Anda di halaman 1dari 46

HYDRAULIC FRACTURING DAN PROPPANT

MAKALAH STIMULASI

Oleh

MARIA SINKA ELIZABETH


ANISA MEILANI ZEANE
BAGUS WIBAWANTO
ALDIAN PRIAMBODO
DAVI LENTANG
ALVIKAM PRATAMA
JEJE DENAHWAN

PROGRAM STUDI TEKNIK PERMINYAKAN


AKADEMI MINYAK DAN GAS BALONGAN
INDRAMAYU
2022

iii
HYDRAULIC FRACTURING DAN PROPPANT

MAKALAH STIMULASI

Oleh

MARIA SINKA ELIZABETH


ANISA MEILANI ZEANE
BAGUS WIBAWANTO
ALDIAN PRIAMBODO
DAVI LENTANG
ALVIKAM PRATAMA
JEJE DENAHWAN

PROGRAM STUDI TEKNIK PERMINYAKAN


AKADEMI MINYAK DAN GAS BALONGAN
INDRAMAYU 2022

ii
HYDRAULIC FRACTURING DAN PROPPANT

Nama :
NIM :
Dosen Pembimbing 1 :
2 :
Pembimbing lapangan :

ABSTRAK

Teknik stimulasi yang baik di mana batu retak oleh cairan

bertekanan. Proses ini melibatkan injeksi 'fracking fluid' bertekanan

tinggi ke dalam lubang sumur untuk menciptakan keretakan pada formasi

batuan-dalam di mana gas alam, minyak bumi, dan air garam akan mengalir

lebih bebas.

Propan yaitu digunakan untuk mengusi area rekahan yang terbentuk yang

terbentuk selama pemompaan dan pada akhirnya membentuk geometri frac.

Selain itu propant juga berfungsi sebagai material pengganjal rekahan

Tujuannya untuk menambah wawasan tentang proses stimulasi pada sumur

, menganalisa konsentrasi penyebaran propan dengan fluida perekah yang

sesuai dengan karakteristik reservoir yang akan di stimulasi dan untuk

mengidentifikasi karakteristik dari masing masing propan dan fluida

perekah yang cocok untuk reservoir

LEMBAR PENGESAHAN

3
HYDRAULIC FRACTURING DAN PROPPANT
Periode, 3 – 21 Juni 2022

Oleh

Kelompok 3

Disusun untuk memenuhi pelaksanaan Tugas Akhir


Pendidikan DiplomaIII (D – III)
Pada Program Studi Teknik Peminyakan
AKAMIGAS Balongan Indramayu

Indramayu, Juni 2022


Disahkan oleh
Mengetahui,
Ketua Program Studi Dosen Pembimbing
Teknik Perminyakan

Desi Kusrini
Kelompok 3 NIDN.

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena

atas kesempatan serta karuniaNya jugalah kami dapat menyelesaikan Makalah

ini dengan judul “Fluida Perekah dan Proppant” yang dibuat untuk

4
memenuhi persyaratan mata kuliah stimulasi sumur pada Program Studi Teknik

Perminyakan Akamigas Balongan.

Pada kesempatan kali ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada :

1. Ibu Desi Kusrini, MT selaku Dosen Pengajar Mata Kuliah Stimulasi

Sumur.

2. Seluruh Kelompok 3

3. Seluruh rekan-rekan TPB.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan ini masih banyak terdapat kekurangan

baik dilihat dari segi menyajian data maupun penulisannya. Kritik dan

saran yang membangun sangat penulis harapkan demi penulisannya yang lebih

baik.

Indramayu, Juni 2022


Penulis 123456

Kelompok 3

DAFTAR ISI

JUDUL…………………………………………………………………………….............................i
ABSTRAK………………………………………...……………
5
KATA PENGANTAR………………………………………………………….................................iv
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………………........................VI
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tema
1.3 Tujuan.................................................................................................................................9
1.3.1 Tujuan Umum
1.3.2 Tujuan Khusus
1.4 Manfaat
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian Hydraulic Fracturing
2.1.1
2.1.2 Porositas
BAB III METODELOGI PENELITIAN
3.1 Pndahuluan Data
3.2
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Hydraulic Fracturing (Perekah Hidrolik)
4.2 Design Hydraulic Fracturing
4.2.1 Data Frac
4.2.1 Main Frac
4.2.2 Analisa Tekanan Rekah
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran

6
7
DAFTAR GRAFIK

1.1. Grafik 1.1

8
DAFTAR TABEL

1.2. Tabel 1.1

9
DAFTAR LAMPIRAN

1.3. Lampiran 1.1

DAFTAR SINGKATAN

BAB I
10
PENDAHULUAN

1.4. Latar belakang

Permeabilitas batuan sangat mempengaruhi besar kecilnya

produktivitas suatu sumur. Permeabilitas batuan yang kecil akan

menyebabkan kecilnya harga indeks produktivitas (PI) sumur sebagai

indikasi rendahnya produktivitas sumur. Kecilnya harga permeabilitas

dapat terjadi karena permeabilitas alamiah reservoir yang dari

asalnya kecil dan juga dapat disebabkan oleh penurunan permeabilitas

reservoir dikarenakan kerusakan formasi (formation damage).

Penurunan permeabilitas ini akibat adanya material lain yang

masuk kedalam porositas batuan dan naiknya produksi air dan gas.

Kerusakan formasi ini dapat terjadi pada waktu pemboran, well

completion dan operasi produksi. Perekahan hidrolik (hydraulic

fracturing) merupakan metode yang dapat dilakukan untuk meningkatkan

permeabilitas batuan formasi sehingga diharapkan produktivitas

sumur juga akan meningkat.

Dengan adanya persoalan tersebut, maka diperlukan suatu usaha

untuk dapat meningkatkan produksi dari sumur tersebut. Upaya untuk

meningkatkan produktivitas sumur yaitu dengan stimulasi dimana salah

satu metodenya adalah hydraulic fracturing. Konsep dari hydraulic

fracturing untuk dapat meningkatkan produktivitas sumur adalah

dengan memperbesar jari-jari efektif sumur dan memperbaiki kapasitas

alir fluida di sekitar lubang sumur dengan cara memperbesar

permeabilitas batuan baru.

11
Metode ini dilakukan dengan memompakan fluida perekah pada

laju dengan tekanan injeksi yang tinggi melebihi tekanan formasi,

yang bertujuan membuat rekahan pada batuan, kemudian diganjal dengan

menggunakan proppant agar rekahan tidak menutup lagi. Keberhasilan

perekahan hidrolik dapat ditinjau berdasarkan perbandingan

indeks produksivitas (PI) dari sumur yang telah direkahkan dengan

indeks produktivitas sumur sebelum direkahkan.

1.5. Tema

Tema yang dimabil dari makalah ini adalah HYDRAULIC FRACTURING


DAN DESIGN dan perekahan

1.6. Tujuan

1.7. Tujuan Umum

Adapun tujuan yang bersifat umum dalam tugas akhir ini adalah sebagai
berikut:

1). Diketahuinya informasi mengenai hydraulic fracture


2). Diketahuinya penyebaran- penyebaran rekahan Batuan

1.8. Tujuan Khusus

1). Mengetahui Langkah-Langkah Design perekahan


2). Mengetahui apa itu rekahan
3). Mengetahui pekerjan hydalic fracture

1.9. Manfaat

1.10. Manfaat bagi mahasiswa

1). Bekerja sama dalam tim untuk menyelesaikan masalah

2). Dapat mengetahui apa itu hydraulic fracture


12
3). Mengetahui penyebaran fracture

1.11. Manfaat bagi AKAMIGAS Balongan

1). Sebagai jurnal bahan pembelajaran bagi mahasiswa Akamigas Balongan

1.12. Manfaat bagi Institusi tempat Tugas akhir

1). Bisa meningkatkan laju produksi sumur

2). Mengetahui pengaruh proses hydraulic fracture terhadap permeabilitas

BAB II
TINJAUAN TEORI

1.13. Pengertian Permeabilitas

Permeabilitas adalah suatu sifat batuan reservoir untuk dapat

meluluskan cairan melalui pori-pori yang berhubungan, tanpa merusak

partikel pembentuk atau kerangka batuan tersebut.

Definisi permeabilitas dapat dinyatakan dalam rumus sebagai

berikut :

13
Dimana q dinyatakan dalam sentimeter kubik per sekon, k dalam

darcy (permeabilitas), viskositas μ dinyatakan dalam sentipoise,

dan adalah gradien hidrolik yang dinyatakan dalam atmosfer per

sentimeter. Dengan demikian jelaslah bahwa permeabilitas adalah k

yang dinyatakan dalam Darcy.

Definisi API untuk 1 Darcy : suatu medium berpori mempunyai

kelulusan (permeabilitas) sebesar 1 darcy, jika cairan berfasa satu

dengan kekentalan 1 sentipoise mengalir dengan kecepatan 1 cm/sekon

melalui penampang seluas 1cm2 pada gradien hidrolik satu atmosfer

(76,0 mm Hg) per sentimeter dan jika cairan tersebut seluruhnya

mengisi medium tersebut.

Dari definisi diatas tidak dijelaskan hubungan antara

permeabilitas dan porositas. Memang sebetulnya tidak ada hubungan

antara permeabilitas dengan porositas. Batuan yang permeabel selalu

menampung (porous), tetapi sebaliknya, batuan yang menampung belum

tentu permeabel. Hal ini disebabkan karena batuan berporositas lebih

tinggi belum tentu pori-porinya berhubungan satu dengan yang lain.

Juga sebaliknya dapat dilihat, bahwa porositas tidak tergantung dari

besar butir, dan permeabilitas merupakan suatu fungsi yang langsung

terhadap besar butir. Perbedaan antara porositas dan permeabilitas

adalah bahwa porositas menentukan jumlah cairan yang terdapat

sedangkan permeabilitas menentukan jumlahnya yang dapat

diproduksikan.

14
Sebagaimana telah disebutkan diatas, biasanya permeabilitas

dinyatakan dalam “darcy”, yaitu untuk menghormati DARCY yang

memproklamasikan pertama kalinya hukum aliran dalam medium yang

berpori. Jadi suatu permeabilitas dengan k = 2 darcy berarti suatu

aliran sebesar 2 cc per sekon yang didapatkan melalui suatu

penampang seluas 1 sentimeter persegi panjang 1 sentimeter, dibawah

suatu tekanan perbedaan satu atmosfer untuk suatu cairan yang

mempunyai kekentalan (viskositas) 1 sentipoise. Pada hakekatnya

permeabilitas suatu batuan biasanya kurang dari satu darcy dan oleh

karenanya dalam praktek permeabilitas dinyatakan dalam milidarcy (1

md = 0,001 darcy).

Cara penentuan permeabilitas adalah :

1) Dengan permeameter, suatu alat pengukur yang mempergunakan gas

2) Dengan penaksiran kehilangan sirkulasi dalam pemboran.

3) Dari kecepatan pemboran

4) Berdasarkan test produksi terhadap penurunan tekanan dasar lubang

(bottom-hole pressure-decline)

Secara perkiraaan di lapangan dapat juga dilakukan pemerian semikuantitatif sebagai

berikut :

1) Ketat (tight), kurang dari 5 md.

2) Cukup (fair), antara 5 sampai 10 md.

3) Baik (good) antara 10 sampai 100 md.

4) Baik sekali (very good) antara 100 sampai 1000 md.

15
Keterangan :k = permeabilitas berpori (darcy)

q = debit aliran (cm3/s)

µ = viskositas fluida yang menjenuhi (cp)

A= luas penampang media (cm2)

dl = panjang / jarak tempuh fluida (cm)

dp = perbedaan tekanan antar sampel (atm)

Beberapa anggapan yang digunakan oleh Darcy dalam persamaan diatas, adalah :

 Alirannya mantap (steady state).

 Fluida yang mengalir satu fasa

 Viskositas fluida yang mengalir konstan

 Kondisi aliran isothermal

 Formasinya homogeny dan arahnya alirannya horizontal

 Fluidanya incompressible

Berdasarkan jumlah fasa yang mengalir dalam batuan reservoir, permeabilitas

dibedakan menjadi tiga, yaitu :

1. Permeabilitas absolute, yaitu kemampuan batuan untuk melewatkan fluida

dimana fluida yang mengalir melalui media berpori tersebut hanya satu fasa atau

disaturasi 100%.

2. Permeabilitas efektif, yaitu kemampuan batuan untuk melewatkan fluida dimana

fluida yang mengalir lebih dari satu fasa, misalnya (minyak dan air), (air dan

gas), (gas dan minyak) atau ketiga-tiganya. harga permeabilitas efektif

dinyatakan sebagai ko, kg, kw, dimana masing-masing untuk minyak,gas dan air.

16
3. Permeabilitas relative, merupakan perbandingan antara permeabilitas efektif

dengan permeabilitas absolute pada kondisi saturasi tertentu. Harga Permeabilitas

relative antara 0 – 1 darcy. Dapat juga dituliskan sebagai berikut:

Permeabilitas relatif reservoir terbagi berdasarkan jenis fasanya, sehingga dalam

reservoir akan terdapat permeabilitas relatif air (Krw), permeabilitas relatif minyak

(Kro), permeabilitas relatif gas (Krg) dimana persamaannya adalah :

Dimana : Krw = Permeabilitas Relatif Air

Kro = Permeabilitas Relatif Minyak

Krg = Permeabilitas Relatif Gas

Faktor yang ikut mempengaruhi permeabilitas adalah :

1. Bentuk dan Ukuran batu

Jika batuan disusun oleh butiran yang besar, pipih dan seragam dengan dimensi

horizontal lebih panjang, maka permeabilitas horizontal (kh) akan lebih besar.

Sedangkan permeabilitas vertical (kv) sedang-tinggi. Jika batuan disusun berbutir

dominan kasar, membulat dan seragam, maka permeabilitas akan lebih besar dari

kedua dimensinya. Permeabilitas buat reservoir secara umum lebih rendah,

khususnya pada dimensi vertikalnya, jika butiranya berupa pasir dan bentuknya

tidak teratur. Sebagian besar reservoir minyak berbentuk seperti ini.

17
2. Sementasi

Permeabilitas dan porositas batuan sedimen sangat dipengaruhi sementasi dan

keberadaan semen pada pori batuan.

3. Retakan dan Pelarutan

Pada batuan pasir, retakan tidak dapat menyebabkan permeabilitas sekunder,

kecuali pada batuan pasir yang interbedded dengan shale, limstone dan dolomite.

Pada batua karbonat, proses pelarut oleh larutan asam yang berasal dari

perokolasi air permukaan akan melalu pori – pori primer batuan, bidang celah

dan rekahan akan menambah permeabilitas reservoir.

Pengukuran permeabilitas di laboratorium seperti hanya pengukuran

porositas dengan menggunakan sampel batuan yang kecil yang sering disebut dengan

core. Pengukuran dilakukan dengan menempatkan sampel core didalam alat

pengukur (biasanya disebut dengan core holder), kemudian berikan perbedaan

pressure dengan mengalirkan suatu fluida melalui core yung terpasang.

BAB III
METODOLOGI
18
1.14. Pendahuluan

Dalam melaksanakan tugas akhir, mahasiswa diharapkan mampu

melakukan studi kasus, yaitu mengangkat suatu kasus yang dijumpai ditempat

tugas akhir menjadi suatu kajian sesuai dengan bidang keahlian yang ada, atau

melakukan pengamatan terhadap kerja suatu proses untuk dikaji sesuai

dengan bidang keahlian yang dimiliki. Untuk mendukung tugas akhir dan

kajian yang akan dilakukan, maka dapat dilakukan beberapa metode

pelaksanaan, antara lain :

1.15. Pengambilan Data

Data yang dibutuhkan adalah sampel data yang didapat dari data suatu

sumur yang akan dilakukan Hydraulic Fracturing secara langsung dari

perusahaan berupa data sumur yang meliputi permeabilitas, porositas,

reservoir, temperature, depth, lithology dan sebagainya

11

19
Studi Literatur

Pengambilan Data

Data Reservoir : Data Sumur :

 Permeabilitas  Casing Depth


 Porositas  Spesifikasi Casing
 Temperatur  Kedalaman
 Lithology  Hole size

Perhitungan dari software:

Max surface pressure


Panjang rekahan
Konduktivitas rekahan
Penyebaran konsentrasi
proppant

Analisa dan pembahasan

Kesimpulan
1.16. Pengolahan Data

Melakukan perhitungan menggunakan data yang sudah didapat untuk

mencari nilai grafik geometri fracture, panjang rekahan konduktivitas

rekahan sebagai hasilnya

9
BAB IV
PEMBAHASAN

1.17. Hydraulic Fracturing (Perekah Hidrolik)

Terkadang sumur – sumur yang diprediksikan mempunyai cadangan

yang cukup besar dan cukup potential untuk diproduksi, tetapi produktivitas

yang diharapkan rendah dan bahkan produksinya makin menurun. Hal ini

dapat terjadi baik di sumur minyak maupun gas, dikarenakan adanya damage

yang disebabkan oleh bermacam – macam sebab. Suatu usaha diperlukan

untuk menstimulir sumur tersebut untuk meningkatkan produktivitasnya.

Perekahan Hidrolik merupakan salah satu usaha stimulasi yang

cukup terkenal. Usaha ini dilakukan dengan mendesak fluida bertekanan ke

dalam formasi sedemikian sehingga terjadi rekahan. Cadangan yang ada tidak

berarti meningkat saat dilakukan stimulasi, tetapi bertujuan untuk

mempercepat pengurasan atau meningkatkan laju produksi dengan membuat

jalan atau jalur yang melewati damage yang ada dari formasi menuju lubang

bor.

Dalam melakukan operasi perekahan, karakteristik batuan formasi

memegang peranan yang sangat penting. Keberhasilan sebuah proyek

perekahan dimulai dari penentuan sifat – sifat batuan formasi secara tepat.

10
Komponen – komponen penting yang harus diperhatikan untuk keberhasilan

dari operasi ini, seperti karakteristik batuan, rekahan, fluida perekah dan juga

tekanan yang berperan disitu

Hydraulic Fracturing itu adalah teknik stimulasi yang digunakan

untuk memperbaiki ataupun meningkatkan laju produksi oil/gas. Teknik

stimulasi ini dilakukan dengan cara merekahkan suatu batuan formasi dengan

tekanan hidrolik supaya rekahan tersebut menjadi besar.

Setelah formasi itu mengalami perekahan, lalu fluida diinjeksikan

untuk memperbesar lagi rekahan itu. Untuk menjaga agar rekahan tidak

tertutup lagi, maka rekahan akan diberi pengganjal (proppant). Proppant ini

harus memiliki permeabilitas yang besar supaya tidak menghambat aliran

oil/gas tersebut. Selain itu proppant juga harus mempunyai kekuatan yang

baik selain untuk menjaga rekahan tidak menutup, juga supaya tidak mudah

hancur akibat tekanan dan temperatur yang tinggi.

11
Gambar 4.1 Skematik Proses Hydraulic Fracturing

1.18. Fluida Perekah Hidrolik

Fluida perekah atau fracturing fluids adalah fluida yang digunakan

pada operasi hydraulic fracturing. Untuk itu fluida perekah dipompakan pada

beberapa tingkat atau stages yang masing-masing mempunyai fungsi

tersendiri (Montgomery, 2013).

Menurut Rachmat Hidayat dkk (2003) ada beberapa kriteria dalam

pemilihan fluida perekah, antara lain:

a. Viskositas

Adalah kemampuan merekahkan batuan dan membawa proppant kedalam

area frac didalam batuan. Viskositas yang biasanya digunakan adalah

minimal 100 cp.

12
b. Efisiensi dari fluida

Adalah kemampuan fluida untuk membuka area frac selama pemompaan

dan mempertahankan area tersebut selama proppant mengalir pada area

tersebut.

c. Kompatibilitas

Fluida fracturing harus kompatibel dengan fluida formasi karena jika

fluida fracturing tidak kompatibel akan menyebabkan kemungkinan

terjadinya clay swelling, emulsi, fines migration dll yang akan mengurangi

tingkat keberhasilan produksi.

d. Stabilitas

Fluida fracturing harus stabil selama pemompaan, biasanya ditambahkan

additive High Temperature Stabilizer apabila bertemu dengan kondisi

batuan yang panas.

e. Low Friction Pressure

Friction pressure yang besar sangat tidak diinginkan karena peralatan di

dalam sumur (tubing) dan surface mempunyai keterbatasan tekanan.

f. Pengontrolan Break dan Clean Up

Fluida fracturing harus kembali ke viskositas seperti air agar setelah

operasi selesai sumur dapat dibersihkan dengan cepat

13
g. Ekonomis

Fluida yang mahal tetapi mempunyai kemampuan untuk mengurangi

kerusakan akibat gel mungkin lebih ekonomis dibandingkan fluida lain

yang lebih murah karena produksi yang dihasilkan lebih baik.

Fluida dasar dapat berupa air, minyak, emulsi, foam dan kombinasi

dari bahan-bahan tersebut. Fluida dasar ini harus diperkental dengan polymer

sebagai thickener (pengental).

a. Oil base fluid

Fluida perekah berbahan dasar minyak relatif lebih murah dan memiliki

viskositas yang baik. Viskositas yang baik dapat dianggap

menguntungkan untuk aliran injeksi yang relatif kecil. Dapat digunakan

untuk injeksi pada kedalaman kurang dari 4000 ft. Fluida dengan jenis ini

tidak dapat digunakan untuk reservoir gas karena sangat berpotensi terjadi

kebakaran.

b. Water base mud

Keuntungan dalam penggunaan fluida berbahan dasar air adalah dapat

digunakan pada laju injeksi yang tinggi, tidak ada bahaya kebakaran yang

ditimbulkan, murah serta mudah didapat, mempunyai friction loss yang

rendah, efektif dengan friction loss additive, dan mempunyai viskositas

14
yang rendah sehingga mudah di pompakan. Namun kerugiannya kurang

efektif terhadap formasi bertekanan rendah dan kurang efektif untuk

batuan formasi yang bersifat water wet.

c. Emulsion fracturing fluid

Komposisinya terdiri dari minyak mentah dan air. Fluida jenis ini dapat

mengurangi fluid-loss dan friction-loss. Biasanya digunakan untuk lapisan

karbonat. Contohnya adalah emulsi asam HCL.

d. Foam base fluid

Fluida jenis ini memiliki batasan pelaksanaan terutama dalam faktor

biaya. Selain itu fluida foam dan gas sulit untuk dicari dan tingkat bahaya

yang tinggi sehingga membutuhkan tindakan yang khusus. Fluida jenis ini

dapat digunakan pada zona gas atau zona dengan permeabilitas rendah.

Untuk memilih fiuida perekah yang sesuai, fiuida tersebut harus

memiliki kriteriasebagai berikut:

1. Viskositas cukup besar, yaitu 100-1000 cp pada temperatur normal.

2. Filtrasi jangan sampai menutupi pori-pori dan batuan.

3. Bersifat stabil pada tekanan tinggi.

4. Tidak bereaksi dengan cairan lapisan reservoir, karena dapat

menimbulkan endapan

5. yang dapat menyebabkan terjadinya kerusakan formasi.

6. Tidak membentuk emulsi di dalam lapisan reservoir.

15
7. Viskositas cairan dapat berubah menjadi lebih kecil setelah terjadinya

perekahan, sehingga mudah dikeluarkan dari dalam sumur.

8. Haruslah memiliki harga yang relatif murah.

9. Aman.

Fluida perekahan cukup banyak jenisnya namun dapat dibagi

menjadi empat bagian besar berdasarkan fungsi fluida dan periode

penginjeksian pada operasi perekahan ini. Fluida yang dipilih sebagai fluida

perekahan adalah fluida yang incompressible yaitu fluida yang tidak

termampatkan, mempunyai volume yang tetap meskipun mengalami

perubahan tekanan sampai di atas tekanan rekah batuan. Keempat jenis fluida

itu dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Fluida Pre-pad

Pre-pad dipergunakan untuk memudahkan terjadinya rekahan dan

mendinginkan formasi. Komposisi prepad biasanya berviskositas rendah

seperti air, minyak atau foam, ditambahkan sedikit gel, friction reducer,

surfactant atau KCl sebagai pencegah damage. Perekahan akan terjadi

apabila tekanan pori dalam batuan melebihi tekanan rekah batuan itu

sendiri. Untuk itu fluida pre-pad harus memiliki sifat leak-off yang besar

sehingga mudah masuk ke dalam pori batuan dan meningkatkan tekanan

di dalam pori. Sifat ini juga membantu dalam mengurangi daya yang

harus diberikan dari permukaan untuk mendorong fluida masuk ke dalam

16
formasi. Viskositas yang rendah memungkinkan fluida masuk ke matriks

batuan dan mendinginkan formasi untuk mencegah degradasi gel.

2. Fluida Pad

Pad adalah fluida kental tanpa proppant yang dipompakan untuk

melebarkan dan mempertinggi rekahan, dan mempersiapkan jalannya

slurry dengan proppant. Volume pad ini juga akan mengurangi leak-off

(kebocoran) pada slurry nanti karena telah mulai terbentuknya cake pada

pad. Pad ini sengaja diinjeksikan sehingga leak-off slurry dengan

proppant akan berkurang. Pemompaan pad yang tinggi dapat mengurangi

terjadinya premature screen out (kemacetan injeksi proppant karena

kehilangan fluida secara premature).

3. Slurry dengan proppant

Slurry (bubur) dengan proppant akan mengembangkan rekahan

menjauhi sumur menambah lebar panjang rekahan serta membawa

proppant untuk mengisi rekahan. Perekahan yang efisien adalah dengan

menaruh proppant sebanyak-banyaknya dengan minimum fluida,

sehingga biayanya minimum.

Proppant juga berfungsi sebagai material pengganjal agar rekahan

yang telah terbentuk tidak menutup kembali. Selain itu juga berfungsi

sebagai media alir bagi fluida yang diproduksikan dari formasi. Pasir

adalah material pertama yang digunakan sebagai material pengganjal.

Pemilihan material pengganjal merupakan salah satu langkah pencegahan

17
bagi masalah migrasi pasir halus akibat formasi yang tidak kompak

maupun karena laju produksi yang terlalu tinggi. Beberapa jenis proppant

yang dikenal antara lain pasir, resin coated sand, dan ceramic proppant.

4. Flush

Flush adalah fluida yang diinjeksikan di belakang bubur proppant

untuk mendorong proppant masuk ke dalam rekahan dan membersihkan

daerah injeksi dari proppant yang tertinggal. Fluida ini harus masuk

memiliki viskositas yang rendah, mudah untuk kembali ke lubang sumur

tanpa mengakibatkan kerusakan formasi atau mempengaruhi proppant

yang sudah ditempatkan.

Perekahan Hidrolik adalah suatu teknik stimulasi yang di gunakan

untuk memperbaiki konduktivitas fluida ke dalam sumur. Ada tiga hal di

mana perekahan hidrolik bermanfaat, yaitu:

a. Bila reservoir terdiri dari batuan dengan permeabilitas rendah atau

homogen , maka fracturing akan memberikan efek yang sama dengan

menambah ukuran lubang, yaitu fluida yang semula mengalir melalui

batuan dangan permeabilitas rendah mampu bergerak ke dalam rekahan

berkapasitas tinggi pada jarak tertentu pada sumur.

b. Fracturing akan mengeliminir kerusakan formasi yang disebabkan oleh

invasi lumpur pemboran , pengendapan mineral atau swelling clay di

sekitar lubang sumur dengan memberikan konduktivitas yang tinggi di

sekitar lapisan yang mengalami kerusakan.

18
c. Penyebaran rekahan dari lubang sumur bertindak sebagai garis alir yang

menghubungkan sistem porous dan permeabel yang terisolir di balik

sumur oleh penghalang impermable.

Mekanisme terjadinya perekahan hidrolik adalah menginjeksikan fluida

perekah ke dalam lubang formasi atau reservoir yang akan direkahan melalui

lubang sumur dengan tekanan rekahan yang lebih besar dari tekanan rekahan

formasi sehingga akan terbentuk rekahan. Untuk mempertahankan rekahan

tersebut harus di isikan dengan material pengganjal (propping agen).

Gambar 5.2 Proses Hydraulic Fracturing

19
1.19. Proppant atau Material Pengganjal

Proppant digunakan untuk mengisi area rekahan yang

terbentuk selama pemompaan dan pada akhirnya membentuk

geometri frac. Geometri yang dibentuk oleh proppant tersebut

dinyatakan dalam Propped Half Length (Panjang Frac), Propped

Frac Widht (Lebar Frac) dan Frac Height (Tinggi Frac).

Parameter geometri frac inilah yang digunakan untuk

menganalisa perkiraan produksi dan kesuksesan dari suatu

operasi fracturing.

Material pengganjal sering disebut juga Proppant adalah

benda padat yang pada umumnya berbentuk pasir yang dapat

dilihat pada gambar 5.2. Proppant akan membuat rekahan yang

terbentuk tetap terbuka sehingga menyebabkan kapasitas aliran

minyak atau gas dari formasi produktif ke lubang sumur akan

menjadi lebih baik (Krismartopo dkk, 2005).

Pemilihan proppant ditekankan pada peningkatan

permeabilitas proppant pack yang terjadi pada kondisi tegangan

in-situ batuan untuk menghasilkam konduktivitas rekahan yang

cukup guna meningkatkan kapasitas aliran dalam rekahan. Untuk

membuat dan mengembangkan sebuah rekahan, pengaruh tegangan

in-situ harus diperhitungkan. Jika kekuatan proppant tidak

mampu mengatasi tegangan penutupan rekahan, butiran proppant

20
akan hancur dan menurunkan permeabilitas rekahan (Rachmat &

Nugroho, 2010).

Jumlah proppant dan jenis proppant yang dipompakan

sangat menentukan keberhasilan dari operasi fracturing ini.

Semakin banyak proppant yang dipompakan maka akan semakin

besar pula area frac yang terbentuk yang pada akhirnya akan

meningkatkan hasil produksi setelah perekahan itu berlangsung.

Penentuan tipe proppant dimulai dengan penentuan

tekanan yang bisa/akan diterima oleh proppant tersebut. Setiap

tipe proppant memiliki range tahanan tersendiri akan tekanan

yang bisa diterima. Setelah itu, seleksi dilanjutkan dengan

penentuan ukuran (Mesh Size). Semakin besar ukurannya, semakin

besar pula permeabilitas dari proppant tersebut. Mesh size ini

bergantung dari ukuran lubang perforasi dan permeabilitas dari

formasi yang akan di frac. Semakin kecil permeabilitas, maka

untuk mencapai koduktivitas yang besar tidak diperlukan

proppant dengan ukuran besar.

21
Gambar 5.3 Ukuran Proppant

Material penganjal atau proppant dalam suatu perekahan

hidrolik berfungsi untuk mendapatkan suatu saluran untuk

aliran menuju sumur dengan permeabilitas tinggi. Proppant

merupakan material untuk menganjal agar rekahan yang terbentuk

tidak menutupi kembali akibat closure pressure ketika

pemompaan di hentikan dan diharapkan mampu berfungsi sebagai

media alir yang lebih baik bagi fluida yang diprodusikan pada

kondisi tekanan dan temperatur reservoir yang bersangkutan.

Pemilihan proppant akan menentukan konduktivitas rekahan,

dimana :

22
Sehingga semakin kontras permeabilitas direkahan, akan semakin

besar pula produksivitas tanpa mengesampingkan segi ekonomis

dalam pemilihan proppant atau ukuran rekahan. Semakin keras

formasinya, maka diperlukan proppant yang makin keras, hal -

hal yang harus diperhatikan dalam pemilihan proppant yaitu:

a. Ukiran butir (granularitas)

b. Distibusi (uniform)

c. Kualitas (kandungan impuritis )

d. Derajat pembundaran dan kehalusan perukaan butiran

(roundness dan sphericity )

Perekahan akan dimulai dengan pad atau cairan gel tanpa

proppant, lalu dilanjutkan dengan slurry yaitu gel berisi

proppant dan diakhiri dengan flushing. Ada dua cara untuk

berdasarkan fluidanya :

1. Fluida encer, dimana viskositasnya lebih kecil dari 50 cp.

Ini disebut bank fluid, yaitu fluida yang nantinya akan

membentuk gundukan pasir di rekahan dari konsentrasi pasir

2-3 ppg dengan laju pemompaan tinggi. Keberhasilannya

tergantung dari proppant yang mengendap diluar lubang masuk

rekahan. Desain demikian membutuhkan model komputer untuk

menghitung kecepatan fluida, viskositas fluida, kecepatan

settling proppant dll. Cara ini adalah untuk dimana

23
rekahannya akan jauh. Tetapi pasir terbanyak masih dekat

sumur.

2. Fluida kental, yang terbanyak digunakan (termasuk gel> 50

cp, X-link, foam, gelled oil). Bisa mencapai ratusan cp.

Dengan ini proppant secara teoritis bisa dibawa sampai

mencapai tip atau ujung rekahan. Dalam praktek, kecepatan

proppant akan lebih rendah dari fluidanya. gambar 5.3

menunjukkan konfigurasi fluida kental yang dipompakan

secara ramp (meningkat konsentrasinya terhadap waktu).

Dalam hal ini terlihat bahwa waktu pemompaan 3 ppg

dilakukan maka slurry didepan juga sudah mengalami loss

sehingga kadar proppantnya 3 ppg.

1.20. Zat Additif yang digunakan

Jenis proppant yang umum dipakai antara lain :

a. Pasir alami

Pasir alami yang dipakai sebagai material penganjal adalah

pasir ottawa dan pasir brady.

1. Ottawa (jordan , white ) sand : well rouded. Kadar quartz tinggi,


sanggup menahan berat SG=2,65
2. Brady (texan, hickory) sand : anggular , kabar quartz tinggi, sanggup
menahan berat, SG=2,65

24
b. Proppant keramik

Proppant jenis ini merupakan proppant buatan yang

difungsikan untuk dapat menahan stress buatan yang tinggi.

1. Sintered bauxite : cocok untuk stress tinggi (<12000

psi), dipakai untuk sumur yang bertemperatur tinggi,

sumur dalam dan mengandung H2S, SG = 3,65

2. Intermediate density ceramics : lebih ringan dan murah

dari sintered bauxite, stress<10000 psi, SG = 3,15.

3. Low density ceramics : beratnya hampir sama dengan

pasir, SG = 2,7, stress<6000 psi.

c. Resin coated proppant

Proppant jenis ini dibuat dengan melapisi resin (senyawa

kapur) pada butir-butir pasir. Proppant ini dapat

mendistribusikan beban, menghindarkan persentuhan antara

butir-butir, dan terikat ke tempat untuk mencegah migrasi

proppant. Kelemahan dari proppant jenis ini pada tekanan

yang tinggi akan menghasilkan permeabilitas yang rendah

karena pori-pori yang seharusnya berhubungan tertutup oleh

resin antar butir yang tergabung. Macam-macam proppant

jenis ini adalah pre-cure resins dan curable resinns

yaitu :

1. Pre-cured resins

25
Mendistribusikan beban, menghindarkan persentuhan antara

butir-butir serta terikat ditempat untuh mencegah

migrasi proppant.

 Mengurangi pengrusakan karena brittle (mudah pecah)

 SG = 2,55

 Resin dapat menahan pasir yang hancur (sehingga fines

sedikit)

 Proppant abrasiveness (kekerasan) agak berkurang

2. Curable resins

 Digunakan terutama untuk bagian belakang slurry

proppant untuk mencegah proppant mengalir balik ke

sumur

 Setelah membeku akan membentuk masa yang

terkonsolidasi dengan daya tahan besar.

1.21. Zat Additif yang digunakan

Suatu fluida perekah seharusnya menghasilkan friksi tekanan

yang kecil dan tetap berviskositas besar untuk menahan

proppant, serta bisa turun kembali viskositasnya setelah

selesai perekahan dan dapat menempatkan proppant. Agar

memenuhi syarat tersebut maka kedalam fluida perekah kadang-

26
kadang harus ditambahkan additive, jenis additive yang

biasadigunakan antara lain:

1. Crosslink (organometalic, borate), untuk meningkatkan

viskositas dengan pengikatan satu molekul atau lebih.

2. Buffer (NaOH, asetat acid, fumaric acid, sulfamic acid),

untuk mengontrol Ph.

3. Bactericide (glutaraldehyde, cholorophenates, quaternary

amines, ishotiazoine), untuk melindungi polymer dari

kerusakan oleh bakteri

4. Friction reducer, semua polymer akan berlaku sebagai zat

yang menghalangi terjadinya turbulensi yang menyebabkan

kehilangan tekanan yang besar. Dengan adanya polymer maka

kehilangan tekanan juga relativ akan mengecil.

5. Surfactant (flourosurfactant) mengabsorb dua permukaan

antara dua fluida yang tak bercampur, fasih menurunkan

tegangan permukan, dan mempermudah terjadi rekahan.

6. Fluid loss additive (silika flour, oil solube resins,

adomite regain, unrefined guar, karaya gums) untuk

menggontor kehilangan fluida.

7. Breakers (oxzidizes, enzym, acid) untuk memecahkan rantai

polymer sehingga lcr kembali (kecil viskositasnya) setelah

27
penenpatan proppant, agar produksi minyak kembali mudah di

lakukan pada saat injeksi.

8. Viscosity stabilizer (methanol, natrium thiosulfate) untuk

menjga [enuruan vikositas pada polishacharide gels (fluida

perekah), yang di lakukan pada temperatur di atas 200

9. Extenders, clean up, dan energizing agent (nitrogen, co2,

alkohol), untuk mempermudah produksi kembali setelah fase

perekahan selesai, terutama jika tekanan sumur kecil.

10. Scale inhibitors, digunakan untuk meminimalkan

terjadinya endapan scale sebagai akibat terjadinya reaksi

antara fluida perekah dengan fluida formasi.

11. Thickener berupa polimer yang di tambahkan sebagai

pengental fluida dasar.

12. Clay stabilizers, mencegah menyebarkan clay dengan

memberikan sifat cationic untuk mencegah perpindahan ion

13. Paraffin control, untuk mencegah terjadinya

pengendapan parafin di cubing.

28
Gambar 5.4 Skema Hydraulic Fracturing

1.22. Pemilihan Sumur

Berikut ini beberapa pertimbangan dalam pemilihan sumur untuk

perekahan antara lain:

a. Tekanan Reservoir

Jika suatu formasi mengalami deplesi dan tenaga reservoir

nya sudah terlalu rendah untuk mendorong minyak ke

permukaan biasanya rekahan tidak akan memberikan produksi

yang memadai.

b. Komposisi Batuan Formasi

Formasi sandstone, dan konglomerat merupakan kandidat yang

baik untuk perekahan hidrolik, sedangkan untuk formasi

29
linestone dan dolomit lebih baik di lakukan acid fracturing

(rekahan asam) selain itu pada pelaksanaan lapisan formasi

yang dapat di jadikan sebagai kandidat yang akan di rekah

kan harus memiliki lapisan penutup yaitu merupakan batuan

shale.

c. Permeabilitas Formasi

Jika permeabilitas formasinya kecil maka geometri rekahan

yang harus di bentuk memiliki panjang rekahan yang maksimum

sedangkan apabila permeabilitas dari formasinya besar maka

untuk mendapatkan fracture conductivity sama dengan 1

artinya bahwa pelaksanaan fracturing tidak mengalami

peningkatan produktivitas sumur. Namun bila harga fracture

conductivity lebih besar dari satu maka produktivitas sumur

mengalami perbaikan begitu juga sebaliknya.

d. Ketebalan Formasi

Untuk reservoir yang tebal dibutuhkan energi yang besar

untuk membuka dan membawa proppant ke dalam rekahan

sedangkan untuk reservoir yang tipis tidak membutuhkan

energi yang besar untuk membawa proppant ke dalam rekahan.

Ketebalan minimal lapisan produktif 3 meter.

e. Kondisi dan Perawatan Sumur

30
Peralatan pada sumur tersebut harus mampu menahan tekanan

tinggi pada proses perekahan.

Gambar 5.5Hydraulic Fracturing zone

31
BAB V
PENUTUP

1.23. Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari makalah ini yang

berjudul “Hydraulic Fracturing dan Proppant” yaitu antara

lain :

Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari makalah ini yang berjudul

“Hydraulic Fracturing dan Proppant” yaitu antara lain :

1. Konsep dari hydraulic fracturing untuk dapat meningkatkan produktivitas sumur

adalah dengan memperbesar jari-jari efektif sumur dan memperbaiki kapasitas alir

fluida di sekitar lubang sumur dengan cara memperbesar permeabilitas batuan

baru. Metode ini dilakukan dengan memompakan fluida perekah pada laju dengan

tekanan injeksi yang tinggi melebihi tekanan formasi, yang bertujuan membuat

rekahan pada batuan, kemudian diganjal dengan menggunakan proppant agar

rekahan tidak menutup lagi

2. Pengertian Permeabilitas Permeabilitas adalah suatu sifat batuan reservoir untuk

dapat meluluskan cairan melalui pori-pori yang berhubungan, tanpa merusak

partikel pembentuk atau kerangka batuan tersebut Dari definisi diatas tidak

dijelaskan hubungan antara permeabilitas dan porositas.

3. Jadi suatu permeabilitas dengan k = 2 darcy berarti suatu aliran sebesar 2 cc per

sekon yang didapatkan melalui suatu penampang seluas 1 sentimeter persegi

32
panjang 1 sentimeter, dibawah suatu tekanan perbedaan satu atmosfer untuk suatu

cairan yang mempunyai kekentalan (viskositas) 1 sentipoise.

4. Cadangan yang ada tidak berarti meningkat saat dilakukan stimulasi, tetapi

bertujuan untuk mempercepat pengurasan atau meningkatkan laju produksi

dengan membuat jalan atau jalur yang melewati damage yang ada dari formasi

menuju lubang bor.

5. Komponen – komponen penting yang harus diperhatikan untuk keberhasilan dari

operasi ini, seperti karakteristik batuan, rekahan, fluida perekah dan juga tekanan

yang berperan disitu Hydraulic Fracturing itu adalah teknik stimulasi yang

digunakan untuk memperbaiki ataupun meningkatkan laju produksi oil/gas.

1.24. Saran

1. Perlunya pengetahuan yang lebih mendalam lagi tentang hydraulic fracturing


sehingga dapat lebih mengerti dalam membuat suatu makalah.
2. Wajib Komunikasi antara Praktikan dengan Asisten pendamping dalam
pembuatan makalah agar lebih di tingkatkan lagi.

33
DAFTAR PUSTAKA

Economides, J. Michael., Kenneth G. Nolte. 2000. Reservoir Stimulation Third


Edition. Houston. Texas : Wiley.
Effendi, Prijandaru. 2001. Hydraulic Fracture Stimulation of the BRF Clastic
Formation. Jakarta : P.T. Halliburton
Larsen, Lief. 2011. Horizontal Fractures in Singe and Multilayer Reservoirs.
Canada : CSUG
Yang, Mei. 2012. Hyraulic Fracture Production Optimization with a Pseudo-3D
Model in Multi-Layered Lithology. Texas : A&M University.
Yew, H Cheng. 1997. Mechanics Of Hydraulic Fracturing. Texas : Gulf Publishing
Company

34

Anda mungkin juga menyukai