi atas harus terletak pada daerah
lapangan.
h. Sambungan besi bawah harus terletak pada
daerah tumpuan.
i. Pembengkokan besi (bending slope) dengan
kemiringan 1 : 6.
j. Diameter baja tulangan polos dan sirip harus
masih dalam Standar Toleransi sesuai dengan
tabel toleransi tulangan besi menurut SNI 07-
0205- 2002, sebagai berikut:
• Diameter 6 mm, batas toleransi 0.3 mm.
• Diameter 8 s/d 14 mm,batas toleransi 0.4 mm.
• Diameter 16 s/d 25 mm,batas toleransi 0.5 mm.
k. Besi polos harus memenuhi tegangan leleh 240
Mpa.
l. Kawat pengikat besi beton/rangka adalah dari
baja lunak dan tidak disepuh seng, diameter
kawat lebih besar atau sama dengan 0,40 mm.
m. Semua Besi tulangan harus dibuktikan dengan
sertifikat uji tarik baja dari laboratorium yang
disetujui Direksi Teknis dan Konsultan
Pengawas.
2. Pekerjaan Begisting
a. Sebelum memulai pekerjaan, selambat-
lambatnya 2 hari, penyedia Jasa konstruksi
harus menyiapkan rencana kerja pekerjaan
begisting meliputi volume pekerjaan, jumlah
tenaga kerja dan alat, jadwal pelaksanaan dan
alur pekerjaan, serta contoh material yang akan
dipakai untuk mendapat persetujuan dari Direksi
Teknis dan Konsultan Pengawas, disertai
gambar shop drawing.
b. Penyedia Jasa konstruksi harus mengajukan ijin
untuk memulai pekerjaan yang disetujui
Konsultan Pengawas dan Direksi Teknis.
c. Bahan begisiting menggunakan multiplek tebal 9
mm dan klem begisting kayu klas 3 (kayu glugu
dan sejenisnya) dengan batas penggunaan dua
kali pakai.
d. Bahan begisting sisi-sisinya harus siku.
e. Sambungan panel begisting harus rapat dengan
ditutup sealtape atau sejenisnya.
f. Begisting harus di periksa ke-vertikalan dan
kelurusannya dengan lot dan tarikan benang.
g. Level lantai Begisting harus diperiksa dengan
alat ukur terhadap level finish.
3. Pekerjaan Cor Beton
a. Untuk semua adukan beton on site (dicor
ditempat) menggunakan beton mutu K-250 (f’c =
21,7 Mpa) dengan nilai slump 12 ± 2 cm.
b. Penyedia Jasa harus membuat Job Mix Desain
dan hasil Job Mix. Desain yang sudah sesuai
dengan mutu beton yang dikehendaki menjadi
acuan untuk perbandingan volume campuran
beton.
c. Penyedia Jasa harus membuat takaran bahan
atau wadah yang seragam untuk rancang
campur perbandingan volume material.
d. Penyedia Jasa harus menyediakan beton molen
dengan kapasitas memadai dan dalam kondisi
baik serta harus dijamin dapat berfungsi baik
selama masa pelaksanaan pekerjaan. Bila terjadi
beton molen tidak dapat berfungsi dengan
baik/rusak, maka Penyedia Jasa berkewajiban
untuk segera memperbaikinya atau mengganti
dengan yang baru sepanjang tidak mengganggu
jadwal waktu pelaksanaan pekerjaan.
e. Penggunaan beton molen dan kapasitasnya
harus mendapat persetujuan dari Direksi Teknis
dan Konsultan Pengawas.
f. Apabila Penyedia Jasa hendak memulai
pekerjaan pengecoran beton maka Penyedia
Jasa harus memberitahukan secara tertulis
kepada Direksi Teknis dan Konsultan Pengawas
kapan pengecoran dilaksanakan.
g. Pengecoran hanya boleh dilaksanakan bila :
• Penyedia Jasa telah menyelesaikan
pekerjaan penulangan dan bekisting serta
pemasangan beton decking secara
sempurna dan bersih serta telah
mendapatkan persetujuan Direksi Teknis dan
Konsultan Pengawas.
• Penyedia Jasa telah menyediakan bahan,
peralatan, dan persiapan tenaga serta
dinyatakan dalam daftar bahan, alat dan
tenaga kerja.
• Penyedia Jasa telah membuat schedule
rencana pengecoran dan strategi pengecoran
berupa gambar tata letak bahan serta arah
pengecoran.
• Stek-stek untuk tahapan pekerjaan
berikutnya telah dipersiapkan dan dibuat.
• Jika seluruh persiapan pengecoran yang
tersebut di dalam sub. butir a,b,c, dan d di
atas telah mendapatkan pembenaran dari
Direksi Teknis dan Konsultan Pengawas
berdasarkan pemeriksaan dan penilaian di
lapangan maka Penyedia Jasa dapat
melaksanakan pengecoran.
h. Sebelum di cor, lantai kerja harus bersih dari
sisa-sisa pekerjaan sebelumnya atau kotoran-
kotoran.
i. Material Begisting sudah dilapisi dengan oli
bekas (non expose) dan mold oil/sika form oil
(expose) agar beton tidak melekat pada cetakan
dan mudah dibuka, untuk Begisting bekas yang
akan dipakai ulang harus dirawat sehingga layak
digunakan.
j. Bila diperlukan stek untuk penulangan diatasnya,
panjang stek minimal 40 kali diameter.
k. Selimut beton harus terpasang pada tempatnya
dan batas ketinggian cor harus ditandai dengan
jelas.
l. Bila dilakukan pengecoran beton pada malam
hari harus disediakan penerangan yang cukup
dan dipersiapkan pelindung hujan.
m. Adukan diangkut ke tempat penuangan sebelum
semen mulai berhidrasi dan selalu dijaga agar
tidak ada bahan-bahan yang tumpah atau
memisah dari campuran.
n. Penuangan adukan beton harus terus menerus
agar didapatkan beton yang monolit. Selama
penuangan beton, cetakan maupun tulangan
dijaga agar tidak berubah posisi.
o. Pemadatan dengan cara manual atau alat getar
tidak boleh menyentuh begisting dan atau
tulangan. Penggetaran yang terlalu lama tidak
diperbolehkan karena akan mengakibatkan
segregasi.
p. Selama pengecoran harus dilakukan percobaan
slump untuk mengukur kepekatan atau
kekentalan campuran beton. Nilai slump
ditetapkan 12 ± 2 cm.
q. Untuk keperluan test kuat desak beton direksi
teknis dan konsultan pengawas sewaktu-waktu
dapat memerintahkan pengambilan contoh beton
segar. Pengambilan contoh beton segar
dilakukan langsung dari molen aduk, dilakukan
sebanyak 3 kali atau lebih dalam selang waktu
ketika penuangan beton dari dalam pengaduk
(awal, tengah dan akhir). Pengetesan dilakukan
dengan usia uji beton meliputi 7, 14, dan 28 hari.
Biaya pengetesan beton menjadi tanggungjawab
penyedia jasa dan sudah diperhitungkan dalam
penawaran.
r. Beton yang baru di cor harus dilindungi dari lalu
lintas orang dan material.
s. Bila Penyedia Jasa bertindak menyimpang dari
ketentuan-ketentuan di atas, Direksi Teknis dan
Konsultan Pengawas berhak menghentikan
pekerjaan ini dan semua resiko sepenuhnya
menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa.
4. Pekerjaan Perawatan Beton
a. Penyedia Jasa diwajibkan melindungi beton
yang baru dicor dari sinar matahari langsung,
angin dan hujan sampai beton mengeras secara
wajar.
b. Penyedia Jasa diwajibkan menghindarkan
pengeringan yang terlalu cepat dengan cara
semua bekisting yang melingkupi beton yang
baru dicor harus dibasahi secara teratur sampai
dibongkar.
c. Pemeliharaan dengan penyiraman air minimal 1x
sehari harus dilakukan setelah bekisting dibuka.
Penyiraman dilakukan selama 14 hari.
d. Tidak dibenarkan menimbun atau mengangkut
barang di atas beton atau memakai bagian beton
sebagai tumpuan selama menurut Direksi Teknis
dan Konsultan Pengawas beton tersebut belum
cukup keras.
5. Pekerjaan Pembongkaran Begisting
a. Pembongkaran bekisting tidak dibenarkan bila
umur beton belum mencapai kekuatan yang
memadai untuk mendukung beban kerja di
atasnya bila hal tersebut akan dilakukan.
b. Sebelum melaksanakan pembongkaran,
Penyedia Jasa harus mengajukan ijin
pembongkaran secara lisan kepada Direksi
Teknis dan Konsultan Pengawas. Namun
sebelum Direksi Teknis dan Konsultan
Pengawas memberikan ijin secara tertulis (baik
melalui surat resmi maupun tertulis dalam buku
Direksi Teknis dan Konsultan Pengawas),
Penyedia Jasa tidak dibenarkan melakukan
pembongkaran.
c. Pembongkaran bekisting harus dilaksanakan
secara hati-hati sedemikian rupa sehingga
• selama pekerjaan pembongkaran Penyedia
Jasa harus menjamin agar lalu lintas tidak
terganggu,
• tidak menyebabkan kerusakan konstruksi baik
bagi betonnya sendiri maupun konstruksi
lainnya,
• tidak membahayakan pekerja dan orang lain.
d. Bagian beton yang keropos setelah
pembongkaran bekisting harus segera diisi
dengan mortar beton sesuai campuran asal.
e. Bahan-bahan bekisting bekas bongkaran harus
dibuang atau dikumpulkan disuatu tempat atas
petunjuk Direksi Teknis dan Konsultan
Pengawas sehingga tidak menghambat jalannya
pelaksanaan selanjutnya.
f. Akibat-akibat dari kekhilafan Penyedia Jasa
dalam hal ini sepenuhnya menjadi tanggung
jawabnya.

8. Pekerjaan U- 8.1 Lingkup Pekerjaan


Ditch Pekerjaan ini meliputi :
1. Langsiran box culvert dan u-ditch dari lokasi stok ke
lokasi pasang
2. Pemasangan u-ditch 60 x 80, dan tutup
3. Pemasangan u-ditch 80 x 80, dan tutup
4. Pemasangan Box Culvert 40 x 40
5. Pemasangan Box Culvert 60 x 60
6. Pengecoran sambungan antar u-ditch

8.2 Pelaksanaan Pekerjaan


1. Sebelum memulai pekerjaan, selambat -lambatnya
2 hari, penyedia Jasa konstruksi harus menyiapkan
rencana kerja pekerjaan meliputi volume
pekerjaan, jumlah tenaga kerja dan alat, jadwal
pelaksanaan dan alur pekerjaan untuk mendapat
persetujuan dari Direksi.
2. Pemuatan, penumpukan, dan pemasangan
hendaknya dilakukan sesuai dengan petunjuk
untuk menghindari kerusakan akibat penanganan
yang tidak benar.
3. Memberikan rabat beton ±10 cm K-100 sebagai
landasan U-Ditch untuk mengatur leveling.
4. Pemasangan Bowplank pada galian untuk
pengecekan kelurusan maupun elevasi dengan
jarak maksimum 20 m untuk menghindari lendutan
benang acuan. Sebaiknya dengan 2 benang
dimana yang satu pada as saluran sedang lainnya
pada sisi luar precast untuk kelurusan
pemasangan saluran. Pemasangan saluran
precast segera dilaksanakan apabila seluruh
proses diatas telah dikerjakan.
5. Untuk mengangkat dan penyetelan dapat
digunakan Crane/tripod/tackel, kapasitas minimal
beban katrol adalah 3 ton dengan tetap mengacu
prosedur Handling.
6. Satu persatu precast saluran dipasang mengikuti
jalur galian yang dibuat dan sebaiknya dari arah
hulu ke hilir.
7. Pengurugan kembali lapis demi lapis dengan
pemadatan dapat dikerjakan dengan Stamper atau
lainnya dengan material yang sesuai
persyaratannya hingga ke finishing surface.
8. Sambungan antara U-Ditch satu dan lainnya harus
dicor beton dengan spesifikasi f’c=21,7 MPa (K-
250)

9. Pengujian/Test 9.1 Lingkup Pekerjaan


Material dan Pekerjaan pengujian/test material dan hasil pekerjaan ini
Hasil Pekerjaan meliputi :
1. Test Beton
2. Test U-ditch

9.2 Test Beton On Site (Cor Ditempat)


1. Penyedia Jasa harus melakukan uji sampel Silinder,
terhadap beton yang sudah dilaksanakan di
lapangan. Pemilihan pengujian, sample uji, dan
jumlah sampel yang akan dilakukan tergantung
permintaan Direksi Teknis dan Konsultan
Pengawas, dengan jumlah minimal sebagai berikut:
No Jenis Pengujian Jumlah Sampel
1. Silinder Beton 3 set
2. Pengujian silinder beton dan kubus dapat dilakukan
pada waktu umur beton 3 hari, 7 hari, atau 14 hari
dan kemudian dikonversi ke umur 28 hari.
3. Beton yang diuji adalah beton mutu K-250.
4. Pelaksanaan pengujian harus disaksikan oleh
Direksi Teknis dan Konsultan Pengawas.
5. Hasil rata-rata pengujian pada umur beton 28 hari
untuk sampel silinder dan kubus beton minimal
harus memenuhi mutu beton K-250.
6. Apabila sampel silinder beton atau kubus tersebut
ternyata tidak memenuhi mutu beton karakteristik
yang disyaratkan, maka sesuai dengan PBI Bab IV
Pasal 4.8 perlu dilakukan langkah-langkah
pemeriksaan beton lanjutan, yaitu:
a. Uji Hammer Test dengan ketentuan hasil
pengujian minimal adalah 80 % dari nilai kuat
tekan beton yang disyaratkan.
b. Pengambilan sampel langsung pada beton
(boring) dengan ketentuan hasil pengujian
minimal adalah 80% dari nilai kuat tekan beton
yang disyaratkan.
c. Apabila Uji Hammer Test dan Uji Sampel Boring
tersebut ternyata juga tidak masuk maka perlu
dilakukan pengujian selanjutnya, yaitu dengan
pembebanan langsung dengan ketentuan hasil
pengujian minimal adalah 70% dari nilai kuat
tekan beton yang disyaratkan.
7. Hasil nilai kuat tekan beton dari hasil pengujian akan
dijadikan sebagai dasar pembayaran untuk
pekerjaan beton. Apabila hasil kuat tekan beton
minimal sama atau lebih besar dari yang disyaratkan
(K-250), maka Penyedia Jasa akan dibayar sesuai
dengan mutu beton yang disyaratkan tersebut (K-
250). Namun apabila mutu beton lebih rendah dari
yang disyaratkan (kurang dari K-250) sepanjang
masih memenuhi persyaratan PBI Bab IV Pasal 4.8
dan dinyatakan aman secara konstruksi oleh
Konsultan Pengawas dan Konsultan Perencana,
maka beton yang akan terbayarkan kepada
Penyedia Jasa adalah sesuai dengan hasil
pengetesan tersebut.
8. Apabila dari hasil pengujian-pengujian tersebut
ternyata mutu beton tetap tidak memenuhi syarat
maka Penyedia Jasa harus membongkar dan
dilakukan pengecoran ulang.
9. Biaya pengujian beton ini sepenuhnya menjadi
tanggung jawab Penyedia Jasa.

9.3 Test U-Ditch


1. Penyedia Jasa harus melakukan uji Hammer Test
untuk menentukan mutu beton dan Loading Test
untuk menentukan beban gandar terhadap beton
precast yang sudah diproduksi oleh Pabrik. Jumlah
minimum sampel yang harus diuji adalah sebagai
berikut:
No Jenis Jenis Jumlah Sampel
Pengujian Saluran
1. Hammers U-Ditch 3 set
Test (menyesuaikan
jumlah dan jenis
beton precast)
2. Pelaksanaan pengujian harus disaksikan oleh
Direksi Teknis dan Konsultan Pengawas.
3. Hasil uji hammer test harus memenuhi ketentuan
80% dari nilai kuat tekan beton yang disyaratkan
atau nilai kuat tekan.
4. Apabila hasil uji hammers test tersebut tidak
memenuhi syarat yang telah ditentukan maka
Direksi Teknis dan Konsultan Pengawas berhak
menolak barang tersebut untuk dipasang.

10. As-Built 1. Sebelum Penyerahan Pekerjaan ke-I, Penyedia Jasa


Drawing sudah harus menyelesaikan gambar sesuai
pelaksanaan yang terdiri atas:
a. Gambar Rancangan Pelaksanaan yang tidak
mengalami perubahan dalam pelaksanaannya dan
atau Gambar Rancangan Pelaksanaan sesuai
dengan kondisi di lapangan.
b. Shop Drawing sebagai penjelasan detail maupun
yang berupa gambar-gambar perubahan.
2. Penyelesaian yang dimaksud pada ayat butir 1 di atas
harus diartikan telah memperoleh persetujuan Direksi
Teknis, Konsultan Pengawas dan PPK setelah dilakukan
pemeriksaan secara teliti.
3. Gambar sesuai pelaksanaan merupakan bagian
pekerjaan yang harus diserahkan pada saat Penyerahan
ke-I. Kekurangan dalam hal ini akan berakibat
Penyerahan Pekerjaan ke I tidak dapat dilakukan.

11. Pembersihan 1. Selama pelaksanaan pekerjaan Penyedia Jasa harus


Lokasi dan menjaga agar lokasi proyek bebas dari semua halangan
Pengembalian yang tidak perlu dan akan menyimpan atau menyisihkan
Fasilitas Umum setiap peralatan dan kelebihan material milik Penyedia
Jasa dan membersihkan serta memindahkan segala
rongsokan dan sampah yang tidak perlu dari lokasi
proyek. Hal ini harus dilakukan setiap hari sehabis
pekerjaan selesai.
2. Pembersihan lokasi dan pembuangan bahan-bahan sisa
pelaksanaan harus dilaksanakan sebelum masa kontrak
berakhir.
3. Lokasi pekerjaan harus benar-benar bersih dan tertata
kembali dengan baik. Bekas-bekas adukan mortar dan
adukan beton yang mengotori badan jalan dan atau yang
mengotori tempat lain harus dibersihkan sebelum masa
kontrak berakhir.
4. Lokasi tempat pembuangan material sisa yang tidak
terpakai harus sudah disetujui oleh Direksi Teknis dan
Konsultan Pengawas dengan mempertimbangkan tidak
akan mengganggu masyarakat disekitar tempat
pembuangan.
5. Termasuk dalam lingkup pekerjaan pengembalian
fasilitas umum ini adalah pekerjaan
pembenahan/perbaikan kembali yang harus
dilaksanakan oleh Penyedia Jasa yang menyangkut
komponen-komponen konstruksi lainnya atau keadaan
lingkungan di luar pekerjaan pokok yang mengalami
kerusakan akibat pelaksanaan konstruksi diantaranya :
a. Pengembalian pipa-pipa saluran PDAM.
b. Pengembalian pipa-pipa air limbah.
c. Pengembalian kabel-kabel listrik dan telepon.
d. Pengembalian jalan masuk (in gang).
e. Pengembalian taman.
f. Pengembalian rambu-rambu dll.
Semua hal tersebut di atas tidak terperinci dalam
rencana anggaran biaya, tetapi penyedia jasa harus
dapat mengestimasi dan wajib mengembalikan sesuai
dengan kondisi semula apabila terkena dampak dari
pekerjaan pembuatan saluran ini.
6. Pengembalian jalan aspal termasuk pengembalian aspal
dilakukan sesuai dengan ketentuan dan kaidah yang
berlaku sesuai persetujuan direksi teknis dan konsultan
pengawas.

12. Penutup Syarat-syarat lain yang belum tercantum dalam pasal


Rencana Kerja dan Syarat-syarat ini akan diatur dalam Surat
Perjanjian Pekerjaan (Kontrak Kerja) yang akan dibuat
kemudian.

Anda mungkin juga menyukai