Anda di halaman 1dari 36

8.d.

Spesifikasi Metode Pelaksanaan

KEGIATAN :

BELANJA MODAL BANGUNAN KESEHATAN DAK FISIK PENGUATAN SISTEM


KESEHATAN, PEMBANGUNAN PUSKESMAS TENAM

PEKERJAAN :

BELANJA MODAL BANGUNAN KESEHATAN DAK FISIK PENGUATAN SISTEM


KESEHATAN, PEMBANGUNAN PUSKESMAS TENAM

(PEMBANGUNAN GEDUNG PUSKESMAS TENAM)

PASAL 1

KETENTUAN UMUM

1. Lapangan kerja akan di serahkan kepada Kontraktor pada waktu rapat penjelasan
umum pekerjaan (Aanwizjing). Sebelum memulai pekerjaan Kontraktor dianggap
sudah mengetahui letak batas-batas tanah maupun situasi tanah pada saat
aanwizjing.

2. Sebagai pelaksana konstruksi Kontraktor wajib menyelesaikan pekerjaan hingga


lengkap yaitu dengan membuat, memasang dan menyediakan bahan-bahan
bangunan gedung yang diupayakan dengan menggunakan bahan bangunan
setempat/produksi dalam negeri, termasuk bahan bangunan sebagai bagian dari
sistem fabrikasi komponen bangunan serta alat-alat dan sebagainya yang erat
kaitannya dengan pelaksanaan pekerjaan tersebut.

3. Setiap tahapan pekerjaan yang akan dimulai maupun yang sedang dilaksanakan,
kontraktor wajib berhubungan dengan Pengawas Lapangan untuk menyaksikan
pelaksanaan pekerjaan tersebut sejauh tidak ditentukan lain dari spesifikasi teknis
untuk mengesahkannya.

4. Sebelum pekerjaan dimulai Kontraktor harus mengajukan dan menyusun program


kerja yang meliputi jadwal waktu pelaksanaan (Net Work Planning, Bar Chart),
jadwal pengadaan bahan, jadwal penggunaan tenaga kerja dan jadwal penggunaan
peralatan berat.

5. Setiap Permohonan dari Kontraktor maupun pengesahan dari Pengawas dianggap


sah dan berlaku serta mengikat, jika dilakukan secara tertulis.

6. Ketelitian dan kerapian kerja yang dilaksanakan oleh Kontraktor akan dinilai oleh
Pengawas, yang menyangkut dengan penyelesaian dan kerapian pekerjaan (Finishing
Work).

7. Penimbunan bahan-bahan dilapangan harus memenuhi syarat-syarat teknis serta


dapat dipertanggung jawabkan dan tidak menimbulkan bahaya K3 dan tidak
mengganggu kelancaran pelaksanaan pekerjaan.
8. Jika terdapat perbedaan antara gambar dengan uraian ini, Kontraktor wajib
menghubungi Pengawas guna mendapat pemecahannya.

9. Jika terdapat perbedaan ukuran pada skala gambar yang terdapat dalam gambar
kerja, skala terbesar yang berlaku.

10. Jika terdapat gambar kerja dan penjelasan yang kurang atau tidak jelas, Kontraktor
boleh melengkapi atas persetujuan dan petunjuk Pengawas.

11. Semua uraian yang dimaksud dalam persyaratan pelaksanaan ini adalah mengikat
dan dinyatakan lebih lanjut mengenai masing-masing bagian dalam pasal-pasal
selanjutnya yang digunakan sebagai dasar atau pedoman pelaksanaan pekerjaan.

PASAL 2

LINGKUP PEKERJAAN

Lingkup pekerjaan adalah BELANJA MODAL BANGUNAN KESEHATAN DAK FISIK


PENGUATAN SISTEM KESEHATAN, PEMBANGUNAN PUSKESMAS TENAM (DESAIN
PERENCANAAN UNTUK KEGIATAN Berlokasi di Desa
KONTRAKTUAL. Tenam,
Kecamatan Muara Bulian, Kabupaten Batang Hari, Provinsi Jambi.

PASAL 3

PEKERJAAN PERSIAPAN

1. PAPAN NAMA PROYEK

Sebelum memulai pekerjaan kontraktor sebagai pelaksana fisik harus memasang


papan nama Kegiatan dengan ukuran papan yang sudah ditentukan. Kontraktor harus
membuat dan memasang papan nama proyek di depan lokasi yang dapat terlihat
dengan jelas. Papan nama proyek berisikan tentang data Kegiatan, Nama Proyek,
Nilai Proyek, Kontraktor Pelaksana, Konsultan Pengawas dan Pihak Owner/Pemberi
Kerja
2. SYARAT KERJA

a. Kontraktor wajib memasukkan identifikasi tempat kerja bagi semua pekerjaan


yang dilakukan di luar lapangan, sebelum pemasangan peralatan yang dimiliki
serta jadwal kerja.

b. Semua sarana yang digunakan harus benar-benar baik dan memenuhi


persyaratan kerja, sehingga memudahkan dan melancarkan kerja di lapangan.

c. Penyedian tempat penyimpanan bahan/material dilapangan harus aman dari


segala kerusakan, kehilangan dan hal-hal lain yang dapat mengganggu pekerjaan
lain yang sedang berjalan.

3. PENGATURAN JAM KERJA DAN PENGERAHAN TENAGA KERJA

a. Pemborong harus dapat mengatur sedemikian rupa dalam pengerahan tenaga


kerja, pengaturan jam kerja maupun penempatan bahan hendaknya
dikonsultasikan terlebih dahulu dengan Direksi/Pengawas lapangan. Khususnya
dalam pengawasan tenaga kerja dan peraturan perburuhan yang berlaku.

b. Kecuali ditentukan lain, Pemborong harus menyediakan akomodasi dan fasilitas-


fasilitas kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) seperti penyediaan kelengkapan
PPPK yang cukup serta pencegahan penyakit menular.

4. BENDA-BENDA BERSEJARAH

Kontraktor wajib mengamankan sekaligus melaporkan/menyerahkan kepada pihak


yang berwenang jika nantinya menemukan benda-benda bersejarah pada saat
pelaksanaan kerja.

5. PERLINDUNGAN TERHADAP BANGUNAN YANG ADA

Sebagai pelaksana konstruksi kontraktor harus memperhitungkan gangguan


terhadap bangunan yang ada di sekitarnya. Segala kerusakan yang timbul pada
bangunan/konstruksi sekitarnya menjadi tanggung jawab pemborong untuk
memperbaikinya, bila kerusakan tersebut jelas akibat pelaksanaan pekerjaan.

6. PEMBERSIHAN DAN PENEBANGAN POHON

Bila dilapangan terdapat pohon - pohon, pagar dan lain sebagainya, pemborong tidak
diperkenankan membasmi, menebang atau merusaknya. Kecuali telah ditentukan
atau sebelumnya telah diberi tanda pada gambar bestek yang menandakan bahwa
pohon-pohon dan pagar harus disingkirkan. Jika ada hal yang mengharuskan
pemborong untuk melakukan penebangan, maka ia harus mendapatkan izin dari
Pemilik Proyek.

7. PENCEGAHAN PELANGGARAN WILAYAH

Pemborong harus membatasi daerah operasinya disekitar tempat pekerjaan, supaya


pekerja tidak melanggar wilayah bangunan-bangunan lain yang berdekatan.
Pemborong harus melarang siapapun yang tidak berkepentingan memasuki
wilayahnya.

8. PENJAGAAN

Pemborong bertanggung jawab atas penjagaan dan perlindungan terhadap pekerjaan


yang sedang berjalan dan dianggap penting selama pelaksanaan pekerjaan.

9. MENGADAKAN PEMERIKSAAN DAN PENYEDIAAN AIR KERJA DAN DAYA


LISTRIK UNTUK KERJA.

a. Pemeriksaan lapangan.

Kontraktor harus mengadakan pemeriksaan/pengukuran dan pengecekan


langsung kelapangan guna menentukan dengan pasti kondisi lapangan, bahan-
bahan yang kelak akan dijumpainya dan keadaan lapangan sekarang yang
mungkin nanti akan mempengaruhi jalannya pekerjaan.

b. Penyediaan Air Kerja dan Daya Listrik untuk kerja


 Air kerja harus disediakan oleh kontraktor dengan membuat pompa di tapak
proyek atau disuplai dari luar. Air harus bersih bebas dari lumpur (tidak
berwarna), minyak dan bahan – bahan kimia lainnya yang dapat merusak
konstruksi. Penggunaan fasilitas yang ada diperbolehkan sejauh tidak
mengganggu aktivitas pemberi tugas dan kontraktor wajib mengganti biaya–
biaya tambahan yang diakibatkan pemakaian air tersebut.
 Listrik untuk bekerja harus dapat mempergunakan sambungan yang ada
sekarang, kontraktor diwajibkan mengganti biaya tambahan yang diakibatkan
pemakaian listrik tersebut.
PASAL 4

UKURAN DAN SATUAN

1. Semua ukuran dalam gambar (Bestek ) dan RKS dinyatakan dalam M (meter),
CM (centi meter) dan MM (mili meter), ukuran diatas peil dinyatakan dengan
tanda + (plus) dan dibawah peil - (minus).

2. Jika dalam gambar bestek terdapat perbedaan ukuran, ukuran tidak jelas atau
kurang, dapat di tanyakan kepada pengawas.

3. Lapangan harus bersih dari sampah - sampah, akar - akar dan lain - lain yang
mengganggu pelaksanaan pekerjaan pembangunan.

PASAL 5
PEKERJAAN TANAH

5.1. PEKERJAAN GALIAN

5.1.1. Umum

1) Pekerjaan galian tanah meliputi pekerjaan penggalian atau


pembuangan tanah, batu-batuan atau material lain yang tidak
berguna dari tempat proyek; pembuangan lapisan tanah atas (top
soil); pembuangan bekas -bekas pasangan; grading site dan
pekerjaan tanah lainnya yang kesemuanya disesuaikan
dengan Gambar dan Spesifikasi ini.
2) Penyediaan tenaga kerja, peralatan, fasilitas pelaksanaan dan
kebut uhan- kebutuhan lainnya yang diperlukan untuk
pelaksanaan pekerjaan tanah sesuai dengan Gambar-gambar dan
Spesifikasi.
3) Sebelum memulai pekerjaan galian, Kontraktor harus
memberitahukan Direksi Pekerjaan, sehingga penampang, peil
dan pengukurannya dapat dilakukan pada keadaan tanah
belum terganggu. Demikian pula Kontraktor harus
melaporkan hasil pekerjaan galian tanah yang telah selesai
kepada Direksi Pekerjaan, sebelum pekerjaan lanjutan dimulai.
4) Kesalahan dalam penggalian merupakan tanggung jawab
Kontraktor untuk menimbun kembali lobang galian hingga
mencapai kepadatan yang setara dengan kondisi tanah sebelum
digali.
5.1.2. Prosedur Penggalian
1) Sebelum mulai pekerjaan penggalian, lapisan rumput, akar-akar
dan kotoran-kotoran lainnya harus dibersihkan dari permukaan
dan bawah tanah (sub soil). Kotoran-kotoran maupun
bongkahan-bongkahan batu yang didapat dari pengupasan
tersebut harus dibuang ketempat yang sudah disetujui oleh
Direksi Pekerjaan, atas biaya Kontraktor.
2) Selama proses penggalian, lapangan harus dijaga agar selalu
mendapatkan sistem drainase yang baik, sehingga tidak becek.
3) Penggunaan mesin untuk penggalian diperbolehkan, kecuali untuk
tempat-tempat di mana penggunaan mesin-mesin tersebut dapat
merusak benda- benda yang berada didekatnya, bangunan-
bangunan ataupun pekerjaan yang telah rampung. Dalam hal ini
metode pekerjaan dengan tangan yang harus dilaksanakan.
4) Kontraktor harus melakukan perlindungan dan perawatan yang
cukup untuk bagian-bagian pekerjaan di atas maupun di bawah
tanah, drainase, saluran-saluran pembuang dan rintangan-rintangan
yang dihadapi dalam pelaksanaan pekerjaan lapangan. Semua biaya
yang ditimbulkan menjadi tanggung jawab kontraktor
5) Kondisi Galian yang diharapkan
a) Kemiringan dinding galian harus dibuat se minimal mungkin,
kecuali diperlihatkan lain dalam - gambar, serta tidak terjadi
longsor.
b) Dasar galian harus mencapai tanah keras sesuai yang
dipersyaratkan dan bersih dari segala kotoran serta tanah sisa -
sisa galian.
c) Penggalian dibagi hanya dalam satu macam/jenis yaitu galian
tanah biasa, kecuali ditentukan lain oleh Direksi Pekerjaan sesuai
dengan kondisi di lapangan.

5.2. PEKERJAAN TIMBUNAN

5.2.1 Umum
1) Pekerjaan timbunan tanah kembali pada galian pondasi atau
grading meliputi pekerjaan, pengangkutan lokal, penghamparan
dan pemadatan yang kesemuanya disesuaikan dengan Spesifikasi
ini.
2) Pekerjaan timbunan pasir, limestone atau pasir batu (sirtu)
meliputi pengangkutan dari sumber bahan, penghamparan dan
pemadatan yang kesemuanya disesusikan dengan Spesifikasi ini.
3) Penyediaan tenaga kerja, bahan timbunan, fasilitas
pelaksanaan dan kebutuhan-kebutuhan lainnya yang diperlukan
untuk pelaksanaan pekerjaan timbunan tanah/pasir/limestone
sesuai dengan Gambar- gambar dan Spesifikasi ini menjadi
tanggung jawab Kontraktor.
5.2.2. Bahan

a. Bahan timbunan yang dipakai adalah tanah bekas galian (lokal),


limestone, pasir batu (sirtu) atau pasir urug darat yang memenuhi
persyaratan sebagai bahan timbunan. Lokasi sumber jenis bahan
timbunan tersebut di atas harus mendapatkan persetujuan dari
Direksi Pekerjaan. Tanah bekas galian pada umumnya boleh di
pakai lagi untuk bahan timbunan, kecuali apabila tanah tersebut
tidak memenuhi persyaratan sebagai bahan timbunan dan harus
mendapatkan persetujuan Direksi Pekerjaan.

b. Semua bahan timbunan, harus mendapat persetujuan dari Direksi


Pekerjaan, baik mengenai kualitas bahan maupun sumber bahan
itu sendiri sebelum dibawa atau digunakan di dalam lokasi
pekerjaan. Sumber bahan timbunan ini harus mempunyai jumlah
yang cukup untuk menjamin penyediaan bahan timbunan yang bisa
mencukupi kebutuhan seluruh proyek.
c. Bahan timbunan yang mengandung tanah organis, akar-akaran
sampah dan lain-lain tidak boleh dipergunakan untuk timbunan.
Bahan-bahan seperti ini harus dipindahkan dan harus ditempatkan
pada daerah pembuangan yang disetujui atau ditunjuk oleh Direksi
Pekerjaan.

d. Bahan-bahan timbunan yang sudah ditempatkan di lokasi


pengurugan tetapi tidak memenuhi standar, harus dibuang
dan diganti oleh Kontraktor atas biaya sendiri paling lambat 3 x
24 .jam.

5.2.3 Penghamparan dan Pemadatan Timbunan

1) Lapisan tanah lunak (lumpur) yang ada harus dihilangkan


dengan dikeruk, sebelum pekerjaan penimbunan dimulai. Pada saat
pengerukan dan pengurugan, daerah ini harus dikeringkan dan
dibersihkan dari segala kotoran-kotoran yang bersifat mengganggu.

2) Sebelum penimbunan kembali lubang pondasi, harus disemprotkan


obat anti rayap jenis Wazary ex Sumitomo Japan maupun
perlengkapan lain sudah ditebar/dipasang sebelum dilakukan
penimbunan.
3) Penghamparan timbunan tanah, limestone atau sirtu harus
dilakukan lapis demi lapis dengan ketebalan tiap lapisan
maksimum 20 (dua puluh) cm, kemudian dipadatkan dengan alat
mekanis, terkecuali untuk permukaan yang akan di tanam tanaman
maka 30 cm dari permukaan atas dipadatkan dengan tenaga
manusia
4) Kontraktor harus bertanggung jawab atas ketepatan,
penempatan dan pemadatan bahan-bahan timbunan dan juga
memperbaiki kekurangan- kekurangan akibat pemadatan yang tidak
cukup

a) Kontraktor harus menentukan jenis ukuran dan berat dari alat


yang paling sesuai untuk pemadatan bahan timbunan yang
ada alat -alat pemadatan ini harus mendapat persetujuan
Direksi Pekerjaan.

b) Pemadatan tanah harus dilakukan lapis demi lapis dengan


ketebalan tiap lapisan maksimum 20 (dua puluh) cm dan
dipadatkan sampai mencapai paling sedikit 95% (Modified
Proctor) dan kepadatan kering maksimum seperti yang
ditentukan dalam AASHTO- T 99

c) Tidak boleh dilakukan penimbunan atau pemadatan selama


hujan deras. Jika permukaan lapisan yang sudah dipad
atkan tergenang oleh air, Kontraktor harus membuat alur -
alur pada bagian. teratas untuk mengeringkan sampai
mencapai kadar air optimum dan dipadatkan kembali.
PASAL 6
PEKERJAAN KONSTRUKSI BETON

1. UMUM

a. Beton adalah campuran antara semen, pasir, split dan air secukupnya dimana
akan didapatkan pemakaian semen yang sedikit mungkin pada penyelesaian
pekerjaan. Beton yang dihasilkan haruslah bermutu baik, padat, tahan lama serta
mempunyai kekuatan sesuai dengan ketentuan dan mempunyai ciri-ciri khusus
lain seperti yang disyaratkan.

b. Perbandingan antara pasir dan split tergantung dari pada gradasi (tingkatan)
bahan itu sendiri, tetapi hasil akhir yang harus dicapai adalah bahwa pasir harus
selalu dalam jumlah sesedikit mungkin sehingga apabila dicampur atau diaduk
dengan semen akan menghasilkan adukan yang cukup untuk mengisi kekosongan
yang terdapat dan ada diantara batuan kasar (split), serta masih ada sedikit
kelebihan untuk penyelesaian akhir daripada beton tersebut.

c. Untuk menjaga agar supaya didapatkan kekuatan beton yang optimal dan
ketahanan daripada beton tersebut, jumlah pemakaian air yang dipakai didalam
adukan beton tersebut haruslah dalam jumlah yang sesedikit mungkin dimana
akan memberikan hasil yang memuaskan di dalam pelaksanaan dan mudah untuk
dikerjakan.

d. Semua bahan-bahan, pemeriksaan beton dan lain-lain yang termasuk di


dalam spesifikasi ini akan selalu didasarkan pada Perhitungan Struktur
Beton Untuk Bangunan Gedung (SNI 03-2847-2002).

e. Campuran beton dengan mutu tertentu harus membuat design mix formula
(DMF) menggunakan job mix yang disyaratkan dan sesuai dengan spesifikasi ini
dapat pula diterima dengan adanya persetujuan terlebih dahulu dari Pengguna
Jasa/Pengawas Lapangan.

f. Setiap item pekerjaan di ambil

2. KETENTUAN UMUM DARI BAHAN-BAHAN BETON

a. Semua bahan beton yang akan dipergunakan haruslah bahan-bahan yang benar-
benar mempunyai mutu terbaik diantara semua bahan beton yang tersedia, serta
harus selalu memenuhi persyaratan Perhitungan Struktur Beton Untuk
Bangunan Gedung (SNI 03-2847-2002).

b. Sebelum memulai pekerjaan beton, terlebih dahulu Pelaksana harus


memberikan contoh dari bahan-bahan beton yang akan dipakai untuk
mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari pengguna jasa/pengawas
lapangan.

c. Pelaksana dilarang dan tidak diperbolehkan memesan bahan-bahan beton atau


mendatangkan bahan-bahan beton dalam jumlah besar sebelum pengguna
jasa/pengawas memberikan persetujuan terlebih dahulu untuk setiap macam
atau jenis bahan yang akan dipakai.

d. Pengguna jasa/pengawas lapangan akan menyimpan contoh-contoh bahan beton


yang telah disetujui sebagai standar (patokan), dimana contoh tersebut akan
digunakan sebagai bahan pemeriksa pada saat adanya penerimaan bahan-
bahan beton.

e. Pelaksana dilarang untuk mengadakan penyimpangan dari pengiriman bahan


yang tidak sesuai dengan contoh yang telah disetujui tersebut, kecuali telah ada
persetujuan terlebih dahulu dari pihak pengguna jasa/pengawas
lapangan.
f. Setiap macam bahan beton yang tidak disetujui dan tidak diterima oleh
pengguna jasa/pengawas lapangan, dengan segera Pelaksana harus
mengeluarkan atau memindahkan bahan beton tersebut dari lokasi proyek atas
beban atau biaya Pelaksana sendiri.

3. SEMEN

a. Yang dimaksud dari semen adalah portland cement seperti yang disebutkan pada
Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung (SNI 03-2847-2002).

b. Semen yang akan dipergunakan harus diperoleh dari pabrik yang telah
disetujui oleh pengguna jasa/pengawas lapangan, serta harus dikirim pengawas
lapangan ke lokasi proyek dengan cara pembungkusan yang baik, atau dalam
kantong yang masih benar-benar tertutup rapat, atau dapat pula dikirimkan
dengan menggunakan container dari pabrik yang telah disetujui oleh pengguna
jasa/pengawas lapangan.

c. Apabila dikehendaki oleh pengguna jasa/pengawas lapangan, Pelaksana agar


mengirimkan kepada pengguna jasa/pengawas lapangan tembusan dari
konsinyasi semen yang menyatakan nama pabrik dari semen tersebut, sertifikat
hasil test dari pabrik yang menyatakan bahwa konsinyasi tersebut telah diadakan
testing serta dianalisa dan sesuai dengan segala sesuatu yang telah disebutkan
dalam standarisasi.

d. Semen harus disimpan di dalam tempat yang tertutup bebas dari


kemungkinan kebocoran air, dan dilindungi dari kelembaban sampai waktu
penggunaan. Segala sesuatu yang menyebabkan rusaknya semen seperti menjadi
padat atau menggumpal atau rusaknya kantong semen, maka semen tersebut
tidak bisa diterima dan tidak boleh dipergunakan lagi.

e. Semen akan dikenakan pula terhadap pemeriksaan tambahan yang sesuai


dengan standarisasi yang diperkirakan/dipandang perlu oleh Pengguna Jasa/
pengawas lapangan, dan Pengguna Jasa/Pengawas Lapangan mempunyai hak
untuk menolak atau tidak menggunakan semen yang tidak memenuhi syarat
dengan mengabaikan sertifikat yang diberikan oleh pabrik pembuat.

f. Semua semen yang ditolak atau tidak boleh dipergunakan harus dikeluarkan dari
lokasi proyek dengan segera atas biaya Pelaksana tanpa adanya alasan apapun.

g. Pelaksana harus mengirim hasil test serta mengadakan yang dikehendaki oleh
Pengguna Jasa/Pengawas Lapangan dalam hal yang berhubungan dengan
hasil pemeriksaan.

h. Setiap waktu Pelaksana harus menjaga persediaan semen di lokasi kerja, atau
dengan kata lain persediaan semen harus selalu cukup sesuai dengan kebutuhan
dan mengijinkan untuk diadakan pemeriksaan pada saat diperlukan.

i. Pelaksana harus melengkapi serta mendirikan tempat yang sesuai untuk


tempat penyimpanan semen, yang benar-benar harus kering, mempunyai
ventilasi yang baik, terlindung dari pengaruh cuaca serta cukup untuk menyimpan
dan menimbun semen dalam jumlah yang besar. Lantai dari gudang
penyimpanan semen paling sedikit harus 30 cm diatas tanah, atau setidak-
tidaknya diatas genangan air yang mungkin akan terjadi diatas tanah tersebut.
Pengangkutan semen ke lokasi proyek dengan lori atau kendaraan lainnya harus
benar-benar dilindungi dengan terpal atau bahan penutup yang tahan air lainnya.

j. Semen harus dipergunakan secepat mungkin setelah pengiriman, dan apabila


terdapat semen yang sudah lembab atau menggumpal, yang menurut Pengguna
Jasa/Pengawas Lapangan sudah tidak bisa dipakai lagi dikarenakan
pengaruh kelembaban udara atau hal lain, akan ditolak dan harus dikeluarkan
dari lokasi proyek atas biaya Pelaksana.
4. SPLIT/BATU PECAH

a. Split atau batu pecah yang dipakai harus sesuai dengan Perhitungan Struktur
Beton Untuk Bangunan Gedung (SNI 03-2847-2002). Koral tidak diperkenankan
untuk dipakai.

b. Untuk struktur atas atau pembetonan yang mempunyai volume besar, split yang
dipakai harus ukuran 5 mm sampai dengan 30 mm. Penggunaan batuan lain yang
sifatnya campuran tidak diperkenankan.

5. AIR

Pelaksana harus merencanakan untuk pengiriman/pengadaan air kerja dalam


jumlah yang cukup untuk segala macam keperluan dari pada pekerjaan, dan air ini
harus sesuai dengan Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung (SNI03-
2847-2002).

6. BAHAN-BAHAN TAMBAHAN

Bahan-bahan tambahan apapun yang akan dicampurkan pada adukan beton tidak
diperkenankan, kecuali telah ada ketentuan atau keputusan tertulis dari Pengguna
Jasa/Pengawas Lapangan untuk setiap macam bahan tambahan dan dalam hal
yang tertentu pula.

7. MUTU BETON

Kecuali disebutkan lain, mutu beton adalah sebagai berikut :

Pada umur 28 hari, kekuatan karakteristik beton adalah K-175 berlaku untuk kolom
praktis, ring balok, sedangkan untuk kolom struktur kekuatan karakteristik beton
adalah K-200 (Ready Mix).

8. PENETAPAN/KEPUTUSAN DARIPADA PERBANDINGAN CAMPURAN BETON

a. Perbandingan daripada campuran beton yang diberikan diatas adalah berdasarkan


perkiraan, dimana setelah 28 hari sesudah pengecoran, beton mempunyai
kekuatan yang diinginkan, kwalitas yang baik serta kontrol yang baik.

b. Beton akan dijelaskan dalam daftar volume serta daftar rencana anggaran biaya
sesuai dengan mutu beton masing-masing struktur, bilamana mutu betonnya
berbeda-beda.

c. Apabila kekuatan beton yang dibutuhkan ternyata tidak dipenuhi atau tidak
memenuhi syarat, Pengawas Lapangan akan mengadakan atau memberikan
syarat tertentu tentang proporsi (perbandingan) campuran beton atas biaya
Pelaksana sendiri, yang mana perencanaan dan kekuatan beton tersebut akan
dicapai.

9. MENCAMPUR BETON

a. Beton harus dicampur sedekat mungkin dengan tempat penimbunan didalam


type dan kapasitas mesin pencampur yang telah disetujui oleh Pengguna
Jasa/Pengawas Lapangan, serta dipakai menurut kecepatan yang disarankan
pabrik pembuatnya.

b. Penyelenggaraan daripada pengadaan transportasi penakaran dan


pencampuran daripada bahan-bahan beton harus mendapatkan persetujuan dari
Pengguna Jasa/Pengawas Lapangan terlebih dahulu dan apabila atau dimana
mungkin pelaksanaan dari keseluruhannya hanya akan diperiksa dan diawasi
oleh seorang pengawas.

c. Pencampuran beton yang dilakukan dengan tangan sama sekali tidak


diperbolehkan, kecuali sebelumnya Pengguna Jasa/Pengawas Lapangan
memberikan persetujuan terlebih dahulu, dan hanya dalam gradasi beton untuk
lantai kerja 1 : 3 : 5.

d. Pencampuran tersebut akan menentukan kesamaan distribusi dari bahan-


bahan menjamin kepadatannya, setiap butir akan dilapisi dengan spasi atau
adukan, dan harus mampu menghasilkan beton yang homogen dan padat tanpa
kelebihan air.

e. Mesin pencampur atau pengaduk tersebut harus dilengkapi dengan alat


pemindah dan penuang air, dan sebuah bak penampungan air yang cukup serta
sebuah alat untuk mengukur secara tepat dan secara otomatis mengontrol
jumlah air yang dipergunakan pada sebuah alat penakar.

f. Alat ini harus mampu untuk memberikan jumlah air yang dibutuhkan
dengan koefisien kurang dari 1 % dengan pengiriman yang sama, dan alat
tersebut harus mampu menyesuaikan secara cepat disebabkan dengan
adanya kandungan air yang ada didalam setiap jenis batuan atau untuk
membetulkan variasi daripada slump beton.

g. Pengisian pada mesin pencampur harus pula diatur, bahwa semua unsur
termasuk air akan memasuki mesin tersebut sesuai dengan perbandingannya
dan tidak ada salah satupun yang terpisah.

h. Campuran pertama dari bahan-bahan beton yang dimasukkan kedalam mesin


pencampur akan terdiri dari semen, pasir, split dan air dimana hal tersebut
dimaksudkan untuk pelapis pertama daripada bagian dalam mesin pengaduk,
sehingga tidak akan mengurangi jumlah adukan atau spasi yang ada di dalam
campuran beton nantinya.

i. Semua mesin pencampur harus dijaga benar-benar keadaannya selama


periode pelaksanaan dari pada kontrak, dan apabila ada diantaranya yang
mengalami kerusakan atau tidak bisa digunakan sama sekali agar secepatnya
dikeluarkan dari lokasi.

j. Mesin-mesin pencampur tersebut harus benar-benar kosong semuanya


sebelum menerima bahan-bahan campuran beton agar campuran beton
mendapatkan hasil yang baik. dan apabila mesin pencampur tersebut tidak
dipergunakan lagi lebih dari 30 menit, atau telah berpekerjaan, atau sehabisnya
waktu kerja, harus pula dibersihkan dan dicuci.

k. Pengangkut, penakar dan pencampur beton harus dibersihkan benar-benar


sebelum pencampuran beton kwalitas atau mutu lainnya dikerjakan.

l. Pencampuran harus dilakukan terus menerus dalam waktu kurang dari 2 menit
setelah semua bahan-bahan termasuk air dimasukkan kedalam mesin pengaduk
sebelum adukan campuran tersebut dikeluarkan.

m. Mencampur atau mengaduk kembali beton atau spasi/adukan yang telah


mengeras sebagian atau seluruhnya tidak diperkenan-kan sama sekali. Dimana
disebabkan karena adanya penundaan diluar mesin penduduk, maka adukan
tersebut lebih baik masih tetap berada didalam mesin pencampur serta
pengadukan diteruskan sampai batas maksimum 10 menit.

10. PENGUJIAN BETON

a. Setiap pembuatan 8 M3 beton dan/atau setiap item pekerjaan harus dibuat


minimal 1 buah silinder kubus beton coba untuk pengetesan kuat tekan.

b. Selanjutnya setiap saat bila dirasakan perlu Direksi berhak meminta


kepada penyedia barang/jasa untuk membuat silinder kubus coba dari adukan
beton yang dibuat. Dalam hal ini silinder kubus beton diberi tanda yang dapat
mengidentifikasi tanggal pengecoran, penggunaan untuk bagian struktur
yang bersangkutan dan lain-lain yang dianggap perlu.

c. Semua silinder kubus coba, ditest alat di laboratorium yang disetujui


Direksi. Apabila pengetesan akan dilakukan dilapangan, maka alat test harus
mempunyai sertifikat belahbrasi yang diakui dan pelaksanaan pengetesan ada
dibawah pengawasan Direksi. Penyedia Barang & Jasa.

d. Juga diharuskan mengadakan Slump Test menurut syarat-syarat dalam SNI


1972 : 2008

PASAL 7
TULANGAN BETON / BESI BETON

1. UMUM

a. Semua besi beton harus bebas dan bersih dari karat harus sesuai dengan ukuran
pabrik, harus bersih pula dari oli, gemuk, cat dan lain sebagainya, atau hal lain
yang dapat menyebabkan berkurangnya daya ikat besi beton terhadap beton.
Apabila diinginkan atau dipandang perlu, maka Pengguna Jasa/Pengawas
Lapangan akan memerintahkan untuk menyikat dengan sikat kawat untuk
membersihkan besi beton tersebut sebelum dipergunakan.

b. Sama sekali tidak diperkenankan mengadakan pengecoran beton sebelum besi


yang terpasang telah diperiksa dan disetujui oleh Pengguna Jasa/Pengawas
Lapangan.

c. Semua besi beton yang dipergunakan harus mempunyai mutu sebagai


berikut:
Material baja untuk sengkang menggunakan baja ø6 mm untuk kolom praktis dan
ring balok, serta ø8 mm BJTD 24 dengan tegangan leleh, fy = 240 Mpa. Tulangan
baja polos yang digunakan dalam konstruksi harus mempunyai tegangan leleh
minimal 240 Mpa, sedangkan untuk baja deform/ulir mempunyai tegangan leleh
minimal 380 Mpa.

2. PELETAKAN DAN PENYIMPANAN BAJA

Besi beton yang ada di lapangan harus disimpan atau ditaruh di bawah penutup
yang kedap air (waterproof), dan harus terangkat dari permukaan tanah atau
genangan air tanah yang ada serta harus dilindungi dari segala terjadinya karat.

3. PENEKUKAN BESI BETON

a. Semua besi beton yang akan dipakai harus ditekuk atau dibentuk sesuai
seperti bentuk dan ukuran yang tertera pada gambar, serta diletakkan dan
diikat dengan tepat pada posisi yang ditunjukkan pada gambar, sehingga
selimut beton yang telah ditetapkan pada spesifikasi atau yang telah
ditunjukkan dalam gambar akan selalu tetap terpelihara dan terpenuhi.

b. Besi beton tersebut dapat ditekuk dan dibentuk dengan mesin penekuk yang
telah disetujui oleh Pengguna Jasa/Pengawas Lapangan Besi beton tidak
boleh ditekuk atau diluruskan kembali untuk kedua kalinya, dimana hal
tersebut akan mengakibatkan rusaknya besi beton tersebut. Adapun besi
beton yang terbelit atau ditekuk dan tidak sesuai dengan gambar tidak
diperkenankan untuk dipakai.

c. Harus benar-benar diperhatikan didalam pembentukan besi beton dengan


beberapa tekukan, bahwa jumlah panjang yang dibutuhkan setelah dilakukan
penekukan harus benar-benar tepat sesuai seperti yang tertera pada gambar,
dan setelah besi beton tersebut terpasang pada posisinya tidak akan ada atau
terjadinya tekukan, bengkokkan ataupun terlilitnya besi beton yang
dimaksud.

d. Dimana dibutuhkan adanya tekukan yang berbentuk lengkungan atau


belokan, maka hal tersebut dapat dibentuk dengan cara memakai pen-pen
keliling, dan pen-pen tersebut harus mempunyai diameter 4 (empat) kali
diameter besi beton yang dibentuk atau ditekuk tersebut.

4. PEMASANGAN BESI BETON

a. Besi beton yang telah dibentuk tersebut harus dipasang tepat pada posisinya
seperti tertera sesuai dengan yang ditunjukkan pada gambar, sama sekali lepas
atau tidak menempel pada bekisting dengan cara mengganjal dengan
pengganjal beton yang dibuat sesuai dengan tebal selimut beton yang
diinginkan, atau dengan mempergunakan penggantung besi apabila dibutuhkan
dengan cara mengikatkan satu dengan yang lainnya pada persilangan diameter
tidak kurang dari 1,6 mm, serta dengan menekukan akhiran dari kawat pengikat
baja tersebut kearah dalam badan beton. Besi begel atau sengkang untuk balok
atau kolom harus diletakkan tepat pada posisinya dengan cara dilas atau
dengan cara mengikat dengan kawat baja pada tulangan utama, pengelasan
tersebut harus disaksikan oleh wakil dari Pengguna Jasa/Pengawas Lapangan.
Besi beton pengganjal yang dipakai tidak diperkenankan diganjal dengan
pengganjal besi, yang akan keluar dari permukaan beton nantinya, tidak
diperkenankan diganjal dengan kayu, ataupun batu pecahan dari batu gunung
atau koral.

b. Blok beton pengganjal yang dipakai untuk mendapatkan selimut beton yang
dikehendaki terhadap besi beton, harus paling tidak mempunyai kekuatan yang
sama dengan mutu beton yang akan dicor pada daerah tersebut, serta dibuat
sekecil mungkin sehingga praktis untuk dipergunakan pada semua tempat. Blok
beton pengganjal tersebut harus diikatkan dengan kuat pada besi tulangan
beton sehingga apabila dilakukan pengecoran dengan penggetaran beton blok
tersebut tidak mudah untuk terlepas. Sebelum digunakan, maka blok beton
pengganjal tersebut harus direndam air untuk waktu yang cukup lama.

c. Sebelum dan selama dilakukannya pengecoran beton, maka pemasang atau


tukang besi beton yang berwenang harus hadir pada saat tersebut untuk
memeriksa dan membetulkan bagian-bagian besi beton yang masih perlu
diperbaiki.

d. Besi-besi tulangan beton yang sebagian ada dibagian luar atau keluar dari
permukaan beton, yang dimaksudkan sebagai besi stek atau sambungan
konstruksi tidak diperkenankan untuk ditekuk atau diubah posisinya pada saat
pengecoran beton sedang berlangsung, kecuali sudah ada ijin dari Pengguna
Jasa/Pengawas Lapangan

e. Sebelum diadakan atau dilakukan pengecoran, maka besi-besi tulangan beton


yang akan dicor harus dibersihkan terlebih dahulu dari semua atau sebagian
beton yang terdahulu atau sebelumnya.

f. Sebelum dilakukan pengecoran, maka Pelaksana wajib memberitahukan


kepada Pengguna Jasa/Pengawas Lapangan untuk mengadakan pemeriksaan
pembesian. Pelaksana tidak diperkenankan untuk melakukan pengecoran beton
sebelum ada persetujuan dan ijin tertulis dari Pengguna Jasa/Pengawas
Lapangan, bahwa besi tulangan yang terpasang sesuai dengan gambar serta
memenuhi persyaratan spesifikasi.
PASAL 8
BEKISTING

1. UMUM

a. Semua bagian dari bekisting atau acuan atau cetakan pembentuk beton harus
direncanakan dan dilaksanakan sebaik mungkin dan sesuai dengan
ketentuan dari Pengguna Jasa/Pengawas Lapangan. Pelaksana harus memberikan
contoh terlebih dahulu untuk mendapatkan persetujuan Pengguna Jasa/Pengawas
Lapangan dalam waktu yang cukup longgar sebelum dilaksanakannya pekerjaan
pengecoran.

b. Semua bagian dari bekisting, atau cetakan pembentuk beton harus benar- benar
kuat dan kukuh, serta harus dilengkapi pula dengan ikatan-ikatan silang dan
penguat lainnya. Hal tersebut dimaksudkan agar supaya tidak terjadi adanya
perubahan bentuk sewaktu dilakukannya pekerjaan pengecoran, pemadatan dan
penggetaran beton. Bekisting yang dibuat dari kayu atau plywood kelas III harus
benar-benar dibuat sebaik mungkin serta dari kayu yang tahan cuaca.

c. Semua sambungan harus benar-benar cukup terikat dan rapat untuk


menghindari adanya kebocoran beton. Untuk menghindari melekatnya beton pada
bekisting, maka lapisan minyak yang tipis sekali atau bahan lainnya yang telah
disetujui Pengguna Jasa/Pengawas Lapangan bisa dipergunakan untuk disapukan
pada permukaan bagian dalam dari bekisting sebelum bekisting tersebut
dipasang dan dilakukan pekerjaan pengecoran.

d. Dalam hal ini harus dijaga pula, bahwa besi tulangan beton tidak boleh sama
sekali terkena lapisan minyak tadi, ataupun lapisan penutup lainnya yang dapat
mempengaruhi daya lekat beton terhadap besi.

e. Diperbolehkan pula untuk mempergunakan pengikat besi atau besi pengisi sela
pada bagian dalam dari beton, tetapi hal tersebut harus mendapat persetujuan
terlebih dahulu dari Pengguna Jasa/Pengawas Lapangan. Setiap bagian dari
pengikat besi atau besi pengisi celah tersebut yang nantinya akan tertanam pada
beton, paling sedikit harus 50 mm dari muka luar beton. Setiap lobang pada
permukaan beton yang disebabkan karena hal tersebut harus diisi segera dengan
baik dan bersih pada saat pembongkaran bekisting, dengan spasi semen atau
hasil adukan yang sama dengan adukan yang ada.

2. PEMBONGKARAN BEKISTING

a. Pembongkaran bekisting atau cetak pembentuk beton bisa dilakukan bahwa


sebegitu jauh hal tersebut tidak akan mengakibatkan dan menimbulkan
kerusakan pada beton yang ada.

b. Paling sedikit dibutuhkan waktu 3 (tiga) hari setelah pengecoran dapat


dilakukan pembongkaran bekisting, tetapi hal ini tidak di-haruskan. Pelaksana
dapat melakukan penundaan pembongkaran bekisting sampai mencapai kekuatan
beton mencukupi. Dalam hal ini Pelaksana harus bertanggung jawab penuh
apabila sampai terjadi adanya kerusakan atau cacat beton yang disebabkan
oleh adanya pembongkaran bekisting sewaktu beton masih belum cukup umur,
ataupun pembongkaran bekisting terlalu cepat sebelum waktunya.

c. Bekisting atau cetakan pembentuk beton yang dipakai pada lantai beton
tergantung harus dibiarkan pada tempatnya paling sedikit dalam waktu 14 hari
setelah waktu pengecoran. Lantai beton yang tergantung harus disangga penuh
paling sedikit dalam waktu 14 hari setelah pengecoran lantai beton diatas lantai
yang sedang disangga tersebut.
d. Apabila terjadi ataupun terdapat adanya lobang seperti keropos ataupun hal- hal
lain pada beton setelah dibongkarnya bekisting, maka Pengguna Jasa/Pengawas
Lapangan harus segera diberitahukan lebih dahulu akan hal
tersebut. Tidak diperbolehkan untuk memperbaiki atau melakukan hal-hal lainnya
kecuali telah mendapat persetujuan dan ijin dari Pengguna Jasa/Pengawas
Lapangan terlebih dahulu.

e. Setelah terselesaikannya semua pekerjaan struktur, maka semua bekisting atau


cetakan pembentuk beton serta penyangga-penyangga lainnya harus dibongkar
semuanya dengan mengingat semua persyaratan yang telah ditentukan
sebelumnya. Akan tetapi hal tersebut harus mendapatkan pengarahan, serta
persetujuan dari Pengguna Jasa/Pengawas Lapangan terlebih dahulu.

PASAL 9
PEKERJAAN DINDING BATU BATA

1. Sebelum pengiriman batu bata, kontraktor harus memberikan contoh batu bata
untuk mendapat persetujuan Direksi. Bilamana pada pengiriman batu bata tidak
sama dengan contohnya/terdapat penyimpangan, maka batu bata akan ditolak atau
tidak dapat digunakan.

2. Dinding dari pasangan batu merah dengan perbandingan 1Pc : 4 Ps yang berkualitas
baik dan mutu harus mendapat persetujuan Pengawas.

3. Sebelum batu bata dipasang harus direndam terlebih dahulu sampai gelembung
udara tidak terlihat lagi. Batu bata yang di pasang harus utuh, kecuali untuk las-
lasan atau sambungan.

4. Bidang dinding bata ½ batu yang luasnya lebih dari 8 m² harus ditambahkan kolom
dan balok penguat kolom praktis dengan ukuran 11 x 11 cm dengan tulangan pokok
4 buah diameter 8 mm, beugel diameter 6 – 20 cm.

5. Bagian pasangan bata yang berhubungan dengan setiap bagian pekerjaan beton
(kolom, balok, lisplank beton dan lain-lain)harus diberi stek-stek besi beton diameter
8 mm, jarak 150 cm, yang terlebih dahulu ditanam dengan baik / dicor bersamaan
pengecoran beton dan bagian yang tertanam dalam pasangan bata sekurang –
kurangnya 20 cm kecuali ditentukan lain.

6. Pasangan batu bata untuk dinding harus dilaksanakan dengan baik, rapi, halus dan
tidak melengkung (bergelombang).

PASAL 10
PEKERJAAN PLESTERAN

1 Persiapan dinding yang akan diplester. Bahan yang digunakan adalah pasir pasang
dan semen portland, semua bahan plesteran harus diaduk dengan mesin/tangan
sesuai persyaratan Direksi, semen yang masih baik saja yang boleh dipakai.

2. Syarat adukan
Kontraktor harus membuat dolak dengan ukuran sesuai persyaratan Direksi untuk
ukuran pasir, semen dan split.

a. Sebelum pekerjaan plesteran dimulai, batu bata yang akan diplester terlebih
dahulu disiram air sampai merata semua. Batu bata yang akan diplester selalu
basah begitu juga plesteran yang akan di aci

b. Kontraktor harus membuat contoh plesteran dari setiap macam plesteran


sesuai yang diminta Direksi, sehingga jenis/macam pekerjaan dapat dicapai.

c. Plesteran dinding sudah dapat dimulai apabila usia dinding batu bata sudah
melebihi dari 1 hari

3. Sudut – sudut plesteran

Semua sudut horizontal, luar maupun dalam serta garis tegaknya dalam pekerjaan
plesteran harus dilaksanakan secara sempurna tegak dan siku, sudut luar
hendaknya dibuat agak bulat.

PASAL 11
PEKERJAAN RANGKA ATAP BAJA RINGAN

1. UMUM

Pekerjaan rangka atap baja ringan adalah pekerjaan pembuatan dan pemasangan
struktur atap berupa rangka batang yang telah dilapisi dengan lapisan anti karat.
Rangka batang berbentuk segitiga, trapesium dan persegi panjang yang bagian-
bagiannya terdiri dari:

a. Rangka utama bagian atas (top chord).


b. Rangka utama bagian bawah (bottom chord).
c. Rangka pengisi (web). Seluruh rangka tersebut disambung menggunakan baut
menakik sendiri (self drilling screw) dengan jumlah yang telah ditetapkan.
d. Rangka reng (batten) langsung dipasang diatas struktur rangka atap utama
dengan jarak sesuai dengan ukuran jarak genteng.

2. LINGKUP PEKERJAAN

Pekerjaan rangka atap baja ringan diantaranya meliputi:

a. Pengukuran bentang bangunan sebelum dilakukan fabrikasi atau pemasangan


rangka atap.
b. Pekerjaan pembuatan kuda-kuda dikerjakan di Workshop permanen (Fabrikasi)
dan atau di lapangan bila lokasi memadai.
c. Pengiriman kuda-kuda dan bahan lain yang terkait ke lokasi proyek.
d. Penyediaan tenaga kerja beserta alat atau bahan lainnya yang diperlukan untuk
pelaksanaan pekerjaan.
e. Pekerjaan pemasangan seluruh rangka atap kuda-kuda meliputi struktur rangka
kuda-kuda (truss), balok tembok (top plate/murplat), sekur overhang, reng,
ikatan angin dan bracing (ikatan pengaku).
f. Pemasangan jurai dalam dan luar (valley gutter)

3. PERSYARATAN MATERIAL RANGKA ATAP

3.1. Material baja ringan menggunakan ukuran 100.100.095, sedangkan rengnya


menggunakan material dengan ukuran atas 20 mm, bagian bawah 49,8 mm
dengan ketinggian 33 mm. Dibawah ini merupakan persyaratan material
struktur rangka atap properti mekanikal baja (Steel mechanical properties).

 Baja Mutu Tinggi G 550.


 Tegangan Maksimum 550 Mpa.
 Kekuatan Leleh Minimum 550 Mpa.
 Modulus Geser 80.000 Mpa.
 Modulus Elastisitas 200.000 Mpa.

3.2. Lapisan Anti Karat

Material baja harus dilapisi perlindungan terhadap serangan korosi/karat,


berupa Galvalume (Az100) dengan rincian sebagai berikut:

 Pelapisan Zinc-Aluminium.
 Jenis Hot-dip-allumunium-zinc .
 Kelas AZ100.
 Ketebalan pelapisan 100 gr/m2.
 Komposisi 55% alumunium, 43,5% zinc dan 1,5% silicon.

3.3. Talang Jurai Dalam dan luar (Valley Gutter), merupakan pertemuan dua bidang
atap yang membentuk sudut tertentu, pada pertemuan sisi dalam harus
manggunakan talang dalam (Valley Gutter) untuk mengalirkan air hujan.
Ketebalan material jurai dalam minimal 0,45 mm, dengan ketentuan
pemasangan sebagai berikut :
a. Sebelum dilakukan pelapisan seng talang, papan harus terpasang
keseluruhan dan telah/diperiksa oleh Direksi.
b. Papan talang harus terpasang dengan kuat dan lebar talang harus sama
dari bawah keatas.
c. Pelapisan papan talang dengan seng harus benar-benar mengikuti
bentuk talang. Dan pada potongan melintang talang, tidak
diperkenankan adanya sambungan seng. Tekukan seng untuk tumpang
tindih dengan genteng, minimal 20 cm, untuk menghindarkan
rembusan air kebawah genteng.
d. Pemakuan seng ke papan talang hanya dilakukan pada sisi talang.

3.4. Alat Sambung (Screw)


Baut Baut menakik sendiri (self drilling screw) digunakan sebagai alat sambung
antar elemen rangka atap yang digunakan untuk fabrikasi dan instalasi, untuk
spesifikasi screw bisa dilihat dibawah ini:
 Panjang (termasuk kepala baut) 16mm.
 Kelas Ketahanan Korosi Minimum Kelas 2.
 Kepadatan Alur 16 alur/inci.
 Diameter Bahan dengan alur 4,80 mm.
 Diameter Bahan tanpa alur 3,80 mm.

Kekuatan Mekanikal

 Gaya geser satu baut 5,10 KN


 Gaya aksial 8,60 KN
 Gaya torsi 6,90 KN

3.5. Persyaratan Pra-Konstruksi

a. Produk yang dipaparkan harus sesuai dengan surat dukungan dan brosur
yang telah dilampirkan pada dokumen tender.
b. Kontraktor wajib memberikan pemaparan produk sebelum pelaksanaan
pemasangan rangka atap baja ringan, sesuai dengan pedoman RKS
(Rencana Kerja dan Syarat).
c. Kontraktor wajib menyerahkan gambar kerja yang lengkap berserta detail
dan bertanggung jawab terhadap semua ukuran-ukuran yang tercantum
dalam gambar kerja. Dalam hal ini meliputi dimensi profil, panjang profil
dan jumlah alat sambung pada setiap titik buhul.
d. Eleman utama rangka kuda-kuda (truss) dilakukan fabrikasi diworkshop
permanen dengan menggunakan alat bantu mesin JIG yang menjamin
keakurasian hasil perakitan (fabrikasi).
e. Perubahan bahan/detail karena alasan apapun harus diajukan ke Konsultan
Pengawas, Konsultan Perencana dan Pihak Direksi untuk mendapatkan
persetujuan secara tertulis.
f. Kontraktor wajib menyediakan surat keterangan keahlian tenaga dari
Pabrikan penyedia jasa Rangka Atap Baja ringan.

3.6. Persyaratan Pelaksanaan

a. Pembuatan dan pemasangan kuda-kuda dan bahan lain terkait, harus


dilaksanakan sesuai gambar dan desain yang telah dihitung dengan aplikasi
khusus perhitungan baja ringan sesuai dengan standar perhitungan yang
mengacu pada standar peraturan yang berkompeten.
b. Semua detail dan konektor harus dipasang sesuai dengan gambar kerja.
c. Pihak kontraktor harus menyiapkan semua struktur balok penopang dengan
kondisi rata air (waterpas level) untuk dudukan kuda-kuda sesuai dengan
desain sistem rangka atap.
d. Pihak kontraktor harus menjamin kekuatan dan ketahanan semua struktur
yang dipakai untuk tumpuan kuda-kuda. Berkenaan dengan hal itu, pihak
konsultan ataupun tenaga ahli berhak meminta informasi mengenai reaksi-
reaksi perletakan kuda-kuda.
e. Pihak kontraktor bersedia menyediakan minimal 8 (delapan) buah genteng
yang akan dipakai sebagai penutup atap, agar pihak penyedia konstruksi
baja ringan dapat memasang reng dengan jarak yang setepat mungkin, dan
penyediaan genteng tersebut sudah harus ada pada saat kuda-kuda tiba
dilokasi proyek.
PASAL 12
PEKERJAAN ATAP

1. UMUM

Atap merupakan salah satu bagian terpenting dari bangunan, termasuk rumah. Salah
satunya yaitu atap bitumen. Atap bitumen merupakan jenis genteng yang mulai
diminati oleh banyak orang karena tampilannya yang terkesan mewah dan modern.
Penggunaan atas aspal ini banyak ditemukan di kota-kota besar.

Atap bitumen mempunyai komposisi yang serupa namun tak sama dengan atap
bergenteng tanah liat. Karena, atap bitumen dibentuk dari berbagai material alami
dengan kekuatan penting sebagai bangunan kokoh

Pekerjaan meliputi seluruh penutup atap menggunakan bahan genteng bitumen dan
nok/bubungan beserta talang air sesuai dengan yang disebutkan / ditunjukkan dalam
gambar.

2. LINGKUP PEKERJAAN

1.1. Pemasangan atap genteng bitumen


1.2. Pemasangan nok/bubungan bitumen atap bagian atas atap
1.3. Pemasangan nok bitumen bagian tepi atap
1.4. Pemasangan talang galvalume/jurai dalam
1.5. Pemasangan talang air menggunakan bahan pipa PVC 3 inc

2. SYARAT TEKNIS

2.1. Genteng Bitumen

Bitumen sendiri yaitu cairan aspal hasil persenyawaan hidrogen dan


hidrokarbon dengan sedikit campuran sulfur, klor serta oksigen. Aspal tampak
padat saat di suhu ruang, padahal ia mempunyai cairan yang sangat kental.
Pengaplikasiannya beragam salah satunya pada genteng bitumen.

Atap bitumen jenis atap yang komposisi pembentuk utamanya yaitu aspal atau
bitumen yang disempurnakan dengan berbagai bahan yang sangat kuat.
Seperti alga coating, fiberglass, alga coating, dan pasir batu.

Struktur bahan dasar bitumen diproses dengan teknik penekanan serta


pemanasan yang tinggi. Sehingga atap jenis ini lebih fleksibel, kuat serta tidak
mudah patah. Atap bitumen disebut juga genteng aspal atau atap aspal.

Spesifikasi
- Ketebalan 0,3 cm
- Berat 1,27 kg (4 kg / m2)
- Carboon Footprint 4 kg eq CO2/m

2.2. Nok atau biasa juga disebut genteng wuwung merupakan komponen penting
dalam estetika sebuah bangunan, terutama pada bagian atap, selain faktur
estetika nok / wuwung juga sangat penting karena fungsinya sebagai pengunci
atau yg menyatukan antara ke dua sisi bilah atap (contoh model atap kuda-
kuda) bagian atas. Material yang gunakan bitumen.

2.3 Talang terkadang sering dianggap remeh saat pembangunan. Namun,


sebetulnya talang air memiliki peran yang sangat penting dalam mengatur
sirkulasi air hujan yang jatuh di atap rumah. Bentuk atap rumah dengan
kemiringan tertentu seperti atap bentuk pelana, limas, dan sejenisnya perlu
dilengkapi dengan talang. Fungsinya sangat dibutuhkan saat memasuki musim
penghujan. Seperti yang kita ketahui, Indonesia sebagai negara tropis memiliki
curah hujan yang terbilang cukup tinggi.

PASAL 13
PEKERJAAN LANGIT-LANGIT

1. LINGKUP PEKERJAAN

1.1 Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan‑bahan, peralatan dan
alat‑alat bantu lainnya untuk keperluan pelaksanaan pekerjaan yang bermutu
baik.

1.2 Pasangan plafond ini dipasang pada seluruh detail yang disebutkan /
ditunjukan sesuai dalam gambar.

2. PERSYARATAN MATERIAL

2.1 Bahan - bahan yang dipakai untuk plafond langit - langit harus berkualitas baik
dan tidak retak maupun pecah, menggunakan Gypsum T. 9 mm dan PVC atau
sesuai dengan gambar rencana, sebelum dipasangkan terlebih dahulu harus
mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas.

2.2 Rangka Plafond menggunakan rangka hollow 2 x 4 cm dan 4 x 4 cm

3. PEMASANGAN RANGKA HOLLOW

3.1 Setelah posisi peil plafond didapatkan, pekerjaan awal adalah


pemasangan rangka hollow pada bagian tepi untuk memperoleh titik tetap
plofond.
3.2 Dilanjutkan pemasangan rangka hollow pembagi yang digantung ke plat beton
dengan menggunakan paku beton/penggantung. Perkuatan antara rangka
hollow dengan menggunakan sekrup.

3.3 Penempatan jarak rangka hollow maksimum berjarak 60 cm.

3.4 Setalah semua rangka hollow terpasang, lakukan perataan (leveling) dengan
menggunakan tarikan benang, setelah itu penggantung bisa dimatikan.

PASAL 14
PEKERJAAN PINTU, JENDELA DAN VENTILASI ALUMINIUM

1. LINGKUP PEKERJAAN

1.1 Menyediakan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-alat bantu lainnya
untuk melaksanakan pekerjaan sehingga dapat tercapai hasil pekerjaan yang
baik dan sempurna.
1.2 Pekerjaan ini meliputi pembuatan kusen, daun pintu dan daun jendela seperti
yang dinyatakan/ditunjukan dalam gambar.

1.3 Detail pekerjaan meliputi:


a. Pek. daun pintu multipleks
b. Pek. daun pintu panel
c. Pek. pintu alumunium + kusen dan aksesoris
d. Pek. kusen kayu kelas I
e. Pek. kaca mati yang tertera pada gambar rencana

2. SYARAT-SYARAT TEKNIS

2.1 Sebelum memulai pelaksaan Kontraktor diwajibkan meneliti gambar-gambar


dan kondisi dilapangan (ukuran dan peil lubang dan membuat contoh jadi
untuk semua detail sambungan dan profil aluminium yang berhubungan
dengan sistem konstruksi bahan lain.

2.2 Prioritas proses fabrikasi, harus sudah siap sebelum pekerjaan dimulai, dengan
membuat lengkap dahulu shop drawing dengan petunjuk Perencana/Konsultan
Pengawas meliputi gambar denah, lokasi, merk, kualitas, bentuk, ukuran.

2.3 Semua frame/kosen baik untuk dinding, jendela dan pintu dikerjakan secara
fabrikasi dengan teliti sesuai dengan ukuran dan kondisi lapangan agar
hasilnya dapat dipertanggung jawabkan.

2.4 Pemotongan aluminium hendaknya dijauhkan dari material besi untuk


menghindarkan penempelan debu besi pada permukaannya. Didasarkan
untuk mengerjakannya pada tempat yang aman dengan hati-hati tanpa
menyebabkan kerusakan pada permukaannya.

2.5 Pengelasan dibenarkan menggunakan non-activated gas (argon) dari arah


bagian dalam agar sambungannya tidak tampak oleh mata.

2.6 Akhir bagian kosen harus disambung dengan kuat dan teliti dengan
sekrup, rivet, stap dan harus cocok.

2.7 Angkur-angkur untuk rangka/kosen aluminium terbuat dari steel plate


setebal 2 - 3 mm dan ditempatkan pada interval 600 mm.

2.8 Penyekrupan harus dipasang tidak terlihat dari luar dengan sekrup anti
karat/stainless steel, sedemikian rupa sehingga hair line dari tiap sambungan
harus kedap air dan memenuhi syarat kekuatan terhadap air sebesar 1.000
kg/cm2.

2.9 Celah antara kaca dan sistem kusen aluminium harus ditutup oleh sealant.

2.10 Disyaratkan bahwa kosen aluminium dilengkapi oleh kemungkinan-


kemungkinan sebagai berikut:
1) Dapat menjadi kosen untuk dinding kaca mati.
2) Dapat cocok dengan jendela geser, jendela putar, dan lain-lain.
3) Sistem kosen dapat menampung pintu kaca frameless.
4) Untuk sistem partisi, harus mampu moveable dipasang tanpa harus
dimatikan secara penuh yang merusak baik lantai maupun langit-langit.
5) Mempunyai accessories yang mampu mendukung kemungkinan
diatas.

2.11 Untuk fitting hard ware dan reinforcing materials yang mana kosen
aluminium akan kontak dengan besi, tembaga atau lainnya maka permukaan
metal yang bersangkutan harus diberi lapisan chormium untuk menghindari
kontak korosi.
2.12 Toleransi pemasangan kosen aluminium disatu sisi dinding adalah 10 - 25 mm
yang kemudian diisi dengan beton ringan/grout.

2.13 Khusus untuk pekerjaan jendela geser aluminium agar diperhatikan


sebelum rangka kosen terpasang.

2.14 Permukaan bidang dinding horizontal (pelubangan dinding) yang melekat pada
ambang bawah dan atas harus waterpass.

2.15 Untuk memperoleh kekedapan terhadap kebocoran udara terutama pada


ruang yang dikondisikan hendaknya ditempatkan mohair dan jika perlu
dapat digunakan synthetic rubber atau bahan dari synthetic resin.

2.16 Penggunaan ini pada swing door dan double door.

2.17 Sekeliling tepi kosen yang terlihat berbatasan dengan dinding agar diberi
sealant supaya kedap air dan kedap suara.

2.18 Tepi bawah ambang kosen exterior agar dilengkapi flashing untuk penahan air
hujan.

PASAL 15
PEKERJAAN INSTALASI LISTRIK

1. LINGKUP PEKERJAAN

a. Pemasangan instalasi dalam gedung/bangunan sesuai dengan gambar


rencana, dan juga utilitas bangunan yang termasuk dalam gambar
kerja/kontrak.

b. Pemasangan Panel sesuai dengan pembagian jalur intalasi sesuai dengan


gambar kerja.

c. Pemasangan Grounding

2. SYARAT-SYARAT TEKNIS

a. Instalasi penerangan, power stop kontak didalam bangunan menggunakan kabel PVC
jenis NYM (3x2.5 + 2x2.5 mm²) dalam conduit 20 mm, dengan spesifikasi kabel 4 Besar
dan Conduit EGA.

b. Tahanan isolasi kabel yang di gunakan harus sedemikian rupa sehingga arus bocor yag
terjadi tidak melebihi 1 mA untuk setiap 100 m panjang kabel.

c. Pada kabel instalasi harus dapat di baca mengenai merk, jenis, ukuran luar penampang,
rating tegangan kerja dan standard yang digunakan.

d. Instalasi penerangan di luar bangunan menggunakan kabel jenis NYY (3x2.5mm) dalam
conduit 20 mm, dengan spesifikasi kabel 4 besar dan Conduit EGA

e. Fitting Lampu, saklar, stop kontak dan bahan lainnya menggunakan produk yang sudah
sesuai dengan standart SNI dan memenuhi peraturan PLN dan PUIL
f. Instalatur harus mempunyai sertifikat keahlian yang di keluarkan oleh instansi/lembaga
yang kompetent.

g. Semua instalasi dapat berfungsi sesuai dengan rencana yang ada.

h. Pemasangan harus di atur rapi

i. Sparing dan kabel di tanam sebelum pekerjaan plesteran pada dinding dan sebelum
pekerjaan plafond pada bagian langit-langit

j. Setelah selesai pemasangan, kontraktor harus membuat as built drawing khusus untuk
pekerjaan listrik/mekanikal , elektrikal dan plumbing.

PASAL 16
PEKERJAAN CAT

1. LINGKUP PEKERJAAN
Pekerjaan yang dimaksud meliputi :
a. Pekerjaan pengecatan permukaan dinding pasangan batu bata, beton yang
ditampakkan dan langit-langit. Semua permukaan dinding pasangan batu dan
permukaan beton yang tampak /exposed seperti yang tercantum dalam Gambar
kerja.
b. Pekerjaan pengecatan kayu/minyak untuk pekerjaan yang permukaannya berasal dari
kayu, logam dan beberapa dinding bagian dalam bangunan gedung yang
membutuhkan permukaannya mudah untuk dibersihkan dengan kain.

2. PERSYARATAN BAHAN

a. Cat Tembok.
Eksterior : setaraf avitex

Interior : avitex atau setaraf, dana tau untuk beberapa ruangan (IGD,

Ruang Laboratorium dan Ruang Bersalin)

Warna : ditentukan kemudian.

b. Cat Logam dan Kayu.


Bahan dari jenis synthetic enamel super gloss kualitas utama. Produk
Avian atau yang setaraf.
Warna ditentukan kemudian

c. Plamur.

Bahan dari kualitas utama, produk ex lokal mutu terbaik.

d. Kontraktor wajib membuktikan keaslian cat dari produk Tersebut


diatas mengenai kemurnian cat yang akan dipergunakan.
Pembuktian
berupa :
 segel kaleng.
 test BD.
 test laboratorium.
 hasil akhir pengecatan.

Biaya untuk pembuktian ini dibebankan kepada Kontraktor.


Hasil tes kemurnian ini harus mendapatkan rekomendasi tertulis dari
produsen dan diserahkan ke Owner/Konsultan Pengawas.

e. Kontraktor harus menyiapkan contoh pengecatan tiap warna dan jenis cat
pada bidang-bidang transparan ukuran 30 x 30 cm2. Pada bidang-bidang
tersebut harus dicantumkan dengan jelas warna, formula cat,
jumlah lapisan dan jenis lapisan (dari cat dasar sampai dengan lapisan
terakhir).
f. Semua bidang contoh tersebut harus disampaikan kepada
Owner/Konsultan Pengawas dan Perencana. Jika contoh-contoh
tersebut telah disetujui secara tertulis oleh Perencana dan Owner
/ Konsultan Pengawas, barulah Pelaksana melanjutkan dengan pembuatan
“mock up”.

3. PELAKSANAAN
Lakukan dengan cara terbaik yang umum dilakukan kecuali apabila dispesifikasikan
lain. Tebal minimum dari tiap lapisan jadi (“finish") minimum sama dengan
syarat yang dispesifikasikan pabrik.
a. Pengecatan harus rata, tidak bertumpuk, tidak bercucuran , atau
ada bekas yang menunjukkan tanda-tanda sapuan, roller maupun
semprotan.

b. Apabila dari cat yang dipakai ada yang mengandung bahan dasar
beracun atau membahayakan keselamatan manusia, maka Kontraktor
harus menyediakan peralatan pelindung, misalnya : masker, sarung tangan
dan sebagainnya, yang harus dipakai waktu pelaksanaan pekerjaan.

c. Tidak diperkenankan melaksanakan pekerjaan ini dalam keadaan cuaca


yang lembab atau hujan atau dalam keadaan angin berdebu bertiup.
Terutama untuk pelaksanaan di dalam ruangan bagi cat dengan bahan dasar
beracun atau membahayakan manusia, maka dalam ruangan tersebut
harus mempunyai ventilasi yang cukup atau pergantian udaranya lancar.
Di dalam keadaan tertentu, misalnya untuk ruangan tertutup,
Kontraktor harus memakai Kipas angin/Fan untuk memperlancar
pergantian /aliran udara.

d. Peralatan seperti kuas, roller, sikat kawat, kape, pompa udara


tekan/vacuum cleaner, semprotan dan sebagainya harus tersedia dari
mutu/kualitas terbaik dan jumlahnya cukup untuk pekerjaan ini. Khusus
untuk semua cat dasar harus disapukan dengan kuas. Penyemprotan hanya
boleh dilakukan bila disetujui Owner/ Konsultan Pengawas. Pemakaian
ampelas, pencucian dengan air maupun pembersihan dengan kain kering
terlebih dahulu harus mendapatkan persetujuan tertulis dari Owner/ Konsultan
Pengawas terkecuali disyaratkan lain dalam spesifikasi ini.

e. Pelaksanaan pekerjaan ini khususnya pengecatan cat dasar


untuk komponen bahan/material logam, harus dilakukan sebelum
komponen tersebut terpasang.
f. Standard Pengerjaan ( “ Mock-Up “ )
Sebelum pengecatan dimulai, Kontraktor harus melakukan pengecatan
pada satu bidang untuk setiap warna dan jenis cat yang diperlukan.
Bidang-bidang tersebut akan dijadikan contoh pilihan warna, tekstur,
material dan cara pengerjaan.
Bidang-bidang yang akan dipakai sebagai “mock-up” ini ditentukan oleh
Owner/Konsultan Pengawas. Jika masing-masing bidang tersebut telah
ditentukan oleh Owner/Konsultan Pengawas dan Perencana, maka bidang-
bidang ini akan dipakai sebagai standard minimal keseluruhan Pekerjaan
Pengecatan.
Hasil pekerjaan yang tidak disetujui Owner/ Konsultan Pengawas harus diulang
dan diganti. Kontraktor harus melakukan pengecatan kembali bila ada
cat dasar atau cat finish yang kurang menutupi atau lepas sebagaimana
ditunjukkan oleh Owner / Konsultan Pengawas. Biaya untuk hal ini
ditanggung Kontraktor dan tidak dapat di-klaim sebagai pekerjaan
tambah.

g. Selama pelaksanaan, Kontraktor harus diawasi oleh tenaga


ahli/supervisi dari pabrik pembuat. Biaya untuk hal ini ditanggung
Kontraktor, tidak dapat di-klaim sebagai pekerjaan tambah.

h. Sebelum pelaksanaan Pekerjaan Pengecatan Permukaan Dinding Pasangan


Bata, Beton, Langit-langit: Seluruh permukaan harus dibersihkan dari debu
, lemak, kotoran atau noda lain, bekas- bekas cat yang terkelupas bagi
permukaan yang pernah dicat dan dalam kondisi kering.

i. Pelaksanaan pekerjaan dengan roller. Pemakaian kuas hanya untuk


permukaan dimana tidak mungkin menggunakan roller.

j. Permukaan Interior.

Lapisan pertama : Cat jenis Acrylic Wall Filler. Pelaksanaan


pekerjaan dengan kape. Ketebalan lapisan
adalah 25 – 150 micron atau daya sebar per
liter 10 M2. Tunggu selama miminum 12 jam
sebelum pelaksanaan pelapisan berikutnya.
Lapisan kedua : Cat dasar jenis Alkali Resisting Primer.
Pelaksanaan pekerjaan dengan roller.
Ketebalan lapisan adalah 25 – 40 micron
atau daya sebar per liter 13 - 15M2. Tunggu
selama miminum 24 jam sebelum
pelaksanaan pelapisan berikutnya.
Lapisan ketiga dan keempat : Cat jenis Vynil Acrylic Emulsion. Pelaksanaan
pekerjaan dengan roller. Ketebalan lapisan
adalah 25 - 40 micron atau daya sebar per
liter 11 -17 M2 perlapis. Tenggang waktu
antara pelapisan minimum 12 jam.
PASAL 17

PEKERJAAN LANTAI GRANIT/KERAMIK

1. Lingkup Pekerjaan
 Pekerjaan urugan pasir dibawah pasangan lantai.
 Pekerjaan lantai kerja
 Pekerjaan ubin keramik/granit untuk lantai.
 Pekerjaan ubin keramik Km/WC untuk dinding .
 Pekerjaan ubin keramik/granit lainnya seperti tercantum dalam gambar kerja.

2. Persyaratan Bahan

a. Semen, pasir dan air seperti uraian pasal sebelumnya

b. Ubin Keramik (Ceramic Tile)

Permukaan : Non slip/unglazed untuk Km/Wc dan teras


Ketebalan : 6 mm.
Warna : Di tentukan kemudian.
Ukuran : Sesuai dengan gambar kerja baik untuk lantai maupun
dinding, atau sesuai petunjuk Konsultan Pengawas
c. Adukan pengisi siar.
Aduk pengisi siar dan nat yaitu merk AM, IBAGROUT atau setaraf. Warna
sesuai dengan ubin keramik.

d. Kontraktor harus mengajukan contoh bahan sebanyak 3 (tiga) set


kepada Pemberi Tugas untuk mendapatkan persetujuan (tekstur dan
warna), selanjutnya dipakai sebagai standard dalam memeriksa/
menerima bahan yang dikirim ke lapangan.

e. Ubin keramik/granit yang akan dipasang, ukuran diagonalnya harus


benar-benar sama, masing-masing tepinya benar-benar menyiku dan tidak
cacat.
f. Kontraktor wajib menyerahkan/menyediakan cadangan bahan sebanyak 2,5
% dari keseluruhan bahan yang akan dipasang.

3. Persyaratan Pelaksanaan
a. Pada saat pemasangan, ubin keramik harus dalam keadaan baik, tidak
retak, tidak cacat atau ternoda dan warna sesuai dengan yang disyaratkan.
b. Seluruh pemasangan ubin keramik harus dengan merendam sampai
jenuh air, kemudian ditiriskan berbaris sampai kering.
c. Pola pemasangan ubin keramik harus sesuai dengan Gambar kerja /Shop
Drawing atau sesuai dengan petunjuk Direksi.
d. Bila diperlukan pemotongan ubin keramik, maka harus terlebih dahulu
dipergunakan alat pemotong khusus sesuai dengan petunjuk pabrik.Hasil
pemotongan harus siku dan lurus (tidak bergerigi), bagian sisi yang terpotong
dihaluskan dengan ampelas, sehingga membentuk pinggiran yang serupa
dengan sebelum dipotong.
e. Pemasangan ubin keramik.harus benar-benar rata. Permukaannya harus
tepat pada peil finish atau ketebalan finish dan sesuai dengan
kemiringan seperti disyaratkan dalam Gambar kerja. Toleransi kecekungan
adalah 2,5 % untuk setiap 2.00 m2
f. Garis-garis tepi ujung keramik yang terbentuk maupun sia-siar harus
lurus. Lebar siar untuk keramik harus sama yaitu lebar maksimum 3
mM dengan kedalaman 2 mM . Bahan pengisi siar adalah seperti yang
tercantum didalam ayat/point sebelumnya
g. Persyaratan pelaksanaan aduk pengisi ini harus sesuai dengan spesifikasi
pabrik agar didapatkan hasil yang baik . sebelum dan sesudah
pelaksanaan aduk pengisi, siar harus berssih dari debu dan kotoran
lainnya. Pembersihan segera dilaksanakan sebelum menjadi keras/ kering
dengan lap basah.
h. Ubin keramik yang telah terpasang harus segera dibersihkan dari bercak
noda aduk perekat dan aduk pengisi siar dengan lap/kain yang dibasahi
dengan air bersih dan dilindungi dari kemungkinan cacat akibat pekerjaan
lain.
i. Bila terjadi kerusakan /cacat, Kontraktor diwajibkan untuk memperbaiki
kembali dengan tidak mengurangi mutu pekerjaan. Biaya untuk pekerjaan
ini adalah tanggung-jawab Kontraktor dan tidak dapat diklaim sebagai
pekerjaan tambah.
j. Sebelum pelaksanaan pekerjaan ini, semua pipa sparing dan atau jaringan
pipa air dan listrik sudah harus terpasang pada tempatnya.
k. Kontraktor harus mempelajari Gambar kerja dan koordinasi dengan
pekerjaan plumbing dan mekanikal dibawah pengarahan Konsultan
Pengawas.

PASAL 18
PEKERJAAN PASANG ACP

1. LINGKUP PEKERJAAN

1. Pemasangan rangka hollow ukuran 40 mm x 40 mm dengan jarak antar hollow


adalah 60 cm x 60 cm. Rangka Hollow mengikuti spesifikasi pabrikasi yang ada
dan ketentuan yang telah tertuang di pasal sebelumnya.

2. Sambungan antara rangka dengan dinding existing menggunakan baja siku yang
disambung dengan baut tanam.
3. Pemasangan ACP yang telah di pabrikasi (pemotongan dan persiapan pasang)
menggunakan skrup Standar SNI/ASTM.
4. Pada setiap sisi tepi sambungan ACP menggunakan sealent.

2. SYARAT TEKNIS

a. Penentuan lokasi harus sesuai dengan gambar dan disesuaikan dengan kondisi
lapangan.
b. Penetapan syarat teknis terkait spesifikasi khusus dari produk harus di akomodir
dan dikonsultasikan dengan konsultan pengawas, perencana dan pihak terkait.
c. Alumunium composite panel yang digunakan untuk seluruh proyek harus satu
macam saja.
d. Pelaksanaan pemasangan harus lengkap dengan peralatan bantu untuk
mempermudah serta mempercepat pemasangan dengan hasil pemasangan
akurat, teliti dan tepat pada posisinya.
e. Rangka-rangaka pemegang transom dan mullion harus dipersiapkan dengan teliti,
tegak lurus dan tepat pada posisinya.
f. Setelah pemasangan dilakukan penutupan celah antara panel dengan bahan
caulking dan sealant hingga rapat dan tidak bocor sesuai dengan uraian bab
sealant dalam persyaratan ini.
g. Hasil pemasangan pekerjaan aluminium composite panel harus merupakan hasil
pekerjaan yang rapi dan tidak bergelombang.

PASAL 19
PEKERJAAN FASAD

1. LINGKUP PEKERJAAN

1.1. Pemasangan Ornamen


Ornamen dibuat untuk menghias atau mempercantik suatu produk tanpa
memberikan kegunaan apa pun. Jika ornamen murni estetis dihilangkan pada
suatu benda, tidak akan mengubah fungsi benda tersebut namun mengurangi
nilai keindahannya saja. Ornamen menggunakan bahan logam yang di bentuk
menggunakan laser dan di finishing cat berwarna emas

1.2 Pemasangan Tulisan Dan Logo Acrylic


Huruf timbul biasa digunakan untuk media promosi yang biasa di pinggir jalan
yang menandakan lokasi tempat. huruf timbul saat ini telah menjadi tren
dalam penamaan suatu bidang usaha karena huruf timbul, sekali lagi, terlihat
lebih elegan, eksklusif, dan mewah. Huruf timbul pun akan lebih menarik jika
dikombinasikan dengan penggunaan lampu berteknologi LED di bagian
belakang huruf untuk menimbulkan kesan lebih menarik dan estetik.
Bahan acrylic atau akrilik, merupakan bahan seperti fiber dengan ketebalan
yang berbeda-beda. Semakin tebal suatu acrylic, maka semakin mahal pula
harga huruf timbul. Selain ketebalan, acrylic juga memiliki beragam warna.
Finishing menggunakan lampu led
2. SYARAT TEKNIS

a. Penentuan lokasi harus sesuai dengan gambar dan disesuaikan dengan kondisi
lapangan.
b. Penetapan syarat teknis terkait spesifikasi khusus dari produk harus di akomodir
dan dikonsultasikan dengan konsultan pengawas, perencana dan pihak terkait.
c. Mengukur media yang akan digunakan sebagai tempat peletakan lettering, serta
penentuan ketinggian letak pemasangan lettering. Lalu pasang paku dan tali
untuk menandai area pemasangan lettering agar huruf-huruf dapat diletakkan
dengan lurus.
d. Tandai dan lubangi background (media) dengan menggunakan bor pada titik-
titik yang telah ditentukan. Sesuaikan dengan lubang pemasangan baut pada
belakang huruf stainless. Ini merupakan salah satu tahapan paling penting.
Karena jika lubang tidak sesuai titiknya, maka baut-baut pada lettering tidak
akan bisa ditanam (dipasang pada lubang).
e. pasanglah baut dan mur pada masing-masing lubang di belakang huruf timbul
satu-per satu hingga selesai. Pastikan baut terpasang baik dan kuat.
f. Setelah baut terpasang dengan baik pada huruf, cocokkan baut dengan lubang
pada background (tembok). Apabila telah sesuai, lepaskan kembali huruf, lalu
masukkan lem industri pada lubang di tembok, sampai penuh.
g. Masukanlah malpu Led kedalam acrilyic
h. Kemudian pasangkan kembali huruf stainless tersebut, dengan baut-baut
ditanamkan ke dalam lubang di tembok yang sudah diberi lem tadi.
i. Pada tahap finishing, bersihkan bekas pola pensil pada tembok, dan lap bersih
tiap-tiap huruf agar terlihat bagus dan berkilau. Biarkan hingga lem mengering.

PASAL 20
PEKERJAAN INTERIOR

1. RUANG LINGKUP PEKERJAAN


Penyediaan tenaga kerja, bahan, peralatan, disiapkan untuk membuat
custommade furniture, seperti yang dispesifikasikan dan tertera dalam
gambar desain.

2. Produk

2.1 Bahan / Material

2.1.1 Jenis : jenis bahan / material yang digunakan dalam


pembuatan furniture adalah sebagai berikut :

a. Bahan utama 1 : Plywood veneer dan kayu padat.

b. Bahan utama 2 : Plywood dan MDF untuk finishing dengan


HPL.

c. Bahan pengikat & perekat.

d. Bahan finishing 1 : Melamic .

e. Bahan finishing 2 : High Pressure Laminate ( HPL ) .

f. Dan bahan/material lain seperti yang tercantum


dalam gambar rancangan/desain, seperti serpegiante,
kaca bening, dan stainless steel (baik pelat maupun profil).

2.1.2 Persyaratan : pemilihan jenis bahan/material dan sumbernya


harus sesuai dengan spesifikasi.

2.1.3 Pengajuan alternatif : Apabila karena suatu hal, Pelaksana


akan mengganti jenis bahan/material atau sumber yang telah
dispesifikasikan, pengajuan alternatif tersebut harus
memenuhi persyaratan yang ada dan mendapat
persetujuan Konsultan Pengawas/MK dan Perencana.

3. Syarat Pelaksanaan

3.1 Plywood Veneer dan Kayu Padat

a. Persyaratan : Jenis plywood veneer yang dipakai adalah plywood


nyatoh dan plywood mega sungkai atau sesuai yang tercantum
dalam gambar desain.

b. Kayu padat/solid yang dipakai adalah sama/sejenis dengan


plywood veneer yang dipakai dalam satu barang/item tersebut.
c. Ukuran-ukuran yang tertera pada gambar desain adalah ukuran
jadi artinya ukuran kayu sesudah diserut dan diproses atau diberi
finishing.

d. Kedap air : kayu harus melalui proses tertentu supaya mempunyai


kedap air yang cukup, terutama bila digunakan untuk jenis
furniture sebagai berikut :

e. Kualitas / Mutu Kayu : Kayu yang digunakan harus memiliki


kualitas / mutu yang sesuai standard yang ada dan sesuai dengan
tujuan penggunaannya.

f. Kelembaban Kayu : Persyaratan kelembaban kayu yang dipakai


harus memenuhi syarat NI-5 (PPKI tahun 1961). Untuk pekerjaan
ini, kelembaban kayu yang dijinkan, baik kayu padat maupun kayu
lapis tidak boleh melebihi 12% WMC. Khusus untuk kayu Kamper
atau kayu Kapur tidak diperkenankan melebihi 10% WMC.

g. Pola Serat Kayu : Harus diperhatikan pola serat kayu pada


pekerjaan kayu dekoratif, baik yang bersifat “veneer matching”,
“cross veneer inlay”, ataupun “banding”, harus sesuai dengan
desain dan pola yang tertera pada gambar desain, serta sesuai
dengan contoh warna pada Material color board. Pengerjaan harus
dilakukan sebaik-baiknya sehingga menghasilkan permukaan
dekoratif yang betul-betul rata, sejajar, halus dan menghasilkan
daerah-daerah pertemuan yang rapi.

h. Metode : Semua pekerjaan kayu di tempat pengerjaan harus


sebaik mungkin, dalam ruang yang kering, sirkulasi udara baik
dan dijaga agar tidak terkena cuaca / udara langsung. Pencegahan
kerusakan oleh benturan amat mutlak, baik sebelum maupun
sesudah terpasang.

3.2 Alat Pengikat & Bahan Perekat – Meja

a. Alat Pengikat : Sediakan alat-alat pengikat kayu yang diperlukan


seperti angkur, paku, sekrup, baut dan jenis lain yang disetujui.
Penggunaan pengikat ini harus tampak rapi, tidak menimbulkan
keretakan dan harus menunjang konstruksi furniture agar kuat
dan kokoh. Bila perlu kayu harus dibor agar permukaannya tidak
retak.

b. Metode : Pembuatan, persiapan dan pemasangan alat-alat


pengikat yang terbuat dari logam / “iron mongery” pada kayu
harus dikerjakan dengan mesin kayu sehingga tercapai kerapian
dan ketepatan yang setinggi-tingginya.

c. Bahan Perekat : Perekat yang digunakan harus disetujui dan tidak


berpengaruh bagi kesehatan. Penggunaan perekat ini harus
menunjang konstruksi furniture agar kuat dan kokoh, permukaan
kayu harus tampak rapi dan tidak meninggalkan noda (terutama
bila di-spesifikasikan bahwa permukaan kayu diberi “clear /
transparent finish”).
3.3 Bahan Finishing 1 - Melamic

a. Persyaratan : Finishing melamic yang dipakai adalah warna yang


sesuai dengan skema warna dan material yang dikeluarkan oleh
Perencana dengan syarat intensitas warna sama antara masing-
masing bagian bidang permukaan kayu/plywood. Contoh warna
melamic, harus diajukan terlebih dulu oleh kontraktor, untuk
disetujui Konsultan Pengawas/MK dan Perencana.

b. Lapisan akhir : seluruh kayu/plywood bagian top harus diberi


lapisan akhir dengan jenis polyurethane, atau sesuai dengan
ditunjukkan dalam gambar rencana.

c. Semua bagian kayu yang terlihat (exposed) harus difinish,


termasuk semua permukaan yang terlihat bila pintu dan laci
dibuka dan ditutup.

d. Pekerjaan finishing kayu harus dilaksanakan sebagai berikut :

- Digosok dengan amplas no. 2 sampai 0

- Diberi wood filler, ICI atau Nippon paint dan dikerjakan spray
gun.

- Digosok dengan amplas duco

- Diberi bahan pewarna (wood stain) dengan teknik spray gun


sesuai dengan warna yang ditentukan Perencana. Bahan
pewarna : IMPRA, NIPPON PAINT atau sejenis.

- Sanding sealer dengan spray gun. Bahan sanding sealer :


IMPRA, NIPPON PAINT atau sejenis

- Digosok dengan amplas ducco

- Melamic coating dengan spray gun, ICI, NIPPON PAINT atau


sejenis.

3.4 Bahan Finishing 2 - HPL

a. Persyaratan : High Pressure Laminate ( HPL ) yang dipakai


adalah ex Grassmerino motif kayu dan warna solid atau Setara,
warna sesuai dengan skema warna dan material yang
dikeluarkan oleh Perencana.

b. Tebal HPL yang disyaratkan adalah minimum 0,8 mm. Untuk


finishing HPL dengan profil post forming adalah dengan ketebalan
maksimal 0,8 mm.
c. Proses laminasi sebaiknya dipress secara hydrolis (High Pressure
system ) di bengkel/ work-shop Kontraktor.

d. Arah serat dari HPL, sesuai yang ditunjukkan dalam gambar


rencana/desain.

e. Permukaan HPL dilarang keras diamplas.

f. Bagian tepi (edging) dari daun pintu, bidang atas/top meja


/credenza, diberi edging berbahan PVC tebal minimal 2 mm.
Warna disesuaikan dengan warna HPL nya atau sesuai petunjuk
gambar rencana/desain.

3.5 Penyesuaian dan Pembersihan


a. Penyesuaian : Sebelum dan setelah pengiriman ke site, perlu
dilakukan penyesuaian / penyetelan untuk menguatkan
konstruksi furniture yang sudah dibuat.

b. Pembersihan : Setelah penyetelan selesai dilakukan dan sebelum


penyerahan barang, Pelaksana harus membersihkan seluruh
noda, bekas goresan maupun kotoran bekas tangan pekerja.
Penyerahan furniture harus dalam kondisi yang baik dan
sempurna.

4. Syarat Pemeliharaan

a. Perbaikan : Pelaksana diwajibkan memperbaiki furniture yang rusak, cacat


atau ternoda.

b. Pengamanan : harus diberi perlindungan agar tidak rusak, karena


pekerjaan lain yang mungkin dapat menyebabkan rusaknya furniture.

c. Pelaksana bertanggung jawab untuk menyimpan dan memelihara


seluruh furniture, sebelum dilakukan penyerahan resmi kepada pihak
Pemberi Tugas.

d. Finishing ulang : adanya perbedaan suhu di bengkel dan di


proyek/site akan mempengaruhi kadar kelembaban dan finishing dari
furniture. Apabila setelah ditempatkan di site diperlukan finishing kembali,
maka biaya yang timbul ditanggung oleh Pelaksana.

PASAL 21
PEKERJAAN INSTALASI PLUMBING / SANITASI,
KAMAR MANDI DAN WC

1. Umum.
a. Semua material yang disuplai dan dipasang oleh kontraktor/ pemborong harus
baru (New product) dan material tersebut khusus untuk pemasangan di daerah
tropis serta sebelum pemasangan harus mendapat persetujuan dari Konsultan
Pengawas.
b. Kontraktor/ pemborong harus bersedia mengganti material yang tidak disetujui
karena menyimpang dari spesifikasi atau hal lainnya, dimana penggantian
tersebut tanpa biaya tambahan/ extra cost dari pemilik.
c. Komponen-komponendari material yang mungkin seringa diganti harus dipilih
yang mudah diperoleh di pasaran bebas.

2. Lingkup pekerjaan.
a. Pengadaan dan pemasangan instalasi air bersih, air buangan, air bekas dan
instalasi air kotor.
b. Bahan/ material yang dipakai/digunakan adalah produk/ merek Wavin,Rucika
kelas AW.
c. Pengadaan bahan dan pemasangan seluruh sanitair dan aksesoris serta tenaga
kerja komplit beserta alat-alat pendukungya.
d. Kontraktor/ pemborong wajib membuat shop drawing untuk instalasi plumbing
dan harus sudah disetujui oleh Konsultan Pengawas sebelum pelaksanaan
pekerjaan dimulai.

3. Ajuan.
Pengajuan contoh warna sanitair yang akan dipakai sesuai dengan tipe yang telah
ditentukan oleh Konsultan pengawas pada detail gambar perencanaan.

4. Pengiriman, penyimpanan dan penanganan barang


a. Semua barang yang dikirim harus dalam keadaan baik, bebas dari cacat pabrik
yang diakibatkan yang diakibatkan waktu pembuatan maupun cacat lain seperti
robek, kotor atau menunjukkan noda lainnya.
b. Semua barang yang dikirim harus dibungkus dengan rapi, komplit dengan label
atau keterangan lainnya termasuk dengan segel asli dari pabrik.
c. Penyimpanan barang/ bahan harus ditempatkan oada tempat khusus tidak
tercampur dengan barang-barang lain yang dapat mengakibatkan kerusakan
seperti cat, minyak kayu, besi, atau barang cair/ padat lainnya.
d. Kondisi tempat penyimpanan harus dalam keadaan bersih dan kering.

5. Bahan/ material.
a. Tipe lihat gambar detail perencanaan.
b. Bahan yang dipakai ex. TOTO warna standard White (lihat gambar detail
perencanaan).
c. Bahan perekat sesuai dengan yang direkomenasikan dari pabrik.

6. Pelaksanaan.
a. Kontrol/ pemeriksaan.
b. Pemerikasaan lokasi/ bidang yang akan dipasang harus dilakukan oleh
kontraktor sebelum pekerjaan pemasangan dilakukan.
c. Bila dalm pemeriksaan diketemukan bidang yang tidak memenuhi syarat untuk
dipasang, Kntraktor dapat memperbaiki sendir atau melaporkan kepada
Konsultan Pengawas.

7. Pemasangan.
a. Kondisi ruangan sebelum dan sesudah pemasangan harus lebih bersih dan
terhindar dari debu yang berlebihan.
b. Pemasangan sanitair dan aksesoris harus sesuai dengan ketentuan pabrik dan
harus dihindari kebocoran pada lantai dan dinding yang dapat mengakibatkan
rembesan air kelantai di bawahnya.
c. Setelah selesai terpasang maka kontraktor/ pemborong wajib mencoba
beberapa waktu/ periode dan memastikan peralatan yang terpasang tersebut
berfungsi dengan baik.

8. Kebersihan.
a. Kontraktor/ pemborong harus selalu menjaga kebersihan lokasi pemasangan
dari sisa hasil pemasangan.
b. Sisa sampah bekas pemasangan harus dibuang sendiri setiap hari oleh
kontraktor/ pemborong atas biaya sendiri.
9. Perlindungan.
Perlindungan harus diberikan pada sanitair dan aksesoris yang sudah terpasang
dengan baik. Kerusakan yang diakibatkan karena kontraktor/ pemborong menjadi
tanggungan kontraktor/ pemborong atas biaya sendiri.

10. Perbaikan/Garansi/Masa pemeliharaan.


a. Kontraktor/ pemborong diharuskan mengadakan perbaikan jika ada
kerusakan/kebocoran yang diakibatkan dari kelalaian dalam pemasangan/
kerusakan lain atas biaya sendiri.
b. Selama pemeliharaan dimulai sesuai dengan perjanjian dengan pemberi tugas.
c. Selama itu pula kontraktor/ pemborong berkewajiban untuk merawat dan
memperbaiki kerusakan dengan biaya sendiri.
d. Kontraktor wajib menyertakan surat jaminan/garansi pemeliharaan khusus
untuk pekerjaan plumbing dan bak penampung air minimal 5 tahun.

PASAL 22
PEKERJAAN SYSTEM GAS MEDIS

1. LINGKUP PEKERJAAN

Pekerjaan mekanikal yang dimaksud adalah pemasangan instalasi Pipa Gas Medis
dengan outlet pada Ruang IGD, Ruang Bersalin dan Ruang Pasca Bersalin. Dengan
uraian sebagai berikut:

a. Pemasangan penempatan pemasangan Instalasi Pipa Gas Medis dilakukan di


atas plafon Horisontal untuk Pipa Distribusi, sedangkan di dalam Tembok
Vertical untuk pipa- pipa outlet, kecuali ditentukan tersendiri pada gambar
detail.
b. Pengendalian
Pemborong diharuskan :
- Mengirimkan contoh bahan yang akan digunakan.
- Menyerahkan brosur dan gambar detail peralatan yang akan digunakan
sebelum dilakukan pemesanan, untuk disetujui pengawas/direksi.
- Menyediakan peralatan yang baik untuk pelaksanaan seperti water pas, water
pump, pipe cutter dan lain-lain.
- Apabila ternyata Pengawas/Direksi meragukan kualitas bahan atau alat
tertentu, maka bahan tersebut akan dikirim ke Laboratorium Penyelidikan
Mutu Barang atas biaya Pemborong, dan bila ternyata kualitas bahan alat
tersebut tidak sesuai dengan yang disyaratkan maka bahan alat dimaksud
harus segera diganti.
- Bahan yang dinyatakan tidak baik oleh Pengawas/Direksi di lapangan, maka
Pemborong harus menyingkirkan bahan tersebut keluar lapangan dalam
jangka waktu 1x24 jam. Sebelum keluar lapangan diberi label “DITOLAK,
DILARANG DIGUNAKAN .
- Pemborong wajib membuat gambar detail untuk pelaksanaan pekerjaan Shop
Drawing . Gambar ini harus disetujui oleh Direksi/Pengawas, sebelum
instalasi dilaksanakan.
- Ukuran pokok dan pembagiannya, seluruhnya telah tercantum dalam Gambar
Kerja dan detail. Ukuran tersebut merupakan ukuran efektif bersih, atau
ukuran dalam keadaan jadi, oleh karena itu dalam pelaksanaan maupun
pemesanan ukuran-ukuran harus diperhitungkan.
- Pemborong diharuskan membuat Gambar Instalasi yang sebenarnya
terpasang AS Buil Drawing. Gambar ini harus disetujui oleh
Direksi/Pengawas.
c. Pekerjaan Pelaksanaan
- Semua pekerjaan harus dilaksanakan dengan baik oleh tenaga-tenaga ahli
dan terampil. Untuk pelaksanaan khusus, Pemborong harus memberikn surat
pernyataan yang membuktikan bahwa pelaksanannya memang mempunyai
pengalaman dan kecakapan sesuai dengan yang disyaratkan.
- Sebelum melaksanakan Pekerjaan Instalasi, Pemborong diwajibkan
mengetahui lintasan dan posisi dari Instalasi Listrik, Grounding Sistem, Air
dan Sanitari Medical Gas yang ada hubungannya dengan Pekerjaan Mekanikal
atau MEP Koordinasi.
- Jika didalam pelaksanaan pekerjaan ada salah satu bagian Instalasi yang
sukar dilaksanakan, Pemborong wajib membuat laporan tertulis dan hal
tersebut segera dibicarakan dengan Manager Proyek. d. Pekerjaan bisa
dianggap selesai dan diterima apabila telah dilakukan test, dan dinyatakan
baik secara tertulis oleh Direksi/Pengawas.

2. PEKERJAAN INSTALASI SYSTEM GAS MEDIS OXYGEN

Pemipaan Oxygen O 2

a. Lingkup pekerjaan meliputi pengadaan, pemasangan, penyempurnaan,


penyetelan dan acceptance untuk jaringan perpipaan Gas Oxygen secara lengkap.

b. Bahan pipa yang digunakan pada seluruh instalasi ini adalah Copper Pipe Type B
819 L dan berdiameter 7/8” menurut standar ASTM atau JIS yang setara untuk
Gas Medis.

c. Bahan pipa distribusi harus di test secara pneumatik dengan menggunakan media
tekan Gas Nitrogen N2 dengan tekanan pengujian 2 x tekanan kerja instalasi atau
10 kgcm2 selama 2x24 jam.

d. Fittings

e. Valve flens yang ada pada SentralInstalasi Gas Medis termasuk pada paket
pekerjaan ini. Fitting tersebut harus memenuhi persyaratan yang diminta oleh
spesifikasi ini.

Pelaksanaan Konstruksi

a. Material pipa parikasi, inspeksi dan testing haruslah sesuai dengan standar yang
sesuai dengan Pressure Piping for Industrial Equipment berdasarkan standar DIN,
ASTM atau setara.

b. Pipa adalah Copper tembaga Type K menurut standar ASTM atau JIS yang stara
untuk Gas Medis.

c. Instalasi pipa harus memperhitungkan kemiringan untuk menjamin tidak


terjadinya stagnasi air condensasi.

d. Jarak pengikat pipa paling jauh 3 meter.

e. Valve dan accessories pipa harus memiliki standar dan spesifikasi terbaik sesuai
tujuan spesifikasi ini.

f. Fittings
o Semua sambungan yang menghubungkan pipa-pipa dengan diameter yang
berbeda harus menggunakan reducting fitting.
o Fitting atau alat-alat yang menimbulkan kerugian tekanan aliran yang tidak
wajar tidak boleh digunakan.

g. Penumpu Pipa dan Alat

oSemua pipa horizontal harus ditumpu dengan baik pada


penggantungpenumpu untuk menjaga agar tidak berubah tempatnya, agar
kemiringan tetap serta untuk mencegah penerusan getaran dan harus
mampu menampung konstruksi ekspansi oleh perubahan temperatur.
o Semua pipa vertical ditumpu dan diklem yang tertumpu di konstruksi
bangunan.
o Jarak tumpu untuk pipa vertical 3 meter maksimum.
o Tidak diperbolehkan sama sekali menumpu mengganggu pipa pada pipa
lainnya.
3. MATERIAL

Seluruh material haruslah dalam kondisi baru, bebas dari cacat. Material pipa
haruslah sesuai dengan standar Coppr Pipe JIS :

- Pipe Fitting, standar ASME


- Flanges dengan rating 150 pound - ASME
- External coating, epoxy merek ICI, DANAPAINT atau merk lain yang setara.
Setiap bahan, fitting dan peralatan-peralatan lainnya yang akan dipasang pada
instalasi ini haruslah mempunyai tanda-tanda merek yang jelas dari pihak pabrik
pembuatnya.

PASAL 23
DOKUMENTASI

Guna melengkapi laporan, Kontraktor wajib membuat photo - photo pada saat 0 % (nol
persen), 50 % (lima puluh persen) dan 100 % (seratus persen), untuk setiap item
pekerjaan. Photo - photo tersebut disusun rapi bersama laporan mingguan dan
diserahkan kepada Pengawas untuk dijadikan Dokumen.

PASAL 24
HAL - HAL LAINNYA

1. Kontraktor diwajibkan membuat papan nama Kegiatan yang ukuran dan isinya akan
diberitahu kemudian.

2. Hal-hal lain mengenai perubahan konstruksi dapat diselesaikan antara Kontraktor,


Direksi Lapangan / Pengawas dan harus mendapat persetujuan dari Pengendali
Kegiatan

3. Mengenai segala perizinan sehubungan dengan pekerjaan yang akan dilaksanakan


merupakan beban kontraktor.

PASAL 25
PERATURAN PENUTUP

1. Pekerjaan yang nyata menjadi bagian pekerjaan pembangunan akan tetapi tidak
dapat iuraikan atau dimuat dalam Spesifikasi Teknis ini harus diselesaikan oleh
Kontraktor dan dinggap seakan-akan pekerjaan diuraikan dan dimuat dalam Rencana
Kerja dan Syarat-syarat, untuk mencapai suatu penyelesaian yang lengkap antara
Pengawas maupun Pemberi Tugas.

2. Semua syarat-syarat dan ketentuan yang tercantum dalam Rencana Kerja dan
Syarat-syarat ini termasuk perubahan dalam Berita Acara Penjelasan.

Muara Bulian, 14 Juni 2023

Pejabat Pembuat Komitmen


Dinas Kesehatan Kab. Batang Hari

H. SYAHMIRDAN, SKM, M.Kes


NIP. 19671202 198803 1 003

Anda mungkin juga menyukai