Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRAKTIKUM

EKSTRAKSI MINYAK BIJI KEMIRI DENGAN METODE MASERASI

Disusun Oleh :

1. Supriyatin C (172500011)
2. Hayyu Woro Diana Resti (182500001)
3. Melda Risma (182500006)
4. Evi Dwi Cahyani (182500016)
5. Dela Farinta sia (182500026)
6. Agung Wicaksono (202509002)
7. Ary Wahyudiono (202509005)
8. Aldi Syahputra (212509002)

UNIVERSITAS PGRI ADI BUANA SURABAYA


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
PROGRAM STUDI BIOLOGI
2021
I. Tujuan
Praktikum ini bertujuan:
 Praktikan memahami prinsip dan metode ekstraksi minyak asal tumbuhan khususnya minyak
asal biji kemiri
 Membandingkan perolehan kedua jenis pelarut organik dalam ekstraksi minyak kemiri
 Praktikan mengetahui prinsip kerja dan pengoperasian rotari evaporator
 Mengenalkan pada Praktikan kegunaan minyak asal biji tumbuhan pada kehidupan manusia dan
membuktikan kegunaan minyak tersebut sebagai bahan bakar

II. Kompetensi
Setelah melakukan kegiatan praktikum, diharapkan praktikan mampu untuk :
 Mengekstraksi minyak asal tumbuhan khususnya minyak asal biji kemiri dengan metode
maserasi
 Menjelaskan efektifitas n-heksan dan etanol dalam ekstraksi minyak kemiri
 Mampu menjelaskan dan mengoperasikan rotari evaporator
 Menjelaskan kegunaan minyak asal biji tumbuhan pada kehidupan manusia, khususnya sebagai
bahan bakar

III. Pendahuluan

Kemiri (Aleurites moluccana), adalah tumbuhan asli Indonesia yang bijinya dimanfaatkan sebagai
sumber minyak dan rempah-rempah. Tumbuhan ini masih sekerabat dengan singkong dan termasuk
dalam suku Euphorbiaceae. Dalam perdagangan antarnegara dikenal sebagai candleberry, Indian walnut,
serta candlenut. Pohonnya disebut sebagai varnish tree atau kukui nut tree. Minyak yang diekstrak dari
bijinya dikenal dengan sebutan tung oil yang bermanfaat untuk industri cat, kosmetik, sebagai alternatif
bahan bakar dan digunakan dalam pengobatan berbagai penyakit. Minyak kemiri terbukti berkhasiat
sebagai obat penumbuh rambut (Julaiha, 2003).
Minyak kemiri termasuk golongan minyak lemak, yaitu sejenis minyak yang terbuat dari tumbuhan
dan pada umumnya digunakan dalam makanan dan memasak. Beberapa minyak lemak yang biasa
digunakan ialah minyak kelapa sawit Afrika, jagung, zaitun, minyak lobak, kedelai, dan bunga matahari.
Isolasi lipida ( minyak lemak, lemak, dan malam / lilin ) dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu :
Pengepresan, penggunaan pelarut, dan penggunaan panas. Kandungan minyak kemiri sekitar 15 – 20 %
dari berat biji. Berikut sifat kimia dan fisika minyak kemiri menurut SNI 01-4462-1998 (Tabel 1 dan 2).
Tabel 1. Sifat fisika minyak kemiri berdasar SNI 01-4462-1998

Parameter Persyaratan
FFA (%) 0,10-1,50
Bilangan iodine (g 12/100 g sampel) 136-167
Bilangan penyabunan (mg KOH/g sampel) 184-202
Warna Normal
Densitas (g/cm3) 0,9240-
0,9290
Indeks bias 1,4730-
14790

Tabel 2. Sifat kimia minyak kemiri berdasar SNI 01-4462-1998


Asam lemak Jumlah (%)
Asam lemak jenuh -
Asam palmitat 55
Asam stearat 6.7
Asam lemak tak jenuh -
Asam oleat 10.5
Asam linoleat 48.5
Asam linolenat 28.5

Dikenal beberapa cara untuk mengekstraksi minyak, yaitu dengan cara pengepresan mekanik,
ekstraksi dengan pelarut, dan fermentasi (Soeka 2008). Ekstraksi adalah suatu cara memisahkan
campuran beberapa zat menjadi komponen-komponen yang terpisah. Ekstraksi dengan pelarut merupakan
metode yang paling banyak digunakan untuk mengekstrak minyak dari hasil pertanian. Ekstraksi ini
biasanya dilakukan dengan cara soxhlet dan maserasi. Prinsip metode ekstraksi dengan pelarut adalah
melarutkan minyak nabati di dalam bahan pelarut organik yang mudah menguap. Pelarut yang umum
digunakan untuk mengekstraksi minyak/lemak berupa pelarut non polar seperti heksana, petroleum eter,
dietil eter sedangkan untuk memisahkannya dari senyawa lain dapat digunakan pelarut lain seperti aseton,
etil asetat, kloroform, metanol, dan lain-lain (Ketaren 1986). Profil komponen minyak dari ekstrak
tumbuhan dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya adalah pemilihan metode ekstraksi.
Metode yang berbeda akan menghasilkan profil minyak yang berbeda pula (Daryono, Pursitta, and Isnaini
2014). Dalam pelaksanaan proses ekstraksi, faktor-faktor yang mempengaruhi laju ekstraksi

adalah: tipe persiapan sampel waktu ekstraksi, kuantitas pelarut, suhu pelarut dan tipe pelarut.
Beberapa kriteria yang perlu diperhatikan untuk menentukan pelarut yang akan digunakan dalam
ekstraksi adalah beda polaritas antara solvent, toksisitas, ketersediaan, harga, titik didih rendah
(minyak akan rusak pada suhu tinggi), sifat tidak mudah terbakar, tidak mudah meledak, mudah
menguap, rendahnya suhu kritis untuk meminimalkan biaya operasi dan reaktivitas.
Pelarut yang dipilih untuk ekstraksi minyak nabati biasanya adalah n-heksana. Pelarut ini bersifat
inert, memiliki titik didih yang relatif rendah serta dapat melarutkan dengan cepat dan sempurna, namun
n-heksana memiliki efek toksik terhadap manusia misalnya menimbulkan euforia ringan yang
mengakibatkan kegagalan saraf (EPA 2013). Oleh karena itu, subtitusi pelarut heksana dengan pelarut
lain yang relatif lebih aman misalnya seperti etanol sangat dianjurkan (Aziz, Ratih, and Asima 2009).
Pelarut organik yang umum digunakan dalam produk pangan adalah etanol, sedangkan untuk kosmetika
selain etanol juga digunakan aseton, eter, ester dan lain-lain. Penggunaan n-heksana dalam proses
ekstraksi minyak/lemak sangat lazim digunakan, hanya harus dipastikan setelah penguapan pelarut
minyak hasil ekstraksi benar-benar bebas heksana. Dalam praktikum ini dipilih etanol 96% sebagai
pembanding n-heksana untuk mengekstraksi minyak biji kemiri. Karakteristik fisik dan kimia n-heksan
dan etanol disajikan pada Tabel 3 dan 4.
Tahapan lanjutan untuk memisahkan minyak dengan pelarutnya adalah destilasi menggunakan
rotari evaporator. Distilasi merupakan teknik pemisahan yang didasari atas perbedaan titik didih atau titik
cair dari masing-masing zat penyusun dari campuran homogen. Dalam proses destilasi terdapat dua tahap
proses yaitu tahap penguapan dan dilanjutkan dengan tahap pengembangan kembali uap menjadi
cair atau padatan. Atas dasar ini maka perangkat peralatan destilasi menggunakan alat pemanas
dan alat pendingin. Proses distilasi diawali dengan pemanasan, sehingga zat yang memiliki titik
didih lebih rendah akan menguap. Uap tersebut bergerak menuju kondenser yaitu pendingin,
proses pendinginan terjadi karena kita mengalirkan air kedalam dinding (bagian luar kondensor),
sehingga uap yang dihasilkan akan kembali cair. Proses ini berjalan terus menerus dan akhirnya
kita dapat memisahkan seluruh senyawa-senyawa yang ada dalam campuran homogen tersebut.

Tabel 3. Sifat Fisika dan Kimia n-Heksana dan Etanol


Kriteria n-Heksan Etanol
Berat molekul 86,2 gram/mol 46,069 gram/mol
Sifat kepolaran Non polar Polar
Warna Tak berwarna Tak berwarna
Wujud Cair Cair
Titik lebur -95°C -114,1°C
Titik didih (pada 1 atm) 69°C 78°C
Densitas 0,6603 gr/ml 0,789 g/ml

IV. Alat dan Bahan


Labu takar 500 mL, Hot plate stirer 350 W, Neraca digital, Elenmeyer 250 ml, Corong gelas,
Batang pengaduk, Gelas ukur 250 mL, Lumpang dan alu, korek api, piring kecil alas cangkir, Kemiri
500 gram, n-Heksana , Etanol 96%, Kertas saring, sumbu kompor/kapas.
V. Prosedur Kerja
1. Haluskan biji kemiri dengan menggunakan lumpang dan alu
2. Timbang ....gram kemiri yang sudah dihaluskan
3. Rendam kemiri yang sudah halus dengan masing pelarut sebanyak .... ml selama.... menit dalam
labu ukur 250 ml
4. Saring campuran kemiri dengan menggunakan corong dan kain atau filter paper
5. Lakukan Destilasi ( tahap pemanasan) masing-masing pelarut dengan menggunakan suhu ....
derajat selama .... menit
6. Lalu lanjutkan dengan proses destialsi ( tahap pendinginan ) selama .....
7. Amati hasil minyak yang terekstrak ( jumlah , warna dan uji bakar )

VI. Hasil Pengamatan

Tabel 4. Hasil dan profil minyak biji kemiri yang diekstrasi dengan metode maserasi
menggunakan dua pelarut organik yang berbeda.
Karakteristik minyak n-Heksana Etanol 96%
Volume minyak yang
168 154
diperoleh (mL)
Lama waktu evaporasi
34 menit 20 menit
(menit)
Dokumentasi minyak

Warna minyak
Kuning keputihan Kuning pekat
Berat residu/ampas biji 74 gr 81 gr
Hasil uji bakar
Menyala Tidak menyala
(menyala/tidak)
Dokumentasi uji bakar

VII. Pembahasan

VIII. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan dapat disimpulkan sbb :
1. Minyak yang dihasilkan oleh pelarut n-Heksan lebih banyak daripada pelarut Ethanol
2. Kualitas minyak yang dihasilkan pelarut Ethanol lebih bagus daripada pelarut n-Heksan.
Hal ini dapat dilihat dari warna minyak yang dihasilkan ethanol lebih kuning pekat.
3. Pada hasil ekstraksi menggunakan n-heksana, minyak dapat terbakar . hal ini dikarenan n-
heksan adalah senawa polar yang kecenderungan tidak larut dalam air. Sehingga kadar air
yang ikut terekstrak sangat rendah bahkan nol.

Daftar Pustaka
1. https://pdfslide.net/documents/laporan-akhir-praktikum-dasar-dasar-pemisahan-analitik-
bambang441410046.html
2. https://pdfcoffee.com/jurnal-hpi-vol-23-no-2oktober-2010-pdf-free.html
3. file:///C:/Users/Adamfrds/Downloads/1430-Article%20Text-5826-1-10-20190912.pdf

Lampiran Dokumentasi :
Tahap Perendaman .

Tahap Penyaringan :

Tahap Destilasi :

Hasil pemanasan :
Minyak hasil Kondensasi :

Anda mungkin juga menyukai