Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kemiri (Aleurites moluccana) adalah tumbuhan yang bijinya
dimanfaatkan sebagai sumber minyak dan rempah-rempah. Tumbuhan ini
masih sekerabat dengan singkong dantermasuk dalam suku Euphorbiaceae.
Dalam perdagangan antar negara dikenal sebagai candleberry, Indian walnut,
serta candlenut.
Minyak yang diekstrak dari bijinya berguna dalam industri sebagai bahan
campuran cat, obat, rempah, menyuburkan rambut, menghitamkan rambut
secara alami dan bahkan kandungan minyaknya dapat digunakan sebagai
pengganti BBM. Yang pasti sangat efektif untuk mengurangi penggunaan
bahan bakar yang terbuat dari bahan yang tidak dapat diperbaharui. Di
filiphina minyak kemiri sudah lama dikenal dan digunakan untuk melapisi
bagian dasar perahu agar tahan terhadap korosi akibat air laut.
Minyak kemiri merupakan minyak nabati berbentuk cair. Biji kemiri
memiliki kadar minyak yang tinggi, yaitu sekitar 35 %-65 % minyak. Minyak
kemiri merupakan minyak mengering (drying oil) dan dalam setiap
penanaman masing-masing pohon akan menghasilkan sekitar 30-80kg kacang
kemiri dan sekitar 15-20% ‘dari berat tersebut merupakan minyak yang
didapat. Inti biji kemiri mengandung 60-66% minyak.
Pengolahan minyak kemiri bisa dengan cara ekstraksi, yaitu suatu proses
pemisahan substansi dari campurannya atau zat pemegangnya dengan
menggunakan suatu pelarut yang sesuai.
Biji kemiri merupakan tanaman yang memiliki kandungan minyak yang
tinggi dan ketersediaannya dipasaran yang cukup besar. Biji kemiri memiliki
banyak manfaat, namun didalam masyarakat pemanfaatannya belum
maksimal. Tugas akhir ini berusaha memperoleh minyak kemiri untuk
memberikan alternatif lain guna meningkatkan potensi dibdang perekonomian
dan perindustrian bagi masyarakat

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana menentukan randemen minyak kemiri hasil pemisahan dengan
metode ekstraksi dan destilasi?
2. Bagaimana menetukan uji mutu minyak kemiri secara fisik yang meliputi
bau,warna,dan tekstur?
3. Bagaaimana menentukan uji mutu produk minyak kemiri yaitu kadar
asam lemak bebas?

1.3 Tujuan

1. Menentukan randemen minyak kemiri hasil pemisahan dengan metode


ekstraksi dan destilasi
2. Menentukan uji mutu minyak kemiri secara fisik yang meliputi
bau,warna,dan tekstur
3. Menentukan uji mutu produk minyak kemiri yaitu kadar asam lemak
bebas

BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Minyak Kemiri
Minyak kemiri dikenal dengan istilah candle nut oil. Minyak kemiri
mempunyai sifat mudah menguap dibanding dengan minyak jenis lain seperti
linseed oil (minyak biji rami) sehingga sering digunakan sebagai minyak
pengering dalam industri. Minyak kemiri dimanfaatkan pula dalam industri
sebagai shampo dan 5 minyak rambut. Minyak biji kemiri juga digunakan
sebagai cat, pernis, dan bahan bakar. Minyak kemiri pada umumnya tidak
dapat dicerna secara langsung karena bersifat laksatif dan biasanya digunakan
sebagai bahan tinta cetak, pembuatan sabun dan sebagai pengawet kayu.
Komponen utama penyusun minyak kemiri adalah asam lemak tak jenuh.
Minyak biji kemiri juga mengandung asam lemak jenuh dengan presentase
yang relative kecil.
Minyak kemiri merupakan minyak lemak yang memiliki banyak
manfaat, baik dalam bidang kesehatan maupun kosmetik dan industri. Selain
itu, kemiri merupakan tanaman asli Indonesia dan banyak dijumpai di daerah-
daerah di Indonesia. Dalam satu kali penanaman kemiri, masing-masing
pohon akan menghasilkan sekitar 30 – 80 kg kacang kemiri. Inti biji kemiri
mengandung 60-66% minyak. Kemiri mengandung energi sebesar 636
kilokalori, protein 19 gram, karbohidrat 8 gram, lemak 63 gram, kalsium 80
miligram, fosfor 200 miligram, dan zat besi 2 miligram. Selain itu didalam
kemiri juga mengandung vitamin b1 0,06 miligram.
Di dalam minyak kemiri terdapat kandungan asam linoleat diperlukan
untuk fungsi otak yang sehat, kulit dan pertumbuhan rambut, kepadatan
tulang, produksi energi dan kesehatan reproduksi. Selain itu terdapat
kandungan zat gizi mikro yang terdapat dalam kemiri yaitu protein, lemak
dan karbohidrat. Mineral dominan yang terdapat dalam kemiri adalah kalium,
fosfor, magnesium, dan kalsium serta fitosterol yang dapat merusak enzim
pembentuk kolesterol dalam hati sehingga dapat menghambat pembentukan
kolesterol.
Minyak kemiri dapat dijadikan alternatif bahan bakar, dan digunakan
dalam pengobatan berbagai penyakit. Minyak kemiri mula-mula dipakai
sebagai pengganti linseed oil, yaitu minyak yang dapat digunakan sebagai cat
dan pernis, karena mempunyai sifat yang lebih baik dari linseed oil.
Minyak biji kemiri dapat diambil melalui beberapa cara antara lain
dengan proses rendering, pengepresan mekanik dan ekstraksi menggunakan
pelarut (solvent ekstraction). Ekstraksi dengan menggunakan pelarut (solvent
ekstraction) merupakan cara ekstraksi dengan melarutkan minyak dalam biji
kemiri menggunakan pelarut, melalui proses ini dapat dihasilkan minyak
yang lebih murni karena pelarut hanya akan melarutkan minyaknya saja
bukan komponen lain dari biji kemiri sehingga rendeman yang dihasilkan
besar. Salah satu alat yang effisien digunakan untuk proses ekstraksi dengan
menggunaan pelarut adalah Soxhlet karena dengan alat Soxhlet, pelarut yang
kontak dengan bahan berlangsung secara kontinyu.

Klasifikasi tanaman kemiri


Kingdom : Plantae
Divisio : spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Classis : Dicotyledoneae
Ordo : Euphorbiales
Familia : Euphorbiaceae
Genus : Aleurites
Spesies : Aleurites meluccana (L).
2.2 Kualitas Minyak Kemiri
Analisis parameter mutu minyak kemiri dalam penelitian ini mengacu pada
SNI 01-4462-199. Yang menjelaskan sifat kimia dan fisika dari minyak kemiri
berdasarkan SNI yang telah ditetapkan. Bentuk fisik dari minyak kemiri murni
berbentuk cair dan memiliki warna kuning bening, sedangkan minyak kemiri yang
tidak murni berwarna lebih pekat.
Parameter dibawah ini yang nantinya akan dijadikan acuan dari hasil minyak
kemiri yang telah dibuat dari hasil praktikum, apakah sudah sesuai dengan SNI
atau belum.

2.2.1 Sifat kimia dan fisika minyak kemiri menurut SNI 01-4462-199
No Parameter Persyaratan
1. FFA (%) 0.10-1.50
2. Bilangan iodine (g 12/100 g sampel) 136-167
3. Bilangan penyabunan (mg KOH/g sampel) 184-202
4. Warna Normal
5. Densitas (gr/cm²) 0.9240-0.9290
6. Indeks bias 1.4730-1.4790
7. Kadar air (%) maks, 0.15

2.2.2 Komposisi Asam Lemak (%) Minyak Kemiri


Asam Lemak Jumlah
Asam Lemak Jenuh (%)
1. Asam Palmitat 5.5
2. Asam Stearat 6.7
Asam Lemak Tak Jenuh
3. Asam Oleat 10.5
4. Asam Linoleat 48.5
5. Asam Linolenat 28.5
2.2.3 kandungan gizi per 100 gram biji kemiri
Komponen gizi Jumlah terkandung
Energi 636 kalori
Protein 19 g
Karbohidrat 8g
Lemak 63 g
Kalsium 80 mg
Fosfor 200 mg
Besi 2 mg
Vitamin B 0.06 mg
Air 7g
Daftar komposisi bahan makanan, direktorat
Gizi departemen kesehatan RI (1981)

2.3 Kerusakan Minyak Kemiri


2.3.1 Hidrolisis
Penambahan air pada minyak dapat menyebabkan terjadinya proses
hidrolisis. Proses hidrolisis dapat dipercepat oleh adanya mikroorganisme
yang terdapat dalam minyak, atau dengan bantuan katalis asam maupun basa.
Hidrolisis merupakan pemecahan trigliserida oleh air menjadi gliserol dan
asam lemak bebas. Hidrolisis pada dasarnya merupakan reaksi kerusakan
minyak, sebagai indikatornya kita dapat menghitung bilangan asam. Bilangan
asam akan sebanding dengan asam lemak bebas yang dikandung minyak. Jadi
semakin banyak asam lemak yang dihasilkan maka semakin tinggi asam
lemaknya.
Reaksi ini dapat dipercepat dengan adanya basa, asam, dan enzim.
Proses hidrolisis pada umumnya disebabkan oleh aktifitas enzim dan
mikroba. Proses hidrolisis dapat berlangsung bila tersedia sumber nitrogen,
garam mineral, dan sejumlah air. Hidrolisis yang terjadi pada sejumlah
minyak atau lemak yang mempunyai asam-asam lemak dengan rantai karbon
panjang mengalami proses yang lebih lambat.
Reaksi hidrolisis oleh asam bersifat reaksi bolak-balik (reversible),
sedangkan reaksi hidrolisis oleh basa tidak bersifat bolak-balik (irreversible) .
Reaksi hidrolisis minyak dengan memakai katalisator asam secara umum
dapat dituliskan pada persamaan 1.
Adapun katalis basa yang umum digunakan adalah basa kuat seperti
KOH
dan NaOH. Dalam reaksi hidrolisis dengan memakai katalis basa secara
umum dapat dituliskan pada persamaan 2.

2.3.2 Oksidasi
Proses oksidasi dapat berlangsung bila terjadi kontak antara sejumlah
oksigen dengan minyak atau lemak. Terjadinya reaksi oksidasi ini akan
mengakibatkan bau tengik pada minyak dan lemak. Oksidasi biasanya
dimulai dengan pembentukan peroksida dan hidroperoksida. Tahap
selanjutnya ialah terurainya asam-asam lemak disertai dengan konversi
hidroperoksida menjadi aldehid dan keton serta asam-asam lemak bebas.
Rancidity terbentuk oleh aldehida bukan oleh peroksida. Jadi kenaikan
peroxide value(PV) hanya indikator dan peringatan bahwa minyak sebentar
lagi akan berbau tengik. Oksidasi yang lebih lanjut dapat menghasilkan keton,
karena reaksi ini reaksi disertai hidrolisis. Peristiwa ini dikenal dengan
ketonic rancidity.Oksidasi dapat mempengaruhi nilai karakterisasi dari
minyak kemiri.
Di dalam minyak kemiri terkandung vitamin E yang tergolong sebagai
antioksidan alami yang larut dalam lemak, tetapi jumlah vitamin E yang
terkandung dalam minyak kemiri relatif rendah untuk dapat mencegah reaksi
oksidasi. Sehingga diperlukan penambahan antioksidan sintetik dari luar
untuk mencegah terjadinya reaksi oksidasi. Oleh karena itu untuk mencegah
terjadinya oksidasi dan untuk meningkatkan ketahanan minyak kemiri,
diperlukan tambahan antioksidan dari luar sebagai pengganti antioksidan
alami yang hilang akibat proses pengolahan dan penyimpanan. Salah satu
antioksidan sintetik yang sering digunakan adalah butil hidroksi toluene
(BHT).
Reaksi oksidasi yang terjadi:

Menurut teori farmer oksidasi menghasilkan 4 isomer pada reaksi primer


(reaksi awal).

2.4 Ekstraksi Soxhlet


Ekstraksi merupakan peristiwa pemisahan satu atau beberapa bahan dari
suatu padatan atau cairan dengan bantuan pelarut. Pemisahan terjadi karena
kemampuan larut yang berbeda dari komponen-komponen dalam campuran.
Metode ekstraksi dipilih berdasarkan beberapa faktor, seperti sifat dari bahan
mentah tanaman dan daya penyesuaian dengan tiap macam metode ekstraksi
dan kepentingan dalam memperoleh ekstrak dari tanaman. Sifat dari bahan
mentah tanaman merupakan factor utama yang harus dipertimbangkan dalam
memperoleh metode ekstraksi. Tujuan ekstraksi bahan alam untuk menarik
komponen kimia yang terdapt dalam bahan alam. Bahan-bahan aktif seperti
senyawa antimikroba dan antioksidan yang terdapat pada tumbuhan yang
umumnya diekstrak dengan pelarut. Pada proses ekstraksi dengan pelarut,
jumlah dan jenis senyawa yang masuk kedalam pelarut sangat ditentukan oleh
pelarut yang digunakan dan meliputi 2 fase yaitu fase pembilasan dan fase
ekstraksi. Ekstraksi secara umum dapat digolongkan menjadi dua yaitu
ekstraksi padat-cair dan ekstraksi cair-cair. Pada ekstraksi cair-cair, senyawa
yang dipisahkan terdapat dalam campuran yang berupa cairan, sedangkan
ekstraksi padat-cair adalah suatu metode pemisahan senyawa dari campuran
yang berupa padatan.
Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Ekstraksi
1. Jenis pelarut Jenis pelarut mempengaruhi senyawa yang tersari, jumlah zat
terlarut yang terekstrak dan kecepatan ekstraksi.
2. Suhu Secara umum, kenaikan suhu akan meningkatkan jumlah zat terlarut
ke dalam pelarut.
3. Rasio pelarut dan bahan baku Jika rasio pelarut-bahan baku besar maka
akan memperbesar pula jumlah senyawa yang terlarut. Akibatnya laju
ekstraksi akan semakin meningkat.
4. Ukuran partikel Laju ekstraksi juga meningkat apabila ukuran partikel
bahan baku semakin kecil. Dalam arti lain, rendemen ekstrak akan semakin
besar bila ukuran partikel semakin kecil.
5. Pengadukan Fungsi pengadukan adalah untuk mempercepat terjadinya
reaksi antara pelarut dengan zat terlarut.
6. Lama waktu Lamanya waktu ekstraksi akan menghasilkan ekstrak yang
lebih banyak, karena kontak antara zat terlarut dengan pelarut lebih lama.

Dalam ekstraksi kemiri ini, yang digunakan adalah metode


ekstraksi padat-cair (ekstraksi Soxhlet). Ekstraksi minyak biji kemiri dengan
menggunakan soxhlet dapat dilakukan selama 3-5 jam. Metode soxhletasi
menggunakan alat soxhlet merupakan pengekstrakan secara
berkesinambungan dengan menggunakan pelarut yang murni atau suatu
metode/proses pemisahan Suatu komponen yang terdapat dalam Zat padat
dengan cara penyaringan secara berulang ulang dengan menggunakan pelarut
tertentu sehingga Semua komponen yang diinginkan akan terisolasi.
Pada soxhletasi bahan yang akan diekstraksi dibungkus dalam
sebuah kantung ekstraksi (kertas saring, karton dan sebagainya). Kantung
diletakkan dalam wadah gelas pada alat soxhlet. Lalu wadah gelas yang berisi
kantung diletakkan di antara labu melalui pipa. Labu tersebut berisi bahan
pelarut yang menguap dan mencapai ke dalam pendingin ( kondensor) aliran
balik melalui pipa, berkondensasi di dalamnya, menetes ke atas bahan yang
diekstraksi dan menarik ke luar bahan yang diekstraksi. Larutan berkumpul di
dalam wadah gelas, setelah mencapai tinggi maksimalnya secara otomatis di
pindahkan ke dalam labu, dan begitu seterusnya. Dengan demikian zat yang
terekstraksi terakumulasi melalui penguapan bahan pelarut murni berikutnya.
Ekstraksi dihentikan apabila, cairan yang tersirkulasi sudah tidak berwarna
lagi /bening.
Keuntungan ekstraksi soxhlet:
1. Dapat digunakan dalam skala besar
2. Keamanan kerja dalam alat ini lebih tinggi
3. Lebih effisien kerja karena tinggal menunggu hasil dari proses sirkulasi
4. Pelarut dapat diperoleh kembali stelah proses ekstraksi selesai, sehingga
dapat digunakan kembali.
5. Kemurnian tinggi karena susunan alat menyebabkan proses berjalan
secara efektif.
Kelemahan ekstraksi soxhlet:
1. proses ekstraksi dapat berlangsung dalam waktu yang cukup lama hingga
berjam-jam bahkan hari .
2. Kemudian senyawa yang bersifat termolabil dapat
terdegradasi karena ekstrak yang diperoleh terus-menerus berada pada
titik didih.
3. Pelarut yang digunakan dalam sistem ekstraksi juga harus memiliki
kemurnian tinggi.

2.7 Distilasi
Proses pembuatan minyak dari kemiri dilakukan dengan cara ekstraksi
menggunakan pelarut tertentu kemudian untuk memisahkan minyak dari
pelarutnya digunakan cara distilasi.
Distilasi dapat didefinisikan sebagai pemisahan komponen-komponen yang
mudah menguap dari suatu campuran dengan cara menguapkannya berdasarkan
perbedaan titik dididh dari masing-masig zat tertentu. Proses distilasi dapat
dilakukan apabila terdapat perbedaan komposisi antara fase uap dan fase cair,
yaitu fase uap yang mengandung komponen yang mudah menguap dalam jumlah
yang relative lebih banyak bila dibandingkan dengan fase cair. Kalau komposisi
fase uap sama dengan komposisi fase cair maka pemisahan dengan jalan distilasi
tidak dapat dilakukan.
Dalam proses distilasi terdapat 2 tahap proses yaitu tahap penguapan dan
dilanjutkan dengan tahap pengembangan kembali uap menjadi cair atau padatan.
Atas dasar ini maka perangkat peralatan distilasi menggunakan alat pemanas dan
alat pendingin. Proses distilasi diawali dengan pemanasan, sehingga zat yang
memiliki titik didih lebih rendah akan menguap. Uap tersebut bergerak menuju
kondensor yang merupakan kondensor, proses pendinginan terjadi karena uap
memalui kondensor yang dialiri air (bagian luar kondensor), sehingga uap yang
yang dihasilkan akan kembali ke fase cair. Proses ini berjalan terus menerus dan
akhirnya kita dapat memisahkan seluruh senyawa-senyawa yang ada dalam
campuran homogen tersebut.

Macam-macam distilasi:
1. Distilasi sederhana, pada distilasi sederhana, dasar pemisahannya adalah
perbedaan titik didih yang jauh atau dengan salah satu komponen bersifat
volatil. Distilasi sederhana atau biasa adalah tekhnik pemisahan kimia
untuk memisahkan 2 atau lebih komponen yang memiliki perbedaan titik
didih yang jauh, misalnya air dan alkohol. Selain perbedaan titik didih,
juga perbedaan kevolatilan,yaitu kecenderungan sebuah substansi untuk
menjadi gas. Distilasi ini dilakukan pada tekanan atmosfer.
2. Distilasi fraksionasi (destilasi bertingkat), dalam distilasi fraksionasi
terdapat kolom fraksionasi. Pada kolom tersebut terjadi pemanasan secara
bertahap dengan suhu yang berbeda pada setiap platnya, Pemanasan yang
berbeda bertujuan untuk memurnikan distilat yang lebih dari plat
dibawahnya.
3. Distilasi uap, digunakan pada campuran senyawa dengan titik didih
200°C atau lebih.Destilasi ini bisa menguapkan senyawa dengan suhu
mendekati 100°C dalam tekanan atmosfer dengan uap atau air mendidih.
Selain itu, distilasi ini juga bisa digunakan untuk campuran yang tida
terlarut dalam air di semua temperatur, namun bisa didistilasi dengan air.
4. Distilasi vakum, distilasi ini digunakan ketika titik didih senyawa yang
diinginkan sulit dicapai atau akan menyebabkan senyawa tersebut terurai.
5. Distilasi azeotrop, ya itu distilasi dengan menguapkan zat cair tanpa
perubahan komposisi. Jadi ada perbedaan komposisi antara fase cair dan
fase uap dan hal ini merupakan syarat utama supaya pemisahan dengan
distilasi dapat dilakukan.

2.6 N-heksane
N-hexane adalah sebuah senyawa hidrokarbon alkana dengan rumus kimia
C6H14 (isomer utama n-heksana memiliki rumus CH3(CH2)4CH3). Awalan
heks- merujuk pada enam karbon atom yang terdapat pada heksana dan akhiran
-ana berasal dari alkana, yang merujuk pada ikatan tunggal yang
menghubungkan atom-atom karbon tersebut. Seluruh isomer heksana amat tidak
reaktif, dan sering digunakan sebagai pelarut organik yang inert. Heksana juga
umum terdapat pada bensin dan lem sepatu, kulit dan tekstil. N-hexane luas
digunakan sebagai pelarut non polar yang murah, ralatif aman, secara umum
tidak reaktif dan mudah diuapkan.
Dalam keadaan standart senyawa ini merupakan cairan tak berwarna yang
tidak larut dama air, n-Hexane merupakan konstituen bensin. Mereka semua
cuiran tak berwarna pada suhu kamar, dengan titik didih antara 50 dan 70⁰C,
dengan bau seperti bensin.

Sifat-sifat n-Hexane
1. Rumus Molekul C6H14
2. Berat Molekul 86,18 gr mol-¹
3. Densitas 0,6548 gr/ml
4. Titik Didih 68-70 ⁰C
5. Viskositas 0,294 Cp
6. Titik Nyala -23,3 ⁰C
7. Penampilan Cairan bening tidak berwarna

2.7 Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Minyak

2.7.1 Ukuran partikel


Biji kemiri yang memiliki ukuran besar akan lebih susah terektraksi
dibandingkan dengan biji kemiri yang memiliki ukuran kecil (serbuk), hal
ini menyebabkan perolehan minyak kemiri menjadi kurang maksimal. Biji
kemiri yang memiliki ukuran lebih kecil (serbuk) akan menghasilkan
volume minyak kemiri yang lebih banyak dibanding dengan yang biji utuh.
Hal ini disebabkan karena dinding sel pada serbuk kemiri akan lebih
mudah pecah, ketika terjadi pemanasan dan ketika dilakukan penekanan
akan lebih merata.

2.7.2 Suhu dan Waktu Pemanasan


Suhu dan waktu pemanasan mempengaruhi volume minyak yang
dihasilkan, karena dengan pemanasan ini dapat memecah sel tumbuhan dan
juga dapat mengkoagulasi protein yang ada dalam biji,sehingga viskositas
minyak turun dan akan mempercepat aliran minyak ke luar. Suhu dan
waktu pemanasan yang dibutuhkan tergantung pada jenis biji tumbuhan.
Selain itu suhu juga akan mempengaruhi kadar air dalam minyak semakin
sedikit air yang terkandung didalam minyak maka akan semakin baik
kualitas minyak kemiri. Air yang terkandung didalam minyak akan
menyebabkan minyak terhidrolisis sehingga minyak tersebut akan memiliki
nilai bilangan asam yang tinggi, hal ini menandakan bahwa kualitas minyak
yang buruk. Semakin banyak air yang terkandung didalam minyak akan
menyebabkan minyak mudah teroksidasi sehingga minyak akan mudah
tengik atau penyimpanannya tidak tahan lama

2.8 Uji Mutu Minyak Kemiri


2.8.1 Uji organoleptik
Uji organoleptik atau ini Indra atau uji sensori merupakan cara pengujian
dengan menggunakan Indra manusia sebagai alat utama untuk pengukuran
daya penerimaan terhadap produk.
Pengujian Organoleptik mempunyai peranan penting dalam penerapan
mutu. Pengujian Organoleptik dapat memberikan indikasi kebusukan,
kemunduran mutu dan kerusakan lainnya dari produk
2.8.2 Penentuan Densitas atau Massa Jenis
Densitas atau massa jenis merupakan rasio berat dari suatu volume sampel
(minyak atau lemak) pada suhu 25⁰C dengan berat air pada volume dan
suhu yang sama. Cara ini digunakan untuk semua minyak dan lemak yang
dicairkan. Alat yang digunakan untuk penentuan ini adalah piknometer.
Densitas minyak kemiri menurut SNI adalah 0,9240-0,9290 (gram/cm³).
Rumus perhitungan densitas sebagai berikut

2.8.3 viskositas
Viskositas atau kekentalan merupakan suatu sifat cairan yang berhubungan
erat dengan hambatan untuk mengalir, dimana makin tinggi tingkat
kekentalan maka semakin besar tingkat hambatannya.
2.8.4 Specific Gravity (SG)
Specific Gravity (SG) merupakan perbandingan densitas suatu fluida
terhadap fluida standar (reference). Di dalam proses pengolahan migas,
istilah ini banyak dijumpai terutama berkaitan dengan analisis karakteristik
atau spesifikasi feed dan produk. SG suatu fluida dinyatakan dalam angka
dengan 4 digit di belakang koma dan tidak bersatuan. Fluida standar untuk
zat cair adalah air dengan densitas 1 g/cm3
Dengan rumus sebagi berikut

2.8.5 Penentuan Asam Lemak Bebas (FFA)


FFA atau yang lazimnya disebut sebagai asam lemak bebas adalah asam
lemak seperti oleat, linoleat, stearat, dan lain-lainnya yang tidak diikat oleh
molekul gliserida. FFA juga dapat mengindikasikan suatu kualitas minyak.
Kandungan asam lemak bebas yang tinggi biasanya dikaitkan dengan
degradasi minyak yang disebabkan oleh hidrolisis dan proses oksidasi.
Kadar asam lemak bebas atau FFA minyak kemiri yang sesuai SNI adalah
0,10-0,50.
Rumus perhitungan kadar FFA sebagai berikut

BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1. Waktu Percobaan


Hari, tanggal :
Waktu :
Tempat :

3.2 Ekstraksi Minyak Kemiri


3.2.1 Alat dan Bahan Ekstraksi Minyak Kemiri
A. Alat
No Nama Alat Spesifikasi Jumlah Satuan
1. Soxhlet Standart 1 Buah
2. Kondensor Bola Standart 1 Buah
3. Labu Leher Dua Standart 1 Buah
4. Thermometer 100°C 1 Buah
5. Statif Standart 1 Buah
6. Klem Standart 2 Buah
7. Heating mantle Standart 1 Buah
8. Gelas Ukur 100 Ml 1 Buah
9. Corong Kaca Standart 1 Buah
10. Sumbat Karet Standart 1 Buah
11. Neraca Analitik Standart 1 Buah
12. Aerator Standart 1 Buah
13. Selang Standart 2 Meter
14. Kertas Saring Standart 1 Lembar
15. Bak Penampung Air Standart 1 Buah
16. Batu Didih Standart 3 Buah
17. Alumunium Foil Standart Secukupnya Gulung
18. Tissue Standart Secukupnya Lembar

B. Bahan
No Nama Bahan Spesifikasi Jumlah Satuan
1. Biji Kemiri Padat 75 Gram
2. n-Heksane Cair 300 Ml
3. Vaseline Cream Secukupnya Gram

3.2.2 Prosedur ekstraksi minyak kemiri


1. Menjemur biji kemiri dibawah terik matahari selama 2 jam
2. Menyangrai biji kemiri selama 30 menit
3. Menghaluskan untuk mengecilkan ukuran biji kemiri
4. Menimbang biji kemiri sebanyak 75 gr
5. Memasukkan biji kemiri yang sudah halus kedalam selongsong/kertas
saring, Pastikan tidak ada kebocoran pada kertas saring
6. Memasukkan selongsong kemiri kedalam tabung soxhlet.
7. Memasang labu leher dua, soxhlet, kondensor dan hot plate menggunakan
klem dan statif.
8. Merangkai unit alat Soxhlet, dan pemanasnya dengan tegak lurus
menggunakan klem dan statif. Pastikan air pendingin bbekerja dengan baik
(mengalir secara kontinyu).
9. Mengambil pelarut n-hexane sebanyak 300 ml dengan menggunakan gelas
ukur dam memasukkan kedalam labu leher dua, kemudian tambahkan batu
didih kedalamnya.
10. Memanaskan pelarut dengan suhu 68-70°C sampai mendidih dan uapnya
mengembun sehingga menetes kedalam soxhlet dan terjadi overflow.
11. Proses ekstraksi dilakukan selama ±3jam.
12. Mengambil bungkusan bahan ekstrak dan dikeringkan, kemudian
menimbang berat/massa sisa bubuk kemiri kering (residu).
13. Mengukur volume ekstrak minyak kemiri dalam pelarut n-hexane yang
dihasilkan.

3.3 Distilasi Minyak Kemiri


3.3.1 Alat dan Bahan Destilasi Minyak Kemiri
A. Alat
No Nama Alat Spesifikasi Jumlah Satuan
1. Labu Leher Dua Standart 1 Buah
2. Kondensor Liebig Standart 1 Buah
3. Erlenmenyer 250 ml 1 Buah
4. Gelas ukur 100 ml 2 Buah
5. Neraca analitik Standart 1 Buah
6. Thermometer 100°C 1 Buah
7. Sumbat karet Standart 1 Buah
8. Klem Standart 2 Buah
9. Statif Standart 2 Buah
10. Heating mantle Standart 1 Buah
11. Aerator Standart 1 Buah
12. Selang Standart 2 Meter
13. Bak Penampung Air Standart 1 Buah
14. Adaptor T Standart 1 Buah
15. Adaptor L Standart 1 Buah
16. Batu Didih Standart 3 Buah
17. Tissue Standart Secukupnya Lembar
18. Aluminum Foil Standart Secukupnya Lembar
B. Bahan
No Nama Bahan Spesifikasi Jumlah Satuan
1. Larutan ekstrak Cair ml
2. Vaseline Cream Secukupnya Gram

C. Prosedur
1. Menyiapkan dan memasang peralatan yang akan digunakan untuk distilasi
pastikan air pendingin bekerja dengan baik (mengalir secara kontinyu).
2. Memanaskan campuran minyak dan n-Hexane hasil ekstraksi ke dalam labu
leher dua, tambahkan juga labu didih kedalamnya
3. Menghidupkan alat pemanas dan melakukan proses distilasi
4. Mengamati kenaikan temperatur pada thermometer dan suhu dijaga ±68-
70°C
5. Menunggu hingga pelarut menguap dan terpisah dari minyak, kemudian
mengukur volume pelarut yang diperoleh
6. Memurnikan minyak kemiri yang dihasilkan kedalam oven bersuhu 70°C
selama ±15 menit. Untuk menghilangkan n-Hexane yang masih tertinggal
didalam minyak.
7. Memasukkan kedalam desikator ±5 menit
8. Menimbang minyak kemiri yang sudah konstan dan menghitung
volumenya dengan rumus densitas

3.4 Uji Mutu


3.4.1 Uji Organoleptik
•Bahan
No Nama Bahan Spesifikasi Jumlah Satuan
1. Minyak Kemiri Cair ml

•Prosedur Uji Organoleptik


1. Melihat warna
2. Mencium Bau Minyak Kemiri
3. Mengamati Wujud Minyak Kemiri

3.4.2 Uji Densitas


•Alat
No Nama Alat Spesifikasi Jumlah Satuan
1. Piknometer 5 ml 1 Buah
2. Neraca analitik Standart 1 Buah
3. Pipet tetes Standart 1 Buah
4. Gelas kimia 100 ml 1 Buah

•Bahan
No Nama Bahan Spesifikasi Jumlah Satuan
1. Minyak Kemiri Cair Secukupnya ml

•Prosedur Uji Densitas


1. Menimbang piknometer 5 ml dan mencatat hasilnya
2. Mengisi piknometer tersebut dengan minyak smpai penuh
3. Menimbang kembali piknometer yang telah terisi minyak dan mencatat
hasilnya.

3.4.3 Uji Specific Gravity


•Alat
No Nama Alat Spesifikasi Jumlah Satuan
1. Piknometer 5 ml 2 Buah
2. Neraca Analitik Standart 1 Buah
3. Pipet Tetes Standart 1 Buah
4. Gelas Kimia 100 ml 1 Buah

•Bahan
No Nama Bahan Spesifikasi Jumlah Satuan
1. Minyak Kemiri Cair 5 ml
2. Air Cair 5 ml

•Prosedur Specific Gravity


1. Menimbang piknometer kosong
2. Mengisi piknometer dengan minyak kemiri, selanjutnya menimbang dan
mencatat massa/beratnya.
3. Mengisi piknometer dengan air, selanjutnya menimbang dan mencatat
massa/beratnya
3.4.4 Uji Viskositas
•Alat
No Nama Alat Spesifikasi Jumlah Satuan
1. Thermometer 100°C 1 Buah
2. Viskometer Standart 2 Buah
3. Pipet Tetes Standart 1 Buah
4. Stopwatch Standart 1 Buah
5. Gelas Kimia 100 ml 1 Buah
6. karet Hisap Standart 1 Buah

•Bahan
No Nama Bahan Spesifikasi Jumlah Satuan
1. Minyak Kemiri Cair ml
2. Air Cair Secukupnya ml

•Prosedur Uji Viskositas


1. Mengisi viskometer dengan air sampai tanda batas bawah
2. Menghisap menggunakan karet hisap sampai air diatas tanda batas
3. Melepaskan karet hisap dan hitung waktu turun air dari tanda batas atas
sampai tanda batas bawah dan mencatat waktunya.
4. Mengambil viskometer untuk mengukur viskositas minyak
5. Mengisi viskometer dengan minyak kemiri Samapi tanda batas bawah
6. Menghisap dengan karet penghisap hingga minyak sampai diatas tanda
batas atas
7. Melepaskan karet penghisap dan hitung waktu turun minyak dari tanda
batas atas sampai tanda batas dan mencatat waktunya.

3.4.5 Uji % FFA


•Alat
No Nama Alat Spesifikasi Jumlah Satuan
1. Neraca Analitik Standart 1 Buah
2. Kaca Arloji Standart 1 Buah
3. Spatula Standart 1 Buah
4. Gelas Kimia 100 ml 2 Buah
5. Labu Ukur 50 ml 1 Buah
6. Erlenmenyer 100 ml 2 Buah
7. Klem Standart 1 Buah
8. Statif Standart 1 Buah
9. Buret 50 ml 1 Buah
10. Corong Standart 1 Buah
11. Pipet Volume 50 ml 1 Buah
12. Labu Ukur 100 ml 1 Buah

•Bahan
No Nama Bahan Spesifikasi Jumlah Satuan
1. Aquades Cair 75 ml
2. Asam Oksalat Padat 0,1575 gram
3. NaOH Padat 0,2 gram
4. Minyak Kemiri Cair gram
5. Alkohol Cair ml

•Prosedur Uji % FFA


a. Pembuatan Larutan Standar NaOH ±0,1 N
1. Menimbang NaOH padat sebanyam 0,2 gram
2. Melarutkan NaOH dengan quades didalam gelas kimia
3. Memasukkan NaOH yang telah larut kedalam labu ukur, dan
menambahkan aquades sampai tanda batas
4. Kocok larutan NaOH tersebut sampai homogen
b. Pembuatan Larutan Asam Oksalat 0,1 N
1. Menimbang asam oksalat padat sebanyam 0,1575 gram
2. Melarutkan asam oksalat dengan quades didalam gelas kimia
3. Memasukkan asam oksalat yang telah larut kedalam labu ukur, dan
menambahkan aquades sampai tanda batas
4. Kocok larutan asam oksalat tersebut sampai homogen
c. Standardisasi NaOH 0,1 N
1. Memasang peralatan titrasi
2. Masukkan NaOH kedalam buret
3. Mengambil ( ) ml larutan asam oksalat dengan pipet volume,
memasukkan ke dalam erlenmenyer dan menambahkan indikator PP 2
tetes
4. Menitrasi larutan asam oksalat sampai terjadi perubahan warna
5. Mencatat volume larutan standar NaOH yang dibutuhkan untuk
titrasi
6. Lakukan langkah 3,4, dan 5 sebanyam 3 kali.
d. Penentuan Kadar Asam Lemak Bebas (ALB) / Free Fatty Acid (FFA)
1. Menimbang dengan teliti ( ) gram sampel produk minyak kemiri
dalam erlenmenyer
2. Menambahkan ( ) ml etanol 94% netral
3. Refluks ±5 menit
4. Tambahkan 2 tetes indikator PP dan titrasi dengan larutan NaOH
standar sampai terjadi perubahan warna
5. Mencatat volume larutan standar NaOH yang diperlukan untuk
titrasi
3.4.5 Uji Rendemen
•Alat
No Nama Alat Spesifikasi Jumlah Satuan
1. Neraca Analitik Standart 1 Buah
2. Gelas Kimia 100 ml 1 Buah

•Bahan
No Nama Bahan Spesifikasi Jumlah Satuan
1. Kemiri Padat Gram
2. Minyak kemiri Cair Gram

•Prosedur Uji Rendemen


1. Menimbang berat sampel kemiri yang akan diekstraksi
2. Menghitung massa minyak kemiri dengan menggunakan rumus
densitas
3. Menghitung Rendemen dengan menggunakan rumus:

3.4.6 Uji Efisiensi Distilasi


•Alat
No Nama Alat Spesifikasi Jumlah Satuan
1. Gelas Kimia 250 ml 1 Buah
2. Erlenmenyer 250 ml 1 Buah
3. Labu leher dua Standart 1 Buah
4. Gelas ukur 100 ml 1 Buah
•Bahan
No Nama Bahan Spesifikasi Jumlah Satuan
1. Larutan Ekstrak Cair ml
2. Larutan Distilat Cair ml

•Prosedur Uji Efisiensi Distilasi


1. Mengukur volume larutan ekstrak yang akan di Distilat
2. Mengukur volume Distilat
3. Menghitung efisiensi distilasi dengan rumus:
Efisiensi Distilasi = volume Distilat ×100
Volume cairan awal

Anda mungkin juga menyukai