Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

ANALISIS MINYAK ATSIRI


PADA KAYU PUTIH

Disusun oleh :

Aliya Faiza/ 04 / XII KA 1

SMK NEGERI 1 (STM PEMBANGUNAN)


TEMANGGUNG
TAHUN AJARAN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat serta karunia-
NYA kepada saya sehingga saya berhasil menyelesaikan tugas makalah ini dengan tepat
waktu. Makalah ini saya buat untuk memperdalam lagi pemahaman saya tentang “ Analisis
Bahan Minyak Atsiri pada Kayu Putih”.

Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, Oleh karena itu kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu saya harapkan demi kesempurnaan
makalah ini. Akhir kata, saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir penyelesaian. Semoga
Tuhan senantiasa meridhoi.

Temangung, 24 Agustus 2021

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia adalah salah satu negara penghasil minyak atsiri dunia. Minyak atsiri
merupakan komoditas eksport Indonesia yang menghasilkan devisa negara. Oleh karena
itu pada tahun-tahun terakhir ini, minyak atsiri mendapat perhatian yang cukup besar dari
pemerintah Indonesia. Indonesia menghasilkan 40 jenis dari 80 jenis minyak atsiri yang
diperdagangkan dipasar dunia. Dari jumlah tersebut, 13 jenis telah memasuki pasar atsiri
dunia, yaitu nilam, serai wangi, cengkeh, jahe, pala, lada, kayu manis, cendana, melati,
akar wangi, kenanga, kayu putih, dan kemukus.
Minyak atsiri adalah minyak mudah menguap atau minyak terbang, merupakan
campuran dari senyawa yang berwujud cairan yang diperoleh dari bagian tanaman, akar,
kulit, batang, daun, buah, biji, maupun dari bunga dengan cara penyulingan (Hardjono,
2004). Tanaman penghasil minyak atsiri di Indonesia tercatat sebanyak kurang lebih 45
jenis tanaman (Mulyadi, 2008). Salah satu tanaman penghasil minyak atsiri adalah kayu
putih.
Kayu putih dalam Bahasa Ilmiah dikenal dengan Melaleuca cajuputi, merupakan salah
satu jenis tanaman yang mempunyai peranan cukup penting dalam industri minyak atsiri
(Kartikawati dkk, 2014). Proses pengubahan kayu putih menjadi minyak atsiri
dinamakan proses destilasi atau biasa disebut proses penyulingan. Pada proses
penyulingan tanaman minyak kayu menghasilkan minyak yang biasa disebut minyak
kayu putih. Minyak kayu putih didapatkan dengan cara mendestilasikan bagian-bagian
dari tanaman kayu putih seperti ; daun, tangkai dan biji. Tetapi pada tanaman kayu putih
yang paling banyak mengandung minyak kayu putih ada pada bagian daun. Daun kayu
putih adalah bagian dari tanaman tersebut yang paling baik untuk dilakukan destilasi.

Kandungan minyak atsiri memiliki berbagai macam manfaat, seperti bahan baku
pembuatan obat-obatan,insektisida, hingga kosmetik.

Setelah mendapatkan minyak cendana,dilakukan analisis Kualitatif dengan Metode KLT


(kromatografi Lapis Tipis) dan analisis dengan metode kromatografi Gas Spektra massa
(Baser, 2010). Untuk analisis kuantitatifnya dilakukan dengan metode destilasi Stahl
(Materia Medika Indonesia, 1980).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas yang menjadi permasalahan dalam makalah ini adalah
apakah BTP yang digunakan pada suatu produk saus cabe sesuai dengan syarat mutu
saus cabe pada SNI 01 - 2976-2006

- Tujuan Mengetahui jenis bahan tambahan pangan yang ada dalam saus cabe.
- Mengetahui cara pengujian anaisis bahan tambahan pangan pada saus cabe.
- Mengetahui kadar bahan tambahan pangan yan terkandung dalam saus cabe.
1.3
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Minyak Atsiri

Minyak atsiri adalah salah satu kandungan tanaman yang sering disebut “minyak
terbang”. Minyak atsiri dinamakan demikian karena minyak tersebut mudah
menguap. Selain itu, minyak atsiri juga disebut essential oil (dari kata essence) karena
minyak atsiri tersebut memberikan bau pada tanaman. Minyak atsiri itu berupa cairan
jernih dan tidak berwarna. Namun, pada minyak-minyak tertentu selama
penyimpanan dapat terjadi perubahan seperti perubahan warna. Minyak atsiri tersebut
sebaiknya disimpan dalam wadah berbahan dasar kaca yang berwarna gelap
(misalnya, botol berwarna cokelat atau biru gelap) untuk mengurangi sinar yang
masuk (Koensoemardiyah, 2010).

Minyak atsiri merupakan salah satu hasil proses metabolisme dalam tanaman, yang
terbentuk karena reaksi berbagai senyawa kimia dan air. Minyak atsiri umumnya
terdiri dari berbagai campuran persenyawaan kimia yang terbentuk dari unsur karbon
(C), hidrogen (H), dan oksigen (O) serta beberapa persenyawaan kimia yang
mengandung unsur nitrogen (N) dan belerang (S). Pada umumnya sebagian besar
minyak atsiri terdiri dari campuran persenyawaan golongan hidrokarbon dan
hidrokarbon teroksigenasi (Ketaren, 1985).

Potensi tanaman kayu putih sebagai salah satu jenis minyak atsiri di Indonesia cukup
besar mencakup antara lain daerah Maluku, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi
Tenggara, Bali dan Papua yang berupa hutan alam kayu putih. Sementara itu yang
berada di Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat berupa hutan tanaman kayu
putih (Widiyanto & Siarudin, 2014).

2.2 Kayu Putih


Tumbuhan kayu putih (Melaleuca leucadendra (L). L), merupakan salah satu
tumbuhan penghasil minyak atsiri. Tumbuhan ini mengandung minyak atsiri sekitar
0,5-1,5% tergantung efektivitas penyulingan dan kadar minyak yang terkandung
terhadap bahan yang disuling. Minyak kayu putih disuling dari daun dan ranting
(terminal branhlet). Beberapa spesies melaleuca merupakan sejenis pohon yang
tumbuh melimpah dikepulauan hindia timur (Indonesia), semenanjung Malaya, dan di
beberapa tempat lainnya. Pasaran utama bagi minyak atsiri cajeput oil antara lain
Amerika Serikat, Jepang, Singapura, Perancis, dan Belanda (Lutony & Rahmayanti,
1994).
Subspecies cajuputi adalah penghasil minyak kayu putih dengan kadar 1,8 cineole dan
rendemen yang tinggi, sedang subspecies lainnya yaitu cumingiana dan platyphylla,
menghasilkan minyak dengan kadar cineole rendah. Di daerah Kalimantan Selatan
dan Sumatera Selatan subspecies cumingiana dikenal sebagai gelam dan kayunya
banyak digunakan untuk keperluan bangunan (Kartikawati et al., 2014).
Kandungan kimia dari minyak kayu putih yang dihasilkan dari tumbuhan Melaleuca
leucadendra (L). L. dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Kandungan kimia minyak kayu putih (Melaleuca leucadendra (L). L.)

Nama Komponen Kimia Kadar (%)


β-pinena 1,21
1,8-Sineol 60,03
Terpinolena 0,47
4, 11, 11, -tetrametil-8
1,44
metilen
β-linalool 1,59
Kariofilena 1,26
α kariofilena 0,52
Isokariofilena 0,87
dehidro -1, 1, 4, 7,
5,32
-tetrametil elemol
α-terpineol 14,96
Sumber: Alexander, 2015

Syarat mutu minyak kayu putih menurut Badan Standar Nasional (BSN) tahun 2006
dapat dilihat pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2 Syarat mutu minyak kayu putih

Jenis Uji Persyaratan


Keadaan:
a. Warna a. Jernih sampai kuning kehijauan
b. Bau b. Khas kayu putih
Bobot Jenis 20°C/ 20°C 0,900-0,930
Indeks bias 1,450-1,470
Kelarutan dalam etanol 70% 1:1 sampai 1:10 jernih
Putaran optik (-) 4° s/d 0°
Kandungan sineol 50-65%
Sumber: Badan Standar Nasional, 2006
BAB III
PEMBAHASAN DAN METODOLOGI
3.1
PENETAPAN BOBOT JENIS
Untuk menentukan bobot jenis monyak atsiri digunakan alat modifikasi botol timbang dan
dihitung dengan menggunakan rumus :
BJ minyak atsiri =
Keterangan :
W = bobot botol timbang berisi minyak atsiri pada 25Ԩ
W1 = bobot botol timbang kosong
W2 = bobot berisi air pada 250C (Gunther,1987)

PENETAPAN INDEKS BIAS


Penentuan indeks bias ini didasarkan pada pengukuran langsung sudut sinar yang dibiaskan
minyak atsiri daun cendana dengan menggunakan alat refraktometer Abbe dan dilihat
suhunya pada saat pengukuran tersebut, lalu dikonversikan dan dihitung indeks biasnya
dengan menggunakan rumus :
nD20 = skala indeks bias yang dibaca + (suhu yang dibaca – 20)x 0,00045

PROFIL KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT)


Analisis KLT minyak atsiri daun cendana menggunakan dengan fase diam silica gel GF254
dan fase gerak toluene-etil asetat 93:7 kemudian diamati dengan UV panjang gelombang 254
nm dan 365 nm. Untuk penampak nodanya digunakan Anisaldehid-Asam sulfat lalu panaskan
di oven 115Ԩ selama 5 menit.
Profil Kromatografi Gas-Spektra Massa (KG-SM)
Untuk melihat komponen penyusun minyak atsiri di analisis menggunakan KG-MS dengan
suhu injector 250 Ԩ dan suhu oven 100 Ԩ. Untuk tekanannya di atur 8,8 Psi dan kolom yang
digunakan adalah capillary coloumn. Untuk carier gasnya digunakan gas Helium dengan laju
aliran 1,0 ml/menit. Setelah sampel diinjekkan dan dianalis dengan kromatografi gas lalu
selanjutnya dianalisis dengan menggunakan spectra massa untuk melihat struktur dari
komponen-komponen tersebut. Dari banyakanya komponen yang terdeteksi lalu pilih
beberapa komponen yang merupakan komponen utama penyusun minyak atsiri bunga
tanjung tersebut dilihat dari komponen yang memiliki % area tertinggi.
Penetapan Kadar Minyak Atsiri Daun Cendana (Analisis Kuantitatif)
Minyak atsiri daun cendana ditetapkan kadarnya dengan menggunakan metode destilasi
Stahl. Simplisia dikeringkan kemudian ditimbang sebanyak 50 gram lalu didestilasi selama 6
jam. Lalu lihat volume minyak atsiri dan dihitung kadar dengan menggunakan rumus :
Kadar minyak Atsiri total (%v/b)=
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Bahan Tambahan Pangan (BTP) adalah senyawa yang sengaja ditambahkan ke dalam
makanan dengan jumlah dan ukuran tertentu dan terlibat dalam proses pengolahan,
pengemasan, dan atau penyimpanan. BTP secara umum bertujuan untuk meningkatkan nilai
gizi makanan, memperbaiki niai estetika dan sensori makanan juga memperpanjang umur
simpa makanan. Walaupun penggunaan BTP diperbolehkan, namun harus tetap dibatasi
karena dapat menyebabkan dampak negatif jika digunakan secara berlebihan atau melebihi
ambang batas penggunaan yang teah ditetapan.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai