(RKS)
PEKERJAAN REHABILITASI HATCHERY LELE
KEGIATAN PENGELOLAAN KAWASAN DAN KESEHATAN IKAN
PROGRAM PENGELOLAAN PERIKANAN DAN KELAUTAN
Pasal 1.1
JENIS PEKERJAAN
1. Pekerjaan yang akan dilaksanakan adalah : REHABILITASI HATCHERY LELE
2. Pekerjaan Rehabilitasi Kanopi Depan dan Samping, Tandon Air, Toilet Lantai 2 dan
Ruang Sauna-8
3. Lokasi : Jl. Selabintana No.37, Selabatu, Kec. Cikole, Kota Sukabumi, Jawa Barat
43114
4. Pekerjaan ini meliputi, mendatangkan dan melengkapi semua bahan-bahan,
menyediakan tenaga kerja, alat-alat yang dibutuhkan serta membuat segala pekerjaan
persiapan dan tambahan untuk kesempurnaan pelaksanaan dan kemudian menyerahkan
pekerjaan dalam keadaan selesai dan sempurna.
5. Dalam pelaksaan pekerjaan ini harus dilaksanakan berdasarkan kepada Bestek dan
Gambar-gambar detail, peraturan-peraturan dan syarat-syarat, daftar penjelasan
(Anwijzing ) serta ketentuan dan keputusan Direksi yang dibuat secara tertulis.
Pasal 1.2
PENDAHULUAN
1. Lingkup pekerjaan yang akan di laksanakan meliputi :
a. Pekerjaan Persiapan
b. Pekerjaan Bongkaran
c. Pekerjaan Galian dan Urugan
d. Pekerjaan Beton
e. Pekerjaan Pasangan Dinding
f. Pekerjaan Plafon
g. Pekerjaan Lantai
h. Pekerjaan Plesteran dan Acian
i. Pekerjaan Pengecatan
j. Pekerjaan Instalasi Air
k. Pekerjaan Instalasi Listrik
l. Pekerjaan Atap Kanopi
m. Pekerjaan Dinding Plastik UV
2. Pelaksanaan pekerjaan yang sesuai dengan ketentuan yang tertera dalam pasal masing-
masing jenis pekerjaan, gambar rencana termasuk gambar detail dan
penjelasan/keputusan Direksi.
Pasal 1.3
PEKERJAAN PERSIAPAN
1. Lingkup Rekerjaan :
a. Mobilisasi dan demobilisasi.
b. Pengukuran dan pemasangan.
c. Pengadaan air untuk kontruksi.
d. Pengadaan listrik untuk konstruksi.
2. Persyaratan bahan.
a. Mobilisasi dan demobilisasi, meliputi penyediaan alat/peralatan kerja termasuk
tenaga kerja (man power), sampai dengan mengembalikan dan memulangkan
seluruh bahan-bahan, alat-alat maupun tenaga kerja yang didatangkan.
b. Pengukuran ini dimaksudkan untuk menentukan titik-titik penempatan tiang -tiang
bangunan pagar pilar baik arah vertikal maupun horizontalnya.
c. Pengadaan air untuk kontruksi adalah penyediaan air untuk melakukan pekerjaan
adukan semen dan lain sebagainya dengan ketentuan air tersebut harus memenuhi
persyaratan teknis untuk konstruksi. Untuk penampungan air kerja disiapkan drum
penampung, air harus memenuhi kualitas yang ditentukan dalam RBI 1971.
d. Pengadaan listrik untuk konstruksi pada malam hari dengan menggunakan listrik
yang bersumber dari PLN atau menggunakan Generator set, baik untuk kebutuhan
pekerja, pelaksanaan pekerjaan bila dilaksanakan pada malam hari dan untuk
membantu memberi keamanan di lokasi proyek.
3. Pedoman Pelaksanaan.
a. Mobilisasi dan demobilisasi merupakan pekerjaan mendatangkan/ megangkut alat
dan peralatan, sumber daya manusia/man power yang diperlukan untuk
melaksanakan pekerjaan, maupun menempatkan kembali alat/peralatan maupun
memulangkan tenaga kerja yang direkrut, setelah pekerjaan selesai dilaksanakan.
b. Pengukuran diperlukan untuk menentukan peil/duga lantai dan letak as-as pilar
pagar.
Pasal 1.4
KEAMANAN PROYEK
1. Pelaksana harus menjamin keamanan proyek baik untuk barang-barang milik
pelaksana, pengawas atau pengelola proyek, serta menjaga keutuhan bangunan-
bangunan yang ada dari gangguan para pekerja pelaksana ataupun kerusakan akibat
pelaksanaan pekerjaan.
2. Pelaksana harus menempatkan petugas-petugas keamanan selama 24 jam penuh setiap
hari, yang dibagi dalam 3 (tiga) shift, dan harus selalu mengadakan pemeriksaan
pengamanan setiap hari setelah selesai pekerjaan.
3. Untuk menguasai dan menjaga ketertiban bekerja para pekerjanya, setiap pekerja
Pelaksana diharuskan mengenakan tanda pengenal khusus yang harus dipakai pada
bagian badan yang mudah terlihat oleh petugas keamanan.
4. Pekerjaan Pelaksana tidak diijinkan menginap di lokasi kecuali petugas keamanan yang
sedang bertugas pada malam hari.
Pasal 1.5
KESELAMATAN KERJA
1. Pelaksana harus menjamin keselamatan kerja sesuai dengan persyaratan yang
ditentukan dalam peraturan perburuhan atau persyaratan yang diwajibkan untuk setiap
bidang pekerjaan.
2. Di dalam lokasi harus taersedia kotak obat pelengkap untuk pertolongan pertama pada
kecelakaan (PPPK).
3. Pelaksana juga harus menyediakan alat pelindung diri (APD) Seperti ; Helm safety,
Sepatu Safety, Rompi dan Sabuk Pengaman Pekerja.
Pasal 1.6
IJIN-IJIN
1. Pelaksana harus mengurus dan memperhitungkan biaya untuk membuat ijin- ijin yang
diperlukan dan berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan, antara lain: ijin
penerangan, ijin pengambilan material, ijin pembuangan, ijin pengurugan, ijin trayek
dan pemakaian jalan, ijin penggunaan bangunan serta ijin-ijin lain yang diperlukan
sesuai dengan ketentuan/peraturan daerah setempat.
Pasal 1.7
ADMINISTRASI DAN DOKUMENTASI
1. Pelaksana harus memperhitungkan biaya pembuatan dokumentasi serta pengirimannya
ke pemberi tugas serta pihak-pihak lain yang diperlukan.
2. Yang dimaksudkan dengan pekerjaan dokumentasi adalah :
Foto-foto proyek, berwarna, minimal ukuran postcard, untuk keperluan laporan bulanan
yang dibuat oleh konsultan pengawas, dan 3(tiga) set album yang harus diserahkan pada
serah terima pekerjaan untuk pertama kalinya.
3. Kemajuan dan kegiatan pelaksanaan pekerjaan harus didokumentasikan dengan foto,
slide dan video kaset sekurang-kurangnya :
- Kemajuan fisik 0%.
- Kemajuan fisik 25%.
- Kemajuan fisik 50%.
- Kemajuan fisik 75%.
- Kemajuan fisik 100%.
Setelah masa pemeliharaan berakhir/penyerahan kedua.
Setiap pengambilan foto dibidik dari 3 arah dengan titik pengambilan yang tetap. Foto
tersebut dicetak dengan ukuran 3R dalam rangkap 5 dan ditata dalam satu album.
Pasal 1.8
PENGUKURAN
1. Lingkup Pekerjaan.
a. Pemborong wajib meneliti situasi tapak, terutama keadaan tanah bangunan, sifat dan
luasnya pekerjaan dan hal-hal lain yang dapat mempengaruhi penawarannya.
b. Kelalaian atau kekurangan telitian Pemborong dalam hal ini tidak dapat dijadikan
alasan untuk mengajukan klaim.
c. Pengukuran - pengukuran sudut harus dilakukan dengan sangat teliti, Pemborong
harus mengadakan pengukuran tersebut, mengawasi dan meneliti sehingga yakin
bahwa sudut siku benar-benar sudah dipenuhi.
d. Semua ukuran sudut wajib dilaporkan kepada Pengawas untuk dikoreksi untuk
kedua kalinya dan diyakini bahwa ukuran tersebut sudah benar.
e. Ketidak cocokan yang mungkin terjadi dilapangan antara Gambar Kerja dan
Kenyataan, harus secepatnya dilaporkan kepada Pengawas, dan Pemborong harus
mematuhi keputusannya.
2. Pengujian Lapangan.
a. Kontraktor harus menyelenggarakan pengujian bahan-bahan dan kecakapan kerja
untuk pengendalian mutu yang dilaksanakan sesuai dengan spesifikasi dan perintah
Direksi Teknik.
Pasal 1.9
PEKERJAAN BONGKARAN
1. Lingkup Pekerjaan
Menyediakan tenaga kerja, peralatan dan alat bantu lainnya untuk melaksanakan
pekerjaan ini.
2. Pekerjaan Ini Meleputi
Semua pembongkaran tandon air, dinding plastik, besi, kanopi dan lain-lain yang
diisyaratkan untuk dibongkar untuk pelaksanaan pekerjaan yang baru baik yang berupa
struktural ataupun yang non structural.
3. Syarat-Syarat Pembongkaran
a. Sebelum dilaksanakan pembongkaran diwajibkan bongkaran harus dinilai terlebih
dahulu dan dinilai oleh dinas yang berwenang, setelah bongkaran dinilai diajukan
penghapusan dan dibuat Berita Acara Penghapusan.
b. Semua pembongkaran harus menggunakan cara dan alat-alat khusus yang tidak
akan merusak bagian-bagian yang tidak diisyaratkan di bongkar
c. Tidak diperkenankan menggunakan bahan peledak atau alat yang dapat
membahayakan orang lain, kecuali atas rekomendasi Direksi/Pengawas
d. Semua puing dan sisa bongkaran harus dibuang secepatnya di luar kawasan proyek
atau atas persetujuan Pengawas sisa bongkaran tersebut harus dikumpulkan di
suatu tempat diareal proyek
e. Untuk bongkaran genteng, kayu, plywood dan paku harus dikumpulkan sebagai
berikut :
- Paku
Semua paku yang menepel pada kayu harus dicabut dan dikumpulkan.
- Kayu
Semua kayu harus dikupulkan menurut ukuranya dan disusun berdiri sesuai
dengan panjangnya.
- Untuk papan dan plywood harus dikumpulkan dengan ditumpuk sesuai dengan
ukurannya.
Pasal 1.10
PEKERJAAN GALIAN DAN URUGAN
1. Pekerjaan Galian
a. Galian tanah yang dibuat sesuai dengan arahan dan petunjuk gambar
b. Hasil galian yang dapat digunakan agar ditimbun sesuai dengan arahan dan
petunjuk Kontraktor, dan yang tidak dapat terpakai agar dibuang dari lapangan
c. Penggalian pondasi dilakukan dengan terlebih dahulu menetapkan lay out, titik as
pondasi tersebut dan ditentukan dengan teliti sesuai dengan arahan dan petunjuk
gambar.
d. Apabila terdapat air didasar galian, baik pada waktu penggalian maupun pada
waktu pekerjaan struktur harus disediakan pompa air dengan kapasitas yang
memadai atau pompa lumpur yang diperlukan dapat bekerja terus menerus, untuk
menghindari tergenangnya air lumpur pada dasar galian.
e. Semua tanah kelebihan yang berasal dari pekerjaan galian, setelah mencapai
jumlah tertentu harus segera disingkirkan dari halaman pekerjaan pada setiap saat
yang dianggap perlu dan atas petunjuk Direksi / Konsultan Pengawas.
2. Pekerjaan Urugan dan Penimbunan Tanah
a. Bila akan dilakukan penimbunan tanah, terlebih dahulu harus dilakukan
pengupasan lapisan atas tanah minimal setebal 30 cm dengan tujuan untuk
menghilangkan lapisan rumput sisa sisa akar tanaman, tanah humus dan benda
benda lainnya yang dapat mengganggu kekuatan tanah.
b. Tanah urug harus bebas dari kotoran . Hasil dari pengurugan harus padat dan
mencapai peil yang dibutuhkan.
c. Galian dan urugan pada tapak harus dilakukan secermat mungkin untuk
menghindari adanya pekerjaan ulang.
d. Gumpalan-gumpalan tanah harus digemburkan dan bahan tersebut harus dicampur
dengan cara menggaruk atau cara sejenisnya sehingga diperoleh lapisan yang
kepadatannya sama.
e. Setelah seluruh pengurugan selesai, hasil pengurugan harus berada dalam kondisi
baik, padat dan stabil. Apabila hasil urugan belum baik, maka pengurugan harus
diulang sampai mendapat persetujuan Direksi.
3. Pekerjaan Urugan Pasir dan Urugan Kembali
a. Pasir
Bahan urugan pasir adalah pasir urug atau pasang sesuai dengan kebutuhan.
Pasir urug harus bebas dari kotoran dengan biji-bijian yang dapat tumbuh.
Urugan pasir digunakan untuk menguatkan lapisan tanah dibawah pondasi dan
lantai, pemadatan pasir urug menggunakan Handpres atau Stamper dan dengan
Pasal 1.11
PEKERJAAN LANTAI KERJA
1. Lingkup Pekerjaan
1. Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-
alat bantu lainnya yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pekerjaan ini sehingga
diperoleh hasil pekerjaan yang bermutu baik dan sempurna.
2. Pekerjaan sub lantai ini dilakukan dibawah lapisan finishing / struktur pada seluruh
detail yang disebutkan / ditunjukkan dalam detail gambar.
2. Persyaratan Bahan
Semen Portland, Pasir Beton, Kerikil/split , Air kerja harus memenuhi persyaratan yang
memenuhi persyaratan pekerjaan beton.
3. Syarat-syarat Pelaksanaan
a. Bahan-bahan yang dipakai sebelum digunakan terlebih dahulu harus diserahkan
dengan contoh-contohnya, untuk mendapatkan persetujuan tertulis dari Direksi /
Konsultan Pengawas.
b. Material lain yang tidak ditentukan dalam persyaratan diatas, tetapi dibutuhkan
untuk penyelesaian penggantian dalam pekerjaan ini, harus baru, kualitas terbaik
dari jenisnya dan harus disetujui secara tertulis oleh Direksi / Konsultan Pengawas.
c. Untuk lantai kerja yang langsung diatas tanah, maka lapisan (tanah dan pasir urug)
dibawahnya harus sudah dikerjakan dengan sempurna (telah dipadatkan sesuai
persyaratan), rata permukaannya dan telah mempunyai daya dukung maksimal.
d. Permukaan lapisan lantai kerja harus dibuat rata / waterpas. Kecuali pada lantai
ruangan -ruangan yang diisyaratkan pada kemiringan tertentu, supaya diperhatikan
mengenai kemiringan sesuai yang ditunjukkan dalam gambar dan sesuai petunjuk
Direksi / Konsultan Pengawas.
Pasal 1.12
PEKERJAAN BEKISTING BETON
1. Kontruksi dan Pemasangan Bekisting (SNI 6880 : 2016)
a. Bekisting harus rapat untuk mencegah kehilangan mortar dari beton
b. Kecuali yang disyaratkan lain, tempatkan strip chamfer minimum 20 mm di sudut-
sudut bekisting untuk menghasilkan tepi-tepi miring pada permukaaan terekspos
secara permanen.
c. Periksa bekisting dan segera buang material yang rusak sebelum beton dicorkan.
Pasal 1.13
PEKERJAAN BETON BERTULANG
1. KETENTUAN UMUM
1. Persyaratan-persyaratan konstruksi beton, istilah teknik dan syarat pelaksanaan
beton secara umum menjadi kesatuan dalam bagian buku persyaratan teknis ini.
Kecuali ditentukan lain dalam buku persyaratan teknis ini, maka semua pekerjaan
beton harus sesuai dengan standar di bawah ini :
Peraturan dan Standar Perencanaan berdasarkan:
a. Tata Cara Persyaratan Beton Struktural untuk Bangunan Gedung ( SNI 2847-
2019 ).
b. Beban Minimum untuk Perencanaan Bangunan Gedung dan Struktur Lain.
Persyaratan Beton Struktural untuk Bangunan Gedung ( SNI 1727-2020 ).
4. BAHAN-BAHAN
1. Semen Portland
a. SNI 2049-2015, Semen portland.
b. Semen Portland harus memenuhi persyaratan Standard Nasional Indonesia
atau SNI 2847-2019 untuk butir pengikat awal, kekekalan bentuk, kekuatan
tekan aduk dan susunan kimia. Semen yang cepat mengeras hanya boleh
digunakan jika atas petunjuk Pengawas. Semen yang digunakan untuk seluruh
pekerjaan pondasi dan beton harus dari satu merk saja yang disetujui
Pengawas.
c. Pelaksana harus mengirim surat pernyataan pabrik yang menyebutkan type,
kualitas dari semen yang digunakan.
d. Penyimpanan semen harus dilaksanakan dalam tempat penyimpanan dan
dijaga agar semen tidak lembab, dengan lantai terangkat bebas dari tanah dan
ditumpuk sesuai dengan syarat penumpukan semen dan menurut urutan
pengiriman. Semen yang telah rusak karena terlalu lama disimpan sehingga
mengeras atau tercampur bahan lain, tidak boleh digunakan dan harus
disingkirkan dari tempat pekerjaan. Semen harus dalam zak-zak yang utuh dan
terlindung baik dari pengaruh cuaca, dengan ventilasi secukupnya dan
dipergunakan sesuai dengan urutan pengiriman.
2. Agregat
a. Agregat untuk beton harus memenuhi salah satu dari ketentuan berikut:
- Spesifikasi agregat ringan untuk beton struktur (SNI 2461-2014)
- Cara Uji Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Halus (SNI 1970 : 2008)
- Metode Uji Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Kasar (SNI 1969-2016)
b. Ukuran maksimum nominal agregat kasar harus tidak melebihi :
- 1/5 jarak terkecil antara sisi-sisi cetakan, ataupun
- 1/3 ketebalan pelat lantai, ataupun
- 3/4 jarak bersih minimum antara tulangan-tulangan atau kawat-kawat, bundel
tulangan, atau tendon-tendon prategang atau selongsong-selongsong.
1. Agregat Halus (Pasir)
a. Agregat Halus
b. Pasir alam sebagai hasil disintegrasi ’alami’ batuan atau pasir yang
dihasilkan oleh industri pemecah batu dan mempunyai ukuran butir terbesar
4,75 mm (No.4) ( SNI 1969-2016 )
c. Jenis dan syarat campuran agregat harus memenuhi syarat-syarat dalam
SNI 4804-1998.
d. Mutu Pasir
e. Butir-butir tajam, keras, bersih dan tidak mengandung lumpur dan bahan-
bahan organis.
5. Baja Tulangan
1) Baja tulangan yang digunakan harus tulangan ulir, kecuali baja polos
diperkenankan untuk tulangan spiral atau tendon. Tulangan yang terdiri dari
profil baja struktural, pipa baja, dapat digunakan sesuai dengan persyaratan
pada tata cara ini.
2) Pengelasan baja tulangan harus memenuhi “Persyaratan pengelasan struktural
baja tulangan” ANSI/AWS D1.4 dari American Welding Society. Jenis dan
lokasi sambungan las tumpuk dan persyaratan pengelasan lainnya harus
ditunjukkan pada gambar rencana atau spesifikasi.
3) Baja tulangan ulir (BJTD)
4) Baja tulangan ulir harus memenuhi salah satu ketentuan berikut :
a) Spesifikasi untuk batang baja billet ulir dan polos untuk penulangan beton.
b) Spesifikasi untuk batang baja axle ulir dan polos untuk penulangan beton.
c) Spesifikasi untuk baja ulir dan polos low-alloy untuk penulangan beton.
6) Anyaman batang baja untuk penulangan beton harus memenuhi “Spesifikasi
untuk anyaman batang baja ulir yang difabrikasi untuk tulangan beton
bertulang.
7) Kawat ulir untuk penulangan beton harus memenuhi “ Spesifikasi untuk kawat
baja ulir untuk tulangan beton ”, kecuali bahwa kawat tidak boleh lebih kecil
dari ukuran D4 dan untuk kawat dengan spesifikasi kuat leleh fy melebihi 400
MPa, maka fy harus diambil sama dengan nilai tegangan pada regangan 0,35%
bilamana kuat leleh yang disyaratkan dalam perencanaan melampaui 400 MPa.
8) Jaring kawat polos las untuk penulangan beton harus memenuhi “Spesifikasi
untuk jaring kawat baja polos untuk penulangan beton”, kecuali bahwa untuk
tulangan dengan spesifikasi kuat leleh melebihi 400 MPa, maka fy diambil
sama dengan nilai tegangan pada regangan 0,35 %, bilamana kuat leleh yang
disyaratkan dalam perencanaan melampaui 400 MPa. Jarak antara titik-titik
persilangan yang dilas tidak boleh lebih dari 300 mm pada arah tegangan yang
ditinjau, kecuali untuk jaring kawat yang digunakan sebagai sengkang.
6. Kawat Pengikat
1. Pengikat untuk Tulangan Kawat pengikat untuk mengikat tulangan harus
kawat baja lunak yang memenuhi SNI 07- 6401-2000.
Pasal 1.14
CACAT-CACAT PEKERJAAN
1. Bila penyelesaian pekerjaan, bahan yang digunakan atau keahlian dalam pengerjaan
setiap bagian pekerjaan tidak memenuhi persyaratan-persyaratan yang tercantum dalam
Pasal 1.15
PEKERJAAN PASANGAN DINDING
1. Lingkup Pekerjaan.
a. Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan dan alat-alat bantu
yang di butuhkan dalam terlaksananya pekerjaan ini untuk mendapatkan hasil yang
baik
b. Pekerjaan pasangan batu bata ini meliputi seluruh detail yang di
sebutkan/ditunjukkan dalam gambar atau sesuai petunjuk Perencana/ Pengawas.
2. Bahan
1. Bata Ringan 1 pc : 3 ps tebal 1/2 bata Ukuran (10 X 20 X 60)
2. Semen Perekat Bata Ringan (MU-100)
3. Air
3. Syarat-Syarat Pelaksanaan
a. Untuk semua dinding luar, semua dinding lantai dasar mulai dari permukaan
sloof sampai ketinggian 30cm diatas permukaan lantai dasar, dinding di daerah
basah setinggi 160 cm dari permukaan lantai, serta semua dinding yang pada
gambar menggunakan simbol aduk trasraam/ kedap air digunakan aduk rapat
air dengan campuran 1PC = 3 pasir pasang.
b. Bata ringan (hebel) yang di gunakan ex lokal dengan kualitas terbaik sesuai
dengan persyaratan teknis ini, siku dan telah disetujui oleh pengawas.
c. Pasangan dinding bata ringan (hebel) sebelum diplester harus di basahi dengan
air terlebih dahulu dan siar-siar telah dikerok serta dibersihkan.
d. Pemasangan dinding bata ringan (hebel) dilakukan bertahap, setiap tahap berdiri
maksimum 1,5 m setiap harinya, diikuti dengan cor kolom.dan selanjutnya pada
malam hari dinding bata tersebut bagian atasnya harus ditutup dengan kertas
bekas kantong semen, plastik atau sejenisnya
e. Pembuatan lubang pada pasangan bata yang berhubungan dengan setiap bagian
pekerjaan beton (kolom) harus di beri penguat stek-stek besi beton diameter 8
mm jarak 50cm, yang terlebih dahulu ditanam dengan baik pada bagian
pekerjaan beton dan bagian yang ditanam dalam pasangan bata sekurang-
kurangnya 30 cm dengan bentuk L kecuali ditentukan lain.
f. Pasangan bata ringan untuk dinding harus menghasilkan dinding finish lebih
kurang setebal 15 cm. Pelaksanaan harus cermat, rapi dan benar-benar tegak
lurus
g. Dinding bata yang baru dipasang harus dibasahi dengan air terus menerus
selama paling sedikit 7 hari..
Pasal 1.16
PEKERJAAN PLESTERAN DAN ACIAN
1. Lingkup Pekerjaan
Meliputi semua pekerjaan peralatan dan bahan -bahan yang diperlukan untuk plesteran,
seperti tercantum dalam gambar kerja.
2. Bahan/Material
a. Semen
Semua PC yang digunakan harus Portland Cement type I atau setara dengan
produksi Semen Tonasa atau yang memenuhi syarat-syarat menurut Standart
Semen Indonesia (SNI 2049-2015) dan Standart Industri Indonesia (SII,0013-81)
mutu dan cara uji semen. Seluruh pekerjaan beton harus menggunakan semen dari
merk yang sama, kecuali tidak adanya stok di pasaran dapat digunakan merk lain
tanpa meninggalkan syarat kualitas yang ditentukan. Pemakaian semen dari merk
lain harus seizin Pengawas/Direksi Proyek secara tertulis. Dalam segala kondisi
semen harus memenuhi ketentuan seperti tersebut pada PBI 1971.
b. Pasir Pasang
Untuk pekerjaan pasangan ini harus sama kualitasnya dengan spesifikasi pasir yang
telah ditentukan untuk pelaksanaan pekerjaan beton. Gradasi kehalusan butiran
pasir yang dipakai, ditentukan dengan ukuran butiran minimum 0,35 mm.
c. Air
Air untuk yang dipakai untuk pekerjaan pasangan ini harus sesuai dengan
ketentuan air untuk pekerjaan beton. Air harus bersih, bebas dari bahan-bahan
organik, campuran-campuran yang mempengaruhi daya lekat semen. Sebaiknya
dipakai air bersih yang dapat diminum.
3. Penggunaan Plesteran
1. Plesteran Halus
1. Untuk penyelesaian bidang permukaan dinding keseluruhan dengan plesteran
halus, digunakan spesifikasi plesteran 1pc : 4ps.
2. Untuk bidang permukaan beton bertulang, dipakai spesifikasi plesteran beton
1pc : 4ps.
3. Untuk pembuatan logo dan papan nama menggunakan plesteran profil dengan
campuran 1:2 dengan penggunaan skala atau besaran tulisan mengikuti bidang
proporsional gambar rencana yang ada.
4. Adukan mortar yang tumpah pada saat pekerjaan plesteran khususnya yang
ditinggalkan dalam waktu lebih dari 2 jam, adukan tersebut tidak boleh dipakai
lagi atau dicampurkan dengan mortar plesteran yang baru.
2. Plesteran Kasar
Pasal 1.17
PEKERJAAN PENGECATAN
1. Bahan dan Teknis Pekerjaan
Cat produksi dalam negeri, digunakan untuk seluruh pekerjaan pengecatan permukaan
dinding luar maupun dalam dan menggunakan warna. Sedangkan lapisan cat untuk
bagian dalam tandon air memakai cat khusus bak air.
2. Pekerjaan Persiapan
a. Sebelum pekerjaan pengecatan dilaksanakan, terlebih dahulu pekerjaan yang
berkaitan dengan plesteran dan acian telah 100% selesai.
b. Selambat-lambatnya dalam kurun waktu 2 (dua) minggu sebelum pekerjaan
pengecatan, pemborong harus mengajukan daftar bahan pengecatan kepada pihak
Pengawas.
c. Pemborong menyiapkan bahan dan bidang pengecatan untuk dijadikan contoh,
dengan biaya pemborong.
d. Selanjutnya diadakan persiapan sebagai berikut:
1. Dinding atau bagian yang akan dicat selesai dan disetujui oleh Konsultan
Pengawas.
2. Perbaikan bagian yang retak-retak, pecah atau kotoran-kotoran yang menempel
dibersihkan.
3. Menunggu keringnya dinding atau bagian yang akan dicat karena masih basah
dan lembab.
4. Menyiapkan dan mengadakan pengecatan untuk contoh warna. Pemborong
harus mengatur waktu sedemikian rupa sehingga terdapat urutan-urutan yang
tepat mulai dari pekerjaan dasar sampai dengan pengecatan akhir.
Pasal 1.18
PEKERJAAN LANTAI KERAMIK
1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan yang dimaksud meliputi pemasangan Lantai keramik Unpolished dengan
ukuran 30/30 & keramik dinding Polished dengan ukuran 30/60 untuk pekerjaan
Finishing Lantai, Dinding dan/atau seperti tercantum dalam Gambar Kerja.
2. Persyaratan Bahan
a. Semen
Semen yang digunakan adalah Portland/PC, pasir, air harus memenuhi persyaratan
bahan seperti terurai dalam pasal pekerjaan beton di buku RKS ini.
b. Keramik
Keramik yang digunakan adalah keramik Unpolished berukuran 30 x 30 cm
digunakan untuk lantai dan pelapis (Toilet). Persyaratan bahan ubin keramik harus
memenuhi ketentuan ubin keramik pada pasal pekerjaan pelapis dinding. Keramik
yang digunakan harus rata dan tidak retak.
c. Motif/Warna ditentukan kemudian atau sesuai dengan existing
d. Adukan pengisi siar dan nat memakai semen warna khusus nat. Warna ditentukan
kemudian.
e. Bahan-bahan yang dipakai, harus baru dan sebelum dipasang terlebih dahulu
harusdiserahkan contoh-contohnya untuk mendapatkan persetujuan dari Direksi /
Konsultan Pengawas.
3. Persyaratan Pelaksanaan
Pasal 1.19
PEKERJAAN ALAT PENGGATUNG DAN PENGUNCI
1. Lingkup Pekerjaan
a. Yang termasuk dalam pekerjaan ini meliputi pengadaan tenaga kerja, bahan-
bahan, perlengkapan dan alat-alat bantu lainnya yang diperlukan dalam
pelaksanaan pekerjaan yang bermutu baik dan sempurna.
b. Meliputi pengadaan, pemasangan, pengamanan dan perawatan dari seluruh alat-
alat yang dipasang pada daun pintu dan pada daun jendela serta seluruh detail
yang disebutkan/ditentukan dalam gambar.
2. Persyaratan Bahan
Semua hardware dalam pekerjaan ini, yang bermutu baik, seragam dalam pemilihan
warnanya serta dari bahan-bahan yang telah disetujui Direksi / Konsultan Pengawas.
Mekanisme kerja dari semua peralatan harus sesuai dengan ketentuan gambar.
Hardware untuk asesoris pintu terbuat dari material stainless. Semua anak kunci harus
dilengkapi dengan tanda pengenal terbuat dari pelat aluminium yang tertera nomor
pengenalnya. Pelat ini dihubungkan dengan anak kunci dengan cincin nikel. Untuk
anak-anak kunci harus disediakan sebuah lemari anak kunci dilengkapi kaitan-kaitan
untuk anak kunci lengkap dengan nomor-nomor pengenal. Lemari ini harus
menggunakan engsel serta dilengkapi denah.
Setiap kunci lengkap dengan 2 (dua) buah anak kunci. Setelah kunci terpasang, noda-
noda bekas cat atau bahan finish lainnya yang menempel pada kunci harus dibersihkan
dan dihilangkan sama sekali.
Perlengkapan / asesoris pintu dan jendela yang digunakan :
Perlengkapan daun pintu 1 pintu :
- Engsel (1 daun pintu 3 engsel)
- Rumah kunci lengkap dengan silinder dan anak kunci
Pasal 1.20
PEKERJAAN PLAFOND
1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan yang dimaksud meliputi pekerjaan pemasangan Rangka Plafond serta
penutup Plafond berbahan Gypsum board seperti yang yang ditunjukkan dalam gambar
kerja.
2. Persyaratan Bahan
Spesifikasi Bahan
- Rangka Plafond menggunakan Besi Hollow dengan ukuran 40x40 mm
- Pennutup Plafond berbahan Gypsum board dengan ketebalan 9 mm
- List Plafond berbahan Gypsum dengan ketebalan 9 mm
- Finishing dengan pengecatan Plafond dengan 1 lapis cat dasar dan 2 lapis cat
penutup ex. Nippon Paint
3. Syarat-syarat Pelaksanaan
a. Pada pekerjaan plafon perlu diperhatikan adanya pekerjaan lain yang dalam
pelaksanaannya sangat berkaitan erat.
b. Sebelum dilaksanakan pemasangan plafond, pekerjaan lain yang terletak di atas
plafon harus sudah terpasang dengan sempurna, a.l: elektrikal, AC, dan
perlengkapan instalasi lain yang diperlukan.
c. Apabila pekerjaan tersebut di atas tidak tercantum dalam Gambar Rencana
Plafond, maka harus diteliti terlebih dahulu pada gambar instalasi yang lain.
d. Rangka penggantung plafon harus sesuai dengan pola Gambar Kerja dan wajib
diperhatikan terhadap peil rencana. Rangka yang datar harus rata air.
e. Rangka penggantung plafon menggunakan rangka hollow 40x40, lengkap dengan
penggantung sesuai gambar kerja.
f. Finishing PLAFON adalah cat.
Pasal 1.21
PEKERJAAN SANITAIR
1. Lingkup Pekerjaan
Pasal 1.22
PEKERJAAN INSTALASI AIR BERSIH, AIR KOTOR DAN AIR BUANGAN
1. Peraturan-peraturan/Persyaratan
- Tata cara pelaksanaan dan lain-lain petunjuk yang berhubungan dengan peraturan-
peraturan pembagunan yang sah berlaku di Republik Indonesia.
- Selama pelaksanaan Kontrak ini harus betul-betul ditaati. Pada umumnya
peraturan-peraturan berikut ini berkenan dengan pasal sebagai berikut :
a. Perusahaan-perusahaan Air Minum Negara,tentang instalasi air.
b. Pedoman Peraturan Plumbing Indonesia yang dikeluarkan oleh Direktorat
Teknik Penyehatan Dit.Jen. Cipta Karya Kementrian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat
c. Pemeriksaan Umum untuk Pemeriksaan bahan-bahan bangunan NI-3 (PUBB)
1956 NI-3 1963. PUBB 1969.
d. Peraturan Beton Indonesia PBI-NI-2/1955. PBI-NO-2/1971.
e. Peraturan Perburuhan Indonesia, tentang penggunaan tenaga kerja harian,
mingguan, bulanan dan borongan.
Pemborong dianggap telah cukup mengerti dan mengetahui akan isi dan
maksud dari peraturan-peraturan dan syarat-syarat tersebut diatas.
2. Bahan-Bahan
a. Untuk pipa-pipa jaringan Air Bersih yaitu pipa-pipa PPR dengan kelas PN-10
tekanan 10 kg/cm2 dan harus memenuhi persyaratan atau standard-standard
lainnya yang disetujui Konsultan Pengawas.
b. Untuk pipa-pipa jaringan Air Panas (bila ada) yaitu pipa-Polypropylene kelas
PN.20 dengan tekanan minimal 10 kg/cm2 dan harus memenuhi persyaratan
atau standard-standard lainnya yang disetujui oleh Konsultan Pengawas.
c. Untuk pipa air kotor, air bangunan dan pipa vent, yaitu dipakai pipa PVC. Pipa
PVC yang dipakai berkatagori class AW (10 kg /cm2) JIS K 6742.
- Pipa dan fitting yang digunakan dalam sistem pemipaan ini harus dari
jenis pvc dan berasal dari satu merk pembuat dan mengikuti standard
SII.
Pasal 1.23
PEKERJAAN ATAP KANOPI BAJA RINGAN
1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini meliputi pengadaan dari semua bahan tenaga, peralatan, perlengkapan
serta pemasangan dari semua pekerjaan baja yang bersifat struktural.
1. Pemasangan Kuda-Kuda, Batang Tarik, dan Reng Baja Ringan dengan Spesifikasi:
- Lapisan Anti Karat Australian Standart ( 275gr/m2)
- Kekuatan Leleh Alumunium : 550 MPa
- Tegangan maksimum : 550 MPa
- Modulus Elastisitas : 200.000 MPA
- Modulus Geser 80.000 MPa
- Ketebalan : 1 mm
- Rangka Baja Ringan CNP dengan ketebalan 0,75 mm
- Rangka Baja Ringan Reng dengan ketebalan 0,40 mm
- Penutup Atap Kanopi menggunakan Spandek Polos dengan ketebalan 0,35 mm
2. Syarat-Syarat Umum
a. Membuat surat garansi atau jaminan kepada pemilik proyek bahwa
Kontraktor/Subkontraktor Baja Ringan bersedia bertanggung jawab terhadap
pekerjaan yang sudah dilakukannya.
b. Semua material Kontraktor baja ringan yang digunakan harus memenuhi
persyaratan Peraturan Baja dan dengan hasil tes ASTM A 36-70a, dengan T
baja St 37, atau dengan peraturan lain yang tekait.
c. Kontraktor dapat meminta untuk memberikan Surat Keterangan tentang
pengujian dan sertifikasi untuk konstruksi baja ringan yang digunakan.
d. Perhitungan sistem, bentuk dan ukuran dan dimensi struktur harus dilakukan
menggunakan software dari produk baja ringan yang digunakan, dan secara
resmi dikeluarkan oleh produsen dan distributornya dengan mendapat
persetujuan dari pengawas dan Direksi Lapangan. Pengawas dan direksi
lapangan harus mendapatkan hasil dari analisis struktur ini sebelum proses
pemesanan dilakukan.
Pasal 1.24
PEKERJAAN INSTALASI LISTRIK
1. Lingkup Pekerjaan
Persyaratan Umum Instalasi Listrik (PUIL) memberikan persyaratan untuk desain,
pemasangan dan verifikasi instalasi listrik. Persyaratan ini dimaksudkan untuk
menetapkan keselamatan manusia, ternak dan harta benda terhadap bahaya dan
kerusakan yang dapat timbul pada pemakaian secara wajar instalasi listrik dan untuk
menetapkan fungsi yang tepat dari instalasi tersebut.
1. Desain Instalasi Listrik
2. Asesmen karakteristik umum
3. Proteksi untuk keselamatan – Proteksi terhadap kejut listrik
4. Proteksi untuk keselamatan – Proteksi terhadap arus lebih
5. Pemilihan dan pemasangan perlengkapan listrik – Persyaratan umum
6. Pemilihan dan pemasangan perlengkapan listrik – Isolasi, penyakelaran dan
kendali.
Pasal 1.24
PEKERJAAN AKHIR/PENYELESAIAN PEKERJAAN
1. Sebelum penyerahan pertama yang direncanakan, Pemborong harus meneliti semua
bagian pekerjaan. Pekerjaan yang belum sempurna harus segera diperbaiki dengan
penuh tanggung jawab.
2. Setelah penyerahan pertama, semua barang-barang dan peralatan milik Pemborong
harus segera disingkirkan dari lokasi bangunan.
Pasal 1.18
PENUTUP
Sebagai penutup perlu disampaikan bahwa uraian dan syarat-syarat yang terdapat dalam
Spesifikasi Teknis ini merupakan kesatuan yang tak terpisahkan dengan gambar-gambar
perencanaan yang ada serta Risalah penjelasan yang akan disampaikan kepada
Pemborong/Pelaksana Proyek.
Pasal 1.1
JENIS PEKERJAAN
1. Pekerjaan yang akan dilaksanakan adalah : REHABILITASI HATCHERY LELE
2. Pekerjaan Renovasi Pagar Keamanan
3. Lokasi : Karangpapak, Kec. Cisolok, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat 43366
4. Pekerjaan ini meliputi, mendatangkan dan melengkapi semua bahan-bahan,
menyediakan tenaga kerja, alat-alat yang dibutuhkan serta membuat segala pekerjaan
persiapan dan tambahan untuk kesempurnaan pelaksanaan dan kemudian menyerahkan
pekerjaan dalam keadaan selesai dan sempurna.
5. Dalam pelaksaan pekerjaan ini harus dilaksanakan berdasarkan kepada Bestek dan
Gambar-gambar detail, peraturan-peraturan dan syarat-syarat, daftar penjelasan, serta
ketentuan dan keputusan Direksi yang dibuat secara tertulis.
Pasal 1.2
PENDAHULUAN
1. Lingkup pekerjaan yang akan di laksanakan meliputi :
a. Pekerjaan Persiapan
b. Pekerjaan Bongkaran Saluran Eksisting
c. Pekerjaan Pasangan Batu
d. Pekerjaan Pemasangan Saluran U-ditch Baru
e. Pekerjaan Pemasangan Saluran Pipa
2. Pelaksanaan pekerjaan yang sesuai dengan ketentuan yang tertera dalam pasal masing-
masing jenis pekerjaan, gambar rencana termasuk gambar detail dan
penjelasan/keputusan Direksi.
3. Pembuatan papan nama proyek
Membuat papan nama proyek dari papan dilapis seng dengan ukuran 200 x 100 cm.
Didirikan tegak diatas kayu 5/7 cm setinggi 240 cm. Diletakkan pada tempat yang
mudah dilihat umum. Papan nama proyek memuat :
- Nama proyek
- Pemilik proyek
- Lokasi proyek
- Jumlah biaya (kontrak)
- Nama Konsultan Perencana
- Nama Konsultan Pengawas
Pasal 1.3
PEKERJAAN PERSIAPAN
1. Lingkup Rekerjaan :
a. Mobilisasi dan demobilisasi.
b. Pengukuran dan pemasangan.
c. Pengadaan air untuk kontruksi.
d. Pengadaan listrik untuk konstruksi.
2. Persyaratan bahan.
a. Mobilisasi dan demobilisasi, meliputi penyediaan alat/peralatan kerja termasuk
tenaga kerja (man power), sampai dengan mengembalikan dan memulangkan
seluruh bahan-bahan, alat-alat maupun tenaga kerja yang didatangkan.
b. Pengukuran ini dimaksudkan untuk menentukan titik-titik penempatan tiang -tiang
bangunan pagar pilar baik arah vertikal maupun horizontalnya.
c. Pengadaan air untuk kontruksi adalah penyediaan air untuk melakukan pekerjaan
adukan semen dan lain sebagainya dengan ketentuan air tersebut harus memenuhi
persyaratan teknis untuk konstruksi. Untuk penampungan air kerja disiapkan drum
penampung, air harus memenuhi kualitas yang ditentukan dalam RBI 1971.
d. Pengadaan listrik untuk konstruksi pada malam hari dengan menggunakan listrik
yang bersumber dari PLN atau menggunakan Generator set, baik untuk kebutuhan
pekerja, pelaksanaan pekerjaan bila dilaksanakan pada malam hari dan untuk
membantu memberi keamanan di lokasi proyek.
3. Pedoman Pelaksanaan.
a. Mobilisasi dan demobilisasi merupakan pekerjaan mendatangkan/ megangkut alat
dan peralatan, sumber daya manusia/man power yang diperlukan untuk
melaksanakan pekerjaan, maupun menempatkan kembali alat/peralatan maupun
memulangkan tenaga kerja yang direkrut, setelah pekerjaan selesai dilaksanakan.
b. Pengukuran diperlukan untuk menentukan peil/duga lantai dan letak as-as pilar
pagar.
c. Pengadaan air untuk konstruksi. Pengadaan air untuk konstruksi diambil dari
sumber air terdekat, kemudian ditampung dalam drum-drum yang telah disediakan.
Kebutuhan air ini harus disediakan dalam jumlah yang cukup selama pelaksanaan
pekerjaan. Air harus memenuhi syarat yang tercantum dalam RBI Nl 2.
d. Pengadaan listrik untuk konstruksi adalah sebagai upaya memaksimalkan
kebutuhan di lapangan baik menyangkut sebagai penerangan bagi para pekerja di
malam hari juga sebagai peralatan kerja yang diperlukan, apabila sewaktu-waktu
akan melaksanakan pekerjaan di malam hari. Penerangan akan juga merupakan
salah satu fasilitas keamanan bagi lokasi pekerjaan. Penjagaan akan memberi nilai
Pasal 1.4
KEAMANAN PROYEK
1. Pelaksana harus menjamin keamanan proyek baik untuk barang-barang milik
pelaksana, pengawas atau pengelola proyek, serta menjaga keutuhan bangunan-
bangunan yang ada dari gangguan para pekerja pelaksana ataupun kerusakan akibat
pelaksanaan pekerjaan.
2. Pelaksana harus menempatkan petugas-petugas keamanan selama 24 jam penuh setiap
hari, yang dibagi dalam 3 (tiga) shift, dan harus selalu mengadakan pemeriksaan
pengamanan setiap hari setelah selesai pekerjaan.
3. Untuk menguasai dan menjaga ketertiban bekerja para pekerjanya, setiap pekerja
Pelaksana diharuskan mengenakan tanda pengenal khusus yang harus dipakai pada
bagian badan yang mudah terlihat oleh petugas keamanan.
4. Pekerjaan Pelaksana tidak diijinkan menginap di lokasi kecuali petugas keamanan yang
sedang bertugas pada malam hari.
Pasal 1.5
KESELAMATAN KERJA
1. Pelaksana harus menjamin keselamatan kerja sesuai dengan persyaratan yang
ditentukan dalam peraturan perburuhan atau persyaratan yang diwajibkan untuk setiap
bidang pekerjaan.
2. Di dalam lokasi harus taersedia kotak obat pelengkap untuk pertolongan pertama pada
kecelakaan (PPPK).
3. Pelaksana juga harus menyediakan alat pelindung diri (APD) Seperti ; Helm safety,
Sepatu Safety, Rompi dan Sabuk Pengaman Pekerja.
Pasal 1.6
IJIN-IJIN
1. Pelaksana harus mengurus dan memperhitungkan biaya untuk membuat ijin- ijin yang
diperlukan dan berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan, antara lain: ijin
penerangan, ijin pengambilan material, ijin pembuangan, ijin pengurugan, ijin trayek
dan pemakaian jalan, ijin penggunaan bangunan serta ijin-ijin lain yang diperlukan
sesuai dengan ketentuan/peraturan daerah setempat.
2. Biaya Ijin Mendirikan Bangunan (IMB), menjadi tanggung jawab pemilik proyek,
dengan pengurusan dibantu konsultan perencana dan konsultan pengawas serta
Pelaksana.
3. Keterlambatan pelaksanaan pekerjaan yang diakibatkan oleh hal tersebut ayat (1) di
atas menjadi tanggung jawab Pelaksana.
Pasal 1.8
PENGUKURAN
1. Lingkup Pekerjaan.
a. Pemborong wajib meneliti situasi tapak, terutama keadaan tanah bangunan, sifat dan
luasnya pekerjaan dan hal-hal lain yang dapat mempengaruhi penawarannya.
b. Kelalaian atau kekurangan telitian Pemborong dalam hal ini tidak dapat dijadikan
alasan untuk mengajukan klaim.
c. Pengukuran - pengukuran sudut harus dilakukan dengan sangat teliti, Pemborong
harus mengadakan pengukuran tersebut, mengawasi dan meneliti sehingga yakin
bahwa sudut siku benar-benar sudah dipenuhi.
d. Semua ukuran sudut wajib dilaporkan kepada Pengawas untuk dikoreksi untuk
kedua kalinya dan diyakini bahwa ukuran tersebut sudah benar.
e. Ketidak cocokan yang mungkin terjadi dilapangan antara Gambar Kerja dan
Kenyataan, harus secepatnya dilaporkan kepada Pengawas, dan Pemborong harus
mematuhi keputusannya.
2. Pengujian Lapangan.
a. Kontraktor harus menyelenggarakan pengujian bahan-bahan dan kecakapan kerja
untuk pengendalian mutu yang dilaksanakan sesuai dengan spesifikasi dan perintah
Direksi Teknik.
b. Pengujian layaknya dilaksanakan oleh Laboratorium Kota, Kabupaten atau Provinsi
yang sesuai dengan instruksi Direksi Teknik. Pengujian khusus di laboratorium pusat
perlu dilaksanakan, jika diminta demikian oleh Direksi Teknik.
c. Semua pengujian harus memenuhi persyaratan standar spesifikasi. Bilamana hasil
pengujian memberikan hasil yang tidak sesuai dengan ketentuan dan spesifikasi,
kontraktor harus melakukan pekerjaan-pekerjaan perbaikan dan peningkatannya.
Pasal 1.9
PEKERJAAN BONGKARAN
1. Lingkup Pekerjaan
Menyediakan tenaga kerja, peralatan dan alat bantu lainnya untuk melaksanakan
pekerjaan ini.
2. Pekerjaan Ini Meleputi
Semua pembongkaran saluran eksisting yang diisyaratkan untuk dibongkar untuk
pelaksanaan pekerjaan yang baru baik yang berupa struktural ataupun yang non
structural.
3. Syarat-Syarat Pembongkaran
a. Sebelum dilaksanakan pembongkaran diwajibkan bongkaran harus dinilai terlebih
dahulu dan dinilai oleh dinas yang berwenang, setelah bongkaran dinilai diajukan
penghapusan dan dibuat Berita Acara Penghapusan.
b. Semua pembongkaran harus menggunakan cara dan alat-alat khusus yang tidak
akan merusak bagian-bagian yang tidak diisyaratkan di bongkar
c. Tidak diperkenankan menggunakan bahan peledak atau alat yang dapat
membahayakan orang lain, kecuali atas rekomendasi Direksi/Pengawas
d. Semua puing dan sisa bongkaran harus dibuang secepatnya di luar kawasan proyek
atau atas persetujuan Pengawas sisa bongkaran tersebut harus dikumpulkan di
suatu tempat diareal proyek
Pasal 1.10
PEKERJAAN GALIAN DAN URUGAN
1. Pekerjaan Galian
a. Galian tanah yang dibuat sesuai dengan arahan dan petunjuk gambar
b. Hasil galian yang dapat digunakan agar ditimbun sesuai dengan arahan dan
petunjuk Kontraktor, dan yang tidak dapat terpakai agar dibuang dari lapangan
c. Penggalian pondasi dilakukan dengan terlebih dahulu menetapkan lay out, titik as
pondasi tersebut dan ditentukan dengan teliti sesuai dengan arahan dan petunjuk
gambar.
d. Apabila terdapat air didasar galian, baik pada waktu penggalian maupun pada
waktu pekerjaan struktur harus disediakan pompa air dengan kapasitas yang
memadai atau pompa lumpur yang diperlukan dapat bekerja terus menerus, untuk
menghindari tergenangnya air lumpur pada dasar galian.
e. Semua tanah kelebihan yang berasal dari pekerjaan galian, setelah mencapai
jumlah tertentu harus segera disingkirkan dari halaman pekerjaan pada setiap saat
yang dianggap perlu dan atas petunjuk Direksi / Konsultan Pengawas.
2. Pekerjaan Urugan dan Penimbunan Tanah
Pasal 1.11
PEKERJAAN PASANGAN BATU
1. KETENTUAN UMUM
Bagian ini meliputi pengadaan dan pemasangan semua pondasi batu kali
sesuai dengangambar dan persyaratan disini.
2. BAHAN-BAHAN
1. Batu-batu harus keras dengan permukaan kasar tanpa cacat/retak dan ;ara
pengerjaannya harus dilakukan menurut cara terbaik yang dikenal
2. Pasir, galian pondasi harus diurug dengan pasir setebal 5 cm dan dipadatkan dengan
alat timbris tangan terbuat dari logam atau stamper
3. Pipa, pipa yang digunakan adalah diameter 3 inc dengan kualitas pipa PVC
4. Adukan, adukan yang dipakai terdiri dari campuran 1 semen : 3 pasir
5. Air, air harus bersih dan bebas dari bahan-bahan yang merusak seperti, minyak,
asam,dan unsur organik ke;uali ditunjukkan lain, 3emborong harus menyediakan
air kerja atas biaya sendiri.
Pasal 1.12
PLESTER DAN ADUKAN
1. LINGKUP PEKERJAAN
Dalam hal ini meliputi seluruh pekerjaan plester dan adukan seperti yang
dijelaskan dalam gambar-gambar pelaksanaan.
2. BAHAN-BAHAN
Semua bahan yang digunakan dalam pekerjan ini terdiri dari :
1. Pasir
Pasir yang dipakai harus kasar. tajam, bersih dan bebas dari tanah liat, lumpur atau
campuran-campuran lain.
2. Portland cement
Portland cement yang dipakai harus baru, tidak ada bagian-bagian yang membantu
dan dalam zak yang tertutup seperti yang disyaratkan. Hanya sebuah merk dari satu
jenis semen yang boleh dipakai dalam pekerjaan.
3. Air
Air harus bersih dan bebas dari bahan-bahan yang merusak seperti, minyak, asam,
dan unsur organik kecuali ditunjukkan lain, Pemborong harus menyediakan air
kerja atas biaya sendiri.
3. PERENCANAAN
1. Campuran Adukan dan Plester
Perbandingan adukan dan pengetesannya dapat dilaksanakan dalam waktu
1 minggu dan tidak ada penambahan waktu lagi untuk itu.
Plester/adukan dengan campuran 1 pc : 4 ps digunakan pada daerah-daerah seluruh
dinding bata seperti ditunjukkan dalam gambar.
2. Acian
Acian dibuat dalam campuran 1 pc : 2 air (volume) dan digunakan hanya
pada dinding-dinding yang akan di cat.
Pasal 1.13
PEKERJAAN SIAR
1. KETENTUAN UMUM
Bagian ini meliputi seluruh pekerjaan yang meliputi pada gambar rencana
2. BAHAN-BAHAN
Komposisi adukan pada siar adalah 1 PC : 2 PP
3. PELAKSANAAN
1. Sebisa mungkin menggunakan mesin pengaduk (molen) dan peralatan memadai.
Persiapan da bersihkan permukaan-permukaan yang di plester dari kotoran-kotoran
dan bahan-bahan lain yang dapat merusak plesteran, tukang-tukang plester yang tidak
cakap, karena pekerjaan yang buruk harus diganti dengan pekerja yang baik.
2. Siar/ adukan yang tidak sesuai dengan persayaratan teknis ini harus disingkirkan dari
pekerjaan
3. Pekerjaan siar harus timbul dari bidang pemasangannya, dan pekerjaan yang cacat
harus diperbaiki sesuai perintah pengawas.
4. Adukan dibuat dalam jumlah yang dapat dipakai habis dalam waktu 45 menit. Adukan
dapat dipakai sampai batas adukan tidak dapat diolah (lebih kurang dari 90 menit
setelah adukan jadi).
5. Membuang adukan tanpa mesin pengaduk hanya dapat dilakukan dengan izin
pengawas
6. Membuang adukan dengan mesin pengaduk/molen, bak Molen Harus benar-benar
bersih, isikan setengah sejumlah air yang dibutuhkan berikut masukan pasir, lalu
Pasal 1.14
PEKERJAAN BETON PRACETAK U-DITCH
1. KETENTUAN UMUM
1. Spesifikasi Beton Pracetak U-Ditch:
a. Uditch ukuran 40 x 60 x 120 cm
2. Supplier pemasok U-ditch & box culvert harus menyertakan sertifikat yang
memuat dimensi, ketebalan, beban maksimum diatas decker yang diijinkan
ketebalan timbunan diatas decker dsb, yang memungkinkan untuk memilih U-ditch
berdasarkan beban kendaraan / timbunan yang terjadi pada jalur U-ditch terpasang.
3. Galian harus dibuat sedemikian sehingga U-ditch dapat diletakkan pada lintasan
dan kedalaman yang dikehendaki, dan penggalian hanya dilakukan pada saluran
yang akan dipasang seperti pada yang diperbolehkan oleh pengawas. Galian harus
dikeringkan dan dijaga selama pelaksanaan pekerjaan sehingga pekerja dapat
bekerja didalamnya dengan aman dan efisien. Lebar galian harus cukup untuk
dapat meletakkan pipa dan menyambungkanya dengan baik, dan “Bedding”
maupun timbunan harus ditempatkan dan dipadatkan seperti tertera dalam gambar
atau sesuai instruksi pengawas. Galian harus dibuat dengan lebar extra, bila
diperlukan memasukan penyangga-penyangga galian dan peralatan-peralatan yang
diperlukan.
4. Untuk mendapatkan keamanan dan keberhasilan pekerjaan, kontraktor harus
menggunakan semua peralatan dan fasilitas yang telah disetujui pengawas. Semua
U-ditch dan box culvert harus diturunkan ke dalam galian yang alasnya sudah
diberi pasir serta pada bagian sambungan sudah diberi lantai kerja yang levelnya
sudah benar, secara hati-hati dengan peralatan derek, tali peralatan yang memadai
untuk mengamankan pipa beton. Dalam keadaan apapun juga tidak boleh
dijatuhkan kedalam galian. Jika terjadi kerusakan, kerusakan harus segera
dilaporkan kepada pengawas. Pengawas akan menginstruksikan untuk
mengadakan Spesifikasi Teknis Pekerjaan Drainase Bulit Mediterania Samarinda
15 perbaikan atau membuang bahan-bahan yang rusak tersebut
5. Untuk U-ditch beton dengan kemiringan antara 1/5 sampai dengan 1/10, agar tidak
terjadi pergeseran U-ditch, maka pada sambungan harus diberi angkur dari beton
yang ditanam pada kedalaman minimal 50cm dibawah sambungan. Saluran
kotoran dan sisa lapisan (coating) harus dihilangkan dari tiap U-ditch harus
dibersihkan, kering dan bebas dari lemak, minyak sebelum pipa dipasang. Harus
dijaga agar bahan-bahan lain tidak masuk ke dalam U-ditch ketika U-ditch
diletakkan. Selama pekerjaan berlangsung tidak boleh ada bahan-bahan, peralatan,
pakaian atau barang-barang lain diletakkan diatas U- ditch. Pada waktu
pemasangan U-ditch dalam galian, letak akhir harus tepat dengan ujung U-ditch
dan dipasang dengan lintasan dan sudut yang benar. Harus dijaga agar kotoran tidak
masuk kedalam ruang antara sambungan U-ditch.
Pasal 1.15
CACAT-CACAT PEKERJAAN
1. Bila penyelesaian pekerjaan, bahan yang digunakan atau keahlian dalam pengerjaan
setiap bagian pekerjaan tidak memenuhi persyaratan-persyaratan yang tercantum dalam
Persyaratan Teknis, maka bagian pekerjaan tersebut harus digolongkan sebagai cacat
pekerjaan.
2. Semua pekerjaan yang digolongkan demikian harus dibongkar dan diganti sesuai
dengan yang dikehendaki oleh Pengawas. Seluruh pembongkaran dan pemulihan
pekerjaan yang digolongkan cacat tersebut serta semua biaya yang timbul akibat hal
itu. Seluruhnya menjadi tanggungan Pelaksana.
Pasal 1.16
PEKERJAAN AKHIR/PENYELESAIAN PEKERJAAN
1. Sebelum penyerahan pertama yang direncanakan, Pemborong harus meneliti semua
bagian pekerjaan. Pekerjaan yang belum sempurna harus segera diperbaiki dengan
penuh tanggung jawab.
2. Setelah penyerahan pertama, semua barang-barang dan peralatan milik Pemborong
harus segera disingkirkan dari lokasi bangunan.
3. Pada waktu penyerahan pekerjaan, ruangan-ruangan & halaman telah selesai
dibersihkan dari segala macam sampah/kotoran maupun sisa-sisa material.
4. Pemborong harus mengusahakan & mengupayakan penyelesaian seluruh pekerjaan
dengan sebaik-baiknya, sehingga memuaskan Direksi serta Pemberi Pekerjaan, serta
tidak memerlukan perbaikan.
5. Foto Dokumentasi
Selama masa pelaksanaan pekerjaan Kontraktor harus membuat foto dokumentasi
seluruh pekerjaan yang menggambarkan kondisi 0%, 25%, 50% , 75% dan 100%. Foto
dokumentasi 0%, 25%, 50%, 75% dan 100%, harus menggambarkan kemajuan
pekerjaan setiap 1 (satu) titik tiap bidang.
PEKERJAAN
REHABILITASI TALUD & PERKOLAMAN
BALAI BESAR PERIKANAN BUDIDAYA AIR TAWAR SUKABUMI
LOKASI
KOTA SUKABUMI
SUMBER DANA
A P B N
TAHUN ANGGARAN
2 0 2 3
SPESIFIKASI TEKNIS
PEKERJAAN
REHABILITASI TALUD & PERKOLAMAN
BALAI BESAR PERIKANAN BUDIDAYA AIR TAWAR SUKABUMI
SPESIFIKASI TEKNIS
PASAL 1
PEMBERITAHUAN UNTUK MEMULAI PEKERJAAN
Dalam keadaan apapun tidak dibenarkan untuk memulai pekerjaan yang sifatnya permanen tanpa terlebih
dahulu mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas.
Pemberitahuan yang lengkap dan jelas harus terlebih dahulu disampaikan kepada Konsultan Pengawas dan
dalam jangka waktu yang cukup, bila dipertimbangkan bahwa perlu mengadakan penelitian dan pengujian
terlebih dahulu atas persiapan pekerjaan tersebut.
Bila Pemborong tidak berada ditempat pekerjaan dimana Konsultan Pengawas bermaksud untuk memberikan
petunjuk-petunjuknya, maka petunjuk-petunjuk harus diturut dan dilaksanakan oleh Pelaksana atau orang-
orang yang ditunjuk untuk itu oleh Pemborong.
PASAL 2
PERSIAPAN PEKERJAAN
1. PEMBERSIHAN LOKASI
Kontraktor harus membersihkan sekitar lokasi pekerjaan dan segala sesuatu yang mungkin akan
mengganggu pelaksanaan pekerjaan dan membuang bongkaran yang tidak terpakai sesuai petunjuk
Konsultan Pengawas.
2. KANTOR KONTRAKTOR, LOS DAN HALAMAN KERJA, GUDANG DAN FASILITAS LAIN
Penyedia Jasa Pemborongan harus menyediakan sebuah kantor untuk Direksi dengan ukuran
sesuai dengan kebutuhan dan peralatan yang cukup seperti meja, kursi, white board, file direksi
dan air minum untuk digunakan sebagai tempat kerja konsultan.
Dalam kantor lapangan harus disediakan:
a. Buku DIREKSI
b. Buku Tamu
c. Gambar kerja & Bq
d. Laporan Harian, yang berisi : Jenis pekerjaan yang dilaksanakan, catatan penerimaan bahan,
catatan peralatan dan jumlah tenaga kerja tiap hari, catatan keadaan cuaca
e. Rak contoh material yang digunakan
3. DOKUMENTASI
Dokumentasi dilakukan terhadap kondisi lokasi sebelum dibangunan (0%), selama masa pelaksanaan
pekerjaan sampai selesai pembangunan (100%). Pendokumentasian ini merupakan perekaman
bangunan tersebut secara piktoral (gambar dan foto) dan verbal (uraian tertulis). Tujuannya
untuk mengetahui kondisi lokasi sebelum dibangun, masa pelaksanaan dan hasil akhir pembangunan.
PASAL 3
PENGUKURAN DAN PEMBONGKARAN
Pemborong harus memulai pekerjaan pengukuran dari garis-garis dasar yang telah disetujui oleh Konsultan
Pengawas dan bertanggung jawab penuh atas pengukuran pengukuran yang dibuatnya.
Pemborong harus menyediakan semua bahan, peralatan dan tenaga kerja, termasuk juru-juru ukur
(Surveyor) yang dibutuhkan sehubungan dengan pengukuran untuk setiap bagian pekerjaan yang
memerlukannya.
Sebelum melaksanakan pekerjaan bongkaran, Pemborong harus meminta ijin dulu kepada Pihak User dan
dalam hal pelaksanaannya hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain :
1. Memperhatikan faktor keselamatan dan lingkungan sekitar kerja.
2. Bekas bongkaran yang masih dapat dipergunakan disimpan dan diamankan sesuai petunjuk dari User.
3. Berangkal/ puing-puing bekas bongkaran harus dibuang ke luar site.
4. Teknik pelaksanaan pembongkaran sedemikian rupa dengan memperhatikan urutan pelaksanaan.
5. Dalam pelaksanaan pembongkaran, adanya kerusakan diluar skope pekerjaan yang ada di RAB, karena
diakibatkan oleh kelalaian/ kecerobohan Pemborong maka kerusakan tersebut menjadi tanggung
jawab Pemborong.
PASAL 4
PEKERJAAN TANAH, GALIAN DAN URUGAN
1. LINGKUP PEKERJAAN
Pekerjaan yang tercakup dalam pekerjaan ini meliputi kelengkapan peralatan konstruksi,
tenaga kerja, alat-alat, bahan material, perlengkapan dan penyelenggaraan yang berkaitan
dengan pekerjaan galian pada permukaan sesuai dengan gambar rencana.
2. GALIAN TANAH
a. Semua kedalaman tanah galian harus sesuai gambar rencana.
b. Galian tanah untuk pondasi, pemasangan paving, kansteen, saluran drainase, sumur resapan,
septictank dan bak kontrol harus cukup lebar untuk bekerja dan sisinya dijaga dari
longsoran.
c.Semua pekerjaan galian harus dilaksanakan dengan baik serta tidak mengganggu lingkungan sekitar.
d. Semua galian saluran harus selalu dalam keadaan kering, tidak boleh tergenang air.
e. Galian tanah setelah mencapai kedalaman yang ditentukan, kemudian dipadatkan dan disiram
dengan air.
f. Tanah hasil galian yang harus disingkirkan dengan lokasi penempatan sesuai petunjuk dari
konsultan pengawas / direksi teknis.
g. Sisa tanah hasil galian yang tidak digunakan harus sudah diangkut/dibuang dari lokasi pekerjaan
selambat-lambatnya 1 x 12 jam sejak dilakukan penggalian.
3. URUGAN TANAH
Urugan tanah kembali Urugan tanah dilaksanakan pada lubang bekas galian dengan dipadatkan secara
manual maupun mekanis dengan alat stamper. Semua urugan harus mencapai kerataan atas dengan
disisakan ketinggian yang cukup untuk mengembalikan kondisi permukaan semula.
a. Pekerjaan urugan dan pemadatan untuk peninggian peil bangunan harus disesuaikan dengan peil-
peil (level) dan lokasi yang telah ditentukan didalam gambar dan mendapat persetujuan
pengawas.
b. Bahan galian dari daerah pembangunan dapat dipergunakan, bila memadai untuk urugan dan
penanggulan. Bahan urugan harus bersih dari unsurunsur perusak dan harus disetujui
konsultan pengawas. Bila perlu dapat dilakukan penyelidikan laboratorium, mekanika tanah
yang disetujui oleh pengawas dimana segala biaya penyelidikan tersebut menjadi tanggung
jawab kontraktor. Penggalian melebihi batas yang ditentukan harus diurug kembali sehingga
mencapai kerataan yang diterapkan dengan bahan urugan yang dipadatkan Toleransi
pelaksanaan yang dapat diterima untuk penggalian dan pengurugan adalah ± 100 mm,
terhadap kerataan yang ditentukan. Pengurugan dilakukan lapis demi lapis (tiap 20 cm padat)
yang selalu diikuti pekerjaan pemadatan.
c. Bahan urugan untuk pelaksanaan pengerasan harus disebar dalam lapisan-lapisan yang rata
dalam ketebalan yang tidak melebihi 300 mm pada kedalaman gembur.
d. Gumpalan-gumpalan tanah yang harus digemburkan dan bahan tersebut harus dicampur
dengan cara menggaru atau cara sejenisnya sehingga diperoleh lapisan yang homogen dan
kemudian baru dilaksanakan pemadatannya. Setiap bahan haruslah sama dalam hal bahannya,
kepadatannya dan kelembabannya sebelum pengerasan dilaksanakan.
e. Urugan tanah dipadatkan secara manual maupun mekanis dengan alat stamper.
f. Ketinggian (peil) disesuaikan dengan gambar.
PASAL 5
PEKERJAAN PASANGAN BATU BELAH
Bagian ini meliputi pengadaan dan pemasangan batu belah, sesuai dengan gambar dan persyaratan
disini.
1. BAHAN/ MATERIAL
1. Batu Belah
Batu belah yang digunakan dari jenis batu belah yang keras berwarna hitam dengan permukaan
kasar tanpa cacat, retak berukuran diameter 20–25cm.
Batu kali/ belah yang keras bermutu baik, tidak cacat dan tidak retak. Batu kapur, batu
berpenampang bulat, atau berpori besar dan terbungkus lumpur tidak diperkenankan dipakai.
2. Pasir Pasang
Pasir yang digunakan dari jenis Pasir Pasang yang bermutu baik, tidak mengandung bahan
organis, lumpur dan sejenisnya yang dapat mengurangi kekuatan pasangan.
2. PELAKSANAAN
1. Sebelum dilaksanakan pemasangan terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan apakah bagian/ lokasi
yang akan dikerjakan ada air tanah yang keluar dari dalam tanah; bila ada, akan berpengaruh dalam
kelangsungan pekerjaan maka hendaknya dipompa atau dialirkan agar lokasi terbebas dari
genangan air.
2. Setelah profil dibuat sesuai bentuk bangunan pada gambar rencana, jalur pondasi diberikan urugan
pasir kemudian dipadatkan minimal 5 cm, baru kemudian diberi pasangan batu kosong ( tanpa
adukan ) sebagai dasar.
3. Bahan material seperti batu sebelum dipasang harus bersih (dibasahi) dan dipasang sedemikian
rupa dan disusun sesuai bentuk profil berawal dari dasarnya (pondasi), sehingga tiap-tiap batu
yang tersusun diselimuti seluruhnya dengan adukan, komposisi adukan menggunakan adukan 1 Pc : 4
Psr ( Type N ).
3. Batu–batu yang tersusun diletakkan sedemikian rupa sehingga membentuk bangunan yang kita
kehendaki (sesuai gambar design). Pada umumnya akhir pekerjaan pasangan batu ditutup dengan
plesteran dengan menggunakan mortar tipe M atau finishing bisa berupa plester aci dengan
mortar 1 Pc : 3 Psr ( Type S ).
3. Suling-suling air dari pipa PVC dipasang perletakannya sesuai gambar dengan bagian dalam ditutup
dengan serabut ijuk.
PASAL 6
PEKERJAAN BETON
1. KETENTUAN UMUM
1. Persyaratan-persyaratan Konstruksi Beton, istilah teknis dan syarat-syarat pelaksanaan beton
secara umum menjadi kesatuan dalam bagian buku persyaratan teknis ini. Kecuali ditentukan lain
dalam buku persyaratan teknis ini, maka semua pekerjaan beton harus sesuai dengan referensi di
bawah ini:
a. Peraturan Beton SKSNI
b. Peraturan pembebanan Indonesia Untuk Gedung 1983
c. American sociaty of Testing Materials (ASTM)
d. Standar industri indonesia ( SII)
2. Bilamana ada ketidaksesuaian antara peraturan-peraturan tersebut di atas maka peraturan-
peraturan Indonesia yang menentukan.
3. Pemborong harus melaksanakan pekerjaan ini dengan ketetapan dan kesesuaian yang tinggi
menurut persyaratan teknis ini, gambar rencana dan instruksi-instruksi yang dikeluarkan oleh
Konsultan Pengawas, semua pekerjaan yang tidak memenuhi persyaratan harus dibongkar dan
diganti atas biaya pemborong sendiri.
4. Semua material harus baru dengan kualitas yang terbaik sesuai persyaratan dan disetujui oleh
Konsultan Pengawas. Konsultan Pengawas berhak untuk meminta diadakan pengujian bahan-bahan
tersebut dan pemborong bertanggung jawab atas segala biayanya. Semua material yang tidak
disetujui oleh Konsultan Pengawas harus segera dikeluarkan dari proyek /site dalam waktu 3 x 24
jam.
2. LINGKUP PEKERJAAN
1. Meliputi segala pekerjaan yang diperlukan untuk Pelaksanaan pekerjaan beton sesuai dengan
gambar rencana termasuk pengadaan bahan, upah, pengujian dan peralatan pembantu.
2. Pengadaan, detail, fabrikasi dan pemasangan semua penulangan dan bagian-bagian dari pekerjaan
lain yang tertanam dalam beton.
3. BAHAN - BAHAN
A. S e m e n :
a. Semua semen yang digunakan adalah jenis portland Cement sesuai dengan persyaratan NI-2
pasal Bab 3 Standar Indonesia NI-8 /1964, SII 0013-81 atau ASTM C-150 dan produksi
dari satu merk / pabrik.
b. Pemborong harus menempatkan semen tersebut dalam gudang yang baik untuk mencegah
terjadinya kerusakan, dan tidak boleh ditaruh langsung di atas tanah tanpa alas kayu.
c. Semen yang menggumpal, sweeping, tercampur dengan kotoran atau kena air/lembab tidak
diizinkan untuk digunakan dan harus segera dikeluarkan dari proyek dalam batas 3 x 24 jam.
d. Penggunaan semen harus sesuai dengan urutan pengirimannya.
B. Agregat Kasar :
a. Berupa batu pecah yang diperoleh dari pemecahan batu dengan spesifikasi sesuai menurut
NI-2 pasal 3, 4, 5 bab III dan serta mempunyai ukuran terbesar 2,5 cm.
b. Agregat Kasar terdiri dari butir-butir yang kasar., keras, tidak berpori dan berbentuk kubus.
Bila ada butir yang pipih maka jumlahnya tidak boleh melebihi 20 % dari volume dan tidak
boleh mengalami pembekuan hingga melebihi 50 % kehilangan berat menurut test mesin Los
Angeles (L A).
c. Bahan harus bersih dari zat-zat organik, zat-zat reactif alkali atau substansi yang merusak
beton dan tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1 % .
d. Hasil “crushing test “ dari laboratorium yang berwenang terhadap kubus-kubus beton yang
berumur 7, 14, dan 21 hari harus dilaporkan kepada Konsultan pengawas untuk dimintakan
persetujuannya.
C. Agregat Halus :
a. Dapat menggunakan pasir alam atau pasir yang dihasilkan dari mesin pemecah batu dan harus
bersih dari bahan organik, lumpur, zat-zat alkali dan tidak mengandung lebih dari 50%
substansi-substansi yang merusak beton atau NI-2 pasal 3 bab 3, sebagai referensi, boleh
digunakan pasir Cimangkok.
b. Pasir laut tidak diperkenankan dipergunakan dan pasir harus terdiri dari partikel-partikel
yang tajam dan keras .
4. Air :
Air yang digunakan harus bersih dan jernih tidak mengandung minyak atau garam serta zat-zat
yang dapat merusak beton baja bertulang. Dalam hal ini sebaiknya digunakan air bersih yang
dapat diminum, atau seperti NI - 2 pasal 6 Bab 3.
D. Baja tulangan :
a. Baja tulangan yang digunakan adalah baja polos dan baja ulir dimana harus memenuhi
persyaratan SKNI, dengan tegangan leleh karakteristik (Tau) = 2400 kg/cm2 atau baja U
24, (Tau) = 3900 kg/cm2 atau baja U39, pemberi tugas atau konsultan, pengawas bila
diperlukan, akan melakukan pengujian test tegangan tarik-putus dan “ Bending” untuk setiap
10 ton baja tulangan, atas biaya pemborong.
b. Batang-batang tulangan harus disimpan tidak menyentuh tanah secara langsung dan dihindari
akan penimbunan baja tulangan diudara terbuka.
c. Kawat ikat berukuran minimal 1 mm.
d. Batang-batang tulangan yang berlainan ukurannya harus ditimbun pada tempat terpisah dan
diberi tanda yang jelas.
E. Bahan pencampur :
a. Penggunaan bahan pencampur (admixture) tidak diijinkan tanpa persetujuan tertulis dari
Konsultan Pengawas dan Konsultan Perencana.
b. Apabila akan digunakan bahan pencampur, pemborong harus mengadakan percobaan-
percobaan perbandingan berat dan W/C ratio dari penambahan bahan pencampur (admixture)
tersebut.
F. Cetakan Beton :
Dapat menggunakan kayu kelas II dengan ketebalan minimal 3 cm, atau multiplek tebal minimal 18
mm atau plat baja, dengan syarat memenuhi ketentuan-ketentuan yang tersebut dalam SKSNI
jarak rangka kayu harus disetujui Konsultan Pengawas.
4. MUTU BETON
1. Mutu beton untuk pekerjaan sitemix menggunakan system perbandingan 1 : 2 : 3, dan apabila
memgunakan beton readymix Konstruksi bangunan harus memenuhi persyaratan kekuatan tekan
karakteristik sebagai berikut :
2. Slump (kekentalan beton) untuk jenis konstruksi berdasarkan SKSNI adalah sebagai berikut :
Slump Slump
Jenis Konstruksi
maks. (cm) min. (cm)
Pelat & Dinding Pondasi telapak 12,5 5,0
Pelat, Balok & Dinding, Kolom 15,0 7,5
Pelat diatas tanah/pergeseran 7,5 5,0
jalan
3. Bila tidak digunakan alat penggetar dengan frekwensi getaran tinggi, maka harga tersebut diatas
dapat dinaikan sebesar 50 % dengan catatan tidak boleh melebihi 15 cm.
5. PERSIAPAN PENGECORAN
1. Sebelum pengecoran dimulai, semua bagian-bagian yang akan dicor harus bersih dan bebas dari
kotoran-kotoran dan bagian beton yang lepas. Bagian-bagian yang akan ditanam dalam beton harus
sudah terpasang (pipa-pipa untuk instalasi listrik, plumbing dan perlengkapan-perlengkapan lain).
2. Cetakan atau pasangan dinding yang akan berhubungan dengan beton harus dibasahi dengan air
sampai jenuh dan tulangan harus sudah terpasang dengan baik. Bidang-bidang beton lama yang
akan dicor harus dibuat kasar terlebih dahulu dan kemudian dibersihkan dari segala kotoran yang
lepas.
3. Sesaat sebelum beton dicor, maka bidang-bidang tersebut harus disapu dengan spesi mortar
dengan susunan yang sama seperti adukan beton dan air harus dibuang dari semua bagian-bagian
yang akan dicor.
4. Pemborong harus tetap menjaga kondisi bagian-bagian tersebut sampai ijin pengecoran diberikan
oleh Konsultan Pengawas.
5 Apabila pengecoran tidak memakai begisting kayu maka dasar permukaan yang akan dicat harus
diberi beton dengan adukan 1 pc : 3 ps : 5 krk setebal 5 cm.
7. PEMADATAN BETON
1. Pemborong bertanggung jawab untuk menyediakan peralatan guna pengangkutan penuangan beton
dengan kekentalan secukupnya agar didapat beton yang padat tanpa perlu penggetaran secara
berlebih.
2. Pemadatan beton seluruhnya harus dilaksanakan dengan “Mechanical Vibrator” dan dioperasikan
oleh orang yang berpengalaman.
Penggetaran dilakukan secukupnya agar tidak mengakibatkan “Over Vibration” dan tidak
diperkenankan melakukan penggetaran dengan maksud untuk mengalirkan beton.
Hasil beton harus merupakan masa yang utuh, bebas dari lubang-lubang, segregasi atau keropos.
3. Pada daerah penulangan yang rapat , penggetaran dilakukan dengan alat penggetar yang
mempunyai frekwensi tinggi (rpm tinggi) untuk menjamin pengisian beton dan pemadatan yang
baik.
4. Dalam hal penggunaan vibrator, maka slump dari beton boleh melebihi 12,5.
5. Jarum penggetar harus dimasukkan kedalam adukan vertikal, tetapi dalam keadaan khusus boleh
miring 45 derajat dan jarum vibrator tidak boleh digerakkan secara horizontal.
6. Alat penggetar tidak boleh disentuh pada tulangan-tulangan, terutama pada tulangan yang telah
masuk pada beton yang telah mulai mengeras, serta berjarak minimal 5 cm dari bekisting.
7. Setelah sekitar jarum nampak mengkilap, maka secara perlahan-lahan harus ditarik, hal ini
tercapai setelah bergetar 30 detik (maksimal).
8. BESI TULANGAN
1. Tulangan harus memenuhi standard dan dimensi yang tertera dalam gambar. Tulangan adalah
BJTD (ulir) harus memenuhi tegangan leleh minimum fy = 320 Mpa dan BJTP (polos) yang
mutunya harus memenuhi tegangan leleh minimum 240 Mpa.
2. BJTP digunakan lebih kecil/sama dengan 12 mm dan BJTD digunakan lebih besar 12 mm.
3. Tulangan hendaknya disimpan di rak di atas tanah dan didukung sepanjang tulangan hingga
tidak bengkok.
4. Kualitas dan diameter nominal dari baja tulangan yang digunakan harus dibuktikan dengan
sertifikat pengujian laboratorium, yang pada prinsipnya menyatakan nilai kuat - leleh dan
berat per meter panjang dari baja tulangan dimaksud.
5. Tulangan harus terlindungi dari hujan kelembaban udara dan sebagainya, dan karat-karat
harus dibersihkan dan memenuhi kriteria SII 0136-84.
6. Tidak diperkenankan tulangan diikat dengan las, kecuali terdapat petunjuk pada gambar rencana
atau atas ijin direksi. Deformasi las harus memenuhi BS 4483.
7. Bendrat atau kawat pengikat harus berukuran minimal 1 mm, kualitas baik dan tidak berkarat.
8. Selimut beton harus mempunyai ketebalan minimal sebagai berikut :
Pelat 2,0 cm
Balok 2,5 cm
Kolom 2,5 cm
Sloof dan Pondasi 3 cm
PASAL 7
PEKERJAAN RANGKA ATAP
1. LINGKUP PEKERJAAN
Pekerjaan ini meliputi pengiriman material ke lapangan, perangkaian (assembling) dan ereksi
(erection) seluruh pekerjaan pemasangan baja ringan seperti tercantum dalam gambar kerja meliputi
:
a. Kontruksi kuda-kuda ( Straus )
b. Pekerjaan reng (Batten)
c. Pekerjaan Jurai (Valley gutter)
Lingkup pekerjaan tidak meliputi:
a. Pemasangan atap
b. Pemasangan kap finishing atap
c. Talang selain talang jurai dalam
d. Assesoris atap
2. PERSYARATAN BAHAN
Material struktur rangka atap
a. Properti mekanis baja (Steel Mechanical Properties):
Baja Mutu Tinggi G550
Tegangan Leleh minimum (Minimum Yield Strength) : 550 Mpa
Modulus Elastisitas : 2.1 x 105 Mpa
Modulus Geser : 8 x 104 Mpa
b. Lapisan pelindung terhadap korosi (Protective Coating) :
Lapisan pelindung seng dan alumunium (Zincalume) dengan komposisi sebagai berikut :
55 % Alumunium (al)
43.5 % Seng (Zinc)
1.5 % Silicon (Si)
Ketebalan pelapisan : 50 gr/m2 – 150 gr/m2 (AZ 50 –AZ 150)
c. Profil Material :
Rangka Atap
Profil yang digunakan untuk rangka atap adalah profil C, Reng (Batten), Skrup, Dynabolt
Profil yang digunakan reng adalah profil C.75.75, C.75.60, (tinggi profil 75mm , dan tebal dasar
baja 0.75 mm )
3. PERSYARATAN DESAIN
a. Desain rangka atap harus didukung oleh analisis perhitungan yang akurat serta memenuhi kaidah-
kaidah teknik yang benar dalam perancangan standard batas desain struktur baja cetak dingin
(Limit state Cold Formed Steel Structure Desain)
b. Kontraktor wajib menyerahkan mill certificate (sertifikat pabrik) dari material baja yang akan
digunakan serta dokumen data-data produk.
5. PERSYARATAN KONSTRUKSI
a.Sambungan
Alat penyambung antar elemen rangka atap yang digunakan untuk pabrikasi dan instalasi adalah
baut menakik sendiri (self drilling screw) dengan spessifikasi sebagai berikut :
1. Kelas Ketahanan Minimum : Class 2
(Minimum Corrosion Rating)
1. Ukuran baut untuk struktur rangka atap (Truss Fastener) adalag type 12-14 x 20 dengan
ketentuan sebagai berikut :
a. Diamater ulir : 12 Gauge (5.5 mm)
b. Jumlah ulir per inchi (Threads per insh/TPI) : 14 TPI
c. Panjang : 5/16” (8 mm hex socket)
d. Material : AISI 1022 Heat Treated Carbon Steel
e. Kuat Geser Rata-rata (shear, average) : 8.8 kN
f. Kuat tarik minimum (tensile, min) : 15.3 kN
g. Kuat Torsi minimum (torque,min) : 13.2 kN
3. Ukuran baut untuk struktur reng (batten fartener) adalah type 10-16 x 16, dengan ketentuan
sebagai berikut :
a. Diamater ulir : 10 Gauge (4.87 mm)
b. Jumlah ulir per inchi (Threads per insh/TPI) : 16 TPI
c. Panjang : 5/16” (8 mm hex socket)
d. Material : AISI 1022 Heat Treated Carbon Steel
e. Kuat Geser Rata-rata (shear, average) : 6.8 kN
f. Kuat tarik minimum (tensile, min) : 11.9 kN
g. Kuat Torsi minimum (torque,min) : 8.4 kN
4. Pemasangan jumlah baut harus sesuai dengan detail sambungan pada gambar kerja
5. Pemasangan baut harus menggunakan alat bor listrik 560 watt dengan kemampuan alat minimal
2000 rpm.
b. Sambungan
1. Pekerjaan pemotongan material baja ringan harus menggunakan peralatan yang sesuai, alat
potong listrik dan gunting dan telah ditentukan oleh pabrik
2. Alat potong harus dalam kondisi baik
3. Pemotongan material harus mengikuti gambar kerja
4. Bagian bekas irisan harua benar-benar datar, lurus dan bersih
6. PELAKSANAAN PEKERJAAN
a. Fabrikasi
1) Maksimalkan fabrikasi di pabrik pembuat dan penyusunan / perakitan bagian sistem
rangka baja ringan.
Fabrikasi rangka rakitan dalam cetakan / pola
Potong bagian rangka dengan gergaji atau gunting besar, bukan dengan api
Kencangkan bagian rangka baja ringan dengan baut, rivet atau skrup sesuai
rekomendasi engineer dari pabrik pembuat. Tidak diijinkan melakukan pengencangan
dengan kawat.
2) Fabrikasi setiap rakitan rangka metal dengan toleransi kesikuan maksimal 3 mm.
b. Pemasangan
1) Harus memenuhi persyaratan fabrikasi seperti disebutkan diatas.
2) Memasang usuk menggunakan profil baja ringan C pada gording baja profil. Pemasangan
usuk harus rata permukaannya, lurus dengan jarak yang sama. Sambungan antara usuk baja
ringan dengan gording menggunakan baut dan tidak diperkenankan disambung dengan
menggunakan las.
3) Pasang rangka usuk baja ringan dan aksesori agar vertikal, tegak lurus empat sisi,
sesuai dengan garis yang telah ditentukan, dan dengan sambungan yang kencang.
4) Pasang bagian rangka dalam satu bagian panjang utuh bila memungkinkan.
5) Sambungan muai harus dibuat terpisah dari baja ringan dengan cara sesuai persyaratan.
6) Pasang rangka baja ringan dalam batas variasi toleransi maksimal yang diijinkan dari
vertikal, elevasi dan garis yang telah ditentukan, 3 mm dalam 3000 mm (1 : 1000)
7) Memasang reng baja ringan diatas profil C Baja ringan. Jarak reng disesuaikan dengan
panjang gentengnya dengan ketentuan jarak penutup memanjang tiap genteng tidak kurang
dari 70 mm.
8) Pemasangan reng harus lurus, jaraknya sama, rata permukaan atasnya, supaya genteng
yang dipasang bisa rapat tidak bergelombang yang akan mengakibatkan tampias/
kebocoran. Pemasangan genteng harus rapi, lurus dan rapat. Pada kemiringan atap yang
lebih dari 45 0 pada genteng harus dipaku pada reng supaya tidak jatuh.
PASAL 8
PEKERJAAN PENUTUP ATAP
1. UMUM
a. Sebelum memulai pekerjaan pemasangan penutup atap, Pemborong harus memeriksa terlebih dahulu
apakah seluruh rangka telah selesai dipasang dan sudah sesuai menurut ketentuan dalam persyaratan
teknis ini.
b. Pelaksana pekerjaan ini baru dapat dimulai setelah diijinkan Pengawas.
c. Lingkup Pekerjaan
Meliputi penyiapan bagian-bagian yang akan dipasang, menyediakan material alat-alat bantu dan
pemasangan penutup atap.
2. BAHAN-BAHAN
Penutup atap menggunakan spandex ( berpasir ) seperti ditunjukkan dalam gambar. Produk Pabrik
yang disarankan : Intiroof, Multiroof, Suryaroof atau yang setara. Bahan + Warna genting diajukan
kepada konsultan pengawas untuk diminta persetujuan.
3. PERSYARATAN PELAKSANAAN
Pemasangan atap dari bahan satu pabrik dengan warna seragam, harus rapih dan dipastikan
terhindar dari kebocoran.
a. Pemasangan penutup atap diletakan di atas reng dan khusus untuk reng terakhir dipasang tegak.
Jarak antara reng sesuai dengan petunjuk gambar kerja atau ketentuan yang disyaratkan untuk
pekerjaan pemasangan penutup atap.
b. Bagian penutup atap untuk menempatkan pada kedudukannya tidak boleh dibuang. Pemotongan
penutup atap harus menggunakan alat yang sesuai untuk bahan tersebut.
c. Pada pemasangan nok penutup atap harus mengikuti spesifikasi teknis dan cara/ petunjuk
pemasangan yang disyaratkan.
d. Pada setiap bagian tertentu penutup atap harus dipaku dengan reng. Jumlah dan type paku yang
digunakan harus mendapatkan persetujuan konsultan pengawas.
e. Pada bagian ujung nok penutup atap harus dipasang nok penutup untuk pemasangan penutup atap.
f. Apabila terdapat pengakhiran jurai luar dan p[ertemuan nok dengan jurai harus harus ditutup
dengan bahan penutup yang sesuai persyaratan dan sudah merupakan aksesoris penutup atap yang
dipakai.
g. Pemasangan genteng metal :
Pada saat pemasangan genteng metal harus diperhatikan bagian atas dan bawah genteng tidak
bisa terbalik sebab ada sok untuk pemasangan lembaran pada sayap kanan dengan pemasangan
pada sayap kiri atap.
Pemotongan genteng harus memakai gunting besi, bagian yang dipotong adalah bagian atas
dimana gording terpasang.
Pemasangan paku pada reng harus datar ( 90 derajat ) tidak boleh miring.
Nok genteng dipasang dengan paku ulir tepat diatas sayap nok bagian samping dan diberi
silikon agar tidak merembes air.
Sudut kemiringan atap genteng metal yang ideal adalah 20 – 30 derajat.
PASAL 9
PEKERJAAN PIPA
1. LINGKUP PEKERJAAN
1. Yang dicakup dalam pekerjaan ini adalah pengertian bekerjanya instalasi plumbing di dalam dan di
luar bangunan sampai suatu sistem keseluruhan maupun bagian-bagiannya, seperti yang tertera
pada gambar. Termasuk didalam pekerjaan iniadalah pengadaan barang/material, instalasi dan
testing terhadap seluruh seluruh material, serah terima dan pemeliharaan selama 6 ( enam ) bulan.
2. Sistim perpipaan air bersih dari pipa air di dekat bangunan ke fixture-fixture dalam bangunan
lengkap dengan sambungan-sambungan, belokan-belokan, tikungan, fitting-fitting dan perlengkapan
lain yang diperlukan.
3. Semua fixture yang direncanakan untuk dipasang termasuk kran-kran, lengkap dengan sambungan-
sambungan, belokan-belokan, tikungan, fitting-fitting dan perlengkapan lain yang diperlukan.
4. Semua fixture yang direncanakan untuk dipasang termasuk kran-kran, lengkap dengan
sambungan-sambungan dan perlengkapan lain yang diperlukan dalam persyaratan.
5. Sistem perpipaan pembuangan air kotor dan perpipaan vent dari fixture-fixture dalam bangunan
sampai ke bak-bak penampung, septic tank, atau saluran air hujan lengkap dengan sambungan-
sambungan, tikungan-tikungan dan perlengkapan lain yang diperlukan. Instalasi yang dinyatakan
dalam spesifikasi ini harus sesuai dengan Pedoman Plumbing Indonesia.
2. PENGENDALIAN PEKERJAAN
Syarat-syarat penerimaan untuk bahan-bahan dan peralatan, cara-cara pemasangan, kwalitas
pengerjaan, harus sesuai dengan standar yang wajar berlaku dan disesuaikan dengan pedoman
Plambing Indonesia.
3. STANDAR BAHAN
1. Semua bahan pipa dan peralatan-peralatan yang diperlukan harus memenuhi standar di bawah ini:
a. ASTM-A 120-57 untuk pipa-pipa dan fitting dari "Galvanized Iron".
b. ISO dan SNI 0162-1987-A dan SNI 0178-1987-A untuk pipa dan fitting PVC.
2. Setiap bahan pipa (satu panjang utuh), fitting, fixture-fixture dan peralatan yang akan dipasang
pada instalasi ini harus mempunyai tanda-tanda merk yang jelas dari pabrik pembuatnya.
Fitting-fitting dan fixture-fixture yang tidak memiliki tanda-tanda tersebut harus diganti
atas tanggung jawab Pemborong.
3. Bahan-bahan, peralatan-peralatan dan peralatan-peralatan tambahan yang disediakan harus baru
dan dapat diterima.
4. Pipa-pipa air bersih utama maupun pipa-pipa cabang untuk distribusi air sampai ke bangunan,
baik yang ditanam di dalam tanah maupun yang ditempatkan di atas langit-langit dibuat dari
Galvanized Iron Pipe.
5. Pipa-pipa sanitair domestik dari fixture-fixture sampai ke pipa yang ada, dibuat dari PVC
tekanan kerja 5 kg/cm2 standar ISO (klas AW).
6. Semua pipa-pipa sanitair di luar bangunan dibuat dari PVC tekanan kerja 5 kg/cm2 standar ISO
(klas AW).
7. Fitting-fitting untuk PVC harus cetakan pabrik dengan bahan penyambung (perekat) seperti
direkomendasikan oleh pabrik pembuat pipa.
8. Kran-kran air yang dipergunakan harus dari bahan kuningan dengan lapisan chrome, merk SAN-EI
atau merk lain yang setaraf dan disetujui.
9. Semua floor drain terbuat dari pelat berlubang-lubang dan dilapisi chrome, dilengkapi dengan
water trap seperti buatan SAN-EI atau merk lain yang setaraf dan disetujui.
10. WC jongkok seperti buatan KIA Standard type RAPI-C.
4. PERENCANAAN
1. Selama pemasangan berjalan, Pemborong harus menutup setiap ujung pipa yang terbuka untuk
mencegah masuknya tanah, debu, kotoran dan lain-lain.
Setiap jaringan pipa yang telah selesai dipasang harus ditiup dengan udara kempa, agar
kotoran-kotoran yang mungkin sudah masuk dapat terbuang sama sebelah.
2. Cabang-cabang pipa air bersih harus dilengkapi dengan katup yang ditempatkan sedemikian rupa
sehingga jaringan tersebut dapat berfungsi, diganti dan dikontrol alirannya untuk masing-masing
kelompok atau outlet atau fixture.
3. Semua pipa harus diikat/ditetapkan dengan kuat dengan angker yang cukup kokoh (rigid).
Pipa-pipa tersebut ditumpu untuk menjaga agar tidak berubah tempatnya, agar inklinasinya
tetap, untuk mencegah timbulnya getaran, dan harus sedemikian sehingga masih memungkinkan
konstruksi dan expansi pipa oleh perubahan temperatur.
4. Pipa horisontal harus ditumpu dengan jarak antara tidak lebih dari 3 meter.
5. Pipa vertikal harus ditumpu dengan klem (clamp atau collar).
6. Penggantung/ penumpu pipa dan peralatan-peralatan logam lainnya yang akan ditutup oleh tembok
atau bagian bangunan lainnya harus dilapisi terlebih dahulu dengan cat meni atau cat penahan
karat.
7. Semua sambungan yang menghubungkan pipa-pipa dengan diameter yang berbeda harus
digunakan reducing fitting atau increasing fitting.
8. Semua sambungan harus dibuat kedap suara dan kedap air.
5. PEMASANGAN
1. Sebelum memulai pekerjaannya, Pemborong harus memeriksa dan memahami pekerjaan-pekerjaan
pelaksanaan dari pihak-pihak lain yang ikut menyelesaikan proyek ini, apabila pekerjaan
pelaksanaan dari pihak-pihak lain tersebut dapat mempengaruhi kualitas pekerjaan Pemborong
ini sendiri.
2. Apabila terjadi sesuatu keadaan dimana Pemborong ini tidak mungkin menghasilkan kualitas
pengerjaan yang terbaik, Pemborong ini wajibmemberitahukan secara tertulis kepada Pemborong
Utama dan mengajukan saran-saran perubahan/ perbaikan. Apabila hal itu tidak dilakukan,
Pemborong ini tetap bertanggung jawab atas kerugian-kerugian yang mungkin ditimbulkannya.
3. Pelaksanaan pemasangan harus direncanakan dengan baik dan semua pembongkaran bagian-bagian
bangunan lainnya hanya boleh dilakukan setelah ada izin tertulis dari Pemilik/ Penanggung Jawab
Proyek.
4. Pemborong bertanggung jawab atas penyediaan dan lokasi pemasangan yang tepat.
6. PELAKSANAAN
1. Material
Pipa di dalam Bangunan
Pipa dengan ukuran ½” s/d 6” baik pipa utama maupun pipa cabang menggunakan pipa PVC
AW ( ditentukan lain ) sek. Wavin
Pipa di luar Bangunan
Dari ujung pipa didalam bangunan menuju kesaluran drainase menggunakan pipa PVC AW (
ditentukan lain ) sek. Wavin
Accessoris
Fitting dari pipa PVC harus dari bahan yang sama yang dibuat dengan cara Injection
moulding.
Floor drain dan clean out dari bahan stainless steel ( atau ditentukan lain)
Saringan air hujan terbuat dari besi tulang atau fiber class
Bahan yang mempunyai bentuk badan cembung yang berfungsi sebagai sedimen bowl.
6. PEMBERSIHAN
Apabila terjadi kemacetan, pengotoran atas bagian bangunan atau finish arsitektural atau timbulnya
kerusakan lainnya, yang semuanya atas kelalaian Pemborong, karena tidak membersihkan sistim
perpipaan dengan baik, maka semua perbaikannya adalah menjadi tanggung jawab Pemborong.
7. PENGUJIAN
1. Pengujian Sistim Distribusi Air
a. Setelah "roughing-in" selesai dipasang dan sebelum memasang fixture, seluruh sistim distribusi
air harus diuji dengan tekanan hidrostatik minimum 7,5 atm dalam jangka waktu yang cukup
lama (+ 120 menit) tanpa mengalami kebocoran.
b. Apabila sesuatu bagian dari instalasi pipa akan tertutup oleh tembok atau konstruksi bangunan
lainnya, maka bagian dari instalasi tersebut harus diuji dengan cara yang sama seperti di atas
sebelum ditutup dengan tembok atau bagian bangunan tersebut.
2. Kerusakan atau Kegagalan Uji
a. Apabila pada waktu pemeriksaan atau pengujian ternyata ada kerusakan atau kegagalan dari
sesuatu bagian dari instalasi atau sesuatu bahan dari instalasi, maka Pemborong harus
mengganti bagian atau bahan yang rusak/ gagal tersebut dan pemeriksaan/ pengujian dilakukan
lagi sampai memuaskan Pemilik/ Penanggung Jawab Proyek.
b. Penggantian atas bagian pipa atau bahan yang gagal/rusak tersebut harus dengan pipa atau
bahan yang baru.
Sukabumi, 2023