Anda di halaman 1dari 28

Seminar Kerja Praktik

NAMA : ADITYA MADANI


NIM : H1021181026
JUDUL : PENGUKURAN KADAR AIR DALAM CRUED PALM OIL BERBASIS
VISKOSITAS DAN PENGARUHNYA PADA KUALITAS MINYAK SAWIT DI PT.
PERKEBUNAN NUSANTARA XIII
DOSEN PEMBIMBING : ASIFA ASRI, S.SI, M,SI.
DOSEN PENGUJI : DR. AZRUL ANWAR, S.SI, M,SI.
BAB I
Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang memiliki kekayaan sumber daya yang
melimpah. Kekayaan sumber daya yang dimiliki Indonesia tersebut memiliki potensi pemanfaatan
yang sangat besar bagi perekonomian nasional. Salah satu sumber daya alam tersebut adalah minyak
sawit yang berasal dari tanaman kelapa sawit. Beberapa pemanfaatan minyak sawit adalah pembuatan
minyak goreng dan biodiesel bahan bakar pesawat yang sekarang sedang dikembangkan di Indonesia.
Dalam dunia industri, keberhasilan dalam produksi dan bersaing dengan produsen-produsen lainya
tidak hanya ditentukan oleh tingkat produktifitas dan harga saja, tetapi kerberhasilan dan kemampuan
perusahaan untuk bertahan dan bersaingan dengan produsen-produsen lainya juga dipengaruhi oleh
kualitas suatu produk, keanekaragaman produk, kesesuaian suatu produk dengan kebutuhan
pemakainya, kenyamanan dan kemudahan pengunaan produk, ketetapan waktu serta kecepatan
pengunaan suatu produk serta barang jasa yang berkualitas tinggi dengan harga yang kompetitif dan
tersedia dalam aneka ragam bentuk.
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka rumusan masalah :
1. Bagaimana proses pengolahan biji kelapa sawit?
2. Bagaimana pengaruh nilai kadar air pada kualtias produk CPO?
3. Bagaimana hubungan kadar air dengan nilai viskositas pada CPO?
4. Apa faktor yang mempengaruhi tingkat kadar air dalam CPO?
1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui proses pembuatan biji sawit menjadi CPO,
serta mengetahui pengaruh kadar air dalam CPO terhadap kualtias minyak sawit yang dihasilkan.
Selain itu, tujuan dari melakukan penelitian ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Kerja
Praktek (KP) prodi fisika semester 7 (ganjil).
1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari melakukan penelitian ini adalah mengetahui proses pengolahan biji sawit,
mengetahui pengaruh kadar air terhadap kualtias minyak sawit, mengetahui cara kerja viscometer,
mengetahui kualitas suatu bahan dengan melihat besar nilai viskositas suatu bahan, serta
memberikan benefit kepada perusahaan dengan adanya penemuan cara untuk meningkatkan
kualtias minyak sawit menjadi lebih baik dan tetap sesuai standar.
BAB II
Landasan Teori

2.1 Minyak Sawit (Crued Palm Oil)


Kelapa sawit (Elais guineensis jacq) merupakan tanaman industri penghasil minyak masak,
minyak industi dan bahan bakar (biodiesel), selain itu kelapa sawit merupakan bahan baku untuk
industri sabun, industri lilin, industry pembuatanpembuatan lembaran timah, dan industri
kosmetik. Tanaman kelapa sawit termasuk dalam famili palmae, subkelas monocotyledoneae.
Beberapa varietas unggul kelapa sawit umumnya banyak ditanam diantaranya dura, psifera, dan
tenera. (Effendi,2011). Kelapa sawit (Elaeis guineensis jack) pada bagian buahnya terdiri dari
eksokarp (kulit paling luar), mesokarp (serabut, mirip serabut kelapa), endokarp (tempurung), dan
kernel (inti sawit). Pengolahan bagian serabutnya (mesokarp) dengan cara ekstraksi dapat
menghasilkan minyak sawit (crude palm oil), sedangkan pengolahan bagian kernel (inti) dapat
menghasilkan minyak inti sawit (palm kernel oil,PKO). (Haryati, 1999).
2.2 Pemurnian Minyak

Proses pemurnian merupakan langkah yang perlu dilakukan dalam produksi edibble oil dan
produk berbasis lemak. Tujuan dari proses ini adalah untuk menghilangkan pengotor dan
komponen lain yang akan mempengaruhi kualitas dari produk akhir/jadi. Kualitas produk akhir
yang perlu diawasi adalah bau, stabilitas daya simpan, dan warna produk. Dalam sudut pandang
industri, tujuan utama dari pemurnian adalah untuk merubah minyak kasar/mentah menjadi
edibble oil yang berkualitas dengan cara menghilangkan zat pengotor yang tidak diinginkan
sampain level yang diinginkan dengan cara yang paling efesien. Bahan yang tidak diinginkan atau
pengotor dalam minyak mungkin biogenic misalnya disintesis oleh tanaman itu sendiri tanpa
bahan tersebut bisa jadi bahan pengotor yang diambil oleh tanaman dari lingkungannya. Pengotor
tersebut mungkin diperoleh selama proses hulu, yaitu ekstaksi, penyimpanan atau transportasi
dari minyak kasar/mentah dari lapang pabrik. Proses pemurnian yang tepat sangat penting
dilakukan dalam rangka untukn memproduksi produk akhir yang berkualitas tinggi dalam rentan
spesifikasi yang telah ditentukan dan sesuai dengan keinginan pelanggan.
2.3 Standar Mutu

Standar mutu merupakan hal yang terpenting untuk menentukan minyak kelapa sawit yang
bermutu baik. Mutu minyak kelapa sawit yang baik harus mempunyai beberapa faktor yang
menentukan standar mutunya, seperti kandungan air, kandungan kotoran, maupun kandungan
asam lemak bebasnya (Ketaren 2008). Asam lemak bebas (ALB) merupakan parameter awal yang
menentukan mutu CPO. Kandungan asam lemak bebas yang tinggi akan menghasilkan bau tengik
dan rasa yang tidak enak. Kadar air pada CPO merupakan penentu parameter standar lain.
Semakin banyak kandungan air pada CPO maka akan mempercepat hidrolisa trigliserida,
memberikan kondisi yang baik bagi pertumbuhan mikroba, mempengaruhi densitas CPO dan
merangsang reaksi kontaminasi lain seperti logam.
2.4 Gravimetri

Dalam ilmu kimia, gravimetri merupakan satu metode analisis kuantitatif suatu zat atau
komponen yang telah diketahui dengan cara pengukuran berat komponen dalam keadaan murni
setelah melalui proses pemisahan. Analisis gravimetric merupakan proses isolasi dan pengukuran
berat suatu unsur atau senyawa tertentu. Pemisahan unssur-unsur atau senyawa yang dikandung
dilakukan dengan beberapa cara, seperti: metode penguapan, metode elktroanalisis, atau berbagai
macam metode lainnya (Khopar, 2008: 27). Gravimetri dapat digunakan untuk menentukan
hampir semua anion dan kation anorganik serta zat-zat netral seperti air, belerang dioksida,
karbon dioksida dan isodium. Selain itu, berbagai jenis senyawa organik pula dengan mudah
secara gravimetri. Contoh-contohnya antara lain: penentuan kadar laktosa dalam susu salisilat
dalam sediaan obat pencahar, nikotina, dalam pestisida, kolesterol dalam biji-bijian dan
benzaldehida dalam buah-buahan tertentu. Jadi, sebenarnya cara gravimetri merupakan salah satu
cara yang paling banyak digunakan dalam pemeriksaan kimia (Rivai, 1995: 309).
2.5 Viskositas

Viskositas merupakan pengukuran dari ketahanan fluida yang diubah baik dengan tekanan
maupun tegangan. Pada masalah sehari-hari (dan hanya untuk fluida), viskositas adalah
"ketebalan" atau "pergesekan internal". Oleh karena itu, air yang "tipis", memiliki viskositas lebih
rendah, sedangkan madu yang "tebal", memiliki viskositas yang lebih tinggi. Sederhananya,
semakin rendah viskositas suatu fluida, semakin besar juga pergerakan dari fluida tersebut.
Viskositas menjelaskan ketahanan internal fluida untuk mengalir dan mungkin dapat dipikirkan
sebagai pengukuran dari pergeseran fluida. Sebagai contoh, viskositas yang tinggi dari magma
akan menciptakan statovolcano yang tinggi dan curam, karena tidak dapat mengalir terlalu jauh
sebelum mendingin, sedangkan viskositas yang lebih rendah dari lava akan menciptakan volcano
yang rendah dan lebar. Viskositas dapat diukur dengan berbagai tipe dari viskometer dan
rheometer. (Haryati, 1999)
2.6 Viscometer

Viskometer (juga disebut Viscosimeter) adalah alat yang digunakan untuk mengukur
viskositas fluida. Untuk cairan dengan viskositas yang berbeda dengan kondisi aliran, alat yang
disebut Rheometer yang digunakan. Alat ukur kekentalan hanya mengukur dengan satu syarat
aliran. Secara umum, baik cairan tetap diam dan benda bergerak melalui itu, atau objek diam dan
bergerak fluida melewatinya. Hambatan yang disebabkan oleh gerakan cairan dan permukaan
adalah ukuran viskositas. Kondisi aliran harus memiliki nilai yang cukup kecil bilangan Reynolds
untuk itu menjadi aliran laminar.
BAB III
Metodologi

3.1 Waktu dan Tempat Kerja Praktik


Data yang diolah pada kegiatan penelitian ini merupakan data yang diperoleh saat melakukan
kerja praktik di PKS Parindu. Kerja praktik ini dilaksanakan pada tanggal 4 Oktober sampai
dengan 29 Oktober. Adapun jam praktiknya adalah pukul 07.30 sampai 12.00 WIB.
3.2 Pengambilan Data
Dari tujuan penelitian diatas, didapat gambaran langkah kerja dalam proses pengolahan
minyak sawit yang akan dilakukan sebagai berikut :
 Dari Tandan Buah Segar (TBS) yang telah dipanen dikirimkan oleh truk pengangkut ke pabrik,
untuk disterilisasi menggunakan uap. Proses ini dilakukan agar TBS dapat dilepas dari tandan,
dan untuk mematikanenzim yang dapat menyebabkan kualitas dari TBS turun.
 Setelah TBS terlepas dari tandannya, kemudian tandan buah kosong akan digunakan kembali.
 Setelah dilepas dari tandan, buah kelapa sawit diolah menjadi dua produk utama: Minyak
Sawit Mentah (CPO), yang diekstrak dari mesocarp atau daging buah, dan Minyak Inti Sawit
(PKO), yang berasal dari biji keras di tengah.
 Langkah selanjutnya adalah menekan buah, untuk memeras CPO dari mesocarp-nya. Minyak
kemudian disaring dan dimurnikan untuk memastikan bebas dari kontaminasi, dan dikeringkan
untuk memenuhi spesifikasi standar CPO.
 Selanjutnya CPO ditransfer ke pabrik pengolahan untuk diproses menjadi minyak nabati
(minyak goreng, krim dan margarin), bahan oleokimia (digunakan dalam deterjen dan
pelumas), biodiesel (bahan bakar) dan asam laurat (digunakan dalam kosmetik dan sabun).
BAB IV
Hasil dan Pembahasan

4.1 Analisa Hasil


4.1.1 Analisa Kadar Air
Berdasarkan hasil pengujian sampel dalam tangki timbun dengan menggunakan metode
gravimetri, diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 4.1.1.1.1 Kadar Air Pada Sampel CPO Dari Tangki Timbang

Berat Wadah + Berat Sampel


No. Berat Gelas (gr) Berat Sampel (gr) Suhu Oven (oc) Waktu (Menit) Nilai Kadar Air (%)
(setelah pemanasan)

1 43, 1702 5, 3145 105 30 48, 4644 0, 38

2 39, 0612 5, 2271 105 30 44, 2438 0, 85

3 43, 1707 5, 6167 105 30 48, 7689 0, 34

4 43, 1743 5, 3435 105 30 48, 4954 0, 42

5 54, 9832 5, 0575 105 30 60, 0135 0, 53

Berikut kadar air pada sampel dalam tangki timbun dalam bentuk grafik:
Grafik 4.1.1.2.1 Grafik Kadar Air Pada Sampel CPO Dari Tangki Timbang

Kadar Air
0.9

0.8

0.7

0.6

0.5

0.4

0.3

0.2

0.1

0
Sampel 1 Sampel 2 Sampel 3 Sampel 4 Sampel 5

Kadar Air

Dari tabel dan grafik diatas, setelah dilakukan pengukuran kadar air dengan metode gravimetri terhadap kelima sampel CPO
dari tangki timbun dengan suhu dan waktu yang sama, menghasilkan nilai kadar air yang berbeda diantara kelima sampel.
Berdasarkan hasil pengujian sampel hasil produksi, diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 4.1.1.1.2 Kadar Air Pada Sampel CPO Dari Hasil Produksi

Berat Wadah + Berat


Nilai Kadar Air
No. Berat Gelas (gr) Berat Sampel (gr) Suhu Oven (oc) Waktu (Menit) Sampel (setelah
(%)
pemanasan)

1 41, 1251 5, 1521 105 30 46, 2555 0, 42

2 37, 2245 5, 3614 105 30 42, 5658 0, 37

3 43, 1713 5, 2807 105 30 48, 4354 0, 31

4 37, 3252 5, 4227 105 30 42, 7281 0, 36

5 40, 1125 5, 1636 105 30 45, 2582 0, 35

Berikut kadar air pada sampel hasil produksi dalam bentuk grafik:
Grafik 4.1.1.2.2 Kadar Air Pada Sampel CPO Dari Hasil Produksi

Kadar Air
0.45
0.4
0.35
0.3
0.25
0.2
0.15
0.1
0.05
0
Sampel 1 Sampel 2 Sampel 3 Sampel 4 Sampel 5

Kadar Air

Dari tabel dan grafik diatas, setelah dilakukan pengukuran kadar air dengan metode gravimetri terhadap kelima sampel CPO
hasil produksi dengan suhu dan waktu yang sama, menghasilkan nilai kadar air yang berbeda diantara kelima sampel.
4.1.2 Analsia Viskositas
Berikut hasil uji pada kesepuluh sampel CPO dengan menggunakan metode uji viskositas:
Tabel 4.1.1.1.3 Nilai Viskositas Pada Sepuluh Sampel CPO

Baku
No. Sampel Parameter Uji Hasil Uji Satuan Metode Uji
Mutu

1 S. Produksi 1 Viskositas 1,1 dPa.s - Viskometer

2 S. Produksi 2 Viskositas 1,2 dPa.s - Viskometer

3 S. Produksi 3 Viskositas 2,2 dPa.s - Viskometer

4 S. Produksi 4 Viskositas 1,5 dPa.s - Viskometer

5 S. Produksi 5 Viskositas 2,1 dPa.s - Viskometer

6 S. Tangki 1 Viskositas 3,2 dPa.s - Viskometer

7 S. Tangki 2 Viskositas 1,8 dPa.s - Viskometer

8 S. Tangki 3 Viskositas 3,3 dPa.s - Viskometer

9 S. Tangki 4 Viskositas 2,2 dPa.s - Viskometer

10 S. Tangki 5 Viskositas 2,1 dPa.s - Viskometer

Berikut hasil uji pada kelima sampel CPO hasil produksi dengan menggunakan alat viscometer dalam bentuk grafik:
Grafik 4.1.1.2.3 Nilai Viskositas Pada Sampel CPO Dari Hasil Produksi
Hasil Uji
2.5
2
1.5
1
0.5
0
S. Produksi 1 S. Produksi 2 S. Produksi 3 S. Produksi 4 S. Produksi 5

Hasil Uji

Dari tabel dan grafik diatas, setelah dilakukan pengujian nilai viskositas dengan menggunakan alat viskometer terhadap
kelima sampel CPO hasil produksi menghasilkan nilai viskositas yang berbeda diantara kelima sampel.
Berikut hasil uji pada kelima sampel CPO dari tangki timbun dengan menggunakan alat viscometer dalam bentuk grafik:

Grafik 4.1.1.2.4 Nilai Viskositas Pada Sampel CPO Dari Tangki Timbun

Hasil Uji
4
3
2
1
0
S. Tangki 1 S. Tangki 2 S. Tangki 3 S. Tangki 4 S. Tangki 5

Hasil Uji
Dari tabel dan grafik diatas, setelah dilakukan pengujian nilai viskositas dengan menggunakan alat viskometer terhadap
kelima sampel CPO dari tangki timbun menghasilkan nilai viskositas yang berbeda diantara kelima sampel.
4.1.3 Analisa Perbandingan Nilai Kadar Air dan Viskositas
Berikut perbandingan nilai kadar air dan viskositas dari kelima sampel dari hasil produksi:
Tabel 4.1.1.1.4 Perbandingan Nilai Kadar Air dan Viskositas Pada Sampel CPO Dari Hasil Produksi
No. Sampel Nilai Kadar Air (%) Viskositas (dPa.s)

1 Sampel Produksi 1 0, 42 1,1

2 Sampel Produksi 2 0, 37 1,2

3 Sampel Produksi 3 0, 31 2,2

4 Sampel Produksi 4 0, 36 1,5

5 Sampel Produksi 5 0, 35 2,1

Tabel 4.1.1.1.5 Perbandingan Nilai Kadar Air dan Viskositas Pada Sampel CPO Dari Tangki Timbun
No. Sampel Nilai Kadar Air (%) Viskositas (dPa.s)

1 Sampel Tangki 1 0, 38 3,2

2 Sampel Tangki 2 0, 85 1,8

3 Sampel Tangki 3 0, 34 3,3

4 Sampel Tangki 4 0, 42 2,2

5 Sampel Tangki 5 0, 53 2,1


Dari tabel diatas terhadap kesepuluh sampel CPO (tangki timbun dan hasil produksi), didapat
hasil bahwa semakin tinggi nilai kadar air sampel semakin rendah nilai viskositasnya. Begitu juga
sebaliknya, semakin rendah nilai kadar air sampel semakin tinggi nilai viskositasnya. Data ini
didapat dari hasil pengujian kadar air menggunakan metode gravimetri dan hasil pengujian nilai
viskositas menggunakan viskometer.
4.2 Pembahasan

Pada penelitian ini, praktikan mengambil sepuluh sampel yang dimana lima sampel berasal dari hasil produksi
dan lima sampel dari tangki penyimpanan atau yang biasa disebut dengan tangki timbun. Dari data diatas, pengujian
nilai kadar air menggunakan metode gravimetri didapat bahwa hasil dari lima sampel CPO hasil produksi bernilai
0,42; 0,37; 0,31; 0,36; dan 0,35 (dalam persen). Sedangkan hasil pengujian nilai kadar air CPO dari tangki timbun
bernilai 0,38; 0,85; 0, 34; 0,42; dan 0,53 (dalam persen).
Data diatas didapat dengan cara menghitung selisih berat antara berat gelas ditambah berat sampel sebelum
pemanasan dikurangi dengan berat gelas ditambah berat sampel setelah pemanasan. Kemudian selisih berat tersebut
dibagi dengan berat sampel yang sebelumnya diukur dengan neraca digital dan kemudian dikali dengan persen.
Angka persen menyatakan bahwa setiap x% nilai kadar air menunjukkan kuantitas kadar air dalam satuan gram.
Contohnya yaitu 0,42% kadar air pada sampel CPO hasil produksi (sampel produksi 1) menunjukkan bahwa dalam
5,1521 gram dari berat sampel terdapat 0,42 gram kadar air di dalamnya.
Pada pengujian nilai viskositas, praktikan mengambil sepuluh sampel yang dimana lima sampel berasal dari
hasil produksi dan lima sampel dari tangka penyimpanan atau yang biasa disebut dengan tangki timbun. Pengujian
ini dilakukan di Laboratorium TPHP Politeknik Negeri Pontianak dengan menggunakan alat viskometer. Dari data
diatas, pengujian nilai viskositas menggunakan alat viskometer didapat bahwa hasil dari lima sampel CPO hasil
produksi bernilai 1,1; 1,2; 2,2; 1,5; dan 2,1 (dalam satuan dPa.s). Sedangkan hasil pengujian nilai kadar air CPO dari
tangki timbun bernilai 3,2; 1,8; 3,3; 2,2; dan 2,1 (dalam satuan dPa.s).
Satuan (dPa.s) yang digunakan untuk hasil pengukuran ini menyatakan nilai desipoise. Dari
tabel analisis perbandingan antara nilai kadar air dan nilai viskositas kesepuluh sampel, didapat
bahwa semakin tinggi nilai kadar air suatu sampel, maka semakin rendah nilai viskositas sampel
tersebut. Hal ini dikarenakan apabila nilai kadar air suatu fluida semakin tinggi, maka semakin
kecil persegekan internal pada fluida tersebut. Hal ini juga dapat berarti bahwa semakin tinggi
tingkat kekentalan suatu fluida maka dapat dinyatakan bahwa fluida tersebut memiliki tingkat
kadar air yang sangat rendah.
Nilai viskositas dalam kualitas CPO sangat berperan penting ketika CPO diolah menjadi
minyak goreng. Pengunaan minyak goreng dalam kegiatan rumah maupun produksi makanan
sering kali digunakan secara berulang. Pengunaan berulang ini akan mempengaruhi kualitas
minyak goreng tersebut. Hal ini dikarenakan ketika minyak goreng dipanaskan berulang kali,
akan menyebabkan asam lemak bebas meningkat didalam minyak tersebut. Viskositas dan
kualitas minyak goreng diatas dipengaruhi oleh temperatur saat melakukan pemanasan. Pengaruh
temperature tersebut dapat terlihat jika temperatur naik maka nilai viskositas suatu fluida akan
turun, hal tersebut juga terjadi sebaliknya.
Nilai-nilai parameter diatas, didasari oleh struktur dalam CPO dan interaksi kimia yang terjadi di dalamnya. CPO
memiliki dua gugus rantai inti di dalamnya yaitu rantai trigliserida dan rantai gugus air. Ikatan rantai gugus air dalam
CPO dapat menghidrolisis ikatan rantai gugus trigliserida apabila suhu tempat penyimpanan CPO di bawah 90-50
derajat celcius. Hasil dari hidrolisis antara air dan trigliserida akan menghasilkan senyawa baru yang disebut asam
lemak bebas.

Semakin banyak gugus air di dalam CPO maka semakin banyak asam lemak bebas yang terbentuk. Untuk
menekan nilai kadar air dalam CPO, sampel bisa dipanaskan di oven dalam suhu lebih dari 100 derajat celcius. Faktor-
faktor yang mempengaruhi kadar air dalam sampel CPO yaitu kualitas buah sawit dan kualitas alat pabrik dalam
proses pengolahan. Buah sawit memiliki biosintesis tersendiri dalam susunan intinya. Semakin baik buah sawit yang
dipanen, maka kadar air di dalam buah semakin sedikit. Sedangkan mengenai kualitas alat pabrik merupakan faktor
eksternal yang mempengaruhi kualitas CPO yang dihasilkan. Semakin rendah kualitas alat pabrik, maka semakin
rendah daya mesin yang dihasilkan untuk memproduksi CPO
BAB V
Kesimpulan dan Saran

5.1 Kesimpulan
 Kadar air pada CPO merupakan parameter utama yang dapat mempengaruhi parameter yang
lain dalam hal kualitas CPO. Ikatan gugus air yang ada pada struktur CPO dapat menyebabkan
reaksi hidrolisis pada gugus trigliserida yang menyebabkan terbentuknya asam lemak bebas
(ALB) pada CPO. Asam lemak bebas yang tinggi dapat menyebabkan bau tengik pada CPO,
rasa yang tidak enak serta warna gelap pada CPO. Hal hal yang mempengaruhi nilai kadar air
pada CPO yaitu kualitas tandan buah segar (TBS) dan kualitas alat pabrik yang digunakan
dalam proses pengolahan. Nilai kadar air pada 5 sampel CPO hasil produksi adalah (masukkan
angka nilai kadar air hasil produksi) dan nilai kadar air pada 5 sampel CPO di dalam tangki
timbun adalah (masukkan angka nilai kadar air di tangki).
 Viskositas menyatakan tingkat kekentalan suatu fluida. Nilai kadar air pada 10 sampel CPO
berbanding terbalik dengan nilai viskositas 10 sampel yang diukur menggunakan viscometer.
Sampel yang memiliki nilai kadar air yang tinggi akan menunjukkan nilai viskositas yang
rendah pada sampel tersebut. Contoh nya pada sampel pertama CPO hasil produksi dengan
nilai kadar air 0,42% memiliki nilai viskositas sebesar 1,1 desipoise (dPa.s). Sedangkan sampel
ketiga CPO hasil produksi dengan nilai kadar air lebih rendah yaitu 0,31% memiliki nilai
viskositas yang lebih tinggi yaitu 2,2 desipoise (dPa.s).
 Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai kedua parameter tersebut adalah ketelitian praktikan
saat melakukan pengujian sampel, kualitas tandan buah segar yang dipakai saat produksi CPO,
dua jenis sampel yang berbeda (tangki timbun dan hasil produksi), serta kualitas alat pabrik
yang digunakan saat proses pengolahan minyak sawit.

5.2 Saran
Sebaiknya, penelitian harus dilakukan lebih teliti saat membaca variabel-variabel penentu
parameter seperti berat sampel, berat wadah dan lain-lain agar hasil perhitungan yang di dapat
lebih akurat. Alat yang digunakan pabrik dalam mengolah haruslah dilakukan pengecekan
terhadap jangka waktu pemakaian alat yang seharusnya, serta kebersihan pabrik yang agak minim
mempengaruhi jangka waktu penggunaan alat-alat pengolahan yang ada di pabrik
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai