Anda di halaman 1dari 13

RENCANA KERJA DAN SYARAT (RKS)

PEKERJAAN REHAB MUSHOLA DAN RUMAH DINAS


BPBAT MANDIANGIN
TAHUN ANGGARAN 2023

BAGIAN I
KETENTUAN- KETENTUAN TEKNIS

PASAL 1 : PERATURAN- PERATURAN TEKNIS

Dalam pelaksanaan pekerjaan, bila tidak ditentukan dalam Rencana


Kerja dan Syarat- Syarat ( RKS ) ini, maka akan berlaku dan mengikat
peraturan- peraturan dibawah ini, termasuk segala perubahan dan
tambahannya, yaitu :

1.1 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 45/PRT/M/2007


tentangPedoman Teknis Pembangunan Bangunan Gedung Negara.
1.2 NSPM. Metode, Spesifikasi dan Tata Cara Batuan, Sedimen dan
Agregat.
1.3 NSPM. Metode, Spesifikasi dan Tata Cara Rumah, Gedung dan
Perumahan.
1.4 NSPM. Metode, Spesifikasi dan Tata Cara Bangunan Gedung.
1.5 NSPM. Metode, Spesifikasi dan Tata Cara Keselamatan Bangunan
1.6 NSPM. Metode, Spesifikasi dan Tata Cara Struktur Bangunan
1.7 NSPM. Metode, Spesifikasi dan Tata Cara Air Bersih.
1.8 NSPM. Metode, Spesifikasi dan Tata Cara Air Minum Perkotaan
1.9 NSPM. Metode, Spesifikasi dan Tata Cara Bendung, Bendungan, Sungai,
Irigasi, Pantai.
1.10 NSPM. Metode, Spesifikasi dan Tata Cara Keselamatan Bangunan.
1.11 NSPM. Metode, Spesifikasi dan Tata Cara Bangunan Jembatan
1.12 NSPM. Metode, Spesifikasi dan Tata Cara Rumah dan Gedung,
Perumahan
1.13 NSPM. Metode, Spesifikasi dan Tata Cara Lalulintas, Lingkungan Jalan,
Sanitasi dan Persampahan
1.14 NSPM. Metode, Spesifikasi dan Tata Cara Kayu, Bahan Lain, Lain-Lain.
1.15 Peraturan-Peraturan yang dikeluarkan oleh Dinas, Jawatan/Instansi
Pemerintah setempat, yang berkaiatan dengan pelaksanaan
bangunan.

PASAL 2 : PENJELASAN GAMBAR BESTEK DAN RKS.

2.1. Dalam pelaksanaan pekerjaan, maka berlaku dan mengikat, yaitu :

2.1.1. Gambar Bestek, Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS).

2.1.2. Berita Acara Penjelasan ( Aanwijzing ).


2.1.3. Berita Acara Penunjukan.

2.1.4. Surat Keputusan Pimpinan Kegiatan / Kegiatan tentang


penunjukkan Pelaksana Pekerjaan.

2.1.5. Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK ).

2.1.6. Surat Penawaran beserta lampir-lampirannya.

2.1.7. Jadwal Pelaksanaan (Time Schedule) yang disetujui oleh


Pemberi Tugas dan Konsultan Pengawas.

2.2. Kontraktor dan Konsultan Pengawas diharuskan meneliti rencana gambar


bestek dan rencana kerja dan syarat-syarat (RKS), termasuk penam-
bahan / pengurangan atau perubahan yang tercantum dalam berita
acara Aanwijzing.

2.3. Bila terdapat perselisihan antara rencana gambar bestek dengan


rencana kerja dan syarat-syarat (RKS), maka yang mengikat adalah
rencana kerja dan syarat- syarat.

2.4. Bila terdapat perbedaan antara rencana gambar bestek yang satu dengan
rencana gambar bestek yang lain, maka diambil rencana gambar bestek
yang ukuran skalanya lebih besar.

2.5. Bila perbedaan-perbedaan tersebut diatas menimbulkan keragu-raguan,


sehingga menimbulkan kesalahan-kesalahan dalam pekerjaan, maka
harus segera dikonsultasikan kepada Konsultan Pengawas atau Konsultan
Perencana dan keputusan-keputusannya harus dilaksanakan.
BAGIAN II
SPESIFIKASI TEKNIS

Pasal 1
Pekerjaan Persiapan
Lingkup pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-alat
bantu yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pekerjaan, sehingga dapat dicapai hasil pekerjaan
yang bermutu baik dan sempurna.

1.1 Pekerjaan Pembongkaran


1.1.1 Pekerjaan Pembongkaran.
a. Sebelum memulai pekerjaan pembongkaran, pelaksana pekerjaan
harus memberitahukan kepada Pemberi Tugas dan Konsultan Pengawas (MK)
dan pihak terkait (Pengelola Gedung) guna pemeriksaan awal dan ijin
pelaksanaan pekerjaan.
b. Waktu pemberitahuan minimal 2 x 24 jam sebelum memulai pekerjaan.
1.1.2 Pemeriksaan Tempat Kerja.
Pelaksanaan pembongkaran sebelumnya harus yakin akan kesiapan dan segala
akibat yang mungkin dapat timbul dalam proses pelaksanaan pekerjaan
pembongkaran. Persetujuan ijin mulai pelaksanaan pekerjaan adalah setelah
dilakukan pemeriksaan kondisi lokasi bersama-sama Konsultan Pengawas (MK),
Perencana dan Pemberi Tugas.
1.1.3 Pengamanan/pemutusan Jalur-jalur Instalasi.
a. Amankan jalur-jalur air, listrik, gas, Air Conditioning (AC) atau instalasi lain
dengan menutupnya dengan bahan yang diijinkan atau disyaratkan oleh
Konsultan Pengawas, Pemilik bangunan (Pengelola gedung) dan pihak-pihak
lain yang berkepentingan.
1.1.4 Pembongkaran
a. Pembongkaran dilakukan dengan alat-alat yang mencukupi, tepat guna dan
aman. Pengawasan agar dilakukan tehadap timbulnya debu, suara dan
getaran yang mempengaruhi lingkungan sekitar/sekelilingnya.
b. Agar diusahakan alat-alat atau cara-cara pengamanan, baik untuk bangunan yang
tidak dibongkar atau kesiapan-kesiapan pekerjaannya.
c. Segala kerusakan yang terkadi menjadi Tnggung jawab pelaksana
pembongkaran/kontaktor.
d. Puing-puing hasil pembongkaran harus segera dibuang dari lokasi pekerjaan
(proyek).
e. Semua bongkaran berupa barang yang masih utuh (seperti lampu, dll) dan dapat
digunakan kembali, disimpan dan diserahkan kepada Pemberi Tugas dengan
diketahui oleh Konsultan Pengawas/MK dengan disertai daftra/list item
barang-barang tersebut.
1.2 Pekerjaan Pengamanan.
1.2.1 Apabila dalam pelaksanaan pekerjaan terdapat barang-barang kantor/peralatan
di lokasi proyek, maka kontraktor wajib mengamankan/melindungi barang-
barang tersebut dari akibat pekerjaan bongkaran. Material pelindung yang
dipakai adalah berupa plastik lembaran atau karton kardus atau material lain yang
disetujui Konsultan Pengawas/MK.
1.2.2 Pemasangan alat Bantu Scalf Holding atau bekisting atau tangga harus dipasang
secara hati-hati.
1.2.3 Area yang tidak menjadi bagian pekerjaan, harus dibangun pagar atau panel
partisi pembatas setinggi ruangan atau sekat lainnya yang diizinkan/disetujui
oleh Konsultan Pengawas/MK.

1.3 Pemindahan Barang-barang.


Pemindahan barang-barang di lokasi proyek harus disetujui dan disaksikan oleh
Pemberi Tugas dan Konsultan Pengawas/MK.

1.4 Marking.
Sebelum dimulainya pelaksanaan konstruksi di lokasi proyek, untuk menyamakan
persepsi ukuran-ukuran yang akan dilaksanakan antara gambar perencanaan
dengan ukuran sebenarnya di lokasi, perlu dilakukan marking oleh kontraktor untuk
penentuan ukuran-ukuran yang akan dilaksanakan atas dasar kondisi sebenarnya di lokasi
proyek. Hasil marking tersebut harus disetujui oleh Konsultan Pengawas/MK dan Perencana.

Pasal 2
Pekerjaan Tanah dan Pasir

1. Sebelum pekerjaan dimulai, kontraktor harus mengadakan pembersihan / mengupas lapisan


tanah permukaan, meliputi segala macam tumbuhan dan tanaman, sampah dan bahan-
bahan lain yang dapat merusak bangunan.
2. Pekerjaan pancangan galam diameter 8-10 cm panjang 2m, pekerjaan tersebut bisa d
lakukan dengan cara manual tenaga orang atau dengan mesin tumbuk, jumlah dan jarak
tumbukan hrs sesuai dengan petunjuk pengawas dan gambar kerja.
3. Galian tanah.
a. Pekerjaan galian tanah pondasi harus mengikuti kedalaman yang sesuai dengan gambar.
b. Sebelum pekerjaan galian dimulai, kontraktor diwajibkan mengadakan pengecekan AS
galian, letak bangunan dengan bangunan sekitarnya, siku bangunan dan lain-lain
bersama-sama dengan pengawas lapangan dan konsultan perencana.
c. Pekerjaan galian ini bisa meliputi galian tanah untuk pondasi, saluran dan galian
septictank serta galian lainnya sebagaimana tertera dalam gambar.
d. Pada gambar galian tanah pondasi, dimensinya minimal sama dengan gambar dam
maksimal mencapai tanah dasar/keras. Kecuali tanah dasar/keras melebihi 2 x dimensi
yang telah ditentukan, maka direksi/pengawas teknik dapat mengambil kebijaksanaan
untuk merubah konstruksi dan atau dimensi tanpa mengurangi kekuatannya.
e. Untuk menjaga keamanan pekerjaan, tanah galian di buang sejauh minimal 1 meter dari
tepi lubang galian.
f. Jika pada galian terdapat air menggenang, maka terlebih dahulu harus di pompa keluar,
untuk ini pemborong harus menyiapkan pompa air yang siap pakai.
g. Semua tanah galian yang tidak dipakai harus diangkat keluar dari lokasi pekerjaan.
4. Pekerjaan pasir di bawah pondasi.
a. pekerjaan ini meliputi semua penimbunan kembali bekas galian, urugan tanah dan pasir
dibawah lantai/pondasi, peninggian tanah, pekerjaan akhir sub drainase dan pekerjaan
lainnya sebagaimana tertera dalam gambar.
b. Urugan tanah dilaksanakan dibawah lantai seperti tertera pada gambar dan dilaksanakan
harus lapis demi lapis.
c. Ketebalan lapisan urugan kembali tanah yang di perkenankan maksimum 15-20 cm setiap
lapis, kemudian dipadatkan sampai mencapai tingkat kepadatan yang disyaratkan hingga
pada ketebalan yang ditentukan.
d. Urugan tanah/pasir dilaksanakan pada alas pondasi/batu kosong, dibawah pasangan
lantai ataupun pada pekerjaan-pekerjaan lain yang menurut direksi/pengawas teknis
dianggap perlu.
e. Semua urugan tanah/pasir harus dipadatkan dengan penyiraman air sehingga didapat
angka kepadatan maksimal.
f. Tanah/pasir yang digunakan dengan persyaratan harus dalam keadaan bersih dari
lumpur, kotoran-kotoran lainnya serta tidak mengandung garam serta mineral lainnya

Pasal 3
Pekerjaan Galian dan Urugan

A. Bahan
1. Tanah setempat pondasi bangunan (di tempat areal pekerjaan) bangunan.
2. Alat-alat pelaksanaan pekerjaan.
3. Alat gali dan alat urug serta alat pemadat stemper yang cukup memadai.

B. Macam pekerjaan
1. Pekerjaan Pembersihan Lokasi.
a. Pekerjaan ini meliputi pekerjaan pembersihan dan menyingkirkan semua jenis
tumbuhan dan bekas bongkaran dan material.
b. Dalam hubungan ini juga harus dibongkar dan disingkirkan semua akar-akar tumbuhan
yang berada di bawah permukaan tanah, sebelum Penyedia Jasa Pemborongan mulai
bekerja di tanah lokasi.
2. Pekerjaan galian.
Pekerjaan ini meliputi pekerjaan menggali dengan ukuran luas dan kedalaman tertentu,
dengan persyaratan teknis tertentu pula sesuai dengan kegunaannya. Misalnya : galian
untuk pondasi dan lain-lain sesuai dengan gambar rencana.
3. Pekerjaan urugan, meliputi :
a. Urugan tanah dan pasir pada lubang yang tidak ditempati pondasi.
b. Urugan sirtu dibawah lantai
4. Pemadatan
Setiap pekerjaan urugan harus disertai pekerjaan pemadatan, hal ini dimaksudkan untuk
mengubah sifat tanah urug yang lepas/”loose” menjadi padat/”dense”.
5. Pembuangan sisa tanah
Pekerjaan ini adalah membuang sisa tanah galian atau tanah yang didatangkan dari luar
ke lokasi di luar areal proyek atau bekas bongkaran yang tidak terpakai, dengan ijin
Konsultan Pengawas.
C. Syarat-syarat pelaksanaan
1. Pekerjaan pembersihan
a. Tanah yang akan ditempati bangunan harus benar-benar dibersihkan dari segala
kotoran, semua akar-akar dan sisa barang/benda yang ada. Pembersihan ini untuk
seluruh areal bangunan.
b. Lapisan tanah paling atas/”top soil” harus dibersihkan dari luar humus dan lain-lain,
setebal 10 – 20 cm, pembersihan ini harus dilaksanakan sampai 3 meter dari batas
bangunan. Tanah hasil pembersihan ini hanya boleh untuk mengurug halaman, yang
diatasnya tidak ada bangunan.
c. Bila kondisi tanah jelek atau labil, maka lapisan tanah ini harus digali sampai
kedalaman tertentu dan diganti dengan tanah perbaikan berupa sirtu (pasir dan batu
gunung).

2. Pekerjaan galian
a. Penyedia Jasa Pemborongan harus menentukan posisi/lokasi tempat galian dengan
tepat, kemudian sebelum digali harus mendapatkan persetujuan Konsultan Pengawas
dan Pengelola Teknis, hal ini untuk menghindari terjadinya salah gali, sehingga harus
diurug yang memerlukan persyaratan tersendiri.
b. Semua pekerjaan penggalian harus didasarkan pada panjang, lebar, kedalaman dan
kemiringan “slope”nya sesuai gambar rencana dan pertimbangan kemudahan
pengerjaannya.
c. Pekerjaan galian harus dilaksanakan sampai mencapai tanah baik, sebagai pedoman
harus mengikuti kedalaman yang tertera dalam gambar rencana.
d. Jika sebelum mencapai kedalaman seperti yang tertera dalam gambar rencana,
ternyata ditemui tanah keras atau batu kasar ataupun halangan yang lain, maka
Penyedia Jasa Pemborongan harus meminta petunjuk Konsultan Pengawas dan Tim
Bimbingan Pelaksana Kegiatan.
e. Jika galian telah mencapai kedalaman sesuai dengan gambar rencana, ternyata tanah
dasar galian menunjukkan hal-hal yang meragukan, maka Penyedia Jasa Pemborongan
harus minta petunjuk Konsultan Pengawas.
f. Penyedia Jasa Pemborongan harus selalu memonitor kedalaman galian bersama
Konsultan Pengawas, agar tidak terjadi kesalahan dalam penentuan kedalaman galian.
g. Jika terjadi kesalahan penggalian melebihi kedalaman yang ditentukan, maka Penyedia
Jasa Pemborongan tidak diperkenankan langsung mengurug selisih kedalaman
tersebut dengan tanah, tetapi untuk penyelesaiannya minta petunjuk Konsultan
Pengawas.
h. Tanah bekas galian harus ditempatkan agak jauh dari lokasi galian.
i. Jika lubang galian tergenang air atau terdapat kotoran sebelum pondasi dipasang,
maka sebelum pemasangan pondasi lubang galian tersebut harus dibersihkan dari
sisa-sisa kotoran atau lapisan lumpur yang melekat, sedang genangan air yang
terdapat dalam lubang galian harus dipompa keluar terlebih dahulu.

3. Pekerjaan urugan
a. Setiap tanah urugan harus dibersihkan dari tunas tumbuh-tumbuhan dan segala
macam sampah atau kotoran.
b. Urugan tanah harus dipadatkan dengan mesin pemadat (compactor) dan tidak
dibenarkan hanya menggunakan timbres.
c. Kekurangan atau kelebihan tanah harus ditambah atau disingkirkan dari atau ke
tempat-tempat yang akan ditentukan oleh Konsultan Pengawas.
4. Urugan pasir.
a. Urugan pasir harus dilaksanakan di bawah pondasi dan dibawah lantai tebal sesuai
gambar rencana.
b. Sebelum rabat beton dikerjakan, lapisan pasir harus dipadatkan dengan disiram air
dan diratakan.
c. Letak, tebal dan jenis pasir yang belum tercantum dalam RKS ini disesuaikan dengan
gambar rencana.

Pasal 4
Pekerjaan Pasangan dan Plesteran

A. Pekerjaan Pasangan
Pasangan Batako camp. 1:4 dipasang sebagai bingkai kolam.
1. Syarat - syarat Pekerjaan Pasangan Batako tembok/dinding :
a. Batako harus dipasang dengan baik, rata, horisontal, dikerjakan dengan alat-alat
pengukur datar ataupun tegak (lot, dan sebagainya) sambungan sama rata, sudut
persegi, naad tegak tidak segaris (silang) permukaan baik dan rata, bergigi (tiap
sambungan saling menutup).
b. Pada hubungan-hubungan dengan tiap-tiap beton harus dipasang stek dan pada ujung
pasangan harus bergigi.
c. Bata tidak boleh dipasang pada waktu hujan lama atau hujan besar. Adukan yang
hanyut karena hujan harus disingkirkan.
d. Pada penghentian-penghentian pasangan harus dipakai penghentian miring.
e. Tidak diperkenankan berdiri di atas pekerjaan bata sebelum mengeras.
f. Pasangan bata tiap harinya tidak boleh naik melebihi 1 m / hari, dan kolom praktis
harus dicor besama pekerjaan pasangan bata tiap 1 m.
g. Jika setelah pekerjaan pemasangan ternyata ada bata yang menonjol atau tidak rata,
maka bagian-bagian ini harus dibongkar dan diperbaiki kembali atas biaya kontraktor,
kecuali bila pengawas mengijinkan penambalan-penambalan.
h. Pasangan bata harus dirawat/disirami dengan air sesuai dengan persetujuan
pengawas.
i. Bila ada pembuatan steiger werk / perancah tidak boleh menembus tembok/ pasangan
batako.

B. Pekerjaan plesteran
1. Semua dinding dalam dan luar dipelester dengan spesi 1Pc : 5Ps, kecuali pelesteran
kolom dengan spesi 1Pc : 3Ps.
2. Pasangan pondasi yang muncul diatas permukaan tanah harus diplester dengan spesi 1pc
: 5ps dan diaci.
3. Pekerjaan sponengan dikerjakan dengan 1Pc : 2Ps, cor-coran beton yang kelihatan
dipelester dengan spesi 1Ps : 3Ps.
4. Syarat - syarat Pekerjaan Pelesteran:
a. Material pelesteran ini (kecuali PC) sebelum diaduk terlebih dahulu harus diayak
(maksimal 3mm x 3mm).
b. Plesteran dinding baru boleh dikerjakan setelah terlindung atap, pipa listrik sudah
terpasang seluruhnya.
c. Pekerjaan acian dilakukan dengan PC setipis mungkin, rata dan rapi. Pekerjaan acian
dilakukan dengan raskam kayu sehingga permukaan rata dan halus.
d. Pelesteran harus selalu dibasahi / disiram merata hingga selalu lembab sampai
pasangan pelesteran menjadi kuat (tidak retak rambut).
e. Acian yang sudah jadi harus dirawat atau dijaga proses pengeringannya agar tidak
mendadak pengeringannya, dengan cara menyiram air sedikit demi sedikit.
f. Plesteran harus menggunakan jalur-jalur kepala vertikal selebar  15 cm dengan jarak
antara paling besar 100 cm satu sama lain, jalur kepala ini harus benar-benar vertikal
dan datar. Jalur kepala ini merupakan patokan/pedoman untuk plesteran selanjutnya.
g. Bidang-bidang yang telah selesai diplester harus segera dikontrol dengan mistar yang
panjangnya tidak boleh kurang dari 200 cm.
h. Apabila terdapat cekungan, cembungan, ataupun plesteran tidak vertikal (tegak) dan
tidak siku, maka harus diperbaiki selambat-lambatnya dalam waktu kurang dari 2 x 24
jam.
i. Sebelum beton diplester harus dibersihkan terlebih dahulu permukaannya kemudian
dikasarkan dengan kaprotan 1PC:2Psr.
j. Pekerjaan acian dilakukan dengan PC setipis mungkin, rata dan rapi. Pekerjaan acian
dilakukan dengan raskam kayu sehingga permukaan rata dan halus.
k. Diwajibkan kepada Penyedia Jasa, jika terdapat macam pelesteran yang belum
tercantum dalam RKS dan gambar yang dianggap meragukan untuk dimintakan
petunjuk dan penjelasannya kepada Konsultan Pengawas atau Konsultan Perencana.
C. Bahan
1. Bata merah
a. Bahan bata merah bermutu, matang, keras, ukuran-ukuran sama rata dan saling tegak
lurus, tidak retak-retak, tidak mengandung batu dan tidak berlubang.
b. Bata merah harus berkualitas baik Sesuai dengan SNI 15,2094.1991.
c. Bata merah yang digunakan adalah ukuran standart, keluaran satu pabrik, satu
kualitas dan satu ukuran, dengan toleransi ukuran sesuai tabel 27-1 dan 27-2 PUBI
1982.
d. Prosentase pecah pada batu bata merah untuk konstruksi pasangan maksimum 10 %.
2. Portland cemen (Pc)
a. Semen Portland yang digunakan adalah semen jenis I dengan standart mutu SII 0013-
81.
b. Pc yang digunakan harus yang masih dalam keadaan baru (penimbunan pc yang lebih
dari 3 bulan, tidak boleh dipergunakan)
3. Pasir
a. Pasir yang digunakan adalah dari jenis pasir pasang, pasir spesi untuk pasangan bata
harus disaring dengan kasa 5 mm dipasang miring 50 derajat dari bidang tanah.
b. Pasir harus bersih, kadar lumpur maximum 5% tidak mengandung zat-zat organik dan
angka kehalusan yang lolos ayakan 0,3 mm minimal 15%.
c. Pasir untuk plesteran sebelum diaduk terlebih dahulu harus diayak (maksimal 5 mm x
5 mm)
4. Air
Air yang digunakan harus bersih, tidak mengandung lumpur, minyak, benda-benda
terapung yang bisa dilihat secara visual dan asam-asam zat organik dan sebagainya.

Pasal 5
Pekerjaan Beton dan Beton Bertulang

A. Umum
Bagian ini meliputi pengadaan dan pemasangan dari semua macam beton biasa, beton
bertulang dengan penulangannya, bekisting, finishing dan pekerjaan lainnya sesuai gambar
rencana.
B. Bahan
1. Semen Portland (PC)
a. Semen portland yang dipakai harus dari jenis I , dan sesuai dengan SNI 15.2049.1994.
b. Semen harus sampai di tempat kerja dalam kondisi baik serta dalam kantong-kantong
semen asli dari pabrik.
c. Semen harus disimpan dalam gudang yang kedap air, berventilasi baik, di atas lantai
setinggi 30 cm. Kantong-kantong semen tidak boleh ditumpuk lebih dari 10 lapis.
2. Agregat (pasir, split atau batu pecah).
a. Agregat halus dan kasar dipakai agregat alami atau buatan, Agregat tidak boleh
mengandung bahan yang dapat merusak beton dan ketahanan tulangan terhadap
karatan.
b. Agregat kasar berupa split yang diperoleh dari pemecah batu, dipakai ukuran ¾ cm,
agregat kasar harus harus keras dan tidak berpori dan tidak boleh mengandung
lumpur lebih dari 1%.
c. Batu pecah harus keras, padat dan tidak porus.
d. Pasir yang digunakan adalah pasir sungai, berbutir tajam dan kasar
e. Pasir dan batu pecah tidak boleh bercampur dengan tanah liat, Lumpur, debu, bahan
organic dan bahan yang lain yang mempunyai pengaruh buruk terhadap sifat beton.
f. Kotoran yang terkandung dalam batu pecah maupun pasir maksimal satu persen.
g. Diusahakan agregat terhindar dari panas matahari secara langsung.
h. Pasir laut tidak boleh digunakan
3. Pembesian/Penulangan
a. Mutu baja tulangan tersebut diatas dibuktikan dengan uji tarik di laboratorium bahan
yang ditunjuk. Jumlah sample uji tarik setiap diameter minimum tiga.
b. Jika ternyata baja tulangan yang didatangkan tidak memenuhi persyaratan, baja
tersebut tidak boleh digunakan dan segera dikeluarkan dari lokasi pekerjaan maksimal
2 x 24 jam.
c. Baja yang digunakan harus baru dan hanya boleh berkarat ringan.
d. Karat ringan dalam baja harus dibersihkan dengan sikat baja.
e. Besi penulangan beton harus disimpan dengan cara-cara sedemikian rupa, sehingga
bebas dari hubungan langsung dengan tanah lembab maupun basah. Mutu baja
tulangan yang dipakai fy 240 Mpa untuk beton non struktur dan beton struktur,
toleransi besi sesuai SNI no S-05-1989.
4. Bekesting dan Perancah
a. Papan bekisting menggunakan kayu Kalimantan klas III atau kayu tahun lokal yang
baik.
b. Perancah dan bekesting harus kuat dan dapat menghasilkan bentuk beton yang
permukaan rata dan halus sesuai gambar rencana.
c. Sambungan bekesting harus kuat dan rapat agar air campuran tidak keluar dari
bekesting.
d. Perancah menggunakan scaffolding dan perlengkapannya (pemasangan harus benar-
benar kuat untuk menahan beban diatasnya).
e. Perancah dan bekesting hanya boleh dibongkar setelah mendapatkan ijin tertulis dari
Konsultan Pengawas.
f. Pembongkaran harus dibuktikan bahwa beton telah mampu secara teknis dan
mendapatkan ijin dari Konsultan Pengawas.
5. Campuran Beton
a. Campuran beton dibuat dengan perkiraan perbandingan volume, dengan macam
campuran 1PC:2Psr:3Kr Beton mutu f'c = 19,3 Mpa (K225), slump (12 ± 2) cm,
w/c=0,58 , untuk sloof, kolom, balok, kolom praktis.
b. Kekentalan
c. Banyaknya air untuk campuran beton harus ditentukan sedemikian rupa sehingga
tercapai sifat mudah dikerjakan sesuai dengan penggunaannya.
6. Kawat pengikat.
Kawat Pengikat Harus berukuran minimal 1 mm, kualitas baik dan tidak berkarat
7. Air.
Air untuk campuran dan untuk pemeliharaan beton harus dari air bersih dan tidak
mengandung zat-zat yang dapat merusak beton.
8. Lapisan Pelindung Beton/selimut beton/beton dekking
Untuk lapisan pelindung beton ditentukan sebagai berikut : kolom 3 cm, balok 2,5 cm dan
harus sepengetahuan Konsultan Pengawas. Campuran untuk beton dekking 1pc:2ps
sekurang-kurangnya berumur 7 hari.
9. Semua bahan yang dipergunakan harus mendapat persetujuan Konsultan Pengawas.
Konsultan Pengawas berhak minta Pemeriksaan Laboratorium Bahan Konstruksi Teknik
semua beton yang dicor atas biaya Penyedia Jasa.
C. Macam Pekerjaan.
1. Semua pekerjaan beton bertulang pada bangunan ini dikerjakan atas dasar perhitungan
serta gambar-gambar yang dibuat oleh Konsultan Perencana.
2. Ukuran penulangan/pembesian, bentuk dan letak sesuai gambar rencana, apabila ada
macam penulangan yang belum jelas dapat dikonsultasikan dengan Konsultan Perencana/
Pengawas.( sesui gambar rencana )
3. Pencoran beton
a. Pencoran beton hanya boleh dilaksanakan setelah mendapat persetujuan Konsultan
Pengawas.
b. Sebelum pencoran dilaksanakan semua peralatan harus tersedia dalam jumlah cukup
dan dalam keadaan baik.
4. Rawatan keras (curing)
Jika bekesting kolom dibongkar, kolom harus diselimuti dengan goni basah dan ditutup
dengan plastik.
D. Syarat-syarat Pelaksanaan.
1. Pelaksanaan penakaran semen agregat harus dengan takaran yang volume sama.
2. Banyaknya air untuk campuran beton harus ditentukan sedemikian rupa sehingga
tercapai sifat mudah dikerjakan sesuai dengan penggunaannya, dalam hal ini apabila
diperlukan akan diadakan pengujian slump.
3. Mutu beton dan baja tulangan yang digunakan, yaitu :
a. Mutu beton : K-175 untuk beton struktur dan non struktur.
b. Mutu baja tulangan : fy 240 MPa untuk beton struktur dan beton non struktur
4. Pengadukan, pengangkutan, pencoran, pemadatan terutama harus diperhatikan
a. Pengadukan semua beton harus dilaksanakan dengan mesin pengaduk beton (beton
molen).
b. Pemadatan beton untuk konstruksi beton bertulang harus dengan mesin penggetar.
c. Pemasangan bekisting harus rapi dan kaku sehingga setelah dibongkar mempunyai
bidang yang rata dan hanya memerlukan sedikit penghalusan.
d. Papan bekisting menggunakan kayu Kalimantan klas III atau kayu tahun lokal yang
baik.
e. Celah-celah antara papan harus cukup rapat sehingga pada pencoran tidak ada air
adukan yang keluar.
f. Sebelum pencoran, sisi dalam dari bekisting harus disiram dengan air dan bebas dari
kotoran-kotoran atau benda-benda lain yang tidak diperlukan.
5. Sebelum pencoran dimulai, Konsultan Pengawas harus diberi tahu dan diberi waktu yang
cukup untuk melakukan pemeriksaan rangkaian baja tulangan yang telah terpasang. Jika
menurut pendapat Konsultan Pengawas rangkaian baja tulangan tersebut tidak sesuai
dengan gambar rencana, pencoran beton tidak boleh dilaksanakan.
6. Beton yang selesai dicor harus dilindungi dari hujan dan panas matahari serta kerusakan-
kerusakan yang disebabkan oleh gaya-gaya sentuhan sebelum beton menjadi keras.
7. Perancah dan acuan tidak boleh dibuka kecuali sudah ada persetujuan dari Konsultan
Pengawas.
Waktu perawatan minimal untuk beton yang menggunakan semen dan tanpa bahan pembantu
adalah 14 (empat belas) hari. Selama waktu perawatan, permukaan beton harus diusahakan
tetap dalam keadaan lembab dengan cara menutupi dengan karung-karung basah, atau
menggenanginya dengan air.

Pasal 6
Pekerjaan Plafond PVC
A. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini dilakukan meliputi pemasangan plafond PVC termasuk pemasangan rangkanya.
B. Persyaratan Bahan
1. Rangka :
Rangka dari besi hollow 4 x 4 cm/ 2 x 4 cm, tebal pelat besi hollow minimal 0,3 mm dan
diberi meni.
2. Penutup langit-langit :
Digunakan Papan PVC yang bermutu baik.
C. Syarat-syarat Pelaksanaan
1. Sebelum melaksanakan pekerjaan, Kontraktor diwajibkan untuk meneliti gambar-gambar
yang ada dan kondisi di lapangan (ukuran dan peil), termasuk mempelajari bentuk, pola
lay-out / penempatan, cara pemasangan, mekanisme dan detail-detail sesuai gambar.
2. PVC board yang dipasang adalah PVC board yang telah dipilih dengan baik,bentuk dan
ukuran masing-masing unit sama, tidak ada bagian yang retak, gompal atau cacat-cacat
lainnya dan telah mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas/MK.
3. Pemasangan rangka plafond besi hollow disesuaikan dengan kondisi ruangan dan dengan
pola yang ditunjukkan / disebutkan dalam gambar dengan memperhatikan modul
pemasangan penutup langit-langit yang dipasangnya.
4. Modul rangka besi hollow adalah 600 x 600 mm.
5. Rangka penggantung bisa menggunakan besi hollow 2x4 cm, konstruksi ke pelat dak
beton di fisher dan sekrup atau dengan paku tembak-dyna bolt.
6. Bidang pemasangan bagian rangka langit-langit harus rata, tidak cembung, kaku dan
kuat, kecuali bila dinyatakan lain, misal : permukaan merupakan bidang miring / tegak
sesuai yang ditunjukkan dalam gambar.
7. Setelah seluruh rangka langit-langit terpasang, seluruh permukaan rangka harus rata, lurus
dan waterpas, tidak ada bagian yang bergelombang.
8. Bahan penutup langit-langit adalah PVC dengan mutu bahan seperti yang telah
dipersyaratkan dengan pola pemasangan sesuai yang ditunjukkan dalam gambar. Plafond
PVC board dipasang dengan sekrup khusus dan setiap pemasangan masing-masing sekrup
sejajar minimal berjarak 300 mm.
9. Hasil pemasangan penutup langit-langit harus rata, tidak melendut.
10. Pada beberapa tempat tertentu harus dibuat manhole / access panel ukuran 60x60 cm di
langit-langit yang bisa dibuka, diberi engsel tanpa merusak PVC board disekelilingnya,
untuk keperluan pemeriksaan / pemeliharaan M & E.
11. Pelaksanaan pekerjaan penyetelan level plafond ceiling acoustic harus dilakukan secara
hati-hati terhadap semua komponen yang terdapat di bagian dalam atau dibalik plafond
acoustic, yaitu semua komponen instalasi Mekanikal & Elektrikal existing dan yang baru.
Pasal 7
Pekerjaan Instalasi Listrik dan Lampu
A. Lingkup Pekerjaan
Lingkup pekerjaan listrik ini mencakup pengadaan dan pemasangan instalasi listrik dan lampu
sesuai dengan gambar.
B. Ketentuan
1. Pekerjaan ini harus dilaksanakan oleh tenaga ahli yang berpengalaman dan mengerti
teknik instalasi dalam bank, serta pancingan kawat penggantung untuk kabel data sesuai
gambar.
2. Kontraktor/ pemborong harus menyediakan peralatan bantu untuk pelaksanaan dan
pengujian yang diperlukan guna kelancaran dan terlaksanya pekerjaan menurut
persyaratan yang berlaku.
3. Standar dan referensi yang dipakai adalah :Peralatan umum instalasi listrik (PUIL) tahun
2000, SNI 04-0225-2000 (SK Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No: KEP-
174/MEN/2002), Peraturan menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik nomor
023/PRT/1973 tentang Peraturan Instalasi Listrik (PIL), Peraturan menteri Pekerjaan
Umum dan Tenaga Listrik nomor 024/PRT/1973 tentang Syarat-syarat Penyambungan
listrik (SPL).
4. Pelaksanaan teknis.
Sebelum melaksanakan pekerjaan-pekerjaan instalasi, kontraktor/ pemborong harus
terlebih dahulu membongkar sebagian atau seluruh instalasi lama sesuai rencana yang
berkaitan dengan penambahan instalasi pengkabelan baru yang tertera pada gambar serta
merapikan kembali sesuai dengan fungsinya masing-masing. Kontraktor/ pemborong listrik
harus bekerja sama dengan kontrakto/ pemborong power untuk komputer yang ada di
banking hall dan back office dengan diawasi oleh pengawas. Pemindahan kabel grounding
harus memperhatikan estetika interior.
C. Pengujian.
Sebelum mengoperasikan stop kontak dan instalasi lainnya, kontaktor/ pemborong harus
melakukan pengujian instalasi untuk membuktikan bahwa pekerjaan tersebut sudah memenuhi
syarat dan siap dioperasikan. Pekerjaan tersebut berupa pengukuran tahanan isolasi.
D. Pelaksanaan pemasangan.
Pada prinsipnya pemasangan seluruh instalasi pengkabelan harus dilakukan oleh tenaga ahli
listrik dalam hal ini perusahaan yang memiliki SIKA dan SPI yang dikeluarkan olh instansi yang
berwenang. Selain itu pemasang instalasi dilakukan oleh tenaga ahli yang berpengalaman di
bidangnya.
E. Syarat-Syarat Pelaksanaan
1. Instalasi pengkabelan dari panel menuju stop kontak, saklar, stop kontak computer dan
untuk instalasi penerangan memakai jenis kabel NYM 3×2,5 mm dengan arde.
2. Setiap sambungan kabel tidak diperkenankan menggunakan selotip, tetapi harus
menggunakan konektor khusus/ lasdop.
3. Jaringan listrik dalam dinding harus ditanam dalam pipa PVC pada belokan menggunakan
pipa fleksibel.
4. Pada setiap cabang pengkabelan harus menggunakan boks lengkap dengan tutupnya.
Pasal 8
Pekerjaan Penyelesaian
Yang dimaksudkan pekerjaan penyelesaian ini adalah pekerjaan- pekerjaan perbaikan sebelum
serah terima pertama dilaksanakan.
Pekerjaan dapat dinyatakan selesai bila telah diadakan pemeriksaan dari Kegiatan, pengelola
Teknis, konsultan Pengawas dan Kontraktor, dengan hasil yang memuaskan.

Pasal 9
Peraturan Penutup
Meskipun dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) ini pada uraian pekerjaan dan uraian
bahan-bahan tidak dinyatakan kata-kata yang harus dipasang oleh Pemborong atau yang harus
disediakan oleh Pemborong, tetapi tidak disebutkan atau diuraikan dalam penjelasan pekerjaan
pembangunan ini, perkataan-perkataan tersebut diatas tetap dianggap ada dan dimuat dalam
RKS ini.
Pekerjaan yang nyata-nyata menjadi bagian dari pekerjaan pembangunan, tetapi tidak dimuat
atau diuraikan dalam RKS ini, tetap diselenggarakan dan diselesaikan oleh Pemborong, harus
dianggap seakan-akan pekerjaan ini dimuat dan diuraikan kata demi kata pada RKS ini untuk
menuju penyerahan selesai yang lengkap dan sempurna sesuai menurut pertimbangan Direksi.

Anda mungkin juga menyukai