Anda di halaman 1dari 9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Sebelumnya


Pada tahun 2020, Arif M. F. L dkk meneliti mengenai pengaruh komposisi
minyak jarak dan minyak kelapa. Pada penelitiannya mengatakan campuran
minyak yang hasilkan pada penelitiannya memiliki densitas yang beragam yaitu
berkisar 943,700 kg/m3 – 998,516 kg/m3. Dalam grafik pengujian densitas
terhadap berbagai variasi komposisi campuran minyak menunjukkan semakin
rendah komposisi minyak jarak maka semakin turun pula densitas yang
dihasilkan. Hal ini karena minyak jarak mempunyai massa jenis yang lebih tinggi
dari pada minyak kelapa sehingga mempengaruhi sifat campuran.

Gambar 2.1 Pengaruh komposisi minyak jarak dan minyak kelapa terhadap
densitas (Arif,2020)

Pada tahun 2011, menurut penelitian Tazora menyatakan viskositas dan laju
aliran fluida memiliki keterkaitan yang erat sekali. Semakin kental suatu fluida,
maka semakin besar pula gaya yang dibutuhkan untuk mengalirkan fluida
tersebut. Semakin panjang alcohol dan rantai karbon asam lemak maka semakin
besar pula viskositasnya. Hal tersebut dikarenakan viskositas kinematik berkaitan
dengan komposisi dari jumlah ikatan rangkap, asam lemak bahan baku, dan
kemurnian produk akhir.
Menurut Kailas (2012) pada penelitiannya mengatakan minyak bumi
memiliki potensi besar untuk digantikan oleh minyak nabati sebagai bahan baku
untuk pelumas karena minyak nabati memiliki biodegrability yang tinggi,
toksisitas yang rendah, daya terbarukan, dan kinerja pelumasan yang sangat
bagus. Dari penelitian ini, ditemukan bahwa semakin meningkatnya suhu maka
viskositas minyak nabati murni dan campurannya secara teratur menurun.
Menurut Amit Suhane et al. (2017) pada penelitiannya mengatakan bahwa
kinerja keuasan pelumas berbasis minyak jarak sangat baik untuk aplikasi
permesinan kecepatan rendah. Pengujian eksperimental dilakukan dengan
mempertimbangkan pengaruh beban, kecepatan, dan rasio pencampuran.
berdasarkan susunan orthogonal L16 Taguchi. Penelitian tersebut menggunakan
metode optimasi Taguchi, dengan kombinasi optimal dari ketiga faktor tersebut.
Gaya tribology seperti koefisien gesekan dan keausan diteliti menggunakan
mesin uji empat bola melalui rancangan percobaan dan desain eksperimental yang
dibuat dengan Teknik Taguchi untuk kinerja keausan pelumas berbasis minyak
jarak dalam berbagai rasio pencampuran.

2.2 Minyak Pelumas


Menurut sukirno (2010) pada penelitiannya mengatakan pelumas merupakan
zat kimia yang umumnya berupa cairan yang diberikan di antara dua benda
bergerak dengan tujuan untuk mengurangi gaya gesek. Sedangkan pelumasan
adalah tindakan menempatkan pelumas antara permukaan yang saling bergeser
untuk mengurangi keausan dan friksi. Minyak pelumas memiliki beberapa fungsi
dan tujuan, yaitu:
 Mengurangi gesekan serta mencegah keausan dan panas, dengan cara oli
dapat membentuk suatu lapisan tipis (oil film) untuk mencegah kontak
langsung permukaan logam dengan logam.
 Sebagai media pendingin, yaitu dengan menyerap panas dari bagian-bagian
yang mendapat pelumasan dan kemudian membawa serta memindahkannya
pada sistem pendingin.
 Sebagai bahan pembersih, yaitu dengan mengeluarkan kotoran pada
bagianbagian mesin.
 Mencegah karat pada bagian-bagian mesin.

Menurut hidayat (2012) pada penelitiannya mengatakan suatu badan


internasional, yaitu Sociaty of Automotive Enginers (SAE), mempunyai standar
kekentalan/viskositas dengan awalan SAE di depan indeks kekentalan. SAE telah
membuat indek kekentalan yang diikuti dengan huruf W, yang menunjukkan
kekentalan minyak pelumas pada temperature −20℃ (W artinya Winter/musim
dingin) dan disebut kekentalan rendah. Mesin yang memakai minyak pelumas
dengan kekentalan rendah, mudah dihidupkan, khususnya pada musim dingin.
Pelumas dengan kekentalan rendah ditandai dengan SAE 10 W, SAE 15 W, SAE
20 W. Sedangkan minyak pelumas untuk keperluan sampai temperatur 100℃,
tidak ditandai dengan huruf W, hanya SAE 30, SAE 40, SAE 60, SAE 90 dan
seterusnya.

2.3 Karakteristik Minyak Pelumas


Minyak pelumas memiliki ciri-ciri fisik yang penting, antara lain:
1) Viscosity
Viscosity atau kekentalan suatu minyak pelumas adalah pengukuran dari
mengalirnya bahan cair dari minyak pelumas, dihitung dalam ukuran
standard. Makin besar perlawanannya untuk mengalir, berarti makin tinggi
viscosity-nya, begitu juga sebaliknya.
2) Viscosity Index
Tinggi rendahnya indeks ini menunjukkan ketahanan kekentalan minyak
pelumas terhadap perubahan suhu. Makin tinggi angka indeks minyak
pelumas, makin kecil perubahan kekentalannya pada penurunan atau
kenaikan suhu. Nilai viscosity index dibagi menjadi 3 golongan, yaitu:
1. HVI (High Viscosity Index) di atas 80.
2. MVI (Medium Viscosity Index) 40 – 80.
3. LVI (Low Viscosity Index) di bawah 40.
3) Flash Point
Flash point atau titik nyala merupakan suhu terendah pada waktu minyak
pelumas menyala seketika. Pengukuran titik nyala ini menggunakan alat-
alat yang standar, tetapi metodenya berlainan tergantung dari produk yang
diukur titik nyalanya.
4) Pour Point
Pour point merupakan suhu terendah dimana suatu cairan mulai tidak bisa
mengalir dan kemudian menjadi beku. Pour point perlu diketahui untuk
minyak pelumas yang dalam pemakaiannya mencapai suhu yang dingin
atau bekerja pada lingkungan udara yang dingin.
5) Total Base Number (TBN)
TBN menunjukkan tinggi rendahnya ketahanan minyak pelumas terhadap
pengaruh pengasaman, biasanya pada minyak pelumas baru (fresh oil).
Setelah minyak pelumas tersebut dipakai dalam jangka waktu tertentu,
maka nilai TBN ini akan menurun.
6) Carbon Residue
Merupakan jenis persentasi karbon yang mengendap apabila oli diuapkan
pada suatu tes khusus.
7) Density
Menyatakan berat jenis oli pelumas pada kondisi dan temperatur tertentu.
8) Emulsification and Demulsification
Sifat pemisahan oli dengan air. Sifat ini perlu diperhatikan terhadap oli
yang kemungkinan bersentuhan dengan air.
Selain memiliki ciri-ciri fisik tersebut, minyak pelumas juga memiliki sifat
kimia yaitu:
1) Sifat Kebasaan (alkalinity)
Untuk menetralisir asam-asam yang terbentuk karena pengaruh dari luar
(gas buang) dan asam-asam yang terbentuk karena terjadinya oksidasi.
2) Sifat detergency
Untuk membersihkan saluran-saluran maupun bagianbagian dari mesin
yang dilalui minyak pelumas, sehingga tidak terjadi penyumbatan.
3) Sifat dispersancy
Untuk menjadikan kotoran-kotoran yang dibawa oleh minyak pelumas
tidak menjadi mengendap, yang lama-kelamaan dapat menjadi semacam
lumpur (sludge).
4) Tahan terhadap oksidasi
Untuk mencegah minyak pelumas cepat beroksidasi dengan uap air yang
pasti ada di dalam karter, yang pada waktu suhu mesin menjadi dingin
akan berubah menjadi embun dan bercampur dengan minyak pelumas.

2.4 Minyak Jarak (Castor Oil)


Menurut Azka (2018) pada penelitiannya mengatakan jarak keliki merupakan
nama lain dari casto. Jarak keliki memiliki nama ilmiah Ricinus Communis. Jarak
keliki/castor ini berasal dari Afrika dan dapat tumbuh di daerah tropis dan
subtropis. Minyak castor dihasilkan dari bijinya. Biji castor mengandung sekitar
46% minyak. Minyak castor memiliki warna kuning pucat hingga tidak berwarna,
sedangkan karakteristik minyak jarak (castor) yaitu berikut ini.

Tabel 2.1
Karakteristik minyak jarak (Azka, 2018)
Karakteristik Minyak Jarak

Asam lemak bebas (%) 0,24

Densitas (kg/m3 ) 962,8

Titik nyala (°C) 298

Nilai kalor (kJ/kg) 35684,5

Viskositas kinematik (mm2 /s) 109,53

Menurut Dewi (2015) pada penelitiannya mengatakan Komposisi asam


lemak minyak jarak (castor oil) dominan terdiri dari asam risinoleat dan asam
oleat, sementara sisanya berupa asam linoleat, asam stearat, dan asam lemak
dihidroksida. Kandungan asam lemak minyak jarak ditunjukan pada tabel.

Tabel 2.2
Komposisi minyak jarak (Azka,2018)
Komposisi Jumlah (%)

Asam Risinoleat 86

Asam Dihidroksi stearat 1-2


Asam Stearat 0,5-20

Asam Oleat 8,5

Asam Linoleat 3,5

2.5 Minyak Kelapa


Menurut Azka (2018) pada penelitiannya mengatakan Minyak Kelapa
merupakan minyak yang diperoleh dari kopra (daging buah Kelapa yang
dikeringkan). Kandungan minyak yang diperoleh dari kopra sebanyak 63-65%.
Minyak Kelapa terdiri atas trigliserida asam lemak jenuh dengan rantai asam
lemak medium. Komposisi asam lemak pada minyak Kelapa yaitu 91% asam
lemak jenuh, 7% asam lemak tidak jenuh rangkap satu (asam oleat), dan 2%
merupakan asam lemak berangkap lebih dari satu (asam linoleat). Minyak Kelapa
memilki kelebihan dibandingkan dengan minyak lainnya karena lebih stabil
terhadap oksidasi, karena asam lemak yang dikandungnya yang merupakan asam
lemak rantai medium. Komposisi asam lemak pada minyak Kelapa dapat dilihat
pada tabel.

Tabel 2.3
Komposisi Minyak Kelapa (Jemmy, 2015)
Komposisi Jumlah(%)

Asam Laurat 46,7

Asam Miristat 18,3

Asam 9,2
Palmitat

Asam Kaprilat 8,3

Asam Oleat 6,9

Asam Kaprat 6

Asam Streatat 2,9


Asam 1,7
Linoleat

Secara fisik minyak Kelapa berwarna kuning kecoklatan, dan memiliki


karakteristik sebagai berikut.

Tabel 2.4
Karakteristik Minyak Kelapa
Karakteristik Minyak Jarak

Asam lemak bebas (%) 0,656


2.6Interaksi Antar Molekul
Densitas (kg/m3 ) 923,4 Menurut James E. Brady
(1990) pada penelitiannya
Viskositas kinematik (mm2 /s) 10,29
mengatakan dalam kehidupan
sehari-hari, kita menemukan berbagai jenis zat yang partikelnya berupa molekul dan
berbeda fasa. Dalam fasa gas, pada suhu tinggi dan tekanan yang relatif rendah (jauh di
atas titik didihnya), molekul-molekul benar-benar berdiri sendiri, tidak ada gaya tarik
antarmolekul. Akan tetapi, pada suhu yang relatif rendah dan tekanan yang relatif tinggi,
yaitu mendekati titik embunnya, terdapat suatu gaya tarik-menarik antarmolekul. Gaya
tarik menarik antar molekul itulah yang memungkinkan suatu gas dapat mengembun.
(James E. Brady, 1990).

2.7 Sudut Kontak


Menurut Haya T. D. dkk (2017) pada penelitiannya mengatakan Sudut kontak
(θ) merupakan ukuran kuantitatif dari basahnya suatu padatan oleh zat cair atau
juga dapat didefinisikan sebagai sudut geometris yang dibentuk oleh zat cair pada
tiga batas fase dimana zat cair, gas dan padat saling memotong (Gambar 2.2).
Pengukuran sudut kontak pada suatu bidang dilakukan untuk mengetahui sifat
permukaan bahan hidrofobik atau hidrofilik.. Pada keadaan tersebut akan
terbentuk sebuah sudut θ yang disebut sebagai sudut kontak sesuai dengan
ilustrasi gambar berikut:
Gambar 2.2 Hubungan fasa gas-cair-padat membentuk sudut kontak (Sina
Ebnesajjad dan Cyrus Ebnesajjad, 2013)

Pengukuran sudut kontak dianggap penting pada saat ini karena dapat
dijadikan sebagai cara menganalisis keterbasahan. Fenomena pada permukaan
seperti keterbasahan dan adhesivitas semakin penting dalam beberapa aspek ilmu
terapan dan teknologi. Secara lebih umum pengukuran sudut kontak akan menjadi
teknik dalam karakterisasi sifat antarmuka padatan-cairan, dan sebagai teknik
yang mudah untuk mengukur tegangan permukaan pada permukaan padatan
(Kabza et al., 2000; Li dan Neumann, 1992; Soon et al., 2013). Hasil pengukuran
sudut kontak , selain dapat menunjukkan sifat permukaan berupa tegangan
permukaan dapat juga untuk mendemonstrasikan beberapa karakteristik mendasar
lain seperti interaksi molekuler (ion-dipol, dipol-dipol, dan gaya Van der Waals)
(Kabza et al., 2000).

Gambar 2.3 Perbandingan besar sudut kontak (Yuan dan Lee,2013)

Hasil penampakan pengukuran sudut kontak dapat diilustrasikan seperti


gambar di atas. Gambar diatas menjelaskan bahwa sudut kontak kurang dari 90°
menunjukkan pembasahan permukaan menguntungkan, dan cairan akan tersebar
di besar area pada permukaan; sementara kontak sudut lebih besar dari 90°
umumnya berarti membasahi permukaan kurang baik sehingga cairan akan
meminimalkan kontak dengan permukaan dan.membentuk.tetesan.cairan.kompak.
(Yuan dan Lee,2013).
2.8 Hipotesis
Berdasarkan tinjaun pustaka yang telah dibahas sebelumnya maka didapatkan bahwa
komposisi campuran minyak jarak dan minyak kelapa sebagai pelumas nabati akan
mempengaruhi besarnya sudut kontak yang dihasilkan.

Anda mungkin juga menyukai