Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat Mata Kuliah Kerja Praktek
Pada Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri
Universitas Islam SultanAgung
Semarang
Disusun oleh :
Muhammad Ilham Anhar 31601501129
Disusun oleh:
Menyetujui,Pembimbing Lapangan
Staff Production
Kodrat Suharyono
ii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr Wb
Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah – NYA kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan kerja praktik dan
sekaligus laporan kerja praktik di PT PERTAMINA EP CEPU FIELD ASSET 4
dengan sebaik –baiknya, sholawat dan salam senantiasa tercurah kepada
junjungan Nabi kita Rasulullah SAW.
Pelaksanaan kerja praktik merupakan salah satu syarat bagi mahasiswa untuk
meraih gelar sarjana (S1) di Fakultas Teknologi Industri, Jurusan Teknik Industri,
Universitas Islam Sultan Agung Semarang.
Kerja praktik yang dilaksanakan oleh penulis dimulai pada tanggal 09 Juli
sampai dengan 09 Agustus 2018 tidak lepas dari dukungan dari banyak pihak.
Dengan hati yang tulus pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan banyak
terima kasih kepada :
1. Ibu Dr. H. Sri Artini Dwi Prasetyowati, selaku Dekan di Fakultas Teknologi
Industri beserta jajarannya.
2. Bapak Irwan Sukendar, ST, MT. selaku Ketua Jurusan Teknik Industri.
3. Bapak Irwan Sukendar, ST, MT. sebagai dosen pembimbing yang
memberikan ilmu yang bermanfaat kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan laporan kerja praktek ini.
4. Bapak dan Ibu serta keluarga saya yang tidak henti-henti Mendoakan,
mendukung dan memotivasi saya.
5. Bapak Kodrat Suharyono, selaku Komandan Pkd III CPP gundih PT
Pertamina EP Cepu Field Asset 4.
6. Bapak Kodrat Suharyono, selaku Pembimbing Lapangan Magang di CPP
Gundih PT Pertamina EP Cepu Field Asset 4.
7. Segenap Tim CPP Gundih terima kasih atas bimbingan dan informasi yang
telah diberikan.
iii
8. Segenap teman-teman magang seperjuangan Nanda Prasetya , Faqih, Syahrul
,Ranu , James dari Perguruan Tinggi lain yang telah membantu dalam diskusi
dan penyusunan laporan ini.
9. Serta semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan serta saran
dalam menyelesaikan laporan ini.Teman – teman Teknik Industri Universitas
Islam Sultan Agung Semarang angkatan 2015 yang telah memberikan
motivasi dan semangat selama pelaksanaan dan penyusunan laporan akhir.
Penulis menyadari bahwa didalam penulisan laporan ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu kritik dan saran sangat diharapkan untuk mencapai hasil
yang lebih baik. Penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat untuk
semua.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
v
3.4.2. Kesehatan Kerja ................................................................................. 18
3.4.3. Jaminan Kesehatan Pekerja ............................................................... 18
3.4.4. Tenaga Kerja...................................................................................... 19
3.4.5. Waktu Kerja ....................................................................................... 19
3.5 Sistem Pengendalian Kualitas Produksi .................................................. 19
3.6 Sistem Maintenance .................................................................................. 20
BAB IV ANALISIS PROSES PRODUKSI DI PT PERTAMINA EP CEPU
FIELD ASSET 4 CPP (Cetral Processing Plant) GUNDIH ............................ 21
4.1 Pendahuluan .............................................................................................. 21
4.1.1 Sejarah singkat PT Pertamina EP Cepu Field Asset 4 CPP Gundih . 21
4.1.2 Perumusan Masalah ........................................................................... 22
4.1.3 Batasan Masalah ................................................................................ 22
4.1.4 Tujuan ................................................................................................ 23
4.1.5 Manfaat .............................................................................................. 23
4.1.6 Proses pengolahan di CPP Gundih .................................................... 24
BAB V PEMBAHASAN SISTEM PERUSAHAAN ........................................ 48
5.1 Pembahasan Sistem Produksi.................................................................... 48
5.2 Pembahasan Sistem Perencanaan Bahan Baku ......................................... 52
5.3 Pembahasan Sistem Pemasaran Produk .................................................... 53
5.4 Pembahasan Sistem Sumber Daya Manusia ............................................. 53
5.4.1. Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) ............................. 53
5.4.2. Kesehatan Kerja ................................................................................. 54
5.4.3. Jaminan Kesehatan Pekerja ............................................................... 54
5.4.4. Tenaga Kerja...................................................................................... 55
5.4.5. Waktu Kerja ....................................................................................... 55
5.5 Pembahasan Sistem Pengendalian Kualitas Produksi ............................... 55
5.6 Pembahasan Sistem Maintenance ............................................................. 56
BAB VI PENUTUP ............................................................................................ 57
6.1 Kesimpulan ............................................................................................... 57
6.2 Rekomendasi ............................................................................................. 58
vi
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
Gambar 4.24 Dehydration Unit ..........................................................................42
Gambar 4.25 Diagram Alir BSRU ......................................................................45
Gambar 4.26 Bioreactor, Sulphur Settler, dan Settler Effluent Tank .................. 46
Gambar 4.27 Pelet Sulfur dalam kantong ............................................................47
Gambar 5.1 Blok Diagram alir proses pengolahan gas dan minyak di CPP
Gundih ...................................................................................................................49
ix
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Tujuan
Dengan berkembangnya teknologi yang sangat pesat diharapkan mahasiswa
mampu mengenali dan menghadapi permasalahan yang muncul pada dunia
industri, baik industri dalam skala kecil atau skala besar. Dengan begitu
mahasiswa teknik industri pada kerja praktek agar mendapatkan wawasan
mengenai dunia industri dalam bekerja selain mendapatkan teori di dalam bangku
kuliah.
Adapun tujuan dari praktek kerja adalah sebagai berikut:
1. Untuk membekali diri dengan wawasan dan pengetahuan secara langsung
untuk menghadapi dunia kerja.
2. Untuk meningkatkan keterampilan yang diperoleh dari praktek kerja.
3. Terciptanya suatu hubungan yang sinergis, jelas dan terarah antara instansi
pendidikan dan dunia industri.
4. Untuk menerapkan secara langsung ilmu yang diperoleh saat perkuliahan
ditempat kerja.
5. Untuk memenuhi nilai mata kuliah praktek kerja sebagai salah satu syarat
kelulusan.
1.3 Tujuan Pembuatan Laporan
Pembuatan laporan ini adalah salah satu kewajiban dan tanggung jawab
mahasiswa yang telah menyelesaikan kerja praktek disebuah perusahaan untuk
kemudian dibandingkan antara teori yang didapatkan saat perkuliahan dengan
fakta yang ada di perusahaan.
Adapun tujuan dari pembuatan laporan ini adalah sebagai berikut:
1. Sebagai bukti bahwa mahasiswa telah menyelesaikan kerja praktek
2. Untuk melaporkan hasil pelaksanaan kerja praktek yang telah dilakukan
mahasiswa
3. Sebagai salah satu syarat wajib mahasiswa yang telah menyelesaikan kerja
praktek.
4. Sebagai sarana untuk menganalisa data yang diperoleh dari hasil
pelaksanaan kerja praktek
2
1.4 Manfaat Kerja Praktek
Manfaat dari pelaksanaan Kerja Praktek ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi mahasiswa
a. Memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk memperoleh
pengalaman dan pengetahuan pada industri minyak dan gas.
b. Membandingkan disiplin ilmu yang diperoleh di kampus dengan
kenyataan di lapangan dan menerapkannya untuk menemukan solusi
atas masalah yang sering muncul di industri minyak dan gas.
c. Melatih mahasiswa untuk beradaptasi, berinteraksi dan bekerjasama
dengan orang lain dalam ruang lingkup sosial yang baru.
2. Bagi Perusahaan
a. Sebagai sarana meningkatkan sumber daya manusia di bidang industri
minyak dan gas.
b. Hasil analisa dapat dijadikan rekomendasi bagi instansi untuk
menentukan kebijakan di masa yang akan datang.
c. Sebagai sarana penghubung kerja sama antara instansi terkait dengan
lembaga Pendidikan, Penelitian dan Pengembangan.
3. Bagi Perguruan Tinggi
a. Sebagai tambahan referensi khususnya mengenai perkembangan
industri minyak dan gas di Indonesia.
b. Sebagai bahan masukan untuk mengevaluasi kesesuaian kurikulum
yang ada dengan perkembangan pada dunia industri.
c. Mempersiapkan serta mencetak mahasiswa yang siap melangkah di
dunia kerja dengan keterampilan serta kejujuran dalam melaksanakan
tugas dan pekerjaannya.
3
1.5 Pembatasan Masalah
Adapun pembatasan permasalahan yang akan dibahas pada laporan ini
adalah mengenai Proses Produksi pada PT Pertamina EP Cepu Field Asset 4 CPP
(Cetral Processing Plant) Gundih.
4
BAB II
PROFIL PERUSAHAAN
5
sekaligus PERTAMINA bertindak sebagai operator karena juga menggarap
sendiri wilayah kerjanya.
Sejalan dengan dinamika industri migas di dalam negeri, pemerintah
menerbitkan Undang – undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas
Bumi. Setelah peraturan perundangan tersebut diterapkan maka PERTAMINA
beralih bentuk menjadi PT Pertamina (Persero) dan melepaskan peran gandanya.
Peran sebagai regulator diserahkan kepada lembaga pemerintah sedangkan peran
sebagai operator tetap dijalankan sendiri oleh PT Pertamina (Persero). Peran
regulator di hulu diserahkan keoada lembaga pemerintahan yaitu BPMIGAS yang
dibentuk pada tahun 2002. Sedangkan peran regulator di sektor hilir dijalankan
oleh BPH MIGAS yang dibentuk pada tahun 2004.
Di sektor hulu, Pertamina membentuk sejumlah anak perusahaan sebagai
entitas bisnis yang merupakan kepanjangan tangan dalam kegiatan pengolahan
kegiatan eksplorasi minyak, gas, dan panas bumi, pengelolaan transportasi pipa
migas, jasa pengeboran, dan pengelolaan portofolio di sektor hulu. Ini merupakan
wujud implementasi amanat UU Nomor 22 Tahun 2001 yang mewajibkan PT
Pertamina (Persero) untuk mendirikan anak perusahaan guna mengelola usaha
huluya sebagai konsekuensi dari pemisahan usaha hulu dan hilir.
Atas dasar itulah PT Pertamina EP didirikan pada 13 September 2005.
Sejalan dengan pembentukan PT Pertamina EP maka pada tanggal 17 September
2005, PT Pertamina (Persero) telah melakukan penandatanganan Kontrak Kerja
Sama (KKS) dengan BPMIGAS – yang berlaku surut sejak 17 September 2003 –
atas seluruh Wilayah Kerja Pertambangan Migas yang dilimpahkan melalui
perundangan yang berlaku. Sebagian besar wilayah PT Pertamina (Persero)
tersebut dipisahkan menjadi Wilayah Kerja PT Pertamina EP. Pada saat
bersamaan, PT Pertamina EP juga melaksanakan penandatanganan Kontrak Kerja
Sama (KKS) dengan BPMIGAS yang berlaku sejak 17 September 2005. Dengan
demikian WK PT Pertamina EP adalah WK yang dahulu dikelola oleh PT
Pertamina (Persero) sendiri dan WK yang dikelola PT Pertamina (Persero)
melalui TAC ( Technical Assistance Contract) dan JOB EOR (Joint Operation
Body Enhanced Oil Recovery).
6
Dengan tingkat pertumbuhan produksi rata – rata 6-7 persen pertahun, PT
Pertamina EP memiliki modal optimisme kuat untuk tetap menjadi penyumbang
laba terbesar PT Pertamina (Persero). Keyakinan ini juga sekaligus untuk
menjawab tantangan pemerintah dan masyarakat yang menginginkan peningkatan
pada produksi migas nasional
2.1.1 PT Pertamina EP
PT Pertamina EP adalah perusahaan yang menyelenggarakan kegiatan usaha
di sektor hulu bidang minyak dan gas bumi, meliputi eksplorasi dan eksploitasi.
1) Eksplorasi
Kegiatan eksplorasi ini meliputi kegiatan :
a) Survei geologi
b) Seismik
c) Pemboran eksplorasi
2) Eksploitasi
Kegiatan eksploitasi atau pengembangan yaitu kegiatan pemboran
eksploitasi di lapangan-lapangan produksi yang sudah ada dan di lahan-
lahan pengembangan sumur-sumur eksplorasi.
Kegiatan ini meliputi :
a) Pemboran Pengembangan
b) Reopening
c) KUPL (Kerja Ulang Pindah Lapisan)
d) Stimulasi
e) Reparasi
f) Produksi
Di samping itu, Pertamina EP juga melaksanakan kegiatan usaha penunjang
lain yang secara langsung maupun tidak langsung mendukung bidang kegiatan
usaha utama. Saat ini tingkat produksi Pertamina EP adalah sekitar 117.000 barrel
oil per day (BOPD) untuk minyak dan sekitar 1.044 million standard cubic feet
per day (MMSCFD) untuk gas.
Wilayah kerja (WK) pertama EP seluas 113,613,90 kilometer persegi merupakan
limpahan dari sebagian besar Wilayah Kuasa Pertambangan Migas PT
7
PERTAMINA (PERSERO). Pola pengelolaan usaha WK seluas itu dilakukan
dengan cara dioperasikan sendiri (own operation) dan kerja sama dalam bentuk
kemitraan, yakni 4 proyek pengembangan migas, area unitisasi dan 39 area
kontrak kerjasama kemitraan terdiri dari 24 kontrak Technical Assistant Contract
(TAC), 15 kontrak Kerjas Sama Operasi (KSO). Jika dilihat dari rentang
geografinya, Pertamina EP beroprasi hampir di seluruh wilayah Indonesia dari
Sabang sampai Merauke.
Wilayah kerja Pertamina EP terbagi ke dalam lima asset. Operasi kelima Asset
terbagi ke dalam 22 field, yakni:
a) Asset 1
Rantau, Pangkalan Susu, Lirik, Jambi, dan Ramba
b) Asset 2
Prabumulih, Pendopo, Limau, OGT, dan Adera
c) Asset 3
Subang, Jatibarang, Tambun dan PPDM
d) Asset 4
Cepu, Poleng, Dongi Matindok, Unitisasi Sukowati, Papua
e) Asset 5
Sangata, Bunyu, Tanjung, Sangasanga, Tarakan
Di samping pengelolaan WK tersebut di atas, pola pengusahaan usaha yang
lain adalah dengan model pengelolaan melalui proyek-proyek, antara lain Pondok
Makmur Development Project di Jawa Barat, Paku Gajah Development Project di
Sumatera Selatan, Jawa Gas Development Project di Jawa Tengah, dan Matindok
Gas Development Project di Sulawesi Tengah.
8
2.1.2 PT Pertamina EP Cepu Field Asset 4
Wilayah Kuasa Pertambangan (WKP) PT Pertamina EP Cepu Field Asset 4
meliputi daratan seluas 973 Km2 di 2 Provinsi dan 4 Wilayah Kabupaten Dati II
yaitu Grobogan - Jawa Tengah, Blora - Jawa Tengah, Tuban - Jawa Timur, dan
Bojonegoro - Jawa Timur. WKP PT. Pertamina EP Field Cepu diserah terimakan
dari PT. Migas ke Pertamina (persero) pada tanggal 1 April 1988.
PT Pertamina EP Cepu Field Asset 4 juga membagi wilayah kuasanya
menjadi 2 distrik. Distrik pertama Kawengan, terletak di propinsi Jawa Timur.
Dikembangkan sejak tahun 1926 dengan sumur Produksi sejumlah 79 buah
meliputi lapangan Kawengan di Kabupaten Tuban dan kabupaten Bojonegoro.
Distrik kedua Ledok-Nglobo, terletak di Propinsi Jawa Tengah dikembangkan
sejak tahun 1896, dengan sumur produksi sejumlah 51 buah meliputi lapangan
Semanggi, Banyuasin, Ledok, Banyubang di Kabupaten Blora. Sementara
Sukowati, terletak di Kabupaten Bojonegoro, dengan jumlah sumur produksi 7
buah dan merupakan unitisasi dengan JOBP-PPEJ (sejak 17 September 2005).
Sedangkan KUD meliputi produksi dari sumur tua/timba (tradisional) di Ledok
Semanggi atau Nglobo dan Gabus serta Kawengan yang bermitra dengan
Koperasi Wargo Tani Makmur, Karya Sejahtera, Kopkatraya dan Blora Patra
Energi.
Dalam melakukan kegiatannya PT Pertamina EP Cepu Field Asset 4
termasuk diantaranya melakukan eksplorasi dan eksploitasi penambangan minyak
bumi dan gas alam yang dimulai dari kegiatan seismic kemudian pemboran
eksplorasi, pengeboran pengembangan, reopening. Kerja Ulang Pindah Lapisan
(KUPL) dan Stimulasi Reparasi. PT. Pertamina EP Field Cepu juga melakukan
perawatan sumur AB-100, P23 AK, LTG-150 dan Rig Taylor.
9
2.2 Visi, Misi, dan Tata Nilai Perusahaan
a. Visi (2014 - 2025)
Menjadi Perusahaan eksplorasi dan produksi minyak dan gas bumi kelas
dunia.
b. Misi
Melaksanakan pengusaha sector hulu minyak dan gas dengan penekanan
pada aspek komersial dan operasi yang baik serta tumbuh dan berkembang
bersama lingkungan hidup.
2.2.1 Tata Nilai Perusahaan
Tata Nilai Perusahaan adalah dengan 6C, yakni:
1) Clean (Bersih)
Dikelola secara profesional, menghindari benturan kepentingan, tidak
menoleransi suap, menjunung tinggi kepercayaan, dan integritas.
Berpedoman pada asas-asas tata kelola korporasi yang baik.
2) Competitive (Kompetitif)
Mampu berkompetisi dalam skala regional maupun internasional,
mendorong pertumbuhan melalui investasi, membangun budaya sadar
biaya dan menghargai kinerja.
3) Confident (Percaya Diri)
Berperan dalam pembangunan ekonomi nasional, menjadi pelopor dalam
reformasi BUMN, dan membangun kebanggaan bangsa.
4) Customer Focused (Fokus Pada Pelanggan)
Berorientasi pada kepentingan pelanggan dan berkomitmen untuk
memberikan pelayanan terbaik kepada pelanggan.
5) Commercial (Komersial)
Menciptakan nilai tambah dengan orientasi komersial, mengambil
keputusan berdasarkan prinsip-prinsip bisnis yang sehat.
6) Capable (Berkemampuan)
Dikelola oleh pemimpin dan pekerja yang profesional dan memiliki
talenta dan penguasaan teknis tinggi, berkomitmen dalam membangun
kemampuan riset dan pengembangan.
10
2.3 Lokasi Perusahaan
Kantor PT PERTAMINA EP CEPU FIELD ASSET 4 berlokasi di : Jln.
Gajah Mada No.36, Mentul, Karangboyo, Cepu, Kabupaten Blora, , Jawa Tengah
(58312) .
Jam buka:
Senin 08.00–16.00
Selasa 08.00–16.00
Rabu 08.00–16.00
Kamis 08.00–16.00
Jumat 08.00–16.00
Sabtu 08.00–16.00
Minggu Tutup
Telepon: (0341) 441734
Provinsi: Jawa Tengah
11
2.3.1 Lokasi Eksploitasi PT Pertamina EP Cepu Field Asset 4
Awalnya, PT Pertamina EP Cepu Field Asset 4 mengelola dua lapangan
produksi (distrik), yaitu Distrik I Kawengan dan Distrik II Ledok dan
Nglobo.Namun, sejak akhir 2013, PT Pertamina EP Cepu Field Asset 4
melakukan perjanjian KSO (Kerja Sama Operasional) dengan PT. Geo Cepu
Indonesia. Lapangan Kawengan, Ledok dan Nglobo dikelola oleh KSO,
sedangkan PT Pertamina EP Cepu Field Asset 4 mengelola Tiung Biru (TBR),
Tapen, Banyuasin dan Mangkang.
1. Tapen
Lapangan Tapen baru terbentuk tahun 2013 dan baru memiliki satu sumur.
Struktur Tapen diproduksikan dengan menggunakan line ke Stasiun
Pengumpul IV (SP IV) di Distrik Kawengan kemudian diproduksikan ke Pusat
Pengumpulan Produksi (PPP) Menggung.
2. Tiung Biru (TBR)
Struktur Tiung Biru terbagi menjadi 3 lokasi dengan masing- masing satu
sumur produksi yaitu TBR A, TBR B dan TBR C. Hasil produksi dari Tiung
Biru diproduksikan menggunakan Early Production Facilities (EPF) yaitu
menggunakan road tank ke Pusat Pengumpulan Produksi (PPP) Menggung.
3. Banyuasin
Lapangan produksi Banyuasin terletak di sebelah Barat Cepu, Kabupaten
Blora, Jawa Tengah. Jumlah sumur produktif di Banyuasin adalah satu sumur.
Hasil dari Banyuasin diangkut menggunakan road tank untuk diproduksikan
di Pusat Pengumpulan Produksi (PPP) Menggung.
4. Mangkang
Lapangan produksi Mangkang terletak di Kota Semarang, Jawa Tengah.
Sumur dari struktur mangkang merupakan sumur gas yang terdiri dari 2 sumur
produksi dan satu sumur tidak produksi. Gas hasil produksi sumur Mangkang
dialirkan ke PT. Tosa dengan line.
12
2.4 Logo Perusahaan
13
2.5 Struktur Organisasi Dan Kepegawaian
Adapun struktur organisasi PT Pertamina EP Cepu Field Asset 4 dapat
dilihat pada gambar berikut. Sedangkan struktur organisasi HSSE dapat dilihat
pada gambar selanjutnya.
14
2.5.1 Struktur CPP Gundih
Struktur dari CPP blok Gundih yang menerapkan kontrak Operasi &
Maintenan kepada PT. Titis Sampurna, sebagai berikut:
15
BAB III
SISTEM PERUSAHAAN
16
a. Menara drilling
b. Mesin pengebor
c. Meja bor
d. Mata bor
e. Blow out preventer untuk mencegah semburan liar
f. Alat pelindung diri (APD) : safety helmet, kaca mata pelindung, ear
muff, sarung tangan, dan safety shoes.
g. Terdapat water eyes dan water wash untuk pekerja yang terkontaminasi
bahan – bahan kimia.
17
3.4 Sistem Manajemen Sumber Daya Mansia
3.4.1.Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Program keselamatan dan kesehatan kerja di PT Pertamina EP Cepu Field
Asset 4 dilakukan guna untuk mencegah penyakit akibat kerja dan pengendalian
resiko di tempat kerja, yaitu:
a. Keselamatan kerja
b. Proteksi kebakaran
c. Kesehatan kerja
d. Lindungan lingkungan
e. Sertifikasi ISO 9001, ISO 14001, ISO 18001.
f. Upaya Kelola Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan
(UPL)
g. Implementasi Contractor Safety Management System
3.4.2.Kesehatan Kerja
PT Pertamina EP Cepu Field Asset 4 merupakan perusahaan yang memiliki
jumlah pekerja yang cukup banyak dan kemungkinan adanya risiko bahaya yang
tinggi senantiasa megintai dan mengancam, maka PT Pertamina EP Cepu Field
Asset 4 menyediakan pelayanan kesehatan pekerja yang bertujuan untuk
meningkatkan derajat kesehatan kerja yang setinggi-tingginya. Sehingga dibentuk
pelayanan kesehatan berupa struktur organisasi didalam PT Pertaminna Asset 4
Field Cepu. Organisasi dan Penanggung Jawab Kegiatan Pelayanan Kesehatan
Kerja Cepu
3.4.3.Jaminan Kesehatan Pekerja
PT Pertamina EP Cepu Field Asset 4 telah mmberikan jaminan kesehatan
kepada peerja menggunakan program kesehatan perusahaan yaitu dengan
pemberian kartu berobat dan juga menggunakan asuransi dari PT Pertamina
sendiri untuk menjamin kesehatan pekerja yang terdiri atas :
a. Jaminan Kecelakaan
b. Jaminan Kematian
c. Jaminan Pensiun
18
3.4.4.Tenaga Kerja
Berdasarkan hasil rekapitulasi kegiatan HSE per bulan, PT Pertamina EP
Cepu Field Asset 4 memiliki jumlah tenaga kerja dan jam kerja sebagai berikut:
1) Pekerja Tetap
2) Pekarya atau Sub Kontraktor
3.4.5.Waktu Kerja
Pelaksanaan shift kerja guna menghindari kelelahan dan tercapainya
kenyamanan, efisiensi, serta produktivitas yang tinggi, maka PT Pertamina EP
Cepu Field Asset 4 menetapkan jam kerja bagi tenaga kerjanya sebagai berikut :
1.1.1.1 Tenaga kerja di Pt Pertamina EP Cepu Field Asset 4 yang bekerja
di bagian kantor bekerja dari jam 07.00 – 12.00 WIB dan istirahat untuk
makan siang selama 60 menit dilanjutkan bekerja kembali jam 13.00 –
16.00 WIB
1.1.1.2 Untuk pekerja operasi
b. Shift pagi : 07.00 – 19.00 WIB
c. Shift malam : 19.00 – 07.00 WIB
1.1.1.3 Untuk pekerja security
a. Shift pagi : 07.00 – 19.00 WIB
b. Shift malam : 19.00 – 07.00 WIB
19
3.6 Sistem Maintenance
Maintenance PC disediakan sebagai fasilitas untuk melakukan monitoring
dan maintenance peralatan instrument melalui komunikasi menggunakan HART
secara remote.
Untuk pemeriksaan perawatan dan keselamatan kerja listrik ataupun mesin
dilakukan inspeksi secara rutin oleh RAM (Reability, Avaibility, Maintenance).
Inspeksi tersebut dilakukan setiap seminnggu sekali.
20
BAB IV
ANALISIS PROSES PRODUKSI DI PT PERTAMINA EP CEPU FIELD
ASSET 4 CPP (Cetral Processing Plant) GUNDIH
4.1 Pendahuluan
4.1.1 Sejarah singkat PT Pertamina EP Cepu Field Asset 4 CPP Gundih
Central Processing Plant Gundih (CPP Gundih) merupakan proyek
pengembangan lapangan gas blok Gundih yang berasal dari struktur
Kedungtuban, Randublatung dan Kedunglusi di Blora Jawa Tengah. CPP Gundih
merupakan salah satu perusahaan milik PT Pertamina EP yang berkeja dalam
industri pengelolahan gas alam. Dalam pembangunannya, PT Pertamina EP
bekerja sama dengan konsorsium PT Inti Karya Persada Teknik (IKPT) dan PT
Adhi Karya (Persero) Tbk sebagai pelaksana pembangunan CPP. Namun,
operasional dan perawatan (Operational & Maintenance / O & M) CPP Blok
Gundih dilaksanakan oleh PT Titis Sampurna. Dalam pembangunan CPP, PT
Pertamina EP secara bertahap melibatkan kurang lebih 1700 orang tenaga kerja
(65% tenaga lokal), 111 vendors (16 negara dan 49 subkontraktor). CPP Gundih
mempersiapkan tenaga kerja lokal untuk operasional CPP Gundih di Desa
Sumber, Kecamatan Kradenan, Blora. Tenaga kerja lokal yang terserap sebanyak
131 orang berasal dari sejumlah kecamatan di Kabupaten Blora. Tenaga kerja
yang direkrut tersebut berasal dari kalangan pemilik lahan (16%), non pemilik
lahan (37%), dan kalangan umum dari masyarakat Kabupaten Blora, dan
sekitarnya (47%). Sehingga dapat dikatakan bahwa tenaga kerja operator terampil
ini merupakan tenaga kerja yang 100% berasal dari Kabupaten Blora.
Produksi gas sebesar 50 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD)
tersebut dialirkan melalui pipa PT Sumber Petrindo Perkasa. Selanjutnya gas
tersebut dimanfaatkan oleh PLN sebagai bahan bakar pembangkit listrik (PLTG),
yang berada di wilayah Tambak Lorok, Semarang, Jawa Tengah, dengan masa
kontrak selama 12 tahun. Pembangkit listrik tersebut merupakan salah satu proyek
negara untuk pembangkitan listrik Jawa – Bali. CPP Gundih memiliki delapan
sumur produksi dengan satu sumur injeksi. Sumur produksinya yaitu satu sumur
21
KDL (Kedunglusi) yaitu KDL-01, sumur RBT (Randublatung) yaitu RBT-01 dan
RBT-02, serta sumur KTB (Kedungtuban) yaitu KTB-01; KTB-02; KTB-03;
KTB-04; dan KTB-06. Sedangkan satu sumur yaitu RBT- 03 merupakan sumur
injeksi air dari Produced Water yang dihasilkan di CPP gundih sendiri. Kondisi
sumur yang baru dapat dialirkan sebanyak lima sumur yaitu dari sumur KTB-01,
KTB-02, KTB-04, RBT-01 dan RBT-02. Selain produksi gas saat kapasitas
maksimal, juga ada produk sampingan berupa kondesat dan air terikut.
Kondensatnya dikirim ke PPP Menggung sedangkan airnya diinjeksikan kembali
ke dalam sumur injeksi setelah melalui proses pengolahan.
22
4.1.4 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui kebijakan mutu yang diterapkan di PT Pertamina EP
Cepu Field Asset 4 CPP (Cetral Processing Plant) Gundih
2. Untuk mengetahui apa saja sarana dan fasilitas keamaan yang ada di PT
Pertamina EP Cepu Field Asset 4 CPP (Cetral Processing Plant) Gundih.
3. Untuk mengetahui hasil dari pemantauan kualitas pada lingkungan PT
Pertamina EP Cepu Field Asset 4 CPP (Cetral Processing Plant) Gundih.
4.1.5 Manfaat
Adapun manfaat dari kerja praktik bagi mahasiswa dan perusahaan yang
telah dilakukan sebagai berikut:
1. Bagi Mahasiswa
a. Meningkatkan pemahaman aplikasi keilmuan Teknik Industri dalam
keprofesian nyata.
b. Meningkatkan keterampilan pada pengaplikasian keilmuan Teknik
Industri dalam keprofesian nyata.
c. Memenuhi salah satu syarat mata kuliah kerja praktek pada jurusan
Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Islam
Sultan Agung.
2. Bagi Perguruan Tinggi
a. Dapat mengetahui sejauh mana kemampuan mahasiswa dalam
menerapkan teori yang telah diberikan di bidang praktis dunia kerja.
b. Sebagai bahan evaluasi dalam peningkatan mutu kurikulum di masa
depan.
c. Menambah dan menciptakan hubungan antara perguruan tinggi dan
perusahaan.
3. Bagi Perusahaan
a. Terbentuknya jaringan hubungan antara perguruan tinggi dan
perusahaan untuk masa yang akan datang, apabila perusahaan
23
membutuhkan sumber daya manusia dari perguruan tinggi untuk
menyeleaikan suatu permasalahan.
b. Dapat memberdayakan mahasiswa untuk membantu memecahkan
masalah masalah yang dihadapi oleh perusahaan sesuai dengan
kemampuan mahasiswa yang bersangkutan.
24
Gambar 4.1 Blok Diagram alir proses pengolahan gas dan minyak di CPP Gundih
1. Flowline
Terdapat 8 (delapan) sumur gas produksi, dari masing-masing sumur
selanjutnya dialirkan ke production atau test manifold melalui flowline berukuran
4 & 6 inch dengan panjang yang bervariasi dari X'mas Tree (Well Head) sampai
header manifold. Keseluruhan flowline di desain untuk mengalirkan feed gas 75
MMSCFD. Flowline di setiap sumur dilengkapi dengan High-Low Shut Down
Valve yang terletak dimasing-masing area well head dengan tujuan untuk
memproteksi flowline dalam hal terjadi tekanan berlebih dari sumur produksi.
Proteksi ini diperlukan karena design pressure flowline lebih rendah daripada
production tubing sumur dan flowline terbuat dari material tahan korosi (clad
pipe). Untuk kebutuhan pneumatic High-Low Shut Down Valve digunakan gas N2
yang disimpan dalam botol-botol bertekanan. Sedangkan untuk kebutuhan daya
listrik menggunakan energi panas matahari (solar) sebagai pembangkit listrik.
25
Gambar 4.2 Peta Sumur Gas
2. Inlet manifold
Seluruh flowline akan menuju production dan test manifold. Production
manifold dirancang untuk menampung seluruh production fluid well sebanyak 75
MMSCFD. Sedangkan Test Manifold dirancang untuk melakukan tes terhadap
production fluid dari satu sampai tiga well dengan maximum flow 15 MMSCFD.
Seluruh production fluid dari production dan test manifold selanjutnya dialirkan
menuju Gas Separation Unit (GSU). Terdapat juga relief line dari masing-masing
flowline menggunakan Pressure Safety Valve (PSV) dengan tujuan proteksi
flowline. Set Pressure PSV lebih tinggi daripada set pressure Hi-Lo Shut Down
Valve.
26
3. Gas Separation Unit (GSU)
Gas Separation Unit berfungsi memisahkan fluida 3 fasa yang mengalir dari
sumur fasa : gas, kondensat, dan air terproduksi. Peralatan utama Gas Separation
Unit terdiri dari :
1. HP Separator (D-0101 )
2. HP Test Separator (D-0102 )
3. HP Scrubber ( D-0103)
1. LP Separator ( D-0104)
2. Inlet Cooler (E-0101)
3. Water Wash Column (V-0101)
4. Filter Separator (F-0101 A/B)
5. Filter Coalescer (F-0102 A/B)
Fungsi utama dari unit separasi ini yaitu untuk memisahkan gas umpan dari
cairan baik kondensat maupun air terproduksi sehingga gas dapat siap diproses
pada tahap selanjutnya. Selain itu juga diharapkan feed gas yang dihasilkan akan
bersih dari partikel padat dan garam terlarut yang mungkin terbawa.
HP Separator (D-0101) berbentuk bejana horizontal berfungsi untuk
memisahkan gas, kondensat dan air terproduksi. Sesuai dengan dokumen teknis
peralatan ini didesain untuk memisahkan fasa gas 75 MMSCFD, liquid
condensate 600 BOPD dan air terproduksi 2500 BWPD. Peralatan ini beroperasi
pada 450 psig; 150oF.
Kondensat yang telah terpisah dialirkan ke LP Separator (D-0104)
sedangkan air terproduksi dialirkan ke Produced Water Injection Unit masing-
masing melalui Level Control Valve. Tekanan operasi HP Separator tidak dibuat
tetap, jika terjadi tekanan berlebih maka akan dialirkan melalui PCV. Namun
tekanan keluar dibuat konstan dengan menggunakan PV. LP Separator (D-0104)
terdiri dari separator horizontal tiga fasa berfungsi untuk memisahkan gas,
kondensat dan air formasi yang berasal dari aliran kondensat dari HP Separator,
HP Scrubber, Filter Separator dan Filter Coalescer, dan Test Separator. Gas bisa
terbentuk di LP Separator akibat flash karena peralatan ini beroperasi pada 150
psig; 142oF.
27
Kapasitas desain kondensat di LP Separator adalah 600 BOPD. Hasil separasi
berupa air terproduksi dialirkan ke Produced Water lnjection Unit dan kondensat
dialirkan ke Condensate Handling Unit masing-masing menggunakan level
control valve. Sedangkan tekanan LP Separator dibuat konstan menggunakan PV.
Test Separator (D-0102) berfungsi untuk melakukan tes terhadap satu atau
lebih sumur produksi. Peralatan ini terdiri dari separator tiga fasa gas, kondensat
dan air terproduksi. Pada setiap outlet test separator dipasang pengukur laju alir.
Dengan demikian rasio gas dengan liquid dari suatu sumur dapat diketahui.
Kondisi operasi tekanan dan temperatur peralatan ini sama dengan HP Separator.
Test Separator didesain dengan kapasitas gas 15 MMSCFD. Produk kondensat
setelah diukur selanjutnya dikirim ke LP Separator sedangkan air terproduksi
dikirim ke Produced Water lnjection Unit masing-masing menggunakan level
control valve.
Tekanan Test Separator dibuat konstan pada tekanan tertentu menggunakan
PV supaya tes sumur bisa dilakukan pada kondisi yang stabil. lnlet cooler (E-
0101) berfungsi menurunkan temperatur feed gas sampai dengan 110oF
menggunakan medium pendingin udara agar proses pemisahan pengotor dari gas
didalam Unit AGRU bisa lebih efektif. Diharapkan dengan penurunan temperatur
ini akan terdapat fraksi berat yang terkondensasi sehingga tidak masuk kesistem
AGRU. Selain itu proses penghilangan acid gas akan lebih optimum pada
temperatur rendah. Gas yang terkondensasi kemudian dipisahkan didalam HP
Scrubber (D-0103).
Di HP Scrubber berfungsi untuk memisahkan gas dan cairan yg terbentuk
dari hasil kondensasi di lnlet Cooler. Produk cairan selanjutnya dikirim ke LP
Separator melalui level control valve. Gas selanjutnya masuk ke Pre-wash
Column (V-0101). Karena air terproduksi dari sumur-sumur gas mengandung
garam klorida dalam kadar cukup tinggi, dimana sejumlah kecil air masih bisa
terbawa oleh gas maka gas yang keluar dari HP Scrubber (D- 0103) diumpankan
ke Pre-wash Column (V-0101) dimana gas umpan dikontakkan dengan air tawar
dengan harapan garam klorida yang mungkin terbawa aliran gas umpan akan
terserap oleh air tawar. Air tawar akan disirkulasikan ke V-0101 menggunakan
28
Circulation Pump P-0101 A/B. Apabila telah jenuh dengan garam maka sebagian
dibuang ke Produced Water lnjection Unit. Selain itu terdapat fasilitas untuk
menambah air tawar ke V-0101 (makeup). Jumlah air tawar yang masuk ke V-
0101 dikontrol oleh FV. Gas yang keluar dari V-0101 disaring oleh Filter
Separator (F- 0101 A/B) dan filter coalesce (F-0102 A/B) untuk menghilangkan
partikel kecil padatan maupun tetesan cairan yang terlalu halus sehingga lolos dari
scrubber dan wash column namun cukup kasar untuk dapat ditangkap oleh kedua
alat tersebut. Filter Separator dan Filter Coalescer masing-masing dalam keadaan
beroperasi dan standby.
Filter Separator berfungsi menangkap partikel padatan yang mungkin
terbawa aliran gas. Sedangkan coalescer berfungsi menangkap butiran-butiran
cairan halus di dalam feed gas dalam bentuk aerosol juga menangkap hidrokarbon
berat yang terbawa oleh aliran. Dengan demikian feed gas yang masuk ke AGRU
dalam kondisi kering agar potensi terjadinya foaming dapat diminimalisir.
29
Gambar 4.5 HP dan HP Test Separator
30
Gambar 4.7 HP Scrubber
31
Gambar 4.9 Metering
32
Separator. Sedangkan kondensat stabil melalui LV dialirkan ke Condensate
Cooler (E-0702 A/B) dan disimpan di Condensate Storage Tank (T-0701 A/B/C).
Terdapat sedikit gas terbentuk dalam aliran yang menuju tangki kondensat akan
tetapi gas tersebut akan terlepaskan jika tangki kondensat beroperasi melebihi
tekanan normal. Sebuah unit metering package dipasang untuk memantau dan
merekam kuantitas total kondensat yang dikirim ke MGS Menggung PT
Pertamina EP Cepu Field Asset 4 dengan truk tangki sebanyak 10-12 kali
pengiriman tiap hari pada kapasitas truk 8000 liter.
33
8. Overhead Regenerator Condenser (E-0203)
9. Treated Gas Cooler (E-0205)
10. Product Gas Wash drum (D-0202)
Feed gas masuk melalui bagian bawah Absorber Column (V-0201) dan
kontak dengan lean solvent yang berupa Ucarsol @AP-814 (45 % wt) dingin yang
telah diregenerasi yang masuk kedalam Absorber Column melalui bagian atas
kolom. Acid gas yaitu feed gas yang mengandung CO2 dan H2S akan diserap dari
fasa gas kedalam fasa liquid pada saat feed gas mengalir melalui Absorber
Column. Untuk meminimumkan adanya amine yang terbawa oleh gas maka
Product Gas Wash Drum (D-0202) dipasang setelah Absorber Column untuk
dilakukan “Water Wash” yakni dengan mengalirkan demin water dari baigan atas
D-0202 yang disirkulasi internal oleh Wash Water Pump, amine yang tertangkap
dialirkan menuju HP Flash Drum sedangkan treated gas yang keluar dari sisi atas
D-0202 selanjutnya dikirim ke Caustic Treater = Unit (Merox). Aliran Solvent
dari Absorber Column dinamakan rich solvent dan kemudian dikirim ke HP Flash
drum (D-0203 ) untuk menghilangkan hidrokarbon dari solvent hasil dari co-
absorpion solvent dengan acid gas. Hydrocarbon gas keluar dari bagian atas flash
column (V-0203) mengalir menuju Thermal Oxidizer.
Solvent dari HP Flash drum dikirim ke Lean / Rich Solvent Exchanger (E-
0202), dimana temperatur solvent dinaikan dengan cara menukar panas dengan
lean solvent yang datang dari bagian bawah regenerator column (V-0202) melalui
Solvent Booster Pump (P-0202 A/B). Kemudian rich solvent dari lean rich
exchanger di alirkan ke Regenerator Column. Di dalam regenerator column
solvent di regenerasi secara thermal dengan melakukan stripping steam yang
terbentuk didalam Regenerator Reboiller (E-0204 A/B).
Regenerator reboiler menggunakan pemanas hot oil untuk memanaskan
sebagian regenerasi solvent dibagian bawah kolom. Gas Asam dari regenerator
column dikondensasikan secara parsial oleh Overhead Regenerator Condenser
dan mengalir menuju Overhead Accumulator Reflux Drum (D- 0204). Kondensat
yang terbentuk dalam Reflux Drum dikembalikan ke dalam Regenerator Column
sebagai reflux dan gas asam dari bagian atas Reflux Drum dikirim ke BSRU. Lean
34
solvent dari bagian bawah regenerator column dikirim ke Lean-Rich Exchanger
(untuk diturunkan temperature-nya) melalui Lean Booster Pump (P-0202 A/B).
Selanjutnya lean solvent diturunkan lagi temperaturenya didalam lean solvent
cooler (E- 0201). Sebagian kecil aliran lean solvent diambil setelah lean solvent
cooler dan disaring dengan solvent pre-filter (F-0201 A/B), solvent carbon filter
(F-0202) dan solvent after filter (F-0203). Lean solvent yang telah disaring
dikembalikan ke suction dari Solvent Charge Pump (P- 0201 A/B/C).
Sirkulasi Ucarsol solution yang diperlukan mencapai 370 M3/HR dengan
kebutuhan energi di reboiler mencapai 76 MMBTUIHR. Untuk flow feed gas 75
MMSCFD diperoleh produk sweet gas 60 MMSCFD.
35
Gambar 4.12 Solvent Acid Gas HP Flash Drum
36
Gambar 4.14 Absorber Coloumn Gambar 4.15 Regenerator Coloumn
37
6. Caustic Treater Unit (CTU)
Caustic Treater Unit (Merox) dirancang untuk menghilangkan mercaptant
dari treated gas keluaran AGRU dan caustic unit terdiri dari bagian-bagian
sebagai berikut.
Prewash Section, diarea bagian bawah dari kombinasi kolom (V-0301),
dimana aliran gas dari AGRU dimasukan untuk penghilangan residu CO2 dan
H2S. Gas naik melalui tray prewash column dimana gas dikontakan dengan
larutan 10 Baume (~1.065 wt %) NaOH (caustic). Make-up 20° Baume caustic
diisikan kedalam bagian prewash dan laturan caustic yang sudah terpakai
dikeluarkan dari bawah vessel. Larutan caustic yang telah terpakai dialirkan ke
dalam sebuah spent caustic degassing drum (V-0302) yang kemudian dialirkan ke
WAO (Wet Air Oxidation) melalui spent caustic pump (P-0302 A/B) untuk
dilakukan treatment sebelum cairan yang sudah dinetralkan dibuang ke sumur
injeksi RBT-03.
Extraction Section, bagian yang berada diatas prewash section, dimana
terdapat kontak secara counter current dengan regenerated 20o Baume caustic
yang telah diregenerasi yang masuk melalui bagian atas dari extraction section.
Melalui kontak counter current antara caustic dengan gas umpan, maka
merkaptan akan diserap kedalam larutan caustic. Terdapat 3 atau lebih tahap
ekstraksi yang termasuk didalam unit merox. Hal ini untuk memastikan
maksimum desulfurisasi dengan minimum laju sirkulasi caustic.
Water Wash Section ditempatkan diatas Extraction section. Gas dari bagian
extraction section naik melewati trayed water wash, dimana air disirkulasi secara
counter current untuk menghilangkan butiran-butiran halus cairan caustic yang
terbawa oleh gas tersebut. Air secara terus menerus diumpankan kedalam sirkulasi
caustic pada bagian water wash untuk mendapatkan konsentrasi caustic sirkulasi
sebesar 10o Baume. Regeneration Section - termasuk oxidizer (V-0303), Disulfide
Separator (D-0302), Disulfide Sand Filter (F-0301), Wash Oil Settler and Vent
KO Drum (D-0304). Rich solvent yang banyak mengandung merkaptan, dan juga
mengangung catalyst merox, dikirim ke bagian regenerasi dimana udara
diinjeksikan dan merkaptan yang ada dioksidasi menjadi disulfide. Disulfide
38
setelah itu dipisahkan dari solvent dengan cara memutar, gravitasi dan
didekantasi, regenerasi lean caustic dikembalikan kedalam Combination column.
Disulfide oil yang terbentuk akan ditampung di dalam disulfide oil storage tank
(T-0301) yang kemudian akan dikirim ke area lain seperti MGS Menggung
dengan menggunakan truk tangki.
39
Gambar 4.19 Combination Coloumn Gambar 4.20 Oxidizer
40
Gambar 4.22 Vent KO Drum
41
Gambar 4.23. Diagram Alir DHU
42
3. Sulphur Solidification (PE-0404)
4. Sulphur Melter (Y-0403)
5. Sulphur Bagging Package (PE-0405)
H2S Absorber berfungsi untuk menyerap gas yang mengandung H2S oleh
solvent caustic. Acid gas masuk dari bawah kolom absorber sementara solution
masuk dari atas kolom absorber. Gas Asam H2S akan terserap oleh solution. Dari
bottom absorber selanjutnya solution dipompa oleh Rich Solution Circulation
Pump P-0401 A/B/C ke Bioreactor R-0401 melalui Rich solution chiller (E-
0401) untuk diturunkan suhunya. Acid gas keluaran dari H2S Absorber
selanjutnya dialirkan ke Thermal Oxidizer (PE-0401) untuk dibakar menjadi SO2
dengan bahan bakar fuel gas. Udara pembakaran yang dicampurkan dilebihkan
25-26% dalam rangka mencapai efisiensi destruksi acid gas yang optimum.
Panas hasil pembakaran digunakan untuk memanaskan hot oil di dalam
WHRU pada daerah breeching (buritan) Thermal Oxidizer. Recirculation
line/duct dan Fan blower juga di sediakan pada antara keluaran dan masukan
WHRU dalam rangka memperoleh efisiensi termal yang lebih baik. Sebelum
masuk Bioreactor solution didinginkan ke 102.2 OF dengan chilling water di Rich
Solution Chiller E-0401.
Temperatur outletnya dikontrol dengan mengatur flowrate chilling water.
Sirkulasi solution mencapai 8365 gpm. H2S yg terkandung didalam larutan yang
berada dalam aerobic bioreactor dioksidasi menjadi elemental Sulfur. Jadi
pembentukan dari elemental Sulfur bukan pada absorber akan tetapi didalam
bioreactor. Aerobic Bioreactor mengandung microorganisme Thiobacillus yang
mengoksidasi sulfida yang terlarut menjadi elemental Sulfur. Kebutuhan udara
untuk reaksi oksidasi disuplai oleh Bioreactor Air Blower K-0401 A/B dimana
outlet nya didinginkan di E-0402 Air Blower Cooler. Kebutuhan udara mencapai
total 8750 kg/jam.
Suplai udara dialirkan ke Bioreactor melalui bagian bawah. Ukuran
bioreactor mencapai 10 m (ID) x 23.5 m (H). Konversi H2S menjadi elemental
Sulfur adalah proses biologi, dan secara periodik biocatalyst memerlukan nutrien
43
untuk menjaga performa tetap baik. Nutrien termasuk kandungan garam tertentu
diperlukan untuk bakteri tumbuh dan menjaga performa.
Produk sulfur dari Bioreactor berikut solution selanjutnya dialirkan ke Lean
Solution Tank T- 0401 untuk dipisahkan produk sulfurnya secara gravitasi. Lean
solution dari T-0401 selanjutnya dikirim kembali ke H2S Absorber menggunakan
Lean Solution Circulation Pump P-0402 A/B/C. Sebagian dikirim kembali ke
Bioreactor dengan P-0403 A/B Settler Feed Spray Pump sedangkan elemental
sulfurnya mengalir secara gravitasi ke sulphur settler.
Produksi elemen sulfur selanjutnya dipisahkan dari solvent didalam sebuah
Sulphur Settler Y-0401 untuk dipisahkan secara gravitasi. Solution yang ter-
recovery selanjutnya dikirim ke Bioreactor. Sedangkan produk elemental sulfur
dengan kadar 10 % dipompa ke Decanter Centrifuge PE-0403 hingga dihasilkan
kadar 50-60 %. Solution yang ter-recovery dari decanter selanjutnya
dikembalikan ke Bioreactor dan sebagian dikirim ke water treatment (bleeding)
karena mengandung garam-garam akibat terjadinya reaksi samping seperti sodium
sulfat, sodium thiosulfat.
Pemurnian Sulfur selanjutnya dilakukan di Melter unit Y -0403. Unit ini
terdiri dari tangki pemurnian dimana sulfur slurry akan dicuci kembali sehingga
garam-gram yang menempel bisa terlepas selanjutnya sulfur slurry dipanaskan
menggunakan hot oil untuk menguapkan impurities sehingga diperoleh produk
sulfur dengan kemurnian 99,8 %. Produk sulfur selanjutnya dikirim ke Sulphur
Solidification Unit (PE- 0404) untuk dirubah bentuknya dari molten sulfur
menjadi pastilles. Di unit ini Sulfur akan didinginkan dengan chilling water dan
masuk ke rotoform untuk dibentuk menjadi pastilles.
Proses selanjutnya adalah di Sulfur Bagging Package PE-0405 dimana
produk sulfur dimasukan ke dalam kantong-kantong berukuran 1 ton untuk
kemudian disimpan di gudang yang dirancang untuk menampung selama 7 hari
produksi Sulfur, pengambilan hanya dilakukan pada siang hari. Untuk menjaga
alkalinitas dari larutan dan untuk memfasilitasi penyerapan H2S maka larutan
caustic ditambahkan ke dalam sistem. Larutan caustic yang ditambahkan
44
mempunyai konsentrasi 20-50 % wt larutan. Jumlah larutan caustic yang
dtambahkan adalah 21 ton/hari.
Ke dalam sistem BSRU juga ditambahkan sejumlah air sebagai pengganti
kehilangan air yang terbawa bersama bleed, penguapan di dalam absorber,
reactor dan terikut bersama sulfur. Dalam masa Turn Around Acid gas absrober
dapat dikosongkan satu persatu dengan mengalirkan solvent yang terdapat
didalam absorber ke dalam bioreactor. Alternatif lainnya adalah dengan menyewa
kontainer yang bersih untuk menampung solvent dari absorber. Sedangkan untuk
inspeksi bioreactor, solvent di dalam bioreactor dapat dialirkan ke peralatan
lainnya dan jika tidak mencukupi dapat menyewa kontainer yang bersih untuk
menampung solvent dari bioreactor. Solution yang digunakan adalah campuran
nutrien 34/32 yang diperlukan untuk menjaga bakteri Thiobacillus dan akan
disuplai oleh Paques BV.
45
Gambar 4.26 Bioreactor, Sulphur Settler, dan Settler Effluent Tank
46
dsb. Sebagian besar Sistem perpipaan dan peralatan dibalut dengan media
pemanas untuk menghindari hilang-panas yang bisa mengakibatkan pemadatan
sulfur di pipa / peralatan. Media pemanas untuk balutan pipa / peralatan : Kukus
(steam) pada tekanan sekitar 3.5 bar. Kukus dihasilkan oleh Steam Generation
Package. Energi untuk menghasilkan kukus berasal dari Hot Oil.
Sulfur dicetak menjadi bentuk Pellet dengan alat bernama Rotoformer.
Sulfur yang telah dicetak didinginkan di atas Steel Belt Cooler. Yaitu semacam
sabuk (conveyor belt) yang didinginkan dengan media pendingin. Media
pendingin yang digunakan adalah Air. Sebagian Sistem perpipaan dan peralatan
dibalut dengan media pemanas untuk menghindari hilang-panas yang bisa
mengakibatkan pemadatan sulfur di pipa / peralatan. Media pemanas untuk
balutan pipa / peralatan : Hot Oil (Minyak Pemanas). Unit ini memiliki Paket
khusus yang mengatur media pemanas dan media pendingin. Sulfur yang sudah
padat dikemas kedalam kemasan berukuran 1 ton. Unit ini memiliki kapasitas 20
ton/hari. Sedangkan sulfur yang diproduksi oleh CPP sebesar 14 ton/hari Unit
ini bisa berjalan secara tidak kontinyu, bergantung dari pasokan sulfur yang
dihasilkan oleh CPP.
47
BAB V
PEMBAHASAN SISTEM PERUSAHAAN
48
Gambar 5.1 Blok Diagram alir proses pengolahan gas dan minyak di CPP Gundih
49
2. Inlet manifold
Seluruh flowline akan menuju production dan test manifold. Production
manifold dirancang untuk menampung seluruh production fluid well sebanyak 75
MMSCFD. Sedangkan Test Manifold dirancang untuk melakukan tes terhadap
production fluid dari satu sampai tiga well dengan maximum flow 15 MMSCFD.
Seluruh production fluid dari production dan test manifold selanjutnya dialirkan
menuju Gas Separation Unit (GSU). Terdapat juga relief line dari masing-masing
flowline menggunakan Pressure Safety Valve (PSV) dengan tujuan proteksi
flowline. Set Pressure PSV lebih tinggi daripada set pressure Hi-Lo Shut Down
Valve.
3. Gas Separation Unit (GSU)
Gas Separation Unit berfungsi memisahkan fluida 3 fasa yang mengalir dari
sumur fasa : gas, kondensat, dan air terproduksi. Peralatan utama Gas Separation
Unit terdiri dari :
1. HP Separator (D-0101 )
4. HP Test Separator (D-0102 )
5. HP Scrubber ( D-0103)
6. LP Separator ( D-0104)
7. Inlet Cooler (E-0101)
8. Water Wash Column (V-0101)
9. Filter Separator (F-0101 A/B)
10. Filter Coalescer (F-0102 A/B)
Fungsi utama dari unit separasi ini yaitu untuk memisahkan gas umpan dari
cairan baik kondensat maupun air terproduksi sehingga gas dapat siap diproses
pada tahap selanjutnya. Selain itu juga diharapkan feed gas yang dihasilkan akan
bersih dari partikel padat dan garam terlarut yang mungkin terbawa.
4. Condensate Handling Unit (CHU)
Seluruh kondensat dari unit LP Separator dikirim ke Condensate Stabilizer
Column (V- 0701) yang beroperasi pada tekanan 100 psig. Fungsi unit ini adalah
untuk memperoleh kondensat stabil dengan RVP sebesar maksimum 12 psia dan
kandungan H2S maksimum 10 ppm dengan cara menghilangkan komponen-
50
komponen yang mudah menguap. Unit ini juga berfungsi menghilangkan
pengotor H2S dan merkaptan dari produk kondensat. Kondisi operasi Condensate
Stabilizer adalah 100-110 psig; 390oF.
5. Acid Gas Removal Unit (AGRU)
AGRU (Acid Gas Removal Unit) adalah sebuah proses yang berguna untuk
memisahkan CO2 dan H2S dari Gas. Senyawa CO2 dan H2S sering disebut juga
sebagai Acid Gas. Hal ini karena kedua gas tersebut akan menimbulkan suasana
asam (pH rendah) bila kontak dengan air.
Peralatan utama yang terdapat di sistem AGRU antara lain :
1. Absorber Column (V-0201)
2. Solvent Acid Gas HP Flash Drum (D-0203)
3. Regenerator Column (V-0202)
4. Solvent Regenerator Reboiler (E-0204 A/B)
5. Lean Solvent Cooler (E-0201)
6. Lean / Rich Exchanger (E-0202 A/B)
7. Filtration system
8. Overhead Regenerator Condenser (E-0203)
9. Treated Gas Cooler (E-0205)
10. Product Gas Wash drum (D-0202)
6. Caustic Treater Unit (CTU)
Caustic Treater Unit (Merox) dirancang untuk menghilangkan mercaptant
dari treated gas keluaran AGRU dan caustic unit terdiri dari bagian-bagian
sebagai berikut.
1. Prewash Section
2. Extraction Section
3. Water Wash Section
7. Dehydration Unit (DHU)
Dehydration unit adalah unit untuk menurunkan kadar air yang terdapat
dalam treated gas sehingga memenuhi spesifikasi yang ditetapkan. Dehydration
unit menggunakan media pengering Triethylene Glycol (TEG) yang merupakan
proses yang sudah umum digunakan di pengolahan gas.
51
8. Biological Sulfur Recovery Unit (BSRU)
BSRU berfungsi untuk mengkonversi H2S yang diserap di AGRU menjadi
elemental sulfur menggunakan bakteri Thiobacillus. Proses yang digunakan
menggunakan lisensi Shell Paques. Peralatan Utama yang terdapat dalam Sulphur
Recovery Unit adalah sebagai berikut :
1. H2S Absorber (V-0401 A/B)
2. Bioreactor (R-0401)
3. Sulphur Solidification (PE-0404)
4. Sulphur Melter (Y-0403)
5. Sulphur Bagging Package (PE-0405).
52
5.3 Pembahasan Sistem Pemasaran Produk
Sistem pemasaran yang dilakukan PT Pertamina EP Asset 4 Field Cepu CPP
Gundih yaitu Make to Order ,pertamina akan memulai produksi sesuai dengan
pesanan konsumen , pada saat ini produksi di PT Pertamina EP Asset 4 Field
Cepu CPP Gundih sebagian besar dialirkan ke PLTGU Tambak Lorok sebagai
bahan baku pembangkit mesin utama pada PLTGU Tambak Lorok.
Dengan adanya PT Pertamina EP Asset 4 Field Cepu CPP Gundih
berdampak positif pada daerah sekitar, pemasaran gas sebagian dialirkan rumah
warga dengan pemasangan meteran dan pembiayaaan sehingga warga serta pihak
pertamina dapat mengetahui besaran penggunaan gas.
5.4 Pembahasan Sistem Sumber Daya Manusia
5.4.1. Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Program keselamatan dan kesehatan kerja di PT Pertamina EP Cepu Field
Asset 4 dilakukan guna untuk mencegah penyakit akibat kerja dan pengendalian
resiko di tempat kerja, yaitu:
a. Keselamatan kerja
Program keselamatan kerja yang dilakukan meliputi safety patrol,
pemeriksaan mobil angkutan ringan dan angkutan berat, safety talk, surat
ijin kerja, pelatihan tim OPKD.
b. Proteksi kebakaran
Dalam proteksi kebakaran meliputi pemeriksaan dan perawatan APAR
secara keseluruhan, hydrant, engine clarke pelatihan tim OPKD.
c. Kesehatan kerja
Melakukan pemeriksaan kesehatan kerja para pekerja terhadap penyakit
akibat kerja, olahraga, pemeriksaan kondisi kesehatan lingkungan kerja,
kualitas air, kualitas tanah, dan sosial masyarakat.
d. Lindungan lingkungan
Kegiatan dalam lindungan lingkungan meliputi pemantauan kualitas udara,
kualitas air, kualitas tanah, kebisingan, sanitasi air dan limbah B3.
e. Sertifikasi ISO 9001, ISO 14001, ISO 18001.
53
f. Upaya Kelola Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan
(UPL)
g. Implementasi Contractor Safety Management System
5.4.2.Kesehatan Kerja
PT Pertamina EP Cepu Field Asset 4 merupakan perusahaan yang memiliki
jumlah pekerja yang cukup banyak dan kemungkinan adanya risiko bahaya yang
tinggi senantiasa megintai dan mengancam, maka PT Pertamina EP Cepu Field
Asset 4 menyediakan pelayanan kesehatan pekerja yang bertujuan untuk
meningkatkan derajat kesehatan kerja yang setinggi-tingginya. Sehingga dibentuk
pelayanan kesehatan berupa struktur organisasi didalam PT Pertaminna Asset 4
Field Cepu. Organisasi dan Penanggung Jawab Kegiatan Pelayanan Kesehatan
Kerja Cepu Medical Senior adalah ketua pelayanan dikesehatan kerja yang dijabat
oleh seorang dokter dan telah tersertifikasi. Dan dilengkapi dengan adanya
Fasilitas Pelayanan Kesehatan berupa Poliklinik di poliklinik tersebut tersedia
Dokter dan Paramedis yang sudah tersertifikasi Hiperkes.
5.4.3.Jaminan Kesehatan Pekerja
PT Pertamina EP Cepu Field Asset 4 telah mmberikan jaminan kesehatan
kepada peerja menggunakan program kesehatan perusahaan yaitu dengan
pemberian kartu berobat dan juga menggunakan asuransi dari PT Pertamina
sendiri untuk menjamin kesehatan pekerja yang terdiri atas :
a. Jaminan Kecelakaan
Jaminan yang memberikan kompensasi dan rehabilitasi bagi tenaga kerja
yang mengalami kecelakaan kerja dihitung sejak berangkat kerja hingga
pulang kerja.
b. Jaminan Kematian
Jaminan yang diberikan kepada ahli waris tenaga kerja yang meninggal
dunia karena kecelakaan kerja atau mengidap PAK
c. Jaminan Pensiun
Jaminan sosial yang bertujuan untuk mempertahankan derajat kesehatan
tenaga kerja atau ahli warisnya dengan memberikan pelayanan kesehatan
54
gratis. Selain itu juga mendapat uang pensiun yang dibayarkan setelah
tenaga kerja mencapai usia 56 tahun atau telah memenuhi persyaratan.
5.4.4.Tenaga Kerja
Berdasarkan hasil rekapitulasi kegiatan HSSE per bulan, PT Pertamina EP
Cepu Field Asset 4 memiliki jumlah tenaga kerja dan jam kerja sebagai berikut:
1. Pekerja Tetap
a. Memiliki jumlah pekerja sebanyak 78 orang
b. Jumlah jam kerja selama 425.646 jam/30 hari
2. Pekarya atau Sub Kontraktor
a. Memiliki jumlah pekerja sebanyak 567 orang
b. Jumlah jam kerja selamat 87.248 jam/20 hari
5.4.5.Waktu Kerja
Pelaksanaan shift kerja guna menghindari kelelahan dan tercapainya
kenyamanan, efisiensi, serta produktivitas yang tinggi, maka PT Pertamina EP
Cepu Field Asset 4 menetapkan jam kerja bagi tenaga kerjanya sebagai berikut :
1. Tenaga kerja di Pt Pertamina EP Cepu Field Asset 4 yang bekerja di bagian
kantor bekerja dari jam 07.00 – 12.00 WIB dan istirahat untuk makan siang
selama 60 menit dilanjutkan bekerja kembali jam 13.00 – 16.00 WIB
2. Untuk pekerja operasi
a. Shift pagi : 07.00 – 19.00 WIB
b. Shift malam : 19.00 – 07.00 WIB
3. Untuk pekerja security
a. Shift pagi : 07.00 – 19.00 WIB
b. Shift malam : 19.00 – 07.00 WIB
55
Untuk menghasilkan produk yang berkualitas di CCP Gundih maka
dilakukan pengendalian dan pengawasan dengan Distributed Control System
(DCS). Distributed Control System (DCS) akan melaksanakan fungsi
pengendalian dan pengawasan (monitoring) proses dari Gas Process dan fasilitas
pendukungnya, yang ada di CPP Gundih. DCS dirancang dengan redundant
power supply, processor, control network dan beberapa input/output kritis, dengan
mode bump-less, yang terintegrasi dengan system Emergency Shutdown System
(ESS) dan Fire & Gas System (FGS) pada control network melalui gateway atau
serial. DCS juga memiliki interface dengan sub-system yang disediakan oleh
paket equipment melalui modbus RS-485 (untuk indikasi dan status), serta
koneksi hardwire untuk interlock signal. DCS juga memiliki interface dengan
MCC, switchgear melalui komunikasi serial dan atau hardwire, untuk
memperoleh status motor dan status switchgear. Perintah - Start, dan Stop yang
keduanya jika dibutuhkan untuk diaktifkan dari DCS harus berupa hardware dari
DCS ke MCC melalui panel interposing relay.
Pengendalian kualitas bahan baku dilakukan dengan cara sistem otomatis. pada
saat gas dari flowline gas di tes secara otomatis dengan test manifold, kemudian
gas akan ditampung di manifold untuk dikirim ke GSU. dan di GSU gas akan
dipisahkan fluida 3 fasa yaitu fasa : gas, kondensat dan air.
56
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pengamatan yng dilakukan selama di PT
Pertamina EP Cepu Field Asset 4 Cepu CPP Cundih dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut:
57
6.2 Rekomendasi
Beberapa rekomendasi yang dapat disampaikan kepada PT. Pertamina EP
Asset 4 Cepu adalah :
1. Lebih sering nya pengecekan pada mesin operasi dan pipa yang
digunakan untuk line process produksi supaya dapat agar dapat
mencegah terjadiya kebocoran pipa lebih awal.
2. Diperlukan evaluasi unit processing sulphur sehingga didapatkan hasil
akhir sulphur padat berwarna kuning yang bebas dari pengotor.
58
DAFTAR PUSTAKA
Munir, Misbachul, dkk. 2010. Pemulihan Sulfur Dari Gas Buang Yang
Mengandung Hidrogen Sulfida Dari Kegiatan PLTP Dengan Proses Bio
Disulfurisasi.