Anda di halaman 1dari 23

PERANCANGAN SELANG PERFORASI SUMUR PADA

RESERVOIR GAS DENGAN MEKANISME PENDORONGAN


WATER DRIVE

PROPOSAL PENELITIAN
Diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Tata Tulis Karya Ilmiah Program
Studi Teknik Perminyakan

Oleh:
MUHAMMAD LUTHFI MUSTOFA
163210060

PROGRAM STUDI TEKNIK PERMINYAKAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
PEKANBARU
2019
RINGKASAN
Reservoir gas dengan mekanisme pendorongan water drive memiliki
aquifer yang besar di bagian bawah reservoir (bottom water). Perolehan gas dari
reservoir jenis ini dapat berkurang karena water influx meningkatkan saturasi air
di reservoir, membuat gas terjebak dan tidak bisa diproduksi. Produksi air pada
sumur gas akan mengurangi laju alir gas dan dapat mematikan sumur tersebut
dalam waktu yang cepat. Selain itu, sumur gas pada reservoir jenis ini rentan
mengalami akumulasi cairan di dasar sumur (liquid loading). Liquid loading
adalah akumulasi cairan dalam lubang sumur karena berkurangnya tekanan
reservoir karena mekanisme pengurasan reservoir. Hal ini sering terjadi pada
reservoir wet gas tetapi dapat juga terjadi pada reservoir dry gas ketika terjadi
invasi air ke lubang sumur dari aquifer terdekat.
Dalam penelitian ini, dipelajari mengenai strategi optimasi produksi dalam
menangani permasalahan produksi melalui penentuan selang perforasi yang
optimal. Strategi yang digunakan adalah mendesain fraksi selang perforasi
optimum yang digunakan dari awal hingga akhir produksi dan penutupan selang
perforasi bila laju produksi air meningkat.
Strategi yang menghasilkan faktor perolehan gas terbesar dicapai pada
desain fraksi selang perforasi awal 60% yang digunakan hingga akhir produksi
dan strategi penutupan selang perforasi optimum tidak efektif pada produksi
reservoir tersebut. Pada sumur gas, penutupan selang perforasi akan menurunkan
faktor perolehan gas meskipun menurunkan jumlah air terproduksi. Dengan
memilih selang perforasi optimum, gas dapat diperoleh secara optimum dengan
meminimalkan jumlah air terproduksi.

Kata-kata kunci : optimisasi gas, water coning, liquid loading, selang perforasi

DAFTAR ISI

i
RINGKASAN...........................................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................2
1.1 Latar Belakang................................................................................................2
1.2 Tujuan Penelitian............................................................................................3
1.3 Manfaat Penelitian..........................................................................................3
1.4 Batasan Masalah.............................................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................4


2.1 Mekanisme Produksi Reservoir Gas Bottom Water Drive.............................4
2.2 Permasalahan Produksi Reservoir Gas Bottom Water Drive..........................5
2.2.1 Water Coning.............................................................................................5
2.2.2 Liquid Loading..........................................................................................6
2.2.3 Desain Selang Perforasi Sebagai Strategi Meminimum Water Coning....8

BAB III METODOLOGI PENELITIAN.............................................................10


3.1 Metode Penelitian.........................................................................................10
3.2 Flowchat Penelitian......................................................................................11
3.3 Simulasi Model Numerik..............................................................................12
3.3.1 Pemodelan Reservoir...............................................................................12
3.3.2 Validasi Model Reservoir........................................................................14
3.3.3 Penentuan Batasan Produksi....................................................................15
3.4 Tempat Penelitian.........................................................................................16
3.5 Jadwal Penelitian..........................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................17

ii
2

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Reservoir water drive memiliki aquifer yang besar di bawah reservoir
(bottom water) atau di sekelilingnya (edge water). Keberadaan aquifer ini akan
mencegah terjadinya penurunan tekanan reservoir selama produksi akibat adanya
water influx dari aquifer ke reservoir terutama untuk reservoir dengan aquifer
yang besar. Maka, perolehan gas dari reservoir jenis ini dapat berkurang karena
water influx meningkatkan saturasi air di reservoir, membuat gas terjebak dan
tidak bisa diproduksi (Geffen, Parrish, Haynes, & Morse, 2008).
Produksi air pada sumur gas akan mengurangi laju alir gas dan dapat
mematikan sumur tersebut dalam waktu yang cepat. Mudahnya terjadinya
penurnan produksi gas pada water drive reservoir disebabkan oleh
kecenderungan yang besar untuk mengalami water coning. Water coning terjadi
ketika sumur tersebut diproduksi di atas critical rate dari sumur tersebut.
Selain itu, sumur gas pada reservoir jenis ini rentan mengalami akumulasi
cairan di dasar sumur. Gambar 1 menunjukkan contoh nilai faktor perolehan gas
dan sejarah laju produksi air sumur actual (Armenta, 2003). Pada gambar 1
terlihat bahwa peningkatan faktor perolehan gas terhenti di 28%. Hal ini terjadi
karena adanya akumulasi cairan di dasar sumur dan menyebabkan sumur mati.
Maka pada reservoir jenis ini permasalahan liquid loading menjadi salah satu
faktor pertimbangan penting dalam menentukan rencana produksi.
Solusi untuk permasalahan water coning ini adalah dengan mengupayakan
agar air yang terproduksi dibuat seminimum dan selambat mungkin untuk
mencapai plateau rate produksi tersebut. Namun dengan metode ini, hanya sedikit
gas yang dapat diproduksi selama jangka waktu kontrak.
Permasalahan water coning dapat diatasi dengan mengatur interval
perforasi. Perforasi memiliki peran yang penting dalam operasi sumur produksi,
dimana desain dan kualitas perforasi memiliki sangat menentukan produktifitas
sumur. Dengan merancang selang perforasi dari sumur pada lapangan X,
diharapkan dapat memberikan produksi gas secara konstan dan meminimumkan
3

produksi air. Pemilihan selang perforasi menjadi sangat penting dalam kinerja
produksi sumur terutama laju alir fluida produksi. Namun, selang perforasi
berpengaruh terhadap produksi air dikaitkan dengan fenomena water coning (Jin,
Wojtanowicz, & Hughes, 2009).
Oleh karena itu, diperlukan optimasi produksi lapangan gas yang
meminimumkan produksi air dan memaksimalkan plateau rate produksi gas.
Salah satunya, dengan cara melakukan perencanaan selang perforasi pada setiap
sumur secara efektif.

1.2 Tujuan Penelitian


Berdasarkan latar belakang penelitian tersebut, maka tujuan penelitian ini
adalah:
1. Menentukan selang perforasi sumur optimum pada model single well untuk
menghasilkan perolehan gas sebesar-besarnya dalam jangka waktu kontrak
tertentu.
2. Menentukan waktu dan panjang selang penutupan perforasi bila produksi air
sudah mencapai kapasitas maksimum fasilitas pemrosesan air.
3. Menentukan plateau rate gas sumur untuk mencegah terjadinya akumulasi
cairan dalam sumur dan mendapatkan recovery setinggi mungkin pada
jangka waktu kontrak tertentu.

1.3 Manfaat Penelitian


Berdasarkan Tujuan Penelitian tersebut maka manfaat dari penelitian ini
adalah :
1. Mengetahui bagaimana selang perforasi sumur optimum pada model
single well
2. Mengetahui bagaimana analisis pengaruh waktu dan panjang selang
penutupan perforasi jika produksi air mencapai maksimum
3. Mengembangkan bagaimana untuk mencegah terjadinya akumulasi cairan
dalam sumur dan mendapatkan recovery setinggi mungkin pada jangka
waktu kontrak tertentu.
4

1.4 Batasan Masalah


Adapun batasan masalah yang diberikan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Model reservoir memiliki penyebaran karakteristik homogen dengan pola
sumur direct line
2. Model yang digunakan memiliki batasan area seluas 10.15 acre
3. Analisis hasil penelitian terlepas dari pengaruh selang perforasi sumur
lainnya seperti pola sumur, water conong, partial perforation, squeeze
cementing dan slug plateau rate gas.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Mekanisme Produksi Reservoir Gas Bottom Water Drive
Water Drive Reservoir adalah reservoir yang dibatasi dan memiliki
komunikasi dengan aquifer. Selama tekanan reservoir turun saat
diproduksi, air dari aquifer berekspansi dan mengalir ke reservoir. Aquifer
diklasifikasikan berdasarkan lokasinya relatif terhadap reservoir dan
kekuatan aquifer. Berdasarkan lokasinya, aquifer dibagi menjadi tiga yaitu
peripheral water drive, edge water drive dan bottom water drive.
Peripheral water drive adalah aquifer mengelilingi reservoir secara partial
atau keseluruhan, edge water drive adalah aquifer berada di satu sisi atau
terletak di samping reservoir, dan bottom water drive adalah aquifer
berada di bawah reservoir. Berdasarkan kekuatannya, water drive
diklasifikasikan menjadi strong water drive dan moderate or weak water
drive. Strong water drive memiliki laju influx yang sama dengan laju
produksi fluida dan penurunan tekanan batas reservoir yang minimal.
Strong aquifer ini memiliki ukuran yang besar dan konduktifitasnya tinggi.
Sedangkan moderate or weak aquifer memiliki laju pengisian akuifer yang
lebih rendah dari laju produksinya dan memiliki ukuran akuifer atau
konduktifitas yang lebih rendah dari strong aquifer. Pada tugas akhir ini
hanya akan membahas mekanisme produksi gas dari reservoir strong
bottom water drive (Joseph, Sand, & Ajienka, 2013).
Kecenderungan terjadinya water influx menyebabkan faktor
perolehan gas pada reservoir jenis ini cenderung kecil karena memiliki
residual gas saturation yang cukup besar. Studi eksperimen Geffen et al.,
(2008) pada core plug mengungkapkan bahwa trapped gas saturation
bervariasi dari 15 hingga 50 persen dari lubang pori untuk berbagai media
berpori.
Mempertimbangkan bahwa sebagian besar cadangan gas diperoleh
menggunakan proses water drive, sangat penting untuk memahami
mekanisme-mekanisme yang mempengaruhi produksi pada reservoir jenis
ini. Armenta, (2003) mempelajari efek dari komplesi sumur terhadap

4
performa produksi sumur gas. Armenta mengungkapkan bahwa faktor
perolehan gas berkurang dengan meningkatnya laju produksi dan
anisotropi permeabilitas karena adanya water coning.

5
5

Strategi pengembangan reservoir gas yang memiliki strong bottom water drive
membutuhkan perencanaan yang hati-hati. Laju produksi dan selang perforasi
adalah kunci utama dalam pertimbangan rencana produksi karena potensi water
coning akan berpengaruh pada ultimate recovery.

2.2 Permasalahan Produksi Reservoir Gas Bottom Water Drive


Masalah utama dalam memproduksi gas dari reservoir jenis ini adalah water
coning dan liquid loading. Kedua masalah tersebut dapat mematikan sumur
dengan cepat sehingga membutuhkan perencanaan khusus untuk meminimalkan
masalah yang timbul.

2.2.1 Water Coning


Water coning adalah perubahan profil fluid contact sebagai efek dari
tekanan drawdown selama produksi. Coning dapat terjadi pada sumur vertikal
atau sumur miring dan dipengaruhi oleh karakteristik fluida tersebut dan rasio
permeabilitas horizontal terhadap vertikal. Berbagai strategi dapat diaplikasikan
ke sumur yang rentan mengalami coning. Salah satunya adalah memprediksi rate
yang dibutuhkan untuk menyebabkan coning dan memproduksi sumur di bawah
laju kritisnya. Akan tetapi, pada sumur gas hal ini tidak dapat diimplementasikan
karena produksi sumur menjadi sangat kecil dan membutuhkan waktu yang lama
untuk memproduksikan cadangan gas (Kabir, 2006).
Water coning adalah masalah serius pada lapangan gas yang akan
meningkatkan biaya operasi produksi, mengurangi efesiensi mekansime deplesi
reservoir dan faktor perolehan gas. Salah satu faktor utama yang menyebabkan

water coning adalah pressure drawdown. Terdapat dua gaya yang mengontrol

mekanisme water coning yaitu dynamic flow force dan gaya gravitasi. Pada
sistem water coning, upward dynamic force akibat drawdown sumur
menyebabkan air yang berada di bawah zona gas naik hingga ketinggian dimana
dynamic force seimbang dengan berat air di bawah titik ini (Lee & Wattenbarger,
1996). Semakin jauh jarak radial dari sumur, tekanan drawdown dan upward
dynamic force semakin berkurang sehingga ketingga titik keseimbangan akan
berkurang. Oleh karena itu, titik keseimbangan tersebut akan membentuk batas air
dan gas berbentuk cone. Gas mengalir di atas batas tersebut dan air tetap diam di
6

bawah batas. Ketika laju produksi ditingkatkan, umumnya cone tersebut menjadi

tidak stabil dan air masuk ke dalam sumur. Alasan cone menjadi tidak stabil
adalah upward dynamic force akibat drawdown sangat tinggi dan tidak bisa
diimbangi oleh berat air di bawah titik tersebut. Gradien sangat tinggi dan tidak
bisa diimbangi oleh berat air di bawah titik tersebut. Gradien dynamic pressure di
atas titik kritis (di bawah sumur) lebih besar dibandingkan gradien tekanan
hidrostatik air. Maka, air dalam cone di atas titik kritis tidak diam dan mengalir ke
atas mencari titik keseimbangan hingga air mencapai lubang sumur (Nallaparaju,
2012).
Pada sumur gas, terdapat mekanisme-mekanisme yang berpotensial
meningkatkan early water production. Mekanisme-mekanisme tersebut antara lain
permeabilitas vertikal, efek aliran Non-Darcy dan skin factor. Tingginya nilai
permeabilitas vertikal akan menghasilkan early water production pada reservoir
gas bottom water drive. Permeabilitas vertikal mempercepat terjadinya water
coning karena permeabilitas vertikal yang tinggi akan mengurangi waktu yang
dibutuhkan oleh water cone menjadi stabil. Aliran Non-Darcy menghasilkan
penambahan penurunan tekanan di sekitar lubang sumur yang akan mempercepat
terjadi water coning. Aliran Non-Darcy terjadi saat kecepatan aliran tinggi yang
merupakan karakteristik terjadinya konvergensi aliran gas di sekitar perforasi
sumur. Kombinasi efek skin mekanik dan aliran Non-Darcy menurunkan laju
produksi gas sehingga meningkatkan produksi air dan mempercepat water
breakthrough pada sumur gas. Kedua efek ini akan mempercepat dan
mempermudah terjadinya water coning (Recham, Osisanya, Oklahoma, &
Touami, 2000).
Secara analitis, permasalahan coning sangat sulit dimodelkan karena
kerumitannya. Oleh karena itu, studi water coning ini akan dilakukan dengan

melakukan studi simulasi. Selain water coning, permasalahan yang dihadapi pada
jenis reservoir gas water drive adalah liquid loading.

2.2.2 Liquid Loading


Liquid loading merupakan fenomena umum yang akan terjadi pada setiap
sumur gas selama eksploitasi. Liquid loading adalah akumulasi cairan dalam
7

lubang sumur karena berkurangnya tekanan reservoir karena mekanisme


pengurasan reservoir. Hal ini sering terjadi pada reservoir wet gas tetapi dapat
juga terjadi pada reservoir dry gas ketika terjadi invasi air ke lubang sumur dari
aquifer terdekat.
Meskipun liquid loading adalah masalah umum yang terjadi pada reservoir gas,
produksi liquid secara massif dan cepat dapat terjadi karena desain komplesi dan
perencanaan produksi yang buruk. Faktor lainnya yang menyebabkan masalah
liquid loading adalah air dari aquifer memiliki jalur langsung untuk mencapai
tubing selama produksi gas. Air dapat berasal dari kebocoran casing, aliran di
balik casing karena penyemenan yang buruk, adanya rekahan atau patahan antara
sumur injeksi dan produksi, patahan alami yang menuju ke aquifer dan coning
(Zhou, Jiang, Feng, Bian, & Liu, 2004).
Air dari aquifer dapat mempertahankan tekanan reservoir yang akan
meningkatkan kualitas produksi suatu reservoir minyak. Akan tetapi, pada
reservoir gas, kehadiran air menjadi penghambat produktifitas sumur gas.
Molekul gas sangat ringan sehingga akan mengalir tanpa bantuan meskipun pada
formasi dengan permeabilitas yang rendah. Keberadaan air pada aliran akan
mengurangi permeabilitas relatif gas dan berdampak pada produktifitas sumur.
Seiring produksi, air akan memiliki jalur masuk ke lubang sumur dan
berakumulasi sehingga menciptakan tekanan balik pada formasi dan mematikan
sumur.
Liquid loading akan menyebabkan aliran fluida menjadi tidak menentu,
slugging flow dan berkurangnya produksi. Bila laju alir gas cukup tinggi untuk
mengangkat liquid, tubing flowing pressure di formasi dan laju produksi akan
mencapai titik kestabilan dan tidak terjadi liquid loading. Maka, sumur akan
berproduksi pada laju alir sesuai dengan Inflow Production Relationship (IPR).
Ketika cairan berakumulasi, sumur akan berproduksi pada laju yang lebih rendah
dari yang diperkirakan menggunakan IPR. Gradien tekanan pada tubing pun
menjadi besar sehingga meningkatkan tekanan dasar sumur Tekanan balik yang
terjadi menyebabkan laju alir produksi berkurang dan mungkin turun di bawah
liquid loading critical rate. Akumulasi yang terjadi akan meningkat seiiring
8

berjalannya waktu dan peningkatan tekanan dasar sumur akan semakin


mengurangi laju produksi bahkan bisa mematikan sumur (Armenta, 2003).
Liquid loading critical rate didefinisikan sebagai kecepatan terminal
maksimum dari butiran liquid di suatu medium (gas) di bawah pengaruh gravitasi
(Nallaparaju, 2012)[7]. Critical rate ini berdasarkan stagnasi kecepatan terminal
yang harus dilebihi untuk memastikan ukuran droplet cairan terbesar dapat
terangkat. Kecepatan terminal ini merupakan fungsi dari ukuran, bentuk dan
densitas partikel droplet; dan densitas dan viskositas dari fluida medium (gas).
Untuk memprediksi critical rate, dapat menggunakan model Turner. Turner RG,
Hubbard MG, & Dukler AE, (2003) memberikan dua model fisik untuk
pengangkatan liquid pada sumur gas. Model ini berdasarkan pada pergerakan
selaput liquid sepanjang dinding pipa dan droplet liquid yang ada di dalam aliran
gas berkecepatan tinggi. Turner menggunakan data lapangan untuk memvalidasi
setiap model dan dapat disimpulkan bahwa model droplet dapat memprediksi laju
minimum yang dibutuhkan untuk mengangkat liquid pada sumur gas.
Gambar 2.1

Turner menggunakan nilai interfacial tension air-gas sebesar 60 dynes/cm


dan air memiliki densitas yang konstan sebesar 67 lbm/ft3. Turner menyatakan
liquid loading critical rate dalam persamaan berikut ini
0.25
5.62(67−0.0031 p wf )
v g= 0.5
(0.0031 pwf )

3.06 p wf v g A
Q g=
Tz

Persamaan tersebut valid pada rezim aliran highly turbulence dan model
ini bernilai 20% lebih besar dari critical rate sebenarnya sebagai safety factor.
Salah satu metode untuk menghadapi kedua permasalahan tersebut adalah desain
selang perforasi.

2.2.3 Desain Selang Perforasi Sebagai Strategi Meminimum Water Coning


Perforasi memiliki peran yang penting dalam desain sumur. Perforasi
memberikan jalur aliran antara reservoir dan lubang sumur dengan membuat
9

lubang pada casing dan lapisan semen yang mengelilingi sumur tersebut. Desain
dan kualitas perforasi pada formasi reservoir, memiliki pengaruh langsung
terhadap produktifitas sumur.
Panjang selang perforasi, shot phase angle, densitas perforasi, ukuran
lubang perforasi dan efisiensi alir dari perforasi merupakan hal-hal penting yang
didesain dalam membuat perforasi. Untuk menghasilkan desain perforasi yang
baik, membutuhkan perencanaan dan pertimbangan terhadap fluida perforasi,
jumlah underbalance atau overbalance, expendable guns dan guns clearance.
Panjang selang perforasi biasanya menjadi karakter paling penting dalam
menentukan desain perforasi. Pada reservoir gas bottom water drive, desain selang
perforasi menjadi sangat kritis. Hal ini menjadi sangat penting karena selang
perforasi yang buruk dapat mempercepat terjadinya water coning (Miranda,
Angel, & De Venezuela, 2011).
Pada penelitian ini, panjang selang perforasi optimum akan ditentukan
dengan menggunakan metode simulasi numerik. Dalam studi ini, akan dibuat
studi sensitifitas panjang selang perforasi terhadap panjang waktu produksi
plateau dan faktor perolehan gas.

.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian


Studi dimulai dengan identifikasi masalah yang akan dibahas pada tugas
akhir ini berdasarkan studi literatur. Masalah yang akan dihadapi dalam studi ini
adalah mendapatkan gas dengan plateau rate setinggi mungkin dengan
pertimbangan produksi air dan liquid loading critical rate. Kemudian model
reservoir ini dibuat dengan menggunakan software CMG dan sifat fisik reservoir
dan komposisi fluida diambil dari CMG template. Model yang akan digunakan
adalah single well reservoir model.
Liquid loading juga menjadi salah satu batasan dalam produksi gas dari
reservoir water drive karena kerentanan terjadinya water coning. Liquid loading
dapat diatasi dengan cara melakukan produksi gas dengan laju alir diatas laju
kritisnya. Adapun laju kritis liquid loading dihitung dengan menggunakan
korelasi Turner.
Setelah model reservoir dibuat dan data reservoir telah dimasukkan,
dilakukan penentuan batasan produksi. Batasan produksi yang digunakan dalam
tugas akhir ini adalah laju alir gas sumur berada di atas liquid loading critical
rate.
Akan dibuat beberapa skenario selang perforasi yang akan diterapkan pada model
reservoir ini untuk mendapatkan perolehan gas setinggi mungkin dan
meminimalkan masalah air produksi.
Skenario-skenario perforasi yang akan yang akan dilakukan pada tugas
akhir ini adalah mengatur panjang selang perforasi dan squeeze cementing. Dari
implementasi skenario perforasi tersebut, akan diperoleh hasil perilaku produksi.
Hasil dari skenario-skenario tersebut kemudian akan dievaluasi dan dianalisis.
Percobaan skenario-skenario perforasi ini akan dilakukan secara iteratif untuk
mendapat skenario yang menghasilkan faktor perolehan gas paling besar. Studi ini
juga menghasilkan kesimpulan dan saran terhadap kemungkinan penelitian yang
akan datang.

10
11

3.2 Flowchat Penelitian

Gambar 3.1 Flow Chart Penelitian


12

3.3 Simulasi Model Numerik


Dalam subbab ini akan dibahas mengenai pemodelan reservoir, validasi
model reservoir dan penentuan batasan produksi.

3.3.1 Pemodelan Reservoir


Pemodelan numerik merupakan pembuatan model reservoir yang terdiri dari
grid-grid diskrit yang merepresentasikan kondisi reservoir sebenarnya. Simulasi
reservoir merupakan sebutan lain dari pemodelan numerik menggunakan software
simulator. Studi kali ini menggunakan simulator komersial Computer Modelling
Group (CMG) 2015. Simulator ini mampu memodelkan reservoir 3D dengan tipe
grid radial dan sumur vertikal berada di tengah reservoir. Metode pemodelan
numerik dipilih karena metode ini mampu menjelaskan fenomena water coning
yang kompleks.
Studi ini dilakukan dengan menggunakan model reservoir sintetis yang
berbentuk radial dengan sebuah sumur berada di tengah reservoir (single well
reservoir model). Model reservoir pada studi ini adalah reservoir gas dengan
mekanisme pendorongan bottom-aquifer. Model reservoir ini dibagi menjadi 10
lapisan reservoir dengan tebal masing-masing lapisan 5 ft. Model ini memiliki
porositas dan permeabilitas homogen dengan vertical anisotropy. Jumlah grid
yang digunakan dalam pemodelan reservoir ini yaitu 20 x 20 x 11 (i x j x k).
Selain itu, agar model reservoir mendekati keadaan yang sesungguhnya, jari-jari
sumur sumur dibuat sebesar 0.25 ft dan radius ke batas terluar reservoir adalah
sebesar 3000 ft. Aquifer pada model ini menggunakan model Carter-Tracey dan
merupakan bottom aquifer. Aquifer ini memiliki radius 20000 ft dan ketebelan
300 ft.

Gambar 3.2 Model 3D


13

Sifat fisik reservoir, aquifer dan fluida reservoir yang digunakan dalam
pemodelan berasal dari CMG template: gas-water reservoir water coning
(MXNWP003.DAT). Sifat fisik yang digunakan dalam pemodelan akan disajikan
dalam tabel dan gambar di bawah ini:
Table 3.1 Sifat Fisik Reservoir

Reservoir 3500 ft
Grid top depth
Aquifer 3550 ft
Reservoir 50 ft
Thickness
Aquifer 300 ft
Well 0.25 ft
Radius
Reservoir 3000 ft
Aquifer 30000 ft
Porosity Reservoir 0.14
Aquifer 0.25
i 73.14 md
Permeability j 73.14 md
k 25.6 md
Reservoir Temperature 145 F
Rock Compressibility 4.00E-06 1/psi
Rock Type Water Wet

Table 3.2 Sifat Fisik Fluida

Model Two Phase-Gas Water


Gas density 0.0702 lb/ft3
Water density 62.14 lb/ft3
Water formation volume factor 1.0142
Water compressibility 3.00E-06 1/psi
Ref.pressure for water 14.7 psi
Water viscosity 0.96 cp
Gas viscosity 0.014 cp
14

Table 3.3 Sifat Fisik Awal

Pressure @3500 ft 1500 Psia


GWC 3550 ft
Swi 0.25
Sgc 0.04
OGIP 4.1838 BSCF

3.3.2 Validasi Model Reservoir


Dilakukan simulasi awal untuk memvalidasi model reservoir ini agar sesuai
dengan kebutuhan studi. Pada hasil simulasi, karakteristik produksi menunjukkan
bahwa reservoir Gambar 3.3 Permebilitas
ini merupakan reservoirRelatif
strongVs Saturasi
water driveAiryang ditunjukkan
dengan penurunan yang rendah pada tekanan reservoir. Penurunan tekanan rata-
reservoir pada model ini sebesar 0.4 psi/day.
15

Gambar 3.4 Profil Penurunan Tekanan Reservoir

3.3.3 Penentuan Batasan Produksi


Batasan produksi yang digunakan pada simulasi model reservoir ini adalah
tekanan alir dasar sumur, liquid loading critical rate, dan laju alir air maksimum
berdasarkan fasilitas pengolahan air produksi. Batasan tekanan dasar sumur
ditentukan menggunakan perhitungan Grey dengan tekanan alir kepala sumur 150
psia.
16

Gambar 3.5 Pwfmin Vs Q

Dari gambar diatas, nilai tekanan alir minimum dasar sumur harus bernilai
lebih dari 291 psia. Oleh karena itu digunakan nilai tekanan alir dasar sumur
sebesar 300 psia. Untuk penentuan nilai laju alir gas minimum akan ditinjau
dengan liquid loading critical rate yang dihitung dengan menggunakan
persamaan Turner.

Gambar 3.6 Liquid Loading Critical Rate Persamaan Turner

Tekanan awal reservoir sebesar 1500 psia, maka digunakan nilai Qg


minimum pada keadaan tekanan 1500 psia yang bernilai 14 MMSCFD.
Jangka waktu produksi model lapangan ini diasumsikan selama 2 tahun dan
pengembangan skenario produksi ini tidak memperhitungkan batasan
keekonomian skenario.

3.4 Tempat Penelitian


Data yang diperoleh dalam mengerjakan penelitian ini diperoleh dari hasil
percobaan di Laboratorium Simulasi Reservoir, Teknik Perminyakan, Universitas
Islam Riau.
17

3.5 Jadwal Penelitian


Penelitian dilakukan selama 5 bulan dimulai dari bulan Januari 2020 s/d Mei
2020.

NO Deskirpsi 2020
Kegiatan Januari Februari Maret April Mei Juni
1 Studi Literatur
2 Input Data
Simulasi
3 Progres Simulasi
4 Analisa Hasil
5 Penyusunan
Laporan
17

DAFTAR PUSTAKA

Armenta, M. (2003). Mechanisms and control of water inflow to wells in gas


reservoirs with bottom water drive. The Craft & Hawkins Department of
Petroleum Engineering.
Geffen, T. M., Parrish, D. R., Haynes, G. W., & Morse, R. A. (2008). Efficiency
Of Gas Displacement From Porous Media By Liquid Flooding.
SPE/Petroleum Society, 195, 29–38.
Jin, L., Wojtanowicz, A. K., & Hughes, R. G. (2009). An analytical model for
water coning control installation in reservoir with bottom water. Canadian
International Petroleum Conference 2009, CIPC 2009, 1–12.
https://doi.org/10.2118/2009-098
Joseph, A., Sand, C. M., & Ajienka, J. A. (2013). Classification and management
of liquid loading in gas wells. Society of Petroleum Engineers, 2, 1205–1229.
https://doi.org/10.2118/167603-ms
Kabir, C. S. (2006). Predicting gas well performance coning water in bottom-
water-drive reservoirs. Proceedings - SPE Annual Technical Conference and
Exhibition, 1–14. https://doi.org/10.2523/12068-ms
Lee, J. (Texas A. U. ., & Wattenbarger, R. A. (Texas A. U. . (1996). Gas
Reservoir Engineering - SPE Textbook Series Vol. 5 (p. 350). p. 350.
Miranda, L. J., Angel, F., & De Venezuela, P. (2011). A systematic analysis to
select an optimized perforating interval as a key factor for improved oil
recovery: Impact of dynamic and static petrophysical properties on well
production. Society of Petroleum Engineering., 2, 1442–1456.
https://doi.org/10.2118/143609-ms
Nallaparaju, Y. D. (2012). Prediction of liquid loading in gas wells. Proceedings -
SPE Annual Technical Conference and Exhibition, 1(October), 131–138.
https://doi.org/10.2118/155356-ms
Recham, R., Osisanya, S. O., Oklahoma, U., & Touami, M. (2000). Effects of
Water Coning on the Performance of Vertical and Horizontal Wells-A
Reservoir Simulation Study of Hassi R’mel Field, Algeria R. SPE/Petroleum
Society, 1–12.
18

Turner RG, Hubbard MG, & Dukler AE. (2003). Analysis and Prediction of
Minimum Flow Rate for the Continuous Removal of Liquids From Gas
Wells. J Petroleum Technology, Vol. 21, pp. 1475–1482.
https://doi.org/10.2118/2198-pa
Zhou, D. Y., Jiang, T. W., Feng, J. L., Bian, W. J., & Liu, Y. (2004).
Waterflooding performance and pattern in horizontal well with bottom water
reservoir. Shiyou Xuebao/Acta Petrolei Sinica, 25(6), 73–77.
https://doi.org/10.2118/2004-093

Anda mungkin juga menyukai