BAB 1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia dikenal sebagai negara yang kaya akan sumber daya alam, hasil bumi serta
barang tambang yang sangat melimpah. Jika kekayaan alam yang dimiliki negara
Indonesia tidak dikelola dengan baik maka hasilnya pun juga tidak akan memuaskan. Hal
ini terbukti bahwa dalam beberapa tahun terakhir, Indonesia sudah menjadi negara yang
masuk kategori net importir minyak, dimana untuk tahun 2014 diperkirakan kebutuhan
dalam negeri setara dengan 1,4 juta barel per hari sedangkan dari produksi dalam negeri
hanya sekitar 930 ribu barel per hari (http://www.esdm.go.id).
Saat ini Indonesia menjadi negara pengekspor minyak, namun sudah digolongkan
menjadi negara net oil importer, artinya nilai impor minyak lebih besar dibanding nilai
ekspornya. Hal tersebut disebabkan oleh semakin tuanya sumur-sumur minyak yang ada,
juga belum diketemukannya sumber minyak yang baru. Semakin tua sumur minyak
menunjukkan semakin besar kandungan airnya, di mana akan menyebabkan terbentuknya
emulsi air dalam minyak (water in oil emulsion). Emulsi ini distabilkan oleh zat zat kimia
alami yang terkandung dalam minyak mentah itu sendiri, seperti : asphaltene, resin, dan
wax yang dikenal sebagai interfacial active components atau surfaktan alam. Minyak
mentah merupakan campuran yang komplek, mulai dari hidrokarbon sebagai komponen
utama, minyak mentah juga mengandung komponen- komponen lain, yaitu sulfur,
nitrogen, oksigen, logam, asphaltenes, resin, wax, basic sediment and water (BS&W), dan
padatan (suspended solid) ( Manggala et al,. 2017)
Slop oil merupakan suatu campuran yang mengandung komponen minyak mentah, air
dan suspensi padatan yang dihasilkan dari residu proses pengolahan, transportasi, maupun
penyimpanan minyak mentah. Dengan besarnya kandungan minyak mentah dalam slop
oil, pengambilan kembali komponen minyak mentah yang terdapat dalam slop oil sangat
potensial untuk meningkatkan nilai ekonomis slop oil karena komponen minyak mentah
yang diperoleh dapat diolah kembali (Wang et al., 2010). Dengan adanya pengambilan
kembali minyak dari slop oil, limbah yang terbuang dapat digolongkan menjadi tiga
bagian, yaitu fasa air, fasa minyak dan fasa lumpur, sehingga fasa minyak dapat
digunakan kembali sebagai sumber minyak mentah sedangkan fasa air dan lumpur dapat
diolah di unit pengolahan air sebelum dibuang ke lingkungan ( Resti et al,. 2020)
Saat ini masih sering terjadi emulsi pada tangki pengumpul minyak ditandai dengan
BS&W (Basic Sediment & Water) dan kandungan garam (Salt Content) yang tinggi.
Dengan menggunakan pengembangan bahan kimia berupa demulsifier diharapkan akan
mampu memecahkan emulsi sehingga menurunkan kandungan garam (Salt Content) dan
BS&W (Basic Sediment & Water) pada tangki pengumpul minyak. Pengembangan
demulsifier baru dilakukan dengan metode Bottle Test dalam skala laboratorium. Metode
yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan sampel minyak mentah
(Crude Oil), yaitu minyak Air Serdang dan minyak Guruh serta air produksi (Produced
Water) dari lapangan “Z” yang diambil dari beberapa satellite dan sumur minyak, sumur
dengan produksi minyak per hari (BOPD) yang besar dan sumur dengan emulsi yang
kuat. Diharapkan penelitian ini bisa mendapatkan demulsifier yang lebih efektif dan
ekonomis .
Slop oil atau oil sludge merupakan kompleks campuran yang mengandung
komponen minyak, air dan padatan yang dihasilkan dari residu pengolahan minyak mentah,
transportasi minyak bumi, dan penyimpanan minyak mentah. Karakteristik slop oil atau oil
sludge bervariasi bergantung pada tipe dan jenis minyak yang diolah, metode pengolahan
limbahnya, dan adanya pencampuran slop oil baru dengan slop oil yang tertimbun dalam
bagian bawah tangki dimana kedua slop oil tersebut berasal dari jenis minyak mentah yang
berbeda (Purnomo, 2011)
Nilai Spesific gravity 60/60 0 F dan API Gravity 60 0 F slop oil ditentukan berdasarkan
hasil konversi dari densitas slop oil menggunakan tabel konversi densitas.
3.2.5.3 Pengaruh pH
Uji pengaruh perubahan pH free water terhadap efektivitas pemisahan air dari minyak
mentah dalam emulsi slop oil dilakukan dengan metode bottle test menggunakan slop oil T-E
sebagai sampling reference dan demulsifier yang memberikan pemisahan optimal yaitu DM
A kadar 1%. Pengaruh pH hanya dilakukan pada slop oil T-E sebagai sampling reference
dengan asumsi walaupun ketiga slop oil yang digunakan diambil dari tiga tangki yang
berbeda namun ketiganya berasal dari sumber yang sama. Ke dalam botol petrolite ukuran
100 mL dimasukan sampel slop oil T-E sebanyak 50 mL, kemudian ditambahkan larutan
NaOH dan HCl sesuai tabel 3.2, sehingga estimasi pH free water-nya menjadi pH 1, 3, 5, 7,
9, 11, 13 yang diukur menggunakan pH meter setelah pemisahan.
Selanjutnya ke dalam botol petrolite tersebut ditambahkan demulsifier DM A dengan
kadar 1%. Kemudian mengocok campuran tersebut dengan tangan selama 3 menit. Botol
petrolite yang sudah diisi demulsifier dan slop oil tersebut lalu dimasukan ke dalam water
bath pada suhu 60 0C untuk di-settling selama 60 menit. Setelah settling 60 menit, kualitas
dan besarnya volume pemisahanya diamati dengan kasat mata menggunakan lampu
penerang. Hasil pengamatan dibaca sebagai besarnya volume fasa air dan sludge yang
terpisah dari fasa minyak mentah. Besarnya % pemisahan airnya ditentukan dengan
persamaan.
BAB 4. PEMBAHASAN
BAB.5. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Erfando, T., Rita, N., & Elfradina, I. (2019). Effects of adding local materials on demulsifier
performance for oil-water emulsions. International Journal of GEOMATE, 17(62), 107–
112. https://doi.org/10.21660/2019.62.ICEE9
Evelina, G. (2018). Pemilihan Alternatif Tipe Kontrak Pengolahan Air Produksi Di
Lapangan Bp Pt . Xyz Dengan Metode Delphi Dan Topsis.
Farida, A. N. (2016). Peran Bakteri Bacillus cereus dan Pseudomonas Putida dalam
Bioremediasi Logam Berat ( Fe , Cu , dan Zn ) Pada tanah Tercemar Minyak Bumi.
Fitrianti, F. (2017). Analisis Peningkatan Produksi Pada Sumur Minyak Dengan Metode
Partial Water Shut Off Dalam Meningkatkan Rasio Keberhasilan Partial Water Shut Off
Pada Lapangan Hawa. Journal of Earth Energy Engineering, 6(1), 44–48.
https://doi.org/10.22549/jeee.v6i1.535
Kolorimetri, M. M. (2019). Jurnal Teknologi dan Pengelolaan Lingkungan. 6(April), 1–7.
Kurniawan, R., Hasibuan, S., & Nugroho, R. E. (2017). Kurniawan At All 252 – 266 MIX:
Jurnal Ilmiah Manajemen, Volume VII, No. 2, Juni 2017. MIX: Jurnal Ilmiah
Manajemen, VII(2), 252–266.
Marques, D. S., White, R., Al-Khabaz, S., Al-Talaq, M., & Al-Buainain, J. (2021).
Benchmarking of Pulsed Field Gradient Nuclear Magnetic Resonance as a Demulsifier
Selection Tool with Arabian Light Crude Oils. SPE Production & Operations, 36(02),
368–374. https://doi.org/10.2118/203820-pa
Resti, A., Kusumastuti, E., G, A. P., & Wijayati, N. (2020). Indonesian Journal of Chemical
Science Optimalisasi Konsentrasi Demulsifier pada Proses Demulsifikasi Minyak
Mentah dalam Slop Oil. 9(2).
Shabrina, A. (2017). Sifat Fisik Edible Film Yang Terbuat Dari Tepung Pati Umbi Garut Dan
Minyak Sawit. Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan, 6(3), 138–142.
https://doi.org/10.17728/jatp.239
Sipil, F. T. (2018). WANGI.
Syafrinaldy, A., Teknologi, P., Energi, S., & Ptseik, K. (2017). Pretreatment Minyak
Pelumas Bekas sebagai. 53–60.
Ui, F. (2011). Metode demulsifikasi ..., Ari Purnomo, FMIPA UI, 2011.