Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI PENGOLAHAN PRODUK EKSTRAKTIF

Disusun oleh:
Kelompok 9
Addo Alfreda : 18/430101/KT/08790
Amalia Jannati :
Rizky Pratama :
Surya Adi Pradana :
Yogi Feriawan : 18/427476/KT/08788

LABORATORIUM KONVERSI KIMIA BIOMATERIAL


DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2020
ACARA : MINYAK ATSIRI
I. TUJUAN
Tujuan dari praktikum acara kali ini :
 Mengetahui cara distilasi minyak atsiri dan berbagai sifat pengujian fisiko kimia,
antara lain : warna dan bau, rendemen (berdasarkan berat basah dan kering), berat
jenis, indeks bias, kelarutan dalam ethanol, kadar eugenol.

II. ALAT DAN BAHAN


Alat dan bahan yang digunakan dalam acara kali ini :
Alat :
-Ketel pemasak model pengukusan -Piknometer
-Ketel pemasak model perebusan -Termometer
-Seperangkat kondensor & separator -Hand-refractometer
-Gelas ukur (10-25 cc) -Pipet ukur (5-10 cc)
-Instalasi air -Oven
-Timbangan -Cawan
-Botol kaca
Bahan :
-Daun kayu putih (Melaleuca cajuputi)
-Alkohol 70%
-Akuades
-Gas LPG
-Air suling
-Es batu

III. CARA KERJA

Dilakukan
perlakuan sebelum Dilakukan
pemasakan bahan pemasakan/distilasi
baku

Dilakukan
pengujian sifat
fisiko kimia

Pengujian sifat fisiko kimia : Warna, bau, rendemen, bobot jenis, indeks bias, dan
nilai kelarutan dalam alkohol
IV. HASIL
-Hasil Rendemen :
Berat sampel :
Berat beker kosong (A) :
Berat beker +minyak (B) :
Rendemen : (B/A)/berat sampel awal x 100%
=
=
-Warna :

-
ADDO ALFREDA (18/430101/KT/08790)
V. PEMBAHASAN

Minyak atsiri disebut juga minyak eteris, minyak esensial atau minyak
menguap, yang merupakan zat berbau yang terdapat dalam berbagai bagian tanaman.
Minyak atsiri tidak berwarna, tersimpan dalam keadaan segar pada tempat yang gelap
dan tertutup rapat, tetapi dalam penyimpanan yang lama dapat teroksidasi sehingga
warnanya dapat berubah menjadi hitam. Pada umumnya, minyak atsiri tidak dapat
bercampur dengan air tetapi larut dalam eter, alkohol, dan kebanyakan pelarut organic
(Guenther, 1987).
Minyak atsiri yang paling umum dikenal ialah minyak kayu putih. Minyak
kayu putih dari jenis Melaleuca cajuputi ssp merupakan jenis minyak atsiri dengan
kadar sineol yang tinggi (Udin dkk, 2019). Eucalyptol (nama lain 1,8-sineol)
merupakan bahan aktif yang diisolasi dari tanaman kayu putih dengan cara destilasi
dan dibuktikan dengan SNI (Standar Nasional Indonesia) No. 06-3954-2006 yang
mengandung 50-65% 1,8-sineol (Sudrajat, 2020). Untuk Standar Nasional Indonesia
(SNI), BJ minyak kayu putih berada pada rentang 0,900-0,930, sehingga diketahui
bahwa berat jenis minyak kayu putih yang diuji pada praktikum ini sudah sesuai
dengan SNI.
Beberapa metode yang telah dilakukan untuk mendapatkan minyak kayu putih
antara lain ekstraksi, penyulingan (distilasi) dan lain-lain. Berdasarkan segi ekonomi
dan rendemen yang dihasilkan, cara yang paling banyak digunakan saat ini adalah
distilasi. Teknik distilasi ini terdiri dari 3 macam, yaitu steam distillation, hydro
distillation dan steamhydro distillation. Steam distillation dapat menghasilkan
rendemen lebih banyak dibandingkan dengan menggunakan hydro distillation, namun
steam distillation membutuhkan waktu yang lebih lama. Metode penyulingan dengan
air dan metode penyulingan dengan air dan uap merupakan metode penyulingan yang
paling popular di kalangan petani penyuling kelas menengah ke bawah disamping
metode penyulingan yang lain, yaitu metode penyulingan dengan uap. Hal ini
disebabkan karena sebagian besar penyuling memiliki modal, kemampuan, serta
informasi yang terbatas (Lutony dan Rahmayati, 2000).
Laju destilasi mencerminkan banyaknya uap yang terkondensasi menjadi fase
cair selama selang waktu tertentu, misalnya setengah jam. Nilai ini sebanding dengan
jumlah uap air yang melewati bahan dalam ketel destilasi. Makin besar laju destilasi
maka banyaknya uap air yang melewati bahan pada setiap satuan waktu makin besar.
Hal ini berarti bahwa laju aliran uap air yang melewati bahan juga makin cepat.
Dengan demikian maka pada laju destilasi yang makin besar, yang berakibat laju alir
uap air makin cepat, maka waktu kontak antara uap air dengan bahan dalam ketel
menjadi makin pendek. Selama proses destilasi uap, yang dapat terdestilasi bersama
uap air hanya minyak atsiri yang berada di permukaan bahan. Agar sebanyak
mungkin minyak atsiri yang ikut terdestilasi bersama uap air maka tekanan parsial uap
minyak atsiri harus setinggi mungkin. Hal ini hanya dapat dicapai bila suhu minyak
atsiri sama dengan suhu uap air. Bila waktu kontak antara bahan dengan uap air
terlalu pendek maka, karena belum dicapai keadaan setimbang, suhu bahan (dan suhu
minyak atsiri yang terdapat pada bahan tersebut) lebih rendah daripada suhu uap air.
Akibatnya tekanan uap minyak atsiri menjadi lebih rendah daripada tekanan uap pada
suhu uap air, sehingga uap minyak atsiri yang terkondensasi menjadi lebih sedikit
yang selanjutnya mengakibatkan perolehan minyak atsiri menjadi lebih rendah
(Djojosubroto dan Inggrid, 2011).
Rendemen menjadi salah satu faktor yang penting untuk diketahui, karena
nilai ini sangat bermanfaat jika suatu jenis kayu putih akan dikembangkan untuk
industri. Semakin besar nilai rendemen maka semakin potensial pula suatu jenis kayu
putih untuk diproduksi. Faktor utama yang berpengaruh terhadap perbedaan hasil
rendemen minyak kayu putih yang dihasilkan adalah dari waktu pemasakan dan asal
bahan baku penghasil minyak atsiri, jenis alat penyulingan, perlakuan terhadap bahan
baku penghasil minyak kayu putih dan penyimpanan bahan ataupun prosuk
berpengaruh terhadp kualitas minyak atsiri (Widiyanto dan Siarudin, 2014).

VI. KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

Guenther, E. 1987. The essential oil. New York : Van Nostrand Reinhold Company.
Inggrid H, M., dan Djojosubroto, H.. 2008. Destilasi Uap Minyak Atsiri dari Kulit
dan Daun Kayu Manis (Cinnamomum burmanii). Jurusan Teknik Kimia.
Fakultas Teknologi Industri, Universitas Katolik Parahyangan.
Lutony, T. L. dan Y. Rahmayati. 2000. Produksi dan Perdagangan Minyak Atsiri.
Jakarta : Penebar Swadaya.
Sudrajat, Susana Elya. 2020. Minyak Kayu Putih, Obat Alami dengan Banyak Khasiat
: Tinjauan Sistematik. Jurnal Kedokteran Meditek. 26 (2) : 51-59.
Udin Muhamad Ibnu Baha., Dayal Gustopo., dan Ellysa Nursanti. 2019. Upaya
Meningkatkan Penjualan Minyak Kayu Putih Ruu Dengan Metode Marketing
Mix, Berdasarkan Analisis SWOT Dan STP Di Wasur Kabupaten Merauke.
Jurnal Teknologi dan Manajemen Industri. 5 (1) ; 45 – 53.
Widiyanto Ary dan Siarudin Mohamad. 2014. Sifat Fisiko Kimia Minyak Kayu Putih
Jenis Asteromyrtus brasii. Jurnal Penelitian Hasil Hutan. 32 (4) :243-252.

Anda mungkin juga menyukai