Oleh
RETNO SAFITRI
NPM. 163210853
i
RINGKASAN
RETNO SAFITRI
NPM. 163210853
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB 1 PENDAHULUAN
1
2
dengan baik sehingga ini menjadi alasan minyak kelapa digunakan sebagai bahan
baku demulsifier.
Pembuatan demulsifier ini menggunakan cara yang sama dalam pembuatan
sabun cair. Metode yang digunakan yaitu metode saponifikasi, dalam metode ini
mereaksikan suatu lemak dengan alkali. Pada prosesnya minyak yang dipanasi
ditambahkan dengan larutan KOH sedikit demi sedikit sambil diaduk (Gusviputri,
P.S, Aylianawati, & Indraswati, 2013), serta akan dilakukan pengujian
laboratorium menggunakan metode bottle test pada demulsifier yang telah dibuat
dan dengan ditambahkan perasan lemon. Dalam pengujian demulsifier memiliki
beberapa parameter, parameter yang utama adalah konsentrasi dan temperatur.
Kedua parameter ini untuk mengetahui kemampuan dari demulsifier. Pemilihan
demulsifier yang efektif dilihat berdasarkan pemisahan air dari sistem emulsi
(Hajivand & Vaziri, 2015).
Penelitian Tugas Akhir yang akan dilakukan ini adalah membuat demulsifier
dari bahan lokal yaitu minyak kelapa dan lemon lokal. Demulsifier sendiri
merupakan senyawa kimia yang digunakan untuk memecah emulsi, dengan
fungsinya tersebut maka dapat memisahkan 2 jenis fluida yang tidak saling
bercampur. Dalam penggunaannya, demulsifier ini bisa terlarut dengan air (Rusin,
2015). Pembuatan demulsifier yang akan dilakukan sama halnya dengan
pembuatan sabun, karena sabun merupakan surfaktan yang dapat menurukan
tegangan permukaan. Sabun dihasilkan dari hidrolisis asam lemak dan basa.
Muatan negatif dan ion sabun menyebabkan tetes minyak pada sabun untuk
menolak satu sama lain sehingga jika dicampurkan pada emulsi, minyak tidak
dapat mengendap. Dalam hal ini sabun bisa dijadikan sebagai demulsifier (Sari,
Kasih, Jayanti, & Sari, 2010).
Hasil dari pembuatan demulsifier bahan lokal selanjutnya akan diujikan
pada sampel emulsi minyak mentah dari Lapangan X. Menurut (Oriji & Appah,
2012) Emulsi itu sendiri juga diartikan sebagai suspensi tetesan, berdiameter lebih
dari 0,1 mikron, terdiri dari dua cairan yang sama sekali tidak bercampur, yang
salah satunya tersebar di sisi lainnya. Emulsi yang terbentuk dipengaruhi oleh
beberapa faktor. Menurut (Nofrizal & Prasetya, 2011) kestabilan emulsi
dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya faktor internal dan eksternal. Faktor
internalnya yaitu karakteristik dari minyak mentah itu sendiri yang tidak mudah
diubah dan faktor eksternalnya meliputi temperatur, pH, salinitas air pembentuk
emulsi, solid particles, umur emulsi dan sebagainya.
Pengujian dilakukan di laboratorium dengan menggunakan metode bottle
test. Metode bottle test digunakan untuk membantu menentukan jenis demulsifier
yang akan secara efektif memecah emulsi. Analisis bottle test menentukan rasio
perlakuan senyawa terhadap emulsi, yaitu jumlah terkecil dari bahan kimia yang
tepat yang diperlukan untuk memecah volume emulsi. Dalam prosedurya siapkan
sampel emulsi, kemudian siapkan botol dan beri label pada botol sesuai nama
demulsifier, masukkan sampel ke dalam botol lalu tambahkan demulsifier, atur
4
5
yang digunakan yaitu jeruk purut. Pada proses pembutannya, jeruk purut diperas
kemudian disaring dan nantinya akan di tambahkan ke emulsi minyak mentah.
temperatur yang digunakan dalam pengujian ini bervariasi yaitu 600C, 700C, dan
800C, dengan waktu pengujian untuk masing-masing temperatur selama 3 jam.
Penelitian ini menggunakan konsentrasi 1 ml, 3 ml, dan 5 ml. Pada pengujian
demulsifikasi, selain demulsifier bahan lokal dari jeruk purut, demulsifier
konvensional juga di uji sebagai pembanding untuk demulsifier bahan lokal.
BAB III METODELOGI PENELITIAN
CNMulai
Studi literatur
Pengerjaan :
- Pembuatan Demulsifier
- Pengujian Demulsifier
Analisa :
- Pengumpulan Data
- Pengolahan Data
Kesimpulan
Selesai
7
8
b Bahan
Bahan yang digunakan pada penelitian ini yaitu
1. Minyak kelapa
2. Lemon lokal
3. KOH
4. Aquades
5. Demulsifier komersil
6. Sampel minyak Lapangan X
lokal yaitu minyak kelapa dan campuran alkali KOH. Berikut proses
pembuatannya (Diah, Usmania, & Pertiwi, 2012) dan (Gusviputri et al., 2013) :
1. Panaskan 100,6 gr minyak kelapa dalam gelas kimia sampai temperaturnya
o
70 C
2. Larutkan 20,8 KOH dalam 46 ml aquadest
3. Masukan larutan KOH ke dalam minyak kelapa yang telah dipanaskan
secara perlahan-lahan atau sedikit demi sedikit
4. Aduk minyak kelapa yang telah di panaskan dan larutan KOH tersebut
dengan menggunakan stirrer selama kurang lebih 90 menit, gunakan
kecepatan stirrer 800 rpm
5. Ketika larutan sudah homogen dan membentuk trace, matikan heater dan
tuangkan larutan tersebut ke dalam wadah. trace adalah kondisi campuran
yang telah mengental.
6. Panaskan trace tersebut dengan menambahkan aquadest, komposisinya
sebanyak 1:1 dengan temperatur 1000C.
7. Aduk dengan pengaduk selama 60 menit sampai membentuk larutan yang
cair dengan tekstur cairan sedikit mengental.
Setelah dilakukan pembuatan demulsifier bahan lokal tersebut, dilanjutkan
dengan pengujian demulsifier bahan lokal maupun demulsifier komersil terhadap
emulsi minyak mentah. Pengujian ini merupakan pengujian demulsifikasi yang
menggunakan metode bottle test. Bottle test pada laboratorium dapat memberikan
perkiraan perlakuan suhu dan waktu retensi yang dapat digunakan untuk desain
dan operasi. Namun, bottle test laboratorium dilakukan pada kondisi statik
sedangkan penggunaan di lapangan bersifat dinamis. Pengujian laboratorium
sangat baik untuk skrining sampel emulsi yang berbeda, untuk mengevaluasi
demulsifiers, dan mengevaluasi efek dari variabel yang berbeda pada resolusi
emulsi (Kokal, 2005). Berikut merupakan langkah-langkah pengujian
demulsifikasi menggunakan metode Bottle Test (Impian & Praputri, 2014) :
1. Siapkan sampel emulsi minyak mentah yang akan diuji
2. Siapkan bottle test sebanyak jumlah variasi sampel yang akan dianalisa
3. Tuangkan sampel ke dalam bottle test lalu tambahkan formulasi demulsifier
dengan nilai variasi konsentrasi yaitu 1ml, 3 ml, 5 ml.
10
4. Letakkan sampel ke dalam water bath, atur sesuai dengan temperatur yang
akan diuji yaitu 400C 500C 600C 700C dan 800C
5. Diamkan sampel di dalam water bath sampai mendapatkan hasil pemisahan
yang baik
6. Amati hasil pemisahan untuk dianalisa.
DAFTAR PUSTAKA
0502.pdf
Oriji, A. B., & Appah, D. (2012). Suitability of Local Demulsifier as an Emulsion
Treating Agent in Oil and Gas Production. SPE Nigeria Annual International
Conference and Exhibition. https://doi.org/10.2118/162989-MS
Rita, N., & Hadi, G. (2017). Evaluasi Efisiensi Proses Crude Oil Dehydtation di
CGS 5 Lapangan X Provinsi Riau. Jurnal Mineral, Energi Dan Lingkungan,
1(1), 16–27.
Rusin. (2015). Jurnal Teknologi Minyak dan Gas Bumi, 8(2), 83–88.
Sari, T. I., Kasih, J. P., Jayanti, T., & Sari, N. (2010). Pembuatan Sabun Padat dan
Sabun Cair Dari Minyak Jarak. Jurusan Teknik Kimia, 17(1), 28–33.
Retrieved from http://jtk.unsri.ac.id/index.php/jtk/article/view/99
Sulaiman, A. D. I., Abdulsalam, S., Technology, E., Tafawa, A., Francis, A. O., &
Polytechnic, A. (2015). Formulation of Demulsifiers from Locally Sourced
Raw Materials for. SPE, 178377–MS.
Zhou, H., Dismuke, K., Lett, N., & Penny, G. (2012). Development of More
Environmentally Friendly Demulsifiers. SPE International Symposium and
Exhibition on Formation Damage Control, (February), 15–17.
https://doi.org/10.2118/151852-MS