Disusun oleh:
ADE SUSANTO PASARIBU
NIM 29119267
Puji dan Syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
limpahan Rahmat, Hidayah dan Karunia-nya sehingga Saya dapat menyusun
Makalah ini sebagai Tugas Akhir Semester Manajemen Operasi dengan baik
dan tepat pada waktunya.
Saya juga mengucapkan terimakasih kepada Bapak Mursyid Hasan Basri selaku
dosen mata kuliah Manajemen Operasi yang telah memberikan tugas ini. Saya
menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada Makalah ini.
Oleh karena itu, saran serta kritik yang dapat membangun dari pembaca sangat Saya
harapkan guna penyempurnaan pada Makalah ini selanjutnya.
i
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR ...................................................................................... i
BAB I BADAN USAHA ................................................................................... 1
1.1 Pendahuluan ............................................................................................... 1
1.2 Legalitas Badan Usaha .............................................................................. 1
1.3 Perbandingan Badan Usaha di Indonesia, Amerika Serikat
dan Australia .............................................................................................. 3
BAB II ANALISA KASUS DALAM PENERBANGAN .............................. 23
2.1 Latar Belakang Masalah ........................................................................... 23
2.2 Peraturan Federal Amerika Serikat tentang Flight Delay ..................... 24
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Sektor industri migas di Indonesia merupakan salah satu pemasukan devisa negara
terbesar dan dalam rangka mencapai pembangunan Indonesia yang terus
berkelanjutan, segala dampak dan akibat dari pesatnya perkembangan industri
tersebut harus dapat diantisipasi. Sumber dari sektor industri migas tersebut berasal
dari minyak bumi. Minyak bumi merupakan sumber daya alam yang sangat vital
dan tidak dapat diperbaharui yang sampai saat ini masih menjadi tulang punggung
untuk berbagai kebutuhan di Indonesia. Untuk itu, diperlukan usaha-usaha yang
berkelanjutan untuk terus mengeksplorasi dan mengeksploitasi sumber-sumber
yang berpotensi sebagai ladang penghasil minyak. Dalam proses eksploitasi dan
eksplorasi tersebut, terdapat berbagai teknologi proses dan unit-unit yang
digunakan, termasuk didalamnya sumber daya manusia yang handal.
Kegiatan operasi minyak bumi secara garis besar meliputi eksplorasi, pengeboran,
dan produksi sampai akhirnya menjadi minyak mentah dengan standar yang telah
ditentukan (kadar air dan pasir kurang dari 1%) untuk dijual ke konsumen. Proses
produksi sendiri terdiri mulai dari pengambilan minyak, pemisahan dan pengukuran
lalu pengiriman minyak. Pada proses pemisahan minyak di CGS (Central
Gathering Station) khususnya pada proses oil treating dimana selama proses
1
tersebut akan menghasilkan waste gas atau gas buangan yang tidak semua bagian
gas tersebut dapat dimanfaatkan kembali, sehingga untuk memenuhi standard emisi
gas buang maka sisa gas tersebut harus di musnahkan dengan cara dibakar.
Ketika gas alam ikut terproduksi ke permukaan tetapi tidak mudah digunakan, gas
itu dibakar untuk dibuang atau dibakar. Pembakaran terutama terjadi ketika gas
diproduksi sebagai produk sampingan dari ekstraksi minyak. Jika tidak ada
infrastruktur untuk memanfaatkan gas terkait ini untuk penggunaan yang lebih
produktif, maka gas tersebut akan terbakar habis.
1.2 Permasalahan
Berdasarkan historical data, pemakaian bahan bakar gas di CGS-Y masih belum
optimal dan diperkirakan sejumlah bahan bakar gas terbakar percuma, dengan
demikian perlu dilakukan optimasi konsumsi bahan bakar gas untuk
mempertahankan kinerja EGF dan kepatuhan terhadap lingkungan.
2
BAB II
DASAR TEORI
Minyak mentah yang berada pada gathering station masih dalam keadaan
tercampur dengan berbagai zat-zat lain. Oleh karena itu, maka harus dilakukan
suatu pemisahan agar didapat minyak dengan kadar campuran (air) paling sedikit
dan sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan user. Pemisahannya terjadi dalam
beberapa tahap dari satu storage ke stogare lainnya. Dengan tidak mengandalkan
gaya gravitasi saja. Hasil dari pemisahan tersebut minyak, air dan gas yang
dihasilkan dari sumur-sumur minyak pada sebuah lapangan, kemudian fluida
tersebut dipisahkan menurut kebutuhannya.
3
Berdasarkan komposisi kimia yang terkandung dalam minyak mentah, minyak
dengan API Gravity 40-45, mengandung molekul dengan rantai yang lebih pendek
atau kurang mengandung senyawa yang berguna seperti high octane gasoline dan
diesel fuel sehingga diperlukan optimasi produksi. Sementara itu, minyak dengan
API Gravity 35 mengandung senyawa dengan rantai yang lebih panjang dan
molekul yang lebih besar yang tidak terlalu dibutuhkan sebagai high octane
gasoline atau diesel fuel tanpa proses pengolahan lebih lanjut. Untuk senyawa yang
tudak memiliki detail sifat fisika dan kimia, API Gravity dapat digunakan sebagai
pendekatan indeks kualitas minyak mentah untuk minyak-minyak yang memiliki
nilai API yang hampir sama. Ketika minyak yang berbeda jenis dan kualitas
dicampur, API Gravity tidak dapat digunakan untuk pengukuran densitas fluida.
Gas terbentuk di suatu area dimana terdapat sejumlah besar bahan-bahan organik
yang mengalami proses pembusukan dan disekelilingnya kekurangan oksigen,
seperti di tanah berlumpur dan rawa maka sebagian besar hidrogen sulfida (H2S)
dan gas rawa atau metana (CH4) akan terbentuk sebagai hasil dari adanya aktivitas
bakteri. Semakin dalam bahan organik tersebut, oksigen dalam gas akan berkurang
dan akhirnya menghilang, sementara jumlah metana dan nitrogen akan mengalami
peningkatan. Bila suatu sumur yang dibor hingga titik kedalam tertentu
menghasilkan gas yang terdiri dari campuran komponen hidrkorabon dan
nonhidrokarbon dengan volume yang bervariasi, maka gas yang diperoleh tersebut
disebut gas alam. Gas alam yang banyak dikonsumsi sehari-hari mengandung
paling banyak metana. Tetapi, gas alam yang terdapat pada wellhead mengandung
sedikit metana dan banyak pengotor lainnya. Sumber gas alam berasal dari 3 tipe
sumur yakni sumur minyak, sumur gas, dan sumur kondensat. Gas alam yang
berasal dari sumur minyak disebut dengan associated gas, gas ini dapat dipisahkan
dari minyak melalui proses oil treating. Sedangkan gas alam yang berasal dari
sumur gas dimana hanya mengadung sedikit minyak atau tidak ada minyak sama
sekali disebut non-associated gas.
Umumnya, gas yang ditemukan pada suatu sumur kondisinya bercampur dengan
crude oil atau secara praktis diperoleh sebagai fasa gas dalam crude oil. Namun
4
sering juga ditemukan gas alam yang tidak bergabung dengan crude oil. Sehingga,
saat ini jenis gas alam dibedakan menjadi dua yaitu associated gas dan non-
associated gas. Kedua jenis gas tersebut didefenisikan sebagai:
1. Non-Associated gas, merupakan gas alam bebas, atau gas yang tidak
menyatu dengan minyak bumi di dalam suatu reservoir.
2. Associated gas, adalah gas yang ditemukan bersama-sama dengan minyak
bumi pada satu reservoir.
Teknologi penanganan gas buang pada saat ini terus berkembang, pembuangan gas
alam dengan metode flaring atau pembuangan langsung ke udara secara bebas
menjadi cara utama untuk melepaskan gas alam. Penanganan gas buang ke udara
secara terbuka akan dikurangi karena dapat menyebabkan dampak lingkungan dan
sosial yang besar, oleh karena itu perlu diciptakan teknologi yang lebih baik untuk
menangani masalah tersebut secara aman dan baik.
Pada proses penanganan emisi gas di CGS Y, uap/vapor yang bertekanan dari gas
boot dalam kondisi normal mengalir ke fasilitas air cooled heat exchanger untuk
menjalani proses kondensasi terlebih dahulu. Hasil kondensasi (kondensat) akan
ditampung di KOD dan dipompakan menuju condensate facility, kemudian gas
yang tidak terkondensasi akan mengalir menuju EGF facility untuk dibakar agar
tidak mencemari lingkungan. Jika dalam kondisi ada kenaikan pressure di upstream
5
facility (gas boot, ACHE) ada bypass line untuk mengalirkan waste gas dari gas
boot langsung ke EGF KO Drum. EGF akan shut down secara otomatis jika tekanan
pada outgoing gas boot melebihi 5 psig. Pada saat EGF mati maka waste gas akan
dialihkan sementara ke vent stack sampai EGF ini dapat dijalankan kembali. EGF
didesain untuk dioperasikan secara otomatis. EGF facility terdiri dari beberapa
peralatan utama yaitu:
1. Enclosed Ground Flare/EGF;
2. KO Drum;
3. KOD Transfer pump; dan
4. Oily Water Drain Pump.
6
mengenai variasi dalam proses dan membantu manajemen dalam membuat
keputusan dalam upaya peningkatan proses yang berkesimbungan (Continous
Process Improvement). Histogram adalah alat seperti diagram batang (bars
graph) yang digunakan untuk menunjukkan distribusi frekuensi. Sebuah
distribusi frekuensi menunjukkan seberapa sering setiap nilai yang berbeda
dalam satu set data terjadi. Data dalam histogram dibagi-bagi ke dalam kelas-
kelas, nilai pengamatan dari tiap kelas ditunjukkan pada sumbu X.
7
Menunjukkan pemusatan, variasi dan bentuk data
Menggambarkan secara cepat distribusi data
Menyediakan informasi yang berguna untuk memprediksi performa masa
depan dari suatu proses
Membantu mengindikasi jika ada terjadi perubahan dalam proses
Membantu menjawab pertanyaan 'apakah proses mampu memenuhi
persyaratan?
8
Gambar 3. Contoh control chart
Sebuah proses yang cukup stabil, tetapi berjalan di luar batas yang diharapkan,
harus diperbaiki untuk menemukan akar penyebabnya untuk mendapatkan hasil
perbaikan yang fundamental.
9
1.3.1 Analisis Kapabilitas Proses (AKP)
Untuk mengolah AKP dapat dipakai program Minitab maupun Excel. Prinsip
dalam mengolah AKP adalah menentukan jenis distribusi yang sesuai dengan
data yang akan diolah. Jika jenis distribusi untuk mengolah AKP tidak sesuai
dengan kenyataan jenis distribusi data yang akan diolah maka hasil dari AKP
pun dapat salah dan memungkinkan pengguna salah dalam mengambil
keputusan manajemen proses.
2. Jika Limit Spesifikasi di luar Limit Kontrol maka proses dikatakan capable.
10
BAB III
ANALISA
Month Fuel Gas Pressure Fuel Gas Rate Waste Gas Rate KOD Temp
(PSIG) (MSCFD) (MSCFD) (oF)
2018 14.18 425.20 988.17 74.22
Jan-19 14.95 486.97 465.37 75.67
Feb-19 14.49 483.07 1,203.80 83.35
Dari table di atas diperoleh data rata-rata pemakaian konsumsi bahan bakar gas
Bulan Jan 2019 – Feb 2019 yaitu 485.02 MSCFD dan waste gas yang dibakar hanya
834.59 MSCFD, angka ini lebih tinggi dari konsumsi periode tahun 2018 yaitu rata-
rata 425.20 MSCFD dan waste gas yang dibakar 988.17 MSCFD.
20
Frequency
15
10
0
390 420 450 480 510
Fuel Gas Rate
11
Histogram of Waste Gas Rate
Normal
50
Mean 815.8
StDev 683.1
N 59
40
30
Frequency
20
10
0
-500 0 500 1000 1500 2000 2500
Waste Gas Rate
SDV
analysis and trouble shoot
pressure
pressure transmitter
Routine Checklist
level transmitter
Air supply
Monitoring
temperature
transmitter
EGF fuel gas
consumption
temperature
mother nature
Pressure
ambient temperature
flow rate
12
Histogram of Fuel Gas Rate_1
Normal
35
Mean 425.0
StDev 3.114
30 N 249
25
Frequency
20
15
10
0
418 420 422 424 426 428 430 432
Fuel Gas Rate_1
Mean StDev N
0. 10 485.1 16.01 59
425.0 3.114 249
0. 08
Density
0. 06
0. 04
0. 02
0. 00
400 420 440 460 480 500 520
Data
13
Histogram of Waste Gas Rate, Waste Gas Rate_1
Normal
0. 005
Var i abl e
Wast e Gas Rat e
Wast e Gas Rat e_1
0. 004 Mean StDev N
815.8 683.1 59
1264 476.6 249
0. 003
Density
0. 002
0. 001
0. 000
-450 0 450 900 1350 1800 2250
Data
475
5 LCL=463.6
1 1 1
450
425
400
1
1 7 13 19 25 31 37 43 49 55
Observation
1
100
1
75
Moving Range
50
1 1
1 1
25 UCL=26.4
__
MR=8.1
0 LCL=0
1 7 13 19 25 31 37 43 49 55
Observation
14
I-MR Chart of Fuel Gas Rate_1
435 UCL=434.78
430
Individual Value
_
425 X=424.97
420
415 LCL=415.16
1 26 51 76 101 126 151 176 201 226
Observation
12 UCL=12.05
9
Moving Range
6
__
MR=3.69
3
0 LCL=0
1 26 51 76 101 126 151 176 201 226
Observation
475
450
Data
425
400
15
16
REFERENSI
17
[11] Pramono, Nindyo. 2012. Perbandingan Perseroan Terbatas Di Beberapa
Negara.
[12] https://www.transportation.gov/individuals/aviation-consumer-
protection/flight-delays-cancellations
[13] Delta Air Lines. Delta Flight Delay Compensation.
https://getservice.com/Delta-flight-delay-compensation Diakses 20 Oktober
2019.
[14] Pemerintah Indonesia. 2009. Undang-Undang No. 1 Tahun 2009 tentang
Penerbangan. Lembaran Negara RI tahun 2009, No. 1. Sekretariat Negara.
Jakarta.
[15] Pemerintah Indonesia. 2009. Peraturan Menteri Perhubungan No. 77 Tahun
2011 tentang Tanggung Jawab Pengangkut Angkutan Udara. Lembaran
Negara RI tahun 2009, No. 77. Sekretariat Negara. Jakarta.
[16] Convention for The Unification of Certain Rules Relating to International
Carriage by Air, Signed at Warsaw On 12 October 1929
[17] Kusumasari, Diana. Hukum Online. 2011. Ketentuan Ganti Kerugian Jika
Bagasi Hilang atau Rusak di Pesawat.
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt4e6e6e4b7943d/ketentu
an-ganti-kerugian-jika-bagasi-hilang-atau-rusak-di-pesawat/ Diakses 20
Oktober 2019.
[18] Pengertian Kartel. http://www.definisimenurutparaahli.com/pengertian-
kartel-dan-jenis-jenisnya/ Diakses 20 Oktober 2019.
[19] Zuhri, Sepudin. 2013. Pengertian Kartel
https://ekonomi.bisnis.com/read/20130723/12/152527/kamus-perdagangan-
kartel-itu-apa-ya Diakses 20 Oktober 2019.
[20] http://www.kppu.go.id/id/blog/2018/07/ma-kabulkan-kasasi-kartel-bawang-
putih/ KPPU, 2014
[21] Basari, M Taufikul. 2018.
https://kabar24.bisnis.com/read/20180916/16/838634/kasasi-kppu-
dikabulkan-19-kartelis-bawang-putih-dihukum-denda Diakses 20 Oktober
2019.
18
[22] Nur Alyani, Zarra. 2019. Pendirian Yayasan.
https://smartlegal.id/smarticle/2019/04/26/pendirian-yayasan/ Diakses 20
Oktober 2019.
[23] Dinand. 2017. https://dosenekonomi.com/ilmu-ekonomi/koperasi/dasar-
hukum-koperasi Diakses 20 Oktober 2019.
[24] Co-op Law. 2019. U.S State-by-State Co-op Law. https://www.co-
oplaw.org/statebystate/. Diakses 21 Oktober 2019.
[25] Pemerintah Indonesia. 1999. Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 tentang
Larangan Praktek Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Lembaran
Negara RI tahun 1999, No. 5. Sekretariat Negara. Jakarta.
[26] KPPU. 2013. Perkara Nomor 05/KPPU-I/2013
[27] Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia. 2017. Putusan
Nomor 1495 K/Pdt.Sus-KPPU/2017.
19