Anda di halaman 1dari 99

SPESIFIKASI TEKNIS

PEKERJAAN : REHABILITASI DAN PENINGKATAN GEDUNG KANTOR BWS


PAPUA BARAT DI KAB. MANOKWARI
LOKASI : KABUPATEN MANOKWARI

SUMBER DANA : APBN


TAHUN ANGGARAN : 2023

I. URAIAN LINGKUP PEKERJAAN REHABILITASI DAN PENINGKATAN GEDUNG


KANTOR BWS PAPUA BARAT DI KAB. MANOKWARI.
1. Pekerjaan Rehabilitasi dan Peningkatan Gedung Kantor BWS Papua Barat di Kab.
Manokwari ini secara garis besar meliputi sebagai berikut :
a. Pekerjaan Persiapan
b. Pekerjaan RK3K Konstruksi
c. Pekerjaan Struktur
d. Pekerjaan Arsitektur
e. Pekerjaan Mekenikal, Elektrikal dan Plumbing
2. Lokasi Pembangunan Gedung Balai Wilayah Sungai Papua Barat di Jl. Pasirido,
Kelurahan Manokwari Timur Provinsi Papua Barat.
3. Pelaksanaan bangunan - bangunan & sarana pendukung di atas dilakukan berdasarkan
pentahapan yang direncanakan.
4. Pasal-pasal pelaksanaan berikut mengenai pekerjaan berupa uraian terperinci
mengenai pekerjaan yang dikaitkan dengan uraian bangunan dan sarana pendukung di
atas.
Di samping pekerjaan- pekerjaan di atas termasuk juga dalam pekerjaan ini adalah
pembersihan lahan dari bekas- bekas pekerjaan, seperti brangkal, kotoran- kotoran dan
lain sebagainya.

II. STANDARD YANG DIGUNAKAN


1. Secara keseluruhan, seluruh pekerjaan sebagaimana tertera pada Spesifikasi Teknis
Seksi 01100 serta yang tercantum pada Gambar- gambar Kerja pada dasarnya berlaku
standard- standard pengerjaan yang berlaku di Indonesia.
2. Standard- standard tersebut adalah; namun tidak terbatas pada :
a. Standard Industri Indonesia (SII)
b. Standard Nasional Indonesia (SNI)
c. Peraturan Umum Banhan Bangunan di Indonesia (PUBI-1982)
d. Metoda pembuatan dan perawatan benda uji beton di laboratorium ( SK.SNI.M-62-
1990-03 )
e. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Rumah dan Gedung (
SK.SNI.T15-1991-03 )
f. Spesifikasi bahan tambahan untuk beton ( SK.SNI-S18-1990-03 )
g. Peraturan Beton Bertulang Indonesia ( PBI-1971-N12 )
h. Peraturan Perencanaan untuk Struktur Beton Bertulang Biasa & Struktur Tembok
Bertulang untuk Gedung 1983.
i. Peraturan Konstruksi Kayu di Indonesia ( PKKI-N15 )
j. Peraturan Semen Portland di Indonesia 1972-N18
k. Ketentuan- ketentuan Umum untuk Pelaksanaan Pemborongan Pekerjaan Umum
(AV) – No. 9, Tgl 28 Mei 1941.
l. Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL-1987)
m. Peraturan Umum mengenai Instalsi Listrik (A.V.E)

1
n. Peraturan Perancanan Bangunan Baja Indonesia 1983 (PPBBI’83)
o. Peraturan Umum Mengenai Instalasi Air Ledeng (AVWI)
p. Peraturan Instalasi Telekomunikasi PT. Telkom
q. Peraturan Plumbing Indonesia – PPI 1979
r. Peraturan Umum Instalasi Penangkal Petir (PUIPP-1983)
s. Keppres No. 18 tahun 2000
t. Peraturan Dinas Kebakaran Setempat
u. Peraturan yang ditetapkan oleh Perusahaan Listrik Negara
v. Peraturan yang ditetapkan oleh Perusahaan Daerah Air Minum
w. Persyaratan Dewan Teknik Pembangunan Indonesia (DTPI 1980)
x. Pedoman Tata Cara Penyelenggaraan Pembangunan Bangunan Gedung Negara
oleh Departemen P.U
y. Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung 1983
z. Peraturan Perencanaan Tahan Gempa Indonesia untuk Gedung 1981 beserta
Pedomannya.
aa. Peraturan Keselamatan Kerja Departemen Tenaga Kerja R.I
bb. Peraturan- peraturan Pemda Setempat yang Terkait
Jika tidak terdapat dalam Peraturan/ Standard/ Normalisasi tersebut diatas, maka
berlaku Peraturan/ Standard/ Normalisasi Internasional ataupun dari Negara asal
bahan/ komponen yang bersangkutan.
Selain ketentuan- ketentuan tersebut berlaku pula dalam ketentuan ini :
 Dokumen Lelang sudah disyahkan oleh Pemberi Tugas ( Gambar Kerja, RKS, BQ,
B.A Aanwijzing dan Surat Perjanjian/ Kontrak )
 Shop Drawing yang didraft oleh Pemborong dan sudah disetujui/ disyahkan oleh
Pemberi Tugas dan Pengawas
 Petujuk- petunjuk dan peringatan- peringatan tertulis yang diberikan oleh
Pengawas
3. Di samping Standard/ Peraturan di Indonesia, untuk pekerjaan- pekerjaan tertentu, bagi
pekerjaan- pekrjaan yang peraturan dalam negerinya belum lengkap.Peraturan-
peraturan tersebut adalah :
a. American Society of Testing Materials/ ASTM
b. American Institute of Steel Construction/ AIS
c. American Welding Society/ AWS
d. National Society of Heating, Refrigerating and Air Conditioning Engineers/
ASHRAE
e. National Fire Protection Articles/ NFPA
f. International Electronical Commission/ AIS
g. British Standard/ BS
h. Deutsche Institute for Normungs
i. Japanese Industrial Standard

III. KETENTUAN UMUM


1. PENJELASAN UMUM PEKERJAAN
Dalam melaksanakan pekerjaan ini Kontraktor perlu memahami dan menghayati
dengan sebaik- baiknya seluruh item pekerjaan yaitu Gambar Kerja, Rencana Kerja
dan Syarat- syarat Teknis seperti diuraikan dalam buku ini, termasuk ketentuan-
ketentuan dalam kontrak.
Di dalam hal terdapat ketidakjelasan, perbedaan atau kesimpangsiuran informasi di
dalam pelaksanaan, kontraktor wajib mengadakan konsultasi dengan konsultan
Pengawas/ Konsultan Manajemen Konstruksi untuk mendapatkan kejelasan
pelaksanaan.

2. TANGGUNG JAWAB KONTRAKTOR


a) Kontraktor harus mematuhi segala ketentuan, baik yang ditetapkan oleh
Pemerintah, Peraturan Daerah, Undang- undang Gangguan maupun Hukum
lainnya yang berlaku di Indonesia.

2
b) Kontraktor harus bertanggung jawab penuh atas kualitas pekerjaan sesuai
dengan ketentuan- ketentuan dalam RKS dan Gambar Kerja.
c) Kehadiran Konsultan Pengawas selaku wakil Pemberi Tugas untuk melihat,
mengawasi, menegur atau nasihat tidak mengurangi tanggung jawab penuh
tersebut diatas.
d) Kontraktor bertanggung jawab atas kerusakan lingkungan yang timbul akibat
pelaksanaan tersebut diatas.
e) Bilamana terjadi gangguan yang dapat mempengaruhi pelaksanaan pekerjaan,
maka Kontraktor berkewajiban memberikan saran- saran perbaikan kepada
Pemberi Tugas melalui Konsultan Pengawas/ Konsultas MK apabila hal ini tidak
dilakukan, Kontraktor bertanggung jawab atas kerusakan yang timbul.
f) Kontraktor bertangung jawab atas keselamatan tenaga kerja yang dikerahkan
dalam pelaksanaan.
g) Segala biaya yang timbul akibat kelalaian Kontraktor dalam melaksanakan
pekerjaan menjadi tanggung jawab Kontraktor.
h) Selama pekerjaan berlangsung, Kontraktor harus menjaga keamanan bahan/
material, barang milik proyek, Konsultan Pengawas dan milik Pihak Ketiga yang
ada di lapangan, maupun bangunan yang dilaksanakannya sampai tahap serah
terima. Bila terjadi kehilangan bahan- bahan bangunan yang telah disetujui, baik
yang telah dipasang maupun belum adalah tanggung jawab kontraktor dan tidak
akan diperhitungkan dalam biaya pekerjaan tambah.
i) Apabila terjadi kebakaran akibat kelalaian Kontraktor, maka Kontraktor
bertanggung jawab atas akibatnya, baik yang berupa barang-barang maupun
keselamatan jiwa.
j) Apabila pekerjaan telah selesai, Kontraktor harus segera mengangkut bahan
bongkaran dan sisa- sisa bahan bangunan yang sudah tidak dipergunakan lagi
keluar lokasi pekerjaan. Segala pembiayaannya menjadi tanggung jawab
Kontraktor.
k) Kontraktor harus memelihara keadaan tetap bersih sampai dengan selesainya
serah terima pekerjaan.

3. TENAGA DAN SARANA KERJA DAN BAHAN


a) Kontraktor harus menyediakan tenaga kerja yang ahli, bahan- bahan, peralatan
berikut alat bantu lainnya untuk melaksanakan bagian- bagian pekerjaan serta
mengadakan pengamanan, pengawasan dan pemeliharaan terhadap bahan-
bahan, alat- alat kerja maupun hasil pekerjaan selama masa pekerjaan
berlangsung sehingga seluruh pekerjaan selesai dengan sempurna sampai
dengan diserah terimakannya pekerjaan tersebut kepada Pemberi Tugas.
b) Tenaga Kerja dan Tenaga Ahli tersebut diatas harus dalam jumlah yang memadai
dan berpengalaman sesuai dengan jenis dan volume pekerjaan yang akan
dilaksanakan.
c) Kontraktor harus mengatur segala sesuatu yang berhubungan dengan
pengerahan tenaga kerja yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan
sebagaimana ditetapkan dalam Dokumen Kontrak, sehingga tidak menimbulkan
hambatan dalam kelancaran kerja.
d) Segala masalah atau perselisihan yang timbul antara Kontraktor dan pekerja/
karyawannya atau perselisihan yang timbul dengan Sub Kontraktor, merupakan
tanggung jawab Kontraktor sepenuhnya, dalam arti tidak melibatkan Konsultan
Pengawas maupun Pemberi Tugas.
e) Kontraktor menyediakan alat bantu seperti mesin las, alat- alat bor,alat- alat
pengangkat dan pengangkut serta peralatan lain yang diperlukan dalam
pelaksanaan pekerjaan ini serta berada dalam kondisi yang baik.
f) Bahan- bahan bangunan dalam jumlah dan kualitas yang memadai untuk setiap
jenis pekerjaan yang akan dilaksanakan serta tepat pada waktunya harus
dipersiapkan oleh Kontraktor.

3
4. PENCEGAHAN TERHADAP ORANG- ORANG TIDAK BERKEPENTINGAN
a) Kontraktor wajib melaksanakan operasi kerjanya pada batas- batas lahan yang
telah disediakan, serta mencegah masuknya orang- orang yang tidak
berkepentingan kedalam daerah kerja.
b) Kontraktor harus menginstruksikan kepada personil-personilnya untuk
melaksanakan peraturan ini secara ketat.

5. PERLINDUNGAN TERHADAP MILIK UMUM DAN TETANGGA


a) Kontraktor harus memelihara semua jalan- jalan publik dan pribadi dan jalan- jalan
setapak yang berkaitan dengan operasi kerjanya sehingga tidak terjadi kerusakan
ataupun sampah- sampah maupun tumbuhnya tanaman liar sebagai akibat gerak
operasinya.
b) Hal diatas ini juga termasuk bagi- bagi instalasi- instalasi air, telephone, listrik, dsb.
c) Bilamana timbul kerusakan, atau retak- retak atau kotoran- kotoran akibat operasi
kerja kontraktor maka kontraktor wajib memperbaiki & membersihkan atas biaya
sendiri.

6. PERLINDUNGAN TERHADAP BANGUNAN- BANGUNAN ATAU STRUKTUR-


STRUKTUR EXISTING
Selama pelaksanaan kerja sebagaimana tertera dalam kontrak, makan Kontraktor
bertanggung jawab penuh untuk memperbaiki kerusakan- kerusakan yang terjadi pada
bangunan –bangunan, instalasi- instalasi, jalan- jalan, saluran- saluran dsb yang
existing pada tapak proyek, atau penggantian atas kerugian yang terjadi.

7. KESELAMATAN PEKERJA, KEAMANAN DAN PERLENGKAPAN P3K


a) Kontraktor bertanggung jawab penuh untuk keselamatan kerjanya termasuk
bahan- bahan, serta perlengkapan pada tapak sampai dengan serah terima,
pekerjaan yang kedua.
Kontraktor wajib menyediakan tenaga, bahan- bahan, peralatan- peralatan yang
perlu bagi keselamatan pekejaan, termasuk perlindungan dari hujan, banjir dan
lain sebagainya yang diperlukan atau sesuai Instruksi Pengawas/ Manajer
Konstruksi.
b) Kontraktor wajib menyediakan dan memelihara fasilitas- fasilitas atau
perlengkapan- perlengkapan bagi keamanan personil- personil yang ada termasuk
tamu- tamu yang ke tapak. Perlengkapan- perlengkapan ini harus sesuai dengan
peraturan- peraturan yang berlaku mengenai keselamatan kerja serta telah
disetujui oleh Pengawas/ Manajer Konstruksi.
c) Perlengkapan- perlengkapan diatas termasuk juga perlengkapan- perlengkapan
P3K, dimana Kontraktor harus juga menempatkan personil terlatih dalam
menggunakan perlengkapan- perlengkapan diatas.

8. GANGGUAN TERHADAP TETANGGA


Kontraktor harus telah memperhitungkan kemungkinan gangguan- gangguan yang
dapat timbul terhadap tetangga akibat operasi kerjanya. Bila pertimbangan Pengawas/
Manajer Konstruksi menginstruksikan Kontraktor untuk mengatasi gangguan yang
timbul, maka Kontraktor wajib mengambil langkah-langkah penanganan untuk
mengatasi gangguan ini tanpa mengajukan biaya tambahan.

9. PEMASANGAN IKLAN
Kontraktor dilarang untuk memasang iklan ataupun benda-benda lainnya yang
berbentuk iklan dalam lingkungan tapak maupun yang berbatasan kecuali ada
persetujuan dari Pengawas/ Manajer Konstruksi.

10. TULANG BELULANG DAN BEKAS KUBURAN


Bilamana ditemukan tulang belulang atau bekas kuburan pada lahan saat pelaksanaan
pekerjaan, Kontraktor harus segera mengambil langkah pangamanan atas tempat ini

4
serta melaporkan ke Pengawas/ Manajer Konstruksi. Tindakan selanjutnya dilakukan,
sesuai instruksi atau disposisi dari Pengawas/ Manajer Konstruksi.
Kejadian diatas ini tidak dapat dijadikan alasan oleh Kontraktor bagi perpanjangan
waktu pelaksanaan.

11. AIR KERJA


a) Air untuk melaksanakan pekerjaan harus disediakan oleh Kontraktor dari sumber-
sumber PDAM atau lainnya yang memiliki kualitas yang baik.
Kontarktor harus memasang instalasi penyimpanan bilamana diperlukan atau
mengusahakan transportasi air ke setiap lokasi pekerjaan.
b) Sumber –sumber pengambilan air kerja harus mendapat persetujuan Konsultan
Pengawas.
c) Semua biaya pengadaan air kerja ini merupakan beban Kontraktor.

12. TENAGA LISTRIK SEMENTARA


a) Kontraktor diwajibkan menyediakan tenaga listrik untuk penerangan atau
peralatan- peralatan lainnya yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pekerjaan,
termasuk juga penerangan bagi keamanan malam hari.
b) Daya/ tenaga listrik ini termasuk semua kabel- kabel sementara, beban biaya serta
pemberesannya setelah pekerjaan selesai menjadi tanggung jawab Kontraktor.

13. BARANG- BARANG DAN BAGIAN- BAGIAN DARI SUMBER SPESIFIK


Bilamana di dalam RKS, Kontraktor di wajibkan menyediakan benda- benda atau
bahan- bahan dari sumber spesifik, maka biaya pengadaan benda atau bahan- bahan
ini sudah harus termasuk dalam biaya kontrak, termasuk transportasi, bongkar muat,
penyimpanan, dll.

14. PENCANTUMAN MERK ATAU NAMA PRODUK


Bilamana RKS atau Gambar Kerja dicantumkan nama produk dari suatu pabrik
tertentu, hal ini hanya dimaksud untuk mengindikasikan kualitas dan type barang atau
bahan yang memenuhi standard Pemberi Tugas.
Kontraktor dapat mengganti dengan produk sejenis namun memiliki kualitas yang
setaraf, sesuai persetujuan Konsultan Pengawas.

15. KESEJAHTERAAN DAN KESELAMATAN KERJA


a) Kontraktor/ Pemborong berkewajiban menyediakan air minum yang bersih, sehat
dan cukup di tempat pekerjaan untuk para pekerja.
b) Kontraktor/ Pemborong berkewajiban menyediakan kotak PPPK ditempat
pekerjaan.
c) Dari permulaan hingga penyelesaian pekerjaan dan selama masa pemeliharaan,
Kontraktor bertanggung jawab atas keselamatan pekerjaan, bahan dan peralatan
teknis serta konstruksi yang diserahi Pemberi Tugas, dalam hal terjadinya
kerusakan- kerusakan, maka kontraktor harus bertanggung jawab untuk
memperbaikinya.
d) Apabila terjadi kecelakaan, Kontraktor secepat mungkin memberitahukan kepada
Konsultan Pengawas dan mengambil tindakan yang perlu untuk keselamatan
korban kecelakaan itu.
e) Selama pembangunan berlangsung Kontraktor wajib menyediakan tabung
pemadam kebakaran ( Fire Extinguisher ) dengan isinya, dengan jumlah sekurang-
kurangnya 4 (empat) buah tabung yang berkapasitas 15kg.
f) Sesuai Dengan Surat Keputusan Bersama Menteri Pekerjaan Umum dan Menteri
Tenaga Kerja No. 30/KPTS/1984 dan Kep-07/Men/1984 tanggal 27 Januari 1984
tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 33 tahun 1977 bagi Tenaga
Kerja Borongan Harian Lepas pada Kontraktor Induk maupun Sub Kontraktor yang
melaksanakan Proyek- proyek Departemen Pekerjaan Umum, pihak Kontraktor/
Pemborong yang sedang melaksanakan pembangunan agar ikut serta dalam
program ASTEK dan memberitahukan secara tertulis kepada Pemberi Tugas

5
16. SUPPLIER DAN SUB KONTRAKTOR
a) Jika Kontraktor menunjuk supplier dan atau Kontraktor Bawahan ( Sub- Kontraktor
), maka Kontraktor wajib memberitahukan terlebih dahulu kepada Konsultan
Pengawas dan Direksi untuk mendapatkan persetujuan.
b) Kontraktor wajib mengadakan koordinasi pelaksanaan atas petunjuk Konsultan
Pengawas dengan Kontraktor Bawahan atau Supplier Bahan.
c) Supplier wajib hadir mendampingi Konsultan Pengawas di lapangan untuk
pekerjaan khusus dimana pelaksanaan dan pemasangan bahan tersebut perlu
persyaratan khusus sesuai instruksi pabrik.
d) Kontraktor tetap bertanggung jawab atas hasil pekerjaan yang dilakukan oleh Sub-
Kontraktor atas Supplier.

17. MEMULAI KERJA


Selambat- lambatnya 1 (satu) minggu setelah tanggal Penunjukan dan Pemerintah
Kerja Pelaksanaan Pekerjaan (SPK), Pihak Kontraktor sudah harus memulai
melaksanakan pembangunan fisik secara nyata di lapangan.
Dan apabila 1 (satu) minggu Kontraktor/ Pemborong yang ditetapkan belum
melaksanakan pembangunan fisik secara nyata di lapangan, maka akan diberlakukan
ketentuan yang telah dibuat oleh Pihak Pemberi Tugas.

18. JADWAL PELAKSANAAN PEKERJAAN ( TIME SCHEDULE )


a) Selambat- lambatnya 1 (satu) minggu setelah dikeluarkannya Surat Perjanjian
Pemborong, Kontraktor wajib membuat dan mengajukan Jadwal Pelaksanaan
Pekerjaan, kepada Konsultan Pengawas untuk mendapatkan persetujuan Pemberi
Tugas. Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan ini berupa barchart dan selain itu
dicantumkan item- item pekerjaan, dilengkapi dengan :
- Prosentase bobot tiap volume jenis pekerjan terhadap seluruh pekerjaan
- Tanggal Surat Perintah Kerja ( SPK )
- S. Curve
- Kolom- kolom mingguan dan bulanan
b) Apabila terjadi keterlambatan waktu pelaksanaan atau keterlambatan waktu
mendatangkan material maka Kontraktor harus bersedia membuat detail program
kerja baru sesuai permintaan Konsultan Pengawas.
c) Kontraktor wajib melaksanakan pekerjaan menurut jadwal pelaksanaan Pekerjaan
yang telah disetujui. Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan tersebut akan dipakai sebagai
dasar untuk menentukan nilai presentasi pekerjaan.
d) Pelaksanaan Pekerjaan wajib meminta persetujuan tertulis lebih dulu dari Pemberi
Tugas bila ada penyimpangan- penyimpangan dari Jadwal Pelaksanaan
Pekerjaan.

19. PROGRAM KERJA DAN METODA PELAKSANAAN KONSTRUKSI


Kontraktor diharuskan mengajukan suatu Program Kerja Konstruksi mencakup metoda
pelaksanaannya untuk setiap bagian dari pekerjaan.
a) Tanggal Pelaksanaan dan Penyelesaian Pelaksanaan Konstruksi untuk seluruh
bagian dari pekerjaan.
b) Tanggal pembelian bahan- bahan yang sudah memperhitungkan perkiraan waktu
pengirimannya ke lapangan.
c) Jumlah waktu yang diusulkan bagi pekerjaan lapangan personil Kontraktor.
d) Jumlah personil Kontraktor yang dilibatkan dalam peleksanaan pekerjaan
termasuk uraian fungsi tugas masing- masing.
e) Usulan jumlah dan tipe peralatan yang akan digunakan pada masing- masing
bagian pekerjaan.
f) Usulan tanggal-tanggal bilamana dibutuhkan gambar shop drawing dan petunjuk-
petunjuk.

6
20. GAMBAR- GAMBAR KERJA DI LAPANGAN
Gambar –gambar Kerja untuk seluruh pekerjaan harus senantiasa tersedia di
lapangan. Gambar-gambar ini harus dipelihara dalam kondisi yang baik, dapat dibaca
serta merupakan gambar- gambar terbitan terakhir.

21. PENGERJAAN DILUAR JAM KERJA NORMAL


a) Apabila dilihat dari segi sifatnya, suatu bagian pekerjaan mutlak tidak dapat
ditunda serta harus dilemburkan baik pada hari libur, hari besar maupun
melampaui jam kerja tersebut diatas maka Kontraktor harus segera mengajukan
Rencana Kerja Lembur kepada Konsultan Pengawas dilengkapi dengan
alasannya- alasannya untuk kemudian setelah diteliti disampaikan kepada
Pemberi Tugas guna mendapatkan persetujuan.
b) Apabila dipandang perlu Pemberi Tugas berhak menunda/ menghentikan
pelaksanaan sebagian/ seluruh pekerjaan yang sedang dilaksanakan.
Dalam hal demikian, maka Kontraktor wajib melanjutkan pekerjaannya yang
tertunda diluar jam kerja atau hari libur/ besar dengan biaya diatas beban
Kontraktor sepenuhnya.
c) Apabila Kontraktor menganggap perlu, bahwa pekerjaan yang dilemburkan harus
didampingi oleh Konsultan Pengawas, maka biaya lembur Konsultan menjadi
tanggungan Kontraktor.
d) Apabila Konsultan Pengawas beranggapan bahwa pekerjaan yang dilemburkan
tidak perlu diawasi secara fisik, maka Kontraktor wajib memberikan laporan secara
tertulis mengenai pekerjaan yang perlu dilemburkan, jumlah waktu yang dperlukan
dan semua peristiwa yang terjadi di lapangan menjadi tanggung jawab Kontraktor.
e) Ketentuan lainnya yang dianggap perlu yang berkaitan dengan Kerja Lembur akan
ditentukan kemudian sesuai situasi dan kondisi kegiatan pelaksanaan proyek.

22. KEADAAN MEMAKSA


Sesuatu keadaan dapat dinyatakan Keadaan Memaksa, apabila terjadi :
Bencana alam, pemogokan, wabah penyakit, huru-hara, pemberontakan, perang,
waktu kerja yang diperpendek oleh Pemerintah mengenai keadaan bahaya, sehingga
Kontraktor tidak dapat memenuhi kewajibannya. Keadaan tersebut harus dinyatakan
oleh petugas setempat.

23. LAPORAN HARIAN, MINGGUAN, DAN BULANAN


a) Kontraktor harus membuat laporan harian setiap harinya dalam rangkap 3 (tiga)
b) Dalam Laporan Harian harus dicatat :
- Uraian Kemajuan Pekerjaan aktual sampai dengan akhir minggu terakhir
- Jumlah tenaga kerja mimggu ini dalam catatan hari per hari
- Bahan- bahan yang datang
- Jumlah pemakaian bahan
- Aktifitas serta keterlibatan tenaga kerja pada hari yang bersangkutan dan
volume yang dihasilkan
- Keadaan cuaca
- Pekerjaan tambah dan pekerjaan kurang serta hal lainnya yang berhubungan
dengan pelaksanaan pekerjaan serta catatan- catatan khusus lainnya kalau
ada
- Kunjungan Pemberi Tugas atau tamu lainnya yang berkaitan dengan
Pembangunan ini
- Informasi- informasi, Gambar- gambar, Instruksi yang diperlukan dari Pemberi
Tugas atau Konsultan Perencana
c) Laporan Harian tersebut akan diteliti dan diketahui oleh Konsultan Pengawas
sebagai data kemajuan fisik di lapangan dan merupakan bahan masukan dari
Pemberi Tugas.
d) Selain laporan harian tersebut diatas, Kontraktor harus membuat Laporan
Mingguan yang tiap kali ditandatangani oleh Kontraktor dan Konsultan Pengawas.

7
e) Laporan ini membuat kejadian- kejadian termasuk apabila terjadinya kecelakaan
atau hal yang tak terduga di lapangan, presentasi pekerjaan yang dicapai dan lain
sebagainya dalam periode 1 (satu) minggu.
f) Kontraktor harus membantu dalam hal supplai data-data kepada Konsultan
Pengawas/ MK dalam rangka pembuatan laporan mingguan dan laporan bulanan
secara rutin.

24. FOTO DOKUMENTASI


a) Selain laporan Kontraktor diwajibkan melakukan pemotretan untuk gambaran
kemajuan pekerjaan secara visual.
b) Foto- foto berwarna harus dibuat cetakan (afdruk) ukuran postcard biasa dalam
rangkap 3 (tiga) yang masing- masing disusun dalam format album/ CD.
c) Pemilihan proyek yang akan dipotret sebaiknya dibicarakan terlebih dahulu
dengan Konsultan Pengawas.
d) Harus dibuat foto dokumen dengan obyek sbb :
- Situasi sebelum pekerjaan dimulai
- Pekerjaan pondasi
- Pembesian dan Pengecoran Siklup
- Struktur Baja WF Tiang Kolom, Lantai 2 dan Plat Dag
- Pengecoran beton untuk kolom- kolom dan balok- balok
- Pemasangan baja ringan kuda- kuda
- Pemasangan atap genteng metal
- Pelaksanaan pekerjaan interior: tembok, pintu- pintu, counter, jendela,
plafond, finishing lantai dan lain sebagainya
- Pelaksanaan pekerjaan exterior : Cladding wall, curtain wall (Dinding kaca,
dinding alumunium composit)
- papan nama dari Print canvas
- Pembuatan Neon Sign
- Selesai pekerjaan dan siap untuk diserah terimakan untuk pertama kali,
meliputi bangunan induk dan bangunan penunjang.

25. BUKU HARIAN


Kontraktor diharuskan untuk memiliki Buku Harian yang membuat catatan- catatan
atas segala instruksi- instruksi, serta semua bagian- bagian pekerjaan yang penting.

26. CONTOH ( SAMPLE )


a) Sampel-sampel bahan yang dibutuhkan oleh Pemberi Tugas/ Konsultan Pengawas
harus segera dipenuhi oleh Kontraktor serta memenuhi standard sample yang
diinginkan
b) Sampel- sampel lini diambil dengan cara yang benar atau metode yang benar
yang dapat mewakili kualitas dan kuantitas bahan atau pekerjaan dari mana ia
diambil. Sampel- sampel ini setelah mendapat persetujuan akan disimpan oleh
Pemberi Tugas/ Konsultan Pengawas, sebagai patokan untuk menolak bahan-
bahan yang tidak sesuai dengan kwalitas dan ciri-ciri dari sample ini
c) Kontraktor dalam biaya penawaran/ kontrak sudah memperhitungkan biaya- biaya
tes bahan dan pekerjaan- pekerjaan. Adanya kegagalan- kegagalan dari hasil tes
harus sudah diperhitungkan, termasuk melakukan tes- tes sampai memenuhi
syarat- syarat yang diinginkan

27. KETIDAKSESUAIAN ANTARA RKS DAN GAMBAR


a) Bila gambar tidak sesuai dengan Rencana Kerja dan Syarat- syarat ( RKS ), maka
untuk mengikat/ berlaku adalah RKS.
b) Untuk revisi- revisi pada alignment, lokasi, seksi (bagian), dan detail gambar
mungkin akan dilakukan pada waktu pelaksanaan kerja.

8
Kontraktor harus melaksanakan pekerjaan sesuai dengan maksud gambar dan
spesifikasinya, dan tidak boleh mencari keuntungan dari kesalahan atau kelalaian
dalam gambar atau spesifikasinya. Setiap Deviasi dari karakter yang tidak
dijelaskan dalam gambar spesifikasi atau gambar kerja yang mungkin diperlukan
oleh keadaan darurat konstruksi atau lain- lainnya, akan ditentukan oleh Konsultan
Pengawas/ MK dan disyahkan secara tertulis.
c) Konsultan Pengawas/ MK akan memberikan instruksi berkenan dengan penafsiran
yang semestinya untuk memenuhi ketentuan gambar dan spesifikasinya.

28. PERBEDAAN GAMBAR


a) Bila suatu gambar tidak cocok dengan gambar yang lain dalam suatu disiplin kerja,
maka gambar yang mempunyai skala yang lebih besar yang mengikat/ berlaku.
b) Bila ada perbedaan antara gambar kerja Arsitektur dengan Sipil/ Struktur, maka
Kontraktor wajib melaporkannya kepada Konsultan Pengawas yang akan
memutuskannya setelah berkonsultasi dengan perencana.
c) Bila ada perbedaan antara gambar kerja Arsitektur dan Sanitasi, Elektrikal/ Listrik
dan Mekanikal, maka yang dipakai sebagai pegangan adalah ukuran fungsional
dalam gambar kerja Arsitektur.
d) Mengingat setiap kesalahan maupun ketidaktelitian di dalam pelaksanaan satu
bagian pekerjaan akan selalu mempengaruhi bagian pekerjaan lainnya, maka di
dalam hal terdapat ketidakjelasan, kesimpangsiuran, perbedaan- perbedaan dan
ataupun ketidaksesuaian dan keragu-raguan diantara setiap Gambar Kerja,
Kontraktor diwajibkan melaporkan secara tertulis kepada Konsultan Pengawas/
MK. Pengelola Proyek akan mengadakan pertemuan dengan Konsultan Pengawas
dan Konsultan Perencana untuk mendapat keputusan gambar mana yang akan
dijadikan pegangan.
e) Ketentuan tersebut diatas tidak dapat dijadikan alasan oleh Kontraktor untuk
mengklaim biaya tambahan maupun memperpanjang waktu pelaksanaan.

29. SHOP DRAWING


a) Kontraktor wajib membuat Shop Drawing/ gambar dari detail pelaksanaan di
lapangan berdasarkan Gambar Dokumen Kontrak yang telah disesuaikan dengan
keadaan lapangan.
b) Kontraktor wajib membuat Shop Drawing juga untuk detail- detail khusus yang
belum tercangkup lengkap dalam Gambar Kerja/ Dokumen Kontrak maupun yang
diminta oleh Konsultan Pengawas/ MK.
c) Dalam semua Shop Drawing harus jelas dicantumkan dan digambarkan semua
data yang diperlukan termasuk pengajuan contoh dari semua bahan, keterangan
produk, cara pemasangan dan atau spesifikasi/ persyaratan khusus sesuai dengan
spesifikasi pabrik yang belum tercangkup secara lengkap di dalam Gambar Kerja/
Dokumen Kontrak maupun di dalam buku ini.
d) Kontraktor wajib mengajukan Shop Drawing tersebut kepada Konsultan Pengawas
untuk mendapat persetujuan tertulis dari Konsultan Pengawas/ Direksi. Semua
gambar yang dipersiapkan oleh Kontraktor dan diajukan kepada Konsultan
Pengawas untuk diminta persetujuannya harus sesuai dengan format standar dari
proyek dan harus digambarkan pada kertas kalkir yang dapat di-reproduksi.

30. IZIN MEMASUKI TEMPAT KERJA


Direksi dan Konsultan Pengawas atau setiap petugas yang diberi kuasa olehnya,
setiap waktu dapat memasuki tempat pekerjaan atau semua bengkel dan tempat-
tempat dimana pekerjaan sedang dikerjakan/ dipersiapkan atau dimana bahan/ barang
dibuat.
Kontraktor harus member fasilitas dan membantu untuk memasuki tempat- tempat
tersebut.

9
31. PEMERIKSAAN PEKERJAAN
a) Pekerjaan atau bagian pekerjaan yang telah dilaksanakan oleh Kontraktor, tetapi
karena bahan/ material ataupun komponen jadi, maupun mutu pekerjaannya
sendiri ditolak oleh Konsultan Pengawas/ Direksi harus segera dihentikan dan
selanjutnya dibongkar atas biaya Kontraktor dalam waktu yang ditetapkan oleh
Konsultan Pengawas/ Pemberi Tugas.
b) Semua pekerjaan tidak boleh tertutup atau menjadi tidak terlihat sebelum
mendapatkan persetujuan Konsultan Pengawas.
c) Kontraktor harus melaporkan kepada Konsultan Pengawas kapan setiap pekerjaan
sudah siap untuk diperkirakan akan siap diperiksa dan pengawas tidak boleh
menunda waktu pemeriksaan, kecuali apabila pengawas memberikan petunjuk
tertulis kepada Kontraktor apa yang harus dilakukan.
d) Bila permohonan pemeriksaan pekerjaan dalam waktu 2x24 jam (dihitung dari jam
diterimanya surat permohonan pemeriksaan, tidak terhitung dari hari libur/ hari
raya) tidak dipenuhi/ ditanggapi oleh Konsultan Pengawas/ Pemberi Tugas, maka
Kontraktor dapat meneruskan pekerjaannya dan bagian yang seharusnya
diperiksa dianggap telah disetujui oleh Konsultan Pengawas/ Pemberi Tugas.
e) Bila Kontraktor melalaikan perintah, Konsultan Pengawas/ Pemberi Tugas berhak
menyuruh membongkar bagian pekerjaan sebagian atau seluruhnya untuk
diperbaiki.
f) Biaya pembongkaran dan pemasangan/ perbaikan kembali menjadi tanggungan
Kontraktor tidak dapat diklaim sebagai biaya pekerjaan tambah maupun alasan
untuk perpanjangan waktu pelaksanaan.

32. KEMAJUAN PEKERJAAN


a) Seluruh bahan, peralatan konstruksi dan tenaga kerja yang harus disediakan oleh
Kontraktor demikian pula metoda/ cara pelaksanaan pekerjaan harus
diselenggarakan sedemikian rupa, sehingga diterima oleh Pengawas.
b) Apabila laju kemajuan pekerjaan atau bagian pekerjaan pada suatu waktu menurut
penilaian Konsultan Pengawas telah terlambat, untuk menjamin penyelesaian
pada waktu yang telah ditentukan atau pada waktu yang diperpanjang makan
Pengawas harus memberikan petunjuk secara tertulis langkah- langkah yang perlu
diambil guna melancarkan laju pekerjaan sehingga pekerjaan dapat diselesaikan
pada waktu yang telah ditentukan.

33. PERINTAH UNTUK PELAKSANAAN


Bila Kontraktor atau petugas lapangannya tidak berada di tempat kerja dimana
Konsultan Pengawas bermaksud untuk memberikan petunjuk atau perintah, maka
petunjuk atau perintah tersebut harus dituruti dan dilaksanakan oleh semua petugas
Pelaksana atau petugas yang ditunjuk oleh Kontraktor untuk menangani pekerjaan itu.

34. DOKUMENTASI DAN MANUAL/ PETUNJUK PEMELIHARAAN


a) Menjelang penyelesaian pekerjaan, Kontraktor diharuskan mempersiapkan 2 (dua)
copy manual, yang terdiri atas :
- Spesifikasi pompa- pompa terpasang
- Daftar assesoris dan peralatan
- Brosur- brosur teknik dan pabrik- pabrik terpakai, manual- manual serta daftar
nama dan alamat pemasok peralatan dan assesoris
- Petunjuk pengoprasian untuk peralatan serta sistemnya
- Daftar perusahaan yang memberi layanan pemeliharaan
b) Copy draft gambar dan manual- manual diatas harus dilanjutkan ke Konsultan
Pengawas untuk mendapatkan persetujuan
c) Serah terima pekerjaan terakhir tidak akan dilakukan sebelum Manual
Pemeliharaan dapat disetujui

10
35. GARANSI
a) Kontraktor harus menerbitkan garansi yang berjangka waktu 12 (dua belas) bulan
terhitung dari tanggal serah terima ke- II pekerjan, untuk peralatan- peralatan yang
dipasang.
b) Garansi ini dikeluarkan dari supplier peralatan untuk atas nama Pemberi Tugas.

36. PERUBAHAN, PENAMBAHAN, PENGURANGAN PEKERJAAN DAN PEMBUATAN


AS-BUILT DRAWING
a) Tata cara pelaksanaan dan penilaian perubahan, penambahan dan pengurangan
pekerjaan disesuaikan dengan Dokumen Kontrak.
b) Setelah pekerjaan selesai dan sebelum diserah terimakan, Kontraktor
berkewajiban membuat gambar- gambar yang memuat seluruh perubahan, dan
sesuai dengan kenyataan yang telah dikerjakan/ dibangun oleh Kontraktor (As-
Built Drawing). Biaya untuk penggambaran As- Built Drawing, sepenuhnya menjadi
tanggungan Kontraktor.

37. PEMERIKSAAN DAN PENYERAHAN PEKERJAAN


a) Penyerahan Pekerjaan, baik Penyerahan Pertama Pekerjaan maupun Penyerahan
Kedua Pekerjaan, oleh Kontraktor harus dinyatakan secara tertulis dengan
menyebutkan tanggal penyerahan yang dicantumkan dalam Berita Acara Serah
Terima Pekerjaan.
Sebelum dilakukan pekerjaan penyerahan pekerjaan, Konsultan Pengawas akan
melakukan pemeriksaan serta evaluasi bersama-sama Kontraktor. Hasil
pemeriksaan tersebut dituangkan dalam Berita Acara Pemeriksaan dan kemajuan
Pekerjaan.
b) Apabila dalam pemeriksaan tersebut ternyata terdapat kekurangan- kekurangan,
maka berdasarkan Berita Acara Pemeriksaan dan Kemajuan Pekerjaan Kontraktor
wajib segera melakukan perbaikan sampai penyerahan pekerjaan dapat diterima.
c) Apabila dalam pemeriksaan tersebut tidak terdapat kekurangan- kekurangan dan
telah memenuhi syarat- syarat yang ditentukan, maka Pemberi Tugas akan
menerima penyerahan pekerjaan sebagai serah terima pertama yang dinyatakan
dalam Berita Acara Serah Terima Pertama Pekerjaan disertai gambar sesuai
pelaksanaan (As Built Drawings) berupa gambar kalkir 1 (satu) exemplar, cetakan
4 (empat) lembar / Softcopy dalam FlashDish

38. TINGGALKAN PEKERJAAN BERSIH DAN RAPIH


a) Kontraktor termasuk Sub- Kontraktor harus membersihkan semua sampah/
kotoran- kotoran agar dijamin tempat kerja dalam keadaan bersih, rapih dan aman
untuk berkerja.
b) Setelah selesainya pekerjaan, Kontraktor harus meninggalkan lapangan proyek
dalam keadaan bersih dan rapi sesuai persetujuan Konsultan Pengawas.

39. JANGKA WAKTU PEMELIHARAAN


a) Jangka waktu pemeliharaan ditetapkan selama 90 (Sembilan puluh) hari kalender
terhitung sejak tanggal Serah Terima Pekerjaan.
b) Selama masa pemeliharaan, Kontraktor harus memperbaiki kerusakan- kerusakan
yang timbul akibat kekurang sempurnaan pelaksanaan dan/ atau bahan- bahan
yang dipergunakan atau karena kelalaian Kontraktor.
c) Apabila Kontraktor gagal dalam melaksanakan perbaikan- perbaikan seperti
tersebut diatas, maka Pemberi Tugas berhak untuk menunjukan rekanan lainnya
untuk melaksanakan perbaikan- perbaikan tersebut atas beban Kontraktor dan
pembebanan biayanya akan dilakukan dengan cara memotong pembayaran yang
seharusnya menjadi hak Kontraktor.
d) Setelah masa pemeliharaan berakhir dan kekurangan- kekurangan dimaksud
diatas telah diperbaiki/ disempurnakan maka pekerja dapat diserahkan untuk
kedua/ terakhir kalinya dengan Berita Acara Serah Terima Kedua Pekerjaan.

11
IV. PEKERJAAN PERSIAPAN
1. MOBILISASI PERALATAN :
a) Pekerjaan mobilisasi mencangkup : pengadaan tenaga ,peralatan, pembuatan
kantor, gudang, pengadaan peralatan, dilokasi pekerjaan.
b) Kontraktor harus mempersiapkan dan mengadakan peralatan yang akan
digunakan ditempat kerja sesuai dengan lingkup pekerjaan untuk melaksanakan
pekerjaan.
c) Segala biaya untuk pengadaan peralatan diatas baik pembelian atau harga sewa,
maupun transportasi ke lokasi maupun pembongkarannya setelah selesai
pekerjaan, adalah menjadi tanggung jawab Kontraktor.
d) Pemberi Tugas berhak memberitakan untuk menambah peralatan atau menolak
peralatan yang tidak sesuai dengan jenis pekerjaan yang diharapkan, tanpa
dibebani biaya apapun.
e) Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah pemberitahuan mulai pekerjaan
Kontraktor telah harus menyerahkan program mobilisasi kepada Konsultan
Pengawas/ MK untuk mendapat persetujuan.

2. KUASA KONTRAK DI LAPANGAN


a) Di lapangan Kontraktor/ Pemborong wajib menunjuk seorang Kuasa Kontraktor
atau Pelaksana (SITE MANAGER) yang cakap dan ahli untuk menjadi pemimpin
pelaksanaan pekerjaan di lapangan dan mendapat kuasa penuh dari Kontraktor/
Pemborong, berpendidikan Minimal SMK/STM BANGUNAN dan Memiliki Sertifikat
Tenaga Terampil Pelaksana Bangunan Gedung atau Pekerjaan Gedung dengan
pengalaman MINIMAL 10 (sepuluh) tahun.
b) Dengan adanya Pelaksana tidak berarti bahwa Kontraktor/ Pemborong lepas
tanggung jawab sebagian atau keseluruhan terhdap kewajibannya.
c) Kontraktor/ Pemborong wajib memberitahukan secara tertulis kepada pemimpin/
kepala proyek dan konsultan pengawas, nama dan jabatan Pelaksana untuk
mendapat persetujuan.
d) Bila dikemudian hari menurut Pemimpin/ Kepala Proyek dan Konsultan Pengawas
bahwa pelaksana dianggap kurang mampu atau tidak cakap memimpin pekerjaan
maka akan diberitahukan kepada Kontraktor/ Pemborong secara tertulis untuk
mengganti Pelaksana.
e) Dalam waktu 7 (tujuh) hari setelah dikeluarkan surat pemberitahuan, Kontraktor/
Pemborong harus sudah menunjuk Pelaksana yang baru atau Kontraktor/
Pemborong sendiri (penanggung jawab/ Direktur Perusahaan) yang akan
memimpin pelaksana pekerjaan.

3. RENCANA KERJA
a) Sebelum mulai pekerjaan pelaksanaan pekerjaan di lapangan, Kontraktor/
Pemborong wajib membuat rencana kerja pelaksanaan dari bagian- bagian
pekerjaan berupa Bar- Chart dan S- Curve Bahan dan Tenaga.
b) Rencana Kerja tersebut harus sudah mendapat persetujuan terlebih dahulu dari
Konsultan Pengawas, paling lambat dalam waktu 8 (delapan) hari kalender setelah
Surat Keputusan Penunjukan (SPK) deterima Kontraktor/ Pemborong.
Rencana kerja yang telah desetujui Konsultan Pengawas akan disahkan oleh
Pemberi Tugas/ Pemimpin/ Ketua Proyek.
c) Kontraktor/ Pemborong wajib memberikan salinan rencana kerja rangkap 4
(empat) kepada Konsultan Pengawas untuk diberikan kepada Pemilik Proyek dan
Perencana 1 (satu) salinan Rencana Kerja harus ditempel pada dinding bangsal
Kontraktor di lapangan yang selalu diikuti dengan grafik kemajuan/ prestasi kerja.
d) Kontraktor/ Pemborong dalam pelaksanaan pembangunan pekerjaan harus selalu
sesuai dengan Rencana Kerja tersebut diatas.
e) Konsultan Pengawas/ Konsultan Manajemen Konstruksi akan menilai pekerjaan
Kontraktor/ Pemborong berdasarkan rencana kerja tersebut diatas.

12
4. PENGUKURAN TATA LETAK DAN PEMBUATAN PATOK REFERENSI
a) Lingkup Pekerjaan :
Kontraktor harus sudah memperhitungkan biaya untuk pekerjaan pengukuran Tata
Letak dan ketinggian bangunan atau konstruksi, termasuk dalam pekerjaan ini
pembuatan patok beton, kayu maupun bouwplank.
Pekerjaan ini meliputi juga penyediaan peralatan, upah tenaga kerja, material dan
pelaksanaan pengukuran dan pematokan. Termasuk dalam pekerjaan ini
pembuatan titik Refrensi (Bench Mark), pematokan, penentuan titik- titik dan
penarikan garis- garis ketinggian sebagai refrensi, ketetapan letak ketinggian
dimensi dan meratakan / meluruskan dari semua bagian yang harus dikerjakan
sesuai dengan gambar perencanaan dan spesifikasi teknis ini.
b) Syarat- syarat Umum :
1) Pelaksanaan pekerjaan harus mengikuti petunjuk- petunjuk yang dinyatakan
dalam dokumen kontrak atau secara khusus ditentukan oleh Pemberi Tugas.
2) Pengukuran harus dilakukan dengan Theodolite, Waterpass dan dilakukan
oleh Juru Ukur yang berpengalaman dalam bidang ini. Hasil pengukuran harus
diserahkan kepada Konsultan Pengawas/ Manajemen Konstruksi.

c) Cara Pelaksanaan Pekerjaan :


1) Sebelum memulai pekerjaan, Kontraktor harus mengetahui dan menentukan
titik referensi di lapangan (Bench Mark).
2) Patok referensi, Bench Mark dibuat dari beton bertulang sesuai dengan
gambar perencanaan, ditanam dalam tanah dicor kuat, tidak mudah berubah
posisi maupun ketinggian ujung bagian atas yang berada dia atas permukaan
tanah, menunjukan peil/ elevasi diberi tanda cat, kemudian dibuat patok-patok
pembantu lainnya menurut kepentingan guna menunjukan letak bangunan,
saluran dan pagar.
3) Kontraktor bertanggung jawab dan melindungi terhadap patok- patok, titik- titik
dan garis referensi ketinggian terhadap kemungkinan perubahan letak atau
perusakan.
4) Semua pekerjaan pengukuran harus dilakukan oleh tenaga berpengalaman/
ahli, serta pekerja- pekerja terampil, serta menggunakan peralatan yang baik
untuk melaksanakan pekerjaan tersebut.
5) Semua kegiatan yang dilakukan dalam rangka pekerjaan pengukuran harus
dilakukan oleh Kontraktor sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan
gangguan terhadap kepentingan umum. Apalagi gangguan sedemikian tak
dapat dihindarkan, Kontraktor harus membebaskan Pemberi Tugas dari segala
tuntutan (claim) yang timbul akibat gangguan tersebut.
6) Hasil pengukuran harus segera digambar dan dibuat laporan untuk
disampaikan kepada Konsultan Manajemen Konstruksi, guna mendapat
pemeriksaan dan persetujuan. Berdasarkan laporan tersebut Konsultan
Manajemen Konstruksi mengadakan pemeriksaan dan evaluasi bila
diperlakukan untuk diambil sebagai dasar sesuatu keputusan.

5. PAGAR SEMENTARA DAN RUMAH JAGA


a) Lingkup pekerjaan, pengadaan bahan, upah, tenaga kerja, peralatan dan
pelaksanaan. Untuk pembuatan pagar keliling sementara pada batas area/ tanah
Proyek, termasuk pembuatan pintu masuk serta Rumah Jaga pada tempat- tempat
yang memerlukan keamanan.
b) Bahan :
1) Kayu kaso ukuran 5/7 cm dan 5/10, kelas Borneo panjang 2-3meter, lurus,
tidak retak/ lengkung.
2) Seng gelombang BJLS 40, dimeni dan dicat setara Afian, Nippon Paint atau
setaraf.
3) Kayu papan ukuran 2/20 cm kelas kamper Borneo.
c) Cara Pelaksanaan

13
1) Sebelum memulai pekerjaan, Kontraktor terlebih dahulu membuat pagar
pengaman keliling lokasi, sesuai dengan petunjuk Konsultan Manajemen
Konstruksi, rangka pagar dibuat dari kayu kaso 5/7 cm dengan penutup seng
BJLS 40 setinggi 2 meter.
2) Pada tempat tertentu dibuat pintu jalan masuk sementara. Pintu dibuat dari
rangka kayu kaso ukuran 5/7 cm dilapis denga seng BJLS 40. Pintu dibuat
daun masing- masing 3 meter yang menjamin mobilisasi.
Pada pintu masuk dilengkapi pula palang pintu yang sederhana.
3) Pada setiap pintu masuk harus dibuat gardu jaga sementara berukuran 2x2
meter terbuat dari rangka kayu dengan atap seng BJLS 40.
4) Pada setiap pintu ditempatkan Penjaga Keamanan untuk menjamin keamanan
barang- barang yang berada dalam Proyek. Penjaga keamanan Proyek harus
bekerja penuh dalam waktu 24 jam dibagi dalam 3 shift.

6. JALAN MASUK SEMENTARA


Apabila dianggap perlu, sesuai dengan situsai dan kondisi masing- masing Tapak,
Kontraktor harus sudah memperhitungkan pembuatan jalan masuk sementara atau
jembatan kerja sementara. Jalan sementara berupa timbunan tanah dengan konstruksi
perkerasan jalan sederhana yang cukup kuat untuk digunakan selama berlangsungnya
pelaksanaan pekerjaan atau dengan cara- cara lain sehingga menjamin kelancaran
lalu lintas pekerja, peralatan, kendaraan dan pemasukan.

Dalam pembuatan jalan masuk atau jembatan sementara Kontraktor harus tunduk
kepada peraturan daerah setempat dan semua perizinan sehubungan dengan
pekerjaan tersebut menjadi tanggung jawab Kontraktor.
Kontraktor harus sejauh mungkin mengusahakan dihindarinya kerusakan pada fasilitas
jalan masuk yang disebabkan oleh lalu lintas angkutan barang- barang Kontraktor,
dengan jalan mengatur trayek kendaraan yang digunakan serta membatasi dan
membagi beban muatan sedemikian rupa, sehingga tidak menimbulkan kerusakan
pada fasilitas jalan masuk tersebut.
Kerusakan jalan atau benda- benda lain yang diakibatkan oleh pekerjaan Kontraktor,
mobilisasi peralatan, serta pemasukan bahan menjadi tanggung jawab Kontraktor dan
harus segera diganti atau diperbaiki. Kontraktor harus membebaskan Pemberi Tugas
dari segala tuntutan (claim) akibat kerusakan jalan tersebut.

7. PEKERJAAN PEMBONGKARAN
a) Lingkup Pekerjaan Pelaksanaan
Pekerjaan ini meliputi pembongkaran bangunan- bangunan, jalan atau pun benda-
benda lainnya yang akan dilakukan Kontraktor, termasuk pekerjaan pengangkutan
dan pembuangan material- material bekas bongkaran sesuai petunjuk Konsultan
Manajemen Konstruksi.
b) Cara Pelaksanaan Pekerjaan
1) Dalam melaksanakan pekerjaan pembongkaran tersebut Kontraktor harus
mengikuti petunjuk- petunjuk dari Konsultan Manajemen Konstruksi.
2) Bekas- bekas bangunan atau pondasi di dalam tanah harus tetap dibongkar,
sampai bebas untuk melakukan pekerjaan konstruksi baru. Alat- alat yang
digunakan harus disesuaikan dengan jenis bangunan atau benda yang akan
dibongkar.
3) Pekerjaan pembongkaran yang dilakukan tidak boleh menimbulkan kerusakan-
kerusakan pada benda- benda lain milik Pemberi Tugas maupun pihak lain.
Setiap kerusakan yang diakibatkan oleh pekerjaan pembongkaran menjadi
tanggung jawab Kontraktor.
4) Kontraktor diwajibkan membebaskan Pemberi Tugas dari tuntutan (claim)
pihak lain atas kerugian maupun kerusakan yang ditimbulkan oleh Kontraktor.
5) Pembongkaran pekerjaan tersebut haruslah sedemikian rupa sehingga
menjamin barang- barang berharga yang berada di lapangan terhindar dari
kerusakan.

14
6) Reparasi kerusakan pada benda- benda milik kepentingan umum, atau pribadi,
didalam atau diluar lapangan pekerjaan bukanlah tanggung jawab Pemberi
Tugas dan semuanya merupakan tanggung jawab Kontraktor.
7) Semua material bekas bongkaran Proyek, baik sebelum atau sesudah Proyek
berlangsung sesuai dengan perintah dan petunjuk Konsultan Manajemen
Konstruksi untuk dipindahkan atau dibuang keluar proyek. Semua biaya
pemindahan dan atau pembuangan keluar proyek menjadi tanggung jawab
Kontraktor.
Material- material yang harus diselamatkan dibuat sedemikian rupa sehingga
mudah diangkat dan disimpan atau dijaga oleh Kontraktor pada tempat yang
ditentukan oleh Konsultan Manajemen Konstruksi. Material yang dimaksud
adalah : pagar sementara, los pekerja, gudang dan kantor Kontraktor,
bongkaran bangunan, Direksi Keet dan perlengkapannya.

8. PEKERJAAN PEMBERSIHAN DAN PEMINDAHAN


a) Lingkup Pekerjaan :
Kontraktor harus melaksanakan pekerjaan pembersihan sebelum dimulai
pekerjaan, selama pekerjaan berlangsung dan sebelum selesainya Proyek.
b) Cara Pelaksanaan Pekerjaan :
1) Sebelum Pekerjaan Dimulai :
Kontraktor diwajibkan melaksanakan pembersihan seluruh lapangan (lokasi
pekerjaan) sebelum melakukan pengukuran, dari puing- puing, sampah-
sampah, rumput, semak- semak atau tumbuhan lainnya dan benda- benda lain
sehingga dapat terlihat permukaan tanah aslinya.
2) Selama Pekerjaan Berlangsung :
Kontraktor diwajibkan menjaga kebersihan lapangan dan mengatur lokasi
penempatan bahan bangunan serta daerah kerja sehingga kelancaran
pelaksanaan pekerjaan idak mengalami hambatan.
3) Sesudah Pekerjaan Selesai :
Setelah pelaksanaan pekerjaan selesai dan sebelum dilakukan penyerahan
pekerjaan kepada Pemberi Tugas, Kontraktor harus membersihkan seluruh
site dari segala macam kotoran- kotoran, puing- puing dan segala macam
peralatan yang digunakan selama proyek berlangsung.
Segala macam kotoran- kotoran, puing- puing dan peralatan- peralatan
tersebut harus dibuang dan dikeluarkan dari site.
4) Pemindahan semua material- material akibat pembongkaran puing- puing dan
semua yang merintangi pekerjaan, harus menuruti dan tunduk kepada
peraturan- peraturan Pemerintah Daerah setempat, serta sesuai instruksi
Konsultan Pengawas/ MK.
5) Seluruh pohon- pohon, semak- semak, rumput- rumput dan seluruh tumbuh-
tumbuhan yang semacam itu harus dipindahkan seluruhnya dari daerah yang
akan ditimbun, kecuali pohon- pohon dan benda- benda yang dinyatakan
harus tetap berada disitu.

9. LOKASI DAN PERLINDUNGAN UTILITAS


a) Sebelum melakukan pekerjaan konstruksi, kontraktor harus melakukan survey
untuk mengetahui detail lokasi segala saluran- saluran utilitas (PLN, Air, Telepon,
dsb) yang akan kena pengaruh oleh pekerjaan. Hasil survey harus dicatat dalam
format rencana sesuai dengan petunjuk Konsultan Pengawas, dan patok
permukaan (surface pegs) pada tempat kerja yang menunjukan lokasi utilitas yang
berada dibawah tanah harus sudah ditancapkan. Patok- patok harus tetap
terpancang selama berlakunya kontrak.
b) Bila Kontraktor akan melaksanakan pekerjaan sementara atau permanen pada
daerah sekitar utilitas, Kontraktor harus menggunakan metoda konstruksi yang
memadai, menyediakan peralatan perlindungan semestinya, tanpa ada biaya
tambahan dalam rangka mencegah kerusakan pada utilitas atau tidak langsung
oleh pekerjaan Kontraktor dianggap sebagai tanggung jawab dari Kontraktor.

15
10. SALURAN DRAINASE SEMENTARA
Dengan mempertimbangkan keadaan topografi/ kontur tanah yang ada di tapak,
Kontraktor wajib membuat saluran air sementara yang berfungsi untuk pembuangan air
yang ada untuk menjaga agar lahan konstruksi tetap kering. Arah aliran yang sudah
ada di lingkungan proyek.
Ketentuan tersebut harus dilaksanakan tanpa biaya atau beban Kontraktor.

11. SALURAN DRAINASE YANG SUDAH ADA/ EXISTING


Kontraktor harus memelihara drainase yang memasuki, melintasi atau mempengaruhi
tempat kerja. Kewajiban ini mencakup pembersihan saluran- saluran, parit dan pipa-
pipa menuju hulu atau hilir sampai sejauh 100 meter diluar batas daerah konstruksi
dan daerah milik jalan (Right-of-Way).
Ketentuan tersebut harus dilaksanakan tanpa ada biaya tambahan.

12. PAPAN BANGUNAN (BOUWPLANK)


a) Papan bangunan (bouwplank) dibuat dari kayu Borneo dengan ukuran tebal 3cm
dan lebar 15cm, lurus dan diserut rata pada sisi sebelah atasnya.
b) Papan bangunan dipasang pada patok kayu 5/7cm dengan jarak satu sama lain
adalah 1.5m tertancap ditanah sehingga tidak dapat digerakan atau diubah.
c) Papan bangunan dipasang sejarak 2,00m dari as pondasi terluar atau sesuai
dengan keadaan setempat.
d) Tinggi sisi atas papan bangunan harus sama dengan lainnya dan rata waterpass
kecuali dikehendaki oleh Konsultan Pengawas.
e) Setelah selesai pemasangan papan bangunan, Kontraktor harus melaporkan
kepada Konsultan Pengawas untuk mendapatkan persetujuan.
f) Kontraktor harus menjaga dan memelihara keutuhan dan ketetapan letak papan
bangunan patok- patok, titik- titik dan garis referensi ketinggian sampai tidak
diperlukan lagi.
g) Kontraktor tidak dikenankan mencabut atau membongkar bouwplank tanpa seizin
Konsultan Pengawas/ Konsultan Manajemen Konstruksi. Pada setiap jarak tertentu
dibuat tanda sebagai pedoman letak- letak kolom atau letak bagian bangunan
tertentu.

13. PAPAN NAMA PROYEK


Sebelum memulai pekerjaan Kontraktor harus membuat Papan Nama Proyek. Papan
nama proyek dibuat dari plat baja t = 2mm / canvas print dengan ukuran 200x100 cm,
berdiri tegak diatas tiang besi setinggi 240cm, diletakkan pada tempat yang mudah
dilihat umum atas petunjuk Konsultan Manajemen Konstruksi.
Pada Papan Nama memuat :
a) Nama Proyek
b) Pemilik Proyek
c) Lokasi Proyek
d) Nama Konsultan Perancang
e) Nama Konsultan Manajemen Konstruksi/ Konsultan Pengawas
f) Nama Kontraktor
g) Nomor Kontrak
h) Proyek dimulai Tgl. ………. Bln. ……… Tahun. ……….
i) Jenis pekerjaan yang dilaksanakan
Untuk keseragaman gambar Rencana Papan Nama dibuat oleh Kontraktor dan
diminta persetujuan Konsultan Manajemen Konstruksi.

14. PENGADAAN FASILITAS


a) Kontraktor harus menyediakan air bagi pelaksana Proyek. Air yang dimaksud
adalah air bersih, baik yang berasal dari PAM atau sumber air, serta pengadaan
dan pemasangan pipa- pipa distribusi untuk suplai air yang memenuhi syarat bagi

16
keperluan pelaksanaan pekerjaan dan Direksi Keet, dan Kantor Kontraktor, KM &
WC pekerja.
b) Kontraktor harus sudah memperhitungkan biaya penyediaan air bersih untuk
keperluan air kerja, air minum untuk para pekerja, air untuk kamar mandi dan WC
selama berlangsungnya Proyek.
c) Kontraktor harus menyediakan Tenaga Listrik untuk kepentingan pekerja Proyek,
penerangan Direksi Keet, serta penerangan lampu sorot 250 watt Proyek pada
malam hari untuk keamanan selama Proyek berlangsung.
d) Pengadaan penerangan dapat diperoleh dari sambungan PLN atau dengan
Generating Set. Semua perizinan untuk pekerjaan tersebut diatas menjadi
tanggung jawab Kontraktor.
e) Penyediaan penerangan/ tenaga listrik berlangsung selama 24 jam penuh dalam
sehari. Pengadaan fasilitas penerangan tersebut termasuk pemasangan instalasi
kabel dan lampu, stop kontak serta sakelar (Panel).

15. LOS KERJA


Kontraktor harus membuat fasilitas los kerja dan bangunan tempat istirahat, sholat
atau tempat tidur.
Los kerja terseut meliputi bangunan tempat para pekerja, terlindung dari cuaca, baik
hujan atau gangguan- gangguan air hujan atau panas terik matahari yang dapat
menghambat kelancaran pekerjaan.
Bangunan tempat istirahat, sholat atau tempat tidur harus tersedia cukup baik,
memberikan perlindungan bagi para pekerja dari hujan atau terik matahari serta syarat-
syarat kesehatan dan keamanan, lantai bangunan dibuat dari beton rabat beratap seng
atau asbes gelombang dengan penerangan listrik.

16. KAMAR MANDI DAN WC PEKERJA


Untuk sarana mandi dan WC pekerja selama Proyek berlangsung, Kontraktor atas
biaya sendiri harus menyediakan fasilitas kamar mandi dan WC yang cukup baik pada
tempat- tempat tertentu yang disetujui Konsultan Manajemen Konstruksi, dan dibuat
saluran air yang cukup baik demi terjaminnya kesehatan di dalam Proyek.
Kamar mandi dan WC dibuat dari pasangan kayu atau batu, terlindung dari cuaca
hujan maupun sinar matahari.

17. KANTOR DAN GUDANG PELAKSANA


Kontraktor atas biaya sendiri harus membuat kantor dimana wakil dan seluruh staff nya
bekerja, dilengkapi dengan alat- alat kantor, mesin ketik, meja gambar, meja biro dan
Lemari serta papan tulis yang membuat rencana aktivitas kerja.
Disamping itu kantor harus dilengkapi pula dengan gudang yang diperlukan untuk
melindungi material- material bahan bangunan serta peralatan- peralatan dari
gangguan cuaca serta menjamin terhadap pencurian.
Gudang dibuat dari konstruksi kayu, papan cukup kuat dengan ukuran sesuai dengan
kebutuhan ruang penyimpanan material.
Peralatan kantor dan gudang diatur sedemikian dilokasi Proyek, mudah dijangkau dan
tidak menghalangi pelaksanaan pekerjaan. Kontraktor tidak diperkenankan
memindahkan bekas bongkaran Proyek tanpa seizin atau perintah dari Konsultan
Manajemen Konstruksi.

18. DIREKSI KIT DAN PERLENGKAPANNYA


Kantor harus menyediakan sarana bekerja untuk Konsultan Manajemen Konstruksi
dilokasi pekerjaan dengan ketentuan berupa bangunan konstruksi kayu kelas II sesuai
dengan gambar perencanaan.
Ruang kantor Konsultan Manajemen Konstruksi tersebut terdiri dari :
a) Ruang President Engineer dan Ruang pengawas
b) Ruang Rapat
c) Kamar mandi dan WC
d) Ruang Mushola

17
Kontraktor dengan biaya sendiri harus menyediakan perlengkapan Direksi Keet
yang sesuai instruksi Konsultan Manajemen Konstruksi.

19. PENYEDIAAN PERLENGKAPAN KERJA LAPANGAN


Kontraktor atas biaya sendiri harus menyediakan alat- alat kerja Konsultan Manajemen
Konstruksi lapangan atas instruksinya seperti :
a) 6 (enam) pasang sepatu lapangan
b) 6 (enam) buah helm penutup kepala
c) 2 (dua) buah roll meter steel tape 5 meter
d) 1 (satu) buah roll meter fibre glass 50 meter
e) 1 (satu) buah caliper schuifmaat
f) 1 (satu) buah penyiku besi
g) 1 (satu) buah theodolite T.O merk Wild + bak ukur
h) 1 (satu) buah kotak P3K + obat- obatan
Semua peralatan kerja diatas harus dalam keadaan baik sudah dikalibrasi dan
langsung dapat dipergunakan.

20. PERIZINAN
a) Kontraktor wajib mengurus dan meyelesaikan Izin Pendahuluan Mendirikan
Bangunan (IPMB), Izin Mendirikan Bangunan (IMB), Izin Pengurugan, Izin
Lingkungan, Izin Gangguan dan izin- izin lain berkaitan dengan paket pekerjaan
ini.
b) Pemberi Tugas berkewajiban menyediakan dan memberikan dokumen- dokumen
dan surat- surat yang diperlukan dalam perizinan tersebut kepada Kontraktor, jika
hal tersebut merupakan syarat untuk mendapat perizinan tersebut.
c) Semua biaya resmi untuk pengurusan Izin- izin antara lain :
1) Izin Pendahuluan Mendirikan Bangunan (IPMB)
2) Izin Mendirikan Bangunan (IMB)
3) Izin Pengurugan
4) Izin Gangguan
5) Izin Lingkungan
6) Izin- izin lain yang berkaitan dengan Pekerjaan ini
Yang dikeluarkan oleh Instansi yang berwenang dapat ditagihkan kepada Pemberi
Tugas, dan Pemberi Tugas wajib membayar kepada Kontraktor sebesar kwitansi resmi
dari Instansi yang berwenang tersebut.
Seluruh berkas Perizinan yang asli harus diserahkan oleh Kontraktor kepada Pemberi
Tugas.

V. PEKERJAAN TANAH
1. LINGKUP PEKERJAAN :
Pekerjaan ini meliputi pekerjaan-pekerjaan pembersihan, penimbunan dan pemadatan
tanah daerah lokasi , termasuk pembuangan serta pembongkaran material yang di
kehendaki beserta seluruh sarana dan teknik pelaksanaannya sesuai dengan syarat
syarat dan ketentuan ketentuan pada gambar gambar perencanaan dan spesifikasi
teknis ini.

2. STANDARD-STANDARD :
Apabila tidak disebutkan secara khusus dalam spesifikasi teknik, maka seluruh syarat
pelaksanaan pekerjaan harus mengikuti ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam
standard-standard dibawah ini :
a) Persyaratan Umum Bahan Bangunan Indonesia (PUBI) TAHUN 1982.
b) Manual Pemeriksaan Bahan Jalan, Ditjen Bina Marga No.01/MN//BM/1976.
c) Peraturan Kontruksi Kayu Indonesia (NI-5) 1970.
d) Peraturan maupun standard Internasional bagi jenis pekerjaan yang belum
mempunyai standard Indonesia (AASHO, ASTM dll).

18
3. PEMBONGKARAN, PEMBERSIHAN & PENEBANGAN POHON :
a) Dalam batas daerah pekerjaan , seluruh pohon, semak , akar, sisa-sisa akar
pohon dan seluruh perintang yang berada dalam lapangan harus di singkirkan dan
dibersihkan dari lapangan , terkecuali hal hal yang di jelaskan dalam gambar agar
di biarkan untuk tetap ada, Dalam pertimbangan Konsultan manajemen
Kontruksi/Konsultan Pengawas perlindungan harus di berikan kepada hal-hal
seperti itu.
b) Pelaksanaan pekerjaan pembongkaran tersebut haruslah sedemikian, sehingga
menjamin barang barang berharga yang berada di lapangan dari kerusakan.
Kontraktor harus berhati-hati untuk mengganggu setiap patok pengukur, pipa-pipa
atau tanda-tanda yang lain.
c) Perbaikan kerusakan pada benda benda milik kepentingan umum , atau pribadi
didalam atau diluar lapangan pekerjaan akibat pekerjaan kontraktor menjadi
tanggung jawab Kontraktor.
d) Pemindahan semua material material akibat pembongkaran, puing-puing dan
semua yang merintangi pekerjaan, harus menuruti dan tunduk kepada peraturan-
peraturan Pemerintah Daerah setempat, dan memperhatikan kepentingan
penduduk setempat.
e) Dalam hal diperlukan pembersihan atu pembakaran terhadap sampah sampah
bekas semak, akar-akar pohon dan kotoran-kotoran lainnya , maka kontraktor
harus memberitahukan kepada penghuni disekitar lokasi proyek yanng berbatasan
dengan lokasi proyek paling lambat 2 x 24 jam sebelum pelaksanaan pembakaran
tersebut.
Pelaksanaan pembakaran harus dilakukan sesuai dengan Peraturan Pemerintah
Daerah setempat yang berlaku mengenai cara pembakaran di tempat terbuka.

4. PENGUPASAN LAPISAN TANAH ATAS (TOP SOIL) :


a) Pada daerah yang akan di urug, maka permukaan tanah paling atas (top soil)
harus di kupas terlebih dahulu, sehingga diperoleh permukaan tanah yang bebas
dari segala kotoran. Humus , akar-akar dan sisa material organik lainnya, Tanah
yang cukup baik kondisinya harus di kupas sedalam minimum 20cm dibawah
permukaan tanah asli. Untuk yang kurang baik kondisinya diharuskan untuk
mengadakan pengupasan lebih dalam sampai mencapai kondisi seperti yang di
syaratkan di atas.
b) Tanah asli pengupasan tidak diperkenankan untuk di gunakan sebagai material
urugan dan hanya diperkenakan untuk menimbun areal yang akan di hijaukan atau
atas petunjuk Konsultan Manajemen Kontruksi/Konsultan Pengawas sisa tanah
hasil pengupasan yang tidak di gunakan harus segera dikeluarkan dari lokasi.
c) Setelah tanah dikupas sesuai dengan persyaratan , maka permukaan tanah hasil
pengupasan tersebut harus dipadatkan dengan menggunakan alat pemadat
kapasitas minimum 8 ton sebanyak 6 kali lintasan.

5. PENGGURUGAN
a) Keterangan tentang sifat-sifat dan macam tanah yang diperlihatkan pada gambar
perencanaan atau yang didapat oleh Kontrator sebagai hasil diskusi dengan
Konsultan menejemen Kontruksi/Konsultan Pengawas atau dari sumber lainnya
harus tidak di salah tafsirkan sebagai hal yang sudah pasti. Kontraktor harus
melihat dan memeriksa sendiri setempat pekerjaan dan meyakinkan tentang
macam tanah, keadaan lapisan , volume, lokasi dan lain lain kemungkinan untuk
dapat memenuhi syarat syarat spesifikasi teknis ini.
b) Material timbunan harus di ambil dari satu sumber ( quarry) yang harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut :
1) Bebas dari bahan-bahan organik.
2) Bebas dari sisa tumbuhan dan material yang lebih besar dari 5 cm.
3) Mempunyai kadar lempung yang rendah.
4) Mempunyai CBR minimal 4 %

19
c) Material yang hendak di gunakan sebagai bahan urugan harus diajukan contohnya
dengan menunjukan data asal dan depositnya untuk selanjutnya dilakukan
pengetesan/pengujian di laboratorium
Pengujian dilaboratorium paling sedikit dilaksanakan masing masing sebanyak 5
(lima) sample tanah yang di ambil secara acak di setiap lokasi pengambilan.
Jenis penyelidikan material dilaboratorium terdiri dari :
1) Penyelidikan untuk menentukan besaran index karakteristik tanah seperti :
Kadar air, gradasi, berat isi spesific gravity , dll.
2) Penyelidikan kompaksi ( AASHTO T.99 )
3) Penyelidikan CBR ( AASHO T.193 ).
4) Percobaan pemadatan.
Hasil percobaan di laboratorium akan digunakan Pemberi Tugas guna menentukan
material dan sumber pengambilan. Hanya material yang telah di setujui Konsultan
menejemen Kontruksi/Konsultan Pengawas , yang boleh digunakan sebagai bahan
urugan.
Pada waktu mengajukan penawaran, Kontrktor harus mencantumkan calon-calon
lokasi pengambilan material ( quarry ) yang akan digunakan sebagai sumber pada
watu pelaksanan, lengkap dengan data data sebagaimana diuraikan diatas.
d) Material urugan hanya diperkenankan ditimbun di tempat tempat yang telah di
setujui Konsultan Menejemen Kontruksi. Tidak di perkenankan memakai tanah
dengan nilai kembang/susut besar/ sensitif seperti tanah cadas non monolite dan
lain lain.
e) Seluruh daerah yang akan di urug harus terlebih dahulu dibersihkan terhadap
kotoran-kotoran, sisa-sisa tanaman dan bahan organik lainnya yang dapat
mengganggu jalannya pemadatan.
f) Pelaksanaan penimbunan, pengharapan dan pemadatan harus dengan
sepengetahuan dan seijin Konsultan menejemen Kontruksi/Konsultan pengawas.
g) Pengharapan dan pemadatan material urugan harus dilaksanakan secara lapis
perlapis. Kontraktor harus menghampar material urugan pada lapisan horizontal
yang sama tebalnya dengan ketebalan maksimum 20 cm kemudian dipadatkan.
Penghamparan lapis selanjutnya dapat dilaksanakan setelah pemadatan lapis
dibawahnya memenuhi persyaratan dan disetujui Konsultan menejemen Kontruksi.
h) Lapisan tanah urugan dipadatkan sampai kepadatan keringnya (yd) mencapai
95% dari kepadatan kering maksimum ( yd max ) yang di capai dilaboratorium
berdasarkan test AASHO T.99.
i) Pemeriksaan kepadatan di lapangan harus dilaksanakan untuk tiap hasil seluas
300 m2 pada setiap lapis pemadatan.
Pemeriksaaan ini akan dilaksanakan oleh pihak ke tiga / laboratorium yang
berkompenten dan independent bedasarkan penunjukan dari pemberi tugas atas
biaya Kontrakor.
j) Selama dan sesudah pekerjaan pengurugan dan pemadatan, tidak
diperkenanakan adanya air yang tergenang di atas atau sekitar lapangan
pekerjaan.
Kontraktor harus mengatur pembuangan air sedemikian rupa sehingga aliran air
hujan atau dari sumber sumber lainnya selama dan sesudah pekerjaan selesai
dapat berjalan denagn baik dan lancar.
k) Material urugan yang tidak mengandung kadar air yang cukup untuk dapat
mencapai kepadatan yang disyaratkan harus di tambahkan air denagn alat
penyemprot ( springkler ) dan dicampur/di aduk sampai merata.
Material urugan yang mengandung kadar air lebih tinggi dari seharusnya tidak
boleh dipadatkan sebelum cukup dikeringkan dan di setujui Konsultan menejemen
Kontruksi. Kontraktor harus menyediakan sarana-sarana pengujian kadar air dan
melaksanakan nya atas permintaan Konsultan manajemen Kontruksi.
l) Jika Konsultan manajemen Kontruksi/Konsultan Pengawas, menghendaki,
Kontraktor harus menggali tanah tufa atau material tanah yang kurang baik
mutunya pada lapisan tanah asli sampai kedalaman yang disetujui Konsultan
manajemen Kontruksi/Konsultan Pengawas . Jika lapisan asli tanah tersebut

20
ternyata terdiri dari material lunak atau berlumpur , maka kontraktor harus
menggalian mengganti lapisan tersebut dengan material yang tepat seperti pasir ,
krikil atau batu pecah sesuai dengan petunjuk Konsultan menejemen
Kontruksi/Konsultan Pengawas , dan harus dipadatkan lapis perlapis dengan
ketebalan tiap lapis tidak melebihi 15 cm.
m) Dalam melaksanakan pekerjaan pemadatan, Kontraktor di haruskan menggunakan
peralatan berat seperti shep foot rollets, atau rollers biasa dengan kapasitas
minimum 8 ( delapan ) ton.
Pemadatan dengan menggunakan timbris dan alat-alat ringan lainnya tidak
diperkenanakan, kecuali pada daerah-daerah yang tidak memungkinkan
digunakan peralatan pemadat berat seperti disyaratkan diatas.
n) Kontraktor bertanggung jawab atas stabilitas timbunan tanah dan bilamana perlu
harus membuat talud samping sebagai pengaman. Kontraktor harus mengganti
bagian bagian yang rusak akibat dari kesalahan dan keteledoran Kontraktor atau
akibat dari aluran air.
o) Apabila dari pertimbangan Konsultan Manajemen Kontruksi/Konsultan Pengawas,
cukup baik mutu tanah hasil pemotomgan atau ( cutting) dilokasi, dan setelah
dilakukan pengujian kwalitas tanah ini memenuhi syarat , maka Kontraktor boleh
menggunakan tanah ini untuk bahan pengurugan.

6. PEMADATAN URUGAN TANAH :


a) Pekerjaan pemadatan urugan tanah kembali bekas galian dan urugan tanah
peninggian lantai , dengan menggunakan stamper (hand compection) hingga
mencapai kepadatan maksimum 95% Standard atau CBR>4.
b) Sebelum memulai pekerjaan pemadatan, pelaksanaan Pekerjaan wajib mengecek
terlebih dahulu elevasi /peil urugan apakah sudah sesuai dengan rencana dalam
gambar/ detail .
c) Apabila tanah urugan tidak dapat mencapai kepadatan 95 % standard , maka
pelaksanaan pekerjaan wajib tanah urug dengan jenis tanah urug yang baik ,
sehingga urugan tanah tersebut dapat mencapai kepadatan maksimum 95%
standard atau CBR >4.
d) Pemadatan dilakukan dengan cara dilintasi sambil berjalan pelan-pelan dengan
overlap 30% dan diulang berkali-kali hingga mencapai kepadatan 95% maksimum
standard.

7. PENELITIAN/LABORATORIUM
a) Material yang hendak digunakan sebagai bahan urugan harus diajukan contohnya
dengan menunjukan data asal dan depositnya untuk selanjutnya dilakukan
pengetesan/pengujian di laboratorium.
Pengujian dilaboratorium paling sedikit dilaksanakan masing masing sebanyak 5
(lima ) sample tanah yang diambil secara acak di setiap lokasi pengambilan.
Jenis penyelidikan material di laboratorium terdiri dari
(1) Penyelidikan unruk menentukan besaran index karakteristik tanah seperti
kadar air, gradasi, spesific gravity, dll.
(2) Penelidikan kompaksi ( AASHO T.99. )
(3) Penyelidikan CBR ( AASHO T.193 ).
(4) Percobaan pemadatan.
Hasil percobaan di laboratorium akan digunakan Pemberi pekerjaan guna
menentukan material dan sumber pengambilan.
Hanya material yang telah di setujui Pemberi pekerjaan yang boleh digunakan
sebagai bahan urugan.
Pada waktu mengajukan penawaran,pelaksanakan Pekerjaan harus
mencantumkan calon-calon lokasi pengambilan material ( quarry ) yang akan
digunakan sebagai sumber pada waktu pelaksanaan , lengkap dengan data
data sebagaimana diuraikan diatas.
b) Material urugan hanya diperkenankan ditimbun ditempat tempat yang telah
disetujui Konsultan Menejemen Kontruksi.

21
8. PENYELESAIAN PEKERJAAN :
a) Bila di akibatkan oleh penurunan , timbunan memerlukan tambahan material yang
tidak lebih tebal dari 30 cm, maka bagian atas timbunan tersebut harus digaruk
sebelum material timbunan tambahan dihamparkan untuk selanjutnya dipadatkan
sampai mencapai elevasi dan persyaratan teknis lainnya.
b) Tinggi permukaan tanah timbunan akhir yang dicapai harus diperiksa dan diteliti
sesuai dengan persyaratan dan gambar perencanaan.
c) Setelah pekerjaan pematangan tanah selesai dilaksanakan seluruhnya , Kontraktor
diharuskan membuat patok-patok tetap /benchmark sesuai dengan gambar
prencanaan.
d) Seluruh sisa material , puing-puing, reruntuhan dan sampah sampah harus
disingkirkan dari lokasi.
Kecuali ditentukan lain oleh Konsultan Menejemen Kontruksi/Konsultan Pengawas
maka seluruh sarana penunjang pekerjaan seperti gudang, kantor, Direksi Kit
beserta peralatan harus dipindahkan aatu dibongkar sesuai dengan petunjuk
Konsultan Menejemen Kontruksi/Konsultan Pengawas dan tanah bekas sarana
sarana penunjang tersebut harus dirapihkan kembali.

VI. PEKERJAAN BETON


1. LINGKUP PEKERJAAN
Lingkup pekerjaan yang tercakup dalam spesifikasi teknik ini meliputi penyediaan
bahan, peralatan dan tenaga untuk melaksanakan seluruh pekerjaan beton sesuai
dengan gambar perancangan dan spesfikasi teknis ini.
Kecuali disebutkan dalam spesifikasi teknis ini maka ketentuan-ketentuan dalam
spesifikasi disini meliputi :
 Beton tak bertulang (Beton Tumbuk)
 Beton bertulang Baik yang cor ditempat (cast in place) struktur non struktur.
a) Pekerjaan beton bertulang struktur utama meliputi :
 Poer
 Balok dan pelat lantai basement
 Balok dan pelat lantai dasar & lantai tingkat dan pelat atap
 Kolom-kolom struktur.
 Balok-balok struktur lainnya.
 Tangga.
 Balok Ring struktur.
 Seluruh konstruksi bak reservoir air bawah tanah (bilamana tercantum dalam
gambar kerja).
 Pelat atas septic tank
 Talang dan lisplang beton.
b) Pekerjaan Beton penguat konstruksi meliputi :
 Sloof praktis diatas pondasi pasangan batu kali.
 Balok ring praktis penguat tembok ½ bata
 Kolom praktis penguat tembok ½ bata.
 Dan pekerjaan-pekerjaan lain yang nyata-nyata dibuat dari beton bukan
struktur.
c) Beton tumbuk adukan 1 PC : 3 PSR : 5 KRl dilaksanakan untuk :
 Lantai kerja tebal 5 cm dipasang dibawah semua pekerjaan yang langsung di
cor diatas tanah misalnya :
 Rabat beton dasar lantai kerja pondasi, perkerasan dsb.
 Dibawa Pondasi genset.
 Dibawa Sloof struktur.
 Dibawa Plat lantai dasar, ubin keramik sebagian lantai dasar.
 Neut Pintu kayu

22
2. STANDARD-STANDARD DAN KETENTUAN UMUM
Apabila tidak disebutkan secara khusus dalam spesifikasi teknis ini, maka seluruh
syarat pelaksanaan pekerjaan harus mengikuti ketentuan-ketentuan yang tercantum
dalam standard-standard di bawah ini :
a) Persyaratan beton bertulang Indonesia (PUBI) 1982.
b) Persayaratan Beton Bertulang Indonesia (PBNI-2) 1971
c) Persyaratan Industri Indonesia (SII) atau Standard Nasional Indonesia (SNI)
 SII 0136-84 / SNI 07-2052-1990 Baja Tulangan Beton
 SII 0784-83 / SNI 07-0663-1989 Jaringan kawat Baja las tulangan beton
d) Seluruh beton struktural disyaratkan harus memakai beton ready mix dengan hasil
design mix yang ditest di laboratorium dan disetujui oleh Konsultan Manajemen
Konstruksi / Konsultan Pengawas.
e) Kontraktor harus mempunyai dan menyimpan di lokasi Buku Persyaratan Umum
Bahan Bangunan Indonesia (PUBI) 1982, Buku Peraturan Beton Bertulang
Indonesia (NI-2) 1971.

3. MATERIAL
a) Semen :
1) Semen yang digunakan harus semen Portland yang memenuhi standard
Indonesia (NI-8-19640) PBI 1971 serta Pasal 1 bagian A.I PUBI-1982.
2) Semen harus disimpan ditempat yang terlindungi dari cuaca luar, kelembaban
dan air, serta dijaga jangan sampai terkena kontaminasi. Penyimpanan semen
harus mengikuti ketentuan-ketentuan material saat ini dalam PBI 1971
3) Semen harus disimpan dengan teratur dan rapi sesuai urutan kedatangannya
dan pemakaiannya harus diusahakan sesuai dengan urutan kedatangannya
sehingga tidak ada semen yang terlalu lama penyimpanannya.
4) Umur semen yang akan digunakan tidak boleh lebih dari 3 bulan.
5) Semen yang telah menggumpal tidak boleh digunakan.
6) Jumlah semen yang disimpan harus diperhitungkan agar cukup banyak
tersedia untuk menghindarkan hambatan pekerjaan yang diakibatkan oleh
keterlambatan pengiriman.
7) Harus dijaga agar tidak terjadi proses pelembaban pada semen yang dalam
pengangkutan.
8) Kadar alkali maksimum 0,40 %.
9) Setiap penerimaan hasil pengiriman pabrik/distribusi perlu diberi tanda
identifikasi sehingga pemakaiannya disesuaikan dengan tanggal
pengiriman/penerimaan.
10) Selama pengangkutan semen harus dilindungi terhadap hujan
11) Penyerahan semen harus didalam kantong-kantong yang asli, disegel dari
pabrik.
12) Penyimpanan semen harus dialakukan dalam gedung yang berventilasi cukup,
serta tidak terdapat kebocoran pada atap.
13) Penimbunan diletakkan diatas lantai yang ditinggikan minimum 30 cm dari
permukaan tanah.
14) Kantong-kantong semen tidak diperbolehkan ditimbun melebihi ketinggian 2
meter.
b) Agregat :
1) Agregat beton dapat berupa agregat hasil disintegrasi alami atau buatan yang
dihasilkan oleh alat-alat pemecah batu, tetapi agregat tersebut harus
memenuhi test, standard laboratorium.
2) Agregat beton yang diguakan harus memenuhi persyaratan PBI 1971 (NI-2)
dan PUBi 1982.
3) Sumber-sumber pengambilan agregat terlebih dahulu harus mendapat
persetujuan konsultan Manajemen konstruksi/konsultan Pengawas. Kontraktor
harus menyediakan sample agregat yang akan digunakan untuk disetujui
Konsultan Manajemen konstruksi/ konsultan Pengawas. Jika konsultan

23
Manajemen Konstruksi, maka pemeriksaan tersebut sudah harus
diperhitungkan di dalam penawaran.
4) Ukuran agregat maksimum ditetapkan sebesar 25 mm.
5) Untuk campuran tidak diperbolehkan penggunaan abu semen (hasil
sampingan pabrik semen)
c) Air :
Air yang digunakan untuk pembuatan dan perawatan beton harus bersih sesuai
dengan persyaratan pada pasal 3.6 PBI 1971 dan pasal 9 PUBI -1982.
d) Baja Tulangan :
1) Baja tulangan yang digunakan harus memenuhi persyaratan dalam PBI 1971.
2) Jika tidak ditentukan secara khusus dalam gambar-gambar perancangan,
maka mutu baja tulangan yang harus digunakan harus baja :
 Baja Tulangan Deform (Ulir) BJTD -40, lihat gambar DED
 Baja tulangan polos BJTP-24, untuk diameter tulangan sama atau lebih
kecil dari 12 mm.kolom praktis,balok lintel
3) Baja tulangan harus mempunyai tanda standard SNI dengan ukuran sesuai
dengan dokumen lelang.
4) Kontraktor harus memberikan copy sertifikat dari pabrik mengenai kekuatan
dan ukuran baja tulangan.
e) Bahan Pembantu /Addmixtures :
Tidak diperkenankan untuk menggunakan bahan pembantu (Admixtures) sebagai
salah satu bahan campuran beton tanpa mendapat persetujuan Konsultan
Perencana Dan Konsultan Manajemen Konstruksi/konsultan Pengawas, kecuali
plastiser tricosal V2 (3 grram per Kg semen) dan Tricosal normal (3 gram per kg
semen untuk beton kedap air seperti toilet, talang, bak air dan dasar dinding pit
lift). Bilamana digunakan bahan pembantu, maka kontraktor wajib mengajukan
brosur dari bahan yang akan dipakai ini.

4. PENULANGAN
a) Kontraktor harus mempersiapkan terlebih dahulu daftar serta schedule
pemotongan baja tulangan untuk mendapatkan persetujuan
Pengawas/Manajemen konstruksi sebelum melakukan pemesanan bahan-bahan
tulangan ini.
 Namun demikian persetujuan diatas ini tidak membebaskan kontraktor dari
tanggung jawabnya atas ketepatan, kualitas serta schedule pemotongan
diatas.
 Kontraktor bertanggung jawab penuh atas perbaikan dan biayanya bilamana
terjadi penyimpangan atau perubahan atas daftar dan schedule yang telah
disetujui diatas ini.
b) Baja tulangan harus dilindungi untuk menghindari kemungkinan cacat/rusak setiap
saat, serta harus disimpan sedemikian rupa untuk mencegah perusakan akibat
Lumpur, atas bahan-bahan anorganik lainnya yang dapat mengurangi kualitas baja
tulangan. Demikian juga penyimpanan baja tulangan harus berada pada
ketinggian sehingga dihindari kemungkinan proses perusakan akibat genangan air
permukaan lantai
c) Pekerjaan baja tulangan harus dilengkapi dengan pembengkokan, kait, dsb.
Sebagai mana tercantum dalam gambar atau didalam PBI 1971, kecuali ditentukan
lain oleh Perancang.
d) Seluruh baja tulangan harus dipasang secara akurat baik ukuran , bentuk dan
lokasinya sesuai yang tercantum dalam gambar.
e) Baja tulangan harus bersih dari kotoran-kotoran karat. Olie, gemuk dan kotoran-
kotoran lain yang dapat menyebabkan berkurangnya ikatan baja tulangan pada
beton saat menjelang pekerjaan pengecoran.
f) Kontraktor harus melaksanakan pengetesan kekuatan baja tulangan dengan
standard satu sampel setiap jenis per 1 sampel untuk 20 ton.
g) Diameter baja tulangan ulir diukur sesuai sketsa dibawah untuk setiap ikatan
pengiriman.

24
5. CETAKAN / BEKISTING
a) Pembuatan / Pemasangan
1) Bekisting dibuat dari papan dengan ketebalan minimal 20 mm bersih atau dari
plywood dengan ketebalan minimal 18 mm, atau pelat baja dengan ketebalan
minimal 0,6 mm.
2) Bilamana digunakan papan maka, jenis kayu harus kering, padat, lurus, tidak
bergelombang. Jenis kayu Borneo atau Terentang atas persetujuan
Konsultan Manajemen Konstruksi/Konsultan Pengawas.
3) Bekisting harus dikonstruksikan dan ditopang sedemikian rupa sehingga
dapat dicegah timbulnya getaran yang membahayakan atau lekukan akibat
tekanan dari adukan cair atau padat dari beton.
4) Bekisting harus pula dibuat sedemikian rupa sehingga pembongkarannya
dapat mudah tanpa membahayakan konstruksi, sesuai urut-urutan
pembongkarannya
5) Untuk lisplang dan bagian-bagian lainnya yang mempunyai bentuk tertentu
harus dipakai papan/ kayu berprofil sehingga hasilnya beton sesuai dengan
rencana. Hasil beton yang diprofil harus rapi tidak boleh gompel-gompel atau
retak.
6) Stegger atau perancah schaffolding baik dan dibuat dari kayu dolken atau
kasau-kasau 5 x 7 cm atau schaffolding serta harus dipasang dengan kokoh
dab stabil agar tidak terjadi kecelakaan-kecelakaan dan bekisting tidak
mengalami perubaan bentuk sewaktu beton dicor. Kaki-kaki perancah harus
dipasang diatas baji-baji untuk memudahkan penyetelan. Harus dibuat kuat
dengan pemasangan palang-palang dan diagonal-diagonal. Selain kayu
dapat juga digunakan schaffolding yang terbuat dari baja.
7) Semua bidang beton , baik yang tidak akan ditutup dengan bahan lain harus
dbiat sebagai beton fair face , dengan permukaan yang rata dan halus. Untuk
maksud tersebut semua bekistingnya harus dibuat dari multipleks tebal
minimal 18 mm dan hanya boleh dipakai paling banyak 2 x setelah disortir.
b) Pencegahan Kotoran
Setelah besi penulangan selesai dirakit dalam bekisting, sebelum beton dicor, sisi
dalam bekisting harus dibersihkan segera dari kotoran, potongan-potongan kayu,
besi dan sebagainya.
Untuk ini dapat dibuat lubang-lubang pada bekisting asal dapat ditutup kembali
dengan rapat dan rapih. Untuk bekisting fair face tidak boleh dibuat lubang-lubang
tetapi sebelum bagian terakhir dari bekisting dipasang harus selalu dibersihkan.
c) Lapisan Pada Bekisting
Untuk memudahkan pembukaan, penambahan lapisan sejenis parafin atau form
releasing agent dapat disetujui kecuali minyak pelumas. Untuk pemakaian jenis
form releasing agent perlu mendapat persetujuan dari Konsultan Manajemen
Konstruksi.
d) Pembongkatan pada Bekisting
Tidak dibenarkan untuk membongkar bekisting sebelum beton mencapai umur
yang disyaratkan. Apabila pembongkaran bekisting sebagian pekerjaan pekerjaan
beton mendapat tekanan melebihi perhitungan, maka tidak dibenarkan untuk
membongkar bekistingnya untuk jangka waktu selama keadaan itu berlangsung.
Harus ditekankan disini bahwa tanggung jawab keamanan beton sepenuhnya ada
di pihak kontraktor.
Kontraktor wajib memberitahu Konsultan Pengawas / Konsultan manajemen
Konstruksi pada waktu akan membongkar bekisting bagian-bagian pekerjaan
beton yang penting serta mendapatkan persetujuannya, tapi hal ini tidak
mengurangi tanggung jawab atas hal tersebut.

6. ADUKAN BETON
a) Campuran dan Mutu
1) Mutu beton K-300 untuk :
 Pondasi kecuali pondasi Sumuran K- 225 Siklup K-175

25
 PileCap K
 Sloof struktur
 Balok dan pelat lantai dasar & lantai tingkat K-300
 Kolom-kolom struktur
 Balok-balok struktur lainnya
 Seluruh konstruksi tangga
 Balok ring struktur
 Reservoir air
 Pondasi genset
 Balok dan pelat atap toilet
 Talang dan lisplang beton
2) Mutu beton K-175 untuk :
 Kolom praktis penguat tembok
 Balok ring praktis penguat tembok
 Sloof praktis diatas pondasi batu kali
3) Untuk mutu beton K-300 serta mutu lainnya yang lebih tinggi harus dipakai
‘rancangan Campuran” (Mix Design). Campuran ini ditentukan dengan
percobaan-percobaan campuran yang memenuhi syarat karakteristik kekuatan
yang harus ditentukan.
b) Ready Mix Concrete
1) Seluruh adukan beton untuk beton struktur harus dilaksanakan dengan “Ready
Mix Concrete” . hal ini untuk menjaga mutu, mengingat volume yang cukup
besar.
2) Membuat adukan beton dengan molen hanya diperbolehkan untuk beton non
struktur, serta dengan persetujuan Konsultan Manajemen Konstruksi. jenis
beton non struktur tersebut misalnya :
 Kolom praktis
 Sloof praktis
 Balok ring praktis

c) Pemariksaan Campuran
1) Sebelum mulai dengan pekerjaan pondasi dan selam pelaksanaan pekerjaan
beton, kontraktor wajib membuat benda-benda uji berupa kubus-kubus beton.
2) Jumlah kubus yang harus dibuat serta cara pembuatan dan pengetesannya
harus sesuai ketentuan STANDARD SK SNIM. 62.1990-03. Juga untuk ready
mixed concret atau hasil batching plant harus dibuat kubus-kubus beton. Hasil
test kubus-kubus beton harus secepatnya diserahkan kepada Konsultan
Manajemen Konstruksi / Konsultan Pengawas. Kuat tekan karakteristik yang
diisyaratkan harus tercapai.
3) Jika tidak tercapai dapat dilakukan hammer test atau beton yang tidak
memenuhi syarat harus dibongkar. Alat Hammer Test yang dipakai harus
ditera.
4) Kekentalan beton yang diijinkan berdasarkan jenis konstruksi yang akan
dilaksanakan harus mengikti ketentuan-ketentuan sebagai berikut :
No. Jenis slump (cm)
Max min
 Kaki pondasi 12.5-5
 Balok 15-7.5
Persiapan dan cara-cara pelaksanaan pemeriksaan slum dengan pasal
4.31 PBI 1971
5) Pemeriksaan mutu beton :
Persiapan, cara-cara pembuatan, penyimpanan dan pemeriksaan mutu hasil
pelaksanaan pekerjaan beton harus mengikuti ketentuan-ketentuan pada bab
4 PBI 1971
d) Penerimaan Hasil Pekerjaan Beton

26
Pekerjaan beton dapat diterima setelah syarat-syarat dan ketentuan dalam
spesifikasi teknis dan gambar perencanaan telah dipenuhi seluruhnya dan umur
beton telah mencapai 28 hari.
Apabila hasil pemariksaan benda-benda uji menunjukkan kekurangan kekuatan
beton hasil pekerjaan yang tidak melebihi 10 % dari kekuatan beton yang
diisyaratkan, maka hasil pekerjaan ini dapat diterima oleh konsultan manajemen
Konstruksi, atau diambil tindakan-tindakan sesuai dengan pasal 4.8 PBI 1971.
Penyimpangan hasil pelaksanaan terhadap spesifikasi teknis, gambar
perencanaan atau petunjuk Konsultan Manajemen Konstruksi, dapat
menyebabkan hasil pekerjaan. Tersebut dibongkar dan diperbaharui kembali
sesuai dengan persyaratan dan ketentuan-ketentuan dalam persayaratan
dokumen kontrak

7. PENCAMPURAN DAN PENGADUKAN


a) Pelaksanaan pekerjaan pencapuran dan pengadukan beton harus seuai dengan
syarat-syarat dan ketentuan –ketentuan pada pasal 6 PBI 1971.
b) Pencampuran, pengadukan, pengangkutan dan pengecoran beton kecuali
mendapat ijin Konsultan Manjemen Konstruksi/Konsultan Pengawas harus
dilaksanakan pada waktu cuaca yang cukup baik. Kontraktor harus
menyediakan/melakukan usaha-usaha guna melindungi alat-alat pengadukan
/pekerjaan pengadukan, pengangkutan dan pengecoran terhadap cuaca luar
(panas dan hujan) harus dilakukan dengan baik sehingga tidak terjadi perubahan
nilai air semen sesuai dengan persyaratan.
c) Bahan-bahan beton harus dicampur dengan alat pengaduk mekanis. Putaran
mesin pengaduk harus selalu diperiksa dan dijaga agar tetap kontinyu sesuai
dengan rekomendasi dari pabrik. Pada permulaan pengadukan, biasanya terjadi
penempelan sejumlah semen, pasir, air adukan akan menempel pada dinding
kontainer, oleh karena itu pada waktu pengadukan pertama, kontraktor harus
sudah memperhitungkan penempelan tersebut, sehingga jumlah semua pasir pada
adukan pertama tetap sesuai dengan persyaratan

8. PENGECORAN BETON
a) Kontraktor harus memberitahu rencana pengecoran kepada Konsultan Manajemen
konstruksi/Konsultan Pengawas, selambat-lambatnya 24 jam sebelum rencana
pengecoran dilaksanakan.
Pengecoran tidak boleh dimulai sebelum pekerjaan perancah, acuan dan
pekerjaan persiapan sebagaimana dalam spesifikasi teknis ini telah sempurna
dikerjakan dan disetujui Konsultan Manajemen Konstruksi/Manajemen Pengawas.
b) Persiapan
Sebelum pekerjaan pengecoran dimulai maka semua peralatan, material dan
pekerja-pekerja sudah harus siap dan berada ditempat dimana seharusnya, dan
alat-alat dalam keadaan bersih serta siap untuk digunakan.
Permukaan acuan sebelah dalam sudah harus bersih dari bahan-bahan lepas,
kotoran maupun potongan kawat besi.
Semua sambungan vertikal antara kolom beton dengan tembok harus dilengkapi
dengan angker baja Ø8 mm, 40 panjang ditekuk pada satu ujungnya yang
dimasukkan kedalam beton, yang lainnya dibiarkan berupa stek panjang 25 cm
untuk penggabungan dengan dinding kemudian. Angker tersebut dipasang pada
jarak vertikal 50 cm mulai sisi atas sloof
Penempatan tulangan baja harus sudah disetujui dan diijinkan konsultan
Manajemen Konstruksi/Konsultan Pengawas serta cukup diberi beton decking
sehingga pada waktu pengecoran dan pemadatan tidak akan menyebabkan
tulangan-tulangan bergeser.
c) Pelaksanaan Pengecoran
 Pengecoran harus dilaksanakan sesuai dengan rencana pengecoran yang
telah disetujui konsultan Manajemen /Konsultan Pengawas.

27
 Rencana tersebut harus disiapkan untuk penyelesaian suatu struktur secara
menyeluruh sesuai dengan gambar perencanaan.
 Pengecoran dilakukan segera setelah pengadukan. Pengecoran beton harus
diselesaikan paling lambat dalam waktu 20 menit setelah beton dikeluarkan
dari mixer
 Adukan beton Ready Mixed harus dipompakan ke temapat yang di cor. Untuk
mengecor lantai harus di buat jalur-jalur jalan dari papan yang ditumpu oleh
kaki-kaki hingga besi penulangan tidak rusak terinjak-injak.
 Cara pengecoran hendaknya sedemikian rupa sehingga tidak terjadi
pemisahan bahan (segregation) dan perubahan letak tulangan. Adukan beton
tidak diperkenankan untuk menimbung beton dalam jumlah yang banyak
dengan maksud untuk diratakan kembali.
 Pengecoran tidak boleh berhenti sebelum seluruh rencana pengecoran yang
telah disetujui konsultan Manajemen Konstruksi diselesaikan seluruhnya.

9. PEMADATAN
a) Selama dan sesudah pengecoran, beton harus dipadatkan dengan peralatan
pemadat (vibrator) mekanis.
Kontraktor harus menyediakan peralatan yang cukup untuk mengangkut dan
menuangkan beton dengan konsistensi yang cukup sehingga dapat diperoleh
beton pada tanpa perlu menggetarkan / memadatkannya secara berelebihan.
b) Ketelitian dalam proses pemadatan harus benar-benar diperhatikan agar tidak
terjadi rongga-rongga dan pengantongan udara pada beton yang sedang
dipadatkan dan jangan sampai terjadi perubahan posisi tulangan baja selama
pemadatan. Pemadatan/penggetaran dilakukan dalam waktu tidak terlalu lama
sehingga tidak terjadi pemisahan bahan (segregation) beton
Pelaksanaan pemadatan / penggetaran ini harus dilakukan oleh pekerja-pekerja
yang telah berpengalaman dan dilaksanakan sesuai dengan pengarahan dan
petunjuk Konsultan Manajemen Konstruksi / Konsultan Pengawas.
c) Pemadatan dilakukan dengan internal vibrator yang harus dapat memberikan 5000
getaran / menit bila dimasukkan kedalam adukan beton dengan slump 5 cm dan
akan memberikan daerah yang kelihat bergetar dalam radius tidak kurang 45 cm.
Alat penggetar harus dimasukkan searah dengan as memanjangnya. Tidak
diperkenankan untuk menggetarkan beton yang telah mengalami “inital set” dan
jangan sampai alat penggetar menumpu pada tulangan baja. Tidak diperkenankan
pula melakukan penggetaran untuk maksud ,mengalirkan aliran beton.
d) Semua pekerjaan jadi hasil pekerjaan beton harus rata, lurus tidak tampak bagian-
bagian yang keropos, melendut atau bagian-bagian yang membekas pada
permukaannya. Ujung-ujung atau sudut-sudut harus berbentuk penuh dan tajam.

10. PERAWATAN DAN PERLINDUNGAN BETON


a) Adukan beton harus dilindungi dari panas yang berlebihan atau pengeringan yang
terlalu dini akibat penguapan air yang berlebihan. Untuk daerah yang berangin
kencang, harus dibuat pelindung angin sesuai dengan pengarahan dan petunjuk
Konsultan Manajemen Konstruksi/Konsultan Pengawas. Beton harus dilindungi
sehingga kehilangan kadar air dalam beton selama masa perawatan seminimal
mungkin.
b) Beton yang baru selesai dicor harus dilindungi terhadap hujan, panas matahari
serta kerusakan-kerusakan lain yang disebabkan gaya-gaya sentuhan sampai
beton mencapai kekerasan dan kekuatan sebagaimana disyaratkan
c) Permukaan beton harus dilindungi terus menerus setelah pengecoran, dengan
cara menutupnya dengan karung-karung basah atau mengenangi dengan air. Cara
lain untuk melindungi dan merawat beton harus mendapat persetujuan Konsultan
Manajemen Konstruksi/konsultan Pengawas, dan sesuai dengan PBI 1971

28
11. PENOLAKAN HASIL PEKERJAAN BETON
Konsultan Manajemen konstruksi berhak menolak dan memerintahkan pembongkaran
hasil pekerjaan beton. Jika pekerjaan beton tersebut menunjukkan hasil-hasil sebagai
berikut :
a) Porous segeregasi atau berlubang-lubang
b) Construction Joints dibuat pada lokasi maupun cara-cara yang tidak sesuai
dengan rencana.
c) Letak/posisi tulangan baja bergeser (tidak sesuai dengan rencana) selama dan
setelah pengecoran.
d) Penyimpangan-penyimpangan hasil pelaksanaan sudah diluar batas, toleransi
yang dapat diberikan sesuai dengan spesifikasi teknis ini, seperti ukuran, bentuk,
letak, dlsb.
e) Permukaan finishing tidak dapat memenuhi persyaratan, termasuk permukaan
yang mengandung potongan-potongan kayu .
f) Hasil pemeriksaan mutu beton maupun tindakan penanggulangannya tidak dapat
memenuhi persyaratan pada PBI 1971 (NI-2)
g) Hasil pekerjaan tidak memenuhi persyaratan dalam spesifikasi teknis ini.

12. PEKERJAAN SPARING PIPA AIR KOTOR, PIPA AIR BUANGAN, PIPA AIR HUJAN
a) Lingkup Pekerjaan :
Pekerjaan ini meliputi pengadaan bahan/material, tenaga kerja, peralatan dan alat-
alat bantu lainnya yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan ini hingga
tercapai hasil yang baik dan sempurna.
Sparing dipasang pada semua saluran air kotor, air buangan, air hujan yang
menembus lantai atau plat beton seperti yang tertera pada gambar dokumen dan
gambar detail-detailnya dan tempat-tempat lain yang diperlukan serta yang
diinstruksikan oleh Konsultan Manajemen Konstruksi/ Konsultan Pengawas.
b) Contoh Material :
Sebelum memenuhi pekerjaan kontraktor wajib menyerahkan contoh material dan
bahan yang akan digunakan berikut label dan nama pabrik pembuatnya kepada
Konsultan manajemen konstruksi/ Konsultan pengawas
c) Material/Bahan :
1) Kecuali ditentukan dalam gambar detail maka digunakan pipa sparing terbuat
dari pipa cast iron buatan pabrik terkenal dan telah banyak digunakan di negeri
ini serta disertai jaminan kualitas dari pabrik. Pipa cast iron yang digunakan 4’
dan 2’.
2) Besi beton penguat minimal 8 mm dari besi yang mempunyai tegangan
minimal sama dengan besi tulangan lantai yang bersangkutan dan dari jenis
yang berlabel SII.
3) Water proofing digunakan sheet membran minimal type 445/f spralene atau
yang sejenis yang telah mendapat persetujuan Konsultan Manajemen
konstruksi/Konsultan Pengawas untuk memperoleh persetujuannya.
4) Sealent mastic terbuat dari jenis bahan asphaltic atau jenis lain yang
mempunyai sifat yang sama dan dapat mengikat baik kepada beton dan cast
iron, dan disertai jaminan kualitas dari pabrik.
d) Cara Pelaksanaan Pekerjaan :
1) Semua bahan yang digunakan harus baru dan tidak diperkenankan
menggunakan bahan bekas
2) Sparing dari pipa cast iron dipasang sebelum plat beton dicor beton.
3) Semua pipa diperkuat dengan besi beton pada sekitarnya dengan minimal
mm dan sesuai dengan pembesian yang bersangkutan, minimal dipasang 4
buah rangkap, panjang minimal 40 cm diameter minimal 60 cm dan dipasang
arah diagonal dengan tulangan beton.
4) Pemasangan pipa harus tegak lurus minimal muncul dari plat beton 10 cm
diatas lantai dan 30 cm dibawah lantai.

29
5) Pemasangan harus benar-benar tepat / presisi posisinya seperti ditunjukan
dalam gambar plumbing/sparing dan detail-detailnya serta yang diinstruksikan
oleh konsultan Manajemen konstruksi/ Konsultan Pengawas.
6) Sebelum pengecoran harus diadakan pengecekan oleh Konsultan Manajemen
Konstruksi/ Konsultan Pengawas untuk memastikan ketepatan dari posisinya ,
pengecoran pada daerah sparing harus dilaksanakan hati-hati dan harus
dijaga posisi sparing tidak boleh bergeser atau miring.
7) Setelah pemasangan sparing tidak boleh bocor /rembes disekitar pipa.
8) Sealent mastic dipasang dan juga water profing sheet membrane dipasang
untuk mempertinggi ketahanan terhadap kebocoran dan dipasang dengan cara
seperti dianjurkan oleh pabrik pembuatnya.
9) Untuk menentukan ada tidaknya kebocoran dilakukan test dengan air
merendam dengan air selama 24 jam, dan tidak boleh terjadi
kebocoran/rembesan disekitar pipa sparing.

VII. PEKERJAAN PASANGAN BATA


1. LINGKUP PEKERJAAN :
a) Termasuk dalam pekerjaan ini meliputi : pengadaan tenaga kerja, penyediaan
bahan / material, peralatan-peralatan serta alat alat bantu lainnya yang diperlukan
dalam pelaksanaan pekerjaan ini, sehingga pekerjaan pasangan bata dapat
dilaksanakan dengan hasil yang baik dan sempurna.
b) Perkerjaan pasangan batu bata ini meliputi pekerjaan dinding bangunan, bak
control dan seluruh detail yang disebutkan / dinyatakan dalam gambar kerja serta
sesuai dengan petunjuk Konsultan Manajemen Kontruksi/ pengawas.
c) Pekerjaan pasangan bata dengan campuran aduk 1 pc : 5 pasir dilaksanakan
untuk pasangan biasa dan untuk pasangan trasram menggunakan campuran aduk
1 pc : 2 pasir.
d) Cara pelaksanaan, bentuk, volume, serta detail ukuran lainnya seperti tertera pada
gambar kerja dan Bill Of Quantity, atau mengikuti yang diinstruksikan oleh
Konsultan Manajemen Kontruksi.
e) Ketentuan-ketentuan dan persyaratan-persyaratan lainya berlaku semua ketentuan
dan persyaratan untuk pekerjaan lainnya yang sejenis pada spesifikasi ini, serta
mengikuti petunjuk Konsultan Manajemen Kontruksi. Antara lain ketentuan dalam
PUBB NI-1970 dan NI-1973.

2. PERSYARATAN BAHAN :
a) Batu bata yang dipasang adalah dari mutu terbaik, produk lokal dan harus disetujui
oleh Konsultan Manajemen Kontruksi. Syarat-syarat batu bata harus mengikuti
ketentuan- ketentuan dalam NI-8.
b) Batu bata / bata merah yang digunakan harus dari satu merk produk, bermutu baik
dan memenuhi syarat-syarat yang ditentukan dalam NI-8.
c) Pasir adukan harus memenuhi persyaratan yang ditentukan dalam NI-3 pasal 14
ayat 2.
d) Air untuk adukan pasangan harus air yang bersih, tidak mengandung lumpur/
minyak / asam basa serta memenuhi persyaratan yang ditentukan dalam PUBI-
1982 pasal 9.
e) Semen yang digunakan mengikuti persyaratan yang ada pada spesifikasi
mengenai pekerjaan beton seksi 03100 butir 3 a.
f) Contoh- contoh bahan yang diusulkan untuk dipakai haus diserahkan kepada
Konsultan Manajemen Kontruksi/ pengawas, dan persetujuan atas bahan-bahan
tersebut harus sudah didapat sebelum bahan-bahan yang dimaksud dapat dibawa
kelapangan kerja.
Pengambilan contoh atas bahan-bahan yang telah berada dilapangan akan
dilakukan sewaktu waktu sesuai dengan kebutuhan Konsultan Manajemen
Kontruksi/pengawas untuk keperluan pengujian.

30
3. PELAKSANAAN PASANGAN
a) Bahan- bahan yang digunakan sebelum dipasang terlebih dahulu harus diserahkan
contoh-contohnya kepada Konsultan Manajemen Kontruksi, minimal 3 (tiga)
contoh dari hasil produk yang berlainan untuk mendapatkan persetujuanya.
b) Seluruh dinding dari pasangan batu bata/ bata merah, menggunakan campuran
aduk 1pc : 5 pasir pasang, kecuali pasangan batu bata trasram menggunakan
adukan 1pc : 2 pasir.
c) Untuk dinding trasram/ rapat air dengan adukan campuran 1pc: 2 pasir pasang
yakni pada dinding dari atas permukaan sloof/balok/pondasi sampai minimum
20cm diatas permukaan lantai setempat untuk sekeliling dinding ruang- ruang
basah (toilet, kamar mandi, wc) serta pasangan batu bata dibawah permukaan
tanah.
d) Sebelum digunakan batu bata harus direndam air dalam bak atau drum hingga
jenuh.
e) Pasir pasang sebelum diaduk disaring. Diayak dengan ayakan kawat kasa
berukuran renggang 0,5 cm.
f) Setelah bata terpasang dengan aduk, naat / siar-siar harus dikeruk sedalam 1cm
dan dibersihkan dengan sapu lidi kemudian setelah kering permukaan pasangan
perlu disiram air.
g) Dinding batu bata sebelum diplester harus dibasahi dengan air terlebih dahulu dan
siar-siarnya dibersihkan.
h) Pemasangan dinding batu bata dilakukan bertahap, setiap tahapan maksimum
tinggi satu meter perharinya, serta diikuti dengan cor kolom praktis. Bidang dinding
batu bata tebal ½ batu luasnya maksimal 9 m2 harus ditambahkan kolom dan
balok penguat praktis dengan kolom ukuran 13x13 cm. jarak antar kolom, satu
dengan lainya dibuat maksimal 3 (tiga) meter.
i) Pelubangan akibat pemasangan perancah pada pasangan bata merah sama
sekali tidak diperkenakan.
j) Bagian pasangan bata yang berhubungan dengan setiap bagian pekerjaan beton
harus diberi penguat berupa stek stek besi beton diameter 10mm jarak 75 cm,
yang terlebih dahulu ditanam dengan baik pada bagian pekerjaan beton dan
bagian yang tertanam dalam pasangan bata sekurang-kurangnya 30cm, kecuali
bila satu dan lain hal oleh Konsultan Manajemen Kontruksi.
k) Tidak diperkenankan memasang bata merah yang patah lebih dari dua.
l) Pasangan dinding batu bata tebal ½ batu harus menghasilkan dinding finishing
setebal 15 cm setelah diplester lengkap (dengan acian) pada kedua belah sisinya.
Pelaksanaan pasangan harus cermat, rapih dan benar benar tegak lurus tehadap
lantai serta merupakan bidang rata.
m) Pasangan batu bata trasram dibawah permukaan tanah / lantai harus diisi dengan
adukan 1 pc : 2 pasir.
n) Pemasangan batu bata yang dilaksanakan harus dipasang rata tegak dan lajur
pasanganya diukur, dapat tiang lot dan kecuali bilamana tidak diperlihatkan dalam
gambar gambar maka setiap jalur, bata harus putus sambungan dengan lajur
dibawahnya.
Pola ikatan pemasangan harus terjaga baik diseluruh pasangan dan tidak boleh
sekali-sekali terjadi siar tegak yang menerus.
o) Pasangan batu bata dapat diterima / diserahkan apabila deviasi bidang pada arah
diagonal dinding seluas 9 m2 tidak lebih dari 0,5cm (sebelum diaci dan diplester).
Adapun toleransi terhadap as dinding yang diizinkan maksimal 1 cm (sebelum
diaci dan diplester).

4. PENYELESAIAN / PELAPISAN PASANGAN BATA DENGAN PELESTERAN SEMEN


PASIR
a) Bilamana disyaratkan dalam gambar atau atas instruksi Konsultan Manajemen
Kontruksi maka pasangan bata harus dilapis atau diselesaikan dengan plesteran,
campuran semen dan pasir.
b) Komposisi adukan adalah 1 pc : 3 pasir.

31
c) Ketentuan selanjutnya mengikuti ketentuan dalam seksi 10100 mengenai
pekerjaan plesteran.

5. PELAPISAN / PENYELESAIAN DENGAN ADUK PLESTERAN DAN CAT DINDING :


a) Cat tembok yang dperigunakan merk ICI, Dana Paint, Nippon Paint atau yang
setara, warna juga akan ditentukan kemudian.
b) Sebelum dicat, tembok harus diampelas, diplamur dengan campuran semen putih
dan diampelas kembali.
Setiap bagian pekerjaan ini harus mendapatkan persetujuan Konsultan
Manajemen Kontruksi dahulu sebelum diteruskan pada bagian pekerjaan
berikutnya.
c) Pengecatan baru boleh dimulai setelah pekerjaan plamuur selesai dan kering,
pengecatan tiga kali, pelaksanaan pekerjaan harus mendapatkan persetujuan
Konsultan Manajemen Kontruksi dahulu sebelum pengecatan dimulai.
d) Selanjutnya berlaku ketentuan pada Divisi 10 seksi 10100, 10400 dan 10500.

6. PELAPISAN DINDING DENGAN KERAMIK


a) Semua bidang yang akan dilapis dengan ubin keramik diberi lapisan adukan 1 pc :
3 pasir. Kecuali pada dinding atau bidang-bidang yang menggunakan adukan
trasram.
b) Pemasangan ubin keramik harus rata, siar-siarnya harus saling tegak lurus, tebal
siar-siar tegel ini dibuat 2mm serta diisi penuh dengan adukan semen berwarna
yang warnanya sama dengan warna porcelen/keramik tile.
c) Dipasang ditempat tempat yang telah dinyatakan dalam dokumen gambar.
d) Selanjutnya berlaku ketentuan dalam Divisi 10 seksi 10100 dan 10400.

VIII. PEKERJAAN PASANGAN BATU KALI (BATU BELAH)


1. LINGKUP PEKERJAAN :
a) Termasuk dalam pekerjaan ini meliputi : pengadaan tenaga kerja, penyediaan
bahan / material, peralatan-peralatan serta alat alat bantu lainya yang diperlukan
dalam pelaksanaan pekerjaan ini, sehingga pekerjaan pasangan batu kali dapat
dilaksanakan dengan hasil yang baik dan sempurna.
b) Perkerjaan pasangan batu kali akan dilaksanakan, yaitu semua pasangan batu kali
belah yang dipasang dibawah sloof, dinding bata, trap trap tangga/undak-undak,
gorong gorong sesuai dengan yang dinyatakan dalam dokumen gambar kerja
dengan campuran aduk 1 pc : 5 pasir dan 1 pc : 2 pasir.
c) Cara pelaksanaan, bentuk, volume, serta detail ukuran lainnya seperti tertera pada
gambar kerja dan Bill Of Quantity, atau mengikuti yang diinstruksikan oleh
Konsultan Manajemen Kontruksi.
d) Ketentuan-ketentuan dan persyaratan-persyaratan lainya berlaku semua ketentuan
dan persyaratan untuk pekerjaan lainya yang sejenis pada spesifikasi ini, serta
mengikuti petunjuk Konsultan Manajemen Kontruksi. Antara lain ketentuan dalam
PUBB NI-1970 dan NI-1973.

2. PERSYARATAN BAHAN :
a) Semen Portland :
Yang digunakan harus dari mutu yang terbaik, terdiri dari satu jenis meek dagang
atau atas persetujuan Konsultan Manajemen Kontruksi.
b) Pasir :
Pasir harus terdiri dari butir-butir yang bersih, tajam dan bebas dari bahan-bahan
organis, lumpur tanah lempung dan sebagainya.
c) Batu kali :
Batu kali yang digunakan adalah batu pecah, tidak berpori serta mempunyai
kekerasan sesuai dengan syarat-syarat dalam PBI-1971.
d) Air :

32
Air yang digunakan harus air tawar yang bersih/ bukan air laut dan tidak
mengandung minyak, asam atau alkali dan bahan-bahan organis /bahan-bahan
lain yang dapat menurunkan mutu pekerjaan. Apabila dipandang perlu, Konsultan
Manajemen Kontruksi/ pengawas dapat meminta kepada Pelaksana pekerjaan
supaya bahan batu belah yang dipakai diperiksa di Laboratorium Pemeriksaan
Bahan yang resmi dan sah atas biaya Pelaksana Pekerjaan.
e) Pelaksana pekerjaan harus mengetahui lokasi pengambilan bahan tersebut
dengan pasti, untuk menjamin mutu pekerjaan seperti yang diisyaratkan.
f) Bahan yang digunakan adalah batu pecah ukuran 20-30 cm atau sesuai dengan
yang ditentukan dalam dokumen gambar.
g) Bahan harus memenuhi persyaratan dalam NI-3 pasal 15, PUBB-1982 pasal 12,
SII 0079-1979 dan ASTM D3.
h) Bahan yang digunakan bersih dari segala kotoran, keras, tahan terhadap
cuaca(tidak porous), tidak pipih, sudut-sudutnya runcing, berwarna hitam keabu-
abuan dan merupakan hasil dari pecahan batuan.

3. CONTOH BAHAN :
a) Sebelum pelaksanaan pekerjaan, Pelaksana pekerjaan harus memberikan contoh-
contoh material batu belah, pasir untuk mendapatkan persetujuan Konsultan
Manajemen Kostruksi/ pengawas.
b) Contoh-contoh yang telah disetujui Konsultan Manajemen Konstruksi/ pengawas
akan dipakai sebagai standar / pedoman untuk memeriksa / menerima material
yang dikirim oleh Pelaksana Pekerjaan ke site.
c) Pelaksana Pekerjaan diwajibkan membuat tempat penyimpanan contoh-contoh
yang telah disetujui oleh Konsultan Manajemen Konstruksi.

4. PENGIRIMAN DAN PENYIMPANAN BAHAN :


a) Bahan harus didatangkan ketempat pekerjaan dalam keadaan utuh dan tidak
cacat.
Beberapa bahan tertentu harus masih didalam kotak/kemasan aslinya, masih
disegel dan berlabel pabriknya.
b) Bahan harus disimpan ditempat yang terlindungi dan tertutup, kering, tidak lembab
dan bersih sesuai dengan persyaratan pabrik.
c) Tempat penyimpanan bahan harus cukup untuk proyek ini, bahan ditempatkan dan
dilindungi sesuai dengan sejenisnya.
d) Pelaksana Pekerjaan bertanggung jawab terhadap kerusakan selama pengiriman
dan penyimpanan.

5. PERSYARATAN TEKNIS :
a) Sebelum memulai pekerjaan, Pelaksana Pekerjaan wajib menyerahkan contoh
bahan yang akan digunakan seperti batu kali belah, pasir pasang , pasir urug,
tanah urug dan lain sebagainya kepada Konsultan Manajemen Konstruksi untuk
mendapatkan persetujuannya.
b) Pengendalian seluruh pekerjaan ini harus sesuai dengan PBI-1971 NI-2.
c) Sebelum pasangan batu kali dilaksanakan terlebih dahulu dibuat profil-profil dari
kayu pada setiap pojok galian, yang membentuk dan ukurannya sesuai dengan
penampang pondasi.
d) Permukaan dasar galian harus ditimbun dengan pasir urug setebal minimum 10cm
padat, disiram dan diratakan, dan diatasnya diberi aanstamping batu kali pecah
yang dipasang sesuai dengan gambar untuk itu.
e) Untuk pasangan batu belah ini menggunakan batu belah / batu kali jenis keras
yaitu batu kali / belah kualitas baik, tidak retak-retak, tidak porous berpori dengan
ukuran maksimum 30cm dan terlebih dahulu telah mendapatkan persetujuan dari
Konsultan Manajemen Kontruksi/pengawas.
f) Pasangan batu kali menggunakan adukan dengan campuran 1 pc : 5 pasir
pasang. Untuk kepala pasangan batu kali digunakan adukan kedap air campuran 1
pc : 2 pasir pasang setinggi 20cm, dihitung dari permukaan atas pasangan batu

33
kali ke bawah. Adukan harus mengisi rongga diantara batu kali kebawah. Adukan
harus mengisi rongga diantara batu kali sedemikian rupa sehinggga tidak ada
bagian dari pasangan batu kali belah yang berongga/tidak padat.
g) Semua pasangan batu belah/kali yang tidak kedap air harus dibuat dengan aduk
campuran 1 pc : 5 pasir.
h) Sebelum dipasang terlebih dahulu harus dibasahi dan dibersihkan dari semua
kotoran yang menempel.
i) Pekerjaan pasangan harus dengan ikatan yang baik, lobang diantara batu kali
yang selain diisi dengan adukan harus diisi pula dengan batu pecahan yang kecil.
j) Tidak boleh sekali-sekali memukul batu kali ditempat pekerjaan dengan martil yang
besar (kecuali diluar bouwplank). Air dipergunakan untuk seluruh pekerjaan
pasangan harus air bersih dan tawar, dan tidak boleh menggunakan air hujan dari
selokan atau air laut.
k) Ukuran-ukuran adalah sesuai dengan yang tercantum dalam gambar kerja dan
RKS. Dalam hal perbedaan ukuran antara RKS. Dokumen gambar dan RAB, maka
yang digunakan adalah menurut ukuran yang lebih besar.
l) Untuk sloof bagian atas pasangan batu kali dibuat stek-stek sedalam 20cm setiap
jarak 1m dengan diameter besi minimum 12mm.

6. SYARAT-SYARAT PENGAMAN PEKERJAAN :


a) Untuk keperluan proses pengerasan pasangan, maka selama minimum 3 hari
setelah pelaksanaan pekerjaan, pasangan batu belah harus dilindungi dari
benturan keras serta tidak dibebani.
b) Pelaksana pkerjaan diwajibkan melindungi pekerjaan tersebut dari kerusakan yang
diakibatkan oleh pekerjaan pekerjaan yang lain.
c) Bila terjadi kerusakan, pelaksana Pekerjaan diwajibkan untuk memperbaikinya
dengan tidak mengurangi mutu pekerjaan. Segala biaya perbaikan menjadi
tanggungan Pelaksana pekerjaan.

IX. PEKERJAAN PONDASI SUMURAN (BORED PILE)


1. PROSES PENGEBORAN :
a) Menggunakan mesin bor soilmec r412 kapasitas 40.00 meter, pengeboran dimulai
dengan menggunakan auger yang memiliki dimeter 90 cm . kemudian
dipasangkan casing sementara (bila diperlukan) sepanjang maksimum 4.00 meter,
casing sementara ini dibutuhkan untuk menghindari runtuhnya tanah permukaan
di sekeliling bor.
b) Pengeboran dilakukan menggunakan auger atau Manual Digging (penggalian
dengan Tenaga Manusia) tergantung pada jenis dan keadaan tanah yang
ditemukan sementara kedalaaman serta jenis tanah yang keluar dicatat secara
teratur sampai mencapai kedalaman yang ditentukan
c) Bila dinding lubang bor runtuh , maka dibutuhkan pengisian air dalam lubang bor
selama proses pengeboran dilaksanakan.

2. PROSES PEMBERSIHAN LUBANG :


a) Setelah kedalaman yang di inginkan tercapai maka proses pembersihan dasar
lubang dimulai dengan cleanning Bucket. Bahan yang dikeluarkan dan tebalnya
harus dicatat. Proses diulang beberapa kali sampai dasar lubang relatif bersih

3. PROSES PENGCORAN BETON :


a) Begitu selesai pembersihan dasar lubang kemudian dilaksanakan pemasangan
keranjang bes beton disusul pemasangan pipa tremie. Panjang, jumlah dan mutu
besi beton dibuat sesuai dengan spesifikasi teknis.
b) Bila didalam lubang terdapat volume air yang cukup banyak dan desar maka
pengecoran dilakukan melalui pipa tremie yang diitutup ujung bawahnya,
menggunakan plat baja yang dinaakkan end plate atau dengan menggunakan
plastic foam sebagai pemisah antara beton dan air.

34
c) Pipa tremie dipasang sepanjang lubang yang dibor dengan ujungnya bertumpu
pada dasar lubang. Beton ready mix dengan slump 16 +2 cm retarder 4 jam
dituangkan ke dalam tremie hingga pipa tersebut terisi penuh. Pipa lalu ditarik
kurang lebih sehingga end plate terlepas dan beton mengalir . kemudian beton
dituangkan lagi kedalam pipa tremie dana dengan demikian pengecoran tiang
dilakukan hingga permukaaan beton mencapai ketinggian yang di inginkan ,
selama proses pengecoran berlangsung ujung bawah pipa tremie harus terbenam
di dalam beton. Bila pipa tremie terlampau panjang maka pipa tremie dengan
panjang masing-masing potongan 1-6 meter harus diangkat dan dipotong.
d) Casing lalu dicabut perlahan-lahan dan pengukuran terakhir dilakukan terhadap
beton untuk memeriksa apakah ketinggian permukaan beton berada di atas
rencana dasar poer setinggi +1 meter untuk menjamin menjamin mutu beton yang
baik pada elevasi dasar poer. Apabila perlu casing sementara di cor beton sampai
penuh sehingga ketinggian permukaan beton yang di inginkan tercapai. bilamana
tidak ada air di dalam lubang bor , pengecoran beton dilakukan dengan pipa
tremmie pendek (+1 meter) dan corong saja. Pipa ini berfungsi agar beton yang
dituangkan jatuh ditengah -tengah lubang.

X. PEKERJAAN ATAP DAN DINDING ALLUMUNIUM


1. LINGKUP PEKERJAAN
Pek erja an ini m elipu ti p en ga daa n tenaga ke rja , alas - alas dan b ahan
serta pengangkutan dan pemasangan penutup atap dan dinding metal
berikut, perlengkapannya, seperti ditunjukkan dalam Gambar Kerja dan
Spesifikasi Teknis MI.

2. STANDAR/RUJUKAN
a) American Society for Testing and Materials (ASTM)
b) Spesifikasi teknis:
 05 100 – Baja Struktur
 07200 – Fabrikasi Metal
 09200 – Isolasi Bangunan
 09600 – Penutup dan Pengisi Celah

3. PROSEDUR UMUM
a) Contoh Bahan dan Data Teknis
Kontraktor harus menyerahkan contoh bahan yang dilengkapi dengan
data teknis dan/atau brosur, dan contoh warna, untuk disetujui terlebih dahulu
oleh Pengawas Lapangan, sebelum melakukan pemesanan dan pembelian atau
mendatangkannya ke lokasi.
b) Gambar Detail Pelaksanaan
Sebulan sebelum memulai pelaksanaan, Kontraktor harus
menyerahkan Gambar detail Pelaksanaan ( Shop Drawing ) yang
dilengkapi dengan data-data seperti tersebut berikut:
 Spesifikasi bahan
 Dimensi bahan
 Model Pemotongan dan pemasangan
 Detail pemasangan dan pengencangan
 Detail penyelesaian bukaan atap atau dinding
 Detai-detail lain yang diperlukan untuk disetujui terlebih dahulu oleh Konsultan
MK/Pengawas.
c) Penyimpanan
Bahan penutup atap dan dinding metal harus disimpan dalam Keadaan
tetap kering, tidak boleh berhubungan dengan tanah/lantai dan ditempatkan dalam
tempat beratap. Bila terpaksa disimpan di tempat terbuka, bahan- bahan
tersebut harus diselimut i dengan terpal atau plastik untuk mencegah

35
masuknya air hujan/ embun ke dalam. Air yang masuk dapat
menimbulkan cacat terhadap permukaan bahan metal akibat
terjadinya kondensasi. Bahan penutup atap dan dinding harus ditumpuk dengan
bagian luar menghadap ke atas.

4. BAHAN-BAHAN
a) Penutup Atap dan Dinding
1) Lembaran Metal Bergelombang
 Penutup atap dan dinding terbuat dari bahan lembaran metal
bergelombang yang diberi lapisan seng dan alumunium (
zincalume ) dengan sistem pelapisan celup panas menerus
(continuous hot dip method) dan diberi lapisan akhir colorbond
seperti Trimdek Hi-Ten produksi BHP Steel Building Products
Indonesia, atau yang setara yang disetujui Pengawas Lapangan,
dalam warna sesuai Skema Warna.
 Lembaran metal bergelombang tersebut harus memiliki tebal
nominal 0,45 mm dengan berat 4,18kg/m2.
 Bentuk gelombang harus sama dan tidak berubah sepanjang
lembaran metal.
 Mutu baja lembaran metal bergelombang harus memenuhi
tegangan leleh minimal 5500kg/cm2.
2) Lembaran Metal tidak Bergelombang
Lembaran metal tidak bergelombang harus dari bahan baja
lembaran berlapis seng campur alumunium ( Zinc Alume ).
b) Penutup Bubungan dan Lembaran Pelindung/Flashing
Penutup bubungan dan lembaran pelindung untuk masing-masing penutup atap
dan dinding, harus terbuat dari bahan lembaran metal tidak
bergelombang dengan ketebalan, warna serta pabrik pembuat yang
sama dengan pabrik pembuat lembaran penutup atap dan dinding metal masing-
masing. Penutup bubungan dan lembaran pelindung harus sudah dibentuk/ditekuk
sesuai bentuk dalam Gambar Kerja, di pabrik pembuatnya.
c) Alat Pengencang
Alat pengencang harus dari jenis sekrup baja lapis seng yang
dilengkapi neoprene washer, seperti merek Teks tipe self-drilling hexagonal head
sesuai rekomendasi pabrik pembuat lembaran metal. Diameter sekrup 12mm
dengan panjang sesuai petunjuk dalam Gambar Kerja.
d) Bahan Penutup dan Pengisi Celah
Untuk mencegah kebocoran atau tempias yang diakibatkan oleh hujan, celah
pertemuan antara lembaran penutup atap/dinding dengan lembaran pelindung
harus ditutup dengan bahan penutup dan pengisi celah yang memenuhi
persyaratan-persyaratan berikut:
 tidak berkarat
 kedap air
 tahan panas dan dingin
 tahan sinar ultraviolet
e) Bukaan Atap dan Dinding
Bukaan atap dan dinding, harus memiliki ukuran sesuai ketentuan dalam
Gambar Kerja.

5. PELAKSANAAN PEKERJAAN
a) Persyaratan Umum
1) Sebelum pelaksanaan dimulai, Gambar Detail Pelaksanaan harus
telah disetujui oleh Pengawas Lapangan.
2) Sebelum pemasangan lembar metal, semua struktur atap maupun
dinding bidang vertikal harus sudah terpasang dengan baik.

36
Pemasangan lembar metal dilaksanakan setelah inspeksi dan persetujuan
oleh Konsultan Manajemen Konstruksi.
3) Pemasangan lembar dilaksanakan sesuai ketentuan pabrik
produsen. Lembar metal dipasang semaksimum panjang yang
dimungkinkan.
4) Pekerjaan perletakan lembar metal harus memperhatikan arah
hembusan angin.
5) Arah gelombang lembar metal pada pemasangan atap harus benar-benar
lurus/paralel lembar satu dengan yang lainnya untuk mencegah penetrasi
air hujan ke dalam bangunan.
6) Tumpangan akhir minimal yang diijinkan adalah 300 mm serta
diletakkan di atas gording, kecuali ditentukan lain dalam spesifikasi
pabrik/produsen.
7) Pertemuan lembar satu dengan lainnya harus cocok/pas. Bilamana
dalam kondisi terpaksa terjadi kekurangcocokan/tidak pas, bila atas
persetujuan Konsultan Manajemen Konstruksi/Pengawas, maka celah
yang terbentuk antar lembar harus diisi dengan bahan neoprene,
lapisan cat bitumen atau pica isolasi, atau lainnya yang setara.
8) Pemasangan "flashing" harus pas serta rapat sehingga tidak
memungkinkan penetrasi air hujan ke dalam bangunan.
9) Bilamana terjadi penggunaan sambungan dengan rivet atau paku
sekrup maka harus dilengkapi dengan sealant silicone produksi Dow-
Corning 780 silspruf, GE.Silglare N atau lainnya yang setara.
I0) Pada akhir pengerjaan kontraktor harus membersihkan semua
kotorankotoran, seperti debu, potongan-potongan bahan metal, dan lain
sebagainya dari permukaan bidang atap dan dinding metal. Kotoran-
kotoran di atas tidak diijinkan untuk dibuang ke dalam talang atau pipa
talang tegak.

XI. PEKERJAAN FABRIKASI METAL


1. LINGKUP PEKERJAAN
Pekerjaan im meliputi pengadaan, bahan, tenaga kerja, peralatan, alas bantu,
dan lain sebagainya yang diperlukan untuk pekerjaan metal yang terdiri atas, namun
tak terbatas pada:
 Pekerjaan Stainless Steel
 Pekerjaan Railing Stainless Steel
 Pekerjaan Plafond Lempeng Metal
 Pekerjaan Kitchen Sink
 Pekerjaan Penutup Atap dan Dinding Metal
2. STANDARD REFERENSI
a) Pedoman Perencanaan Bangunan Baja untuk Gedung (SNI 1729-1989 F)
b) American Society for Testing Materials (ASTM)
c) Japanese Industrial Standard
d) Spesifikasi Teknis

3. PROSEDUR UMUM
a) Contoh
Contoh serta data teknis bahan yang akan digunakan harus diajukan
kepada Konsultan Manajemen Konstruksi/Konsultan Pengawas sebelum
pemesanan, pengiriman maupun fabrikasi.
b) Sertifikat d a n I n f o r m a s i l a i n n y a Kontraktor harus menyerahkan Sertifikatdan
Informasi mengenai:
1) Produk yang akan digunakan Yang berisi hal-hal mengenai:
 Tegangan tarik baja
Tegangan

37
 Tegangan izin baja
 Batas tegangan tarik/ tegangan ulur
 Ketebalan baja sebelum diberi bahan pelapis
 Ketebalan lapisan galvanis
 Sertifikat tersebut merupakan keluaran dari pabrik
produsen
c) Shop Drawing
Shop Drawing serta daftar bahan-bahan prefabrikasi yang termasuk kategori
ini harus diajukan kepada Konsultan Manajemen Konstruksi/Konsultan
Pengawas bentuk persetujuannya sebelum dimulainya pekerjaan fabrikasi,
Setelah persetujuan ini, Kontraktor sudah tidak diizinkan mengadakan perubahan-
perubahan apapun atas Shop Drawing ini kecuali atas izin tertulis dari
Konsultan Manajemen Konstruksi.
d) Inspeksi dan Pengetesan
1) Bahan yang digunakan harus sudah melalui proses inspeksi dan tes
oleh Konsultan Manajemen Konstruksi/Konsultan Pengawas baik
selama di pabrik, bengkel kerja (workshop) dan lapangan.
2) Kontraktor harus menyediakan contoh-contoh bahan dan hasil-hasil
tesnya serta hasiI kerja yang dikehendaki atas tanggungannya sendiri.
3) Konsultan Manajemen Konstruksi berhak untuk menolak bahan atau produk
sewaktu-waktu atas dasar kondisi:
 Bahan yang digunakan tidak memenuhi ketentuan
 Hasil fabrikasi tidak sesuai dengan gambar atau spesifikasi
 Adanya modifikasi yang tanpa persetujuan tetulis Konsultan Manajemen
Konstruksi
e) Pengangkutan dan Penyimpanan
1) Bahan-bahan harus disimpan sedemikan rupa sehingga tidak
menyentuh tanah rata pada tempat-tempat yang tidak memungkinkan
terjadinya karat atau kerusakan/ cacat lainnya.
2) Demikian juga pada saat pengangkutan harus ditangani secara hati-hati agar
dihindari terjadinya goresan-goresan.
3) Segala hal- hal yang k urang sempurn a harus lebih
dis e mpurnak an. Pengikiran pada bahan dasar tidak boleh dilakukan
kecuali untuk persiapan pengelasan. Pelurusan atau pembengkokan
tidak boleh dilaksanakan dengan api/ baker kecua li atas
perset ujuan t ertu lis Konsultan Manajemen Konstruksi.
4) Ser tif ik at resmi dari pekerja las yang akan ditugaskan dalam
pekerjaan ini yang memenuhi Standard AS 1554 atau yang setara.

4. BAHAN
a) Umum
Semua bahan yang akan digunakan harus baru serta bebas dari cacat-cacat
yang mengurangi kekuatan, daya tahan, atau penampilannya serta
berasal dari kualitas yang terbaik.
b) Bahan Baja
Bahan baja, seperti lembaran/pelat, strip, tulangan dan lain sebagainya,
harus dari produk standar sebagaimana daftar di bawah ini atau yang setara
yang disetujui Konsultan Manajemen Konstruksi, sebagai berikut:
1) Mutu baja ST 37, kekuatan tarik 24 kg/cm 2, tegangan izin baja > 37
kg/mm2 sesuai dengan SNI 1729-1989 F
2) Mutu baja SS 400 memiliki kekuatan tarik 24 kg/cm2, serta tegangan izin >
41 kg/mm2 sesuai dengan JIS G.3001.87
c) Kolom, Hand Rail/ pegangan & Railing/ Jeruji
Kecuali ditentukan lain maka semua kolom, handrail, atau railing harus terbuat
dari baja galvanis kelas medium sesuai dngan SII-0161-81 dan/atau SNI 07-

38
0039-1987. Hal-hal yang diubah harus dengan persetujuan tertulis Konsultan
Manajemen Konstruksi/Konsultan Pengawas.
d) Baut Angkur
Kecuali ditentukan lain, baut angkur harus terbuat dari batang baja bulat,
mute ST 37, sesuai dengan S11 0136-84 dan/atau SNI 07-2052-1990 dalam
diameter dan panjang yang dikehendaki.
e) Baut, Mur dan Cincin/ Ring
Baut dan mur harus sesuai dengan ASTM A307 serta berlapis
Kadmium. Demikian juga cincin/ring harus berlapis Kadmium.

5. PELAKSANAAN
a) Umum
1) Fabrikasi metal harus dari ukuran, bentuk sebagaimana tertera pada
gambar kerja atau yang diuraikan dalam spesifikasi. Kecuali ditentukan
lain, bahan-bahan yang akan digunakan harus berasal dari produk yang
disetujui, difabrikasi dengan cara yang efisien. Menjelang pelaksanaan
fabrikasi, seluruh ukuran-ukuran harus sudah diperiksa.
2) Desain dan elemen/ komponen-komponen dan sambungan sebagai
bagian dari struktur bila tidak dinyatakan khusus dalam gambar tetap
harus dilengkapi oleh Kontraktor serta harus dinyatakan dalam "Shop
Drawings"
3) Kontraktor bertanggung jawab atas koreksi atau perbaikan segala
kesalahan dan kelalaian dalam pembuatan detail, tata letak, dan
fabrikasi atas biayanya sendiri.
b) Fabrikasi dan Isolasi
1) Pembuatan dan pemasangan angkur dan baut-baut harus
dilaksanakan dan dipasang/ instalasi sesuai dengan yang menentukan
dalam gambar
atau petunjuk Konsult an Manajemen Konstruksi. Semua
angkur dipasang pada beton harus bersih, bebas karat, bebas minyak,
dan lain sebagainya, agar dapat timbul sambungan yang baik
dengan beton. Grouting harus dilaksanakan sesuai dengan
spesifikasi no.03500 Pekerjaan Grouting.
2) Pelaksanaan fabrikas i metal harus sesuai dengan stand ard
yang berkaitan, Shop Drawing yang disetujui serta spesifikasi yang
berlaku. Pekerjaan pengelasan dilaksanakan sesuai standard AS-
1554 atau lainnya yang setara.
3) Sambungan-sambungan yang di"expose" dengan sambungan garis tipis
harus dibentuk dengan menggunakan pengencang
y a n g d i s e m b u n y i k a n bilamana memungkinkan Pengencang
(fasteners) digunakan yang ada, seperti sekrup-sekrup atau baut-baut
yang terbenam dengan kepala rata.
4) Sambungan-sambungan yang di"expose" dengan sambungan garis tipis
harus dibentuk dengan menggunakan pengencang
y a n g d i s e m b u n y i k a n bilamana memungkinkan Pengencang
(fasteners) digunakan yang ada, seperti sekrup-sekrup atau baut-baut
yang terbenam dengan kepala rata.
5) Tiang-tiang dilas ke dasarnya dengan Hens, type sudut, atau type
lantai sesuai kebutuhannya atau yang tercantum dalam gambar-gambar
kerja. D e m i k i a n j u g a t i a n g d i s a m b u n g k a n d e n g a n b a u t k e
e l e m e n p eno pangny a s es uai de ngan ketentua n-
k e te ntu an ny a atau atas pengarahan Konsultan Manajemen
Konstruksi.
6) Kecuali ditentukan lain, semua pekerjaan-pekerjaan metal
pelengkap harus diberi lapisan anti karat dengan warna yang
sesuai yang akan ditentukan kemudian.
7) Catatan-catatan pekerjaan pengecatan harus dilaksanakan sesuai

39
dengan ketentuan dalam Spesifikasi no. 09700 Pekerjaan
pengecatan clan no.09710 Pekerjaan Perlindungan terhadap Korosi.

XII. PEKERJAAN PANEL ALUMUNIUM KOMPOSIT


1. LINGKUP PEKERJAAN
a) Pekerjaan Panel Alumunium Komposit ( Alumunium Composite Panel)
meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan/material, peralatan kerja serta
alat bantu lainnya yang nyata-nyata diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan ini,
sehingga dihasilkan pekerjaan yang baik dan sempurna.
b) Pekerjaan ini meliputi pemasangan panel alumunium komposit termasuk struktur
kerangka penopangnya, aksesori pengikat, perekat (sealant), bahan-bahan
pengisi dlsb seperti tercantum dalam Gambar Kerja.
c) Cara penempatan, pelaksanaan pekerjaan, bentuk, jenis, volume/kwalitas, dan
detai-detail ukuran lainnya harus sesuai yang tercantum dalam dokumen
gambar dan Bill of Quantity.
d) Ketentuan-ketentuan lainnya berlaku semua ketentuan dan persyaratan untuk
pekerjaan lain yang sejenis pada spesifikasi ini serta mengikuti petunjuk
Konsultan MK/Pengawas.

2. PERSYARATAN BAHAN
a) Persyaratan ini harus mengikuti syarat dan standard Deutsche Institute for
Norming (DIN) dan spesifikasi dari bahan-bahan dan pekerjaan lain yang
tercantum serta jelas berpengaruh terhadap pekerjaan ini.
b) Bahan Panel Alumunium Komposit terdiri atas tiga lapisan yaitu lapisan
alumunium, core polyethylene, dan lapisan alumunium lagi.
c) Contoh bahan dan data teknis bahan Alumunium Komposit yang akan dipakai
lengkap beserta perlengkapannya harus diserahkan kepada Konsultan
MK/Pengawas untuk mendapat persetujuannya sebelum pengiriman dan
fabrikasinya.
d) Panel Alumunium ini harus memenuhi karakteristik sbb:
 Alumunium peraluman 100 dan high polyethylene
 Tebal panel terdiri atas 3mm, 4mm, dan 6mm
 Tebal lapisan alumunium = 0,3mm
 Standar lebar panel minimal 100mm, maksimal 1500mm
 Tiadak mengandung CFC, nitrogen, kloral maupun sulphur
e) Sebagai contoh bahan adalah Alucabond – Eco produksi ALCAN atau yang
setara/sekualitas.
f) Aksesori serta kelengkapan lainnya harus sesuai dengan rekomendasi dari
pabrik/produsen serta petunjuk dari Konsultan MK/Pengawas.

3. SYARAT-SYARAT PELAKSANAAN
a. sebelum memulai pelaksanaan pekerjaan , pelaksanaan harus menyiapkan dan
menyerahkan gambar detail pelaksanaan ( shop drawing ) yang harus terdiri atas
metode detail pemasangan, dimensi seta detail-detail penting lainnya kepada
Konsultan MK/Pengawas untuk diperiksa dan disetujui.
b. lembar Panel Almunium Komposit yang digunakan harus dalam kondisi yang
baik, tanpa goresan atau retak, atau kotoran kotoran yang melekat serta masih
ada dalam lembaran pebungkusnya.
c. hasil pemotongan lembar Panel Almunium Komposit harus rapih dan presisi,
dengan alat alat pemotongan yang tepat sesuai rekomondasi pabrik produsen
atau distributornya.
d. lembaran Panel Komposit harus dibentuk menjadi bentuk yang sesuai dengan
ketentuan dan petunjuk gambar kerja serta dilaksanakan sesuai dengan
rekomendasi dari pabrik atau petunjuk konsultan MK/pengawas.
e. demikian juga kelengkapan-kelengkapannya seperti Frame Alumunium , sub
Frame Alumunium, Anchor Bolt, Dyna Bolt, Tapp Screw ( baut pengikat ),

40
Alumunium dlsb, harus sesuai dengan Gambar Kerja Konsultan MK/Pengawas.
f. bahan penutup dan pengisi celah harus diberi bahan bahan yang dapat
mencegah pemuaian atau perubahan bentuk sesuai rekomendasi pabrik
produsen atau petunjuk Konsultan MK/Pengawas.
g. Ikatan Panel Almunium Komposit dengan struktur penopang harus kuat sehingga
terjamin tidak akan lepas akibat tiupan angin.

XIII. PEKERJAAN RAILING/ PERGOLA PIPA GALVANIS


1. LINGKUP PEKERJAAN
a) Yang termasuk dalam pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-
bahan/material, peralatan kerja serta alat-alat bantu lainnya yang nyata-nyata
diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan ini, pekerjaan
y a n g baik dan memuaskan.
b) Kecuali ditentukan lain dalam spesifikasi ini maka semua pekerjaan maupun
tambahan-tambahan bahan yang sehubungan dengan pekerjaan ini
adalah menjadi beban dan tanggung jawab Pelaksana Pekerjaan.
c) Cara pemasangan, penempatan, bentuk, volume serta detail-detail
ukuran lainnya sesuai dengan yang tercantum dalam dokumen gambar
dan bill of quantity.
d) Ketentuan-ketentuan dan persyaratan-persyaratan lainnya berlaku
semua ketentuan dan persyaratan untuk pekerjaan lain yang sejems pada
spesifikasi ini.

2. PERSYARATAN BAHAN
a) Railing/hand railing : Railing dan hand railing untuk pekerjaan interior terbuat dari
bahan pipa Galvanic Iron Pipe (GIP) ukuran diameter 2"
b) Pengelasan sambungan pipa harus baik dan rata serta memenuhi
persyaratan yang ditentukan dalam ASTM A-53 type E atau type S.
c) Bahan yang dipakai, sebelum dipasang harus diserahkan contoh-contohnya
kepada Konsultan Manajemen Konstruksi/Konsultan Pengawas untuk
memperoleh persetujuannya.
d) Pelaksana Pekerjaan harus menyerahkan 2 ( dua) buah copy
ketentuan dan persyaratan teknis operatif sebagai informasi bagi Konsultan
manajemen Konstruksi/Konsultan Pengawas.
e) Material lain yang tidak terdapat pada daftar diatas tetapi dibutuhkan untuk
penyelesaian/penggantian pekerjaan dalam bagian ini, harus baru,
kualitas terbaik dari jenis nya dan harus diset ujui oleh Konsultan
Manajemen Konstruksi.

XIV. PEKERJAAN PARTISI RANGKA METAL


1. LINGKUP PEKERJAAN
Pekerjaan ini mencakup pengangkutan, pengadaan bahan, tenaga kerja dan
alat kerja serta pemasangan partisi dan perlengkapannya, sesuai petunjuk
Gambar Kerja dan Spesifikasi Teknis ini.
Yang termasuk bahan metal adalah: Alumunium, Besi ( Galvanized Iron), Zinc
Alumunium, Baja Baik siku, atau Profil I atau Hollow Tube, dlsb.

2. STANDAR/RUJUKAN
a) Standar Industri Indonesia (SII) dan/atau Standar Nasional Indonesia (SNI).
b) Spesifikasi Teknis:
 07200 : Fabrikasi Metal
 07600 : Penutup Atap & Dinding Metal
 08100 : Pintu dan Jendela Alumunium
 10200 : Panel Gipsum

41
3. PROSEDUR UMUM
a) Contoh Bahan dan Data Teknis
Sebelum pengadaan bahan, Kontraktor harus menyerahkan contoh dan/atau data
teknis/brosur bahan yang akan digunakan, untuk disetujui Konsultan
Pengawas/MK.
b) Gambar Detail Pelaksanaan
Sebelum pelaksanaan, Kontraktor wajib membuat dan menyerahkan
Gambar detail Pelaksanaan kepada Konsultan Pengawas/ MK untuk
diperiksa dan disetujui. Gambar detail pelaksanaan harus memperlihatkan
dimensi, tata letak, detail- detail pertemuan, cara pengencangan, cara
pemasangan dan penyelesaian, dan detail penyelesaian lainnya.
c) Pengiriman dan Penyimpanan
1) Pengiriman bahan harus dilakukan dengan hati-hati, sehingga dapat
diam terhindar dari cacat, kerusakan, pecah, retak, bengkok, tergores,
dlsb sampai ke lokasi. Konsultan Pengawas/MK berhak menolak bahan
yang cacat seperti tersebut diatas.
2) Semua bahan yang didatangk an harus disimpan di tempat yang
terlindung sehingga terhindar dari kerusakan, baik Sebelum maupun
selama pemasangan

4. BAHAN-BAHAN
a) Umum
Semua bahan yang akan digunakan untuk pekerjaan partisi harus
berasal dari produk yang dikenal seperti disebutkan dalam Spesifikasi ini dan
sesuai dengan persetujuan Konsultan Pengawas/MK.
b) Rangka Alumunium
Rangka alumunium untuk memegang panel partisi harus memenuhi
ketentuan Spesifikasi Teknis dalam bentuk dan ukuran sesuai Gambar Kerja.
c) Rangka Baja
Rangka baja untuk memegang panel partisi harus dari baja profil
dengan bentuk dan uk uran sesuai Gambar Kerja serta memenuhi
ketentuan Spesifikasi teknis
d) Panel Gipsum
Panel Gipsum untuk partisi harus dari jenis yang sesuai untuk
penggunaan partisi, memiliki ketebalan sesuai petunjuk Gambar Kerja, serta
memenuhi ketentuan Spesifikasi teknis
e) Panel Multiplex
Panel Multiplex harus sesuai dengan ukuran dalam gambar kerja dan
lain hal memenuhi ketentuan dalam spesifikasi teknis Pekerjaan Kayu
Halus )
f) Panel Alucabond
Panel Alucabond harus sesuai dengan ketentuan dalam spesifik asi
teknis Seksi
g) Panel Polycarbonate
Panel Polycarbonate harus sesuai dengan ketentuan dalam spesifikasi
teknis

5. PELAKSANAAN PEKERJAAN
a) Umum
1) Fabrikasi partisi harus dilaksanakan sesuai dengan petunjuk
Gambar Kerja, Gambar Detail Pelaksanaan yang telah disetujui,
serta sesuai petunjuk Pengawas Lapangan.
2) Setiap kesalahan yang disebabkan karena kesalahan
pengukuran dimensi harus menjadi tanggung jawab
Kontrak tor, tanpa biaya tambahan dari Pemilik Proyek.
3) Partisi pertama yang dibuat harus disetujui Pengawas
Lapangan sebelum memulai produksi massal.

42
b) Pemasangan
1) Kecuali ditentukan lain, semua partisi akan terdiri dari :
Rangka alumunium atau baja:
 Batang tegak
 Batang tepi atas, bawah dan tengah/pembagi, dengan bentuk, dimensi
dan ketebalan sesuai Gambar Kerja.
 Alat Pengencang
 Panel Gypsum, atau Multiplex, atau Alucabond, atau Polycarbonate.
2) Panel-panel diatas harus dipasang dengan cara sedemikian rupa
untuk mengurangi jumlah sambungan sebanyak mungkin.
3) Setiap pertemuan panel harus dikerjakan sesuai ketentuan Spesifikasi
Teknis atau Spesifikasi terkait lainnya.
4) Panel gipsum kemudian disisipkan di antara rangka dan dikencangkan
ke batang tegak menggunakan profil alumunium atau profil baja seperti
ditu nj uk k an d al am G a mbar Kerj a. Met oda p emas an ga n d an
peng enc an gan harus sesuai dengan rek omendas i dari
pabr ik pembuat/produsen.
5) Pertemuan dengan atap, lantai dan dinding atau kolom bengunan harus
diselesaikan dengan hati-hati dan rapi sesuai petunjuk pelaksanaan dari
pabrik. Bahan pengisi celah harus diaplikasikan dengan cara yang rapi
pada setiap pertemuan.
c) Perlindungan dan Pembersihan
Panel-panel dan rangka alumunium dan bagian yang bersebelahan harus
dilindungi dari kerusakan setiap saat. Setelah selesainya pekerjaan, semua
daerah kerja harus sudah dibersihkan dan ditinggalkan dalam keadaan
bersih tanpa bekas.
d) Penyelesaian
Pada saat mempersiapkan permukaan dan pengaplikasian penyelesaian
dekorasi, perhatian ekstra harus diberikan untuk memastikan bahwa hanya cat
kualitas terbaik, pelapis dinding/wall covering dan lain sebagainya yang akan
digunakan dan diaplikasikan pada panel partisi, sesuai rekomendasi dari
pabrik pembuat panel, seperti disebutkan dalam Spesifikasi Teknis.
e) Khusus part is i " Knock Down" harus d igu nak an produk atau
setara/sekualitas atau sebagaimana Petunjuk Konsultan Pengawas/MK.
Pemasangan harus dilakukan oleh Pelaksana Khusus yang menguasai cara
pemasangannya serta memiliki pengalaman yang cukup,
f) Pengendalian seluruh pekerjaan ini harus disesuaikan dengan
peraturan peraturan tersebut diatas.
g) Seluruh peraturan-peraturan yang diberlakukan supaya disosialisasikan
oleh Pelaksana Pekerjaan dilokasi pekerjaan.

6. SYARAT-SYARAT PELAKSANAAN
a) Yang dimaksud adalah pekerjaan pembuatan railing dan rangka, terbuat dari
pipa GIP diameter2", dilaksanakan pada semua tangga yang memerlukan,
serta bagian-bagian lain seperti selasar, dsb sesuai petunjuk dalam gambar.
b) Cara penyambungan dilakukan dengan cara las.
c) Pengerjaan pengelasan harus rapi, bagian-bagian las-lasan yang
berlebihan harus dihaluskan tanpa mengurangi kekuatan sambungan las
d) Pekerjaan pengelasan harus memenuhi ketentuan seperti pada
Pekerjaan Fabrikasi Metal Seksi 07300.
e) Bila dianggap perlu Pelaksana Pekerjaan wajib mengadakan tes
terhadap bahan- bahan tersebut pada laboratorium yang ditunjuk oleh
Konsultan Manajemen Konstruksi, baik mengenai komposisi, konsentrasi
serta aspek- aspek lain yang ditimbulkannya. Untuk itu Pelaksana
Pekerjaan harus menunjukan Surat rekomendasi dari lembaga resmi
yang telah ditunjuk oleh Konsultan Manajemen Konstruksi/Konsultan

43
Pengawas sebelum memulai pekerjaan.
f) Semua bahan untuk pekerjaan ini harus ditinjau dan diuji, baik pada pembuatan,
pengerjaan maupun pelaksanaan dilapangan oleh Konsultan
Manajemen Konstruksi atas tanggungan Pelaksana Pekerjaan tanpa biaya
tambahan.

XV. PEKERJAAN PINTU/ JENDELA ALUMINIUM


1. LINGKUP PEKERJAAN :
a) Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-
alat bantu lainnya yang diperlukan dalam pelaksanaan, hingga diperoleh hasil
pekerjaan yang baik dan sempurna.
b) Aluminium untuk kusen pintu/jendela, dan untuk daun pintu/jendela adalah dari
jenis aluminium alloy yang memenuhi ketentuan SII – 0695, BS 1474 dan ASTM
B 211 M, dalam bentuk profil jadi yang dikerjakan oleh pabrik dengan lapisan
anodized color minimum 10 mikron yang diberi lapisan warna dari pabrik, sesuai
dengan skema warna yang ditentukan, kecuali ditentukan natural dalam Gambar
Kerja. Tebal profil minimum 1,5mm dari produksi ALKASA, ALEXINDO atau
INDAL sesuai dengan ukuran dari gambar kerja.
c) Kecuali ditentukan lain, semua pintu dan jendela harus dilengkapi dengan
perlengkapan standar dari pabrik.
d) Perlengkapan, kaca untuk pintu dan jendela harus memenuhi ketentuan pada
Spesifikasi Teknis dari Pabrik/Produsen.
e) Pekerjaan kusen ini harus dilengkapi dengan angkur, serta segala perlengkapan
lainnya sesuai dengan yang diisyaratkan dalam gambar detail serta mengikuti
petunjuk Konsultan Manajemen Konstruksi / Konsultan Pengawas.
f) Ketentuan-ketentuan dan persyaratan-persyaratan lainnya berlaku semua
ketentuan dan persyaratan untuk pekerjaan pintu/kaca/aluminium, atau mengikuti
ketentuan dan persyaratan untuk pekerjaan lain yang sejenis pada spesifikasi ini
serta mengikuti petunjuk Konsultan Manajemen Konstruksi / Konsultan
Pengawas.

2. STANDAR-STANDAR YANG BERLAKU :


a) SII – 0189-78
Standar Industri Indonesia – Mutu dan Cara Uji Kaca Lembaran.
b) ASTM C 338-57
c) SII 0695-82
Standar Industri Indonesia untuk Extrusi.
d) SNI 07-0603-1989
Produk Alumunium Ekstrusi Untuk Arsitektur.
e) PUBI-1982
Persyaratan Umum Bahan Bangunan Indonesia.

3. PROSEDUR KERJA :
Kontraktor harus menyerahkan informasi bahan hasil uji laboratorium resmi yang diakui
sebelum pelaksanaan, untuk persetujuan Konsultan Manajemen Konstruksi /
Konsultan Pengawas, Informasi tersebut meliputi :
 Ketebalan lapisan
 Keseragaman warna (bila ditentukan berwarna dalam gambar kerja)
 Berat
 Tahan karat
 Tahan terhadap air dan angin minimal 100 kg/m2
 Tahan terhadap udara minimal 15 m2
 Tahan terhadap tekanan air minimal 15 kg/m2

4. PERSYARATAN BAHAN :
a) Rangka dan pintu digunakan pipa persegi ukuran disesuaikan dengan rangka
finishing aluminium (frame aluminium) yang digunakan tebal 3-4mm.

44
b) Rangka/frame daun pintu aluminium jenis alumunium extrusi produk ALCAN,
INDAL, ALEXINDO atau yang setara, profil disesuaikan dengan shop drawing
yang telah disetujui, warna ditentukan gelap, proses anodized.
c) Bahan yang akan dipabrikasi harus diseleksi dahulu sesuai dengan bentuk
toleransi, ukuran, ketebalan, kesikuan, kelengkungan, pewarnaan, (bila
ditentukan berwarna dalam gambar kerja) yang disyaratkan.
d) Finishing untuk bagian rangka aluminium yang tampak dari luar dengan anodized
13 mikron.
e) Sebagai panil digunakan kaca polos dengan ketebalan 5mm, kecuali ditentukan
lain dalam gambar kerja.
f) alat pengencang harus terdiri dari sekrup baja anti karat AISI seri 300 dengan
pemasangan kepala tertanam untuk mencegah reaksi elektrolitik antara alat
pengencang dan komponen yang dikencangkan.
- Angkur harus dari baja anti karat AISI seri 300 dengan tebal mimimal 2mm.
- Penahan udara dari bahan vinil.
g) Neoprene / gasket untuk pelindung cuaca pada pemasangan kaca pekerjaan
aluminium harus memenuhi ketentuan Spesifikasi Teknis 09600.
h) Perlengkapan pintu dan jendela seperti kunci, engsel dan lainya sesuai ketentuan
Spesifikasi Teknis 08900.

5. PELAKSANAAN PEKERJAAN
a) Sebelum melaksanakan pekerjaan Pelaksanaan diwajibkan untuk meneliti
gambar-gambar yang ada dan kondisi dilapangan (ukuran dan lubang) termasuk
mempelajari bentuk, pola layout/penempatan, cara pemasangan dan detail –
detail sesuai gambar.
b) Pelaksanaan diwajibkan membuat shop drawing sesuai
ukuran/bentuk/mekanisme kerja yang disetujui oleh Konsultan Manajemen
Konstruksi / Konsultan Pengawas, dan telah disesuaikan dengan keadaan
dilapangan.
c) Sebelum pemasangan, penimbunan aluminium, dan material lainnya harus
diletakkan pada ruang/tempat dengan sirkulasi udara yang baik tidak terkena
cuaca langsung dan terlindung dari kerusakan.
d) Desain dan produksi dari sistem daun pintu harus dapat persetujuan pemasangan
dari Konsultan Manajemen Konstruksi / Konsultan Pengawas sesuai gambar.
e) Pemasangan daun pintu tidak boleh menyimpang dari ketentuan pemasangan
yang dikeluarkan oleh pabrik produsen demikian juga ukuran-ukuran dan proses
kerjanya.
f) Semua rangka harus terpasang siku, tegak, rata sesuai peil dalam gambar dan
lurus (tidak melebihi batas toleransi kemiringan yang diizinkan dari masing-
masing bahan yang digunakan). Bilamana tidak ada kejelasan dalam gambar,
Pelaksana wajib menanyakan kepada Konsultan Manajemen Konstruksi /
Konsultan Pengawas.
g) Semua daun pintu yang terpasang harus sesuai dengan gambar, dalam hal ini
tipe dan layout. Setelah pemasangan Pelaksana wajib memberikan perlindungan
terhadap benturan-benturan, benda-benda lain dan kerusakan akibat kelalaian
pekerjaan semua kerusakan yang timbul adalah tanggung jawab Pelaksana
sampai pekerjaan selesai.
h) Semua pekerjaan rangka daun pintu alumunium harus sesuai dengan
persyaratan dan cara pemasangan yang tertulis dalam pekerjaan rangka kusen
alumunium :
- Semua rangka daun pintu harus terpasang rapih dan kuat mengikuti petunjuk-
petunjuk gambar.
- Semua sambungan-sambungan yang terlihat mengikuti detail-detail yang
tergambar, bilamana belum dijelaskan dalam gambar wajib ditanyakan
kepada Konsultan Manajemen Konstruksi / Konsultan Pengawas.
Sambungan-sambungan ini berlaku untuk sambungan-sambungan dengan
material yang lain atau serupa.

45
- Bekas lubang-lubang sekrup dan penguat lain harus tidak terlihat dan semua
penguat harus terpasang baik hingga bisa menjamin kekuatan rangka daun
pintu.
i) Finishing rangka dipakai dari jenis yang telah disebutkan dan ditentukan oleh
Konsultan Manajemen Konstruksi / Konsultan Pengawas, pekerjaanya mengikuti
persyaratan pabrik dan persyaratan material rangka yang terpasang.

XVI. PEKERJAAN KACA DAN CERMIN


1. PEKERJAAN KACA TEMPERED, t = 10 MM :
a) Lin gk up Pek erja an :
1) Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan/material,
peralatan-peralatan kerja serta alat-alat bantu lainnya yang
diperlukan dalam pe laks ana an, hingga diperoleh hasil
pek erjaan yang baik dan sempurna.
2) Pekerjaan ini meliputi pekerjaan pemasangan kaca untuk pintu-pintu
kaca, jendela kaca, daun pintu frame less untuk seluruh detail seperti yang
disebutkan/disyaratkan dalam dokumen gambar serta mengikuti
petunjuk Konsultan Manajemen Konstruksi/Konsultan Pengawas.
3) Cara pengerjaan, penempatan, bentuk, volume serta deta il-detail
ukuran lainnya sesuai dengan yang tercantum dalam dokumen
gambar dan Bill Of Quantity.
4) Ketentuan-ketentuan dan persyaratan-persyaratan lainnya berlaku
semua ketentuan dan persyaratan untuk pekerjaan kaca, tempered
atau mengikuti k eten tua n dan per sy aratan untuk pek erj aan la in
y ang s ej enis pada spesifikasi ini serta mengikuti petunjuk Konsultan
Manajemen Konstruksi.
b) Standar-standar yang berlaku :
Kac a le mbara n ba ik jenis , golo ngan, pers yarata n, s tandard dan
c a r a pengujiannya harus mengikuti ketentuan-ketentuan dalam :
1) SII-0189-78 Standard Industri Indonesia – Mutu dan Cara Uji Kaca
Lembaran.
2) PUBI-1982 Persyaratan Umum Bahan Bangunan Di Indonesia.
c) Per s y ara ta n Bahan :
1) Bahan kaca untuk daun pintu entrance utama frameless pada Main
Building digunakan kaca tempered dengan ketebalan 12 mm,
produk dalam negeri merk Asahi Mas atau dari produk lain yang setara
yang disetujui Konsultan Manajemen Konstruksi/Konsultan Pengawas. Tebal
kaca minimum 12 mm, pemasangan dan ukuran sesuai kebutuhan
atau sesuai yang ditunjukkan dalam dokumen gambar.
2) Bahan kaca untuk bangunan-bangunan lain menggunakan kaca
bening merk Asahi Mas atau produk lain yang setara. Bila tidak
ditentukan dalam gambar kerja, ketebalan kaca menggunakan tebal 5mm.
3) Kaca yang digunakan dari mute AA, serta harus memenuhi
persyaratan dalam PUBI 1982 Pasal 63 dan SII 0189-78.
4) U k u r a n p e m o t o n g a n k a c a p a d a t e m p a t p e m a s a n g a n s e p e r t i
y a n g ditunjukkan dalam dokumen gambar.
5) Toleransi :
 Panjang dan lebar.
Untuk ukuran panjang dan lebar dengan toleransi yang
diizinkan kira-kira 2,0 mm.
 Kesikuan.
Pemotongan k a c a l e m b a r a n y a n g b e r b e n t u k s e g i e m p a t
h a r u s mempunyai sudut siku serta tepi potongan yang rata dan
lurus, toleransi kesikuan maksimum 1,5 mm per meter panjang.
 Toleransi ketebalan kaca lembaran tidak boleh lebih dari 0,3 mm.
6) Kaca yang digunakan harus bebas dari gelembung (ruang-ruang yang
berisi gas yang terdapat pada kaca), bebas dari komposisi kimia

46
yang dapat mengganggu pandangan, bebas dari keretakan (garis-
garis pecah pada kaca balk sebagian atau seluruh tebal kaca), bebas
dari gumpalan tepi (tonjolan pada sisi panjang dan lebar kearah
keluar/masuk), bebas dari benang ( s t r ing ) dan ge lo m ba n g
adalah permuk aan k ac a y ang berubah dan mengganggu
pandangan, bebas dari bintik-bintik (spots), awan (cloud) dan
g ore s a n . B e b as a wa n ( p er m uk aa n k ac a y a n g m e n ga l a m i
k e l ai n a n kebeningan), bebas dari goresan (luka garis pada
permukaan kaca), bebas lengkungan (lembaran kaca yang bengkok).
d) SYARAT-SYARAT PELAKSANAAN :
1) Se belu m mela k s ana k a n pe k erj aan Pe la ksa na Pekerj aan
dih arus k an menyampaikan contoh material yang akan digunakan kepada
Konsultan Ma n aj em e n K o ns t r uk s i / K ons u l ta n Pe n g aw as un t uk
m em e p er o le h persetujuannya.
2) Semua bahan kac a s ebelum dan s esudah dipas ang harus
me nd ap at persetujuan Konsultan Manajemen Kontruksi/Konsultan
Pengawas.
3) Sisi-sisi kaca yang tampak maupun yang tidak akibat pemotongan, harus
digerinda/dihaluskan.
4) Pekerja an pem asan gan kac a harus dik erjak an/ d ilaks anaka n
dengan mengikuti petunjuk gambar, uraian dan syarat-syarat dalam
pekerjaan.
5) Pekerjaan ini harus dilaksanakan oleh tenaga yang mempunyai
pengalaman dan keahlian khusus dalam bidangnya.
6) Bahan yang telah terpasang harus dilindungi dari kerusakan dan
benturan, dan diberi tanda agar mudah diketahui.
7) Pemasangan kaca dalam alur rangkanya, harus rapat/tidak
goyang dan sesuai persyaratan.
8) Tepi kaca diberi sealent untuk menutupi rongga- rongga yang
terjadi. Sealent yang digunakan dari mute terbaik, sesuai
persyaratan pabrik dan disetujui Konsultan Manajemen Konstruksi.
Tidak diperkenankan sealent mengenai kaca terpasang lebih dari 0,3
cm dari batas rangka.
9) Kaca harus terpasang rapih, sisi tepi harus lurus dan rata, tidak ada cacat-
cacat seperti yang diisyaratkan.
10) Pemoto ngan k ac a harus rapih dan lurus pada s is i
pemo to ng a nny a , diharuskan menggunakan alas pemotong kaca
khusus.

2. PEKERJAAN KACA POLOS, t =5 MM DAN t=8MM:


a) LINGKUP PEKERJAAN :
1) Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan/material,
peralatan-peralatan kerja serta alat-alat bantu lainnya yang
diperlukan dalam pe laksanaan, hingga diperoleh hasil
pek erjaan yang baik dan sempurna.
2) Pekerjaan ini meliputi pekerjaan pemasangan kaca untuk pintu -pintu
kaca, jendela kaca, daun pintu frame less untuk seluruh detail seperti yang
disebutkan/disyaratkan dalam dokumen gambar serta mengikuti
petunjuk Konsultan Manajemen Konstruksi.
3) Cara pengerjaan, penempatan, bentuk, volume serta, detail-detail
ukuran lainnya sesuai dengan yang tercantum dalam dokumen
gambar dan Bill Of Quantity.
4) Ketentuan-ketentuan dan persyaratan-persyaratan lainnya berlaku
semua ketentuan dan persyaratan untuk pekerjaan kaca, atau mengikuti
ketentuan dan persyaratan untuk pekerjaan lain yang sejenis pada
spesifikasi ini serta mengikuti petunjuk Konsultan manajemen Konstruksi.
b) STANDARD-STANDARD YANG BERLAKU :

47
Kaca lembaran baik jenis, golongan, persyaratan, standard dan cara
pengujiannya harus mengikuti ketentuan-ketentuan dalam
1) SII-0189-78 Standard Industri Indonesia – Mutu Dan Cara Uji
Kaca Lembaran.
2) PUBI-1982 Persyaratan Umum Bahan Bangunan Di Indonesia.
c) PERSYARATAN BAHAN :
1) Bahan kaca untuk daun pintu dan jendela (exterior dan interior)
digunakan kaca polos dengan ketebalan 10 mm, produk dalam
negeri merk Asahi Mas atau dari produk lain yang setara yang
disetujui Konsultan Manajemen Konstruksi.
2) Kaca yang digunakan dari mute AA, serta harus memenuhi
persyaratan dalam PUBI 1982 Pasal 63, SII 0189-78 dan SII 0868.
3) U k u r a n p e m o t o n g a n , k a c a p a d a t e m p a t p e m a s a n g a n
s e p e r t i y a n g ditunjukkan dokumen gambar.
4) T o l e r a n s i :
a) Panjang dan lebar.
Untuk ukuran panjang dan lebar dengan toleransi yang
diizinkan kira-kira 2,0 mm.
b) Kesikuan.
Pemotongan kaca lembaran yang berbentuk segi empat harus
mempunyai sudut siku serta tepi potongan yang rata, dan lurus,
toleransi kesikuan maksimum 1,5 mm per meter panjang.
c) Toleransi ketebalan kaca lembaran tidak boleh lebih dari 0,3 mm.
5) K a c a yang digunakan harus bebas, dari gelembung (ruang-ruang
yang berisi gas yang terdapat pada kaca), bebas dari
komposisi kimia yang dapat mengganggu pandangan, bebas dari
keretakan (garis-garis pecah pada kaca baik sebagian atau seluruh
tebal kaca), bebas dari gumpalan tepi (tonjolan pada sisi panjang
dan lebar kearah keluar/masuk), bebas, dari benang ( s t r ing )
dan gelo mbang adalah permuk aan k ac a y ang berubah dan
mengganggu pandangan, bebas dari bintik-bintik(spots), awan
(clous) clan gor e s a n . B e bas aw a n ( p er m uk a an k ac a y a n g
m en g a l am i k e l ai n a n kebeningan), bebas dari goresan (luka
garis pada permukaan kaca), bebas lengkungan (lembaran kaca
yang bengkok).
d) SYARAT-SYARAT PELAKSANAAN :
1) Sebelum melaks anak an pekerjaan Pelak sana Pek erj aan
dih arus k an menyampaikan contoh material yang akan
digunakan kepada Konsultan Manajemen Konstruksi untuk
memperoleh persetujuannya.
2) Semua bah an k ac a seb elu m dan s es udah dipas ang harus
me n da p at persetujuan Konsultan Manajemen Kontruksi.
3) Sisi-sisi kaca yang tampak maupun yang tidak akibat pemotongan, harus
digerinda/dihaluskan.
4) Pek erj aan pemas angan k aca harus dik erj ak an /
dilak s anak an dengan mengikuti petunjuk gambar, uraian dan syarat-
syarat dalam pekerjaan.
5) Pekerjaan ini harus dilaksanakan oleh tenaga yang mempunya i
pengalaman dan keahlian khusus dalam bidangnya.
6) Bahan yang telah terpasang harus dilindungi dari kerusakan dan
benturan, dan diberi tanda agar mudah diketahui.
7) Pemasangan kaca dalam alur rangkanya, harus rapat/tidak goyang dan
sesuai persyaratan.
8) Tepi kaca diberi sealent untuk menutupi rongga-rongga yang
terjadi. Sealent yang digunakan dari mute terbaik, sesuai
persyaratan pabrik dan disetujui Konsultan Manajemen

48
Konstruksi. Tidak diperkenankan sealent mengenai kaca terpasang
labih dari 0,3 cm dari batas rangka.
9) Kaca harus terpasang rapih, sisi tepi harus lurus dan rata, tidak
ada cacat-cacat seperti yang diisyaratkan.
10) P e mo t on g a n k ac a h aru s r a p ih da n l ur us p a da s i s i
p em o to n g a nny a , diharuskan menggunakan alat pemotong kaca
khusus.

XVII. LAPISAN KEDAP AIR


1. LINGKUP PEKERJAAN :
Pekerjaan ini mencakup penyediaan bahan, tenaga, peralatan bantu dan
pengerjaan pelapisan kedap air tempat-tempat seperti ditunjukkan dalam
Gambar Kerja. Pekerjaan ini akan mencakup hal-hal berikut, tetapi tidak terbatas
pada:
 Lapisan kedap air pada bagian eksterior dan interior seperti ditunjukkan
dalam Gambar Kerja.
 Mengisi celah dan memberi lembaran pelindung (flashing).
 Penyelesaian penembusan lapisan kedap air oleh pipa, struktur dan yang
lainnya seperti ditunjukkan dalam Gambar Kerja.

2. STANDAR/ RUJUKAN
a) American Society for Testing and Materials (ASTM)
b) Semua Peraturan Standar Nasional/Lokal yang berlaku dan mengikat
c) Spesifikasi Teknis no:
03100 - Pekerjaan Beton
03200 - Pekerjaan Beton Pracetak
10100 - Pekerjaan Plester Semen

3. PROSEDUR UMUM
a) Contoh Bahan dan Data Teknis
Contoh berikut data teknis bahan yang akan dipakai harus diserahkan
kepada Pengawas Lapangan untuk mendapatkan persetujuan dan diuji
kebenarannya terhadap standar atau ketentuan yang disyaratkan.
b) Gambar Detail Pelaksanaan
1) Ko n t r a k t o r h a r u s m e m b u a t d a n m e n y e r a h k a n G a m b a r
D e t a i l Pelaksanaan untuk persetujuan pengawas Lapangan.
Semua Gambar Detail Pelaksanaan harus segera diserahkan
sebelum pengadaan bahan agar diperoleh waktu yang cukup untuk
memeriksa.
Semua Gambar Detail Pelaksanaan harus lengkap dan berisi
semua informasi detail yang diperlukan.
2) Bila ada perbedaan antara Gambar Kerja yang satu dengan yang
lain atau antara Gambar Kerja dengan Spesifikasi Teknis ini,
Kontraktor harus memberitahukan perbedaan ini kepada Pengawas
Lapangan untuk dicari pemecahannya.
c) Pengiriman dan Penyimpanan
1) Bahan harus didatangkan ke lokasi pekerjaan dalam keadaan baik,
tidak cacat dan dilengkapi merek dagang yang jelas.
2) Bahan harus disimpan di tempat yang terlindung, tertutup, tidak lembab,
k er ing dan bers ih, s es uai dengan pers y aratan y ang
d it e n t uk an .
Kontraktor bert anggungj awab atas kerusakan bahan yang
dis impan baik sebelum atau selama pelaksanaan jika terdapat
kerusakan yang diakibatkan oleh kelalaian kontraktor.

4. BAHAN- BAHAN
a) Lapisan Kedap Air Sistem Pemasangan Dingin

49
1) Lapisan Kedap Air
Kec uali diten tuka n la in dalam Gambar atau s ebagainy a
Kons ultan Manajemen Konstruksi, lapisan kedap air harus
merupakan lembaran yang memiliki ketebalan minimal 1,5 mm,
dilengkapi lapisan perekat, terdiri atas komposisi Polyethylene
kekuatan tinggi, yang pada salah satu sisinya dilapisi lapisan aspal
modifikasi polymer, yang dilaksanakan di pabrik pembuat.
Lapisan kedap air harus melekat kuat dan tetap pada
tempatnya sehingga terbentuk lapisan penahan air yang
menerus tanpa pem berian perek at, bahan p anas, pengenc ang
mekanis atau pera latan khusus.
2) Lembaran lapisan kedap air harus memiliki karakteristik sebagai
berikut:
 Pemasangan cara dingin
 Daya lekat yang baik pada permukaan beton yang diberi cat
dasar
 Ketebalan yang seragam pada seluruh lembaran,
 Pemasangan yang cepat,
 Seperti Proofex GPE, Jiffy Seal, Bituthene atau yang setara
3) Cat Dasar
Cat dasar untuk semua permukaan beton atau permukaan
pasangan harus berasal dari pembuat lapisan kedap air yang disetujui.
b) Lapisan Kedap Air Sistem Pulas
1) Bahan lapisan kedap air sistem pulas harus jernih, tidak berwarna,
tidak berbau yang ketika dipulaskan, tidak akan mengubah
pandangan visual beton.
2) Cairan lapisan kedap air, minimal harus memiliki karakteristik
sebagai berikut:
 Melindungi beton dari kerusakan,
 Tahan terhadap cuaca
 Mencegah oli tembus ke dalam beton,
 Pemasangannya cepat dan membutuhkan sedikit perawatan
 Tidak licin,
 Mencegah kebocoran air dan karatnya baja tulangan
 Memenuhi ketentuan ASTM dan AASTHO, Seperti Radcon #7 buatan
Radcrete Pacific atau yang setara
c) Aksesoris penguat
Aksesoris penguat berupa kasa/fiber digunakan pada daerah pertemuan
dua bidang, kecuali bila ditentukan lain oleh Pengawas Lapangan.
d) Adukan Tebal (Screed)
Adukan tebal untuk melindungi lapisan kedap air harus memenuhi
ketentuan Spesifikasi Teknis 03 100 & 03200

5. P ELA K SAN AA N PEKERJAAN


a) U m u m
1) Semua pekerjaan lapisan kedap air harus dilaksanakan sesuai
rekomendasi dan petunjuk pemasangan pabrik pembuat dan di bawah
pengawasan ahli yang ditunjuk oleh pabrik pembuat.
2) Untuk permukaan dengan lubang buangan, permukaan harus
dibuat dengan kemiringan ±1% ke arah lubang buangan. Sebelum
pemasangan lapisan kedap air, lubang buangan harus sudah terpasang
dengan baik.
3) Pemasangan lembaran lapisan kedap air harus dimulai dari titik terendah.
4) Untuk daerah pertemuan dua bidang, lapisan kedap air dapat
diperkuat atau dipertebal dengan kasa, kecuali bila ditentukan lain

50
dalam Gambar Kerja.
b) P e r s i a p a n Permukaan
 Agar lapisan kedap air dapat melekat dengan baik, diperlukan
permukaan beton atau dinding yang halus dan monolit.
 Permukaan harus bebas dari lubang-lubang, kropos, batuan lepas
dan benda-benda tajam.
 Penyelesaian permukaan dengan sapuan tidak diijinkan.
 Beton harus sudah matang dan kering sebelum pemasangan lapisan kedap
air. Bersihkan permukaan untuk membuang debu, batu- batu lepas
dan kotoran dengan menggunakan sapu, pengisap debu atau kompresor
udara.
c) P e m a s a n g a n Lapisan Kedap Air Sistem Dingin
1) Um u m
Lapisan kedap air dengan sistem pemasangan dingin diaplikasikan pada
daerah basah seperti kamar mandi, dinding bawah tanah, lantai bawah
tanah dan bagian interior lainnya seperti ditunjukkan dalam Gambar Kerja.
2) Ca t Dasar
Laburkan cat dasar pada permukaan beton atau pasangan dengan rol wol
domba sampai mencapai ketebalan yang direkomendasikan oleh pabrik
pembuat lapisan kedap air. Biarkan cat dasar menjadi kering atau sampai
kering sentuh. Beri cat dasar hanya pada tempat-tempat yang akan diberi
lapisan kedap air pada hari yang sama. Bahan metal atau permukaan lain
yang tidak memerlukan cat dasar, harus dalam keadaan bersih, kering,
bebas dari cat-cat lepas, karat atau bahan lain yang dapat merusak. Bagian
permukaan yang tidak sempat diberi lapisan kedap air pada hari yang
sama harus diberi cat dasar ulang.
3) Te m pe ra t ur
Pemasangan lapisan kedap air dilakukan hanya pada cuaca cerah ketika
udara dan temperatur permukaan di atas 5°C.
4) P e nu t up Tepi/Pinggiran
Pada pemasangan vertikal, lapisan kedap air harus dipasang melewati tepi
bagian lantai permukaan atau melampaui puncak pondasi atau dinding. Bila
lembaran berhenti pada permukaan vertikal, maka harus dilengkapi dengan
lembaran lapis pelindung atau lembaran dapat dihentikan pada beton
dengan menekan kuat-kuat pada dinding.
 Tekan tepi-tepi dengan alat metal atau kayu keras seperti palu
atau pegangan pisau.
 Kegaga lan menggun aka n tekanan kua t pada perhentian
a k a n mengakibatkan penutupan yang jelek.
 Memaku lembaran biasanya tidak dibutuhkan.
 Berikan bahan penutup celah yang direkomendasikan, pada
semua perhentian vertikal maupun horizontal.
5) P e nu t up Celah
Semua tepi harus dibeeri lewatan minimal 75 mm dan sambungan akhir harus
diberi lewatan minimal 150mm, atau sesuai rekomendasi pabrik pembuat
lapisan kedap, air. Untuk pekerjaan ini, sebuah garis penunjuk harus
dibubuhkan pada lembaran.
6) De t a i l Sudut
Tutup semua sudut dalam dan luar dengan strip awal selebar minimal 30cm
yang ditempatkan di tengah-tengah sudut, diikuti pemasangan lapisan
kedap air dalam lebar penuh. Sudut luar harus bebas dari tepi-tepi yang tajam.
Periksa permukaan yang bersebelahan dengan semua sudut dan perbaiki
jika perlu agar diperoleh permukaan yang rata dan halus. Sudut dalam
harus diberi lapisan tipis yang dibentuk dari adukan modifikasi lateks dan
kemudian ditutup lapisan kedap air sesuai petunjuk pemasangan dari pabrik
pembuat.

51
d) P e m a s a n g a n Lapis Kedap Air Sistem Pulas
1) Aplikasinya cairan lapisan kedap air hanya pada cuaca yang wajar
ketika udara dan temperatur sekitar di atas 5°C dan di bawah 45°C.
2) Aplikasikan cairan kedap air dengan semprotan ke permukaan beton
yang bers ih, m ini mal telah berumur 28 hari, rata - rata 5 m 2
s etiap l i ter, tergantung pada porositas permukaan beton.
3) Aplikasi juga dapat dilakukan dengan cara menuang cairan kedap
air ke permukaan beton dan meratakannya dengan kuas atau rol.
Awal pertama pemberian air harus dilakukan minimal 6 jam
setelah pengaplikasian cairan kedap air, dilanjutkan dengan 2 kali
pemberian air, satu kali pada hari kedua dan satu kali pada hari ketiga.
e) P e r l i n d u n g a n
1) Kecuali ditentukan lain dalam Gambar Kerja, lapisan keda p air
harus dilindungi untuk mencegah kerusakan karena pekerjaan lain, bahan-
bahan konstruksi atau tanah uruk.
2) Perlindungan harus diberikan pada dinding pondasi dan
permukaan horizontal dengan lalu lintas ringan.
3) Perlindungan harus diberikan pada hari yang sama dengan
pemasangan lembaran lapisan kedap air atau segera setelah
pengujian 24 jam tanpa kebocoran.
Bila di atas lapisan perlindun gan akan diberikan beton, bahan
beton dan pelaksanaannya harus memenuhi ketentuan Spesifikasi
Tekmos 03 100 & 03200
f) I n s t a l a s i Lain
Bila daerah yang akan dilapisi kedap air memiliki penembusan utilitas
(pipa, kabel dan lain-lain) atau saluran buangan,maka pelapisan kedap
air dilakukan setelah lembar pelindung/flashing di sekeliling peralatan
tadi selesai dipasang. Lembar pelindung ini harus dilewatkan dan
dilipatkan pada lapisan kedap air sehingga dapat dijamin suatu
sambungan yang kedap air pula.
g) P e r b a i k a n
Semua permukaan yang rusak harus diperbaiki kembali menurut
rekomendasi pabrik pembuat bahan sehingga menghasilkan
permukaan yang rata dan tidak akan mengganggu pemasangan lapisan
permukaan akhir/finishing.

XVIII. PEKERJAAN FINISH CAT SEMPROT


1. LINGKUP PEKERJAAN
a) P ek erja an ini me lip ut i pe nye diaa n tenaga ke rja , bahan -
ba han/ mat er ia l, peralatan-peralatan kerja serta alat-alat bantu lainnya yang
diperlukan dalam pelaksanaan, hingga diperoleh hasil pekerjaan yang baik dan
sempurna.
b) Pek erjaan ini meliputi pekerjaan plafond beton expose ( tanpa
ditutup plafond) dan difinish dengan plesteran campuran aduk I pc 3
pasir berikut acian, dilaksanakan untuk seluruh detail seperti yang
disebutkan/disyaratkan dalam dokumen gambar serta mengikuti petunjuk
Konsultan Manajemen Konstruksi/Konsultan Pengawas.
c) Cara pengerjaan, volume serta detail-detail ukuran lainnya sesuai
dengan yang tercantum dalam dokumen gambar dan Bill Of Quantity.
d) Ketentuan- ketentuan dan persyaratan- persyaratan lainnya berlaku
semua k et en tuan dan p er s y arata n untuk p ek erj aan f in ish ing
pl es te r an , atau mengikuti ketentuan dari persyaratan untuk pekerjaan lain
yang sejenis pada spesifikasi ini serta mengikuti petunjuk Konsultan Manajemen
Konstruksi.

2. STANDARD-STANDARD
a) Persyaratan Umum Bahan Bangunan Indonesia (PUBI-1982)

52
b) Spesifikasi Pekerjaan Beton – Seksi 03 100
c) Spesifikasi Pekerjaan Pelester Semen & Acian Seksi 10100
d) Spesifikasi Pekerjaan Pengecatan Seksi 09700

3. PERSYARATAN BA HAN
a) Semen portland yang digunakan harus dari satu produk, mute clan
yang disetujui Konsultan Manajemen Konstruksi serta memenuhi syarat-
syarat yang ditentukan dalam NI-8.
b) Pasir harus memenuhi ketentuan yang dinyatakan dalam NI-3 Pasal 41
dan PUBI-1982.
c) Air harus memenuhi ketentuan yang dinyatakan dalam NI-3 Pasal 10.
d) Campuran (agregate) untuk plesteran harus dipilih yang benar-benar
bersih dan bebas dari segala macam kotoran, harus bersih dan melalui
ayakan #1,62,0 mm.
e) Bahan cat digunakan: exICI atau exDana Paint atau yang setara.

4. SYARAT- SYARAT PELAKSANAAN


a) Y a n g d i m a k s u d a d a l a h p l a f o n d b e t o n ex p o s e , d i p l e s t e r d e n g a n
a d u k 1pc: 3pasir berikut acian, tebal rata-rata 1,50 cm, kemudian di finish
dengan dempul tembok/plamir dan dicat dengan cat dasar dan cat finish
minimal dengan Vinyl Acrylic Emulsion buatan ICI, Dana Paint, Nippon
Paint 3 kali laburan, warna akan ditentukan kemudian.
b) K e c u a l i ditentukan lain dalam spesifikasi ini maka semua pekerjaan maupun
tambahan- tambahan bahan yang sehubungan dengan pekerj aan ini
adalah menjadi beban dan tanggung jawab Pelaksana Pekerjaan.
c) K o n t r a k t o r harus menggunakan tenaga-tenaga yang berpengalaman
dalam mengerjakan pekerjaan ini.
d) S e l u r u h plesteran plafond menggunakan aduk campuran 1 pc-3pasir,
berikut acian.
e) P a s i r pasang yang digunakan harus diayak terlebih dahulu dengan
mata ayakan seperti yang dipersyaratkan.
f) M a t e r i a l lain yang tidak terdapat dalam persyaratan di atas tetapi
dibutuhkan untuk penyelesaian/penggantian pekerjaan dalam bagian ini,
harus bermutu baik dan jenisnya disetujui Konsultan Manajemen
Konstruksi/ Konsultan Pengawas.
g) S e m e n portland yang dikirim ke site harus dalam keadaan tertutup atau
dalam kantong yang masih disegel dan berlabel pabriknya, bertuliskan
tipe dan tingkatannya, dalam keadaan utuh dan tidak cacat.
h) B a h a n harus disimpan di tempat yang kering, berventilasi baik,
terlindung, bersih. Tempat penyimpanan bahan harus cukup
menampung kebutuhan bahan, dilindungi sesuai dengan jenisnya seperti yang
disyaratkan dari pabrik.
i) S e m u a bahan sebelum dikerjakan harus ditunjukkan kepada
Konsultan M a n a j e m e n K o n s t r u k s i / K o n s u l t a n P e n g a w a s u n t u k
m e n d a p a t k an p ers e tuj uan, len gk ap de ng an k e t e nt u a n
pers y ara ta n dari pa brik y ang bersangkutan. Material yang tidak
disetujui harus diganti dengan material lain yang mutunya sesuai dengan
persyaratan tanpa biaya tambahan.

5. PELAKSANAAN
a) Sebelum memulai pekerjaan Pelaksana Pekerjaan harus memeriksa
tapak yang telah disiapkan, apakah sudah memenuhi persyaratan untuk
dimulainya pekerjaan.
b) Bila ada kelainan dalam hal apapun antara gambar, spesifikasi teknis
dan lainnya, Pelaksana Pekerjaan harus segera melaporkan kepada
Konsultan Manajemen Konstruksi. Pelaksana Pekerjaan tidak
diperkenankan melakukan pekerjaan di tempat tersebut sebelum

53
kelainan/perbedaan diselesaikan.
c) Plesteran harus halus dan rata.
d) Tebal plesteran 1,5 cm. Ketebalan plesteran yang melebihi 2 cm harus
diberi kawat ayam untuk membantu dan memeperkuat daya lekat
plesteran, pada bagian pekerjaan yang diizinkan Konsultan Manajemen
Konstruksi.
e) Kelembaban plesteran harus dijaga sehingga berlangsung wajar tidak
terlalu tiba-tiba, dengan membasahi permukaan plesteran setiap kali terlihat
kering.
f) Bilamana tidak ditentukan lain, maka permukaan plesteran disemprot
dengan lapisan bubuk tepung khusus dengan perekat (Spray) yang akan
membentuk permukaan bertekstur. Saringan penyemprot harus
sedemikian rupa sehingga menghasilkan lapisan permukaan dengan gradasi
butiran yang halus.
g) Permukaan bidang tekstur kemudian dicat dengan cat tembok Vinyl
Acrylic Emulsion, dengan cara roll serta kuas untuk bagian- bagian
pinggir bidang. Warna ditentukan kemudian.

XIX. PEKERJAAN PLESTER SEMEN DAN ACIAN


1. LINGKUP PEKERJAAN
a) Kontraktor harus mempersiapkan tenaga- tenaga pekerja serta peralatan-
peralatan perlengkapannya untuk mendapat hasil kerja yang baik.
b) Pekerjaan finishing plester semen terdiri atas 2 bagian yaitu plesteran dan acian
penghalusan dilaksanakan pada :
Semua bidang tembok bata atau batu kali dan kolom beton. Balok batas yang tidak
akan ditutup dengan bahan lain misalnya ditutup ubin keramik dan sebagainya.
Bidang- bidang beton bukan struktur yang dibuat bersama-sama dengan tembok
misalnya kolom praktis, dan balok ring praktis yang dapat langsung terlihat.
c) Pekerjaan acian dilaksanakan pada :
Bidang-bidang beton yang digolongkan beton fair face, ialah yang setelah
bekistingnya dibuka sudah rata dan cukup halus.
Acian dilakukan sekedar untuk menutup/ meratakan tempat-tempat yang legok
atau gompel- gompel sedikit atau permukaan yang sudah rata tetapi belum cukup
licin seperti disyaratkan.
Semua bidang pasangan yang diplester.
d) Bidang beton yang tidak perlu diplester atau diaci ialah:
- Sloof
- Pur
- Balok- balok beton yang tidak langsung telihat
e) Khusus pasangan batu kali perlu diplester, terlihat ditentukan lain dalam gambar
kerja.

2. BAHAN
a) Bahan semua yang dipakai ex semen Tiga Roda atau Semen Padang atau yang
sekualitas, setidaknya memenuhi ketentuan dalam NI-8.
b) Pasir harus memenuhi kualitas yang disyaratkan dalam Persyaratan Umum Bahan
Bangunan Indonesia (PUBBI)- 1982.

3. ADUKAN
a) Adukan bagi pekerjaan acian terdiri atas campuran semen dengan air.
b) Adukan plesteran terdiri atas campuran semen dengan pasir dengan komposisi 1
PC : 5 pasir untuk pasangan biasa, dan komposisi 1 PC : 2 pasir untuk pasangan
trasram.
Bilamana dicantumkan khusus pada gambar atas instruksi Manajemen Konstruksi
maka adukan perlu ditambahkan kapur sehingga komposisinya menjadi 1 PC : ½
kapur : 5 pasir.

54
Semen digunakan ketentuan seperti pada bagian pekerjaan beton seksi 03100,
sedangkan pasir menggunakan pasir pasang, bersih, serta telah diayak.

4. PELAKSANAAN
a) Kontraktor harus mempersiapkan tukang-tukang yang benar-benar ahli dan
berpengalaman dalam melaksanakan pekerjaan plesteran dan acian ini.
b) Ketebalan plester ± 15 mm sedangkan ketebalan acian ± 2- 3 mm. Perlu dibuat
kepala- kepala plester untuk dipakai sebagai patokan- patokan ketebalan plester.
c) Permukaan dan acian yang dihasilkan harus rata ke segala arah bidang
permukaan dapat dicek apabila ada cahaya jatuh pada bidang plester tidak ada
tempat- tempat yang ada bayangannya.
d) Sebelum permukaan pasangan plester, siar-siar pasangan sudah harus dikeruk,
kemudian disiram air agar adukan plesteran mudah untuk melekat.
e) Pelaksanaan harus rapih dan bersih, misalnya adukan yang jatuh ditepi bawah
tembok harus segera diangkat/ dibersihkan, dengan maksud :
 Penghematan bahan aduk, karena dapat dipakai lagi setelah diaduk lagi.
 Keadaan pekerjan selalu bersih.
Sebelum pekerjaan plesteran dimulai, pipa-pipa listrik dan plumbing yang di
expose sudah harus terpasang rapih dan kuat ditempat- tempat alur atau sparing.

XX. PEKERJAAN PANEL GIPSUM


1. LINGKUP PEKERJAAN
Pekerjaan ini mencangkup penyediaan bahan, tenaga kerja, peralatan bantu dan
pemasangan panel gypsum dan aksesori pada tempat- tempat seperti ditunjukan
dalam Gambar Kerja dan Spesifikasi Teknis ini.

2. STANDARD- STANDARD DAN KETENTUAN UMUM


a) Australian Standard (AS).
b) American Strandard for Testing and Materials (ASTM).
c) Spesifikasi Teknis :
 07300 - Pekerjaan Plafond Metal
 06100 - Pekerjaan Kayu Kasar
 06200 - Pekerjaan Kayu Halus
 10900 - Pengecatan

3. STANDAR- STANDAR DAN KETENTUAN UMUM


a) Contoh Bahan dan Data Teknis Bahan
Contoh dan data teknis/ brosur yang akan digunakan harus diserahkan terlebih
dahulu kepada Pengawas Lapangan untuk disetujui sebelum dikirimkan ke lokasi
proyek.
b) Gambar Detail Pelaksanaan
Kontraktor harus menyerahkan Gambar Detail Pelaksanaan sebelum pekerjaan
dimulai, untuk disetujui oleh Pengawas Lapangan.
Gambar Detail Pelaksanaan harus mencakup penjelsan mengenai jenis/ data
bahan, dimensi bahan, ukuran- ukuran, jumlah bahan, cara penyambungan, cara
pabrikasi, cara pemasangan dan detail lain yang diperlukan.
c) Pengiriman dan Penyimpanan
1) Panel gypsum dan aksesoris harus didatangkan ke lokasi sesaat sebelum
pemasangan untuk mengurangi resiko kerusakan.
2) Panel gypsum ditumpuk dengan rapih dan kuat di atas penumpu yang
ditempatkan pada setiap jarak 450 mm, dengan penumpu bagian ujung
berjarak tidak lebih tinggi dari 150 mm terhadap ujung tumpukan.
3) Penel gypsum dan aksesoris harus disimpan di tempat terlindung, lepas dari
muka tanah, di atas permukaan yang rata dan dihindarkan dari pengaruh
cuaca.
d) Ketidaksesuaian

55
1) Kontraktor wajib memeriksa Gambar Kerja yang ada terhadap kemungkinan
kesalahan/ ketidaksesuaian, baik dari segi dimensi, jumlah maupun
pemasangan dan lainnya.
2) Bila bahan-bahan yang didatangkan atau difabrikasikan ternyata menyimpang
atau tidak sesuai dengan yang telah disetujui, maka akan ditolak dan
kontraktor wajib menggantinya dengan yang sesuai.
3) Biaya yang ditimbulkan karena hal di atas menjadi tanggung jawab Kontraktor
sepenuhnya dan tanpa tambahan waktu.

4. STANDARD- STANDARD DAN KETENTUAN UMUM


a) Panel
1) Panel dan gypsum harus dari produk yang memiliki teknologi Control Density
dan memiliki ketebalan dan ukuran modul sesuai petunjuk dalam Gambar
Kerja, seperti produk Jayaboard, Elephant, Siam atau yang setara.
2) Panel gypsum harus dari normal/standar yang memenuhi ketentuan AS 2588-
1983, dengan bentuk tepi khusus untuk penyambungan rata (Flush Joint),
kecuali bila ditentukan lain dalam Gambar Kerja.
b) Semen Penyambung
Semen penyambung panel gypsum harus sesuai dengan rekomendasi dari pabrik
pembuat panel gypsum.
c) Rangka
1) Bilamana dalam gambar atau atas instruksi Konsultan Pengawas/ Manajemen
Konstruksi, plafond gypsum menggunakan rangka baja, maka rangka baja
harus dari bahan “Hot Galvanized Steel” tebal minimum 0,4 mm.
2) Konstruksi rangka baja terdiri atas batang pemegang panel serta batang
pengaku yang tegak lurus bantang pemegang lengkap dengan aksesoris,
seperti Adjustable hanger, Bar clip, Bar joint, Wall moulding dan lain
sebagainya.
3) Bahan rangka plafond baja digunakan ex JoF metal atau lainnya yang setara
d) Alat Pengencang
Alat pengencang berupa sekrup dengan tipe sesuai jenis pemasangan harus
sesuai rekomendasi dari pabrik pembuat panel gasket grid cilling sistem yang
memenuhi syarat AS 2589- 1983.
e) Perlengkapan Lainnya
Perlengkapan lainnya untuk pemasangan panel gypsum, antara lain seperti
tersebut, harus sesuai rekomendasi dari pabrik pembuat panel gypsum :
- Perekat
- Pita kertas ber- perforasi
- Cat dasar khusus untuk permukaan panel gypsum
- Dan lainnya disesuaikan dengan kebutuhan agar gypsum terpasang dengan
baik

5. STANDARD- STANDARD DAN KETENTUAN UMUM


a) Umum
1) Sebelum panel gypsum dipasang, Kontraktor harus memeriksa kesesuaian
tinggi/ kerataan permukaan, pembagian bidang, ukuran dan konstruksi
pemasangan terhadap ketentuan Gambar Kerja, serta lurus dan waterpass
pada tempat yang sama.
2) Pemasangan panel gypsum dan kelengkapannya harus sesuai dengan
petunjuk pemasangan dari pabrik pembuatannya.
3) Jenis/ bentuk tepi panel gypsum harus dipilih berdasarkan jenis pemasangan
seperti ditunjukkan dalam Gambar Kerja.
b) Pemasangan
1) Rangka panel gypsum untuk pemasangan di, partisi atau tempat- tempat
lainnya berupa rangka yang terbuat dari bahan baja lapis seng atau rangka
Baja holo, harus sesuai dengan standar dari pabrik pembuatnya yang dibuat
khusus untuk pemasangan panel gypsum.

56
2) Panel gypsum dipasangakan ke rangkanya dengan paku, sekrup atau dengan
alat pengencang dengan diameter dan panjang sesuai.
Hasil pemasangan bidang panel gypsum harus rata waterpass, tidak
melengkung dan lain sebagainya.
Sambungan antara lembar panel satu sama lainnya harus lurus, khususnya
bila diperlukan pemotongan lembar panel.
3) Sambungan antara panel gypsum harus menggunakan pita penyambung dan
perekat serta dikerjakan sesuai petunjuk pelaksanaan dari pabrik pembuat
panel gypsum.
4) Rangka baja holo dipasang membentuk kotak- kotak 600x600 mm. Bagian
yang akan diletakan panel gypsum harus rapi sedemikian sehingga
menghasilkan suatu permukaan bidang yang rata.
c) Pengecatan
1) Permukaan panel gypsum harus kering, bebas dari debu, oli atau gemuk dan
permukaan yang caca telah diperbaiki sebelum pengecatan dimulai.
2) Kemudian permukaan panel gypsum tersebut harus dilapisi dengan cat dasar
khusus untuk panel gypsum untuk menutup permukaannya yang berpori.
3) Setelah cat dasar panel gypsum kering, kemudian dilanjutkan dengan
pengaplikasian cat dasar dan/ atau cat akhir sesuai ketentuan Spesifikasi
Teknis 09700 dalam warna akhir sesuai ketentuan Skema Warna yang akan
diterbitkan kemudian.

XXI. PEKERJAAN LANTAI UBIN KERAMIK


1. LINGKUP PEKERJAAN
Pekerjaan ini mencakup penyediaan bahan dan pemasangan berbagai jenis
ubin pada tempat-tempat seperti ditunjukkan dalam Gambar Kerja serta
Spesifikasi Teknis ini atau sesuai petunjuk Pengawas Lapangan.

2. STANDAR/RUJUKAN
a) Persyaratan Umum Bahan bangunana di Indonesia (PUBI-1982)
b) Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian A (SK SNI S-04-1989-F)
c) Standar Industri Indonesia (SII) dan/atau Standar Nasional Indonesia (SNI)
Spesifikasi teknis 04 100 — Adukan Pekerjaan Pasangan

3. PROSEDUR UMUM
a) Contoh Bahan dan Data Teknis
Contoh bahan dan data teknis/ brosur bahan yang akan digunakan
harus diserahkan ke pada Pengawas Lapan gan untuk dis etujui
terlebih dahulu sebelum dikirimkan ke lokasi proyek. Contoh bahan
ubin keramik harus diserahkan sebanyak 3 ( tiga) buah dengan 4
( empat) gradasi warna untuk s et iap bahan. Biaya pengadaan
c o nto h bahan men jad i t an g g un g jaw ab Kontraktor.
b) Pengiriman dan Penyimpanan
Pengiriman ubin keramik ke lokasi proyek harus terbungkus dalam
kemasan pabrik yang belum dibuka dan dilindungi dengan label/merk
dagang yang utuh dan jelas. Kontraktor harus menyediakan cadangan
sebanyak 1% dari keseluruhan bahan terpasang untuk diserahkan kepada
Pemilik Proyek, kecuali ditentukan lain oleh Konsultan Manajemen
Konstruksi/Konsultan Pengawas.

4. BAHAN- BAHAN
a) Umum
Ubin harus dari kualitas yang baik dan dari merek yang dikenal. Ubin
yang tidak rata permukaan dan warnanya, sisinya tidak lurus, sudut -
sudutnya tidak siku, retak atau cacat-cacat lainnya, tidak boleh dipasang.
b) Ubin Keramik

57
1) Ubin keramik terdiri dari beberapa jenis seperti tersebut berikut:
 U b i n k e r a m i k t i p e g r a n i t non - s l i p u k u r a n d a a n
300 mmx 300 mm untuk lantai KM/ WC dan tempat - tempat
lainnya seperti ditunjukkan dalam gambar kerja.
 Ubin keramik berglasur ukuran 200mmx250mm untuk dinding
KM/WC. (lihat spesifikasi no. 10320).
 Ubin keramik type granit berglasur ukuran
6 0 0 m m x 6 0 0 m m d a n / a t a u 200mmx200mm dan/atau
300mmx300mm untuk tempat- tempat lain seperti ditunjukkan dalam
Gambar Kerja.
2) Tipe dan warna masing- masing ubin keramik harus sesuai dengan
Skem Warna yang ditentukan kemudian, clan berasal dari merek
granito,atau stara atau yang setara yang disetujui Pengawas
Lapangan/Konsultan MK.
c) Adukan
1) Adukan terdiri dari campuran semen dan pasir yang diberi bahan
tambahan penguat dalam jumlah penggunaan sesuai petunjuk dari
pabrik pembuat. Bahan- bahan adukan dan bahan tambahan
harus memenuhi ketentuan Spesifikasi Teknis 04100 atau 10100.
2) Adukan khusus untuk memasang ubin keramik, j ika ditunjukkan
dalam Gambar kerja atau sesuai petunjuk Pengawas Lapangan,
harus memenuhi ketentuan AS 2358, ANSI 118.1, 118.4 dan BS 5385,
seperti produk AM 30 Mortarflex atau yang setara.

5. PELAKSANAAN PEKERJAAN
a) Persiapan
1) Pekerjaan pasangan ubin baru boleh dilakukan setelah pekerjaan
lainnya benar-benar selesai.
2) Pemasangan ubin harus menunggu sampai s emua ala t
pe ngg a nt un g, pengunci pintu/jendela dan semua pekerjaan pemipaan air
bersih/air kotor atau pekerjaan lainnya yang terletak di belakang atau di
bawah pasangan ubin ini telah diselesaikan terlebih dahulu.
b) Pemasangan
1) Sebelum pemasangan ubin pada dinding dimulai, pelesteran harus
dalam keadaaan kering, padat, rata dan bersih.
2) Sebelum dipasang, ubin harus direndam air terlebih dahulu.
3) Adukan untuk pasangan ubin pada lantai, dinding luar dan bagian lain
yang harus kedap air harus terdiri dari campuran 1 semen, 2 pasir dan
sejumlah bahan tambahan, keculi bila ditentukan lain dalam Gambar
Kerja. Adukan untuk pasangan ubin pada tempat-tempat lainnya
menggunakan campuran 1 semen dan 4 pasir. Tebal adukan untuk
semua pasangan 20 mm, kecuali bila ditentukan lain dalam Gambar
Kerja.
4) Adukan untuk pasangan ubin pada dinding harus diberikan pada
permukaan pelesteran dan permukaan belakang ubin, kemudian
dilekatkan pada tempat yang sesuai dengan yang direncanakan atau
sesuai petunjuk Gambar Kerja.
5) Adukan untuk pasangan ubin pada lantai harus ditempatkan di atas
lapisan pasir padat atau lapisan lantai kerja beton tumbuk 1 : 3 : 5
, kecuali bila ditentukan lain dalam Gambar kerja atau instruksi
Konsultan Manajemen Konstruks i. Pasangan ubin untuk lantai
KM/ WC, permukaannya harus dimiringkan sedemikian rupa menuju
ke arah lubang pembuangan (saringan air kotor/Floor Drain) sehingga
mudah menjadi kering.
6) Ubin harus kokoh menempel pada alasnya dan tidak boleh

58
berongga. Harus dilak ukan pemeriksaan untuk menjaga agar
bidang ubin yang terpasang tetap lurus dan rata. Ubin yang salah
letaknya, cacat atau pecah, harus dibongkar dan diganti.
7) Ubin mulai dipasang dari salah satu sisi agar pola simetri yang
dikehendaki dapat terbentuk dengan baik.
8) Sambungan atau celah-celah antara ubin harus lurus, rata dan
seragam, saling tegak lurus. Lebar celah tidak boleh lebih dari 1,6
mm, kecuali bila ditentukan lain. Adukan harus rapi, tidak keluar dari celah
sambungan.
9) Pemotongan ubin harus dengan keahlian dan dilakukan hanya
pada satu sisi, bila tidak terhindarkan. Pada pemasangan khusus
seperti pada sudutsudut pertemuan, pengakhiran dan bentuk -
bentuk yang lainnya harus dikerjakan serapi dan sesempurna
mungkin.
c) Pengecoran Siar/celah.
1) Pengec oran siar/c elah antara ubin keramik harus dilaksanakan
setelah adukan pasangan ubin benar-benar kering. Hal ini perlu
diperhatikan untuk mencegah terjadinya ledakan yang disebabkan
terperangkapnya kandungan air di bawah ubin.
2) Siar/celah antara ubin dicor dengan semen pengisi/ grout yang
berwarna sama dengan warna ubinnya, seperti produk AM 50
Coloured Ceramic Grout dengan campuran AM 54 Liquid Grout
Additive atau yang setara yang disetujui Pengawas Lapangan.
Pengecoran dilakukan sedemikian rupa sehingga mengisi penuh garis-
garis siar.
3) Setelah semen pengisi cukup mengeras, bekas -bekas
pengecoran segera dibersihkan dengan kain lunak yang baru dan
bersih.
d) Pembersihan dan Perlindungan
Setelah pemasangan selesai, permukaan ubin harus benar -benar bersih,
tidak ada yang cacat. Bila dianggap perlu, permukaan ubin harus diberi
perlindungan, misalnya dengan sabun anti karat atau cara lain yang
yang diperbolehkan, tanpa merusak permukaan ubin.

XXII. PEKERJAAN STEPNOUSE KERAMIK


1. LINGKUP PEKERJAAN
a) Pekerjaan ini meliputi pengadaan material/bahan, tenaga kerja, peralatan
serta alat- alat bantu lainnya yang diperlukan dalam pelaksanaan
pekerjaan ini, hingga dapat tercapai hasil pekerjaan yang bermutu baik dan
sempurna.
b) S tep n ous e k e ra mik t i le d ipa s an g pada anak t angg a dan bor de s,
ta ng ga kebakaran dan tangga kasir minimal produksi IKAD, ROMAN,
ASIA TILE, Esensa ukuran 100 x 200 mm atau 100 x 300 mm atau 100 x 600
mm.
c) Ste pn ous e u b i n k e r a m i k u k u r a n 1 0 0 x 2 0 0 m m a t a u 1 0 0 x 3 0 0
mm dilaksanakan pada anak tangga dan bordes tangga atau pada temp at-
tempat lain seperti tercantum dalam dokumen gambar.
d) Cara penempatan, bentuk, volume serta detail-detail ukuran-ukuran
lainnya dengan yang tercantum dalam dokumen gambar dan Bill Of Quantity.
Ketentuan- ketentuan dan persyaratan-persyaratan untuk pekerjaan finishing
lantai/ keramik, atau mengikuti ketentuan dan persyaratan untuk pekerjaan
finishing lantai/keramik atau mengikuti ketentuan dan persyaratan untuk
pekerjaan lain yang sejenis pada spesifikasi ini.

2. STANDARD-STANDARD YANG BERLAKU

59
a) SII – 0023 – 81
Standard Industri Indonesia – Mutu& Cara Uji Keramik Untuk Lantai.
b) PUBI – 1982
Persyaratan Umum Bahan Bangunan Indonesia.

3. PERSYARATAN BAHAN
a) Jenis stepnouse ubin keramik yang digunakan adalah jenis Stoneware,
badan keramik hampir padat (lebih padat dari porselin), berwarna
cerah dari bahan keramik tunggal atau campuran.
b) Permukaan stepnouse ubin keramik tidak boleh menampakkan cacat,
bengkok(melenting), retak-retak, bagian glasir terlepas, lubang-lubang
jarum atau cacat-cacat kotor dari bahan glasir.
c) Ukuran stepnouse ubin keramik yang dipakai adalah 100 x 200 mm atau
100 x 300 mm, sisi harus siku-siku dengan toleransi penyimpangan tidak
lebih dari 0.50 mm, tahan terhadap gesekan dengan kekerasan tidak
kurang dari 5 skala Mohs (kehilangan berat karena uji gesekan tidak
boleh lebih dari 0,10 gr/berat ubin).

4. SYARAT-SYARAT PELAKSANAAN
a) Yang dimaksud adalah penggunaan stepnouse pada injakan tangga/anak tangga,
undak- undak , ak hiran terbuk a/ tepi lant ai dan t empat - tempat la in
y ang memerlukannya sesuai dengan fungsi pengaman terhadap
slip/tergelincir dan tahan benturan.
b) Pekerjaan stepnouse keramik ukuran 100 x 200 mm atau 100 x 300 mm
atau 100 x 600 mm, dilaksanakan pada anak tangga dan bordes,
tangga kebakaran dan tangga kasir minimal produksi ROMAN,
ARTISTIKA, ASIA TILE, dari kualitas terbaik atau yang setara.
c) S e b e l u m me laksanakan pekerjaan Pelaks ana Pekerja an
d i h a r u s k a n menyampaikan contoh material stepnouse keramik tile harus
dilaksanakan oleh orang/tukang yang benar-benar ahli untuk memperoleh
persetujuannya.
d) Pemasangan stepnouse keramik harus dilaksanakan oleh orang/tukang
yang benar-benar ahli untuk memperoleh hasil yang baik dan memuaskan.
e) Untuk keperluan pemotongan/sambungan/lasan harus menggunakan
mesin pemotong kwalitas baik, agar diperole h hasil pemoton gan
yang baik dan memuaskan.
f) Cara penempatan, bentuk, volume serta detail- detail ukuran lainnya
sesuai dengan y ang t erc antum d ala m dok u men ga mbar, Bill Of
Qu ant ity s erta mengikuti petunjuk Konsultan Manajemen
Konstruksi/Konsultan Pengawas.
g) Ketentuan- ketentuan dan persyaratan- persyaratan lainnya berlaku
semua ketentuan dan persyaratan untuk pekerjaan lantai, atau mengikuti
ketentuan dan persyaratan untuk pekerjaan lain yang sejenis pada spesifikasi
ini.

XXIII. PEKERJAAN PLAFOND GASKET GRID CEILLING SYSTEM


1. LINGKUP PEKERJAAN
a) Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-
alat bantu lainnya yang diperlukan dalam pelaksanaan, hingga diperoleh hasil
pekerjaan yang baik dan sempurna.
b) Pekerjaan pemasangan plafond Gasket Grit ceilling System atau yang setara
envirco meliputi seluruh detail yang disebutkan/ditunjukan dalam dokumen gambar
serta mengikuti petunjuk Konsultan Manajemen Konstruksi/Konsultan Pengawas.
c) Cara pemasangan, bentuk, volume serta detail-detail lainnya sesuai dengan yang
tercantum dalam dokumen gambar dan Bill Of Quantity. Ketentuan-ketentuan dan

60
persyaratan-persyaratan lainnya berlaku semua ketentuan dan persyaratan untuk
pekerjaan dinding plafond gypsum board/ pekerjaan alumunium atau mengikuti
ketentuan dan persyaratan lain untuk pekerjaan yang sejenis pada spesifikasi ini.

2. PERSYARATAN BAHAN
a) Rangka plafond digunakan “pipa persegi” (Hollow Steel), atau rangka Frame
Alumunium T profil sebagaimana tercantum dalam gambar kerja. Jarak antar
rangka sesuai gambar kerja atau bilamana tidak tercantum dalam gambar
digunakan ukuran 60x60 cm.
b) Rangka/ frame finish (alumunium) :
1) Jenis alumunium extrusi, produk dalam negeri yang bermutu baik serta
memenuhi II Extrusi0695-82 yang disetujui Konsultan Manajemen Konstruksi.
Bahan untuk extrusi adalah ALKASA, INDAL, ALEXINDO alumunium.
2) Profil disesuaikan dengan shop drawing yang telah disetujui.
3) Tebal profil alumunium 1,6 mm.
4) Warna akan ditentukan kemudian oleh Konsultan Manajemen Konstruksi.
5) Proses anodized.
6) Nilai batas deformasi 2 mm.
7) Bahan yang diproses pabrik harus diseleksi dahulu sesuai dengan bentuk,
toleransi, ukuran, ketebalan, kesikuan, kelengkungan, penawaran yang
disyaratkan oleh Konsultan Manajemen Konstruksi.
8) Persyaratan bahan memenuhi persyaratan tertulis dalam bab material
alumunium dan bahan yang menyangkut pekerjaan alumunium.
c) Rangka steel type T, berukuran 60 mm x 60 mm, terbuat dari alumunium
d) Lembar/ lempengan plafond
Digunakan Gasket Grid ceilling system produksi envirco atau setara.
e) Aksesoris:
1) Angker, sekrup, pelat, baut jika ada harus di- galvanized
2) Untuk rangka alumunium, angker dipakai galvanized steel plate ketebalan
2mm.
3) Lain-lain sesuai persyaratan pabrik sehingga sesuai dengan ukuran
rangka/panel dan material rangka/panel yang telah terpasang.
f) Bahan finishing :
1) Finishing untuk bagian rangka alumunium yang tampak dari luar dengan
Powder Coating.
2) Warna ditentukan kemudian.

3. SYARAT- SYARAT PELAKSANAAN


a) Sebelum pelaksanaan pekerjaan dimulai Pelaksana Pekerjaan diwajibkan untuk
meneliti gambar-gambar yang ada dan kondisi di lapangan (ukuran dan lubang)
termasuk mempelajari bentuk, pola layout/penempatan, cara pemasangan,
mekanisme dan detail-detail sesuai gambar.
b) Pelaksana pekerjaan diwajibkan membuat shop drawing sesuai ukuran/bentuk/
mekanisme kerja yang disetujui oleh Konsultan Manajemen Konstruksi/ Konsultan
Pengawas, dan telah disesuaikan dengan keadaan di lapangan.
c) Pelaksana Pekerjaan wajib membuat Mock Up sebelum pekerjaan dimulai dan
dipasang.
d) Sebelum pemasangan, penimbunan alumunium, gypsum board dan material yang
lain di tempat pekerjaan harus diletakkan pada ruang/tempat dengan sirkulasi
udara yang baik, tidak terkena cuaca langsung dan terlindung dari kerusakan dan
kelembaban.
e) Harus diperhatikan semua sambungan dalam pemasangan klos-klos, baut,
angker-angker dan penguat lain yang diperlukan hingga terjamin kekuatannya
dengan memperhatikan/menjaga kerapihan terutama untuk bidang-bidang tampak
tidak boleh ada lubang-lubang atau cacat bekas penyetelan.

61
f) Desain dan produksi dari system plafond harus mencapai persetujuan dari
Konsultan Manajemen Konstruksi/ Konsultan Pengawas, serta sesuai dengan
yang tercantum dalam Dokumen Gambar.
g) Pemasangan plafond grid ceilling system tidak boleh menyimpang dari ketentuan
pemasangan yang dikeluarkan oleh pabrik produsen.
h) Urutan dan cara kerja harus mengikuti persyaratan dari pabrik pembuatnya.
i) Semua rangka harus terpasang siku, tegak, rata sesuai dalam gambar dan lurus
(tidak melebihi batas toleransi kemiringan yang diizinkan dari masing-masing
bahan yang digunakan).
j) Perhatikan semua sambungan dengan material lain, sudut-sudut pertemuan
dengan bidang lain. Bilamana tidak ada kejelasan dalam gambar, Pelaksana
Pekerjaan wajib menanyakan hal ini kepada Konsultan Manajemen
Konstruksi/Konsultan Pengawas.
k) Semua plafond gasked grid ceilling system yang terpasang sesuai dengan gambar
dalam hal ini type dan layout. Setelah pemasangan, Pelaksana Pekerjaan wajib
memberikan perlindungan terhadap benturan-benturan dari benda-benda lain dan
kerusakan akibat kelalaian pekerjaan, semua kerusakan yang timbul adalah
tanggung jawab Pelaksana Pekerjaan sampai pekerjaan selesai.
l) Semua pekerjaan rangka plafond alumunium harus sesuai dengan
persyaratan dan cara pemasangan yang tertulis dalam pekerjaan kusen
rangka alumunium.
m) Semua panel plafond gasket grid cieling system harus terpasang rapi dan kuat
mengikuti petunjuk-petunjuk gambar.
n) Semua sambungan-sambungan yang terlihat mengikuti detail-detail yang
tergambar, bilamana belum dijelaskan dalam gambar wajib ditanyakan
kepada Konsultan Manajemen Konstruksi/Konsultan Pengawas. Sambungan-
sambungan ini berlaku untuk sambungan-sambungan dengan material yang lain
atau serupa. Bekas lubang-lubang sekrup dan penguat lain harus tidak terlihat dan
semua penguat harus terpasang baik sehingga bisa menjamin kekuatan
plafond berdiri.

XXIV. PEKERJAAN SANITAIR


1. KLOSET DUDUK
a) LINGKUP PEKERJAAN
1) Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan,
peralatan kerja dan alat- alat bantu lainnya yang diperlukan dalam
pekerjaan ini, hingga pekerjaan ini dapat berfungsi dangan baik dan
memuaskan.
2) Pekerjaan kloset duduk ini dipasang pada ruang toilet/kamar
mandi/WC serta pada seluruh detail yang disebutkan/disyaratkan
dalam dokumen g a m b a r serta mengikuti petunjuk
K o n s u l t a n M a n a j e m e n Konstruksi/Konsultan Pengawas.
3) Kec uali ditentuk an lain dalam s pesifikasi ini, maka semua
pekerjaan maupun tambahan- tambahan bahan lainnya yang
sehubungan dengan pekerj aan in i adal ah menjadi beban dan
ta ng gu ng jawab P e lak s an a Pekerjaan.
4) Cara pengerjaan, penempatan, bentuk, volume maupun detail
ukuran- ukuran lainnya sesuai dengan yang tercantum dalam dokumen
gambar dan B i l l Of Q uantity atau mengikuti petunjuk
K o n s u l t a n M a n a j e m e n Konstruksi/Konsultan Pengawas.
5) Ketentuan-ketentuan dan persy aratan-persyaratan lainnya berlaku
semua k e te ntua n dan per s y ar at an u ntuk pe ke rja an s an it air ,
pl um bing dan mekanikal atau mengikuti ketentuan dan persyaratan
untuk pekerjaan lain yang sejenis pada spesifikasi ini serta
mengikuti petunjuk Konsultan Manajemen Konstruksi.
b) PERSYARATAN BAHAN
1) Jenis Bahan

62
Bilamana tidak ditentukan lain dalam gambar atau petunjuk
Konsultan Manajemen Konstruksi maka bahan-bahan sanitair yang
digunakan: ex Toto atau dengan yang kua lita snya sama, dengan
perincian mas ing- masing sebagai berikut:
1. Kloset Duduk : Type CW 420J/S 16
2. Kloset Jongkok : CE7
2) Semua material harus memenuhi ukuran, standar yang ada.
3) Bilamana terdapat keraguan dengan jenis bahan yang disyaratkan atau
tidak a d a n y a j e n i s b a h a n i n i d i p a s a r a n m a k a k o n t r a k t o r h a r us s
egera m e n g k o n s u l t a s i k a n n y a d e n g a n KonsultanM
a n a j e m e n Konstruksi/Konsultan Pengawas.
4) Semua peralatan dalam keadaan lengkap dengan segala
perlengkapannya, sesuai dengan yang telah disediakan oleh
pabrik. Barang yang dipakai adalah dari produksi yang telah
disyaratkan dalam uraian dan syarat-syarat dalam buku ini.
c) SYARAT-SYARAT PELAKSANAAN
1) Sebelum melak san ak an pekerjaan Pe laksana Pekerjaan
diharuska n menyampaikan contoh material yang akan digunakan
kepada Konsultan Manajemen Konstruksi/ Konsultan Pengawas
untuk memperoleh pers etujua nny a secara tertulis.
Pengaj uan/ penyerahan harus disertai bros ur/spesifikasi dari
pabrik yang bersangkutan. Material yang t idak disetujui harus diganti
tanpa biaya tambahan.
2) Jika dipandang perlu diadakan penukaran/ penggantian bahan,
bahan pengganti harus disetujui Konsultan Manajemen
Konstruksi/Konsultan Pengawas berdasarkan contoh yang diajukan
Pelaksana Pekerjaan.
3) Sebelum pemasangan dimulai, pelaksanaan pekerjaan harus meneliti
gambar- gambar yang ada dan kondisi di lapangan, termasuk
mempelajari bentuk, p ola, pe ne m pat an, c a ra pe mas an g an da n
deta i l - d eta i l s es u ai y ang disebutkan dalam dokumen gambar.
4) Bila ada kelainan dalam hal apapun antara gambar dengan gambar,
gambar dengan spesifikasi dan sebagainya, maka Pelaksana Pekerjaan
harus segera me la po rk anny a kepada Konsultan M anajemen
Konstruksi/ K onsu ltan Pengawas.
5) Pelaksana Pekerjaan tidak dibenarkan memulai pekerjaan di suatu
tempat bila ada kelainan/ p erbedaan di te mpat i tu s ebe lu m
kelain an terse but diselesaikan.
6) Selama pelaksanaan harus selalu diadakan pengujian/ pemeriksaan
untuk kesempurnaan hasil pekerjaan.
7) Pelaksana Pekerjaan dan diwajibkan memperbaiki/mengulangi/
mengganti bila ada kerusakan yang terjadi selama masa pelaksanaan
dan masa garansi, atas biaya Pelaksana Pekerjaan, selama
kerusakan bukan disebabkan oleh tindakan Pemberi Tugas.
8) Pelaksanaan pemasangan harus menghasilkan pekerjaan yang
sempurna, rapi dan lancar dipergunakannya (operasionalnya).

2. URINAL:
a) LINGKUP PEKERJAAN
1) Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan- bahan,
peralatan kerja dan alat- alat bantu lainnya yang diperlukan dalam
pelaksanaan pekerjaan ini, hingga pekerjaa n ini dapat berfu ngsi
dengan baik dan memuaskan.
2) Pekerjaan urinal dipasang pada ruang toilet/kamar mandi/WC serta
pada seluruh detail yang disebutkan/disyaratkan dalam dokumen
gambar dan mengikuti petunjuk Konsultan Manajemen emen
Konstruksi/Konsultan Pengawas.

63
3) Kecuali ditentukan lain dalam spesifikas i ini, maka semua
pekerjaan maupun tambahan-tambahan bahan lainnya sehubungan
dengan pekerjaan ini adalah menjadi beban dan tanggung jawab
Pelaksana Pekerjaan.
4) Cara pengerjaan, penempatan, bentuk dan volume maupun detail
ukuran-ukuran lainnya sesuai dengan yang tercantum dalam
dokumen gambar dan B i l l O f Q u ant i t y a t a u m e n g i k u t i
p e t u n j u k K o n s u l t a n M a n a j e m e n Konstruksi/Konsultan Pengawas.
5) Ketentuan-ketentuan dan persyaratan-persyaratan lainnya berlaku
semua k etentuan dan pers y aratan untuk pek erjaan s anitair,
pl um bin g dan mekanikal atau mengikuti ketentuan dan
persyaratan untuk pekerjaan lain yang sejenis pada spesifikasi
ini serta mengik uti petunjuk Konsultan Manajemen
Konstruksi/Konsultan Pengawas.
b) PERSYARATAN BAHAN.
1) Pemasangan urinal:
Urinal yang akan digunakan adalah type U-57, ex-TOTO, type wash
brook ( Moslem type) dan dilengkapi dengan kran pembilas type
KST A.8900 American Standard dari produksi KIA warria, standard
atau lainnya yang setara.
2) Semua material harus memenuhi ukuran, standard dan mudah
didapatkan di p a s a r a n , k e c u a l i b i l a d i t e n t u k a n l a i n o l e h
K o n s u l t a n M a n a j e m e n Konstruksi/Konsultan Pengawas.
3) Semua peralatan dalam keadaan lengkap dengan perlengkapannya,
sesuai dengan yang telah disediakan oleh pabrik. Barang yang dipakai
adalah dari produksi yang telah disyaratkan dalam uraian dan syarat-
syarat dalam buku ini.
4) Sebelum m elak s anak an pek erj aan P elaks ana Pek erj aan
diharus k an menyampaikan contoh material yang akan digunakan
kepada Konsultan Manajemen Konstruksi untuk memperoleh
persetujuannya.
c) SYARAT-SYARAT PELAKSANAAN:
1) Seb el um me lak s an a k an pek erj aan P el ak s ana Pek erj aa n
dih arus k an menyampaikan contoh material yang akan digunakan
kepada. Konsultan Manajemen Konstr uks i/ Konsultan
P e n g a w a s u n t u k m e m p e r o l e h persetujuanny a secara tertulis.
Pengajuan/ penyerahan harus disertai brosur/spesifikasi dari
pabrik yang bersangkutan. Material yang tidak disetujui harus diganti
tanpa biaya tambahan.
2) Pekerjaan urinal dipasang pada ruang toilet/kamar mandi/WC serta
pada seluruh detail yang disebutkan/disyaratkan dalam dokumen
gambar dan mengikuti petunjuk Konsultan Manajemen Konstruksi/Konsultan
pengawas
3) Kecuali ditentukan lain dalam spesifikasi ini, maka s emua
pekerjaan maupun tambahan-tambahan bahan lainnya sehubungan
dengan pekerjaan ini adalah menjadi beban dan tanggung jawab
Pelaksana Pekerjaan.
4) Cara pengerjaan, penempatan, bentuk dan volume maupun detail
ukuran-ukuran lainnya sesuai dengan yang tercantum dalam
dokumen gambar dan B i l l O f Q u ant i t y a t a u m e n g i k u t i
p e t u n j u k K o n s u l t a n M a n a j e m e n Konstruksi/Konsultan Pengawas.
5) Ketentuan-ketentuan dan persyaratan-persyaratan lainnya berlaku
semua k etentuan dan pers y aratan untuk pek erjaan s anitair,
pl um bin g dan mekanikal atau mengikuti ketentuan dan
persyaratan untuk pekerjaan lain yang sejenis pada spesifikasi
ini serta mengikuti petunjuk Konsultan Manajemen
Konstruksi/Konsultan Pengawas.

64
XXV. PEKERJAAN SEPTICTANK
1. LINGKUP PEKERJAAN
a) Pekerjaan septictank ini mencakup penyediaan bahan, tenaga kerja serta
peralatan kerja termasuk alat- alat Bantu lainnya demi mendapatkan
hasil kerja yang baik.
b) Selain bak septicktank maka pekerjaan ini juga mencakup pemasangan saluran-
saluran/pipa-pipa dari toilet ke septictank dan penimpaan dari septictank ke
bidang resapan (rembesan) serta bidang resapan itu sendiri.

2. STANDARD/RUJUKAN
a. Standard Industri Indonesia dan/atau Standard Nasional Indonesia
b. Persyaratan Umum Bahan Bangunan Indonesia PUBI-1982
c. Peraturan Beton Bertulang Indonesia (NI-2) 1971
d. Spesifikasi Teknis
– Pekerjaan Pasangan Batu Kali
– Pekerjaan Beton
– Pekerjaan Plester Semen dan Acian

3. BAHAN DAN SISTEM


a) Sistem pembuangan air kotor dari toilet dan dapur/Kitchen dialirkan melalui pipa
mendatar ke bak septictank yang kemudian diteruskan ke bidang resapan
(rembesan).
b) Air kotor dari toilet dan dapur lantai tingkat dialirkan horizontal ke pipa utama,
vertikal yang kemudian diteruskan ke bak Septicktank dan ke, bidang resapan.
c) Pipa PVC Ø4" digunakan untuk buangan fecalin, pipa PVC Ø2" untuk buangan
dari urinoir, kamar mandi, washtafel, tempat wudhu, sink dapur, pantry.
d) Pada, tempat tertentu digunakan pipa PVC Ø6" yang menampung pipa Ø4" dan Ø
2" sampai ke septictank.
e) Bak septictank menggunakan pasangan batu kali.
f) Pipa air kotor mengguankan PVC merk Recika, atau Wafin atau yang sekwalitas,
type medium.
g) Aksesoris menggunakan bahan dari merk yang sama.
h) Penyambungan antar pipa dan Aksesoris menggunakan lem khusus PVC dari
kwalitas baik.
i) Hubungan antar kloset dengan pipa buangan antar pipa dengan pipa, antara pipa
dengan septictank harus dibuat rapat air.
j) Septictank harus dilengkapi dengan pipa ventilasi (vent pipe).
Pipa vent menggunakan pipa GSP Ø2"
k) Kontraktor harus menjamin kerapihan kerja dan kekuatan septictank, pipa-pipanya
serta kekuatan rapat air pekerjaan ini.

4. BAK SEPTICTANK
a) Bak septictank mengguanakan bak bio septick 2 buah 5 m3 bahan fiber.
b) Dilengkapi dengan pelat tutup
c) Bak septictank terdiri atas dua ruang
d) Bak septictank dlengkapi dengan bak kontrol (man-hole). Banyaknya bak kontrol
disesuaikan dengan gambar detail, juga dilengkapi dengan pipa ventilasi (pipe
vent) Ø2".
e) Bak septictank dan bak kontrol dilengkapi dengan plat tutup beton tebal 10cm,
dengan penulangan Ø8mm – 15cm kedua arah.
f) Dasar pasangan batu kali horizontal dipasang diatas lantai kerja beton tumbuk 1pc
= 3pasi =5kerikil/split setebal 5cm, dimana lantai kerja berada diatas lapisan pasir
tebal I0cm setelah dipadatkan.
g) Ketebalan dan ukuran bak septictank sesuai dengan gambar kerja.
h) Bak septictank dan bak kontrol difurnish dengan plester halus Ipc-
.2pasir, dimana hubungan antar dinding- dinding vertikal diselesaikan

65
dengan sudut lengkung – beban sudut tegak 90°.

XXVI. PEKERJAAN INSTALASI LI ST RIK


1. U M U M
Syarat-syarat Khusus Teknis yang diuraikan disini adalah persyaratan yang harus
dilaksanakan oleh Kontraktor dalam hal pengerjaan instalasi maupun
pengadaan material dan peralatan untuk seluruh pekerjaan listrik di
dalam maupun diluar bangunan gedung. Dalam hal ini syarat-syarat teknis
umum pekerjaan elektrikal adalah bagian dari syarat-syarat khusus teknis ini.

2. P R I N S I P PENYEDIAAN DAYA LISTRI K ,


Sumber daya listrik bagi gedung diperoleh dari jaringan tegangan rendah
PLN dengan daya terpasang sesuai gambar. Daya dari PLN tersebut
disalurkan ke panel tegangan menengah konsumen dan selanjutnya
melalui transformer diturunkan pada tegangan 380/220V yang dite ri ma
oleh LV MDP dan s e lan j ut ny a d id is t rib usik an ke panel
daya/ penerangan gedung secara radial. Sistem distribusi tegangan rendah
yang digunakan adalah distribusi tiga fase - empat kawat 220/380 V mengikuti
sistem PNP (Pentanahan Netral Pengaman).

3. LI NG K U P P E K E RJ A A N
Yang dicakup dalam pekerjaan ini adalah pengertian bekerjanya sistem,
listrik sebagai suatu sistem, keseluruhan maupun bagian-bagiannya,
seperti yang tertera pada gambar-gambar maupun yang dispesifikasikan.
Termasuk pekerjaan ini adalah pengadaan barang / material, instalasi,
testing / pengujian, pengesah an terhadap seluruh material berikut
pemasangan / instalas inya oleh badan resmi PLN, LMK dan / atau
Badan Keselamatan Kerja, Bes erta serah terima dan pe m eliha raan /
garansi s elama 12 bulan. Ket entuan - keten tuan yang t idak tercantu m
dalam gambar maupu n pada spesifikasi / syarat-syarat teknis tetapi
perlu untuk pelaksanaan pekerjaan instalasi secara keseluruhan harus juga
dimasukkan ke dalam pekerjaan ini.
Secara umum pekerjaan yang harus dilaksanakan pada proyek ini adalah
Pengadaan dan pengangkutan ke lokasi proyek, pemasangan bahan,
material, peralatan dan perlengkapan sistem listrik sesuai dengan
peraturan / standar yang berlaku seperti yang ditunjuk pada syarat-syarat
umum untuk menunjang bekerjanya sistem / peralatan, walaupun tidak
tercantum pada syarat-syarat Khusus Teknis atau gambar dokumen.
Pekerjaan ml meliputi :
a. Pekerjaan Panel Utama
1) Pengadaan dan pem a sangan s eluruh kabe l daya tegangan
rendah jenis NYY dan NYFGbY yang menghubungkan
 Dari PLN ke kubikel konsumen, Transformer dan panel daya
utama serta panel penerangan dan daya
 Dan kabel daya lainnya.
Kabel penghubung tersebut lengkap dengan terminasi (sepatu
kabel)serta aksesoris yang diperlukan.
2) Pen ga da an dan pemasangan seluruh instalasi pentanahan.
b. Pekerjaan di dalam Gedung
1) Pengadaan dan pemasangan serta penyetelan panel-panel daya /
penerangan termasuk didalam pekerjaan ini adalah penarikan kabel /
konduktor pentanahan netral / badan panel.
2) Pe ngadaan dan pe ma s a nga n kebel- kabel jenis NYY, untuk
penghubung antar panel daya / penerangan dan kabel-kabel daya
menuju peralatan (mesin AC, pompa-pompa d1l).
3) Pengadaan dan pemasangan seluruh instalasi penerangan dan stop-
kontak. Termasuk pekerjaan ini adalah pengadaan dan

66
pemasangan armatur penerangan, balk penerangan normal
maupun darurat.
4) Pengadaan dan pemasangan instalasi cable tray lengkap dengan
material bantu yang dibutuhkan.
5) Pengadaan dan pemasangan instalasi underfloor-duct lengkap
dengan material bantu yang dibutuhkan.
c. Pekerjaan di luar Gedung
1) Pengadaan dan pemasangan instalasi pentanahan untuk instalasi
daya.
2) Pengadaan dan pemasangan instalasi penerangan luar / taman,
termasuk lampu sorot bangunan.

4. G A M B A R - G A M B A R
Gambar-gambar elektrikal menunjukkan secara khusus teknik pekerjaan listrik
yang didalamnya dicantumkan besaran-besaran listrik dan mekanis serta
spesifikasi tertentu Iainnya. Pengerjaan dan pemasangan peralatan -
peralatan harus disesuaikan dengan kondisi lapangan.Gambar-gambar
arsitektur, struktur, elektrikal dan gambar kontrak la innya ha rus lah
menj ad i r efere ns i untuk k oordi nas i d ala m pek erj aan s e c ara
keseluruhan. Ko ntrak to r harus me n y es ua i k an p eral atan terha d ap
perenc a naa n da n memeriksanya kembali. Setiap kekurangan/kesalahan
perencanaan harus disampaikan kepada Konsultan Manajemen
Konstruksi/Konsultan Pengawas atau pihak lain yang ditunjuk untuk itu.

5. KE TENTUAN- KETENTU AN IN ST ALASI


5.1, Peralatan Instalasi Tegangan Rendah
Meliputi pengadaan dan pemasangan power receptacle outlet (stop
kontak), saklar, kotak-kontak tarik ( pull box), cabinet / panel daya,
kabel, alat-alat bantu dan semua peralatan lain yang diperlukan untuk
mendapatkan penyelesaian yang memuaskan dari sistem instalasi daya
tegangan rendah 220 / 380 V dan penerangan.
5. 1. 1. Kotak-kotak (door) Outlet.
a. Jenis
Kotak-kotak outlet harus sesuai dengan persyaratan PUIL,
VDE, AVE atau standar lain. Kotak-kotak lain bisa
berbentuk single/multi gang box empat persegi atau segi
delapan. Ceilling box dan kotak- kotak lainnya yang tertutup
rapi harus dipasang dengan baik dan benar.
b. Ukuran
Setiap kotak outlet harus diberi bukaan untuk conduit hanya di
tempat yang diperlukan. Setiap kotak harus cukup besar untuk
menampung jumlah dan ukuran cond uit , sesuai d enga n
pers yaratan, t idak kurang dari ukuran yang ditunjuk atau
dipersyaratkan.
c. Outlet Pada Permukaan Khusus.
Kotak outlet untuk stop kontak dan saklar - saklar yang
dipasang pada partisi, blok beton, marmer, frame besi, bata
atau dinding k ayu harus berbentuk persegi dan harus
mempunyai sudut dan sisi-sisi tegak.

5.1.2. Saklar dan Stop Kontak.


a. Bahan Doos.
Kecuali tercatat atau disyaratkan lain, maka kotak -kotak
outlet untuk saklar dinding dan stop-kontak harus dari bahan
galvanis steel dan tidak boleh berukuran lebih dari 10,1 cm x
10,1 cm untuk peralatan tunggal dan 11,9 cm x 11,9 cm untuk

67
dua peralatan dan kotak-kotak multi gang untuk lebih dari dua
peralatan.
b. Cara Pemasangan.
Sak lar- s ak lar harus dari j enis f lush mounted dengan
r ating minimum IOA/25OV. Saklar pada umumnya dipasang rata
terhadap permukaan tembok, kecuali ditentukan lain pada
gambar. Jika tidak ditentukan lain, saklar harus dipasang pada
ketinggian 140 cm di atas lantai yang sudah selesai. Saklar-
saklar tersebut harus di pasang dons (kotak) yang sesuai.
Sambungan hanya diperbolehkan antara kotak yang berdekatan.
Stop- kontak harus dari t ipe ge rm any st andar d dengan
rating 16A/250V dilengkapi shuttered child, harus dipasang rata
terhadap permukaan dinding dengan ketinggian 30 cm dari
permukaan lantai y ang s udah s e les a i , s e s uai pe tunj uk
Kons u l ta n M anaj e men Konstruksi/Konsultan Pengawas.
Saklar dan stop-kontak yang digunakan adalah merek MK,
Clipsal atau setara.
c. Jumlah Kutub.
Stop kontak satu fasa harus dari jenis tiga kutub (fasa, netral
dan pentanahan). Cara pemasangan harus disesuaikan dengan
peraturan PUIL dan diberi saluran pentanahan.
d. Pendukung dan Pengikat.
Kotak-kotak pelat baja didukung atau diikat dengan cukup
supaya mempunyai bentuk yang tetap.
5.1.3. Kabel-Kabel
Kabel pada instalasi daya dan penerangan bertegangan rendah
meliputi kabel tegangan rendah, kabel kontrol, aksesoris, peralatan-
peralatan d an barang- barang la in y ang d ip e r luka n un tuk
m ele ng k api dan menyempurnakan pemasangan serta
operasi dari semua sistem dan peralatan.
a. Syarat Kabel Instalasi Tegangan Rendah (600/1000 V)
K a b e l t e g a n g a n r e n d a h y a n g d i g u n a k a n h a r u sm
e m e n u h i persyaratan PUIL, IEC, VDE, SPLN dan LNM untuk
penggunaan s eba ga i k abel ins ta lasi dan pera latan (
mes in), kecuali untuk peralatan khusus seperti disyaratkan
atau dianjurkan oleh pabrik pembuatnya.
Ukuran kabel daya / instalasi terkecil yang diijinkan adalah
2,5 mm2 kecuall untuk pemakaian kontrol pada sistem
remote control yang kurang dari 30 meter panjangnya bisa
menggunakan kabel dengan ukuran 1,5 mm2.
Kecuali disy aratkan lain, kabel tanah harus jenis NYFGbY
dan kabel instalasi di dalam ban guna n dari jenis NYY,
NYM dan NYMEY (untuk kebel kontrol).
Semua kabel instalasi di dalam bangunan harus berada
didalam conduit atau dipasang di atas cable tray / cable rack dan
diklem / d i i k a t d e n g a n p e n g i k a t k a b e l ( c a b l e t i e )
s e s u a i d e n g a n kebutuhannya.
Semua cond uit , kab el- k abel dan sambunga n elektrika l
untuk instalasi didalam bangunan harus diadakan secara lengkap.
Faktor pengisian konduit oleh kabel-kabel maksimum adalah 40
%. Kabel yang digu na k an adalah mer ek SUPR EME,
K ab elind o, Kabel metal & Tranka.
b. Kabel Tanah Tegangan Rendah
Kabel tegangan rendah yang digunakan harus
m e m e n u h i persyaratan PUIL, IEC, VDE, SPLN, dan LMK
untuk penggunaan sebagai kabel instalasi yang ditanam
langsung di dalam tanah. Semua kabel dengan luas

68
penampang 16 mm2 keatas harus berurat banyak dan dipilih
(stranded) ukuran kabel daya / instalasi terkecil adalah 2,5
mm 2 , kecuali untuk pemakaian kontrol pada sistem yang
dipakai kontrol pada s i stem remote yang kurang dari 30
meter panj angnya ( bisa menggunakan kabel dengan ukuran 1,5
mm2).
Cara penanaman kabel secara langsung didalam tanah
( direct burial ) harus s es uai dengan gambar renc ana,
te rmas uk c ara persilangan dengan pipa air dan kabel
telekomunikasi dan kabel tegangan menengah 20 k V.
Apabila diperlukan penyambungan kabel dalam tanah,
harus dilakukan dengan alat p enya mbun g khusus (jointing
kit) tegangan rendah jenis Epoxy Resin-Cold Pour System.
Penyambungan kabel di dalam tanah harus dilakukan oleh
tenaga yang benar-benar ahli dengan cara dan metode
penyambungan
Mengikuti anjuran pabrik pembuat jointing kit yang digunakan jointing
kit sehingga diperoleh hasil penyambungan yang handal, tahan
terhadap lembab, mempuny ai s i fat isolasi yang t inggi dan
mempu nyai kekuatan mekanis yang tinggi.
Kabel yang digunakan adalah merek SUPREME atau
setara ( 4 besar), jointing kit merek RAYCHEM atau setara.
c. Instalasi Kabel Penerangan dan Stop-Kontak.
Kabel- kabel l istrik untuk penerangan dan stop - kontak
untuk extension dan daya harus diadakan dan dipasang
lengkap, mulai dari sambungan panel daya ke saklar dan titik
cahaya Beserta stop kontak, sebagaimana ditunjukkan di dalam
gambar.
Kabel yang digunakan sebagai kabel instalasi penerangan dan stop-
kontak harus dari jenis NYM dan diletakkan di dalam PVC
high-impact heavy gauge.
Luas penampang kabel NYM yang digunakan minimum 2,5
mm2, kecuali tercatat lain.
d. Splice / Pencabangan
Tidak diperk enank an adany a penc abangan ( splice)
at au pu n sambungan-sambungan di dalam pipa conduit.
Sambungan atau pen cabangan harus dilakukan didalam
kotak- kotak cabang atau kotak sambung yang mudah dicapai
serta kotak saklar dan stop-kontak.
Sambungan pada kabel harus di buat secara mekanis dan harus
kuat secara elektris dengan solderless connector jenis
tekan, jenis compression atau soldered . Dalam membuat
pencabangan atau sambungan, ko nek tor harus
dihubungkan pada konduk tor-k o n d u k t o r d e n g a n h a l :
s e d e m i k i a n , s e h i n g g a s e m u a konduktor tersambung
dan t idak ada konduktor telanjang yang kelihatan dan tidak
bisa lepas oleh getaran.
e. Kabel Kontrol
Di tempat-tempat yang ditunjuk pada gambar atau
disyaratkan, kabel kontrol motor, starter dan peralatan-
peralatan lain harus terbuat dari tembaga jenis Stranded
Annealed Copper yang fleksibel. Isolasi harus dari PVC,
tanah lembab dan ozon dengan rating tegangan sampai 600 V.
Ukuran konduktor harus sesuai dengan yang diperlukan
(minimum 2 , 5 mm 2 untuk panjang lebih dari 30 m) untuk
m end a pat k an operasi yang memuaskan dari peralatan yang di
kontrol, dengan p ert i m ba n g an - p er t i mb a n g a n m e ng e n a i

69
p anj a n g c i rc u it d a n sebagainya.
Kabel yang digunakan adalah merek SUPREME, Kabelindo,
Kabel Metal dan Tranka.
f. Bahan Is olas i
Semua bahan isolasi untuk splin, conection dan lain-lain
seperti karet, PVC, vermshed cambric , asbes, gelas, tape
sintetis, splice case, composition dan lain-lain harus dari tipe yang
disetujui untuk penggunaan, lokasi, tegangan kerja dan lain-lain
yang tertentu dan har us dip asa ng dengan cara yang
di s etuj ui, men uru t anju r an perwakilan pemerintah atau pabrik
pembuatnya.
g. Pemasangan Kabel
g, 1. Pemasangan di Permukaan
g. 1 . 1. K a be l i ns t a l as i da y a dan pe n er a ng a n
d id a l a m bangunan, semua kabelnya harus
dipasang didalam conduit PVC high-impact
heavy gauge, dipasang di permuk aan plat
beton langit- langit dengan k lem pendukung
yang sesuai. Pendukung- pendukung tersebut
harus di cat dengan cat anti karat.
Semua kabel harus dipasang lurus/sejajar
dengan rapih dan teratur. Pembelokan kabel
harus dilakukan dengan jari-jari lengkungan tidak
boleh curang dari s yarat - sy arat pabrik
( min im um 15 k a l i d ia mete r penampang kabel).
Conduit yang digunakan adalah merek MK,
CLIPSAL atau setara.
g.1.2. Kabel Daya Penghubung Antar Panel
Kabel-kabel daya diletakkan diatas cable tray,
diklem pada cable tray dengan cable ties (pica
plastik pengikat kabel). Pemasangan cable tray
harus mengikuti jalur yang direncanakan secara
rapih dan digantung atau d i s a n g g a s e c a r a
k o k o h d e n g a n p e n g g a n t u n g / penyangga besi
yang dilem ke plat beton.
Untuk keperluan pemasangan kabel, Kontraktor harus
menyediakan sendiri peralatan penunjang seperti
tray, klem, besi penun jang, penggantung dan
peralatan lainnya, baik untuk kabel yang
dipasang horizontal maupun vertikal. Peralatan
penunjang tersebut harus sudah diperhitungkan pada
biaya pemasangan kabel tersebut.
g.1.3. . Kabel daya dari Panel Daya Motor ke
Motor - motor Pompa.
Jenis k abe l y ang digunaka n ad ala h N YY
y a n g dite mp at k an di da la m co nd uit me tal
tahan k arat ( galvanized / white metal conduit )
yang diletakkan diatas pelat lantal. Setiap pipa
c ond uit berisi hanya satu jalur kabel menuju
motor dengan faktor pengisian 40 %. Dari pipa
conduit yang dipasang horizontal menuju motor,
kabel ditarik ke terminal motor flexible metal
conduit yang juga tahan karat.
U k u r a n conduit f leksible ini harus sesuai
dengan ukuran pipa co nduit dan d isa mb u n g
dengan c ara sedemikian rupa, sehingga
benar- benar kedap air. Demikian juga

70
penyambungan pipa fleksibel terhadap box
terminal motor.
Dalam hal ini Kontraktor diwajIbkan
u n t u k menyerahkan contoh conduit fleksibel serta
cara penyambungannya terlebih dahulu kepada
Konsultan Manajemen Konstruksi/ Konsultan
Pengawas untuk disetujui.
g.2. Pemasangan di Permukaan
Kabel instalasi penerangan dan stop-kontak yang
dipasang di dalam, dinding harus diletakkan di dalam conduit
PVC High I m p a c t H e avy G auge d e n g a n u k u r a n
m i n i m u m 2 0 m m . Penarikan kabel menuju titik saklar
atau stop-kontak harus dilakukan setelah pipa selesai
ditanam.
g.3. Pemasangan Menembus Dinding
setiap penembusan kabel pada dinding harus melalui
sparing kabel yang terbuat dari pipa. PVC dengan ukuran
yang cukup terhadap penampang kabel.
h. Penggunaan Warna Kabel
Pengg unaan warna kabel N YY, N YM dan N YFGbY
u n t u k tegangan netral dan non netral harus mengikuti
peraturan yang disebutkan oleh PUIL 2000, yaitu :
h. 1. Sistem Tegangan 220 V, 1 fasa
hitam Fasa
biru Netral
kuning/hijau Pentanahan
h.2. Sistem Tegangan 220/380 V, 3 fasa
merah fasa R
kuning fasa S
hitam fasa T
biru netral (N)
kuning/hijau pentanahan (G)
i. Pendukung Kabel
Setiap kotak tarik (pull box) termasuk kotak-kotak yang ada di
atas daya dan panel daya motor, harus diberi cukup banyak
klem dan peralatan pendukung lainnya.
Kabel d i p a s a n g d e n g a n c a r a y a n g r a p i h d a n t e r a t u r
y a n g me mun gk ink a n pen gen al an, s e hi ng ga t idak ada
k abel y a ng membentang tanpa pendukung.
j. Konduit Tertanam
Pull box yang dihubungkan pada conduit tertanam/
tersembunyi harus juga dipasang secara tertanam dan
penutupnya rata terhadap dinding atau langit-langit.

5.1.4. Kabinet Panel Daya


Semua kabinet harus dibuat dari plat baja dengan ketebalan
minimum 1,7 mm untuk panel yang dipasang menempel di
dinding dan minimum 2 mm untuk jenis floor standing,
kecuali yang sering kena basah / hujan, harus dibuat dari
jenis besi tulang yang tahan kelembaban atau k o n s t r u k s i
khusus. Kabinet untuk panel daya / kontrol harus
mempunyai ukuran yang proporsional seperti
dipersyaratkan untuk panel daya yang besarnya menurut
kebutuhan, sehingga untuk frame / rangka panel harus
ditanahkan. P ad a k a b i n et h ar us a d a c ar a - c a ra y a n g ba i k
u nt uk m e m as an g , mendukung dan menyetel panel daya

71
serta p en ut upny a. Kabinet dengan kawat-kawat through
feeder harus diatur dengan baik, rapi dan benar.
a. Finishing
Semua r ang ka , p en utup , copper plate dan pintu panel
l istrik seluruhnya harus dibuat tahan karat dengan cat
dasar atau prime coating dan diberi pelapis cat akhir
(finishing paint). Penentuan warna dan merek cat
sebelumnya harus dimintakan persetujuan kepada Konsultan
Manajemen Konstruksi/Konsultan Pengawas.
Pengecatan harus tahan karat, dikerjakan dengan cara
Galvanized Cadmium Plating atau dengan Zinc chromate dan
di cat dengan cat akhir sistem bakar (oven)

b. Kunci
Setiap kabinet harus dilengkapi dengan kunci " flat lock"
jenis kunci untuk setiap kabinet harus dari tipe "common key",
sehingga kunci untuk setiap kabinetnya adalah sama. Pada
masing-masing kabinet harus disediakan dua anak kunci.
c. Tinggi Pemasangan Panel
Pemasangan panel sedemikian rupa, sehingga setiap
peralatan di dalam panel dengan mudah masih dapat
dijangkau, tergantung pada tipe / macam panel, bila
dibutuhkan alas / pondasi / penumpu/ penggant ung,
Kontraktor harus menyediakan dan memasang, sekalipun
tidak tertera pada gambar.
d. Label
Semua kabinet panel daya, panel kontrol, switch, fuse unit,
Isolator Switch Group, pemutus daya (CB) dan peralatan-
peralatan lainnya harus diberi label sesuai
dengan fungsinya untuk
mengindahkan/mengidentifikasikan penggunaan alat tersebut.
Label ini terbuat dari bahan logam anti karat dengan huruf-
huruf hitam.
5.1.5. Sistem "Race Way"
Yang dimaksud dengan Race Way adalah tubing conduit dan
flexible conduit beserta perlengkapannya dan semua barang
yang diperlukan untuk melengkapi instalasi kabel.
a. Ukuran
Semua Race Way harus mempunyai ukuran yang cukup
untuk bisa melayani dengan baik jumlah dan jenis kabel
sesuai dengan PUIL, VDE, dan lain-lain.
Diameter minimum conduit adalah 20mm menurut ukuran
pasaran dengan faktor pengisian kabel maksimum 40 %.
b. Bahan
Conduit PVC untuk instalasi daya dan penerangan harus dari
bahan PVC High Impact Heavy Gauge yang memenuhi
standar BS4607 dari merk Ega, Clipsal atau setara.
c. Pamasangan
c.1. Race Way yang ditanam di Dinding.
Pen ana man co ndu i t di d al am di ndi ng y a ng s ud ah j
adi dilakuk an dengan jalan membobok beton dengan
pahat. K e d a l a m a n d a n l e b a r p e m b o b o k a n h a r u s
d i l a k u k a n secukupnya, sesuai dengan ukuran dan
jumlah conduit yang akan dipasang. Kontraktor diwajibkan
untuk mengembalikan kondisi dinding sesuai dengan kondisi
semula.

72
Selama dilakukan pengedaan plesteran ulang, Ujung-
Ujung konduit harus ditutup untuk mencegah masuknya
air atau kotoran-kotoran lainnya.
c.2. Race Way yang dipasang di Permukaan . Race way yang
dipasang di permukaan beton (exposed) harus dipas ang
sejajar atau tegak lurus dengan dinding bagian struktur
atau permukaan bidang vertikal dengan langit-langit. Apabila
beberap a pipa berada sejajar pada dinding atau langit-
langit, harus digunakan klem-klem khusus untuk pipa
sejajar. Pipa- pipa yang dipasang pada permukaan dalam
bangunan harus di cat satu jalan se belum dipasang dan
sekali lagi s es u d ah d i p as an g d en g a n wa rn a y a n g d i te
n tu k a n o l eh Konsultan Manajemen Konstruksi/Konsultan
Pengawas.
Untuk me mp er m uda h pe nge n al a n, maka Ujung
pe rm uk aan pipa harus dicat dengan warna sebagai berikut :
 Pipa penerangan dan daya warna putih
 Pipa telepon warna hitam
c.3. Race Way Melintas / Menembus Dinding
Bila pipa melintas tembok, penyekat ruangan, lantai,
langit-langit dan lain-lain, maka lubang harus ditutup
dengan baik sehingga tidak mungkin dapat dilalui oleh
debu, lembab (uap air) api dan asap.
c.4. Cable Trench.
Kedalaman parit kabel ( cable trench) untuk
penanaman di bawah tanah minimal 80 cm dari
permukaan. Bila bersilangan dengan saluran lain,
misalnya saluran air, cable trench dapat dan harus
ditanam setelah pengerasan tanah. U n t u k cable t renc h
yang melintasi jalan, penanaman dilakukan
setelah pengerasan badan jalan atau bila
sebelumnya harus lebih dari 110 cm atau atas
persetujuan Konsultan Manajemen Konstruksi/Konsultan
Pengawas.
c.5. Pengakhiran dan Sambungan.
Race way harus diakhiri pada outlet persimpangan, pull
box c a bin et dan la in- la in, de nga n dua lock nut dan
s ebuah insulating insert yang harus terbuat dari thermoplastic
atau " f i re minded " yang dimatikan untuk mencegah
rusaknya
kawat dan kabel dan tidak mengurangi kontinuitas dari sistem
grounding dari race way.
Sambungan untuk race way / pipa logam elektrikal harus
dari jenis yang tahan hujan atau fitting dengan
konsentrasi tinggi dengan sistem penguncian interlock
compressed.
c.6. Pentanahan
Setiap peralatan yang beroperasi dengan tegangan lebih
besar dari tegangan ekstra rendah ( 50 VAC) harus
ditanahkan secara efektif Bahan-bahan logam / metal
dari peralatan-peralatan listrik yang terbuka, termasuk
pelindung kabel ( sheath / armour ), conduit, saluran
metal, rack, tray, dons, stop-kontak, armatur, saklar
dengan metal harus dihubungkan dengan konduktor
kontinyu untuk pentanahan. Penggunaan conduit metal
sebagai satu-satunya konduktor pentanahan tidak
diperbolehkan.

73
Da l a m h a l i ni h a rus di g u n ak a n k o n duk t or p
en t an a h an tersendiri yang terbuat dari tembaga dengan
daya hantar yang tinggi. Luas penampang minimum
konduktor pentanahan antara 6 mm 2 dan dimasukkan ke
dalam conduit . Peny ambungan konduktor pe nta nah an
harus men gg un ak an penyambung me kanis yang
disetujui oleh Ko ns ultan Manaj emen
Konstruksi/Konsultan Pengawas. Tahanan pentanahan yang
disyaratkan adalah sebagai berikut
 Pentanahan netral trafo maksimum I ohm.
 Pentanahan netral bus-bar dan panel maksimum 2 ohm.
 Pentanahan netral generator maksimum 2 ohm.

5.1.6. Cable Tray


a. Bahan
Cable tray yang digunakan harus dari jenis berlubang
(perforated) dari bahan besi lunak dengan sisi-sisi di tekuk ke
dalam dengan ketebalan pelat tidak kurang dari 2 mm.
Keseluruhan permukaan cable tray harus digalvanisir Cable tray
yang digunakan adalah Tri Abadi, Three Star & Elpro. Penggantung /
penyangga untuk cable tray yang dipasang penggantung,
cable tray harus dibuat dari besi lunak yang digalvanisir
dengan diameter minimum 6 mm ujung penggantung di ulir
untuk memungkinkan pengaturan levelling cable tray . Ukuran
penyangga dan penumpu ( bracket) harus dipilih agar
menghasilkan penyang ga/ penumpuan yang kokoh.

5.1.7. Panel Utama Tegangan Rendah dan Perlengkapannya.


a. Umum
Panel daya bertegangan rendah meliputi switch , tombol,
circuit breaker, indikator, magnetic connector, aksesoris, peralatan
dan barang-barang lain yang diperlukan untuk pemasangan dan
operasi yang sempurna dari segenap sistem dan peralatan-
peralatannya.
K on tr ak t or harus da pat me mbu kt ik a n bahwa te lah
m em ilik i pengalaman yang luas di bidang manufacturing
dan perencanaan panel- panel tersebut, dan telah
beroperasi dengan baik selama paling sedikit 3 tahun.
Penawaran harus meliputi reference list sebagai suatu bukti.
b. Panel-panel
Panel harus seperti ditunjukkan di dalam gambar rencana,
kecuali ditentukan lain.
Seluruh perakitan termasuk housing, bus-bar, alas-alas
pelindung harus direncanakan, dibuat, dicoba dan bila perlu
diperbaiki sesuai denga n p ers yar ata n minimum denga n
penyesuaian dan/ atau penambahan seperti disyaratkan di bawah
ini .
b.1. . Umum
Setiap panel daya utama harus dari jenis inbouw, Dead-
Front, terbuat dari plat baja (Metal Clad). Konstruksi panel
harus terbuat dari rangka baja struktur atau rangka profit
baja yang diperkuat dan dilas, sehingga kokoh dan tidak

74
rusak dalam pengiriman atau pemasangan. Struktur panel
harus tahan terhadap gaya elektromekanik serta termal
akibat hubungan singkat (sampai 60 kA dalam waktu 1
detik) Rangka ini harus secara lengkap ditutup pada
bagian bawah, atas dan sisi-sisinya dengan pelat-pelat
penutup yang bisa dilepas. Panel harus bisa dicapai
dari depan maupun belakang. Semua alat ukur atau
tombol pemilih yang dipersyaratkan harus dikelompokkan
pada sisi depan yang berengsel. Tutup yang berengsel tersebut
harus mempunyai engsel yang tersembunyi dan gerendel /
kunci. Semua sumber yang perlu untuk rangkaian kontrol,
daya dan lain-lain harus dipasang pada sisi belakang dari
penutup yang berengsel tersebut.
Panel harus mempunyai bukaan dalam bentuk grille
(louvres) ventilasi untuk membatasi kenaikan suhu dari bagian-
bagian yang mengalirkan arus pada nilai-nilai yang
dipersyaratkan dalam s tan dar VDE/ IEC untuk per a latan
yang ter tutu p. Penutup panel bagian belak ang yang
bisa dilepas harus mempunyai konstruksi sekrup (
screwed on / bolted on ) . Material- material yang
bertegangan harus dicegah dengan sempurna terhadap
kemungkinan terkena percikan air. Tebal pelat baja yang
digunakan minimum 2 mm. Semua panel harus buatan
Graha Panel, Dwitunggal Tehnik Utama dan m empunyai
sertifikat dari Asosiasi Produsen Panel Indonesia.
b.2. Pull Box
Bila ditunjuk dalam gambar atau bila diperlukan oleh kondisi
pemasangan, harus dipasang sebuah pull box pada
ketinggian yang cukup dari jenis konstruksi yang sama
dengan switch board pada bagian atas dari switch board.
Bagian sisi atas dan samping dan pull box harus dari bagian-
bagian yang bisa dibuka lepas. Dasar dari pull box
harus terd i r i atas pa pan as bes t os at a u b aha n taha n
ap i y ang sempurna. Kabel manuju Individual Breaker harus
tegak lurus melalui lubang-Iubang yang terpisah-pisah
pada dasar pull box im.
Penutup atas yang ditempatkan di bagian belakang
struktur harus bisa dilepas dengan mudah supaya
memungkinkan p e m b u a t a n l u b a n g - l u b a n g u n t u k
c o n d u it k a b e l y a n g diperlukan. Penunjang-penunjang
untuk kabel harus diatur sedemikian rupa, sehingga
terhindar kemungkinan terjadinya loncatan bunga api (Arc
Proofing). P u l l b o x h a r u s m e m p u n y a i u k u r a n y a n gl
a y a k g u n a memungkinkan ventilasi dan pemasangan
peralatan Circuit Breaker yang bisa dipindah-pindahkan
bilamana perlu.
b.3. Konstruksi
Panel-panel harus seperti yang disyaratkan di sini dan
seperti di tunjuk dalam gambar untuk melaksanakan
fungsi yang diperlukan. Lokasi yang tepat dan jenis
perlengkapan yang diperlihatkan boleh berbeda menurut
keperluan penyesuaian material pabrik, se Jauh bahwa
fungsi dan oper asi yang, dimaksud dapat dicapai.
Akan tetapi, identifikasi gambar, tata letak, skedul dan
lain-l a i n h a r u s d i i k u t i d a l a m u r u t a n y a n g t e p a t
u n t u k mempermudah pemeriksaan bangunan (konstruksi).

75
Tempat struktur bus-bar dan hubungan-hubungannya
harus dibangun dan ditunjang untuk dapat menalian
arus hubungan singkat yang terjadi pada lokasi tertentu
tersebut. Hubungan-hubungan harus dibaut, dilas atau.
diklem serta diatur untuk menjamin daerah kontak yang baik.
b.4. Ventilasi
Lubang- lubang ventilasi harus dibuat secara rapi
dengan punch machine . Untuk menjaga benda- henda
asing masuk melalui lubang tersebut. Pada bagian
dalam harus diberi lapisan juga dilubangi (di-punch).
b.5. Papan Nama
Set iap pemutus daya ( c i rcuit breaker ) harus
dileng kap i dengan papan nama yang dipasang pada
pintu panel dekat dengan pemutus daya dan dapat
dilihat dengan mudah. Cara-c ara pembe r ian nama
harus menunj uk k an dengan j elas rangkaian dari
pemutus daya atau alat-alat yang tersambung padanya.
Keterangan mengenai hal ini harus diajukan dalam
gambar kerja.
b.6. Cadangan Sambungan di Kemudian Hari
Bila di dalam gambar dinyatakan adanya cadangan, maka
ruangan-ruangan tersebut harus dilengkapi dengan
pemutus daya cadangan, terminal, klem-klem
pemasangan, pendukung dan sebagainya, untuk
peralatan yang dipasang di kemudian hari. Kemungkinan
penyambungan dikemudian hari dapat berupa peralatan
baru, misalnya saklar, pemutus daya, kontaktor dan lain-
lain.
b.7. Bus-bar / Rel Daya
Bus- bar harus diatur sedemikian rupa, sehingga
tersusun secara mendatar dengan rapih sepanjang
panel di dalam ruang yang berventilasi. Jarak antar rel
daya harus memenuhi ketentuan pemasangan rel daya
di dalam PUIL 2000.
Bus-bar harus terbuat dari bahan tembaga jenis " hard
drawn high conductivity" yang memenuhi standar BS. 1433,
dengan ukuran sesuai dengan kemampuan 150 % dari
arus beban ter pa s a n g. Uk ur a n B us - b a r h ar us
d i s es u a i k a n de n g an peraturan PUIL 2000. Semua Bus-
bar harus dipegang dengan kokoh oleh bahan isolator yang
terbuat dari bahan yang tidak menyerap air ( non-
hygroscopic ) misalnya porcelain atau moulded isolator,
sedemikian rupa sehingga mampu menahan gaga mekanis
yang terjadi akibat hubung singkat. Rel daya dicat
dengan warna yang sesua i dengan pena nda an fasa
menurut PUIL 2000.
Cat tersebut harus tahan terhadap temperatur sampai 70°C
S et i a p p an e l h ar us m e mp u ny a i bu s - b ar n etr a l
d en g a n k a p a s i t a s p e n u h ( f u l l n e t r a l ) y a n g d i i s o l i r
t e r h a d a p pentanahan dan sebuah b us pentanahan
yang telanjang, diklem dengan kuat pada kerangka dan
dilengkapi dengan klem untuk pengaman dari peralatan
yang perlu ditanahkan. Dalam hal ini, konfigurasi bus-bar
adalah 3 fasa - 4 kawat - 5 bus.
Semua hubungan dari bus- bar menuju pemutus daya
atau saklar dengan arus lebih besar dari 63 A harus
dilakukan melalui batang-batang tembaga dari jenis yang

76
sama dengan bus-bar. Untuk arus yang lebih kecil,
diizinkan menggunakan kabel berisolasi PVC (NYY atau
NYA).
Kontraktor diwajibkan untuk menyerahkan gambar
kerja yang menunjukkan ukuran-ukuran bus-bar dan
susunannya. Ukuran dari bus-bar harus merupakan ukuran
sepanjang panel dan disediakan cara-cara untuk
penyambungan di kemudian hari.
Apabila saluran keluar ( out going feeder ) yang menuju
ke s a t u t e r m i n a l t e r d i r i a t a s b e b e r a p a b u a h k a b e l ,
t i d a k diperkenankan menumpuk lebih dari 2 ( dua)
buah sepatu kabel pada satu terminal atau bus-bar. Bila
te rjad i hal dem ik ian, harus dila kukan dengan cara
memasangkan batang tembaga tambahan untuk
menyatukan sepatu kabel tersebut pada satu terminal yang
berlainan.
b.8. Alat-alat Ukur
Setiap panel harus dilengkapi dengan alat-alat ukur dan
trafo ukur seperti yang ditunjukkan di dalam gambar
rencana. Bila digunakan Amper Meter Selector Switch
(saklar pinch), pada saat pemindahan pengukuran arus,
saklar untuk ampere meter harus dalam keadaan terhubung
singkat. Meter-meter harus dari type besi putar (moving
iron) khusus untuk dipasang secara tegak lurus di pintu
panel. Kelas alas ukur yang paling tinggi 1,5 dengan
penunjukan melingkar ( minimum 90°), skala Tinier,
dipasang secara flush dalam kotak tahan getaran, dengan
ukuran 96 mm x 96 mm. Posisi dari saklar putar untuk volt
meter dan ampere meter harus ditandai dengan jelas.
b.8.1 Ampere meter (A-m)
Semua ampere meter harus mempunyai
kemampuan b e b a n l e b i h s e b e s a r 1 2 0 %
d a r i b a t a s a t a s penunjukkannya selama 2 jam
dan dilengkapi dengan penunjuk berwarna
m e r a h ( i n dex po in t e r ) u n t u k menandai
besarnya arus beban- penuh. Ampere meter harus
dipasangkan untuk beban motor sebesar 5,5 kW
atau lebih pada salah satu fasanya.
Ampere meter harus mampu menahan pergerakan
yang timbul akibat arus start motor dan
mempunyai skala overload yang rapat
( compressed ) untuk keperluan pembacaan arus
start tersebut.
Pada amperemeter harus terdapat mekanisme pengatur
penunjukan nol (zero adjusinent) berupa sekrup
pemutar dibagian depan.
b.8.2 Volt meter (V-m)
Volt meter harus mempunyai ketepatan kelas 1,5
dan mempunyai skala penunjukan yang lebar.
Volt meter dipasang di sisi daya masuk melalui
sikring pengaman jenis HRC dengan arus nominal 3 A.
Pada volt meter harus terdapat mekanisme
pengatur p en unju k k an nol ( zer o ad j ustm en t )
be r upa s ek rup pemutar di bagian depan.
b.9. Trafo Arus
Trafo arus harus dari tipe kering untuk pemakaian di
dalam ruangan ( indoor type), jenis jendela dengan

77
perbandingan kumparan yang sesuai dengan standar -
standar VDE untuk keperluan pengukuran. Pemasangan
harus dilakukan secara kuat agar mampu menahan gaya-
gaya mekanis yang timbul pada waktu terjadinya hubungan
singkat 3 fasa simetris.
Trafo arus untuk amperemeter juga b o l e hd
igunakan bers amaan dengan kWh m e t e rd
e n g a n s y a r a t t i d a k mengurangi ketelitiannya. Bila ternyata
ketelitian terganggu, harus digunakan trafo arus khusus
(terpisah).
b.10. Kabel-kabel Kontrol
Kabel kontrol (control wiring) dari panel-panel harus
sudah dipasang di pabrik / bengkel secara lengkap dan
dibundel serta dilindungi terhadap kerusakan mekanis. Ukuran
kabel kontrol minimum 1,5 mm2 dari jenis NYMHY dengan
tegangan nominal 600 volt. Pada setiap Ujung kabel
kontrol ataupun peng ukuran harus dip a sangka n
sepatu k abel dengan uk uran kabelnya dan
dikencangkan dengan alat penekan ( press-tang / kraft-
tang) s e c ar a baik, s eh in gga dapat dicegah ter ja diny a
hu bu ng an longgar (lost contact). Setiap pemasangan
Ujung kawat kontrol atau pengukuran pada terminal
peralatan harus cukup kencang dan kokoh.
b.11. Merk Pabrik
Semua peralatan pengamanan harus diusahakan buatan
satu pab rik. P er ala tan - per ala t a n s ejenis harus da pat
sa ling dipindahkan atau dipertukarkan tempatnya pada rangka
panel.
b.12. Peralatan Pengaman / Pemutus Daya
b. 12.1 Moulded Case Circuit Breaker (MCCB)
Untuk pemutus daya cabang dengan arus lebih
kecil dari 800 A digunakan jenis rumah tuangan
(moulded case circuit breaker - MCCB) yang
memenuhi standar B.S. 4752 Part 1 1977 atau
IEC 157 . 1 dan sesuai untuk tem p er at ur
oper as i 400 °C ( fully t r opic alize d ) dan mampu
beroperasi untuk tegangan 660 VAC dengan
rating 1.000 VAC.
MCCB harus dapat dioperasikan secara
"Reverse Feed" baik pada posisi hor izon ta l
mau pun v e rtik al tanpa mengurangi performance.
Kontak utama yang harus meneruskan arus beban
harus terbuat dari bahan silver/ t ungsten dan
mekanisme operasinya dirancang untuk
menutup dan membuka k ontak - k ontak
ut amany a s ec ara meny apu ( wip ing action).
Mekanisme operasi harus dari jenis " quick
make" dan " quick break " secara simultan pada
ketiga / keempat kutubnya sewaktu opening, closing
maupun trip. Mekanisme ini harus trip-free untuk
mencegah kontak utama menutup kembah tanpa
sengaja.
Handle togel MCCB harus dapat membuka semua
kutub (kontak utama) secara bersamaan (simultan).
Suatu arus k e s a l a h a n m e n g a l i r p a d a s a l a h
s a t u k u t u b h a r u s menyebabkan ketiga kutub
membuka secara bersamaan.

78
MCCB d ile ng k ap i dengan fasilitas pelindun g
pada masing-masing kutubnya yang dapat disetel
(adjustable) untuk arus beban lebih (overload -
inverse time) secara mekanis dengan bimetal,
pemutus arus hubung - singkat ( overcurent -
instantaneous ) secara mekanis dengan solenoid
(magnetis). U ntu k mo tor pr o t e c t or , hany a
dip as ang magne t ic overcurrent protection. Setiap
MCCB harus mempunyai tiga posisi operasi,
yaltu ON, OFF dan TRIP. Kapas i tas pemutus arus
k es a lah an ( int er ru pt ing / breaking capacity) tidak
kurang dari 50 kA.
b.12.2 Miniature Circuit Breaker (MCB)
MCB yang digunakan harus memenuhi
persyaratan B.S. 4752 / part 1 1977 atau IEC
157.1 (fully tropicalized), yang mampu
beroperas i untuk tegangan sampai 660 VAC
dengan rating 1.000 VAC. MCB harus dapat
dioperaslkan secara " reverse feed" , baik pada
pos is i ho r iz on tal m aup un v erti kal tanpa
mengurangi performance.
Kotak utama yang me neruskan arus beban
harus terbuat dan bahan silver /tungsten dan
mekanisme operas inya dirancang untuk
menutup dan membuka k ontak- k ontak
ut amany a s ec ara meny apu ( wipin g action).
Mek anisme operasi harus dar i jenis tr ip- free
untuk m e n c e g a h k o n t a k u t a m a m e n u t u p
k e m b a l i t a n p a sengaja. Handel togel MCB t iga
fasa harus dapat membuk a s e m u a k u t u b
(kontak utama) secara bersamaan
(simultan).
Suatu arus kesalahan mengalir pada salah
satu kutub harus me n yebabk an ketiga kutub
membuk a secara. bersamaan. MCB dilengkapi
dengan fasilitas pelindung arus beban lebih
(overload inverse time ) secara mekanis
dengan b i m e t a l d a n a r u s h u b u n g s i n g k a t
(overcurent i ns t a n t a n e o u s ) secara
m e k a n i s d e n g a n s o l e n o i d (magnetis).
Arus nominal dari draw out MCCB dan MCB
harus sesuai dengan gambar, dengan
kapasitas pemutusan (breaking capacity )
disesuaikan dengan letak pemutus daya tersebut.
Kontraktor diwajibkan untuk memeriksa besarnya
arus hubung singkat 3 fasa simetris yang
mungkin terjadi pada titik-titik beban dan
menganjurkan jenis MCCB serta MCB yang sesuai.
Hasil p er h it un g an dan ka talo g p emutus daya
yang disarankan untuk digunakan harus
disertakan pada saat penawaran pekerjaan.
5.1.9. Peralatan Penerangan
a. Umum.
Peralatan penerangan meliputi armatur, lampu-lampu,
aksesoris, peralatan serta alat-alat lain yang diperlukan
untuk operasi yang lengkap dan sempurna dari semua
peralatan penerangan. Fixture harus seperti yang disyaratkan

79
dan ditunjuk pada gambar-gambar.
b. Kwalitas dan Pengerjaan
Semua material dan aksesoris, baik yang disebut secara
umum maupun khusus harus dari kualitas terbaik. Pengerjaan
harus kelas satu dan menghasilkan armatur setara
dengan standar komersil yang utama. Armatur harus sesuai
dengan gambar dan skedul, atau seperti yang disyaratkan di sini.
Semua armatur harus buatan LOMM, Artholite dan Philips
c. Jenis armature
c.1. Lampu-lampu Flourescent (TL)
Lampu (bulb) harus dengan warna standar white deluxe.
Untuk twin lamp atau double TL harus dirangkai secara lead-
lag untuk meniadakan efek stroboskopis. Semua fixture harus
dilengkapi dengan kapasitor untuk perbaikan faktor
kerja sehingga mencapai minimum 0,96. Ballast harus dari
tipe low losses.
Perlengkapan lain seperti starter, ballast , pemegang
lampu harus memenuhi standar PLN / S11 / LMK.
c.2. Lampu Down Light.
Lampu down light yang dipasangkan di ruang-ruang, tertentu
menggunakan jenis lampu sesuai dengan gambar rencana.
c.3. Lampu Baret
Lampu baret yang digunakan harus berbentuk persegi,
terbuat dari kaca susu dengan lampu pijar ( incandescent)
atau lampu TL circle 20 W sesuai dengan kebutuhan.
c.4. Lampu Sorot (Flood Lighting)
Armatur lampu s orot dari jenis outdoor t ipe yang
tahan panas, tahan cuaca (tahan korosi), baik untuk
badan maupun kaca pelindung armatur.
Badan armatur ( armatur housing ) dan penutup
belakang (rear cover ) terbuat dari high pressure die cast
allumunium dengan kandungan tembaga yang rendah.
Reflektor terbuat dari allumunium yang, dipoles
mengkilat, kaca tahan panas setebal 5 mm dari jenis
Thoughened Glass Plate deng an gasket karet s i l ikon
se hin gga k es elur uh an armatur mempunyai derajat
perlindungan IP 55. Pemasangan arm at ur le ngk ap
deng an pon das i da n rangk a / s an gk ar pelindung
armatur dari besi beton diameter 6 mm yang dicat hitam
dilengkapi dengan engsel dan padlock (gembok)
d. Pemasangan
Semua armatur penerangan dan perlengkapannya harus
dipasang oleh tukang yang berpengalaman dan ahli, dengan
cara-cara yang disetujui Konsultan Manajemen
Konstruksi/Konsultan Pengawas. Pada saat pemasangan
harus dis ediakan pengik at , penyangga, penggantung dan
bahan- bahan yang perlu agar di peroleh hasil pemasangan
yang, baik.
Barisan armatur yang menerus harus dipasang sedemikian
rupa, sehingga betul-betul lurus.
Armatur yang dipasang merata terhada p permukaan
( surface mounted) tidak boleh mempunyai sela-sela di antara
bagian-bagian fixture dan permukaan- permukaan di
sebelahnya. Setiap badan (rumah) lampu h a r u sd
i t a n a h k a n ( gr o u nd e d ) . P a d a w a k t u diselesaikannya
pemasan gan armat ure pe ne ra nga n, p er alata n tersebut
harus siap untuk bekerja dengan baik dan berada dalam

80
kondisi sempurna serta bebas dari semua cacat / kekurangan.
Pada, waktu pemeriksaan akhir, semua armatur
d a n perlengkapannya harus menyala secara lengkap.

6. PENGUJIAN / PENYETELAN PERALATAN DAN SISTEM


6.1. Pekerjaan ini meliputi ketentuan-ketentuan dasar untuk
mengadakan peng ujian ( testin g ) penyetelan serta
c o mm iss io ning dari seluruh peralatan listrik yang dipasang.
6.2. Semua testing , kalibrasi dan penyetelan dari peralatan- peralatan
dan kontrol yang tergabung dalam pekerjaan renovasi sistem listrik ini serta
penyediaan semua instrumentasi dan tenaga kerja harus
dilaksanakan oleh kontraktor. Kontraktor harus menempatkan
seorang ahli listrik yang berkompeten dan berpengalaman untuk
melaksanakan pengujian dan commisioning.
6.3. 3 . P en gujian- peng ujian yang harus dilaksanaka n ole h
Kontraktor di bawah pengawasan Konsultan
Manajemen Konstruksi/ Konsultan Pengawas antara lain
 pengujian tahanan isolasi kabel baru yang dipasang, balk perbagian
(section) maupun keseluruhan (overall).
 pengujian pentanahan panel.
 pengujian kontinuitas konduktor.
 pengujian fungsi kontrol manual dan otomatis pada panel- panel
daya.
 pengujian keseimbangan pembebanan (phasing-out)
 load testing.
 penyetelan semua neralatan pengaman (overcurrent dan overload) dan
mencatat data setelah pengujian dilakukan.
 semua instalasi Iistrik yang baru harus mendapat pengesahan dari
PLN atau ba dan r es m i y ang di tunj uk K ons u l tan Ma naj em en
Konstruksi.
6.4. Hasil- hasil pengujian harus sesuai dengan syarat- syarat teknis
yang telah diuraikan di atas atau standar-standar yang berlaku dan
dicatat serta dibuatkan berita acara pengujiannya.

XXVII. PEKERJAAN PLUMBING/SANITASI


1. U M U M
Syarat-syarat Teknis pekerjaan Plumbing/Sanitasi yang diuraikan di sini
adalah pe rs y a ra tan yang harus d ila k s a na ka n oleh Kon tr ak tor dalam
hal p en g er j aa n instalasi maupun pengadaan material dan peralatan,
dalam hal ini Syarat-syarat Umum teknis pekerjaan Mekanikal / Elektrikal
adalah bagian dari Syarat- Syarat Teknis ini.
2. LINGKU P PEKERJ AAN
Y a ng d i c ak u p da l a m p ek erj a a n i n i ad a l a h pe n g er t i a n b ek erj a ny ai
ns t a l as i plumbing (pembuangan air kotor, air bekas dan penyediaan air
bersih) di dalam dan di luar bangunan sampai suatu sistem keseluruhan
maupun bagian-bagiannya, seperti yang tertera pada gambar-gambar maupun
yang dispesifikasikan.
Termasuk di dalam pekerjaan ini adalah pengadaan barang/material,
instalasi dan testing terhadap seluruh material,serah terima dan
pemeliharaan selama 12 ( dua bekas) bulan. Ketentuan- ketentuan yang
baik tercantum di dalam gambar maupun pada spesifikasi/syarat - syarat
teknis tetapi perlu untuk pelaksanaan pekerjaan instalasi secara
keseluruhan harus juga dimasukkan ke dalam pekerjaan ini.
Secara umum pekerjaan yang harus dilaksanakan pada proyek ini
a d a l a h Pengadaan dan pengangkutan ke lokasi proyek, pemasangan
bahan, material, peralatan dan perlengkapan sistem plumbing/sanitasi

81
sesuai dengan peraturan/ standar yang berlak u s eperti y ang dit unj uk
pada sy arat- sy ar at umum untuk menunjang bekerjanya sistem/
peralatan, walaupun tidak tercantum pada Syarat-syarat Teknis Khusus atau
gambar dokumen.
Perincian umum pekerjaan instalasi plumbing dan sanitasi ini adalah
sebagai berikut :

2.1. Instalasi Air Bersih


Pengadaan, pemasangan dan pengujian sistem pemipaan di dalam
dan di luar bangunan, lengkap berikut sistem pemompaan sesuai
dengan gambar rencana dan spesifikasi tekniknya.
pengadaan tenaga k eriayang berpe ngalaman dalam mena ngan i
instalasi plumbing serta peralatan-peralatannya.
P e mb ers i h a n p ip a ( p l us hing ) d e n ga n m e n g gu n ak an a l i r a n a i r
Pengujian terhadap kebocoran pipa-pipa dengan tekanan hidrolik
secara parsial dan untuk seluruh sistem pemipaan serta mengadakan
pengamatan sampai sistem bekerja dengan baik dan aman.
Pengangkutan bekas galian dan penimbunan kembaii serta pembersih site.
2.2. Instalasi Air Kotor/Air Buangan
a. Pengadaan dan Pemas angan pipa air kotor/air buangan
lengkap dengan peralatan dan berada di dalam bangunan, antara lain
WC, urinoir, wastafel, floor drain, clean out dan lain sebagainya.
b. Pengadaan dan pemasangan pipa air kotor/air buangan dari
dalam bangunan menuju saluran drainnase dan septictank.
c. Pembuat an septictank lengkap dengan pem ipaan vent- out dan
filternya.
d. Pengangkutan bekas galian dan penimbunan kembali.
e. Pengujian instalasi pemipaan terhadap kebocoran dengan
tekanan hidrolis.
f. Pengadaan tenaga kerja yang berpengalaman dan alat - alat
kerja yang diperlukan.
3. U M U M
3,1. Pengecatan.
a. Kontrak tor harus mengec at s emua pipa, rangka
pe n gg a nt un g , rangka penyangga, semua unit yang dirakit di
lapangan dan bahan-b a han y an g mu dah b erk arat den ga n
lap i s an c at das ar ( prime coating), cat harus sesuai deng an
persyaratan pengec etan yang sesuai dengan bahan masing-
masing.
b. Pengecetan tidak diperlukan bila alat- alat sudah dicat di
pabriknya at a u d i ny a t ak an la i n d a l a m s p e s i f i k as i ny a a ta u
u nt uk b a h an alumunium.
c. Untuk peralatan yang tampak, maka bahan- bahan tersebut
harus dicat akhir deng an cat bes ari merek ICI dengan merek
sebagai berikut :
 Pipa air bersih : biro
 Pipa drain / waste : hitam
 Gantungan/supprot : hitam
 Pariah pengarah : putih.
d. Kontr ak tor harus m ember i k an t and a - tan da huru f dan
nomor identifikasi bagi peralatannya dengan cat.S ebelumnya
Kontraktor wajib memberitahukan mengenai tanda - tanda yang
hendak dipasang pada peralatan- peralatan i tu kepada
Konsultan Manajemen Konstruksi.
3.2. Peralatan.
a. Kontraktor harus menyediakan dan memasang pengumpul
kotoran pada tempat-tempat rendah tertutup.

82
b. Kontraktor harus meny ediakan dan memasang t ipe f i tt ing
untuk penempatan alat uk ur y ang t idak dipas ang tetap pada
te mpat- tempat yang penting.
c. Semua alat ukur yang dipasang harus dalam batas ukur yang
baik dan ketelitian tinggi serta simetris.
d. Kontraktor harus men yediakan dan memasang tanda panah
pada pipa ditempat t empat t ert entu untuk me nunj ukk an arah
aliran dengan cat.
e. Kontraktor harus menyediakan dan memasang automatic air
release valve serta penampungannya pada tempat ya ng
memun gkinkan terjadinya pengumpulan udara.
3.3. Ukuran (Dimensi)
Ukuran- ukuran pok ok dan ukuran- ukuran detail terdapat
padagambar harus ditaati oleh Kontraktor.
Kontraktor harus meneliti ( mempelajari) gambar perencanaan, dan
bila terjadi perbedaan antara suatu dengan yang lain, harus segera
dibicarakan dengan Konsultan Manajemen Konstruksi/Konsultan
Pengawas.K ontrak tor diwaj ibk an melak ukan semua pekerjaan
pe nguk ur an dan penggambaran yang diperlukan guna memudahkan
pelaksanaan.

4. INST ALASI AIR BERSIH


4.1. Pipa
Pipa dengan 1" s/d 3", baik pipa utama maupun pipa cabang,
termasuk yang menuju fixtures menggunakan pipa PVC AW merk RUCIKA.
4.2. Fitting.
Fitting-fitting harus terbuat dari material yang sama dengan bahan pipa.
4.3. Valves.
Va l v e d e n g a n 0 lebih kecil dari 3" diper kenankan
m e n g g u n a k a n sambungan ulir (screwed).Valve pada fixture dari brass
metal atau bahan yang tidak berkarat, khusus dibuat untuk fixture
tersebut, harus mengkilat tanpa cacat.Semua valve harus mempunyai
diameter yang sama besar dengan pipanya.
Semua valve dari merek KITAZAWA atau yang setara.Setiap penawaran
harus dilengkapi dengan brosur / katalog dari pabrik pembuat. Kelas
valve yang digunakan adalah pn 150 (150 psi).
4.4. Bak Kontrol untuk Water Meter dan Valve.
Bak kontrol untuk pipa penyambung dari jaringan utama sistem distribusiair
bersih, terbuat dari beton tulangan besi yang lengkap dengan tutup
beton yang dapat dengan mudah dibuka/diangkat serta dikunci.

4.5. Pemasangan Pipa.


a. Pipa Tegak
Pipa tegak yang menuju fixture harus ditanam di dalam
tembok/lantai.Kontraktor harus membuat alur-alur dan lubang-
lubang yang diperlukan pada tembok sesuai pada kebutuhan
pipa.Setelah pipa dipasang, diklem dan diuji harus ditutup kembali
sehingga tidak keliharan dari luar.
Cara penutupan kembali harus seperti semula dan finish yang rapi
sehingga tidak terilhat bekas-bekas dari bobokan.
b. Pipa Mendatar.
Untuk pipa yang berada di atas atap dan di bawah lantai, pipaharus
dipasangdengan penyangga (support) atau
penggantung(hangger).Jarak antara pipa dengan dinding
penggantungan bisa disesuaikan dengan keadaan lapangan.

c. Penyambung Pipa.

83
1) Sambungan Ulir.
Penyambungan ulir antara pipa dengan fitting dilakukan untuk
pipa dengan diameter sampai 40 mm (11/2").
Kedalaman ulir pada pipa harus dibuat sedemikian rupa,
sehingga fitting dapat masuk pada pipa dengan diputar tangan
sebanyak 3 uiir.Semua sambungan ulir harus menggunakan
perapatan henep dan zinkwite dengan campuran minyak.
Semua pemotongan pipa menggunakan pipa cutter dengan
pisau roda.Tiap Ujungpipa bagian dalam harus dibersihkan
dari bekas pemotongan dengan reamer.
Semua pipa harus bersih dari bekas bahan perapat sambungan.
2) Sambungan Lem.
Penyambungan antara pipa dengan fitting PVC menggunakan
lem yang sesuai dengan Jenis pipa dan menurut rekomendasi
pabrik.Pipa harus masuk sepenuhnya pada fitting, dan hal ini
dapatdilakukan dengan alat press khusus.Pemotongan pipa harus
tegak lurus terhadap pipa.
3) Sambungan Las.
Sambungan las hanya dizinkan untuk pipa selain pipa air
minum.Sambungan las ini berlaku antara pipa baja dan fittinglas,
dengan kawat las / elektrode yang sesuai.
Tukang las harus mempunyai sertifikat dan hanya boleh
bekerja sesudah mendapatkan izin tertulis dari Konsultan
Manajemen Konstruksi/Konsultan Pengawas.
Setiap bekas sambungan las harus segera di cat dengan cat
khusus untuk itu.
4) Sleeves.
Sleeves untuk pipa-pipa harus dipasang dengan baik setiap kali
pipa tersebut menembus beton.
S l e ev e s h a r u s m e m p u n y a i u k u r a n y a n g c u k u p u n t u k
memberikan ruang longgar di luar pipa maupun
isolasi.Sleeves untuk dinding dibuat dari pipa besi tuang atau
baja.Untuk yang diinginkan kedap air harus di lengkapi
dengan sayap / flens / water stop.
Untuk pipa-pipa lurus menembus kontruksi bangunan yang
mempunyai lapisan kedap air (water proofing) harus dari jenis
flushing sleeves. Rongga antara pipa dan sleeve harus dibuat
kedap air dengan rubber seal atau caulk.
d. Penanaman Pipa di Dalam Tanah.
1) Dasar dari lubang parit harus diratakan dan dipadatkan.
2) Diberi pasir urug padat setebal 10 cm
3) Pada setiap sambungan pipa harus dibuat lubang galian yang
dalamnya 50 mm untuk penempatan pipa sambungan pipa.
4) Pengadaan testing terhadap tekanan dan kebocoran.
5) Setelah hasilnya baik, ditimbun kembali dengan pasir urug
padat setebal 15 cm dihitung dari alas pipa.
6) Di sekitar fitting dari pipa harus dipasang balok / penguat dari
beton agar fitting- fitting tidak bergerak j ika beban tekan
diberikan.
7) Kemudian diurug dengan tanah bekas galian sampai seperti
keadaan semula.
e. Pengujian Terhadap Tekanan dan Kebocoran.
1) Setelah semua pipa dan perlengkapannya terpasang, harus diuji
dengan tekanan hidrolis Kg/Cm2 selama 24 jam tanpa terjadi
perubahan / penurunan tekanan.
2) Peralatan pengujian ini harus disediakan oleh kontraktor.
3) Pengujian harus disaksikan oleh Konsultan Manajemen

84
Konstruksi/Konsultan Pengawas atau yang kuasakan untuk itu.
4) Apabila terjadi kegagalan dalam pengujian Kontraktor harus
m em perba ik i bagia n- bagian yang rusak dan me lak ukan
pengujian kembali sampai berhasil dengan baik.
5) Dalam, hal ini semua biaya ditanggung oleh Kontraktor,
termasuk biaya pemakaian air dan listrik.
f. Pengujian Sistem Kerja (Trial Run)
Setelah semua instalasi air bersih lengkap, temasuk penyambungan ke
pipa distribusi, Kontraktor diharuskan melakukan pengujian
terhadap sistem-sistem kerja (trial run) dari seluruh instalasi air
bersih, yang disaksikan oleh Konsultan Manajemen Konstruksi/Konsultan
Pengawas atau yang ditunjuk untuk itu sampai sistem bisa bekerja dengan
baik.
g. Pekerjaan Lain-Lain
Termas uk di dalam pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh
Kontraktor adalah pembobokan dinding / selokan, penggalian dan
pengangkutan tanah dari hasil dan lain-lain ditemui di site,serta
memperbaiki kembali seperti semula.

5. INST ALASI AIR KOTOR / AIR BUANGAN


5.1. Material
a. Pipa di Dalam Bangunan.
Pipa dengan ukuran 1'/2"-4" baik pipa utama maupun pipa cabang
mengunakan PVC class AW.
Pipa PVC ex RUCIKA atau setara.
b. Pipa di luar Bangunan
Dari Ujung pipa di dalam bangunan menuju ke saluran drainase
menggunakan pipa PVC class AW.
Pipa PVC ex RUCIKA atau sets ra.
c. Accessories.
1) Fitting dari pipa PCV hams dari hahan yang sarna (PVC) yang dibuat
dengan carainjection moulding.
2) Floor drain dan clean out dari bahan stainless-steel.
3) Saringan air hujan / roof drain terbuat dari besi tulang atau
fiber class.
4) yang mempunyai bentuk badan cembung yang berfungsi
sebagai sediment bowl.
5.2. Cara Pemasangan Pipa.
a. Pipa di Dalam Bangunan (termasuk pipa vent).
1) Pipa Mendatar.
Pipa dipasang dengan kemiringan (slope) 1 -2 %.Perletakan
pipa harus diusahakan berada pada tempat yang tersembunyi
baik di dinding/tembok maupun pada ruang yang berada di
bawah lantai.
Setiap pencabangan atau penyambungan yang merubah arah
harus menggunak an f i t t ing dengan sudut 45 ° ( misalnya Y
branch dan sebagainya) jenis long radius.
2) Pipa di Dalam Tanah.
Pipa dipasang dan ditanam di bawah permukaan tanah/jalan dengan
tebal/ inggi timbunan minimal 80 cm diukur dari atas pipa sampai
permukaan tanah/lantai.Sebelum pipa ditanam pada dasar galian
harus diurug dahulu dengan pasir padat setebal 10 cm.Selanjutnya
setelah pipa diletakkan, di sekeliling dan di atas pipa kemudian
diurug dengan tanah sampai padat.Kontruksi permukaan tanah /
lantai bekas galian harus dikembalikan seperti semula.
3) Penanaman Pipa.
Dasar dari lubang parit harus diratakan dan dipadatkan.Pada

85
tiap-tiap sambungan pipa harus dibuat galian yang dalamnya 50
mm. Untuk mendapatkan sambungan pipa pada bagian yang
membelok ke atas (vertikal) harus diberi landasan dari beton.Caranya
seperti pada gambar perencanaan.Dalamnya perletakan pipa
disesuaikan dengan memiringan I2 % dari t i t ik mula di dalam
ge dung s ampai k e s a lur an drainase.
b. Pipa Saluran Luapan Septictank.
Pipa dipasang dan ditanam di hawah permukaan tanah / jalan
kemiringan 1-2% dari titik permukaan septic tank ke drainase kota.
Untuk perletakan pipa yang melintasi jalan kendaraan dengan
k e da lama n kurang dari 90 cm, pada b agian atas pipa haru s
dilindungi pelat beton bertulang dengan tebal 10 cm, pelat beton
tersebut tidak tertumpu pada pipa.
c. Penyambungan Pipa
1) Pipa PVC dengan Ø 3" ke atas yang dipasang di bawah pelat
lantai dasar harus disambung dengan rubber ring joint
2) Sedangkan pemipaan lainnya disambung dengan solvent
cement
3) Pipa yang harus disambung dengan solvent cement harus
dibersihkan terlebih dahulu sehingga bebas dari kotoran dan
lemak.
4) Pembersihan tersebut dilakukan terhadap bagian
permukaan dan dalam dari pipa yang akan saling melekat.
5) Pada waktu pelaksanaan penyambu ngan, bagian dalam
dari pipa yang akan disambung harus bebas dari benda -
banda / kotoran yang dapat mengganggu kelancaran air di dalam
pipa.
5.3. Cara Pemasangan Floor Drain dan Clean OutI
F l oor d r a i n d a n h a r u s d i p a s a n g s e s u a i d e n g a n g a m b a r
per enc an aan . Penya m bung an dengan pipa harus dilak ukan
s ec ar a ulir (screw) dan membentuk sudut 45° dengan pipa
utamanya.c l e an ou t
5.4. Pengujian
a. Seluruh sistem air kotor / buangan harus diuji terhadap
kebocoran sebelum disambung ke peralatan. Tekanan kerja
maksimum adalah 8 kg/cm2 dan tekanan pengujian adalah 12,5
Kg/Cm2.
b. P e ng uj i an d i l ak u k a n de n g an te k a n a n a i r s e t e l ah
Uj u n g p ip a k e peralatan ditutup rapat.
Untuk pemipaan air kotor, bekas dan air hujan,
p e ng u j i a n dilakukan sebelum pemipaan disambungkan ke
peralatan sanitasi, dengan jalan mengisi pemipaan dengan
air.Pemeriksaan dilakukan setelah 24 jam kemudian dan
harus tidak terjadi pengurangan volume air.
c. P er a la t a n dan ba h an u nt uk b a ha n p en g uj ia n
d i s ed i ak a n o l eh kontraktor.
d. Kontraktor harus memperbaiki segala cacat dan kekurangan-
kekurangannya.
e. Konsultan Manajemen Kons truksi/ Konsultan Pengawas
berhak meminta pengulangan pengujian bila hal ini dianggap perlu.
f. D a l a m h a l p e n g u j i a n y a n g t i d a k d i l a k u k a n d e n g a n b a i k
at au kurang memuaskan, maka biaya
pengujian/pengulangan pengujian adalah termasuk tanggung
jawab kontraktor.
g. Peralatan toilet dapat dipasang setelah hasil pengujian
dinyatakan baik oleh Konsultan Manajemen Konstruksi/Konsultan
Pengawas.

86
6. PERSYARATAN KONSTRUKSI UMUM MOTOR- POMPA
6.1. Pompa Air Bersih.
a. P o mp a- p o mp a da r i jems non- se lf p r im in g d en g a n
ef i s i e ns i minimum 70% pada sekitar + 10 % dari titik kerjanya.
b. Pompa dan motor khusus dirancang untuk mentransfer air minum.
c. Seal menggunakan jenis maintenancefree-mechanical seal.
d. Badan pompa menggunakan besi cor ( cast iron) kualitas
ductile yang khusus untuk air minum.
e. Sudu ( impeller) dan guide vane menggunakan stainless- steel
atau sejenisnya yang khusus untuk air minum.
f. POROSmenggunakan baja tahan karat ( stainless-
steel), shaft seal faces terbuat dari tungsten carbide.
g. Bant alan menggunakan bantalan luncur tanpa pelumasan
khusus selain air.
h. Pompa, poros dan kopling hares terbalans secara baik.
i. Pompa dik onstrusikan menyatu dengan motornya pada
landasan baja yang tunggal (base plate).
j. Setiap pompa harus dibuatkan saluran pembuangan
( drainase) bocoran air ke saluran buangan terdekat (lihat gambar
rencana).
k. Secara utuh pompa dan motor tidak boleh menimbulkan
getaran dan suara di atas normal (50 dB A).
l. Pompa dan motor dihubungkan secara langsung ( direct
driven) dengan kopling fleksibel.
m. Pompa dilengkapi dengan pipa priming yang diambil dari
priming tank.
n. Setiap pompa harus dilengkapi dengan automatic stop stwich
yang mendapat sinyal dari water level control yang diletakan
di dalam ground reservoir.
6.2. Motor untuk pompa air bersih.
a. Motor adalah jenis motor induksi rotor sangkar.
b. Motor sesuai untuk bekerja pada jaringan listrik 220/380 V, 3
fasa, 50 Hz.
c. M ot or diatas 2 . 0 k W m en gu n aka n s t ar ter s tar- de lt a
oto ma t is, s e d a n g k a n u n t u k m o t o r d e n g a n d a y a k u r a n q
d a r i 2 , 0 k W menggunakan starter direct-on-line (DOL). Perintah
start otomatis berasal dari pressure switch yang diletakan di
pemipaan header.
d. Belitan motor menggunakan isolasi kelas F.
e. Motor setidaknya dilindungi dengan :
 automatic short-circuit / over Curren protector
 automatic thermal protection relay
 automatic under voltage dan phase failure cut off relay
f. Rotor, poros dan kopling harus terbalans secara baik.

7. SPE SIFIK ASI PO MPA AIR


7.1 Pompa Air bersih (Delivery Pump).
Jenis : horisontal single stage closed
imppelernon-selfpriming
Jumlah : sesuai gambar
Head nominal : sesuai gambar
Kapasitas nominal : sesuai gambar
Daya pompa : sesuai gambar
Putaran : 2900 rpm
Tegangan kerja : 380 V, 3 fasa, 50 Hz

87
Starter : star-delta started controlled by WLC
Pompa dan motor ex GAE, EBARA atau
setara.

XXVIII. PEKERJAAN TATA UDARA


1. U M U M
Syarat-syarat Teknis Pekerjaan Tata Udara yang diuraikan di sini adalah
persyaratan yang harus dilaksanakan oleh Kontraktor dalam hal
pengertan instalasi maupun pengadaan material dan peralatan, dalam
hal ini Syarat- Syarat Umum Teknis Pekerjaan Mekanikal / Elektrikal
adalah bagian dari Syarat- Syarat Teknis ini.
2. L I N G K U P PEKERJ AAN
Yang dicakup dalam pekerjaan instalansi ini adalah pengertian
bekerjanya sistem tata udara secara keseluruhan maupun bagian-
bagiannya seperti yang tertera pada gambar- gambar maupun yang
dispesifikasikan.
Termasuk dalam pekerjaan ini adalah pengadaan barang-barang
/material instalasi (termasuk pembobokan dan perapihan kembali),
testing, & commissioning dan pemeliharaan.
Keterangan-keterangan yang tidak diterangkan dalam spesifikasi
maupun gambar tetapi perlu untuk pelaksanaan dari pekerjaan secara
keseluruhan harus juga dimasukkan ke dalam pekerjaan ini.
Secara garis besar, pekerjaan ini meliputi pengadaan dan pemasangan
peralatan sebagai berikut :
2.1. Split System air conditoner, terdiri dari
a. Out door condensing unit
b. Indoor Fan Coil Unit
c. Sistem pemipaan refrigerant beserta isolasinya dan alat- alat
bantu yang diperlukan.
d. Sistem pemipaan drainage beserta isolasinya dan alat- alat
bantu yang diperlukan.
e. Instalasi listrik daya dan kontrol atau out door condensing unit
dan fan coil unit lengkap dengan conduit yang diperlukan.
2.2. Pekerjaan Exhaust Fan Toilet dan Ruang-ruang Mesin, terdiri atas
a. Exhaust Fan beserta rangka dan starter switch
b. Instalasi Ducting
2.3. Integrasi dan pengujian sistem / instalasi sampai berfungsi dengan
baik
Segala sesuatu mengenal lingkup pekerjaan ini yang masih Kurang jelas,
Kontraktor dapat menanyakan lebih lanjut kepada Ko nsultan Manajemen
Konstruksi/Konsultan Pengawas, Konsultan Perencana atau pihak lain
yang ditunjuk untuk ini.

Apabila sampai terjadi kelalaian dan kekurangan, Kontraktor harus


bertanggung jawab atas kerugian-kerugian yang mungkin terjadi. Dalam
hat ini, Kontraktor harus memperhitungkan di dalam harga air
conditioner system segala biaya pengetesan di lapangan serta
pengadaan listrik kerja. Sistem / tata cara pengetesan harus
disampaikan secara tertulis dua minggu sebelum jadwal pengetesan.

3. L I N G K U P PEKERJ AAN
3.1. Pengecatan
Kontraktor harus mengecat semua rangka penggantung, rangka
penyangga, semua unit yang dirakit di lapangan dan unit-unit yang
diperlukan serta bahan-bahan yang mudah berkarat dengan lapisan

88
cat dasar sesuah itu dicat lagi dengan persyaratan pengecatan
yang harus sesuai untuk bahan masing-masing. Cat yang
digunakan adalah AVIAN / SEIV atau setara.
3.2. Peredam Getaran
Kontraktor harus menyediakan dan memasang peredam getaran
(vibration damper) pada seluruh peralatan yang menimbulkan
getaran. Type disesuaikan dengan mesin yang bersangkutan
berdasarkan rekomendasi pabrik.

3.3. Pipa Pembuangan (Drain)


3.3.1. Kontraktor harus memasang saluran-saluran pipa
pembuangan ( drainage pipe di semua indoor fan coil unit
(FCU) yang kemudian dihubungkan ke saluran
pembuangan, sesuai dengan gambar rencana atau sesuai
dengan kondisi lapangan atas petunjuk Konsultan
Manajemen Konstruksi.
3.3.2. Pipa drain dan fitting-fittingnya harus dari jenis PVC
(polyvinyl chloride) kelas AW dengan metode
penyambungan antar pipa atau antara pipa dengan fitting
menggunakan solvent cement ( SO- Solvent Cement Joint).
Merek pipa dan fitting RUCIKA atau setara.
3.3.3. Untuk mencegah pengembunan, pipa pembuangan harus
diisolasi dengan bahan isolasi yang sesuai.
Untuk pipa drain yang terbuka ( tidak tertanam, di dalam
dinding) pipa drain harus diisolasi dengan CFC-free,
flexibel closed cell elastromeric tubing insulation ex
Armstrong ( Armaflex) atau setara.
Sedangkan pipa drain yang tertanam di dalam dinding
harus diisolasi dengan self adhesive insulating tape ex
Armstrong ( Armaflex) atau setara.
3.3.4. Metode pemasangan pipa drain ke unit FCU hares sesuai
dengan rekomendasi pabrik, sesuai dengan gambar
rencana.
3.3.5. Pemasangan pipa drain harus rapi dan kokoh. Untuk pipa
drain yang dipasang di antara plafon dengan pelat lantai
diatasnya, pipa diletakkan di atas rak kabel / rak pipa atau
digantung dengan penggantung pipa. Untuk pemasangan
pipa drain yang digantung, jarak antar tidak penggantung
lebih dari 2 meter.
Penggantung pipa harus terbuat dari pelat baja strip 30
mm x 3 mm, dilengkapi dengan batang baja 0 1/2" yang
ujung- ujungnya berulir untuk levelling. Pemasangan
penggantungan ke pelat baja dilakukan dengan ramse4c /
dynabolt.
Penggantung harus dicat dengan lapisan cat dasar ( primer)
dan dicat akhir dengan cat besi ex ICI hitam ( R 404 -
40009).
3.4. Pemipaan Refrigerant
3.4.1. Ketebalan pipa. tembaga / pipa refrigerant tersebut
paling tidak sebagai berikut :

Tebal
Diameter
Dinding
(inchi) (mm) (mm)

89
'/4 6,4 0,762
3/8 9,5 0,889
'/2 12,7 1,016
5/8 15,9 1,067
3
/4 19,1 1,143
1 25,5 1,27
1 '/4 31,8 1,27

merek pipa tembaga adalah CRANE ENFIELD atau setara.


3.4.2. Pemipaan dilengkapi dengan aksesoris yang diperlukan,
antara lain isolasi, elbow dan lain sebagainya sesuai
dengan standar pabrik sehingga diperoleh instalasi
pemipaan yang memuaskan.
3.4.3. Dimensi (Ø) pipa tembaga yang digunakan untuk masing -
masing peralatan (out door condensing unit dan fan coil
unit), baik liquid maupun gas side harus sesuai dengan
standar pabrik sehingga diperoleh sistem operasi serta
performance yang memuaskan.
3.4.4. Seluruh pemipaan refigerant sisi gas (gas side), harus
diisolasi dengan thermaflex, sedangkan pemipaan sisi
cairan ( liquid side) tidak diisolasi.
3.4.5. Untuk satu jalur pemipaan, dari outdoor condensing unit
menuju fan coil unit, pipa refrigerant gas dan liquid diikat
bersama dengan cable dan diberi label untuk penandaan
yang mempermudah perawatan
3.4.6. Metode pemasangan pipa refigerant ke unit- unit outdoor
condensing unit adalah flare connection ( liquid side) dan
brazing connection (gas side) atau dengan cara sesuai
rekomendasi pabrik. Sedangkan untuk fan coil unit, metode
penyambungan untuk kedua sisi adalah flare connection.
3.4.7. Penyambungan pipa refrigerant dengan fitting
menggunakan metode solder, dengan bahan pengisi tanpa
flux jenis hard solder yang memenuhi standar AS Bcup- 2
(phosphor copper solder).
3.4.8. Harus diusahakan penggunaan panjang pipa yang
maksimal untuk mengurangi titik penambungan / titik antar
pipa.
3.4.9. Semua pipa refrigerant harus dipasang secara rapi dan
sejajar, diletakkan di posisi sesuai dengan gambar
rencana.
3.4.10 Bila diperlukan penyangga, ukuran penyangga / klem
disesualkan dengan ukuran pipa dan isolasinya sedemikian
rupa, sehingga t idak merusak isolasinya serta
memudahkan pemeliharaan / perbaikan di kemudian hari.

3.5. Pemasangan Fan Coil Unit & Outdoor Condensing Unit


3.5.1. Pemasangan Fan Coil Unit dan Outdoor Condensing Unit
harus sedemikian rupa, sehingga pembersihan maupun
perbaikannya dapat dilakukan dengan mudah.
Kontraktor harus memberitahukan kepada Konsultan
Manajemen Konstruksi tentang cara dan urutan pembersih
/ perbaikan peralatan tersebut.
3.5.2. Semua Fan Coil Unit dipasang benar- benar mendatar dan
harus ditumpuk dengan baik. Gantungan harus dipasang
pada konstruksi dengan kuat menggunakan dynabolt,

90
dengan ukuran yang sesuai dengan kebutuhan. Hasil akhir
pemasangan Fan Coil Unit terhadap plafon harus benar-
benar rapih dan rapih, tanpa celah antara panel dengan
plafon.
3.5.3. Posisi pemasangan unit-unit outdoor direncanakan di lantai
tambahan ( balkon) khusus untuk Outdoor Condensing Unit
di atas kanal CNP 10 cm. ini Kontraktor untuk memeriksa
kembali posisi Dalam hal ini.
penempatan Outdoor Condensing Unit dan menyarankan
posisi yang terbaik untuk mencapai operasi yang
memuaskan. Untuk meredam getaran, di antara Outdoor
Condensing Unit dengan kanal C sebagai penumpu
diselipkan vibration damper jenis neophrene rubber pad
dengan ketebalan minimum 5 cm atau sesuai dengan
rekomendasi pabrik.
3.6. Persyaratan Peralatan Air Conditiong ( AC)
3.6.1. Umum
Kontraktor harus memasang unit- unit outdoor ( out door
condesing unit) dan unit-unit indoor (indoor fan coil unit)
jenis air cooled split system, controler, pemipaan, drain
dan lain sebagainya secara lengkap sesuai dengan gambar
dokumen, skedul, spesifikasi serta sesuai persyaratan
pabriknya.
3.6 ,2. A/C harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut
a. A/C harus mempunyai kapasitas pendingin dan volume
udara seperti yang ditunjukkan dalam skedul / gambar
rencana.

b. Seluruh FCU hares dilengkapi dengan rangka isolasi


(installation casing), haik air kondensasi ( drain pan),
saringan pembersih udara (cleanable filter), pipa drain
yang diisolasi, motor effisiensi tinggi, fan (kipas) jeni s
direct fan dan motor.
c. Fan FCU harus mempunyai tiga pilihan putaran
kecepatan, yaitu high, medium, dan low serta off
Putaran pada kecepatan medium tidak boleh melebihi
800 rpm.
d. Seluruh A/C harus dilengkapi dengan thermostat,
expansion valve, compressor, condenser dan
perlengkapan Iainnya, sehingga sistem dapat bekerja
dengan sempurna.
e. Putaran fan motor FCU pada kecepatan tinggi (high
speed) tidak boleh melebihi Noise Criteria (NC) 40.
Seluruh bagian yang bergerak harus diseimbangkan
terlebih dahulu ( balanced) oleh pabrik.
f Seluruh motor fan indoor; motor fan condenser dan
compresor harus dilengkapi dengan pengaman arus
lebih.
g. Pengontrolan unit- unit FCU dilakukan secara elektronik
terhadap start-stop, temperature setting, air flow rate
dan lain sebagainya melalui infrated remote controller
(wireless).
h. Controller dilengkapi dengan LCD display yang akan
menampilkan seluruh kemampuan pengontrolan dan
inspeksi.

91
i. Merle yang digunakan LG, daikin atau setara
3.7. lnstalasi Ducting
3.7.1. Umum.
Bagian ini merupakan persyaratan umum mengenai
pekerjaan ducting, perlengkapan ducting dan peralatan
pengontrolan aliran udara. Persyaratan umum ini bersifat
mengikat, kecuali bila ternyata ada persyaratan khusus
sebagaimana disebut pada bagian-bagian lain atau
gambar- gambar rencana.
a. Kontraktor diharuskan untuk mengadakan dan
memasang seluruh pekerjaan ducting dan
perlengkapannya, sesuai dengan persyaratan-
persyaratan yang disebutkan, sampai sistem dapat
beroperasi dengan baik dan memuaskan.
b. Semua pekerjaan ducting dan fittingnya harus dibuat
dari bahan ( plat baja) yang baru dan setiap plat yang
digunakan harus mempunyai tanda yang menunjukkan
pembuat / pabrik dan kelasnya.
c. Semua pekerjaan ducting sejauh mungkin dibuat di
lokasi berdasarkan dimensi sebenarnya yang
dibutuhkan. Apabila ternyata sulit diperoleh besarnya
ukuran ducting s ebenarnya, dapat digunakan ukuran
sebagaimana dinvatakan di dalam gambar. Semua
ducting supply, return, intake dan exhaust fitting harus
dari jenis yang sesuai dengan gambar atau skedul
peralatan.
d. Sebelum pekerjaan ducting dimulai, Kontraktor harus
menyerahkan gambar kerja (shop drawing) mengenal
sistem ducting, potongan- potongan, ketinggian,
penggantung, skedul ducting, damper, penyambungan
ducting, flexibel connection, lining, test point dan lain
sebagainya kepada Konsultan Manajemen Konstruksi
untuk dinilai.
e. Sebelum melakukan pemesanan barang, Kontraktor
diwajibkan untuk menyerahkan data pabrik dari seluruh
peralatan kepada Konsultan Manajemen Konstruksi
untuk dinilai.
f. Sebelum pekerjaan ducting dimulai, Kontraktor
diwajibkan untuk menyerahkan contoh pelaksanaan
pembuatan ducting, lengkap dengan isolasi dan lining
dan peralatan penggantung yang diperlukan kepada
Konsultan Manajemen Konstruksi.
Sebelum mendapatkan persetujuan tertulis, Kontraktor
tidak diperkenankan memulai pekerjaan.
3.7.2. Bahan Ducting.
Semua saluran udara (duct), baik di luar atau di dalam
bangunan harus dibuat dari pelat baja lapis seng ( BJS)
yang diproses secara hot-dipped dan memenuhi standard
SMACNA ( ex LOKFOM atau setara).
Semua pelaksanaan pembuatan duct dan instalasi harus
sesuai dengan syarat- syarat teknis dan gambar rencana
yang diberikan dan sesuai dengan standart SMACNA.
Ducting harus dibuat dari lembaran- lembaran BJLS yang
baru dari kwalitas terbaik dengan ukuran sepenuhnya ( full

92
sized) dan dipatah silang secara diagonal dari Ujung ke
ujung untuk setiap segmen. Untuk ducting yang diisolasi
bagian dalamnya ( lined) tidak diperkenankan dilakukan
pematahi-silangan.
Ketebalan BJLS yang digunakan tergantung dari
tergantung dari ukuran J besar duct, sesuai dengan daftar
di bawah ME
Ukuran terpanjang BWG B7LS

Duct yang dipakai (USA gauge stand)

Sampai 12" 24 50
13"-16 11 24 50
1911-30" 24 60
31 "-54" 20 80
55"-84" 20 80
84" ke atas 18 100

3.7.3. Sambungan Duct.


Jenis sambungan (seam) duct yang dipakai adalah grooved
seam. Semua bagian tempat penyambungan duct yaitu lock
pada duct, ujung penyambungan antara flexible round duct
dan duct persegi, sambungan antar duct persegi ( termasuk
besi sikunya), penyambungan antara flexible round duct
dengan diffuser harus diflincoat pada bagian luar dan
dalam sehingga tidak terjadi kebocoran.

Untuk memperkuat penyambungan Flexible Round Duct


dengan diffusert harus digunakan klem dari seng BJLS 80.

3.7.4. Penguatan Duct dan Sambungan Flens. Pada setiap


sambungan antara duct persegi dengan duct persegi
lainnya harus digunakan ( lens besi siku yang disatukan
dengan mur dan baut.

Di antara flens tersebut harus diselipkan tali asbes untuk


mencegah kebocoran. Untuk menyatukan Hens besi siku
dengan duct harus digunakan paku keling besi. Tidak
diijinkan penggunaan paku keling alumunium.

Sesudah dikeling, sambungan dan kelingan diflincoat luar


dan dalam agar tidak terjadi kebocoran. Syarat-syarat
teknis sambungan flens dari penguat duct adalah sbb

Panjang Duct Jarak flens / penguatan Persyaratan penguat

dan gantungan

Sampai 19" 180 cm Dipatahkansilangkan


(cross broken).
20"-40" 180 cm Di tengah (diantara
flens) harus dipasang
sabuk penguat.

93
I9"-30" 180 cm Tengah-tengah flens
dipasang sabuk
penguat

Semua besi penguat dan gantungan yang dipasang harus


dicat dengan cat dasar, (prime coating) dan setelah dicat
sesual dengan pengecatan.

3.7.5. Tikungan ( Elbow).


Tingkungan harus merupakan baglan terpisah dan
dihubungkan dengan duct lainnya dengan menggunakan
flens.
Elbow harus merupakan Long Radius Elbow yang
dipisahkan dengan sudut-sudut pengaruh di dalamnya.

3.7.6. Pencabangan.
Pencabangan harus dibuat sesuai dengan gambar rencana
dan dilengkapi dengan splitter damper.
Kontruksi splitter damper harus sedemikian rupa, sehingga
tidak terjadi kebocoran-kebocoran di tempat penembusan
engsel- engsel dan batang penyetel. Pada perpindahan dari
duct yang lebih besar ke duct udara segar (supIly) ke
diffuser sempit harus dipasang side diffuser.
Diffuser harus dilengkapi dengan damper yang dapat
disetel.
Kontruksi damper harus sedemikian rupa sehingga dapat
bekerja dengan baik dan benar serta rapi.

3.7.7. Hanger / Support.


Jarak maximum antara gantungan adalah 180 cm, untuk
ukuran duct sampai 40", sedangkan untuk ukuran duct di
atas 40" jarak gantungan adalah 90 Cm. Konsultan
Manajemen Konstruksi/Konsultan Pengawas berhak
menentukan jarak Jarak yang lebih pendek, bilamana pada
tempat tertentu dipandang penting berkaitan dengan
kekuatan dan bila, diperkirakan terdapat difleksi duct yang
memungkinkan terjadinya kebocoran pada sambungan-
sambungan dan lain- lainya.

Bagian dalam dari duct utama udara sepanjang jarak


tertentu (kurang- lebih 2 meter dari plenum) harus diberi
lapisan dalam ( lining) dengan styrofoam tebal 2,54 cm
yang dipasang / diikat dengan klem seng yang dipaku
keling. Dengan Diffuser/Grile, Komponen yang dipasang
harus sesuai dengan gambar rencana dan syarat teknis.
Penempatan secepatnya harus harus sesuai dengan
gambar rencana.
Diffuser/grille yang dipasang harus terbuat dari allumunium
dan memenuhi ADC standard 1062 R " Air Diffusing
Equipment Test Code", kecuali dinyatakan lain secara
tersendiri. Noise criteria (NC) level tidak boleh dari 50 dB.
Semua diffuser/grille dicat dengan warna sesuai kebutuhan
dengan persyaratan pengecatan khusus alumunium
sehingga warna tahan lama dan tidak mudah mengelupas.
Diffuser/grille ex COMFORT AIRE atau setara.

94
4. Pengujian
4.1. Sebelum dilakukan pengujian (testing & commissioning),
kontraktor diwajibkan menyerahkan prosedur untuk disetujui oleh
Konsultan Manajemen Konstruksi/Konsultan Pengawas paling
lambat 2 ( dua) minggu sebelum jadwal pengujian dilakukan.
4.2. Semua pengujian dilakukan setelah sistem berjalan dengan baik
secara kontinyu selama 12 jam.
4.3. Pengukuran dan pengujian terakhir harus dilakukan setelah
sistem sesuai atau mendekati persyaratan teknis yang
direncanakan.
4.4. Semua peralatan pengujian dan pengukuran harus tertera
sebelum dan setelah dipergunakan.
Alat uji dan ukur harus disediakan secara lengkap oleh
Kontraktor.
4.5. Pengukuran dan pengujian harus dilakukan pada saat suhu udara
luar mencapai 29°C - 35°C.

XXIX. PEKERJAAN TELEPON DAN DATA


1. UMUM
Syarat-syarat Teknis Pekerjaan Telepon dan Data yang diuraikan di sini adalah
persyaratan yang dilaksanakan oleh Kontraktor dalam hal pengerjaan instalasi
maupun pengadaan material dan peralatan, dalam hal ini Syarat-syarat Umum
Teknis Pekerjaan Elektrikal adalah bagian dari Syarat-syarat Teknis ini.
2. PRINSIP PERENCANAAN
Yang dimaksud dengan intalasi telepon adalah instalasi PABX dengan saluran
terbagi menjadi dua bagian yaitu :
 TRUNK, adalah saluran yang berhubungan langsung ke saluran jaringan
telepon PT. TELKOM atau saluran yang digunakan untuk interkoneksi antara
PABX.
 EXTENSION, adalah saluran cabang dari PABX yang dihubungkan ke pesawat
telepon intern.
Mode operasi yang dapat diprogramkan sesuai dengan kebutuhan pada setiap
pesawat telepon adalah sebagai berikut :
 Direct Access, yang memungkinkan hubungan antara pesawat telepon
extension dengan pesawat luar (saluran PT. TELKOM) secara otomatis tanpa
bantuan operator.
 Indirect Access, diperlukan bantuan operator agar saluran extension dapat
berhubungan dengan saluran PT. TELKOM.
 No Access, mencegah sama sekali hubungan suatu saluran extension
dengan saluran PT. TELKOM.
 Toll Access, yang memungkinkan hubungan interlokal secara langsung dari
suatu saluran extension tanpa bantuan operator.
Pada gambar rencana dapat dilihat titik outlet saluran extension. Status mode yang
diinginkan akan ditentukan kemudian.
Setiap titik outlet di dalam gambar rencana tersebut merupakan titik outlet lengkap
dengan hand set (pesawat telepon).
2.1. Standar / Rujukan
2.1.1 Standar PT Telkom.
2.1.2 Standar Industri Indonesia (SII)/Standar Nasional Indonesia (SNI). 2.1.3
Verband Deutscher Electrotechniker (VDE).

3. LINGKUP PEKERJAAN
Pekerjaan instalasi telepon ini meliputi
3.1. Pekerjaan ini meliputi penyediaan dan pemasangan semua peralatan serta

95
bekerjanya semua sistem komunikasi (yang meliputi sistem telekomunikasi dan
sistem komputer) diseluruh bangunan pada tempat-¬tempat seperti ditunjukkan
dalam Gambar Kerja atau Spesifikasi Teknis ini.
Tercakup dalam lingkup pekerjaan sistem komunikasi ini meliputi tetapi tidak
terbatas pada :
 PABX dan panel distribusi utama.
 Kabel telepon dan konduit.
 Stop-kontak dan pesawat telepon.
 Kabel, Outlet data dan HUB.
 Perlengkapan dan aksesoris pelengkap pemasangan.
 Pengujian seluruh sistem komunikasi dan Data.

3.2. Menyelesaikan seluruh perizinan yang diperlukan sehingga dapat menjamin


kelancaran pekerjaan hingga dilakukan serah terima pekerjaan.
3.3. Melaksanakan pengujian terhadap instalasi sesuai dengan standar PT.
TELKOM dengan disaksikan oleh Konsultan Manajemen Konstruksi/Konsultan
Pengawas yang akan menyatakan bahwa instalasi berfungsi dengan baik dan
dapat diterima.
3.4. Melaksanakan pemeliharaan sistem (garansi) sekurang-kurangnya selama 12
(dua belas) bulan, termasuk penyediaan suku cadangnya.

4. PROSEDUR
4.1. Contoh Bahan, Data Teknis dan Daftar Bahan.
4.1.1. Contoh bahan berikut brosur/data teknis semua bahan sistem komunikasi
dan perlengkapannya harus_ diserahkan kepada Konsultan Manajemen
konstruksi untuk disetujui, sebelum pengadaan bahan.
4.1.2. Kontraktor wajib menyerahkan daftar bahan yang akan digunakan, seperti
disebutkan dalam Spesifikasi Teknis ini, kepada Konsultan Manajemen
konstruksi/Konsultan Pengawas untuk diperiksa dan disetujui. Daftar
bahan meliputi tipe, model, nama pabrik pembuat, jumlah, ukuran dan
data lain yang diperlukan.

4.2. Gambar Detail Pelaksanaan.


4.2.1. Kontraktor harus membuat dan menyerahkan Gambar Detail Pelaksanaan
sistem elektrikal kepada Konsultan Manajemen Konstruksi/Konsultan
Pengawas untuk disetujui.
Gambar Detail Pelaksanaan harus diserahkan sebelum pengadaan bahan
sehingga diperoleh cukup waktu untuk memeriksa dan tidak ada
tambahan waktu bagi Kontraktor bila mengabaikan hal ini. Gambar Detail
Pelaksanaan harus lengkap dan berisi detail-detail yang diperlukan.
4.2.2. Bila ada perbedaan antara Gambar Kerja yang sate dengan Gambar
Kerja yang lain atau antara Gambar Kerja dengan Spesifikasi Teknis,
Kontraktor harus menyampaikannya kepada Konsultan Manajemen
Konstruksi/Konsultan Pengawas untuk dicarikan jalan ke luarnya.
4.2.3. Gambar Kerja Elektrikal hanya menunjukkan tata letak bahan dan
peralatan, jalur kabel dan sambunga-sambungan. Gambar Kerja ini harus
diikuti dengan seksama mungkin. Dalam mempersiapkan Gambar Detail
Pelaksanaan, dimensi dan ruang gerak yang digambarkan dalam Gambar
Kerja Arsitektur, Struktur dan Gambar Kerja lainnya yang berkaitan, harus
diperiksa.
4.2.4. Kontraktor harus dengan teliti memeriksa kebutuhan ruangan dengan
Kontraktor lain yang mungkin bekerja pada lokasi yang sama untuk
memastikan bahwa semua peralatan dapat dipasang pada tempat yang
telah ditentukan.

4.3. Pengiriman dan Penyimpanan.


4.3.1. Semua bahan dan peralatan yang didatangkan harus dalam keadaan

96
baik, baru, bebas dari segala cacat, dan dilengkapi dengan label, data
teknis dan data lain yang diperlukan.
4.3.2. Semua bahan clan peralatan harus disimpan dalam kemasannya pada
tempat yang aman dan. terlindung dari kerusakan.

4.4. Ketidaksesuaian.
4.4.1. Konsultan Manajemen Konstruksi/Konsultan Pengawas berhak menolak
setiap bahan yang didatangkan atau dipasang yang tidak memenuhi
ketentuan Gambar Kerja dan/atau Spesifikasi Teknis. Kontraktor harus
segera memperbaiki dan/atau mengganti setiap pekerjaan yang dinilai
tidak sesuai, tanpa tambahan biaya dari Pemilik Proyek.
4.4.2. Bila bahan-bahan yang didatangkan ternyata menyimpang atau berbeda
dari yang ditentukan, Kontraktor harus membuat pernyataan tertulis yang
menjelaskan usulan penggantian berikut alasan penggantian, dengan
maksud bila diterima, akan segera diadakan penyesuaian. Bila Kontraktor
mengabaikan hal di atas, Kontraktor bertanggung jawab melaksanakan
pekerjaan sesuai dengan Gambar Kerja.

5. BAHAN-BAHAN
5.1. Umum.
Semua bahan yang didatangkan dan akan dipasang harus baru, bebas dari
sesuai segala cacat/kerusakan, kwalitas terbaik dari produk yang dikenal
dan sesuai untuk daerah tropis.

5.2. Bahan Sistem Telekomunikasi.


5.2.1. PABX harus memiliki kapasitas sambungan langsung dan sambungan
perluasan sesuai ketentuan dalam Gambar Kerja, seperti dari Philips dan
Alcatel.
5.2.2. Kotak terminal harus memiliki kapasitas/ukuran sesuai Gambar Kerja,
merupakan produksi lokal yang setara dengan produk Siemens atau
Harris.
5.2.3. Soket Outlet telepon harus dari MK, Clipsal atau setara.
5.2.4. Kabel yang keluar dari kotak telepon sampai ke pesawat harus dari jenis
kabel berisolasi PVC dengan pica pelindung static, seperti tipe R-V (Pe)
V, yang memenuhi ketentuan SII.0710-83/SNI.04-2077-1990, produksi
Kabel metal, Supreme, atau yang setara, dengan ukuran kabel sesuai
ketentuan Gambar Kerja.
5.2.5. Rangka distribusi utama (MDF) dengan tipe. dan dimensi sesuai petunjuk
dalam Gambar Kerja, merupakan produksi lokal.

5.3. Bahan Data (Sistem Komputer)


5.3.1. Kabel data harus dari tipe category- 5 dengan dimensi sesuai petunjuk
dalam Gambar Kerja, produk AMP, Belden atau yang setara.
5.3.2. Soket Outlet untuk data/komputer harus dari tipe sesuai petunjuk Gambar
Kerja, dari produk MK, Clipsal atau yang setara.
5.3.3. HUB mempunyai kapasitas 6 port, 16 port dan 24 port sesuai yang
ditentukan dalam Gambar Kerja dari produk Cisco atau yang setara.

5.4. Pipa conduit untuk kabel telepon harus sesuai ketentuan Spesifikasi Teknis.
Diameter pipa conduit harus sesuai dengan ketentuan dalam Gambar Kerja atau
disesuaikan dengan jumlah kabel yang akan ditempatkan di dalamnya.

5.5. Alat penyambung kabel dan aksesoris harus dari 3M atau yang setara.

97
6. PELAKSANAAN PEKERJAAN.
6.1. Umum.
6.1.1. Kontraktor harus memeriksa kebutuhan ruang dengan Kontraktor lain
untuk memastikan semua peralatan dan perlengkapannya dapat dipasang
pada tempat yang telah ditentukan.
6.1.2. Kontraktor harus segera memperbaiki setiap pekerjaan yang dinilai tidak
sesuai oleh Konsultan Manajemen Konstruksi/Konsultan Pengawas.
6.1.3. Kontraktor secara teratur harus membuang kotoran dan bahan tak
terpakai agar dapat bekerja dengan aman.
6.1.4. Kontraktor harus menyediakan semua alas kerja, peralatan pemasangan,
peralatan pengujian dan melaksanakan pengujian serta mencatatnya.
6.2 Pemasangan.
6.2.1. Setiap kotak terminal harus memiliki cadangan sekurang-kurangnya 20%.
6.2.2. Seluruh kabel harus diberi tanda dengan tanda kabel.
6.2.3. Kabel dengan 5 (lima) warna yang berbeda (misalnya kuning/putih,
putih/hitam, putih/hijau, putih/merah, putih/biru) harus digunakan untuk
kode warna pekerjaan marshalling.
6.2.4. Kontraktor harus menyiapkan diagram pemasangan kotak terminal.
6.2.5. Semua kabel komunikasi harus ditempatkan di dalam conduit.
6.2.7. Tinggi maksimal pemasangan kotak terminal sambung ± 160cm dan
tinggi minimal ± 40cm.
6.2.8. Semua stop-kontak harus dipasang dan ditempatkan sesuai petunjuk
dalam Gambar kerja atau sesuai petunjuk Konsultan Manajemen
Konstruksi/Konsultan Pengawas.

6.3. Pemasangan Kabel Tanah.


6.3.1. Kabel tanah harus ditanam pada kedalaman minimal 80cm dan diberi
penutup lapisan pasir halus (bebas batuan) tebal minimal I0cm, dan di
atasnya ditutup dengan batu bata.
6.3.2. Kabel-kabel yang ditanam melintang jalan harus ditempatkan dalam
conduit.
6.3.3. Inti kabel harus disambung dengan cara las.
6.3.4. Semua penyambungan kabel tanah harus dilakukan dengan alas
penyambung yang disetujui seperti 3M, Raychem atau yang setara,
dengan tipe dan ukuran yang sesuai dengan jenis kabel yang akan
disambung.
6.3.5. Kontraktor harus membuat diagram jalur kabel
6.3.6. Setiap jalur kabel harus diberi tanda kabel yang jelas, sedang untuk
setiap sambungan harus diberi tanda khusus.
6.3.7. Pekerjaan galian dan urukan untuk penanaman kabel harus dilaksanakan
sesuai Spesifikasi Teknis.
6.3.8. Sebelum dan setelah peletakan kabel, Kontraktor harus mengukur data
kwalitas kabel yakni isolasi antar kawat, kawat pentanahan, tahanan/loop,
atenuasi pada 800 Hz, hubungan menerus dan tahanan pelindung kabel.

6.4. Lapisan Pelindung.


6.4.1. Semua bahan yang dipasang harus sudah memiliki lapisan pelindung.
6.4.2. Conduit kabel telepon harus diberi cat dalam warna sesuai Skema Warna
yang akan diberikan kemudian. Bahan cat dan cara pengerjaannya harus
sesuai ketentuan Spesifikasi Teknis.

6.5. Pengujian dan Uji Penampilan.


6.5.1. Kontraktor harus melakukan semua pengujian dan pengukuran yang
dianggap perlu oleh Konsultan Manajemen Konstruksi/Konsultan
Pengawas untuk memeriksa bahwa seluruh instalasi dapat berfungsi
dengan baik dan memenuhi semua persyaratan.
6.5.2. Kontraktor harus menyediakan peralatan dan tenaga kerja untuk

98
pengujian dan perawatan peralatan pengujian dan perlengkapannya agar
tetap dalam kondisi baik selama waktu pengujian.
6.5.3. Hasil pengujian harus dicatat oleh Kontraktor dan diserahkan secara
resmi kepada Konsultan Manajemen Konstruksi/Konsultan Pengawas
sebelum serah terima pekerjaan.
6.5.4. Waktu pelaksanaan pengujian dan uji penampilan akan ditentukan oleh
Konsultan Manajemen Konstruksi/Konsultan Pengawas

99

Anda mungkin juga menyukai