Anda di halaman 1dari 41

PENGARUH SERBUK KULIT JAGUNG SEBAGAI BIOADSORBEN TERHADAP

PENURUNAN KADAR ASAM LEMAK BEBAS (FFA), ANGKA PEROKSIDA (PV) DAN
KEPEKATAN WARNA PADA MINYAK GORENG BEKAS

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Minyak goreng di Indonesia merupakan salah satu bahan kebutuhan
pokok makanan. Selain digunakan sebagai media penghantar panas pada
proses menggoreng makanan, minyak goreng juga banyak digunakan
sebagai bahan baku kue dan makanan khas Indonesia. Oleh karenanya
kebutuhan minyak goreng di Indonesia semakin meningkat tiap tahunnya.
Akan tetapi peningkatan kebutuhan itu tidak diimbangi dengan ketersediaan
minyak goreng di pasaran. Sehingga tidak sedikit dari para pengusaha
minyak goreng yang meningkatkan harga jual produknya dipasaran.
Semakin melambungnya harga miyak goreng tersebut membuat sebagian
besar masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat menengah ke bawah
menggunakan minyak goreng dengan berkali-kali pemakaian sebagai media
untuk menggoreng. Padahal minyak goreng akan menurun kualitasnya
seiring dengan pemanasan yang berulang-ulang.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan jalan
memurnikan minyak goreng bekas menggunakan bantuan adsorben sebagai
penyerap zat-zat pengotor minyak goreng bekas. Salah satu bahan penyerap
yang dapat digunakan adalah dengan memanfaatkan limbah pertanian yang
banyak mengandung selulosa seperti limbah kulit jagung.
Jagung merupakan salah satu tanaman pokok yang cukup dikenal
tidak hanya di Indonesia melainkan juga di di dunia. Tanaman jagung
memiliki banyak kegunaan bagi manusia, pada umumnya tanaman jagung
dimanfaatkan dalam industri pangan bagi manusia dan pembuatan pakan
ternak. Pemanfaatan tanaman jagung saat ini telah berkembang dan tidak
hanya terbatas pada dua bidang industri yang telah disebutkan sebelumnya.
Namun selain pemanfaatan dan pengembangan tersebut, tanaman jagung

Nur Annisaa Rachman


Teknik Kimia FT-UMJ

PENGARUH SERBUK KULIT JAGUNG SEBAGAI BIOADSORBEN TERHADAP


PENURUNAN KADAR ASAM LEMAK BEBAS (FFA), ANGKA PEROKSIDA (PV) DAN
KEPEKATAN WARNA PADA MINYAK GORENG BEKAS

tetap menyisakan permasalahan berupa limbah kulit jagung. Limbah kulit


jagung di Indonesia banyak digunakan sebagai bahan pakan ternak. Namun
jumlah pemakaiannya tidak sebanding dengan jumlah limbah jagung yang
dihasilkan.
Faktor-faktor diatas adalah yang mendasari penelitian ini dilakukan.
1.2. Permasalahan
1.2.1.

Identifikasi Masalah
Penjernihan minyak jelantah dipengaruhi oleh beberapa faktor
yang mendasarinnya yaitu:

Jumlah massa bioadsorben yang digunakan sebagai media


penyerap

Ukuran partikel (mesh), semakin kecil semakin baik sifat


adsorbentnya.

Jenis bioadsorben yang digunakan, bioadsorben yang baik adalah


yang memiliki kandungan serat yang tinggi

1.2.2.

Kecepatan pengadukan pada proses adsorbsi (RPM)

Temperature pemanasan saat proses adsorbsi

Perumusan Masalah
Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana
pengaruh massa serbuk kulit jagung sebagai bioadsorben pada minyak
goreng bekas dalam menurunkan angka peroksida, kadar asam lemak
bebas dan kepekatan warna minyak goreng bekas. Ketiga parameter
tersebut adalah parameter dasar untuk mengukur kualitas minyak
goreng.

Nur Annisaa Rachman


Teknik Kimia FT-UMJ

PENGARUH SERBUK KULIT JAGUNG SEBAGAI BIOADSORBEN TERHADAP


PENURUNAN KADAR ASAM LEMAK BEBAS (FFA), ANGKA PEROKSIDA (PV) DAN
KEPEKATAN WARNA PADA MINYAK GORENG BEKAS

1.3. Tujuan Penelitian


1.3.1

Tujuan Umum
Mendapatkan zat yang mampu memurnikan minyak goreng
bekas dengan memanfaatkan limbah pertanian.

1.3.2

Tujuan Khusus
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh massa
serbuk jagung kering yang dimafaatkan sebagai bioadsorben terhadap
penurunan kadar asam lemak bebas, angka peroksida, dan kepekatan
warna pada minyak goreng bekas.
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat dari kegiatan penelitian ini adalah:

Memanfaatkan kulit jagung sebagai bioadsorben untuk pemurnian


minyak goreng bekas

Mengetahui teori dan praktek cara pemurnian minyak goreng bekas

Mengetahui prosedur uji kualitas minyak goreng

Mengurangi limbah pertanian, khususnya kulit jagung dengan


memprosesnya menjadi bioadsobren yang lebih memiliki nilai guna
yang tinggi.

Nur Annisaa Rachman


Teknik Kimia FT-UMJ

PENGARUH SERBUK KULIT JAGUNG SEBAGAI BIOADSORBEN TERHADAP


PENURUNAN KADAR ASAM LEMAK BEBAS (FFA), ANGKA PEROKSIDA (PV) DAN
KEPEKATAN WARNA PADA MINYAK GORENG BEKAS

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Teori Bahan Baku
II.1.1. Minyak dan Lemak
Lemak dan minyak merupakan sumber energi yang efektif
dibandingkan dengan karbohidrat dan protein. Satu gram lemak atau
minyak dapat menghasilkan 9 kkal/gram sedangkan karbohidrat dan
protein hanya menghasilkan 4 kkal/gram.
Minyak atau lemak, khususnya minyak nabati, mengandung
asam-asam lemak essensial seperti asam linoleat, lenolenat, dan
arakidonat yang dapat mencegah penyempitan pembuluh darah akibat
penumpukan kolesterol.
Dalam pengolahan bahan pangan, minyak dan lemak berfungsi
sebagai media penghantar panas, seperti minyak goreng, shortening
(mentega putih), lemak (gajih), mentega, dan margarin. Penambahan
lemak juga dimaksudkan untuk menambah kalori, serta memperbaiki
tekstur dan cita rasa bahan pangan.
Lemak hewani mengandung banyak sterol yang disebut
kolesterol sedangkan lemak nabati mengandung fitosterol dan lebih
banyak mengandung asam lemak tak jenuh sehingga umumnya
berbentuk cair.
Lemak hewani ada yang berbentuk padat (lemak) yang biasanya
berasal dari lemak hewan darat seperti lemak susu dan lemak sapi.
Lemak hewan laut seperti ikan paus, minyak ikan herring yang
berbentuk cair dan disebut minyak.
Hampir semua bahan pangan banyak mengandung lemak dan
minyak, terutama bahan pangan yang berasal dari hewan. Lemak dalam
jaringan hewan terdapat dalam jaringan adiposa. Dalam tanaman, lemak

Nur Annisaa Rachman


Teknik Kimia FT-UMJ

PENGARUH SERBUK KULIT JAGUNG SEBAGAI BIOADSORBEN TERHADAP


PENURUNAN KADAR ASAM LEMAK BEBAS (FFA), ANGKA PEROKSIDA (PV) DAN
KEPEKATAN WARNA PADA MINYAK GORENG BEKAS

disintesis dari satu molekul gliserol dengan tiga molekul asam lemak
yang terbentuk dari kelanjutan oksidasi karbohidrat dalam proses
respirasi.
Minyak dan lemak adalah trigliserida yang berarti triester dari
gliserol. Minyak dan lemak terbentuk dari satu gugus gliserol yang
bereaksi dengan tiga gugus asam lemak dengan melepaskan tiga
molekul air. Reaksi pembentukan lemak/minyak adalah sebagai berikut:
H2C-OH
HC-OH

H2C-COOR1
+ 3 RCOOH

H2C-OH
Gliserol

HC-COOR2

+ 3 H2O

H2C-COOR3
asam lemak

trigliserida

air

Gambar II.1.1. Reaksi Pembentukan Trigliserida


Trigliserida mengandung hampr 95% asam lemak dan 5% giserol,
yang terkombinasi sebagai ester. Asam didalam lemak adalah asam
lemak, yang berstruktur asam alifatik berantai panjang, baik jenuh
maupun tidak jenuh.
Jenis-jenis Minyak dan Lemak
1.

Minyak Goreng
Minyak goreng berfungsi sebagai penghantar panas, penambah
rasa gurih, dan penambah nilai kalori bahan pangan. Mutu minyak
goreng ditentukan oleh titik asapnya, yaitu suhu pemanasan minyak
sampai terbentuk akrolein yang tidak diinginkan dan dapat
menimbulkan rasa gatal pada tenggorokan. Makin tinggi titik asap,
makin baik mutu minyak goreng tersebut. Titik asap suatu minyak
goreng tergantung dari kadar gliserol bebas

Nur Annisaa Rachman


Teknik Kimia FT-UMJ

PENGARUH SERBUK KULIT JAGUNG SEBAGAI BIOADSORBEN TERHADAP


PENURUNAN KADAR ASAM LEMAK BEBAS (FFA), ANGKA PEROKSIDA (PV) DAN
KEPEKATAN WARNA PADA MINYAK GORENG BEKAS

2.

Mentega
Lemak dari susu dapat dipisahkan dari komponen lain dengan
baik melalui proses pengocokan atau churning yaitu proses
pemecahan emulsi minyak dalam air. Mentega merupakan emulsi air
dalam minyak dengan kira-kira 18% air terdispersi di dalam 80%
lemak dengan sejumlah kecil protein yang bertindak sebagai zat
pengemulsi (emulsifier)

3.

Margarin
Margarin merupakan pengganti mentega dengan rupa, bau,
konsistensi, rasa, dan nilai gizi yang hampir sama. Margarin juga
merupakan

emulsi

air

dalam

minyak,

dengan

persyaratan

mengandung tidak kurang 80% lemak. Lemak yang digunakan dapat


berasal dari lemak hewani atau nabati Lemak hewani yang
digunakan biasanya lemak babi atau lemak sapi, sedangkan lemak
nabati yang digunakan adalah minyak kelapa, minyak kelapa sawit,
minyak kedelai, dan minyak biji kapas.
II.1.2.

Minyak goreng bekas


Selama proses penggorengan minyak mengalami reaksi
degradasi yang disebabkan oleh panas, udara dan air, sehingga
mengakibatkan terjadinya oksidasi, hidrolisis, dan polimerisasi.
Reaksi oksidasi juga dapat terjadi selama masa penyimpanan (Lee,
2002).
Reaksi oksidasi merupakan penyebab utama perubahan
citarasa dan bau yang disebut oxidative rancidity. Oksidasi dapat
terjadi melalui dua jenis mekanisme, yaitu auto-oksidasi dan fotooksidasi. Reaksi auto-oksidasi melibatkan pembentukan radikal
bebas yang sangat tidak stabil, yang merupakan inisiator terjadinya

Nur Annisaa Rachman


Teknik Kimia FT-UMJ

PENGARUH SERBUK KULIT JAGUNG SEBAGAI BIOADSORBEN TERHADAP


PENURUNAN KADAR ASAM LEMAK BEBAS (FFA), ANGKA PEROKSIDA (PV) DAN
KEPEKATAN WARNA PADA MINYAK GORENG BEKAS

reaksi rantai (Azeredo, 2004). Pada reaksi foto-oksidasi, terjadi


interaksi antara ikatan rangkap minyak dan radikal oksigen bebas
yang sangat reaktif. Kedua jenis reaksi oksidasi ini menghasilkan
produk reaksi primer, yaitu hidroperoksida, yang sangat tidak stabil.
Senyawa ini bukan penyebab terjadinya perubahan rasa dan bau
yang berkaitan dengan oxidative rancidity. Namun karena sifatnya
yang tidak stabil, hidroperoksida akan segera terdekomposisi dan
menghasilkan produk reaksi sekunder, misalnya senyawa aldehid,
yang merupakan penyebab adanya oxidative rancidity (Hamm, 2000;
Azeredo, 2004). Besarnya tingkat oksidasi minyak dapat dinyatakan
dengan perubahan peroxide value/ PV (Lawson, 1985).
Pembentukan peroksida mempunyai peranan penting ditinjau
dari segi rancidity. Produk reaksi oksidasi minyak, seperti peroksida,
radikal bebas, aldehid, keton, hidroperoksida, polimer dan oxidized
monomer dan berbagai produk oksidasi minyak yang lain dilaporkan
memberikan pengaruh buruk bagi kesehatan (Paul dan Mittal, 1997).
Oksidasi juga menyebabkan warna minyak menjadi gelap,
tetapi mekanisme terjadinya komponen yang menyebabkan warna
gelap ini masih belum sepenuhnya diketahui (Moreira, 1999;
Maskan, 2003). Diprediksikan bahwa senyawa berwarna pada bahan
yang

digoreng

terlarut

dalam

minyak

dan

menyebabkan

terbentuknya warna gelap. Komponen bahan yang digoreng juga


berinteraksi dengan minyak atau senyawa senyawa produk reaksi
degradasi dalam minyak membentuk senyawa berwarna, seperti
misalnya produk reaksi Maillard browning. Oleh karena itu warna
dapat dipakai sebagai salah satu kriteria kualitas minyak goreng
(maskan, 2003).
Selama proses penggorengan, senyawa nitrogen (protein) dan
fosfatida yang terekstrak dari bahan pangan yang digoreng (telur,
daging, ikan, dll) membentuk senyawa berwarna dalam minyak,

Nur Annisaa Rachman


Teknik Kimia FT-UMJ

PENGARUH SERBUK KULIT JAGUNG SEBAGAI BIOADSORBEN TERHADAP


PENURUNAN KADAR ASAM LEMAK BEBAS (FFA), ANGKA PEROKSIDA (PV) DAN
KEPEKATAN WARNA PADA MINYAK GORENG BEKAS

yaitu senyawa melanoidin (Miyagi, 2001). Lin dkk (2001) juga


menyebutkan bahwa reaksi Maillard yang merupakan interaksi
antara komponen komponen dalam bahan pangan, seperti gula dan
asam amino, memberikan kontribusi terbentuknya warna gelap pada
minyak.

Kadar

melanoidin

dapat

ditentukan

dengan

spektrofotometer pada panjang gelombang 450 550 nm, dan


absorbansi pada 460 nm dipakai sebagai indeks warna minyak
(Miyagi, 2001).
Selama

dipanaskan

minyak

juga

mengalami

reaksi

polimerisasi sehingga menjadi semakin kental serta berbuih


(Moreira, 1999). Hal ini juga dapat disebabkan oleh reaksi oksidasi,
hidrolisis, dan isomerasi. Dalam minyak yang kental, laju
perpindahan panas akan berkurang, sehingga dibutuhkan waktu yang
lebih lama untuk menggoreng dan absorpsi minyak meningkat
(Maskan, 2003).
Reaksi hidrolisis terjadi akibat interaksi antara air dengan
lemak yang menyebabkan putusnya bebrapa asam lemak dari
minyak, menghasilkan Free Fatty Acid (FFA) dan gliserol (Lawson,
1985). FFA mudah mengalami oksidasi dan mengalami dekomposisi
lebih lanjut melalui reaksi radikal bebas (Lin dkk, 2001).
Kerusakan Minyak

Penyerapan bau
Lemak bersifat mudah menyerap bau. Apabila bahan
pembungkus dapat menyerap lemak, maka lemak yang terserap ini
akan teroksidasi oleh udara sehingga rusak dan berbau. Bau dari
bagian lemak yang rusak ini akan diserap oleh lemak yang ada
dalam bungkusan yang menyebabkan seluruh lemak menjadi rusak.

Nur Annisaa Rachman


Teknik Kimia FT-UMJ

PENGARUH SERBUK KULIT JAGUNG SEBAGAI BIOADSORBEN TERHADAP


PENURUNAN KADAR ASAM LEMAK BEBAS (FFA), ANGKA PEROKSIDA (PV) DAN
KEPEKATAN WARNA PADA MINYAK GORENG BEKAS

Hidrolisis
Dengan adanya air, lemak dapat terhidrolisis menjadi gliserol
dan asam lemak. Reaksi ini dipercepat oleh basa, asam, dan enzimenzim. Dalam teknologi makanan, hidrolisis oleh enzim lipase
sangat penting karena enzim tersebut terdapat pada semua jaringan
yang mengandung minyak. Dengan adanya lipase, lemak akan
diuraikan sehingga kadar asam lemak bebas lebih dari 10%.
Hidrolisis sangat menurunkan mutu minyak goreng, Selama
penyimpanan dan pengolahan minyak atau lemak, asam lemak
bebas bertambah dan harus dihilangkan dengan proses pemurnian
dan deodorisasi untuk menghasilkan minyak yang lebih baik
mutunya.

Oksidasi dan ketengikan


Kerusakan lemak yang utama adalah timbulnya bau dan rasa
tengik yang disebut proses ketengikan. Hal ini disebabkan oleh
proses otooksidasi radikal asam lemak tidak jenuh dalam minyak.
Otooksidasi dimulai dengan pembentukan faktor-faktor yang dapat
mempercepat reaksi seperti cahaya, panas, peroksida lemak atau
hidroperoksida, logam-logam berat, dan enzim-enzim lipoksidase.

Pencegahan ketengikan
Proses

ketengikan

sangat

dipengaruhi

oleh

adanya

prooksidan dan antioksidan. Prooksidan akan mempercepat


terjadinya oksidasi, sedangkan antioksidan akan menghambatnya.
Penyimpanan lemak yang baik adalah dalam tempat tertutup
yang gelap dan dingin. Wadah lebih baik terbuat dari aluminium
atau stainless steel, lemak harus dihindarkan dari logam besi atau
tembaga. Adanya antioksidan dalam lemak akan mengurangi
kecepatan proses oksidasi.

Nur Annisaa Rachman


Teknik Kimia FT-UMJ

PENGARUH SERBUK KULIT JAGUNG SEBAGAI BIOADSORBEN TERHADAP


PENURUNAN KADAR ASAM LEMAK BEBAS (FFA), ANGKA PEROKSIDA (PV) DAN
KEPEKATAN WARNA PADA MINYAK GORENG BEKAS

II.1.3.

Jagung
Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan

dunia yang terpenting, selain gandum dan padi. Sebagai sumber


karbohidrat utama di Amerika Tengah dan Selatan, jagung juga
menjadi alternatif sumber pangan di Amerika Serikat. Penduduk
beberapa daerah di Indonesia (misalnya di Madura dan Nusa
Tenggara) juga menggunakan jagung sebagai pangan pokok. Selain
sebagai sumber karbohidrat, jagung juga ditanam sebagai pakan
ternak (hijauan maupun tongkolnya), diambil minyaknya (dari biji),
dibuat tepung (dari biji, dikenal dengan istilah tepung jagung atau
maizena), dan bahan baku industri (dari tepung biji dan tepung
tongkolnya). Tongkol jagung kaya akan pentosa, yang dipakai sebagai
bahan baku pembuatan furfural. Jagung yang telah direkayasa
genetika juga sekarang ditanam sebagai penghasil bahan farmasi.
Berdasarkan bukti genetik, antropologi, dan arkeologi diketahui
bahwa daerah asal jagung adalah Amerika Tengah (Meksiko bagian
selatan). Budidaya jagung telah dilakukan di daerah ini 10.000 tahun
yang lalu, lalu teknologi ini dibawa ke Amerika Selatan (Ekuador)
sekitar 7000 tahun yang lalu, dan mencapai daerah pegunungan di
selatan Peru pada 4000 tahun yang lalu
Jagung merupakan tanaman semusim (annual). Satu siklus
hidupnya diselesaikan dalam 80-150 hari. Paruh pertama dari siklus
merupakan tahap pertumbuhan vegetatif dan paruh kedua untuk tahap
pertumbuhan generatif.
Tinggi tanaman jagung sangat bervariasi. Meskipun tanaman
jagung umumnya berketinggian antara 1m sampai 3m, ada varietas
yang dapat mencapai tinggi 6m. Tinggi tanaman biasa diukur dari
permukaan tanah hingga ruas teratas sebelum bunga jantan. Meskipun

Nur Annisaa Rachman


Teknik Kimia FT-UMJ

PENGARUH SERBUK KULIT JAGUNG SEBAGAI BIOADSORBEN TERHADAP


PENURUNAN KADAR ASAM LEMAK BEBAS (FFA), ANGKA PEROKSIDA (PV) DAN
KEPEKATAN WARNA PADA MINYAK GORENG BEKAS

beberapa varietas dapat menghasilkan anakan (seperti padi), pada


umumnya jagung tidak memiliki kemampuan ini.
Akar jagung tergolong akar serabut yang dapat mencapai
kedalaman 8 m meskipun sebagian besar berada pada kisaran 2 m.
Pada tanaman yang sudah cukup dewasa muncul akar adventif dari
buku-buku batang bagian bawah yang membantu menyangga
tegaknya tanaman. Batang jagung tegak dan mudah terlihat,
sebagaimana sorgum dan tebu, namun tidak seperti padi atau gandum.
Terdapat mutan yang batangnya tidak tumbuh pesat sehingga tanaman
berbentuk roset. Batang beruas-ruas. Ruas terbungkus pelepah daun
yang muncul dari buku. Batang jagung cukup kokoh namun tidak
banyak mengandung lignin.
Daun jagung adalah daun sempurna. Bentuknya memanjang.
Antara pelepah dan helai daun terdapat ligula. Tulang daun sejajar
dengan ibu tulang daun. Permukaan daun ada yang licin dan ada yang
berambut. Stoma pada daun jagung berbentuk halter, yang khas
dimiliki familia Poaceae. Setiap stoma dikelilingi sel-sel epidermis
berbentuk kipas. Struktur ini berperan penting dalam respon tanaman
menanggapi defisit air pada sel-sel daun.
Jagung memiliki bunga jantan dan bunga betina yang terpisah
(diklin) dalam satu tanaman (monoecious). Tiap kuntum bunga
memiliki struktur khas bunga dari suku Poaceae, yang disebut floret.
Pada jagung, dua floret dibatasi oleh sepasang glumae (tunggal:
gluma). Bunga jantan tumbuh di bagian puncak tanaman, berupa
karangan bunga (inflorescence). Serbuk sari berwarna kuning dan
beraroma khas. Bunga betina tersusun dalam tongkol. Tongkol
tumbuh dari buku, di antara batang dan pelepah daun. Pada umumnya,
satu tanaman hanya dapat menghasilkan satu tongkol produktif
meskipun memiliki sejumlah bunga betina. Beberapa varietas unggul
dapat menghasilkan lebih dari satu tongkol produktif, dan disebut

Nur Annisaa Rachman


Teknik Kimia FT-UMJ

PENGARUH SERBUK KULIT JAGUNG SEBAGAI BIOADSORBEN TERHADAP


PENURUNAN KADAR ASAM LEMAK BEBAS (FFA), ANGKA PEROKSIDA (PV) DAN
KEPEKATAN WARNA PADA MINYAK GORENG BEKAS

sebagai varietas prolifik. Bunga jantan jagung cenderung siap untuk


penyerbukan 2-5 hari lebih dini daripada bunga betinanya (protandri).
Bunga betina jagung berupa "tongkol" yang terbungkus oleh semacam
pelepah dengan "rambut". Rambut jagung sebenarnya adalah tangkai
putik.

Gambar II.1.3. Serbuk Kulit Jagung


Kandungan Jagung
Biji jagung kaya akan karbohidrat. Sebagian besar berada pada
endospermium. Kandungan karbohidrat dapat mencapai 80% dari
seluruh bahan kering biji. Karbohidrat dalam bentuk pati umumnya
berupa campuran amilosa dan amilopektin. Pada jagung ketan,
sebagian besar atau seluruh patinya merupakan amilopektin.
Perbedaan ini tidak banyak berpengaruh pada kandungan gizi, tetapi
lebih berarti dalam pengolahan sebagai bahan pangan. Jagung manis
tidak mampu memproduksi pati sehingga bijinya terasa lebih manis
ketika masih muda.
Kulit jagung atau biasa disebut klobot jagung memiliki
kandungan, seperti ditunjukkan pada table II.1.3

Nur Annisaa Rachman


Teknik Kimia FT-UMJ

PENGARUH SERBUK KULIT JAGUNG SEBAGAI BIOADSORBEN TERHADAP


PENURUNAN KADAR ASAM LEMAK BEBAS (FFA), ANGKA PEROKSIDA (PV) DAN
KEPEKATAN WARNA PADA MINYAK GORENG BEKAS

Kandungan
Berat Kering
Protein Kasar
Lemak Kasar
Serat Kasar
Sumber : Wahyono, 2004

Persentase (%)
42.561
3.400
2.548
23.318

Pada tabel diatas ditunjukkan kandungan serat kasar jagung


yang cukup tinggi. Serat kasar memiliki kandungan selulosa yang
cukup tinggi. Selulosa yang terdapat dalam serat dapat dimanfaatkan
sebagai bioadsorben.
II.1.4. Selulosa
Selulosa mendominasi karbohidrat yang berasal dari tumbuhtumbuhan hampir mencapai 50% karena selulosa merupakan bagian
yang terpenting dari dinding sel tumbuh-tumbuhan. Selulosa
ditemukan dalam tanaman yang dikenal sebagai microfibril dengan
diameter 2-20 nm dam panjang 100-40000 nm).
Selulosa adalah unsur struktural dan komponen utama dinding
sel dari pohon dan tanaman tinggi lainnya. Senyawa ini juga dijumpai
dalam tumbuhan rendah seperti paku, lumut, ganggang, dan jamur.
Serat alami yang paling murni ialah serat kapas, yang terdiri dari
sekitar 98% selulosa.

Selulosa merupakan -1,4 poli glukosa, dengan berat molekul sangat


besar. Unit ulangan dari polimer selulosa terikat melalui ikatan glikosida yang
mengakibatkan struktur selulosa linier. Keteraturan struktur tersebut juga
menimbulkan ikatan hidrogen secara intra dan intermolekul.
Beberapa molekul selulosa akan membentuk mikrofibril yang sebagian
berupa daerah teratur (kristalin) dan diselingi daerah amorf yang kurang teratur.

Nur Annisaa Rachman


Teknik Kimia FT-UMJ

PENGARUH SERBUK KULIT JAGUNG SEBAGAI BIOADSORBEN TERHADAP


PENURUNAN KADAR ASAM LEMAK BEBAS (FFA), ANGKA PEROKSIDA (PV) DAN
KEPEKATAN WARNA PADA MINYAK GORENG BEKAS

Beberapa mikrofibril membentuk fibril yang akhirnya menjadi serat


selulosa. Selulosa memiliki kekuatan tarik yang tinggi dan tidak larut
dalam kebanyakan pelarut. Hal ini berkaitan dengan struktur serat dan
kuatnya ikatan hidrogen.
Aplikasi Selulosa dan Produk Turunannya
Selulosa merupakan pembentuk struktur dinding sel tumbuhan.
Selulosa bersifat tidak dapat dicerna oleh manusia sehingga berfungsi
sebagai sumber serat yang membantu memperlancar defakasi. Bagi
manusia, fungsi selulosa sebagai serat banyak sekali keuntungannya,
antara lain memperlancar buang air besar, dan dapat menghindarkan
dari berbagai penyakit seperti haemorrhoid (ambeyen), divertikulosis,
kanker pada usus besar, appendicitis, diabetes, penyakit jantung
koroner dan obesitas.
Penggunaan terbesar selulosa di dalam industri adalah berupa
serat kayu dalam industri kertas dan produk kertas dan karton.
Pengunaan lainnya adalah sebagai serat tekstil yang bersaing dengan
serat sintetis. Untuk aplikasi lebih luas, selulosa dapat diturunkan
menjadi beberapa produk, antara lain Microcrystalline Cellulose,
Carboxymethyl cellulose, Methyl cellulose dan hydroxypropyl methyl
cellulose. Produk-produk tersebut dimanfaatkan antara lain sebagai
bahan antigumpal, emulsifier, stabilizer, dispersing agent, pengental,
dan sebagai gelling agent. Aplikasi selulosa beserta produk
turunannya disajikan pada Tabel II.1.4.

Tabel II.1.4. Aplikasi selulosa beserta produk turunannya


Aplikasi

Nur Annisaa Rachman


Teknik Kimia FT-UMJ

Cellulose derivative*

Fungsi

PENGARUH SERBUK KULIT JAGUNG SEBAGAI BIOADSORBEN TERHADAP


PENURUNAN KADAR ASAM LEMAK BEBAS (FFA), ANGKA PEROKSIDA (PV) DAN
KEPEKATAN WARNA PADA MINYAK GORENG BEKAS

Construction
materials

MC,

HEMC,

HPMC, water retention

(plasters, CMC, HEMCMC

capacity, stability

filler, pastes)

under load, adhesive

Paints

CMC,

HEC,

strength
HEMC, stability of

HPMC, HEMCMC

suspension,
thickening, film

Paper manufacture

CMC,

HEC,

formation, wetting
HEMC, agents for binding

HPMC

and suspending,
sizing aids and

Textile

industry CMC,

(sizes,

MC,

stabilizers
HPMC, adhesive and film-

textile CMSEC

forming properties,

printing dyes)

thickening, soil

Polymerization

release
protective colloid,

HEC, HPC, HPMC

Drilling

surface activity
industry CMC, CMSEC, HEC, water retention,

,mining

(drilling HPC, HPMC

fluids)
Detergents

flow characteristics,

CMC, HEMC, HPMC

surface activity
anti-redeposition
power, wetting
ability, suspending
and emulsifying

Engineering

MC, HPC, HPMC

agents
friction reduction,

(extrusion, electrode

water retention,

construction,

enhanced ignition

ceramic sintering)
Cosmetics (creams, CMC,
lotions,
pharmaceuticals
Nur Annisaa Rachman
Teknik Kimia FT-UMJ

MC,

HEMC, HPMC

processes
HEC, thickeners, binding,
emulsifying and
stabilizing agents,

PENGARUH SERBUK KULIT JAGUNG SEBAGAI BIOADSORBEN TERHADAP


PENURUNAN KADAR ASAM LEMAK BEBAS (FFA), ANGKA PEROKSIDA (PV) DAN
KEPEKATAN WARNA PADA MINYAK GORENG BEKAS

(ointments,

gels,

film formation,

shampoos), tablets,

tablet disintegrants

coated tablets)
Foodstuffs (sauces, CMC, HPMC, MC

thickeners, binding

milkshakes, bakery

agents, stabilizers

products)

and emulsifiers

Selulosa dapat dibedakan berdasarkan derajat polimerisasi (DP)


dan kelarutan dalam senyawa natrium hidroksida (NaOH) 17,5%
yaitu:
a. Selulosa (Alpha Cellulose) adalah selulosa berantai panjang,
tidak larut dalam larutan NaOH 17,5% atau larutan basa kuat
dengan DP (derajat polimerisasi) 600-1500. Selulosa dipakai
sebagai penduga dan atau penentu tingkat kemurnian selulosa.
b. Selulosa (Betha Cellulose) adalah selulosa berantai pendek,
larut dalam larutan NaOH 17,5% atau basa kuat dengan DP 1590, dapat mengendap bila dinetralkan.
c. Selulosa (Gamma cellulose) adalah selulosa berantai pendek,
larut dalam larutan NaOH 17,5% atau basa kuat dengan DP nya
kurang dari 15.
Selulosa merupakan kualitas selulosa yang paling tinggi
(murni). Selulosa > 92% memenuhi syarat untuk digunakan sebagai
bahan baku utama pembuatan propelan atau bahan peledak.
Sedangkan selulosa kualitas dibawahnya digunakan sebagai bahan
baku pada industri kertas dan industri tekstil (Anonim, 2007).
Selulosa merupakan komponen tanaman yang terbesar dan
merupakan komponen penting yang digunakan sebagai bahan baku
pembuatan kertas dan merupakan polimer linear dengan berat molekul
tinggi yang tersusun seluruhnya atas -D-glukosa dan dapat
memenuhi fungsinya sebagai komponen struktur utama dinding sel
tumbuhan karena sifat-sifat kimia dan fisiknya maupun struktur
molekulnya ( Fengel dan Wegener, 1995). Menurut Sjostrom (1981),
Nur Annisaa Rachman
Teknik Kimia FT-UMJ

PENGARUH SERBUK KULIT JAGUNG SEBAGAI BIOADSORBEN TERHADAP


PENURUNAN KADAR ASAM LEMAK BEBAS (FFA), ANGKA PEROKSIDA (PV) DAN
KEPEKATAN WARNA PADA MINYAK GORENG BEKAS

selulosa merupakan homopolisakarida yang tersusun atas unit -Dglukopironosa yang terikat satu sama lain dengan ikatan glikosida.
Secara kimia, selulosa merupakan senyawa polisakarida yang
terdapat banyak di alam. Bobot molekulnya tinggi, strukturnya teratur
berupa polimer yang linear terdiri dari unit ulangan -DGlukopiranosa. Karakteristik selulosa antara lain muncul karena
adanya struktur kristalin dan amorf serta pembentukan mikro fibril
dan fibril yang pada akhirnya menjadi serat selulosa. Sifat selulosa
sebagai polimer tercermin dari bobot molekul rata-rata, polidispersitas
dan konfigurasi rantainya.

Gambar II.1.4.1. Sebuah rantai selulosa (konformasi I

),

menunjukkan ikatan hidrogen (garis putus-putus) di antara molekul


selulosa.
Selullosa terdiri dari unit monomer D-glukosa yang terikat
melalui 1-4-glikosidik. ikatan residu glukosa tersusun dengan posisi
1800 antara satu dengan yang lain, dan selanjutnya pengulangan unit
dari rantai selulosa membentuk unit selobiosa. Derajat polimerisasi
selulosa bervariasi antara 7000-15000 unit glukosa, tergantung pada
bahan asalnya.

Nur Annisaa Rachman


Teknik Kimia FT-UMJ

PENGARUH SERBUK KULIT JAGUNG SEBAGAI BIOADSORBEN TERHADAP


PENURUNAN KADAR ASAM LEMAK BEBAS (FFA), ANGKA PEROKSIDA (PV) DAN
KEPEKATAN WARNA PADA MINYAK GORENG BEKAS

II.1.4.2. Rumus Bangun Selulosa

Gugus fungsional dari rantai selulosa adalah gugus hydroxyl.


gugus OH ini dapat berinteraksi satu sama lain dengan gugus O, N,
dan S, membentuk ikatan hydrogen. Ikatan H juga terjadi antara gugus
OH selullosa dengan air. Gugus OH selalu menyebabkan permukan
selulosa menjadi hidrofilik.

II.2. Adsorbsi
Secara umum adsorbsi adalah proses pemisahan komponen tertentu
dari satu fase fluida (larutan) ke permukaan zat padat yang menyerap
(adsorben). Pemisahan tejadi karena perbedaan bobot molekul atau
porositas, menyebabkan sebagian molekul terikat lebih kuat pada
permukaan dari pada molekul lainnya. Dalam banyak hal komponen yang
banyak diadsorbsi melekat sedemikian kuat sehingga memungkinkan
pemisahan komponen itu secara menyeluruh dari larutan tanpa terlalu
banyak adsorbsi terhadap komponen lain.
Adapun syarat-syarat adsorbsi untuk berjalannya suatu proses, yaitu:
1. Zat yang mengadsorbsi (adsorben)

Nur Annisaa Rachman


Teknik Kimia FT-UMJ

PENGARUH SERBUK KULIT JAGUNG SEBAGAI BIOADSORBEN TERHADAP


PENURUNAN KADAR ASAM LEMAK BEBAS (FFA), ANGKA PEROKSIDA (PV) DAN
KEPEKATAN WARNA PADA MINYAK GORENG BEKAS

2. Zat yang teradsorbsi (adsorbat)


3. Waktu pengocokan sampai adsorbsi berjalan seimbang
Adsorbsi dapat digolongkan dalam dua jenis, yaitu adsorbsi secara
kimia dan secara fisika. Adsorbsi secara kimia (kemisorbsi) adalah adsorbsi
yang terjadi karena adanya gaya-gaya kimia dan diikuti oleh reaksi kimia.
Pada keadaan antar muka yang terjadi pada adsorbsi, kemisorbsi lebih
sering terjadi pada keadaan antar muka padatan dengan cairan dan antar
muka padatan dengan gas. Adsorbsi kimia diikuti dengan perubahan kalor
adsorbsi yang cukup besar (20-100 kkal/mol). Adanya molekul yang
menempel pada permukaan sebagai hasil kimisorbsi, merupakan salah satu
alasan mengapa permukaan dapat mengkatalitis suatu reaksi.
Adsorbsi jenis ini mengakibatkan terbentuknya ikatan secara kimia,
sehingga diikuti dengan reaksi berupa senyawa baru, pada kimisorbsi
permukaan padatan sangat kuat mengikuti molekul gas atau cairan sehingga
sukar untuk dilepas kembali, sehingga prosees kimisorbsi sangat sedikit.
Adsorbsi fisika (fisiosorbsi) adalah adsorbsi yang terjadi karena
adanya gaya-gaya fisika. Adsorbsi ini dicirikan adanya kalor adsorbsi yang
kecil (10 kkal/mol). Molekul-molekul yang diadsorbsi secara fisik tidak
terikat secara kuat pada permukaan dan biasanya terjadi pada proses
reversible yang cepat, sehingga mudah diganti dengan molekul lain.
Antaraksi dipolar, vander walls bersifat lemah dan energi yang dilepaskan
jika partikel teradsorbsi fisika akan mempunyai besaran yang sama dengan
entalpi kondensasi (kira-kira 10 kj/mol). Perubahan entalpi yang kecil ini
tidak cukup untuk menghasilkan pemutusan ikatan, sehingga molekul yang
teradsorbsi fisika akan tetap mempertahankan identitasnya walaupun
molekulnya mengalami adsorbsi permukaan.
Adsorbsi fisika dapat terjadi oleh gaya Van Der Walls pada permukaan
yang polar dan non polar. Adsorbsi ini mungkin terjadi dengan mekanisme
pertukaran ion. Karena itu gugus senyawa pada permukaan padatan
(adsorben) dapat bertukar dengan ion-ion adsorbat. Mekanisme ini

Nur Annisaa Rachman


Teknik Kimia FT-UMJ

PENGARUH SERBUK KULIT JAGUNG SEBAGAI BIOADSORBEN TERHADAP


PENURUNAN KADAR ASAM LEMAK BEBAS (FFA), ANGKA PEROKSIDA (PV) DAN
KEPEKATAN WARNA PADA MINYAK GORENG BEKAS

sebenarnya penggabungan dari mekanisme kimisorbsi dan fisiosorbsi,


karena adsorbsi jenis ini akan mengikat ion-ion yang diadsorbsi dengan
ikatan secara kimia, tetapi ikatan ini mudah lepas kendali.
Dimana perbedaan sifat antara adsorbsi fisika dan adsorbsi kimia
dapat dibedakan dengan tabel dibawah ini:
Perbedaan antara adsorbsi fisika dengan adsorbsi kimia
Parameter
Panas Adsorbsi

Adsorbsi Fisika
<40 KJ/mol
Dibawah boiling point

Adsorbsi Kimia
>40 KJ/mol
Diatas boiling point

Adsorbsi naik

adsorbat
Kenaikan titik didih

adsorbat
Pada adsorbat dan

pada
Energi aktivasi
Proses

adsorbat
Tidak ada
Multi layer

adsorben
Termasuk
Mono layer

Suhu

Tabel II.1. Tabel Perbedaan Adsorbsi Fisika dan Adsorbsi Kimia


Peristiwa penyerapan suatu zat kedalam pori penyerap mengikuti
mekanisme sebagai berikut:
1. Perpindahan massa zat yang diserap dari larutan ke permukaan luar
butir penyerap.
2. Difusi zat yang diserap dalam pori penyerap.
3. Perpindahan massa zat yang diserap dari larutan dalam pori ke
permukaan pori penyerap.
4. Reaksi di permukaan penyerap yang umumnya berlangsung cepat,
sehingga konsentrasi zat yang diserap di permukaan pori selalu ada
dalam keseimbangan dengan konsentrasinya di larutan dalam pori.

Proses adsorbsi ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:


1. Sifat fisik dan kimia dari adsorben, seperti: luas permukaan, ukuran
pori-pori, komposisi kimia dan lain sebagainya.

Nur Annisaa Rachman


Teknik Kimia FT-UMJ

PENGARUH SERBUK KULIT JAGUNG SEBAGAI BIOADSORBEN TERHADAP


PENURUNAN KADAR ASAM LEMAK BEBAS (FFA), ANGKA PEROKSIDA (PV) DAN
KEPEKATAN WARNA PADA MINYAK GORENG BEKAS

2. Sifat fisik dan kimia dari fasa terserap, seperti: ukuran molekul,
polaritas molekul, komposisi kimia dan lain sebagainya.
3. Sifat dari fasa cair, seperti: pH dan temperatur.
4. Konsentrasi dari fasa terserap untuk fasa cair.
5. Waktu kontak antar fasa terserap dengan adsorben.
6. Konsentrasi atau massa fasa penyerap.
Semakin banyak massa penyerap yang digunakan, maka semakin
luas area kontak antara penyerap dan zat yang terserap. Hal ini akan
mengakibatkan jumlah zat yang terserap semakin besar
2.3 HIPOTESA
Dari teori diatas, maka dapat diduga bahwa serbuk kulit jagung dapat
digunakan sebagai bioadsorben pada proses pemurnian minyak goreng bekas
karena kulit jagung memiliki kandungan serat kasar yang cukup tinggi. Serat
kasar meupakan sumber selulosa yang baik. Selulosa adalah suatu polimer alami
yang memiiki gugus hidroksil (OH). gugus OH ini dapat berinteraksi satu sama
lain dengan gugus O, N, dan S, membentuk ikatan hydrogen. Ikatan H juga terjadi
antara gugus OH selullosa dengan air. Gugus OH selalu menyebabkan permukan
selulosa menjadi hidrofilik sehingga dapat dimanfaatkan sebagai zat penyerap
(asorben) pada proses pemurnian minyak goreng bekas.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

Nur Annisaa Rachman


Teknik Kimia FT-UMJ

PENGARUH SERBUK KULIT JAGUNG SEBAGAI BIOADSORBEN TERHADAP


PENURUNAN KADAR ASAM LEMAK BEBAS (FFA), ANGKA PEROKSIDA (PV) DAN
KEPEKATAN WARNA PADA MINYAK GORENG BEKAS

III.1. Lokasi dan Waktu Penelitian


Lokasi penelitian dilaksanakan di laboratorium PTK II Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Jakarta. Waktu penelitian dimulai pada bulan
Oktober 2009 sampai dengan Maret 2010.
III.2. Bahan dan Alat
Penelitian ini menggunakan berbagai macam bahan-bahan kimia yang
digunakan baik sebagai bahan uji percobaan maupun bahan untuk analisa
hasil percobaan. Berbagai alat proses dan alat ukur juga digunakan untuk
menjamin kelancaran pelaksanaan penelitian ini.
1. Bahan
a. Air bebas oksigen
b. Asam oksalat 0.01 N
c. Aquadest
d. Ethanol .p.a
e. Hablur KI
f. HCl 4N
g. HCl teknis
h. Indikator kanji
i. Indikator PP
j. KI 20%
k. KIO3 0.1 N
l. KOH 0.01 N
m. Kulit Jagung berukuran 60 Mesh
n. Larutan Asam asetat-kloroform (3:2)
o. Minyak goreng bekas pakai sebagai bahan utama penelitian
p. NaOH

Nur Annisaa Rachman


Teknik Kimia FT-UMJ

PENGARUH SERBUK KULIT JAGUNG SEBAGAI BIOADSORBEN TERHADAP


PENURUNAN KADAR ASAM LEMAK BEBAS (FFA), ANGKA PEROKSIDA (PV) DAN
KEPEKATAN WARNA PADA MINYAK GORENG BEKAS

2. Alat
a. Agitator
b. Alu
c. Beaker glass 1000 ml
d. Blender
e. Buret 25 ml
f. Cawan Goch
g. Cawan porcelain
h. Corong kaca
i. Electrothermal heater
j. Erlemeyer 1000 ml
k. Erlemeyer 250 ml
l. Erlemeyer vacuum
m. Gelas ukur
n. Hot plate
o. Indikator universal
p. Kertas saring
q. Labu leher tiga 500 ml
r. Labu ukur
s. Oven
t. Pipet tetes
u. Pipet ukur
v. Pompa vacum
w. Saringan Mesh
x. Thermometer
III.3. Rancangan Percobaan

Nur Annisaa Rachman


Teknik Kimia FT-UMJ

PENGARUH SERBUK KULIT JAGUNG SEBAGAI BIOADSORBEN TERHADAP


PENURUNAN KADAR ASAM LEMAK BEBAS (FFA), ANGKA PEROKSIDA (PV) DAN
KEPEKATAN WARNA PADA MINYAK GORENG BEKAS

Dalam penelitian ini parameter yang digunakan adalah variasi massa


kulit jagung yang digunakan sebagai adsorben. Proses adsorbsi ini dilakukan
pada kondisi pH netral, suhu 110oC, kecepatan pengadukan 1000 RPM, dan
waktu pengadukan selama 60 menit.
Adapun variasi massa adsorben yang digunakan adalah: 2 grm, 4 grm, 6
grm, 8 grm, 10 grm, 12 grm dan 14 grm.
III.4. Tahapan Proses Penelitian
III.4.1. Prosedur Proses
a. Pembuatan Bioadsorben (Kulit Jagung)
Limbah kulit jagung dicuci dengan air mengalir lalu dikeringkan
dengan oven pada suhu 70oC hingga kering. Bahan yang sudah
kering kemudian digiling dengan blender hingga menjadi serbuk
berukuran 60 Mesh. Kemudian 200 m2 bahan ditambahkan larutan
NaOH dengan perbandingan 1:4 dengan bahan bioadsorben.
Campuran tersebut kemudian diaduk dengan agitator pada kecepatan
500 RPM selama 1 jam pada suhu 90 oC.

Kemudian campuran

tersebut dinetralkan dengan HCl 4 N hingga pH mencapai 7.


Kemudian disaring dengan kertas saring whatman. Padatan residu
dicuci

dengan

aquadest

panas.

Selanjutnya

padatan

residu

dikeringkan dalam oven pada suhu 70-80oC, kemudian digiling


hingga ukurannya mencapa 60 Mesh.
b. Adsoprsi
Minyak

goreng

bekas

sebanyak

200

ml

ditambahkan

bioadsorben sebanyak dengan variasi massa 2 gr, 4 gr, 6 gr, 8 gr, 10


gr, 12 gr, dan 14 gr. Kemudian diaduk dengan agitator dengan
kecepatan 1000 RPM pada suhu 110oC selama 1 jam.

Nur Annisaa Rachman


Teknik Kimia FT-UMJ

PENGARUH SERBUK KULIT JAGUNG SEBAGAI BIOADSORBEN TERHADAP


PENURUNAN KADAR ASAM LEMAK BEBAS (FFA), ANGKA PEROKSIDA (PV) DAN
KEPEKATAN WARNA PADA MINYAK GORENG BEKAS

Selanjutnya minyak disaring dengan kertas saring whatman.


Filtrat dianalisa angka asam lemak bebas, angka proksida, dan
tingkat kejernihannya dengan spektrofotometri UV-VIS.
III.4.2. Diagram alir proses
A. Proses Pembuatan Bioasorben dari Kulit Jagung
Limbah Kulit Jagung
Pengeringan (Oven, 70oC)

Kulit Jagung Kering


Penggiligan (blender)
Pengayakan (60 Mesh)
Kulit Jagung Halus

NaOH
HCl

Delignifikasi (500 RPM, 90oC, 1 jam)

Netralisasi (pH = 7)

Aquadest panas
Filtrasi dan Pencucian

Filtrat

Padatan Serbuk Kulit Jagung Netral


Pengeringan (Oven, 70-80oC)
Penggilingan
Pengayakan (60 Mesh)
Bioadsorben kulit jagung

Gambar III.IV.II.A. Bagan Alir Proses Pembuatan Bioadsorben

Nur Annisaa Rachman


Teknik Kimia FT-UMJ

PENGARUH SERBUK KULIT JAGUNG SEBAGAI BIOADSORBEN TERHADAP


PENURUNAN KADAR ASAM LEMAK BEBAS (FFA), ANGKA PEROKSIDA (PV) DAN
KEPEKATAN WARNA PADA MINYAK GORENG BEKAS

B. Proses Adsorbsi
Minyak Jelantah 200 ml
Bioadsorben
(2 gr, 4 gr, 6 gr, 8 gr,
10 gr, 2 gr, 14 gr)

Adsorpsi
(1000 RPM, 110oC,1 jam)

Filtrasi

Ampas
Kulit Jagung

Filtrat Siap Analisa


(FFA, PV, dan Kejernihan)

Gambar.III.IV.II.B. Bagan Alir Proses Adsorpsi


III.5. Metode Analisis Pengujian Kualitas Minyak Goreng
1. Analisa Kadar Asam Lemak Bebas
Analisa ini dapat menyatakan angka bilangan asam, jumlah asam
lemak bebas, dan derajat asam dari minyak. Kurang lebih 10 gram minyak
ditimbang dalam erlemeyer, kemudian ditambahkan 50 ml ethanol 96%
untuk melarutkan asam lemak. Campuran kemudian dididihkan dan
didiamkan hingga dingin. Setelah itu, campuran dititrasi dengan larutan
KOH 0.01 N menggunakan PP sebagai indikator (dititar sampai warna
merah jambu tidak hilang selama 1 menit).
Perhitungan:
Bilangan asam = V KOH x N KOH x BST KOH
Berat Sample (gram)
Derajat Asam = V KOH x N KOH x 100
Berat sampel (gram)

Nur Annisaa Rachman


Teknik Kimia FT-UMJ

PENGARUH SERBUK KULIT JAGUNG SEBAGAI BIOADSORBEN TERHADAP


PENURUNAN KADAR ASAM LEMAK BEBAS (FFA), ANGKA PEROKSIDA (PV) DAN
KEPEKATAN WARNA PADA MINYAK GORENG BEKAS

Kadar asam lemak = V KOH x N KOH x BM As Lemak x 100 %


Berat Sampel (gram)
Asam lemak yang digunakan untuk perhitungan berdasarkan jenis asam
lemak yang paling banyak pada tiap meinyak sebagai berikut:
Minyak

Asam lemak terbanyak

BM

Kelapa sawit

Palmitat

256

Kelapa inti sawit

Laurat

200

Susu

Oleat

282

Jagung, Kelelai

Linoleat

278

2. Analisa Bilangan Peroksida


Analisa bilangan peroksida ditentukan dengan menimbang kurang
lebih minyak sebanyak 5 gram dalam erlemeyer asah 300 ml, kemudian
ditambahkan 1 gram hablur KI dan 25 ml larutan bilangan peroksida
(Asam asetat-kloroform = 3:2). Dibiarkan ditempat gelap selama 30 menit
sambil sesekali dikocok kuat-kuat. Akhirnya ditambahkan 30 ml air bebas
oksigen dan dititrasi dengan larutan Natrium tiosulfat 0.1 N hingga larutan
menjadi warna kuning seulas lalu ditambahkan indikator kanji dan dititrasi
kembali dengan latutan Natrium tiosulfat hingga warna larutan menjadi
jernih. Blanko (hanya larutan pereaksi tanpa sampel) dikerjakan juga
seperti diatas.
Perhitungan:
Bilangan Peroksida = (V tio sampelV tio blanko) x N tio x BST O2 x 100
Berat sampel (gram)
3. Analisa Kejernihan
Kejernihan minyak ditentukan dengan alat spektrofotometri UVVIS pada panjang gelombang 460 nm (Lin,2001). Panjang gelombang ini
didapat dari optical density minyak yang mencapai nilai tertinggi.

Nur Annisaa Rachman


Teknik Kimia FT-UMJ

PENGARUH SERBUK KULIT JAGUNG SEBAGAI BIOADSORBEN TERHADAP


PENURUNAN KADAR ASAM LEMAK BEBAS (FFA), ANGKA PEROKSIDA (PV) DAN
KEPEKATAN WARNA PADA MINYAK GORENG BEKAS

III.6. Pengolahan Data

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
IV.1.

Data Hasil

IV.1.1. Angka Asam Lemak Bebas (Free Fatty Acid Value/FFA)


Tabel besaran angka bilangan asam, derajat asam dan kadar
asam lemak bebas dengan variable massa bioadsorben dan volume
minyak 10 gr.
Tabel IV.1.1. Tabel Bilangan Asam, Derajat Asam, dan Kadar Asam
Lemak Bebas

Jumlah

Bilangan

Derajat

Adsorben

Asam

Asam

(gr)

(mgrek/mg)

(mgrek/mg)

0
2
4
6
8
10
12
14

2.8286
1.0721
1.0597
1.0910
1.0886
1.2741
1.0597
1.1669

5.0421
1.9110
1.8890
1.9448
1.9404
2.2712
1.8890
2.0801

IV.1.2. Angka Peroksida (Peroxide Value/PV)


.

Nur Annisaa Rachman


Teknik Kimia FT-UMJ

Kadar Asam
Lemak (%)
1.2908
0.4892
0.4836
0.4979
0.4967
0.5814
0.4836
0.5325

PENGARUH SERBUK KULIT JAGUNG SEBAGAI BIOADSORBEN TERHADAP


PENURUNAN KADAR ASAM LEMAK BEBAS (FFA), ANGKA PEROKSIDA (PV) DAN
KEPEKATAN WARNA PADA MINYAK GORENG BEKAS

Tabel besaran angka bilangan peroksida dengan variable


massa bioadsorben dan volume minyak 5 gr.
Tabel IV.1.2. Angka Bilangan Peroksida

Jumlah Adsorben

Bilangan Peroksida

(mg)

(mgrek/mg)

26.496

2
4
6
8
10
12
14

9.568
6.256
2.208
2.208
3.68
3.312
6.992

IV.1.3. Data Nilai Absorbansi


Nilai ABS (absorbansi) yang didapat adalah hasil dari
pembacaan alat Spektrofotometri UV-VIS.
Tabel. IV.1.3 Nilai absorbansi warna yang terserap dalam serbuk
jagung

Massa Adsorben
(gr)
0
2
4
6
8
10
12
14

IV.2. Pembahasan

Nur Annisaa Rachman


Teknik Kimia FT-UMJ

ABS
1.498
1.442
1.386
1.386
1.370
1.345
1.407
1.412

PENGARUH SERBUK KULIT JAGUNG SEBAGAI BIOADSORBEN TERHADAP


PENURUNAN KADAR ASAM LEMAK BEBAS (FFA), ANGKA PEROKSIDA (PV) DAN
KEPEKATAN WARNA PADA MINYAK GORENG BEKAS

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memurnikan minyak goreng


bekas. Tujuan utama proses pemurnian minyak adalah untuk menghilangkan
rasa serta bau yang tidak enak, dan warna yang tidak menarik. Pada
pemurnian minyak kali ini menggunkan proses adsorbsi, adapun syaratsyarat adsorbsi salah satunya adalah adanya zat yang mengadsorbsi
(adsorben). Dalam penelitian ini digunakan serbuk kulit jagung sebagai
adsorben. Serbuk kulit jagung dijadikan sebagai adsorben karena sifat utama
kult jagung yang mempunyai porositas besar, densitas rendah, mengandung
selulosa, permukaan luas dan tidak mahal sebagai nilai tambah ekonomis.
Mutu minyak pangan ditentukan oleh beberapa faktor antara lain
warna, bilangan peroksida dan kadar asam lemak bebas (Ketaren, 1986 dan
Welcher,1975). Oleh karena itu analisa yang dilakukan adalah analisa kadar
asam lemak bebas, angka peroksida dan analisa kejernihan warna dengan
spektrofotometri.
IV.2.1

Kadar Asam Lemak Bebas vs Massa Biodsorben


Asam lemak bebas terbentuk pada reaksi hidrolisa, Minyak

akan dirubah menjadi asam-asam lemak bebas dan gliserol. Reaksi


hidrolisa dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan minyak karena
terdapatnya sejumlah air dalam minyak. Reaksi ini akan dipercepat
dengan adanya faktor-faktor panas, air, keasaman dan enzim. Semakin
lama reaksi ini berlangsung, maka semakin banyak kadar asam lemak
bebas yang terbentuk. Reaksi ini juga mengakibatkan ketengikan
hidrolisa yang menghasilkan flavor dan bau tengik pada minyak yang
disebabkan oleh cracking pada ikatan rangkap sehingga rantainya
semakin pendek. Kerusakan ini dapat menyebabkan bahan pangan
tersebut mempunyai bau dan rasa yang tidak enak sehingga dapat
menurunkan mutu dan nilai gizi bahan pangan tersebut.

Nur Annisaa Rachman


Teknik Kimia FT-UMJ

PENGARUH SERBUK KULIT JAGUNG SEBAGAI BIOADSORBEN TERHADAP


PENURUNAN KADAR ASAM LEMAK BEBAS (FFA), ANGKA PEROKSIDA (PV) DAN
KEPEKATAN WARNA PADA MINYAK GORENG BEKAS

Bilangan asam dinyatakan sebagai jumlah mg basa yang


diperlukan untuk menetralkan asam lemak bebas yang terdapat dalam
satu gram lemak atau minyak.
Bilangan asam yang besar menunjukkan asam lemak bebas
yang besar berasal dari hidrolisis minyak ataupun karena pengolahan
yang kurang baik. Makin tinggi bilangan asam makin rendah kualitas
suatu minyak.
Jumlah asam lemak bebas yang terdapat dalam lemak atau
minyak juga dapat dinyatakan sebagai derajat asam, yaitu banyaknya
ml basa 0,1 N yang diperlukan untuk menetralkan 100 gram minyak
atau lemak. Selain itu sering dinyatakan sebagai kadar asam lemak
bebas.
H2C-COOR1
HC-COOR2

H2C-OH
+ 3 H2O

H2C-COOR3
Trigliserida

HC-OH

+ 3 RCOOH

H2C-OH
Air

Gliserol

Asam Lemak

Gambar IV.2.1. Reaksi Hidrolisa Minyak


Kadar asam lemak bebas dapat ditentukan dengan menitrasi 10
gram sample minyak dengan larutan KOH. Asam lemak yang
digunakan untuk perhitungan berdasarkan jenis asam lemak terbanyak
pada tiap minyak. Dikarenakan sample yang diuji adalah minyak
goreng bekas yang berasal dari minyak kelapa sawit. Maka kami
menggunakan BM 256 untuk perhitungan kadar asam lemak bebas.

Nur Annisaa Rachman


Teknik Kimia FT-UMJ

PENGARUH SERBUK KULIT JAGUNG SEBAGAI BIOADSORBEN TERHADAP


PENURUNAN KADAR ASAM LEMAK BEBAS (FFA), ANGKA PEROKSIDA (PV) DAN
KEPEKATAN WARNA PADA MINYAK GORENG BEKAS

1.4
1.2
1
0.8
0.6
0.4
0.2
0

f(x) = - 0.03x + 0.82


R = 0.28

10

12

14

Dari tabel IV.2.1.1. Kadar asam lemak bebas yang diperoleh dengan
serbuk kulit jagung sebagai bioadsorben, dapat dilihat pada grafik
seperti dibawah ini :

3
2.5
2
f(x) = - 0.07x + 1.79
R = 0.28

1.5
1
0.5
0
0

10

12

14

16

Grafik 4.2.1. Grafik kadar asam lemak bebas vs jumlah massa bioadsorben

6
5
4
3

f(x) = - 0.12x + 3.19


R = 0.28

2
1
0
0

10

12

14

fik 4.2.1.2 Grafik bilangan asam vs jumlah massa bioadsorben


Grafik 4.2.1.3 Grafik derajat asam vs jumlah massa bioadsorben

Nur Annisaa Rachman


Teknik Kimia FT-UMJ

16

Gra

16

PENGARUH SERBUK KULIT JAGUNG SEBAGAI BIOADSORBEN TERHADAP


PENURUNAN KADAR ASAM LEMAK BEBAS (FFA), ANGKA PEROKSIDA (PV) DAN
KEPEKATAN WARNA PADA MINYAK GORENG BEKAS

Dari grafik IV.2.1.1. dapat dilihat hasil analisa kadar asam


lemak bebas dari minyak goreng bekas (minyak jelantah) sebelum
dimurnikan dan minyak goreng yang telah dimurnikan. Minyak
goreng bekas yang belum diproses untuk dimurnikan memiliki kadar
asam lemak bebas sebesar 1.2908 %. Sedangkan minyak goreng bekas
yang telah dimurnikan kadar asam lemak bebasnya menurun pada
kisaran angka 0.4836 0.5814 %.
Nilai efisiensi dari proses dapat dilihat dari tabel IV.2.4.1.
Dengan nilai kadar as. lemak bebas awal (sebelum adsorbsi) = 1.2908
%.
Tabel IV.2.4.1 Kadar Asam Lemak Bebas terhadap Effisiensi

Jumlah Adsorben

Kadar Asam

(mg)

Lemak (%)

2
4
6
8
10
12
14

0.4892
0.4836
0.4979
0.4967
0.5814
0.4836
0.5325

Effisiensi (%)

62.10
62.54
61.43
61.52
54.96
62.54
58.75

Dari tabel IV.2.4.1 dapat dilihat efisiensi serbuk kulit jagung


sebagai bioadsorben dalam menurunan kadar asam lemak bebas
sebelum dilakukan proses pemurnian dan setelah proses pemurnian.
Dapat dilihat bahwa serbuk kulit jagung mampu menetralkan beberapa
asam lemak bebas pada minyak goreng bekas hingga 54 - 62 %. Akan
tetapi, semakin banyak jumlah bioadsorben nilai effisiensinya tidak
semakin meningkat melainkan fluktuasi. Nilai effisiensi terbesar
ditunjukkan pada jumlah massa bioadsorben 4 gram dan 10 gram.
Namun, secara teknis keefisensian yang optimum dapat ditetapkan
Nur Annisaa Rachman
Teknik Kimia FT-UMJ

PENGARUH SERBUK KULIT JAGUNG SEBAGAI BIOADSORBEN TERHADAP


PENURUNAN KADAR ASAM LEMAK BEBAS (FFA), ANGKA PEROKSIDA (PV) DAN
KEPEKATAN WARNA PADA MINYAK GORENG BEKAS

pada jumlah massa bioadsorben 4 gram. Pada jumlah massa


biadsorben 4 gram serbuk kulit jagung mampu menetralkan sejumlah
kadar asam lemak bebas yang yang sama dengan jumlah massa 10
gram. Sehingga dapat disimpulkan bahwa jumlah massa yang lebih
sedikit lebih efisien dibandingkan dengan jumlah massa yang lebih
banyak namun penurunan angka kadar asam lemak bebasnya sama.
Penyimpangan ini mungkin dapat disebabkan karena semakin
banyaknya massa bioadsorben yang ditambahkan maka proses
pengadukan menjadi semakin sulit karena larutan semakin mengental,
sehingga menyebabkan proses adsorbsi menjadi kurang efektif.
IV.2.2

Bilangan Peroksida vs Massa Bioadsorben


Uji ketengikan dilakukan untuk menentukan derajat

ketengikan dengan mengukur senyawa-senyawa hasil oksidasi. Salah


satu penentuan derajat ketengikan ini adalah dengan penentuan
bilangan peroksida. Bilangan peroksida ditentukan berdasarkan
jumlah iodin yang dibebaskan setelah lemak atau minyak ditambahkan
Kalium Iodida (KI).
Kerusakan minyak atau lemak terutama adalah karena
peristiwa oksidasi dan hidrolisis, baik enzimatik maupun non
enzimatik. Diantaranya kerusakan yang mungkin, ternyata kerusakan
karena otooksidasi yang paling besar pengaruhnya terhadap cita rasa.
Hasil yang diakibatkan oksidasi lemak antara lain peroksida, asam
lemak, aldehid dan keton. Untuk mengetahui tingkat kerusakan
minyak dapat dinyatakan sebagai bilangan peroksida atau bilangan
tiobarbiturat (TBA). Bilangan Peroksida dinyatakan sebagai mg
oksigen yang terikat dalam 100 gram minyak atau lemak.
Sejumlah minyak dilarutkan dalam campuran asam asetat :
kloroform : alkohol = 40 : 110 : 50 (larutan bilangan peroksida) yang

Nur Annisaa Rachman


Teknik Kimia FT-UMJ

PENGARUH SERBUK KULIT JAGUNG SEBAGAI BIOADSORBEN TERHADAP


PENURUNAN KADAR ASAM LEMAK BEBAS (FFA), ANGKA PEROKSIDA (PV) DAN
KEPEKATAN WARNA PADA MINYAK GORENG BEKAS

mengandung hablur KI maka akan terjadi pelepasan Iod menurut


reaksi:
RCOO* + KI RCO* + H2O + I2 + K+
Iod yang bebas dtitrasi dengan laruan Natrium tiosulfat
menggunakan indikator kanji sampai warna biru hilang.
Dari tabel IV.2.2. Angka bilangan peroksida yang diserap oleh
serbuk kulit jagung sebagai bioadsorben, dapat dilihat pada grafik
seperti dibawah ini :
30
25
f(x) = 0.29x^2 - 5.12x + 23.05
R = 0.9

20
15
10
5
0
0

10

12

14

16

Grafik IV.2.2. Grafik Bilangan Peroksida Vs Massa Bioadsorben


Dari grafik IV.2.1. dapat dilihat hasil analisa angka peroksida
dari minyak goreng bekas (minyak jelantah) sebelum dimurnikan dan
minyak goreng yang telah dimurnikan. Minyak goreng bekas yang
belum diproses untuk dimurnikan memiliki kadar asam lemak bebas
sebesar 26.496. Sedangkan minyak goreng bekas yang telah
dimurnikan kadar asam lemak bebasnya menurun pada kisaran angka
2.208 9.568.

Nur Annisaa Rachman


Teknik Kimia FT-UMJ

PENGARUH SERBUK KULIT JAGUNG SEBAGAI BIOADSORBEN TERHADAP


PENURUNAN KADAR ASAM LEMAK BEBAS (FFA), ANGKA PEROKSIDA (PV) DAN
KEPEKATAN WARNA PADA MINYAK GORENG BEKAS

Nilai efisiensi dari proses dapat dilihat dari tabel IV.2.4.2.


Dengan nilai kadar angka peroksida awal (sebelum adsorbsi) =
26.496.
Tabel IV.2.4.2 Angka Peroksida terhadap Effisiensi
Jumlah Adsorben
(mg)
2
4
6
8
10
12
14

Angka Peroksida

Effisiensi (%)

9.568
6.256
2.208
2.208
3.68
3.312
6.992

63.89
76.39
91.67
91.67
86.11
87.50
73.61

Dari tabel IV.2.4.1 dapat dilihat penurunan angka peroksida


sebelum dilakukan proses pemurnian dan setelah proses pemurnian ini
menunjukkan bahwa serbuk kulit jagung mampu menetralkan
beberapa senyawa-senyawa peroksida yang menyebabkan kerusakan
pada minyak goreng bekas hingga 63.89 - 91.67 %. Akan tetapi,
kasus yang sama juga ditunjukan pada analisa angka peroksida yakni
semakin banyak jumlah bioadsorben nilai effisiensinya tidak semakin
meningkat melainkan fluktuasi. Nilai effisiensi terbesar ditunjukkan
pada jumlah massa bioadsorben 6 gram dan 8 gram. Namun, secara
teknis keefisensian yang optimum dapat ditetapkan pada jumlah massa
bioadsorben 6 gram. Pada jumlah massa biadsorben 6 gram serbuk
kulit jagung mampu menetralkan senyawa-senyawa peroksida yang
sama dengan jumlah massa 8 gram. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa jumlah massa yang lebih sedikit lebih efisien dibandingkan
dengan jumlah massa yang lebih banyak namun penurunan angka
kadar asam lemak bebasnya sama.
Nur Annisaa Rachman
Teknik Kimia FT-UMJ

PENGARUH SERBUK KULIT JAGUNG SEBAGAI BIOADSORBEN TERHADAP


PENURUNAN KADAR ASAM LEMAK BEBAS (FFA), ANGKA PEROKSIDA (PV) DAN
KEPEKATAN WARNA PADA MINYAK GORENG BEKAS

Penyimpangan ini juga mungkin dapat disebabkan karena


semakin banyaknya massa bioadsorben yang ditambahkan maka
proses pengadukan menjadi semakin sulit karena larutan semakin
mengental, sehingga menyebabkan proses adsorbsi menjadi kurang
efektif.

IV.2.3. Kepekatan Warna vs Massa Bioadsorben


Warna atau tingkat kejernihan pada minyak goreng merupakan
faktor nilai jual minyak goreng. Karena kejernihan minyak goreng
merupakan nilai estetika dan tolok ukur kemurnian minyak goreng
tersebut. Warna pada minyak disebabkan karena adanya pigmen dalam
lemak. Warna lemak tergatung dari macam pigmennya.
Adanya karotenoid menyebabkan warna kuning kemerahan.
Karotenoid sangat larut dalam minyak dan merupakan hidrokarbon
dengan banyak ikatan tidak jenuh. Bila minyak dihidrogenasi maka
akan terjadi hidrogenasi karotenoid dan warna merah akan berkurang.
Selain itu, perlakuan pemanasan juga akan mengurangi warna pigmen,
karena karotenoid tidak stabil pada suhu tinggi. Pigmen ini mudah
teroksidasi sehingga minyak akan mudah tengik. Cara menghilangkan
pigmen biasanya dengan bantuan bioadsorben seperti pada penelitian
yang dilakukan kali ini atau dengan bleaching earth. Pada minyak
kelapa sawit, kandungan karotenoid jarang dihilangkan sepenuhnya
karena merupakan provitamin A.
Tokoferol yang merupakan sumber vitamin E sangat aktif
terhadap oksidasi, sehingga dapat digunakan sebagai antioksidan.
Tokoferol yang teroksidasi akan menimbulkan warna coklat pada
minyak. Warna coklat bisa juga disebabkan oleh reaksi browning

Nur Annisaa Rachman


Teknik Kimia FT-UMJ

PENGARUH SERBUK KULIT JAGUNG SEBAGAI BIOADSORBEN TERHADAP


PENURUNAN KADAR ASAM LEMAK BEBAS (FFA), ANGKA PEROKSIDA (PV) DAN
KEPEKATAN WARNA PADA MINYAK GORENG BEKAS

nonenzimatik, yaitu karbohidrat akan bereaksi dengan protein bila ada


panas seperti pada kasus perubahan warna pada minyak goreng bekas.
Tingkat keefektifan bioadsorben dalam menyerap warna
kepekatan minyak goreng bekas dapat dilihat pada grafik dibawah ini

1.55
1.5

f(x) = 0x^2 - 0.03x + 1.5


R = 0.91

1.45
1.4
1.35
1.3
1.25
0

10

12

14

16

Garfik IV.2.3. Grafik Nilai Absorbansi vs Massa Bioadsorben


Pada grafik IV.2.3 diatas dapat dilihat penurunan angka
absorbansi yang terendah ditunjukkan pada massa biadsorben 10
gram, setelah itu nilai absorbansi meningkat kembali. Karena nilai
absorbansi pada minyak goreng bekas yang telah dimurnikan hanya
menurun sedikit dibanding dengan minyak goreng yang belum
dimurnikan yakni dari 1.498 Abs menjadi kisaran pada 1.386 1.442
Abs.

Gambar IV.2.3. Gambar minyak goreng bekas yang telah mengalami


proses absorbsi

Nur Annisaa Rachman


Teknik Kimia FT-UMJ

PENGARUH SERBUK KULIT JAGUNG SEBAGAI BIOADSORBEN TERHADAP


PENURUNAN KADAR ASAM LEMAK BEBAS (FFA), ANGKA PEROKSIDA (PV) DAN
KEPEKATAN WARNA PADA MINYAK GORENG BEKAS

Pada tabel di bawah ini dapat dilihat nilai efisisiensi serbuk


kulit jagug sebagai bioadsorben pada penyerapan zat-zat warna
minyak goreng bekas. Dengan nilai absorbansi awal (sebelum
adsorbsi) = 1.498.
Tabel IV.2.4.3 Nilai absorbansi terhadap Effisiensi
Jumlah Adsorben
(mg)
2
4
6
8
10
12
14

Nilai Absorbansi

Effisiensi (%)

1.442
1.386
1.386
1.370
1.345
1.407
1.412

3.74
7.48
7.48
8.54
10.21
6.08
5.74

Pada tabel IV.2.4.3. Nilai effiseinsi yang optimum dicapai pada


jumlah massa bioadsorben 10 gram. Namun, setelah 10 gr nilai
absorbansi kembali menurun. Hal ini mungkin saja disebabkan karena
struktur fisik serbuk kulit jagung yang sulit dibuat uniform dan
cenderung memanjang, sehingga menyebabkan luas permukaan
bioadsorben tidak seragam. Selain itu mungkin disebabkan karena
tingkat porositas serbuk kulit jagung kurang efektif dalam penyerapan
zat-zat warna pada minyak goreng bekas.
Nilai effisiensi yang ditunjukan pada proses penyerapan zat
warna pada minyak goreng bekas tidak mencapai angka 50%. Ini
menunjukkan serbuk kulit jagung kurang baik jika digunakan sebagai
bioadsorben dalam menyerap zat warna.

Nur Annisaa Rachman


Teknik Kimia FT-UMJ

PENGARUH SERBUK KULIT JAGUNG SEBAGAI BIOADSORBEN TERHADAP


PENURUNAN KADAR ASAM LEMAK BEBAS (FFA), ANGKA PEROKSIDA (PV) DAN
KEPEKATAN WARNA PADA MINYAK GORENG BEKAS

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
IV.1 Kesimpulan
Dari data hasil penelitian laboratorum yang kami lakukan dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Serbuk kulit jagung dapat dijadikan biadsorben pada pemurnian
minyak goreng bekas.
2. Jumlah massa biadsorben (serbuk kulit jagung) mempengaruhi titik
optimum hasil adsorbsi minyak goreng bekas. Yakni semakin banyak

Nur Annisaa Rachman


Teknik Kimia FT-UMJ

PENGARUH SERBUK KULIT JAGUNG SEBAGAI BIOADSORBEN TERHADAP


PENURUNAN KADAR ASAM LEMAK BEBAS (FFA), ANGKA PEROKSIDA (PV) DAN
KEPEKATAN WARNA PADA MINYAK GORENG BEKAS

jumlah massa bioadsorben tidak menjamin proses adsorbsi menjadi


semakin baik, namun ada jumlah massa optimumnya
3. Dari hasil analisa kadar asam lemak bebas, bilangan asam dan
derajat asam didapat bahwa pada variabel massa serbuk kulit jagung
4 gram dan 12 gram dihasilkan kandungan kadar asam lemak bebas,
bilangan asam, dan derajat asam terendah. Kadar asam lemak bebas
sebesar 0.4836 %, bilangan asam 1.0597 gerk/g dan derajat asam
1.8890 grek/g.
4. Dari analisa angka peroksida didapat bahwa pada variabel massa
serbuk kulit jagung 6 gr dan 8 gram, dihasilkan pula angka peroksida
terendah sebesar 2.208 grek/g.
5. Nilai absorbansi terendah yang didapat dari hasil analisa kejernihan
warna yaitu pada variabel massa serbuk kulit jagung 10 gr, sebesar
1.345.
6. Dari hasil pengujian, dapat diambil kesimpulan bahwa serbuk kulit
jagung sangat baik dalam menetralkan senyawa-senyawa peroksida
penyebab kerusakan kerusakan minyak. Hal ini dapat dilihat dari
besarnya nilai efisiensi pada analisa bilangan peroksida yang
mencapai 91.67% pada variabel massa serbuk kulit jagung 6 gram
dan 10 gram.
IV.2. Saran
Untuk mendapatkan hasil pemurnian minyak yang optimum,
sebaiknya pemurnian dilakukan secara beberapa tahap. Selain lebih
effisien dalam penggunaan bahan baku, juga lebih effisien dalam proses
penyerapan. Karena dari hasil penelitian yang dilakukan, bahwa massa
bioadsorben memiliki titik puncak optimum penyerapan. Jadi, semakin
banyak massa bioadsroben yang ditambahkan tidak menjamin proses
absorbsi semakin baik dan maksimum.

Nur Annisaa Rachman


Teknik Kimia FT-UMJ

Anda mungkin juga menyukai