PROPOSAL PENELITIAN
Diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Tata Tulis Karya Ilmiah Program
Studi Teknik Perminyakan
Oleh:
MUHAMMAD LUTHFI MUSTOFA
163210060
i
Kata-kata kunci : Enhanced oil recovery, surfactant flooding, methyl ester
sulfonat, sulfonasi.
DAFTAR ISI
RINGKASAN...........................................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
ii
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................16
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
928/ton, sedangkan MES sebesar US$ 525/ton) (Faizal Wong, Ariff, & Stuckey,
2017).
2
2
Salah satu minyak nabati yang dapat digunakan sebagai bahan baku
pengembagan surfaktan adalah minyak kelapa sawit. Minyak kelapa sawit
Indonesia memiliki peranan yang sangat penting dalam industri minyak kelapa
sawit dunia dan Indonesia merupakan negara pengekspor minyak sawit terbesar
kedua di dunia setelah Malaysia. Luas lahan yang digunakan untuk
pembudidayaan kelapa sawit sejak tahun 1998 hingga tahun 2005 cenderung
mengalami peningkatan dari 2.779.882 hektar pada tahun 1998 menjadi 4.472.299
hektar pada tahun 2005. Produksi minyak kelapa sawit dalam bentuk Crude Palm
Oil (CPO) yang dihasilkan dari tahun 1998 hingga 2005 juga mengalami
peningkatan yang tinggi yaitu dari 5.005.903 ton menjadi 14.252.298 ton.
Pemanfaatan ester metil dari CPO sebagai bahan baku MES akan meningkatkan
nilai tambah minyak kelapa sawit Indonesia. Peningkatan nilai tambah
pemanfaatan minyak kelapa sawit mencapai 400– 600% untuk menghasilkan
produk seperti surfaktan (Sheng, 2015).
4
Behenat Tapak 4-5
Oleat 6-8 9-16 38-44 44-72 37-63
5
5
Gambar 2.1 Reaksi transertefikasi antara minyak atau lemak dengan methanol.
(Putra et al., 2018)
Transesterifikasi dengan alkohol juga dikenal dengan nama alkoholisis. Oleh
karena itu, reaksi pada gambar 2.1 disebut juga dengan reaksi metanolisis.
Menurut (Faizal Wong et al., 2017), proses metanolisis terhadap minyak atau
lemak akan menghasilkan ester metal dan gliserol melalui pemecahan molekul
6
trigliserida. Tanpa adanya katalis reaksi akan berlangsung amat lambat. Katalis
bisa berupa zat yang bersifat basa, asam, atau enzim.
Menurut (Nugroho, 2019) dalam penelitiannya proses Crude Palm Oil
(CPO) biasanya mengandung sekitar 5 % asam lemak bebas (Free Fatty Acid).
Adanya asam lemak bebas dalam reaktan akan mengurangi kinerja katalis dan
juga akan banyak menyerap trigliserida. Hal ini menyebabkan produksi ester
metal menjadi tidak ekonomis. Oleh karena itu asam lemak bebas tersebut harus
dipisahkan terlebih dahulu sebelum transesterifikasi. Asam lemak dapat
dipisahkan melalui reaksi esterifikasi dengan menggunakan katalis asam
menghasilkan ester metil. Dengan adanya dua tahap reaksi ini perolehan ester
metil akan meningkat. Reaksi esterifikasi berlangsung seperti ditunjukkan pada
gambar 2.2. Beberapa sifat penting dari ester metil asam adalah angka setan,
angka iodium, titik leleh, viskositas kinematik, dan massa jenis.
tinggi dibanding LAS. Sehingga pembuatan MES ini akan memperbaiki kinerja
dari LAS.
didapat. Sulfamic acid dan chlorosulfonic acid adalah dua reaktan yang paling
mahal di antara reaktan-reaktan lainnya (Danov et al., 2015).
Menurut (Xu et al., 2018) proses sulfonasi oleh reaktan NaHSO3 dan
H2SO4 pada dasarnya sama. Reaksi pembentukan MES oleh NaHSO3
ditunjukkan pada gambar 2.5. Reaksi sulfonasi molekul ester metil dapat terjadi
pada dua sisi, yaitu (1) bagian atom karbon sekunder; (2) rantai tidak jenuh
(ikatan rangkap). Senyawa organik yang disulfonasi mengandung ikatan rangkap
pada molekulnya. Pada saat reaksi, ikatan rangkap dari senyawa organic tersebut
mungkin akan lepas dan salah satu atom karbon dari ikatan rangkap tersebut akan
mengikat gugus sulfonat. Namun tidak tertutup kemungkinan gugus sulfonat
dapat terikat pada atom karbon sekunder.
Gambar 2.4 Contoh reaksi sulfonasi menggunakan reaktan H2SO4 (Foster, 1997)
10
11
19. Penetralan dijaga tetap pada temperatur 55oC selama 30 menit hingga
produk mencapai pH = 7
16
Flooding. Jurnal Sains Materi Indonesia, 19(2), 77.
https://doi.org/10.17146/jsmi.2018.19.2.4145
Ramachandran, K. P., Gyani, O. N., & Sur, S. (2010). Immiscible Hydrocarbon
WAG: Laboratory to Field. SPE Oil and Gas India Conference and
Exhibition, (January), 20–22. https://doi.org/10.2118/128848-MS
Sheng, J. J. (2015). Status of surfactant EOR technology. Petroleum, 1(2), 97–
105. https://doi.org/10.1016/j.petlm.2015.07.003
Tobori, N., & Kakui, T. (2019). Chapter 9 - Methyl Ester Sulfonate. In Biobased
Surfactants (Second Edition). https://doi.org/10.1016/B978-0-12-812705-
6.00009-5
Wang, Z., Li, P., Ma, K., Chen, Y., Penfold, J., Thomas, R. K., … Venero, D. A.
(2019). The structure of alkyl ester sulfonate surfactant micelles: The impact
of different valence electrolytes and surfactant structure on micelle growth.
Journal of Colloid and Interface Science, 557, 124–134.
https://doi.org/10.1016/j.jcis.2019.09.016
Xu, H., Thomas, R. K., Penfold, J., Li, P. X., Ma, K., Welbourne, R. J. L., …
Petkov, J. T. (2018). The impact of electrolyte on the adsorption of the
anionic surfactant methyl ester sulfonate at the air-solution interface: Surface
multilayer formation. Journal of Colloid and Interface Science, 512, 231–
238. https://doi.org/10.1016/j.jcis.2017.10.064
17
17